commit to user
BRUJUL KECAMATAN JATEN
Disusun Oleh :
FITRI ERI HARTANTI
D3206019
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna
memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Sosiologi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
“Seseorang dengan tujuan yang jelas akan membuat kemajuan walaupun melewati
jalan yang sulit. Seseorang yang tanpa tujuan tidak akan membuat kemajuan
walaupun ia berada di jalan yang mulus”.
(Thomas Carlyle)
Kebanggaan terbesar kita adalah bukan karena kita pernah gagal, tapi bangkit
kembali setelah kita jatuh.
( Confusius )
commit to user
PERSEMBAHAN :
Skripsi ini penulis persembahkan teruntuk:
♥
Tuhan Allahku….yang selalu menjadikan indah pada waktunya
♥
Ayah dan Bunda untuk doa-doa dan cinta kasih yang diberikan
♥
Kakak-kakaku dan semua keluargaku yang tercinta
♥
Cita-cita dan masa depanku
commit to user
Fitri Eri Hartanti, D3206019, Skripsi, PERILAKU HIDUP BERSIH
MASYARAKAT DUSUN DUWET KELURAHAN BRUJUL KECAMATAN JATEN,
Jurusan Sosiologi Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010.
Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat
adalah tangung jawab bersama, Mereka memiliki peran yang penting dalam menjaga
lingkungan dan menciptakan budaya lingkungan yang bersih dan sehat. Penelitian ini
dilakukan di Dusun Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten Karanganyar. Penelitian ini
bertujuan untuk memaparkan mengenai masyarakat Duwet dalam menjaga hidup bersih
terhadap lingkungannya yang menfokuskan pada pandangan, sikap serta perilaku masyarakat
yang berhubungan dengan hidup bersih lingkungannya.
Tehnik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling yang sesuai dengan
maksud dan tujuan, tehnik tersebut juga berguna untuk mendapatkan informan yang tepat
yang mengurangi permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Yang menjadi informan
dalam penelitian ini adalah tokoh masyarakat dan masyarakat duwet.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya masyarakat Dusun Duwet
mengetahui pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan bagi kelangsungan
hidup mereka, akan tetapi pada kenyataannya kesadaran dan perilaku masyarakat dalam
menjaga kebersihan dilingkungannya tidak sesuai dengan pemahaman tersebut, sehingga
sebagian besar masyarakat Dusun Duwet kurang dalam menjaga kebersihan lingkungannya.
Namun dari segi positifnya bahwa dalam pengelolaan sampah, masyarakat mengelola limbah
sampah menjadi barang yang bermanfaat. Satu hal yang menarik bahwa penerapan dan
kesadaran masyarakat Dusun Duwet terhadap kebersihan lingkungan masih kurang. Hal ini
dapat dilihat masih banyak sampah yang berserakan dan menumpuk di lingkungan tempat
tinggal disekitar mereka, tempat seperti sumur ( tempat MCK) yang jarang dibersihkan dan
juga selokan-selokan yang memang sengaja dibendung oleh salah satu warga sehingga hal ini
dapat menyebabkan ganguan kesehatan dan kebersihan lingkungan.
Kata Kunci : Perilaku, Hidup Bersih dan Lingkungan
commit to user
Fitri Eri Hartanti, D3206019, Thesis, THE SOCIETY’S SANITARY LIVING
BEHAVIOR IN HAMLET DUWET KELURAHAN BRUJUL SUBDISTRICT JATEN.
Sociology department of Surakarta Sebelas Maret University 2010.
This research refers to the background that creates a clean and healthy environment is
mutual responsibility. They have an important role in keeping and creating the clean and
healthy environment culture. This research was carried out in Duwet Hamlet of Brujul
Kelurahan of Jaten Karanganyar subdistrict. This research aims to describe about the Duwet
people in keeping the clean life in their environment by focusing on the people’s point of
view, attitude as well as behavior relating to their environment’s clean life.
The sampling technique employed was purposive sampling consistent with the aim
and objective; such technique was also used for looking for appropriate informants reducing
the problem of research object. The informants of research were society figure and duwet
people.
From the result of research, it can be seen that generally the Duwet Hamlet people
recognize the importance of keeping their environment healthy and clean for their life
sustainability, but in fact their awareness and behavior in maintaining their environment
cleanliness is not consistent with that perception, so that majority of Duwet Hamlet people
are still low in maintaining their environment cleanliness. However, the positive side is that
in rubbish management, the people process the waste into useful goods. One interesting
phenomenon is that the application and the Duwet Hamlet people’s awareness of
environment cleanliness are still low. It can be seen from many scattered and accumulated
rubbishes in their neighborhood, the places like wells (sanitation place) are rarely cleaned and
the ditches are deliberately blocked by one of residents so that it can harm environment
health and cleanliness.
commit to user
HALAMAN JUDUL --- i
HALAMAN PERSETUJUAN --- ii
HALAMAN PENGESAHAN --- iii
MOTTO --- iv
PERSEMBAHAN --- v
KATA PENGANTAR --- vi
DAFTAR ISI --- ix
DAFTAR SKEMA --- xii
DAFTAR TABEL --- xiii
ABSTRAK --- xiv
BAB I PENDAHULUAN --- 1
A. Latar Belakang Masalah --- 1
B. Perumusan Masalah --- 5
C. Tujuan Penelitian --- 5
D. Manfaat Penelitian --- 5
E. Tinjauan Pustaka --- 6
F. Kerangka Berfikir --- 23
G. Metode Penelitian --- 25
BAB II DESKRIPSI LOKASI --- 39
A. Letak Desa Secara Administratif --- 39
commit to user
C. Keadaan Demografi --- 41
D. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur --- 41
E. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan --- 43
F. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian --- 45
G. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kepercayaan atau Agama --- 46
H. Kondisi Sarana Fisik dan Sosial --- 47
I. Keadaan Sosial Budaya Masyarakat --- 52
BAB III ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN PERILAKU HIDUP BERSIH MASYARAKAT DUSUN DUWET KELURAHAN BRUJUL KECAMATAN JATEN --- 54
A. Analisis Dari Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Dusun Duwet --- 54
1. Perilaku Masyarakat Dalam menjaga Kebersihan --- 54
2. Perilaku Kesehatan masyarakat Duwet --- 75
B. Hasil Dari Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Dusun Duwet --- 77
1. Kondisi Kebersihan Lingkungan Masyarakat --- 77
2. Persepsi Masyarakat Terhadap Hidup Bersih di Lingkungannya --- 78
3. Upaya Masyarakat Dalam Menerapkan dan Menjaga Kebersihan Lingkungan --- 83
4. Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Duwet --- 86
5. Faktor penghambat dan pendorong masyarakat dalam menjaga kebersihan 87 C. Pembahasan Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Dusun Duwet --- 89
commit to user
A. Kesimpulan --- 93
B. Implikasi --- 94
1. Implikasi Teoritis --- 95
2. Implikasi Metodologis --- 97
3. Implikasi Empiris/ Praktis --- 98
C. Saran --- 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pada kenyataannya dewasa ini kondisi masyarakat Indonesia masih sangat
memprihatinkan. Hal ini dapat ditemukan pada peristiwa-peristiwa yang masih sering
terjadi di lingkungan masyarakat. Baik berupa penyimpangan-penyimpangan terhadap
kaidah dan nilai yang berlaku dimasyarakat dengan berbagai macam perilaku. Salah
satu diantaranya yaitu mengenai kepedulian masyarakat terhadap kondisi kebersihan
lingkungan. Sehingga tak mengherankan apabila masyarakat Indonesia seringkali
dirisaukan dengan masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah kondisi
lingkungan.
Dalam 2 dekade terakhir ini kesadaran global akan perlunya kebersamaan
masyarakat dunia untuk bersatu padu menyelamatkan planet bumi dan mahluk hidup
yang berada di dalamnya semakin menguat dan kongkrit dalam implementasinya.
Karena disadari betul penyebab utama kerusakan bumi ternyata karena kecerobohan dan
tidak bijaknya manusia di bumi dalam merencanakan dan mengendalikan pemanfaatan
lingkungan hidup dan sumber daya alamnya bagi kepentingan yang mengatasnamakan
“pengembangan wilayah” dan “meningkatkan kesejahteraan rakyat”.
Indonesia sendiri telah cukup banyak mengalami dampak negatif dari kerusakan
lingkungan hidup tersebut seperti banjir, kekeringan, badai, pasang naik air laut, erosi,
longsor yang berakibat menurunnya produktifitas di berbagai bidang kegiatan dan
commit to user
keberlanjutan fungsi lingkungan hidup hanya terbatas. Hal ini dipicu oleh pengerukan
sumber daya alam oleh berbagai oknum yang berujung pada peningkatan kesejahteraan
hidup segelintir orang.
Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan
dalam menjaga, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri serta
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Harapan tersebut dapat
terwujud apabila masyarakat diberdayakan sepenuhnya dengan sumber daya dimilikinya
untuk dapat menerapkan Perilaku Hidup Bersih dalam kehidupannya sehari-hari, baik di
rumah, di sekolah, di tempat kerja. Perilaku Hidup Bersih yang harus dilakukan oleh
setiap individu/keluarga/kelompok sangat banyak, dimulai dari bangun tidur sampai
dengan tidur kembali.
Ditinjau dari sudut kepentingan masyarakat dalam berinteraksi dengan lingkungan
masih banyak sekali masalah–masalah lingkungan yang perlu segera mendapat
perhatian. Kebanyakan masyarakat, terutama yang hidup didaerah pedesaan belum
mengetahui bahwa banyak sekali masalah–masalah lingkungan disekitarnya mereka
yang dapat berakibat buruk terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup mereka. Hal ini
dipengaruhi oleh factor lingkungan yang kurang mendukung sehingga menjadikan
mereka bersikap acuh terhadap lingkungan disekitar mereka. Pengetahuan yang mereka
miliki terbatas. Semakin banyak kebutuhan maupun pekerjaan yang mereka hadapi
menjadikan mereka kurang begitu peduli terhadap lingkungan, khususnya dirumah
sendiri. Dengan waktu terbatas, kecapekan kerja mereka malas-malasan membersihkan
atau memperdulikan kondisi lingungan tempat tinggal maupun lingkungan sekitar
commit to user
Lingkungan yang diharapkan dalam Visi Indonesia Sehat 2010 adalah lingkungan
yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan yang bebas dari
polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan,
pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta
terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong-menolong dalam memelihara
nilai-nilai budaya bangsa.
Menciptakan lingkungan yang nyaman, tertib, bersih dan juga sesuai dengan
kaidah-kaidah dan aturan yang berlaku di masyarakat perlu adanya kesadaran dan
kepedulian setiap anggota masyarakat terhadap situasi dan kondisi lingkungan yang ada
disekitar mereka karena lingkungan merupakan tempat manusia untuk menjalankan
berbagai aktifitas dan interaksi dengan yang lain, dengan demikian lingkungan yang
nyaman, tertib, serta budaya hidup sehat dan bersih dapat terwujud. Dalam tahapan
hubungan manusia dengan lingkungan ditunjukkan bahwa seluruh aspek budaya,
perilaku, bahkan nasib manusia dipengaruhi, ditentukan, dan tunduk pada lingkungan.
Menciptakan lingkungan yang bersih adalah tangung jawab bersama. Khususnya
masyarakat yang ada disekitar lingkungannya. Mereka memiliki peran yang penting
dalam menjaga lingkungan serta menciptakan budaya lingkungan yang bersih dan sehat.
Satu hal yang menarik bahwa tingkat kepedulian dan kesadaran masyarakat Duwet
terhadap kebersihan lingkungan masih kurang. Meskipun pemerintah (Lembaga
Kelurahan maupun RT dan RW) sudah berupaya memberikan pembinaan,
pembimbingan serta pengarahan tentang kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan
yang ada disekitar mereka. Rendahnya tingkat kepedulian dan kesadaran masyarakat
commit to user
sebagian besar belum mencerminkan budaya hidup bersih. Hal ini dapat dicermati
masih banyak sampah yang berserakan dan menumpuk dilingkungan tempat tinggal
disekitar mereka, sisa-sisa plastik dan makanan, tempat seperti sumur ( tempat MCK)
yang jarang dibersihkan serta selokan-selokan yang memang sengaja dibendung oleh
salah satu warga. Sehingga hal tersebut menyebabkan penyumbatan saluran air dan
menjadi sarang bibit nyamuk, serta menyebabkan ganguan kesehatan dan kebersihan
lingkungan. Satu hal lain yang dapat diamati yaitu kebanyakan masyarakat Duwet
cenderung menganggap enteng mengenai masalah kondisi kebersihan lingkungan
tempat tinggal mereka.
Dalam lingkungan masyarakat masalah tersebut di atas, merupakan hal yang biasa
dan tidak cukup menarik untuk dipermasalahkan. Akan tetapi kalau dibiarkan begitu
saja, justru dapat menimbulkan pengaruh yang kurang baik, terutama terhadap
kebersihan lingkungan dan kesehatan. Pada prinsipnya peningkatan kesehatan
masyarakat memerlukan adanya keikutsertaan masyarakat dalam menjaga kebersihan
lingkungan terutama penanaman budaya hidup bersih dan sehat sejak dini dalam
keluarga.
Berdasarkan yang dikemukaan di atas maka masyarakat Duwet menjadi tempat pilihan
penulisan skipsi ini. Dari uraian di atas inilah ketertarikan untuk mendiskripsikan
mengenai masalah masyarakat dalam menjaga kebersihan dilingkungannya. Untuk itu
mengambil judul skripsi tentang “Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Dusun Duwet
commit to user
B. PERUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut diatas maka yang menjadi
permasalahannya dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana persepsi masyarakat Duwet terhadap hidup bersih?
2. Upaya apa saja yang dilakukan masyarakat Duwet dalam menjaga hidup bersih di
lingkungannya?
3. Bagaimana perilaku masyarakat Duwet dalam menerapkan hidup bersih terhadap
lingkungannya?
C. TUJUAN PENELITIAN
Sedangkan yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana persepsi masyarakat Duwet terhadap hidup bersih?
2. Mengetahui upaya apa saja yang dilakukan masyarakat Duwet dalam rangka
menjaga hidup bersih di lingkungannya?
3. Memahami bagaimana Perilaku masyarakat Duwet dalam menerapkan budaya hidup
bersih terhadap lingkungannya?
4. Untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara pribadi pada
khususnya atau bagi masyarakat pada umumnya. Manfaat yang diharapkan dari
commit to user
1. Secara Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan konstribusi pemikiran terhadap dunia akademis dan
sebagai titik tolak melakukan penelitian yang lebih mendalam.
2. Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: a) menjadi pertimbangan
kepada pihak-pihak yang berwewenang, untuk meningkatkan pembinaan tentang
kedisiplinan dilingkungan masyarakat. b) sebagai masukan sekaligus informasi para
instansi pemerintah yang bergerak dalam bidang kesehatan untuk memperhatikan
dan meningkatkan kedisiplinan masyarakat menjaga budaya hidup bersih
lingkungannya, c) memberikan pengetahuan bagi para masyarakat dalam
menciptakan kedisiplinan dalam menjaga budaya hidup bersih dilingkungan, d)
sebagai tumpuan bagi peneliti selanjutnya dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan.
E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Lingkungan
a. Pengertian Lingkungan
Tanggapan dan pemahaman seseorang tentang lingkungan antara
individu yang satu dengan yang lain memiliki asumsi yang berbeda. Dalam hal
ini seringkali identik dihubungkan dengan kondisi lingkungan secara fisik, non
fisik dan juga lingkungan sosial. Lingkungan dalam pengertian yang luas
diartikan segala sesuatu yang ada di alam semerta, baik yang berupa non fisik
commit to user
melengkapi sehingga menbentuk suatu ekosistem. Donald L. Hardisty yang
mendukung pandangan dominasi lingkungan menyatakan lingkungan fisik
memainkan peran dominan sebagai pembentuk kepribadian, moral, budaya,
politik, dan agama. Pandangan ini muncul tidak lepas dari asumsi dalam tubuh
manusia ada tiga komponen dasar, yakni bumi, air, tanah yang merupakan
unsure-unsur penting lingkungan (Rachmad K. Dwi Susilo, 2008:30)
Dari pemahaman lingkungan di atas pada kenyatannya di masyarakat,
lingkungan menjadi faktor yang sangat mempengaruhi perilaku serta tindakan
seseorang dalam kehidupan sosial masyarakatnya. Selain itu lingkungan juga
memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam membentuk kepribadian
sesorang. Sebaliknya lingkungan juga dapat dipengruhi oleh perilaku manusia
itu sendiri.
Dari pengertian yang diuraikan di atas, maka lingkungan merupakan
faktor dominan dalam aspek kehidupan masyarakat, yaitu kaitannya manusia
dengan lingkungan. Lingkungan menyangkut semua komponen yang ada di
bumi sebagai tempat atau wadah baik yang berupa sumber daya manusia
maupun sumber daya alam, dimana dari komponen-komponen tersebut
merupakan satu kesatuan yang terkait yang tidak dapat dipisahkan dan saling
berhubungan satu sama lain sehingga disebut sebagai satu kesatuan ekosistem.
Lingkungan dalam hal ini adalah tempat yang mencangkup segala
komponen yang ada baik yang berupa fisik maupun non fisik (tingkah-laku,
commit to user
atau usaha manusia untuk melaksungkan dan mempertahankan kehidupannya
dengan cara menjaga budaya hidup bersih dilingkungannya.
b. Macam-Macam Lingkungan
Manusia sebagai anggota masyarakat hidup dalam lingkungan yang
kompleks, lingkungan tersebut akan menjadi lebih kompleks sejalan dengan
perkembangan kebudayaan manusia. Pada hakikatnya manusia adalah produk
dari lingkungan sosial dan budayannya, dan sebaliknya lingkungan tersebut
adalah hasil ciptaannya sendiri. Lingkungan adalah himpunan (aggregate) dari
semua kondisi luar yang berpengaruh pada kehidupan dan perkembangan pada
suatu organisme, perilaku manusia atau kelompok masyarakat. Lingkungan luar
(external) manusia dapat digolongkan dalam tiga kelompok utama, yaitu
kelompok fisik, biologik, dan sosial yang ketiganya berkaitan erat dengan satu
sama lainnya yaitu:
1) Lingkungan Fisik ( Physical Environment )
Lingkungan fisik adalah lingkungan sekeliling manusia yang terdiri dari
benda-benda yang hidup (non-living things) dan kekuatan-kuatan fisik
lainnya, seperti: air, udara, tanah, iklim, dsb. Antara manusia dengan
lingkungan fisiknya ada interaksi yang menetap, dimanapun manusia berada
akan selalu dikelilinggi oleh lingkungan fisik tersebut.
2) Lingkungan Biologis ( Biological Environment )
Lingkungan biologis adalah keseluruhan mahluk hidup yang ada disekeliling
commit to user
paling kecil yaitu virus dan mikroba lainnya, sampai ke insekta, binatang,
tumbuhan dan manusia itu sendiri.
3) Lingkungan Sosial ( Social Environment )
Lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat yang mencangkup
hubungan yang kompleks antara faktor lingkungan dan manusia serta
kondisi budaya, sistem nilai, adat, kebiasaan, kepercayaan, sikap, moral,
agama, pendidikan, pekerjaan, standar hidup, kehidupan masyarakat,
tersedianya pelayanan kesehatan masyarakat, organisasi sosial dan politik.
Dalam lingkungan ini manusia menghadapi lingkungan sosial melalui
banyak cara.
Lingkungan digolongkan menjadi beberapa bagian yaitu: a) lingkungan
manusia, yaitu tarmasuk didalamnya dalam lingkungan ini adalah lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat, termasuk didalamnya kebudayaan, agama,
taraf kehidupan dan sebaginya, b) lingkungan benda, yaitu benda yang terdapat
disekitar manusia yang turut memberi warna pada jiwa manusia yang ada
disekitar mereka dan c) lingkungan geografis, yaitu bahwa latar geografis turut
mempengaruhi corak kehidupan manusia. Misalnya manusia yang tinggal
didaerah pantai mempunyai keahlian, kegemaran dan kebudayaan yang berbeda
dengan manusia yang ada dan tinggal didaerah yang gersang.
Lingkungan selain terbagi dalam beberapa bentuk, lingkungan juga
memiliki peranan bagi individu sebagai anggota masyarakat yaitu sebagai
commit to user
1) Lingkungan sebagai alat bagi individu yaitu sebagai alat kepentingan
individu, alat untuk kelangsungan hidup individu dan alat untuk kepentingan
dalam pergaulan sosial.
2) Lingkungan sebagai tantangan bagi individu yaitu lingkungan berpengaruh
untuk mengubah sikap dan perilaku individu karena lingkungan dapat
menjadi lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya.
3) Lingkungan sebagai sesuatu yang harus diikuti, dimana sifat manusia
senantiasa ingin mengetahui sesuatu dalam batas-batas kemampunnya.
Lingkungan yang beraneka ragam senatiasa memberikan rangsangan daya
tarik kepada individu untuk mengikuti. Individu yang peka terhadap
perubahan lingkungannya, akan ikut berpartisipasi didalamnya.
4) Lingkungan merupakan obyek penyesuaian diri individu terhadap
lingkungannya yaitu lingkungan mempengaruhi individu, sehingga ia
berusaha untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.
Dari berbagai macam-macam lingkungan dan peranan lingkungan
diuraikan di atas maka lingkungan adalah tempat yang mencangkup berbagai
unsur serta bermacam-macam komponen yang memiliki keterkaitan yang
melengkapi satu sama lainnya, sehingga dapat memberikan manfaat serta
pengaruh. Lingkungan baik lingkungan biologis, lingkungan sosial maupun
secara geografis, pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang saling
mempengaruhi dan melengkapi satu sama lain terutama dalam melaksanakan
commit to user
Hubungan atau keterikatan lingkungan tersebut di atas dapat tercermin
dalam kegiatan atau aktifitas serta perilaku individu dalam berinteraksi dengan
alam lingkungan yang ada disekitar mereka atau dapat kita lihat dari budaya
masyarakat dalam mempertahankan ekosistemnya.
c. Kebersihan Lingkungan (Enviromental Sanitation)
Dalam lingkungan masyarakat kita sering sekali mendengar adanya
kegiatan penyuluhan-penyuluhan, maupun upaya-upaya pemerintah dalam
rangka menjaga kebersihan lingkungan. Salah satunya kegiatan tersebut yaitu
kerja bakti, bersih desa dan sebagainya. Selain hal itu kita mungkin sudah
mengenal dan sering mendengar slogan “kebersihan adalah pangkal kesehatan”
dan ‘’kebersihan sebagian dari iman’’ dengan pangkal pemikiaran inilah, tak
sedikit masyarakat mengupayakan menjaga kebersihan lingkungan yang ada
sekitar mereka. Environmental sanitation adalah bagian dari general publik
health yang meliputi prinsip-prinsip usaha untuk meniadakan atau mengusai
faktor lingkungan yang dapat menimbulkan pernyakit melalui kegiatan-kegiatan
yang ditunjukan untuk a) water sanitation, b) food sanitation, c) sewerage dan
excreta disposal, d) air sanitation e) vector and roden controli dan Higiene
perumahan dan halaman.
Dari contoh-contoh masalah kebersihan lingkungan di atas
menggambarkan bahwa menciptakan lingkungan yang bersih membutuhkan
upaya dan usaha yang keras. Hal ini disebabkan adanya perbedaan tentang
commit to user
diperlukan adanya kesadaran, keperdulian, kerjasama setiap anggota masyarakat.
Dengan menerapkan perilaku serta tindakan yang mencerminkan kepedulian
terhadap kondisi kebersihan lingkungan, maka membiasakan perilaku hidup
bersih dapat diwujudkan.
Dalam kebersihan lingkungan tidak lepas dalam kaitannya yaitu sampah.
Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah adalah
(waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau
sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi
dengan sendirinya(Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2003:166).
Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah meruapakan hasil suatu
kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna sehingga bukan
semua benda padat yang tidak digunakan dan dibuang disebut sampah,
misalnya: benda-benda alam, benda-benda yang keluar dari bumi akibat dari
gunung meletus, banjir, pohon di hutan yang tumbang akibat angin rebut, dan
sebagainya. Dengan demikian sampah mengandung prinsip-prinsip sebagai
berikut:
- Adanya sesuatu benda atau bahan padat.
- Adanya hubungan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan manusia.
- Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi.
Stanwell-Smith (2003) menunjukkan bahwa proporsi yang signifikan
dari penyakit menular terjadi di rumah, dan bahwa banyak dari itu bisa dicegah
melalui pendekatan terpadu di mana baik praktik kebersihan dipromosikan
commit to user
pembuangan sampah (mengutip dalam Developing an effective policy for home
hygiene-a risk.pdf).
Telah adanya pengembangan pendekatan kebersihan rumah yang
dilakukan di Negara-negara berkembang. Dalam mengembangkan sebuah
pendekatan kita harus mengakui bahwa kebersihan di rumah mencakup semua
langkah-langkah yang digunakan untuk mencegah perpindahan infeksi. Dengan
demikian terdiri dari beberapa unsur, yaitu rumah umum kebersihan, kebersihan
makanan, kebersihan pribadi (terutama cuci tangan), dan rumah kesehatan
untuk orang-orang yang sudah terinfeksi, dan untuk pertumbuhan populasi
'beresiko' orang-orang di rumah. Pendekatan untuk kebersihan dapat dibangun:
(1) Reservoir banyak situs seperti U-tabung dan toilet mangkuk. Ini dikenal
sebagai reservoir karena mikroba, terutama spesies Gram-negatif, cenderung
berkembang biak pada situs-situs ini yang kebanyakan basah, dengan hasil yang
relatif tinggi tingkat kontaminasi sering ditemukan. (2) Waduk / penyebar
termasuk membersihkan kain basah, spons, pel, sikat kuku, shower, dll tidak
hanya mendukung pertumbuhan mikroba, tetapi, karena sifat penggunaannya,
kontaminasi mudah menyebar ke permukaan lain, misalnya melalui
menggunakan kain terkontaminasi, atau dengan penyebaran sebagai tetesan
aerosol. Dengan demikian penting untuk memastikan bahwa barang-barang
yang higienis bersih sebelum digunakan. (3) Untuk tangan, dan kontak dan
persiapan makanan permukaan tangan, seperti memotong papan, tekan
menangani dan peralatan memasak, meskipun kemungkinan kontaminasi relatif
commit to user
penyiapan makanan mentah, kunjungan toilet atau mengganti popok. Seperti
situs dalam kontak langsung dengan tangan atau dengan makanan, mereka
dianggap sebagai risiko yang signifikan karena posisi mereka dalam hal kontak
di rumah. Karena ada konstan risiko, langkah-langkah kebersihan untuk
mencegah penyebaran kontaminasi penting untuk ini permukaan. (4) Produk
yang di rumah, seperti mencuci pakaian, kadang-kadang bisa menjadi
terkontaminasi, khususnya ketika anggota keluarga yang sakit. Untungnya,
jenis ini paparan ini hanya sesekali dan terutama bagi mereka yang menangani
cucian. Namun, ada kebutuhan untuk memberikan binatu kebersihan tambahan
pertimbangan dalam situasi berisiko tinggi yang dikenal, seperti dalam kasus
enterik penyakit atau infeksi kulit di rumah. (5) Ketika mempertimbangkan situs
lain dan permukaan di rumah, seperti lantai dan dinding, karena kontaminasi
frekuensi rendah dan paparan transfer hanya sesekali, ada sedikit perlu untuk
membersihkan higienis (sebagai lawan pembersihan rutin) di situs tersebut,
kecuali di situasi resiko tinggi yang dikenal, seperti tumpahan bahan tinja atau
muntah. Pendekatan ini mungkin tampak jelas, tetapi merupakan kasus untuk
memotivasi perubahan dalam penekanan dari mencoba untuk menciptakan
sebuah 'steril' lingkungan rumah untuk fokus pada pencegahan salib kontaminasi
selama kegiatan yang merupakan risiko (mengutip dalam Developing an
effective policy for home hygiene-a risk.pdf).
Rumah dan kebersihan kehidupan sehari-hari, Home kebersihan
berkaitan dengan praktek-praktek kebersihan yang mencegah atau mengurangi
commit to user
kehidupan sehari-hari seperti pengaturan sosial, angkutan umum, tempat kerja,
tempat umum dll. Kebersihan dalam kehidupan sehari-hari pengaturan dan
rumah memainkan peran penting dalam mencegah penyebaran penyakit
menular. Ini mencakup prosedur yang digunakan dalam berbagai situasi dalam
negeri seperti kebersihan tangan, kebersihan pernapasan, makanan dan
kebersihan air, kebersihan rumah umum (kebersihan lingkungan situs dan
permukaan), perawatan hewan domestik, dan kesehatan rumah (perawatan
mereka yang berisiko lebih besar infeksi). Rumah tangga pengolahan air dan
penyimpanan yang aman adalah praktek yang dapat digunakan oleh keluarga di
rumah dan di masyarakat untuk memastikan bahwa air minum yang aman untuk
dikonsumsi. Dalam hal berikutnya adalah berhubungan dengan perilaku
kebersihan seperti hal yang sepele namun tidak banyak orang
memperhatikannya. Yaitu kebiasaan kebersihan masyarakat dalam mencuci
tangan. Kebiasaan masyarakat dalam mencuci tangan hanya menggunakan air
saja, namun ada pula yang mencuci dengan menggunakan sabun. Seperti pada
Warga masyarakat desa-com Bangladesh, memahami praktek mencuci tangan
biasa di daerah pedesaan Bangladesh penaksiran dasar penting bagi Program
perilaku mencuci tangan adalah bahwa ukuran tidak telah terbukti menjadi baik
dan berlaku. relatif dampak pada kesehatan populasi fokus Behavior perubahan
intervensi hanya mencuci tangan setelah tinja menghubungi bukan pada kedua
kotoran dan makanan terkait menghubungi tidak diketahui. Jadi, mencuci tangan
dengan air saja sebelum makan tampaknya cukup seperti dicatat oleh 1 persen
commit to user
saluran komunikasi multi-cuci tangan intervensi berhasil menyampaikan pesan
yang tangan tidak benar-benar bersih kecuali dicuci dengan sabun. Gladesh
perlu langsung kepercayaan pada pentingnya sabun dalam rangka meningkatkan
cuci tangan perilaku dan membuka potensi ini kesehatan masyarakat
(http://www.biomedcentral.com/1471-2458/10/545).
d. Kesehatan Lingkungan
Kebersihan erat kaitannya dengan Kesehatan lingkungan. Kesehatan
lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang
optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan
yang optimum pula (Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2003:147).
Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup
:perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih,
pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak
(kandang) dan sebagainya.
Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu
usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia
agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum
bagi manusia yang hidup didalamnya (Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo,
2003:147). Usaha memperbaiki atau meningkatkan kondisi lingkungan ini dari
masa kemasa, dan dari masayarakat satu ke masayarakat yang lain bervariasi dan
commit to user
2. Perilaku
Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan
kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia
yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial,
yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial
adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan
terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh
berbagai kontrol sosial.
Perilaku merupakan tata cara yang lahir dalam hubungan antarmanusia atau
interaksi social. Individu dalam masyarakat melakukan kegiatan interaksi dituntut
melaksanakan aturan tata karma atau etika yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
Tata kelakuan yang semula berlaku dalam msyarakat yang terbatas, dapat merambat
ke lingkungan yang lebih luas, dan akhirnya diterima secara nasional. Perilaku yang
merupakan wujud budaya nasional Indonesia misalnya: sopan santun dan ramah,
rukun dalam kegiatan kerja bakti, siskampling dan sebagainya (gotong royong),
menyelesaikan masalah dengan musyawarah untuk mufakat, menghormati yang
lebih tua, dan toleran atau menghormati.
Skinner (1983) bahwa Perilaku merupakan hasil hubungan antara
perangsang, (stimulus) dan tanggapan (respon) dan respons: (mengutip Prof. Dr.
Soekidjo Notoatmodjo dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat).
Perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan atau
reaksi individu yang terwujud di gerakan (sikap); tidak saja badan atau ucapan.
commit to user
adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilaku tertentu. 3)
Norma sosial – adalah pengaruh tekanan sosial. 4) Kontrol perilaku pribadi – adalah
kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya melakukan suatu perilaku.
Tokohnya B.F. Skinner. Obyek Sosiologi adalah perilaku manusia yg
tampak serta kemungkinan perulangannya (hubungan antar individu &
lingkungannya). Perilaku sosial (X) tindakan sosial. Perilaku sosial: mekanisme
stimulus dan respon, tindakan sosial: aktor hanya penanggap pasif dr stimulus yg
datang pdnya. Teori yg tergabung: Sosiologi Behavioral dg konsep “reinforcement”
& proposisi “reward and punishment”, serta teori Exchange dg asumsi selalu ada
“take and give” dalam dunia sosial.
Perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal
ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda
dari setiap orang. Faktor – factor yang membedakan respon terhadap stimulus
disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua
yaitu :
1. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given
atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin,
dan sebagainya.
2. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik,
commit to user
DEFINISI KONSEPTUAL
1. Perilaku
Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi
dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak
tampak, dari yang dirasakan sampai yang paling tidak dirasakan. Perspektif perilaku
menyatakan bahwa perilaku sosial kita paling baik dijelaskan melalui perilaku yang
secara langsung dapat diamati dan lingkungan yang menyebabkan perilaku kita
berubah. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas organisme yang
bersangkutan (Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2003:118)
Perilaku terhadap lingkungan dalam tahapannya merupakan hubungan
manusia dengan lingkungan, ditunjukkan bahwa seluruh aspek budaya, perilaku
bahkan nasib manusia dipengaruhi, ditentukan, dan tunduk pada lingkungan. Disini
dikaji Perilaku masyarakat Duwet dalam hidup bersih. Karena bahwa hidup bersih
sangat penting artinya bagi semua masyarakat.
2. Lingkungan
Lingkungan dalam pengertian yang luas diartikan segala sesuatu yang ada di
alam semerta, baik yang berupa non fisik maupun fisik dan didalamnya terdapat
komponen yang saling terkait dan saling melengkapi sehingga menbentuk suatu
ekosistem. Lingkungan dalam hal ini adalah tempat yang mencangkup segala
komponen yang ada baik yang berupa fisik maupun non fisik (tingkah-laku,
tindakan, sikap dan sebagainya) dimana hal tersebut berhubungan dengan upaya
commit to user
dengan cara menjaga budaya hidup bersih dilingkungannya. Disini yang dicakup
dalam lingkungan tersebut adalah lingkungan Masyarakat Duwet, Kelurahan Brujul,
Kecamatan Jaten, terhadap perilaku masyarakatnya yang menerapkan hidup bersih
lingkungannya. Lingkungan dapat mempengaruhi tingkah-laku atau sebaliknya,
tingkah-laku juga dapat mempengaruhi lingkungan.
3. Hidup Bersih dan Kesehatan Masyarakat
Lingkungan yang bersih, dapat terwujud apabila dalam sikap dan perilaku
individu dalam masyarakat peduli terhadap alam sekelilingnya. Sikap dan perilaku
demikian itu biasanya lahir dan dilatar belakangi oleh tingkat pengetahuan,
kesadaran dan tingkat disiplin pribadi ditengah-tengah kehidupan masyarakat.
Disamping itu kebiasaan hidup yang bersih dan tertib merupakan hasil dari proses
panjang trasformasi sistem nilai, baik nilai budaya maupun agama.
Pengertian hidup bersih oleh masyarakat Duwet umumnya diidentikan
dengan pengertian kondisi lingkungan yang bebas kotor. Cara hidup bersih yaitu
cara hidup dengan menjaga kebersihan lingkungan, bebas dari polusi udara,
sedangkan hidup bersih merupakan cara hidup masyarakat yang mencerminkan
kebersihan lingkungan yang ada disekitar mereka yaitu dengan menjaga kebersihan
lingkungan secara teratur seperti tempat atau ruang tamu, dapur, kamar mandi, WC,
sumur halaman, selokan dan sebagainya meskipun kurang begitu optimal dilakukan.
Masalah kesehatan masyarakat tidak lepas dari keadaan lingkungan.
Kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya memperbaiki dan
commit to user
(Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2003:9). Masalah kesehatan masyarakat adalah
multi kausal maka pemecahannya harus secara multidisiplin. Oleh sebab itu,
kesehatan masyarakat sebagai seni atau prakteknya mempunyai bentangan yang
luas. Semua kegiatan baik yang langsung maupun tidak langsung untuk mencegah
penyakit, meningkatkan kesehatan, terapi, maupun pemulihan kesehatan adalah
upaya kesehatan masyarakat. Misalnya: pembersihan lingkungan, penyediaan air
bersih, pengawasan makanan, perbaikan gizi, penyelenggaraan pelayanan kesehatan
masyarakat, cara pembuangan tinja, pengelolaan sampah, dan air limbah,
pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, pemberantasan nyamuk, lalat, kecoa, dan
sebagainya.
TEORI
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Teori perilaku Skinner. Teori ini
menjelaskan perilaku seseorang difokuskan pada dua kemungkinan (1) perilaku
diperoleh dari keturunan dalam bentuk instink-instink biologis - lalu dikenal dengan
penjelasan "nature" - dan (2) perilaku bukan diturunkan melainkan diperoleh dari
hasil pengalaman selama kehidupan mereka - dikenal dengan penjelasan "nurture".
Teori Perilaku menjelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
manusia yaitu (1) Genetika. (2) Sikap - adalah suatu ukuran tingkat kesukaan
seseorang terhadap perilaku tertentu. (3) Norma sosial – adalah pengaruh tekanan
sosial. (4) Kontrol perilaku pribadi – adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit
tidaknya melakukan suatu perilaku. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai
commit to user
tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan
sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi,
karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang
lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial
dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Berhubungan dengan hal tersebut maka
penulis menggunakan teori perilaku untuk mengkaji tentang Perilaku Hidup Bersih
Masyarakat Duwet terhadap lingkungan disekitar mereka.
Perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini
berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari
setiap orang. Faktor–factor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut
determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given
atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin,
dan sebagainya.
2. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, ekonomi, politik, dan
sebagainya.
Skinner (1983) bahwa Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang,
(stimulus) dan tanggapan (respon) dan respons: (mengutip Prof. Dr. Soekidjo
Notoatmodjo dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat). Ia membedakan adanya dua
respons, yakni:
1. Respondent respons atau reflexive respons, ialah respons yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsangan perangsangan yang semacam ini
commit to user
tetap, misalnya: makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang
kuat akan menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Pada umumnya
perangsangan-perangsangan yang demikian ini mendahului respons yang
ditimbulkan.
2. Respondent respons (respondent behavior), ini mencakup juga emosi respons
atau emotional behavior. Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang
mengenakkan organism yang bersangkutan, misalnya menangis karena sedih
atau sakit, muka merah (tekanan darah meningkat karena marah. Sebaliknya
hal-hal yang mengenakkanpun dapat menimbulkan perilaku emosional misalnya
tertawa, berjingkat-jingkat karena senang, dan sebagainya.
Operant respons atau instrumental respons, adalah respons yang timbul dan
berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini
disebut reinforcing stimuli atau reinfocer, karena perangsangan-perangsangan
tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme.
Perilaku terhadap lingkungan dalam tahapannya merupakan hubungan
manusia dengan lingkungan, ditunjukkan bahwa seluruh aspek budaya, perilaku
bahkan nasib manusia dipengaruhi, ditentukan, dan tunduk pada lingkungan. Disini
dikaji Perilaku masyarakat Duwet dalam hidup bersih. Karena bahwa hidup bersih
sangat penting artinya bagi semua masyarakat.
F. KERANGKA BERFIKIR
Tinjauan terhadap konsep persepsi, khususnya untuk objek-objek lingkungan
dapat dikaji melalui dua pendekatan, yaitu : (1) melalui pendekatan konvensional, (2)
commit to user
lingkungan merupakan titik tolak dan merupakan sumber informasi, sehingga terlihat
individu menjadi seorang pengambil keputusan. Hubungan antara tingkat pendidikan
dan persepsi dengan perilaku ibu rumah tangga dalam pemeliharaan kebersihan
lingkungan dapat dirangkai dalam satu model sebagai berikut.
Skema 1 : Persepsi Menurut Backler dalam Abdurahman, Maman (1988)
Berakar dari pemikiran diatas maka penulis dapat menarik hubungan lingkungan dan
perilaku hidup bersih oleh masyarakat dengan hubungan antar satu dengan yang lainnya
seperti skema dibawah ini.
Skema 2 : Pola hubungan perilaku hidup bersih terhadap lingkungan
commit to user
Dari skema diatas dapat dijelaskan dari hal perilaku seseorang yang
dilakukan yang kemudian melembaga dan membudaya sehingga semua itu
berpengaruh terhadap lingkungan. kemudian berdampak kurang baik terhadap
lingkungan khususnya kurangnya perhatian masyarakat terhadap sampah. Dari
perilaku yang kurang baik itulah karena masyarakat mendapatkan informasi atau
hanya sekedar bincang-bincang terhadap masing-masing tetangga, kemudian mereka
berpikir dan mempersepsikan bahwa membuat pola hidup bersih itu tidak mudah
itupun juga pemerintah atau pihak-pihak yang terkait tidak akan peduli terhadap
pola perliku hidup bersih yang sekecil mungkin dilakukan. Jadi masyarakat Duwet
lebih semaunya sendiri terhadap pola perilaku mereka terhadap lingkungan
khususnya sampah. Kemudian semua perilaku itu menjadi membudaya. Hidup
bersih itu penting tetapi penerapannya yang sulit dilakukan. Dari kurangnya perilaku
terhadap budaya bersih itulah berpengaruh terhadap status kesehatan. Masyarakat
jadi terkena penyakit karena kurangnya mereka terhadap penerapan bersih
lingkungan.
G. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian
deskriptif bermaksud untuk memberikan uraian mengenai suatu gejala social yamg
diteliti. Bentuk penelitian ini lebih menekankan pada suatu peristiwa dari perilaku
yang diamati. Dalam penelitian ini peneliti menjelaskan atas “Perilaku masyarakat
commit to user
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten.
Adapun lokasi yang dijadikan tempat penelitian ini adalah lingkungan tempat
tinggal penduduk masyarakat Desa Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten.
3. Sumber Data
Dalam penulisan skripsi ini memusatkan perhatian pada masyarakat Duwet,
yaitu mencoba melakukan pemaknaan tentang perilaku masyarakat Duwet dalam
menerapkan budaya hidup bersih terhadap lingkungannya. Untuk mengungkap
permasalahan ini, digunakan situasi nyata sebagai sumber data. Adapun sumber data
yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber Data Primer
Data primer yang dimaksud adalah data yang diperoleh secara langsung
dari obyek penelitian baik melalui informan dan hasil wawancara. Informan
dalam hal ini adalah individu-individu tertentu yang diwawancarai untuk
keperluan informasi agar memberikan keterangan data yang diperlukan peneliti.
Dalam penelitian kualitatif informan adalah sejumlah obyek yang akan diteliti
atau diambil dan dijadikan parameter dalam pengambilan data informan yang
dapat memberikan informasi dan data yang diperlukan dalam penelitian Jumlah
informan tidak ditentukan, karena data dapat diperoleh sewaktu-waktu sesuai
dengan fakta saat di lapangan. Dengan menentukan informan sebagai kunci / inti
(key informan) dalam sebuah perencanaan dapat berubah sewaktu-waktu sesuai
commit to user
Masyarakat yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah Pihak
lembaga Kelurahan atau perangkat desa dan warga masyarakat asli Duwet.
Adapun alasan pemilihan informan adalah orang atau warga masyarakat yang
benar-benar dapat memberikan informasi, sehingga peneliti memperoleh data
yang diperlukan dalam penelitian.
Langkah dalam melakukan pengumpulan data informan, peneliti
melakukan:
1. Mendatangi kantor kelurahan Brujul dalam hal ini adalah Kepala Desa,
untuk memperoleh informasi mengenai gambaran secara umum masyarakat
Duwet, serta untuk memperoleh ijin untuk mengadakan penelitian.
2. Setelah memperoleh informasi, maka peneliti menentukan informan yang
akan dijadikan informan kunci dalam penelitian.
3. langkah selanjutnya, kemudian peneliti mengadakan wawancara, dengan
mengakrabkan diri dengan masyarakat serta dengan mengajukan pertanyaan
untuk memperoleh informasi mengenai perilaku masyarakat dalam
menerapkan hidup bersih.
b. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data pendukung yang tidak langsung dari nara
sumber atau non data primer. Data yang dikumpulkan untuk mendukung dan
melengkapi data primer yang berkenaan dengan masalah penelitian. Data
commit to user
1) Foto
Dokumen berupa foto-foto dapat memberikan atau menggambarkan
mengenai situasi kondisi lingkungan serta perilaku atau aktifitas dan
karakteristik masyarakat Duwet baik melalui wawancara maupun observasi
pada saat dilapangan. Foto atau dokumen ini dapat menjadi data yang
berharga untuk menelaah situasi dan kondisi dari segi subyektif dan hasilnya
untuk dianalisis.
Adapun dokumen berupa foto dalam penelitian ini adalah foto yang
dihasilkan sendiri oleh peneliti pada saat dilapangan yaitu yang berhubungan
dengan fokus penelitian yaitu perilaku masyarakat dalam menerapkan
budaya hidup bersih terhadap lingkungannya.
2) Data Monografi
Dalam penelitian kualitatif juga diperlukan adanya dokumen yang
berupa peta wilayah dan data monogafi penduduk yang menggambarkan
karakteristik masyarakat Duwet. Dengan adanya data monografi peneliti
memperoleh gambaran mengenai batas wilayah dan karakteristik masyarakat
Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten Karanganyar.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang lengkap dalam melakukan analisis data dan
pengolahan data, maka digunakan beberapa teknik dan alat pengumpul data sebagai
commit to user
a. Observasi
Observasi merupakan proses yang kompleks dari proses biologis dan
psikologis dan menggunakan pengamatan dan ingatan. Untuk mempermudah
pengamatan dan ingatan, digunakan berapa alat meliputi: alat tulis untuk
mencatat, alat elektronik berupa kamera dan tape rekorder, pengamatan dan
pemusatan pada data yang tepat serta menambah bahan persepsi tentang obyek
yang diamati.
Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati secara
langsung mengenai lingkungan masyarakat Duwet, serta kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan berkaitan dengan pola perilaku masyarakat dalam menerapkan
budaya hidup bersih dilingkungannya.
Adapun langkah yang dilakukan peneliti dalam observasi yaitu setelah
memperoleh ijin untuk mengadakan penelitian, kemudian dilajutkan dengan
kegiatan observasi. Dari kegiatan observasi ini, mengamati langsung situasi dan
kondisi disekitar lingkungan masyarakat Duwet baik yang menyangkut fisik
maupun non fisik.
Manfaat dari kegiatan observasi ini peneliti melihat langsung keadaan
dilapangan mengenai kondisi fisik lingkungan meliputi rumah-rumah penduduk,
halaman rumah dan juga lingkungan masyarakat. Kemudian dari hasil observasi
diperoleh gambaran secara umum mengenai situsi dan kondisi yang ada
dilingkungan, serta perilaku masyarakat Duwet Kelurahan Brujul Jaten
commit to user
Adapun yang menjadi fokus observasi dalam penelitian adalah:
1. Gambaran umum masyarakat Duwet Kelurahan Brujul.
2. Kondisi lingkungan masyarakat Duwet Kelurahan Brujul.
3. Perilaku dan sikap masyarakat Duwet dalam kehidupannya sehari-hari yang
berkaitan dengan budaya hidup bersih.
b. Wawancara
Wawancara adalah cara yang dipakai untuk memperoleh informasi melalui
kegiatan interaksi sosial antara peneliti dengan yang diteliti. Di dalam interaksi
ini peneliti berusaha mengungkap gejala yang sedang diteliti melalui kegiatan
tanya jawab.
Wawancara biasanya dilakukan oleh dua orang atau lebih yang diarahkan
oleh seseorang dengan maksud untuk memperoleh keterangan. Dalam situasi ini
berlangsung interaksi antara pewawancara (interviewer) dengan yang
diwawancarai (interviewee).
Dalam pengumpulan data ini digunakan wawancara tak berstruktur yaitu
wawancara dilakukan secara informal, dimana pertanyaan – pertanyaan tentang
pandangan sikap, keyakinan subyek atau tentang keterangan lainnya yang
berkaitan dengan perilaku masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih
terhadap lingkungannya lahir secara sepontan pada saat berinteraksi langsung
pada saat dilapangan. Dalam wawancara tidak berstrujtur ini pewawancara boleh
saja mengajukan pertanyaan secara meloncat-loncat dari waktu kewaktu yang
commit to user
mengumpulkan data dilapangan, wawancara juga digunakan untuk melengkapi
data-data yang belum jelas atau masih kurang, sehingga data dan informasi yang
diperoleh semakin lengkap.
Sebelum wawancara dilakukan terlebih dahulu diadakan beberapa
persiapan yaitu: 1) seleksi individu untuk diwawancarai, 2) pendekatan yaitu
mengadakan pendekatan dengan orang yang telah diseleksi untuk diwawancarai,
3) pengembangan suasana lancar dalam wawancara dan 4) melakukan
usaha-usaha untuk menimbulkan pengertian dan bantuan seperlunya bagi orang yang
akan diwawancarai.
Kaitannya dengan penelitian ini wawancara dimaksudkan untuk
mengetahui kondisi masyarakat yang akan diwawancarai serta untuk
memperoleh informasi yang sifatnya mendalam terhadap masalah yang
diajukan. Dalam wawancara ini terjadi percakapan antara pewawancara dan
yang diwawancarai dalam suasana santai, informal, dan jawaban tidak
ditentukan oleh pewawancara.
Adapun langkah yang dilakukan peneliti dalam wawancara yaitu 1)
membuat perijinan kepada pihak-pihak yang terkait yaitu pihak kelurahan dan
dan ketua RT, 2) menyeleksi informan kunci yang benar-benar dapat
memberikan informasi tentang fokus yang akan diteliti, 3) menyiapkan
perlengkapan wawancara seperti alat tulis, tape rekorder dan kamera, 4) langkah
selanjutnya mengadakan mengakrabkan diri dengan masyarakat, dengan
commit to user
informan, selanjutnya dikembangkan ke masalah yang dalam fokus masalah
dalam penelitian.
Adapun fokus dari kegiatan wawancara adalah: a) bagaimana pola perilaku
masyarakat Duwet dalam menerapkan budaya hidup bersih dilingkungannya, b)
mengenai persepsi masyarakat dalam budaya hidup bersih, dan c) mengenai
upaya apa saja yang dilakukan masyarakat Duwet dalam menerapkan budaya
hidup bersih lingkungan.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data berupa gambar
mengenai situasi dan kondisi lingkungan sebagai media agar dapat diamati dan
diteliti lebih lanjut. Dokumen yang berupa data dari Kelurahan seperti data
demografi penduduk serta wilayah, memberikan bantuan atau informasi
mengenai gambaran tentang kecenderungan subyek pada latar penelitian.
Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara mencatat
arsip-arsip, surat-surat dan dokumen lain yang mendukungnya.
Dalam penelitian ini dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan
data yang diperlukan yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara, data dari
kegiatan observasi, data Monografi penduduk, Kartu Keluarga (KK) dan Peta
Wilayah yang ada di kelurahan Brujul, dan data foto yang dihasilkan oleh
peneliti tentang perilaku, serta situasi dan kondisi lingkungan masyarakat yang
terkait dengan kedisiplinan masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih
commit to user
5. Populasi dan Sampel
- Populasi adalah jumlah keseluruhan daripada unit-unit analisis yang memiliki
spesifikasi atau cirri-ciri tertentu. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka
sebagai populasi adalah seluruh masyarakat Dusun Duwet, Brujul, Kecamatan
Jaten.
- Sampel adalah sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan
teknik tertentu. Sampel menggambarkan keadaan sebenarnya dari populasi yang
terwakilinya.
6. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling atau sampel bertujuan. Yang menjadi informan dalam penelitian
ini adalah 2 perangkat desa dan 18 orang warga dusun duwet dari tingkat pendidikan
SD sampai Sarjana. Alasannya dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan
purposive sampling, purposive sampling berguna untuk mendapatkan informan yang
tepat yang menguasai permasalahan yang menjadi objek penelitian dan mengambil
informan-informan yang sesuai dengan peneliti. Memilih informan yang dianggap
mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk
menjadi sumber yang mantap.
7. Validitas Data
Validitas data merupakan salah satu bagian yang sangat penting untuk
commit to user
mendapatkan validitas data dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi
sebagai teknik pemeriksaan data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Mengutip dalam Diana
Dyah Kusumaningrum, 2003: 26).
Triangulasi dalam penelitian ini dengan mengunakan teknik pemeriksaan data
untuk meneliti keabsahan data dengan membandingkan data hasil pengamatan
dengan data hasil wawancara dan dokumentasi serta pengecekan penemuan hasil
penelitian, dari beberapa pengumpulan data. Data yang dimaksud adalah yang
terkait dalam penelitian, sehingga memperoleh data yang relevan mengenai tingkat
kedisiplinan masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih lingkungannya.
Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan cara:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dan apa yang
dikatakannya secara pribadi.
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah
atau tinggi, orang berada.
e. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa
commit to user
8. Analisa Data
Data yang diperoleh dari lapangan tidak akan memberi makna yang berarti,
apabila tidak dilanjutkan dengan analisis data. Kegiatan analisis data dilakukan
sewaktu penelitian berlangsung. Dengan maksud, apabila ada data yang kurang agar
segera dilengkapi, dan untuk memahami data-data yang terungkap untuk dapat
diverifikasikan. Pelaksanaan analisa data dalam penulisan ini, dilakukan dengan
kegiatan-kegiatan reduksi data, penyajian data (display data), mengambil
kesimpulan dan verifikasi.
a. Reduksi data
Reduksi data adalah merupakan proses seleksi, pengfokusan,
penyederhanaan, dan abstraksi. Reduksi data dilakukan melalui seleksi,
membuat ringkasan atau uraian singkat, memfokuskan dan mengabtraksikan
data mentah menjadi informasi yang bermakna. Proses ini berlangsung selama
pelaksanan penelitian, yaitu pada awal penelitian sampai dengan laporan
penelitaian. Reduksi data dimadsudkan untuk mempertegas, memperpendek,
membuat fokus, dan membuang bagian yang tidak penting untuk mempermudah
penarikan kesimpulan.
Dari hasil penelitian berdasarkan observasi, pengamatan atau wawancara
diperoleh data yang bermacam-macam dari informasi dan belum dikumpulkan.
Dalam hal ini reduksi data adalah langkah yang ditempuh untuk menggolongkan
dan membuat ringkasan atau uraian singkat kedalam urutan kajian yang
berkaitan dengan perilaku masyarakat dalam menerapkan budaya hidup bersih
commit to user
Bagi Husserl untuk mereduksi berarti membawa keadaan langsung yang
sudah dikembalikan pada yang esensial, dan hal yang asli. Menurut Husserl
reduksi tidak mempermasalahkan fakta, melainkan struktur logis sebagai syarat.
Reduksi ini terdiri dari tiga tahap : tahap pertama: reduksi eiditik, maksudnya
suatu reduksi untuk menangkap “eidos” atau hakikat (esensi). Tahap ini
merupakan tahap persiapan untuk menghadapi fenomena. Reduksi ini
dilangsungkan dengan suatu proses imajinasi bebas untuk menemukan cirri-ciri
khas, atau yang menentukan identitas suatu gejala yang disebut proses
pembentuk gagasan (ideation). Tahap kedua: reduksi fenomenologi, yang
menyampingkan hal yang sifatnya nonesensial dan kebetulan, supaya
memperoleh situasi murni yang tersedia. Tahap ketiga: reduksi trasendental,
yang dengan kesadran.
b. Penyajian Data (Display data)
Yaitu proses penampilan data secara sederhana berbentuk naratif. Dalam
penyajian data berwujud sekumpulan informasi yang tersusun sehingga
memberikan penarikan kesimpulan. Penyajian data dilakukan agar sajian data
tidak menyimpang dari pokok permasalahan. Dalam hal ini data yang diperoleh
atau terkumpul setelah di reduksi data, dilanjutkan dengan penyajikan data yaitu
berwujud sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberikan keterangan
commit to user
c. Pengambilan kesimpulan dan Verifikasi
Langkah terakhir yang ditempuh dalam menganalisis data adalah dengan
pengambilan kesimpulan atau verifikasi yaitu usaha untuk mencari atau
memahami makna. Dari data yang disimpulkan kemudian diverifikasikan
dengan melihat dan mempertanyakan kembali data atau catatan lapangan agar
memperoleh pemahaman yang tepat. Hal ini dilakukan agar data yang didapat
dan penafsiran data memiliki validitas. Pengambilan kesimpulan yang dimaksud
dalam tahap ini adalah memaknai data yang terkumpul. Kesimpulan perlu dibuat
dalam bentuk pertanyaan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada
pokok permasalahan yang diteliti, karena merupakan intisari dari data hasil
penelitian di lapangan. Pengambilan kesimpulan pada tahap ini dilakukan secara
bertahap yaitu dengan merumuskan kesimpulan sementara, perbaikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Dengan bertambahnya data dilapangan dan data yang diperlukan dapat
dipelajari kembali data-data yang sudah terkumpulkan. Kegiatan verifikasi
dilakukan dengan cara meminta pertimbangan pihak-pihak yang berkopenten,
kegiatan ini dilakukan dengan cara terus menerus, setelah data terkumpul dan
digolongkan menurut urutan kajian dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya akan
commit to user
(H.B. Sutopo, 2002 : 37)
Skema 3. Diagram Model Analisis Interaktif
Pengumpulan Data
Reduksi Data Sajian Data
commit to user
BAB II
DESKRIPSI LOKASI
Gambaran Umum Fisik Desa
Gambaran umum masyarakat Duwet dapat dilihat melalui letak desa secara
administratif, keadaan alam, keadaan demografi, kondisi sarana fisik dan sosial,
keadaan sosial budaya masyarakat, yang akan diuraikan di bawah ini.
A. Letak Desa Secara Administratif
Secara administrasi wilayah Duwet terletak di Kelurahan Brujul
Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Brujul Kecamatan Jaten Karanganyar,
dengan luas kelurahan 283.230 Ha, dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah utara : Desa Nangsri
Sebelah selatan : Desa Karangmojo
Sebelah barat : Desa Sroyo
Sebelah timur : Desa Kaling
No Dusun Rw Rt
1 Gulunan 2 7
2 Soko 1 5
3 Duwet 2 7
4 Brujul 3 14
5 Purworejan 2 8
6 Sobayan 2 9
Jumlah 12 50
commit to user
Jarak dari ibu kota kecamatan 6 Km, sedangkan jarak dari ibu kota kabupaten 8
Km. Kelurahan Brujul terdiri dari 50 RT dan 12 RW dan terbagi 6 dusun yaitu
Gulunan, Soko, Duwet, Brujul, Purworejan, dan Sobayan. Berdasarkan data
monogafi yang ada di Kelurahan Brujul untuk wilayah Duwet terdiri dari 7 RT
dan 2 RW.
Selain hal tersebut di atas lingkungan Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten
berdasarkan tempat daerahnya, berada disekitar jalan raya
Kebakkramat-Tasikmadu. Duwet juga berada di komplek Pabrik-Pabrik atau industry.
sehingga keadaan ini menjadikan lokasinya yang sangat strategis untuk
membuka usaha berupa pondokan karyawan atau buruh pabrik dan warung
makan.
B. Keadaaan Alam
Wilayah masyarakat Duwet terletak daerah dataran rendah, meliputi luas
tanah pemukiman 2,5 Ha, industri 6 ha, luas tanah sawah 275,682 Ha, luas tanah
kering 3,979 Ha. Mempunyai keadaan tanah alluvial yang baik untuk pertanian.
Yang didukung dengan suhu ± 26º c dan dengan curah hujan sebesar 33mm/ th.
Jenis flora dan fauna yang ada yaitu jenis flora yang ada adalah berupa tanaman
pohon pisang, pohon Jati, pohon mangga dan juga pohon melinjo. Hal ini dapat
dilihat disekitar rumah penduduk yang sebagian besar wilayahnya digunakan
untuk pemukiman dan masih banyak lahan yang kosong berupa pekarangan
yang masih kosong. Jenis fauna yang ada adalah jenis binatang peliharaan