ANALISIS KALIUM IODAT DALAM GARAM DAPUR
SKRIPSI
OLEH:
ELVIA NOFIYENTI 081524063
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ANALISIS KALIUM IODAT DALAM GARAM DAPUR
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara OLEH:
ELVIA NOFIYENTI 081524063
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGESAHAN SKRIPSI
ANALISIS KALIUM IODAT DALAM GARAM DAPUR
OLEH:
ELVIA NOFIYENTI
081524063
Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: Juni 2011
Pembimbing I Panitia Penguji
(Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt) (Prof. Siti Morin Sinaga, MSc., Apt) NIP.195006071979031001 NIP. 195008281976032002
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan berkah, kasih
sayang dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Analisis Kalium Iodat dalam Garam Dapur”. Skripsi ini diajukan
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Tujuan dari penelitian ini adalah melihat kesesuaian kadar kalium iodat
dalam garam dapur berdasarkan Standar Nasional Indonesia. Melalui penelitian
ini diketahui bahwa 50 % garam dapur yang menjadi sampel mengandung kalium
iodat dibawah persyaratan Standar Nasional Indonesia. Hendaknya hasil
penelitian ini dapat menjadi informasi mengenai kalium iodat dalam garam dapur
beserta pengaruh kekurangan iodium didalam tubuh yaitu berkurangnya tingkat
kecerdasan, pertumbuhan terhambat, penyakit gondok, kretin endemik (cebol),
berkurangnya kemampuan mental dan psikologi, meningkatnya angka kematian
prenatal, serta keterlambatan perkembangan fisik anak (lambat dalam mengangkat
kepala, tengkurap dan berjalan).
Penulis juga menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc.,Apt dan Dra. Salbiah, M.Si., Apt.,
yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran hingga selesainya
penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Dekan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Dr. Sumadio
Hadisahputra, Apt., yang telah memberikan fasilitas selama masa pendidikan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan
Suami tercinta Riza Fahlevi, S.Farm., Apt, Bapak mertua Drs. Wakidi, M.Si., Apt,
dan Ibu mertua Dra. Sofia Anita, serta Bang Endra, Bang Naldi, Kak Via, Dek
Sari, Dek Icha, Dek Rivi, Dek Puput dan seluruh keluarga yang tidak dapat
dituliskan satu persatu atas doa, dorongan dan pengorbanan baik moril maupun
material dalam menyelesaikan skripsi ini dan tidak lupa pula penulis
menyampaikan terimakasih kepada teman-temanku Memel, Nanda, Ade, Eki, Ira,
dan seluruh teman-teman ekstensi angkatan 2008 yang namanya tidak dapat
ditulis satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam proses penelitian
hingga selesainya penulisan skripsi ini serta seluruh staf laboratorium Kimia
Farmasi Kuantitatif yang telah membantu kelancaran penelitian ini.
Medan, Juni 2011 Penulis,
ANALISIS KALIUM IODAT DALAM GARAM DAPUR
ABSTRAK
Untuk mengatasi masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) maka garam dapur dapat digunakan sebagai sarana fortifikasi zat iodium menjadi garam konsumsi. Sehingga harus memenuhi persyaratan SNI dengan kadar kalium iodat (KIO3) 30-80 ppm. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar
kalium iodat dalam garam dapur beriodium bermerk yang dikemas dan garam
dapur tidak bermerk yang tidak dikemas.
Pengambilan sampel garam dapur beriodium bermerk dilakukan di pusat pasar Central kota Medan dimana yang digunakan sebagai sampel adalah garam beriodium bermerk yang banyak beredar di pasar tradisional dan swalayan kota Medan yaitu garam merk Jangkar (Kilang Garam Jangkar Waja), “A” Satu (Harahap Adil Makmur Group), Dholpin (Pangan Lestari), A-A (Berdikari), Ikan Paus (Sumber Samudra), Refina (PT. Unicheem Candi Industri), Garam Gurih Miwon (PT. Miwon Indonesia), Bintang (Bintang Terang), Ikan Cucut (Putra Berombang Perkasa), Samudra (PT. Cheetam Garam Indonesia). Sampel garam dapur tidak bermerk berasal dari garam yang beredar di pusat pasar Peunayong kota Banda Aceh yaitu garam pembuatan asal Sigli dan Biruen. Uji kualitatif kation kalium dilakukan dengan penambahan asam perklorat, serta uji kualitatif anion iodat dilakukan dengan penambahan pereaksi kalium tiosianat, asam fosfat, dan kertas kanji. Untuk uji kuantitatif dilakukan dengan metode titrasi iodometri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari uji pendahuluan kualitatif semua garam dapur beriodium bermerk positif mengandung kalium iodat, sedangkan kedua sampel garam dapur tidak bermerk negatif mengandung kalium iodat. Namun dari uji kuantitatif secara iodometri semua sampel garam mengandung kalium iodat dimana kadar terendah yang diperoleh adalah garam dapur tidak bermerk asal Sigli yaitu 2,1023 ppm sedangkan yang tertinggi adalah garam dapur beriodium bermerk Refina dengan kadar 79,3525 ppm, garam dapur beriodium bermerk yang tidak memenuhi persyaratan SNI yaitu garam merk Ikan Cucut, Ikan Paus, A-A dan A-1 sedangkan 2 garam dapur tidak bermerk yaitu garam asal Sigli dan Biruen kedua-duanya tidak memenuhi persyaratan SNI.
THE ANALYSIS OF POTASSIUM IODATE IN TABLE SALT
ABSTRACT
To overcome the problem of Iodium Deficiency Deseases (IDD), the salt can be used as a means of fortification of iodine to salt consumption. So that must meet the requirements of SNI with potassium iodate (KIO3) 30-80 ppm. The purpose of this study was to determine the levels of potassium iodate in iodized table salt branded packed and table salt is not branded without packed.
Sampling was conducted branded iodized table salt in the center of the city of Medan where the Central Market which is used as the sample is branded iodized salt that are circulating in traditional markets and supermarkets Medan city that is salt brand Jangkar (Kilang Garam Jangkar Waja), “A” Satu (Harahap Adil Makmur Group), Dholpin (Pangan Lestari), A-A (Berdikari), Ikan Paus (Sumber Samudra), Refina (PT. Unicheem Candi Industri), Garam Gurih Miwon (PT. Miwon Indonesia), Bintang (Bintang Terang), Ikan Cucut (Putra Berombang Perkasa), Samudra (PT. Cheetam Garam Indonesia). Samples are not branded salt comes from salt circulating in the central market town of Banda Aceh Peunayong namely salt-making Biruen and Sigli origin. Qualitative test of potassium cations performed by the addition perchloric acid, as well as qualitative tests of anions iodate performed with the addition potassium thiocyanate reagent, phosphoric acid, and starch paper. For quantitative test performed by iodometric titration method.
The results showed that the qualitative preliminary test all branded iodized salt containing potassium iodate positive, while the second sample is not branded kitchen salt containing potassium iodate negative. However, from a quantitative test by iodometric all contain potassium iodate salt sample where the lowest levels obtained were not branded salt from Sigli was 2.1023 ppm, while the highest was Refina branded iodized table salt with high levels of 79.3525 ppm, which branded iodized salt not meet the requirements of SNI was the brand of salt Ikan Cucut , Ikan Paus, A-A and A-Satu while 2 of table salt that was not branded salt origin Biruen and Sigli both do not meet the requirements of SNI.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Garam ... 4
2.2 Garam Dapur yang dikonsumsi Masyarakat Indonesia ... 5
2.4 ... For
tifikasi Iodium ... 6
2.5 Pengaruh Iodium Bagi Kesehatan ... 7
2.6 Garam Beriodium ... 9
2.7 Penetapan Kadar Kalium Iodat Dalam Garam Dapur ... 11
2.8 Persen Perolehan Kembali (% Recovery) ... 13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 15
3.1 Alat dan Bahan ... 15
3.2 Teknik Pengambilan Sampel ... 15
3.3 Pembuatan Pereaksi ... 16
3.4 Larutan Baku Kalium Iodat 0,005 N ... 16
3.5 Larutan Baku Natrium Tiosulfat 0,005 N ... 17
3.6 Pembakuan Larutan Natrium Tiosulfat ... 17
3.7 Prosedur Penelitian ... 17
3.7.1 Pemeriksaan Kualitatif Kation Kalium dan Anion Iodat pada Sampel ... 17
3.7.2 Pemeriksaan Kuantitatif Kadar Kalium Iodat pada Sampel .... 18
3.7.1 Volume Larutan Natrium Tiosulfat yang Diperlukan Untuk Titrasi Sampel ... 18
3.7.2 Volume Larutan Natrium Tiosulfat yang Diperlukan Untuk Titrasi Blanko ... 18
3.8 Uji Akurasi dengan Persen Perolehan Kembali ... 19
3.9 Analisis Data Secara Statistik ... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21
4.3 Hasil Uji Akurasi dengan Persen Perolehan Kembali ... 26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 27
5.1 Kesimpulan ... 27
5.2 Saran ... 27
DAFTAR PUSTAKA ... 29
LAMPIRAN ... 31
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium ... 8
Tabel 2. Syarat Mutu Garam Konsumsi Beriodium ... 10
Tabel 3. Daftar Baku Primer ... 11
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Kation Kalium dalam Garam Dapur ... 21
Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Anion Iodat dalam Garam Dapur ... 22
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Perhitungan Normalitas Larutan Baku Kalium Iodat ... 31
Lampiran 2 Perhitungan Normalitas Larutan Baku Natrium Tiosulfat ... 32
Lampiran 3 Perhitungan Persen Perolehan Kembali ... 33
Lampiran 4 Contoh Perhitungan Kadar Kalium Iodat dalam Garam Dapur .... 34
Lampiran 5 Data Penetapan Kadar Kalium Iodat dalam Garam Dapur ... 35
Lampiran 6 Contoh Perhitungan Statistik Kadar Kalium Iodat dalam Garam Dapur Beriodium Merk Samudra... 37
Lampiran 7 Nilai Distribusi t ... 40
Lampiran 8 Gambar Sampel ... 41
Lampiran 9 Gambar Uji Kualitatif Anion Iodat dalam Sampel ... 42
ANALISIS KALIUM IODAT DALAM GARAM DAPUR
ABSTRAK
Untuk mengatasi masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) maka garam dapur dapat digunakan sebagai sarana fortifikasi zat iodium menjadi garam konsumsi. Sehingga harus memenuhi persyaratan SNI dengan kadar kalium iodat (KIO3) 30-80 ppm. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar
kalium iodat dalam garam dapur beriodium bermerk yang dikemas dan garam
dapur tidak bermerk yang tidak dikemas.
Pengambilan sampel garam dapur beriodium bermerk dilakukan di pusat pasar Central kota Medan dimana yang digunakan sebagai sampel adalah garam beriodium bermerk yang banyak beredar di pasar tradisional dan swalayan kota Medan yaitu garam merk Jangkar (Kilang Garam Jangkar Waja), “A” Satu (Harahap Adil Makmur Group), Dholpin (Pangan Lestari), A-A (Berdikari), Ikan Paus (Sumber Samudra), Refina (PT. Unicheem Candi Industri), Garam Gurih Miwon (PT. Miwon Indonesia), Bintang (Bintang Terang), Ikan Cucut (Putra Berombang Perkasa), Samudra (PT. Cheetam Garam Indonesia). Sampel garam dapur tidak bermerk berasal dari garam yang beredar di pusat pasar Peunayong kota Banda Aceh yaitu garam pembuatan asal Sigli dan Biruen. Uji kualitatif kation kalium dilakukan dengan penambahan asam perklorat, serta uji kualitatif anion iodat dilakukan dengan penambahan pereaksi kalium tiosianat, asam fosfat, dan kertas kanji. Untuk uji kuantitatif dilakukan dengan metode titrasi iodometri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari uji pendahuluan kualitatif semua garam dapur beriodium bermerk positif mengandung kalium iodat, sedangkan kedua sampel garam dapur tidak bermerk negatif mengandung kalium iodat. Namun dari uji kuantitatif secara iodometri semua sampel garam mengandung kalium iodat dimana kadar terendah yang diperoleh adalah garam dapur tidak bermerk asal Sigli yaitu 2,1023 ppm sedangkan yang tertinggi adalah garam dapur beriodium bermerk Refina dengan kadar 79,3525 ppm, garam dapur beriodium bermerk yang tidak memenuhi persyaratan SNI yaitu garam merk Ikan Cucut, Ikan Paus, A-A dan A-1 sedangkan 2 garam dapur tidak bermerk yaitu garam asal Sigli dan Biruen kedua-duanya tidak memenuhi persyaratan SNI.
THE ANALYSIS OF POTASSIUM IODATE IN TABLE SALT
ABSTRACT
To overcome the problem of Iodium Deficiency Deseases (IDD), the salt can be used as a means of fortification of iodine to salt consumption. So that must meet the requirements of SNI with potassium iodate (KIO3) 30-80 ppm. The purpose of this study was to determine the levels of potassium iodate in iodized table salt branded packed and table salt is not branded without packed.
Sampling was conducted branded iodized table salt in the center of the city of Medan where the Central Market which is used as the sample is branded iodized salt that are circulating in traditional markets and supermarkets Medan city that is salt brand Jangkar (Kilang Garam Jangkar Waja), “A” Satu (Harahap Adil Makmur Group), Dholpin (Pangan Lestari), A-A (Berdikari), Ikan Paus (Sumber Samudra), Refina (PT. Unicheem Candi Industri), Garam Gurih Miwon (PT. Miwon Indonesia), Bintang (Bintang Terang), Ikan Cucut (Putra Berombang Perkasa), Samudra (PT. Cheetam Garam Indonesia). Samples are not branded salt comes from salt circulating in the central market town of Banda Aceh Peunayong namely salt-making Biruen and Sigli origin. Qualitative test of potassium cations performed by the addition perchloric acid, as well as qualitative tests of anions iodate performed with the addition potassium thiocyanate reagent, phosphoric acid, and starch paper. For quantitative test performed by iodometric titration method.
The results showed that the qualitative preliminary test all branded iodized salt containing potassium iodate positive, while the second sample is not branded kitchen salt containing potassium iodate negative. However, from a quantitative test by iodometric all contain potassium iodate salt sample where the lowest levels obtained were not branded salt from Sigli was 2.1023 ppm, while the highest was Refina branded iodized table salt with high levels of 79.3525 ppm, which branded iodized salt not meet the requirements of SNI was the brand of salt Ikan Cucut , Ikan Paus, A-A and A-Satu while 2 of table salt that was not branded salt origin Biruen and Sigli both do not meet the requirements of SNI.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Sesuai keputusan presiden No.69 tahun 1994 semua garam yang beredar di
Indonesia harus mengandung iodium yaitu garam yang telah diperkaya dengan
kalium iodat (KIO3), hal ini berkaitan erat dengan masih tingginya kejadian
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) di Indonesia (BRKP, 2001).
Hampir seluruh makanan umumnya menggunakan garam sebagai penyedap rasa,
serta banyak digunakan untuk bahan tambahan dalam industri pangan, selain itu,
karena harga garam dapur relatif murah dan terjangkau oleh semua lapisan
masyarakat maka pemerintah memilih garam dapur menjadi garam konsumsi
sebagai media penyampaian iodium kedalam tubuh (Purnawati, 2006).
Penambahan suatu senyawa iodium berupa kalium iodat dalam garam
dimaksudkan untuk mencukupi kebutuhan tubuh manusia, karena tubuh tidak
dapat memproduksi sendiri, sehingga harus diperoleh dari luar. Iodium
merupakan mineral yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah relatif kecil, tetapi
mempunyai peranan yang sangat penting untuk pembentukan hormon tiroksin.
Hormon tiroksin ini sangat berperan dalam metabolisme didalam tubuh.
ditimbulkan antara lain berkurangnya tingkat kecerdasan, pertumbuhan terhambat,
penyakit gondok, kretin endemik (cebol), berkurangnya kemampuan mental dan
psikologi, meningkatnya angka kematian prenatal, serta keterlambatan
perkembangan fisik anak (lambat dalam mengangkat kepala, tengkurap dan
berjalan) (Hendrawan, 2000).
Disisi lain asupan iodium yang berlebihan dapat menimbulkan kejadian
kelainan autoimun. Kelebihan iodium juga dapat meningkatkan kejadian
iodine-induced hyperthyroidism (IIH), penyakit autoimun tiroid dan kanker tiroid
(Gunung, 2004).
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas perlu dilakukan perhitungan yang lebih
teliti kadar iodium dalam garam dapur untuk mencapai kebutuhan asupan yang
dianjurkan dan untuk mencegah kemungkinan kelainan akibat kekurangan dan
kelebihan iodium. Garam yang dikonsumsi selain harus memenuhi persyaratan
kadar NaCl yang minimal 94,7 %, juga harus mengandung iodium dihitung
sebagai kalium iodat berkisar antara 30-80 ppm (SNI Nomor 01-3556-2000)
(BRKP, 2001). Zat mineral iodium yang biasanya terdapat pada garam dapur
tersedia bebas di pasaran, tetapi tidak semua jenis dan merk garam dapur
mengandung iodium. Meskipun harga jual jenis garam dapur beriodium bermerk
sedikit lebih mahal dibanding garam dapur jenis lainnya, namun masyarakat harus
benar-benar mengkonsumsi garam dapur yang sesuai persyaratan, karena
ancaman GAKI dapat berakibat fatal terhadap diri dan keluarga (Yayuk, 2004).
Penetapan kadar kalium iodat dapat dilakukan dengan metode volumetri
cara titrasi iodometri (Ditjen POM, 1974, Vogel, 1994, BPOM, 2009, Alamsyah,
dengan kalium iodida berlebih sehingga menghasilkan iodium dan dititrasi dengan
larutan natrium tiosulfat yang harus dilakukan dalam suasana asam, titik akhir
titrasi dapat ditentukan dengan indikator kanji.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar kalium iodat dalam
garam dapur beriodium bermerk yang dikemas dan dalam garam dapur tidak
bermerk yang tidak dikemas. Berdasarkan BPOM 2009 kadar kalium iodatdalam
garam dapur ditetapkan dengan titrasi iodometri yaitu dengan penambahan asam
fosfat dan kalium iodida kemudian dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat
dengan indikator kanji.
1.2 Perumusan Masalah
Apakah kadar kalium iodat dalam garam dapur beriodium bermerk yang
dikemas dan dalam garam dapur tidak bermerk yang tidak dikemas telah sesuai
dengan persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI).
1.3 Hipotesa
Kadar kalium iodat dalam garam dapur beriodium bermerk yang dikemas
dan dalam garam dapur tidak bermerk yang tidak dikemas telah sesuai dengan
persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI).
1.4 Tujuan
Untuk mengetahui kadar kalium iodat dalam garam dapur beriodium
bermerk yang dikemas dan dalam garam dapur tidak bermerk yang tidak dikemas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Garam
Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal
yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium klorida (>80
%) serta senyawa lainnya seperti Magnesium klorida, Magnesium Sulfat, kalsium
klorida dan lain-lain. Garam mempunyai sifat / karakteristik yang mudah
menyerap air, density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8 - 0,9 dan titik lebur pada
tingkat suhu 801oC (BRKP, 2001).
Pengelompokan garam di Indonesia berdasarkan SNI adalah garam
konsumsi dan garam industri. Kelompok kebutuhan garam konsumsi antara lain
untuk konsumsi rumah tangga, industri makanan, industri minyak goreng, industri
pengasinan dan pengawetan ikan, sedangkan kelompok kebutuhan garam industri
antara lain untuk industri perminyakan, tekstil dan penyamakan kulit, CAP (Chlor
Alkali Plant) industrial salt yang digunakan untuk proses kimia dasar pembuatan
soda dan chlor, dan pharmaceutical salt (BRKP, 2001).
Menurut penggunaannya, garam dapat digolongkan menjadi garam
proanalisis (p.a), garam industri, dan garam konsumsi. Garam proanalisis adalah
garam untuk reagent (tester) pengujian dan analisis di laboratorium, juga untuk
baku industri kimia dan pengeboran minyak, sedangkan garam konsumsi untuk
keperluan garam konsumsi dan industri makanan ssrta garam pengawetan untuk
keperluan pengawetan ikan.
Untuk garam proanalisis dan garam farmasi, mempunyai kandungan NaCl >
99%, garam konsumsi mempunyai kandungan NaCl > 94% dan garam untuk
pengawetan memiliki kandungan NaCl > 90%. Semakin besar kandungan
NaClnya, akan semakin kompleks dan rumit proses produksi dan pemurniannya
(Rismana, 2004).
2.2 Garam Dapur yang Dikonsumsi Masyarakat Indonesia
Garam dapur yang dikonsumsi masyarakat Indonesia ada tiga jenis yaitu
Garam konsumsi yang diproduksi PN Garam, garam ini diawasi dan dibina
seksama oleh pemerintah sehingga yang beredar di pasaran adalah garam yang
telah memenuhi syarat dan standar mutu untuk konsumsi garam dapur. Jenis
garam yang diimpor dari luar negeri merupakan garam yang dipasok dari luar
negeri hanya dalam jumlah kecil dan pengimpornya dilakukan bila produksi
dalam negeri tidak memenuhi kebutuhan masyarakat, misalnya karena musim
hujan berkepanjangan atau kesulitan teknik lainnya dan garam rakyat produksi
pengrajin garam, merupakan garam rakyat yang mutunya sebagian besar belum
memenuhi standar industri bagi garam konsumsi karena cara pengolahannya
masih sederhana (BPPI,1984).
2.3 Produksi Garam di Indonesia
Selama ini garam di Indonesia diproduksi oleh Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dalam hal ini PT. Garam (Persero), dan petani-petani garam atau yang
didapat dari air laut, dan dalam jumlah yang relatif sangat kecil sekali didapat dari
air garam dalam tanah, Teknologi pembuatan garam yang digunakan adalah
dengan sistem penguapan air laut menggunakan sinar matahari (solar energy)
diatas lahan tanah, namun ada beberapa daerah yang memproduksi garam dengan
cara memasak karena kondisi tanah yang porous yaitu propinsi Aceh dan Bali.
Produktifitas lahan garam tiap daerah tidaklah sama, hal ini sangat dipengaruhi
oleh kualitas tanah yang tersedia, kelembaban udara, kecepatan angin dan sistem
teknologi yang digunakan.
Jumlah areal penggaraman yang dimiliki oleh PT. Garam (Persero) relatif
luas dan letaknya menyatu (tidak berpencar-pencar). Berbeda dengan yang
dimiliki oleh rakyat, dimana meskipun total area penggaraman rakyat seluruh
Indonesia adalah relatif lebih luas namun karena merupakan milik-milik pribadi
dengan luas kepemilikan rata-rata < 3 Ha dan letaknya terpencar-pencar, maka
satu tahapan proses produksi dilakukan pada lahan yang sama. Tentu saja hal ini
berpengaruh pada kualitas produksi yang dihasilkan (BRKP, 2001).
2.4Fortifikasi Iodium
Tujuan dasar dari program zat gizi mikro nasional adalah untuk menjamin
bahwa zat gizi mikro yang dibutuhkan tersedia dan dikonsumsi dalam jumlah
yang cukup oleh penduduk (terutama penduduk yang rentan terhadap kekurangan
zat gizi mikro tersebut). Strategi – strategi yang digunakan harus tepat untuk
menjawab kebutuhan dan harus menggunakan sistem yang tersedia. Kombinasi
beberapa intervensi mencakup promosi pemberian asi, modifikasi makanan
(meningkatkan ketersediaan dan konsumsi pangan), fortifikasi pangan dan
mikro merupakan salah satu strategi utama yang dapat digunakan untuk
meningkatkan status mikro nutrient pangan. Fortifikasi harus dipandang sebagai
bagian dari upaya untuk memperbaiki kualitas pangan (Siagian, 2003).
Fortifikasi pangan adalah penambahan satu atau lebih zat gizi (nutrient) ke
pangan. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan tingkat konsumsi dari zat
gizi yang ditambahkan untuk meningkatkan status gizi populasi. Harus
diperhatikan bahwa peran pokok dari fortifikasi pangan adalah pencegahan
defisiensi, dengan demikian menghindari terjadinya gangguan yang membawa
kepada penderitaan manusia dan kerugiaan sosioekonomis. Namun demikian,
fortifikasi pangan juga diguanakan untuk menghapus dan mengendalikan
defisiensi zat gizi dan gangguan yang diakibatkannya (Siagian, 2003).
Diantara strategi - strategi penghapusan GAKI untuk jangka panjang
adalah fortifikasi iodium. Sampai tahun 60an, beberapa cara suplementasi iodium
kedalam berbagai jenis pangan pembawa seperti garam, roti, susu, gula dan air
telah dicoba. Iodisasi garam menjadi metode paling umum yang dapat diterima
oleh banyak negara didunia, sebab garam digunakan secara luas oleh seluruh
lapisan masyarakat, prosesnya sederhana dan tidak mahal. Fortifikasi yang biasa
digunakan adalah Kalium Iodida (KI) dan Kalium Iodat (KIO3). Iodat lebih stabil
dalam garam murni pada penyerapan dan kondisi lingkungan (kelembapan) yang
buruk, tidak menyebabkan perubahan warna dan rasa garam. Negara-negara
dengan program iodisasi garam, efektif memperlihatkan pengurangan yang
berkesinambungan akan pravelensi GAKI (Siagian, 2003).
iodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh, karena merupakan
komponen dari hormon tirokin. iodium dikonsentrasikan didalam kelenjar gondok
(glandula thyroide) untuk dipergunakan dalam sintesa hormon tiroksin. Hormon
ini ditimbun dalam folikel kelenjar gondok, terkonjugasi dengan protein
(globulin), dan disebut trioglobulin, bila diperlukan triglobulin dipecah dan
terlepas, hormon tiroksin yang dikeluarkan dari folikel kelenjar masuk ke dalam
aliran darah (Sediaoetama, 2006). Apabila jumlah iodium yang tersedia tidak
mencukupi, produksi tiroksin menurun, akibatnya sekresi triglobulin oleh sel
tiroid meningkat yang menyebabkan kelenjar membesar dan terjadi hiperplasia
yang mengakibatkan gondok (Cahyadi, 2004).
Defisiensi iodium memberikan berbagai gambaran klinik, yang
kesemuanya disebut Iodium Deficiency Deseases (IDD), atau Gangguan Akibat
Kurang Iodium (GAKI). Gangguan yang ditimbulkan akibat kekurangan iodium
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
Tahap Kehidupan Kelainan
Anak dan remaja Goiter
Hambatan perkembangan fisik
Dewasa Goiter dengan komplikasi
Hipotiroid
Impaired mental function
Semua Usia Meningkatkan kerentanan terhadap
radiasi nuklir
1. Kelebihan dalam jumlah sedang, akan mempercepat penyerapan iodium oleh
kelenjar tiroid.
2. Kelebihan dalam jumlah cukup besar, akan menghambat pelepasan iodium
dari tiroksin pada kelenjar tiroid atau dari kelenjar tiroid dimana pelepasan
iodium dipercepat oleh TSH.
3. Kelebihan dalam jumlah besar, akan menghambat pembentukan iodium
organik dan menyebabkan goiter.
4. Kelebihan yang sangat besar akan menjenuhkan mekanisme transportasi aktif
ion iodium (DGKM, 2007).
Cara yang dianjurkan untuk memeriksa status iodium adalah penilaian
angka kejadian gondok, baik gondok yang telah terlihat maupun baru teraba.
Secara umum gondok yang terlihat akan lebih mudah dipastikan dari pada gondok
yang baru teraba. Keparahan gondok dikaji berdasarkan klasifikasi yang
ditentukan oleh WHO yaitu (a) stadium 0 = tidak ada gondok, (b) stadium 1a =
ada gondok, (c) stadium 1b = gondok teraba dan hanya nampak jika leher ditekuk,
(d) stadium 2 = gondok telah nampak pada posisi leher normal, (e) stadium 3 =
ukuran gondok sangat besar.
Status iodium dapat pula dilihat berdasarkan ekskresi iodium dalam urin
yang mencerminkan besaran asupan iodium, dan hanya sedikit sekali yang
diekskresikan melaui tinja. Penentuan ekskresi iodium dalam urin dapat dilakukan
dengan sampel urin 24 jam. Namun, urin 24 jam tidak praktis untuk digunakan
dalam survei berskala luas, yang melibatkan banyak sekali sampel (Arisman,
2008).
Garam beriodium adalah suatu inovasi yang ditawarkan kepada konsumen
atau setiap keluarga untuk mencegah kekurangan iodium sebagai upaya jangka
panjang. Kualitas garam beriodium mengacu kepada Standar Nasional Indonesia
(SNI) No. 01-3556-2000 seperti tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Syarat Mutu Garam Konsumsi Beriodium
No Parameter Satuan Persyaratan Kualitas
1 Kadar air (H2O) % b/b maks. 7
2 Kadar NaCl (Natrium Klorida) di
hitung dari jumlah klorida
% adbk min 94,7
3 Iodium dihitung sebagai Kalium
Iodat (KIO3)
Garam beriodium pertama kali digunakan di Switzerland tahun 1920.
Penggunaan garam beriodium di Indonesia dilakukan tahun 1927 di daerah
Tengger dan Dieng. Wilayah Tengger dan Dieng merupakan daerah pegunungan
yang endemis GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium), dibandingkan
model penanggulangan GAKI yang lain, penggunaan garam beriodium yang
paling murah biayanya. Hal ini disebabkan garam merupakan kebutuhan
sehari-hari, tidak ada pengolahan makanan yang tidak menggunakan garam.
Hasil pemantauan Biro Pusat Statistik (BPS) terhadap garam konsumsi
beriodium ditingkat rumah tangga sejak tahun 1997 sampai dengan 1999 dibagi
dalam 3 kelompok yaitu (1) garam yang memenuhi syarat (kadar KIO3 > 30-80
ppm), (2) garam yang tidak memenuhi syarat (kadar KIO3 < 30 ppm), (3) garam
2.7 Penetapan Kadar Kalium Iodat Dalam Garam Dapur
Penetapan kadar kalium iodat dalam garam dapur dapat dilakukan dengan
cara metode volumetri, menggunakan titrasi iodometri. Metode volumetri masih
digunakan secara luas karena merupakan metode yang tahan, murah dan mampu
memberikan ketepatan yang tinggi. Dalam analisis volumetri atau analisis
kuantitatif dengan mengukur volume, sejumlah zat yang diselidiki direaksikan
dengan larutan baku (standar) yang kadar (konsentrasi) nya telah diketahui secara
teliti dan reaksinya berlangsung secara kuantitatif (Rohman, 2007).
Larutan baku yang diteteskan disebut sebagi titran. Semua perhitungan
dalam volumetri didasarkan pada konsentrasi titran yang harus dibuat secara teliti,
titran semacam ini disebut larutan baku (standar). Suatu larutan standar dapat
dibuat dengan cara melarutkan sejumlah senyawa baku tertentu yang sebelumnya
senyawa tersebut ditimbang secara tepat dalam volume larutan yang diukur
dengan tepat. Larutan standar ada dua macam yaitu, larutan baku primer,
mempunyai kemurnian yang tinggi, dan larutan baku skunder yang harus
dibakukan dengan larutan baku primer. Suatu proses dimana larutan baku skunder
dibakukan dengan larutan baku primer disebut dengan standarisasi (Vogel, 1994).
Daftar baku primer yang umum digunakan untuk membakukan larutan baku
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Daftar Baku Primer
No Baku Primer Kegunaan
1 Kalium Biftalat Pembakuan Natrium Hidroksida
Pembakuan larutan Asam perklorat
2 Kalium Iodat Pembakuan larutan Natrium Tiosulfat
3 Natrium Karbonat anhidrat Pembakuan Asam Klorida
4 Logam Zn Pembakuan Larutan EDTA
(Rohman, 2007).
Larutan standar biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret. Proses
penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi, dan zat
yang akan ditetapkan, dititrasi. Titik (saat) pada mana reaksi itu lengkap disebut
titik ekivalen (setara) atau titik akhir teoritis. Lengkapnya titrasi, harus terdeteksi
oleh suatu perubahan, yang tidak dapat disalah lihat oleh mata, yang dihasilkan
oleh larutan standar itu sendiri, atau lebih lazim lagi oleh penambahan suatu
regensia pembantu yang dikenal sebagai indikator. Setelah reaksi antara zat dan
larutan standar praktis lengkap, indikator harus memberi perubahan visual yang
jelas dengan cairan yang sedang dititrasi, titik pada saat ini terjadi disebut titik
akhir titrasi (Vogel, 1994).
Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk
menetapkan senyawa - senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih
besar dari pada sistem iodium iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat
oksidator. Pada iodometri sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium
iodida berlebihan dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi
dengan larutan baku natrium tiosulfat yang dilakukan dalam suasana asam.
Banyaknya volum natrium tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan
iodium yang dihasilkan dan setara dengan banyaknya sampel (Rohman, 2007).
Suatu larutan dari iodium dalam larutan air iodida, memberikan warna
kuning sampai coklat tua atau satu tetes larutan iod 0,1 N menimbulkan warna
kuning pucat yang terlihat pada 100 ml air, sehingga dalam larutan-larutan yang
sendiri. Uji ini dibuat jauh lebih peka dengan menggunakan larutan kanji (larutan
dari pati) sebagai indikator. Kanji bereaksi dengan iodium, dengan adanya iodida,
membentuk suatu kompleks yang berwarna biru kuat, yang akan terlihat pada
konsentrasi - konsentrasi iodium yang sangat rendah. Pati dapat dipisah menjadi
dua komponen utama, amilosa dan amilopektin yang terdapat dalam proporsi
berbeda - beda dalam berbagai tumbuh-tumbuhan. Amilosa, suatu senyawa
berantai lurus dan terdapat berlimpah dalam pati kentang, memberi warna biru
dengan iod dan rantainya mengambil bentuk spiral. Amilopektin, yang
mempunyai struktur rantai bercabang membentuk suatu produk berwarna ungu
merah mungkin dengan adsorbsi (Vogel,1994).
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh Manalu (2007), yang
menggunakan metode volumetri dengan cara titrasi iodometri di Laboratorium
Kesehatan Daerah Kota Medan Sumatera Utara terhadap kadar kalium iodat pada
5 merk garam yang beredar di desa Garoga Kabupaten Tapanuli Utara
menunjukkan hasil bahwa hanya 2 merk sampel garam yang memenuhi syarat
yang ditetapkan oleh SNI 01-3556-1994 (30-80 ppm) yaitu sampel merk garam
Kuda Terbang (32,16 ppm), dan merk Dholpin (38,29 ppm), sedangkan 3 sampel
merk lainnya yaitu merk Anak pintar (94,81 ppm), merk segitiga A-B (9,75 ppm),
Merk A-B (29,06 ppm) tidak memenuhi standar yang ditetapkan.
2.8 Persen Perolehan Kembali
Merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis
dengan kadar analit yang sebenarnya. Dapat ditentukan dengan dua cara yaitu
metode simulasi (spiked-placebo recovery) dan metode penambahan baku
ditambahkan ke dalam campuran bahan pembawa sediaan farmasi lalu campuran
tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang
ditambahkan, tetapi bila tidak memungkinkan membuat sampel placebo karena
matriksnya tidak diketahui seperti obat-obat paten atau karena analitnya berupa
suatu senyawa endogen misalnya metabolit skunder maka dapat dipakai metode
adisi. Metode adisi dibuat dengan menambahkan sejumlah analit dengan
konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang
bertujuan untuk menggambarkan sifat dari suatu keadaan secara sistematis yaitu
menggambarkan kadar kalium iodat dalam garam-garam dapur beriodium
bermerk yang dikemas dan garam dapur tidak bermerk yang tidak dikemas.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
3.1Alat dan Bahan
Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat–alat gelas
seperti erlenmeyer, pipet volume, gelas beker, labu tentukur, buret, mikroburet,
pipet tetes, tabung reaksi, batang pengaduk, neraca listrik, kaki tiga, asbes, klem,
statif, plastik dan karet.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini jika tidak dinyatakan
lain adalah yang berkualitas pro analisa (p.a) dari E. Merck, yaitu kalium iodat
(KIO3), natrium tiosulfat pentahidrat (Na2S2O3.5H2O), kanji, asam fosfat (H3PO4)
85%, kalium iodida (KI), kalium tiosianat (KSCN), asam perklorat (HClO4),
Akuades, kertas kanji (teknis).
3.2Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposif. Sampel garam
dapur beriodium bermerk diambil di pusat pasar Central kota Medan dimana yang
yang paling banyak beredar di pasar tradisional dan swalayan kota medan yaitu
Samudra (PT. Cheetam Garam Indonesia), Refina (PT. Unicheem Candi Industri),
Garam Gurih Miwon (PT. Miwon Indonesia), Dholpin (Pangan Lestari), Ikan
Cucut (Putra Berombang Perkasa), Ikan Paus (Sumber Samudra), Bintang
(Bintang Terang), A-A (Berdikari), “A” Satu (Harahap Adil Makmur Group),
Jangkar (Kilang Garam Jangkar Waja), Sampel garam dapur tidak bermerk yang
tidak dikemas adalah garam dapur pembuatan asal Sigli dan Biruen yang beredar
di pusat pasar Peunayong kota Banda Aceh.
3.3 Pembuatan Pereaksi
Pereaksi yang akan dibuat adalah kanji 1 %, KSCN 0,1 M, kertas kanji,
kanji 1 % dibuat dengan cara pati ditimbang 1 g, diaduk dengan 5 ml akuades,
kemudian dimasukkan ke dalam 100 ml air mendidih sambil diaduk, didihkan
selama 3 menit dan dinginkan (BPOM, 1995). KSCN 0,1 M dibuat dengan
melarutkan 972 mg kalium tiosianat dalam akuades dan diencerkan sampai
menjadi 100 ml dalam labu tentukur (Vogel, 1985). Kertas kanji dibuat dengan
cara 500 mg pati diaduk dengan 5 ml air dan tambahkan dengan 100 ml air
mendidih sambil terus diaduk, didihkan selama 3 menit dan didinginkan,
kemudian celupkan kertas saring kedalam larutan kanji (Ditjen POM, 1979).
3.4Larutan Baku Kalium Iodat 0,005 N
Kristal kalium iodat ditimbang seksama 89,1667 mg yang telah
dihaluskan, dimasukkan kedalam labu tentukur 1000 ml, dilarutkan dan
diencerkan menggunakan akuades hingga tanda batas (BPOM, 1995).
Normalitas larutan baku kalium iodat dihitung dengan menggunakan
Normalitas KIO3 = x N
3.5Larutan Baku Natrium Tiosulfat 0,005 N
Kristal natrium tiosulfat pentahidrat (Na2S2O3. 5 H2O) ditimbang 1,25 g,
dimasukkan kedalam labu ukur 1000 ml, dilarutkan dan diencerkan menggunakan
akuades hingga tanda batas (BPOM, 1995).
3.6 Pembakuan Larutan Natrium Tiosulfat
Larutan baku kalium iodat 0,005 N dipipet 10 ml dimasukkan kedalam
erlenmayer 300 ml, ditambahkan 100 ml akuades, 2 ml asam fosfat 85% dan 100
mg kalium iodida. Larutan segera dititrasi menggunakan larutan baku natrium
tiosulfat 0,005 N hingga warna kuning pucat. Ditambahkan 2 ml kanji 1% dan
titrasi dilanjutkan hingga warna biru kehitaman tepat hilang (BPOM, 1995).
Normalitas larutan baku natrium tiosulfat, dihitung menggunakan rumus:
Normalitas Na2S2O3 =
Keterangan : V1= Volume larutan baku kalium iodat yang dipipet, dalam ml
N1= Normalitas larutan kalium iodat
V2= Volume larutan natrium tiosulfat yang diperlukan untuk
titrasi pembakuan, dalam ml
3.7 Prosedur Penelitian
3.7.1 Pemeriksaan Kualitatif Kation Kalium dan Anion Iodat pada Sampel Untuk pemeriksaan kation kalium dilakukan dengan cara kedalam tabung
reaksi dimasukkan 1 ml larutan sampel dan ditambahkan 1 ml larutan asam
perklorat 0,1 N kemudian dikocok pelan akan terbentuk endapan kristal putih.
reaksi dimasukkan kertas kanji yang telah diolah, kemudian tambahkan 1 ml
kalium tiosianat 0,1 M dan 1 ml larutan sampel yang telah ditambahkan 1-3 tetes
asam fosfat 85 % akan terjadi warna biru (Vogel, 1985).
3.7.2 Pemeriksaan Kuantitatif Kadar Kalium Iodat pada Sampel
3.7.2.1 Volume Larutan Natrium Tiosulfatyang Diperlukan Untuk Titrasi Sampel
Sampel ditimbang seksama lebih kurang 25 g, dimasukkan kedalam
erlenmayer 300 ml, ditambahkan 100 ml akuades, 2 ml asam fosfat 85 % dan 100
mg kalium iodida. Larutan segera dititrasi menggunakan larutan baku natrium
tiosulfat 0,005 N hingga warna kuning pucat. Ditambahkan 2 ml kanji 1 % dan
titrasi dilanjutkan hingga warna biru kehitaman tepat hilang (BPOM, 1995).
3.7.2.2 Volume Larutan Natrium Tiosulfat yang Diperlukan Untuk Titrasi Blanko
Kedalam erlenmayer 300 ml dimasukkan 100 ml akuades, 2 ml asam
fosfat 85 % dan 100 mg kalium iodida. Larutan segera dititrasi menggunakan
larutan baku natrium tiosulfat 0,005 N hingga warna kuning pucat. Ditambahkan
2 ml kanji 1 % dan titrasi dilanjutkan hingga warna biru kehitaman tepat hilang.
Kadar kalium iodat dalam sampel dihitung atas dasar bobot basah,
dengan rumus:
Keterangan : a = Volume larutan natrium tiosulfat yang diperlukan untuk
titrasi sampel dalam ml
b = Volume larutan natrum tiosulfat yang diperlukan untuk
titrasi blanko dalam ml
N = Normalitas natrium tiosulfat yang digunakan untuk titrasi
Tiap ml larutan natrium tiosulfat 0,005 N setara dengan 0,1784 mg kalium
iodat (0,1784 mg diperoleh dari 0,005 N x BE KIO3 (214/6)) (BPOM, 1995).
3.8 Uji Akurasi dengan Persen Perolehan Kembali
Uji perolehan kembali adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan
hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Uji ini dinyatakan sebagai %
(Rohman, 2007).
Uji perolehan kembali dilakukan dengan menambahkan sejumlah larutan
baku dengan konsentrasi tertentu kedalam sampel, dianalisis dengan perlakuan
yang sama pada sampel dengan beberapa kali pengulangan.
Menurut Harmita (2004), perolehan kembali dapat dihitung menurut
rumus sebagai berikut:
Keterangan : CF = Konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan
larutan baku
CA = Konsentrasi sampel sebelum penambahan larutan baku
C*A = Konsentrasi larutan baku yang ditambahkan
3.9 Analisis Data Secara Statistik
Untuk menghitung standar deviasi (SD) digunakan rumus:
Untuk menghitung apakah data diterima atau ditolak digunakan rumus
Dasar penolakan data jika: t hitung ≥ t tabel dan t hitung ≤ - t tabel
Untuk mencari kadar sebenarnya dengan taraf kepercayaan 95%, dengan
derajat kebebasan dk = n – 1, digunakan rumus:
keterangan:
µ = Interval kepercayaan
= Kadar rata-rata sampel
x = Kadar sampel
t = Harga t tabel sesuai dengan dk = n - 1
= Tingkat kepercayaan
dk = Derajat kebebasan
SD = Standar Deviasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemeriksaan Kualitatif Kation Kalium dan Anion Iodat dalam Sampel Pada penelitian ini sebelum dilakukan analisis kuantitatif terhadap kalium
iodat yang terdapat dalam sampel, perlu dilakukan pemeriksaan pendahuluan
secara kualitatif walaupun dalam sampel garam dapur beriodium bermerk pada
kemasannya telah dicantumkan mengandung kalium iodat. Adapun hasil
pemeriksaan kualitatif kalium iodat dalam sampel dapat dilihat pada Tabel 4 dan
Tabel 5 berikut.
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Kation Kalium dalam Garam Dapur
10 Merk Jangkar Endapan Kristal Putih +
11 Pembuatan asal Sigli (Tidak bermerk)
Tidak Terjadi Endapan -
12 Pembuatan asal Biruen (Tidak bermerk)
Tidak Terjadi Endapan -
Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Anion Iodat dalam Garam Dapur
No Sampel
Reaksi dengan Kertas Kanji, Kalium Tiosianat 0,1 M dan
Asam fosfat 85 %
13 Pembuatan asal Biruen (Tidak bermerk)
Tidak terjadi warna -
Dari kedua tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 12 sampel yang diperiksa
hanya 10 sampel positif mengandung kalium iodat yaitu semua garam dapur
beriodium bermerk sedangkan 2 sampel garam dapur tidak bermerk negatif
putih karena adanya reaksi ikatan komplek antara kalium dan perklorat.
Sedangkan untuk uji kualitatif anion iodat terjadi warna biru karena adanya reaksi
antara iodat dan tiosianat dalam suasana asam yang akan membebaskan I2 dan
bereaksi dengan kertas kanji, adapun uji anion iodat ini memiliki kepekaan 3 µg.
(Vogel, 1985).
4.2 Pemeriksaan Kuantitatif Kadar Kalium Iodat dalam Sampel
Penetapan kadar kalium iodat dalam garam dapur dilakukan dengan
menggunakan metode volumetri yaitu dengan cara titrasi iodometri (titrasi tidak
langsung) atau reaksi dimana terjadi iodium, iodium yang terjadi ditetapkan
kadarnya dengan larutan natrium tiosulfat yang dilakukan dalam suasana asam
dan untuk titik akhir titrasi dapat ditentukan dengan penambahan indikator kanji
(Alamsyah, 2007).
Pada penelitian ini walaupun pada pemeriksaan kualitatif hanya garam
dapur beriodium bermerk yang mengandung kalium iodat namun pemeriksaan
kadar kalium iodat terhadap garam dapur tidak bermerk tetap dilakukan, karena
kepekaan untuk uji kualitatif anion iodat adalah 3 µg dimana hasil kualitatif
sampel yang positif merupakan konsentrasi terendah yang bisa dideteksi tapi tidak
dikuantitasi dibawah kondisi pengujian (batas deteksi), oleh karena itu
pemeriksaan kadar kalium iodat tetap dilakukan untuk melihat konsentrasi
terendah dari analit yang bisa diukur sesuai dengan akurasi dibawah kondisi
pengujian (batas kuantitasi) (Anonim, 2011).
Adapun data hasil kadarnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Kemudian
pada Lampiran 6). Hasil penetapan kadar kalium iodat dalam sampel garam dapur
secara iodometri dapat dilihat pada Tabel 6.
Dari Tabel 6 berikut dapat dilihat bahwa semua sampel garam dapur
mengandung kalium iodat dengan kadar yang berbeda-beda, kadar tertinggi
dalam sampel bermerk Refina yaitu 79,3525 ppm dan yang paling rendah adalah
2,1023 ppm dalam sampel tidak bermerk pembuatan asal Sigli.
Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Kadar Kalium Iodat dalam Garam Dapur
No Sampel Produsen Kadar (ppm)
1 Merk Samudra PT. Cheetam Garam Indonesia 66,8931 ± 0,4264
2 Merk Refina PT. Unichem Candi Industri 79,3525 ± 0,4655
3
Merk Gurih Miwon PT. Miwon Indonesia 67,7459 ± 0,7817
4 Merk Dholpin PT. Pangan Lestari 66,7539 ± 0,0406
5 Merk Ikan Cucut Putra Berombang Perkasa 12,8924 ± 0,1993
6 Merk Ikan Paus UD. Sumber Samudra 17,7345 ± 0,1364
7 Merk Bintang UD. Bintang Terang 33,9999 ± 0,5940
8 Merk A-A UD. Berdikari 23,2752 ± 0,1856
9 Merk A-1 Harahap Adil Makmur Group 15,6937 ± 0,2141
10 Merk Jangkar Gudang Garam Jangkar Waja 34,3237 ± 0,4195
11 Pembuatan asal
Untuk setiap sampel dilakukan uji 6 kali pengulangan.
Berdasarkan persyaratan SNI Nomor 01-3556.2-1994/Rev 2000 garam
iodat berkisar antara 30 - 80 ppm. Sedangkan dari hasil penelitian dapat diketahui
dari 12 sampel yang diperiksa ada beberapa garam dapur yang memenuhi dan
tidak memenuhi persyaratan SNI, adapun garam dapur beriodium bermerk yang
tidak memenuhi persyaratan yaitu merk Ikan Cucut, Ikan Paus, A-A dan A-1
masing - masing dengan kadar 12,8924 ppm, 17,7345 ppm, 23,2752 ppm dan
15,6937. Menurut DepKes RI Perusahaan yang belum menerapkan SNI pada
umumnya adalah industri kecil yang berada di sentra produksi yang perlu dibina
sistem manajemen mutu, pelatihan teknik produksi dan bantuan peralatan mesin
iodisasi garam dimana peralatan iodisasi yang digunakan produsen masih
sederhana, sehingga kadar iodium dalam garam tidak homogen.
Pada sampel garam dapur tidak bermerk pembuatan asal Sigli dan Biruen
kedua-duanya tidak memenuhi persyaratan yaitu dengan kadar 2,1023 ppm dan
2,9017 ppm, artinya mutu dari garam ini masih sangat jauh dari kualitas yang
seharusnya, hal ini dapat terjadi karena produksi pembuatan garam di Indonesia
yang masih tradisional, sistem pengawasan yang belum efektif serta belum
diberlakukannya sanksi secara tegas, karena ± 90 % produsennya adalah termasuk
pengusaha kecil (BRKP, 2001).
Adapun 6 sampel lainnya yang diperiksa mengandung kalium iodat dengan
kadar sesuai dengan persyaratan SNI yaitu garam dapur beriodium bermerk
Samudra (66,8931 ppm), Refina (79,3525 ppm), Gurih Miwon (67,7459 ppm),
Dholpin (66,7459 ppm), Bintang (33,9999 ppm), dan Jangkar (34,3237 ppm).
Berdasarkan penelitian ini dapat digambarkan bahwa dari beberapa sampel,
ditingkatkan dan peredaran garam dapur dipasaran harus lebih diawasi untuk
mencapai kecukupan gizi iodium bagi masyarakat.
Angka kecukupan iodium setiap harinya sangat kecil, yaitu antara 90 µ
g-200 µg/hari tergantung dari umur dan kondisi fisiologi. Apabila iodium dalam
bahan makanan rendah, konsumsi garam beriodium 30 ppm sebanyak 10 gram per
hari dapat mencukupi kebutuhan iodium. Akibat defesiensi iodium saat ini
diketahui tidak hanya pembesaran kelenjar tiroid, tetapi jauh lebih luas yaitu
keguguran, lahir mati, cacat bawaan, kretin, dan hipotiroid (DGKM, 2007).
Dari hasil penelitian ini, dapat pula dilihat bahwa dari beberapa sampel
selain kadar kalium iodatnya tidak memenuhi standar SNI, pengemasan garam
dapur juga masih belum memenuhi standar yang ada, bahkan 2 sampel tidak
bermerk di jual bebas tanpa dikemas. Untuk menghindari kerugian bagi konsumen
akibat salah memilih garam dapur untuk dikonsumsi, sebaiknya masyarakat
memilih garam dapur yang dijual bebas di pasaran memiliki kesesuaian dengan
Peraturan Menteri Perindustrian R.I NO.42/M-IND/PER/11/2005 mengenai
persyaratan pengemasan dan pelabelan garam beriodium yaitu garam yang akan
dipasarkan, wajib dikemas dalam wadah yang ditutup rapat sehingga aman selama
pengangkutan dan penyimpanan, untuk menjamin ketepatan berat bersih garam,
maka pengisian dan penimbangan dilakukan secara mekanis dan manual. Berat
bersih isi garam konsumsi yang diperdagangkan adalah 50 kg, 25 kg, 5 kg, 1 kg,
500 g, 250 g, dan 100 g. Pada kemasan garam konsumsi harus ditulis dengan jelas
keterangan berupa tulisan “Garam Beriodium”, kandungan kalium iodat (KIO3)
minimal 30 ppm, berat bersih, tanda / logo SNI, nomor pendaftaran dari BPOM,
4.3 Hasil Uji Akurasi Dengan Persen Perolehan Kembali
Pada penelitian ini dilakukan juga uji akurasi dengan persen perolehan
kembali, adapun uji ini dilakukan untuk melihat sejauh mana keakuratan metode
yang digunakan. Uji akurasi dilakukan pada sampel garam dapur beriodium merk
Dholpin, dengan menambahkan 2,5 ml larutan baku KIO3 dengan konsentrasi 50
ppm kedalam sampel yang sudah diketahui kadarnya. Hasil perolehan kembali
yang didapat adalah 95,0983 %. Hasil perhitungan ini dapat dilihat pada
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Dari 10 garam dapur beriodium bermerk yang digunakan sebagai sampel,
terdapat 4 merk garam yang kadar kalium iodatnya tidak memenuhi persyaratan
SNI yaitu garam dapur merk Ikan Cucut (12,8924 ppm), Ikan Paus (17,7345
ppm), A-A (23,2752 ppm) dan A-1 (15,6937 ppm). Sedangkan 6 sampel yang
memenuhi persyaratan adalah garam dapur beriodium bermerk samudra (66,8931
ppm), Refina (79,3525 ppm), Gurih (67,7459 ppm), Dholpin (66,7459 ppm),
Bintang (33,9999 ppm), Jangkar (34,3237 ppm). Kadar kalium iodatdidalam 2
sampel garam dapur tidak bermerk pembuatan asal Sigli dan Biruen tidak
memenuhi persyaratan dengan masing-masing kadar 2,1023 ppm dan 2,9017 ppm.
5.2 Saran
Disarankan kepada instansi yang terkait agar meningkatkan pembinaan
terhadap petani garam dalam rangka peningkatan mutu produksinya serta
melakukan pengawasan terhadap peredaran garam konsumsi di pasaran sehingga
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, A. (2007). Analisis Farmasi Secara Titrimetri. Medan: CV Bin harun. Hal: 65-66.
Anonim, (2011). Validasi Metode Pengujian Kimia Di LPPMHP Surabaya. Diambil dari: http://safelasby.com.
Arisman, MB. (2008). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Buku Kedokteran ECG. Hal: 164-165.
BPPI. 1984. Pembuatan Garam Beriodium. Semarang: Hal: 5.
BPOM. (2009). Metode Analisis Pusat Pengujian Obat Dan Makanan. Jakarta: Hal: 52-54.
BRKP . (2001). Proceding Forum Pasar Garam Indonesia. Jakarta: Departemen Kelautan Dan Perikanan. Hal: 1-18.
Cahyadi, W. (2004). Peranan Iodium Dalam Tubuh. Diambil dari: www.pikiranrakyat.com.
DepKes RI. (2004). Rencana Aksi Nasional Kesinambungan Program Penanggulangan GAKI. Jakarta: Hal: 5.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal: 694.
DGKM. (2007). Gizi Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: FKM Universitas Indonesia. Hal: 183-212.
Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol.I No.3. Hal: 117-133.
Hendrawan, N. (2000). Makanan Sehat Untuk Ibu Hamil. Bandung: Puspaswara. Hal: 14.
Manalu, L. (2007). Pemeriksaan Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam dan Air
Yang Dikonsumsi Masyarakat Garoga Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2000. Skrpsi FKM USU. Hal: 41.
PerMenPer RI, (2005). Pengolahan, Pengemasan dan Pelabelan Garam Beriodium. No:42/M/IND/PER/11/2005.
Purnawati, W. (2006). Pengaruh Teknik Iodisasi dan Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Kalium iodat. Skripsi Fakultas MIPA UNS. Hal: 3.
Rismana, E. (2004). Manfaat Rasa Asin Bagi Kesehatan. Diambil dari: www.pikiranrakyat.com.
Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Universitas Islam Indonesia. Hal: 465-17.
Sabri, L dan Hastono, PH. (2006). Statistik Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal: 101.
Siagian, A. (2003). Pendekatan Fortifikasi Pangan Untuk Mengatasi Masalah Kekurangan Zat Gizi. Medan: USU digital library. FKM – USU. Hal: 1-5.
Sudjana. (1992). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Hal: 491.
Vogel. (1985). Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Penterjemah: Setiono, L, dkk. Jakarta: Kalman Media Pustaka. Hal: 308 – 364.
Vogel. (1994). Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Alih Bahasa P. Hadyana. A dan Setiono. L. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal: 259 - 439.
Lampiran 1. Perhitungan Normalitas Larutan Baku Kalium Iodat
Normalitas Kalium Iodat = x N
mg
mg ditimbang yang
KIO bobot
005 , 0 1667
, 89
Lampiran 2. Perhitungan Normalitas Larutan Baku Natrium Tiosulfat
Keterangan : V1= Volume larutan baku kalium iodat yang dipipet, dalam ml
N1= Normalitas larutan kalium iodat
V2= Volume larutan natrium tiosulfat yang diperlukan untuk
titrasi pembakuan, dalam ml
Maka rata-rata normalitas natrium tiosufat yang digunakan = 0,0049 N
Lampiran 3. Perhitungan Persen Perolehan Kembali
Keterangan CF = Konsentrasi sampel setelah penambahan larutan baku
CA = Konsentrasi sampel sebelum penambahan larutan baku
C*A = Konsentrasi larutan baku yang ditambahkan
Larutan baku dipipet 2,5 ml dengan konsentrasi 50 ppm
Konsentrasi sebelum penambahan larutan baku (CA)
Maka rata–rata persen perolehan kembali = 95,0983 %
Lampiran 4. Contoh Perhitungan Kadar Kalium Iodat dalam Garam Dapur
Kadar KIO3 = 1000( / )
Keterangan : a = Volume larutan natrium tiosulfat yang diperlukan untuk
titrasi sampel dalam ml
b = Volume larutan natrum tiosulfat yang diperlukan untuk
titrasi blanko dalam ml
B = Bobot sampel yang ditimbang dalam gram
N = Normalitas natrium tiosulfat yang digunakan untuk titrasi
Lampiran 6. Contoh Perhitungan Statistik Kadar Kalium Iodat dalam Garam Dapur Beriodium Merk Samudra
No Kadar (xi) (ppm)
1 67,0989 0,0299 0,0089401
2 66,5359 0,5929 0,35153041
3 66,8376 0,2912 0,08479744
4 67,7789 -0,6501 0,42263001
5 67,4217 -0,2929 0,08579041
6 67,1000 0,0288 0,00082944
Σ =0,95451781
Jika taraf kepercayaan 95 % dengan nilai = 0,05; n = 6, dk = 5, dari tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,57
Data ditolak jika t hitung ≥ t tabel atau t hitung ≤ - t tabel
t hitung 1 = -0,0299/0,1783 = -0,1676
t hitung 2 = -0,5929/0,1783 = -3,3252
t hitung 3 = -0,2912/0,1783 = -1,6332
t hitung 4 = 0,6501/0,1783 = 3,6461 (ditolak)
t hitung 5 = 0,2929/0,1783 = 1,6427
Lampiran 6. Sambungan…
Karena t hitung 4 ≥ t tabel, maka data ditolak, selanjutnya dilakukan pengujian
terhadap data yang dianggap tidak menyimpang,
No Kadar (xi) (ppm)
1 67,0989 -0,1001 0,01002001
2 66,5359 0,4629 0,21427641
3 66,8376 0,1612 0,02598544
4 67,4217 -0,4229 0,17884441
5 67,1000 -0,1012 0,01024144
Σ =0,43936771
Jika taraf kepercayaan 95 % dengan nilai = 0,05; n = 5, dk = 4, dari tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,78
Data ditolak jika t hitung≥ t tabel atau t hitung≤ - t tabel
t hitung 1 = 0,1001/0,14821 = 0,6753
t hitung 2 = -0,4629/0,1482 = -3,1234
t hitung 3 = -0,1612/0,1482 = 1,0877
t hitung 4 = 0,4229/0,1482 = 2,8535 (di tolak)
Lampiran 6. Sambungan…
Karena t hitung 4 ≥ t tabel, maka data ditolak, selanjutnya dilakukan pengujian
terhadap data yang dianggap tidak menyimpang,
No Kadar (xi) (ppm)
1 67,0989 0,2058 0,04235364
2 66,5359 -0,3572 0,12759184
3 66,8376 -0,0555 0,00308025
4 67,1000 0,2069 0,04280761
Σ =0,21583334
Jika taraf kepercayaan 95 % dengan nilai = 0,05; n = 4, dk = 3, dari tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 3,18
Data ditolak jika t hitung≥ t tabel atau t hitung≤ - t tabel
t hitung 1 = -0,2058/0,1341 = -1,546
t hitung 2 = 0,3572/0,1341 = 2,6636
t hitung 3 = 0,0555/0,1341 = 0,4138
Lampiran 6. Sambungan…
Karena t hitung ≤ t tabel dan t hitung ≥ - t tabel maka semua data diterima kadar
sebenarnya adalah:
Lampiran 7. Perhitungan Statistik Kadar Kalium Iodat dalam Garam Dapur Beriodium Merk Refina
N Kadar (xi) (ppm)
1 79,6666 0,4317 0,18636489
2 78,9870 -0,2479 0,06145441
3 78,6470 -0,5879 0,3456641
4 78,9902 -0,2447 0,05987809
5 79,6673 0,4324 0,18696976
6 79,4515 0,2166 0,04691556
Σ =0,88720912
Jika taraf kepercayaan 95 % dengan nilai = 0,05; n = 6, dk = 5, dari tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,57
Data ditolak jika t hitung ≥ t tabel atau t hitung ≤ - t tabel
t hitung 1 = -0,4317/0,1719 = -2,5113
t hitung 2 = 0,2479/0,1719 = 1,4421
t hitung 3 = 0,5879/0,1719 = 3,4200 (di tolak)
t hitung 4 = 0,2447/0,1719 = 1,4235
t hitung 5 = -0,4324/0,1719 = -2,5154
Lampiran 7. Sambungan…
Karena t hitung 3 ≥ t tabel, maka data ditolak, selanjutnya dilakukan pengujian
terhadap data yang dianggap tidak menyimpang,
No Kadar (xi) (ppm)
1 79,6666 0,3141 0,09865881
2 78,9870 -0,3655 0,13359025
3 78,9902 -0,3623 0,13126129
4 79,6673 0,3148 0,09909904
5 79,4515 0,099 0,09801
Σ =0,56061939
Jika taraf kepercayaan 95 % dengan nilai = 0,05; n = 5, dk = 4, dari tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,78
Data ditolak jika t hitung≥ t tabel atau t hitung≤ - t tabel
t hitung 1 = -0,3141/0,1674 = -1,8763
t hitung 2 = 0,3655/0,1674 = 2,1833
t hitung 3 = 0,3623/0,1674 = 2,1673
t hitung 4 = -0,3148/0,1674 = -1,8805
Lampiran 7. Sambungan…
Karena t hitung ≤ t tabel dan t hitung ≥ - t tabel maka semua data diterima kadar
sebenarnya adalah:
Lampiran 8. Perhitungan Statistik Kadar Kalium Iodat dalam Garam Dapur Beriodium Merk Gurih Miwon
No Kadar (xi) (ppm)
1 67,6350 0,0727 0,00528529
2 67,0065 -0,5558 0,30891364
3 67,3076 -0,2547 0,06487209
4 66,6440 -0,9183 0,84327489
5 68,3937 0,8314 0,69122596
6 68,3971 0,8248 0,68029504
Σ =2,59386691
Jika taraf kepercayaan 95 % dengan nilai = 0,05; n = 6, dk = 5, dari tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,57
Data ditolak jika t hitung ≥ t tabel atau t hitung ≤ - t tabel
t hitung 1 = -0,0727/0,2942 = -0,2471
t hitung 2 = 0,5558/0,2942 = 1,8891
t hitung 3 = 0,2547/0,2942 = 0,8657
t hitung 4 = 0,9183/0,2942 = 3,1213 (di tolak)
t hitung 5 = -0,8314/0,2942 = -2,8259
Lampiran 8. Sambungan…
Karena t hitung 2 ≥ t tabel dan t hitung 4 ≥ t tabel, maka data ditolak, selanjutnya
dilakukan pengujian terhadap data yang dianggap tidak menyimpang,
No Kadar (xi) (ppm)
1 67,6350 -0,1109 0,01229881
2 67,0065 -0,7394 0,54671236
3 67,3076 -0,4383 0,19210689
4 68,3937 0,6478 0,41964484
5 68,3871 0,6412 0,41113744
Σ =1,58190034
Jika taraf kepercayaan 95 % dengan nilai = 0,05; n = 5, dk = 4, dari tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,78
Data ditolak jika t hitung≥ t tabel atau t hitung≤ - t tabel
t hitung 1 = 0,1109/0,2812 = 0,3943
t hitung 2 = 0,7394/0,2812 = 2,6294
t hitung 3 = 0,6478/0,2812 = 1,5586
t hitung 4 = -0,6478/0,2812 = -2,3036
Lampiran 8. Sambungan…
Karena t hitung ≤ t tabel dan t hitung ≥ - t tabel maka semua data diterima kadar
sebenarnya adalah:
Lampiran 9. Perhitungan Statistik Kadar Kalium Iodat dalam Garam Dapur Beriodium Merk Dholpin
No Kadar (xi) (ppm)
1 66,4840 -0,1798 0,03232804
2 66,7832 0,1194 0,01425636
3 66,7298 0,066 0,004356
4 66,4832 -0,1806 0,03261636
5 66,7749 0,1111 0,01234321
6 66,7279 0,0641 0,00410081
Σ =0,10000078
Jika taraf kepercayaan 95 % dengan nilai = 0,05; n = 6, dk = 5, dari tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,57
Data ditolak jika t hitung ≥ t tabel atau t hitung ≤ - t tabel
t hitung 1 = 0,1798/0,0577 = 3,1161 (di tolak)
t hitung 2 = -0,1194/0,0577 = -2,0693
t hitung 3 = -0,066/0,0577 = -1,1438
t hitung 4 = 0,1806/0,0577 = 3,1299 (di tolak)
t hitung 5 = -0,1111/0,0577 = -1,9255
Lampiran 9. Sambungan…
Karena t hitung 1 ≥ t tabel dan t hitung 4 ≥ t tabel, maka data ditolak, selanjutnya
dilakukan pengujian terhadap data yang dianggap tidak menyimpang,
No Kadar (xi) (ppm)
1 66,7832 0,0293 0,00085849
2 66,7298 -0,0241 0,00058081
3 66,7749 0,021 0,000441
4 66,7279 -0,026 0,000676
Σ =0,0025563
Jika taraf kepercayaan 95 % dengan nilai = 0,05; n = 5, dk = 4, dari tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,78
Data ditolak jika t hitung≥ t tabel atau t hitung≤ - t tabel
t hitung 1 = -0,0293/0,0146 = -2,0068
t hitung 2 = 0,0241/0,0146 = 1,6507
t hitung 3 = -0,021/0,0146 = -1,4384
Lampiran 9. Sambungan…
Karena t hitung ≤ t tabel dan t hitung ≥ - t tabel maka semua data diterima kadar
sebenarnya adalah:
Lampiran 10. Perhitungan Statistik Kadar Kalium Iodat dalam Garam Dapur Beriodium Merk Ikan Cucut
No Kadar (xi) (%)
1 12,7166 -0,1758 0,03090564
2 13,1468 0,2544 0,06471936
3 13,0203 0,1279 0,01635841
4 12,7371 -0,1553 0,02411809
5 12,7201 -0,1723 0,02968729
6 13,0137 0,1213 0,01471369
12,8924 Σ = 0,18050246
Jika taraf kepercayaan 95 % dengan nilai = 0,05; n = 6, dk = 5, dari tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,57
Data ditolak jika t hitung ≥ t tabel atau t hitung ≤ - t tabel
t hitung 1 = 0,1758/0,0776 = 2,2655
t hitung 2 = -0,2544/0,0076 = -3,2784
t hitung 3 = -0,1279/0,0776 = -1,6482
t hitung 4 = 0,1553/0,0776 = 2,0013
t hitung 5 = 0,1723/0,0776 = 2,2204
Lampiran 10. Sambungan….
Karena t hitung ≤ t tabel dan t hitung ≥ - t tabel maka semua data diterima kadar
sebenarnya adalah:
Lampiran 11. Perhitungan Statistik Kadar Kalium Iodat dalam Garam Dapur Beriodium Merk Ikan Paus
No Kadar (xi) (%)
1 17,6348 -0,0588 0,00345744
2 17,4888 -0,2048 0,004194304
3 17,7462 0,0526 0,00276676
4 17,9091 0,2083 0,04338889
5 17,7539 0,0603 0,00363609
6 17,6357 -0,057 0,00335241
17,6936 Σ = 0,09854463
Jika taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0,05; n = 6, dk = 5, dari tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,57
Data ditolak jika t hitung ≥ t tabel atau t hitung ≤ - t tabel
t hitung 1 = 0,0588/0,0573 = 1,0262
t hitung 2 = 0,2048/0,0573 = 3,5742 (di tolak)
t hitung 3 = -0,0526/0,0573 = -0,9179
t hitung 4 = -0,2083/0,0573 = -3,6353
t hitung 5 = -0,0603/0,0573 = -1,0524
Lampiran 11. Sambungan…
Karena t hitung 2 ≥ t tabel dan t hitung 4 ≥ t tabel, maka data ditolak, selanjutnya
dilakukan pengujian terhadap data yang dianggap tidak menyimpang,
No Kadar (xi) (ppm)
1 17,6348 -0,0997 0,00994009
2 17,7462 0,0117 0,00013689
3 17,9091 0,1674 0,02802276
4 17,7539 0,0194 0,00037636
5 17,6357 -0,0988 0,00976144
Σ =0,04815231
Jika taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0,05; n = 5, dk = 4, dari tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,78
Data ditolak jika t hitung≥ t tabel atau t hitung≤ - t tabel
t hitung 1 = 0,0997/0,0491 = 2,0305
t hitung 2 = -0,0117/0,0491 = -0,2383
t hitung 3 = -0,1674/0,049 = -3,4094
t hitung 5 = -0,0988/0,0491 = 2,0122
Lampiran 11. Sambungan…
Karena t hitung ≤ t tabel dan t hitung ≥ - t tabel maka semua data diterima kadar
sebenarnya adalah:
Lampiran 12. Perhitungan Statistik Kadar Kalium Iodat dalam Garam Dapur Beriodium Merk Bintang
No Kadar (xi) (ppm)
1 33,9005 0,1623 0,02634129
2 33,2423 -0,4959 0,24591681
3 33,5737 -0,1646 0,02709316
4 33,2601 0,5219 0,27237961
5 33,1873 -0,5509 0,30349081
6 34,2652 0,527 0,277729
Σ =1,15295068
Jika taraf kepercayaan 95 % dengan nilai α = 0,05; n = 6, dk = 5, dari tabel
distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,57
Data ditolak jika t hitung ≥ t tabel atau t hitung ≤ - t tabel
t hitung 1 = -0,1623/0,1960 = -0,8281
t hitung 2 = 0,4959/0,1960 = 2,5301
t hitung 3 = 0,1646/0,1960 = 0,8389
t hitung 4 = -0,5219/0,1960 = 2,6628