LAPORAN AKHIR SKRIPSI
RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Arsitektur
Oleh :
RISMA INDAH 110406070
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
LAPORAN AKHIR SKRIPSI
RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Arsitektur
Oleh :
RISMA INDAH 110406070
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
LAPORAN AKHIR SKRIPSI
RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Arsitektur
Oleh :
RISMA INDAH 110406070
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
HOTEL DI KAWASAN WISATA SEJARAH TEMBAKAU DELI
SKRIPSI
Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diternitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Medan, Juli 2015
Penulis
Risma Indah
Nomor Pokok : 110406070
Departemen : Arsitektur
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Ir. N. Vinky Rahman, M.T.
NIP. 19660622 1997 1001
Koordinator Skripsi
Ir. N. Vinky Rahman, M.T.
NIP. 19660622 1997 1001
Ketua Departemen Arsitektur
Ir. N. Vinky Rahman, M.T.
NIP. 19660622 1997 1001
Panitia Penguji Skripsi
Ketua Komisi Penguji : Ir. N. Vinky Rahman, M.T
Anggota Komisi Penguji : 1. Agus Jhonson, S.T, M.T
Nama : Risma Indah
NIM : 110406070
Judul Proyek Tugas Akhir : Hotel di Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli
Tema : Arsitektur Kontekstual
Rekapitulasi Nilai :
A B+ B C+ C D E
Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan:
No. Status Waktu
2. Lulus Melengkapi
3. Perbaikkan Tanpa
Sidang
4. Perbaikkan dengan
Sidang
5. Tidak Lulus
Medan, Juli 2015
Ketua Departemen Arsitektur
Ir. N. Vinky Rahman, M.T.
NIP. 19660622 1997 1001
Koordinator Tugas Akhir
Ir. N. Vinky Rahman, M.T.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena
kasih karunia dan pertolonganNya yang selalu menyertai sehingga penulis dapat
menyelesaikan seluruh proses penyusunan Skripsi Alur Profesi ini sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. N Vinky Rahman, M.T, sebagai Dosen Pembimbing, Ketua
Koordinator Perancangan Arsitektur 6, Skripsi, dan Ketua Departemen
Arsitektur. Terima kasih penulis ucapakan atas bimbingan, dukungan, dan
selalu sabar mengajari penulis untuk menyelesaikan Perancangan Arsitektur 6
dan Skripsi sampai dengan selesai.
2. Bapak Agus Jhonson, S.T., M.T. dan Bapak Chichi Asda, S.T.,M.T., selaku
Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritik selama proses
pengerjaan Perancangan Arsitektur 6 dan penulisan Skripsi.
3. Bapak Ir. Rudolf Sitorus, M.LA., sebagai Sekertaris Departemen Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, yang selalu dengan sabar
mendengarkan cerita mahasiswa termasuk penulis.
4. Seluruh Staf Pengajar, dan Bapak/Ibu Dosen Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara atas semua ilmu yang telah diberikan selama
penulis berkuliah di Arsitektur
5. Keluarga penulis, yaitu kedua orang tua M. Sihite, S.E., dan M. Purba, serta
ketiga saudara penulis Ka Christine, Daud, dan Frida. Terima kasih atas segala
cinta, doa, semangat, dukungan, kesabaran, dan segala pengorbanan yang
selama ini diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman-teman Tim GeryArkitek yaitu Fitri, Gunario, dan Try yang telah
bersama berjuang dalam proses pengerjaan Perancangan Arsitektur 6 dan
7. TG-Arch Bang Roy, Grace, dan Rejeki yang telah setia mendoakan,
memberikan semangat, serta selalu mengingatkan untuk tetap mengandalakan
Tuhan di dalam pengerjaan Perancangan 6 dan Skripsi
8. Sahabat-sahabat penulis Ruth, Chaterine, Christy, Hana, yang selalu setia
mendengar cerita dan menyemangati dalam proses pengerjaan Arsitektur 6
dan Skripsi. Semoga kita tetap bersama.
9. Teman yang selalu memberikan dukungan dan semangat, dan sharing mengenai impian yang ingin dicapai, Robert dan Dana.
10.Ka Reni Ardilla Sinaga yang menjadi tempat bertanya selama pengerjaan
proses perancangan arsitektur 6 dan Skripsi
11.Teman-teman Arsitektur 2011 yang saya cintai, terima kasih untuk dukungan
dan semangat, serta waktu yang telah kita habiskan bersama baik dalam suka
maupun duka di Arsitektur USU. Arsitektur 2011 hebat!
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sengat diharapkan untuk
kelengkapan dan terwujudnya kesempurnaan sebagaimana dimaksud. Akhir Kata,
penulis berharap kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi adik-adik Arsitektur
USU, masyarakat, serta Bangsa Indonesia.
Medan, Juli 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.I Latar Belakang ... 1
I.II Kerangka Berpikir ... 3
I.III Sistematika Pembahasan ... 4
BAB II ISU KAWASAN ... 5
II.I Rumusan Masalah ... 5
II.II Maksud dan Tujuan ... 5
II.III Metode ... 6
II.III.I Pendekatan Masalah ... 6
II.III.II Asumsi ... 6
II.III.III Lingkup dan Batasan Perancangan ... 7
BAB III DESKRIPSI PERANCANGAN KAWASAN ... 8
III.I Judul ... 8
III.II Tema ... 9
III.III.I Pengertian Arsitektur Kontekstual ... 9
III.III Studi Banding ... 14
III.IV Data ... 21
III.IV.I Data Umum Lokasi Perancangan ... 21
III.IV.II Sejarah Eks Pemeraman Tembakau PTPN II... 23
III.IV.III Aspek Fisik Kawasan Eks Pemeraman Tembakau PTPN II ... 27
III.V.I Analisa Fungsi ... 41
III.V.II Analisa Peletakkan Bangunan ... 47
III.V.III Analisa Sirkulasi ... 52
II.V.IV Kesimpulan Analisa ... 55
III.VI Konsep ... 56
III.VI.I Konsep Zoning ... 56
III.VI.II Konsep Sirkulasi (Circle Pedistrian Way) ... 57
III.VI.IV Konsep RTH ... 59
III.VI.V Konsep Orientasi ... 60
III.VI.VI Konsep Skenario Kawasan ... 61
BAB IV HASIL PERANCANGAN KAWASAN ... 62
BAB V PENGANTAR FUNGSI ... 64
BAB VI HOTEL DI KAWASAN WISATA SEJARAH TEMBAKAU DELI .... 65
VIII.I Rumusan Masalah ... 65
VIII.II Maksud dan Tujuan ... 65
VIII.III Metode ... 66
VI.III.I Pendekatan Masalah ... 66
VI.III.II Asumsi ... 66
VI.III.III Lingkup dan Batasan Masalah... 67
BAB VII DESKRIPSI HOTEL DI KAWASAN WISATA SEJARAH TEMBAKAU DELI ... 68
VIII.I Judul ... 68
VIII.II Tema ... 69
VIII.II.I Pengertian ... 69
VIII.II.II Studi Banding Tema ... 71
VIII.III Studi Banding ... 78
VIII.IV Data ... 84
VIII.V Analisa ... 90
VIII.V.I Analisa View ... 90
VIII.V.II Analisa Kebisingan... 91
VIII.V.IV Analisa Sirkulasi Pengguna ... 93
VIII.V.V Analisa Kegiatan Pengguna Ruang ... 94
VIII.VI Konsep ... 98
VIII.VI.I Konsep Bentukkan Massa ... 98
VIII.VI.II Konsep Orientasi Bangunan... 99
VIII.VI.III Konsep Fasade Bangunan ... 100
BAB IX HASIL PERANCANGAN ... 106
IX.I Hasil Perancangan ... 106
XI.II Kesimpulan ... 110
DAFTAR PUSTAKA ... 111
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 East Wing, National Gallery ... 12
Gambar 3. 2 Site Plan East Wing, National Gallery ... 12
Gambar 3. 3 Pyramide du Lourve, Prancis ... 13
Gambar 3. 4 Ponte Vecchio, Florence, Italia ... 13
Gambar 3. 5 Peta Wisata Kota tua Jakarta ... 14
Gambar 3. 6 Bangunan bersejarah di sekitar Kota Tua, Jakarta ... 16
Gambar 3. 7 Peta Wisata Sejarah Pasir Salak, Malaysia ... 18
Gambar 3. 8 Mr, JWW Brich ... 19
Gambar 3. 9 Diorama di Kawasan Wisata Sejarah Pasir Salak ... 19
Gambar 3. 10 Fasilitas Wisata di Kawasan Wisata Sejarah Pasir Salak ... 20
Gambar 3. 11 Gedung Pemerraman Tembakau sekaran (2015) ... 24
Gambar 3. 12 Gedung Pemeraman Tembakau pada tahun 1980-an ... 24
Gambar 3. 13 Rumah Manager sekarang (2015) ... 26
Gambar 3. 14 Rumah Manager 1980-an ... 26
Gambar 3. 15 Eksisting Kawasan ... 28
Gambar 3. 16 Bangunan Eksisting dalam kawasan ... 28
Gambar 3. 17 Rumah Manager 1980-an ... 31
Gambar 3. 18 Rumah manager 2015 ... 31
Gambar 3. 19 Kantor Distrik... 32
Gambar 3. 20 Rumah Staff ... 33
Gambar 3. 21 Gedung Minyak ... 34
Gambar 3. 22 Pos Security ... 35
Gambar 3. 23 Gudang Pupuk Kayu ... 36
Gambar 3. 24 Taman Kanak-Kanak di dalam kawasan ... 37
Gambar 3. 25 Pohon Beringin... 38
Gambar 3. 26 Pohon yang membentuk ... 39
Gambar 3. 27 Analisa Fungsi ... 42
Gambar 3. 28 Rumah Manager ... 43
Gambar 3. 29 Pemeraman Tembakau ... 43
Gambar 3. 30 Contoh Pusat Komunitas ... 43
Gambar 3. 31 Diorama di Kawasan Wisata Sejarah Pasir Salak, Malaysia ... 44
Gambar 3. 32 Contoh Penginapan ... 44
Gambar 3. 33 Contoh Pasar ... 45
Gambar 3. 34 Contoh Taman Rekrasi Air ... 45
Gambar 3. 35 Contoh Plaza ... 46
Gambar 3. 36 Contoh Promanade di Pinggir sungai ... 46
Gambar 3. 37 Zoning Aksesiibilitas ... 47
Gambar 3. 38 Zoning Kawasana yang menyebabkan kebisngan ... 48
Gambar 3. 39 Zoning View ... 51
Gambar 3. 40 Zoning Fungsi Kawasan ... 53
Gambar 3. 41 Matriks Kawasan ... 54
Gambar 3. 42 Konsep Zoning Fungsi Kawasan ... 56
Gambar 3. 43 Konsep Sirkulasi Kawasan ... 57
Gambar 3. 44 Konsep Bentukkan Massa ... 58
Gambar 3. 45 Konsep RTH ... 59
Gambar 3. 46 Konsep Orientasi Bangunan ... 60
Gambar 7. 1 Floral Deco ... 70
Gambar 7. 2 Streamline Deco ... 70
Gambar 7. 3 Zig zag deco ... 71
Gambar 7. 4 Neo Classicael Deco ... 71
Gambar 7. 5 Hotel Savoy Homann, Bandung ... 71
Gambar 7. 6 Deluxe Room (Tower Wing) ... 73
Gambar 7. 7 Deluxe Room (Millenium Wing) ... 74
Gambar 7. 8 Executive Room ... 75
Gambar 7. 9 Junior Suite Room ... 76
Gambar 7. 10 Homann Suite Room ... 77
Gambar 7. 11 Hotel 101 Suryakencana, Bogor... 78
Gambar 7. 12 Inteior Bangunan ... 79
Gambar 7. 13 Bangunan bersejarah di sekitar kawasan hotel ... 79
Gambar 7. 14 Deluxe Balcony Roonm ... 80
Gambar 7. 15 Deluxe Room ... 80
Gambar 7. 16 Executive Suite Room ... 80
Gambar 7. 17 View dari kamar Hotel ... 81
Gambar 7. 18 Interior Hotel Casa del Rio ... 81
Gambar 7. 19 Bangunan di sekitar Hotel ... 83
Gambar 7. 20 Struktur Organisasi Pengelola Hotel ... 89
Gambar 7. 21 Analisa View ... 90
Gambar 7. 22 Analisa Kebisingan ... 91
Gambar 7. 23 Analisa Sirkulasi Kawasan ... 92
Gambar 7. 24 Plaza ... 92
Gambar 7. 25 Promanade ... 92
Gambar 7. 26 Konsep Bentukkan Massa ... 98
Gambar 7. 27 Konsep Orientasi Bangunan ... 99
Gambar 7. 28 (kanan) Hotel Preanger dan (kiri) Vila Isola, Bandung ... 100
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Penilaian Rumah Manager ... 31
Tabel 2 Penilaian Kantor Distik ... 32
Tabel 3 Penilaian Rumah Staff ... 33
Tabel 4 Penilaian Gedung Gudang Minyak ... 34
Tabel 5 Penilaian Pos Security... 35
Tabel 6 Penilian Gudang Pupuk Kayu ... 36
Tabel 7 Penilaian Taman Kanak-kanak ... 37
Tabel 8 Penilaian Pohon Beringin ... 38
Tabel 9 Penilaian Pohon yang membentuk vista ... 39
Tabel 10 Analisa Peletakkan Bangunan ... 48
Tabel 11 Analisa kebisingan yang disebabkan bangunan disekitar kawasan ... 49
Tabel 12 Analisa kebisingan yang disebabkan oleh bangunan di dalam kawasan ... 50
Tabel 13 Analisa View Kawasan ... 51
Tabel 14 Analisa sirkulasi kawasan ... 52
Tabel 15 Zoning Fungsi Kawasam ... 54
Tabel 16 Jumlah Kamar di Hotel Casa del Rio, Melaka ... 82
ABSTRAK
Medan merupakan salah satu kota di Indonesia dengan berbagai potensi kekayaan alam dan sumberdaya manusia, potensi kekayaan alam tersebut diantaranya adalah banyaknya industri perkebunan yang berdiri dikota Medan, salah satunya industri perkebunan Tembakau Deli.
Salah satu pabrik tembakau di Kota Medan adalah Pemeraman Tembakau Eks PTPN II yang sudah tidak digunakan lagi, atau dapat diakatakan terbengkalai. Pabrik ini memiliki luas 8,2 Ha, dan memiliki beberapa bangunan yang masih kokoh dan memiliki nilai historis yang tinggi salah satunya adalah bangunan pemeraman tembakau, gudang minyak, dan rumah manager. Bangunan ini sebenarnya masih bisa digunakan kembali. Oleh karena itu, untuk menghidupkan kembali kawasan pabrik ini, diperlukan pengalih fungsian dan merevitalisasi bangunan-bangunan tersebut.
Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli dipilih untuk merevitalisasi kawasan ini karena, selain dapat menghidupkan kembali kawasan ini, pengunjung yang datang dapat berwisata serta dapat belajar mengenai sejarah tembakau dan proses pembuatannya. Salah satu fungsi yang mendukung Kawasan Wisata Tembakau Deli adalah adanya sebuah hotel. Fungsi dari hotel ini adalah menyediakan akomodasi penginap di kawasan agar pengunjung dapat menginap dan menikmati lebih lama kawasan tersebut. Arsitektur kontekstual Art Deco diterapkan pada bangunan, agar kontekstual dengan bangunan eksisting. Diharapkan dengan penyelesaian arsitektur yang diterapkan dapat membangkitkan kembali minat masyarakat untuk berkunjung dan belajar mengenai sejarah tembakau deli.
ABSTRACT
Medan is the one of the cities in Indonesia with a variety of potential natural wealth and human resources.The natural richness of which is the number of indusrial estates were estabilished in the city of Medan, one of them is Perkebunan Tembakau Deli.
One of tobacco factory in Medan is Pemeraman Temabakau Eks. PTPN II who had not used and neglected. Area of this factory is 8,2 Ha. This factory has a building that is still strong and has a high historical value. They are curring tobacco, manager‟s house, and oil warehouse, the building can still be used. That‟s why, to revive the region, required the transfer of function and revitalization of buildings.
Kawasa Wisata Sejarah Tembakau Deli is choosen to revitalize this area. Because in addition to revive this area, visitors who came to be traveled and learned about history of Deli Tobacco and the manufacturing process. One of te function in Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli is Hotel. The function of this hotel is to provide lodging accommodations in this area so the visitors can stay longer and enjoy the region. Architecture contextual Art Deco is applied to the building, in oerder to the new building can context to the old building. Expected with the completion of architectural palnning is applied can revive public interest to visit and learn about history of tobacco deli
ABSTRAK
Medan merupakan salah satu kota di Indonesia dengan berbagai potensi kekayaan alam dan sumberdaya manusia, potensi kekayaan alam tersebut diantaranya adalah banyaknya industri perkebunan yang berdiri dikota Medan, salah satunya industri perkebunan Tembakau Deli.
Salah satu pabrik tembakau di Kota Medan adalah Pemeraman Tembakau Eks PTPN II yang sudah tidak digunakan lagi, atau dapat diakatakan terbengkalai. Pabrik ini memiliki luas 8,2 Ha, dan memiliki beberapa bangunan yang masih kokoh dan memiliki nilai historis yang tinggi salah satunya adalah bangunan pemeraman tembakau, gudang minyak, dan rumah manager. Bangunan ini sebenarnya masih bisa digunakan kembali. Oleh karena itu, untuk menghidupkan kembali kawasan pabrik ini, diperlukan pengalih fungsian dan merevitalisasi bangunan-bangunan tersebut.
Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli dipilih untuk merevitalisasi kawasan ini karena, selain dapat menghidupkan kembali kawasan ini, pengunjung yang datang dapat berwisata serta dapat belajar mengenai sejarah tembakau dan proses pembuatannya. Salah satu fungsi yang mendukung Kawasan Wisata Tembakau Deli adalah adanya sebuah hotel. Fungsi dari hotel ini adalah menyediakan akomodasi penginap di kawasan agar pengunjung dapat menginap dan menikmati lebih lama kawasan tersebut. Arsitektur kontekstual Art Deco diterapkan pada bangunan, agar kontekstual dengan bangunan eksisting. Diharapkan dengan penyelesaian arsitektur yang diterapkan dapat membangkitkan kembali minat masyarakat untuk berkunjung dan belajar mengenai sejarah tembakau deli.
ABSTRACT
Medan is the one of the cities in Indonesia with a variety of potential natural wealth and human resources.The natural richness of which is the number of indusrial estates were estabilished in the city of Medan, one of them is Perkebunan Tembakau Deli.
One of tobacco factory in Medan is Pemeraman Temabakau Eks. PTPN II who had not used and neglected. Area of this factory is 8,2 Ha. This factory has a building that is still strong and has a high historical value. They are curring tobacco, manager‟s house, and oil warehouse, the building can still be used. That‟s why, to revive the region, required the transfer of function and revitalization of buildings.
Kawasa Wisata Sejarah Tembakau Deli is choosen to revitalize this area. Because in addition to revive this area, visitors who came to be traveled and learned about history of Deli Tobacco and the manufacturing process. One of te function in Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli is Hotel. The function of this hotel is to provide lodging accommodations in this area so the visitors can stay longer and enjoy the region. Architecture contextual Art Deco is applied to the building, in oerder to the new building can context to the old building. Expected with the completion of architectural palnning is applied can revive public interest to visit and learn about history of tobacco deli
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Medan merupakan salah satu kota di Indonesia dengan berbagai potensi
kekayaan alam dan sumberdaya manusia, potensi kekayaan alam tersebut
diantaranya adalah banyaknya industri perkebunan yang berdiri dikota Medan,
salah satunya adalah industri perkebunan Tembakau Deli. Pada masa
Hindia-Belanda Kota Medan, lebih dikenal dengan Kota Deli dan perkebunan
tembakaunya yang luas dan hasil termbakau terbaik di dunai.
Banyaknya bangunan bersejarah di Kota Medan, tidak serta merta dengan
penanganan dan perawatan yang akif dilakukan, padahal upaya perlindungan
terhadap bangunan/kawasan bersejarah di Kota Medan sudah dilakukan oleh
Pemerintah Kota Medan dengan menerbitkan Perda Nomor 6 Tahun 1988 tentang
Pelestarian Bangunan dan Lingkungan yang Bernilai Sejarah, Arsitektur,
Kepurbakalaan, serta Penghijauan dalam Daerah Kota Medan.
Salah satu upaya yang harus di lakukan adalah revitalisasi yang bertujuan
untuk mengembalikan suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah
vital/hidup, kemudian mengalami kemunduran/degradasi.
Salah satu kawasan sejarah di Kota Medan, yang perlu untuk direvitalisasi
adalah Kawasan Pemeraman tembakau Eks.PTPN II Medan, kawasan ini dulunya
digunakan sebagai kawasan pengolahan tembakau Deli. Namun sekarang,
kawasan ini sudah tidak digunakan lagi untuk pengolahan tembakau, hanya tersisa
dihidupkan kembali, untuk tetap menjaga kelestarian bangunan bersejarah di Kota
Medan, salah satunya adalah dengan perancangan kawasan Wisata Sejarah
Tembakau Deli.
Perancangan Kawasan Wisata Tembakau Deli ini bertujuan untuk
menghidupkan kembali bangunan bersejarah yang sudah lama dinonaktifkan dan
juga untuk membuka kembali wawasan masyarakat maupun investor agar tetap
mencintai sejarah kotanya sendiri. Sebab sekarang ini, masyarakat sudah mulai
melupakan sejarah Kota Medan.
Akomodasi penginapan di Kawasan Wisata Sejarh Tembakau Deli juga
diperlukan, agar masyarakat dapat menginap dan berwisata lebih lama di dalam
kawasan. Terlebih lagi lokasi perancangan yang sangat strategis dekat dengan
Pelabuhan Belawan, dimana banyak pendatang dari luar Sumatera Utara yang
ingin ke medan dan sekitarnya akan melewati lokasi tersebut bila menggunakan
kapal laut ataupun sebaliknya.
Sehingga pengunjung yang ingin berpergian melalui Belawan, ataupun
masyarakat yang ingin berlibur namun tetap berada di dalam Kota Medan, dapat
datang ke Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli ataupun menginap di hotel
kawasan tersebut. Selain dapat berlibur masyarakat juga dapat berwisata sejarah di
I.III Sistematika Pembahasan
Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai
berikut :
BAB I Pendahuluan
Menjelaskan secara garis besar yang menjadi dasar perumusan perancangan yang
meliputi : latar belakang, kerangka berpikir, dan sistematika pembahasan.
BAB II Isu Kawasan
Menjelaskan tentang dasar proses perancangan kawasan yang meliputi : rumusan
maslaah, maksud dan tujuan, dan metode
BAB III Deskripsi Perancangan
Berisi tentang pembahasan mengenai terminologi judul, tema, studi banding, data,
analisa, dan konsep mengenai kawasan
BAB IV Hasil Perancangan
Merupkan hasil gambar rancangan arsitektur Master Plan
BAB V Pengantar Fungsi
Menjelaskan tentang pengantar fungsi indivu yang berawal dari kawasan
BAB VI Hotel diKawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli
Menjelaskan tentang dasar proses perancangan fungsi yang meliputi : rumusan
maslaah, maksud dan tujuan, dan metode
BAB VII Deskripsi Hotel di Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli
Berisi tentang pembahasan mengenai terminologi judul, tema, studi banding, data,
analisa, dan konsep mengenai kawasan
BAB VIII Hasil Perancangan
Merupakan hasil gambarr rancangan arsitektur fungsi
BAB IX Kesimpulan
BAB II
ISU KAWASAN WISATA SEJARAH TEMBAKAU DELI
II.I Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam perencanaan proyek Kawasan Wisata Sejarah
Tembakau Deli Medan Sumatera Utara ini adalah :
1. Bagaimana merancang suatu kawasan agar terbentuk satu kesatuan.
2. Bagaimana menentukan lokasi yang sesuai untuk dapat mewujudkan
rancangan bangunan yang memuat kegiatan-kegiatan yang diinginkan.
3. Bagaimana pengolahan ruang dalam satu kawasan yang saling berintegrasi
antar berbagai fungsi dengan kegiatan yang berbeda.
4. Bagaimana menerapkan tema arsitektur kontekstual dalam rancangan master
plan kawasan lokasi proyek.
5. Bagaimana merencanakan sirkulasi pencapaian/aksebilitas yang mudah untuk
dilalui berbagai transportasi dan pejalan kaki.
II.II Maksud dan Tujuan
Studi dalam tugas ini adalah untuk memberikan dasar – dasar pengembangan
konsep – konsep perencanaan dan perancangan Kawasan Wisata Tembakau Deli,
Medan, yaitu:
1. Merevitalisasi kawasan bersejrah yang sudah tidak digunakan
2. Memanfaatkan lahan kosong secara efektif.
3. Menciptakan tenaga kerja.
5. Meningkatkan pendapatan daerah melalui pajak sehingga menambah
devisa negara melalui sektor non migas.
6. Menyediakan Kawasan Wisata Edukasi bagi Masyarakat Kota Medan,
dalam bidang Pengelohan dan Sejarah Tembakau Deli.
II.III Metode
II.III.IPendekatan Masalah
Untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang akan dihadapi dalam proses
perencanaan dan perancanggan Kawasan maka dapat dilakukan beberapa
pendekatan desain antara lain:
1. Studi literature dari berbagai sumber pustaka yang berkaitan dengan
perancangan dan perencanaan Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli
2. Studi banding tema sejenis
3. Studi lapangan yang dilakukan dengan survey langsung ke lokasi tapak
yang direncanakan untuk melihat kondisi sektar tapak dan lingkungan fisik
yang berhubungan dengan kasus perancanggan
4. Wawancara dengan berbagai pihak yang berhubungan dengan proses
perancangan dan perencanaan Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli
II.III.II Asumsi
Asumsi digunakan dalam menentukkan sejauh mana kajian yang akan dilakukan.
Asumsi dalam perancnagan ini adalah :
1. Kawasan difungsikan sebagai Kawasan Wisata Buatan.
2. Salah satu Kawasan yang menjadi titik revitalisasi oleh Pemerintah
4. Kondisi fisik sungai Deli dalam keadaan baik, bersih dan jernih
5. Zona tengah Kawasan adalah Plaza
6. Faktor pembiayaan, terkait dengan faktor kepemilikan. Dalam hal ini,
pemilik proyek diasumsikan pihak pemerintah daerah Kota Medan yang
telah dijual kepada pihak swasta.
II.III.III Lingkup dan Batasan Perancangan
Adapun batasan dan lingkup kajian perencanaan proyek ini bagaimana
mengembangkan berbagai konsep dalam merencanakan dan merancang sebuah
kawasan, yaitu;
1. Perancangan sarana rekreasi yang terintegrasi dengan fungsi fungsi di
dalamnya
2. Perancangan sarana pendukung lainnya selain pusat rekreasi yang dapat
memungkinkan.
3. Masalah sosial, budaya dan ekonomi dalam kasus ini tidak dibahas secara
mendalam
4.
Pembahasan dibatasi pada masalah-masalah yang berada dalam lingkupdisiplin ilmu arsitektur, sedangkan hal-hal diluar pemikiran arsitektur
apabila dianggap berperan dalam menemukan faktor-faktor perencanaan
akan diusahakan untuk membahasnya dengan asumsi-asumsi,
pemikiran-pemikiran, studi banding pada bangunan sejenis dengan melihat
perkembangan teknologi serta menggunakan logika sederhana sesuai
BAB III
DESKRIPSI PERANCANGAN
III.I Judul
Terminologi judul adalah pembahasan mengenai pengertian dan makna
dari sebuah kata judul agar bisa dipahami tujuan ataupun sasarannya.
Adapun judul dari kasus Perancangan Arsitektur VI ini adalah “Kawasan
Wisata Sejarah Tembakau Deli”.Berikut merupakan penjelasan terhadap judul
kasus:
• Kawasan wisata adalah suatu tempat atau keadaan alam yang memiliki
sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga
mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi
wisatawan (SK. MENPARPOSTEL No.: KM. 98 / PW.102 / MPPT-87).
• Sejarah adalah bentuk penggambaran pengalaman kolektif di masa lalu,
dan pengungkapannya dapat dilakukan melalui aktualisasi dan penetasan
pengalaman masa lalu (Sartono Kartodirjo).
• Tembakau Deli adalah tembakau terbaik yang terkenal hingga tingkat
mancanegara dengan masa kejayaan pada abad ke-19(Departemen
Pertanian, 1994).
Berdasarkan pengertian di atas maka Kawasan Wisata Sejarah Tembakau
Deli adalah suatu kawasanyang bertujuan untuk menghidupkan kembali sumber
daya wisata berupa nilai historis Tembakau Deli dengan wujud kegiatan
III.II Tema
III.III.I Pengertian Arsitektur Kontekstual
Arsitektur Kontekstual berasal dari kata “Arsitektur” dan “Kontekstual” yang
memiliki pengertian sebagai berikut :
a. Arsitektur
“Arsitektur adalah seni dan keteknikan bangunan, digunakan untuk
memenuhi keinginan praktis dan ekspresif dari manusia-manusia
beradab.”Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan
dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya
tersebut sebagai karya seni. (mengutip Vitruvius, De Arhcitectura)
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang
lebih luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan lingkungan binaan, mulai
dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, lansekap, hingga
ke level mikro yaitu desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk
kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
b. Kontekstual
Kontekstual berarti sebuah situasi yang tidak memungkinkan sebuah
objek ada di satu tempat tanpa mengindahkan objek-objek yang sudah ada di
tempat itu lebih dahulu. Perancangan kontekstual memusatkan perhatian utama
pada karakteristik objek-objek yang sudah ada tersebut pada objek yang akan
dibuat. (menurut Agus Dharma) Kontekstualisme dalam arsitektur dan
perancangan kota merupakan salah satu reaksi yang melawan prinsip-prinsip
pemikiran yang mempertimbangkan konteks sebagai unsur pendekatan disain
baru. Sebenarnya kontekstualisme mempunyai arti lebih spesifik dari itu sehingga
bisa dikatakan bangunan kontekstual tidak berdiri sendiri yang bisa berteriak
"Lihatlah aku!" (Bob Cowherd, 1993).
Pendekatan desain arsitektur yang kontekstual dapat dilakukan dengan berbagai
aspek.
Pendekatan kontekstualisme melalui komposisi.
Pendekatan kontekstualisme melalui kelanggengan.
Pendekatan kontekstualisme melalui struktur formal internal
Pendekatan kontekstualisme melalui penjajaran reason dan memory
Pendekatan kontekstualisme melalui type-image.
Pendekatan kontekstualisme melalui style.
Pendekatan kontekstualisme melalui regionalism.
c. Penerapan kontektual dalam judul proyek
Kontekstual pada aspek fisik, dapat dilakukan dengan cara :
Mengambil motif-motif desain setempat :
misalnya bentuk massa, pola atau irama bukaan, dan ornamen desain pada
kawasan Kesawan. Seperti bentuk :
Geometri : Berdasarkan standar geometri atau bentuk. Misalnya bentuk
persegi, bulat, segitiga, kubus dll.
Kompleksitas : Derajat kesederhanaan atau daya tarik bangunan tersebut.
Terbagi atas 2:
- Bentuk kompleks = iregular
Orientasi : Berdasarkan hubungan bentuk secara vertikal maupun
horizontal
Menggunakan bentuk-bentuk dasar yang sama
Adapun dalam pengambilan bentuk dasar yang sama tetap melalui proses
pengaturan kembali sehingga memiliki tampak yang berbeda.
Memiliki efek visual yang sama
Yakni dalam melakukan pencarian bentuk-bentuk baru dalam mendisain tetap
memiliki efek visual yang sama atau mendekati yang lama.
Mengabstraksi bentuk-bentuk asli (kontras)
Dalam arsitektur kontekstual hubungan yang simpatik tidak selalu ditunjukkan
dengan desain harmonis yang biasanya dicapai dengan penggunaan kembali
elemen desain yang dominan yang terdapat pada bangunan lama. Hubungan yang
harmonis tersebut bisa dicapai dengan solusi desain yang kontras. Bentuk-bentuk
asli pada bangunan lama tidak digunakan langsung, namun bisa diabstraksikan ke
dalam bentuk baru yang berbeda.
d. Studi Banding Tema Sejenis
East Wing, National Gallery
Lokasi : Washington, D.C.
Arsitek : I. M. Pei
Galeri East Wing merupakan galeri dengan benda-benda peninggalan patung dan
kesenian di kota yang dianggap suci serta merawat dan memperbaiki peninggalan
dinding, serta kaca sebagai material bukaan gedung. Tapak berada di persilangan
antara dua jalan, yaitu Pennsylvania dan Constitutions. Tapak berbentuk
trapesium, diselesaikan dengan membagi bentuk trapesium menjadi dua buah
segitiga dengan menarik garis diagonal. Hal ini dilakukan untuk mengelompokkan
plan berdasarkan kegiatannya.
Pembentukan ruang didasarkan pada grid yang berbentuk segitiga. Konsep
geometri bentuk dasar segitiga tidak hanya diterapkan pada pembentukan massa
bangunan tetapi juga interior ruang dalamnya.
Pyramide du Louvre
Lokasi : Paris, Prancis
Arsitek : I.M. Pei
Gambar 3. 1 East Wing, National Gallery
Pyramide du Louvre merupakan
sebuah museum dengan bentuk
piramida, terdapat tiga piramida
kecil yang mengelilingi piramida
utama. Piramida Utama
merupakan pintu masuk utama ke
museum. Ketinggian dari piramida ini mencapai 20,6 m dengan bagian dasar
memiliki panjang sisi 35 m. Tersusun atas 603 kaca belah ketupat dan 70 kaca
segitiga. Lobi bawah tanah dibangun sebagai pintu masuk utama. Pengunjung
yang masuk melalui Pyramide du Louvre akan memasuki lobi kemudian naik ke
bangunan utamanya. Sebagian orang menganggap museum ini sangat kontras
dengan bangunan di sekitarnya yang berlanggam arsitektur klasik. Namun
sebagian orang berpendapat bahwa Pyramide du Louvre kontras sebagai
penggabung antara bangunan lama dan baru.
Ponte Vecchio, Florence, Italia
Lokasi : Florence, Italia
Salah satu pendekatan yang dapat
dilakukan dalam konteks
arsitektur kontekstual adalah
mengambil motif-motif desain
setempat, seperti bentuk massa,
pola atau irama bukaan, dan
ornamen desain yang digunakan. Rumah-rumah Ponte Vecchio di Florence, Italia,
Gambar 3. 3 Pyramide du Lourve, Prancis
merupakan bangunan baru yang mengadaptasi gaya Renaisans yang ingin
menggantikan bangunan lama yang hancur saat Perang Dunia ke-2. Kontinuitas
visual terlihat dari bentuk massa dan irama bukaan atau jendela.
Tanggapan : Penerapan elemen-elemen bangunan lama pada desainnya
merupakan wujud dari kekontekstualan yang dibuat oleh arsitek. Dengan
pendekatan arsitektur kontekstual yang harmonis, nilai-nilai bangunan lama yang
pernah ada kembali dimunculkan secara visual pada bangunan baru.
III.III Studi Banding
Kota Tua Jakarta
Kota Tua Jakarta juga dikenal dengan sebutan Batavia Lama (Oud
Batavia). Kota Tua Jakarta atau yang akrab disebut Kota Tua adalah sebuah
wilayah kecil di Jakarta yang memiliki luas 1,3 kilometer persegi yang melintasi
Jakarta Utara dan Jakarta Barat, mencakup daerah Pinangsia, Taman Sari dan Roa
Malaka. Jakarta memiliki sejarah panjang, dimulai dari kawasan yang sekarang
disebut Kotatua, bercikal bakal Pelabuhan Jayakarta dibawah kerajaan Banten,
dengan bentuk, pola dan arsitektur-nya, merupakan hasil dari proses sejarah,
politik dan pemerintahan didukung oleh letaknya yang strategis di Nusantara,
bahkan di Asia Tenggara. (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Dr. Ing. H. Fauzi
Bowo, Desember 2007). Kawasan Kota Tua Jakarta terkenal sebagai salah satu
tempat wisata di Jakarta.
Pada abad ke-18, kawasan ini adalah pusat kota Batavia. Pada masa itu, bangunan
yang sekarang menjadi museum sejarah Jakarta adalah Balai Kota.Kini,
bangunan-bangunan tua peninggalan jaman Belanda menjadi daya tarik utama
Kota Tua.Bangunan-bangunan ini dipertahankan sebagai cagar budaya. Kawasan
Kota Tua Jakarta adalah lokasi yang sangat popular untuk berwisata juga sering
digunakan sebagai tempat pemotretan dan loksi syuting film. Kondisi sebagian
besar bangunan di Kota Tua memang tampak kuno, karena pemerintah sengaja
membiarkan bangunan-bangunan itu sesuai aslinya.Akan tetapi, beberapa
bangunan tampak memprihatinkan. Beberapa bangunan di kawasan Kota Tua
tampak rapuh dan tidak aman bagi wisatawan dan juga penduduk yang berada di
sekitar wilayah itu.Kota Tua Jakarta merupakan sebuah kawasan yang masih
kental unsur sejarah dan budaya baik itu peninggalan Belanda maupun China.
Wilayah Kota Tua ini telah resmi dijadikan sebagai situs warisan oleh Gubernur
Jakarta Ali Sadikin pada tahun 1972. Peresmian Kota Tua sebagai situs budaya
Arsitektur bangunan yang berada di kawasan ini memang sangat melegenda dan
kental dengan nuansa Belanda.
Ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan di Kota Tua. Pengunjung yang
datang tak hanya bisa menikmati sejarah serta arsitektur kota tempo dulu. Banyak
penjual jasa yang menawarkan „suasana‟ bak Jakarta tempo dulu dengan
menyewakan sepeda ontel atau kostum menyerupai orang-orang Belanda seperti
baju atau topi.Tak hanya itu, Kota Tua merupakan tempat yang bagus untuk
berfoto, apalagi di malam hari.Selain karena arsitektur bangunannya yang sangat
bersejarah, pemandangan Kota Tua di malam hari dengan lampu-lampu khas
Belanda menambah suasana romantis.Selain menjadi tempat wisata, kawasan
Kota Tua juga sering menjadi tempat digelarnya berbagai festival budaya.
Revitalisasi Kota Tua Jakarta memiliki visi “Terciptanya kawasan
bersejarah Kota Tua Jakarta sebagai daerah tujuan wisata budaya yang
mengangkat nilai pelestarian dan memiliki manfaat ekonomi yang tinggi”. Hal ini
menunjukkan Jakarta ingin menghidupkan kawasan bersejarahnya sebagai
pariwisata yang diandalkan.
Kawasan yang telah dilakukan revitalisasi adalah sekitar kawasan Taman
Beos, Kawasan Museum Fatahillah, Museum Bahari, Meuseum dan Menara
Syahbadar, Kawasan Kali Besar, cafe Galangan dan Restoran Padang. Untuk
upaya revitalisasi yang menyeluruh hal yang perlu dilakukan adalah:
1. Pengembangan kawasan revitalisasi di Kota Tua Jakarta yang
berkelanjutan yaitu mengembangankan wilayah revitalisasi ke beberapa
titik zona sekitar area yang telah dilakukan revitalisasi dan dapat
dimanfaatkan sebagai obyek wisata budaya.
2. Perbaikan-perbaikan bangunan dan sarana prasarana yang ada di dalam
kawasan revitalisasi yang mengalami kerusakan atau butuh percepatan
dalam penanganan harus sesegera mungkin untuk dilakukan perbaikan
sehingga tidak terjadi kerusakan atau hancurnya bangunan ataupun sarana
yang telah dilakukan sebelumnya.
3. Perbaikan dan merencanakan akses-akses yang jelas atar titik pusat
pengembangan perlu dilakukan, sehingga pencapaian pengunjung akan
lebih mudah. Akses tersebut dapat berupa pedestrian untuk pejalan kaki
dengan tujuan agar pengendara motor tidak dapat melewati area tersebut.
4. Penyediaan kantong-kantong parkir yang tidak memanfaatkan badan atau
sisi bangunan tua sehingga tidak menggangu keberadaan bangunan
5. Penataan kembali pedagang kaki lima agar tidak memanfaatkan sisi
bangunan untuk berjualan, dan tidak terkesan kumuh dan semrawut.
6. Tindakan dan program yang tegas dari pihak pemerintah untuk
memelihara, mengatur dan mengembangkan kawasan Kota Tua sebagai
kawasan heritage dan juga sebagai kawasan wisata budaya, dan juga
adanya kerjasama dengan berbagai pihak yang konsen ke kawasan Kota
Tua.
Kawasan Wisata Sejarah Pasir Salak, Malaysia
Kawasan Wisata Sejarah Pasir Salak adalah kompleks bangunan
tradisional Melayu yang membentang di sepanjang Sungai Perak sekitar 50
kilometer selatan dari Ipoh.
a. Sejarah
Pasir Salak merupakan wujud pemberontakan
orang Melayu terhadap kekejaman Residen Inggris
yang pertama, J.W.W.Birch. Setelah J.W.W.Birch
meninggal karena pembunuhan yang dilakukan
oleh orang-orang Melayu di sana, Si Puntum dan
Dato Sri Maharajalela selaku pemimpin
pemberontakan saat itu dijatuhi hukuman mati oleh pihak Inggris. Sejak saat itu,
masyarakat melayu mengangkat Si Puntum dan Dato Maharaja Lela sebagai
pahlawan Melayu dan Pasir Salak dianggap sebagai salah satu tempat bersejarah.
Atas inisatif yang diambil oleh Kerajaan Negeri untuk menjaga warisan
bersejarah, Pasir Salakdibuka untuk memberi kemudahan kepada wisatawan yang
ingin menginap sambil menikmati kawasan-kawasan bersejarah di Pasir
Salak.Kompleks ini secara resmi dibuka untuk umum pada tahun 2004.
b. Fasilitas
- Terowongan Waktu
Daya tarik
utama di
Kawasan Wisata
Sejarah Pasir
Gambar 3. 8 Mr, JWW Brich
Salak adalah Terowongan Waktu. Terdiri atas bangunan tradisional Melayu
dengan serangkaian diorama yang diatur dalam urutan kronologis, yang
menggambarkan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Melayu dan Malaysia
dimulai dengan peristiwa Kuala Selingsing. Gedung ini juga memamerkan banyak
koleksi keris.
- Menara jam
- Belotah (panggung tarian panen)
- Lela Rentaka (sejenis meriam yang digunakan oleh orang Melayu)
- Rumah Kutai
- Masjid kayu
- Resort hotel
RESORT AND HOTEL
III.IV Data
Pemilihan lokasi site berdasarkan pada :
a. Letak site sangat strategis untuk dijadikan kawasan wisata.
b. Potensi yang ada pada site sangat besar. Baik dari segi historis dan
topografinya.
c. Eks Pemeraman Tembakau yang merupakan lahan tidur dapat
dimanfaatkan kembali dalam upaya membangkitkan nilai sejarah
Tembakau Deli dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
III.IV.I Data Umum Lokasi Perancangan
Letak geografis site adalah sebagai berikut :
Lokasi : Desa Helvetia Kec. Labuhan Deli Kab. Deli
Serdang Sumatera Utara
Nama Kawasan : Desa Helvetia
Tipe Kawasan : Pemukiman, Perkebunan
Luas Kawasan : 8,2 Ha
Luas Wilayah : 1027 Ha
Batas Wilayah :
a. Selatan : Kelurahan Karang Berombak, Medan.
b. Utara : Desa Manunggal Labuhan Deli.
c. Timur : Kel. Tanjung Mulia dan Pulo Brayan Medan.
d. Barat : Desa Helvetia Sunggal dan Kelambir Lima
Iklim : Suhu udara berkisar antara 25º - 33ºC dengan
curah hujan 30mm/tahun
Lokasi Site
Lokasi : Desa Helvetia Kec. Labuhan Deli Kab. Deli
Serdang Sumatera Utara
Luas Area : ± 8,2 Ha
Kasus Perancangan : Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli
Status Perancangan : Fiktif
Kontur Lahan : Datar
Batas Site :
a. Selatan : Jalan Karya dan Karya Ujung
b. Utara : Jalan Helvetia by Pass.
c. Timur : Sungai Deli.
III.IV.II Sejarah Eks Pemeraman Tembakau PTPN II
Perkebunan memiliki banyak arti yang berbeda tergantung berdasarkan
fungsi, pengelolaan, jenis tanaman, dan produk yang dihasilkan perkebunan
tersebut. Berdasarkan fungsinya sendiri perkebunan dapat diartikan sebagai usaha
untuk menciptakan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan dan devisa
negara, dan pemeliharaan kelestarian sumber daya alam (Murdiyati, 2010).
Tembakau merupakan salah satu hasil bumi yang memiliki arti penting di
Indonesia dikarenakan penjualan tembakau itu sendiri dapat dipergunakan sebagai
sumber devisa dan pendapatan negara dalam aktivitas ekonomi dan cukup banyak
menyerap tenaga kerja.
Indonesia memiliki berbagai macam tembakau dengan mutu-mutu yang
terbaik.Salah satu nya tembakau yang terkenal di pasar internasional adalah
tembakau Deli yang berasal dari salah satu negara di Indonesia yakni Sumatera
Utara. Tembakau deli merupakan tembakau terbaik dibandingkan
tembakau-tembakau daerah lain, bahkan hal ini sudah terkenal hingga mancanegara.
(Departemen Pertanian, 1994).
Tembakau ditanam untuk pertama kalinya di Tanah Deli oleh pegawai
Belanda yang bernama Jacobus Nienhuyspada tahun 1864. Ternyata, tembakau
Deli menunjukkan prospek yang baik.Pada bulan Maret 1869, contoh daun
tembakau Deli yang pertama tiba di Rotterdam, Belanda. Sambutan para
pedagang tembakau atas daun tembakau Deli sangat memuaskan, karena kualitas
Keberhasilan ini mendorong berdirinya perusahaan tembakau yang diberi
namaDeli Maatscappij (Deli Company). Dalam waktu singkat, pohon-pohon di
hutan ditebang untuk menyiapkan lahan dan banyak kebun tembakau didirikan.
Setelah berdirinya Deli Maatschappij, pada tahun 1875 berdiri pula
perusahaan Deli Batavia Maatschappij, Tabak Mij Arendburg tahun 1877 dan
Senembah Mij pada tahun 1889, serta banyak perusahaan tembakau lainnya.
Hingga tahun 1889, telah tercatat 170 buah perkebunan besar maupun
kecil.Ke-170 perkebunan tersebut tersebar pada wilayah Siak, Asahan, Serdang, Deli dan
Langkat.
Tetapi kemudian jumlah perkebunan semakin tahun semakin
menyusut.Beberapa perkebunan tidak dapat bertahan dalam persaingan dengan
perkebunan-perkebunan yang berada pada tanah yang baik, yaitu
tanah-tanah yang terletak di antara dua sungai besar, Sungai Ular (Serdang) dan Sungai
Wampu (Langkat).Di luar kawasan itu, satu per satu perusahaan gulung tikar dan
mengalihkan usahanya pada budidaya lainnya, seperti kelapa sawit atau karet
karena tanahnya tidak cocok untuk tanaman tembakau.
Tembakau Deli sendiri di produksi dan di proses di sebuah perkebunan
milik Negara yakni PT. Perkebunan
Gambar 3. 12 Gedung Pemeraman Tembakau pada tahun 1980-an
Nusantara II (PTPN II), Medan, Sumatera Utara. Kebun Helvetia dibuka pada
tahun 1869 yang diusahakan oleh pemerintah Belanda dengan nama Perusahaan
Deli Maatschappij. Pada masa sebelum kemerdekaan Indonesia, Perusahaan ini
lebih dikuasai oleh pihak Belanda sepenuhnya. PT. Perkebunan Nusantara II
kebun Helvetia merupakan salah satu dari 22 unit perusahaan perkebunan milik
PT. Perkebunan Nusantara II dimana pada awal tahun 2008 terjadi penggabungan
antara kebun Kelambir Lima dengan
kebun Helvetia yang diharapkan dapat meningkatkan efisien dan efektivitas
kinerja BUMN dan Pemerintah.
Pada Tahun 1958 Pemerintah Republik Indonesia mengambil alih
Perusahaan dan diberi nama PPN BARU (Pusat Perkebunan Negara Baru). PT.
Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia ini sendiri terletak di Kabupaten Deli
Serdang.Kebun Helvetia terletak di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Hamparan
Perak dan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang. Dan juga kebun ini terdiri dari
HGU (Hak Guna Usaha) nomor : 111 dan 102 dengan luas lahan seluruhnya
3.372,76 Ha. Kebun Helvetia adalah salah satu kebun tembakau yang tetap
dipertahankan keberadaannya disebabkan oleh faktor produktivitas yang dinilai
masih tinggi guna menutupi tingginya biaya produksi tembakau Deli.
PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia terdiri dari gedung
fermentasi I unit yang berfungsi untuk memisahkan hasil tembakau yang telah
dikeringkan dan disusun menurut tembakau yang masih bagus daunnya dan yang
PT. Perkebunan Nusantara II lebih memilih melakukan pemasaran ke luar
negeri yaitu Jerman dan Amerika Serikat (AS) dikarenakan Tembakau Deli lebih
populer di pasar Eropa. PT. Perkebunan Nusantara II dinilai telah berhasil
merawat dan mengembangkan mutu tembakau hal ini terbukti dengan diakuinya
mutu tembakau pada lelang di Bremen pada tahun 2007.Mutu yang bagus
membuat harga jual tembakau Deli di pasar lelang memiliki harga yang cukup
tinggi (Portal Indonesia, 2010).
Seiring dengan perkembangan zaman, produksi perkebunan tembakau Deli
semakin menurun.Hal ini disebabkan krisis global yang terjadi di dunia yang
memberikan efek dengan permintaan pasar terhadap cerutu. Dan juga pada tahun
2008, terjadi pembatasan di Negara Eropa yang melarang masyarakat untuk
merokok (Portal Indonesia,2010). Untuk mengantisipasi kerugian yang
disebabkan larangan tersebut pihak manajemen PTPN II lebih memilih melakukan
penjualan di Indonesia (MedanPunya.com,2011). Penjualan tembakau deli yang
dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara II mulai dipasarkan di Indonesia pada
bulan Juni 2011. Disebabkan sebelumnya tembakau masih dikemas di dalam
gedung untuk dipasarkan dipasar Eropa (MedanPunya.com,2011).
Gambar 3. 14 Rumah Manager 1980-an
Penurunan penjualan pada tembakau Deli di pasar Eropa dikarenakan
beberapa factor antara lain:
1. Permintaan yang menurun karena adanya kampanye anti merokok,
“smoking can cause cancer, heart attack, impotency, pregnancy and
embryo disorder”. Kemudian Negara menaikkan cukai cerutunya,
sehingga cerutu menjadi barang mahal.
2. Produsen sengaja menurunkan produksinya sesuai dengan kemampuan
serapan pasar.
3. Bisa juga lingkungan di Negara produsen sendiri, polusi lingkungan,
pemakain areal yang terus menerus, dosis pemupukan dan penggunaan
obat-obatan yang yang tidak tepat dosis, serta iklim yang susah diprediksi
akan sangat mempengaruhi kualitas dari tembakau sendiri disatu pihak,
dipihak pembeli tuntutan akan kualitas makin tinggi.
4. Terpinggirkannya areal-areal yang sesuai dengan tanaman tembakau
karena perkembangan kota (LembagaPendidikan Perkebunan, 2009).
III.IV.III Aspek Fisik Kawasan Eks Pemeraman Tembakau PTPN II
Kawasan Sekitar
Peruntukkan lahan disekitar kawasan Eks PTPN II cukup bervariasi, namun pada
umumnya didominasi oleh perumahan warga dengan ekonomi menengah ke bawah.
Deretan ruko dan pertokoan setinggi lebih dari tiga lantai terdapat pada sisi barat laut
Eksisting Kawasan
Pada kawasan Eks. PTPN II, terdapat beberapa bangunan dengan fungsi; gudang
pemeraman, kantor pengelola, taman kanak-kanak, rumah pekerja, dan gudang
minyal.
Gambar 3. 15 Eksisting Kawasan
Kriteria penilaian bangunan yang dipertahankan / tidak dipertahankan pada
Kawasan Kompleks PTPN II MedanKriteria-kriteria fisik visual, yaitu:
- Eseika, yaitu yang berkaian dengan nilai keindahan arsiekural, khususnya
dalam
- hal penampakkan luar bangunan, yaiu:
- Bentuk (sesuai dengan fungsi bangunannya)
- Srukur (ditonjolkan sebagai nilai esteis)
- Ornamen (mendukung dari gaya arsitektur bangunan)
Kriteria-kriteria fisik visual ;
Keistimewaan, yaitu berkaitan dengan nilai keistimewaan, keunikkan dan
kelangkaan bangunan, adalah;
- Sebagai landmark kawasan
- Kelangkaan bangunan (gaya arsitektur umum, dominan, atau satu-satunya)
- Umur bangunan
- Skala monumental (berdsarkan bangunan dan ruang luar)
- Perletakkan yang menonjol (terhadap lingkungan maupun bangunan di
sekitarnya)
Memperkuat citra kwasan, berkaitan dengan pengaruh kehadiran suatu obyek
terhadap kawasan sekitarnya yang sangat bermakna untuk meningkatkn atau
memperkuat kualitas dan citra lingkungan :
- Sesuai dengan fungsi kawasan
- Kesatuan / kontinuitas
Keaslian bentuk, bberkaitan dengan tingkat perubahan bentuk fisik, baik melalui
penambahan atau pengurangan;
- Jumlah ruang
- Elemen struktur
- Detail / ornament
- Keterwatan, berkaitan dengan kondisi fisik bangunan ;
- Tingkat kerusakkan
- Presentasi sisa bagunan
- Kebersihan
Kriteria – kriteria non fisik
Peran sejarah, berkaitan dengan nilai sejarah yang dimiliki, eristiwa penting yang
mencatat peran ikatan simolis suatu rangkaian sejarah dan babak perkembangan
suatu lokasi, sehingga merujuk pada;
- Sejarah perkembangan arsitektur
- Sejarah perkembangan kota
- Sejarah perjuangan bangsa
- Komersial, berkaitan dengan nilai ekonomi yang berpotensi untuk
dikembangkan, dilihat dari aspek formal dan informal.
- Social budaya, berkaitan dengan nilai social budaya khas kawasan yang
Rumah Manager
Hubungan dengan Gudang Pemeraman
Jenis Kegiatan
Kriteria Bangunan Penilaian Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang
Dibangun atas nama pemerintah Belanda dengan nama Perusahaan Deli Maatschappij
Memiliki akses jalan bawah tanah yang
berhubungan langsung dengan sungai
Struktur dan konstruksi bangunan merupakan arsitektur Belanda
Bangunan bersejarah sebagai ciri khas/penanda padakomplek PTPN II Medan Helvetia
Rumah hunian yang di tempati oleh pemilik kebun yaitu tuan belanda perkebunan tembakau pada masa itu
Secara berkala, rumah ini dihuni oleh manager distrik di setiap pergantian periode kerja
Sebagai tempat beristirahat manajer distrik, tetapi tidak sebagai hunian tetap
Dikelola oleh beberapa penjaga,
termasuk dengan tugas
melayani tamu
Sudah dilakukan beberapa kali renovasi pada bagian interior
Kriteria Fisik-Visual:
Gambar 3. 17 Rumah Manager 1980-an
Kantor Distrik
Hubungan dengan Gudang Pemeraman
Jenis Kegiatan
Kriteria Bangunan Penilaian Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang
Dibangun bukan pada masa Belanda, akan tetap pada saat itu gudang pemeraman tembakau masih aktif digunakan
Berada di depan bangunan gudang pemeraman tembakau
Sebagai tempat administrasi pendistribusian tembakau
.
Belum didirikan pada masa pemerintahan Belanda Setelah beralih ke PTPN II
Medan, kantor ini digunakan untuk mengurus administrasi kantor tembakau
Sudah di non-aktifkan
Kriteria Fisik-Visual:
Rumah Staff
Hubungan dengan Gudang Pemeraman
Jenis Kegiatan
Kriteria Bangunan Penilaian Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang
Dibangun bukan pada masa Belanda, akan tetap pada saat itu gudang pemeraman tembakau masih aktif digunakan
Berada di depan bangunan gudang pemeraman tembakau
Sebagai tempat administrasi pendistribusian tembakau
Belum didirikan pada masa pemerintahan Belanda Setelah beralih ke PTPN II
Medan, rumah ini digunakan sebagai hunian para staff perkebunan
Masih dihuni oleh staff
perkebunan tembakau Kriteria Fisik-Visual: Estetika
Gudang Minyak
Hubungan dengan Gudang Pemeraman
Jenis Kegiatan
Kriteria Bangunan Penilaian Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang
Sebagai akses kegiatan antar-gudang Struktur dan konstruksi massa bangunan
yang sama
Fasade berupa papan kayu
Menyimpan pasokan minyak Menyimpan pasokan minyak yang akan di didistribusikan ke perkebunan tembakau eks pemeraman dan
Gambar 3. 21 Gedung Minyak
Pos Security
Hubungan dengan Gudang Pemeraman
Jenis Kegiatan
Kriteria Bangunan Penilaian Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang
Dibangun pada masa Belanda bersamaan dengan Gudang Pemeraman Tembakau
Sebagai tempat pos bagi penjaga keamanan kebun tembakau pada masa itu
Sebagai tempat pos bagi penjaga keamanan kebun tembakau
Akses melapor bagi para tamu yang mengunjungi kawasan perkebunan
Gudang Pupuk Kayu
Hubungan dengan Gudang Pemeraman Jenis Kegiatan Kriteria Bangunan Penilaian
Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang Sebagai akses kegiatan antar-gudang
Dibangun pada masa Belanda bersamaan dengan Gudang Pemeraman Tembakau
Struktur dan konstruksi massa bangunan yang sama
Fasade berupa papan kayu
Menyimpan pasokan pupuk kayu
Sudah di non-aktifkan Kriteria Fisik-Visual: Estetika
Keistimewaan Memperkuat citra
kawasan Tata letak gudang
eks pemeraman dangudang pupuk kayu
Gambar 3. 23 Gudang Pupuk Kayu
Taman Kanak-Kanak
Hubungan dengan Gudang Pemeraman Jenis Kegiatan Kriteria Bangunan Penilaian
Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang
Beberapa Manager komplek merupakan
alumni di TK ini Di bangun pada tahun 90 an
Adanya aktivitas belajar dan fasilitas bermain pada masa itu
Masih ada aktivitas belajar dan bermain di taman kanak-kanak
Hanya ada kegiatan di pagi hari ketika ada aktivitas taman kanak-kanak
eks Pemeraman dan taman kanak kanak
Tabel 7 Penilaian Taman Kanak-kanak
Pohon Beringin
Hubungan dengan Gudang Pemeraman Jenis Kegiatan Kriteria Bangunan Penilaian
Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang
Sudah ada sejak pertama kali kompleks ini di bangun, sehingga memiliki nilai sejarah
Sebagai salah satu icon Memperkuat citra
kawasan
Gambar 3. 25 Pohon Beringin
Pepohonan
Hubungan dengan Gudang Pemeraman Jenis Kegiatan Kriteria Bangunan Penilaian
Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang
Sudah ada sejak pertama kali kompleks ini di bangun, sehingga memiliki nilai sejarah
Sebagai salah satu icon PTPN II Medan Helvetia yang layak dipertahankan
Masih bertahan Kriteria Fisik-Visual: Estetika
Keistimewaan Memperkuat citra
kawasan
Gambar 3. 26 Pohon yang membentuk
vista
Kesimpulan:
Titik-titik yang dipertahankan pada site antara
lain :
- Gudang pemeraman tembakau
- Rumah manager
- Pohon beringin dan pepohonan yang
menciptakan vista
- Gudang minyak
Undang-Undang dan Peraturan
Garis sempadan
Utara 6,5 m
Selatan 4,2 m
Timur 15 m
Barat 3,5 m
KDB Bangunan 0,6 x La
= 0,6 x 8,2 Ha
= 4,92 Ha
KDH Bangunan 0,25 x La
= 0,25 x 8,2 Ha
= 2,05 Ha
KLB Bangunan = (2,4xLa) / KDB
III.V Analisa
Untuk menciptakan sebuah masterplan, diperlukan analisa sebagai bahan pertimbangan
peletakan bangunan agar suasana yang akan terjadi sesuai dengan fungsi yang akan
diletakkan. Analisa yang dipakai untuk menciptakan masterplan tersebut adalah :
1. Analisa Fungsi
Analisa fungsi ditujukan untuk mengetahui fungsi apa saja yang diperlukan dan
nantinya akan diterapkan pada kawasan ini berdasarkan pertimbangan dari data yang
ada beserta asumsi yang diambil.
2. Analisa peletakan fungsi bangunan
Analisa peletakan fungsi bangunan diperlukan untuk membuat beberapa kemungkinan
yang akan diambil sebagai zona peletakan bangunan. Adanya zona peletakan bangunan
ini berdasar kepada rekomendasi beberapa analisa seperti analisa view, kebisingan,
aksesibilitas.
3. Analisa Sirkulasi
Analisa sirkulasi yang dimaksud adalah analisa yang berkaitan dengan sirkulasi yang
terjadi di dalam site kawasan.
III.V.I Analisa Fungsi
Kawasan eks pemeraman tembakau PTPN II adalah merupakan kawasan yang
dulunya terkenal dengan penghasilan tembakau yang sampai diekspor ke luar negeri,
dan Kota Medan menjadi terkenal karena penghasil tembakau dengan mutu tinggi.
Namun, semakin lama ketenaran akan tembakau memudar dan kini yang tinggal
hanyalah bangunan lama yang berdiri dengan kokoh namun tidak ada kegiatan lagi
tembakau seperti yang dahulu tetapi sudah menjadi kawasan wisata sejarah bagi
pengguna.
Fungsi yang ditawarkan juga berkenaan dengan fungsi wisata. Karena nilai
historis yang menjadi ciri khas dari kawasan ini maka perlunya bangunan seperti
museum dan agrowisata untuk mempertahankan historis dari perkebunan dan bangunan
peninggalan dari zaman dulu. Kemudian didukung oleh fasilitas komunitas untuk
mengembangkan nilai kawasan ini dan faktor penginapan juga penting untuk para
pengunjung yang ingin berlama-lama menikmati kawasan ini.
Fungsi wisata air dan kuliner juga mendukung fasilitas yang ada dan juga untuk
menambah variasi fungsi bangunan yang ada di kawasan ini.
Museum
Museum dijadikan salah satu fungsi dalam kawasan ini karena adanya bangunan
bersejarah yang masih berdiri pada kawasan ini yaitu bangunan gedung pemeraman
tembakau dan rumah manager dari perkebunan ini. Nilai sejarah tinggi terlihat dari
eksterior bangunan yang sudah kelihatan berumur puluhan tahun dan juga teknologi
bangunan yang masih dipakai pada zaman kolonial. Hal ini yang membuat fungsi
museum layak untuk dijadikan fungsi bangunan pada kawasan ini sehingga bangunan
ini bisa menjadi beroperasi dan terus menerus dapat digunakan.
Pusat Komunitas
Pusat komunitas cukup banyak
berkembang di Kota Medan contohnya
adalah komunitas Medan Heritage,
Medan Berkebun, komnuitas fotografi,
komunitas art dan pertunjukan dan lai
sebagainya. Sebagai kawasan yang akan dijadikan kawasan wisata bersejarah maka
pusat komunitas perlu diletakkan pada kawasan ini dikarenakan ini menjadi wadah para
Gambar 3. 28 Rumah Manager Gambar 3. 29 Pemeraman Tembakau
komunitas untuk belajar banyak tentang sejarah dan juga kebun tembakau atau tanaman
lainnya. Selain itu adanya komunitas membuat kawasan ini menjadi wisata masyarakat
untuk melihat komunitas yang ada di Medan dan berkesempatan ikut dalam komunitas
tersebut.
Diorama
Diorama menjadi salah satu fungsi wisata
yang diterapkan pada kawasan ini. Fungsi ini perlu
karena untuk mengingat kembali atau belajar
bagaimana memproses daun tembakau. Dengan
adanya diorama ini pengunjung dapat melihat proses
tradisional yang dilakukan pada zaman hindia
belanda dalam memproses tembakau. Dengan demikian masyarakat dapat mempelajari
sejarah dan proses pengelolaan tembakau. Di dalam diorama ini pengunjung juga dapat
menikmati proses pembibitan tembakau, sampai dengan hasil jadinya. Hal ini dapat
menarik pengunjung untuk datang ke Keawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli.
Hotel
lebih merasakan suasana wisata sungai dan bersejarah yang tidak dapat dirasakan
Gambar 3. 31 Diorama di Kawasan Wisata Sejarah Pasir Salak, Malaysia
ditempat yang lain. Penginapan nantinya akan berupa bangunan yang bertingkat banyak
dan juga berupa cottage kecil sehingga keluarga sekalipun dapat menetap pada kawasan
ini.
Pasar
Pasar merupakan fungsi yang diletakkan pada kawasan ini. Hal ini menjadi
pertimbangan bahwa pada daerah
lingkungan sekitar kawasan wisata ini
tidak terdapat pasar bagi penduduk,
sehingga fungsi pasar sangat
diperlukan untuk menyediakan komoditi
utama masyarakat. Selain itu, karena berada dikawasan wisata,maka pasar ini juga
berfungsi menjadi pasar wisata yang menyediakan souvenir yang berkaitan dengan
wisata sejarah dan hasil perkebunan.
Taman Rekreasi & Kuliner
Taman rekreasi dan kuliner menjadi fungsi wisata terakhir yang berada di
kawasan ini. Fungsi ini diharapkan menjadi factor pemasukan juga selain fungsi –
fungsi wisata lainnya. Taman rekreasi yang
berupa tempat pemandian atau waterpark
dibuat untuk menambah daya tarik wisata bagi
pengunjung yang hadir dikawasan ini. Fungsi
lainnya adalah fungsi wisata kuliner yang
Gambar 3. 33 Contoh Pasar
dipertimbangkan karena banyaknya masyrarakat yang hadir memerlukan wadah untuk
menikmati bermacam kuliner yang ada di kawasan ini dengan suasana kolonial dan
suasana alam terbuka.
RTH / Plaza
RTH (Ruang Terbuka Hijau) adalah
lahan yang difungsikan untuk kegiatan publik
tanpa ada bangunan tinggi di dalamnya. Lahan
ruang terbuka hijau memang berupa lahan
dengan taman-taman.
Area Promanade
Area promenade adalah area yang
difungsikan berjalan-jalan. Fungsi ini muncul
karena adanya fungsi sungai Deli yang berada
di sekitar kawasan. Area ini berjarak 15 meter
dari pinggiran sungai sesuai dengan ketetapan garis
sempadan sungai. Area ini akan dimanfaatkan
dengan aktivitas bersantai dan berolahraga seperti
jogging track dan bicycle track. Selain itu, terdapat
gazebo yang berada dipinggiran sungai sebagai
tempat duduk bagi pengunjung yang ingin beristirahat
sambil melihat pemandangan sungai Deli.
Gambar 3. 35 Contoh Plaza