• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas antiproliferasi ekstrak etanol temulawak (Curcuma xanthorrhiza.Roxb) pada sel lestari tumor YAC-1 dan Hela secara In vitro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas antiproliferasi ekstrak etanol temulawak (Curcuma xanthorrhiza.Roxb) pada sel lestari tumor YAC-1 dan Hela secara In vitro"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIFITAS ANTIPROLIFERASI EKSTRAK ETANOL

TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza

Roxb.) PADA SEL

LESTARI TUMOR YAC-1 DAN HeLa SECARA

IN VITRO

ESTHER JULIANA STEPHANI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Aktivitas Antiproliferasi Ekstrak Etanol Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) Pada Sel Lestari Tumor YAC-1 dan HeLa Secara In Vitro” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, September 2009

Esther Juliana Stephani

(3)

ABSTRACT

ESTHER JULIANA STEPHANI. The Activity of Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) Ethanol Extract on Antiproliferation of YAC-1 and HeLa Cell Lines In Vitro. Under direction by BAMBANG PONTJO PRIOSOERYANTO.

The aim of this research is to observed the antiproliferation activity of temulawak (Curcuma xanthoriza Roxb.) 70% ethanol extract on YAC-1 (lymphoma in mouse) and HeLa (cancer in human cervix) cell lines in vitro. Cells were cultivated in tissue culture plate in 3 replicates. The concentrations of extract were 0 (negative control), 15, 30, 45, 60 and 75 ppm. After 4 days incubation at 370C 5% CO2, cells were harvested and total cells were counted

using a haemocytometer Neubauer with Trypan blue dye. The results showed that temulawak ethanol-70% extract had an antiproliferation activities on YAC-1 and HeLa cell lines. The best result was achieved at the dose of 75 ppm with antiproliferation activity reached for 70% on YAC-1 cell line and 37.41% on HeLa cell line. We concluded that temulawak ethanol extract has a potential as an antitumor agent.

(4)

ABSTRAK

ESTHER JULIANA STEPHANI. Aktivitas Antiproliferasi Ekstrak Etanol Temulawak (Curcuma xanthorrhiza.Roxb) Pada Sel Lestari Tumor YAC-1 dan HeLa Secara In Vitro. Di bawah bimbingan BAMBANG PONTJO PRIOSOERYANTO.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya aktivitas ekstrak etanol-70% temulawak (Curcuma xanthoriza Roxb.) dalam penghambatan proliferasi sel lestari tumor YAC-1 dan HeLa secara in vitro. Penelitian dilakukan dengan menanam sel lestari tumor YAC-1 (tumor limfoma mencit) dan Hela (sel kanker serviks manusia) pada tissue culture plate sebanyak 3 kali ulangan. Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 0 (kontrol negatif), 15, 30, 45, 60 dan 75 ppm. Pemanenan dilakukan setelah 4 hari diinkubasi pada 370C 5% C02 dan penghitungan sel dilakukan dengan pewarnaan Trypan blue pada hemositometer

Neubauer. Hasil penelitian menunjukan adanya aktivitas antiproliferasi ekstrak etanol temulawak pada kedua sel lestari tumor. Konsentrasi ekstrak yang memberikan hasil paling baik pada sel tumor YAC-1 adalah 75 ppm dengan aktivitas antiproliferasi sebesar 70%. Pada sel tumor HeLa, konsentrasi ekstrak etanol temulawak yang memberikan hasil paling baik adalah 75 ppm dengan aktivitas antiproliferasi sebesar 37.41%. Hasil tersebut menunjukkan potensi temulawak sebagai tanaman yang memiliki aktivitas sebagai antitumor.

(5)

AKTIVITAS ANTIPROLIFERASI EKSTRAK ETANOL

TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza

Roxb.) PADA SEL

LESTARI TUMOR YAC-1 DAN HeLa SECARA

IN VITRO

ESTHER JULIANA STEPHANI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul : Aktivitas Antiproliferasi Ekstrak Etanol Temulawak (Curcuma xanthorrizaRoxb.) Pada Sel Lestari Tumor YAC-1 dan HeLa SecaraIn Vitro

Nama : Esther Juliana Stephani NRP : B04051158

Menyetujui

Drh. Bambang P.Priosoeryanto, MS Ph.D

NIP : 19600228 198601 1 001

Mengetahui Wakil Dekan

Fakultas Kedokteran Hewan

Dr. Nastiti Kusumorini NIP. 19621205 198703 2 001

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkatNya sehingga penulis

telah menyelesaikan tugas akhir dengan baik. Penelitian ini berjudul ”Aktivitas

Antiproliferasi Ekstrak Etanol Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) pada Sel

Lestari Tumor YAC-1 dan HeLa secara in vitro”. Penyelesaian penelitian dan

penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan banyak pihak. Penulis

ucapkan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Januar dan Ibu

Syenny, yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil. Selain itu

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Drh. Bambang Pontjo Priosoeryanto, MS, Ph.D selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

2. Dr. drh. Upik Kesumawati Hadi, MS sebagai pembimbing akademik.

3. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

4. Seluruh staf pengajar dan karyawan Bagian Patologi dan Farmasi, Departemen

Klinik, Reproduksi dan Patologi FKH IPB.

5. Keluarga besar di Jakarta, Manado, Medan dan Belanda atas doa dan

dukungannya.

6. Bachtiar “slebor” Yulianto atas perhatian, kasih sayang serta dukungan baik

moril maupun materiil.

7. Teman seperjuangan penelitian, Apid, Listia, Cha-cha, Lince, Ajeng, Dine,

Maryam, Reni, Dimas atas dukungannya terhadap penelitian penulis.

8. Teman angkatan Goblet 42, Lissa, Ronald, Muning, Hage, Iga, Mencit, Afu,

Angga, Cipie, Firda, Mieke, Reky serta teman-teman lainnya yang telah

banyak mendoakan dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman satu kost, Inggie, Novi, Bagus dan Dika.

Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat di kemudian hari bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, September 2009

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Jakarta pada tanggal 25 Juli 1987. Penulis

merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Januar W. Silitonga dan Ibu

Syenny Soemyarsono.

Pada umur 5 tahun, penulis memasuki jenjang Taman Kanak-kanak

Martha, Bekasi. Tahun 1999 penulis lulus dari SDK Pamardi Yuwana Bhakti,

Bekasi, kemudian pada tahun 2002 penulis lulus dari SLTPK Pamardi Yuwana

Bhakti, Bekasi. Di kota yang berbeda, selanjutnya penulis melanjutkan studi di

SMUK 7 BPK PENABUR JAKARTA dan lulus tahun 2005. Tahun 2005 penulis

diterima sebagai mahasiswa program sarjana di Institut Pertanian Bogor melalui

jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Setahun kemudian penulis

masuk ke Fakultas Kedokteran Hewan IPB setelah melalui seleksi Tingkat

Persiapan Bersama.

Tahun 2005-2006 penulis bergabung dalam anggota komisi pelayanan

anak Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB. Tahun 2006-2007 penulis

bergabung sebagai anggota Himpunan Profesi Hewan Kesayangan dan Satwa

Akuatik (HKSA) IPB. Pada tahun 2007-2008 penulis merupakan anggota divisi

pendidikan Himpro HKSA FKH IPB. Selain itu penulis juga aktif pada berbagai

(9)

DAFTAR ISI

Sel Lestari tumor HeLa ... 8

Kultur Jaringan ... 8

Persiapan Media dan Penanaman Sel... 14

Pemanenan dan Penghitungan Sel ... 15

Analisis Data ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Aktifitas Antiproliferasi Pada Sel Lestari Tumor YAC-1 ... 17

Aktifitas Antiproliferasi Pada Sel Lestari Tumor HeLa... 18

Perbandingan Aktifitas Antiproliferasi pada Sel Lestari Tumor YAC-1 dan HeLa... 19

(10)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan... 23

Saran ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 24

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Perbedaan tumor jinak dan ganas ... 6

2 Klasifikasi tumor... 6

3 Komposisi rimpang temulawak ... 12

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Tanaman Temulawak... 10

2 Sel Tumor... 16

3 Presentase sel tumor YAC-1 pada berbagai konsentrasi ekstrak etanol

Temulawak... 17

4 Presentase sel tumor HeLa pada berbagai konsentrasi ekstrak etanol

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Hasil analisis ragam jumlah sel tumor YAC-1 pada berbagai konsentrasi

Ekstrak etanol temulawak ... 28

2 Hasil analisis ragam jumlah sel tumor HeLa pada berbagai konsentrasi

Ekstrak etanol temulawak ... 28

3 Uji ANOVA dan uji Duncan (P<0,05) sel YAC-1 ... 29

(14)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tumor atau yang dikenal dengan neoplasia dapat didefinisikan sebagai

sel yang mengalami gangguan pertumbuhan yang tidak normal, tidak terkontrol,

serta tidak tergantung kepada jaringan di dekatnya. Neoplasia yang paling penting

adalah kanker yang merupakan pertumbuhan tumor ganas atau neoplasia

malignan (Spector dan Spector 1993). Penyebab dari tumor itu sendiri sangatlah

kompleks, terkait dengan terpaparnya agen karsinogenik, kokarsinogen

lingkungan, dan predisposisi pada inang (Priosoeryantoet al. 2002).

Tumor ganas atau yang dikenal dengan kanker saat ini telah menjadi

salah satu sumber penyebab kematian utama di dunia. Terlebih menurut WHO

pada tahun 1997, bahwa jumlah penderita kanker dunia mulai meningkat secara

signifikan, dan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan terutama di

negara-negara berkembang. Berdasarkan hal diatas, kanker merupakan masalah

yang penting yang harus diatasi. Namun saat ini belum ada metode pengobatan

yang efektif dan pasti untuk melawan kanker. Banyak terapi yang sudah dilakukan

untuk menekan kasus penyakit ini secara temporer tetapi pada akhirnya hampir

seluruh penderita kanker berakhir dengan kematian (Imazumi 1982).

Ada berbagai macam pengobatan penyakit tumor, diantaranya

merupakan kombinasi antara operasi (pembedahan), radiasi, imunoterapi, kimia

(kemoterapi), dan lain-lain. Pengobatan secara kimia atau disebut kemoterapi

paling sering dilakukan karena merupakan pendekatan terapi yang paling efektif

bersifat sistemik. Dengan adanya kemoterapi dapat meringankan gejala penyakit,

memperpanjang hidup dan bahkan menyembuhkan (Theilen dan Madewell 1987).

Namun kemoterapi dapat menimbulkan efek samping meningkatnya keganasan

tumor yang diakibatkan oleh obat-obatan yang digunakan memiliki efek sitosidal

dimana efek ini tidak hanya merusak sel tumor, tetapi juga menyebabkan

kerusakan pada sel-sel normal lainnya (Abdillah 2006 ).

Banyak negara yang sedang berkembang tidak mempunyai cukup

fasilitas dan tenaga ahli untuk melakukan terapi sinar atau pembedahan, sehingga

(15)

bagi tubuh. Salah satu yang dikenal adalah temulawak yang banyak digunakan

untuk obat atau bahan obat.

Temulawak merupakan komponen penyusun hampir setiap jenis obat

tradisional yang dibuat di Indonesia. Temulawak dalam obat tradisional Indonesia

digunakan sebagai simplisia tunggal atau merupakan salah satu komponen dari

sutau ramuan. Dalam konteks penggunaan tradisional, temulawak digunakan

sebagai obat untuk mengatasi penyakit tertentu atau digunakan sebagai penguat

daya tahan tubuh.

Banyak penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan untuk

membuktikan khasiat temulawak. Khasiat temulawak yang sudah diketahui antara

lain sebagai antianthelmintik, antianalgesik, antibakteri/jamur seperti

Microsporum gypseum, Microsporum canis, dan Trichophytol violaceum,

antidiabetik, antihepatotoksik, antiinflamasi, antioksidan , antitumor, dan lan-lain.

Khasiat yang didapatkan dari penggunaan temulawak ini disebabkan oleh adanya

kandungan kimia aktif yang terdapat didalam temulawak antara lain kurkuminoid

yang terdiri atas kurkumin, desmetoksikurkumin, xanthorhizol dan minyak atsiri

dan lain-lain (Anonim 2009a).

Berbagai jenis senyawa kimia telah dapat diisolasi dari berbagai jenis

tanaman. Beberapa dari senyawa kimia alami tersebut memiliki aktivitas biologik.

WHO mencatat bahwa terdapat 119 jenis bahan aktif obat modern merupakan

hasil pengembangan dari senyawa yang terdapat pada tanaman obat. Menurut Liu

et al. 2007, kurkumin yang juga merupakan salah satu kandungan dalam

temulawak telah diteliti mampu menghambat proliferasi sel kanker melalui

mekanisme menginduksi apoptosis. Hal ini yang mendasari penelitian ini

dilakukan untuk membuktikan khasiat dari temulawak yaitu kemungkinan adanya

aktivitas antitumor.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antiproliferasi ekstrak

etanol temulawak terhadap pertumbuhan sel lestari tumor YAC-1 dan HeLa

(16)

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui potensi temulawak sebagai

bahan yang bersifat antitumor sehingga dapat dikembangkan menjadi obat

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Tumor

Tumor atau neoplasia adalah suatu pertumbuhan jaringan yang ditandai

dengan proliferasi abnormal dari suatu sel dan pertumbuhan yang berlebih serta

tidak terkoordinasi (Anonim 2009d). Sel tumor adalah sel yang memiliki banyak

karakteristik bentuk dan perkembangan jaringan yang istimewa jika dibandingkan

dengan sel normal (Priosoeryanto et al. 2002). Istilah tumor dahulu digunakan

untuk menjelaskan adanya suatu massa atau pembengkakan, sekarang ini istilah

tersebut disamakan dengan neoplasia (Cheville 2006).

Etiologi Tumor

Tumor merupakan salah satu kasus penyakit penting yang harus

dipecahkan dalam dunia kedokteran. Tumor atau neoplasia pada umumnya

muncul pertama kali sebagai sesuatu yang tidak bisa dipahami, secara klinis

terlihat sebagai suatu massa yang diam di dalam jaringan. (Cheville 2006).

Penyebab tumor sangat kompleks, hal ini berkaitan dengan paparan agen

karsinogen, kokarsinogen lingkungan, dan faktor predisposisi inang

(Priosoeryantoet al. 2002).

Penyebab tumor dapat dibedakan menjadi faktor intrinsik dan faktor

ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi usia, diet, dan hormon. Usia merupakan faktor

dominan pada kasus tumor dan kanker. Kejadian neoplasia ini meningkat seiring

dengan bertambahnya usia pada berbagai spesies. Makanan berlemak dan

berkolesterol dapat menjadi pemicu terjadinya tumor. Pada tikus, tumor dapat

timbul akibat aflaktoksin yang terdapat pada pakan karena pemberian pakan

dengan lemak yang tinggi tetapi kurang akan metionin dan kolin. Hormon seperti

estrogen, testosteron, androgen dan hormon pertumbuhan dapat menginduksi

terjadinya tumor (Cheville 2006).

Faktor ekstrinsik dapat berasal dari lingkungan seperti agen biologik, agen

fisik, dan agen kimia. Agen biologik contohnya virus, parasit, dan bakteri.

Kelompok virus yang menyebabkan tumor dibedakan menjadi virus DNA dan

(18)

Adenovirus sedangkan virus RNA hanya satu tipe yaitu Retrovirus. Adapun

parasit yang dapat menyebabkan timbulnya tumor antara lain Spirocirca lupi,

cacing pada anjing menyebabkan lesi granuloma pada esofagus dan berkembang

menjadi sarkoma. Bakteri seperti Helicobacter hepaticus, Helicobacter mustelae,

dan Helicobacter pylori juga dapat menginduksi terjadinya karsinoma pada

saluran pencernaan. Menurut Warshawsky dan Landolph (2006), agen fisik

meliputi radiasi ionisasi (sinar X, radium, uranium) dan radiasi nonionisasi (sinar

UV). Tumor dapat juga diinduksi secara iatrogenik, misalnya melalui

transplantasi organ. Agen kimia meliputi senyawa organik dan senyawa

inorganik. Contoh senyawa organik diantaranya hidrokarbon aromatik polisiklik,

amina, amina aromatik, bifenil, hidrokarbon klorinasi, eter, dan lain-lain.

Senyawa inorganik meliputi logam berat dan metaloid, seperti timbal, nikel,

mangan, kromium, kadmium, arsen, merkuri dan sebagainya.

Penggolongan Tumor

Tumor digolongkan berdasarkan sifatnya yaitu tumor jinak (benign) dan

ganas (malignant). Tumor jinak pada dasarnya tidak dapat muncul kembali atau

tidak menyebar ke bagian lain dari suatu tubuh. Tumor jinak cenderung

berkembang lebih lambat daripada tumor ganas (Myers 2006). Tumor jinak

merupakan suatu massa yang tidak memperlihatkan sifat-sifat yang berkaitan

dengan tumor yang bersifat ganas atau kanker. Tumor yang jinak akan berbeda

dari tumor ganas dalam beberapa cara. Pertama, tumor yang jinak tidak akan

menyerang jaringan sekitarnya dan tidak merusak kesatuan struktural dari organ.

Pada tumor ganas terjadi sebaliknya, tumor ini akan menyerang jaringan di daerah

pertumbuhannya dan menyebar atau metastasis ke limfonodus dan berbagai organ

disekitarnya (Tatum 2009). Tumor jinak digolongkan berdasarkan penampilan

histologi. Tumor jinak diberi nama dengan akhiran oma pada setiap sel asalnya

sedangkan tumor ganas diberi akhiran karsinoma untuk sel yang berasal dari

derivat epitel dan akhiran sarkoma pada sel yang berasal dari mesodermal.

(19)

Tabel 1 Perbedaaan tumor jinak dan tumor ganas

Tumor jinak (benign) Tumor ganas (malignant)

Pertumbuhan lambat Pertumbuhan cepat

Ekspansif tapi terbatas Invasif dan infiltratif

Membentuk kapsul Tidak membentuk kapsul

Tidak bermetastasis Metastasis

Terdiferensiasi Anaplastik

Sedikit menunjukkan mitosis Banyak menunjukkan mitosis

(20)

Beberapa cara pengobatan tumor tergantung pada jenis tumor, apakah

termasuk kedalam tumor jinak atau tumor ganas serta lokasi terjadinya tumor.

Apabila tumor jinak atau tidak berpotensi menyebar dan terjadi di daerah yang

aman dimana tidak akan memberikan efek pada organ, biasanya tidak dilakukan

operasi. Pengobaan tumor ganas dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti

operasi, radiasi, kemoterapi, dan kombinasi dari cara tersebut. Sebagai contoh,

limfoma jarang ditangani dengan operasi, biasanya lebih sering digunakan cara

kemoterapi dan radiasi (Dugdale 2008).

Sel Lestari Tumor

Sel lestari tumor adalah sel yang berasal dari tumor atau jaringannya yang

sudah dibiakkan secara berkala, ditumbuhkembangkan dan dipelihara serta

disimpan dalam nitrogen cair. Keistimewaan dari sel lestari ini adalah sifatnya

yang immortal karena dapat hidup pada kondisi media yang minimal (Suindra

2005).

Sel Lestari Tumor YAC-1

Sel lestari YAC-1 berasal dari sel tumor limfoma dari seekor tikus,

mengikat enam serotipe dari kelompok Coxsackievirus B (CVB). Sel ini

dihasilkan oleh virus yang bersifat infeksius. Setiap CVB bersaing untuk reseptor

yang sama pada sel YAC-1. Kompleks reseptor virus dengan CVB3 dapat

diisolasi dari membran plasma YAC-1 yang dilarutkan dengan deterjen. Reseptor

sel YAC-1 menyerupai reseptor sel HeLa. YAC-1 merupakan limfoma yang

diinduksi pada tikus dengan cara menginokulasi virusMoloney leukemia. Medium

untuk pertumbuhan sel YAC-1 adalah RPMI-1640 ditambah dengan FBS 10%

(Hsu dan Crowell 1989).

Sel Lestari Tumor HeLa

Sel lestari HeLa diisolasi dari tubuh seorang wanita penderita kanker leher

rahim (serviks) bernama Henrietta Lacks dan dibudidayakan di laboratorium oleh

George Otto Gey untuk membuat sebuah sel abadi untuk penelitian medis. Nama

(21)

HeLa awalnya dibudidayakan karena rata-rata perkembangbiakan besar, secara

abnormal cepat bahkan jika dibandingkan dengan sel kanker lainnya. HeLa

bersifat imortal yang tidak dapat mati karena tua dan dapat membelah secara tidak

terbatas selama memenuhi kondisi dasar bagi sel untuk tetap hidup masih ada.

Strain-strain baru dari sel HeLa telah dikembangkan dalam berbagai macam

kultur sel, tapi semua sel HeLa berasal dari keturunan yang sama. Sel HeLa telah

mengalami transformasi akibat infeksi human papillomavirus 18 (HPV 18) dan

berbeda dengan sel leher rahim yang normal. Sel kanker leher rahim yang

diinfeksi HPV diketahui mengeekspresikan 2 onkogen, yaitu E6 dan E7. Protein

E6 dan E7 terbukti dapat menyebabkan sifat imortal pada kultur primer keratinosit

manusia, namun sel yang imortal ini tidak bersifat tumorigenik hingga suatu

proses genetik terjadi. Jadi, viral onkogen tersebut tidak secara langsung

menginduksi pembentukan tumor, tetapi menginduksi serangkaian proses yang

pada akhirnya dapat menyebabkan sifat kanker (Rosita et al. 2009). Sel HeLa

digunakan Jonas Salk pada tahun 1954 untuk pembuatan vaksin polio. Sel HeLa

terus digunakan untuk penelitian kanker, AIDS, ketahanan manusia terhadap

gravitasi 0, pengaruh radiasi dan pemetaan gen (Anonim 2009).

Kultur Jaringan

Kultur jaringan merupakan salah satu cara biakan jaringan atau sel

dimaksudkan untuk memperlajari sifat sel hewan di luar tubuhnya. Dalam kultur

sel yang harus dilakukan adalah menciptakan suasana atau keadaan lingkungan in

vitro yang menyerupai keadaan dalam lingkungan mulanya di alam tubuh (in

vivo). Kultur jaringan dikatakan in vitro (bahasa Latin, berarti "di dalam kaca")

karena jaringan dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan petri dari kaca

atau material tembus pandang lainnya. Kultur jaringan secara teoretis dapat

dilakukan untuk semua jaringan, baik dari tumbuhan maupun hewan (termasuk

manusia) namun masing-masing jaringan memerlukan komposisi media tertentu

(Anonim 2008).

Menurut Butter (2004), teknik kultur jaringan sebagai berikut :

Cell linediambil dari tangki N2yang terdapat dalam ampul

 thawing terlebih dahulu supaya menjadi cair karena selama di dalam

(22)

digosok-gosok menggunakan tangan

 sentrifuse dengan 1000 rpm selama 5 menit pada suhu 4˚C sehingga

terdapat endapan (pelet cell), setelah itu dibuang cairan supernatannya

 getarkan ampul bisa dengan hanya dijentikkan oleh jari supaya

menyebar

 penambahan 1 ml medium, kemudian dihomogenkan dengan vortex

 ambil larutan sel 108 dengan pipet aid untuk disimpan di tabung

sentrifuse 15 mL

 tambahkan 5 mL medium

 menghitung kepadatan sel dengan mikroskop dengan mengambil

larutan sel 0,9 mL ditambahkan 0,1 mL Trypan Blue menggunakan

mikropipet untuk dihomogenkan di plate 96 lubang dengan cara hisap

dan tiup

 ambil campuran sel yang sudah diwarnai tersebut kemudian

disemprotkan ke hemositometer untuk dihitung jumlah selnya dengan

cara seperti penghitungan sel darah

 untuk uji proliferasi dilakukan pada plate 24 lubang kemudian di

inkubasi pada O2 inkubator 37˚C, 5% CO2 dan dapat dipanen selnya

setelah 3-4 hari

Tanaman Temulawak

Tanaman Temulawak dikenal di berbagai daerah dengan nama koneng

gede (Sunda) atau temulabah (Madura) merupakan tanaman asli Indonesia

(Ketaren 1988). Tanaman ini memang biasanya digunakan sebagai bahan jamu

tradisionil dan punya banyak khasiat bagi kesehatan (Anonim, 2009c).

Klasifikasi Temulawak

Menurut Tjitrosoepomo (2004), klasifikasi temulawak sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

(23)

Famili : Zingiberaceae

Genus :Curcuma

Spesies :Curcuma xanthorrhizaRoxb.

Gambar 1 Tanaman temulawak (kiri) dan rimpang temulawak (kanan)

(Sumber: www.geocities.com)

Deskripsi temulawak

Temulawak termasuk dalam keluarga Zingibereaceae banyak ditemukan di

hutan-hutan daerah tropis. Temulawak juga berkembang biak di tanah tegalan

sekitar permukiman, terutama pada tanah gembur, sehingga buah rimpangnya

mudah berkembang menjadi besar. Temulawak termasuk jenis tumbuh-tumbuhan

herba yang batang pohonnya berbentuk batang semu dan tingginya dapat

mencapai 2 meter. Daunnya lebar dan pada setiap helaian dihubungkan dengan

pelapah dan tangkai daun yang agak panjang. Temulawak mempunyai bunga yang

berbentuk unik (bergerombol) dan berwarna kuning tua. Rimpang temulawak

sejak lama dikenal sebagai bahan ramuan obat. Aroma dan warna khas dari

rimpang temulawak adalah berbau tajam dan daging buahnya berwarna

kekuning-kuningan. Daerah tumbuhnya selain di dataran rendah juga dapat tumbuh baik

sampai pada ketinggian tanah 1.500 meter di atas permukaan laut (Kunia 2006).

(24)

Manfaat temulawak untuk kesehatan, sebenarnya telah lama diketahui

secara empiris dan pengalaman turun-menurun dari nenek moyang (Arnita 2009).

Banyaknya ragam manfaat temulawak baik untuk obat tradisional maupun

fitofarmaka karena rimpangnya mengandung protein, pati, zat warna kuning

kurkuminoid dan minyak atsiri. Di Indonesia satu-satunya bagian yang

dimanfaatkan adalah rimpang temulawak untuk dibuat jamu godog. Rimpang ini

mengandung 48-59,64% zat tepung, 1,6-2,2% kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak

atsiri dan dipercaya dapat meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi. Manfaat

lain dari rimpang tanaman ini adalah sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu

makan, anti kolesterol, anti inflamasi, anemia, anti oksidan, pencegah kanker dan

anti mikroba (Anonim 2008b).

Daging buah (rimpang) temulawak mempunyai beberapa kandungan

senyawa kimia antara lain berupa minyak terbang (anetol, pinen, felandren,

dipenten, fenchon, metilchavikol, anisaldehida, asam anisat, kamfer) dan minyak

lemak (Anonim 2009b). Temulawak mengandung minyak atsiri seperti limonina

yang mengharumkan sedangkan kandungan flavonoida-nya berkhasiat

menyembuhkan radang. Minyak atsiri juga dapat digunakan untuk membunuh

mikroba.

Temulawak juga dikenal sebagai obat fitofarmaka yang bermanfaat untuk

mengobati penyakit saluran pencernaan, kelainan hati, kandung empedu,

pankreas, usus halus, tekanan darah tinggi, kontraksi usus, TBC, sariawan dan

dapat dipergunakan sebagai tonikum. Secara tradisional, banyak digunakan untuk

mengobati diare, disentri, wasir, bengkak karena infeksi, eksim, cacar, jerawat,

sakit kuning, sembelit, kurang nafsu makan, kejang-kejang, radang lambung,

kencing darah, ayan dan kurang darah (Raharjo dan Rostiana 2005).

(25)

Lemak (fixed oil) 12,10

Serat kasar 4,20

Abu 4,92

Mineral (N, P, K, Na) 4,29

(Sumber: Ketaren 1988)

Bagian yang berkhasiat dari temulawak adalah rimpangnya yang

mengandung berbagai komponen kimia di antaranya zat kuning kurkumin,

protein, pati dan minyak atsiri. Fraksi pati merupakan komponen terbesar dalam

rimpang temulawak. Pati berbentuk serbuk berwarna putih kekuningan karena

mengandung sedikit kurkuminoid serta memiliki sifat mudah dicerna sehingga

dapat digunakan sebagai bahan campuran makanan bayi maupun untuk pengental

sirup.

Kurkuminoid merupakan komponen yang dapat memberi warna kuning

dan zat ini digunakan sebagai zat warna dalam industri pangan dan kosmetik.

Fraksi kurkuminoid yang terdapat pada temulawak terdiri dari dua komponen,

yaitu kurkumin dan desmetoksikurkumin (Sembiring et al. 2006). Kurkuminoid

berkhasiat menetralkan racun, menghilangkan rasa nyeri sendi, meningkatkan

sekresi empedu, menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah, antibakteri

serta dapat mencegah terjadinya pelemakan dalam sel-sel hati dan sebagai

antioksidan penangkal senyawa-senyawa radikal yang berbahaya (Anonim

2009b).

Minyak atsiri mengandung senyawa phelandren, kamfer, borneol, sineal

dan xanthorrhizol (Hadipoentyanti dan Sitti 2007). Xanthorrhizol salah satu

komponen minyak atsiri pada percobaan in vitro berkhasiat mengobati kanker

payudara, paru-paru, ovarium dan sebagai anti bakteri serta mencegah rusaknya

email gigi (Anonim 2009). Kandungan xanthorrhizol dalam temulawak sebanyak

21 persen. Kelebihan senyawa xanthorrhizol antara lain tidak berwarna, tidak

berbau, tidak volatil (menguap), tahan panas dan keasaman. Kekurangannya,

senyawa ini rasanya sangat pahit.Xanthorrhizol telah diuji pada berbagai aktivitas

farmakologi termasuk aktivitas antioksidan dan antiinflamatori. Senyawa ini juga

mempunyai aktivitas antiproliferasi terhadap sel tumor payudara dengan cara

(26)

Tabel 4 Komposisi pati temulawak

(Sumber: Sidik 1985)

Komposisi Kadar

Abu 0.37 %

Protein 1.52 %

Lemak 1.35 %

Serat kasar 0.80 %

Karbohidrat 79.96 %

Kurkuminoid 15.00 bpj

Kalium 11.45 bpj

Natrium 6.38 bpj

Kalsium 19.07 bpj

Magnesium 12.72 bpj

Besi 6.68 bpj

Mangan 0.82 bpj

(27)

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan dan

Laboratorium Histopatologi, Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi,

dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Waktu

penelitian dilaksanakan selama tujuh bulan, dimulai dari bulan Januari 2009

sampai Juli 2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sel lestari tumor

YAC-1 dan HeLa, ekstrak etanol 70% temulawak, Dulbecco’s Modified Eagle’s

Mediumdan Ham’s Nutrient MixtureF-12 (DMEM/F-12),fetal calf serum(FCS)

10%, 100 IU/ml penisilin, 100 µg/ml streptomisin, polietilen glikol dan trypan

blue.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tissue culture plate

24 well, tissue culture plate 96 well, pipet aid, mikropipet, inkubator 370C (5%

CO2), bunsen, laminar air flow, vortex, hemositometer Neubauer,cover slip dan

mikroskop cahaya.

Metodologi

Metode penelitian yang dilakukan berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Priosoeryantoet al.(1995).

Persiapan media dan Penanaman Sel

Media yang digunakan dalam kultur jaringan adalah DMEM/F-12 yang

ditambahkan antibiotik (penisilin 100 IU/ml dan streptomisin 100 µg/ml) dan FCS

10%. Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak etanol temulawak yang diperoleh

dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Konsentrasi ekstrak

ditetapkan sebesar 15%, 30%, 45%, 60% dan 75% yaitu dengan menimbang 0,15

gr, 0,30 gr, 0,45 gr, 0,60 gr dan 0,75 gr untuk setiap konsentrasi dan

masing-masing dilarutkan dengan propilen glikol sebanyak 1 ml lalu dilakukan

pengenceran bertingkat. Campuran tersebut pada pengenceran bertingkat terakhir

ditambah DMEM/F-12 sehingga konsentrasi terakhir larutan menjadi 15 ppm, 30

(28)

30 ppm, 45 ppm, 60 ppm dan 75 ppm sebagaimana telah ditentukan sebelumnya

menggunakanBrine Shrimp Lethality Test (BSLT).

Sel lestari tumor YAC-1 dan HeLa dalam bentuk suspensi dicairkan

terlebih dahulu (thawing) dengan cara digosok-gosokkan di antara kedua telapak

tangan. Setelah cair, suspensi sel tersebut disentrifuge lalu bagian supernatan

dibuang sehingga didapat endapan sel pada bagian bawah tabung. Endapan sel

ditambahkan medium sebanyak 3 ml kemudian dihomogenkan dengan vortex.

Penanaman tiap sel dilakukan dalam dua buah tissue culture plate 24 well yang

berisi medium penumbuh dengan 5 konsentrasi ekstrak (15 ppm, 30 ppm, 45 ppm,

60 ppm dan 75 ppm) dan tidak ditambahkan ekstrak (kontrol negatif). Suspensi

sel diberikan dalam jumlah yang sama dalam setiap lubang yaitu 100 µl dengan

kepadatan 105sel. Pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali. Volume total cairan

dalam satu lubang adalah 1 ml, volume ekstrak yang dimasukkan sebanyak 100 µl

dan sisanya yaitu medium penumbuh yang ditambahkan antibiotik dan serum.

Suspensi sel lestari tumor ditumbuhkan dengan menginkubasikannya dalam

inkubator 370C, 5% CO2selama 3-4 hari.

Pemanenan dan Penghitungan sel

Pemanenan sel lestari tumor dilakukan kira-kira setelah 4 hari. Sel dalam

sumur 24 lubang kemudian digoyang-goyangkan membentuk huruf S agar sel

dalam media terhomogenkan. Setelah homogen, dari setiap lubang diambil 90 µl

suspensi sel tumor yang dimasukkan ke dalam tissue culture plate 96 well,

kemudian diberipewarna Trypan blue sebanyak 10 μ l.Setelah homogen, suspensi

diteteskan pada hemositometer Neubauer dan dilakukan penghitungan jumlah sel

dibawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 200x.

Hasil penghitungan dikonversikan ke dalam jumlah sel per ml suspensi

dengan menggunakan rumus :

Jumlah sel/ml = Jumlah sel yang dihitung x faktor volume

Jumlah sel/ml = Jumlah sel yang dihitung x 105

Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase aktivitas pertumbuhan

dan penghambatan sel tumor adalah sebagai berikut :

(29)

% aktivitas pertumbuhan = x 100% Jumlah rataan sel kontrol negatif

% aktivitas penghambatan = 100% - (% aktivitas pertumbuhan)

Gambar 2 Sel tumor pada kamar hitung hemositometerNeubauerdengan

pewarnaantrypan blue(bar = 40 µm).

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji statistik analisis

sidik ragam ANOVA dan dilanjutkan dengan uji wilayah berganda Duncan untuk

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aktivitas Antiproliferasi pada Sel Lestari Tumor YAC-1

Aktivitas antiproliferasi ekstrak etanol temulawak pada sel lestari tumor

YAC-1 terjadi seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak. Berdasarkan

Gambar 3, semakin meningkat konsentrasi ekstrak maka persentase

penghambatan pertumbuhan jumlah sel tumor YAC-1 juga meningkat.

Gambar 3. Persentase sel tumor YAC-1 pada berbagai konsentrasi ekstrak etanol temulawak. Huruf a,b dan c menunjukkan hasil uji Duncan dan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf nyata 5%

Uji statistik dilakukan terhadap setiap perlakuan dengan menggunakan

analisis sidik ragam ANOVA yang hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

Lampiran 1 memperlihatkan bahwa F Hitung lebih besar daripada F Tabel

(p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol temulawak

berpengaruh terhadap jumlah sel tumor YAC-1. Hasil analisis sidik ragam

ANOVA dilanjutkan dengan uji lanjut menggunakan uji Duncan untuk melihat

perbedaan yang nyata diantara setiap kelompok perlakuan.

Hasil uji Duncan (Gambar 3) menunjukkan bahwa pada konsentrasi 15

(31)

negatif. Konsentrasi yang memberikan persentase aktivitas penghambatan terbesar

diperoleh pada konsentrasi 75 ppm yaitu sebesar 70% yang didapat dengan cara

menghitung rataan jumlah sel tumor yang tumbuh pada masing-masing

konsentrasi dibagi dengan rataan jumlah sel tumor yang tumbuh pada kontrol

negatif.

Aktivitas Antiproliferasi pada Sel Lestari Tumor HeLa

Persentase aktivitas penghambatan sel tumor HeLa meningkat seiring

dengan peningkatan konsentrasi ekstrak etanol temulawak. Pada konsentrasi yang

lebih tinggi tidak tertutup kemungkinan bahwa aktivitas antiproliferasi akan

semakin meningkat, menurun atau tetap stabil. Peningkatan persentase aktivitas

penghambatan sel tumor HeLa dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Persentase penghambatan sel tumor HeLa pada berbagai konsentrasi ekstrak etanol temulawak. Huruf a,b,dan c menunjukkan hasil uji Duncan dan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf nyata 5%.

Uji statistik dilakukan dengan menggunakan analisis sidik ragam ANOVA

yang hasilnya ditunjukkan pada Lampiran 2. Lampiran 2 memperlihatkan bahwa

F Hitung yang didapat lebih besar daripada F Tabel. Hasil ini menunjukkan

bahwa adanya pengaruh dari pemberian ekstrak etanol temulawak terhadap

(32)

melihat adanya perbedaan nyata diantara setiap kelompok perlakuan yang

ditunjukkan pada Gambar 4.

Uji Duncan (Gambar 4) memperlihatkan bahwa persentase penghambatan

pada konsentrasi 15 ppm, 30 ppm dan 45 ppm berbeda tidak nyata dengan kontrol

negatif namun pada konsentrasi 60 ppm sudah menunjukkan hasil yang berbeda

nyata dengan kontrol negatif. Konsentrasi yang memberikan persentase aktivitas

penghambatan terbesar yaitu pada konsentrasi 75 ppm dengan persentase sebesar

37.41%.

Perbandingan Aktivitas Antiproliferasi pada Sel Lestari Tumor YAC-1 dan HeLa

Pemberian ekstrak etanol temulawak mampu menghambat pertumbuhan

sel lestari tumor baik YAC-1 maupun HeLa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

peningkatan persentase penghambatan sel tumor seiring dengan meningkatnya

konsentrasi ekstrak yang diberikan. Persentase aktivitas penghambatan sel YAC-1

pada masing-masing konsentrasi lebih besar dibandingkan dengan persentase

aktivitas penghambatan sel HeLa. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya

kepekaan yang berbeda dari masing-masing sel. Sel YAC-1 memiliki sifat tumor

jinak sedangkan sel HeLa memiliki sifat tumor ganas dimana tumor ini sudah

mengalami metastasis.

Mekanisme Penghambatan Sel Tumor oleh Ekstrak Etanol Temulawak

Temulawak memiliki komponen aktif utama yaitu kurkuminoid dan

minyak atsiri (Ketaren 1988). Kurkuminoid terdiri atas senyawa berwarna kuning

kurkumin dan turunannya. Kurkuminoid yang memberi warna kuning pada

rimpang bersifat antibakteri, antikanker, antitumor, dan antiradang, antioksidan

dan hipokolestremik (Parahita, 2007). Selain kurkuminoid, adapun minyak atsiri

terdiri dari kamfer, mirsen, xanthorizol, β-kurkumin, arkurkurmin,

isofuranogermakren dan p-toluil metil karbinol (Purseglove et al. 1981). Dalam

rimpang temulawak, xanthorizol biasanya bergabung dengan kurkumin yang

merupakan penyebab khasiat temulawak (Ketaren 1988). Kurkumin

(33)

alam yang memiliki aktivitas biologis, diekstraksi dari rizoma tanaman jenis kurkuma (Curcuma) berupa zat warna kuning (Meiyanto 1999).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2008) menjelaskan bahwa

ekstrak etanol temulawak memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan sel

lestari tumor MCA-B1 (sel tumor epulis akantomatosis oral anjing) dan sel lestari

tumor MCM-B2 (sel tumor kelenjar mamaria anjing). Hal ini ditunjukkan dengan

persentase aktivitas antiproliferasi tertinggi terdapat pada sel MCA-B1 sebesar

70% pada konsentrasi 75 ppm dan pada sel MCM-B2 sebesar75.4% pada

konsentrasi 75 ppm.

Menurut Aggarwal et al. (2002), kurkumin dapat menghambat proliferasi

dari berbagai jenis sel tumor. Kurkumin menghambat pertumbuhan dari sel

HL-60, sel leukemia pada manusia, tergantung dosis dan waktu perlakuan. Kurkumin

menghambat proliferasi melalui mekanisme menginduksi apoptosis melalui jalur

mitokondria yang melibatkan aktivasi caspase-8, BID cleavage, pelepasan

sitokrom c dan caspase-3. Kuoet al.(1996) dalam penelitiannya juga mengatakan

bahwa kurkumin menginduksi kematian sel diperantarai oleh ROS (Reactive

Oxygen Species). Selain itu, kurkumin dapat menurunkan jumlah protein

antiapoptosis Bcl-2 yang berperan penting dalam tahap awal penggertak kematian

sel.

Kurkumin juga dapat menghambat induksi dari sintesa nitrat oksida dalam

makrofag yang teraktivasi. Kurkumin menunjukkan kemampuan antitumor

dengan mengurangi jumlah nitrat oksida atau iNOS (inducible nitric oxide

synthase) yang diketahui merupakan salah satu inisiasi terjadinya tumor.

NF-kappaB terlibat didalam induksi iNOS, menyebabkan stres oksidatif, yang

merupakan salah satu inisiasi terjadinya tumor. Dalam hal ini kurkumin bekerja

mencegah fosforilasi dan degradasi dari inhibitor kappaBalpha melalui

mekanisme menghalangi aktivasi NF-kappaB dimana hasilnya akan mengurangi

transkripsi gen iNOS (Thangapazhamet al.2006).

Menurut Meiyanto (1999), sebagai antikanker, pertama-tama kurkumin

dikaitkan dengan aktivitasnya sebagai anti-inflamasi yaitu sebagai inhibitor enzim

cyclooxygenase (COX), enzim yang mengkatalisis sintesis prostanoid dari asam

(34)

yang sangat penting dalam menjaga proses-proses fisiologis pada berbagai

jaringan atau organ. COX-1 secara konstitutif diekspresi secara nyata oleh hampir

seluruh jaringan tubuh mamalia sedangkan COX-2 hanya sebagian saja dan dalam

level yang rendah atau tidak terdeteksi. Level ekspresi COX-1 pada umumnya

konstan dan hanya akan ada kenaikan sedikit bila ada stimulasi dari faktor

pertumbuhan atau selama masa deferensiasi. Sementara itu, COX-2 biasanya akan

diekspresi lebih banyak karena adanya rangsang dari mitogen, sitokin dan tumor

promoter yang bisa diakibatkan oleh adanya kerusakan sel atau bentuk stress sel

lainnya.

Efek antiinflamasi dari kurkumin dikaitkan dengan aktivitasnya sebagai

inhibitor COX-2 karena jaringan yang mengalami inflamasi, ekspresi COX-2 nya

akan meningkat yang mengakibatkan overproduksi prostanoid termasuk di

dalamnya adalah prostaglandin (PG). Pada sel-sel kanker, over-ekspresi COX-2

yang berakibat pada overproduksi prostanoid akan menyebabkan peningkatan

proliferasi dan mencegah apoptosis. Peningkatan proliferasi sel terjadi karena

adanya aktivasi beberapa onkogen yang terlibat dalam signal mitogenik seperti

Ras. Sedangkan inhibisi terhadap proses apoptosis merupakan akibat dari adanya

overekspresi bcl-2. Dengan adanya COX inhibitor dalam hal ini kurkumin maka

overproduksi prostanoid akan dicegah dan akan mengurangi efek inflamasi

(misalnya rasa nyeri) dan pada sel kanker hal ini akan mencegah proliferasi dan

memacu apoptosis. Pada jalur ini proses apoptosis dipacu karena adanya

akumulasi asam arakidonat akibat adanya inhibitor COX. Akumulasi asam

arakidonat akan mengaktifkan enzim sphingomyelinase yang mengkatalisis

pembentukan seramid dari sphingomyelin. Seramid ini akan memacu proses

apoptosis (Meiyanto 1999).

Kurkumin dapat menghambat perkembangbiakan sel kanker melalui

berbagai jalan. Kurkumin dilaporkan mampu menghambat aktivasi Protein kinase

C (PKC) karena perlakuan dengan phorbol ester. Protein ini mempunyai peran

yang vital dalam proses awal pembelahan sel yaitu berperan dalam aktivasi Raf

melalui proses fosforilasi. Fosforilasi Raf akan memacu proses pembelahan sel

(mitosis) melalui serangkaian reaksi yang terjadi di dalam sel. Aktivasi PKC

(35)

menyebabkan transformasi sel ke arah malignan. Dengan terhambatnya PKC

berarti telah menghambat satu tahap dalam proses perkembangbiakan sel

(proliferasi sel) sehingga bahan tersebut berpotensi sebagai antikanker atau lebih

tepatnya sebagai bahan kemopreventif.

Menurut Thangapazham et al.(2006), kurkumin dapat menekan

transformasi seluler, proliferasi, invasi, angiogenesis dan metastasis melalui suatu

mekanisme yang belum dimengerti secara penuh. Kurkumin diketahui dapat

menekan tumor necrosis factor (TNF) yang menginduksi nuclear factor- B

(NF-B). NF- B mengatur beberapa gen yang berperan dalam proliferasi sel (COX-2,

cyclin-D1, danc-myc), antiapoptosis [inhibitor of apoptosis protein(IAP)1, IAP2,

X-chromosome-linkedIAP,Bcl-2, TNFreceptor-associated factor1 dan lain-lain]

dan metastasis (vascular endothelial growth factor, matrix metalloproteinase-9

dan intercellular adhesion molecule-1). Dengan adanya penghambatan terhadap

aktivasi NF- B, maka ekspresi gen yang diatur oleh NF- B tersebut juga

terhambat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismailet al.(2005) menjelaskan bahwa

xanthorrizol, komponen sesquiterpen dalam temulawak, dapat meningkatkan

apoptosis pada sel HeLa yang dievaluasi menggunakan uji TUNEL (terminal

deoxynucleotidyl transferase dUTP nick end labeling) dan morfologi inti dengan

pewarnaan Hoechst 33258. Xanthorrizol mempengaruhi ekspresi dari protein

antiapoptosis (Bcl-2) dan onkoprotein viral yaitu E6 dan E7 yang dihasilkan oleh

virus HPV (Human Papillomavirus). Oleh karena itu, xanthorrizol merupakan

senyawa yang berfungsi sebagai antiproliferatif dan antikanker melalui

mekanismenya dalam menginduksi apoptosis pada p53 dan Bax dalam sel kanker

(36)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Ekstrak etanol temulawak memiliki aktivitas antiproliferasi terhadap

pertumbuhan sel lestari tumor YAC-1 dan HeLa. Aktivitas antiproliferasi tertinggi

diperoleh pada konsentrasi ekstrak 75 ppm, yaitu sebesar 70% pada sel lestari

tumor YAC-1 dan pada konsentrasi ekstrak 75 ppm, yaitu sebesar 37.41% pada

sel lestari tumor HeLa.

Saran

Diperlukan penelitian lanjutan mengenai aktivitas antipoliferasi ekstrak

temulawak terhadap sel lestari tumor lainnya secarainvitro pada konsentrasi yang

lebih besar untuk mengetahui dosis yang efektif dan optimal. Perlu dilakukan

penelitian lanjutan berupa uji toksisitas secara in vivo dan mekanisme aksi

komponen aktif temulawak yang dapat menghambat pertumbuhan sel tumor

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah A. 2006. Aktivitas antiproliferasi ekstrak air daun sisik naga (Pyrrosia nummularifolia (Sw.) Ching) terhadap sel lestari tumor HeLa secara in vitro. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Anto RJ, Mukhopadhyay A, Denning K, Aggarwal BB.2002. Curcumin (diferuloylmethane) induces apoptosis through activation of caspase-8, BID cleava.Carcinogenesis23: 143-50

Anonim. 2008a. Kultur Jaringan. hError! Hyperlink reference not valid.l. [9 Juli 2009]

Anonim. 2008b. Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza. Roxb). http:// www.warintek.ristek. go.id/pertanian/temulawak.pdf[20 Juni 2009]

Anonim. 2009a. Manfaat dan Khasiat Temulawak. http://iklanbarisinternetgratis.com/ manfaat-dan khasiat-temulawak.html. [28 Juli 2009]

Anonim. 2009b.Temulawak Mampu Membunuh Bakteri Penyebab Penyakit Gigi dan Hambat Sel Kanker. http://www.abaherbal.com/ index.php? option= com_content&view=article&catid=16%3Atemulawak&id=78%3Atemula

Anonim. 2009d.Tumor dan Definisinya. http://obatkankeralami.wordpress.com/ 2009/01/17/ tumor-definisinya/ [13 Maret 2009]

Arnita.2006.Dari Empiris Sampai Uji Klinis.Majalah Farmasi 6(4):72

Butter, M. 2004. Animal Cell Culture and Technology. Second Edition. Bios Scientific Publisher: London

Cheah YH, Azimahtol HL, Abdullah NR. 2006. Xanthorrhizol exhibits antiproliferative activity on MCF-7 breast cancer cells via apoptosis induction.Anticancer Res. 26:4527-4534.

Cheville, NF.2006.Introduction to veterinary pathology.USA: Blackwell Publishing.

Dugdale, DC.2008. Tumor. http://health.nytimes.com/health/guides/index.html. [13 Juli 2009]

Hadipoentyanti, E dan Sitti FS.2007.Respon Temulawak (Curcuma Xanthorriza

Roxb.) Hasil Rimpang Kultur Jaringan Generasi Kedua Terhadap Pemupukan.Jurnal Littri.13(3):106-110.

Hsu KH, Crowell RL.1989.Characterization of a YAC-1 mouse cell receptor for group B coxsackieviruses.J Virol63(7):3105-3108

Imaizumi T. 1982.Cancer and Field. Tokyo: Saikon Publishing Co., Ltd.

(38)

Ketaren S. 1988. Penentuan komponen utama minyak atsiri temulawak (Curcuma xanthorrhizaRoxburg). [Tesis]. Bandung: Institut Teknologi Bandung Kunia, K.2006.Temulawak Ginsengnya Indonesia. http://abaherbal.com/index.

php?option=com_content &task=view&id=29 [26 Februari 2009]

Kuo ML, Huang TS, Lin JK.1996.Curcumin an antioxidant and antitumor promoter,induces apoptosis in human leukemia cell.Biochim Biophys Acta

1317:95-100

Liu E, Wu J, Cao W, Zhang J, Liu W, Jiang X, Zhang X.2007. Curcumin induces G2/M cell cycle arrest in a p53-dependent manner and upregulates ING4 expression in human glioma.J.Neuro-Oncology.85(3):230-270

Meiyanto E. 1999. Kurkumin sebagai Obat Kanker: menelusuri mekanisme aksinya.http://groups.yahoo.com/group/FarmasiNet/messages/278?xm=1& m=e&1=1[10 Juli 2009]

Myers,D.2006.BenignTumor.http://coloncancer.about.com/od/glossaries/g/Benign _Tumor.htm. [10 Juli 2009]

Parahita, L. 2007. Tanaman Obat Indonesia. http://multiply.com/ Curcuma_ xanthorrhiza_Temulawak_Morfologi_Anatomi_dan_Fisiologi.htm. [ 28 Februari 2009]

Priosoeryanto BP, Tateyama S, Yamaguchi R, Uchida K.1995. Antiproliferation and colony-forming inhibiton activities of recombinant feline interferon (rFeIFN) on various cellsin vitro.Canadian J. Vet. Res.59:67-69

Priosoeryanto BP, Huminto H, Wibawan IWT, Tiuria R, Tateyama S.2002.Morphological characteristics ofin vitrocultured cell derived from tumor in domestic animals.Hayati9(4): 49-54

Priosoeryanto BP, Huminto H, Wibawan IWT, Tiuria R, Yamaguchi R, Uchida K, Tateyama S.2002.Ultrastructural study of In Vitro tumor-cultured cells in domestic animals.Hayati9(4):105-108

Purseglove JW, Brown EG, Green CL, Robins SRJ. 1981.Spices. Vol 2. London: Longman.

Raharjo, M dan Rostiana O. 2005. Budidaya Tanaman Temulawak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika.

Rosita AT, Wijayanti TR, Widayanti E, Hermawan A, Maryani R.2009.Sel Hela.

http://ccrc.farmasi .ugm.ac.id/?page_id=243 [20 Juli 2009]

Sari R. 2008. Aktivitas antiproliferasi ekstrak etanol temulawak pada sel lestari tumor MCM-B1 dan MCM-B2 secara in vitro. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Sembiring B, Ma’mun, Ginting EI.2006. Pengaruh Kehalusan Bahan dan Lama Ekstraksi Terhadap Mutu Ekstrak Temulawak (Curcuma Xanthorriza

Roxb.).Bul.Littro.17(2):53-58

Sidik. 1985. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza). Jakarta:Yayasan Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam.

Spector WG, Spector TD. 1993. Pengantar Patologi Umum. Ed ke-3. Soetjipto NS, Harsoyo, Amelia Hana, Pudji Astuti, penerjemah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

(39)

vitro. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Tatum, M.2003.What is a Benign Tumor. http://www.wisegeek.com/what-is-a-benign-tumor.htm[10 Juli 2009]

Thangapazham RL, Sharma A, Maheshwari RK.2006.Multiple molecular targets in cancer chemoprevention by curcumin.AAPS Journal. 8(3): E443-E449 Theilen GH, Madewell BR. 1987. Veterinary Cancer Medicine. Ed ke-2.

Philadelphia : Lea & Febiger.

Tjitrosoepomo G. 2004. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

(40)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil analisis ragam jumlah sel tumor YAC-1 pada berbagai konsentrasi ekstrak temulawak

Ket:*) Perlakuan pemberian ekstrak etanol temulawak berpengaruh sangat nyata

terhadap jumlah sel tumor YAC-1 pada taraf nyata 5%.

Lampiran 2. Hasil analisis ragam jumlah sel tumor HeLa pada berbagai konsentrasi ekstrak temulawak

Ket:*) Perlakuan pemberian ekstrak etanol temulawak berpengaruh sangat nyata

terhadap jumlah sel tumor HeLa pada taraf nyata 5%.

(41)

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: penghambatan Sel YAC1

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 8510,833(a) 5 1702,167 10,018 ,002

Intercept 24173,611 1 24173,611 142,275 ,000

ket 8510,833 5 1702,167 10,018 ,002

Error 1529,167 9 169,907

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares

The error term is Mean Square(Error) = 169,907. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,400.

b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.

(42)

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Persentase Penghambatan Sel Hela

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 2363,604(a) 5 472,721 10,712 ,002

Intercept 3202,469 1 3202,469 72,569 ,000

ket 2363,604 5 472,721 10,712 ,002

Error 353,040 8 44,130

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares

The error term is Mean Square(Error) = 44,130. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,250.

b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.

(43)

AKTIFITAS ANTIPROLIFERASI EKSTRAK ETANOL

TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza

Roxb.) PADA SEL

LESTARI TUMOR YAC-1 DAN HeLa SECARA

IN VITRO

ESTHER JULIANA STEPHANI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(44)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Aktivitas Antiproliferasi Ekstrak Etanol Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) Pada Sel Lestari Tumor YAC-1 dan HeLa Secara In Vitro” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, September 2009

Esther Juliana Stephani

(45)

ABSTRACT

ESTHER JULIANA STEPHANI. The Activity of Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) Ethanol Extract on Antiproliferation of YAC-1 and HeLa Cell Lines In Vitro. Under direction by BAMBANG PONTJO PRIOSOERYANTO.

The aim of this research is to observed the antiproliferation activity of temulawak (Curcuma xanthoriza Roxb.) 70% ethanol extract on YAC-1 (lymphoma in mouse) and HeLa (cancer in human cervix) cell lines in vitro. Cells were cultivated in tissue culture plate in 3 replicates. The concentrations of extract were 0 (negative control), 15, 30, 45, 60 and 75 ppm. After 4 days incubation at 370C 5% CO2, cells were harvested and total cells were counted

using a haemocytometer Neubauer with Trypan blue dye. The results showed that temulawak ethanol-70% extract had an antiproliferation activities on YAC-1 and HeLa cell lines. The best result was achieved at the dose of 75 ppm with antiproliferation activity reached for 70% on YAC-1 cell line and 37.41% on HeLa cell line. We concluded that temulawak ethanol extract has a potential as an antitumor agent.

(46)

ABSTRAK

ESTHER JULIANA STEPHANI. Aktivitas Antiproliferasi Ekstrak Etanol Temulawak (Curcuma xanthorrhiza.Roxb) Pada Sel Lestari Tumor YAC-1 dan HeLa Secara In Vitro. Di bawah bimbingan BAMBANG PONTJO PRIOSOERYANTO.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya aktivitas ekstrak etanol-70% temulawak (Curcuma xanthoriza Roxb.) dalam penghambatan proliferasi sel lestari tumor YAC-1 dan HeLa secara in vitro. Penelitian dilakukan dengan menanam sel lestari tumor YAC-1 (tumor limfoma mencit) dan Hela (sel kanker serviks manusia) pada tissue culture plate sebanyak 3 kali ulangan. Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 0 (kontrol negatif), 15, 30, 45, 60 dan 75 ppm. Pemanenan dilakukan setelah 4 hari diinkubasi pada 370C 5% C02 dan penghitungan sel dilakukan dengan pewarnaan Trypan blue pada hemositometer

Neubauer. Hasil penelitian menunjukan adanya aktivitas antiproliferasi ekstrak etanol temulawak pada kedua sel lestari tumor. Konsentrasi ekstrak yang memberikan hasil paling baik pada sel tumor YAC-1 adalah 75 ppm dengan aktivitas antiproliferasi sebesar 70%. Pada sel tumor HeLa, konsentrasi ekstrak etanol temulawak yang memberikan hasil paling baik adalah 75 ppm dengan aktivitas antiproliferasi sebesar 37.41%. Hasil tersebut menunjukkan potensi temulawak sebagai tanaman yang memiliki aktivitas sebagai antitumor.

(47)

AKTIVITAS ANTIPROLIFERASI EKSTRAK ETANOL

TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza

Roxb.) PADA SEL

LESTARI TUMOR YAC-1 DAN HeLa SECARA

IN VITRO

ESTHER JULIANA STEPHANI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(48)

Judul : Aktivitas Antiproliferasi Ekstrak Etanol Temulawak (Curcuma xanthorrizaRoxb.) Pada Sel Lestari Tumor YAC-1 dan HeLa SecaraIn Vitro

Nama : Esther Juliana Stephani NRP : B04051158

Menyetujui

Drh. Bambang P.Priosoeryanto, MS Ph.D

NIP : 19600228 198601 1 001

Mengetahui Wakil Dekan

Fakultas Kedokteran Hewan

Dr. Nastiti Kusumorini NIP. 19621205 198703 2 001

(49)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkatNya sehingga penulis

telah menyelesaikan tugas akhir dengan baik. Penelitian ini berjudul ”Aktivitas

Antiproliferasi Ekstrak Etanol Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) pada Sel

Lestari Tumor YAC-1 dan HeLa secara in vitro”. Penyelesaian penelitian dan

penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan banyak pihak. Penulis

ucapkan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Januar dan Ibu

Syenny, yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil. Selain itu

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Drh. Bambang Pontjo Priosoeryanto, MS, Ph.D selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

2. Dr. drh. Upik Kesumawati Hadi, MS sebagai pembimbing akademik.

3. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

4. Seluruh staf pengajar dan karyawan Bagian Patologi dan Farmasi, Departemen

Klinik, Reproduksi dan Patologi FKH IPB.

5. Keluarga besar di Jakarta, Manado, Medan dan Belanda atas doa dan

dukungannya.

6. Bachtiar “slebor” Yulianto atas perhatian, kasih sayang serta dukungan baik

moril maupun materiil.

7. Teman seperjuangan penelitian, Apid, Listia, Cha-cha, Lince, Ajeng, Dine,

Maryam, Reni, Dimas atas dukungannya terhadap penelitian penulis.

8. Teman angkatan Goblet 42, Lissa, Ronald, Muning, Hage, Iga, Mencit, Afu,

Angga, Cipie, Firda, Mieke, Reky serta teman-teman lainnya yang telah

banyak mendoakan dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman satu kost, Inggie, Novi, Bagus dan Dika.

Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat di kemudian hari bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, September 2009

(50)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Jakarta pada tanggal 25 Juli 1987. Penulis

merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Januar W. Silitonga dan Ibu

Syenny Soemyarsono.

Pada umur 5 tahun, penulis memasuki jenjang Taman Kanak-kanak

Martha, Bekasi. Tahun 1999 penulis lulus dari SDK Pamardi Yuwana Bhakti,

Bekasi, kemudian pada tahun 2002 penulis lulus dari SLTPK Pamardi Yuwana

Bhakti, Bekasi. Di kota yang berbeda, selanjutnya penulis melanjutkan studi di

SMUK 7 BPK PENABUR JAKARTA dan lulus tahun 2005. Tahun 2005 penulis

diterima sebagai mahasiswa program sarjana di Institut Pertanian Bogor melalui

jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Setahun kemudian penulis

masuk ke Fakultas Kedokteran Hewan IPB setelah melalui seleksi Tingkat

Persiapan Bersama.

Tahun 2005-2006 penulis bergabung dalam anggota komisi pelayanan

anak Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB. Tahun 2006-2007 penulis

bergabung sebagai anggota Himpunan Profesi Hewan Kesayangan dan Satwa

Akuatik (HKSA) IPB. Pada tahun 2007-2008 penulis merupakan anggota divisi

pendidikan Himpro HKSA FKH IPB. Selain itu penulis juga aktif pada berbagai

(51)

DAFTAR ISI

Sel Lestari tumor HeLa ... 8

Kultur Jaringan ... 8

Persiapan Media dan Penanaman Sel... 14

Pemanenan dan Penghitungan Sel ... 15

Analisis Data ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Aktifitas Antiproliferasi Pada Sel Lestari Tumor YAC-1 ... 17

Aktifitas Antiproliferasi Pada Sel Lestari Tumor HeLa... 18

Perbandingan Aktifitas Antiproliferasi pada Sel Lestari Tumor YAC-1 dan HeLa... 19

(52)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan... 23

Saran ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 24

Gambar

Tabel 2 Klasifikasi tumor
Gambar 1 Tanaman temulawak (kiri) dan rimpang temulawak (kanan)
Tabel 3 Komposisi rimpang temulawak
Tabel 4 Komposisi pati temulawak
+4

Referensi

Dokumen terkait

The aim of this research to examine physic learning strategies base of asking activities and group Competition (PLSAC) in order to improve Senior High School student’s

Pemanfaatan Tulang Ikan Nila ( Oreochromis niloticus ) sebagai Pengganti Gelatin dan Karakteristik Sifat Fisika Kimianya.. Di bawah bimbingan WIRANTI SRI RAHAYU dan

Isolated of Endophytic bacteria from red betel root, produced a supernatant to test the inhibitory effect on 4 test bacteria that are pathogenic, Two (2)

Pada saat ini, kawasan ekosistem mangrove Belawan diperkirakan telah mengalami penurunan luasan akibat adanya pengkonversian hutan mangrovemenjadi peruntukan lain

Sebelum sakit klien mengatakan biasa tidur malam dari pukul 22.00 sampai pukul 06.00, klien jarang tidur siang klien tidak ada keluhan saat tidur dan tidak ada kebiasaan saat

“Si Anak Singkong” merupakan salah satu Buku Biografi yang layak dibaca oleh generasi pada saat ini, Buku Biografi tersebut berisi mengenai perjuangan seorang Chairul Tanjung

[r]

[r]