• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Perilaku Hygiene Organ Genitalia Eksterna dengan Jenis Keputihan pada Ibu Hamil Usia Gestasi 11-24 Minggu di RS Medirossa Cikarang Periode April-Juni 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Perilaku Hygiene Organ Genitalia Eksterna dengan Jenis Keputihan pada Ibu Hamil Usia Gestasi 11-24 Minggu di RS Medirossa Cikarang Periode April-Juni 2013"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

HAMIL USIA GESTASI 11-24 MINGGU

(Studi Kasus Dilakukan di Rumah Sakit Medirossa Cikarang

Periode April-Juni 2013)

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Bening Putri Ramadhani Usman

NIM : 1110103000084

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian saya yang berjudul HUBUNGAN PERILAKU HYGIENE ORGAN GENITALIA EKSTERNA DENGAN JENIS KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL USIA GESTASI 11-24 MINGGU. Shalawat serta salam saya sampaikan kepada jujungan Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Laporan penelitian ini saya susun guna memenuhi syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. DR. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And sebagai Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syaruf Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syaruf Hidayatullah Jakarta.

3. dr.Emy Tri Dianasari, SpOG sebagai dosen pembimbing I dan ibu Rr.Ayu Fitri Hapsari, S.Si, M.Biomed sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing saya dalam menyelesaikan penelitian ini.

4. RS Medirossa Cikarang yang dengan sangat terbuka memberi izin kepada saya untuk mengambil sampel penelitian hingga selesai.

5. Segenap petugas kesehatan di RS Medirossa yang telah dengan sabar membantu saya dalam pelaksanaan pengambilan sampel penelitian.

(6)

vi

7. Tiga orang adik saya, yaitu Ikhlas, Adit, dan Nayyira yang selama ini selalu menyemangati dan menghibur saya selama berjalannya penelitian. 8. Teman-teman sekelompok penelitian, yaitu Shabrina, Allo, Ayu, dan Abel

yang selalu bersama-sama saling memberi dukungan dalam menyelesaikan penelitian.

9. Seluruh teman sejawat mahasiswa Pendidikan Dokter angkatan 2010 yang selalu bersama-sama menempuh pendidikan selama ini.

Akhir kata saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dari semua pihak yang telah membantu saya menyelesaikan penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu khususnya dalam bidang kedokteran.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 12 September 2013

(7)

vii

Perilaku Hygiene Organ Genitalia Eksterna dengan Jenis Keputihan pada Ibu Hamil Usia Gestasi 11-24 Minggu di RS Medirossa Cikarang Periode April-Juni 2013. 2013.

Perubahan kadar estrogen dan progesteron selama kehamilan memicu peningkatan sekresi kelenjar serviks, yang mengakibatkan terjadinya keputihan. Keputihan pada ibu hamil digolongkan sebagai keputihan fisiologis, yang dapat berubah menjadi patologis bila terjadi infeksi mikroorganisme patogen. Keputihan patologis dapat menimbulkan berbagai komplikasi dalam kehamilan. Perilaku

hygiene organ genitalia eksterna dapat mempengaruhi komposisi flora vagina, sehingga diperkirakan berhubungan dengan perubahan keputihan fisiologis menjadi patologis. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dan bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku hygiene organ genitalia eksterna dengan jenis keputihan pada ibu hamil usia gestasi 11-24 minggu. Hasil penelitian menggunakan 23 sampel menunjukkan 14 dan 9 responden memiliki perilaku buruk dan baik. Terdapat 16 responden yang mengalami keputihan patologis dan 7 responden mengalami keputihan fisiologis. Penelitian ini memperlihatkan hubungan bermakna (p=0,005) antara perilaku hygiene organ genitalia eksterna dengan jenis keputihan pada ibu hamil usia gestasi 11-24 minggu.

Kata kunci : Perilaku hygiene, Organ genitalia eksterna, Keputihan, Kehamilan ABSTRACT

Bening Putri Ramadhani Usman. Medical Education Program. Relationship between Hygiene Behavior of External Genital Organs and Type of Leucorrhoea in 11-24 Weeks of Pregnancy at Medirossa Hospital Cikarang on April-June 2013. 2013. Changes of estrogen and progesterone levels through pregnancy turn out into the increase of cervical glands secretions, which leads to leucorrhoea. Leucorrhoea in pregnancy is classified as a physiologic leucorrhoea, and will turn to pathologic leucorrhoea by the presence of pathogen microorganisms infection. Pathologic leucorrhoea may cause many complications in pregnancy. Hygiene behavior of external genital organs may affect vaginal flora composition, and potentially related to occurrence of pathological leucorrhoea. This study uses cross sectional method to determine relationship between hygiene behavior of external genital organs and type of leucorrhoea in 11-24 weeks of pregnancy. Performed with 23 samples, this study shows 14 and 9 participants with poor and good behavior. We have 16 participants with pathologic leucorrhoea and 7 participants with physiologic leucorrhoea. Result of this study shows a significant relationship (p=0,005) between hygiene behavior of external genital organs and type of leucorrhoea in 11-24 weeks of pregnancy.

(8)

viii

LEMBAR PERNYATAAN……….... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING………... iii

LEMBAR PENGESAHAN……….... iv

2.1.3 Perubahan Hormonal dan Keputihan pada Kehamilan………...

(9)

ix

2.1.5 Higienitas Organ Genitalia Wanita……….

2.1.6 Perilaku………...

METODE PENELITIAN... 24

3.1 Desain Penelitian……… 24

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian………... 24

3.3 Populasi Dan Sampel………... 3.4 Cara Kerja Penelitian……….. 26

3.5 Manajemen Data………...

HASIL DAN PEMBAHASAN………... 30

(10)

x

4.1.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Perilaku Hygiene Organ Genitalia

Eksterna……… 33

4.2 Analisis Bivariat………... 4.2.1 Hubungan Perilaku Hygiene Organ Genitalia Eksterna dengan Jenis Keputihan... 39 39 BAB V..………... 40

PENUTUP………...... 40

5.1 Kesimpulan………... 40

5.2 Saran………... 40

DAFTAR PUSTAKA………... 42

(11)

xi

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Penelitian ………... 30 Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Keputihan ………... 32 Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Perilaku Hygiene Organ Genitalia

Eksterna………... 33

Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Penggunaan Produk Pembersih Organ

Kewanitaan ………... 33 Tabel 4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Arah Membasuh Alat Kelamin dari Belakang

ke Depan ……… 34

Tabel 4.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Perilaku Tidak Mengeringkan Alat Kelamin

Setelah BAK/BAB ………

Tabel 4.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Perilaku Menggunakan Celana Dalam yang Ketat dalam Aktivitas Sehari-hari ……… Tabel 4.8 Distribusi Sampel Berdasarkan Perilaku Mengganti Celana Dalam Kurang

dari Dua Kali Sehari ……….…

Tabel 4.9 Distribusi Sampel Berdasarkan Penggunaan Celana Dalam Selain Bahan

Katun ………...….

Tabel 4.10 Distribusi Sampel Berdasarkan Penggunaan Pantyliner……….

Tabel 4.11 Distribusi Sampel Berdasarkan Perilaku Tidak Menyiram Kloset Duduk Sebelum Menggunakan WC Umum ………... Tabel 4.12 Hubungan Perilaku Hygiene Organ Genitalia Eksterna dengan Keputihan …

35

35

36

36 37

(12)

xii

Gambar 2.1 Organ Genitalia Eksterna Perempuan ... 4 Gambar 2.2 Organ Genitalia Interna Perempuan ………...…………... 6

Gambar 2.3 Siklus Menstruasi ………...………

(13)

xiii

Lampiran 1 Profil RS Medirossa Cikarang ………... Lampiran 2 Formulir Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) ………..

45 48 Lampiran 3 Karakteristik Demografi ………...………. 49 Lampiran 4 Kuesioner Penelitian ……….. Lampiran 5 Analisis Univariat ………..

Lampiran 6 Analisis Bivariat ………

Lampiran 7 Uji Validitas Kuesioner ……….

Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup ………

(14)

1.1. Latar Belakang Masalah

Kehamilan merupakan suatu proses yang melibatkan berbagai perubahan hormonal di dalam tubuh.1 Segera setelah terjadinya nidasi pada dinding endometrium, hormon estrogen dan progesteron akan terus meningkat secara perlahan hingga kehamilan berakhir.2 Peningkatan kadar estrogen mulai terjadi pada usia gestasi 11 minggu dan terus meningkat hingga 24 minggu, lalu sedikit menurun untuk kemudian meningkat kembali.3

Peningkatan kadar hormon estrogen menyebabkan peningkatan kadar air dalam mukus serviks dan meningkatkan produksi glikogen oleh sel-sel epitel mukosa superfisial pada dinding vagina, sehingga sekret vagina bertambah banyak, kemudian mengalir keluar, dan disebut sebagai keputihan. Glikogen merupakan sumber makanan mikroorganisme di dalam vagina, sehingga peningkatan kadar hormon estrogen pada akhirnya meningkatkan risiko terjadinya keputihan patologis.2,4

Selama kehamilan, sebagian besar keputihan yang terjadi merupakan keputihan fisiologis.5 Namun, ketika terjadi infeksi mikroorganisme pada saluran genitalia, maka akan terjadi keputihan patologis.6 Keputihan patologis yang paling sering terjadi pada ibu hamil adalah vaginosis bakterial, trikomoniasis, dan kandidiasis.5

Berdasarkan penelitian di beberapa rumah sakit pendidikan di Jakarta pada tahun 1991, terdapat 16,8% kejadian vaginosis bakterial pada ibu hamil dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu.7 Sedangkan sebuah penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan Jakarta pada periode Maret-Agustus 2006 menyatakan bahwa terdapat 32,5% kejadian vaginosis bakterial pada ibu hamil dengan usia gestasi 11-24 minggu.8

(15)

Keputihan patologis dapat menimbulkan komplikasi bagi kehamilan, baik bagi ibu maupun bagi janin yang dikandung. Komplikasi yang terjadi dapat berupa korioamnionitis, gangguan pertumbuhan janin, ketuban pecah dini, kelahiran prematur, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), abortus spontan, dan endometritis post partum.5

Terjadinya keputihan patologis dapat disebabkan oleh pertumbuhan flora normal yang berlebihan maupun tumbuhnya mikroorganisme selain flora normal di vagina.9 Komposisi flora vagina tersebut sangat bergantung pada tingkat higienitas diri seseorang.10 Higienitas diri sehubungan dengan terjadinya keputihan dapat dikelompokkan menjadi 3, yaituhigienitas organ genitalia eksterna, higienitas menstruasi, dan higienitas koitus. Berdasarkan penelitian oleh Amini (2009), terjadinya keputihan berhubungan secara signifikan dengan tingkat higienitas organ genitalia eksterna.11 Maka, melalui penelitian ini dapat diketahui hubungan antara perilaku hygiene

organ genitalia eksterna dengan jenis keputihan pada ibu hamil usia gestasi 11-24 minggu.

1.2. Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara perilaku hygiene organ genitalia eksterna dengan jenis keputihan pada ibu hamil usia gestasi 11-24 minggu?

1.3. Hipotesis

Perilaku hygiene organ genitalia eksterna berhubungan secara bermakna dengan jenis keputihan pada usia gestasi 11-24 minggu.

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum

(16)

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkat perilaku hygiene organ genitalia eksterna ibu hamil pada usia gestasi 11-24 minggu.

2. Mengetahui angka kejadian keputihan fisiologis pada ibu hamil usia gestasi 11-24 minggu.

3. Mengetahui angka kejadian keputihan patologis pada ibu hamil usia gestasi 11-24 minggu.

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Masyarakat

• Menambah pengetahuan mengenai pentingnya menjaga kebersihan organ genitalia eksterna selama kehamilan.

• Menambah pengetahuan mengenai jenis keputihan selama kehamilan.

1.5.2. Bagi Institusi

• Penelitian ini diajukan sebagai syarat kelulusan Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

• Dapat menjadikan penelitian ini sebagai landasan penelitian berikutnya dalam bidang kesehatan reproduksi.

1.5.2. Bagi Peneliti

• Dapat menambah ilmu pengetahuan dan membuktikan teori yang didapatkan selama proses pendidikan.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teori

2.1.1. Anatomi Organ Genitalia

Organ genitalia pada perempuan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Organ genitalia eksterna

Gambar 2.1. Organ Genitalia Eksterna Perempuan Sumber : R Putz, 2003

Secara umum, dalam proses reproduksi, organ genitalia eksterna berfungsi untuk senggama.13 Berdasarkan gambar 2.1., dapat dilihat bahwa organ genitalia eksterna terdiri atas :

a) Vulva

Bagian ini meliputi semua struktur yang eksternal yang dapat dilihat dari luar, yaitu dari pubis hingga perineum. Struktur eksternal tersebut meliputi mons pubis, labia mayora,

(18)

labia minora, klitoris, selaput dara, vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar, dan struktur vaskularisasinya.

b) Mons pubis

Bagian yang disebut juga sebagai mons veneris ini merupakan suatu bagian yang terdapat di atas simfisis pubis yang terlihat menonjol. Setelah pubertas, mons pubis akan ditutupi oleh rambut kemaluan.

c) Labia mayora

Labia mayora disebut juga sebagai bibir-bibir besar. Organ ini terisi oleh jaringan lemak yang terdiri atas bagian kanan dan kiri berbentuk lonjong, dan semakin ke bawah semakin mengecil. Labia mayora analog dengan skrotum pada organ genitalia pria.

d) Labia minora

Labia minora disebut sebagai bibir-bibir kecil. Organ ini berbentuk seperti suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam dari labia mayora. Kulit tersebut mengandung banyak kelenjar sebasea dan ujung-ujung saraf yang menyebabkan labia minora menjadi sensitif.

e) Klitoris

Organ ini tertutup oleh preputium klitoridis, dan terdiri atas tiga bagian, yaitu glans klitoridis, korpus klitoridis, dan dua krura yang menggantung klitoris ke os pubis. Organ ini berukuran sebesar kacang hijau, namun sangat sensitif karena penuh dengan ujung saraf.

f) Vestibulum

(19)

g) Bulbus vestibuli

Pengumpulan vena yang terletak di bawah selaput lendir vestibulum disebut sebagai bulbus vestibuli. Bagian ini mengandung banyak pembuluh darah, dan secara embriologik serupa dengan korpus kavernosum penis pada organ genitalia pria.

h) Introitus vagina

Introitus vagina merupakan sebuah lubang menuju vagina yang memiliki bentuk dan ukuran berbeda-beda. Pada seseorang yang belum pernah melakukan koitus, introitus vagina dilindungi oleh labia minora dan ditutupi oleh selaput dara. i) Perineum

Vulva dan anus dipisahkan oleh suatu jaringan yang disebut sebagai perineum. Perineum sering mengalami laserasi selama proses persalinan, dan sering dengan sengaja dipotong (episiotomi) untuk memperluas jalan lahir.13

2. Organ genitalia interna

(20)

Organ-organ yang termasuk dalam genitalia interna berfungsi untuk memfasilitasi proses ovulasi, pembuahan, transportasi blastokista, implantasi, dan tumbuh kembang janin.13 Gambar 2.2. menunjukkan bahwa organ genitalia interna terdiri atas :

a) Vagina

Introitus vagina dengan uterus dihubungkan oleh liang kemaluan, atau disebut sebagai vagina. Vagina berfungsi sebagai liang sanggama dan jalan lahir dalam proses persalinan. Tidak terdapat kelenjar pada vagina, sehingga sekret yang ada dihasilkan oleh kelenjar pada serviks. Selama kehamilan, terjadi hipervaskularisasi pada jaringan ikat di bawah epitel vagina, sehingga dinding vagina tampak livide (kebiru-biruan).

b) Uterus

Uterus merupakan sebuah organ yang berongga dan berukuran sebesar telur ayam pada wanita yang tidak sedang hamil. Organ ini terdiri atas tiga bagian, yaitu fundus uteri, korpus uteri, dan serviks uteri. Fundus uteri berbatasan langsung dengan tuba Falopii. Korpus uteri merupakan tempat berkembangnya janin selama kehamilan. Serviks uteri memiliki sebuah saluran yang disebut sebagai kanalis servikalis, dimana terdapat kelenjar-kelenjar serviks yang akan mensekresi mukus. c) Tuba Falopii

Saluran di antara uterus dan ovarium disebut sebagai tuba Falopii. Tuba Falopii terbagi menjadi empat bagian, yaitu pars interstisialis, pars ismika, pars ampullaris, dan infundibulum. Fungsi utama tuba Falopii adalah menyalurkan ovum atau zigot setelah terjadinya fertilisasi menuju uterus.

d) Ovarium

(21)

2.1.2. Regulasi Hormonal Siklus Menstruasi

(22)

Hipotalamus, hipofisis, dan ovarium bersama-sama memegang regulasi pematangan folikel dan ovulasi melalui sistem yang disebut dengan hypothalamus-pituitary-ovarian axis. Hipotalamus menghasilkan gonadotropin-releasing hormone (GnRH) secara pulsatil setiap 90 menit. GnRH yang dihasilkan oleh hipotalamus akan merangsang hipofisis untuk melepaskan follicle-stimulating hormone

(FSH) dan luteinizing-hormone (LH). FSH akan memacu pematangan folikel selama fase folikular dan membantu LH memicu sekresi hormon steroid dari ovarium. Selain berperan dalam steroidogenesis, LH juga memegang peranan penting dalam proses ovulasi yang bergantung pada LH surge.13

Gambar 2.3. menunjukkan bahwa selama siklus menstruasi, siklus ovarium terdiri atas tiga fase berikut :

a) Fase folikular

Kadar FSH dan LH yang tinggi pada awal fase akan memicu perkembangan folikel yang kemudian menghasilkan satu folikel dominan. Perkembangan folikel menyebabkan produksi estrogen (terutama estradiol) oleh sel granulosa semakin meningkat.

b) Ovulasi

Kadar estrogen yang meningkat akan menyebabkan peningkatan sekresi LH. Hal ini menyebabkan tingginya kadar LH, sehingga terbentuk suatu puncak kadar LH (LH surge) yang memicu pecahnya folikel, atau dikenal sebagai proses ovulasi. c) Fase luteal

(23)

luteum, sehingga kadar estrogen dan progesteron menurun drastis. Hal ini memicu terjadinya pelepasan lapisan endometrium superfisial, atau dikenal sebagai proses menstruasi. Jika terjadi fertilisasi, maka trofoblas dapat menghasilkan gonadotropin yang akan mempertahankan korpus luteum agar tidak terjadi regresi, sehingga produksi estrogen dan progesteron dapat terus berlanjut.13

2.1.3. Perubahan Hormonal dan Keputihan pada Kehamilan

Selama kehamilan, terjadi berbagai perubahan fisiologis di dalam tubuh ibu, salah satunya adalah perubahan hormonal. Perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan bertujuan untuk menunjang pertumbuhan janin selama di dalam kandungan.1

Setelah terjadinya fertilisasi dan implantasi, akan segera terbentuk plasenta yang kemudian berperan sebagai organ endokrin. Salah satu fungsi plasenta adalah menghasilkan hormon steroid.13 Hormon steroid terdiri atas :

a) Progesteron

Sumber utama sintesis progesteron adalah kolesterol LDL (low density lipoprotein) yang masuk ke dalam sitoplasma sel-sel trofoblas dengan cara endositosis. Kadar progesteron plasma maternal meningkat secara linear dari 40 ug/ml pada trimester I, menjadi lebih dari 175 ug/ml pada trimester III.1 Peningkatan kadar progesteron selama kehamilan dapat memicu peningkatan kekentalan mukus serviks.13

b) Estrogen

(24)

Peningkatan kadar estrogen menyebabkan kadar air dalam mukus serviks meningkat.13 Selain itu, peningkatan kadar estrogen diketahui akan meningkatkan produksi glikogen oleh sel-sel epitel vagina. Glikogen merupakan sumber bahan makanan mikroorganisme di vagina. Peningkatan glikogen menyebabkan lingkungan vagina menjadi lebih memungkinkan bagi pertumbuhan mikroorganisme patogen, sehingga meningkatkan risiko terjadinya keputihan patologis.12

Gambar di bawah ini merupakan grafik perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron selama kehamilan :

Gambar 2.4. Kurva Perubahan Kadar Estrogen dan Progesteron Selama Kehamilan

Sumber : Matthew B & Sallie B, 2002

(25)

tersebut, maka peneliti memutuskan untuk memilih populasi penelitian dengan usia gestasi 11-24 minggu.

2.1.4. Keputihan

2.1.4.1. Kondisi Normal Vagina

Vagina dilapisi oleh epitel berlapis gepeng. Bersama dengan flora normal vagina, lapisan tersebut bertanggung jawab dalam mempertahankan kelembaban vagina, dan berperan dalam mekanisme pertahanan nonspesifik vagina terhadap infeksi mikroorganisme. Vagina dapat mensekresi glikogen yang kemudian diubah oleh flora normal menjadi asam laktat. Mekanisme ini menyebabkan keasaman vagina stabil pada pH 3,8-4,5. Keasaman vagina tersebut merupakan salah satu mekanisme proteksi terhadap infeksi, karena menyebabkan mikroorganisme patogen tidak dapat hidup pada lingkungan tersebut.15

Flora normal vagina didominasi oleh Lactobacillus sp.

Kebanyakan bakteri ini memproduksi hidrogen peroksida yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri lainnya. Selain

Lactobacillus sp., beberapa bakteri lain juga merupakan flora normal vagina, seperti Streptococcus sp., beberapa bakteri anaerob, dan beberapa bakteri gram negatif.15

(26)

2.1.4.2. Keputihan Fisiologis

Keputihan yang fisiologis ditandai dengan sekret yang berwarna bening, tidak menimbulkan bau yang menyengat, iritasi, maupun rasa nyeri.15

Keputihan fisiologis dapat ditemukan pada beberapa keadaan, yaitu bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari, waktu di sekitar menstruasi, hasrat seksual, siklus haid, kehamilan, penggunaan pil kontrasepsi, dan stress.15

2.1.4.3. Keputihan Patologis

Keputihan patologis biasanya ditandai dengan sekret vagina yang berwarna keruh atau kuning atau kuning kehijauan, berbau tidak sedap, disertai lesi atau iritasi vagina, dispareunia, gatal, dan perdarahan. Penderita juga dapat mengeluhkan sistitis yang berupa disuria eksternal akibat lesi vulva.15

Berdasarkan mekanisme terjadinya, keputihan patologis dapat dibedakan menjadi keputihan patologis yang infeksius dan non-infeksius.15

a) Keputihan patologis infeksius

Disebabkan oleh infeksi mikroorganisme :

 Bakteri : Gardanerrella vaginalis, Chlamidia trachomatis, Neisseria gonorhoae, dan Gonococcus.

 Jamur : Candida albicans.

 Protozoa : Trichomonas vaginalis.

 Virus : Herpes Virus dan Human Papilloma Virus. b) Keputihan patologis non-infeksius

(27)

Keputihan patologis pada wanita hamil yang paling sering terjadi adalah infeksi berupa vaginosis bakterial, trikomoniasis, dan kandidiasis.5

1. Vaginosis Bakterial a. Epidemiologi

Vaginosis bakterial merupakan infeksi genital yang paling sering terjadi di antara infeksi-infeksi yang lain. Frekuensi terjadinya vaginosis bakterial meningkat pada tingkat sosial ekonomi yang rendah, dan berkurang pada tingkat sosial ekonomi yang lebih tinggi. Sekitar 50% wanita aktif seksual mengalami infeksi Gardnerella vaginalis, namun hanya sedikit yang menimbulkan gejala. Ditemukannya

Gardnerella vaginalis sering diikuti dengan infeksi lain yang ditularkan melalui hubungan seksual.16 b. Etiologi

Organisme penyebab vaginosis bakterial bersifat kompleks, dan biasanya dihubungkan dengan infeksi Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis, Mobiluncus sp., dan bakteri-bakteri anaerob.17

Gardnerella vaginalis merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang, tidak berkapsul, tidak bergerak, dan bersifat anaerob fakultatif. Bakteri ini memberikan hasil negatif pada uji katalase, uji oksidase, reduksi nitrat, dan uji indol.8

c. Patogenesis

Vaginosis bakterial merupakan suatu sindrom klinis yang diakibatkan oleh perubahan komposisi flora normal vagina. Flora normal vagina yang seharusnya didominasi oleh Lactobacillus sp.

(28)

Dapat terjadi simbiosis antara Gardnerella vaginalis sebagai pembentuk asam amino dan kuman anaerob serta bakteri fakultatif lain dalam vagina yang mengubah asam amino menjadi amin, sehingga menaikkan pH sekret vagina sampai suasana yang menyenangkan bagi pertumbuhan Gardnerella vaginalis. Beberapa amin dapat mengiritasi kulit dan menambah pelepasan sel epitel, serta dapat menyebabkan sekret vagina menjadi berbau.8

d. Manifestasi klinis

Sekitar 50% penderita vaginosis bakterial bersifat asimtomatik.8 Bila bergejala, biasanya vaginosis bakterial ditandai dengan sekret vagina yang keruh, encer, berwarna putih abu-abu hingga kekuning-kuningan, dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah hubungan seksual.5

Berdasarkan penelitian di beberapa negara berkembang, vaginosis bakterial dapat menimbulkan beberapa komplikasi pada kehamilan, antara lain adalah kelahiran prematur, ketuban pecah dini, korioamnionitis, dan endometritis postpartum.6

e. Diagnosis

(29)

2. Trikomoniasis a. Epidemiologi

Trikomoniasis merupakan infeksi saluran urogenital bagian bawah yang dapat terjadi pada wanita maupun pria, namun insidensi lebih tinggi pada wanita dibanding pria. Penularan umumnya terjadi melalui hubungan seksual. Namun, penularan juga bisa terjadi melalui pakaian, handuk, atau berenang. Maka, trikomoniasis sering dijumpai pada orang dengan aktivitas seksual yang tinggi.8

b. Etiologi

Penyebab trikomoniasis adalah Trichomonas vaginalis, suatu parasit berbentuk filiformis, berukuran 15-18 mikron, mempunyai 4 flagela, dan bergerak seperti gelombang. Parasit ini berkembang biak secara belah pasang memanjang dan dapat hidup dalam suasana pH 5-7,5.8

c. Patogenesis

(30)

d. Manifestasi klinis

Pada kasus yang akut, akan timbul manifestasi berupa sekret vagina seropurulen berwarna kekuning-kuningan atau kehijauan, berbau tidak enak, dan berbusa.16 Dinding vagina tampak kemerahan dan sembab. Kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks yang dikenal sebagai strawberry appearance, karena tampak sebagai jaringan granulasi berwarna merah. Gejala yang timbul dapat disertai dispareunia, perdarahan pascacoitus, dan perdarahan diluar siklus menstruasi.8

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya trikomoniasis selama kehamilan dapat menimbulkan komplikasi berupa kelahiran prematur, berat bayi lahir rendah (BBLR), dan ketuban pecah dini.20

e. Diagnosis

Diagnosis trikomoniasis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan mikroskopik dari sediaan sekret vagina, pemeriksaan kultur, tes antigen, dan DNAprobe.15,18

3. Kandidiasis a. Epidemiologi

(31)

estrogen dan deposisi glikogen di vagina. Pada wanita hamil, terjadinya kandidiasis sering bersifat rekuren.10 b. Etiologi

Kandidiasis disebabkan oleh infeksi jamur

Candida albicans. Jamur ini bersifat Gram positif, saprofit, berbentuk bulat hingga oval, dan berkembang biak dengan blastospora.10

c. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis yang khas adalah terbentuknya sekret vagina yang menggumpal dan berwarna putih kental. Gejala lain yang muncul adalah gatal dengan intensitas sedang hingga berat disertai rasa terbakar, kemerahan, dan bengkak di daerah genital.15

d. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan mikroskopis sekret vagina dan kultur jamur.15,18

2.1.5. Higienitas Organ Genitalia Wanita

Higienitas organ genitalia adalah usaha untuk mempertahankan atau memperbaiki kesehatan dengan memelihara kebersihan organ genitalia.21

(32)

Berikut ini adalah cara memelihara kebersihan organ genitalia pada wanita :

1. Menjaga kebersihan organ genitalia eksterna dengan cara membasuhnya menggunakan air bersih, terutama setelah buang air besar dan buang air kecil. Cara membasuh yang benar adalah dari arah depan (vagina) ke belakang (anus). Cara membasuh yang salah, misalnya dari arah belakang ke depan, akan menyebabkan mikroorganisme yang ada di sekitar anus terbawa ke vagina.

2. Mengeringkan organ genitalia eksterna menggunakan handuk bersih atau tisu kering setelah dibasuh menggunakan air bersih. 3. Menyiram kloset duduk terlebih dahulu sebelum digunakan untuk

mencegah infeksi mikroorganisme yang menempel pada kloset. 4. Meminimalkan frekuensi penggunaan sabun pembersih vagina.

Vagina sudah memiliki mekanisme alami untuk menjaga kondisi fisiologisnya. Seringnya penggunaan sabun pembersih vagina menyebabkan matinya flora normal vagina, sehingga kuman patogen dapat menginfeksi dan berkembang biak.

5. Menghindari penggunaan pantyliner yang terlalu sering. Gunakanlah pantyliner ketika dibutuhkan, misalnya saat terjadi keputihan yang cukup banyak. Bila harus menggunakan pantyliner, maka gunakanlah yang tidak berparfum agar tidak terjadi iritasi. Selain itu, ketika digunakan, pantyliner harus sering diganti.

6. Mengganti pakaian dalam secara teratur juga penting untuk menjaga higienitas organ genitalia. Penggantian pakaian dalam minimal dilakukan dua kali dalam sehari, misalnya ketika mandi pagi dan sore, sehingga kelembaban yang berlebihan dapat dicegah. 7. Menggunakan pakaian dalam dengan bahan yang menyerap keringat, seperti katun, sehingga organ genitalia tidak terlalu lembab.

(33)

2.1.6. Perilaku

Perilaku adalah respon seseorang terhadap suatu stimulus yang dapat berupa tindakan atau praktik, di mana orang lain dapat dengan mudah melihat atau mengamatinya.23

2.1.6.1.Bentuk Perilaku

Berdasarkan bentuk respon terhadap stimulus yang diberikan, perilaku terbagi menjadi dua :

1. Perilaku tertutup

Respon terhadap stimulus secara terselubung disebut sebagai perilaku tertutup, yang dapat berupa perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, atau sikap. Perilaku tertutup tidak dapat dengan jelas diamati, karena sifatnya tersirat.

2. Perilaku terbuka

Respon terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka disebut sebagai perilaku terbuka, yang dituangkan dalam bentuk tindakan atau praktik. Sifat respon yang terbuka menyebabkan orang lain dapat dengan mudah mengamati.21,24,25

2.1.6.2.Determinan Perilaku

Setelah mendapatkan stimulus yang sama, setiap orang dapat memberikan respon perilaku yang berbeda. Faktor-faktor yang mempengaruhinya disebut sebagai determinan perilaku. Ada dua jenis determinan perilaku :

a) Faktor Internal

(34)

b) Faktor Eksternal

Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya termasuk dalam faktor eksternal. Faktor eksternal biasanya menjadi faktor mendominasi terbentuknya perilaku seseorang.21,22,23

2.1.6.3.Proses Terjadinya Perilaku

Proses terbentuknya perilaku baru pada diri seseorang terdiri atas beberapa langkah berikut ini :

a. Awareness

Pemberian stimulus pada awalnya mungkin tidak disadari oleh seseorang. Ketika orang tersebut mulai menyadari adanya stimulus, kejadian tersebut dikenal sebagai awareness.

b. Interest

Setelah menyadari adanya stimulus, maka seseorang akan mulai tertarik pada stimulus tersebut. Hal ini disebut sebagai

interest. c. Evaluation

Tahap ini ditandai dengan individu yang mulai menimbang-nimbang mengenai baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial

Trial merupakan kondisi di mana seseorang sudah mulai mecoba perilaku baru.

e. Adoption

Setelah melewati empat tahap di atas, maka akhirnya seseorang memiliki perilaku yang baru yang sesuai dengan pengetahuan, sikap, dan kesadarannya terhadap stimulus. Ketika hal tersebut terjadi, maka tahap ini disebut sebagai tahap

(35)

2.2. Kerangka Konsep

Gambar 2.5. Kerangka Konsep

Kehamilan

Usia gestasi11-24 minggu

Kadar estrogen dan progesteron

meningkat signifikan

Keputihan fisiologis

Keputihan patologis Infeksi

mikroorganisme

(36)

2.3 Definisi Operasional

NO. Variabel

Terikat Pengukur Alat Ukur

Cara

Peneliti  Analisis makroskopik

(37)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah analitik cross sectional, karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel dengan data penelitian yang diambil satu kali dalam satu waktu.

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di poli kebidanan RS Medirossa Cikarang selama periode April-Juni 2013.

3.3.Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Ibu hamil usia gestasi 11-24 minggu yang mengalami keputihan dan memeriksakan diri ke Rumah Sakit Medirossa Cikarang dalam periode April-Juni 2013.

3.3.2. Jumlah Sampel

Penelitian ini merupakan penelitian analitik kategorik tidak berpasangan, sehingga rumus sampel yang digunakan adalah :

Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%. Hipotesis dua arah, sehingga Zα = 1,96

Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20%, sehingga Zβ = 0,84 P2 = 0,71

P1-P2 = 0,2

P1 = P2 + 0,2 = 0,71 + 0,2 = 0,91

(38)

Q2 = 1-P2 = 1-0,71 = 0,29 Q1 = 1-P1 = 1-0,91 = 0,09

P = (P1+P2)/2 = (0,91+0,71)/2 = 0,81 Q = (Q1+Q2)/2 = (0,09+0,29)/2 = 0,19

Berdasarkan perhitungan, maka diperoleh hasil sebesar 51 orang. Kemudian ditambah dengan 10% dari hasil perhitungan, sehingga besar sampel minimum pada penelitian ini adalah 56 orang.

Jumlah populasi yang minim dalam penelitian ini menyebabkan peneliti melakukan pengambilan sampel menggunakan metode Total Sampling. Selama penelitian dalam periode April-Juni 2013, didapatkan 23 sampel penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

3.3.3. Cara pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan metode Total Sampling. Metode ini sering disebut juga sebagai metode sampel jenuh atau sensus, yang dapat digunakan ketika jumlah populasi kurang dari 100 orang. Seluruh populasi yang sesuai dengan kriteria dijadikan sebagai sampel penelitian. Selama penelitian dalam periode April-Juni, jumlah populasi ibu hamil usia gestasi 11-24 minggu yang mengalami keputihan dan sesuai dengan kriteria inklusi maupun eksklusi adalah 23 orang, sehingga sampel penelitian dalam penelitian ini adalah 23 orang.

3.3.4. Kriteria Sampel

3.3.4.1.Kriteria Inklusi

(39)

3.3.4.2.Kriteria Eksklusi

Sampel masuk ke dalam kriteria eksklusi bila diketahui adanya hiperemesis gravidarum, dehidrasi sedang, atau tidak disetujui oleh pihak keluarga untuk terlibat dalam penelitian.

3.4.Cara Kerja Penelitian

Peneliti menyelesaikan penulisan proposal penelitian

Mengajukan permohonan ethical clearance kepada Komisi Etik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengajukan permohonan kepada pihak RS Medirossa Cikarang untuk mengambil sampel di poli kebidanan dan kandungan RS Medirossa.

Melakukan pemilihan sampel sesuai kriteria inklusi pada pasien yang melakukan pemeriksaan di poli kebidanan dan kandungan RS Medirossa

Cikarang pada periode April-Juni 2013.

Memohon izin kepada pasien untuk dilibatkan ke dalam penelitian dan menyampaikan tujuan penelitian kepada sampel, serta menjelaskan bahwa

penelitian ini tidak akan membahayakan nyawa ataupun menyakiti pasien serta akan dijaga kerahasiaan dari data ataupun hasil yang didapatkan dari pasien sebagai sampel. Bila ibu menyetujui, maka akan dilakukan pengisian inform consent. Apabila sampel tiba-tiba menarik diri dan tidak ingin terlibat,

maka tidak ada pinalti untuk hal tersebut. Sebagai sampel juga berhak mengetahui hasil dari pengukuran yang didapatkan dari sampel.

(40)

Melakukan swab vagina dan pemeriksaan KOH. Swab vagina untuk mengambil sekret vagina dilakukan oleh ginekologis yang kompeten, kemudian dilakukan analisis makroskopis mengenai warna dan bau sekret.

Setelah itu diteteskan larutan KOH 10% dan dianalisis kembali warna dan baunya.

Penarikan kesimpulan dengan melakukan analisis terhadap hasil wawancara dan pemeriksaan sekret vagina yang telah dilakukan.

Pengolahan data menggunakan SPSS.

Analisis hasil penelitian.

3.5.Manajemen Data

3.5.1. Pengumpulan Data

 Data primer

Data primer didapatkan berdasarkan :

- Hasil pengisian kuesioner ibu hamil usia gestasi 11-24 minggu yang memeriksakan diri ke Rumah Sakit Medirossa Cikarang yang memenuhi kriteria inklusi.

- Hasil analisis makroksopik sekret vagina dan pemeriksaan menggunakan larutan KOH 10%.

 Alat pengumpulan data

Instrumen penelitian yang digunakan adalah : - Kuesioner

- Kaca objek

(41)

3.5.2. Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh selama penelitian dicatat dalam status penelitian, dikumpulkan, dan kemudian diolah menggunakan program SPSS for window.

Ketika semua data telah terkumpul, maka dilakukan proses

editing, yaitu memeriksa data hasil pengisian kuesioner oleh responden dan data hasil pemeriksaan KOH. Setelah itu, tahap selanjutnya adalah proses coding, yaitu pemberian nilai kepada setiap jawaban dari responden. Kemudian, peneliti meng-entry data ke perangkat lunak computer, serta dilakukan proses cleaning data untuk membersihkan kesalahan data yang dimasukkan. Setelah data telah bersih, maka dilakukan analisa lebih lanjut terhadap data dengan menggunakan perangkat lunak pengolah data.

3.5.3. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan dua tahapan, yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.

3.5.3.1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik variabel independen dan variabel dependen. Seluruh data diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

3.5.3.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat kemungkinan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan analisis uji fisher. Melalui uji statistik

(42)

3.6.Etika

 Peneliti akan menjelaskan kepada subjek mengenai tujuan penelitian dan hal apa saja yang akan dilakukan terhadap subjek.

 Peneliti akan menjelaskan bahwa penelitian ini tidak akan memberi dampak buruk apapun terhadap subjek, kecuali rasa sedikit tidak nyaman ketika pengambilan swab vagina.

 Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta izin secara tertulis kepada subjek dan institusi yang terkait dengan penelitian ini.

 Subjek penelitian memiliki hak autonomy untuk menerima atau menolak diikutsertakan dalam penelitian ini.

 Setiap subjek akan dijamin kerahasiaannya atas data yang diperoleh dalam penelitian.

 Bila suatu saat subjek menyatakan diri tidak dapat terlibat lebih lanjut di dalam penelitian ini, maka peneliti tidak akan menuntut atas hal apapun dari subjek.

(43)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi pada variabel independen dan variabel dependen yang diteliti. Distribusi data dalam hasil penelitian menunjukkan hasil yang normal setelah dilakukannya uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas tercantum dalam lampiran-5. Selanjutnya hasil analisis univariat akan dijelaskan pada sub-bab berikut ini :

4.1.1. Karakteristik Responden Penelitian

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Penelitian

Variabel Kategori Jumlah Persentase (%)

Usia Ibu 21-30 tahun 19 82,6

31-40 tahun 4 17,4

Usia Gestasi 11-16 minggu 14 60,9

17-24 minggu 9 39,1

Kehamilan ke- 1 9 39,1

2 6 26,1

3 7 30,4

4 1 4,3

Pendidikan Terakhir

SMP 2 8,7

SMA 18 78,3

S1 3 13,0

Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 13 56,5 Karyawan Swasta 9 39,1 Pegawai Negeri Sipil 1 4,3

(44)

Berdasarkan tabel 4.1., diketahui bahwa sebagian besar sampel berusia antara 21-30 tahun (82,6%). Hal ini berhubungan dengan aktivitas sintesis hormon ovarium yang memuncak pada wanita berusia 20-30 tahun. Memuncaknya sintesis hormon dari ovarium tersebut menyebabkan jumlah sekresi kelenjar serviks meningkat dan muncul sebagai keputihan.26 Keputihan lebih sering terjadi pada usia ibu yang lebih muda juga diduga berkaitan dengan minimnya pengalaman mengenai personal hygiene.27

Seiring dengan berjalannya usia kehamilan, maka kadar hormon estrogen dan progesteron akan terus meningkat. Hal tersebut menyebabkan angka kejadian keputihan juga semakin meningkat.3 Namun, karena jumlah sampel yang minim, pada penelitian ini didapatkan jumlah sampel yang mengalami keputihan lebih banyak pada usia gestasi 11-16 minggu (60,9%) dibanding usia gestasi 17-24 minggu.

Penelitian ini menunjukkan lebih banyak sampel yang mengalami keputihan dalam kehamilan pertama (primigravida), yaitu sebanyak 39,1%. Hal tersebut sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa kejadian keputihan pada ibu hamil semakin menurun seiring dengan jumlah kehamilan yang pernah dialami.27

(45)

4.1.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Keputihan

Tabel 4.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Keputihan Jenis Keputihan Jumlah Persentase (%)

Patologis 16 69,6

Fisiologis 7 30,4

Total 23 100

Keputihan fisiologis dan patologis pada penelitian ini ditentukan berdasarkan analisis warna dan bau sekret vagina secara mikroskopik. Setelah itu, diteteskan larutan KOH 10% pada sekret, dan dianalisis kembali warna dan bau sekret tersebut. Keputihan dikatakan fisiologis ketika analisis sekret menunjukkan warna yang bening dan tidak berbau. Sekret yang berwarna keruh, putih, kuning, kuning kehijauan, dan kemerahan, atau sekret yang berbau menunjukkan adanya proses patologis.15 Tabel 4.2. menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang mengalami keputihan patologis (69,6%) dibanding responden yang mengalami keputihan fisiologis (30,4%). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Anastasiu (2006) yang menunjukkan sebanyak 69,85% sampel mengalami keputihan patologis dan 30,15% sampel mengalami keputihan fisiologis dari jumlah sampel 315 ibu hamil yang terlibat dalam penelitian.29

(46)

4.1.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Perilaku Hygiene Organ Genitalia Eksterna

Tabel 4.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Perilaku Hygiene Organ Genitalia Eksterna

Perilaku Jumlah Persentase (%)

Buruk 14 60,9

Baik 9 39,1

Total 23 100

Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, hasil uji normalitas pada penelitian ini menunjukkan sebaran data yang normal. Maka, kategorisasi perilaku baik dan buruk ditentukan berdasarkan nilai mean, yang pada penelitian ini memiliki nilai 15,43. Bila nilai yang didapat lebih besar dari nilai mean, maka perilaku dapat dikategorikan “baik”.

Bila lebih kecil dari nilai mean, maka dikategorikan “buruk”.30 Tabel 4.3. menunjukkan 14 responden (60,9%) memiliki perilaku hygiene

organ genitalia eksterna yang buruk. Hal ini diperkirakan berhubungan dengan terjadinya keputihan patologis.11 Hubungan antara perilaku

hygiene organ genitalia eksterna dengan keputihan akan dibahas dalam analisis bivariat (tabel 4.12).

Terdapat 8 jenis perilaku hygiene organ genitalia eksterna yang perlu diperhatikan. Berikut jenis-jenis perilaku yang telah dinilai berdasarkan kuesioner dalam penelitian ini :

1) Penggunaan Produk Pembersih Organ Kewanitaan

Tabel 4.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Penggunaan Produk Pembersih Organ Kewanitaan

Perilaku Jumlah Persentase (%)

Sering 10 43,5

Kadang-kadang 6 26,1

Tidak Pernah 7 30,4

(47)

Produk pembersih organ kewanitaan diketahui dapat mengganggu komposisi flora normal vagina.8 Flora normal vagina berfungsi dalam mekanisme pertahanan melawan mikroorganisme patogen sehingga tidak terjadi infeksi. Terganggunya komposisi flora normal vagina akan mengganggu mekanisme pertahanan tersebut, sehingga mikroorganisme patogen dapat menginfeksi organ genitalia. Keadaan ini akan menimbulkan keputihan patologis. Berdasarkan tabel 4.4., 43,5% responden sering menggunakan produk pembersih organ kewanitaan. Perilaku tersebut meningkatkan risiko terjadinya keputihan patologis.19,22

2) Membasuh Alat Kelamin dari Belakang ke Depan

Tabel 4.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Arah Membasuh Alat Kelamin dari Belakang ke Depan

Perilaku Jumlah Persentase (%)

Sering 15 65,3

Kadang-kadang 3 13,0

Tidak Pernah 5 21,7

Total 23 100

(48)

3) Tidak Mengeringkan Alat Kelamin Setelah Buang Air Kecil (BAK) atau Buang Air Besar (BAB)

Tabel 4.6. Distribusi Sampel Berdasarkan Perilaku Tidak Mengeringkan Alat Kelamin Setelah BAK atau BAB

Salah satu cara untuk mempertahankan komposisi flora normal vagina adalah dengan menjaga kelembaban vagina. Kondisi vagina yang terlalu lembab dapat mengganggu keseimbangan flora normal vagina dan memberi kesempatan bagi mikroorganisme patogen untuk menginfeksi. Salah satu hal yang sering menyebabkan vagina terlalu lembab adalah akibat tidak mengeringkan alat kelamin setelah buang air kecil atau buang air besar.19,22 Berdasarkan tabel 4.6., diketahui bahwa lebih banyak responden yang sering tidak mengeringkan alat kelamin (39,1%).

4) Menggunakan Celana Dalam yang Ketat dalam Aktivitas Sehari-hari

Tabel 4.7. Distribusi Sampel Berdasarkan Perilaku Menggunakan Celana Dalam yang Ketat dalam Aktivitas Sehari-hari

Perilaku Jumlah Persentase (%)

Sering 6 26,1

Kadang-kadang 14 60,9

Tidak Pernah 3 13,0

Total 23 100

Berdasarkan tabel 4.7., diketahui bahwa sebagian besar responden (60,9%) mengaku kadang-kadang menggunakan celana dalam yang ketat dalam aktivitas sehari-hari. Sama dengan butir perilaku sebelumnya, penggunaan celana dalam yang ketat dapat mempengaruhi tingkat kelembaban vagina, sehingga vagina

Perilaku Jumlah Persentase (%)

Sering 9 39,1

Kadang-kadang 7 30,4

Tidak Pernah 7 30,4

(49)

menjadi terlalu lembab dan meningkatkan risiko infeksi mikroorganisme patogen. Penggunaan celana dalam yang tidak terlalu ketat disarankan untuk menjaga higienitas organ genitalia eksterna.19,22

5) Mengganti Celana Dalam Kurang dari Dua Kali Sehari

Tabel 4.8. Distribusi Sampel Berdasarkan Perilaku Mengganti Celana Dalam Kurang dari Dua Kali Sehari

Perilaku Jumlah Persentase (%)

Sering 5 21,7

Kadang-kadang 6 26,1

Tidak Pernah 12 52,2

Total 23 100

Salah satu cara menjaga higienitas organ genitalia eksterna adalah dengan mengganti celana dalam secara teratur, minimal dua kali dalam sehari. Tabel 4.8. menunjukkan sebagian besar responden (52,2%) yang terlibat dalam penelitian ini mengaku tidak pernah mengganti celana dalam kurang dari dua kali sehari. Hal tersebut menggambarkan perilaku yang sudah cukup baik. Selain dapat meningkatkan kelembaban vagina, mengganti celana dalam kurang dari dua kali sehari juga mengakibatkan mikroorganisme terkumpul dalam waktu yang cukup lama, sehingga meningkatkan risiko infeksi.19,22

6) Menggunakan Celana Dalam Selain Bahan Katun

Tabel 4.9. Distribusi Sampel Berdasarkan Penggunaan Celana Dalam Selain Bahan Katun

Perilaku Jumlah Persentase (%)

Sering 3 13,0

Kadang-kadang 17 74,0

Tidak Pernah 3 13,0

(50)

Bahan katun merupakan kain yang dapat menyerap keringat, sehingga penggunaan celana dalam berbahan dasar katun dapat mencegah organ genitalia eksterna terlalu lama terpapar oleh keringat. Paparan keringat yang terlalu lama dapat menyebabkan kondisi vagina menjadi terlalu lembab dan mudah terinfeksi mikroorganisme patogen. Tabel 4.9 menunjukkan bahwa terdapat 74% responden yang mengaku kadang-kadang menggunakan celana dalam berbahan selain katun. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya keputihan patologis.19,22

7) Penggunaan Pantyliner

Tabel 4.10. Distribusi Sampel Berdasarkan Penggunaan Pantyliner

Perilaku Jumlah Persentase (%)

Sering 5 21,7

Kadang-kadang 10 43,5

Tidak Pernah 8 34,8

Total 23 100

(51)

8) Tidak Menyiram Kloset Duduk Sebelum Menggunakan WC Umum

Tabel 4.11. Distribusi Sampel Berdasarkan Perilaku Tidak Menyiram Kloset Duduk Sebelum Menggunakan WC Umum

Perilaku Jumlah Persentase (%)

Sering 10 43,5

Kadang-kadang 8 34,8

Tidak Pernah 5 21,7

Total 23 100

Kloset duduk pada WC umum dapat menjadi sarana penularan atau perpindahan mikroorganisme dari satu orang ke orang lainnya. Maka, menyiram kloset tersebut sebelum diduduki sangat penting untuk menjaga higienitas organ genitalia eksterna, sehingga terjadinya keputihan patologis pada ibu hamil dapat dicegah.19,22 Tabel 4.11. menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang mengaku sering tidak menyiram kloset duduk sebelum menggunakan WC umum (43,5%). Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi mikroorganisme dan menyebabkan timbulnya keputihan patologis.

Delapan perilaku di atas telah dinilai dalam penelitian ini. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, didapatkan 14 responden (60,9%) memiliki perilaku hygiene organ genitalia eksterna yang buruk dalam penelitian ini.

(52)

4.2. Analisis Bivariat

4.2.1. Hubungan Perilaku Hygiene Organ Genitalia Eksterna dengan Keputihan

Tabel 4.12. Hubungan Perilaku Hygiene Organ Genitalia Eksterna dengan Keputihan

Perilaku hygiene organ genitalia

eksterna

Keputihan Total P value Patologis Fisiologis

Buruk 13 1 14

0,005

Baik 3 6 9

Total 16 7 23

`

Analisis bivariat pada penelitian ini dilakukan menggunakan uji statistik Fisher untuk mengetahui hubungan antara perilaku hygiene

organ genitalia eksterna dengan keputihan patologis pada ibu hamil usia gestasi 11-24 minggu. Berdasarkan tabel 4.12., diketahui bawa hasil uji

Fisher pada penelitian ini menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,005. Angka tersebut menunjukkan bahwa secara statistic terdapat hubungan yang bermakna (p<0,05) antara perilaku hygiene organ genitalia eksterna dengan keputihan patologis pada ibu hamil usia gestasi 11-24 minggu.

Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Amini (2009), perilaku

(53)

BAB 5 PENUTUP

1.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa :

a) Terdapat hubungan yang signifikan (p=0,005) antara perilaku hygiene

organ genitalia eksterna dengan jenis keputihan pada ibu hamil usia gestasi 11-24 minggu.

b) Terdapat 14 orang (60,9%) ibu hamil usia gestasi 11-24 minggu memiliki perilaku hygiene organ genitalia eksterna yang buruk dan 9 orang (39,1%) memiliki perilaku hygiene organ genitalia eksterna yang baik.

c) Terdapat 16 orang (69,6%) ibu hamil usia gestasi 11-24 minggu mengalami keputihan patologis dan 7 orang (30,4%) mengalami keputihan fisiologis.

1.2.Saran

Beberapa hasil penelitian yang telah didapat, maka peneliti memiliki beberapa saran kepada :

a) Rumah Sakit

Berdasarkan penelitian ini, didapatkan 60,9% responden memiliki perilaku hygiene organ genitalia eksterna yang buruk, yang diketahui berhubungan dengan terjadinya keputihan patologis. Rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan sebaiknya memberikan pelayanan secara komprehensif, dimulai dari tindakan promotif dan preventif. Peneliti menyarankan kepada pihak rumah sakit untuk menghimbau pasien, terutama ibu hamil, untuk menciptakan perilaku hygiene organ genitalia eksterna yang baik. Hal tersebut bisa mulai direalisasikan dengan membagikan pamflet dan menempel gambar atau sticker di lingkungan rumah sakit, terutama poli kebidanan dan kandungan, yang berisi ajakan dan informasi mengenai perilaku hygiene organ genitalia eksterna yang baik.

(54)

b) Dokter dan Bidan

Peneliti menyarankan kepada dokter dan bidan untuk mendukung usaha rumah sakit dalam memberikan pelayanan komprehensif, dimulai dengan tindakan promotif dan preventif melalui edukasi mengenai keputihan dan perilaku hygiene organ genitalia eksterna. Diagnosis dini keputihan patologis juga perlu dilakukan agar pasien yang bersangkutan dapat diterapi sebaik mungkin. Tindakan kuratif harus segera diberikan bagi pasien yang sudah didiagnosis keputihan patologis sesuai penyebab yang mendasarinya. Setelah penanganan komprehensif tersebut, diharapkan angka keputihan patologis menurun, sehingga komplikasi bagi ibu dan janin dapat dicegah.

c) Ibu Hamil

Penelitian ini sudah membuktikan adanya hubungan antara perilaku

hygiene organ genitalia eksterna dengan jenis keputihan. Maka, peneliti menyarankan kepada setiap ibu hamil untuk mencegah terjadinya keputihan patologis dengan cara meningkatkan higienitas. Menurut pandangan Islam, keputihan masuk dalam kategori al wadii dan merupakan najis, serta dapat membatalkan wudhu. Maka, bagi ibu hamil yang mengalami keputihan, hendaklah membersihkan celana dalam dan berwudhu kembali setiap akan melaksanakan shalat.30

d) Peneliti Selanjutnya

(55)

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, Lenovo, Bloom, Hauth, Rouse, Spong. Williams obstetrics. Edisi 23. USA : McGraw-Hill; 2010.

2. Zondek B, Cooper K. Cervical mucus in pregnancy. Alabama Association of Obstetricians and Gynecogist 1954; 4:5.

3. Brett M, Baxendale S. Motherhood and memory. Psychoneuroendocrinology 2002; 26(4):339-362.

4. Murray I, Hassall J. Change and adaptation in pregnancy. Nottingham: Churchill Livingstone; 2009.

5. Kulkarni RN, Durge PM. A study of leucorrhoea in reproductive age group women of Nagpur City. Indian J Public Health 2005; 49:238-239. 6. Moaiedmohsen S, Bashardoost L, Abbasi M. Cervicovaginal infections

during third trimester of pregnancy. Journal of Family and Reproductive Health 2012; 6:1.

7. Norojono W. Prevalensi bacterial vaginosis dan hubungannya dengan persalinan preterm & berat lahir rendah. Jakarta : Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;1991.

8. Munzila, Wiknjosastro. Pemeriksaan pH dan LEA vagina dengan Dipstick sebagai metode penapisan vaginosis bakterial dalam kehamilan. Maj Obstet Ginekol Indones 2007; 31(3):134-142.

9. McGregor JA, French JI. Bacterial vaginosis pregnancy. Obstet Gynecol Surv 2000; 55:1-19.

10.Martino JL, Vermund SH. Vaginal douching: evidence for risks or benefits to women's health. Epidemiol Rev 2002; 24:109–124.

11.Bahram A, Hamid B, Zohre T. Prevalence of bacterial vaginosis and impact of genital hygiene practices in non-pregnant women in Zanjan, Iran. OMJ 2009; 24:288-293.

12.Putz R, Pabst R. Atlas anatomi manusia sobotta. Edisi 21. Jakarta : EGC; 2003.

13.Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Edisi 4. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2010.

(56)

15.Leslie B, Robin P, Barbara Y, Katie H, Kelly R, Wendy E. Microbiology. USA : Pearson Education; 2010.

16.Adhi D, Mochtar H, Siti A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 5. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.

17.Turovskiy Y, Sutyak NK, Chikindas ML. The aetiology of bacterial vaginosis. J Appl Microbiol 2011; 110:1105-28.

18.Hilarie S, Helen K, Tom G, Helen E. A manual of laboratory and diagnostic test. China : Lippincott Williams & Wilkins; 2009.

19.Hay P, Czeizel AE. Asymptomatic Trichomonas and Candida colonization and pregnancy outcome. Best Practice & Research Clinical Obstetrics and Gynaecology 2007; 21:403–9.

20.Meis P, Goldenberg R, Mercer B, Moawad A, Das A, McNellis D, et al.

The preterm prediction study: significance of vaginal infections. Am J Obstet Gynecol 1995; 173:1231-5.

21.Departemen Kesehatan RI. Kesehatan remaja. Jakarta : Departemen Kesehatan RI; 2010.

22.Departemen Kesehatan RI. Remaja sehat, why not? Jakarta : Departemen Kesehatan RI; 2007.

23.Notoatmodjo S. Konsep perilaku kesehatan, promosi kesehatan, teori dan aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta; 2010.

24.Notoatmodjo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta; 2003.

25.Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta : Rineka Cipta; 2007.

26.Binita J, Payal J, Jasmin H. Incidence of vaginal candidiasis in leucorrhoea in women attending in OPD of gynecology and obstetrics department. IJBAR 2012; 03:12.

27.Omole O, Nwokedi E. Sociodemographic characteristic and aetiological factors of vaginal discharge in pregnancy. Jos Journal of Medicine 2004; 5:27-30.

(57)

29.Anastasiu D. Aspects concerning frequency and ethiology of vaginitis in pregnant women in the two last terms of pregnancy. Cercetari Experimentale & Medico-Chirurgical 2006; 3-4:157-159.

(58)

LAMPIRAN 1

Sekilas Rumah Sakit Medirossa Cikarang

Rumah Sakit Medirossa Cikarang bertempat dilokasi yang sangat strategis di Jl. Industri Tegal Gede No. 09 merupakan jalan utama sehingga dapat dilalui kendaraan umum maupun pribadi dan terletak di tengah-tengah kawasan industri bertaraf internasional yaitu kawasan industri Jababeka I, II. Ejip, Lippo Cikarang , Hundai dan Delta Silicone.

Rumah Sakit Medirossa Cikarang merupakan Rumah Sakit Swasta di bawah naungan PT.PUTRA WIJAYA ALDITTAMA, Rumah Sakit Medirossa berawal dari klinik 24 jam Rossa Medika sekarang berkembang menjadi Rumah Sakit yang peresmiannya pada tanggal 20 Agustus 2005, sebagai Rumah Sakit Swasta dengan fasilitas dan perawatan yang cukup memadai dan didukung oleh tenaga medis dan para medis yang professional.

Sebagai Rumah Sakit yang melayani seluruh lapisan masyarakat kami berharap kehadiran Rumah Sakit Medirossa bias memberikan solusi dan kontribusi yang nyata terhadap masyarakat yang khususnya juga bagi para pekerja pada umumnya.

Menjadi Rumah Sakit Pilihan, Aman dan Bersahabat melalui F.A.C.E with a Smile.

a. Memberikan Pelayanan Kesehatan Secara Profesional dan Memuaskan Bagi Pelanggan Rumah Sakit, Baik Masyarakat Umum Maupun Industri Dari Segala Lapisan.

b. Menyelenggarakan Pelayanan Yang Unggul Dibidang Kegawat Daruratan, Trauma Center dan Kesehatan Ibu dan Anak.

c. Mewujudkan Sumber Daya Insani Yang Beriman, Berkualitas, Serta Bersikap Ramah Dalam Pelayanan.

(59)

“Kami Memberikan Pelayanan Y

ang Terbaik Dan Bersahabat

Bagi Anda “

1. Pelayanan Rawat Jalan / Poliklinik :

a. Umum

i. Perawatan perinatalogi

- Lahir di RSMD : 12 tempat tidur - Bayi rujukan : 5 tempat tidur 4. Ruang Perawatan Kamar Bersalin

(60)

6. Pemeriksaan Medical Check – Up a. Medical Check- Up tipe mini b. Medical Check-Up tipe basic c. Medical Check-Up tipe Advanced.

d. Medical Check-Up tipe Executive Comprehensive. e. Medical Check-Up Khusus.

7. Instalasi Bedah Sentral

8. Pemeriksaan Penunjang Medis

a. Radiologi

Jasa Pemeriksaan yang dapat dilayani adalah pemeriksaan : - Kepala 10.Instalasi Dapur / Gizi 11.Instalasi Laundry

12.Instalasi Pemulasaraan Jenazah

13.Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit. 14.Unit Pelayanan Administrasi

- Humas – Marketing - Personalia

- Keuangan - Administrasi - Logistik

- EDP ( Electro Data Processing ) - Rekam Medis

- Kesekretariatan

15.Fasilitas Trasportasi : Ambulance 16.Pengelolahan Limbah

- Limbah cair – Instalasi pengelolahan air limbah ( IPAL ) - Limbah padat - Incenerator

(61)

LAMPIRAN 2

FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

SURAT PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ……….

Usia : ……….

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya, serta menyadari manfaat dari penelitian yang berjudul :

HUBUNGAN PERILAKU HYGIENE ORGAN GENITALIA EKSTERNA DENGAN KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL USIA GESTASI 11-24

MINGGU

(Studi Kasus di Rumah Sakit Medirossa Cikarang pada Periode April-Juni 2013)

dengan sukarela menyetujui diikut sertakan dalam penelitian, dengan catatan bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini dan berhak untuk mengundurkan diri.

Jakarta, 2013

Mengetahui, Yang menyetujui,

Penanggung jawab penelitian Peserta

(62)

LAMPIRAN 3

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan sebenar-benarnya pada kolom yang telah disediakan.

No. responden :

Nama :

Usia :

Usia kehamilan (dalam minggu) :

Hamil ke- :

Alamat :

Pendidikan terakhir :

Pekerjaan :

1. Apakah ada riwayat keputihan selama kehamilan ? a. Ya

b. Tidak Tambahan : ...

2. Apakah ada riwayat kencing manis selama kehamilan ? a. Ya

b. Tidak Tambahan : ...

3. Apakah ada riwayat infeksi menular seksual sebelum kehamilan ? a. Ya

(63)

4. Apakah ada riwayat infeksi urogenital sebelumnya ? a. Ya

b. Tidak Tambahan : ...

5. Apakah ada riwayat infeksi urogenital pada pasangan ? a. Ya

b. Tidak Tambahan : ...

Data Tambahan

(64)

LAMPIRAN 4

KUESIONER PENELITIAN

Keterangan :

Beri tanda contreng (√) pada pilihan yang sesuai : 1. SR : Sering

2. KK : Kadang-kadang 3. TP : Tidak pernah

No. Perilaku SR KK TP

1. Menggunakan produk pembersih organ kewanitaan

2. Membasuh alat kelamin dengan arah dari belakang ke depan

3. Tidak mengeringkan alat kelamin menggunakan tissue atau handuk kering setelah buang air kecil atau buang air besar

4. Menggunakan celana dalam yang ketat dalam aktivitas sehari-hari

5. Mengganti celana dalam kurang dari dua kali sehari

6. Menggunakan celana dalam selain bahan dari katun

7. Menggunakan pembalut tipis (pantyliner)

(65)

LAMPIRAN 5

ANALISIS UNIVARIAT

1. Karakteristik Demografis

Kategori_usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(66)

Kehamilan

ke-Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 9 39.1 39.1 39.1

2 6 26.1 26.1 65.2

3 7 30.4 30.4 95.7

4 1 4.3 4.3 100.0

Total 23 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SMP 2 8.7 8.7 8.7

SMA 18 78.3 78.3 87.0

S1 3 13.0 13.0 100.0

Total 23 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ibu Rumah Tangga 13 56.5 56.5 56.5

Karyawan Swasta 9 39.1 39.1 95.7

Pegawai Negeri Sipil 1 4.3 4.3 100.0

(67)

2. Uji Normalitas

a. Test distribution is Normal.

3. Frekuensi Perilaku Hygiene

Statistics

Perilaku Hygiene

N Valid 23

Missing 0

Perilaku Hygiene

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Buruk 14 60.9 60.9 60.9

Baik 9 39.1 39.1 100.0

(68)

4. Frekuensi Keputihan

Statistics

Keputihan

N Valid 23

Missing 0

Keputihan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Patologis 16 69.6 69.6 69.6

Fisiologis 7 30.4 30.4 100.0

Total 23 100.0 100.0

5. Distribusi Penggunaan Produk Pembersih Organ Kewanitaan

Pertanyaan1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sering 10 43.5 43.5 43.5

Kadang-kadang 6 26.1 26.1 69.6

Tidak pernah 7 30.4 30.4 100.0

Total 23 100.0 100.0

6. Distribusi Arah Membasuh Alat Kelamin dari Belakang ke Depan

Pertanyaan2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sering 15 65.2 65.2 65.2

Kadang-kadang 3 13.0 13.0 78.3

Tidak pernah 5 21.7 21.7 100.0

(69)

7. Distribusi Perilaku Tidak Mengeringkan Alat Kelamin Setelah Buang Air Kecil atau Buang Air Besar

Pertanyaan3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sering 9 39.1 39.1 39.1

Kadang-kadang 7 30.4 30.4 69.6

Tidak pernah 7 30.4 30.4 100.0

Total 23 100.0 100.0

8. Distribusi Perlaku Menggunakan Celana Dalam Ketat

Pertanyaan4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sering 6 26.1 26.1 26.1

Kadang-kadang 14 60.9 60.9 87.0

Tidak pernah 3 13.0 13.0 100.0

Total 23 100.0 100.0

9. Distribusi Perilaku Mengganti Celana Dalam Kurang dari Dua Kali Sehari

Pertanyaan5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sering 5 21.7 21.7 21.7

Kadang-kadang 6 26.1 26.1 47.8

Tidak pernah 12 52.2 52.2 100.0

Gambar

Gambar 2.1 Organ Genitalia Eksterna Perempuan ...........................................................
Gambar 2.1. Organ Genitalia Eksterna Perempuan
Gambar 2.2. Organ Genitalia Interna Perempuan
Gambar 2.3. Siklus Menstruasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ” Perkembangan Histamin selama Proses Fermentasi dan Penyimpanan Produk Bakasang Jeroan Ikan Cakalang ( Katsuwonus pelamis , Lin) ” adalah

Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari dokumentasi publikasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bidang perbankan syariah yang mencakup, antara lain laporan

REM FUNCTION: Running this script will in turn create scripts to build REM FUNCTION: constraints owned in the database. REM FUNCTION: The primary key

Kepercayaan diri yang dimiliki pendamping Simantri selama proses difusi inovasi teknologi trichoderma termasuk dalam kategori sangat baik dengan pencapaian skor

Dalam skripsi ini penulis mengambil judul mengenai “Perancangan Sistem Informasi Beasiswa Bantuan Biaya Penunjang Pendidikan Bazis Provinsi DKI Jakarta” sebagai salah satu syarat

Kita tahu bahwa sekarang kita hidup di zaman globalisasi yang mana salah satu dampaknya adalah kebudayaan bangsa yang paling kuat dapat mempengaruhi kebudayaan bangsa yang

Keefektifan leadership tergantung pada situasi dan lingkungan sekitar, sekaligus skill level, umur, dan maturity dari member grup tersebut.

Menetapkan objek observasi sesuai alat peraga/media Keterangan/hasil observasi terbuka:.. 3 Merancang