• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Media Film Animasi terhadap Pemahaman Konsep Siswa (Kuasi Eksperimen di SMA N 2 Cibinong)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Media Film Animasi terhadap Pemahaman Konsep Siswa (Kuasi Eksperimen di SMA N 2 Cibinong)"

Copied!
236
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Ana Gustinawati NIM: 108016100039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Ana Gustinawati., 108016100039. Pengaruh Media Film Animasi terhadap Pemahaman Konsep Siswa (Kuasi Eksperimen di SMA N 2 Cibinong).

Skripsi,Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media film animasi terhadap pemahaman konsep siswa. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Cibinong. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen, dengan rancangan penelitian Pretest-Posttest Control Group Design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Sampel penelitian yang pertama berjumlah 32 siswa untuk kelas eksperimen dengan menggunakan media belajar film animasi. Sampel yang kedua berjumlah 30 siswa untuk kelas kontrol dengan menggunakan media belajar power point. Analisis data kedua kelompok menggunakan uji-t diperoleh hasil thitung 2,57 dan ttabel 2,00, pada taraf signifikan 5% maka thitung > ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh media film animasi terhadap pemahaman konsep siswa.

(6)

ii

ABSTRACT

Ana Gustinawati., 108016100039. The Influence of an Animation Film Media

Toward the Students’ Understanding of Concepts (Quasi Experiment in SMA N 2 Cibinong). BA Thesis, Biology Education Study Program, Department of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

The research is aimed to know the influence of an animation film media toward the students’ understanding of concepts. This research was conducted at SMA N 2 Cibinong. The research method was quasy experimental with Pretest-Protest Control Group Design as the research design. Sampling was taken with Purposive Sampling technique. The research sample were 32 students for experiment class by using animation film media and 30 students for control class by using power point media. The result of the processing data taken from both group are 2.57 for ttest and 2.00 for ttable at 5% significance level. Therefore, ttest

> ttable. This shows that there is influence of an animation film media toward the

students’ understanding of concepts.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah yang telah memberikan rahmat dan

karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam

senantiasa tercurah kepada nabi Muhammad SAW, pembawa kebenaran.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat akdemis

untuk menyelesaikan studi S1 Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dengan judul “Pengaruh Media Film Animasi terhadapPemahaman Konsep Siswa”.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, do’a dan partisipasi dari berbagai pihak. Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dra. Nurlena, MA., Ph. D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahannya dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Eny S. Rosyidatun, S.Si, M.A., Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peneliti dalam penulisan

skripsi ini.

5. Ayah dan Ibu tercinta, yang selalu mencurahkan kasih sayangnya, memanjatkan do’a yang tiada henti serta memberi semangat kepada peneliti. Semoga Allah senantiasa melimpahkan kebahagiaan untuk mereka.

6. Drs. Hidayat, MM., Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Cibinong, yang telah

memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian dan

memberikan bantuannya selama penelitian.

7. Ibu Yanti, S.Pd., Guru bidang studi Biologi SMA Negeri 2 Cibinong, yang

telah memberikan arahan dan motivasi kepada peneliti selama melakukan

(8)

iv

8. Kakak dan Adikku tersayang (Sella Nurmaya Sari, Fajar Faqihuddin,

Muhammad Jauhari, Muhammad Taufiqurrohman) yang sabar menuntun dan memotivasi peneliti dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas do’a dan dukungannya.

9. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Biologi angkatan 2008 yang memotivasi

peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Endang, Lidya, Yuli, Tika, Liah, Fitri, Rizal, Ruhyat, Iqbal, Lala terimakasih

atas semangat dan dukungannya.

11. Rekan-rekan mahasiswa KAHFI, Maro, ka Yani, Lusi, Lita, Iin, Arifin,

Hendra, ka Heru, ka Umam. Terimakasih atas semangat dan dukungannya.

12. Sahabat-sahabat kosan, teh Sofi, teh Epi, Gita, Rahma. Terimkasih atas

semangat dan dukungannya.

13. Sahabat-sahabat terbaik, Nini, Nurma, dan Lulu terima kasih untuk do’a dan semangatnya selama ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak terlepas dari keterbatasan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Amin.

(9)

v

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN... Viii BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... C.Pembatasan Masalah ... 4 4 D.Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A.Deskripsi Teoritik ... 1) Media Pembelajaran ... a. Pengertian Media ... b. Fungsi dan Manfaat Media ... c. Jenis dan Klasifikasi Media ... d. Pemilihan Media ... 2) Film Animasi ... 3) Pemahaman Konsep ... 6 6 8 10 12 14 17 22 B.Hasil Penelitian yang Relevan ... 28

C.Kerangka Berpikir ... 31

D.Hipotesis Penelitian ... 32

(10)

vi

B.Metode dan Desain Penelitian ... 33

C.Populasi dan Sampel ... 34

D.Variabel Penelitian ……... ... E. Teknik Pengumpulan Data ...

34

34

F. Instrumen Penelitian …… ... G.Kontrol terhadap Validitas Internal ...

H.Teknik Analisis Data ... 35

43

47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian ...

1. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 2. Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 3. Hasil Normal Gain Kelompok Eksperimen dan

Kontrol ... 52

52

53

55

55

B.Analisis Data ...

1. Uji Prasyarat Analisis Data ...

2. Hasil Observasi ...

3. Hasil Angket ...

C.Pembahasan ... 56

56

59

60

63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... 68

B.Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 69

(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Media ...

Tabel 2.2 Karakteristik Media Film... 13

18

Tabel 2.3 Karakteristik Media Animasi... 20

Tabel 3.1 Desain Penelitian PretestPosttest Control Group Design ... 33 Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data...

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar ... 34

36

Tabel 3.4 Indikator Lembar Observasi Guru ... Tabel 3.5 Indikator Angket Siswa …... Tabel 4.1 Data Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pretest...... Tabel 4.3 Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Posttest... Tabel 4.5 Hasil Uji Normal Gain Kelompok Eksperimen dan Kontrol....

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Pretest Posttest ... Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Pretest Posttest ... Tabel 4.8 Hasil Uji Hipotesis Pretest Posttest... Tabel 4.9 Hasil Observasi Kelompok Eksperimen & Kontrol...

Tabel 4.10 Frekuensi Jawaban Angket Siswa Keseluruhan...

Tabel 4.11 Hasil Persentase Frekuensi Angket Siswa Keseluruhan... 37

41

52

53

53

54

55

56

57

58

59

60

(12)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Soal ...

Lampiran 2 Rekapitulasi Analisis Butir Soal ...

Lampiran 3 Lembar Observasi Guru ...

Lampiran 4 Kisi-kisi Instrumen Angket ...

Lampiran 5 Perhitungan Data Pretest .... Lampiran 6 Perhitungan Data Posttest .... Lampiran 7 Perhitungan Uji Normalitas ...

Lampiran 8 Perhitungan Uji Homogenitas ...

Lampiran 9 Perhitungan Uji Hipotesis ...

Lampiran 10 Perhitungan Uji Normal Gain...

Lampiran 11 Perhitungan Hasil Observasi ...

Lampiran 12 Perhitungan Hasil Angket ...

Lampiran 13 RPP Kelompok Eksperimen ...

Lampiran 14 RPP Kelompok Kontrol ...

Lampiran 15 LKS Pertemuan Pertama ...

Lampiran 16 LKS Pertemuan Kedua ... 65

100

106

114

120

128

136

144

146

150

152

160

165

182

198

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknologi muncul sejak lama, karena adanya kebutuhan dari manusia.

Manusia membuat suatu produk atau alat yang dapat digunakan untuk

mengefisienkan dan memudahkan pekerjaan mereka.1 Seiring berkembangnya

peradaban manusia, teknologipun ikut berkembang. Perkembangan teknologi ini

berdampak pada bermunculannya berbagai jenis kegiatan berbasis teknologi,

termasuk dalam dunia pendidikan yang salah satunya adalah media pembelajaran

sebagai alat bantu tercapainya tujuan pendidikan.

Pendidikan tentu saja merupakan salah satu faktor penentu berkembang atau

tidaknya suatu negara. Saat ini, kualitas pendidikan indonesia masih sangat

rendah. Hal ini dibuktikan dari hasil survei yang diadakan oleh The Political and Economic Risk Consultancy bahwa kualitas pendidikan Indonesia sangat rendah dibandingkan negar-negara lain di Asia, bahkan lebih rendah dari Vietnam. Hal

itu ditunjang oleh data yang dikeluarkan oleh indeks pengembangan sumber daya

manusia (Human development index) bahwa pendidikan Indonesia menempati urutan ke-111 dari 175 negara yang terukur.2

Disinilah peran media pembelajaran sebagai salah satu produk teknologi

diperlukan. Media pembelajaran digunakan agar proses belajar mengajar menjadi

lebih berkesan dan bermakna sehingga membantu tercapainya sasaran dan tujuan

pendidikan.

Untuk mengembangkan suatu proses pendidikan, diperlukan strategi

perencanaan pembangunan pendidikan yang tepat, sehingga mampu bersaing

dengan negara-negara lain. Mengingat bahwa pendidikan itu sendiri adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran.3

1

Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet. 2, h. 50.

2

Ibid., h. 92. 3

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran: untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2010, Cet. 8, h. 3.

(14)

Disinilah guru sebagai fasilitator di dalam kelas, dihadapkan pada persoalan

tentang bagaimana cara menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa agar

materi tersebut dengan mudah dapat diterima dan dipahami oleh siswa. Salah satu

faktor yang mempengaruhi keberhasilan guru dalam menyampaikan materi

pelajaran adalah cara penyampaian materi dan pemilihan media pembelajaran

yang tepat. Untuk itu, guru harus memiliki pengetahuan dan kemampuan yang

cukup tentang media pembelajaran.

Belajar itu sendiri adalah berubahnya tingkah laku seseorang, yang

disebabkan karena adanya interaksi seseorang tersebut dengan lingkungannya.4

Dalam hal ini, lingkungan tersebut antara lain terdiri atas murid, guru, petugas

perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi pembelajaran dan berbagai

sumber belajar dan fasilitas. Lingkungan tersebut berpengaruh pada motivasi

belajar siswa. Pemberian motivasi merupakan hal yang penting, sebab adanya

motivasi yang kuat menunjukkan adanya minat untuk mencapai tujuan belajar.

Mata pelajaran biologi merupakan bagian dari bidang sains yang menuntut

kompetensi belajar pada ranah pemahaman tingkat tinggi. Namun, kebanyakan

siswa cenderung hanya menghafal daripada memahami. Padahal pemahaman awal

siswa merupakan modal dasar bagi penguasaan materi selanjutnya.5 Hal tersebut

disebabkan karena kurangnya minat siswa pada saat melakukan proses

pembelajaran. Media yang kurang menarik menyebabkan siswa cepat bosan dan

jenuh, maka dari itu penggunaan media yang tepat dalam menyampaikan materi

pembelajaran memiliki fungsi yang sangat penting dalam menentukan tercapai

atau tidaknya suatu tujuan pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran, media telah dikenal sebagai alat bantu

mengajar yang seharusnya dimanfaatkan oleh pengajar, namun kerap kali

terabaikan oleh berbagai hambatan, termasuk terbatasnya pengetahuan guru dalam

memanfaatkan berbagai sumber media yang ada.

4

A. Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), Cet. 1, h. 1. 5

(15)

Salah satu media pembelajaran berbasis teknologi yang sedang berkembang

saat ini adalah media audio visual. Media audio visual adalah suatu alat

penyampai informasi yang terdiri dari audio/suara dan visual/gambar.

Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkret,

baik dalam konsep maupun fakta. Pada berbagai jenjang pendidikan, terdapat

konsep-konsep biologi yang bersifat abstrak dan sulit dipahami oleh pembelajar

karena itu, media pembelajaran memiliki andil dalam meningkatkan pengalaman

belajar ke arah yang lebih konkret sehingga siswa dapat lebih terbantu untuk

memahami materi pembelajaran yang sifatnya abstrak tersebut. Maka dari itu

diperlukan kreativitas guru untuk menyajikan media pembelajaran yang tepat.

Salah satu jenis media audio visual yang dapat dimanfaatkan adalah film

animasi. Film merupakan alat komunikasi yang sangat membantu proses

pembelajaran efektif, karena apa yang dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga,

akan lebih cepat dan mudah diingat dari pada apa yang hanya dibaca saja atau

didengar saja.6 Penggunaan film dalam dunia pendidikan dirasa sangat penting,

karena melalui film proses pembelajaran akan berlangsung lebih jelas dan

menyenangkan karena mampu menarik minat siswa serta dapat mempersuasif

siswa terhadap materi yang bersangkutan.7 Sejalan dengan hal tersebut, film

animasi mampu memperkaya pengalaman dan kompetensi siswa pada beragam

materi ajar dikarenakan film animasi mampu menyediakan tampilan-tampilan

visual yang lebih kuat dari berbagai fenomena dan informasi-informasi abstrak

yang sangat berperan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.8

Artinya, belajar dengan melibatkan dua indra sekaligus, dalam hal ini indra

penglihatan dan indera pendengaran akan memberikan keuntungan yang lebih

optimal jika hanya dibandingkan dengan satu jenis indera saja.

6

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Suatu Pendekatan Baru, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2008), Cet. 1, h. 116.

7

Muslih Aris Handayani, Studi Peran Film dalam Dunia Pendidikan,INSANIA, Vol. 11, 2006, h. 176-186,

(http://ejournal.stainpurwokerto.ac.id/index.php/insania/article/download/144/141). 8

(16)

Konsep sistem pertahanan tubuh ditinjau dari struktur dan fungsi sulit

dipahami oleh siswa, karena didalamnya terkandung konsep yang sifatnya abstrak

dan sulit dijelaskan. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa siswa memerlukan

bantuan media yang dapat mengantarkan konsep abstrak tadi menjadi terlihat

lebih konkret. Konsep sistem pertahanan tubuh yang disampaikan dengan media

film animasi diharapkan dapat mengantarkan konsep tersebut menjadi konsep

yang lebih konkret sehingga siswa terbantu dalam hal pemahaman.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis tertarik mengadakan penelitian yang berjudul “pengaruh media film animasi terhadap pemahaman konsep siswa pada konsep sistem pertahanan tubuh”.

B. Identifikasi Masalah

1. Guru yang belum maksimal menjalankan fungsinya sebagai fasilitator

dikelas.

2. Pemahaman konsep siswa yang masih rendah.

3. Kurangnya minat belajar siswa yang disebabkan media kurang menarik.

4. Konsep sistem pertahanan tubuh merupakan konsep yang bersifat

abstrak.

C. Pembatasan Masalah

Masalah penelitian ini dibatasi pada:

1. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMA Negeri 2 Cibinong Bogor

semester genap tahun pelajaran 2013/2014.

2. Konsep biologi sangat luas cakupannya maka penelitian ini dibatasi pada konsep “sistem pertahanan tubuh”.

3. Media pembelajaran sedang mengalami perkembangan yang pesat maka

penelitian ini dibatasi pada penggunaan media audiovisual berupa film

animasi.

4. Materi biologi membutuhkan pemahaman tingkat tinggi, maka dari itu

(17)

D. Rumusan Masalah

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah ”bagaimanakah pengaruh media film animasi terhadap pemahaman konsep siswa pada konsep sistem pertahanan tubuh?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media film animasi

terhadap pemahaman konsep siswa pada konsep mekanisme pertahanan tubuh

pada kelas XI SMA Negeri 2 Cibinong Bogor. Adapun manfaat penelitian ini

adalah:

1. Bagi Peneliti

a. Bertambahnya wawasan tentang pengaruh media film animasi bagi

pemahaman siswa

b. Hasil penelitian maupun beberapa keterbatasan yang dihadapi dapat

dijadikan salah satu rujukan untuk pengembangan media

pembelajaran lebih lanjut.

2. Bagi Dunia Pendidikan

a. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam

pengembangan media pembelajaran sains di SMA

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran mengenai pengembangan media pembelajaran sebagai

wahana pendidikan siswa SMA

c. Sebagai bahan pertimbangan sebagai pendekatan media pembelajaran

IPA yang dapat mempermudah siswa memahami materi pembelajaran

(18)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretik

1. Media Pembelajaran

Piaget dalam Dimyati berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh

individu yang berinteraksi terus menerus dengan lingkungan yang senantiasa

berubah, sehingga dari interaksi tersebut individu yang bersangkutan mengalami

fungsi intelek yang makin berkembang. 1 Dari interaksi-interaksi antara

pengalaman baru dengan pengalaman yang sudah ada sebelumnya diharapkan

menghasilkan suatu perubahan-perubahan sikap dan perilaku yang lebih baik.

Sehingga dapat dikatakan bahwa belajar atau pemerolehan pengetahuan

adalah proses berkembangnya fungsi intelek dan perubahan pada sikap individu

yang didapatkan karena adanya suatu interaksi antara pengalaman lama dengan

pengalaman baru dalam suatu lingkungan tertentu.

Pemerolehan pengetahuan dan informasi seseorang akan diterima melalui

alat indera. Dale, dalam Daryanto mengemukakan bahwa sekitar 82% daya serap

seseorang diperoleh melalui indera penglihatan, 11% melalui indera pendengaran,

dan 7% melalui indera lain di sekitarnya.2

Hal diatas mengindikasikan bahwa, kebanyakan individu memiliki daya

serap paling dominan atas alat indera visual yaitu mata, disusul dengan alat indera

pendengaran dan selanjutnya alat indera yang lain. Meskipun jika suatu proses

belajar hanya melibatkan penggunaan alat indera penglihatan saja yang sudah

mencapai 82% daya serap suatu individu, namun suatu proses belajar yang

melibatkan lebih dari satu keterlibatan alat indera tentunya akan memberikan hasil

yang lebih menguntungkan karena bisa jadi daya serap individu tersebut dapat

mencapai 90% atau lebih. Sehingga, guru sebagai salah satu pengatur lingkungan

1

Dimyati dan Mudiono, Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2012), Cet. 4, h. 13.

2

Daryanto, Media Pembelajaran, (Bandung: PT Sarana Tutorial Nurani Sejahtera, 2012), Cet. 2, h. 14.

6

(19)

siswa dikelas harus berupaya untuk menampilkan stimulus yang dapat diproses

dengan berbagai indera.

Dalam usaha memanfaatkan media, Dale dalam Sadiman

mengklasifikasikan pengalaman menurut tingkat yang paling konkret ke tingkat

yang paling abstrak, yang dikenal dengan kerucut pengalaman Edgar Dale.3

Gambar 2.1 : kerucut pengalaman Edgar Dale

Seperti yang terlihat pada gambar diatas, bahwa kerucut pengalaman

tersebut bukanlah disusun berdasarkan tingkat kesulitan, melainkan berdasarkan

tingkat keabstrakan atau jumlah alat indera yang terlibat pada saat proses

penerimaan pesan. Pengalaman langsung pada tingkat paling bawah akan

memberikan kesan paling utuh dan konkret, karena melibatkan indera

penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba sekaligus. Sedangkan

lambang kata pada tingkat paling atas, memiliki tingkat keabstrakan paling tinggi

karena alat indera yang terlibat untuk menafsirkan lambang kata tersebut semakin

terbatas, yakni indera penglihatan atau pendengaran saja.

3

(20)

Dengan kata lain, semakin atas ke puncak kerucut maka semakin abstrak

media penyampai pesan tersebut. Namun urutan kerucut pengalaman Dale ini

bukan berarti proses belajar harus dimulai dari pengalam langsung (konkret) atau

lambang kata (abstrak) terlebih dahulu, melainkan dimulai dengan jenis yang

paling dibutuhkan dan paling sesuai dengan situasi belajar yang bersangkutan.

a. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar” atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.4 Kata tengah berarti berada diantara dua

sisi dan bisa juga disebut sebagai penghubung atau suatu jembatan yakni

suatu hal yang dapat menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari sisi

ke sisi lainnya.

Secara khusus, Briggs dalam indriana menyatakan bahwa, media dalam

proses belajar cenderung pada alat-alat fisik yang dapat menyampaikan

materi pelajaran untuk menstimulus daya pikir siswa agar ikut berpartisipasi

melakukan proses pembelajaran.5 Media tersebut berarti merupakan alat-alat

grafis, photogafis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, atau

menyususun kembali informasi visual atau verbal yang didalamnya

mengandung materi pelajaran yang akan disampaikan.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikatakan media pembelajaran

adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan oleh pendidik

untuk memudahkan informasi dan pesan (materi pelajaran) tersampaikan

dengan baik ke peserta didik, sehingga peserta didik merasa terbantu dan

terstimulus untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan efektif dan efisien.

4

Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: Refika Aditama, 2011), Cet. 5, h. 65.

5

(21)

Bagan komunikasi ditambah dengan unsur media, dapat dilihat pada

gambar dibawah:6

Gambar 2.1: proses komunikasi dengan media

Dalam bagan konteks komunikasi diatas, berarti media berfungsi

sebagai alat untuk membantu guru dalam menyampaikan pesan kepada murid

yang bersangkutan, sehingga pesan tersebut dapat diterima dengan baik dan

sempurna. Guru sebagai pengirim pesan menuangkan ide berupa

simbol-simbol tertentu yang berisi materi pembelajaran, yang selanjutnya siswa

diharapkan dapat menafsirkan simbol tersebut sebagai materi pembelajaran

yang memang hendak disampaikan.

Beberapa pakar membuat batasan-batasan tertentu tentang media,

diantaranya dikemukakan oleh Association of Education and Communication Technology (AECT) Amerika. Menurut AECT, media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi.7

Sedangkan National Education Association (NEA) membatasi bahwa media merupakan segala bentuk komunikasi, baik cetak maupun audiovisual beserta

peralatannya.

Secara umum, media pengajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Ciri fiksatif; Ciri fiksatif menggambarkan kemampuan media dalam

merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu

peristiwa atau objek. Dengan cara ini, media memungkinan merekam

suatu kejadian atau objek pada suatu kejadian tertentu ditanportasikan

tanpa mengenal waktu.

6

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 4, h. 206.

7

Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet. 2, h. 121.

Pengirim

Pesan

Penerima

(22)

2. Ciri manipulatif; Ciri manipulatif memungkinkan adanya suatu proses

transformasi kejadian atau objek. Misalnya adalah suatu kejadian yang

memakan waktu berhari-hari dapat dijadikan hanya beberapa menit saja

kepada siswa.

3. Ciri distributif; ciri distributif memungkinkan suatu kejadian atau objek

didistribusikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut

didistribusikan kepada sejumlah siswa dengan stimulus pengalaman

yang relatif sama mengenai kejadian tersebut.8

b. Fungsi dan Manfaat Media

Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar tentu

saja berdampak baik bagi siswa, karena dapat membangkitkan minat dan

memberikan stimulus lebih pada kegiatan belajar. Selain itu, bahan

pengajaran akan lebih jelas maknanya, dan metode mengajar menjadi lebih

bervariasi.

Belajar seringkali bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat kompleks

dan tidak terlihat. Maka dari itu media memiliki andil untuk menjelaskan

hal-hal yang abstrak dan menunjukkan hal-hal-hal-hal yang tersembunyi. Ketidakjelasan

dan kerumitan bahan ajar dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai

perantara.

Media harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan

memberikan kebutuhan perorangan siswa mengingat banyak sekali fungsi dan

manfaat media pembelajaran. Diantaranya, manfaat media menurut Nana

adalah (1) pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar., (2) bahan pengajaran akan lebih jelas

maknanya sehingga dapat lebih dipahami maknanya oleh para siswa, dan

memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik., (3) metode

mengajar akan lebih bervariasi dan; (4) siswa lebih banyak melakukan

8

(23)

kegiatan belajar, sebab tidak hanya menguraikan uraian guru, tetapi juga

aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dll.9

Selain mengenai fungsi, banyak juga pakar yang menjabarkan manfaat

media. Diantaranya sebagai berikut:

1. Membuat konkret berbagai konsep yang abstrak. Berbagai konsep abstrak

dan sulit dijelaskan kepada siswa, dapat disederhanakan melalui media.

2. Menghadirkan berbagai objek yang berbahaya dan sukar didapat ke dalam

lingkungan. Objek tersebut dapat digantikan dengan alat peraga dan

media belajar lain.

3. Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil.

4. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat.

Manfaat lain yang didapatkan dari media adalah media dapat

menyajikan pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis., mengatasi

keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera., mengatasi sikap pasif anak

didik,. dan meminimalisir perbedaan pengalaman pada anak didik.10

Selain itu, Kemp dan Dayton dalam Hamzah mengemukakan bahwa

media pembelajaran dapat memberikan kontribusi lain dalam proses belajar

mengajar.11 Kontribusi tersebut, diantarnya yaitu penyampaian pesan dapat

lebih terstandar, pembelajaran menjadi lebih menarik, dan interaktif, waktu

pelaksanaan pembelajaran bisa diperpendek, kualitas pembelajaran dapat

ditingkatkan, proses pembelajaran dapat dilakukan kapanpun, dan

dimanapun, meningkatkan sikap positif siswwa terhadap materi pelajaran,

dan peran guru mengalami perubahan kearah positif.

Dari berbagai uraian yang dikemukakan oleh ahli diatas, disimpulkan

beberapa fungsi dan manfaat dari penggunaan media pembelajaran di dalam

proses belajar mengajar, yaitu media dapat memperjelas pesan yang

disampaikan baik pesan konkret maupun abstrak karena teratasinya

keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera sehingga media mampu

9

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2011), Cet. 10, h. 2.

10

Sadiman, dkk., op. cit., h. 17. 11

(24)

membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa serta memberikan

kesamaan pengalaman belajar antar siswa yang bersangkutan.

c. Jenis dan Klasifikasi Media

Jenis dan klasifikasi media sangat banyak ragamnya dan dapat dilihat

dari berbagai sudut. Namun, secara umum media pengajaran dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Mengutamakan kegiatan membaca simbol visual.

2. Bersifat audio visual, proyeksi, nonproyeksi, dan berbentuk tiga dimensi.

3. Menggunakan teknik atau mesin.

4. Merupakan kumpulan benda-benda atau bahan-bahan.

5. Merupakan contoh dari kelakuan guru.12

Media berdasarkan perkembangan teknologi, dikelompokan menjadi

empat, yakni (1) media hasil teknologi cetak, (2) media hasil teknologi

audio-visual, (3) media hasil teknologi yang berdasarkan komputer (4) media hasil

gabungan media cetak dan komputer. Teknologi cetak adalah cara untuk

menghasilkan atau menyampaikan materi. Teknologi audio-visual cara

menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin

audio dan visual-visual pengajaran melalui audio-visual jelas pelajar, seperti

mesin proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar.

Teknologi berbasis komputer merupakan cara menghasilkan atau

menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang bebasis

micro-prosessor. Perbedaan antara media yang dihasilkan oleh teknologi

berbasis komputer dengan yang dihasilkan dari dua teknologi lainnya adalah

karena informasi/ materi disimpan dalam bentuk digital, bukan dalam bentuk

cetakan atau visual. Teknologi gabungan adalah cara untuk menghasilkan dan

menyampaikan materi yang menggabungkan pemakaian beberapa bentuk

media yang dikendalikan oleh komputer.13 Media dilihat dari daya liputnya,

dibagi menjadi 2 (dua), yaitu pertama media dengan daya liput luas/ serentak.

12

Indriana, op. cit., h. 54. 13

(25)

Media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau

jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama, misal radio dan

televisi. Kedua, media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang adan

tempat. Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat

yang khusus seperti film, sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan ruang tertutup dan gelap.14

Pengelompokkan media juga dikemukakan oleh Anderson dalam

Sanjaya, yaitu sebagai berikut:15

Tabel 2.1 Klasifikasi Media

Kelompok Media Media Intruksional

Audio Pita audio, piringan audio, radio

Cetak Buku teks terprogram, buku pegangan,

buku tugas

Audio-cetak Buku latihan dilengkapi kaset, gambar/

poster

Proyeksi visual diam Film bingkai (slide), film rangkai

(berisi pesan verbal)

Proyeksi visual diam dengan audio Film bingkai (slide) bersuara, film rangkai suara

Visual gerak Film bisu dengan judul

Visual gerak dengan audio Film suara, video

Benda Benda nyata, model tiruan

Komputer Media berbasis komputer

Media audio merupakan alat perantara yang isi pesannya hanya

diterima melalui indera pendengaran saja. Media audio dalam pembelajaran

berarti berupa suara-suara ataupun bunyi yang berkaitan dengan materi

pembelajaran. Media ini bisa berupa pita audio, piringan audio, radio.

14

Fathurrohman dan Sutikno, op. cit., h. 68. 15

(26)

Media cetak merupakan media dengan teknologi paling tua dalam

pembelajaran, karena proses pembuatannya yang bekerja atas dasar prinsip

mekanis. Media cetak dalam pembelajaran berarti berupa alat perantara

penyampai pesan dalam bentuk salinan cetak, seperti buku teks terprogram,

buku pegangan, buku tugas, grafik dan foto.

Media audio-cetak merupakan alat perantara yang memiliki dua ciri

sekaligus, yaitu berupa audio/ suara. Media audio-cetak dalam pembelajaran

berarti alat perantara penyampai materi yang mengandung suara dan salinan

cetak. Contoh media ini bisa berupa buku latihan yang dilengkapi dengan

kaset.

Berdasarkan pemahaman dari banyaknya pengkategorian diatas,

klasifikasi tersebut dimaksudkan untuk membuat guru lebih mudah memilih

dan menemukan media yang paling sesuai dengan kebutuhan dari tujuan

pembelajaran agar media yang akan digunakan dapat tepat guna.

d. Pemilihan Media

Ketepatan pemilihan media tentu saja sangat penting karena setiap

media memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pemilihan

media yang sesuai akan berdampak positif terhadap proses belajar mengajar,

tapi jika media yang dipilih adalah media yang tidak sesuai, bisa jadi media

tersebut malah menjadi penghalang terjadinya proses belajar mengajar.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan terhadap pemilihan

prioritas pengadaan media pembelajaran diantaranya adalah adanya

relevansi pengadaan media pendidikan edukatif, adanya kelayakan

pengadaan media, dan adanya kemudahan dalam pengadaan media yang

bersangkutan.16

Berdasarkan ketiga faktor diatas, maka dalam memberikan prioritas

pengadaan media pendidikan perlu diadakan pengukuran untuk ketiga faktor

tersebut sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan di sekolah.

16

(27)

Selain faktor diatas disebutkan dalam Hamalik, ada dua pendekatan

yang bisa dilakukan dalam usaha memilih media, yakni:

1. Dengan cara memilih media yang telah tersedia di pasaran yang dapat

dibeli guru dan langsung dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

2. Memilih berdasarkan kebutuhan nyata yang telah direncanakan,

khususnya yang berkenaan dengan tujuan yang telah dirumuskan

secara khusus dan bahan pelajaran yang hendak disampaikan.17

Sudirman dalam Djamarah mengemukakan beberapa prinsip

pemilihan media. Prinsip tersebut dibagi menjadi 3 kategori, sebagai

berikut:

1. Tujuan pemilihan. Media yang dipilih, harus jelas tujuannya. Apakah

digunakan untuk sasaran TK, SD, SMP atau SMA. Apakah digunakan

untuk pembelajaran atau digunakan untuk informasi yang sifatnya

umum saja.

2. Karakteristik media pengajaran. Setiap media memiliki karakteristik

tertentu. Dengan mengenal karakteristik media pengajaran, akan

memudahkan guru melihat mana yang lebih sesuai untuk digunakan.

Disamping itu, pengenalan karakteristik akan memungkinkan guru

menggunakan media pengajaran secara bervariasi.

3. Alternatif pilihan. Setelah dilihat tujuan dan karakteristiknya, jika

ternyata media yang memungkinkan terdiri dari banyak pilihan, maka

guru bisa memilih dengan membandingkan mana media yang paling

memberikan keuntungan.18

Selain prinsip di atas, ada pula beberapa faktor lain yang menentukan

tepat atau tidaknya sesuatu dijadikan media pembelajaran. Faktor-faktor

tersebut adalah:

17

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), Cet. 5, h. 202.

18

(28)

1. Ketepatannya dengan tujuan pengajaran; hal itu berarti media

pengajaran dipilih atas suatu tujuan instruksional yang telah

ditetapkan

2. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran;

3. Kemudahan memperoleh media; artinya media yang diperlukan

mudah diperoleh atau setidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu

mengajar.

4. Keterampilan guru dalam menggunakannya; pada poin ini, nilai dan

manfaat yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi dampak

penggunaannya oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar siswa

dengan lingkungannya.

5. Tersedianya waktu untuk menggunakannya;

6. Sesuai dengan taraf berpikir siswa.19

Ada juga prinsip yang menggunakan pola, yang dirumuskan dalam

satu kata yaitu ACTION, yang merupakan akronim dari acces, cost, technology, interactivity, organization, dan novelty.20 Access menjadi pertimbangan pertama dalam pemilihan media, yaitu apakah media tersebut

tersedia, mudah, dan dapat dimanfaatkan. Cost, mahalnya biaya harus dihitung dengan aspek manfaatnya. Technology, dalam hal ini kita mempertimbangkan apakah media tersebut tersedia, dan mudah digunakan.

Interactivity, yaitu dapat menimbulkan interaksi dua arah atau tidak, walaupun perlu juga kesesuaian dengan tujuan pembelajaran yang

bersangkutan. Organization, adalah dukungan organisasi. Misalnya, apakah kepala sekolah mendukung atau tidak. Novelty, yaitu kebaruan media yang dipilih. Media yang lebih baru biasanya akan lebih baik dan menarik bagi

siswa.

Prinsip-prinsip pemilihan media diatas dimaksudkan agar media

pembelajaran yang digunakan dapat sesuai sasaran sehingga benar

membantu proses belajar dan mengajar dikelas, mengingat bahwa setiap

19

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, op. cit., h. 4. 20

(29)

media memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Walaupun

terdiri dari banyak prinsip, diharapkan guru dapat membandingkan dan

bijak dalam menentukan media yang akan digunakan. Sehingga, guru dapat

memperkecil celah kelemahan dari media yang bersangkutan.

2. Film Animasi

Film merupakan serangkaian gambar-gambar didalam frame. Setiap frame

diluncurkan dengan cepat dan bergantian sehingga seolah-oleh terlihat hidup dan

bergerak dan memberikan visualisasi yang kontinue.21 Film merupakan media

yang amat besar kemampuannya dalam membantu proses belajar mengajar,

mengingat bahwa film mengandung suara dan gambar sekaligus.

Film animasi berasal dari dua disiplin ilmu. Film berakar pada dunia

fotografi dan animasi berakar pada dunia gambar.22 Chabib & Wahyu menyatakan

bahwa, film digunakan untuk mengkomunikasikan suatu gagasan, pesan, dan

kenyataan. Dalam hal ini berarti film digunakan untuk mengkomunikasikan atau

menyampaikan materi pelajaran.

Ide awal pembuatan film adalah ketika serangkaian gambar diam berurutan,

diletakan rapat-rapat dan ditunjukkan berganti-ganti dengan kecepatan tinggi

maka orang yang melihatnya akan merasa bahwa film itu bergerak dan hidup.

Saat ini, teknologi perkembangan sudah sangat pesat dan serba digital sehingga

memudahkan praktisi pendidikan untuk lebih kreatif dan inovatif lagi dalam

pembuatan media film untuk pembelajaran.

Film pembelajaran itu sendiri merupakan perpaduan antara pemaparan

imajinatif, faktual dan teknis.23 Dikatakan imajinatif karena pembuatan film

memerlukan daya khayal. Dikatakan faktual karena imajinasi tersebut berisi

informasi-informasi materi pelajaan yang akan disampaikan kepada peserta didik.

Dan dikatakan teknis karena pembuatan film harus berdasarkan karakteristik

peserta didik dan kompetensi dasar yang harus dicapai.

21

Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, op. cit., h. 64. 22

Chabib Syafrudin & Wahyu Pujiyono, Pembuatan Film Animasi Pendek “Dahsyatnya Sedekah” Berbasis Multimedia Menggunakan Teknik 2D Hybrid Animation dengan Pemanfaatan Graphic, Jurnal Sarjana Teknik Informatika, Vol. 1, 2013, 387-398.

(http://journal.uad.ac.id/index.php/JSTIF/article/view/1783). 23

(30)

Media film sangat mempunyai kemungkinan untuk memacu dan memberi

stimulant pada daya apresiasi anak didik. Kisah-kisah yang ditampilkan melalui

film dapat membantu anak memahami dan merespon kehidupan sekitarnya.24

Media film disajikan sebagai media pengajaran untuk mengambil pesan dari alur

cerita sesuai dengan tema dan subjek pelajaran yang diajarkan, sehingga anak

didik akan mudah memahami dan mengambil pelajaran dari film yang ditonton.

Manfaat dan karakteristik lain, menurut Munadhi dapat dilihat di tabel

berikut:25

Tabel 2.2 Karakteristik Media Film

Kelebihan Kelemahan

 Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu;

 Film dapat diulangi bila perlu, untuk menambah kejelasan;

 Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diterima;

 Mengembangkan imajinasi peserta didik;

 Memperjelas hal-hal yang abstrak dan menggambarkan gambaran yang lebih realistis;

 Menumbuhkan minat dan motivasi belajar;

 Terlalu menekankan pentingnya

materi ketimbang proses

pengembangan materi;

 Penggunaan film dianggap

menggunakan biaya yang tinggi;

Kemampuan media film dalam mengatasi keterbatasan jarak dan waktu

maksudnya adalah film mampu mendatangkan suatu peristiwa yang terjadi di

lokasi yang jauh atau berbeda dari lokasi yang kita diami. Film juga mampu

memanipulasi suatu peristiwa yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu

minggu menjadi satu atau dua menit. Media film dapat juga dapat diulangi jika

perlu. Terutama pada proses yang menggambarkan suatu langkah atau urutan

peristiwa yang harus diingat, misal proses fotosintesis.

24

Tim Pustaka Familia, Warna Warni Kecerdasan Anak dan Pendampingannya, (Yogyakarta: Kansius, 2010), cet. Ke-5, h. 182.

25

(31)

Selain karakteristik media film yang diatas, Arsyad juga menjabarkan

beberapa kelebihan dan kelemahan media film, diantaranya:26

1. Melengkapi pengalaman dasar siswa ketika mereka membaca, berdiskusi,

dan berpraktik. Misal, penglaman menyaksikan cara kerja denyut jantung.

2. Menggambarkan suatu proses dan dapat disaksikan berulang-ulang.

3. Meningkatkan motivasi dan segi afektif lain.

4. Film dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa.

5. Dapat menyajikan peristiwa berbahaya yang jika dilihat secara langsung.

6. Bisa digunakan untuk kelompok besar maupun kelompok kecil.

7. Dengan kemampuan dan tekniknya, film yang dalam kecepatan normal

membutuhkan waktu seminggu dapat dilihat dengan beberapa menit saja.

Misal, proses mekarnya bunga.

Disamping kelebihan-kelebihannya, Arsyad juga menjabarkan beberapa

kelemahan media film, diantaranya:

1. Umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu yang banyak.

2. Pada waktu film dipertunjukkan dan gambar bergerak terus-menerus, tidak

semua siswa dapat mengikuti informasi yang ingin disampaikan tersebut.

3. Film yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar

yang diinginkan, kecuali film tersebut memang dirancang khusus untuk

media belajar.

Film juga sangat mempunyai kemungkinan untuk memacu dan memberi

stimulan pada daya apresiasi anak. Kisah-kisah yang ditampilkan melalui film

dapat membantu anak memahami dan merespon kehidupan sekitarnya. Selain itu,

media film juga memberikan hiburan tersendiri bagi anak didik sehingga mereka

merasa tidak bosan saat mengikuti sesi pembelajaran tersebut, namun mereka

akan mendapatkan pesan yang diajarkan dari media film ini.

Animasi berasal dari bahasa latin, yaitu “anima” yang berarti jiwa, hidup, semangat. Selain itu, kata animasi juga berasal dari kata animation yang berasal dari kata dasar to anime di dalam kamus Indonesia Inggris yang berarti menghidupkan. Animasi dalam arti menghidupkan disebut oleh N. Imamah, yaitu

26

(32)

yaitu usaha untuk menggerakkan sesuatu yang tidak bisa bergerak sendiri.27

Animasi juga adalah suatu tampilan yang menggabungkan media teks, grafis, dan

audio dalam suatu aktivitas pergerakan. Neo & Neo dalam Munir menyebutkan

bahwa animasi merupakan salah satu teknologi yang dapat menjadikan gambar

yang diam menjadi seolah-olah hidup, dapat bergerak, beraksi, dan berkata-kata.28

Dengan begitu, animasi berarti merupakan hasil proses dari penggabungan

berbagai objek/grafis diam. Objek atau gambar tersebut digerakan melalui

perubahan yang sedikit demi sedikit dan diluncurkan dengan kecepatan tinggi dan

ditambahkan audio sehingga gambar tersebut terkesan dapat beraksi, hidup,

bergerak dan dapt berkata-kata.

Proses-proses biologi yang kompleks dapat dengan mudah dijelaskan

kepada siswa. Pada proses belajar mengajar, siswa sering dihadapkan pada materi

yang abstrak dan diluar pengalaman sehari-hari sehingga materi pelajaran sulit

diterima dan dipahami oleh siswa. Keistimewaan yang dimiliki oleh animasi

intinya untuk memvisualisasikan konsep abstrak yang sulit dipraktekkan di kelas.

Berikut tabel kelebihan dan kelemahan media animasi:

Tabel 2.3 Karakteristik Media Animasi

Kelebihan Kelemahan

 Membawa bersama butiran informasi kedalam satu bentuk dasar yang dipertontonkan;

 Memberikan penekanan, karena butiran yang berubah dan bergerak dapat menarik perhatian penonton melihat topik dan merangsang pengguna untuk melaksanakan suatu tindakan;

 Menyediakan jembatan visual dan penarik perhatian pengguna secara

 Pengembangannya memerlukan adanya ahli profesional, tidak

sembarang orang dapat

membuatnya;

 Pengembangannya memerlukan waktu yang cukup lama;

 Memerlukan memori dan ruang penyimpanan yang lebih;  Memerlukan peralatan yang

khusus untuk presentasi kualitas.

27

N. Imamah, Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif Berbasis Kontruktivisme Dipadukan dengan Video Animasi Materi Sistem Kehidupan Tumbuhan, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, Vol. 1, 2012, h. 32-36,

(http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/article/view/2010/2124). 28

(33)

Kelebihan Kelemahan

tidak disadari dari topik-topik yang disediakan;

 Peserta didik akan lebih cepat belajar, dan memiliki sikap terhadap pembelajaran yang lebih baik;

 Pembelajaran interaktif dengan live-action animasi, simulasi, video, audio, grafik, umpan balik, saran ahli;

 Fleksibelitas dan keselamatan  Menghilangkan frustasi;  Praktis;

 Konsisten;

 Menarik perhatian.

Media animasi diatas dklasifikasikan berdasarkan kelebihan dan

kelemahannya. Secara garis besar, media animasi memiliki kelebihan yang

berkaitan dengan kemampuannya dalam menarik perhatian siswa. Karna

kemampuannya yang dapat menekankan bagia-bagian tertentu dalam suatu

konsep dengan perubahan gerakan. Selain itu media animasi juga menarik karna

mampu menjadi jembatan visual bagi konsep-konsep abstrak dengan

fleksibelitasnya. Sedangkan kelemahan media animasi secara garis besar, lebih

ditekankan pada proses pembuatannya yang hanya dapat dibuat oleh tenaga ahli/

professional dengan alat khusus dan waktu pembuatan yang lama.

Harrison dan Hummell dalam Rahmatulloh menyatakan bahwa media film

animasi mampu memperkaya pengalaman dan kompetensi siswa pada beragam

materi ajar. Agina juga dalam Rahmatulloh menjelaskan bahwa pemanfaatan film

animasi dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan kualitas proses dan

hasil belajar.29 Film animasi sebagai satu kesatuan, menurut Bogiages dan Hitt

29

(34)

dalam Sukmaniar juga mampu meningkatkan minat, pemahaman, dan

keterampilan dalam kerja kelompok.30

Dengan begitu, berarti media film animasi adalah suatu alat bantu

pengajaran yang dapat memudahkan terbantunya siswa menerima pesan yang

disampaikan. Terutama, karena media film animasi memiliki beberapa kelebihan

dalam merekam suatu prosses juga memiliki nilai hiburan tersendiri bagi peserta

didik.

3. Pemahaman Konsep

Aspek penting dalam proses belajar mengajar adalah untuk mencapai suatu

tujuan. Salah satu tujuan dari proses belajar mengajar adalah agar siswa mampu

memahami akan sesuatu berdasarkan pengalaman dalam belajarnya. Setiap siswa

memiliki pemahaman yang berbeda mengenai hal-hal yang ada dilingkungannya,

termasuk yang ada disekolah seperti materi pelajaran. Dalam materi biologi,

seringkali siswa kurang memahami konsep dasar secara mendalam. Padahal setiap

konsep memiliki keterkaitan dengan konsep-konsep selanjutnya. Maka dari itu,

setiap konsep pelajaran, memiliki nilai penting untuk dipahami.

Menurut Yulaelawaty dalam Made, pemahaman merupakan suatu perangkat

standar program pendidikan yang mereflesikan kompetensi sehingga dapat

mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam bidang kehidupan.31

Pemahaman itu sendiri adalah kemampuan untuk menangkap pengertian dari

sesuatu, sehingga dapat ditunjukkan dalam bentuk menerjemahan sesuatu.32

Mengajar dengan sukses mengusahakan agar isi mata pelajaran bemakna

bagi kehidupan anak sehingga dapat membentuk pribadinya. Salah satu cara

mencapainya adalah dengan penanaman pemahaman yang baik karena, salah satu

hasil belajar yang efektif adalah tercapainya pemahaman. Karena itulah

30

Fahma Sukmaniar, Ngadino, dan Karsono, Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi dengan Menggunakan Media Pembelajaran Animasi, 2013,

(http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/article/view/2010/2124). 31

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Cet. 7, h.67.

32

(35)

pemahaman yang didapatkan setiap peserta didik sangatlah penting dalam suatu

proses pendidikan.

Seseorang dikatakan memahami sesuatu ketika ia mampu membentuk arti

dari sebuah pesan pembelajaran, baik berupa lisan, tulisan, grafis atau gambar.

Dengan rincian mampu menjelaskan, membandingkan, meramalkan, meringkas,

mengelompokkan, dan membuat contoh.33

Hal itu berarti, seseorang yang memahami sesuatu cenderung dapat

menjelaskan kembali suatu hal tertentu dan bahkan bukan hanya dapat

menjelaskan kembali, seseorang yang memiliki pemahaman yang baik cenderung

dapat menyelesaikan suatu masalah atas suatu konflik tertentu berdasarkan

analisis masalah yang dipahaminya.

Edgar menyatakan bahwa memahami atau comprehend itu sendiri berarti memahami teks, konteks, jamak, tunggal, maupun bagian-bagiannya yang lain

secara intelektual.34 Hal itu berkenaan dengan salah satu dari tiga tujuan

pendidikan menurut Bloom, yakni pada tujuan pendidikan ranah kognitif. Seperti

yang disebutkan oleh Sofyan bahwa kemampuan intelektual merupakan bagian

dari domain kognitif. Ranah kognitif merupakan kemampuan menyatakan

kembali dan kemampuan intelektual.35

Maka dari itu aspek pemahaman menurut Bloom berarti mengacu pada

kemampuan untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui

atau diingat dan memaknai arti dari bahan maupun materi yang dipelajari. Pada

umumnya, unsur pemahaman ini menyangkut kemampuan menyangkut makna

suatu konsep dengan kata-kata sendiri.

Dari uraian diatas, berarti pemahaman bukanlah hanya sekedar tau

melainkan suatu kemampuan seseorang menafsirkan dan menginterpretasikan

sesuatu. Misal, menjelaskan suatu kalimat yang ia baca atau dengar dengan

bahasanya sendiri tanpa mengubah kandungan makna.

33

Dewi Salma Prawidilaga, Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 2, h. 95.

34

Edgar Morin, Tujuh Materi Penting bagi Dunia Pendidikan, (Yogyakarta: Kansius, 2009), Cet. 5, h. 104.

35

(36)

Pemahaman dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu:

1. Pemahaman terjemahan. Pemahaman tingkat terjemahan merupakan tingkat

terendah, yaitu terjemahan dalam arti yang sebenarnya. Misalnya

menerjemahkan kalimat, mengartikan Pancasila, menerjemahkan sandi.

2. Pemahaman penafsiran. Pemahaman penafsiran merupakan tingkat yang

kedua, yaitu menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan bagian yang

berikutnya, atau membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok.

Misalnya, menafsirkan grafik.

3. Pemahaman ekstrapolasi. Pemahaman ekstrapolasi merupakan tingkat yang

tertinggi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat sesuatu

dibalik yang tersirat, membuat ramalan tentang konsekuensi, atau dapat

memperluas persepsinya dalam arti waktu, dimensi, kasus, dan

masalahnya.36

Salah satu kompetensi yang dapat ditunjukkan peserta didik dalam

melakukan prosedur tepat dipengaruhi oleh bagaimana pemahamannya mengenai

suatu konsep. Dengan demikian pemahaman merupakan suatu faktor penting

dalam pembelajaran Biologi. Dengan pemahaman, siswa diminta untuk

membuktikan bahwa ia memahami hubungan antar konsep-konsep biologi

tersebut.

Konsep adalah suatu buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang

yang dinyatakan dalam suatu definisi tertentu sehingga melahirkan produk ilmu

pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori. Menurut Kempt dalam

Prawidilaga, konsep adalah kategori atau ragam yang menunjukkan suatu

kemiripan gagasan, kejadian, objek atau kebendaan.37 Menurut Rosser dalam

Ratna, konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek, kejadian,

36

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2010), Cet. 5, h. 24.

37

(37)

yang memiliki atribut yang sama.38 Konsep juga adalah suatu gagasan abstrak

yang digeneralisasi dari contoh-contoh khusus.39

Berdasarkan pengertian diatas, konsep dapat diartikan sebagai suatu

pemikiran orang atau sekelompok orang mengenai pengkategorian atas abstraksi

objek, kejadian dan kegiatan tertentu yang dapat mewakili satu stimulus dan

dinyatakan dengan suatu definisi sehingga melahirkan produk ilmu pengetahuan

berupa prinsip, hukum, dan teori.

Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Karena konsep

merupakan batu pembangun pikir individu bagi proses mental yang lebih tinggi

untuk memecahkan suatu masalah tertentu berdasarkan aturan-aturan yang

diperolehnya.40 Belajar konsep timbul karena adanya suatu kesanggupan manusia

dalam merepresentasi internalkan tentang dunia sekitarnya dengan menggunakan

bahasa.

Semakin sering siswa membentuk kesalingterkaitan antar dalam suatu

konsep, maka semakin mudah mereka mengingat, memahami, dan

menerapkannya. Ketika mereka membentuk banyak hubungan logis diantara

berbagai konsep dan prinsip, mereka akan mendapatkan pemahaman konseptual.

Ada 4 dasar untuk mendefinisikan perkataan yang menunjuk suatu konsep,

yaitu berdasarkan:

1. Sifat-sifat yang dapat diukur atau dapat diamati, misal semangka dan

pepaya, sama-sama segar buahnya, namun berbeda warna an kulitnya.

2. Sinonim, antonim, dan makna semantik lain, misal “sopan” diartikan sebagai beradab, tidak kasar, baik budi.

3. Hubungan-hubungan logis dan aksioma/ definisi dari sudut ini tidak secara

langsung menunjuk sifat-sifat tertentu, misal garis dibatasi sebagai jaraj

terekat antara dua titik.

38

Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011),h. 63.

39

Robert. E. Slavin, Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT. Indeks, 2008), h. 298.

40

(38)

4. Manfaat atau gunanya, misal pulpen untuk menulis, pisau untuk

memotong.41

Suatu konsep memiliki banyak hubungan dengan konsep lain. Flavell dalam

Sagala menyarankan bahwa pemahaman konsep sebaiknya dibedakan dalam tujuh

dimensi, yaitu:

1. Atribut. Setiap konsep memiliki atribut yang berbeda. Contohnya konsep

meja, meja harus memiliki suatu permukaan yang datar dan

sambungan-sambungan yang mengarah kebawah sehingga permukaan tersebut terangkat

keatas. Atribut bisa berupa bentuk, fisik, tinggi, fungsi, warna dll.

2. Struktur. Struktur menyangkut cara terkaitnya atribut-atribut itu.

3. Keabstrakan. Konsep-konsep dapat dilihat dan konkret atau konsep itu

terdiri atas konsep-konsep lain. Contoh: suatu segitiga dapat dilihat,

sedangkan keinginan tidak dapat dilihat.

4. Keinklusifan. Ini ditunjukkan pada seberapa banyak contoh yang terlibat

dalam konsep itu. Bagi anak kecil, konsep kucing hanya ditujukan pada

hewan tertentu, yaitu kucing tertentu. Bila anak tersebut telah mengenal

beberapa kucing lain, konsep kucing akan menjadi lebih luas dan lebih

banyak contohnya.

5. Keumuman. Bila diklasifikasikan, konsep dapat berbeda posisi superordinat

dan subordinatnya. Konsep wortel adalah subordinat bagi konsep sayur,

konsep sayur merupakan subordinat dari konsep tanaman yang dapat

dimakan. Semakin umum suatu konsep, semakin banyak asosiasi yang dapat

dibuat dengan konsep lainnya.

6. Ketepatan. Ketepatan suatu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan

aturan yang membedakan contoh dan non contoh suatu konsep.

7. Kekuatan. Kekuatan suatu konsep ditentukan oleh sejauh mana orang setuju

bahwa konsep tersebut penting.42

41

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. 5, h. 140.

42

(39)

Konsep berkembang melalui satu seri tingkatan. Tingkatan-tingkatan itu

mulai dengan hanya mampu menunjukkan contoh suatu konsep hingga dapat

sepenuhnya menjelaskan atribut-atribut konsep. Menurut Klausmeier dalam

Ratna, menyebutkan bahwa ada empat tingkatan pencapaian konsep, yaitu:

1. Tingkat konkret. Seseorang dikatakan telah mencapai tingkat konkret

apabila ia mampu mengenal suatu benda yang telah dihadapinya. Ia harus

dapat memperlihatkan benda tersebut dan dapat membedakan benda-benda

itu dari stimulus-stimulus yang ada disekitarnya.

2. Tingkat identitas. Seseorang dikatakan mencapai tingkat identitas ketika ia

sudah mampu mengeneralisasikan dua atau lebih dari bentuk yang identik

dari benda yang sama adalah anggota dari kelas yang sama.

3. Tingkat klasifikasi. Seseorang dikatakan mencapai tingkat klasifikasi ketika

ia dapat mengenal persamaan dari dua contoh yang berbeda dari kelas yang

sama.

4. Tingkat formal. Seseorang dikatakan mencapai tingkat formal ketika ia

mampu menentukan atribut-atribut yang membatasi konsep. Seperti mampu

memberi nama konsep itu, mendefinisikan konsep tersebut dalam

atribut-atribut kriterianya, mendriskriminasi dan memberi nama atribut-atribut-atribut-atribut yang

membatasi, dan mengevaluasi atau memberikan secara verbal contoh dan

noncontoh konsep.43

Trianto dalam Selvina dkk, menyatakan bahwa pemahaman konsep

merupakan pemahaman siswa terhadap fakta-fakta yang saling terkait, yang

identik dengan kemampuan menangkap makna dari konsep yang dipaparkan dan

mampu menggunakan pengetahuan tersebut dengan situasi yang berbeda.44 Hal

tersebut berarti bahwa kemampuan dalam memahami suatu konsep abstrak dapat

mendorong anak atau seseorang untuk berpikir lebih mendalam, karena konsep

akan muncul dalam berbagai konteks, sehingga pemahaman suatu konsep yang

ada akan saling berkaitan dengan konsep yang lainnya.

43

Dahar, op. cit.,h. 70. 44

(40)

Dari uraian tersebut maka secara garis besar dapat dikatakan bahwa

pemahaman konsep adalah proses, cara, perbuatan mengerti atau mengetahui

secara detail mengenai konsep yang tercermin dalam meningkatnya suatu hasil

belajar siswa. Dengan memahami suatu konsep, ia dapat mengkategorikan dunia

sekitarnya menurut konsep itu.

Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman

konsep dalam suatu pembelajaran sangatlah penting. Karena, paham atau tidaknya

individu atas konsep dasar dalam suatu kajian awal mempunyai dampak pada

pemahaman konsep pada kajian selanjutnya, yang dalam hal ini, pemahaman

konsep dapat diukur dengan tes kognitif pada siswa. Maka dari itu, dampak

pemahaman yang didapatkan siswa pada konsep yang bersangkutan tentu saja

akan berimbas pada tercapai atau tidaknya suatu tujuan pembelajaran yang

dilaksanakan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Animesh K. Mohapatra and Reena

Mohapatra dengan judul effect of animations in constructing and reconstructing students’ knowledge of cell division (mitosis) menunjukkan bahwa penggunaan animasi dalam pembelajaran biologi dalam hal ini mengenai mitosis dapat

memberikan pembelajaran bermakna sehingga pemahaman siswa lebih

meningkat. Hal ini dibuktikan dengan siswa yang belajar dengan animasi

menunjukkan skor rata-rata 88% lebih tinggi dari kelompok kontrol dengan skor

rata-rata 69% mengenai struktur kromosom dan skor rata-rata 80% lebih tinggi

dari kelompok kontrol dengan skor rata-rata 63% mengenai proses mitosis.45 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Danton H. O’Day dengan judul

animated cell biology a quick and easy method for making effective, high quality teaching animations menunjukkan bahwa penggunakan media animasi dalam proses pembelajaran biologi sel dapat membantu siswa mendapatkan efek dan

45

Animesh K. Mohapatra dan Reena Mohapatra, Effect of Animations in Constructing and

(41)

nilai tertentu terutama mengenai wawasan dalam suatu peristiwa dinamis, hal ini

dibuktikan dengan siswa yang belajar dengan 3 atau lebih penyajian animasi

menghasilkan skor rata-rata 84,4% dibandingkan dengan siswa yang belajar

dengan 3 atau lebih penyajian grafis yaitu menghasilkan peningkatan kelas

71,3%.46

Penelitian yang dilakukan oleh King-Dow Su dengan judul an integrated science course designed with information technologies to enhance university student’s learning performance menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media teknologi informasi komunikasi dapat membantu siswa

memperoleh pemahaman yang lebih baik dalam konsep ilmu yang ditargetkan dan

memberikan sikap positif terhadap pembelajaran sains, hal ini dibuktikan dengan

peningkatan kinerja sebesar 43,27% dan survei sikap enam subskala menunjukkan

sikap positif terhadap pelajaran ilmu pengetahuan dengan respon > 3,50 untuk

semua sikap.47

Penelitian yang dilakukan oleh Danton H. O’Day dengan judul the value of animation in biology teaching: a study of long-term memory retention

menunjukkan bahwa penggunaan animasi dalam pembelajaran biologi kompleks

dapat meningkatkan pemahaman biologi siswa dan memberikan dampak memori

jangka panjang yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang belajar tanpa

menggunakan animasi. Hal ini dibuktikan dengan siswa yang belajar dengan

animasi menunjukkan skor rata-rata 77,9% dengan penurunan skor (setelah tes

memori) menjadi 43%, sedangkan siswa yang belajar tanpa animasi mendapatkan

skor rata-rata 58,1% dengan penurunan skor (setelah tes memori) menjadi

35,8%.48

46Danton H. O’Day

, Animated Cell Biology: A Quick and Easy Method for Making Effective, High Quality Teaching Animations, Vol. 5,2006, h. 255-263,

(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1618697). 47

King-Dow Su, An Integrated Science Course Designed with Information Technologies to Enhance University Student’s Learning Performance, ScienceDirect, Vol. 51, 2008, h. 1365-1374, (http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0360131508000171).

48Danton H. O’Day, The Value of Animations in Biology Teaching: A Study of Long-Term Memory Retention, Vol 6, 2007, h. 217-223,

Gambar

gambar dibawah:6
Tabel 2.1 Klasifikasi Media
Tabel 2.2 Karakteristik Media Film
Tabel 2.3 Karakteristik Media Animasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Terhadap sistem yang dibangun dilakukan pengujian: (1) imperceptibility dengan menggunakan PSNR dengan ukuran citra dan panjang data berbeda, dan (2) menguji

Sehubungan dengan pengadaan Jasa Konsultansi paket Pengadaan Jasa Konsultasi Dokumen Study Kelayakan (FS) Rencana Pembangunan Pelabuhan Tinobu pada Dinas Perhubungan Kabupaten

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan

Dalam bahasan ini penulis mencoba mengkomparasikan antara beberapa pendapat para pakar yang mengatakan bahwa Islam adalah agama dan negara dengan yang mengatakan Islam merupakan

Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau

Abstrak: Beberapa penelitian etnomedika yang tercatat dalam dokumen kuno dari beberapa wilayah Indonesia menunjukkan adanya beberapa jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai

Now let’s work in the other direction: given the sequence of steps, can we find the size of the original pattern.. In our fence-building scenario, it’s