• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Atas Tindak Lanjut SuratTagihan Pajak Di kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Atas Tindak Lanjut SuratTagihan Pajak Di kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan tujuan utama adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Pembangunan dapat dilaksanakan dengan lancar apabila ada sumber dana yang mendukung.

Salah satu Penyumbang dana APBN terbesar adalah Pajak dan Migas, seperti yang di ungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani “APBN berasal dari pendapatan pajak sebesar Rp 32,6 triliun atau sebesar 45 persen dan Rp 39,1 triliun atau 55 persen untuk pendapatan nonpajak”. (Sri Mulyani : 2009). Selain itu ada juga pendapat dari Gubernur Jambi H Zulkifli Nurdin “Sumber APBN yang terbesar berasal dari sektor pajak, bukan dari minyak dan gas lagi”.(InfoJambi.com)

(2)

instansi pemerintah diharapkan pemasukan dari pajak penghasilan yang digunakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional nantinya.

Ekstensifikasi dan intensifikasi pajak merupakan cara yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan penerimaan negara secara mandiri. Hal ini bukanlah perkara gampang, karena disamping peran aktif dari petugas pajak, juga dituntut kesadaran dari wajib pajak itu sendiri. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam rangka memenuhi kewajiban perpajakan tidak terlepas dari minimnya pengetahuan wajib pajak itu sendiri terhadap pajak. Sikap atau persepsi wajib pajak yang cenderung menganggap bahwa pajak merupakan pengeluaran yang sia-sia, juga merupakan faktor yang menghambat dan mengurangi kesadaran para wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, yang pada akhirnya akan membuat usaha ekstensifikasi dan intensifikasi pajak semakin sulit untuk dilaksanakan. Ekstensifikasi dan intenifikasi bisa dilakukan dengan reformasi pajak. (Nila yulianawati,2011)

(3)

sepenuhnya oleh wajib pajak, fiskus hanya melakukan pengawasan melalui proedur pemeriksaan. (Siti Kurnia Rahayu,2010).

Masalah tunggakan pajak (kepatuhan pajak) adalah masalah penting di seluruh dunia, baik di Negara maju maupun di Negara berkembang. Karena wajib pajak tidak patuh maka akan menimbulkan keiginan untuk melakukan tindakan penghindran, pengelakan, penyelundupan, dan penilaian pajak. Yang pada akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak Negara akan berkurang. (Siti kurnia rahayu,2010).

Masalah tunggakan pajak di Indonesia sudah banyak terjadi salah satu masalah yang terjadi pada 14 perusahaan minyak dan gas (migas) asing. Seperti yang dikemukakan oleh wakil ketua KPK Hartoyo Umar beliau mengatakan sudah beberapa bulan sejak kita umumkan ke publik, 14 perusahaan itu masih belum menunaikan kewajibannya. Bahkan 14 perusahaan yang tidak pernah bayar pajak, bahkan ada beberapa perusahaan yang tidak membayar pajak sejak lima kali mentri keuangan berganti. Dari tunggakan pajak tersebut menyebabkan kerugian bagi Negara diperkrakan mencapai angka 1.6 triliunan rupiah. Pihak KPK pun mempertanyakan kinerja Dirktoran Jendral Pajak tentang hal ini.(Hartoyo Umar,2011).

(4)

penerbitan STP dari tahun ke tahun semakin meningkat seperti pada wajib pajak badan sendiri tahun 2010 ditebitkan sebanyak 52 STP dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 104 STP.

Dari 52 STP yang diterbitkan pada tahun 2010 sekitar 50% dari STP tersebut di abaikan oleh wajib pajak sehingga pihak Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees harus menerbitkan surat peringatan, surat paksa dan surat penyegelan. Jika wajib pajak tersebut masih belum menanggapi atau tunggakan pajaknya masih belum di bayar, pihak KPP bisa melakukan pemblokiran rekening wajib pajak seperti yang dijelaskan pada KMK.563/KMK.04/2000 tentang pemblokiran.

Dari uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas tindak lanjut dari urat tagihan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees dan menjadikan sebagai objek laporan kerja praktek dengan judul “Tinjauan Atas Tindak Lanjut dari Surat Tagihan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Bandung Karees.”

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

(5)

1.2.2 Tujuan

Adapun tujuan dari kerja praktek ini adalah:

1. Untuk mengetahui tindak lanjut dari surat tagihan pajak di KPP Karees

2. Untuk mengetahui prosedur pemblokiran yang ada d KPP Karees

1.3 Kegunaan Kerja Praktek 1. Kegunaan Praktis

Dari hasil penulis mengharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan yaitu :

a. Pihak Dirjen Pajak

Laporan Kerja Praktek sebagai bahan masukan atau bahan analisis dalam memperbaiki kekurangan dalam tindak lanjut dari surat tagihan pajak penagihan pajak dan pemblokiran.

2. Kegunaan Akademis

a. Bagi Penulis

(6)

b. Bagi Peneliti Lain

Hasil ini berguna untuk peneliti lain dalam menambah ilmu dan sumber penelitian yang berguna bagi peneliti lain yaitu mengetahui tentang tindak lanjut dari surat tagiha pajak di KPP Pratama bandung Karees.

1.3 Metode Kerja Praktek

Metode kerja praktek yang dilaksanakan penulis dalam penulisan laporan kerja praktek pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karees ini adalah block releaseyaitu metode pelaksanaan kerja praktek dalam satu periode tertentu.

Adapun teknik dalam pengumpulan data dan informasi sebagai materi pendukung dalam penyusunan laporan ini adalah :

1. Riset Lapangan (Field research)

Yaitu penelitian yang dilakukan penulis dengan cara terjun langsung pada objek penelitian. Penelitian lapangan yang dilakukan melelui metode pengambilan data yang tersedia di lapangan yaitu :

a. Pengamatan (Observaion)

Penulis melakukan pengamatan secara langsung dan mempelajari kegiatan-kegatan mengenai masalah yang akan penulis bahas.

b. Wawancara(Interview)

(7)

2. Penelitian Kepustakaan (library research)

Yaitu Suatu kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari, meneliti dan menelaah berbagai macam bahan bacaan yang ada di perpustakaan baik buku-buku, diktat dan bahan-bahan lain yang ditulis dan disusun oleh beberapa penulis yang erat hubungannya dengan masalah yang dibahas. Juga catatan-catatan pribadi penulis yang pernah didapat selama mengikuti perkuliahan.

1.4 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek

(8)

1 Tabel 1.1

(9)

NO. KEGIATAN

BULAN

JUN JUL OKT NOV DES JAN

(10)
(11)

8

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah singkat KPP Pratama Bndung Karees

Perkembangan perpajakan di Indonesia timbul sejak zaman penjajahan Belanda, dalam perang dunia I (1914-1918) keadaan keuangan seluruh dunia mengalami kehancuran sehingga Negara terpaksa melakukan pemungutan pajak melalui system dan cara yang disesuaikan dengan Negara masing-masing.

Pajak didirikan di Indonesia dengan nama Carlogo Veganes Blasting (Pajak Penghasilan). Pada zaman colonial Belanda, pelaksanaan pemungutan pajak dilakukan oleh De Inspectie Van Financian yaitu badan yang mengurus pemungutan pajak dari rakyat untuk Negara berdasarkan Undang-undang Colonial Belanda.

(12)

di Gedung Concordia (Sekarang Gedung Merdeka) yang berada di Jalan Raya Barat (Sekarang Jalan Asia Afrika).

Agresi Militer (1948) Ibu Kota republic Yogyakarta diserbu dan mengakibatkan terjadinya perang yang dahsyat. Perundingan-perundingan dilakukan, Pemerintah Belanda mengakui Kemerdekaan republic Indonesia maka Inspeksi Keuangan Bandung yag betempat di Jalan Asia Afrika Bandung namanya diubah menjadi Inspeksi Pajak. Kemudian Direktorat Jenderal Pajak mengubah Inspeksi Pajak Bandung berdasarkan MenteriKeuangan Republik Indonesia Nomor: 1414/KMK.01/1979 tanggal 5 April 1979, Inspeksi Pajak tersebut menjadi dua Inspeksi Pajak, yaitu:

1. Inspeksi Pajak Bandung Timur, berkedudukan di Jalan Asia Afrika no. 114 Bandung (Gedung Keuangan Negara), meliputi daerah wewenang kota Bandung bagian Timur dan Kabupaten Sumedang.

2. Inspeksi Pajak Bandung Barat, sementara berkedudukan di Jalan Purnawarman no. 21 Bandung, Kemudian pada tahun 1981 pindah ke Jalan Soekarno Hatta No. 216 Bandung yang meliputi daerah Majalaya, Kecamatan Cikalong Wetan dan Kotif Cimahi.

(13)

1. KPP Bandung Tegallega, Jalan Soekarno Hattano. 216 Bandung

2. KPP Bandung Karees, Jalan Kiaracondong No. 372 Bandung

3. KPP Bandung Cibeunying, Jalan Purnawarman No.21 Bandung

4. KPP Bandung Bojonagara, Jalan Asia Afrika No. 114 Bandung

5. KPP Cimahi, Jalan Raya Barat No. 5774 Cimahi.

Kemudian pada bulan Agustus 2007 terdapat perubahan dari Kantor Pelayanan Pajak menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama dimana Kantor Pelayan Pajak, Kantor pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dari Karikpa menjadi satu dengan nama Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri:

1. KPP Pratama Bandung Tegallega, Jalan Soekarno Hattano. 216 Bandung

2. KPP Pratama Bandung Karees, Jalan Kiaracondong No. 372 Bandung

3. KPP Pratama Bandung Cibeunying, Jalan Purnawarman No.21 Bandung

4. KPP Pratama Bandung Bojonagara, Jalan Asia Afrika No. 114 Bandung

5. KPP Pratama Cimahi, Jalan Raya Barat No. 5774 Cimahi

6. KPP Pratama Majalaya, Jalan Peta no.7 Bandung

7. KPP Pratama Soreang.

(14)

2.2 Struktur Organisasi KPP Karees

Struktur organisasi pada KPP Pratama Karees merupakan suatu bentuk organisasi Garis dan Staf dimana sebagai pimpinan tertinggi adalah Kepala Kantor, artinya dalam hal ini Kepala Kantor sebagai pemimpin yang memberikan dan melimpahkan wewenang secara vertikal kepada bawahannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing sedangkan bentuk pelaksanaannya Kepala Kantor dibantu oleh sub bagian umum dan membawahi beberapa seksi. Seksi-seksi yang dibawahi oleh Kepala Kantor adalah Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI),Seksi Sub Bagian Umum,Seksi Pelayanan, Seksi Penagihan, Seksi Ekstensifikasi Perpajakan, Seksi Pengawasan dan Konsultasi I (WASKON I), Seksi Pengawasan dan Konsultasi II (WASKON II), Seksi Pengawasan dan Konsultasi III (WASKON III), Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV (WASKON IV) Seksi Pemeriksaan dan Kelompok Jabatan Fungsional.

2.3 Uraian Tugas

Tugas, wewenang dan tanggung jawab merupakan fungsi dari setiap bagian di dalam Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees yang dapat membedakan antara satu bagian dengan bagian yang lain. Berikut adalah tugas, wewenang dan tanggung jawab setiap bagian:

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Melakukan penyuluhan (pembinaan terhadap karyawan yang ada di

(15)

b. Melakukan peningkatan pelayanan;

c. Melakukan pengawasan (pemeriksaan dan penagihan), termasuk

mengawasi jalannya kegiatan operasional perpajakan, yaitu:

- Pajak Penghasilan (PPh);

- Pajak Pertambahan Nilai (PPN);

- Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM);

- Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);

- Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Banguanan (BPHTB);

- Pajak Tidak Langsung Lainnya.

d. Menerima laporan kerja dari setiap seksi dan membuat kegiatan

operasional Kantor Pelayanan Pajak wilayah Jawa Barat.

2. Sub Bagian Umum

Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Melakukan urusan kepegawaian;

b. Melakukan urusan keuangan;

c. Melakukan urusan tata usaha; dan

(16)

3. Seksi Ekstensifikasi

Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Melaksanakan dan menatausahakan pengamatan potensi perpajakan;

b. Melaksanakan pendataan objek dan subjek pajak;

c. Melaksanakan penilaian objek pajak; dan

d. Melaksanakan kegiatan ekstensifikasi perpajakan.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Mengumpulkan dan mengolah data;

b. Menyajikan informasi perpajakan;

c. Merekam dokumen perpajakan;

d. Melaksanakan urusan tata usaha penerimaan perpajakan;

e. Melaksanakan pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil PBB dan

BPHTB;

f. Melaksanakan dukungan teknis komputer;

(17)

h. Menyimpan laporan kerja.

5. Seksi Pelayanan

Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Memberikan pelayanan kepada wajib pajak dengan melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;

b. Melaksanakan pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan;

c. Menerima dan mengolah surat pemberitahuan dan surat lainnya;

d. Melakukan penyuluhan perpajakan;

e. Melaksanakan peregistrasian wajib pajak; dan

f. Kerjasama perpajakan.

6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, IV

Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Melakukan pengawasan kepatuhan perpajakan wajib pajak, melalui pemanfaatan dan Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) atau Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak (SIDJP);

b. Melaksanakan pembimbingan atau himbauan kepada wajib pajak;

c. Melaksanakan konsultasi teknis perpajakan kepada wajib pajak;

(18)

e. Memonitor penyelesaian pemeriksaan pajak dan prosedur keberatan;

f. Melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku;

g. Membantu wajib pajak dalam memperoleh penegasan dan konfirmasi masalah perpajakan;

h. Melakukan pemutakhiran data wajib pajak dan membuatcompany profile;

i. Menginformasikan ketentuan perpajakan terbaru kepada wajib pajak;

j. Menganalisis kinerja wajib pajak; dan

k. Menyelesaikan permohonan surat keterangan yang diperlukan wajib pajak

7. Seksi Pemeriksaan

Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Menyusun rencana pemeriksaan;

b. Melaksanakan pengawasan aturan pelaksanaan pemeriksaan;

c. Melaksanakan penerbitan dan penyaluran SP3 (Surat Perintah

Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak); dan

d. Administrasi perpajakan lainnya.

8. Seksi Penagihan

Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut:

(19)

b. Melaksanakan penagihan piutang pajak;

c. Penundaan angsuran tunggakan pajak;

d. Usulan penghapusan piutang pajak; dan

e. Mempersiapkan teguran dan melakukan penagihan dengan surat paksa.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Terdiri dari :

a. Pejabat Fungsional Pemeriksa

Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan masing-masing berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku dan berkoordinasi dengan seksi pemeriksaan.

b. Pejabat Fungsional Penilai

Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan masing-masing berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku dan berkoordinasi dengan seksi ekstensifikasi.

1. dan recovery dalam rangka pengamanan pengiriman dan perbaikan kembali data dan/atau program yang rusak

(20)

2.4 Aspek Kegiatan KPP Pratama Karees

KPP Pratama dibentuk dengan “meleburkan” tiga jenis kantor pelayanan yang ada sebelumnya, yakni Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), dan Kantor Pemeriksaan Pajak (Karikpa). Meskipun terjadi penggabungan, tugas pokok dan fungsi yang melekat pada kantor-kantor tersebut tetap ada melalui struktur baru pada KPP Pratama yang berbasis fungsi. Aspek – aspek kegiatan KPP Pratama Karees yang dilakukan oleh Seksi Penagihan antara lain :

a. Pemrosesan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Penagihan.

b. Penatausahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak Beserta Bukti Pembayarannya.

c. Penatausahaan Surat Keputusan Pembetulan/Keberatan /Putusan Banding/ Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi Pada Seksi Penagihan.

d. Menjawab Konfirmasi Data Tunggakan Wajib Pajak. e. Menyelesaikan Permohonan Penundaan Pembayaran Pajak. f. Menyelesaikan Usulan Pemeriksaan Dalam Rangka Penagihan

Pajak.

(21)

i. Melakukan Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Bunga Penagihan.

(22)

18

3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

Dalam pelaksanaan kerja praktek penulis ditempatkan pada bagian Pengolahan Data dan informasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karees. Adapun tugas Seksi PDI yaitu sebagai berikut :

1. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,

2. Melakukan Perekaman dokumen perpajakan,

3. Melakukan Pelayanan dukungan teknis komputer

4. Melakukan Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filing serta penyiapan laporan kinerja.

3.1.1 Pengertian Penagihan Pajak

Pengertian Penagihan pajak:

(23)

surat teguran, surat paksa, sita, lelang, penyanderaan, kompensasi, pencegahan daluwarsa, pengertiannya lebih luas. (Rochmat Soemitro).

3.1.2 Pengertian Surat Tagihan pajak

Surat tagihan pajak adalah untuk mlakukan tagihan pajak atau sanksi administrasi berupa bungan dan atau denda. (Siti kurnia rahayu,2010)

Pasal 14 (1) UU KUP Dirjen pajak menerbitkan STP apabila:

1. Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar. 2. Dari hasil peelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak

sebagai akibat salah tulis atau salah hitung.

3. Wajib pajak dikenakan sanksi administasi berupa denda dan atau bunga.

4. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak, tetapi tidak tepat watu.

5. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak, tetapi tidak mengisi faktur secara lengkap selain:

 Identitas pembeli

 Identitas pembeli serta pembeli serta nama dan tandatangan

dalam hal penyerahan dilakukan oleh PKP pedagang eceran. 6. pengusaha kena pajak melaporkan faktur patelah diberikan pajak tidak

sesuai sengan masa penerbitan faktur pajak.

(24)

Surat Tagihan Pajak (STP) mempunyai kekuatan hokum sama dengan surat ketetapan pajak (SKP). Dalam hal ini penagihan yang tecantum dalam STP, dapat juga dilakukan penagihan dengan surat paksa (UU No.19/1990).

3.1.3 Fungsi Surat Tagihan Pajak (STP)

Fungsi STP adalah:

 Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT WP  Sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga atau denda

 Sarana untuk menagih pajak

3.1.4 Mekanisme Penagiahan

Mekanisme penagiahan sebagaimana diatur dalam KMK-561/KMK.04/2000

No Kegiatan Jangka

Waktu

Keterangan

(25)

minimal 7 hari setelah tanggal jatuh temo (JT) SKPKB, STP, dan SKPKBT.

utang pajaknya setelah dikeluarkan surat paksa (SP), maka akan dikeluarkan surat perintah melaksanakan penyitaan (SPMP) dalam waktu 2x24 jam.

3. Surat paksa (surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak).

2x24 jam Jika WP tetap tidak membayar pajaknya setelah disampaikan atau diberitahukan SP, maka akan dilakukan tindakan penyitaan dalam waktu 2x24 jam.

4. Surat perintah melakukan penyitaan (SPMP).

Paling cepat 14 hari

Jurusita pajak Negara (JSPN) akan melakukan penyitaan terhadap barang milik WP senilai dengan utang pajaknya. Apabila sampai diterbitkannya SPMP WP tidak membayar

pajaknya, maka KPP

PRATAMA akan melakukan pengumuman lelang.

5. Pengumuman lelang - KPP PRATAMA melakukan

(26)

masa dalam jangka waktu 14 hari, pabila WP belum juga melunasai, maka 14 hari kemudian akan dilakukan penjulan secara lelang.

6. Penjualan secara lelang - Lelang diusahakan dilakukan ditempat WP dan dilakukan secara terbuka. pajak dengan surat paksa.

- Pemblokiran diberitahuakan kepada pimpinan tempat harta kekayaan tersimpan disertai salinan SP dan SPMP. Dilakukan dalam rangka penagihan pajak dengan surat

paksa

(KMK-563/KMK.04/2000).

8. Penyitaan 2x24 jam

sejak surat paksa

(27)

3.1.4.1 Surat Paksa

Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan tagihan pajak. (pasal 10 sub UU PPSP).

Isi surat paksa:

 Berkepala kata “atas nama keadilan sesuai UU No.14 tahun 1970 sesuai

UU PPSP” diganti menjadi “Demi keadilan berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa”.

 Nama wajib pajak dan keterangan cukup tentang alasan yang menjadi

dasar penagihan, perintah bayar (dalam waktu 2x24 jam).

 Ditandatangani oleh pejabat yang berwenang ditunjuk Mentri Keuangan

atau kepala daerah.

3.1.4.2 Surat perintah melakukan penyitaan

Apabila pajak yang terutang tidak dilunasi dalam jangka waktu 2x24 jam sesudah tanggal pemberitahuan surat paksa kepada penanggung pajak, tidak lanjutnya diterbitkan surat perintah melaksanakan penyitaan.

Proses penyitaan barang milik penangung pajak:

 Penyitan terhadap barag milik penanggung pajak dilakukan oleh JSPN

berdasarkan SPMP yang diterbitkan oleh kantor pelayanan pajak

 Penitaan dlilakukan dalam waktu 2x24 jam sejak tanggal surat paksa

(28)

 Penyitaan dilaksanakan oleh JSPN dengan 2 sanksi (dewasa, penduduk

Indonesia, dikenal dan dapat dipercaya)

 Barang yang dapat disita adalah barang yang berada di tempat tinggal,

tempat usaha, tempat kedudukan atau tempat lain, termasuk yang pengguasaannya berada di tangan pihak lain

3.1.4.3 Pemblokiran

Pemblokiran adalah tindakan pengamanan harta kekayaan milik Penanggung Pajak yang tersimpan pada bank dengan tujuan agar terhadap harta kekayaan dimaksud tidak terdapat perubahan apapun, selain penambahan jumlah atau nilai. (KMK-563/KMK.04/2000).

Proses penyitaan:

1. Pemblokiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) diajukan oleh Pejabat kepada pimpinan bank tempat harta kekayaan Penanggung Pajak tersimpan disertai dengan salinan Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan

2. Pimpinan bank atau pejabat bank yang ditunjuk wajib melaksanakan pemblokiran terhadap harta kekayaan Penanggung Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) seketika setelah menerima permintaan pemblokiran dari Pejabat

(29)

4. Sebelum dilakukan penyitaan atas harta kekayaan Penanggung Pajak yang diblokir, Penanggung Pajak dapat mengajukan permohonan kepada Pejabat menggunakan harta yang diblokir tersebut untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak

3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek

Sesuai tujuan pelaksanaan kerja praktek penulis mempelajari tindak lanjut dari surat tagihan pajak dan prosedur penagihan dengan cara pemblokiran tersebut yaitu:

1. Tindak lanjut dari surat tagihan pajak di KPP Pratama Bandung Karees Pada KPP Pratama Bandung Karees masih banyak surat tagihan pajak yang diabaikan oleh wajib pajak, pada tahun 2010 ada sekitar 54 STP untuk PPh Badan yang diterbikan dan lebih dari 50% STP yang diabaikan begitupun pada tahun 2011 sampai bulan November saja ada sekitar 102 STP PPh Badan yang diterbitkan dan sekitar 50% nya diabaikan juga.

(30)

1. Prosedur pemblokiran yang ada di KPP Pratama Bandung Karees

Direktorat Jendral Pajak dalam melakukan penagihan akan melaksanakannya sesuai dengan KMK-561/KMK-04/2000 yaitu mekanisme penagihan yang dimulai dari penerbitan surat tagihan pajak hingga ke proses penyitaan. Namun masih banyak wajib pajak yang tidak membayar tunggakan pajaknya setelah dilakukan penagihan.

Adapun prosedur pemblokiran itu adalah:

a. Pemblokiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) diajukan oleh Pejabat kepada pimpinan bank tempat harta kekayaan Penanggung Pajak tersimpan disertai dengan salinan Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.

b. Pimpinan bank atau pejabat bank yang ditunjuk wajib melaksanakan pemblokiran terhadap harta kekayaan Penanggung Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) seketika setelah menerima permintaan pemblokiran dari Pejabat..

c. Pimpinan bank atau pejabat bank yang ditunjuk membuat berita acara pemblokiran yang tindasannya disampaikan kepada Penanggung Pajak dan Pejabat yang meminta pemblokiran.

(31)

3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek

Berdasarkan tujuan dari laporan KP yang ingin penulis sampaikan maka penulis akan membahas:

1. Analisis tindak lanjut dari surat tagihan pajak di KPP Pratama Bandung Karees

Pada KPP Pratama Bandung Karees masih banyak surat tagihan pajak yang diabaikan oleh wajib pajak, pada tahun 2010 ada sekitar 54 STP untuk PPh Badan yang diterbikan dan lebih dari 50% STP yang diabaikan begitupun pada tahun 2011 sampai bulan November saja ada sekitar 102 STP PPh Badan yang diterbitkan dan sekitar 50% nya diabaikan juga.

(32)

2. Analisis prosedur pemblokiran yang ada di KPP Pratama Bandung

Karees

Setelah di analisis ternyata prosedur pemblokiran yang di lakukan di KPP Pratama Bandung Karees ternyata sudah sesuai dengan KMK-561/KMK-04/2000. Yaitu dengan memberikan surat ijin pemblokiran beserta dokumen-dokumen yang menunjukan tunggakan wajib pajak tersebut.

(33)

28

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan kerja pelaksanaan kerja praktek tersebut dan setelah Penulis mempelajari masalah tentang Tindak lanjut atas surat tagihan pajak, maka penulis mencoba menyimpulkan beberapa hasil dari kerja praktek yang dilakukan di KPP Pratama Bandung Karees, yaitu :

1 Tindak lanjut dari surat tagihan pajak di KPP Karees yang paling evektif dari mulai pemberian surat peringatan hingga surat paksa adalah dengan cara pemblokiran.

2 Sistem penagihan dengan cara pemblokiran di KPP Karees sudah sangat baik terbukti dari surat tagihan yang diterbitkan pada tahun 2010 sebanyak 52 STP 50% nya berhasil di tagih dengan cara pemblokiran.

4.2 Saran

(34)

1 Tindak lanjut dari surat tagihan pajak mulai dari surat teguran hingga surat paksa masih kurang efektiv, diharapkan proedur penagihan dengan cara pemblokiran dapat ditingkatkan dengan cara memperbaiki kinerja dalam pelaksanaan pemblokiran itu sendiri sehingga dapat mengurangi tunggakan pajak dan menaikan penerimaan pajak pada KPP Pratama Bandung Karees. 2 Diharapkan prosedur penagihan dengan cara pemblokiran dapat dilakukan

(35)

BANDUNG KAREES

Laporan Kerja Praktek

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Mata Kuliah Kerja Praktek Studi S-1 Program Studi Akuntansi

Oleh :

Nama : Putri Handayani NIM : 21108083

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(36)

31 kasus pada KPP Pratama Jepara)

Rachmat Soemitro, Dewi Kania Sugiharti, 2004, Asas dan Dasar Perpajakan, Edisi Revisi, Bandung: Refika Aditama

Siti Kurnia Rahayu. (2010).Perpajakan Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu

Siti Kurnia Rahayu & Ely Suhayati. (2010). Perpajakan Teori dan Teknis Perhitungan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Pajak Penyumbang Terbesar APBN. Diakses pada 13 Maret, 2010 dari Word Wide Web: http://www.infojambi.com/v.1/ekonomi-a-info-bisnis/9895.html

Hartoyo Umar. KPK Laporkan 14 Perusahaan Migas Penunggak Pajak ke Presiden & DPR.Diakses Pada 14 November, 2011 dari World Wide Web: http://www.detiknews.com/read/2011/11/14/123034/1766897/10/kpk-laporkan-14-perusahaan-migas-penunggak-pajak-ke-presiden-dpr

Susanto, Heri (2009). Sektor Migas Jadi Penyumbang APBN Terbesar.Diakses pada 21 Januari, 2009 dari Word Wide Web:

http://bisnis.vivanews.com/news/read/23602sektor_migas_jadi_penyumban g_apbn_terbesar

Keputusan Mentrei Keuangan (KMK)-561/Keputusan Mentri Keuangan (KMK).04/2000

Keputusan Mentri Keuangan(KMK)-563/Keputusan Mentri Keuangan (KMK).04/2000

Undang Undang No.19/1990

(37)
(38)

ii

segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek yang berjudul “Tinjauan Atas Tindak Lanjut Surat Tagihan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees”. Maksud dan tujuan dari Laporan Kerja Praktek ini diajukan untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Kerja Praktek Jurusan Akuntansi Program Studi S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

Penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman, karena itu makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun untuk menambah pengetahuan penulis guna penyempurnaan karya ilmiah di masa yang akan datang

Dalam kesempatan ini saya sebagai penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, terutama kepada yang terhormat:

1. Dr. Ir Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

(39)

iii

Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Surtikanti. S.E,. M.Si Selaku dosen wali dan dosen pembimbing kerja praktek yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing serta memberikan masukan yang berguna bagi penulis dalam penyusunan laporan ini.

5. Tulus Suparto, S.E. Selaku Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi pada Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees.

6. Ani Dimyani, SE pembimbing selama penulis Kerja Praktek pada Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees .

7. Kedua Orangtuaku yang telah mencurahkan perhatian atas materi, dorongan spiritual dan doa-doanya.

8. Seluruh keluarga dan keluarga besar yang telah memberikan semangat dan doanya dalam penyelesaian laporan ini.

9. Genda Taufik Munggaran ang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan kerja praktek ini.

10. Seluruh anak-anak AK-2 angkatan 2008, sukses buat semuanya dan selalu semangat dalam menempuh jalan hidup

(40)

iv

Bandung, Desember 2011

(41)
(42)

52 Nama Lengkap : Putri Handayani

Tempat tanggal lahir : Bandung, 11 Februari 1991

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jalan Rajawali Timur No.19 Bandung

DATA PENDIDIKAN

SD Negeri Garuda III Bandung 1996-2002

SMP Angkasa Bandung 2002-2005

SMA Angkasa Bandung 2005-2008

Sampai sekarang masih tercatat sebagai Mahasiswa di UNIVERSITAS KOMPUTER

(43)

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH BUDIDAYA TANAMAN MENDONG (Fimbristylis globulosa) TERHADAP TINGKAT.. KESEJAHTERAAN PETANI MENDONG DI KECAMATAN MANONJAYA

Kemajuan disiplin ilmu yang berarti bahwa peneliti membutuhkan lebih banyak pengetahuan untuk membuat kemajuan yang signifikan, permintaan seringkali hanya bisa

 Kerjak kelompok: kegiatan ini digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang hukum Islam tentang makanan dan minuman.  Diskusi: Metode ini digunakan untuk mendialogkan tema

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar pada ranah kognitif siswa dengan menerapkan model pembelajaran

Rujukan Berita Acara pembukaan penawaran Nomor: BA-EPROC/25/II/2017/LP Polda NTB tanggal 6 Februari 2017 tentang hasil pembukaan penawaran Paket pekerjaan Pelelangan

Mengingat Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang dikenal sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman hayati sehingga kita dapat menggali potensi

Saat Muson Barat (Desember-Februari) berlangsung, biasanya terjadi downwelling, sedangkan saat Musim Timur (Juni-Agustus) berlangsung terjadi upwelling di Perairan Selatan

Kendala-kendala yang dihadapi penyidik dalam melakukan penyidikan tindak pidana penyalahgunaan psikotropika dengan pelaku anak dibawah umur adalah Poltabes Bandar