• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hotel di Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hotel di Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR SKRIPSI

RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Arsitektur

Oleh :

RISMA INDAH 110406070

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

(2)

LAPORAN AKHIR SKRIPSI

RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Arsitektur

Oleh :

RISMA INDAH 110406070

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

(3)

LAPORAN AKHIR SKRIPSI

RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Arsitektur

Oleh :

RISMA INDAH 110406070

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

(4)

HOTEL DI KAWASAN WISATA SEJARAH TEMBAKAU DELI

SKRIPSI

Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diternitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, Juli 2015

Penulis

Risma Indah

(5)

Nomor Pokok : 110406070

Departemen : Arsitektur

Menyetujui

Dosen Pembimbing

Ir. N. Vinky Rahman, M.T.

NIP. 19660622 1997 1001

Koordinator Skripsi

Ir. N. Vinky Rahman, M.T.

NIP. 19660622 1997 1001

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. N. Vinky Rahman, M.T.

NIP. 19660622 1997 1001

(6)

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Ir. N. Vinky Rahman, M.T

Anggota Komisi Penguji : 1. Agus Jhonson, S.T, M.T

(7)

Nama : Risma Indah

NIM : 110406070

Judul Proyek Tugas Akhir : Hotel di Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli

Tema : Arsitektur Kontekstual

Rekapitulasi Nilai :

A B+ B C+ C D E

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan:

No. Status Waktu

2. Lulus Melengkapi

3. Perbaikkan Tanpa

Sidang

4. Perbaikkan dengan

Sidang

5. Tidak Lulus

Medan, Juli 2015

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. N. Vinky Rahman, M.T.

NIP. 19660622 1997 1001

Koordinator Tugas Akhir

Ir. N. Vinky Rahman, M.T.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena

kasih karunia dan pertolonganNya yang selalu menyertai sehingga penulis dapat

menyelesaikan seluruh proses penyusunan Skripsi Alur Profesi ini sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. N Vinky Rahman, M.T, sebagai Dosen Pembimbing, Ketua

Koordinator Perancangan Arsitektur 6, Skripsi, dan Ketua Departemen

Arsitektur. Terima kasih penulis ucapakan atas bimbingan, dukungan, dan

selalu sabar mengajari penulis untuk menyelesaikan Perancangan Arsitektur 6

dan Skripsi sampai dengan selesai.

2. Bapak Agus Jhonson, S.T., M.T. dan Bapak Chichi Asda, S.T.,M.T., selaku

Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritik selama proses

pengerjaan Perancangan Arsitektur 6 dan penulisan Skripsi.

3. Bapak Ir. Rudolf Sitorus, M.LA., sebagai Sekertaris Departemen Arsitektur

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, yang selalu dengan sabar

mendengarkan cerita mahasiswa termasuk penulis.

4. Seluruh Staf Pengajar, dan Bapak/Ibu Dosen Arsitektur Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara atas semua ilmu yang telah diberikan selama

penulis berkuliah di Arsitektur

5. Keluarga penulis, yaitu kedua orang tua M. Sihite, S.E., dan M. Purba, serta

ketiga saudara penulis Ka Christine, Daud, dan Frida. Terima kasih atas segala

cinta, doa, semangat, dukungan, kesabaran, dan segala pengorbanan yang

selama ini diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman-teman Tim GeryArkitek yaitu Fitri, Gunario, dan Try yang telah

bersama berjuang dalam proses pengerjaan Perancangan Arsitektur 6 dan

(9)

7. TG-Arch Bang Roy, Grace, dan Rejeki yang telah setia mendoakan,

memberikan semangat, serta selalu mengingatkan untuk tetap mengandalakan

Tuhan di dalam pengerjaan Perancangan 6 dan Skripsi

8. Sahabat-sahabat penulis Ruth, Chaterine, Christy, Hana, yang selalu setia

mendengar cerita dan menyemangati dalam proses pengerjaan Arsitektur 6

dan Skripsi. Semoga kita tetap bersama.

9. Teman yang selalu memberikan dukungan dan semangat, dan sharing mengenai impian yang ingin dicapai, Robert dan Dana.

10.Ka Reni Ardilla Sinaga yang menjadi tempat bertanya selama pengerjaan

proses perancangan arsitektur 6 dan Skripsi

11.Teman-teman Arsitektur 2011 yang saya cintai, terima kasih untuk dukungan

dan semangat, serta waktu yang telah kita habiskan bersama baik dalam suka

maupun duka di Arsitektur USU. Arsitektur 2011 hebat!

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sengat diharapkan untuk

kelengkapan dan terwujudnya kesempurnaan sebagaimana dimaksud. Akhir Kata,

penulis berharap kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi adik-adik Arsitektur

USU, masyarakat, serta Bangsa Indonesia.

Medan, Juli 2015

(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.I Latar Belakang ... 1

I.II Kerangka Berpikir ... 3

I.III Sistematika Pembahasan ... 4

BAB II ISU KAWASAN ... 5

II.I Rumusan Masalah ... 5

II.II Maksud dan Tujuan ... 5

II.III Metode ... 6

II.III.I Pendekatan Masalah ... 6

II.III.II Asumsi ... 6

II.III.III Lingkup dan Batasan Perancangan ... 7

BAB III DESKRIPSI PERANCANGAN KAWASAN ... 8

III.I Judul ... 8

III.II Tema ... 9

III.III.I Pengertian Arsitektur Kontekstual ... 9

III.III Studi Banding ... 14

III.IV Data ... 21

III.IV.I Data Umum Lokasi Perancangan ... 21

III.IV.II Sejarah Eks Pemeraman Tembakau PTPN II... 23

III.IV.III Aspek Fisik Kawasan Eks Pemeraman Tembakau PTPN II ... 27

(11)

III.V.I Analisa Fungsi ... 41

III.V.II Analisa Peletakkan Bangunan ... 47

III.V.III Analisa Sirkulasi ... 52

II.V.IV Kesimpulan Analisa ... 55

III.VI Konsep ... 56

III.VI.I Konsep Zoning ... 56

III.VI.II Konsep Sirkulasi (Circle Pedistrian Way) ... 57

III.VI.IV Konsep RTH ... 59

III.VI.V Konsep Orientasi ... 60

III.VI.VI Konsep Skenario Kawasan ... 61

BAB IV HASIL PERANCANGAN KAWASAN ... 62

BAB V PENGANTAR FUNGSI ... 64

BAB VI HOTEL DI KAWASAN WISATA SEJARAH TEMBAKAU DELI .... 65

VIII.I Rumusan Masalah ... 65

VIII.II Maksud dan Tujuan ... 65

VIII.III Metode ... 66

VI.III.I Pendekatan Masalah ... 66

VI.III.II Asumsi ... 66

VI.III.III Lingkup dan Batasan Masalah... 67

BAB VII DESKRIPSI HOTEL DI KAWASAN WISATA SEJARAH TEMBAKAU DELI ... 68

VIII.I Judul ... 68

VIII.II Tema ... 69

VIII.II.I Pengertian ... 69

VIII.II.II Studi Banding Tema ... 71

VIII.III Studi Banding ... 78

VIII.IV Data ... 84

VIII.V Analisa ... 90

VIII.V.I Analisa View ... 90

VIII.V.II Analisa Kebisingan... 91

(12)

VIII.V.IV Analisa Sirkulasi Pengguna ... 93

VIII.V.V Analisa Kegiatan Pengguna Ruang ... 94

VIII.VI Konsep ... 98

VIII.VI.I Konsep Bentukkan Massa ... 98

VIII.VI.II Konsep Orientasi Bangunan... 99

VIII.VI.III Konsep Fasade Bangunan ... 100

BAB IX HASIL PERANCANGAN ... 106

IX.I Hasil Perancangan ... 106

XI.II Kesimpulan ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 111

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 East Wing, National Gallery ... 12

Gambar 3. 2 Site Plan East Wing, National Gallery ... 12

Gambar 3. 3 Pyramide du Lourve, Prancis ... 13

Gambar 3. 4 Ponte Vecchio, Florence, Italia ... 13

Gambar 3. 5 Peta Wisata Kota tua Jakarta ... 14

Gambar 3. 6 Bangunan bersejarah di sekitar Kota Tua, Jakarta ... 16

Gambar 3. 7 Peta Wisata Sejarah Pasir Salak, Malaysia ... 18

Gambar 3. 8 Mr, JWW Brich ... 19

Gambar 3. 9 Diorama di Kawasan Wisata Sejarah Pasir Salak ... 19

Gambar 3. 10 Fasilitas Wisata di Kawasan Wisata Sejarah Pasir Salak ... 20

Gambar 3. 11 Gedung Pemerraman Tembakau sekaran (2015) ... 24

Gambar 3. 12 Gedung Pemeraman Tembakau pada tahun 1980-an ... 24

Gambar 3. 13 Rumah Manager sekarang (2015) ... 26

Gambar 3. 14 Rumah Manager 1980-an ... 26

Gambar 3. 15 Eksisting Kawasan ... 28

Gambar 3. 16 Bangunan Eksisting dalam kawasan ... 28

Gambar 3. 17 Rumah Manager 1980-an ... 31

Gambar 3. 18 Rumah manager 2015 ... 31

Gambar 3. 19 Kantor Distrik... 32

Gambar 3. 20 Rumah Staff ... 33

Gambar 3. 21 Gedung Minyak ... 34

Gambar 3. 22 Pos Security ... 35

Gambar 3. 23 Gudang Pupuk Kayu ... 36

Gambar 3. 24 Taman Kanak-Kanak di dalam kawasan ... 37

Gambar 3. 25 Pohon Beringin... 38

Gambar 3. 26 Pohon yang membentuk ... 39

Gambar 3. 27 Analisa Fungsi ... 42

Gambar 3. 28 Rumah Manager ... 43

Gambar 3. 29 Pemeraman Tembakau ... 43

Gambar 3. 30 Contoh Pusat Komunitas ... 43

Gambar 3. 31 Diorama di Kawasan Wisata Sejarah Pasir Salak, Malaysia ... 44

Gambar 3. 32 Contoh Penginapan ... 44

Gambar 3. 33 Contoh Pasar ... 45

Gambar 3. 34 Contoh Taman Rekrasi Air ... 45

Gambar 3. 35 Contoh Plaza ... 46

Gambar 3. 36 Contoh Promanade di Pinggir sungai ... 46

Gambar 3. 37 Zoning Aksesiibilitas ... 47

Gambar 3. 38 Zoning Kawasana yang menyebabkan kebisngan ... 48

Gambar 3. 39 Zoning View ... 51

Gambar 3. 40 Zoning Fungsi Kawasan ... 53

Gambar 3. 41 Matriks Kawasan ... 54

Gambar 3. 42 Konsep Zoning Fungsi Kawasan ... 56

Gambar 3. 43 Konsep Sirkulasi Kawasan ... 57

Gambar 3. 44 Konsep Bentukkan Massa ... 58

Gambar 3. 45 Konsep RTH ... 59

Gambar 3. 46 Konsep Orientasi Bangunan ... 60

(14)

Gambar 7. 1 Floral Deco ... 70

Gambar 7. 2 Streamline Deco ... 70

Gambar 7. 3 Zig zag deco ... 71

Gambar 7. 4 Neo Classicael Deco ... 71

Gambar 7. 5 Hotel Savoy Homann, Bandung ... 71

Gambar 7. 6 Deluxe Room (Tower Wing) ... 73

Gambar 7. 7 Deluxe Room (Millenium Wing) ... 74

Gambar 7. 8 Executive Room ... 75

Gambar 7. 9 Junior Suite Room ... 76

Gambar 7. 10 Homann Suite Room ... 77

Gambar 7. 11 Hotel 101 Suryakencana, Bogor... 78

Gambar 7. 12 Inteior Bangunan ... 79

Gambar 7. 13 Bangunan bersejarah di sekitar kawasan hotel ... 79

Gambar 7. 14 Deluxe Balcony Roonm ... 80

Gambar 7. 15 Deluxe Room ... 80

Gambar 7. 16 Executive Suite Room ... 80

Gambar 7. 17 View dari kamar Hotel ... 81

Gambar 7. 18 Interior Hotel Casa del Rio ... 81

Gambar 7. 19 Bangunan di sekitar Hotel ... 83

Gambar 7. 20 Struktur Organisasi Pengelola Hotel ... 89

Gambar 7. 21 Analisa View ... 90

Gambar 7. 22 Analisa Kebisingan ... 91

Gambar 7. 23 Analisa Sirkulasi Kawasan ... 92

Gambar 7. 24 Plaza ... 92

Gambar 7. 25 Promanade ... 92

Gambar 7. 26 Konsep Bentukkan Massa ... 98

Gambar 7. 27 Konsep Orientasi Bangunan ... 99

Gambar 7. 28 (kanan) Hotel Preanger dan (kiri) Vila Isola, Bandung ... 100

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Penilaian Rumah Manager ... 31

Tabel 2 Penilaian Kantor Distik ... 32

Tabel 3 Penilaian Rumah Staff ... 33

Tabel 4 Penilaian Gedung Gudang Minyak ... 34

Tabel 5 Penilaian Pos Security... 35

Tabel 6 Penilian Gudang Pupuk Kayu ... 36

Tabel 7 Penilaian Taman Kanak-kanak ... 37

Tabel 8 Penilaian Pohon Beringin ... 38

Tabel 9 Penilaian Pohon yang membentuk vista ... 39

Tabel 10 Analisa Peletakkan Bangunan ... 48

Tabel 11 Analisa kebisingan yang disebabkan bangunan disekitar kawasan ... 49

Tabel 12 Analisa kebisingan yang disebabkan oleh bangunan di dalam kawasan ... 50

Tabel 13 Analisa View Kawasan ... 51

Tabel 14 Analisa sirkulasi kawasan ... 52

Tabel 15 Zoning Fungsi Kawasam ... 54

Tabel 16 Jumlah Kamar di Hotel Casa del Rio, Melaka ... 82

(16)

ABSTRAK

Medan merupakan salah satu kota di Indonesia dengan berbagai potensi kekayaan alam dan sumberdaya manusia, potensi kekayaan alam tersebut diantaranya adalah banyaknya industri perkebunan yang berdiri dikota Medan, salah satunya industri perkebunan Tembakau Deli.

Salah satu pabrik tembakau di Kota Medan adalah Pemeraman Tembakau Eks PTPN II yang sudah tidak digunakan lagi, atau dapat diakatakan terbengkalai. Pabrik ini memiliki luas 8,2 Ha, dan memiliki beberapa bangunan yang masih kokoh dan memiliki nilai historis yang tinggi salah satunya adalah bangunan pemeraman tembakau, gudang minyak, dan rumah manager. Bangunan ini sebenarnya masih bisa digunakan kembali. Oleh karena itu, untuk menghidupkan kembali kawasan pabrik ini, diperlukan pengalih fungsian dan merevitalisasi bangunan-bangunan tersebut.

Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli dipilih untuk merevitalisasi kawasan ini karena, selain dapat menghidupkan kembali kawasan ini, pengunjung yang datang dapat berwisata serta dapat belajar mengenai sejarah tembakau dan proses pembuatannya. Salah satu fungsi yang mendukung Kawasan Wisata Tembakau Deli adalah adanya sebuah hotel. Fungsi dari hotel ini adalah menyediakan akomodasi penginap di kawasan agar pengunjung dapat menginap dan menikmati lebih lama kawasan tersebut. Arsitektur kontekstual Art Deco diterapkan pada bangunan, agar kontekstual dengan bangunan eksisting. Diharapkan dengan penyelesaian arsitektur yang diterapkan dapat membangkitkan kembali minat masyarakat untuk berkunjung dan belajar mengenai sejarah tembakau deli.

(17)

ABSTRACT

Medan is the one of the cities in Indonesia with a variety of potential natural wealth and human resources.The natural richness of which is the number of indusrial estates were estabilished in the city of Medan, one of them is Perkebunan Tembakau Deli.

One of tobacco factory in Medan is Pemeraman Temabakau Eks. PTPN II who had not used and neglected. Area of this factory is 8,2 Ha. This factory has a building that is still strong and has a high historical value. They are curring tobacco, manager‟s house, and oil warehouse, the building can still be used. That‟s why, to revive the region, required the transfer of function and revitalization of buildings.

Kawasa Wisata Sejarah Tembakau Deli is choosen to revitalize this area. Because in addition to revive this area, visitors who came to be traveled and learned about history of Deli Tobacco and the manufacturing process. One of te function in Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli is Hotel. The function of this hotel is to provide lodging accommodations in this area so the visitors can stay longer and enjoy the region. Architecture contextual Art Deco is applied to the building, in oerder to the new building can context to the old building. Expected with the completion of architectural palnning is applied can revive public interest to visit and learn about history of tobacco deli

(18)

ABSTRAK

Medan merupakan salah satu kota di Indonesia dengan berbagai potensi kekayaan alam dan sumberdaya manusia, potensi kekayaan alam tersebut diantaranya adalah banyaknya industri perkebunan yang berdiri dikota Medan, salah satunya industri perkebunan Tembakau Deli.

Salah satu pabrik tembakau di Kota Medan adalah Pemeraman Tembakau Eks PTPN II yang sudah tidak digunakan lagi, atau dapat diakatakan terbengkalai. Pabrik ini memiliki luas 8,2 Ha, dan memiliki beberapa bangunan yang masih kokoh dan memiliki nilai historis yang tinggi salah satunya adalah bangunan pemeraman tembakau, gudang minyak, dan rumah manager. Bangunan ini sebenarnya masih bisa digunakan kembali. Oleh karena itu, untuk menghidupkan kembali kawasan pabrik ini, diperlukan pengalih fungsian dan merevitalisasi bangunan-bangunan tersebut.

Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli dipilih untuk merevitalisasi kawasan ini karena, selain dapat menghidupkan kembali kawasan ini, pengunjung yang datang dapat berwisata serta dapat belajar mengenai sejarah tembakau dan proses pembuatannya. Salah satu fungsi yang mendukung Kawasan Wisata Tembakau Deli adalah adanya sebuah hotel. Fungsi dari hotel ini adalah menyediakan akomodasi penginap di kawasan agar pengunjung dapat menginap dan menikmati lebih lama kawasan tersebut. Arsitektur kontekstual Art Deco diterapkan pada bangunan, agar kontekstual dengan bangunan eksisting. Diharapkan dengan penyelesaian arsitektur yang diterapkan dapat membangkitkan kembali minat masyarakat untuk berkunjung dan belajar mengenai sejarah tembakau deli.

(19)

ABSTRACT

Medan is the one of the cities in Indonesia with a variety of potential natural wealth and human resources.The natural richness of which is the number of indusrial estates were estabilished in the city of Medan, one of them is Perkebunan Tembakau Deli.

One of tobacco factory in Medan is Pemeraman Temabakau Eks. PTPN II who had not used and neglected. Area of this factory is 8,2 Ha. This factory has a building that is still strong and has a high historical value. They are curring tobacco, manager‟s house, and oil warehouse, the building can still be used. That‟s why, to revive the region, required the transfer of function and revitalization of buildings.

Kawasa Wisata Sejarah Tembakau Deli is choosen to revitalize this area. Because in addition to revive this area, visitors who came to be traveled and learned about history of Deli Tobacco and the manufacturing process. One of te function in Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli is Hotel. The function of this hotel is to provide lodging accommodations in this area so the visitors can stay longer and enjoy the region. Architecture contextual Art Deco is applied to the building, in oerder to the new building can context to the old building. Expected with the completion of architectural palnning is applied can revive public interest to visit and learn about history of tobacco deli

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Medan merupakan salah satu kota di Indonesia dengan berbagai potensi

kekayaan alam dan sumberdaya manusia, potensi kekayaan alam tersebut

diantaranya adalah banyaknya industri perkebunan yang berdiri dikota Medan,

salah satunya adalah industri perkebunan Tembakau Deli. Pada masa

Hindia-Belanda Kota Medan, lebih dikenal dengan Kota Deli dan perkebunan

tembakaunya yang luas dan hasil termbakau terbaik di dunai.

Banyaknya bangunan bersejarah di Kota Medan, tidak serta merta dengan

penanganan dan perawatan yang akif dilakukan, padahal upaya perlindungan

terhadap bangunan/kawasan bersejarah di Kota Medan sudah dilakukan oleh

Pemerintah Kota Medan dengan menerbitkan Perda Nomor 6 Tahun 1988 tentang

Pelestarian Bangunan dan Lingkungan yang Bernilai Sejarah, Arsitektur,

Kepurbakalaan, serta Penghijauan dalam Daerah Kota Medan.

Salah satu upaya yang harus di lakukan adalah revitalisasi yang bertujuan

untuk mengembalikan suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah

vital/hidup, kemudian mengalami kemunduran/degradasi.

Salah satu kawasan sejarah di Kota Medan, yang perlu untuk direvitalisasi

adalah Kawasan Pemeraman tembakau Eks.PTPN II Medan, kawasan ini dulunya

digunakan sebagai kawasan pengolahan tembakau Deli. Namun sekarang,

kawasan ini sudah tidak digunakan lagi untuk pengolahan tembakau, hanya tersisa

(21)

dihidupkan kembali, untuk tetap menjaga kelestarian bangunan bersejarah di Kota

Medan, salah satunya adalah dengan perancangan kawasan Wisata Sejarah

Tembakau Deli.

Perancangan Kawasan Wisata Tembakau Deli ini bertujuan untuk

menghidupkan kembali bangunan bersejarah yang sudah lama dinonaktifkan dan

juga untuk membuka kembali wawasan masyarakat maupun investor agar tetap

mencintai sejarah kotanya sendiri. Sebab sekarang ini, masyarakat sudah mulai

melupakan sejarah Kota Medan.

Akomodasi penginapan di Kawasan Wisata Sejarh Tembakau Deli juga

diperlukan, agar masyarakat dapat menginap dan berwisata lebih lama di dalam

kawasan. Terlebih lagi lokasi perancangan yang sangat strategis dekat dengan

Pelabuhan Belawan, dimana banyak pendatang dari luar Sumatera Utara yang

ingin ke medan dan sekitarnya akan melewati lokasi tersebut bila menggunakan

kapal laut ataupun sebaliknya.

Sehingga pengunjung yang ingin berpergian melalui Belawan, ataupun

masyarakat yang ingin berlibur namun tetap berada di dalam Kota Medan, dapat

datang ke Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli ataupun menginap di hotel

kawasan tersebut. Selain dapat berlibur masyarakat juga dapat berwisata sejarah di

(22)
(23)

I.III Sistematika Pembahasan

Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai

berikut :

BAB I Pendahuluan

Menjelaskan secara garis besar yang menjadi dasar perumusan perancangan yang

meliputi : latar belakang, kerangka berpikir, dan sistematika pembahasan.

BAB II Isu Kawasan

Menjelaskan tentang dasar proses perancangan kawasan yang meliputi : rumusan

maslaah, maksud dan tujuan, dan metode

BAB III Deskripsi Perancangan

Berisi tentang pembahasan mengenai terminologi judul, tema, studi banding, data,

analisa, dan konsep mengenai kawasan

BAB IV Hasil Perancangan

Merupkan hasil gambar rancangan arsitektur Master Plan

BAB V Pengantar Fungsi

Menjelaskan tentang pengantar fungsi indivu yang berawal dari kawasan

BAB VI Hotel diKawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli

Menjelaskan tentang dasar proses perancangan fungsi yang meliputi : rumusan

maslaah, maksud dan tujuan, dan metode

BAB VII Deskripsi Hotel di Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli

Berisi tentang pembahasan mengenai terminologi judul, tema, studi banding, data,

analisa, dan konsep mengenai kawasan

BAB VIII Hasil Perancangan

Merupakan hasil gambarr rancangan arsitektur fungsi

BAB IX Kesimpulan

(24)

BAB II

ISU KAWASAN WISATA SEJARAH TEMBAKAU DELI

II.I Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam perencanaan proyek Kawasan Wisata Sejarah

Tembakau Deli Medan Sumatera Utara ini adalah :

1. Bagaimana merancang suatu kawasan agar terbentuk satu kesatuan.

2. Bagaimana menentukan lokasi yang sesuai untuk dapat mewujudkan

rancangan bangunan yang memuat kegiatan-kegiatan yang diinginkan.

3. Bagaimana pengolahan ruang dalam satu kawasan yang saling berintegrasi

antar berbagai fungsi dengan kegiatan yang berbeda.

4. Bagaimana menerapkan tema arsitektur kontekstual dalam rancangan master

plan kawasan lokasi proyek.

5. Bagaimana merencanakan sirkulasi pencapaian/aksebilitas yang mudah untuk

dilalui berbagai transportasi dan pejalan kaki.

II.II Maksud dan Tujuan

Studi dalam tugas ini adalah untuk memberikan dasar – dasar pengembangan

konsep – konsep perencanaan dan perancangan Kawasan Wisata Tembakau Deli,

Medan, yaitu:

1. Merevitalisasi kawasan bersejrah yang sudah tidak digunakan

2. Memanfaatkan lahan kosong secara efektif.

3. Menciptakan tenaga kerja.

(25)

5. Meningkatkan pendapatan daerah melalui pajak sehingga menambah

devisa negara melalui sektor non migas.

6. Menyediakan Kawasan Wisata Edukasi bagi Masyarakat Kota Medan,

dalam bidang Pengelohan dan Sejarah Tembakau Deli.

II.III Metode

II.III.IPendekatan Masalah

Untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang akan dihadapi dalam proses

perencanaan dan perancanggan Kawasan maka dapat dilakukan beberapa

pendekatan desain antara lain:

1. Studi literature dari berbagai sumber pustaka yang berkaitan dengan

perancangan dan perencanaan Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli

2. Studi banding tema sejenis

3. Studi lapangan yang dilakukan dengan survey langsung ke lokasi tapak

yang direncanakan untuk melihat kondisi sektar tapak dan lingkungan fisik

yang berhubungan dengan kasus perancanggan

4. Wawancara dengan berbagai pihak yang berhubungan dengan proses

perancangan dan perencanaan Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli

II.III.II Asumsi

Asumsi digunakan dalam menentukkan sejauh mana kajian yang akan dilakukan.

Asumsi dalam perancnagan ini adalah :

1. Kawasan difungsikan sebagai Kawasan Wisata Buatan.

2. Salah satu Kawasan yang menjadi titik revitalisasi oleh Pemerintah

(26)

4. Kondisi fisik sungai Deli dalam keadaan baik, bersih dan jernih

5. Zona tengah Kawasan adalah Plaza

6. Faktor pembiayaan, terkait dengan faktor kepemilikan. Dalam hal ini,

pemilik proyek diasumsikan pihak pemerintah daerah Kota Medan yang

telah dijual kepada pihak swasta.

II.III.III Lingkup dan Batasan Perancangan

Adapun batasan dan lingkup kajian perencanaan proyek ini bagaimana

mengembangkan berbagai konsep dalam merencanakan dan merancang sebuah

kawasan, yaitu;

1. Perancangan sarana rekreasi yang terintegrasi dengan fungsi fungsi di

dalamnya

2. Perancangan sarana pendukung lainnya selain pusat rekreasi yang dapat

memungkinkan.

3. Masalah sosial, budaya dan ekonomi dalam kasus ini tidak dibahas secara

mendalam

4.

Pembahasan dibatasi pada masalah-masalah yang berada dalam lingkup

disiplin ilmu arsitektur, sedangkan hal-hal diluar pemikiran arsitektur

apabila dianggap berperan dalam menemukan faktor-faktor perencanaan

akan diusahakan untuk membahasnya dengan asumsi-asumsi,

pemikiran-pemikiran, studi banding pada bangunan sejenis dengan melihat

perkembangan teknologi serta menggunakan logika sederhana sesuai

(27)

BAB III

DESKRIPSI PERANCANGAN

III.I Judul

Terminologi judul adalah pembahasan mengenai pengertian dan makna

dari sebuah kata judul agar bisa dipahami tujuan ataupun sasarannya.

Adapun judul dari kasus Perancangan Arsitektur VI ini adalah “Kawasan

Wisata Sejarah Tembakau Deli”.Berikut merupakan penjelasan terhadap judul

kasus:

• Kawasan wisata adalah suatu tempat atau keadaan alam yang memiliki

sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga

mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi

wisatawan (SK. MENPARPOSTEL No.: KM. 98 / PW.102 / MPPT-87).

• Sejarah adalah bentuk penggambaran pengalaman kolektif di masa lalu,

dan pengungkapannya dapat dilakukan melalui aktualisasi dan penetasan

pengalaman masa lalu (Sartono Kartodirjo).

• Tembakau Deli adalah tembakau terbaik yang terkenal hingga tingkat

mancanegara dengan masa kejayaan pada abad ke-19(Departemen

Pertanian, 1994).

Berdasarkan pengertian di atas maka Kawasan Wisata Sejarah Tembakau

Deli adalah suatu kawasanyang bertujuan untuk menghidupkan kembali sumber

daya wisata berupa nilai historis Tembakau Deli dengan wujud kegiatan

(28)

III.II Tema

III.III.I Pengertian Arsitektur Kontekstual

Arsitektur Kontekstual berasal dari kata “Arsitektur” dan “Kontekstual” yang

memiliki pengertian sebagai berikut :

a. Arsitektur

“Arsitektur adalah seni dan keteknikan bangunan, digunakan untuk

memenuhi keinginan praktis dan ekspresif dari manusia-manusia

beradab.”Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan

dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya

tersebut sebagai karya seni. (mengutip Vitruvius, De Arhcitectura)

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang

lebih luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan lingkungan binaan, mulai

dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, lansekap, hingga

ke level mikro yaitu desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk

kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.

b. Kontekstual

Kontekstual berarti sebuah situasi yang tidak memungkinkan sebuah

objek ada di satu tempat tanpa mengindahkan objek-objek yang sudah ada di

tempat itu lebih dahulu. Perancangan kontekstual memusatkan perhatian utama

pada karakteristik objek-objek yang sudah ada tersebut pada objek yang akan

dibuat. (menurut Agus Dharma) Kontekstualisme dalam arsitektur dan

perancangan kota merupakan salah satu reaksi yang melawan prinsip-prinsip

(29)

pemikiran yang mempertimbangkan konteks sebagai unsur pendekatan disain

baru. Sebenarnya kontekstualisme mempunyai arti lebih spesifik dari itu sehingga

bisa dikatakan bangunan kontekstual tidak berdiri sendiri yang bisa berteriak

"Lihatlah aku!" (Bob Cowherd, 1993).

Pendekatan desain arsitektur yang kontekstual dapat dilakukan dengan berbagai

aspek.

 Pendekatan kontekstualisme melalui komposisi.

 Pendekatan kontekstualisme melalui kelanggengan.

 Pendekatan kontekstualisme melalui struktur formal internal

 Pendekatan kontekstualisme melalui penjajaran reason dan memory

 Pendekatan kontekstualisme melalui type-image.

 Pendekatan kontekstualisme melalui style.

 Pendekatan kontekstualisme melalui regionalism.

c. Penerapan kontektual dalam judul proyek

Kontekstual pada aspek fisik, dapat dilakukan dengan cara :

 Mengambil motif-motif desain setempat :

misalnya bentuk massa, pola atau irama bukaan, dan ornamen desain pada

kawasan Kesawan. Seperti bentuk :

 Geometri : Berdasarkan standar geometri atau bentuk. Misalnya bentuk

persegi, bulat, segitiga, kubus dll.

 Kompleksitas : Derajat kesederhanaan atau daya tarik bangunan tersebut.

Terbagi atas 2:

(30)

- Bentuk kompleks = iregular

 Orientasi : Berdasarkan hubungan bentuk secara vertikal maupun

horizontal

 Menggunakan bentuk-bentuk dasar yang sama

Adapun dalam pengambilan bentuk dasar yang sama tetap melalui proses

pengaturan kembali sehingga memiliki tampak yang berbeda.

 Memiliki efek visual yang sama

Yakni dalam melakukan pencarian bentuk-bentuk baru dalam mendisain tetap

memiliki efek visual yang sama atau mendekati yang lama.

 Mengabstraksi bentuk-bentuk asli (kontras)

Dalam arsitektur kontekstual hubungan yang simpatik tidak selalu ditunjukkan

dengan desain harmonis yang biasanya dicapai dengan penggunaan kembali

elemen desain yang dominan yang terdapat pada bangunan lama. Hubungan yang

harmonis tersebut bisa dicapai dengan solusi desain yang kontras. Bentuk-bentuk

asli pada bangunan lama tidak digunakan langsung, namun bisa diabstraksikan ke

dalam bentuk baru yang berbeda.

d. Studi Banding Tema Sejenis

East Wing, National Gallery

Lokasi : Washington, D.C.

Arsitek : I. M. Pei

Galeri East Wing merupakan galeri dengan benda-benda peninggalan patung dan

kesenian di kota yang dianggap suci serta merawat dan memperbaiki peninggalan

(31)

dinding, serta kaca sebagai material bukaan gedung. Tapak berada di persilangan

antara dua jalan, yaitu Pennsylvania dan Constitutions. Tapak berbentuk

trapesium, diselesaikan dengan membagi bentuk trapesium menjadi dua buah

segitiga dengan menarik garis diagonal. Hal ini dilakukan untuk mengelompokkan

plan berdasarkan kegiatannya.

Pembentukan ruang didasarkan pada grid yang berbentuk segitiga. Konsep

geometri bentuk dasar segitiga tidak hanya diterapkan pada pembentukan massa

bangunan tetapi juga interior ruang dalamnya.

Pyramide du Louvre

Lokasi : Paris, Prancis

Arsitek : I.M. Pei

Gambar 3. 1 East Wing, National Gallery

(32)

Pyramide du Louvre merupakan

sebuah museum dengan bentuk

piramida, terdapat tiga piramida

kecil yang mengelilingi piramida

utama. Piramida Utama

merupakan pintu masuk utama ke

museum. Ketinggian dari piramida ini mencapai 20,6 m dengan bagian dasar

memiliki panjang sisi 35 m. Tersusun atas 603 kaca belah ketupat dan 70 kaca

segitiga. Lobi bawah tanah dibangun sebagai pintu masuk utama. Pengunjung

yang masuk melalui Pyramide du Louvre akan memasuki lobi kemudian naik ke

bangunan utamanya. Sebagian orang menganggap museum ini sangat kontras

dengan bangunan di sekitarnya yang berlanggam arsitektur klasik. Namun

sebagian orang berpendapat bahwa Pyramide du Louvre kontras sebagai

penggabung antara bangunan lama dan baru.

Ponte Vecchio, Florence, Italia

Lokasi : Florence, Italia

Salah satu pendekatan yang dapat

dilakukan dalam konteks

arsitektur kontekstual adalah

mengambil motif-motif desain

setempat, seperti bentuk massa,

pola atau irama bukaan, dan

ornamen desain yang digunakan. Rumah-rumah Ponte Vecchio di Florence, Italia,

Gambar 3. 3 Pyramide du Lourve, Prancis

(33)

merupakan bangunan baru yang mengadaptasi gaya Renaisans yang ingin

menggantikan bangunan lama yang hancur saat Perang Dunia ke-2. Kontinuitas

visual terlihat dari bentuk massa dan irama bukaan atau jendela.

Tanggapan : Penerapan elemen-elemen bangunan lama pada desainnya

merupakan wujud dari kekontekstualan yang dibuat oleh arsitek. Dengan

pendekatan arsitektur kontekstual yang harmonis, nilai-nilai bangunan lama yang

pernah ada kembali dimunculkan secara visual pada bangunan baru.

III.III Studi Banding

Kota Tua Jakarta

Kota Tua Jakarta juga dikenal dengan sebutan Batavia Lama (Oud

Batavia). Kota Tua Jakarta atau yang akrab disebut Kota Tua adalah sebuah

wilayah kecil di Jakarta yang memiliki luas 1,3 kilometer persegi yang melintasi

(34)

Jakarta Utara dan Jakarta Barat, mencakup daerah Pinangsia, Taman Sari dan Roa

Malaka. Jakarta memiliki sejarah panjang, dimulai dari kawasan yang sekarang

disebut Kotatua, bercikal bakal Pelabuhan Jayakarta dibawah kerajaan Banten,

dengan bentuk, pola dan arsitektur-nya, merupakan hasil dari proses sejarah,

politik dan pemerintahan didukung oleh letaknya yang strategis di Nusantara,

bahkan di Asia Tenggara. (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Dr. Ing. H. Fauzi

Bowo, Desember 2007). Kawasan Kota Tua Jakarta terkenal sebagai salah satu

tempat wisata di Jakarta.

Pada abad ke-18, kawasan ini adalah pusat kota Batavia. Pada masa itu, bangunan

yang sekarang menjadi museum sejarah Jakarta adalah Balai Kota.Kini,

bangunan-bangunan tua peninggalan jaman Belanda menjadi daya tarik utama

Kota Tua.Bangunan-bangunan ini dipertahankan sebagai cagar budaya. Kawasan

Kota Tua Jakarta adalah lokasi yang sangat popular untuk berwisata juga sering

digunakan sebagai tempat pemotretan dan loksi syuting film. Kondisi sebagian

besar bangunan di Kota Tua memang tampak kuno, karena pemerintah sengaja

membiarkan bangunan-bangunan itu sesuai aslinya.Akan tetapi, beberapa

bangunan tampak memprihatinkan. Beberapa bangunan di kawasan Kota Tua

tampak rapuh dan tidak aman bagi wisatawan dan juga penduduk yang berada di

sekitar wilayah itu.Kota Tua Jakarta merupakan sebuah kawasan yang masih

kental unsur sejarah dan budaya baik itu peninggalan Belanda maupun China.

Wilayah Kota Tua ini telah resmi dijadikan sebagai situs warisan oleh Gubernur

Jakarta Ali Sadikin pada tahun 1972. Peresmian Kota Tua sebagai situs budaya

(35)

Arsitektur bangunan yang berada di kawasan ini memang sangat melegenda dan

kental dengan nuansa Belanda.

Ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan di Kota Tua. Pengunjung yang

datang tak hanya bisa menikmati sejarah serta arsitektur kota tempo dulu. Banyak

penjual jasa yang menawarkan „suasana‟ bak Jakarta tempo dulu dengan

menyewakan sepeda ontel atau kostum menyerupai orang-orang Belanda seperti

baju atau topi.Tak hanya itu, Kota Tua merupakan tempat yang bagus untuk

berfoto, apalagi di malam hari.Selain karena arsitektur bangunannya yang sangat

bersejarah, pemandangan Kota Tua di malam hari dengan lampu-lampu khas

Belanda menambah suasana romantis.Selain menjadi tempat wisata, kawasan

Kota Tua juga sering menjadi tempat digelarnya berbagai festival budaya.

Revitalisasi Kota Tua Jakarta memiliki visi “Terciptanya kawasan

bersejarah Kota Tua Jakarta sebagai daerah tujuan wisata budaya yang

(36)

mengangkat nilai pelestarian dan memiliki manfaat ekonomi yang tinggi”. Hal ini

menunjukkan Jakarta ingin menghidupkan kawasan bersejarahnya sebagai

pariwisata yang diandalkan.

Kawasan yang telah dilakukan revitalisasi adalah sekitar kawasan Taman

Beos, Kawasan Museum Fatahillah, Museum Bahari, Meuseum dan Menara

Syahbadar, Kawasan Kali Besar, cafe Galangan dan Restoran Padang. Untuk

upaya revitalisasi yang menyeluruh hal yang perlu dilakukan adalah:

1. Pengembangan kawasan revitalisasi di Kota Tua Jakarta yang

berkelanjutan yaitu mengembangankan wilayah revitalisasi ke beberapa

titik zona sekitar area yang telah dilakukan revitalisasi dan dapat

dimanfaatkan sebagai obyek wisata budaya.

2. Perbaikan-perbaikan bangunan dan sarana prasarana yang ada di dalam

kawasan revitalisasi yang mengalami kerusakan atau butuh percepatan

dalam penanganan harus sesegera mungkin untuk dilakukan perbaikan

sehingga tidak terjadi kerusakan atau hancurnya bangunan ataupun sarana

yang telah dilakukan sebelumnya.

3. Perbaikan dan merencanakan akses-akses yang jelas atar titik pusat

pengembangan perlu dilakukan, sehingga pencapaian pengunjung akan

lebih mudah. Akses tersebut dapat berupa pedestrian untuk pejalan kaki

dengan tujuan agar pengendara motor tidak dapat melewati area tersebut.

4. Penyediaan kantong-kantong parkir yang tidak memanfaatkan badan atau

sisi bangunan tua sehingga tidak menggangu keberadaan bangunan

(37)

5. Penataan kembali pedagang kaki lima agar tidak memanfaatkan sisi

bangunan untuk berjualan, dan tidak terkesan kumuh dan semrawut.

6. Tindakan dan program yang tegas dari pihak pemerintah untuk

memelihara, mengatur dan mengembangkan kawasan Kota Tua sebagai

kawasan heritage dan juga sebagai kawasan wisata budaya, dan juga

adanya kerjasama dengan berbagai pihak yang konsen ke kawasan Kota

Tua.

Kawasan Wisata Sejarah Pasir Salak, Malaysia

Kawasan Wisata Sejarah Pasir Salak adalah kompleks bangunan

tradisional Melayu yang membentang di sepanjang Sungai Perak sekitar 50

kilometer selatan dari Ipoh.

(38)

a. Sejarah

Pasir Salak merupakan wujud pemberontakan

orang Melayu terhadap kekejaman Residen Inggris

yang pertama, J.W.W.Birch. Setelah J.W.W.Birch

meninggal karena pembunuhan yang dilakukan

oleh orang-orang Melayu di sana, Si Puntum dan

Dato Sri Maharajalela selaku pemimpin

pemberontakan saat itu dijatuhi hukuman mati oleh pihak Inggris. Sejak saat itu,

masyarakat melayu mengangkat Si Puntum dan Dato Maharaja Lela sebagai

pahlawan Melayu dan Pasir Salak dianggap sebagai salah satu tempat bersejarah.

Atas inisatif yang diambil oleh Kerajaan Negeri untuk menjaga warisan

bersejarah, Pasir Salakdibuka untuk memberi kemudahan kepada wisatawan yang

ingin menginap sambil menikmati kawasan-kawasan bersejarah di Pasir

Salak.Kompleks ini secara resmi dibuka untuk umum pada tahun 2004.

b. Fasilitas

- Terowongan Waktu

Daya tarik

utama di

Kawasan Wisata

Sejarah Pasir

Gambar 3. 8 Mr, JWW Brich

(39)

Salak adalah Terowongan Waktu. Terdiri atas bangunan tradisional Melayu

dengan serangkaian diorama yang diatur dalam urutan kronologis, yang

menggambarkan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Melayu dan Malaysia

dimulai dengan peristiwa Kuala Selingsing. Gedung ini juga memamerkan banyak

koleksi keris.

- Menara jam

- Belotah (panggung tarian panen)

- Lela Rentaka (sejenis meriam yang digunakan oleh orang Melayu)

- Rumah Kutai

- Masjid kayu

- Resort hotel

RESORT AND HOTEL

(40)

III.IV Data

Pemilihan lokasi site berdasarkan pada :

a. Letak site sangat strategis untuk dijadikan kawasan wisata.

b. Potensi yang ada pada site sangat besar. Baik dari segi historis dan

topografinya.

c. Eks Pemeraman Tembakau yang merupakan lahan tidur dapat

dimanfaatkan kembali dalam upaya membangkitkan nilai sejarah

Tembakau Deli dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

III.IV.I Data Umum Lokasi Perancangan

Letak geografis site adalah sebagai berikut :

 Lokasi : Desa Helvetia Kec. Labuhan Deli Kab. Deli

Serdang Sumatera Utara

 Nama Kawasan : Desa Helvetia

 Tipe Kawasan : Pemukiman, Perkebunan

 Luas Kawasan : 8,2 Ha

 Luas Wilayah : 1027 Ha

 Batas Wilayah :

a. Selatan : Kelurahan Karang Berombak, Medan.

b. Utara : Desa Manunggal Labuhan Deli.

c. Timur : Kel. Tanjung Mulia dan Pulo Brayan Medan.

d. Barat : Desa Helvetia Sunggal dan Kelambir Lima

(41)

 Iklim : Suhu udara berkisar antara 25º - 33ºC dengan

curah hujan 30mm/tahun

Lokasi Site

 Lokasi : Desa Helvetia Kec. Labuhan Deli Kab. Deli

Serdang Sumatera Utara

 Luas Area : ± 8,2 Ha

 Kasus Perancangan : Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli

 Status Perancangan : Fiktif

 Kontur Lahan : Datar

 Batas Site :

a. Selatan : Jalan Karya dan Karya Ujung

b. Utara : Jalan Helvetia by Pass.

c. Timur : Sungai Deli.

(42)

III.IV.II Sejarah Eks Pemeraman Tembakau PTPN II

Perkebunan memiliki banyak arti yang berbeda tergantung berdasarkan

fungsi, pengelolaan, jenis tanaman, dan produk yang dihasilkan perkebunan

tersebut. Berdasarkan fungsinya sendiri perkebunan dapat diartikan sebagai usaha

untuk menciptakan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan dan devisa

negara, dan pemeliharaan kelestarian sumber daya alam (Murdiyati, 2010).

Tembakau merupakan salah satu hasil bumi yang memiliki arti penting di

Indonesia dikarenakan penjualan tembakau itu sendiri dapat dipergunakan sebagai

sumber devisa dan pendapatan negara dalam aktivitas ekonomi dan cukup banyak

menyerap tenaga kerja.

Indonesia memiliki berbagai macam tembakau dengan mutu-mutu yang

terbaik.Salah satu nya tembakau yang terkenal di pasar internasional adalah

tembakau Deli yang berasal dari salah satu negara di Indonesia yakni Sumatera

Utara. Tembakau deli merupakan tembakau terbaik dibandingkan

tembakau-tembakau daerah lain, bahkan hal ini sudah terkenal hingga mancanegara.

(Departemen Pertanian, 1994).

Tembakau ditanam untuk pertama kalinya di Tanah Deli oleh pegawai

Belanda yang bernama Jacobus Nienhuyspada tahun 1864. Ternyata, tembakau

Deli menunjukkan prospek yang baik.Pada bulan Maret 1869, contoh daun

tembakau Deli yang pertama tiba di Rotterdam, Belanda. Sambutan para

pedagang tembakau atas daun tembakau Deli sangat memuaskan, karena kualitas

(43)

Keberhasilan ini mendorong berdirinya perusahaan tembakau yang diberi

namaDeli Maatscappij (Deli Company). Dalam waktu singkat, pohon-pohon di

hutan ditebang untuk menyiapkan lahan dan banyak kebun tembakau didirikan.

Setelah berdirinya Deli Maatschappij, pada tahun 1875 berdiri pula

perusahaan Deli Batavia Maatschappij, Tabak Mij Arendburg tahun 1877 dan

Senembah Mij pada tahun 1889, serta banyak perusahaan tembakau lainnya.

Hingga tahun 1889, telah tercatat 170 buah perkebunan besar maupun

kecil.Ke-170 perkebunan tersebut tersebar pada wilayah Siak, Asahan, Serdang, Deli dan

Langkat.

Tetapi kemudian jumlah perkebunan semakin tahun semakin

menyusut.Beberapa perkebunan tidak dapat bertahan dalam persaingan dengan

perkebunan-perkebunan yang berada pada tanah yang baik, yaitu

tanah-tanah yang terletak di antara dua sungai besar, Sungai Ular (Serdang) dan Sungai

Wampu (Langkat).Di luar kawasan itu, satu per satu perusahaan gulung tikar dan

mengalihkan usahanya pada budidaya lainnya, seperti kelapa sawit atau karet

karena tanahnya tidak cocok untuk tanaman tembakau.

Tembakau Deli sendiri di produksi dan di proses di sebuah perkebunan

milik Negara yakni PT. Perkebunan

Gambar 3. 12 Gedung Pemeraman Tembakau pada tahun 1980-an

(44)

Nusantara II (PTPN II), Medan, Sumatera Utara. Kebun Helvetia dibuka pada

tahun 1869 yang diusahakan oleh pemerintah Belanda dengan nama Perusahaan

Deli Maatschappij. Pada masa sebelum kemerdekaan Indonesia, Perusahaan ini

lebih dikuasai oleh pihak Belanda sepenuhnya. PT. Perkebunan Nusantara II

kebun Helvetia merupakan salah satu dari 22 unit perusahaan perkebunan milik

PT. Perkebunan Nusantara II dimana pada awal tahun 2008 terjadi penggabungan

antara kebun Kelambir Lima dengan

kebun Helvetia yang diharapkan dapat meningkatkan efisien dan efektivitas

kinerja BUMN dan Pemerintah.

Pada Tahun 1958 Pemerintah Republik Indonesia mengambil alih

Perusahaan dan diberi nama PPN BARU (Pusat Perkebunan Negara Baru). PT.

Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia ini sendiri terletak di Kabupaten Deli

Serdang.Kebun Helvetia terletak di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Hamparan

Perak dan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang. Dan juga kebun ini terdiri dari

HGU (Hak Guna Usaha) nomor : 111 dan 102 dengan luas lahan seluruhnya

3.372,76 Ha. Kebun Helvetia adalah salah satu kebun tembakau yang tetap

dipertahankan keberadaannya disebabkan oleh faktor produktivitas yang dinilai

masih tinggi guna menutupi tingginya biaya produksi tembakau Deli.

PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia terdiri dari gedung

fermentasi I unit yang berfungsi untuk memisahkan hasil tembakau yang telah

dikeringkan dan disusun menurut tembakau yang masih bagus daunnya dan yang

(45)

PT. Perkebunan Nusantara II lebih memilih melakukan pemasaran ke luar

negeri yaitu Jerman dan Amerika Serikat (AS) dikarenakan Tembakau Deli lebih

populer di pasar Eropa. PT. Perkebunan Nusantara II dinilai telah berhasil

merawat dan mengembangkan mutu tembakau hal ini terbukti dengan diakuinya

mutu tembakau pada lelang di Bremen pada tahun 2007.Mutu yang bagus

membuat harga jual tembakau Deli di pasar lelang memiliki harga yang cukup

tinggi (Portal Indonesia, 2010).

Seiring dengan perkembangan zaman, produksi perkebunan tembakau Deli

semakin menurun.Hal ini disebabkan krisis global yang terjadi di dunia yang

memberikan efek dengan permintaan pasar terhadap cerutu. Dan juga pada tahun

2008, terjadi pembatasan di Negara Eropa yang melarang masyarakat untuk

merokok (Portal Indonesia,2010). Untuk mengantisipasi kerugian yang

disebabkan larangan tersebut pihak manajemen PTPN II lebih memilih melakukan

penjualan di Indonesia (MedanPunya.com,2011). Penjualan tembakau deli yang

dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara II mulai dipasarkan di Indonesia pada

bulan Juni 2011. Disebabkan sebelumnya tembakau masih dikemas di dalam

gedung untuk dipasarkan dipasar Eropa (MedanPunya.com,2011).

Gambar 3. 14 Rumah Manager 1980-an

(46)

Penurunan penjualan pada tembakau Deli di pasar Eropa dikarenakan

beberapa factor antara lain:

1. Permintaan yang menurun karena adanya kampanye anti merokok,

“smoking can cause cancer, heart attack, impotency, pregnancy and

embryo disorder”. Kemudian Negara menaikkan cukai cerutunya,

sehingga cerutu menjadi barang mahal.

2. Produsen sengaja menurunkan produksinya sesuai dengan kemampuan

serapan pasar.

3. Bisa juga lingkungan di Negara produsen sendiri, polusi lingkungan,

pemakain areal yang terus menerus, dosis pemupukan dan penggunaan

obat-obatan yang yang tidak tepat dosis, serta iklim yang susah diprediksi

akan sangat mempengaruhi kualitas dari tembakau sendiri disatu pihak,

dipihak pembeli tuntutan akan kualitas makin tinggi.

4. Terpinggirkannya areal-areal yang sesuai dengan tanaman tembakau

karena perkembangan kota (LembagaPendidikan Perkebunan, 2009).

III.IV.III Aspek Fisik Kawasan Eks Pemeraman Tembakau PTPN II

 Kawasan Sekitar

Peruntukkan lahan disekitar kawasan Eks PTPN II cukup bervariasi, namun pada

umumnya didominasi oleh perumahan warga dengan ekonomi menengah ke bawah.

Deretan ruko dan pertokoan setinggi lebih dari tiga lantai terdapat pada sisi barat laut

(47)

 Eksisting Kawasan

Pada kawasan Eks. PTPN II, terdapat beberapa bangunan dengan fungsi; gudang

pemeraman, kantor pengelola, taman kanak-kanak, rumah pekerja, dan gudang

minyal.

Gambar 3. 15 Eksisting Kawasan

(48)

Kriteria penilaian bangunan yang dipertahankan / tidak dipertahankan pada

Kawasan Kompleks PTPN II MedanKriteria-kriteria fisik visual, yaitu:

- Eseika, yaitu yang berkaian dengan nilai keindahan arsiekural, khususnya

dalam

- hal penampakkan luar bangunan, yaiu:

- Bentuk (sesuai dengan fungsi bangunannya)

- Srukur (ditonjolkan sebagai nilai esteis)

- Ornamen (mendukung dari gaya arsitektur bangunan)

Kriteria-kriteria fisik visual ;

Keistimewaan, yaitu berkaitan dengan nilai keistimewaan, keunikkan dan

kelangkaan bangunan, adalah;

- Sebagai landmark kawasan

- Kelangkaan bangunan (gaya arsitektur umum, dominan, atau satu-satunya)

- Umur bangunan

- Skala monumental (berdsarkan bangunan dan ruang luar)

- Perletakkan yang menonjol (terhadap lingkungan maupun bangunan di

sekitarnya)

Memperkuat citra kwasan, berkaitan dengan pengaruh kehadiran suatu obyek

terhadap kawasan sekitarnya yang sangat bermakna untuk meningkatkn atau

memperkuat kualitas dan citra lingkungan :

- Sesuai dengan fungsi kawasan

- Kesatuan / kontinuitas

(49)

Keaslian bentuk, bberkaitan dengan tingkat perubahan bentuk fisik, baik melalui

penambahan atau pengurangan;

- Jumlah ruang

- Elemen struktur

- Detail / ornament

- Keterwatan, berkaitan dengan kondisi fisik bangunan ;

- Tingkat kerusakkan

- Presentasi sisa bagunan

- Kebersihan

Kriteria – kriteria non fisik

Peran sejarah, berkaitan dengan nilai sejarah yang dimiliki, eristiwa penting yang

mencatat peran ikatan simolis suatu rangkaian sejarah dan babak perkembangan

suatu lokasi, sehingga merujuk pada;

- Sejarah perkembangan arsitektur

- Sejarah perkembangan kota

- Sejarah perjuangan bangsa

- Komersial, berkaitan dengan nilai ekonomi yang berpotensi untuk

dikembangkan, dilihat dari aspek formal dan informal.

- Social budaya, berkaitan dengan nilai social budaya khas kawasan yang

(50)

Rumah Manager

Hubungan dengan Gudang Pemeraman

Jenis Kegiatan

Kriteria Bangunan Penilaian Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang

Dibangun atas nama pemerintah Belanda dengan nama Perusahaan Deli Maatschappij

Memiliki akses jalan bawah tanah yang

berhubungan langsung dengan sungai

Struktur dan konstruksi bangunan merupakan arsitektur Belanda

Bangunan bersejarah sebagai ciri khas/penanda padakomplek PTPN II Medan Helvetia

 Rumah hunian yang di tempati oleh pemilik kebun yaitu tuan belanda perkebunan tembakau pada masa itu

 Secara berkala, rumah ini dihuni oleh manager distrik di setiap pergantian periode kerja

 Sebagai tempat beristirahat manajer distrik, tetapi tidak sebagai hunian tetap

 Dikelola oleh beberapa penjaga,

termasuk dengan tugas

melayani tamu

 Sudah dilakukan beberapa kali renovasi pada bagian interior

Kriteria Fisik-Visual:

Gambar 3. 17 Rumah Manager 1980-an

(51)

Kantor Distrik

Hubungan dengan Gudang Pemeraman

Jenis Kegiatan

Kriteria Bangunan Penilaian Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang

Dibangun bukan pada masa Belanda, akan tetap pada saat itu gudang pemeraman tembakau masih aktif digunakan

Berada di depan bangunan gudang pemeraman tembakau

Sebagai tempat administrasi pendistribusian tembakau

.

 Belum didirikan pada masa pemerintahan Belanda  Setelah beralih ke PTPN II

Medan, kantor ini digunakan untuk mengurus administrasi kantor tembakau

Sudah di non-aktifkan

Kriteria Fisik-Visual:

(52)

Rumah Staff

Hubungan dengan Gudang Pemeraman

Jenis Kegiatan

Kriteria Bangunan Penilaian Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang

Dibangun bukan pada masa Belanda, akan tetap pada saat itu gudang pemeraman tembakau masih aktif digunakan

Berada di depan bangunan gudang pemeraman tembakau

Sebagai tempat administrasi pendistribusian tembakau

 Belum didirikan pada masa pemerintahan Belanda  Setelah beralih ke PTPN II

Medan, rumah ini digunakan sebagai hunian para staff perkebunan

Masih dihuni oleh staff

perkebunan tembakau Kriteria Fisik-Visual: Estetika

(53)

Gudang Minyak

Hubungan dengan Gudang Pemeraman

Jenis Kegiatan

Kriteria Bangunan Penilaian Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang

Sebagai akses kegiatan antar-gudang Struktur dan konstruksi massa bangunan

yang sama

Fasade berupa papan kayu

 Menyimpan pasokan minyak Menyimpan pasokan minyak yang akan di didistribusikan ke perkebunan tembakau eks pemeraman dan

Gambar 3. 21 Gedung Minyak

(54)

Pos Security

Hubungan dengan Gudang Pemeraman

Jenis Kegiatan

Kriteria Bangunan Penilaian Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang

Dibangun pada masa Belanda bersamaan dengan Gudang Pemeraman Tembakau

Sebagai tempat pos bagi penjaga keamanan kebun tembakau pada masa itu

Sebagai tempat pos bagi penjaga keamanan kebun tembakau

Akses melapor bagi para tamu yang mengunjungi kawasan perkebunan

(55)

Gudang Pupuk Kayu

Hubungan dengan Gudang Pemeraman Jenis Kegiatan Kriteria Bangunan Penilaian

Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang Sebagai akses kegiatan antar-gudang

Dibangun pada masa Belanda bersamaan dengan Gudang Pemeraman Tembakau

Struktur dan konstruksi massa bangunan yang sama

Fasade berupa papan kayu

Menyimpan pasokan pupuk kayu

Sudah di non-aktifkan Kriteria Fisik-Visual: Estetika

Keistimewaan Memperkuat citra

kawasan Tata letak gudang

eks pemeraman dangudang pupuk kayu

Gambar 3. 23 Gudang Pupuk Kayu

(56)

Taman Kanak-Kanak

Hubungan dengan Gudang Pemeraman Jenis Kegiatan Kriteria Bangunan Penilaian

Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang

 Beberapa Manager komplek merupakan

alumni di TK ini  Di bangun pada tahun 90 an

Adanya aktivitas belajar dan fasilitas bermain pada masa itu

Masih ada aktivitas belajar dan bermain di taman kanak-kanak

Hanya ada kegiatan di pagi hari ketika ada aktivitas taman kanak-kanak

eks Pemeraman dan taman kanak kanak

Tabel 7 Penilaian Taman Kanak-kanak

(57)

Pohon Beringin

Hubungan dengan Gudang Pemeraman Jenis Kegiatan Kriteria Bangunan Penilaian

Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang

 Sudah ada sejak pertama kali kompleks ini di bangun, sehingga memiliki nilai sejarah

Sebagai salah satu icon Memperkuat citra

kawasan

Gambar 3. 25 Pohon Beringin

(58)

Pepohonan

Hubungan dengan Gudang Pemeraman Jenis Kegiatan Kriteria Bangunan Penilaian

Tahun 1869 - Tahun 2008 Tahun 2008 - Sekarang

 Sudah ada sejak pertama kali kompleks ini di bangun, sehingga memiliki nilai sejarah

Sebagai salah satu icon PTPN II Medan Helvetia yang layak dipertahankan

Masih bertahan Kriteria Fisik-Visual: Estetika

Keistimewaan Memperkuat citra

kawasan

Gambar 3. 26 Pohon yang membentuk

vista

(59)

Kesimpulan:

Titik-titik yang dipertahankan pada site antara

lain :

- Gudang pemeraman tembakau

- Rumah manager

- Pohon beringin dan pepohonan yang

menciptakan vista

- Gudang minyak

Undang-Undang dan Peraturan

Garis sempadan

Utara 6,5 m

Selatan 4,2 m

Timur 15 m

Barat 3,5 m

KDB Bangunan 0,6 x La

= 0,6 x 8,2 Ha

= 4,92 Ha

KDH Bangunan 0,25 x La

= 0,25 x 8,2 Ha

= 2,05 Ha

KLB Bangunan = (2,4xLa) / KDB

(60)

III.V Analisa

Untuk menciptakan sebuah masterplan, diperlukan analisa sebagai bahan pertimbangan

peletakan bangunan agar suasana yang akan terjadi sesuai dengan fungsi yang akan

diletakkan. Analisa yang dipakai untuk menciptakan masterplan tersebut adalah :

1. Analisa Fungsi

Analisa fungsi ditujukan untuk mengetahui fungsi apa saja yang diperlukan dan

nantinya akan diterapkan pada kawasan ini berdasarkan pertimbangan dari data yang

ada beserta asumsi yang diambil.

2. Analisa peletakan fungsi bangunan

Analisa peletakan fungsi bangunan diperlukan untuk membuat beberapa kemungkinan

yang akan diambil sebagai zona peletakan bangunan. Adanya zona peletakan bangunan

ini berdasar kepada rekomendasi beberapa analisa seperti analisa view, kebisingan,

aksesibilitas.

3. Analisa Sirkulasi

Analisa sirkulasi yang dimaksud adalah analisa yang berkaitan dengan sirkulasi yang

terjadi di dalam site kawasan.

III.V.I Analisa Fungsi

Kawasan eks pemeraman tembakau PTPN II adalah merupakan kawasan yang

dulunya terkenal dengan penghasilan tembakau yang sampai diekspor ke luar negeri,

dan Kota Medan menjadi terkenal karena penghasil tembakau dengan mutu tinggi.

Namun, semakin lama ketenaran akan tembakau memudar dan kini yang tinggal

hanyalah bangunan lama yang berdiri dengan kokoh namun tidak ada kegiatan lagi

(61)

tembakau seperti yang dahulu tetapi sudah menjadi kawasan wisata sejarah bagi

pengguna.

Fungsi yang ditawarkan juga berkenaan dengan fungsi wisata. Karena nilai

historis yang menjadi ciri khas dari kawasan ini maka perlunya bangunan seperti

museum dan agrowisata untuk mempertahankan historis dari perkebunan dan bangunan

peninggalan dari zaman dulu. Kemudian didukung oleh fasilitas komunitas untuk

mengembangkan nilai kawasan ini dan faktor penginapan juga penting untuk para

pengunjung yang ingin berlama-lama menikmati kawasan ini.

Fungsi wisata air dan kuliner juga mendukung fasilitas yang ada dan juga untuk

menambah variasi fungsi bangunan yang ada di kawasan ini.

(62)

Museum

Museum dijadikan salah satu fungsi dalam kawasan ini karena adanya bangunan

bersejarah yang masih berdiri pada kawasan ini yaitu bangunan gedung pemeraman

tembakau dan rumah manager dari perkebunan ini. Nilai sejarah tinggi terlihat dari

eksterior bangunan yang sudah kelihatan berumur puluhan tahun dan juga teknologi

bangunan yang masih dipakai pada zaman kolonial. Hal ini yang membuat fungsi

museum layak untuk dijadikan fungsi bangunan pada kawasan ini sehingga bangunan

ini bisa menjadi beroperasi dan terus menerus dapat digunakan.

Pusat Komunitas

Pusat komunitas cukup banyak

berkembang di Kota Medan contohnya

adalah komunitas Medan Heritage,

Medan Berkebun, komnuitas fotografi,

komunitas art dan pertunjukan dan lai

sebagainya. Sebagai kawasan yang akan dijadikan kawasan wisata bersejarah maka

pusat komunitas perlu diletakkan pada kawasan ini dikarenakan ini menjadi wadah para

Gambar 3. 28 Rumah Manager Gambar 3. 29 Pemeraman Tembakau

(63)

komunitas untuk belajar banyak tentang sejarah dan juga kebun tembakau atau tanaman

lainnya. Selain itu adanya komunitas membuat kawasan ini menjadi wisata masyarakat

untuk melihat komunitas yang ada di Medan dan berkesempatan ikut dalam komunitas

tersebut.

Diorama

Diorama menjadi salah satu fungsi wisata

yang diterapkan pada kawasan ini. Fungsi ini perlu

karena untuk mengingat kembali atau belajar

bagaimana memproses daun tembakau. Dengan

adanya diorama ini pengunjung dapat melihat proses

tradisional yang dilakukan pada zaman hindia

belanda dalam memproses tembakau. Dengan demikian masyarakat dapat mempelajari

sejarah dan proses pengelolaan tembakau. Di dalam diorama ini pengunjung juga dapat

menikmati proses pembibitan tembakau, sampai dengan hasil jadinya. Hal ini dapat

menarik pengunjung untuk datang ke Keawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli.

Hotel

lebih merasakan suasana wisata sungai dan bersejarah yang tidak dapat dirasakan

Gambar 3. 31 Diorama di Kawasan Wisata Sejarah Pasir Salak, Malaysia

(64)

ditempat yang lain. Penginapan nantinya akan berupa bangunan yang bertingkat banyak

dan juga berupa cottage kecil sehingga keluarga sekalipun dapat menetap pada kawasan

ini.

Pasar

Pasar merupakan fungsi yang diletakkan pada kawasan ini. Hal ini menjadi

pertimbangan bahwa pada daerah

lingkungan sekitar kawasan wisata ini

tidak terdapat pasar bagi penduduk,

sehingga fungsi pasar sangat

diperlukan untuk menyediakan komoditi

utama masyarakat. Selain itu, karena berada dikawasan wisata,maka pasar ini juga

berfungsi menjadi pasar wisata yang menyediakan souvenir yang berkaitan dengan

wisata sejarah dan hasil perkebunan.

Taman Rekreasi & Kuliner

Taman rekreasi dan kuliner menjadi fungsi wisata terakhir yang berada di

kawasan ini. Fungsi ini diharapkan menjadi factor pemasukan juga selain fungsi –

fungsi wisata lainnya. Taman rekreasi yang

berupa tempat pemandian atau waterpark

dibuat untuk menambah daya tarik wisata bagi

pengunjung yang hadir dikawasan ini. Fungsi

lainnya adalah fungsi wisata kuliner yang

Gambar 3. 33 Contoh Pasar

(65)

dipertimbangkan karena banyaknya masyrarakat yang hadir memerlukan wadah untuk

menikmati bermacam kuliner yang ada di kawasan ini dengan suasana kolonial dan

suasana alam terbuka.

RTH / Plaza

RTH (Ruang Terbuka Hijau) adalah

lahan yang difungsikan untuk kegiatan publik

tanpa ada bangunan tinggi di dalamnya. Lahan

ruang terbuka hijau memang berupa lahan

dengan taman-taman.

Area Promanade

Area promenade adalah area yang

difungsikan berjalan-jalan. Fungsi ini muncul

karena adanya fungsi sungai Deli yang berada

di sekitar kawasan. Area ini berjarak 15 meter

dari pinggiran sungai sesuai dengan ketetapan garis

sempadan sungai. Area ini akan dimanfaatkan

dengan aktivitas bersantai dan berolahraga seperti

jogging track dan bicycle track. Selain itu, terdapat

gazebo yang berada dipinggiran sungai sebagai

tempat duduk bagi pengunjung yang ingin beristirahat

sambil melihat pemandangan sungai Deli.

Gambar 3. 35 Contoh Plaza

Gambar

Gambar 3. 5 Peta Wisata Kota tua Jakarta
Gambar 3. 6 Bangunan bersejarah di sekitar Kota Tua, Jakarta
Gambar 3. 7 Peta Wisata Sejarah Pasir Salak, Malaysia
Gambar 3. 9 Diorama di Kawasan Wisata Sejarah Pasir Salak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fokus pemasaran baru kami, seperti dijelaskan secara eksplisit dalam rencana pemasaran ini, adalah memperbaharui visi dan memokuskan strategi kami pada penambahan nilai pada

Dalam gambar 22, terlihat bahwa laju paparan radiasi di ruang Toilet/WC pasien ini tergolong tingkat rendah dengan nilai bacaan 0,074-0,194 µSv/jam dimana laju paparan radiasi

Wacana relasi gender suami istri dalam beberapa pandangan tokoh Aisyiyah relatif berbeda, namun secara umum dalam pandangannya memaknai konsep gender ini sama antara

Konsep-Konsep dan Strategi Sistem Informasi Kesehatan, meliputi : Sistem Informasi Tidak Identik dengan Sistem Komputerisasi, Sistem Informasi

Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Pap‟s Smear dengan Sikap Deteksi Dini Kanker Serviks pada. wanita usia 35-55 tahun di

penelitian tentang pengaruh Brain Gym terhadap perubahan tingkat stres pada remaja (usia 12-15 tahun) dengan harapan bahwa penelitian ini dapat memberikan manfaat pada

Sebagai alat bantu serta manusia sebagai operatornya dapat menghasilkan laporan-laporan secara cepat, efisien, laporan-laporan yang dihasilkan dalam program Sistem

Reviewers rate proposals’ alignment to basic Scientiic Merit criterias as described in Section 5: DIPI Scientiic Review Guidelines as excellent, good, fair, or poor and