• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Karakteristik Dan Perilaku Wanita Wirausaha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Karakteristik Dan Perilaku Wanita Wirausaha"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN PERILAKU

WANITA WIRAUSAHA

INDAH PURWANTI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Karakteristik dan Perilaku Wanita Wirausaha adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

INDAH PURWANTI. Analisis Karakteristik dan Perilaku Wanita Wirausaha. Dibimbing oleh BURHANUDDIN.

Adanya krisis ekonomi merupakan akibat dari pertumbuhan ekonomi dunia yang menurun sehingga menyebabkan timbulnya masalah pengangguran. Salah satu solusinya yaitu dengan jalur wirausaha. Kewirausahaan merupakan salah satu faktor pendorong kemajuan perekonomian Indonesia. Hal tersebut tidak hanya dilakukan oleh pria saja, wanita juga. Saat ini, peranan wanita wirausaha memang masih menjadi minoritas, namun perkembangan wirausaha dalam suatu negara tidak lepas dari partisipasi dan peran wanita. Peran tersebut dimainkan oleh keberadaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yaitu warung kelontong. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis karakteristik personal, karakter wanita, dan perilaku wanita wirausaha serta menganalisis hubungan antara karakteristik personal, karakter wanita dengan perilaku wanita wirausaha. Metode pengumpulan sampel yaitu snowball dan quota sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Alat analisis yang digunakan adalah deskriptif, Chi-Square dan Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat karakter wanita yang memiliki hubungan signifikan dengan perilaku wanita wirausaha pada taraf nyata 0.01 dan 0.05. Sedangkan, hanya beberapa karakteristik personal yang memiliki hubungan nyata dengan perilaku wanita wirausaha.

Kata kunci: karakter, perilaku, wanita, warung kelontong, wirausaha

ABSTRACT

INDAH PURWANTI. Characteristic and Behaviour Analysis of Women Entrepreneur. Supervised by BURHANUDDIN.

Crisis of economic was result of declining world economic growth that make unemployment over there. The entrepreneurship was the right way for this problem. Entrepreneurship is one of the Indonesian economic driving progress. It is not only conducted by the men, women too. Nowdays, women entrepreneur were minority, but entrepreneurship in some country can not be separated from the participant and role of women. The role was from micro, small, and medium entreprises (UMKM) such as a grocery store. The goal of this research is to analyze the personal characteristic, entrepreneur character, behaviour of women entrepreneur, and also analyze the relationship between personal characteristic, enrepreneur character with behaviour of women entrepreneur. The sample generating method is snowball and quota sampling. Instrument used is questionnaire. The analysis tools used are descriptive, chi-square and rank spearman. The result of this research shows that there is a relation between of women character and behaviour of women entrepreneur on the real level of 0.01 and 0.05. However, there is only a few personal characteristic which has a significant relation with behaviour of women entrepreneur.

(6)
(7)

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN PERILAKU

WANITA WIRAUSAHA

INDAH PURWANTI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah kewirausahaan, dengan judul Analisis Karakteristik dan Perilaku Wanita Wirausaha.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Burhanuddin MM selaku dosen pembimbing, Dr Ir Netti Tinaprila MM selaku dosen evaluator pada kolokium dan dosen penguji utama pada sidang, dan Dr Ir Wahyu Budi Priatna MM sebagai dosen penguji komisi pendidikan yang telah banyak memberi saran. Penghargaan terbesar penulis hadiahkan kepada Ayah dan Ibu tercinta, serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya. Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada seluruh teman-teman Alih Jenis Agribisnis angkatan 4, Dicky Umbara, Melinda Fatmawati, Eka dari Sekolah Pascasarjana Statistika, dan teman-teman sebimbingan skripsi Jusni Erina Purba dan Noverina Amanda.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 4

Tujuan 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 6

Wanita Wirausaha 6

Karakteristik Personal 7

Karakter Wirausaha 7

Perilaku Kewirausahaan 8

KERANGKA PEMIKIRAN 9

Kerangka Pemikiran Teoritis 9

Wirausaha dan Kewirausahaan 9

Wanita Wirausaha (Women Entrepreneur) 10

Karakteristik Personal 12

Karakter Wirausaha 12

Perilaku Kewirausahaan 13

Karakteristik Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia 15

Kerangka Pemikiran Operasional 16

METODE PENELITIAN 17

Lokasi dan Waktu Penelitian 17

Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 18

Data dan Instrumensi 18

Jenis dan Sumber Data 18

Instrumensi 18

Metode Pengumpulan Data 19

Metode Pengolahan Data 20

Analisis Statistika Deskriptif 20

Analisis Korelasi Rank Spearman 21

Analisis Chi-Square 22

Definisi Operasional 22

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 23

Warung Kelontong 23

Wilayah Kecamatan Bogor Barat 25

HASIL DAN PEMBAHASAN 26

Karakteristik Personal 26

Usia 26

Tingkat Pendidikan 26

Jumlah Anggota Keluarga 27

Status Pekerjaan Suami 28

Lama Usaha 28

Karakter Wirausaha 29

(14)

Hubungan Karakteristik Personal dengan Perilaku Wanita Wirausaha 34 Hubungan Karakter Wirausaha dengan Perilaku Wanita Wirausaha 37

SIMPULAN DAN SARAN 40

SIMPULAN 40

SARAN 41

DAFTAR PUSTAKA 41

LAMPIRAN 45

(15)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah unit UMKM dan usaha besar di Indonesia (ribu unit) 3

2 Distribusi responden menurut usia pada wanita wirausaha warung 26

3 Distribusi responden menurut tingkat pendidikan pada wanita wirausaha 27

4 Distribusi responden menurut jumlah anggota keluarga pada wanita 28

5 Distribusi responden menurut status pekerjaan suami pada wanita 28

6 Distribusi responden menurut lama usaha pada wanita wirausaha warung 29

7 Tingkat kekuatan karakter wirausaha pedagang warung kelontong 29

8 Hasil perhitungan nilai standar deviasi pada perilaku wanita wirausaha 30

9 Distribusi responden menurut perilaku wanita wirausaha 30 10 Hasil uji Rank Spearman antara karakteristik personal terhadap perilaku 34 11 Hasil uji Chi-Square antara karakteristik personal dengan perilaku wanita 34 12 Hubungan antara karakter wanita terhadap perilaku wanita wirausaha 37

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran karakteristik dan perilaku wanita wirausaha 17 2 Contoh warung kelontong di kecamatan Bogor Barat 24

3 Wilayah kecamatan Bogor Barat 25

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji validitas dan reliabilitas 45

2 Hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakter wirausaha dengan perilaku

wanita wirausaha 49

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan salah satu cara untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Selain memberikan dampak positif, adanya pembangunan juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh berbagai masalah. Selama ini pembangunan hanya memprioritaskan perkembangan pada sektor ekonomi, sedangkan sektor lain hanya bersifat menunjang atau melengkapi sektor ekonomi. Adanya krisis ekonomi merupakan salah satu akibat dari pertumbuhan ekonomi dunia yang menurun sehingga menyebabkan timbulnya masalah baru yaitu tenaga kerja dan kesempatan kerja. Hal ini menjadi masalah yang sangat serius bagi bangsa Indonesia, ketika banyaknya industri-industri besar harus mengurangi jumlah tenaga kerjanya yang disebabkan oleh krisis ekonomi dunia. Pengurangan jumlah tenaga kerja tersebut menimbulkan keresahan sosial. Banyaknya jumlah penduduk di Indonesia menyebabkan terjadinya penawaran tenaga kerja yang berlebihan, sehingga memicu bertambahnya angka pengangguran karena permintaan tenaga kerja di pasar tenaga kerja yang semakin terbatas.

Salah satu solusi mengatasi masalah pengangguran adalah dengan berusaha menciptakan lapangan pekerjaan sendiri melalui jalur wirausaha. Berdasarkan fakta tersebut, kewirausahaan (entrepreneurship) akan memiliki peranan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia khususnya dalam mengatasi masalah pengangguran. Semakin banyak jumlah orang-orang yang berwirausaha tentunya akan meningkatkan kesempatan kerja bagi para pengangguran. Di Indonesia, kesempatan kerja dengan berwirausaha dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh semua jenjang karakteristik angkatan kerja Indonesia, sehingga selain mampu menciptakan lapangan pekerjaan, juga dapat menyerap angkatan kerja Indonesia yang semakin meningkat setiap tahunnya.

Keberadaan para wirausahawan juga dapat mengentaskan kemiskinan, menyejahterakan masyarakat, serta sebagai generator pembangunan ekonomi negara dan tentunya dapat mengurangi tingkat kriminalitas. Harefa dan Siadari (2006) menyatakan bahwa sejarah pun membuktikan para wirausahawanlah yang sering kali menjadi motor perubahan perekonomian, tidak hanya pada saat perekonomian negara sedang berjaya, melainkan juga ketika perekonomian negara sedang berada pada saat-saat sulit.

Data BPS (2012) melaporkan bahwa perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Indonesia tahun 2011 memiliki persentase sebesar 50.37 dan 49.63 persen1. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah penduduk di Indonesia lebih didominasi oleh laki-laki. Meskipun demikian, perempuan memiliki peran yang sama seperti laki-laki dalam pembangunan nasional Indonesia. Casson et al. dalam Sumantri (2013) menyatakan bahwa perkembangan kewirausahaan saat ini masih dikuasai oleh kaum pria. Hal tersebut dikarenakan secara historis kewirausahaan merupakan bidang kekuasaan bagi

1

(18)

kaum pria. Peranan women entrepreneur atau biasa disebut wanita wirausaha memang masih menjadi minoritas, namun secara keseluruhan dinamika perkembangan wirausaha dalam suatu negara tidak lepas dari partisipasi dan peran wanita. Jati (2009) mengemukakan bahwa partisipasi perempuan sebagai wirausaha meningkat cukup tajam selama satu dekade terakhir dan ternyata makin signifikan baik di negara maju maupun negara-negara sedang berkembang. Meski demikian, pertumbuhan jumlah perempuan pemilik usaha (women-owned business) secara sistematis tetap lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki.

Berdasarkan data BPS (2009), terdapat 3.9 juta perempuan angkatan kerja yang termasuk ke dalam pengangguran dan 30 juta perempuan yang hanya bekerja mengurus rumah tangga dan tidak mandiri secara ekonomi. Jika pun mereka bekerja, 72 persen dari perempuan Indonesia bekerja di sektor pertanian, 28 persen bekerja di sektor non-pertanian dan 19.63 persen bekerja di sektor informal. Data juga menunjukkan bahwa penghasilan pekerja perempuan 50 persen lebih rendah dibandingkan pekerja laki-laki.

Di Indonesia, keberadaan wirausaha menjadi sangat penting dan memiliki kontribusi yang besar bagi perekonomian Indonesia. Peran tersebut dimainkan oleh keberadaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dapat menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan. Pengusaha UMKM merupakan fondasi bagi perkembangan ekonomi di Indonesia. Pengusaha mikro, kecil dan menengah menjadi motor inovasi dan perkembangan nasional karena dapat membuka lapangan pekerjaan, menyediakan barang dan jasa nasional serta berkontribusi dalam PDB dan memberantas kemiskinan sehingga keberadaannya dianggap sangat penting.

Salah satu pelaku ekonomi yang memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan UMKM adalah wanita wirausaha. Menurut Tambunan (2012), UMKM baik di negara-negara berkembang atau miskin, termasuk Indonesia, banyak wanita melakukan kegiatan ekonomi di luar rumah seperti menjadi pedagang kecil, pemilik warung, atau membantu suami mengelola usaha rumahtangga semata-mata untuk menambah pendapatan keluarga. Partisipasi wanita wirausaha dalam pertumbuhan ekonomi sangatlah penting, tidak hanya untuk menurunkan tingkat kemiskinan di kalangan perempuan, tetapi juga sebagai langkah penting menuju peningkatan pendapatan rumah tangga dan mendorong pembangunan ekonomi negara secara keseluruhan. Saat ini, peran wanita sebagai pelaku usaha mikro, kecil dan menengah dalam perekonomian Indonesia lambat laun ternyata makin meningkatkan perekonomian rakyat. Data kepemilikan UMKM menunjukkan bahwa sebanyak 60 persen usaha mikro dikelola oleh wanita yang menjadi energi bagi perkembangan ekonomi2.

Saat ini jumlah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, dimana pertumbuhan rata-rata sebesar 2.40 persen atau rata-rata tumbuh 1 281 245 unit setiap tahunnya, Jumlah tersebut mampu menyerap tenaga kerja sebesar 107 657 509 orang pada tahun 2012 (Depkop 2013). Dengan demikian, secara keseluruhan pangsa pasar UMKM mencapai 99 persen dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 97.16 persen,

2

(19)

sementara sisa pangsanya dimiliki oleh Usaha Besar. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah unit UMKM dan usaha besar di Indonesia (ribu unit)

Skala

Sumber: Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2013, diolah

Rata-rata pertumbuhan UMKM menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, terutama usaha menengah dengan pertumbuhan 5.43 persen per tahun. Keberadaan wirausaha wanita dalam Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah realitas kehidupan ekonomi sebagian besar masyarakat Indonesia. Peran wanita sebagai pelaku usaha mikro dalam perekonomian Indonesia lambat laun ternyata makin meningkatkan perekonomian rakyat. Oleh karena itu, peluang untuk meningkatkan UMKM melaluli kontribusi dari wanita wirausaha sangat besar.

Salah satu UMKM yang banyak diminati oleh wanita wirausaha yaitu usaha warung kelontong. Warung kelontong merupakan salah satu dari beragam jenis usaha yang banyak dijalankan oleh wanita wirausaha. Biasanya yang diperjualbelikan di warung kelontong merupakan bahan-bahan sembako, jajanan makanan dan minuman ringan, keperluan sehari-hari, dan sebagainya. Terdapat 3 kelebihan menjadi ibu rumah tangga sekaligus menjadi pemilik usaha warung kelontong, yakni:

1. Dapat memberikan banyak waktu dan perhatian terhadap perkembangan anak-anak karena keduanya berada dalam satu lokasi yang sama.

2. Dapat memberikan tambahan bagi pendapatan keuangan keluarga, bahkan bagi sebagaian orang menjadi sumber pendapatan keluarga yang utama. 3. Dapat memberikan kesempatan bagi usahanya untuk berkembang menjadi

lebih terorganisir, memberikan banyak waktu agar belajar dari proses bagaimana mengembangkan usaha yang sedang dirintis. Karena pada umumnya usaha di rumah ini dapat dimulai dari modal yang kecil, biaya operasional yang lebih kecil, dan dapat dimulai saat ini juga.

(20)

Desakan akan kebutuhan ekonomi yang semakin lama semakin meningkat menjadi alasan mengapa beberapa wanita wirausaha tersebut berinisiatif untuk menjalankan usaha warung kelontong.

Rumusan Masalah

Kesadaran wanita Indonesia untuk maju dan berkembang dalam ekonomi dan keluarga dapat membantu peningkatan dan berkembangnya bibit-bibit jiwa wanita wirausaha. Kondisi krisis ekonomi secara tidak langsung mendukung tumbuhnya jiwa kewirausahaan kaum wanita dalam rangka menciptakan kemandirian ekonomi pribadi dan keluarga. Hal yang terpenting dari fakta tersebut yaitu kaum wanita dapat mandiri tanpa harus tergantung pada suaminya dalam batas-batas tertentu. Disamping itu, dengan adanya jiwa kewirausahaan, maka kaum wanita juga bisa memiliki kemandirian secara finansial dalam keluarga sehingga wanita wirausaha memiliki kekuatan sendiri untuk melakukan apapun, serta membuka akses ke semua jaringan.

Dalam Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM Nomor 1 Tahun I - 2006 menjelaskan bahwa wanita berpotensi untuk melakukan berbagai kegiatan produktif yang menghasilkan dan dapat membantu ekonomi keluarga dan lebih luas lagi ekonomi nasional. Pada kenyataannya, banyak kaum wanita yang hingga kini belum menyadari kemampuan mereka untuk berwirausaha. Hal yang menjadi seringkali menjadi pertimbangan yaitu karena adanya kewajiban dalam rumah tangga yang harus dilakukan setiap hari. Padahal hal tersebut dapat diselesaikan dengan baik, sehingga tidak ada yang harus dikorbankan ketika seorang wanita ingin memulai berwirausaha.

Terjadinya krisis ekonomi merupakan salah satu dampak dari terpuruknya sektor industri, namun sektor informal justru masih mampu bertahan. Sektor informal sangat membantu kepentingan masyarakat dalam menyediakan lapangan pekerjaan dengan penyerapan tenaga kerja secara mandiri atau menjadi safety belt bagi tenaga kerja yang memasuki pasar kerja, selain untuk menyediakan kebutuhan masyarakat golongan menengah ke bawah. Pada umumnya, sektor informal lebih sering dianggap mampu bertahan hidup dibandingkan sektor usaha lain. Hal ini terjadi karena sektor informal relatif lebih bebas atau tidak tergantung pada pihak lain, khususnya menyangkut permodalan dan lebih mudah untuk beradaptasi dengan usahanya.

(21)

Wanita wirausaha memiliki karakteristik dan perilaku yang berbeda dengan pelaku wirausaha pria karena wanita wirausaha menjalankan peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pengusaha. Pemilihan keputusan untuk menjadi wanita wirausaha dalam menjalankan usaha warung kelontong tersebut biasanya didominasi oleh kebutuhan akan peningkatan pendapatan rumah tangga dan untuk memanfaatkan waktu luang sebagai ibu rumah tangga. Dalam hal ini, wanita wirausaha merupakan pihak utama yang berperan dalam keberlangsungan usahanya.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi wanita wirausaha dalam meningkatkan kemampuan kewirausahaannya. Namun, dari sekian banyak faktor tersebut, penelitian ini memfokuskan pada beberapa faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi perilaku wirausaha, yaitu dari segi sumberdaya manusia (SDM) dalam hal ini wanita wirausaha sebagai pelaku usahanya. Faktor karakteristik, baik karakteristik personal maupun karakter wirausaha, diperkirakan mempengaruhi perilaku wanita wirausaha dalam mengelola usahanya sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya. Namun, pada kenyataannya, setiap individu memiliki karakteristik dan perilaku yang berbeda-beda dalam menjalankan suatu usaha. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana karakteristik personal dan karakter wirausaha pedagang warung kelontong di Kota Bogor?

2. Bagaimana perilaku wanita wirausaha pedagang warung kelontong di Kota Bogor?

3. Bagaimana hubungan antara karakteristik personal dan karakter wirausaha dengan perilaku wanita wirausaha pedagang warung kelontong di Kota Bogor?

Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan penelitian mengenai Karakteristik dan Perilaku Wanita Wirausaha adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik personal dan karakter wirausaha pedagang warung kelontong di Kota Bogor.

2. Mengidentifikasi perilaku wanita wirausaha pedagang warung kelontong di Kota Bogor.

3. Menganalisis hubungan antara karakteristik personal dan karakter wirausaha dengan perilaku kewirausahaan wanita wirausaha pedagang warung kelontong di Kota Bogor.

Ruang Lingkup Penelitian

(22)

Bogor Barat. Karakteristik warung kelontong yang difokuskan pada warung yang menjual barang secara eceran, tidak dalam partai besar (grosir). Wanita wirausaha yang dibatasi yaitu pedagang wanita yang menjalankan usaha tanpa memperhatikan status kepemilikannya. Pembatasan dilakukan hanya pada lingkup perilaku wanita wirausaha tanpa melihat atau membandingkan dengan perilaku wirausaha pria.

TINJAUAN PUSTAKA

Wanita Wirausaha

Muljaningsih et al (2013) menyatakan bahwa motivasi internal seorang wanita berwirausaha adalah untuk pemenuhan diri sebagai motivator penting dalam memulai suatu bisnis. Wanita wirausaha di negara maju termotivasi oleh adanya kebutuhan untuk berprestasi. Sementara itu, motivasi wanita dalam berwirausaha di negara berkembang karena adanya faktor kombinasi antara faktor pendorong dan daya tarik. Didalam perjalanan menjalankan kegiatan usaha, seorang wanita wirausaha memiliki berbagai tantangan ataupun kendala dalam berwirausaha. Meskipun, pada dasarnya proses berwirausaha antara pria dan wanita adalah sama. Namun, pada pada kenyataannya praktek berwirausaha yang dijalankan oleh seorang wanita cenderung sering mengalami hambatan dari berbagai dimensi. Pada akhirnya akan mencegah dari adanya penyadaran akan potensi diri yang dimiliki.

Ardhanari (2007), menjelaskan bahwa wirausaha perempuan adalah karakteristik personal yang diakibatkan oleh beban kerja akibat peran ganda seorang perempuan. Selain itu adanya karakteristik struktural, yaitu hambatan terhadap akses permodalan (syarat dan agunan) dan akses pemasaran di mana perempuan memiliki akses informasi pemasaran yang rendah.

Tambunan (2012) menyatakan bahwa adanya keterlibatan wanita wirausaha di pekerjaan-pekerjaan di luar rumah, selain melakukan tugas-tugas rumah tangga memberikan dampak-dampak positif. Adanya keteribatan tersebut status sosial dari wanita wirausaha meningkat di mata keluarga dan masyarakat di sekitar lingkungannya. Hal tersebut terjadi sejak mereka sanggup menghasilkan pendapatan bagi keluarga mereka, dan di mata komunitas mereka, mereka dilihat sebagai wanita pengusaha.

Septianingsih (2012) menyatakan bahwa wanita wirausaha sangat berpotensi untuk mengembangkan usaha karena wanita pengusaha lebih bertanggungjawab dan dapat dipercaya dalam masalah pengelolaan keuangan usaha. Wanita juga cenderung lebih peka terhadap kebutuhan pasar sehingga dapat membuka peluang usaha. Wanita pengusaha cenderung memperlakukan orang lain secara bebasdan cenderung lebih berpandangan ke masa depan ketika membuat suatu keputusan. Dan wanita pengusaha cenderung mengutamakan keamanan keluarga dan kontrol diri mereka.

(23)

dan manajemen. Wanita juga dapat melakukan bisnis yang tidak memerlukan pendidikan tinggi dan tenaga fisik yang besar.

Karakteristik Personal

Penelitian kewirausahaan sering menggunakan karakteristik personal untuk diteliti. Rakhmat dalam Ramanti (2006) mendefinisikan karakteristik personal sebagai ciri atau sifat yang dimiliki seseorang yang ditampilkan melalui pola pikir, pola tindak, dan pola sikap. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi karakteristik manusia, yaitu karakteristik personal dan karakteristik situasional. Karakteristik personal adalah faktor-faktor yang melekat pada diri individu, sedangkan karakteristik situasional sebagai faktor-faktor yang yang timbul dari luar individu dan sangat berpengaruh pada perilaku seseorang.

Pambudy (1999) menyebutkan bahwa karakteristik personal yang perlu diteliti adalah umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lama beternak, dan penghasilan. Lionberger dalam Pambudy (1999) menyebutkan bahwa karakteristik personal atau karakteristik individu yang perlu diperhatikan adalah meliputi umur, pendidikan, dan karakter psikologis. Karakter psikologis berkaitan dengan rasionalitas, fleksibilitas mentalorientasi pada usaha tani sebagai bisnis serta kemudahan dalam menerima inovasi. Penelitian kewirausahaan sering menggunakan karakteristik personal untuk diteliti.

Karakteristik responden yang dianalisis oleh Azzahra (2009) adalah karakteristik individu para mahasiswa IPB peserta PKMK dan PPKM yang meliputi jenis kelamin, fakultas, minor, IPK, uang saku per bulan, pekerjaan ayah dan ibu, daerah, bidang usaha, keikutsertaan pada PKMK dan PPKM, dan pengambilan mata kuliah kewirausahaan. Sedangkan, Mavrudah (2013) menganalisis karakteristik individu yang meliputi pekerjaan suami, pendapatan, jumlah keluarga, asal daerah, lama usaha, sumber modal awal, pinjaman, waktu yang digunakan untuk usaha, dan persentase kebutuhan keluarga yang telah tercukupi. Selain karakteristik individu tersebut, dianalisis pula karakteristik kelompok responden yang meliputi lama bergabung, motivasi bergabung, harapan, mekanisme pengambilan keputusan, keinginan anggota, intensitas rapat, pelayanan kelompok, dan suasana kelompok.

Dirlanudin (2010) menjelaskan bahwa seorang wirausaha memiliki faktor individu berupa, karakteristik biologis, yaitu: umur, jenis kelamin, pendidikan; latar belakang wirausaha, yaitu: pengalaman usaha, alasan berusaha, pekerjaan orang tua dan keluarga, dan motivasi, yaitu sebagai dorongan kuat untuk melakukan suatu usaha, seperti: ketekunan, kegigihan, dan kemauan keras untuk berhasil. Sementara itu, pada penelitian yang dilakukan, variabel karakteristik individu yang diamati berupa usia, pendidikan formal, status pekerjaan suami, jumlah anggota keluarga, dan lama usaha.

Karakter Wirausaha

(24)

tingkatan sedang dan tidak ada yang miliki rasa tanggungjawab yang rendah pada jiwa kewirausahaannya. Sedangkan untuk sikap dalam menerima risiko berada pada tingkatan tinggi yang artinya sebagian besar memiliki kemampuan dalam mengambil risiko, meskipun secara umum banyak yang menghindar ketika dihadapi oleh risiko dalam usahanya. Kepercayaan diri merupakan sikap positif dari individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan yang dihadapinya. Tingkat keperccayaan diri yang ditemukan pada responden menghasilkan tingkat percayaan diri pada tingkatan sedang. Hal tersebut menggambarkan sebagian besar responden belum memiliki tingkat percaya diri dalam menjalankan usahanya. Pada orientasi jangka panjang, hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki orientasi jangka panjang yang tinggi. Hal tersebut tercermin dari sikap, berpikir jauh kedepan, mempunyai keinginan-keinginan yang harus dicapai, memiliki sikap optimis dalam pencapaian keinginan, danmengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai keinginan. Kesimpulan yang didapatkan dari oenelitian tersebut yaitu hanya variabel orientasi jangka panjang saja yang banyak dimiliki oleh responden dalam tahapan yang sangat tinggi yaitu 7 persen.

Perilaku Kewirausahaan

Pada penelitian Azzahra (2009), Fauzah (2013), dan Mavrudah (2013), karakteristik responden dianalisis untuk dihubungkan dengan perilaku wirausaha responden. Perilaku wirausaha tersebut meliputi pengetahuan wirausaha, sikap wirausaha, dan tindakan/keterampilan wirausaha. Fauzah (2013) menyatakan bahwa karakteristik yang diperkirakan mempengaruhi perilaku kewirausahaan pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ. Perilaku kewirausahaan pedagang yang dianalisis terdiri dari pengetahuan (kemampuan berpikir), sikap (respon/tanggapan secara emosional), dan keterampilan kewirausahaan (kemampuan bertindak). Perilaku kewirausahaan tersebutlah yang kemudian dapat meningkatkan motivasi pedagang untuk terus berwirausaha hingga mencapai sasaran yang diinginkan pedagang.

(25)

PKMK dan PPKM. Selanjutnya, pengambilan MK Kewirausahaan memiliki hubungan nyata dengan sikap dan perilaku wirausaha. Hal ini berarti kuliah kewirausahaan yang diikuti responden membentuk sikap positif tentang wirausaha hingga berpengaruh juga terhadap perilaku wirausahanya, namun tidak berpengaruh nyata dari sisi kognitif dan tindakan responden untuk berwirausaha.

Hasil penelitian Ramanti (2006) menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga memiliki hubungan nyata dengan sikap dan keterampilan dalam berwirausaha. Hal tersebut disebabkan karena semakin besar keluarga, maka kebutuhan ekonomi keluarga juga akan semakin besar. Kondisi tersebut akan mendorong wanita peternak untuk mampu mencukupi kebutuhan keluarga dengan jalan meningatkan sikap dan keterampilan berwirausaha dalam mencari dan menerapkan informasi usaha ternak ayam buras agar nantinya dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Selain itu, motivasi beternak juga berhubungan nyata dengan sikap wirausaha. Hal ini dikarenakan wanita peternka yang memiliki motivasi tinggi akan terpacu untuk berusaha selalu tanggap terhadap peluang-peluang usaha yang menyangkut kemampuan memuaskan pelanggan, menjaga mutu, dan tidak ketergantungan kepada pelanggan.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Wirausaha dan Kewirausahaan

Kewirausahaan (entrepreneurship) atau wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian. Kata wiraswasta merupakan gabungan dari kata wira (berarti gagah, berani, perkasa) dan swasta merupakan paduan dari dua kata swa (berarti sendiri, mandiri) dan sta (berarti berdiri), jadi wiraswasta berarti orang yang perkasa dan mandiri (Riyanti 2003). Kata wiraswasta sendiri lebih dikenal dengan kata wirausaha yang merupakan gabungan dari kata wira (pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani, dan berwatak agung) dan usaha (perbuatan amal, bekerja, berbuat sesuatu), jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu (Basrowi 2011).

Wirausaha yaitu orang yang memiliki kemampuan melihat serta menilai peluang-peluang bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang diperlukan untuk mengambil sebuah tindakan yang tepat guna untuk meraih kesuksesan. Wirausaha biasa disebut entrepreneur, seorang yang yang membangun sumber daya kerja, orang yang membawa perubahan, inovasi yang mampu meningkatkan suatu nilai yang lebih besar dari sebelumnya.

(26)

mengenali produk, mengelola dan menentukan cara produksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya (Riyanti 2003).

Dahulu kewirausahaan dianggap hanya dapat dilakukan melalui pengalaman langsung di lapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir, sehingga kewirausahaan tidak dapat dipelajari dan, artinya kewirausahaan tidak hanya bakat bawaan sejak lahir atau urusan pengalaman lapangan, tetapi juga dapat dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memilki bakat kewirausahaan dapat mengembangakan bakatnya melalui pendidikan. Mereka yang menjadi enterpreneur adalah orang-orang yang mengenal potensi dan belajar mengembangkan potensi untuk menangkap peluang serta mengorganisir usaha dalam mewujudkan cita-citanya. Oleh karena itu, untuk menjadi wirausaha yang sukses, memilki bakat saja tidak cukup, tetapi juga harus memilki pengetahuan mengenai segala aspek usaha yang akan ditekuni. Dilihat dari perkembangannya, sejak awal abad ke-20 kewirausahaan sudah diperkenalkan di beberapa negara. Misalnya di Belanda dikenal dengan “Ondernemer”, di Jerman dikenal dengan “Unternehmer”. Di beberapa negara, kewirausahaan memilki banyak tanggung jawab antara lain tanggung jawab dalam mengambil keputusan yang menyangkut kepemimpinan teknis, kepemimpinan organisasi dan komersial, penyediaan modal, penerimaan, dan penanganan tenaga kerja, pembelian, penjualan dan sebagainya.

Kewirausahaan merupakan suatu kualitas dari sikap seseorang bukan hanya sebatas keahlian. Seorang wirausahawan memerlukan kepribadian yang tahan banting, selalu mencari peluang, dan memiliki visi. Kewirausahaan mempunyai karakteristik yang umum serta berasal dari kelas yang sama, bahkan pada zaman sekarang wirausahawan berasal dari semua kelas sosial. Sehingga kegiatan wirausaha dapat dilakukan seorang diri atau dengan menciptakan organisasi untuk mencapai peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan. Empat keuntungan yang diperoleh apabila seseorang memutuskan berwirausaha yaitu (Kasmir 2006): 1. Meningkatnya harga diri (membentuk kelas tersendiri dan wibawa tertentu

seperti disegani dan dihormati)

2. Memperoleh penghasilan sendiri (jauh lebih baik dibandingkan menjadi pegawai)

3. Ide dan motivasi untuk maju lebih besar (menangkap peluang dan mewujudkannya)

4. Masa depan lebih cerah dan tidak tergantung kepada orang lain (tidak pernah pensiun dan dapat diteruskan generasi selanjutnya).

Wanita Wirausaha (Women Entrepreneur)

Menurut Zimmerer (2001), Jika diperhatikan entrepreneur yang ada di masyarakat saat ini maka di jumpai berbagai macam profil wirausaha, yaitu: 1. Women Entrepreneur

Banyak wanita yang terjun kedalam bidang bisnis. Alasan mereka menekuni bidang bisnis ini di dorong oleh faktor-faktor antara lain ingin memeperlihatkan kemampuan prestasinya, membantu ekonomi rumah tangga, frustasi dengan pekerjaan sebelumnya, dan lain sebagainya.

(27)

Kaum minoritas terutama di negara Indonesia kurang memiliki kesempatan kerja di lapangan pemerintahan sebagaimana layaknya warga negara pada umum nya. Oleh sebab itu, mereka berusaha menekuni kegiatan bisnis dalam kegiatan sehari hari. Demikian pula para perantau dari daerah tertentu yang menjadi kelompok minoritas pada suatu daerah, mereka juga bergiat mengembangkan bisnis. Kegiatan bisnis mereka ini makin lama makin maju, dan mereka membentuk organisasi minoritas di kota-kota tertentu.

3. Immigrant Entrepreneur

Kaum pendatang yang memasuki suatu daerah biasanya sulit untuk memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab itu mereka lebih leluasa terjun dalam pekerjaan yang bersifat non-formal yang di mulai dari berdagang kecil kecilan sampai berkembang menjadi perdagangan tingkat menengah.

4. Part-time Entrepreneur

Memulai bisnis dalam mengisi waktu lowong atau part-time merupakn pintu gerbang untuk berkembang menjadi usaha besar. Bekerja part time tidak mengorbankan pekerjaan di bidang lain, misalnya seorang pegawai dalam sebuah kantor mencoba mengembangkan hobinya untuk berdagang atau mengembangkan suatu hobi yang menarik. Hobi ini akhirnya mendatangkan keuntungan yang lumayan. Ada kalanya orang ini beralih profesi dan berhenti menjadi pegawai dan beralih ke bisnis yang merupakan hobinya.

5. Home-Based Entrepreneur

Ada pula ibu-ibu rumah tangga yang memulai kegiatan bisnisnya dari rumah tangga, misalnya ibu-ibu yang pandai membuat kue dan aneka masakan mengirim kue-kue tersebut ke toko-toko eceran di sekitar tempatnya.

6. Family owned Entrepreneur

Sebuah keluarga dapat membuka berbagai jenis dan cabang usaha. Mungkin saja usaha keluarga ini dimulai lebih dulu oleh bapak setelah usaha bapak maju di buka cabang baru dan dikelola oleh ibu. Kedua perusahaan ini maju dan membuka beberapa cabang lain mungkin jenis usahanya berbeda atau lokasinya berbeda. Masing-masing usahanya ini bisa dikembangkan atau dipimpin oleh anak anak mereka. Dalam keadaan sulitnya lapangan kerja pada saat ini maka kegiatan semacam ini perlu dikembangkan.

7. Co-Preneurs

Copreneurs are entrepreneurial couples who work together as co-ownners of their businesses. (Copreneurs adalah pasangan wirausaha yang bekerja bersama – sama sebagai pemilik bersama dari usaha mereka). Copreneurs ini berbeda dengan usaha keluarga yang disebut sebagai usaha Mom and Pop (Pop as “boss” and Mom as “subordinate” atau ayah sebagai pemimpin dan ibu berada di bawah kekuasaan ayah). Copreneurs dibuat dengan cara menciptakan pembagian pekerjaan yang didasarkan atas keahlian masing-masing orang. Orang orang yang ahli di bidang ini diangkat menjadi penanggungjawab divisi-divisi tertentu dari bisnis yang sudah ada.

(28)

a. Naluri kewanitaan yang bekerja lebih cermat, pandai mengantisipasi masa depan, menjaga keharmonisan, kerja sama dalam rumah tangga dapat diterapkan dalam kehidupan usaha.

b. Mendidik anggota keluarga agar berhasil dikemudian hari, dapat dikembangkan dalam personil manajemen perusahaan.

c. Faktor adat istiadat, contohnya di bali dan sumatra barat, dimana wanita memegang peranan dalam mengatur ekonomi rumah tangga.

d. Lingkungan kebutuhan hidup seperti jahit menjahit, menyulam, membuat kue, aneka masakan, kosmetika, mendorong lahirnya wanita pengusaha yang mengembangkan komoditi tersebut.

e. Majunya dunia pendidikan wanita sangat mendorong perkembangan wanita karir, menjadi pegawai, atau membuka usaha sendiri dalam berbagai bidang usaha.

Karakteristik Personal

Sumber daya yang terpenting dalam organisasi adalah sumber daya manusia, orang-orang yang memberikan tenaga, bakat, kreativitas, dan usaha mereka kepada organisasi agar suatu organisasi dapat tetap eksistensinya. Setiap manusia memiliki karakteristik individu/personal yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Menurut Rakhmat (2001), karakteristik individu adalah ciri yang dimiliki seseorang yang ditampilkan melalui pola pikir, pola tindak, dan pola sikap. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi karakteristik manusia yaitu faktor personal dan faktor situasional. Karakteristik biografikal (personal) dapat dilihat dari umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah tanggungan dan masa kerja.

Menurut Rachmat (2006), karakteristik seseorang akan mempengaruhi cara dan kemampuan yang berbeda dalam membentuk persepsi, informasi apa yang diinginkan, bagaimana menginterpretasi informasi tersebut dan informasi apa yang masih diingat, tergantung dari karakteristik individu, seperti tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, kepribadian, dan lain-lain.

Ilyas (2002) menyatakan bahwa karakteristik individu dapat dikategorikan menjadi dua yaitu demografik dan psikografik. Karakteristik demografi mencakup jenis kelamin, umur, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, ras, agama, kebangsaan, ukuran keluarga, dan tingkat sosial. Sedangkan gaya hidup dan kepribadian merupakan karakteristik psikografik. Karakteristik pribadi merupakan ciri khas yang menunjukkan perbedaan seseorang tentang motivasi, inisiatif, kemampuan untuk tetap tegar menghadapi tugas-tugas hingga selesai atau memecahkan masalah. Karakteristik pribadi juga merupakan kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah dengan menyesuaikan perubahan yang terkait erat dengan lingkungan yang mempengaruhi kerja individu.

Karakter Wirausaha

Karakter adalah situasi pribadi seseorang yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Dalam membangun karakter yang kuat, dibutuhkan motivasi dan komitmen yang tinggi agar tantangan yang dihadapi selama mengelola usaha tidak menjadikan mentalnya lemah.

(29)

Alma (2010) menyatakan bahwa karakter wanita dalam melakukan wirausaha memiliki kepribadian yang bersifat penuh toleransi dan fleksibel, hemat, realistis dan kreatif, percaya diri, bertanggungjawab, antusias dan enerjik, serta mampu berhubungan dengan lingkungan masyarakat dan memiliki medium level of self confidence, dimana tingkat kepercayaan diri wanita wirausaha masih lebih rendah dibandingkan dengan pria wirausaha.

Suryana (2001) menyatakan bahwa kebutuhan berprestasi yang dimiliki oleh wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif untuk berprestasi umumnya memiliki ciri-ciri yaitu ingin mengatasi sendiri persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya, selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan, memiliki tanggungjawab personal yang tinggi, memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam menghadapi setiap masalah yang menimpa usahanya.

Justin (2001) menyatakan bahwa karakteristik wirausaha yaitu kebutuhan akan keberhasilan setiap orang berbeda dalam tingkat kebutuhan keberhasilannya.Orang yang memiliki tingkat keberhasilan yang rendah akan merasa puas pada status yang diiliki, sedangkan orang yang memiliki tingkat kebutuhan keberhasilan yang tinggi akan senang bersaing dengan standart keunggulan dan memilih untuk bertanggungjawab secara pribadi atas tugas yang dibebankan kepadanya. Dorongan akan keberhasilan tersebut akan tampak pada pribadi yang antusias untuk memulai dan mengembangkan usahanya. Karakteristik percaya diri orang yang memiliki keyakinan pada dirinya sendiri merasa dapat menjawab tantangan yang ada di depan mereka, banyak wirausaha yang sukses adalah orang yang memiliki percaya diri , mengakui adanya masalah tetapi mempercayai kemampuan dirinya sendiri untuk mengatasi masalah.

Perilaku Kewirausahaan

Winardi (2007) menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu rangkaian kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar. Kesatuan dasar perilaku adalah sebuah aktivitas, sebenarnya semua perilaku merupakan suatu seri aktivitas. Pola perilaku dapat berbeda tetapi proses terjadinya adalah hal yang mendasar bagi semua individu, yakni terjadi disebabkan, digerakkan dan ditunjukkan pada sasaran. Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan, dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara itu, perilaku manusia dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, kebutuhan, harapan, dan pengalamannya.

Perilaku wirausaha mencakup tiga hal yaitu pengetahuan, sikap mental dan keterampilan serta sikap kewaspadaan yang merupakan perpaduan unsur pengetahuan dan sikap mental terhadap masa yang akan datang. Ciri yang dimiliki perilaku kewirausahaan adalah mempunyai kemiripan dengan orang yang mempunyai motif berprestasi (need of achievement) yaitu: (a) senantiasa berusaha untuk mempeoleh hasil yang lebih baik dari apa yang telah diperoleh, (b) berani mengambil resiko pada taraf rata-rata, (c) mempunyai tanggungjawab pribadi, dan (d) senantiasa menginginkan segera umpan balik hasil pekerjaannya untuk mengevaluasi dan memperbaiki tindakannya dimasa depan.

(30)

teratur menabung, dan kemandirian. Ciri-ciri utama perilaku kewirausahaan seseorang adalah selalu terlibat dalam setiap situasi kerja, tidak mudah menyerah, tidak memberi kesempatan berpangku tangan. Terdapat ciri psikologik yang selalu dijumpai dan tampil pada perilaku wirausaha yang berhasil, yaitu: (1) selalu tanggap terhadap peluang dan kesempatan berusaha yang berkaitan dengan peluang kinerjanya, (2) selalu berusaha memperbaiki prestasi, menggunakan umpan balik, menyenangi tantangan dan berupaya agar hasil kerjanya selalu lebih baik dari sebelumnya, (3) selalu bergaul dengan siapa saja, membina kenalan, mencari kenalan baru dan berusaha menyesuaikan diri dalam berbagai situasi, (4) dalam berusaha selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai. Tidak pernah memberi dirinya kesempatan berpangku tangan, mencurahkan perhatian sepenuhnya kepada pekerjaan, dan memiliki tenaga terlibat terus menerus dalam pekerjaannya, (5) optimisme bahwa usahanya akan berhasil. Percaya diri dengan bergairah langsung terlibat dalam kegiatan konkrit, jarang terlihat ragu-ragu.

Menurut Hendro (2011), perilaku dapat diartikan sebagai langkah dan tindakan seseorang yang dilakukan untuk menghadapi dan menyiasati pekerjaan sehari-hari. Energik dan penuh semangat dalam bekerja dan mengerjakan tugas. Perilaku wirausaha dalam setiap tindakannya untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan dapat dibedakan menjadi lima, yaitu:

1. Perilaku wirausaha secara individu, meliputi: a. Teguh pendiriannya

b. Selalu yakin dengan apa yang dikerjakan, sehingga cenderung keras kepala. Namun, sebenarnya memiliki konsep dan alasan yang kuat dalam melakukan sesuatu

c. Berpikir positif dalam mendengar serta menanggapi suatu kritik dan saran

d. Tidak gegabah dan penuh dengan rencana dalam setiap tindakan (visioner)

e. Berperilaku professional dalam arti memiliki tanggung jawab, komitmen tinggi, disiplin, berusaha tetap konsisten pada pendiriannya, serta jujur dan terbuka

f. Optimis akan segala perilaku yang dilakukan

g. Selalu berorientasi “pasti ada jalan keluar” sehingga selalu berpikir kreatif dan inovatif untuk menemukan solusi

2. Perilaku wirausaha secara sosial dan lingkungan, meliputi: a. Berperilaku baik

b. Pandai bergaul dan cakap dalam berkomunikasi

c. Berpenampilan rapi dan ingin disukai oleh setiap orang d. Senang memotivasi orang lain untuk tujuan yang baik 3. Perilaku wirausaha dalam pekerjaaan, meliputi:

a. Berorientasi pada tujuan dan tetap berkeinginan kuat pada hasil yang sempurna.

b. Tidak suka menunda pekerjaan dan selalu berkeinginan untuk cepat menyelesaikan pekerjaan

(31)

d. Haus akan prestasi sempurna

e. Paling menyukai pekerjaan baru dan menantang

f. Kreatif dan inovatif, sehingga selalu mempunyai ide-ide yang cemerlang dan bisa keluar dari tekanan

4. Perilaku wirausaha dalam menghadapi risiko, meliputi: a. Mengevaluasi risiko dan dampaknya terlebih dahulu b. Tidak takut terhadap risiko, karena kuat dalam intuisi

c. Waspada dan antisipatif, sehingga selalu berperilaku proaktif d. Mencari keputusan yang tepat dan optimal

5. Perilaku wirausaha dalam kepemimpinan, meliputi:

a. Seorang pemimpin yang berani dalam mengambil keputusan

b. Berperilaku dengan penuh kehati-hatian, karena menjadi contoh bagi yang lain

c. Membuat karyawan tenang dalam mengerjakan tugas dan pekerjaan. d. Mempunyai karisma dan berjiwa besar

Karakteristik Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia

Sektor informal adalah semua kegiatan usaha yang tidak memiliki ikatan-ikatan organisatoris secara formal kelembagaan (seperti mereka yang menjadi pegawai dan bekerja di kantor-kantor) atau tidak serupa dengan organisasi perkantoran, dan dapat diidentikkan dengan UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah), dimana termasuk ke dalam badan usaha milik swasta. Akses atau pintu-pintu untuk memasuki sektor informal dalam bentuk UMKM relatif sangat terbuka, terutama bagi mereka yang mampu melihat peluang usaha yang dilihat dari kebutuhan/keinginan sekelompok pembeli (segmen pasar) (Nitisusastro 2009). Pelaku usaha yang bergerak di UMKM Indonesia sendiri secara keseluruhan mencapai 99 persen pelaku usaha yang ada di Indonesia pada tahun 2012 (Depkop 2013).

Usaha kecil adalah para pelaku UMKM dapat disebut sebagai wirausahawan, karena para pelaku wirausaha UMKM mampu melihat dan menangkap peluang usaha yang ada di pasar, memiliki unsur-unsur bakat, sejumlah sifat, atau pembawaan sebagai seorang wirausahawan seperti kemauan dan rasa percaya diri yang tinggi; fokus pada sasaran; mau bekerja keras; mengambil risiko; berani bertanggung jawab; dan mampu berinovasi. Berdasarkan Undang – Undang Dasar Nomor 9 Tahun 1995 Pasal 5, menyebutkan bahwa usaha kecil adalah :

1. Usaha yang berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki. Dikuasai baik langsung tau tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.

2. Berbentuk usaha perorangan, tidak berbadan hukum termasuk koperasi. 3. Kriteria usaha beromset bersih Rp 1 juta sampai dengan Rp 1 milyar per

tahun.

(32)

keterampilan manajemen, tingkat kegagalan yang cukup tinggi, dan keterbatasan sumberdaya (Nitisusastro 2009). Karakteristik UMKM merupakan sifat atau kondisi faktual yang melekat pada aktifitas usaha maupun perilaku wirausaha yang bersangkutan dalam menjalankan usaha. Karakteristik menjadi pembeda antar pelaku usaha sesuai dengan skala usahanya.

Kerangka Pemikiran Operasional

Kerangka pemikiran operasional merupakan suatu landasan yang berdasarkan teori yang digunakan untuk menentukan urutan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam suatu penelitian. Salah satu profil pelaku wirausaha yang akan dikaji lebih lanjut ialah wanita wirausaha khususnya dalam melakukan usaha warung kelontong. Penelitian ini akan membahas mengenai bagaimana seorang wanita wirausaha mampu menjadi seorang wirausahawan yang saat ini masih menjadi kalangan minoritas. Upaya wanita wirausaha dalam berusaha untuk mencari peluang dan kesempatan berusaha tentunya sangat memerlukan pembinaan dan peningkatan kemampuan dari segi karakter maupun perilakunya dalam menjalankan usaha. Menumbuhkan karakter dan perilaku yang baik didalam diri seorang wanita wirausaha perlu diarahkan agar mereka memiliki kekuatan dan kesempatan diri dalam bekerja sama untuk mencapai segala sesuatu yang dibutuhkan.

(33)

Gambar 1 Kerangka pemikiran karakteristik dan perilaku wanita wirausaha pedagang warung kelontong di Kota Bogor

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pedagang warung kelontong di Kota Bogor, Jawa Barat, dengan memilih satu kecamatan yang akan dijadikan sebagai studi kasus yaitu kecamatan Bogor Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan berdasarkan data dari BPS (2013), kecamatan Bogor Barat memiliki jumlah pedagang warung kelontong paling banyak dibanding kecamatan Bogor lainnya. Pengumpulan data dilakukan selama bulan April hingga Mei 2015.

Karakteristik Personal 1. Usia

2. Status pendidikan 3. Status pekerjaan suami 4. Jumlah anggota keluarga 5. Lama usaha

Wanita wirausaha pedagang warung kelontong di Kecamatan Bogor Barat

Perbedaan karakteristik personal, karakter wanita, dan perilaku wanita wirausaha dalam menjalankan usaha

warung kelontong

Karakter Wirausaha 1. Cermat

2. Dapat dipercaya 3. Bertanggungjawab 4. Hemat

5. Antusias

Perilaku Wanita Wirausaha 1. Disiplin

(34)

Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode snowball dan quota sampling. Pada awalnya akan dipilih satu kecamatan di Kota Bogor, yaitu Kecamatan Bogor Barat yang akan dijadikan lokasi penelitian karena lokasi tersebut memiliki jumlah pedagang paling banyak dibandingkan dengan wilayah lainnya yaitu sebesar 1 252 warung kelontong. Lalu sampel diambil dengan membatasi warung dengan pelaku pedagang wanita yang menjalankan usaha tanpa memperhatikan status kepemilikannya. Jumlah responden yang digunakan yaitu 30 orang karena menurut Sekaran (2006), penelitian korelasional memiliki jumlah sampel minimum sebanyak 30 subjek. Metode pengambilan sampel ini dilakukan dengan metode snowball sampling dengan bertanya dari warung satu ke warung lainnya untuk memperoleh informasi mengenai lokasi warung dengan pedagang wanita wirausaha, lalu dikombinasikan dengan metode quota sampling setelah memenuhi batas yang telah ditentukan.

Data dan Instrumensi

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dihimpun langsung oleh seorang peneliti umumnya dari hasil observasi terhadap situasi sosial atau diperoleh dari tangan pertama atau subjek (informan) melalui proses wawancara (Mukhtar 2013). Data primer berupa keterangan mengenai karakteristik personal, karakter wanita wirausaha dan perilaku wirausahanya. Dalam penelitian ini juga digunakan teknik wawancara dengan mengisi kuesioner untuk menggali informasi lebih lanjut mengenai responden. Kuesioner berisi pertanyaan yang mengarah kepada pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian.

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti, tapi telah berjenjang melalui sumber tangan kedua atau ketiga. Data sekunder dikenal juga sebagai data-data pendukung (Mukhtar 2013). Data sekunder diperoleh melalui berbagai literatur dan buku-buku yang relevan dengan topik penelitian. Literatur yang terkait dengan topik penelitian diperoleh dengan mempelajari penelitian-penelitian terdahulu, sedangkan buku-buku yang dipelajari yaitu yang berkaitan dengan kewirausahaan dan wanita wirausaha. Selain itu, data sekunder lainnya berupa data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan studi literatur baik melalui media massa maupun media elektronik.

Instrumensi

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu kuesioner (questionnaire). Sebelum kuesioner diberikan kepada responden, kuesioner tersebut diuji reliabilitas dan validitasnya. Uji reliabilitas dan validitas dilakukan kepada 10 responden.

1. Uji validitas

(35)

kata lain, pengujian validitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel yang ditanyakan dapat dipakai sebagai alat ukur.

Hal-hal pokok yang perlu diperhatikan dalam uji validitas adalah:

a. Uji validitas sebenarnya digunakan untuk melihat kelayakan butir-butir pertanyaan dalam kuesioner tersebut dapat mendefinisikan suatu variabel. b. Daftar pertanyaan ini pada umumnya untuk mendukung suatu kelompok

variabel tertentu.

c. Uji validitas dilakukan setiap butir soal. Hasilnya dibandingkan dengan r tabel│df= n-k dengan tingkat kesalahan 5 persen.

d. Jika rtabel < rhitung, maka butir soal disebut valid. 2. Uji reliabilitas

Reliabilitas atau keandalan merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner (Nugroho 2005). Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama.

Teknik pengukuran keandalan instrumen yang digunakan adalah teknik Alfa Cronbach yaitu koefisien keandalan yang menunjukkan seberapa baiknya item atau butir dalam suatu kumpulan secara positif berkorelasi satu sama lain. Hal-hal pokok dalam uji reliabilitas adalah (Noor 2011):

a. Kuesioner tersebut mencerminkan konstruk sebagai dimensi untuk variabel yang disusun dalam bentuk pertanyaan.

b. Uji reliabilitas disusun secara bersama-sama terhadap seluruh pertanyaan. c. Jika nilai alpha > 0.60, disebut reliabel.

Perhitungan uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan alat SPSS 20.00 for windows. Pada awalnya jumlah butir pernyataan untuk karakter wanita dan perilaku wanita wirausaha sebanyak 65 butir. Setelah diuji validitas dan reliabilitas terdapat 13 butir pernyataan yang tidak valid, sehingga pernyataan yang tidak valid dihapus dari daftar. Beberapa pernyataan digantikan dengan pernyataan baru yang memang telah diuji validitasnya atau diganti dengan pernyataan yang diambil dari sumber bacaan atau referensi buku. Sehingga jumlah pernyataan yang digunakan hingga kuesioner disebar terdapat 52 butir.

Metode Pengumpulan Data

(36)

seluruh pertanyaan terisi dengan jelas dan sesuai dengan harapan. Pengisian kuesioner dilakukan di lokasi masing-masing pedagang warung kelontong.

Pertanyaan kuesioner terdiri dari pertanyaan terbuka dan tertutup. Pertanyaan terbuka memungkinkan kebebasan responden memberikan jawaban sesuai dengan cara atau pendapatnya. Sedangkan pada pertanyaan tertutup, responden hanya memilih jawaban di antara pilihan alternatif jawaban yang sudah disediakan. Responden terbuka dan bebas merespon setiap pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan terbuka dan tertutup diberikan untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik responden. Pertanyaan tentang karakteristik personal diberikan dalam bentuk pertanyaan terbuka, sedangkan pertanyaan untuk unsur karakter wanita dan perilaku wanita dan perilaku wanita wirausaha diberikan dalam bentuk pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban skala likert dengan lima kategori mulai dari sangat tidak setuju hingga sangat setuju

Metode Pengolahan Data

Analisis Statistika Deskriptif

Penelitian ini menggunakan analisis statistika deskriptif. Analisis statistika deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan karakter wanita dan perilaku wanita wirausaha pedagang warung kelontong di Kota Bogor yang diperoleh dari kuesioner. Data yang diperoleh dari kuesioner akan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama. Hasil yang diperoleh kemudian dipersentasekan berdasarkan jumlah responden antara karakteristik personal dan perilaku wanita wirausaha. Hasil yang diperoleh kemudian dipersentasekan berdasarkan jumlah responden. Persentase terbesar dari setiap hasil merupakan faktor dominan dari masing-masing variabel yang dianalisis.

Menurut Nazir (2005), nilai pusat digunakan untuk mewakili keseluruhan skor yang terdapat dalam data. Jenis ukuran nilai pusat yang dipakai adalah rata- rata hitung (mean). Mean adalah kecenderungan tengah yang memberikan gambaran umum dari suatu seri pengamatan. Rata-rata hitung dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

μ : nilai rata-rata Xi : pengamatan ke-i N : jumlah data

Standar deviasi adalah ukuran-ukuran keragaman atau variasi dari suatu kelompok data dari nilai rata-rata, yang dirumuskan sebagai berikut:

(37)

Berikut ini merupakan kriteria penilaian skor kuesioner dengan

Analisis korelasi dapat dikatakan sebagai suatu hubungan timbal balik atau sebab akibat antara dua buah kejadian. Namun, pada realitasnya tidak semua hubungan seperti di atas dapat menimbulkan sebab akibat sehingga perlu dilakukan pengujian secara benar tentang hubungan tersebut. Analisis korelasi Rank Spearman dapat dikembangkan untuk menguji apakah beberapa ukuran ordinal berhubungan satu sama lain atau tidak (Nazir 2005). Analisis ini dilakukan dengan alat bantu berupa software Microsoft Excel 2007 dan SPSS 20.00 for Windows.

Nazir (2005) menyatakan bahwa rumus korelasi rank spearman untuk sampel berukuran besar (n≥30) yang digunakan adalah sebagai berikut:

(√ )

Keterangan : rs = Rank spearman n = Banyak jenjang

Sedangkan, nilai rs dirumuskan sebagai berikut:

tx = banyaknya observasi sama pada variabel x untuk rank tertentu ty = banyaknya observasi sama pada variabel y untuk rank tertentu di = perbedaan rank x dan rank y pada observasi ke-i

i = observasi ke-i, untuk i = 1, 2, ...

(38)

Rentang skala untuk untuk melihat tingkat kekuatan pada karakter wanita wirausaha digunakan rumus skala linear numerik dari Situmora (2004) yaitu:

Dimana:

m : skor tertinggi n : skor terendah

b : jumlah skala atau kategori yang akan dibuat

Sehingga, ditemukan batas skala yang akan digunakan yaitu sebagai berikut:  1.0 < α < 2.3 : Lemah

 2.3 ≤ α < 3.6 : Sedang  3.6 ≤ α < 5.0 : Kuat

Analisis Chi-Square

Nazir (2005) menyatakan bahwa uji Chi-Square digunakan untuk menguji apakah beberapa ukuran nominal berhubungan satu sama lain atau tidak. Uji tersebut berguna untuk menguji apakah dua atau lebih populasi mempunyai distribisi yang sama. Uji Chi-Square digunakan dalam penelitian untuk mencari kecocokan ataupun menguji ketidakadaan hubungan antara beberapa populasi dan menyatakannya dalam dugaan sementara. Teknik untuk menguji apakah dugaan yang diamati cukup mendekati dugaan yang diharapkan yaitu dengan rumus sebagai berikut:

∑ ∑

Keterangan :

x2 : Chi-Square

Oij : banyaknya kasus yang diamati dalam kategori ke-ij Eij : banyak yang diharapkan dalam kategori ke-ij dibawah H0

: penjumlahan semua kategori (k)

Definisi Operasional

1. Usia merupakan satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati.

2. Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Sering terjadi dibawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. 3. Status pekerjaan suami merupakan kondisi atau keadaan yang aktual terhadap

posisi seseorang (suami) didalam suatu organisasi atau kelompok tertentu. 4. Jumlah anggota keluarga yaitu jumlah keseluruhan anggota keluarga yang

(39)

5. Lama usaha merupakan rentang waktu yang berlangsung sejak awal mula pendirian usaha hingga saat ini.

6. Cermat yaitu melakukan segala sesuatu dengan teliti dan hati hati.

7. Dapat dipercaya yaitu mampu menjalankan suatu kegiatan sesuai dengan tujuan awal dengan penuh keyakinan untuk berhasil.

8. Bertanggungjawab yaitu kewajiban menanggung dan memikul segala sesuatunya karena adanya kesadaran dan pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain.

9. Hemat yaitu berhati-hati dalam menggunakan materi, tenaga dan pikiran yang tersedia.

10. Antusias yaitu mengandung makna bergairah, bergelora, berkobar-kobar, bersemangat, membara, menggebu, menggelegak, menyala (semangat). 11. Disiplin dimaksud yaitu kemampuan dalam menghargai waktu, ketepatan

komitmen wirausaha terhadap tugas dan pekerjaannya. Berkaitan juga dengan peraturan, tata tertib, norma, dan lain sebagainya.

12. Teratur menabung yaitu kemampuan wirausaha dalam menyediakan dana secara rutin untuk keperluan dimasa yang akan datang baik bersifat mendesak ataupun tidak, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

13. Berani mengambil risiko yaitu keadaan dimana terjadi reaksi seseorang atau tindakan seorang dalam menghadapi situasi yang tidak pasti. Dengan kata lain berarti siap rugi, namun kerugian yang telah diperhitungkan dan selalu antisipasi terhadap segala kemungkinan terburuk. Apabila risiko yang diperoleh adalah sebuah kegagalan, maka wirausaha harus menganalisis sumber kegagalan atau hambatan dalam pencapaian tujuan dari semua usaha yang telah dikerjakannya.

14. Melayani pelanggan yaitu adanya aspek-aspek perilaku yang mendukung jalannya suatu kegiatan pemasaran dengan cara tertentu agar konsumen menjadi merasa puas.

15. Mandiri yaitu sikap untuk tidak menggantungkan keputusan kepada orang lain dalam mengambil tindakan, membuat keputusan, serta dalam memilih berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Warung Kelontong

Pengertian warung kelontong dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didapatkan dari Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)3 yaitu warung yang berarti toko kecil tempat menjual barang kelontong atau makanan. Sedangkan kelontong yang berarti alat kelentungan yang selalu dibunyikan oleh penjaja barang dagangan untuk menarik perhatian pembeli dan barang-barang untuk keperluan sehari-hari.

3

Wordpress. 2011. Usaha Toko Kelontong [Internet]. [diunduh 2015 Juli 29]. Tersedia pada:

(40)

Warung kelontong merupakan salah satu dari beragamn jenis usaha yang banyak dijalankan oleh wanita wirausaha. Biasanya yang diperjualbelikan di warung kelontong merupakan bahan-bahan sembako, jajanan makanan dan minuman ringan, keperluan sehari-hari, dan sebagainya. Warung kelontong menjualbelikan produk-produknya secara eceran. Warung ini ditemukan berdampingan dengan pemilik rumah yang tidak jauh dengan masyarakat seperti perkampungan, perumahan dan yang sering ditemui didalam gang.

Warung kelontong merupakan usaha pertama kali yang melayani kebutuhan masyarakat sebelum minimarket. Warung kelontong dapat dimulai dari modal yang kecil, biaya operasional yang kecil, sehingga dapat memberikan tambahan bagi pendapatan keuangan keluarga, bahkan bagi sebagian menjadikannya sebagai sumber pendapatan keluarga yang utama. Warung kelontong termasuk kedalam usaha kecil menengah yang lebih fokus pada barang-barang kebutuhan rumah tangga, sehingga target konsumennya yaitu ibu rumah tangga, anak-anak, hingga bapak-bapak disekitar kompleks lokasi warung tersebut berdiri. Gambar 2 menujukkan contoh karakteristik warung kelontong yang ada di kecamatan Bogor Barat.

Gambar 2 Contoh warung kelontong di kecamatan Bogor Barat

Berikut ini merupakan karakteristik yang ada pada warung kelontong, di kecamatan Bogor Barat yaitu sebagai berikut:

1. Posisi warung strategis

Warung kelontong biasanya mudah untuk dijangkau, mudah dilihat dari kejauhan, dan letaknya diantara pemukiman yang padat penduduk.

2. Penentuan harga

Harga yang ditawarkan untuk pembeli diusahakan dengan harga yang murah untuk menjadi daya tarik pembeli, agar warung kelontong terkenal murah meskipun tidak semua barang dijual murah karena tentunya margin keuntungannya hanya sedikit.

3. Kelengkapan barang

Warung kelontong biasanya menjual kebutuhan sehari-hari yang diperlukan oleh banyak ibu rumah tangga disekitar lokasi warung, sehingga kelengkapan produk menjadi salah satu daya tarik pembeli.

(41)

Pelayanan yang baik juga menentukan keberhasilan dari usaha warung kelontong. Misalnya dengan menyediakan jasa antar untuk produk yang dibeli konsumen.

5. Cara memajang barang

Produk-produk yang dijual biasanya ditata secara rapi dan teratur agar terlihat lengkap dan untuk memudahkan konsumen dalam mencari produk yang dibutuhkan. Biasanya digunakan etalase untuk menjual produk-produk keperluan rumahtangga, rak-rak untuk menjual makanan, lemari pendingin untuk menjual minuman, dan sebagainya.

6. Jam operasional

Biasanya warung kelontong dijalankan mulai pukul 6 pagi hingga pukul 12 malam tergantung dari setiap individu yang menjalankannya. Warung kelontong diusahakan buka setiap hari dengan waktu operasional yang panjang karena menjual kebutuhan sehari-hari yang pastinya dibutuhkan setiap orang.

Wilayah Kecamatan Bogor Barat

Kecamatan Bogor Barat merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kota Bogor, dengan luas wilayah 3 174.00 Ha. Kecamatan Bogor Barat terbagi atas 16 kelurahan yaitu Balungbangjaya, Bubulak, Cilendek Barat, Cilendek Timur,

Curug, Curugmekar, Gunungbatu, Loji, Margajaya, Menteng, Pasirjaya,

Pasirkuda, Pasirmulya, Semplak, Sindangbarang danSitugede. Kecamatan Bogor Barat memiliki jumlah kepadatan penduduk sebesar 170 664 jiwa.

Gambar 3 Wilayah kecamatan Bogor Barat

(42)

C dengan kelembaban udara menjadikan kecamatan Bogor Barat sangat cocok untuk dijadikan kawasan pemukiman. Adapun batasan-batasan dari wilayah kecamatan Bogor Barat yaitu :

a. Sebelah utara : berbatasan dengan kecamatan Kemang kabupaten Bogor; b. Sebelah timur : berbatasan dengan kecamatan Bogor Tengah dan kecamatan

Tanah Sareal Kota Bogor;

c. Sebelah selatan : berbatasan dengan kecamatan Bogor Selatan dan kecamatan Ciomas kabupaten Bogor;

d. Sebelah barat : berbatasan dengan kecamatan Dramaga kabupaten Bogor.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Personal

Usia

Distribusi usia responden pada penelitian ini digolongkan ke dalam 3 kategori usia, yaitu kategori usia <34 tahun, usia 34-46 tahun, dan usia >46 tahun. Tabel 2 menunjukkan distribusi responden menurut usia yang didominasi oleh responden dengan usia pada rentang 34-46 tahun dengan persentase sebesar 50 persen, selanjutnya kategori usia <34 tahun dengan persentase sebesar 33.33 persen, serta kategori terendah yaitu pada rentang usia >46 tahun dengan persentase sebesar 16.67 persen (Tabel 2). Kategori dengan rentang usia 34-46 tahun memiliki distribusi usia tertinggi dan didukung oleh pernyataan Jati (2009), usia pada rentang tersebut merupakan usia produktif bagi wanita wirausaha untuk melakukan usaha yang mewakili sektor UMKM. Selain itu, menurut Hisrich dan Munich dalam Ramanti (2006), wanita akan memulai berwirausaha pada usia 35 hingga 45 tahun. Meskipun, pada dasarnya tidak ada batasan usia bagi seseorang untuk terjun pertama kali sebagai wirausaha.

Tabel 2 Distribusi responden menurut usia pada wanita wirausaha warung kelontong

Usia (tahun) Jumlah(orang) Persentase (%)

<34 10 33.33

34-46 15 50.00

>46 5 16.67

Tingkat Pendidikan

Gambar

Tabel 1  Jumlah unit UMKM dan usaha besar di Indonesia (ribu unit)
Gambar 1  Kerangka pemikiran karakteristik dan perilaku wanita wirausaha
Tabel 3 Distribusi responden menurut tingkat pendidikan pada wanita wirausaha
Tabel 4 Distribusi responden menurut jumlah anggota keluarga pada wanita
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik wirausaha kue basah Melati Chatering terdiri dari tingkat pendidikan, nilai pribadi, faktor umur, dan pengalaman kerja

mengoperasionalkan usahanya dalam sehari. 12) Omset per bulan adalah penghasilan yang diterima oleh pedagang warung tenda seafood dinyatakan dalam satuan rupiah yang

HUBUNGAN AKTlVlTAS KOMUNIKASI DAN PERllAKU KELUARGA BERENCANA WANITA PASANGAN USlA.. SUBUR DUA DESA BERKARAKTERISTIK BERBEDA Dl KABUPATEN BOGOR,

Pada dasarnya wanita pedagang sayur atau istri petani petani bekerja untuk meringankan beban suaminya, keterlibatan mereka terjadi pada berbagai tahapan pertanian dan

Development of the business plan , perencanaan bisnis yang baik harus dikembangkan jika seorang wirausaha sudah memiliki peluang dan.. yakin akan keberhasilan peluang yang

Sikap wirausaha Melati Chatering terdiri dari berani menghadapi resiko, kreatif dan inovatif, visi dan misi, tujuan, percaya diri, mandiri, aktif enerjik dan menghargai

dari hasil tersebut seperti yang telah disimpulkan oleh Sukardi 1991 bahwa aspek-aspek yang telah dijelaskan terkait perilaku kewirausahaan rata-rata dimiliki wanita wirausaha UMKM di

Data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder untuk mengungkap faktor penentu kesuksesan dan kendala yang dihadapi wanita wirausaha Karak Kaliang dalam