• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran cooperative teknik think pair square (Tps) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih kelas VIII H di Mts pembangunan uin Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran cooperative teknik think pair square (Tps) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih kelas VIII H di Mts pembangunan uin Jakarta"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

Skirpsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

Gilang Ogi Saputra (1111011000016)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Kata kunci : Model Pembelajaran Cooperative Teknik Think Pair Square (Tps), Hasil Belajar, Fiqih

(6)

ABSTRACT

The Implementation of Cooperative Learning Model Technique Think Pair Square

(Tps) to Improve the Student Learning Result on Fiqh Subject Class VIII H in

MTs Pembangunan Jakarta.

Keywords: The Cooperative Learning Model Technique Think Pair Square (Tps),

Learning Result, Fiqh.

This study aims to indicate the Cooperative Learning Model Technique Think

Pair Square, to improve the student learning result on fiqh subject class VIII H in Mts

Pembangunan Jakarta. This study method is Classroom Active Research which includes

from two cycle, each cycles encompass planning, implementation, observation, and

reflection. Cycle is stopped when the success indicator, it is all students who have

achieved mastery on learning which is assigned by the school for fiqh subject class VIII,

is 78. The study results indicate any improvement on the student learning result on fiqh

subject in every cycle. The improvement on student learning result indicated by the

N-Gain average on cycle I is 41% and there is any improvement on cycle II become 79%,

the student who achieved the mastery on learning is 56% on cycle I and cycle II. All

students have achieved mastery on learning. From the observation result on the learning

process, students like the fiqh subject by using cooperative learning techniques Think

Pair Square. Students become more active and the learning process became enjoyable.

It can be conclude that learning by using model learning technique Think Pair Square is

(7)

ii

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Rabb semesta alam yang selalu memberikan

rahmat, hidayah, dan kasih sayang-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Teknik Think Pair Square (Tps) dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih kelas VIII H di MTs

Pembangunan Jakarta. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi

Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, para tabi’in, dan kepada seluruh umatnya. (Amin).

Semoga kita mendapatkan syafaatnya nanti di yaumul akhir.

Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan kami sangat

terbatas, sehingga banyak kekurangan dalam skripsi ini, dan masih jauh dari kesempurnaan.

Namun dengan adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya

skripsi terselesaikan. Oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

3. Ibu Marhamah Saleh, Lc, MA. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Bapak Drs. H. Ghufron Ihsan, MA., selaku dosen pembimbing yang dengan tulus ikhlas dan

dengan segala kesabarannya telah memberikan bimbingan sehiingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan sumbangan wawasan keilmuan dan membimbiing penulis selama

mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Pimpinan pepustakaan, para staf dan para karyawan, baik perpustakaan utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta maupun perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah

memberikan kemudahan dalam penggunaan sarana perpustakaan.

7. Orang tua tercinta , ayahanda Kusnodo dan ibuda Khayati yang dengan penuh kasih sayang

(8)
(9)

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQOSAH

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL, GRAFIK DAN GAMBAR... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS... 6

A. Landasan Teori ... 6

1. Pembelajaran Kooperatif ... 6

a. Hakikat dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 6

b. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif ... 11

2. Teknik PembelajaranThink Pair Square... 14

a. Hakikat Teknik PembelajaranThink Pair Square... 14

b. Keunggulan Teknik PembelajaranThink Pair Square... 17

c. Langkah-langkah Teknik PembelajaranThink Pair Square... 17

3. Hasil Belajar ... 19

a. Hakikat dan Urgensi Hasil Belajar ... 19

b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 20

4. Pembelajaran Fiqih di MTs ... 21

a. Hakikat dan Urgensi Pembelajaran Fiqih di MTs ... 21

b. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih di MTs kelas VIII ... 23

(10)

B. Hasil Penelitian yang Relevan... 25

C. Kerangka Berpikir ... 27

D. Hipotesis Tindakan... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 28

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 28

C. Subjek Penelitian ... 30

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 31

E. Tahap Intervensi Tindakan ... 31

F. Hasil Intervensi yang Diharapkan ... 34

G. Data dan Sumber Data ... 34

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 34

I. Teknik Pengumpulan Data ... 35

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan ... 36

K. Teknik Analisis Data dan Interprestasi Data ... 39

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN... 41

A. Kondisi Obyektif Sasaran Penelitian ... 41

B. Deskripsi Data Hasil pengamatan Efek/Hasil Intervensi Tindakan ... 49

C. Analisis Data Hasil Belajar ... 53

D. Interprestasi Hasil Analisis ... 60

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 73

BAB V PENUTUP... 76

A. Kesimpulan... 76

B. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA... 78

(11)

Tabel : 4.2 Keadaan Siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta ... 48

Tabel : 4.3 Hasil Belajar Siswa Mapel Fiqih Siklus I... 54

Tabel : 4.4 Hasil Belajar Siswa Mapel Fiqih Siklus II... 57

Tabel : 4.5 Skor Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II... 60

Tabel : 4.6 Aktivitas Siswa Siklus I... 63

Tabel : 4.7 Aktivitas Guru Siklus I ... 64

Tabel : 4.8 Aktivitas Siswa Siklus II ... 70

Tabel : 4.9 Aktivitas Guru Siklus II... 71

Grafik 4.1 Hasil Belajar Siklus I... 56

Gambar 2.1 Langakah-langkah Pembelajaran Think Pair Square ... 18

Gambar 3.1 Siklus PTK... 29

[image:11.595.71.518.89.564.2]
(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Uji Referensi ... 80

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Silus I... 83

Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I ... 95

Lampiran 4 Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I... 96

Lampiran 5 Hasil Belajar Siklus I... 99

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Silus II ... 101

Lampiran.7 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II... 113

Lampiran 8 Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II ... 114

Lampiran 9 Hasil Belajar Siklus II... 116

Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 118

Lampiran 11 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I... 120

Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II... 123

Lampiran 13 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 125

Lampiran 14 Catatan Lapangan Siklus I... 127

Lampiran 15 Catatan Lapangan Siklus II... 128

Lampiran 16 Hasil Wawancara Siswa ... 129

Lampiran 17 Hasil Wawancara Guru... 133

Lampiran 18 Materi Pembelajaran... 134

Lampiran 19 Perhitungan Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Butir Soal ... 134

(13)

1

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar

bagi pembangunan suatu negara. Dalam agamapun pendidikan merupakan

kewajiban yang harus ditempuh agar manusia memperoleh derajat yang tinggi

dihadapan Allah SWT. seperti dalam firman-Nya :

……











Artinya : “….Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(Al- Mujadillah (58): 11)1

Ayat diatas menunjukkan bahwa orang berilmu akan diberikan derajat

yang tinggi dihadapan Allah, karena orang yang memiliki ilmu akan

memanfaatkan ilmunya bagi dirinya sendiri dan orang lain. orang yang

beriman dan memiliki ilmu pengetahuan luas akan dihormati oleh orang lain,

diberi kepercayaan untuk mengendalikan atau mengelola apa saja yang terjadi

dalam kehidupan ini. Ini artinya tingkatan orang yang beriman dan berilmu

lebih tinggi di banding orang yang tidak berilmu. Akan tetapi perlu diingat

bahwa orang yang beriman, tetapi tidak berilmu, dia akan lemah. Oleh karena

itu, keimanan seseorang yang tidak didasari atas ilmu pengetahuan tidak akan

kuat. Begitu juga sebaliknya, orang yang berilmu, tetapi tidak beriman, ia

akan tersesat. Karena ilmu yang dimiliki bisa jadi tidak untuk kebaikan

sesama.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu juga bertujuan untuk

1

(14)

2

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokrasi

serta bertanggung jawab.2

Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya

interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks

penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan

pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan

rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.

Peningkatan kualitas pendidikan dicerminkan oleh hasil belajar siswa,

sedangkan keberhasilan atau hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kualitas

pendidikan yang bagus. Keberhasilan untuk meningkatkan mutu pendidikan

perlu adanya pengembangan dan pembaharuan bidang pendidikan anatara lain

adalah pembaharuan model pembelajaran. Model pembelajaran tersebut

hendaknya mendukung tercapainya pengajaran yaitu agar siswa dapat

berpikir aktif dan diberi kesempatan untuk mencoba dalam berbagai

kegiatan belajar.

Salah satu pelajaran yang dilaksanakan pada tingkat Madrasah

Tsanawiyah (MTs) adalah mata pelajaran fiqih. Mempelajari ilmu fiqih

berguna dalam memberi pemahaman tentang berbagai aturan secara

mendalam. Dengan itu orang akan tahu aturan-aturan secara rinci mengenai

kewajiban dan tanggung jawab terhadap tuhannya, hak dan kewajiban dalam

rumah tangga dan dalam kehidupan bermasyarakat; juga mengetahui tatacara

shalat, zakat, puasa haji dan ibadah laianya. Selain itu ilmu fiqih juga berguna

sebagai patokan untuk bersikap dalam menjalani hidup. Artinya, seseorang

akan mengetahui perbuatan yang wajib,sunah,mubah,makruh dan haram.3

2

Undang-undang RI. no. 20 tahun 2003. Tentang Pendidikan nasional, (Bandung: Citra umbara), h, 5

3

(15)

Dalam realita, pembelajaran fiqih di madrasah masih didominasi

dengan cara atau model pembelajaran tradisional yaitu ceramah. Model

tersebut dinilai membosankan bagi para siswa di madrasah, karena dalam

model pembelajaran fiqih masih banyak menekankan pada aspek penalaran

atau hapalan. Menghapal tentu ada gunanya, namun kalau kemudian menjadi

dominan dan seluruh materi harus dihafal, maka akan melahirkan anak-anak

didik yang kurang kreatif dan tidak berani mengungkapakan pendapatnya

sendiri. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kemudian siswa menjadi

malas dan kurang bersemangat dalam pelajaran ini. Hal ini tentunya yang

menyebabkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih rendah. Selain itu

pelajaran fiqih juga kurang dianggap penting disbanding pelajaran yang lain,

seperti pelajaran yang diikut sertakan di ujian.

Sebagaimana dialami dalam satu kelas, terdiri dari siswa yang

berlainan satu dengan yang lainya. Mereka berbeda dalam hal bakat,

pengalaman, kecerdasan, dan motivasi belajar. Bagi siswa yang memiliki

kecerdasan rendah akan mengalami kesulitan ketika diberikan suatu masalah

untuk diselesaikan. Berbeda halnya dengan siswa yang pandai, dalam

mengerjakan permasalahan yang diberikan guru tidak akan terlalu kesulitan.

Untuk itu diperlukan model yang didalamnya terdapat kerjasama antar siswa,

agar yang pandai bisa memberi pengalaman belajarnya kepada yang kurang

pandai dan sebaliknya bagi siswa yang kurang pandai bisa bertanya kepada

siswa yang pandai.

Untuk itu diperlukan solusi pembelajaran yang tepat, agar siswa aktif

dan mampu mengembangkan pikiranya terhadap materi yang dipelajari, serta

solusi pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih

baik bagi siswa, agar hasil belajar fiqih mengalami peningkatan, salah satunya

dengan menggunakan pembelajaran cooperative teknik think pair square.

Think pair square adalah suatu model pembelajaran yang membuat siswa

terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan dapat memberikan

(16)

4

saling berpikir kritis, dan saling membantu permasalah yang sedang dibahas

pada pelajaran fiqih. sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fiqih.

Teknik think pair square adalah struktur kegiatan pembelajaran

gotong-royong dengan memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta

bekerja sama dengan siswa lain. Dalam pengelompokanya siswa-siswa

dipasangkan secara heterogen baik dari segi kemampuan akademik, maupun

kelamin.4

Dengan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat dan melakukan penelitian terhadap masalah ini dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Teknik Think Pair Square (Tps) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih kelas VIII H di Mts Pembangunan UIN Jakarta

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat

diidentifikasikan adanya beberapa masalah sebagai berikut;

1. Hasil belajar fiqih yang masih rendah

2. Metode yang digunakan guru masih menggunakan metode tradisional

3. Pembelajaran masih berpusat pada guru (Teacher Center)

4. Kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran fiqih

C. Pembatasan Masalah

Untuk memudahkan penelitian dan tidak menimbulkan penafsiran

yang berbeda-beda, Penelitian ini memfokuskan pada masalah Penerapan

model pembelajaran cooperativeteknik think pair squaredalam meningkatkan

hasil belajar siswa kelas VIII H di MTs Pembangunan UIN Jakarta.

4

(17)

D. Perumusan Masalah

Penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Apakah penerapan model pembelajaran cooperative teknik think pair

square dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII H di MTs

Pembangunan UIN Jakarta?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model

pembelajaran cooperative teknik think pair square dalam meningkatkan hasil

belajar siswa kelas VIII H di MTs Pembangunan UIN Jakarta.

F. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharap bermanfaat bagi ;

1. Bagi guru Fiqih dapat menjadikan model pembelajaran cooperativeteknik

think pair square sebagai salah satu alternative untuk menciptakan

pembelajaran yang kreatif dan efektif.

2. Bagi siswa dapat memberikan motivasi, keaktifan dalam belajar dan

meningkatkan interaksi social dengan siswa lain dalam kegiatan

pembelajaran.

3. Bagi penulis agar dapat menambah pengetahuan tentang model kooperatif

thiks pair squaredalam meningkatkan hasil belajar dan dapat menerapkan

(18)

6 BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN

HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Pembelajaran Kooperatif

a. Hakikat dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Kooperatif mengandung pengertian bekerja dalam mencapai

tujuan bersama. Dalam pengertian kooperatif terjadi pencapaian tujuan

secara bersama-sama yang sifatnya merata dan menguntungkan setiap

anggota kelompoknya. “Pembelajaran kooperatif adalah model

pembelajaran yang mengutamakan kerjasama mencapai tujuan

pembelajaran. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan

bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri

dari 4 sampai dengan 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat

heterogen”1. Keberhasilan dari kelompok tergantung pada kemampuan

dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individu maupun secara

kelompok.

Selain itu, menurut Slavin (Pakar dan pengembang pembelajaran

kooperatif), sebagaimana dikutip oleh Tukiran,dkk. mengatakan

Kooperatif Learning atau pembelajaran kooperatif yaitu “In cooperative

learning methods, student work together in four member team to master

material initially presented by the teacher.”2 Dari penjelasan tersebut

dapat dikemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model

1

Abdul Majid,Strategi Pembelajaran,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013 ) h. 174

2

(19)

pembelajaran dimana peserta didik belajar dalam kelompok kecil, saling

bekerja sama, dimana anggotanya terdiri dari 4-6 orang.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran gotong royong,

yaitu system pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta

didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas terstrutur.

Dapat dikatakan pembelajaran kooperatif dapat berjalan jika sudah

terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja

sama secara terarah untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.3Dalam

pembelajaran kooperatif ini siswa bukan saja mendapat pengetahuan dari

guru saja, akan tetapi siwa juga mendapat pengetahuan dari rekan siwa

lainya yang saling mengajar.

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan belajar kelompok.

Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan

dengan pembagian kelompok yang dilakukan secara homogen.

Pembagian kelompok homogen cenderung siswa merasa tidak adil,

sehingga menyebabkan suasana belajar yang kurang kondusif.

Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan

memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran

kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu

pembelajaran yang berincikan : memudahkan siswa belajar sesuatu yang

bermanfaat seperti, fakta, keterampilan, nilai,konsep, dan bagaimana

hidup serasi dengan sesama, serta pengetahuan, nilai dan keterampilan

diakui oleh mereka yang berkompeten menilai. keaktifan siswa sangat

membantu untuk meningkatkan nilai akademis sosial.4

Pembentukan kelompok pada pembelajaran kooperatif adalah heterogen untuk memaksimalkan keberagaman siswa dalam kelas.

3

Anita Lie,Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang Kelas,(Jakarta: Grasindo, 2014), h. 12

4

Agus Suprijono,Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM,

(20)

8

Kelompok heterogen adalah cermin dari kelas, termasuk anak laki-laki maupun perempuan yang pintar, sedang dan lemah dengan perbedaan etnisitas dan bahasa. Keberagaman tingkat pencapaian memaksimallkan pengajaran sejawat dan berguna sebagai bantuan untuk pengelolaan kelas.5

Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Made

Wena adalah “ Saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka,

tanggung jawab individu untuk mencapai keberhasilan kelompok dan

keterampilan menjalin hubungan antarpribadi”6.

Johnson dan Sutton yang dikutip oleh Trianto mengemukakan

terdapat lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu :

Pertama, saling ketergantugan yang bersifat positif antar siswa.

Dalam belajar kooperatif setiap siswa merasa sedang berkerja bersama

dalam mencapai tujuan belajar. Setiap siswa tidak akan sukses jika semua

anggotanya tidak sukses. Siswa juga akan merasa menjadi anggota

kelompok jika ia ikut andil dalam suksesnya kelompok tersebut.

Kedua, interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar

kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, akan terjadi

dalam hal siswa akan membantu siswa lain dalam mengerjakan tugas

yang diberikan dan untuk sukses dalam kelompok. Saling membantu

dalam kelompok terjadi karena kegagalan yang dialami seseorang yang

akan memperngaruhi suksesnya kelompok. Interaksi dalam pembelajaran

kooperatif adalah dalam hal tukar menukar ide mengenai masalah yang

sedang dipelajari bersama.

Ketiga, Tanggung jawab individual. tanggung jawab individual

terjadi ketika siswa membantu siswa lain dan juga pada pertanggung

jawaban siswa terhadap kelompok tersebut, siswa bukan hanya ikut

5

Shlomo sharan, The Handbook ofCooperative Learning: Inovsi Pengajaran dan Pembelajaran untuk Mengacu Keberhasilan Siswa di Kelas,(Yogyakarta:Istana Media), h. 171

6

(21)

sebagai anggota, akan tetapi harus berpartisipasi dalam kelompok

tersebut.

Keempat, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam

belajar kooperatif, selain siswa dituntut memahami dan mempelajari yang

sedang dibahas, siswa juga dituntut bagaimana berinteraksi dengan siswa

lain dan bagaimana caranya mengungkapkan ide dalam kelompok.

Kelima, Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan

berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok akan terjadi jika

saling anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan

mencapai tujuan kelompoknya.7

Jadi pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang di

dalamnya terdapat kerjasama antar anggota kelompok yang memiliki

karakteristik dan kemampuan berbeda-beda untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang sudah ditentukan. Dalam pembelajran kooperatif tidak

hanya belajar kelompok, tetapi ada tanggung jawab yang bersifat

kooperatif sehingga terjadi interaksi aktif antar anggota kelompok untuk

memahami mata pelajaran. Dalam pembeajaran kooperatif diskusi dan

komunikasi dikembangkan, hal ini bertujuan agar peserta didik saling

bertukar pikiran, berpikir kritis dan saling menyampaikan pendapat,

saling membantu masalah yang sedang dibahas dan saling menilai

kemampuan antar individu ataupun kelompok.

Menurut Rusman “Model pemebelajaran kooperatif

dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran

penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman

dan pengembangan keterampilan social.”8

7

Trianto.S.Pd,Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana), h. 60

8

(22)

10

Pada pembelajaran kooperatif ini siswa dibagi menjadi kelompok

kecil dimana didalamnya siswa yang memiliki keberagaman yang tidak

sama dituntut bekerjasama, saling membantu dan saling memberi ide-ide

terhadap topik dan masalah yang sedang dibahas. Pembelajaran

kooperatif juga memudahkan siswa dalam mengatasi materi-materi yang

sulit.

Selain dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa,

pembelajaran kooperatif juga menuntut siswa agar menerima keragaman

yang berbeda yang dimiliki anggota kelompok. Dalam kelompok yang

telah dibagi secara heterogen akan mengelompokkan siswa secara acak,

sehingga dalam setiap kelompok tidak semuanya laki-laki dan tidak

semuanya perampuan, begitu juga dalam kelompok tidak semua

anggotanya memiliki kemampuan akademik yang baik. Disinilah para

siswa dituntut agar memahami siswa lain dalam kelompoknya agar

mencapai tujuan belajar bersama. Pemahaman ini bisa berupa penilaian

terhadap teman, menghargai pendapatnya, hingga menyampaikan ide

dalam materi yang dijelaskan. Dalam pembelajaran kooperatif juga

menguntungkan siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi dan

yang rendah. Siswa yang memiliki kemampuan baik akan menjadi tutor

siswa lain yang kemampuanya ada dibawahnya, sehingga siswa yang

dibawah akan terbantu oleh tamanya. Siswa yang akademiknya tinggi

akan memiliki tambahan pengalaman dan meningkatkan kemampuan

akademiknya. Karena dalam menjadi tutor membutuhkan pemikiran lebih

dalam tentang hubugan ide-ide yang terdapat dalam materi tertentu.

Keterampilan sosial juga dikembangkan dalam pembelajran

kooperatif. Dalam kelompok belajar yang heterogen pastinya terdiri dari

berbagai latar belakang yang berbeda sehingga dalam mencapai tujuan

(23)

melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat

dibangun dengan mengembangkan komonikasi antaranggota kelompok,

sedang peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antaranggota

kelompok selama kegiatan berlangsung.9

Pembelajaran Kooperatif mempunyai beberapa tujuan,

diantaranya :

1) Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model

pembelajaran kooperatif ini memiliki keunggulan dalam membantu

siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit.

2) Agar siswa dapat menerima teman-temanya yang mempunyai

berbagai perbedaan latar belakang.

3) Mengembangkan keterampilan social siswa; berbagai tugas, aktif

bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk

bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam

kelompok.10

b. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam model

diantaranya yaitu :

1) Jigsaw

Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot

Aronson dkk, di Universitas Texas, kemudian diadaptasi oleh

Slavin dkk di Universitas Jhon Hopkins. Pembelajaran kooperatif

jigsaw adalah model pembelajaran kooperatif yang menitik

beratkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok

kecil.

9

Ibid, h,210

10

(24)

12

Dalam terapan tipe jigsaw, siswa dibagi menjadi beberapa

kelompok dengan lima atau enam kelompok belajar heterogen.

Materi pelajaran diberikan pada siswa dalam bentuk teks. Setiap

anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu

dari bahan yang diberikan. Anggota dari kelompok yang lain

mendapat tugas topik yang sama, yakni berkumpul dan berdiskusi

tentang topik tersbut.11

2) Student Team Achievement Division (STAD)

Student Team Achievement Division (STAD), merupakan

model pembelajaran yang pertama kali dikembangkan oleh Robert

Slavin dkk di Universitas John Hopkins.

Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok

beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis

kelamin dan sukunya. Sang guru memberikan suatu pelajaran, dan

kemudian siswa-siswa di dalam kelompok itu memastikan bahwa

semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran itu.

Selanjutnya, semua siswa menjalani kuis perorangan tentang

materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak bisa saling

membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa

diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang

sebelumnya, dan nilai-nilai diberi hadiah berdasarkan pada

seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa

tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi

nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya. Nilai-nilai itu

kemudian dijumlah untuk mendapatkan nilai kelompok, dan

11

(25)

kelompok yang bisa mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan

sertifikasi atau hadiah-hadiah yang lainnya.12

3) Mencari Pasangan ( Make a Match)

Teknik belajar mengajar mencari pasangan (make a

match) dikembangkan oleh Lorna Curran. Salah satu keunggulan

teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai

suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran.

4) Kepala Bernomor (Number Heads)

Teknik belajar mengajar kepala bernomor (Number

Heads) dikembangkan oleh Spencer Kagan. Teknik ini

memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan

ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

Tahapan pertama yaitu, siswa dibagi dalam kelompok,

setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor. Tahap kedua,

guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok

mengerjakanya. Tahap ketiga, kelompok memastikan jawaban

yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota

kelompok mengetahui jawabanya. Pada tahapan keempat guru

memanggil salah satu nomor.13

5) Snowball Thorwing (Melempar Bola Salju)

Teknik Snowbal Thorwing merupaka metode

pembelajaran kooperatif yang membuat siswa membuat dan

menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui suatu permainan,

12

Shlomo sharan, op.cit, h.5

13

(26)

14

dengan permaian melempar kertas yang berisi soal yang telah

dibuat siswa.14

6) Berpikir Berpasang Berempat (Think Pair Square)

Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama

dengan orang lain. Keunggulan lain teknik ini adalah

mongoptimalkan partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang

memungkinkan hanya satu siswa yang maju dan membagikan

hasilya untuk seluruh kelas, teknik berpikir berpasang berempat

ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak

kepada para setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan

partisipasi mereka pada orang lain.

2. Teknik Pembelajaran Think Pair Square

a. Hakikat Pembelajaran Think Pair Square

Model pembelajaran kooperatif tipetink-pair-squaremerupakan

modifikasi dari model pembelajaran kooperatif tipetink-pair-shareyang

dikembangkan oleh Spencer Kangan pada tahun 1933.

Think-Pair-Squarememberikan kesempatan kepada siswa mendiskusikan ide-ide dan

memberikan suatu pengertian bagi mereka untuk melihat cara lain dalam

menyelesaikan masalah. Jika sepasang siswa tidak dapat menyelesaikan

permasalahan tersebut, maka sepasang siswa yang lain dapat menjelaskan

cara menjawabnya. Selanjutnya, jika permasalahan yang diajukan

tidak memiliki suatu jawaban benar, maka dua pasang dapat

mengkombinasikan hasil mereka dan membentuk suatu jawaban yang

lebih menyeluruh.15

14

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Teori, (Bandung: Refika Aditama), h. 67

15

(27)

Dalam islam juga dijelaskan bahwa muslim dalam menyelesaikan

masalah dianjurkan dengan mermusyawarah seperti dalam firman Allah

di bawah ini:





































Artinya : “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (Asy-Syuura 42: 38)16

Dalam ayat ini teranglah, bahwa urusan kaum Muslimin itu ialah

dengan bermusyawarat (bermufakat, bertukar pikiran) antara sesamanya.

Urusan negeri, perkumpulan, pendidikan, dan sebagainya, hendaklah

dengan bermusyawarah lebih dahulu, sebelum memutuskan suatu

keputusan. Denga jalan begini akan teraturlah urusan kaum Muslimin dan

hiduplah mereka dengan aman dan damai.17

Dalam Islam mengibaratkan persaudaraan dan pertalian sesama

muslim itu seperti satu bangunan, di mana struktur dan unsur bangunan

itu saling membutuhkan dan melengkapi, sehingga menjadi sebuah

bangunan yang kokoh, kuat dan bermanfaat lebih.

Rasulullah saw. bersabda:

:

16

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Jakarta : Proyek pengadaan kitab Suci Al-Qur’an, 1984), h.109

17

(28)

16

:

)

(

Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. dari Nabi Muhammad saw bersabda:

“Orang mukmin itu bagi mukmin lainnya seperti bangunan, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain. Kemudian Nabi Muhammad menggabungkan jari-jari tangannya. Ketika itu Nabi Muhammad duduk, tiba-tiba datang seorang lelaki meminta bantuan. Nabi hadapkan wajahnya kepada kami dan bersabda: Tolonglah dia, maka kamu akan mendapatkan pahala. Dan Allah menetapkan lewat lisan Nabi-Nya apa yang dikehendaki.” (H.R Imam Bukhari)18

Model pembelajaran kooperatif tipeThink-Pair-Squaredigunakan

untuk meningkankan kemampuan berpikir, berkomunikasi, dan

mendorong siswa untuk berbagi informasi dengan siswa lain. Dalam

pembelajaran kooperatif tipeThink-Pair-Square membagi siswa ke

dalam kelompok secara heterogen yang terdiri dari empat orang.

Kelompok yang terdiri dari empat orang adalah yang ideal.

Kelompok ini memungkinkan untuk melakukan kerja berpasangan, yang

menggandakan partisipasi dan membuka kesempatan berkomunikasi dua

kali lebih banyak dibandingkan kelompok yang beranggotakan tiga orang.

Kelompok yang beranggotakan lebih dari empat akan menungkinkan

kurangnya partisipasi yang cukup dari anggotanya dan susah diatur.

Sedangkan apabila kelompok beranggotakan tiga orang akan

menimbulkan satu pasangan dan satu anggota tersaing.19

18

Shahih Bukhori, Juz 18 no 5567

19

(29)

b. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif

TipeThink-Pair-Square

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think-Pair-Squarememiliki keunggulan diantaranya adalah:

1) Optimalisasi partisipisasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dan

memberi kesempatan kepada siswa untuk dikenali dan

menunjukkan partisipasi mereka kepada siswa lain.

2) Siswa dapat meningkatkan motivasi dan mendapatkan rancangan

untuk berpikir, sehingga siswa dapat mengembangkan

kemampuannya dalam menguji ide dan pemahamannya sendiri.

3) Siswa akan lebih banyak berdiskusi, baik pada saat berpasangan,

dalam kelompok berempat, maupun dalam diskusi kelas, sehingga

akan lebih banyak ide yang dikeluarkan siswa dan akan lebih

mudah dalam merekonstruksi pengetahuannya.

4) Setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi dengan

siswa yang lebih pintar ataupun dengan siswa yang lebih lemah.

5) Dalam kelompok berempat, guru lebih mudah membagi siswa

untuk berpasangan.

6) Dominasi guru dalam pembelajaran semakin berkurang. Guru

hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa untuk

berusaha mengerjakan tugas dengan baik.20

c. Langkah-langkah Teknik PembelajaranThink Pair Square

Menurut Lie langkah-langkah pembelajaran model kooperatif

tipe Think-Pair-Square adalah sebagai berikut.21

20

Anita Lie,op.cit, h. 57

21

(30)
[image:30.612.158.549.195.565.2]

18

Gambar 2.1

Langakah-langkah Pembelajaran Think Pair Square

Keterangan :

S1,S2,S3,S4–S16 = Siswa

G = Guru

= Interakasi

Tahap I: Pendahuluan

Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan empat

siswa.

Guru memberikan tugas atau masalah tentang materi yang dibahas

(31)

Tahap II:Think (berpikir sendiri)

Setiap siswa memikirkan jawaban masing-masing dan mengerjakan

secara mandiri tugas atau masalah yang telah diberikan guru,

meskipun dalam kelompok ada empat siswa.

Tahap III :Pair (Berpasangan)

Guru meminta siswa agar berpasang-pasangan dengan seorang siswa

yang ada dalam kelompok berempat, agar saling mendiskusikan

ide-ide yang telah didapat setelah memikirkan sendiri.

Tahap IV :Square (Berempat)

Kedua pasangan dalam kelompok berempat saling bertemu dan saling

berdiskusi. Setiap siswa berkesempatan mebagikan hasil kerja dan

pemikiranya baik hasil sendiri, maupun hasil setelah berdiskusi pada

tahappair(berpasangan).

3. Hasil Belajar

a. Hakikat dan Urgensi Hasil belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Horward

Kingsley sebagaimana yang telah dikutip oleh Nana membagi tiga

macam hasil belajar, yaitu : (a) Keterampilan dan kebiasaan, (b)

pengetahuan dan keterampilan, (c) sikap dan cita-cita.22

Hasil belajar adalah suatu kegiatan untuk mengukur perubahan

perilaku yang telah terjadi pada diri peserta didik. Hasil belajar akan

memberikan pengaruh dalam dua bentuk, yakni: Pertama peserta

didik akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan

kelemahannya atas perilaku yang diinginkan. Kedua, mereka

mendapatkan perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik

22

(32)

20

setahap atau dua tahap sehingga timbul lagi kesenjangan antara

penampilan perilaku yang sekarang dengan perilaku yang diinginkan.

Kesinambungan tersebut merupakan dinamika proses belajar

sepanjang hayat dan pendidikan yang berkesinambungan.23

Menurut Benyamin Bloom sebagaimana dikutip Nana, hasil

belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu :

1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan,

pemahaman, aplikasi, analisis,sintesis,dan evauasi.

2) Ranah afektif berkenaan dengan sifat yang terdiri dari lima aspek

yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan

internalisasi.

3) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan

dan kemampuan bertindak. Yakni gerakan reflek, keterampilan

gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau

ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif

dan interpretatif.24

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

hasil atau kemampuan yang diperoleh atau dicapai oleh siswa yang

diperlihatkannya setelah mereka menempuh pengalaman belajar.

Hasil belajar diperoleh dari kegiatan penilaian dan yang diharapkan

adanya perubahan tingkah laku.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Berikut faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya hasil

belajar, diantaranya yaitu :

1) Faktor Internal

23

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah,(Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009), h. 208

24

(33)

a) Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang

prima, tidak dalam keadaan yang lemah dan capek, tidak dalam

keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan

sebagainya semua akan membantu dalam proses dan hasil belajar.

b) Faktor Psikologis

Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki

kondisi yang berbeda-beda. Beberapa faktor psikologis diantaranya

meliputi intelegensi, perhatian, minat, dan bakat, motif. Motivasi,

kognitif dan daya nalar.

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil

belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam

dan dapat pula berupa lingkungan sosial.

b) Faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan

dan penggunannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang

diharapkan. Seperti kurikulum, sarana, fasilitas dan guru.25

4. Pembelajaran Fiqih di MTs

a. Hakikat dan Urgensi Pembelajaran Fiqih

Mata pelajaran fiqih adalah salah satu bagian dari Pendidikan

Agama Islam yang mempelajari tentang Fiqih ibadah dan muamalah,

terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara

pelaksanaan rukun Islam mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan

taharah, shalat, puasa, zakat, sampai dengan pelaksanaan ibadah haji,

25

(34)

22

serta ketentuan tentang makanan dan minuman, khitan, kurban, dan cara

pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.

Adapun menurut bahasa fiqih berarti “faham yang mendalam,

mengetahui batinnya sampai kedalam. Secara istilah fiqih adalah ilmu

tentang hukum-hukum syar’I yang bersifat amaliyah, yang digali dan

dikemukan dari dalil-dalil yang tafshili.”26.

Adapun menurut istilah, kata fiqih adalah ilmu halal dan haram,

ilmu syariat dan hukum sebagaimana dikemukakan oleh Al-Kassani yang

dikutip oleh Sapiudin.27

Dalam peristilahan syar’i, ilmu fiqih dimaksudkan sebagai ilmu

yang berbicara tentang hukum-hukum syar’i amali (praktis) yang

penetapannya diupayakan melalui pemahaman yang mendalam terhadap

dalil-dalilnya yang terperinci dalam nash (Alquran dan Hadist).

Hukum syar’i yang dimaksud dalam definisi diatas adalah segala

perbuatan yang diberi hukumnya itu sendiri dan diambil dari syariat yang

dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Adapun kata ‘amali dalam definisi

ini dimaksudkan sebagai penjelasan bahwa yang menjadi obyek kajian

ilmu ini hanya berkaitan dengan perbuatan (‘amaliyah) mukallaf dan

tidak termasuk keyakinan atau iktikad (‘aqidah) dari mukallaf itu.

Sedangkan dalil-dalil terperinci (al-tafshili) maksudnya adalah dalil-dalil

yang terdapat dan terpapar dalamnashdi mana satu persatunya menunjuk

pada satu hukum.28

Dasar yang mendorong manusia untuk mempelajari ilmu fiqih

menurut Nazar Bakry diantaranya sebagai berikut :

1) Untuk mencari kefaham dan pengertian tentang ajaran Islam.

26

Zurinal.Z,&Aminudin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah,2008). H.5

27

Sapiudin Shidiq,Ushul Fiqh),(Jakarta: Kencana,2011), h,4

28

(35)

2) Untuk mempelajari hukum-hukum Islam yang berhubungan

dengan kehidupan manusia.

3) Memperdalam pengetahuan dalam hukum-hukum agama dalam

bidang ibadat dan mu’amalat.29

b. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih di MTs

Ruang lingkup fikih di Madrasah Tsanawiyah meliputi aturan dan

ketentuan tentang pengaturan hukum Islam dalam menjaga keserasian,

keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah

SWT dan hubungan manusia dengan sesama manusia. Adapun ruang

lingkup mata pelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah di kelas meliputi :

1) Aspek fikih ibadah meliputi: ketentuan dan tatacara taharah, salat fardu, salat sunnah, dan salat dalam keadaan darurat, sujud, azan dan iqamah, berzikir dan berdoa setelah salat, puasa, zakat, haji dan umrah, kurban dan akikah, makanan, perawatan jenazah, dan ziarah kubur.

2) Aspek fikih muamalah meliputi: ketentuan dan hukum jual beli, qirad, riba, pinjam- meminjam, utang piutang, gadai, dan borg serta upah.30

c. Metode Pembelajaran dalam Mengajarkan Fiqih di MTs

Selama ini metode yang diterapkan dalam pembelajaran fiqih di

MTs diantaranya yaitu :

1) Metode Ceramah

Yang dimaksud dengan metode ceramah ialah penerangan dan

penuturan secara lisan oleh guru terhadap murid di dalam kelas.

29

Nazar Bakry,Fiqih dan Ushul Fiqih,(Jakarta:Rajawali Pers), h.5

30

(36)

24

Peranan murid dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan

teliti serta mencatat pokok penting yang dikemukakan oleh guru.31

2) Metode Tanya jawab

Metode Tanya jawab adalah metode mengajar yang

memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua

arah antara guru dan siswa. Guru bertanya dan siswa menjawab, atau

siswa bertanya guru menjawab.32

Dalam metode Tanya jawab guru pada umumnya berusaha

menanyakan apakah siswa telah mengetahui fakta tertentu yang sudah

diajarkan, atau apakah proses pemikiran yang dipakai oleh siswa.

3) Metode Diskusi

Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang

berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau

lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk

memperkuat pendapatnya. Untuk mendapatkan hal yang disepakati,

tentunya masing-masing menghilangkan perasaan subjektivitas dan

emosionalitas yang akan mengurangi bobot pikir dan pertimbangan

akal yang semestinya.33

4) Metode Demonstrasi dan Eksperimen

Demonstrasi adalah salah satu tehnik mengajar yang dilakukan

oleh seorang guru atau orang lain yang dengan sengaja diminta atau

siswa sendiri ditunjuk untuk memperlihatkan kepada kelas tetntang

suatu proses atau cara melakukan sesuatu.

5) Metode Pemberian tugas

31

Winarno Surachmad,Metodologi Pengajaran Nasional,(Bandung: C.V. JEMMARS)hal 76

32

R. Ibrahim,dkk,Perencanaan Pengajaran, (Jakarta:PT rineka cipta), hal. 106

33

(37)

Metode ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada

siswa melakukan tugas / kegiatan yang berhubungan dengan

pelajaran,seperti mengerjakan soal-soal, mengumpulkan kliping, dan

sebagainya. Metode ini dapat dilakukan dalam bentuk tugas/kegiatan

individual ataupun kerja kelompok dan dapat merupakan unsur

penting dalam pendekatan pemecahan masalah atauproblemsolving34

6) Metode sosiodrama dan bermain peran

Metode sosiodrama dan bermain peran adalah dua metode yang

dapat dikatakan bersamaan dan dalam pemakaianya sering

disilih-gantikan. Sosiodrama artinya mendramatisasikan cara tingkah laku di

dalam hubungan sosial. Sedangkan bermain peran menekankan

kenyataan di mana siswa diturut sertakan dalam memainkan peran di

dalam mendramatisasikan masalah-masalah hubungan sosial.35

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Peningkatan Hasil Belajar siswa melalui model pembelajaran Cooperative

Learning teknik Think Pair Square pada mata pelajaran IPS, oleh Damroh

(809018300459), Progam Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

jurusan kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN

Jakarta, Tahun 2013. Penerapan model pembelajaran Cooperative

Learning teknik Think Pair Square dapat meningkatkan hasil belajar IPS

siswa MI Idzotun Nasyiien Pulo Gebang, Jakarta Timur sebesar 18 %.

Hasil siklus 1 sebesar 49%, meningkat pada siklus ke II sebesar 67%.

Dalam penelitian ini menekankan pada hasil belajar IPS kelas III dengan

mengggunakan model pembelajaran Cooperative Learning teknik Think

Pair Square.

34

R. Ibrahim,dkk,op.cit,hal106

35

(38)

26

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square

(Berpikir-berpasangan-berempat) dalam pembelajaran matematika siswa

kelas VII SMPN 1 Bayang tahun pelajaran 2011/2012. oleh

Mardaweni,Nilawesti,dan zulfaneti, Progam Studi Pendidikan

Matematika, STKIP PGRI Sumatera Barat, tahun 2011/2012. Penelitian

tersebut menunjukan hasil matematika dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square sebesar 77,33. Sedangkan

rata-rata hasil belajar siswa menggunakan metode konvensional sebesar

64,33. Dengan hasil ini menunjukan penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Square lebih baik dari pada penggunaan

metode konvensional pada matapelajaran matematika. Dalam penelitian

ini menekankan pada bagaimana penerapan model Cooperative Learning

teknik Think Pair Square dalam pembelajaran kelas VII dan

perbedaannya dengan hasil belajar yang menggunakan metode

konvensional.

3. Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair

square (Tpsq) disertai dengan lembar kerja kartun terhadap

pemahaman konsep sistematis siswa kelas VIII SMPN 34 Padang.

Oleh Vebri Minta, Sefna Rismen dan Lita Lovia, Progam Studi

Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Sumatera Barat, Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pemahaman konsep matematis siswa

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Square (TPSq) disertai lembaran kerja lebih baik dari pemahaman

konsep matematis siswa dengan pembelajaran konvensional. Dalam

penelitian ini menekankan pada pemahanan konsep sistematis siswa

kelas VIII dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative

(39)

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran fiqih di Mts bertujuan untuk mengetahui dan

memahami pokok-pokok ajaran Islam dan mengatur ketentuan dan tata cara

menjalankan hubungan manusia dengan Allah dan dengan sesama manusia.

Pelajaran Fiqih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada

peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan ajaran Islam dalam

kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian dan keseimbangan

hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri,

sesama manusia, ataupun lingkungannya.

Dalam proses pembelajaran di kelas sangat menentukan hasil yang

akan diperoleh. Upaya meningkatkan keaktifan belajar pada pembelajaran

fiqih perlu diperhatikan sehingga proses pembelajaran yang dilakukan harus

diupayakan dan mampu menuntun siswa untuk dapat berpikir kreatif,

membentuk sikap positif, memecahkan masalah dan memungkinkan siswa

untuk mengorganisasikan belajarnya sendiri, sehingga akhirnya siswa dapat

memahami koonsep Fiqih secara benar dan utuh serta dapat mengamalkannya

dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu juga siswa tidak hanya di diberi

materi dari buku saja melainkan siswa dapat bertukar pendapat dengan siswa

lain terhadap masalah yang sedang dibahas. Menurut Penulis, strategi yang

mampu menjadikan siswa menjadi kritis, kreatif dan mampu memahami

permasalahan serta terjadi interaksi dan tukar pendapat dalam suatu masalah

pembelajaran yaitu dengan menggunakan salah satu Model kooperatif yaitu

dengan teknikthink pair square.

D. Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis penelitian ini adalah terdapat peningkatan hasil

belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif teknikthink pair square

(40)

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs. Pembangunan Jakarta. Adapun

pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei

2015

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK)

atau (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah

penelitian yang dilakukan oleh guru dikelas dengan tujuan memperbaiki

atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Metode penelitian ini

dilakukan pada pelajaran Fiqih dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif teknikthink pair square.

2. Rancangan Siklus penelitian

Model penelitian tindakan kelas (PTK) yang digunakan dalam

penelitian ini adalah merujuk pada model yang dikembangkan olehKemmis

& Mc. Tagart.Model penelitian ini merupakan pengembangan dari konsep

dasar yang diperkenalkan olehKurt Lewin.

Penelitian ini yang telah dikutip oleh Suharismi Arikunto,

(41)
[image:41.612.158.527.112.590.2]

Gambar 3.1 Siklus PTK

Model PTK yang dikemukakan Kemmis & Mc. Tagart terdiri atas empat

komponen, yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Keempat komponen yang berupa uraian tersebut dipandang satu siklus.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua siklus, dimana tiap-tiap

siklus terdiri atas empat tahap, yakni: Perencanaan (Planning),

Pelaksanaan/Tindakan (Acting), Pengamatan (Observing), dan refleksi

(Reflecting).1

a. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini peneliti merencanakan tindakan berdasarkan

tujuan penelitian. Penelitian membuat rencana dan skenario

pembelajaran yang akan disajikan dalam materi penelitian, lembar

kerja siswa serta menyiapkan media pembelajaran. Selain itu pada

1

(42)

30

tahap ini juga peneliti menyiapkan instrument penelitian yang terdiri

dari soal yang harus dijawab oleh siswa dan lembar observasi.

b. Tindakan (Acting)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalam melaksanakan

rencana dan scenario pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.

c. Pengamatan (Observing)

Observasi atau pengamatan dilakukan pada waktu tindakan

sedang berlangsung. Peneliti yang dibantu observer mengamati segala

aktivitas selama proses pembelajaran. Observasi dimaksudkan sebagai

kegiatan mengamati, mengenali, dan mendokumentasikan semua

gejala atau indicator dari proses, hasil tindakan terencana maupun

efek sampingnya.

d. Refleksi (Reflecting)

Kegiatan refleksi diakukan ketika peneliti sudah selesai

malakukan tindakan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan

dikumpulkan dan dianalisis bersama oleh peneliti dan observer,

sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang dilaksanakan

mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan.

Refleksi ini dilakukan untuk memperoleh masukan bagi rencana

tindakan siklus berikutnya.

C. Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII MTs Madrasah

Pembangunan, UIN Jakarta, yang berjumlah 32 siswa pada tahun ajaran

(43)

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai perencana dan

pelaksana kegiatan penelitian. Peneliti membuat rencana kegiatan,

melaksanakan kegiatan, melakukan pengamatan, mengumpulkan dan

menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian. Dalam penelitian ini

peneliti dibantu oleh seorang guru sebagai mitra koloborasi (kolobolator).

Guru tersebut adalah guru yang mengajar mata pelajaran fiqih yang

bertindak sebagai observer (pengamat).

E. Tahap Intervensi Tindakan

Tahap penelitian ini dimulai dengan tahap pra penelitian yang

dilanjutkan dengan siklus I. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada

siklus I dilanjutkan ke siklus II dan seterusnya jika diperlukan.

Adapu tahapanya sebagai berikut:

1. Tahap Pra Penelitian

Peneliti merencanakan kegiatan penelitian tindakan kelas

dengan menentukan kegiatan serta model pembelajaran yang

dilaksanakan. Pada perencanaan awal ini, guru mengidentifikasi

masalah yang terjadi di kelas serta menentukan tindakan penyelesaian

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknikThink Pair

Square(TPS).

2. Tahap Penelitian Siklus I

a. Perencanaan (Planning)

1) Menyiapkan kelas tempat penelitian

2) Membuat rencana pembelajaran (RPP)

3) Menyiapkan materi ajar

4) Menyiapkan media pembelajaran

5) Menyiapkan lembar observasi kegiatan siswa, kegiatan guru,

(44)

32

6) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS)

7) Menyiapkan instrument tes

8) Melakukan uji tes

9) Menyiapkan alat dokumentasi

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

1) PemberianPre testdi awal pembelajaran

2) Menyampaikan langkah-langkah model pembelajaran kooperati

tipe TPS

3) Melaksanakan proses belajar mengajar

4) Melaksanaan pembelajaran kooperatif teknik Think Pair Square

(TPS)

5) Pemberian soal Post test dilaksanakan diakhir kegiatan belajar

mengajar.

c. Observasi (Observation)

Tahap ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan yang terdiri

dari observasi terhadap siswa dan guru, mencatat semua hal yang

terjadi selama proses pembelajaran dengan cara:

1) Melakukan pengamatan terhadap penerapan pembelajaran tipe

think pair square(TPS)

2) Mencatat perubahan yang terjadi

3) Berdiskusi dengan guru koloborator membahas masalah yang

dihadapi saat pembelajaran,

d. Refleksi (Reflekting)

Peneliti mengadakan refleksi untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa terhadap peneliti yang telah dilaksanakan

sebagai pedoman atau acuan dalam pelaksanaan siklus berikutnya.

3. Tahap Penelitian Siklus II

(45)

1) Hasil refleksi siklus I dievaluasi, didiskusikan dengan guru

fiqih, dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada

pembelajaran berikutnya.

2) Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran

siklus I

3) Merancang rencana perbaikan berdasarkan refleksi siklus I.

b. Pelaksanaan tindakan (Acting)

1) PemberianPre testdi awal pembelajaran

2) Menyampaikan langkah-langkah model pembelajaran kooperati

tipe TPS

3) Pemberian motivasi belajar kepada siswa

4) Melaksanakan proses belajar mengajar

5) Penggunaan dan Pemaksimalkan media belajar

6) Proses penerapan pelaksanaan pembelajaran kooperatif teknik

Think Pair Square(TPS)

7) Pemberian soal Post test dilaksanakan diakhir kegatan belajar

mengajar.

c. Observasi (Observation)

1) Melakukan pengamatan terhadap penerapan pembelajaran

teknikthink pair square(TPS).

2) Mencatat perubahan yang terjadi.

3) Berdiskusi dengan guru koloborator membahas masalah yang

dihadapi saat pembelajaran,

d. Refleksi (Reflecting)

Peneliti mengadakan refleksi untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa terhadap penelitian yang telah dilaksanakan

(46)

34

F. Hasil Intervensi yang Diharapkan

Hasil intervesi yang diharapkan dari peneitian tindakan kelas (PTK)

ini adalah peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih di Mts

Pembangunan UIN Jakarta, setelah mengalami pembelajaran dengan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Sedang yang menjadi

indicator keberhasilan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa telah

mencapai Standar Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditentukan sekolah

untuk mata pelajaran Fiqih yaitu 78.00.

G. Data dan Sumber Data 1. Data Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua jenis data yaitu

data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.

Data kuantitatif berupa nilai hasil pre test dan post test. Adapun

data kualitatif berupa hasil observasi proses pembelajaran, hasil

wawancara terhadap guru dan siswa dan dokumentasi ( berupa foto

kegiatan pembelajaran).

2. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini diperoleh dari guru kelas dan

siswa.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu:

1. Instrumen Tes

Tes tertulis ini berupa tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).

Tes awal (pretest) adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran

diberikan kepada peserta didik tujuan untuk mengetahui sejauh mana

pengetahuan siswa mengenai materi yang akan dipelajari. Sedangkan tes

(47)

untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses

pembelajaran. Soal tes merupakan bahan-bahan pelajaran yang tergolong

penting yang telah diajarkan kepada para peserta didik. Naskah tes akhir

ini dibuat sama dengan naskah tes awal.

2. Instrumen Non Tes

Dalam instrumen non tes yang digunakan adalah:

a. Lembar observasi

Lembar observasi ini terdiri dari tiga yaitu lembar observasi aktivitas

siswa, lembar observasi aktivitas aktivitas guru. Lembar observasi

digunakan untuk mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai

aktivitas belajar siswa, aktifitas guru dan proses pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik TPS.

b. Catatan lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mengamati seluruh kegiatan

dalam proses pembelajaran berlangsung. Berbagai hasil pengamatan

tentang aspek pembelajaran di kelas yang meliputi kegiatan siswa,

kegiatan guru, dan kegiatan pembelajaran yang perlu dicatat.

c. Pedoman wawancara

Wawancara adalah tanya jawab lisan dua orang atau lebih secara

berlangsung. Wawancara pada penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui respon siswa terhadap kegiatan tindakan kelas.

Wawancara dilakukan diakhir siklus.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

melakukan wawancara terhadap murid dan guru, observasi terhadap

aktivitas siswa, aktivitas guru, aktivitas proses pembelajaran, dan catatan

lapangan serta merekapulasi nilai hasil belajar yang diperoleh siswa dari tes

(48)

36

koloborator melakukan analisis dan evaluasi data utnuk membuat

kesimpulan mengenai peningkatan hasil belajar siswa serta kelebihan dan

kekurangan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksankan untuk membuat

tindakan pada siklus berikutnya.

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan

Pada penelitian ini peneliti menggunakan instrument tes. Sebelum

soal tes disajikan sebagai instrument penelitian, terlebih dahulu dilakukan

uji coba kepada responden, yaitu orang-orang di luar sampel (subjek) yang

telah ditetapkan. Dalam hal ini peneliti mengujicobakan soal yang telah

dibuat pada kelas yang telah mempelajari materi yang akan diajarkan. Tes

uji coba tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrument tersebut

dapat memenuhi syarat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya

pembeda. Dalam penelitian ini, untuk menguji validitas, reliabilitas, tingkat

kesukaran, dan daya pembeda butir instrument tes.

1. Validitas instrumen

Validasi adalah suatu proses yang dilakukan oleh peneliti atau

pengguna instrumen untuk mengumpulkan data secara empiris untuk

mendukung suatu kesimpulan yang dihasilkan oleh skor instrumen.

Keterangan :

rpbis : Koefisien Korelasi point biserial

Mp : Mean skor dari skor-skor yang menjawab betul item yang

dicari

(49)

Mt : Mean skor total (skor rata-rata dari semua peserta tes)

St : Standar deviasi skor total

p : Proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut

q : I–p

2. Reliabilitas instrumen

“Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu

instrumen. Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes

teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Suatu tes dikatakan reliable jika selalu memberikan hasil yang sama jika

diujikan pada waktu dan kesempatan yang berbeda.”2 Dalam hal ini

menggunakan formula Kuder Richardson 20 (KR-20).

R1t=

Keterangan :

S : Standar deviasi dari tes

R1t : Reliabilitas secara keseluruhan

p : Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)

∑ pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q

n : banyaknya item

3. Taraf kesukaran

Untuk mengetahui taraf kesukaran soal dari suatu tes dapat digunakan

rumus sebagai berikut:

2

(50)

38

P =

Keterangan :

P : Tingkat kesukaran soal

B : banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS : jumlah seluruh siswa peserta test

Kriteria Kesukaran

0,0 - 0,25 : Sukar

0,26 - 0,75 : Sedang

0,76–1,00 : Mudah

4. Daya pembeda

Rumus untuk menganalisis daya pembeda adalah:

=

Keterangan :

DP : daya pembeda

BA : jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal kelompok

atas

BB : jumlah siswa yang menjawab benar pada butir bawah

JA : banyaknya siswa pada kelompok atas

JB : banyaknya siswa pada kelompok bawah

Kriteria soal-soal berdasarkan daya pembeda sebagai berikut :

0,00≤ DP ≤ 0,20 daya pembedanya jelek.

0,21≤ DP ≤ 0,40 daya pembedanya cukup

0,41≤ DP ≤ 0,70 daya pemebdanya baik

(51)

K. Teknik Analisis Data dan Interprestasi Data

Setelah data terkumpul maka dilakukan teknik analisis data, yaitu

peneliti memberi uraian mengenai hasil penelitian. Manganalisis data

merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk menguraikan data

yang diperoleh agar dapat dipahami bukan hanya orang yang meneliti,

tetapi juga orang yang ingin mengetahui hasil penelitian. Data yang didapat

berupa hasil belajar siswa pada ranah kognitif, lembar observasi kegiatan

siswa, kegiatan guru, kegiatan proses pembelajaran, dan catatan lapangan

mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif teknik TPS.

Dalam menganalisis data hasil belajar pada aspek kognitif atau

penguasaan konsep menggunakan analisis deskritif dari setiap siklus

menggunakan gain skor. Gain adalah selisih antara

Gambar

Tabel : 4.1
Gambar 2.1Langakah-langkah Pembelajaran Think Pair Square
Gambar 3.1Siklus PTK
gambar berikut:
+7

Referensi

Dokumen terkait

RSIA KENARI GRAHA MEDIKA Dapat memberikan pelayanan Rawat Inap tidak hanya untuk Ibu dan Anak tetapi juga untuk Laki - Laki dan Perempuan Dewasa (selain kasus kebidanan). RS

Hasil : Dari hasil penelitian 40 orang mahasiswa yang diukur dengan tes bangku QCST didapatkan V02 maks yaitu 28 orang ( 70 % ) memiliki kriteria baik (42,45 ml- 55,86 ml), 12 orang

Latar belakang: Stroke didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global

Obyek penelitian ini adalah unsur-unsur stilistika yang berupa aspek citraan dan majas yang ada dalam lirik lagu album Best of The Best karya Ebiet G.Ade.. Data dan

Pokja ULP PB-24/POKJA SKPD09pada Pemerintah Kabupaten Banjar akan melaksanakan Pelelangan Umumdengan pascakualifikasi secara elektronik untuk paket pekerjaan pengadaan barang

Selain itu, regulasi yang ditujukan agar bank senantiasa dapat melaksanakan kewajibannya untuk melakukan pembayaran (termasuk menjamin ketersediaan dana jika ada pengambilan

Manajemen Eksekutif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 bertugas melaksanakan arah kebijakan dan program strategis nasional serta kegiatan bidang keuangan syariah yang dirumuskan

2010 : Pengaruh Pelayanan Purna Jual Terhadap Kepuasan Konsumen Produk Sepeda Motor Merek Suzuki (studi pada PT. HERO SAKTI MOTOR Malang) Fakultas Ekonomi