PENGARUH BUDAYA, SOSIAL, PRIBADI DAN PSIKOLOGI TERHADAP KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH BANK SYARIAH Study kasus pada masyarakat Ciputat pengguna jasa perbankan syariah
Skripsi
Atin Yulaifah
106081002390
MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
i
1. SD : MI Arrisalah Islamic International school
2. SMP : MTS Arrisalah Islamic International school
3. SMA : MAN 6
4. S1 : UIN Syarif Hidayatullah
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota rohis MAN 6 2004-2005
2. Sekretaris OSIS 2004-2005
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Slamet
2. Tempat Tgl. Lahir : Wonogiri, 18 Desember 1966
3. Alamat : Jl Impres Rt / Rw 005/001 NO 56
Kel: Tengah Kec: kramat jati Jakarta - Timur 13540
4. Telepon : 081-219591130
5. Ibu : Partini
6. Tempat Tgl. Lahir : Wonogiri, 31 Desember 1969
ii Kel: Tengah Kec: kramat jati Jakarta - Timur 13540
7. Telepon : 081-381855797
iii
ABSTRACT
This research aims to determine the effects of cultural, social, personal and psychological to
customer's decision in choosing Islamic bank. The sample of this research are 100
respondents, who use Islamic bank. This research uses convenience sampling method. Data
were analyzed using regression analysis model with F tes method and T test method. The
results show that all of variable, Cultural, Social, Personal and Psychology, have significant
influence to customers' decisions in choosing the Islamic Bank. If it compared with the three
other variables such as Culture, Social and Personal, Psychology variable has dominant
influence with value 0,002 for significant and 0,315 for the value of Regression.
iv ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya, sosial, pribadi dan psikologis terhadap keputusan nasabah dalam memilih bank syariah. Dalam penelitian ini diambil sampel sebanyak 100 responden kepada masyarakat Ciputat pengguna jasa bank syariah. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan convenience sampling yaitu penyebaran koesioner pada populasi masyarakat Ciputat pengguna jasa bank syariah. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi dengan metode uji f dan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel Budaya, Sosial, Pribadi, Psikologi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan nasabah dalam memilih Bank Syariah. Bila dibandingkan dengan ketiga variabel lainnya yaitu Budaya, Sosial, Pribadi. variable Psikologi memiliki pengaruh yang paling dominan dengan angka 0,002 untuk nilai sig dan 0,315 untuk nilai Regresi.
v KATA PENGANTAR
Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Alhamdulillah, segal puji hanya bagi Allah Azza wa jalla, kami memuji-Nya dan kami memohon pertolongan kepada-Nya dan kami memohon ampun kepada-Nya, yang telah memberikan limpahan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis mampu menyusun
skripsi ini dengan judul :“ PENGARUH BUDAYA, SOSIAL, PRIBADI DAN PSIKOLOGI
TERHADAP KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH BANK SYARIAH” (Study
kasus pada masyarakat tanggerang selatan pengguna jasa perbankan syariah ).
Shalawat beserta salam semoga Allah curahkan kepada suri tauladan manusia, dialah manusia yang patut dicontoh dalam kehidupan sehari-hari baik dalam masalah ibadah maupun muamalah, yakni Nabi Muhammad SAW.
Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan baik materi maupun non materi dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin menyampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, antara lain:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS, selaku pembimbing I, yang sangat membantu dalam
penyusunan skripsi ini hingga selesai.
2. Ibu Cut Erika AF, SE. MBA, selaku Dosen pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.
3. Bapak Suhendra S.Ag., MM selaku ketua jurusan Manajemen, yang telah membantu
proses dalam penyetujuan skripsi ini.
4. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen serta seluruh karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas partisipasi dan bantuannya selama penulis menuntut ilmu.
5. Kedua orang tua tercinta yang senantiasa memberikan dukungan berupa doa, materi maupun nasihat-nasihat yang tiada henti yang tiada henti yang sangat besar bagi penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Adikku tercinta yang membantu penyebaran koesioner sehingga skripsi ini cepat selesai.
7. Sahabatku Nresna yang walaupun sudah sibuk tetap memberi waktu dan semangat dalam
vi
8. Kawan-kawanku semua yang sama-sama dari awal kuliah Annisa Kamal, Chairunnisa,
Chosyiatul Mutiah, Chandra, Eka, Beno dan teman satu jurusan Hana, Sesy, Wulan,
Fina, Iah, Halimatussa’diah,
9. Buat kawan seperjuangan skripsi yang semakin sedikit, Farhiyati, Zainab, iie
10. Buat temanku yang menemani revisi Amira Amalina, Ajeng Sarjadyasari, sehingga
skripsi ini benar-benar terwujud.
11. Buat anak-anak manajemen B semua dan manajemen perbankan B angkatan 2006.
12. Kepada seluruh responden yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi koesioner yang penulis berikan.
13. Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis ucapkan terima kasih. Semoga bantuan dan doanya dibalas oleh Allah dan dijadikan catatan amal kebaikan.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang konstruktif. Semoga penelitian yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Jakarta, Juni 2011
vii A. Konsep Dasar Bank Syariah ...8
viii
d. Uji Asumsi Klasik Regresi Linear Berganda...67
e. Normalitas………69
f. Uji F……….69
g. Uji t………..70
E. Operasional Variabel Penelitian...70
BAB IV. PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sejarah Bank Syariah………..72
B. Validitas dan Reliabilitas………72
C. Penemuan dan Pembahasan………77
D. Uji Asumsi Klasik……….102
BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan………122
B. Implikasi………124
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
3.1 Skala Likert………61
3.2 Operasional Variabel………...96
4.1 Sensus Penduduk Ciputat………..71
4.2 Data Hasil Try Out……….72
4.3 Validitas dan Reabilitas……….74
4.4 Reliability Statistics………....75
4.5 Jenis Kelamin……….76
4.6 Usia………76
4.7 Pendidikan Terakhir………...77
4.8 Pekerjaan………77
4.9 Pendapatan Perbulan………..78
4.10 Lama Menjadi Nasabah Bank Syariah………...78
4.11 Memilih bank syariah karena sesuai dengan ajaran islam……….79
4.12 Lebih memilih menggunakan jasa perbankan syariah dari Pada bank konvensional………...79
4.13 Memilih bank syariah karena sebagian besar penduduk Indonesia beragama islam………..80
4.14 Memilih bank syariah karena sesuai dengan ajaran agama saya (islam)……….80
x
4.16 Memilih bank syariah karena letaknya dekat dari rumah………..82
4.17 Memilih bank syariah karena masuk dalam golongan
kelas sosial saya……….82
4.18 Memilih bank syariah karena menentang riba………...83
4.19 Memilih bank syariah karena ingin membuat diri saya
menjalani perilaku dan gaya hidup yang islami……….83
4.20 Memilih bank syariah karena terbiasa dengan lingkungan
saya yang islami……….84
4.21 Memilih bank syariah karena mengikuti orang tua………....85
4.22 Memilih menggunakan bank syariah karena terpengaruh
dari kerabat dekat………...85
4.23 Memilih menggunakan bank syariah karena lingkungan kerja…..86
4.24 Memilih menggunakan bank syariah karena sesuai dengan
jabatan saya di kantor……….87
4.25 Memilih bank syariah karena produk-produk yang
Ditawarkan sesuai dengan selera saya...87
4.26 Memilih bank syariah karena memberikan keuntungan lebih
dari bank konvensional………...88
4.27 Memilih bank syariah karena sesuia dengan penghasilan
yang saya dapatkan………89
4.28 Memilih bank syariah karena ingin mengkonsumsi segala
sesuatu dengan halal………..89
4.29 Menggunakan jasa bank syariah membuat saya percaya diri……90
4.30 Memilih bank syariah karena teman-teman saya
dominan/ kebanyakan menggunakan bank syariah………91
4.31 Memilih bank syariah karena merasa lebih dihormati…………...91
4.32 Memilih bank syariah karena sesuai dengan aktivitas
lingkungan disekitar saya………...92
4.33 Memilih bank syariah karena prinsip kejujuran dan transparan…93
4.34 Memilih bank syariah karena opini masyarakat tentang
bank syariah yang transparan dalam bagi hasil………..93
xi
kebutuhan saya………..94
4.36 Memilih bank syariah karena sudah bekerja sama dengan banyak merchant yang tentunya bebas bunga………95
4.37 Memilih bank syariah karena telah mengimplementasikan prinsip syariah dengan baik………95
4.38 Memilih bank syariah karena pengalaman kinerjannya yang tidak terpengaruh pada saat krisis………..96
4.39 Memilih bank syariah karena melihat promosi di televise……...97
4.40 Memilih bank syariah karena kinerja para karyawan baik……...97
4.41 Memilih bank syariah Karena puas dengan produk yang ditawarkan………...98
4.42 Bank syariah memberikan informasi secara lengkap…………...98
4.43 Bank syariah sangat dekat dengan nasabahnya………...99
4.44 Bank syariah memiliki kualitas pelayanan yang baik…………..100
4.45 Iklan bank syariah membuat saya tertarik untuk menjadi Nasabah………....100
4.46 Coefficient Correlationsa.………103
4.47 Hasil uji f ANOVAb..………..105
4.48 Hasil uji Multikolinearitas Coefficients a………106
4.49 Regresi Bserganda Coefficients a………..…..………....109
xii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Tahap Proses Membeli………..29
2.2 Kerangka Pemikiran………..57
4.1 Normal P-P plot of regression standardized residual……….102
4.2 Histogram……….102
xiii DAFTAR LAMPIRAN
Kuesioner...118
Data responden dan pertanyaan X1 Budaya...112
X2 Sosial...125
X3 Pribadi...127
X4 Psikologi...130
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perekonomian dunia sekarang ini mengalami kemajuan yang luar biasa. Kemajuan
perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri (manufaktur), jasa, dan
perbankan. Termasuk di Indonesia, perkembangan perekonomian ini menuntut masyarakat
untuk memilih perbankan yang cocok untuk melaksanakan sirkulasi dana yang ada, baik pada
perorangan atau organisasi. Konsumen mempunyai beberapa pertimbangan dan alasan untuk
menentukan keputusan mereka dalam memilih Bank sebagai organisasi yang digunakan untuk
sirkulasi dana mereka.
Sejarah keberadaan bank syariah dalam sistem perbankan Indonesia sebenarnya telah
dikembangkan sejak tahun 1992, ditandai dengan berdirinya bank Muamalat, dan sejalan
dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang perbankan. Namun
demikian Undang-Undang tersebut belum memberikan landasan hukum yang cukup kuat
terhadap pengembangan bank syariah karena belum secara tegas mencantumkan kata prinsip
syariah dalam kegiatan usaha bank.Perkembangan sistem keuangan syariah ini semakin kuat
setelah ditetapkannya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, dalam undang-undang tersebut
diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan
diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi
bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan menkonversi diri secara
total menjadi bank syariah.(Syafi’i Antonio, 2001:26). Dan Undang-Undang No.23 Tahun
1999, dan Undang-Undang No.3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia.
Setelah keluarnya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada akhir 2003 tentang
2 mereka yang awalnya diinvestasikan pada bank-bank konvensional kepada bank-bank
syariah.
Perbankan syariah mulai dipakai dan diminati oleh bukan hanya Negara-negara islam,
tetapi di Eropa juga telah mengembangkan prinsip- prinsip syariah pada sector perbankan
mereka karena perbankan syariah mampu bertahan dalam gejolak tingkat suku bunga yang
tinggi.
Menurut M. Arief Mufraini (2009) Bank syariah merupakan bank yang dalam
melaksanakan segala aktivitasnya berdasarkan dan berusaha sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah. Maka dari itu agar dalam menjalankan setiap kegiatan perbankan tidak keluar dari
prinsip syariah maka diperlukan suatu dewan yang bertugas mengawasi jalannya praktek
perbankan supaya benar-benar berjalan pada koridor syariat islam. Dewan itu adalah Dewan
Pengawas Syariah (DPS) yang berada dibawah naungan Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia (DSN-MUI). Inilah salah satu hal yang membedakan Bank Syariah dengan
Bank Konvensional.
Perkembangan bank syariah di Indonesia tergolong pesat. Dalam waktu kurang dari 15
tahun banyak bank-bank yag semula bersifat konvensional akhirnya membuka cabang
perbankan yang bersifat syariah. Perusahaan-perusahaan perbankan tersebut bukanlah hanya
sekedar mencoba untuk mengembangkan prinsip syariah di Indonesia, tetapi faktor yang lebih
penting adalah permintaan konsumen untuk dibentuknya perbankan syariah.
Pesatnya perkembangan lembaga perbankan syariah karena bank syariah memiliki
keistimewaan- keistimewaan. Salah satu keistimewaan yang utama adalah yang melekat pada
konsep (build in concept) dengan berorientasi pada kebersamaan. Orientasi inilah yang
menjadikan bank syariah mampu tampil sebagai alternative pengganti system bunga yang
3 lembaga yang keberadaannya lebih baru dari pada bank-bank konvensional, bank syariah
menghadapi permasalahan-permasalahan, baik yang melekat pada aktivitas maupun
pelaksanaannya.
Menurut ikatan akuntansi Indonesia (1 Juni 1999: 31), bank adalah lembaga yang
berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediaty) antara pihak-pihak yang
memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit
unit), serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bank mempunyai suatu falsafah atau
pedoman penting dalam menjalankan usahanya, yaitu kepercayaan yang diberikan oleh
masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan bank yang menerima simpanan dari masyarakat
yang mempunyai kelebihan dana dan menyalurkannya kepada masyarakat lain yang
kekurangan dana. (Kasmir, 2007 : 23).
Perbedaan prinsip antara bank konvensional dan bank syariah sangatlah jelas, terutama
pada prinsip bunga yang terdapat pada bank konvesional. Bank syariah yang berdasarkan
pada prinsip syariah islam tidak mengenal adanya bunga, karena dianggap riba dan dilarang
dalam Al-Quran dan Sunnah.
Definisi riba, riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain,
secara linguistik, riba juga berarti tumbuh dan membesar. Adapun menurut istilah teknis, riba
berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil. Dari bernagai
pendapat tentang riba terdapat benang merah yang mengartikan riba sebagai pengambilan
tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau
bertentangan dengan prinsip muamalah dalam islam.(Syafi’i Antonio, 2001:37). Mengenai
hal ini Allah SWT mengingatkan dalam firman-Nya, “hai orang-orang yang beriman,
4 Bank syariah mempunyai prinsip yang berbeda dengan bank konvensional karena tidak
menggunakan kontrak berdasarkan bunga. Hal ini memberikan perbedaan dalam
produk-produk yang ditawarkan oleh bank syariah kepada nasabahnya. Bank syariah memiliki produk-produk
atau jasa yang tidak akan ditemukan dalam operasi bank konvensional Prinsip-prinsip seperti
musyarakah, mudharabah, murabahah, ijarah, istishna dan sebagainya tidak memuat adanya
prinsip bunga seperti yang dikembangkan oleh bank konvensional. Perbedaan prinsip inilah
yang merupakan salah satu faktor yang mendorong nasabah tertarik untuk menggunakan jasa
bank syariah dalam melaksanakan kegiatan keuangannya.
Pertumbuhan perbankan syariah menjadi menarik untuk diamati bila dikaitkan dengan
tujuan awal berdirinya bank syariah. Sebagaimana dikatakan oleh M. Syafi’i Antonio bahwa
tujuan utama dari pendirian lembaga keuangan syariah ini adalah tiada lain sebagai upaya
kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan syariah
islam (Syafi’i Antonio, 2001:18). Dari sini terlihat adanya keterkaitan (hubungan) secara
religius antara berdirinya bank syariah dengan tujuan untuk memfasilitasi mayoritas umat
islam dalam segenap aspek ekonominya, agar sesuai dengan syariat islam. Fenomena ini
diperkuat pula dengan adanya fatwa yang dikeluarkan oleh Komisi Fatwa Majelis Ulama
Indonesia (MUI) berkaitan dengan dilarangnya sistem bunga dalam segala praktik bisnis,
termasuk bisnis industri perbankan.
Kebudayaan merupakan suatu hal yang kompleks yang meliputi ilmu pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, adat, kebiasaan, dan norma- norma yang berlaku pada masyarakat.
(Anwar Prabu Mangkunegara, 2005: 39).
Pengertian perusahaan jasa, jasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan produk
dalam beberapa hal. Perbedaan utamanya adalah bahwa jasa bersifat intangible. Jasa adalah
5
dan dikonsumsi pada saat yang bersamaan. Jadi, seorang customer service yang memberikan
pelayanan, pada saat itulah dia memproduksi jasa dan pelanggan menerima jasa. Ketiga, jasa
bersifat heterogen. Barang yang diproduksi di pabrik cenderung lebih homogeny karena
sering diproduksi melalui mesin. Terakhir, jasa tidak dapat disimpan. (Yuliana Agung,
2004:89).
Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin mengadakan penelitian mengenai perilaku
konsumen dengan judul “PENGARUH BUDAYA, SOSIAL, PRIBADI DAN PSIKOLOGIS
TERHADAP KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH BANK SYARIAH”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, permasalahan yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel budaya, faktor social, faktor
pribadi dan faktor psikologis terhadap keputusan nasabah dalam memilih Bank
Syariah?
2. Variabel apakah yang paling dominan terhadap keputusan nasabah dalam memilih
bank syariah?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menganalisis seberapa signifikan pengaruh variabel budaya, variabel sosial,
variabel pribadi dan variabel psikologis terhadap keputusan nasabah dalam
memilih Bank Syariah.
b. Untuk menganalisis variabel apakah yang paling dominan terhadap keputusan
6
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
Sebagai wahana potensial untuk mengembangkan wacana dan pemikiran
dalam menetapkan teori- teori yang ada dengan keadaan sebenarnya.
b. Bagi Perusahaan
Sebagai sarana informasi yang dapat digunakan perusahaan (Bank Syariah)
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen untuk menabung
pada perusahaan mereka.
c. Bagi pembaca
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Bank Syariah
Perwataatmadja dan Tanjung (2007: 75- 76). Bank Syariah dirancang untuk
terbinanya kebersamaan dalam menanggung risiko usaha dan berbagi hasil usaha antara :
pemilik dana (shahibul mal) yang menyimpan uangnya di bank dengan bank selaku
pengelola dana (mudharib). Dan di sisi lain bank selaku pemilik dana dengan masyarakat
yang membutuhkan dana baik yang berstatus pemakai dana maupun pengelola usaha
(mudharib).
Pada sisi pengerahan dana masyarakat (funding), pemilik dana (shahibul mal) berhak
atas bagi hasil dari usaha Bank sesuai dengan porsi yang telah disepakati bersama. Bagi
hasil yang diterima pemilik dana (shahibul mal)akan naik-turun secara wajar sesuai
dengan keberhasilan usaha Bank dalam mengelola dana yang dipercayakan kepadanya.
Tidak ada biaya yang perlu digeserkan karena bagi hasil bukan konsep biaya.
Ada tiga jenis produk utama pengerahan dana masyarakat, yaitu:
a) Giro wadiah (hanya pada bank umum syariah).
b) Tabungan wadiah atau mudharabah.
c) Deposito mudharabah.
Bank selaku mudharib harus dapat mengelola dana yang dipercayakan kepadanya
dengan hati-hati (prudent) dan memperoleh penghasilan yang maksimal. Dalam
mengelola dana ini, bank mempunyai 4 (empat) jenis pendapatan yaitu : Pendapatan bagi
hasil, Margin keuntungan (mark-up harga beli), Imbalan jasa pelayanan, Sewa tempat
penyimpanan harta (pada Bank yang telah memenuhi syarat), dan pengembalian biaya
8 pilihan yang tepat dari jenis usaha yang dibiayai memberikan porsi bagi hasil yang lebih
besar kepada pengelola dana (mudharib) akan memotivasi pengelola dana (mudharib)
untuk lebih giat berusaha, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu porsi 50:50
dianggap cukup adil.
Lain halnya pada pendapatan mark-up, pilihan terletak pada apakah ingin sekaligus
untung besar per transaksi tetapi menjadi mahal dan tidak laku, atau keuntungan per
transaksi kecil tetapi dengan volume yang besar karena murah dan laku keras. Pendapatan
bank dapat dioptimalkan dengan mengambil kebijakan keuntungan kecil pertransaksi
untuk memperbanyak jumlah transaksi yang dibiayai.
Pada penyaluran dana kepada masyarakat, sebagian besar pembiayaan bank
disalurkan dalam bentuk barang atau jasa yang diberikan bank untuk nasabahnya. Dengan
demikian, pembiayaan hanya diberikan apabila atau jasanya telah ada terlebih dahulu.
Dengan metode ada barang dulu, baru ada uang, maka masyarakat dipacu untuk
memproduksi barang atau jasa. Selanjutnya barang yang dibeli diadakan sebagai jaminan
(collateral) utang.
1. JENIS-JENIS PEMBIAYAAN UTAMA
Ada tujuh jenis pembiayaan utama pada bank dengan sistem bagi hasil, yaitu :
a. Pembiayaan musyarakah, yaitu pembiayaan sebagian kebutuhan modal pada suatu
usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai kesepakatan. Hasil usaha bersih dibagi
antara bank sebagai penyandang dana (shohibul maal) dengan pengelola usaha
(mudharib) sesuai dengan kesepakatan. Umumnya porsi bagi hasil ditetapkan sesuai
dengan persentase kontribusi masing-masing. Pada akhir jangka waktu pembiayaan,
dana pembiayaan dikembalikan kepada bank. Pada pembiayaan musyarakah bank
9 b. Pembiayaan mudharabah, yaitu pembiayaan seluruh kebutuhan modal pada suatu
usaha untuk jangkan waktu terbatas sesuai kesepakatan. Hasil usaha bersih dibagi
antara bank sebagai penyandang dana (shahibul mal) dengan pengelola usaha
(mudharib) sesuai kesepakatan. Umumnya porsi bagi hasil ditetapkan bagi
mudharabah lebih besar dari pada shahibul mal. Pada akhir jangka waktu
pembiayaan, dana pembiayaan dikembalikan kepada bank. Pada pembiayaan
mudharabah bank tidak boleh ikut serta dalam manajemen proyek yang dibiayai.
c. Pembiayaan murabaha, yaitu pembiayaan berupa talangan dana yang dibutuhkan
nasabah untuk membeli suatu barang/jasa dengan kewajiban mengembalikan
talangandana tersebut seluruhnya pada waktu jatuh tempo. Bank memperoleh
margin keuntungan dari transaksi jual-beli antara bank dengan pemasok dan antara
bank dengan nasabah, model pengembalian talangan dana seluruhnya pada waktu
jatuh tempo biasanya diberikan kepada objek pembiayaan yang tidak segera
menghasilkan, seperti untuk kebutuhan traktor petani tidak mungkin dibayar
kembali sebelum tanamannya menghasilkan/panen.
d. Pembiayaan bai’u bithaman Ajil, yaitu pembiayaan berupa talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk membeli suatu barang/jasa dengan kewajiban
mengembalikan talangan dana tersebut secara menyicil sampai lunas dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. Bank memperoleh margin keuntungan
dari transaksi jual-beli antara bank dengan pemasok dan antara bank dengan
nasabah. Model pengembalian talangan dana secara menyicil biasanya diberikan
kepada objek pembiayaan yang dapat segera menghasilkan seperti untuk kebutuhan
kendaraan angkutan umum yang segera dapat menghasilkan setelah kendaraan
10 e. Pembiayaan salam, yaitu pembiayaan berupa talangan dana yang dibutuhkan
nasabah untuk membeli suatu barang/jasa yang sudah wujud tetapi masih harus
menunggu waktu penyerahannya, dengan kewajiban mengembalikan talangan dana
tersebut secara menyicil atau dibayar sekaligus sampai lunas dalam jangka waktu
tertentu sesuai dengan kesepakatan. Bank memperoleh marjin keuntungan dari
transaksi jual-beli antara bank dengan pemasok dan antara bank dengan nasabah.
f. Pembiayaan Istishna, yaitu pembiayaan berupa talangan dana yang dibutuhkan
nasabah untuk membeli suatu barang/jasa yang belum wujud dan harus dibuat
sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan dengan kewajiban mengembalikan talangan
dana tersebut secara menyicil atau dibayar sekaligus sampai lunas dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. Bank memperoleh marjin keuntungan
dari transaksi jual-beli antara bank dengan pemasok dan antara bank dengan
nasabah.
g. Pembiayaan Ijarah, yaitu pembiayaan berupa talangan dana yang dibutuhkan
nasabah untuk membeli suatu barang/jasa dengan kewajiban menyewa barang
tersebut sampai jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan, pada akhir jangka
waktu tersebut pemilikan barang dihibahkan kepada nasabah atau dibeli oleh
nasabah, bank memperoleh margin keuntungan melalui pembelian dari pemasok
dan sewa dari nasabah.
h. Pembiayaan ar-Rahn, yaitu pembiayaan berupa pinjaman dana tunai dengan
jaminan barang bergerak yang relatif nilainya tetap seperti perhiasan emas, perak,
intan, berlian, dan batu mulia, untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kesepakatan. Nasabah diwajibkan membayar kembali utangnya pada saat jatuh
tempo dan membayar sewa tempat penyimpanan barang jaminannya. Bank
11 i. Pembiayaan Qardhul Hasan, yaitu pembiayaan berupa pinjaman tanpa dibebani
biaya apapun bagi kaum dhuafa yang merupakan asnaf Zakat/infaq/shadaqah dan
ingin mulai usaha kecil-kecilan, nasabah hanya diwajibkan mengembalikan
pinjaman pokoknya saja pada waktu jatuh tempo sesuai dengan kesepakatan dengan
membayar biaya-biaya administrasi yang diperlukan (seperti bea materai dan biaya
notaris), nasabah yang berhasil dianjurkan membayar zakat/ infaq/ shadaqah untuk
memperkuat dana Qardhul Hassan. Bank memperoleh pngembalian biaya
administrasi dan menampung zakat/ infaq/ shadaqah dari nasabah yang berhasil
usahanya.
Dari kesembilan jenis pembiayaan utama tersebut di atas, dapat dicatat beberapa
manfaat sebagai berikut :
1) Akses masyarakat kepada jenis pembiayaan mudharabah dan musyarakah ini sangat
besar, karena tidak ada beban bunga dan jaminan utang yang harus diperhiyungkan.
2) Pada jenis pembiayaan murabaha, bai’u bithaman ajil, bai’us salam, dan bai istishna,
arus barang diperlancar sehingga secara otomatis pasokan uang selalu diimbangi
dengan pasokan barang/jasa.
3) Pembiayaan Ijarah mirip dengan leasing atau sewa guna usaha. Di Indonesia usaha
leasing memerlukan izin usaha tersendiri terlepas dari usaha perbankan. Namun
demikian ijarah adalah usaha yang lazimnya ada pada perbankan dengan sistem bagi
hasil sehingga mungkin masih dapat ditampung dalam ketentuan Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Pasal 6 ayat n, akses masyarakat kepada
pembiayaan ijarahpun sangat besar.
4) Pembiayaan ar-Rahn mirip dengan pinjaman gadai, pada awalnya di Indonesia
pinjaman atas dasar hukum gadai hanya boleh dilakukan (monopoli) Perum
12 kemungkinan ar-Rahn yang merupakan usaha yang lazim ada pada perbankan dengan
sistem bagi hasil. Pelayanan untuk pembiayaan ar-Rahn mudah dan cepat sehingga
akses kepada berbagai lapisan masyarakat besar sekali.
5) Pembiayaan Qardhul Hasan memang dirancang untuk kaum dhuafa penerima zakat/
infaq/ shadaqah (asnaf) yang ingin memulai usaha kecil-kecilan sehingga pembiayaan
ini dapat membantu program pengentasan kemiskinan. (Perwataatmadja dan Tanjung ,
2007:77-80 )
2. PELAYANAN-PELAYANAN LAIN.
Perwataatmadja dan Tanjung (2007: 80-81). Selain dari sembilan jenis pembiayaan
utama tersebut di atas perbankan syariah juga menyelenggarakan pelayanan-pelayanan
sebagaimana yang dilakukan perbankan konvensionalpada umumnya. Jenis-jenis
pelayanan yang lazim diselenggarakan oleh perbankan dengan sisitem bagi hasil antara
lain adalah
a. Al-Kafalah, yaitu pemberian jaminan oleh bank sebagai penanggung (kafil)
kepada pihak ketiga atas kewajiban pihak kedua (yang ditanggung). Atas
pemberian jaminan ini bank memperoleh fee.
b. Al-Hiwalah, yaitu jasa pengalihan tanggung jawab pembayaran hutang dari
seseorang yang berhutang kepada orang lain.atas jasa pengalihan utang ini bank
memperoleh fee.
c. Al-Joalah, yaitu jasa pelayanan pesanan/permintaan tertentu dari nasabah. Atas
jasa pelayanan ini bank memperoleh fee.
d. Al- Wakalah, yaitu jasa melakukan tindakan/ pekerjaan mewakili nasabah sebagai
13 nasabah diminta untuk mendepositokan dana secukupnya. Untuk menerima kuasa
mewakili nasabah melakukan tindakan/pekerjaan ini, bank memperoleh fee.
e. Sharf adalah jual beli suatu valuta dengan valuta lain. Produk jasa perbankan yang
menggunakan akad sharf adalah fasilitas penukaran uang (money changer).
(Ascarya, 2008:110).
f. Ujr adalah imbalan yang diberikan atau yang diminta atas suatu pekerjaan yang
dilakukan. Akad ujr diaplikasikan dalam produk-produk jasa keuangan bank
syariah (fee based services), seperti untuk penggajian, penyewaan safe deposit
box, penggunaan ATM, dan sebagainya. (Ascarya, 2008:110).
3. PROSPEK PERBANKAN SYARIAH
Perwataatmadja dan Tanjung (2007: 93- 104). Untuk mengetahui prospek bank
syariah di Indonesi, perlu diinventarisasi dan dipelajari apa yang menjadi kekuatan,
kelemahan, peluang, dan tantangannya yang biasa disebut dengan analisa SWOT.
Dengan memahami hasil analisa SWOT terhadap keberadaan bank syariah di Indonesia,
akan dapat diperkirakan bagaimana prospek bank syariah di Indonesia.
4. ANALISIS INTERNAL (KEKUATAN DAN KELEMAHAN) a. Kekuatan (strength) dari sistem bank syariah
1) Dukungan umat islam yang merupakan mayoritas penduduk.
Bank syariah telah lama menjadi dambaan umat islam di Indonesia, bahkan sejak
masa kebangkitan nasional yang pertama. Berdirinya bank syariah merupakan upaya
strategis dalam garis-garis program kerja majelis ulama indonesia tahun 1990 1995.
Hal ini menunjukkan besarnya harapan dan dukungan umat islam yang diwakili oleh
Majelis Ulama Indonesia terhadap adanya Bank Syariah.
14 Adanya bank syariah yang sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah Islam adalah
sangat penting untuk memelihara umat islam dari terjerumus kepada yang haram. Ada
berbagai fatwa ulama yang diterbitkan oleh 5 kelompok institusi yang menyamakan
bunga bank sama dengan riba, yaitu fatwa oleh Kantor Mufti Mesir antara tahun 1900
s/d 1989, fatwa oleh Konferensi Kedua Konsul Pengkajian Islam, Al-Azhar, Kairo,
Mesir pada Muharam 1385H/Mei 1965M, fatwa oleh Konsul Akademi Fiqih islam
dari Liga Dunia Muslim, dan fatwa oleh Presiden Jenderal Departemen IFTA di Saudi
Arabia. Oleh krena itu pada konferensi ke-2 Menteri-Menteri luar negeri
negara-negara muslim di seluruh dunia bulan desember 1970 di Karachi, Pakistan, telah
sepakat untuk mendirikan Islamic Development Bank (IDB) yang dioperasikan sesuai
dengan prinsip-prinsip Syariah Islam. IDB kemudian secara resmi didirikan pada
bulan Agustus 1974 di mana Indonesia menjadi salah satu negara anggota pendiri.
Negara-negara anggotanya antara lain : Albania, Algeria, Bahrain, Bangladesh,
Djibouti, Gambia, Guinea, Kuwait, Niger, Pakistan, Palestina, senegal, Turki, Yaman,
Indonesia. Di Negara-negara tersebut IDB telah memberikan modal untuk mendirikan
bank syariah.
3) Relevansi konsep yang melekat (build in concept) pada bank syariah dengan
kebutuhan pembangunan baik masa kini maupun dimasa yang akan datang.
Bank syariah memiliki suatu sitem operasional yang diperlukan masyarakat baik
untuk saat ini maupun untuk saat yang akan datang karena :
(a) Build in concept bank syariah mendorong terjalinnya kebersamaan antara bank
dan nasabahnya baik dalam menghadapi risiko usaha maupun dalam membagi
keuntungan/kerugian secara adil.
(b) Penyaluran dana bank syariah berupa pembiayaan murabaha dan baiu bithaman
15 tetap maupun fidusia. hal ini dapat dilakukan karena pembiayaan yang diberikan
adalah berupa talangan dana untuk membeli barang kebutuhan peminjam (selama
belum lunas, barang itu masih menjadi milik bank).
(c) Untuk pembiayaan al-mudharabah dan al-musyarakah, bank syariah dengan
sendirinya tidak akan membebani nasabah dengan biaya-biaya tetap yang
ditentukan dimuka, nasabah hanya diwajibkan membagi hasil usahanya secara
wajar sesuai dengan perkembangan usahanya menurut perjanjian yang telah
disepakati sebelumnya. Bagi hasil kecil kalau keuntungan usahanya kecil dan bagi
hasil besar kalau keuntungan usahanya besar.
(d) Karena pendapatan dari bagi hasil yang diterima nasabah sebagai penyimpan dana
pada bank syariah akan berbeda dari waktu ke waktu sejalan dengan situasi
ekonomi, maka nasabah secara otomatis sudah dapat mengetahui keadaan
banknya jauh sebelum bank tersebut menderita kerugian, inilah keterbukaan yang
dijamin oleh bank syariah.
(e) Bank syariah dalam operasinya juga terbebas dari penyimpangan- penyimpangan
karena penyaluran dana selalu dikaitkan dengan barang yang diperlukan pemijam.
Pada bank syariah berlaku ketentuan “ ada barang, ada uang” sehingga secara
makro selalu menyeimbangkan jumlah uang yang beredar dengan jumlah barang
yang tersedia. Oleh karena itu bank dengan sistem ini tidak berdampak inflasi,
mendorong investasi, mendorong pembukaan lapangan kerja baru, dan
mendorong terjadinya pemerataan pendapatan.
(f) Bank syariah juga menyediakan pinjaman murah bebas bunga disebut al-qardul hasan dari rekening dana umat atas nama baitul tamwil, yayasan-yayasan, BAZIS,
16 infaq, shadaqah, dan wakaf tunai sebelum saatnya disalurkan kepada mereka yang
berhak.
(g) Investasi yang dilakukan nasabah bank syariah ke dalam perekonomian, dapat dilakukan setiap waktu dan tidak tergantung kepada tinggi rendahnya tingkat
bunga karena tidak ada biaya uang (cost of money = biaya bunga pinjaman) yang
harus diperhitungkan.
(h) Bank syariah bersifat mandiri dan tidak terpengaruh secara langsung oleh gejolak
moneter, baik dalam negeri maupun internasional, karena kegiatan operasional
bank ini tidak menggunakan perangkat bunga. Kemandirian ini menjamin bank
syariah mempunyai ketahananyang kuat terhadap pengaruh negatif globalisasi.
(i) Persaingan antar bank syariah tidak saling mematikan tetapi saling menghidupi,
bentuk persaingan antar bank syariah adalah “fastabiqul khairat” atau berlomba-lomba untuk lebih baik dari yang lain dalam memberikan pelayanan kepada
nasabah. Dengan demikian antar bank syariah ada jaringan kemitraan baik
pendanaan maupun pembiayaan dalam bentuk penyertaan, penepatan, line of
financing, dan informasi proyek pembiayaan.
b. Kelemahan (weakness) dari sistem bagi hasil bank syariah
Kelemahan utama sistem bagi hasil bank syariah terletak pada sisi penyaluran
dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan mudharabah dan pembiayaan
musyarakah, pada kedua jenis pembiayaan ini bank syariah sangat menggantungkan
diri pada akhlak, moral, dan kejujuran nasabahnya. Pada kedua jenis pembiayaan ini
bank syariah sangat rawan terhadap mereka yang beritikad tidak baik.
Kelemahan lainnya terdapat pada sisi pengerahan dana masyarakat dalam bentuk
tabungan mudharabah dan deposito mudharabah pada kedua jenis simpanan ini
17 nasabah yang kecil-kecil dan yang nilai simpanannya di bank tidak pernah tetap.
Dengan demikian kemungkinan salah hitung setiap saat bisa terjadi sehingga
diperlukan kecermatan yang lebih besar dari bank konvensional.
Kelemahan berikutnya adalah bahwa karena bank ini membawa misi bagi hasil
yang adil, maka bank syariah lebih membutuhkan tenaga profesional yang andal
daripada bank konvensional, kekeliruan menilai kelayakan proyek yang akan dibiayai
bank syariah mungkin akan membawa akibat yang lebih berat daripada yang dihadapi
bank konvensional yang hasil pendapatannya sudah dapat dihitung secara tetap dari
bunga.
Karena bank syariah masih baru dioperasikan di Indonesia maka kemungkinan di
sana sini masih diperlukan perangkat peraturan pelaksanaan untuk pembinaan dan
pengawasannya. Masalah adaptasi sistem pembukuan dan akuntansi perbankan yang
telah baku, termasuk hal yang masih perlu dibahas dan diperoleh kesepakatan
bersama. Dengan mengenali kelemahan-kelemahan ini maka adalah kewajiban kita
semua untuk memikirkan bagaimana mengatasinya dan menemukan penangkalnya.
c. Peluang (opportunity) dari bank syariah
Yang paling penting dalam hal ini adalah, bagaimana dapat didirikannya bank
syariah sebanyak-banyaknya di Indonesia, lalu dapat tumbuh dan berkembang serta
dapat bertahan di tengah-tengah krisis ekonomi yang berkepanjangan. Kemudian yang
lebih penting lagi adalah mampu menjadi bank andalan di masa yang akan datang
dalam memasuki globalisasi ekonomi berikut ini akan diuraikan berbagai
pertimbangan yang membentuk peluang-peluang bank syariah.
18
a) Adanya hal yang nyata bahwa menurut fatwa ulama di dunia, masih banyak yang
menganggap bahwa menerima dan/atau membayar bunga adalah termasuk
menghidup suburkan riba. Maka banyak masyarakat islam yang tidak mau
menggunakan jasa perbankan konvensional yang telah ada sekarang.
b) Meningkatnya kesadaran beragama yang merupakan hasil pembangunan pada
sektor agama, telah memperbanyak jumlah perorangan, yayasan-yayasan,
pondok-pondok pesantren, sekolah –sekolah agama, masjid-masjid, baitul mal, yang
belum menyimpan dananya di bank konvensional yang sudah ada. Hal ini sejalan
dengan fatwa ulama.
c) Sistem pengenaan biaya uang/imbalan uang dalam sistem perbankan yang berlaku
sekarang (disebut bunga) di khawatirkan mengandung unsur – unsur yang tidak
sejalan dengan syariah islam, yaitu antara lain:
(a) Bunga ditetapkan dimuka secara pasti (fixed) dianggap mendahului takdir
karena seolah – olah peminjam uang dipastikan akan memperoleh
keuntungan sehingga mampu membayar pokok pinjaman dan
bunga-bunganya pada waktu yang telah ditetapkan [lihat surat Luqman ayat 34].
(b) Bunga ditetapkan dalam bentuk persentase (%) sehingga apabila dipadukan
dengan unsur ketidak pastian yang dihadapi manusia, secara matematis
dengan berjalannya waktu akan bisa menjadikan hutang berlipat ganda [lihat
surat Al- Imran ayat 130].
(c) Memperdagangkan/ menyewakan barang yang sama dan jenis dengan
memperoleh keuntungan/ kelebihan kualitas maupun kuantitas, hukumnya
adalah riba [ lihat terjemah hadits Shahih Muslim oleh Ma’mur Daud Bab
19
(d) Membayar hutang dengan lebih baik [yaitu diberikan tambahan] seperti yang dicontohkan dalam Al-Hadits, harus atas dasar suka rela dan
inisiatifnya harus datang dari yang punya utang, bukan karena ditetapkan
dimuka dan dalam jumlah yang pasti [ lihat terjemah hadits Shahih Muslim
oleh Ma’mur Daud Bab Riba No. 1569 s/d 1572]. Unsur-unsur yang
dikhawatirkan tidak sejalan dengan syariah islam tersebut di ataslah yang
ingin dihindari dalam mengelola bank syariah.
2) Adanya peluang hukum untuk berkembangnya bankn syariah.
a) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tantang Bank Indonesia mengamanatkan
agar Bank Indonesia juga mengembangkan dan membina perbankan Syariah.
b) Undang-undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (1) beserta penjelasannya yang
menyebutkan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan. Bank syariah dalam operasinya mempunyai konsep yang
melekat (build in concept) berasaskan kebersamaan baik dalam hal investasi,
menghadapi risiko usaha, maupun dalam membagi hasil usaha dengan
Nasabahnya.
c) Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan undang-undang no.7
tahun 1992 dengan penjelasannya dan peraturan-peraturan pelaksanaannya sangat
mendukung keberadaan bank syariah.
d) Paket 27 oktober 1988 dan ketentuan lanjutannya tanggal 29 Januari 1990
memberi peluang untuk berdirinya bank-bank swasta baru, kemudian bank-bank
asing yang ada dapat membuka cabang pembantu di 5 kota dan Daerah Otorita
Pulau Batam, dan masuknya perwakilan bank asing baru termasuk kemungkinan
20 Sehingga ini dapat dipastikan peluang yang lebih besar lagi akan diperoleh bank
syariah.
e) Berbagai peraturan Bank Indonesia yang diterbitkan sejak tahun 1999 sampai
tahun 2005 khususnya peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/35/PBI/2005 tentang
perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/24/PBI/2005 tentang Bank
Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, dimana
pada Pasal 4 Modal disetor untuk mendirikan Bank Umum Syariah ditetapkan
sekurang-kurangnya sebesar Rp 1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah) yang
sebelumnya adalah sebesar Rp 3.000.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah).
3) Adanya peluang ekonomi bagi keberadaan bank syariah.
a) Krisis moneter yang melanda negara – negara di wilayah Asia bulan Juli 1997
yang kemudian berkembang menjadi krisis ekonomi, telah membuktikan betapa
rapuhnya sistem perbankan dengan sistem bunga yang mendominasi
perekonomian di negara tersebut. Di Indonesia krisis moneter dimulai dengan
merosotnya dengan tajam nilai tukar rupiah terhadap US dolar. Merosotnya nilai
tukar rupiah tersebut dengan sendirinya membengkakkan utang nasabah besar
bank yang dibuat sebelumnya dalam valuta asing. Akibatnya secara otomatis
terjadi pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), kredit macet
atau non performing loan, dan bank mengalami mismatch karena loan to deposit
di atas 120 persen.
b) Kebijaksanaan uang ketat yang kemudian diterapkan oleh pemerintah untuk
mengatasi krisis ekonomi, telah mendorong tingginya tingkat bunga bank untuk
mengatasi kesulitan likuiditas. Menyusul tingginya tingkat bunga adalah
terjadinya masalah nigative spread karena banyaknya nasabah yang tidak mampu
21
c) Terjadinya krisis perbankan di Indonesia yang didominasi perbankan dengan
sistem bunga, menjadikan masyarakat mulai memperhatikan bank dengan sistem
bagi hasil yang selama krisis moneter da krisis ekonomi tetap tangguh dan sehat.
Ketangguhan bank syariah terletak pada seimbangnya kewajiban bank dengan
kemampuannya, sebagaimana yang dipraktikkan dalam sistem bagi hasil antara
bank dengan menyimpan dana.
d) Ketangguhan bank syariah ternyata dibuktikan pula oleh bank syariah di seluruh
dunia sehingga fenomena ini telah menjadi kajian menarik bagi bank dunia dalam
Dana Moneter Internasional (IMF), serta lembaga-lembaga kajian di
universitas-universitas yang terkenal di seluruh dunia.
e) Adanya bank syariah yang terbukti tangguh dalam menghadapi krisis ekonomi,
akan memperkaya khasanah perbankan di Indonesia. Iklim baru ini telah menarik
penanaman modal disektor lembaga keuangan khususnya IDB dan bank-bank
syariah lainnya serta pemodal dari negara-negara penghasil minyak di Timur
Tengah.
f) Konsep bank syariah yang telah mengutamakan kegiatan produksi dan
perdagangan serta kebersamaan dalam hal investasi, menghadapi risiko usaha dan
membagi hasil usaha, akan memberikan sumbangan yang besar kepada
perekonomian Indonesia khususnya dalam menggiatkan investasi, penyediaan
kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mengingat bank syariah adalah
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, maka bank dengan sistem ini akan
mempunyai segmentasi dan pangsa pasar yang baik sekali di Indonesia. Dengan
sedikit pembinaan sesuai ketentuan yang berlaku, peluang untuk berkembangnya
22
d. Ancaman (threat) terhadap bank syariah
Ancaman yang paling berbahaya adalah apabila bank syariah dikait-dikaitkan
dengan fanatisme agama. Akan ada pihak-pihak yang berusaha menghalangi
berkembangnya bank syariah ini semata-mata hanya karena tidak suka apabila umat
islam bangkit dari keterblakangan ekonominya. Mereka tidak mau tahu bahwa bank
syariah itu jelas-jelas bermanfaat untuk semua orang tanpa pandang bulu. Isu
eksklusivisme atau SARA mungkin akan dilontarkan untuk mencegah berkembangnya
bank syariah di Indonesia.
Ancaman berikutnya adalah dari mereka yang merasa terusik kenikmatannya
dalam mengeruk kekayaan rakyat Indonesia yang sebagian besar beragama Islam
melalui sistem perbankan konvensional yang sudah ada. Munculnya bank syariah yang
menuntut pemerataan pendapatan yang lebih adil akan dirasakan oleh mereka sebagai
ancaman terhadap status quo yang telah dinikmatinya selama puluhan tahun.
Ancaman yang terakhir ialah dari umat islam sendiri yang kualitas imannya telah
mengalami kemerosotan karena tergoda oleh kebutuhan materi atau mungkin karena
kurangnya pemahaman tentang karakteristik bank syariah. Di antara mereka yang
menyimpan uangnya di bank syariah, akan ada yang menuntut bagi hasil yang
setingkat dengan tingkat bunga bank konvensional yang berlaku justru pada saat bank
syariah itu baru berdiri atau pada saat perekonomian sedang lesu. Sebaliknya pada
waktu bank syariah dapat memberikan bagi hasil lebih besar dari tingkat bunga bank
konvensional yang berlaku, maka bank syariah dianggap lebih zalim dari bank
konvensional. Akibat dari tuntutan tersebut ada pengelola bank syariah yang
mengikuti keserakahan seperti ini dengan cara memodifikasi sistem perbankan syariah
23 syariah yang melakukan modifikasi seperti tersebut di atas, sekarang ini mengalami
kesulitan.
Dengan mengenali ancaman-ancaman terhadap dioperasikannya bank syariah ini,
diharapkan para cendekiawan yang telah memahami kemanfaatan bank syariah dapat
berjaga-jaga dan mengupayakan penangkalnya.
Dari inventarisasi faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
tersebut di atas, terlihat bahwa faktor kekuatan dan peluang sangat menonjol,
sementara itu faktor kelemahan dan ancaman tidak terlalu sulit untuk mengatasinya.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa prospek bank syariah di Indonesia di
tengah-tengah krisis ekonomi masih sangat baik meskipun kelak akan menghadapi era
globalisasi.
B. KEPUTUSAN MENABUNG
1. Pengertian Keputusan Menabung
Menurut Kotler (2002:234) mengemukakan bahwa keputusan adalah sebuah
proses pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri dari pengenalan masalah,
mencari informasi, beberapa penilaian alternatif, membuat keputusan membeli dan
perilaku setelah membeli yang dilalui konsumen. Pengertian keputusan pembelian
menurut Drumond (2007:251) yaitu mengidentifikasikan semua pilihan yang
mungkin untuk memecahkan persoalan itu dan menilai pilihan-pilihan secara
sistematis dan obyektif serta sasaran-sasarannya yang menentukan keuntungan serta
kerugiannya masing-masing.
Keputusan merupakan bagian/salah satu elemen penting dari perilaku nasabah
disamping kegiatan fisik yang melibatkan nasabah dalam menilai, mendapatkan dan
24 masalah mencakup semua jenis perilaku pemenuhan kebutuhan dan jajaran luas dari
faktor– faktor yang memotivasi dan mempengaruhi keputusan nasabah.
Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara
langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan.
Tahap-tahap proses keputusan pembelian dapat digambarkan dalam sebuah model
dibawah ini :
Gambar 2.1
Tahap Proses Membeli
Sumber : Kotler, 2007: 235
Pada model di atas mempunyai anggapan bahwa para konsumen melakukan lima
tahap dalam melakukan pembelian. Tahap hal ini tidak selalu terjadi, khususnya
dalam pembelian yang tidak memerlukan keterlibatan pembeli. Para konsumen dapat
melewati beberapa tahap dan urutannya tidak sesuai.
1) Pengenalan Masalah
Proses membeli dengan pengenalan masalah atau kebutuhan pembeli menyadari
suatu perbedaan antara keadaan yang sebenarnya dan keadaan yang diinginkannya.
Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri pembeli atau dari
luar.
2) Pencarian informasi
Konsumen mungkin tidak berusaha secara aktif dalam mencari informasi
25 tergantung pada kuat lemahnya dorongan kebutuhan, banyaknya informasi yang
dimiliki, kemudahan memperoleh informasi, tambahan dan kepuasan yang diperoleh
dari kegiatan mencari informasi. Biasanya jumlah kegiatan mencari informasi
meningkat tatkala konsumen bergerak dari keputusan situasi pemecahan masalah yang
terbatas ke pemecahan masalah yang maksimal.
3) Evaluasi alternatif
Informasi yang didapat dari calon pembeli digunakan untuk memperoleh
gambaran yang lebih jelas mengenai alternatif-alternatif yang dihadapinya serta daya
tarik masing-masing alternatif. Produsen harus berusaha memahami cara konsumen
mengenal informasi yang diperolehnya dan sampai pada sikap tertentu mengenai
produk promosi dan keputusan untuk pembeli.
4) Keputusan membeli
Produsen harus memahami bahwa konsumen mempunyai cara sendiri dalam
menangani informasi yang diperolehnya dengan membatasi alternatif-alternatif yang
harus dipilih atau dievaluasi untuk menentukan produk mana yang akan dibeli.
5) Perilaku Pasca pembelian
Apabila barang yang dibeli tidak memberikan kepuasan yang diharapkan, maka
pembeli akan merubah sikapnya terhadap merek barang tersebut menjadi sikap
negatif, bahkan mungkin akan menolak dari daftar pilihan. Sebaliknya bila konsumen
mendapat kepuasan dari barang yang dibelinya maka keinginan untuk membeli
terhadap merek barang tersebut cenderung untuk menjadi lebih kuat. Produsen harus
mengurangi perasaan tidak senang atau perasaan negatif terhadap suatu produk dengan
cara membantu konsumen menemukan informasi yang membenarkan pilihan
konsumen melalui komunikasi yang diarahkan pada orang-orang yang baru saja
26
C. PERILAKU KONSUMEN
1. Pengertian perilaku konsumen
David L. Loudon dan Albert J. Della Bitta (1984: 6) mengemukakan bahwa:
“consumer behavior may be defined as decision process and psycal activity
individuals engage in when evaluaating, acquairing, using or disposing of goods and
services” [Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam proses
mengevaluasi, memperoleh menggunakan atau dapat mempergunakan barang-
barang dan jasa] dalam (Dr. A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, 2005: 3).
James F. Engel et al. (1968: 8) berpendapat bahwa: “consumer behavior is defined
as the acts of individuals directly involved in obtaining and using economic goods
services including the decision process that precede and determine these acts.”
[perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan- tindakan individu yang secara
langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang- barang jasa
ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan
menentukan tindakan- tindakan tersebut] dalam (Dr.A.A. Anwar Prabu
Mangkunegara, 2005: 3).
Gerald Zaltman dan Melanie Wallendorf (1979: 6) menjelaskan bahwa:
“consumer behavior are acts, process and social relationship exhibited by
individuals, groups and organizations in the obtainment, use of, and consequent
experience with products, services and other resources”. [Perilaku konsumen adalah
tindakan-tindakan proses, dan hubungan sosial yang dilakukan individu, kelompok
dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan suatu produk, pelayanan, dan
27 Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku
konsumen adalah tindakan- tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau
organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam
mendapatkan, menggunakan barang- barang atau jasa ekonomis yang dapat
dipengaruhi lingkungan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor- faktor budaya, sosial,
pribadi dan psikologis sebagai berikut (Kotler 2007: 214-230):
a. Faktor Budaya
Budaya dapat didefinisikan sebagai hasil kreativitas manusia dari satu
generasi ke generasi berikutnya yang sangat menentukan bentuk perilaku dalam
kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan merupakan suatu hal yang kompleks yang meliputi ilmu
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat, kebiasaan, dan norma-norma yang
berlaku pada masyarakat (Anwar Prabu Mangkunegara, 2005: 39).
Flemming Hansen (1972: 172-173) dalam Anwar Prabu Mangkunegara
(2005: 39-40) mengemukakan bahwa karakteristik budaya adalah: “culture is
man- made, cultur is learned, culture is prescriptive, culture is socially shared,
culture are similiar but difference, culture is gratifying and persistent, culture is
adaptive, culture is organized and integrated”. [Kebudayaan adalah hasil karya
manusia, proses belajar, mempunyai aturan/ berpola, bagian dari masyarakat,
menunjukkan kesamaan tertentu tetapi pula terdapat variansi- variansinya,
pemenuhan kepuasan dan kemantapan atau ketetapan, penyesuaian, terorganisasi
28
1) Budaya, sub- budaya dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku pembelian. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar.
Anak- anak yang sedang bertumbuh mendapatkan seperangkat nilai,
persepsi, prefensi, dan perilaku dari keluarga dan lembaga- lembaga
lainnya. Anak- anak yang dibesarkan di Amerika Serikat sangat terpengaruh
oleh nilai- nilai sebagai berikut: prestasi dan keberhasilan, aktivitas,
efisiensi dan keraktisan, kemajuan, kenikmatan materi, individualisme,
kebebasan, kenikmatan eksternal, humanism, dan berjiwa muda.
Masing- masing budaya terdiri dari sejumlah sub- budaya yang lebih
menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya.
Sub- budaya mencakup kebangsaan, agama, kelompok, ras, dan wilayah
geografis. Ketika subkultur menjadi besar dan cukup makmur, perusahaan
sering merancang program pemasaran secara khusus untuk melayani
mereka. Pemasaran lintas budaya muncul dari riset pemasaran yang cermat,
yang menyingkapkan bahwa relung etnis dan demografik yang berbeda
tidak selalu menanggapi dengan baik iklan pasar- massal.
Pada dasarnya, semua masyarakat manusia memiliki stratifikasi sosial,
starifikasi tersebut kadang- kadang terbentuk sistem kasta dimana para
anggota kasta yang berbeda diasuh dengan mendapatkan peran tertentu dan
tidak dapat mengubah keanggotaan kastanya. Stratifikasi lebih sering
ditemukan dalam bentuk kelas sosial, pembagian masyarakat yang relative
homogen dan permanen, yang tersusun secara hirarkis dan yang para
anggotanya menganut nilai, minat, dan perilaku serupa.
29 dua kelas sosial yang berbeda. Kedua, orang merasa dirinya menempati
posisinya yang inferior atau superior dikelas sosial mereka. Ketiga, kelas
sosial ditandai oleh sekumpulan variabe- variabel seperti: pekerjaan,
penghasilan, kesejahteraan, pendidikan dan orientasi nilai bukan satu
variabel. Keempat, individu dapat pindah dari satu tangga ke tangga lain
pada kelas sosialnya selama masa hidup mereka. Besarnya mobilitas itu
berbeda- beda tergantung pada seberapa kaku stratifikasi sosial dalam
masyarakat tertentu.
Kelas sosial, didefinisikan sebagai suatu kelompok yang terdiri dari
sejumlah orang yang mempunyai kedudukan yang seimbang dalam kelas
sosial yang berbeda dengan status sosial walaupun sering kedua istilah ini
diartikan sama. Sebenernya kedua istilah tersebut merupakan dua konsep
yang berbeda. Contohnya, walaupun seorang konsumen berada pada kelas
sosial yang sama, memungkinkan status sosialnya berbeda, atau yang satu
lebih tinggi status sosialnya dari pada yang lainnya. (Anwar Prabu
Mangkunegara, 2005: 41- 42).
Warner (Flemming Hansen, 1972: 249-251) dalam Anwar Prabu
Mangkunegara (2005: 42).mengemukakan bahwa kelas sosial dapat
dikategorikan kedalam upper- upper class, lower- upper class, upper-midle
class, lower- midle class, upper- lower class, dan lower- lower class.
b. Faktor Sosial
Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor- faktor sosial
seperti kelompok acuan, keluarga, peran dan status sosial.
30 Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang yang
memiliki langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau
perilaku orang tersebut. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap
seseorang dinamakan kelompok keanggotaan. Beberapa kelompok
keanggotaan merupakan kelompok primer seperti keluarga, teman, tetangga,
dan rekan kerja yang berinteraksi dengan seseorang secara terus- menerus dan
informal. Orang juga menjadi anggota kelompok sekunder , seperti kelompok
keagamaan, profesi, dan asosiasi kelompok perdagangan, yang cenderung lebih
formal dan membutuhkan interaksi yang tidak begitu rutin.
Orang sangat dipengaruhi oleh kelompok acuan mereka, sekurang-
kurangnya melalui tiga cara. Kelompok acuan membuat seseorang menjalani
perilaku dan gaya hidup baru dan mempengaruhi perilaku serta konsep pribadi
seseorang; kelompok acuan menuntut orang untuk mengikuti kebiasaan
kelompok sehingga dapat mempengaruhi pilihan seseorang akan produk dan
merek actual.
Orang juga dipengaruhi oleh berbagai kelompok diluar kelompok mereka.
Kelompok aspirasi adalah kelompok yang ingin dimasuki seseorang; kelompok
disasosiasi adalah kelompok yang nilai atau perilakunya ditolak oleh
seseorang.
Perusahaan manufaktur yang produk dan mereknya sangat dipengaruhi
oleh kelompok acuan harus menentukan cara menjangkau dan mempengaruhi
para pemimpin opini dikelompok acuan itu. Pemimpin opini (opini leader)
adalah orang yang komunikasi informalnya atas produk dapat memberikan
saran atau informasi tentang produk atau jenis produk tertentu. Para pemasar
31 demografis dan psikografis yang berkaitan dengan kepemimpinan opini,
mengidentifikasikan media yang dibaca oleh pemimpin opini, dan
mengarahkan pesan iklan kepada pemimpin opini.
2) Keluarga
Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting
dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer
yang paling berpengaruh. Kita dapat membedakan dua keluarga dalam
kehidupan membeli. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua, dan saudara
kandung seseorang. Dari orang tua seseorangmendapatkan orientasi atas
agama, politik dan ekonomiserta ambisi pribadi, harga diri dan cinta.
Walaupun pembeli tersebut tidak lagi berinteraksi secara mendalam dengan
orangtuanya, pengaruh orang tua terhadap perilaku pembeli dapat tetap
signifikan. Di negara- negara dimana orang tua tinggal dengan anak- anak
mereka yang sudah dewasa, pengaruh orang tua dapat menjadi sangat besar.
Pengaruh yang lebih langsung terhadap perilaku pembelian sehari-hari adalah
keluarga prokreasi yaitu pasangan dan anak seorang.
Keluarga dapat didefinisikan sebagai suatu unit masyarakat yang terkecil
yang perilakunya sangat mempengaruhi dan menentukan dalam pengambilan
keputusan membeli. (Anwar Prabu Mangkunegara, 2005: 44).
3) Peran dan Status
Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya-
keluarga, club, dan organisasi. Kedudukan orang itu masing- masing kelompok
32 yang diharapkan akan dilakukan seseorang. Masing- masing peran
menghasilkan status. Seorang wakil dirut pemasaran senior memiliki status
yang lebih tinggi dari pada manajer penjualan. Orang-orang memilih produk
yang dapat mengomunikasikan peran dan status mereka di masyarakat.
c. Faktor Pribadi
Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik
tersebut meliputi : usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan
ekonomi, kepribadian dan konsep diri, serta nilai dan gaya hidup pembeli. Karena
banyak karakteristik ini memiliki dampak sangat langsung pada prilaku konsumen
penting bagi pemasar untuk mengikuti mereka secara dekat.
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk dari sifat- sifat yang ada
pada diri individu yang sangat menentukan perilakunya. Kepribadian konsumen
sangat ditentukan oleh faktor internal dirinya (motif, IQ, emosi, cara berpikir,
persepsi) dan faktor eksternal dirinya (lingkungan fisik, keluarga, masyarakat,
sekolah, lingkingan alam). Kepribadian konsumen akan mempengaruhi persepsi
dan pengambilan keputusan dalam membeli (Anwar Prabu Mangkunegara, 2005:
46).
Ahli psikologis kepribadian G.W Allport berpendapat bahwa kepribadian yang
dewasa memilikan ciri- ciri sebagai berikut:
a) Adanya extention of the self.
b) Adanya self objectivication and self of humor.
c) Adanya unifying of phylosophy of life.
33 Orang membeli barang dan jasa yang berbeda- beda sepanjang hidupnya.
Selera orang terhadap pakaian, perabot dan rekreasi juga berhubungan dengan
usia. Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga dan jumlah, usia dan
gender orang dalam rumah tangga pada satu saat. Selain itu, tahap siklus hidup
psikologis bisa terjadi. Orang dewasa mengalami “perjalanan” dan
“perubahan” tertentu sepanjang hidupnya.
Para pemasar juga harus memberi perhatian yang besar pada peristiwa-
peristiwa penting dalam hidup atau masa peralihan- menikah, kelahiran bayi,
sakit, relokasi, bercerai, beralih kerja, menduda/ menjanda- karena peristiwa-
peristiwa tersebut memunculkan kebutuhan baru. Ini harus menyiagakan
penyediaan layanan ban, pengacara, pernikahan, pekerjaan, dan konselor
kehilangan orang yang disayangi untuk menemukan cara-cara yang dapat
mereka tempuh untuk membantu.
2) Pekerjaan dan lingkungan ekonomi
Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsinya. Para pemasar
berusaha mengidentifikasikan kelompok pekerjaan yang memiliki minat diatas
rata- rata terhadap produk dan jasa mereka. Perusahaan bahkan dapat
mengkhususkan produknya pada kelompok pekerjaan tertentu.
Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang:
penghasilan yang dapat dibelanjakan (level, kestabilan, dan pola waktunya),
tabungan dan aktiva termasuk presentasi aktiva yang lancar/ liquid, utang,
kemampuan untuk meminjam, dan sikap terhadap kegiatan berbelanja atau
menabung. Para pemasar barang yang peka terhadap harga terus- menerus