• Tidak ada hasil yang ditemukan

Coping ibu Terhadap kematian anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Coping ibu Terhadap kematian anak"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan kepada Fakultas Psikologi sebagai syarat untuk

meraih gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Disusun Oleh :

Elisa Maynasari

103070028989

FAKUL TAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SY ARIF HIDA YATULLAH

JAKARTA

1429 H / 2008 M

/ ' MセLセGGGᆱLL@

(2)

Skripsi yang berjudul COPING IBU TERHADAP KEMATIAN ANAK telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Maret 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Jakarta, 27 Maret 2008

Sidang Munaqasyah

Pembimbing I

Nenenq Tati Sumi ti, M.Si. Psi NIP: 150238773

Anggota:

Sekretaris

M£•

angkap Aggota,

ah M. Si

Penguji II

n・BPN[QQセエゥL@

M.SL

Psi NIP: 1502387'73

Pembimbing II

(3)

Menjadi pribadi berbudi, berpotensi, dan selalu

di nanti

セオォオ@

adalah sebaik-baik teman,

1aka bergadanglah dengan buku,

セュ。ョゥャ。ィ@

ilmu, dan pergaulilah pengetahuan.

(4)

I6u e1,

\b。ー。セ@

fi.!!Cuarga tercinta, serta

セウ・ッイ。ョァ@

yang se{alu menyanyangi dan setia mendampingik,u.

Jfanya untaian kgta terimaftasih yang dapat ftu ucap,

semoga fi.!!Ca.ftaftu dapat mem6aCa.s jasa dan menjacfi

(5)

(A). Fakultas Psikologi (8). Februari 2008 (C). Elisa Maynasari

(D). Coping lbu Terhadap Kematian Anak (E). CIX 94 Hal + 4 Lampiran

(F). Allah SWT telah menciptakan manusia berpasang-pasangan untuk dapat mengisi kekurangan masing-masing dengan cara yang halal, yaitu menikah dengan tujuan memperoleh keturunan sebagai pelengkap hidup, sebagai generasi penerus dalam keluarga, dan sebagai penawar konflik yang terjadi dalam rumah tangga. Akan tetapi, kebahagiaan itu seolah terhenti ketika orang tua harus di hadapkan pada keadaan sakit yang menyebabkan kematian anak mereka.

Kematian oleh para ulama didefinisikan sebagai "ketiadaan hidup" atau "antonym dari hidup". Kehilangan salah satu anggota keluarga yang berusia muda (anak) umumnya menjadi peristiwa traumatis bagi orang tua dalam hal ini khususnya ibu. Hal inilah yang menirnbulkan reaksi emosional yang kuat (grief) pada orang yang ditinggalkan. Akan tetapi, anggota keluarga harus dapat mengatasi keadaan tersebut dengan baik, karena jika tidak, dapat menimbulkan patological grief atau gejala

gangguan kejiwaan. Oleh karena itu, diperlukan sejurnlah usaha yang harus dilakukan untuk menanggulangi, menangani, mengatasi, atau berusaha dengan cara yang sebaik-baiknya menurut l<emampuan individu, meskipun merasa dirinya tertekan dan tidal< nyaman, maka secara otomatis ia akan melakukan suatu tindakan untuk

menghadapinya. Hal ini sering dinamakan dengan coping, yang memiliki dua jenis srtategi yaitu pertama problem-focused coping, yang terdiri dari active coping, planning, seeking social support for Instrument reasoan, suppression of competing activities dan restraint coping. Sedangkan yang kedua yaitu emotional-focused coping terdiri dari

seeking social support for emotional reason, positive reinterpretation and growth, denial dan acceptance.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana coping ibu

(6)

tersebut rnuncul karena adanya faktor yang rnernperkuat diantaranya; keadaan ekonorni yang kurang rnendukung, kematian anak karena sakit yang relative singkat, dan sebagainya. Sehingga para subyek rnernilih rnenggunakan strategi coping Problem Focused Coping dengan jenis Seeking Social Support for lnstrumenral Reason, dan strategi Emotion Focused Coping dengan jenis Denial, Possitive Reint1:irpretation and Growth, Acceptance, dan Turning to Religion.

Kesirnpulan hasil penelitian menunjukan bahwa adanya perbedaan reaksi psikologis yang dimunculkan, sehingga strategi coping yang dilakukan juga terdapat sedikit perbedaan. ·Dari penelitian yang · diperoleh, di harapkan dapat di jadikan referensi apabila terdapat kasus atau masalah yang sama.

(7)

Puji serta syukur tiada henti terucap kehadirat Allah SWf k:arena dengan Rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selawat beserta salam kehadirat suri tauladan ummat sedunia, Nabi Muhammad SAW, karena dengan segenap perjuangannya penulis dapat menikmati nikmat keberagarnan dunia. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyarata11 Akademik fakultas Psikologi Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk memperoleh gelar sarjana psikologi. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi yang berjudul "Coping lbu Terhadap Kematian aョ。セZB@ tidak luput dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis rnengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tulus pada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada :

1. lbu Ora. Netty Hartaty, M.si selaku Oekan Fakultas Psikologi dan lbu Ora. Zahrotun Nihayah M. Si selaku Pembantu Oekan beserta jajarannya. 2. lbu Neneng Tati Sumiati, M.si. Psi dan lbu Yufi Adriani, M.si. Psi yang

telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

3. Kedua Orang tuaku lbu Aisyah dan Bapak Epin S atas cinta & kasih sayang, untaian doa yang sungguh menjadi penyejuk hati, cucuran air mata dan keringat yang telah diteteskan. Hanya karya sederhana ini yang dapat puterimu berikan. Semoga dapat menjadi keberkahan puterimu kelak menuju jalan kesuksesan, amin.

(8)

keponakan tereinta, cepat besar ya sayang! semoga Allah menjadikan kalian anak-anak yang berguna bagi orang tua, agama, nusa dan bangsa. Saudaraku Ce' Konar, atas kesediaannya merawat penulis sewaktu di Rumah Sakit, Een atas kesediaannya membantu meng13tik skripsi. I Love You All.

5. Seluruh Dosen dan Akademik Fakultas Psikologi, atas semua llmu & pelayanan administratif yang diberikan kepada penulis selama

penyelesaian kuliah di Fakultas Psikologi.

6. Pelayanan perpustakaan Fakultas Psikologi, perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan-perpustakaan umum lainnya yang membatu dalam proses penulisan skripsi.

7. "AA" (Saeful Anwar) Keikhlasan, Pengertian, Kesabaran, dan

Pengorbananmu akan terukir abadi dalam sanubariku. semoga Allah meridhoi kebersamaan kita, menuju perjalanan akhir yang pasti. Dan juga keluarga keduaku: lbu Salbiah & Lina, sungguh keikhlas;an doa dan dukungan kalian menjadi penyemangat penulis. Semoga Allah memberi kemudahan untuk kita.

8. Teman-teman kelas A, Yeyen, Maya, Tika, lta, Leni, Dian, Vivi, Fuji, Ridha, Kiki, lkhca, Kang Ramdan, Yusuf, dan semua teman-teman angkatan 2003, yang selalu berbagi pengalaman dan saling memberi dukungan kepada penulis. semoga perjalanan kita dilnudahkan-Nya. 9. Teman-temanku di Alisan, Teh Nita, K' Teti, K' Cece, K' Tini, K' Vicka,

Yulisa, Neng Afiah, Faiz atas persaudaraan yang diberilean.

(9)

terima kasih.

Akhir kata penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi kemajuan penulis dimasa yang akan datang, semoga Allah berkenan membalas seluruh kebaikan dan kemudahan yang telah diberikan.

Amin Yaa Robal a/amin.

Jakarta, 27 Maret 2008

(10)

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN ... .

HALAMAN PENGESAHAN. ... ... .. .. ... ... ... ... ... .... ... .. .. .. .

ii

MOTTO ... iii

LEMBAR PERSEMBAHAN .. .. ... .... ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFT AR ISi . . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. .. . x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFT AR LAMPIRAN ... xiv

BAB1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah.... ... . .. ... . .. ... .. ... ... ... .. . .. . . ... .. .. ... 1

1.2. ldentifikasi Masalah... 7

1.3. Perumusan dan Pembatasan Masalah ... ... ... .. ... 8

1.3.1 Perumuan Masalah ... 8

1.3.2. Pembatasan Masalah... 8

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 9

1.4.1 Tujuan Penelitian ... ... ... .. ... .... ... 9

1.4.2 Manfaat Penelitian. ... .. ... ... .. ... ... .. .. .. .. .. ... ... 9

1.5. Sistematika Penulisan .... ... .. ... ... .. . .. ... ... ... ... .. . 1

O

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

2. 1. Deskripsi T eoritik... 11
(11)

2.2. Kernatian. ... ... ... .. ... .... ... .... ... ... .... .. . . ... ... ... .. ... 19

2.2.1. Kernatian Ditinjau dari Sudut Pandang Agarna ... 20

2.2.2. Kernatian Ditinjau Dari Sudut Pandang Medis ... 22

2.2.3. Kernatian Ditijau Dari Sudut p。ョ、。ョAセ@ Psikologi ... 22

2.3. Grief (Reaksi Ernosional) ... 23

2.3.1. Tahapan-tahapan Grief ... 25

2.3.2. Pathological Grief ... 26

2.4. Bereavement (Perasan Kehilangan) ... 29

2.5. Pengaruh Kernatian Anak Bagi Orang Tua ... 30

2.6. Nilai I Arti Anak Bagi Orang Tua ... 31

2.7. Kerangka Berpikir ... 34

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jen is Penelitian ... 38

3.1.1 Metode Penelitian ... 38

3.1.2. Pendekatan Penelitian ... 39

3.2. Pengarnbilan Sarnpel ... 40

3.2.1 Populasi dan Sarnpel.. ... 40

3.2.2 Teknik Pengarnbilan Sarnpel. ... 41

3.3. Metode Pengurnpulan Data ... 41

3.3.1 Wawancara ... 42

3.3.2 Observasi ... 42

3.4 lnstrurnen Pengurnpulan Data ... 43

3.5 Teknik Analisa Data ... 44

3.6 Teknik Prosedur Penelitian ᄋᄋᄋᄋᄋイセMMLNLL@ I

...

.. 44
(12)

BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA

4.1 Gamba ran Umum Subyek Penelitian ... 46

4.2 Gambaran dan Analisa Kasus ... 47

4.2.1. Kasus SA ... 48

4.2.2. Kasus L ... 61

4.2.3. Kasus Y ... 73

4.3 Analisis Antar Kasus ... 82

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 86

5.2. Diskusi. ... 87

5.3. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93

(13)

TABEL l-lalaman

Tabel 4.1. Gambaran Umum Subyek ... 47

Tabel 4.2.1. Gambaran Reaksi Psikologis Kasus SA. ... 58

Tabel 4.2.2. Strategi Coping Kasus SA ... 60

Tabel 4.2.3. Gambaran Reaksi Psikologis Kasus L ... 70

Tabel 4.2.4. Streategi Coping Kasus

L. ...

72

Tabel 4.2.5. Gambaran Reaksi Psikologis Kasus Y ... 80

Tabel 4.2.6. Strategi Coping Kasus Y ... 82

Tabel 4.3.1 Gambaran Reaksi Antar Kasus ... 83

Tabel 4.3.2. Faktor yang Memperkuat Reksi Psikologis Antar Kasus ... 84

[image:13.595.20.440.166.498.2]
(14)

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4

(15)

1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan di dunia, Allah SWT telah menciptakan laki-laki dan perempuan untuk saling berpasangan. Dimana diantara yang saling

berpasangan itu sudah seharusnya saling rnengisi kekurangan dan kelebihan satu sama lain dengan cinta dan sayang rnelalui ikatan dan hubungan

pernikahan yang sah menurut syariat ajaran agama Islam.

Keputusan seseorang untuk menikah dan berumah tangga bukan sekedar ingin terus berada bersama pasangan yang dicintainya. Akan tetapi di dalamnya juga terjadi semacarn proses kesatuan yang berkumpul dari dua pribadi yang berbeda, untuk menghasilkan keturunan yang berkualitas sebagai penerus keturunannya kelak, yaitu anak-anak yang shaleh dan shalehah serta yang selalu bersyukur kepada Allah

swr.

(16)

keberadaan anak-anak akan menjadi hampa, mematikan jiwa, serta sepi dari canda tawa serta kegembiraan. Anak adalah salah satu unisur kebahagiaan lahir batini serta dunia akhirat dalam kehidupan manusia. Seperti firman Allah dalam surat Al-Kahfi ayat: 46

Artinya: "Harta dan anak-anak ada/ah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi sa/eh adalah /ebih baik paha/anya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan".

Ayat di atas menjelaskan bahwa harta dan anak adalah perhiasan kehidupan didunia ini, dengan demikian unsur yang menjadikan manusia merasakan adanya kesenangan, kehormatan, dan hiburan apabila pada dirinya terdapat harta kekayaan dan anak sekaligus. Akan tetapi, apabila hanya harta

kekayaan saja yang dimiliki, maka rasa bangga dan hiburannya kurang, begitu pula jika hanya mendapat anak, sedang kekayaan anak tidak ada, maka kebanggaan dan hiburan yang diperolehnya hanya sebagian saja. Akan tetapi jika dibandingkan harta dan anak maka anak lebih besar memberikan kebanggaan dan hiburan dari pada harta.

(17)

mencurahkan kasih sayang, anak merupakan sumber kebahagiaan keluarga, anak sering dijadikan bahan pertimbangan oleh sepasang suami isteri untuk bercerai, kepada anak nilai-nilai dalam keluarga disosialisasikan dan harta keluarga diwariskan dan anak juga menjadi tempat orang tua

menggantungkan harapan.

Hal tersebut sependapat dengan disertasi yang telah dilakukan oleh Sudraji Sumapraja (1980) bahwa kehadiran seorang anak sangat loerarti dalam keluarga. Salah satu nilai atau arti seorang anak yaitu sebagai generasi penerus keturunan dari orang tua mereka, karena manusia mengidam-idamkan kesinambungan hidupnya sesudah mati maka mempunyai anak merupakan manifestasi dari pengembangan diri dari orang tua yang berarti bahwa dengan mempuyai anak seolah-olah bahwa kehidupan orang tua akan dilanjutkan oleh anaknya.

Bagi seorang istri, kedudukannya dalam keluarga akan terasa lebih le1ngkap apabila dapat memberikan keturunan yang shaleh dan shalehah pada suami dan keluarganya. Kihajar Dewantoro dalam bukunya Saal Wanita

(18)

mulianya kedudukan dan tugas seorang ibu, Kihajar Dewantoro memberi nama seorang ibu sebagai Ratu Ke/uarga (Noto putro:1997).

Begitu pentingnya peranan seorang ibu dalam kehidupan berumah tangga, dari mulai mengurus anak sampai pada melakukan tugas-tugas rumah, maka Conny Semiawan dkk,. (1996) memaparkan tugas-tugas yang dilakukan oleh seorang ibu sebagai berikut:

a. Merawat janin dalam kandungan. b. Melahirkan anak

c. Menyusui anak d. Memperhatikan anak e. Mengurus anak

Kebahagiaan itupun seolah terhenti sejenak ketika mereka dihadapkan pada keadaan sakit yang menyebabkan kematian pada anak meireka. Kematian seorang anak bagi orang tua khususnya ibu merupakan ujian yang sangat berat dirasakan. Dimana ia harus bertaruh antara keimanain dengan keikhlasan atas ujian yang diberikan oleh Allah

swr.

Fenomena kasus:

(19)

demam biasa. Tetapi selang tiga hari anaknya tak kunjung reda dari panas tinggi. Setelah dibawa kerumah sakit, anaknya dinyatakan positif terkena Demam Berdarah stadium darurat. Ketika ditanya seperti <tpa rasanya ditinggal pergi oleh anak sendiri, sang ibu mengatakan "Rasanya setiap melangkah, kaki selatu amblas kebumi. Seperti betjalan diatas Lumpur". Tak kuat menahan sedih dan rasa bersalah karena telat membawa anaknya berobat, ia shock dan selalu pingsan. Selain itu, ia juga jadi lebih respon jika ada anaknya yang mengeluh sakit karena trauma dan tak mau kejadian sama

terulang kembali (pejalanjauh.blogspot.com).

Hal sarna terjadi di daerah Ciputat ketika; seorang ibu mengetahui anaknya tak terselamatkan akibat sakit yang tidak ia ketahui sebelumnya. Awalnya sang anak hanya mengeluh seluruh tubuhnya pegal-pegal dan minta dipijiti oleh ayahnya. Sampai akhimya ia mendapati anaknya demam tinggi. Dan ketika dibawa kerumah sakit, anaknya sudah tidak bisa diselamatkan. Anaknya mengalami Iuka dalam akibat hantaman keras pada seluruh

tubuhnya. Hal itu diketahui pada saat jasad anaknya dimandikan dan dikafani seluruh badannya membiru, kepalanya bengkak dan keluar cairan berwama putih dari hidungnya. Karena ketidaktahuannya, temyata penyebab anaknya meninggal adalah setelah terkuaknya kasus anak meningga/ karena smack down di Bandung. Rizky (nama anak tersebut) temyata miminggal al<ibat perbuatan teman-temannya yang menirukan tayangan sme1ck down dengan menjatuhkan diri pada tubuhnya karena diantara teman-temannya tubuhnya yang lebih kecil. Dari kejadian yang di alami anaknya, Asrofah (nama /bu tersebut) hanya bias sedih dan menyesal karena tidak menghiraukan keluhan anak laki-lakinya tersebut (http://www.tabloidnova.com).

Kasus serupa juga terjadi pada; /bu Cut Yati di Sumatra Utara. Anaknya Riki yang saat itu berusia 4 bu/an tak terse/amatkan akibat ウゥセォゥエ@ infeksi paru-paru dan gizi buruk yang dideritanya. Selain itu, ia juga sangat menyayangkan pihak rumah sakit Haji Mina di Medan yang menolak untuk memberikan perawatan hanya karena dari keluarga tidak mampu. Hingga akhimya ada salah satu kerabat yang menyarankan untuk mengurus surat keterangan tidak mampu barulah pihak rumah sakit bersedia merawat .Riki, itupun hanya beri infus tanpa obat. Hingga akhimya kondisi yang semakin parah

(20)

Dari beberapa kasus yang terjadi diatas, penyebab kematian anak adalah orang tua yang tidak merespon penyakit yang diderita anal< dengan baik, hal tersebut dipengaruhi oleh faktor ekonomi yang kurang mendukung untuk pengobatan anak.

Secara psikologis, kematian anal< bagi seorang ibu tentunya sangat berat dirasakan. Perasaan sedih dan kehilangan akibat kematian (bereavement) memunculkan reaksi emosional yang menyertai kehilangan (grief) dan ekspresi dari kehilangan dan emosi yang menyertainya (mourning). Akan tetapi, dalam keadaan tertekan akibat kehilangan seseorang, patut

ditegaskan bahwa reaksi emosional yang muncul (grief) aclalah merupakan reaksi normal. Griefbukanlah reaksi patologis yang harus disembuhkan, sebaliknya orang yang sedang berduka harus menyelesaikan proses griefnya. Karena kematian adalah suatu kejadian yang membutuhkan keikhlasan yang tulus dari orang-orang yang ditinggalkan, tak heran jika hal itu tidak dapat diatasi dengan baik akan memberikan dampak buruk bagi lndividu yang memiliki ikatan emosional dengan almarhum/almarhumah, seperti; marah, menyangkal, depresi, serta dapat menimbulkan gejala atau bahkan penyakit kejiwaan. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk

menanggulangi, mengatasi, menangani, dimana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaik:an sesuatu dalam bentuk tugas atau masalah-masalah. Hal tersebut 、ゥョ。ュ。セ[。ョ@ dengan coping

(21)

Menurut Lazarus (1989) coping dibedakan dalam dua jenis. Ada coping yang terpusat pada masalah (Problem-Focused Coping) yaitu usaha yang

dilakukan individu untuk mencari penyelesaian dari masalah untuk

menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan masalah. Selain itu ada juga coping terpusat pada emosi (Emotion-Focused Coping) yaitu usaha individu mengatur emosinya untuk meenyesuaikan diri derigan dampak yang ditimbulkan oleh kondisi yang penuh tekanan. Di samping ijtu, Carver (1998) juga menambahkan jenis coping lain, yaitu coping maladaptif. Coping ini adalah jenis coping yang cenderung kurang berguna atau 1:ifektif.

Dari permasalahan diatas, peneliti merasa tertarik untuk menggali lebih dalam lagi tentang bagaimana coping ibu terhadap kematian anaknya, bagaimana cara atau strategi coping yang dilakukan ibu, ウQセイエ。@ dukungan moral apa saja yang didapatkan dari keluarga dan ャゥョァォオョセQ。ョ@ sekitarnya, yang mungkin pada tiap pasangan membutuhkan coping, strategi coping, dan dukungan moral yang sama ataupun berbeda dengan pasangan suarni isteri yang lain pasangan suami istri yang lain.

1.2 ldentifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah dikernukakan, terdapat bebeirapa masalah yang teridentifikasi. Adapun perrnasalahan tersebut adalah:

(22)

2 Bagaimana coping yang ibu lakukan terhadap kematian anaknya? 3. Bagaimana dukungan yang ibu dapatkan baik dari keluarga maupun

lingkungan untuk menyelesaikan masalahnya?

1.3 Perumusan dan Pembatasan Masalah

1.3.1 Perumusan 11/iasalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Bagaimanakah coping ibu terhadap kematian anak".

1.3.2 Pembatasan 11/iasalah

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut a. Yang dimaksud coping disini adalah usaha untuk menanggulangi,

mengatasi, menangani, dimana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan se•suatu dalam bentuk tugas atau masalah, dan masalah yang dimaksud dalam hal ini adalah kematian anak.

(23)

c. Subyek dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki anak berusia 0 bulan sampai 5 tahun yang meninggal karena sakit.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan dasar pemikiran dan permasalahan penelitian yang telah dikemukakan, maka secara garis besar penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana coping ibu terhadap kematian anal<nya.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara keseluruhan. Karena itu peneliti membaginya menjadi dua yaitu:

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan teori mengenai perilaku coping secara l<husus, dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, khususnya psikolog1i.

b. Manfaat Praktis.

(24)

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:

Bab

1

Merupakan pendahuluan, meliputi latar belakan£J masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat panalitian, serta sistematika penulisan.

Bab 2 Merupakan kajian pustaka yang meliputi kajian t13ori yang terdiri dari definisi coping, jenis-jenis coping dan ウエイ。エ・Aセゥ@ coping, definisi kematian dari sudt pandang agama, medis, psikologi, nilai/arti anak bagi orang tua, pengaruh kematian anak bagi ibu, bereavement (rasa kehilangan). dan kerangka berpikir.

Bab

3

Merupakan metodologi penelitian yang mencakup pendekatan dan metode penelitian, pengambilan sampel, teknik pengambilan sampel, pengumpulan data, dan prosedur penelitian.

Bab 4 Merupakan hasil penelitian.

(25)

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab 2 ini akan dibahas tentang definisi coping, jenis-jenis dan stategi coping. Selanjutnya akan dibahas pula definisi kematian dari sudut pandang agama, medis, dan psikologi, grief, tahapan grief, pathological grief,

bereavement (rasa kehilangan), pengaruh kematian anak bagi orang tua, nilai/arti anak bagi orang tua, dan kerangka berpikir.

2.1 Deskripsi Teoritik

2.1.1 Pengertian Coping

Coping behavior dalam kamus psikologi diartikan sebagai tingkah laku atau tindakan penanggulangan; sembarang perbuatan dalam mana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan sesuatu tugas atau masalah (J.P. Chaplin: 1995).

Menurut Lazarus & Folkman (1989) Coping adalah usaha untuk mengubah secara konstan aspek kognitif dan perilaku untuk mengelol1a tuntutan-tuntutan eksternal maupun internal yang dinilai sebagai beban dan atau telah

(26)

Bachtiar Lubis dalam Islam M.S (2003) mendefinisikan coping sebagai

sejumlah usaha untuk menanggulangi, mangatasi menangani atau berurusan dengan cara yang sebaik,sebaiknya menurut kemampuan individu, meskipun merasa dirinya tertekan dan merasa tidak nyaman, maka secara otomatis ia akan melakukan suatu tindakan untuk menghadapL

Dari definisi yang telah diajukan oleh beberapa ahli di atas maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa coping adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk menekan atau meminimalisasikan stress dari masalah yang sedang dihadapinya baik mental maupun perilaku untuk memperoleh rasa aman.

2.1.2 Macam-macam Strategi Coping

Lazarus & Folkman membedakan dua jenis strategi coping, yaitu:

a. Coping terpusat pada masalah (Prob/em-Focused Coping), yaitu usaha berupa perilaku individu untuk mengatasi masalah, teka:nan, tantangan dengan mengubah kualitas hubungan dengan lingkungan. Dalam hal ini individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk

menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan masalah.

(27)

emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan darnpak yang ditimbulkan oleh kondisi atau situasi yang penuh tekanan (Lazarus & Folkman: 1998).

Walaupun hampir semua stressor mendatangkan kedua jeinis coping di atas problem-focused coping cenderung mendominasi bilamana individu merasa bahwa ia dapat melakukan sesuatu yang konstruktif dan seicara aktif mencari penyelesaian dari masalah. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk

memecahkan masalah atau mengubah suatu situasi yang rnenjadi sumber stress. Coping jenis ini cenderung dipergunakan saat individu merasa

memiliki tenaga untuk mengatasi suatu situasi yang menimbulkan stress dan merasa yakin bahwa hal tersebut dapat diubah dengan ュ・セ。ォオォ。ョ@ sesuatu yang konstruktif.

(28)

Selain itu, Lazarus & Folkman dalam Carver dkk (1998) .iuga menambahkan dimensi coping yang malac:laptif, yaitu kecenderungan coping yang kurang berguna atau efektif. Sehingga jenis coping olehnya di golongkan menjadi tiga jenis, yaitu problem-focused coping, emotion-focus coping, dan coping maladaptif,

1. Strategi coping problem-focused coping diantaranya:

a. Active coping, proses pengambilan langkah untuk mencoba memindahkan atau menyiasati stressor atau mengurangi efeknya. Pengambilan strategi coping ini dapat dikatakan bahwa seorang individu telah menghadapi dan berusaha memecahkan secara langsung masalah yang dihadapi.

b. Planning, yaitu memikirkan atau membuat rencana untuk menghadapi masalah yang sedang dihadapi. Dalam menghadapi masalah, individu tidak langsung mengambil tindakan untuk menyelesaikannya. la cenderung membuat, merancang, man memilah-milah rencana-rencana dan langkah-langkah yang akan ia jalankan sebagai solusi terbaik.

(29)

d. Suppression of competing activities, yang dimaksud agar dapat menangani masalah yang sedang dihadapinya dengan baik, individu mengesampingkan tugas-tugas atau aktivitas lain, menghindari gangguan dari situasi lain, dengan tujuan untuk menangani stressor. e. Restraint coping, yang dimaksud disini adala menahan diri, menunggu

dan tidak bertindak terlalu dini, sampai ada keempatan yang tepat unutk bertindak. Dalam penangannya terhadap masalah, coping jenis ini dapat dianggap sebagai coping akitf, tapi dengan penundaan ini, coping ini dianggap sebagai strategi pasif.

2. Strategi coping emotion-focussed coping meliputi:

(30)

menyebabkan penggunaan dukungan sosial emosional tidak terlalu adaptif.

b. Positive reinterpretation and growth, Coping ini lebih ditunjukkan untuk menata distress emosional daripada untuk menangani stressor.

Dengan memandang kejadian-kejadian yang membuat stress sebagai sesuatu yang positif, secara instrinsik dapat membawa seseorang kepada problem focused coping secara aktif.

c. Denial, usaha untuk menolak kenyataan atau kejadian-kejadian yang membuat stress (stressor).disatu sisi denial dapat bmguna untuk menanggulang distress, sehingga dapat memudahkan seseorang untuk mengadakan coping. Akan tetapi disatu sisi, p,enolakan yang dilakukan justru akan memperparah masalah sehingga mempersulit terbentuknya coping.

d. Acceptance, menerima kenyataan bahwa masalah atau kejadian-kejadian yang membuat stress memang ada dan nyata.

e. Turning to religion, usaha individu untuk meningkatkan keterlibatannya pada kegiatan-kegiatan religius. Hal ini dapat dilakuk:an jika ia rnerasa bahwa dengan pendekatan religius dapat membantunya menjelaskan masalah dihadapinya.

3. Strategi coping maladaptif, yaitu:

(31)

sebagai distress dan kemudian melepaskan perasaan-perasaan tersebut.

b. Behavioral disengagement, pada kondisi seperti ini, seorang individu tidak lagi memiliki dorongan untuk berusaha mengui:angi usaha untuk melawan stressor yang sedang dihadapinya. Pada kondisi seperti ini dapat digambarkan sebagaimana seseorang yang mengalami

ketidakberdayaan atau disebut helplessness.

c. Mental disengagement, coping ini terjadi saat individ!u tidak lagi menginginkan untuk memikirkan atau mendekati hal yang dapat mengingatkannya pada masalah yang pernah dihadapinya dengan melakukan perbuatan lain seperti; menonton televisi, bioskop, bermain video games, dll.

Mu'tadin (2003) mengutip penelitian yang dilakukan oleh Lazarus &

(32)

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Strategi Coping

Menurut Mu'tadin (2003) untuk menangani situasi yang mengandung tekanan dapat ditentukan oleh sumber daya individu yang meliputi kesehatan fisik atau energi, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan social dan dukungan social dan materi (mu'tadin, 2003).

a. Kesehatan Fisik

Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi stress indiviidu dituntut mengerahkan tenaga yang cukup besar.

b. Keyakinan atau Pandangan Positif

Keyakinan menjadi sumberdaya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib (eksternal locus of control) yang mengerahkan individu pada ketidakberdayaan (helpness) yang akan rnenurunkan strategi coping tipe: problem - solving focused coping.

c. Keterampilan Memecahkan Masalah

Hal ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghai;ilkan alternative tindakan, kemudian mempertimbangkan alternative tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan

(33)

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan

bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai social yang berlaku di masyarakat.

e. Dukungan sosial

Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya.

f. Materi

Dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, baran9-barang atau layanan yang biasanya dapat dibeli.

2.2 Kematian

Kehilangan salah seorang anggota keluarga karena kematian merupakan salah satu ujian yang sulit untuk di terima. Oleh karena itu, pada sebagian besar orang menganggap hal tersebut adalah sumber masalah yang dapat menyebabkan konflik panjang dalam rumah tangga.

(34)

rnenyebabkan perpecahan dalarn hubungan antar anggota keluarga yang rnasih hidup.

2.2.1 Kematian ditinjau dari sudut pandang Agama

Al-Qur'an berbiGara tentang kernatian dalarn banyak ayat sernentara pakar rnernperkirakan tidak kurang dari tiga ratusan ayat yang berbicara tentang berbagai aspek kernatian, dan kehidupan sesudah kernatian kedua (M. Quraish Shihab, 1996).

Definisi kernatian oleh sernentara ularna didefinisikan sebagai "ketiadaan hidup" atau "antonym dari hidup". Kernatian sebagairnana clikenal oleh rnanusia adalah berpindahnya ruh pada kehidupan ruh saja, yaitu dialarn barzakh tanpa tubuh dan jiwa. Hal ini sesuai dengan kernatian pernaharnan al Qur'an, yaitu sebagai perpindahan ruh dari kehidupan pertarna ke kehidupan baru di alarn barzakh (Adnan Syarif: 2002).

Nurcholis Majid rnenjelaskan kernatian adalah "pintu" untuk rnernasuki kehidupan rnanusia selanjutnya, suatu kehidupan yang sama sekali lain dari yang sekarang sedang kita alarni, yaitu kehidupan ukhrowi (Nurcholis Madjid: 1995).

(35)

terpisahnya ruh dan jasad manusia, yang merupakan hari dari akhir

kehidupan dunia. Kematian terjadi ada yang dikarenakan batas kehidupan (ajal) telah tiba, ada pula karena organ·organ fisik yang vital terjadi kerusakan atau terputus seperti karena terkena penyakit, dibunuh, buinuh diri dan

sebagainya (Abdul Mujib & Jusuf Muzakir: 2001).

Semua makhluk yang bernyawa tanpa terkecuali akan rnenjumpai dan

menghadapi kematian, meskipun dengan cara yang berbeda dan situasi yang berbeda pula. Ada yang menempuhnya dengan kemuliaan dan

menjumpainya dengan penuh kebahagiaan, sehingga ingin mati dalam keadaan seperti itu berkali-kali. Seperti firman Allah dalam Qur'an surah al-Baqarah ayat 154:

{ 1ot

:o_AJI}

Artinya: " Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati: bahkan (sebenamya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya". (Q.S.

Al-Baqarah: 154)

Adapun yang menempuhnya dengan kehinaan dan menJumpainya dengan penuh penderitaan, Firman Allah dalam al-Qur'an surat Al-Baqarah: 161:

'-"'lfllj a.S:.i1f:l1j

セQ@ セ@

r

・Ziセ@

d.J.i

セェ@

1_)Gj

ijセ@

::.,..J1

01

,,,. ,.., ,... ,, ,,. ,,. / ,,.

{1·11

:o_Ajl}

セヲ@

(36)

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati da/am keadaan kafir, mereka itu mendapat la ·nat Allah, para malaikat dan manusia se/uruhnya". (Q.S. Al-Baqarah: 161)

2.2.2. Kematian ditinjau dari sudut pandang medis

Kematian menurut pengertian secara medis sampai abad ke-20 terbatas pada fenomena berhentinya denyut jantung yang sebelumnya berlangsung secara terus menerus. Namun penemuan medis terbaru m•:mgemukakan bahwa kematian ialah segala keadaan yang telah ditetapka1n oleh para dokter, melalui penelitian klinis, penggarisan otak listrik, pewarnaan syarat otak, dan pemotretan otak dengan komputer, bahwa otak エeセャ。ィ@ berhenti bekerja karena sel-selnya yang kuat telah mati, meskipun jantung masih bekerja dan berdenyut (Adnan Syarif: 2002).

2.2.3 Kematian ditinjau dari sudut pandang psikoloui

Psikologi sebagai sebuah ilmu yang mengkaji pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang memandang kematian sebagai suatu peristiwa dahsyat yang sesungguhnya sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang.

Menurut Qomarudin Hiclayat (2006)mbahas soal kematian bisa menimbulkan sebuah pemberontakan yang menyimpan kepedihan kepada setiap jiwa manusia. Yaitu kesadaran dan keyakinan mati pasti akan tiba dan punahlah semua yang dicintai dan dinikmati dalam hidup ini. Kesadaran ini lalu

(37)

tidak rnau rnati. Setiap orang berusaha rnenghindari sernua jalan yang rnendekatkan kepintu kernatian. Karena jiwa kita selalu mendarnbakan dan rnernbayangkan keabadian. Jika ditelusuri lebih dalarn sesungguhnya semua rnanusia rnenolak kernatian.

Dari beberapa pendapat dan uraian di atas dapat disirnpullcan bahwa kematian merupakan suatu kejadian yang semua orang akan melaluinya, yaitu terpisahnya ruh dari jasad untuk mengahadap kernbali kepada Sang . . - . Pencipta dengan memberikan pertanggung jawaban ses.uai dengan amal ibadahnya.

2.3 Grief (Reaksi Emosional)

Grief merupakan suatu pengalaman emosional yang pribacli pada setiap individu. Beberapa orang membutuhkan waktu hingga beberapa tahun untuk dapat mengatasi perasaannya serta rnampu menerima kenyataan bahwa orang yang ia cintai sudah tiada. Kematian keluarga dekat atau sahabat merupakan pengalaman emosional yang dialami seseoran!} disertai dengan perasaan kehilangan. Masa berkabung bagi orang yang ditinggalkan tidak berakhir setelah pemakaman usai, namun sebaliknya, emosi yang dirasakan setelah kematian orang yang dicintai semakin mendalarn s1:!telah ia

(38)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa grief adalah suatu reaksi

emosional yang terjadi pada individu dari keadaan atau situasi yang menekan akibat kematian atau kehilangan seseorang yang memiliki ikatan emosional yang kuat dengan yang ditinggalkan.

Setiap individu mengalami jenis, intensitas, durasi serta cara mengekspresikan grief yang berbeda-beda, lntensitas dan durasi dari grief yang dialami bervariasi sehubungan dengan siapa yang meninggal, dan siapa yang ditinggalkan. Seseorang mengalami grief yang lebih mendalam jika mengalami kematian keluarga dekat atau kematian sahabat (Aiken:

1994).

Harper dalam Lifina (2004) menjelaskan mengenai hal-hal )lang berpengaruh pada proses grieving yang dialami oleh seseorang yang me•ngalami kematian seseorang yang dekat dengannya, yaitu:

1. Usia orang yang ditinggalkan

2, Jenis kelamin orang yang ditinggalkan

3. Pengalaman hidup yang telah dialami oleh orang yang ditinggalkan 4. Kepribadian, cara coping, penyesuaian diri pada orang yang ditinggalkan

5. Komunikasi dalam keluarga dari orang yang ditinggalkan, mitos-mitos dan sikap terhadap kehilangan dan kematian.

(39)

7. Kesehatan fisik orang yang ditinggalkan.

8. Support system dari orang yang ditinggalkan.

9. Sumber-sumber yang dapat membantu grief yang dialami oleh orang yang ditinggalkan.

10.Sumber keuangan pada orang yang ditinggalkan.

11. Hubungan antara orang yang ditinggalkan dan orang yang telah tiada.

12. "Persiapan" yang dilakukan dalam menghadapi kematian.

13. Penyebab kematian.

2.3.1

Tahapan-tahapan Grief

Proses grieving dialami dalam beberapa tahapan yang tidak dapat

diinterpretasikan sebagai tahapan tertentu yang harus dilalui oleh orang yang berduka cita tanpa kecuali. Turner & Helms dalam Lifina HセセPPTI@ memberikan analisa terperinci mengenai tahapan-tahapan grief, yaitu:

1. Denial dari kahilangan yang dialami

2. Menyadari (realization) kehilangan yang dialami.

3. Timbulnya perasaan ditinggalkan, kekhawatiran dan l<egelisahan. 4. Keputusasaan, menangis, physical numbness, mental confusion,

kebimbingan dan l<eragu-raguan.

(40)

6. Keadaan merana (pining) berupa sakit fisik dan penderitaan atas grief yang dialami juga usaha mencari benda-benda sebagai kenangan-kenangan yang mengingatkan pada orang yang telah meninggal. 7. Kemarahan

8. Rasa bersalah

9. Rasa kehilangan atas dirinya sendiri atau merasakan kekosongan secara menyeluruh.

10. Longing, berupa kerinduan dan rasa sakit atas kesepiani atau kehampaan yang tidak hilang, bahkan saat bersama dengani orang lain.

11. ldentifikasi dengan orang yang telah meninggal dengan meniru beberapa traits, attitudes atau mannerism dari orang yang telah meninggal.

12. Depresi yang amat dalam, kadangkala disertasi dengan keinginan dengan keinginan untuk mati.

13. Pemunculan aspek patologis, seperti minor aches dan penyakit ringan dan ditandai kecenderungan terhadap hypochondria, reaksi yang

umumnya muncul adalah "siapa yang akan menjaga dan memperhatikan saya sekarang?"

2.3.2 Pathological Grief

(41)

yang lebih serius dalam jangka waktu yang lebih lama. Menurut Atwater dalam Lifina (2004) semakin lama penyesuaian grief tertunda, semakin parah simtom yang dialami. Beberapa jenis pathological grief yang dikemukakan adalah:

1.

Delayed grief: merupakan periode grief yang tertunda, dengan periode penundaan yang bervariasi antara berminggu·minggu hingga bertahun· tahun. Grief dapat dinyatakan bertunda jika kemunculannya

membutuhkan waktu lebih dari dua minggu setelah peristiwa kematian, 2. Absent grief: ditunjukkan dengan tidak muncul atau tidak adanya Eikspresi

grief yang umum, pengingkaran (denial) perasaan terhadap kehilangan, tidak ada tanda-tanda fisik dari grieving dan tetap 「・イウゥセ[。ー@ seolah-olah tidak ada apapun yang terjadi. Hal ini dapat disebabkan oleh hubungan yang tidak disertai kedekatan (attachment) dalam kualitas yang

mendalam.

3. Chronic grief: merupakan periode grief yang berkepanjangan, tidak

berakhir dan tidak menunjukkan perubahan, disertai dengan depresi, rasa bersalah dan menyalahkan diri sendiri, ditandai dengan kesedihan,

(42)

(clinging) dan ketergantungan (dependent). Chronic Grief merupakan pola yang umum ditemui pada wanita yang mengalami kematian anak usia remaja karena kematian mendadak dan tidak diperkirakan sebelumnya. 4. Inhibited grief: digambarkan sebagai orang yang ditinggalkan tidak

mampu untuk sepenuhnya membicarakan; menyadari dan

mengekspresikan kehilangan yang dialami, atau berupa respon grief yang terbatas atau parlia/. Inhibited grief dapat merupakan suatu kontinum dari

absent griefhingga perilaku yang munculnya disorsi seperti kemarahan atau rasa salah yang berlebihan dengan tidak adanya perilaku grieving

lainnya yang signifikan. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya sejarah depensi atau ambivalensi dalam hubungan dengan orang yang telah meninggal sehingga memunculkan sindrom seperti conl1icted grief atau

clinging grief.

(43)

2.4 Bereavement (Perasaan Kehilangan)

Kematian tidak hanya melibatkan individu yang meninggal. Namun yang lebih penting adalah mereka yang ditinggalkan harus dapat mengatasi kematian tersebut serta menyesuaikan diri dengan rasa kehilangan orang yang dicintai. Turner. J,S & Helms, D.B dalam b.ifina (2004) mendefinisik:an bereavement sebagai kehilangan seseorang yang di cintai karena kematian.

Berdasarkan definisi tersebut, maka Bereavement dapat diartikan sebagai situasi dimana kita mengalami kehilangan karena meninggalnya seseorang yang kita cintai.

Kehilangan anak karena kematian merupakan suatu peristiwa yang traumatis bagi orang tua. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam r>espon orangtua terhadap kematian anak adalah ikatan kedekatan (attachment bond) antara orangtua dan anak. Rasa bersalah dan depresi yang di alami orang tua yang mengalami kematian anak sering kali di sertai dengan perasaan tidak

berdaya, frustasi, dan kemarahan atas hal yang terjadi serta terhadap

ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu yang dapat me1r1cegah kematian anaknya.

(44)

dokter, orangtua itu sendiri, bahkan Tuhan. Perasaan ini dapat menjadi sedemikian mendalam sehingga kondisi orangtua tidak pernah sepenuhnya menjadi lebih baik. Masalah emosional sehubungan dengan kematian masih dapat muncul hingga bertahun-tahun setelah kematian anak (Aiken: 1994).

2.5

Pengaruh K.ematian Anak bagi Orang tua

Menghadapi kematian seorang anak merupakan salah satu hal yang paling sulit dihadapi dalam kehidupan orangtua. Kematian anak seringkali

membawa pengaruh yang mendalam bagi kehidupan orangtuanya. Sering kali orangtua merasa kehilangan tujuan hidup yang diikuti clengan perasaan bahwa masa depan maupun masa lalunya telah "dirampas".

(45)

walaupun bersedih atas kehilangan namun tetap sabar dan ikhlas ata1s takdir Allah SWT (Drs, H. Abujamin Roham:

1993).

Artinya: "Allah berfirman: "Tiadalah bagi hamba-Ku yang mukmin, disisi-Ku sebagai balasan apabila kekasihnya Aku ambil, la/u ia sabar menerimanya, melainkan surga" (H.R. Bukhari).

2.6 Nilai

I

Arti Anak Bagi orang Tua

Dalam disertasi Sudraji Sumapraja, nilai anak bagi ッイ。ョセQ@ tua dapat dibagi menjadi 8 kategori yaitu:

1.

Status Kedewasaan & ldentitas Sosial

Status kedewasaan bagi masyarakat lebih dari menamatkan sekolah; pekerjaan dan perkawinan serta mempunyai anak. Hal ini sangat terasa kepada wanita yang terhormat dan berwibawa: lain hal dengan "nyonya" atau "nona". Seorang pejabat wanita atau istri seorang pejabat terasa lebih tepat dipanggil "ibu" dari pada "nyonya".

2. Pengembangan Diri

Manusia mengidam-idamkan kesinambungan hidupnya sesudah mati maka mereka mempunyai anak merupakan manifestasi dari

(46)

Anak merupakan tumpuan harapan orang tua serta anak akan membuat orang tua merasa diperlukan dan disalurkan untuk memberi. Anak dapat digunakan untuk pengembangan diri dari orang tua yang artinya bahwa orang tua akan mengajarkan pengalamannya semasa kecil kepada anaknya dan orang tua akan merasa lebih baik.

a. Moralitas

Secara moral bahwa mempunyai anak sering dianggap sebagai sikap bermoral, mematuhi ajaran agama, berbuat kebajikan, bekerja keras untuk orang lain. Di samping itu bahwa mempunyai anak seolah-olah dipercaya Tuhan karena mempunyai anak adalah karuniia Tuhan. b. lkatani Kelompok

Dalam keluarga, ikatan anak terhadap orang tua akan IHbih besar dibandingkan ikatan orang tua sendiri sehingga anak dianggap sebagai pemersatu orang tua. Dengan demikian, mempunyai anak seolah-olah mempunyai kelompok yang sangat kuat.

c. Perangsang, Sesuatu yang Baru, Kesenangan

Mempunyai anak membuat suasana hangat; tidak terduga-duga dan menggairahkan di dalam kehidupan sehingga dapat rnengurangi kebosanan atau kerutinan kehidupan orang tua. Misalnya bercanda dengan anak, seolah-olah mengenang orang akan kehidupan masa

(47)

d. Kreativitas, Keberhasilan dan Kemampuan

Pada masyarakat yang maju atau masyarakat yang telah berkecukupan kebutuhan primernya (sandang, pangan dan papan), orang akan

menuntut kreativitas, keberhasilan dan kemampuan untuk memuaskan hidupnya. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan adalah dengan cara menikmati kemajuan perkembangan atau pendidikan anaknya. Jadi kepuasan orang tua bukan hanya keberhasilan orang tua melahirkan anaknya saja melainkan hasil yang dicapai anak, atas ェ・セイゥィ@ payah orang tua.

e. Kekuasaan dan Pengaruh

Pada masyarakat tertentu anak mendatangkan kekuasaan, terutarna dirasakan oleh menantu wanita terhadap mertuanya, apalagi kalau anaknya berjenis laki-laki. Kekuasaan itu dapat diungkap dalam bentuk lain, seperti kekuasaan menentukan nasib anaknya, anak dapat

memberikan perasaan unggul atau bangga pada orang tuanya, suami yang kurang dapat kekuasaan dalam pekerjaannya cenderung mencari kekuasaan yan9 dapat diperoleh dari beranak banyak.

f. Kegunaan Ekonomi

(48)

dari perkawinannya. Di negara-negara yang sedang berkembang, khususnya yang mulai memasuki industrialisasi, di mana hanya ayah yang bekerja mencari nafkah, bantuan anak-anak ini tidak dapat diperlukan. lndustriliasasi dan urbanisasi telah menurunkan nilai anak untuk kegunaan ekonomi. Nilai anak hanya akan menonjol kalau belum ada lembaga pemerintah atau pun swasta yang dapat menjamin orang tua di hari tua.

2.7 Kerangka Berpikir

Dalam kehidupan didunia, Allah

swr

telah menciptakan laki-laki dan perempuan untuk saling berpasangan melalui ikatan yang sah yaitu perkawinan menurut syariat agama islam.
(49)

Begitu diharapkan dan dinantikannya kahadiran seorang anak ditengah keluarga, maka tak heran jika berbagai cara mereka tempu1h untuk mendapatkannya seperti; meminum ramuan, sampai pada pemeriksaan medis. Akan tetapi, kebahagiaan itupun seolah terhenti sejenak ketika mereka harus di hadapkan pada kematian.

(50)

Anak merupakan tumpuan harapan yang dapat memberikan sesuatu bagi masa depan orang tua, bahkan setelah mereka meninggal. Perasaan sedih dan kehilangan (bereavement) karena kematian anak dapat menyebabkan berubahnya rencana yang telah disusun oleh orang tua untuk masa depan anak tersebut.

Kesedihan dan kehilangan atas kematian menyebabkan para orang tua, khususnya ibu yang merupakan subyek dari penelitian ini menunjukan perilaku coping, yaitu usaha yang dilakukan seseorang dengan tujuan untuk mengatasi dan menyelesaikan sesuatu dalam bentuk tugas atau masalah pada orang tersebut.

Lazarus membedakan coping kedalam dua jenis, yaitu: Coping terpusat pada masalah (Problem-Focused Coping) dan Coping terpusat pada emosi

(Emotion-Focused Coping). Selain itu, stategi coping juga dibedakan

kedalam tiga jenis, yaitu: Strategi Problem-Focused Coping terdiri dari; Active Coping, Planning, Seeking Social Support for Instrumental Reason,

Suppression of Competing Activities dan Restraint Coping. Pada Strategi Coping Emotion-Focused Coping terdiri dari: Seeking Social Support for Emotional Reason, Positive Reinterpretation and Growth; Denial,

(51)

yaitu: Focusing on and Venting of Emotions, Behavioral Disengagement dan Mental Disengagement.

Akan tetapi, dari penelitian yang dilakukan oleh para ahli ditemukan bahwa manusia dalam menghadapi masalah yang dihadapinya cenderung

menggunakan strategi Problem-Focused Coping & Emotion-Focused Coping secara bergantian sesuai dengan kondisi dan masalah yang mereka hadapi.

Bagan:

lndividu

-

Menikah

i - Memiliki l--1> Kematian

(Berkeluarga) Keturunan (Anak) Anak

セ@

Active Coping, Planning, Seeking

Problem Grief &

Social Support for Instrumental '"""

Reason, Suppression of Competing

-

Focused Coping Bereavement

Activities dan Restraint Coping

セ@

Seeking Social for Emotional Emotion Coping

Reason, Positive Reinterpretation Focused Coping '"""

and Growth Denial Acceptance

-Turning to Religion.

Coping

Focusing on and Venting of

Emotions, Behavioral

-

Maladaptif

-Disengagement dan Mental
(52)

Dalam bab 3 akan penulis kemukakan bagairnana rnetode yang digunakan dalarn penelitian ini. Yang rneliputi: jenis penelitian, cara pengarnbilan

sample, rnetode pengumpulan data, teknik analisa data, teknik dan prosedur penelitian dan pelaksanaan.

3.1 Jenis Penelltian

3.1.1 Metode Penelitian

Pada penelitian ini, penulis rnenggunakan rnetode penelitian kualitatif. Menurut Bogdan & Taylor yang dikutip oleh Lexy

J.

Moleong (2000) bahwa rnetode kualitatif rnerupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari subyek yang dapat diarnati. Alasan rnenggunakan metode kualitatif adalah sebagairnana rnenurut Lexy

J.

Moleong (2000) bahwa metode kualitatif digunakan l<arena beberapa pertirnbangan, yaitu:

a. Metode ini mampu menyesuaikan seraca lebih mudah untuk berhadapan dengan kenyataan ganda.

b. Metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti . .

(53)

c. Metode ini lebih peka dan lebih mudah menyesuaikan dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Dalam penelitian ini, penulis berusaha memahami ge!jala tingkah laku manusia menurut penghayatan perilaku melalui sudut pandang psikologi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis juga berusaha dengan cermat mengamati perilaku ibu yang anaknya telah meninggal dunia. Karena dengan metode kualitatif ini penulis dapat lebih mudah menggali atau berinteraksi dengan informan secara langsung untuk dapat menjelaskan peristiwa yang berlangsung di lapangan.

1.1.2 Pendekatan Penelitian

(54)

3.2 Pengambilan Sampel

3.2.1 Populasi dan Sampel

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi oleh Spradley yang dikutif oleh Sugiono (2007) dinamakan "social situation" atau situasi social yang terdiri atas tiga elemen, yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity). Penelitian kualitiatif yang berangkat dari suatu kasus tertentu dan pada situasi social tertentu nantinya akan dapat ditransfer hasilnya pada tempat atau situasi social yang sama. Jumlah subyek yang penulis ambil dalam penelitian ini adalah 3 orang, meskipun sebenarnya tidal< ada ketentuan baku dalam panelitian kualitatif.

Dengan demikian dalam penelitian ini, karakteristik subyek yang akan diteliti adalah:

1. Subyek adalah ibu-ibu yang anaknya telah meninggal dunia.

2, Kondisi psikis ibu sehat dan tidak mengalami gangguan atau sakit jiwa sehingga peneliti dapat menjalin komunikasi dengan baik dan

memperoleh informasi sesuai dengan yang diharapkan.

(55)

kehangatan yang ekstra dari seorang ibu. Karena pada usia tersebut seorang anak masih sangat rentan dari bahaya dan penyakit.

3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sample yang digunakan adaiah purposive sampling, yaitu sample dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Menurut Lincoln dan Guba (1985) yang dikutip oleh Sugiono, ciri-ciri khusus sample purposif, yaitu:

1.

Emergent sampling design, yaitu penentuan sample sementara tau selama penelitian berlangsung.

2. Serial selection of sample units, yaitu peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperluka1n.

3. Continuous adjustment of fOcusing of the sample, yaitu unit sample yang dipilih makin lama makin terarah sejalan dengan makin terarahnya focus pemelitian.

4. Selection to the point of redundancy, yaitu dipilih sampai jenuh.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat

(56)

diperlihatkan penggunaannya melalui: angket, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi, dan lainnya (Ridwan:2007). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara mendalam, observasi, dan analisi dokumen untuk menjawab permasalahan yang diteliti.

3.3.1 Wawancara

Untuk memperoleh data yang diperlukansalah satu teknik yang digunakan penulid adalah dengan metode wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (lnteTViewei) dan yang mengajukan pertanyaan, dan yang diwawancarai (lnteTViewee)yang memberi jawaban atas pertanyaan itu (Lexy

J.

Moleong: 2000). Maksud rdari pengadaan wawancara adalah agar penulis dapat berkomunikasi secara langsung menggali lebih dalam dengan pihak-pihak yang secara professional memadai dan benar-benar menguasai dengan permasalahan yang diteliti. Teknik wawancara ケ。ョセQ@ dipakai adalah

(indepth inteTView) wawancara mendalam.

3.3.2 Observasi

Selain wawancara, penulis juga menggunakan metode ッ「ウQセイカ。ウl@ Metode observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati, mencatat, secara sistematis gejala yang diselidiki (Lexy

J.

(57)

penunjang dari wawancara. Yaitu melalui pengamatan langung berupa kegiatan melihat, mendengar, atau kegiatan dengan alat indera lain atas reaksi atau respon yang muncul dari responden baik dari dirinya sencliri maupun dari keadaan atau situasi disekelilingnya pda saat wawancara berlangsung.

3.4 lnstrumen Pengumpulan Data

lnstrumen pengumpulan data adalah alat Bantu yang dipilih dan digunakan oleh penulis dalam kegiatannya mengumpulkan data agar f(egiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Suharsimi Arikunto: 1995, sebagaimana dikutip oleh Ridwan (2007). Dalam penelitian ini instrument yang digunakan untuk pengumpulan data adalah pedoman wawancara, lembar observasi, tape recorder, dan buku catatan. Pedomaan wawancara digunakan agar lebih focus menggali yang menjadi objek ーeセョ・ャゥエゥ。ョL@ ieセュ「。イ@

observasi sebagai pedoman untuk melakukan observasi terhadap penampilan, sikap dan perilaku subyek, keadaan tempat, SE!rta catatan khusus selama wawancara berlangsung. Sedangkan tape r,ec0rder

(58)

3.5 Teknik Analisa Data

Analisa data adalah tahapan setelah semua data dapat dikatakan terkumpul, yang kemudian diolah menjadi suatu laporan. Analisa data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data dalam pola, kaltegori, dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumusl<an hipotesis kerja (Lexy

J.

Moleong: 2000). Oleh karena itu, teknik analisa data yang penulis lakukan adalah dengan menggambarkan data hasil rekama1n secara kualitatif, untuk memberikan makna pada data tersebut dan menjelaskan pola atau kategori, dan mencari hubungan antar berbagai konsep. Kemudian hasil wawancara yang telah dilaksanakan akan diverbatimkan kedalam lembar yang telah disiapkan untuk dikelompokan-kelompokan ォeセ、。ャ。ュ@ teori yang sesuai dengan keadaan subyek yang sebenarnya. Dan pada tahap akhir, semua data dapat diinterpretasikan dengan bahasa yang mudah dipahami.

3.6 Teknik Prosedur Penelitian

3.6.1 Tahap Persiapan

Sebelum melakukan tahap penelitian ini maka peneliti melakukan persiapan sebagai berikut:

(59)

masalah-masalahnya, coping, dan dukungan sosial yan1,g di dapatkan para subyek,

2. Menunjukan pedoman wawancara pada pembimbing skripsi untuk mendapatkan masukan-masukan.

3. Melakukan perb<:iiki:m dan tarnl:l<:ih<:in Y<:tll9 giperluk<:in エセイィ\Zゥ、\Zエー@ pedom<:in wawancara.

4. Kembali merumuskan verbalisasi untuk wawancara.

3.6.2 Tahap Pelaksanaan

Setelah persiapan untuk melakukan wawancara dilakukan, kemudian langkah selanjutnya yaitu:

a. Peneliti mendatangi subyek penelitian dan meminta kesediaannya untuk menjadi subyek penelitian.

b. Setelah subyek bersedia, peneliti menjelaskan kembali rnaksud

diadakannya penelitian ini dan peneliti meminta ijin untull< menggunakan tape recorder pada saat wawancara berlangsung.

(60)

Pada bab 4 akan penulis uraikan bagaimana hasil pengolahan data yang terkllmPLll, me!iputi: gambarnn umum $ubyek pene!itian, gambaran ka$U$, analisa kasus, dan perbandingan antar kasus.

4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian

Subyek yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini adalah para ibu yang anaknya telah meninggal dunia. Responden yang dicari adalah ibu yang anaknya meninggal karena sakit. Subyek penelitian ini berjumlah tiga orang, Pene!itian di!akukan di rumah re$ponden mYl<ii エ\ゥョァセj\ゥA@ 22 November sampai Februari 2008.

Nama-nama subyek dalam penelitian ini sengaja penulis samarkan dengan

(61)
[image:61.595.21.432.156.482.2]

No Nama Ag a ma 1. SA Islam 2. L Islam 3. y Islam

Tabel 4.1

Gambaran Umum Subyek

Usia Jmlh Status Anak Anak 25th 2 Anak

Pertama 43 th 4 Anak ke

Dua 51 th 4 Anak

Pertama, ke dua,

ke tiga

4.2 Gambaran dan Analisa Kasus

Usia Anak Lamanya yang Usia

Kematian Meninggal

Anak 2th 3th 4,5th 18th 1.5 th, 8 26th,22 bin, 4th th, 17th

(62)

4.2.1 Kasus lbu S.A

Observasi SubYel<

Nama

Jenis Kelamin

: S.A

: Perempuan

Tempi:it Ti:inggi:il Li:thir : 6eki:tsi 21 April 1982

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Pekerji:ti:tn

: I RT

Tanggal Wawancara : 22 November 2007

Tempat Wawancara : Rumah responden (JI. Pulo Utama. Kp. Kelapa

a. Observasi Umum

Dui:i Rt 002 Rw 09 Pi:tc:lurenan Mustiki:tii:tYi:t

Bekasi Timur 17156).

SA adalah seorang wanita polos, ramah dan pendiam. Memiliki berat badan sekitar 50 kg dan tinggi badan 156 cm. SA cenderung memiliki wajah yang

ovi:il, bentuk tubuh seimbang i:intarn beri:it c:lan ti11ggi badamiya, berkulit Putih

dan rambut ikal sebahu. SA menggunakan baju gamis panjang berwama biru tua, tetapi tidak berkerudung, rambutnya dikuncir dengan ticlak menggunakan

(63)

Ketika diminta untuk menjadi responden dalam penelitian ini, SA langsung bersedia sarnbil tertawa dan berkata:

"tapi jangan susah- susah, nanyanya ya el .. ?"

Sebelum wawancara di lakukan, penulis terlebih dahulu mengadakan

pendekat<!n dengan SA dengan bersilaturahrni kerurnah SA. agar ia bersedia menjadi responden dalam penelitian. Perkenalan penulis demgan SA sudah sangat lama. Sehingga SA yang merupakan teman penuiis dari kecil

langsung bersedia rnernbantY penulis Yntuk meniacli sarnpel penelitian.

Wawancara dilakukan selama dua hari. Wawancara pertama dilakukan pada hari kamis

22

November

2007

pukul

13.05

sarnpai denQan

·14,25 W16.

Kemudian wawancara kedua dilakukan pada hari jumat

23

November

2007

pada pukul

13.00

sampai dengan

13.45

WIB. Wawancara pertama dan kedYa dilakYkan dirYrnah responden tepatnYa diruang tarnu.

Awai wawancara SA kelihatan sedikit canggung dan bingung, hal itu dapat terlihat ketika penulis menge!yarkan tape recorder, SA berk:;ili- kali berkata kepada penulis untuk tidak ditanya dengan pertanyaan ケ。ョセQ@ sulit di mengerti.

(64)

Namun setelah dijelaskan bahwa pertanyaan yang akan diberikan bukan untuk dinil<:1i ben<:1r <:1t<:1u s<:1lah dan data yang di<:1mbil <:1kan be11<:1r- benm dijaga kerahasiaannya, SA baru mengerti dan sedikit santai. Hal itu terdengar dari ucapan SA yang berkata:

"Q ..• kciyE1 curhE1t <;/c>E1ng YEI t:;I .. ?"

Pada saat wawancara baru dimulai, SA yang saat itu sedang memasak air mernint<:1 izin untuk rnengangkat 13ir Yang sudl:lh masl:lk dl:ln .iuga rneng<:1yun anaknya. Hal tersebut membuat penulis kurang focus pada proses

wawancara sehingga penulis sulit untuk bertanya lebih dalam (melakukan probing),

b. Observasi Khusus

[image:64.595.26.422.171.461.2]

Pada saat rneniawab pertanYaan tentang awal mula ォ・イョ。エゥセQQQ@ anaknya.

SA

merendahkan volume suaranya dan mengusap matanya yang saat itu terlihat sedikit mengeluarkan air mata. Selain itu, saat bicara SA jug a sering menelan ludah dan makin lama suaranya terdengar sernakin gernetar.

Gambaran Kasus

a. Riwayat Kehidupan Sebelum Anak meninggal

(65)

tahun dengan suaminya dan dikaruniai seorang putra. Layaknya keluarga

kebahagiaannya karena menurutnya kelahiran seorang anak adalah rezeki yang tidak boleh ditolak sehingga pada awal pernikahannya SA tidak

dinyatakan positif hamil dan tentu saja SA, suami, dan sEiluruh keluarga besarnya pun ikut bahagia, terutama keluarga SA sendiri karena anak SA

ac:lalah cucu pertama c:likelui;irganya,

SA

sengaja ingin seigera memiliki anak

karena menurutnya kebahagiaan keluarga akan terasa lebih lengkap jika ada seorang anak.

"Ya ... pengen punya anak tu supaya keluE1rga kita lengkap El ... lagian suami kita ngga pengen kita nunda-nunda hamil, polmnya ... kalo ada anak tu jadi terhibur ... gitu, gembira ... gitu" (Wawancara kamis, 22 November 2007).

Walaupun banyak para ibu rumah tangga berkata bahwa mengurus anak dan keluarga sangat repot, akan tetapi tidak menurunkan semangatnya untuk segera memiliki momongan karena menurutnya hal itu sudah menjadi

"Biasa aja ... repot mah udah pasti, tapi mo gimana Jagi ya ... ? Udah tanggung jawab kita kan, harus ngurusin kalo udah dilahirin mah ... "

(Wawancara kamis, 22 November 2007).

Layaknya ibu rumah tangga yang lain, SA juga sangat sayang mengasuh dan

(66)

SA yang mengurus semua kebutuhan anaknya. Sehingga SA mengatakan tidak terlalu repot dalam pengasuhan anaknya.

"Sama

aja, kata saya mah ... saya mah namanya anak mah kaya rezeki,

jadinya ngga ngebeda-bedain gitu, mao anak perempuan juga, tapi berhubung saya mah be/um punya anak perempuan, jadi ngga tau ya ... tapi kata saya mah sama ah El ... dibilang repot mah repot namanya ngurusin anak mah tapinya mah kayanya mah sama dah, kata kita mah"

(Wawancara kamis, 22 November 2007)

Kedekatan SA dengan anaknya pun makin terasa dari pada dengan suaminya, karena sang suami bekeria sebagai tukang ojek disekitar

perumahan tak jauh dari rumah SA. Mulai sekitar pukul 06.00 sampai dengan pukul 20.00 WIB.

"/yf) El ... sf)ngf)t dekat kekita dari p;;ida bapakny;;i m;;i/1 ... orangan kapanan bapaknya mah ngojek dari pagi ampe ma/am. Emang, pu/ang siang buat makan, tapi abis itu ngojek lagi ampe jam delapanan." (Kamis, 22 November 2007).

Tak beda dengan anak normal lainnya, saat usia 1,5 tahun anak SA tumbuh normal dan menurut SA,

0

anaknya sangat cerdas dan penurut.

"Normal aja El ... ngurusinnya mah, udah gitu anaknya mah diamah penurut /agi. Terus cerdas El anaknya ...

asa/

dibilangin

ama

diajarin ge

gitu m<Jksudnya, nurut. Emang ge belon ·'iflkola, ya ... tapi ngomongnya

ngga cade/ gitu ... kan ada ya anak yang ngomongnya cadel apa gimana gitu ya, tapi dia mah ngga gitu ... ". (Kamis, 22 November 2007).

Ketika berusia 2 tahun

0

mulai terlihat sering sakit. Puncaknya ketika

0

menm11ami s<ikit y<ing sampai merenggut nyawanya.

(67)

Ketika dihadapkan pada keadaan demikian, SA sangat 「ゥョセゥオョァ@ dan gelisah.

Terlebih lagi ketika 0 ditanya sakit apa, 0 l<urang bisa menielaskan aPa yang

dirasakan.

"Wah ... bukan maen El bingungnya ... ya ... pertama mah pokolmya badannya kurus gitu.ya ... ngeluhnya perutnya kembung, emang si kembung tu ya,,. ngefuh bae, katany1i'pen1t O sakit

ma.,.

kembung ... "gitu. Trus makannya juga kurang. trus waktu kembung bae mah itu blon sakit, pas udah... apa namanya , pas lama-lama masih kembung tetep. Trus sakit-sakit gitu perutnya, triak-triak, jerit-jeritan. Ampe ini El ... loncat-loncatan gitu, kalo /agi sakit ... dipegangin bae perutnya melilit-lilit, gitu ... " (Kamis, 22 November 2007}

Melihat anak yang mengeluh kesakitan SA tidak hanya duduk diam dan

pasrah menerirna saja dengan terus cemas dan gelisah tanpa berbuat dan

berusaha apa-apa. Walaupun keadaan ekonominya kurang mendukung, namun SA tidak menyerah untuk mengobati anaknya.

"/tu rencananya mau dibawa ke Rumah Sakit Umum Bekasi, orang di Ru mah Sakit kecil mah diaper-aper mulu ngga ada yang sanggup ..•

katanya, ini mah kudu dibawa kesono, kudu masuk ruaog gawat darurat ... diruang apa namanya tuh ...

?

ICU, ya ... sebab udah koma gitu, kata dokter yang di Rumah Sakit Nanoh (klinik) ... udah bikin surat keterangan ngga mampu ... eh, orang jaraknya jauh ya ... pas pertengahan jalan. Anaknya kaya ngga mao gitu ... brontak-brontak, kejang, trus muntah-muntah kaya macem ada darahnya gitu... udah kebanyakan obat kali ya ...

?

Dari dokter, trus jamu dari mami dewi bu/an (shinshe), ngga kuat kali gitu kayanya udah penuh kebanyakan obat. Trus sodara ipar saya ada yang nyaranin ... "Udah ngga mao kayanya nih bocah, udah dah kita bawa pulang aja ... ngga mao ngerepotin orang tuanya lama- lama kali dia ... ?" ya udah, dibawa pulang. Tapi suami saya maonya dibavva pulang ke rumah mertua saya aja, ya udah jadinya dia meninggal di sono ... "
(68)

Demi kesembuhan anaknya, berbagai cara SA lakukan. Mulai obat-obatan

tradisional dari dedaunan dan jamu yang diberikan oleh se<>rang shinshe,

obat medis oleh dokter, bahkan air putih yang diberikan oleh ustad dan dukun.

"Ud;;Jh banyak. Kebi<Jan, ke<Jokter, keli!hinli!he mami i(u <Jewi bu/;;Jn, keustad ampe kedukun. Hampir semuanya dah. Semua udah diusahain gitu, kemana aja. Bukan pagimana-pagimana gitu El, kan Allah Juga tau ya. Kan katanya ge kalo buat obat mah makan daging babi ge boleh bae, yang penting sembuh ... !" ( Wawancara Jumat, 23 November 2007)

Untuk mengetahui perjalanan sakit dan proses pengobatan medis yang

diambil oleh SA untuk kesembuhan anaknya. Penulis mencoba untuk

menggali hal tersebut, dengan bertanya lebih mendalam (melakukan probing). Berikut ini petikan wawancara yang dilakukan penulis denga SA:

• lya saya tau, trus waktu berobat ke dokter, kata dokter anak teteh sakit apa ... ?

"Disuruh USG, berobat mah udah ... pas gitu katanya disuruh USG biar ketauan jefas penyakitnya apa ...

?

Soa/nya waktu berobat baru cum a dikira-kiro aja katanya fambungnya kena lah, ususnya bengkak /ah tapi be/on pasti ... cuman ... anaknya pas mao diketjain (USG) ngga mao ...

brontak-brontak, melilit-lilit gitu, kan jadinya ngga bisa jadi gaga/ hasilnya ... "

• Tapi udah sempet di USG?

(69)

.. Kalo ke Bidan apa katanya?

"Sama,,, cuman ngasih obat sirup, ngi/angin sakit perut katanya,,,"

• 0 ... gitu, trus kalo ke Ustad sama ke Dukun di apain?

"ya, kalo k1;1situ mah cuman minta aer ama didoanin ... katanya kan ada dukun pinter El yang bisa ngobatin ... orang buta aja di obtain ama dia bisa melek gitu, makanya kan manggil dia, ka/i dia bisa gitu, bukannya kita ngedu/uin Allah ya ... kan sareat mah datengnya dari mana aja ya ...

?

Trus dateng tu orangnya, di obtain ... waktu di obtain, ditanya tanggal lahimya hari apa, pas gitu saya bilang jumat k/iwon. Nah ... yang ngobatin itu, lahimya legi ... dia bilang ga sanggup, soalnya kliwon ama legi kalo di ibaratin perguruan mah tinggian kliwon gitu ... jadi dukun itu ilmunya kalah gitu, ngga bisa ngobatin ... kalah menang ama ilmu kliwon ... pokonya ngobatin lama tapi tetep ngga bisa, trus dia pulang ... pas dia pulang, di anterin kan ya, sekitar jem dua lewat trus pas jem setengah tiganya anak saya meninggal"

• Teteh ada disampingnya waktu meninggal?

"/ya .. , ada

semua,

nemenin dia". ma/ah umpamanya kita pe/uk sambi/ megangin dia g

Gambar

TABEL l-lalaman
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subyek
Gambaran Kasus
Gambaran Reaksi Psikologis Kasus SA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian tersebut diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang “ Implementasi Tanda Kecakapan Khusus (TKK) Agama Islam Dalam Meningkatkan Ketrampilan

bahwa dengan telah diundangkannya Undang-undang Nomor 21 Tahun 1982 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers

8) Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini

(a) Ruang yang memiliki jiwa (spirit of place), ditandai tata ruang yang menunjukkan hubungan antara penguasa (manusia) dengan Sang Khalik maupun rakyat, (b)

1. Tenaga ahli adalah dosen / orang dari luar perguruan tinggi yang diundang dengan tujuan untuk pengayaan pengetahuan dan bukan untuk mengisi kekurangan tenaga

Penelitian bertujuan untuk mengembangkan multimedia interaktif berbasis pendekatan saintifik pada materi hidrokarbon dan minyak bumi kelas XI IPA di SMAN 4 Kota

Melihat hasil rilis Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jawa Tengah kondisi Februari 2014 dengan usia kerja sebanyak 24,98 juta orang dan jumlah angkatan kerja ada sebanyak 17,72

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka dari analisis dan pembahasan bahwa data yang dipakai dalam penelitian ini sebelumnya merupakan data yang memiliki