A
AN
NA
AL
LI
I
SI
S
IS
S
S
SI
IS
ST
TE
EM
MP
PE
EN
NG
GE
EN
ND
DA
AL
LI
I
AN
A
N
P
PE
ER
RS
SE
ED
DI
IA
AA
AN
N
M
MO
O
DE
D
EL
L
P
PR
RO
OB
BA
AB
BI
IL
LI
IS
ST
TI
IK
K
D
DE
EN
NG
GA
AN
N
B
B
A
A
C
C
K
K
O
O
R
R
D
D
E
E
R
R
P
PA
AD
DA
A
PE
P
ER
RU
US
SA
AH
HA
AA
AN
N
I
IN
ND
DA
AH
H
T
TR
RA
AS
SO
O
ME
M
ED
D
AN
A
N
T
TE
ES
SI
IS
S
O
Ol
le
eh
h
S
SU
UT
TR
RI
IS
SN
NO
O
0
0
87
8
7
02
0
2
50
5
0
14
1
4
/T
/
TI
I
F
FA
AK
KU
UL
LT
TA
AS
S
TE
T
EK
KN
NI
IK
K
U
UN
NI
IV
VE
ER
RS
SI
IT
TA
AS
S
SU
S
UM
MA
AT
TE
ER
RA
A
UT
U
TA
AR
RA
A
M
A
AN
NA
AL
LI
IS
SI
IS
S
S
SI
IS
ST
TE
EM
M
P
PE
EN
NG
G
EN
E
ND
DA
AL
LI
IA
A
N
N
P
PE
ER
RS
SE
ED
DI
IA
AA
AN
N
M
MO
OD
DE
EL
L
P
PR
RO
OB
BA
AB
BI
IL
LI
IS
ST
TI
IK
K
DE
D
EN
NG
GA
AN
N
B
B
A
A
C
C
K
K
O
O
R
R
D
D
E
E
R
R
P
PA
AD
DA
A
PE
P
ER
RU
US
SA
AH
HA
AA
AN
N
I
IN
ND
DA
AH
H
T
TR
RA
AS
SO
O
ME
M
ED
D
AN
A
N
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Magister TeknikPada Program Studi Teknik Industri
Fakultas TeknikUniversitas Sumatera Utara
O
O
le
l
eh
h
S
SU
UT
TR
RI
IS
SN
NO
O
0
08
8
70
7
0
25
2
5
01
0
1
4/
4
/T
TI
I
F
FA
AK
KU
UL
LT
TA
AS
S
TE
T
EK
KN
NI
IK
K
U
UN
NI
IV
VE
ER
RS
SI
IT
TA
AS
S
SU
S
UM
MA
AT
TE
ER
RA
A
UT
U
TA
AR
RA
A
M
M
E
E
D
D
A
A
N
N
2
JudulPenelitian : ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN
MODEL PROBABILISTIK DENGAN BACK ORDER PADA
PERUSAHAAN INDAH TRASO MEDAN
NamaMahasiswa : Sutrisno
NomorPokok : 087025014
Program Studi : TeknikIndustri
Menyetujui
KomisiPembimbing
(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE.)
Ketua Anggota
(Ir. RosnaniGinting, MT.)
Ketua Program Studi Dekan
(Prof. Dr. Ir. SukariaSinulingga, M.Eng.) (Prof. Dr. Ir. BustamiSyam, MSME.)
Telahdiujipada
Tanggal : 19 Januari 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE.
Anggota : 1. Ir. RosnaniGinting, MT.
2. Prof. Dr. Ir. SukariaSinulingga, M.Eng.
3. Ir. Nazlina, MT.
ABSTRAK
Analisis Sistem Pengendalian Persediaan Model Probabilistik dengan Back
Order pada Perusahaan Indah Traso Medan.Dibimbing oleh Bapak
Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE.dan Ir. Rosnani Ginting, MT.
Masalah yang sering dihadapi oleh perusahaan industri adalah masalah manajemen persediaan, misalnya dalam hal pengadaan bahan yang kurang tepat oleh perusahaan yang bersangkutan. Terjadinyakekurangan persediaan bahan (stock out) saat adanya permintaan dari konsumen menyebabkan perusahaan menjadi kehilangan kesempatan untuk mendapatkan profit atau kehilangan pelanggan karena beralih ke perusahaan yang lain.
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus dimana penelitian dilakukan secara mendalam terhadap objek yang diteliti.Metode penelitian adalah dengan wawancara dan dokumentasi.Variabel dalam penelitian ini adalah Pengendalian Produksi sebagai variabel terikat dan Service Level, Permintaan dan Tingkat Persediaan sebagai variabel bebas.Penelitian ini bertujuan untuk mencari solusi optimal bagi perusahaan dalam hal pengendalian persediaan, adapun model yang digunakan adalah model probabilistik dengan back order.
Hasil perhitungan menggunakan model probabilistik dengan back order menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghemat biaya persediaan rata-rata sebesar 16% dibanding dengan perhitungan yang dilakukan dengan model perusahaan.Selain itu perusahaan mampu meningkatkan service level antara 4,69% sampai 13,83%. Ini berarti menunjukkan bahwa solusi optimal bagi Perusahaan Indah Traso Medan adalah menggunakan model pengendalian persediaan probabilistik dengan back order.
ABSTRACT
The Analysis of the Inventory Control System of Probabilistic Models with Back Order at Indah Traso Company Medan. Supervised by Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE.and Ir. Rosnani Ginting, MT.
The problem which is usually faced by an industrial company is the problem of inventory management; for example, in the inappropriate procurement of goods by the company. The stock out of goods when there is a demand from consumer will cause the company to miss an opportunity to gain profit or to loss its customers since they switch to another company.
The type of the research was a case study in which the study was conducted deeply on a certain object. The method of the research was by conducting interviews and documentary study. The variables were Service Levelas the dependent variable and Inventory Level, and Order Quantity, and Safety Stock, and Demand as the Independent variable. The aim of the research was to find and optimal solution for the company in the inventory control. The research used probabilistic model with back order.
The result of the calculation by using probabilistic model with back order showed that the company was able to save on inventory costs around 16% compared with the calculation done with the company’s model. Besides that, the company would be able to increase its service level form 4.69% until 13.83%. This showed that the optimal solution for Indah Traso Company, Medan, was by using probabilistic inventory control model with back order.
RIWAYAT HIDUP
Sutrisno, dilahirkan di Medan pada tanggal 2 Februari 1973 merupakan
anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Ayahanda Sariono (Alm) dan
Ibunda Ginah (Almh).
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1986 di SD Inpres
No. 065011 Medan, menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama pada tahun
1989 di SMP Negeri 30 Medan, dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas
pada tahun 1992 di SMA Swasta Air Langga Medan.
Pada tahun 1994 penulis melanjutkan pendidikan S1 Teknik Industri di
Universitas Medan Area dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2000.Pada tahun
2008 penulis melanjutkan pendidikan S2 Teknik Industri di Universitas Sumatera Utara.
Sampai saat ini penulis aktif di Pusat Komputerdan Bahasa Universitas Medan
Area, dan tahun2005 mulai mengasuh mata kuliah Pengantar Ilmu Komputer dan
Aplikasi Komputer. Pada tahun 2009 sampai sekarang penulis menjadi Kepala Pusat
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya
yang tak terhingga kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang
berjudul Analisis Sistem Pengendalian Persediaan Model Probabilistik dengan Back
Order pada Perusahaan Indah Traso Medan.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada
Program Studi Magister Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara,
sekaligus mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan.
Penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, olehkarena itu
dengan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan
kepadaBapak Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME.selakuDekan Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng. selaku
Ketua Program Studi Magister Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih juga saya haturkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim
Matondang, MSIE.selakuKetua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT. selaku
Anggota Komisi Pembimbing, yang telah dengan sabar membimbing, mengarahkan dan
memberikan motivasi yang luar biasakepada penulis hingga selesainya penulisan tesis
ini.Serta Bapak dan Ibu Komisi Pembanding (Penguji) yang telah banyak memberikan
Ucapan terima kasih ini juga saya sampaikan kepada Bapak Drs. M. Erwin
Siregar, MBA.selaku Ketua Yayasan Pendidikan Haji Agus Salim dan seluruh keluarga
yang telah memberikan bantuan moril dan materilkepada penulis hingga penulis
menyelesaikan studi pada Program Studi Magister Teknik Industri Universitas Sumatera
Utara.Ibu Rita Wizni, S.Psi. selaku pemilik Perusahaan Indah Traso Medan yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian dan seluruh staf yang telah membantu
penulis dalam memperoleh data.
Kepada istriku Nana dan anak-anakku Ina, Syasya dan Rafa yang selalu
memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis.Serta kepada teman-teman mahasiswa
S2 Teknik Industri Universitas Sumatera Utara Angkatan X (2008) yang telah
membantu penulis selama masa perkuliahan.
Teristimewa rasa terima kasih juga saya haturkan kepada ayahanda dan ibunda
tercinta, “Ya Allah ampuni dosa-dosa mereka dan tempatkanlah mereka di tempat yang
sebaik-baiknya”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan pada
masa yang akan datang. Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi dunia
ilmu pengetahuan dan bermanfaat juga bagi para pembacanya.
Medan, Januari 2012
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ... 8
1.6. Asumsi-Asumsi ... 8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Sistem Produksi ... 9
2.2. Persediaan ... 12
2.2.1. Pengertian Persediaan ... 12
2.2.2. Fungsi Persediaan ... 14
2.2.3. Sistem Persediaan ... 16
2.2.4. Jenis-Jenis Persediaan ... 17
2.3. Pengendalian Persediaan ... 18
2.3.1. Pengertian Pengendalian Persediaan ... 18
2.3.2. Tunjuan Pengendalian Persediaan ... 19
2.4. Analisis ABC ... 27
2.5. Tingkat Layanan (Service Level) ... 29
2.6. Peramalan ... 29
2.6.1. Metode Peramalan Kualitatif ... 30
2.6.2. Metode Peramalan Kuantitatif ... 30
2.6.3. Ukuran Akurasi Hasil Peramalan ... 33
2.7. Review Hasil-Hasil Penelitian ... 35
2.8. Resume Hasil-Hasil Penelitian ... 38
BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ... 41
3.1. Kerangka Konseptual ... 41
3.2. Perumusan Hipotesis ... 42
3.3. Defenisi Operasional ... 42
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 44
4.1. Jenis Penelitian ... 44
4.2. Pengumpulan Data ... 44
4.2.1. Sumber Data ... 44
4.2.2. Pengujian Data ... 45
4.3. Metode Analisis Data ... 45
4.3.1. Analisis ABC dan Diagram Pareto ... 45
4.3.2. Analisis Permintaan Konsumen ... 46
4.3.3. Analisis Pengendalian Persediaan ... 47
4.3.4. Analisis Perencanaan Agregat dan Perencanaan Sumber Daya ... 51
BAB 5. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... 55
5.1. Pengumpulan Data ... 55
5.1.1. Analisis ABC ... 55
5.1.2. Data Persediaan dan Permintaan Paving Block ... 57
5.1.3. Biaya Persediaan ... 62
5.2. Pengolahan Data ... 64
5.2.1. Permintaan Paving Block ... 64
5.2.2. Penentuan Distribusi Permintaan ... 68
5.2.3. Permintaan Selama Lead Time ... 73
5.2.5. Perhitungan Total Biaya Perusahaan ... 80
5.2.6. Perhitungan Model Probabilistik Dengan Back Order .... 80
5.2.7. Service Level (Tingkat Layanan) ... 87
5.2.8. Pengiriman Susulan (Backlog) ... 88
5.2.9. Persediaan Akhir Periode ... 89
5.3. Perencanaan Agregat (Aggregate Planning) ... 91
5.4. Perencanaan Sumber Daya (Resource Planning) ... 95
BAB 6. ANALISIS ... 100
6.1. Analisis Peramalan Permintaan ... 100
6.2. Analisis Pengendalian Persediaan ... 103
6.3. Analisis Aggregate Planning dan Resource Planning ... 106
6.4. Analisis Pengembangan Sistem Produksi ... 107
6.4.1. Fungsi Perencanaan dan Pengendalian Produksi ... 110
6.4.2. Tujuan Perencanaan dan Pengendalian Produksi ... 112
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN ... 113
7.1. Kesimpulan ... 113
7.2. Saran ... 114
DAFTAR PUSTAKA ... 115
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
2.1. Resume Hasil-Hasil Penelitian ... 38
5.1. Nilai Persentase Penyerapan Dana Setiap Jenis Barang Bulan Januari s.d. Desember 2010 ... 55
5.2. Persentase Kumulatif Penyerapan Dana Bulan Januari s.d. Desember 2010 ... 56
5.3. Jumlah Persediaan dan Permintaan Paving Block Petak Kasar Merah 6 cm Tahun 2010 ... 58
5.4. Jumlah Persediaan dan Permintaan Paving Block Petak Kasar Polos 6 cm Tahun 2010 ... 59
5.5. Jumlah Persediaan dan Permintaan Paving Block Segi Enam Kasar Merah 6 cm Tahun 2010 ... 59
5.6. Jumlah Persediaan dan Permintaan Paving Block Petak Kasar Merah8 cm Tahun 2010 ... 60
5.7. Persediaan Paving Block Setelah Adanya Produksi Tambahan Bulan Januari s.d. Desember 2010 ... 61
5.8. Biaya Pemesanan dan Penyimpanan Bahan ... 62
5.9. Biaya Pembuatan Paving Block per Pcs ... 63
5.10. Permintaan Paving Block Petak Kasar Merah 6 cm Selama Lead Time ... 73
5.11. Permintaan Paving Block Petak Kasar Polos 6 cm Selama Lead Time ... 74
5.12. Permintaan Paving Block Segi Enam Kasar Merah 6 cm Selama Lead Time ... 74
5.13. Permintaan Paving Block Petak Kasar Merah8 cm Selama Lead Time ... 75
5.14. Nilai Akurasi Hasil Peramalan Paving Block Petak Kasar Merah 6 cm ... 76
5.15. Nilai Akurasi Hasil Peramalan Paving Block Petak Kasar Polos 6 cm ... 76
5.16. Nilai Akurasi Hasil Peramalan Paving Block Segi Enam Kasar Merah 6 cm ... 76
5.17. Nilai Akurasi Hasil Peramalan Paving Block Petak Kasar Merah8 cm ... 77
5.18. Hasil Peramalan Paving Block Petak Kasar Merah 6 cm ... 77
5.19. Hasil Peramalan Paving Block Petak Kasar Polos 6 cm ... 78
5.20. Hasil Peramalan Paving Block Segi Enam Kasar Merah 6 cm ... 79
5.22. Total Biaya Berdasarkan Perhitungan Perusahaan Tahun 2010 ... 80 5.23. Rekapitulasi Komponen Biaya Persediaan ... 81 5.24. Rekapitulasi Pengolahan Data Persediaan Model Probabilistik ... 87 5.25. Data Pengiriman Susulan (Backlog) ke Pelanggan pada Bulan
Januari s.d. Desember 2010 ... 88 5.26. Jumlah Persediaan Akhir Paving Block Petak Kasar Merah 6 Cm
pada Januari s.d. Desember 2010 ... 89 5.27. Jumlah Persediaan Akhir Paving Block Petak Kasar Polos 6 Cm
pada Januari s.d. Desember 2010 ... 89 5.28. Jumlah Persediaan Akhir Paving Block Segi Enam Kasar Merah
6 Cm pada Januari s.d. Desember 2010 ... 90 5.29. Jumlah Persediaan Akhir Paving Block Petak Kasar Merah 8 Cm
pada Januari s.d. Desember 2010 ... 90 5.30. Perkiraan Permintaan Paving Block Tahun 2011 – 2012 ... 92 5.31. Rencana Agregat Produksi Paving Block dan Perkiraan
Persediaan Tahun 2011 – 2012 ... 93 5.32. Rekapitulasi Persediaan Model Probabilistik Tahun 2011 ... 94 5.33. Rekapitulasi Persediaan Model Probabilistik Tahun 2012 ... 95 5.34. Perkiraan Jumlah Minggu ke dan Kebutuhan Kapasitas Bagian
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1.1. Sistem Produksi Perusahaan Indah Traso Medan ... 3
2.1. Input – Output Sistem Produksi ... 9
2.2. Sistem Produksi Perusahaan ... 11
2.3. Sistem Persediaan Input – Output ... 16
2.4. Sistem Persediaan Berjenjang ... 17
2.5. Posisi Inventori Menurut Model Wilson ... 22
2.6. Posisi Inventori Probabilistik Sederhana ... 23
2.7. Situasi Inventori dengan Model Q ... 26
2.8. Situasi Inventori dengan Model P ... 27
3.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... 41
4.1. Metodologi Penelitian ... 53
5.1. Diagram Pareto Kategori Produk Perusahaan Indah Traso Medan ... 57
5.2. Grafik Permintaan Paving Block Petak Kasar Merah 6 cm Bulan Januari s.d. Desember 2010 ... 64
5.3. Grafik Permintaan Paving Block Petak Kasar Polos 6 cm Bulan Januari s.d. Desember 2010 ... 65
5.4. Grafik Permintaan Paving Block Segi Enam Kasar Merah 6 cm Bulan Januari s.d. Desember 2010 ... 66
5.5. Grafik Permintaan Paving Block Petak Kasar Merah 8 cm Bulan Januari s.d. Desember 2010 ... 67
5.6. Kurva Distribusi Normal Permintaan Paving Block Petak Kasar Merah 6 cm ... 69
5.7. Kurva Distribusi Normal Permintaan Paving Block Petak Kasar Polos 6 cm ... 70
5.8. Kurva Distribusi Normal Permintaan Paving Block Segi Enam Kasar Merah 6 cm ... 71
5.9. Kurva Distribusi Normal Permintaan Paving Block Petak Kasar Merah 8 cm ... 72
5.10. Kelompok Produksi Paving Block ... 96
6.1. Peramalan Permintaan Paving Block Petak Kasar Merah 6 cm ... 100
6.2. Peramalan Permintaan Paving Block Petak Kasar Polos 6 cm ... 101
6.3. Peramalan Permintaan Paving Block Segi Enam Kasar Merah 6 cm ... 102
6.4. Peramalan Permintaan Paving Block Petak Kasar Merah 8 cm ... 102
6.5. Total Biaya Persediaan Tahun 2010 – 2012 ... 106
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Nilai Faktor Pengaman (z) ... 117
ABSTRAK
Analisis Sistem Pengendalian Persediaan Model Probabilistik dengan Back
Order pada Perusahaan Indah Traso Medan.Dibimbing oleh Bapak
Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE.dan Ir. Rosnani Ginting, MT.
Masalah yang sering dihadapi oleh perusahaan industri adalah masalah manajemen persediaan, misalnya dalam hal pengadaan bahan yang kurang tepat oleh perusahaan yang bersangkutan. Terjadinyakekurangan persediaan bahan (stock out) saat adanya permintaan dari konsumen menyebabkan perusahaan menjadi kehilangan kesempatan untuk mendapatkan profit atau kehilangan pelanggan karena beralih ke perusahaan yang lain.
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus dimana penelitian dilakukan secara mendalam terhadap objek yang diteliti.Metode penelitian adalah dengan wawancara dan dokumentasi.Variabel dalam penelitian ini adalah Pengendalian Produksi sebagai variabel terikat dan Service Level, Permintaan dan Tingkat Persediaan sebagai variabel bebas.Penelitian ini bertujuan untuk mencari solusi optimal bagi perusahaan dalam hal pengendalian persediaan, adapun model yang digunakan adalah model probabilistik dengan back order.
Hasil perhitungan menggunakan model probabilistik dengan back order menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghemat biaya persediaan rata-rata sebesar 16% dibanding dengan perhitungan yang dilakukan dengan model perusahaan.Selain itu perusahaan mampu meningkatkan service level antara 4,69% sampai 13,83%. Ini berarti menunjukkan bahwa solusi optimal bagi Perusahaan Indah Traso Medan adalah menggunakan model pengendalian persediaan probabilistik dengan back order.
ABSTRACT
The Analysis of the Inventory Control System of Probabilistic Models with Back Order at Indah Traso Company Medan. Supervised by Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE.and Ir. Rosnani Ginting, MT.
The problem which is usually faced by an industrial company is the problem of inventory management; for example, in the inappropriate procurement of goods by the company. The stock out of goods when there is a demand from consumer will cause the company to miss an opportunity to gain profit or to loss its customers since they switch to another company.
The type of the research was a case study in which the study was conducted deeply on a certain object. The method of the research was by conducting interviews and documentary study. The variables were Service Levelas the dependent variable and Inventory Level, and Order Quantity, and Safety Stock, and Demand as the Independent variable. The aim of the research was to find and optimal solution for the company in the inventory control. The research used probabilistic model with back order.
The result of the calculation by using probabilistic model with back order showed that the company was able to save on inventory costs around 16% compared with the calculation done with the company’s model. Besides that, the company would be able to increase its service level form 4.69% until 13.83%. This showed that the optimal solution for Indah Traso Company, Medan, was by using probabilistic inventory control model with back order.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Manajemen persediaan merupakan masalah penting yang dihadapi oleh
perusahaan. Untuk mendukung kelancaran produksi yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada kelancaran pemenuhan permintaan konsumen maka manajemen harus
selalu berusaha menjamin ketersediaan bahan. Manajemen persediaan mengharuskan
adanya pengelolaan persediaan untuk merencanakan dan mengendalikan persediaan
pada tingkat yang optimum, menentukan kualitas persediaan yang wajar untuk
memenuhi kebutuhan pengolahan/produksi atas suatu dasar yang terjadwal dan sesuai
dengan order pelanggan.
Tujuan dari manajemen persediaan tidak hanya mempertimbangkan biaya
pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya transportasi, tetapi pertimbangan lain yang
harus dilakukan adalah tingkat layanan (service level) bagi pelanggan.
Perusahaan Indah Traso merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri
yang memproduksi paving block, batako dinding, dan kanstin. Selain itu, perusahaan
tersebut juga menyediakan berbagai jenis batu alam dan asesoris bangunan yang khusus
didatangkan dari Pulau Jawa seperti batu koral sikat, batu palimanan, batu hijau, batu
marmot, batu templek, batu andesit, batu bogos, batu paras jogja, batu candi, batu candi
Proses pembuatan batako dinding, kanstin dan paving block dikerjakan
menggunakan mesin cetak press. Paving block yang diproduksi perusahaan ini adalah
paving block petak kasar polos 6 cm dan panjang 20 cm, paving block petak kasar
merah 6 cm, paving block petak kasar polos 8 cm, paving block petak kasar merah 8 cm,
paving block petak kasar polos 10 cm, paving block segi enam kasar polos 6 cm,
paving block segi enam kasar merah 6 cm, paving block segi enam kasar polos 8 cm dan
paving block segi enam kasar merah 8 cm.
Sekarang jumlah mesin yang digunakan Perusahaan Indah Traso sebanyak dua
mesin, dimana masing-masing mesin dijalankan oleh seorang operator dan dibantu tiga
orang untuk mengaduk bahan baku dan mengangkut produk jadi ke tempat pengeringan
dan penyimpanan. Untuk setiap satu mesin mampu memproduksi 5000 pcs paving block
atau 1600 pcs batako dinding atau 400 pcs kanstin pada setiap harinya.
Prosedur sistem produksi pada Perusahaan Indah Traso sekarang ini dapat dilihat
pada Gambar 1.1.
Sistem produksi pada perusahaan ini berawal dari permintaan pelanggan
terhadap paving block baik mengenai jenis produk maupun jumlahnya, kemudian
Bagian Marketing menyampaikan informasi ini ke Bagian Administrasi. Bagian
Administrasi meminta informasi ke Bagian Penyimpanan Paving Block untuk
mengetahui berapa jumlah persediaan yang ada di gudang apakah cukup untuk
memenuhi permintaan pelanggan, jika persediaan barang jadi tidak mencukupi maka
informasi ini disampaikan ke Bagian Pengadaan Bahan untuk melakukan pemesanan
informasi ke Bagian Manufakturing di lantai pabrik untuk melaksanakan proses
produksi setelah menerima bahan dari Bagian Penerimaan Bahan.
Keterangan: Aliran Informasi
Aliran bahan (produk dan bahan baku) Aliran Uang
Gambar 1.1. Sistem Produksi Perusahaan Indah Traso Medan
Di sini tidak terlihat adanya fungsi Bagian Perencanaan dan Pengendalian
Produksi yang berfungsi dalam perencanaan produksi, perencanaan persediaan,
perencanaan kapasitas, otorisasi produksi dan pengadaan, pengendalian produksi dan
penyimpanan bahan.
Dalam memenuhi permintaan konsumen, perusahaan sering sekali melakukan
backlog atau pengiriman susulan terhadap barang yang dipesan dikarenakan kekurangan
persediaan (stock out). Stock out terdapat pada produk paving block petak kasar merah 6
cm yaitu bulan Februari yaitu sebesar 14,36%; bulan April 31,71%; bulan Juli 34,34%;
Konsumen Marketing Pengadaan
Bahan
Vendor Bahan
Penerimaan Bahan
Penyimpanan Bahan Proses
Manufakturing Penjualan &
Pengiriman
Penyimpanan Barang Jadi
Bagian Keuangan
bulan Agustus 13,38%; bulan Oktober 16,21%; bulan November 30,38%; dan Desember
23,15%. Service level atau tingkat pelayanan kepada konsumen pada produk ini adalah
85%, masih lebih rendah dari yang ditargetkan perusahaan yaitu sebesar 90%.
Sedangkan pada produk paving block petak kasar polos 6 cm, stock out terjadi
pada bulan Februari sebesar 26,72%; bulan Maret 23,59%; bulan April 20,70%; bulan
Mei 26,13%; bulan September 21,33%; dan bulan Desember 20,57%. Service level
produk ini adalah 86%.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa service level perusahaan perlu untuk
ditingkatkan. Service level adalah kemampuan untuk memenuhi permintaan konsumen
dari persediaan yang ada. Nilai service level akan berpengaruh pada safety stock yang
diharapkan, sehingga dapat meminimalisasi kekurangan persediaan.
Permintaan barang jadi (paving block) pada perusahaan menunjukkan
permintaan yang berfluktuasi dan sulit diprediksi atau dapat dikatakan sebagai
probabilistic demand. Jika quantity demand membesar maka kemungkinan terjadinya
stock out dapat terjadi, namun jika demand lebih kecil dari pada perkiraan maka
pengisian inventory akan datang terlambat dari pada yang direncanakan dan akan
tersimpan dalam persediaan.
Klasifikasi produk pada perusahaan ini adalah make to stock, dimana kegiatan
produksi dilakukan untuk mengisi persediaan yang jumlahnya ditentukan berdasarkan
peramalan terhadap potensi permintaan pelanggan terhadap produk jadi. Untuk
sering di luar batas antisipasi normal maka persediaan pengaman (safety stock)
ditentukan.1
Safety stock yang semakin besar memungkinkan kehabisan persediaan semakin
kecil, tetapi akibatnya adalah
holding safety stock-nya semakin besar sehingga tujuan
yang ingin dicapai adalah mencari keseimbangan antara holding cost tambahan karena
adanya safety stock dan perkiraan dari biaya kehabisan persediaan. Tingkat optimal dari
safety stock adalah bila biaya total persediaannya minimum.2
Safety stock merupakan cadangan inventory yang harus disediakan untuk
menghindari terjadinya kekurangan barang, terutama pada saat memenuhi permintaan
pelanggan yang tak bisa diduga.
Kondisi sistem persediaan yang terjadi pada perusahaan sekarang ini, dimana
permintaan paving block selalu kontinyu dan berfluktuasi maka pemecahan masalah
pada penelitian ini menggunakan sistem pengendalian persediaan Model Probabilistik
dengan Back Order. Back order adalah kondisi dimana barang yang dipesan tidak dapat
disediakan seluruhnya pada saat permintaaan.
Berdasarkan fenomena yang ada pada perusahaan, maka perlu dilakukan suatu
kajian khusus terhadap sistem persediaan yaitu “Analisis Sistem Pengendalian
Persediaan Model Probabilistik dengan Back Order pada Perusahaan Indah Traso
Medan”.
1
Sukaria Sinulingga. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
2
Penelitian dengan metode yang sama membahas tentang model persediaan
probabilistik untuk kasus back order tanpa kendala dan dengan kendala. Model ini
bertujuan untuk membantu menentukan jumlah bahan baku dan safety stock yang harus
disiapkan setiap dilakukan pemesanan secara lebih optimal dengan meminimalkan total
biaya pembelian.3
Penelitian lainnya juga dengan metode yang sama bertujuan untuk
mengintegrasikan model peramalan spare part dengan permintaan intermittent ke dalam
model persediaan yang membolehkan terjadinya back order.4
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, bahwa permasalahan yang dihadapi
oleh Perusahaan Indah Traso Medan adalah sering terjadi backlog dalam memenuhi
permintaan konsumen. Dan untuk meminimumkan pengiriman susulan (backlog)
tersebut maka persediaan pengaman (safety stock) harus ditentukan sebaik mungkin.
Dengan demikian, perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah sistem persediaan yang akan diterapkan lebih baik daripada sistem yang
telah digunakan oleh Perusahaan Indah Traso Medan?
2. Bagaimanakah model pengendalian persediaan paving block yang tepat pada
Perusahaan Indah Traso Medan?
3
Yutik Ernawati dan Sunarsih. Sistem Pengendalian Persediaan Model Probalistik dengan
Backorder Policy. Jurnal Matematika Vol. 11, no. 2, Agustus 2008.
4
Wakhid Ahmad Jauhari. Penentuan Model Persediaan Spare Part dengan Mempertimbangkan
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan umum yang diharapkan dari penelitian ini adalah mencari solusi optimal
terhadap sistem pengendalian persediaan dengan menggunakan model persediaan
probabilistik dengan back order. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Meramalkan jumlah persediaan paving block pada masa yang akan datang
berdasarkan permintaan pelanggan pada masa yang lalu.
2. Meminimisasi biaya total persediaan menggunakan model persediaan
probabilistik dengan back order.
3. Mengembangkan sistem produksi perusahaan dengan menambah fungsi
Bagian Pengendalian Produksi.
1.4. Manfaat Penelitian
Bagi perusahaan, manfaat penelitian ini adalah:
1. Memberikan masukan pada perusahaan untuk mencari solusi optimal dalam
hal persediaan paving block.
2. Dengan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi untuk bahan
pertimbangan dalam penentuan kebijakan persediaan kedepan sehingga akan
lebih efektif dan efisien.
Bagi peneliti, manfaat penelitian ini adalah memperkaya konsep atau teori yang
menyokong perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya terkait dengan masalah
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini, ruang lingkup analisis yang akan dilakukan meliputi:
1. Penelitian ini dilaksanakan pada Perusahaan Indah Traso Medan, tanpa
membandingkannya dengan perusahaan lain yang mempunyai produksi yang
sama.
2. Pengendalian persediaan dalam penelitian ini adalah pengendalian
persediaan paving block petak kasar merah 6 cm, paving block petak kasar
polos 6 cm, paving block segi enam kasar merah 6 cm, dan paving block
petak kasar merah 8 cm. Penentuan keempat jenis produk ini adalah
menggunakan analisis ABC.
3. Model yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pengendalian
persediaan pada penelitian ini adalah Model Probabilistik dengan Backorder.
Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah data yang digunakan adalah
data Bulan Januari sampai Desember 2010.
1.6. Asumsi-Asumsi
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data-data yang diperoleh dari Perusahaan dianggap benar sehingga layak
digunakan dalam analisis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Produksi
Produksi dalam pengertian sederhana adalah keseluruhan proses dan operasi
yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Sistem produksi merupakan
kumpulan dari sub sistem yang saling berinteraksi dengan tujuan mentransformasi
input produksi menjadi output produksi. Input produksi ini dapat berupa bahan baku,
mesin, tenaga kerja, modal dan informasi. Sedangkan output produksi merupakan
produk yang dihasilkan berikut sampingannya seperti limbah, informasi, dan
sebagainya.9 Sistem produksi tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Input – Output Sistem Produksi
9
Rosnani Ginting. Sistem Produksi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
PROSES TRANSFORMASI
INPUT OUTPUT
Tenaga Kerja Modal Material Energi Tanah Informasi Manajerial
Produk Limbah Informasi
Feedback
Teknologi Ekonomi
Sub sistem–sub sistem dari sistem produksi tersebut antara lain adalah
Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Pengendalian Kualitas, Penentuan
Standar-standar Operasi, Penentuan Fasilitas Produksi, Perawatan Fasilitas Produksi, dan
Penentuan Harga Pokok Produksi.
Sub sistem–sub sistem dari sistem produksi tersebut akan membentuk
konfigurasi sistem produksi. Keandalan dari konfigurasi sistem produksi ini akan
tergantung dari produk yang dibuat serta bagaimana cara membuatnya (proses
produksinya).
Untuk melaksanakan fungsi-fungsi perencanaan, operasi dan pemeliharaan,
perusahaan manufaktur harus memiliki organ pelaksana. Sistem produksi pada suatu
perusahaan manufakturing harus memiliki bagian-bagian atau organ10
Gambar 2.2 menunjukkan bahwa sistem produksi berawal dari pemahaman
terhadap keinginan dan harapan para pelanggan berdasarkan temuan-temuan dari
kegiatan pemasaran termasuk permintaan langsung dari para pelanggan terhadap
produk-produk tertentu. Data dan informasi tentang keinginan pelanggan kemudian
diterjemahkan ke dalam bentuk rancangan produk atau jasa untuk mengetahui part,
komponen dan sub-assembly apa yang dibutuhkan termasuk ukuran, spesifikasi, jenis
bahan, jumlah masing-masing item yang dibutuhkan untuk setiap unit produk yang
diinginkan.
.
10
Gambar 2.2. Sistem Produksi Perusahaan
Berdasarkan hasil rancangan ini kemudian ditentukan proses pembuatan
(manufacturing) di lantai pabrik yang meliputi tahapan proses.
Data dan informasi yang telah tersedia kemudian disampaikan kepada bagian
cost accounting untuk menilai kelayakan pembiayaan dan penerimaan. Bila dinilai
layak maka diteruskan kepada pimpinan untuk disahkan. Kemudian disusun rencana
dan program pengolahan di lantai pabrik yang meliputi jadwal tentative proses
operasi, jadwal dan jumlah kebutuhan bahan baku (raw material) dan bahan tambahan
dari luar (bought-out items) dan jadwal operasi dan kapasitas fasilitas produksi yang
akan digunakan dan lain-lain. Berdasarkan jadwal-jadwal tersebut, rencana
Konsumen Marketing Perancangan Proses
Vendor Bahan Penyimpanan
Bahan
Penerimaan Bahan Perencanaan/
Pengendalian Produksi Penjualan &
Pengiriman
Penyimpanan Barang Jadi
Akuntansi Biaya / Keuangan
Pengendalian Mutu
Perancangan Produk
Proses Manufakturing (Lantai Pabrik)
Pembelian/ Pengadaan
pengadaan bahan, kapasitas stasiun kerja, tenaga operator disusun dan kemudian
diimplementasikan.
Monitoring dan pengendalian operasi di lantai pabrik dilakukan secara rutin
untuk memastikan tidak terjadi penyimpangan termasuk penyimpangan mutu
(spesifikasi) dari setiap item yang dikerjakan. Apabila penyimpangan tidak dapat
dihindarkan maka tindakan perbaikan yang meliputi penjadwalan ulang sisa operasi di
lantai pabrik segera dilakukan, pengadaan tambahan bahan bila diperlukan dan
sebagainya. Beberapa sumber penyimpangan yang umum terjadi ialah kesalahan
dalam pembuatan rancangan part dan komponen, kekeliruan dalam penentuan waktu
setup dan operasi, ketidaksesuaian mutu bahan, kerusakan pada fasilitas produksi dan
lain-lain. Produk yang telah selesai diangkut ke gudang penyimpanan untuk
dikirimkan kepada para pelanggan sesuai dengan jadwal pengiriman yang disepakati.
2.2. Persediaan
2.2.1. Pengertian Persediaan
Persediaan (inventory) dalam konteks produksi dapat diartikan sebagai sumber
daya menganggur (idle resource). Sumber daya menganggur ini belum digunakan
karena menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut dapat
berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem
distribusi ataupun kegiatan konsumsi seperti pada sistem rumah tangga.11
11
Setiap perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan produksi akan
memerlukan persediaan bahan baku. Dengan tersedianya persediaan bahan baku maka
diharapkan sebuah perusahaan industri dapat melakukan proses produksi sesuai
kebutuhan atau permintaan konsumen. Selain itu dengan adanya persediaan bahan
baku yang cukup tersedia di gudang juga diharapkan dapat memperlancar kegiatan
produksi perusahaan dan dapat menghindari terjadinya kekurangan bahan baku.
Keterlambatan jadwal pemenuhan produk yang dipesan konsumen dapat merugikan
perusahaan dalam hal ini image yang kurang baik. Perusahaan juga harus menghindari
pembelian bahan yang melebihi kebutuhan, pengadaan bahan yang berlebihan akan
mengakibatkan tertanamnya modal perusahaan.
Beberapa pendapat mengenai pengertian dari persediaan adalah:
a. Persediaan adalah segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya
organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan
permintaan baik internal maupun eksternal.12
b. Persediaan adalah bagian utama dari modal kerja, merupakan aktiva yang
pada setiap saat mengalami perubahan.
13
c. Inventory atau persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja
merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara
terus-menerus mengalami perubahan.
14
12
T. Hani Handoko. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE, 2008.
13
Indrio Gitosudarmo. Manajemen Keuangan. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE, 2002.
14
2.2.2. Fungsi Persediaan
Fungsi utama persediaan yaitu sebagai penyangga, penghubung antar proses
produksi dan distribusi untuk memperoleh efisiensi. Fungsi lain persediaan yaitu
sebagai stabilisator harga terhadap fluktuasi permintaan. Lebih spesifik, persediaan
dapat dikategorikan berdasarkan fungsinya sebagai berikut:15
a. Persediaan dalam Lot Size
Persediaan muncul karena ada persyaratan ekonomis untuk penyediaan
(replenishment) kembali. Penyediaan dalam lot yang besar atau dengan
kecepatan sedikit lebih cepat dari permintaan akan lebih ekonomis. Faktor
penentu persyaratan ekonomis antara lain biaya setup, biaya persiapan
produksi atau pembelian dan biaya transport.
b. Persediaan Cadangan
Pengendalian persediaan timbul berkenaan dengan ketidakpastian.
Permintaan konsumen biasanya diprediksi dengan peramalan. Jumlah
produksi yang ditolak (reject) hanya bisa diprediksi dalam proses.
Persediaan cadangan mengamankan kegagalan mencapai permintaan
konsumen atau memenuhi kebutuhan manufaktur tepat pada waktunya.
c. Persediaan Antisipasi
Persediaan dapat timbul mengantisipasi terjadinya penurunan persediaan
(supply) dan kenaikan permintaan (demand) atau kenaikan harga. Untuk
15
menjaga kontinuitas pengiriman produk ke konsumen, suatu perusahaan
dapat memelihara persediaan dalam rangka liburan tenaga kerja atau
antisipasi terjadinya pemogokan tenaga kerja.
d. Persediaan Pipeline
Sistem persediaan dapat diibaratkan sebagai sekumpulan tempat (stock
point) dengan aliran di antara tempat persediaan tersebut. Pengendalian
persediaan terdiri dari pengendalian aliran persediaan dan jumlah
persediaan akan terakumulasi di tempat persediaan. Jika aliran melibatkan
perubahan fisik produk, seperti perlakuan panas atau perakitan beberapa
komponen, persediaan dalam aliran disebut persediaan setengah jadi
(work in process). Jika suatu produk tidak dapat berubah secara fisik tetapi
dipindahkan dari suatu tempat penyimpanan ke tempat penyimpanan lain,
persediaan disebut persediaan transportasi. Jumlah dari persediaan
setengah jadi dan persediaan transportasi disebut persediaan pipeline.
Persediaan pipeline merupakan total investasi perubahan dan harus
dikendalikan.
e. Persediaan Lebih
Yaitu persediaan yang tidak dapat digunakan karena kelebihan atau
2.2.3. Sistem Persediaan
Secara umum, suatu sistem persediaan terbagi atas16
1. Sistem sederhana, yaitu sistem persediaan yang berdasarkan atas input dan
output.
:
Gambar 2.3. menunjukkan sistem persediaan yang dipengaruhi oleh proses
input dan proses output. P(t) adalah rata-rata material atau bahan yang
masuk ke dalam sistem persediaan pada saat t. Sedangkan W(t) adalah
rata-rata suatu material atau bahan keluar dari sistem persediaan. Output
dipengaruhi oleh permintaan atau kebutuhan terhadap material atau bahan,
dengan rata-rata permintaan yang berasal dari luar perusahaan dan berada
di luar kendali perusahaan.
Gambar 2.3. Sistem Persediaan Input - Output
Proses input merupakan bagian dari sistem persediaan yang dapat
dikontrol perusahaan melalui kebijaksanaan kapan dan berapa banyak
pemesanan perlu dilakukan. Walaupun demikian,
keterlambatan-16
Rosnani Ginting. Sistem Produksi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
PERSEDIAAN
Output
W(t)
Input
P(t)
Demand
keterlambatan pemenuhan pemesanan dari pemasok bisa saja terjadi,
sehingga rata-rata input aktual akan berdeviasi atau berbeda dari harapan
perusahaan.
2. Sistem berjenjang (Multi Echelon Inventory Sistem)
Gambar 2.4. menunjukkan persediaan yang berada di gudang pusat ke
gudang wilayah ke gudang UPT.
Gambar 2.4. Sistem Persediaan Berjenjang
2.2.4. Jenis-Jenis Persediaan
Persediaan dapat dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang tersebut,
yaitu:17
a. Persediaan bahan baku (raw material), yaitu persediaan barang-barang
berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Barang ini diperoleh
dari sumber-sumber alam atau dibeli dari supplier atau perusahaan yang
17
membuat atau menghasilkan bahan baku untuk perusahaan lain yang
menggunakannya.
b. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts), yaitu
persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang
diperoleh dari perusahaan lain yang dapat secara langsung dirakit atau
diasembling dengan komponen lain tanpa melalui proses produksi
sebelumnya.
c. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan
barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak
merupakan bagian atau komponen barang jadi.
d. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in
process), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari
tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah.
2.3. Pengendalian Persediaan
2.3.1. Pengertian Pengendalian Persediaan
Pengendalian adalah suatu proses yang dibuat untuk menjaga supaya realisasi
dari suatu aktivitas sesuai dengan yang direncanakan.18
Pengendalian bahan baku yang diselenggarakan dalam suatu perusahaan,
tentunya diusahakan untuk dapat menunjang kegiatan-kegiatan yang ada dalam
18
perusahaan yang bersangkutan. Keterpaduan dari seluruh pelaksanaan kegiatan yang
ada dalam perusahaan akan menunjang terciptanya pengendalian bahan baku yang
baik dalam suatu perusahaan.
Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting
bagi perusahaan, karena persediaan fisik pada perusahaan akan melibatkan investasi
yang sangat besar pada pos aktiva lancar. Pelaksanaan fungsi ini akan berhubungan
dengan seluruh bagian yang bertujuan agar usaha penjualan dapat intensif serta
produk dan penggunaan sumber daya dapat maksimal.
2.3.2. Tujuan Pengendalian Pesediaan
Pengendalian persediaan pada divisi yang berbeda memiliki tujuan yang
berbeda pula. Adapun tujuan pengendalian persediaan adalah:19
1. Pemasaran ingin melayani konsumen secepat mungkin sehingga
menginginkan persediaan dalam jumlah yang banyak.
2. Produksi ingin beroperasi secara efisien, hal ini mengimplikasikan order
produksi yang tinggi akan menghasilkan persediaan yang besar (untuk
mengurangi setup mesin). Di samping itu juga produk menginginkan
persediaan bahan baku, setengah jadi atau komponen yang cukup sehingga
proses produksi tidak terganggu karena kekurangan bahan.
3. Pembelian (purchasing), dalam rangka efisiensi, juga menginginkan
pesanan produksi yang besar dalam jumlah sedikit daripada pesanan yang
19
kecil dalam jumlah yang banyak. Pembelian juga ingin ada persediaan
sebagai pembatas kenaikan harga dan kekurangan produk.
4. Keuangan (finance) menginginkan minimisasi semua bentuk investasi
persediaan karena biaya investasi dan efek negatif yang terjadi pada
perhitungan pengembalian aset (return of asset) perusahaan.
5. Personalia (personel and industrial relationship) menginginkan adanya
persediaan untuk mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga kerja.
6. Rekayasa (engineering) menginginkan persediaan minimal untuk
mengantisipasi jika terjadi perubahan rekayasa/engineering.
Sasaran pokok keberhasilan perencanaan dan pengendalian produksi yaitu:
1. Tercapainya kepuasan pelanggan yang diukur dari terpenuhinya order
terhadap produk tepat waktu, tepat jumlah dan tepat mutu.
2. Tercapainya tingkat utilitas sumber daya produksi yang maksimum melalui
minimisasi waktu setup, transportasi, waktu menunggu dan waktu untuk
pengerjaan ulang (rework).
3. Terhindarnya cara pengadaan yang bersifat rush order dan persediaan yang
berlebihan.
2.3.3. Model Pengendalian Persediaan
2.3.3.1. Model Persediaan Deterministik
Model ini digunakan untuk menentukan jumlah lot ekonomis untuk item
Untuk menentukan kebijaksanaan persediaan yang optimum, dibutuhkan informasi
mengenai parameter-parameter berikut:
a. Perkiraan kebutuhan
b. Biaya-biaya persediaan
c. Lead time
Dalam model persediaan deterministik parameter-parameter yang berpengaruh
terhadap sistem persediaan dapat diketahui dengan pasti. Rata-rata kebutuhan dari
biaya-biaya persediaan diasumsi diketahui dengan pasti. Lamanya lead time juga
diasumsikan selalu tetap. Karena semua parameter bersifat deterministik maka tidak
dimungkinkan adanya kekurangan persediaan. Dalam dunia nyata, akan sangat jarang
ditemukan situasi dimana seluruh parameter dapat diketahui dengan pasti. Karena itu,
akan lebih masuk akal jika digunakan model-model probabilistik yang
mempertimbangkan ketidakpastian pada parameter-parameternya. Namun, model
deterministik terkadang merupakan pendekatan yang sangat baik, atau paling tidak
merupakan langkah awal yang baik untuk menggambarkan fenomena persediaan.
Salah satu model yang sangat popular di dalam sistem deterministik statis
adalah model Wilson. Model ini merupakan model pertama dari penggunaan
matematika dan statistika dalam bidang bisnis.
Gambar 2.5. awal periode terdapat barang sebesar q0 yang akan dipakai untuk
memenuhi permintaan. Barang di gudang akan menyusut dan akhirnya habis pada
akhir periode, pada saat itulah dilakukan pemesanan barang sebesar q0 unit. Barang
sehingga pada siklus kedua terdapat barang sebesar q0 unit. Begitu seterusnya posisi
inventori akan berulang dari satu siklus ke siklus lain selama horison perencanaannya.
Gambar 2.5. Posisi Inventori Menurut Model Wilson
2.3.3.2. Model Persediaan Probabilistik
Permasalahan dalam persediaan probabilistik adalah adanya permintaan
barang tiap harinya tidak diketahui sebelumnya, informasi yang diketahui hanya
berupa pola permintaannya yang diperoleh berdasarkan data masa lalu. Pada
model-model persediaan deterministik, diasumsikan bahwasannya semua parameter
persediaan selalu konstan dan diketahui secara pasti. Pada kenyataannya, sering
terjadi parameter-parameter yang ada merupakan nilai-nilai yang tidak pasti, dan
sifatnya hanya estimasi atau perkiraan saja.
Parameter-parameter seperti permintaan, lead time, biaya penyimpanan, biaya
pemesanan, biaya kekurangan persediaan dan harga, kenyataannya sering bervariasi.
Model-model deterministik tidak peka terhadap perubahan-perubahan parameter q0
tersebut. Untuk menghadapi variasi yang ada, terutama variasi permintaan dan lead
time, model probabilistik biasanya dicirikan dengan adanya persediaan pengaman
(safety stock).
Sistem pengendalian persediaan bersifat probabilistik sederhana diasumsikan
bahwa pada prinsipnya hampir sama dengan model inventori deterministik kecuali
[image:41.612.118.521.387.592.2]permintaan yang bersifat probabilistik dan adanya ongkos kekurangan inventori.
Gambar 2.6. menunjukkan adanya fenomena probabilistik ini menyebabkan
tambahan elemen biaya ongkos kekurangan inventori dan ongkos simpan cadangan
pengaman yang perlu diperhitungkan dalam total ongkos inventori selain ongkos
pembelian, ongkos pengadaan dan ongkos simpan stok operasi.
Gambar 2.6. Posisi Inventori Probabilistik Sederhana
Asumsi yang digunakan pada model inventori probabilistik adalah adanya
ongkos kekurangan persediaan. Asumsi yang dimaksud adalah sebagai berikut: q0
t m=1/2q0+ss
ss
ROP
L L L
1. Permintaan selama horison perencanaan bersifat probabilistik dengan
permintaan rata-rata (D) dan deviasi standar (S) serta berpola distribusi
normal.
2. Ukuran lot pemesanan (qo
3. Harga barang (p) konstan baik terhadap kuantitas barang yang dipesan
maupun waktu.
) konstan untuk setiap kali pemesanan, barang
akan datang secara serentak dengan waktu ancang-ancang (L), pesanan
dilakukan pada saat inventori mencapai titik pemesanan ulang (r).
4. Ongkos pesan (A) konstan untuk setiap kali pemesanan dan ongkos simpan
(h) sebanding dengan harga barang dan waktu penyimpanan.
5. Ongkos kekurangan inventori (cu
6. Tingkat pelayanan (η) atau kemungkinan terjadinya kekurangan inventori
(α) diketahui atau ditentukan oleh pihak manajemen.
) sebanding dengan jumlah barang yang
tidak dapat dipenuhi.
Untuk menentukan kebijakan inventori probabilistik dikenal adanya dua
metode dasar yaitu metode Q dan metode P, yaitu:
1. Model Q
Pada metode ini persediaan dengan jumlah pemesanan tetap dan jarak
waktu pemesanan selalu berubah-ubah. Pada metode ini pemesanan
kembali dilakukan pada saat dimana persediaan mencapai suatu titik
yang berfluktuasi selama waktu ancang-ancang (lead time), persediaan
untuk meredam fluktuasi selama lead time disebut persediaan keamanan
(safety stock). Beberapa yang perlu diperhatikan pada model Q adalah:
a. Lot Order Economic adalah jumlah pembelian yang ekonomis untuk
dilaksanakan pada setiap kali pesan.
b. Persediaan keamanan (safety stock) adalah sejumlah bahan sebagai
persediaan cadangan jika perusahaan berproduksi melebihi rencana
yang telah ditetapkan.
c. Waktu ancang-ancang (lead time) adalah waktu yang dibutuhkan untuk
memesan bahan sampai bahan tersebut tiba.
d. Pemakaian atau kebutuhan setiap hari.
Ciri-ciri pengendalian persediaan dengan metode Q adalah:
a. Jumlah barang yang dipesan untuk setiap pemesanan adalah sama.
b. Pemesanan kembali dilakukan apabila persediaan telah mencapai titik
pemesanan kembali.
c. Besarnya reorder point sama dengan jumlah pemakaian selama waktu
ancang-ancang ditambah dengan persediaan keamanan.
d. Interval waktu antara pemesanan tidak sama, tergantung pada jumlah
barang persediaan.
Gambar 2.7. menunjukkan situasi inventori yang ada dalam gudang dengan
Gambar 2.7. Situasi Inventori dengan Model Q
2. Metode P
Ciri-ciri pengendalian persediaan dengan metode P adalah:
a. Jumlah barang yang dipesan tidak tetap tergantung pada jumlah
persediaan di gudang.
b. Interval waktu pemesanan tetap.
c. Jumlah yang dipesan sama dengan persediaan maksimum dikurangi
dengan persediaan yang ada di gudang, kemudian ditambah dengan
permintaan yang diharapkan selama waktu ancang-ancang.
d. Persediaan keamanan dilakukan untuk menghadapi fluktuasi kebutuhan
dalam masa pemesanan.
Gambar 2.8. menunjukkan bahwa mekanisme pengendalian dilakukan
dengan memesan menurut interval waktu T dan jumlah yang dipesan
adalah sebesar (R – r) yang merupakan ukuran lot bersifat variabel. q0
t ROP
L L L
Variabilitas ini dikarenakan permintaan bersifat probabilistik sedangkan
waktu pemesanan (T) selalu tetap sehingga ukuran lot pemesanan antara
satu pemesanan dengan pemesanan lain berubah-ubah (variabel).
Disamping itu tampak juga adanya suatu periode waktu tertentu dimana
kemungkinan barang tidak ada di gudang atau terjadi kekurangan inventori
[image:45.612.124.521.283.515.2](out of stock).
Gambar 2.8. Situasi Inventori dengan Model P
2.4. Analisis ABC
Dalam menghadapi permasalahan pengelolaan sistem inventori yang memiliki
jenis barang yang banyak, perlu dilakukan pemilahan, sebab sebagaimana diketahui
tidak semua barang mempunyai tingkat kepentingan dan penggunaan yang sama. Oleh
sebab itu, untuk mencapai tingkat pengendalian inventori yang efisien tidak semua q0
- R
L L
L
jenis barang akan dikendalikan dengan cara yang sama pula.
Cara pemilahan yang lazim adalah berdasarkan tingkat kepentingannya.
Barang yang termasuk kategori penting akan mendapat perhatian yang lebih sehingga
akan dikendalikan secara lebih intensif bila dibandingkan dengan barang yang tidak
penting. Kriteria tingkat kepentingan bersifat subjektif, misalnya bagi bagian teknik
operasional tingkat kepentingan akan diukur berdasarkan tingkat kekiritisan barang.
Suatu barang dikatakan kritis bila ketiadaan barang tersebut menyebabkan fungsi
utama dari sistem yang dikelola tidak berfungsi.
Pada prinsipnya analisis ABC ini adalah mengklasifikasikan jenis barang yang
didasarkan atas tingkat investasi tahunan yang terserap di dalam penyediaan inventori
untuk setiap jenis barang. Berdasarkan prinsip Pareto, barang dapat diklasifikasikan
menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Kategori A (80 – 20)
Terdiri dari jenis barang yang menyerap dana sekitar 80% dari seluruh
modal yang disediakan untuk inventori dan jumlah jenis barangnya sekitar
20% dari semua jenis barang yang dikelola.
b. Kategori B (15 – 30)
Terdiri dari jenis barang yang menyerap dana sekitar 15% dari seluruh
modal yang disediakan untuk inventori (sesudah kategori A) dan jumlah
jenis barangnya sekitar 30% dari semua jenis barang yang dikelola.
c. Kategori C (5 – 50)
seluruh modal yang disediakan untuk inventori (yang tidak termasuk
kategori A dan B) dan jumlah jenis barangnya sekitar 50% dari semua jenis
barang yang dikelola.
2.5. Tingkat layanan (Service Level)
Tujuan dari manajemen persediaan tidak hanya mempertimbangkan biaya
penyimpanan dan biaya pemesanan, tetapi pertimbangan lain yang harus dilakukan
adalah tingkat layanan. Ada dua hal utama yang menjadi konsekuensi didalam
pendekatan layanan, konsekuensi pertama adalah hubungan antara tingkat layanan
dengan biaya untuk menyediakannya, dan konsekuensi kedua adalah hubungan antara
respon pelanggan terhadap perubahan tingkat layanan.
Service Level dapat diformulasikan sebagai berikut:
... 2.1
Dimana:
η : Tingkat Pelayanan
N : Kekurangan inventori
DL : Permintaan per tahun
L D
N
− =1
2.6. Peramalan
Peramalan adalah proses untuk memperkirakan kebutuhan di masa datang
yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang
dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa20
Secara garis besar metode peramalan dibagi dua yaitu metode kualitatif dan
metode kuantitatif.
. Peramalan
akan semakin baik jika mengandung sedikit mungkin kesalahan, oleh karena itu perlu
dipilih metode peramalan yang terbaik yang sesuai dengan pola data yang ada dari
suatu perusahaan tertentu yang bergerak dalam bidangnya.
2.6.1. Metode Peramalan Kualitatif
Metode ini menggunakan keputusan manajerial, pengalaman data yang relevan
dan model matematis yang implisit. Metode ini digunakan untuk peramalan jangka
menengah dan panjang yang melibatkan disain proses atau kapasitas suatu fasilitas.
Ada empat metode kualitatif yang paling baik dan paling sering digunakan, yaitu:
Metode Delphi, Survei Pasar, Analogi Daur Hidup, dan Keputusan yang
diinformasikan.
20
2.6.2. Metode Peramalan Kuantitatif
Metode peramalan yang dipilih pada penelitian ini adalah dari kelompok
metode peramalan yang berdasarkan deret waktu (time series forecasting methods).
Metode Time Series adalah metode statistik yang menggunakan data permintaan
historis dihimpun pada suatu periode waktu. Dengan asumsi bahwa apa yang terjadi di
masa lalu akan terjadi di masa yang akan datang.
Metode peramalan deret waktu yang umumnya digunakan adalah:
1. Moving average, digunakan jika tidak ada pola trend maupun musiman.
2. Simple eksponensial smoothing, digunakan jika tidak ada pola trend
maupun musiman.
3. Double Exponential Smoothing, digunakan jika ada pola trend tetapi tidak
ada pola musiman.
4. Metode Winter, digunakan jika ada pola trend dan musiman.
2.6.2.1. Metode Moving Average (MA)
Moving average diperoleh dengan merata-rata permintaan berdasarkan
beberapa data masa lalu yang terbaru. Tujuan utama dari penggunaan metode ini
adalah untuk mengurangi atau menghilangkan variasi acak permintaan dalam
hubungannya dengan waktu. Tujuan ini dicapai dengan merata-rata beberapa nilai
data secara bersama-sama, dan menggunakan nilai rata-rata tersebut sebagai ramalan
permintaan untuk periode yang akan datang. Secara matematis, maka MA akan
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
... 2.2
Dimana:
Xt
N = Banyaknya data permintaan yang dilibatkan dalam perhitungan MA = Permintaan aktual pada periode t
Ft
N
X X
X X
F t t t t n
t
1 2
1 − .... − +
− + + +
+ =
2.6.2.2. Metode Single Exponential Smoothing (SES)
Kelemahan teknik MA dalam kebutuhan akan data-data masa lalu yang cukup
banyak dapat diatasi dengan teknik SES. Model ini mengasumsikan bahwa data
berfluktuasi di sekitar nilai mean yang tetap, tanpa trend atau pola pertumbuhan
konsisten.
Rumus SES dinyatakan sebagai berikut:
... 2.3
Dimana:
St
X
= Peramalan untuk periode t
t
F
+(1-α) = Nilai aktual time series
t-1
α = Konstanta perataan antara 0 dan 1
= Peramalan pada waktu t-1 (waktu sebelumnya)
2.6.2.3. Metode Double Exponential Smoothing (DES)
Metode ini digunakan ketika data menunjukkan adanya trend. Exponential
Smoothing dengan adanya trend seperti pemulusan sederhana kecuali bahwa
komponen harus diupdate setiap periode, level dan trendnya. Level adalah estimasi
yang dimuluskan dari nilai data pada akhir masing-masing periode. Trend adalah
estimasi yang dihaluskan dari pertumbuhan rata-rata pada akhir masing-masing
periode.
1
) 1 (
. + − −
= t t
t X F
Rumus DES dinyatakan sebagai berikut:
... 2.4
Dimana:
α = Koefisien pemulusan
S’t
S”
= Nilai-nilai penghalusan eksponensial tunggal
t
a
= Nilai-nilai penghalusan eksponensial ganda
t
b
= Penyesuaian nilai penghalusan tunggal untuk periode t
t
F
= Komponen kecenderungan
t+m = Nilai ramalan untuk m periode ke depan dari t
2.6.2.4. Metode Winters
Metode Winters menggunakan model trend dari Holt, dimana model ini
dimulai dengan perkiraan trend sebagai berikut:
... 2.5
Dimana:
Tt
A
= Peramalan untuk periode t
t
f
+(1-α) = Nilai aktual time series
t-1 = Peramalan pada waktu t-1 (waktu sebelumnya)
) )(
1 (
. + − −1+ −1
= t t t
t A f T
T α α
α = Konstanta perataan antara 0 dan 1
Tt-1 = Peramalan untuk periode t (waktu sebelumnya)
2.6.3. Ukuran Akurasi Hasil Peramalan
Ukuran akurasi hasil peramalan merupakan ukuran kesalahan peramalan yaitu
tingkat perbedaan antara hasil peramalan dengan permintaan yang sebenarnya terjadi.
Ada 3 ukuran yang biasa digunakan yaitu:
a. Mean Absolute Deviation (MAD)
... 2.6
Dimana:
Xt
F
= Permintaan aktual pada periode t
t
n = Jumlah periode peramalan yang terlibat = Peramalan permintaan pada periode t
b. Mean Square Error (MSE)
... 2.7
c. Mean Absolute Percentage Error (MAPE)
Akurasi peramalan akan semakin tinggi apabila nilai-nilai MAD, MSE, dan
MAPE semakin kecil.
Masalah yang dihadapi perusahaan adalah sering terjadinya kekurangan
persediaan karena peramalan masih kurang tepat, perencanaan kebutuhan bahan yang
meliputi titik pemesanan kembali, jumlah, dan tingkat safety stock masih belum tepat
sehingga menyebabkan terhambatnya produksi. Metode yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah ini adalah metode peramalan yang disesuaikan dengan pola
data historis penjualan perusahaan yaitu metode peramalan pemulusan eksponensial,
kemudian membuat perencanaan kebutuhan bahan baku dengan continuous review
sistem21.
2.7. Review Hasil-Hasil Penelitian
Beberapa jurnal penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Wahid Ahmad Jauhari (2006) dengan judul Tingkat Persediaan Spare Part
Forklift Merek Komatsu dengan Pendekatan Model Persediaan Single
Item. Penelitian ini membahas penetapan tingkat persediaan spare part
forklift merek Komatsu yang mampu meminimalkan biaya total persediaan
dan meningkatkan service level.
21
Widiawaty Winata dan Bachtiar Saleh Abbas, Sistem Informasi Persediaan Bahan Baku
2. Wirawan Aditya, S.P. dkk (2009) dengan judul Pengendalian Persediaan
Spare Part dengan Pendekatan Periodic Review (R,s,S) Sistem. Penelitian
ini membahas bagaimana menentukan strategi persediaan spare part
dengan mempertimbangkan servis level yang tinggi tetapi dengan biaya
yang rendah.
3. Muhammad Adha Ilhami (2011) dengan judul Evaluasi dan Perbandingan
Kebijakan Persediaan di PT. XYZ pada Sistem Probabilistik dengan
Menggunakan Model P. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
kebijakan perusahaan dimana menurut perusahaan belum didasarkan atas
biaya total persediaan namun berdasarkan pengalaman masa lalu yang
dinilai lebih “aman” yang didasari atas kekhawatiran kekurangan
persediaan bahan baku.
4. Burhan (2010) dengan judul Model P Back Order dan Algoritma
Permasalahan Inventori dengan Mempertimbangkan Ongkos Transportasi
(Fixed and Variable Cost) – Permintaan Probabilistik. Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan kebijakan inventori (dengan model P)
diterapkan untuk meminimumkan biaya total dengan mempertimbangkan
biaya transportasi.
5. Wahid Ahmad Jauhari (2008) dengan judul Penentuan Model Persediaan
Spare Part dengan Mempertimbangkan Terjadinya Back order. Penelitian
permintaan intermittent ke dalam model persediaan yang membolehkan
terjadinya back order.
6. Yutik Ernawati dan Sunarsih (2008) dengan judul Sistem Pengendalian
Persediaan Model Probabilistik dengan Back order Policy. Penelitian ini
membahas tentang model persediaan probabilistik untuk kasus back order
tanpa kendala dan dengan kendala. Model ini dapat membantu untuk
menentukan jumlah bahan baku dan safety stock yang harus disiapkan
setiap dilakukan pemesanan kepada supplier secara lebih optimal dengan
meminimalkan total biaya pembelian.
7. Hala A. Fergany (2005) dengan judul Periodic Review Probabilistic
Multi-Item Inventory Sistem with Zero Lead Time under Constrains and
Varying Order Cost. Tujuan penelitian ini adalah untuk memeriksa
persediaan pengaman multi item secara probabilistik, model inventori
single source dengan zero lead-time dan bermacam biaya pemesanan
dibawah dua kendala, salah satunya biaya simpan yang diharapkan dan
yang lain adalah biaya yang diharapkan dari safety stock.
8. Naglaa Hassa El-Sodany (2011) dengan judul Periodic Review
Probabilistic Multi-Item Inventory Sistem With Zero Lead-time Under
Constraint and Varying Holding Cost. Penelitia