• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi pengembangan wilayah kota tengerang Selatan melalui pendekatan sektor-sektor unggulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi pengembangan wilayah kota tengerang Selatan melalui pendekatan sektor-sektor unggulan"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

1 STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA TANGERANG SELATAN

MELALUI PENDEKATAN SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN

Oleh :

Jelita Septina Jamallia Nim. 105092002951

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)

3 PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

JAKARTA, 29 MARET 2011

Jelita Septina Jamallia

(4)

4 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Alamat em@il DATA DIRI

Nama Lengkap : Jelita Septina Jamallia

Alamat : Jln. Bunga Pagi Sore Blok D10/10 Pamulang Indah (MA) Pamulang _ Tangerang Selatan

Telepon/ Hp : (021) 7423139 / 085691137073 Tempat tanggal lahir : Jakarta, 7 September 1987

Agama : Islam

RIWAYAT PENDIDIKAN

1992 – 1994 TK Islam Al-Ghifary Pamulang 1994 – 1999 SDI Muhammadiyah 12 Pamulang 1999 – 2002 SLTP Negeri 1 Ciputat

2002 – 2005 SMU Muhammadiyah 25 Pamulang

2005 – 2011 Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

RIWAYAT ORGANISASI

2002 – 2003 Sekretaris Umum Pimpinan Ranting (PR) Ikatan Remaja Muhammadiyah

(5)

5 2004 – 2007 Ketua Bidang Hikmah dan Advokasi Pimpinan Daerah (PD) Ikatan

Remaja Muhammadiyah Kab. Tangerang

2006 – 2007 Staf Kemahasiswaan Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan (BEMJ) Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2007 – 2008 Menteri Kemahasiswaan Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan (BEMJ) Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2006 – 2007 Staf Pendanaan Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI)

2007 – 2009 Sekretaris Umum BPP Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI)

2009 – 2010 Menteri Sosial Dan Politik Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2010 – 2014 Dewan Pengurus Pusat (DPP) Pemuda Tani Indonesia

- UP Grading Pimpinan Ranting Ikatan Remaja Muhammadiyah KEGIATAN PELATIHAN

- Taruna Melati I Pimpinan Cabang Ikatan Remaja Muhammadiyah

- LK 1 HMI Komfastek

(6)

6

- Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa (LKMM) Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI)

- Ketua Pelaksana Ta’aruf BEMJ Agribisnis

- Ketua Pelaksana Agri’s Event BEMJ Agribisnis

- Ketua Pelaksana Propesa BEMJ Agribisnis

- Koordinator Acara Seminar Nasional

- Koordinator Acara MUNAS Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI)

- Pelatihan Pemuda KESBANGPOL DKI Jakarta

- Training Supermap Lisenced Coach (SLC) Supermap Indonesia

- Staf Promotion Girl BRI BRITAMA PENGALAMAN PEKERJAAN

- Sekretaris Manager PT Mitra Sukses Sejahtera

- Praktek Kerja Lapang (PKL) Bappeda Kota Tangerang Selatan

- Pengajar Bimbingan Belajar Supermap Indonesia

(7)

7 KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim Assalamualaikum Wr .Wb

Puji Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat, Karunia, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis. Shalawat serta salam tidak lupa dipanjatkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarga dan sahabatnya yang tealh membawa umat manusia menuju jalan kebaikan.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyususnan laporan ini, terutama kepada:

1. Kepada Orang Tua penulis tercinta, Jamal.A.Nazieb dan Lilies Herawaty atas segala dukungan moril, motivasi, semangat, kekuatan doa kalian yang tak pernah lelah kepada penulis untuk tetap optimis dan kuat untuk menjalankan tanggung jawab, serta adik-adik tersayang, Zakky Mubarok, M. Yordan N, Zahran Daffa Z.

2. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Si selaku Dekan Fakultas sains dan teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ketua Program Studi Agribisnis, Bapak Drs Acep Muhib, MM dan Sekretaris Program Studi Ibu Rizky Adi Puspita, SP, M.Si atas segala bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis.

4. Bapak Dr. U.Maman Kh, M.Si dan Bapak Achmad Tjachja, SP, MP selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan nasihat, arahan dan motivasi 5. Bapak Dr. Yon Girie, M.Si dan Ibu Rahmi Purnomowati, SP, M.Si selaku

Penguji skripsi yang telah memberikan arahan dan saran yang sangat berarti sehingga selesainya penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Ir. Taher Rochmadi dan Ibu Irma selaku pembimbing Penelitian dan Bapak Ir. Hasdanil, M.Si selaku Kepala Bappeda Kota Tangerang Selatan, atas arahan, saran dan informasi untuk bisa PKL dan melanjutkan Penelitian Di Bappeda Kota Tangerang Selatan.

7. Kepada seluruh civitas akademik Fakultas Sains dan Teknologi Ibu Tari, Pak Hendra, Ibu Sariah, Bapak Tabah.

8. Fadlika Fathurrachman pendamping jiwa yang terus menemani, membantu dan memberikan motivasi dan arahan yang tak kenal mengeluh, makasi aa. 9. Temen-Temen seperjuanagan Agribisnis 2005 yang terus memberikan

(8)

8 Dimas, Neng Ayu, Neng Alif, Neng Sarifah,Yarfi, Rafki, Anggoro, Echi, Aris, Arif (Bojes), Dony, Buyung, Uin, Ebhi, Restu, Pury, Rofikoh, Iponk, Tama, Riski, Yudha, Yanto, Rusman, Ditha, Hasyim, Agung (Lece), Rere (Semangat terus semuanya,, Ayoo raih mimpi-mimpi), Alm.Nia (yang damai ya Neng)

10. BEM UIN periode 2009-2010, Pres Aditya Prana, Neng Hikmah Lestari,

kanda Erik (om eyi), Taufik Akbar (om delon), Ibu Santi, Khaerudin (om Udin), Dera, Zulham (engkong), Revi, Om chido, Kaka Asep, Iki

Amadinda atas segala kekeluargaan yang terbentuk hingga saat ini.

11. Kepada Team Supermap Learning Center, Bapak Drs. Susanto Edy Prayitno, BLI, Mba Rahma Helfrita, SE, Mas Riki Faisal Firdaus, Fade Pramureza, Bapak Ir. Herry atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis bisa meneruskan kuliahnya.

12. Keluarga AGRIbisnis tersayang Ka Dewi (luv u), Bang Wildan, Ka Asep, Bang Ano, Uni qudsi, Teh Nina, Ci Iwa, A’ Aci, ka husnul ( terima kasih atas bimbingan dan tempat curahan hati selama bergelut di dunia real kampus) Tata, Ochie, Mamad, Itang, Icha, Ka Ovie, ka Icha, Bimbim, Lukman, Arianda, Alvin, Riza semua Temen2 2007, 2008, 2009 (syukuri dan nikmati proses yang akan kalian lalui).

13. Dan Semua Pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu , terima kasih atas doa dan dukungannya.

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat , sebagai bahan memperkaya pengetahuan bagi mereka yang membacanya terutama bagi penulis sendiri.

Akhir kata, penulis memohon maaf apabila ada kekhilafan dalam kata pengantar ini.

Wassalamualaikum . Wr.Wb

Jakarta, Juni 2011

(9)

9 RINGKASAN

JELITA SEPTINA JAMALLIA Studi Pengembangan Wilayah Kota Tangerang Selatan Melalui Pendekatan Sektor-Sektor Unggulan. (Di Bawah Bimbingan Dr. UJANG MAMAN, M. Si dan ACHMAD TJACHJA NUGRAHA, SP, MP)

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu dalam jangka waktu yang cukup panjang dan didalamnya terdapat kemungkinan terjadi penurunan atau kenaikan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dicerminkan dari Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDRB). Pertumbuhan ekonomi suatu daerah tergantung pada kemampuan daerah tersebut dalam mengembangkan potensi sektor-sektor ekonomi unggulannya. Dengan ekonomi unggulan itu, daerah juga dituntut berupaya mengoptimalkan penggunaan input dan perbaikan proses agar ekonomia unggulan dapat dimanfaatkan potensinya secara optimal sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang pada akhirnya akan tercipta kesejateraaan masyarakat.

Kota Tangerang Selatan adalah salah satu daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Jakarta. Daerah ini merupakan daerah limpahan aktivitas Kota Jakarta antara lain limpahan industri, limpahan pemukiman, perkantoran dan insfastruktur jalan serta kereta api. Dalam pengembangan JABODETABEK, Kota Tangerang Selatan dipersiapkan untuk mendukung atau menjadi penyeimbang dan DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang yang memiliki fungsi regional yang menonjol seperti kegiatan perdagangan, pemukiman dan industri.

Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui sektor-sektor potensi untuk mengembangkan wilayah Kota

Tangerang Selatan 2) mengidentifikasi sektor yang menjadi sektor unggulan dalam pengembangan wilayah Kota Tangerang Selatan 3) menganalisis pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor unggulan wilayah Kota Tangerang Selatan 4) mengidentifikasi potensi dan prospek sektor pertanian di Kota Tangerang Selatan. Data yang digunakan adalah data PDRB Kota Tangerang Selatan periode 2007-2008 dan data PDRB Provinsi Banten periode 2007-2008 menurut sektor - sektor ekonomi. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan Location Quatient (LQ) dan analisis Shift Share (S-S).

(10)
(11)

11 DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………...………...……ii

DAFTAR TABEL………..…….………..vi

DAFTAR GAMBAR……….…..………..………vi

DAFTAR LAMPIRAN………...i

BAB I PENDAHULUAN………..……..……1

1.1 Pendahuluan………...………….1

1.2 Rumusan Masalah………...…………..…...…3

1.3 Tujuan Penelitian………...……..……..…4

1.4 Manfaat Penelitian………...……..……….5

1.5 Ruang Lingkup……….………..……….……5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………..…...6

2.1 Perencanaan Pengembangan Wilayah………..………...…..….6

2.2 Penataan Ruang Wilayah Perkotaan...9

2.3 Konsep Sektor Unggulan...10

2.3.1 Sektor Unggulan...11

2.3.2 Pertumbuhan Ekonomi...13

2.4 Metode Analisis Potensi Perekonomian Wilayah...17

2.4.1 Metode LQ ( Location Quotient)...17

2.4.2 Metode S-S (Shift Share)...19

2.5 Penelitian Terdahulu…..………21

(12)

12

BAB III METODE PENELITIAN...27

3.1 Jenis Dan Sumber Data...27

3.2 Metode Pengumpulan Data...27

3.3 Metode Analisis Data...28

3.4.1 Analisis LQ ( LocationQuotient)...28

3.4.2 Analisis S-S (shiftshare)...29

3.4 Definisi Operasional...32

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH...34

4.1 Sejarah Dan Kondisi Umum Kota Tangerang Selatan...34

4.2 Struktur Organisasi Pemerintahan Kota Tangerang Selatan...38

4.3 Ketenagakerjaan...39

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN...41

5.1 HASIL...41

5.1.1 Sektor-Sektor Ekonomi Kota Tangerang Selatan Berdasarkan PDRB Periode 2007 – 2008...41

5.1.2 Sektor – Sektor Unggulan Kota Tangerang Selatan Periode 2007- 2008 Berdasarkan Analisis Location Quotient (LQ)...42

5.1.3 Pertumbuhan Dan Daya Saing Sektor-Sektor Unggulan Berdasarkan Analisis Shift Share (SS)...43

5.1.3.1 Pertumbuhan Total PDRB Kota Tangerang Selatan Dan Provinsi Banten periode 2007 -2008...43

5.1.3.2 Rasio PDRB Total dan Sektoral Kota Tangerang Selatan Dan Provinsi Banten Periode 2007-2008...46

5.1.3.3 Analisis Komponen Pertumbuhan Dan Daya Saing Wilayah Kota Tangerang Selatan Periode 2007-2008...48

5.1.4 Potensi Dan Prospek Pengembangan Wilayah Kota Tangerang Selatan...52

5.2 PEMBAHASAN...54

(13)

13

5.2.1.1 Sektor Pertanian, Peternakan Dan Perikanan...54

5.2.1.2 Sektor Pertambangan Dan Penggalian...55

5.2.1.3 Sektor Industri Pengolahan...55

5.2.1.4 Sektor Listrik, Gas Dan Air Bersih...56

5.2.1.5 Sektor Bangunan Dan Kontruksi...57

5.2.1.6 Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran...57

5.2.1.7 Sektor Pengangkutan Dan Komunikasi...57

5.2.1.8 Sektor Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan...58

5.2.1.9 Sektor Jasa-Jasa...59

5.2.2 Sektor-Sektor Unggulan Kota Tangerang Selatan periode 2007-2008 Berdasarkan Pendekatan Location Quotient (LQ)...60.

5.2.3 Pertumbuhan Dan Daya Saing Sektor-Sektor Unggulan Berdasarkan Analisis Shift Share (SS)...63

5.2.4 Prospek Sektor Pertanian Di Kota Tangerang Selatan...67

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...70

6.1 Kesimpulan...70

6.2 Saran...72 DAFTAR PUSTAKA

(14)

14 DAFTAR TABEL

1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan……….36

2. Perbandingan Demografi Kota Tangerang Selatan Dengan Kabupaten Tangerang Dengan 36 Kecamatan Dan Kabupaten Tangerang Dengan 29 Kecamatan……….……….37

3. PDRB Atas Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kota Tangerang Selatan Periode 2007-2008………41

4. Nilai LQ Sektor Perekonomian Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Pendapatan Wilayah Periode 2007- 2008……..………42

5. Perubahan PDRB Kota Tangerang Selatan Menurut Lapangan Usaha

Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2007 dan 2008 (juta rupiah)………..……….….44

6. Perubahan PDRB Provinsi Banten Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2007 dan 2008…….……….45

7. Rasio Kota Tangerang Selatan Dan Provinsi Banten ( Nilai Ra, Ri dan ri).47

8. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha Di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional, Tahun 2007-2008……49

(15)

15 10. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha Di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah, Tahun 2007- 2008………51

11. Penggunaan Lahan di Kota Tangerang Selatan Tahun 2008…...………52

12. Penggunaan luas lahan sawah dan lahan kering menurut kecamatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2007……….………53

13. Nilai Presentase PP Dan PPW Di Kota Tangerang Selatan………...64

DAFTAR GAMBAR

(16)

16 DAFTAR LAMPIRAN

1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan 2007………76

2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Kota Tangerang Selatan Hingga Agustus 2008………77

3. Struktur Organisasi Pemerintahan Kota Tangerang Selatan……..………78

4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Tangerang Selatan Atas Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2008 (Juta Rupiah).79

5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Banten Atas Harga

Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2008 (Juta Rupiah)………..………..…..80

6. Nilai LQ Sektor Perekonomian Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Pendapatan Wilayah Periode 2007- 2008………..……81

7. Perubahan PDRB Kota Tangerang Selatan Menurut Lapangan Usaha

Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2007 dan 2008 (JutaRupiah)………...…82

8. Perubahan PDRB Provinsi Banten Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2007 dan 2008………..……83

(17)

17 10. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha Di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional, Tahun 2007-2008………..………..85 11. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha Di Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proposional, Tahun 2007- 2008…86

12. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha Di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah, Tahun 2007- 2008………87

13. Nilai Presentase PP Dan PPW Di Kota Tangerang Selatan………...88

14. Jumlah Penduduk Berdasarka Jenis Pekerjaan Pada Tahun 2009………89

15. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Tangerang Selatan ADH Konstan 2000 Menurut Lapanagn Usaha Tahun 2008 (Dalam Persen)………90

16. Distribusi PDRB Kota Tangerang Selatan ADH Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2008 (Dalam Persen)………..91

17. Peta Wilayah Kota Tangerang Selatan………...……92

18. Sebaran Penggunaan Lahan Kota Tangerang Selatan Pada Tahun 2008…93

(18)

18 BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki kondisi fisik serta geografis wilayah yang sangat beragam sehingga pembangunan wilayah sangat penting dalam pembangunan nasional. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu , dalam jangka waktu yang cukup panjang, dan di dalamnya terdapat kemungkinan terjadi penurunan atau kenaikan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi dapat juga didefinisikan sebagai proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan.

(19)

19 Salah satu indikator utama untuk melihat/mengukur berhasil tidaknya suatu proses pembangunan adalah sampai sejauh mana atau seberapa besar tingkat kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dapat dilihat dari bagaimana masyarakat dapat meninkmati hasil-hasil pembangunan dengan mudah seperti listrik, air bersih, BBM, sarana dan prasarana perhubungan/ transportasi dan sebagainya.

(20)

20 Pengaruh sektor ekonomi secara nasional, belum tentu mempengaruhi kinerja sektor ekonomi yang sama didaerah lain. Oleh karena itu, diperlukan kajian untuk mengetahui dan mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan di suatu daerah (kasus dalam hal ini Kota Tangerang Selatan) karena adanya sektor-sektor ekonomi unggulan dapat membangkitkan kinerja sektor riil yang nantinya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.

Kota Tangerang Selatan selalu mengalami pertumbuhan terlihat mulai awal pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Dilihat dari PDRB Kota Tangerang Selatan atas dasar harga konstan 2.197.397 rupiah pada Tahun 2003 terjadi kemunduran menjadi 1.792.030 Rupiah pada Tahun 2004, yang kembali meningkat menjadi 2.655.477 Rupiah pada Tahun 2007. Hal ini memperlihatkan bahwa semakin baiknya kondisi perekonomian Kota Tangerang Selatan.

Daerah ini merupakan Daerah limpahan aktivitas dari kota Jakarta antara lain limpahan pemukiman, perkantoran, industri dan infrastruktur jalan serta kereta api. Kemajuan perekonomian kota Tangerang Selatan akan tercapai dengan pertimbangan karakteristik wilayah dan perkembangan ekonomi wilayah. Kota Tangerang Selatan merupakan Daerah Otonom yang terbentuk pada akhir tahun

(21)

21 Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil Studi Pengembangan Wilayah Kota Tangerang Selatan Melalui Pendekatan Sektor-Sektor Unggulan.

1.6 Rumusan Masalah

Setiap pemerintah khususnya daerah dituntut untuk mampu mengindentifikasi keunggulan komparatif wilayahnya. Keunggulan komparatif wilayah tersebut untuk selanjutnya harus diarahkan dan dipadukan, serta dikembangkan secara terencana, sehingga tercapainya pengembangan wilayah yang optimal, yang tercermin dari luasnya kesempatan kerja dan berusaha, serta adanya insentif ekonomi yang menguntungkan bagi seluruh pelaku ekonomi. Setelah otonomi daerah, masing-masing daerah sudah lebih bebas dalam menetapkan sektor/komoditi yang diprioritaskan pengembangannya. Kemampuan pemerintah daerah untuk melihat sektor yang memilki keunggulan, memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Sektor-sektor apa yang menjadi potensi pengembangan wilayah Kota Tangerang Selatan Periode 2007 - 2008?

(22)

22 3. Bagaimana pertumbuhan sektor-sektor unggulan di Kota Tangerang

Selatan Periode 2007 - 2008?

4. Bagaimana potensi sektor pertanian di Kota Tangerang Selatan ? 1.7 Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Mengetahui sektor-sektor yang menjadi potensi untuk mengembangkan wilayah Kota Tangerang Selatan

2. Mengidentifikasi sektor yang menjadi sektor unggulan dalam pengembangan wilayah Kota Tangerang Selatan

3. Menganalisis pertumbuhan sektor-sektor unggulan wilayah Kota Tangerang Selatan

4. Mengidentifikasi potensi dan prospek sektor pertanian di Kota Tangerang Selatan.

1.8 Manfaat Penelitian

(23)

23 arah dan strategi pembangunan yang lebih fokus mengingat bahwa Kota Tangerang Selatan ini terbentuk dan diharapkan juga dapat menjadi bahan pertimbangan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.9 Ruang Lingkup

(24)

24 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Pengembangan Wilayah

Wilayah dikonotasikan dengan lokasi suatu kegiatan pembangunan atau kegiata-kegiatan ekonomi seperti industri atau pabrik, perusahaan, dan fasilitas pelayanan dengan demikian pemilihan atau penentuan lokasinya akan berpengaruh terhadap kelangsungan kegiatan-kegiatan tersebut. (Adisamita, 2008:1). Pengertian perencanaan pembangunan daerah dapat dilihat

dari unsur-unsur yang membentuknya. Sebagaimana diketahui, perecanaan pembangunan daerah merupakan suatu sistem yang dibentuk dari unsur-unsur perencanaan, pembangunan dan daerah. Dengan melihat diergensi dari setiap unsur tersebut, kemudian diambil suatu kesimpulan secara konvergensi, akan terbentuk suatu pengertian yang utuh.

Administrasi Pembangunan, perkembangan pemikiran dan praktiknya di Indonesia, menyatakan, pada dasarnya perencanaan sebagai unsur dari menajemen adalah proses pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki (Kartasasmita,1997: 48). Monyers dan Hills

(25)

25 pilihan-pilihan penggunaan sumber daya yang ada dengan sasaran untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di masa yang akan datang.

Namun secara UU No.25 Tahun 2004 ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan. Siagian dalam

Bratakusumah dan Riyadi (2003:4) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah, menuju moderenitas dalam rangka pembinaan bangsa. Menurut Kartasasmita (1994:9) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai suatu proses perubahan kearah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Sebagaimana dikemukakan pembangunan adalah suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan.

(26)

26

meliputi segala aspeknya, baik ekonomi, industri, sosial, budaya, dan sebagainya

.(Bratakusumah dan Riyadi, 2003:5)

Sebagai tahapan awal perencanaan pembangunan akan menjadi acuan dasar bagi pelaksanaan kegiatan pembangunan (Action Plan) karena itu,

perencanaan pembangunan hendaknya bersifat implementatif (dapat dilaksanakan) dan aplikatif (dapat diterapkan). Kegiatan ini pada dasarnya

merupakan kegiatan riset/penelitian, karena proses pelaksanaannya banyak menggunakan metode-metode riset, mulai dari teknik pengumpulan data, analisis data, hingga studi lapangan/kelayakan dalam mengumpulkan data, analisis data hingga studi lapangan dalam rangka mendapatkan data-data yang akurat,baik yang dilakukan secara konseptual maupun eksperemental.

Dengan demikian ,perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses perumusan alternatf-alternatif atau keputusan-keputusan yang

didasarkan kepada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai

bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/aktifitas masyarakat, baik

yang bersifat fisik maupun nonfisik (mental dan spiritual), dalam rangka

mencapai tujuan yang lebih baik.

(27)

27 perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarah kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi, (Arsyad, 2004:298).

2.2 Penataan Ruang Wilayah Perkotaan

Konsep pembangunan bagi pertumbuhan ekonomi, pembangunan berkelanjutan erat kaitannya dengan kegiatan perencanaan tata ruang atau penataan ruang. Disiplin tata ruang dapat diartikan sebagai usaha optimasi pemanfaatan ruang wilayah dalam bentuk suatu penataan ruang wilayah. Pengertian dari ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk hidup lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.(Karoma, 2010:19)

(28)

28 menggariskan bahwa rencana tata ruang daerah, nasional, propinsi dan kabupaten/kota, dibuat berjenjang hirarkis, rencana didaerah bawahan merupakan penjabaran daerah atasan, implikasinya adalah keterbatasan bagi daerah dibawahnya untuk mengembangkan daerahnya.

Dalam UUPR disebutkan bahwa penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian penataan ruang atau perencanaan tata ruang merupakan salah satu model dari kegiatan perencanaan atau (planning). Penataan ruang merupakan salah satu model perencanaan

phisycal palnning, karena memberi perhatian pada mencari soolusi optimal untuk pola lokasi tempat tinggal , tempat usaha dan kegiatan-kegiatan manusia lainnya agar sesuai dengan tujuan sosial dan masyarakat umum lainnya. Biasanya produk tata ruang diperkuat kedudukannya melalui peraturan pemerintah dan dikendalikan oleh pemerintah setempat.

(29)

29 2.3 Konsep Sektor Unggulan

Teori ekonomi basis dapat digunakan untuk mengetahui perbedaaan potensi suatu wilayah dengan wilayah lain dan mengetahui hubungan antara sektor- sektor dalam suatu perekonomian. Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah ditentukan oleh besarnya ekspor dari wilayah tersebut (Richardson , 1977: 53)

Kegiatan lain yang bukan kegiatan basis disebut sebagai sektor non basis. Sektor non basis ditujukan untuk memenuhi kebutuhan lokal, sehingga sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat setempat, dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah. Anggapan tersebut mengindikasikan bahwa satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan adalah sektor basis. (Tarigan,2005:57).

(30)

30 Secara teoritis, sektor mana saja yang merupakan sektor basis dan non basis disuatu daerah tidaklah bersifat statis melainkan dinamis. Artinya, pada tahun tertentu daerah mungkin saja sektor tersebut merupakan sektor basis, namun pada tahun berikutnya belum tentu sektor tersebut secara otomatis menjadi sektor basis. Sektor basis mengalami kemajuan ataupun kemunduran. Beberapa sebab kemajuan sektor basis adalah: 1. Perkembangan jaringan transportasi dan

komunikasi, 2. Perkembangan pendapatan dan penerimaan daerah, 3. Perkembangan teknologi 4. Pengembangan prasarana ekonomi dan sosial.

Sedangkan penyebab kemunduran sektor basis adalah perubahan permintaan diluar daerah dan kehabisan cadangan sumber daya.

2.3.1 Sektor Unggulan

Sektor unggulan adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh keberadaan faktor anugerah (endowment factors). Selanjutnya faktor ini berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Dengan adanya sektor unggulan, maka mempermudah pemerintah dalam mengalokasikan dana yang tepat sehingga kemajuan perekonomian akan tercapai.

Kriteria sektor unggulan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah, diantaranya:

pertama, sektor unggulan tersebut memiliki laju pertumbuhan yang tinggi; kedua,

(31)

31 sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang; keempat, dapat juga diartikan sebagai sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi (Tarigan, 2005: 40)

Semakin banyak sektor unggulan dalam suatu daerah akan menambah arus pendapatan kedaerah tersebut, menambah permintaan terhadap barang dan jasa didalamnya dan menimbulkan kenaikan volume sektor non-unggulannya. Dengan kata lain, sektor unggulan berhubungan langsung dengan permintaan dari luar, sedangkan non unggulan berhubungan secara tidak langsung, yaitu melalui sektor unggulan terlebih dahulu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sektor unggulan merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan suatu daerah. (Glasson dalam Kusuma, 2009:18 )

(32)

32 masyarakat yang pada akhirnya akan tercipta kesejahteraan masyarakat (Kusuma, 2009 : 19).

2.3.2 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu Negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terdapat proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi dengan sendirinya juga akan membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi.

Perbedaan antara kedua adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif yaitu adanya kenaikan standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor

perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan dan teknik. (Mankiw, 2000: 21).

(33)

33 serta outputnya diekspor akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan perkapita dan penciptaan peluang kerja di daerah tersebut. (Richardson dalam Usya, 2005: 45)

Aliran klasik muncul pada akhir abad ke-18 dipelopori oleh Adam Smith yang berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi yang disebabkan karena faktor kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah penduduk. Doktrin atau semboyan aliran klasik adalah ”laisser faire laisser passer” atau persaingan bebas. Artinya pemerintah tidak campur tangan dalam perdagangan dan perekonomian. Menurut Smith dalam Adisasmita (2005:23), untuk berlangsungnya perkembangan ekonomi diperlukan adanya spesialisasi atas pembagian kerja agar produktivitas tenaga kerja akan meningkat. Teori klasik yang ditemukan Adam Smith dalam

Tarigan (2005:47) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menetukan pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan penduduk. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar dan perluasan pasar akan meningkatkan spesialisasi dalam perekonomian tersebut. Lebih lanjut, spesialisasi akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja sehingga meningkatkan upah dan keuntungan. Dengan demikian, proses pertumbuhan akan terus berlangsung sampai seluruh sumber daya termanfaatkan.

(34)

34 pertumbuhan ekonomi ketaraf yang rendah. Pola pertumbuhan ekonomi berawal dari jumlah penduduk rendah dan sumber daya alam relatif melimpah.

Secara garis besar, berdasarkan teori pertumbuhan klasik, dapat disimpulkan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat tergantung pada empat faktor, yaitu jumlah penduduk, akumulasi kapital, luas lahan dan teknologi ( Priyarsono, Sahara dan M.Firdaus dalam Kusuma, 2009:14). Tahap- tahap pertumbuhan ekonomi dan hubungan antara jumlah penduduk dengan produksi total dalam teori klaisk dapat digambarkan sebagai berikut.

Produksi Total

I II III IV

Jumlah Penduduk

Gambar 1. Hubungan antara Jumlah Penduduk dengan Produksi Total

(35)

35 ekonomi dapat dibagi menjadi empat tahap. Tahap I adalah tahap dimana produksi batas bertambah besar apabila jumlah penduduk bertambah. Tahap II merupakan tahap dimana produksi batas mencapai nilai maksimal dan mulai menurun apabila penduduk bertambah. Tahap III adalah tahap dimana produksi batas besarnya lebih rendah dari pada produksi per kapita. Batas antara tahap II dan III merupakan tingkatan pertumbuhan dimana pendapatan atau produksi per kapita mencapai nilai maksimal. Batas antara III dan IV adalah tingkat pertumbuhan dimana pendapatan atau produksi total wilayah mencapai tingkat maksimal. Pada tahap IV, produksi total mengalami penurunan dan semakin lama akan semakin kecil. Pada tahap ini pendapatan per kapita menjadi jauh lebih rendah dari pada pendapatan per kapita maksimal yang dicapai pada batas tahap II dan III. Pada akhirnya tingkat stationary state akan tercapai, yaitu pada saat produksi per perkapita hanya cukup untuk hidup atau subsistencelevel.

(36)

36 2.4 Metode Analisis Potensi Perekonomian Wilayah

Seorang perencana wilayah harus memiliki kemampuan untuk menganalisis potensi ekonomi wilayahnya. Hal ini terkait dengan kewajibannya disatu sisi menentukan sektor – sektor riil yang perlu dikembangkan agar perekonomian daerah tumbuh cepat dan sisi lain mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang membuat potensi sektor tertentu rendah dan menetukan apakah prioritas untuk menanggulangi kelemahan tersebut. Setelah otonomi daerah, masing-masing daerah sudah lebih bebas dalam menetapkan sektor/ komoditi yang diprioritaskan pengembangannya. Kemampuan pemerintah daerah untuk melihat sektor yang memiliki unggulan/ kelemahannya diwilayahnya semakin penting. Sektor yang memiliki unggulan, memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang analisis yang digunakan untuk menentukan potensi perekonomian suatu wilayah adalah keunggulan komparatif, Location Quotient (LQ) dan Analisis Shif-Share (SS).(Tarigan, 2005:79)

2.4.1 Metode LQ ( Location Quotient)

(37)

37 kemampuan tumbuh yang sama. Oleh karena itu, perencana pembangunan wilayah biasanya akan memanfaatkan sektor-sektor basis yang dianggap dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Salah satu indikator yang mampu menggambarkan keberadaan sektor basis adalah melalui indeks LQ (Location Quentient) yaitu suatu indikator sederhana yang dapat menunjukan kekuatan atau besar kecilnya peranan suatu sektor dalam suatu daerah dibandingkan dengan daerah atasnya atau wilayah referensinya. (Daryanto,Arif, 2010:20). Metode ini berguna untuk menentukan sektor unggulan dan sektor non-unggulan dengan cara menghitung perbandingan antara pendapatan di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan total semua sektor didaerah bawah dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap total semua sektor diadaerah atasnya. Daerah bawah dan daerah atas yang dimaksud adalah daerah administratif (Glasson dalam Tarigan,2005:79) misalnya penelitian ini analisis dilakukan pada Tingkat Kota, maka daerah bawahnya adalah Kota dan Daerah atasnya adalah Provinsi. Ada dua cara untuk mengukur LQ dari suatu sektor dalam suatu perkonomian wilayah yakni melalui pendekatan nilai tambah atau PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan tenaga kerja.

(38)

38 Sedangkan LQ = 1, maka ada kecenderungan sektor tersebut bersifat tertutup karena tidak melakukan transaksi ke dan dari luar daerah/wilayah, namun kondisi

seperti ini sulit ditemukan dalam sebuah perkonomian wilayah. (Daryanto, Arif, 2010: 21).

2.4.2 Metode S-S (Shift Share)

Analisis ini pertama kali diperkenalkan oleh Perloff, et al dalam Kusuma, (2009:20). Analisis Shift Share (S-S) merupakan metode yang digunakan untuk menganalis struktur perekonomian di suatu wilayah. Selain itu, dapat juga digunakan untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian suatu wilayah dalam dua periode waktu.

Analisis ini dapat dilakukan pada tingkat Kabupaten, Provinsi maupun Nasional. Di Tingkat Kabupaten, analisis ini berguna untuk melihat kecamatan-kecamatan mana saja yang memberikan kontribusi pertumbuhan paling besar terhadap perekonomian Kabupaten tersebut. Selain itu, melalui analisis ini juga dapat diketahui sektor mana saja yang mengalami pertumbuhan yang paling cepat di masing - masing wilayah kecamatan tersebut. Di Tingkat Provinsi, dapat diketahui Kabupaten-kabupaten mana saja beserta sektor-sektornya yang memberikan kontribusi paling besar terhadap pertumbuhan di Tingkat Provinsi.

(39)

39

Proporsional, dan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (Priyarsono, Sahara dan M. Firdaus dalam kusuma, 2009:22). Komponen

Pertumbuhan Nasional (PN) adalah perubahan kebijakan ekonomi nasional atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah. Contohnya antara lain kecenderungan inflasi, pengangguran dan kebijakan perpajakan.

Komponen pertumbuhan proporsional (PP) timbul karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri seperti kebijakan perpajakan, subsidi dan price support serta perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. Komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses ke pasar, dukungan kelembanggaan. Parsarana sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut.

(40)

40 Sumber : Priyarsono, sahar dan M. Firdaus (2007)

Gambar 2 Model Analisis shift-share

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian dengan pendekatan Location Quentient (LQ) dan Analisis Shift-Share (S-S) sudah ada dilakukan sebelumnya, seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Usya (2005) dengan judul ”Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten Subang”. Menggunakan metode LQ dan Analisis Shift - Share menyimpulkan bahwa di Kabupaten Subang terdapat 4 sektor basis, yaitu Sektor Pertanian, Sektor Bangunan/Kontruksi, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Sektor Jasa-Jasa. Selain itu, Usya menyimpulkan bahwa tidak terjadi perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Subang, ditandai dengan peranan sektor primer yang tetap mendominasi perekonomian Kabupaten Subang walaupun pertumbuhannya lambat.

(41)
(42)

42 unggulan hanya sektor listrik, gas dan air bersih yang memiliki daya saing tertinggi, Jika diurutkan sektor yang daya saingnya tertinggi yaitu: sektor unggulan listrik, gas dan air bersih, sektor non unggulan pengangkutan dan komunikasi serta sektor non unggulan perdagangan, hotel dan restoran.

Dari seluruh sektor-sektor unggulan di Kabupaten Tangerang , tidak semua sektor unggulan mempunyai penyerapan tenaga kerja yang tinggi. Sektor-sektor ekonomi yang menyerap tenaga kerja yang tinggi adalah Sektor-sektor non unggulan perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor unggulan industri dan sektor unggulan jasa-jasa. Oleh karena itu meningkatkan perekonomian Kabupaten Tangerang, pemerintah memprioritaskan dan mengembangkan sektor jasa-jasa, karena selain sektor tersebut merupakan sektor unggulan yang mempunyai pertumbuhan yang cepat dan berdaya saing tinggi, sektor tersebut menyerap tenaga kerja yang cukup besar.

(43)

43 Disparitas pendapatan antar daerah dapat meyebabkan permasalah pembanguan dan ketidakstabilan perekonomian. Penelitiann ini bertujuan untuk menganalisis besarnya disparitas antar daerah dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota, menganalisis sektor-sektor yang berpotensi dikembangkan guna mendorong pertumbuhan ekonomi, mengklasifikasi daerah dan sektor-sektor Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah berdasarkan laju pertumbuhan dan pendapatan perkapitanya/kontribusinya. Metode analisis yang digunakan adalah analisis pertumbuhan ekonomi, Locatoin Quotient (LQ), Shift Share (SS), Tipologi Klassen, Indeks Williamson dan Indeks Theil.

(44)

44 Sondari (2007) dengan judul ”Analisis Sektor Unggulan Dan Kinerja Ekonomi Provinsi Jawa Barat Periode 2001-2005” menggunakan metode analisis LQ dan hasilnya menyimpulkan bahwa selama kurun waktu 2001-2005, sektor yang menjadi sektor basis dan merupakan sektor unggulan di Provinsi Jawa Barat yaitu Sektor Listrik, Gas Dan Air Bersih, Sektor Industri Pengolahan serta Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran.

2.5 Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari adanya sektor – sektor ekonomi unggulan yang memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota Tangerang Selatan. Sektor-sektor unggulan tersebut apa bila terus dikembangkan, akan membantu meningkatkan perekonomian wilayah Kota Tangerang Selatan selanjutnya, Begitupun dengan karakteristik wilayah yang kuat jika di kembangkan akan menjadi wilayah yang potensial. Laju pertumbuhan ekonomi yang berasal dari perubahan PDRB menurut 9 sektor perekonomian berdasarkan lapangan usaha ini dianalisis dengan menggunakan Metode Shift Share (S-S) dimana sektor-sektor tersebut akan menagalami pertumbuhan dari tahun ke tahun.

(45)
(46)

46 Gambar 3 Kerangka Pemikiran

Location Quentient

(LQ)

Analisis ShiftShare (S-S)

PDRB Kota Tangerang Selatan Atas Dasar Harga

Konstan

Sektor-Sektor Unggulan Pertumbuhan dan Daya

Saing Sektor-Sektor Unggulan Sektor Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Atas Harga Konstan

Studi Pengembangan Wilayah Kota Tangerang Selatan Melalui Pendekatan Sektor-Sektor Unggulan

Karakteristik Wilayah Kota

4. Sektor listrik,gas dan air bersih

(47)

47 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder. Data sekunder yaitu data PDRB sektor- sektor ekonomi menurut lapangan usaha di Kota Tangerang Selatan Tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 dan data PDRB sektor- sektor ekonomi menurut lapangan usaha di Provinsi Banten periode 2007 - 2008 .

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian adalah:

1. Wawancara

(48)

48 terstruktur dan peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan (Narbuko dan Achmadi, 2003:83)

2. Data Sekunder

Data PDRB sektor-sektor ekonomi menurut lapangan usaha dikota Tangerang Selatan dari Tahun 2007 sampai Tahun 2008 dan data PDRB sektor-sektor ekonomi menurut lapangan usaha Provinsi Banten 2007-2008. Data ini diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) Kota Tangerang Selatan, BPS Provinsi Banten, BPS pusat, BAPPEDA Kota Tangerang Selatan.

Peneliti menggunakan data tahun 2007 sampai tahun2008 karena kondisi perekonomian di Kota Tangerang Selatan sudah dapat dilihat jangka waktu tersebut. Selain itu juga Kabupaten Tangerang mengalami pemekaran wilayah.

3.3 Metode Analisis Data

3.3.1 Analisis LQ ( LocationQuotient)

(49)

49 Menurut Richardson dalam Adisasmita (2005:28) analisis basis ekonomi Rumus LQ dapat dituliskan :

LQ = Sib / Sb Sia / Sa

Keterangan :

Sib : Pendapatan sektor i pada daerah bawah ( Kota Tangerang Selatan ) Sb : Pendapatan total semua sektor daerah bawah ( Kota Tangerang Selatan ) Sia : Pendapatan sektor i pada daerah atas ( Propinsi Banten)

Sa : pendapatan total semua sektor daerah atas ( Propinsi Banten)

(50)

50 3.3.2 Analisis S-S (shiftshare)

Dalam menggunakan analisis shift share, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah:

1. Menentukan wilayah yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini, wilayah yang akan dianalisis adalah wilayah Kota Tangerang Selatan.

2. Menentukan indikator kegiatan ekonomi dan periode analisis. Indikator kegiatan ekonomi yang digunakan disini adalah pendapatan yang dicerminkan dari nilai PDRB kota Tangerang Selatan dan Propinsi Banten. Sedangkan periode analisis digunakan dari Tahun 2007 sampai dengan tahun 2008.

3. Menentukan sektor ekonomi yang akan dianalisis. Sektor ekonomi yang dianalisis dalam penelitian ini adalah sektor ekonomi berdasarkan lapangan usaha yang terdiri dari sektor, yaitu : Sektor Pertanian; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Listrik, Gas, dan Air Bersih; Bangunan/Kontruksi; Perdagangan, Hotel dan Restoran; Pengangkutan dan Komunikasi; Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta Jasa-Jasa.

4. Menghitung perubahan indikator kegiatan ekonomi, dengan menghitung persentase perubahan PDRB:

(51)

51

∆Yij = Perubahan pendapatan sektor i pada wilayah j

Yij = Pendapatan dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis Y’ij

5. Menghitung Rasio Indikator Kegiatan Ekonomi yang terdiri dari:

= Pendapatan dari sektor i pada wilayah j pada tahun akhir analisis

a. ri

ri = (Y’ij - Yij)/ Yij

b. Ri

; dengan ri adalah rasio pendapatan sektor i pada wilayah j.

Ri = (Y’i - Yi)/ Yi ; dengan Ri adalah rasio pendapatan (provinsi) dari sektor i, Y’i adalah pendapatan (propinsi) dari sektor i pada tahun akhir analisis, dan Yi

c. Ra

adalah pendapatan (propinsi) dari sektor i pada tahun dasar analisis

Ra = (Y’..-Y..) / Y.. ; dengan Ra adalah rasio pendapatan (propinsi), Y’.. adalah pendapatan (propinsi) pada tahun akhir analisis, dan Y..

6. Menghitung Komponen Pertumbuhan Wilayah

adalah pendapatan (propinsi) pada tahun dasar analisis

(52)

52 PRij = (Ra) Yij

Keterngan =

Prij = Komponen pertumbuhan regional sektor i untuk wilayah j Yij

b. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP)

= Pendapatan dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis

PPij = (Ri-Ra) Yij ; dimana PPij adalah komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah j. Apabila:

PPij < 0, menunjukan bahwa sektor i pada wilayah j pertumbuhannya lambat.

PPij

c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)

> 0, menunjukan bahwa sektor i pada wilayah j pertumbuhannya cepat.

PPWij = (ri-Ri)Yij dimana PPWij adalah Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah sektor i untuk wilayah j. Apabila:

PPWij > 0, berarti sektor i pada wilayah j mempunyai daya saing yang baik dibandingkan dengan wilayah lainnya.

PPWij

d. Persentase ketiga pertumbuhan wilayah dapat dirumuskan :

< 0, berarti sektor i pada wilayah j mempunyai daya saing yang kurang baik dibandingkan dengan wilayah lainnya.

(53)

53 %PPWij = (PPWij) / Yij

1. Pendekatan produksi, PDRB diartikan dihitung berdasarkan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi dalam suatu wilayah atau region pada jangka waktu tertentu, biasanya setahun dan disebut produk regional.

* 100%

3.4 Definisi Operasional

PDRB merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun dasar harga konstan.

PDRB atas dasar harga berlaku adalah PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun berjalan, baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun komponen nilai tambah.

PDRB atas dasar harga konstan adalah PDRB yang di nilai berdasarkan harga pada tahun tertentu atau tahun dasar, baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun komponen nilai tambah.

(54)

54

2. Pendekatan pendapatan, PDRB merupakan balas jasa yang diterima oleh factor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.

3. Pendekatan pengeluaran, PDRB adalah jumlah nilai pengeluaran konsumsi rumah tangga, pemerintah, lembaga nirlaba, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan Ekpor neto (Ekpor neto merupakan ekspor dikurangi impor)

(55)

55

BAB IV

GAMBARAN UMUM WILAYAH KOTA TANGERANG SELATAN

4.1 Sejarah dan Kondisi Umum Kota Tangerang Selatan

Pada masa penjajahan Belanda, wilayah ini masuk ke dalam Karesidenan Batavia dan mempertahankan karakteristik tiga etnis, yaitu Suku Sunda, Suku Betawi, dan Suku Tionghoa. Kota Tangerang Selatan adalah salah satu kota di Provinsi Banten, Indonesia. Kota ini diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008. Wilayah ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Rencana ini berawal dari keinginan warga di wilayah selatan untuk mensejahterakan masyarakat. Pada tahun 2000, beberapa tokoh dari kecamatan-kecamatan mulai menyebut-nyebut Cipasera sebagai wilayah otonom. Warga merasa kurang diperhatikan Pemerintah Kabupaten Tangerang sehingga banyak fasilitas terabaikan.

(56)

56 Ciputat dipilih secara aklamasi. Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Banten mulai membahas berkas usulan pembentukan Kota Tangerang mulai 23 Maret 2007. Pembahasan dilakukan setelah berkas usulan dan persyaratan pembentukan kota diserahkan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah ke Dewan pada 22 Maret 2007. (Wikipedia, 11:55)

Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten dan secara administratif terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan, 49 (empat puluh sembilan) kelurahan dan 5 (lima) desa dengan luas wilayah 147,19 Km2. 7 kecamatan Kota Tangerang Selatan terdiri dari Serpong, Serpong Utara, Ciputat, Ciputat Timur, Setu, Pamulang, Pondok Aren.

Menurut Kabupaten Tangerang Dalam Angka Tahun 2007/2008, luas wilayah kecamatan-kecamatan yang berada di Kota Tangerang Selatan (yang kemudian diambil sebagai luas wilayah kota Tangerang Selatan) adalah sebesar 150,78 Km2 sedangkan menurut Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan adalah sebesar 147,19 Km2 dengan rincian luas kecamatan masing-masing yang berbeda pula. Angka yang digunakan adalah 147,19 Km2 karena sesuai dengan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Propinsi Banten.

(57)

57

- Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan Kota

Tangerang

- Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan Kota

Depok

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok - Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang

Luas wilayah masing-masing kecamatan tertera dalam Tabel 1. Kecamatan dengan wilayah paling besar adalah Pondok Aren dengan luas 2.988 Ha atau 20,30% dari luas keseluruhan Kota Tangerang Selatan, sedangkan kecamatan dengan luas paling kecil adalah Setu dengan luas 1.480Ha atau 10,06%.

Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan

No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Persentase terhadap

luas kota (%)

(58)

58 Bagian barat wilayah Kota Tangerang selatan yang berbatasan dengan kabupaten Tangerang sesuai untuk pertanian lahan kering, sedangkan untuk sebagian besar bagian utara wilayah Kota Tangerang Selatan kurang sesuai baik untuk pertanian tanaman lahan kering maupun lahan basah. Bagian selatan wilayah Kota Tangerang selatan sebagian digunakan untuk lahan pertanian tanaman lahan basah dan pengembangan tambak, walaupun lahan ini kurang sesuai untuk pertanian lahan basah maupun kering, namun saat ini telah diatasi dengan sistem irigasi dan pompanisasi.

Penduduk Kota Tangerang Selatan berjumlah 1.051.374 jiwa pada tahun 2007, dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki sebesar 532.670 Jiwa sedangkan perempuan 518.704 jiwa. Rasio jenis kelamin adalah sebesar 102,69, yang menunjukkan bahwa jumlah laki-laki sedikit lebih banyak dibandingkan

jumlah perempuan. Kepadatan penduduk kota tersebut mencapai 7.143 orang /km2. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari angka kepadatan

(59)

59 Tabel 2.Perbandingan Demografi Kota Tangerang Selatan Dengan Kabupaten

Tangerang Dengan 36 Kecamatan Dan Kabupaten Tangerang Dengan 29 Kecamatan

Jumalh (orang ) 3.502.226 1.051.374 2450.852

Luas wilayah

Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan 2008

Rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Kota Tangerang Selatan tahun 2008 adalah 102,69 artinya komposisi penduduk laki-laki lebih banyak di bandingkan penduduk perempuan. Kecenderungan sex rasio diatas 100 di mungkinkan dengan banyaknya pendatang yang terserap di lapangan pekerjaan khususnya sektor industri dan perdagangan/ jasa masih didominasi oleh kalangan laki-laki.

(60)

60 4.2 Struktur Organisasi Pemerintahan Kota Tangerang Selatan

Sebelum Kota Tangerang Selatan disahkan, PJS Walikota Kota Tangerang Selatan telah mengintruksikan kepada Kepala Bagian Organisasi Kabupaten Tangerang untuk menyusun SOTK Pemerintah Kota Tangerang Selatan. "Ini bertujuan agar pemerintahan dapat langsung dijalankan, setelah penjabat wali kota dilantik. SOTK Kota Tangerang Selatan yang telah tersusun adalah untuk sekretaris daerah 1, asisten daerah 2, dinas 7, badan 3, kantor 6, dan bagian 2. Adapun untuk penyerahan pegawai, eselon II A 1 orang, eselon II B 15 orang, eselon III A 32 orang, eselon III B 61 orang, eselon IV A 314 orang, dan fungsional 4.188 orang.

(61)

61 4.3 Ketenaga Kerjaan

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting bagi pembangunan ekonomi daerah yang ada akhirnya mengurangi angka pengangguran sehingga dapat berdampak memperkecil tingkat kemiskinan pada masyarakat. Indikator ketenagakerjaan yang dapat memberikan gambaran tentang seberapa besar keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi produktif adalah tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK). TPAK merupakan persentase penduduk (10 tahun ke atas) yang tergolong angkatan kerja.

Penduduk Kota Tangerang Selatan berjumlah 1.051.374 jiwa pada tahun 2007, dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki sebesar 532.670 jiwa sedangkan perempuan 518.704 jiwa. Rasio jenis kelamin adalah sebesar 102,69, yang menunjukkan bahwa jumlah laki-laki sedikit lebih banyak dibandingkan jumlah perempuan. Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur pada tahun 2008 menunjukkan bahwa kelompok umur dengan jumlah penduduk terbesar adalah 0 – 4 tahun, yaitu sebesar 9,69% sedangkan kelompok umur dengan jumlah penduduk terkecil adalah ≥ 60, yaitu sebesar 3,47%.

(62)

62 yang digunakan adalah angka persentase dan bukan angka absolut dengan asumsi bias tersebar ke dalam semua kelompok data.

(63)

63

Struktur ekonomi di Kota Tangerang Selatan selama dua tahun terakhir 2007 – 2008 didominasi oleh kelompok sektor sekunder dan tersier, namun utamanya adalah didominasi kelompok sekunder. Pada tahun 2007, pembentukan PDRB tetap didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 1,14 Triliun hampir setengah nilai PDRB Kota Tangerang Selatan. Kemudian diikuti oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang mempunyai peranan sebesar 438 miliar. Dilihat struktur perkembangan perekonomian Kota Tangerang Selatan berikut 9 sektor yang berpotensi mampu di berperan dalam mengembangkan wilayah Kota Tangerang Selatan selama kurun waktu 2007 hingga 2008 adalah sebagai berikut:

Tabel 3. PDRB ADH Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha Kota tangerang Selatan Periode 2007-2008

Lapangan Usaha PDRB 2007 PDRB 2008

1. Pertanian 44.001,03 43.892,23

2. Pertambangan dan Penggalian 1.069,88 1.076,56 3. Industri Pengolahan 933.461,05 935.085,02 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 184.743,51 194.447,48

5. Banggunan 319.450,27 326.480,24

(64)

64 Perusahaan

9. Jasa-Jasa 545.877,46 583.018,15

Total PDRB 4.391.990,06 4.709.756,14 Sumber. BPS Kota Tangerang Selatan 2007

5.1.2 Sektor-Sektor Unggulan Kota Tangerang Selatan Periode 2007-2008 Berdasarkan Pendekatan Location Quotient (LQ)

Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan ini adalah Location Quotient atau yang biasa disebut LQ. Indikator yang dipakai pada pendekatan LQ ini adalah indikator pendapatan PDRB, sehingga dapat diketahui apakah suatu sektor merupakan sektor unggulan atau non unggulan dalam kaitannya dengan menghasilkan pendapatan bagi perekonomian wilayah Kota Tangerang Selatan.

Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data pendapatan wilayah (PDRB) Kota Tangerang Selatan atas dasar harga konstan dan Provinsi Banten sebagai wilayah yang lebih luas. Data ini diambil pada periode 2007-2008. Periode 2007-2008 dijadikan tahun penelitian karena Kota Tangerang Selatan mengalami pemekaran wilayah dan telah mengalami pertumbuhan dilihat lewat melalui kecamatan.

Tabel 4. Nilai LQ Sektor Perekonomian Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Pendapatan Wilayah Periode 2007-2008

lapangan usaha 2007 2008

Pertanian 0.12 0.11

Pertambangan dan penggalian 0.22 0.19

Industri pengolahan 0.43 0.42

Listrik, gas dan air bersih 1.04 1

Banggunan 2.51 2.37

(65)

65

Pengangkutan dan komunikasi 1.89 1.93

Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 3.03 2.87

Jasa-jasa 2.68 2.52

Sumber ;BPS Kota Tangerang Selatan 2008 (Diolah)

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan pendekatan Location Quotient (LQ), sektor ekonomi yang termasuk dalam sektor unggulan di kota tangerang selatan berdasarkan yang terunggul adalah, 1. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, 2. Sektor jasa-jasa, 3. Sektor bangunan, 4. Sektor pengangkutan dan komunikasi, 5. Sektor perdagangan, hotel dan restoran, 6. Sektor listrik, gas dan air bersih.

5.1.3 Pertumbuhan Dan Daya Saing Sektor-Sektor Unggulan Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Analisis Shift Share

5.1.3.1 Pertumbuhan Total PDRB Kota Tangerang Selatan Dan Provinsi Banten

Persentase pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di Kota Tangerang Selatan pada periode 2007-2008 menunjukkan peningkatan kontribusi sebesar 7,24 persen (Tabel 2). Pada tahun 2007 nilai riil PDRB Kota Tangerang Selatan atas harga konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp 4.39 triliun dan meningkat pada tahun 2008 menjadi Rp. 4,71 triliun, sehingga pada periode 2007-2008 terjadi peningkatan dengan pertumbuhan sekitar Rp.317 miliar atau 7,24 persen.

(66)

66 Kota Tangerang Selatan adalah sebesar Rp. 1,14 triliun dan meningkat menjadi Rp.1.31 triliun pada tahun 2008, sehingga pada periode 2007-2008. Sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kota Tangerang Selatan tumbuh sangat pesat karena bermunculannya pusat-pusat perbelanjaan baru dari awal tahun 2007 sampai tahun 2008 masih marak di wilayah Kota Tangerang Selatan. Sektor ini juga merupakan sektor dengan pertumbuhan tertinggi jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Sub sektor perdagangan besar dan eceran merupakan motor utama pada sektor tersebut, dimana kontribusi NTB-nya PDRB mencapai 16,08 persen pada tahun 2008. Dan sub sektor restoran mengalami pertumbuhan 12,29 persen dengan peranan sebesar 12,40 persen terhadap total PDRB.

Tabel 5. Perubahan PDRB Kota Tangerang Selatan Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2007 dan 2008 (juta rupiah)

Lapangan Usaha PDRB 2007 PDRB 2008 ∆ PDRB Persen

Pertanian 44,001.03 43,892.23 -108.80 -0.25

Pertambangan dan

penggalian 1,069.88 1,076.56 6.68 0.62

Industri pengolahan 933,461.05 935,085.02 1,623.97 0.17 Listrik, gas dan air bersih 184,743.51 194,447.48 9,703.97 5.25 Banggunan 319,450.27 326,480.24 7,029.97 2.20 Perdagangan, hotel dan

restoran 1,146,690.37 1,314,808.14 168,117.77 14.66 Pengangkutan dan

komunikasi 778,686.27 820,451.71 41,765.44 5.36 Keuangan, persewaan dan

(67)

67 Persentase pertumbuhan sektor perekonomian terendah adalah sektor pertanian yang tumbuh sebesar -0,25 persen. Pada tahun 2007 kontribusi yang diberikan terhadap PDRB Kota Tangerang Selatan adalah sebesar Rp. 44 miliar dan menurun pada tahun 2008 menjadi Rp 43,8 miliar, serta penurunan PDRB sebesar -108,8 miliar. Pada tahun 2008 kontribusi sub sektor pertanian tidak ada yang mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2007, semuanya turun meskipun tidak signifikan, kecuali sub sektor perikanan yang mempunyai peranan tetap seperti tahun sebelumnya yaitu 0,03 persen. Penurunan paling besar terdapat pada sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya yang kontribusinya turun menjadi 0,39 persen. Pertumbuhan sektor pertanian tahun 2008 sebesar (-0,25) persen. Semua sub sektor mengalami pertumbuhan yang negatif, hanya sub sektor tanaman perkebunan yang mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 0,24 persen. Hal ini menyebabkan keberadaaan sektor pertanian semakin lama menghilang di Kota Tangerang Selatan.

(68)

68

Tabel 6. Perubahan PDRB Provinsi Banten Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2007 dan 2008 (juta rupiah)

Lapangan Usaha PDRB 2007 PDRB 2008 ∆ PDRB Persen

Pertanian 5,242,350.50 5,408,861.73 166,511.23 3.17

Pertambangan dan

penggalian 69,292.80 79,151.12 9,858.32 14.22

Industri pengolahan 31,496,751.70 32,225,075.20 728,323.50 2.31 Listrik, gas dan air

bersih 2,629,581.30 2,833,527.01 203,945.71 7.755

Banggunan 1,880,273.90 2,010,388.56 130,114.66 6.91

Perdagangan, hotel

dan restoran 12,800,800.90 14,202,996.50 1,402,195.60 10.95 Pengangkutan dan

komunikasi 5,780,569.90 6,200,675.31 420,105.41 7.26

Keuangan,

persewaan dan jasa

perusahaan 2,138,061.80 2,489,875.78 351,813.98 16.45

Jasa-jasa 3,009,098.00 3,380,093.59 370,995.59 12.32

Total PDRB 65,046,775.80 68,830,644.80 3,783,869.00 5.81

Sumber. BPS Provinsi Banten Tahun 2008 (diolah)

Sektor perekonomian yang laju pertumbuhannya terbesar adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 16,45 persen. Sektor ini memiliki PDRB senilai Rp. 2,13 triliun di tahun 2007 dan meningkat menjadi Rp.2,48 triliun pada tahun 2008. Sedangkan laju pertumbuhan perekonomian terendah terjadi pada sektor pertanian yaitu 3,17 persen.

(69)

69 Rp 9,58 miliar yang didapat dari selisih antara PDRB sektor tersebut pada tahun 2008 sebesar Rp. 79,15 miliar dengan PDRB sektor yang sama pada tahun 2007 sebesar Rp.69,29 miliar.

5.1.3.2 Rasio PDRB Total dan Sektoral Kota Tangerang Selatan Dan Provinsi Banten Tahun 2007-2008

Secara garis besar , dapat dilihat bahwa selama periode 2007-2008 kontribusi seluruh sektor perekonomian di Kota Tangerang Selatan maupun Provinsi Banten mengalami peningkatan. Setiap sektor memiliki Rasio yang berbeda-beda, baik pada PDRB Kota Tangerang Selatan maupun PDRB Provinsi Banten. Rasio tersebut tercermin dari nilai Ra, Ri, ri.

Nilai Ra didapat dari perhitungan selisih antara jumlah PDRB Provinsi Banten tahun 2008 dengan jumlah PDRB Provinsi Banten Tahun 2007 dibagi dengan jumlah PDRB Provinsi Banten Tahun 2007. Antara tahun 2007-2008, nilai Ra adalah sebesar 0.05 (tabel 4). Hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten meningkat sebesar 0,05

(70)

70 Tabel 7. Rasio Kota Tangerang Selatan Dan Provinsi Banten (Nilai Ra, Ri, dan ri)

Lapangan usaha Ra Ri ri

Pertanian 0.05 0.03 0.002

Pertambangan dan Penggalian 0.05 0.14 0.006

Industri Pengolahan 0.05 0.02 0.001

Listrik, Gas dan Air Bersih 0.05 0.07 0.05

Banggunan 0.05 0.06 0.02

Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.05 0.1 0.14

Pengangkutan dan Komunikasi 0.05 0.07 0.05

Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 0.05 0.16 0.11

Jasa-Jasa 0.05 0.12 0.06

Sumber. BPS Kota Tangerang Selatan Tahun 2007 dan 2008 (diolah)

Nilai Ri paling besar terdapat pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu sebesar 0,16. Hal ini dikarenakan laju pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan adalah yang terbesar di Provinsi Banten. Sedangkan nilai Ri terkecil terdapat pada sektor pertanian, yaitu sebesar 0,03 karena adanya konvensi lahan yang menjadi pusat perdagangan, pemukiman dan industri.

(71)

71 sebesar 0,14 karena sektor ini sangat meningkat pesat ditiap tahunnya dan masih marak dan berkembang sampai sekarang. Diantaranya sub sektor perdagangan besar dan eceran merupakan motor utama pada sektor tersebut menyebabkan bermunculannya pusat-pusat perbelanjaan pada skala besar maupun skala kecil di Kota Tangerang Selatan.

5.1.3.3 Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kota Tangerang Selatan Tahun 2007-2008

Dalam pembangunan wilayah Kota Tangerang Selatan, dipengaruhi oleh faktor komponen pertumbuhan wilayah. Komponen tersebut terdiri dari komponen Pertumbuhan Regional(PR), Komponen Pertumbuhan Proposional (PP) dan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW). Jika ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut bernilai positif, maka laju pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kota Tangerang Selatan semakin meningkat dari tahun ke tahun.

(72)

72 Tabel 8. Analisis shift share Menutut Lapangan Usaha di Kota Tangerang

Selatan Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional, Tahun 2007-2008

lapangan usaha PRij PRij Persen

Pertanian 2200.052 5

Pertambangan dan Penggalian 53.494 5

Industri Pengolahan 46673.05 5

Listrik, Gas dan Air bersih 9237.176 5

Banggunan 15972.51 5

Perdagangan, Hotel dan Restoran 57334.52 5

Pengangkutan dan Komunikasi 38934.31 5

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 21900.51 5

Jasa-Jasa 27293.87 5

Total 219599.5 5

Sumber.BPS Kota Tangerang Selatan Tahun 2008 (diolah)

Berdasarkan Tabel 8, semua sektor ekonomi di Kota Tangerang Selatan mengalami peningkatan Kontribusi dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagai sektor yang mengalami peningkatan kontribusi terbesar yaitu sebesar Rp.286,67 miliar. Sedangkan sektor yang mengalami peningkatan kontribusi terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai Pertumbuhan Regional (PR) sebesar Rp 267,47 juta. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah sektor yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembangunan Kota Tangerang Selatan sebagai Kota mandiri. Dari analisis sebelumnya sektor perdagangan, hotel dan restoran pun mejadi sektor yang terus berkembang dan pertumbuhannya meningkat.

(73)

73 Tangerang Selatan sektor i Tahun 2007 dengan selisih antara Ri dan Ra. Hasilnya perhitungannya dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha Di Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proposional, Tahun 2007-2008

Lapangan Usaha PPij PPij Persen

Pertanian -880.021 -2

Pertambangan dan Penggalian 96.2892 -9

Industri Pengolahan -28.003.8 -3

Listrik, Gas dan Air bersih 3.694.87 2

Banggunan 3.194.503 1

Perdagangan, Hotel dan Restoran 57.334.52 5

Pengangkutan dan Komunikasi 15.573.73 2

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 48.181.12 11

Jasa-Jasa 38.211.42 7

Total 35.135.92 0.8

Sumber.BPS Kota Tangerang Selatan Tahun 2008 (diolah)

Jika dilihat dari tabel 9, sektor unggulan dengan nilai PP positif (PPij>0)

adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 57,33 miliar (5 persen). Sektor ini merupakan sektor unggulan yang pertumbuhannya cepat.

Sementara itu sektor unggulan lainnya memiliki nilai PP negatif adalah sektor pertanian dan sektor industri pengolahan.

(74)

74 memenuhi kapasitas sebagai industri pengolahan, sehingga wilayah Tangerang Selatan hanya sebagai ekportir dari wilayah lainnya. Kedua sektor non unggulan tersebut tergolong sektor yang pertumbuhannya lambat (PPij < 0). Semua sektor yang unggulan dan non unggulan memiliki nilai PP yang positif sehingga sektor-sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang cepat.

Untuk komponen pangsa wilayah, sektor yang memiliki nilai PPWij > 0 tergolong sektor yang memiliki daya saing baik, sedangkan untuk sektor yang memilki nilai PPWij <0 maka sektor tersebut termasuk sektor yang mempunyai daya saing kurang baik . dalam tabel 7, sektor yang mempunyai nilai PPWij > 0 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Lihat pada tabel 10.

Tabel 10. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha Di Kota Tangerang

Selatan Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah, Tahun 2007-2008

lapangan usaha PPWij PPWij Persen

Pertanian -1320.03 -3

Pertambangan dan Penggalian -149.783 -14

Industri Pengolahan -18669.2 -2

Listrik, Gas dan Air Bersih -3694.87 -2

Banggunan -12778 -4

Perdagangan, Hotel dan Restoran 45867.61 4

Pengangkutan dan Komunikasi -15573.7 -2

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan -21900.5 -5

Jasa-Jasa -32752.6 -6

Total 87839.8 2

Sumber. BPS Kota Tangerang Selatan Tahun 2008 (diolah)

Gambar

Gambar 1. Hubungan antara Jumlah Penduduk dengan Produksi Total
Gambar  2  Model Analisis shift-share
Gambar 3 Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sektor ekonomi potensial yang ada di suatu daerah merupakan sektor yangmemiliki kemampuan produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan sektor yang sama

Sedangkan, pada tingkat daerah pertumbuhan tersebut menggunakan indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur

Banyak penelitian tentang kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ataupun terhadap perkembangan ekonomi disuatu daerah dan

Didalam penelitian ini variabel dependennya yaitu pertumbuhan ekonomi yang dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Dumai, yang dapat

Estimasi parameter model SUR-SLM yang terdapat pada Tabel 5 diperoleh model Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor Pertanian, Produk Domestik Regional Bruto

Untuk meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerah terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) adalah sebagi berikut, Meningkatkan pertumbuhan Ekonomi Daerah, Menambah

Unit penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan pertumbuhan

PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) adalah salah satu bagian dari neraca ekonomi regional yang memuat hasil kegiatan ekonomi suatu wilayah dalam periode