• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Manajemen Piutang Pada CV. Apotik Medan Baru Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Manajemen Piutang Pada CV. Apotik Medan Baru Medan"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALISIS MANAJEMEN PIUTANG PADA CV. APOTIK MEDAN BARU

MEDAN

SKRIPSI MINOR

Diajukan Oleh MHD RICKY YAMANIE

052 101 055

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi Diploma III

Fakultas Ekonomi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah S.W.T atas segala rahmat

dan karunianya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi minor ini. Sholawat dan salam penulis sampaikan kepada

rasullulah Muhammad SAW yang telah menyampaikan risalahnya kepada umat

manusia guna dipedomani sebagai tuntutan hidup menuju keselamatan dan

kebahagian akhirat serta doa dari kedua orang tua yang selalu menyertai penulis.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan pada program Diploma III Jurusan Keuangan pada Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara. Adapun judul paper ini adalah “Analisis Manajemen

Piutang Pada CV. Apotik Medan Baru Medan”.

Dalam kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan rasa terima

kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan

skripsi ini, dan dengan hati yang tulus penulis menyampaikan penghargaan dan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kupersembahkan untuk orang tua tercinta Ayahanda “Harianto BBA” dan Ibunda “Farah Diba SH” yang telah banyak berkorban moril maupun materil dan selalu

memberikan dorongan semangat, doa dan pengorbanan yang begitu besar demi

(3)

dan terima kasih untuk keluarga, nenek, dan Istriku tercinta “Melda Yustika

Limbong” juga yang imut anakku “ Reviella Intan Yamanie “ serta adik-adikku “

Vira dan Putri “.

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. DR. Paham Ginting, SE, MS selaku Ketua Program Studi Jurusan

D III Keuangan.

4. Bapak Syafrizal H. Situmorang, SE, MSi selaku Sekretaris Program Studi D III

Keuangan.

5. Ibu Dra. Marhaini, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah

memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi minor ini.

6. Ibu Rasta Br Tarigan selaku Pimpinan CV. Apotik Medan Baru Medan yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan riset di CV. Apotik

Medan Baru Medan dan seluruh staff pegawai yang membantu penulis dalam

memberikan data dan informasi dalam menyelesaikan skripsi minor ini.

7. Bapak dan Ibu dosen selaku staff pengajar dan seluruh staff Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dan mendidik selama

masa perkuliahan.

8. Buat anak-anak D-III Keuangan khususnya stambuk 2005 Manta, Tedo, Rajab,

Tedy, Sadat, Becek, Delima, Ira, Riri, Dadang semua anak Group A yang lain

(4)

Parlaungan, Yusup, Daniel dan lain-lain, buat group B dan C dan semua

anak-anak D III yang tidak bisa disebutkan namanya, terimakasih atas pertemanannya

selama ini gak akan terlupakanlah.

9. Buat semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

banyak atas bantuannya.

Untuk menyelesaikan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar

mencapai hasil yang sempurna dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Medan, 31 Desember 2008

Penulis

Mhd Ricky Yamanie

(5)

DAFTAR ISI

2. Struktur Organisasi Perusahaan ... 7

B. Manajemen Piutang ... 14

C. Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Investasi Pada Piutang... 19

D. Pengawasan Piutang ... 23

E. Resiko Yang Mungkin Terjadi Dalam Piutang... 30

(6)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel I Neraca Tahun 2006... 44

Tabel II Neraca Tahun 2007 ... 45

Tabel III Laporan Laba/ Rugi Tahun 2006 ... 46

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Setiap perusahaan baik itu perusahaan jasa, perusahaan dagang, ataupun

perusahaan industri mempunyai kegiatan penjualan di dalam menjalankan usahanya,

baik dalam hal menjual barang maupun jasa. Di dalam transaksi penjualan tersebut

terdapat dua cara pembayaran yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara membayar

secara tunai maupun dengan cara kredit.

Dalam pembayaran secara tunai, pedagang atau penjual dapat langsung

menerima pendapatan dari hasil penjualannya. Dengan cara pembayaran ini tidak

terdapat permasalahan yang berarti. Pada pembayaran secara kredit berarti

perusahaan tidak secara langsung dapat menerima hasil dari penjualannya tetapi

memiliki piutang atas pembeli yang menjadi kewajiban dari pembeli. Piutang yang

dimiliki oleh perusahaan tersebut baru akan menjadi pendapatan atas penjualan

setelah piutang tersebut jatuh tempo ataupun setelah pembeli melunasinya.

Dengan melakukan penjualan secara kredit yang berarti perusahaan tidak

menerima uang tunai secara langsung pada saat terjadinya transaksi penjualan tetapi

harus menanamkan modalnya ke dalam bentuk piutang. Semakin besar volume

penjualan yang dilakukan secara kredit, maka semakin besar pula investasi piutang

(8)

dihadapi perusahaan akan semakin tinggi dan tidak akan mustahil dapat

mengakibatkan kerugian pada perusahaan. Resiko berupa piutang tidak tertagih yang

disebabkan oleh ketidak mampuan pelanggan atau pembeli dalam melakukan

pembayaran di kemudian hari yang disebabkan hal yang tidak diduga ataupun

pembeli yang melarikan diri atau telah meninggal dunia, kemacetan dalam hal

pembayaran atau penundaan pembayaran yang dilakukan oleh pelanggan, kecurangan

yang dilakukan oleh pihak kolektor atau penyelewengan lainnya. Selain

permasalahan tersebut, di dalam penjualan secara kredit terdapat beberapa

permasalahan yang harus diperhatikan. Seperti halnya kredibilitas pembeli, jangka

waktu pembayaran, cara memilih pelanggan yang sesuai, dan sebagainya.

Manajemen piutang menyangkut permasalahan dalam hal pengendalian

jumlah piutang, pengendalian pemberian dan pengumpulan piutang dan evaluasi –

evaluasi politik kredit yang diterapkan oleh perusahaan menurut Syamsuddin

(Syamsuddin, Manajemen Keuangan Perusahaan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,

1998, hal 256). Semakin besar jumlah piutang yang dimiliki, semakin besar pula

resiko yang terjadi dan tidak mustahil menimbulkan dampak yang mengakibatkan

kerugian. Di samping dampak tersebut ada juga sisi baik yang terjadi, yaitu

meningkatkan tingkat dari penjualan di mana pembeli dapat melakukan pembelian

dalam partai yang besar dan membayar secara kredit. Hal ini tentu saja dilakukan

setelah pembeli benar – benar memenuhi kriteria yang menjadi persyaratan membeli

(9)

penjual contohnya faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan kepada pembeli yang

meliputi : reputasi pelanggan sehubungan dengan penyelesaian utang-utangnya,

kemampuan keuangan pembeli, referensi-referensi kredit, dan kondisi piutang si

pembeli.

Piutang merupakan salah satu asset perusahaan yang termasuk bersifat likuid

karena mudah untuk dicairkan atau dapat dengan segera berubah menjadi kas, dan

merupakan salah satu bagian yang penting dalam perusahaan yang banyak melakukan

penjualan secara kredit.

Penjualan secara kredit memerlukan penanganan yang serius dan sungguh –

sungguh sehingga tidak ada pihak yang dirugikan baik pembeli maupun penjual.

Untuk itu perlu adanya penggunaan sistem dan prosedur penjualan kredit yang baik

dan wajar yang dapat menghindari segala kemungkinan yang tidak diharapkan yang

juga dapat menimbulkan dan memelihara rasa saling percaya antara kedua belah

pihak.

Oleh karena itu sangatlah penting melakukan manajemen piutang pada

perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis ingin membuat suatu karya

tulis dalam bentuk Skripsi Minor yang berjudul: “Analisis Manajemen Piutang

(10)

B. PERUMUSAN MASALAH

Penjualan secara kredit merupakan strategi yang biasa dilakukan di dalam

usaha untuk memudahkan pembelian oleh pembeli dan merangsang minat pembeli

untuk membeli dan mencoba produk atau jasa yang ditawarkan. Jadi, strategi ini

sengaja dilakukan untuk memperluas pasar dan meningkatkan penjualan. Maka perlu

kiranya perusahaan menetapkan suatu metode – metode atau sistem dalam pemberian

penjualan kredit kepada pembeli yang membutuhkan.

Perlu adanya suatu pengawasan dalam pemberian penjualan kredit sehingga

tidak timbul rasa saling dirugikan. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa

yang menjadi pokok permasalahan di dalam penulisan ini adalah “Bagaimana

kebijakan CV. Apotik Medan Baru Medan di dalam manajemen piutang dan

usahanya dalam menanggulangi resiko yang terjadi pada pemberian kredit”.

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui dan membahas bagaimana

perkembangan manajemen piutang pada CV. APOTIK MEDAN BARU MEDAN.

Manfaat penelitian :

1. Bagi Penulis

Mengetahui sejauh mana manajemen piutang berpengaruh terhadap

perusahaan, dan sebagai bahan masukan dalam membandingkan teori-teori

(11)

2. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam menentukan perencanaan

dan pengawasan terhadap piutang di masa yang akan datang.

3. Bagi Pembaca

Sebagai informasi bagi pembaca lainnya dalam hal manajemen piutang pada

CV. Apotik Medan Baru Medan.

D. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan, penyajian

dan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah secara efisien

dan sistematis. Dalam melakukan penelitian diperlukan beberapa metode yang

digunakan untuk memperoleh data maupun keterangan yang dibutuhkan.

Metode penelitian tersebut diantaranya adalah :

1. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah pada CV. Apotik

Medan Baru Medan yang beralamat di jalan Iskandar Muda No. 148 D Medan.

2. Sumber Data

a. Data Primer, data pokok yang berhubungan dengan materi penulisan skripsi

minor ini yang diperoleh dengan mengadakan penelitian langsung terhadap

(12)

b. Data Sekunder, data yang mendukung data yang diperoleh dengan membaca

buku-buku maupun media cetak lainnya serta sumber data lainnya yang

bersifat teoritis dan memiliki hubungan contohnya neraca dan laporan laba

rugi.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara, teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan

wawancara atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada beberapa

karyawan yang tekait didalam menjalankan perusahaan tersebut.

b. Kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data mengenai manajemen piutang

melalui buku – buku yang dapat diperoleh dari perpustakaan, buku pedoman

perkuliahan, ataupun sumber media cetak lainnya.

4. Metode Analisis Data

Metode Deskriptif, yaitu suatu metode dengan cara mengumpulkan,

mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan data sehingga dapat memberikan

(13)

BAB II

CV. APOTIK MEDAN BARU MEDAN

A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan

CV. Apotik Medan Baru Medan berdiri pada tanggal 1 April 1965 sesuai

dengan surat permohonan pemilik apotik yang pertama Dra. Harmaini Soebandi. Dra.

Harmaini Soebandi secara resmi mendirikan apotik ini berdasakan surat izin No :

120/PH/1265, kemudian izin tersebut dikukuhkan lagi oleh surat izin Menteri

Kesehatan Republik Indonesia dengan nomor : 972/PH/b. Sejak tanggal tersebut

resmilah apotik ini berdiri dan menjalankan kegiatannya, sebagaimana layaknya

sebuah apotik. Apotik ini diberi nama Apotik Medan Baru yang beralamat Jalan

Sultan Iskandar Muda nomor 148-D Medan. Pada tahun 1973 apotik ini dialihkan

atau dipindah namakan pada Hajjah Djumnasih Kadir sesuai dengan akte notaris

Sartuti Yasmi Agung Iskandar Muda SH dengan nomor akte 12, hingga berlaku

sampai 1982. Pada tahun 1986 Apotik Medan Baru ini dialihkan atau dipindah

tangankan lagi kepada salah seorang anak dari Hajjah Djumnasih Kadir yaitu Ny.

Dina Novianty Luthfi dengan akte notaris Sundari Siregar SH dengan nomor akte 52

tanggal 24 September 1986.

Setelah adanya peraturan pemerintah mengenai kefarmasian dengan

perubahan pemerintah dari PP. 26/1965 menjadi PP.25/1982, maka surat izin apotik

(14)

Sebagai peraturan mengenai kefarmasian bahwa setiap apotik harus mempunyai

seorang apoteker pengelola apotik, maka Apotik Medan Baru ini mempunyai

apoteker yang bernama : Drs. Mohd. Iljas Tarigan, dengan surat izin sebagai

pengelola apotik dengan surat izin nomor : 0946/SIPA/82 tanggal 23 Oktober 1982.

Pada tanggal 2 Oktober 1992, Apotik Medan Baru ini dialihkan atau dipindah

tangankan lagi kepada Rasta Br Tarigan dengan akte notaris Syarifuddin SH dengan

nomor akte 312 tanggal 8 November 1991.

Juga Apotik Medan Baru mempunyai karyawan lainnya yang membantu

pelaksanaan dari kegiatan apotik seperti : Asisten apoteker, Kasir Petugas kartu stock

dan gudang, Kepala bagian administrasi serta beberapa pimpinan pada bagian-bagian

lainnya.

2. Struktur Organisasi Perusahaan

KONSULTAN MANAGING APOTEKER

STAFF AHLI DIRECTOR

(15)

Dari susunan struktur organisasi di atas dapat di ketahui fungsi-fungsi dari

masing-masing bagian, yaitu:

• Managing Director .

Managing Director berfungsi sebagai pimpinan tertinggi dari perusahaan yang

menyusun planning, actuating, directing serta controlling.

Di dalam membuat suatu keputusan managing director dibantu oleh staff ahli atau

konsultan, di mana staff ahli ini berfungsi untuk memberikan saran ataupun ide

kepada managing director di bidang manajemen, akuntansi dan medis. Selain hal-hal

di atas staff ahli atau konsultan juga memberikan saran dalam masalah riset,

pengembangan dan auditor dari perusahaan.

• Apoteker.

Apoteker berfungsi sebagai pengontrol dalam kefarmasian sesuai dengan fungsi

apotik tempat ia bekerja. Apoteker bertanggung jawab dalam bidang kefarmasian

dalam bidang peracikan obat bius serta memberikan informasi yang berhubungan

dengan masalah kefarmasian, apoteker tidak memegang saham atau turut serta dalam

perusahaan hanya mendapat gaji dan bonus.

• Direksi .

Direksi berkedudukan di bawah managing director, Direksi merupakan middle

manager yang berfungsi sebagai pembantu dari managing director dalam bidang

(16)

• Supervisor

Supervisor berkedudukan di bawah direksi, supervisor berfungsi sebagai pengawas

dalam obat-obatan serta kefarmasian, administrasi perusahaan, inspeksi, pengambilan

keputusan tingkat rendah, mengadakan tender, membuat laporan keuangan dan

pelaksanaan dari market research. Supervisor membawahi beberapa bagian yaitu

kepala bagian administrasi, kepala bagian keuangan dan vice supervisor. Supervisor

ini sejajar kedudukannya dengan asisten apoteker kepala dan dihubungkan dengan

garis koordinasi, konsultatif serta komunikatif.

• Kepala Bagian Administrasi .

Kepala Bagian Administrasi berfungsi untuk mengendalikan pengawasan mengenai

tata laksana administrasi, penagihan, inspeksi dan pengetikan surat-surat perusahaan

dan paling utama membantu menyusun budget bersama kepala bagian keuangan.

• Kepala Bagian Keuangan

Kepala Bagian Keuangan berfungsi untuk menyusun laporan keuangan, budget atau

rencana pembangunan apotik dan mengadakan pengawasan dalam bidang dana.

Kabag keuangan ini membawahi seorang kasir.

• Vice Supervisor .

Vice Supervisor berfungsi untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas kartu stock

dan gudang yang bertugas mengadakan pencatatan, penyimpanan , penerima barang

dan pengeluaran barang dengan bukti-bukti serta mengadakan laporan inventory atau

(17)

• Asisten Apoteker Kepala .

Asisten Apoteker Kepala berfungsi untuk membantu kelancaran tugas-tugas dari

apoteker, juga mengawasi resep-resep obat. Berkedudukan di bawah apoteker dan

dapat juga sebagai wakil atau pengganti apoteker apabila tidak berada di tempat.

• Asisten Apoteker

Asisten Apoteker berkedudukan di bawah asisten apoteker kepala yang mempunyai

tugas dalam pelaksanaan operasional, dan asisten apoteker ini mempunyai hubungan

garis koordinasi, konsultatif dan komulatif dengan petugas kartu stock dan gudang,

juga berhubungan dengan koordinasi, konsultatif dengan vice supervisor.

B. MANAJEMEN PIUTANG 1. Pengertian Piutang

Manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan yang

menjual produknya dengan kredit, karena itu sebelum perusahaan berani menawarkan

penjualan kredit kepada masyarakat maka terlebih dahulu harus memanajemen atau

membuat perencanaan yang matang sehingga langkah-langkah yang harus ditempuh

seperti pengorganisasiannya, pengendaliannya dan hal-hal yang terkait di dalamnya

dapat berjalan dengan lancar.

Menurut Munawir mengartikan : “Piutang adalah unsur modal kerja yang selalu

berputar menurut siklus perputaran normal”(Munawir S, Analisa Laporan Keuangan,

(18)

Di lain pihak Faisal Abdullah memberi pengertian : “Piutang merupakan aktiva

atau kekayaan yang timbul akibat dari dilaksanakannya politik penjualan kredit”(

Faisal Abdullah, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Malang, Cetakan Pertama,

UMM Press, 2001, hal 88 ).

Menurut Warrant Reeve Fess : piutang dipakai dalam arti yaitu hanya

menunjukkan tagihan yang akan dilunasi dengan uang(Warrant Reeve Fess,

Pengantar Akuntansi, Jakarta,Edisi Duapuluh Satu, Salemba Empat, 2005, hal 28).

Dalam pengertian luas, istilah piutang dapat digunakan oleh semua pihak atas

utang, barang, dan jasa. Namun demikian, menurut tujuan akuntansi istilah pada

umumnya ditetapkan dalam pengertian yang lebih sempit, yaitu berupa klaim yang

diharapkan akan diselesaikan melalui penerimaan kas. Semua piutang yang

diharapkan akan tertagih menjadi kas dalam jangka waktu yang lebih dari satu tahun

seperti pinjaman jangka panjang.

Piutang adalah salah satu elemen yang paling penting dalam aktivitas ekonomi

dalam suatu perusahaan. Hal ini diakibatkan karena piutang memiliki likuiditas

nomor dua setelah kas di dalam aktiva lancar. Piutang timbul dari berbagai transaksi,

dimana yang paling umum adalah dari penjualan barang atau jasa secara kredit.

Dalam hal ini piutang meliputi semua tagihan dalam bentuk uang terhadap

(19)

2. Penggolongan Piutang

Berdasarkan perbedaan-perbedaan karakeristik yang dimiliki, piutang dapat di

golongkan berdasarkan Faisal Abdullah Abdullah (Faisal Abdullah, Dasar-Dasar

Manajemen Keuangan, Malang, Cetakan Pertama, UMM Press, 2001, hal 88) :

1) Berdasarkan Jangka Waktu Pembayaran

Piutang berdasarkan jangka waktu pembayaran dapat diklasifikasikan menjadi

dua bagian, yaitu :

a. Piutang Jangka Pendek

Yaitu bentuk piutang yang memiliki waktu jatuh tempo kurang dari satu

tahun atau kurang dari satu siklus operasi perusahaan.

b. Piutang Jangka Panjang

Yaitu meliputi semua piutang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu

yang lebih dari satu periode akuntansi. Biasanya satu periode akuntansi itu

dinyatakan dalam jangka waktu satu tahun dari tanggal neraca. Piutang

jangka panjang akan disajikan didalam neraca sebagai elemen investasi

jangka panjang atau dalam harta lain-lain jangka panjang.

2) Berdasarkan Sumber Atau Sebab Terjadinya Utang

Piutang berdasarkan sumber atau sebab terjadinya piutang dapat di

klasifikasikan menjadi :

(20)

Piutang dagang ( trade receivable ) adalah hak menagih yang di

timbulkan oleh transaksi-transaksi eksteren perusahaan. Pada

umumnya piutang dagang memilih jumlah yang lebih besar dibanding

dengan piutang yang lain. Disamping jumlahnya yang besar, piutang

ini memiliki banyak kemungkinan untuk diselewengkan. Oleh karena

itu, pelunasan piutang akan diterima dalam jangka waktu yang relative

singkat, biayanya dalam jangka waktu satu periode akuntansi. Karena

itu piutang dagang dapat dikelompokkan sebagai harta lancar.

b. Piutang Non Dagang Atau Piutang Lain-Lain

Piutang non dagang adalah piutang yang timbul karena

transaksi-transaksi selain penjualan barang dan jasa. Yang termasuk kedalam

piutang non dagang adalah segala macam piutang dari

transaksi-transaksi yang tidak secara langsung berhubungan dengan penjualan

barang dan jasa, yang meliputi :

1. Piutang yang timbul dari transaksi pemberian pinjaman

2. Piutang kepada perusahaan asuransi

3. Pembayaran pajak yang terlalu besar

4. Pembayaran di muka untuk segala pembelian

5. Dividen dan piutang bunga

6. Uang iuran untuk modal saham

(21)

8. Tuntutan atas potongan harga

3) Berdasarkan Bentuk Perjanjian

Piutang berdasarkan bentuk perjanjian dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Piutang Wesel

Yaitu meliputi seluruh piutang yang didukung dengan surat perjanjian

piutang wesel untuk membayar piutang tersebut dalam jangka waktu

tertentu yang telah ditetapkan di dalam wesel tersebut. Jenis dari

piutang ini dinegosiasikan, dapat ditransfer dengan sah melalui

endosemen dan penyerahan. Ini berarti bahwa wesel tersebut setelah

adanya endosemen di saat wesel jatuh tempo. Biasanya wesel tersebut

ini dapat didiskontokan ke bank sehingga dianggap lebih likuid

(lancar) dari jenis piutang lancar lainnya.

1. Berdasarkan bunganya

• Piutang wesel dengan bunga, yaitu piutang wesel yang

mencantumkan tingkat bunga yang akan diperoleh oleh

kreditur dalam surat perjanjiannya.

• Piutang wesel tanpa bunga, yaitu piutang wesel yang

secara explisit tidak mencantumkan tingkat bunga atas

(22)

2. Berdasarkan apakah wesel tertentu sudah dijual dengan

jaminan untuk dibeli kembali apabila debitur tidak dapat

membayar pada saat jatuh tempo.

• Piutang wesel biasa, yaitu yang belum dijual.

• Piutang wesel yang belum didiskontokan, yaitu piutang

wesel yang lebih dijual dengan perjanjian perusahaan

akan membeli kembali apabila pada saat jatuh tempo,

debitur tidak membayar utangnya.

b. Piutang Non Wesel

Piutang non wesel adalah seluruh piutang yang tidak didukung dengan

adanya surat perjanjian tertulis (bukti tertulis) untuk membayar piutang

tersebut pada waktu yang ditentukan.

Jenis piutang yang terdapat pada CV. Apotik Medan Baru Medan adalah :

1. Piutang jangka pendek, piutang jenis ini terjadi pada bagian usaha kecil

lainnya yang dimiliki oleh CV. Apotik Medan Baru Medan selain

usaha yang dijalankan oleh perusahaan.

2. Piutang Wesel, yang timbul dari kegiatan utama perusahaan yang

(23)

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESAR KECILNYA INVESTASI PADA PIUTANG

Sudah merupakan hal yang biasa dalam dunia usaha bahwa untuk

memperlancar operasi dan perkembangan perusahaan, maka perusahaan

tersebut melakukan transaksi penjualan secara kredit, dimana pemberian

piutang tersebut adalah juga untuk memenuhi keinginan para pelanggan.

Menurut Bambang Riyanto (Bambang Riyanto, Dasar-Dasar

Pembelanjaan Negara, Yogyakarta, Cetakan Pertama, BPFE Yogyakarta,

2001, hal 85), faktor yang dapat mempengaruhi besarnya investasi pada

piutang adalah :

1. Volume penjualan kredit

2. Syarat pembayaran penjualan kredit

3. Ketentuan tentang pembatasan kredit

4. Kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang

5. Kebiasaan pembayaran dari para pelanggan

1. Volume Kredit

Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan

maka memperbesar jumlah investasi dalam piutang, yang berarti perusahaan

harus menyediakan investasi yang lebih besar dalam piutang disamping

(24)

2. Syarat Pembayaran Kredit

Syarat penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila

perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti perusahaan

lebih mengutamakan keselamatan kredit dari pada pertimbangan

profibilitasnya. Syarat yang ketat misalnya dalam bentuk batas waktu

pembayaran yang pendek, pembebanan bunga yang berat pada pembayaran

piutang yang terlambat.

Umumnya syarat pembayaran penjualan kredit biasanya dinyatakan

dengan term tertentu, misalnya 2/10 net 30. ini berarti bahwa apabila

pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari sesudah waktu penyerahan

barang, pembeli akan mendapat potongan tunai sebesar 2% dari harga

penjualan, dan pembayaran selambat - lambatnya dilakukan dalam 30 hari

sesudah waktu penyerahan barang, dengan kata lain bahwa batas waktu

pembayarannya adalah 30 hari. Makin panjang waktu pembayaran maka

semakin besar jumlah investasi dalam piutang.

3. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit

Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal

atau Plafond bagi kredit yang diberikan pada pelanggannya. Makin tinggi

Plafond yang diberikan bagi masing – masing langganan berarti makin besar

(25)

yang diberikan kredit akan memperkecil jumlah investasi dalam piutang.

Dengan demikian, pembatasan kredit disini dapat bersifat kuantitatif maupun

kualitatif.

4. Kebijaksanaan Dalam Pengumpulan Piutang

Kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang dapat dilakukan secara

aktif atau pasif oleh perusahaan. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan

secara aktif pada pengumpulan piutangnya membutuhkan pengeluaran dana

yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang tersebut,

tetapi sekaligus memperkecil resiko tidak tertagihnya piutang.

Diharapkan juga agar langganan akan menyetor pembayaran hutang

tepat pada waktunya dan jangan diberikan menunggu pembayaran sampai

lewat waktu.

Kebijaksanaan ini antara lain :

a) Memungut secara langsung

b) Memperingati dengan mengirim surat pada langganan

5. Kebiasaan Membayar Dari Para Langganan

Sebagian dari para langganan mempunyai kebiasaan dengan

membayar dengan menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount, dan

(26)

Perbedaan dari cara pembayaran ini tergantung dari penilaian dan

keinginan pelanggan itu sendiri, mana yang lebih disenangi dan

menguntungkan diantara kedua alternatif tersebut apakah dengan

mendapatkan cash discount atau tidak sama sekali.

Kebiasaan pelanggan dalam membayar pada cash discount period atau

sesudahnya akan mempunyai pengaruh terhadap besarnya investasi dalam

piutang. Apabila sebagian besar langganan membayar dalam waktu discount

period, maka dana yang tertanam dalam piutang akan lebih cepat bebas atau

kembali, ini berarti akan memperkecil investasi dalam piutang.

D. PENGAWASAN PIUTANG

Pengawasan adalah salah satu fungsi manajemen yang mengadakan

penilaian sekaligus pengoreksian terhadap aktivitas yang sedang berlangsung

untuk diarahkan pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Pengawasan piutang merupakan hal yang cukup penting, karena bila tidak

dilakukan pengawasan maka dapat menimbulkan resiko yang tidak

diharapkan. Guna menghindari atau memperkecil resiko yang mungkin

timbul, maka diperlukan pengawasan terhadap piutang. Pengawasan piutang

(27)

1. Pengawasan Terhadap Pemberian Kredit

Pengawasan terhadap pemberian piutang bertujuan supaya setiap yang

mendapatkan kredit telah memenuhi syarat pemberian kredit yang telah

ditetapkan. Syarat pemberian kredit yang dilakukan perusahaan pada

umumnya menggunakan criteria 5C. Dengan adanya pengawasan terhadap

pemberian kredit, resiko yang timbul karena kesalahan pemberian piutang

dapat dicegah.

Pembeli yang datang ke perusahaan yang inginn melakukan pembelian

terutama secara kredit maka perusahaan akan melakukan pengawasan kredit

dengan memperhatikan kriteria 5 (lima) C seperti yang dikatakan Arthur J

Keown, David F. Scott Jr, John Day. Martin, J. William Petty yaitu karakter,

kemampuan, capital, kolateral, kondisi. Namun perusahaan tidak terlalu

memperhatikan pengawasn kredit apabila pembeli adalah orang yang telah

dipercaya sebelumnya atau merupakan pelanggan tetap dari perusahaan (

Arthur J. Keown, David F Scott Jr, John D. Martin, J. William Petty,

Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Jakarta, Buku Dua, Salemba Empat, 2000, hal

75).

2. Pengawasan Penagihan

Menurut Munawir dalam bukunya praktikum manajemen keuangan,

(28)

piutang yang berisikan informasi mengenai nama pelanggan, tanggal

penjualan, syarat pembayaran, tanggal dan jumlah pelunasan piutang.

Berdasarkan informasi tersebut kita dapat melakukan pengawasan penagihan

piutang (Munawir S, Analisa Laporan Keuangan, Yogyakarta, Penerbit

Liberty, 2002, hal 25).

Kebijaksanaan pengawasan penagihan atau pengumpulan piutang

merupakan usaha yang dilakukan oleh perusahaan dalam usaha

mengumpulkan semua piutang atas penjualan yang telah terjadi. Menurut

Syahyunan sejumlah teknik penagihan piutang yang biasanya dilakukan oleh

perusahaan bilamana waktu yang ditentukan telah jatuh tempo, diantaranya

adalah ( Syahyunan, Manajemen Keuangan 1, Medan, USU PRESS, Edisi

Pertama, 2004, hal 66) :

a) Melalui Surat

Bilamana waktu pembayaran hutang dari pelanggan sudah lewat dari

beberapa hari tetapi belum juga dilakukan pembayaran, maka perusahaan

dapat mengirimkan surat dengan nada “mengingatkan” atau menegur

langganan yang belum membayar. Apabila hutang tersebut belum juga

dibayar setelah surat peringatan dikirimkan, maka dapat dikirimkan surat

(29)

b) Melalui Telepon

Apabila telah dikirimkan surat teguran ternyata hutang – hutang tersebut

belum juga dibayar, maka bagian kredit dapat menelepon langganan dan

secara pribadi dapat memintanya untuk melakukan pembayaran. Bila dari

hasil pembicaraan tersebut ternyata langganan memiliki alasan yang dapat

diterima, maka mungkin perusahaan dapat memberikan perpanjangan sampai

jangka waktu tertentu.

c) Kunjungan Personal

Teknik penagihan piutang melalui kunjungan personal atau pribadi ketempat

langganan sering kali dilakukan karena dirasakan lebih efektif dalam usaha

penagihan piutang.

d) Tindakan Yuridis

Bila mana langganan tidak mau membayar hutang – hutangnya maka

perusahaan dapat menggunakan tindakan hukum dengan mengajukan gugatan

perdata melalui pengadilan.

Dengan menggunakan beberapa cara penagihan piutang tersebut,

perusahaan mengharapkan hasil pelunasan piutang oleh para pelanggan. Hasil

dari penagihan ini akan menunjukkan berhasil atau tidaknya bagian penagihan

dalam melaksanakan tugasnya.

Teknik yang biasanya digunakan CV. Apotik Medan Baru Medan

(30)

yang belum juga melunasi kewajibannya sampai pada batas waktu yang

ditetapkan adalah dengan mengirimkan surat teguran dimana isinya sekedar

mengingatkan pelanggan bahwa pembayaran piutang yang harus dilakukan

telah sampai pada waktunya. Surat teguran tersebut akan dikirim seminggu

sebelum batas waktu pembayaran tiap angsuran berakhir. Apabila surat

teguran belum juga ditanggapi oleh pelanggan maka bagian pengumpulan

piutang akan mencoba menghubungi secara langsung pelanggan tersebut. Jika

upaya penagihan dengan menghubungi langsung pelanggan melalui telepon

belum juga berhasil dan pelanggan belum juga membayarkan hutangnya maka

bagian penagihan akan mengadakan kunjungan pribadi kepada pelanggan.

Dan apabila pelanggan tidak dapat memberikan alasan yang jelas dan tidak

sanggup membayar angsuran atas hutangnya, maka pihak perusahaan akan

menyita dan menahan bukti kepemilikan atas bangunan atau barang-barang

perusahaan tersebut. Perusahaan akan memberikan peringatan bahwa bukti

kepemilikan tidak akan diserahkan sampai semua angsuran hutang pelanggan

dapat dipenuhi, dan perusahaan akan memberikan batas waktu tertentu kepada

pelanggan untuk membayar angsuran yang telah jatuh tempo sebelum

perusahaan benar – benar meminta kembali bangunan tersebut apabila

pelanggan belum juga membayar angsurannya hingga waktu atau toleransi

(31)

oleh perusahaaan maka angsuran yang sebelumnya telah dilunasi oleh

pelanggan tidak akan dikembalikan oleh sepenuhnya.

3. Pengawasan Interen

Menurut Mulyadi dalam bukunya sistem akuntansi pengawasan intern

terdiri dari ( Mulyadi, Prinsip Manajemen Keuangan, Jakarta, Penerbit

Tiga Serangkai, Edisi Pertama, 2003, hal 311) :

1) Organisasi

Perencanaan organisasi harus didasarkan pada unsur pokok sistem

pengendalian interen sebagai berikut :

a. Dalam organisasi harus harus dipisahkan 3 fungsi pokok, yaitu fungsi

akuntansi, fungsi penyimpanan, dan fungsi operasi.

b. Tidak ada satu pun transaksi yang dilaksanakan mulai dari awal sampai akhir dilakukan oleh satu orang, melainkan dilakukan oleh

beberapa orang dengan fungsi yang jelas. Hal ini dilakukan agar

adanya pengecekan interen dalam pelaksanaan, sehingga terjamin

keamanannya dan data akuntansi terjamin ketelitiannya.

2) Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan

Dengan adanya sistem otoritas dan prosedur yang baik, maka terlihat batas –

(32)

dagang, maka sistem otoritas dan prosedur pencatatan dirancang sebagai

berikut :

a. Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan

menggunakan formulir surat order pengiriman.

b. Persetujuan pembelian kredit diberikan oleh fungsi pemberian otorisasi kredit

dengan membutuhkan tanda tangan kredit copy yang merupakan tembusan

surat order pengiriman.

c. Pengiriman barang pada pelanggan diotorisasi oleh fungsi pengiriman barang,

dilakukan dengan cara menandatangani dan membutuhkan copy surat order

pengiriman.

Pengawasan intern yang dilakukan CV. Apotik Medan Baru Medan dimulai

dari pelanggan yang ingin melakukan pembayaran secara kredit. Adapun prosedur

penjualan secara kredit pada CV. Apotik Medan Baru Medan :

a. Pelanggan mengajukan permohonan kredit kepada perusahaan. Pimpinan akan

melakukan penyeleksian kepada pembeli yang akan membeli secara kredit.

b. Pelanggan kemudian akan mengisi formulir permohonan pembelian secara

kredit yang diberikan oleh perusahaan yang berisikan nama pembeli, alamat

rumah (tempat tinggal) pembeli, nomor telepon rumah, pekerjaan/profesi,

jenis usaha, alamat kantor, nomor telepon kantor, bila pelanggan adalah suatu

badan atau organisasi, dan lainnya. Setelah selesai dalam pengisian, pemohon

(33)

perusahaan seperti halnya rekening koran tiga bulan terakhir, giro, nomor

pokok wajib pajak, KTP suami-istri, rekening listrik dan telepon. Dari

beberapa syarat tersebut pimpinan akan menentukan apakah calon pelanggan

tersebut layak untuk mendapatkan pembelian atau obat-obatan secara kredit

atau tidak.

c. Setelah pemohon kredit disetujui, maka pelanggan beserta pimpinan

perusahaan akan melakukan penandatangan surat perjanjian jual-beli yang

berisikan tentang perjanjian tentang barang tersebut, seperti garansi,

fitur-fitur, dan lain sebagainya.

d. Formulir dan data dari pelanggan akan diserahkan kepada bagian keuangan

untuk dihitung berapa jumlah angsuran dan uang muka yang akan dibayarkan

oleh pelanggan sesuai dengan perjanjian. Kemudian dibuat faktur atas

transaksi penjualan kredit dan kemudian semua data pelanggan dan hasil

transaksi diserahkan kepada bagian pembukuan untuk dibukukan.

3) Praktek yang sehat

Pembagian tanggung jawab fungsional dalam sistem wewenang dan prosedur

pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak

tercipta cara untuk menjamin praktek yang sehat dalam pelaksanaannya.

a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak.

Untuk menciptakan praktek yang sehat, formulir yang dianggap

(34)

penggunaan nomor urut tersebut dipertanggungjawabkan oleh manajer

yang memiliki wewenang untuk menggunakan formulir tersebut.

b. Pemasok dipilih berdasarkan jawaban penawaran bersaing dari

berbagai pemasok. Pemasok yang dipilih dari tidak berdasarkan

hubungan istimewa dan pribadi, namun berdasarkan perbandingan

penawaran harga bersaing yang diterima dari berbagai pemasok.

c. Barang hanya diperiksa dan diterima oleh fungsi penerimaan, jika

fungsi ini telah menerima tembusan surat order pembelian dari fungsi

pembelian.

d. Fungsi penerimaan melakukan pemeriksaan barang yang diterima dari

pemasok dengan cara menghitung dan menginspeksi barang tersebut

dan membandingkan barang tembusan surat order pembelian.

e. Terdapat pengecekan barang, syarat pembelian dan ketelitian melihat

faktur dari pemasok sebelum faktur tersebut belum diproses untuk

dibayar.

f. Catatan yang berfungsi sebagai buku pembantu uang sebagai periodik

direkonsiliasi dengan rekening control utang dan buku besar.

g. Pembayaran faktur disesuaikan dengan syarat pembayaran guna

(35)

E. RESIKO YANG MUNGKIN TERJADI DALAM PIUTANG

Perusahaan melakukan metode penjualan secara kredit memiliki tujuan yaitu

memperoleh keuntungan. Keuntungan yang diharapkan dapat berupa peningkatan

dari penjualan serta dapat meningkatkan laba perusahaan. Selain itu penjualan secara

kredit dapat juga dilakukan untuk merebut hati pembeli guna memenangkan

persaingan diantara pengusaha atau pesaing lain.

Selain dari keuntungan, perusahaan juga harus memikirkan resiko yang

mungkin terjadi, karena di dalam penjualan kredit banyak kemungkinan diluar

dugaan yang akan terjadi.

Kemungkinan resiko yang akan terjadi di dalam piutang menurut Horne Van C.

James, John M. Wachowicz. Jr adalah (Horne Van C. James, John M. Wachowicz. Jr,

Prinsip-Prinsip Manajemen, Jakarta, Salemba Empat, Buku Satu, Edisi Kesembilan,

2001, hal 38) :

1. Resiko tidak di bayar seluruh piutang.

Tidak dibayar seluruh piutang adalah merupakan resiko yang paling

merugikan dan sangat tidak diharapkan oleh perusahaan. Karena seluruh biaya

dan harga pokok yang dikeluarkan untuk suatu produk baik jasa maupun

barang tidak dapat kembali dalam perusahaan. Hal ini tentunya akan

mengurangi modal pada perusahaan, dan dapat menimbulkan kebangkrutan

(36)

Hal ini dapat saja terjadi karena adanya kelalaian yang dilakukan perusahaan

dalam melakukan pemilihan atau penerimaan calon pembeli. Dalam hal ini

dibutuhkan ketelitian dan kejelian dalam memilih calon pembeli.

2. Resiko tidak dibayarnya sebagai piutang

Resiko ini merupakan resiko yang cukup merugikan perusahaan setelah resiko

yang merugikan tidak dapat dibayar secara keseluruhan dari piutang. Hal ini

tidak sepenuhnya kesalahan perusahaan, dimana pada awalnya perusahaan

memang sudah tepat meneliti dan melihat karakteristik dari calon pelanggan.

Dimana pada awalnya pelanggan atau pembeli terlihat sanggup untuk

melunasi hutangnya dan sangat mungkin untuk menyelesaikan semua

pembayaran utangnya. Tetapi segala kemungkinan dapat terjadi, dimana

pelanggan dapat mengalami kerugian atau kesulitan dalam keuangan sehingga

(37)

BAB III

ANALISIS DAN EVALUASI

Usaha yang dibangun pada tanggal 1 April 1965 yang diberi nama CV.

Apotik Medan Baru Medan ini pada awal beroperasi hanya berpusat pada satu

kegiatan saja. Perusahaan ini berkonsentrasi pada sektor penjualan obat-obatan umum

dan khusus. Seiring dengan berjalannya waktu dan tuntutan akan permintaan,

perusahaan ini mulai mencoba mengembangkan usahanya. Karena sektor ini

dianggap menjanjikan keuntungan yang cukup memuaskan dan memiliki masa depan

yang cukup baik.

Dikarenakan krisis moneter yang dialami di Indonesia maka perusahaan ini

sempat merasa kesulitan dalam menjalankan usahanya di bidang obat-obatan. Hal ini

juga yang menyebabkan perusahaan ini mencoba usaha dalam sektor lainnya seperti

bekerja sama dengan pusat kesehatan masyarakat setempat. Melihat situasi yang tidak

menentu yang mengakibatkan kelesuan di dalam perusahaan, maka pemilik

perusahaan ini mengambil alih langsung perusahaan dan menjabat sebagai Managing

Director kemudian merubah struktur dari organisasi ini dan mengganti beberapa

karyawannya.

CV. Apotik Medan Baru Medan ini juga pernah mengadakan kerjasama

dengan pemerintah daerah. Salah satu kerjasamanya adalah dengan Bank Indonesia,

kerjasama dilakukan dalam pembelian obat-obatan pegawai Bank Indonesia melalui

(38)

Struktur organisasi perusahaan CV.Apotik Medan Baru Medan berbentuk

baris, struktur organisasi ini dibuat sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.

Managing Director sebagai pimpinan perusahaan memegang langsung seluruh

kendali atas perusahaan. Semua pengendalian, perencanaan dan pengambil keputusan

ditangani langsung oleh pimpinan. Tugas didelegasikan kepada setiap bagian memilki

peranan yang berbeda, sehingga dapat tercipta suatu spesialisasi pekerjaan, dan

pekerja dapat bekerja sesuai dengan keahliannya ( the rightman on the right place ).

1. Penggolongan Piutang

Berdasarkan penggolongan piutang ada tiga bagian yaitu :

a. Berdasarkan jangka waktu pembayaran yang terbagi atas :

1). Piutang jangka panjang

2). Piutang jangka pendek

b. Berdasarkan sumber atau sebab terjadinya piutang yang terdiri :

1). Piutang dagang dan piutang usaha

2). Piutang non dagang atau piutang lain-lain

c. Berdasarkan bentuk perjanjian yaitu :

(39)

Berdasarkan analisis dan pengamatan, piutang yang terdapat pada CV.Apotik

Medan Baru Medan terdapat tiga macam yaitu :

a. Piutang jangka panjang yang diperoleh dari dari hasil usaha atau kegiatan

utama perusahaan yaitu dalam bidang penjualan obat-obatan tertentu,

pembayaran yang dilakukan secara kredit pada umumnya memerlukan waktu

pelunasan yang lebih dari satu tahun atau dari satu periode akuntansi normal

dari perusahaan tersebut adalah sebesar Rp. 1.099.267.500 pada tahun 2006

dan Rp. 1.052.665.000 pada tahun 2007.

b. Piutang jangka pendek dimana piutang ini terjadi karena aktifitas kegiatan

lainnya dari perusahaan yaitu kegiatan yang bergerak di sektor dagang umum

yang dilakukan oleh perusahaan seperti halnya penjualan obat-obatan umum

atau barang dagang umum lainnya.

c. Piutang wesel yang merupakan piutang yang diperoleh dari penjualan kredit

yang berskala besar dimana dibutuhkan suatu pernyataan tertulis atau

perjanjian tertulis yang menandakan adanya suatu hubungan jual beli atau

kerjasama yang dilakukan secara kredit.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Investasi Pada Piutang

Penjualan yang dilakukan secara kredit selalu menimbulkan piutang di dalam

perusahaan. Investasi yang dilakukan perusahaan pada piutang tergantung pada

(40)

sebelumnya, investasi dalam piutang dapat disebabkan dan dipacu oleh beberapa

faktor, dimana faktor tersebut yang dapat menentukan dari jumlah investasi yang

tertanam pada piutang. Menurut pendapat Bambang Riyanto “ Investasi yang terjadi

pada piutang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti halnya volume penjualan

kredit, syarat pembayaran penjualan kredit, ketentuan tentang pembatasan kredit,

kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang, dan kebiasaan pembayaran dari para

pelanggan ” (Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Negara, Yogyakarta,

Cetakan Pertama, BPFE Yogyakarta, 2001, hal 87)

a. Volume Penjualan Kredit

Faktor ini dapat mempengaruhi investasi yang dilakukan pada perusahaan.

Apabila volume penjualan kredit yang dilakukan dalam skala yang besar

maka secara otomatis investasi pada piutang juga besar. Hal ini juga terjadi

pada CV.Apotik Medan Baru Medan. Volume penjualan yang dilakukan

secara kredit dalam penjualan obat-obatan sangat besar, sehingga

mengakibatkan investasi yang dilakukan oleh CV.Apotik Medan Baru Medan

pada piutangnya juga sangat besar. Hal ini menyebabkan waktu yang

dibutuhkan perusahaan dalam mengembalikan modal yang dikeluarkan dalam

usahanya untuk dapat kembali pada perusahaan membutuhkan waktu yang

cukup lama.

(41)

Syarat pembayaran pada penjualan kredit juga menentukan investasi pada

piutang. Apabila syarat yang diterapkan pada perusahaan tidak terlalu ketat

dan tidak terlalu membebani pelanggan, maka pelanggan senantiasa merasa

luas dan leluasa melakukan pembelian secara kredit penjualan dari perusahaan

akan meningkat. Peningkatan penjualan secara kredit inilah yang dapat

meningkatkan investasi perusahaan pada piutang. Syarat pembayaran

penjualan kredit yang diberikan oleh CV.Apotik Medan Baru Medan tidak

terlalu membebani pelanggan, syarat yang diberikan hampir sama dengan

perusahaan lain. Dalam syarat penjualannya CV.Apotik Medan Baru Medan

juga memberikan beberapa keistimewaan. Penukaran obat-obat yang dibeli

apabila tidak habis bisa dikembalikan kepada CV.Apotik Medan Baru Medan.

c. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit

Pembatasan kredit sangat perlu dalam menjaga besarnya investasi pada

piutang. Pembatasan kredit yang dilakukan perusahaan dapat mengendalikan

investasi baik dalam penentuan batas kreditnya. Ini terlihat dari jarak antara

jumlah piutang dengan penjualannya yang cukup besar.

d. Kebijaksanaan Dalam Mengumpulkan Piutang

Kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang yang dilakukan CV.Apotik

(42)

dimana perusahaan menunggu pelanggan membayar langsung utangnya

kepada perusahaan, karena pada umumnya pelanggan yang dimiliki oleh

CV.Apotik Medan Baru Medan selalu membayar angsuran dari kredit

obat-obatannya tepat pada waktunya. Tetapi ada kalanya perusahaan melakukan

pengumpulan piutang secara aktif guna menghindari resiko tidak

terkumpulnya piutang yang dianggap penting.

e. Kebiasaan Membayar Dari Para Pelanggan

Kebiasaan pelanggan dalam membayar utangnya juga cukup mempengaruhi

jumlah investasi pada piutang. Ada kalanya pelanggan membayar secara cepat

guna mendapat suatu potongan karena masih dalam masa cash discount.

Kebiasaan pelanggan yang membayar utangnya dengan cepat dan tepat pada

waktunya akan mengurangi investasi yang dilakukan perusahaan pada piutang

secara cepat pula. Di lain pihak ada juga kebiasaan dari pelanggan yang

membayar utangnya selalu terlambat dari batas waktu yang ditetapkan, dan

bahkan sengaja diundur-undur dengan berbagai alasan tertentu.

3. Pengawasan Piutang

Pengawasan terhadap piutang penting dilakukan oleh perusahaan yang

(43)

terjadi. Pengawasan terhadap pemberian kredit, pengawasan penagihan, dan

pengawasan interen.

a. Pengawasan terhadap pemberian kredit

CV.Apotik Medan Baru Medan melakukan pengawasan terhadap pemberian

kredit dengan menerima langsung pelanggan yang ingin melakukan pembelian,

yang kemudian meneliti dan memperhatikan kriteria dari pelanggan tersebut

dengan menggunakan analisis 5C yaitu character, capacity, capital, collateral,

condition.

Perusahaan mencoba melihat kesanggupan atau kemampuan dari pelanggan

apakah pantas untuk diberi izin melakukan pembelian secara kredit. Bila perlu

perusahaan akan melakukan pantauan langsung ke tempat kerja atau rumah dari

calon pembeli tersebut. Selain itu perusahaan menilai kemampuan pembeli dalam

hal capital, kolateral, dan melihat rekening koran calon pembeli selama tiga bulan

terakhir. Dengan melihat rekening koran calon pembeli, CV. Apotik Medan Baru

Medan dapat melihat seberapa besar perputaran modal calon pembeli dan dapat

melihat kondisi usahanya. Setelah semua data diperoleh dan perusahaan

benar-benar yakin kepada pembeli tersebut baru diberi izin untuk melakukan pembelian

secara kredit.

b. Pengawasan Penagihan

Buku piutang yang berisikan informasi mengenai nama pelanggan, tanggal

(44)

merupakan salah satu sumber informasi yang perlu diperhatikan dalam

melakukan pengawasan piutang. Dari buku piutang ini segala informasi

mengenai piutang yang dimiliki oleh perusahaan dapat dilihat.

Pengawasan yang dilakukan oleh CV.Apotik Medan Baru Medan dalam

penagihan piutang dilakukan dengan memperhatikan kartu piutang, perincian

penjualan, dan saldo piutang yang belum tertagih.

Berdasarkan pengamatan dari penulis atas pengawasan penagihan yang terjadi

di CV.Apotik Medan Baru Medan, piutang yang terjadi selama periode 2007

adalah Rp. 1.052.665.000

c. Pengawasan Interen

Pengawasan interen terdiri dari pengawasan organisasi, sistem otorisasi,

prosedur pencatatan, dan praktek yang sehat. Adanya pemisahan dalam fungsi

akuntansi, fungsi penyimpanan, dan fungsi operasi dilakukan agar semua

transaksi yang dilakukan dari awal sampai akhir tidak ditangani oleh hanya satu

orang saja.

Pengawasan interen dalam sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang

terdapat pada CV.Apotik Medan Baru Medan adalah sebagai berikut :

1) Calon pembeli mengajukan permohonan kreditnya, kemudian pimpinan

langsung melakukan penyeleksian terhadap calon pembeli yang mengajukan

permohonan kredit apakah diizinkan melakukan pembelian obat-obatan

(45)

2) Kemudian calon pelanggan mengisi formulir permohonan pembelian secara

kredit yang berisi nama, alamat rumah, nomor telepon rumah, pekerjaan, jenis

usaha, alamat kantor (tempat bekerja) dan lain-lain. Setelah itu pemohon

menyerahkan syarat-syarat yang diminta oleh perusahaan seperti rekening

koran tiga bulan terakhir, giro, nomor pokok wajib pajak, KTP suami istri

(bila telah berkeluarga), rekening listrik dan telepon. Dari data tersebut

pimpinan akan melihat apakah calon pembeli tersebut layak untuk diberikan

pembelian secara kredit.

4. Resiko yang mungkin terjadi dalam piutang

Penjualan secara kredit adalah salah satu cara yang dilakukan CV.Apotik

Medan Baru Medan dalam usahanya. Hal ini dilakukan guna memperlancar

penjualan produk yang telah dihasilkannya dan meningkatkan tingkat

penjualan. Tetapi selain meningkatkan penjualan, cara ini juga dapat

menimbulkan resiko. Segala resiko mungkin saja terjadi. Resiko yang sering

dihadapi oleh CV.Apotik Medan Baru Medan dalam kegiatan usahanya secara

kredit adalah :

a. Keterlambatan dalam pelunasan

Hal ini dapat terjadi pelanggan mengalami kesulitan dalam pembayaran,

karena pelanggan mengalami kesulitan keuangan yang tidak diduga

(46)

memberikan penjelasan dan alasan yang dapat diterima kepada perusahaan

kemudian meminta toleransi penundaan beberapa waktu kepada

perusahaan. Apabila alasannya dapat diterima maka perusahaan akan

memberikan waktu kepada pelanggan tesebut. Bila ada pelanggan yang

terlambat melakukan pembayaran dan tidak memberikan pemberitahuan,

maka perusahaan akan menghubungi pelanggan tersebut.

b. Piutang tidak tertagih sebagian atau seluruhnya

Resiko ini jarang terjadi pada CV.Apotik Medan Baru Medan. Hal ini

terjadi apabila pelanggan yang sebelumnya membeli dengan kredit

mengalami kebangkrutan dalam usahanya sehingga benar-benar tidak

sanggup melakukan pembayaran atau pelanggan tersebut meninggal

dunia. Bila hal ini terjadi maka perusahaan akan mengambil kebijakan

untuk mengatasi hal ini.

Bila semua resiko tersebut terjadi maka perusahaan akan segera

mengambil keputusan dengan melakukan perundingan menentukan tindakan

yang tepat untuk dilakukan.

Salah satu yang dilakukan oleh perusahaan CV.Apotik Medan Baru

Medan adalah dengan memberikan sangsi bagi pelanggan yang tidak

membayar sisa angsurannya pada saat jatuh tempo berupa pembebanan

(47)

administrasi yang dibebankan kepada pelanggan sebagai ganti rugi atas

keterlambatan pembayaran.

CV.Apotik Medan Baru Medan akan melakukan penyitaan terhadap

pelanggan yang tidak dapat membayar lagi sisa utangnya baik itu karena

tidak sanggup atau hal lainnya. Apabila penyitaan telah dilakukan maka

seluruh pembayaran angsuran yang telah dilunasi tidak akan dikembalikan

(48)

NERACA

CV. APOTIK MEDAN BARU

Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2006 (dalam rupiah)

Total Aktiva Lancar 3.664.570.300

Aktiva Tetap:

Total Aktiva Tetap 2.009.480.000

Jumlah Aktiva 5.674.050.300

Total Hutang Lancar 711.141.191

Modal :

Sumber : CV.Apotik Medan Baru

(49)

cc : File,-

NERACA

CV. APOTIK MEDAN BARU

Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2007 (dalam rupiah)

Total Aktiva Lancar 4.781.561.000

Aktiva Tetap:

Total Aktiva Tetap 2.285.000.000

Jumlah Aktiva 7.066.561.000

Total Hutang Lancar 691.195.000

Modal :

Sumber : CV. Apotik Medan Baru

(Rasta Br Taringan) Pimpinan

(50)

CV. Apotik Medan Baru Laporan Laba/Rugi Tahun 2006

KETERANGAN

Laba Bersih Rp.1.292.400.000

(Rasta Br Taringan) Pimpinan

(51)

CV. Apotik Medan Baru Laporan Laba/Rugi Tahun 2007

KETERANGAN

Laba Bersih Rp.1.330.200.000

(Rasta Br Taringan) Pimpinan

(52)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan mengenai manajemen piutang

pada CV.Apotik Medan Baru Medan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

kebijakan yang dilakukan CV.Apotik Medan Baru Medan dalam manajemen

piutangnya dan usahanya dalam menanggulangi resiko adalah :

1. CV.Apotik Medan Baru Medan menggunakan tehnik analisis 5C (character,

capacity, capital, collateral, condition) dalam menentukan kelayakan calon

pelanggannya.

2. CV.Apotik Medan Baru Medan mengumpulkan data pribadi pelanggan

sebagai perbandingan dan acuan untuk menerima permohonan kredit

pelanggan.

3. CV.Apotik Medan Baru Medan melakukan hubungan kepada pelanggan

melalui surat, telepon dan kunjungan langsung apabila pelanggan tidak

membayar angsuran yang telah jatuh tempo.

4. Sangsi dan denda akan diberikan kepada pelanggan yang terlambat

(53)

5. CV.Apotik Medan Baru Medan akan melakukan penyitaan kepada pelanggan

yang tidak membayar lagi utangnya.

6. Toleransi atau perpanjangan batas waktu masih dapat diberikan perusahaan

kepada pelanggan yang tidak membayar angsuran pada saat piutang jatuh

tempo atau kepada pelanggan yang tidak dapat membayar utangnya bukan

karena tidak mau membayar sampai pada batas waktu yang ditentukan.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan dan analisa yang dilakukan, penulis mencoba

memberikan saran-saran diantaranya adalah :

1. CV.Apotik Medan Baru Medan hendaknya lebih memperketat penyeleksian

calon pembeli obat-obatan, agar segala resiko yang sudah terjadi dapat lebih

diminimalkan atau dikurangi.

2. Tindakan yang diambil dalam mengatasi resiko yang terjadi sudah cukup

bagus dan harus dipertahankan, bila perlu mencari solusi atau kebijakan baru

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Arthur J. Keown, David F. Scott Jr, John D. Martin, J. William Petty. 2000.

Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku Dua, Salemba Empat, Jakarta.

Faisal, Abdullah , 2001. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, UMM Press, Malang.

Husein, Umar. 2002. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Cetakan ketiga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Syamsuddin, Lukman. 1998. Manajemen Keuangan Perusahaan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

James C. Van Horne, John M. Wachowicz. JR. 2001. Prinsip-Prinsip Manajemen

Keuangan, Buku Satu, Edisi Kesembilan, Salemba Empat, Jakarta.

Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Revisi, Cetakan Pertama, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Mulyadi, 2003. Prinsip Manajemen Keuangan, Buku Satu, Edisi Pertama, Penerbit Tiga Serangkai, Jakarta.

Riyanto, Bambang,2001 Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Empat, Cetakan Pertama, BPFE-YOGYAKARTA, Yogyakarta.

Syahyunan, 2004. Manajemen Keuangan I, Cetakan I, Edisi Pertama USU PRESS, MEDAN.

Gambar

Tabel IV Laporan Laba/ Rugi Tahun 2007 .............................................................

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk preferensi masyarakat Kota Padang Sidempuan dari segi keuntungan relatif memberikan indikasi yang kurang baik hal tersebut dapat dilihat dari beda bagi hasil

antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit. Berdasarkan komplit atau ketidak komplitan fraktur. Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh

Pertumbuhan Ekonomi suatu bangsa memerlukan pola pengaturan akan sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan terpadu untuk meningkatkan kesejahteraan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan kesehatan lingkungan (perencanaan, pelatihan dan pengawasan) di sekolah dasar wilayah kerja Puskesmas

Untuk mempercepat proses percepatan pembangunan yang terencana dan berkelanjutan di Kecamatan Medan Denai, diperlukan partisipasi masyarakat dalam usaha tercapainya

Setelah proses segmentasi gambar selesai dilakukan, selanjutnya dilakukan penenkanan tombol “Proses” untuk memulai proses pembandingan kesamaan bentuk gambar antara gambar

Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan dalam melaksanakan program training and development berdasarkan pada kebutuhan yang tepat, maksudnya ada sebuah tujuan yang

Kerangka pemikiran penilitian Kandungan Logam Berat Pb Pada Air, Sedimen dan Kerang Darah ( Anadara granosa ) di Perairan Pantai Belawan, Sumatera Utara..