• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Imotilisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) Menggunakan Bahan Anestesi Ekstrak Kasar Buah Pala (Myristica fragrans)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Teknik Imotilisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) Menggunakan Bahan Anestesi Ekstrak Kasar Buah Pala (Myristica fragrans)"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

`

TEKNIK IMOTILISASI IKAN MAS

(Cyprinus carpio)

MENGGUNAKAN BAHAN ANESTESI EKSTRAK KASAR

BUAH PALA

(Myristica fragrans)

ABDHU ROCHMAN SOLEH

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Teknik Imotilisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) Menggunakan Bahan Anestesi Ekstrak Buah Pala (Myristica fragrans)” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014

(3)

ABSTRAK

ABDHU ROCHMAN SOLEH. Teknik Imotilisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) Menggunakan Bahan Anestesi Ekstrak Buah Pala (Myristica fragrans). Dibimbing oleh RUDDY SUWANDI dan AGOES MARDIONO JACOEB.

Teknik imotilisasi pada penelitian ini menggunakan sampel ikan mas (Cyprinus carpio) dan bahan anestesi dari ekstrak buah pala (Myristica fragrans). Penelitian ini bertujuan menentukan efektivitas ekstrak buah pala sebagai bahan anestesi alami pada ikan mas. Uji anestesi tahap pertama menggunakan variabel bagian buah pala yaitu fuli, biji, dan daging dengan konsentrasi 5%, 10%, 20%, 15%, 20%, dan 25%. Hasil uji ANOVA dari data uji anestesi tahap pertama menunjukkan variabel konsentrasi dan variabel bagian buah pala mempengaruhi waktu pingsan dan waktu sadar dengan nilai signifikasi sebesar 0,004 dan 0,000. Uji lanjut menggunakan uji Tukey dan uji Kontras Ortogonal menunjukkan fuli dengan konsentrasi 5% merupakan varibel paling efektif dengan nilai waktu pingsan sebesar 1,47 menit dan waktu sadar sebesar 14,07 menit. Uji anestesi tahap kedua dilakukan dengan tujuan screening dari hasil uji anestesi tahap pertama dengan variabel konsentrasi fuli sebesar 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7% dan 8%. Hasil uji ANOVA dari data uji anestesi tahap kedua menunjukkan variabel konsentrasi fuli berpengaruh nyata terhadap waktu pingsan dengan nilai signifikasi sebesar 0,000 tetapi tidak mempengaruhi waktu sadar dengan nilai signifikasi sebesar 0,688. Uji lanjut menggunakan uji Tukey menunjukkan fuli dengan konsentrasi 3% merupakan variabel paling efektif dengan nilai waktu pingsan sebesar 1,11 menit dan waktu sadar sebesar 15,25 menit. Hasil uji glukosa darah menunjukkan kenaikan kadar gula darah pada semua variabel yang diuji dengan rata-rata kenaikan sebesar 112 mg/dL, dan nilai koefisien korelasi sebesar 0,71 yang dikatagorikan memiliki tingkat keeratan kuat. Hasil uji kualitas air dengan parameter suhu, DO, pH, dan salinitas pada semua variabel konsentrasi sebelum dan sesudah anestesi berturut-turut menunjukkan perubahan nilai rata-rata sebesar -0,06 0C, -0,31 mg/L, -2,04 pH/mV, dan 0 ppt. Hasil uji Regresi dari data waktu pingsan terhadap kualitas air pada parameter suhu, DO, dan pH menunjukan nilai korelasi, nilai R2, dan nilai signifikasi berturut-turut sebesar (0,02 ; 0,0005 ; 0,96), (-0,5 ; 0,2496 ; 0,21), dan (0,85 ; 0,7243 ; 0,007). Data uji salinitas menunjukkan tidak ada pengaruh waktu pingsan terhadap salinitas air.

(4)

ABSTRACT

ABDHU ROCHMAN SOLEH. Techniques Immotilisation Of Common Carp (Cyprinus carpio) Using Materials Anesthetic Of Nutmeg Juice (Myristica fragrans). Supervised by RUDDY SUWANDI and AGOES MARDIONO JACOEB

Immotilisation technique implemented to common carp (Cyprinus carpio) using nutmeg juice (Myristica fragrans) as anesthesia materials. The aim of study is to determine the effectiveness of nutmeg juice as a natural anesthetic on carp. The first stage of anesthesia test use variable that is part of nutmeg, which is nutmeg mace, grains, and meats with each part of nutmeg has a concentration of 5%, 10%, 20%, 15%, 20%, and 25%. ANOVA results of the first phase of the test data showed variable anesthetic concentration and variable part of nutmeg significantly different influence on the time unconscious and conscious time with significance values of 0.004 and 0.000. Further test using Tukey's test and Contrast Orthogonal test showed mace with a concentration of 5% was the most effective variable with values faint time 1.47 minute and conscious time of 14.07 minute. The second stage of anesthesia test conducted for the purpose of the test results anesthetic screening first stage with variable concentrations of mace at 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7% and 8%. ANOVA results of the second phase of the test data indicated anesthetic variables affecting mace was significantly different of concentrations against time to faint value of 0.000 but not significant influence on the conscious time the value of 0.688. Further test using Tukey test showed mace with 3% concentration is the most effective variable with values faint time 1.11minute and conscious time 15.25 minute. Blood glucose test results showed an increase in blood sugar levels on all variables tested with an average increase of 112 mg/dL, and a correlation coefficient of 0.71 were categorized to have a strong level of correlation. Water quality test results to the parameters temperature, DO, pH, and salinity in all of variables concentrations before and after anesthesia in a row shows the average change in the value of -0.06 0C, -0.31 mg/L, -2.04 pH/mV, and 0 ppt. Regretion linier test on the faint time result to the parameters temperature, DO, pH, and salinity shows the corelation value, R2 values, and significance values, respectively for (0.23 ; 0.55), (0.49 ; 0.18) and (0.80 ; 0.009). Test data showed no effect of faint time on the salinity of water salinity.

(5)
(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)
(8)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

TEKNIK IMOTILISASI IKAN MAS

(Cyprinus carpio)

MENGGUNAKAN BAHAN ANESTESI EKSTRAK KASAR

BUAH PALA

(Myristica fragrans)

ABDHU ROCHMAN SOLEH

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(9)

Judul Skripsi : Teknik Imotilisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) Menggunakan Bahan Anestesi Ekstrak Kasar Buah Pala (Myristica fragrans) Nama : Abdhu Rochman Soleh

NIM : C34090042

Program Studi : Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Dr Ir Ruddy Suwandi MS,MPhil Pembimbing I

Dr Ir Agoes M Jacoeb, Dipl-Biol Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Joko Santoso, M.Si. Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Teknik Imotilisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) Menggunakan Bahan Anestesi Ekstrak Kasar Buah Pala (Myristica fragrans)” dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April hingga Mei 2013.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr Ir Ruddy Suwandi MS,MPhil dan Dr Ir Agoes Jacoeb, Dipl-Biol. selaku pembimbing yang telah memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan yang sangat bermanfaat selama ini sampai menyelesaikan skripsi ini.

2. Dra Ella Salamah, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun pada penulisan skripsi ini.

3. Ayahanda M. Ikhsan dan Ibunda Musrifah, serta kakak tercinta Mustaidah, Saifudin, Mustaromah, Masudi, Susanti, Dinul Koyimah, Basuki Rahmad, Daud Kurniawan, Elmi Nur Alimah, dan seluruh anggota keluarga atas doa, kasih sayang, dan dukungannya.

4. Ibu Lastri dan Bapak Saiful selaku laboran di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku, serta semua pihak yang berperan serta menyukseskan skripsi ini. 5. Teman-teman kosan Pondok Asad, keluarga besar kelompok Cibanteng, dan

keluarga besar THP 46 terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat dijadikan acuan para pembaca untuk melakukan penelitian dalam bidang pengolahan hasil perairan.

.

Bogor, 21 Mei 2014

(11)

DAFTAR ISI

Ruang Lingkup Penelitian... 2

METODE... 2

Waktu dan Tempat... 2

Bahan... 2

Alat... 3

Prosedur Analisis Penelitian... 3

Preparasi dan Penghitungan Rendemen Bahan Baku... 4

Ekstraksi Kasar Buah Pala... 4

Rendemen Buah Pala (Myristica frgrans)... 5

(12)

DAFTAR TABEL

1 Tahap anestesi ikan ... 7

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir prosedur proses penelitian...3

2 Buah pala utuh dan bagian buah pala ... 6

3 Diagram pie rendemen buah pala... 6

4 Grafik pengaruh bagian buah pala dan konsentrasi bahan anestesi terhadap waktu pingsan ikan mas... 8

5 Grafik pengaruh bagian buah pala dan konsentrasi bahan anestesi terhadap waktu sadar ikan mas...9

6 Grafik pengaruh konsentrasi ekstrak fuli terhadap waktu pingsan ikan mas 10 7 Grafik pengaruh konsentrasi ekstrak fuli terhadap waktu sadar ikan mas .... 11

8 Grafik uji regresi linier konsentrasi larutan ekstrak fuli terhadap kenaikan glukosa darah ikan mas... 12

9 Grafik uji regresi linier waktu pingsan terhadap perubahan suhu air ... 13

10 Grafik uji regresi linier waktu pingsan terhadap DO air ... 14

11 Grafik uji regresi linier waktu pingsan terhadap perubahan pH air ... 15

12 Grafik uji regresi linier waktu pingsan terhadap perubahan salinitas air ... 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Penghitungan uji ANOVA dan uji lanjut pengaruh bagian buah pala dan konsentrasi terhadap waktu pingsan dan waktu sadar ikan mas ... 20

2 Penghitungan uji ANOVA dan uji lanjut pengaruh konsentrasi ekstrak fuli terhadap waktu pingsan dan waktu sadar ikan mas...21

3 Data rendemen dan contoh penghitungan rendemen buah pala ... 22

4 Data dan grafik pengaruh konsentrasi ekstrak fuli terhdap perubahan kadar glukosa darah ikan mas ... 22

5 Data uji kualitas suhu, DO, pH, dan salinitas air...23

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Produksi perikanan Indonesia berasal dari kegiatan perikanan tangkap dan perikanan budi daya. Kementrian Kelautan dan Perikanan 2011, merilis data produksi perikanan tangkap pada tahun 2010 tercatat sebesar 5.384.418 ton. Produksi perikanan budi daya Indonesia pada tahun 2010 adalah 6.277.924 ton. Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia. Produksi ikan mas Indonesia pada tahun 2010 mencapai 282.695 ton.

Transportasi merupakan salah satu faktor utama yang dihadapi oleh petani dalam mendistribusikan ikan mas pasca panen. Goncangan tidak beraturan yang ekstrem saat transportasi dapat menyebabkan ikan menjadi stres dan bergerak aktif sehingga rawan terjadi kerusakan fisik. Hal tersebut juga akan mengakibatkan metabolisme ikan meningkat lebih tinggi dari kondisi normal dan menyebabkan kualitas air menurun saat transportasi. Kualitas air yang buruk dapat mengakibatkan kematian pada ikan. Metode yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah imotilisasi dengan menekan metabolisme suatu organisme dalam kondisi minimum untuk mempertahankan hidupnya lebih lama dengan menggunakan ekstrak tumbuh-tumbuhan. Soedibya dan Pramono (2006) dalam Sulmartini et al. (2009) menyatakan metabolisme yang tinggi selama transportasi dapat diminimalkan dengan menggunakan metode imotilisasi. Imotilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan suhu rendah atau senyawa metabolik kimia maupun alami.

Buah pala (Myristica fragrans) merupakan salah satu tanaman yang banyak digunakan masyarakat untuk berbagai keperluan semisal manisan, bumbu masak, obat-obatan, parfum dan kosmetik. Produksi pala Indonesia sekitar 19,9 ribu ton per tahun. Luas areal tanaman pala semakin meningkat dari tahun ke tahun dan pada tahun 2005 mencapai 68.691 ha (Nurdjannah 2007).

Buah pala yang dikonsumsi dalam jumlah relatif banyak umumnya akan mengakibatkan konsumen merasa kantuk berat hingga tertidur. Hal tersebut diduga disebabkan oleh kandungan senyawa myristicin pada buah pala. Myristicin yang terkandung pada buah pala disinyalir dapat dijadikan sebagai bahan sedatif hipnotik. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui efektivitas buah pala untuk dijadikan bahan anestesi alami untuk imotilisasi ikan mas hidup.

Perumusan Masalah

(14)

2 sangat diperlukan. Pencegahan stres yang dilakukan menggunakan metode anestesi memerlukan informasi bagian buah pala dan konsentrasi yang paling efektif sehingga keamanan pangan dan mutu ikan mas dapat dipertahankan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan bagian buah pala (daging, biji, fuli) dan konsentrasi yang paling efektif sebagai bahan anestesi alami pada ikan mas.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan acuan dasar mengenai bagian buah pala dan konsentrasi paling efektif sebagai bahan anestesi alami pada ikan mas.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah pengambilan contoh, preparasi buah pala, penghitungan rendemen, ekstraksi setiap bagian buah pala, analisis waktu pingsan dan waktu sadar, analisis gula darah, analisis kualitas air, analisis data, serta penulisan laporan.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengetahuan Bahan Baku Industri Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis kualitas air dikerjakan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dimulai pada bulan April hingga Mei 2013.

Bahan

(15)

3 Alat

Alat yang digunakan adalah timbangan digital (merek Tanita), alat suntik, tes kit glukosa darah (Gluco DR), pH meter, DO meter, salinometer, termometer, akuarium, airator, gelas ukur, timer, pisau, talenan, blender, toples plastik, saringan teh, dan botol sampel.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunkan sampel ikan mas hitam yang berasal dari waduk Cirata, dan buah pala dari Ciherang, Bogor. Penelitian ini meliputi aklimatisasi, penentuan berat sampel, preparasi sampel, penghitungan rendemen pala, ekstraksi, analisis waktu pingsan dan waktu sadar, analisis kadar gula darah, dan analisis kualitas air. Penelitian ini terdiri atas empat tahap. Tahap satu terdiri atas penghitungan rendemen pala dan pembuatan ekstrak buah pala. Penelitian tahap kedua adalah uji efektivitas setiap bagian buah pala dan penelitian tahap tiga yakni screening untuk menentukan konsentrasi paling efektif dari salah satu bagian buah pala hasil tahap dua. Tahap ke empat adalah uji glukosa dan uji kualitas air. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Diagram alir proses penelitian Ikan Mas buah pala yang terdiri atas daging, fuli, dan biji

Uji anastesi 2:

Screening untuk menentukan konsentrai optimum ekstrak bagian buah pala terbaik

Analisis Glukosa Darah Analisis Kualitas Air (Suhu, DO, pH, Salinitas) Preparasi

(16)

4 Preparasi dan Penghitungan Rendemen Bahan Baku

Sampel ikan mas diaklimatisasi di dalam akuarium sebelum digunakan. Buah pala sebagai bahan baku bahan anestesi ditimbang beratnya. Tahap selanjutnya adalah pemisahan bagian buah pala (biji, fuli, daging) dan ditimbang setiap bagiannya sehingga didapatkan data rendemen buah. Bagian buah yang telah dipisahkan tersebut akan diekstrak kasar untuk bahan anestesi. Perhitungan rendemen buah pala menggunakan rumus rendemen.

Ekstraksi Kasar Buah Pala

Proses pembuatan ekstrak kasar buah pala dilakukan dengan memisahkan bagian buah pala (biji, fuli, daging). Uji anestesi dilakukan dengan membuat stock larutan ekstrak bagian buah pala masing-masing sebanyak 3 liter dengan kepekatan 25% (b/v) atau perbandingan pelarut berupa air dengan bagian buah pala adalah 1:4 (b/v). Ekstrak bagian buah masing-masing akan dicampurkan sebesar 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25% (v/v) sehingga air di toples yang digunakan untuk anestesi ikan mencapai 4 liter.

Uji Anestesi

Anestesi tahap pertama dan kedua dilakukan dengan metode perendaman dalam air. Anestesi tahap pertama akan menggunakan dua variabel terikat yaitu variabel bagian buah pala dan variabel konsentrasi ekstrak sebesar 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25% (v/v) dari 4 liter air ditoples yang digunakan untuk merendam ikan. Anestesi tahap pertama bertujuan untuk menentukan bagian buah pala dan konsentrasi paling efektif sebagai bahan anestesi. Anestesi tahap kedua bertujuan untuk screening pada variabel konsentrasi hasil anestesi tahap pertama sehingga diperoleh konsentrasi efektif dari bagian buah pala tersebut.

Data yang akan diperoleh dari anestesi tahap pertama dan anestesi tahap kedua yaitu data waktu pingsan dan waktu sadar ikan. Waktu pingsan merupakan kecepatan penetrasi bahan anestesi pada ikan sehingga ikan mengalami pingsan dari kondisi sadar. Waktu sadar merupakan waktu yang dibutuhkan ikan untuk kembali normal setelah ikan pingsan. Gunn (2001) dalam Setiawan (2012) menyatakan anestesi ideal adalah anestesi yang mampu memingsankan ikan kurang dari tiga menit dan menyadarkan kembali kurang lebih 5 menit. Bahan anestesi yang digunakan tidak mengandung racun bagi ikan dan manusia, dan mudah larut dalam media pelarutnya.

Analisis Glukosa Darah Ikan

(17)

5 Analisis Kualitas Air

Kualitas air merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam anestesi ikan. Analisis kualitas air dilakukan pada sampel air sebelum anestesi dan semua sempel air setelah anestesi pada semua perlakuan saat uji anestesi tahap kedua. Kualitas air yang digunakan hendaknya mendekati kualitas air untuk hidup ikan pada aquarium. Salinitas, suhu, pH, dan oksigen harus diperhitungkan karena faktor-faktor ini dapat mempengaruhi aktivitas bahan anestesi, kecepatan metabolisme ikan, dan kemampuan menyerap bahan anestesinya (Gunn 2001).

Analisis Data

Uji anestesi pertama akan menggunakan RAL Faktorial dan uji anestesi tahap dua akan menggunakan RAL. Percobaan faktorial dicirikan oleh perlakuan yang merupakan komposisi dari semua kemungkinan kombinasi dari taraf-taraf dua faktor atau lebih. Istilah faktorial lebih mengacu pada bagaimana perlakuan-perlakuan yang akan diteliti disusun, tetapi tidak menyatakan bagaimana perlakuan tersebut disusun dan bagaimana mengalokasikan perlakuan-perlakuan tersebut ke dalam unit-unit percobaan. Pernyataan ini merupakan penegasan pembeda antara rancangan perlakuan dengan rancangan lingkungan. Pemberian nama suatu rancangan harus memperhatikan bagaimana perlakuan-perlakuan tersebut disusun dan bagaimana mengalokasikan perlakuan-perlakuan-perlakuan-perlakuan tersebut ke dalam unit-unit percobaan. Keuntungan dari percobaan faktorial yaitu mampu mendeteksi respon dari taraf masing-masing faktor (pengaruh utama) serta interaksi antara dua faktor (Mattjik dan Sumertajaya 2006).

Analisis data dilakukan dengan uji ANOVA menggunakan softwere SPSS statistic 17.0. Data tersebut akan diuji lanjut menggunakan uji Tukey serta uji Kontras Ortogonal jika hasilnya berbeda nyata. Data uji glukosa darah dan uji kualitas air akan dianalisis menggunakan uji Regresi Linier. Uji ini bertujuan untuk mengetahui secara umum pengaruh dari variabel konsentrasi terhadap kenaikan glukosa darah dan pengaruh waktu ikan pingsan terhadap kualitas air yang terdiri atas suhu, DO, pH, dan Salinitas. Data yang diperoleh akan diolah menggunakan softwere Ms. Excell 2007.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rendemen Buah Pala (M. fragrans)

Pala adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari Pulau Banda dan Papua. Tanaman ini merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun. Pala tumbuh baik di daerah tropis seperti Indonesia, Amerika, Asia, dan Afrika. Pala dapat tumbuh baik di daerah tropis pada ketinggian di bawah 700 m dari permukaan laut, beriklim lembab dan panas, serta curah hujan 2.000-3.500 mm per tahun (Rismunandar 1992).

(18)

6 daun banyak digunakan untuk industri obat-obatan, parfum, dan kosmetik. Daerah penghasil utama pala di Indonesia adalah Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, Sumatra Barat, Nangroe Aceh Darusalam, Jawa Barat, dan Papua (Nurdjannah 2007).

Rendemen adalah persentase bagian bahan baku yang dapat dimanfaatkan. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai ekonomis dan efektivitas suatu bahan atau produk. Semakin tinggi nilai rendeman suatu bahan maka nilai ekonomisnya akan lebih tinggi begitu pula dengan pemanfaatannya. Size rata-rata buah pala yang digunakan pada penelitian ini adalah 25. Gambar buah pala dan diagram pie rendemen buah pala dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

(a) (b)

Gambar 2 (a) Buah pala utuh (b) Bagian buah pala.

Gambar 3 Diagram pie rendemen buah pala

Gambar 3 menunjukkan bahwa rendemen buah pala yang meliputi daging, fuli, biji, tangkai buah, dan daging memiliki persentase paling besar. Rendemen fuli sebesar 1,3%, rendemen biji 12,27%, rendemen daging 86,03% dan rendemen tangkai buah sebesar 0,4%. Buah pala memiliki rendemen daging yang paling besar. Besarnya rendemen menunjukkan potensi bagian buah yang dapat dimanfaatkan selain faktor komposisi senyawa kimia yang terkandung (Rismunandar 1992).

Tangkai Buah Daging Buah Fuli

(19)

7 Uji Anestesi Pertama

Anestesi atau pingsan adalah kondisi tidak sadar yang dihasilkan oleh proses terkendali dan sistem syaraf pusat yang mengkibatkan turunnya kepekaan terhadap rangsang dari luar dan rendahnya respon gerak dari rangsangan tersebut. Saskia et al. (2013) menyatakan anestesi adalah menghilangkan kesadaran suatu organisme terhadap rangsangan dari luar akibat penggunaan suatu bahan yang ditambahkan dari luar. Anestesi digunakan selama pengangkutan dengan tujuan untuk menenangkan ikan sehingga aktivitasnya berkurang, mengurangi konsumsi oksigen, mengurangi produksi karbondioksida yang mudah terurai sehingga tidak menimbulkan efek negatif pada ikan. Tahapan anestesi ikan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Tahap anestesi ikan

Tahapan Deskripsi Gejala

1 Normal Kesadaran ada, opercular rate, dan otot normal 2 Awal Sedasi Mulai kehilangan kesadaran, opercular rate,

keseimbangan menurun 3 Kehilangan

sebagian keseimbangan

Sebagian otot mulai relaksasi, berenang tidak teratur, peningkatan opercular rate, Bereaksi hanya ketika ada tactle yang kuat dan rangsangan getaran

4 Kehilangan

keseimbangan total

Kehilangan keseimbangan dan otot secara total; lambat tetapi teratur opercular rate, kehilangan refleks spinal

5 Kehilangan reflek Kehilangan kesadaran total, opercular lambat dan tidak teratur, denyut jantungsangat lambat, kehilangan refleks

6 Medulla kolaps (stadium asphyxia)

Opercular berhenti bergerak, jantung menahan biasanya diikuti dengan gerakan cepat

Sumber: Bowser (2001)

Metode anestesi pada ikan dapat dilakukan menggunakan senyawa kimia, penurunan suhu, dan sengatan listrik. Metode anestesi yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode perendaman ikan. Harms (1998) dalam Setiawan (2012) menyatakan anestesi pada ikan dilakukan untuk pemeriksaan, transportasi, diagnostik dan operasi. Prosedurnya yaitu menyiapkan air, memeriksa kondisi ikan, mengistirahatkan ikan. Penggunaan anestesi yang berlebihan atau overdosis digunakan untuk euthanasia. Anestesi untuk ikan biasanya penggunaannya melalui air (perendaman), dan bisa juga dengan cara anestesi inhalasi (seperti anestesi gas pada mamalia). Anestesi melalui injeksi efektif digunakan pada mamalia dan tidak efektif pada ikan.

(20)

8 berukuran pendek. Hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil tidak ditutupi sisik. Sisik ikan mas berukuran relatif besar dan digolongkan ke dalam tipe sisik sikloid dengan warna yang sangat beragam (Rochdianto 2005).

Ikan mas merupakan ikan air tawar ekonomis penting yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Ikan mas yang digunakan dalam penelitian ini merupakan ikan mas berwarna hitam hasil budi daya di waduk Cirata. Jumlah ikan mas yang digunakan pada uji anestesi tahap pertama sebanyak 48 ekor dengan berat rata-rata 200 gr. Ikan diaklimatisasi selama satu hari sebelum digunakan untuk percobaan. Hal ini bertujuan untuk mengatur kondisi fisiologis ikan dalam keadaan normal. Proses aklimatisasi ini dilakukan dengan meletakkan ikan di dalam aquarium kaca yang diberi airasi.

Uji anestesi tahap pertama menggunakan RAL Faktorial. Uji anestesi dilakukan dengan membuat stock larutan ekstrak bagian buah pala masing-masing sebanyak 3 liter dengan kepekatan 25% (b/v) atau perbandingan pelarut berupa air dengan bagian buah pala adalah 1:4 (b/v). Ekstrak bagian buah masing-masing akan dicampurkan sebesar 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25% (v/v) sehingga air di toples yang digunakan untuk anestesi ikan mencapai 4 liter. Bagian buah dan konsentrasi merupakan variabel terikat yang digunakan. Sampel kontrol yang digunakan adalah sampel ikan tanpa penambahan bahan anestesi pada media air. Efektifitas bahan anestesi ditentukan oleh waktu pingsan dan waktu sadar ikan. Data waktu pingsan dan waktu sadar ikan mas dihitung dengan menggunakan stopwatch. Data hasil uji anestesi tahap pertama dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.

(21)

9

Gambar 5 Grafik pengaruh bagian buah pala dan konsentrasi bahan anestesi terhadap waktu sadar ikan mas.

Data waktu pingsan dan waktu sadar tersebut diuji ANOVA menggunakan softwere SPSS statistic17.0 pada selang keperayaan 95% untuk melihat pengaruh variabel bagian buah dan konsentrasi terhadap waktu pingsan dan waktu sadar. Hasil uji ANOVA menunjukkan variabel bagian buah pala dan konsentrasi berpengaruh terhadap waktu pingsan dan waktu sadar ikan dengan nilai signifikasi sebesar 0,004 (Sig < 0,05) dan 0,000 (Sig < 0,05). Nilai tersebut menunjukkan perlu dilakukan uji lanjut. Pengaruh variabel bagian buah dan konsentrasi terhadap waktu pingsan dan waktu sadar yang berbeda diduga akibat jumlah dan jenis kandungan senyawa kimia pada setiap bagian buah pala berbeda. Tabel uji ANOVA dan uji Kontras Ortogonal dari data anestesi tahap 1 dapat dilihat pada Lampiran 1.

Buah pala banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku minyak atsiri. Minyak atsiri pala saat ini banyak dikembangkan sebagai bahan baku aromaterapi. Komponen utama buah pala dan fuli yaitu myristicin, elemin, dan isoelemin dalam aromaterapi bersifat menghilangkan stress. Daging pala seberat 100 gr mengandung air 10 gr, protein 7 gr, lemak 33 gr, minyak yang menguap dengan komponen utama monoterpene hydrocarbons (61-88% seperti alpha pinene, beta pinene, sabinene), asam monoterpenes (5-15%), aromatik eter (2 - 18% seperti myristicin, elemicin). Fuli mengandung minyak atsiri, minyak lemak, zat samak, dan zat pati. Biji pala mengandung minyak atsiri, minyak lemak, saponin, miristisin, elemisi, enzim lipase, pektin, hars, zat samak, lemonena, dan asam oleanolat. Kulit buah mengandung minyak atsiri dan zat samak (Rahadian 2009).

(22)

10 mengalami pingsan dan paling lama mengalami waktu sadarnya adalah fuli. Hal ini diduga karena fuli memiliki kandungan senyawa myristicin paling tinggi dibandingkan biji dan daging. Uji ortogonal menunjukkan fuli dengan konsentrasi 5% merupakan varibel paling efektif dengan nilai waktu pingsan sebesar 1,47 menit dan waktu sadar sebesar 14,07 menit. Dorman et al. (2004) dalam Nurdjannah (2007) menyatakan bahwa minyak fuli mengandung lebih banyak myristicin daripada minyak biji pala.

Shulgin (1966) diacu dalam Pratiwi (2000) menyatakan bahwa senyawa myristicin yang terdapat dalam minyak biji pala berpotensi sebagai substansi psychotropic untuk mengganti senyawa sintesis. Myristicin merupakan senyawa dengan rumus molekul C12H116O3 dengan bobot molekul 192,21. Myristicin

diubah menjadi MMDA (3-methoxy-4,5-methylenedioxy amphetamine). MMDA diketahui mempunyai potensi yang lebih besar dibandingkan TMA sebagai obat pshychotropic (penenang). TMA dan MMDA mempunyai efek halusinogen dan antimual (Leon 1991).

Uji Anestesi Kedua

Uji anestesi tahap kedua ini menggunakan RAL. Uji anestesi ini dilakukan dengan tujuan screening dari hasil uji anestesi tahap pertama. Uji anestesi dilakukan dengan membuat stock larutan ekstrak fuli sebanyak 1,5 liter dengan kepekatan 25% (b/v) atau perbandingan pelarut berupa air dengan bagian buah pala adalah 1:4 (b/v). Ekstrak fuli akan dicampurkan sebesar 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7% dan 8% (v/v) sehingga air di toples yang digunakan untuk anestesi ikan mencapai 4 liter. Bagian buah dan konsentrasi tersebut merupakan variabel terikat yang digunakan. Sampel kontrol yang digunakan adalah sampel ikan tanpa penambahan bahan anestesi pada media air. Data hasil uji anestesi tahap kedua dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7.

(23)

11

Gambar 7 Grafik pengaruh konsentrasi ekstrak fuli terhadap waktu sadar ikan mas. Hasil uji ANOVA menggunakan SPSS 17.0 pada selang keperayaan 95% untuk melihat pengaruh variabel konsentrasi ekstrak fuli terhadap waktu pingsan dan waktu sadar menunjukan variabel konsentrasi fuli mempengaruhi secara nyata waktu pingsan dengan nilai signifikasi sebesar 0,000 (Sig < 0,05) sehingga perlu dilakukan uji lanjut. Konsentrasi fuli tidak mempengaruhi berbeda terhadap waktu sadar dengan nilai signifikasi sebesar 0,688 (Sig > 0,05). Tabel uji ANOVA dan uji Tukey data anestesi tahap 2 dapat dilihat pada Lampiran 2.

Hasil uji lanjut menggunakan uji Tukey menunjukkan fuli dengan konsentrasi 3% merupakan variabel paling efektif dengan nilai waktu pingsan sebesar 1,11 menit dan waktu sadar sebesar 15,25 menit. Fuli dengan konsentrasi 3% dianggap paling efektif karena memiliki kemampuan memingsankan ikan paling cepat. Uji ANOVA menunjukkan waktu sadar ikan dengan bahan anestesi fuli 3% bukan yang terbaik, tetapi nilai waktu sadar antar variabel menunjukkan tidak berbeda nyata. Hal tersebut sebagai dasar bahwa fuli 3% merupakan konsentrasi paling efektif sebagai bahan anestesi pada ikan mas (C. carpio).

Uji Glukosa Darah

(24)

12

Gambar 8 Grafik uji regresi linier konsentrasi larutan ekstrak fuli terhadap kenaikan glukosa darah ikan mas

Grafik uji Regresi Linier di atas menunjukkan nilai R2 atau persentase variasi total dalam variabel kenaikan kadar glukosa yang dijelaskan oleh variabel konsentrasi sebesar 0,5078. Nilai koefisien korelasi antara variabel konsentrasi terhadap kenaikan kadar glukosa darah sebesar 0,71 dan dikatagorikan memiliki tingkat keeratan kuat.

Darah merupakan sistem transportasi dalam tubuh ikan. Darah memiliki fungsi utama untuk mensuplai nutrien seperti oksigen, glukosa dan elemen-elemen penting ke jaringan dan untuk mengangkut hasil buangan metabolisme seperti karbon dioksida dan asam laktat. Steward (1991) dalam Hastuti et al. (2003) menyatakan glukosa darah merupakan sumber pasokan bahan bakar utama dan substrat esensial untuk metabolisme sel terutama sel otak. Otak membutuhkan pasokan glukosa terus-menurus agar dapat berfungsi secara kontinyu.

Glukosa darah terus meningkat seiring kenaikan konsentrasi bahan anestesi. Hal ini diduga karena pengaruh stres yang dialami ikan akibat penambahan bahan anestesi. Bahan anestesi yang semakin tinggi mengakibatkan ikan semakin stres dan glukosa darah semakin naik. Syawal dan Ikhwan (2011) menyatakan terjadinya peningkatan maupun penurunan kadar glukosa di dalam plasma mengindikasikan bahwa ikan mengalami stres. Salah satu indikasi ikan stres adalah meningkatnya kadar glukosa dalam plasma. Konsentrasi glukosa dalam plasma yang beredar tergantung pada produksi glukosa dan cepatnya hilang dalam peredaran darah.

Analisis Suhu Air

(25)

13 pertumbuhan optimum bisa tercapai, serta kisaran toleransi suhu, yaitu suhu dimana spesies tersebut mampu bertahan hidup. Praseno et al. (2010) menyatakan ikan mas memiliki tempat hidup di perairan tawar yang tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras. Ikan mas dapat hidup baik pada ketinggian 150-600 meter diatas permukaan laut dan pada suhu 25 oC-30 oC.

Hasil pengukuran suhu secara umum menunjukkan adanya perubahan suhu rata-rata air setelah pingsan sebesar -0,056 oC dan rata-rata suhu awal sebesar 25,49 oC. Grafik uji Regresi Linier pengaruh lama waktu pingsan ikan terhadap perubahan suhu air dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Grafik uji regresi linier waktu pingsan terhadap perubahan suhu air Gambar 9 menunjukkan variabel waktu pingsan mempengaruhi perubahan suhu air dengan model regresi Y=-0,0696+0,0039X. Nilai R2 atau persentase variasi total dalam variable perubahan suhu air yang dijelaskan oleh variabel waktu pingsan sebesar 0,0005. Nilai koefisien korelasi antara waktu pingsan terhadap perubahan suhu air sebesar 0,02 dan dikatagorikan memiliki tingkat keeratan sangat lemah. Nilai signifikasi pada uji Regresi Linier sebesar 0,96 (Sig > 0,05). Hal tersebut menunjukan bahwa model regresi Y=-0,0696+0,0039X tidak layak dan dapat dikatakan bahwa variabel waktu pingsan ikan tidak mempengaruhi signifikan terhadap suhu air setelah pemingsanan.

Analisis DO Air

(26)

14 dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut.

Hasil pengukuran DO secara umum menunjukkan adanya perubahan DO rata-rata air setelah pingsan sebesar -0,31 mg/L dan rata-rata DO awal sebesar 8,19 mg/L. Grafik uji Regresi Linier pengaruh lama waktu pingsan ikan terhadap perubahan DO air dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Grafik uji regresi linier waktu pingsan terhadap perubahan DO air Gambar 10 menunjukkan model regresi linier antara variabel waktu pingsan dan perubahan DO air setelah ikan pingsan yaitu Y= -0,152-0,0748X. Nilai R2 atau persentase variasi total dalam variable perubahan DO air yang dijelaskan oleh variabel waktu pingsan sebesar 0,2496. Nilai koefisien korelasi antara variabel waktu pingsan terhadap perubahan DO air sebesar -0,5 dan dikatagorikan memiliki tingkat keeratan cukup. Nilai signifikasi pada uji Regresi Linier ini sebesar 0,21 (Sig > 0,05). Hal ini menunjukan model regresi Y= -0,152-0,0748X tidak layak dan dapat dikatakan bahwa variabel waktu pingsan tidak mempengaruhi signifikan terhadap DO air setelah pemingsanan. Nilai DO yang cenderung turun dengan korelasi -0,5 berbanding terbalik dengan semakin lamanya waktu ikan pingsan. Hal ini diduga pada konsentrasi rendah ikan lebih lama pingsan dan mengalami stres lebih lama sehingga membutuhkan konsumsi oksigen yang tinggi dan menyebabkan nilai DO terus menurun dan nilai DO relatif lebih rendah dibandingkan pada konsentrasi tinggi saat ikan lebih cepat mengalami pingsan.

Analisis pH Air

(27)

15 laju reaksi beberapa bahan di dalam air. Nilai pH air yang baik untuk budi daya sebesar 6,5-9,0 dan kisaran optimal pH adalah 7,5-8,5 (Ghufran et al. 2007).

Hasil pengukuran suhu secara umum menunjukkan adanya perubahan pH rata-rata air setelah pingsan sebesar -2,04 pH/mV dan rata-rata pH awal sebesar 5,39 pH/mV. Hasil uji statistik menunjukan persamaan regresi linier antara variabel waktu pingsan dan perubahan pH air setelah ikan pingsan dengan permodelan Y= -3,138+0,4635X. Grafik uji Regresi Linier pengaruh konsentrasi terhadap perubahan pH air dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Grafik uji regresi linier waktu pingsan terhadap perubahan pH air Gambar 11 menunjukkan nilai R2 atau persentase variasi total dalam variable perubahan pH air yang dijelaskan oleh variabel waktu pingsan sebesar 0,7243. Nilai koefisien korelasi antara variabel waktu pingsan ikan terhadap perubahan pH air sebesar -0,8 dan dikatagorikan memiliki tingkat keeratan sangat kuat. Nilai signifikasi pada uji Regresi Linier ini sebesar 0,007 (Sig < 0,05). Hal tersebut menunjukan bahwa model regresi Y= -3,138+0,4635X layak dan dapat dikatakan bahwa variabel waktu pingsan ikan signifikan berbanding lurus terhadap perubahan pH air setelah pemingsanan.

(28)

16 lainnya dapat di atur. Sari buah mengandung aroma dan warna karakterisrik dari buah itu sendiri dengan pH 4,00 – 4,50 (bahan pangan asam).

Analisis Salinitas Air

Salinitas merupakan salah satu parameter kualitas air yang perlu diketahui. Menurut Praseno et al. (2010) salinitas diartikan sebagai ukuran yang menggambarkan tingkat keasinan (kandungan NaCl) dari suatu perairan. Satuan salinitas umumnya dalam bentuk promil (0/00) atau satu bagian per seribu bagian.

Hasil pengukuran salinitas secara umum menunjukkan tidak adanya perubahan salinitas air setelah pingsan. Salinitas air sebelum dan sesudah digunakan tetap sebesar 0 ppm. Hasil uji statistik menunjukan persamaan regresi linier antara variabel lama waktu pingsan dan perubahan salinitas air setelah ikan pingsan yaitu Y= 0. Grafik uji Regresi Linier pengaruh konsentrasi terhadap perubahan salinitas air dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Grafik uji regresi linier waktu pingsan terhadap perubahan salinitas air Gambar 12 menunjukkan model regresi salinitas Y= 0 tidak layak. Variabel waktu pingsan ikan tidak mempengaruhi sama sekali terhadap perubahan salinitas air setelah pemingsanan. Nilai koefisien korelasi sebesar 0 yang menunjukan tidak adanya keterkaitan antara variabel lama waktu pingsan ikan terhadap perubahan salinitas air. Hal ini diduga karena tiga faktor, yaitu air tawar yang digunakan sebagai media anestesi memiliki salinitas sebesar 0 ppm, hasil metabolisme ikan saat stres tidak mempengaruhi signifikan terhadap salinitas air, dan ekstrak fuli tidak mengandung kadar garam. Hal ini sesuai Praseno et al. (2010) yang menyatakan air tawar memiliki salinitas 0 0/00, air payau memiliki

salinitas antara 1 0/00-300/00, sedangkan air laut/asin memiliki salinitas di atas

(29)

17

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Ekstrak fuli dari buah pala (Myristica fragrans) dengan konsentrasi 3% merupakan variabel paling efektif sebagai bahan anestesi pada proses imotilisasi ikan mas (Cyprinus carpio) dengan nilai waktu pingsan sebesar 1,11 menit dan waktu sadar sebesar 15,25 menit. Rendemen fuli sebesar 1,3%, rendemen biji 12,27%, rendemen daging 86,03%, dan rendemen tangkai buah sebesar 0,4%. Hasil uji glukosa darah menunjukkan kenaikan kadar gula darah pada semua variabel yang diuji dengan rata-rata kenaikan sebesar 112 mg/dL, dan nilai koefisien korelasi sebesar 0,71 yang dikatagorikan memiliki tingkat keeratan kuat. Hasil uji kualitas air dengan parameter suhu, DO, pH, dan salinitas pada semua variabel konsentrasi sebelum dan sesudah anestesi berturut-turut menunjukkan perubahan nilai rata-rata sebesar -0,06 0C, -0,31 mg/L, -2,04 pH/mV, dan 0 ppt. Hasil uji Regresi dari data waktu pingsan ikan terhadap kualitas air pada parameter suhu, DO, dan pH menunjukan nilai korelasi, nilai R2, dan nilai signifikasi berturut-turut sebesar (0,02 ; 0,0005 ; 0,96), (-0,5 ; 0,2496 ; 0,21), dan (0,85 ; 0,7243 ; 0,007). Hasil uji salinitas menunjukkan tidak adanya pengaruh waktu pingsan ikan terhadap salinitas air dengan korelasi 0.

Saran

(30)

18

DAFTAR PUSTAKA

Bowser PR. 2001. Anesthetic Options for Fish. Jurnal Aquatic Animal Health Program, Dept of Microbiology and Immunology, College of Veterinary Medicine, Cornell, hal : 1-3

Ghufran HK, Kordi, Tancung AB. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budi Daya Perairan. Jakarta [ID]: Rineka Cipta.

Gunn, E. 2001. Floundering in The Foirbes of Fish Anestesia. P 211.

Hastuti S, Supriyono E, Mokoginta I, Subandiyono. 2003. Respon Glukosa Darah Ikan Gurami (Osphronemus gouramy, LAC.) terhadap Stres Perubahan Suhu Lingkungan. Jurnal Akuakultur Indonesia, 2(2): 73-77.

Jailani. 2000. Mempelajari Pengaruh Penggunaan Pelepah Pisang Sebagai Bahan Pengisi Terhadap Tingkat Kelulusan Hidup Ikan Mas (Cyprinus carpio) [skripsi]. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Data Pokok Kelautan dan

Perikanan s/d Oktober 2011. Jakarta [ID]: Pusat Data Statistik dan Informasi Sekertariat Jendral Kementerian Kelautan Dan Perikanan.

Leon C. 1991. Myristica fragrans Houtt. [internet]. [diunduh 6 Februari 2014]. Tersedia pada http://www.inchem.org/documents/pims/plant/pim355.htm Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS

Dan Minitab. Bogor [ID]: IPB Press.

Nurdjannah, Nanan. 2007. Teknologi Pengolahan Pala. Jakarta [ID]. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.

Praseno O, Krettiawan H, Asih S, Sudradjat A. 2010. Uji Ketahanan Salinitas Beberapa Strain Ikan Mas yang Dipelihara di Akuarium. Prosiding Forum Iinovasi Teknologi Akuakultur 2010 hal: 93-100.

Pratiwi T. 2000. Pengkajian Pengaruh Pembiusan dengan Minyak Biji Pala pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Gift dan Penerapan dalam Pengangkutan [skripsi]. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Rahadian DD. 2009. Pengaruh Ekstrak Biji Pala (Myristica fragrans Houtt) Dosis

7,5 mg/25gr BB terhadap Waktu Induksi Tidur dan Lama Waktu Tidur Mencit Balb/c yang Diinduksi Thiopental [skripsi]. Semarang [ID]. Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang.

Rismunandar. 1992. Budidaya dan Tataniaga Pala. Jakarta [ID]: Penebar Swadaya.

Rochdianto A. 2005. Analisis Finansial Usaha Pembenihan Ikan Karper (Cyprinus carpio Linn) di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali [skripsi]. Tabanan [ID]. Fakultas Eekonomi, Universitas Tabanan.

Saskia Y, Harpeni E, Kadarini T. 2013. Toksisitas dan Kemampuan Anestetik Minyak Cengkeh (Sygnium aromaticum) terhadap Benih Ikan Pelangi Merah (Glossolepis incisus). AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) hal: 1-6.

(31)

19 Setyono DED. 2004. Pengetahuan Dasar Akuakultur. Jurnal Oseana, Volume

XXIX, Nomor 1, Tahun 2004 : 27 – 32.

Suhirman S, Hadad EA, Lince. 2006. Pengaruh Penghilang Tanin dari Jenis Pala Terhadap Sari Buah Pala. Jurnal Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik dan Institut Pertanian Bogor Bul. Littro. Vol. XVII No. 1, 2006, 39

– 52.

Sulmartini L, Chotimah DN, Tjahjaningsih W, Widiyatno TV, Triastuti J. 2009. Respon Daya Cerna dan Respirasi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio) Pasca Transportasi dengan Menggunakan Daun Bandotan (Ageratum conyzoides) Sebagai Bahan Antimetabolik. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol.1 No.1

(32)

20 Lampiran 1 Penghitungan uji ANOVA dan uji lanjut pengaruh bagian buah pala dan konsentrasi terhadap waktu pingsan dan waktu sadar ikan mas.

Tabel 2 Uji ANOVA bagian buah pala dan konsentrasi terhadap waktu pingsan Sumber

Pengoreksian Model 549,199a 14 39,228 21,122 0,000

Perpotongan 761,872 1 761,872 410,216 0,000

Keterangan: 1. Semakin kecil nilai rata-rata maka semakin baik 2. Semakin rendah superscript maka semakin baik

Tabel 4 Uji ANOVA bagian buah pala dan konsentrasi terhadap waktu sadar Sumber

Pengoreksian Model 3072,592a 14 219,471 6,341 0,000 Perpotongan 3400,310 1 761,8723400,310 98,245 0,000

Pala 599,699 4 149,925 4,332 0,007

Konsentrasi 653,515 2 326,758 9,441 0,001

Pala*Konsentrasi 1819,379 8 227,422 6,571 0,000

Galat 1038,318 30 34,611

Total 7511,221 45

(33)

21 Tabel 5 Uji lanjut bagian buah dan konsentrasi terhadap waktu sadar

Bagian Buah Pala

Keterangan: 1. Semakin kecil nilai rata-rata maka semakin baik 2. Semakin rendah superscript maka semakin baik 3. Superscript X menunjukkan kematian sampel ikan

Lampiran 2 Penghitungan uji ANOVA dan uji lanjut pengaruh konsentrasi ekstrak fuli terhadap waktu pingsan dan waktu sadar ikan mas.

Tabel 6 Uji ANOVA konsentrasi terhadap waktu pingsan

Jumlah R2 Df Nilai Tengah R2 F Sig

Antar Kelompok 17,285 7 2,469 36,463 0,000

Dalam Kelompok 0,542 8 0,068

Total 17,826 15

Tabel 7 Uji Tukey konsentrasi terhadap waktu pingsan Konsentrasi (%) Superscript Nilai

1 E 4,22E

Tabel 8 Uji ANOVA konsentrasi terhadap waktu sadar

Jumlah R2 Df Nilai Tengah R2 F Sig

Antar Kelompok 1008,226 7 144,032 0,679 0,688

Dalam Kelompok 1696,837 8 212,105

(34)

22 Lampiran 3 Data rendemen dan contoh penghitungan rendemen buah pala (%). Tabel 9 Data pengukuran rendemen buah pala

Ulangan Size (buah/Kg) Fuli (%) Biji (%) Daging (%) Tangkai Buah (%)

Lampiran 4 Data dan grafik pengaruh konsentrasi ekstrak fuli terhadap perubahan kadar glukosa darah ikan mas

Tabel 10 Pengaruh konsentrasi ekstrak fuli terhadap kadar glukosa darah ikan mas Konsentrasi

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

(35)

23

Gambar 13 Grafik perubahan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah ikan pingsan

Lampiran 5 Data uji kualitas suhu, DO, pH, dan Salinitas air Tabel 11 Uji kualitas air

Konsentrasi (%)

Suhu oC DO (mg/L) pH (pH/mV) Salinitas (ppm)

0 25,55 8,5 7,43 0

1 25,45 7,9 6,24 0

2 25,60 7,8 5,62 0

3 25,40 8,0 5,11 0

4 25,25 8,0 4,95 0

5 25,40 8,2 4,87 0

6 25,60 8 4,85 0

7 25,35 8,5 4,18 0

8 25,85 8,8 5,23 0

Lampiran 6 Dokumentasi penelitian

(36)

24

Preparasi buah pala Penimbangan rendemen

Media air dan bahan anestesi Bahan anestesi ekstrak buah pala

Proses anestesi Uji glukosa darah ikan

(37)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 19 Desember 1990 di Jombang, Jawa Timur. Penulis merupakan anak kandung dari pasangan Mohamad Iksan dan Musrifah. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar tahun 2003 di SDN Gadingmangu 1 Perak, Jombang. Penulis melanjutkan jenjang pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 1 Perak Jombang, dan lulus tahun 2006. Penulis melanjutkan studinya di SMAN 1 Jombang tahun 2006, dan lulus tahun 2009. Tahun 2009 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Teknologi Hasil Perairan melalui jalur USMI.

Penulis aktif diberbagai organisasi selama studi. Penulis menjabat sebagai ketua KIR SMAN 1 Jombang periode 2007-2008, sebagai anggota IPB Political School tahun 2009-2010, anggota Himpunan Mahasiswa Teknologi Hasil Perikanan (HIMASILKAN) devisi kewirausahaan 2010-2011, anggota Wirausaha Muda CDA IPB periode 2012, dan anggota Jombang Agrostudent Comunity tahun 2009 hingga sekarang. Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan di lingkungan Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Gambar 1 Diagram alir proses penelitian
Gambar 2 (a) Buah pala utuh (b) Bagian buah pala.
Gambar 5.
Grafik uji Regresi Linier pengaruh konsentrasi terhadap kenaikan kadar glukosa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perlu dilakukan uji aktivitas ekstrak etanol daun pala (Myristica fragrans Houtt.) dengan menggunakan metode difusi agar...

Ikan segar banyak dicari oleh konsumen karena mempunyai mutu dan cita rasa yang tinggi, salah satunya ikan mas. Ikan segar diperoleh dengan cara transportasi, tetapi ikan

Penelitian pendahuluan bertujuan mengetahui ambang konsentrasi ekstrak biji pala yang akan digunakan sebagai bahan anestesi bagi kelangsungan hidup lobster..

Penelitian bertujuan untuk mengetahui sumber ekstrak dari buah pala (daging buah, fuli dan biji pala) yang berpengaruh terhadap daya hambat5. Staphylococcus aureus, selain itu

Dimana sumber ekstrak fuli memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan daging buah dan biji pala dilihat dari besarnya hambatan pertumbuhan bakteri berupa zona

Minyak atsiri pada biji pala (Myristica fragrans Houtt.) mempunyai aktivitas sebagai repelan terhadap nyamuk Aedes aegypti betina dengan konsentrasi 12%. Peningkatan

Hal ini disebabkan konsentrasi bahan anestesi yang masuk ke dalam tubuh ikan dalam kadar yang tinggi, semakin tinggi konsentrasi bahan anestesi yang digunakan

Ikan segar banyak dicari oleh konsumen karena mempunyai mutu dan cita rasa yang tinggi, salah satunya ikan mas. Ikan segar diperoleh dengan cara transportasi, tetapi ikan