• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengendalian Persediaan Spare Part Printer Menggunakan Metode Economic Order Quantity Dengan Back Order Pada PT. Mitra Infoparama Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengendalian Persediaan Spare Part Printer Menggunakan Metode Economic Order Quantity Dengan Back Order Pada PT. Mitra Infoparama Medan"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN SPARE PART PRINTER

MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER

QUANTITY DENGAN BACK ORDER PADA

PT. MITRA INFOPARAMA MEDAN

SKRIPSI

OKY SANDI R. SIHOMBING

090803033

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN SPARE PART PRINTER MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DENGAN BACK ORDER

PADA PT. MITRA INFOPARAMA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

OKY SANDI R. SIHOMBING 090803033

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGENDALIAN PERSEDIAAN SPARE PART

PRINTER MENGGUNAKAN METODE

ECONOMIC ORDER QUANTITY DENGAN

BACK ORDER PADA PT. MITRA INFOPARAMA MEDAN

Kategori : SKRIPSI

Nama : OKY SANDI R. SIHOMBING

NomorIndukMahasiswa : 090803033

Program Studi : SARJANA (S1) MATEMATIKA

Departemen : MATEMATIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juli 2013

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Drs. Rachmad Sitepu, M.Si Drs. Djakaria Sebayang, M.Si NIP. 19530418 198703 1 001 NIP. 19511227 198503 1 002

Diketahui/ Disetujui oleh

DepartemenMatematika FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

PENGENDALIAN PERSEDIAAN SPARE PART PRINTER MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER

QUANTITY DENGAN BACK ORDER PADA PT. MITRA INFOPARAMA MEDAN

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapakutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2013

(5)

PENGHARGAAN

Segala pujian, hormat dan ucapan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat,

kasih, pertolongan dan penyertaanNya yang dirasakan penulis dalam hidup yang

dipercayakanNya selama saya kuliah terkhusus saat proses pengerjaan skripsi ini.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Alm Bapak Drs. Djakaria Sebayang,

M.Si selaku pembimbing 1 dan Drs. Rachmad Sitepu, M.Si selaku pembimbing 2

yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan skripsi ini. Terimakasih kepada

prof. Dr. Tulus, M.Si. Ph.D dan Ibu Dra. Mardiningsih, M.Sc selaku Ketua

Departemen dan Sekretaris Departemen Matematika FMIPA USU Medan, Dekan dan

Pembantu Dekan FMIPA USU, seluruh Staff dan Dosen Matematika FMIPA USU,

pegawai FMIPA USU dan rekan-rekan kuliah. Akhirnya tidak terlupakan kepada

Bapak, Ibu dan keluarga yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan yang

(6)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN SPARE PART PRINTER MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DENGAN BACK ORDER PADA PT.

MITRA INFOPARAMA MEDAN

ABSTRAK

Persediaan adalah barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Penelitian ini dihadapkan pada masalah perusahaan yang selalu mengalami kekukarangan persediaan akibat kebutuhan yang besar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan jumlah persediaan yang optimal sehingga diperoleh biaya persediaan yang minimum dari persediaan spare part printer EPSON jenis inkjet dan

spare part printer EPSON jenis dot matrix pada PT. Mitra Infoparama Medan. Model analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah model EOQ (Economic Order Quantity) dengan back order. Berdasarkan hasil perhitungan EOQ dengan back order

diperoleh jumlah pemesanan optimal spare part printer jenis inkjet sebanyak 454 unit dengan waktu putaran 45 hari dan spare part printer jenis dot matrix sebanyak 279 unit dengan waktu putaran 42 hari. Total biaya persediaan spare part printer jenis

inkjet adalah Rp Rp. 1.072.368.316,9 dan spare part printer jenis dot matrix adalah Rp. 1.594.563.750,00.

(7)

INVENTORY CONTROL OF PRINTER SPARE PART USING ECONOMIC ORDER QUANTITY METHOD WITH BACK ORDER

IN PT. MITRA INFOPARAMA MEDAN

ABSTRACT

Inventories are goods that are stored to be used to fulfill a specific purpose, such as for use in the production or assembly process, for resale, or for parts of an equipment or machinery. The research firm faced with a problem that has always suffered lack inventory because of great need. The purpose of this research is to determine the optimal amount of inventory in order to obtain the minimum inventory cost of EPSON printer spare part inventories type of inkjet and type of dot matrix in PT. Mitra Infoparama Medan. Model analysis of the data used in this research is a model of EOQ (Economic Order Quantity) with back order. Based on the results of the calculation of EOQ with back orders obtained optimal order quantity types of inkjet printer spare parts as much as 454 units with 45 days cycle time and printer parts dot matrix type as much as 279 units with lap times of 42 days. Total cost of printer spare part inventories type of inkjet is Rp. 1072368316.9 and type of dot matrix is Rp. 1,594,563,750.00.

(8)

DAFTAR ISI

2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan 7

2.2 Fungsi Pengendalian Persediaan 8

2.3 Tujuan Pengendalian Persediaan 9

2.4 Komponen Biaya Persediaan 10

2.4.1 Biaya Pembelian (Purchasing Cost) 10

2.4.2 Biaya Pengadaan (Procurement Cost) 11

2.4.3 Biaya penyimpanan (Holding Cost) 11

2.4.4 Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Cost) 13

2.5 Uji Lilliefors 13

2.6 Model Persediaan Back Order 15

Bab 3 Pembahasan

3.1 Pengumpulan Data 19

3.1.1 Data Permintaan Spare Part Printer Epson 19 3.1.2 Biaya Pemesanan Spare PartPrinter Epson 21 3.1.3 Biaya Penyimpanan Spare PartPrinter Epson 21 3.1.4 Biaya Kekurangan Persediaan Spare PartPrinter Epson 22

(9)

3.2.1 Uji Kenormalan Data 22

3.2.2 Economic Order Quantity dengan Back Order 27

3.2.3 Siklus dan Frekuensi Pemesanan 29

3.2.4 Reorder Point 31

3.3 Total Biaya Persediaan 32

3.4 Hubungan antara EOQ, Back Order, dan ROP pada PT. Mitra Infoparama

Medan 33

Bab4 Kesimpulan dan Saran 36

4.1 Kesimpulan 36

4.2 Saran 36

Daftar Pustaka 37

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Judul Halaman

3.1 Data Permintaan Spare Part Printer Epson Jenis Inkjet Tahun 2012

20

3.2 Data Permintaan Spare Part Printer Epson Jenis Dot Matrix Tahun 2012

20

3.3 Data Biaya Pemesanan Spare Part Printer Epson 21

3.4 Data Biaya Penyimpanan Spare Part Printer Epson 21

3.5 Data Biaya Kekurangan Persediaan Spare Part Printer Epson 22 3.6 Data Permintaan untuk Spare Part Printer Epson Jenis Inkjet

setelah Diurutkan

22

3.7 Uji Kenormalan Lilliefors Data Permintaan Spare Part Printer

Jenis Inkjet

24

3.8 Data Permintaan untuk Spare Part Printer Epson Jenis Dot Matrix setelah Diurutkan

25

3.9 Uji Kenormalan Lilliefors Data Permintaan Spare Part Printer

Jenis Dot Matrix

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Judul Halaman

2.1 Persediaan Model Back Order 17

3.1 Model Persediaan Back Order Spare Part Printer Jenis Inkjet 34 3.2 Model Persediaan Back Order Spare Part Printer Jenis Dot

Matrix

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lamp.

Judul Halaman

1 Tabel Distribusi Normal 39

2 Tabel Nilai Kritis untuk Uji Kenormalan Lilliefors 41 3 Surat Tanda Terima Riset PT. Mitra Infoparama Medan 42 4 Rekapan Data Sekunder Tahun 2012 PT. Mitra Infoparama

Medan

(13)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN SPARE PART PRINTER MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DENGAN BACK ORDER PADA PT.

MITRA INFOPARAMA MEDAN

ABSTRAK

Persediaan adalah barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Penelitian ini dihadapkan pada masalah perusahaan yang selalu mengalami kekukarangan persediaan akibat kebutuhan yang besar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan jumlah persediaan yang optimal sehingga diperoleh biaya persediaan yang minimum dari persediaan spare part printer EPSON jenis inkjet dan

spare part printer EPSON jenis dot matrix pada PT. Mitra Infoparama Medan. Model analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah model EOQ (Economic Order Quantity) dengan back order. Berdasarkan hasil perhitungan EOQ dengan back order

diperoleh jumlah pemesanan optimal spare part printer jenis inkjet sebanyak 454 unit dengan waktu putaran 45 hari dan spare part printer jenis dot matrix sebanyak 279 unit dengan waktu putaran 42 hari. Total biaya persediaan spare part printer jenis

inkjet adalah Rp Rp. 1.072.368.316,9 dan spare part printer jenis dot matrix adalah Rp. 1.594.563.750,00.

(14)

INVENTORY CONTROL OF PRINTER SPARE PART USING ECONOMIC ORDER QUANTITY METHOD WITH BACK ORDER

IN PT. MITRA INFOPARAMA MEDAN

ABSTRACT

Inventories are goods that are stored to be used to fulfill a specific purpose, such as for use in the production or assembly process, for resale, or for parts of an equipment or machinery. The research firm faced with a problem that has always suffered lack inventory because of great need. The purpose of this research is to determine the optimal amount of inventory in order to obtain the minimum inventory cost of EPSON printer spare part inventories type of inkjet and type of dot matrix in PT. Mitra Infoparama Medan. Model analysis of the data used in this research is a model of EOQ (Economic Order Quantity) with back order. Based on the results of the calculation of EOQ with back orders obtained optimal order quantity types of inkjet printer spare parts as much as 454 units with 45 days cycle time and printer parts dot matrix type as much as 279 units with lap times of 42 days. Total cost of printer spare part inventories type of inkjet is Rp. 1072368316.9 and type of dot matrix is Rp. 1,594,563,750.00.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk

memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau

perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu peralatan atau

mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses,

barang jadi ataupun suku cadang. Barang-barang tidak selamanya tersedia setiap saat.

Tanpa adanya persediaan, perusahaan akan dihadapkan pada resiko bahwa pada suatu

waktu perusahaan tidak dapat memenuhi keinginan konsumen yang membutuhkan

barang atau jasa yang diproduksi. Hal ini dapat mengakibatkan perusahaan akan

kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya didapatkan.

Menurut pengamatan penulis, persediaan spare part printer EPSON pada PT.. Mitra Infoparama Medan selalu mengalami kekurangan barang. Hal ini terjadi karena

kebutuhan spare part printer EPSON sangat besar. Untuk pemenuhan kebutuhan

spare part printer EPSON di Sumatera Utara dan tiga propinsi lainnya, yaitu NAD, Riau dan Pekan Baru hanya dipenuhi oleh PT. Mitra Infoparama Medan. Sehingga

dalam sistemnya sering mengalami kekurangan persediaan barang. Barang yang

kurang biasanya akan dipesan lagi supaya kebutuhan pelanggan tetap terpenuhi,

walaupun dalam pemenuhannya akan membutuhkan waktu. Jadi pelanggan biasanya

menunggu sampai pada batas waktu barang tersedia. Hal kekurangan persediaan

barang tersebut dinamakan back order.

Perusahaan yang mengalami kekurangan persediaan akan mengalami kerugian,

dimana perusahaan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan. Dan

(16)

dikeluarkan perusahaan tidak hanya biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, tetapi

juga biaya kekurangan persediaan atau shortage cost. Sehingga menurut pengamatan penulis metode Economic Order Quantity dengan back order ini adalah metode yang tepat untuk menganalisis persediaannya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka model Economic Order Quantity (EOQ) dengan Back Order sangat tepat diaplikasikan pada penentuan persediaan

spare part printer EPSON pada PT. Mitra Infoparama Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas adalah menentukan persediaan spare part printer

EPSON jenis inkjet dan spare part printer EPSON jenis dot matrix yang optimal dengan metode Economic Order Quantity dengan Back Order pada PT. Mitra Infoparama Medan tahun 2012.

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Hanya menentukan persediaan spare part printer EPSON bagian PrintHead yang optimal pada PT. Mitra Infoparama Medan.

b. Data atau informasi periode tahun 2012 dari PT. Mitra Infoparama Medan

perihal:

1. Jumlah permintaan spare part printer EPSON setiap bulan. 2. Biaya dan lamanya tenggang waktu pemesanan spare part printer

EPSON.

3. Besarnya biaya penyimpanan tiap unit persediaan spare part printer

EPSON.

(17)

c. Besarnya harga barang, biaya simpan, biaya pesan dan biaya kekurangan

persediaan tidak mengalami perubahan.

d. Jenis spare part printer yang diteliti, yaitu: spare part printer EPSON jenis

inkjet dan spare part printer EPSON jenis dot matrix.

1.4 Tinjauan Pustaka

Arman Hakim Nasution dan Yudha Prasetyawan, dalam bukunya yang berjudul “Perencanaan & Pengendalian Produksi” (2008) mengemukakan bahwa persediaan adalah sumber daya menganggur (idle rerources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lebih lanjut tersebut adalah berupa kegiatan produksi pada

sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi ataupun kegiatan

pangan pada sistem rumah tangga.

Menurut Yamit (2005: 228) paling sedikit ada 3 alasan perlunya persediaan bagi

perusahaan maupun organisasi, yaitu:

1. Adanya unsur ketidakpastian permintaan (permintaan yang mendadak).

2. Adanya unsur ketidakpastian dari pasokan supplier.

3. Adanya unsur ketidakpastian tenggang waktu pemesanan.

Subagyo (1990) mengemukakan bahwa shortage cost timbul akibat tidak terpenuhinya kebutuhan langganan. Bila langganan mau menunggu, maka biaya

terdiri dari ongkos produksi yang terburu-buru. Tetapi, bila langganan tidak rela

menunggu, maka biaya terdiri dari kehilangan untung dan kehilangan kepercayaan.

Biaya dari jenis ini umumnya mendapat perhatian yang sungguh-sungguh karena

akibatnya tidak segera terasa dan sifatnya merusak serta berlangsung secara

(18)

Uji kenormalan data Lilliefors diawali dengan penentuan taraf sigifikansi,

yaitu pada taraf signifikasi 5% (0,05) dengan hipotesis yang diajukan adalah sebagai

berikut (Sudjana, 2002) :

H0 : Sampel berdistribusi normal

H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

Dengan kriteria pengujian :

Jika Whitung < Wtabel terima H0, dan

Jika Whitung > Wtabel tolak H0

nilai Whitung didapat dari rumus | |

dengan:

= fungsi distribusi normal baku

= fungsi distribusi kumulatif sampel

Menurut Siagian (2006: 27) rumus EOQ untuk model back order yaitu:

√ √

√ √

Dan rumusan biaya persediaan tahunan total, yaitu:

dengan:

= jumlah pemesanan optimal

= ordering cost per pemesanan

= jumlah barang yang dibutuhkan dalam 1 periode

= holding cost (biaya simpan)

= biaya backordering per unit dalam satu periode

(19)

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan jumlah persediaan spare part printer EPSON jenis inkjet dan spare part printer EPSON jenis dot matrix dan biaya total persediaan yang optimal menurut metode Economic Order Quantity dengan Back Order pada PT. Mitra Infoparama Medan tahun 2012.

1.6 Kontribusi Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

a. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi perusahaan

dalam mengambil keputusan dalam hal pengadaan persediaan spare part printer yang optimal.

b. Menjadi referensi bagi mahasiswa lain yang ingin melakukan penelitian

serupa.

1.7 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus. Adapun

langkah-langkah yang diambil adalah:

dot matrix setiap bulan pada tahun 2012.

2. Data biaya pemesanan spare part printer EPSON untuk jenis inkjet dan

dot matrix periode tahun 2012.

3. Data biaya penyimpanan spare part printer EPSON untuk jenis inkjet

dan dot matrix periode tahun 2012.

(20)

b. Pengolahan Data

Data diuji dengan menggunakan uji lilifors. Selanjutnya dengan data yang

telah memenuhi persyaratan, maka akan dihitung jumlah persediaan dan biaya

total persediaan yang optimal menurut metode Economic Order Quantity

dengan Back Order pada PT. Mitra Infoparama Medan tahun 2012.

(21)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan

Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan

digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau

perakitan, untuk dijual kembali, atau suku cadang dari suatu peralatan atau mesin

(Herjanto, 1999). Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang

dalam proses, barang jadi ataupun suku cadang. Pengendalian persediaan produksi

dapat diartikan sebagai semua aktivitas ataupun langkah-langkah yang digunakan

untuk menentukan jumlah yang tepat untuk persediaan suatu item. Pengendalian

persediaan juga merupakan serangkaian kebijakan pengendalian untuk menentukan

tingkat persediaan yang harus tersedia, kapan menambah persediaan, dan berapa besar

pesanan yang harus diadakan.

Pengendalian persediaan merupakan suatu model yang umum digunakan untuk

menyelesaikan masalah yang terkait dengan usaha pengendalian bahan baku maupun

barang jadi dalam suatu aktifitas perusahaan. Ciri khas dari model persediaan adalah

solusi optimalnya difokuskan untuk menjamin persediaan dengan biaya yang

serendah-rendahnya. Timbulnya persediaan suatu item dapat disebabkan oleh:

a. Mekanisme atas pemenuhan permintaan.

Permintaan terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketika bila barang

tersebut tidak ada tersedia sebelumnya. Untuk menyiapkan suatu barang

diperlukan waktu untuk pembuatan dan pengiriman, sehingga dengan adanya

persediaan hal seperti ini dapat diatasi.

b. Keinginan untuk meredam ketidakpastian

Ketidakpastian terjadi akibat permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam

(22)

tidak konstan, dan waktu tenggang yang cenderung tidak pasti karena banyak

faktor tidak dapat dikendalikan. Ketidakpastian ini dapat diredam dengan

persediaan.

c. Keinginan untuk melakukan spekulasi yang bertujuan untuk mendapatkan

keuntungan yang besar dari kenaikan harga di masa mendatang.

2.2 Fungsi Pengendalian Persediaan

Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang

dihadapi oleh perusahaan. Kekurangan bahan baku akan mengakibatkan adanya

hambatan-hambatan pada proses produksi. Kekurangan persediaan barang jadi di

pasaran akan menimbulkan kekecewaan pada pelanggan dan akan mengakibatkan

perusahaan kehilangan mereka, sedangkan kelebihan persediaan akan menimbulkan

biaya ekstra (biaya penyimpanan dan lain-lain), di samping resiko kerusakan karena

penyimpanan barang yang terlalu lama. Sehingga dapat dikatakan bahwa

pengendalian persediaan yang efektif sangat diperlukan oleh suatu perusahaan.

(Subagyo, 1984: 205)

Oleh karena itu pengendalian persediaan pada hakikatnya mencakup dua

fungsi yang berhubungan sangat erat yaitu: (Siagian, 2006: 16)

a. Perencanaan persediaan

Aspek perencanaan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang

akan disediakan atau diproduksi dan sumber terbaik pengadaan

barang-barang.

b. Pengawasan persediaan

Aspek pengawasan yaitu:

1. Bilamana dan berapa kali pesanan atau produksi dilaksanakan.

(23)

Fungsi pengendalian persediaan ditentukan oleh berbagai kondisi yaitu:

(Subagyo, 1984: 206)

a. Bila jangka waktu pengiriman relatif lama maka perusahaan perlu persediaan

bahan baku yang cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan selama

jangka waktu pengiriman. Atau pada perusahaan dagang, persediaan barang

dagangan harus cukup untuk melayani permintaan langganan selama jangka

waktu pengiriman barang dari penyedia atau produsen.

b. Seringkali jumlah yang dibeli atau diproduksi lebih besar daripada yang

dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena membeli dan memproduksi dalam

jumlah yang besar pada umumnya lebih ekonomis. Karena sebagian

barang/bahan yang belum digunakan disimpan sebagai persediaan.

c. Apabila permintaan barang bersifat musiman sedangkan tingkat produksi

setiap saat adalah konstan maka perusahaan dapat melayani permintaan

tersebut dengan membuat tingkat persediaannya berfluktuasi mengikuti

fluktuasi permintaan. Tingkat produksi yang konstan umumnya lebih disukai

karena biaya-biaya untuk mencari dan melatih tenaga kerja baru, upah lembur,

dan sebagainya (bila tingkat produksi berfluktuasi) akan lebih besar daripada

biaya penyimpanan barang di gudang (bila tingkat persediaan berfluktuasi).

d. Selain untuk memenuhi permintaan pelanggan, persediaan juga diperlukan

apabila biaya untuk mencari barang/bahan pengganti atau biaya kehabisan

barang/bahan (stock out cost) relatif besar.

2.3 Tujuan Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan dijalankan untuk menjaga tingkat persediaan pada tingkat

yang optimal sehingga diperoleh penghematan-penghematan pada persediaan tersebut

yaitu untuk menunjukkan tingkat persediaan yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat

menjaga kontonuitas produksi dengan biaya yang ekonomis.

Dari pengertian di atas, maka tujuan pengendalian persediaan adalah sebagai

(24)

a. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan

cepat.

b. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak

mengalami kehabisan persediaan yang berakibat terhentinya proses

produksi.

c. Untuk mempertahankan dan meningkatkan penjualan dan laba perusahaan.

d. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena dapat

mengakibatkan biaya pemesanan menjadi lebih besar.

e. Menjaga agar persediaan di gudang tidak berlebihan, karena dapat

mengakibatkan meningkatnya resiko dan juga biaya penyimpanan di

gudang.

2.4 Komponen Biaya Persediaan

Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya system persediaan adalah semua

pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Biaya sistem

persediaan terdiri dari: (Nasution, 2008: 121)

2.4.1 Biaya Pembelian (Purchasing Cost)

Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Besarnya

biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan

barang. Biaya pembelian menjadi faktor penting ketika harga barang yang dibeli

tergantung pada ukuran pembelian. Situasi ini bias disebut sebagai quantity discount

atau price break dimana harga barang per unit akan turun bila jumlah barang yang dibeli banyak.

Dalam kebanyakan teori persediaan, komponen biaya pembelian tidak

dimasukkan ke dalam total biaya sistem persediaan karena diasumsikan bahwa harga

(25)

pembelian untuk periode waktu tertentu (misalnya 1 tahun) konstan dan hal ini tidak

akan mempengaruhi berapa banyak barang yang harus dipesan.

2.4.2 Biaya Pengadaan (Procurement Cost)

Biaya pengadaan dibedakan atas 2 jenis sesuai asal usul barang, yaitu:

a. Biaya pemesanan (ordering cost)

Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan

barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk menentukan pemasok (supplier),

pengetikan pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan dan seterusnya. Biaya ini

diasumsikan konstan untuk sekali pesan.

b. Biaya pembuatan (setup cost)

Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang timbul dalam

mempersiapkan produksi suatu barang. Biaya ini timbul di dalam pabrik yang meliputi

biaya menyusun peralatan produksi, menyetel mesin, mempersiapkan gambar kerja

dan seterusnya.

2.4.3 Biaya penyimpanan (Holding Cost)

Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang.

Biaya ini meliputi:

a. Biaya Modal

Penumpukan barang di gudang berarti penumpukan modal, dimana modal

perusahaan memiliki ongkos (expense) yang dapat diukur dengan suatu bunga bank. Oleh karena itu biaya yang ditimbulkan karena memiliki persediaan harus

diperhitungkan dalam suatu biaya sistem persediaan. Biaya memiliki persediaan

(26)

b. Biaya Gudang

Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga timbul

biaya gudang. Bila gudang dan peralatannya disewa maka biaya gudangnya

merupakan biaya sewa sedangkan bila perusahaan mempunyai gudang sendiri maka

biaya gudang merupakan biaya depresiasi.

c. Biaya Kerusakan dan Penyusutan

Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan karena

beratnya berkurang atau jumlahnya berkurang karena hilang. Biaya kerusakan dan

penyusutan biasanya diukur dari pengalaman sesuai persentasenya.

d. Biaya Kadaluarsa (Absolence)

Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan

teknologi dan model sepeti barang-barang elektronik. Biaya kadaluarsa biasanya

diukur dengan besarnya penurunan nilai jual dari barang tersebut.

e. Biaya Asuransi

Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga dari hal-hal yang tak

diinginkan seperti kebakaran. Biaya asuransi tergantung jenis barang yang

diasuransikan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi.

f. Biaya Administrasi dan Pemindahan

Biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasikan persediaan barang yang ada,

baik pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun penyimpanannya dan biaya

untuk memindahkan barang dari, ke, dan di dalam tempat penyimpanan, termasuk

(27)

2.4.4 Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Cost)

Bila perusahaan kehabisan barang pada saat ada permintaan, maka akan terjadi

keadaan kekurangan persediaan. Keadaan ini akan menimbulkan kerugian karena

proses produksi akan terganggu dan kehilangan kesempatan mendapat keuntungan

atau kehilangan konsumen pelanggan karena kecewa sehiggan beralih ke tempat lain.

Biaya kekurangan persediaan dapat diukur dari:

a. Kuantitas tidak dapat dipenuhi

Biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi

permintaan atau dari kerugian akibat terhentinya proses produksi. Kondisi ini

diistilahkan sebagai biaya penalti atau hukuman kerugian bagi perusahaan.

b. Waktu Pemenuhan

Lamanya gudang kosong berarti lamanya proses produksi terhenti atau

lamanya perusahaan tidak mendapat keuntungan, sehingga waktu menganggur

tersebut dapat diartikan sebagai uang yang hilang. Biaya waktu pemenuhan diukur

berdasarkan waktu yang diperlukan untuk memenuhi gudang.

c. Biaya Pengadaan Darurat

Supaya konsumen tidak kecewa maka dapat dilakukan pengadaan darurat yang

biasanya menimbulkan biaya yang lebih besar dari pengadaan normal. Kelebihan

biaya dibandingkan pengadaan normal ini dapat dijadikan ukuran untuk menentukan

biaya kekurangan persediaan.

2.5 Uji Lilliefors

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data dari masing-masing

kelompok berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data akan diuji dengan uji

Liliefors. Menurut Nana Sudjana, uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan

uji Liliefors dilakukan dengan langkah-langkah berikut. Diawali dengan penentuan

taraf sigifikansi, yaitu pada taraf signifikasi 5% (0,05) dengan hipotesis yang diajukan

(28)

H0 : Sampel berdistribusi normal

= fungsi distribusi normal baku

= fungsi distribusi kumulatif sampel

Adapun langkah-langkah pengujian normalitas adalah :

1. Data pengamatan X1, X2 , X3, …, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2 , Z3,..., Zn

2. Untuk setiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal

baku, kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z < Zi).

3. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2 , Z3, …, Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) maka :

1. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi), kemudian tentukan harga mutlaknya.

2. Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

(29)

Untuk menerima atau menolak hipotesis nol (H0), dilakukan dengan cara

membandigkan W0 ini dengan nilai Wkritis yang terdapat dalam tabel untuk taraf nyata

yang dipilih 5%. Untuk mempermudah perhitungan dibuat dalam bentuk tabel.

2.6 Model Persediaan EOQ Back Order

Yamit (2005) mengemukakan bahwa untuk model persediaan back order, pelanggan yang tidak dapat dipenuhi permintaannya menyetujui untuk menunggu pengiriman

pada pesanan berikutnya. Hal ini berarti perusahaan tidak akan kehilangan penjualan

tetapi perusahaan menanggung biaya tambahan untuk melakukan pemesanan kembali

dan biaya dari nama baik pelanggan, meskipun biaya nama baik ini sulit untuk

dihitung.

Persediaan model back order dapat ditunjukkan oleh gambar 2.1 dimana kekurangan persediaan adalah unit dan persediaan maksimum adalah atau .

Jika jumlah permintaan adalah , maka persediaan maksimum dapat memenuhi

permintaan selama ⁄ . Setelah itu back order mulai terjadi, sebab permintaan tidak

dapat dipenuhi dari persediaan. Dengan demikian siklus persediaan adalah ⁄ .

Rata-rata persediaan adalah ⁄ , dan waktu kehabisan persediaan adalah ⁄ .

Sehingga biaya simpan per siklus:

( ) ( )

dengan jumlah siklus per tahun ⁄ , maka biaya simpan menjadi

Q

= (biaya back order)(rata-rata back order)(periode back order)

(

(30)

dengan jumlah siklus per tahun ⁄ , maka biaya back order menjadi

(31)

persediaan

Gambar 2.1 Persediaan model back order

Persediaan Q optimal menurut Siagian (2006) didapat dengan mencari

turunan pertama persamaan (2.4) terhadap Q dan kemudian disamakan dengan nol,

maka diperoleh:

Dan jika persamaan (2.4) diturunkan terhadap L yang disamakan dengan nol,

(32)

= jumlah waktu operasi per tahun

= ordering cost per pemesanan

= jumlah barang yang dibutuhkan dalam 1 periode

= holding cost (biaya simpan)

= biaya backordering per unit dalam satu periode = total biaya persediaan tahunan

= tingkat persediaan maksimum

(33)

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Pengumpulan Data

Data yang diperoleh berasal dari data sekunder dari PT. Mitra Infoparama Medan

yang berlokasi di Jl Prof HM Yamin SH No. 216 E.

Data yang dikumpulkan adalah:

5. Data jumlah permintaan spare printer EPSON untuk jenis inkjet dan

dot matrix setiap bulan pada tahun 2012.

6. Data biaya pemesanan spare part printer EPSON untuk jenis inkjet dan

dot matrix periode tahun 2012.

7. Data biaya penyimpanan spare part printer EPSON untuk jenis inkjet

dan dot matrix periode tahun 2012.

8. Data biaya kekurangan persediaan spare part printer EPSON untuk jenis inkjet dan dot matrix periode tahun 2012.

3.1.1 Data Permintaan Spare Part Printer Epson

Permintaan (demand) merupakan jumlah pelanggan yang memesan barang dari perusahaan. Dalam pemenuhannya, bila barang tersedia pelanggan dapat langsung

mendapatkan barang yang dipesan tetapi apabila barang tidak tersedia pelanggan

harus menunggu sampai barang yang dipesan tersedia. Data permintaan tahun 2012

(34)

Tabel 3.1 Permintaan spare part printer Epson jenis inkjet tahun 2012

Tabel 3.2 Permintaan spare part printer Epson jenis dot matrix tahun 2012

(35)

10 Oktober 184

11 November 196

12 Desember 187

Jumlah 2439

3.1.2 Biaya Pemesanan Spare PartPrinter Epson

Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang

dari luar hingga sampainya barang digudang. Dalam hal ini biaya pemesanan

perusahaan meliputi biaya pengiriman dan biaya administrasi.

Tabel 3.3 Biaya pemesanan spare part printer Epson

No. Jenis Printer Biaya Pesan

1 Inkjet Rp. 375.000,00

2 Dot Matrix Rp. 520.000,00

3.1.3 Biaya Penyimpanan Spare Part Printer Epson

Biaya penyimpanan merupakan biaya yang terkait dengan proses penyimpanan

barang. Biaya penyimpanan pada PT. Mitra Infoparama adalah sebesar 7,5% dari

harga spare part printer tersebut.

Tabel 3.4 Biaya penyimpanan spare part printer Epson

No. Jenis Printer Harga Biaya Simpan

1 Inkjet Rp. 290.000,00 Rp. 21.750,00

(36)

3.1.4 Biaya Kekurangan Persediaan Spare Part Printer Epson

Biaya kekurangan persediaan merupakan biaya yang timbul akibat kuantitas

permintaan yang tidak dapat terpenuhi. Biaya kekurangan persediaan pada PT. Mitra

Infoparama adalah sebesar 12% untuk jenis inkjet dan 15% untuk jenis dot matrix dari harga spare part printer tersebut.

Tabel 3.5 Biaya kekurangan persediaan spare part printer Epson

No. Jenis Printer Harga Biaya Kekurangan

Persediaan

1 Inkjet Rp. 290.000,00 Rp. 34.800,00

2 Dot Matrix Rp. 650.000,00 Rp. 97.500,00

3.2 Pengolahan Data

3.2.1 Uji Kenormalan Data

Uji kenormalan data atau biasa yang disebut uji Lilliefors digunakan untuk

mengetahui data permintaan yang diambil dari PT. Mitra Infoparama Medan layak

untuk dipakai.

a. Spare part printer jenis inkjet

Data permintaan untuk spare part printer Epson jenis inkjet bila diurutkan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.6 Data permintaan untuk spare part printer Epson jenis inkjet setelah diurutkan

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

256 278 287 289 295 305 312 324 325 327 334 345

(37)

nilai rata-rata hitung:

̅ ∑

Simpangan baku:

̅

Dari hasil simpangan baku dan nilai rata-rata, diperoleh nilai .

̅

(38)

Dari hasil , dengan menggunakan tabel distribusi normal (lampiran 1)

diperoleh . Kemudian dicari nilai , lalu dihitung nilai mutlak

| |.

Sehingga diperoleh tabel kumulatif berikut.

Tabel 3.7 Uji kenormalan Lilliefors data permintaan spare part printer jenis

inkjet

No. | |

1 256

2 278

3 287

4 289

5 295

6 305

7 312

8 324

9 325

10 327

11 334

12 345

Dengan , nilai (lampiran 2). Dan dari nilai

yang terbesar adalah . Oleh karena , maka dapat

diartikan diterima. Sehingga data permintaan spare part printer Epson jenis

(39)

b. Spare part printer jenis dot matrix

Data permintaan untuk spare part printer Epson jenis dot matrix bila diurutkan adalah sebagai berikut.

(40)
(41)

Dengan , nilai (lampiran 2). Dan dari nilai

yang terbesar adalah . Oleh karena , maka dapat

diartikan diterima. Sehingga data permintaan spare part printer Epson jenis

dot matrix pada PT. Mitra Infoparama Medan adalah mengikuti distribusi normal.

3.2.2 EOQ dengan Back Order

a. Spare Part Printer Jenis Inkjet

Perhitungan EOQ back order pada PT. Mitra Infoparama adalah sebagai berikut.

√ √

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pembelian spare part printer yang optimal adalah 454 unit untuk setiap kali pesan. Dan untuk persediaan maksimum dapat

dihitung sebagai berikut.

√ √

(42)

Persediaan maksimumnya adalah 279 unit. Sehingga jumlah barang yang mengalami

kekurangan dapat dihitung sebagai berikut.

175

Jumlah kekurangan barang spare part printer Epson jenis Inkjet yang optimal adalah 175 unit.

b. Spare Part Printer Jenis Dot Matrix

Perhitungan EOQ back order pada PT. Mitra Infoparama adalah sebagai berikut.

√ √

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pembelian spare part printer yang optimal adalah 279 unit untuk setiap kali pesan. Dan untuk persediaan maksimum dapat

(43)

√ √

Persediaan maksimumnya adalah 186 unit. Sehingga jumlah barang yang mengalami

kekurangan dapat dihitung sebagai berikut.

Jumlah kekurangan barang spare part printer Epson jenis dot matrix yang optimal adalah 93 unit.

3.2.3 Siklus dan Frekuensi Pemesanan

a. Spare Part Printer Jenis Inkjet

(44)

dan

Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa satu siklus persediaan spare part printer

Epson jenis inkjet pada PT. Mitra Infoparama Medan adalah 45 hari dengan frekuensi pemesanan sebanyak 8 kali dalam satu tahun.

b. Spare Part Printer Jenis Dot Matrix

dan

(45)

Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa satu siklus persediaan spare part printer

Epson jenis dot matrix pada PT. Mitra Infoparama Medan adalah 42 hari dengan frekuensi pemesanan sebanyak 9 kali dalam satu tahun.

3.2.4 Reorder Point

Perusahaan melakukan pemesanan kembali yaitu disaat sebelum persediaan yang ada

di gudang habis. Hal ini diperlukan karena tidak selamanya pesanan bahan baku dapat

segera terkirim atau terpenuhi oleh pihak pemasok, sehingga diperlukan waktu

tenggang atau lead time. Pada PT. Mitra Infoparama Medan lamanya lead time adalah 1 minggu dimana waktu operasi satu tahun perusahaan 50 minggu.

a. Spare Part Printer Jenis Inkjet

Reorder point dilakukan pada saat persediaan -101 unit.

b. Spare Part Printer Jenis Dot Matrix

(46)

3.3 Total Biaya Persediaan

a. Spare Part Printer Jenis Inkjet

Total biaya persediaan untuk spare part printer Epson jenis inkjet pada tahun 2012 adalah Rp. 6.038.316,9. Total biaya ini belum termasuk biaya pembelian barang. Bila

dihitung biaya pembelian, yaitu harga barang dikalikan dengan jumlah permintaan,

maka hasilnya adalah sebagai berikut.

Sehingga total biayanya adalah Rp. 1.072.368.316,9

b. Spare Part Printer Jenis Dot Matrix

Total biaya persediaan untuk spare part printer Epson jenis dot matrix pada tahun 2012 adalah Rp. 9.213.750,00. Total biaya ini belum termasuk biaya pembelian

barang. Bila dihitung biaya pembelian, yaitu harga barang dikalikan dengan jumlah

(47)

Sehingga total biayanya adalah Rp. 1.594.563.750,00

3.4 Hubungan antara EOQ, Back Order, dan ROP pada PT. Mitra Infoparama Medan

Dari pengolahan data diperoleh hubungan antara EOQ, jumlah back order dan ROP

pada PT. Mitra Infoparama Medan tahun 2012.

a. Spare Part Printer Jenis Inkjet

Perusahaan melakukan 8 kali pemesanan dalam satu tahun dengan jumlah 454

unit untuk setiap kali pesan. Tingkat persediaan maksimum 279 unit, dan

jumlah back order 175 unit. Jika dilihat hubungannya antara jumlah persediaan dan jumlah permintaan dalam satu putaran, maka dalam setiap

putarannya persediaan dapat memenuhi kebutuhan sebanyak 61,45% dan

sisanya dipenuhi dengan melakukan pemesanan kembali. Secara grafis, model

(48)

279

454 Lt Lt

0 45 90 waktu (hari) -101

ROP ROP

-175

Satu siklus

Gambar 3.1 Model persediaan back order spare part printer Epson jenis inkjet tahun 2012

b. Spare Part Printer Jenis Dot Matrix

Perusahaan melakukan 9 kali pemesanan dalam satu tahun dengan jumlah 279

unit untuk setiap kali pesan. Tingkat persediaan maksimum 186 unit, dan

jumlah back order 93 unit. Jika dilihat hubungannya antara jumlah persediaan dan jumlah permintaan dalam satu putaran, maka dalam setiap putarannya

persediaan dapat memenuhi kebutuhan sebanyak 66,67% dan sisanya dipenuhi

(49)

186

Lt Lt

279 0 42 84 waktu (hari)

-44

ROP ROP

-93

Satu siklus

(50)

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pengolahan data menurut metode EOQ dengan back order pada PT. Mitra Infoparama Medan diperoleh kesimpulan:

1. Pemesanan yang optimal oleh perusahaan pada tahun 2012 adalah 454 unit

spare part printer Epson jenis inkjet dengan jumlah back order 175 unit dan 279 unit spare part printer Epson jenis dot matrix dengan jumlah back order 93 unit.

2. Total biaya persediaan menurut metode EOQ dengan back order pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp. 1.072.368.316,9 untuk spare part printer Epson jenis

inkjet dan Rp. 1.594.563.750,00 untuk spare part printer Epson jenis dot matrix.

4.2 Saran

PT. Mitra Infoparama sebaiknya dapat menjadikan metode EOQ dengan back order

sebagai salah satu referensi dalam menentukan kebijakan perusahaan pada saat

melakukan pengendalian persediaan, khususnya pada saat terjadi kondisi

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Handoko, T. Hani. 1984. Dasar – dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta : BPFE – Yogyakarta.

Herjanto, Eddy. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Grasindo

Nasution, A. H. dan Prasetyawan, Y. 2008. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ristono, Agus. 2009. ManajemenPersediaan. Yogyakarta: GrahaIlmu.

Siagian, P. 2006. Penelitian Operasional Teori dan Praktek. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI – Press)

Subagyo, Pangestu. Asri, Marwan. dan Handoko, T. Hani. 1984. Dasar-Dasar Operation Research. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: PT. Tarsito Bandung

Taha, Hamdy A. 1982. Operation Research an Introduction. New York: MacMillan Publishing Co, Inc.

(52)
(53)
(54)
(55)

Lampiran 2. Tabel Nilai Kritis untuk Uji Kenormalan Lilliefors

N 0,20 0,15 0,10 0,05 0,01

4 0,300 0,319 0,352 0,381 0,417

5 0,285 0,299 0,315 0,337 0,405

6 0,265 0,277 0,294 0,319 0,364

7 0,247 0,258 0,276 0,300 0,348

8 0,233 0,244 0,261 0,285 0,331

9 0,223 0,233 0,249 0,271 0,311

10 0,215 0,224 0,239 0,258 0,294

11 0,206 0,217 0,230 0,249 0,284

12 0,199 0,212 0,223 0,242 0,275

13 0,190 0,202 0,214 0,234 0,268

14 0,183 0,194 0,207 0,227 0,261

15 0,177 0,187 0,201 0,220 0,257

16 0,173 0,182 0,195 0,213 0,250

17 0,169 0,177 0,189 0,206 0,245

18 0,166 0,173 0,184 0,200 0,239

19 0,163 0,169 0,179 0,195 0,235

Gambar

Gambar 2.1 Persediaan model back order
Tabel 3.1 Permintaan spare part printer Epson jenis inkjet tahun 2012
Tabel 3.3 Biaya pemesanan spare part printer Epson
Tabel 3.7 Uji kenormalan Lilliefors data permintaan spare part printer jenis inkjet
+5

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Kristen Maranatha Penulis bermaksud untuk menganalisa sistem informasi akuntansi persediaan untuk meningkatkan efektifitas pengendalian persediaan spare part

Write off dilakukan untuk menurunkan persediaan spare part yang tinggi yang berasal dari spare part yang sudah tidak digunakan lagi sehingga nilai dari persediaan spare part

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah dapat menentukan jumlah pemesanan dan kapan waktu yang tepat untuk melakukan pemesanan produk spare part agar total

sebuah teknik untuk mengendalikan persediaan produk yang bertujuan meminimasi biaya persedian produk atau bahan baku, dengan EOQ dapat menentukan jumlah pemesanan

Jika perusahaan kekurangan persediaan, maka perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan dalam jumlah besar, sehingga untuk dapat memenuhi permintaan konsumen, perusahaan

Hasil perbandingan menunjukkan bahwa model kebijakan can-order lebih efisien dalam mengendalikan persediaan spare part mesin dengan memberikan penghematan sebesar 52% dari

Penentuan Kebijakan Persediaan dalam Cost Reduction Mrenggunakan Model Economic Order Quantity (EOQ) Backorder dengan Shortage.. Sari, Indah

Dari hasil perhitungan menggunakan metode POQ (kebijakan perusahaan) total biaya persediaan 9 jenis part kritis menghabiskan biaya sebesar Rp 37.054.735, sedangkan dengan