UJI KLINIS PENDAHULUAN PENGARUH PEMBERIAN
KAPSUL KOMBINASI EKSTRAK HERBA SAMBILOTO
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) DAN DAUN SALAM
(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) TERHADAP FUNGSI
GINJAL PADA PASIEN DISLIPIDEMIA
SKRIPSI
OLEH:
NOVA REINY
NIM 111501091
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UJI KLINIS PENDAHULUAN PENGARUH PEMBERIAN
KAPSUL KOMBINASI EKSTRAK HERBA SAMBILOTO
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) DAN DAUN SALAM
(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) TERHADAP FUNGSI
GINJAL PADA PASIEN DISLIPIDEMIA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
NOVA REINY
NIM 111501091
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Uji Klinis Pendahuluan Pengaruh Pemberian Kapsul Kombinasi Ekstrak
Herba Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) dan Daun Salam
(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Fungsi Ginjal pada Pasien
Dislipidemia”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio
Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Prof. Dr. Julia Reveny,
M.Si., Apt., selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi yang telah menyediakan
fasilitas kepada penulis selama masa perkuliahan. Bapak Prof. Dr. Karsono, Apt.,
selaku penasihat akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis.
Bapak Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt., dan Bapak Dr. dr. Dharma Lindarto,
Sp.PD-KEMD, selaku dosen pembimbing yang telah menolong penulis dengan
penuh kesabaran dan tanggung jawab selama penelitian hingga selesainya skripsi
ini. Ibu Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt., Ibu Marianne, S.Si, M.Si., Apt., dan
Ibu Dra. Azizah Nasution, M.Sc. Ph.D., Apt., selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis dalam menyempurnakan
skripsi ini. Bapak Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt., selaku kepala
Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU, serta Ibu Dra. Aswita
Hafni, M.Si., Apt. selaku kepala Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi USU
staf pengajar dan pegawai Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik dan
memberi bantuan selama perkuliahan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga terkasih, Ayahanda
J. Simanjuntak, Ibunda R. Simangunsong, kakak Henny Lidya, Amd., abang
Mardaud Parwinoto, S.T., dan abang Saut Parsaoran yang senantiasa mendukung
dan menyemangati penulis terkhusus selama masa perkuliahan yang penulis
jalani. Terima kasih kepada para sukarelawan yang telah bersedia menjadi subyek
dalam penelitian ini serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang turut membantu hingga selesainya penulisan skripsi ini, semoga Tuhan
membalas setiap kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.
Medan, Juli 2015 Penulis,
Nova Reiny
UJI KLINIS PENDAHULUAN PENGARUH PEMBERIAN KAPSUL KOMBINASI EKSTRAK HERBA SAMBILOTO
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) DAN DAUN SALAM
(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) TERHADAP FUNGSI GINJAL
PADA PASIEN DISLIPIDEMIA
ABSTRAK
Indonesia memiliki berbagai macam tanaman yang digunakan untuk mengobati penyakit, diantaranya adalah sambiloto dan salam untuk mengobati dislipidemia. Pemeriksaan keamanan penggunaan obat dari tumbuhan diperlukan untuk pengembangan obat tradisonal, salah satunya adalah pemeriksaan fungsi ginjal yang merupakan organ ekskresi dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam terhadap fungsi ginjal pada pasien dislipidemia.
Tahapan penelitian ini yaitu pengumpulan bahan, pemeriksaan karakteristik simplisia, pembuatan ekstrak, pembuatan sediaan kapsul dan uji klinis pendahuluan dengan desain the one group pretest-postest. Ekstrak herba sambiloto dan ekstrak daun salam dibuat dalam sediaan kapsul dengan dosis masing-masing 100 mg. Diberikan kapsul pada 20 pasien dislipidemia dengan dosis 3 x 1 kapsul tiap hari. Dilakukan pengukuran kadar ureum dan kreatinin serta perhitungan kreatinin klirens pasien pada hari 0, hari ke-14 dan hari ke-28.
Hasil karakterisasi herba sambiloto dan daun salam memenuhi persyaratan monografi yang tertera pada Materia Medika Indonesia. Evaluasi sediaan kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam ini memenuhi persyaratan yang terdapat pada Farmakope Indonesia Edisi III. Hasil uji klinis pendahuluan pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam tidak memberikan pengaruh terhadap fungsi ginjal pada pasien dislipidemia.
PRELIMINARY CLINICAL TRIALS OF ADMINISTRATION EFFECT ON CAPSULE COMBINATION OF BITTER HERBS
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) AND BAY LEAVES
(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) EXTRACT TO
KIDNEY FUNCTION OF DYSLIPIDEMIA PATIENTS
ABSTRACT
Indonesia has many plants to cure diseases, and among them are bitter herbs and bay leaves used to cure dyslipidemia. Study of safety using this plants should do in aim to developed traditional drugs, one of safety study is assesment of kidney function. This research was intended to find out the effect on capsule combination of bitter herbs and bay leaves extracts to kidney function of dyslipidemia patients.
Steps of this research are collected of material, characterization of simplex, made of extracts, formulated into capsule design and preliminary clinical trials with the one group pretest-postest design. Bitter herbs extracts and bay leaves extracts formulated into capsule design that each of dosage is 100 mg. Capsules were given to 20 patients at a dose of 3 x 1 capsule daily. Observation of ureum, creatinine and clearance creatinine levels of dyslipidemia patients and recorded third, day 0, day 14th and day 28th.
Characterization results of bitter herbs and bay leaves similar to the requirements of Materia Medika Indonesia monograph. Evaluation of capsule combination of bitter herbs and bay leaves extracts similar to the requirements of Farmakope Indonesia Third Edition. Result of preliminary clinical trials of administration on capsule combination of bitter herbs and bay leaves extracts has no effect to kidney function of dyslipidemia patients.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT .. ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
DAFTAR SINGKATAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Hipotesis ... 4
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
1.6 Kerangka Pikir Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Uraian Tumbuhan ... 6
2.1.1 Sambiloto ... 6
2.1.2 Daun salam ... 8
2.3 Uji Klinis ... 11
2.4 Dislipidemia ... 13
2.4.1 Kolesterol ... 14
2.4.2 LDL ... 15
2.4.3 HDL ... …... 15
2.4.4 Trigliserida ... ..…... 15
2.4.5 Terapi dislipidemia ... ..…... 15
2.5 Ginjal ... 18
2.5.1 Anatomi ginjal ... 18
2.5.2 Fungsi ginjal ... 19
2.6 Pemeriksaan Fungsi Ginjal ... 19
2.6.1 Ureum ... 20
2.6.2 Kreatinin ... …... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 23
3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan ... 23
3.1.1 Alat-alat yang digunakan ... 23
3.1.2 Bahan-bahan yang digunakan ... 23
3.2 Penyiapan Bahan Tanaman ... 24
3.2.1 Pengambilan dan pengumpulan bahan tanaman ... 24
3.2.2 Identifikasi tanaman ... 24
3.2.3 Pengolahan bahan tanaman ... 24
3.3 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia ... 25
3.3.1 Pemeriksaan makroskopik ... 25
3.3.3 Penetapan kadar air ... …... 25
3.3.4 Penetapan kadar sari yang larut dalam air ... ..…... 26
3.3.5 Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol ... 26
3.3.6 Penetapan kadar abu .. ... …... 27
3.3.8 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam .... 27
3.4 Pembuatan Ekstrak ... 27
3.4.1 Pembuatan ekstrak herba sambiloto ... ..…... 27
3.4.2 Pembuatan ekstrak daun salam ... 28
3.5 Pembuatan Sediaan ... 28
3.5.1 Formula kapsul ... 28
3.5.2 Cara pembuatan sediaan kapsul ... 29
3.5.3 Evaluasi sediaan kapsul ... . 29
3.6 Uji Klinis Pendahuluan ... 30
3.6.1 Tempat penelitian ... 30
3.6.2 Waktu penelitian ... 30
3.6.3 Desain penelitian ... …... 30
3.6.4 Kriteria inklusi dan eksklusi penelitian ... ..…... 30
3.6.5 Teknik pengambilan subyek penelitian ... 31
3.6.6 Jumlah subyek penelitian ... ... 31
3.6.7 Pemberian sediaan uji kapsul ... ... 32
3.6.8 Tahapan dan cara kerja uji klinis pendahuluan ... 32
3.6.9 Tindakan keamanan ... ..…... 32
3.7 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan ... 33
3.9 Analisis Data ... ... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34
a.1 Hasil Identifikasi Tanaman ... 34
a.2 Hasil Karakterisasi Simplisia ... 34
a.3 Hasil Ekstraksi Serbuk Simplisia Herba Sambiloto dan Daun Salam ... 36
4.4 Hasil Formulasi dan Evaluasi Kapsul ... 37
4.4.1 Hasil formulasi kapsul ... .. 37
4.4.2 Hasil evaluasi kapsul ... 38
4.5 Hasil Uji Klinis ... 38
4.6 Hasil Pengukuran Kadar Ureum dan Kreatinin Serta Perhitungan Kreatinin Klirens Pasien Dislipidemia ... 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 47
5.1 Kesimpulan ... 47
5.2 Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 48
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Interpretasi kadar profil lipid ... ... 14
4.1 Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia herba sambiloto 35
4.2 Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia daun salam .... 35
4.3 Hasil data dasar pasien dislipidemia ... ... 40
4.4 Hasil pengukuran kadar ureum dan kreatinin serta kreatinin
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Kerangka pikir penelitian ... ... 5
4.1 Grafik hasil pengukuran kadar ureum rata-rata dari 20 orang pasien dislipidemia pada hari ke 0, 14 dan 28 ... ... 43
4.2 Grafik hasil pengukuran kadar kreatinin rata-rata dari 20 orang pasien dislipidemia pada hari ke 0, 14 dan 28 ... ... 43
4.3 Grafik hasil perhitungan kadar kreatinin klirens rata-rata dari 20
orang pasien dislipidemia pada hari ke 0, 14 dan 28 ... .. 44
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil identifikasi tanaman ... 52
2. Gambar tanaman dan herba sambiloto ... 53
3. Gambar tanaman dan daun salam ... 54
4. Ganbar serbuk simplisia herba sambiloto dan daun salam 55 5. Gambar mikroskopik daun sambiloto ... 56
6. Gambar mikroskopik daun salam ... 58
7. Perhitungan karakterisasi serbuk simplisia herba sambiloto 60 8. Perhitungan karakterisasi serbuk simplisia daun salam .... 63
9. Konversi dosis ... ... 67
10. Hasil evaluasi kapsul ... .... 68
11. Data kuesioner pasien dislipidemia ... 69
12. Data frekuensi makan pasien dislipidemia ... . 70
13. Data pemeriksaan vital sign pasien dislipidemia ... ... 72
14. Data profil lipid pasien dislipidemia ... 73
15. Hasil pengukuran kadar ureum pasien dislipidemia ... . 74
16. Hasil uji analisis statistik kadar ureum ...…... 75
17. Hasil pengukuran kadar kreatinin pasien dislipidemia .. .... 76
18. Hasil uji analisis statistik kadar kreatinin ... 77
19. Hasil perhitungan kadar kreatinin klirens pasien dislipidemia ... 78
20. Hasil uji analisis statistik kadar kreatinin klirens ... .. 79
21. Surat izin komisi etik (ethical clearance) ... 80
23. Lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent) 83
24. Contoh lembar kuesioner pasien ... 84
25. Data hasilpemeriksaankadar ureumdankreatininpasien
di Laboratorium Kesehatan Daerah Sumatera Utara ... 88
26. Gambar sediaan kapsul …... 91
DAFTAR SINGKATAN
CrCl : Creatinine Clearance
HDL : High Density Lipoprotein
HMG Co-A : 3-Hydroxy-3-Methylglutaryl Coenzyme-A
IMT : Indeks Massa Tubuh
LDL : Low Density Lipoprotein
LFG : Laju Filtrasi Glomerulus
PPAR-α : Peroxysome Proliferator Activated Receptor-Alpha
SGOT : Serum Glutamat Oksaloasetat Transminase
SGPT : Serum Glutamat Piruvat Transminase
TG : Trigliserida
UJI KLINIS PENDAHULUAN PENGARUH PEMBERIAN KAPSUL KOMBINASI EKSTRAK HERBA SAMBILOTO
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) DAN DAUN SALAM
(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) TERHADAP FUNGSI GINJAL
PADA PASIEN DISLIPIDEMIA
ABSTRAK
Indonesia memiliki berbagai macam tanaman yang digunakan untuk mengobati penyakit, diantaranya adalah sambiloto dan salam untuk mengobati dislipidemia. Pemeriksaan keamanan penggunaan obat dari tumbuhan diperlukan untuk pengembangan obat tradisonal, salah satunya adalah pemeriksaan fungsi ginjal yang merupakan organ ekskresi dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam terhadap fungsi ginjal pada pasien dislipidemia.
Tahapan penelitian ini yaitu pengumpulan bahan, pemeriksaan karakteristik simplisia, pembuatan ekstrak, pembuatan sediaan kapsul dan uji klinis pendahuluan dengan desain the one group pretest-postest. Ekstrak herba sambiloto dan ekstrak daun salam dibuat dalam sediaan kapsul dengan dosis masing-masing 100 mg. Diberikan kapsul pada 20 pasien dislipidemia dengan dosis 3 x 1 kapsul tiap hari. Dilakukan pengukuran kadar ureum dan kreatinin serta perhitungan kreatinin klirens pasien pada hari 0, hari ke-14 dan hari ke-28.
Hasil karakterisasi herba sambiloto dan daun salam memenuhi persyaratan monografi yang tertera pada Materia Medika Indonesia. Evaluasi sediaan kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam ini memenuhi persyaratan yang terdapat pada Farmakope Indonesia Edisi III. Hasil uji klinis pendahuluan pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam tidak memberikan pengaruh terhadap fungsi ginjal pada pasien dislipidemia.
PRELIMINARY CLINICAL TRIALS OF ADMINISTRATION EFFECT ON CAPSULE COMBINATION OF BITTER HERBS
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) AND BAY LEAVES
(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) EXTRACT TO
KIDNEY FUNCTION OF DYSLIPIDEMIA PATIENTS
ABSTRACT
Indonesia has many plants to cure diseases, and among them are bitter herbs and bay leaves used to cure dyslipidemia. Study of safety using this plants should do in aim to developed traditional drugs, one of safety study is assesment of kidney function. This research was intended to find out the effect on capsule combination of bitter herbs and bay leaves extracts to kidney function of dyslipidemia patients.
Steps of this research are collected of material, characterization of simplex, made of extracts, formulated into capsule design and preliminary clinical trials with the one group pretest-postest design. Bitter herbs extracts and bay leaves extracts formulated into capsule design that each of dosage is 100 mg. Capsules were given to 20 patients at a dose of 3 x 1 capsule daily. Observation of ureum, creatinine and clearance creatinine levels of dyslipidemia patients and recorded third, day 0, day 14th and day 28th.
Characterization results of bitter herbs and bay leaves similar to the requirements of Materia Medika Indonesia monograph. Evaluation of capsule combination of bitter herbs and bay leaves extracts similar to the requirements of Farmakope Indonesia Third Edition. Result of preliminary clinical trials of administration on capsule combination of bitter herbs and bay leaves extracts has no effect to kidney function of dyslipidemia patients.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dislipidemia merupakan perubahan-perubahan dalam profil lipid yang
terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan
High Density Lipoprotein (HDL). Pengelolaan dislipidemia sangat berguna untuk
menghindari terjadinya aterosklerosis (Brashers, 2008). Aterosklerosis merupakan
salah satu penyebab penyakit kardiovaskuler. Data WHO pada tahun 2008
menunjukkan lebih dari tujuh belas juta kematian di dunia disebabkan oleh
penyakit kardiovaskuler (WHO, 2011).
Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman
berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah
kesehatan. Salah satu tanaman yang telah digunakan oleh masyarakat adalah daun
salam. Secara empiris, air rebusan daun salam berguna untuk menurunkan kadar
kolesterol (Hariana, 2011).
Masyarakat Indonesia juga telah mengenal sambiloto sebagai bahan obat
tradisional yang mempunyai sifat hepatoprotektif, antiinflamasi, antipiretik atau
meredakan demam. Seluruh bagian tumbuhan sambiloto mengandung zat
berkhasiat yaitu andrografolida sehingga umunya digunakan dalam bentuk herba
(Achmad, dkk., 2008). Penelitian yang telah dilakukan oleh Fatmawati (2008),
dilaporkan bahwa ekstrak etanol daun sambiloto dapat menurunkan kadar
kolesterol total, LDL dan trigliserida serta meningkatkan kadar HDL pada tikus.
bentuk kombinasi beberapa bahan yang dimaksudkan untuk mendapatkan efek
pengobatan lebih baik serta memberi rasa dan bau yang menyenangkan
(Suharmiarti, 2011). Hasil uji praklinik yang telah dilakukan terhadap kombinasi
ekstrak herba sambiloto dan daun salam dengan dosis masing-masing 50 mg/kg
BB memiliki efek penurunan kadar kolesterol dan trigliserida secara sinergis
(Dinkes Sumut, 2007).
Hasil uji toksiksitas akut dari herba sambiloto yang diberikan secara per
oral pada hewan uji diperoleh LD50 sebesar 27,538 g/kg BB. Menurut kriteria
Gleason MN, nilai ini dapat dikategorikan sebagai practically non toxic. Hasil uji
aktivitas SGOT, SGPT dan kadar kreatinin pada serum hewan uji setelah
pemberian selama dua bulan dengan dosis sampai 5 x dosis lazim tidak
menunjukkan adanya perbedaan bermakna. Penelitian yang lain pada kelinci yang
diberikan 1g/kg BB isolat andrografolida secara oral selama 7 hari tidak
memberikan efek yang berbahaya pada fungsi hati dan ginjal kelinci. (BPOM,
2010).
Hasil uji toksiksitas akut kombinasi ekstrak etanol campuran (1:1) herba
sambiloto dan daun salam yang diberikan pada mencit menghasilkan nilai LD50
sebesar 19,473 g/kg BB. Hasil uji toksiksitas subkronis pada tikus yang diberikan
kombinasi ekstrak ini secara per oral selama dua bulan menunjukkan tidak adanya
perbedaan yang signifikan terhadap kadar SGOT, SGPT dan kreatinin (Rahman,
2003). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi ini aman digunakan
dan dapat dilanjutkan ke tahap uji klinis.
Ginjal memiliki fungsi utama untuk mengeliminasi produk sisa, hasil
tubuh (Ritter, dkk., 2008). Parameter yang digunakan untuk mengetahui fungsi
ginjal adalah kadar urea dan kreatinin dalam darah. Urea diproduksi didalam hati
yang merupakan hasil dari metabolisme protein. Urea dibawa di dalam darah
menuju ginjal untuk diekskresikan sehingga besarnya kadar urea di dalam darah
dapat menjadi tes awal untuk melihat fungsi ginjal khususnya fungsi
glomerulus.(Wilson, 2008).
Kreatinin merupakan produk produk sisa dari pemecahan kreatin fosfat,
senyawa yang ada di dalam jaringan otot dimana kadar kreatinin dalam darah
umumnya konstan. Adanya gangguan fungsi ginjal akan mengakibatkan
berkurangnya ekskresi dari kreatinin dan urea sehingga kadarnya dalam darah
akan meningkat (Wilson, 2008).
Jadi berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang
pengaruh pemberian ekstrak herba sambiloto dan daun salam dalam sediaan
kapsul terhadap fungsi ginjal yang dapat dilihat dari kadar ureum dan kreatinin
pada pasien dislipidemia.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil perumusan masalah yaitu:
a. apakah karakteristik simplisia herba sambiloto dan daun salam sesuai dengan
monografi yang terdapat pada Materia Medika Indonesia.
b. apakah pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas dapat dibuat hipotesis sebagai
berikut:
a. karakteristik simplisia herba sambiloto dan daun salam sesuai dengan
monografi yang terdapat pada Materia Medika Indonesia.
b. pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan daun salam tidak
mempunyai pengaruh terhadap fungsi ginjal pada pasien dislipidemia.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapuntujuan penelitian ini adalah:
a. untuk mengetahui karakteristik simplisia herba sambiloto dan daun salam yang
diteliti.
b. untuk mengetahui pengaruh pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba
sambiloto dan daun salam terhadap fungsi ginjal pada pasien dislipidemia.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut:
a. dapat mengetahui pengaruh pemberian kapsul kombinasi ekstrak herba
sambiloto dan daun salam terhadap fungsi ginjal pada pasien dislipidemia.
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian dilakukan dengan kerangka pikir sebagai berikut:
Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tanaman
Uraian tanaman meliputi: sistematika tanaman, nama lain, morfologi
tanaman, kandungan kimia dan khasiat tanaman.
2.1.1 Sambiloto
2.1.1.1 Sistematika tanaman
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Famili : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Spesies : Andrographis paniculata Ness (Depkes RIa, 2000).
2.1.1.2 Nama lain
Sumatera: pepaitan (Melayu) Jawa: ki oray, ki peurat, takilo (Sunda), bidara
sadilata, sambilata, takila (Jawa) (Depkes RIb, 1979). Inggris: King of bitter,
creat, greenchiretta, halviva (BPOM RI, 2010).
2.1.1.3 Morfologi tanaman
Sambiloto berupa terna tumbuh tegak dan tinggi 40 cm sampai 90 cm,
percabangan banyak dengan letak yang berlawanan, cabang berbentuk segi empat
agak tajam, tepi daun rata, panjang 3 cm sampai 12 cm dan lebar 1 cm sampai 3
cm, panjang tangkai daun 5 mm sampai 25 mm, daun bagian atas bentuknya
seperti daun pelindung. Perbungaan tegak bercabang-cabang, gagang bunga 3 mm
sampai 7 mm, panjang kelopak bunga 3 mm sampai 4 mm. Bunga berbibir bentuk
tabung, panjang 6 mm bagian atasnya, ukuran 7 mm sampai 8mm, bibir bunga
bawah lebar berbentuk biji, berwarna ungu dan panjang 6 mm. Tangkai sari
sempit dan melebar pada bagian pangkal, panjang 6 mm. Buah berbentuk jorong
dengan ujung yang tajam, panjang lebih kurang 2 cm, bila tua akan pecah terbagi
menjadi 4 keping (Depkes RIb, 1979).
2.1.1.4 Kandungan kimia
Senyawa identitas dari sambiloto adalah andrographolide (Depkes RI,
2008). Andrographolide merupakan diterpen lakton yang berasa pahit dan terlihat
sebagai kristal yang tidak berwarna. Analisis dari keseluruhan tumbuhan kering
diantaranya andrographolides; 14-deoxy-11-oxoandrogra- pholide; 14-deoxy-11,
12-didehydroandrographolide–andrographolide D; 14-deoxyandrographolide,
serta kandungan yang tidak pahit, neoandrographolide. Daunnya mengandung
andrographolide dalam jumlah paling banyak (1,0 - 2,39%), sedangkan biji
mengandung yang paling sedikit. (Benoy, 2012). Daun sambiloto juga
mengandung saponin, flavonoid dan tanin. (Depkes RIa, 2000).
2.1.1.5 Khasiat tanaman
Berdasarkan hasil penelitian secara praklinis menunjukkan bahwa herba
sambiloto mempunyai aktivitas antibakteri, anti-HIV, imunostimulan, antipiretik,
antidiare, antiinflamasi, antimalaria dan antihepatotoksik. Secara klinis sambiloto
2.1.2 Daun salam
2.1.2.1 Sistematika tanaman
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies :Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.
Sinonim: Eugenia polyantha Wight (Depkes RIa, 2000).
2.1.2.2 Nama lain
Sumatera: maselangan, ubar serai (Melayu), Jawa: kastolan (kangean)
(Depkes RI, 1980). Inggris: bay leaf.
2.1.2.3 Morfologi tanaman
Pohon salam bertajuk rimbun dan memiliki tinggi sampai 25 m. Daun bila
diremas berbau harum, berbentuk lonjong sampai elips atau bundar telur
sungsang, pangkal lancip sedangkan ujung lancip sampai tumpul, panjang 5 cm
sampai 15 cm, lebar 35 mm sampai 65 mm; terdapat 6 sampai 10 urat daun lateral,
panjang tangkai daun 5 mm sampai 12 mm. Perbungaan berupa malai, keluar dari
ranting, berbau harum. Bila musim berbunga pohon akan dipenuhi oleh
bunga-bunganya. Kelopak bunga berbentuk cangkir yang lebar, ukuran lebih kurang 1
mm. Mahkota bunga berwarna putih, panjang 2,5 mm sampai 3,5 mm. Benang
lembayung. Buah buni, berwarna merah gelap, bentuk bulat dengan garis tengah 8
mm sampai 9 mm, pada bagian tepi berakar lembaga yang sangat pendek (Depkes
RI, 1980).
2.1.2.4 Kandungan kimia
Senyawa identitas dari salam adalah kuersitrin (Depkes RI, 2008).
Kandungan kimia salam antara lain minyak atsiri yang terdiri atas sitral dan
eugenol juga terdapat tanin dan flavonoid (Depkes RI, 1980).
2.1.2.5 Khasiat tanaman
Khasiat daun salam adalah untuk mengatasi asam urat, kencing manis,
menurunkan kadar kolesterol, melancarkan pembuluh darah, radang lambung,
diare, mabuk alkohol dan gatal-gatal (Agoes, 2010). Hasil uji praklinis yang telah
dilakukan Prahastuti, dkk., (2011) dengan menggunakan tikus jantan galur Wistar
sebanyak 25 ekor yang dibagi dalam 5 kelompok. Tikus diinduksi diet tinggi
lemak selama 2 minggu, dilanjutkan dengan pemberian infusa daun salam
konsentrasi 5%, 10%, 20% dan simvastatin selama 2 minggu. Hasil penelitian
menunjukkan pemberian daun salam konsentrasi 5%, 10% dan 20% menurunkan
kadar kolesterol total secara bermakna (p<0,05) bila dibandingkan dengan kontrol
negatif. Ketiga dosis daun salam mempunyai efek yang sama (p>0,05) dalam
menurunkan kadar kolesterol total darah tikus yang diinduksi diet tinggi lemak
dan potensinya setara dengan simvastatin (p>0,05).
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
RIb, 2000). Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
matahari langsung (Depkes RIa, 1979)
Menurut Departemen Kesehatan RI (2000), beberapa metode ekstraksi
dengan menggunakan pelarut yaitu:
1. Cara dingin
a. Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman
menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada temperatur ruangan
(kamar). Maserasi yang dilakukan dengan pengadukan kontiniu
(terus-menerus) disebut dengan maserasi kinetik. Remaserasi berarti dilakukan
pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat
pertama dan seterusnya.
b. Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru
sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses
perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara,
tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus-menerus
sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1 - 5 kali bahan.
2. Cara panas
a. Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut pada temperatur
titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik.
b. Soxhlet adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu
ekstraksi kontiniu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin
balik.
c. Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontiniu pada
temperatur lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar) , yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40 - 50oC.
d. Infudansi adalah proses penyarian dengan pelarut air pada temperatur 90oC
selama waktu tertentu (15 - 20 menit).
e. Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pa da
temperatur 90oC selama 30 menit
2.3 Uji Klinis
Uji klinis merupakan penelitian eksperimental terencana yang dilakukan
pada manusia. Peneliti memberikan perlakuan atau intervensi pada manusia,
kemudian efek perlakuan tersebut diukur dan dianalisis. Uji klinis bervariasi dari
uji efektivitas obat sederhana yang hanya melibatkan beberapa puluh pasien dan
dapat dilaksanakan satu peneliti hingga uji klinis multisenter yang memiliki
organisasi yang rumit, jumlah peserta dan peneliti yang banyak, sistem infor masi
dan manajemen yang kompleks (Sastroasmoro, 2011). Uji klinis ini dilakukan
baik untuk pengembangan obat sintetik maupun obat herbal.
Tujuan dilakukannya uji klinis pada obat herbal antara lain:
a. Pembuktian secara ilmiah kemanfaatan sediaan herbal sesuai dengan indikasi
yang akan menjadi fitofarmaka.
b. Pembuktian secara ilmiah keamanan dan kemanfaatan pengobatan tradisional
menunjukkan adanya kemanfaatan berdasarkan observasi klinik.
c. Pengembangan tanaman obat yang mengarah pada pengembangan zat kimia
baru sebagai bahan obat (Dirjen Bina Kesmas, 2004).
Uji klinis ramuan atau tanaman obat yang akan dikembangkan sebagai
produk obat tradisional membutuhkan beberapa persyaratan diantaranya:
a. Data keamanan, meliputi toksiksitas akut, toksiksitas subkronik dan toksiksitas
khusus bila diperlukan.
b. Data manfaat/ khasiat praklinis.
c. Teknologi formulasi sederhana untuk pembuatan formulasi.
d. Menentukan zat identitas, zat aktif atau finger print sehingga dapat dibuat jadi
produk obat terstandar.
Uji klinis obat tradisional pada pengobatan tradisional dibedakan menjadi
uji klinis terhadap praktek yang sudah ada dan telah menunjukkan kemanfaatan
berdasarkan hasil observasi klinis dan uji klinis untuk menetapkan intervensi
klinis baru. Uji klinis intervensi baru, harus mengikuti tahapan seperti obat baru
yang didahului dengan data praklinis, teknik formulasi, uji klinis fase I, II dan III,
sedangkan untuk uji klinis pengobatan tradisional yang kemanfaatannya sudah
ditunjukkan dengan observasi klinik dapat dilanjutkan dengan uji klinis skala kecil
dan kriteria klinis lebih ketat, seperti pada fase II atau III (Dirjen Bina Kesmas,
2004).
Uji klinis terdiri dari 4 fase yaitu:
Fase I : Pengujian pada suatu obat baru yang baru pertama kali digunakan
untuk menilai keamanan dan tolerabilitas obat pada sukarelawan sehat.
Fase IIA : Pengujian pada pasien dalam jumlah terbatas dan tanpa
pembanding (kontrol)
Fase IIB : Pengujian dilakukan pada pasien dengan membandingkannya dengan
plasebo atau obat standar (kontrol).
Fase III : Pengujian pada fase ini dilakukan dengan mengevaluasi obat
dibandingkan dengan obat standar dengan desain uji klinis acak
terkontrol, multisenter dan jumlah subyek yang diikutsertakan pada
fase ini minimal 500 orang.
Fase IV : Pengujian yang dilakukan pasca pemasaran, untuk mengamati efek
samping yang jarang atau lambat timbulnya (Setiawati, dkk., 2007).
2.4 Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid
tersebut adalah kenaikan kadar kolesterol total, TG, LDL serta penurunan kadar
HDL. Semua fraksi lipid ini mempunyai peran penting dalam proses terjadinya
aterosklerosis (Santoso, dkk., 2009).
Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang terdapat dalam
membran sel dan merupakan prekursor asam empedu dan hormon steroid.
Kolesterol dalam peredaran darah terikat pada lipoprotein. Terdapat 2 macam
lipoprotein utama yaitu HDL yang dikenal dengan kolesterol baik dan LDL yang
dikenal dengan kolesterol jahat. Komponen lemak lain adalah trigliserida yang
disimpan dalam jaringan lemak dan dalam darah. Kolesterol total mengandung 60
National Cholesterol Education Program Adult Panel III (NCEP ATP III)
tahun 2001 membuat suatu batasan kadar profil lipid plasma yang sampai saat ini
masih digunakan.
Tabel 2.1 Interpretasi kadar profil lipid
Profil Lipid Satuan Interpretasi
Kolesterol total
Kolesterol merupakan senyawa yang mempunyai fungsi penting dalam
tubuh kita. Kolesterol ditemukan di seluruh sel tubuh kita, dimana berfunsi
sebagai komonen penyusun membran sel. Kolesterol juga digunakan oleh tubuh
untuk pembuatan berbagai hormon, terutama hormon estrogen dan testosteron,
namun juga digunakan untuk hormon adrenal sepertil kortisol dan aldosteron.
Tubuh juga menggunakan kolesterol untuk membuat vitamin D. Kadar kolesterol
dalam darah yang direkomendasikan adalah dibawah 200 mg/dl. Berbeda dengan
fungsinya pada saat kadar kolesterol normal, semakin tinggi kadar kolesterol
2.4.2 Low Density Lipoprotein (LDL)
LDL mengandung kolesterol ester yang dominan dalam intinya tetapi kadar
trigliserida hanya kurang dari 10%. Waktu paruh LDL sekitar 2 - 3 hari. Jika diet
banyak mengandung lemak atau kolesterol maka konsentrasi LDL plasma
meningkat sehingga mempunyai masa edar yang lebih lama di dalam plasma dan
menjadi lebih mudah teroksidasi. LDL yang teroksidasi akan ditangkap oleh
scavenger reseptor-A di makrofag dan membentuk sel busa (plak aterosklerosis).
Peningkatan LDL secara epidemiologi telah terbukti bersifat aterogenik (Santoso,
dkk., 2009).
2.4.3 High Density Lipoprotein (HDL)
HDL berfungsi sebagai protektif terhadap aterosklerosis melalui
mekanisme “transpor kolesterol balik (reverse cholesterol transport)”. HDL
mengambil kolesterol dari plak aterosklerosis (jaringan lainnya) dan mengangkut
ke jaringan hati untuk dikatabolisme dan disekresi sebagai asam empedu (Santoso,
dkk., 2009).
2.4.4 Trigliserida
Trigliserida disintesis di dalam hati dari asam lemak, protein dan glukosa.
Trigliserida disimpan dalam jaringan adiposa dan otot. Kadar trigliserida sering
digunakan untuk memprediksi keseimbangan asupan lemak dan metabolisme
lemak. Ini merupakan salah satu aspek untuk mengevaluasi faktor resiko penyakit
koroner. Tingginya nilai trigliserida sering dihubungkan dengan tingginya resiko
penyakit jantung dan stroke (Wilson, 2008).
2.4.5 Terapi dislipidemia
2.4.5.1 Terapi non farmakologi
a. Terapi diet
Terapi diet bertujuan untuk mengoptimalkan kadar lipid dengan cara
menjaga keseimbangan diet. Terapi diet dapat menurunkan kolesterol total sebesar
10 - 15%. Asupan makanan yang tinggi kandungan kolesterol harus diturunkan.
Asupan lemak jenuh dan asam lemak trans meningkatkan kadar LDL.
b. Pengurangan berat badan
Pengurangan berat badan dikhususkan pada pasien kelebihan berat badan
dan obesitas dengan sindrom metabolik. Penurunan berat badan membantu
menurunkan trigliserida dan meningkat HDL.
c. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem
penunjangnya serta merupakan bagian dari usaha menjaga kebugaran, termasuk
kesehatan jantung dan pembuluh darah. Mereka yang aktif memiliki kemungkinan
yang rendah untuk terkena penyakit kardiovaskuler termasuk diantaranya
dislipidemia (Lindarto, 2014).
2.4.5.2 Terapi farmakologi
Saat ini sudah terdapat lima jenis obat untuk terapi dislipidemia, yaitu
golongan statin, resin, turunan asam fibrat, asam nikotinat dan ezetimibe.
a. Statin (HMG-CoA reductase inhibitor)
Statin merupakan senyawa yang paling efektif dan paling baik toleransinya
untuk mengobati dislipidemia. Obat ini bekerja menghambat enzim HMG-CoA
reduktase yaitu suatu enzim yang mengkatalis tahap awal biosintesis kolesterol.
b. Resin
Resin merupakan obat hipolipidemia yang mungkin paling aman karena
tidak diabsorpsi saluran cerna. Resin bekerja dengan cara mengikat asam empedu
dalam saluran cerna di usus halus dan asam empedu yang terikat dieksresi dalam
feses. Dengan demikian asam empedu yang kembali ke hati akan menurun, hal ini
akan memacu hati memecahkan kolesterol lebih banyak untuk menghasilkan asam
empedu yang dikeluarkan ke usus (Mahley, 2012).
c. Turunan asam fibrat
Fibrat merupakan agonis dari peroxysome proliferator activated
receptor-alpha (PPAR-α). Fibrat merupakan obat yang efektif untuk menurunkan kadar
trigliserida serta meningkatkan pembersihan kolesterol VLDL di hati. Fibrat
menurunkan trigliserida melalui stimulasi oksidasi asam lemak yang diperantarai
oleh PPAR-α, meningkatkan sintesis lipoprotein lipase dan menurunkan apoC-III
di hati yang berfungsi sebagai inhibitor proses lipolisis sehingga dapat
meningkatkan bersihan VLDL (Mahley, 2012).
4. Asam nikotinat (Niasin)
Asam nikotinat termasuk obat-obat pertama yang digunakan untuk
mengobati dislipidemia. Obat ini meningkatkan kadar kolesterol HDL dan
menurunkan kadar trigliserida. Kerja utama asam nikotinat adalah menghambat
mobilisasi asam lemak bebas sehingga mengakibatkan berkurangnya sintesis
trigliserida dan sekresi kolesterol VLDL oleh hati (Santoso, dkk., 2009).
5. Ezetimibe
Ezetimibe bekerja dengan menghalangi penyerapan kolesterol di dalam
meningkatkan ekskresi asam empedu namun secara tidak langsung akan
mengurangi kolesterol hati dan meningkatkan bersihan kolesterol dari darah
(Santoso, dkk., 2009).
2.5 Ginjal
2.5.1 Anatomi ginjal
Ginjal terletak pada dinding posterium abdomen, di sebelah kanan dan kiri
tulang belakang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri karena hati menduduki
ruang lebih banyak disebelah kanan. Setiap ginjal panjangnya 6 cm sampai 7,5 cm
dan tebal 1,5 cm sampai 2,5 cm. Berat ginjal pada orang dewasa kira-kira 140 g
(Pearce, 2008). Setiap ginjal terdiri atas sekitar satu juta unit fungsional yang
disebut nefron. Setiap nefron berawal sebagai suatu berkas kapiler yang disebut
glomerulus lalu tubulus nefron yang yang melengkung dan berkelok-kelok
(Corwin, 2009).
Setiap ginjal secara anatomis dibedakan menjadi bagian korteks di sebelah
luar yang mengandung semua kapiler glomerulus dan sebagian segmen tubulus
pendek dan bagian medula di sebelah dalam tempat sebagian besar segmen
tubulus berada. Perkembangan segmen-segmen tubulus dari glomerulus ke
tubulus proksimal, kemudian sampai di tubulus distal dan akhirnya hingga ke
duktus pengumpul. Duktus pengumpul besar terletak di papila, bagian terdalam
ginjal yaitu medula ginjal. Duktus pengumpul besar mengalir menuju daerah
aliran pusat yang disebut pelvis ginjal dan dari sini terus mengalir ke ureter. Ureter
2.5.2 Fungsi ginjal
Fungsi utama dari ginjal adalah mengeliminasi produk sisa baik itu dari
metabolisme endogen maupun metabolisme xenobiotik. Ginjal juga memegang
peranan penting didalam regulasi homeostasis tubuh, mengatur jumlah cairan
ekstraseluler dan keseimbangan elektrolit. (Hodgson, 2004).
Darah masuk ke dalam ginjal manusia melalui arteri renal. Aliran darah ke
dalam ginjal orang dewasa sekitar 1L/menit. Ginjal orang dewasa mengandung
sekitar satu juta unit fungsional yang disebut nefron, dimana darah masuk untuk
membuang zat yang tidak berguna didalamnya. Zat-zat yang terkumpul kemudian
diekskresikan dari tubuh melalui urin. Darah memasuki nefron melalui sebuah
jaringan kapiler khusus yang disebut glomerulus. Kapiler ini memiliki pori-pori
yang dilewati oleh zat yang akan dieliminasi dari cairan darah. Filtrat
dikumpulkan dalam glomerular (atau kapsula Bowman's) dimana glomerulus
terdapat didalamnya. Filtrat ini terdiri dari air, ion, molekul-molekul kecil seperti
glukosa, asam amino, dan zat kimia asing. Molekul besar seperti protein dan sel
tidak difiltrasi dan tertahan didalam darah. (Leblanc, 2004).
2.6 Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Fungsi pemeriksaan faal ginjal antara lain:
4. Untuk mengidentifikasi adanya gangguan fungsi ginjal
5. Untuk mendiagnosa penyakit ginjal
6. Untuk memantau perkembangan penyakit
7. Untuk memantau respon terapi
Pemeriksaan fungsi ginjal dilakukan dengan melihat perkiraan laju filtrasi
glomerulus (LFG). LFG tidak dapat dihitung secara langsung, namun dengan
menggunakan urinary clearance dari suatu zat penanda. Klirens dari suatu zat
penanda dapat didefenisikan sebagai banyaknya jumlah zat penanda yang
dikeluarkan per unit satuan waktu.
Zat penanda yang biasa digunakan adalah kreatinin serum. Perhitungan
LFG dari kreatinin serum dapat diperkirakan persamaan yang menggunakan umur,
jenis kelamin, ras dan berat badan.
a. Formula Cockroft-Gault
(140 - umur) x bb (kg) kreatinin serum x 72
Nilai kreatinin klirens untuk wanita dikalikan dengan 0,85 dengan
mengasumsikan bahwa massa otot wanita 15% lebih rendah.
b. Persamaan Modification of Diet in Renal Disease (MDRD Equation)
GFR (ml/menit/1.73 m2) = 175 × sCr(mg/dl)−1.154 × (umur)−0.203 × 0.742 (jika wanita) × 1.21 (jika berkulit gelap).
Urea serum yang memiliki keterbatasan nilai sebagai penentu LFG karena
banyak dipengaruhi oleh faktor non-LFG. Cystatin C merupakan 122-asam amino.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan serum Cystatin C lebih
akurat dalam perhitungan LFG dibandingkan dengan kreatinin karena tidak
dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, ras dan berat badan (Johnson, dkk.,
2009).
2.6.1 Ureum
Urea merupakan metabolit utama dari pemecahan protein makanan dan
diubah menjadi peptida dan asam amino di dalam saluran cerna, lebih dari 90%
diabsorpsi dan dibawa ke hati. Asam amino kemudian mengalami deaminasi dan
transaminase di dalam hati lalu masuk kedalam siklus urea dan diubah menjadi
urea (Hosten, 1990).
Urea diekskresikan melalui saluran cerna, paru-paru dan kulit, serta
kemungkinan diekskresikan melalui keringat di saat berolahraga hanyalah
sebagian kecil (kurang dari 0,5 g/hari). Sebagian besar dari urea, sekitar 10 gram
tiap hari diekskresikan melalui ginjal, ketika laju alir urin yang tinggi sekitar 40%
di reabsorpsi namun ketika laju urin yang rendah reabsorsi dapat meningkat
hingga 60%. Reabsorpsi ini juga dipengaruhi antidiuretik hormon, penurunan
aliran plasma, gagal jantung kongestif dan penurunan filtrasi glomerulus (Hosten,
1990).
Konsentrasi urea plasma menunjukkan keseimbangan antara produksi dan
eliminasi urea. Plasma urea merupakan parameter kasar dalam menilai fungsi
ginjal. Sebagai uji skrining untuk melihat kerusakan ginjal sebaiknya dilakukan
bersama pemeriksaan konsentrasi kreatinin. Faktor-faktor yang meningkatkan
kadar urea antara lain: kerusakan LFG, pemasukan protein yang tinggi,
pendarahan pada saluran cerna, penurunan laju urin, dehidrasi dan obat-obatan
steroid (Sweny, 1988).
2.6.2 Kreatinin
Sama seperti urea, konsentrasi kreatinin plasma menunjukkan
keseimbangan antara ekskresi dan produksi. Produksi dari kreatinin sebagian
besar dipengaruhi oleh massa otot. Produksi kreatinin pada umumnya lebih
kurang dipengaruhi oleh asupan makanan namun dengan banyaknya asupan
daging, kreatinin plasma mungkin meningkat. Faktor-faktor yang meningkatkan
kadar kreatinin antara lain: kerusakan LFG, peningkatan massa otot, kerusakan
otot akut (Sweny, 1988).
Kadar kreatinin dapat digunakan untuk menghitung kreatinin klirens yang
dapat digunakan untuk memperkirakan laju filtrasi glomerulus (LFG). Formula
Cockcroft- Gault merupakan salah satu cara yang direkomendasikan untuk
menghitung besarnya kreatinin klirens. Formula Cockcroft- Gault yaitu:
(140 - umur) x BB (kg) kreatinin serum x 72
Nilai kreatinin klirens untuk wanita dikalikan dengan 0,85 (Hosten, 1990).
Kadar normal klirens kreatinin untuk laki-laki sebesar 95 - 135 ml/menit
(0,9 - 1,3 ml/detik SI unit) dan wanita sebesar 85 - 125 ml/menit (0,8 - 1,2
ml/detik SI unit). Wanita hamil akan mengalami kenaikan kadar klirens kreatinin
sedangkan pada usia lanjut atau anak-anak kadar klirens kreatinin ini lebih rendah
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan uji klinis terbuka (open trial) dengan desain the
one group pretest-postest. Tahapan penelitian meliputi identifikasi sampel,
pengumpulan dan pengolahan sampel, pembuatan simplisia, pemeriksaan
karakterisasi simplisia, pembuatan ekstrak, penguapan ekstrak, pembuatan
sediaan kapsul ekstrak, uji klinis pendahuluan efek kapsul kombinasi terhadap
perubahan kadar ureum, kreatinin dan kreatinin klirens serta analisis data hasil
penelitian dengan program SPSS 17.
3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan
3.1.1 Alat-alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas
(Pyrex), alat pengukur kolesterol (Easy Touch), alat pengukur tekanan darah
(Omron HEM-7111), alat pengisi kapsul, blender (Panasonic), blood lancet
(GEA Medical), cawan beralas datar, krus porselin, lemari pengering, lumpang
dan stamfer, microtoise stature meter (General Care), mikroskop (Olympus),
neraca kasar (Ohaus), neraca analitik (Vibra AJ), oven (Memmert), plasterin dan
ikatan pembendungan (Torniquet), rotary evaporator (Haake D), seperangkat alat
destilasi untuk penentuan kadar air (Boeco), spuit (Terumo), tanur (Nabertherm),
test strip (Easy Touch), timbangan berat badan (GEA® Medical).
3.1.2 Bahan-bahan yang digunakan
daun salam serta bahan-bahan kimia. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam
penelitian adalah akuades, amilum maidis, amilum manihot, asam klorida,
cangkang kapsul, etanol 96%, etanol 70 %, etanol 50%, kloralhidrat, kloroform,
laktosa, toluen.
3.2 Penyiapan Bahan Tanaman
Penyiapan bahan tanaman meliputi pengambilan bahan tanaman,
identifikasi tanaman dan pengolahan bahan tanaman.
3.2.1 Pengambilan dan pengumulan bahan tanaman
Metode pengambilan bahan dilakukan secara purposif tanpa
membandingkan dengan bahan yang sama dari daerah lain. Herba sambiloto
diperoleh dari Desa Blang Mirah, Kota Bireun, Provinsi Aceh dan daun salam
diperoleh dari Pancur Batu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi
Sumatera Utara.
3.2.2 Identifikasi tanaman
Identifikasi tanaman dilakukan di “Herbarium Bogoriense” Bidang Botani
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat penelitian Biologi Bogor.
3.2.3 Pengolahan bahan tanaman
Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah herba sambiloto
dan daun salam yang masih segar. Pengolahan bahan diawali dengan pemanenan
bahan tanaman. Sambiloto dan daun salam dipisahkan dari pengotor lain dan
dipilih bagian yang akan digunakan lalu dicuci hingga bersih kemudian ditiriskan
dan ditimbang. Diperoleh berat basah herba sambiloto 5,12 kg dan daun salam
pengering secara terpisah sampai herba sambiloto dan daun salam kering. Bahan
tanaman yang telah kering ditimbang dan diperoleh berat kering herba sambiloto
1,23 kg dan daun salam 1,86 kg. Simplisia dihaluskan hingga berbentuk bubuk
kasar.
3.3 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan
mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut air, penetapan kadar
sari larut etanol, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut dalam
asam (Depkes RI, 1980).
3.3.1 Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan terhadap herba sambiloto dan daun
salam segar dan kering dengan cara mengamati bentuk, bau, warna dan rasa.
3.3.2 Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap herba sambiloto, daun salam
segar dan serbuk simplisia. Sampel segar dan serbuk simplisia ditaburkan diatas
kaca objek yang telah ditetesi dengan larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca
penutup, kemudian diamati di bawah mikroskop pada berbagai pembesaran.
3.3.3 Penetapan kadar air
Metode azeotropik (destilasi toluen)
Cara kerja: Toluen sebanyak 200 ml dan air suling 2 ml dimasukkan ke
dalam labu alas bulat, didestilasi selama 2 jam. Toluen didinginkan selama 30
menit dan volume air dalam tabung penerima dibaca (WHO, 1998). Labu berisi
labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit, setelah toluen menidih, kecepatan
tetesan diatur 2 tetes tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian
kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4 tetes tiap detik. Setelah semua air
terdestilasi, bagian dalam pendingin lalu ditambahkan 2 ml air suling, kemudian
alat dipasang dan dilakukan destilasi selama 2 jam. Destilasi dihentikan dan
dibiarkan. Dibilas dengan toluena. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian
tabung penerima dibiarkan dingin pada suhu kamar, setelah air dan toluena
memisah dengan sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih
kedua volume air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung
dalam persen (Depkes RI, 1980).
3.3.4 Penetapan kadar sari yang larut dalam air
Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan, dimaserasi selama 24 jam
dalam 100 ml air-kloroform (2,5 ml kloroform dilarutkan di dalam 1 L akuades)
dalam labu tersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian
dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan
sampai kering dalam cawan penguap berdasar rata yang telah dipanaskan dan
ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105˚C sampai bobot tetap. Kadar dalam
persensari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
(Depkes RI, 1980).
3.3.5 Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol
Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan, dimaserasi selama 24 jam
dalam 100 ml etanol 95% dalam labu tersumbat sambil sesekali dikocok selama 6
jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Kemudian disaring cepat untuk
kering dalam cawan penguap berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa
dipanaskan pada suhu 105˚C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang
larut dalam etanol 95% dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes
RI, 1980).
3.3.6 Penetapan kadar abu
Sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama
dimasukkan ke dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian
diratakan. Krus porselin dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran
dilakukan pada suhu 500 - 600˚C selama 3 jam kemudian didinginkan dan
ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang
telah dikeringkan (Depkes RI, 1980).
3.3.7 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam
Abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan dalam 25
ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut asam dikumpulkan,
disaring melalui kertas saring dan dipijar sampai bobot tetap, kemudian
didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung
terhadap bahan yang dikeringkan (Depkes RI, 1980).
3.4 Pembuatan Ekstrak
3.4.1 Pembuatan ekstrak herba sambiloto
Pembuatan ekstrak simplisia herba sambiloto dilakukan dengan cara
perkolasi. Serbuk simplisia herba 900 g dimasukkan kedalam bejana tertutup,
ditambahkan etanol 50% sehingga semua simplisia terendam, aduk -aduk dan
sambil tiap kali ditekan hati-hati, tuangkan cairan penyari secukupnya sampai
cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari,
tutup perkolator, dibiarkan selama 24 jam. Biarkan cairan menetes dengan
kecepatan 1 ml per menit, ditambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya
hingga selalu terdapat cairan penyari diatas simplisia. Perkolasi dihentikan jika
500 mg perkolat terakhir diuapkan, tidak meninggalkan sisa, selanjutnya ekstrak
cair dipekatkan dengan menggunakan rotavapor sehingga didapat ekstrak kental.
3.4.2 Pembuatan ekstrak daun salam
Pembuatan ekstrak simplisia daun salam dilakukan dengan cara perkolasi.
Serbuk simplisia 900 g dimasukkan kedalam bejana tertutup, ditambahkan etanol
70% sehingga semua simplisia terendam, aduk- aduk dan diamkan selama 3 jam.
Dipindahkan sedikit demi sedikit kedalam perkolator sambil tiap kali ditekan
hati-hati, tuangkan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan diatas
simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, tutup perkolator, dibiarkan selama
24 jam. Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, ditambahkan
berulang-ulang cairan penyari secukupnya hingga selalu terdapat selapis cairan
penyari diatas simplisia. Perkolasi dihentikan jika 500 mg perkolat terakhir
diuapkan, tidak meninggalkan sisa, selanjutnya ekstrak cair dipekatkan dengan
menggunakan rotavapor sehingga didapat ekstrak kental.
3.5 Pembuatan Sediaan
3.5.1 Formula kapsul
Setiap kapsul mengandung 100 mg ekstrak herba sambiloto dan 100 mg
R/ Ekstrak herba sambiloto 100 mg
Ekstrak daun salam 100 mg
Amilum manihot 10 %
Amilum maidis 5 %
Laktosa ad 450 mg
3.5.2 Cara pembuatan sediaan kapsul
a. Pembuatan masa ekstrak herba sambiloto
Dimasukkan sebanyak 200 g ekstrak herba sambiloto ke dalam lumpang
dan digerus, lalu ditambahkan sebagian dari 90 g amilum manihot, lalu digerus,
ditambahkan sebagian dari 45 g amilum maidis, lalu digerus, ditambahkan laktosa
secukupnya. Digerus sampai terbentuk masa yang bisa dikempa.
b. Pembuatan masa ekstrak daun salam
Dimasukkan sebanyak 200 g ekstrak daun salam ke dalam lumpang dan
digerus, lalu ditambahkan sisa amilum manihot, lalu digerus, ditambahkan sisa
amilum maidis, lalu digerus, ditambahkan laktosa sedikit dan digerus.
c. Pencampuran masa ekstrak herba sambiloto dan daun salam
Ditambahkan masa herba sambiloto ke dalam lumpang yang terdapat masa
ekstrak daun salam, lalu digerus, ditambahkan laktosa sampai 900 g. Digerus lalu
diayak, dikeringkan granul dalam oven dengan suhu 30C selama 15 menit.
Dimasukkan kedalam lumpang, ditambahkan sisa laktosa, dihomogenkan,
selanjutnya dimasukkan ke dalam kapsul kosong.
3.5.3 Evaluasi sediaan kapsul
Dilakukan evaluasi sediaan kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan
daun salam sesuai dengan yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi III yaitu
Diambil sebanyak 20 kapsul secara acak. Ditimbang 20 kapsul, lalu
ditimbang lagi kapsul satu persatu. Dikeluarkan isi semua kapsul, ditimbang
seluruh bagian cangkang kapsul. Dihitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata isi
kapsul. Dihitung deviasi dari masing masing isi kapsul terhadap bobot rata-rata isi
kapsul. Syarat: tiap kapsul tidak mempunyai deviasi diatas 7,5% dan setiap dua
kapsul tidak mempunyai deviasi diatas 15% (Depkes RI1, 1979).
3.6 Uji Klinis Pendahuluan
3.6.1 Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di Kota Medan meliputi Kecamatan Medan Sunggal,
Medan Selayang, Medan Maimun dan Percut Sei Tuan.
3.6.2 Waktu penelitian
Penelitian dilakukan bulan Desember 2014 – Januari 2015.
3.6.3 Desain penelitian
Uji klinis terbuka (open trial) dengan desain the one group pretest-postest.
Pada uji ini dilakukan pemeriksaan terhadap penyakit atau keadaan yang diteliti
sebelum dan sesudah pemberian perlakuan pada subjek (Sastroasmoro, 2011).
3.6.4 Kriteria inklusi dan eksklusi penelitian
Kriteria inklusi penelitian ini adalah:
a. Pasien laki laki dan perempuan
b. Umur 20 - 60 tahun
c. Pasien menderita dislipidemia
d. Pola makan dan gaya hidup yang kurang baik
f. Tidak mengkonsumsi obat dislipidemia dalam dua minggu terakhir
g. Bersedia ikut dalam penelitian, mengikuti prosedur penelitian dan menanda
tangani informed consent.
Kriteria ekslusi penelitian ini adalah:
a. Wanita hamil, menyusui, nifas
b. Ada penyakit komplikasi
c. Terbaring di tempat tidur
d. Adanya kebiasaan mengkonsumsi alkohol
e. Tidak teratur menkonsumsi kapsul ekstrak herba sambiloto dan daun salam
f. Tidak mengikuti kontrol selama penelitian (meninggal, pindah alamat,
mengundurkan diri).
3.6.5 Teknik pengambilan subyek penelitian
Teknik pengambilan subyek dalam penelitian ini adalah consecutive
sampling yaitu semua subyek yang memenuhi kriteria (berdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi) dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang
diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro, 2011). Pencarian subyek penelitian dilakukan
dengan melakukan pengumpulan massa serta pencarian dari rumah ke rumah.
Semua subyek diberi penjelasan singkat sebelum diberikan kapsul kombinasi
ekstrak herba sambiloto dan daun salam, selanjutnya bagi subyek yang setuju
mengikuti penelitian menandatangani surat persetujuan mengikuti penelitian.
3.6.6 Jumlah subyek penelitian
Uji klinis pendahuluan ini dimana pertama kalinya formula baru diberikan
pada manusia merupakan uji klinis terbuka dan sederhana, artinya tanpa
intensif. Total jumlah subyek pada fase ini bervariasi antara 20 - 50 orang
(Setiawati, dkk., 2007), maka pada penelitian ini jumlah subyek yang dibutuhkan
minimal 20 orang pasien dislipidemia.
3.6.7 Pemberian sediaan kapsul uji
Setiap pasien diberikan kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto dan
ekstrak daun salam secara bertahap dengan dosis 3 kali sehari selama 28 hari.
3.6.8 Tahapan dan cara kerja uji klinis pendahuluan
a. Dilakukan pencarian pasien dengan melihat berat badan berlebih serta
wawancara meliputi pola makan, gaya hidup, pemeriksaan kolesterol yang
pernah dilakukan dan riwayat penyakit untuk memperoleh diagnosis dan
mengisi kuesioner penelitian.
b. Pasien akan diperiksa vital sign yang meliputi penimbangan berat badan, tinggi
badan dan pemeriksaan tekanan darah. Dilakukan pengukuran kadar kolesterol
menggunakan alat Easy Touch.
c. Diukur kadar kolesterol total, HDL, LDL, TG, kadar kreatinin dan kadar ureum
sebelum penggunaan (H0) sediaan kapsul kombinasi ekstrak herba sambiloto
dan daun salam dengan menggunakan metode kolorimetri. Diberikan sediaan
kapsul 3 x sehari selama 28 hari. Diambil darah sebanyak 3 ml pada hari ke-14
dan 28 lalu diukur kembali kadar ureum dan kreatinin menggunakan metode
kolorimetri. Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah, Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
3.6.9 Tindakan keamanan
Selama pengobatan pasien di follow up terhadap kepatuhan, efek samping,
komplikasi maka pasien akan dirujuk ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut.
3.7 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
Informed consent adalah persetujuan yang diberikan subyek untuk turut
serta dalam penelitian setelah subyek menerima penjelasan dan pengertian tentang
penelitian yang akan dilakukan. Kesediaan sebagai subyek dinyatakan dengan
menandatangani lembar persetujuan (Dirjen Bina Kesmas, 2004).
3.8 Izin Komisi Etik
Ethical clearance merupakan syarat dan bukti bahwa penelitian yang akan
dilaksanakan telah melalui tahap kajian etika, tidak melanggar hak etik dan hak
azazi manusia.. Semua penelitian kesehatan yang mengikutsertakan manusia
sebagai partisipan atau subyek penelitian membutuhkan tahap kajian etik untuk
mendapatkan ethical clearance (Dirjen Bina Kesmas, 2004). Penelitian ini telah
memperoleh ethical clearance yang dikeluarkan oleh Komisi Etik Penelitian
Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3.9 Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode Paired
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tanaman
Hasil identifikasi tanaman yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) Lembaga Penelitian dan Pengembangan Biologi Bogor,
menunjukkan bahwa tanaman yang diteliti adalah Sambiloto dengan nama ilmiah
Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees, suku Acanthaceae dan Salam dengan
nama ilmiah Syzygium polyanthum (Wight) Walp., suku Myrtaceae.
4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia
Hasil pemeriksaan makroskopik herba sambiloto segar baunya khas dan
rasanya sangat pahit. Batang tidak berambut, tebal 2 - 6 mm dan berbentuk
persegi empat. Daun berwarna hijau, berbentuk lanset, panjang 2 - 7 cm, lebar
1 - 3 cm, rapuh, tipis, tidak berambut, ujung daun runcing. Biji agak keras,
permukaan luar berwarna cokelat muda.
Hasil pemeriksaan mikroskopik yang dilakukan terhadap daun sambiloto
segar pada sayatan melintang melalui tulang daun terlihat rambut penutup, sel
epidermis dan sistolit, terdapat juga kolenkim, jaringan pagar, jaringan bunga
karang, berkas pembuluh tipe bikolateral dan epidermis bawah. Sayatan
membujur permukaan daun sambiloto bagian bawah terdapat stomata tipe
bidiasitik, sistolit dan sel kelenjar. Serbuk simplisia herba sambiloto terdapat
fragmen mesofil, sistolit, epidermis bawah, berkas pembuluh dan rambut dari