• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbaikan Penjadwalan Produksi Dengan Menggunakan Metode Algoritma CDS (Campbell, Dudek And Smith) Pada PT. Jakarana Tama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbaikan Penjadwalan Produksi Dengan Menggunakan Metode Algoritma CDS (Campbell, Dudek And Smith) Pada PT. Jakarana Tama"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

PERBAIKAN PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN

MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA

CDS (CAMPBELL, DUDEK AND SMITH)

PADA PT. JAKARANA TAMA

KARYA AKHIR

Diajukan Untuk Mengikuti Sidang Sarjana Teknik Terapan

Oleh :

YUNITA SILVANA GULTOM 025204006

PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK

P R O G R A M D I P L O M A I V

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2007

(2)

RINGKASAN

PT. Jakarana Tama adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan mie instant. Perusahaan ini hanya memproduksi mie tetapi bumbunya dikirim dari ciawi, Bogor. Penggunaan mesin juga tidak efisien, banyak mesin yang menggangur dikarenakan harus menunggu selesainya tugas dari stasiun kerja yang satu untuk meneruskan ke proses selanjutnya.

Oleh sebab itu penjadwalan perlu dilakukan di PT. Jakarana Tama agar pihak perusahaan tidak mengalami keterlambatan berproduksi. Ketepatan waktu berproduksi dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pasar sehingga produk selesai tepat waktu, selain itu dapat juga mengurangi jumlah mesin yang menganggur.

Penelitian dilakukan terhadap unit-unit produksi yang uraian proses produksinya terdiri dari pembuatan larutan konsui, pengadukan tepung, pengepresan, penyisiran, pengukusan, pemotongan, penggorengan, pengeringan dan pendinginan serta packing. Metode pengolahan data yang dilakukan adalah metode CDS (Campbell, Dudek and Smith) yaitu menangani n job yang diproses pada m mesin secara berurutan. Pemecahan masalah dengan menggunakan metode alogaritma CDS (Campbell, Dudek and Smith) Parsial di dapat nilai

makespan yang minimum yaitu 32.8 dengan urutan 5-4.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena kebaikan dan kasihNya pada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang wajib dilaksanakan untuk menyelesaikan program studi Teknik Manajemen Pabrik, Program Diploma IV Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis berusaha sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan dengan waktu dan fasilitas yang ada. Penulis mendapat bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Penulis berterima kasih akan hal tersebut.

Semoga dengan dibuatnya Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf jika ada kesalahan maupun kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini.

Medan, Desember 2007

Penulis

Yunita Silvana Gultom

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penyelesaian dan penulisan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan dorongan serta bimbingan yang sangat baik dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan yang sangat berharga ini, penulis mengucapkan banyak beterima kasih yang sedalam-dalamnya, terutama kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan segala-galanya buat penulis dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.

2. Teristimewa buat kedua orangtua tercinta T.L. Gultom dan H. Situmorang, kakakku tersayang Taripar Nauli Gultom, SE serta

adik-adikku tersayang, Grace Amalia Gultom, Josua Kristian Gultom dan Jody Teruna Gultom yang senantiasa memberikan semangat dan doa yang tulus serta dukungan baik moril maupun material kepada penulis selama penyusunan Tugas Akhir ini.

3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ir. Kores Sinaga beserta Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT selaku dosen pembimbing I dan II yang telah banyak membantu dan membimbing penulis baik dari segi moril, waktu dan pikiran demi terselesainya laporan ini.

(5)

6. Para pegawai di Departemen Teknik Industri yang membantu dalam pengurusan surat-surat.

7. Seluruh pimpinan staf dan karyawan PT. Jakarana Tama yang telah memberikan waktu kepada penulis dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam penulisan Tugas Akhir ini.

8. Buat Abang Pandapotan Lbn. Gaol, S. Hut, Ela hidayah teman satu Kerja Magang, Hermes, Erni, Angel, Herpina, Melda, Dina Rilan, Angreani, Kiki Arieta, Margaret, Isabel, Rumondang Hasibuan, Ewis Hasibuan yang memberi semangat dan doa dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.

9. Seluruh teman-teman stambuk 2002 Teknik Manajemen Pabrik yang telah memberikan motivasi, dukungan, semangat dan doa dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.

Medan, Desember 2007

Yunita Silvana Gultom

(6)

DAFTAR

ISI

HALAMAN

RINGKASAN ... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1 1.2. Rumusan Masalah ... I-2

1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian ... I-2 1.3.1. Tujuan Penelitian ... I-2 1.3.2. Sasaran Penelitian ... I-3 1.4. Manfaat Penelitian ... I-3

(7)

BAB II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-3 2.3. Lokasi Perusahaan ... II-4 2.4. Daerah Pemasaran... II-4

2.5. Standar Mutu Bahan/Produk... II-4 2.5.1. Pengawas Mutu Produk Jadi ... II-4 2.5.2. Standar Mutu Pengemasan... II-5 2.5.3. Analisa Laboratorium ... II-6

2.6. Bahan yang Digunakan ... II-7 2.7. Uraian Proses Produksi ... ... II-10 2.8. Mesin dan Peralatan ... II-17 2.8.1. Mesin... II-17

2.8.1.1. Mesin pada Produksi... II-17 2.8.1.2. Mesin Pada Work Shop ... II-17 2.8.2. Peralatan... II-17 2.8.3. Utilitas... II-18 2.8.4. Safety Fire dan Protection ... II-20

2.8.5. Pengolahan Limbah ... II-21 2.9. Struktur Organisasi PT. Jakarana Tama... II-23 2.9.1. Pembagian Tugas dan Wewenang ... II-23

2.9.2. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-23 2.9.2.1. Jumlah Tenaga Kerja ... II-23

(8)

2.9.2.2. Jam Kerja ... II-23 2.9.3. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lain... II-25 2.9.3.1. Sistem Pengupahan ... II-25 2.9.3.2. Fasilitas Pendukung ... II-25

BAB III. LANDASAN TEORI

3.1. Peramalan... III-1 3.2. Karakteristik Peramalan yang Baik... III-3 3.3. Metode-Metode Peramalan ... III-7 3.3.1. Peramalan Kualitatif ... III-9

3.3.2. Peramalan Kuantitatif ... III-9 3.3.2.1. Model Time Series/Deret Berkala ... III-10 3.3.2.2. Metode Smoohting ... III-13

(9)

3.5.1. Teori Penjadwalan ... III-23 3.5.2. Beberapa Defenisi Dalam Penjadwalan ... III-25 3.5.3. Kriteria dalam Penjadwalan ... III-27 3.5.4. Jenis-jenis Penjadwalan ... III-29 3.5.4.1. Penjadwalan n Pekerjaan Terhadap 1 Mesin...III-29 3.5.4.2. Penjadwalan n Pekerjaan Terhadap n Mesin Pararel...III-32

3.5.4.3. Penjadwalan n Pekerjaan Terhadap n Mesin yang Disusun Pararel...III-33

3.6. Metode CDS (Campbell, Dudek and Smith) ... III-35 3.6.1. Algoritma CDS Konvensional...III-35 3.6.2. Algoritma CDS Parsial ... III-41 3.7. Pentuan Waktu standar ... III-46

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... IV- 1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Metode Pengumpulan Data ... IV-1 4.4. Pengumpulan Data ... IV-2 4.5. Pengolahan Data ... IV-2 4.6. Pemecahan Masalah ... IV-3 4.7. Kesimpulan dan Saran ... IV-3 4.8. Langkah Penelitian ... IV-3

(10)

BAB V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.2. Pengolahan Data ... V-3 5.2.1. Forecasting... V-3 5.2.2. Pemecahan Masalah dengan Algoritma CDS Konvensional. V-12 5.2.3. Pemecahan Masalah dengan Algoritma CDS Parsial ... .. V-23 5.2.4. Perhitungan Waktu Baku ...V-29

BAB VI. ANALISA PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Hasil Peramalan dan Makespan ... ... VI-1 6.2. Pemecahan dengan Menggunakan Algoritma CDS Konvensional..VI-2 6.3. Pemecahan dengan Menggunakan Algoritma CDS parsial ... .. ....VI-3

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-3

(11)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN 3.1. Taksonomi Peramalan... III -8 3.2. Pola Siklis ... III-11 3.3. Pola Musiman ... III-12 3.4. Pola Horizontal ... III-12 3.5. Pola Trend ... III-12 3.6. Prosedur Peramalan ... III-17 3.7. Moving Range Chart... III-20 3.8. Peta Gantt (Gantt chart) ... III-25 3.9. Hasil Pengurutan Tugas-tugas Untuk K=1 ... III-37 3.10. Hasil Pengurutan Tugas-tugas Untuk K=2 ... III-37 3.11. Hasil Pengurutan Tugas-tugas Menurut Pengurutan Parsial ... III-46 3.12. Langkah-langkah Penentuan Waktu Standar ... III-77 4.1. Block Diagram Prosedur Peramalan ... IV-4 5.1. Urutan Mesin Pembuatan Mie Instant ... V-2 5.2. Scatter Diagram Penjualan Mie Instant... V-3 5.3. Moving Average Chart untuk Jumlah Penjualan Mie Instant ... V-11

(12)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN 2.1. Standar Mutu Mie Kering ... III-5 2.2. Standar Pengemasan kepingan Mie Instant ... III-6 5.1. Data Penjualan Tahun 2006 ... V-1 5.2. Waktu Proses setiap Work Center... V-2 5.3. Perhitungan Parameter Peramalan Metode Konstan... V-4 5.4. Perhitungan Parameter Peramalan Metode Linier ... V-5 5.5. Perhitungan SEE Metode Linier ... V-6 5.6. Pola Data Metode Dekomposisi ... V-6 5.7. Perhitungan Parameter Peramalan Metode Dekomposisi ... V-8 5.8. Perhitungan SEE Metode Dekomposisi ... V-9 5.9. Parameter Verivikasi Peramalan untuk Penjualan Mie Instant... V-11 5.10. Waktu Proses setiap Work Center ... V-13 5.11. Hasil Interasi untuk K=1s/d K=8 ... V-13 5.12. Perhitungan Completion Time yang diperoleh dari Penjumlahan

Waktu Proses dengan Waktu Idle setiap W/C untuk K=1 ... V-14 5.13. Perhitungan Completion Time yang diperoleh dari Penjumlahan

Waktu Proses dengan Waktu Idle setiap W/C untuk K=2 ... V-16 5.14. Perhitungan Completion Time yang diperoleh dari Penjumlahan

(13)

Waktu Proses dengan Waktu Idle setiap W/C untuk K=4 ... V-18 5.16. Perhitungan Completion Time yang diperoleh dari Penjumlahan

Waktu Proses dengan Waktu Idle setiap W/C untuk K=5 ... V-20 5.17. Perhitungan Completion Time yang diperoleh dari Penjumlahan

Waktu Proses dengan Waktu Idle setiap W/C untuk K=8 ... V-21 5.18. Waktu Proses setiap Work Center ... V-23 5.19. Penurunan ke-1 untuk Urutan Tugas (i) 4-5 ... V-24 5.20. Penurunan ke-2 untuk Urutan Tugas (i) 5-4 ... V-24 5.21. Penurunan ke-3 untuk Urutan Tugas (i) 5-4-1 ... V-25 5.22. Penurunan ke-4 untuk Urutan Tugas (i) 5-1-4 ... V-25 5.23. Penurunan ke-5 untuk Urutan Tugas (i) 1-5-4 ... V-25 5.24. Penurunan ke-6 untuk Urutan Tugas (i) 1-5-4-2 ... V-26 5.25. Penurunan ke-7 untuk Urutan Tugas (i) 1-5-2-4 ... V-26 5.26. Penurunan ke-8 untuk Urutan Tugas (i) 1-2-5-4 ... V-27 5.27. Penurunan ke-9 untuk Urutan Tugas (i) 2-1-5-4 ... V-27 5.28. Penurunan ke-10 untuk Urutan Tugas (i) 2-1-5-4-3 ... V-28 5.29. Penurunan ke-11 untuk Urutan Tugas (i) 2-1-5-3-4 ... V-28 5.30. Penurunan ke-12 untuk Urutan Tugas (i) 2-1-3-5-4 ... V-29 5.31. Penurunan ke-13 untuk Urutan Tugas (i) 2-3-1-5-4 ... V-29 5.32. Penurunan ke-14 untuk Urutan Tugas (i) 3-2-1-5-4 ... V-30 6.1. Perbandingan Hasil Peramalan Tahun 2006 dengan Tahun 2007 ... VI-2 6.2. Nilai Makespan Untuk K=1s/d K=8 ... VI-2

(14)
(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Daftar Mesin Pada proses Produksi dan Pada Mesin Work Shop 2. Daftar Peralatan Pada proses Produksi

3. Struktur Organisasi di PT. Jakarana Tama Medan

4. Pembagian Tugas dan Wewenang di PT. Jakarana Tama Medan 5. Jumlah Tenaga Kerja di PT. Jakarana Tama Medan

6. Faktor Penyesuaian Menurut Cara Weshting house 7. Penilaian Menurut Weshting house

8. Lembar Asistensi

9. Surat Permohonan Tugas Akhir

10.Surat Formulir Penetapan Tugas Akhir 11.Surat Penjajakan Pabrik

12.Surat Balasan Pabrik

13.Surat Keputusan Pelaksanaan Tugas Akhir

(16)

RINGKASAN

PT. Jakarana Tama adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan mie instant. Perusahaan ini hanya memproduksi mie tetapi bumbunya dikirim dari ciawi, Bogor. Penggunaan mesin juga tidak efisien, banyak mesin yang menggangur dikarenakan harus menunggu selesainya tugas dari stasiun kerja yang satu untuk meneruskan ke proses selanjutnya.

Oleh sebab itu penjadwalan perlu dilakukan di PT. Jakarana Tama agar pihak perusahaan tidak mengalami keterlambatan berproduksi. Ketepatan waktu berproduksi dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pasar sehingga produk selesai tepat waktu, selain itu dapat juga mengurangi jumlah mesin yang menganggur.

Penelitian dilakukan terhadap unit-unit produksi yang uraian proses produksinya terdiri dari pembuatan larutan konsui, pengadukan tepung, pengepresan, penyisiran, pengukusan, pemotongan, penggorengan, pengeringan dan pendinginan serta packing. Metode pengolahan data yang dilakukan adalah metode CDS (Campbell, Dudek and Smith) yaitu menangani n job yang diproses pada m mesin secara berurutan. Pemecahan masalah dengan menggunakan metode alogaritma CDS (Campbell, Dudek and Smith) Parsial di dapat nilai

makespan yang minimum yaitu 32.8 dengan urutan 5-4.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tujuan utama perusahaan adalah menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Untuk menghasilkan keuntungan tersebut maka seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan harus digunakan secara maksimal. Penjadwalan merupakan salah satu kegiatan penting dalam perusahaan. Dalam suatu perusahaan, penjadwalan diperlukan dalam mengalokasikan tenaga operator, urutan proses, jenis produk, pembelian material dan sebagainya. Terlepas dari jenis perusahaannya, setiap perusahaan perlu untuk melakukan penjadwalan sebaik mungkin agar memperoleh utilitas maksimum dari sumber daya produksi dan asset lain yang dimiliki, serta dapat menyediakan produk yang sesuai dengan waktu kebutuhan konsumen.

Sistem produksi dikatakan efektif apabila dapat menyelesaikan suatu pesanan/order tepat waktu, tepat jumlah dan harga yang wajar. Kemampuan memenuhi due date secara konsisten untuk menjaga kesetiaan pelanggan dan hal tersebut merupakan salah satu kunci sukses dalam bisnis di pasar global yang tingkat persaingannya tinggi.

PT. Jakarana Tama adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan mie instant. Perusahaan ini hanya memproduksi mie tetapi bumbunya dikirim dari ciawi.

(18)

Penjadwalan perlu dilakukan di PT. Jakarana Tama supaya makespan lebih maksimum serta penggunaan mesin lebih optimal. Ketepatan waktu berproduksi dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pasar sehingga produk selesai tepat waktu, selain itu dapat juga mengurangi jumlah mesin yang menganggur.

1.2. Rumusan Masalah

Penjadwalan sangat perlu dilakukan dalam perusahaan supaya produk yang dihasilkan dapat selesai tepat waktunya sehingga dapat mengurangi beberapa keterlambatan pada beberapa pekerjaan yang mempunyai batas waktu penyelesaiaan sehingga akan meminimisasikan biaya dan dapat memenuhi kebutuhan pasar. Selain itu penjadwalan juga dapat meningkatkan penggunaan sumberdaya atau mengurangi waktu tunggunya, sehingga total waktu proses dapat berkurang dan produktivitas dapat meningkat.

1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

(19)

1.3.2. Sasaran Penelitian

Sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui urutan penjadwalan yang memberikan nilai makespan yang minimum serta mengghindari waktu menganggur pada mesin agar produk yang dihasilkan dapat selesai tepat waktunya, selain itu juga menghemat biaya produksi.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi perusahaan. Dengan adanya penjadwalan maka produk yang akan dihasilkan dapat selesai tepat waktunya sesuai dengan yang dijadwalkan dengan ketepatan waktu pemenuhan

order. Juga peningkatan efisiensi produk sehingga menghemat biaya produksi.

Dilakukannya penjadwalan juga dapat menurunkan waktu produksi (completion time) dari job order.

1.5. Pembatasan Masalah dan Asumsi 1.5.1. Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah yang dilakukan adalah :

1. Objek penelitian adalah unit-unit utama proses produksi yang dikerjakan oleh mesin/peralatan terdapat pada lintasan produksi.

2. Kriteria penjadwalan yang digunakan adalah makespan. 3. Melakukan pengamatan langsung dengan objek penelitian.

(20)

Variabel yang diukur adalah waktu pengerjaan tiap produk, yaitu Gaga Mie 100 Kaldu Ayam, Gaga Mie 100 Ayam Bawang, Gaga Mie 100 Soto, Gaga Mie 100 Goreng Spesial dan Gaga Mie 100 Goreng Ekstra Pedas.

1.5.2. Asumsi-asumsi

Penelitian dapat dilakukan dengan baik dan akurat dengan asumsi sebagai berikut:

1. Pengadaan dan penyediaan bahan baku dan bahan penolong dianggap sanggup memenuhi kebutuhan produksi sehingga tidak mengganggu kecepatan lintasan produksi.

2. Pada saat pengambilan data berlangsung diasumsikan bahwa proses produksi di pabrik berjalan dengan lancar tidak terjadi gangguan-gangguan yang fatal yang dapat mengakibatkan hasil pengamatan kurang akurat. 3. Para pekerja tidak mengalami tekanan dari luar dalam melakukan

pekerjaan.

(21)

1.6. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan, pembahasan dan penilaian tugas akhir ini maka dalam pembuatannya akan dibagi menjadi beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut :

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

Membahas latar belakang masalah, rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan masalah dan asumsi-asumsi serta sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Menjelaskan secara lengkap gambaran umum perusahaan diantaranya sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha serta organisasi dan manajemen yaitu mengenai struktur organisasi, uraian tugas dan tanggung jawab, tenaga kerja dan jam kerja serta sistem pengupahan dan fasilitas yang digunakan juga proses produksi dan bahan-bahan yang digunakan, serta jumlah dan spesifikasi produk, uraian proses produksi, mesin dan peralatan.

(22)

BAB III LANDASAN TEORI

Menyajikan dan menampilkan tinjauan-tinjauan kepustakaan yang berisi teori-teori dan pemikiran yang digunakan sebagai landasan dalam pembahasan serta pemecahan masalah.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Mengemukakan langkah yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian meliputi tahapan-tahapan penelitian dan penjelasan tiap tahapan secara ringkas.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Melakukan indentifikasi data dan pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada pembahasan masalah.

BAB VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH

Menganalisa hasil pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada pembahasan masalah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pengolahan data dapat diambil suatu kesimpulan dan saran yang berguna bagi perusahaan.

(23)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Pada awalnya perusahaan ini bergerak dibidang distribusi barang yang berada dalam naungan PT. Wicaksana Oversease Internasional (WOI GROUP).

Sejak tahun 1981 nama PT. Jakarana Tama Medan sudah ada dan bergerak di bidang distributor.

Pemilik PT. Wicaksana Oversease Internasional (WOI GROUP) pada mulanya memiliki saham di PT. Indofood bersama Salim Group. Dikarenakan Salim Group semakin besar dan membuat pengaruh mereka semakin besar juga, melihat keadaan ini maka pemilik PT. Wicaksana Oversease Internasional (WOI GROUP) menjual saham-sahamnya kepada Salim Group dan berkeinginan mendirikan suatu perusahaan baru yang memproduksi mie instant.

Setelah mendapatkan ijin dari pemerintah untuk mendirikan perusahaan baru yang bergerak dibidang produksi mie instant maka didirikanlah perusahaan yang bernama PT. Jakarana Tama.

PT. Jakarana Tama merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam bidang industri makanan yang didirikan resmi pada tanggal 5 Juli 1993 yang berpusat di Ciawi, Bogor.

Industri mie instant di Indonesia dimulai pada tahun 1970, dimana selama sepuluh tahun hanya diproduksi oleh satu atau dua perusahaan saja.

(24)

Dengan semakin majunya perekonomian Indonesia dan budaya, makanan cepat saji mulai dilirik oleh kebanyakan masyarakat, maka kebutuhan akan mie instant semakin bertambah. Hal ini didukung oleh adanya himbauan pemerintah yaitu pengadaan non beras yang bergizi. Konsumsi masyarakat akan mie instant pada awal tahun 1993 meningkat menjadi sekitar 2,25 bungkus perkapita dengan omset sebesar Rp 1,2 triliun per tahun yang menyebabkan banyak pengusaha lain yang tertarik untuk terjun kebidang usaha ini.

PT. Wicaksana Oversease Internasional (WOI GROUP) yang menjadi distributor tunggal bagi mie instant Indomie dan seluruh produk Indofood di seluruh Indonesia. Tetapi pada tahun 1992 peranan PT. Wicaksana Oversease Internasional (WOI GROUP) sebagai distribusi tunggal produk Indofood dialihkan keperusahaan lain yang menyebabkan perusahaan ini kehilangan omset yang sangat besar. Sejak Agustus 1992 dengan mendirikan PT. Jakarana Tama.

PT. Jakarana Tama Food Industry merupakan anak perusahaan PT. Wicaksana Oversease Internasional (WOI GROUP) yang berpusat di Ancol

Jakarta, dan memiliki anak cabang di Medan yang terletak di jalan Tanjung Morawa Km 9,5 Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas

Propinsi Sumatera Utara.

Pada awal produksi tahun 1993 industri ini hanya menggunakan 2 unit mesin, karena meningkatnya minat konsumen akan produk mie instant yang

bersifat praktis dan ekonomis, maka pada tahun 1994 PT. Jakarana Tama

(25)

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Jakarana Tama merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri makanan yang mengolah tepung sebagai bahan baku menjadi instant kemasan/mie kering. Titik berat perusahaan ini adalah memproduksi mie instant dalam volume yang memadai serta mempunyai nilai tambah yang cukup.

Keanekaragaman produk dari PT. Jakarana Tama merupakan hasil kerja keras dan penelitian yang dilakukan oleh bagian pengembangan produk. Sampai saat ini perusahaan telah memproduksi mie instant dengan berbagai rasa.

Adapun jenis-jenis produk mie instant yang dipasarkan di PT. Jakarana Tama sampai saat ini adalah sebagai berikut :

a. Mie Kuah / Sup - Michiyo Kaldu Ayam - Mie Ayam Spesial - Gaga 100 Kaldu Ayam - Gaga 100 Ayam Bawang - Gaga 100 Soto Mie

- Gaga 100 Sop Buntut Borobudur b. Mie Goreng

- Gaga 100 Goreng Spesial - Gaga 100 Goreng Ekstra Pedas

(26)

2.3. Lokasi Perusahaan

PT. Jakarana Tama Food Industry yang berlokasi di Medan bertempat di

Jalan Raya Medan Tanjung Morawa Km 9,5 Kelurahan Timbang Deli Amplas, Sumatera Utara.

2.4. Daerah Pemasaran

PT. Jakarana Tama cabang Medan memasarkan produknya untuk wilayah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Aceh dan Sumatera Selatan. Masing-masing daerah pemasaran ini berusaha untuk dapat memasarkan produk sebaik-baiknya untuk meningkatkan jumlah penjualan.

2.5. Standar Mutu Bahan/Produk 2.5.1. Pengawasan Mutu Produk Jadi

Mie yang sudah kering yang keluar dari colling fan kemudian didistribusikan menjadi 10 (sepuluh) jalur keruang packing. Pada tahap ini terdapat beberapa proses yaitu :

a Pengaturan letak mie b Pengisian bumbu dan cabe c Pengecekan kelengkapan isi d Pengemasan mie

(27)

1. Pengontrolan Berat Mie

Pemeriksaan berat mie dilakukan di mesin packing setiap 0,5 menit setiap jalur. Untuk mie instant regular berat mie kering 55 gr dan mie instant berat mie kering 89 gr. Keutuhan dari kepingan mie juga diperhatikan yaitu minimal 96 %. Jika persyaratan tersebut tidak dipenuhi maka mie tersebut tidak dapat dibungkus/dikemas.

2. Pemeriksaan Kandungan Mie

Analisisnya dilakukan di dalam laboratorium. Standar mutu mie kering dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Standar Mutu Mie Kering

Jenis Pemeriksaan Standar

Tekstur Normal dan dapat diterima Kadar Free Fatty Acid (FFA) mie Maksimal 0,25 %

Kadar Peroksida Maksimal 3,00 mg/100 gr Kadar Air Mie Maximum 17-19% Kadar Lemak Maksimal 17-19% Sumber : PT. Jakarana Tama

Bila hasil pemeriksaan tidak sesuai standar maka dilakukan proses pengolahan.

2.5.2. Standar Mutu Pengemasan

Mie yang akan dikemas harus berbentuk rapi, tidak panas, tidak pecah juga tidak ada kontaminasi. Kemasan yang digunakan harus bersih. Etiket yang baik harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1. Kondisi bagian belakang dan daerah penutup

Kondisi yang masih diterima pada bagian ini adalah bagian penutup harus kuat, berwarna kontras dan berwarna dasar sebagai latar belakang.

(28)

2. Latar belakang

Bagian latar belakang yang tidak berwarna berukuran lebih tebal berbentuk garis. Bagian yang berwarna berukuran lebih tipis.

3. Kondisi tulisan

Tulisan harus jelas dan dapat dibaca. 4. Pengkodean

Etiket harus dilengkapi dengan kode produksi dan batas pemakaiannya (batas kadaluarsa)

Standar Pengemasan Kepingan Mie Instant dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Standar Pengemasan Kepingan Mie Instant No Jenis Pemeriksaan Standar

1 Berat netto kepingan mie 65 gr, 75gr (Mie regular) 100 gr (mie 100) 2 Kode

-etiket -karton

-ada dan sesuai -ada dan sesuai

3 Mutu sealing Tidak bocor dan tidak berlipat 4 Mutu etiket Baik dan gambarnya jelas 5 Kelengapan bumbu Ada dan sesuai

6 Isi tiap karton 40 pcs Sumber : PT. Jakarana Tama

2.5.3. Analisa Laboratorium

Sebelum mie siap dikomsumsi oleh konsumen dilakukan beberapa tes laboratorium. Beberapa tes yang dilakukan adalah :

1. Analisa Kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid /FFA) 2. Analisa Kadar Lemak

(29)

2.6. Bahan yang digunakan

Produk yang dihasilkan oleh P.T. Jakarana Tama adalah mie instant. Produk ini di produksi dengan berbagai rasa. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan mie instant adalah sebagai berikut :

1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan yang paling penting digunakan dalam pembuatan suatu produk dimana keberadaan bahan tersebut mempengaruhi nilai produk. Dengan kata lain, bahan baku adalah bahan utama dalam pembuatan produk.

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan mie instant adalah : a. Tepung Terigu

Tepung terigu merupakan bahan baku utama dalam proses pembuatan mie instant.

b. Tepung tapioka

Tepung tapioka berfungsi sebagai bahan baku yang ditambahkan pada tepung terigu yang dapat membuat adonan menjadi kenyal pada setiap keping mie blok.

c. Bumbu penyedap dan sauce

Bumbu penyedap dan sauce tidak di produksi sendiri oleh pabrik tetapi didatangkan dari Ciawi yang menangani bumbu pada grup yang sama. Jadi bumbu sudah dalam bentuk kemasan. Pemberian bumbu pada setiap kemasan berbeda-beda menurut jenisnya dan rasa mie. Bumbu dan mie disatukan pada waktu pembungkusan. Bumbu ini terdiri dari lada, pala, monosodium

(30)

glutamate, rasa daging ayam, garam, hidrolisa protein sayur, bumbu seledri,

kecap, bumbu bawang putih dan daun bawang. 2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan-bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk atau suatu bahan yang ditambahkan pada produk dimana keberadaannya sebagai bahan pelengkap dan merupakan bagian dari produk akhir. Dengan kata lain, bahan tambahan adalah bahan-bahan yang dibutuhkan sebagai pelengkap bahan baku untuk sama-sama membentuk barang jadi, dimana komponen bahan tambahan ini biasanya tidak dapat dibedakan secara jelas pada barang jadi tersebut.

Bahan tambahan yang digunakan dalam proses pembuatan mie instant adalah sebagai berikut :

a. Etiket atau pembungkus

Etiket atau pembungkus terbuat dari plastik yang telah diberi merek berbagai jenis dan rasa mie yang hendak dibungkus. Etiket ini dibuat berbentuk roll gulungan yang telah disesuaikan dengan keadaan mesin pembungkus.

b. Kotak karton

Kotak karton digunakan untuk mengepak mie yang telah dibungkus pada masing-masing etiket yang memuat 40 bungkus. Kotak karton ini juga telah diberi label berdasarkan jenis dan rasa mie yang akan dikemas.

c. Selotif

(31)

3. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi yang dikenakan langsung terhadap bahan baku yang sifatnya hanya membantu atau mendukung kelancaran proses produksi dan bahan ini bukan bagian dari produk akhir. Bahan penolong ini tidak tampak pada barang jadi.

Bahan penolong yang digunakan adalah : a. Natrium polipospat (NaH2PO4)

Natrium polipospat (NaH2PO4) berfungsi untuk membuat adonan menjadi

kenyal dan bersatu.

b. Natrium Karbonat (Na2CO3)

Natrium Karbonat (Na2CO3) berfungsi sebagai pengembang dalam proses

pembuatan mie instant. c. Potassium Karbonat

Potassium Karbonat berfungsi untuk membuat adonan menjadi kenyal dan

bersatu.

d. Karboksimetil Selulosa

Karboksimetil Selulosa berfungsi untuk membuat adonan menjadi kenyal dan

bersatu.

e. Tetrazine (CL 19140)

Tetrazine (CL 19140) berfungsi sebagai bahan pewarna untuk pembuatan mie

instant, agar mie tersebut tampak menarik. f. Garam (NaCl)

Garam digunakan untuk memberikan rasa asin terhadap mie.

(32)

g. Air

Dalam proses pembuatan mie, air berfungsi untuk melarutkan zat-zat yang digunakan serta menjadikan adonan dapat bercampur secara homogen. Air berasal dari sumur pompa yang ditampung dalam tangki penyaring atau filter yang akan menyaring kotoran-kotoran sehingga dihasilkan air yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.

h. Minyak goreng

Minyak goreng berfungsi untuk menggoreng mie yang sudah diadon dan dibentuk dalam mangkok-mangkok penggorengan. Minyak goreng yang dipakai harus mempunyai titik didih yang tinggi dan mengandung asam lemak rendah, sehingga hasil produksi tidak berbau tengik dan dapat bertahan lama. Minyak goreng didatangkan dari PT. Asianagro Tanjung Balai.

2.7. Uraian Proses Produksi 1. Pembuatan Larutan Konsui

(33)

larutan homogen, lalu larutan ini dialirkan ke mesin mixer. Untuk satu adonan dibutuhkan 70 liter larutan alkali.

Larutan alkali ini digunakan untuk campuran dalam pengadukan tepung terigu dan tepung tapioka menjadi adonan pembentuk mie di mesin mixer.

2. Pencampuran Pengadukan di Mesin Mixer

Tepung terigu sebanyak 9 sak (225 kg) dan tepung tapioka sebanyak 10 kg yang berada dilantai I lantai produksi dipompakan melalui screw conveyor ke mesin mixer yang berada pada lantai II.

Pengadukan tepung terigu dan tepung tapioka merupakan tahap awal proses pembuatan mie instant ini. Proses ini merupakan proses pencampuran tepung terigu dan tepung tapioka dengan larutan alkali pada temperatur 300-360C, selama 12-18 menit, dengan kecepatan 60-70 rpm. Pengadukan dilakukan secara perlahan-lahan sampai terbentuk adonan yang homogen dan memiliki tekstur yang elastis. Adonan yang dihasilkan berwarna kuning muda, yang tidak menggumpal (tidak mudah pecah/hancur). Adonan yang baik adalah adonan yang lembut dan kadar airnya cukup. Proses kerja mesin mixer ini diatur melalui sebuah panel control untuk mengetahui suhu, waktu dan kecepatan pengadukan.

3. Penampungan di Mesin Feeder

Bila pencampuran selesai yang berarti telah terbentuk adonan yang baik menurut standar pabrik maka tutup bagian bawah (damper) mesin mixer terbuka dan adonan ditampung oleh mesin feeder yang berada tepat dibawah mesin mixer di lantai I, sehingga adonan dapat berpindah hanya dengan menggunakan gaya gravitasi.

(34)

Mesin feeder ini berfungsi sebagai tempat penampungan adonan untuk

diratakan dan juga untuk mengatur jumlah adonan yang akan dipress, agar adonan yang akan di press rata.

Proses kerja mesin feeder ini diatur melalui sebuah panel control sehingga

proses dapat berjalan secara kontinu selama masih ada adonan didalam mesin ini. Mesin ini juga dilengkapi sensor infra merah, yang akan mengatur jumlah adonan yang akan jatuh ke mesin press.

4. Pengepresan di mesin Press

Dari mesin feeder, adonan didorong sedikit demi sedikit ke mesin press dengan menggunakan roller-roller press yang akan menekan dan menipiskan adonan menjadi lembaran-lembaran. Di mesin press terdapat 2 pasang secara seri. Dari masing-masing roller akan keluar lembaran-lembaran dengan ketebalan yang semakin kecil. Pada hasil output roller ke-8 akan memberikan ketebalan yang dikehendaki yaitu pada toleransi antara 1,0-1,2 mm. Ketebalan dari lembaran adonan ini selalu dikendalikan dengan menyetel setiap pasangan-pasangan roller. Lebar lembaran adonan adalah 80 cm dan lembaran yang dihasilkan tidak boleh putus atau berlubang, bersifat elastis dan tidak tegang.

5. Penyisiran di Mesin Slitter

Mesin slitter atau penyisir terletak tepat berada di ujung mesin press.

Lembaran adonan yang keluar dari roller terakhir mesin press akan masuk ke mesin slitter (penyisir). Kemudian lembaran dipotong-potong menjadi mie yang

(35)

conveyor dengan kecepatan yang lebih kecil dari kecepatan keluaran

potongan-potongan mie dari mesin slitter.

Kecepatan yang lebih kecil atau lebih lambat ini dibuat dengan tujuan agar potongan-potongan mie menjadi menumpuk, sehingga mie menjadi mengendur dan akhirnya bergelombang dan keriting. Selanjutnya mie dilewatkan pada alat pemisah yang berbentuk roda-roda yaitu alat-alat yang membagi-bagi mie menjadi 5 bagian. Perbedaan kecepatan dari motor conveyor dengan motor slitter juga digunakan untuk menentuan berat mie yang akan diproduksi. Jika conveyor bergerak lambat maka gelombang mie akan rapat yang berarti akan semakin berat dan sebaliknya.

6. Penguapan atau Pengukuran di Steam Box

Selanjutnya untaian mie yang selalu berada di atas conveyor dilewatkan melalui steam box. Steam box ini sepanjang  12 meter berisi uap panas 1000C yang dialirkan dari boiler dan dilewati mie selama 1 menit. Di sini dimasak dengan cara mengukur karena hanya menggunakan uap panas atau tanpa kontak dengan api. Pengukuran mempunyai tujuan :

a. Mendapatkan mie dengan kematangan yang baik

b. Menghasilkan mie dengan tekstur yang empuk dan elastis

c. Mempercepat pemasakan mie pada saat dikonsumsi oleh konsumen.

Kemudian dari steam box untaian mie dilewatkan melalui 2 unit kipas

angin (fan) untuk menurunkan suhu dari mie agar dapat diproses pada proses selanjutnya.

(36)

7. Pemotongan dan Pelipatan di Mesin Cutter

Untaian mie yang dilewatkan melalui 2 unit kipas angin (fan) untuk menurunkan suhu dimaksudkan agar mie tidak terlalu lembek untuk dipotong dan dapat dilipat dengan alat pelipat. Cutter ini terdiri dari pisau pemotong dan alat pelipat sendiri terdiri dari cangkul-cangkul pelipat.

Untaian mie pada akhir conveyor dilewatkan pada mesin pemotong dan kemudian untaian mie tersebut dipotong berdasarkan ukuran panjang yang ditentukan yaitu sekitar 24 cm dan kemudian untaian mie yang telah dipotong dilipat dengan cangkul pelipat yang tepat berada dibawah pisau pemotong, sehingga panjang mie hasil lipatan menjadi 12 cm.

8. Pendistribusian

Kemudian mie yang telah dilipat dijatuhkan ke conveyor distribusi yang membawa potongan-potongan mie conveyor penggorengan yang berisi mangkok-magkok. Dalam letakkan mie dari bagian distribusi sering mie yang dijatuhkan tidak tepat pada mangkok karena kecepatan antara conveyor tidak sama. Untuk menghindari hal ini perusahaan menggunakan tenaga karyawan untuk mengatur atau meletakkan mie pada mangkok.

9. Penggorengan

(37)

Mie yang dimasukkan ke dalam mangkok-mangkok penggorengan ditutup dengan jaring-jaring yang bertujuan untuk menjaga mie agar tidak mengembang melebihi ukuran yang diinginkan dan tidak mengapung saat digoreng.

Mangkok-mangkok conveyor dilewatkan dalam penggorengan yang telah

berisi minyak yang telah dipanaskan. Penggorengan berbentuk memanjang sekitar 6 meter dan dilalui conveyor dengan kecepatan sangat lambat. Sebelum penggorengan dimulai, minyak dipanaskan dulu dengan pipa-pipa panas yang dipanaskan oleh uap panas dari boiler dengan tekanan 0,5 kg/cm2. Di bagian awal penggorengan sekitar 1350C, dibagian tengah 1650C dan dibagian ujung 1500C. Minyak yang telah dipakai untuk menggoreng lalu dialirkan kembali ke heat

exchanger, agar panasnya tetap. Lalu dipompakan kembali ke penggorengan.

Lama penggorengan sekitar 2 menit. Mie keluar dari penggorengan dijatuhkan ke conveyor lain yang berbentuk jaring-jaring. Ini dimaksudkan untuk meniriskan sisa minyak dari penggorengan.

10. Pendinginan

Potongan-potongan mie yang telah digoreng kemudian dibawa kemesin pendingin (cooling fan) dengan menggunakan conveyor. Pendinginan mie ini dilakukan di dalam cooling box dengan menghembuskan udara kearah mie melalui kipas angin yang ditempatkan sedemikian rupa di dalam cooling box. Adapun jumlah kipas angin yang berda dalam mesin pendingin ialah 20 unit.

Tujuan pendinginan mie adalah untuk mengeringkan minyak yang bersisa saat penggorengan. Sehingga mie menjadi benar-benar kering dan tidak berbau tengik dan tahan lama. Proses pendinginan berlangsung selama 2 menit.

(38)

Temperatur ideal untuk produk akhir ialah pada temperatur kamar atau suhu sekitar 270C.

11. Pembungkusan

Setelah mie didinginkan dan keluar dari cooling fan, mie didistribusikan oleh conveyor menjadi 2 jalur dan di bawa ke mesin pembungkus dibagian kiri dan bagian kanan. Di pembungkusan, mie yang bergerak akan melewati operator yang bertugas menyusun dan membenarkan letak mie berdasarkan panjangnya dan memeriksa mie yang layak dibungkus. Operator pengisian mie memeriksa agar setiap conveyor pada mesin pembungkus berisi mie. Selanjutnya operator pengisi bumbu memasukkan bumbu ke setiap mie sesuai dengan rasa dan jenis mie dan kemudian conveyor mie berjalan menuju pembungkus dimana plastik pembungkus telah ada pada mesin tersebut. Mesin ini dilengkapi dengan sensor yang memberi tanda jika ada bungkus yang tidak lengkap bumbunya atau mie yang tidak bagus bentuknya untuk kemudian disisihkan dari conveyor. Mesin ini juga memberi nomor produksi dari masing-masing mie dan tanggal penggunaan yang diperbolehkan. Pembungkusan ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

a. Melindungi produk dari kotoran debu dan bahan lain yang dapat mencemari.

b. Mencegah proses oksidasi lebih lanjut dari oksigen yang berasal dari udara dan sinar matahari.

(39)

d. Memberi informasi pada konsumen tentang cara penggunaan, kandungan gizi dan hak produk secara hukum.

12. Pengepakan

Dipengepakan, mie dikemas ke dalam karton-karton yang masing-masing berisi 40 bungkus. Mie dimasukkan ke dalam karton dengan cara manual. Kemudian karton atau kardus ditutup dengan selotip oleh mesin khusus selanjutnya dibawa ke gudang bahan jadi untuk disimpan. Di kotak karton dicantumkan jenis mie, isi karton, tanggal produksi, batas tanggal pemakaian produk, kode produksi dan nama perusahaan.

2.8. Mesin dan Peralatan 2.8.1. Mesin

2.8.1.1. Mesin Pada Produksi

Mesin untuk proses produksi yang digunakan dalam pembuatan mie instant dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.8.1.2. Mesin Pada Work Shop

Selain mesin pada produksi, juga terdapat mesin pada work shop yang mendukung kelancaran pada saat proses produksi. Dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.8.2. Peralatan

Untuk mendukung proses produksi diperlukan berbagai peralatan. Adapun jenis peralatan yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 2.

(40)

2.8.3. Utilitas 1. Uap (Steam)

Uap merupakan salah satu unit pendukung di bagian produksi. Uap yang digunakan di pabrik dihasilkan oleh boiler. Uap adalah bentuk gas dari zat (air) yang dalam kondisi normal tidak berbentuk gas. Yang di maksud dengan uap jenuh (saturated steam) adalah uap yang suhunya sama dengan titik didih air. Uap yang terbentuk pada saat air mendidih. Unsaturated adalah uap yang suhunya masih di bawah titik didih air. Steam boiler di PT. Jakarana Tama menggunakan uap saturated. Uap yang dihasilkan seluruhnya digunakan di bagian produksi yakni untuk :

- Proses pengukusan pada steam box, yang digunakan untuk memasak mie. - Proses penggorengan pada fryer, yang digunakan untuk memanaskan minyak

goreng. 2. Air

Air memegang peranan penting dalam kelangsungan proses produksi. Kegunaan air di perusahaan ini adalah :

- Untuk proses produksi

- Untuk keperluan boiler sebagai penghasil uap - Untuk keperluan laboratorium

- Untuk kebutuhan karyawan

(41)

Air yang digunakan di perusahaan adalah air yang berasal dari sumur bor yang kemudian diolah sehingga memenuhi syarat-syarat kesehatan. Pengolahan air ini disebut dengan water treatment.

Pengolahan air ini dibagi menjadi dua tahap yaitu :

- Tahap pertama adalah eksternal water treatment yaitu pengolahan air hingga dapat digunakan untuk pabrik, kantor dan keperluan lainnya.

- Tahap kedua adalah internal water treatment yaitu pengolahan air hingga dapat digunakan untuk boiler.

3. Listrik

- Sumber Listrik dari PLN

Sumber tenaga utama yang digunakan berasal dari PLN. Daya listrik yang digunakan dibagi atas dua bagian besar yang dikontrol pada 2 (dua) panel kontrol. Yang pertama daya listrik yang digunakan untuk bagian produksi dan yang kedua daya lisrik digunakan untuk bagian utilitas, kantor dan lain-lain. Daya yang dibutuhkan dari PLN adalah 555 KVA.

- Mesin Listrik Tenaga Disel

Mesin ini dipersiapkan sebagai tenaga cadangan apabila pemutusan aliran listrik dari PLN secara tiba-tiba. Terdapat 1 generator yang mempunyai kapasitas 540 KVA, 472 KW dengan type caterpilar seri 3412. Sedangkan bahan bakar yang digunakan adalah solar.

(42)

4. Laboratorium

Pengadaan laboratorium di perusahaan ini merupakan suatu ketentuan yang dikeluarkan untuk perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan. Aktivitas di laboratorium ini meliputi pemeriksaan mutu standar yang dihasilkan dan pengadaan riset dalam menciptakan jenis produk baru dan modifikasi produk yang telah ada sebagai usaha diffrensiasi pasar dalam menghadapi persaingan.

Pemeriksaan standar mutu produk dilakukan dengan pemeriksaan bahan baku yang digunakan, bahan setengah jadi dan bahan barang jadi. Pemeriksaan terhadap bahan-bahan baku dilakukan dengan menguji setiap jenis bahan yang digunakan seperti tepung dan bahan-bahan tambahan. Untuk produk jadi dilakukan pemeriksaan terhadap isi bungkus dari mie.

2.8.4. Safety dan Fire Protection

Dalam melaksanakan keselamatan karyawan dalam bekerja di PT. Jakarana Tama telah menyediakan beberapa fasilitas antara lain :

(43)

2.8.5. Pengolahan Limbah (Waste Treatment)

Sistem dan proses penanganan limbah pada PT. Jakarana Tama Food

Industry menghasilkan 3 (tiga) jenis limbah yaitu :

1. Limbah Gas

Limbah gas berupa asap yang keluar dari cerobong asap pabrik yang berasal dari steam box dan fryer.

2. Limbah Padat

Limbah padat berupa plastik, pecahan mie dan adonan. Limbah ini dikumpulkan dalam suatu tempat kemudian di bakar pada waktu tertentu tergantung banyak tidaknya limbah, tetapi biasanya dilakukan setelah habis produksi.

3. Limbah Cair

Limbah cair berupa minyak dan air steam. Limbah ini melalui beberapa proses pembuangan. Dibawah setiap mesin terdapat air yang dialirkan dan berguna untuk membersihkan/mengalirkan adonan, minyak dan sebagainya yang jatuh dari mesin yang akan dibawa ke tempat saluran air yang berada dibawah setiap mesin sehingga sampai ke bak penampungan. Di dalam bak penampungan ini terjadi pemisahan antara lemak dan air. Air akan berada dibawah sedangkan lemak akan berada di atas. Untuk lemak setiap harinya diadakan pengambilan sedangkan air sedot melalui pipa-pipa di bak selanjutnya.

(44)

Pada bak terjadi beberapa proses pengolah limbah yaitu sebagai berikut : 1. Tahap I (Primary Treatment)

Pada fase ini dilakukan proses penambahan bahan kimia yaitu TCF dan TCN. TCP adalah suatu senyawa dengan melekul anionic polyelectrolyte yang berbentuk cairan putih dan tidak berbau. Sedangkan TCN adalah senyawa aluminium sulfat (Al2(SO4)3) yang berguna untuk membuat

dispersi yang selanjutnya air mengalami suatu pemisahan yaitu padatan dan cairan. Di dalam bak ini terdapat baling-baling yang terus berputar yang dapat mencampurkan TCN dan TCF serta limbah dengan konsentrasi 100 ml.

2. Tahap II (Second Treatment)

Tahap ini adalah proses kelanjutan dari tahap I. Dalam tahap ini terjadi proses kontak dengan udara yang dilakukan oleh kincir untuk proses penyegaran.

3. Tahap III (Third Treatment)

(45)

2.9. Struktur Organisasi PT. Jakarana Tama

Organisasi perusahaan telah disusun sedemikian rupa dan mempunyai struktur organisasi dalam bentuk organisasi garis dan fungsional. Struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 3.

2.9.1. Pembagian Tugas dan Wewenang

Setiap organisasi baik organisasi pemerintah atau swasta selalu berusaha agar kegiatannya dapat berjalan dengan baik, sehat dan efisien. Salah satu sarana dan upaya untuk itu adalah pembagian tugas dan penyusunan uraian jabatan di dalam organisasi. Uraian jabatan yang mencakup tugas, wewenang dan tanggung jawab di lingkungan perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 4.

2.9.2. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.9.2.1. Jumlah Tenaga Kerja

PT. Jakarana Tama Medan memiliki tenaga kerja yang terdiri dari tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung adalah pekerja pada bagian produksi/pengolahan di pabrik. Sedangkan menurut penggajiannya tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja tetap yang menerima gaji bulanan dan tenaga kerja harian. Jumlah tenaga Kerja pada PT. Jakarana Tama tahun 2002 dapat dilihat pada Lampiran 5.

(46)

2.9.2.2. Jam Kerja

Sistem kerja karyawan bagian produksi PT. Jakarana Tama Food Industry dibagi dalam 2 (dua) shift, yaitu shift 1 (pertama) dan shift 2 (dua) dengan jam kerja 8 (delapan) jam/shift.

Pembagian shift ditetapkan sebagai berikut : a Shift 1 : jam 08.00 – 16.00 WIB

Shift 1 dengan perincian sebagai berikut : - Pukul 08.00-12.00 WIB (kerja aktif) - Pukul 12.00-13.00 WIB (istirahat) - Pukul 13.00-16.00 WIB (kerja aktif) Untuk hari Sabtu

- Pukul 08.00-12.00 WIB (kerja aktif) b Shift 2 : jam 16.00 – 24.00 WIB

Shift 2 dengan perincian sebagai berikut : - Pukul 15.00-18.00 WIB (kerja aktif) - Pukul 18.00-19.00 WIB (istirahat) - Pukul 19.00-23.00 WIB (kerja aktif)

(47)

2.9.3. Sistem Pengupahan dan Fasilitas lainnya 2.9.3.1. Sistem Pengupahan

Besarnya gaji/upah untuk setiap karyawan ditentukan menurut tingat golongannya. Perusahaan menerapkan ketentuan pemerintah tentang upah minimum regional (UMR) yang berlaku bagi setiap karyawan.

Pembayaran upah di PT. Jakarana Tama dilakukan sekali setiap bulan. Besar upah/gaji karyawan dibayarkan perusahaan sesuai dengan ketentuan dari Departemen Tenaga Kerja setiap bulannya dan tentunya didasarkan pada data masing-masing pekerja apakah ada kerja lembur atau tidak. Di samping upah tersebut perusahaan juga memberi makan karyawannya satu kali setiap hari kerja untuk masing-masing shift.

2.9.3.2. Fasilitas Pendukung

Perusahaan menyediakan fasilitas-fasilitas yang apat mendukung efektifitas karyawan seperti :

1. Poliklinik

Untuk perawatan dan pengobatan darurat bagi karyawan yang dijaga oleh seorang dokter dan seorang perawat.

2. Koperasi dan Toko koperasi 3. Musholah/Sarana ibadah 4. Transportasi

5. Kamar mandi dan kamar ganti pakaian

6. Fasilitas kerja seperti sarung tangan, topi serta masker. 7. Kantin.

(48)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Peramalan

Peramalan adalah suatu proses dalam menggunakan data historis (data yang masa lalu) yang dimiliki untuk diproyeksikan kedalam sebuah model dan menggunakan model ini untuk memperkirakan keadaan dimasa mendatang. Peramalan adalah suatu proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan dimasa yang akan datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan barang ataupun jasa.

Dalam kegiatan produksi, peramalan dilakukan untuk menentukan jumlah permintaan terhadap suatu produk dan merupakan langkah awal dalam proses perencanaan dan pengendalian produksi. Tujuan peramalan dalam kegiatan produksi adalah untuk meredam ketidakpastian sehingga diperoleh suatu perkiraan yang mendekati keadaan yang sebenarnya. Dalam hubungannya dengan horizon waktu peramalan, maka kita dapat mengklasifikasikan peramalan tersebut kedalam tiga kelompok yaitu :

1. Peramalan jangka panjang, umumnya 2 sampai 10 tahun. Peramalan ini digunakan untuk perencanaan produk dan sumber daya.

(49)

3. Peramalan jangka pendek, umumnya 1 sampai 5 minggu. Peramalan ini digunakan untuk mengambil keputusan dalam hal perlu tidaknya lembur, penjadwalan kerja, keputusan pengendalian jangka pendek dan lain-lain.

Dalam melakukan peramalan ada beberapa konsep dasar yang harus diketahui antara lain :

1. Pendefenisian Persoalan Peramalan

Peramalan merupakan bagian awal dari suatu proses pengambilan suatu keputusan. Sebelum melakukan peramalan harus diketahui terlebih dahulu apa sebenarnya persoalan dalam pengambilan keputusan itu.

 Apa yang diramalkan

Yang dimaksud disini adalah menentukan variabel apa yang dipakai dalam peramalan. Sebagai contoh bila yang diramalkan adalah penjualan maka bagian marketing menginginkan variabel peramalan dalam bentuk rupiah sedangkan bagian produksi menginginkan variabel peramalan dalam bentuk unit. Dalam penentuan ini harus selalu diingat bahwa yang diramalkan adalah dalam bentuk agregat agar kesalahan dapat diperkecil.

 Seberapa jauh ketelitian yang diinginkan.

 Periode peramalan, yaitu satuan waktu yang dipakai pada data yang akan

digunakan dalam peramalan.

 Horizon peramalan, yaitu seberapa jauh peramalan yang akan dilakukan.

 Interval peramalan, yaitu selang waktu dimana peramalan direvisi setelah

data aktual muncul.

(50)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Peramalan.

Peramalan sebenarnya adalah upaya untuk memperkecil resiko yang timbul akibat pengambilan keputusan dalam suatu perencanaan produksi. Semakin besar upayayang dikeluarkan tentu resiko dapat dihindari semakin besar pula. Namun upaya memperkecil resiko tersebut dibatasi oleh biaya yang dikeluarkan akibat mengupayakan hal tersebut.

Faktor-faktor yang dipertimbangkan adalah :

 Jangkauan ramalan

 Tingkat ketelitian

 Ketersediaan data

 Bentuk pola data

 Biaya

3.2. Karakteristik Peramalan yang Baik

Peramalan yang baik mempunyai beberapa kriteria yang penting, antara lain akurasi, biaya dan kemudahan. Penjelasan dari kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut :

a Akurasi

(51)

kekurangan persediaan sehingga permintaan konsumen tidak dapat dipenuhi segera, akibatnya perusahaan mungkin kehilangan pelanggan dan keuntungan penjualan. Peramalan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terjadinya penumpukan persediaan sehingga banyak modal yang terserap sia-sia. Keakuratan dari hasil peramalan ini berperan penting dalam menyeimbangkan persediaan yang ideal.

b Biaya

Biaya-biaya yang diperlukan dalam pembuatan suatu peramalan bergantung pada jumlah item yang diramalkan, lamanya periode peramalan dan metode peramalan yang dipakai. Ketiga faktor pemicu biaya tersebut akan mempengaruhi berapa banyak data yang dibutuhkan, bagaimana pengolahan datanya, bagaimana penyimpanan datanya dan siapa tenaga ahli yang diperbantukan. Pemilihan metode peramalan harus disesuaikan dengan dana yang tersedia dan tingkat akurasi yang ingin didapat.

c Kemudahan

Kemudahan penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat dan mudah diaplikasikan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan, Percuma memakai metode yang canggih tetapi tidak dapat diaplikasikan pada sistem perusahan karna keterbatasan dana, sumber daya manusia maupun peralatan teknologi.

1. Beberapa Sifat Hasil Peramalan

Dalam membuat peramalan atau menerapkan hasil suatu peramalan, maka beberapa hal yang harus dipertimbangkan adalah :

(52)

1. Peramalan pasti mangandung kesalahan, artinya peramalan hanya bisa mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi, tetapi tidak dapat menghilangkan ketidakpastian tersebut.

2. Peramalan seharusnya memberikan informasi tentang berapa ukuran kesalahan, artinya karena peramalan pasti mengandung kesalahan, maka adalah penting bagi peramal untuk menginformasikan seberapa besar kesalahan yang mungkin terjadi.

3. Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan peramalan jangka panjang. Hal ini disebabkan karena pada peramalan jangka pendek, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan relatif masih konstan, sedangkan semakin panjang periode peramalan, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan.

2. Ukuran Akurasi Hasil Peramalan

Ukuran akurasi hasil peramalan yang merupakan ukuran kesalahan peramalan merupakan ukuran tentang tingkat perbedaan antara hasil peramalan dengan permintaan yang sebenarnya terjadi.

Ada 5 ukuran yang biasa digunakan yaitu:

1. Rata-Rata Deviasi Mutlak (Mean AbssoluteDeviation MAD)

(53)

n

F

A

MAD

t t

Dimana : A = Permintaan aktual pada periode –t Ft = Peramalan permintaan pada periode t

N = Jumlah periode peramalan yang terlibat 2. Rata-Rata Kuadrat (Mean Square Error MSE)

MSE dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan peramalan pada setiap periode dan membaginya dengan jumlah periode peramalan. Secara matematis, MSE dirumuskan sebagai berikut :

n F A

MSE t t

2

) (

3. Rata-Rata Kesalahan Peramalan (Mean Forecast Error MFE)

MFE sangat efektif untuk mengetahui apakah suatu peramalan selama periode tertentu terlalu tinggi atau lebih rendah. Bila hasil peramalan tidak bias maka nilai MFE akan mendekati nol. MFE dihitung dengan menjumlahkan semua kesalahan peramalan selama periode peramalan dan membaginya dengan jumlah periode peramalan.

Secara sistematis, MFE dinyatakan sebagai berikut :

n F A

MFE t t

4. Rata-rata Persentase Kesalahan Absolut (Mean Abssolute Percentage Error MAPE)

MAPE merupakan ukuran kesalahan relatif. MAPE biasanya lebih berarti dibandingkan MAD karena MAPE menyatakan persentase kesalahan hasil

(54)

peramalan terhadap permintaan aktual selama periode tertentu yang akan memberikan informasi persentase kesalahan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Secara sistematis, MAPE dinyatakan sebagai berikut :

      

t t t

A F A n

MAPE 100

5. Proses perhitungan kesalahan peramalan dengan berbagai macam metode error. Salah satu metode yaitu SEE (standar error) proses pengujian

hipotesa dengan :

- hipotesa H0 : SEE terkecil SEE besar

- hipotesa Hi : SEE terkecil  SEE besar

Dimana :

1

2 '

 

n y y SEE

n

3.3. Metode-Metode Peramalan

Secara umum, peramalan diklasifikasikan menjadi 2 macam yaitu :

 Peramalan Kualitatif

 Peramalan Kuantitatif

(55)

Peramalan

Model

Kualitatif

Model

Kuantitatif

Juru Opini

Eksekutif

Metode Delphi

Gabungan

Tenaga Penjualan

Survei Pasar

Time Series

Kausal

Regresi

Smoothing

Dekomposisi

Rata-Rata

Moving Average

Eksponential

Smooting

Regresi Linier

Koefisien Korelasi

Permodelan

Ekonomik

Gambar 3.1. Taksonomi Peramalan

(56)

3.3.1 Peramalan Kualitatif

Metode kualitatif biasanya tidak menggunakan perhitungan secara matematis atau perhitungan secara statistik. Metode ini hanya berupa tanggapan dan buah pikiran orang-orang yang cukup mengenal keadaan yang diramalkan.

Beberapa metode peramalan yang digolongkan sebagai model kualitatif : - Dugaan Manajemen (Management Estimate)

- Riset Pasar (Market Research)

- Metode Kelompok Terstruktur (Structured Group Method) seperti metode

Delphi.

- Analogi Histories (Historical Analogy)

3.3.2. Peramalan Kuantitatif

Metode kuantitatif yang dipergunakan dalam peramalan pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu metode deret berkala dan metode kausal. Metode deret berkala (time series) adalah metode yang digunakan untuk

(57)

3.3.2.1. Model Time Series/Deret Berkala

Model time series/deret berkala merupakan fungsi dari waktu, pola

permintaan yang akan datang diperkirakan serupa dengan pola masa lalu. Yang termasuk dalam metode ini adalah metode konstan, metode regresi linier, metode kuadratis, metode siklis dan metode eksponensial.

a Metode Konstan

Bentuk umum dari persamaan metode konstan adalah sebagai berikut :

a ) t ( Y' 

b Metode Regresi Linier

Bentuk umum dari persamaan regresi linier untuk dua variabel adalah sebagai berikut :

bx a Y' 

Dimana Y : Variabel tidak bebas (yang diramalkan) x : Variabel bebas

a : nilai dari pada Y bila x = 1

b : perubahan rata-rata y terhadap perubahan per unit x c Metode Kuadratis

Bentuk umum dari persamaan kuadratis adalah sebagai berikut :

Y'(t) = a + bt + ct2 d Metode Eksponensial

Peramalan matematis yang digunakan yaitu :

Y'(t) = a.eb.t

(58)

e Metode Siklis

Persamaan matematis yang digunakan :

Y' (t) =

n t c

n t b

a sin2  cos2

Analisis deret berkala dimulai dengan memplot data pada suatu skala waktu, kemudian mempelajari plot tersebut, dan akhirnya mencari suatu bentuk atau pola yang konsisten atas data tersebut. Ada empat komponen utama yang mempengaruhi analisis ini yaitu :

1. Pola Siklis (Cycle)

Penjualan produk dapat memiliki siklus yang berulang secara priodik. Banyak produk dipengaruhi pola penggerak aktivitas ekonomi yang terkadang memiliki kecenderungan priodik. Komponen siklis ini sangat berguna dalam peramalan jangka menengah. Pola data ini terjadi bila data memiliki kecenderungan untuk naik dan turun terus-menerus. Pola data ini dapat dilihat pada Gambar 3.2. dibawah ini :

Biaya

Waktu

Gambar 3.2. Pola Siklis 2. Pola Musiman (Seasonal)

(59)

dipengaruhi oleh musim. Pola data ini dapat dilihat pada Gambar 3.3. dibawah ini :

Biaya

Waktu

Gambar 3.3. Pola Musiman 3. Pola Horizontal

Pola data ini terjadi apabila nilai data berfluktuasi disekitar nilai rata-rata. Pola data ini dapat dilihat pada Gambar 3.4. dibawah ini :

Biaya

Waktu

Gambar 3.4. Pola Horizontal 4. Pola Trend

Pola data ini terjadi bila data memiliki kecenderungan untuk naik atau turun terus menerus. Pola data ini dapat dilihat pada Gambar 3.5. dibawah ini :

Biaya

Waktu

Gambar 3.5. Pola Trend

(60)

3.3.2.2. Metode Smoothing

Metode Smoothing digunakan untuk mengurangi ketidakteraturan musiman dari data yang lalu, dengan membuat rata-rata tertimbang dari sederetan data yang telah lalu. Metode ini terdiri dari 2 kelompok yaitu :

1. Metode Rata-rata Bergerak

- Metode rata-rata bergerak sederhana (Simple Moving Average)

Peramalan didasarkan pada proyeksi serial data yang dimuluskan dengan rata-rata bergerak. Serial data yang digunakan jumlahnya akan selalu tetap dan termasuk data periode terakhir.

Secara matematis, rumus peramalan dengan metode rata-rata bergerak sederhana sebagai berikut :

N

X X X

F t n t t

t

  

   

1 1 1

...

Dimana :

Xt = Data pengamatan periode i

N = Jumlah deret waktu yang digunakan Ft+1= Nilai peramalan periode t + 1

- Metode Rata-rata Bergerak Tertimbang (Weighted Moving Average) Penggunaan metode rata-rata bergerak sederhana mempunyai kelemahan yaitu setiap periode diberikan bobot yang sama. Rumus metode rata-rata bergerak tertimbang adalah sebagai berikut :

n t n t

t

t w A w A w A

(61)

W2 = Bobot yang diberikan pada periode t-2 Wn = Bobot yang diberikan pada periode t-n n = Jumlah periode

2. M nensial

l Tunggal

single exponential smoothing)

etode Pemulusan Ekspo

- Metode Pemulusan Eksponensia

Metode pemulusan eksonensial tunggal (

menambahkan parameter alpha dalam modelnya untuk mengurangi faktor merandoman. Nilai peramalan dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

t t

t X F

F1 . (1).

Dimana :

ta permintaan pada periode t Xt = Da

 = Faktor/konstanta pemulusan

Ft

- M

hanya akan efektif apabila serial

eksponensial linier yang dapat

+1 = Peramalan untuk periode t

etode Pemulusan Eksponensial Linier Metode pemulusan eksponensial tunggal data yang diamati memiliki pola horizontal. - Metode Pemulusan Eksponensial Musiman

Sebagaimana halnya persamaan pemulusan

digunakan untuk meramalkan serial data yang memiliki pola trend, bentuk persamaan yang lebih tinggi dapat digunakan bila pola dasar setiap datanya musiman.

(62)

3.3.2.3. Metode Dekomposisi

itu hasil peramalan ditentukan dengan kombinasi d fu

rhitungan :

= a + bt)

rolehan index kemudian ramalkan yang baru.

n yang diprediksikan menghasilkan dari suatu hubungan

uk naik maka permintaan akan naik

-n distribusi maka permi-ntaa-n aka-n -naik.

-nduduk

Metode dekomposisi ya

ari ngsi yang ada sehingga tidak dapat diramalkan. Model tersebut didekati dengan linier atau siklis, kemudian bagi t atau kwartalan, semesteran berdasarkan pola data yang ada.

Langkah-langkah pe

1. Ramalkan fungsi dt biasa (dt

2. Hitung nilai index 3. Gabungkan nilai pe

4. Hitung ramalan dan tingkat kesalahan. 3.3.2.4. Model Causal

Model peramala

sebab akibat beberapa variabel yang berpengaruh. Pada model ini untuk meramalkan permintaan tidak hanya memperhatikan waktu, tetapi juga memperhatikan faktor yang mempengaruhi, antara lain:

- Harga produk Jika harga prod Saluran distribusi Jika banyak salura Promosi

(63)

Kebaikan dari model causal :

- ng tinggi.

panjang.

- yak data.

kan hasil yang baik dibutuhkan usaha yang besar dan

emerlukan persyaratan :

-njut pada masa mendatang.

.4. Prosedur Peramalan

yang digunakan melalui melalui perhitungan atem

Mempunyai ketepatan hasil ya

- Dapat digunakan untuk peramalan jangka Kelemahan dari model causal :

Tidak praktis, membutuhkan ban - Memakan waktu lama.

- Mahal, untuk mendapat biaya yang besar. Model kuantitatif m Data masa lalu tersedia. - Pola masa lalu akan berla

3

Peramalan kuantitatif

m atis, sehingga tahap peramalan kuantitatif memiliki prosedur yang dapat dilihat pada Gambar 3.6. dibawah ini :

(64)

Defenisikan Tujuan Peramalan

Membuat Diagram Pencar

Pilih Beberapa Metode Peramalan

Hitung Ramalan dan Kesalahan Peramalan

Pilih Metode dengan Kesalahan Terkecil

Proses Verifikasi

[image:64.595.234.390.108.586.2]

Interpretasi Hasil Peramalan

Gambar 3.6. Prosedur Peramalan

3.4.1. Tujuan Peramalan

(65)

3.4.2. Membuat Diagram Pencar

Diagram pencar (Scatter Diagram) digunakan untuk melihat kecenderungan data atau hubungan antara sepasang kelompok data atau dua variabel untuk mengetahui jenis kolerasinya dan tingkat hubungannya.

Langkah-langkah pembuatan diagram pencar adalah :

1. Kumpulkan data-data yang menyangkut dua variabel yang akan diteliti.

2. Gambarkan dua sumbu, yakni sumbu vertikal sebagai nilai kumulatif (akibat) dan sumbu horizontal sebagai nilai kuantitatif (sebab).

3. Menggunakan dalam skala yang tepat untuk mempermudah pembacaan diagram.

4. Membuat plot data dalam grafik. 3.4.3. Pemilihan Metode Peramalan

Langkah pemilihan metode peramalan :

1. Dilihat dari kecenderungan data yang tergambar pada scatter diagram dipilih minimal dua metode peramalan.

2. Melakukan perhitungan parameter-parameter peramalan yang ada. 3. Menghitung standar error (kesalahan).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode peramalan adalah : - Jangkauan peramalan

- Tingkat ketelitian - Ketersediaan data - Bentuk pola data - Biaya

(66)

3.4.4. Menghitung Peramalan dan Kesalahan Peramalan Langkah-langkahnya adalah :

1. Menghitung ramalan dari metode peramalan. 2. Menghitung kesalahan peramalan.

3. Menghitung standard error (SEE).

4. Menguji hipotesa statistik dari kedua metode tersebut.

Hipotesa Ho : SEE 1 SEE 2

Hipotesa Hi : SEE 1 SEE 2

3.4.5. Memilih Metode Peramalan dengan Kesalahan Terkecil

Dari perhitungan peramalan dan perhitungan kesalahan peramalan dipilihlah metode yang memiliki kesalahan terkecil, karena dianggap paling mampu meramalkan kondisi yang akan datang

3.4.6. Proses Verifikasi

Proses verifikasi bertujuan untuk melihat keadaaan metode peramalan yang dipilih berdasarkan peta kontrol atau aturan peta kontrol. Ada banyak alat yang dapat digunakan untuk verifikasi peramalan dan mengamati setiap perubahan sistem sebab yang mendasari permintaan. Contoh Moving Range Chart (MRC) dapat dilihat pada Gambar 3.7 dibawah ini. MRC dibuat untuk membandingkan nilai yang diamati dengan nilai peramalan dari kebutuhan yang sama. Didefenisikan ;

MRC = (d'tdt)(d't1dt1)

(67)

1

n MR MR

Batas kontrol pada Moving Range Chart ditetapkan sebagai berikut :

UCL = +2.66 MR

LCL = -2.66 MR

Peta kendali dibagi menjadi 6 area :

 Daerah A adalah daerah yang dibatasi  2/3 (2.66 MR ) = 1.77MR

 Daerah B adalah daerah yang dibatasi  1/3 (2.66 MR ) = 0.89MR

 Daerah C adalah daerah diatas/dibawah garis sumbu

Kondisi tidak terkendali terjadi jika :

 Tiga titik/data berurutan, dua/lebih diantaranya didaerah A.

 Lima titik/data yang berurutan, empat/lebih diantaranya didaerah A.

 Delapan titik/data yang berurutan berada pada salah satu sisi garis

sumbu.

UCL = 2.66MR 2/3 X 2.66 MR

1/3 X 2.66 MR

- 2/3 X 2.66 MR

- 1/3 X 2.66 MR

[image:67.595.141.472.400.726.2]

LCL = - 2.66MR Central Line = MR

Gambar 3.7. Moving Range Chart

(68)

Kondisi Out of Control dapat diperiksa dengan menggunakan empat aturan

berikut :

1. Aturan satu titik

Bila ada titik sebaran (Y-Yf) berada diluar UCL dan LCL, walaupun semua

titik sebaran berada dalam batas kontrol, belum tentu fungsi/metode reprensetatif. Untuk itu penganalisaan perlu dilanjutkan dengan membagi MRC dalam tiga daerah yaitu A, B dan C.

2. Aturan tiga titik

Bila ada tiga buah titik secara berurutan berada pada salah satu sisi yang mana dua diantaranya jatuh pada daerah A.

3. Aturan lima titik

Bila ada lima buah titik secara berurutan berada pada salah satu sisi yang mana lima diantaranya jatuh pada daerah B.

4. Aturan delapan titik

Bila ada delapan buah titik secara berurutan berada pada salah satu sisi pada daerah C.

3.

Gambar

Gambar 3.6. Prosedur Peramalan
Gambar 3.7. Moving Range Chart
Gambar 3.8. Peta Gantt (Gantt Chart)
Tabel 3.2. Contoh Iterasi Untuk Waktu Proses Pada 5 Pekerjaan 3 Mesin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penjadwalan produksi pada perusahaan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang dapat menjadi salah satu cara perusahaan dalam menghadapi para pesaing.. Pada umumnya penjadwalan

Agar produk dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, maka perlu dilakukan metode penjadwalan yang dapat mendukung proses produksi dengan baik.. Berdasarkan hal di

Penjadwalan produksi dengan penerapan metode Campbell Dudek and Smith (CDS) dapat meminimasi makespan sebesar 57,51 jam atau sebesar 18,05% jika dibandingkan dengan

Salah satu fasilitas produksi adalah mesin untuk melakukan suatu pekerjaan dengan menentukan urutan proses produksi suatu produk yang tepat agar dapat meminimalkan

Tujuan yang dapat dicapai dari penelitian ini adalah untuk memberikan penghematan dan efisiensi terhadap sumber daya yang ada dengan menggunakan metode penjadwalan yang

Urutan penjadwalan yang diperoleh dengan menggunakan metode Cross Entropy- Genetic Algortihm adalah urutan job B – job A dengan nilai makespan 41,22 jam sedangkan nilai makespan

mesin dengan urutan proses setiap pekerjaan sama agar diperoleh waktu total.. penyelesaian pekerjaan ( makespan ) yang minimum.Proses produksi yang

Adapun saran yang dapat menjadi pertimbangan perusahaan adalah dalam melaksanakan penjadwalan produksi produk IC di stasiun marking jenis mesin laser marking