UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALISIS MANAJEMEN PIUTANG PADA CV. APOTIK MEDAN BARU
MEDAN
SKRIPSI MINOR
Diajukan Oleh MHD RICKY YAMANIE
052 101 055
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi Diploma III
Fakultas Ekonomi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah S.W.T atas segala rahmat
dan karunianya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi minor ini. Sholawat dan salam penulis sampaikan kepada
rasullulah Muhammad SAW yang telah menyampaikan risalahnya kepada umat
manusia guna dipedomani sebagai tuntutan hidup menuju keselamatan dan
kebahagian akhirat serta doa dari kedua orang tua yang selalu menyertai penulis.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan pada program Diploma III Jurusan Keuangan pada Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara. Adapun judul paper ini adalah “Analisis Manajemen
Piutang Pada CV. Apotik Medan Baru Medan”.
Dalam kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini, dan dengan hati yang tulus penulis menyampaikan penghargaan dan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kupersembahkan untuk orang tua tercinta Ayahanda “Harianto BBA” dan Ibunda “Farah Diba SH” yang telah banyak berkorban moril maupun materil dan selalu
memberikan dorongan semangat, doa dan pengorbanan yang begitu besar demi
dan terima kasih untuk keluarga, nenek, dan Istriku tercinta “Melda Yustika
Limbong” juga yang imut anakku “ Reviella Intan Yamanie “ serta adik-adikku “
Vira dan Putri “.
2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. DR. Paham Ginting, SE, MS selaku Ketua Program Studi Jurusan
D III Keuangan.
4. Bapak Syafrizal H. Situmorang, SE, MSi selaku Sekretaris Program Studi D III
Keuangan.
5. Ibu Dra. Marhaini, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah
memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi minor ini.
6. Ibu Rasta Br Tarigan selaku Pimpinan CV. Apotik Medan Baru Medan yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan riset di CV. Apotik
Medan Baru Medan dan seluruh staff pegawai yang membantu penulis dalam
memberikan data dan informasi dalam menyelesaikan skripsi minor ini.
7. Bapak dan Ibu dosen selaku staff pengajar dan seluruh staff Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dan mendidik selama
masa perkuliahan.
8. Buat anak-anak D-III Keuangan khususnya stambuk 2005 Manta, Tedo, Rajab,
Tedy, Sadat, Becek, Delima, Ira, Riri, Dadang semua anak Group A yang lain
Parlaungan, Yusup, Daniel dan lain-lain, buat group B dan C dan semua
anak-anak D III yang tidak bisa disebutkan namanya, terimakasih atas pertemanannya
selama ini gak akan terlupakanlah.
9. Buat semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
banyak atas bantuannya.
Untuk menyelesaikan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar
mencapai hasil yang sempurna dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, 31 Desember 2008
Penulis
Mhd Ricky Yamanie
DAFTAR ISI
2. Struktur Organisasi Perusahaan ... 7
B. Manajemen Piutang ... 14
C. Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Investasi Pada Piutang... 19
D. Pengawasan Piutang ... 23
E. Resiko Yang Mungkin Terjadi Dalam Piutang... 30
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel I Neraca Tahun 2006... 44
Tabel II Neraca Tahun 2007 ... 45
Tabel III Laporan Laba/ Rugi Tahun 2006 ... 46
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Setiap perusahaan baik itu perusahaan jasa, perusahaan dagang, ataupun
perusahaan industri mempunyai kegiatan penjualan di dalam menjalankan usahanya,
baik dalam hal menjual barang maupun jasa. Di dalam transaksi penjualan tersebut
terdapat dua cara pembayaran yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara membayar
secara tunai maupun dengan cara kredit.
Dalam pembayaran secara tunai, pedagang atau penjual dapat langsung
menerima pendapatan dari hasil penjualannya. Dengan cara pembayaran ini tidak
terdapat permasalahan yang berarti. Pada pembayaran secara kredit berarti
perusahaan tidak secara langsung dapat menerima hasil dari penjualannya tetapi
memiliki piutang atas pembeli yang menjadi kewajiban dari pembeli. Piutang yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut baru akan menjadi pendapatan atas penjualan
setelah piutang tersebut jatuh tempo ataupun setelah pembeli melunasinya.
Dengan melakukan penjualan secara kredit yang berarti perusahaan tidak
menerima uang tunai secara langsung pada saat terjadinya transaksi penjualan tetapi
harus menanamkan modalnya ke dalam bentuk piutang. Semakin besar volume
penjualan yang dilakukan secara kredit, maka semakin besar pula investasi piutang
dihadapi perusahaan akan semakin tinggi dan tidak akan mustahil dapat
mengakibatkan kerugian pada perusahaan. Resiko berupa piutang tidak tertagih yang
disebabkan oleh ketidak mampuan pelanggan atau pembeli dalam melakukan
pembayaran di kemudian hari yang disebabkan hal yang tidak diduga ataupun
pembeli yang melarikan diri atau telah meninggal dunia, kemacetan dalam hal
pembayaran atau penundaan pembayaran yang dilakukan oleh pelanggan, kecurangan
yang dilakukan oleh pihak kolektor atau penyelewengan lainnya. Selain
permasalahan tersebut, di dalam penjualan secara kredit terdapat beberapa
permasalahan yang harus diperhatikan. Seperti halnya kredibilitas pembeli, jangka
waktu pembayaran, cara memilih pelanggan yang sesuai, dan sebagainya.
Manajemen piutang menyangkut permasalahan dalam hal pengendalian
jumlah piutang, pengendalian pemberian dan pengumpulan piutang dan evaluasi –
evaluasi politik kredit yang diterapkan oleh perusahaan menurut Syamsuddin
(Syamsuddin, Manajemen Keuangan Perusahaan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,
1998, hal 256). Semakin besar jumlah piutang yang dimiliki, semakin besar pula
resiko yang terjadi dan tidak mustahil menimbulkan dampak yang mengakibatkan
kerugian. Di samping dampak tersebut ada juga sisi baik yang terjadi, yaitu
meningkatkan tingkat dari penjualan di mana pembeli dapat melakukan pembelian
dalam partai yang besar dan membayar secara kredit. Hal ini tentu saja dilakukan
setelah pembeli benar – benar memenuhi kriteria yang menjadi persyaratan membeli
penjual contohnya faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan kepada pembeli yang
meliputi : reputasi pelanggan sehubungan dengan penyelesaian utang-utangnya,
kemampuan keuangan pembeli, referensi-referensi kredit, dan kondisi piutang si
pembeli.
Piutang merupakan salah satu asset perusahaan yang termasuk bersifat likuid
karena mudah untuk dicairkan atau dapat dengan segera berubah menjadi kas, dan
merupakan salah satu bagian yang penting dalam perusahaan yang banyak melakukan
penjualan secara kredit.
Penjualan secara kredit memerlukan penanganan yang serius dan sungguh –
sungguh sehingga tidak ada pihak yang dirugikan baik pembeli maupun penjual.
Untuk itu perlu adanya penggunaan sistem dan prosedur penjualan kredit yang baik
dan wajar yang dapat menghindari segala kemungkinan yang tidak diharapkan yang
juga dapat menimbulkan dan memelihara rasa saling percaya antara kedua belah
pihak.
Oleh karena itu sangatlah penting melakukan manajemen piutang pada
perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis ingin membuat suatu karya
tulis dalam bentuk Skripsi Minor yang berjudul: “Analisis Manajemen Piutang
B. PERUMUSAN MASALAH
Penjualan secara kredit merupakan strategi yang biasa dilakukan di dalam
usaha untuk memudahkan pembelian oleh pembeli dan merangsang minat pembeli
untuk membeli dan mencoba produk atau jasa yang ditawarkan. Jadi, strategi ini
sengaja dilakukan untuk memperluas pasar dan meningkatkan penjualan. Maka perlu
kiranya perusahaan menetapkan suatu metode – metode atau sistem dalam pemberian
penjualan kredit kepada pembeli yang membutuhkan.
Perlu adanya suatu pengawasan dalam pemberian penjualan kredit sehingga
tidak timbul rasa saling dirugikan. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
yang menjadi pokok permasalahan di dalam penulisan ini adalah “Bagaimana
kebijakan CV. Apotik Medan Baru Medan di dalam manajemen piutang dan
usahanya dalam menanggulangi resiko yang terjadi pada pemberian kredit”.
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui dan membahas bagaimana
perkembangan manajemen piutang pada CV. APOTIK MEDAN BARU MEDAN.
Manfaat penelitian :
1. Bagi Penulis
Mengetahui sejauh mana manajemen piutang berpengaruh terhadap
perusahaan, dan sebagai bahan masukan dalam membandingkan teori-teori
2. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam menentukan perencanaan
dan pengawasan terhadap piutang di masa yang akan datang.
3. Bagi Pembaca
Sebagai informasi bagi pembaca lainnya dalam hal manajemen piutang pada
CV. Apotik Medan Baru Medan.
D. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian merupakan suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan, penyajian
dan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah secara efisien
dan sistematis. Dalam melakukan penelitian diperlukan beberapa metode yang
digunakan untuk memperoleh data maupun keterangan yang dibutuhkan.
Metode penelitian tersebut diantaranya adalah :
1. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah pada CV. Apotik
Medan Baru Medan yang beralamat di jalan Iskandar Muda No. 148 D Medan.
2. Sumber Data
a. Data Primer, data pokok yang berhubungan dengan materi penulisan skripsi
minor ini yang diperoleh dengan mengadakan penelitian langsung terhadap
b. Data Sekunder, data yang mendukung data yang diperoleh dengan membaca
buku-buku maupun media cetak lainnya serta sumber data lainnya yang
bersifat teoritis dan memiliki hubungan contohnya neraca dan laporan laba
rugi.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara, teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan
wawancara atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada beberapa
karyawan yang tekait didalam menjalankan perusahaan tersebut.
b. Kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data mengenai manajemen piutang
melalui buku – buku yang dapat diperoleh dari perpustakaan, buku pedoman
perkuliahan, ataupun sumber media cetak lainnya.
4. Metode Analisis Data
Metode Deskriptif, yaitu suatu metode dengan cara mengumpulkan,
mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan data sehingga dapat memberikan
BAB II
CV. APOTIK MEDAN BARU MEDAN
A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan
CV. Apotik Medan Baru Medan berdiri pada tanggal 1 April 1965 sesuai
dengan surat permohonan pemilik apotik yang pertama Dra. Harmaini Soebandi. Dra.
Harmaini Soebandi secara resmi mendirikan apotik ini berdasakan surat izin No :
120/PH/1265, kemudian izin tersebut dikukuhkan lagi oleh surat izin Menteri
Kesehatan Republik Indonesia dengan nomor : 972/PH/b. Sejak tanggal tersebut
resmilah apotik ini berdiri dan menjalankan kegiatannya, sebagaimana layaknya
sebuah apotik. Apotik ini diberi nama Apotik Medan Baru yang beralamat Jalan
Sultan Iskandar Muda nomor 148-D Medan. Pada tahun 1973 apotik ini dialihkan
atau dipindah namakan pada Hajjah Djumnasih Kadir sesuai dengan akte notaris
Sartuti Yasmi Agung Iskandar Muda SH dengan nomor akte 12, hingga berlaku
sampai 1982. Pada tahun 1986 Apotik Medan Baru ini dialihkan atau dipindah
tangankan lagi kepada salah seorang anak dari Hajjah Djumnasih Kadir yaitu Ny.
Dina Novianty Luthfi dengan akte notaris Sundari Siregar SH dengan nomor akte 52
tanggal 24 September 1986.
Setelah adanya peraturan pemerintah mengenai kefarmasian dengan
perubahan pemerintah dari PP. 26/1965 menjadi PP.25/1982, maka surat izin apotik
Sebagai peraturan mengenai kefarmasian bahwa setiap apotik harus mempunyai
seorang apoteker pengelola apotik, maka Apotik Medan Baru ini mempunyai
apoteker yang bernama : Drs. Mohd. Iljas Tarigan, dengan surat izin sebagai
pengelola apotik dengan surat izin nomor : 0946/SIPA/82 tanggal 23 Oktober 1982.
Pada tanggal 2 Oktober 1992, Apotik Medan Baru ini dialihkan atau dipindah
tangankan lagi kepada Rasta Br Tarigan dengan akte notaris Syarifuddin SH dengan
nomor akte 312 tanggal 8 November 1991.
Juga Apotik Medan Baru mempunyai karyawan lainnya yang membantu
pelaksanaan dari kegiatan apotik seperti : Asisten apoteker, Kasir Petugas kartu stock
dan gudang, Kepala bagian administrasi serta beberapa pimpinan pada bagian-bagian
lainnya.
2. Struktur Organisasi Perusahaan
KONSULTAN MANAGING APOTEKER
STAFF AHLI DIRECTOR
Dari susunan struktur organisasi di atas dapat di ketahui fungsi-fungsi dari
masing-masing bagian, yaitu:
• Managing Director .
Managing Director berfungsi sebagai pimpinan tertinggi dari perusahaan yang
menyusun planning, actuating, directing serta controlling.
Di dalam membuat suatu keputusan managing director dibantu oleh staff ahli atau
konsultan, di mana staff ahli ini berfungsi untuk memberikan saran ataupun ide
kepada managing director di bidang manajemen, akuntansi dan medis. Selain hal-hal
di atas staff ahli atau konsultan juga memberikan saran dalam masalah riset,
pengembangan dan auditor dari perusahaan.
• Apoteker.
Apoteker berfungsi sebagai pengontrol dalam kefarmasian sesuai dengan fungsi
apotik tempat ia bekerja. Apoteker bertanggung jawab dalam bidang kefarmasian
dalam bidang peracikan obat bius serta memberikan informasi yang berhubungan
dengan masalah kefarmasian, apoteker tidak memegang saham atau turut serta dalam
perusahaan hanya mendapat gaji dan bonus.
• Direksi .
Direksi berkedudukan di bawah managing director, Direksi merupakan middle
manager yang berfungsi sebagai pembantu dari managing director dalam bidang
• Supervisor
Supervisor berkedudukan di bawah direksi, supervisor berfungsi sebagai pengawas
dalam obat-obatan serta kefarmasian, administrasi perusahaan, inspeksi, pengambilan
keputusan tingkat rendah, mengadakan tender, membuat laporan keuangan dan
pelaksanaan dari market research. Supervisor membawahi beberapa bagian yaitu
kepala bagian administrasi, kepala bagian keuangan dan vice supervisor. Supervisor
ini sejajar kedudukannya dengan asisten apoteker kepala dan dihubungkan dengan
garis koordinasi, konsultatif serta komunikatif.
• Kepala Bagian Administrasi .
Kepala Bagian Administrasi berfungsi untuk mengendalikan pengawasan mengenai
tata laksana administrasi, penagihan, inspeksi dan pengetikan surat-surat perusahaan
dan paling utama membantu menyusun budget bersama kepala bagian keuangan.
• Kepala Bagian Keuangan
Kepala Bagian Keuangan berfungsi untuk menyusun laporan keuangan, budget atau
rencana pembangunan apotik dan mengadakan pengawasan dalam bidang dana.
Kabag keuangan ini membawahi seorang kasir.
• Vice Supervisor .
Vice Supervisor berfungsi untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas kartu stock
dan gudang yang bertugas mengadakan pencatatan, penyimpanan , penerima barang
dan pengeluaran barang dengan bukti-bukti serta mengadakan laporan inventory atau
• Asisten Apoteker Kepala .
Asisten Apoteker Kepala berfungsi untuk membantu kelancaran tugas-tugas dari
apoteker, juga mengawasi resep-resep obat. Berkedudukan di bawah apoteker dan
dapat juga sebagai wakil atau pengganti apoteker apabila tidak berada di tempat.
• Asisten Apoteker
Asisten Apoteker berkedudukan di bawah asisten apoteker kepala yang mempunyai
tugas dalam pelaksanaan operasional, dan asisten apoteker ini mempunyai hubungan
garis koordinasi, konsultatif dan komulatif dengan petugas kartu stock dan gudang,
juga berhubungan dengan koordinasi, konsultatif dengan vice supervisor.
B. MANAJEMEN PIUTANG 1. Pengertian Piutang
Manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan yang
menjual produknya dengan kredit, karena itu sebelum perusahaan berani menawarkan
penjualan kredit kepada masyarakat maka terlebih dahulu harus memanajemen atau
membuat perencanaan yang matang sehingga langkah-langkah yang harus ditempuh
seperti pengorganisasiannya, pengendaliannya dan hal-hal yang terkait di dalamnya
dapat berjalan dengan lancar.
Menurut Munawir mengartikan : “Piutang adalah unsur modal kerja yang selalu
berputar menurut siklus perputaran normal”(Munawir S, Analisa Laporan Keuangan,
Di lain pihak Faisal Abdullah memberi pengertian : “Piutang merupakan aktiva
atau kekayaan yang timbul akibat dari dilaksanakannya politik penjualan kredit”(
Faisal Abdullah, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Malang, Cetakan Pertama,
UMM Press, 2001, hal 88 ).
Menurut Warrant Reeve Fess : piutang dipakai dalam arti yaitu hanya
menunjukkan tagihan yang akan dilunasi dengan uang(Warrant Reeve Fess,
Pengantar Akuntansi, Jakarta,Edisi Duapuluh Satu, Salemba Empat, 2005, hal 28).
Dalam pengertian luas, istilah piutang dapat digunakan oleh semua pihak atas
utang, barang, dan jasa. Namun demikian, menurut tujuan akuntansi istilah pada
umumnya ditetapkan dalam pengertian yang lebih sempit, yaitu berupa klaim yang
diharapkan akan diselesaikan melalui penerimaan kas. Semua piutang yang
diharapkan akan tertagih menjadi kas dalam jangka waktu yang lebih dari satu tahun
seperti pinjaman jangka panjang.
Piutang adalah salah satu elemen yang paling penting dalam aktivitas ekonomi
dalam suatu perusahaan. Hal ini diakibatkan karena piutang memiliki likuiditas
nomor dua setelah kas di dalam aktiva lancar. Piutang timbul dari berbagai transaksi,
dimana yang paling umum adalah dari penjualan barang atau jasa secara kredit.
Dalam hal ini piutang meliputi semua tagihan dalam bentuk uang terhadap
2. Penggolongan Piutang
Berdasarkan perbedaan-perbedaan karakeristik yang dimiliki, piutang dapat di
golongkan berdasarkan Faisal Abdullah Abdullah (Faisal Abdullah, Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan, Malang, Cetakan Pertama, UMM Press, 2001, hal 88) :
1) Berdasarkan Jangka Waktu Pembayaran
Piutang berdasarkan jangka waktu pembayaran dapat diklasifikasikan menjadi
dua bagian, yaitu :
a. Piutang Jangka Pendek
Yaitu bentuk piutang yang memiliki waktu jatuh tempo kurang dari satu
tahun atau kurang dari satu siklus operasi perusahaan.
b. Piutang Jangka Panjang
Yaitu meliputi semua piutang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu
yang lebih dari satu periode akuntansi. Biasanya satu periode akuntansi itu
dinyatakan dalam jangka waktu satu tahun dari tanggal neraca. Piutang
jangka panjang akan disajikan didalam neraca sebagai elemen investasi
jangka panjang atau dalam harta lain-lain jangka panjang.
2) Berdasarkan Sumber Atau Sebab Terjadinya Utang
Piutang berdasarkan sumber atau sebab terjadinya piutang dapat di
klasifikasikan menjadi :
Piutang dagang ( trade receivable ) adalah hak menagih yang di
timbulkan oleh transaksi-transaksi eksteren perusahaan. Pada
umumnya piutang dagang memilih jumlah yang lebih besar dibanding
dengan piutang yang lain. Disamping jumlahnya yang besar, piutang
ini memiliki banyak kemungkinan untuk diselewengkan. Oleh karena
itu, pelunasan piutang akan diterima dalam jangka waktu yang relative
singkat, biayanya dalam jangka waktu satu periode akuntansi. Karena
itu piutang dagang dapat dikelompokkan sebagai harta lancar.
b. Piutang Non Dagang Atau Piutang Lain-Lain
Piutang non dagang adalah piutang yang timbul karena
transaksi-transaksi selain penjualan barang dan jasa. Yang termasuk kedalam
piutang non dagang adalah segala macam piutang dari
transaksi-transaksi yang tidak secara langsung berhubungan dengan penjualan
barang dan jasa, yang meliputi :
1. Piutang yang timbul dari transaksi pemberian pinjaman
2. Piutang kepada perusahaan asuransi
3. Pembayaran pajak yang terlalu besar
4. Pembayaran di muka untuk segala pembelian
5. Dividen dan piutang bunga
6. Uang iuran untuk modal saham
8. Tuntutan atas potongan harga
3) Berdasarkan Bentuk Perjanjian
Piutang berdasarkan bentuk perjanjian dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Piutang Wesel
Yaitu meliputi seluruh piutang yang didukung dengan surat perjanjian
piutang wesel untuk membayar piutang tersebut dalam jangka waktu
tertentu yang telah ditetapkan di dalam wesel tersebut. Jenis dari
piutang ini dinegosiasikan, dapat ditransfer dengan sah melalui
endosemen dan penyerahan. Ini berarti bahwa wesel tersebut setelah
adanya endosemen di saat wesel jatuh tempo. Biasanya wesel tersebut
ini dapat didiskontokan ke bank sehingga dianggap lebih likuid
(lancar) dari jenis piutang lancar lainnya.
1. Berdasarkan bunganya
• Piutang wesel dengan bunga, yaitu piutang wesel yang
mencantumkan tingkat bunga yang akan diperoleh oleh
kreditur dalam surat perjanjiannya.
• Piutang wesel tanpa bunga, yaitu piutang wesel yang
secara explisit tidak mencantumkan tingkat bunga atas
2. Berdasarkan apakah wesel tertentu sudah dijual dengan
jaminan untuk dibeli kembali apabila debitur tidak dapat
membayar pada saat jatuh tempo.
• Piutang wesel biasa, yaitu yang belum dijual.
• Piutang wesel yang belum didiskontokan, yaitu piutang
wesel yang lebih dijual dengan perjanjian perusahaan
akan membeli kembali apabila pada saat jatuh tempo,
debitur tidak membayar utangnya.
b. Piutang Non Wesel
Piutang non wesel adalah seluruh piutang yang tidak didukung dengan
adanya surat perjanjian tertulis (bukti tertulis) untuk membayar piutang
tersebut pada waktu yang ditentukan.
Jenis piutang yang terdapat pada CV. Apotik Medan Baru Medan adalah :
1. Piutang jangka pendek, piutang jenis ini terjadi pada bagian usaha kecil
lainnya yang dimiliki oleh CV. Apotik Medan Baru Medan selain
usaha yang dijalankan oleh perusahaan.
2. Piutang Wesel, yang timbul dari kegiatan utama perusahaan yang
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESAR KECILNYA INVESTASI PADA PIUTANG
Sudah merupakan hal yang biasa dalam dunia usaha bahwa untuk
memperlancar operasi dan perkembangan perusahaan, maka perusahaan
tersebut melakukan transaksi penjualan secara kredit, dimana pemberian
piutang tersebut adalah juga untuk memenuhi keinginan para pelanggan.
Menurut Bambang Riyanto (Bambang Riyanto, Dasar-Dasar
Pembelanjaan Negara, Yogyakarta, Cetakan Pertama, BPFE Yogyakarta,
2001, hal 85), faktor yang dapat mempengaruhi besarnya investasi pada
piutang adalah :
1. Volume penjualan kredit
2. Syarat pembayaran penjualan kredit
3. Ketentuan tentang pembatasan kredit
4. Kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang
5. Kebiasaan pembayaran dari para pelanggan
1. Volume Kredit
Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan
maka memperbesar jumlah investasi dalam piutang, yang berarti perusahaan
harus menyediakan investasi yang lebih besar dalam piutang disamping
2. Syarat Pembayaran Kredit
Syarat penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila
perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti perusahaan
lebih mengutamakan keselamatan kredit dari pada pertimbangan
profibilitasnya. Syarat yang ketat misalnya dalam bentuk batas waktu
pembayaran yang pendek, pembebanan bunga yang berat pada pembayaran
piutang yang terlambat.
Umumnya syarat pembayaran penjualan kredit biasanya dinyatakan
dengan term tertentu, misalnya 2/10 net 30. ini berarti bahwa apabila
pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari sesudah waktu penyerahan
barang, pembeli akan mendapat potongan tunai sebesar 2% dari harga
penjualan, dan pembayaran selambat - lambatnya dilakukan dalam 30 hari
sesudah waktu penyerahan barang, dengan kata lain bahwa batas waktu
pembayarannya adalah 30 hari. Makin panjang waktu pembayaran maka
semakin besar jumlah investasi dalam piutang.
3. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal
atau Plafond bagi kredit yang diberikan pada pelanggannya. Makin tinggi
Plafond yang diberikan bagi masing – masing langganan berarti makin besar
yang diberikan kredit akan memperkecil jumlah investasi dalam piutang.
Dengan demikian, pembatasan kredit disini dapat bersifat kuantitatif maupun
kualitatif.
4. Kebijaksanaan Dalam Pengumpulan Piutang
Kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang dapat dilakukan secara
aktif atau pasif oleh perusahaan. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan
secara aktif pada pengumpulan piutangnya membutuhkan pengeluaran dana
yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang tersebut,
tetapi sekaligus memperkecil resiko tidak tertagihnya piutang.
Diharapkan juga agar langganan akan menyetor pembayaran hutang
tepat pada waktunya dan jangan diberikan menunggu pembayaran sampai
lewat waktu.
Kebijaksanaan ini antara lain :
a) Memungut secara langsung
b) Memperingati dengan mengirim surat pada langganan
5. Kebiasaan Membayar Dari Para Langganan
Sebagian dari para langganan mempunyai kebiasaan dengan
membayar dengan menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount, dan
Perbedaan dari cara pembayaran ini tergantung dari penilaian dan
keinginan pelanggan itu sendiri, mana yang lebih disenangi dan
menguntungkan diantara kedua alternatif tersebut apakah dengan
mendapatkan cash discount atau tidak sama sekali.
Kebiasaan pelanggan dalam membayar pada cash discount period atau
sesudahnya akan mempunyai pengaruh terhadap besarnya investasi dalam
piutang. Apabila sebagian besar langganan membayar dalam waktu discount
period, maka dana yang tertanam dalam piutang akan lebih cepat bebas atau
kembali, ini berarti akan memperkecil investasi dalam piutang.
D. PENGAWASAN PIUTANG
Pengawasan adalah salah satu fungsi manajemen yang mengadakan
penilaian sekaligus pengoreksian terhadap aktivitas yang sedang berlangsung
untuk diarahkan pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Pengawasan piutang merupakan hal yang cukup penting, karena bila tidak
dilakukan pengawasan maka dapat menimbulkan resiko yang tidak
diharapkan. Guna menghindari atau memperkecil resiko yang mungkin
timbul, maka diperlukan pengawasan terhadap piutang. Pengawasan piutang
1. Pengawasan Terhadap Pemberian Kredit
Pengawasan terhadap pemberian piutang bertujuan supaya setiap yang
mendapatkan kredit telah memenuhi syarat pemberian kredit yang telah
ditetapkan. Syarat pemberian kredit yang dilakukan perusahaan pada
umumnya menggunakan criteria 5C. Dengan adanya pengawasan terhadap
pemberian kredit, resiko yang timbul karena kesalahan pemberian piutang
dapat dicegah.
Pembeli yang datang ke perusahaan yang inginn melakukan pembelian
terutama secara kredit maka perusahaan akan melakukan pengawasan kredit
dengan memperhatikan kriteria 5 (lima) C seperti yang dikatakan Arthur J
Keown, David F. Scott Jr, John Day. Martin, J. William Petty yaitu karakter,
kemampuan, capital, kolateral, kondisi. Namun perusahaan tidak terlalu
memperhatikan pengawasn kredit apabila pembeli adalah orang yang telah
dipercaya sebelumnya atau merupakan pelanggan tetap dari perusahaan (
Arthur J. Keown, David F Scott Jr, John D. Martin, J. William Petty,
Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Jakarta, Buku Dua, Salemba Empat, 2000, hal
75).
2. Pengawasan Penagihan
Menurut Munawir dalam bukunya praktikum manajemen keuangan,
piutang yang berisikan informasi mengenai nama pelanggan, tanggal
penjualan, syarat pembayaran, tanggal dan jumlah pelunasan piutang.
Berdasarkan informasi tersebut kita dapat melakukan pengawasan penagihan
piutang (Munawir S, Analisa Laporan Keuangan, Yogyakarta, Penerbit
Liberty, 2002, hal 25).
Kebijaksanaan pengawasan penagihan atau pengumpulan piutang
merupakan usaha yang dilakukan oleh perusahaan dalam usaha
mengumpulkan semua piutang atas penjualan yang telah terjadi. Menurut
Syahyunan sejumlah teknik penagihan piutang yang biasanya dilakukan oleh
perusahaan bilamana waktu yang ditentukan telah jatuh tempo, diantaranya
adalah ( Syahyunan, Manajemen Keuangan 1, Medan, USU PRESS, Edisi
Pertama, 2004, hal 66) :
a) Melalui Surat
Bilamana waktu pembayaran hutang dari pelanggan sudah lewat dari
beberapa hari tetapi belum juga dilakukan pembayaran, maka perusahaan
dapat mengirimkan surat dengan nada “mengingatkan” atau menegur
langganan yang belum membayar. Apabila hutang tersebut belum juga
dibayar setelah surat peringatan dikirimkan, maka dapat dikirimkan surat
b) Melalui Telepon
Apabila telah dikirimkan surat teguran ternyata hutang – hutang tersebut
belum juga dibayar, maka bagian kredit dapat menelepon langganan dan
secara pribadi dapat memintanya untuk melakukan pembayaran. Bila dari
hasil pembicaraan tersebut ternyata langganan memiliki alasan yang dapat
diterima, maka mungkin perusahaan dapat memberikan perpanjangan sampai
jangka waktu tertentu.
c) Kunjungan Personal
Teknik penagihan piutang melalui kunjungan personal atau pribadi ketempat
langganan sering kali dilakukan karena dirasakan lebih efektif dalam usaha
penagihan piutang.
d) Tindakan Yuridis
Bila mana langganan tidak mau membayar hutang – hutangnya maka
perusahaan dapat menggunakan tindakan hukum dengan mengajukan gugatan
perdata melalui pengadilan.
Dengan menggunakan beberapa cara penagihan piutang tersebut,
perusahaan mengharapkan hasil pelunasan piutang oleh para pelanggan. Hasil
dari penagihan ini akan menunjukkan berhasil atau tidaknya bagian penagihan
dalam melaksanakan tugasnya.
Teknik yang biasanya digunakan CV. Apotik Medan Baru Medan
yang belum juga melunasi kewajibannya sampai pada batas waktu yang
ditetapkan adalah dengan mengirimkan surat teguran dimana isinya sekedar
mengingatkan pelanggan bahwa pembayaran piutang yang harus dilakukan
telah sampai pada waktunya. Surat teguran tersebut akan dikirim seminggu
sebelum batas waktu pembayaran tiap angsuran berakhir. Apabila surat
teguran belum juga ditanggapi oleh pelanggan maka bagian pengumpulan
piutang akan mencoba menghubungi secara langsung pelanggan tersebut. Jika
upaya penagihan dengan menghubungi langsung pelanggan melalui telepon
belum juga berhasil dan pelanggan belum juga membayarkan hutangnya maka
bagian penagihan akan mengadakan kunjungan pribadi kepada pelanggan.
Dan apabila pelanggan tidak dapat memberikan alasan yang jelas dan tidak
sanggup membayar angsuran atas hutangnya, maka pihak perusahaan akan
menyita dan menahan bukti kepemilikan atas bangunan atau barang-barang
perusahaan tersebut. Perusahaan akan memberikan peringatan bahwa bukti
kepemilikan tidak akan diserahkan sampai semua angsuran hutang pelanggan
dapat dipenuhi, dan perusahaan akan memberikan batas waktu tertentu kepada
pelanggan untuk membayar angsuran yang telah jatuh tempo sebelum
perusahaan benar – benar meminta kembali bangunan tersebut apabila
pelanggan belum juga membayar angsurannya hingga waktu atau toleransi
oleh perusahaaan maka angsuran yang sebelumnya telah dilunasi oleh
pelanggan tidak akan dikembalikan oleh sepenuhnya.
3. Pengawasan Interen
Menurut Mulyadi dalam bukunya sistem akuntansi pengawasan intern
terdiri dari ( Mulyadi, Prinsip Manajemen Keuangan, Jakarta, Penerbit
Tiga Serangkai, Edisi Pertama, 2003, hal 311) :
1) Organisasi
Perencanaan organisasi harus didasarkan pada unsur pokok sistem
pengendalian interen sebagai berikut :
a. Dalam organisasi harus harus dipisahkan 3 fungsi pokok, yaitu fungsi
akuntansi, fungsi penyimpanan, dan fungsi operasi.
b. Tidak ada satu pun transaksi yang dilaksanakan mulai dari awal sampai akhir dilakukan oleh satu orang, melainkan dilakukan oleh
beberapa orang dengan fungsi yang jelas. Hal ini dilakukan agar
adanya pengecekan interen dalam pelaksanaan, sehingga terjamin
keamanannya dan data akuntansi terjamin ketelitiannya.
2) Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan
Dengan adanya sistem otoritas dan prosedur yang baik, maka terlihat batas –
dagang, maka sistem otoritas dan prosedur pencatatan dirancang sebagai
berikut :
a. Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan
menggunakan formulir surat order pengiriman.
b. Persetujuan pembelian kredit diberikan oleh fungsi pemberian otorisasi kredit
dengan membutuhkan tanda tangan kredit copy yang merupakan tembusan
surat order pengiriman.
c. Pengiriman barang pada pelanggan diotorisasi oleh fungsi pengiriman barang,
dilakukan dengan cara menandatangani dan membutuhkan copy surat order
pengiriman.
Pengawasan intern yang dilakukan CV. Apotik Medan Baru Medan dimulai
dari pelanggan yang ingin melakukan pembayaran secara kredit. Adapun prosedur
penjualan secara kredit pada CV. Apotik Medan Baru Medan :
a. Pelanggan mengajukan permohonan kredit kepada perusahaan. Pimpinan akan
melakukan penyeleksian kepada pembeli yang akan membeli secara kredit.
b. Pelanggan kemudian akan mengisi formulir permohonan pembelian secara
kredit yang diberikan oleh perusahaan yang berisikan nama pembeli, alamat
rumah (tempat tinggal) pembeli, nomor telepon rumah, pekerjaan/profesi,
jenis usaha, alamat kantor, nomor telepon kantor, bila pelanggan adalah suatu
badan atau organisasi, dan lainnya. Setelah selesai dalam pengisian, pemohon
perusahaan seperti halnya rekening koran tiga bulan terakhir, giro, nomor
pokok wajib pajak, KTP suami-istri, rekening listrik dan telepon. Dari
beberapa syarat tersebut pimpinan akan menentukan apakah calon pelanggan
tersebut layak untuk mendapatkan pembelian atau obat-obatan secara kredit
atau tidak.
c. Setelah pemohon kredit disetujui, maka pelanggan beserta pimpinan
perusahaan akan melakukan penandatangan surat perjanjian jual-beli yang
berisikan tentang perjanjian tentang barang tersebut, seperti garansi,
fitur-fitur, dan lain sebagainya.
d. Formulir dan data dari pelanggan akan diserahkan kepada bagian keuangan
untuk dihitung berapa jumlah angsuran dan uang muka yang akan dibayarkan
oleh pelanggan sesuai dengan perjanjian. Kemudian dibuat faktur atas
transaksi penjualan kredit dan kemudian semua data pelanggan dan hasil
transaksi diserahkan kepada bagian pembukuan untuk dibukukan.
3) Praktek yang sehat
Pembagian tanggung jawab fungsional dalam sistem wewenang dan prosedur
pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak
tercipta cara untuk menjamin praktek yang sehat dalam pelaksanaannya.
a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak.
Untuk menciptakan praktek yang sehat, formulir yang dianggap
penggunaan nomor urut tersebut dipertanggungjawabkan oleh manajer
yang memiliki wewenang untuk menggunakan formulir tersebut.
b. Pemasok dipilih berdasarkan jawaban penawaran bersaing dari
berbagai pemasok. Pemasok yang dipilih dari tidak berdasarkan
hubungan istimewa dan pribadi, namun berdasarkan perbandingan
penawaran harga bersaing yang diterima dari berbagai pemasok.
c. Barang hanya diperiksa dan diterima oleh fungsi penerimaan, jika
fungsi ini telah menerima tembusan surat order pembelian dari fungsi
pembelian.
d. Fungsi penerimaan melakukan pemeriksaan barang yang diterima dari
pemasok dengan cara menghitung dan menginspeksi barang tersebut
dan membandingkan barang tembusan surat order pembelian.
e. Terdapat pengecekan barang, syarat pembelian dan ketelitian melihat
faktur dari pemasok sebelum faktur tersebut belum diproses untuk
dibayar.
f. Catatan yang berfungsi sebagai buku pembantu uang sebagai periodik
direkonsiliasi dengan rekening control utang dan buku besar.
g. Pembayaran faktur disesuaikan dengan syarat pembayaran guna
E. RESIKO YANG MUNGKIN TERJADI DALAM PIUTANG
Perusahaan melakukan metode penjualan secara kredit memiliki tujuan yaitu
memperoleh keuntungan. Keuntungan yang diharapkan dapat berupa peningkatan
dari penjualan serta dapat meningkatkan laba perusahaan. Selain itu penjualan secara
kredit dapat juga dilakukan untuk merebut hati pembeli guna memenangkan
persaingan diantara pengusaha atau pesaing lain.
Selain dari keuntungan, perusahaan juga harus memikirkan resiko yang
mungkin terjadi, karena di dalam penjualan kredit banyak kemungkinan diluar
dugaan yang akan terjadi.
Kemungkinan resiko yang akan terjadi di dalam piutang menurut Horne Van C.
James, John M. Wachowicz. Jr adalah (Horne Van C. James, John M. Wachowicz. Jr,
Prinsip-Prinsip Manajemen, Jakarta, Salemba Empat, Buku Satu, Edisi Kesembilan,
2001, hal 38) :
1. Resiko tidak di bayar seluruh piutang.
Tidak dibayar seluruh piutang adalah merupakan resiko yang paling
merugikan dan sangat tidak diharapkan oleh perusahaan. Karena seluruh biaya
dan harga pokok yang dikeluarkan untuk suatu produk baik jasa maupun
barang tidak dapat kembali dalam perusahaan. Hal ini tentunya akan
mengurangi modal pada perusahaan, dan dapat menimbulkan kebangkrutan
Hal ini dapat saja terjadi karena adanya kelalaian yang dilakukan perusahaan
dalam melakukan pemilihan atau penerimaan calon pembeli. Dalam hal ini
dibutuhkan ketelitian dan kejelian dalam memilih calon pembeli.
2. Resiko tidak dibayarnya sebagai piutang
Resiko ini merupakan resiko yang cukup merugikan perusahaan setelah resiko
yang merugikan tidak dapat dibayar secara keseluruhan dari piutang. Hal ini
tidak sepenuhnya kesalahan perusahaan, dimana pada awalnya perusahaan
memang sudah tepat meneliti dan melihat karakteristik dari calon pelanggan.
Dimana pada awalnya pelanggan atau pembeli terlihat sanggup untuk
melunasi hutangnya dan sangat mungkin untuk menyelesaikan semua
pembayaran utangnya. Tetapi segala kemungkinan dapat terjadi, dimana
pelanggan dapat mengalami kerugian atau kesulitan dalam keuangan sehingga
BAB III
ANALISIS DAN EVALUASI
Usaha yang dibangun pada tanggal 1 April 1965 yang diberi nama CV.
Apotik Medan Baru Medan ini pada awal beroperasi hanya berpusat pada satu
kegiatan saja. Perusahaan ini berkonsentrasi pada sektor penjualan obat-obatan umum
dan khusus. Seiring dengan berjalannya waktu dan tuntutan akan permintaan,
perusahaan ini mulai mencoba mengembangkan usahanya. Karena sektor ini
dianggap menjanjikan keuntungan yang cukup memuaskan dan memiliki masa depan
yang cukup baik.
Dikarenakan krisis moneter yang dialami di Indonesia maka perusahaan ini
sempat merasa kesulitan dalam menjalankan usahanya di bidang obat-obatan. Hal ini
juga yang menyebabkan perusahaan ini mencoba usaha dalam sektor lainnya seperti
bekerja sama dengan pusat kesehatan masyarakat setempat. Melihat situasi yang tidak
menentu yang mengakibatkan kelesuan di dalam perusahaan, maka pemilik
perusahaan ini mengambil alih langsung perusahaan dan menjabat sebagai Managing
Director kemudian merubah struktur dari organisasi ini dan mengganti beberapa
karyawannya.
CV. Apotik Medan Baru Medan ini juga pernah mengadakan kerjasama
dengan pemerintah daerah. Salah satu kerjasamanya adalah dengan Bank Indonesia,
kerjasama dilakukan dalam pembelian obat-obatan pegawai Bank Indonesia melalui
Struktur organisasi perusahaan CV.Apotik Medan Baru Medan berbentuk
baris, struktur organisasi ini dibuat sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
Managing Director sebagai pimpinan perusahaan memegang langsung seluruh
kendali atas perusahaan. Semua pengendalian, perencanaan dan pengambil keputusan
ditangani langsung oleh pimpinan. Tugas didelegasikan kepada setiap bagian memilki
peranan yang berbeda, sehingga dapat tercipta suatu spesialisasi pekerjaan, dan
pekerja dapat bekerja sesuai dengan keahliannya ( the rightman on the right place ).
1. Penggolongan Piutang
Berdasarkan penggolongan piutang ada tiga bagian yaitu :
a. Berdasarkan jangka waktu pembayaran yang terbagi atas :
1). Piutang jangka panjang
2). Piutang jangka pendek
b. Berdasarkan sumber atau sebab terjadinya piutang yang terdiri :
1). Piutang dagang dan piutang usaha
2). Piutang non dagang atau piutang lain-lain
c. Berdasarkan bentuk perjanjian yaitu :
Berdasarkan analisis dan pengamatan, piutang yang terdapat pada CV.Apotik
Medan Baru Medan terdapat tiga macam yaitu :
a. Piutang jangka panjang yang diperoleh dari dari hasil usaha atau kegiatan
utama perusahaan yaitu dalam bidang penjualan obat-obatan tertentu,
pembayaran yang dilakukan secara kredit pada umumnya memerlukan waktu
pelunasan yang lebih dari satu tahun atau dari satu periode akuntansi normal
dari perusahaan tersebut adalah sebesar Rp. 1.099.267.500 pada tahun 2006
dan Rp. 1.052.665.000 pada tahun 2007.
b. Piutang jangka pendek dimana piutang ini terjadi karena aktifitas kegiatan
lainnya dari perusahaan yaitu kegiatan yang bergerak di sektor dagang umum
yang dilakukan oleh perusahaan seperti halnya penjualan obat-obatan umum
atau barang dagang umum lainnya.
c. Piutang wesel yang merupakan piutang yang diperoleh dari penjualan kredit
yang berskala besar dimana dibutuhkan suatu pernyataan tertulis atau
perjanjian tertulis yang menandakan adanya suatu hubungan jual beli atau
kerjasama yang dilakukan secara kredit.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Investasi Pada Piutang
Penjualan yang dilakukan secara kredit selalu menimbulkan piutang di dalam
perusahaan. Investasi yang dilakukan perusahaan pada piutang tergantung pada
sebelumnya, investasi dalam piutang dapat disebabkan dan dipacu oleh beberapa
faktor, dimana faktor tersebut yang dapat menentukan dari jumlah investasi yang
tertanam pada piutang. Menurut pendapat Bambang Riyanto “ Investasi yang terjadi
pada piutang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti halnya volume penjualan
kredit, syarat pembayaran penjualan kredit, ketentuan tentang pembatasan kredit,
kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang, dan kebiasaan pembayaran dari para
pelanggan ” (Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Negara, Yogyakarta,
Cetakan Pertama, BPFE Yogyakarta, 2001, hal 87)
a. Volume Penjualan Kredit
Faktor ini dapat mempengaruhi investasi yang dilakukan pada perusahaan.
Apabila volume penjualan kredit yang dilakukan dalam skala yang besar
maka secara otomatis investasi pada piutang juga besar. Hal ini juga terjadi
pada CV.Apotik Medan Baru Medan. Volume penjualan yang dilakukan
secara kredit dalam penjualan obat-obatan sangat besar, sehingga
mengakibatkan investasi yang dilakukan oleh CV.Apotik Medan Baru Medan
pada piutangnya juga sangat besar. Hal ini menyebabkan waktu yang
dibutuhkan perusahaan dalam mengembalikan modal yang dikeluarkan dalam
usahanya untuk dapat kembali pada perusahaan membutuhkan waktu yang
cukup lama.
Syarat pembayaran pada penjualan kredit juga menentukan investasi pada
piutang. Apabila syarat yang diterapkan pada perusahaan tidak terlalu ketat
dan tidak terlalu membebani pelanggan, maka pelanggan senantiasa merasa
luas dan leluasa melakukan pembelian secara kredit penjualan dari perusahaan
akan meningkat. Peningkatan penjualan secara kredit inilah yang dapat
meningkatkan investasi perusahaan pada piutang. Syarat pembayaran
penjualan kredit yang diberikan oleh CV.Apotik Medan Baru Medan tidak
terlalu membebani pelanggan, syarat yang diberikan hampir sama dengan
perusahaan lain. Dalam syarat penjualannya CV.Apotik Medan Baru Medan
juga memberikan beberapa keistimewaan. Penukaran obat-obat yang dibeli
apabila tidak habis bisa dikembalikan kepada CV.Apotik Medan Baru Medan.
c. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
Pembatasan kredit sangat perlu dalam menjaga besarnya investasi pada
piutang. Pembatasan kredit yang dilakukan perusahaan dapat mengendalikan
investasi baik dalam penentuan batas kreditnya. Ini terlihat dari jarak antara
jumlah piutang dengan penjualannya yang cukup besar.
d. Kebijaksanaan Dalam Mengumpulkan Piutang
Kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang yang dilakukan CV.Apotik
dimana perusahaan menunggu pelanggan membayar langsung utangnya
kepada perusahaan, karena pada umumnya pelanggan yang dimiliki oleh
CV.Apotik Medan Baru Medan selalu membayar angsuran dari kredit
obat-obatannya tepat pada waktunya. Tetapi ada kalanya perusahaan melakukan
pengumpulan piutang secara aktif guna menghindari resiko tidak
terkumpulnya piutang yang dianggap penting.
e. Kebiasaan Membayar Dari Para Pelanggan
Kebiasaan pelanggan dalam membayar utangnya juga cukup mempengaruhi
jumlah investasi pada piutang. Ada kalanya pelanggan membayar secara cepat
guna mendapat suatu potongan karena masih dalam masa cash discount.
Kebiasaan pelanggan yang membayar utangnya dengan cepat dan tepat pada
waktunya akan mengurangi investasi yang dilakukan perusahaan pada piutang
secara cepat pula. Di lain pihak ada juga kebiasaan dari pelanggan yang
membayar utangnya selalu terlambat dari batas waktu yang ditetapkan, dan
bahkan sengaja diundur-undur dengan berbagai alasan tertentu.
3. Pengawasan Piutang
Pengawasan terhadap piutang penting dilakukan oleh perusahaan yang
terjadi. Pengawasan terhadap pemberian kredit, pengawasan penagihan, dan
pengawasan interen.
a. Pengawasan terhadap pemberian kredit
CV.Apotik Medan Baru Medan melakukan pengawasan terhadap pemberian
kredit dengan menerima langsung pelanggan yang ingin melakukan pembelian,
yang kemudian meneliti dan memperhatikan kriteria dari pelanggan tersebut
dengan menggunakan analisis 5C yaitu character, capacity, capital, collateral,
condition.
Perusahaan mencoba melihat kesanggupan atau kemampuan dari pelanggan
apakah pantas untuk diberi izin melakukan pembelian secara kredit. Bila perlu
perusahaan akan melakukan pantauan langsung ke tempat kerja atau rumah dari
calon pembeli tersebut. Selain itu perusahaan menilai kemampuan pembeli dalam
hal capital, kolateral, dan melihat rekening koran calon pembeli selama tiga bulan
terakhir. Dengan melihat rekening koran calon pembeli, CV. Apotik Medan Baru
Medan dapat melihat seberapa besar perputaran modal calon pembeli dan dapat
melihat kondisi usahanya. Setelah semua data diperoleh dan perusahaan
benar-benar yakin kepada pembeli tersebut baru diberi izin untuk melakukan pembelian
secara kredit.
b. Pengawasan Penagihan
Buku piutang yang berisikan informasi mengenai nama pelanggan, tanggal
merupakan salah satu sumber informasi yang perlu diperhatikan dalam
melakukan pengawasan piutang. Dari buku piutang ini segala informasi
mengenai piutang yang dimiliki oleh perusahaan dapat dilihat.
Pengawasan yang dilakukan oleh CV.Apotik Medan Baru Medan dalam
penagihan piutang dilakukan dengan memperhatikan kartu piutang, perincian
penjualan, dan saldo piutang yang belum tertagih.
Berdasarkan pengamatan dari penulis atas pengawasan penagihan yang terjadi
di CV.Apotik Medan Baru Medan, piutang yang terjadi selama periode 2007
adalah Rp. 1.052.665.000
c. Pengawasan Interen
Pengawasan interen terdiri dari pengawasan organisasi, sistem otorisasi,
prosedur pencatatan, dan praktek yang sehat. Adanya pemisahan dalam fungsi
akuntansi, fungsi penyimpanan, dan fungsi operasi dilakukan agar semua
transaksi yang dilakukan dari awal sampai akhir tidak ditangani oleh hanya satu
orang saja.
Pengawasan interen dalam sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang
terdapat pada CV.Apotik Medan Baru Medan adalah sebagai berikut :
1) Calon pembeli mengajukan permohonan kreditnya, kemudian pimpinan
langsung melakukan penyeleksian terhadap calon pembeli yang mengajukan
permohonan kredit apakah diizinkan melakukan pembelian obat-obatan
2) Kemudian calon pelanggan mengisi formulir permohonan pembelian secara
kredit yang berisi nama, alamat rumah, nomor telepon rumah, pekerjaan, jenis
usaha, alamat kantor (tempat bekerja) dan lain-lain. Setelah itu pemohon
menyerahkan syarat-syarat yang diminta oleh perusahaan seperti rekening
koran tiga bulan terakhir, giro, nomor pokok wajib pajak, KTP suami istri
(bila telah berkeluarga), rekening listrik dan telepon. Dari data tersebut
pimpinan akan melihat apakah calon pembeli tersebut layak untuk diberikan
pembelian secara kredit.
4. Resiko yang mungkin terjadi dalam piutang
Penjualan secara kredit adalah salah satu cara yang dilakukan CV.Apotik
Medan Baru Medan dalam usahanya. Hal ini dilakukan guna memperlancar
penjualan produk yang telah dihasilkannya dan meningkatkan tingkat
penjualan. Tetapi selain meningkatkan penjualan, cara ini juga dapat
menimbulkan resiko. Segala resiko mungkin saja terjadi. Resiko yang sering
dihadapi oleh CV.Apotik Medan Baru Medan dalam kegiatan usahanya secara
kredit adalah :
a. Keterlambatan dalam pelunasan
Hal ini dapat terjadi pelanggan mengalami kesulitan dalam pembayaran,
karena pelanggan mengalami kesulitan keuangan yang tidak diduga
memberikan penjelasan dan alasan yang dapat diterima kepada perusahaan
kemudian meminta toleransi penundaan beberapa waktu kepada
perusahaan. Apabila alasannya dapat diterima maka perusahaan akan
memberikan waktu kepada pelanggan tesebut. Bila ada pelanggan yang
terlambat melakukan pembayaran dan tidak memberikan pemberitahuan,
maka perusahaan akan menghubungi pelanggan tersebut.
b. Piutang tidak tertagih sebagian atau seluruhnya
Resiko ini jarang terjadi pada CV.Apotik Medan Baru Medan. Hal ini
terjadi apabila pelanggan yang sebelumnya membeli dengan kredit
mengalami kebangkrutan dalam usahanya sehingga benar-benar tidak
sanggup melakukan pembayaran atau pelanggan tersebut meninggal
dunia. Bila hal ini terjadi maka perusahaan akan mengambil kebijakan
untuk mengatasi hal ini.
Bila semua resiko tersebut terjadi maka perusahaan akan segera
mengambil keputusan dengan melakukan perundingan menentukan tindakan
yang tepat untuk dilakukan.
Salah satu yang dilakukan oleh perusahaan CV.Apotik Medan Baru
Medan adalah dengan memberikan sangsi bagi pelanggan yang tidak
membayar sisa angsurannya pada saat jatuh tempo berupa pembebanan
administrasi yang dibebankan kepada pelanggan sebagai ganti rugi atas
keterlambatan pembayaran.
CV.Apotik Medan Baru Medan akan melakukan penyitaan terhadap
pelanggan yang tidak dapat membayar lagi sisa utangnya baik itu karena
tidak sanggup atau hal lainnya. Apabila penyitaan telah dilakukan maka
seluruh pembayaran angsuran yang telah dilunasi tidak akan dikembalikan
NERACA
CV. APOTIK MEDAN BARU
Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2006 (dalam rupiah)
Total Aktiva Lancar 3.664.570.300
Aktiva Tetap:
Total Aktiva Tetap 2.009.480.000
Jumlah Aktiva 5.674.050.300
Total Hutang Lancar 711.141.191
Modal :
Sumber : CV.Apotik Medan Baru
cc : File,-
NERACA
CV. APOTIK MEDAN BARU
Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2007 (dalam rupiah)
Total Aktiva Lancar 4.781.561.000
Aktiva Tetap:
Total Aktiva Tetap 2.285.000.000
Jumlah Aktiva 7.066.561.000
Total Hutang Lancar 691.195.000
Modal :
Sumber : CV. Apotik Medan Baru
(Rasta Br Taringan) Pimpinan
CV. Apotik Medan Baru Laporan Laba/Rugi Tahun 2006
KETERANGAN
Laba Bersih Rp.1.292.400.000
(Rasta Br Taringan) Pimpinan
CV. Apotik Medan Baru Laporan Laba/Rugi Tahun 2007
KETERANGAN
Laba Bersih Rp.1.330.200.000
(Rasta Br Taringan) Pimpinan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan mengenai manajemen piutang
pada CV.Apotik Medan Baru Medan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
kebijakan yang dilakukan CV.Apotik Medan Baru Medan dalam manajemen
piutangnya dan usahanya dalam menanggulangi resiko adalah :
1. CV.Apotik Medan Baru Medan menggunakan tehnik analisis 5C (character,
capacity, capital, collateral, condition) dalam menentukan kelayakan calon
pelanggannya.
2. CV.Apotik Medan Baru Medan mengumpulkan data pribadi pelanggan
sebagai perbandingan dan acuan untuk menerima permohonan kredit
pelanggan.
3. CV.Apotik Medan Baru Medan melakukan hubungan kepada pelanggan
melalui surat, telepon dan kunjungan langsung apabila pelanggan tidak
membayar angsuran yang telah jatuh tempo.
4. Sangsi dan denda akan diberikan kepada pelanggan yang terlambat
5. CV.Apotik Medan Baru Medan akan melakukan penyitaan kepada pelanggan
yang tidak membayar lagi utangnya.
6. Toleransi atau perpanjangan batas waktu masih dapat diberikan perusahaan
kepada pelanggan yang tidak membayar angsuran pada saat piutang jatuh
tempo atau kepada pelanggan yang tidak dapat membayar utangnya bukan
karena tidak mau membayar sampai pada batas waktu yang ditentukan.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan dan analisa yang dilakukan, penulis mencoba
memberikan saran-saran diantaranya adalah :
1. CV.Apotik Medan Baru Medan hendaknya lebih memperketat penyeleksian
calon pembeli obat-obatan, agar segala resiko yang sudah terjadi dapat lebih
diminimalkan atau dikurangi.
2. Tindakan yang diambil dalam mengatasi resiko yang terjadi sudah cukup
bagus dan harus dipertahankan, bila perlu mencari solusi atau kebijakan baru
DAFTAR PUSTAKA
Arthur J. Keown, David F. Scott Jr, John D. Martin, J. William Petty. 2000.
Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku Dua, Salemba Empat, Jakarta.
Faisal, Abdullah , 2001. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, UMM Press, Malang.
Husein, Umar. 2002. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Cetakan ketiga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Syamsuddin, Lukman. 1998. Manajemen Keuangan Perusahaan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
James C. Van Horne, John M. Wachowicz. JR. 2001. Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan, Buku Satu, Edisi Kesembilan, Salemba Empat, Jakarta.
Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Revisi, Cetakan Pertama, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Mulyadi, 2003. Prinsip Manajemen Keuangan, Buku Satu, Edisi Pertama, Penerbit Tiga Serangkai, Jakarta.
Riyanto, Bambang,2001 Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Empat, Cetakan Pertama, BPFE-YOGYAKARTA, Yogyakarta.
Syahyunan, 2004. Manajemen Keuangan I, Cetakan I, Edisi Pertama USU PRESS, MEDAN.