• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kandungan Logam Berat Merkuri (Hg) pada Daging Ikan Sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) di Sungai Ciliwung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kandungan Logam Berat Merkuri (Hg) pada Daging Ikan Sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) di Sungai Ciliwung"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg)

PADA DAGING IKAN SAPU-SAPU (

Pterygoplichthys pardalis)

DI SUNGAI CILIWUNG

HARDI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kandungan Logam Berat Merkuri (Hg) pada Daging Ikan Sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) di Sungai Ciliwung adalah benar merupakan hasil karya sendiri, dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2013

Hardi

(4)

ABSTRAK

 

HARDI. Analisis Kandungan Logam Berat Merkuri (Hg) pada Daging Ikan Sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) di Sungai Ciliwung. Dibimbing oleh ETTY RIANI dan YUNIZAR ERNAWATI.

Sungai Ciliwung khususnya yang melintasi Bogor, Kota Bogor, Depok dan Jakarta sudah masuk dalam kategori sungai yang tercemar logam berat. Beberapa aktivitas yang terjadi di Sungai Ciliwung adalah aktivitas penangkapan ikan sapu-sapu yang dijadikan sebagai bahan baku olahan produk makanan seperti otak-otak, bakso, siomay, dan kerupuk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan logam berat merkuri pada daging ikan sapu-sapu dan membandingkannya dengan baku mutu sehingga dapat ditentukan batas aman konsumsi serta memberikan rekomendasi pengelolaan. Titik sampling pengambilan ikan sapu-sapu dibagi dalam tiga lokasi yaitu Kebun Raya Bogor (Bogor), Jl. Ir. H Djuanda (Depok), dan Jl. Gunuk (Jakarta). Analisis logam berat merkuri menggunakan metode AAS. Konsentrasi logam berat merkuri pada daging ikan sapu-sapu dari ketiga lokasi stasiun sebesar <0.001 mg/kg. Berdasarkan hasil pengamatan secara umum, ketiga lokasi sampling memiliki sumber pencemaran logam merkuri yang hampir sama yaitu bersumber dari limbah domestik, limbah pekotaan, dan limbah industri. Dengan demikian diperlukan kerjasama antar masyarakat dan pemerintah dalam melakukan pengelolaan terhadap perairan Sungai Ciliwung.

Kata kunci : Ikan sapu-sapu, Merkuri, Pencemaran, Sungai Ciliwung.

ABSTRACT

HARDI. Analisys of Mercury (Hg) Heavy Metal in Suckermouth Catfish (Pterygoplichthys pardalis) Flesh in Ciliwung River. Supervised by ETTY RIANI and YUNIZAR ERNAWATI.

Ciliwung River which flow from Bogor, Bogor City, Depok, and Jakarta was already categorized as polluted river of heavy metal. One of activities in Ciliwung river is catching suckermouth catfish. Suckermouth catfish caught in Ciliwung river used as raw food for “otak-otak”, “meat ball”, “siomay”, and “kerupuk”. The objectives of this study are to determine the concentration of Hg in suckermouth catfish flesh and compare it with quality standard as to know its safe consumption limit and to give recomendation on management based in Ciliwung River. The substation is divided on 3 different locations: Bogor Botanical garden (Bogor), Ir. H Djuanda St. (Depok) and Gunuk St. (Jakarta). The mercury analysis is conducted using the AAS method. Mercury concentration in suckermouth catfish flesh from these three locations are <0.001 mg/kg. Based on the field observation, these three locations have an identical pollution sources like domestic and industrial waste. Therefore a cooperation between the government and the peoples is a must to control the pollution on Ciliwung River.

(5)

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (HG)

PADA DAGING IKAN SAPU-SAPU (

Pterygoplichthys pardalis

)

DI SUNGAI CILIWUNG.

HARDI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

Pada

Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Kandungan Logam Berat Merkuri (Hg) pada Daging Ikan Sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) di Sungai Ciliwung

Nama : Hardi

NRP : C24080095

Disetujui oleh

Dr Ir Etty Riani MS Dr Ir Yunizar Ernawati MS Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Yusli Wardiatno MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Kandungan Logam Berat Merkuri (Hg) pada Daging Ikan Sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) di Sungai Ciliwung” ini dapat diselesaikan. Skripsi disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1. Dr. Ir. Etty Riani, MS dan Dr. Ir. Yunizar Ernawati, M.Si selaku dosen pembimbing.

2. Dr. Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc selaku dosen penguji.

3. Ayah, ibu, adik, dan seluruh keluarga yang telah memberikan do’a dan dukungannya.

4. Erna Salampessy, Bagas, Nitra, Lodi, Anggresia, Robin, Iman, Alfa, dan teman-teman MSP angkatan 45 yang selalu memberikan semangat.

5. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa depan. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

Bogor, Mei 2013

(9)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1

METODE PENELITIAN 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 

Kegiatan di Lapangan 

Kegiatan di Laboratorium 

Analisis Data 

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Kondisi Stasiun Pengamatan 

Potensi Pencemaran di Titik Sampling 

Konsentrasi Logam Hg di Sungai Ciliwung 

Konsentrasi Hg di air 

Konsentrasi Hg di Sedimen 

Konsentrasi Logam Berat Merkuri dalam Daging Ikan Sapu-sapu 

Strategi Pengelolaan  11 

KESIMPULAN DAN SARAN 12

Kesimpulan  12 

Saran  12 

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 15

(10)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi hasil tangkapan dan ikan yang dianalisis 4

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi penelitian ikan sapu-sapu di Sungai Ciliwung dari hulu 3

(Bogor), tengah (Depok), dan hilir (Jakarta) 2 Kondisi tempat pengambilan sampel di stasiun KRB-Bogor 5

3 Kondisi sekitar sungai Ciliwung pada stasiun Ir. H. Juanda – Depok 6

4 Kondisi sekitar sungai Ciliwung pada stasiun Jl. Gunuk, Pasar Minggu 7

5 Konsentrasi logam berat Hg di sedimen Sungai Ciliwung tahun 2011 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Foto satelit titik sampling di Bogor, Depok dan Jakarta 15

2 Perhitungan selang kelas (penentuan ukuran kecil, sedang, dan besar) 16

3 Contoh perhitungan kandungan logam berat Hg 16

(11)

PENDAHULUAN

Sungai Ciliwung merupakan sungai yang melintasi Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta dengan panjang aliran utama hampir 120 km yang melintasi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, dan Jakarta (Suwarno et al. 2011). Berdasarkan hasil pemantauan BPLHD DKI Jakarta tahun 2011 dan hasil laboratorium ditemukan bahwa Sungai Ciliwung sudah tercemar berat, adapun salah satu indikatornya adalah pencemaran logam berat. Sumber pencemaran di Sungai Ciliwung berasal dari limbah domestik, limbah industri, limbah pertanian dan limbah peternakan (Kusmana 2003). Salah satu pencemaran logam berat yang berbahaya adalah pencemaran merkuri (Hg). Hal ini dikarenakan merkuri merupakan logam yang sangat toksik dibandingkan dengan logam berat lainnya. Berdasarkan data dari BPLHD Provinsi DKI Jakarta tahun 2011 dilaporkan bahwa kandungan logam berat merkuri dalam air Sungai Ciliwung adalah <0.001 mg/L. Namun kandungan logam berat merkuri pada sedimen sangat bervariasi, tergantung pada tempat pengambilan sampel sedimen. Berdasarkan data KLH tahun 2011 diketahui bahwa kandungan logam berat merkuri (Hg) bervariasi di tiap titik samplingnya, yaitu 0.1 mg/kg – 0.78 mg/kg.

Kondisi perairan yang tercemar akan mempengaruhi kehidupan organisme yang hidup di dalamnya. Salah satu organisme yang rentan terhadap pencemaran logam berat adalah ikan. Hadiaty (2011) menyatakan bahwa diversitas ikan di Sungai Ciliwung diperoleh 20 jenis spesies ikan dari 13 famili. Hasil studi pustaka yang dilakukan oleh Hadiaty (2011) mendapatkan bahwa pada masa sebelumnya di Sungai Ciliwung terdapat 187 spesies ikan. Hingga saat ini salah satu dari beberapa spesies ikan yang dapat ditemukan di Sungai Ciliwung adalah ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis). Ikan sapu-sapu-sapu-sapu bukan merupakan ikan asli Indonesia. Ikan sapu-sapu merupakan ikan introduksi dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Courtenay et al. 1974 in Pound et al. 2011) yang diekspor oleh para hobiis sebagai ikan hias di akuarium.

Ikan sapu-sapu atau Suckermouth saat ini banyak dijumpai di perairan umum di Indonesia bahkan sangat dominan pada perairan tertentu. Hal ini dikarenakan ikan ini memiliki kemampuan adaptasi yang kuat terhadap perubahan lingkungan. Beberapa kemampuan tersebut diantaranya ialah memiliki ukuran tubuh yang besar dan sisik yang keras dan kebiasaan mengasuh anak hingga dewasa (Wu et al.2011), memiliki organ pernafasan tambahan (Fernandes-Castillo et al. 2007), dan kurangnya predator yang memangsa ikan sapu-sapu dewasa (Armbruster 1998 & Liang et al. 2005 in Wu et al. 2011).

(12)

2

kekhawatiran adanya peningkatan jumlah kandungan merkuri pada daging ikan sapu-sapu. Kecurigaan ini juga sejalan dengan adanya pencemaran pada Sungai Ciliwung yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahaya mengkonsumsi makanan yang mengandung merkuri dapat menyebabkan penyakit yang bersifat akut maupun kronis. Efek akut dari keracunan merkuri antara lain ialah stomatitis, salivasi, muntah, radang, pendarahan pada usus, anoreksia, dan kegagalan ginjal. Efek kronis dari Hg antara lain ialah ataksia, hiperestesia (peka), konvulsi, kebutaan, koma, dan kematian (Darmono 1995). Mengingat bahaya dari keracunan Hg sangat membahayakan, maka diperlukan penelitian tentang kandungan logam berat merkuri pada daging ikan sapu-sapu yang di tangkap di Sungai Ciliwung.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi logam berat merkuri pada ikan sapu-sapu di Sungai Ciliwung. Konsentrasi logam merkuri tersebut dibandingkan dengan baku mutu yang ditetapkan pemerintah dan sekaligus juga untuk mengetahui batas aman konsumsi daging ikan sapu-sapu dalam setiap minggunya. Hasil penelitian ini juga diharapkan akan dapat digunakan untuk menilai apakah kandungan logam merkuri tersebut masih aman untuk dikonsumsi. Selain itu juga untuk merekomendasikan pengelolaannya agar konsentrasi logam merkuri di Sungai Ciliwung dapat diminimalkan.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

 

Pengambilan contoh ikan dilakukan di tiga titik lokasi berbeda pada Sungai Ciliwung yaitu titik stasiun di Bogor, Depok, dan Jakarta. Sampling dilakukan setiap bulan yaitu dari bulan September 2012 hingga November 2012. Pada bulan November, sampling untuk titik sampling di Jakarta diundur ke bulan Desember, karena terjadi peningkatan debit air Sungai Ciliwung karena curah hujan yang tinggi. Pengambilan contoh sedimen hanya dilakukan satu kali yaitu pada bulan Oktober 2012. Pembedahan dan pengambilan daging ikan dilakukan di Laboratorium Biologi Makro I (BIMA). Analisis sampel untuk bulan pertama dilakukan di Laboratorium Produktifitas dan Lingkungan Perairan FPIK – IPB dan Laboratorium FMIPA Terpadu. Analisis sampel pada bulan kedua dan ketiga dilakukan di Laboratorium Pengujian Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB – Bogor.

Kegiatan di Lapangan Penentuan Stasiun

(13)

3

106º50’19,5” dan S 6º22’33,27”. Titik sampling di Jakarta di Sungai Ciliwung Jl. Gunuk, Pasar Minggu, yang terletak pada koordinat T 106º51’0,77” dan S 6º17’33,15” (Gambar 1). Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan pencemaran pada daging ikan sapu-sapu di setiap gradien Sungai Ciliwung.

Gambar 1. Lokasi penelitian ikan sapu-sapu di Sungai Ciliwung dari hulu (Bogor), tengah (Depok), dan hilir (Jakarta)

Pengambilan sampel ikan di Sungai Ciliwung dilakukan dengan menggunakan jaring tebar dengan ukuran mata jaring 2 inci. Ikan contoh diambil minimal sembilan ekor di setiap stasiun dan kemudian dari ikan-ikan tersebut diambil masing-masing tiga ekor yang dikelompokan kedalam ukuran besar, sedang, dan kecil sesuai dengan frekuensi ukuran panjang.

Pengambilan sedimen di Sungai Ciliwung dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan. Sedimen yang diambil adalah sedimen yang berada di sekitar titik sampling ikan. Sedimen yang telah diambil kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk kemudian dianalisis di laboratorium.

Kegiatan di Laboratorium

Ikan sampel yang ditangkap di Sungai Ciliwung kemudian dibawa ke laboratorium untuk diukur panjang dan beratnya. Panjang ikan yang diukur adalah panjang total yang diukur menggunakan penggaris berukuran 30 cm dan 40 cm. Berat ikan yang ditimbang adalah berat totalnya dengan timbangan merk Nagako dengan nilai standar terkecil 10 g.

(14)

4

tahap digesti, tahap pembacaan AAS dan perhitungan Hg dalam sampel menggunakan alat AAS. Proses analisis Hg mengikuti SNI 01-2354.6-2006 pada Lab Produktivitas dan Lingkungan Perairan – MSP dan Lab FMIPA Terpadu untuk sampel bulan September, sedangkan sampel bulan Oktober – Desember dianalisis di Lab Pengujian Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB dengan metode APHA ed. 21th 3111B (2005). Pembacaan alat spektofotometrik serapan atom (AAS) didasarkan pada hukum Lambert-Beer, yaitu banyaknya sinar yang diserap berbanding lurus dengan kadar zat. Perhitungan konsentrasi logam berat yang sebenarnya digunakan rumus:

Keterangan :

D : Kadar contoh μg/l dari hasil pembacaan AAS

E : Kadar blanko contoh μg/l dari hasil pembacaan AAS W : Berat contoh (g)

V : Volume akhir larutan contoh yang disiapkan (ml ) Fp : Faktor pengenceran

Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis sebaran frekuensi panjang ikan dengan menggunakan panjang total contoh ikan sapu-sapu yang ditangkap. Jumlah ikan yang dianalisis dicantumkan dalam Tabel 1. Sebaran frekuensi panjang digunakan untuk menentukan ukuran besar kecilnya ikan sapu-sapu yang tertangkap. Proses analisis frekuensi panjang ikan yaitu:

a. Menentukan jumlah kelas ke dalam tiga kelas (besar, sedang, dan kecil). b. Menentukan lebar selang kelas dan memasukkan panjang dari

masing-masing ikan contoh pada selang kelas yang telah tentukan. Contoh perhitungan penentuan lebar selang kelas dicantumkan dalam Lampiran 3.

Tabel 1. Komposisi hasil tangkapan dan ikan yang dianalisis

Bogor Depok Jakarta

(15)

5

makanan menurut SNI (2009) untuk ikan dan hasil olahannya adalah 0.5 mg/kg. Perhitungan batas aman konsumsi digunakan untuk mengurangi dampak yang akan timbul akibat keracunan merkuri, karena mengkonsumsi makanan yang mengandung merkuri secara berlabihan. Menurut PTWI (Provisional Tolerable Weekly Intake/asupan yang ditoleransi untuk seminggu) untuk Hg adalah sebesar 0.005 mg/kg BB untuk merkuri total dan 0.0016 mg/kg BB untuk metil merkuri (SNI 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Stasiun Pengamatan

Bogor

Pengambilan ikan sapu-sapu di Sungai Ciliwung untuk titik sampling Bogor berada tepat di Kebun Raya Bogor (KRB). Di titik sampling ini sangat banyak dilakukan aktifitas manusia yang berhubungan langsung dengan Sungai Ciliwung, karena lokasi ini sangat dekat dengan pemukiman padat penduduk. Aktifitas manusia yang terjadi di Sungai Ciliwung khususnya di sekitar titik sampling diantaranya ialah memancing, dan masih ada beberapa masyarakat yang memanfaatkan Sungai Ciliwung untuk kegiatan mandi cuci kakus (MCK). Tingginya pemukiman penduduk yang berada di sekitar Sungai Ciliwung berpotensi mencemari aliran sungai dengan limbah domestik rumah tangga. Selain itu terdapat jalan raya yang berdekatan dengan lokasi titik sampling yang sering dilalui oleh kendaraan, sehingga dapat menimbulkan pencemaran yang disebabkan oleh pengguna jalan yang membuang sampah ke aliran sungai. Sumber pencemaran logam merkuri di titik sampling ini diduga berasal dari limbah perkotaan dan limbah rumah tangga. Hal ini dikarenakan di sekitar lokasi sampling tidak terdapat pabrik/industri.

Dilihat dari kondisi stasiun pengamatan di Kebun Raya Bogor (KRB), Sungai Ciliwung di stasiun ini didominasi oleh bebatuan besar maupun kecil yang terletak di badan sungai, dan pada bantaran sungainya ada beberapa yang sudah di semen (Gambar 2). Selain itu air sungai di KRB masih jernih dengan substrat pasir dan kerikil. Menurut informasi dari penduduk setempat, ikan sapu-sapu di sungai sekitar KRB jarang ditangkap.

(a) (b)

(16)

6

Depok

Lokasi pengambilan sampel ikan sapu-sapu di Sungai Ciliwung di Depok berada di Ir. H. Juanda. Lokasi sampling yang berada di Depok ini tepat berada di daerah padat penduduk, dan di sekitarnya banyak terdapat jalan besar yang sering dilalui oleh kendaraan. Penduduk yang tinggal di sekitar lokasi sampling masih banyak yang membuang sampah ke sungai, sehingga menambah masukan bahan pencemar ke Sungai Ciliwung. Sumber pencemaran logam merkuri di titik sampling ini selain berasal dari limbah rumah tangga juga berasal dari limbah industri. Hal ini terlihat dari adanya beberapa industri yang berada di sekitar Sungai Ciliwung yang terdapat di kota depok. Penggunaan logam berat dalam industri banyak digunakan sebagai bahan baku, katalis, fungisida, dan aditif (Kusumahadi 1998). Dengan demikian, meskipun industri yang ada di sekitar Sungai Ciliwung tidak menggunakan logam merkuri sebagai bahan baku akan tetap berpotensi mencemari perairan Sungai Ciliwung.

Berbeda dengan di Bogor, lokasi sampling di Depok bantaran sungainya tidak di semen, dan pada beberapa tempat badan sungainya masih ditutupi oleh vegetasi pohon-pohon yang lebat. Air Sungai Ciliwung pada lokasi sampling di Depok berwarna kecoklatan dengan substrat pasir berlumpur. Arus sungai cukup deras dan banyak sampah yang tersangkut di bebatuan yang terdapat di sungai (Gambar 3). Berdasarkan informasi dari penduduk setempat, di sekitar lokasi sampling terdapat nelayan atau penduduk yang menangkap ikan sapu-sapu dan di jual dalam bentuk fillet daging.

(a) (b) Gambar 3. Kondisi sekitar Sungai Ciliwung pada stasiun Ir. H. Juanda – Depok

(a) arah dari hulu, (b) arah dari hilir

Jakarta

(17)

7

dan Depok. Hal ini disebabkan oleh selain padatnya pemukiman, juga disebabkan banyaknya jumlah pabrik, dibandingkan dengan di Depok dan di Bogor.

(a) (b)

Gambar 4. Kondisi sekitar sungai Ciliwung pada stasiun Jl. Gunuk, Pasar Minggu (a) Arah dari hulu, (b) arah dari hilir

Potensi Pencemaran di Titik Sampling

Pencemaran yang terjadi di Sungai Ciliwung tidak semata-mata berasal dari limbah industri, tetapi juga berasal dari limbah domestik dan limbah rumah tangga yang berasal dari pemukiman serta kegiatan lainnya yang berpotensi menghasilkan limbah B3. Hal ini didukung oleh pernyataan Kusmana (2003) bahwa pencemaran di Sungai Ciliwung berasal dari limbah domestik, limbah industri, limbah pertanian dan limbah peternakan.

Berdasarkan hasil pengamatan dari ketiga stasiun pengambilan sampel, yang berpotensi menjadi pencemar paling besar ialah limbah domestik dan sampah yang dibuang ke bantaran maupun badan sungai. Selain itu, banyaknya industri yang berada di sekitar Sungai Ciliwung juga berperan besar terhadap pencemaran yang terjadi di Sungai Ciliwung. Hal ini dikarenakan masih banyak industri yang membuang limbahnya ke Sungai Ciliwung tanpa proses pengolahan terlebih dahulu. Napitupulu (2008) in Riani (2012) mengatakan bahwa hingga saat ini masih ada industri yang langsung membuang limbahnya ke ekosistem perairan umum (sungai) tanpa mengalami pengolahan terlebih dahulu. Selanjutnya juga dikatakan bahwa hanya kurang dari 5% industri yang ada di DKI Jakarta yang memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL), dan dari industri yang hanya 5% tersebut, tidak semua IPAL memadai dan tidak semua menjalankan IPAL – nya setiap saat.

Konsentrasi Logam Hg di Sungai Ciliwung

(18)

8

sehingga debit air Sungai Ciliwung akan meningkat dan terjadi pengenceran, sedangkan pada musim kemarau kadar merkuri di Sungai Ciliwung akan lebih terkonsentrasi.

Merkuri (Hg) merupakan jenis logam yang banyak digunakan dalam beberapa industri diantaranya ialah industri tekstil dan cat (Roosmini et al. 2006), alat-alat listrik, dan industri baterai (Darmono 1995), ekstraksi emas dan perak, fotografi, pembuatan amalgam, gigi palsu, dan pembuatan amalgam (Effendi 2003). Konsentrasi logam merkuri dari penelitian ini digunakan untuk mengetahui besarnya konsentrasi kandungan logam merkuri pada ikan sapu-sapu dan sedimen. Dengan demikian, hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk menunjukkan kondisi lingkungan perairan Sungai Ciliwung.

Konsentrasi Hg di air

Merkuri (Hg) merupakan salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di alam dan tersebar dalam bebatuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai senyawa anorganik dan organik. Sumber alami merkuri yang paling umum adalah cinnabar (HgS) (Novotny dan Olem 1994 in Effendi 2003). Cinnabar sukar larut dalam air. Namun, pelapukan bermacam-macam batuan dan erosi tanah dapat melepaskan merkuri ke lingkungan perairan (McNeely et al. 1979 in Effendi 2003). Pencemaran merkuri pada perairan dapat terjadi melalui dua jalur, yaitu melalui deposisi langsung dari atmosfer atau dari limbah cair serta melalui runoff air permukaan yang berasal dari daerah tangkapan air (Chen et al. 2009 in Riani 2012).

Data konsentrasi logam merkuri di Sungai Ciliwung diperoleh dari BPLHD DKI Jakarta tahun 2011. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa kandungan logam merkuri di Sungai Ciliwung yang diambil pada bulan Juli, September, Oktober, dan Desember 2011 relatif stabil yaitu sebesar <0.001 mg/L. Data tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi logam merkuri di Sungai Ciliwung sangat kecil. Waldichuk 1974 in Darmono 2006 menyebutkan bahwa konsentrasi Hg di air sungai secara alamiah adalah 0.07 µg/L, dan berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta No 582 th 1995, nilai baku mutu Hg di air sungai adalah 0.005 mg/L. Berdasarkan data tersebut maka Hg di perairan Sungai Ciliwung yakni sebesar <0.001 mg/L masih berada di bawah baku mutu.

Konsentrasi Hg di Sedimen

(19)

9

Gambar 5. Konsentrasi logam berat Hg di sedimen Sungai Ciliwung tahun 2011 Sumber : KLH 2011

Tidak terdeteksinya kandungan merkuri di sedimen Sungai Ciliwung yang diambil pada Bulan Oktober diduga karena meningkatnya curah hujan yang terjadi pada Bulan Oktober. Meningkatnya curah hujan menyebabkan naiknya debit air di Sungai Ciliwung. Pengambilan sampel sedimen pada Bulan Oktober dilakukan tiga hari setelah banjir yang terjadi di Sungai Ciliwung, sehingga ada kemungkinan sedimen yang mengandung logam berat merkuri terbawa oleh arus air ke daerah hilir.

Konsentrasi Logam Berat Merkuri dalam Daging Ikan Sapu-sapu

(20)

10

Masuknya logam berat merkuri ke dalam tubuh ikan sapu-sapu tidak hanya terjadi melalui rantai makanan, tetapi juga dapat masuk melalui proses respirasi. Menurut Taylor (1995) pada saat ikan melakukan respirasi, air akan melewati insang untuk melakukan pertukaran O2 dan CO2 pada filamen insang. Filamen insang yang sangat tipis memungkinkan ion-ion dari logam berat yang terkandung di dalam air akan masuk dan diikat oleh hemoglobin di dalam darah. Hemoglobin diperlukan untuk transportasi oksigen dari insang ke seluruh jaringan tubuh, sehingga apabila ada ion logam berat yang diikat oleh hemoglobin maka ion logam berat tersebut juga akan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh ( Klaassen 2008). Di perairan sungai, merkuri dapat berbentuk senyawa merkuri organik dan merkuri anorganik. Dari beberapa senyawa tersebut, senyawa merkuri organik lebih mudah diadsorbsi oleh ikan dibandingkan dengan merkuri anorganik. Hal ini disebabkan senyawa organik raksa lebih mudah larut dalam lemak. Dalam tubuh ikan bentuk senyawa merkuri yang terbanyak adalah metil merkuri, yaitu lebih dari 90% (Hutagalung 1985).

Rendahnya konsentrasi logam berat merkuri dalam tubuh ikan Sapu-sapu diduga disebabkan masukan logam berat merkuri ke Sungai Ciliwung sangat sedikit. Hasil analisis kandungan merkuri pada daging dan sedimen diperoleh konsentrasi merkuri masing-masing <0.001 mg/kg. Hal ini juga didukung oleh hasil monitoring BPLHD DKI Jakarta yang melakukan pengukuran kadar logam merkuri pada air Sungai Ciliwung yang dilakukan pada Bulan Juli, September, Oktober, dan Desember 2011 dan diperoleh kadar merkuri yaitu sebesar <0.001 mg/L. Selain itu, distribusi dan akumulasi logam berat sangat berbeda-beda untuk setiap organisme air. Hal tersebut tergantung pada spesies, konsentrasi logam dalam air, pH, fase pertumbuhan, dan kemampuan untuk berpindah tempat (Darmono 1995). Hal ini didukung oleh beberapa penelitian tentang akumulasi logam berat merkuri pada ikan, diantaranya yang pernah dilakukan oleh Paterson et.al. (2006) yang melakukan penelitian di beberapa danau di Canada. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa akumulasi logam berat merkuri sangat bervariasi pada tiap-tiap organisme yang hidup di dalamnya. Bahkan terdapat beberapa organisme yang kandungan logam berat merkuri mendekati batas deteksi alat. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Alina et al. (2012) yang melakukan penelitian di Selat Malaka. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kandungan logam berat merkuri pada ikan demersal tidak selalu lebih tinggi dibandingkan ikan pelagis. Kandungan merkuri tertinggi pada Dorab wolfherring fish (Chirocentrus dorab) yang merupakan ikan pelagis mencapai 6.5 μg/ g, sedangkan kandungan merkuri tertinggi pada ikan demersal terdapat pada Malabar red snapper fish (Lutjanus altifrontalis) dengan kandungan merkuri sebesar 5.4 μg/ g.

(21)

11

akan bereaksi (bergabung /mengadakan kompleksasi) dengan ligan, baik ligan yang organik maupun ligan anorganik dan selanjutnya akan membentuk struktur kimia yang lebih kompleks.

Strategi Pengelolaan

Penelitian kandungan logam berat merkuri pada daging ikan sapu-sapu dan sedimen di Sungai Ciliwung dilakukan dari Bulan September hingga Desember. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan logam berat merkuri pada daging ikan sapu-sapu masih berada di bawah baku mutu. Selain itu dari hasil analisis sedimen diperoleh hasil kandungan logam merkuri yang sangat kecil yakni <0.001 mg/kg. Meskipun kandungan logam merkuri pada daging ikan sapu-sapu dan sedimen sangat kecil, tidak menutup kemungkinan adanya cemaran logam berat lainnya yang sudah melebihi baku mutu. Hal ini ditunjang penelitian Alfisyahrin tahun 2012 (Diskusi) yang melakukan penelitian di lokasi yang sama dan terdeteksi adanya kandungan logam berat timbal (Pb) yang sangat tinggi yakni 2.88 mg/kg, sehingga diperlukan suatu upaya pengelolaan Sungai Ciliwung agar dampak dari pencemaran khususnya logam berat di Sungai Ciliwung dapat diminimalkan.

Pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak membahayakan kesehatan masyarakat yang mengkonsumsi produk makanan dari hasil olahan ikan sapu-sapu adalah dengan cara menentukan batas aman konsumsi. Batas aman konsumsi yang biasa digunakan ialah standar PTWI (Provisional Tolerable Weekly Intake) atau batas aman konsumsi dalam satu minggu. Mengingat kandungan logam berat merkuri yang terkandung di dalam daging ikan sapu-sapu adalah <0.001 maka tidak bisa dihitung batas aman konsumsi dengan metode PTWI, artinya ikan sapu-sapu masih aman untuk dikonsumsi berapapun jumlahnya dalam satu minggu. Namun, berdasarkan penelitian Alfisyahrin tahun 2012 (Diskusi) untuk logam Pb batas aman konsumsi daging ikan sapu-sapu adalah sebesar 8.68 g/berat badan dalam satu minggu.

Sampai saat ini bentuk pengelolaan yang telah dilakukan pemerintah ialah dengan menetapkan berbagai peraturan dari SK Gubernur hingga Permen RI. Namun, dalam pelaksanaanya peraturan tersebut belum sepenuhnya berjalan mengingat hingga saat ini masih banyak perusahaan yang membuang limbah industri ke Sungai Ciliwung tanpa diolah terlebih dahulu. Oleh karena itu, diperlukan upaya tegas pemerintah dalam penegakan aturan tanpa pandang bulu.

(22)

12

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Konsentrasi logam merkuri (Hg) pada daging ikan sapu-sapu di Sungai Ciliwung dari tiga titik lokasi sampling yaitu Bogor sebesar <0.001 ppb, Depok dan Jakarta adalah <0.001 mg/kg. Hasil tersebut masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu 0.5 mg/kg (SNI 2009); 0.3 mg/kg (BPOM RI 2007); 0.5 mg/kg (Commission Regulation 2006); 0.5 mg/kg (Codex 1995); 0.5 mg/kg (Gazette Food Standards 2011). Ketiga lokasi sampling memiliki sumber pencemaran logam yang hampir sama, yaitu dari industri dan sampah dari limbah rumah tangga, sehingga diperlukan upaya pengawasan dan pengelolaan secara bersama dari pemerintah dan masyarakat.

Saran

Kegiatan monitoring terhadap kandungan logam berat merkuri di Sungai Ciliwung harus tetap dilakukan dan ditingkatkan terutama oleh BPLHD sebagai instansi yang memiliki wewenang dalam melakukan pengawasan terhadap kualitas perairan Sungai Ciliwung. Perlu adanya kerjasama antara pemerintah pusat dan daerah dalam melaksanakan peraturan yang telah dibuat dan sanksi yang tegas terhadap industri/pabrik yang tidak memiliki IPAL yang mebuang limbah ke Sungai Ciliwung. Selain itu diperlukan penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap konsumsi olahan daging ikan yang telah tercemar logam berat.

DAFTAR PUSTAKA

[APHA] American Public Health Association. 2005. Standard method for the examination of water & wastewater ed 21 th 3111B. Eaton AD, Franson MAH, editor. APHA.

Alina M, Azrina A, Yunus MAS, Zakiuddin MS, Effendi MIH, Rizal MR. 2012. Heavy Metals (mercury, arsenic, cadmium, plumbum) in Selected Marine Fish and Shellfish Along the Straits of Malacca. International Food Research Journal 19(1): 135-140 (2012).

Aziz SA. 2010. Awas! Siomay dan Bakso Berbahan Baku Ikan Sapu-sapu. Kompas. [Internet]. [diunduh 2012 Okt 25]. Tersedia pada : http://kesehatan.kompasiana.com/makanan/2010/07/16/awas-siomay-dan-bakso-berbahan-baku-‘-sapu-sapu”/.html

(23)

13

[BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2007. Review of National Standard on Toxic Chemical in Food Items. WHO Project No INO FOS: OSER-1/P-5/A-3(APW). National Agency for Drug and Food Control (ID): BPOM RI.

CODEX STAN 193-1995. Codex General Standard For Contaminants and Toxins in Food And Feed.

Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup. Jakarta (ID): UI press.

Darmono. 2006. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta (ID): UI press

[EC] European Communities. 2006. Commission Regulation (EC) No 1881/2006 of 19 December 2006. Setting Maximum Levels For Certain Contaminants In Foodstuffs.

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Fernandes-Castillo M, Freitas EG, Giaquinto PC, Oliviera CPF, Almeida-Val VM, Val AL. 2007.Behavior and Adaptation of Air Breathing Fishes. Di dalam: Fernandes MN, Rantin FT, Glass ML, Kapoor BG, editor. Fish Respiration an Environment. Science pub. Enfel (US). Hlm199-215.

Gazette Food Standards. 2011. Amendment No. 124. Food Standards Australia New Zealand. Commonwealth of Australia: No. FSC 66 : ISSN 1446-9685.

Hadiaty RK. 2011. Diversitas dan hilangnya jenis-jenis ikan di sungai Ciliwung dan sungai Cisadane. Berita biologi. 10(4) : 491-504.

Hutagalung HP. 1985. Raksa (Hg). Jurnal Oseana. 3 : 93-105.

Istanti I. 2005. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Karakteristik Kerupuk Ikan Sapu-Sapu (Hyposarcus pardalis) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Klaassen, CD. Casarett and Doull’s Toxicology The Basic Science of Poisons. Medical Publishing Division. Doi: 10.1036/0071470514.

[KLH] Kementrian Lingkungan Hidup. 2005. Publikasi Pengelolaan Kualitas Air Sungai Ciliwung. KLh. [Internet]. [diunduh 2013 Apr 30]. Tersedia pada: http://wwwnew.menlh.go.id/home/index.php?option=com_content&view=

article&id=1553%3APublikasi-Pengelolaan-Kualitas-Air-Sungai-Ciliwung&catid=43%3Aberita&Itemid=73&lang=en.

[KLH] Kementrian Lingkungan Hidup. 2011. Pemantauan Kualitas Air Daerah Aliran Sungai Ciliwung. Jakarta (ID): KLH

Klaassen CD. 2008. Toxicology The Basic Science of Poisons. Kansas City (ID): University of Kansas Medical Center.

Kusmana, C. 2003. Rencana Pengelolaan DAS Terpadu DAS Ciliwung. Laporan Akhir Rencana Pengelolaan DAS Terpadu. [Laporan] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(24)

14

Mahdiah E. Pengaruh penambahan bahan pengikat terhadap karakteristik fisik otak-otak ikan sapu-sapu (Liposarcus pardalis) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Paterson MJ, Blanchfield PJ, Hintelmann HG, Gilmour CC, Harris R, Ogrinc N, Rudd JWM, Sandilands KA. 2006. Bioaccumulation of Newly Deposited Mercury by Fish and Invertebrates: an Enclosure Study Using Stable Mercury Isotopes. Fisheries and Oceans Canada, Freshwater Instutute. Doi: 10.1139/F06-118.

[Pergub] Peraturan Gubernur 1995. Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta NOMOR 582 Tahun 1995 Tentang Penetapan Peruntukan Dan Baku Mutu Air Sungai / Badan Air Serta Baku Mutu Limbah Cair Dl Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Jakarta (ID): Pergub.

Pound KL, Nowlin WH, Huffman DG, Bonner TH. 2010. Trophic ecology of a nonnative population of suckermouth catfish (Hypostomus plecostomus) in a central Texas spring-fed stream. Environ Biol Fish. doi: 10.1007/s10641-010-9741-7.

Ratmini NA. 2009. Kandungan logam berat timbal (Pb), mercuri (Hg), dan cadmium (Cd) pada daging ikan sapu-sapu (Hyposarcus pardalis) di sungai Ciliwung stasiun Srengseng, Condet dan Manggarai. VIS VITALIS, Vol. 02 No. 1. ISSN 1978-9513.

Riani E. 2012. Perubahan Iklim dan Kehidupan Biota Akuatik (Dampak pada Bioakumulasi bahan Berbahaya dan Beracun & Reproduksi). Bogor (ID): IPB press.

Roosmini D, Rachmatiah I, Suharyanto, Soedomo A, Hadisantosa F. 2006. Biomarker As An Indicator Of River Water Quality Degradation. Bandung (ID): Proc. ITB Eng. Science.

[SNI] Standardisasi Nasional Indonesia. 2009. Batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

[SNI] Standardisasi Nasional Indonesia. 2006. Cara Uji Kimia -Bagian 6: Penentuan Kadar Logam Berat Merkuri (Hg) Pada Produk Perikanan. Jakarta.

Suwarno J, Kartodiharjo H, Pramudya B, Rachman S. 2011. Pengembangan Kebijakan Pengelolaam Berkelanjutan DAS Ciliwung Hulu Kabupaten Bogor. [Jurnal]: Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional II – Kementrian Kehutanan, Fakultas Kehutanan IPB, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, National Project Manager, Strenghtening Community – Based Forset and Watershed Management (SCBFWM) Project. Jakarta. Taylor EW. 1995. Toxicology of Aquatic Pollution Physiological, Cellular and

Molecular Approaches. Birmingham (ID): Cambridge University Press. Wu WL, Liu CC, Lin MS. 2011. Identification of Exotic Sailfin Catfish Species

(25)

15

LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto satelit titik sampling di Bogor, Depok dan Jakarta (maps.google.co.id).

Foto satelit titik sampling ikan di Bogor

Foto satelit titik sampling ikan di Depok

(26)

16

Lampiran 2. Perhitungan selang kelas (penentuan ukuran kecil, sedang, dan besar)

Data yang digunakan adalah data data yang diambil pada bula september (pendahuluan)

Panjang maksimal ikan = 59 cm Panjang minimal ikan = 10.8 cm

Jumlah kelas = 3 (kecil, sedang dan besar)

Lebar kelas =

=

= 16.0667 = 17

SK BK Xi

Kecil 10.8-27.7 10.75-27,65 19.2 Sedang 27.8-44.7 27.75-44.65 36.2 Besar 44.8-61.7 44.75-61.65 53.2

Lampiran 3. Contoh perhitungan kandungan logam berat Hg

D = <0.001 Fp = 1

E = 0 V = 100 ml

(27)

17

Lampiran 4. Data konsentrasi logam Hg di tiga lokasi sampling

 

Bobot ikan Panjang ikanKonsentrasi Bobot ikan Panjang ikanKonsentrasi Bobot ikan Panjang ikan Konsentrasi

(g) (cm) (mg/kg) (g) (cm) (mg/kg) (g) (cm) (mg/kg)

September

1 625 42 <0.000001 175 29 <0.000001 99 24,5 <0.000001

2 425 38 <0.000001 175 31 <0.000001 64 22 <0.000001

3 525 41 <0.000001 225 31,6 <0.000001 70 20,9 <0.000001

4 1390 54 <0.000001 450 35 <0.000001 340 31 <0.000001

5 1510 56,5 <0.000001 454 38 <0.000001 310 32 <0.000001

6 1200 50 <0.000001 425 38 <0.000001 280 33 <0.000001

Oktober

1 740 41 <0.001 140 27 <0.001 110 22 <0.001

2 720 41 <0.001 160 27,5 <0.001 110 23,5 <0.001

3 750 44 <0.001 250 35,5 <0.001 105 23 <0.001

4 1040 49 <0.001 500 36 <0.001 320 36 <0.001

5 860 48 <0.001 230 31,8 <0.001 420 38,5 <0.001

6 1490 55 <0.001 260 32,8 <0.001

November

1 660 42 <0.001 175 26 <0.001 100 24 <0.001

2 810 44 <0.001 140 27,5 <0.001 80 23 <0.001

3 800 43,5 <0.001 300 35,5 <0.001 100 23 <0.001

4 400 48,5 <0.001 325 35 <0.001 160 31,5 <0.001

5 790 45 <0.001 450 36 <0.001 250 34 <0.001

6 730 45 <0.001 120 28,5 <0.001

Bogor Depok Jakarta

Sampel

(28)

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Buru pada tanggal 23 Maret 1988 dari ayah Musani dan ibu Hartini. Penulis adalah putra pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 9 Waeapo dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) malalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Kabupaten Buru. Penulis mengikuti program Pra-Universitas tahun 2007 di IPB dan tahun 2008 penulis resmi diterima di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Gambar

Gambar 1. Lokasi penelitian ikan sapu-sapu di Sungai Ciliwung dari hulu
Gambar 2. Kondisi tempat pengambilan sampel di stasiun KRB-Bogor
Gambar 5. Konsentrasi logam berat Hg di sedimen Sungai Ciliwung tahun 2011

Referensi

Dokumen terkait

1. Kegiatan orientasi belajar mengaji di Masjid Miftahul Jannah dilakukan dengan santri memperkenalkan diri masing-masing santri. Santri akan di beri tes kemampuan

Pada konsep ini, arsitektur aplikasi dibuat menjadi tiga lapis yaitu lapisan Model yang menangani data, lapisan View yang menangani antarmuka pengguna, dan lapisan

Bentuk argumen yang lain menyatakan bahwa seluruh rantai sebab-sebab natural (terbatas atau tidak terbatas) bersifat kontingen dan bisa jadi sebelumnya tidak

Ukuran dari risiko yang sistematis disebut juga dengan koefisien beta (β) yaitu ukuran yang menunjukkan kepekaan tingkat keuntungan individual suatu saham terhadap

Zahro ‘Arifin, bapak Suyut, bapak Parno, bapak Tompo (mudin), dan mas Adi (pengasuh mushalla Darus Salam) serta tidak lupa pula TIM berdiskusi dengan bapak Sukirman,

Pertumbuhan tanaman kolesom di musim tanam pertama yang meliputi tinggi tanaman, lebar tajuk, dan jumlah cabang primer tidak menunjukkan perbedaan yang nyata baik

secara nasional dan internasional, akan mampu menetapkan standar etika yang bukan hanya dapat diterima di dalam negeri, tetapi juga setara atau bahkan lebih baik

% eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles structure with handles and user data (see GUIDATA) % varargin command line arguments to