• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Program Acara Dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustadz Di Banten Tv

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Program Acara Dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustadz Di Banten Tv"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh

Quinn Rizqi Budiyanti

NIM: 1110051000132

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Analisis Program Acara Dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustadz di Banten TV

Televisi merupakan sarana yang efektif dalam menyampaikan pesan-pesan Islami (dakwah) melalui program-program acara yang ditayangkannya, seperti halnya stasiun Banten TV merupakan stasiun televisi swasta lokal yang masih tetap bertahan diranah pertelevisian Indonesia dengan menghadirkan program-program acara yang edukatif dan inspiratif sesuai dengan slogan stasiun Banten TV, yakni Dari Banten Untuk Nusantara. Program acara stasiun Banten TV yaitu Ngobrol Sareng Kang Ustadz dengan

Berdasarkan latarbelakang masalah diatas, penelitian ini ingin mengetahui tentang Apa yang dimaksud dengan program acara Ngobrol Sareng Kang Ustadz? bagaimana proses produksi yang dilakukan tim dalam program acara dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustadz ditinjau dari tiga tahapan produksi, yaitu tahapan pra-produksi, produksi dan pasca-produksi? serta apa saja faktor pendukung dan faktor pengahmbat dalam melaksanakan proses produksi pada program acara dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustadz di Banten TV?

Program acara dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustadz merupakan program acara unggulan yang bersifat religi yang disiarkan setiap hari Senin-Jumat pada pukul 17.00-18.00 WIB dengan dipandu oleh host dan narasumber, dengan format

talk show dialog interaktif melalui telepon dan media sosial yang disiarkan secara langsung distudio stasiun Banten TV, proses produksi yang dilakukan oleh tim dalam mengemas program acara dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustadz secara ringan dan menghibur, namun tetap sesuai dengan syariat Islam yang berlandaskan Al-quran dan Hadist, yaitu dengan melakukan tiga tahapan yang sesuai dengan standart Operation Procedure (SOP), yakni tahapan Pra-Produksi, Produksi dan Pasca Produksi dan didalamnya terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat yang mana kedua faktor tersebut merupakan bagian dari penunjang sebuah keberhasilan para tim dalam memproduksi program acara dakwah tersebut.

Teori pada penelitian ini merujuk pada teori Maxure K dan Reed bahwa proses produksi mempunyai kewajiban merubah konsep atau ide didalam naskah menjadi program yang terpadu, menarik, kreatif dan efektif untuk ditayangkan.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskritif, yang mana bertujuan untuk menggambarkan, berbagai kondisi, berbagai situasi, berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, tanda atau gambaran fenomena tertentu. Sehingga, penelitian ini bersifat mendalam.

(6)

ii

Bismillahirahmanirahim

Alhamdulillahi Rabbal Alamin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT,

atas segala kemurahan, cinta kasih dan sayang-Nya yang tak terhingga, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Program Acara

Dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustadz di Banten TV”.

Tak lupa Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan

kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, berserta keluarga dan para sahabat yang

selalu istiqomah dalam memegang teguh ajarannya. Selanjutnya, penulis sangat

menyadari dalam proses penyelesaian penulisan skripsi ini banyak sekali

hambatan dan kendala yang penulis hadapi, mulai dari persoalan teknis

pengumpulan data sampai dengan rasa malas kerap kali menghinggapi penulis.

Namun, pada akhirnya penulis dapat mengatasi semua persoalan-persoalan

tersebut, tentunya dengan segala bantuan, bimbingan dan doa semua pihak. Untuk

itu penulis mengucapkan terimakasih yang tulus dan tak terhingga kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Dr. H. Arief Subhan,

MA, Wakil Dekan I Bidang Akademik Dr. Suparto, S.Ag. M.Ed, Wakil

Dekan II Bidang Administrasi Umum Drs. Jumroni, M.Si, Wakil Dekan

III Bidang Kemahasiswaan Dr. H. Sunandar, MA

2. Rahmat Baihaky, MA dan Umi Musyarrofah, MA selaku Ketua dan

Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

3. H. Zakaria, MA selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan

bimbingan dan motivasi selama penulis menyelesaikan penulisan skripsi

untuk mencapai hasil yang lebih baik.

4. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu

pengetahuannya yang bermanfaat serta dedikasi selama penulis

mengenyam pendidikan dibangku perkuliahan dari awal semester hingga

saat ini dan semoga penulis dapat mengamalkan ilmu yang telah

(7)

iii

penulis dalam urusan administrasi selama perkuliahan dan penulisan ini

selesai.

6. Bapak/Ibu seluruh Staf dan Karyawan Perpustakaan Utama dan

Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang telah melayani penulis dalam urusan

peminjaman buku-buku sebagai referensi dan literatur penulis dalam

penyusunan skripsi hingga selesai.

7. Para Tim Produksi Program Acara Dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustadz

di Banten TV, Bapak Dito, Bapak Mahrup, Bapak Rio, Bapak Iman,

Ustadz Lancip, Mba Dian, Mas Sammy, dan Devia, yang telah membantu

penulis dalam mendapatkan data–data mengenai program acara dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustdaz, sehingga penulisan ini dapat terselesaikan.

8. Orang tua tercinta, Papa Drs. Entus Sukria Hasan Surya, M.Ba. MM (Alm)

dan Mama Dra. Lilis Suryanti, M.Pd yang senantiasa ikhlas dan sabar

dalam mengarungi pahit dan getirnya perjuangan hidup demi

kelangsungan pendidikan penulis mulai dari sekolah dasar sampai

kejenjang pendidikan yang lebih tinggi selalu memberikan kasih

sayangnya, doa restu dan dukungan yang mendalam, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Kakak dan Adik-Adik tersayang, Cendekia Ivanna Fatmawati, Yoga

Prakosa, Arya Ranamanggala Tirtayasa dan Tubagus Miftah Ar-royyan

yang selalu membantu penulis dan memberikan dukungan dan mendoakan

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Semua Keluarga Besar, Om, Tante, Ibu, Pak de, dan lainnya yang tidak

bisa disebut satu persatu, yang telah memberikan dukungan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Syefrinozi, Ririn Riyanti, Maria Safitri, Nyimas Ayu Galuh, dan Nanda

Cahaya Febriana yang senantiasa saling berbagi dalam suka dan duka

(8)

iv

12.Teman-teman seangkatan dan seperjuangan Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam 2010, terkhusus untuk teman sekelas KPI E 2010 dan

teman KKN Berdikari 2013 yang tidak pernah terlupakan.

Dengan demikian, Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari

kekurangan, karena itu penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran dari semua

pihak demi penyempurnaan skripsi ini, dan semoga penulisan skripsi ini

bermanfaaat bagi semua pihak khususnya penulis.

Ciputat, 7 Mei 2014

(9)

v KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...5

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Manfaat Penelitian ...6

1. Manfaat Akademis ...6

2. Manfaat Praktis ...6

E. Tinjauan Pustaka ...7

F. Metodelogi Penelitian ...9

1. Jenis Penelitian ...9

2. Subjek dan Objek Penelitian ...10

3. Tempat dan Waktu Penelitian ...10

4. Tahapan Penelitian ...10

a. Pengumpulan Data ...10

1) Obeservsi Partisipan ...10

2) Wawancara ...11

3) Dokumentasi ...11

b. Pengolahan Data ...12

c. Analisis Data...12

G. Sistematika Penulisan ...13

BAB II LANDASAN TEORI A. Televisi ...15

1. Pengertian Televisi ...15

2. Jangkauan Siaran Televisi ...16

3. Program SiaranTelevisi ...17

(10)

vi

2. Tujuan Dakwah ...25

3. Subjek dan Objek Dakwah ...28

4. Materi Dakwah ...31

5. Metode Dakwah ...32

6. Media Dakwah ...33

C. Produksi Program Televisi ...35

D. Televisi Sebagai Media Dakwah ...45

BAB III GAMBARAN UMUM A. Sejarah Perkembangan Pertelevisian di Indonesia ...46

B. Sejarah Perkembangan Pertelevisian Lokal di Indonesia ...47

C. Sejarah Perkembangan Stasiun Banten TV ...48

1. Slogan Stasiun Banten TV ...49

2. Visi Dan Misi Stasiun Banten TV ...50

3. Struktur Organisasi Stasiun Banten TV ...51

4. Program-Program Acara Stasiun Banten TV ...51

D. Program Acara Dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustadz ...53

BAB IV ANALISIS PROGRAM ACARA DAKWAH NGOBROL SARENG KANG USTADZ DI BANTEN TV A. Program Acara Dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustadz ...55

B. Proses Proses Produksi Program Acara Dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustadz di Banten TV ...57

1. Pra Produksi ...58

2. Produksi ...66

3. Pasca Produksi ...86

C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Dalam Program Acara Ngobrol Sareng Kang Ustadz di Banten TV ...88

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...91

[image:10.595.99.507.81.710.2]
(11)

vii

Gambar 1 Bagan Format Acara Televisi ... 23

Gambar 2 Bagan Organisasi Dalam Produksi ... 39

Gambar 3 Bagan Pra Produksi ... 41

[image:11.595.100.497.234.614.2]

Gambar 4 Bagan Produksi ... 43

(12)

viii

Tabel 1 Format Acara Program Acara Dakwah Ngobrol Sareng Kang

[image:12.595.103.494.215.602.2]
(13)

1

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan media informasi khususnya televisi, membuat dunia

semakin hari semakin dekat saja meskipun arus informasi yang mengalir

akan mempunyai dampak, positif maupun negatif. Namun, hal tersebut

tidak dapat dielakan karena perubahan zaman yang sangat dinamis saat

ini.1

Kehadiran televisi telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari

kehidupan manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya di depan

pesawat televisi dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk

mengobrol dengan keluarga ataupun pasangan mereka. Bagi banyak orang

televisi adalah teman, televisi menjadi cermin perilaku dan menjadi candu,

karena televisi membujuk kita untuk mengonsumsi lebih banyak lagi,

disamping itu televisi juga memperlihatkan bagaimana kehidupan orang

lain dan memberikan ide tentang bagaimana kita ingin menjalani hidup

ini.2

Selain itu, televisi banyak keunggulan dimana ia mampu

menembus ruang dan waktu, juga mempunyai keunggulan lainnya

dibandingkan media massa saat ini. Pertama, dilihat dari sisi pesan televisi

yang disajikan secara audio visual, yakni dapat membangun daya tarik,

persepsi, perhatian, dan imajinasi dalam mengkontruksi realitas. Kedua,

1

Ciptono Setyobudi, Pengantar Teknik Broadcasting Televisi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), h. 1

2

(14)

dilihat dari sisi aktualitas peristiwa, televisi bisa lebih cepat memberikan

informasi kepada khalayak dari pada surat kabar, radio, dan majalah.

Ketiga, dilihat dari segi khalayak, televisi mampu menjangkau jutaan

pemirsa ketimbang surat kabar, radio atau majalah yang hanya

menjangkau ratusan ribu pembaca atau pendengar. Keempat, dilihat dari

efek kulturasi, televisi lebih besar daripada efek yang dihasilkan oleh

jenis-jenis media lainnya, khususnya bagi pembentukan perilaku,

proposisi, dan antisosial anak.3 Oleh karena itu, Indonesia kini sudah

mulai memasuki era televisi yang ditandai dengan munculnya stasiun

televisi, seperti TVRI, RCTI, TPI, SCTV, ANTV, Indosiar, TV ONE,

METRO TV, TRANS TV, TRANS 7, Global TV, Kompas TV, Net TV.

Disamping itu, disusul dengan kemunculan televisi-televisi lokal, seperti

Bali TV, Jak TV, Da’i TV, CTV Banten, dan lain-lain.

Program acara keagamaan di televisi banyak sekali yang

menggambarkan tentang dakwah, seperti ceramah agama, tanya jawab

tentang agama, lagu dan bahkan tarian khas yang dipandang islami, selain

itu perlu disadari juga bahwa televisi sebagai alat bantu untuk

menyebarkan ajaran agama islam keberbagai pelosok tanah air sangat

diperlukan dalam paradigma baru berdakwah. Dari segi waktu televisi

sangat efektif dan efesien, karena pesan yang disampaikan televisi dapat

langsung diterima oleh khalayak. Oleh karena itu, sebuah stasiun televisi

harus mampu mengemas dengan baik isi siaran dakwah yang akan

3

K.H Miftah Farid, Dakwah Kontemporer Pola Alterlatif Dakwah Melalui Televisi,

(15)

ditayangkan sesuai dengan sasaran yang dituju, seperti orang tua, dewasa

bahkan anak-anak.

Stasiun Banten TV sebagai televisi lokal yang didirikan oleh PT.

Banten Media Global Televisi berusaha untuk memberikan yang terbaik

bagi pemirsanya, salah satunya dengan menyajikan program acara

dakwah. Keberadaan siaran-siaran keagamaan seperti dakwah yang

menggunakan media televisi sudah sangat banyak kita jumpai di beberapa

stasiun televisi termasuk di stasiun Banten TV dengan menyiarkan

program acara dakwah, yakni Ngobrol Sareng Kang Ustadz.

Program acara dakwah Ngorol Sareng Kang Ustadz disiarkan

setiap hari Senin-Jumat pada jam 17.00-18.00 secara langsung (live) didalam studio Banten TV, dengan format talk show dialog interaktif melalui telepon dan media sosial, seperti facebook, twitter dan live streaming. Program acara dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustadz ini dikemas secara ringan, lucu dan menghibur, namun tetap sesuai dengan

syariat Islam yang berlandaskan Al-Quran dan Hadist. Selain itu, pada

program acara dakwah ini memiliki sebuah tagline, yakni “Ngobrol Sareng Kang Ustadz, Anda Curhat Kang Ustadz Kasih Nasehat”, yang

tujuannya agar para pemirsa dapat menambah wawasan tentang agama

Islam dan dapat memberikan solusi terhadap masalah yang tengah

dihadapi pemirsa, karena program acara dakwah ini memberikan

kesempatan langsung untuk para pemirsa yang ingin curhat dengan Kang

Ustadz selaku narasumber dengan menggunakan telepon interaktif dan

(16)

oleh seorang Host. Dalam setiap penayangan yang dilakukan oleh tim memerlukan waktu enam puluh menit dengan empat segment didalamnya,

yang mana dari setiap segment penayangannya tim memberikan dua

segment untuk para pemirsa dirumah dapat curhat langsung kepada Kang

Ustadz yang pertanyaannya tidak dibataskan dengan tema-tema yang telah

ditentukan.

Program acara dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustadz ini juga

sebagai salah satu contoh dari pengembangan metode dakwah, yaitu

dakwah bil lisan, yang dikembangkan melalui publikasi penyiaran dengan menggunakan media penyiaran televisi. Maka, sudah selayaknya di zaman

yang modern ini kegiatan dakwah harus bisa memanfaatkan media-media

modern seperti televisi, agar kegiatan dakwah bisa diterima oleh

masyarakat secara komperhenshif.4 Dengan begitu seorang dai akan lebih

cepat mengetahui seberapa jauh keberhasilan dari dakwah yang

dilakukannya, terlebih dengan menggunakan format dialog interaktif

melalui saluran telepon, maka seorang dai akan lebih cepat mengetahui

kebutuhan-kebutuhan yang ada di masyarakat, sehingga untuk pertemuan

berikutnya seorang dai akan lebih bisa menjadikan dakwah tersebut

betul-betul sebagai solusi bagi permasalahan yang muncul dalam kehidupan

masyarakat, yang tentunya dengan menggunakan pendekatan agama

Islam.

Melihat latar belakang diatas, bahwasanya televisi merupakan

sarana yang efektif dalam menyampaikan pesan Islami melalui program

4

(17)

yang ditayangkan, maka dari itu penulis tertarik untuk mengakat sebuah

judul skripsi: “Analisis Program Acara Dakwah Ngobrol Sareng Kang

Ustadz di Banten TV”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi pada proses produksi

program acara dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustadz di Banten TV selama

bulan Febuari 2014 yang narasumbernya adalah Ustadz Ahmad Rifqy

Umar (Ustadz Lancip) dan tema-tema yang dibahas mengenai Al-Quran

Untuk Siapa, Kenapa Harus Menikah, Menyanyi Menurut Syariat/Hukum,

Suami Durhaka, Istri Durhaka, Kurung Batang, Menjual Ayat-Ayat

Allah/Hukum dan Perkawinan Dusta. Sebaliknya, penelitian ini tidak

membahas tentang pengaruh, respon dan pesan pada program acara

Dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustadz di Stasiun Banten TV.

Berdasarkan pembatasan diatas, penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut:

a. Apa yang dimaksud dengan program acara dakwah Ngobrol Sareng

Kang Ustadz di stasiun Banten TV?

b. Bagaimana proses produksi yang dilakukan tim dalam program acara

dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustadz di stasiun Banten TV, ditinjau

dari 3 tahapan produksi, yakni Pra Produksi, Produksi dan Pasca

Produksi?

c. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam

melaksanakan proses produksi pada program acara dakwah Ngobrol

(18)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui maksud dari program acara dakwah Ngobrol Sareng

Kang Ustadz di stasiun Banten TV

2. Untuk mengetahui proses produksi yang dilakukan tim dalam program

acara dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustadz di stasiun Banten TV,

ditinjau dari 3 tahapan produksi, yakni Pra Produksi, Produksi dan

Pasca Produksi.

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam

melaksanakan proses produksi pada program acara dakwah Ngobrol

Sareng Kang Ustadz di stasiun Banten TV

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah dan referensi

bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dalam penemuan kaidah ataupun mengenai

cara proses produksi suatu program acara dakwah berlangsung yang

diterapkan oleh televisi swasta lokal yaitu stasiun Banten TV.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi sebuah perkembangan

tentang penelitian Ilmu Komunikasi terutama pada kajian-kajian media

(19)

Indonesa yang saat ini terus berkembang, serta penelitian ini menjadi

sebuah masukkan untuk para pengelola stasiun televisi, khususnya

yang menjadikan televisi sebagai media dakwah.

E. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan pengamatan langsung di Perpustakaan Utama UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta maupun Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, penulis menemukan ada beberapa skripsi yang telah

meneliti tentang Analisis Program Acara Dakwah di stasiun Televisi dan

radio, yakni:

Skripsi Ahmad Tamamy5. Ahmad Tamamy mengemukakan bahwa

program acara dakwah Liputan Kampung yang disiarkan oleh televisi

komunitas Palmerah melakukan semua tahapan dari proses produksi,

yakni pra produksi, produksi dan pasca produksi. Pada tahapan pra

produksi program acara dakwah Liputan Kampung di televisi komunitas

Palmerah ialah dengan menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk

meliput acara kegiatan warga, seperti kamera, lampu penerangan, kabel

roll, kaset mini dvd dan lain-lain. Selanjutnya, pada tahap produksi

program acara dakwah Liputan Kampung di televisi komunitas Palmerah

melakukan shooting yang tidak menggunakan rundwon acara hanya seorang kameramen meliput kegiatan acara sampai selesai yang nantinya

akan ditayangkan pada pukul 19.00 WIB. Selanjutnya, proses terakhir

ialah proses pasca, yaitu mengemas atau proses editing. Persamaan

penelitian ini dengan skripsi Ahmad Tamamy adalah sama-sama

5 Ahmad Tamamy, “

Program Dakwah Islam Di Televisi Komunitas Palmerah”, (Skripsi

(20)

membahas tentang proses produksi program acara dakwah melalui tiga

tahapan, yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Sedangkan

perbedaannya terletak pada stasiun televisi dan program acaranya, karena

pada skripsi Ahmad Tamamy memilih stasiun televisi komunitas Palmerah

dan Program Acara Dakwah yaitu Liputan Kampung, sedangkan

penelitian ini memilih stasiun televisi lokal Banten TV dan Program Acara

Dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustadz.

Penulis juga merujuk pada skripsi Fitria Ramdani.6 Fitria Ramdani

mengemukakan bahwa dalam membuat program acara dakwah di radio

idealnya harus melakukan 3 tahapan proses produksi, termasuk pada

program acara dakwah Fajar Islami di radio Sheba 99,3 FM Bogor. Pada

saat proses produksi berlangsung program acara dakwah Fajar Islami

melakukan 3 tahapan, yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi

dimana tahapan pra produksi meliputi tiga bagian, yakni penemuan ide,

perencanaan, dan persiapan, setelah itu dilakukannya tahapan produksi

secara langsung setiap hari senin-minggu mulai pukul 05.00-06.00 WIB

yang diselenggarakan sepenuhnya di radio Sheba 99,3 FM Bogor dengan

format acara berbentuk talk show dan setelah itu tahapan terakhir yaitu pasca produksi dengan melaksanakan proses evaluasi setelah sebuah

program acara dakwah Fajar Islami selesai disiarkan oleh pendengar.

Persamaan penelitian ini dengan Fitria Ramdani adalah sama-sama

membahas tentang tiga tinjauan yang dilakukan pada saat proses produksi

berlangsung baik di televisi maupun di radio. Adapun perbedaannya, Fitria

6 Fitria Ramdani, “

Analisis Produksi Program Dakwah Fajar Islami Di Radio Sheba 99,3

(21)

Ramdani meneliti tentang Proses Produkis Program Acara Dakwah Fajar

Islami di radio Sheba 99,3 FM Bogor. Sedangkan, penelitian ini meneliti

tentang Proses Produksi Pada Program Acara Dakwah Ngobrol Sareng

Kang Ustadz di stasiun televisi Banten TV.

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metodologi penelitian yang penulis gunakan ialah pada jenis

penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

deskriptif. Basrowi Sukidi menjelaskan bahwa penelitian kualitatif

adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang

tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau

dengan cara kuantifikasi lainnya.7 Sedangkan, penelitian kualitatif

menurut Taylor adalah sebagai prosedur sebuah penelitian yang

menghasilkan data deskritif, berupa kata tertulis atau lisan dari orang

atau perilaku yang diamati.8

Penelitian deskritif kualitatif juga bertujuan untuk

menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi,

berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang

menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu

kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau

gambaran fenomena tertentu. Sehingga, penelitian ini bersifat

mendalam karena kedalaman data yang menjadi pertimbangannya

7

Basrowi Sukidi, Metode Penelitian Kualitatif Mikro, (Surabaya: Insan Cendikia, 2002) h.1.

8

[image:21.595.97.514.193.607.2]
(22)

serta menusuk sasaran penelitian.9 Penelitian kualitatif deskriptif ini

melibatkan penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan empiris,

seperti studi kasus, pengalaman pribadi, intropeksi, riwayat hidup,

wawancara, pengamatan, teks sejarah, interaksional dan visual.10

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah stasiun Banten TV dan

obyek dalam penelitian ini adalah Program Acara Dakwah Ngobrol

Sareng Kang Ustadz.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di stasiun Banten Tv, Jalan

Jenderal Sudirman Blok F18-20, Kota Serang Baru-Banten dan waktu

penelitian dilaksanakan satu bulan dari tanggal 3-28 Febuari 2014.

4. Tahapan Penelitian

a. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data digunakan untuk mengumpulkan

data yang berhubungan dengan program acara dakwah Ngobrol

Sareng Kang Ustadz di Banten TV, meliputi:

1) Observasi Partisipan merupakan pengamatan untuk memperoleh

data yang diperlukan.11 Teknik yang penulis lakukan dalam

observasi ini ialah yang bersifat langsung. Obeservasi yang

bersifat langsung ini oleh penulis dengan mengikuti pelaksanaan

9

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 68.

10

Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001), cet. Ke- 1, h. 5.

11

(23)

produksi program acara dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustadz di

Studio Banten TV pada bulan Febuari 2014 selama delapan kali

pelaksanaan shooting bersama Ustadz Ahmad Rifqy Umar (Ustadz Lancip) dan tema-tema yang dibahas mengenai

Al-Quran Untuk Siapa, Kenapa Harus Menikah, Menyanyi Menurut

Syariat/Hukum, Suami Durhaka, Istri Durhaka, Kurung Batang,

Menjual Ayat-Ayat Allah/Hukum dan Perkawinan Dusta..

Karena observasi ini bertujuan untuk mendapatkan data terkait

program acara dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustadz.

2) Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian melalui tanya jawab dengan menggunakan alat

panduan wawancara.12 Teknik yang penulis lakukan dengan

mewawancarai sumber-sumber terkait dalam pelaksanaan

produksi program acara dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustadz di

Banten TV. Sumber-sumber yang diwawancarai oleh penulis,

yakni Bapak Mahrup N.R selaku Produser program acara

dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustadz, Devia Alviani selaku

Host program acara dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustadz, dan Ustadz Ahmad Rifqy Umar (Ustadz Lancip) selaku Narasumber

program acara dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustadz.

3) Dokumentasi merupakan pengambilan data yang diperoleh

melalui dokumen-dokumen.13 Teknik yang penulis lakukan

12

Mohammad Nazir, Metodelogi Penelitian, (Jakarta: Gaila Indonesia, 1988), cet. Ke-3, h.234

13

(24)

dengan mengumpulkan bahan-bahan yang didokumentasikan

oleh penulis berupa, hasil wawancara, rundwon acara, dan

foto-foto terkait program acara dakwah Ngobrol Sareng Kang

Ustadz, karena nantinya akan dibutuhkan oleh penulis sebagai

bahan penguat atas kebenaran informasi yang diperoleh pada

pelaksanaan produksi program acara dakwah Ngobrol Sareng

Kang Ustadz di Banten TV.

b. Pengolahan Data

Pengolaan data merupakan langkah yang dilakukan setelah

selesai dikumpulkannya data-data. Data-Data tersebut berupa data

dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi terkait

pelaksanaan produksi program acara dakwah Ngobrol Sareng Kang

Ustadz dengan mencoba menyederhanakan dan mengelola data

dalam bentuk tabel, bagan, roda jam siar, dan foto-foto. Dalam

teknis penulisan pada penelitian ini, penulis menggunakan buku

pedoman penulisan karya ilmiah (CEQDA)14, sebagai upaya

meningkatkan produktivitas penulisan karya ilmiah penulis.

c. Analisis Data

Berdasarkan data-data yang sudah terkumpul oleh penulis

melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, maka penulis

kemudian mengolah data-data yang terkumpul dengan

mendeskripsikan, menggambarkan dan menginterprestasikan

semua data terlebih dahulu, kemudian setelah semua data

14

Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis dan Disertasi,

(25)

terkumpul sesuai dengan kebutuhan, maka penulis menganalisa dan

menarik kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian.

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Memuat tentang latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

tinjauan pustaka, metodelogi penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Memuat tentang televisi; pengertian televisi, jangkauan

siaran televisi, program televisi, format prosgram siaran

televisi, dakwah; pengertian dakwah, tujuan dakwah, subjek

dan objek dakwah, materi dakwah, dan metode dakwah,

proses produksi siaran televisi dan televisi sebagai media

dakwah.

BAB III GAMBARAN UMUM

Memuat tentang sejarah perkembangan pertelevisian di

Indonesia, sejarah perkembangan pertelevisian lokal di

Indonesia, sejarah dan perkembangan stasiun Banten TV,

slogan stasiun Banten TV, visi dan misi stasiun Banten TV,

struktur organisasi stasiun Banten TV, program-program

stasiun Banten Tv dan program acara dakwah Ngobrol

[image:25.595.99.518.228.599.2]
(26)

BAB IV ANALISIS PROGRAM ACARA DAKWAH

NGOBROL SARENG KANG USTADZ DI BANTEN

TV

Memuat tentang program acara dakwah Ngobrol Sareng

Kang Ustadz, proses produksi program acara dakwah

Ngobrol Sareng Kang Ustadz; tahapan pra-produksi,

porduksi, dan pasca produksi, faktor pendukung dan faktor

penghambat dalam proses produksi berlangsung pada

program acara dakwah Ngobrol Sareng Kang Ustadz.

BAB V PENUTUP

(27)

15

A. Televisi

Prinsip televisi ditemukan oleh Paul Nipkow dari Jerman pada

tahun 1884, namun baru tahun 1928 Vladimir Zworky (Amerika Serikat)

menemukan tabung kamera atau iconoscope yang bisa menangkap dan

mengirim Gambar ke kotak bernama televisi. Iconoscope bekerja

mengubah Gambar dari bentuk Gambar optis kedalam sinyal elektronis

untuk selanjutnya diperkuat dan ditumpangkan ke dalam gelombang radio.

Zworkyn dengan bantuan Philo Fransworth berhasil menciptakan pesawat

televisi pertama yang dipertunjukkan kepada umum pada pertemuan

World’s Fair pada tahun 1939.

1. Pengertian Televisi

Televisi berasal dari bahasa Yunani, dari kata “tele” yang artinya jarak jauh dan kata “vision” yang artinya penglihatan.1 Adapun

pengertian televisi dari segi jauhnya diusahakan oleh prinsip radio dan

dari segi penglihatan oleh prinsip Gambar. Maka dari itu, televisi

dapat dikatakan media massa yang bersifat audio visual. Pengertian

televisi menurut J.B Wahyudi, televisi diartikan dengan melihat jauh,

yaitu dengan Gambar dan suara yang diproduksi disuatu tempat

(studio televisi) yang dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah

perangkat penerima televisi (televisi set).2 Sementara menurut

Maurice Gorhan yang dikutip Ton Kertapati mendefinisikan bahwa

1

Lathief Rosyidi, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi, (Medan: Firma Rainbow, 1989), cet. Ke-2, h. 221.

2

(28)

televisi adalah penyampaian Gambar-Gambar dengan kawat atau

radio dan penerimanya secara stimulan ditempat tertentu yang jauh.3

Dari beberapa pengertian televisi diatas dapat disimpulkan,

bahwasanya televisi adalah alat atau benda untuk menyiarkan

siaran-siaran yang membawakan suara dan Gambar, sekaligus dari siaran-siaran

televisi juga penonton dapat mendengar dan melihat Gambar yang

disajikan. Karena, mengingat sifatnya terbuka, cakupan pemirsanya

tidak mengenal usia meliputi seluruh lapisan masyarakat mulai

anak-anak, remaja hingga orang dewasa dan luas jangkauan siarannya yang

menjadikan media televisi sebagai media pembawa informasi yang

besar dan cepat pegaruhnya terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku

anggota masyarakat serta perubahan sistem dan tata nilai yang ada.4

2. Jangkauan Siaran Televisi

Jangkauan siaran ini merupakan faktor yang sangat penting

bagi pemasang iklan yang merupakan perusahaan atau produsen dalam

mempromosikan dan memasarkan produknya (barang dan jasa) kepada

khalayak karena terkait dengan wilayah pemasaran yang dimilikinya.

Dalam stasiun penyiaran jangkauan siaran televisi dapat dibagi

menjadi dua jangkauan siaran, yaitu:5

a. Stasiun Televisi Lokal

3

Ton Kertapati, Dasar-Dasar Publisistik Dalam Perkembangan Di Indonesia Menjadi Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), cet. Ke-3, h. 59.

4

Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional, Media Televisi; Tujuan, Isi, Pengelola serta Dampaknya terhadap Perubahan Sistem Nilai, (Pengaruh Tanyangan Program Televisi Terhadap Perilaku Anak Dan Pemuda), (Jakarta: BPPN, 1992), h.1.

5

(29)

Stasiun penyiaran radio dan televisi lokal merupakan stasiun

penyiaran dengan wilayah siaran terkecil yang mencakup satu

wilayah kota atau kabupaten. Undang-Undang Penyiaran

menyatakan bahwa stasiun penyiaran lokal dapat didirikan di

lokasi tertentu dalam wilayah negara Rebuplik Indonesia

dengan jangkauan siaran terbatas pada lokasi tersebut.

b. Stasiun Televisi Nasional

Stasiun televisi nasional adalah stasiun radio atau televisi yang

menyiarkan program-programnya ke sebagaian besar wilayah

negara dari hanya satu stasiun penyiaran saja. Negara-negara

yang memiliki sistem penyiaran tersentralisasi atau terpusat

biasanya yang memiliki stasiun radio atau televisi nasionala,

baik yang dikelola pemerintah maupun swasta. Di Indonesia,

hingga tahun 2007 terdapat 10 stasiun televisi yang berlokasi di

Jakarta yang melakukan siarannya secara nasional. Stasiun

nasional menyebarluaskan program siarannya melalui berbagai

stasiun pemancar (stasiun relai) yang dibangun diberbagai

daerah.

3. Program Siaran Televisi

Program siaran televisi adalah acara atau rancangan yang akan

disiarkan ditelevisi. Menurut P.C.S Sutisno dalam bukunya Pedoman

Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video, mendefinisikan bahwa

(30)

audio yang secara teknik memenuhi persyaratan layak siar, serta telah memenuhi standar estektik dan arstikt yang berlaku”.6

Jenis program siaran televisi umumnya dapat dikelompokkan

dalam tiga kelompok besar, yaitu hiburan, informasi dan berita, tetapi

dari ketiganya dapat diperinci lagi menjadi jenis-jenis program yang

lebih spesifik dengan nama yang bervariasi, seperti: talent show dan kompotitif show. Pembagian jenis program televisi tersebut dibuat dengan cermat agar mudah dipahami oleh audiensi dan profesional

penyiaran.

Dalam menyiapkan program siaran televisi, ada lima yang

harus diperhatikan, yakni:7

a. Pola siaran. Pola siaran merupakan pola penyusunan mata acara

yang memuat penggolongan, kelompok hari, waktu, dan frekuensi

siaran setiap mata acara dalam suatu periode tertentu, dan ini

dijadikan panduan dalam penyelenggaraan siaran. Sebelum penata

program menyusun acara siaran, terlebih dahulu harus menyiapkan

pola siaran. Kemudian, programmer akan mengumpulkan terlebih

dahulu referensi-referensi yang diperlukan, seperti kebijakan

siaran dari pimpinan stasiun televisi, persoalan sosial budaya yang

berkembang ditengah masyarakat, jangkauan siaran, hasil jajak

pendapat penonton, pemasok-pemasok program (rumah produksi,

distributor), dan tentunya analisis bahan siaran yang mengacu

pada kebijaksanaan umum siaran televisi.

6

P.C.S Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Scenario Televisi Dan Video, (Jakarta: PT. Grasindo, 1993), cet. Ke-1, h. 9.

7

(31)

Dalam penyelenggaraan program siaran televisi memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

1) Mampu memberi informasi (informatif),

2) Mampu mendidik penonton (edikatif),

3) Mampu memengaruhi penonton (persuasif),

4) Mampu menghibur penonton (entertaining), dan

5) Mampu menakuti penonton.

Sementara, dalam penggolongan penyelenggaraan program siaran

televisi itu terdiri dari lima kategori, yakni:

a) Televisi yang berazaskan siaran umum (general television) b) Televisi yang berazaskan siaran pendidikan (instructional TV /

educational TV)

c) Televisi bukan siaran (close circuit) d) Televisi kabel/televisi berlangganan

e) Televisi pemberitaan

b. Arahan pola siaran. Arahan pola siaran televisi dimaksudkan

sebagai rambu-rambu kebijakan pola penyiaran televisi. Untuk

memolakan suatu acara siaran dibutuhkan wawasan arahan

penyiaran program dari arahan itu diharapkan akan memperkuat

posisi perusahaan atau instansi pertelevisian bersangkutan.

Dibawah ini ada beberapa pedoman arahan pola penyiaran televisi,

yaitu:

1. Penyiaran televisi diharapkan dapat menggalang dan

(32)

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk

menjaga kelestarian persatuan dan kesatuan bangsa

Indonesia.

2. Dapat meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan kecerdasan

kehidupan bangsa.

3. Mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai budaya bangsa.

4. Dapat menangkal pengaruh buruk terhadap tata nilai

kehidupan bangsa Indonesia yang beraneka ragam.

5. Dapat meningkatkan peranan bangsa dan negara

ditengah-tengah pergaulan antarbangsa dalam ikut melestarikan

ketertiban dunia.

6. Meningkatkan pembangunan watak, kepribadian bangsa,

harkat, dan martabat manusia.

c. Perubahan pola acara. Pola acara siaran dapat diubah sesuai

keadaan. Karena perubahan acara yang sering dilakukan dapat

mengurangi simpati dari khalayak. Khalayak atau masyarakat biasa

menilai stasiun tersebut tidak profesional dalam memolakan

program siaran. Ada dua alasan mendasar mengapa adanya

perubahan pola acara. Pertama, penempatan susunan acara harian dan mingguan ternyata tidak tepat. Kedua, ada acara-acara tertentu yang berbenturan antara stasiun yang satu dengan stasiun lainnya.

Acara yang satu dinilai unggul dari pada yang lain pada waktu

(33)

penyiarannya, lalu digantikan dengan judul acara lain untuk

bertanding melawan acara distasiun televisi lainnya.

d. Bahan program. Bahan program siaran didapat dari budaya yang

dimiliki oleh manusia. Manusia bisa berpikir, punya akal, punya

peradaban, serta punya kepandaian. Mereka juga punya budaya

dari budaya itulah program siaran televisi bisa dipetik.

e. Sistem penempatan program siaran. Sistem Penempatan Program

Siaran, dibagi menjadi tiga program siaran televisi:

1. Program Tahunan. Perencanaan program tahunan berpijak

pada tahun berlakunya manajemen stasiun televisi

bersangkutan. Isi program tahunan mengacu pada

peristiwa-peristiwa penting setiap bulannya, sehingga peristiwa-peristiwa penting

itu bisa dijadikan sebagai panduan tema siarannya.

2. Program Pekanan atau Mingguan. Program pekanan atau

mingguan adalah susunan program siaran dalam setiap

minggunya atau lebih rinci lagi susunan mata acara dari senin

sampai minggu, konfigurasi acara harian dari menit ke menit,

dan penggunaan studio untuk penyelenggaraan operasional

siaran–siaran langsung ataukah rekaman atau yang lainnya.

Dasar pemprograman siaran pekanan adalah dari pola tahunan.

Dengan dasar ini sistem penyiaran akan berjalan berseiring

dengan pelaksanaan di lapangan.

3. Program harian. Penyusunan program harian didasarkan pada

(34)

ini bisa berupa bahan jadi (istilahnya: completed program atau

canned product), bisa pula berupa bahan siaran yang harus diproduksi terlebih dahulu.

Oleh karena itu, setiap program televisi punya sasaran atau

tujuan yang akan dicapai. Ada lima parameter yang harus diperhatikan

dalam penyusunan program siaran televisi, yaitu:

a. Landasan filosofi yang mendasari tujuan semua program

b. Strategi penyusunan program sebagai pola umum dan tujuan

program

c. Sasaran program

d. Pola produksi yang menyangkut garis besar isi program

e. Karakter institusi dan manajemen sumber program untuk mencapai

usaha yang optimal.

4. Format Program Siaran Televisi

Perkembangan kreativitas program televisi saat ini telah

melahirkan berbagai bentuk program televisi yang sangat beragam.

Keberagaman program acara televisi, berjalan seiring dengan tren

gaya hidup masyarakat disekitarnya yang saling memengaruhi,

sehingga muncullah ide-ide yang menampilkan format baru pada

program acara televisi agar memudahkan produser, sutradara, dan

penulis naskah untuk menghasilkan karya yang spektakuler.

Insan televisi berusaha menempatkan sebuah program acara

yang dapat disaksikan oleh beberapa unsur audiensi yang ada. Setiap

(35)

banyak orang dan menyebabkan audiensi seolah-olah sebagai pelaku

didalamnya, yaitu memprovokasi pola pikir dan mengimajinasi

audiensi. Oleh sebab itu, mereka harus memahami format program

acara televisi apa yang akan dieksekusikan, setelah mengetahui

dengan jelas format yang ditentukan, maka akan dapat dihasilkan

kenyamanan dalam bekerja sama dan ketepatan waktu pada proses

produksi yang efektif.8

Menurut Naratama, kunci keberhasilan suatu program siaran

televisi ialah penentuan format acara televisi tersebut. Adapun definisi

format acara televisi menurut Naratama adalah sebuah perencanaan

dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan

kreativitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai

kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa

[image:35.595.97.510.212.618.2]

acara tersebut.9 Adapun Format acara Televisi, yaitu :

Gambar 1.

Bagan Format Acara Televisi

8

Hidajanto Djamal dan Andi Fachruddin, Dasar-Dasr Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional dan Regulasi, (Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2011), cet. Ke-1, h. 167-168.

9

Naratama, Media Sutradara Televisi, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004), h. 63.

Drama (Timeless&

Imajinatif)

Format Acara Televisi

Non Drama (Timeless&

Faktual)

Berita (Faktual &

(36)

B. Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Ditinjau dari sudut etimologi (bahasa), kata dakwah berasal

dari bahasa Arab, yang berarti panggilan, ajakan dan seruan.10 Dalam

ilmu tata bahasa Arab, kata dakwah berbentuk sebagi “isim masdar”,

kata ini berasal dari fi’il (kata kerja), yaitu da’a – yadu’u artinya

mengajak, menyeru, mengundang, atau memanggil.11 Kemudian, kata

jamaknya, yaitu da’watan berarti ajakan, seruan, undangan atau

panggilan.12 Sedangkan secara terminologi kata dakwah mempunyai

pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dakwah, yaitu:

Pertama, pengertian dakwah menurut H.M.S Nasaruddin Latif, yaitu: “ Dakwah merupakan setiap usaha atau aktivitas dengan lisan

atau tulisan yang bersifat mengajak, menyeru, memanggil manusia

lainnya untuk beriman dan menaati Allah SWT sesuai dengan garis

aqidah, syariah dan akhlak islamiyah.”13

Kedua, menurut Sudirman (1979) dalam bukunya Problema Dakwah Islam di Indonesia,yaitu: “..Dakwah adalah merealisasikan

ajaran Islam didalam kenyataan hidup sehari-hari baik bagi kehidupan

perorangan maupun masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup

10

Asmuni Syukri, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-ikhlas, 1983), h. 17

11

Firdaus Al-Hisyam dan Rudi Haryono, Kamus Lengkap Tiga Bahasa Arab-Indonesia-Inggris, (Surabaya: Gitamedia Press, 2006), h. 247.

12

Ahmad Ghulusy, Al-Da’wah Al-Islamiyah, (Kairo: Dar Al-Kitab, 1987), h. 9.

13Rafi’udin dan Maman Abdul Djaliel,

(37)

bersama dalam rangka pembangunan bangsa dan umat manusia untuk

memperoleh keridhoan Allah SWT...”14

Dari beberapa pendapat para ahli dakwah dalam

mendefinisikan kata dakwah, maka dapat disimpulkan bahwa dakwah

secara bahasa berarti menyampaikan dan memanggil serta mengajak

manusia ke jalan Allah SWT, untuk melaksanakan perintah-Nya dan

menjauhi larangan-Nya dalam mencapai kehidupan di dunia dan di

akhirat (Amal Ma’ruf Nahi Munkar).

2. Tujuan Dakwah

Pada pokoknya dakwah itu mempunyai tujuan untuk mengajak

manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan

perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia

dan di akherat. Adapun tujuan program kegiatan dakwah dan

penerangan agama adalah menumbuhkan pengertian, kesadaran

penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang dibawakan oleh

aparat dakwah atau penerangan agama.

Ditinjau dari aspek berlangsungnya suatu kegiatan dakwah,

tujuan komunikasi dakwah terbagi menjadi dua, yaitu tujuan jangka

pendek dan tujuan jangka panjang:

1. Tujuan jangka pendek.

Dalam jangka pendek tujuan kegiatan dakwah adalah untuk

memberikan pemahaman tentang Islam kepada masyarakat sasaran

dakwah itu, dengan adanya pemahaman masyarakat tentang Islam

14

(38)

maka masyarakat akan terhindar dari sikap dan perbuatan yang

mungkar dan jahat.

2. Tujuan jangka panjang.

Dalam jangka panjang tujuan kegiatan dakwah adalah untuk

mengadakan perubahan sifat masyarakat dakwah itu. Sifat yang

dimaksud adalah perilaku-perilaku yang tidak terpuji dari

masyarakat yang tergolong kepada kemaksiatan yang tentunya

membawa kepada kemudharatan dan mengganggu ketentraman

masyarakat lingkungannya.

Sedangkan tujuan dakwah menurut Drs. Masyhur Amin, dibagi

menjadi dua bagian yakni tujuan dari obyeknya dan tujuan dari

segi materinya.15

a. Tujuan dakwah dari segi obyeknya.

1) Tujuan perorangan yaitu terbentuknya pribadi muslim yang

mempunyai iman yang kuat, prilaku sesuai dengan

hukum-hukum yang disyari’atkan Allah SWT dan berakhlak karimah.

Diharapkan agar pribadi-pribadi umat manusia itu menjadi

muslim secara tuntas, dari ujung rambut sampai ke tapak kaki.

2) Tujuan untuk keluarga, yakni terbentuknya keluarga bahagia,

penuh ketentraman dan cinta kasih antara anggota keluarga.

3) Tujuan untuk masyarakat, yaitu terbentuknya masyarakat yang

sejahtera yang penuh dengan suasana ke-Islaman. Suatu

masyarakat di mana anggota-anggotanya mematuhi

15

(39)

peraturan yang telah di syari’atkan oleh Allah SWT, Baik yang

berkaitan antara hubungan manusia dengan Tuhannya,

manusia dengan sesamanya saling bantu membantu penuh

persaudaraan, persamaan dan senasib dan sepenanggungan.

4) Tujuan untuk umat manusia seluruh dunia, yakni terbentuknya

masyarakat dunia yang penuh dengan kedamaian dan

ketenangan. Dengan tegaknya keadilan, persamaan hak dan

kewajiban, tidak adanya diskriminasi dan eksplorasi, saling

tolong menolong dan hormat menghormati.

b. Tujuan dakwah dari segi materinya.

1) Tujuan akidah, yaitu tentramnya suatu akidah yang mantap di

setiap hati seseorang, sehingga keyakinan-keyakinan tentang

ajaran-ajaran Islam itu tidak lagi dicampuri dengan cara

keraguan atau syak wasangka.Dalam hal ini agar orang yang

belum beriman menjadi beriman, bagi orang yang imannya

masih ikut-ikutan menjadi orang yang beriman karena melalui

bukti-bukti baik dalil aqli maupun naqli.

2) Tujuan hukum, yaitu kepatuhan setiap orang kepada

hukum-hukum yang disyari’atkan oleh Allah SWT. Realisasinya

adalah orang yang belum melakukan ibadah menjadi orang

yang mau melakukan ibadah dengan penuh kesadaran.

3) Tujuan akhlak, yaitu terbentuknya muslim yang berbudi luhur

dihiasi dengan sifat-sifat yang terpuji dan bersih dari sifat yang

(40)

Tuhannya, hubungan dia dengan sesama manusia dan

hubungan dia dengan alam sekelilingnya dapat berjalan dengan

seimbang dan harmonis tanpa berat sebelah.

Dari semua tujuan di atas memiliki tujuan akhir yang

sama berupa adanya tindakan atau perubahan sikap, perubahan

prilaku, yang menunjukkan bahwa khalayak sudah termotifasi

oleh seseorang Da’i.16

3. Subjek dan Objek Dakwah

Berbicara masalah dakwah, maka tidak dapat dipasahkan dari

subjek dakwah dan objek dakwah. Kedua komponen ini merupakan

satu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dari sudut prosesnya.

Namun, pada pembahasan ini penulis akan terlebih dahulu

menjelaskan tentang subjek dakwh. Subjek dakwah dinamai dengan

da’i, juru perang, mubaligh dan lain sebagainya. Da’i merupakan salah

satu unsur penting dalam proses dakwah, sebagai pelaku dan

penggerak kegiatan dakwah. Da’i pun menjadi salah satu faktor

penentu keberhasilan atau kegagalan dakwah.

Adapun pengertian da’i adalah orang yang menyeru,

memanggil, mengajak.17 Pada dasarnya da’i adalah penyeru ke jalan

Allah, pengibar panji-panji Islam, dan pejuang (mujahid) yang

mengupayakan terwujudnya sistem Islam dalam realitas kehidupan

umat manusia, sebagai penyeru ke jalan Allah, da’i tidak bisa tidak

16

Djamalul Abidin Ass, Komunikasi dan Bahsa Dakwah, (Jakarta: Gema Insani Pers, 1996), h. 51.

17

(41)

memiliki pemahaman yang luas mengenai Islam, sehingga Ia dapat

menjelaskan ajaran Islam kepada masayarakat dengan baik dan benar.

Ia juga harus memiliki semangat dan ghairah keIslaman yang tinggi

yang menyebabkan Ia setiap saat dapat menyeru manusia kepada

kebaikan dan mencegah mereka dari kejahatan, meskipun untuk itu Ia

harus menghadapi tantangan yang berat.

Menyeru ke jalan Allah merupukan tugas dan kewajiban setiap

muslim dimanapun mereka berada menurut kadar kemampuannya.

Jadi setiap muslim adalah da’i. Sebagaimana Firman Allah dalam

Surah At-Taubah ayat 71



















                                    

“Dan orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, sebahian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang

ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 71)

Untuk melakukan aktivitas dakwah, seorang da’i perlu

mempunyai syarat-syarat dan kemampuan tertentu agar bisa

berdakwah dengan hasil yang baik dan sampai pada tujuannya.

Persyaratan dan kemampuan yang dimiliki oleh da’i secara umum bisa

(42)

merupakan usuwah bagi umatnya, maka tentu itupun berlaku dalam

dakwah Islam.18

Adapun syarat dan kemampuan secara teoritis yang dimiliki

oleh da’i:19

1. Kemampuan berkomunikasi

2. Kemampuan menguasai diri

3. Kemampuan pengetahuan psikologi

4. Kemampuan pengetahuan pendidikan

5. Kemampuan pengetahuan dibidang umum

6. Kemapuan pengetahuan dibidang Al-quran dengan fasih

7. Kemampuan pengetahuan dibidang hadist

8. Kemapuan dibidang agama secara umum.

Demikian syarat dan kemampuan yang harus dimiliki oleh para

da’i, sehingga dalam melaksanakan aktivitas dakwahnya dapat tepat

sasaran. Sedangkan, objek dakwah (mad’u) ialah orang yang menjadi

sasaran dakwah. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surah Saba

ayat 28:































"Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak

mengetahui.” (QS. Saba : 28).

18

H. Nawawi Rambe, Sejarah Dakwah Islam, (Jakarta: Widjaya, 1985), cet. Ke-3, h. 10.

19

(43)

Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa objek atau

sasaran dakwah secara umum adalah seluruh umat manusia.

4. Materi Dakwah

Pada dasarnya materi dakwah adalah seluruh ajaran Islam secara

kaffah yang tertulis didalam Al-quran dan diperjelas oleh Nabi

Muhammad SAW dalam hadist, sebagai sumber utama materi

dakwah. Sedangkan, pengembangannya mencakup seluruh kultur

Islam yang murni yang bersumber dari kedua pokok ajaran Islam.20

Secara garis besar materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga

bagian, yaitu:21

a. Masalah Keimanan (aqidah)

Aqidah bukan saja tertuju pada masalah-masalah yang wajib

diimani, akan tetapi materi dakwah meliputi pula masalah-masalah

yang dilarang seperti, syirik, ingkar dengan adanya Allah SWT,

dan lain sebagainya.

Aqidah merupakan fundamental bagi setiap muslim yang memberi

arah bagi hidup dan kehidupan seorang muslim. Aqidah ini

merupakan tema bagi dakwah Nabi Muhammad SAW, ketika

beliau pertakali berdakwah di Makkah.22

20

Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Indah Surabaya, 1993), cet. Ke-1

21

Asumsi Syukri, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), cet. Ke-1, h. 60.

22

(44)

b. Masalah KeIslaman (syari’ah)

Syari’ah dalam Islam berhubungan erat dengan amal manusia

dalam rangka menaati semua hukum Allah, guna mengatur

hubungan antara manusia dengan Tuhan-Nya dan mengatur

pergaulan hidup sesama manusia.

c. Masalah Budi Pekerti (akhlaq)

Akhlak sebagai materi dakwah merupakan pelengkap adanya

keimanan dan keIslaman seseorang. Jika keimanan dan keIslaman

telah tertanam dalam diri seseorang, maka sebagai manefestasinya

adalah menimbulkan akhalak yang mulia, sehingga peranan akhlak

yang mulia sangat penting dalam kehidupan, baik dari segi politik,

ekonomi, sosial, dan budaya.

Akhlak atau moral merupakan pendidikan jiwa agar jiwa seseorang

dapat bersih dari sifat yang tercela dan dihiasi dengan

sifat-sifat terpuji. Tiga macam materi dakwah dalam bidang Islam ini

tidak dapat dipisah-pisahkan, sebab saling berkaitan satu dengan

yang lainnya.

5. Metode Dakwah

Metode dari segi bahasa berasal dari kata meta (melalui) dan

hodos (jalan/cara). Jadi, metode dapat diartikan, yaitu cara atau jalan

yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Dari pengertian

(45)

tertentuyang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u

untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.23

Sumber-sumber popok materi dakwah yang dijadikan pedoman

para da’i, yaitu Al-quran, As-sunnah, Sirah (Sejarah), Salafus Shaleh

dari kalangan sahabat, tabi’in dan ahli ilmu serta iman.24

Adapun

tindakan-tindakan dakwah yang telah dirumuskan akan efektif, apabila

dilaksanakan dengan mempergunakan cara yang tepat, dan

cara-cara ini telah dirumuskan dalam Surah An-Nahl ayat 125:































































“Seluruh (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk.” (Q.S. An-Nahl: 125).

Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa metode dakwah

meliputi Hikmah (bijaksana), Mau’izoh Hasanah (Nasihat yang baik),

Mujadalah bilati hiyah ahsan (bertukar pikiran).

6. Media Dakwah

Dalam semua aktifitas kehidupan manusia, media merupakan

bagian yang tidak dapat dipisahkan keberadaannya, bahkan menurut

juru media bahwa manusia adalah sasaran media yang sangat

23

M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2003), cet. Ke-1, h. 6-7.

24

(46)

dominan, dikarenakan manusia mengkonsumsi berita dalam

sehari-harinya, tumbuh dan berfikir dengan berita dan hiburan.25 Disaat ini

media telah menjelma dalam berbagai bentuk dan sarana yang dari

waktu-kewaktu senantiasa mengalami perkembangan dan

pembaharuan.

Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk

menyampaikan materi dakwah. Adapun media dakwah yang dapat

dipergunakan dalam aktifitas dakwah (da’i) dalam menunjang

aktifitasnya, dengan cara:26

1) Lisan, dimana yang termasuk bentuk ini adalah khutbah,

pidato, ceramah, kuliah, diskusi, seminar, musyawarah,

nasihat, ramah tamah, obrolan secara bebas, dan kegiatan

apapun yang dilakukan dengan menggunakan lidah atau

suara.

2) Tulisan, dimana dakwah yang dilakukan disini dengan

perantara tulisan, seperti majalah, surat kabar, buletin,

risalah, pamflet, dan sebagainya.

3) Lukisan, dimana dalam media ini adalah Gambar-Gambar

hasil seni lukis, photo, flim cerita, dan sebagainya. Karena

bentuk seni lukis ini dapat menari perhatian orang dan

banyak dipakai untuk mengGambarkan suatu maksud ajaran

25

Muna Haddad Yakan, Hati-Hati Terhadap Media Yang Merusak Anak, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), cet. Ke-8, h. 12.

26

(47)

yang disampaikan kepada orang lain, termasuk

komik-komik berGambar yang sangat digemari oleh anak-anak.

4) Audio visual, dimana disini dengan menggunakan suatu

cara penyampaian yang sekaligus merangsang penglihatan

dan pendengaran. Bentuk ini dilaksanakan dalam televisi,

sandiwara, ketoprak, wayang, dan sebagainya.

5) Akhlak merupakan suatu penyampaian langsung yang

ditunjukkan dalam perbuatan nyata.

C. Produksi Program Televisi

Produksi adalah pelaksanaan pengubahan bentuk naskah menjadi

bentuk auditif dan visual, sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku bagi

pertelevisian.27 Produksi program televisi memiliki berbagai macam

format dan materi, beberapa diantaranya terkadang memiliki prosedur atau

tata laksana kerja yang berbeda. Setiap materi program mendapatkan

perlakuan khusus berdasarkan karakteristik dan spesifikasinya.

Merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang

produser akan dihadapkan pada lima hal yaitu:

1. Materi Produksi

Bagi seorang produser, materi produksi didapat berupa kejadian,

pengalaman, hasil karya, benda, binatang, dan manusia.

Materi tersebut merupakan bahan yang dapat diolah menjadi produksi

yang bermutu. Seorang produser professional dengan cepat

mengetahui apakah materi atau bahan yang ada di hadapannya akan

27

(48)

menjadi materi produksi yang baik atau tidak. Seorang produser ketika

ia berhadapan dengan suatu karya cipta, seperti musik, lagu atau

lukisan. Gagasannya mulai bergerak dan bahan yang ada

dihadapannya akan merangsang pada kepekaan kreatifnya.

2. Sarana dan Prasarana Produksi

Sarana produksi adalah sarana yang menjadi penunjang terwujudnya

ide menjadi konkret, yaitu hasil produksi. Tentu diperlukan kualitas

alat standar yang mampu menghasilkan Gambar dan suara secara

bagus. Kepastian adanya peralatan itu mendorong kelancaran seluruh

persiapan produksi. Kemudian, seorang Produser menunjuk seseorang

yang diserahi tanggung jawab tersedianya seluruh peralatan yang

diperlukan.

Ada tiga unit pokok peralatan yang diperlukan sebagai alat produksi,

yaitu unit peralatan perekam Gambar, unit peralatan perekam suara,

dan unit peralatan pencahayaan. Setiap unit memiliki daftar peralatan

sendiri gunanya untuk mengecek kelengkapan peralatan setiap kali

akan dipakai untuk produksi dan diteliti kembali setalah produksi

(shooting) selesai dan harus dikembalikan lagi dengan lengkap. Kreatifitas sangatlah diperlukan dalam penggunaan peralatan produksi

karena akan berdampak pada biaya produksi. Proses kreatif ditentukan

bukan oleh peralatan melainkan oleh kemauan.

3. Biaya Produksi

Perencanaan budget atau biaya produksi dapat didasarkan pada dua

(49)

a. Financial Oriented

Perencanaan biaya produksi yang didasarkan pada kemungkinan

keuangan yang ada. Jika keuangan terbatas berarti

tuntutan-tuntutan tertentu untuk kebutuhan produksi harus pula dibatasi.

b. Quality Oriented

Perencanaan biaya produksi yang didasarkan atas tuntutan kualitas

hasil produksi yang maksimal. Dalam hal ini, orientasi budget

semacam ini biasanya diharapkan keuntungan besar baik dari segi

nama maupun financial. Banyak faktor tidak terduga yang

sewaktu-waktu dapat terjadi seperti, hujan, lingkungan yang tidak

mendukung, apabila produksi dilakukan di luar studio, kecelakaan

dalam shooting atau kerusakan dan kehilangan peralatan yang harus diganti. Oleh karena itu, biaya produksi hendaknya disiapkan

pos tidak terduga biasanya minimal sebesar seperempat dari total

biaya produksi atau bagi produser yang tidak berani spekulatif

biasanya mengalokasikan sebesar sepertiga.

4. Struktur Organisasi Produksi

Struktur organisasi produksi dapat dikatakan lebih sebagai struktur tim

dalam satu produksi program atau acara, baik rekaman di studio/luar

studio maupun siaran langsung (live). Struktur organisasi produksi dikepalai oleh satu orang executive producer yang umumnya berasal dari unit kerja program (personal senior), yang dibantu oleh satu orang

(50)

baik dibidang teknik, program, properti, dekorasi, perias wajah (dalam

koordinasi penanggung jawab talent), dan bidang umum (termasuk kendaraan dan sekuriti).

Sementara urusan akomodasi tim diatur oleh seorang unit manajer

yang biasanya berasal dari unit kerja administrasi dan keuangan. Unit

manajer mempunyai tugas mengurus segala akomodasi tim

(transportasi, hotel, dan makan) yang ada pada produksi/liputan luar

studio, dan keperluan keuangan yang lain termasuk uang saku tim.

Suatu produksi program televisi merupakan satuan kerja yang akan

menangani proses produksi secara bersama-sama sampai hasilnya

disiarkan. Meskipun mereka bertugas dibidang yang berbeda, tetapi

tetap memiliki tujuan yaitu menghasilkan produksi yang disiarkan

sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Suatu organisasi

pelaksanaan produksi yang tidak disusun secara rapi akan

menghambat jalannya produksi. Adapun bagan organisasinya sebagai

(51)

Gambar 2.

Bagan Organisasi Dalam Produksi

1) Program Director (Pengarah acara) : Memimpin rapat secara teknis, merencanakan bentuk pengambilan Gambar dan pergerakkan

kamera dalam bentuk recording plan, mengarahkan dan melaksanakan proses produksi kepada kerabat kerja/tim produksi dan pengisi acara.

2) Ass. Program Director : Mendampingi dan membantu PD dalam melaksanakan tugasnya, mengingatkan PD akan waktu yang tersedia,

dan memberikan masukan kepada PD demi kelancaran acara.

3) Floor Director : Mampu berkomunikasi dengan baik kepada seluruh kerabat kerja produksi dan melaksanakan koordinasi

Gambar

GAMBARAN UMUM
Gambar 5 Bagan Pasca produksi.....................................................................
Tabel 1  Format Acara Program Acara Dakwah Ngobrol Sareng Kang
gambaran fenomena tertentu. Sehingga, penelitian ini bersifat
+7

Referensi

Dokumen terkait

peningkatan produktivitas untuk kemudian diterapkan dalam

The topics to be covered include: technical competencies required of EFL teachers, major approaches to and methods of language teaching, developments of EFL teaching in Indonesia,

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kesejahteraan. Keluarga Fakultas Pendidikan

Simpulan: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil pemeriksaan parameter eritrosit dengan menggunakan hematology analyzer yang dilakukan

Untuk itu penulis ingin mengetahui apakah oksidasi terhadap gugus alkohol sekunder dari D-Sorbitol menggunakan molekul oksigen dengan sistem katalis tripel yang sama dengan

Sebenarnya sih bukan karena ada anak korban kekerasan ya, tapi memang idealnya menurut saya harus di adopt oleh semua kota kabupaten, karena pemerintah pusat

Sebagai Daerah Tujuan Wisata Yogyakarta mempunyai banyak obyek wisata yang cukup lengkap, dari jenis wisata alam pegunungan, alam pantai sampai wisata budaya.. Hal ini berakibat

Setelah tiap karakter pada plat nomor kendaraan telah diproses dan didapatkan hasil dari connected component label akan digunakan metode thining untuk mengatasi ketebalan yang