• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Neurologis Pada Penggunaan Heroin (Putauw)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efek Neurologis Pada Penggunaan Heroin (Putauw)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK N EUROLOGI S PAD A PEN GGUN AAN H EROI N ( PUTAUW )

D r I SKAN D AR JAPARD I

Fa k u lt a s Ke dok t e r a n Ba gia n Be da h

Un ive r sit a s Su m a t e r a Ut a r a

I . PEN D AH ULUAN

Heroin di I ndonesia dikenal dengan nam a yang sam a. Pada kadar yang lebih rendah dikenal dengan sebut an put auw . Heroin didapat kan dari pengeringan am pas bunga opium yang m em punyai kandungan m orfin dan kodein yang m erupakan penghilang rasa nyeri yang efekt if dan banyak digunakan unt uk pengobat an dalam obat bat uk dan obat diare.

Heroin sedikit nya sudah dikenal oleh m anusia sej ak 6000 t ahun lalu, dan dikenal berasal dari pohon kebahagiaan. Pada abad ke- 7 at au ke- 8, diduga pedagang Arab m em baw anya ke Cina dan digunakan sebagai bahan pengobat an. Set elah it u, orang- orang I nggris dan Port ugis m em asok Cina dengan opium dan m enem pat kan I nggris sebagai heroin t erbesar di dunia.

Baru pada t ahun 1874 orang m em buat heroin dan pohon opium . Ket ika it u, heroin dij ual sebagai penggant i m orfin yang am an dan t idak m enim bulkan kecanduan. Nam un akhirnya disadari bahw a heroin j uga m enyebabkan ket ergant ungan yang t inggi, kem udian di I nggris dilarang pada t ahun 1920 dengan undang- undang, Dangerous Drug Act .

Penggunaan heroin m ulai m eningkat sej ak aw al 1990 dan m engalam i boom ing sej ak 1996. Menurut Nat ional Household Survey on drug abuse di USA t ahun 1996 sebanyak 2,4 j ut a orang pernah m enggunakan heroin. Di I ndonesia j um lah penderit a narkot ika t ahun 1995 adalah 130.000 orang ( 0,065% ) . Para pem akai narkot i ini kebanyakan anak- anak m uda berusia < 26 t ahun. Angka kem at ian akibat penggunaan heroin di I ndonesia m encapai 17,6% .

Heroin ( diaset ilm orfin) t erm asuk golongan opioid agonis dan m erupakan derivat m orfin yang t erbuat dari m orfin yang m engalam i aset ilasi pada gugus hidroksil pada ikat an C3 dan C6.

(2)

I I . FARM AKOKI N ETI K

Absor psi

Heroin diabsorpi dengan baik disubkut aneus, int ram uskular dan perm ukaan m ukosa hidung at au m ulut .

D ist r ibu si

Heroin dengan cepat m asuk kedalam darah dan m enuj u ke dalam j aringan. Konsent rasi heroin t inggi di paru- paru, hepar, ginj al dan lim pa, sedangkan di dalam ot ot skelet konsent rasinya rendah. Konsent rasi di dalam ot ak relat if rendah dibandingkan organ lainnya akibat saw ar darah ot ak.

Heroin m enem bus saw ar darah ot ak lebih m udah dan cepat dibandingkan dengan m orfin at au golongan opioid lainnya

M e t a bolism e

Heroin didalam ot ak cepat m engalam i hidrolisa m enj adi m onoaset ilm orfin dan akhirnya m enj adi m orfin, kem udian m engalam i konj ugasi dengan asam glukuronik m enaj di m orfin 6- glukoronid yang berefek analgesik lebih kuat dibandingkan m orfin sendiri.

Akum ulasi obat t erj adi pada pasien gagal ginj al.

Ek sk r e si

Heroin / m orfin t erut am a diekst resi m elalui urine ( ginj al) . 90% diekskresikan dalam 24 j am pert am a, m eskipun m asih dapat dit em ukan dalam urine 48 j am heroin didalam t ubuh diubah m enj adi m orfin dan diekskresikan sebagai m orfin.

I I I . FARM AKOD I N AM I K

M e k a n ism e k e r j a

Opioid agonis m enim bulkan analgesia akibat berikat an dengan resept or spesifik yang berlokasi di ot ak dan m edula spinalis, sehingga m em pengaruhi t ransm isi dan m odulasi nyeri. Terdapat 3 j enis resept or yang spesifik, yait u resept or µ ( m u) , δ ( delt a) dan κ ( kappa) . Di dalam ot ak t erdapat t iga j enis endogeneus pept ide yang akt ivit asnya sepert i opiat , yit u enkephalin yang berikat an dengan resept or δ, β endorfin dengan resept or µ dandynorpin dengan respt or κ. Resept or µ m erupakan resept or unt uk m orfin ( heroin) . Ket iga j enis resept or ini berhubungan dengan prot ein G dan berpasangan dengan adenilsiklase m enyebabkan penurunan form asi siklik AMP sehingga akt ivit as pelepasan neurot ransm it t er t erham bat .

Efe k in h ibisi opia t da la m pe le pa sa n n e u r ot r a n sm it t e r

Pe le pa sa n n or a dr e n a lin

(3)

Pe le pa sa n a se t ik olin

I nhibisi pelepasan aset ikolin t erj adi didaerah st riat um oleh resept or delt ha, didaerah am igdala dan hipokam pus oleh resept or µ.

Pelepasan dopam in

Pelepasan dopam in diinhibisi oleh akt ifit as resept or kappa

Te m pa t Ke r j a

Ada dua t em pat kerj a obat opiat yang ut am a, yait u susunan saraf pusat dan visceral. Di dalam susunan saraf pusat opiat berefek di beberapa daerah t erm asuk kort eks, hipokam pus, t halam us, hipot halam us, nigrost riat al, sist em m esolim bik, locus coreleus, daerah periakuadukt al, m edula oblongat a dan m edula spinalis. Di dalam sist em saraf visceral, opiat bekerj a pada pleksus m yent erikus dan pleksus subm ukous yang m enyebabkan efek konst ipasi.

Efe k k e sist e m or ga n la in n ya

Su su n a n sa r a f pu sa t 1 . An a lge sia

Kh a sia t a n a lge t ik dida sa r k a n a t a s 3 fa k t or : a. m eningkat kan am bang rangsang nyeri

b. m em pengaruhi em osi, dalam art i bahw a m orfin dapat m engubah reaksi yang t im bul m enyert ai rasa nyeri pada w akt u penderit a m erasakan rasa nyeri. Set elah pem berian obat penderit a m asih t et ap m erasakan ( m enyadari) adanya nyeri, t et api reaksi khaw at ir t akut t idaklagi t im bul. Efek obat ini relat if lebih besar m em pengaruhi kom ponen efekt if ( em osional) dibandingkan sensorik

c. Mem udahkan t im bulnya t idur 2 . Efor ia

Pem berian m orfin pada penderit a yang m engalam i nyeri, akan m enim bulkan perasaan eforia dim ana penderit a akan m engalam i perasaan nyam an t erbebas dari rasa cem as. Sebaliknya pada dosis yang sam a besar bila diberikan kepada orang norm al yang t idak m engalam i nyeri, sering m enim bulkan disforia berupa perasaan kuat ir disert ai m ual, m unt ah, apat i, akt ivit as fisik berkurang dan ekst rim it as t erasa berat .

3 . Se da si

Pem berian m orfin dapat m enim bulkan efek m engant uk dan let hargi. Kom binasi m orfin dengan obat yang berefek depresi sent ral sepert i hipnot ik sedat if akan m enyebabkan t idur yang sangat dalam

4 . Pe r n a fa sa n

Pem berian m orfin dapat m enim bulkan depresi pernafasan, yang disebabkan oleh inhibisi langsung pada pusat respirasi di bat ang ot ak. Depresi pernafasan biasanya t erj adi dalam 7 m enit set elah ij eksi int ravena at au 30 m enit set elah inj eksi subkut an at au int ram uskular. Respirasi kem bali ke norm al dalam 2- 3 j am

5 . Pu pil

Pem berian m orfin secara sist em ik dapat m enim bulkan m iosis. Miosis t erj adi akibat st im ulasi pada nukleus Edinger West phal N. I I I

6 . M u a l da n m u n t a h

(4)

Efe k pe r ife r

1 . Sa lu r a n ce r n a

o Pada lam bung akan m engham bat sekresi asam lam bung, m ort ilit as lam bung berkurang, t et api t onus bagian ant rum m eninggi.

o Pada usus beasr akan m engurangi gerakan perist alt ik, sehingga dapat m enim bulkan konst ipasi

2 . Sist e m k a r diova sk u la r

Tidak m em punyai efek yang signifikan t erhadap t ekanan darah, frekuensi m aupun iram a j ant ung. Perubahan yang t am pak hanya bersifat sekunder t erhadap berkurangnya akt ivit as badan dan keadaan t idur, Hipot ensi disebabkan dilat asi art eri perifer dan vena akibat m ekanism e depresi sent ral oleh m ekanism e st abilit asi vasom ot or dan pelepasan hist am in

3 . Ku lit

Mengakibat kan pelebaran pem buluh darah kulit , sehingga kulit t am pak m erah dan t erasa panas. Seringkali t erj adi pem bent ukan keringat , kem ungkinan disebabkan oleh bert am bahnya peredaran darah di kulit akibat efek sent ral danpelepasan hist am in

4 . Tr a k t u s u r in a r iu s

Tonus uret er dan vesika urinaria m eningkat , t onus ot ot sphinkt er m eningkat ,sehingga dapat m enim bulkan ret ensi urine.

I V. JEN I S H EROI N

Je n is h e r oin ya n g se r in g dipe r da ga n gk a n a da la h :

1 . Bu bu k pu t ih

Diperj ualbelikan dalam kant ung- kant ung yang t elah dikem as secara khusus dengan ukuran 3x1,5 cm , berisi 100 m g bubuk dengan kadar heroin berkisar ant ara 1- 10% . Pada saat ini kadar heroin dalam bubuk cenderung m eingkat , rat a- rat a berkisar 35% . Biasanya bubuk t ersebut dicam pur dengan gula, susu bubuk at au kanj i. Banyak diperj ualbelikan di daerah Asia.

2 . Bu bu k cok la t

Bent uk, kem asan dan kadar heroin m irip dengan bubuk put ih, hanya w arnanya yang coklat . Banyak didapat kan di daerah Mexico

3 . Bla ck Ta r

(5)

V. CARA PEN GGUN AAN

1 . I n j e k si

I nj eksi secara int ravena, subkut an at au int ra m uskular

I nj eksi lebih prakt is dan efisien unt uk heroin kadar rendah. I nj eksi secara int ravena dapat m enim bulkan efek eforia dalam 7- 8 det ik,sedangkan secara int ra m uskuler efeknya lebih lam bat yait u 5- 8 m enit .

Ke r u gia n in j e k si:

- Dapat m enyebabkan sept ikem i daninf lain

- Dapat m enyebabkan hepat it is at au HI V

- I nj eksi nerulang dapat m erusak vena, m enyebabkan t rom bosis dan

abses 2 . D ih ir u p

Bubuk heroin dit aruh di alum inium foil dan dipanaskan diat as api, kem udian asapnya dihirup m elalui hidung. Efek puncak dengan penggunaan secara dihirup/ dihisap biasanya dirasakan dalam 10- 15 m enit

3 . D ih isa p m e la lu i pipa a t a u se ba ga i lin t in ga n r ok ok

Penggunaan heroin dengan kadar t inggi biasanya dengan cara dihirup at au dihisap. Penggunaan heroin secara dihisap at au dihirup ( chasing t he dragon) saat ini m eningkat unt uk m enghindarkan efek yang t erj adi akibat penyunt ikan. Penggunaan secara dihisap lebih am an dibandingkan dihirup, oleh karena m asuk ke dalam t ubuh secara bert ahap sehingga lebih m udah dikont rol.

Efe k ya n g t im bu l a k iba t pe n ggu n a a n h e r oin

Menurut nat ional I nst it ut e Drug Abuse ( NI DA) , dibagi m enj adi efek segera ( short t erm ) dan efek j angka panj ang ( long t erm )

Efe k se ge r a ( sh or t t e r m ) Efe k j a n gk a pa n j a n g ( lon g t e r m )

o Gelisah

o Depresi pernafasan

o Fungsi m ent al berkabut

o Mual dan m unt ah

o Menekan nyeri

o Abort us spont an

o Addiksi

o HI V, hepat it is

o Kolaps vena

o I nfeksi bakt eri

o Penyakit paru ( pneum onia, TBC)

o I nfeksi j ant ung dan kat upnya

Pe n ga r u h h e r oin t e r h a da p w a n it a h a m il:

o Menim bulkan kom plikasi serius, abort us spont an, lahir prem at ur

o Bayi yang lahir dari ibu pecandu narkot ik m em iliki resiko t inggi unt uk t erj adinya SI DS ( Sudden I nfant Deat h Syndrom e)

o Bayi yang lahir dari ibu pecandu narkot ik dapat m engalam i gej ala w it h draw l dalam 24- 36 j am set elah lahir. Gej alanya bayi t am bah gelisah, agit asi, sering m enguap, bersin dan m enangis, gem et ar, m unt ah, diare dan pada beberapa kasus t erj adi kej ang um um

Kom plik a si n e u r ologis ya n g da pa t t e r j a di a k iba t pe n ggu n a a n h e r oin : o Edem a serebri

o Myelit is

o Post anoxia encephalopat hy

(6)

VI . TOKSI SI TAS D AN EFEK LAI N YAN G TI D AK D I I N GI N KAN D ARI PEM AKAI H EROI N

I n t ok sik a si a k u t ( ove r dosis)

Dosis t oksik, 500 m g unt uk bukan pecandu dan 1800 m g unt uk pecandu narkot ik. Gej ala overdosis biasanya t im bul beberapa saat set elah pem berian obat .

Ge j a la in t ok sik a si a k u t ( ove r dosis) : o Kesadaran m enurun, sopor - kom a

o Depresi pernafasan, frekuensi pernafasan rendah 2- 4 kali sem enit , dan pernafasan m ungkin bersifat Cheyene st okes

o Pupil kecil ( pin poiny pupil) , sim et ris dan reakt if

o Tam pak sianot ik, kulit m uka kem erahan secara t idak m erat a

o Tekanan darah pada aw alnya baik, t et api dapat m enj adi hipot ensi apabila pernafasan m em buruk dant erj adi syok

o Suhu badan rendah ( hipot erm ia) dan kulit t erasa dingin

o Bradikardi

o Edem a paru

o Kej ang

Kem at ian biasanya disebabkan oleh depresi pernafasan. Angka kem at ian m eningkat bila pecandu narkot ik m enggabungkannya dengan obat - obat an yang m enim bulkan reaksi silang sepert i alkohol, t ranquilizer.

- Angka kem at ian heroin + alkohol 40 %

- Angka kem at ian heroin + t ranquilizer 30 %

I n fe k si Kr on is

Addik si h e r oin m e n u n j u k k a n be r ba ga i se gi:

1. Habit uasi, yait u perubahan psikis em osional sehingga penderit a ket agihan akan obat t ersebut .

2. Ket ergant ungan fisik, yait u kebut uhan akan obat t ersebut oleh karena faal dan biokim ia badan t idak dapat berfungsi lagi t anpa obat t ersebut

3. Toleransi, yait u m eningkat nya kebut uhan obat t ersebut unt uk m endapat efek yang sam a. Walaupun t oleransi t im bul pada saat pert am a penggunaan opioid, t et api m anifes set elah 2- 3 m inggu penggunaan opioid dosis t erapi. Toleransi akan t erj adi lebih cepat bila diberikan dalam dosis t inggi dan int erval pem berian yang singkat . Toleransi silang m erupakan karakt erist ik opioid yang pent ing, dim ana bila penderit a t elah t oleran dengan m orfin, dia j uga akan t oleran t erhadap opioid agonis lainnya, sepert i m et adon, m eperidin dan sebagainya.

M e k a n ism e t e r j a din ya t ole r a n si da n k e t e r ga n t u n ga n oba t

Mekanism e secara past i belum diket ahui, kem ungkinan oleh adapt asi seluler yang m enyebabkan perubahan akt ivit as enzym , pelepasan biogenic am in t ert ent u at au beberapa respon im m un.

Nukleus locus ceruleus diduga bert anggung j aw ab dalam m enim bulkan gej ala w it hdraw l. Nukleus ini kaya akan t em pat resept or opioid, alpha- adrenergic dan resept or lainnya. St im ulasi pada resept or opioid danalpha- adrenergic m em berikan respon yang sam a pada int raseluler. St im ulasi resept or oleh agonis opioid ( m orfin) akan m enekan akt ivit as adenilsiklase pada siklik AMP.

(7)

berikat an dengan opiat . Bila ikat an opiat ini dighent ikan dengan m endadak at au digant i dengan obat yang bersifat ant agonis opioid, m aka akan t erj adi peningkat an efek adenilsilase pada siklik AMP secara m endadak dan berhubungan dengan gej ala pasien berupa gej ala hiperakt ivit as.

Gej ala put us obat ( gej ala abst inensi at au w it hdraw l syndrom e) t erj adi bila pecandu obat t ersebut m enghent ikan penggunaanobat secara t iba- t iba. Gej ala biasanya t im bul dalam 6- 10 j am set elah pem berian obat yang t erakhir dan puncaknya pada 36- 48 j am .

Wit hdraw l dapat t erj adi secara spont an akibat penghent ian obat secara t iba-t iba aiba-t au dapaiba-t pula dipresipiiba-t asi dengan pem berian aniba-t agonis opioid seperiba-t i naloxono, nalt rexone. Dalam 3 m enit set elah inj eksi ant agonis opioid, t im bul gej ala w it hdraw l, m encapai puncaknya dalam 10- 20 m enit , kem udian m enghilang set elah 1 j am .

Gej ala put us obat :

o 6 – 12 j am , lakrim asi, rhinorrhea, bert ingkat , sering m enguap, gelisah

o 12 - 24 j am , t idur gelisah, irit abel, t rem or, pupil dilat asi ( m idriasi) , anoreksia

o 24- 72 j am , sem ua gej ala diat as int ensit asnya bert am bah disert ai adanya kelem ahan, depresi, nausea, vornit us, diare, kram perut , nyeri pada ot ot dan t ulang, kedinginan dan kepanasan yang bergant ian, peningkat an t ekanan darah dan denyut j ant ung,gerakan involunt er dari lengan dan t ungkai, dehidrasi dan gangguan elekt rolit

o Selanj ut nya, gej ala hiperakt ivit as ot onom m ulai berkurang secara berangsur-angsur dalam 7- 10 hari, t et api penderit a m asih t ergant ung kuat pada obat . Beberapa gej ala ringan m asih dapat t erdet eksi dalam 6 bulan. Pada bayi dengan ibu pecandu obat akan t erj adi ket erlam bat an dalam perkem bangan dan pert um buhan yang dapat t erdet eksi set elah usia 1 t ahun.

VI I . D I AGN OSA

D ia gn osa dit e ga k k a n be r da sa r k a n : 1. An a m n e sa

o Aut o anam nesa ( pengakuan j uj ur dari pasien)

o Alo anam nesa ( dari keluarga yang dapat dipercaya) 2 . Pe m e r ik sa a n fisik

I n t ox ik a si a k u t :

o Penurunan kesadaran

o Ganguan ot onom , bradikardi, hipot erm ia, hipot ensi, sianosis, pin point pupil

o Depresi pernafasan

o Edem a paru

o Kej ang ( j arang)

o Mat a, sklera dapat ikt erik akibat kom plikasi pem akaian opiat secara I V

o Bicara m enj adi kaku, dism et ri Ge j a la a bst in e n sia

(8)

3. D it e m u k a n n ya be n da - be n da yang berhubungan dengan penggunaan obat sepert i j arum sunt ik, pipa, alum inium foil, bubuk heroin dan lain- lain disekit ar penderit a

4 . Pe m e r ik sa a n la bor a t or iu m o Urine ( drug screening)

Unt uk m enget ahui zat yang dipakai oleh penderit a. Urine harus diperoleh t idak lebih dari 24 j am set elah pem akaian zat t erakhir. Met ode pem eriksaan ant ara lain dengan cara paper chrom at ography, Thin Layer Chrom at ography, Enzym I m m unoassay

o Ra m bu t

Dengan m et ode Liquid chrom at ography m enggunakan ult raviolet dapat didet erm inasi adanya opiat pada ram but pexcandu heroin ( opiat ) . Seseorang dikat akan pecandu heroin, bila pada ram but nya dit em ukan kandungan 10 ng heroin/ m g ram but .

VI I I . PEN ATALAKSAN AAN

I n t ok sik a si a k u t ( ove r dosis)

o Perbaiki dan pert ahankan j alan nafas sebaik m ungkin

o Oksigenasi yang adekua

o Naloxone inj eksi, dosis aw al 0,4 – 2,0 m g I V ( anak- anak 0,01 m g/ kgBB) Efek naloxane t erlihat dalam 1 – 3 m enit dan m encapai puncaknya pada 5- 10 m enit . Bila t idak ada respon naloxane 2 m g dapat diulang t iap 5 m enit hingga m aksim um 10 m g. Naloxone efekt if unt uk m em perbaiki derj at kesadaran, depresi pernafasan, ukuran pupil. Pasien m asih harus diobservasi t erhadap efek naloxone dalam 2- 3 j am . Oleh karena durat ion of act ion yang pendek. Unt uk m encegah rekulensi efek opiat dapat diberikan infus naloxone 0,4- 0,8 m g/ j am hingga gej ala m inim al ( m enghilang)

I n t ok sik a si k r on is

H ospit a lisa si

Hospit alisasi dilakukan unt uk pasien pasien adiksi zat , t erut am a dit uj ukan unt uk: 1. Terapi kondisi w it hdraw l

2. Terapi det oksifikasi

3. Terapi rum at an ( m aint enance) 4. Terapi kom plikasi

5. Terapi aft ercare

Dengan m asuknya pasien adiksi ke RS, evaluasi m edis fisik perlu m endapat priorit as. Disam ping pem eriksaan urine drug screen ( unt uk m enget ahui apakah pasien m enggunakan zat lain yang t idak diakuinya) , pem eriksaan laborat orium rut in ( t erm asuk fungsi faal hat i, ginj al, danj ant ung) , j uga dilakukan fot o t horak. Terapi det oksifikasi bert uj uan agar pasien m em ut uskan penggunaan zat nya dan m engem balikan kem am puan kognit ifnya. Tidak ada bent uk t erapi lain yang harus dilakukan sebelum kedua t uj uan t ersebut berhasil dicapai.

(9)

karena penyesalan perbuat annya dim asa lalu, dest ruksi diri dan t indak kekerasan.

Hospit alisasi j angka pendek sangat disarankan bagi adiksi zat yang m em ang harus m endapat kan peraw at an karena kondisinya. Selam a peraw at an j angka pendek, pasien dipersiapkan unt uk m engikut i t erapi rum at an. Unt uk kondisi adiksinya, pasien t idak pernah disarankan unt uk peraw at an j angka panj ang.

Fe r m a k ot e r a pi

Te r a pi w it h dr a w l opioid

o Wit hdraw l opioid t idak m engancam j iw a, t et api berhubungan dengan gangguan fisikologis dan dist ress fisik yang cukup berat .

o Kebanyakan pasien dengan gej ala put us obat yang ringan hanya m em but uhkan lingkungan yang m endukung m ereka t anpa m em erlukan obat

o Klonidin dapat digunakan unt uk m engurangi gej ala put us obat dengan m enekan perasaan gelisah, lakrim asi, rhinorrhea dan keringat berlebihan. Dosis aw al diberikan 0,1- 0,2 m g t iap 8 j am . Kem udian dapat dinaikkan bila diperlukan hingga 0,8 –1,2 m g/ hari, selanj ut nya dapat dit appering off set elah 10- 14 hari.

o Terapi non spesifik ( sim pt om at ik)

o Gangguan t idur ( insom nia) dapat diberikan hipnot ik sedat if

o Nyeri dapat diberikan analget ik

o Mual dan m unt ah dapat diberikan golongan m et oklopam ide

o Kolik dapat diberikan ant ispasm olit ika

o Gelisah dapat diberikan ant iansiet as

o Rhinorrhea dapat diberikan golongan fenilpropanolam in

Te r a pi de t ok sifik a si a dik si opioid

o Met adon m erupakan drug of choice dalam t erapi det oksifikasi adiksi opioid. Nam un bila dosis m et adon dit urunkan, kem ungkinan relaps sering t erj adi. Kendala lain adalah m em but uhkan w akt u lam a dalam t erapi det oksifikasi, dan bila m enggunakan opioid ant agonis m aka harus m enunggu gej ala abst inensia selam a 5- 7 hari. Dosis m et adon yang dianj urkan unt uk t erapi det oksifikasi heroin ( m orfin) adalah 2- 3 x 5- 10 m g perhari peroral. Set elah 2- 3 hari st abil dosis m ulai dit appering off dalam 1- 3 m inggu.

o Buprenorphine dosis rendah ( 1,5- 5 m g sublingual set iap 2- 3 x sem inggu) dilaporkan lebihefekt if dan efek w it hdraw l lebih ringan dibandingkan m et adone.

o Terapi alt ernat if lain yang disarankan adalah rapid det oxificat ion yang m em persingkat w akt u t erapi det eksifikasi dan m em udahkan pasien unt uk segera m asuk dalam t erapi opiat ant agonis. Jenis t eknik rapid det eksifikasi ant ara lain klinidin nalt rexon.

Te r a pi r u m a t a n ( m a in t e n a n ce ) a dik si opioid

(10)

o Buprenorphine dapat pul adigunakan sebagai t erapi ruw at an dengan dosis ant ara 2 m g- 20 m g/ hari.

o Nalt rexone digunakan unt uk adiksi opioid yang m em punyai m ot ivasi t inggi unt uk berhent i. Nalt rexone diberikan set iap hari 50- 100 m g peroral unt uk 2 – 3 kali sem inggu

Te r a pi a ft e r ca r e

Meliput i upaya pem ant afan dalam bidang fisik, m ent al, keagam aan, kom unikasi- int eraksi sosial,edukasional, bert uj uan unt uk m encapai kondisi prilaku yang lebih baik dan fungsi yang lebih baik dari seorang m ant an penyalahguna zat . Peranan keluarga pada saat ini sangat diperlukan.

I X. PEN UTUP

Heroin m erupakan golongan narkot ik yang sangat kuat dalam m enim bulkan t oleransi, ket ergant ungan fisik dan fsikis. Penghent ian obat yang t iba- t iba dapat m enim bulkan gej ala abst inesia ( put us obat ) . Penggunaan heroin dapat pula m enyebabkan gej ala int oksikasi akut ( overdosis) , kom plikasi j angka pendek dan j angka panj ang.

Unt uk penanggulangan penderit a pecandu obat diperlukan penanganan yang t erpadu ant ara dokt er, pasien dan keluarga pasien karena m em erlukan w akt u yang cukup lam a unt uk m em ulihkan badan pasien.

D AFTAR PUSTAKA

Coh a n SL.Cent ral nervous syst em dist urbances and brain deat h narcot ics in clinical m anagem ent of poisoning and drug overdose, ed. By Haddad LM. 2nd ed. Philadelphia : WB Saunders, 1990 ( 11) : 223- 7

H u bbe ll KC.Opiat s and narcot ics in clinical m anagem ent of poisoning and drug overdose, ed. By Haddad LM. 2nd ed. Philadelphia : WB Saunders, 1990 ( 38) : 706- 16

Kr ie gst e in .Chasing t he dragon heroin use can dam age brain. New York: Reut eut Healt h, 1999.

Olson KR. Managem ent of poisoned pat ient in Basic and clinical pharm acology. Kat zung BG ( ed) . 7t h ed. St am fort : Applet on, 1998 ( 59) : 970- 77 Ru t t e n be r g AJ. Et iology heroin, relat ed deat h. Journal of Forensic Science,

35( 4) Juli 1990; 890- 900

W a y EL. Drugs of abuse in Basic and clinical pharm acology. Kat zung BG ( ed) . 7t h ed. St am fort : Applet on, 1998 ( 32) : 518- 9

Referensi

Dokumen terkait

Prevalence is low under the age of 50 years and peaks at 50 - 80 years, while 5 - 10% of cases are thought to have a substantial inherited component, black men having an approximately

South Africa is fortunate in having a well-developed cadre of health care professionals already addressing antibiotic use, evident from the wealth of programmes and information included

General aspects Classifi cation Scientifi c name: Tylosema esculentum Family: Fabaceae Common names: Gembuck beans, Gemsbokboontjies, Braaiboontjie Marumama, Muraki, Tamani berry,

Pengaruh ekstrak pada hati secara kualitatif diamati kerusakan pada vena sentralis, hepatosit, nukleus, sitoplasma, dan sinusoid, sedangkan secara

Bersama ini kami sampaikan usul pemberian Surat Penugasan (SP) studi lanjut (tugas belajar) dari Sekretariat Negara Republik Indonesia bagi staf pengajar/tenaga kependidikan *)

Selanjutnya bagi yang berkeberatan atas penetapan hasil prakualifikasi di atas, diberi kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis ditujukan kepada pejabat

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan penelitian oleh Kelompok Kerja Konstruksi IV (empat) ULP Kabupaten Lampung Tengah menurut ketentuan – ketentuan yang berlaku,

NAMA NIM JURUSAN JUDUL : NURHAYATI : 032iOlO58 : KEUANdAN.. : ANALISIS BIAYA PRODUKSI

yang tertuang di dalam anggaran dengan apa yang dicapai oleh realisasi kerja.. Muhammad Iqbal Ifandi : Analisis Anggaran Biaya Operasional Pada PT Hidup Bersaudara Medan,

Ramidah Sinaga: Perencanaan dan Pengawasan Biaya Produksi CV... Ramidah Sinaga: Perencanaan dan Pengawasan Biaya

Kalimat ajakan yang tepat untuk melengkapi paragraf tersebut adalah .... Pasien yang akan masuk ke Rumah Sakit Dharma Yadnya hendaknya