• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN KARAKTER KERJA KERAS DALAM EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SD N 1 PLOSOREJO Pengelolaan Karakter Kerja Keras Dalam Ekstrakurikuler Pramuka Di SD N 1 Plosorejo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGELOLAAN KARAKTER KERJA KERAS DALAM EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SD N 1 PLOSOREJO Pengelolaan Karakter Kerja Keras Dalam Ekstrakurikuler Pramuka Di SD N 1 Plosorejo."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGELOLAAN KARAKTER KERJA KERAS

DALAM EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SD N 1 PLOSOREJO

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun

Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Magister Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh

WAHYU KUSUMANINGTYAS

N I M

: Q100140037

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

▸ Baca selengkapnya: contoh deskripsi nilai ekstrakurikuler pramuka di raport

(2)
(3)
(4)
(5)

1

PENGELOLAAN KARAKTER KERJA KERAS

DALAM EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SD N 1 PLOSOREJO oleh

Wahyu Kusumaningtyas, Sutama, dan Sabar Narimo Magister Administrasi Pendidikan, Sekolah Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Surakarta Email : azumikudo@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pengelolaan karakter kerja keras dalam ekstrakurikuler pramuka berbasis keteladanan dan pembiasaan serta mendeskripsikan kendala yang muncul dari pengeloaan karakter kerja keras di SDN 1 Plosorejo. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan analisis situs. Proses pengumpulan data melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data menggunakan uji kredibility, pengujian transferabilitas, uji ketergantungan dan uji kepastian. Hasil penelitian, 1. Profil sekolah SDN 1 Plosorejo, 2. Guru memberikan contoh keteladanan dan pembiasaan pengelolaan karakter kerja keras melalui ekstrakurikuler pramuka dan dicontohkan secara langsung terhadap siswa dilihat dari kegiatan dan tingkah laku sehari-hari disekolah., 3. Kendala pengelolaan karakter kerja keras dalam ekstrakurikuler pramuka di SDN 1 Plosorejo

Kata Kunci : karakter, kerja keras, ekstrakurikuler pramuka

Abstract

This study aimed to describe the character of the management of hard work in the scout -based extracurricular exemplary and habituation and to describe the constraints arising from the management of hard work in the character of SDN 1 Plosorejo. This research is qualitative. Data collection techniques with interviews, observation, and documentation. Data analysis techniques to the analysis of the site. The process of collecting data through data reduction, data presentation, and conclusion. The validity of test data using kredibility, transferability test, certainty test, and dependence test. The results of the research, 1. Profile of SDN 1 Plosorejo, 2. Teacher gives examples of exemplary character and habituation management of hard work through extracurricular scout and modeled directly on students seen from the activities and daily behavior in school, 3. Constraints management labor code hard in extracurricular scout at SDN 1 Plosorejo

(6)

2 PENDAHULUAN

Dengan kepemimpinan Presiden Indonesia saat ini yaitu bapak Joko Widodo yang memberi nama kabinet pemerintahannya dengan Kabinet Kerja menjadikan semangat untuk rakyat agar selalu bekerja keras untuk mencapai suatu hasil yang maksimal. Pendidikan karakter saat ini menjadi fokus program Kementerian Pendidikan Nasional. Di setiap kesempatan Menteri Pendidikan yang selalu mengemukakan, agar pendidikan karakter diberikan sejak usia dini.

Pendidikan karakter sudah menjadi kewajiban yang harus diberikan pada peserta didik dalam segala satuan pendidikan. Maka dari itu, pramuka sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dasar sangat relevan dengan pendidikan karakter bangsa terbukti dengan kesamaan nilai-nilai pendidikan karakter dengan nilai-nilai kepramukaan, sehingga sangat tepat bila melalui pramuka pendidikan karakter dapat dibentuk. Surat Keputusan (SK) menteri pendidikan dan kebudayaan (mendikbud ) Nomor : 0461/U/1964 dan Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Nomor : 226/C/kep/O/1992 dinyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu jalur pembinaan kesiswaan disamping jalur organisasi intra sekolah (OSIS ), latihan kepemimpinan dan wawasan wiyata mandala. Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menjadi wadah bagi guru untuk menanamkan pendidikan karakter adalah kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Di dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka terdapat pelatihan-pelatihan yang membentuk peserta didik menjadi pribadi yang mandiri dan berbudi pekerti luhur serta adanya penanaman karakter kerja keras.

(7)

3

agar para penerus bangsa sekarang ini lebih memiliki jiwa yang penuh semangat dan tidak mudah putus asa maka pihak sekolah mengadakan ektrakulikuler yang nanti diharapkan mampu untuk menanamkan karakter kerja keras pada siswa. Tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler adalah untuk memantapkan pendidikan kepribadian dan untuk lebih mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam progam kurikulum dengan keadaan dan lingkungan yang dibutuhkan.

Pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Sedangkan karakter yaitu watak, tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak. Maka Pendidikan Karakter yaitu proses pewarisan budaya pada generasi muda untuk membentuk kepribadian sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak.

Secara konsep karakter dapat diartikan sebagai usaha terus-menerus seorang individu atau kelompok dengan berbagai cara untuk mengukir, mengembangkan, atau melembagakan sifat kebijakan pada dirinya sendiri atau pada orang lain Jejen Mustafa (2012:223). Hendro Darmawan (2010:277) mengartikan karakter sebagai watak, tabiat, pembawaan, dan kebiasaan.

Tujuan dari pendidikan karakter adalah untuk mengembangkan karakter bangsa agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila. Pembangunan karakter ini berfungsi untuk mengembangkan potensi dasar agar berbaik hati, berpikiran baik, dan berperilaku baik (memperbaiki perilaku yang kurang baik dan menguatkan perilaku yang sudah baik) serta menyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila.

(8)

4

Sunardi (2006: 3) :“kepramukaan ini bukan suatu ilmu yang harus dipelajari dengan tekun, bukan pula merupakan kumpulan ajaran-ajaran dan naskah-naskah dari suatu buku. Kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama, mengadakan pengembaraanbagaikan kakak beradik, membina kesehatan dan kebahagiaan, keterampilan dan kesediaan untuk memberi pertolongan bagi yang membutuhkan”.

Menurut Dharma Kesuma (2011:17), kerja keras adalah suatu istilah yang melingkupi suatu upaya yang terus dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam menyelesaikan pekerjaan/yang menjadi tugasnya sampai tuntas. Kerja keras bukan berarti bekerja sampai tuntas lalu berhenti, istilah yang kami maksud adalah mengarah pada visi besar yang harus dicapai untuk kebaikan/kemlasahatan manusia (umat) dan lingkungannya.

Pada penelitian ini belum dapat menjawab permasalahan karakter kerja keras pada realita kehidupan sehari-hari. penelitian ini hanya meneliti ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler pramuka saja sehingga hanya terbatas pada kegiatan di sekolah saja.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan 1. Pengelolaan karakter kerja keras dalam ekstrakurikuler pramuka berbasis keteladanan, 2. Pengelolaan karakter kerja keras dalam ekstrakurikuler pramuka berbasis pembiasaan, 3. Kendala yang muncul dari pengelolaan kerja keras dalam ekstrakurikuler pramuka di SD N 1 Plosorejo.

METODE

(9)

5

dapat diamati. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Plosorejo. Subyek penelitian adalah kepala sekolah, guru dan siswa.

Teknik pengumpulan data dengan wawancara, Sugiyono (2012 : 186) mengatakan wawancara bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan responden yang diamati tidak terlalu besar Sugiyono (2012 : 145). Dan yang terakhir teknik dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data pendidik, grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb Danial (2009: 79).

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model interaktif (Interactive Model of Analysis). Menurut Miles dan Huberman (2014:16) dalam model ini tiga komponen analisis, yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan, dilakukan dengan bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data (data collecting) sebagai suatu siklus.

(10)

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengelolaan karakter kerja keras dalam ekstrakurikuler pramuka berbasis keteladanan di SDN 1 Plosorejo

Kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 1 Plosorejo diikuti oleh kelas empat sampai kelas enam. Untuk kelas empat tergabung dalam kelompok pramuka siaga dan untuk siswa kelas lima dan enam tergabung dalam kelompok pramuka penggalang. Kegiatan ekstrakurikuler pramuka dilaksanakan setiap hari Jumat mulai pukul 15.00 WIB sampai pukul 16.30 WIB. Ekstrakurikuler pramuka yang dilaksanakan di SDN 1 Plosorejo merupakan pendidikan non formal yang dilaksanakan diluar jam pelajaran sekolah dan merupakan salah satu ekstrakurikuler yang wajib dilaksanakan setiap lembaga pendidikan formal. Dalam kegiatan pramuka siswa juga dididik dan dilatih untuk memiliki karakter kerja keras yang sangat berguna untuk kehidupannya kelak. Karena dalam pramuka terdapat kegiatan yang mengharuskan setiap individunya untuk bekerja keras guna mendapatkan hasil yang ingin dicapai secara maksimal.

(11)

7

Karakter kerja keras yang ingin ditularkan kepada para siswa, haruslah dimulai dengan contoh keteladanan yang diberikan oleh kepala sekolah dan guru, termasuk dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Kerja keras juga merupakan usaha untuk membentuk watak dan perilaku sesuai dengan yang sudah ditetapkan untuk mencapai suatu yang diinginkan. Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian terdahulu oleh Tofiq Nugroho (2011) peserta didik harus dilatih untuk mampu bekerja keras. Bukan hanya mampu bekerja keras, tetapi juga mampu bekerja cerdas, ikhlas, dan tuntas. Orang yang bekerja keras akan menuai kesuksesan dari apa yang telah dikerjakannya dan mampu mewujudkan impiannya menjadi sebuah kenyataan.

(12)

8

kerja keras adalah usaha terus-menerus yang dilakukan sampai mencapai hasil yang diinginkan.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka akan memiliki karakter kerja keras yang kuat sehingga mereka lebih percaya diri dalam setiap kegiatan dan merasa puas dengan hasil jerih payahnya sendiri. Orang tua sebagai teladan pertama pendidikan di rumah memberikan dukunga penuh bagi putra-putrinya untuk mengikuti setiap kegiatan pendidikan baik formla maupun non formal di sekolah. Dalam hal ini sekolah melalui komite melakukan koordinasi dengan orang tua untuk memberikan dukungan dan partisipasinya kepada putra-putri mereka dalam mengikuti kegiatan kepramukaan. Orang tua selalu mendukung karena sekolah juga selalu menghimbau agar mengingatkan anaknya mengikuti kegiatan kepramukaan karena masuk dalam kurikulum pendidikan dan nilainya masuk ke rapot.

(13)

9

karakter kerja keras para pemuda. Peran pramuka sangatlah penting untuk membentuk karakternya, tentunya karakter yang mulia bagi bangsa dan negara. 2. Pengelolaan karakter kerja keras dalam ekstrakurikuler pramuka

berbasis pembiasaan di SDN 1 Plosorejo

Pembiasaan karakter kerja keras dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka pada siswa yaitu dengan memberikan suatu kegiatan yang mengharuskan setiap individu mengerjakan tugasnya sendiri meskipun kegiatan tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat berdiri sendiri. Mereka harus saling membantu dan bergotong royong untuk menyelesaikan suatu tugas, misalnya dalam pembuatan pionering. Dalam membuat pionering dibutuhkan kerja sama dan kerja keras dari masing-masing individu yang akan menghasilkan satu karya, hal ini menuntut skill dan keterampilan serta kesungguhan mereka.

(14)

10

menghabiskan wakru mereka untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman. Kegiatan ekstrakurikuler juga mengacu pada kegiatan menuju kedewasaan yang diawasi dan tidak terkait dengan kurikulum utama. Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi spesifik keterampilan atau pengetahuan dan mengambil tempat diluar jam sekolah. Ekstrakurikuler merupakan sarana untuk mengembangkan berbagai keterampilan sosial, kognitif dan fisik.

3. Kendala pengelolaan karakter kerja keras dalam ekstrakurikuler pramuka di SD N 1 Plosorejo

Faktor penghambat yang dihadapi dalam pengelolaan karakter kerja keras dalam implementasi ekstrakurikuler pramuka di SDN 1 Plosorejo terletak pada faktor teknis dimana kegiatan ini dilaksanakan pada sore hari yang sebagian besar dimanfaatkan siswa untuk beristirahat, bermain maupun untuk mengaji, faktor teknis lainnya adalah ketika masuk musim penghujan banyak sekali siswa yang tidak berangkat untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka, hal ini menyebabkan kegiatan tidak maksimal. Penelitian ini sejalan dengan penelitian menurut Tasripin (2011) bahwa pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler memberikan kontribusi yang positif terhadap pembentukan dan pengembangan karakter siswa.

(15)

11

keterampilan serta tenaga ekstra untuk melakukannya. Padahal di sekolah tersebut pembina putranya sangat terbatas sehingga menjadi faktor penghambat pelaksanaan.

Untuk mengatasi hambatan tersebut dengan mengubah waktu pelaksanaan, apabila terlihat cuaca sedang tidak bersabahat maka pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler dimulai lebih awal. Selain itu dengan memanfaatkan ruang kelas untuk kegiatan. Menambah personil dan bantuan dari luar pihak sekolah juga salah satu cara untuk mengatsi hambatan kurangnya tenaga pembina putra. Dewan Kerja Ranting (DKR) siap membantu para pembina apabila sewaktu-waktu dibutuhkan. Untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN 1 Plosorejo yaitu dengan diadakannya evaluasi akhir kegiatan ekstrakurikuler pramuka sehingga lebih mudah untuk mengatahui permasalahan-permasalahan yang terjadi. Tujuan akhirnya adalah dapat segera diadakan perbaikan dan pengelolaan karakter kerja keras dalam ekstrakurikuler pramuka dapat diaplikasikan oleh siswa baik dilingkungan sekolah maupun tempat tinggalnya.

(16)

12

lebih tinggi. Siswa juga belajar mengenai keterampilan hidup seperti kerja sama tim dan kepemimpinan sekaligus mengurangi kemungkinan mengkonsumsi alkohol dan penggunaan narkoba serta terkait dengan masalah perilaku yang menyimpang.

SIMPULAN

Pembina pramuka di SDN 1 Plosorejo memberikan keteladanan kepada siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka dengan hadir sebelum kegiatan dimulai, kepala sekolah juga selalu membina dan memantau setiap kegiatan. Peran serta orang tua juga merupakan teladan bagi siswa yaitu dengan memberikan dorongan dan semangat kepada putra-putrinya untuk aktif dalam kepramukaan. Siswa juga berperan dalam pengelolaan karakter kerja keras, terbukti mereka datang tepat waktu saat ekstrakurikuler, mematuhi tata tertib, dan melaksanakan tugas yang diberikan pembina dengan sungguh-sungguh sesuai dengan aturan yang telah di tentukan. Pengetahuan dan pengalaman pembina merupakan faktor pendorong semangat dan merupakan referensi bagi siswa untuk bekerja keras mewujudkan keinginan dan impiannya.

(17)

13

kayu dan tali untuk sebuah misi. Hal ini membutuhkan kerja keras dan gotong royong untuk menjadikan bentuk seperti yang diinginkan. Setiap individu dari regu tersebut harus berkerja karena adanya keterbatasan waktu, sehingga tidak ada siswa yang tidak bekerja atau mendompleng teman lainnya.

Faktor penghambat yang dihadapi dalam pengelolaan karakter kerja keras di SDN 1 Plosorejo terletak pada faktor teknis yaitu saat memasuki musim penghujan. Selain itu waktu pelaksanaan juga berbenturan dengan waktu istirahat dan bermain serta mengaji siswa. Maka banyak siswa yang sering ijin tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Faktor lain yang menjadi penghambat adalah kurangnya pembina putra.

Untuk mengatasi hambatan tersebut maka waktu pelaksanaan diajukan jamnya, dan apabila terjadi hujan maka pelaksanaan kegiatan dilakukan di dalam ruang kelas. Untuk mengatasi kekurangan pembina putra, dengan mengambil bantuan dari luar pihak sekolah yaitu Dewan Kerja Ranting (DKR) yang siap membantu sewaktu-waktu dibutuhkan.

Daftar Pustaka

Aqib, Z. 2012. Pendidikan Karakter Di Sekolah. Bandung: Yrama Karya.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2011. Pedoman Pelaksanaan Organisasi Sekolah. Semarang: Depdikbud

Ekechukwu, Rosemary O dkk. 2014. Leadership Education Through Extracurricular Activities In Tertiary Institutions In Nigeria. Academic Research International, Volume V; No.3,273-279

Hasibuan, Z. A. 2007. Metodelogi Penelitian Pada Bidang Ilmu Komputer Dan Teknologi Informasi : Konsep, Teknik, Dan Aplikasi. Jakarta : Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia

(18)

14

Kesuma, D. 2012. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: Rosdakarya

Metsapelto, L. Riitta&Lea, P. 2014. The Benefits Of Extracurricular Activities For Sosioemotional Behavior And School Achievement In Middle

Childhood: An Overview Of The Research. Journal of Educational Research, Volume VI; No.3, 10-33

Lopez, S.J&Louis, M.C. 2009. The Principle of Strengths-Based Education. Journal of College and Character, Volume X; No.4,143-154

Miles, B&Huberman, M. 1992: Qualitative Data Analisys. Sage Publication. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rosidi. Tahun 2007. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Moleong, Lexy J. 2012. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya Ramly, M. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.

Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Badan Pengembangan Pusat Kurikulum

Spradley, J. P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana. Edisi II Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif dan R&D. Bandung.

Alfabeta

Sukmadinata, Syaodih, N. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sunardi, A. BOB. 2006. Boyman Ragam Latihan Pramuka. Bandung: Nuansa Muda

Suryosubroto, 1990. Tatalaksana Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta

Sutama. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK dan R&D. Surakarta: Fairus Media

Sutisna, O. 1989. Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa

(19)

15

Wilson, N. 2009. Impact of Extracurricular Activities on Students. A Research Paper. http: //www2.uwstout.edu/content/lib/thesis/2009/2009wilsonn.pdf.

Referensi

Dokumen terkait

Judul Tesis : Penanaman Sikap Gotong Royong Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Di SDN 3 Kronggen Grobogan.. Dengan ini kami menilai tesis tersebut dapat disetujui

Ekstrakurikuler di sekolah dasar (SD) salah satunya adalah ekstrakurikuler pramuka, dimana ekstrakurikuler tersebut menjadi ekstrakurikuler wajib di sekolah. Menurut

Cara mengatasi hambatan implementasi pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka yakni antara lain: pembina harus bisa mengatur jadwal latihan maupun lomba

Banyumas tentunya terdapat kegiatan yang bersifat nonformal. Salah satunya adalah kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka yang akan menjadi fokus penelitian oleh peneliti. Kegiatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter yang sudah terbentuk melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SD Kemala Bhayangkari 1 Surabaya adalah karakter disiplin dan

Terkait dengan fenomena tersebutdalam mengikuti kegiatan pramuka, terbukti dengan anggota pramuka berpartisipasi dalam kegiatan pramuka, mendengarkan instruksi pembina, hal tersebut

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1 pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Pramuka di MAN 1 Bone dimulai dengan merencanakan program kerja, melaksanakan program kerja dan menekankan

Sebagai upaya mencapai tujuan tersebut, maka pembina pramuka harus mampu memberikan contoh serta keteladanan bagi siswa seperti membiasakan siswa untuk dapat menyelesaika persoalannya