TELAAH ATAS SANAD HADIS
DALAM KITAB TAFSIR AL-KASYSYA.F
"STUDI TENTANG KUAUTAS HADIS
PADA AYAT-AYAT TAHUL"
Tesis diajukan Kepada Sekolah Pasca Sarjana Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan gelar Master Oalam Bidang Tafsir Hadis
Oleh
Nama
NIM
Konsentrasi
: Firdaus Hulwani
: 02.2.001.05.01.0125
: Tafsir Hadis
Di bawah bimbingan
Dr. Hj. Romlah Abu Bakar Askar M.A.
I
セ セ..
GセMMMセ---."..--v
セif .BBGセBNB ..•
l
J
KONSENTRASI TAFSIR
HA01S"-""
SEKOLAHPASCA SARJANA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
\lama : Firdaus Hulwani
fempat/TgI. Lahir
\lomor Pokok
Program
Konsentrasi
Alamat
: Jakarta, 17 Mei 1975.
: 02.2.001.05.01.0125
: Magister (52)
: Tafsir Hadis
:
JI.
Mampang Prapatan 16 No.7 Rt. 01/03 Jak-SelMenyatakan dengan sebenarnya, bahwa tesis yang berjudul " TELAAH ATAS SANAD HADIS DALAM KITAB TAFSIR AL-KASYSYAF "STUDI TENTANG KUALITAS HADIS PADA AYAT-AYAT TAHLIL" adalah karya penulis sendiri, kecuali kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya. Apabila di dalamnya
terdapat kesalahan dan kekeliruan, sepenulmya menjadi tanggung jawab
penulis.
Demikianlah surat pernyataan ini dibuat oleh penulis dengan
sesungguhnya.
Jakarta, 31 Agustus 2007
Pe
TELAAH ATAS SANAD HADIS
DALAM KITAB TAFSIR AL-KASYSyAF
"STUDITENTANG KUALITAS HADIS
A
PADA AYAT-AYAT TAHLIL"
Dipersiapkan dan disusun oleh:
Firdaus Hulwani
Telah diujikan dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah Sekolah Pasca
SarjanaurNSyarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Oktober 2007 dan
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Agama Islam Strata 2 (S.2) dalam bidang Tafsir Hadis.
Susunan Dewan Penguji
Dewan penguji
(Prof. Dr. Hasanuddin AF, M.A.) Penguji II
(Dr. Hj. F MAli Sibromalisi M.A.)(Dr. Hj. Romlah Abu Bakar Askar M.A.)
Fonern konsonan bahasa Arab, yang dalam sistern tulisan Arab dilambangkan dengan hum£' sebagian dengan tanda dan sebagian lagi dengan huruf dan tanda sekaligus, sebagai berikut :
HurufArab Nama HurufLatin Nama
\ alif
-
-y ba b be
0 ta T te
Q sa ts Tse
C
jim j Jeha h ha dengan garis
C
dibawah
C kha kh ka-ha
セ dal d de
セ dza z ze
) ra r er
J'
syin sy es-yer./' sad sh sha
uP
dad dh dha.1 ta th tha
j;, Za zh zha
Koma terbalik
l
'ain ,diatas
l
Ghain gh geJ Fa f ef
J
Qaf q ki.:J
Kaf k kaJ
Lam 1 el'"
Ha h ha0 Harnzah
,
apostrof<..? ya' y ye
2. Vokal
a. Vokal tunggal
TandaVokal Nama HurufLatin Nama
-
Fathah a--
Kasrah i I-
Dammah u Ub. Vokal Rangkap
Tanda Nama HurufLatin Nama
<..? Fathah dan ya Ai a-i
,
Fathah dan wau Au a-u
)
Tanda Nama Huruf Latin Nama
u
Fathah dan alif
-
a dengan garisdiatas
IS Fathah dan ya
-
a dengan garisdiatas
<$ Kasrah dan ya
-
i dengan garisdiatas
) Darnmah
-
u dengan garisdiatas
Contoh:
QUa
-
JJ
Rama - L5'J
Qala - Ju
Yaqulu
-
Jyi.J3. Ta' Marbutah
a. Transliterasi ta' marbutah adalah "t"
b. Transliterasi ta Marbutah mati adalah "h"
c. Jika ta Marbutah diikuti kata yang menggunakan kata sambung "-"
("al") dan bacaannya terpisah, maka Ta Marbutah tersebut
0 .Jr11:i..:.J..u1. al-madinah al-mllnawwarah
thalLUlh
4. Huruf Ganda (Syaddah atau Tasydid)
Transliterasi Syaddah atau tasydid dilambangkan dengan huruf yang
sarna, baik ketika di awal atau akhir kata.
Contoh:
Jj;
= nazzala5. Kata Sandang "al"
fiJI
=
al-birrnKata sandang "JI " ditransliterasikan dengan "al" diikuti dengan tanda
penghubung "-", baik ketika bertemu huruf qamariyah maupun huruf
syamsiyah.
Contoh:
セi = al-Qalamll セi = al-SyamslI
6. Huruf Kapital
Meskipun tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi dalam
transliterasi huruf kapital digunakan untuk awal kalimat, nama diri dan
alhamdulillah atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Penulisan tesis ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan
akademik pada Program Tafsir Hadis Sekolah Pasca Sarjana Universitas
\
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk memperoleh gelai master S2
pada bidang Tafsir Hadis.
Berkenaan dengan selesainya penulisan tesis ini, maka dengan rasa
syukur serta hormat penulis mengucapkan terimakasih pada semua pihak
yang telah memberikan bantuan, birnbingan, dan pengarahan serta
dukungan moril dan materil. Dan dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat M.A. selaku Rektor Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Azyuimardi Azra M.A. selaku Direktur Sekolah Pasca
bimbingannya selama ini
4. Ayahanda tercinta, Bapak (AIm) H. Hulwani dan Ibunda tersayang,
(AImh) Ibu Hi. Munawwarah dan Bapak H. Yusuf Hamdani dan Ibu
Hi. Aslamah yang telah memberikan kasih sayang yang tiada hingga
dan do'a kan ananda selalu.
5. Istriku tercinta Fadilah SEi, tak Iupa untuk putriku tersayang Arfah
Haqqani.
6. Nenek Hi. Khadiiah dan keluarga H. Sya'rani, terimaksih atas
doanya.
7. Bapak H. Ali Nurdin MP.d. dan keluarga, terimakasih atas segala
arahannya selama ini.
8. Guru-guruku di Sekolah Pasca Sarjana, Pesantren dll, yang teIah
mendidik penulis dengan kesabaran dan kasih sayangnya.
9. Kakak-kakakku serta adik-adikku tercinta, A. Hakim serta keluarga
(AIm) H. Hulwani dan H. Yusuf Hamdani, terimakasih atas segala
dukungan dan semangat serta canda yang selaIu memberikan
Akhir kata, penuIis berharap penulisan tesis ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak terutama kawan-kawan di urN Syarif Hidayatullah
Jakarta, baik sebagai bahan karya tulis berupa informasi, perbandingan
maupun dasar untuk penelitian lebih lanjut.
Jakarta, 31 Agustus 2007
SURAT PERNYATAAN ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI iv
PEDOMAN TRANSLITERASI v
KATA PENGANTAR xi
DAFTAR lSI xiv
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah 1
1.2 Pembatasan dan Rumusan Masalah 8
1.3 Penelitian Terdahulu/Kajian Pustaka Yang Relevan 10
1.4 Tujuan Penelitian 15
1.5 Manfaat/ Signifikansi Penelitian 15
1.6 Metode Penelitian 16
1.7 Sumber Data Yang Digunakan 24
1.8 Sistematika Penelitian 24
BAB II AL-ZAMKSYARI bAN KEHIDUPANNYA 27
2.1 Masa Keci!, Keluarga dan pendidikan al-Zamakhsyari.. 27
2.2 al-Zamksyari dan Karya-karyanya 30
BAB III TAKHRIJHADITS 59
3.1 LataI' belakang pentingnya suatu penelitian hadis 60
3.2 Definisi dan Urgensi Takhrihj Hadis 68
3.3 Sejarah dan Perkembangan IImu Takhrij 69
3.4 Cara Mentakhrij Hadis 72
3.5 Aplikasi Takhrij Hadis 73
3.6 Kerangka Dasar dalam Penelitian Sanad yang digunakan 80
3.7 Langkah-langkah Kegiatan Penelitian sanad Hadis 84
BAB IV KUALITAS HADIS DALAMKITAB TAFSIRAL-KASYSyAF
...セ
4.1 al-Fiitihah ayat 1-7) 88
4.2 Ikhliish 1-4 117
4.3 al-Falaq 1-5 123
4.4 al-Niis 1-6 131
4.5 al-Baqarah 1-5 134
4.6 al-Baqarah 163 162
4.7 al-Baqarah 255 162
4.8 al-Baqarah 284, 285,286 164
4.9 Hud 73 '" 181
5.1 Kesimpulan _ _.. __ .. .. .. 191
5.2 PENUTUP .. .. __ .. .. _.. _ _ 193
Agama Islam memiliki dua sumber pijakan yaitu al-Qur'an dan
Hadis. al-Qur'an adalah kitabullah yang diyakini umat Islam telah
terjamin keotentikannya. la diturunkan secara mutawatir. Sementara
otentisitas Hadis tidak demikian. Dalam kualitas Hadis, ada yang shabJh, !lasan, dha'if, bahkan ada yangmaudlul' alias palsu.
Para pakar agama Islam terkemuka mulai dari salaf maupun
khalaf, tidak pernah mengangkat isu permasalahan tentang keotentikan
al-Qur'an sebagai sumber ajaran Islam. Tetapi, menanggapi hadis-yang
diposisikan sebagai peringkat kedua setelah al-Qur'an dalam sumber
ajaran Islam-mereka berselisih. Banyak metode dan pendekatan yang
dilakukan untuk menyaring hadis-hadis yang layak dijadikan sandaran
hukum Islam. Di antaranya adalah kodifikasi hadis dengan
mencantumkan sanad-sanadnya, menulis kitab-kitab biografi para rawi,
mengumpulkan data-data yang menjadi pijakan dalam kritik sanad dan
kritik matan.
Usaha-usaha tersebut tentunya dilakukan karena Hadis Rasulullah
Saw itu sebagai pedoman hidup yang utama setelah al-Qur'an.1 Tingkah
laku yang tidak dijelaskan hukumnya, tidak diterangkan cara
mengamalkannya, tidak diperincikan menu rut petunjuk dalil yang masih
utuh dan tidak dikhususkan menurut petunjuk ayat yang masih mutlak
dalam al-Qur' an, hendaklah dicarikan p'enyelesaiannya da'1am al-Hadis.
1 Ibn' Ala al-Mubarokafiirl, TlllJfall al-Ab.wadzi, (ttp: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah,
Prof. Dr. 'Abd Wahhilb Khalilf, menyebutkan sedikitnya ada tiga
peranan penting Hadis terhadap al-Qur'an2;
1. Ada kalanya Hadis berfungsi sebagai penguat hukum yang sudah
ada di dalam al-Qur'an. Dengan demikian, hukum tersebut
mempunyai dua sumber dan terdapat pula dua daHl. Yaitu
daliJ-daHl yang disebut di dalam al-Qur' an dan dalil-daHI penguat yang
datang dari Rasul Saw. Seperti hukum-hukllm yang
memerintahkan mengerjakan shalat, membayar zakat, berpuasa di
bulan Ramadhan. Dan juga larangan-Iarangan, seperti larangan
menyekutukan Allah, persaksian palsu, menyakiti kedua orang tlla,
serta larangan lainnya yang ditunjllkan oleh al-Qur'an dan
dikuatkan oleh Hadis.
2. Ada kalanya Hadis berfungsi sebagai penafsir atau perinci hal-hal
yang disebut secara mujmal (umllm) di dalam al-Qur'an, atau
memberikan taqyfd terhadap hhal yang terdapat di dalam
al-Qur'an secara mutlzlale, atall memberikan talelzslzis terhadap
ayat-ayat al-Qur'an yang 'am (umllm). Karenanya, ta/sir, taqyfd, talelzslzis
yang datang dari Hadis itll memberikan penjelasan kepada makna
yang dimaksud ayat-ayat yang ada di dalam al-Qur'an. Seperti
Hadis yang menjelaskan tentang tatacara mengerjakan shalat,
membayar zakat, dan melaksanakan haji ke Baitullah. Penjelasan
itll ada lantaran al-Qur'an yang memerintahkan melaksanakan
shalat, .menunaikan zakat, dan pergi keBaitullah, akan tetapi
al-Qur' an tidak menjelaskan berapa bilangan shalat, nishab llntuk
3. Ada kalanya Hadis menetapkan dan membentuk hukum yang
tidak terdapat di dalam al-Qur'an, atau Hadis ini menetapkan
hukum yang tidak disebutkan di dalam nash al-Qur'an. Di antara
hukum-hukum ini adalah haramnya menyatukan wanita dengan
bibi yang dijadikan istri secara bersama-sama, haramnya binatang
buas yang mempunyai taring dan burung yang memiliki kuku
tajam, haramnya mengenakan pakain sutera dan cincin emas bagi
kaum lelaki.
Imam Syafi'i3 berkata :"Apn-npn ynng telnh ditetnpknn aleh Rnsul Snw,
ynng tidnk dijumpni di dnlnm nl-Qur'nn, mnkn itu menjndi ketetnpnn ynng snmn
IJUkumnyn dengnn Ill/klml ynng ditetnpknn alell Allnll."4
Oleh karenanya Hadis menempati posisi yang sangat penting dan
sh'ategis di dalam kajian-kajian keislaman5
Dan ini diperkuat oleh firman-Nya sebagai berikut:
3Dialah Imam yang ilmunya memenuhi permukaan bumi. Nama lengkapnya ialah Muhammad bin Idris bin 'Abbas bin Utsman bin Syiifi'i.. Ia dilahirkan di di Ghuzzah pada tahun 150 H. la sudah menghafal al-Qur'an pada usia tujuh tahun. Al-Syiifi'i meriwayatkan hadis dari gurunya Imam Malik pemimpin penduduk Madinah pada waktu itu. Pada usia 13 tahun ia ,udah menghafal kitabal-Mllwattha'dalam tempo beberapa hari soja dan mengukuhkannya di depan Imam Malik. la juga meriwayatkan had is dari Sufyan bin Uyainah, 'Abd Malik bin Majisyun, dan Muslim bin Khiilid. Masa pengembaraannya berakhir di Mesir. Ia wafat pada tahun 204 H. Lilzat, M. Hasbi Ash Shiddieqy,Sejarah dall Pengalltar Ji"", Hadis, (Jakrta: Bulan Bintang, 1993), h. 315-316.
'Muhammad'Ajjaj aI-Khatib, US/1l11 al-Hpdfts '''UlI1mllh wa Musthalall"h, (Syiria: Dar al-Fikr, 1971), h. 49
5 Mundzer Sudarta dan Utang Ranuwijaya, JinJll Hadis, (Jakarta: n. Raja
_1_ ... ,.,.,..) \ L .,
,
"Dan kami turunkan kepadamu al-Qur' an, agar kamu menerangkan kepada ummat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan." (al-Nahl/16: 44)
"Sebagaimana Kami telah mengutus rasul di antara kamu, yang membacakan ayat-ayat Kami kepadamu dan menyucikanmu serta mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah kepadamu, seraya mengajarkan pula kepadamu hal-hal yang belum kamu ketahui." (al-Baqarah/2: 151)
Bukan itu saja Hadis sebagai sumber kedua setelah al-Qur' an,
merupakan sumber peradaban, kebudayaan, keluhuran akhlak bagi
seluruh manusia. Dan berpegang teguh atas al-Qur'an dan Hadis
merupakan syarat yang mutlak demi tercapainya kesuksesan umat Islam.6
Oleh karenanya, tidaklah mengherankan jika banyak kita temukan
di dalam al-Qur'an, ayat-ayat yang memerintahkan kepada umat Islam
untuk berpegang teguh kepada Hadis-hadis Nabi Saw, tentunya di
samping al-Qur' an itu sendiri. Seperti terlihat dalam firman berikut ini:
"Siapa saja patuh kepada Rasul, berarti sesungguhnya ia telah patuh kepada Allah." (al-Nisa/4 : 80)
__ ) J ,.. J " J " " '"
( 7
?\ )
I*li
セ;...s-45
G)::,.w
Jy)l
r-s-I;\
L.:;
"Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kalian berpaling dari pada-Nya." (al-Anfill/8 : 20)
"Dan taatlah kalian kepada Allah, dan taatlah kalian kepada Rasul. Jika kalian berpaling (tidak mau menaatinya) maka sesungguhnya kewajiban Rasul kami hanyalah menyampaikan amanah dengan jelas." (al-Taghi\.bun: 12).
Tidak diragukan lagi bahwa kitab-kitab Hadis adalah "gudang
pengaman" terhadap Sunnah Nabi yang merupakan sumber pokok kedua
bagi hukum Islam, di samping sebagai rujukan penting terhadap
masalah-masalah Islam lainnya, seperti aqidah, syariah, dan kebudayaan;
khususnya pada priode-priode pertama. Di sini jelaslah betapa
pentingnya mempelajari Hadis-Hadis Nabi, sebab faidahnya tidak hanya
terbatas pada satu bidang i1mu saja, tetapi mencakup seluruh aspek
kebudayaan Islam.7
Dari orientalispun tidak sedikit yang sudah banyak mencurahkan
perhatiannuya terhadap kajian Hadis ini. Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Ignaz Goldzier di mana hasil penelitiannya dipublikasikan
pada tahun 1890 dengan judul "MuilmnmedanisciJe studien". Dan sejak saat itulah hingga kini, kitab itu dikalangan orang-orang orientalis dijadikan
semacam "kitab suci" yang menjadi anutan penelitian lain8
7 M. M. A'zhami, Dirdsd! Ffal-liadits al-Nabawi lOa Tdriklz Tadwinih, (Beirut:
al-Maktab al-Islami, 1980), Alih Bahasa oleh Ali Mustafa Yakub, Hadis Nabawi dall Sejarah
Selain itu, adalah Prof. Schact juga meneliti sumber-sumber Hadis
fiqh (Hadis-hadis yang menjadi rujukan umat Islam) selama lebih dari
sepuluh tahun. Hasil penelitiannya kemudian diterbitkan dalam sebuah
buku berjudul "The Origins of Mohammadan Jurisprudence" . Prof. Schact
berkesimpulan bahwa tidak ada satupun Hadis Nabi yang shahih
(autentik), terutama Hadis-Hadis fiqh9 Walaupun hasil
penelitian-penelitian ini akhirnya banyak ditentang oleh pakar-pakar Hadis dari
dunia Islam dan sekaligus mematahkan teori-teori mereka, karena
membawa dampak yang sangat berbahaya bagi kehidupan umat Islam
khususnya dapat merusak pandangan mereka tentang Hadis-Hadis Nabi.
Bertolak dari pandangan orientaJis itulah, Hadis yang merupakan
perkara yang sangat urgen dan mutlak sebagai sumber ilmu pengetahuan
bagi umat Islam yang tidak ternilai harganya harus terus dijaga dan
dilestarikan sepanjang masa. Sehingga menggugah penulis untuk
melakukan penelitian ini.
Salah satu jalan dalam melestarikan Hadis-hadis Nabi tersebut,
adalah dengan mengkaji serta meneliti kualitas Hadis-hadis, yang telah
dijadikan rujukan para ulama terdahulu. Oi antara karya besar ulama
terdahulu yang banyak menggunakan Hadis ialah Imam al-Zamaksyari
dalam karyanya tafsirnl-Knsysynf1o
9Yakub, Kritik Hadis h. 20-22
10Menurut al-Harawl, Tafsir al-Kasysyiif merupakan kitab tafsir yang sangat tinggi nilainya. Tafsir-tafsir sesudahnya tidak ada satupun yang dapat menandinginya. Baik dalam
keindahan maupun kedalamannya. Kalaupun ada, maka penyusunannya hanya mengutip
apa adanya, tanpa mengubah sedikitpun baik susunan kata maupun kalimatnya. Tafsir
al-Kasysyaf sangat terkenal di berbagai Negara dan menaburkan makna serta kandungan a1-Qur1an dalam seHap kalbu insan yang membacanya. Ia bagaikan sinar matahari yang
Walaupun al-Zamaksyari seorang pembela aliran Muktazilahl1
yang identik dengan sikap rasionalnya. Sehingga banyak ulama
menggolongkan buku tafsirnya ini sebagai tafsir yang bercorak bi
al-ra'yi12. Tapi walaupun begitu, ternyata setelah penulis mengadakan
penelitian awal, ternyata al-Zamaksyari banyak menggunakan
Hadis-hadis Nabi sebagai penguat penafsirannya. Hal tersebut membuat penulis
ingin lebih jauh lagi mengetahui sumber-sumber yang beliau jadikan
rujukan dalam pengambilan Hadis. Karena walaupun dalam al-Kasysyiif
banyak ditemukan Hadis, tapi ternyata tidak disebutkan sanad dan
perawi dari Hadis-hadis tersebut. Sehingga orang-orang yang membaca
kitab ini akan menjadi ragu, apalagi pengarangnya merupakan seoarang
Mu'tazili yang sangat dimusuhi oleh golongan ahli Sunnah. Walaupun
kita maklumi, bahwa al-Zamaksyari memang bukan seorang ahli Hadis
akan tetapi seorang ahli Bahasa Arab yang sangat terkenal.
Beberapa contoh Hadis yang ada dalam kitab al-Kasysyiif penulis
ketengahkan di bawah ini:
Hadis pertama ialah hadis yang menerangkan surah al-Nas yaitu
tentang keagungan surat itu, al-Zamaksyari menghadirkan sebuah hadis
yang berbunyi:13
11 Menurut Musthafa aI-ShaWl al-Juwaini, al-Zamaksyari adalah seorang ulama Muktazilah yang sangat fanatik dalam membela paham Muktazilah, sehingga penafsirannyasangat dipengaruhi oleh prinsip-prinsip Muklazilah. Oleh karena itu, tafsirnya seakan-akan merupakan pembelaan terhadap mazhab Muktazilah. Lihat, Musthafa ai-Shawl al-Juwaini. Mal1haj al-Zamaksyarf/f Ta/sfr al-Qllr'al1 ai-Karim wa Bayal1 l'jazih, (Mesir: Dar al-Ma'arir, t.t.), h. 93.
12Penilaian bahwa tasir IlI-Kasysyi1ftermasuk kitab tafsir yang bercoraka/-la/sIr bi
al-ra'yi diberikan antara lain oleh Muhammad Jjusein al-Dzahabi. Dalam mengelompokan kitab-kitab tafsir yang ada, al-Dzahabi mengelompokanIll-Kilsysyafdalam deretan kitab-kitab
tafsir yang dianggapnya bercorakII/·Iaf'fr1>, al-I'Il"/i, Lihat, al-Dzahabl,al-Taf'ir,h, 255, 363.
"Telah diturunkan kepadaku dua surat yang belum pernah diturunkan seperti keduanya,. Kamu tidak akan pernah membaca dua surat yang
lebih Allah cintai dan ridhai dari pada keduanya, yaitu
al-Mu' awwiddzatain"
Ketika al-Zamaksyari menyebutkan hadis ini, ia sama sekali tidak
menyebutkan sanad maupun perawinya sama sekali. Ia hanya
menyebutkan matannya saja, akan tetapi ini juga boleh jadi hanya sekedar
potongan dari matan hadis yang panjang.
Hadis kedua ialah hadis yang menerangkan tentang keagungan
ayat Kursyi yaitu Surat al-Baqarah ayat 255. al-Zamaksyari menghdirkan
sebuah hadis yang berbunyi14 :
Ketika menghadirkan hadis yang kedua ini, al-Zamaksyari juga
tidak menyebutkankan sumber dari mana hadis ini didapatkan. Baik dari
segi snad maupun perawi hadis itu sendiri.
Melihat alasan-alasan di atas, maka penulis menganggap penting
untuk mengkaji Hadis-hadis yang ada dalam kitab tafsir yang sudah
sangat masyhur di kalangan umat Islam ini.
B. Permasalahan
Sebagaimana penulis ketahui, bahwa tafsiral-Kasysyfifini berjumlah
empat jilid. Hampir di setiap jilidnya terdapat Hadis-hadis yang sangat
banyak.15 Oleh karena itu, agar kajian tidak terlalu melebar dan lebih
fokus maka dalam penelitian ini hanya akan membahas dan meneliti
hadis-hadis yang menguatkan atau menerangkan keutamanan ayat-ayat
tahlil.
Ayat-ayat tersebut seluruhnya berjumlah 37 ayat, yang tersebar
pada sembilan surat, dengan perincian: tujuh ayat pada surat al-FfitihalJ/1
(Yaitu ayat 1-7), empat ayat pasa suratal-lklzliislJ/112 (Yaitu ayat 1-4), lima
ayat dalam surat al-Falaq/113 (yaitu ayat 1-5), enam ayat dalam surat
al-Nfis/114 (ayat 1-6), Sepuluh ayat dalam surat al-BaqaraIJj2 (ayat 1-5, 163,
255, 284 dan 285-286), satu ayat dalam surat Hiid/11 (ayat 73), dua ayat
dalam surat al-Al1zdb/33 (ayat 33 dan 55), satu ayat dalam surat Ali
'imrfinj3 (ayat173) serta satu ayat dalam suratal-Anfiil;8(ayat 40).
Pembatasan masalah hanya pada ayat-ayat tahlil di atas didasarkan
kepada beberapa hal:
Peratama, hadis-hadis yang dikutip al-Zamaksyari dalam tafsir
al-Kasysydfcikup banyak. Hal ini cukup memenuhi syarat untuk penelitian
ini.
Kedua, ayat-ayat tahlil merupakan ayat yang sangat menarik untuk
dikaji, karena sebagian masyarakat Indonesia menjadikannya bacan
khusus pada waktu-waktu tertentu seperti malam jum'at atau pada
acara-acara tertentu seperti acara-acara kematian, khitanan, perkawinan dan lain
sebagainya. Sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan adanya
sumber baru atau tambahahan informasi ten tang makna dari ayat-ayat
tahlil itu dari prespektif hadis menurut seorang Imam besar yang
disebut-sebut menganut faham Mutazilah.
Tahlil sendiri ialah akronim dari kalimat Lfiilfillll Illfi Allfill.
Kumpulan doa yang disusun oleh ulama yang terdiri dari ayat-ayat
al-Qur'an dan Hadis-hadis Nabi saw. Itu dinamai Tahlil, karena uacapan
Lfiilfiha Illil Allilh adalah ucapan yang termulia dari seluruh ucapan dan zikir yang dikenal manusia. "sesungguhnya yang paling utama
kuucapkan dan diucapkan oleh nabi-nabi sebelumku adalah Lfiililha Jllil Allfih.16
Ketiga, dalam penelitian yang hanya memusatkan perhatian pada
bagian tertentu dari kitab tafsir karya Imam al-Zamaksyari yang sangat
luas, ini dapat dipandang sebagai penelitian awal untuk dilakukan
penelitian pada bagian-bagian lainnya, yang pada gilirannya dapat
menilai bagaimana keadaan dan kualitas Hadis-hadis pada kitab tafsir ini
secara keseluruhan.
2. Perumusan Masalah
Dari permasalahan di atas, sesuai dengan pembatasan masaIah,
dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana keadaan sumber hadis dan kuaIitas sanad-sanad-nya
yang dipergunakan al-Zamaksyari dalam menafsirkan ayat-ayat tahlil?
b. Apakah ada ciri-ciri khusus hadis-hadis yang dipergunakan oleh
al-Zamaksyari yang berbeda dengan hadis-hadis yang dikenal oleh
kalangan aliJi Sunnali?
C. Penelitian Terdahulu yang ReIevan
Berdasarkan penelitian terdahulu yang relevan yang telah
dilakukan penulis, ditemukan bahwa terdapat beberapa literatur yang
relevan yang membahas tokoh al-Zamaksyari dengan kitab tafsirnya,
al-Kasysyfif Kebanyakan Iiteratur-literatur itu menguraikan persoalan ini
hanya secara sepintas dan diuraikan dalam bab atau fasal-fasal tertentu.
Dilihat dari besar dan kecilnya bobot pembahasan mengenai hal ini yang
diuraikan dalam buku-buku tersebut, maka literature-literatur itu dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok leteratur yang
membahas masalah ini dalam bab-bab tertentu saja dan literature-literatur
yang membahas masalah itu secara utuh dalam buku khusus.
Literatur-literatur yang termasuk dalarn kelompok pertama adalah
buku-buku berikut:
1. al-Tafsfr wa al-Mufassirunkarya Muhammad Husain al-Dzahabi
2. Manfihij al-' Irffinkarya Muhammad 'Abd al-'Azhim al-Zarqani,
3. I'jfiz al-Qur'fin Baina al-Mu' tazilah ll'a al-Asyfi'riyyah karya Munir Sulthan
4. Manfihij al-Mufassfn karya Muni" 'Abd al-Hallm Mahmud.
5. Wafayat al-A'yan, Jilid 5, karya Ibn Khallikan.
Muhammad Husain aI-Dzahabi menguraikan masalah
aI-Zamaksyari dan kitab tafsirnya al-Kas1jsyfifdalam bukunya al-Tafsfr ll'a
al-Mufassinin Jilid 1, dengan panjang lebar, sekitar 50 halaman. Inti
pembahasannya mencakup beberapa hal, yaitu:
1. uraian menganai tokoh yang bersangkutan, gambaran mengenai
metode penyusunan tafsiral-Kl1sysyfif
2. komentar para tokoh mengenai aI-Zamaksyarl.
3. perhatian al-Zamaksyari terhadap aspek-aspek balfiglwh dalam
al-Qur'an.
4. dukungan aI-Zamaksyari terhadap beberapa pandangan
5. sikap al-Zamaksyari mengenai persoalan fiqih dan israiliah.17
Muhammad 'Abd al-'Adzim al-Zarqanl dalam kitabnya Manahil
al-'Ir/an menguraikan tafsir al-Kasysyaf ini hanya dalam beberapa halaman
saja, yang pada intinya hanya mengemukakan tentang beberapa
keistimewaan tafsiral-Kasysyaf Di antaranya ialah :
1. menghindari adanya uraian-uraian yang panjang;
2. menghindari diungkapkannya cerita-cerita dan israilliyah;
3. dalam menjelaskan arti clari kata-kata, tafsir ini tetap berpegang pacla
bahasa Arab clan uslub-uslub mereka.
4. menaruh perhatian pacla masalah-masalah yang berhubungan clengan
balaglwh, seperti yang berhubungan dengan masalah ilmu al-Ma'anf
clan ilmu al-Bayiin, yang merupakan manifestasi dari aspek-aspek i'jaz
clalam al-Qur'an; clan
5. menggambarkan tentang cara yang clitempuh oleh pengarangnya,
al-Zamaksyari dalam memberikan penjelasan mengenai satu persoalan
yang cliuraikannya dalam bentuk dialog. Selain itu al-Zarqanl
mengemukakan pula beberapa contoh penafsiaran al-Zamaksyarl
terhadap beberapa ayat,18
Munlr Sulthan dalam bukunya I'jaz al-Qur' an Baina al-Mu' tazilah wa
al-Asya'irah, memang tidak dapat melepaskan diri dari uaraian mengenai
al-Zamakhsyari. Hal ini disebabkan karena inti pembahasan buku yang
ditulisnya itu adalah beberapa perbedaan pokok anatara golongan
Muktazilah dan golongan Asy'ariyyah mengenai masalah I'jaz al-Qur'an,
sementara al-Zamaksyari merupakan salah seorang tokoh penting dalam
17Muhammad Husain al-Dzahabl, al-Ta.f.<;ir wn ni-Mllfassidin 1Bahls Taf"hfJi Ian
Naslf'ah al-Ta!,ir Tallwwwllrih wa Alwtillihih wn Madz/Jtibih', 2 jilid, (Beirut: Oar al-Fikr, 1976), h. 429-482.
18'Abd al-'Azhim all-Zarqani, Mantihil ai-' !rltillft 'Ultim al-Qur'tin, jilid I, (Kairo:
golongan Muktazilah. Untuk menunjukan perbedaan yang terdapat di
antara keduanya, Munir mengemukakan beberapa contoh penafsiran
al-Zamaksyarf terhadap beberapa ayat al-Qur'an yang di dukung dengan
beberapa hadis dari masing-masing golongan.1Y
Ibn Khallikan dalam bukunya Wajayat al-A'yan mengemukakan
uraian singkat mengenai al-Zamaksyarf. Uraiannya itu mencakup riwayat
hidup singkat dan perjalanan al-Zamaksyarf dalam menimba ilmu,
termasuk peljalanannya ke Makkah, karya-karya tulis al-Zamaksyarf
dalam berbagai bidang ilmu, dan beberapa contoh hadis di dalamnya.20
Persoalan al-Kasysyaf hanya dikemukakan sangat singkat dalam
bukuManahij al-Mujassirun, uraiannya hanya mencakup riwayat hidup
al-Zamakhsyarf, inti perhatian al-Zamakhsyarf terhadap hadis dan satu
contoh penafsiran yang dilakukan al-Zamaksyarf.
Selain buku-buku tersebut, menurut penelitian penulis, hanya ada
5 buku yang secara khusus menguraikan tokoh al-Zamaksyarf. Kedua
buku tersebut adalah 1) Manhaj al-Zamaksyarf
fi
Tajsfr al-Qur' an wa bayanI'jazih karya Musthafa al-Sawi al-Juwaini, dan 2) buku Balaghah
al-Qur'aniyyah
fi
Tajsfr al-Zamaksyarf wa Atsaruhafi
al-Oirasah al-Balaghiyyahkarya Muhammad Abu Musa, dan 3) al-Zamaksyarf karya Ahmad
Muhammad aI-HUff. 4) disertasi yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Ahmad
Thib Raya M.A., yang berjudul Kaidal7-Kaidah al-Bayan dan Fungsinya dalam
Tajsfr al-Kasysyaf 5) serta disertasi yang berjudul Orientasi Semantik
al-Zamaksyarf, ditulis oleh Prof. Dr. H. Muhammad Matsna M.A.
Buku pertama, Manhaj al-Zamaksyarf
Jf
Tajsfr al-Qur'an' wa BayanI'jazih (Metode al-Zamaksyarf dalam menafsirkan al-Qur'an dan
19Munlr Sulthiin,l'iaz al-Q"r'an Baina al-M",tazilail wa al-' Asya' irail,(Iskandariah:
menjelaskan i'jiiz al-Qur'an) karya Musthafa al-Shawi al-Juwaini,
diterbitkan oleh Dar al-Ma'arif , Kairo. Buku ini dibagi dalam empat bab.
Bab pertama menguraikan tentang riwayat hidup al-Zamaksyari dan
lingkungan sosial yang mengitari kehidupannya. Bab kedua mengurai
tentang Madrasah Muktazilah yang mempengaruhi al-Zamaksyari
disertai dengan metodenya dalam menafsirkan al-Qur'an. Bab ketiga
menguraikan persoalan al-i'jiiz al-Qur'iinf dan metode yang ditempuh
al-Zamaksyari dalam menjelaskan i'jiiz tersebut. Bab keempat menguraikan
tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh tafsiral-Kasysyiif
Buku kedua, al-Baliiglzalz al-Qur'iiniyyalz
fi
Tajsfr al-Zamaksyarf waAtsarulzii
fi
al-Diriisah al-Baliiglziyyalz (Baliiglzalz Qur'an dalam Tafsiral-Zamaksyari dan dampaknya dalam kajian-kajian baliigj) oleh Muhammad
Abu Musa, diterbitkan oleh Maktabah Wahbah, Kairo, tahun 1988. Secara
garis besarnya buku itu di bagi atas dua bab. Bab pertama menguraikan
tentang pembahasanbaliiglzfyang terdapat dalam tafsir al-Kasysyiijdan bab
kedua membahas tentang pengaruh al-Kasysyiij dalam kajian-kajian
baliighf. Dalam bab pertama diuraikan berbagai hal yang berhubungan
dengan llmu al-Ma'iinf, dan llmu al-bayiin, llmu al-Badf', disertai dengan
pembagian masing-masing.
Buku keempat, yaitu Kilidalz-Kaidaiz al-Bayan dan Fungsinya dalrl1r1
Tajsfr al-Kasysyiif Disertasi ini secara garis besar membahas tentang
riwayat hidup al-Zamaksyari serta menguraikan penggunaan
al-Zamaksyari terhadap kaidah-kaidah llmu Bayiin untuk menafsirkan
al-Qur'an. Sedangkan buku kelima, yaitu Orientasi Semantik al-Zamaksyari,
secara garis besarnya membahas dan menguraikan penafsiran
al-Zamaksyarf terhadap ayat-ayat kalam dalam kajian semantik Disertasi ini
Dari pembahasan-pembahasan mengenai al-Zamaksyari dengan
kitab tafsirnya al-Kasysydf yang diuraikan dalam buku-buku di atas, baik
yang menguraikan secara sepintas dalam bagian tertentu maupun yang
secara utuh menguraikan dalam satu buku khusus, penulis tidak
mendapatkan adanya suatu uraian yang khusus membahas mengenai
kualitas hadis dalam Tafsir al-Kasysyiif
D. Tujuan Penelitian
Dengan melihat pembatasan dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka penelitian ini diarahkan untuk mengetahui
bagaimana keadaan hadis-hadis yang dijadikan acuan oleh al-Zamaksyari
dalam menafsirkan ayat-ayat tahlil, sebagaimana yang terdapat pada
kitab tafsir al-Kasysyiif baik dilihat dari sudut sumber yang dirujuk
maupun kualitas sanad-nya.
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
yang jelas tentang sumber dan kualitas hadis-hadis yang dipakai oleh
al-Zamaksyari dalam menafsirkan al-Qur'an,. Dengan demikian, persoalan
sebagaimana dikemukakan pada latar belakang dan perumusan masalah
di atas, dapat ditemukan jawabannya.
E. Manfaat/Signifikansi Penelitain
Hadis penelitian ini diharapkan berguna:
1. untuk menempatkan posisi tafsir al-Kasysyiifpada proporsinya yang
sebenarnya
2. untuk gambaran yang jelas tentang pemikiran seorang al-Zamaksyari
mengenai hadis yang nota benenya adalah seorang penganut faham
Muktazilah.
3. hasil penelitain ini juga diharapkan dapat menambah khazanah
Hadis-hadis yang digunakan di dalamnya, sebagai informasi pelengkap bagi
hasH penelitian serupa yang pernah ada sebelumnya.
F. Metodologi Penelitian
1.Sumber Penelitian
Penelitian ini memusatkan perhatian pada data-data tertulis. Maka,
sesuai dengan judul disertasi ini, penelitian dilakukan dengan studi
kepustakaan (libran) research). Sedangkan yang menjadi sumber penelitiannya, adalah kitab Tafsir al-KasysyfiJ
Dalam melihat kualitas Hadis-hadisnya, yang sanad-sanad nya
dianalisis, pada dasarnya adalah Hadis-hadis pada kitab induk yang
enam(aleutub as-sittah), dengan beberapa ketentuan sebagai berikut.
Pertama, Hadis-hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan
Muslim atau oleh salah satunya, meskipun dilakukan pembahasan, akan
tetapi kualitas sanad-sanadnya tidak teliti. Hal ini karena, hadis-hadis
yang diriwayatkan oleh kedua ulama ini, sesuai dengan nama kedua kitab
hasH karyanya (al-Jami' al--Shahih), berkualitas shahih. Bahkan menurut jumhur ulama, kualitas kitab tersebut menduduki peringkat ke-shahih-an
tertinggi setelah al-Qur'an21
Kedua, untuk hadis-hadis yang diriwayatkan oleh al-Arba'ah, (Abu Daud, al-Tirmidzi, al-Nasi'l'i, dan Ibn Majah), dan syahid atau mutfibi'-nya
21Adalah Imam Ibn Shalflb. (643 H.) menyatakan: "Bahil'll kilabIlI-Sluil1/h aI-Buk/lIlr:ada/all
kltab yllng paling otcnlik(SilahilJ)setclail al-Qur'an." Pendapat ini kemudian didukung oleh Imam
al-Nawawi yang semasa dengannya (676 B.). Pernyataan Ibn Shalah ditukil dalam Muqaddimahnya
beliau menyatakan bahwa:
.ェAセQ 1\セiNs セN セ| t-1セ|NZイNャ '.$JYQIセ .:,.:J.\:,:I ;WJセ」A ,;;!セ セi :...::...
>
JJ\Menurut al-'Iraqi dalamal-Taqyid11'11al-Idhahpernyalaan Ibn ShaIah itu menyimpulkan hahwa
al-Bukhariadalah orang yang pertama rnenyusun kitabal-Sa!l.fll.Sedangkan Imam Malikwalaupun
telah menyusun kitab al-Muwatha' namull masih ditemukan Hadis yang Mursal dan Munqal111
yang memungkinkan riwayat yang tidak Sab.fb.terdapat dalamnya. Seperti dikatakan Ibn Abd 。ャセ
Barr. adapun perkataan Imam al-Syafi'i yang menyatakan bahwa "tidak ada diatas bumi ini kitab yang lebih sempurna dan lebih baik selain kitab 。iセmオキ。エィ。B para ulama memahaminya karena kitab tersebut sebelum ditulis kitabal-Iami' 。ャセsャQ。AQゥ「N al-Buk1Jiiri. Lihat Zainuddin al-'Iraqi, al-Taqyid
ditemukan pada al-Arba 'ah, maka penelitian hanya akan dilakukan
terhadap sanad-sanad yang dipakai olehal-Arba 'ah.
Ketiga, untuk hadis-hadis yang tidak memiliki syahid atau mutiibi'
dalam al-Arba'ah, akan diteliti pada kitab induk yang sembilan (al-Kutub
ai-tis 'ah) atau kitab-kitab induk lainnya.
Keempat, untuk hadis-hadis yang diriwayatkan oleh selain perawi
yang enam, diteliti pada kitab induk yang sembilan atau pada
kitab-kitab induk lainnya termasuk kitab-kitab-kitab-kitab tafsir /Ii aI-rna' tsrlr.
2. Tolok Ukur Penilaian
a. Penilaian untuk masing-masing Sanad
Untuk melakukan penilaian terhadap kualitas ketsiqah-an
sanad-sanadnya digunakan pendapat para ulama yang mendahulukan ta'dil dari
pada jar!1. Hal ini karena, pada dasarnya, bahwa para ulama yang
meriwayatkan hadis dikenal keadilannya. Akan tetapi, jika ada yang
menilai ke-tsiqalwn-nya rendah atau yang men-jari1 disamping yang
menta'dfl-nnya, maka hal itu merupakan koreksi atau catatan yang dapat
mengurangi nilai ketsiqah-an mereka. Jika yang men-jari1-nya dengan
kualifikasi yang tinggi dan cukup beralasan, meskipun ada yang
men-ta'dil-nya,maka perawi tersebut dipandang cacat atau tidak tsiqah. 22
b. Tolok Ukur untuk penilaian akhir
Untuk memberi penilaian akhir terhadap kualitas hadis, dengan
memperhatikan kualitas sanad-sanadnya, disini juga digunakan rumusan
menurut kebanyakan ulama ahli hadis, dengan kategorisasi ォ・ー。ウセ Shai1f0
Hasan dan Dha'if. Rumusan tentang ketiga kategori tersebut dapat dilihat
dibawah ini.
1. Hadis ShabJh
Menurut para ulama Mutaakhkhirin bahwa hadis shahih, ialah
hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, sempurna
ke-dhdbitilan-nya, antara sanad-sanad nya bertalian atau bersambung, tidak
mengandung 'illah, dan tidak ada keganjalan (Syfidz)23 di dalamnya.24
Berdasarkan rumusan diatas, dalam sebuah hadis shahih harus
mendapatkan lima persyaratan, yaitu :
Pertama, hadis tersebut diriwayatkan oleh perawi yang adi!. Arti
adil disini menyangkut kesempurnaan sikap mental dan perilaku
keseharian perawi. Perawi yang adil sangat memelihara norma agama,
baik yang menyangkut aqidah, syariah, maupun akhlaq. Keadilan para
perawi ini oleh para ulama telah ditulis secara lengkap, berikut kritik,
komentar, dan penilaian para ulama yang mengenalinya, baik dalam
kitab-kitab khusus mengenai biografi mereka maupun pada kitab-kitab al-jarl1 wa al-ta'dfl.
Kedua, ke-dhfibith-an perawinya sempurna. Dhfibith, artinya daya ingatan atau hafalan. Perwai yang sempurna ke-dhabith-annya, berarti
perawi yang memenuhi syarat shahih dari sudut daya ingatannya.
Sebagaimana keadilan perawi,ke-dilfibith-an mereka juga telah ditulis oleh para ulama pada kitab-kitab di atas secara lengkap.
2-'Hadis syadz adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang rawi tsiqail yang berbeda dengan sejumlah rawi yang tsigah atau rawi yang tsiqail dan lebih hafal atau lebih dhabit, dan' antara kedua hadis o/ang bertentangan tersebut susah sekali untuk dijamak (dikompromikan), apakah perbedaan tersebut ditimbulkan oleh kelebihan atau kekurangan, apakah ada syadz pada sanad atau pada matan. Contoh yang syadz pada sanad, hadis yang diriwayatkan oleh Hammad bin Zaid dari Amr bin Dinar dari Ausajah: "Seorang laki-Iaki meninggal pada zaman Nabi saw, dia tidak meninggalkan ahli waris kecuali seorang tuan yang pernah memerdekakannya. Lalu Nabi saw menyerahkan harta warisannya kepadanya". Lilm!, Subhi al-ShaIih, Me11lbailas Il11lu-Il11lll
Ketiga, antara sanad-sanadnya muttashil25 atau bertalian. Pertalian
ini dapat dilihat dari sudut dddt al-talzamul ll'a ai-add dan riwayat hidup
antara penyampai hadis atau perawi dengan penerimanya, khususnya
yang berkaitan dengan dengan kelahiran dan kematian kedua belah
pihak.
Keempat, pada hadis-hadis tersebut tidak ada cacat atau 'Wah,
kecacatan dalam periwayatan biasanya dilihat dari sudut kesalahan
melihat dalam pertalian sanad-sanadnya. Suatu hadis yang dipandang
muttaslzil bisa terjadi, melalui pembuktian, bahwa sebenarnya hadis itu
munqatlzi'.26 Data yang berkaitan dengan syarat keempat ini pun dapat
dilihat pada kitab-kitab yang memuat biografi mereka dan kitab-kitab
hadis yang memberikan komentar tentang sanad-sanad hadis.
Kelima, hadis tersebut tidak syddz atau janggal. Ke syddz-an suatu
hadis dilihat dari sudut isi matan-nya, bukan dari sudut sanadnya. Sebab
pada dasarnya, sanad-sanad-nya memiliki kriteria 'adil dan dhdbith. Suatu
25Hadis mllttnslzil adalah hadis yang sanadnya bersambung sampai Nabi saw
atau sampai pada sahabat. Gambarannya, setiap rawi mendengar dari rawi yang di atasnya secara lansung sampai pada akhir sanad. Hadis ini diistilahkan juga dengan hadisllIallslntl. Masuk daiam kategori hadis seperti ini (berdasarkan pada defin;si) adalah had;smarfll',seperti hadis yang diriwayatkan oleh Imam Malik dari Nafi' dari Ibn 'Umar dari Nabi saw, dan hadis mallqafseperti riwayat Imam Malik dari Nafi' dari Ibn 'Umar. Dan berdasarkan pada definisi yang mengatakan "sanadnya bersambung" maka tidak termasuk dalam kategori ini hadis mursal, hadis llIul1qatlli', hadis mu'allaq dan hadis
mu'dllal.Lihat, Subhi al-Shalih,Memballas llmu-Illllll Hailis, h. 142.
26Pengertian hadisI1Hlllqati ' ialah
'"' \lUil jlO "'" J<fl
J.-
"L..Ij...a.:.-t
t..Hadis Munqothi' menu rut pendapat yang dianut oleh ahli fiqihAl Khatib, Ibllu
Abd Barr dan lainnya adalah hadis yang sanadnya tidak muttasil kepada Nabi
Muhammad dan berbagai jalur periwayatan yang ada. Kebanyakan hadis mllnqatlli'
hadis dikatakan syiidz manakala isinya nampak kontradiksi dengan hadis
yang diriwayatkan oleh perawi yang kualitasnya lebih tinggi. Ke-syiidz-an
suatu hadis di antaranya juga sudah ditulis oleh para ulama. Untuk
kriteria atau alat ukur yang kelima ini, dalam penelitian di sini tidak
dipakai. Hal ini karena, kriteria tersebut berkaitan dengan keadaan matan
hadis. Padahal dalam anaJisis kualitas hadis di sini hanya menitik
beratkan atau membatasi pada masalah sanadnya. Meskipun ada
pembahasan mengenai matan, namun tidak ada diteliti dari sudut
ke-syiidzan-nya.
Terhadap hadis shahih ini para ulama membagi kepada dua
bagian, yaitu : pertama, slwlzilz lidziitilz atau shahih yang memenuhi lima
kriteria di atas secara sempurna, dan kedua, slzalzih li-gairilz atau sahih
karena adanya syahid dan mutiibi'. Shahih yang disebut kedua ini semula
merupakan hadisl],asan. Karena ada mutiibi'dan syiihidtersebut, kemudian
kedudukannya berubah menjadi shahillli-gairill.
2. Hadis Hasan
Sebagaimana hadis shahih, hadis l],asan juga memiliki lima kriteria.
Akan tetapi, pada kriteria ke-dhiibithan perawinya kurang sempurna.
Dengan demikian, maka definisi hadisl],asan, adalah hadis riwayat perawi
yang 'adil, kurang dluibith, sanad-sanadnya bersambung, tidak
mengandung'il/ah dan tidaksyiidz27
Hadis l],asan juga terbagi kepada dua bagian yaitu : pertama, !lasan
li-dziitih, dan kedua, l],asan li-gairill. Yang li-dziitill, adalah hadis l],asan
sebagaimana pada definisi di atas. Sedang, yang li-gairih, adalah semula
hadis dha'fj yang karena adanya syiihid atau mutiibi', maka berubah
kedudukan, naik satu tingkat pada tingkat diatasnya, menjadi !lasan li-gairiil.
3. Hadis Dha'jf
Hadis dha'ifadalah hadis yang tidak memenuhi lima kriteria hadis
sha!lf!l atau hadis !lasan di atas, Dengan demikian, jika hilang salah satu kriteria saja, maka hadis itu menjadi tidak sila!lf!latau tidak!lasan, Dengan kata lain, hadis itu kualitasnya dha"if.
Hadis dha'ifini juga bisa berubah kedudukan setingkat lebih tinggi di atasnya (menjadi !lasan li-gairiil), apabila ada sydhid atau mutdbi', asal saja ke dila' ifan-nya tidak terlalu lemah, Dengan demikian, maka hadis
mtmkar28, matnlk,29 dan maudJuPo merupakan hadis dlJa'if yang kualitasnya tidak akan bisa naik. Hal ini karena, ketiganya merupakan
28Hadis ull/llkaradalah hadis yang hanya diriwayatkan oleh seorang rawi saja, yang tingkat keadilan dan dhabithall-nya tidak menyamai atau lebih rendah dari rawi yang diterima hadisnya. Contohnya hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Nasa'i dan Ibn Majah dengan caram"rfit' dari Abu Dzukair dari Hisyam bin 'Urwah dari bapaknya dari 'A'isyah: "Makaniah buah kunna mentah bersama kurma kering. Karena jika syetan melihat ini ia akan marah sekali. Imam al-Nasa'i berkomentar: "Hadis ini adalah hadis
lIlunkar karena hanya diriwayatkan oleh Abu Zukair. Imam Ibn Ma'in
mengkategorikannya sebagai orang yang dhil'if. Imam Ibn Hibban berkomentar: "Hadis ini tidak bisa dijadikan hujjah". Lihat, Lihat, Fatchur Rahman, lkhlis/wr Mushlhala/ml
Hadis, (Bandung: PT. AI-Ma'arif,1974), 185
29 Hadis Malrak, jika rawi tersebut bertentangan dengan yang lebih unggul dan
rawi tersebut diperkirakan berbohong ketika menyampaikan hadis (1Illlttaham bi al-kidzb).
Lihat, Rahman,lkhlishar, 184.
30 Hadis maUd/la' adalah hadis yang penyebab ditoIaknya adalah kebohongan
hadis-hadisdha'ifyang sangat sangat lemah31
Ketiga kategori di atas akan dijadikan sebagai alat ukur dalam
menilai kualitas hadis-hadis yang dipakai al-Zamaksyari pada kitab
tafsirnya, sesuai dengan objek penelitian yang sudah ditentukan pada
perumusan dan pembatasan masalah di atas.
3. langkah-langkah penelitian
Agar penelitian ini dapat dilakukan dengan efektif dan efisien,
maka ditentukan beberapa langkah penelitian, seperti di bawah ini.
Pertama, melakukan inventarisasi terhadap ayat-ayat yang
termasuk ke dalam kategori ayat tahlil, dengan menggunakan alat-alat
telusur;
Kedua, menghimpun hadis-hadis yang terdapat pada ayat-ayat di
atas dan merujukkannya kepada kitab-kitab induk (baik pada Kutub
al-Sittah maupun di luar al-Kutub al-Sittah), sebagai sumber (primer) hadis
31 Imam al-Hafizh Ibn Hajar berkomentar bahwa orang yang membolehkan
periwayatan hadis dlia'if dalam masalah fadhii'il al-a'mal dan yang sejenisnya, memberikan tiga syarat kepada orang yang meriwayatkannya hadis tersebut: Pertama, ke-dlia'if-an hadis tersebut tidak terlalu parah. Dengan syarat ini maka tidak tennasuk orang para pembohong, yang diperkirakan berbohong kerika menyampaikan hadis, dan yang kesahalahannya fatal. Sebagain ahli hadis sepakat dengan persyaraan ini. Kedua, beradadi bawah derajat hadis yang diamalakan. Ketiga, dalam mengamalkannya tidak berkeyakinan bahwa hadis tersebut benar-benar dari rasul (/subii/), namun hendaklah berkeyakinan untuk digunakan sebagai kehati-hatian saja. Kedua syarat tersakhir ini diutarakan oleh Ibn 'Abd ai-Salam bin Daqiq al-'id. Dari syarat yang ketiga ini jelaslah keharusan menjelaskan penyebab da'ifnya hadis dlia' ifyang menjelaskan tentangfadllil'il
al-a'l1lillatau yang lainnya sehingga tidak memberikan keyakinan adanya hadis tersebut
dalam masalah yang sama, padahal pada kenyataannya hadis tersebut tidak ada. Sehingga orang yang mencoba memperhatikan dan menelaah hadis-hadis dlla'ifsecara mendalam (yang jumlahnya sedikt), maka akan jelaslah baginya bahwa had is dlia'ifpada hakikatnya tidak ada:
Segolongan ulama tidak membolehkan periwayatan hadis dlia'ifdalam bentuk apapun. Mereka berpendapat bahwa ahli hadis lalai pada hadis-hadisfadliii'iI al-a'miil.
Pendapat ini di kalangan ahli had is, ulama fiqih, dan ushul fiqh adalah salah. karena dalammeriwayatkan hadis tersebut harus dijelaskan masalahnya jika dia ketahui, namun
jika tidak dijelaskan padahal dia tahu, maka dia terkena dengan ancaman Nabi saw:
Pokok-tersebut. Untuk alat bantu dalam menelusuri hadis-hadis yang diteliti di
sini digunakan al-Mu Jam al-Mufahras li-Alfiizh al-Hadfts al-Naba1l'f karya
A.J. Wensinck, Miftiiil KU11Llz al-Sll11nnh karya Muhammad Fu'ad .Abd
al-Baqi, danTu!Jfah nl-Asyriifkaryaal-Mizzl.
Ketiga, karena hadis-hadis yang dikutip al-Zamaksyari tidak
lengkap, baik matan maupun sanad-nya, maka dilakukan pengutipan
langsung yang mengacu kepada sumber aslinya, yaitu naskah hadis (yang
dilengkapi dengan silsilahsannd-nya) yang terdapat pada salah satu kitab
induk.
Keempat, memastikan sanad-sanad hadis dari hadis yang dikutip
yang kualitasnya akan diteliti. Dalam penelitian dan penempatan
sanad-sanad ini pada pembahasan, disusun menurut tertib abjad, yang dibagi ke
dalam tiga kategori (sahabat, tabi'in, dan pasca tabi'in).
Kelima, dilakukan penelitian terhadap sanad-sanad hadis di atas
dari beberapa seginya, yaitu : 1) dari segi ke-adilan-nya ('adalah al-sanad),
yakni apakah masing-masing sanad hadis tersebut memenuhi kriteria adil
atau tidak. Selain itu juga diteliti dari segi ke-dhiibith-annya (d!wbth
as-sanad), yakni apakah masing-masing sanad-nya memiliki kesempurnaan
daya hafalnya atau tidak. 2) dari segi persambungansanad-nya (ittishiil
as-sanad), apakah antara satu sanad dengan sanad berikutnya menunjukkan
adanya indikasi mutashil atau tidak.
Keenam, setelah diketahui kualitas sannd dan pertaliannya, pada
pembahasan berikutnya, dikemukakan syiihid dan mutiibi'. Ini
dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya hadis pendukung
terhadap hadis yang di dalamnya terdapat kelemahan atau cacat, baik
pada tsiqah-an maupun pertaliansanad-nya
Ketujuh, pada tahap akhir penelitian ini, dikemukakan penilaian
dikemukakan kesimpulan akhir tentang kualitas hadis-hadis tersebut
dilihat dari sudut kualitas sanad-nya.
G. Sumber Data Yang digunakan
Untuk melihat latar belakang pemikiran al-Zamaksyari, baik
tentang riwayat hidup, karya-karya, dan hadis-hadis yang beliau
riwayatkan, maka penelitian ini menggunakan karya-karya al-Zamaksyari
(tidak hanya al-KasysyiifJ dan karya-karya penulis lain yang mengulas
al-Zamaksyari sebagai sumber.
Penelusuran tentang kualitas sanad hadis akan didasarkan pada
karyanya, al-KasysyfiJ, sebagai sumber primer. Karya-karyanya yang lain,
yang mungkin menerangkan, menguatkan, memberikan uraian serta
karya-karya penulis lain yang menyorot tafsiranya tentang hal ini hanya
akan dijadikan sebagai pelengkap analisis. Tennasuk dalam kategori
sumber pelengkap adalah tulisan-tulisan tentang al-Zamaksyari dan
tafsirnya.
Kitab al-Kasysyiif merupakan kitab al-Zamaksyari yang banyak
menuangkan Hadis-hadis Nabi saw. Khususnya yang menerangkan
tentang ayat-ayat tahlil. Oleh karenanya kitab tersebut penulis jadikan
data primer, untuk mengetahui sejauh mana pemikiran atau kualitas
hadis yang digunakan oleh seoarang al-Zamakhsyari.
H.Tehnik dan Sistematika Penulisan
Teknik yang digunakan dalam penulisan ini adalah mengikuti
Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh
CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas
HasH penelitian tentang dalam karyanya, al-Kasysyiif, ini akan
diuraikan dengan sistematika sebagai berikut.
Pada bab pendahuluan dijelaskan latar belakang dan identifikasi
masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metode penelitian, sumber data
yang digunakan, dan sistematika penelitian. Bab ini sangat penting
dikemukakan, karena menggambarkan mengapa penelitian ini dianggap
perlu. Bagaimana serta metode apa yang akan digunakan penulis untuk
mencapai tujuan penelitian ini. Dan yang terakhir ialah memberikaan
informasi akan kegunaan hasH dari keseluruhan penelitian yang akan
dilakukan.
Bab dua mengulas al-Zamaksyari dan kehidupannya yang meliputi
masa keci!, keluarga, pendidikan, dan karirnya; dan al-Zamaksyari dan
karya-karyanya;. Bab ini dianggap perlu karena penelitian ini akan
mencoba mengungkap pemikiran seoarang tokoh, sehingga diharapkan
dengan menegatahui latar belakang tokoh tersebut secara menyeluruh,
dapat memberikan informasi yang penting tentang segala hal yang nanti
diperlukan dalam pembahasan di bab empat.
Pada Bab ketiga ini, penulis akan menampilkan pembahasan
mengenai takhrfj Hadfts. Bab ini mencakup uraian mengenai latar belakang
pentingnya suatu penelitian hadits, definisi dan urgensi takhrij Hadis,
sejarah dan perkembangan ilmu takhrij, cara mentakhrij Hadis, aplikasi
takhrij Hadis, kerangka dasar dalam penelitian sanad yang digunakan,
dan langkah-langkah Kegiatan penelitian sanad Hadits
Pada bab keempat, penuIis akan menguraikan pembahasan
mengenai penilaian terhadap hadis yang diteliti, yang meIiputi
synwiiiJid dan InUtiibi'-nya, serta penilaian akhir terhadap hadis-hadis yang
diteliti.
Pada bab kelima, untuk menutup uralan ini diajukan beberapa
BAB II
AL-ZAMAKHSARI DAN KITABNYAAL-KASYSYAF
A. Riwayat Hidup al-Zamaksyad
Nama lengkap al-Zamakhsyari adalah Abu al-Qasim Mahmud bin 'Umar bin Muhammad bin Ahmad bin 'Umar al-al-Khuwarizml al-Zamakhsyarl dilahirkan pada hari Rabu, 27 Rajab 467 H atau 18 Maret 1075 M, di Zamakhsyar sebuah perkampungan besar dikawasan Khuwarizm (Turkistan).l
Ayahnya ialah seorang yang sangat cerdas dan berwawasan luas, tetapi walaupun begitu ia merupakan orang yang sangat sederhana serta tekun beribadah dan sangat memperhatikan masalah moral. Tidak kurang dari ayahnya, ibunya juga adalah seorang yang tat beragama dan berhati lembu, penuh kasih sayang kepada semua makhluk. Diceritakan oleh al-Zamakhsyari sendiri, bahwa ibunya sangat marah ketika melihat seekor bUlUng kecil yang ku pegang kakinya putus karena aku tarik dengan paksa ketika masuk lubang, dan ibu berkata; kakimu juga akan putus seperti dia. Maka ketika al-Zamakhsyari ditanya kenapa kakimu putus sebelah? la menjawab, karena doa ibu2
al-Zamakhsyari berasal dari keluarga miskin dan taat beragama, ia pun mulai belajar di negerinya sendiri, selanjutnya menjelang usia remaja, ia pergi meninggalkan desanya untuk menuntut ilmu ke Bukhiira, yang pada saat itu menjadi pusat kegiatan keilmuan dan terkenal dengan sastrawaan. Baru beberapa tahun belajar, ia merasa terpanggil untuk pulang sehubungan dengan berita yang mengabarkan bahwa ayah
1Muhammad ):!usein aI-Dzahabi, ai-Tarsi,. ",a Ill-Mllfassin,", (Beirut: Dar al-Fikr,
1976), h.429-430.
2Abu ai-Abbas Syams aI-Din bin Muhammad bin Abu Bakr bin Khallikan,
handanya dipenjara oleh pihak penguasa dan kemudian wafat. Lalu al-Zamakhsyari bermukim di Kahwarizm dan berguru pada Abu Mudhar Mahmud bin Jarlr al-Dabl al-Ashbahanl (507 H) seorang tokoh Mu'tazilah yang banyak menguasai berbagai disiplin ilmu. Di bawah bimbingan Abu Mudhar, al-Zamakhsyarl berhasil menguasai satra Arab, logika, filsafat dan teologP.
Setelah mengalami kekecewaan yang mendalam dalam bidang pemel'intahan dan ditambah dengan sakit yang dideritanya, al-Zamakhsyari lebill banyak berkonsentrasi pada pengajian agama seperti mengajar, membaca, menulis serta mengadakan ri!1lnh 'ilmiyynh. la pergi ke Baghdad dan menjumpai beberapa ulama untuk mengikuti pengajian-pengajiannya, beliau belajar hadis kepada Abu Khattab bin AbO al-Bathr, Abu Sa'ad al-Syifanl dan Syaikh ai-Islam Abu Manshur al-Harisl, dan belajar fiqili kepada ahli fiqili Hanafi al-Damighilnl al-Syarif bin Syajar1.4
Ia bel'tekad membel'silikan dosa-dosanya dan menjauhi penguasa, menuju penyel'ahan diri kepada Allah swt, dengan melawat ke Mekkah selama dua tahun. Di kota sud ini ia mempelajari kitab Slbawaili,s pakar gramatika Arab yang tel'kenal (518 H). ia juga menyempatkan diri mengunjungi banyak negeri di Jazirah Arab. Kerinduan kepada kampung
3Mushthafa al-Shawi al-Juwaini, Mallhiij al-ZamaksyarijiTafsiral-Qllr'all ai-Karim
wa Bayall I'jazilt, (Mesir: Dar al-Ma'arif, U.), h. 25-26.
'Muni 'Abd ]:ialim Mahmud, Malla"i;lli-MIl{Jlssirill, (Mesir: Dar al-Kutub, 1978), h.105.
5 Nama lengkapnya adalah 'Umar ibn Utsman ibn Qanbar, dari kerajaan Bani
hセイゥエウ ibn Ka'ab. Ia lahir di desa Syiraz atau al-Baidha'. Oi desa ini, pertama kalinya ia
belajar dan mendapatkan kebudayaan Arab. Selanjutnya, ia pergi ke Bashrah pada usia belia dan ikut llaiaqalt dengan ulama fiqih dan ulama hadis. Untuk menambah ilmu Nahwu dan Sharaf, ia rnengikuti ularna Nahwu di antaranya 'lsa ibn 'Umar, al-Akhfash, Yunus ibn ]:iabib dan Khalil bin Ahmad. Dalam llaiaqalt-nya, ia rnemakai dua metode
yaitu dengan cara menuIis biasa dan dengan cara Tanya jawab diserati tafsiran. Semua
hasil jawaban ditulis dan dikumpulkan, yang sekarang ini dapat kita rasakan hasilnya. Gleh karenanya tak salah kalau beliau dirnasukkan sebagai tokoh Nahwu abad 2 H.
halarnan rnernbawanya pulang kernbali. Setelah ia rnenyadari usianya sernakin lanjut, ia kernbali ke Mekkah yang kedua kalnya pada tahun 526 H. dan rnenetap selarna tiga tahun yaitu tahun 526-529 H atau 1132-1135 M, karena ia bertentangga dengan Baitulltih sehingga orang-orang rnernberikan julukan kepadanya dengan Jtir Allah (tetangga Allah). Dari Mekkah ia pergi lagi ke Baghdad dan selanjutnya ke Khawarizrn, beberapa tahun setelah berada di negerinya ia wafat di JUijaniah pada malarn 'Arafah tahun 538 H.b
AI-Zamakhsyar! membujang seumur hidup, sebagian besar waktunya diabadikan untuk ilmu dan menyebar luaskan paharn yang dianutnya.7 AI-Zarnakhsyar! adalah seorang ulama jenius yang sangat ahli dalarn bidang ilrnu nahwu, bahasa Arab, sastra dan tafsir al-Qur' an. Pendapat-pendapatnya tentang ilrnu bahasa Arab diakui dan dipedornani oleh para ahli bahasa karena keorisinalan dan kecerrnatannya. la penganut paharn Mu'tazilah dan bermazhab Hanafi, ia menyusun
al-Kasysyiifuntuk mendukung akidah dan mazhabnya itu.8
Paharn kernuktazilahan al-Zamakhsyarl dalarn tafsimya menjadi bukti kecerdasan, kecermelangan dan kemahirannya. la mampu mengungkapkan isyarat-isyarat yang jauh agar terkandung di dalarn makna ayat guna rnembela kaurn Muktazilah dan rnenyanggah lawan-lawannaya. Tetapi dari aspek kebahasaan ia berjasa telah menyingkap keindahan al-Qur' an dan daya tarik balaghahnya. Hal ini karena ia
6Mahmild,Mallfilllj, h. 105, lil1af juga, Manna' Khalil al-Qatthan, Mal>ailitsfi'Uhilll
al-Qur'all.Penerjemah Mudzakir AS, (Bogar: Litera Antar Nusa, 1996), cet. ke-3, h. 530.
7al-juwaini,Mallilaj al-Zalllllkslfarf, h. 49
mempunyai pengetahuan luas tentang balaghah, bayan, sastra, nahwu dan sharaf. Karenanya ia menjadi rujukan kebahasaan yang kaya.9
B. Karya-Karya al-Zamakhsyari
AI-Zamakhsyari dibesarkan di Khuwiirizm, yailu suatu wilayah Islam yang selalu diperebutkan oleh bangsa-bangsa yang berada didekatnya, namun begitu, wilayah ini menjadi benteng pertahanan Islam yang dipelihara baik oleh penduduknya dengan memperkuat pertahanan sehingga bangsa-bangsa lain tidak mudah memasukinya. Keadaan yang nyaman dan ditunjang oleh faktor ekonomi yang cukup, sangat besar sekali pengaruhnya terhadap gairah penduduk untuk mempertahankan Islam dengan cara menuntut berbagai ilmu pengetahuan yang marak pada masa itu. Tak terkecuali dengan al-Zamakhsyari, sejak kedl ia sudah senang belajar dan mengkaji, hatinya sudah begitu senang dengan ilmu-ilmu Islam dan bahasa Arab. Bakan seluruh jiwanya sudah dirasuki oleh kecintaan terhadap ilmu, sehingga ia rela untuk hidup membujang. Lebih dar! itu, ia menganggap bahwa hasil karya-karyanya adalah putra-puh'a yang baik, karena tidak pernah menyakitkan hati. Gambaran ini dapat dilihat dar! bait-bait syairnya sebagai berikut :10
... \)..l.I\ ...iセキBNN cSr(j vI.;,
J<-u
L5"9AI-Qatthan,Mabtihits. h. 508.
10Ahmad Muhammad al-tlilf1,al-Zamakhsymf, (Kairo: Dar al-Fikr al-'Arabi, 1966),
"ketahuilah, ketunmanku adalalz al1llk-lll1ak 11ll1l1z pikirku,
Mereka dipelilzara olelz ibunya, yaitu dirasalz.
Mereka anak-anak jujur yang berjiwa luhur,
Yang memiliki keutamaan dan kebanggaan.
Mereka perisai dan pelindung kepribadianku,
Yang tak lengalz dan sungkan menjagaku.
Selalu berbuat baik, dan tak pernalz menyakiti,
Beraklzlak mulia dan tak pernalz berbuat sulit. "
AI-Zamakhsyari hampir mencurahkan seluruh hidupnya untuk ilmu, oleh karenanya karya-karya ilmiahnya mencakup seluruh cabang ilmu. Karya-karya ilmiahnya ada yang masih dalam bentuk manuskrip-manuskrip dan tidak sedikit yang sudah dicetak dan dibaca orang.
1. Karya-karya ilmiahnya yang sangat popular antara lain:
1.1. Al Kasysyfifan Haqfiiq Ghawfimidll al Tanzfl wa 'Uyun al-Aqfiwfl FiWujulz
al-Ta 'wfl.
AI-KasysyfiJ merupakan contoh karya tafsir yang menggunakan metode tahUli'. Pembahasan dan kandung-annya dipengaruhi oleh aliran keagamaan dan kecenderungan (keahlian) yang dianut dan dimilikinya. Corak Muktazilah, aliran yang dianut al-Zamakhsyari dalam mengungkapkan sisi keindahan bahasa sangat menonjol dalamal-KasysyfiJ
ini. Oleh kalangan Mu'tazilah pada masanya, al-KasysyfiJdijadikan corong corong yang menyuarakan fatwa-fatwa rasionalnya. Menurut AI-Fildhil Ibn 'Asyur, al-KasysyfiJ ditulis antara lain untuk menaikkan pamor Mu'tazilah sebagai kelompok yang menguasai balaghah dan ta'wil.J1
, Sudah bukan rahasia lagi bahwa al-Zamakhsyari adalah penganut aliran Muktazilah yang sangat kuat. Demikian kuatnya sehingga sejak
11 AI-Fadhil bin Asyur, al-TaJsfr wa RijrillliJ, (Kairo: Majma' Buhuts
membuka tafsirnya ia sudah menggunakan fahamnya. Dalam mukaddimahnya antara lain ia mengemukakan "Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan (Khalaqa) al-Qur·an". Dengan mengtakan hal ini, ia pada dasarnya sedang menegaskan pandangan Muktazilah bahwa al-Qur'an itu diciptakan (hadis atau baru). Berbeda dengan pandangan Sunni bahwa al-Qur'an itu qadi/II. Dengan demikian, jelaslah bahwa sejak memulai tafsirnya ia sudah berani memasuki wilayah kontroversial.
Sisi lain dari tafsir al-Kasysyfij, yang diakui sebagai keistimewaannya, terletak pada pembahasan ayat-ayat dengan mengunakan bahasa dan sastra oleh penulisnya yang dengan pendekatan kebahasaan itu ia ungkapkan segi kemu'jizatan al-Qur'an.
Para penentang al-Qur'an pada masa itu cenderung mengakui keistimewaan al-Qur' an terutama dari segi keindahan bahasa dan sastranya. Penafsirannya kadang ditinjau dari artimllfradatyang mungkin, dengan merujuk kepada ucapan-ucapan orang Arab terhadap syair-syairnya atau ta'rifat yang dipakai dan popular. Kadang penafsirannya juga didasarkan pada tinjauan gramatika atau nahwu, apabila susunan kalimat dalam ayat itu memungkinkan beberapa alternalif jabatan kata, maka ia kemukakan dalam tafsirnya.
Dan dalam mengungkapkan keindahan bahasa dan sastra al-Qur' an, al-Zamakhsyari diakui sebagai seorang yang ahli dalam bidangnya, bahkan tidak sedikit ulama dari kalangan Sunni mengaguminya. Ibnu Khaldun misalnya, ia mengakui keistimewaan al-Kasysyfij dari segi pendekatan sastra (balaghah)-nya dibanding dengan kebanyakan karya-karya tafsir ulama mutaqqaddiminlainnya.
Al-Faiidhillbn 'Asyur lebih jauh menegaskan bahwa:
"Sebagian besar pembahasan ulama Sunni terhaadp tafsir al-Qur' an didasarkan pad a tafsir al-Zamakhsyari".J2
Kemampuan al-Zamakhsyari mengenai seluk beluk bahasa dan sastra selalu digunakan dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an dengan tidak terlepas dari corak aliran teologinya yaitu Muktazilah. Namun demikian, nl-KnsysyaJtidak selalu mencerminkan pandangan Muktazilah. Ketika menafsirkan ayat-ayat al-Qur' an yang berkaitan dengan hukum, al-Zamakhsyari sering menggunakan pendapat mazhab lain, selain mazhab Hanafi yang dianutnya. Dari sudut ini, jelaskan kalangan Sunni dapat dengan mudah menerimanya karena mazhab-mazhab itu pun diakui di kalangan mereka.
1.2. Asas al-Bnlaghnh
Kitab ini adalah kamus yang disusun berdasarkan abjad hijaiyah yang berbeda dari kamus-kamus yang ada sebelumnya. Seperti kita ketahui, bahwa pelopor pertama yang menyusun kamus dalam bahasa Arab adalah aI-Khalil bin Ahmad al-Farahidi13 yang menyusun entrinya
berdasarkan urutan makhraj huruf bahasa Arab, mulai dari !Jalq (tenggorokan), kemudian ke lidah, gigi, dan bibir. Karena memulai entrinya dari huruf'n'in maka beliu namakan kamusnya iniKitnb nl-'Ain.
Kalau kita melihat bentuk sistematika kamus bahasa Arab yang ada sekarang, kita dapat membaginya ke dalam14:
13 Nama asHnya adalah Khalil bin Ahmad al-Farahidi al-Bashri, lahir pada tahun 100 H, wafat pada tahun 175 H. ia tinggal dan berkembang di Bashrah. Semasa hidupnya, ia belajar dillnlnqnil kepada ulama Hadis, ulama fiqh, ulama bahasa dan ulama nahwu. Di antara guru-gurunya adalah 'isa Ibn 'Umar Ibn al-' Ala. Ia terkenal memiliki
kecerdasan atau intelegensi yang sangat tinggi. Semasa belajar, ia terkenal kritis dan jeli dalam berfikir terutama pada dalam penulisan metode dalam kamus Arabnya. Lilmt,
Syauqi Dhaif,Ill-Madnris Ill-Nnllwiyynll, (Kairo: Dar al-Ma'arif, U.), h. 30.
'" Hazim 'Ali Kamala/-Dfll, Dimsnljf'I1111 al-Mn'djilll, (Kairo: Maktabah al-Adab, 1999), h. h. 32-50. Emil Ya'qlib mengklasifikasikan kamus menjadi delapan, yaitu: a.
Kamus bahasa L.:y..U\('""""L•..I.l, b. kamus terjemah "-"":'-?\('""""'"L..., c. Kamus tematik ('"""'"LJ... セイQG|セケpBャャL d. Kamus etimologis BJLLLXQ|BG]セQ r-W1, e. Kamus historiesセIBキャ r-W1, f.
a. kamus yang disusun urutan enh'inya berdasarkan urutan 111nkhraj
bunyi atau cara rolling bunyi, seperti yang dilakukan oleh ai-Khalil
bin Ahmad dengan kamusnya nl- 'Ain, al-Azhari15 dengan
kamusnya Tnhdzfb nl-Lllghah, dan Ibnu Saidah dengnan kamusnya
al-Mul:!.ka111.
b. Kamus yang disusun urutan enh'inya berdasarkan urutan huruf asal yang berada di awal kata atau di akhir kata, seperti yang dilakukan oleh al-Jauhari dengan kamusnya nl-Shil:!.dl:!., Ibn al-Manzhur dengan kamusnya Lisii1'l al- 'Arab, al-Fairllz Abiidl dengan kamusnya al-Qii111llS al-Mll/lflh, al-Zamakhsyarl dengan kamusnya
al-Misbiilz al-Munfr.
c. Kamus yang disusun urutan entrinya berdasarkan tema-tema, seperti yang dilakukan oleh Abu 'Ubaid al-Qasim ibn Salam dengan kamusnya al-Gharfb al-Mllshan1'laj, al-Tsa'alabP6 dengan
15Nama Asli beliau ialah Ibn Azhari bin Nuh bin Said bin Abd ai-Rahman,
al-Azhari Abu Manshur al-Lughaawi al-Adib al-Syafi'i al-Mazhab al-Harawi. Beliau lahir pada tahun 202 H, dan wafat parla tahun 370 H. Beliau banyak menimna ilmu di kota Baghdad. Di 'antara guru-gurunya ialah Ibn Duraid, Ibn al-Sarraj, Ibrahim bin' Arafah dan lain-lain. Seperti gayung bersambut, beliau pun merupakan seorang yang banyak menghasilkan karya-karya besar dalam berbagai bidang khususnya sastra Arab. Di antara karya-karyanya ialahKitiib Ma'rifah al-Sllb!!i, Kitiib al-TaqnvfiTaftir, Kitiib 'I1al
al-Qira'iit, Kitiib TaJsir Syair Abi Talllmiilll serta masih banyak yang lainnya. Wlnt, Abu
'Abdullah Yaqut bin' Abdullah al-Rumi al-Hamawi,Mll'jalll al-Eliidiin all lrsyiid al-Adibilii
Ma'riJalz al-Adib, (BeirUt: Dar al-Kutub al-'llmiyyah, 1991 M),h.112-113,
16Nama aslinya adalah Abu Manshur 'Abd ai-Malik bin Muhammad bin Isma'il
al-Tsa'alabi, beliau merupakan salah satu pakar dala.m bidang bahasa Arab. Dilahirkan di kota Naisftbl1r pada tahun 350 H '(961 M). sedangkan namanya al-Tsa'alabi .adalah penisbatan kepada pekerjaannya yaitu sebagai pengusaha kulit musang (pelanduk). Dan meninggal pada tahun 1038 M. Boliau merupakan seorang penulis yang sangat produktif
I di antara karya-karyanya adalah Fiq/z Lltgllnll Wil Sir al-'Arabiyyall, Yatf11lall al-Dallrdan
LatMlf al-Ma'iinfdll. Lihal,Emil Badl Ya'qub, Fiqlz al-Illg/lnh al 'Arabiyyalz 1l'a KhasM-isultii,
kamusnya Fiqh al-Lughah, dan Ibn Sidah dengan kamusnya
al-Mukhasshash.17
d. Kamus yang disusun berdasarkan urutan abjad huruf yang ada pada kata bahasa Arab, atau disusun tidak berdasarkan akar kata, seperti yang diIakukan oIeh Dr. Rohi al-Ba'labaki dengan kamus dwibahasnya, yaitual-Maurid
e. Sistem alfabetis yang diurutkan berdasarkan huruf pertama dari setiap kata dasar Jr---"'II jJl)iセ Jl,Al'l1 セ_GL setelah huruf-huruf
tambahannaya (;..L..JI)i j )}-I) dibuang, seperti yang diIakukan oleh
Ibn Faris18 (395 H) dalam Mu 'jam Maqdyis al-Lughahdan al-Mu 'jam
al-Wasith yang disusun oleh tim dari Majma' Lughah
al-Arabiyyah di Kairo dan dipimpin langsung oleh Ibrahim Anis.
IiNama ash beliau ialah Abu ai-Hasan' Ali bin ISma'll cll-Lughawl al-Andalusi yang
terkenal dengan sehutan Ibn Sidah. la merupakan seorang pengarang kitab yang sangat
produktif, salah satu karyanya ialahal-Mukhllshash ini, kitab ini diterbitkan olehDaral-Kutub
aVIlmiyyah, Beirut, terdiri dari 5 jilid besar. Kedalaman ilmu sastra Arabnya tidak dapat
diragukan lagi. Karya-karya yang lainnya ialah S