Skirpsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
Gilang Ogi Saputra (1111011000016)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
i
Kata kunci : Model Pembelajaran Cooperative Teknik Think Pair Square (Tps), Hasil Belajar, Fiqih
ABSTRACT
The Implementation of Cooperative Learning Model Technique Think Pair Square
(Tps) to Improve the Student Learning Result on Fiqh Subject Class VIII H in
MTs Pembangunan Jakarta.
Keywords: The Cooperative Learning Model Technique Think Pair Square (Tps),
Learning Result, Fiqh.
This study aims to indicate the Cooperative Learning Model Technique Think
Pair Square, to improve the student learning result on fiqh subject class VIII H in Mts
Pembangunan Jakarta. This study method is Classroom Active Research which includes
from two cycle, each cycles encompass planning, implementation, observation, and
reflection. Cycle is stopped when the success indicator, it is all students who have
achieved mastery on learning which is assigned by the school for fiqh subject class VIII,
is 78. The study results indicate any improvement on the student learning result on fiqh
subject in every cycle. The improvement on student learning result indicated by the
N-Gain average on cycle I is 41% and there is any improvement on cycle II become 79%,
the student who achieved the mastery on learning is 56% on cycle I and cycle II. All
students have achieved mastery on learning. From the observation result on the learning
process, students like the fiqh subject by using cooperative learning techniques Think
Pair Square. Students become more active and the learning process became enjoyable.
It can be conclude that learning by using model learning technique Think Pair Square is
ii
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Rabb semesta alam yang selalu memberikan
rahmat, hidayah, dan kasih sayang-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Teknik Think Pair Square (Tps) dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih kelas VIII H di MTs
Pembangunan Jakarta. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, para tabi’in, dan kepada seluruh umatnya. (Amin).
Semoga kita mendapatkan syafaatnya nanti di yaumul akhir.
Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan kami sangat
terbatas, sehingga banyak kekurangan dalam skripsi ini, dan masih jauh dari kesempurnaan.
Namun dengan adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya
skripsi terselesaikan. Oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
3. Ibu Marhamah Saleh, Lc, MA. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Bapak Drs. H. Ghufron Ihsan, MA., selaku dosen pembimbing yang dengan tulus ikhlas dan
dengan segala kesabarannya telah memberikan bimbingan sehiingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan sumbangan wawasan keilmuan dan membimbiing penulis selama
mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Pimpinan pepustakaan, para staf dan para karyawan, baik perpustakaan utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta maupun perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan kemudahan dalam penggunaan sarana perpustakaan.
7. Orang tua tercinta , ayahanda Kusnodo dan ibuda Khayati yang dengan penuh kasih sayang
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQOSAH
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR TABEL, GRAFIK DAN GAMBAR... vi
DAFTAR LAMPIRAN... vii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS... 6
A. Landasan Teori ... 6
1. Pembelajaran Kooperatif ... 6
a. Hakikat dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 6
b. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif ... 11
2. Teknik PembelajaranThink Pair Square... 14
a. Hakikat Teknik PembelajaranThink Pair Square... 14
b. Keunggulan Teknik PembelajaranThink Pair Square... 17
c. Langkah-langkah Teknik PembelajaranThink Pair Square... 17
3. Hasil Belajar ... 19
a. Hakikat dan Urgensi Hasil Belajar ... 19
b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 20
4. Pembelajaran Fiqih di MTs ... 21
a. Hakikat dan Urgensi Pembelajaran Fiqih di MTs ... 21
b. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih di MTs kelas VIII ... 23
B. Hasil Penelitian yang Relevan... 25
C. Kerangka Berpikir ... 27
D. Hipotesis Tindakan... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 28
A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 28
C. Subjek Penelitian ... 30
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 31
E. Tahap Intervensi Tindakan ... 31
F. Hasil Intervensi yang Diharapkan ... 34
G. Data dan Sumber Data ... 34
H. Instrumen Pengumpulan Data ... 34
I. Teknik Pengumpulan Data ... 35
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan ... 36
K. Teknik Analisis Data dan Interprestasi Data ... 39
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN... 41
A. Kondisi Obyektif Sasaran Penelitian ... 41
B. Deskripsi Data Hasil pengamatan Efek/Hasil Intervensi Tindakan ... 49
C. Analisis Data Hasil Belajar ... 53
D. Interprestasi Hasil Analisis ... 60
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 73
BAB V PENUTUP... 76
A. Kesimpulan... 76
B. Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA... 78
Tabel : 4.2 Keadaan Siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta ... 48
Tabel : 4.3 Hasil Belajar Siswa Mapel Fiqih Siklus I... 54
Tabel : 4.4 Hasil Belajar Siswa Mapel Fiqih Siklus II... 57
Tabel : 4.5 Skor Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II... 60
Tabel : 4.6 Aktivitas Siswa Siklus I... 63
Tabel : 4.7 Aktivitas Guru Siklus I ... 64
Tabel : 4.8 Aktivitas Siswa Siklus II ... 70
Tabel : 4.9 Aktivitas Guru Siklus II... 71
Grafik 4.1 Hasil Belajar Siklus I... 56
Gambar 2.1 Langakah-langkah Pembelajaran Think Pair Square ... 18
Gambar 3.1 Siklus PTK... 29
[image:11.595.71.518.89.564.2]DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Uji Referensi ... 80
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Silus I... 83
Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I ... 95
Lampiran 4 Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I... 96
Lampiran 5 Hasil Belajar Siklus I... 99
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Silus II ... 101
Lampiran.7 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II... 113
Lampiran 8 Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II ... 114
Lampiran 9 Hasil Belajar Siklus II... 116
Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 118
Lampiran 11 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I... 120
Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II... 123
Lampiran 13 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 125
Lampiran 14 Catatan Lapangan Siklus I... 127
Lampiran 15 Catatan Lapangan Siklus II... 128
Lampiran 16 Hasil Wawancara Siswa ... 129
Lampiran 17 Hasil Wawancara Guru... 133
Lampiran 18 Materi Pembelajaran... 134
Lampiran 19 Perhitungan Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Butir Soal ... 134
1
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar
bagi pembangunan suatu negara. Dalam agamapun pendidikan merupakan
kewajiban yang harus ditempuh agar manusia memperoleh derajat yang tinggi
dihadapan Allah SWT. seperti dalam firman-Nya :
……
Artinya : “….Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(Al- Mujadillah (58): 11)1
Ayat diatas menunjukkan bahwa orang berilmu akan diberikan derajat
yang tinggi dihadapan Allah, karena orang yang memiliki ilmu akan
memanfaatkan ilmunya bagi dirinya sendiri dan orang lain. orang yang
beriman dan memiliki ilmu pengetahuan luas akan dihormati oleh orang lain,
diberi kepercayaan untuk mengendalikan atau mengelola apa saja yang terjadi
dalam kehidupan ini. Ini artinya tingkatan orang yang beriman dan berilmu
lebih tinggi di banding orang yang tidak berilmu. Akan tetapi perlu diingat
bahwa orang yang beriman, tetapi tidak berilmu, dia akan lemah. Oleh karena
itu, keimanan seseorang yang tidak didasari atas ilmu pengetahuan tidak akan
kuat. Begitu juga sebaliknya, orang yang berilmu, tetapi tidak beriman, ia
akan tersesat. Karena ilmu yang dimiliki bisa jadi tidak untuk kebaikan
sesama.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu juga bertujuan untuk
1
2
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokrasi
serta bertanggung jawab.2
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru
sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya
interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks
penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan
pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan
rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.
Peningkatan kualitas pendidikan dicerminkan oleh hasil belajar siswa,
sedangkan keberhasilan atau hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kualitas
pendidikan yang bagus. Keberhasilan untuk meningkatkan mutu pendidikan
perlu adanya pengembangan dan pembaharuan bidang pendidikan anatara lain
adalah pembaharuan model pembelajaran. Model pembelajaran tersebut
hendaknya mendukung tercapainya pengajaran yaitu agar siswa dapat
berpikir aktif dan diberi kesempatan untuk mencoba dalam berbagai
kegiatan belajar.
Salah satu pelajaran yang dilaksanakan pada tingkat Madrasah
Tsanawiyah (MTs) adalah mata pelajaran fiqih. Mempelajari ilmu fiqih
berguna dalam memberi pemahaman tentang berbagai aturan secara
mendalam. Dengan itu orang akan tahu aturan-aturan secara rinci mengenai
kewajiban dan tanggung jawab terhadap tuhannya, hak dan kewajiban dalam
rumah tangga dan dalam kehidupan bermasyarakat; juga mengetahui tatacara
shalat, zakat, puasa haji dan ibadah laianya. Selain itu ilmu fiqih juga berguna
sebagai patokan untuk bersikap dalam menjalani hidup. Artinya, seseorang
akan mengetahui perbuatan yang wajib,sunah,mubah,makruh dan haram.3
2
Undang-undang RI. no. 20 tahun 2003. Tentang Pendidikan nasional, (Bandung: Citra umbara), h, 5
3
Dalam realita, pembelajaran fiqih di madrasah masih didominasi
dengan cara atau model pembelajaran tradisional yaitu ceramah. Model
tersebut dinilai membosankan bagi para siswa di madrasah, karena dalam
model pembelajaran fiqih masih banyak menekankan pada aspek penalaran
atau hapalan. Menghapal tentu ada gunanya, namun kalau kemudian menjadi
dominan dan seluruh materi harus dihafal, maka akan melahirkan anak-anak
didik yang kurang kreatif dan tidak berani mengungkapakan pendapatnya
sendiri. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kemudian siswa menjadi
malas dan kurang bersemangat dalam pelajaran ini. Hal ini tentunya yang
menyebabkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih rendah. Selain itu
pelajaran fiqih juga kurang dianggap penting disbanding pelajaran yang lain,
seperti pelajaran yang diikut sertakan di ujian.
Sebagaimana dialami dalam satu kelas, terdiri dari siswa yang
berlainan satu dengan yang lainya. Mereka berbeda dalam hal bakat,
pengalaman, kecerdasan, dan motivasi belajar. Bagi siswa yang memiliki
kecerdasan rendah akan mengalami kesulitan ketika diberikan suatu masalah
untuk diselesaikan. Berbeda halnya dengan siswa yang pandai, dalam
mengerjakan permasalahan yang diberikan guru tidak akan terlalu kesulitan.
Untuk itu diperlukan model yang didalamnya terdapat kerjasama antar siswa,
agar yang pandai bisa memberi pengalaman belajarnya kepada yang kurang
pandai dan sebaliknya bagi siswa yang kurang pandai bisa bertanya kepada
siswa yang pandai.
Untuk itu diperlukan solusi pembelajaran yang tepat, agar siswa aktif
dan mampu mengembangkan pikiranya terhadap materi yang dipelajari, serta
solusi pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih
baik bagi siswa, agar hasil belajar fiqih mengalami peningkatan, salah satunya
dengan menggunakan pembelajaran cooperative teknik think pair square.
Think pair square adalah suatu model pembelajaran yang membuat siswa
terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan dapat memberikan
4
saling berpikir kritis, dan saling membantu permasalah yang sedang dibahas
pada pelajaran fiqih. sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fiqih.
Teknik think pair square adalah struktur kegiatan pembelajaran
gotong-royong dengan memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta
bekerja sama dengan siswa lain. Dalam pengelompokanya siswa-siswa
dipasangkan secara heterogen baik dari segi kemampuan akademik, maupun
kelamin.4
Dengan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat dan melakukan penelitian terhadap masalah ini dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Teknik Think Pair Square (Tps) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih kelas VIII H di Mts Pembangunan UIN Jakarta
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat
diidentifikasikan adanya beberapa masalah sebagai berikut;
1. Hasil belajar fiqih yang masih rendah
2. Metode yang digunakan guru masih menggunakan metode tradisional
3. Pembelajaran masih berpusat pada guru (Teacher Center)
4. Kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran fiqih
C. Pembatasan Masalah
Untuk memudahkan penelitian dan tidak menimbulkan penafsiran
yang berbeda-beda, Penelitian ini memfokuskan pada masalah Penerapan
model pembelajaran cooperativeteknik think pair squaredalam meningkatkan
hasil belajar siswa kelas VIII H di MTs Pembangunan UIN Jakarta.
4
D. Perumusan Masalah
Penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Apakah penerapan model pembelajaran cooperative teknik think pair
square dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII H di MTs
Pembangunan UIN Jakarta?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model
pembelajaran cooperative teknik think pair square dalam meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VIII H di MTs Pembangunan UIN Jakarta.
F. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharap bermanfaat bagi ;
1. Bagi guru Fiqih dapat menjadikan model pembelajaran cooperativeteknik
think pair square sebagai salah satu alternative untuk menciptakan
pembelajaran yang kreatif dan efektif.
2. Bagi siswa dapat memberikan motivasi, keaktifan dalam belajar dan
meningkatkan interaksi social dengan siswa lain dalam kegiatan
pembelajaran.
3. Bagi penulis agar dapat menambah pengetahuan tentang model kooperatif
thiks pair squaredalam meningkatkan hasil belajar dan dapat menerapkan
6 BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN
HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Pembelajaran Kooperatif
a. Hakikat dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Kooperatif mengandung pengertian bekerja dalam mencapai
tujuan bersama. Dalam pengertian kooperatif terjadi pencapaian tujuan
secara bersama-sama yang sifatnya merata dan menguntungkan setiap
anggota kelompoknya. “Pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran yang mengutamakan kerjasama mencapai tujuan
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan
bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri
dari 4 sampai dengan 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen”1. Keberhasilan dari kelompok tergantung pada kemampuan
dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individu maupun secara
kelompok.
Selain itu, menurut Slavin (Pakar dan pengembang pembelajaran
kooperatif), sebagaimana dikutip oleh Tukiran,dkk. mengatakan
Kooperatif Learning atau pembelajaran kooperatif yaitu “In cooperative
learning methods, student work together in four member team to master
material initially presented by the teacher.”2 Dari penjelasan tersebut
dapat dikemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model
1
Abdul Majid,Strategi Pembelajaran,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013 ) h. 174
2
pembelajaran dimana peserta didik belajar dalam kelompok kecil, saling
bekerja sama, dimana anggotanya terdiri dari 4-6 orang.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran gotong royong,
yaitu system pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas terstrutur.
Dapat dikatakan pembelajaran kooperatif dapat berjalan jika sudah
terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja
sama secara terarah untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.3Dalam
pembelajaran kooperatif ini siswa bukan saja mendapat pengetahuan dari
guru saja, akan tetapi siwa juga mendapat pengetahuan dari rekan siwa
lainya yang saling mengajar.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan belajar kelompok.
Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan
dengan pembagian kelompok yang dilakukan secara homogen.
Pembagian kelompok homogen cenderung siswa merasa tidak adil,
sehingga menyebabkan suasana belajar yang kurang kondusif.
Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan
memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran
kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu
pembelajaran yang berincikan : memudahkan siswa belajar sesuatu yang
bermanfaat seperti, fakta, keterampilan, nilai,konsep, dan bagaimana
hidup serasi dengan sesama, serta pengetahuan, nilai dan keterampilan
diakui oleh mereka yang berkompeten menilai. keaktifan siswa sangat
membantu untuk meningkatkan nilai akademis sosial.4
Pembentukan kelompok pada pembelajaran kooperatif adalah heterogen untuk memaksimalkan keberagaman siswa dalam kelas.
3
Anita Lie,Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang Kelas,(Jakarta: Grasindo, 2014), h. 12
4
Agus Suprijono,Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM,
8
Kelompok heterogen adalah cermin dari kelas, termasuk anak laki-laki maupun perempuan yang pintar, sedang dan lemah dengan perbedaan etnisitas dan bahasa. Keberagaman tingkat pencapaian memaksimallkan pengajaran sejawat dan berguna sebagai bantuan untuk pengelolaan kelas.5
Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Made
Wena adalah “ Saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka,
tanggung jawab individu untuk mencapai keberhasilan kelompok dan
keterampilan menjalin hubungan antarpribadi”6.
Johnson dan Sutton yang dikutip oleh Trianto mengemukakan
terdapat lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu :
Pertama, saling ketergantugan yang bersifat positif antar siswa.
Dalam belajar kooperatif setiap siswa merasa sedang berkerja bersama
dalam mencapai tujuan belajar. Setiap siswa tidak akan sukses jika semua
anggotanya tidak sukses. Siswa juga akan merasa menjadi anggota
kelompok jika ia ikut andil dalam suksesnya kelompok tersebut.
Kedua, interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar
kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, akan terjadi
dalam hal siswa akan membantu siswa lain dalam mengerjakan tugas
yang diberikan dan untuk sukses dalam kelompok. Saling membantu
dalam kelompok terjadi karena kegagalan yang dialami seseorang yang
akan memperngaruhi suksesnya kelompok. Interaksi dalam pembelajaran
kooperatif adalah dalam hal tukar menukar ide mengenai masalah yang
sedang dipelajari bersama.
Ketiga, Tanggung jawab individual. tanggung jawab individual
terjadi ketika siswa membantu siswa lain dan juga pada pertanggung
jawaban siswa terhadap kelompok tersebut, siswa bukan hanya ikut
5
Shlomo sharan, The Handbook ofCooperative Learning: Inovsi Pengajaran dan Pembelajaran untuk Mengacu Keberhasilan Siswa di Kelas,(Yogyakarta:Istana Media), h. 171
6
sebagai anggota, akan tetapi harus berpartisipasi dalam kelompok
tersebut.
Keempat, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam
belajar kooperatif, selain siswa dituntut memahami dan mempelajari yang
sedang dibahas, siswa juga dituntut bagaimana berinteraksi dengan siswa
lain dan bagaimana caranya mengungkapkan ide dalam kelompok.
Kelima, Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan
berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok akan terjadi jika
saling anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan
mencapai tujuan kelompoknya.7
Jadi pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang di
dalamnya terdapat kerjasama antar anggota kelompok yang memiliki
karakteristik dan kemampuan berbeda-beda untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang sudah ditentukan. Dalam pembelajran kooperatif tidak
hanya belajar kelompok, tetapi ada tanggung jawab yang bersifat
kooperatif sehingga terjadi interaksi aktif antar anggota kelompok untuk
memahami mata pelajaran. Dalam pembeajaran kooperatif diskusi dan
komunikasi dikembangkan, hal ini bertujuan agar peserta didik saling
bertukar pikiran, berpikir kritis dan saling menyampaikan pendapat,
saling membantu masalah yang sedang dibahas dan saling menilai
kemampuan antar individu ataupun kelompok.
Menurut Rusman “Model pemebelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran
penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman
dan pengembangan keterampilan social.”8
7
Trianto.S.Pd,Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana), h. 60
8
10
Pada pembelajaran kooperatif ini siswa dibagi menjadi kelompok
kecil dimana didalamnya siswa yang memiliki keberagaman yang tidak
sama dituntut bekerjasama, saling membantu dan saling memberi ide-ide
terhadap topik dan masalah yang sedang dibahas. Pembelajaran
kooperatif juga memudahkan siswa dalam mengatasi materi-materi yang
sulit.
Selain dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa,
pembelajaran kooperatif juga menuntut siswa agar menerima keragaman
yang berbeda yang dimiliki anggota kelompok. Dalam kelompok yang
telah dibagi secara heterogen akan mengelompokkan siswa secara acak,
sehingga dalam setiap kelompok tidak semuanya laki-laki dan tidak
semuanya perampuan, begitu juga dalam kelompok tidak semua
anggotanya memiliki kemampuan akademik yang baik. Disinilah para
siswa dituntut agar memahami siswa lain dalam kelompoknya agar
mencapai tujuan belajar bersama. Pemahaman ini bisa berupa penilaian
terhadap teman, menghargai pendapatnya, hingga menyampaikan ide
dalam materi yang dijelaskan. Dalam pembelajaran kooperatif juga
menguntungkan siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi dan
yang rendah. Siswa yang memiliki kemampuan baik akan menjadi tutor
siswa lain yang kemampuanya ada dibawahnya, sehingga siswa yang
dibawah akan terbantu oleh tamanya. Siswa yang akademiknya tinggi
akan memiliki tambahan pengalaman dan meningkatkan kemampuan
akademiknya. Karena dalam menjadi tutor membutuhkan pemikiran lebih
dalam tentang hubugan ide-ide yang terdapat dalam materi tertentu.
Keterampilan sosial juga dikembangkan dalam pembelajran
kooperatif. Dalam kelompok belajar yang heterogen pastinya terdiri dari
berbagai latar belakang yang berbeda sehingga dalam mencapai tujuan
melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat
dibangun dengan mengembangkan komonikasi antaranggota kelompok,
sedang peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antaranggota
kelompok selama kegiatan berlangsung.9
Pembelajaran Kooperatif mempunyai beberapa tujuan,
diantaranya :
1) Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model
pembelajaran kooperatif ini memiliki keunggulan dalam membantu
siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit.
2) Agar siswa dapat menerima teman-temanya yang mempunyai
berbagai perbedaan latar belakang.
3) Mengembangkan keterampilan social siswa; berbagai tugas, aktif
bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk
bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam
kelompok.10
b. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam model
diantaranya yaitu :
1) Jigsaw
Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot
Aronson dkk, di Universitas Texas, kemudian diadaptasi oleh
Slavin dkk di Universitas Jhon Hopkins. Pembelajaran kooperatif
jigsaw adalah model pembelajaran kooperatif yang menitik
beratkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok
kecil.
9
Ibid, h,210
10
12
Dalam terapan tipe jigsaw, siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok dengan lima atau enam kelompok belajar heterogen.
Materi pelajaran diberikan pada siswa dalam bentuk teks. Setiap
anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu
dari bahan yang diberikan. Anggota dari kelompok yang lain
mendapat tugas topik yang sama, yakni berkumpul dan berdiskusi
tentang topik tersbut.11
2) Student Team Achievement Division (STAD)
Student Team Achievement Division (STAD), merupakan
model pembelajaran yang pertama kali dikembangkan oleh Robert
Slavin dkk di Universitas John Hopkins.
Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok
beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis
kelamin dan sukunya. Sang guru memberikan suatu pelajaran, dan
kemudian siswa-siswa di dalam kelompok itu memastikan bahwa
semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran itu.
Selanjutnya, semua siswa menjalani kuis perorangan tentang
materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak bisa saling
membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa
diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang
sebelumnya, dan nilai-nilai diberi hadiah berdasarkan pada
seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa
tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi
nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya. Nilai-nilai itu
kemudian dijumlah untuk mendapatkan nilai kelompok, dan
11
kelompok yang bisa mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan
sertifikasi atau hadiah-hadiah yang lainnya.12
3) Mencari Pasangan ( Make a Match)
Teknik belajar mengajar mencari pasangan (make a
match) dikembangkan oleh Lorna Curran. Salah satu keunggulan
teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran.
4) Kepala Bernomor (Number Heads)
Teknik belajar mengajar kepala bernomor (Number
Heads) dikembangkan oleh Spencer Kagan. Teknik ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan
ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
Tahapan pertama yaitu, siswa dibagi dalam kelompok,
setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor. Tahap kedua,
guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakanya. Tahap ketiga, kelompok memastikan jawaban
yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota
kelompok mengetahui jawabanya. Pada tahapan keempat guru
memanggil salah satu nomor.13
5) Snowball Thorwing (Melempar Bola Salju)
Teknik Snowbal Thorwing merupaka metode
pembelajaran kooperatif yang membuat siswa membuat dan
menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui suatu permainan,
12
Shlomo sharan, op.cit, h.5
13
14
dengan permaian melempar kertas yang berisi soal yang telah
dibuat siswa.14
6) Berpikir Berpasang Berempat (Think Pair Square)
Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama
dengan orang lain. Keunggulan lain teknik ini adalah
mongoptimalkan partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang
memungkinkan hanya satu siswa yang maju dan membagikan
hasilya untuk seluruh kelas, teknik berpikir berpasang berempat
ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak
kepada para setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan
partisipasi mereka pada orang lain.
2. Teknik Pembelajaran Think Pair Square
a. Hakikat Pembelajaran Think Pair Square
Model pembelajaran kooperatif tipetink-pair-squaremerupakan
modifikasi dari model pembelajaran kooperatif tipetink-pair-shareyang
dikembangkan oleh Spencer Kangan pada tahun 1933.
Think-Pair-Squarememberikan kesempatan kepada siswa mendiskusikan ide-ide dan
memberikan suatu pengertian bagi mereka untuk melihat cara lain dalam
menyelesaikan masalah. Jika sepasang siswa tidak dapat menyelesaikan
permasalahan tersebut, maka sepasang siswa yang lain dapat menjelaskan
cara menjawabnya. Selanjutnya, jika permasalahan yang diajukan
tidak memiliki suatu jawaban benar, maka dua pasang dapat
mengkombinasikan hasil mereka dan membentuk suatu jawaban yang
lebih menyeluruh.15
14
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Teori, (Bandung: Refika Aditama), h. 67
15
Dalam islam juga dijelaskan bahwa muslim dalam menyelesaikan
masalah dianjurkan dengan mermusyawarah seperti dalam firman Allah
di bawah ini:
Artinya : “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (Asy-Syuura 42: 38)16
Dalam ayat ini teranglah, bahwa urusan kaum Muslimin itu ialah
dengan bermusyawarat (bermufakat, bertukar pikiran) antara sesamanya.
Urusan negeri, perkumpulan, pendidikan, dan sebagainya, hendaklah
dengan bermusyawarah lebih dahulu, sebelum memutuskan suatu
keputusan. Denga jalan begini akan teraturlah urusan kaum Muslimin dan
hiduplah mereka dengan aman dan damai.17
Dalam Islam mengibaratkan persaudaraan dan pertalian sesama
muslim itu seperti satu bangunan, di mana struktur dan unsur bangunan
itu saling membutuhkan dan melengkapi, sehingga menjadi sebuah
bangunan yang kokoh, kuat dan bermanfaat lebih.
Rasulullah saw. bersabda:
:
16
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Jakarta : Proyek pengadaan kitab Suci Al-Qur’an, 1984), h.109
17
16
:
)
(
Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. dari Nabi Muhammad saw bersabda:
“Orang mukmin itu bagi mukmin lainnya seperti bangunan, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain. Kemudian Nabi Muhammad menggabungkan jari-jari tangannya. Ketika itu Nabi Muhammad duduk, tiba-tiba datang seorang lelaki meminta bantuan. Nabi hadapkan wajahnya kepada kami dan bersabda: Tolonglah dia, maka kamu akan mendapatkan pahala. Dan Allah menetapkan lewat lisan Nabi-Nya apa yang dikehendaki.” (H.R Imam Bukhari)18
Model pembelajaran kooperatif tipeThink-Pair-Squaredigunakan
untuk meningkankan kemampuan berpikir, berkomunikasi, dan
mendorong siswa untuk berbagi informasi dengan siswa lain. Dalam
pembelajaran kooperatif tipeThink-Pair-Square membagi siswa ke
dalam kelompok secara heterogen yang terdiri dari empat orang.
Kelompok yang terdiri dari empat orang adalah yang ideal.
Kelompok ini memungkinkan untuk melakukan kerja berpasangan, yang
menggandakan partisipasi dan membuka kesempatan berkomunikasi dua
kali lebih banyak dibandingkan kelompok yang beranggotakan tiga orang.
Kelompok yang beranggotakan lebih dari empat akan menungkinkan
kurangnya partisipasi yang cukup dari anggotanya dan susah diatur.
Sedangkan apabila kelompok beranggotakan tiga orang akan
menimbulkan satu pasangan dan satu anggota tersaing.19
18
Shahih Bukhori, Juz 18 no 5567
19
b. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif
TipeThink-Pair-Square
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think-Pair-Squarememiliki keunggulan diantaranya adalah:
1) Optimalisasi partisipisasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dan
memberi kesempatan kepada siswa untuk dikenali dan
menunjukkan partisipasi mereka kepada siswa lain.
2) Siswa dapat meningkatkan motivasi dan mendapatkan rancangan
untuk berpikir, sehingga siswa dapat mengembangkan
kemampuannya dalam menguji ide dan pemahamannya sendiri.
3) Siswa akan lebih banyak berdiskusi, baik pada saat berpasangan,
dalam kelompok berempat, maupun dalam diskusi kelas, sehingga
akan lebih banyak ide yang dikeluarkan siswa dan akan lebih
mudah dalam merekonstruksi pengetahuannya.
4) Setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi dengan
siswa yang lebih pintar ataupun dengan siswa yang lebih lemah.
5) Dalam kelompok berempat, guru lebih mudah membagi siswa
untuk berpasangan.
6) Dominasi guru dalam pembelajaran semakin berkurang. Guru
hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa untuk
berusaha mengerjakan tugas dengan baik.20
c. Langkah-langkah Teknik PembelajaranThink Pair Square
Menurut Lie langkah-langkah pembelajaran model kooperatif
tipe Think-Pair-Square adalah sebagai berikut.21
20
Anita Lie,op.cit, h. 57
21
18
Gambar 2.1
Langakah-langkah Pembelajaran Think Pair Square
Keterangan :
S1,S2,S3,S4–S16 = Siswa
G = Guru
= Interakasi
Tahap I: Pendahuluan
Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan empat
siswa.
Guru memberikan tugas atau masalah tentang materi yang dibahas
Tahap II:Think (berpikir sendiri)
Setiap siswa memikirkan jawaban masing-masing dan mengerjakan
secara mandiri tugas atau masalah yang telah diberikan guru,
meskipun dalam kelompok ada empat siswa.
Tahap III :Pair (Berpasangan)
Guru meminta siswa agar berpasang-pasangan dengan seorang siswa
yang ada dalam kelompok berempat, agar saling mendiskusikan
ide-ide yang telah didapat setelah memikirkan sendiri.
Tahap IV :Square (Berempat)
Kedua pasangan dalam kelompok berempat saling bertemu dan saling
berdiskusi. Setiap siswa berkesempatan mebagikan hasil kerja dan
pemikiranya baik hasil sendiri, maupun hasil setelah berdiskusi pada
tahappair(berpasangan).
3. Hasil Belajar
a. Hakikat dan Urgensi Hasil belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Horward
Kingsley sebagaimana yang telah dikutip oleh Nana membagi tiga
macam hasil belajar, yaitu : (a) Keterampilan dan kebiasaan, (b)
pengetahuan dan keterampilan, (c) sikap dan cita-cita.22
Hasil belajar adalah suatu kegiatan untuk mengukur perubahan
perilaku yang telah terjadi pada diri peserta didik. Hasil belajar akan
memberikan pengaruh dalam dua bentuk, yakni: Pertama peserta
didik akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan
kelemahannya atas perilaku yang diinginkan. Kedua, mereka
mendapatkan perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik
22
20
setahap atau dua tahap sehingga timbul lagi kesenjangan antara
penampilan perilaku yang sekarang dengan perilaku yang diinginkan.
Kesinambungan tersebut merupakan dinamika proses belajar
sepanjang hayat dan pendidikan yang berkesinambungan.23
Menurut Benyamin Bloom sebagaimana dikutip Nana, hasil
belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu :
1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis,sintesis,dan evauasi.
2) Ranah afektif berkenaan dengan sifat yang terdiri dari lima aspek
yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi.
3) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan
dan kemampuan bertindak. Yakni gerakan reflek, keterampilan
gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau
ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif
dan interpretatif.24
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
hasil atau kemampuan yang diperoleh atau dicapai oleh siswa yang
diperlihatkannya setelah mereka menempuh pengalaman belajar.
Hasil belajar diperoleh dari kegiatan penilaian dan yang diharapkan
adanya perubahan tingkah laku.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Berikut faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya hasil
belajar, diantaranya yaitu :
1) Faktor Internal
23
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah,(Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009), h. 208
24
a) Faktor Fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang
prima, tidak dalam keadaan yang lemah dan capek, tidak dalam
keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan
sebagainya semua akan membantu dalam proses dan hasil belajar.
b) Faktor Psikologis
Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki
kondisi yang berbeda-beda. Beberapa faktor psikologis diantaranya
meliputi intelegensi, perhatian, minat, dan bakat, motif. Motivasi,
kognitif dan daya nalar.
2) Faktor Eksternal
a) Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil
belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam
dan dapat pula berupa lingkungan sosial.
b) Faktor Instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan
dan penggunannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Seperti kurikulum, sarana, fasilitas dan guru.25
4. Pembelajaran Fiqih di MTs
a. Hakikat dan Urgensi Pembelajaran Fiqih
Mata pelajaran fiqih adalah salah satu bagian dari Pendidikan
Agama Islam yang mempelajari tentang Fiqih ibadah dan muamalah,
terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara
pelaksanaan rukun Islam mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan
taharah, shalat, puasa, zakat, sampai dengan pelaksanaan ibadah haji,
25
22
serta ketentuan tentang makanan dan minuman, khitan, kurban, dan cara
pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.
Adapun menurut bahasa fiqih berarti “faham yang mendalam,
mengetahui batinnya sampai kedalam. Secara istilah fiqih adalah ilmu
tentang hukum-hukum syar’I yang bersifat amaliyah, yang digali dan
dikemukan dari dalil-dalil yang tafshili.”26.
Adapun menurut istilah, kata fiqih adalah ilmu halal dan haram,
ilmu syariat dan hukum sebagaimana dikemukakan oleh Al-Kassani yang
dikutip oleh Sapiudin.27
Dalam peristilahan syar’i, ilmu fiqih dimaksudkan sebagai ilmu
yang berbicara tentang hukum-hukum syar’i amali (praktis) yang
penetapannya diupayakan melalui pemahaman yang mendalam terhadap
dalil-dalilnya yang terperinci dalam nash (Alquran dan Hadist).
Hukum syar’i yang dimaksud dalam definisi diatas adalah segala
perbuatan yang diberi hukumnya itu sendiri dan diambil dari syariat yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Adapun kata ‘amali dalam definisi
ini dimaksudkan sebagai penjelasan bahwa yang menjadi obyek kajian
ilmu ini hanya berkaitan dengan perbuatan (‘amaliyah) mukallaf dan
tidak termasuk keyakinan atau iktikad (‘aqidah) dari mukallaf itu.
Sedangkan dalil-dalil terperinci (al-tafshili) maksudnya adalah dalil-dalil
yang terdapat dan terpapar dalamnashdi mana satu persatunya menunjuk
pada satu hukum.28
Dasar yang mendorong manusia untuk mempelajari ilmu fiqih
menurut Nazar Bakry diantaranya sebagai berikut :
1) Untuk mencari kefaham dan pengertian tentang ajaran Islam.
26
Zurinal.Z,&Aminudin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah,2008). H.5
27
Sapiudin Shidiq,Ushul Fiqh),(Jakarta: Kencana,2011), h,4
28
2) Untuk mempelajari hukum-hukum Islam yang berhubungan
dengan kehidupan manusia.
3) Memperdalam pengetahuan dalam hukum-hukum agama dalam
bidang ibadat dan mu’amalat.29
b. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih di MTs
Ruang lingkup fikih di Madrasah Tsanawiyah meliputi aturan dan
ketentuan tentang pengaturan hukum Islam dalam menjaga keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah
SWT dan hubungan manusia dengan sesama manusia. Adapun ruang
lingkup mata pelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah di kelas meliputi :
1) Aspek fikih ibadah meliputi: ketentuan dan tatacara taharah, salat fardu, salat sunnah, dan salat dalam keadaan darurat, sujud, azan dan iqamah, berzikir dan berdoa setelah salat, puasa, zakat, haji dan umrah, kurban dan akikah, makanan, perawatan jenazah, dan ziarah kubur.
2) Aspek fikih muamalah meliputi: ketentuan dan hukum jual beli, qirad, riba, pinjam- meminjam, utang piutang, gadai, dan borg serta upah.30
c. Metode Pembelajaran dalam Mengajarkan Fiqih di MTs
Selama ini metode yang diterapkan dalam pembelajaran fiqih di
MTs diantaranya yaitu :
1) Metode Ceramah
Yang dimaksud dengan metode ceramah ialah penerangan dan
penuturan secara lisan oleh guru terhadap murid di dalam kelas.
29
Nazar Bakry,Fiqih dan Ushul Fiqih,(Jakarta:Rajawali Pers), h.5
30
24
Peranan murid dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan
teliti serta mencatat pokok penting yang dikemukakan oleh guru.31
2) Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah metode mengajar yang
memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua
arah antara guru dan siswa. Guru bertanya dan siswa menjawab, atau
siswa bertanya guru menjawab.32
Dalam metode Tanya jawab guru pada umumnya berusaha
menanyakan apakah siswa telah mengetahui fakta tertentu yang sudah
diajarkan, atau apakah proses pemikiran yang dipakai oleh siswa.
3) Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang
berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau
lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk
memperkuat pendapatnya. Untuk mendapatkan hal yang disepakati,
tentunya masing-masing menghilangkan perasaan subjektivitas dan
emosionalitas yang akan mengurangi bobot pikir dan pertimbangan
akal yang semestinya.33
4) Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Demonstrasi adalah salah satu tehnik mengajar yang dilakukan
oleh seorang guru atau orang lain yang dengan sengaja diminta atau
siswa sendiri ditunjuk untuk memperlihatkan kepada kelas tetntang
suatu proses atau cara melakukan sesuatu.
5) Metode Pemberian tugas
31
Winarno Surachmad,Metodologi Pengajaran Nasional,(Bandung: C.V. JEMMARS)hal 76
32
R. Ibrahim,dkk,Perencanaan Pengajaran, (Jakarta:PT rineka cipta), hal. 106
33
Metode ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada
siswa melakukan tugas / kegiatan yang berhubungan dengan
pelajaran,seperti mengerjakan soal-soal, mengumpulkan kliping, dan
sebagainya. Metode ini dapat dilakukan dalam bentuk tugas/kegiatan
individual ataupun kerja kelompok dan dapat merupakan unsur
penting dalam pendekatan pemecahan masalah atauproblemsolving34
6) Metode sosiodrama dan bermain peran
Metode sosiodrama dan bermain peran adalah dua metode yang
dapat dikatakan bersamaan dan dalam pemakaianya sering
disilih-gantikan. Sosiodrama artinya mendramatisasikan cara tingkah laku di
dalam hubungan sosial. Sedangkan bermain peran menekankan
kenyataan di mana siswa diturut sertakan dalam memainkan peran di
dalam mendramatisasikan masalah-masalah hubungan sosial.35
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Peningkatan Hasil Belajar siswa melalui model pembelajaran Cooperative
Learning teknik Think Pair Square pada mata pelajaran IPS, oleh Damroh
(809018300459), Progam Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
jurusan kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN
Jakarta, Tahun 2013. Penerapan model pembelajaran Cooperative
Learning teknik Think Pair Square dapat meningkatkan hasil belajar IPS
siswa MI Idzotun Nasyiien Pulo Gebang, Jakarta Timur sebesar 18 %.
Hasil siklus 1 sebesar 49%, meningkat pada siklus ke II sebesar 67%.
Dalam penelitian ini menekankan pada hasil belajar IPS kelas III dengan
mengggunakan model pembelajaran Cooperative Learning teknik Think
Pair Square.
34
R. Ibrahim,dkk,op.cit,hal106
35
26
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square
(Berpikir-berpasangan-berempat) dalam pembelajaran matematika siswa
kelas VII SMPN 1 Bayang tahun pelajaran 2011/2012. oleh
Mardaweni,Nilawesti,dan zulfaneti, Progam Studi Pendidikan
Matematika, STKIP PGRI Sumatera Barat, tahun 2011/2012. Penelitian
tersebut menunjukan hasil matematika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square sebesar 77,33. Sedangkan
rata-rata hasil belajar siswa menggunakan metode konvensional sebesar
64,33. Dengan hasil ini menunjukan penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Square lebih baik dari pada penggunaan
metode konvensional pada matapelajaran matematika. Dalam penelitian
ini menekankan pada bagaimana penerapan model Cooperative Learning
teknik Think Pair Square dalam pembelajaran kelas VII dan
perbedaannya dengan hasil belajar yang menggunakan metode
konvensional.
3. Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair
square (Tpsq) disertai dengan lembar kerja kartun terhadap
pemahaman konsep sistematis siswa kelas VIII SMPN 34 Padang.
Oleh Vebri Minta, Sefna Rismen dan Lita Lovia, Progam Studi
Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Sumatera Barat, Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pemahaman konsep matematis siswa
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Square (TPSq) disertai lembaran kerja lebih baik dari pemahaman
konsep matematis siswa dengan pembelajaran konvensional. Dalam
penelitian ini menekankan pada pemahanan konsep sistematis siswa
kelas VIII dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran fiqih di Mts bertujuan untuk mengetahui dan
memahami pokok-pokok ajaran Islam dan mengatur ketentuan dan tata cara
menjalankan hubungan manusia dengan Allah dan dengan sesama manusia.
Pelajaran Fiqih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian dan keseimbangan
hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri,
sesama manusia, ataupun lingkungannya.
Dalam proses pembelajaran di kelas sangat menentukan hasil yang
akan diperoleh. Upaya meningkatkan keaktifan belajar pada pembelajaran
fiqih perlu diperhatikan sehingga proses pembelajaran yang dilakukan harus
diupayakan dan mampu menuntun siswa untuk dapat berpikir kreatif,
membentuk sikap positif, memecahkan masalah dan memungkinkan siswa
untuk mengorganisasikan belajarnya sendiri, sehingga akhirnya siswa dapat
memahami koonsep Fiqih secara benar dan utuh serta dapat mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu juga siswa tidak hanya di diberi
materi dari buku saja melainkan siswa dapat bertukar pendapat dengan siswa
lain terhadap masalah yang sedang dibahas. Menurut Penulis, strategi yang
mampu menjadikan siswa menjadi kritis, kreatif dan mampu memahami
permasalahan serta terjadi interaksi dan tukar pendapat dalam suatu masalah
pembelajaran yaitu dengan menggunakan salah satu Model kooperatif yaitu
dengan teknikthink pair square.
D. Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis penelitian ini adalah terdapat peningkatan hasil
belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif teknikthink pair square
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs. Pembangunan Jakarta. Adapun
pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei
2015
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian 1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK)
atau (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru dikelas dengan tujuan memperbaiki
atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Metode penelitian ini
dilakukan pada pelajaran Fiqih dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif teknikthink pair square.
2. Rancangan Siklus penelitian
Model penelitian tindakan kelas (PTK) yang digunakan dalam
penelitian ini adalah merujuk pada model yang dikembangkan olehKemmis
& Mc. Tagart.Model penelitian ini merupakan pengembangan dari konsep
dasar yang diperkenalkan olehKurt Lewin.
Penelitian ini yang telah dikutip oleh Suharismi Arikunto,
Gambar 3.1 Siklus PTK
Model PTK yang dikemukakan Kemmis & Mc. Tagart terdiri atas empat
komponen, yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Keempat komponen yang berupa uraian tersebut dipandang satu siklus.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua siklus, dimana tiap-tiap
siklus terdiri atas empat tahap, yakni: Perencanaan (Planning),
Pelaksanaan/Tindakan (Acting), Pengamatan (Observing), dan refleksi
(Reflecting).1
a. Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini peneliti merencanakan tindakan berdasarkan
tujuan penelitian. Penelitian membuat rencana dan skenario
pembelajaran yang akan disajikan dalam materi penelitian, lembar
kerja siswa serta menyiapkan media pembelajaran. Selain itu pada
1
30
tahap ini juga peneliti menyiapkan instrument penelitian yang terdiri
dari soal yang harus dijawab oleh siswa dan lembar observasi.
b. Tindakan (Acting)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalam melaksanakan
rencana dan scenario pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.
c. Pengamatan (Observing)
Observasi atau pengamatan dilakukan pada waktu tindakan
sedang berlangsung. Peneliti yang dibantu observer mengamati segala
aktivitas selama proses pembelajaran. Observasi dimaksudkan sebagai
kegiatan mengamati, mengenali, dan mendokumentasikan semua
gejala atau indicator dari proses, hasil tindakan terencana maupun
efek sampingnya.
d. Refleksi (Reflecting)
Kegiatan refleksi diakukan ketika peneliti sudah selesai
malakukan tindakan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan
dikumpulkan dan dianalisis bersama oleh peneliti dan observer,
sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang dilaksanakan
mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan.
Refleksi ini dilakukan untuk memperoleh masukan bagi rencana
tindakan siklus berikutnya.
C. Subjek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII MTs Madrasah
Pembangunan, UIN Jakarta, yang berjumlah 32 siswa pada tahun ajaran
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai perencana dan
pelaksana kegiatan penelitian. Peneliti membuat rencana kegiatan,
melaksanakan kegiatan, melakukan pengamatan, mengumpulkan dan
menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian. Dalam penelitian ini
peneliti dibantu oleh seorang guru sebagai mitra koloborasi (kolobolator).
Guru tersebut adalah guru yang mengajar mata pelajaran fiqih yang
bertindak sebagai observer (pengamat).
E. Tahap Intervensi Tindakan
Tahap penelitian ini dimulai dengan tahap pra penelitian yang
dilanjutkan dengan siklus I. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada
siklus I dilanjutkan ke siklus II dan seterusnya jika diperlukan.
Adapu tahapanya sebagai berikut:
1. Tahap Pra Penelitian
Peneliti merencanakan kegiatan penelitian tindakan kelas
dengan menentukan kegiatan serta model pembelajaran yang
dilaksanakan. Pada perencanaan awal ini, guru mengidentifikasi
masalah yang terjadi di kelas serta menentukan tindakan penyelesaian
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknikThink Pair
Square(TPS).
2. Tahap Penelitian Siklus I
a. Perencanaan (Planning)
1) Menyiapkan kelas tempat penelitian
2) Membuat rencana pembelajaran (RPP)
3) Menyiapkan materi ajar
4) Menyiapkan media pembelajaran
5) Menyiapkan lembar observasi kegiatan siswa, kegiatan guru,
32
6) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS)
7) Menyiapkan instrument tes
8) Melakukan uji tes
9) Menyiapkan alat dokumentasi
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
1) PemberianPre testdi awal pembelajaran
2) Menyampaikan langkah-langkah model pembelajaran kooperati
tipe TPS
3) Melaksanakan proses belajar mengajar
4) Melaksanaan pembelajaran kooperatif teknik Think Pair Square
(TPS)
5) Pemberian soal Post test dilaksanakan diakhir kegiatan belajar
mengajar.
c. Observasi (Observation)
Tahap ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan yang terdiri
dari observasi terhadap siswa dan guru, mencatat semua hal yang
terjadi selama proses pembelajaran dengan cara:
1) Melakukan pengamatan terhadap penerapan pembelajaran tipe
think pair square(TPS)
2) Mencatat perubahan yang terjadi
3) Berdiskusi dengan guru koloborator membahas masalah yang
dihadapi saat pembelajaran,
d. Refleksi (Reflekting)
Peneliti mengadakan refleksi untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa terhadap peneliti yang telah dilaksanakan
sebagai pedoman atau acuan dalam pelaksanaan siklus berikutnya.
3. Tahap Penelitian Siklus II
1) Hasil refleksi siklus I dievaluasi, didiskusikan dengan guru
fiqih, dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada
pembelajaran berikutnya.
2) Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran
siklus I
3) Merancang rencana perbaikan berdasarkan refleksi siklus I.
b. Pelaksanaan tindakan (Acting)
1) PemberianPre testdi awal pembelajaran
2) Menyampaikan langkah-langkah model pembelajaran kooperati
tipe TPS
3) Pemberian motivasi belajar kepada siswa
4) Melaksanakan proses belajar mengajar
5) Penggunaan dan Pemaksimalkan media belajar
6) Proses penerapan pelaksanaan pembelajaran kooperatif teknik
Think Pair Square(TPS)
7) Pemberian soal Post test dilaksanakan diakhir kegatan belajar
mengajar.
c. Observasi (Observation)
1) Melakukan pengamatan terhadap penerapan pembelajaran
teknikthink pair square(TPS).
2) Mencatat perubahan yang terjadi.
3) Berdiskusi dengan guru koloborator membahas masalah yang
dihadapi saat pembelajaran,
d. Refleksi (Reflecting)
Peneliti mengadakan refleksi untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa terhadap penelitian yang telah dilaksanakan
34
F. Hasil Intervensi yang Diharapkan
Hasil intervesi yang diharapkan dari peneitian tindakan kelas (PTK)
ini adalah peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih di Mts
Pembangunan UIN Jakarta, setelah mengalami pembelajaran dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Sedang yang menjadi
indicator keberhasilan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa telah
mencapai Standar Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditentukan sekolah
untuk mata pelajaran Fiqih yaitu 78.00.
G. Data dan Sumber Data 1. Data Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua jenis data yaitu
data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.
Data kuantitatif berupa nilai hasil pre test dan post test. Adapun
data kualitatif berupa hasil observasi proses pembelajaran, hasil
wawancara terhadap guru dan siswa dan dokumentasi ( berupa foto
kegiatan pembelajaran).
2. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini diperoleh dari guru kelas dan
siswa.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Instrumen Tes
Tes tertulis ini berupa tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).
Tes awal (pretest) adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran
diberikan kepada peserta didik tujuan untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan siswa mengenai materi yang akan dipelajari. Sedangkan tes
untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran. Soal tes merupakan bahan-bahan pelajaran yang tergolong
penting yang telah diajarkan kepada para peserta didik. Naskah tes akhir
ini dibuat sama dengan naskah tes awal.
2. Instrumen Non Tes
Dalam instrumen non tes yang digunakan adalah:
a. Lembar observasi
Lembar observasi ini terdiri dari tiga yaitu lembar observasi aktivitas
siswa, lembar observasi aktivitas aktivitas guru. Lembar observasi
digunakan untuk mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai
aktivitas belajar siswa, aktifitas guru dan proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik TPS.
b. Catatan lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk mengamati seluruh kegiatan
dalam proses pembelajaran berlangsung. Berbagai hasil pengamatan
tentang aspek pembelajaran di kelas yang meliputi kegiatan siswa,
kegiatan guru, dan kegiatan pembelajaran yang perlu dicatat.
c. Pedoman wawancara
Wawancara adalah tanya jawab lisan dua orang atau lebih secara
berlangsung. Wawancara pada penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui respon siswa terhadap kegiatan tindakan kelas.
Wawancara dilakukan diakhir siklus.
I. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
melakukan wawancara terhadap murid dan guru, observasi terhadap
aktivitas siswa, aktivitas guru, aktivitas proses pembelajaran, dan catatan
lapangan serta merekapulasi nilai hasil belajar yang diperoleh siswa dari tes
36
koloborator melakukan analisis dan evaluasi data utnuk membuat
kesimpulan mengenai peningkatan hasil belajar siswa serta kelebihan dan
kekurangan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksankan untuk membuat
tindakan pada siklus berikutnya.
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan
Pada penelitian ini peneliti menggunakan instrument tes. Sebelum
soal tes disajikan sebagai instrument penelitian, terlebih dahulu dilakukan
uji coba kepada responden, yaitu orang-orang di luar sampel (subjek) yang
telah ditetapkan. Dalam hal ini peneliti mengujicobakan soal yang telah
dibuat pada kelas yang telah mempelajari materi yang akan diajarkan. Tes
uji coba tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrument tersebut
dapat memenuhi syarat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya
pembeda. Dalam penelitian ini, untuk menguji validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran, dan daya pembeda butir instrument tes.
1. Validitas instrumen
Validasi adalah suatu proses yang dilakukan oleh peneliti atau
pengguna instrumen untuk mengumpulkan data secara empiris untuk
mendukung suatu kesimpulan yang dihasilkan oleh skor instrumen.
Keterangan :
rpbis : Koefisien Korelasi point biserial
Mp : Mean skor dari skor-skor yang menjawab betul item yang
dicari
Mt : Mean skor total (skor rata-rata dari semua peserta tes)
St : Standar deviasi skor total
p : Proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut
q : I–p
2. Reliabilitas instrumen
“Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu
instrumen. Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes
teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Suatu tes dikatakan reliable jika selalu memberikan hasil yang sama jika
diujikan pada waktu dan kesempatan yang berbeda.”2 Dalam hal ini
menggunakan formula Kuder Richardson 20 (KR-20).
R1t=
Keterangan :
S : Standar deviasi dari tes
R1t : Reliabilitas secara keseluruhan
p : Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)
∑ pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q
n : banyaknya item
3. Taraf kesukaran
Untuk mengetahui taraf kesukaran soal dari suatu tes dapat digunakan
rumus sebagai berikut:
2
38
P =
Keterangan :
P : Tingkat kesukaran soal
B : banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS : jumlah seluruh siswa peserta test
Kriteria Kesukaran
0,0 - 0,25 : Sukar
0,26 - 0,75 : Sedang
0,76–1,00 : Mudah
4. Daya pembeda
Rumus untuk menganalisis daya pembeda adalah:
=
Keterangan :
DP : daya pembeda
BA : jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal kelompok
atas
BB : jumlah siswa yang menjawab benar pada butir bawah
JA : banyaknya siswa pada kelompok atas
JB : banyaknya siswa pada kelompok bawah
Kriteria soal-soal berdasarkan daya pembeda sebagai berikut :
0,00≤ DP ≤ 0,20 daya pembedanya jelek.
0,21≤ DP ≤ 0,40 daya pembedanya cukup
0,41≤ DP ≤ 0,70 daya pemebdanya baik
K. Teknik Analisis Data dan Interprestasi Data
Setelah data terkumpul maka dilakukan teknik analisis data, yaitu
peneliti memberi uraian mengenai hasil penelitian. Manganalisis data
merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk menguraikan data
yang diperoleh agar dapat dipahami bukan hanya orang yang meneliti,
tetapi juga orang yang ingin mengetahui hasil penelitian. Data yang didapat
berupa hasil belajar siswa pada ranah kognitif, lembar observasi kegiatan
siswa, kegiatan guru, kegiatan proses pembelajaran, dan catatan lapangan
mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif teknik TPS.
Dalam menganalisis data hasil belajar pada aspek kognitif atau
penguasaan konsep menggunakan analisis deskritif dari setiap siklus
menggunakan gain skor. Gain adalah selisih antara