• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kesalahan huruf kapital dan tanda baca pada paragraf deskriptif siswa kelas V SD Negeri Sampay Rumpin-Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kesalahan huruf kapital dan tanda baca pada paragraf deskriptif siswa kelas V SD Negeri Sampay Rumpin-Bogor"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

oleh

Yeti Puspitasari NIM 1110018300008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul Skripsi, Analisis Kesalahan Huruf Kapital dan Tanda Baca Pada Paragaraf Deskriptif Siswa Kelas V SD Negeri Sampay Rumpin-Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan huruf kapital dan tanda baca yang dibuat oleh siswa dalam menulis paragraf deskriptif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriprif, yaitu metode yang melibatkan peneliti secara langsung untuk mengamati objek yang sedang diteliti. Kemudian data yang terkumpul dari hasil penelitian dideskripsikan dalam bentuk kata-kata. Adapun pengolahan data yang digunakan oleh peneliti yaitu menggunakan langkah-langkah pengklasifikasian, pengodean, penabulasian, pembetulan/pengoreksian, pengkalkulasian, penginterpretasi, dan penyimpulan.

Hasil penelitian ini ditemukan pada penulisan huruf kapital, kesalahan terbesar yang paling sering dilakukan siswa yaitu pada penulisan huruf pertama kata awal kalimat dengan persentase 48 %. Kesalahan tersebut terlihat pada pemulaan kalimat, baik awal kalimat maupun pergantian kalimat. Indikasi kesalahan ini sering terjadi Pertama, adanya keterbiasaan dari siswa itu sendiri.

Kedua, siswa tidak terlatih menulis huruf kapital pada huruf pertama awal kalimat. Pada tanda baca kesalahan terbanyak yaitu kesalahan penghilangan tanda titik pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan/seruan dengan persentase 39,13 %. Indikasi yang menyebabkan kesalahan ini terjadi pertama, ketidaktelitian siswa setelah akhir kalimat menggunakan tanda titik sehingga siswa kurang memperhatikan kaidah kebahasaan yang baik dan benar. Kedua, ketidaktahuan siswa akan penempatan tanda titik ketika akhir kalimat. Faktor lain penyebab kesalahan yaitu motivasi belajar siswa rendah, respon dan sikap siswa yang kurang baik selama proses belajar, guru yang hanya menghandalkan metode ceramah dan lebih menekankan aspek teoretikal dari pada keterampilan praktis bahasa tulis, dan materi ajar yang kurang dipahami siswa

(6)

ii

Jakarta. Skripsi Title, Error Analysis of Capital Letters and Punctuation In Descriptive Paragraph is a Class V Elementary School Students Sampay Rumpin-Bogor

This study aims to determine the errors capital letters and punctuation were made by students in writing descriptive paragraphs. The method used in this study is a qualitative method descriptive, a method that involves direct researchers to observe the object being studied. Then the data collected from the research described in the form of words. The processing of the data used by researchers is to use measures of classification, coding, tabulation, rectification/correction, estimation, interpretation, and inference.

The results of this study are found in the writing of capital letters, the biggest mistake most often made students that the first letter of the first word of writing a sentence with a percentage of 48%. The error looks on with the previous sentence, the beginning of a sentence and turn both sentences. This error often occurs indications First, the existence of the familiarity of the students themselves. Second, students are not trained to write a capital letter at the beginning of the first letter of a sentence. In most punctuation errors are errors removal of the dot at the end of a sentence that is not a question/exclamation with a percentage of 39.13%. Indications that causes this error occurs first, inaccuracy students after the end of a sentence using a dot so that students do not pay attention to the rules of language is good and right. Secondly, ignorance students will mark the point when the final placement of the sentence. Another factor is the cause of the error is low student motivation, response and attitude of students who are less well during the learning process, teachers are only reliable lecturing and more emphasis on theoretical aspects of the practical skills of written language, and teaching materials are poorly understood students

(7)

iii

Segala puji bagi Allah Swt, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya penulis mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kesalahan Huruf Kapital dan Tanda Baca pada Paragraf Deskriptif Siswa Kelas V SD Negeri Sampay”. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang telah menjauhkan kita dari zaman kebodohan.

Banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi selama penulisan skripsi ini. Tetapi, berkat do’a, usaha, dan perjuangan serta dorongan dari berbagai pihak, akhirnya segala tantangan dan rintangan ini dapat diatasi.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D., selaku dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Dr. Fauzan, M.A., selaku ketua prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Terima kasih atas arahan, motivasi, dan bimbingan menyelesaikan skripsi ini;

3. Asep Ediana Latip, M.Pd., selaku sekretaris jurusan Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

4. Rusydy Zakaria, M.Ed, M.Phill., selaku dosen pembimbing I. Terima kasih atas motivasi, arahan, dan bimbingan, serta kesabaran Bapak dalam membimbing saya menyelesaikan skripsi ini;

5. Dindin Ridwanudin, M.Pd., selaku selaku dosen pembimbing II. Terima kasih atas motivasi, arahan, dan bimbingan, serta kesabaran Bapak dalam membimbing saya menyelesaikan skripsi ini;

6. Abdul Ghofur, M.A., selaku pembimbing akademik Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI);

(8)

iv much;

9. Seluruh keluarga penulis, adikku tersayang: Fitri Priana dan Risky Priana. Terima kasih telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

10. Seluruh mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), khususnya kelas A angkatan 2010, terima kasih atas pengalaman dan pembelajaran berharga yang penulis dapatkan selama ini. Canda tawa kalian akan selalu penulis kenang selamanya;

11. Teman-temanku yang “cerewet”, Siti Nurkhoyah, Gadies Farhana, Dewi Nurzannah, Nur Azizah, Rahmi Mulyati, Alfiyah Nurul Azizah, dan Irfan Siddiq yang selalu mengingatkan penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih berkat kecerewetan kalian, skripsi ini dapat diselesaikan; 12. Kak Desi sebagai teman dekat yang selalu memberi motivasi dan dukungan

untuk penulis agar menyelesaikan skripsi ini;

13. Keluarga besar PAUD Rizky Cendikia yang memberikan dukungan baik materi maupun nonmateri;

14. Keluarga besar SD Negeri Sampay yang memberikan dukungan dan diperbolehkannya melakukan penelitian;

15. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga bantuan, dukungan, motivasi, dan partisipasi yang diberikan kepada penulis, mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah Swt. Aamiin.

Jakarta, 6 November 2014

(9)

v LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI ... 6

A. Kajian Teori ... 6

1. Huruf Kapital ... 6

a. Definisi Huruf Kapital ... 6

b. Kaidah-Kaidah Penulisan Huruf Kapital ... 6

c. Kesalahan Penulisan Huruf Kapital ... 7

(10)

vi

2) Kaidah-Kaidah Penggunaan Tanda Titik ... 11

3) Kesalahan Penggunaan Tanda Titik ... 13

b. Tanda Koma ... 15

1) Definisi Tanda Koma ... 15

2) Kaidah-Kaidah Penggunaan Tanda Koma ... 15

3) Kesalahan Penggunaan Tanda Koma ... 17

c. Faktor Penyebab Kesalahan Tanda Baca ... 19

3. Menulis ... 20

a. Hakikat Menulis ... 20

b. Tujuan Menulis ... 21

c. Manfaat Menulis ... 22

d. Ragam Tulisan ... 23

4. Paragraf ... 24

a. Hakikat Paragraf ... 24

b. Unsur-unsur Paragraf ... 25

c. Struktur Paragraf... 25

d. Paragraf Deskriptif ... 26

B. Penelitian yang Relevan ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

B. Latar Penelitian (Setting) ... 31

C. Metode Penelitian ... 31

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 32

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ... 33

F. Pengolahan Data ... 33

(11)

vii

BAB V PENUTUP ... 103 A. Simpulan ... 103 B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 105 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

viii

siswa ASB ... 37 Tabel 4.2 Analisis kesalahan penulisan huruf kapital dalam paragraf deskriptif

siswa AH ... 39 Tabel 4.3 Analisis kesalahan penulisan huruf kapital dalam paragraf deskriptif

siswa AZ ... 42 Tabel 4.4 Analisis kesalahan penulisan huruf kapital dalam paragraf deskriptif

siswa AN ... 44 Tabel 4.5 Analisis kesalahan penulisan huruf kapital dalam paragraf deskriptif

siswa AR ... 47 Tabel 4.6 Analisis kesalahan penulisan huruf kapital dalam paragraf deskriptif

siswa AYS ... 48 Tabel 4.7 Analisis kesalahan penulisan huruf kapital dalam paragraf deskriptif

siswa DD ... 50 Tabel 4.8 Analisis kesalahan penulisan huruf kapital dalam paragraf deskriptif

siswa EL ... 53 Tabel 4.9 Analisis kesalahan penulisan huruf kapital dalam paragraf deskriptif

siswa ER... 55 Tabel 4.10 Analisis kesalahan penulisan huruf kapital dalam paragraf deskriptif

siswa IN ... 55 Tabel 4.11 Analisis kesalahan penulisan huruf kapital dalam paragraf deskriptif

siswa IP ... 59 Tabel 4.12 Analisis kesalahan penulisan huruf kapital dalam paragraf deskriptif

siswa IA ... 61 Tabel 4.13 Analisis kesalahan penulisan huruf kapital dalam paragraf deskriptif

siswa JK ... 63 Tabel 4.14 Analisis kesalahan penulisan huruf kapital dalam paragraf deskriptif

siswa KR ... 65 Tabel 4.15 Analisis kesalahan penulisan huruf kapital dalam paragraf deskriptif

siswa MS ... 66 Tabel 4.16 Analisis kesalahan penulisan huruf kapital dalam paragraf deskriptif

siswa MI ... 67 Tabel 4.17 Analisis kesalahan penulisan huruf kapital dalam paragraf deskriptif

siswa MJ... 69 Tabel 4.18 Analisis kesalahan penulisan huruf kapital dalam paragraf deskriptif

siswa NA ... 70 Tabel 4.19 Analisis kesalahan penulisan huruf kapital dalam paragraf deskriptif

siswa NAU ... 71 Tabel 4.20 Analisis kesalahan penulisan huruf kapital dalam paragraf deskriptif

siswa ND ... 72 Tabel 4.21 Analisis kesalahan penulisan huruf kapital dalam paragraf deskriptif

(13)

ix

siswa SN... 76 Tabel 4.25 Analisis kesalahan penulisan huruf kapital dalam paragraf deskriptif

siswa YS... 77 Tabel 4.26 Analisis kesalahan penggunaan tanda baca dalam paragraf deskriptif

siswa ASB ... 78 Tabel 4.27 Analisis kesalahan penggunaan tanda baca dalam paragraf deskriptif

siswa AZ ... 79 Tabel 4.28 Analisis kesalahan penggunaan tanda baca dalam paragraf deskriptif

siswa AN ... 80 Tabel 4.29 Analisis kesalahan penggunaan tanda baca dalam paragraf deskriptif

siswa AYS ... 81 Tabel 4.30 Analisis kesalahan penggunaan tanda baca dalam paragraf deskriptif

siswa EL ... 84 Tabel 4.31 Analisis kesalahan penggunaan tanda baca dalam paragraf deskriptif

siswa ER... 85 Tabel 4.32 Analisis kesalahan penggunaan tanda baca dalam paragraf deskriptif

siswa IP ... 86 Tabel 4.33 Analisis kesalahan penggunaan tanda baca dalam paragraf deskriptif

siswa KR ... 87 Tabel 4.34 Analisis kesalahan penggunaan tanda baca dalam paragraf deskriptif

siswa MS ... 88 Tabel 4.35 Analisis kesalahan penggunaan tanda baca dalam paragraf deskriptif

siswa MI ... 90 Tabel 4.36 Analisis kesalahan penggunaan tanda baca dalam paragraf deskriptif

siswa NA ... 92 Tabel 4.37 Analisis kesalahan penggunaan tanda baca dalam paragraf deskriptif

siswa SN... 93 Tabel 4.38 Analisis kesalahan penggunaan tanda baca dalam paragraf deskriptif

siswa SY... 94 Tabel 4.39 Rekapitulasi frekuensi kesalahan siswa pada huruf kapital dalam

paragraf deskriptif ... 95 Tabel 4.40 Rekapitulasi frekuensi kesalahan siswa pada tamda baca dalam

(14)

x Lampiran 2 : Nama Siswa

Lampiran 3 : Daftar Wawancara

Lampiran 4 : Hasil Wawancara

Lampiran 5 : Tulisan Paragraf Deskriptif Siswa

Lampiran 6 : Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 7 : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 8 : Surat Keterangan Melakukan Penelitian

Lampiran 9 : Dokumentasi

(15)

1

A. Latar Belakang Masalah

Penguasaan bahasa tulis mutlak diperlukan dalam kehidupan modern sekarang ini, ternyata keterampilan menulis kurang mendapat perhatian. Pendidik (guru) merupakan salah satu tugas untuk melatih keterampilan menulis siswa, dan tentunya perlu memahami dengan baik keterampilan menulis. Pemahaman konsep menulis menjadi penting bagi kita karena dalam praktek kesehariannya banyak orang yang terampil membaca tetapi mengalami kesulitan dalam menulis.

Sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dalam menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya.1 Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakaiannya. Dengan demikian dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat 4 unsur yang terlibat: penulis sebagai penyampai pesan, isi tulisan,

saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.2

Pemahaman akan tata bahasa perlu diperhatikan dalam menulis atau hasil tulisan lain yang bersifat ilmiah maupun nonilmiah. Dengan memperhatikan tata bahasa yang baik dan benar siswa dapat membiasakan bahwa hal tersebut memanglah perlu dalam keterampilan berbahasa khususnya keterampilan menulis. Menulis harus menggunakan aturan-aturan yang terdapat dalam bahasa Indonesia. Sebagai pemakai bahasa, kita wajib mematuhi aturan baku berbahasa yang dinyatakan dalam ejaan yang disempurnakan atau yang lebih dikenal dengan EYD. Yang dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar hubungan antara

1

Suparno dan M. Yunus dalam Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Bandung: CV Karya Putra Darwati, 2012), cet. 1, hlm. 96.

2

(16)

lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.3

Bentuk tulisan yang baik adalah tulisan yang memperhatikan penggunaan huruf, penggunaan tanda baca dan lain-lain. Di dalam menulis paragraf penulisan huruf kapital dan tanda baca perlu ditingkatkan dan dimengerti oleh setiap pemakai bahasa Indonesia, khususnya bagi siswa-siswi. Tidak hanya huruf kapital saja, penggunaan dan peletakkan tanda baca juga perlu dipahami untuk menunjang peningkatan keterampilan dalam berbahasa.

Penerapan penulisan huruf kapital merupakan aturan-aturan yang harus ditaati oleh pemakai bahasa untuk keteraturan dan keseragaman bentuk dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berpengaruh pada ketepatan dan kejelasan makna. Dengan demikian, penulis dapat menyampaikan maksud yang ingin disampaikan melalui tulisannya. Sedangkan tanpa tanda baca, dapat menyulitkan pembaca memahami tulisan, mungkin juga mengubah maksud suatu kalimat.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan di kelas saat praktek profesi keguruan terpadu (PPKT) masih banyak terjadi kesalahan dalam penulisan huruf kapital dan tanda baca. Ini berarti kemampuan siswa dalam memahami huruf kapital dan tanda baca tergolong rendah. Kesalahan penulisan huruf kapital dan tanda baca yang kurang tepat sering terjadi dalam tulisan siswa. Bahkan sepertinya mereka sudah terbiasa menulis tanpa memberhatikaan huruf kapital dan tanda baca. Hal ini disebabkan ketidaktahuan siswa dalam penulisan huruf kapital dan tanda baca, metode pembelajaran yang digunakan guru kurang efektif khususnya untuk materi huruf kapital dan tanda baca sehingga mengakibatkan siswa belum mampu memahami penulisan huruf kapital dan tanda baca secara tepat dan benar, guru kurang menekankan siswa untuk membiasakan menulis dengan memperhatikan penulisan huruf kapital dan tanda baca, buku rujukan atau

3

(17)

teks paragraf deskriptif tidak tersedia di kelas, serta Sarana dan prasarana yang menunjang keterampilan menulis masih terbatas.

Faktor lain disebabkan karena kemampuan siswa dalam menulis paragraf deskriptif lemah. Menulis bukan hanya sekedar menulis kata-kata dan kalimat-kalimat yang menjadikan sebuah paragraf atau wacana. Dalam ragam tulis, ide atau gagasan-gagasan itu disajikan secara jelas dan khas. Suatu tulisan secara umum mengandung dua hal yaitu isi dan cara pengungkapannya. Kegiatan menulis dapat dilakukan oleh siapapun. Akan tetapi kemampuan menulis dengan baik dan benar tidaklah bisa dilakukan oleh sembarang orang. Minat siswa akan kegiatan menulis dapat dikatakan relatif rendah terutama menulis paragraf. Hal ini disebabkan kurangnya siswa mengetahui manfaat dari menulis itu sendiri.

Pengajaran paragraf suatu proses yang sistematis untuk mengembangkan suatu gagasan yang saling berkaitan. Hasil dari pengajaran paragraf ini diharapkan siswa mampu merangkai kalimat untuk mengembangkan gagasan tersebut sehingga menjadi tulisan yang baik dan menarik. Mengingat pentingnya pengajaran paragraf dalam keterampilan menulis maka hendaknya guru memotivasi siswa untuk meningkatkan mengenai pemahaman pengajaran paragraf.

(18)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Banyak kesalahan penulisan huruf kapital dan tanda baca pada tulisan siswa. 2. Guru kurang menekankan untuk membiasakan menulis dengan

memperhatikan huruf kapital dan tanda baca kepada siswa.

3. Metode pembelajaran yang digunakan guru kurang efektif khususnya untuk materi penulisan huruf kapital dan tanda baca sehingga menyebabkan siswa belum mampu memahami penulisan huruf kapital dan tanda baca secara baik dan benar.

4. Siswa tidak tahu tata cara penulisan huruf kapital dan tanda baca dengan baik dan benar.

5. Siswa kurang memahami tata cara menulis paragraf deskriptif. 6. Minat siswa dalam menulis paragraf deskriptif masih rendah.

7. Sarana dan prasarana yang menunjang keterampilan menulis masih terbatas.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada kesalahan huruf kapital dan tanda baca pada paragraf deskriptif siswa kelas V SD Negeri Sampay Rumpin-Bogor.

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah kesalahan huruf kapital dan tanda baca pada paragraf deskriptif siswa kelas V SD Negeri Sampay Rumpin-Bogor?”

(19)

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini untuk mengetahui kesalahan huruf kapital dan tanda baca pada paragraf deskriptif siswa kelas V SD Negeri Sampay Rumpin-Bogor.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat yang mencakup aspek teoretis maupun praktis, seperti:

1. Bagi Guru

Sebagai masukan atau informasi untuk memperoleh gambaran yang lebih konkrit mengenai huruf kapital dan tanda baca dan implikasinya terhadap pembelajaran menulis paragraf deskriptif dalam pelajaran bahasa Indonesia. Guru senantiasa mengingatkan siswa dan terus memotivasi agar terbiasa menulis dengan memperhatikan huruf kapital dan tanda baca.

2. Bagi Siswa

(20)

6

A. Kajian Teori 1. Huruf Kapital

a. Definisi Huruf Kapital

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia huruf kapital adalah huruf yang berukuran dan berbentuk khusus (lebih besar dari huruf biasa) biasanya digunakan sebagai huruf pertama dari kata pertama dalam kalimat, huruf pertama nama diri, dll.1 Sedangkan Menurut Dendy Sugono, dkk. Huruf kapital merupakan huruf besar, biasanya digunakan pada huruf pertama dari kata pertama dalam kalimat atau huruf pertama nama, seperti A, B, dan D.2 Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa huruf kapital merupakan huruf besar seperti A, B, C, D, dan seterusnya yang digunakan sebagai huruf pertama dari kata pertama dalam kalimat, huruf pertama nama diri, huruf pertama nama bulan, huruf pertama nama hari, dll.

b. Kaidah-Kaidah Penulisan Huruf Kapital

Terdapat banyak aturan-aturan yang mengatur penggunaan huruf kapital diantaranya yaitu sebagai berikut:

1) Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya: Kita harus bekerja keras.

2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, tuhan, dan termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya: Allah, Al-Quran, Alkitab, dan Islam

3) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya: Dewi Sartika

4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya dan peristiwa sejarah. Misalnya: bulan September

1

Pusat Bahasa Kemdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cer ke-4, hlm. 513.

2

(21)

5) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya: suku Sunda, bangsa Indonesia

6) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya: Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma

7) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi. Misalnya: Jawa Barat, Cirebon, dll.

8) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya: “Kapan Bapak berangkat?” Tanya Harto.3

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam menulis harus memperhatikan penulisan huruf kapital. Adapun penulisan huruf kapital yang benar adalah pada awal kata dalam kalimat, huruf pertama unsur-unsur nama geografi, nama gelar, nama jabatan, singkatan nama gelar, nama tempat atau lokasi, nama bulan, nama hari, huruf pertama kata ganti Anda, nama judul karangan kecuali kata seperti: di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, dan kata petunjuk hubugan kekerabatan seperti: Bapak, Ibu, Kakak, Adik, Paman.

c. Kesalahan Penulisan Huruf Kapital

Penulisan huruf kapital yang kita jumpai dalam tulisan-tulisan resmi kadang-kadang menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku. Dapat dilihat pada:

1) Kesalahan penulisan huruf pertama petikan langsung

Contoh: Ibu mengingatkan, “jangan lupa dompetmu, Tik!”4

Jika kita hubungkan kalimat tersebut dengan kaidah bahasa yang benar berdasarkan pedoman baku EYD bahwa huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. 5

Jadi, contoh kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi kalimat berikut ini: Ibu mengingatkan, “Jangan lupa dompetmu, Tik!”

3

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, (Bandung: CV Pusaka Setia, 2012), hlm.17-20.

4

Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktek, (Jakarta :Yuma Pustaka, 2010), cet ke-2, hlm. 156.

5

(22)

2) Kesalahan penulisan huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan

Contoh: Limpahkanlah rahmatmu kepada kami ya allah.6

Jika kita hubungkan kalimat tersebut dengan kaidah bahasa yang benar berdasarkan pedoman baku EYD bahwa huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. 7

Jadi, contoh kalimat diatas dapat diperbaiki menjadi kalimat berikut ini:

Limpahkanlah rahmat-Mu kepada kami ya Allah.

3) Kesalahan penulisan huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah

Contoh: Pada bulan agustus terdapat hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. 8

Jika kita hubungkan kalimat tersebut dengan kaidah bahasa yang benar berdasarkan pedoman baku EYD bahwa huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya dan peristiwa sejarah.9 Jadi, contoh kalimat diatas dapat diperbaiki menjadi kalimat berikut ini:

Pada bulan Agustus terdapat hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia.

4) Kesalahan penulisan huruf pertama pada kata tugas seperti : di, ke, dari, untuk, dan, atau, dan dalam pada judul buku, majalah, surat kabar, karangan, yang tidak terletak pada posisi awal

Contoh: Idrus mengarang buku Dari Ave Maria Ke jalan lain Ke Roma.10 Jika kita hubungkan kalimat tersebut dengan kaidah bahasa yang benar berdasarkan pedoman baku EYD bahwa huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata

6

Nanik Setyawati, op. cit., hlm. 157. 7

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, loc. cit. 8

Nanik Setyawati, op. cit., hlm. 161. 9

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op. cit., hlm. 8. 10

(23)

seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.11

Jadi, contoh kalimat diatas dapat diperbaiki menjadi kalimat berikut ini:

Idrus mengarang buku dari Ave Maria ke jalan lain ke Roma.

5) Kesalahan penulisan huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan, seperti : bapak, ibu, saudara, anda, adik, kakak, dan paman yang di pakai sebaga kata ganti sapaan.

Contoh: Surat saudara sudah saya terima beberapa hari yang lalu.12 Jika kita hubungkan kalimat tersebut dengan kaidah bahasa yang benar berdasarkan pedoman baku EYD bahwa huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.13

Jadi, contoh kalimat diatas dapat diperbaiki menjadi kalimat berikut ini:

Surat Saudara sudah saya terima beberapa hari yang lalu.

Dari uraian contoh kesalahan penulisan huruf kapital di atas, kesalahan penulisan huruf kapital masih terjadi dalam tulisan siswa dalam proses belajar hal tersebut mengimplikasikan bahwa tujuan pengajaran bahasa belum tercapai secara maksimal. Semakin tinggi kualitas kesalahan berbahasa itu, maka semakin sedikit tujuan pengajaran bahasa yang dicapai. Untuk itu maka kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa harus dikurangi sampai ke batas minimal, bahkan diusahakan dihilangkan sama sekali. Hal ini dapat tercapai jika guru pengajar bahasa mengkaji secara mendalam segala aspek seluk beluk kesalahan berbahasa itu.

11

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op. cit., hlm. 10. 12

Nanik Setyawati, op. cit., hlm. 165. 13

(24)

d. Faktor Penyebab Kesalahan Berbahasa pada Penulisan Huruf Kapital

Pangkal penyebab kesalahan berbahasa ada pada orang yang menggunakan bahasa yang bersangkutan bukan pada bahasa yang digunakan.14 Ada beberapa faktor yang menyebabkan kesalahan berbahasa khususnya pada penulisan huruf kapital:15

1) Intelegensi siswa rendah 2) Motivasi belajar siswa rendah 3) Kurangnya menguasai materi

4) Malas mempelajari ejaan yang disempurnakan (EYD) 5) Sikap siswa yang kurang baik selama belajar

6) Malu bertanya kepada guru

7) Materi ajar khususnya pada huruf kapital yang kurang dipahami siswa 8) Kurangnya latihan yang dilakukan siswa dalam menerapkan penulisan

huruf kapital

9) Pembelajaran bahasa Indonesia di kelas lebih menekankan aspek teoretikal dari pada keterampilan praktis bahasa tulis

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan pada penulisan huruf kapital tidak terbatas pada aspek siswa namun dari aspek guru juga. Pada siswa motivasi belajar rendah, kurang menguasai materi, malas mempelajari EYD, malu bertanya kepada guru, kurangnya latihan-latihan penulisan huruf kapital yang baik dan benar, pemahaman siswa kurang. Sedangkan pada guru pembelajaran menekanan aspek teoretikal dari pada keterampilan menulis.

2. Tanda Baca

14

Nanik Setyawati, op. cit., hlm. 15.

15

Cusna Arifah, Analisis Penggunaan Huruf Kapital dalam Penulisan Kalimat Sederhana Siswa Sekolah Dasar,

(25)

Salah satu yang sering diabaikan orang dalam menulis adalah penggunaan tanda baca (pungtuasi). Padahal, tanda baca dapat membatu seseorang dalam memahami isi bacaan. Coba bayangkan jika sebuah teks atau wacana tidak menggunakan tanda baca. Sudah tentu, bacaan tersebut tidak dapat dipahami.16

Tanda baca tidak dipisahkan dari tulisan. Setiap kali kita menulis pasti menggunakan tanda baca. Tanda baca berfungsi menuntun pembaca untuk memahami bagian-bagian dari kalimat. Menurut Dendy Sugono, dkk. Tanda baca adalah tanda-tanda dalam tulisan misalnya tanda titik, tanda koma, dll.17 Sedangkan tanda baca dalam kamus besar bahasa Indonesia yaitu tanda yang dipakai dalam sistem ejaan (seperti titik, koma, titik dua, dll).18

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tanda baca merupakan tanda-tanda yang digunakan dalam tulisan seperti titik, koma, titik dua, dll. Tanda baca digunakan untuk memahami bagian-bagian dari kalimat sehingga akan mempermudah pemahaman pembaca.

a. Tanda Titik

1) Definisi Tanda Titik

Tanda merupakan sebuah lambang, petunjuk, bukti adanya sesuatu.19 Tanda Titik merupakan tanda yang biasanya dipakai untuk menandai akhir sebuah kalimat.20 lambang dari tanda titik yaitu (.)

2) Kaidah-kaidah Penggunaan Tanda Titik

Kaidah penulisan tanda koma, berdasarkan Pedoman Baku EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah sebagai berikut:

a) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Misalnya: W.S Rendra

16

Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A, Pembinaan Bahasa Indonesia, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), hlm. 43.

17

Dendy Sugono, dkk, op. cit., hlm.375-376. 18

Pusat Bahasa Kemdiknas, op. cit., hlm. 1393. 19

Dendy Sugono, dkk, op. cit., hlm. 357. 20

(26)

b) Tanda titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Misalnya : Dr. (doktor)

c) Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah umum, yang ditulis dengan huruf kecil. Singkatan yang terdiri atas dua huruf diberi dua buah tanda titik, sedangkan singkatan yang terdiri atas tiga buah huruf atau lebih hanya diberi satu buah tanda titik. Misalnya: s.d (sampai dengan) dan a.n (atas nama)

d) Tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan

e) Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu.

f) Tanda titik tidak digunakan dibelakang singkatan kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang. Misalnya: Cu (kuprum) dan Kg (kilogram)

g) Tanda titik tidak digunakan di belakang judul yang merupakan kepala karangan, kepala ilustrasi tabel, dan sebagainya. Misalnya: Acara Kunjungan Menteri Kesra Abu Rizal Bakri

h) Tanda titik tidak digunakan dibelakang alamat pengirim dan tanda surat serta dibelakang nama dan alamat penerima surat. Misalnya: Jalan Harapan III /AB 1921

Jadi dapat disimpulkan bahwa pemakaian tanda titik yang tepat adalah singkatan nama orang; singkatan nama gelar atau pangkat; singkatan yang terdiri atas dua huruf diberi dua buah tanda titik sedangkan singkatan yang terdiri atas tiga buah huruf atau lebih hanya diberi satu buah tanda titik; tanda titik dipakai pada akhir kalimat; tanda titik dipakai untuk memisahkan angka yang menunjukan waktu; serta tanda titik tidak digunakan pada singkatan nama kimia, takaran, timbangan, dll; tidak digunakan pada akhir judul; dan tidak digunakan dibelakang alamat pengirim.

3) Kesalahan Penggunaan Tanda Titik (.)

21

(27)

Penggunaan tanda koma yang kita jumpai dalam tulisan-tulisan resmi kadang-kadang menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku. Perhatikan contoh berikut:

a) Pengilangan tanda titik pada akhir singkatan nama orang. Contoh: M Ramlan.22

Penulisan nama singkatan di atas salah karena karena tidak memakai tanda titik. Menurut E, Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai mengatakan bahwa tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.23

Jadi kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi: M. Ramlan

b) Pengilangan tanda titik pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Contoh: S E24

Penulisan nama gelar di atas salah karena karena tidak memakai tanda titik. Menurut E, Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai mengatakan bahwa tanda titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.25

Jadi kata-kata di atas dapat diperbaiki menjadi: S.E. (Serjana Ekonomi) c) Pemakaian tanda titik yang kurang atau berlebihan pada singkatan kata

(28)

d) Penghilangan tanda titik pada angka yang menyatakan jumlah untuk memisahkan ribuah, ratusan, jutaan, dan seterusnya.

Contoh: 2320 halaman, 3497 meter, sebanyak 1250 liter.28

Penulisan angka di atas salah karena tidak memakai tanda titik untuk memisahkan ribuan. Menurut E, Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai mengatakan bahwa tanda titik digunakan pada angka yang menyatakan jumlah untuk memisahkan ribuah, ratusan, jutaan, dan seterusnya. Akan tetapi, jika angka itu tidak menyatakan suatu jumlah, tanda titik tidak digunakan. Nomor telepon dan nomor rekening tidak diberi tanda titik pada setiap tiga angka. Misalnya tahun 2000, halaman 1234, NIP 1305199777, Telepon (021) 730824).29

Jadi, contoh di atas dapat diperbaiki menjadi: 2.320 halaman, 3.497

meter, sebanyak 1.250 liter.

e) Penambahan tanda titik pada singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal kata atau suku kata dan pada singkatan yang dieja seperti kata (akronim). Contoh: S.M.A Negeri III30

Menurut E, Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai mengatakan bahwa tanda titik tidak digunakan pada singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal kata atau suku kata dan pada singkatan yang dieja seperti kata (akronim).31

Jadi, contoh kata-kata di atas dapat diperbaiki menjadi: SMA Negeri III

f) Penambahan tanda titik dibelakang alamat pengirim, tanggal surat, di belakang nama penerima, dan alamat penerima surat. Contoh: Jalan Sudiran III. 45.32

Penulisan kalimat di atas salah karena tidak digunakan tanda titik dibelakang alamat pengirim. Menurut E, Zaenal Arifin dan S. Amran

Tasai mengatakan bahwa tanda titik tidak digunakan dibelakang alamat

(29)

pengirim dan tanda surat serta dibelakang nama dan alamat penerima surat.33

Jadi, contoh kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi: Jalan Sudiran III. 45.

Dari berbagai uraian kesalahan penggunaan tanda titik di atas, bahwa kesalahan penggunaan tanda koma dianggap bagian dari proses belajar yang dilakukan siswa namun kesalahan itu tidak sepenuhnya oleh siswa tetapi peran guru juga sangat menentukan. Dalam pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna. Hal ini berkaitan dengan bahan yang diajarkan dan cara pelaksanaan pengajaran. Cara pengajaran menyangkut masalah pemilihan teknik dan strategi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, kesinambungan pembelajaran dan alat bantu atau media yang digunakan.

b. Tanda Koma

1) Definisi Tanda Koma

Tanda koma merupakan untuk memisahkan satuan-satuan di dalam suatu perincian, untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimat, dan sebagainya.34

2) Kaidah-Kaidah Penggunaan Tanda Koma

Ada kaidah yang mengatur kapan tanda koma digunakan dan kapan tanda koma tidak digunakan. Tanda koma digunakan sebagai berikut:

a) Diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pemberian.

Misalnya : Barang yang saya akan beli di Pasar Harco Glodok adalah harddisc, CD, printer, laptop, dan lain sebagainya.

b) Untuk memisahkan bagian kalimat setara yang menggunakan tetapi dan melainkan. Misalnya: Rumah yang akan dijual bagus sekali, tetapi harganya murah.

c) Untuk memisahkan anak kalimat dengan induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.

Misalnya: Supaya pandai, kita harus rajin belajar dan berlatih.

33

E. Zaenal Arifin, op. cit., hlm. 200. 34

(30)

d) Dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat dalam posisi awal (lihat transisi konjungsi antarkalimat dalam paragraf). Misalnya: Jika demikian, kami tidak akan meluluskan Anda.

e) Dibelakang kata seru yang terdapat pada posisi awal. Misalnya: Mari, Nak!

f) Untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain pada suatu kalimat. Misalnya: Amir bertanya kepadaku, “Kapan gaji PNS akan dinaikan?” g) Diantara unsur-unsur alamat yang ditulis berurutan. Misalnya: Jika Anda

ingin berkirim surat, alamatkan ke: Jln. Kertamukti, Gg. H. Nipan No. 20 A, RT 001/08, Desa Pisangan, Kecamatan Ciputat, Kode Pos 15419 Kabupaten Tangerang.

h) Diantara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama keluarga atau marga. Misalnya: Malin Sitohang, S. H., M.Si.

i) Untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi. Misalnya: Dosen kami, Pak Mustofa, sering berceramah di televisi.

j) Dan tanda koma tidak digunakan untuk memisahkan petikan langsungdari bagian lain yang mengringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Misalnya: “Kapan Anda akan menyelesaikan penyusunan skripsi itu?” tanya dosen pembimbing kepada mahasiswanya.35

Jadi dapat disimpulkan bahwa pemakaian tanda koma yang tepat adalah diantara unsur-unsur perincian, memisahkan bagian kalimat setara yang menggunakan tetapi dan melainkan, memisahkan anak kalimat dengan induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya, dibelakang kata atau ungkapan penghubung (konjungsi) antarkalimat yang terdapat dalam posisi awal, dibelakang kata seru pada posisi awal, memisahkan petikan langsung dari bagian lain pada suatu kalimat, diantara unsur-unsur alamat yang ditulis secara berurutan, diantara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama keluarga atau marga, di muka angka persepuluhan dan diantara rupiah dan sen dalam bilangan, mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi, dan tanda koma tidak digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.

35

(31)

1) Kesalahan Penggunaan Tanda Koma (,)

Ada kaidah yang mengatur kapan tanda koma digunakan dan kapan tanda koma tidak digunakan. Tanda koma digunakan sebagai berikut :36

a) Penghilangan tanda koma diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pemberian atau pembilang.

Contoh: Anakku mengirimi aku beberapa baju, makanan dan uang.37 Penulisan kalimat di atas salah karena tidak memakai tanda koma diantara unsur perincian tersebut. Sedangkan berdasarkan pedoman umum EYD bahwa tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilang.38

Jadi, contoh kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi: Anakku mengirimi aku beberapa baju, makanan, dan uang.

b) Penghilangan tanda koma diantara dua klausa dalam kalimat majemuk setara (yang didahului oleh konjungsi tetapi, melainkan, dan sedangkan) Contoh: Ibu akan mengabulkan permintaanmu tetapi kau harus mengikuti nasihat orang tua.39

Penulisan kalimat di atas salah karena tidak memakai tanda koma diantara dua klausa dalam kalimat majemuk. Sedangkan berdasarkan pedoman umum EYD bahwa tanda koma digunakan untuk memisahkan bagian kalimat setara yang menggunakan tetapi, melainkan, sedangkan, dan lain sebagainya.40

Jadi, contoh kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi: Ibu akan mengabulkan permintaanmu, tetapi kau harus mengikuti nasihat orang

tua.

c) Penghilangan tanda koma dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat dalam posisi awal (lihat transisi konjungsi antarkalimat dalam paragraf).

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op. cit., hlm. 66. 39

Nanik Setyawati, op. cit., hlm. 184. 40

(32)

Contoh: Jadi minggu depan kita berangkat ke Bali.41

Berdasarkan pedoman umum EYD bahwa tanda koma digunakan dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat dalam awal kalimat seperti, oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.42

Jadi, contoh kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi: Jadi, minggu depan kita berangkat ke Bali.

d) Penghilangan tanda koma diantara nama orang dan gelar keserjanaan yang mengikutinya.

Contoh: Dra. Intan Indiati M.Si.43

Berdasarkan pedoman umum EYD bahwa tanda koma dipakai diantara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama keluarga atau marga.44

Jadi, contoh kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi: Dra. Intan Indiati, M.Si.

e) Penghilangan pemakaian tanda koma untuk memisahkan anak kalimat dan induk kalimat yang anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.

Contoh: Dia lupa datang karena sangat sibuk.45

Berdasarkan pedoman umum EYD bahwa tanda koma dipakai untuk siswa yang melakukan kesalahan dalam penulisan tanda koma, kesalahan tersebut tidak dengan sendirinya dengan demikian siswa dikatakan bersikap negatif padahal sikap negatif itu terbentuk jika siswa tahu dan sudah diberi tahu bahwa

41

Nanik Setyawati, op. cit., hlm. 185-186. 42

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op. cit., hlm. 67. 43

Nanik Setyawati. loc. cit.

44

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op. cit., hlm. 70. 45

Nanik Setyawati, op. cit., hlm. 189.

46

(33)

mereka telah melakukan kesalahan tetapi enggan untuk berusaha dan memperbaiki kesalahan tersebut. Siswa yang kurang terampil dalam berbahasa maka dapat menunjukan sikap positif bahwa mereka belajar dari kesalahan, memperhatikan saran, petunjuk, atau pendapat guru serta senantiasa untuk mengupayakan perbaikan pemakaian bahasa dan kecermatan akan hal tersebut. c. Faktor Penyebab Kesalahan Berbahasa pada Penggunaan Tanda baca

Faktor-faktor penyebab kesalahan berbahasa di bagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal: 47

1) Faktor Internal

a) Kurangnya Motivasi

Seperti pendapat yang dikatakan Ellis bahwa motivasi berpengaruh terhadap seberapa besar upaya untuk menguasai bahasa kedua (B2). Berbeda dengan pemerolehan bahasa pertama yang tidak memerlukan motivasi, faktor motivasi justru sangat berpengaruh pada pemerolehan bahasa kedua. Pengaruh motivasi ini memiliki dampak yang besar pada diri pembelajar agar dapat menguasai bahasa kedua dengan baik. Dengan motivasi yang tinggi membuat pembelajar berusaha memperbanyak pengetahuan yang dikuasai.

b) Potensi

Banyak waktu yang digunakan untuk mempelajari bahasa kedua, tetapi mereka tetap mengalami kegagalan. Sementara sebagian orang dapat menyerap dengan mudah. Ada yang mengambil keputusan bahwa perbedaan itu disebabkan adanya potensi mereka.

2) Faktor Eksternal

47

(34)

a) Pembelajaran yang belum sempurna

Bahan ajar, media pembelajaran, teknik dan strategi pembelajaran yang dilakukan guru belum berjalan secara maksimal.

b) Masa belajar yang singkat

Masa belajar akan mempengaruhi terhadap perkembangan penguasaan bahasa. Penguasaan bahasa yang dimiliki akan semakin banyak apabila masa belajarnya panjang.

3. Menulis

a. Hakikat Menulis

Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang rumit diantara jenis-jenis keterampilan yang lainnya. Karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.48 Menurut Henry Guntur Tarigan, menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.49

Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Hakikatnya, fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan peserta didik dalam berpikir. Selain itu, juga dapat membantu dalam berpikir kritis, merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam

48

Isah Cahyani, Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2009), Cet ke- 1, hlm. 128.

49

(35)

tanggap atau persepsi, memecahkan masalah, serta menyusun urutan bagi pengalaman.50

Menulis sebagai keterampilan seseorang mengkomunikasikan pesan dalam sebuah tulisan. Keterampilan tersebut berkaitan dengan kegiatan sesorang dalam memilih, memilah dan menyusun pesan untuk ditansaksikan melalui bahasa tulis.51

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis sebagai kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan tulisan. Menulis sebuah rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami. Menulis yang baik adalah menulis yang bisa dipahami oleh orang lain.

b. Tujuan Menulis

Tujuan menulis semestinya didasari oleh tujuan menulis itu sendiri. Akan tetapi, karena begitu beragamnya tujuan menulis, di bawah ini hanya di kemukakan beberapa tujuan saja, antara lain:

1) Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar biasa di sebut dengan wacana informatif (informative discourse)

2) Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut juga

wacana persuasif (persuasive discourse)

3) Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (wacana kesastraan atau literary discourse)

4) Tulisan yang bertujuan untuk mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat berapi-api disebut wacana ekspresif (expessive discourse).52

Sehubungan dengan “tujuan” penulisan suatu tulisan Hugo Hartig mengklasifikasikan tujuan penulisan antara lain:

1) Assignment purpose (tujuan penugasan)

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan khusus. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan bukan kemauan sendiri

50

Ibid.

51

Isah Cahayani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Jakarta: UPI Press, 2008), hlm. 127.

52

(36)

2) Altruitic purpose (tujuan altruistik)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca, ingin membuat hidup pembaca lebih mudah dan menyenangkan dengan karyanya itu.

3) Persuasive purpose (tujuan persuasif)

Tujuan yang meyakinkan pembaca akan kebenaran yang akan diutarakan 4) Informational purpose (tujuan informasional)

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan kepada pembaca

5) Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri)

Tulisan ini bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada pembaca

6) Creative purpose (tujuan kreatif)

Tulisan ini bertujuan untuk mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian

7) Poblem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)

Tujuan ini penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima pembaca.53

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis memiliki banyak ragamnya tujuan menulis tiada lain agar memiliki kemampuan dan pengalaman menulis serta dapat memanfaatkan kemampuan itu untuk berbagai keperluan..

c. Manfaat Menulis

Adapun manfaat menulis adalah sebagai berikut: 1) Mengenali kemampuan dan potensi diri sendiri 2) Mengembangkan berbagai gagasan,

3) Memperluas wawasan teoritis dan praktis 4) Memperjelas permasalahan yang samar-samar 5) Menilai gagasan sendiri secara objektif

6) Memecahkan masalah

7) Mendorong belajar secara aktif, dan

8) Membiasakan diri untuk berfikir dan berbahasa secara tertib.54

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa menulis dapat memberikan manfaat bahwa dengan menulis bisa mengenali kemampuan dan potensi yang ada dalam diri individu. Dapat mengembangan berbagai gagasan

53

Ibid., hlm. 25-26 54

(37)

serta memberikan pemahaman dan ilmu pengetahuan dalam otak. Dengan menulis juga dapat meningkatkan perasaan harga diri jika tulisannya di cetak di media massa rasa percaya dirinya akan tumbuh dan menjadi suatu kebanggaan percaya akan kemampuan diri. Selain itu juga menulis untuk memecahkan masalah agar dapat meningkatkan kesadaran karena dituntut untuk terus belajar untuk mengetahui berbagai informasi sehingga pengetahuannya akan semakin luas.

d. Ragam Tulisan

Telah banyak ahli yang membuat klasifikasi mengenai tulisan. Sebagai contoh berdasarkan bentuknya, Weayer membuat klasifikasi sebagai berikut: 55

1) Eksposisi yang mencakup: a) Definisi

b) Analisis

2) Deskripsi yang mencakup: a) Deskripsi ekspositori b) Deskripsi literer 3) Narasi yang mencakup:

a) Urutan waktu b) Motif

c) Konflik dan Titik pandang d) Pusat minat

4) Argumentasi yang mencakup: a) Induksi

b) Deduksi

Uraian klasifikasi di atas senada berdasarkan pendapat Morris beserta rekan-rekannya yang menjelaskan sebagai berikut: 56

1) Eksposisi mencakup 6 metode analisis yaitu: klasifikasi, definisi, eksemplifikasi, sebab-akibat, komparasi-kontras, dan prose

2) Argumen mencakup: argumen formal (deduksi dan induksi) serta persuasi informal

3) Deskripsi meliputi: deskripsi ekspositoris dan deskripsi artistik/literer 4) Narasi meliputi: narasi informatif dan narasi artistik/literer

55

Henry Guntur Tarigan, op. cit., hlm.27-28. 56

(38)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ragam tulisan berdasarkan bentuknya diklasifikasikan menjadi tulisan eksposisi, deskripsi, narasi, dan argumentasi.

4. Paragraf

a. Hakikat Paragraf

Secara visual paragraf atau alinea ditandai oleh dua hal: (1) baris pertama ditulis/diketik menjorok ke dalam sebanyak lima ketukan dari marjin kiri; (2) selalu diawali baris baru. Variasi penulisan dapat saja dilakukan namun cara inilah yang universal dan direkomendasikan untuk karya-karya ilmiah. Paragraf merupakan bagian karangan tulis yang membentuk satu kesatuan pikiran/ide/gagasan.57

Asih Anggraini, dkk, menjelaskan bahwa paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri atas beberapa kalimat yang tersusun secara runtut, logis, lengkap, utuh, dan padu. Sebuah paragraf terdiri atas sejumlah kalimat yang mengungkapkan kesatuan informasi dengan satu pikiran utama atau gagasan poko sebagai pengendalinya.58

Rosihan Anwar dalam buku Kunjana Rahardi mengemukakan bahwa paragraf yang baik ialah paragraf yang memungkinkan pembaca memahami kesatuan informasi yang terkandung di dalamnya. Paragraf juga dapat dikatakan baik apabila gagasan pokok (controlling idea) yang mengendalikan paragraf itu sudah dikembangkan dan tuntas diuraikan.59

Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan fikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut. Sebuah paragraf mungkin terdiri atas sebuah kalimat, mungkin terdiri atas dua buah kalimat, mungkin juga lebih dari dua buah kalimat. Bahkan, sering kita temukan bahwa suatu paragraf berisi lebih dari lima buah kalimat. Walaupun paragraf itu

57

Kunjana Rahardi, Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 158.

58

Asih Anggraini, dkk, Mengasah Keterampilan Menulis Ilmiah di Perguruan Tinggi, (Jakarta: Graha Ilmu, 2006), hlm. 55.

59

(39)

mengandung beberapa kalimat, tidak satupun dari kalimat-kalimat itu memperkatakan soal lain. Seluruhnya memperbincangkan satu masalah atau sekurang-kurangnya bertalian erat dengan masalah itu.60

Jadi paragraf adalah sebuah tulisan yang membentuk satu-kesatuan ide atau gagasan biasanya paragraf terdiri dari lima buah kalimat. Tiap kalimat memiliki hubungan erat dengan masalah yang diperbincangkan.

b. Unsur-unsur Paragraf

Paragraf terdiri dari dua unsur yaitu unsur lahiriah dan unsur non lahiriah. Adapun unsur lahiriah seperti: kalimat, frasa dan kata. Sedangkan unsur nonlahiriah paragraf berupa makna atau maksud penulis yang terkandung di dalam keseluruhan jiwa paragraf itu.61

Dalam pembuatan suatu paragraf harus memiliki unsur-unsur yang membangun paragraf agar paragraf tersebut tersusun secara logis dan sistematis. Unsur-unsur lahiriah suatu paragraf haruslah padu atau disebut juga dengan kohesi (keterpaduan) sedangkan unsur non lahiriah paragraf juga harus satu atau disebut juga dengan kohesi (kesatuan). Menurut Nanik M. Kuntarto mengatakan bahwa keterpaduan paragraf menggunakan kata penghubung, terdapat dua jenis kata penghubung yaitu kata penghubung intrakalimat dan kata penghubung antarkalimat. Kata penghubung intrakalimat adalah kata yang menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat, sedangkan kata penghubung antar kalimat adalah kata yang menghubungkan kalimat satu dengan yang lainnya.62 Kesatuan paragraf adalah tiap paragraf mengandung satu pokok pikiran yang diwujudkan dalam kalimat utama. Kalimat utama yang diletakan di awal paragraf dinamakan paragraf deduktif, sedangkan Kalimat utama yang diletakan di akhir paragraf dinamakan paragraf induktif.63

c. Struktur Paragraf

60

E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, op. cit., hlm. 115. 61

Kunjana Rahardi, op. cit., hlm. 160. 62

Nanik M. Kuntarto, Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berfikir, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010), cet ke-8, hlm. 154.

63

(40)

Pada kalimat topik/kalimat utama paragraf hanya dimungkinkan muncul di depan atau sebaliknya di bagian belakang. Kalimat topik/kalimat utama yang ditempatkan di depan disebut paragraf deduktif, sedangkan yang ditempatkan di bagian paling belakang disebut paragraf indukif. Selain itu, terdapat jenis paragraf yang kalimat topik atau kalimat utamanya diletakan baik di bagian awal maupun akhir disebut paragraf abduktif. 64

d. Paragraf Deskriptif

Paragraf deskriptif adalah paragraf yang berisi tentang melukiskan atau menggambarkan apa saja yang dilihat di depan mata penulisnya. Paragraf ini bersifat loyal terhadap tata ruang atau tata letak objek yang dituliskan, penyajiannya dapat berurutan dari atas ke bawah atau sebaliknya, dari depan ke belakang. Jadi dapat disimpulkan bahwa penggambaran paragraf deskriptif ini berkaitan dengan segala sesuatu yang ditangkap atau diserap oleh pancaindera.65 Deskripsi bertalian erat dengan pancaindera. Melalui deskripsi, pembaca diajak melihat, mendengar atau merasakan sesuai dengan yang dilukiskan.66

Sesuatu yang dideskripsikan tidak hanya terbatas pada apa yang kita lihat dan kita dengar saja, tetapi yang dapat kita rasa dan kita fikir, seperti rasa takut, cemas, tegang, jijik, haru, dan kasih sayang. Begitupula suasana yang timbul dari suatu peristiwa seperti suasana mencekam, putus asa, kemesraan, dan keromantisan panorama pantai.67

Berdasarkan kategori yang lazim, ada dua objek yang diungkapkan dalam deskripsi yaitu orang dan tempat.68

a) Deskripsi orang

64

Kunjana Rahardi, op. cit, hlm. 163. 65

Ibid., hlm. 166. 66

Sudarno dan Eman A. Rahman, Terampil Berbahasa Indonesia, (Jakarta: PT Hikmat Syahid Indah, 1986), hlm. 117.

67

Novi Resmini, Yayah Curiyah, dan Nenden Sundori, Membaca dan Menulis di SD: Teori dan Pengajarannya, (Jakarta: UPI PRESS, 2006), hlm. 116.

68

(41)

Yaitu mendeskripsikan tentang orang, adapun macam-macam dari deskripsi orang yaitu:

(1) Deskripsi keadaan fisik

Deskripsi fisik bertujuan memberi gambaran yang sejelas-jelasnya tentang keadaan tubuh seseorang tokoh. Deskripsi ini banyak bersifat objektif. (2) Deskripsi keadaan sekitar

Deskripsi keadaan sekitar yaitu penggambaran seseorang yang mengelilingi sang tokoh, misalnya menggambaran tentang aktivitas-aktivitas yang dilakukan, pekerjaan atau jabatan, pakaian, tempat kediaman, dan kendaraan yang ikut menggambarkan watak seseorang. (3) Deskripsi watak atau tingkah laku perbuatan

Mendeskripsikan watak sesorang ini memang paling sulit dilakukan. Kita harus mampu menafsirkan tabir yang terkandung dibalik fisik manusia. Dengan kecermatan dan keahlian kita, kita harus mampu mengidentifikasi unsur-unsur dan kepribadian seseorang tokoh. Kemudian, menampilkan dengan jelas unsur-unsur yang dapat memperlihatkan karakter yang digambarkan.

(4) Deskripsi gagasan–gagasan tokoh

Hal ini memang tidak dapat diserap oleh panca indera manusia. Namun, antara perasaan dan unsur fisik mempunyai hubungan erat. Pancaran wajah, pandangan mata, gerak bibir, dan gerak tubuh merupakan petunjuk tentang keadaan perasaan seseorang pada waktu itu.69

b) Deskripsi tempat

Tempat memegang peranan yang sangat penting dalam setiap peristiwa. Tidak ada peristiwa yang terlepas dari lingkungan dan tempat. Semua kisah akan selalu mempunyai latar belakang tempat. Jika kita melukiskan sebuah tempat, hendaknya kita bekerja dengan mengikuti cara yang logis dalam menyusun perincian.70

Menurut Mahsusi paragraf deskripsi terbagi menjadi dua macam, yaitu deskripsi ekspositoris dan deskripsi improsionistik (sugestif). Deskripsi ekspositoris penulis hanya ingin memberitahukan memperlihatkan atau mendengarkan sesuatu kepada pembaca. Ada atau tidak adanya kesan pembaca tidak menjadi masalah bagi penulis.71 Sedangkan deskripsi improsionistik

(42)

menimbulkan suatu kesan pada para pembaca, kesan itu bisa bermacam-macam, misalnya: menarik hati, benci, seram, indah, jijik, cantik, tampan.72

Langkah-langkah menulis deskripsi sebagai berikut:

(1) Menentukan apa yang akan dideskripsikan, apakah akan mendeskripsikan tempat atau orang

(2) Merumuskan tujuan pendeskripsian

(3) Menetapkan bagian yang akan dideskripsikan

(4) Memerinci dan mensistematiskan hal-hal yang menunjuang kekuatan bagian yang akan dideskripsikan. 73

Contoh paragraf deskriptif:

Menempuh jalan sepanjang kurang lebih 5 KM yang kiri-kanannya penuh kandang kuda, Anda akan menemukan deretan rumah gedig yang sangat mirip satu sama lain. Di sana-sini tampak anak-anak sampai dewasa, bahkan sampai usia lanjut berseleweran bagaikan semut rangrang yang bubar karena terinjak. Itulah pesantren salafi Al-Hidayah pimpinan Haji Ma’mun Bajuri. Deretan rumah berdinding anyaman bambu (gedig) yang mirip satu sama lain tadi tidak lain adalah pemukiman dan sekaligus tempat berlangsungnya segala aktivitas santri dari pagi hingga malam. Yang tampak hanyalah santri laki-laki, sedangkan santri wanita selalu tidak diperbolehkan keluar kalau tidak ditenami muhrimnya. Santri wanita tinggal dibangunan belakang tempat tinggal laki-laki dan diawasi selama 24 jam oleh ustadzah yang kebetulan bermukim di kompleks itu juga”.74

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa paragraf deskriptif adalah paragraf yang menggambarkan apa yang ditangkap dan dilihat oleh panca indera. Namun sesuatu yang dideskripsikan tidak hanya terbatas pada apa yang kita lihat dan kita dengar saja, tetapi yang dapat kita rasakan dan kita fikirkan. Baik yang dapat menimbulkan kesan bagi pembaca ataupun tidak menimbulkan kesan.

72

Ibid.

73

Novi Resmini, Yayah Curiyah, dan Nenden Sundori, op. cit, hlm. 122. 74

(43)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam proses pembuatan skripsi ini, peneliti mengacu pada penelitian-penelitian yang relevan yang telah ada sebelumnya, diantaranya :

1. Penelitian skripsi Siti Romlah (2010), yang berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa Siswa Kelas VII Mts Al-Furqon Cileungsi Tahun Ajaran

2010-2011. Hasil penelitian menunjukan bahwa kesalahan terbanyak yang dilakukan oleh siswa dalam menulis laporan hasil wawancara adalah kesalahan dalam menulis huruf kapital yaitu 51.14 %. Artinya tingkat keterpahaman siswa dalam menulis sangat rendah. Ditingkat kedua pada penulisan diksi yaitu 25,42 %, artinya keterpahaman siswa dalam menulis sudah tergolong cukup bagus. Tingkat ketiga pada penulisan kata, yaitu mencapai 14,57 %, artinya tingkat keterpahaman siswa sudah cukup bagus. Tingkat terakhir pada penulisan tanda baca yaitu 8,85 %, artinya keterpahaman siswa dalam menulis sudah bagus.

2. Penelitian skripsi Tirmizi Ramadhan (2009), yang berjudul Analisis Hasil Karangan Eksposisi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Banyuasin

(44)

menulis huruk kelima tersebut dengan baik dan benar. Kesalahan berikutnya adalah penulisan huruf kapital pada awal kalimat (67%). Kesalahan tersebut mudah mudah sekali terlihat pada permulaan kalimat yang ditulis siswa, baik awal paragraf maupun pergantian kalimat baru. Beberapa kesalahan penulisan huruf kapital pada awal kalimat banyak terjadi pasa saat siswa menuliskan kalimat baru (pergantian kalimat). Kesalahan ini tidak akan terjadi apabila siswa memperhatikan penghentian kalimat yang ditandai dengan intonasi tanda titik (.).

3. Penelitian Skripsi Wahyu Dwi Anggraeni (2011) yang berjudul

Peningkatan Kemampuan Menggunakan Huruf Kapital Dalam menulis

Kalimat sederhana melalui Media Kartu Huruf pada Siswa Kelas II SDN

(45)

31

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Sampay yang beralamat di Kampung Sampay Rt 04/02 Desa Rabak, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian terhitung sejak bulan Juni sampai dengan bulan September 2014.

B. Latar Penelitian (Setting)

Latar penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Sampay sebanyak 30 siswa yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 20 siswa laki-laki.

C. Metode Penelitian

(46)

D. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu unsur penting dalam melakukan suatu penelitian. Teknik yang digunakan untuk menghimpun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Wawancara

Dalam penelitian ini wawancara yang digunakan yaitu wawancara terbuka. Wawancara ini dilakukan kepada wali kelas V dan digunakan untuk menggali informasi tentang sistem pembelajaran di kelas, metode yang digunakan pada saat pembelajaran, kondisi kelas saat pembelajaran pada siswa kelas V SD Negeri Sampay. Wawancara juga digunakan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan pengetahuan siswa membuat paragraf deskriptif.

2. Dokumentasi

(47)

E. emeriksaan atau Pengecekan Keseluruhan Data Triangulasi

Tiangulasi adalah cara yang ditempuh untuk melakukan verifikasi sepanjang penelitian dilakukan hingga data dianalisis dan laporan ditulis.1 Ada 4 model triangulasi, yaitu dengan menggunakan sumber, waktu, teknik, dan teori. Dalam penelitian ini triangulasi yang digunakan yaitu triangulasi sumber. Triangulasi sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber yaitu siswa dan guru kelas V SD Negeri Sampay.

F. Pengolahan Data

Setelah data yang diperoleh dari lapangan mencukupi dan memenuhi untuk menjawab pertanyaan penelitian, maka data yang terkumpul dari berbagai sumber kemudian ditelaah dan diolah dan diharapkan dapat memberikan gambaran yang sesungguhnya dari kenyataan yang ditemui dilapangan. Data diperoleh dan dikumpulkan dari berbagai sumber melalui wawancara dan dokumentasi dilapangan untuk selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk laporan.

Setelah data terkumpul, pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pengklasifikasian 2. Pengodean 3. Penabulasian

4. Pembetulan/pengoreksian

1

(48)

5. Pengkalkulasian dengan menggunakan rumus x 100 %

Keterangan:

F = Frekuensi kalimat yang dianalisis N = Jumlah Kesalahan

100 = Bilangan tetap 2

6. Penginterpretasian dan penyimpulan

G. Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan pengodean atau coding. Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam katagori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau data yang akan dianalisis. Pengodean ini dilakukan dengan cara membuat singkatan kata atau simbol yang dipakai untuk mengklasifikasikan kata, simbol, kalimat, dan alinea dari hasil catatan lapangan yang bertujuan untuk menunjukan adanya situasi atau kegiatan yang menjadi fokus yang akan diteliti untuk selanjutnya dilakukan analisis.

Dengan teknik pengkodean ini akan memudahkan peneliti mengelompokan data lapangan sebagai hasil dari serangkaian kegiatan penelitian. Tujuannya untuk mempermudah peneliti dalam mengelompokan jenis kesalahan yang dibuat siswa diantaranya mengklasifikasikan jenis kesalahan huruf kapital dan jenis kesalahan pada tanda baca. Setelah data terkumpulkan akan diketahui kesalahan yang paling sering dibuat siswa dalam menulis paragraf deskriptif.

Adapun aspek kesalahan pada penulisan huruf kapital penulis menggunakan kode angka, berikut akan diuraikan tiap-tiap kode kesalahan:

1 Kesalahan penulisan huruf pertama nama khas geografi

2

Gambar

Tabel 4.3 Analisis Kesalahan Penulisan Huruf Kapital dalam Paragraf Deskriptif
Tabel 4.6
Tabel 4.7 Analisis Kesalahan Penulisan Huruf Kapital dalam Paragraf Deskriptif
Tabel 4.8
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya kesalahan penggunaan tanda baca titik dan koma dalam karangan narasi siswa kelas V yang mengakibatkan terjadinya

Hasil penelitian ini adalah: (1) Penggunaan tanda baca titik dalam paragraf narasi siswa masih kurang tepat dan masih terdapat kesalahan dalam penggunaannya; (2) Penggunaan tanda

Ada tiga rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu (1) berapa besarkah kesalahan tanda baca koma, tanda baca titik, dan pemakaian huruf basar atau kapital

Dari hasil ketepatan siswa kelas V SD Negeri 187 Pekanbaru dalam menggunakan huruf kapital dan tanda baca pada karangan narasi, ternyata siswa hanya menggunakan lima

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia- Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kesalahan

tanda baca yaitu: Kesalahan penggunaan tanda baca titik (.) berjumlah 103 kesalahan yang ditemukan pada kepala surat, alamat surat, paragraf pembuka, paragraf isi, paragraf

Indonesia yang umumnya terjadi pada surat masuk di SMP Negeri 1 Peudawa adalah kesalahan ejaan, diksi, dan kalimat. Kesalahan ejaan berupa kesalahan penggunaan tanda

ANALISIS KESALAHAN PENULISAN HURUF DAN PENGGUNAAN TANDA BACA PADA SURAT DINAS PENDIDIKAN PROVINSI ACEH TAHUN 2018 Skripsi diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar