i
SKRIPSI
ARI TRI WAHYUNI
STUDI PENGGUNAAN SEFTRIAKSON
PADA PASIEN GANGREN DIABETIK
(Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Sidoarjo)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam karena berkat rahmat
dan hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “STUDI
PENGGUNAAN SEFTRIAKSON PADA PASIEN GANGREN DIABETIK (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Sidoarjo)”
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang. Pada penyusunan naskah ini penulis tidak lepas dari
peranan pembimbing dan seluruh pihak lain. Oleh karena itu, penulis ingin
berterima kasih dengan segala kerendahan hati kepada:
1. Allah SWT, Tuhan semesta alam yang melimpahkan rahmat dan hidayahNya
kepada kita semua, Rasulullah SAW, Nabi akhir zaman menuntun kita ke
jalan yang lurus.
2. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, S.Kep., Sp. Kom. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk belajar di Program Studi Farmasi Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Direktur RSUD Sidoarjo beserta jajarannya yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di RSUD Sidoarjo.
4. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Timur dan
Kabupaten Sidoarjo beserta jajarannya yang telah memberikan rekomendasi
penelitian pada penulis di RSUD Sidoarjo.
5. Staf Pegawai Rekam Medis RSUD Sidoarjo yang telah banyak membantu
dalam proses pengambilan data skripsi.
6. Ibu Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp. FRS. selaku dosen pembimbing I
dan Bapak Drs. Didik Hasmono, M.S., Apt. selaku dosen pembimbing II
yang telah memberikan pengarahan, bimbingan serta motivasi hingga
v
7. Ibu Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp. FRS. selaku dosen penguji I dan Ibu
Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc., Apt. selaku dosen penguji II yang telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
8. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda M.Syerly, S.Sos.,M.Si., dan Ibunda
Aisyah Munawarah, yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, doa dan
pengorbanan mereka demi keberhasilan putra-putrinya.
9. Kepada saudaraku tersayang Bang Long Fisi, Kak Ngah Irma, Bang Ning
Idham dan Kak Su Tika yang selalu menyayangiku.
10.Sahabat-sahabatku Safir, Mas Firman, Norman dan Dita yang telah menjadi
sahabat terbaik selama ini.
11.Teman Farmasi 2011, khususnya Farmasi kelas A terima kasih atas masa
yang telah kita lewati bersama dalam menuntut ilmu.
12.Untuk semua pihak yang belum disebutkan namanya, penulis memohon maaf
dan berterima kasih yang sebesar-besarnya. Semua keberhasilan dalam
penulisan skripsi ini berkat doa, bantuan dan motivasi dari kalian semua.
Jasa dari semua pihak yang telah banyak membantu dalam proses
terselesainya skripsi ini, penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih. Semoga
kebaikan kalian dapat imbalan dari Allah SWT. Penulis juga menyadari bahwa
skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga hasil penulisan ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan penelitian selanjutnya, amin.
Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Malang, Februari 2016
Penyusun,
vi
RINGKASAN
STUDI PENGGUNAAN SEFTRIAKSON PADA PASIEN GANGREN DIABETIK
(Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Sidoarjo)
Gangren diabetik merupakan salah satu komplikasi dari diabetes mellitus yang diakibatkan oleh neuropati (neurophaty diabetic) dan penyakit arteri perifer (peripheral vaskular disease) serta diperparah oleh adanya infeksi. Gangren terjadi karena kematian jaringan akibat berkurangnya atau berhentinya aliran darah untuk menyuplai oksigen ke jaringan tersebut. Sekitar 15% pasien diabetes menderita ulkus kaki diabetik dan 20% dari mereka berakhir dengan amputasi ekstrimitas bawah.
Tujuan terapi pada pasien gangren diabetik antara lain yaitu:(1) menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pasien, (2) menurunkan resiko amputasi ekstrimitas bawah serta (3) meningkatkan kualitas hidup pasien gangren diabetik. Gangren merupakan hasil dari interaksi yang kompleks dari dua faktor risiko utama: neuropati dan penyakit pembuluh darah perifer. Neuropati memainkan peran utama dengan berbagai tingkat perubahan dalam fungsi otonom, sensorik, dan motorik. Neuropati motorik menyebabkan kelemahan otot, atrofi, dan parises. Neuropati sensorik menyebabkan hilangnya sensasi protektif nyeri, tekanan, dan panas. Neuropati otonom menyebabkan vasodilatasi dan penurunan keringat mengakibatkan hilangnya integritas kulit, dan rentan terhadap infeksi mikroba. Bakteri pertama yang menginfeki luka adalah bakteri gram positif aerob seperti Staphylococcus aureus, Enterococcus spp., dan ß-hemolytic streptococci. Kemudian semakin parah disebabkan infeksi polimikrobakterial oleh bakteri gram negatif Enterobacteriaceae dan Pseudomonas spp., disertai bakteri anaerob. Seftriakson merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga yang mempunyai aktivitas antibakteri spektrum luas dengan mekanisme kerja menghambat sintesis dinding sel bakteri.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola penggunaan seftriakson pada pasien gangren diabetik di Instalasi rawat inap RSUD Sidoarjo terkait jenis, dosis, rute, frekuensi dan lama penggunaan yang dikaitkan dengan data klinik, laboratorium, dan mikrobiologi pasien.
vii
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Studi Penggunaan Seftreiakson Pada Pasien Gangren Diabetik yang dilakukan di RSUD Sidoarjo periode Januari sampai Desember 2014, data pasien yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 35 pasien dengan data demografi pasien laki-laki sebanyak 22 pasien (63%) dan perempuan sebanyak 13 pasien (37%). Sedangkan pada data demografi usia pasien gangren diabetik terbanyak yaitu rentang 51-60 tahun sebanyak 14 pasien (40%). Hal ini disebabkan karena penambahan usia akan menurunkan sensitivitas insulin. Status pasien gangren diabetik terbanyak yaitu dengan status JKN Non PBI sebanyak 32 pasien (91%), status pasien ini dapat digunakan sebagai pertimbangan mengambil keputusan dalam memberikan terapi yang tepat berdasarkan aspek farmakoekonomi.
Pola terapi tunggal pada pasien gangren diabetik yaitu sebanyak 13 pasien (29%) diterapi seftriakson (2x1 g) IV. Seftriakson telah terbukti aktif terhadap sebagian besar isolat bakteri, baik in vitro dan infeksi klinis, gram negatif misalnya Enterobacter aerogenes, Enterobacter cloacae, gram positif misalnya Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus pneumoniae, Streptococcus pyogenes dan bakteri anaerob misalnya Bacteroides fragilis, spesies Clostridium dan spesies Peptostreptococcus.
Sedangkan terapi kombinasi terbanyak yaitu seftriakson (2x1 g) IV + metronidazol (3x500 mg) IV sebanyak 33 pasien (66%). Hal ini diberikan karena infeksi telah memasuki grade moderate dan severe akibat polimikrobial gabungan aerob dan aerob. Seftriakson dikominasikan dengan metronidazol agar dapat mencakup bakteri anerob seperti Bacteriodes fragilis dan Clostridium defficile. Penggunaan seftriakson pada pasien gangren diabetik di instalasi rawat inap RSUD Sidoarjo terkait jenis, dosis, rute, dan interval telah sesuai dengan guidelines.
x
x
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PENGUJIAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
RINGKASAN ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 4
1.3Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1 Tujuan Umum ... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ... 4
1.4Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Tinjauan Tentang Diabetes Mellitus ... 5
2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus ... 5
2.1.2 Epidemiologi Diabetes Mellitus ... 5
2.1.3 Klasifikasi Diabetes Mellitus ... 6
2.1.4 Etiologi Diabetes Mellitus ... 7
2.1.4.1Diabetes Mellitus Tipe 1 ... 7
2.1.4.2Diabetes Mellitus Tipe 2 ... 7
2.1.4.3Diabetes Mellitus Gestasional ... 8
2.1.5 Patofisiologi Diabetes Mellitus ... 8
2.1.5.1Diabetes Mellitus Tipe 1 ... 8
2.1.5.2Diabetes Mellitus Tipe 2 ... 10
xi
2.1.7 Faktor Resiko Diabetes Mellitus ... 11
2.1.7.1Obesitas dan Aktivitas Fisik ... 11
2.1.7.2Pola Makan ... 12
2.1.7.3Faktor Genetik ... 12
2.1.7.4Usia ... 12
2.1.7.5Glukosa Darah Saat Kehamilan ... 12
2.1.8 Komplikasi Akut Diabetes Mellitus ... 13
2.1.8.1Hipoglikemia ... 13
2.1.8.2Hiperglikemia dan Koma Hiperosmolar Nonketotik ... 13
2.1.8.3Ketoasidosis Metabolik ... 13
2.1.9 Komplikasi Kronis Diabetes Mellitus ... 14
2.1.9.1Komplikasi Makrovaskular ... 14
2.1.9.1.1 Serebrovaskular ... 14
2.1.9.1.2 Penyakit Kardiovaskular ... 14
2.1.9.1.3 Penyakit Arteri Perifer ... 14
2.1.9.2Komplikasi Mikrovaskular ... 15
2.1.9.2.1 Nefropati Diabetik ... 15
2.1.9.2.2 Retinopati Diabetik ... 15
2.1.9.2.3 Neuropati Diabetik ... 15
2.2 Gangren ... 16
2.2.1 Definisi Gangren ... 16
2.2.2 Epidemiologi Gangren ... 16
2.2.3 Etiologi dan Patofisiologi Gangren ... 17
2.2.4 Manifestasi Klinis Gangren ... 18
2.2.5 Klasifikasi Gangren ... 18
2.2.6 Faktor Resiko Gangren ... 22
2.3 Penatalaksanaan Terapi Diabetes Mellitus Dengan Gangren ... 22
2.3.1 Terapi Non Farmakologi ... 22
2.3.1.1Perawatan Kaki ... 22
2.3.1.2Pengaturan Diet ... 23
2.3.1.3Debridement ... 23
xii
2.3.1.5Edukasi ... 23
2.3.1.6Amputasi ... 23
2.3.2 Terapi Farmakologi ... 24
2.3.2.1Terapi Insulin ... 24
2.3.2.2Terapi Obat Anti Diabetes ... 26
2.3.2.2.1 Sulfonilurea ... 26
2.3.2.2.2 Biguanid ... 28
2.3.2.2.3 Golongan Meglitinida ... 29
2.3.2.2.4 Thianzolidindion ... 29
2.3.2.2.5 Inhibitor α Glukosidase ... 30
2.3.2.3Terapi Antibiotik ... 31
2.3.2.3.1 Penisilin ... 32
2.3.2.3.2 Flourokuinolon ... 33
2.3.2.3.3 Metronidazol . ... 33
2.3.2.3.4 Klindamisin ... 35
2.3.2.3.5 Sefalosporin ... 35
2.4 Seftriakson . ... 37
2.4.1 Mekanisme Kerja Seftriakson ... 37
2.4.2 Indikasi Seftriakson ... 37
2.4.3 Dosis dan Farmakokinetik Seftriakson ... 37
2.4.4 Interaksi Obat ... 38
2.4.5 Efek Samping ... 38
2.4.6 Sediaan Yang beredar Di Indonesia ... 38
2.4.7 Studi Penggunaan Seftriakson Pada Pasien Gangren Diabetik ... 40
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 42
BAB IV METODE PENELITIAN ... 46
4.1 Rancangan Penelitian ... 46
4.2 Populasi dan Sampel ... 46
4.2.1 Populasi ... 46
4.2.2 Sampel ... 46
4.2.3 Kriteria Data Inklusi ... 46
xiii
4.3 Bahan Penelitian ... 47
4.4 Instrumen Penelitian ... 47
4.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 47
4.6 Definisi Operasional ... 47
4.7 Metode Pengumpul Data ... 48
4.8 Analisis Data ... 49
BAB V HASIL PENELITIAN ... 50
5.1Data Demografi Pasien ... 51
5.1.1 Jenis Kelamin ... 51
5.1.2 Usia ... 51
5.1.3 Status Pasien ... 52
5.1.4 Klasifikasi Gangren Diabetik ... 52
5.1.5 Diagnosa Penyerta Pada Pasien Gangren Diabetik ... 53
5.1.6 Intervensi Bedah Pada Pasien Gangren Diabetik ... 54
5.1.7 Penggunaan Antibiotik Seftriakson pada Pasien Gangren Diabetik 54 5.1.8 Kultur Kuman dan Sensitivitas Antibiotik ... 57
5.1.9 Pola Terapi Insulin dan Anti Diabetes Oral ... 58
5.1.10 Lama Perawatan Pasien di Rumah Sakit ... 59
5.1.11 Kondisi PasieN Saat Keluar Rumah Sakit (KRS) ... 60
5.1.12 Profil Pasien Gangren Diabetik Kondisi KRS Meninggal ... 60
BAB VI PEMBAHASAN ... 61
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 79
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Anatomi Pankreas ... 8
2.2 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe 1 ... 9
2.3 Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe 2 ... 10
2.4 Patofisiologi Gangren ... 17
2.5 Struktur Insulin ... 24
2.6 Struktur Kimia Sefalosporin ... 35
2.7 Struktur Kimia Seftriakson ... 37
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
II.1 Klasifikasi Diabetes Mellitus ... 6
II.2 Klasifikasi Kaki Diabetik Menurut Wagner ... 19
II.3 Klasifikasi Luka ... 20
II.4 Klasifikasi Tingkat Keparahan Infeksi ... 21
II.5 Jenis Sediaan Insulin dan Profil Kerjanya ... 25
II.6 Sediaan Golongan Sulfonilurea yang beredar di Indonesia ... 26
II.7 Sediaan Metformin di Indonesia ... 28
II.8 Sediaan Meglitinida di Indonesia ... 29
II.9 Sediaan Thiazolidindion di Indonesia ... 30
II.10 Sediaan Acarbose di Indonesia ... 31
II.11 Tabel Pemilihan Antibiotik Secara Empiris Pada Gangren Diabetik ... 32
II.12 Sediaan Metronidazol di Indonesia ... 34
II.13 Klasifikasi Golongan Sefalosporin ... 36
II.14 Sediaan Seftriakson Yang Beredar Di Indonesia ... 38
V.1 Jenis Kelamin Pasien Gangren Diabetik ... 51
V.2 Usia Pasien Gangren Diabetik ... 51
V.3 Status Pasien Gangren Diabetik ... 52
V.4 Klasifikasi Gangren Diabetik Berdasarkan IDSA ... 52
V.5 Diagnosa Penyerta Pasien Gangren Diabetik ... 52
V.6 Pasien Gangren Diabetik yang Mendapat Intervensi Bedah ... 53
V.7 Pola Penggunaan Terapi Antibiotik Seftriakson ... 54
V.8 Pola penggunaan Terapi Antibiotik Seftriakson Tunggal Maupun Kombinasi pada Pasien Gangren Diabetik ... 55
V.9 Pola Penggantian Antibiotik Pada Pasien Gangren Diabetik ... 56
V.10 Kultur Kuman pada Pasien Gangren Diabetik ... 57
V.11 Hasil Kultur Kuman dan Sensitivitas Antibiotik ... 57
V.12 Pola Terapi Insulin dan Anti Diabetes Oral ... 58
V.13 Lama Perawatan Pasien Gangren Diabetik ... 59
V.14 Kondisi Pasien Saat Keluar Rumah Sakit (KRS) ... 59
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Daftar Riwayat Hidup ... 87
2 Surat Pernyataan ... 88
3 Surat Ijin Penelitian ... 89
4 Surat Laik Etik ... 93
79
DAFTAR PUSTAKA
Alberti, K. G. M. M., Zimmet, P., Shaw, J., 2007. International Diabetes
Federation: A Consensus On Type 2 Diabetes Prevention. Diabetic
Medicine, Vol. 24, p. 451–463
American Diabetes Association, 2012. Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus.Diabetes Care, Vol. 35, Supplement 1, p.64-71
American Diabetes Association, 2015. Standards Of Medical Care in Diabetes – 2015. Diabetes Care, Vol. 38, p. 1-94
Apelqvist, Jan; Botros, Mariam; Clerici, Giacomo, Cundell, Jill; Ehrler, Solange;
Hummel Michel, Lipsky, Benjamin A; Martinez, J. Louis Lazaro; Thomas,
Rosalyn; and Tulley, Susan, 2013. Best Practice Guidelines: Wound
Management in Diabetic Foot Ulcers. Wounds International,p. 5-6.
Bader, Mazen S., 2008. Diabetic Foot Infection. American Family Physician,
Vol. 78, No. 1, p. 71-78
Bochud, Pierre-Yves., Glauser, Michel P., Calandra, Thierry., 2001. Antibiotic in
Sepsis. Intensive Care Med. Vol. 27 p. 33-58
Bozkurt, Fatma., Gulsun, Serda., Tekin, Recep., Hosoglu, Salih., Acemoglu,
Hamit., 2011. Comparison Of Microbiological Results Of Deep Tissue
Biopsy And Superficial Swab In Diabetic Foot Infections. Journal of
Microbiology and Infectious Diseases. p. 122-127
BPOM RI, 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
BPOM RI, 2010. InfoPOM. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia, Vol. IX, No. 5, p. 3-4.
Cade, W Todd., 2008. Diabetes-Related Microvascular and Macrovascular
Diseases in the Physical Therapy Setting. Journal of The American
80
80
Caudell, Britanny Stapp., 2008. Gangrene: Recognizing and treating cellular
necrosis. Assosiation of Surgical Technologist. p. 547-552
CDC, 2014. National Center For Chronic Disease Prevention And Health
Promotion, p. 1-12
Colda, Anca., Petcu, Daniel., 2011. Contribution Of Arteriopathy And
Neuropathy In The Development Of Diabetic Foot Gangrene. Bucharest:
National Institute of Diabetes, Nutrition and Metabolic Diseases “Prof. Dr.
N. Paulescu”, p 109-115
Davey, Patrick., 2006. At a Glance ; Medicine. Jakarta : Erlangga, hal 135-138
DEPKES RI, 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus.
Jakarta : Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI
Deruiter, Jack., 2003. Overview Of The Antidiabetic Agents. Endocrine
Pharmacotherapy Module, Spring, p. 3-20
Dipiro, Joseph T., Talbert., Lobert L., Yee, Gary C., Wells, Barbara G, Posey., L
Michael., 2008. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. 7th
Edition. United States of America: The McGraw-Hall Companies, Inc.,
p.1205-1235
Falconer, Travis M., Eikelboom, John W., Hankey, Graeme J., Norman, Paul E.,
2008. Management Of Peripheral Arterial Disease In The Elderly: Focus On
Cilostazol. Clinical Interventions in Aging, p. 17-23
Fish., Douglas N., 2006. Meropenem In The Treatment Of Complicated Skin And
Soft Tissue Infections. Therapeutics And Clinical Risk Management, p.
401–415
Fitra, Nanang., 2008. Pola Kuman Aerob dan Sensitifitas Pada Gangren
Diabetik. Tesis: Program Studi Dokter Spesialis Patologi Klinik Fakultas
81
Fitriani, Evayani Arum., 2015. Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Komplikasi Foot Ulcer Di Instalasi
Rawat Inap Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Tahun 2014. Skripsi:
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Forbes, Josephine M., Cooper, Mark E., 2013. Mechanisms of Diabetic
Complications, American Physiological Society, Vol. 93, p. 1-5
Gale , E. A.M., Gillespie K.M., 2001. Diabetes and Gender. Diabetologia,p.3-15.
Graham, Donald R., Talan, David A., Nichols, Ronald L., Lucasti, Christopher.,
Corrado, Michael., Morgan, Nancy., Fowler, Chynthia L., 2002.
Once-Daily, High-Dose Levofloxacin versus Ticarcillin-Clavulanate Alone or
Followed by Amoxicillin-Clavulanate for Complicated Skin and
Skin-Structure Infections: A Randomized, Open-Label Trial. Clinical Infectious
Diseases, p. 381-388
Gunawan, Sulistia Gan., 2012. Farmakologi dan Terapi, edisi 5. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, hal. 585-722
Gupta, S.K., Mahajan, Annil., Tandon, Vishal., 2004. Gabapentin For The
Treatment Of Neuropathic Pain. JK Science. Vol. 6 No. 3, p. 113-114
Gyssens, I.C., Bax, H.I., Van Assen, E.F. Schippers S., Strum, C.W. Ang, Dr. P.,
Van der Meer, Y.G., Boermeester, M.A., Pickkers, J.A. Schouten Dr. P.,
Janssen, J.J.W.M., Blijlevens, N.M.A., 2010. SWAB Guidelines for:
Antibacterial Therapy Of Adult Patients With Sepsis. Stichting Werkgroep
Antibioticabeleid. p. 19-25
Hermansen, K., Fontaine, P. Kukolja, K. K., Peterkova, V., Leth, G., Gall., M.-A.,
2004. Insulin Analogues (Insulin Detemir And Insulin Aspart) Versus
Traditional Human Insulins (NPH Insulin And Regular Human Insulin) In
82
82
Hoffman, La-Roche., 2015. Rochephin (Ceftriaxone-Sodium) for Injection. USA:
Genentech Inc. P. 1-25
Hotchkiss, Richard S., Karl, Irene E., 2003. The Pathophysiology and Treatment
of Sepsis. The New England Journal of Medicine, p. 138-150
ICSI, 2014. Health Care Guideline: Diagnosis and Management of Type 2
Diabetes Mellitus in Adults, Sixteenth Edition, p. 6
IDAI, 2009. Konsensus Nasional Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 1. UKK
Endokrinologi Anak Dan Remaja, World Diabetes Foundation, p. 1-6
IDF, 2013. International Diabetic Federation (IDF) Diabetes Atlas, Sixth
Edition.
IDF, 2014. International Diabetic Federation (IDF) Diabetes Atlas, Seventh
Edition.
Ifayani, Vety., 2014. Studi Penggunaan Seftriakson Pada Pasien Gangren
Diabetes. Skripsi: Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
Jasiecka A., Malanka, T., Jaroszewski, J.J., 2014. Pharmacological characteristics
of Metamizole. Polish Journal of Veterinary Sciences, Vol. 17, No. 1,
207–214
Joshi, Shanshank R., Parikh, Rakesh M., Das, A. K., 2007. Insulin - History,
Biochemistry, Physiology and Pharmacology. Supplement Of Japi, Vol 55,
p. 19-25
Kavitha, Karakkathu V., Tiwari, Shalbha., Purandare, Vedavati B., Khedkar.,
Sameer, Bhosale., Unnikrishnan, Ambika G., 2014. Choice of wound care in
diabetic foot ulcer: A practical Approach. World Journal of Diabetes, p. 546-556
Kumar, R., 2013. Dasar – Dasar Patofisiologi Penyakit, Jakarta: Bina Rupa
83
Leese, Graham., Nathawi, Dilip., Young, Mattew., Seaton, Andrew., Kennon,
Brian., Hopkinson, Helen., Stang, Duncan., Lipsky, Benjamin., Jeffcoate,
William., Berendt, Tony., 2009. Use of Antibiotics in People with Diabetic
Foot Disease: A Consensus Statement, The Diabetic Foot Journal, Vol 12,
No. 12, p 1-10
Lipsky, Benjamin A., Armstrong, Berendt, Anthony R., Cornia, Paul B., Pile,
James C., Peters, Edgar J. G., David G., Derry, H. Gunner., Embil, John M.,
Joseph, Warren S., Karchmer, Adolf W., Pinzur, Michael S., Senneville,
Eric., 2012. Infectious Diseases Society of America Clinical Practice
Guideline for the Diagnosis and Treatment of Diabetic Foot Infections.
IDSA Guideline for Diabetic Foot Infections, No. 54, p. 132-164
Lisa A. Kroon, Lisa A., Assemi, Mitra., Carlisle, Betsy A., 2009. Diabetes
Mellitus. Applied Therapeutics: The Clinical Use of Drugs, 9th Edition,
Philadelphia: Lippincott William & Wilkins
Lofmark, Sonja., Edlund, Charlotta., Nord, Carl Erik., 2010. Metronidazole Is
Still the Drug of Choice for Treatment of Anaerobic Infections. CID
Supplement Article, Vol. 50, p. 16-23
Malecki, Rafal., Rosinski, Krzysztof., Adamiec, Rajmund., 2014. Etiological
Factors of Infections in Diabetic Foot Syndrome – Attempt to Define Optimal Empirical Therapy. Adv Clin Exp Med 2014, Vol 23, No 1, p. 39– 48
Matsuuta, Gregory T., Barg, Neil., 2013. Update on Antimicrobial Management
Of Foot Inceftion In Patients With Diabetes. Clinical Diabetes, Vol 31, No
2,p59-65
McEvoy, Gerld K., 2008. AHFS Drug Information. American Society of
Health-System Pharmacists.
MediVisuals Inc, 2007. MediVisuals’ Illustration Library.
http://www.medivisuals1.com/normalpancreas-20217501x.aspx diakses
84
84
Medscape, 2008. Is Penicillin Safe in a Patient Allergic to Cephalosporins?
http://www.medscape.com/viewarticle/576939 diakses tanggal 06 Agustus
2015
Mendes, JJ., Neves, J., 2012. Diabetic Foot Infections: Current Diagnosis and
Treatment. The Journal of Diabetic Foot Complications, Vol 4, Issue 2,
No. 1, p. 26-45
Merz, Liana R., Warren, David K., Kollef, Marin H., Fraser. Victoria J., 2004.
Antimicrobial Agents And Chemotherapy : Effects of an Antibiotic Cycling
Program on Antibiotic Prescribing Practices in an Intensive Care Unit.
American Society for Microbiology. p. 2861–2865
Munter, Christian., Werven, Wilma R., Sibbald, Garry, Coutts, Patricia.,
Edmonds, Mike., Harding, Keith., Mousley, Maria., 2012. Diabetic Foot
Ulcers – Prevention and Treatment. p. 10-11
NDIC, 2014. Cause of Diabetes. National Institutes of Health and the Centers for
Disease Control and Prevention, p. 1-12
Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta, p. 27
Ozougwu, J. S., K. C., Obimba., C. D., Belonwu., and C. B., Unakambala., 2013.
The Pathogenesis And Pathophysiology Of Type 1 And Type 2 Diabetes
Mellitus. Journal of Physiology and Pathophysiology, Vol 4 (4), p. 46-57
Pearce, Evelyn C., 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama, Anggota IKAPI, 251-253
Pendsey, S.P., 2007. Insulin in Diabetic Foot. Supplement of JAPI, Vol 55 p. 66
PERKENI., 2011. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Jakarta : Tim
Konsensus Insulin
Petznick, Allison., 2011. Insulin Management of Type 2 Diabetes Mellitus.
85
Poudyal, N., Gyawali, N., Gurung, R., Bhattarai, NR., Baral, R., Khanal, B.,
Shrestha, S., Amatya, R., Bhattacharya, SK., 2012. In Vitro Activity Of
Cefoperazone-Sulbactam Combination Against Gram Negative Bacilli. Nepal Medical College Journal, p. 5-8
Pramudianto, Arlina., Evaria, 2010. MIMS Petunjuk Konsultasi edisi 10
2010/2011. Jakarta: BIP Kelompok Gramedia, hal. 185-206
Radji, M., CS, Putri., S, Fauziyah.,2014. Antibiotic Therapy For Diabetic Foot
Infections in Tertiary Care Hospital in Jakarta, Indonesia. Publised by
Elsevier
Ramakant, P., Verma, A. K., Misra, R., Prasad, K. N., Chand, G., Mishra, A.,
Awargal, G., Mishra, S. K., 2010. Changing Microbiological Profile Of
Pathogenic Bacteria In Diabetic Foot Infections: Time For A Rethink On
Which Empirical Therapy To Choose?. Diabetologia 2011, Vol. 54, p. 58– 64
RISKESDAS., 2013. Laporan Nasional Riskesdas. Jakarta : Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI
Rodloff, Arne., Bauer, Torsten., Ewig, Santiago., Kujath, Peter., Müller, Eckhard.,
2008. Susceptible, Intermediate, and Resistant –The Intensity of Antibiotic
Action. Deutsches Arzteblatt International, p. 657-662
Rodrigues, Jude., Mitta, Nivedita., 2011. Diabetic Foot and Gangrene. India:
Department of Surgery, Goa Medical College, India, p. 121-143
Sage, Ronald A., Miller, J Michael., Stuck, Rodney.,Pinzur, Michael., 1994. The
Foot As Primary Site of Metastatic Infection. The Journal of Foot And
Ankle Surgery, Vol. 33, p. 567-571
Schteingart, David E., 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit edisi 6, Vol. 2.In Price, Sylvia Anderson., Wilson, Lorraine
86
86
Shafi, Sabeeha., 2014.Recent Advances in the Treatment of Diabetic foot. World
Journal of Pharmaceutical Sciences, p. 104-110
Shankar, E. M., Mohan, V., Premalatha, G., Srinivasan, R.S., Usha, A. R., 2005.
Bacterial etiology of diabetic foot infections in South India. European
Journal of Internal Medicine, Vol. 16, Issue 8, p. 567
Singh, Simerjit., Pai, Dinker R., Yuhhui, Chew., 2013. Diabetic Foot Ulcer – Diagnosis and Management. Clinical Research on Foot & Ankle, Vol. 1,
p. 1-9
Sivanmaliappan, T. Selvi., Sevanan, Mutugan., 2011. Antimicrobial Susceptibility
Patterns of Pseudomonas aeruginosa from Diabetes Patients with Foot
Ulcers. International Journal of Microbiology, p. 1-4
Soothill, Germander., Hu, Yanmin, Coates, Anthony., 2013. Can We Prevent
Antimicrobial Resistance by Using Antimicrobials Better?, Pathogens, p.
422-436
Suastika, Ketut., Dwipayana, Pande., Semadi, Made Siswadi., Kuswardhani, R.A.
Tuty., 2012. Age is an Important Risk Factor for Type 2 Diabetes Mellitus
and Cardiovascular Diseases. InTech. p. 67-71
Sweetman, Sean C., 2009. Martindale: The Complete Drug Reference,
Thirty-sixth edition. London: Pharmaceutical Press, p. 238-840
Will, Julie C., Galuska, Deborah A., Ford, Earl S., Mokdad, Ali., Calle, Eugenia
E., 2011. Cigarrete Smoking And Diabetes Mellitus : Evidence Of A
Positive Association From A Large Prospective Cohort Study.
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal dikarenakan
kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif. Gejala diabetes mellitus
antara lain rasa haus yang berlebihan (polidipsi), sering berkemih (poliuri)
terutama pada malam hari, sering lapar (poliphagi), berat badan yang turun
dengan cepat, kesemutan pada tangan dan kaki, penglihatan yang kabur, luka
yang sulit sembuh, impotensi dan cepat lelah (RISKESDAS, 2013).
Berdasarkan Atlas yang diterbitkan IDF (International Diabetes Federation) tahun 2014 menyatakan bahwa lebih dari 387 juta orang di dunia menderita
diabetes mellitus dengan prevalensi 8,3% dan 77% terjadi pada negara dengan
penghasilan rendah hingga menengah, di perkirakan akan mencapai 592 juta pada
tahun 2035. Negara yang menjadi peringkat pertama dari 10 negara penderita DM
terbesar di dunia ialah China sedangkan Indonesia penderita diabetes sebanyak
9,1 juta dan prevalensi 5,81 %.
Diabetes terjadi akibat dari defek pada sekresi insulin, aksi insulin, atau
keduanya (ADA, 2012). Diabetes tipe 1 disebabkan oleh kurangnya insulin karena
kerusakan dalam memproduksi insulin sel beta di pankreas. Pada DM tipe 1,
penyakit autoimun menyerang sistem kekebalan tubuh dan menghancurkan sel
beta. Sedangkan DM tipe 2 disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor, termasuk
resistensi insulin maupun karena tubuh tidak bisa lagi memproduksi cukup insulin
untuk mengimbangi gangguan menggunakan insulin (NDIC, 2014).
Penderita diabetes memiliki risiko lebih besar terhadap kelumpuhan dan
masalah kesehatan yang mengancam jiwa. Kadar glukosa darah tinggi secara
terus-menerus dapat menyebabkan penyakit serius yang mempengaruhi jantung,
pembuluh darah, mata, ginjal, saraf, serta berisiko berkembangnya infeksi (IDF,
2013). Pada penderita diabetes, komplikasi yang dihasilkan dikelompokkan
berdasarkan "penyakit mikrovaskular" (karena kerusakan pembuluh darah kecil)
dan "penyakit makrovaskuler" (karena kerusakan pada arteri). Komplikasi
2
disebut "nefropati," dan kerusakan saraf atau "neuropati". Komplikasi
makrovaskular utama termasuk mempercepat penyakit kardiovaskular
mengakibatkan infark miokard dan penyakit serebrovaskular yang bermanifestasi
stroke (Forbes and Cooper, 2013).
Ketika glukosa darah dan tekanan darah terlalu tinggi, dapat memicu
kerusakan saraf di seluruh tubuh (neuropati). Daerah yang paling sering terkena
adalah ekstremitas, terutama kaki. Kerusakan saraf di daerah ini disebut neuropati
perifer, dan dapat menyebabkan nyeri, kesemutan, dan kehilangan perasaan.
Hilangnya rasa sangat berbahaya karena dapat memungkinkan luka untuk tidak
diketahui, menyebabkan infeksi serius dan ulserasi/gangren, penyakit kaki
diabetes, dan amputasi (IDF, 2013). Gangren diabetik merupakan suatu bentuk
dari kematian jaringan pada penderita diabetes mellitus oleh karena berkurangnya
atau terhentinya aliran darah ke jaringan tersebut. Kelainan ini didasarkan atas
gangguan aliran darah perifer (Angiopathy diabetic perifer), gangguan saraf perifer (Neurophaty diabetic perifer), dan terjadi infeksi (Fitra, 2008).
Berdasarkan studi “Etiological Factors of Infections in Diabetic Foot Syndrome – Attempt to Define Optimal Empirical Therapy” penyebab infeksi pada
Kaki Diabetik didominasi oleh Gram-positif bakteri, terutama Staphylococcus aureus, Staphylococcus koagulase-negatif strain, dan Enterococcus faecalis (Malecki et al., 2014). Dari studi “Changing microbiological profile of pathogenic bacteria in diabetic foot infection: time for a rethink on which empirical therapy to choose?” yang dilakukan di India, patogen yang paling
umum dalam kultur pertama yang Pseudomonas aeruginosa (20,1%),
Staphylococcus aureus (17,2%) dan Escherichia coli (16,3%). Hasil untuk kultur ketiga menunjukkan P. aeruginosa (15,3%) dan E. coli (14,2%) (Ramakant et al., 2010). Sedangkan dari hasil sebuah penelitian “Pola Kuman Aerob dan Sensitivitas Pada Gangren Diabetik” yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan pada tahun 2007 hingga 2008 didapatkan kuman yang
(4%), Staphylococcus epidermidis (4%), Providencia rettgeri (2%), Streptococcus ά haemolyticus (2%), Streptococcus β haemolyticus (2%) (Fitra, 2008).
Pemilihan antibiotik untuk pasien gangren diabetik tergantung pada tingkat
keparahan dari infeksi serta disesuaikan dengan hasil tes kultur dan sensitivitas,
akan tetapi terapi dengan antibiotik sering diperlukan sebelum hasil kultur dan sensitivitas tersedia. Berdasarkan “2012 Infectious Diseases Society of America Clinical Practice Guideline for the Diagnosis and Treatment of Diabetic Foot Infections”, seftriakson merupakan antibiotik yang disarankan secara empiris untuk tingkat keparahan moderate hingga severe infection pada pasien gangren diabetik (Lipsky et al, 2012). Kemudian pada “Update on the Antimicrobial Management of Foot Infections in Patients With Diabetes” juga menyatakan bahwa seftriakson merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga
injeksi untuk bakteri gram positif dan gram negatif spektrum luas. Walaupun
seftriakson tidak memiliki aktivitas yang berguna secara klinis terhadap
bacteroides spp dan jika diduga terdapat patogen anaerob sehingga harus dikombinasikan dengan agen lain seperti metronidazol. Sebuah studi label terbuka
metronidazol ditambah seftriakson dibandingkan dengan tikarsilin/klavulanat
sebagai pengobatan empiris untuk infeksi ekstremitas bawah diabetes pada pria
yang lebih tua. Kedua rejimen memiliki tingkat keberhasilan pengobatan yang
sama (72 dan 76%, masing-masing). Dosis sekali sehari yang mudah, membuat
seftriakson menjadi pilihan parenteral yang menarik untuk terapi rawat jalan
(Matsuura and Barg, 2013).
Pada studi “Antibiotic therapy for diabetic foot infections in a tertiary care hospital in Jakarta”, seftriakson merupakan antibiotik yang paling banyak digunakan di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo Jakarta sepanjang
tahun 2012 sebanyak 40%, kemudian diikuti dengan siprofloksasin sebanyak
11,4% dan meropenem 8,6% (Radji et al, 2014). Selain itu, pada studi “Evaluation Of Antibiotics Use In Type 2 Diabetes Mellitus Patients With Foot Ulcer Complications In Installation Of Inpatient Dr. Soeradji Tirtonegoro Hospital 2014” antibiotik tunggal yang banyak digunakan yaitu seftriakson sebanyak (76%), sefiksim (8%), sefotaksim (4%), sefadroksil (4%) sedangkan
4
(12%), sefotaksim-metronidazol (4%), sefiksim-metronidazol (2%) (Fitriani,
2015).
Oleh karena itu, berdasarkan data-data diatas, maka penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui pola penggunaan seftriakson pada pasien gangren diabetik
sehingga pengobatan menjadi tepat guna, mencapai efek terapi yang maksimal
dan pasien dapat terpantau lebih intensif.
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimana pola penggunaan seftriakson pada pasien gangren diabetik di
RSUD Sidoarjo periode 1 Januari – 31 Desember 2014?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini diusulkan untuk mengetahui dan memberi gambaran tentang
pola penggunaan seftriakson pada pasien gangren diabetic di RSUD Sidoarjo
periode 1 Januari 2014 – 31 Desember 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan khusus untuk mengetahui pola penggunaan
antibiotik seftriakson terkait jenis, dosis, rute, frekuensi dan lama penggunaan
yang dikaitkan dengan data klinik, laboratorium, dan mikrobiologi pasien gangren
diabetik.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
a. Mengetahui penatalaksanaan terapi seftriakson pasien gangren diabetik
sehingga farmasis dapat memberikan asuhan kefarmasian.
b. Memberikan informasi tentang pola penggunaan seftriakson pada
terapi gangren diabetik dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
kepada pasien.
c. Diharapkan dapat menjadi bahan pembanding dan referensi untuk