• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Budaya Organisasi Dan Penerapan Standar Operasional Prosedur Pelayanan Keperawatan Terhadap Kinerja Perawat Di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Budaya Organisasi Dan Penerapan Standar Operasional Prosedur Pelayanan Keperawatan Terhadap Kinerja Perawat Di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2010"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN KEPERAWATAN

TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RSU MITRA SEJATI MEDAN TAHUN 2010

T E S I S

Oleh

JASURA PINEM 087013013/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN KEPERAWATAN

TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RSU MITRA SEJATI MEDAN TAHUN 2010

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

JASURA PINEM 087013013/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PERNYATAAN

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN KEPERAWATAN

TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RSU MITRA SEJATI MEDAN TAHUN 2010

T E S I S

Oleh

JASURA PINEM 087013013/IKM

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka

Medan, Juni 2010

(4)

Judul Tesis : PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN KEPERAWATAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RSU MITRA SEJATI MEDAN TAHUN 2010

Nama Mahasiswa : Jasura Pinem Nomor Induk Mahasiwa : 087013013

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si) Ketua

(Masnelly Lubis, S.Kep, M.A.R.S) Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(5)

Tanggal Lulus : 28 Juli 2010 Telah diuji

Pada Tanggal :

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, M.Si Anggota : 1. Manelly Lubis, S.Kep, M.A.R.S

(6)

ABSTRAK

Kinerja perawat pelaksana merupakan salah satu faktor penting dalam mewujudkan kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit. Setiap rumah sakit mempunyai permasalahan dalam kinerja perawat pelaksana khususnya di ruang rawat inap, demikian juga dengan RSU Mitra Sejati Medan. Faktor budaya organisasi dan penerapan prosedur tetap diduga memengaruhi kinerja perawat pelaksana.

Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan pendekatan eksplanatori yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh budaya organisasi dan penerapan SOP terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Mitra Sejati Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Mitra Sejati Medan sebanyak 60 orang dan sekaligus menjadi sampel penelitian. Pengumpulan data meliputi data primer dengan menggunakan kuesioner dan observasi dan data sekunder melalui pencatatan dokumentasi RSU Mitra Sejati Medan. Analisis data menggunakan uji regresi linear berganda pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Mitra Sejati Medan 61,7% termasuk kategori kurang. Hasil regresi linear berganda menunjukkan variabel keterlibatan perawat (p=0,003), penyesuaian perawat (p=0,034), konsistensi perawat (p=0,022), misi organisasi (p=0,005), dan penerapan SOP (p=0,000) berpengaruh terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Mitra Sejati Medan. Variabel penerapan SOP merupakan variabel paling dominan memengaruhi kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Mitra Sejati Medan.

Disarankan kepada manajemen RSU Mitra Sejati agar: 1) meningkatkan sosialisasi SOP melalui media informasi, 2) mengawasi seluruh kegiatan keperawatan dan 3) kepada perawat pelaksana agar menerapkan SOP keperawatan secara komprehensif dan mengacu pada kebutuhan pelanggan, serta memberikan pelayanan keperawatan dengan budaya kerja yang baik sesuai filosofi visi, misi dan motto RSU Mitra Sejati Medan.

Kata Kunci : Budaya Organisasi, Penerapan SOP, Kinerja

(7)

ABSTRACT

The job performance of nurse is one of important factors in implementing the quality of nursing serving in a hospital. Every hospital has problem on the performance of nurses speciallly those who are working in the in-patient wards, and this condition also applied in Mitra Sejati General Hospital of Medan. The factor of corporate culture and the application of standard procedure are assumed influence the performance of nurses.

This study was done with explanatory approach which aimed to analyze the influence of corporate culture and the application of Standard operational Procedure (SOP) on the performance of nurses working inpatient room Mitra Sejati General Hospital Medan. The population of this study were of the 60 nurses working inpatient ward of Mitra Sejati General Hospital and all of them were selected to be sample for this study. The primary data for this study data were obtained through questionaire distribution and observation and the secondary data were obtained through recording the document available in Mitra Sejati General Hospital Medan. The data were analyzed through multiple linear regression test at the level of confidence of 95%.

The result of study showed that the performance of the nurses working in the in-patient ward of Mitra Sejati General Medan was 61,7% and this belonged to less adequate category. The result of multiple linear regression tests showed that the involvement of nurses (p=0,003), the adjustment of nurses (p=0,034), the consistency of nurses (p=0,002), the mission of organization (p=0,005), and application of SOP (p=0,000) were significant influence on the performance of nurses working in the in-patient ward of Mitra Sejati General Hospital Medan. The application of SOP was dominant variable which influenced their performance of nurses working in the in-patient wards of Mitra Sejati General Hospital Medan.

It is suggested to the Mitra Sejati General Hospital Medan management for: 1) increasing the socialization of SOP, 2) controlling all of nursing activities done by nurses in the in-patient wards, 3) advising the nurses to apply the SOP of nursing comprehensively by referring to the costumers’s need, and to provide a good work culture according to nurses service by applying all the philosophy, vision, mission and motto of Mitra Sejati General Hospital Medan.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat

dan karunianya penulis telah dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ Pengaruh

Budaya Organisasi dan Penerapan Standar Operasional Prosedur Pelayanan

Keperawatan terhadap Kinerja Perawat di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2010”

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu

Prof.Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K).

Selanjutnya kepada Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selaku Ketua Program Studi

S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara, dan kepada Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, S.E, M.Si

selaku ketua komisi Pembimbing dan Masnelly Lubis, S. Kep, MARS selaku anggota

komisi pembimbing dan kepada Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si dan Siti Zahara

Nasution, S.Kep, M.N.S selaku komisi pembanding yang telah banyak membantu dan

meluangkan waktu dan pikiran serta dengan penuh kesabaran membimbing penulis

(9)

Terima kasih tak terhingga kepada isteri tercinta dan kedua putera tercinta

yang telah mengizinkan dan memberi motivasi serta dukungan doa kepada penulis

untuk melanjutkan pendidikan.

Selanjutnya terima kasih penulis kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah

membantu penulis dan masih bersedia untuk dapat berkonsultasi dalam penyusunan

tesis ini dan semua pihak yang telah membantu proses penyusunan tesis ini hingga

selesai.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan

kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Juni 2010

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Jasura Pinem yang dilahirkan di Pancur Batu Kabupaten Deli

Serdang pada tanggal 04 September 1969. Penulis merupakan anak keempat dari

enam bersaudara, dan penulis menikah dengan Mariamin br Pelawi dan sudah

dikaruniai dua orang putera yang bernama Johan Dicky Tambarta Pinem, dan Jose

Surya Pinem.

Penulis menamatkan Sekolah Dasar Tahun 1982 di SD N I Pancur Batu,

Tahun 1985 menamatkan Sekolah Menengah Pertama di SMP N I Pancur Batu,

Tahun 1988 menamatkan Sekolah Menengah Atas di SMA I Pancur Batu dan tahun

2001 penulis menamatkan pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas

Methodist Indonesia.

Penulis mengawali karir sebagai Dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) tahun

2001-2003, Tahun 2003-2005 menjadi Dokter Praktek di Klinik Keluarga, dan Tahun

2006-2009 sebagai Direktur RSU Mitra Sejati Medan dan sejak Tahun 2005 sampai

(11)

DAFTAR ISI

2.3. Standar Operasional Prosedur Pelayanan Keperawatan ... 26

2.4. Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit... 28

2.5. Landasan Teori ... 34

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 42

3.6. Metode Pengukuran ... 44

3.7. Metode Analisis Data ... 47

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 49

4.2. Karakteristik Responden ... 50

4.3. Budaya Organisasi... 51

4.4. Penerapan SOP ... 58

(12)

4.6. Pengaruh Budaya Organisasi dan Penerapan SOP terhadap Kinerja Perawat Pelaksana ... 66

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Mitra Sejati Medan ... 67 5.2. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Perawat

Pelaksana... 71 5.3. Pengaruh Penerapan SOP terhadap Kinerja Perawat Pelaksana .... 83 5.4. Keterbatasan Penelitian... 87

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 88 6.2. Saran ... 89

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen ... 43

4.1. Gambaran Karakteristik Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2010 ... 50

4.2. Distribusi Frekuensi Indikator Variabel Keterlibatan pada Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2010... 51

4.3. Distribusi Frekuensi Variabel Keterlibatan pada Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2010... 52

4.4. Distribusi Frekuensi Indikator Variabel Penyesuaian pada Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2010 .... 53

4.5. Distribusi Frekuensi Variabel Penyesuaian pada Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2010 ... 54

4.6. Distribusi Frekuensi Indikator Variabel Konsistensi pada Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2010 .... 55

4.7. Distribusi Frekuensi Variabel Penyesuaian Konsistensi pada Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2010... 56

4.8. Distribusi Frekuensi Indikator Variabel Misi Organisasi pada Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2010 .... 57

4.9. Distribusi Frekuensi Variabel Misi Organisasi pada Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2010 ... 58

4.10. Distribusi Frekuensi Indikator Variabel Penerapan SOP pada Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2010 .... 59

4.11. Distribusi Frekuensi Variabel Penerapan SOP pada Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2010 ... 63

(14)

4.13. Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja pada Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2010 ... 65

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Determinan Kinerja Individu dalam Organisasi... 16

2.2. Pembentukan Budaya Organisasi... 24

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 94

(17)

ABSTRAK

Kinerja perawat pelaksana merupakan salah satu faktor penting dalam mewujudkan kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit. Setiap rumah sakit mempunyai permasalahan dalam kinerja perawat pelaksana khususnya di ruang rawat inap, demikian juga dengan RSU Mitra Sejati Medan. Faktor budaya organisasi dan penerapan prosedur tetap diduga memengaruhi kinerja perawat pelaksana.

Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan pendekatan eksplanatori yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh budaya organisasi dan penerapan SOP terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Mitra Sejati Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Mitra Sejati Medan sebanyak 60 orang dan sekaligus menjadi sampel penelitian. Pengumpulan data meliputi data primer dengan menggunakan kuesioner dan observasi dan data sekunder melalui pencatatan dokumentasi RSU Mitra Sejati Medan. Analisis data menggunakan uji regresi linear berganda pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Mitra Sejati Medan 61,7% termasuk kategori kurang. Hasil regresi linear berganda menunjukkan variabel keterlibatan perawat (p=0,003), penyesuaian perawat (p=0,034), konsistensi perawat (p=0,022), misi organisasi (p=0,005), dan penerapan SOP (p=0,000) berpengaruh terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Mitra Sejati Medan. Variabel penerapan SOP merupakan variabel paling dominan memengaruhi kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Mitra Sejati Medan.

Disarankan kepada manajemen RSU Mitra Sejati agar: 1) meningkatkan sosialisasi SOP melalui media informasi, 2) mengawasi seluruh kegiatan keperawatan dan 3) kepada perawat pelaksana agar menerapkan SOP keperawatan secara komprehensif dan mengacu pada kebutuhan pelanggan, serta memberikan pelayanan keperawatan dengan budaya kerja yang baik sesuai filosofi visi, misi dan motto RSU Mitra Sejati Medan.

Kata Kunci : Budaya Organisasi, Penerapan SOP, Kinerja

(18)

ABSTRACT

The job performance of nurse is one of important factors in implementing the quality of nursing serving in a hospital. Every hospital has problem on the performance of nurses speciallly those who are working in the in-patient wards, and this condition also applied in Mitra Sejati General Hospital of Medan. The factor of corporate culture and the application of standard procedure are assumed influence the performance of nurses.

This study was done with explanatory approach which aimed to analyze the influence of corporate culture and the application of Standard operational Procedure (SOP) on the performance of nurses working inpatient room Mitra Sejati General Hospital Medan. The population of this study were of the 60 nurses working inpatient ward of Mitra Sejati General Hospital and all of them were selected to be sample for this study. The primary data for this study data were obtained through questionaire distribution and observation and the secondary data were obtained through recording the document available in Mitra Sejati General Hospital Medan. The data were analyzed through multiple linear regression test at the level of confidence of 95%.

The result of study showed that the performance of the nurses working in the in-patient ward of Mitra Sejati General Medan was 61,7% and this belonged to less adequate category. The result of multiple linear regression tests showed that the involvement of nurses (p=0,003), the adjustment of nurses (p=0,034), the consistency of nurses (p=0,002), the mission of organization (p=0,005), and application of SOP (p=0,000) were significant influence on the performance of nurses working in the in-patient ward of Mitra Sejati General Hospital Medan. The application of SOP was dominant variable which influenced their performance of nurses working in the in-patient wards of Mitra Sejati General Hospital Medan.

It is suggested to the Mitra Sejati General Hospital Medan management for: 1) increasing the socialization of SOP, 2) controlling all of nursing activities done by nurses in the in-patient wards, 3) advising the nurses to apply the SOP of nursing comprehensively by referring to the costumers’s need, and to provide a good work culture according to nurses service by applying all the philosophy, vision, mission and motto of Mitra Sejati General Hospital Medan.

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang

sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat

Indonesia. Peran tersebut pada semakin penting mengingat perkembangan

epidemiologi penyakit, perubahan struktur demografis, perkembangan ilmu dan

teknologi, dan perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat (Soejitno, 2002).

Peran penting dari rumah sakit salah satunya adalah penyelenggaraan

pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan tersebut harus mampu memberikan

pelayanan keperawatan bermutu dan profesional yang sesuai dengan tuntutan

pemakai jasa pelayanan serta melalui penerapan kemajuan ilmu, teknologi, sesuai

dengan standar, nilai-nilai moral dan etika profesi keperawatan (Nursalam, 2001).

Tuntutan dan kebutuhan pelayanan keperawatan bermutu dalam menghadapi

era globalisasi merupakan tantangan yang harus dipersiapkan secara benar dan

ditangani secara mendasar, terarah dan sungguh-sungguh oleh rumah sakit. Perlu

dilakukan pengelolaan secara profesional gar perawat dapat memberikan pelayanan

yang bermutu kepada individu, keluarga, dan masyarakat (Nursalam, 2001).

Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan tanggung jawab dari tenaga

perawat. Tugas umum perawat adalah memberikan pelayanan asuhan keperawatan

(20)

menegakkan diagnosa keperawatan aktual dan dignosa keperawatan resiko,

perencanaan proses keperawatan, implementasi proses keperawatan, evaluasi, dan

melakukan pencacatan dokumen keperawatan pada status pasien. Selain itu pelayanan

keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian

integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk

pelayanan biologis, psikologis, sosiologis spiritual yang komprehensif yang ditujukan

kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik dalam keadaan sehat maupun sakit

yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Soeroso, 2002, Nursalam, 2001).

Praktik keperawatan pada dasarnya adalah memberikan asuhan keperawatan,

yaitu mulai dari melaksanakan pengkajian keperawatan, merumuskan diagnosis

keperawatan, menyusun perencanaan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan

keperawatan (termasuk tindakan medik yang dapat dilakukan oleh perawat) sampai

evaluasi terhadap hasil tindakan dan akhirnya mendokumentasikan hasil keperawatan

sebagaimana tercantum dalam standar operational procedure (SOP). Perawat

dituntut untuk mempunyai tingkat pengetahuan dan ketrampilan yang memadai,

sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan secara optimal bagi masyarakat

(Soeroso, 2002).

Evaluasi hasil kerja perawat tesebut tercermin dari cakupan pelayanan

keperawatan sesuai SOP baik secara berkala maupun tahunan, sehingga prestasi kerja

sangat tergantung pada penerapan SOP pelayanan keperawatan. Menurut Peratuan

Perawat Nasional Indonesia (PPNI) tahun 2004, bahwa standar praktek keperawatan

(21)

dan sebagai kriteria untuk evaluasi asuhan keperawatan sehingga kesalahan dalam

pemberian obat, infeksi nosomokial dan klien tidak mendapatkan pelayanan yang

optimal tidak akan terjadi. Hal ini sesuai dengan pendapat Mark dan Wan (2003),

bahwa pelaksanaan praktik keperawatan profesional rumah sakit sangat berdampak

terhadap peningkatan kepuasan dalam bekerja dan penurunan angka kematian,

berkurangnya ketegangan emosi, amanya lingkungan kerja dan menurunnya angka

cidera karena jarum suntik.

Fenomena yang terjadi terkait dengan pelaksanaan pelayanan keperawatan di

rumah sakit yang masih banyak ditemukan di Sumatera Utara adalah sering

ditemukan perawat yang menghabiskan waktunya untuk melakukan pekerjaan di luar

keperawatan yang bukan menjadi tanggung jawabnya dan kondisi ini berdampak

pada tidak tersedianya waktu yang cukup untuk melakukan pelayanan keperawatan

secara berkesinambungan dan komprehensif bagi pasien maupun keluarganya.

Kepatuhan perawat dalam penerapan SOP pelayanan keperawatan sebagai

ukuran keberhasilan pelayanan keperawatan dan merupakan salah satu sasaran

penting dalam manajemen sumber daya manusia. Selain itu menjadi bagian dari

kecakapan yang diperoleh perawat yang berhubungan dengan pendidikan yang

dimilikinya dan dipergunakan untuk tugasnya pada waktu yang tepat sesuai dengan

ilmu yang pernah diperolehnya (Hasibuan, 2001).

Penerapan SOP pelayanan keperawatan pada prinsipnya adalah bagian dari

kinerja dan perilaku individu dalam bekerja sesuai tugas-tugasnya dalam organisasi,

(22)

(compliance) adalah taat atau tidak taat terhadap perintah atau ketentuan yang

berlaku, dan merupakan titik awal dari perubahan sikap dan perilaku individu. Hasil

akhir dari kepatuhan penerapan SOP pelayanan keperawatan adalah kinerja atau hasil

kerja perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan. Keberhasilan pelaksanaan

pelayanan keperawatan memberikan kontribusi terhadap cakupan pelayanan

keperawatan secara keseluruhan, dan konsekuensi positifnya adalah meningkatnya

kinerja rumah sakit.

Menurut Rogers dalam Marriner (2001), bahwa praktek keperawatan

profesional bersifat kreatif, imajinatif, dan efisien dalam melayani konsumen

kesehatan yang bersumber dari pengambilan keputusan dengan pendekatan ilmiah

dan kejujuran profesional. Menurut Gillies (1996) setiap institusi pelayanan

kesehatan memiliki budaya organisasi yang berbeda pada masing-masing institusi hal

ini bersumber dari nilai-nilai tertentu dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat

yang menentukan persepsi dan perilaku karyawan atau perawat. Menurut Denison

(2000) terdapat empat karakteristik budaya organisasi yang mempunyai pengaruh

terhadap penampilan atau kinerja organisasi yaitu keterlibatan, penyesuaian,

konsistensi dan misi organisasi.

Menurut Gibson (1987) dalam Illyas (2002) bahwa ada tiga faktor yang

mempengaruhi kinerja seseorang, yaitu (1) Faktor individu terdiri dari kemampuan

dan ketrampilan, latar belakang dan sosio-demografis. Variabel kemampuan dan

ketrampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku dan kinerja

(23)

kinerja individu, (2) faktor psikologis terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian dan

motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman

kerja sebelumnya dan variabel demografis, dan (3) faktor organisasi berefek tidak

langsung terhadap perilaku dan kinerja individu terdiri dari sumber daya,

kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan.

Salah satu unsur penting diperhatikan dari aspek organisasi adalah budaya

organisasi. Menutu Robbin (2006), budaya organisasi mempunyai peran penting

dalam mempengaruhi setiap saat menjalankan aktivitas dan dapat dibedakan melalui

sistem yang dianut oleh anggota organisasi dalam hal ini rumah sakit. Menurut

Mangkunegara (2000), budaya organisasi adalah seperangkat sikap, nilai, norma,

keyakinan dan perilaku yang dimiliki oleh sekelompok orang yang dikembangkan

dan dikomunikasikan dari generasi ke generasi berikutnya untuk membina hubungan

dan mengatasi masalah adaptasi eksternal dan internal, sehingga secara akumulatif

berfungsi untuk mempertahankan eksistensi diri dalam organisasi untuk mencapai

tujuan organisasi dan kinerja invividu dalam organisasi.

Kinerja rumah sakit di Propinsi Sumatera Utara masih rendah dilihat dari

angka rata-rata pemanfaatan tempat tidur, lama rawatan dan status rawatan. Di

Propinsi Sumatera Utara saat ini memiliki 157 buah rumah sakit, terdiri atas 57

rumah sakit pemerintah, 100 rumah sakit swasta. Berdasarkan dari jenisnya rumah

sakit di Propinsi Sumatera Utara terdiri dari 23 rumah sakit khusus, dan 134 rumah

sakit umum. Berdasarkan laporan indikator kinerja RS, diketahui rata-rata tingkat

(24)

lama perawatan (LOS) 5,4 hari. Tingkat pencarian pelayanan masyarakat ke fasilitas

rumah sakit hanya 0,7% untuk rumah sakit pemerintah dan 0,9% untuk rumah sakit

swasta. Salah satu faktor penting yang memberikan kontribusi terhadap kinerja rumah

sakit adalah kinerja perawat dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sesuai

dengan SOP (Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2008).

Rumah Sakit Umum (RSU) Mitra Sejati yang berdiri sejak tahun 2001

merupakan salah satu rumah sakit swasta yang ikut berperan dalam upaya

pembangunan kesehatan di Kota Medan juga mempunyai

permasalahan-permasalahan hasil kerja perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan. Hal ini

terwujud dari indikator kinerja rumah sakit secara keseluruhan. Berdasarkan data

kunjungan RSU Mitra Sejati (2009), diketahui bahwa angka BOR rumah sakit sudah

menunjukkan hasil yang baik yaitu 87,2% dari 120 bed yang tersedia, artinya bahwa

secara umum minat masyarakat untuk berobat ke RSU Mitra Sejati tergolong tinggi,

namun meskipun demikian permasalahan internal RSU Mitra Sejati juga berkaitan

dengan pelaksanaan pelayanan keperawatan.

Budaya organisasi secara filosofi muncul dari keseluruhan penjabaran visi dan

misi serta motto suatu organisasi termasuk rumah sakit. Visi RSU Mitra Sejati adalah

menjadi salah satu pusat rujukan pelayanan kesehatan terpercaya dengan fasilitas

yang lengkap yang senantiasa berupaya memberikan pelayanan kesehatan yang

terbaik, dan kemudian dijabarkan dalam misinya yaitu mengedepankan layanan

(25)

membantu pemerintah dalah upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (RSU

Mitra Sejati, 2009).

Komitmen meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan

profesional di dasari oleh motto RSU Mitra Sejati yaitu Mitra Anda Menuju Hidup

Sehat. Motto tersebut dijadikan sebagai filosofi budaya organisasi yang

diimplementasikan dalam perwujudkan budaya kerja perawat dan para medis lainnya

dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Aplikasi dari konsep

Denison (2000) yaitu keterlibatan, penyesuaian, konsistensi dan misi organisasi

rumah sakit mengacu pada filosofi visi dan misi serta motto RSU Mitra Sejati dalam

memberikan pelayanan keperawatan, artinya perawat harus mau dan mampu

menyesuaikan keseluruhan tindakan asuhan keperawatan dengan kebutuhan dan

komitmen bersama dalam memberikan pelayanan keperawatan, dan konsisten.

Berdasarkan hasil survai awal di RSU Mitra Sejati Januari (2009), bahwa

masih terdapat permasalahan dalam pelayanann asuhan keperawatan di RSU Mitra

Sejati yang diindikasikan masih terdapat pasien yang pulang atas permintaan sendiri,

dilihat dari status pasien ternyata belum memenuhi syarat untuk pulang, karena

kondisi belum membaik. Selain itu adanya pengaduan keluarga pasien atas sikap

perawat yang tidak segera melayani pasien, akibat banyaknya pasien lain yang

membutuhkan perawatan, serta masih adanya perawat yang bertukar shift kerja

dengan perawat lain dengan alasan tertentu, sehingga kebutuhan perawat tidak

(26)

Berdasarkan laporan pelayanan keperawatan RSU Mitra Sejati (2009),

diketahui bahwa penerapan standar asuhan keperawatan seperti penggunaan

instrumen pengkajian keperawatan masih rendah yaitu 31,24% pengkajian data

keperawatan sebesar 31,24%, diagnosa keperawatan sebesar 45,8%, perencanaan

keperawatan sebesar 17,3%, implementasi keperawatan sebesar 39,6%, dan evaluasi

keperawatan sebesar 19,5% dibandingkan standar yang direkomendasikan Depkes RI

yaitu 80%-100%. Instrumen standar pengkajian keperawatan ini berkaitan dengan

pengumpulan data, identifikasi awal status kesehtaan klien, respon psikologis dan

risiko lainnya sebelum diberikan intervensi pelayanan keperawatan, dan indkator

paling penting adalah masih rendah cakupan implementasi keperawatan, yaitu

pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai dengan SOP dan pencatatan seluruh asuhan

keperawatan.

Keadaan ini memberikan fenomena bahwa aplikasi dari penjabaran budaya

organisasi yang didasari visi dan misi yaitu (1) mengedepankan layanan kesehatan

dengan biaya yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat pada umumnya, dan

(2) membantu program pemerintah dalam upaya meningkatkan taraf kesehatan

masyarakat serta motto RSU Mitra Sejati yaitu mitra anda menuju hidup sehat masih

belum sesuai dengan arah dan tujuan organisasi khususnya dalam pelayanan

keperawatan secara komprehensif termasuk dalam penerapan SOP keperawatan,

sehingga berdampak terhadap kinerja perawat dan mutu pelayanan keperawatan

Menurut Kotler (1992) dalam Tika (2006), bahwa budaya organisasi yang

(27)

yang dibutuhkan untuk meningkatkan komitmen, loyalitas, motivasi, dan inovasi

yang memberikan dampak positif terhadap kinerja.

Penelitian Mila (2009) di RSD Raden Mattaher Jambi, bahwa penyesuaian

diri perawat dalam memberikan asuhan keperawatan merupakan variabel paling

berpengaruh terhadap kinerja perawat pelaksana. Penyesuaian yang kuat akan

memberikan dampak terhadap perilaku perawat dalam melakukan pekerjaanya

terutama beradaptasi terhadap nilai-nilai dan aturan organisasi yang berfokus

terhadap kepuasan pasien.

Permasalahan budaya organisasi setiap organisasi bervariatif termasuk di RSU

Mitra Sejati, karena perbedaan karakteristik rumah sakit dan faktor individu dalam

organisasi. Hal ini tercermin dari hasil kerja perawat dan tenaga medis lainnya di

RSU Mitra Sejati yang terwujud dari evaluasi hasil kerja dan kesesuainnya dengan

SOP masing-masing tenaga kesehatan yang ada. Budaya organisasi dan aplikasi SOP

diduga berkaitan dengan kinerja perawat di RS Mitra Sejati, sehingga pendekatan

organisasional dan sumber daya manusia dinilai sangat penting dalam menciptakan

pelayanan kesehatan yang berkualitas, dan berorientasi pada kebutuhan pelanggan.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penelitian tentang pengaruh

budaya organisasi meliputi keterlibatan, penyesuaian, konsistensi dan misi organisasi

serta penerapan SOP pelayanan keperawatan terhadap kinerja perawat di RSU Mitra

Sejati menjadi sangat penting dilakukan mengingat pelaksanaan pelayanan

keperawatan merupakan kebutuhan yang sanga penting dalam pelayanan kesehatan di

(28)

kebijakan peningkatan kualitas pelayanan pelayanan keperawatan di RSU Mitra

Sejati di masa akan datang.

1.2. Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh budaya

organisasi (keterlibatan, penyesuaian, konsistensi dan misi organisasi) dan penerapan

SOP pelayanan keperawatan terhadap kinerja perawat di RSU Mitra Sejati tahun

2010.

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh

budaya organisasi (keterlibatan, penyesuaian, konsistensi dan misi organisasi) dan

penerapan SOP pelayanan keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi asuhan keperawatan terhadap

kinerja perawat di RSU Mitra Sejati tahun 2010.

1.4. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ada pengaruh budaya organisasi (keterlibatan, penyesuaian, konsistensi dan

misi organisasi) terhadap kinerja perawat di RSU Mitra Sejati tahun 2010.

2. Ada pengaruh penerapan SOP pelayanan keperawatan terhadap kinerja

(29)

1.5.Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan bagi manajemen RSU Mitra Sejati dalam menciptakan

budaya organisasi yang kompetetif, informatif dan berbasis sumber daya

manusia dalam rangka menciptakan kinerja rumah sakit yang optimal dan

berbasis kepuasan klien.

2. Memberikan masukan bagi manajemen RSU Mitra Sejati dalam mengambil

kebijakan peningkatan kedisiplinan perawat dalam menerapkan SOP

pelayanan keperawatan secara profesional dan komprehensif.

3. Memberikan masukan kepada perawat dalam meningkatkan motivasi, dan

budaya kerja yang baik sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya pada

masing-masing unit di RSU Mitra Sejati Medan.

(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinerja

2.1.1 Pengertian Kinerja

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok

orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab dalam

rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan sacara legal, tidak melanggar

hukum dan sesuai dengan moral dan etika (Prawirosentono, 1999). Kinerja karyawan

lebih mengarah pada tingkatan prestasi kerja karyawan. Kinerja karyawan

merefleksikan bagaimana karyawan memenuhi keperluan pekerjaan dengan baik.

Kinerja perorangan (individual performance) dengan kinerja lembaga

(institutional performance) atau kinerja perusahaan (corporate performance) terdapat

hubungan yang erat. Dengan perkataan lain bila kinerja karyawan (individual

performance) baik maka kemungkinan besar kinerja perusahaan (corporate

performance) juga baik. Kinerja seorang karyawan akan baik bila ia mempunyai

keahlian (skill) yang tinggi, bersedia bekerja karena gaji atau diberi upah sesuai

dengan perjanjian dan mempunyai harapan (expectation) masa depan lebih baik

(Prawirosentono, 1999).

Pekerjaan hampir selalu memiliki lebih dari satu kriteria pekerjaan atau

dimensi. Kriteria pekerjaan adalah faktor yang terpenting dari yang dilakukan orang

(31)

orang di pekerjaannya. Oleh karena itu kriteria-kriteria ini penting, kinerja individual

dalam pekerjaan haruslah diukur, dibandingkan dengan standar yang ada, dan

hasilnya dikomunikasikan pada setiap karyawan (Mathis dan Jackson, 2002).

Menurut Nawawi (1997) kinerja adalah hasil pelaksanaan suatu pekerjaan

baik bersifat fisik (material) maupun non fisik (non material) dalam suatu tenggang

waktu tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa kinerja adalah

prestasi kerja karena diartikan sebagai hasil pelaksanaan pekerjaan dalam periode

tertentu merupakan prestasi yang dicapai oleh karyawan terhadap target atau sasaran

yang telah ditentukan dengan berbagai persyaratannya, yang dibebankan kepada

karyawan tersebut, dan untuk mengetahui prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh

karyawan tersebut, tentunya harus dilaksanakan penilaian kinerja, yaitu dengan

membandingkan kinerja aktual dengan standar-standar yang telah ditetapkan.

Menurut Guilbert (dalam Hasibuan 2001) kinerja adalah sesuatu yang dapat

dikerjakan seseorang sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya yang dipengaruhi

oleh sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Menurut Mangkunegara (2005) kinerja

adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya, dan merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang

dapat dinilai dari hasil kerjanya.

Menurut Notoatmojo (2000) mengemukakan tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja yang disingkat menjadi “Achveve” yang artinya Ability

(32)

(bantuan untuk terwujudnya kinerja), incentive (imbalan material maupun non

material), Environment (lingkungan tempat kerja karyawan), Validity

(pedoman/petunjuk uraian kerja) dan Evaluation (Adanya umpan balik hasil kerja)

Kinerja dihasilkan oleh adanya 3 (tiga) hal, yaitu :

a. Kemampuan (ability) dalam wujudnya sebagai kapasitas untuk berprestasi

(capacity to perform).

b. Kemampuan,semangat,hasrat atau motivasi dalam wujudnya sebagai kesediaan

untuk berprestasi (willingness to perform).

c. Kesempatan untuk berprestasi (opportunity to perform)

Kinerja sebagai hasil kerja (output) yang berasal dari adanya perilaku kerja

serta lingkungan kerja tertentu yang kondusif. Dalam menentukan faktor penilaian

individu pegawai, maka lingkungan kerja sebagai kesempatan untuk berprestasi yang

dapat dipengaruhi oleh adanya peralatan kerja, bahan, lingkungan fiskal kerja,

perilaku kerja pegawai yang lain, pola kepemimpinan, kebijakan organisasi,

informasi serta penghasilan secara keseluruhan akan dianggap konstan karena bersifat

pemberian, berasal dari luar diri pegawai dan bukan merupakan perilaku pegawai.

2.1.2 Determinan Kinerja

Menurut Mangkunegara (2000), bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu:

a. Faktor kemampuan secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari

(33)

individu dalam organisasi perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai

dengan keahlihannya.

b. Faktor motivasi Motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai dalam

menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang

menggerakkan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja.

Menurut Ilyas (2001) yang mengutip pendapat Gibson (1987) ada tiga faktor

yang mempengaruhi kinerja seseorang, yaitu faktor individu, faktor psikologis dan

organisasi.

1. Faktor individu terdiri dari kemampuan dan ketrampilan, latar belakang dan

demografis. Variabel kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor utama

yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu, variabel demografis

mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan kinerja individu.

2. Faktor Psikologis terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian dan motivasi.

Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja

sebelumnya dan variabel demografis. Variabel seperti persepsi, sikap,

kepribadian dan belajar merupakan hal yang kompleks yang sulit untuk diukur.

3. Faktor organisasi berefek tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu

terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain

pekerjaan.

Secara skematis determinan kinerja individu dalam organisasi dapat

(34)

Sumber : Robbin, 2006

Gambar 2.1. Determinan Kinerja Individu dalam Organisasi

Menurut Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2003) indikator

kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat

pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan dengan dikategorikan dalam

beberapa kelompok antara lain :

a. Masukan (input) adalah sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan

dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan output, misalnya

sumber daya manusia, dana, material, waktu, dan lain sebagainya.

b. Keluaran (output) adalah sesuatu berupa produk /jasa (fisik dan atau non fisik)

sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dari program

berdasarkan masukan yang digunakan. Variabel Individu

(apa yang dikerjakan Orang) Kinerja Individu

(hasil yang diharapkan)

Variabel Psikologis

(1) Persepsi (2) Sikap (3) Kepribadian (4) Belajar (5) Motivasi

Variabel Organisasi (1) Sumber Daya (2) Kepemimpinan (3) Imbalan (4) Struktur

(35)

c. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya

keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcomes merupakan ukuran

perolehan produk/jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.

d. manfaat (benefits) adalah kegunaan suatu keluaran (outputs) yang dirasakan

langsung oleh masyarakat, dapat berupa tersedianya fasilitas yang dapat

diakses oleh public.

e. Dampak (impacts) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial ekonomi, lingkungan

atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian kinerja setiap

indikator dalam suatu kegiatan.

Indikator – indikator tersebut secara langsung atau tidak langsung dapat

mengidentifikasikan sejauh mana keberhasilan pencapaian sasaran. Penetapan

indikator harus didasarkan pada perkiraan yang nyata dengan memperhatikan tujuan

dan sasaran yang ditetapkan serta data dana pendukung yang harus diorganisasi.

Indikator kinerja yang dimaksud hendaknya 1) spesifik dan jelas, 2) dapat diukur

secara objektif, 3) relevan dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai,dan 4) tidak

bias.

2.1.3 Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja (performance appraisal) pada dasarnya merupakan faktor

kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena

adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada

dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika

(36)

diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan. Penilaian

pelaksanaan pekerjaan atau penilaian prestasi kerja (appraisal of performance) adalah

suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan mengetahui tentang seorang

karyawan telah melaksankan pekerjaannya masing-masing secara keseluruhan.

(Soeprihanto, 1988). Menurut Hellriegel dan Slocum dalam Aditama (2000),

menyatakan bahwa penilaian prestasi kerja (performance appraisal) adalah suatu

proses sistematik untuk mengevaluasi kelebihan dan kekurangan setiap karyawan

serta menemukan jalan untuk memperbaiki prestasi mereka. Menurut Ilyas (2001),

penilaian kinerja mencakup faktor-faktor antara lain :

a. Pengamatan, yang merupakan proses menilai dan memiliki perilaku yang

ditentukan oleh sistem pekerjaan.

b. Ukuran, yaitu untuk mengukur prestasi kerja seorang petugas dibandingkan

dengan uraian pekerjaan yang telah ditetapkan untuk personel tersebut.

c. Pengembangan,yaitu penilaiann yang bertujuan untuk memotivasi personel

mengatasi kekurangannya dan mendorong individu untuk mengembangkan

kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya.

Menurut Ilyas (2001), pada dasarnya metode penilaian kinerja dapat

dibedakan atas beberapa metode yaitu

a. Penilaian Teknik Essay

Pada metode ini, penilai menuliskan deskripsi tentang kelebihan dan

(37)

personel tentang pekerjaannya. Dalam penilaian ini atasan melakukan penilaian

secara menyeluruh atas hasil kerja bawahan.

b. Metode penilaian komparasi

Penilaian ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil pelaksanaan

pekerjaan seorang personel yang lain yang melakukan pekerjaan sejenis. Dengan

membandingkan hasil pelaksanaan pekerjaan seperti ini akan mudah menentukan

personel mana yang terbaik prestasinya sehingga mendapat bobot tinggi, yang dapat

dijadikan dasar untuk menentukan kriteria pemberian tingkat kompensasi, pemberian

tanggung jawab yang lebih tinggi dan sebagainya.

c. Metode Penggunaan Daftar Periksa

Penilaian dilakukan dengan menggunakan daftar periksa (check list) yang telah

disediakan sebelumnya. Daftara ini berisi komponen-komponen yang dikerjakan

seorang personel yang dapat diberi bobot “ya”, atau “tidak”, “selesai” atau “belum”,

atau dengan bobot presentase penyelesaian pekerjaan yang bersangkutan. Setiap

personel perlu disediakan daftar checklist sesuai dengan bidang pekerjaannya

masing-masing. Sehingga personel yang bekerja di bidang operasi tentu berbeda daftarnya

dengan personel yang bekerja di bidang administrasi.

d. Metode Penilaian Langsung

Penilaian dilakukan dengan melihat langsung pelaksanaan pekerjaan di

lapangan. Petugas yang melakukan penilaian ini adalah orang yang mengetahui apa

(38)

e. Metode Penilaian Berdasarkan Perilaku

Penilaian kinerja ini didasarkan pada uraian pekerjaan yang disusun

sebelumnya. Biasanya uraian pekerjaan tersebut menentukan perilaku apa yang

diperlukan oleh seorang personel yang dinilai untuk melaksanakan pekerjaan itu.

f. Metode Penilaian Berdasarkan Kejadian Kritis

Penerapan penilaian berdasarkan insiden kritis itu dilaksanakan oleh atasan

melalui pencatatan atau perekaman peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan

perilaku personel yang dinilai dalam melaksanakan pekerjaan.

g. Metode Penilaian Berdasarkan Efektifitas

Penilaian berdasarkan efektifitas dengan menggunakan sasaran perusahaan

sebagai indikasi penilaian kinerja. Metode ini cukup rumit, karena dalam penilaian

yang diukur adalah kontribusi personel, bukan kegiatan atau perilaku seperti pada

yang dilakukan dalam metode-metode penilaian lainnya.

h. Metode Penilaian Berdasarkan Peringkat

Metode penilaian peringkat berdasarkan pembawaan yang ditampilkan oleh

personel. Penilaian berdasarkan metode ini dianggap lebih baik, karena keberhasilan

pekerjaan yang dilaksanakan seorang personel sangat ditentukan oleh beberapa unsur

yang bersangkutan. Oleh sebab itu dalam metode ini yang dinilai adalah unsur-unsur

kesetiaan, tanggung jawab, ketaatan, prakarsa, kerja sama, kepemimpinan dan

(39)

2.2 Budaya Organisasi

2.2.1 Pengertian Budaya Organisasi

Budaya organisasi adalah pola asumsi dasar yang diciptakan, atau

dikembangkan oleh kelompok tertentu yang digunakan untuk menyesuaikan diri

dengan permasalahan internal atau eksternal organisasi (Schein 1997). Pendapat dari

beberapa pakar menyatakan bahwa budaya organsasi adalah kepercayaan, norma,

nilai, sikap dan keyakinan yang dibentuk oleh para anggota kelompok yang

membedakan organisasi itu dengan organisasi lainnya (Robbin, 2006).

Budaya organisasi ada disetiap institusi atau lembaga termasuk Rumah Sakit.

Budaya organisasi Rumah Sakit merupakan pedoman atau acuan untuk

mengendalikan perilaku organisasi dan perilaku perawat, tenaga kesehatan lain dalam

berinteraksi antar mereka dan dengan rumah sakit lainnya. Hal yang dapat

disimpulkan dari budaya organisasi adalah cara berpikir, bekerja, dan berperilaku

anggota organisasi dalam hal ini perawat dalam melakukan tugas dilingkungan

kerjanya. Setiap organisasi atau institusi pelayanan termasuk Rumah Sakit memiliki

budaya organisasi yang spesifik dan unik yang menjadi pembeda dengan rumah sakit

lainnya. Oleh karena itu Setiap komponen pengelola Rumah Sakit diwajibkan

memahami budaya organisasi sebagai pedoman perilaku dalam bekerja. Hal ini

dipertegas oleh (Robbin, 2006) yang menyatakan bahwa pernyataan puas atau tidak

puas pengelola, klien, keluarga dan karyawan pemberi pelayanan ditentukan antara

(40)

2.2.2 Fungsi Budaya Organisasi

Fungsi budaya organisasi adalah untuk beradaptasi dengan lingkungan

eksternal dan mempertahankan keberlangsungan hidup organisasi, serta dalam

melakukan integrasi internal. Menurut Robbin (2006) ada lima fungsi budaya

organisasi:

1) Budaya mempunyai peran menetapkan tapal batas, artinya budaya menciptakan

perbedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lainnya.

2) Budaya memberikan rasa identitas keanggotaan organisasi.

3) Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada suatu yang lebih jelas dari

pada kepentingan diri pribadi seseorang.

4) Budaya meningkatkan kemantapan sistem sosial dengan memberikan

standar-standar yang tepat mengenai seluruh tugas yang harus dilakukan individu

dalam organisasi.

5) Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan mekanisme pengendali yang

memandu dan membentuk sikap dan perilaku individu dalam organisasi.

Menurut Kreitner dan Kinicki (2006) membagi fungsi budaya organisasi

menjadi empat (1) memberikan identititas kepada karyawannya, (2) memudahkan

komitmen kolektif dan (3) mempromosikan stabilitas sistem sosial, membentuk

(41)

2.2.3 Pembentukan Budaya Organisasi

Menurut Robbin (2006) budaya organisasi terbentuk pada dasarnya melalui

beberapa tahap, seperti pada gambar 2.2 berikut ini.

Sumber ; Robbin (2006)

Gambar 2.2. Pembentukan Budaya Organisasi

Budaya organiasi terbentuk diawali dengan falsafah dasar pemilik organisasi

yang merupakan budaya asli organisasi yang mempunyai pengaruh sangat kuat dalam

kriteria yang tepat. Tahap selanjutnya falsafah dasar organisasi yang diturunkan

manajer puncak yang bertugas menciptakan suatu iklim organisasi yang kondusif dan

dapat diterima oleh seluruh anggota berupa nilai – nilai peraturan, kebiasaan agar

dapat dimengerti. Tahap selanjutnya adalah tahap sosialisasi, dengan sosialisasi yang

tepat, maka akan terbentuk budaya organisasi yang diharapkan (Robbin, 2006).

2.2.4 Konsep Budaya Organisasi dalam Pelayanan Keperawatan

Konsep budaya organisasi dalam pelayanan keperawatan sebagai bagian

organisasi rumah sakit merupakan hal penting. Menurut Mukhlas (2005), budaya

organisasi rumah sakit adalah pedoman atau acuan untuk mengendalikan perilaku Filosofi 

Organisasi

Kriteria  Seleksi

Manajemen  Puncak

Sosialisasi

(42)

organisasi dan perilaku perawat, tenaga kesehatan lainnya dalam berinteraksi antara

mereka dan berinteraksi dengan rumah sakit lain.

Keberadaan perawat di rumah sakit merupakan bagian yang penting dari

berbagai macam tim kesehatan yang ada, oleh karena itu penciptaan nilai-nilai dasar

yang dijadikan pedoman bekerja bagi semua anggota rumah sakit dapat

diikutsertakan oleh peran perawat. Selain itu kemampuan perawat dalam pelayanan

keperawatan secara profesional dipengaruhi oleh budaya organisasi ditempat perawat

bekerja, karena nilai-nilai antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lain berbeda.

Menurut Kotter dan Heskett (1992) ada keterkaitan yang erat antara budaya

organisasi dengan kinerja. Budaya yang kuat akan menghasilkan kinerja organisasi

dalam jangka panjang. Budaya yang kuat akan membantu kinerja dalam menciptkan

motivasi dalam diri pekerja,menimbulkan rasa nyaman bekerja, kemudian timbul

komitmen yang membuat karyawan lebih meningkatkan hasil kerja.

2.2.5 Instrumen Pengukuran Budaya Organisasi

Menurut Ancok (1995) dalam Bijaya (2006), instrumen yang sudah valid di

suatu negara belum tentu valid jika digunakan di negara lain karena nilai budayanya

berbeda. Menurut Schein (1985) dalam Veccho (1995) menjelaskan bahwa proses

survai dapat digunakan untuk mendapatkan data yang digunakan untuk

mempersepsikan budaya organisasi.

Salah satu bentuk format survai budaya organisasi yang ada adalah The

(43)

penelitian yang berlangsung lebih dari 15 tahun dan melibatkan 1000 organisasi yang

dilakukan oleh Dr. Denison dari Universitas Michigan.

Adapun format survai dikembangkan berdasarkan empat karakteristik budaya

yaitu keterlibatan, penyesuaian, konsistensi dan misi organisasi. Hal tersebut

menggambarkan fokus perhatian organisasi pada faktor internal dan eksternal sebuah

organisasi. Kelebihan dari format ini adalah mudah dan cepat diimplementasikan dan

dapat dipergunakan untuk semua tingkatan organisasi.

Penelitian Sihombing (2005) juga menggunakan format survei yang

dikemukakan oleh Denisn meliputi empat karakteristik yaitu keterlibatan,

penyesuaian, konsistensi dan misi sebagai berikut:

1. Keterlibatan adalah faktor kunci dalam budaya organisasi yang merupakan

karakteristik nilai dari organisasi dengan menempatkan pandangan tentang

pentingnya pentingnya keterlibatan seluruh pegawai yang bekerjasama dalam

mencapai tujuan organisasi. Karakteristik ini meliputi nilai dan norma

pemberdayaan, orientasi tim dan pengembangan kapabilitas.

2. Penyesuaian adalah kebutuhan organisasi dalam melaksanakan kegiatan

dalam lingkungan organisasi tersebut, yaitu organisasi memegang nilai dan

kepercayaan yang mendukung kapabilitas dalam menerima,serta

menginterpretasikan dan menterjemahkan tanda-tanda dari lingkungan

kedalam perubahan prilaku internal dari organisasi. Kemampuan adaptasi

meliputi fokus pada pelanggan, menciptakan perubahan serta pembelajaran

(44)

3. Konsistensi adalah nilai dan sistem yang mendasari kekuatan suatu budaya.

Nilai ini memfokuskan pada integrasi sumber-sumber organisasi, koordinasi

dan kontrol dan konsistensi organisasi dalam mengembangkan sistem yang

efektif dalam pelaksanan kegiatan organisasi.

4. Karakteristik konsistensi meliputi koordinasi, integrasi, kesepakatan dan

nilai-nilai inti.

5. Misi adalah arahan pada pencapaian tujuan jangka panjang yang bermakna

pada organisasi (meaningful long term). Misi menjelaskan tujuan dan arti

yang diterjemahkan dalam tujuan eksternal organisasi. Karakteristik misi

meliputi tujuan dan visi organisasi, pengarahan serta pencapaian tujuan

organisasi.

2.3 Standar Operasional Prosedur Pelayanan Keperawatan

Beberapa ahli membatasi pengertian standar antara lain :

1. Standar adalah satu pedoman yang dijalankan untuk meningkatan mutu menjadi

lebih efektif dan efisien.

2. Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi yang

dipergunakan sebagai batas penerimaan hasil suatu kegiatan/produk.

3. Standar adalah kisaran yang masi bisa diterima.

4. Standar adalah rumusan penampilan atau nilai yang diinginkan dan yang mampu

(45)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, standar adalah ukuran ideal

yang ingin dicapai, sesuai dengan indicator atau parameter yang telah ditetapkan. Bila

dikaitkan dengan pelaksanaan SOP pelayanan rawat inap, maka SOP yang dimaksud

adalah standar berupa pedoman urutan kerja setiap kegiatan pelayanan kesehatan di

ruang inap untuk meningkatan mutu lebih efektif dan efisien.

Penentuan suatu standar standar dibuat tidak terlalu tinggi karena akan sulit

untuk pencapaiannya dan juga tidak terlalu rendah, karena mudah pencapaiannya

namun tidak berkualitas. Jadi standar harus dibuat dalam minimal atau maksimal atau

kisaran yang telah disepakati (Depkes RI, 1996). Adapun Syarat standar adalah :

1. Jelas, artinya dapat diukur dengan akurat, termasuk mengukur berbagai

penyimpangan yang mungkin terjadi.

2. Masuk akal, artinya ditetapkan wajar, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.

3. Mudah dimengerti, artinya suatu standar tidak berbelit-belit, sehingga mudah

dimengerti dan dilaksanakan.

4. Derajat dicapai, artinya suatu standar disesuaikan dengan kemampuan, agar dapat

dicapai.

5. Meyakinkan, artinya mewakili persayaratan yang ditetapkan

Terpenuhi atau tidaknya suatu standar dibutuhkan suatu batasan dalam

pencapaiannya. Batasan pencapaian suatu standar disebut indikator. Dalam pelayanan

kesehatan indikator dibedakan menjadi dua macam :

1. Indikator persyaratan minimal artinya terpenuhi tingkat persyaratan minimal

(46)

2. Indikator penampilan minimal (performance) dari pelayanan kesehatan yang

diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan (Depkes RI, 1996).

2.4 Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan praktik

keperawatan yang diberikan kepada klien pada berbagai tatanan layanan kesehatan

dengan proses keperawatan yang berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi

etika dan etiket keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab

keperawatan (Hamid, 2000).

Proses keperawatan adalah metode yang sistematik dan rasional dalam

merencanakan dan memberikan pelayanan keperawatan kepada individu dengan

tujuan untuk mengidentifikasi status kesehatan klien, kebutuhan atau masalah

kesehatan yan aktual atau risiko, membuat perencanaan sesuai dengan kebutuhan

yang telah diidentifikasi dan melaksanakan intervensi keperawatan spesifik sesuai

dengan kebutuhan (Konzier, 1995 dalam Nursalam, 2001). Menurut Konzier (1995)

karakteristik proses keperawatan adalah:

a. Merupakan sistem terbuka dan fleksibel untuk memenuhi kebutuhan dari klien,

keluarga, kelompok dan komunitas.

b. Bersifat siklik dan dinamis, karena semua tahap saling berhubungan dan

berkesinambungan.

c. Berpusat pada klien, merupakan pendekatan individu dan spesifik untuk

(47)

d. Bersifat interpersonal dan kolaborasi.

e. Menggunakan perencanaan dan mempunyai tujuan.

f. Memperbolehkan adanya kreativitas antara perawat dengan klien dalam

mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah keperawatan.

g. Menekankan pada umpan balik dan dapat diterapkan secara luas.

Tahapan proses keperawatan meliputi pengkajian (pengumpulan data), diganosa

keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi asuhan

keperawatan.

1. Pengkajian.

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan

untuk mengumpulkan informasi atau data tentang respon klien agar dapat

mengidentifikasi dan mengenali masalah atau kebutuhan kesehatan dan keperawatan

klien. Area yang termasuk respon klien antara lain kegiatan sehari-hari, emosional,

sosio-ekonomi, kultural dan spiritual (Yura dan Wals, 1988). Menurut Kozier et al.

(1995) proses pengkajian terdiri atas empat kegiatan, yaitu: pengumpulan data,

organisasi data, validasi data, dan pencatatan data.

2. Diagnosa Keperawatan.

Menurut Nursalam (20010, diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis

mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan

(48)

pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung jawab perawat.

Menurut Craven&Himle (2000), jenis diagnosa keperawatan adalah:

a) Diagnosa keperawatan actual (Actual Nursing Diagnoses). Diagnosa

keperawatan aktual menyajikan keadaan yang secara klinis telah divalidasi

melalui batasan karakteristik mayor yang dapat diidentifikasi. Tipe dari diagnosa

keperawatan ini mempunyai empat komponen yaitu label, definisi, batasan

karakteristik, dan faktor-faktor yang berhubungan.

b) Diagnosa keperawatan risiko dan risiko tinggi (Risk and High-Risk Nursing

Diagnoses), adalah keputusan klinis bahwa individu, keluarga dan masyarakat

sangat rentan untuk mengalami masalah, dibanding yang lain pada situasi yang

sama.

c) Diagnosa keperawatan kemungkinan (Possible Nursing Diagnoses), adalah

pernyataan tentang masalah-masalah yang diduga masih memerlukan data

tambahan.

d) Diagnosa keperawatan sejahtera (Wellness Nursing Diagnoses), adalah

ketentuan klinis mengenai individu, keluarga dan masyarakat dalam transisi dari

tingkat kesehatan khusus ketingkat kesehatan yang lebih baik.

e) Diagnosa keperawatan sindrom (Syndrome Nursing Diagnoses), terdiri dari

sekelompok diagnosa keperawatan aktual atau risiko tinggi yang diduga akan

(49)

3. Perencanaan.

Langkah ketiga dari proses keperawatan adalah perencanaan. Menurut

Kozier (1995) perencanaan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan secara

mendalam, tahap yang sistematis dari proses keperawatan meliputi kegiatan

pembuatan keputusan dan pemecahan masalah. Dalam perencanaan keperawatan,

perawat menetapkannya berdasarkan hasil pengumpulan data dan rumusan diagnosa

keperawatan yang merupakan petunjuk dalam membuat tujuan dan asuhan

keperawatan untuk mencegah, menurunkan, atau mengiliminasi masalah kesehatan

klien.

Langkah-langkah dalam membuat perencanaan keperawatan meliputi:

penetapan prioritas, penetapan tujuan atau hasil yang diharapkan, menentukan

intervensi keperawatan secara tepat dan pengembangan rencana asuhan asuhan

keperawatan. Setelah diagnosa keperawatan dirumuskan secara spesifik, perawat

menggunakan kemampuan berfikir kritis untuk segera menetapkan prioritas diagnosa

keperawatan dan intervensi yang penting sesuai dengan kebutuhan klien. Penetapan

prioritas bertujuan untuk mengidentifikasi urutan intervensi keperawatan yang sesuai

dengan berbagai masalah klien (Carpenito, 1997). Penetapan prioritas dilakukan

karena tidak semua masalah dapat diatasi dalam waktu yang bersamaan. Salah satu

metode dalam menetapkan prioritas dengan mempergunakan hirarki kebutuhan

menurut Maslow. Prioritas dapat diklasifikasi menjadi tiga tingkatan, antara lain high

(50)

juga harus memperhatikan nilai dan kepercayaan klien terhadap kesehatan, prioritas

klien, sumber yang tersedia untuk klien dan perawat, pentingnya masalah kesehatan

yang dihadapi, dan rencana pengobatan medis.

4. Implementasi.

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus

kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan

(Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997). Ukuran intervensi keperawatan yang

diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk

memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk

mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.

Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan

rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual),

kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan

tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien,

faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi

keperawatan, dan kegiatan komunikasi. (Kozier., 1995).

Beberapa pedoman pelaksanaan implementasi keperawatan (Kozier,1995)

adalah sebagai berikut: a) Harus berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian

keperawatan, dan standar pelayanan profesional. b) Perawat mengerti dengan jelas

pesanan-pesanan yang ada dalam rencana implementasi, c) Harus dapat menciptakan

(51)

klien, e) Memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan, e) Bersifat holistik. f)

Menjaga martabat dan harga diri klien, g) Mengikutsertakan partisipasi aktif klien

dalam implementasi keperawatan.

5. Evaluasi.

Tahap evaluasi merupakan perbandingan sistematik dan terencana tentang

kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan secara

berkesinmabungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.

Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan

keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien

secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Evaluasi didefenisikan

sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan

keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku klien yang tampil.

Ada ada beberapa kegiatan dalam proses evaluasi yang harus diikuti oleh perawat,

antara lain:

a) Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.

b) Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan.

c) Mengukur pencapaian tujuan.

d) Mencatat keputusan atau hasil pengukuran pencapaian tujuan.

e) Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatan.

6. Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan merupakan informasi tertulis tentang status kesehatan

(52)

yang dilakukan perawat. Dokumentasi keperawatan merupakan media komunikasi

yang efektif antar profesi dalam suatu dalam suatu tim pelayanan kesehatan untuk

melihat dan menganalisa perkembangan kesehatan klien. Selain itu, dokumentasi

keperawatan bertujuan untuk:

a. Perencanaan keperawatan pasien.

b. Sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan.

c. Sebagai sumber media data untuk penelitian keperawatan.

d. Sebagai bahan bukti tanggung jawab dan tanggung gugat pelaksanaan asuhan

keperawatan serta sebagai sarana pendidikan mahasiswa.

2.5 Landasan Teori

Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab

yang diberikan kepadanya, dan merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan

kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya (Mangkunegara, 2005).

Menurut Ilyas (2001) yang mengutip pendapat Gibson (1987) ada tiga faktor

yang mempengaruhi kinerja seseorang, yaitu faktor individu, faktor psikologis dan

organisasi. Determinan kinerja dalam penelitian ini adalah budaya organisasi dan

penerapan SOP keperawatan. Kedua variabel tersebut merupakan bagian integral dari

faktor organisasi yang mempengaruhi kinerja perawat dalam memberikan pelayanan

(53)

1. Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja perawat.

Budaya organisasi adalah salah unsur penting yang termasuk dalam faktor

organisasi, sehingga berimplikasi terhadap kinerja organisasi. Budaya organsasi

adalah kepercayaan, norma, nilai, sikap dan keyakinan yang dibentuk oleh para

anggota kelompok yang membedakan organisasi itu dengan organisasi lainnya

(Robbin, 1996).

Budaya organisasi dalam penelitian ini didasari pada filosofi visi, misi dan

motto Rumah Sakit yang dijabarkan dalam aspek pengukuran budaya organisasi yang

menjadi pedoman atau acuan untuk mengendalikan perilaku organisasi dan perilaku

perawat, tenaga kesehatan lain dalam berinteraksi antar mereka dan dengan rumah

sakit lainnya. Menurut Deninson (2000), aspek untuk mengukur budaya organisasi

yang berkaitan dengan kinerja didasarkan pada survai budaya organisasi yang ada

adalah The Denison Organizational Culture Survey yang mencakup empat

karakteristik budaya yaitu keterlibatan, penyesuaian, konsistensi dan misi organisasi.

2. Pengaruh Penerapan SOP terhadap kinerja perawat

Penerapan SOP keperawatan adalah salah satu bentuk upaya untuk

menciptakan kinerja rumah sakit yang mencakup seluruh pelayanan keperawatan

yaitu pengkajian (pengumpulan data), diagnosa keperawatan, perencanaan,

implementasi dan evaluasi, serta menggunakan modifikasi mekanisme umpan balik

(54)

2.6 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep dalam peneltian ini dapat dilihat pada gambar 2.3. berikut ini

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan Gambar 2.3 di atas, diketahui variabel independen dalam

penelitian ini yaitu variabel budaya organisasi meliputi keterlibatan, penyesuaian,

konsistensi dan misi organisasi serta variabel penerapan SOP meliputi pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, impelementasi, evaluasi dan dokumentasi

asuhan keperawatan. Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah kinerja perawat

yang didasari pada kualitas kerja, kuantitas kerja, ketepatan waktu, efektivitas,

kemandirian dan komitmen kerja.

Budaya Organisasi

(1) Keterlibatan (2) Penyesuaian (3) Konsistensi (4) Misi Organisasi

Penerapan SOP

(1) Pengkajian

(2) Diagnosa Keperawatan (3) Perencanaan

(4) Implementasi (5) Evaluasi

(6) Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Kinerja Perawat

Gambar

Gambar 2.1. Determinan Kinerja Individu dalam Organisasi
Gambar 2.2. Pembentukan Budaya Organisasi
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel. 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Dependen
+7

Referensi

Dokumen terkait

pelayanan publik di Rumah Sakit Umum Dr. Keterampilan komunikasi therapeutik dengan kinerja perawat dalam. memberikan pelayanan publik di Rumah Sakit Umum Dr. Motivasi

Menguji pengaruh pelatihan ronde keperawatan terhadap kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Royal

Manajemen Rumah Sakit diharapkan berkomitmen untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dengan cara melakukan evaluasi dan meningkatkan kemampuan perawat dalam

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul belum mempunyai tim yang dapat memonitoring atau memantau kepatuhan perawat pada standar asuhan keperawatan tiap ruang

kerja keperawatan rumah sakit yang dirasa baik akan dapat meningkatkan kepuasan.. kerja dan kualitas kerja perawat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul belum mempunyai tim yang dapat memonitoring atau memantau kepatuhan perawat pada standar asuhan keperawatan tiap ruang inap,

"ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM MENERAPKAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM BETHESDA GMIM", Jurnal e-Biomedik, 2015 Publication