• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU HIDUP BERSIH MASYARAKAT DUSUN DUWET KELURAHAN BRUJUL KECAMATAN JATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERILAKU HIDUP BERSIH MASYARAKAT DUSUN DUWET KELURAHAN BRUJUL KECAMATAN JATEN"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

BRUJUL KECAMATAN JATEN

Disusun Oleh :

FITRI ERI HARTANTI

D3206019

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna

memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Sosiologi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

“Seseorang dengan tujuan yang jelas akan membuat kemajuan walaupun melewati

jalan yang sulit. Seseorang yang tanpa tujuan tidak akan membuat kemajuan

walaupun ia berada di jalan yang mulus”.

(Thomas Carlyle)

Kebanggaan terbesar kita adalah bukan karena kita pernah gagal, tapi bangkit

kembali setelah kita jatuh.

( Confusius )

(3)

commit to user

PERSEMBAHAN :

Skripsi ini penulis persembahkan teruntuk:

Tuhan Allahku….yang selalu menjadikan indah pada waktunya

Ayah dan Bunda untuk doa-doa dan cinta kasih yang diberikan

Kakak-kakaku dan semua keluargaku yang tercinta

Cita-cita dan masa depanku

(4)

commit to user

Fitri Eri Hartanti, D3206019, Skripsi, PERILAKU HIDUP BERSIH

MASYARAKAT DUSUN DUWET KELURAHAN BRUJUL KECAMATAN JATEN,

Jurusan Sosiologi Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010.

Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat

adalah tangung jawab bersama, Mereka memiliki peran yang penting dalam menjaga

lingkungan dan menciptakan budaya lingkungan yang bersih dan sehat. Penelitian ini

dilakukan di Dusun Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten Karanganyar. Penelitian ini

bertujuan untuk memaparkan mengenai masyarakat Duwet dalam menjaga hidup bersih

terhadap lingkungannya yang menfokuskan pada pandangan, sikap serta perilaku masyarakat

yang berhubungan dengan hidup bersih lingkungannya.

Tehnik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling yang sesuai dengan

maksud dan tujuan, tehnik tersebut juga berguna untuk mendapatkan informan yang tepat

yang mengurangi permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Yang menjadi informan

dalam penelitian ini adalah tokoh masyarakat dan masyarakat duwet.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya masyarakat Dusun Duwet

mengetahui pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan bagi kelangsungan

hidup mereka, akan tetapi pada kenyataannya kesadaran dan perilaku masyarakat dalam

menjaga kebersihan dilingkungannya tidak sesuai dengan pemahaman tersebut, sehingga

sebagian besar masyarakat Dusun Duwet kurang dalam menjaga kebersihan lingkungannya.

Namun dari segi positifnya bahwa dalam pengelolaan sampah, masyarakat mengelola limbah

sampah menjadi barang yang bermanfaat. Satu hal yang menarik bahwa penerapan dan

kesadaran masyarakat Dusun Duwet terhadap kebersihan lingkungan masih kurang. Hal ini

dapat dilihat masih banyak sampah yang berserakan dan menumpuk di lingkungan tempat

tinggal disekitar mereka, tempat seperti sumur ( tempat MCK) yang jarang dibersihkan dan

juga selokan-selokan yang memang sengaja dibendung oleh salah satu warga sehingga hal ini

dapat menyebabkan ganguan kesehatan dan kebersihan lingkungan.

Kata Kunci : Perilaku, Hidup Bersih dan Lingkungan

(5)

commit to user

Fitri Eri Hartanti, D3206019, Thesis, THE SOCIETY’S SANITARY LIVING

BEHAVIOR IN HAMLET DUWET KELURAHAN BRUJUL SUBDISTRICT JATEN.

Sociology department of Surakarta Sebelas Maret University 2010.

This research refers to the background that creates a clean and healthy environment is

mutual responsibility. They have an important role in keeping and creating the clean and

healthy environment culture. This research was carried out in Duwet Hamlet of Brujul

Kelurahan of Jaten Karanganyar subdistrict. This research aims to describe about the Duwet

people in keeping the clean life in their environment by focusing on the people’s point of

view, attitude as well as behavior relating to their environment’s clean life.

The sampling technique employed was purposive sampling consistent with the aim

and objective; such technique was also used for looking for appropriate informants reducing

the problem of research object. The informants of research were society figure and duwet

people.

From the result of research, it can be seen that generally the Duwet Hamlet people

recognize the importance of keeping their environment healthy and clean for their life

sustainability, but in fact their awareness and behavior in maintaining their environment

cleanliness is not consistent with that perception, so that majority of Duwet Hamlet people

are still low in maintaining their environment cleanliness. However, the positive side is that

in rubbish management, the people process the waste into useful goods. One interesting

phenomenon is that the application and the Duwet Hamlet people’s awareness of

environment cleanliness are still low. It can be seen from many scattered and accumulated

rubbishes in their neighborhood, the places like wells (sanitation place) are rarely cleaned and

the ditches are deliberately blocked by one of residents so that it can harm environment

health and cleanliness.

(6)

commit to user

HALAMAN JUDUL --- i

HALAMAN PERSETUJUAN --- ii

HALAMAN PENGESAHAN --- iii

MOTTO --- iv

PERSEMBAHAN --- v

KATA PENGANTAR --- vi

DAFTAR ISI --- ix

DAFTAR SKEMA --- xii

DAFTAR TABEL --- xiii

ABSTRAK --- xiv

BAB I PENDAHULUAN --- 1

A. Latar Belakang Masalah --- 1

B. Perumusan Masalah --- 5

C. Tujuan Penelitian --- 5

D. Manfaat Penelitian --- 5

E. Tinjauan Pustaka --- 6

F. Kerangka Berfikir --- 23

G. Metode Penelitian --- 25

BAB II DESKRIPSI LOKASI --- 39

A. Letak Desa Secara Administratif --- 39

(7)

commit to user

C. Keadaan Demografi --- 41

D. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur --- 41

E. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan --- 43

F. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian --- 45

G. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kepercayaan atau Agama --- 46

H. Kondisi Sarana Fisik dan Sosial --- 47

I. Keadaan Sosial Budaya Masyarakat --- 52

BAB III ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN PERILAKU HIDUP BERSIH MASYARAKAT DUSUN DUWET KELURAHAN BRUJUL KECAMATAN JATEN --- 54

A. Analisis Dari Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Dusun Duwet --- 54

1. Perilaku Masyarakat Dalam menjaga Kebersihan --- 54

2. Perilaku Kesehatan masyarakat Duwet --- 75

B. Hasil Dari Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Dusun Duwet --- 77

1. Kondisi Kebersihan Lingkungan Masyarakat --- 77

2. Persepsi Masyarakat Terhadap Hidup Bersih di Lingkungannya --- 78

3. Upaya Masyarakat Dalam Menerapkan dan Menjaga Kebersihan Lingkungan --- 83

4. Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Duwet --- 86

5. Faktor penghambat dan pendorong masyarakat dalam menjaga kebersihan 87 C. Pembahasan Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Dusun Duwet --- 89

(8)

commit to user

A. Kesimpulan --- 93

B. Implikasi --- 94

1. Implikasi Teoritis --- 95

2. Implikasi Metodologis --- 97

3. Implikasi Empiris/ Praktis --- 98

C. Saran --- 99

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada kenyataannya dewasa ini kondisi masyarakat Indonesia masih sangat

memprihatinkan. Hal ini dapat ditemukan pada peristiwa-peristiwa yang masih sering

terjadi di lingkungan masyarakat. Baik berupa penyimpangan-penyimpangan terhadap

kaidah dan nilai yang berlaku dimasyarakat dengan berbagai macam perilaku. Salah

satu diantaranya yaitu mengenai kepedulian masyarakat terhadap kondisi kebersihan

lingkungan. Sehingga tak mengherankan apabila masyarakat Indonesia seringkali

dirisaukan dengan masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah kondisi

lingkungan.

Dalam 2 dekade terakhir ini kesadaran global akan perlunya kebersamaan

masyarakat dunia untuk bersatu padu menyelamatkan planet bumi dan mahluk hidup

yang berada di dalamnya semakin menguat dan kongkrit dalam implementasinya.

Karena disadari betul penyebab utama kerusakan bumi ternyata karena kecerobohan dan

tidak bijaknya manusia di bumi dalam merencanakan dan mengendalikan pemanfaatan

lingkungan hidup dan sumber daya alamnya bagi kepentingan yang mengatasnamakan

“pengembangan wilayah” dan “meningkatkan kesejahteraan rakyat”.

Indonesia sendiri telah cukup banyak mengalami dampak negatif dari kerusakan

lingkungan hidup tersebut seperti banjir, kekeringan, badai, pasang naik air laut, erosi,

longsor yang berakibat menurunnya produktifitas di berbagai bidang kegiatan dan

(10)

commit to user

keberlanjutan fungsi lingkungan hidup hanya terbatas. Hal ini dipicu oleh pengerukan

sumber daya alam oleh berbagai oknum yang berujung pada peningkatan kesejahteraan

hidup segelintir orang.

Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan

dalam menjaga, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri serta

berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Harapan tersebut dapat

terwujud apabila masyarakat diberdayakan sepenuhnya dengan sumber daya dimilikinya

untuk dapat menerapkan Perilaku Hidup Bersih dalam kehidupannya sehari-hari, baik di

rumah, di sekolah, di tempat kerja. Perilaku Hidup Bersih yang harus dilakukan oleh

setiap individu/keluarga/kelompok sangat banyak, dimulai dari bangun tidur sampai

dengan tidur kembali.

Ditinjau dari sudut kepentingan masyarakat dalam berinteraksi dengan lingkungan

masih banyak sekali masalah–masalah lingkungan yang perlu segera mendapat

perhatian. Kebanyakan masyarakat, terutama yang hidup didaerah pedesaan belum

mengetahui bahwa banyak sekali masalah–masalah lingkungan disekitarnya mereka

yang dapat berakibat buruk terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup mereka. Hal ini

dipengaruhi oleh factor lingkungan yang kurang mendukung sehingga menjadikan

mereka bersikap acuh terhadap lingkungan disekitar mereka. Pengetahuan yang mereka

miliki terbatas. Semakin banyak kebutuhan maupun pekerjaan yang mereka hadapi

menjadikan mereka kurang begitu peduli terhadap lingkungan, khususnya dirumah

sendiri. Dengan waktu terbatas, kecapekan kerja mereka malas-malasan membersihkan

atau memperdulikan kondisi lingungan tempat tinggal maupun lingkungan sekitar

(11)

commit to user

Lingkungan yang diharapkan dalam Visi Indonesia Sehat 2010 adalah lingkungan

yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan yang bebas dari

polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan,

pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta

terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong-menolong dalam memelihara

nilai-nilai budaya bangsa.

Menciptakan lingkungan yang nyaman, tertib, bersih dan juga sesuai dengan

kaidah-kaidah dan aturan yang berlaku di masyarakat perlu adanya kesadaran dan

kepedulian setiap anggota masyarakat terhadap situasi dan kondisi lingkungan yang ada

disekitar mereka karena lingkungan merupakan tempat manusia untuk menjalankan

berbagai aktifitas dan interaksi dengan yang lain, dengan demikian lingkungan yang

nyaman, tertib, serta budaya hidup sehat dan bersih dapat terwujud. Dalam tahapan

hubungan manusia dengan lingkungan ditunjukkan bahwa seluruh aspek budaya,

perilaku, bahkan nasib manusia dipengaruhi, ditentukan, dan tunduk pada lingkungan.

Menciptakan lingkungan yang bersih adalah tangung jawab bersama. Khususnya

masyarakat yang ada disekitar lingkungannya. Mereka memiliki peran yang penting

dalam menjaga lingkungan serta menciptakan budaya lingkungan yang bersih dan sehat.

Satu hal yang menarik bahwa tingkat kepedulian dan kesadaran masyarakat Duwet

terhadap kebersihan lingkungan masih kurang. Meskipun pemerintah (Lembaga

Kelurahan maupun RT dan RW) sudah berupaya memberikan pembinaan,

pembimbingan serta pengarahan tentang kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan

yang ada disekitar mereka. Rendahnya tingkat kepedulian dan kesadaran masyarakat

(12)

commit to user

sebagian besar belum mencerminkan budaya hidup bersih. Hal ini dapat dicermati

masih banyak sampah yang berserakan dan menumpuk dilingkungan tempat tinggal

disekitar mereka, sisa-sisa plastik dan makanan, tempat seperti sumur ( tempat MCK)

yang jarang dibersihkan serta selokan-selokan yang memang sengaja dibendung oleh

salah satu warga. Sehingga hal tersebut menyebabkan penyumbatan saluran air dan

menjadi sarang bibit nyamuk, serta menyebabkan ganguan kesehatan dan kebersihan

lingkungan. Satu hal lain yang dapat diamati yaitu kebanyakan masyarakat Duwet

cenderung menganggap enteng mengenai masalah kondisi kebersihan lingkungan

tempat tinggal mereka.

Dalam lingkungan masyarakat masalah tersebut di atas, merupakan hal yang biasa

dan tidak cukup menarik untuk dipermasalahkan. Akan tetapi kalau dibiarkan begitu

saja, justru dapat menimbulkan pengaruh yang kurang baik, terutama terhadap

kebersihan lingkungan dan kesehatan. Pada prinsipnya peningkatan kesehatan

masyarakat memerlukan adanya keikutsertaan masyarakat dalam menjaga kebersihan

lingkungan terutama penanaman budaya hidup bersih dan sehat sejak dini dalam

keluarga.

Berdasarkan yang dikemukaan di atas maka masyarakat Duwet menjadi tempat pilihan

penulisan skipsi ini. Dari uraian di atas inilah ketertarikan untuk mendiskripsikan

mengenai masalah masyarakat dalam menjaga kebersihan dilingkungannya. Untuk itu

mengambil judul skripsi tentang “Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Dusun Duwet

(13)

commit to user

B. PERUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut diatas maka yang menjadi

permasalahannya dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana persepsi masyarakat Duwet terhadap hidup bersih?

2. Upaya apa saja yang dilakukan masyarakat Duwet dalam menjaga hidup bersih di

lingkungannya?

3. Bagaimana perilaku masyarakat Duwet dalam menerapkan hidup bersih terhadap

lingkungannya?

C. TUJUAN PENELITIAN

Sedangkan yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui bagaimana persepsi masyarakat Duwet terhadap hidup bersih?

2. Mengetahui upaya apa saja yang dilakukan masyarakat Duwet dalam rangka

menjaga hidup bersih di lingkungannya?

3. Memahami bagaimana Perilaku masyarakat Duwet dalam menerapkan budaya hidup

bersih terhadap lingkungannya?

4. Untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara pribadi pada

khususnya atau bagi masyarakat pada umumnya. Manfaat yang diharapkan dari

(14)

commit to user

1. Secara Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan konstribusi pemikiran terhadap dunia akademis dan

sebagai titik tolak melakukan penelitian yang lebih mendalam.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: a) menjadi pertimbangan

kepada pihak-pihak yang berwewenang, untuk meningkatkan pembinaan tentang

kedisiplinan dilingkungan masyarakat. b) sebagai masukan sekaligus informasi para

instansi pemerintah yang bergerak dalam bidang kesehatan untuk memperhatikan

dan meningkatkan kedisiplinan masyarakat menjaga budaya hidup bersih

lingkungannya, c) memberikan pengetahuan bagi para masyarakat dalam

menciptakan kedisiplinan dalam menjaga budaya hidup bersih dilingkungan, d)

sebagai tumpuan bagi peneliti selanjutnya dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan.

E. TINJAUAN PUSTAKA

1. Lingkungan

a. Pengertian Lingkungan

Tanggapan dan pemahaman seseorang tentang lingkungan antara

individu yang satu dengan yang lain memiliki asumsi yang berbeda. Dalam hal

ini seringkali identik dihubungkan dengan kondisi lingkungan secara fisik, non

fisik dan juga lingkungan sosial. Lingkungan dalam pengertian yang luas

diartikan segala sesuatu yang ada di alam semerta, baik yang berupa non fisik

(15)

commit to user

melengkapi sehingga menbentuk suatu ekosistem. Donald L. Hardisty yang

mendukung pandangan dominasi lingkungan menyatakan lingkungan fisik

memainkan peran dominan sebagai pembentuk kepribadian, moral, budaya,

politik, dan agama. Pandangan ini muncul tidak lepas dari asumsi dalam tubuh

manusia ada tiga komponen dasar, yakni bumi, air, tanah yang merupakan

unsure-unsur penting lingkungan (Rachmad K. Dwi Susilo, 2008:30)

Dari pemahaman lingkungan di atas pada kenyatannya di masyarakat,

lingkungan menjadi faktor yang sangat mempengaruhi perilaku serta tindakan

seseorang dalam kehidupan sosial masyarakatnya. Selain itu lingkungan juga

memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam membentuk kepribadian

sesorang. Sebaliknya lingkungan juga dapat dipengruhi oleh perilaku manusia

itu sendiri.

Dari pengertian yang diuraikan di atas, maka lingkungan merupakan

faktor dominan dalam aspek kehidupan masyarakat, yaitu kaitannya manusia

dengan lingkungan. Lingkungan menyangkut semua komponen yang ada di

bumi sebagai tempat atau wadah baik yang berupa sumber daya manusia

maupun sumber daya alam, dimana dari komponen-komponen tersebut

merupakan satu kesatuan yang terkait yang tidak dapat dipisahkan dan saling

berhubungan satu sama lain sehingga disebut sebagai satu kesatuan ekosistem.

Lingkungan dalam hal ini adalah tempat yang mencangkup segala

komponen yang ada baik yang berupa fisik maupun non fisik (tingkah-laku,

(16)

commit to user

atau usaha manusia untuk melaksungkan dan mempertahankan kehidupannya

dengan cara menjaga budaya hidup bersih dilingkungannya.

b. Macam-Macam Lingkungan

Manusia sebagai anggota masyarakat hidup dalam lingkungan yang

kompleks, lingkungan tersebut akan menjadi lebih kompleks sejalan dengan

perkembangan kebudayaan manusia. Pada hakikatnya manusia adalah produk

dari lingkungan sosial dan budayannya, dan sebaliknya lingkungan tersebut

adalah hasil ciptaannya sendiri. Lingkungan adalah himpunan (aggregate) dari

semua kondisi luar yang berpengaruh pada kehidupan dan perkembangan pada

suatu organisme, perilaku manusia atau kelompok masyarakat. Lingkungan luar

(external) manusia dapat digolongkan dalam tiga kelompok utama, yaitu

kelompok fisik, biologik, dan sosial yang ketiganya berkaitan erat dengan satu

sama lainnya yaitu:

1) Lingkungan Fisik ( Physical Environment )

Lingkungan fisik adalah lingkungan sekeliling manusia yang terdiri dari

benda-benda yang hidup (non-living things) dan kekuatan-kuatan fisik

lainnya, seperti: air, udara, tanah, iklim, dsb. Antara manusia dengan

lingkungan fisiknya ada interaksi yang menetap, dimanapun manusia berada

akan selalu dikelilinggi oleh lingkungan fisik tersebut.

2) Lingkungan Biologis ( Biological Environment )

Lingkungan biologis adalah keseluruhan mahluk hidup yang ada disekeliling

(17)

commit to user

paling kecil yaitu virus dan mikroba lainnya, sampai ke insekta, binatang,

tumbuhan dan manusia itu sendiri.

3) Lingkungan Sosial ( Social Environment )

Lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat yang mencangkup

hubungan yang kompleks antara faktor lingkungan dan manusia serta

kondisi budaya, sistem nilai, adat, kebiasaan, kepercayaan, sikap, moral,

agama, pendidikan, pekerjaan, standar hidup, kehidupan masyarakat,

tersedianya pelayanan kesehatan masyarakat, organisasi sosial dan politik.

Dalam lingkungan ini manusia menghadapi lingkungan sosial melalui

banyak cara.

Lingkungan digolongkan menjadi beberapa bagian yaitu: a) lingkungan

manusia, yaitu tarmasuk didalamnya dalam lingkungan ini adalah lingkungan

keluarga, sekolah dan masyarakat, termasuk didalamnya kebudayaan, agama,

taraf kehidupan dan sebaginya, b) lingkungan benda, yaitu benda yang terdapat

disekitar manusia yang turut memberi warna pada jiwa manusia yang ada

disekitar mereka dan c) lingkungan geografis, yaitu bahwa latar geografis turut

mempengaruhi corak kehidupan manusia. Misalnya manusia yang tinggal

didaerah pantai mempunyai keahlian, kegemaran dan kebudayaan yang berbeda

dengan manusia yang ada dan tinggal didaerah yang gersang.

Lingkungan selain terbagi dalam beberapa bentuk, lingkungan juga

memiliki peranan bagi individu sebagai anggota masyarakat yaitu sebagai

(18)

commit to user

1) Lingkungan sebagai alat bagi individu yaitu sebagai alat kepentingan

individu, alat untuk kelangsungan hidup individu dan alat untuk kepentingan

dalam pergaulan sosial.

2) Lingkungan sebagai tantangan bagi individu yaitu lingkungan berpengaruh

untuk mengubah sikap dan perilaku individu karena lingkungan dapat

menjadi lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya.

3) Lingkungan sebagai sesuatu yang harus diikuti, dimana sifat manusia

senantiasa ingin mengetahui sesuatu dalam batas-batas kemampunnya.

Lingkungan yang beraneka ragam senatiasa memberikan rangsangan daya

tarik kepada individu untuk mengikuti. Individu yang peka terhadap

perubahan lingkungannya, akan ikut berpartisipasi didalamnya.

4) Lingkungan merupakan obyek penyesuaian diri individu terhadap

lingkungannya yaitu lingkungan mempengaruhi individu, sehingga ia

berusaha untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.

Dari berbagai macam-macam lingkungan dan peranan lingkungan

diuraikan di atas maka lingkungan adalah tempat yang mencangkup berbagai

unsur serta bermacam-macam komponen yang memiliki keterkaitan yang

melengkapi satu sama lainnya, sehingga dapat memberikan manfaat serta

pengaruh. Lingkungan baik lingkungan biologis, lingkungan sosial maupun

secara geografis, pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang saling

mempengaruhi dan melengkapi satu sama lain terutama dalam melaksanakan

(19)

commit to user

Hubungan atau keterikatan lingkungan tersebut di atas dapat tercermin

dalam kegiatan atau aktifitas serta perilaku individu dalam berinteraksi dengan

alam lingkungan yang ada disekitar mereka atau dapat kita lihat dari budaya

masyarakat dalam mempertahankan ekosistemnya.

c. Kebersihan Lingkungan (Enviromental Sanitation)

Dalam lingkungan masyarakat kita sering sekali mendengar adanya

kegiatan penyuluhan-penyuluhan, maupun upaya-upaya pemerintah dalam

rangka menjaga kebersihan lingkungan. Salah satunya kegiatan tersebut yaitu

kerja bakti, bersih desa dan sebagainya. Selain hal itu kita mungkin sudah

mengenal dan sering mendengar slogan “kebersihan adalah pangkal kesehatan”

dan ‘’kebersihan sebagian dari iman’’ dengan pangkal pemikiaran inilah, tak

sedikit masyarakat mengupayakan menjaga kebersihan lingkungan yang ada

sekitar mereka. Environmental sanitation adalah bagian dari general publik

health yang meliputi prinsip-prinsip usaha untuk meniadakan atau mengusai

faktor lingkungan yang dapat menimbulkan pernyakit melalui kegiatan-kegiatan

yang ditunjukan untuk a) water sanitation, b) food sanitation, c) sewerage dan

excreta disposal, d) air sanitation e) vector and roden controli dan Higiene

perumahan dan halaman.

Dari contoh-contoh masalah kebersihan lingkungan di atas

menggambarkan bahwa menciptakan lingkungan yang bersih membutuhkan

upaya dan usaha yang keras. Hal ini disebabkan adanya perbedaan tentang

(20)

commit to user

diperlukan adanya kesadaran, keperdulian, kerjasama setiap anggota masyarakat.

Dengan menerapkan perilaku serta tindakan yang mencerminkan kepedulian

terhadap kondisi kebersihan lingkungan, maka membiasakan perilaku hidup

bersih dapat diwujudkan.

Dalam kebersihan lingkungan tidak lepas dalam kaitannya yaitu sampah.

Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah adalah

(waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau

sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi

dengan sendirinya(Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2003:166).

Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah meruapakan hasil suatu

kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna sehingga bukan

semua benda padat yang tidak digunakan dan dibuang disebut sampah,

misalnya: benda-benda alam, benda-benda yang keluar dari bumi akibat dari

gunung meletus, banjir, pohon di hutan yang tumbang akibat angin rebut, dan

sebagainya. Dengan demikian sampah mengandung prinsip-prinsip sebagai

berikut:

- Adanya sesuatu benda atau bahan padat.

- Adanya hubungan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan manusia.

- Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi.

Stanwell-Smith (2003) menunjukkan bahwa proporsi yang signifikan

dari penyakit menular terjadi di rumah, dan bahwa banyak dari itu bisa dicegah

melalui pendekatan terpadu di mana baik praktik kebersihan dipromosikan

(21)

commit to user

pembuangan sampah (mengutip dalam Developing an effective policy for home

hygiene-a risk.pdf).

Telah adanya pengembangan pendekatan kebersihan rumah yang

dilakukan di Negara-negara berkembang. Dalam mengembangkan sebuah

pendekatan kita harus mengakui bahwa kebersihan di rumah mencakup semua

langkah-langkah yang digunakan untuk mencegah perpindahan infeksi. Dengan

demikian terdiri dari beberapa unsur, yaitu rumah umum kebersihan, kebersihan

makanan, kebersihan pribadi (terutama cuci tangan), dan rumah kesehatan

untuk orang-orang yang sudah terinfeksi, dan untuk pertumbuhan populasi

'beresiko' orang-orang di rumah. Pendekatan untuk kebersihan dapat dibangun:

(1) Reservoir banyak situs seperti U-tabung dan toilet mangkuk. Ini dikenal

sebagai reservoir karena mikroba, terutama spesies Gram-negatif, cenderung

berkembang biak pada situs-situs ini yang kebanyakan basah, dengan hasil yang

relatif tinggi tingkat kontaminasi sering ditemukan. (2) Waduk / penyebar

termasuk membersihkan kain basah, spons, pel, sikat kuku, shower, dll tidak

hanya mendukung pertumbuhan mikroba, tetapi, karena sifat penggunaannya,

kontaminasi mudah menyebar ke permukaan lain, misalnya melalui

menggunakan kain terkontaminasi, atau dengan penyebaran sebagai tetesan

aerosol. Dengan demikian penting untuk memastikan bahwa barang-barang

yang higienis bersih sebelum digunakan. (3) Untuk tangan, dan kontak dan

persiapan makanan permukaan tangan, seperti memotong papan, tekan

menangani dan peralatan memasak, meskipun kemungkinan kontaminasi relatif

(22)

commit to user

penyiapan makanan mentah, kunjungan toilet atau mengganti popok. Seperti

situs dalam kontak langsung dengan tangan atau dengan makanan, mereka

dianggap sebagai risiko yang signifikan karena posisi mereka dalam hal kontak

di rumah. Karena ada konstan risiko, langkah-langkah kebersihan untuk

mencegah penyebaran kontaminasi penting untuk ini permukaan. (4) Produk

yang di rumah, seperti mencuci pakaian, kadang-kadang bisa menjadi

terkontaminasi, khususnya ketika anggota keluarga yang sakit. Untungnya,

jenis ini paparan ini hanya sesekali dan terutama bagi mereka yang menangani

cucian. Namun, ada kebutuhan untuk memberikan binatu kebersihan tambahan

pertimbangan dalam situasi berisiko tinggi yang dikenal, seperti dalam kasus

enterik penyakit atau infeksi kulit di rumah. (5) Ketika mempertimbangkan situs

lain dan permukaan di rumah, seperti lantai dan dinding, karena kontaminasi

frekuensi rendah dan paparan transfer hanya sesekali, ada sedikit perlu untuk

membersihkan higienis (sebagai lawan pembersihan rutin) di situs tersebut,

kecuali di situasi resiko tinggi yang dikenal, seperti tumpahan bahan tinja atau

muntah. Pendekatan ini mungkin tampak jelas, tetapi merupakan kasus untuk

memotivasi perubahan dalam penekanan dari mencoba untuk menciptakan

sebuah 'steril' lingkungan rumah untuk fokus pada pencegahan salib kontaminasi

selama kegiatan yang merupakan risiko (mengutip dalam Developing an

effective policy for home hygiene-a risk.pdf).

Rumah dan kebersihan kehidupan sehari-hari, Home kebersihan

berkaitan dengan praktek-praktek kebersihan yang mencegah atau mengurangi

(23)

commit to user

kehidupan sehari-hari seperti pengaturan sosial, angkutan umum, tempat kerja,

tempat umum dll. Kebersihan dalam kehidupan sehari-hari pengaturan dan

rumah memainkan peran penting dalam mencegah penyebaran penyakit

menular. Ini mencakup prosedur yang digunakan dalam berbagai situasi dalam

negeri seperti kebersihan tangan, kebersihan pernapasan, makanan dan

kebersihan air, kebersihan rumah umum (kebersihan lingkungan situs dan

permukaan), perawatan hewan domestik, dan kesehatan rumah (perawatan

mereka yang berisiko lebih besar infeksi). Rumah tangga pengolahan air dan

penyimpanan yang aman adalah praktek yang dapat digunakan oleh keluarga di

rumah dan di masyarakat untuk memastikan bahwa air minum yang aman untuk

dikonsumsi. Dalam hal berikutnya adalah berhubungan dengan perilaku

kebersihan seperti hal yang sepele namun tidak banyak orang

memperhatikannya. Yaitu kebiasaan kebersihan masyarakat dalam mencuci

tangan. Kebiasaan masyarakat dalam mencuci tangan hanya menggunakan air

saja, namun ada pula yang mencuci dengan menggunakan sabun. Seperti pada

Warga masyarakat desa-com Bangladesh, memahami praktek mencuci tangan

biasa di daerah pedesaan Bangladesh penaksiran dasar penting bagi Program

perilaku mencuci tangan adalah bahwa ukuran tidak telah terbukti menjadi baik

dan berlaku. relatif dampak pada kesehatan populasi fokus Behavior perubahan

intervensi hanya mencuci tangan setelah tinja menghubungi bukan pada kedua

kotoran dan makanan terkait menghubungi tidak diketahui. Jadi, mencuci tangan

dengan air saja sebelum makan tampaknya cukup seperti dicatat oleh 1 persen

(24)

commit to user

saluran komunikasi multi-cuci tangan intervensi berhasil menyampaikan pesan

yang tangan tidak benar-benar bersih kecuali dicuci dengan sabun. Gladesh

perlu langsung kepercayaan pada pentingnya sabun dalam rangka meningkatkan

cuci tangan perilaku dan membuka potensi ini kesehatan masyarakat

(http://www.biomedcentral.com/1471-2458/10/545).

d. Kesehatan Lingkungan

Kebersihan erat kaitannya dengan Kesehatan lingkungan. Kesehatan

lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang

optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan

yang optimum pula (Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2003:147).

Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup

:perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih,

pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak

(kandang) dan sebagainya.

Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu

usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia

agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum

bagi manusia yang hidup didalamnya (Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo,

2003:147). Usaha memperbaiki atau meningkatkan kondisi lingkungan ini dari

masa kemasa, dan dari masayarakat satu ke masayarakat yang lain bervariasi dan

(25)

commit to user

2. Perilaku

Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan

kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia

yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial,

yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial

adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan

terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh

berbagai kontrol sosial.

Perilaku merupakan tata cara yang lahir dalam hubungan antarmanusia atau

interaksi social. Individu dalam masyarakat melakukan kegiatan interaksi dituntut

melaksanakan aturan tata karma atau etika yang berlaku dalam masyarakat tersebut.

Tata kelakuan yang semula berlaku dalam msyarakat yang terbatas, dapat merambat

ke lingkungan yang lebih luas, dan akhirnya diterima secara nasional. Perilaku yang

merupakan wujud budaya nasional Indonesia misalnya: sopan santun dan ramah,

rukun dalam kegiatan kerja bakti, siskampling dan sebagainya (gotong royong),

menyelesaikan masalah dengan musyawarah untuk mufakat, menghormati yang

lebih tua, dan toleran atau menghormati.

Skinner (1983) bahwa Perilaku merupakan hasil hubungan antara

perangsang, (stimulus) dan tanggapan (respon) dan respons: (mengutip Prof. Dr.

Soekidjo Notoatmodjo dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat).

Perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan atau

reaksi individu yang terwujud di gerakan (sikap); tidak saja badan atau ucapan.

(26)

commit to user

adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilaku tertentu. 3)

Norma sosial – adalah pengaruh tekanan sosial. 4) Kontrol perilaku pribadi – adalah

kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya melakukan suatu perilaku.

Tokohnya B.F. Skinner. Obyek Sosiologi adalah perilaku manusia yg

tampak serta kemungkinan perulangannya (hubungan antar individu &

lingkungannya). Perilaku sosial (X) tindakan sosial. Perilaku sosial: mekanisme

stimulus dan respon, tindakan sosial: aktor hanya penanggap pasif dr stimulus yg

datang pdnya. Teori yg tergabung: Sosiologi Behavioral dg konsep “reinforcement”

& proposisi “reward and punishment”, serta teori Exchange dg asumsi selalu ada

“take and give” dalam dunia sosial.

Perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal

ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda

dari setiap orang. Faktor – factor yang membedakan respon terhadap stimulus

disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua

yaitu :

1. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given

atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin,

dan sebagainya.

2. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik,

(27)

commit to user

DEFINISI KONSEPTUAL

1. Perilaku

Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi

dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak

tampak, dari yang dirasakan sampai yang paling tidak dirasakan. Perspektif perilaku

menyatakan bahwa perilaku sosial kita paling baik dijelaskan melalui perilaku yang

secara langsung dapat diamati dan lingkungan yang menyebabkan perilaku kita

berubah. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas organisme yang

bersangkutan (Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2003:118)

Perilaku terhadap lingkungan dalam tahapannya merupakan hubungan

manusia dengan lingkungan, ditunjukkan bahwa seluruh aspek budaya, perilaku

bahkan nasib manusia dipengaruhi, ditentukan, dan tunduk pada lingkungan. Disini

dikaji Perilaku masyarakat Duwet dalam hidup bersih. Karena bahwa hidup bersih

sangat penting artinya bagi semua masyarakat.

2. Lingkungan

Lingkungan dalam pengertian yang luas diartikan segala sesuatu yang ada di

alam semerta, baik yang berupa non fisik maupun fisik dan didalamnya terdapat

komponen yang saling terkait dan saling melengkapi sehingga menbentuk suatu

ekosistem. Lingkungan dalam hal ini adalah tempat yang mencangkup segala

komponen yang ada baik yang berupa fisik maupun non fisik (tingkah-laku,

tindakan, sikap dan sebagainya) dimana hal tersebut berhubungan dengan upaya

(28)

commit to user

dengan cara menjaga budaya hidup bersih dilingkungannya. Disini yang dicakup

dalam lingkungan tersebut adalah lingkungan Masyarakat Duwet, Kelurahan Brujul,

Kecamatan Jaten, terhadap perilaku masyarakatnya yang menerapkan hidup bersih

lingkungannya. Lingkungan dapat mempengaruhi tingkah-laku atau sebaliknya,

tingkah-laku juga dapat mempengaruhi lingkungan.

3. Hidup Bersih dan Kesehatan Masyarakat

Lingkungan yang bersih, dapat terwujud apabila dalam sikap dan perilaku

individu dalam masyarakat peduli terhadap alam sekelilingnya. Sikap dan perilaku

demikian itu biasanya lahir dan dilatar belakangi oleh tingkat pengetahuan,

kesadaran dan tingkat disiplin pribadi ditengah-tengah kehidupan masyarakat.

Disamping itu kebiasaan hidup yang bersih dan tertib merupakan hasil dari proses

panjang trasformasi sistem nilai, baik nilai budaya maupun agama.

Pengertian hidup bersih oleh masyarakat Duwet umumnya diidentikan

dengan pengertian kondisi lingkungan yang bebas kotor. Cara hidup bersih yaitu

cara hidup dengan menjaga kebersihan lingkungan, bebas dari polusi udara,

sedangkan hidup bersih merupakan cara hidup masyarakat yang mencerminkan

kebersihan lingkungan yang ada disekitar mereka yaitu dengan menjaga kebersihan

lingkungan secara teratur seperti tempat atau ruang tamu, dapur, kamar mandi, WC,

sumur halaman, selokan dan sebagainya meskipun kurang begitu optimal dilakukan.

Masalah kesehatan masyarakat tidak lepas dari keadaan lingkungan.

Kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya memperbaiki dan

(29)

commit to user

(Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2003:9). Masalah kesehatan masyarakat adalah

multi kausal maka pemecahannya harus secara multidisiplin. Oleh sebab itu,

kesehatan masyarakat sebagai seni atau prakteknya mempunyai bentangan yang

luas. Semua kegiatan baik yang langsung maupun tidak langsung untuk mencegah

penyakit, meningkatkan kesehatan, terapi, maupun pemulihan kesehatan adalah

upaya kesehatan masyarakat. Misalnya: pembersihan lingkungan, penyediaan air

bersih, pengawasan makanan, perbaikan gizi, penyelenggaraan pelayanan kesehatan

masyarakat, cara pembuangan tinja, pengelolaan sampah, dan air limbah,

pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, pemberantasan nyamuk, lalat, kecoa, dan

sebagainya.

TEORI

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Teori perilaku Skinner. Teori ini

menjelaskan perilaku seseorang difokuskan pada dua kemungkinan (1) perilaku

diperoleh dari keturunan dalam bentuk instink-instink biologis - lalu dikenal dengan

penjelasan "nature" - dan (2) perilaku bukan diturunkan melainkan diperoleh dari

hasil pengalaman selama kehidupan mereka - dikenal dengan penjelasan "nurture".

Teori Perilaku menjelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

manusia yaitu (1) Genetika. (2) Sikap - adalah suatu ukuran tingkat kesukaan

seseorang terhadap perilaku tertentu. (3) Norma sosial – adalah pengaruh tekanan

sosial. (4) Kontrol perilaku pribadi – adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit

tidaknya melakukan suatu perilaku. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai

(30)

commit to user

tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan

sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi,

karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang

lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial

dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Berhubungan dengan hal tersebut maka

penulis menggunakan teori perilaku untuk mengkaji tentang Perilaku Hidup Bersih

Masyarakat Duwet terhadap lingkungan disekitar mereka.

Perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini

berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari

setiap orang. Faktor–factor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut

determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given

atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin,

dan sebagainya.

2. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, ekonomi, politik, dan

sebagainya.

Skinner (1983) bahwa Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang,

(stimulus) dan tanggapan (respon) dan respons: (mengutip Prof. Dr. Soekidjo

Notoatmodjo dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat). Ia membedakan adanya dua

respons, yakni:

1. Respondent respons atau reflexive respons, ialah respons yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsangan perangsangan yang semacam ini

(31)

commit to user

tetap, misalnya: makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang

kuat akan menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Pada umumnya

perangsangan-perangsangan yang demikian ini mendahului respons yang

ditimbulkan.

2. Respondent respons (respondent behavior), ini mencakup juga emosi respons

atau emotional behavior. Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang

mengenakkan organism yang bersangkutan, misalnya menangis karena sedih

atau sakit, muka merah (tekanan darah meningkat karena marah. Sebaliknya

hal-hal yang mengenakkanpun dapat menimbulkan perilaku emosional misalnya

tertawa, berjingkat-jingkat karena senang, dan sebagainya.

Operant respons atau instrumental respons, adalah respons yang timbul dan

berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini

disebut reinforcing stimuli atau reinfocer, karena perangsangan-perangsangan

tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme.

Perilaku terhadap lingkungan dalam tahapannya merupakan hubungan

manusia dengan lingkungan, ditunjukkan bahwa seluruh aspek budaya, perilaku

bahkan nasib manusia dipengaruhi, ditentukan, dan tunduk pada lingkungan. Disini

dikaji Perilaku masyarakat Duwet dalam hidup bersih. Karena bahwa hidup bersih

sangat penting artinya bagi semua masyarakat.

F. KERANGKA BERFIKIR

Tinjauan terhadap konsep persepsi, khususnya untuk objek-objek lingkungan

dapat dikaji melalui dua pendekatan, yaitu : (1) melalui pendekatan konvensional, (2)

(32)

commit to user

lingkungan merupakan titik tolak dan merupakan sumber informasi, sehingga terlihat

individu menjadi seorang pengambil keputusan. Hubungan antara tingkat pendidikan

dan persepsi dengan perilaku ibu rumah tangga dalam pemeliharaan kebersihan

lingkungan dapat dirangkai dalam satu model sebagai berikut.

Skema 1 : Persepsi Menurut Backler dalam Abdurahman, Maman (1988)

Berakar dari pemikiran diatas maka penulis dapat menarik hubungan lingkungan dan

perilaku hidup bersih oleh masyarakat dengan hubungan antar satu dengan yang lainnya

seperti skema dibawah ini.

Skema 2 : Pola hubungan perilaku hidup bersih terhadap lingkungan

(33)

commit to user

Dari skema diatas dapat dijelaskan dari hal perilaku seseorang yang

dilakukan yang kemudian melembaga dan membudaya sehingga semua itu

berpengaruh terhadap lingkungan. kemudian berdampak kurang baik terhadap

lingkungan khususnya kurangnya perhatian masyarakat terhadap sampah. Dari

perilaku yang kurang baik itulah karena masyarakat mendapatkan informasi atau

hanya sekedar bincang-bincang terhadap masing-masing tetangga, kemudian mereka

berpikir dan mempersepsikan bahwa membuat pola hidup bersih itu tidak mudah

itupun juga pemerintah atau pihak-pihak yang terkait tidak akan peduli terhadap

pola perliku hidup bersih yang sekecil mungkin dilakukan. Jadi masyarakat Duwet

lebih semaunya sendiri terhadap pola perilaku mereka terhadap lingkungan

khususnya sampah. Kemudian semua perilaku itu menjadi membudaya. Hidup

bersih itu penting tetapi penerapannya yang sulit dilakukan. Dari kurangnya perilaku

terhadap budaya bersih itulah berpengaruh terhadap status kesehatan. Masyarakat

jadi terkena penyakit karena kurangnya mereka terhadap penerapan bersih

lingkungan.

G. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian

deskriptif bermaksud untuk memberikan uraian mengenai suatu gejala social yamg

diteliti. Bentuk penelitian ini lebih menekankan pada suatu peristiwa dari perilaku

yang diamati. Dalam penelitian ini peneliti menjelaskan atas “Perilaku masyarakat

(34)

commit to user

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten.

Adapun lokasi yang dijadikan tempat penelitian ini adalah lingkungan tempat

tinggal penduduk masyarakat Desa Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten.

3. Sumber Data

Dalam penulisan skripsi ini memusatkan perhatian pada masyarakat Duwet,

yaitu mencoba melakukan pemaknaan tentang perilaku masyarakat Duwet dalam

menerapkan budaya hidup bersih terhadap lingkungannya. Untuk mengungkap

permasalahan ini, digunakan situasi nyata sebagai sumber data. Adapun sumber data

yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber Data Primer

Data primer yang dimaksud adalah data yang diperoleh secara langsung

dari obyek penelitian baik melalui informan dan hasil wawancara. Informan

dalam hal ini adalah individu-individu tertentu yang diwawancarai untuk

keperluan informasi agar memberikan keterangan data yang diperlukan peneliti.

Dalam penelitian kualitatif informan adalah sejumlah obyek yang akan diteliti

atau diambil dan dijadikan parameter dalam pengambilan data informan yang

dapat memberikan informasi dan data yang diperlukan dalam penelitian Jumlah

informan tidak ditentukan, karena data dapat diperoleh sewaktu-waktu sesuai

dengan fakta saat di lapangan. Dengan menentukan informan sebagai kunci / inti

(key informan) dalam sebuah perencanaan dapat berubah sewaktu-waktu sesuai

(35)

commit to user

Masyarakat yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah Pihak

lembaga Kelurahan atau perangkat desa dan warga masyarakat asli Duwet.

Adapun alasan pemilihan informan adalah orang atau warga masyarakat yang

benar-benar dapat memberikan informasi, sehingga peneliti memperoleh data

yang diperlukan dalam penelitian.

Langkah dalam melakukan pengumpulan data informan, peneliti

melakukan:

1. Mendatangi kantor kelurahan Brujul dalam hal ini adalah Kepala Desa,

untuk memperoleh informasi mengenai gambaran secara umum masyarakat

Duwet, serta untuk memperoleh ijin untuk mengadakan penelitian.

2. Setelah memperoleh informasi, maka peneliti menentukan informan yang

akan dijadikan informan kunci dalam penelitian.

3. langkah selanjutnya, kemudian peneliti mengadakan wawancara, dengan

mengakrabkan diri dengan masyarakat serta dengan mengajukan pertanyaan

untuk memperoleh informasi mengenai perilaku masyarakat dalam

menerapkan hidup bersih.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data pendukung yang tidak langsung dari nara

sumber atau non data primer. Data yang dikumpulkan untuk mendukung dan

melengkapi data primer yang berkenaan dengan masalah penelitian. Data

(36)

commit to user

1) Foto

Dokumen berupa foto-foto dapat memberikan atau menggambarkan

mengenai situasi kondisi lingkungan serta perilaku atau aktifitas dan

karakteristik masyarakat Duwet baik melalui wawancara maupun observasi

pada saat dilapangan. Foto atau dokumen ini dapat menjadi data yang

berharga untuk menelaah situasi dan kondisi dari segi subyektif dan hasilnya

untuk dianalisis.

Adapun dokumen berupa foto dalam penelitian ini adalah foto yang

dihasilkan sendiri oleh peneliti pada saat dilapangan yaitu yang berhubungan

dengan fokus penelitian yaitu perilaku masyarakat dalam menerapkan

budaya hidup bersih terhadap lingkungannya.

2) Data Monografi

Dalam penelitian kualitatif juga diperlukan adanya dokumen yang

berupa peta wilayah dan data monogafi penduduk yang menggambarkan

karakteristik masyarakat Duwet. Dengan adanya data monografi peneliti

memperoleh gambaran mengenai batas wilayah dan karakteristik masyarakat

Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten Karanganyar.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang lengkap dalam melakukan analisis data dan

pengolahan data, maka digunakan beberapa teknik dan alat pengumpul data sebagai

(37)

commit to user

a. Observasi

Observasi merupakan proses yang kompleks dari proses biologis dan

psikologis dan menggunakan pengamatan dan ingatan. Untuk mempermudah

pengamatan dan ingatan, digunakan berapa alat meliputi: alat tulis untuk

mencatat, alat elektronik berupa kamera dan tape rekorder, pengamatan dan

pemusatan pada data yang tepat serta menambah bahan persepsi tentang obyek

yang diamati.

Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati secara

langsung mengenai lingkungan masyarakat Duwet, serta kebiasaan-kebiasaan

yang dilakukan berkaitan dengan pola perilaku masyarakat dalam menerapkan

budaya hidup bersih dilingkungannya.

Adapun langkah yang dilakukan peneliti dalam observasi yaitu setelah

memperoleh ijin untuk mengadakan penelitian, kemudian dilajutkan dengan

kegiatan observasi. Dari kegiatan observasi ini, mengamati langsung situasi dan

kondisi disekitar lingkungan masyarakat Duwet baik yang menyangkut fisik

maupun non fisik.

Manfaat dari kegiatan observasi ini peneliti melihat langsung keadaan

dilapangan mengenai kondisi fisik lingkungan meliputi rumah-rumah penduduk,

halaman rumah dan juga lingkungan masyarakat. Kemudian dari hasil observasi

diperoleh gambaran secara umum mengenai situsi dan kondisi yang ada

dilingkungan, serta perilaku masyarakat Duwet Kelurahan Brujul Jaten

(38)

commit to user

Adapun yang menjadi fokus observasi dalam penelitian adalah:

1. Gambaran umum masyarakat Duwet Kelurahan Brujul.

2. Kondisi lingkungan masyarakat Duwet Kelurahan Brujul.

3. Perilaku dan sikap masyarakat Duwet dalam kehidupannya sehari-hari yang

berkaitan dengan budaya hidup bersih.

b. Wawancara

Wawancara adalah cara yang dipakai untuk memperoleh informasi melalui

kegiatan interaksi sosial antara peneliti dengan yang diteliti. Di dalam interaksi

ini peneliti berusaha mengungkap gejala yang sedang diteliti melalui kegiatan

tanya jawab.

Wawancara biasanya dilakukan oleh dua orang atau lebih yang diarahkan

oleh seseorang dengan maksud untuk memperoleh keterangan. Dalam situasi ini

berlangsung interaksi antara pewawancara (interviewer) dengan yang

diwawancarai (interviewee).

Dalam pengumpulan data ini digunakan wawancara tak berstruktur yaitu

wawancara dilakukan secara informal, dimana pertanyaan – pertanyaan tentang

pandangan sikap, keyakinan subyek atau tentang keterangan lainnya yang

berkaitan dengan perilaku masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih

terhadap lingkungannya lahir secara sepontan pada saat berinteraksi langsung

pada saat dilapangan. Dalam wawancara tidak berstrujtur ini pewawancara boleh

saja mengajukan pertanyaan secara meloncat-loncat dari waktu kewaktu yang

(39)

commit to user

mengumpulkan data dilapangan, wawancara juga digunakan untuk melengkapi

data-data yang belum jelas atau masih kurang, sehingga data dan informasi yang

diperoleh semakin lengkap.

Sebelum wawancara dilakukan terlebih dahulu diadakan beberapa

persiapan yaitu: 1) seleksi individu untuk diwawancarai, 2) pendekatan yaitu

mengadakan pendekatan dengan orang yang telah diseleksi untuk diwawancarai,

3) pengembangan suasana lancar dalam wawancara dan 4) melakukan

usaha-usaha untuk menimbulkan pengertian dan bantuan seperlunya bagi orang yang

akan diwawancarai.

Kaitannya dengan penelitian ini wawancara dimaksudkan untuk

mengetahui kondisi masyarakat yang akan diwawancarai serta untuk

memperoleh informasi yang sifatnya mendalam terhadap masalah yang

diajukan. Dalam wawancara ini terjadi percakapan antara pewawancara dan

yang diwawancarai dalam suasana santai, informal, dan jawaban tidak

ditentukan oleh pewawancara.

Adapun langkah yang dilakukan peneliti dalam wawancara yaitu 1)

membuat perijinan kepada pihak-pihak yang terkait yaitu pihak kelurahan dan

dan ketua RT, 2) menyeleksi informan kunci yang benar-benar dapat

memberikan informasi tentang fokus yang akan diteliti, 3) menyiapkan

perlengkapan wawancara seperti alat tulis, tape rekorder dan kamera, 4) langkah

selanjutnya mengadakan mengakrabkan diri dengan masyarakat, dengan

(40)

commit to user

informan, selanjutnya dikembangkan ke masalah yang dalam fokus masalah

dalam penelitian.

Adapun fokus dari kegiatan wawancara adalah: a) bagaimana pola perilaku

masyarakat Duwet dalam menerapkan budaya hidup bersih dilingkungannya, b)

mengenai persepsi masyarakat dalam budaya hidup bersih, dan c) mengenai

upaya apa saja yang dilakukan masyarakat Duwet dalam menerapkan budaya

hidup bersih lingkungan.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data berupa gambar

mengenai situasi dan kondisi lingkungan sebagai media agar dapat diamati dan

diteliti lebih lanjut. Dokumen yang berupa data dari Kelurahan seperti data

demografi penduduk serta wilayah, memberikan bantuan atau informasi

mengenai gambaran tentang kecenderungan subyek pada latar penelitian.

Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara mencatat

arsip-arsip, surat-surat dan dokumen lain yang mendukungnya.

Dalam penelitian ini dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan

data yang diperlukan yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara, data dari

kegiatan observasi, data Monografi penduduk, Kartu Keluarga (KK) dan Peta

Wilayah yang ada di kelurahan Brujul, dan data foto yang dihasilkan oleh

peneliti tentang perilaku, serta situasi dan kondisi lingkungan masyarakat yang

terkait dengan kedisiplinan masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih

(41)

commit to user

5. Populasi dan Sampel

- Populasi adalah jumlah keseluruhan daripada unit-unit analisis yang memiliki

spesifikasi atau cirri-ciri tertentu. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka

sebagai populasi adalah seluruh masyarakat Dusun Duwet, Brujul, Kecamatan

Jaten.

- Sampel adalah sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan

teknik tertentu. Sampel menggambarkan keadaan sebenarnya dari populasi yang

terwakilinya.

6. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling atau sampel bertujuan. Yang menjadi informan dalam penelitian

ini adalah 2 perangkat desa dan 18 orang warga dusun duwet dari tingkat pendidikan

SD sampai Sarjana. Alasannya dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan

purposive sampling, purposive sampling berguna untuk mendapatkan informan yang

tepat yang menguasai permasalahan yang menjadi objek penelitian dan mengambil

informan-informan yang sesuai dengan peneliti. Memilih informan yang dianggap

mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk

menjadi sumber yang mantap.

7. Validitas Data

Validitas data merupakan salah satu bagian yang sangat penting untuk

(42)

commit to user

mendapatkan validitas data dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi

sebagai teknik pemeriksaan data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Mengutip dalam Diana

Dyah Kusumaningrum, 2003: 26).

Triangulasi dalam penelitian ini dengan mengunakan teknik pemeriksaan data

untuk meneliti keabsahan data dengan membandingkan data hasil pengamatan

dengan data hasil wawancara dan dokumentasi serta pengecekan penemuan hasil

penelitian, dari beberapa pengumpulan data. Data yang dimaksud adalah yang

terkait dalam penelitian, sehingga memperoleh data yang relevan mengenai tingkat

kedisiplinan masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih lingkungannya.

Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan cara:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dan apa yang

dikatakannya secara pribadi.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat

dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah

atau tinggi, orang berada.

e. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa

(43)

commit to user

8. Analisa Data

Data yang diperoleh dari lapangan tidak akan memberi makna yang berarti,

apabila tidak dilanjutkan dengan analisis data. Kegiatan analisis data dilakukan

sewaktu penelitian berlangsung. Dengan maksud, apabila ada data yang kurang agar

segera dilengkapi, dan untuk memahami data-data yang terungkap untuk dapat

diverifikasikan. Pelaksanaan analisa data dalam penulisan ini, dilakukan dengan

kegiatan-kegiatan reduksi data, penyajian data (display data), mengambil

kesimpulan dan verifikasi.

a. Reduksi data

Reduksi data adalah merupakan proses seleksi, pengfokusan,

penyederhanaan, dan abstraksi. Reduksi data dilakukan melalui seleksi,

membuat ringkasan atau uraian singkat, memfokuskan dan mengabtraksikan

data mentah menjadi informasi yang bermakna. Proses ini berlangsung selama

pelaksanan penelitian, yaitu pada awal penelitian sampai dengan laporan

penelitaian. Reduksi data dimadsudkan untuk mempertegas, memperpendek,

membuat fokus, dan membuang bagian yang tidak penting untuk mempermudah

penarikan kesimpulan.

Dari hasil penelitian berdasarkan observasi, pengamatan atau wawancara

diperoleh data yang bermacam-macam dari informasi dan belum dikumpulkan.

Dalam hal ini reduksi data adalah langkah yang ditempuh untuk menggolongkan

dan membuat ringkasan atau uraian singkat kedalam urutan kajian yang

berkaitan dengan perilaku masyarakat dalam menerapkan budaya hidup bersih

(44)

commit to user

Bagi Husserl untuk mereduksi berarti membawa keadaan langsung yang

sudah dikembalikan pada yang esensial, dan hal yang asli. Menurut Husserl

reduksi tidak mempermasalahkan fakta, melainkan struktur logis sebagai syarat.

Reduksi ini terdiri dari tiga tahap : tahap pertama: reduksi eiditik, maksudnya

suatu reduksi untuk menangkap “eidos” atau hakikat (esensi). Tahap ini

merupakan tahap persiapan untuk menghadapi fenomena. Reduksi ini

dilangsungkan dengan suatu proses imajinasi bebas untuk menemukan cirri-ciri

khas, atau yang menentukan identitas suatu gejala yang disebut proses

pembentuk gagasan (ideation). Tahap kedua: reduksi fenomenologi, yang

menyampingkan hal yang sifatnya nonesensial dan kebetulan, supaya

memperoleh situasi murni yang tersedia. Tahap ketiga: reduksi trasendental,

yang dengan kesadran.

b. Penyajian Data (Display data)

Yaitu proses penampilan data secara sederhana berbentuk naratif. Dalam

penyajian data berwujud sekumpulan informasi yang tersusun sehingga

memberikan penarikan kesimpulan. Penyajian data dilakukan agar sajian data

tidak menyimpang dari pokok permasalahan. Dalam hal ini data yang diperoleh

atau terkumpul setelah di reduksi data, dilanjutkan dengan penyajikan data yaitu

berwujud sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberikan keterangan

(45)

commit to user

c. Pengambilan kesimpulan dan Verifikasi

Langkah terakhir yang ditempuh dalam menganalisis data adalah dengan

pengambilan kesimpulan atau verifikasi yaitu usaha untuk mencari atau

memahami makna. Dari data yang disimpulkan kemudian diverifikasikan

dengan melihat dan mempertanyakan kembali data atau catatan lapangan agar

memperoleh pemahaman yang tepat. Hal ini dilakukan agar data yang didapat

dan penafsiran data memiliki validitas. Pengambilan kesimpulan yang dimaksud

dalam tahap ini adalah memaknai data yang terkumpul. Kesimpulan perlu dibuat

dalam bentuk pertanyaan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada

pokok permasalahan yang diteliti, karena merupakan intisari dari data hasil

penelitian di lapangan. Pengambilan kesimpulan pada tahap ini dilakukan secara

bertahap yaitu dengan merumuskan kesimpulan sementara, perbaikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Dengan bertambahnya data dilapangan dan data yang diperlukan dapat

dipelajari kembali data-data yang sudah terkumpulkan. Kegiatan verifikasi

dilakukan dengan cara meminta pertimbangan pihak-pihak yang berkopenten,

kegiatan ini dilakukan dengan cara terus menerus, setelah data terkumpul dan

digolongkan menurut urutan kajian dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya akan

(46)

commit to user

(H.B. Sutopo, 2002 : 37)

Skema 3. Diagram Model Analisis Interaktif

Pengumpulan Data

Reduksi Data Sajian Data

(47)

commit to user

BAB II

DESKRIPSI LOKASI

Gambaran Umum Fisik Desa

Gambaran umum masyarakat Duwet dapat dilihat melalui letak desa secara

administratif, keadaan alam, keadaan demografi, kondisi sarana fisik dan sosial,

keadaan sosial budaya masyarakat, yang akan diuraikan di bawah ini.

A. Letak Desa Secara Administratif

Secara administrasi wilayah Duwet terletak di Kelurahan Brujul

Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Brujul Kecamatan Jaten Karanganyar,

dengan luas kelurahan 283.230 Ha, dengan batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah utara : Desa Nangsri

Sebelah selatan : Desa Karangmojo

Sebelah barat : Desa Sroyo

Sebelah timur : Desa Kaling

No Dusun Rw Rt

1 Gulunan 2 7

2 Soko 1 5

3 Duwet 2 7

4 Brujul 3 14

5 Purworejan 2 8

6 Sobayan 2 9

Jumlah 12 50

(48)

commit to user

Jarak dari ibu kota kecamatan 6 Km, sedangkan jarak dari ibu kota kabupaten 8

Km. Kelurahan Brujul terdiri dari 50 RT dan 12 RW dan terbagi 6 dusun yaitu

Gulunan, Soko, Duwet, Brujul, Purworejan, dan Sobayan. Berdasarkan data

monogafi yang ada di Kelurahan Brujul untuk wilayah Duwet terdiri dari 7 RT

dan 2 RW.

Selain hal tersebut di atas lingkungan Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten

berdasarkan tempat daerahnya, berada disekitar jalan raya

Kebakkramat-Tasikmadu. Duwet juga berada di komplek Pabrik-Pabrik atau industry.

sehingga keadaan ini menjadikan lokasinya yang sangat strategis untuk

membuka usaha berupa pondokan karyawan atau buruh pabrik dan warung

makan.

B. Keadaaan Alam

Wilayah masyarakat Duwet terletak daerah dataran rendah, meliputi luas

tanah pemukiman 2,5 Ha, industri 6 ha, luas tanah sawah 275,682 Ha, luas tanah

kering 3,979 Ha. Mempunyai keadaan tanah alluvial yang baik untuk pertanian.

Yang didukung dengan suhu ± 26º c dan dengan curah hujan sebesar 33mm/ th.

Jenis flora dan fauna yang ada yaitu jenis flora yang ada adalah berupa tanaman

pohon pisang, pohon Jati, pohon mangga dan juga pohon melinjo. Hal ini dapat

dilihat disekitar rumah penduduk yang sebagian besar wilayahnya digunakan

untuk pemukiman dan masih banyak lahan yang kosong berupa pekarangan

yang masih kosong. Jenis fauna yang ada adalah jenis binatang peliharaan

Gambar

Gambaran umum masyarakat Duwet dapat dilihat melalui letak desa secara
Tabel 2.  Jumlah Penduduk Desa/ Kelurahan Brujul Pada Bulan Juni 2010
Tabel 3. komposisi penduduk Desa Brujul menurut umur dan jenis kelamin
Tabel 4. komposisi penduduk Desa Brujul berdasarkan tingkat pendidikan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Sarana Pengelolaan Sampah terhadap PHBS Tatanan Rumah Tangga di Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun 2011 .... Hasil Uji Regresi Variabel Bebas dengan

Hasil observasi yang didapatkan adalah lingkungan rumah baik di dalam maupun di luar terlihat kurang bersih akibat sampah yang berserakan, selokan yang memiliki

Hubungan dalam penelitian ini adalah keterkaitan antara tingkat pendidikan masyarakat (tahun sukses) dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan

Tujuan penelitian penelitian ini adalah untuk mengetahui makna dan perilaku masyarakat Kampung Badur terhadap sampah yang cenderung kurang peduli terhadap sampah dan

kurang memuaskan hal ini dikarenakan belum ada bentuk usaha pengelolaan sampah untuk mengembangkan keterampilan masyarakat, dikarenakan oleh pemerintah Kelurahan belum

Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti dengan masayarakat dusun XII Sawahan, diperoleh hasil bahwa perilaku hidup bersih dan sehat yang dilakukan

Terimakasih diucapkan kepada kepala kelurahan pabbundukang yang telah memberi kesempatan sehingga acara bisa berjalan dengan lancar dan juga kepada pengurus

Berdasarkan pengamatan penulis, pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Lingkungan 4 Kelurahan Bailang Kecamatan Bunaken ini belum ditangani secara