UJI KLINIS PENDAHULUAN PENGARUH PEMBERIAN
KAPSUL KOMBINASI EKSTRAK HERBA SAMBILOTO
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) DAN DAUN SALAM
(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) TERHADAP PROFIL
LIPID PADA PASIEN DISLIPIDEMIA
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UJI KLINIS PENDAHULUAN PENGARUH PEMBERIAN
KAPSUL KOMBINASI EKSTRAK HERBA SAMBILOTO
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) DAN DAUN SALAM
(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) TERHADAP PROFIL
LIPID PADA PASIEN DISLIPIDEMIA
Universitas tera U
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
era
OLEH:
SITI IRMAYANNI
NIM 121524028
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul Uji Klinis Pendahuluan Pengaruh Pemberian Kapsul Kombinasi Ekstrak
Herba Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) dan Daun Salam
(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Profil Lipid Pada Pasien
Dislipidemia. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio
Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ibu Prof. Dr. Julia
Reveny, M.Si., Apt. selaku wakil dekan I Fakultas Farmasi yang telah
menyediakan fasilitas kepada penulis selama perkuliahan di Fakultas Farmasi.
Bapak Prof. Dr. Ginda Haro, M.Sc., Apt., selaku dosen penasehat akademik yang
telah banyak membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selesai. Bapak
Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt., dan Dr. dr. Dharma Lindarto,
Sp.PD-KEMD., selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan penulis dengan
penuh kesabaran dan tanggung jawab, memberikan petunjuk dan saran-saran
selama penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini. Ibu Prof. Dr. Rosidah,
M.Si., Apt., selaku ketua penguji, Ibu Dr. Poppy Anjelisa Z. Hasibuan, M.Si.,
Apt. dan Ibu Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt., selaku anggota penguji yang telah
memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini. Bapak Drs. Awaluddin
v
Farmasi USU, serta Ibu Dra. Aswita Hafni, M.Si., Apt. selaku kepala
Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi USU yang telah memberikan izin dan
fasilitas selama melakukan penelitian. Bapak dan Ibu staff pengajar Fakultas
Farmasi USU atas ilmu dan pendidikan yang telah diberikan.
Penulis mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang tulus dan tak
terhingga kepada keluarga tercinta, Ayahanda Syamsuar N. SE., Ibunda Syarifah
Jauhari Amd. Kep., Suami Rizal Wahyudi M.Kom., Kakek H. Said Razali, Nenek
Hj. Syarifah Rahmah, Bapak Mertua H. Bahagia Malem, Ibu Mertua Hj. Murdani,
Abang dr. Saidi Oktaviandi, Adik Siti Asnawiyatu Zuhriyah serta keluarga besar
yang senantiasa memberikan doa, semangat, nasihat dan dukungan baik moril
maupun materil yang tak ternilai.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga Allah membalas segala budi
baik dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan
khususnya di bidang farmasi.
Medan, Juni 2015 Penulis,
vi
UJI KLINIS PENDAHULUAN PENGARUH PEMBERIAN KAPSUL KOMBINASI EKSTRAK HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) DAN DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)
TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DISLIPIDEMIA ABSTRAK
Dislipidemia merupakan gangguan pada profil lipid dalam darah, yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan satu atau lebih fraksi lipid dalam plasma yaitu kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (Low Density
Lipoprotein), trigliserida dan penurunan kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein). Uji pra-klinis pemberian ekstrak herba sambiloto dan daun salam
menunjukkan penurunan kolesterol pada hewan percobaan. Uji toksisitas akut dan subkronik ekstrak etanol kombinasi herba sambiloto dan daun salam tidak berpengaruh terhadap kadar SGOT, SGPT dan kadar kreatinin hewan coba, oleh karena itu dilakukan penelitian uji klinis pendahuluan tujuannya untuk mengetahui pengaruh pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam terhadap profil lipid dan efek samping pada pasien dislipidemia.
Penelitian ini menggunakan metode uji klinis terbuka (open trial) dengan desain before and after. Tahapan penelitian yaitu pengambilan bahan tanaman, identifikasi tanaman, pengolahan bahan tanaman, pemeriksaan karakterisasi simplisia, pembuatan ekstrak, pembuatan sediaan kapsul. Kapsul ekstrak herba sambiloto dan daun salam dibuat dengan dosis masing-masing 100 mg. Uji klinis pendahuluan pemberian kapsul diberikan kepada 20 pasien dislipidemia dengan dosis 3 x 1 kapsul sehari selama 28 hari, selanjutnya pemeriksaan profil lipid (kadar kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL) dilakukan pada hari 0, hari ke-14 dan hari ke-28.
Hasil karakteristik simplisia herba sambiloto dan daun salam yang diteliti sesuai dengan monografi yang terdapat pada Materia Medika Indonesia edisi III dan IV. Hasil uji pra-formulasi dan evaluasi kapsul kombinasi herba sambiloto dan daun salam memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi III. Hasil uji klinis pendahuluan pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam mempunyai pengaruh terhadap profil lipid pada pasien dislipidemia menunjukkan efek penurunan kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL secara signifikan (p ≤ 0,05) sedangkan pada kadar HDL tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan (p ≥ 0,05) serta tidak memberikan efek samping.
vii
PRELIMINARY CLINICAL TRIALS ON EFFECT OF COMBINATION CAPSULE OF EXTRACT BITTER HERBS (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) AND BAY LEAVES (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)
ON LIPID PROFILE IN DYSLIPIDEMIA PATIENTS ABSTRACT
Dyslipidemia is a disorder on blood lipid profile, which is characterized by an increase or decrease in one or more lipid fractions in plasma are increase in total cholesterol, LDL cholesterol (Low Density Lipoprotein), triglycerides and reduced level of HDL (High Density Lipoprotein). Pre-clinical trials of extract of bitter herbs and bay leaves showed a decrease in cholesterol in animal experiments. Acute toxicity tests using a mixture of ethanol extract of bitter herbs and bay leaves did not have a sub-chronic toxicity to the liver function and kidney function on animals. Therefore, preliminary clinical trials are conducted to determine whether supplementation combining extracts bitter herbs and bay leaves affect the lipid profile and its side effects to patients with dyslipidemia.
This study used an open clinical trial (open trial) with the design before and after design. Stages of research were taking plant, plant identification, processing plants material, bulbs characterization inspection, extract manufacture, preparation of capsules. The capsule of extract bitter herbs and bay leaves was made with each dose 100 mg. Preliminary clinical trials of supplementation was given to 20 patients with dyslipidemia at a dose of 3 x 1 capsule daily for 28 days, further examination of the lipid profile (total cholesterol, triglycerides, LDL and HDL) was performed on day 0, day 14 and day 28.
Results of simplex a characteristic bitter herbs and bay leaves were examined according to the monograph contained in the Materia Medika Indonesia 3rd and 4th edition. The result of the pre-formulation and evaluation capsule combination bitter herbs and bay leaves meet the requirements of Indonesian Pharmacopoeia 3rd edition. Results of preliminary clinical trials of extracts bitter herbs and bay leaves had an influence on lipid profile in patients with dyslipidemia, showing decrease in total cholesterol, triglycerides and LDL was significant (p ≤ 0.05), while the HDL levels showed no significant effect (p ≥ 0.05), and no side effects.
Keywords: Bay_Leaves, Dyslipidemia, Bitter_Herbs, Lipid Profile
viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
DAFTAR SINGKATAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Hipotesis ... 4
1.4 Tujuan Penelitian ... 5
1.5 Manfaat Penelitian ... 5
1.6 Kerangka Pikir Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
ix
2.1.1 Sambiloto ... 7
2.1.2 Daun salam ... 9
2.3 Data Hasil Penelitian ... 11
2.4 Ekstraksi ... 12
2.5 Uji Klinis ... 14
2.6 Profil Lipid ... 16
2.6.1 Kolesterol total ... 17
2.6.2 Trigliserida ... 18
2.6.3 Low Density Lipoprotein (LDL) ... 18
2.6.4 High Density Lipoprotein (HDL) ... 19
2.7 Dislipidemia ... 20
2.7.1 Definisi ... 20
2.7.2 Klasifikasi dislipidemia ... 20
2.7.3 Terapi rasional dislipidemia ... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan ... 25
3.1.1 Bahan-bahan yang digunakan ... 25
3.1.2 Alat-alat yang digunakan ... 25
3.2 Penyiapan Bahan Tanaman ... 26
3.2.1 Pengambilan bahan tanaman ... 26
3.2.2 Identifikasi tanaman ... 26
3.2.3 Pengolahan bahan tanaman ... 26
3.3 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia ... 27
x
3.3.2 Pemeriksaan mikroskopik ... 27
3.3.3 Penetapan kadar air ... 27
3.3.4 Pemeriksaan kadar sari yang larut dalam air ... 28
3.3.5 Pemeriksaan kadar sari yang larut dalam etanol ... 29
3.3.6 Penetapan kadar abu total ... 29
3.3.7 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam .... 29
3.4 Pembuatan Ekstrak ... 30
3.4.1 Pembuatan ekstrak herba sambiloto ... 30
3.4.2 Pembuatan ekstrak daun salam ... 30
3.5 Pembuatan Sediaan ... 31
3.5.1 Formula kapsul ... 31
3.5.2 Pembuatan sediaan kapsul ... 31
3.5.3 Pengujian pra-formulasi ... 32
3.5.4 Evaluasi sediaan kapsul uji ... 32
3.6 Uji Klinis Pendahuluan ... 33
3.6.1 Tempat penelitian ... 33
3.6.2 Waktu penelitian ... 33
3.6.3 Desain penelitian ... 33
3.6.4 Kriteria inklusi dan eksklusi subjek penelitian ... 33
3.6.5 Teknik pengambilan subyek penelitian ... 34
3.6.6 Jumlah subyek penelitian ... 34
3.6.7 Pemberian sediaan kapsul ... 35
3.6.8 Tahapan dan cara kerja uji klinis pendahuluan ... 35
xi
3.6.10Tindakan keamanan ... 37
3.7 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) 37 3.8 Izin Komite Etik ... 37
3.9 Analisis Data ... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39
4.1 Hasil Identifikasi Tanaman ... 39
4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia ... 39
4.2.1 Hasil pemeriksaan makroskopik ... 39
4.2.2 Hasil pemeriksaan mikroskopik ... 40
4.2.3 Hasil pemeriksaan simplisia herba sambiloto dan daun salam ... 40
4.3 Hasil Ekstraksi Simplisia Herba Sambiloto dan Daun Salam ... 42
4.4 Hasil Pengujian Pre Formulasi dan Evaluasi Kapsul ... 43
4.5 Data Dasar Pasien Dislipidemia ... 43
4.6 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Profil Lipid ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 53
5.1 Kesimpulan ... 53
5.2 Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 54
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Angka kolesterol total ... 18
2.2 Angka trigliserida ... 18
2.3 Angka kolesterol LDL ... 19
2.4 Angka kolesterol HDL ... 20
4.1 Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia herba sambiloto ... 41
4.2 Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia daun salam 41
4.3 Data demografi pasien dislipidemia ... 44
4.4 Hasil pemeriksaan laboratorium profil lipid rata-rata 20 pasien dislipidemia ... 48
4.5 Hasil selisih pemeriksaan laboratorium profil lipid rata-rata 20 pasien dislipidemia ... 50
4.6 Hasil pengamatan efek samping pasien dislipidemia yang mengkonsumsi kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam ... 52
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Kerangka pikir penelitian ... 6
4.1 Diagram kolesterol total rata-rata pasien dislipidemia pada hari ke 0, 14, 28 ... 48
4.2 Diagram trigliserida rata-rata pasien dislipidemia pada hari
ke 0, 14, 28 ... 49
4.2 Diagram LDL rata-rata pasien dislipidemia pada hari ke 0,
14, 28 ... 49
4.2 Diagram HDL rata-rata pasien dislipidemia pada hari ke 0,
14, 28 ... 49
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil identifikasi tanaman ... 59
2. Gambar tanaman dan herba sambiloto ... 60
3. Gambar tanaman dan daun salam ... 61
4. Gambar serbuk simplisia herba sambiloto dan daun salam ... 62
5. Gambar mikroskopik daun sambiloto dan serbuk simplisia herba sambiloto ... 63
6. Gambar mikroskopik daun salam dan serbuk simplisia daun salam ... 65
7. Hasil karakterisasi serbuk simplisia herba sambiloto ... 67
8. Hasil karakterisasi serbuk simplisia daun salam ... 71
9. Perhitungan rendemen ekstrak kental ... 75
10. Hasil uji pra-formulasi dan evaluasi kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam ... 76
11. Hasil uji keseragaman bobot ... 77
12. Gambar sediaan kapsul ... 78
13. Surat persetujuan etik (ethical clearence) ... 79
14. Lembar penjelasan kepada subjek penelitian ... 80
15. Lembar persetujuan pasien setelah penjelasan penelitian (informed consent) ... 82
16. Kuesioner untuk pasien ... 83
xv
18. Data pola makan pasien dislipidemia ... 88
19. Gambar dokumentasi pasien ... 89
20. Gambar sampel darah ... 90
21. Data pasien hasil laboratorium ... 91
xvi
DAFTAR SINGKATAN
ATP III : Adult Treatment Panel III
HDL : High Density Lipoprotein
HMG-KoA : Hidroksi Metil Glutamil Koenzim-A
IDL : Intermediate Density Lipoprotein
LDL : Low Density Lipoprotein
LPL : Lipoprotein Lipase
NCEP : National Cholesterol Education Program
PKV : Penyakit Kardiovaskular
PPAR : Peroxysome Proliferator-Activated Receptors
SREBP : Sterol Regulatory Element Binding Protein
vi
UJI KLINIS PENDAHULUAN PENGARUH PEMBERIAN KAPSUL KOMBINASI EKSTRAK HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) DAN DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)
TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DISLIPIDEMIA ABSTRAK
Dislipidemia merupakan gangguan pada profil lipid dalam darah, yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan satu atau lebih fraksi lipid dalam plasma yaitu kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (Low Density
Lipoprotein), trigliserida dan penurunan kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein). Uji pra-klinis pemberian ekstrak herba sambiloto dan daun salam
menunjukkan penurunan kolesterol pada hewan percobaan. Uji toksisitas akut dan subkronik ekstrak etanol kombinasi herba sambiloto dan daun salam tidak berpengaruh terhadap kadar SGOT, SGPT dan kadar kreatinin hewan coba, oleh karena itu dilakukan penelitian uji klinis pendahuluan tujuannya untuk mengetahui pengaruh pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam terhadap profil lipid dan efek samping pada pasien dislipidemia.
Penelitian ini menggunakan metode uji klinis terbuka (open trial) dengan desain before and after. Tahapan penelitian yaitu pengambilan bahan tanaman, identifikasi tanaman, pengolahan bahan tanaman, pemeriksaan karakterisasi simplisia, pembuatan ekstrak, pembuatan sediaan kapsul. Kapsul ekstrak herba sambiloto dan daun salam dibuat dengan dosis masing-masing 100 mg. Uji klinis pendahuluan pemberian kapsul diberikan kepada 20 pasien dislipidemia dengan dosis 3 x 1 kapsul sehari selama 28 hari, selanjutnya pemeriksaan profil lipid (kadar kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL) dilakukan pada hari 0, hari ke-14 dan hari ke-28.
Hasil karakteristik simplisia herba sambiloto dan daun salam yang diteliti sesuai dengan monografi yang terdapat pada Materia Medika Indonesia edisi III dan IV. Hasil uji pra-formulasi dan evaluasi kapsul kombinasi herba sambiloto dan daun salam memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi III. Hasil uji klinis pendahuluan pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam mempunyai pengaruh terhadap profil lipid pada pasien dislipidemia menunjukkan efek penurunan kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL secara signifikan (p ≤ 0,05) sedangkan pada kadar HDL tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan (p ≥ 0,05) serta tidak memberikan efek samping.
vii
PRELIMINARY CLINICAL TRIALS ON EFFECT OF COMBINATION CAPSULE OF EXTRACT BITTER HERBS (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) AND BAY LEAVES (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)
ON LIPID PROFILE IN DYSLIPIDEMIA PATIENTS ABSTRACT
Dyslipidemia is a disorder on blood lipid profile, which is characterized by an increase or decrease in one or more lipid fractions in plasma are increase in total cholesterol, LDL cholesterol (Low Density Lipoprotein), triglycerides and reduced level of HDL (High Density Lipoprotein). Pre-clinical trials of extract of bitter herbs and bay leaves showed a decrease in cholesterol in animal experiments. Acute toxicity tests using a mixture of ethanol extract of bitter herbs and bay leaves did not have a sub-chronic toxicity to the liver function and kidney function on animals. Therefore, preliminary clinical trials are conducted to determine whether supplementation combining extracts bitter herbs and bay leaves affect the lipid profile and its side effects to patients with dyslipidemia.
This study used an open clinical trial (open trial) with the design before and after design. Stages of research were taking plant, plant identification, processing plants material, bulbs characterization inspection, extract manufacture, preparation of capsules. The capsule of extract bitter herbs and bay leaves was made with each dose 100 mg. Preliminary clinical trials of supplementation was given to 20 patients with dyslipidemia at a dose of 3 x 1 capsule daily for 28 days, further examination of the lipid profile (total cholesterol, triglycerides, LDL and HDL) was performed on day 0, day 14 and day 28.
Results of simplex a characteristic bitter herbs and bay leaves were examined according to the monograph contained in the Materia Medika Indonesia 3rd and 4th edition. The result of the pre-formulation and evaluation capsule combination bitter herbs and bay leaves meet the requirements of Indonesian Pharmacopoeia 3rd edition. Results of preliminary clinical trials of extracts bitter herbs and bay leaves had an influence on lipid profile in patients with dyslipidemia, showing decrease in total cholesterol, triglycerides and LDL was significant (p ≤ 0.05), while the HDL levels showed no significant effect (p ≥ 0.05), and no side effects.
Keywords: Bay_Leaves, Dyslipidemia, Bitter_Herbs, Lipid Profile
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lipid adalah molekul tidak larut dalam air sehingga harus diangkut di
dalam sirkulasi darah dalam bentuk lipoprotein. Di dalam inti lipoprotein
terkandung lipid nonpolar, yaitu kolesterol ester dan trigliserida. Kolesterol ester
bersifat hidrofobik yang merupakan inti lipid utama di dalam LDL (Low Density
Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein). Trigliserida terdapat di dalam
inti kilomikron dan di dalam VLDL (Very Low Density Liporotein) yang berasal
dari hati (Lim, 2014).
Dislipidemia merupakan gangguan pada profil lipid dalam darah, yaitu
kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan
satu atau lebih fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama
adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein),
trigliserida dan penurunan kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein)
(Santoso, dkk., 2009).
Seseorang yang mengalami dislipidemia memiliki resiko lebih tinggi
terkena penyakit kardiovaskular terutama penyakit jantung koroner. Penyakit
kardiovaskular (PKV) merupakan penyebab kematian utama di dunia. Indonesia
memperoleh angka kesakitan dan kematian akibat PKV terus meningkat tajam.
Prevalensi penyakit jantung koroner, umur ≥15 tahun 2013 di Provinsi Sumatera
Utara sebanyak 0,5 %. Prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun
2
umur 55 - 64 (1,3%), umur 65 - 74 (2%) (Riskesdas, 2013). Penyebab utama
PKV adalah adanya manifestasi aterosklerosis pada pembuluh darah koroner
(Anwar, 2004).
Saat ini obat tradisional terus meningkat dan berkembang dengan pesat di
masyarakat. Penggunaan obat tradisional di berbagai daerah merupakan warisan
turun temurun berdasarkan pengalaman/empirik selanjutnya berkembang melalui
pembuktian ilmiah melalui uji pra-klinik dan uji klinik (Depkes RIb, 2000).
Pemanfaatan tanaman sebagai salah satu pengobatan alternatif maupun
pengganti obat modern membutuhkan serangkaian pengujian seperti uji pra-klinik
meliputi uji keamanan dan uji khasiat, sampai uji klinik dengan didukung oleh
pengembangan bentuk sediaan yang lebih baik agar efektivitasnya dapat
dioptimalkan (Depkes RIb, 2000). Semakin dipahami manfaatnya, masyarakat
semakin terbiasa menggunakan obat tradisional dalam menghadapi berbagai
keluhan dan gangguan kesehatan (Wiryowidagdo, 2002).
Penanganan penyakit kolesterol dengan menggunakan obat-obatan sintetis
memiliki risiko yang tinggi karena digunakan dalam jangka panjang sehingga
dapat menimbulkan efek samping obat yang tidak dapat diabaikan. Ditinjau dari
segi ekonomis, harga golongan obat tersebut cukup mahal (Suyatna, 2007).
Masyarakat sekarang lebih selektif dalam memilih pengobatan baik dalam
pemilihan harga, maupun kandungan obat dan efek samping obat, oleh karena itu
masyarakat mulai menggunakan obat-obat dari bahan alam yang dipercaya lebih
aman dan memiliki efek samping yang relatif lebih kecil pada penggunaan jangka
panjang (Pramono, 2002).
3
herbal yang sudah banyak diteliti aktivitas farmakologisnya. Zuraini (2006) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa ekstrak air sambiloto dalam dosis 100 dan 200
mg/kg bb dapat menormalkan kadar kolesterol total plasma pada tikus. Pada
beberapa penelitian diketahui bahwa sambiloto mengandung senyawa
andrografolid memiliki aktivitas memperbaiki profil lipid darah.
Secara empiris daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.),
digunakan untuk mengobati kencing manis, menurunkan kadar kolesterol dan
kadar asam urat yang dibuat dalam bentuk air rebusan daun salam. Menurut
beberapa literatur daun salam mengandung zat- zat kimia seperti sitral, eugenol,
miyak atsiri, tanin, saponin, flavonoid, triterpenoid, polifenol. Daun salam dapat
menurunkan kadar kolesterol darah digunakan 10-15 gram direbus dalam air
sebanyak 750 ml hingga air rebusan air daun salam tersebut menjadi 250 ml,
dikonsumsi 250 ml/hari (Nurcahyati, 2014).
Hasil penelitian secara pra-klinis menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak
herba sambiloto dan daun salam memiliki efek sinergis baik terhadap penurunan
kadar kolesterol maupun trigliserida. Ekstrak herba sambiloto efektif terhadap
penurunan kadar kolesterol, sedangkan ekstrak daun salam lebih efektif terhadap
penurunan kadar trigliserida, serta kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun
salam mampu menurunkan kadar kolesterol dengan dosis lebih kecil (Dinkes
Sumatera Utara, 2007).
Hasil uji toksisitas akut ekstrak etanol kombinasi herba sambiloto dan
daun salam menghasilkan harga LD50 = 19,473 g/kg bb pada mencit sehingga
ekstrak uji dapat dikatagorikan sebagai practically non toxic. Hasil uji toksisitas
4
x dosis lazim menunjukan pengaruh terhadap fungsi hepar dan fungsi ginjal
hewan coba yaitu tidak berpengaruh terhadap kadar SGOT, SGPT dan kadar
kreatinin pada serum hewan coba (Masjhoer, 2001).
Berdasarkan hal-hal di atas, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
berupa uji klinis pendahuluan pengaruh pemberian kapsul kombinasi ekstrak
herba sambiloto dan daun salam terhadap profil lipid pada pasien dislipidemia.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. apakah karakteristik simplisia herba sambiloto dan daun salam sesuai
dengan monografi yang terdapat pada Materia Medika Indonesia
b. apakah pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam
mempunyai pengaruh terhadap profil lipid pada pasien dislipidemia
c. apakah pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam
memberikan efek samping jika diberikan pada pasien dislipidemia.
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. karakteristik simplisia herba sambiloto dan daun salam yang diteliti sesuai
dengan monografi yang terdapat pada Materia Medika Indonesia
b. pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam
5
c. pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam tidak
memberikan efek samping jika diberikan pada pasien dislipidemia.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. untuk mengetahui karakteristik simplisia herba sambiloto dan daun salam
sebagai bahan yang digunakan dalam penelitian
b. untuk mengetahui pengaruh pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba
sambiloto dan daun salam terhadap profil lipid pada pasien dislipidemia
c. untuk mengetahui bahwa pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba
sambiloto dan daun salam tidak memberikan efek samping jika diberikan
pada pasien dislipidemia.
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang dapat diperoleh
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. mendukung program pemerintah dalam melakukan penelitian dan
pengembangan obat tradisional
6
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian dilakukan dengan kerangka pikir seperti gambar 1.1 .
Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter
Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian
Serbuk simplisia herba sambiloto dan daun salam
- Makroskopik - Mikroskopik - Penetapan kadar air - Penetapan kadar abu - Penetapan kadar abu
tidak larut asam - Penetapan kadar sari
larut dalam air - Penetapan kadar sari
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tanaman
Uraian tanaman meliputi morfologi tanaman, sistematika tanaman,
nama lain, kandungan kimia dan manfaat tanaman.
2.1.1 Sambiloto
Tanaman sambiloto tumbuh liar di tempat terbuka, seperti di kebun, tepi
sungai, tanah kosong yang agak lembab atau di pekarangan. Daerah tumbuh dan
penyebarannya di dataran rendah sampai ketinggian 700 m diatas permukaan laut.
Sambiloto tumbuh berkelompok, tanaman ini tumbuh di daerah panas di wilayah
Asia dengan iklim tropik dan sub tropik seperti di India, semenanjung Malaya dan
hampir seluruh pulau di Indonesia (Dalimartha, 1999).
2.1.1.1 Morfologi tanaman
Sambiloto tergolong tanaman terna tumbuh tegak tinggi 40 cm sampai 90
cm, percabangan banyak dengan letak yang berlawanan, cabang berbentuk segi
empat dan tidak berambut. Bentuk daun lanset, ujung daun dan pangkal daun
tajam, tepi daun rata, panjang daun 3 cm sampai 12 cm dan lebar 1 cm sampai 3
cm, panjang tangkai daun 5 mm sampai 25 mm, daun bagian atas bentuknya
seperti daun pelindung. Perbungaan tegak bercabang - cabang, panjang kelopak
bunga 3 mm sampai 4 mm. Bunga berbibir berbentuk tabung, panjang 6 mm, bibir
bunga bagian atas berwarna putih dengan warna kuning dibagian atasnya ukuran 7
8
6 mm. Bentuk buah jorong dengan ujung yang tajam, panjang lebih kurang 2 cm
dan bila tua akan pecah terbagi menjadi 4 keping (Depkes RIb, 1979).
2.1.1.2 Sistematika tanaman
Berdasarkan taksonomi tanaman sambiloto dapat diklasifikasikan sebagai
berikut (Depkes RIc, 2000) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Famili : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Spesies : Andrographis paniculata (Burm.f) Nees
2.1.1.3 Nama lain
Nama daerah dari tanaman sambiloto yaitu Pepaitan (Sumatera), Ki Oray,
Takilo, Bidara, Sadilata, Sambilata, Takila (Jawa) dan Sambiloto (Indonesia)
(Depkes RIb, 1979).
Nama asing: Chuan xin lian (Cina), Kalmegh (India), Cong - cong
(Vietnam), Quasabhuva (Arab), Nainehavandi (Vietnam) dan King of bitter
(Inggris) (Dalimartha, 1999).
2.1.1.4 Kandungan kimia
Kandungan kimia tanaman sambiloto antara lain: andrografolid,
Deoksiandrografolid, neoandrografolid, 11,12-didehidro-14-deoksiandrografolid
9
natrium). Zat aktif andrographolid terbukti berkhasiat sebagai hepatoprotektor
(melindungi sel hati dari zat toksik) (Dalimartha, 1999).
2.1.1.5 Manfaat tanaman
Penggunaan secara tradisional digunakan untuk darah tinggi, influenza,
demam, malaria, kencing manis, kista, mioma, hidung berlendir, infeksi telinga
tengah dan sakit gigi (Dalimartha, 1999).
Berdasarkan hasil penelitian farmakologi menunjukkan herba sambiloto
memiliki aktifitas antibakteri, anti-HIV (Human Immunodeficiency Virus),
imunostimulator, antipiretik, antidiare, anti inflamasi, antimalaria, disentri dan
infeksi hepatitis (WHO, 2002).
2.1.2 Daun salam
Salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.), daunnya digunakan sebagai
rempah dalam masakan. Daun salam ini memberikan aroma yang khas. Kayunya
berwarna coklat jingga kemerahan dan berkualitas menengah dan dapat
dipergunakan sebagai bahan bangunan dan perabot rumah tangga. Kulit batang
salam mengandung
jala, bahan anyaman dari
Asia Tenggara, mulai dari Burma, Indochina, Semenanjung Malaya, Sumatera,
Kalimantan dan Jawa, biasanya ditanam di kebun-kebun pekarangan dan
lahan-lahan lain, terutama untuk diambil daunnya (Agoes, 2010).
2.1.2.1 Morfologi tanaman
Pohon salam bertajuk rimbun dan memiliki tinggi sampai 25 m. Daun bila
diremas berbau harum, berbentuk lonjong sampai elips atau bundar telur
10
sampai 15 cm, lebar 35 mm sampai 65 mm, panjang tangkai daun 5 mm sampai
12 mm. Perbungaan berupa malai, keluar dari ranting, berbau harum. Kelopak
bunga berbentuk cangkir yang lebar, ukuran lebih kurang 1 mm. Mahkota bunga
berwarna putih. Benang sari terbagi dalam 4 kelompok, panjang lebih kurang 3
mm berwarna kuning lembayung. Buah buni, berwarna merah gelap, bentuk bulat
dengan garis tengah 8 mm sampai 9 mm, pada bagian tepi berakar lembaga yang
sangat pendek (Depkes RI, 1980).
2.1.2.2 Sistematika tanaman
Taksonomi tanaman daun salam (Depkes RIc, 2000) adalah :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.
2.1.2.3 Nama lain
Nama daerah: Maselangan, ubar serai (Sumatera), Manting (Jawa), gowok
(Sunda) Salam (Madura). Nama asing: Samak, kelat samak, serah (Malaysia),
Duo hua pu tao (Tionghoa), Bay leaf (Inggris) (Nurcahyati, 2014).
2.1.2.4 Kandungan kimia
11
alkaloid, minyak atsiri, eugenol, fenol, steroid, saponin dan karbohidrat
(Nurcahyati, 2014).
2.1.2.5 Manfaat tanaman
Manfaat daun salam dalam pengobatan tradisional adalah untuk mengatasi
asam urat, kencing manis, menurunkan kadar kolesterol, melancarkan pembuluh
darah, radang lambung, diare, mabuk alkohol dan gatal-gatal. Daun salam
memiliki sifat rasa kelat, wangi, adstringen dan memperbaiki sirkulasi (Agoes,
2010).
Hasil penelitian farmakologi dari daun salam menunjukkan bahwa daun
salam memiliki efek antibakteri dan hipoglikemik (Hapsoh dan Hasanah, 2011).
2.3 Data Hasil Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan Fatmawati (2008), dilaporkan bahwa
ekstrak etanol daun sambiloto yang diberikan selama 28 hari dengan dosis 2,1
g/kg bb dapat menurunkan kadar kolesterol total, LDL dan trigliserida serta
meningkatkan kadar HDL pada tikus. Kandungan kimia dari sambiloto yang
berperan adalah andrographolida, flavonoid, tanin dan mineral.
Hasil uji toksisitas akut ekstrak etanol kombinasi herba sambiloto dan
daun salam menghasilkan harga LD50 = 19,473 g/kg bb pada mencit sehingga
ekstrak uji dapat dikatagorikan sebagai practically non toxic. Hasil uji toksisitas
subkronik setelah pemberian ekstrak uji selama dua bulan dengan dosis sampai 5
x dosis lazim menunjukan pengaruh terhadap fungsi hepar dan fungsi ginjal
hewan coba, yaitu tidak berpengaruh terhadap kadar SGOT, SGPT dan kadar
12
Uji klinis pemberian kapsul daun salam terhadap profil lipid dan
peningkatan glukosa pada diabetes tipe 2, telah terbukti meningkatkan fungsi
insulin 40 orang dengan diabetes tipe 2 yang dibagi menjadi 4 kelompok dan
diberikan kapsul yang mengandung 1 g 2 g dan 3 g daun salam per hari selama 30
hari atau plasebo diikuti dengan periode washout 10 hari mengalami penurunan
yang signifikan kolesterol total, trigliserida dan LDL menurun. Tidak ada
perubahan signifikan pada kelompok plasebo. Penelitian ini menunjukkan bahwa
konsumsi daun salam 1 g sampai 3 g selama 30 hari, mengurangi faktor risiko
diabetes dan penyakit kardiovaskular dan menunjukkan bahwa daun salam
bermanfaat bagi orang-orang dengan diabetes tipe 2 (Khan, dkk., 2009)
Uji klinis ekstrak campuran Andrographis paniculata (sambiloto) dan
Syzygium polyanthum (salam). Sampel sebanyak 30 penderita DM pria atau
wanita berusia antara 40–60 tahun, pemberian ekstrak herbal campuran
Andrographis paniculata dan Syzygium polyanthum (1:1) seberat 700 mg dapat
menurunkan gula darah puasa secara signifikan. Obat diberikan selama 4 minggu,
pemeriksaan fungsi hati dan fungsi ginjal setiap 2 minggu diperoleh hasil bahwa
tidak terdapat efek samping terhadap hati dan ginjal dalam terapi herbal ekstrak
herbal campuran Andrographis paniculata dan Syzygium polyanthum selama 4
minggu, hasil ini menunjukkan ekstrak herbal campuran cukup aman dikonsumsi
(Suharmiati dan Roosihermiatie, 2012).
2.4 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
13
RIa, 2000). Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya
matahari langsung (Depkes RIa, 1979).
Pemilihan cairan penyari yang akan digunakan dalam ekstraksi
berdasarkan daya larut zat aktif yang diinginkan dan tipe preparat farmasi yang
diperlukan. Cairan penyari alkohol atau campuran air-alkohol merupakan pelarut
serbaguna dan paling luas pemakaiannya karena mudah didapat, harganya murah
dan daya melarutkannya baik. Pelarut campuran air-alkohol memberi
perlindungan terhadap kontaminasi mikroba dan membantu mencegah pemisahan
bahan yang akan diekstraksi, bila didiamkan (Ansel, 1989).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2000), beberapa metode ekstraksi
dengan menggunakan pelarut yaitu:
1. Cara dingin
a. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
kamar. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut
setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.
b. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, yang umumnya
dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan
pengembangan bahan, tahapan maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
(penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh perkolat
yang jumlahnya 1-5 kali jumlah bahan.
2. Cara panas
14
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses
pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga proses ekstraksi sempurna.
b. Soxhletasi adalah ekstraksi yang umumnya dilakukan dengan alat soxhlet
sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan
dengan adanya pendingin balik.
c. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperature kamar, secara umum
dilakukan pada temperatur 40-50oC.
d. Infudansi adalah proses penyarian dengan pelarut air pada temperatur 90oC
selama waktu tertentu (15 - 20 menit).
e. Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 90oC selama 30 menit.
2.5 Uji Klinis
Uji klinis merupakan penelitian eksperimental terencana yang dilakukan
pada manusia. Peneliti memberikan perlakuan atau intervensi pada manusia,
kemudian efek perlakuan tersebut diukur dan dianalisis. Uji klinis bervariasi dari
uji efektivitas obat sederhana yang hanya melibatkan beberapa puluh pasien dan
dapat dilaksanakan satu peneliti hingga uji klinis multisenter yang memiliki
organisasi yang rumit, jumlah peserta dan peneliti yang banyak, sistem informasi
dan manajemen yang kompleks (Sastroasmoro, 2011). Uji klinis ini dilakukan
baik untuk pengembangan obat sintetik maupun obat herbal.
15
a. Pembuktiaan secara ilmiah kemanfaatan sediaan herbal sesuai dengan
indikasi yang akan menjadi fitofarmaka.
b. Pembuktian secara ilmiah keamanan dan kemanfaatan pengobatan tradisional
termasuk cara, alat, bahan dan ramuan yang telah dilakukan, setelah
menunjukkan adanya kemanfaatan berdasarkan observasi klinik.
c. Pengembangan tanaman obat yang mengarah pada pengembangan zat kimia
baru sebagai bahan obat (Dirjen Bina Kesmas, 2004).
Uji klinis ramuan atau tanaman obat yang akan dikembangkan sebagai
produk obat tradisional membutuhkan beberapa persyaratan diantaranya:
a. Data keamanan, meliputi toksiksitas akut, toksiksitas subkronik dan
toksiksitas khusus bila diperlukan.
b. Data manfaat/ khasiat praklinis.
c. Teknologi formulasi sederhana untuk pembuatan formulasi.
d. Menentukan zat identitas, zat aktif atau finger print sehingga dapat dibuat jadi
produk obat terstandar.
Uji klinis obat tradisional pada pengobatan tradisional dibedakan menjadi
uji klinis terhadap praktek yang sudah ada dan telah menunjukkan kemanfaatan
berdasarkan hasil observasi klinis dan uji klinis untuk menetapkan intervensi
klinis baru. Uji klinis intervensi baru, harus mengikuti tahapan seperti obat baru
yang didahului dengan data praklinis, teknik formulasi, uji klinis fase I, II dan III,
sedangkan untuk uji klinis pengobatan tradisional yang kemanfaatannya sudah
ditunjukkan dengan obseervasi klinik dapat dilanjutkan dengan uji klinis skala
kecil dan kriteria klinis lebih ketat, seperti pada fase II atau III (Dirjen Bina
16 Uji klinis terdiri dari 4 fase yaitu:
Fase I : Pengujian pada suatu obat baru yang baru pertama kali digunakan
untuk menilai keamanan dan tolerabilitas obat pada sukarelawan
sehat. Jumlah subyek pada fase ini 20-50 orang.
Fase IIA : Pengujian pada pasien dalam jumlah terbatas dan tanpa pembanding
(kontrol).
Fase IIB : Pengujian dilakukan pada pasien secara komparatif yang
membandingkannya dengan plasebo atau obat standar (kontrol).
Fase III : Pengujian pada fase ini dilakukan dengan mengevaluasi obat
dibandingkan dengan obat standar dengan desain uji klinis acak
terkontrol, multisenter dan jumlah subyek yang diikutsertakan pada
fase ini minimal 500 orang.
Fase IV : Pengujian yang dilakukan pasca pemasaran, untuk mengamati efek
samping yang jarang atau yang lambat timbulnya (Setiawati, dkk.,
2007).
2.6 Profil Lipid
Profil lipid mencakup kolesterol total, LDL-C (low density lipoprotein- cholesterol), trigliserida dan HDL-C (high density lipoprotein-cholesterol (Dipiro,
dkk., 2009). Lipid tidak larut dalam air sehingga pengangkutannya dalam darah
dalam bentuk lipoprotein. Lipoprotein adalah bentuk kompleks dari lipid
(fosfolipid, kolesterol dan trigliserida) dan protein dalam konsentrasi yang
berbeda-beda. Fosfolipid bersifat lipofil dan hidrofil sehingga bertindak sebagai
17
molekul lipid tersebut perlu di modifikasi, yaitu dalam bentuk lipoprotein yang
bersifat larut dalam air yang disebut apolipoprotein. Zat-zat lipoprotein ini
bertugas mengangkut lipid dari tempat sintesisnya menuju tempat penggunaannya
(Silalahi, 2006).
2.6.1 Kolesterol total
Kolesterol berasal dari bahasa Yunani yaitu chole = empedu dan stereos =
padat adalah steroid alkohol yang menyerupai lemak, berwarna putih mutiara.
Rumus molekul C27H45OH, mengkristal dalam bentuk daun (leaflet) atau
lempengan (United States Pharmacopeial Convention, 1985).
Kolesterol mempunyai struktur yang lembut, seperti lilin, terdiri dari
lemak dan berinti steroid yang dapat dihasilkan oleh tubuh atau berasal dari
makanan yang berasal dari hewan misalnya kuning telur, daging, hati dan otak.
Kolesterol terdapat di jaringan dan plasma sebagai kolesterol bebas atau berikatan
dengan asam lemak rantai panjang sebagai kolesterol ester. Kolesterol adalah lipid
yang merupakan komponen struktural esensial pada membran sel dan lapisan luar
lipoprotein plasma. Kolesterol merupakan prekursor semua steroid lain di dalam
tubuh manusia, termasuk kortikosteroid, hormon seks, asam empedu dan vitamin
D (Murray, dkk., 2006).
Ada beberapa pendapat tentang nilai optimal dari kolesterol darah dan
sampai batas berapa penyakit kardiovaskuler tersebut tidak terjadi. Kandungan
total kolesterol darah National Cholesterol Education Program (NCEP) pada
Adult Treatment Panel III (ATP III) menetapkan bahwa kadar total kolesterol
darah normal adalah ≤ 200 mg/dl, batas tinggi adalah 200-239 mg/dl, dan tinggi
18 pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Angka kolesterol total
No Kolesterol Total Kadar (mg/dl)
1 Normal ≤ 200
2 Batas tinggi 200-239
3 Tinggi ≥240
Sumber: National Cholesterol Education Program (NCEP) pada Adult Treatment
Panel III (ATP-III) (Freeman, 2008).
2.6.2 Trigliserida
Trigliserida adalah salah satu jenis lemak di dalam darah yang dibentuk di
hati dari gliserol dan lemak yang berasal dari makanan dengan rangsangan insulin
atau dari kelebihan kalori akibat makan berlebihan. Trigliserida merupakan
substansi yang terdiri dari gliserol yang mengikat gugus asam lemak. Makanan
yang dikonsumsi mengandung lemak dan kalori yang tinggi akan meningkatkan
kadar trigliserida dalam darah di simpan sebagai lemak di bawah kulit dan
cenderung meningkatkan kadar kolesterol. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi
kadar trigliserida dalam darah seperti kegemukan, makanan lemak, makanan
manis dan minum alkohol (Dalimartha, 2000). Nilai angka trigliserida dapat
dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Angka trigliserida
No Trigliserida Kadar (mg/dl)
1 Normal ≤ 150
2 Batas tinggi 151-199
3 Tinggi 200-499
4 Sangat tinggi ≥500
Sumber: National Cholesterol Education Program (NCEP) pada Adult Treatment
Panel III (ATP-III) (Freeman, 2008)
2.6.3 Low Density Lipoprotein (LDL)
19
mengandung kolesterol 70%, trigliserida 5%, protein 13% dan fosfolipid 12%
(Tan dan Rahardja, 2007). LDL merupakan lipoprotein yang mengangkut
kolesterol untuk disebarkan ke seluruh jaringan tubuh dan pembuluh nadi. LDL
sering disebut kolesterol jahat karena efeknya yang arterogenik (mudah melekat
pada dinding pembuluh darah), sehingga dapat menyebabkan penumpukkan
lemak dan penyempitan pembuluh darah (arterosclerosis). Kadar LDL di dalam
darah tergantung dari lemak yang masuk. Semakin tinggi/banyak lemak yang
masuk, semakin menumpuk pula LDL (Wiryowidagdo, 2002). Menilai tinggi
rendahnya kadar LDL dalam darah, umumnya kita membandingkan dengan angka
standard dari NCEP (Freeman, 2008). Nilai angka kolesterol LDL dapat dilihat
pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Angka kolesterol LDL
No LDL Kadar (mg/dl)
Sumber: National Cholesterol Education Program (NCEP) pada Adult Treatment
Panel III (ATP-III) (Freeman, 2008).
2.6.4 High Density Lipoprotein (HDL)
HDL merupakan partikel kecil yang mengandung kolesterol 25%,
trigliserida 5%. Protein 50% dan fosfolipid 20%. HDL mengangkut kelebihan
kolesterol dan asam lemak yang tidak dapat digunakan oleh jaringan perifer
kembali ke hati untuk diubah menjadi asam empedu. Kadar HDL kira-kira sama
pada pria dan wanita sampai masa pubertas, kemudian menurun pada pria sampai
20
perokok, pasien diabetes yang tidak terkontrol dan pada pemakai kombinasi
estrogen-progestin (Suyatna, 2007). HDL merupakan molekul lipoprotein paling
kecil dengan diameter 4-10 nm mampu mengangkut kolesterol dari dinding arteri,
yang merupakan dasar dari sifat anti anterogennya. HDL merupakan lipoprotein
protektif yang menurunkan resiko penyakit jantung koroner (Tan dan Rahardja,
2007). Menilai tinggi rendahnya kadar HDL digunakan angka standar dari NCEP.
Nilai kolesterol HDL dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Angka kolesterol HDL
No HDL Kadar (mg/dl)
1 Rendah ≤ 40
2 Tinggi ≥ 60
Sumber: National Cholesterol Education Program (NCEP) pada Adult
TreatmentPanel III (ATP-III) (Freeman, 2008).
2.7 Dislipidemia 2.7.1 Definisi
Dislipidemia merupakan gangguan pada profil lipid dalam darah, yaitu
kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan
satu atau lebih fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama
adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan penurunan
kadar kolesterol HDL (Santoso, dkk., 2009).
2.7.2 Klasifikasi dislipidemia
Klasifikasi dislipidemia berdasarkan pathogenesis penyakit adalah
dislipidemia primer, yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat
21
terjadi akibat mengidap penyakit tertentu. Dislipidemia sekunder juga bisa terjadi
akibat diabetes mellitus, konsumsi alkohol, stres dan kurang olahraga. Berbagai
macam obat juga bisa meningkatkan kadar lemak darah. Perempuan yang telah
masuk masa menopause (berhenti haid) jika diberi terapi estrogen mengalami
risiko kenaikan kadar kolesterol lainnya (Dalimartha, 2000).
2.7.3 Terapi rasional dislipidemia
Pilar utama pengelolaan dislipidemia adalah upaya non farmakologi
perubahan gaya hidup yang meliputi modifikasi diet, pengurangan berat badan
serta aktivitas fisik.
Tujuan utama terapi diet disini adalah menurunkan resiko PKV dengan
mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol serta mengembalikan
keseimbangan kalori, sekaligus memperbaiki nutrisi. Perbaikan keseimbangan
kalori biasanya memerlukan peningkatan penggunaan energi melalui kegiatan
jasmani serta pembatasan asupan kalori.
2.7.3.1 Terapi non farmakologi
1. Terapi diet
Terapi diet bertujuan untuk mengoptimalkan kadar lipid dengan cara
menjaga keseimbangan diet. Terapi diet dapat menurunkan kolesterol total sebesar
10-15%. Asupan makanan yang tinggi kandungan kolesterol harus diturunkan.
Asupan lemak jenuh dan asam lemak trans meningkatkan kadar LDL, sementara
asam lemak tidak jenuh tunggal dan asam lemak tidak jenuh ganda mempunyai
LDL rendah.
2. Pengurangan berat badan
22
dan obesitas dengan sindrom metabolik. Penurunan berat badan membantu
menurunkan trigliserida dan meningkat HDL.
3. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem
penunjangnya serta merupakan bagian dari usaha menjaga kebugaran, termasuk
kesehatan jantung dan pembuluh darah. Mereka yang aktif kemungkinan memiliki
resiko yang rendah untuk terkena penyakit kardiovaskuler termasuk diantaranya
dislipidemia.
Olahraga dan aktivitas fisik juga dapat memperbaiki profil lemak darah,
yaitu menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL, serta dapat
memperbaiki HDL, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan sensitivitas
insulin. Aktivitas fisik perlu diikuti 3 tahap, pemanasan dengan peregangan selama
5-10 menit, aerobik selama 20-30 menit, pendinginan dengan menurunkan
intensitas secara perlahan-lahan, selama 5-10 menit. Jumlah latihan sebaiknya 2-3
kali/minggu (Lindarto, 2014).
2.7.3.2 Terapi farmakologi
Pada saat ini dikenal sedikitnya 5 jenis obat yang dapat memperbaiki profil
lipid serum, yaitu statin (HMG-CoA reductase inhibitor), resin, derivat asam
fibrat, asam nikotinat (Niasin) dan ezetimib.
1. Statin (HMG-CoA Reductase Inhibitor)
Statin merupakan senyawa yang paling efektif dan paling baik toleransinya
untuk mengobati dislipidemia. Ada enam jenis statin dipasarkan, yaitu lovastatin,
simvastatin, pravastatin, fluvastatin, atrovastatin dan rosuvastatin. Obat ini bekerja
23
dalam sintesis kolesterol. Sintesis kolesterol di hati akan menurun, sehingga sterol
regulatory element binding protein (SREBP) yang terdapat pada membran
teruraioleh protease, lalu diangkut ke nukleus. Faktor-faktor transkripsi kemudian
akan berikatan dengan gen reseptor LDL, sehingga terjadi peningkatan sintesis
reseptor LDL pada membran sel hepatosit akan menurunkan kadar kolesterol
darah lebih besar lagi. Selain VLDL, IDL dan LDL menurun serta HDL
meningkat.
2. Resin
Terdapat tiga golongan resin, yaitu cholestyramin, colestipol dan
colesevelam. Resin merupakan obat hipolipidemia yang paling aman karena tidak
diabsorpsi saluran cerna. Resin menurunkan kadar kolesterol dengan cara
mengikat asam empedu dalam saluran cerna di usus halus dan akan dieksresi
melalui feses, asam empedu yang kembali ke hati akan menurun, hal ini akan
memacu hati memecahkan kolesterol lebih banyak untuk menghasilkan asam
empedu yang dikeluarkan ke usus. Akibatnya kolesterol darah akan lebih banyak
ditarik ke hati, sehingga kolesterol serum menurun.
3. Derivat asam fibrat
Terdapat empat jenis, yaitu gemfibrozil, bezafibrat, ciprofibrat
dan fenofibrat. Obat ini bekerja dengan cara berinteraksi dengan reseptor
peroxysome proliferator-activated receptors (PPARs). Fibrat menurunkan
trigliserida melalui stimulasi oksidasi asam lemak yang diperantarai oleh PPARα,
meningkatkan sintesis LPL dan menurunkan apoC-III di hati yang berfungsi
sebagai inhibitor proses lipolisis sehingga dapat meningkatkan bersihan VLDL.
24 apoA-II oleh PPARα.
4. Asam nikotinat (Niasin)
Asam nikotinat merupakan obat penurun lipid yang pertama kali
diperkenalkan, untuk mengobati dislipidemia. Obat ini bekerja menghambat
hidrolisis trigliserida oleh enzim hormon sensitive lipase di jaringan adiposa,
dengan demikian akan mengurangi jumlah asam lemak bebas ke hati. Asam lemak
bebas dalam darah sebagian akan ditangkap oleh hati dan akan menjadi sumber
pembentukan VLDL, dengan menurunnya sintesis VLDL di hati, akan
mengakibatkan penurunan kadar trigliserida dan juga kolesterol-LDL di plasma.
Pemberian asam nikotinat ternyata juga meningkatkan kolesterol-HDL.
5. Ezetimib
Ezetimib tergolong obat penurun lipid yang terbaru dan bekerja sebagai
penghambat selektif penyerapan kolesterol baik yang berasal dari makanan
maupun dari asam empedu di usus halus. Obat ini efektif menurunkan LDL dan
kolesterol total. Obat ini pada umumnya tidak digunakan secara tunggal, tetapi
dikombinasikan dengan obat penurun lipid lain, misalnya HMG-CoA reductase
25
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode uji klinis terbuka (open trial) dengan
desain before and after (Sastroasmoro dan Ismael, 2013). Tahapan penelitian
yaitu pengambilan bahan tanaman, identifikasi tanaman, pengolahan bahan
tanaman, pemeriksaan karakterisasi simplisia, pembuatan ekstrak, pembuatan
sediaan kapsul, pengujian pre formulasi, evaluasi sediaan kapsul dan uji klinis
pendahuluan pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun
salam terhadap profil lipid sebelum dan sesudah pemberian kapsul.
3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan 3.1.1 Bahan-bahan yang digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah herba sambiloto dan
daun salam serta bahan-bahan kimia. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam
penelitian adalah akuades, amilum maidis, amilum manihot, asam klorida,
cangkang kapsul, etanol 96%, etanol 70 %, etanol 50%, kloralhidrat, kloroform,
laktosa, toluen.
3.1.2 Alat-alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas
(Pyrex), alat pengukur kolesterol (Easy Touch), alat pengukur tekanan darah
(Omron HEM-7111), alat pengisi kapsul, blender (Panasonic), blood lancet
(GEA Medical), cawan beralas datar, krus porselin, lemari pengering, lumpang
26
neraca kasar (Ohaus), neraca analitik (Vibra AJ), oven (Memmert), plasterin dan
ikatan pembendungan (Torniquet), rotary evaporator (Haake D), seperangkat alat
destilasi untuk penentuan kadar air (Boeco), spuit (Terumo), tanur (Nabertherm),
test strip (Easy Touch), timbangan berat badan (GEA® Medical).
3.2 Penyiapan Bahan Tanaman
Penyiapan bahan tanaman meliputi pengambilan bahan, identifikasi bahan
dan pengolahan bahan.
3.2.1 Pengambilan bahan tanaman
Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah herba sambiloto
diperoleh dari Desa Blang Mirah, Kota Bireuen, Provinsi Aceh dan daun salam
diperoleh dari daerah Pancur Batu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan
Provinsi Sumatera Utara.
3.2.2 Identifikasi tanaman
Identifikasi tanaman dilakukan di Herbarium Bogoriense Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia Pusat Penelitian Biologi, Bogor.
3.2.3 Pengolahan bahan tanaman
Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah herba sambiloto
dan daun salam yang masih segar. Pengolahan bahan diawali dengan pemanenan
bahan tanaman. Herba sambiloto dan daun salam dipisahkan dari pengotor lain
dan dipilih bagian yang akan digunakan lalu dicuci hingga bersih kemudian
ditiriskan dan ditimbang. Diperoleh berat basah herba sambiloto 5,12 kg dan daun
salam 5,26 kg. Herba sambiloto dan daun salam dikeringkan dalam lemari
27
tanaman yang telah kering ditimbang dan diperoleh berat simplisia herba
sambiloto 1,23 kg dan daun salam 1,86 kg. Simplisia dihaluskan dan disimpan di
dalam wadah tertutup.
3.3 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik
dan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut air, penetapan
kadar sari larut etanol, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut
asam (Depkes RI, 1980).
3.3.1 Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan cara mengamati warna,
bentuk, ukuran dan tekstur dari bahan tanaman segar dan simplisia.
3.3.2 Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap daun sambiloto segar dan
daun salam segar, serbuk simplisia herba sambiloto dan daun salam. Pemeriksaan
mikroskopik sampel segar dilakukan sebagai berikut: dibuat irisan melintang dan
membujur yang tipis. Hasil masing-masing irisan diletakkan di atas kaca objek
lalu ditetesi larutan kloralhidrat, ditutup dengan kaca penutup dan diamati di
bawah mikroskop pada berbagai perbesaran. Pemeriksaan mikroskopik untuk
serbuk simplisia dilakukan sebagai berikut: ditaburkan di atas kaca objek yang
telah ditetesi dengan larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup,
kemudian diamati di bawah mikroskop.
3.3.3 Penetapan kadar air
28
Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, pendingin, tabung penyambung, tabung
penerima 5 ml berskala 0,05 ml, alat penampung dan pemanas listrik.
a. Penjenuhan toluen
Sebanyak 200 ml toluen dimasukkan ke dalam labu alas bulat, lalu
ditambahkan 2 ml air suling, kemudian dipasang alat penampung dan pendingin
dan dilakukan destilasi selama 2 jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin
selama ± 30 menit, kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca dengan
ketelitian 0,05 ml.
b. Penetapan kadar air simplisia
Sebanyak 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama dimasukkan
ke dalam labu berisi toluen yang telah dijenuhkan, kemudian labu dipanaskan
hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mendidih, kecepatan toluen diatur 2 tetes
per detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi
dinaikkan sampai 4 tetes per detik, setelah semua air terdestilasi, bagian dalam
pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, tabung
penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar, setelah air dan toluen memisah
sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air
yang dibaca sesuai dengan kadar air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa.
Kadar air dihitung dalam persen (WHO, 1998).
3.3.4 Penetapan kadar sari yang larut dalam air
Sebanyak 5 g serbuk simplisia, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml
air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling 1000 ml) dalam labu bersumbat
sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam,
29
yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu
105oC sampai bobot tetap. Kadar sari larut dalam air dihitung terhadap bahan
yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1980).
3.3.5 Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol
Sebanyak 5 g serbuk simplisia, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml
etanol 95% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama,
kemudian dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Sejumlah 20 ml filtrat
diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah
dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap.
Kadar sari larut dalam etanol dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan (Depkes RI, 1980).
3.3.6 Penetapan kadar abu total
Sebanyak 2 g serbuk simplisia yang telah digerus dan ditimbang seksama
dimasukkan dalam krus porcelin yang telah dipijar dan ditara, kemudian
diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pijaran dilakukan pada
suhu 600oC selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh
bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
(Depkes RI, 1980).
3.3.7 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam
Abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu total dididihkan
dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam
asam dikumpulkan, disaring dengan kertas saring, dipijarkan, kemudian
didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam
30
3.4 Pembuatan Ekstrak
3.4.1 Pembuatan ekstrak herba sambiloto
Pembuatan ekstrak herba sambiloto dilakukan dengan cara perkolasi.
Serbuk simplisia herba sambiloto 900 g dimasukkan kedalam bejana tertutup,
ditambahkan etanol 50% sehingga semua simplisia terendam, aduk- aduk dan
diamkan selama 3 jam. Dipindahkan sedikit demi sedikit kedalam perkolator
sambil tiap kali ditekan hati-hati, tuangkan cairan penyari secukupnya sampai
cairan mulai menetes dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari,
tutup perkolator, biarkan selama 24 jam, buka kran perkolator. Dibiarkan cairan
menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, tambahkan berulang-ulang cairan
penyari secukupnya hingga selalu terdapat selapis cairan penyari diatas simplisia.
Perkolasi dihentikan jika 500 mg perkolat terakhir diuapkan, tidak meninggalkan
sisa, selanjutnya ekstrak cair dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator
sehingga didapat ekstrak kental (Depkes RIa, 2000).
3.4.2 Pembuatan ekstrak daun salam
Pembuatan ekstrak daun salam dilakukan dengan cara perkolasi. Serbuk
simplisia daun salam 900 g dimasukkan kedalam bejana tertutup, ditambahkan
etanol 70% sehingga semua simplisia terendam, aduk- aduk dan diamkan selama
3 jam. Dipindahkan sedikit demi sedikit kedalam perkolator sambil tiap kali
ditekan hati-hati, tuangkan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai
menetes dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, tutup
perkolator, biarkan selama 24 jam, buka kran perkolator. Dibiarkan cairan
menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, tambahkan berulang-ulang cairan
31
Perkolasi dihentikan jika 500 mg perkolat terakhir diuapkan, tidak
meninggalkan sisa, selanjutnya ekstrak cair dipekatkan dengan menggunakan
rotary evaporator sehingga didapat ekstrak kental (Depkes RIa, 2000).
3.5 Pembuatan Sediaan
3.5.1 Formula kapsul
Setiap kapsul mengandung 100 mg ekstrak herba sambiloto dan 100 mg
ekstrak daun salam kental, serta bahan pengisi kapsul.
R/ Ekstrak herba sambiloto 100 mg
Ekstrak daun salam 100 mg
Amilum manihot 10 %
Amilum maidis 5 %
Laktosa ad 450 mg
3.5.2 Pembuatan sediaan kapsul
a. Pembuatan masa ekstrak herba sambiloto
Dimasukkan sebanyak 200 g ekstrak herba sambiloto ke dalam lumpang
dan digerus, lalu ditambahkan sebagian dari 90 g amilum manihot, lalu digerus,
ditambahkan sebagian dari 45 g amilum maidis, lalu digerus, ditambahkan laktosa
secukupnya. Digerus sampai terbentuk masa yang bisa dikempa.
b. Pembuatan masa ekstrak daun salam
Dimasukkan sebanyak 200 g ekstrak daun salam ke dalam lumpang dan
digerus, lalu ditambahkan sisa amilum manihot, lalu digerus, ditambahkan sisa
amilum maidis, lalu digerus, ditambahkan laktosa sedikit dan digerus.
c. Pencampuran masa ekstrak herba sambiloto dan daun salam
32
ekstrak daun salam, lalu digerus, ditambahkan laktosa sampai 900 g. Digerus lalu
diayak, dikeringkan granul dalam oven dengan suhu 30°C selama 15 menit.
Dimasukkan kedalam lumpang, ditambahkan sisa laktosa, dihomogenkan,
selanjutnya dimasukkan ke dalam kapsul kosong.
3.5.3 Pengujian pra-formulasi
Pengujian pra-formulasi terhadap granul yang kering meliputi uji waktu
alir dan penetapan sudut diam.
3.5.3.1 Uji waktu alir
Sebanyak 100 gr granul ditimbang dimasukkan kedalam corong alir,
ratakan permukaannya, lalu dialirkan hingga seluruh granul mengalir. Dicatat
waktu dari granul mengalir sampai seluruh granul mengalir keluar.
Syarat: waktu alir tidak lebih dari 10 detik
3.5.3.2 Pengujian sudut diam
Sebanyak 100 gr granul ditimbang dimasukkan kedalam corong alir
yang ditutup bagian bawahnya, ratakan permukaannya. Dibuka penutup
corong sehingga granul mengalir bebas. Diukur tinggi dan sudut tumpukan granul
yang terbentuk. Dihitung sudut diam granul.
Syarat: Sudut diam granul 30°- 40°
3.5.4 Evaluasi sediaan kapsul uji
Dilakukan evaluasi sediaan kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan
daun salam sesuai dengan yang tertera pada farmakope Indonesia edisi III
meliputi penyimpangan bobot.
3.5.4.1 Penyimpangan bobot
33
keluarkan isi kapsul. Ditimbang berat dan dihitung deviasi dari masing masing isi
kapsul terhadap bobot rata-rata.
Syarat: tidak lebih dari satu kapsul mempunyai deviasi diatas 7,5% dan tidak lebih
dari dua kapsul yang mempunyai deviasi diatas 15% (Depkes RIa, 1979).
3.6 Uji Klinis Pendahuluan
3.6.1 Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di Kota Medan meliputi Kecamatan Medan Sunggal,
Medan Selayang, Medan Maimun dan Percut Sei Tuan.
3.6.2 Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2014 sampai Januari 2015.
3.6.3 Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan metode uji klinis terbuka (open trial) dengan
desain before and after. Pada uji ini, peneliti maupun peserta mengetahui obat
yang diberikan (Sastroasmoro dan Ismael, 2013).
3.6.4 Kriteria inklusi dan eksklusi subjek penelitian
Kriteria inklusi subjek penelitian ini adalah:
a. pasien laki laki dan perempuan
b. umur 20-60 tahun
c. pasien dislipidemia
d. pola makan yang kurang baik seperti banyak makan makanan berlemak,
kurang makan buah-buahan dan sayur-sayuran
e. gaya hidup yang kurang baik seperti kurang berolahraga dan sering merokok