• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGGUNAAN SEFTRIAKSON PADA PASIEN GANGREN DIABETIK (Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Sidoarjo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PENGGUNAAN SEFTRIAKSON PADA PASIEN GANGREN DIABETIK (Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Sidoarjo)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

ARI TRI WAHYUNI

STUDI PENGGUNAAN SEFTRIAKSON

PADA PASIEN GANGREN DIABETIK

(Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Sidoarjo)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam karena berkat rahmat

dan hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “STUDI

PENGGUNAAN SEFTRIAKSON PADA PASIEN GANGREN DIABETIK (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Sidoarjo)”

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Malang. Pada penyusunan naskah ini penulis tidak lepas dari

peranan pembimbing dan seluruh pihak lain. Oleh karena itu, penulis ingin

berterima kasih dengan segala kerendahan hati kepada:

1. Allah SWT, Tuhan semesta alam yang melimpahkan rahmat dan hidayahNya

kepada kita semua, Rasulullah SAW, Nabi akhir zaman menuntun kita ke

jalan yang lurus.

2. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, S.Kep., Sp. Kom. selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk belajar di Program Studi Farmasi Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Direktur RSUD Sidoarjo beserta jajarannya yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di RSUD Sidoarjo.

4. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Timur dan

Kabupaten Sidoarjo beserta jajarannya yang telah memberikan rekomendasi

penelitian pada penulis di RSUD Sidoarjo.

5. Staf Pegawai Rekam Medis RSUD Sidoarjo yang telah banyak membantu

dalam proses pengambilan data skripsi.

6. Ibu Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp. FRS. selaku dosen pembimbing I

dan Bapak Drs. Didik Hasmono, M.S., Apt. selaku dosen pembimbing II

yang telah memberikan pengarahan, bimbingan serta motivasi hingga

(5)

v

7. Ibu Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp. FRS. selaku dosen penguji I dan Ibu

Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc., Apt. selaku dosen penguji II yang telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

8. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda M.Syerly, S.Sos.,M.Si., dan Ibunda

Aisyah Munawarah, yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, doa dan

pengorbanan mereka demi keberhasilan putra-putrinya.

9. Kepada saudaraku tersayang Bang Long Fisi, Kak Ngah Irma, Bang Ning

Idham dan Kak Su Tika yang selalu menyayangiku.

10.Sahabat-sahabatku Safir, Mas Firman, Norman dan Dita yang telah menjadi

sahabat terbaik selama ini.

11.Teman Farmasi 2011, khususnya Farmasi kelas A terima kasih atas masa

yang telah kita lewati bersama dalam menuntut ilmu.

12.Untuk semua pihak yang belum disebutkan namanya, penulis memohon maaf

dan berterima kasih yang sebesar-besarnya. Semua keberhasilan dalam

penulisan skripsi ini berkat doa, bantuan dan motivasi dari kalian semua.

Jasa dari semua pihak yang telah banyak membantu dalam proses

terselesainya skripsi ini, penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih. Semoga

kebaikan kalian dapat imbalan dari Allah SWT. Penulis juga menyadari bahwa

skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik

dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga hasil penulisan ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca dan penelitian selanjutnya, amin.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Malang, Februari 2016

Penyusun,

(6)

vi

RINGKASAN

STUDI PENGGUNAAN SEFTRIAKSON PADA PASIEN GANGREN DIABETIK

(Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Sidoarjo)

Gangren diabetik merupakan salah satu komplikasi dari diabetes mellitus yang diakibatkan oleh neuropati (neurophaty diabetic) dan penyakit arteri perifer (peripheral vaskular disease) serta diperparah oleh adanya infeksi. Gangren terjadi karena kematian jaringan akibat berkurangnya atau berhentinya aliran darah untuk menyuplai oksigen ke jaringan tersebut. Sekitar 15% pasien diabetes menderita ulkus kaki diabetik dan 20% dari mereka berakhir dengan amputasi ekstrimitas bawah.

Tujuan terapi pada pasien gangren diabetik antara lain yaitu:(1) menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pasien, (2) menurunkan resiko amputasi ekstrimitas bawah serta (3) meningkatkan kualitas hidup pasien gangren diabetik. Gangren merupakan hasil dari interaksi yang kompleks dari dua faktor risiko utama: neuropati dan penyakit pembuluh darah perifer. Neuropati memainkan peran utama dengan berbagai tingkat perubahan dalam fungsi otonom, sensorik, dan motorik. Neuropati motorik menyebabkan kelemahan otot, atrofi, dan parises. Neuropati sensorik menyebabkan hilangnya sensasi protektif nyeri, tekanan, dan panas. Neuropati otonom menyebabkan vasodilatasi dan penurunan keringat mengakibatkan hilangnya integritas kulit, dan rentan terhadap infeksi mikroba. Bakteri pertama yang menginfeki luka adalah bakteri gram positif aerob seperti Staphylococcus aureus, Enterococcus spp., dan ß-hemolytic streptococci. Kemudian semakin parah disebabkan infeksi polimikrobakterial oleh bakteri gram negatif Enterobacteriaceae dan Pseudomonas spp., disertai bakteri anaerob. Seftriakson merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga yang mempunyai aktivitas antibakteri spektrum luas dengan mekanisme kerja menghambat sintesis dinding sel bakteri.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola penggunaan seftriakson pada pasien gangren diabetik di Instalasi rawat inap RSUD Sidoarjo terkait jenis, dosis, rute, frekuensi dan lama penggunaan yang dikaitkan dengan data klinik, laboratorium, dan mikrobiologi pasien.

(7)

vii

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Studi Penggunaan Seftreiakson Pada Pasien Gangren Diabetik yang dilakukan di RSUD Sidoarjo periode Januari sampai Desember 2014, data pasien yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 35 pasien dengan data demografi pasien laki-laki sebanyak 22 pasien (63%) dan perempuan sebanyak 13 pasien (37%). Sedangkan pada data demografi usia pasien gangren diabetik terbanyak yaitu rentang 51-60 tahun sebanyak 14 pasien (40%). Hal ini disebabkan karena penambahan usia akan menurunkan sensitivitas insulin. Status pasien gangren diabetik terbanyak yaitu dengan status JKN Non PBI sebanyak 32 pasien (91%), status pasien ini dapat digunakan sebagai pertimbangan mengambil keputusan dalam memberikan terapi yang tepat berdasarkan aspek farmakoekonomi.

Pola terapi tunggal pada pasien gangren diabetik yaitu sebanyak 13 pasien (29%) diterapi seftriakson (2x1 g) IV. Seftriakson telah terbukti aktif terhadap sebagian besar isolat bakteri, baik in vitro dan infeksi klinis, gram negatif misalnya Enterobacter aerogenes, Enterobacter cloacae, gram positif misalnya Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus pneumoniae, Streptococcus pyogenes dan bakteri anaerob misalnya Bacteroides fragilis, spesies Clostridium dan spesies Peptostreptococcus.

Sedangkan terapi kombinasi terbanyak yaitu seftriakson (2x1 g) IV + metronidazol (3x500 mg) IV sebanyak 33 pasien (66%). Hal ini diberikan karena infeksi telah memasuki grade moderate dan severe akibat polimikrobial gabungan aerob dan aerob. Seftriakson dikominasikan dengan metronidazol agar dapat mencakup bakteri anerob seperti Bacteriodes fragilis dan Clostridium defficile. Penggunaan seftriakson pada pasien gangren diabetik di instalasi rawat inap RSUD Sidoarjo terkait jenis, dosis, rute, dan interval telah sesuai dengan guidelines.

(8)

x

x

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGUJIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RINGKASAN ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Tinjauan Tentang Diabetes Mellitus ... 5

2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus ... 5

2.1.2 Epidemiologi Diabetes Mellitus ... 5

2.1.3 Klasifikasi Diabetes Mellitus ... 6

2.1.4 Etiologi Diabetes Mellitus ... 7

2.1.4.1Diabetes Mellitus Tipe 1 ... 7

2.1.4.2Diabetes Mellitus Tipe 2 ... 7

2.1.4.3Diabetes Mellitus Gestasional ... 8

2.1.5 Patofisiologi Diabetes Mellitus ... 8

2.1.5.1Diabetes Mellitus Tipe 1 ... 8

2.1.5.2Diabetes Mellitus Tipe 2 ... 10

(9)

xi

2.1.7 Faktor Resiko Diabetes Mellitus ... 11

2.1.7.1Obesitas dan Aktivitas Fisik ... 11

2.1.7.2Pola Makan ... 12

2.1.7.3Faktor Genetik ... 12

2.1.7.4Usia ... 12

2.1.7.5Glukosa Darah Saat Kehamilan ... 12

2.1.8 Komplikasi Akut Diabetes Mellitus ... 13

2.1.8.1Hipoglikemia ... 13

2.1.8.2Hiperglikemia dan Koma Hiperosmolar Nonketotik ... 13

2.1.8.3Ketoasidosis Metabolik ... 13

2.1.9 Komplikasi Kronis Diabetes Mellitus ... 14

2.1.9.1Komplikasi Makrovaskular ... 14

2.1.9.1.1 Serebrovaskular ... 14

2.1.9.1.2 Penyakit Kardiovaskular ... 14

2.1.9.1.3 Penyakit Arteri Perifer ... 14

2.1.9.2Komplikasi Mikrovaskular ... 15

2.1.9.2.1 Nefropati Diabetik ... 15

2.1.9.2.2 Retinopati Diabetik ... 15

2.1.9.2.3 Neuropati Diabetik ... 15

2.2 Gangren ... 16

2.2.1 Definisi Gangren ... 16

2.2.2 Epidemiologi Gangren ... 16

2.2.3 Etiologi dan Patofisiologi Gangren ... 17

2.2.4 Manifestasi Klinis Gangren ... 18

2.2.5 Klasifikasi Gangren ... 18

2.2.6 Faktor Resiko Gangren ... 22

2.3 Penatalaksanaan Terapi Diabetes Mellitus Dengan Gangren ... 22

2.3.1 Terapi Non Farmakologi ... 22

2.3.1.1Perawatan Kaki ... 22

2.3.1.2Pengaturan Diet ... 23

2.3.1.3Debridement ... 23

(10)

xii

2.3.1.5Edukasi ... 23

2.3.1.6Amputasi ... 23

2.3.2 Terapi Farmakologi ... 24

2.3.2.1Terapi Insulin ... 24

2.3.2.2Terapi Obat Anti Diabetes ... 26

2.3.2.2.1 Sulfonilurea ... 26

2.3.2.2.2 Biguanid ... 28

2.3.2.2.3 Golongan Meglitinida ... 29

2.3.2.2.4 Thianzolidindion ... 29

2.3.2.2.5 Inhibitor α Glukosidase ... 30

2.3.2.3Terapi Antibiotik ... 31

2.3.2.3.1 Penisilin ... 32

2.3.2.3.2 Flourokuinolon ... 33

2.3.2.3.3 Metronidazol . ... 33

2.3.2.3.4 Klindamisin ... 35

2.3.2.3.5 Sefalosporin ... 35

2.4 Seftriakson . ... 37

2.4.1 Mekanisme Kerja Seftriakson ... 37

2.4.2 Indikasi Seftriakson ... 37

2.4.3 Dosis dan Farmakokinetik Seftriakson ... 37

2.4.4 Interaksi Obat ... 38

2.4.5 Efek Samping ... 38

2.4.6 Sediaan Yang beredar Di Indonesia ... 38

2.4.7 Studi Penggunaan Seftriakson Pada Pasien Gangren Diabetik ... 40

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 42

BAB IV METODE PENELITIAN ... 46

4.1 Rancangan Penelitian ... 46

4.2 Populasi dan Sampel ... 46

4.2.1 Populasi ... 46

4.2.2 Sampel ... 46

4.2.3 Kriteria Data Inklusi ... 46

(11)

xiii

4.3 Bahan Penelitian ... 47

4.4 Instrumen Penelitian ... 47

4.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

4.6 Definisi Operasional ... 47

4.7 Metode Pengumpul Data ... 48

4.8 Analisis Data ... 49

BAB V HASIL PENELITIAN ... 50

5.1Data Demografi Pasien ... 51

5.1.1 Jenis Kelamin ... 51

5.1.2 Usia ... 51

5.1.3 Status Pasien ... 52

5.1.4 Klasifikasi Gangren Diabetik ... 52

5.1.5 Diagnosa Penyerta Pada Pasien Gangren Diabetik ... 53

5.1.6 Intervensi Bedah Pada Pasien Gangren Diabetik ... 54

5.1.7 Penggunaan Antibiotik Seftriakson pada Pasien Gangren Diabetik 54 5.1.8 Kultur Kuman dan Sensitivitas Antibiotik ... 57

5.1.9 Pola Terapi Insulin dan Anti Diabetes Oral ... 58

5.1.10 Lama Perawatan Pasien di Rumah Sakit ... 59

5.1.11 Kondisi PasieN Saat Keluar Rumah Sakit (KRS) ... 60

5.1.12 Profil Pasien Gangren Diabetik Kondisi KRS Meninggal ... 60

BAB VI PEMBAHASAN ... 61

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(12)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Anatomi Pankreas ... 8

2.2 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe 1 ... 9

2.3 Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe 2 ... 10

2.4 Patofisiologi Gangren ... 17

2.5 Struktur Insulin ... 24

2.6 Struktur Kimia Sefalosporin ... 35

2.7 Struktur Kimia Seftriakson ... 37

(13)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

II.1 Klasifikasi Diabetes Mellitus ... 6

II.2 Klasifikasi Kaki Diabetik Menurut Wagner ... 19

II.3 Klasifikasi Luka ... 20

II.4 Klasifikasi Tingkat Keparahan Infeksi ... 21

II.5 Jenis Sediaan Insulin dan Profil Kerjanya ... 25

II.6 Sediaan Golongan Sulfonilurea yang beredar di Indonesia ... 26

II.7 Sediaan Metformin di Indonesia ... 28

II.8 Sediaan Meglitinida di Indonesia ... 29

II.9 Sediaan Thiazolidindion di Indonesia ... 30

II.10 Sediaan Acarbose di Indonesia ... 31

II.11 Tabel Pemilihan Antibiotik Secara Empiris Pada Gangren Diabetik ... 32

II.12 Sediaan Metronidazol di Indonesia ... 34

II.13 Klasifikasi Golongan Sefalosporin ... 36

II.14 Sediaan Seftriakson Yang Beredar Di Indonesia ... 38

V.1 Jenis Kelamin Pasien Gangren Diabetik ... 51

V.2 Usia Pasien Gangren Diabetik ... 51

V.3 Status Pasien Gangren Diabetik ... 52

V.4 Klasifikasi Gangren Diabetik Berdasarkan IDSA ... 52

V.5 Diagnosa Penyerta Pasien Gangren Diabetik ... 52

V.6 Pasien Gangren Diabetik yang Mendapat Intervensi Bedah ... 53

V.7 Pola Penggunaan Terapi Antibiotik Seftriakson ... 54

V.8 Pola penggunaan Terapi Antibiotik Seftriakson Tunggal Maupun Kombinasi pada Pasien Gangren Diabetik ... 55

V.9 Pola Penggantian Antibiotik Pada Pasien Gangren Diabetik ... 56

V.10 Kultur Kuman pada Pasien Gangren Diabetik ... 57

V.11 Hasil Kultur Kuman dan Sensitivitas Antibiotik ... 57

V.12 Pola Terapi Insulin dan Anti Diabetes Oral ... 58

V.13 Lama Perawatan Pasien Gangren Diabetik ... 59

V.14 Kondisi Pasien Saat Keluar Rumah Sakit (KRS) ... 59

(14)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Daftar Riwayat Hidup ... 87

2 Surat Pernyataan ... 88

3 Surat Ijin Penelitian ... 89

4 Surat Laik Etik ... 93

(15)

79

DAFTAR PUSTAKA

Alberti, K. G. M. M., Zimmet, P., Shaw, J., 2007. International Diabetes

Federation: A Consensus On Type 2 Diabetes Prevention. Diabetic

Medicine, Vol. 24, p. 451–463

American Diabetes Association, 2012. Diagnosis and Classification of Diabetes

Mellitus.Diabetes Care, Vol. 35, Supplement 1, p.64-71

American Diabetes Association, 2015. Standards Of Medical Care in Diabetes – 2015. Diabetes Care, Vol. 38, p. 1-94

Apelqvist, Jan; Botros, Mariam; Clerici, Giacomo, Cundell, Jill; Ehrler, Solange;

Hummel Michel, Lipsky, Benjamin A; Martinez, J. Louis Lazaro; Thomas,

Rosalyn; and Tulley, Susan, 2013. Best Practice Guidelines: Wound

Management in Diabetic Foot Ulcers. Wounds International,p. 5-6.

Bader, Mazen S., 2008. Diabetic Foot Infection. American Family Physician,

Vol. 78, No. 1, p. 71-78

Bochud, Pierre-Yves., Glauser, Michel P., Calandra, Thierry., 2001. Antibiotic in

Sepsis. Intensive Care Med. Vol. 27 p. 33-58

Bozkurt, Fatma., Gulsun, Serda., Tekin, Recep., Hosoglu, Salih., Acemoglu,

Hamit., 2011. Comparison Of Microbiological Results Of Deep Tissue

Biopsy And Superficial Swab In Diabetic Foot Infections. Journal of

Microbiology and Infectious Diseases. p. 122-127

BPOM RI, 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta: Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

BPOM RI, 2010. InfoPOM. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia, Vol. IX, No. 5, p. 3-4.

Cade, W Todd., 2008. Diabetes-Related Microvascular and Macrovascular

Diseases in the Physical Therapy Setting. Journal of The American

(16)

80

80

Caudell, Britanny Stapp., 2008. Gangrene: Recognizing and treating cellular

necrosis. Assosiation of Surgical Technologist. p. 547-552

CDC, 2014. National Center For Chronic Disease Prevention And Health

Promotion, p. 1-12

Colda, Anca., Petcu, Daniel., 2011. Contribution Of Arteriopathy And

Neuropathy In The Development Of Diabetic Foot Gangrene. Bucharest:

National Institute of Diabetes, Nutrition and Metabolic Diseases “Prof. Dr.

N. Paulescu”, p 109-115

Davey, Patrick., 2006. At a Glance ; Medicine. Jakarta : Erlangga, hal 135-138

DEPKES RI, 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus.

Jakarta : Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI

Deruiter, Jack., 2003. Overview Of The Antidiabetic Agents. Endocrine

Pharmacotherapy Module, Spring, p. 3-20

Dipiro, Joseph T., Talbert., Lobert L., Yee, Gary C., Wells, Barbara G, Posey., L

Michael., 2008. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. 7th

Edition. United States of America: The McGraw-Hall Companies, Inc.,

p.1205-1235

Falconer, Travis M., Eikelboom, John W., Hankey, Graeme J., Norman, Paul E.,

2008. Management Of Peripheral Arterial Disease In The Elderly: Focus On

Cilostazol. Clinical Interventions in Aging, p. 17-23

Fish., Douglas N., 2006. Meropenem In The Treatment Of Complicated Skin And

Soft Tissue Infections. Therapeutics And Clinical Risk Management, p.

401–415

Fitra, Nanang., 2008. Pola Kuman Aerob dan Sensitifitas Pada Gangren

Diabetik. Tesis: Program Studi Dokter Spesialis Patologi Klinik Fakultas

(17)

81

Fitriani, Evayani Arum., 2015. Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien

Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Komplikasi Foot Ulcer Di Instalasi

Rawat Inap Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Tahun 2014. Skripsi:

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Forbes, Josephine M., Cooper, Mark E., 2013. Mechanisms of Diabetic

Complications, American Physiological Society, Vol. 93, p. 1-5

Gale , E. A.M., Gillespie K.M., 2001. Diabetes and Gender. Diabetologia,p.3-15.

Graham, Donald R., Talan, David A., Nichols, Ronald L., Lucasti, Christopher.,

Corrado, Michael., Morgan, Nancy., Fowler, Chynthia L., 2002.

Once-Daily, High-Dose Levofloxacin versus Ticarcillin-Clavulanate Alone or

Followed by Amoxicillin-Clavulanate for Complicated Skin and

Skin-Structure Infections: A Randomized, Open-Label Trial. Clinical Infectious

Diseases, p. 381-388

Gunawan, Sulistia Gan., 2012. Farmakologi dan Terapi, edisi 5. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI, hal. 585-722

Gupta, S.K., Mahajan, Annil., Tandon, Vishal., 2004. Gabapentin For The

Treatment Of Neuropathic Pain. JK Science. Vol. 6 No. 3, p. 113-114

Gyssens, I.C., Bax, H.I., Van Assen, E.F. Schippers S., Strum, C.W. Ang, Dr. P.,

Van der Meer, Y.G., Boermeester, M.A., Pickkers, J.A. Schouten Dr. P.,

Janssen, J.J.W.M., Blijlevens, N.M.A., 2010. SWAB Guidelines for:

Antibacterial Therapy Of Adult Patients With Sepsis. Stichting Werkgroep

Antibioticabeleid. p. 19-25

Hermansen, K., Fontaine, P. Kukolja, K. K., Peterkova, V., Leth, G., Gall., M.-A.,

2004. Insulin Analogues (Insulin Detemir And Insulin Aspart) Versus

Traditional Human Insulins (NPH Insulin And Regular Human Insulin) In

(18)

82

82

Hoffman, La-Roche., 2015. Rochephin (Ceftriaxone-Sodium) for Injection. USA:

Genentech Inc. P. 1-25

Hotchkiss, Richard S., Karl, Irene E., 2003. The Pathophysiology and Treatment

of Sepsis. The New England Journal of Medicine, p. 138-150

ICSI, 2014. Health Care Guideline: Diagnosis and Management of Type 2

Diabetes Mellitus in Adults, Sixteenth Edition, p. 6

IDAI, 2009. Konsensus Nasional Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 1. UKK

Endokrinologi Anak Dan Remaja, World Diabetes Foundation, p. 1-6

IDF, 2013. International Diabetic Federation (IDF) Diabetes Atlas, Sixth

Edition.

IDF, 2014. International Diabetic Federation (IDF) Diabetes Atlas, Seventh

Edition.

Ifayani, Vety., 2014. Studi Penggunaan Seftriakson Pada Pasien Gangren

Diabetes. Skripsi: Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang

Jasiecka A., Malanka, T., Jaroszewski, J.J., 2014. Pharmacological characteristics

of Metamizole. Polish Journal of Veterinary Sciences, Vol. 17, No. 1,

207–214

Joshi, Shanshank R., Parikh, Rakesh M., Das, A. K., 2007. Insulin - History,

Biochemistry, Physiology and Pharmacology. Supplement Of Japi, Vol 55,

p. 19-25

Kavitha, Karakkathu V., Tiwari, Shalbha., Purandare, Vedavati B., Khedkar.,

Sameer, Bhosale., Unnikrishnan, Ambika G., 2014. Choice of wound care in

diabetic foot ulcer: A practical Approach. World Journal of Diabetes, p. 546-556

Kumar, R., 2013. Dasar – Dasar Patofisiologi Penyakit, Jakarta: Bina Rupa

(19)

83

Leese, Graham., Nathawi, Dilip., Young, Mattew., Seaton, Andrew., Kennon,

Brian., Hopkinson, Helen., Stang, Duncan., Lipsky, Benjamin., Jeffcoate,

William., Berendt, Tony., 2009. Use of Antibiotics in People with Diabetic

Foot Disease: A Consensus Statement, The Diabetic Foot Journal, Vol 12,

No. 12, p 1-10

Lipsky, Benjamin A., Armstrong, Berendt, Anthony R., Cornia, Paul B., Pile,

James C., Peters, Edgar J. G., David G., Derry, H. Gunner., Embil, John M.,

Joseph, Warren S., Karchmer, Adolf W., Pinzur, Michael S., Senneville,

Eric., 2012. Infectious Diseases Society of America Clinical Practice

Guideline for the Diagnosis and Treatment of Diabetic Foot Infections.

IDSA Guideline for Diabetic Foot Infections, No. 54, p. 132-164

Lisa A. Kroon, Lisa A., Assemi, Mitra., Carlisle, Betsy A., 2009. Diabetes

Mellitus. Applied Therapeutics: The Clinical Use of Drugs, 9th Edition,

Philadelphia: Lippincott William & Wilkins

Lofmark, Sonja., Edlund, Charlotta., Nord, Carl Erik., 2010. Metronidazole Is

Still the Drug of Choice for Treatment of Anaerobic Infections. CID

Supplement Article, Vol. 50, p. 16-23

Malecki, Rafal., Rosinski, Krzysztof., Adamiec, Rajmund., 2014. Etiological

Factors of Infections in Diabetic Foot Syndrome – Attempt to Define Optimal Empirical Therapy. Adv Clin Exp Med 2014, Vol 23, No 1, p. 39– 48

Matsuuta, Gregory T., Barg, Neil., 2013. Update on Antimicrobial Management

Of Foot Inceftion In Patients With Diabetes. Clinical Diabetes, Vol 31, No

2,p59-65

McEvoy, Gerld K., 2008. AHFS Drug Information. American Society of

Health-System Pharmacists.

MediVisuals Inc, 2007. MediVisuals’ Illustration Library.

http://www.medivisuals1.com/normalpancreas-20217501x.aspx diakses

(20)

84

84

Medscape, 2008. Is Penicillin Safe in a Patient Allergic to Cephalosporins?

http://www.medscape.com/viewarticle/576939 diakses tanggal 06 Agustus

2015

Mendes, JJ., Neves, J., 2012. Diabetic Foot Infections: Current Diagnosis and

Treatment. The Journal of Diabetic Foot Complications, Vol 4, Issue 2,

No. 1, p. 26-45

Merz, Liana R., Warren, David K., Kollef, Marin H., Fraser. Victoria J., 2004.

Antimicrobial Agents And Chemotherapy : Effects of an Antibiotic Cycling

Program on Antibiotic Prescribing Practices in an Intensive Care Unit.

American Society for Microbiology. p. 2861–2865

Munter, Christian., Werven, Wilma R., Sibbald, Garry, Coutts, Patricia.,

Edmonds, Mike., Harding, Keith., Mousley, Maria., 2012. Diabetic Foot

Ulcers – Prevention and Treatment. p. 10-11

NDIC, 2014. Cause of Diabetes. National Institutes of Health and the Centers for

Disease Control and Prevention, p. 1-12

Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.

Jakarta : Rineka Cipta, p. 27

Ozougwu, J. S., K. C., Obimba., C. D., Belonwu., and C. B., Unakambala., 2013.

The Pathogenesis And Pathophysiology Of Type 1 And Type 2 Diabetes

Mellitus. Journal of Physiology and Pathophysiology, Vol 4 (4), p. 46-57

Pearce, Evelyn C., 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT

Gramedia Pustaka Utama, Anggota IKAPI, 251-253

Pendsey, S.P., 2007. Insulin in Diabetic Foot. Supplement of JAPI, Vol 55 p. 66

PERKENI., 2011. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Jakarta : Tim

Konsensus Insulin

Petznick, Allison., 2011. Insulin Management of Type 2 Diabetes Mellitus.

(21)

85

Poudyal, N., Gyawali, N., Gurung, R., Bhattarai, NR., Baral, R., Khanal, B.,

Shrestha, S., Amatya, R., Bhattacharya, SK., 2012. In Vitro Activity Of

Cefoperazone-Sulbactam Combination Against Gram Negative Bacilli. Nepal Medical College Journal, p. 5-8

Pramudianto, Arlina., Evaria, 2010. MIMS Petunjuk Konsultasi edisi 10

2010/2011. Jakarta: BIP Kelompok Gramedia, hal. 185-206

Radji, M., CS, Putri., S, Fauziyah.,2014. Antibiotic Therapy For Diabetic Foot

Infections in Tertiary Care Hospital in Jakarta, Indonesia. Publised by

Elsevier

Ramakant, P., Verma, A. K., Misra, R., Prasad, K. N., Chand, G., Mishra, A.,

Awargal, G., Mishra, S. K., 2010. Changing Microbiological Profile Of

Pathogenic Bacteria In Diabetic Foot Infections: Time For A Rethink On

Which Empirical Therapy To Choose?. Diabetologia 2011, Vol. 54, p. 58– 64

RISKESDAS., 2013. Laporan Nasional Riskesdas. Jakarta : Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI

Rodloff, Arne., Bauer, Torsten., Ewig, Santiago., Kujath, Peter., Müller, Eckhard.,

2008. Susceptible, Intermediate, and Resistant –The Intensity of Antibiotic

Action. Deutsches Arzteblatt International, p. 657-662

Rodrigues, Jude., Mitta, Nivedita., 2011. Diabetic Foot and Gangrene. India:

Department of Surgery, Goa Medical College, India, p. 121-143

Sage, Ronald A., Miller, J Michael., Stuck, Rodney.,Pinzur, Michael., 1994. The

Foot As Primary Site of Metastatic Infection. The Journal of Foot And

Ankle Surgery, Vol. 33, p. 567-571

Schteingart, David E., 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit edisi 6, Vol. 2.In Price, Sylvia Anderson., Wilson, Lorraine

(22)

86

86

Shafi, Sabeeha., 2014.Recent Advances in the Treatment of Diabetic foot. World

Journal of Pharmaceutical Sciences, p. 104-110

Shankar, E. M., Mohan, V., Premalatha, G., Srinivasan, R.S., Usha, A. R., 2005.

Bacterial etiology of diabetic foot infections in South India. European

Journal of Internal Medicine, Vol. 16, Issue 8, p. 567

Singh, Simerjit., Pai, Dinker R., Yuhhui, Chew., 2013. Diabetic Foot Ulcer – Diagnosis and Management. Clinical Research on Foot & Ankle, Vol. 1,

p. 1-9

Sivanmaliappan, T. Selvi., Sevanan, Mutugan., 2011. Antimicrobial Susceptibility

Patterns of Pseudomonas aeruginosa from Diabetes Patients with Foot

Ulcers. International Journal of Microbiology, p. 1-4

Soothill, Germander., Hu, Yanmin, Coates, Anthony., 2013. Can We Prevent

Antimicrobial Resistance by Using Antimicrobials Better?, Pathogens, p.

422-436

Suastika, Ketut., Dwipayana, Pande., Semadi, Made Siswadi., Kuswardhani, R.A.

Tuty., 2012. Age is an Important Risk Factor for Type 2 Diabetes Mellitus

and Cardiovascular Diseases. InTech. p. 67-71

Sweetman, Sean C., 2009. Martindale: The Complete Drug Reference,

Thirty-sixth edition. London: Pharmaceutical Press, p. 238-840

Will, Julie C., Galuska, Deborah A., Ford, Earl S., Mokdad, Ali., Calle, Eugenia

E., 2011. Cigarrete Smoking And Diabetes Mellitus : Evidence Of A

Positive Association From A Large Prospective Cohort Study.

(23)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan

adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal dikarenakan

kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif. Gejala diabetes mellitus

antara lain rasa haus yang berlebihan (polidipsi), sering berkemih (poliuri)

terutama pada malam hari, sering lapar (poliphagi), berat badan yang turun

dengan cepat, kesemutan pada tangan dan kaki, penglihatan yang kabur, luka

yang sulit sembuh, impotensi dan cepat lelah (RISKESDAS, 2013).

Berdasarkan Atlas yang diterbitkan IDF (International Diabetes Federation) tahun 2014 menyatakan bahwa lebih dari 387 juta orang di dunia menderita

diabetes mellitus dengan prevalensi 8,3% dan 77% terjadi pada negara dengan

penghasilan rendah hingga menengah, di perkirakan akan mencapai 592 juta pada

tahun 2035. Negara yang menjadi peringkat pertama dari 10 negara penderita DM

terbesar di dunia ialah China sedangkan Indonesia penderita diabetes sebanyak

9,1 juta dan prevalensi 5,81 %.

Diabetes terjadi akibat dari defek pada sekresi insulin, aksi insulin, atau

keduanya (ADA, 2012). Diabetes tipe 1 disebabkan oleh kurangnya insulin karena

kerusakan dalam memproduksi insulin sel beta di pankreas. Pada DM tipe 1,

penyakit autoimun menyerang sistem kekebalan tubuh dan menghancurkan sel

beta. Sedangkan DM tipe 2 disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor, termasuk

resistensi insulin maupun karena tubuh tidak bisa lagi memproduksi cukup insulin

untuk mengimbangi gangguan menggunakan insulin (NDIC, 2014).

Penderita diabetes memiliki risiko lebih besar terhadap kelumpuhan dan

masalah kesehatan yang mengancam jiwa. Kadar glukosa darah tinggi secara

terus-menerus dapat menyebabkan penyakit serius yang mempengaruhi jantung,

pembuluh darah, mata, ginjal, saraf, serta berisiko berkembangnya infeksi (IDF,

2013). Pada penderita diabetes, komplikasi yang dihasilkan dikelompokkan

berdasarkan "penyakit mikrovaskular" (karena kerusakan pembuluh darah kecil)

dan "penyakit makrovaskuler" (karena kerusakan pada arteri). Komplikasi

(24)

2

disebut "nefropati," dan kerusakan saraf atau "neuropati". Komplikasi

makrovaskular utama termasuk mempercepat penyakit kardiovaskular

mengakibatkan infark miokard dan penyakit serebrovaskular yang bermanifestasi

stroke (Forbes and Cooper, 2013).

Ketika glukosa darah dan tekanan darah terlalu tinggi, dapat memicu

kerusakan saraf di seluruh tubuh (neuropati). Daerah yang paling sering terkena

adalah ekstremitas, terutama kaki. Kerusakan saraf di daerah ini disebut neuropati

perifer, dan dapat menyebabkan nyeri, kesemutan, dan kehilangan perasaan.

Hilangnya rasa sangat berbahaya karena dapat memungkinkan luka untuk tidak

diketahui, menyebabkan infeksi serius dan ulserasi/gangren, penyakit kaki

diabetes, dan amputasi (IDF, 2013). Gangren diabetik merupakan suatu bentuk

dari kematian jaringan pada penderita diabetes mellitus oleh karena berkurangnya

atau terhentinya aliran darah ke jaringan tersebut. Kelainan ini didasarkan atas

gangguan aliran darah perifer (Angiopathy diabetic perifer), gangguan saraf perifer (Neurophaty diabetic perifer), dan terjadi infeksi (Fitra, 2008).

Berdasarkan studi “Etiological Factors of Infections in Diabetic Foot Syndrome – Attempt to Define Optimal Empirical Therapy” penyebab infeksi pada

Kaki Diabetik didominasi oleh Gram-positif bakteri, terutama Staphylococcus aureus, Staphylococcus koagulase-negatif strain, dan Enterococcus faecalis (Malecki et al., 2014). Dari studi “Changing microbiological profile of pathogenic bacteria in diabetic foot infection: time for a rethink on which empirical therapy to choose?” yang dilakukan di India, patogen yang paling

umum dalam kultur pertama yang Pseudomonas aeruginosa (20,1%),

Staphylococcus aureus (17,2%) dan Escherichia coli (16,3%). Hasil untuk kultur ketiga menunjukkan P. aeruginosa (15,3%) dan E. coli (14,2%) (Ramakant et al., 2010). Sedangkan dari hasil sebuah penelitian “Pola Kuman Aerob dan Sensitivitas Pada Gangren Diabetik” yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan pada tahun 2007 hingga 2008 didapatkan kuman yang

(25)

(4%), Staphylococcus epidermidis (4%), Providencia rettgeri (2%), Streptococcus ά haemolyticus (2%), Streptococcus β haemolyticus (2%) (Fitra, 2008).

Pemilihan antibiotik untuk pasien gangren diabetik tergantung pada tingkat

keparahan dari infeksi serta disesuaikan dengan hasil tes kultur dan sensitivitas,

akan tetapi terapi dengan antibiotik sering diperlukan sebelum hasil kultur dan sensitivitas tersedia. Berdasarkan “2012 Infectious Diseases Society of America Clinical Practice Guideline for the Diagnosis and Treatment of Diabetic Foot Infections”, seftriakson merupakan antibiotik yang disarankan secara empiris untuk tingkat keparahan moderate hingga severe infection pada pasien gangren diabetik (Lipsky et al, 2012). Kemudian pada “Update on the Antimicrobial Management of Foot Infections in Patients With Diabetes” juga menyatakan bahwa seftriakson merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga

injeksi untuk bakteri gram positif dan gram negatif spektrum luas. Walaupun

seftriakson tidak memiliki aktivitas yang berguna secara klinis terhadap

bacteroides spp dan jika diduga terdapat patogen anaerob sehingga harus dikombinasikan dengan agen lain seperti metronidazol. Sebuah studi label terbuka

metronidazol ditambah seftriakson dibandingkan dengan tikarsilin/klavulanat

sebagai pengobatan empiris untuk infeksi ekstremitas bawah diabetes pada pria

yang lebih tua. Kedua rejimen memiliki tingkat keberhasilan pengobatan yang

sama (72 dan 76%, masing-masing). Dosis sekali sehari yang mudah, membuat

seftriakson menjadi pilihan parenteral yang menarik untuk terapi rawat jalan

(Matsuura and Barg, 2013).

Pada studi “Antibiotic therapy for diabetic foot infections in a tertiary care hospital in Jakarta”, seftriakson merupakan antibiotik yang paling banyak digunakan di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo Jakarta sepanjang

tahun 2012 sebanyak 40%, kemudian diikuti dengan siprofloksasin sebanyak

11,4% dan meropenem 8,6% (Radji et al, 2014). Selain itu, pada studi “Evaluation Of Antibiotics Use In Type 2 Diabetes Mellitus Patients With Foot Ulcer Complications In Installation Of Inpatient Dr. Soeradji Tirtonegoro Hospital 2014” antibiotik tunggal yang banyak digunakan yaitu seftriakson sebanyak (76%), sefiksim (8%), sefotaksim (4%), sefadroksil (4%) sedangkan

(26)

4

(12%), sefotaksim-metronidazol (4%), sefiksim-metronidazol (2%) (Fitriani,

2015).

Oleh karena itu, berdasarkan data-data diatas, maka penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui pola penggunaan seftriakson pada pasien gangren diabetik

sehingga pengobatan menjadi tepat guna, mencapai efek terapi yang maksimal

dan pasien dapat terpantau lebih intensif.

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana pola penggunaan seftriakson pada pasien gangren diabetik di

RSUD Sidoarjo periode 1 Januari – 31 Desember 2014?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini diusulkan untuk mengetahui dan memberi gambaran tentang

pola penggunaan seftriakson pada pasien gangren diabetic di RSUD Sidoarjo

periode 1 Januari 2014 – 31 Desember 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

Penelitian ini bertujuan khusus untuk mengetahui pola penggunaan

antibiotik seftriakson terkait jenis, dosis, rute, frekuensi dan lama penggunaan

yang dikaitkan dengan data klinik, laboratorium, dan mikrobiologi pasien gangren

diabetik.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

a. Mengetahui penatalaksanaan terapi seftriakson pasien gangren diabetik

sehingga farmasis dapat memberikan asuhan kefarmasian.

b. Memberikan informasi tentang pola penggunaan seftriakson pada

terapi gangren diabetik dalam upaya peningkatan mutu pelayanan

kepada pasien.

c. Diharapkan dapat menjadi bahan pembanding dan referensi untuk

Gambar

Gambar  Halaman
Tabel   Halaman

Referensi

Dokumen terkait

Metode survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut,

Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif-analitik untuk mengetahui hubungan antara angka kejadian infeksi cacing usus STH

Formulasi Sediaan Pasta Gigi Herbal Kombinasi Ekstrak Daun sirih ( Piper. betle ) Dan Kulit Buah Jeruk Lemon ( Citrus

He is currently a Single Adult Ministry Consultant for the Tennessee Baptist Convention and a Ministry Multiplier for LifeWay Christian Resources in the areas of SAM Leadership

Setelah data yang berbentuk nilai biner tersebut diterima oleh mikrokontroller maka data hasil output per frekuensi tersebut akan diletakkan secara berurutan di dalam memori

Segala syukur dan puji hanya untuk Allah Rabb semesta raya yang dengan nikmat kesempatan dan kehendak-Nya penulisan skripsi dengan judul Analisis Pengaruh Pendapatan Asli

Oleh karena itu, kreativitas seorang guru dalam mengajar akuntansi menjadi faktor penting agar akuntansi menjadi mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik di dalam

Straipsnyje mëgi- nama atsakyti, ar fiziðkai neágalios moterys suvokia savo moteriðkumà kaip alternatyvà norminiam mo- teriðkumui.. Straipsnyje analizuojami 12 pusiau