• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja untuk Mengurangi Keluhan Musculoskeletal Pada Bagian Pengayakan di UD. Pusaka Bakti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja untuk Mengurangi Keluhan Musculoskeletal Pada Bagian Pengayakan di UD. Pusaka Bakti"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

DAFTAR PUSTAKA

Kuorinka, I, dkk. 1987. Standardised Nordic Questionnaores (Applied

Ergonomics).

Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya.

Sinulingga, Sukaria. 2011. Metodologi Penelitian. Medan: USU Press.

Stanton, Naville. 2005.Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods, (New York: CRC Press LLC).

Supangat, Andi.2008.Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi dan

Nonparametrik. Jakarta: Kencana.

Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan

produktivitas. UNIBAS Press. Surakarta.

Wignjosoebroto, Sritomo. 1995. Ergonomi Studi Gerakan dan Waktu.Surabaya : Guna Widya.

Mahardika,Tanjung. 2014. Perancangan Fasilitas Kerja Untuk Mengurangi

Keluhan Musculoskletal Disorder (MSDS) Dengan Metode Rappid

Entire Body Assesment Pada Pekerja Pembuatan Paving Dan Batako

Pada UKM Usaha Baru.Universitas Diponegoro Semarang.

Maulana, Tengku Fuad, dkk. 2013. Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Pada

Stasiun Pemotongan Untuk Mengurangi Keluhan Musculoskletal. CV

(10)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Defenisi Ergonomi

Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam). Ergonomi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau dari aspek-aspek anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan3.Ergonomi terkait dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja.Dalam ergonomi diperlukan studi tentang sistem manusia, fasilitas kerja dan lingkungan yang saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya.

Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun (design) maupun rancang ulang (redesign) yang meliputi perangkat keras. Misalnya: perkakas kerja (tools), bangku kerja (branches), platform kursi, pegangan alat kerja (work holders), sistem pengendali (controls), alat peraga (display), pintu (doors), dan lain-lain. Ergonomi memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya: desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk mengurangi ketidaknyamanan dan postur kerja dan desain perkakas kerja untuk mengurangi kelelahan kerja.

(11)

3.2. Keluhan Muskuloskeletal

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal

yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabia otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan

muskuloskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal

(Grandjean, 1993; Lemasters, 1996). Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut segera hilang apabila pembebabanan dihentikan.

2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap, walaupun pembebabanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berjalan.

3.2.1. Faktor Penyebab Keluhan Musculoskeletal

Peter Vi (2000) menjelaskan bahwa, terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan keluhan otot skeletal.

1. Peregangan Otot yang Berlebihan

(12)

menahan beban yang berat.Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot.Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot.Bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal.

2. Aktifitas Berulang

Aktifitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti aktifitas mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkut dan sebagainya.Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus nenerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi. 3. Sikap Kerja Tidak Alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya.Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal.Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karasteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja. 4. Faktor Penyebab Sekunder

 Tekanan

(13)

alat, dan apabila hal ini sering terjadi dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.

 Getaran

Getaran dengan frekwensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Konstraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot (Suma’mur, 1982)

 Mikroklimat

Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot (Astrand & Rodhl, 1997; Pulat, 1992: Wilson & Corlett, 1992).Demikian pula dengan paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradapatasi dengan lingkungan tersebut.

5. Penyebab Kombinasi

(14)

3.3. Kelelahan

3.3.1. Pengertian Kelelahan

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Kelelahan otot memiliki dua kategori terjadinya kelelahan yaitu teori kimia dan teori syaraf pusat.4

Kelelahan yang disebabkan kerja statis berbeda dengan kerja dinamis Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Teori syaraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan ransangan syaraf mengalir melalui syaraf sensorik ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot.

3.3.2. Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan

5

4Tarwaka ,Ergonomi, Untuk Keselamatam, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, (Denpasar, 2004), h. 107.

5Ibid., h. 108-109.

(15)

Kontraksi otot baik statis maupun dinamis dapat menyebabkan kelelahan otot setempat. Kelelahan tersebut terjadi pada waktu ketahanan (endurance time) otot terlampaui. Waktu ketahanan otot tergantung pada jumlah tenaga yang dikembangkan oleh otot sebagai suatu presentase tenaga maksimum yang dicapai oleh otot. Kemudian pada saat kebutuhan metabolisme dinamis dan aktivitas kapasitas energi yang dihasilkan oleh tenaga kerja, maka kontraksi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan terjadi.

Tingkat kelelahan dapat dikurangi denganmenghindarkan sikapkerja yang bersifat statis dan diupayakan sikap kerja yang lebih dinamis. Hal ini dapat dilakukan dengan merubah sikap kerja yang statis menjadi sikap kerja yang lebih bervariasi sehingga sirkulasi darah dan oksigen dapat berjalan normal keseluruh anggota tubuh.

3.4. Standard Nordic Questionnaire (SNQ)

Standard Nordic Questionnaire (SNQ) merupakan salah satu alat ukur

yang biasa digunakan untuk mengenali sumber penyebab keluhan kelelahan otot.6

6Kuorinka, I,dkk, Standardised Nordic Questionnaores (Applied Ergonomics, 1987).

Melalui Standard Nordic Questionnaire dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak sakit sampai sangat sakit. Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh seperti Gambar 3.1. maka diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Dimensi-dimensi tubuh tersebut dapat dibuat dalam format Standard

Nordic Questionnaire. Standard Nordic Questionanire dibuat atau disebarkan

(16)

Standard Nordic Questionnaire bersifat subjektif, karena rasa sakit yang

dirasakan tergantung pada kondisi fisik masing-masing individu. Keluhan rasa sakit pada bagian tubuh akibat aktivitas kerja tidaklah sama antara satu orang dengan orang lain.

Gambar 3.1. Peta Tubuh

Keterangan:

0. leher bagian atas 1. leher bagian bawah 2. bahu kiri

3. bahu kanan 4. lengan atas kiri 5. punggung

6. lengan atas kanan 7. pinggang

8. bokong 9. pantat 10.siku kiri 11.siku kanan

12.lengan bawah kiri

13.lengan bawah kanan 14.pergelangan tangan kiri 15.pergelangan tangan kanan 16.tangan kiri

17.tangan kanan 18.paha kiri 19.paha kanan 20.lutut kiri 21.lutut kanan 22.betis kiri 23.betis kanan

24.pergelangan kaki kiri 25.pergelangan kaki kanan 26.kaki kiri

(17)

3.5. REBA (Rapid Entire Body Assesment)

REBA merupakan sebuah metode penilaian postur kerja untuk menilai faktor resiko gangguan tubuh secara keseluruhan. Data yang dikumpulkan adalah data mengenai postur tubuh, kekuatan yang digunakan, jenis pergerakan atau aksi, pengulangan, dan pegangan. Skor akhir REBA dihasilkan untuk memberikan seuah indikasi tingkat resiko dan tingkat keutamaan dari sebuah tindakan yang harus diambil.7

1. Keseluruhan bagian badan digunakan.

Faktor postur tubuh yang dinilai dibagi atas dua kelompok utama atau grup yaitu grup A yang terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri batang tubuh (trunk), leher (neck) dan kaki (legs). Grup B terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri dari lengan atas (upperarm), lengan bawah (lower arm), dan pergelangan tangan (wrist). Masing-masing grup, diberikan suatu skala postur tubuh dan suatu pernyataan tambahan, diberikan juga faktor beban/kekuatan dan pegangan (coupling).

REBA dapat digunakan ketika penilaian postur kerja diperlukan dalam

sebuah pekerjaan:

2. Postur tubuh statis, dinamis, cepat berubah, atau tidak stabil.

3. Melakukan sebuah pembebanan seperti: mengangkat benda baik secara rutin ataupun sesekali.

4. Perubahan dari tempat kerja, peralatan, atau pelatihan pekerja sedang dilakukan dan diawasi sebelum atau sesudah perubahan.

(18)

Faktor-faktor yang dinilai pada metode REBA adalah: 1. Grup A, terdiri dari :

a. Batang tubuh (trunk)

Gambar 3.2. Postur Batang Tubuh (Trunk)

Tabel 3.1. Penilaian Batang Tubuh (Trunk)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal 1

+1 jika batang tubuh berputar/bengkok/bungkuk 0 - 200 (ke depan dan belakang) 2

<-200 atau 20 - 600 3

>600 4

b. Leher (neck)

Gambar 3.3. Postur Tubuh Bagian Leher (Neck)

Tabel 3.2. Penilaian Leher (Neck)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

0 - 200 1

(19)

c. Kaki (legs)

Gambar 3.4. Postur Tubuh Bagian Kaki (Legs)

Tabel 3.3. Penilaian Kaki (Legs)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal/seimbang

(berjalan/duduk) 1 +1 jika lutut antara 30-600 +2 jika lutut >600 Bertumpu pada satu kaki lurus 2

d. Beban (load)

1 2 3

Gambar 3.5. Ukuran Beban (Load)

Tabel 3.4. Penilaian Beban (Load)

Pergerakan Skor Skor Pergerakan

<5 kg 0

+1 jika kekuatan cepat

5 - 10 kg 1

(20)

2. Grup B, terdiri dari:

a. Lengan atas (upper arm)

Gambar 3.6. Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (Upper Arm)

Tabel 3.5. Penilaian Lengan Atas (Upper Arm)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

200 (ke depan dan belakang) 1 +1 jika bahu naik

+1 jika lengan berputar/bengkok -1 miring, menyangga berat lengan

>200 (ke belakang) atau 20 - 450 2

45 - 900 3

>900 4

b. Lengan bawah (lower arm)

(21)

Tabel 3.6. Skor Lengan Bawah

Pergerakan Skor

60 - 1000 1

<600 atau >1000 2

c. Pergelangan tangan (wrist)

Gambar 3.8. Postur Pergelangan Tangan

Tabel 3.7. Skor Pergelangan Tangan

Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-150 (ke atas dan bawah) 1

(22)

d. Coupling

Tabel 3.8. Coupling

Coupling Skor Keterangan

Baik 0 Kekuatan pegangan baik

Sedang 1 Pegangan bagus tapi tidak ideal atau kopling cocok dengan bagian tubuh Kurang baik 2 Pegangan tangan tidak sesuai walaupun

mungkin

Tidak dapat diterima 3

Kaku, pegangan tangan tidak nyaman, tidak ada pegangan atau kopling tidak sesuai dengan bagian tubuh

Tabel 3.9. Skor Aktivitas

Aktivitas Skor Keterangan

Postur statik +1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam Pengulangan +1 Tindakan berulang-ulang

Ketidakstabilan +1

Tindakan menyebabkan jarak yang besar dan cepat pada postur (tidak stabil)

Nilai level tindakan REBA dapat ditentukan berdasarkan skor Reba yang telah dihitung dari data postur tubuh pekerja yang ditunjukkan dalam Tabel 3.10.

Tabel 3.10. Nilai Level Tindakan REBA

Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan

1 Dapat diabaikan 0 Tidak diperlukan

2-3 Kecil 1 Mungkin diperlukan

4-7 Sedang 2 Perlu

8-10 Tinggi 3 Segera

(23)

3.6. Antropometri

Istilah antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan

“metri” yang berarti ukuran.Secara definitif antropometri dapat dinyatakan

sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia.8Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar, dan sebagainya) berat dan yang lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia.

Pengukuran antropometri bertujuan untuk mengetahui bentuk dimensi tubuh manusia, agar peralatan yang dirancang lebih sesuai dan dapat memberikan rasa nyaman serta menyenangkan saat digunakan.Data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan/ menggunakan produk tersebut.Perancang produk harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang menggunakan produk hasil rancangan tersebut. Kemampuan penyesuaian (adjustability) suatu produk merupakan satu prasyarat yang amat penting dalam proses perancangannya.

(24)

3.6.1. Faktor yang Mempengaruhi Antropometri

Faktor yang mempengaruhi pengukuran antropometri antara lain: 1. Umur

Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak kelahirannya sampai dengan umur sekitar 20-tahunan. Setelah itu, tidak lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi penurunan ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40-tahunan.

2. Jenis kelamin

Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti panggul, dan sebagainya.

3. Suku/bangsa (ethnic)

Setiap suku bangsa ataupun kelompok suku etnik akan memiliki karakteristik fisik tubuh yang berbeda satu dengan yang lainnya.

4. Posisi tubuh (posture)

Sikap ataupun posisi tubuh berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh sebab itu, posisi tubuh standard harus diterapkan untuk survei pengukuran.

5. Cacat tubuh

(25)

6. Tebal/tipisnya pakaian

Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda-beda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh orangpun akan berbeda dari suatu tempat dengan tempat yang lain. 7. Kehamilan

Kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh (khusus perempuan). Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang dirancang bagi segmentasi seperti ini.

3.6.2. Antropometri Statis

Antropometri statis adalah pengukuran dilakukan pada saat tubuh dalam keadaan diam atau posisi diam atau tidak bergerak. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut pada saat berdiri/duduk, panjang lengan dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini diambil dengan persentil tertentu seperti percentil 5 dan 95.

3.6.3. Prinsip Penggunaan Data Antropometri

Rancangan suatu produk dapat sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang mengoperasikannya, maka diperlukan tiga prinsip dalam penggunaan data antropometri, yaitu:

(26)

a. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata- ratanya.

b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang ada).

Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan diperoleh dengan cara:

a. Ukuran dimensi minimum yang harus ditetapakan dari suatu rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai persentil yang terbesar seperti 90th, 95th, atau 99th persentil. Contoh konkrit pada kasus ini bisa dilihat pada penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat. b. Ukuran dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan

nilai persentil yang paling rendah (1th, 5th, 10th persentil) dari distribusi data antropometri yang ada.

Secara umum aplikasi data antropometri untuk perancangan produk ataupun fasilitas kerja akan menetapkan nilai 5 th persentil untuk dimensi maksimum dan 95 th untuk dimensi minimumnya.

(27)

mendapatkan rancangan yang fleksibel, semacam ini maka data antropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5 th sampai dengan 95 th persentil.

3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata- rata

Rancangan produk didasarkan terhadap rata- rata ukuran manusia.Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini juga sedikit sekali mereka yang berbeda dalam ukuran rata-rata. Di dalam produk yang dirancang dan dibuat untuk mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang memiliki ukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan tersendiri.

3.6.4. Dimensi Tubuh Pengukuran Data Antropometri

Dimensi tubuh yang digunakan dalam pengukuran data antropometri adalah:

1. Posisi Duduk Samping

a. Tinggi Duduk Tegak (TDT), cara pengukuran yaitu dengan mengukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung atas kepala. Subjek duduk tegak dengan mata memandang lurus ke depan dan lutut membentuk sudut siku-siku.

(28)

c. Tinggi Mata Duduk (TMD), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung mata bagian dalam. Subjek duduk tegak dan memandang lurus ke depan.

d. Tinggi Siku Duduk (TSD), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung bawah siku kanan. Subjek duduk tegak dengan lengan atas vertikal di sisi badan dan lengan bawah membentuk sudut siku-siku dengan lengan bawah.

e. Tebal Paha (TP), cara pengukuran yaitu mengukur subjek duduk tegak, ukur jarak dari permukaan alas duduk samping ke permukaan atas paha. f. Tinggi Popliteal(TPO), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari

lantai sampai bagian bawah paha.

g. Pantat Popliteal (PP), cara pengukuran yaitu mengukur subjek duduk tegak dan ukur jarak horizontal dari bagian terluar pantat sampai lekukan lutut sebelah dalam (popliteal). Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku.

h. Pantat Ke Lutut (PKL), cara pengukuran yaitu mengukur subjek duduk dan ukur horizontal dari bagian terluar pantat sampai ke lutut. Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku.

2. Posisi Berdiri

(29)

b. Panjang Lengan Bawah (PLB), cara pengukuran yaitu mengukur subjek berdiri tegak dan tangan di samping, ukur jarak dari siku sampai pergelangan tangan.

c. Tinggi Mata Berdiri (TMB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari lantai sampai ujung mata bagian dalam (dekat pangkal hidung). Subjek berdiri tegak dan memandang lurus ke depan.

d. Tinggi Badan Tegak (TBT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal telapak kaki sampai ujung kepala yang paling atas, sementara subjek berdiri tegak dengan mata memandang lurus ke depan.

e. Tinggi Bahu Berdiri (TBB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari lantai sampai bahu yang menonjol pada saat subjek berdiri tegak.

f. Tebal Badan (TB), cara pengukuran yaitu mengukur berdiri tegak dan ukur jarak dari dada (bagian ulu hati) sampai punggung secara horizontal. 3. Posisi Berdiri Dengan Tangan ke Depan

Jangkauan Tangan (JT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak horizontal dari punggung samping ujung jari tengah dan subjek berdiri tegak dengan betis, pantat dan punggung merapat ke dinding, tangan direntangkan secara horizontal ke depan.

4. Posisi Duduk Menghadap ke Depan

(30)

b. Lebar Bahu (LB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak horizontal antara kedua lengan atas dan subjek duduk tegak dengan lengan atas merapat ke badan dan lengan bawah direntangkan ke depan.

5. Posisi Berdiri Dengan Kedua Lengan Direntangkan

Rentangan Tangan (RT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak horizontal dari ujung jari terpanjang tangan kiri samping ujung jari terpanjang tangan kanan. Subjek berdiri tegak dan kedua tangan direntangkan horizontal ke samping sejauh mungkin.

6. Pengukuran Jari Tangan

a. Panjang Jari 1,2,3,4,5 (PJ-12345), cara pengukuran yaitu mengukur masing-masing pangkal ruas jari sampai ujung jari. Jari-jari subjek merentang lurus dan sejajar.

b. Pangkal Ke Lengan (PPT), cara pengukuran yaitu mengukur pangkal pergelangan tangan sampai pangkal ruas jari. Lengan bawah sampai telapak tangan subjek lurus.

c. Lebar Jari 2345 (LJ-2345), cara pengukuran yaitu mengukur dari sisi luar jari telunjuk sampai sisi luar jari kelingking dan jari-jari subjek lurus merapat satu sama lain.

(31)

3.6.5. Aplikasi Distribusi Normal dalam Penetapan Data Antropometri

Data antropometri sangat diperlukan agar rancangan suatu produk dapat sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang diperlukan pada hakikatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara individual, seperti halnya yang dijumpai untuk produk yang dibuat berdasarkan pesanan (job order).

Situasi menjadi berubah jika lebih banyak lagi produk standar yang harus dibuat untuk dioperasikan oleh banyak orang. Permasalahan yang timbul adalah ukuran siapakah yang digunakan sebagai acuan untuk mewakili populasi yang ada, karena ukuran setiap individu akan bervariasi satu dengan populasi yang menjadi target sasaran produk yang akan dirancang.

Agar permasalahan memiliki variasi ukuran sebenarnya akan lebih mudah dipecahkan jika dapat merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan

adjustabel dengan suatu rentang ukuran tertentu. Gambar 3.9.menjelaskan dalam

anthropometi, angka 95 th akan menggambarkan ukuran tubuh manusia yang terbesar dan 5 th menggambarkan ukuran tubuh manusia yang terkecil.

(32)
[image:32.595.234.391.195.345.2]

Tabel 3.11. menunjukkan pemakaian nilai-nilai persentil yang diaplikasikan dalam perhitungan data Antropometri.

Tabel 3.11. Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal

Persentil Perhitungan

1-th �̅ - 2.325 2.5-th �̅ - 1.96

5-th �̅ - 1.645 10-th �̅ - 1.28

50-th �̅

90-th �̅+ 1.28 95-th �̅ + 1.645 97.5-th �̅ + 1.96

99-th �̅ + 2.325

3.6.6. Aplikasi Antropometri dalam Perancangan Produk

Antropometri menyajikan data ukuran tubuh manusia dalam percentile tertentu besar manfaatnya pada saat merancang suatu produk. Agar rancangan tersebut nantinya bisa disesuaikan dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikan, makaprinsip-prinsip yang harus diambil dalam aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti berikut ini :

1. Prinsip Perancangan Produk Bagi Individual Dengan Ukuran Yang Ekstrim. Di sini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2 (dua) sasaran produk, yaitu :

a. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasiekstrim dalam arti terlalu besar atau terlalu kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya.

(33)

Agar bisa digunakan untuk memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran tubuh yang diaplikasikan ditetapkan dengan cara :

a. Dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai percentile yang terbesar seperti 90-th, 95-th atau 99-95-th percentile. Contoh konkrit pada kasus ini bisa dilihat pada penetapan ukuran miinimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat, dll. b. Dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai

percentile yang paling rendah (1-th, 5-th atau 10-th percentile)

daridistribusi data antropometri yang ada. Hal ini diterapkan untuk sebagai contoh dalam penerapan jarak jangkau dari suatu mekanisme kontrol yang harus dioperasikan oleh seorang pekerja.Aplikasi data antropometri umumnya digunakan untuk perancangan produk ataupun fasilitas kerja akan menetapkan nilai 5-th percentile untuk dimensi maksimum dan 95-th

percentile untuk dimensi minimumnya.

2. Prinsip Perancangan Produk Yang Bisa Dioperasikan Di antara Rentang Ukuran Tertentu.

(34)

data antropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th s/d 95-th percentile.

3. Prinsip Perancangan Produk dengan Ukuran Rata-Rata.

Rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini justru sedikit sekali mereka yang berbeda dalam ukuran rata-rata. Di sini produk dirancang dan dibuat untuk mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang memiliki ukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan tersendiri.

Aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja. Maka adapun beberapa saran/rekomendasi yang bisa diberikan sesuai dengan langkah - langkah seperti berikut :

a. Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana yang nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut.

b. Tentukan dimensi tubuh mana yang penting dalam proses perancangan tersebut, dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah harus menggunakan data structural body dimension ataukah functional body dimension.

(35)

d. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti, misalnya apakah rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel (adjustabel) atau ukuran rata-rata.

e. Pilih presentase populasi yang harus diikuti: 90-th, 95-th, 99-th ataukah nilai percentile yang lain yang dikehendaki.

Untuk setiap dimensi tubuh yang telah didefinisikan selanjutnya pilih/tetapkan nilai ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai. Aplikasikan data tersebut dan tambahkan faktir kelonggaran (allowance) bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian yang harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan (gloves), dan lain lain.

3.7. Pengolahan Data Antropometri

3.7.1. Uji Keseragaman Data

Uji keseragaman data bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diambil telah seragam atau belum.Suatu data dikatakan seragam bila berada dalam rentang batas kendali tertentu (Walpole, 1987).Rentang batas kendali tersebut adalah batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB).

Berikut ini merupakan rumus untuk menghitung standar deviasi dari suatu kumpulan data.

(

)

1 n

X

Xi 2

− − =

(36)

Berikut merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung BKA dan BKB dari suatu kumpulan data.

σ σ Z x BKB Z x BKA − = + = dimana :

σ = Standar deviasi Xi = Data pengamatan � = Nilai rata-rata data N = Banyak data

Z = Nilai pada tabel distribusi normal untuk tingkat kepercayaan tertentu

Setelah nilai batas kendali atas dan batas kendali bawah diketahui, maka data harus diperiksa untuk mengetahui apakah seluruh nilai data berada di antara BKB dan BKA. Apabila terdapat data yang lebih kecil dari BKB ataupun data yang lebih besar dari BKA, maka data tersebut tidak boleh diikut sertakan dalam proses perhitungan (dieliminasi).

3.7.2. Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel data yang dikumpulkan sudah cukup atau belum.Uji kecukupan data dihitung setelah semua nilai data berada dalam batas kendali (Walpole, 1987). Jumlah pengukuran dikatakan cukup bila N’ (jumlah data yang diperlukan sesuai dengan tingkat kepercayaan dan tingkat ketelitian yang telah ditentukan) lebih kecil atau sama dengan N (jumlah data dari pengukuran sebelumnya).

(37)

�’ = ⎝ ⎛ � ����∑ �� 2

� −(∑ ��)2

∑ ��

⎠ ⎞

2

dimana :

N’ = Jumlah pengamatan teoritis yang diperlukan N = Jumlah pengamatan aktual yang dilakukan Xi = Data pengamatan ( hasil pengukuran )

k = Nilai pada tabel distribusi normal untuk tingkat kepercayaan tertentu s = Tingkat ketelitian dalam bentuk persen (%)

Jika N lebih kecil jumlahnya dibandingkan N’berarti data tidak cukup sehingga diperlukan penambahan data. Sebaliknya apabila N lebih besar daripada N’ berarti data telah cukup.

3.8. Uji Distribusi Normal dengan Kolmogorov – Smirnov Test

Uji kolmogorov smirnov merupakan pengujian normalitas yang banyak digunakan. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang lain, yang sering terjadi pada uji normalitas dengan menggunakan grafik9

Uji kolmogorov-smirov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Konsep dasar dari uji normalitas

kolmogorov smirov adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan

. Data yang mempunyai distribusi yang normal merupakan salah satu syarat dilakukannya

parametric-test. Data yang tidak mempunyai distribusi normal tentu saja

analisisnya menggunakan non parametric-test.

(38)

diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal.

Jika signifikasi di bawah 0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Penerapan pada uji kolmogorov-smirnov adalah bahwa uji signifikan di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal, jika signifikasi diatas 0,05 maka berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data normal baku artinya data yang kita uji normal tidak berbeda dengan normal baku.

Uji kolmogorov-smirnovmembandingkan distribusi frekuensi komulatif hasil pengamatan dengan distribusi frekuensi komulatif yang diharapkan (actual

observed cumulative frequency dengan expected cumulative frequency)

Langkah-langkah yang diperlukan dalam pengujian ini adalah:

1. Susun data dari hasil pengamatan mulai dari nilai pengamatan terkecil sampai nilai pengamatan terakhir.

2. Kemudian susunlah ditribusi frekuensi kumulatif relative dari pengamatan tersebut, dan notasikanlah dengan Fa (X)

3. Hitunglah nilai Z dengan rumus:

σ x X Z = −

(39)

x = mean

σ= standar deviasi

4. Hitung distribusi frekuensi kumulatif teoritis (berdasarkan area kurva normal) dan notasikan dengan Fe (X)

5. Hitung selisih antara Fa (X) dengan Fe (X)

6. Ambil angka selisih maksimum dan notasikan dengan D

7. Bandingkan nilai Dyang diperoleh dengan Dα, maka kriteria pengambilan keputusannya adalah:

H0 diterima jika D ≤ Dα ; H0 ditolak apabila D ≥ Dα

H0diterima artinya data berdistribusi normal.

Distribusi normal pertama kali diperkenalkan oleh Abraham de Moivre dalam artikelnya pada tahun 1733 sebagai pendekatan distribusi binomial untuk n besar.Karya tersebut dikembangkan lebih lanjut oleh Pierre Simon de Laplace, dan dikenal sebagai teorema Moivre-Laplace.Laplace menggunakan distribusi normal untuk analisis galat suatu eksperimen.Metode kuadrat terkecil diperkenalkan oleh Legendre pada tahun 1805.Sementara itu Gauss mengklaim telah menggunakan metode tersebut sejak tahun 1794 dengan mengasumsikan galatnya memiliki distribusi normal.Istilah kurva lonceng diperkenalkan oleh Jouffret pada tahun 1872 untuk distribusi normal bivariat.Sementara itu istilah distribusi normal secara terpisah diperkenalkan oleh Charles S. Peirce, Francis Galton, dan Wilhelm Lexis sekitar tahun 1875. Terminologi ini secara tidak sengaja memiliki nama sama.

(40)

statistika.Distribusi normal baku adalah distribusi normal yang memiliki rata-rata nol dan simpangan baku satu. Distribusi ini juga dijuluki kurva lonceng (bell curve) karena grafik fungsi kepekatan probabilitasnya mirip dengan bentuk lonceng.Distribusi normal memodelkan fenomena kuantitatif pada ilmu alam maupun ilmu sosial. Beragam skor pengujian psikologi dan fenomena fisika seperti jumlah foton dapat dihitung melalui pendekatan dengan mengikuti distribusi normal. Distribusi normal banyak digunakan dalam berbagai bidang statistika, misalnya distribusi sampling rata-rata akan mendekati normal, meski distribusi populasi yang diambil tidak berdistribusi normal. Distribusi normal juga banyak digunakan dalam berbagai distribusi dalam statistika, dan kebanyakan pengujian hipotesis mengasumsikan normalitas suatu data.

Ada empat alasan mengapa distribusi normal menjadi distribusi yang paling penting :

1. Distribusi normal terjadi secara alamiah. Seperti diuraikan sebelumnya banyak peristiwa di dunia nyata yang terdistribusi secara normal.

2. Beberapa variabel acak yang itdak berdistribusi secara normal dapat dengan mudah ditransformasi menjadi suatu distribusi variabel acak yang normal. 3. Banyak hasil dan teknik analisis yang berguna dalam pekerjaan statistik yang

bisa berfungsi dengan benar jika model distribusinya merupakan distribusi normal.

(41)

Sebuah variabel acak kontinu X dikatakan memiliki distribusi normal dengan parmeter �x dan �x dimana -∞ <�x < ∞ dan �x > 0 jika fungsi kepadatan probabilitas dari X adalah :

Dimana : � = mean

� = deviasi standar

Parameter yang digunakan dalam distribusi ini ada 3 yaitu frekuensi total, rata-rata hasil percobaan (μ), dan simpangan baku (σ) sehingga derajat kebebasannya menjadi jumlah kelas dikurangi dengan jumlah parameter (tiga).

Untuk menghitung probabilitas P(a ≤ x ≤ b) dari suatu variabel acak kontinu X yang berdistribusi secara normal dengan parameter �x dan �x maka harus diintegral mulai dari x = a sampai x = b. Namun tidak ada satupun dari teknik-teknik pengintegralan biasa yang bisa digunakan untuk menentukan integral tersebut. Untuk itu para ahli statistik/matematik telah membuat sebuah penyederhanaan dengan memperkenalkan sebuah fungsi kepadatan probabilitas normal khusus dengan nilai mean (�x) = 0 dan deviasi standard (�x) = 1. Distribusi khusus ini dikenal sebagai distribusi normal standard (standard normal

distribution). Variabel acak dari distribusi normal standard ini biasanya

dinotasikan dengan Z. Untuk distribusi ini, terdapat tiga parameter, yaitu frekuensi total, rata-rata, dan simpangan baku, sehingga derajat kebebasan yang digunakan adalah jumlah kelas dikurangi dengan jumlah parameter yang digunakan (tiga).

( ) [ ] ⋅ = − x x

f e x

2 1 )

( 2 2

1 /

- µ σ

(42)

Dengan menerapkan ketentuan di atas, maka fungsi kepadatan probabilitas dari distribusi normal standard variabel acak kontinu Z adalah

Sedangkan fungsi distribusi kumulatif dari distribusi normal standard ini dinyatakan sebagai

Bentuk kurva fungsi kepadatan probabilitas dan fungsi distribusi kumulatif normal standard ditunjukkan oleh Gambar 2.8. berikut ini.

Gambar 2.8. Kurva Distribusi Normal

Karakteristik Distribusi Normaladalah sebagai berikut: 1. Modus (nilai x maksimun) terletak di �=� 2. Simetris terhadap sumbu vertikal melalui � 3. Mempunyai titik belok pada �= �±�

∞ ≤ ≤ ∞ − ⋅ = x z

fN e 2 1 ) 1 , 0 ; ( 2 2 z -π dt e 2 1 ) ( ) ( ) 1 , 0 ; ( 2 2 t -⋅ = Φ = ≤ =

∞ − π z

N z P Z z z

(43)

4. Memotong sumbu mendatar secara asimtotis

(44)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. TempatdanWaktuPenelitian

Penelitian dilakukan di UD.Pusaka Bakti yang merupakan industri kecil yang bergerak di bidang pengolahan sabut kelapa yang beralamat di Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang.Penelitian dilakukan mulai bulan Maret sampai dengan Desember 2015.

4.2. JenisPenelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif10

Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah adanya keluhanmusculoskeletal yang dirasakan pekerja dikarenakan ketidaksesuaian (deskriptif

research) berdasarkan studikasus, yaitupenelitian yang

berusahauntukmemaparkanpemecahanmasalah terhadap suatu masalah yang ada secarasistematisdan actual berdasarkan data-data.

4.3. ObjekPenelitian

Objek penelitian adalah semua pekerja di stasiun pengayakan yang berjumlah 2 orang dan berjenis kelamin pria.

4.4. Kerangka Berpikir

(45)

antara fasilitaskerja yang ada denganantropometritubuh pekerja sehinggamenimbulkanposturkerja yang tidakergonomis. Oleh karena itu dilakukan desain fasilitas kerja untukmendapatkanfasilitaskerja yang ergonomissesuaidenganantropometritubuh pekerja sehingga tercipta kondisikerja yang lebihbaik.

Kerangka berpikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1.

[image:45.595.82.553.278.645.2]

4.5. InstrumenPenelitia

Gambar 4.1. Kerangka Berpikir Penelitian

4.5. InstrumenPenelitian

Instrumenpenelitianyangdigunakanadalah:

1. Standard Nordic Questionnaire (SNQ), digunakan untuk mengidentifikasi

keluhan musculoskeletalyang dialami pekerja.

Masalah

-Adanya keluhan pekerja. -Minimnya fasilitas kerja

-Resiko cedera otot yang dialami pekerja saat bekerja.

Tujuan

Rancanganfasilitaskerja yang ergonomisuntukmeminimalkanresi

kocederaotot.

Proses identifikasidanperancangan

- Identifikasi keluhan dengan SNQ dan penilaian level resiko kerja dengan metode REBA.

(46)

2. Kamera Oppo, digunakan untuk mengambil foto postur tubuh pekerja dan merekam kegiatan pekerja saat proses pengayakan cocopeat.

3. Meteran, digunakan untuk mengukur dimensi fasilitas kerja yang tersedia di UD.Pusaka Bakti.

4. Human Body MartinModel YM-1. D,digunakan untuk mengukur dimensi

tubuh pekerja.

4.6. Metode Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari data primer dan data sekunder yaitu:

1. Data Primer

Data primer diperoleh berdasarkan pengamatan, wawancara atau eksperimen, yang meliputi:

a. Data risiko kerja diperoleh dengan melakukan penyebaran Standard

Nordic Questionaire (SNQ). Data ini berisi kategori keluhan berdasarkan

tidak sakit, agak sakit, sakit, dan sangat sakit yang diberi bobot untuk masing-masing kategorinya, dimana tidak sakit diberi bobot 0, agak sakit diberi bobot 1, sakit diberi bobot 2, dan sangat sakit diberi bobot 3.

b. Data postur kerja aktual dari pekerja pengayakan cocopeat diperoleh dengan mengambil foto saat operator bekerja.

c. Data dimensi antropometri pekerja diperoleh melalui pengukuran dimensi tubuh para pekerja.

(47)

a. Sejarah, gambaran umum dan organisasi perusahaan diperoleh melalui dokumentasi perusahaan.

4.7. MetodePengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan adalah:

1. Penentuan bagian tubuh pekerja yang mengalami keluhanmusculoskeletal. Penentuan bagian-bagian tubuh pekerja yang mengalami keluhan

musculoskeletal dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak sakit sampai

sangat sakit dapat diketahui berdasarkanpengolahan data Standard Nordic

Questionaire (SNQ).

2. Penilaian postur kerja dengan metode REBA.

Metode REBA digunakan dalam penilaian postur kerja untuk menilai faktor resiko keluhan musculoskeletal tubuh secara keseluruhan. Masing-masing tugas, penilaian dibagi atas masing-masing grup yang terdiri dari 2 grup yaitu: Grup A dan Grup B. Grup A terdiri postur kanan dan kiri dari batang tubuh (trunk), leher (neck), dan kaki (legs). Sedangkan grup B terdiri atas postur kerja kanan dan kiri lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm), dan pergelanggan tangan (wrist).

3. Penentuan dimensi untuk desain fasilitas kerja.

Pengolahan data dimensi tubuh pekerja dilakukan dengan: a. Uji keseragaman data

b. Uji kecukupan data

(48)

e. Menghitung persentil yang dibutuhkan

4.8. AnalisisPemecahanMasalah

Analisis pemecahan masalah mengacu pada analisishasilStandard Nordic

Questionnaire(SNQ), analisis terhadap postur kerja aktual. Analisis juga

dilakukan terhadap fasilitas aktual dan rancangan fasilitas kerja usulan.

4.9. Rancangan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagaiberikut:

1. Pada awal penelitian dilakukan studi pendahuluan untuk mengetahui kondisiperusahaan, proses produksi, dan informasi pendukung yang diperlukan sertastudi literatur tentang metode pemecahan masalah yang digunakan dan teoripendukung lainnya.

2. Tahapan selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data dengan melakukanpeninjauan secara langsung ke UD. Pusaka Bakti.

3. Data yang dikumpulkan ada dua jenis yaitu:

a. Data primer berupa data keluhan rasa sakit, posisi postur tubuh dan dimensitubuh pekerja yang diperoleh dengan pengamatan langsung denganmenggunakan instrumen penelitian.

(49)

6. Ditarik kesimpulan dan diberikan saran untuk penelitian

Langkah-langkah proses penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Mulai

Studi Pendahuluan: 1. Kondisi kerja di UD.Pusaka Bakti 2. Proses Pengayakan Cocopeat 3. Permasalahan yang ada

Studi Literatur: 1. Teori Buku

2. Referensi jurnal penelitian

Identifikasi Masalah:

Pada proses pengayakan cocopeat fasilitas kerja yang digunakan tidak sesuai dengan antropometri tubuh pekerja sehingga pekerja mengalami keluhan setelah selesai bekerja.

Tujuan Penelitian:

Mendesain fasilitas kerja di bagian pengayakan cocopeat

Pengolahan Data:

1. Pengolahan data kuisioner Standard Nordic Questionaire (SNQ)

3. Penilain postur kerja dengan metode REBA.

4. Penentuan dimensi yang dibutuhkan untuk perancangan fasilitas kerja.

5. Perancangan fasilitas kerja usulan sesuai dengan data antropometri.

Data Primer: - Data resiko kerja (SNQ) - Data Postur Kerja

- Data Dimensi antropometri pekerja

Data Sekunder: - Gambaran umum perusahaan - Nama mesin dan peralatan - Data organisasi perusahaan

Analisis Pemecahan Masalah: 1. Analisis SNQ

2. Analisis Postur Kerja

3. Analisis Fasilitas Aktual dan Analisis fasilitas usulan

Kesimpulan dan Saran

(50)

Gambar 4.2. Blok DiagramLangkah-langkah Proses Penelitian

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

5.1.1. Data Standard Nordic Questionnaire (SNQ)

Standard Nordic Questionnaire (SNQ) digunakan untuk mengetahui

keluhan yang dialami pekerja selama melaksanakan proses pengayakan cocopeat. Penilaian dengan Standard Nordic Questionnairemenentukan level keluhan

musculoskeletalyang dialami pekerja dengan pemberian bobot nilai, yaitu:

1. Tidak sakit diberikan bobot nilai 0, hal ini apabila pekerja tidak merasakan keluhan yang berarti terhadap bagian tubuh.

2. Agak sakit diberikan bobot nilai 1, hal ini apabila pekerja merasakan rasa nyeri sesekali saja ataupun kesemutan.

3. Sakit diberikan bobot nilai 2, hal ini apabila pekerja sering merasakan rasa nyeri terhadap bagian tubuh ataupun pegal.

4. Sangat sakit diberikan bobot nilai 3, hal ini apabila pekerja mengalami rasa pegal dan nyeri yang lama walaupun pekerjaan sudah selesai.

Pengumpulan data SNQ diberikan kepada pekerjadi stasiun pengayakan

(51)
[image:51.842.115.798.116.392.2]

Tabel 5.1. Data SNQ Pekerja Stasiun Pengayakan Cocopeat

Nama Pekerja

Nomor Dimensi

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

Pekerja 1 0 1 1 1 2 2 2 2 1 0 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2

Pekerja 2 1 1 1 1 2 3 2 3 2 0 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 3 3

Sumber: Kuesioner SNQ

Keterangan Nomor Dimensi Tubuh:

0.Sakit kaku di leher bagian atas 10.Sakit pada siku kiri 19.Sakit pada paha kanan 1.Sakit kaku di leher bagian bawah 11.Sakit pada siku kanan 20.Sakit pada lutut kiri 2.Sakit di bahu kiri 12.Sakit pada lengan bawah kiri 21.Sakit pada lutut kanan 3.Sakit di bahu kanan 13.Sakit pada lengan bawah kanan 22.Sakit pada betis kiri 4.Sakit lengan atas kiri 14.Sakit pada pergelangan tangan kiri 23.Sakit pada betis kanan 5.Sakit di punggung 15.Sakit pada pergelangan tangan kanan 24.Sakit pergelangan kaki kiri 6.Sakit lengan atas kanan 16.Sakit pada tangan kiri 25.Sakit pergelangankaki kanan 7.Sakit pada pinggang 17.Sakit pada tangan kanan 26.Sakit pada kaki kiri

(52)

5.1.2. Data Elemen Kegiatan pada Kondisi Aktual

Elemen kegiatan proses pengayakan ini dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Pengambilan Cocopeat

Pada kegiatan ini pekerja 1 mengambil bahan baku cocopeat dari stasiun pengurai dan tempat penumpukan cocopeat menggunakan beko, lalu menuangkan cocopeat pada area kerja stasiun pengayakan. Sketsa area kerja dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1. Sketsa Area Kerja Stasiun Pengayakan

Elemen kegiatan pengayakan dan postur kerja pekerja 1 yaiyu pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Elemen Kegiatan Pekerja 1

No Elemen Kegiatan Gambar

(53)

2. Pengayakan Cocopeat

Elemen kegiatan ini dilakukan oleh pekerja 2, elemen-elemen kegiatan pengayakan dan postur kerja pekerja 2 ditunjukkan pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Elemen Kegiatan Pekerja 2

No Elemen Kegiatan Gambar

1 Mengurai Cocopeat dari gumpalannya

2 Mengangkat

Cocopeat

(54)

3 Memasukkan

Cocopeat ke mesin

pengayak

4

Mengambil hasil ayakan menggunakan sekop

5 Memasukkan cocopeat kedalam karung

(55)

5.1.3. Data Fasilitas Kerja Aktual

Fasilitas kerja aktual di stasiun pengyakan sabut kelapa adalah: 1. Mesin Pengayak

Mesin pengayak yang digunakan pekerja dilengkapi motor penggerak yang digunakan untuk memutar mesin pengayak. Pengayak berukuran 20 mesh.Mesin pengayak aktual dapat dilihat pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2. Mesin Pengayak

5.1.4. Data Antropometri Pekerja

Data yang dikumpulkan adalah dimensi tubuh pekerja pengayakan

Cocopeat yang berjenis kelamin pria di UD. Pusaka Bakti. Data antropometri

pekerja yang diukur untuk perancangan meja penumpukan Cocopeat adalah: 1. Tinggi siku berdiri (TSB) digunakan sebagai penentuan ukuran tinggi meja

penumpukan Cocopeat dan beko.

(56)

3. Diameter genggaman (DG) digunakan untuk menentukan diameter genggaman beko.

4. Lebar Tangan (LB) digunakan untuk menentukan panjang pegangan beko. 5. Panjang lengan Bawah (PLB) digunakan untuk menentukan tinggi beko dan

tinggi meja.

Data dimensi tubuh pekerja UD.Pusaka Bakti dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Data Dimensi Tubuh Pekerja

No Nama Pekerja LT

(cm)

JT (cm)

DG (cm)

TSB (cm)

PLB (cm)

1 Pekerja 1 6,9 66,3 4 91.3 31

2 Pekerja 2 7,1 77,8 4.5 90.5 32

Sumber: Hasil Pengukuran

5.2. Pengolahan Data

5.2.1. Keluhan PekerjaBerdasarkan Kuisioner SNQ pada Stasiun

Pengayakan Cocopeat

Keluhan yang dirasakan oleh pekerja cocopeatdapat dilihat pada Gambar 5.3.dan Gambar 5.4.

(57)
[image:57.595.163.454.162.617.2]

1. Pekerja I

Gambar 5.3. Bagian Tubuh Pekerja I yang Mengalami Rasa Sakit

Keterangan:

Tidak Sakit Sakit

(58)
[image:58.595.176.450.160.614.2]

2. Pekerja II

Gambar 5.4. Bagian Tubuh Pekerja II yang Mengalami Rasa Sakit

Keterangan:

Tidak Sakit Sakit

(59)

Pekerja II merasakan sangat sakit pada bagian punggung, pinggang, kaki kiri dan kaki kanan dan merasakan sakit pada lengan atas kiri, lengan atas kanan, bokong, pergelangan tangan kiri, pergelangan tangan kanan, paha kiri, paha kanan, lutut kiri, lutu kanan, pergelangan kaki kiri dan pergelangan kaki kanan.

5.2.2. Penilaian Postur Kerja dengan Metode REBA

Penilaian postur kerja pada elemen mengurai cocopeat dapat dilihat pada Gambar 5.5.

Gambar 5.5. Postur Kerja Mengurai Cocopeat

Penilaian dilakukan terhadap tubuh bagian kanan dan kiripekerja pada elemen mengurai cocopeat. Penguraian cocopeat dilakukan dengan posisi membungkuk dan tangan kiri dan tangan kanan mengurai cocopeat.Penilaian tubuh bagian kanan dan kiri dilakukan dengan menggunakan lembar penilaian

[image:59.595.191.433.316.588.2]
(60)

dilakukan dengan memberikan skor pada kotak yang telah disediakan.Bagian tubuh yang dinilai pertama kali adalah leher, kaki, dan badan. Skor dari ketiga bagian tersebut lalu dimasukkan ke tabel A hingga diperoleh nilai dari tabel A. Nilai dari tabel A lalu ditambahkan dengan nilai pembebanan yang menghasilkan nilai skor A. Bagian tubuh yang dinilai berikutnya adalah pergelangan tangan, lengan bawah, dan lengan atas. Skor dari ketiga bagian tersebut lalu dimasukkan ke tabel B hingga diperoleh nilai dari tabel B.

Nilai dari tabel B lalu dijumlahkan dengan nilai genggaman yang menghasilkan nilai skor B. Nilai skor A dan B selanjutnya dimasukkan ke tabel C hingga menghasilkan nilai tabel C. Nilai skor REBA diperoleh dari penjumlahan nilai tabel C dan nilai aktivitas. Hasil dari penilaian untuk postur kerja pada gambar diatas dapat dilihat pada Gambar 5.6 dan 5.7.Berdasarkan penilaian REBA yang telah dilakukan terhadap tubuh bagian kanan dan kiri, didapatkan nilai skor REBA adalah 6 dan 6. Dapatdisimpulkan bahwa kegiatan mengurai

cocopeatberada dalam level risiko sedang sehingga perlu tindakan. Penilaian

postur kerja untuk semua elemen kegiatan dapat dilihat pada lampiran. Rekapitulasi hasil perhitungan postur kerja ditunjukkan pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Postur Kerja

No Elemen Kegiatan Bagian

Tubuh Skor

Tindakan Perbaikan Level Resiko 1 Membawa Cocopeat menggunakan beko

Kanan 7 Perlu tindakan Sedang Kiri 7 Perlu tindakan Sedang 2 Mengurai

Cocopeat

Kanan 6 Perlu tindakan Sedang Kiri 6 Perlu tindakan Sedang 3 Mengangkat

Cocopeat

(61)

Tabel 5.4. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Postur Kerja (Lanjutan)

No Elemen Kegiatan Bagian

Tubuh Skor

Tindakan Perbaikan

Level Resiko

4 Memasukkan Cocopeat

Kanan 6 Perlu tindakan Sedang Kiri 6 Perlu tindakan Sedang 5

Mengambil hasil ayakan

menggunakan sekop

Kanan 6 Perlu tindakan Sedang Kiri 7 Perlu tindakan Sedang 6 Memuat Cocopeat

kekarung

(62)

Atas

Nilai Lengan

Atas

1 Coe

Pengayakan Cocopeat Mengurai cocopeat

2

3

4

7 0 7

1

0 2

2

2

1 5 6

[image:62.842.151.739.89.417.2]

2

(63)
[image:63.842.136.749.100.437.2]

Gambar 5.7.Lembar Penilaian REBA Elemen Kegiatan Pekerja Mengurai CocopeatTubuh Bagian Kiri

Atas

Nilai Lengan

Atas 2

Coe

Pengayakan Cocopeat Mungarai Cocopeat

2

3

4

7 0 7

1

0 2

2

2

1 5 6

(64)

5.2.3. Perhitungan Data Antropometri

Data dimensi tubuh pekerja UD. Pusaka Bakti tidak cukup sebagai acuan dalam perancangan fasilitas kerja usulan, sehingga dilakukan penambahan data dimensi tubuh dari database Laboratorium Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja seperti terlihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Dimensi Tubuh

No

Responden LT (cm) JT(cm) DG(cm) TSB (cm) PLB (cm)

1 6,9 66,3 4 91.3 31

2 7,1 77,8 4.5 90.5 32

3 7,7 65,3 5 93.3 35

4 7,5 73,6 4 95 32

5 7,9 70,4 3.5 95 30

6 7,7 67 4.4 88.5 24.1

7 8,1 75 5.2 101.2 26.5

8 8 65 4.6 97.4 26.3

9 7,3 79 4.5 98.4 25.3

10 7,8 78 4.7 98.6 27.6

11 7,6 67 4 104 25

12 8 72,5 4 104 28

13 7 74,5 3 100 27

14 7,3 66,4 3.5 95 26

15 7,1 65 4.1 97 23

16 7,4 78 4.1 100 26

17 7,5 67 4.3 97.5 23

18 7,6 67 4 108.2 27

19 7,7 65 3.2 98.5 23.5

20 7,9 73 4.2 101 25

21 7,5 69 5 101 27

22 7,1 66,5 4.6 105 27

23 7,7 75 4.4 103 26

24 6,9 77 5 100 27

25 7 73 5.3 106 27

(65)

No

Responden LT (cm) JT (cm) DG (cm) TSB (cm) PLB (cm)

26 7,9 66 3 94 24

27 7,3 64 4.3 90 25

28 7,7 63 4.2 88 23

29 7,4 68 4.3 107 28

30 7,5 66 4.4 100.6 35

31 7,7 67 4.9 105.6 38

32 8 68 4.8 106.2 38

33 7,1 64 4.8 115.6 36

34 7,7 66 4.6 97.3 32

35 7,7 67 5 111.5 28

36 8 72,2 5.2 112 31

37 7,9 76 5 105 28

38 7,6 71 4 92.5 21

39 7,1 60 4.2 97.2 32

40 7,4 73 4.3 91.2 32

41 7,8 77,5 4.5 107 39

42 7,1 69 4,6 102 30

Sumber: Laboratorium Ergonomi dan PSK dan UD.Pusaka Bakti

5.2.3.1.Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, Nilai Maksimum dan

Minimum

Adapun persamaan yang digunakan dalam menghitung nilai rata-rata, standard deviasi, nilai minimum dan maksimum pada setiap pengukuran adalah : 1. Perhitungan nilai rata-rata

Perhitungan nilai rata-rata pada masing-masing dimensi tubuh hasil pengukuran dapat ditentukan dengan rumus:

n X

n

X X

X + + + n =

n

=

(66)

Dimana :

n = Banyaknya pengamatan

n X

Σ = Jumlah pengamatan ke n

X

= X rata-rata Contoh :

Nilai rata-rata pada data Lebar Tangan (LT) adalah:

54 , 7 42 8 , 7 ... 7 , 7 1 , 7 9 , 6 = + + + + = X

2. Nilai Minimum dan Maksimum

Nilai minimum adalah nilai terkecil dari hasil pengukuran setelah data diurutkan, sedangkan nilai maksimum adalah nilai yang terbesar dari data hasil pengukuran setelah data diurutkan.

Contoh :

Nilai minimum dan maksimum pada data Lebar Tangan (LT) adalah :

10 , 8 90 , 6 min = = maks X X

3. Nilai Standard Deviasi

Untuk menentukan nilai standard deviasi yaitu standart penyimpangan dari nilai rata-ratanya pada masing-masing dimensi tubuh hasil pengukuran dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

(

)

1 n

X

Xi 2

− − =

σ

(67)

Nilai standard deviasi pada data Lebar Tangan (LT) adalah: 1 42 ) 54 , 7 8 , 7 ( ... ) 54 , 7 1 . 7 ( ) 54 , 7 9 , 6

( 2 2 2

− + + − − + − = σ

σ = 0,34

Perhitungan nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum dan minimum dari data hasil pengukuran 5 dimensi tubuh dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.6.Hasil Pengukuran dengan X,σ , Xmin, Xmax

Dimensi Rata-rata X-max X-min Σ

LT 7,54 8,10 6,90 0,34

JT 69,80 79,00 60,00 5,00

DG 4,51 5,30 4,00 0,40

TSB 98,71 108,20 88,00 5,64

PLB 28.47 39,00 21,00 4.50

5.2.3.2.Uji Keseragaman Data

Uji keseragaman data digunakan untuk pengendalian proses bagian data yang ditolak atau tidak seragam karena tidak memenuhi kriteria. Apabila dalam satu pengukuran terdapat satu jenis atau lebih data tidak seragam maka data tersebut akan langsung ditolak dan dilakukan revisi data tidak seragam dengan cara membuang data yang out of control tersebut dan melakukan perhitungan kembali. Pada percobaan ini digunakan tingkat keyakinan 95% dan tingkat ketelitian 5% dan direvisi sebanyak 3 kali.

Untuk menguji keseragaman data digunakan peta kontrol dengan persamaan berikut :

σ

2

+

= X

(68)

Jika X min> BKB dan Xmax< BKA maka Data Seragam

Jika X min< BKB dan Xmax> BKA maka Data Tidak Seragam

Contoh:

Hasil uji keseragaman data pada Lebar Tangan(LT) adalah:

) 34 , 0 ( 2 54 , 7

2 = +

+

= X σ

BKA = 8,22

) 34 , 0 ( 2 54 , 7

2 = −

= X σ

BKB = 6,86

Kesimpulan, karena hasil pengukuran menyatakan tidak ada data LT yang berada diatas BKA atau Xmaks > BKA maka data hasil pengukuran yang dilakukan seragam untuk melakukan perancangan produk. Oleh karena itu tidak perlu dilakukan revisi.

Tabel 5.7.Hasil Pengukuran dengan X,σ , Xmin, Xmax, BKA dan BKB

Dimensi Rata-rata X-max X-min Σ BKA BKB Ket

LT 7,54 8,10 6,90 0,34 8,22 6,86 S

JT 69,80 79,00 60,00 5,00 79,80 59,80 S

DG 4,51 5,30 4,00 0,40 5,31 3,71 TS

TSB 98,71 108,20 88,00 5,64 110,00 87,42 TS

PLB 28.47 39 21 4.49 37.46 19.48 TS

(69)

Gambar 5.8. Peta Kontrol Data Antropometri Lebar Tangan

[image:69.595.157.469.332.722.2]

Gambar 5.9. Peta kontrol Data Antropometri Jangkauan Tangan

Gambar 5.10. Peta kontrol Data Antropometri Diameter Genggaman

6 9

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40

LT

BKB

BKA

55 65 75 85

1 3 5 7 9 11131517192123252729313335373941

JT

BKB

BKA

1 3 5 7

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40

DG

BKB

(70)

Gambar 5.11. Peta kontrol Data Antropometri Tinggi Siku Berdiri

Gambar 5.12. Peta kontrol Data Antropometri Panjang Lengan Bawah

Dari peta kontrol dimensi tubuh diatas terdapat beberapa data yang out of

control seperti terlihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Data Dimensi Tubuh yang Out Of Control

80 90 100 110

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41

TSB

BKB

BKA

15 20 25 30 35 40 45

1 3 5 7 9 11131517192123252729313335373941

PLB

BKB

(71)

No Dimensi Tubuh Data yang Out of Control

1 Diameter Genggaman 3,5 dan 3,5

2 Tinggi Siku Berdiri 112

3 Panjang Lengan

Bawah 38, 38 dan 39

Setelah dilakukan revisi 1 masih terdapat data-data yang out of control sehingga harus dilakukan revisi untuk mendapatkan keseragaman data.Peta kontrol revisi I dapat dilihat pada Gambar 5.13, Gambar 5.14 dan 5.15.

Gambar 5.13. Peta Kontrol Revisi I Data Antropometri Diameter Genggaman

Gambar 5.14. Peta Kontrol Revisi I Data Antropometri Tinggi Siku Berdiri

3 4 5 6

1 3 5 7 9 1113151719212325272931333537

DG

BKB

BKA

80 90 100 110 120

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40

TSB

BKB

(72)

Gambar 5.15. Peta Kontrol Revisi I Data Antropometri Panjang Lengan Bawah

Hasil pengolahan data revisi I dapat dilihat pada Tabel 5.9.dibawah ini.

Tabel 5.9. Uji Keseragaman DataRevisi I

No. Dimensi X Σ X-max X-min BKA BKB Ket

1 DG 4,46 0,45 3,50 0,45 5,36 3,56 TS

2 TSB 99,36 6,20 112,00 88,00 111,77 86,95 TS 3 PLB 27.69 3.65 36,00 21,00 35,00 20.39 TS

Setelah dilakukan revisi II masih terdapat data-data yang out of control sehingga harus dilakukan revisi untuk mendapatkan keseragaman data.Peta control revisi II dapat dilihat pada Gambar 5.16, Gambar 5.17 dan Gambar 5.18.

Gambar 5.16. Peta Kontrol Revisi II Data Antropometri Diameter Genggaman

17 22 27 32 37

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37

PLB

BKB

BKA

3 4 5 6

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35

DG

BKB

(73)

Gambar 5.17. Peta Kontrol Revisi II Data Antropometri Tinggi Siku Berdiri

Gambar 5.18. Peta Kontrol Revisi II Data Antropometri Panjang Lengan Bawah

Berdasarkan gambar peta kontrol dimensi tubuh diatas diameter genggam sudah seragam.Sedangkan dimensi tubuh tinggi siku berdiri dan panjang lengan bawah masih terdapat data-data yang out of control sehingga harus dilakukan revisi III untuk mendapatkan keseragaman data.Hasil pengolahan data revisi II dapat dilihat pada Tabel 5.10.dibawah ini.

80 90 100 110 120

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37

TSB

BKB

BKA

15 20 25 30 35

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35

PLB

BKB

(74)

Tabel 5.10. Uji Keseragaman DataRevisi II

No. Dimensi X Σ X-max X-min BKA BKB Ket

1 DG 4,51 0,40 5,30 4,00 5,31 3,71 S

2 TSB 99,04 5,98 111,50 88,00 110,90 87,17 TS 3 PLB 27.04 2.98 32.00 21.00 33.00 21.07 TS

Setelah dilakukan revisi III semua data dimensi tubuh sudah seragam.Hasil pengolahan data revisi III dapat dilihat pada Tabel 5.11.dibawah ini.

Tabel 5.11. Uji Keseragaman DataRevisi III

No. Dimensi X Σ X-max X-min BKA BKB Ket

1 LT 7,54 0,34 8,10 6,90 8,22 6,86 S

2 JT 69,80 5,00 79,00 60,00 79,80 59,80 S

3 DG 4,51 5,30 4,00 0,40 5,31 3,71 S

4 TSB 98,71 5,64 108,20 88,00 110,00 87,42 S 5 PLB 27.21 2.83 32.00 23.00 32.88 21.55 S

5.2.3.3.Uji Kecukupan Data

Dari tabel dan gambar diatas dapat dilihat bahwa data yang didapatkan sudah seragam.Selanjutnya dilakukan uji kecukupan data yang digunakan untuk menganalisa jumlah pengukuran apakah sudah representatif, dimana tujuannya untuk membuktikan bahwa data sampel yang diambil sudah mewakili populasi.

Untuk uji kecukupan data dengan tingkat ketelitian 5% (s =0,05) dan tingkat keyakinan 95% (k = 2)digunakan persamaan :

( )

2

2 2 '           =

X X X N s k N

Dimana: k = nilai z pada tabel normal dari tingkat keyakinan s = Tingkat ketelitian

(75)

( )

2 2 2 05 , 0 2 '           =

X X X N N

(

)

2 2 2 40 '           =

X X X N N

Jika, N`<N maka data sudah cukup untuk melakukan perancangan N`>N maka data belum cukup untuk melakukan perancangan. Contoh :

Data Lebar Tangan (LT) adalah ∑ X = 309,1

∑ X2 = 2334,95 Maka : 1841 , 3 309,1 (309,1) ) 95 , 2334 ( 42 40 ' 2 2 =         = N Kesimpulan:

N’ = 3,1841< N data = 42

Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan perancangan beko.

(76)

Tabel 5.12. Uji Kecukupan Data

No Dimensi N N` Keterangan

1 LT 42 3,1841 Data Cukup 2 JT 42 8,0085 Data Cukup 3 DG 36 12,1332 Data Cukup 4 TSB 38 5,0918 Data Cukup 5 PLB 34 16,8428 Data Cukup

5.2.3.4.Uji Kenormalan Data dengan Kolmogorov-Smirnov

Setelah dilakukan uji kecukupan data, selanjutnya dilakukan uji Normal dengan Kolmogorov-Smirnov Testyang digunakan untuk menguji Goodness of fit (kesesuaian) antara frekuensi hasil pengamatan dengan frekuensi yangdiharapkan,yang tidak memerlukan anggapan tertentu tentang bentuk distribusi populasi dari mana sampel diambil.

Adapun produk yang akan dianalisa dan dirancang adalah meja wadah

cocopeat dan beko. Dalam hal ini terdapat 5dimensitubuh manusia yang

berhubungan dengan meja wadah cocopeat dan beko, maka dilakukan uji normal dengan Kolmogorov-Smirnov Test terhadap dimensi-dimensi tersebut yaitu: LT (Lebar Tangan), JT (Jangkauan Tangan), DG (Diameter Genggam), TSB (Tinggi Siku Berdiri) dan PLB (Panjang Lengan Bawah).

Contoh:

Uji Kolmogorov-Smirnov untuk dimensi Lebar Tangan sebagai berikut: 1. Data dari hasil pengamatan mengenai Dimensi lebar tangandiurutkan mulai

(77)

2. Dari data pengamatan yang telah kita urutkan dan diberi nomor, selanjutnya hitung nilai Fa(X)-nya, yaitu dengan:

data total

data nomor X

Fa( )=

Misalnya, data nomor 1 dan jumlah datanya 42, maka :

42 1 ) (X =

Fa = 0.0244

3. Hitung nilai Z.

Diketahui :X = 7,539 ;X = 6,9 ; dan σ = 0,3405, maka:

8767 . 1 3405 , 0 539 , 7 9 , 6 − = − = − = Xσ X

Z

4. Dari nilai Z yang didapat, cari nilai Fe(X) dengan melihat tabel distribusi normal.

Nilai Z = -1.8767 maka pada tabel distribusi normal kita mendapati Z -1.8767=0.0303. Nilai tersebut kita notasikan dengan Fe(X).

5. Hitung selisih nilai Fa(X) dengan Fe(X) dan diberi tanda mutlak, serta notasikan dengan D.

Fa(X) = 0.0244 ;Fe(X) =0.0303, maka : D = |Fa(X) – Fe(X)|

Gambar

Tabel 3.11. Persentil dan Cara Perhitungan  Dalam Distribusi Normal
Gambar 4.1. Kerangka Berpikir Penelitian
Tabel 5.1. Data SNQ Pekerja Stasiun Pengayakan Cocopeat
Gambar 5.3. Bagian Tubuh Pekerja I yang Mengalami Rasa Sakit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini transduser ultrasonik digunakan untuk mengukur tingkat kekasaran secara relatif dengan memanfaatkan sifat pantulan yang dimiliki ultrasonik

Pencatatan data penerimaan antara lain meliputi jenis barang logistik dan peralatan apa saja yang dimasukkan ke dalam gudang, berapa jumlahnya, bagaimana keadaannya, siapa yang

Menganalisis perbedaan tingkat kecukupan energi protein dan status kesehatan anak yang memanfaatkan dan tidak memanfaatkan makanan sekolah di Sekolah Dasar Islam Terpadu

Hasil penelitian ini, yaitu kesalahan pada tataran ejaan dalam majalah Pandawa IAIN Surakarta, terdapat kesalahan penulisan huruf kapital, kata yang dicetak

Salah satunya adalah dengan menggunakan algoritma backpropagation untuk mendapatkan nilai prediksi kondisi keuangan yang dapat digunakan untuk membantu menentukan perencanaan

1) Melakukan eksplorasi data untuk melihat gambaran umum pelayanan kesehatan ibu hamil di Indonesia. 2) Melakukan analisis cluster berhirarki (pautan tunggal, pautan lengkap,

merupakan model prosedural, yaitu model yang bersifat deskriptif yang menunjukkan langkah- langkah yang jelas dan cermat untuk menghasilkan produk, (2) tahap-tahap pengembangan

Pendidikan tinggi akuntansi yang menghasilkan lulusan dalam bidang akuntansi saat ini dituntut untuk tidak hanya menghasilkan lulusan yang menguasai kemampuan di