• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Klinis Pendahuluan Pengaruh Pemberian Kapsul Kombinasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) dan Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Profil Lipid Pada Pasien Dislipidemia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Klinis Pendahuluan Pengaruh Pemberian Kapsul Kombinasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) dan Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Profil Lipid Pada Pasien Dislipidemia"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

UJI KLINIS PENDAHULUAN PENGARUH PEMBERIAN

KAPSUL KOMBINASI EKSTRAK HERBA SAMBILOTO

(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) DAN DAUN SALAM

(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) TERHADAP PROFIL

LIPID PADA PASIEN DISLIPIDEMIA

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UJI KLINIS PENDAHULUAN PENGARUH PEMBERIAN

KAPSUL KOMBINASI EKSTRAK HERBA SAMBILOTO

(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) DAN DAUN SALAM

(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) TERHADAP PROFIL

LIPID PADA PASIEN DISLIPIDEMIA

Universitas tera U

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

era

OLEH:

SITI IRMAYANNI

NIM 121524028

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul Uji Klinis Pendahuluan Pengaruh Pemberian Kapsul Kombinasi Ekstrak

Herba Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) dan Daun Salam

(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Profil Lipid Pada Pasien

Dislipidemia. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio

Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ibu Prof. Dr. Julia

Reveny, M.Si., Apt. selaku wakil dekan I Fakultas Farmasi yang telah

menyediakan fasilitas kepada penulis selama perkuliahan di Fakultas Farmasi.

Bapak Prof. Dr. Ginda Haro, M.Sc., Apt., selaku dosen penasehat akademik yang

telah banyak membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selesai. Bapak

Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt., dan Dr. dr. Dharma Lindarto,

Sp.PD-KEMD., selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan penulis dengan

penuh kesabaran dan tanggung jawab, memberikan petunjuk dan saran-saran

selama penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini. Ibu Prof. Dr. Rosidah,

M.Si., Apt., selaku ketua penguji, Ibu Dr. Poppy Anjelisa Z. Hasibuan, M.Si.,

Apt. dan Ibu Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt., selaku anggota penguji yang telah

memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini. Bapak Drs. Awaluddin

(5)

v

Farmasi USU, serta Ibu Dra. Aswita Hafni, M.Si., Apt. selaku kepala

Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi USU yang telah memberikan izin dan

fasilitas selama melakukan penelitian. Bapak dan Ibu staff pengajar Fakultas

Farmasi USU atas ilmu dan pendidikan yang telah diberikan.

Penulis mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang tulus dan tak

terhingga kepada keluarga tercinta, Ayahanda Syamsuar N. SE., Ibunda Syarifah

Jauhari Amd. Kep., Suami Rizal Wahyudi M.Kom., Kakek H. Said Razali, Nenek

Hj. Syarifah Rahmah, Bapak Mertua H. Bahagia Malem, Ibu Mertua Hj. Murdani,

Abang dr. Saidi Oktaviandi, Adik Siti Asnawiyatu Zuhriyah serta keluarga besar

yang senantiasa memberikan doa, semangat, nasihat dan dukungan baik moril

maupun materil yang tak ternilai.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga Allah membalas segala budi

baik dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan

khususnya di bidang farmasi.

Medan, Juni 2015 Penulis,

(6)

vi

UJI KLINIS PENDAHULUAN PENGARUH PEMBERIAN KAPSUL KOMBINASI EKSTRAK HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) DAN DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)

TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DISLIPIDEMIA ABSTRAK

Dislipidemia merupakan gangguan pada profil lipid dalam darah, yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan satu atau lebih fraksi lipid dalam plasma yaitu kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (Low Density

Lipoprotein), trigliserida dan penurunan kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein). Uji pra-klinis pemberian ekstrak herba sambiloto dan daun salam

menunjukkan penurunan kolesterol pada hewan percobaan. Uji toksisitas akut dan subkronik ekstrak etanol kombinasi herba sambiloto dan daun salam tidak berpengaruh terhadap kadar SGOT, SGPT dan kadar kreatinin hewan coba, oleh karena itu dilakukan penelitian uji klinis pendahuluan tujuannya untuk mengetahui pengaruh pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam terhadap profil lipid dan efek samping pada pasien dislipidemia.

Penelitian ini menggunakan metode uji klinis terbuka (open trial) dengan desain before and after. Tahapan penelitian yaitu pengambilan bahan tanaman, identifikasi tanaman, pengolahan bahan tanaman, pemeriksaan karakterisasi simplisia, pembuatan ekstrak, pembuatan sediaan kapsul. Kapsul ekstrak herba sambiloto dan daun salam dibuat dengan dosis masing-masing 100 mg. Uji klinis pendahuluan pemberian kapsul diberikan kepada 20 pasien dislipidemia dengan dosis 3 x 1 kapsul sehari selama 28 hari, selanjutnya pemeriksaan profil lipid (kadar kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL) dilakukan pada hari 0, hari ke-14 dan hari ke-28.

Hasil karakteristik simplisia herba sambiloto dan daun salam yang diteliti sesuai dengan monografi yang terdapat pada Materia Medika Indonesia edisi III dan IV. Hasil uji pra-formulasi dan evaluasi kapsul kombinasi herba sambiloto dan daun salam memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi III. Hasil uji klinis pendahuluan pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam mempunyai pengaruh terhadap profil lipid pada pasien dislipidemia menunjukkan efek penurunan kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL secara signifikan (p ≤ 0,05) sedangkan pada kadar HDL tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan (p ≥ 0,05) serta tidak memberikan efek samping.

(7)

vii

PRELIMINARY CLINICAL TRIALS ON EFFECT OF COMBINATION CAPSULE OF EXTRACT BITTER HERBS (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) AND BAY LEAVES (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)

ON LIPID PROFILE IN DYSLIPIDEMIA PATIENTS ABSTRACT

Dyslipidemia is a disorder on blood lipid profile, which is characterized by an increase or decrease in one or more lipid fractions in plasma are increase in total cholesterol, LDL cholesterol (Low Density Lipoprotein), triglycerides and reduced level of HDL (High Density Lipoprotein). Pre-clinical trials of extract of bitter herbs and bay leaves showed a decrease in cholesterol in animal experiments. Acute toxicity tests using a mixture of ethanol extract of bitter herbs and bay leaves did not have a sub-chronic toxicity to the liver function and kidney function on animals. Therefore, preliminary clinical trials are conducted to determine whether supplementation combining extracts bitter herbs and bay leaves affect the lipid profile and its side effects to patients with dyslipidemia.

This study used an open clinical trial (open trial) with the design before and after design. Stages of research were taking plant, plant identification, processing plants material, bulbs characterization inspection, extract manufacture, preparation of capsules. The capsule of extract bitter herbs and bay leaves was made with each dose 100 mg. Preliminary clinical trials of supplementation was given to 20 patients with dyslipidemia at a dose of 3 x 1 capsule daily for 28 days, further examination of the lipid profile (total cholesterol, triglycerides, LDL and HDL) was performed on day 0, day 14 and day 28.

Results of simplex a characteristic bitter herbs and bay leaves were examined according to the monograph contained in the Materia Medika Indonesia 3rd and 4th edition. The result of the pre-formulation and evaluation capsule combination bitter herbs and bay leaves meet the requirements of Indonesian Pharmacopoeia 3rd edition. Results of preliminary clinical trials of extracts bitter herbs and bay leaves had an influence on lipid profile in patients with dyslipidemia, showing decrease in total cholesterol, triglycerides and LDL was significant (p ≤ 0.05), while the HDL levels showed no significant effect (p ≥ 0.05), and no side effects.

Keywords: Bay_Leaves, Dyslipidemia, Bitter_Herbs, Lipid Profile

(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Kerangka Pikir Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

(9)

ix

2.1.1 Sambiloto ... 7

2.1.2 Daun salam ... 9

2.3 Data Hasil Penelitian ... 11

2.4 Ekstraksi ... 12

2.5 Uji Klinis ... 14

2.6 Profil Lipid ... 16

2.6.1 Kolesterol total ... 17

2.6.2 Trigliserida ... 18

2.6.3 Low Density Lipoprotein (LDL) ... 18

2.6.4 High Density Lipoprotein (HDL) ... 19

2.7 Dislipidemia ... 20

2.7.1 Definisi ... 20

2.7.2 Klasifikasi dislipidemia ... 20

2.7.3 Terapi rasional dislipidemia ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan ... 25

3.1.1 Bahan-bahan yang digunakan ... 25

3.1.2 Alat-alat yang digunakan ... 25

3.2 Penyiapan Bahan Tanaman ... 26

3.2.1 Pengambilan bahan tanaman ... 26

3.2.2 Identifikasi tanaman ... 26

3.2.3 Pengolahan bahan tanaman ... 26

3.3 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia ... 27

(10)

x

3.3.2 Pemeriksaan mikroskopik ... 27

3.3.3 Penetapan kadar air ... 27

3.3.4 Pemeriksaan kadar sari yang larut dalam air ... 28

3.3.5 Pemeriksaan kadar sari yang larut dalam etanol ... 29

3.3.6 Penetapan kadar abu total ... 29

3.3.7 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam .... 29

3.4 Pembuatan Ekstrak ... 30

3.4.1 Pembuatan ekstrak herba sambiloto ... 30

3.4.2 Pembuatan ekstrak daun salam ... 30

3.5 Pembuatan Sediaan ... 31

3.5.1 Formula kapsul ... 31

3.5.2 Pembuatan sediaan kapsul ... 31

3.5.3 Pengujian pra-formulasi ... 32

3.5.4 Evaluasi sediaan kapsul uji ... 32

3.6 Uji Klinis Pendahuluan ... 33

3.6.1 Tempat penelitian ... 33

3.6.2 Waktu penelitian ... 33

3.6.3 Desain penelitian ... 33

3.6.4 Kriteria inklusi dan eksklusi subjek penelitian ... 33

3.6.5 Teknik pengambilan subyek penelitian ... 34

3.6.6 Jumlah subyek penelitian ... 34

3.6.7 Pemberian sediaan kapsul ... 35

3.6.8 Tahapan dan cara kerja uji klinis pendahuluan ... 35

(11)

xi

3.6.10Tindakan keamanan ... 37

3.7 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) 37 3.8 Izin Komite Etik ... 37

3.9 Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1 Hasil Identifikasi Tanaman ... 39

4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia ... 39

4.2.1 Hasil pemeriksaan makroskopik ... 39

4.2.2 Hasil pemeriksaan mikroskopik ... 40

4.2.3 Hasil pemeriksaan simplisia herba sambiloto dan daun salam ... 40

4.3 Hasil Ekstraksi Simplisia Herba Sambiloto dan Daun Salam ... 42

4.4 Hasil Pengujian Pre Formulasi dan Evaluasi Kapsul ... 43

4.5 Data Dasar Pasien Dislipidemia ... 43

4.6 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Profil Lipid ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

5.1 Kesimpulan ... 53

5.2 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Angka kolesterol total ... 18

2.2 Angka trigliserida ... 18

2.3 Angka kolesterol LDL ... 19

2.4 Angka kolesterol HDL ... 20

4.1 Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia herba sambiloto ... 41

4.2 Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia daun salam 41

4.3 Data demografi pasien dislipidemia ... 44

4.4 Hasil pemeriksaan laboratorium profil lipid rata-rata 20 pasien dislipidemia ... 48

4.5 Hasil selisih pemeriksaan laboratorium profil lipid rata-rata 20 pasien dislipidemia ... 50

4.6 Hasil pengamatan efek samping pasien dislipidemia yang mengkonsumsi kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam ... 52

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Kerangka pikir penelitian ... 6

4.1 Diagram kolesterol total rata-rata pasien dislipidemia pada hari ke 0, 14, 28 ... 48

4.2 Diagram trigliserida rata-rata pasien dislipidemia pada hari

ke 0, 14, 28 ... 49

4.2 Diagram LDL rata-rata pasien dislipidemia pada hari ke 0,

14, 28 ... 49

4.2 Diagram HDL rata-rata pasien dislipidemia pada hari ke 0,

14, 28 ... 49

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil identifikasi tanaman ... 59

2. Gambar tanaman dan herba sambiloto ... 60

3. Gambar tanaman dan daun salam ... 61

4. Gambar serbuk simplisia herba sambiloto dan daun salam ... 62

5. Gambar mikroskopik daun sambiloto dan serbuk simplisia herba sambiloto ... 63

6. Gambar mikroskopik daun salam dan serbuk simplisia daun salam ... 65

7. Hasil karakterisasi serbuk simplisia herba sambiloto ... 67

8. Hasil karakterisasi serbuk simplisia daun salam ... 71

9. Perhitungan rendemen ekstrak kental ... 75

10. Hasil uji pra-formulasi dan evaluasi kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam ... 76

11. Hasil uji keseragaman bobot ... 77

12. Gambar sediaan kapsul ... 78

13. Surat persetujuan etik (ethical clearence) ... 79

14. Lembar penjelasan kepada subjek penelitian ... 80

15. Lembar persetujuan pasien setelah penjelasan penelitian (informed consent) ... 82

16. Kuesioner untuk pasien ... 83

(15)

xv

18. Data pola makan pasien dislipidemia ... 88

19. Gambar dokumentasi pasien ... 89

20. Gambar sampel darah ... 90

21. Data pasien hasil laboratorium ... 91

(16)

xvi

DAFTAR SINGKATAN

ATP III : Adult Treatment Panel III

HDL : High Density Lipoprotein

HMG-KoA : Hidroksi Metil Glutamil Koenzim-A

IDL : Intermediate Density Lipoprotein

LDL : Low Density Lipoprotein

LPL : Lipoprotein Lipase

NCEP : National Cholesterol Education Program

PKV : Penyakit Kardiovaskular

PPAR : Peroxysome Proliferator-Activated Receptors

SREBP : Sterol Regulatory Element Binding Protein

(17)

vi

UJI KLINIS PENDAHULUAN PENGARUH PEMBERIAN KAPSUL KOMBINASI EKSTRAK HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) DAN DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)

TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DISLIPIDEMIA ABSTRAK

Dislipidemia merupakan gangguan pada profil lipid dalam darah, yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan satu atau lebih fraksi lipid dalam plasma yaitu kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (Low Density

Lipoprotein), trigliserida dan penurunan kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein). Uji pra-klinis pemberian ekstrak herba sambiloto dan daun salam

menunjukkan penurunan kolesterol pada hewan percobaan. Uji toksisitas akut dan subkronik ekstrak etanol kombinasi herba sambiloto dan daun salam tidak berpengaruh terhadap kadar SGOT, SGPT dan kadar kreatinin hewan coba, oleh karena itu dilakukan penelitian uji klinis pendahuluan tujuannya untuk mengetahui pengaruh pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam terhadap profil lipid dan efek samping pada pasien dislipidemia.

Penelitian ini menggunakan metode uji klinis terbuka (open trial) dengan desain before and after. Tahapan penelitian yaitu pengambilan bahan tanaman, identifikasi tanaman, pengolahan bahan tanaman, pemeriksaan karakterisasi simplisia, pembuatan ekstrak, pembuatan sediaan kapsul. Kapsul ekstrak herba sambiloto dan daun salam dibuat dengan dosis masing-masing 100 mg. Uji klinis pendahuluan pemberian kapsul diberikan kepada 20 pasien dislipidemia dengan dosis 3 x 1 kapsul sehari selama 28 hari, selanjutnya pemeriksaan profil lipid (kadar kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL) dilakukan pada hari 0, hari ke-14 dan hari ke-28.

Hasil karakteristik simplisia herba sambiloto dan daun salam yang diteliti sesuai dengan monografi yang terdapat pada Materia Medika Indonesia edisi III dan IV. Hasil uji pra-formulasi dan evaluasi kapsul kombinasi herba sambiloto dan daun salam memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi III. Hasil uji klinis pendahuluan pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam mempunyai pengaruh terhadap profil lipid pada pasien dislipidemia menunjukkan efek penurunan kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL secara signifikan (p ≤ 0,05) sedangkan pada kadar HDL tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan (p ≥ 0,05) serta tidak memberikan efek samping.

(18)

vii

PRELIMINARY CLINICAL TRIALS ON EFFECT OF COMBINATION CAPSULE OF EXTRACT BITTER HERBS (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) AND BAY LEAVES (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)

ON LIPID PROFILE IN DYSLIPIDEMIA PATIENTS ABSTRACT

Dyslipidemia is a disorder on blood lipid profile, which is characterized by an increase or decrease in one or more lipid fractions in plasma are increase in total cholesterol, LDL cholesterol (Low Density Lipoprotein), triglycerides and reduced level of HDL (High Density Lipoprotein). Pre-clinical trials of extract of bitter herbs and bay leaves showed a decrease in cholesterol in animal experiments. Acute toxicity tests using a mixture of ethanol extract of bitter herbs and bay leaves did not have a sub-chronic toxicity to the liver function and kidney function on animals. Therefore, preliminary clinical trials are conducted to determine whether supplementation combining extracts bitter herbs and bay leaves affect the lipid profile and its side effects to patients with dyslipidemia.

This study used an open clinical trial (open trial) with the design before and after design. Stages of research were taking plant, plant identification, processing plants material, bulbs characterization inspection, extract manufacture, preparation of capsules. The capsule of extract bitter herbs and bay leaves was made with each dose 100 mg. Preliminary clinical trials of supplementation was given to 20 patients with dyslipidemia at a dose of 3 x 1 capsule daily for 28 days, further examination of the lipid profile (total cholesterol, triglycerides, LDL and HDL) was performed on day 0, day 14 and day 28.

Results of simplex a characteristic bitter herbs and bay leaves were examined according to the monograph contained in the Materia Medika Indonesia 3rd and 4th edition. The result of the pre-formulation and evaluation capsule combination bitter herbs and bay leaves meet the requirements of Indonesian Pharmacopoeia 3rd edition. Results of preliminary clinical trials of extracts bitter herbs and bay leaves had an influence on lipid profile in patients with dyslipidemia, showing decrease in total cholesterol, triglycerides and LDL was significant (p ≤ 0.05), while the HDL levels showed no significant effect (p ≥ 0.05), and no side effects.

Keywords: Bay_Leaves, Dyslipidemia, Bitter_Herbs, Lipid Profile

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lipid adalah molekul tidak larut dalam air sehingga harus diangkut di

dalam sirkulasi darah dalam bentuk lipoprotein. Di dalam inti lipoprotein

terkandung lipid nonpolar, yaitu kolesterol ester dan trigliserida. Kolesterol ester

bersifat hidrofobik yang merupakan inti lipid utama di dalam LDL (Low Density

Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein). Trigliserida terdapat di dalam

inti kilomikron dan di dalam VLDL (Very Low Density Liporotein) yang berasal

dari hati (Lim, 2014).

Dislipidemia merupakan gangguan pada profil lipid dalam darah, yaitu

kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan

satu atau lebih fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama

adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein),

trigliserida dan penurunan kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein)

(Santoso, dkk., 2009).

Seseorang yang mengalami dislipidemia memiliki resiko lebih tinggi

terkena penyakit kardiovaskular terutama penyakit jantung koroner. Penyakit

kardiovaskular (PKV) merupakan penyebab kematian utama di dunia. Indonesia

memperoleh angka kesakitan dan kematian akibat PKV terus meningkat tajam.

Prevalensi penyakit jantung koroner, umur ≥15 tahun 2013 di Provinsi Sumatera

Utara sebanyak 0,5 %. Prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun

(20)

2

umur 55 - 64 (1,3%), umur 65 - 74 (2%) (Riskesdas, 2013). Penyebab utama

PKV adalah adanya manifestasi aterosklerosis pada pembuluh darah koroner

(Anwar, 2004).

Saat ini obat tradisional terus meningkat dan berkembang dengan pesat di

masyarakat. Penggunaan obat tradisional di berbagai daerah merupakan warisan

turun temurun berdasarkan pengalaman/empirik selanjutnya berkembang melalui

pembuktian ilmiah melalui uji pra-klinik dan uji klinik (Depkes RIb, 2000).

Pemanfaatan tanaman sebagai salah satu pengobatan alternatif maupun

pengganti obat modern membutuhkan serangkaian pengujian seperti uji pra-klinik

meliputi uji keamanan dan uji khasiat, sampai uji klinik dengan didukung oleh

pengembangan bentuk sediaan yang lebih baik agar efektivitasnya dapat

dioptimalkan (Depkes RIb, 2000). Semakin dipahami manfaatnya, masyarakat

semakin terbiasa menggunakan obat tradisional dalam menghadapi berbagai

keluhan dan gangguan kesehatan (Wiryowidagdo, 2002).

Penanganan penyakit kolesterol dengan menggunakan obat-obatan sintetis

memiliki risiko yang tinggi karena digunakan dalam jangka panjang sehingga

dapat menimbulkan efek samping obat yang tidak dapat diabaikan. Ditinjau dari

segi ekonomis, harga golongan obat tersebut cukup mahal (Suyatna, 2007).

Masyarakat sekarang lebih selektif dalam memilih pengobatan baik dalam

pemilihan harga, maupun kandungan obat dan efek samping obat, oleh karena itu

masyarakat mulai menggunakan obat-obat dari bahan alam yang dipercaya lebih

aman dan memiliki efek samping yang relatif lebih kecil pada penggunaan jangka

panjang (Pramono, 2002).

(21)

3

herbal yang sudah banyak diteliti aktivitas farmakologisnya. Zuraini (2006) dalam

penelitiannya menyatakan bahwa ekstrak air sambiloto dalam dosis 100 dan 200

mg/kg bb dapat menormalkan kadar kolesterol total plasma pada tikus. Pada

beberapa penelitian diketahui bahwa sambiloto mengandung senyawa

andrografolid memiliki aktivitas memperbaiki profil lipid darah.

Secara empiris daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.),

digunakan untuk mengobati kencing manis, menurunkan kadar kolesterol dan

kadar asam urat yang dibuat dalam bentuk air rebusan daun salam. Menurut

beberapa literatur daun salam mengandung zat- zat kimia seperti sitral, eugenol,

miyak atsiri, tanin, saponin, flavonoid, triterpenoid, polifenol. Daun salam dapat

menurunkan kadar kolesterol darah digunakan 10-15 gram direbus dalam air

sebanyak 750 ml hingga air rebusan air daun salam tersebut menjadi 250 ml,

dikonsumsi 250 ml/hari (Nurcahyati, 2014).

Hasil penelitian secara pra-klinis menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak

herba sambiloto dan daun salam memiliki efek sinergis baik terhadap penurunan

kadar kolesterol maupun trigliserida. Ekstrak herba sambiloto efektif terhadap

penurunan kadar kolesterol, sedangkan ekstrak daun salam lebih efektif terhadap

penurunan kadar trigliserida, serta kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun

salam mampu menurunkan kadar kolesterol dengan dosis lebih kecil (Dinkes

Sumatera Utara, 2007).

Hasil uji toksisitas akut ekstrak etanol kombinasi herba sambiloto dan

daun salam menghasilkan harga LD50 = 19,473 g/kg bb pada mencit sehingga

ekstrak uji dapat dikatagorikan sebagai practically non toxic. Hasil uji toksisitas

(22)

4

x dosis lazim menunjukan pengaruh terhadap fungsi hepar dan fungsi ginjal

hewan coba yaitu tidak berpengaruh terhadap kadar SGOT, SGPT dan kadar

kreatinin pada serum hewan coba (Masjhoer, 2001).

Berdasarkan hal-hal di atas, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

berupa uji klinis pendahuluan pengaruh pemberian kapsul kombinasi ekstrak

herba sambiloto dan daun salam terhadap profil lipid pada pasien dislipidemia.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. apakah karakteristik simplisia herba sambiloto dan daun salam sesuai

dengan monografi yang terdapat pada Materia Medika Indonesia

b. apakah pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam

mempunyai pengaruh terhadap profil lipid pada pasien dislipidemia

c. apakah pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam

memberikan efek samping jika diberikan pada pasien dislipidemia.

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. karakteristik simplisia herba sambiloto dan daun salam yang diteliti sesuai

dengan monografi yang terdapat pada Materia Medika Indonesia

b. pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam

(23)

5

c. pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam tidak

memberikan efek samping jika diberikan pada pasien dislipidemia.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. untuk mengetahui karakteristik simplisia herba sambiloto dan daun salam

sebagai bahan yang digunakan dalam penelitian

b. untuk mengetahui pengaruh pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba

sambiloto dan daun salam terhadap profil lipid pada pasien dislipidemia

c. untuk mengetahui bahwa pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba

sambiloto dan daun salam tidak memberikan efek samping jika diberikan

pada pasien dislipidemia.

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang dapat diperoleh

dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. mendukung program pemerintah dalam melakukan penelitian dan

pengembangan obat tradisional

(24)

6

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian dilakukan dengan kerangka pikir seperti gambar 1.1 .

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian

Serbuk simplisia herba sambiloto dan daun salam

- Makroskopik - Mikroskopik - Penetapan kadar air - Penetapan kadar abu - Penetapan kadar abu

tidak larut asam - Penetapan kadar sari

larut dalam air - Penetapan kadar sari

(25)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman

Uraian tanaman meliputi morfologi tanaman, sistematika tanaman,

nama lain, kandungan kimia dan manfaat tanaman.

2.1.1 Sambiloto

Tanaman sambiloto tumbuh liar di tempat terbuka, seperti di kebun, tepi

sungai, tanah kosong yang agak lembab atau di pekarangan. Daerah tumbuh dan

penyebarannya di dataran rendah sampai ketinggian 700 m diatas permukaan laut.

Sambiloto tumbuh berkelompok, tanaman ini tumbuh di daerah panas di wilayah

Asia dengan iklim tropik dan sub tropik seperti di India, semenanjung Malaya dan

hampir seluruh pulau di Indonesia (Dalimartha, 1999).

2.1.1.1 Morfologi tanaman

Sambiloto tergolong tanaman terna tumbuh tegak tinggi 40 cm sampai 90

cm, percabangan banyak dengan letak yang berlawanan, cabang berbentuk segi

empat dan tidak berambut. Bentuk daun lanset, ujung daun dan pangkal daun

tajam, tepi daun rata, panjang daun 3 cm sampai 12 cm dan lebar 1 cm sampai 3

cm, panjang tangkai daun 5 mm sampai 25 mm, daun bagian atas bentuknya

seperti daun pelindung. Perbungaan tegak bercabang - cabang, panjang kelopak

bunga 3 mm sampai 4 mm. Bunga berbibir berbentuk tabung, panjang 6 mm, bibir

bunga bagian atas berwarna putih dengan warna kuning dibagian atasnya ukuran 7

(26)

8

6 mm. Bentuk buah jorong dengan ujung yang tajam, panjang lebih kurang 2 cm

dan bila tua akan pecah terbagi menjadi 4 keping (Depkes RIb, 1979).

2.1.1.2 Sistematika tanaman

Berdasarkan taksonomi tanaman sambiloto dapat diklasifikasikan sebagai

berikut (Depkes RIc, 2000) :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Solanales

Famili : Acanthaceae

Genus : Andrographis

Spesies : Andrographis paniculata (Burm.f) Nees

2.1.1.3 Nama lain

Nama daerah dari tanaman sambiloto yaitu Pepaitan (Sumatera), Ki Oray,

Takilo, Bidara, Sadilata, Sambilata, Takila (Jawa) dan Sambiloto (Indonesia)

(Depkes RIb, 1979).

Nama asing: Chuan xin lian (Cina), Kalmegh (India), Cong - cong

(Vietnam), Quasabhuva (Arab), Nainehavandi (Vietnam) dan King of bitter

(Inggris) (Dalimartha, 1999).

2.1.1.4 Kandungan kimia

Kandungan kimia tanaman sambiloto antara lain: andrografolid,

Deoksiandrografolid, neoandrografolid, 11,12-didehidro-14-deoksiandrografolid

(27)

9

natrium). Zat aktif andrographolid terbukti berkhasiat sebagai hepatoprotektor

(melindungi sel hati dari zat toksik) (Dalimartha, 1999).

2.1.1.5 Manfaat tanaman

Penggunaan secara tradisional digunakan untuk darah tinggi, influenza,

demam, malaria, kencing manis, kista, mioma, hidung berlendir, infeksi telinga

tengah dan sakit gigi (Dalimartha, 1999).

Berdasarkan hasil penelitian farmakologi menunjukkan herba sambiloto

memiliki aktifitas antibakteri, anti-HIV (Human Immunodeficiency Virus),

imunostimulator, antipiretik, antidiare, anti inflamasi, antimalaria, disentri dan

infeksi hepatitis (WHO, 2002).

2.1.2 Daun salam

Salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.), daunnya digunakan sebagai

rempah dalam masakan. Daun salam ini memberikan aroma yang khas. Kayunya

berwarna coklat jingga kemerahan dan berkualitas menengah dan dapat

dipergunakan sebagai bahan bangunan dan perabot rumah tangga. Kulit batang

salam mengandung

jala, bahan anyaman dari

Asia Tenggara, mulai dari Burma, Indochina, Semenanjung Malaya, Sumatera,

Kalimantan dan Jawa, biasanya ditanam di kebun-kebun pekarangan dan

lahan-lahan lain, terutama untuk diambil daunnya (Agoes, 2010).

2.1.2.1 Morfologi tanaman

Pohon salam bertajuk rimbun dan memiliki tinggi sampai 25 m. Daun bila

diremas berbau harum, berbentuk lonjong sampai elips atau bundar telur

(28)

10

sampai 15 cm, lebar 35 mm sampai 65 mm, panjang tangkai daun 5 mm sampai

12 mm. Perbungaan berupa malai, keluar dari ranting, berbau harum. Kelopak

bunga berbentuk cangkir yang lebar, ukuran lebih kurang 1 mm. Mahkota bunga

berwarna putih. Benang sari terbagi dalam 4 kelompok, panjang lebih kurang 3

mm berwarna kuning lembayung. Buah buni, berwarna merah gelap, bentuk bulat

dengan garis tengah 8 mm sampai 9 mm, pada bagian tepi berakar lembaga yang

sangat pendek (Depkes RI, 1980).

2.1.2.2 Sistematika tanaman

Taksonomi tanaman daun salam (Depkes RIc, 2000) adalah :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Syzygium

Spesies : Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.

2.1.2.3 Nama lain

Nama daerah: Maselangan, ubar serai (Sumatera), Manting (Jawa), gowok

(Sunda) Salam (Madura). Nama asing: Samak, kelat samak, serah (Malaysia),

Duo hua pu tao (Tionghoa), Bay leaf (Inggris) (Nurcahyati, 2014).

2.1.2.4 Kandungan kimia

(29)

11

alkaloid, minyak atsiri, eugenol, fenol, steroid, saponin dan karbohidrat

(Nurcahyati, 2014).

2.1.2.5 Manfaat tanaman

Manfaat daun salam dalam pengobatan tradisional adalah untuk mengatasi

asam urat, kencing manis, menurunkan kadar kolesterol, melancarkan pembuluh

darah, radang lambung, diare, mabuk alkohol dan gatal-gatal. Daun salam

memiliki sifat rasa kelat, wangi, adstringen dan memperbaiki sirkulasi (Agoes,

2010).

Hasil penelitian farmakologi dari daun salam menunjukkan bahwa daun

salam memiliki efek antibakteri dan hipoglikemik (Hapsoh dan Hasanah, 2011).

2.3 Data Hasil Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan Fatmawati (2008), dilaporkan bahwa

ekstrak etanol daun sambiloto yang diberikan selama 28 hari dengan dosis 2,1

g/kg bb dapat menurunkan kadar kolesterol total, LDL dan trigliserida serta

meningkatkan kadar HDL pada tikus. Kandungan kimia dari sambiloto yang

berperan adalah andrographolida, flavonoid, tanin dan mineral.

Hasil uji toksisitas akut ekstrak etanol kombinasi herba sambiloto dan

daun salam menghasilkan harga LD50 = 19,473 g/kg bb pada mencit sehingga

ekstrak uji dapat dikatagorikan sebagai practically non toxic. Hasil uji toksisitas

subkronik setelah pemberian ekstrak uji selama dua bulan dengan dosis sampai 5

x dosis lazim menunjukan pengaruh terhadap fungsi hepar dan fungsi ginjal

hewan coba, yaitu tidak berpengaruh terhadap kadar SGOT, SGPT dan kadar

(30)

12

Uji klinis pemberian kapsul daun salam terhadap profil lipid dan

peningkatan glukosa pada diabetes tipe 2, telah terbukti meningkatkan fungsi

insulin 40 orang dengan diabetes tipe 2 yang dibagi menjadi 4 kelompok dan

diberikan kapsul yang mengandung 1 g 2 g dan 3 g daun salam per hari selama 30

hari atau plasebo diikuti dengan periode washout 10 hari mengalami penurunan

yang signifikan kolesterol total, trigliserida dan LDL menurun. Tidak ada

perubahan signifikan pada kelompok plasebo. Penelitian ini menunjukkan bahwa

konsumsi daun salam 1 g sampai 3 g selama 30 hari, mengurangi faktor risiko

diabetes dan penyakit kardiovaskular dan menunjukkan bahwa daun salam

bermanfaat bagi orang-orang dengan diabetes tipe 2 (Khan, dkk., 2009)

Uji klinis ekstrak campuran Andrographis paniculata (sambiloto) dan

Syzygium polyanthum (salam). Sampel sebanyak 30 penderita DM pria atau

wanita berusia antara 40–60 tahun, pemberian ekstrak herbal campuran

Andrographis paniculata dan Syzygium polyanthum (1:1) seberat 700 mg dapat

menurunkan gula darah puasa secara signifikan. Obat diberikan selama 4 minggu,

pemeriksaan fungsi hati dan fungsi ginjal setiap 2 minggu diperoleh hasil bahwa

tidak terdapat efek samping terhadap hati dan ginjal dalam terapi herbal ekstrak

herbal campuran Andrographis paniculata dan Syzygium polyanthum selama 4

minggu, hasil ini menunjukkan ekstrak herbal campuran cukup aman dikonsumsi

(Suharmiati dan Roosihermiatie, 2012).

2.4 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

(31)

13

RIa, 2000). Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya

matahari langsung (Depkes RIa, 1979).

Pemilihan cairan penyari yang akan digunakan dalam ekstraksi

berdasarkan daya larut zat aktif yang diinginkan dan tipe preparat farmasi yang

diperlukan. Cairan penyari alkohol atau campuran air-alkohol merupakan pelarut

serbaguna dan paling luas pemakaiannya karena mudah didapat, harganya murah

dan daya melarutkannya baik. Pelarut campuran air-alkohol memberi

perlindungan terhadap kontaminasi mikroba dan membantu mencegah pemisahan

bahan yang akan diekstraksi, bila didiamkan (Ansel, 1989).

Menurut Departemen Kesehatan RI (2000), beberapa metode ekstraksi

dengan menggunakan pelarut yaitu:

1. Cara dingin

a. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

kamar. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut

setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.

b. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, yang umumnya

dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan

pengembangan bahan, tahapan maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya

(penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh perkolat

yang jumlahnya 1-5 kali jumlah bahan.

2. Cara panas

(32)

14

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan

dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses

pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga proses ekstraksi sempurna.

b. Soxhletasi adalah ekstraksi yang umumnya dilakukan dengan alat soxhlet

sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan

dengan adanya pendingin balik.

c. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperature kamar, secara umum

dilakukan pada temperatur 40-50oC.

d. Infudansi adalah proses penyarian dengan pelarut air pada temperatur 90oC

selama waktu tertentu (15 - 20 menit).

e. Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada

temperatur 90oC selama 30 menit.

2.5 Uji Klinis

Uji klinis merupakan penelitian eksperimental terencana yang dilakukan

pada manusia. Peneliti memberikan perlakuan atau intervensi pada manusia,

kemudian efek perlakuan tersebut diukur dan dianalisis. Uji klinis bervariasi dari

uji efektivitas obat sederhana yang hanya melibatkan beberapa puluh pasien dan

dapat dilaksanakan satu peneliti hingga uji klinis multisenter yang memiliki

organisasi yang rumit, jumlah peserta dan peneliti yang banyak, sistem informasi

dan manajemen yang kompleks (Sastroasmoro, 2011). Uji klinis ini dilakukan

baik untuk pengembangan obat sintetik maupun obat herbal.

(33)

15

a. Pembuktiaan secara ilmiah kemanfaatan sediaan herbal sesuai dengan

indikasi yang akan menjadi fitofarmaka.

b. Pembuktian secara ilmiah keamanan dan kemanfaatan pengobatan tradisional

termasuk cara, alat, bahan dan ramuan yang telah dilakukan, setelah

menunjukkan adanya kemanfaatan berdasarkan observasi klinik.

c. Pengembangan tanaman obat yang mengarah pada pengembangan zat kimia

baru sebagai bahan obat (Dirjen Bina Kesmas, 2004).

Uji klinis ramuan atau tanaman obat yang akan dikembangkan sebagai

produk obat tradisional membutuhkan beberapa persyaratan diantaranya:

a. Data keamanan, meliputi toksiksitas akut, toksiksitas subkronik dan

toksiksitas khusus bila diperlukan.

b. Data manfaat/ khasiat praklinis.

c. Teknologi formulasi sederhana untuk pembuatan formulasi.

d. Menentukan zat identitas, zat aktif atau finger print sehingga dapat dibuat jadi

produk obat terstandar.

Uji klinis obat tradisional pada pengobatan tradisional dibedakan menjadi

uji klinis terhadap praktek yang sudah ada dan telah menunjukkan kemanfaatan

berdasarkan hasil observasi klinis dan uji klinis untuk menetapkan intervensi

klinis baru. Uji klinis intervensi baru, harus mengikuti tahapan seperti obat baru

yang didahului dengan data praklinis, teknik formulasi, uji klinis fase I, II dan III,

sedangkan untuk uji klinis pengobatan tradisional yang kemanfaatannya sudah

ditunjukkan dengan obseervasi klinik dapat dilanjutkan dengan uji klinis skala

kecil dan kriteria klinis lebih ketat, seperti pada fase II atau III (Dirjen Bina

(34)

16 Uji klinis terdiri dari 4 fase yaitu:

Fase I : Pengujian pada suatu obat baru yang baru pertama kali digunakan

untuk menilai keamanan dan tolerabilitas obat pada sukarelawan

sehat. Jumlah subyek pada fase ini 20-50 orang.

Fase IIA : Pengujian pada pasien dalam jumlah terbatas dan tanpa pembanding

(kontrol).

Fase IIB : Pengujian dilakukan pada pasien secara komparatif yang

membandingkannya dengan plasebo atau obat standar (kontrol).

Fase III : Pengujian pada fase ini dilakukan dengan mengevaluasi obat

dibandingkan dengan obat standar dengan desain uji klinis acak

terkontrol, multisenter dan jumlah subyek yang diikutsertakan pada

fase ini minimal 500 orang.

Fase IV : Pengujian yang dilakukan pasca pemasaran, untuk mengamati efek

samping yang jarang atau yang lambat timbulnya (Setiawati, dkk.,

2007).

2.6 Profil Lipid

Profil lipid mencakup kolesterol total, LDL-C (low density lipoprotein- cholesterol), trigliserida dan HDL-C (high density lipoprotein-cholesterol (Dipiro,

dkk., 2009). Lipid tidak larut dalam air sehingga pengangkutannya dalam darah

dalam bentuk lipoprotein. Lipoprotein adalah bentuk kompleks dari lipid

(fosfolipid, kolesterol dan trigliserida) dan protein dalam konsentrasi yang

berbeda-beda. Fosfolipid bersifat lipofil dan hidrofil sehingga bertindak sebagai

(35)

17

molekul lipid tersebut perlu di modifikasi, yaitu dalam bentuk lipoprotein yang

bersifat larut dalam air yang disebut apolipoprotein. Zat-zat lipoprotein ini

bertugas mengangkut lipid dari tempat sintesisnya menuju tempat penggunaannya

(Silalahi, 2006).

2.6.1 Kolesterol total

Kolesterol berasal dari bahasa Yunani yaitu chole = empedu dan stereos =

padat adalah steroid alkohol yang menyerupai lemak, berwarna putih mutiara.

Rumus molekul C27H45OH, mengkristal dalam bentuk daun (leaflet) atau

lempengan (United States Pharmacopeial Convention, 1985).

Kolesterol mempunyai struktur yang lembut, seperti lilin, terdiri dari

lemak dan berinti steroid yang dapat dihasilkan oleh tubuh atau berasal dari

makanan yang berasal dari hewan misalnya kuning telur, daging, hati dan otak.

Kolesterol terdapat di jaringan dan plasma sebagai kolesterol bebas atau berikatan

dengan asam lemak rantai panjang sebagai kolesterol ester. Kolesterol adalah lipid

yang merupakan komponen struktural esensial pada membran sel dan lapisan luar

lipoprotein plasma. Kolesterol merupakan prekursor semua steroid lain di dalam

tubuh manusia, termasuk kortikosteroid, hormon seks, asam empedu dan vitamin

D (Murray, dkk., 2006).

Ada beberapa pendapat tentang nilai optimal dari kolesterol darah dan

sampai batas berapa penyakit kardiovaskuler tersebut tidak terjadi. Kandungan

total kolesterol darah National Cholesterol Education Program (NCEP) pada

Adult Treatment Panel III (ATP III) menetapkan bahwa kadar total kolesterol

darah normal adalah ≤ 200 mg/dl, batas tinggi adalah 200-239 mg/dl, dan tinggi

(36)

18 pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Angka kolesterol total

No Kolesterol Total Kadar (mg/dl)

1 Normal ≤ 200

2 Batas tinggi 200-239

3 Tinggi ≥240

Sumber: National Cholesterol Education Program (NCEP) pada Adult Treatment

Panel III (ATP-III) (Freeman, 2008).

2.6.2 Trigliserida

Trigliserida adalah salah satu jenis lemak di dalam darah yang dibentuk di

hati dari gliserol dan lemak yang berasal dari makanan dengan rangsangan insulin

atau dari kelebihan kalori akibat makan berlebihan. Trigliserida merupakan

substansi yang terdiri dari gliserol yang mengikat gugus asam lemak. Makanan

yang dikonsumsi mengandung lemak dan kalori yang tinggi akan meningkatkan

kadar trigliserida dalam darah di simpan sebagai lemak di bawah kulit dan

cenderung meningkatkan kadar kolesterol. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi

kadar trigliserida dalam darah seperti kegemukan, makanan lemak, makanan

manis dan minum alkohol (Dalimartha, 2000). Nilai angka trigliserida dapat

dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Angka trigliserida

No Trigliserida Kadar (mg/dl)

1 Normal ≤ 150

2 Batas tinggi 151-199

3 Tinggi 200-499

4 Sangat tinggi ≥500

Sumber: National Cholesterol Education Program (NCEP) pada Adult Treatment

Panel III (ATP-III) (Freeman, 2008)

2.6.3 Low Density Lipoprotein (LDL)

(37)

19

mengandung kolesterol 70%, trigliserida 5%, protein 13% dan fosfolipid 12%

(Tan dan Rahardja, 2007). LDL merupakan lipoprotein yang mengangkut

kolesterol untuk disebarkan ke seluruh jaringan tubuh dan pembuluh nadi. LDL

sering disebut kolesterol jahat karena efeknya yang arterogenik (mudah melekat

pada dinding pembuluh darah), sehingga dapat menyebabkan penumpukkan

lemak dan penyempitan pembuluh darah (arterosclerosis). Kadar LDL di dalam

darah tergantung dari lemak yang masuk. Semakin tinggi/banyak lemak yang

masuk, semakin menumpuk pula LDL (Wiryowidagdo, 2002). Menilai tinggi

rendahnya kadar LDL dalam darah, umumnya kita membandingkan dengan angka

standard dari NCEP (Freeman, 2008). Nilai angka kolesterol LDL dapat dilihat

pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Angka kolesterol LDL

No LDL Kadar (mg/dl)

Sumber: National Cholesterol Education Program (NCEP) pada Adult Treatment

Panel III (ATP-III) (Freeman, 2008).

2.6.4 High Density Lipoprotein (HDL)

HDL merupakan partikel kecil yang mengandung kolesterol 25%,

trigliserida 5%. Protein 50% dan fosfolipid 20%. HDL mengangkut kelebihan

kolesterol dan asam lemak yang tidak dapat digunakan oleh jaringan perifer

kembali ke hati untuk diubah menjadi asam empedu. Kadar HDL kira-kira sama

pada pria dan wanita sampai masa pubertas, kemudian menurun pada pria sampai

(38)

20

perokok, pasien diabetes yang tidak terkontrol dan pada pemakai kombinasi

estrogen-progestin (Suyatna, 2007). HDL merupakan molekul lipoprotein paling

kecil dengan diameter 4-10 nm mampu mengangkut kolesterol dari dinding arteri,

yang merupakan dasar dari sifat anti anterogennya. HDL merupakan lipoprotein

protektif yang menurunkan resiko penyakit jantung koroner (Tan dan Rahardja,

2007). Menilai tinggi rendahnya kadar HDL digunakan angka standar dari NCEP.

Nilai kolesterol HDL dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Angka kolesterol HDL

No HDL Kadar (mg/dl)

1 Rendah ≤ 40

2 Tinggi ≥ 60

Sumber: National Cholesterol Education Program (NCEP) pada Adult

TreatmentPanel III (ATP-III) (Freeman, 2008).

2.7 Dislipidemia 2.7.1 Definisi

Dislipidemia merupakan gangguan pada profil lipid dalam darah, yaitu

kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan

satu atau lebih fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama

adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan penurunan

kadar kolesterol HDL (Santoso, dkk., 2009).

2.7.2 Klasifikasi dislipidemia

Klasifikasi dislipidemia berdasarkan pathogenesis penyakit adalah

dislipidemia primer, yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat

(39)

21

terjadi akibat mengidap penyakit tertentu. Dislipidemia sekunder juga bisa terjadi

akibat diabetes mellitus, konsumsi alkohol, stres dan kurang olahraga. Berbagai

macam obat juga bisa meningkatkan kadar lemak darah. Perempuan yang telah

masuk masa menopause (berhenti haid) jika diberi terapi estrogen mengalami

risiko kenaikan kadar kolesterol lainnya (Dalimartha, 2000).

2.7.3 Terapi rasional dislipidemia

Pilar utama pengelolaan dislipidemia adalah upaya non farmakologi

perubahan gaya hidup yang meliputi modifikasi diet, pengurangan berat badan

serta aktivitas fisik.

Tujuan utama terapi diet disini adalah menurunkan resiko PKV dengan

mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol serta mengembalikan

keseimbangan kalori, sekaligus memperbaiki nutrisi. Perbaikan keseimbangan

kalori biasanya memerlukan peningkatan penggunaan energi melalui kegiatan

jasmani serta pembatasan asupan kalori.

2.7.3.1 Terapi non farmakologi

1. Terapi diet

Terapi diet bertujuan untuk mengoptimalkan kadar lipid dengan cara

menjaga keseimbangan diet. Terapi diet dapat menurunkan kolesterol total sebesar

10-15%. Asupan makanan yang tinggi kandungan kolesterol harus diturunkan.

Asupan lemak jenuh dan asam lemak trans meningkatkan kadar LDL, sementara

asam lemak tidak jenuh tunggal dan asam lemak tidak jenuh ganda mempunyai

LDL rendah.

2. Pengurangan berat badan

(40)

22

dan obesitas dengan sindrom metabolik. Penurunan berat badan membantu

menurunkan trigliserida dan meningkat HDL.

3. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem

penunjangnya serta merupakan bagian dari usaha menjaga kebugaran, termasuk

kesehatan jantung dan pembuluh darah. Mereka yang aktif kemungkinan memiliki

resiko yang rendah untuk terkena penyakit kardiovaskuler termasuk diantaranya

dislipidemia.

Olahraga dan aktivitas fisik juga dapat memperbaiki profil lemak darah,

yaitu menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL, serta dapat

memperbaiki HDL, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan sensitivitas

insulin. Aktivitas fisik perlu diikuti 3 tahap, pemanasan dengan peregangan selama

5-10 menit, aerobik selama 20-30 menit, pendinginan dengan menurunkan

intensitas secara perlahan-lahan, selama 5-10 menit. Jumlah latihan sebaiknya 2-3

kali/minggu (Lindarto, 2014).

2.7.3.2 Terapi farmakologi

Pada saat ini dikenal sedikitnya 5 jenis obat yang dapat memperbaiki profil

lipid serum, yaitu statin (HMG-CoA reductase inhibitor), resin, derivat asam

fibrat, asam nikotinat (Niasin) dan ezetimib.

1. Statin (HMG-CoA Reductase Inhibitor)

Statin merupakan senyawa yang paling efektif dan paling baik toleransinya

untuk mengobati dislipidemia. Ada enam jenis statin dipasarkan, yaitu lovastatin,

simvastatin, pravastatin, fluvastatin, atrovastatin dan rosuvastatin. Obat ini bekerja

(41)

23

dalam sintesis kolesterol. Sintesis kolesterol di hati akan menurun, sehingga sterol

regulatory element binding protein (SREBP) yang terdapat pada membran

teruraioleh protease, lalu diangkut ke nukleus. Faktor-faktor transkripsi kemudian

akan berikatan dengan gen reseptor LDL, sehingga terjadi peningkatan sintesis

reseptor LDL pada membran sel hepatosit akan menurunkan kadar kolesterol

darah lebih besar lagi. Selain VLDL, IDL dan LDL menurun serta HDL

meningkat.

2. Resin

Terdapat tiga golongan resin, yaitu cholestyramin, colestipol dan

colesevelam. Resin merupakan obat hipolipidemia yang paling aman karena tidak

diabsorpsi saluran cerna. Resin menurunkan kadar kolesterol dengan cara

mengikat asam empedu dalam saluran cerna di usus halus dan akan dieksresi

melalui feses, asam empedu yang kembali ke hati akan menurun, hal ini akan

memacu hati memecahkan kolesterol lebih banyak untuk menghasilkan asam

empedu yang dikeluarkan ke usus. Akibatnya kolesterol darah akan lebih banyak

ditarik ke hati, sehingga kolesterol serum menurun.

3. Derivat asam fibrat

Terdapat empat jenis, yaitu gemfibrozil, bezafibrat, ciprofibrat

dan fenofibrat. Obat ini bekerja dengan cara berinteraksi dengan reseptor

peroxysome proliferator-activated receptors (PPARs). Fibrat menurunkan

trigliserida melalui stimulasi oksidasi asam lemak yang diperantarai oleh PPARα,

meningkatkan sintesis LPL dan menurunkan apoC-III di hati yang berfungsi

sebagai inhibitor proses lipolisis sehingga dapat meningkatkan bersihan VLDL.

(42)

24 apoA-II oleh PPARα.

4. Asam nikotinat (Niasin)

Asam nikotinat merupakan obat penurun lipid yang pertama kali

diperkenalkan, untuk mengobati dislipidemia. Obat ini bekerja menghambat

hidrolisis trigliserida oleh enzim hormon sensitive lipase di jaringan adiposa,

dengan demikian akan mengurangi jumlah asam lemak bebas ke hati. Asam lemak

bebas dalam darah sebagian akan ditangkap oleh hati dan akan menjadi sumber

pembentukan VLDL, dengan menurunnya sintesis VLDL di hati, akan

mengakibatkan penurunan kadar trigliserida dan juga kolesterol-LDL di plasma.

Pemberian asam nikotinat ternyata juga meningkatkan kolesterol-HDL.

5. Ezetimib

Ezetimib tergolong obat penurun lipid yang terbaru dan bekerja sebagai

penghambat selektif penyerapan kolesterol baik yang berasal dari makanan

maupun dari asam empedu di usus halus. Obat ini efektif menurunkan LDL dan

kolesterol total. Obat ini pada umumnya tidak digunakan secara tunggal, tetapi

dikombinasikan dengan obat penurun lipid lain, misalnya HMG-CoA reductase

(43)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode uji klinis terbuka (open trial) dengan

desain before and after (Sastroasmoro dan Ismael, 2013). Tahapan penelitian

yaitu pengambilan bahan tanaman, identifikasi tanaman, pengolahan bahan

tanaman, pemeriksaan karakterisasi simplisia, pembuatan ekstrak, pembuatan

sediaan kapsul, pengujian pre formulasi, evaluasi sediaan kapsul dan uji klinis

pendahuluan pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun

salam terhadap profil lipid sebelum dan sesudah pemberian kapsul.

3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan 3.1.1 Bahan-bahan yang digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah herba sambiloto dan

daun salam serta bahan-bahan kimia. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam

penelitian adalah akuades, amilum maidis, amilum manihot, asam klorida,

cangkang kapsul, etanol 96%, etanol 70 %, etanol 50%, kloralhidrat, kloroform,

laktosa, toluen.

3.1.2 Alat-alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas

(Pyrex), alat pengukur kolesterol (Easy Touch), alat pengukur tekanan darah

(Omron HEM-7111), alat pengisi kapsul, blender (Panasonic), blood lancet

(GEA Medical), cawan beralas datar, krus porselin, lemari pengering, lumpang

(44)

26

neraca kasar (Ohaus), neraca analitik (Vibra AJ), oven (Memmert), plasterin dan

ikatan pembendungan (Torniquet), rotary evaporator (Haake D), seperangkat alat

destilasi untuk penentuan kadar air (Boeco), spuit (Terumo), tanur (Nabertherm),

test strip (Easy Touch), timbangan berat badan (GEA® Medical).

3.2 Penyiapan Bahan Tanaman

Penyiapan bahan tanaman meliputi pengambilan bahan, identifikasi bahan

dan pengolahan bahan.

3.2.1 Pengambilan bahan tanaman

Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah herba sambiloto

diperoleh dari Desa Blang Mirah, Kota Bireuen, Provinsi Aceh dan daun salam

diperoleh dari daerah Pancur Batu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan

Provinsi Sumatera Utara.

3.2.2 Identifikasi tanaman

Identifikasi tanaman dilakukan di Herbarium Bogoriense Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia Pusat Penelitian Biologi, Bogor.

3.2.3 Pengolahan bahan tanaman

Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah herba sambiloto

dan daun salam yang masih segar. Pengolahan bahan diawali dengan pemanenan

bahan tanaman. Herba sambiloto dan daun salam dipisahkan dari pengotor lain

dan dipilih bagian yang akan digunakan lalu dicuci hingga bersih kemudian

ditiriskan dan ditimbang. Diperoleh berat basah herba sambiloto 5,12 kg dan daun

salam 5,26 kg. Herba sambiloto dan daun salam dikeringkan dalam lemari

(45)

27

tanaman yang telah kering ditimbang dan diperoleh berat simplisia herba

sambiloto 1,23 kg dan daun salam 1,86 kg. Simplisia dihaluskan dan disimpan di

dalam wadah tertutup.

3.3 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik

dan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut air, penetapan

kadar sari larut etanol, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut

asam (Depkes RI, 1980).

3.3.1 Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan cara mengamati warna,

bentuk, ukuran dan tekstur dari bahan tanaman segar dan simplisia.

3.3.2 Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap daun sambiloto segar dan

daun salam segar, serbuk simplisia herba sambiloto dan daun salam. Pemeriksaan

mikroskopik sampel segar dilakukan sebagai berikut: dibuat irisan melintang dan

membujur yang tipis. Hasil masing-masing irisan diletakkan di atas kaca objek

lalu ditetesi larutan kloralhidrat, ditutup dengan kaca penutup dan diamati di

bawah mikroskop pada berbagai perbesaran. Pemeriksaan mikroskopik untuk

serbuk simplisia dilakukan sebagai berikut: ditaburkan di atas kaca objek yang

telah ditetesi dengan larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup,

kemudian diamati di bawah mikroskop.

3.3.3 Penetapan kadar air

(46)

28

Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, pendingin, tabung penyambung, tabung

penerima 5 ml berskala 0,05 ml, alat penampung dan pemanas listrik.

a. Penjenuhan toluen

Sebanyak 200 ml toluen dimasukkan ke dalam labu alas bulat, lalu

ditambahkan 2 ml air suling, kemudian dipasang alat penampung dan pendingin

dan dilakukan destilasi selama 2 jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin

selama ± 30 menit, kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca dengan

ketelitian 0,05 ml.

b. Penetapan kadar air simplisia

Sebanyak 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama dimasukkan

ke dalam labu berisi toluen yang telah dijenuhkan, kemudian labu dipanaskan

hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mendidih, kecepatan toluen diatur 2 tetes

per detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi

dinaikkan sampai 4 tetes per detik, setelah semua air terdestilasi, bagian dalam

pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, tabung

penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar, setelah air dan toluen memisah

sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air

yang dibaca sesuai dengan kadar air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa.

Kadar air dihitung dalam persen (WHO, 1998).

3.3.4 Penetapan kadar sari yang larut dalam air

Sebanyak 5 g serbuk simplisia, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml

air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling 1000 ml) dalam labu bersumbat

sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam,

(47)

29

yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu

105oC sampai bobot tetap. Kadar sari larut dalam air dihitung terhadap bahan

yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1980).

3.3.5 Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol

Sebanyak 5 g serbuk simplisia, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml

etanol 95% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama,

kemudian dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Sejumlah 20 ml filtrat

diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah

dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap.

Kadar sari larut dalam etanol dihitung terhadap bahan yang telah

dikeringkan (Depkes RI, 1980).

3.3.6 Penetapan kadar abu total

Sebanyak 2 g serbuk simplisia yang telah digerus dan ditimbang seksama

dimasukkan dalam krus porcelin yang telah dipijar dan ditara, kemudian

diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pijaran dilakukan pada

suhu 600oC selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh

bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan

(Depkes RI, 1980).

3.3.7 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam

Abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu total dididihkan

dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam

asam dikumpulkan, disaring dengan kertas saring, dipijarkan, kemudian

didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam

(48)

30

3.4 Pembuatan Ekstrak

3.4.1 Pembuatan ekstrak herba sambiloto

Pembuatan ekstrak herba sambiloto dilakukan dengan cara perkolasi.

Serbuk simplisia herba sambiloto 900 g dimasukkan kedalam bejana tertutup,

ditambahkan etanol 50% sehingga semua simplisia terendam, aduk- aduk dan

diamkan selama 3 jam. Dipindahkan sedikit demi sedikit kedalam perkolator

sambil tiap kali ditekan hati-hati, tuangkan cairan penyari secukupnya sampai

cairan mulai menetes dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari,

tutup perkolator, biarkan selama 24 jam, buka kran perkolator. Dibiarkan cairan

menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, tambahkan berulang-ulang cairan

penyari secukupnya hingga selalu terdapat selapis cairan penyari diatas simplisia.

Perkolasi dihentikan jika 500 mg perkolat terakhir diuapkan, tidak meninggalkan

sisa, selanjutnya ekstrak cair dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator

sehingga didapat ekstrak kental (Depkes RIa, 2000).

3.4.2 Pembuatan ekstrak daun salam

Pembuatan ekstrak daun salam dilakukan dengan cara perkolasi. Serbuk

simplisia daun salam 900 g dimasukkan kedalam bejana tertutup, ditambahkan

etanol 70% sehingga semua simplisia terendam, aduk- aduk dan diamkan selama

3 jam. Dipindahkan sedikit demi sedikit kedalam perkolator sambil tiap kali

ditekan hati-hati, tuangkan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai

menetes dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, tutup

perkolator, biarkan selama 24 jam, buka kran perkolator. Dibiarkan cairan

menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, tambahkan berulang-ulang cairan

(49)

31

Perkolasi dihentikan jika 500 mg perkolat terakhir diuapkan, tidak

meninggalkan sisa, selanjutnya ekstrak cair dipekatkan dengan menggunakan

rotary evaporator sehingga didapat ekstrak kental (Depkes RIa, 2000).

3.5 Pembuatan Sediaan

3.5.1 Formula kapsul

Setiap kapsul mengandung 100 mg ekstrak herba sambiloto dan 100 mg

ekstrak daun salam kental, serta bahan pengisi kapsul.

R/ Ekstrak herba sambiloto 100 mg

Ekstrak daun salam 100 mg

Amilum manihot 10 %

Amilum maidis 5 %

Laktosa ad 450 mg

3.5.2 Pembuatan sediaan kapsul

a. Pembuatan masa ekstrak herba sambiloto

Dimasukkan sebanyak 200 g ekstrak herba sambiloto ke dalam lumpang

dan digerus, lalu ditambahkan sebagian dari 90 g amilum manihot, lalu digerus,

ditambahkan sebagian dari 45 g amilum maidis, lalu digerus, ditambahkan laktosa

secukupnya. Digerus sampai terbentuk masa yang bisa dikempa.

b. Pembuatan masa ekstrak daun salam

Dimasukkan sebanyak 200 g ekstrak daun salam ke dalam lumpang dan

digerus, lalu ditambahkan sisa amilum manihot, lalu digerus, ditambahkan sisa

amilum maidis, lalu digerus, ditambahkan laktosa sedikit dan digerus.

c. Pencampuran masa ekstrak herba sambiloto dan daun salam

(50)

32

ekstrak daun salam, lalu digerus, ditambahkan laktosa sampai 900 g. Digerus lalu

diayak, dikeringkan granul dalam oven dengan suhu 30°C selama 15 menit.

Dimasukkan kedalam lumpang, ditambahkan sisa laktosa, dihomogenkan,

selanjutnya dimasukkan ke dalam kapsul kosong.

3.5.3 Pengujian pra-formulasi

Pengujian pra-formulasi terhadap granul yang kering meliputi uji waktu

alir dan penetapan sudut diam.

3.5.3.1 Uji waktu alir

Sebanyak 100 gr granul ditimbang dimasukkan kedalam corong alir,

ratakan permukaannya, lalu dialirkan hingga seluruh granul mengalir. Dicatat

waktu dari granul mengalir sampai seluruh granul mengalir keluar.

Syarat: waktu alir tidak lebih dari 10 detik

3.5.3.2 Pengujian sudut diam

Sebanyak 100 gr granul ditimbang dimasukkan kedalam corong alir

yang ditutup bagian bawahnya, ratakan permukaannya. Dibuka penutup

corong sehingga granul mengalir bebas. Diukur tinggi dan sudut tumpukan granul

yang terbentuk. Dihitung sudut diam granul.

Syarat: Sudut diam granul 30°- 40°

3.5.4 Evaluasi sediaan kapsul uji

Dilakukan evaluasi sediaan kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan

daun salam sesuai dengan yang tertera pada farmakope Indonesia edisi III

meliputi penyimpangan bobot.

3.5.4.1 Penyimpangan bobot

(51)

33

keluarkan isi kapsul. Ditimbang berat dan dihitung deviasi dari masing masing isi

kapsul terhadap bobot rata-rata.

Syarat: tidak lebih dari satu kapsul mempunyai deviasi diatas 7,5% dan tidak lebih

dari dua kapsul yang mempunyai deviasi diatas 15% (Depkes RIa, 1979).

3.6 Uji Klinis Pendahuluan

3.6.1 Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Medan meliputi Kecamatan Medan Sunggal,

Medan Selayang, Medan Maimun dan Percut Sei Tuan.

3.6.2 Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2014 sampai Januari 2015.

3.6.3 Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan metode uji klinis terbuka (open trial) dengan

desain before and after. Pada uji ini, peneliti maupun peserta mengetahui obat

yang diberikan (Sastroasmoro dan Ismael, 2013).

3.6.4 Kriteria inklusi dan eksklusi subjek penelitian

Kriteria inklusi subjek penelitian ini adalah:

a. pasien laki laki dan perempuan

b. umur 20-60 tahun

c. pasien dislipidemia

d. pola makan yang kurang baik seperti banyak makan makanan berlemak,

kurang makan buah-buahan dan sayur-sayuran

e. gaya hidup yang kurang baik seperti kurang berolahraga dan sering merokok

Gambar

Gambar tanaman dan herba sambiloto .....................................
Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian
Tabel 2.3 Angka kolesterol LDL
Tabel 2.4 Angka kolesterol HDL
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian kombinasi ekstrak etanol herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. F.) Nees) dan ekstrak etanol herba pegagan ( Centella asiatica [L.] Urban) berefek

Selain penelitian tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Adelaide Adiwana dengan judul “Efek Ekstrak Etanol Daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) terhadap

Penelitian ini ingin membuktikan bahwa kombinasi ekstrak etanol 70% herba sambiloto dan daun pandan wangi dengan pemberian dosis yang lebih rendah pada

telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga skripsi dengan judul “ Pengaruh Ekstrak Air Herba Sambiloto (Andrographis paniculata) dan Daun Salam (Syzygium

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kombinasi obat tradisional VCO sebanyak tiga kali satu sendok makan dan sambiloto 500 mglkapsul tiga kali sehari satu kapsul

Dalam penelitian ini diuji mekanisme kerja dari kombinasi ekstrak air daun salam dan herba sambiloto dalam menurunkan kadar gula darah, dengan fokus mekanisme

Dalam penelitian ini diuji mekanisme kerja dari kombinasi ekstrak air daun salam dan herba sambiloto dalam menurunkan kadar gula darah, dengan fokus mekanisme

Hasil pada uji tahap I yang dapat dilihat pada tabel 1 menunjukkan bahwa infusa herba sambiloto mempunyai efek antihelmintik dan dapat membunuh cacing Ascaris suum