• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Strategi Kebijakan Pengelolaan Taman Hutan Raya Berbasis Ekososiosistem (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman Di Propinsi Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Strategi Kebijakan Pengelolaan Taman Hutan Raya Berbasis Ekososiosistem (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman Di Propinsi Lampung)"

Copied!
285
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BERBASIS EKOSOSIOSISTEM (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman Di Propinsi Lampung)

NURUL FAJRI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis: ANALISIS STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BERBASIS EKOSOSIOSISTEM (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung) adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Desember 2006

(3)

NURUL FAJRI. Analisis Strategi Kebijakan Pengelolaan Taman Hutan Raya Berbasis Ekososiosistem (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman Di Propinsi Lampung). Dibimbing oleh ANDRY INDRAWAN dan ARZYANA SUNKAR.

Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui karakteristik permasalahan di Tahura Wan Abdurrahman, membuat strategi yang tepat dalam pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman yang komprehensif dan berbasis ekologi, ekonomi, dan sosial budaya, menyajikan peta kesesuaian ruang pemanfatan dalam kaitan pengelolaan tahura WAR berkelanjutan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif.kualitatif dan kuantitatif. Analisis karakteristik permasalahan kawasan Tahura WAR dilakukan dengan menggunakan metode tabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Analisis strategi kebijakan pengelolaan Tahura WAR menggunakan metode PHA (Process Hierarki Analitic) dan SWOT. Sedangkan metode Sistem Informasi Geografis digunakan untuk memberikan arahan pemanfaatan ruang Tahura WAR secara optimal berdasarkan hasil analisis strategi kebijakan.

(4)

NURUL FAJRI, Policy Strategic Analysis of Grand Forest Park Management based on Ecosociosystem (Case study in WAR Grand Forest Park, Lampung Province). Under the direction ofANDRY INDRAWAN and ARZYANA SUNKAR.

The objective of this research is to determine the characteristics of the problems in WAR Grand Forest Park, to determine a comprehensive management based on ecology, economy and socioculture and to develop a zonation suitability map in relation to sustainable management of WAR Grand Forest Park.

The method used are descriptive, qualitative and quantitative. Analysis of the characteristic of the problem of WAR Grand Forest Park was analyzed by using tabulation and descriptive methodes. Policy strategic analysis for WAR Grand Forest Park management was analyzed using PHA method and SWOT. GIS was used as direction to determine the optional zonation for WAR Grand Forest Parkbased on strategic policy analysis.

The result showed that degradation of WAR Grand Forest Park is caused by: 1) land resources availability (Open access), 2) indiscipline staff in WAR Grand Forest Park, 3) lack of law enforcement, 4) social economic and welfare motivation. PHA analysis showed that the main strategy for management of Tahura WAR is ecotourism (value: 0.402 or 40.2%) followed by ecotourism-agro forestry (value 0.386 or 38.6%), and Agro forestry (value 0.212 or 21.2%). Operational strategies that must be carryout by government are: (1) reducing illegal logging, (2) Policy regulation, (3) law enforcement for indiscipline staffs, (4) removal of regulation that contrast to the local government regulation such as Perda No. 7/2000 on retribution, (5) produce zonation suitability map for ecotourism purpose, (6) develop collaboration management of ecotourism in WAR grand forest park with the communities around Tahura WAR. Spasial analysis showed that region allocated for ecotourism purpose in WAR grand forest park has a topography of 600 mdpl and countur less than 40%.

(5)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2006

Hak cipta dilindungi

(6)

TAMAN HUTAN RAYA BERBASIS EKOSOSIOSISTEM (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman Di Propinsi Lampung)

NURUL FAJRI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

TAMAN HUTAN RAYA BERBASIS EKOSOSIOSISTEM (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung)

Nama : NURUL FAJRI

NRP : P052034041

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Andry Indrawan, M.S. Ir. Arzyana Sunkar, M.Sc. Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pengelolaan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.

(8)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada Tanggal 12 Nopember 1976 dari pasangan Bapak Choiri Hasan (alm) dan Ibu Basyariah (alm). Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara.

(9)

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam yang telah mengajarkan hamba-Nya dengan perantaraan kalam. Dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah dengan judul: ANALISIS STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BERBASIS EKOSOSIOSISTEM (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung), yang merupakan satu dari sekian nikmat, rahmat dan karunia Allah Yang Maha Rahiim kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian tesis ini, mulai dari tahap pelaksanaan penelitian, pengolahan data hingga penulisan hasil tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan arahan berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Andry Indrawan, M.S., dan Ir. Arzyana Sunkar, M.Sc. atas ilmu, arahan, dan bimbingan yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswa SPL, melaksanakan penelitian hingga penyelesaian tesis.

2. Prof. Dr. Ir. Endang Suhendang, M.S. selaku penguji luar komisi, atas ilmu, bimbingan dan arahan dalam penyempurnaan tesis.

3. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S. selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan atas arahannya selama penulis menjalankan studi dan penyusunan karya ilmiah ini.

6. Ku cintai Ba’ dan Ema’ (Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya) yang dengan rasa kasih sayang dan pengorbanan yang tulus telah memberikan inspirasi dan semangat bagi penulis (Terimakasih Do’a dan senyumnya ya Ma’, sungguh tidak sisa-sia). Ya Rabb, bahagiakan mereka di sana, aamiin. 7. Kakak-kakak dan adikku (Bang Nasir, Bang Agus, Bang Zul, Endra), serta

Kaka Ona, Kaka Tuti, dan Nina atas doa, kasih sayang, dorongan semangat dan semua dukungan yang senantiasa dicurahkan untuk keberhasilan penulis. 8. Si cinta Amula Nurfiarini, yang dengan penuh kesabaran dan cinta

(10)

perhatian dan bantuan baik moril maupun materil bagi penulis.

7. Puan, Bos Udin & Istri, Mas Yanto, Pak Jamlis, Ophie, Sari, Yenny, dan Yudi atas bantuan serta ukhuwahnya yang indah dan dengan caranya masing-masing telah memberi warna kepada penulis.

8. Seluruh staf pengajar dan administrasi Program Studi PSL, staf administrasi pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor serta semua pihak yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap Tesis ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan semua pihak yang membutuhkan. Amiiin.

Bogor, Desember 2006

(11)

ANALISIS STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BERBASIS EKOSOSIOSISTEM (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman Di Propinsi Lampung)

NURUL FAJRI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis: ANALISIS STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BERBASIS EKOSOSIOSISTEM (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung) adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Desember 2006

(13)

NURUL FAJRI. Analisis Strategi Kebijakan Pengelolaan Taman Hutan Raya Berbasis Ekososiosistem (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman Di Propinsi Lampung). Dibimbing oleh ANDRY INDRAWAN dan ARZYANA SUNKAR.

Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui karakteristik permasalahan di Tahura Wan Abdurrahman, membuat strategi yang tepat dalam pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman yang komprehensif dan berbasis ekologi, ekonomi, dan sosial budaya, menyajikan peta kesesuaian ruang pemanfatan dalam kaitan pengelolaan tahura WAR berkelanjutan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif.kualitatif dan kuantitatif. Analisis karakteristik permasalahan kawasan Tahura WAR dilakukan dengan menggunakan metode tabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Analisis strategi kebijakan pengelolaan Tahura WAR menggunakan metode PHA (Process Hierarki Analitic) dan SWOT. Sedangkan metode Sistem Informasi Geografis digunakan untuk memberikan arahan pemanfaatan ruang Tahura WAR secara optimal berdasarkan hasil analisis strategi kebijakan.

(14)

NURUL FAJRI, Policy Strategic Analysis of Grand Forest Park Management based on Ecosociosystem (Case study in WAR Grand Forest Park, Lampung Province). Under the direction ofANDRY INDRAWAN and ARZYANA SUNKAR.

The objective of this research is to determine the characteristics of the problems in WAR Grand Forest Park, to determine a comprehensive management based on ecology, economy and socioculture and to develop a zonation suitability map in relation to sustainable management of WAR Grand Forest Park.

The method used are descriptive, qualitative and quantitative. Analysis of the characteristic of the problem of WAR Grand Forest Park was analyzed by using tabulation and descriptive methodes. Policy strategic analysis for WAR Grand Forest Park management was analyzed using PHA method and SWOT. GIS was used as direction to determine the optional zonation for WAR Grand Forest Parkbased on strategic policy analysis.

The result showed that degradation of WAR Grand Forest Park is caused by: 1) land resources availability (Open access), 2) indiscipline staff in WAR Grand Forest Park, 3) lack of law enforcement, 4) social economic and welfare motivation. PHA analysis showed that the main strategy for management of Tahura WAR is ecotourism (value: 0.402 or 40.2%) followed by ecotourism-agro forestry (value 0.386 or 38.6%), and Agro forestry (value 0.212 or 21.2%). Operational strategies that must be carryout by government are: (1) reducing illegal logging, (2) Policy regulation, (3) law enforcement for indiscipline staffs, (4) removal of regulation that contrast to the local government regulation such as Perda No. 7/2000 on retribution, (5) produce zonation suitability map for ecotourism purpose, (6) develop collaboration management of ecotourism in WAR grand forest park with the communities around Tahura WAR. Spasial analysis showed that region allocated for ecotourism purpose in WAR grand forest park has a topography of 600 mdpl and countur less than 40%.

(15)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2006

Hak cipta dilindungi

(16)

TAMAN HUTAN RAYA BERBASIS EKOSOSIOSISTEM (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman Di Propinsi Lampung)

NURUL FAJRI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(17)

TAMAN HUTAN RAYA BERBASIS EKOSOSIOSISTEM (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung)

Nama : NURUL FAJRI

NRP : P052034041

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Andry Indrawan, M.S. Ir. Arzyana Sunkar, M.Sc. Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pengelolaan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.

(18)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada Tanggal 12 Nopember 1976 dari pasangan Bapak Choiri Hasan (alm) dan Ibu Basyariah (alm). Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara.

(19)

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam yang telah mengajarkan hamba-Nya dengan perantaraan kalam. Dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah dengan judul: ANALISIS STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BERBASIS EKOSOSIOSISTEM (Studi Kasus Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung), yang merupakan satu dari sekian nikmat, rahmat dan karunia Allah Yang Maha Rahiim kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian tesis ini, mulai dari tahap pelaksanaan penelitian, pengolahan data hingga penulisan hasil tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan arahan berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Andry Indrawan, M.S., dan Ir. Arzyana Sunkar, M.Sc. atas ilmu, arahan, dan bimbingan yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswa SPL, melaksanakan penelitian hingga penyelesaian tesis.

2. Prof. Dr. Ir. Endang Suhendang, M.S. selaku penguji luar komisi, atas ilmu, bimbingan dan arahan dalam penyempurnaan tesis.

3. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S. selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan atas arahannya selama penulis menjalankan studi dan penyusunan karya ilmiah ini.

6. Ku cintai Ba’ dan Ema’ (Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya) yang dengan rasa kasih sayang dan pengorbanan yang tulus telah memberikan inspirasi dan semangat bagi penulis (Terimakasih Do’a dan senyumnya ya Ma’, sungguh tidak sisa-sia). Ya Rabb, bahagiakan mereka di sana, aamiin. 7. Kakak-kakak dan adikku (Bang Nasir, Bang Agus, Bang Zul, Endra), serta

Kaka Ona, Kaka Tuti, dan Nina atas doa, kasih sayang, dorongan semangat dan semua dukungan yang senantiasa dicurahkan untuk keberhasilan penulis. 8. Si cinta Amula Nurfiarini, yang dengan penuh kesabaran dan cinta

(20)

perhatian dan bantuan baik moril maupun materil bagi penulis.

7. Puan, Bos Udin & Istri, Mas Yanto, Pak Jamlis, Ophie, Sari, Yenny, dan Yudi atas bantuan serta ukhuwahnya yang indah dan dengan caranya masing-masing telah memberi warna kepada penulis.

8. Seluruh staf pengajar dan administrasi Program Studi PSL, staf administrasi pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor serta semua pihak yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap Tesis ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan semua pihak yang membutuhkan. Amiiin.

Bogor, Desember 2006

(21)

Halaman

Prakata ... i

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... v

Daftar Gambar ... vii

Daftar Lampiran ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 4

1.3. Kerangka Pemikiran ... 4

1.4. Rumusan Masalah ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Sistem kawasan Konservasi di Indonesia ... 8

2.2. Landasan Teori ... 9

2.2.1. Konsep Strategi ... 9

2.2.2. Analisis Kebijakan ... 10

2.2.3. Pengelolaan Hutan ... 13

2.2.4. Konflik Pengelolaan Sumberdaya ... 14

2.2.5. Proses Hirarki Analitik ... 15

2.2.6. Analisis SWOT ... 17

III. METODE PENELITIAN ... 20

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

3.2. Tahapan Penelitian ... 20

3.3. Pengumpulan Data ... 21

3.4. Analisis Data ... 23

3.4.1 Analisis Karakteristik permasalahan kawasan tahura WAR 23 3.4.2 Analisis Strategi Kebijakan ... 23

3.4.3 Analisis Kesesuaian Ruang ... 28

(22)

4.1 Letak Geografis dan Batas Kawasan ... 31 4.2 Kondisi dan Potensi Fisik Kawasan ... 31 4.3 Kondisi dan Potensi Biotik ... 39 4.4. Kondisi dan Potensi Sosial, Ekonomi, dan Budaya ... 43

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47 5.1 Pengelolaan Tahura WAR ... 47 5.1.1 Fungsi dan Kewenangan Kelembagaan ... 53 5.2 Karakteristik Permasalahan di Kawasan Tahura WAR ... 61 5.2.1 Dorongan dari Luar Tahura WAR ... 63 5.2.2 Daya Tarik dari Dalam tahura WAR ... 67 5.3 Strategi Pengelolaan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman ... 75 5.3.1 Aspek ... 78 5.3.2 Sasaran ... 79 5.3.3 Alternatif Strategi yang Dipilih ... 81 5.3.4 Sintesis Strategi ... 83 5.3.5 Skenario Kebijakan (Analisis Sensistivitas) ... 95 5.3.6 Skenario Kebijakan bila terjadi peningkatan di aspek Ekologi 96 5.3.7 Skenario Kebijakan bila terjadi peningkatan di aspek Ekonomi 97 5.3.8 Skenario Kebijakan bila terjadi peningkatan di aspek sosbud 97 5.4 Faktor Internal dan Eksternal (SWOT) ... 98 5.5 Ruang Pemanfaatan pada Blok Pemanfaatan ... 101 5.6 Arahan Pengelolaan Kawasan Tahura ... 103

(23)

Tabel Halaman 1. Model Matriks TOWS dalam Analisis SWOT ... 18 2. Jenis dan Sumber data primer yang diperlukan dalam penelitian ... 22 3. Jenis dan sumber data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ... 23 4. Skala banding secara berpasangan ... 26 5. Nilai RI pada ordo bermatriks n ... 27 6. Indikator-indikator dalam pengambilan keputusan menggunakan

AHP ... 28

7. Curah hujan (mm) bulanan selama 10 tahun ... 33 8. Kondisi iklim rata-rata selama 10 tahun ... 33 9. Kondisi hidrologi Sub-Das wilayah Gunung Betung ... 34 10. Jenis Pohon dan tanaman yang dibudidayakan di areal tahura ... 41 11. Jenis hewan yang berada di sekitar kawasan tahura ... 43

12. Jumlah dan kepadatan penduduk desa yang tercakup dalam wilayah

kecamatan di sekitar Tahura WAR ... 43

13. Distribusi penduduk tiga kecamatan di sekitar Tahura WAR

berdasarkan mata pencahariannya ... 44

14. Rangkaian proses dialog pemetaan masalah dan sengketa dalam pengelolaan Kawasan Tahura Wan Abdurrachman serta pengembangan gagasan penyelasaiannya... 53

15. Peraturan perundangan-undangan yang mengatur pelaksanaan kawasan konservasi ... 56

(24)
(25)

Gambar Halaman

1. Kerangka pemikiran Analisis Kebijakan Pengelolaan Tahura Wan

Abdurrahman Berbasis Eko-Sosio-Sistem ... 6

2. Diagram Alir Tahapan Penelitian Analisis Strategi Pengelolaan Tahura Wan Abdurrahman berbasis Ekososiosistem ... 21

3. Matriks EFA/IFA dalam analisis SWOT ... 28 4. Langkah Kerja Pembuatan Peta Ruang Pemanfaatan ... 29 5. Peta Lokasi. ... 32 6. Peta Ketinggian ... 37 7. Peta Kelas Lereng ... 38 8. Peta Land Use Tahura ... 40 10. Pengolahan tanah dan pola tanam yang tidak memperhatikan aspek

pelestarian lahan ... 45 11. Peta Blok Pengelolaan Tahura ... 49 12. Tahapan Rencana Umum Proses Penyusunan Pengelolaan

Kolaboratif Kawasan Tahura WAR Register 19 . ... 52

13. Penyebab Kerusakan Kawasan Tahura WAR ... 59 14. Potensi Wisata yang ada di Kawasan Tahura WAR ... 60 15. Grafik distribusi jumlah responden berdasar pekerjaan sampingan ... 64 16. Grafik distribusi pendapatan masyarakat sekitar tahura ... 65 17. Grafik responden menurut alasan keberadaanya ... 66 18. Grafik responden berdasarkan cara mendapatkan lahan garapan ... 69 19. Grafik distribusi responden yang mendapat ijin menggarap lahan

dalam kawasan Tahura WAR ... 71

20. Struktur Hierarki Strategi pengelolaan tahura WAR ... 77 21. Grafik skala prioritas strategi pengelolaan tahura WAR ... 83 22. Skema manfaat Agroforestry ... 92 23. Grafik analisis sensitifitas model dynamic ... 95 24. Grafik analisis sensitifitas model dynamic untuk peningkatan ekologi

(26)

ekonomi sebesar 68% ... 97

26. Grafik analisis sensitifitas model dynamic untuk peningkatan sosbud

sebesar 68% ... 98

(27)

Lampiran Halaman

1. Jadwal Penelitian ... 115

2. Matrik EFAS dan IFAS ... 116

(28)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung adalah salah satu kawasan yang amat vital sebagai penyangga kehidupan ekonomi, sosial dan ekologis bagi masyarakat Lampung. Letak kawasan yang memiliki wilayah seluas 22.244 hektar tersebut dikelilingi oleh wilayah administratif Kabupaten Lampung Selatan dan Kota Bandar Lampung. Karakteristik bentang alam yang demikian spesifik menjadikan wilayah tersebut sebagai penyedia berbagai jasa lingkungan bagi wilayah sekitarnya. Di sisi lain, karakteristik demografi di sekitar kawasan adalah penduduk dari 34 desa sehingga tidak dapat dihindari bahwa pengelolaan ekosistem di dalam kawasan turut dipengaruhi olehnya. Setidaknya terdapat lebih kurang 5000 kk di luar dan di dalam kawasan yang menggantungkan hidupnya pada ekosistem Tahura Wan Abdul Rachman. Belum lagi adanya aktivitas perkotaan dengan berbagai macam bentuk sarana maupun prasarana seperti Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), transportasi, infrastruktur irigasi dan lain sebagainya, secara langsung maupun tidak langsung turut mempengaruhi bentuk perubahan penggunaan lahan di dalam kawasan Tahura Wan Abdul Rachman.

Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman telah mengalami kerusakan sebesar 72% dan hanya 28% yang diperkirakan masih utuh berupa hutan alam atau primer (Dishut Lampung, 2004). Dari 72% areal di kawasan yang rusak tersebut telah terkonversi menjadi pemukiman (talang-talang), perkebunan coklat, kopi, dan tanaman hortikultura lainnya. Bahkan ada yang dibiarkan kosong dan berupa padang rumput. Para penduduk melakukan kegiatan-kegiatan perambahan dan pengrusakan hutan dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Ditambah lagi dengan tidak efektifnya pola pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah yang disebabkan keterbatasan sarana dan prasarana dan juga sumberdaya manusia, sehingga laju kerusakan semakin bertambah.

(29)

Berdasarkan Besluit Resident Lampung Distrik No. 307 tanggal 31 Maret 1941. Walaupun dengan status kawasan lindung, hutan tersebut mengalami kerusakan-kerusakan yang sangat parah yang dilakukan oleh para penduduk. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 408/KPTS-II/1993 tanggal 10 Agustus 1993, kawasan lindung tersebut berubah status menjadi kawasan konservasi yang berupa Taman Hutan Raya (Tahura) dengan nama Wan Abdul Rachman atau disingkat dengan WAR. Hal ini dilakukan untuk menekan laju kerusakan yang ditimbulkan.

Adapun kriteria penunjukkan dan penetapan Tahura Wan Abdul Rachman sebagai kawasan taman hutan raya adalah karena (UU N0. 5/1990 pasal 1):

1. Merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun buatan baik pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh ataupun kawasan yang ekosistemnya sudah berubah;

2. Memiliki keindahan alam dan atau gejala alam; dan

3. Mempunyai luas yang cukup yang memungkinkan untuk pembangunan koleksi tumbuhan dan atau satwa baik jenis asli dan atau bukan asli.

Arah dan tujuan pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman sebagai kawasan konservasi dimaksudkan untuk melestarikan kawasan hutan alam yang memiliki koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli (endemik) atau bukan asli (eksotik) yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi (Dishut Lampung, 2004).

(30)

Dengan sistem pengelolaan yang tidak serius dan apa adanya yang dilakukan oleh pemerintah setempat menyebabkan laju kerusakan kawasan tersebut semakin parah dan tak terkendali, dimana berdasarkan hasil pengamatan citra terlihat bahwa sebagaian besar kawasan hutan primer di kawasan tersebut telah rusak, dan berganti menjadi areal perkebunan dan permukiman bahkan menjadi areal rumput yang kosong dan tidak ditanami apa-apa.

Sebagai kawasan konservasi, hendaknya pengelolaan yang dilakukan harus berbasis ekologi, ekonomi dan sosial-budaya (ekososiosistem). Sehingga dengan pengelolaan yang terintegrasi dimana memadukan antara aspek ekologi, ekonomi, dan sosial budaya diharapkan dapat meminimalisir kerusakan. Adapun Rencana pengelolaan taman hutan raya sekurang-kurangnya memuat tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan kawasan.

Secara ekologis, keutuhan dan kelangsungan proses-proses ekologis dari masing-masing ekosistem harus tetap dijaga dan terpelihara, sehingga fungsi dan manfaat ekologis dari ekosistem tersebut tetap baik bagi berlangsungnya proses kehidupan hayati (flora dan fauna), maupun manfaat ekologis bagi kehidupan manusia dapat tetap berlangsung dan berkelanjutan.

Secara ekonomis, dapat memberikan solusi yang sehat atas permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh penduduk pada saat ini, setidaknya pemerintah daerah memberi alternatif sumber pendapatan kepada para penduduk sebagai alternatif ekonomi yang memungkinkan para penduduk untuk tidak kembali ke hutan.

Secara sosial budaya, dimana prilaku masyarakat selama ini tergantung dari usaha melakukan budidaya di dalam kawasan dan pesimis terhadap peluang untuk mencari tingkat penghidupan yang layak di luar kawasan, sehingga dengan adanya pengelolaan yang memadukan ketiga aspek tersebut pemerintah dapat melakukan perubahan dari prilaku masyarakat tersebut, sehingga beralih ke prilaku berusaha di luar kawasan.

(31)

fungsi utama kawasan, maka sangat diperlukan langkah-langkah kebijakan pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman secara lebih terencana dan terpadu yang dapat mengakomodasi berbagai kepentingan baik antar sektor maupun antar pengguna (user/stakeholders) terutama mencakup aspek perlindungan fungsi ekologis kawasan, dan aspek pemanfaatan terbatas dengan nilai ekonomi optimal, serta pemberdayaan dan pelibatan masyarakat setempat sesuai dengan fungsi dan daya dukung Tahura sebagai kawasan konservasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian tentang analisis Kebijakan Pengelolaan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung berbasis Eko-Sosio-Sistem sangat relevan untuk dilakukan.

1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

(1) Mengetahui karakteristik permasalahan di Tahura Wan Abdurrahman,

(2) Membuat strategi yang tepat dalam pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman yang komprehensif dan berbasis ekologi, ekonomi, dan sosial budaya,

(3) Menyajikan peta kesesuaian ruang pemanfatan dalam kaitan pengelolaan tahura WAR berkelanjutan.

Hasil penelitian ini akan memberikan informasi bagi pemerintah daerah Propinsi Lampung dalam pengelolaan wilayah Tahura Wan Abdul Rachman secara lebih baik.

1.3. Kerangka Pemikiran

(32)

Secara umum, kebijakan pengelolaan berbasis ekososiosistem dibangun berdasarkan pada tiga aspek (sistem), yaitu aspek ekologi, aspek ekonomi, dan aspek sosial budaya. Aspek ekologi ditekankan pada faktor-faktor kesesuaian peruntukkan dan daya dukung lingkungan yang mencirikan kondisi ekologi suatu kawasan berdasarkan kondisi biogeofisik, sosial, ekonomi dari sumberdaya dan lingkungan di kawasan tersebut.

Aspek ekologi terkait pula dengan aspek sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat sebagai pelaku dan pengguna (pemanfaat) kawasan. Kajian aspek sosial ekonomi di bangun dari faktor pemberdayaan dan partisipasi masyarakat khususnya masyarakat di sekitar kawasan yang merupakan indikator bagi tingkat keterlibatan masyarakat dalam program pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan tahura secara terpadu dan berkelanjutan. Upaya pemberdayaan dan pelibatan masyarakat sangat penting, karena masyarakat sebagai pengguna kawasan akan memperoleh manfaat dari keberadaan kawasan tahura. Oleh karena itu, masyarakat juga harus peduli dan dapat terlibat aktif dalam pengawasan dan pengelolaan kawasan.

Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya kawasan adalah meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya perlindungan lingkungan dan pola pemanfaatan yang berkelanjutan, pengembangan keterampilan, peningkatan aksesibilitas di bidang ekonomi, dan penyediaan wadah organisasi kelembagaan sosial kemasyarakatan.

(33)

Kepentingan Masyarakat

Kebijakan Pemerintah

Konflik Pengelolaan

Analisis Kebijakan

Aspek Ekologi

Aspek Ekonomi

Aspek Sosial-budaya

Analisis Ekososiosistem

Stakeholder

Kebijakan Pengelolaan Berkelanjutan Kawasan Tahura

WAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Kebijakan Pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman Berbasis Eko-Sosio-Sistem

1.4. Rumusan Masalah

(34)
(35)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem kawasan Konservasi di Indonesia

Menurut IUCN (1980) Kawasan Pelestarian Alam (KPA) yaitu Kawasan Konservasi, baik di daratan maupun perairan yang mempunyai fungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan pelestarian alam mencakup Taman Nasional (TN), Taman Wisata Alam (TW), dan Taman Hutan Raya (Tahura).

Taman Hutan Raya merupakan KPA untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli atau bukan asli (eksotik) yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi (IUCN, 1980).

(36)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Konsep Strategi

Strategi merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya, konsep mengenai strategi memiliki perbedaan pandangan atau konsep selama 30 tahun terakhir. Seperti yang diungkapkan oleh Chandler (1962) dalam Rangkuti (2004) menyebutkan bahwa strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut.

Namun menurut Andrews (1980), strategi adalah kekuatan motivasi untuk stakeholders, seperti stakeholders, debtholders, manajer, karyawan, konsumen, komunitas, pemerintah, dan sebagainya, yang baik secara langsung maupun tidak langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan oleh perusahaan.

Berdasarkan pandangan dan konsep-konsep di atas dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan suatu alat dalam mengelola segala unsur yang terkandung di perusahaan atau organisasi tersebut untuk mencapai tujuan jangka panjang perusahaan. Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun. Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut :

a. Distinctive Competence : tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih dibandingkan dengan pesaingnya.

b. Competitive Advantage: kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya.

Tahura Wan Abdul Rachman merupakan salah satu asset yang dimiliki oleh Propinsi Lampung yang manfaatnya dapat dirasakan oleh banyak pihak, dan bukan hanya satu pihak saja. Oleh karena itu dalam pengelolaannya harus memperhatikan strategi yang tepat dimana harus memperhatikan stakeholders yang secara langsung maupun tidak langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan dalam pengelolaan sumberdaya alam di kawasan tersebut.

(37)

2.2.2. Analisis Kebijakan

Analisis kebijakan diambil dari berbagai macam disiplin dan profesi yang bersifat deskriptif, evaluatif dan prespektif. Dunn (2003) menyatakan bahwa analisis kebijakan merupakan sebuah disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang ada hubungannya dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan ditingkat politik dalam rangka memecahkan masalah-masalah kebijakan.

Selanjutnya analisis kebijakan didefinisikan pula sebagai salah satu diantara sejumlah banyak faktor didalam sistem kebijakan. Suatu sistem kebijakan (policy system) dimana didalamnya kebijakan dibuat, mencakup hubungan timbal

balik antara tiga unsur yaitu : kebijakan publik, pelaku kebijakan dan lingkungan kebijakan. Sistem kebijakan adalah produk manusia yang subjektif yang diciptakan melalui pilihan-pilihan yang sadar oleh para pelaku kebijakan. Berikut gabungan tiga unsur didalam sistem kebijakan (Thomas R Dye dalam Dunn, 2003).

Pelaku

Lingkungan Kebijakan

Kebijakan Publik

Kebijakan publik (public policies) merupakan rangkaian pilihan yang kurang lebih berhubungan termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak yang dibuat oleh badan dan pejabat pemerintah yang diformulasikan didalam berbagai bidang termasuk lingkungan hidup.

(38)

Sedangkan lingkungan kebijakan (policy environment) yaitu konteks khusus dimana kejadian-kejadian di sekeliling isu kebijakan terjadi, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pembuat kebijakan dan kebijakan publik.

Salah satu faktor yang menyebabkan sulitnya mengambil keputusan (kebijakan) adalah sulitnya memperoleh informasi yang cukup serta bukti-bukti yang sulit disimpulkan. Karena itu dalam pengambilan keputusan akan lebih mudah bila menggunakan model tertentu. Model kebijakan adalah sajian yang disederhanakan mengenai aspek-aspek terpilih dari situasi problematik yang disusun untuk tujuan-tujuan khusus. Model-model kebijakan tersebut yaitu model deskriptif, model normatif, model verbal, model simbolik, model prosedural, model pengganti dan model perspektif.

Penerapan setiap model kebijakan tidak dapat dilakukan pada semua perumusan kebijakan karena masing-masing model memiliki fokus pada aspek-aspek yang berbeda. Menurut Forrester dalam Dunn (2003), persoalan kebijakan tidak terletak pada menggunakan atau membuang model, persoalannya hanyalah terletak pada pemilihan diantara berbagai alternatif.

Menurut Dunn (2003) proses analisis kebijakan adalah serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan di dalam proses kegiatan yang pada dasarnya bersifat politis. Aktivitas politis tersebut dijelaskan sebagai proses pembuatan kebijakan dan divisualisasikan sebagai rangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan waktu: penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan dan penilaian kebijakan.

Selanjutnya Dunn (2003) menjelaskan bahwa analisis kebijakan adalah awal, bukan akhir, dari upaya untuk meningkatkan proses pembuatan kebijakan, berikut hasilnya. Itulah sebabnya analisis kebijakan didefinisikan sebagai pengkomunikasian, atau penciptaan dan penilaian kritis, pengetahuan yang relevan dengan kebijakan, yang jelas, kualitas analisis kebijakan adalah penting sekali untuk memperbaiki kebijakan dan hasilnya.

Adapun menurut Ramdan dan Yusran (2001) ukuran efektifitas kebijakan yang perlu diperhatikan adalah :

(39)

pengelolaan SDA yang tidak mencerminkan efisiensi dapat menimbulkan degradasi lingkungan.

b. Fair (adil), bobot kebijakan harus ditempatkan secara adil, dimana kepentingan publik tidak terabaikan. Sebagai contoh rusaknya hutan tropis Indonesia disebabkan oleh tidak tercerminnya rasa keadilan publik. Masayarakat lokal selama 32 tahun rejim orde baru tidak mendapatkan kesempatan untuk menikmati langsung hutan yang ada di lingkungannya. Kebijakan konsesi hutan yang tidak fair dalam prakteknya telah memperkaya sekelompok pengusaha (pusat) dan memiskinkan masyarakat lokal. Ketidakadilan ini menyebabkan konflik sosial.

c. Mengarah kepada insentif, perbaikan lingkungan adalah tanggung jawab bersama karena SDA ini prinsipnya obligasi bersama yang harus dijaga. Namun untuk menciptakan attitude diperlukan insentif. Oleh karena itu kebijakan dalam pengelolaan SDA harus mengarah kepada insentif untuk merangsang tindakan dalam perbaikan lingkungan.

d. Penegakan hukum (enforcebility), kebijakan tidak akan efektif berjalan dalam kondisi disorder dan poor law enforcement. Penegakan hukum akan memaksa setiap anggota masyarakat untuk mentaati kebijakan yang telah ditetapkan.

e. Diterima oleh publik (public acceptable), kebijakan pengelolaan SDA selalu menyangkut kepentingan publik. Dengan demikian kebijakan yang baik harus dapat diterima oleh publik.

f. Moral, kebijakan yang baik tidak akan ada pengaruhnya dalam perbaikan SDA dan lingkungan apabila tidak dilandasi oleh moral yang baik. Moral adalah aspek normatif yang sangat penting dalam menjamin aspek positif dari suatu kebijakan. Moral menjadi spirit of soul dalam pengelolaan SDA. Kerusakan SDA di Indonesia yang meningkat selama ini dipengaruhi oleh pelaksanaan kebijakan tanpa moral. Oleh karena itu terjadinya moral hazard menjadi titik awal kerusakan SDA dan lingkungan.

(40)

semua pihak baik masyarakat lokal maupun pemerintah, dapat diterima oleh publik, efisien, dan dengan pendekatan moral kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat menerima walaupun diterapkannya sanksi-sanksi sebagai pendekatan penegakkan hukum di dalam menindak segala pelanggaran yang ada.

Pendekatan yang mestinya diterapkan oleh pemerintah dalam merumuskan suatu kebijakan pengelolaan kawasan tahura adalah dengan melakukan pendekatan kolaboratif terhadap semua aktor yang berperan pada kawasan tersebut baik pemerintah, masyarakat, LSM, perguruan tinggi dan lain-lain. Sehingga dengan pendekatan kolaboratif tersebut diharapkan dapat memadukan semua aspek yang ada baik aspek ekologi yang lestari, ekonomi yang meningkat, maupun sosial budaya masyarakat setempat yang baik dan dapat dipertahankan, yang disebut dengan konsep ekososiosistem.

2.2.3. Pengelolaan Hutan

Sebagaimana tercantum dalam UU No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan, bahwa pengelolaan hutan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi :

a. Tata guna lahan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan b. Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan

c. Rehabilitasi dan reklamasi hutan

d. Perlindungan hutan dan konservasi alam

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan hutan menurut UU Kehutanan No. 41 tahun 1999 pasal 68 meliputi: 1) masyarakat berhak menikmati kualitas lingkungan hidup yang dihasilkan hutan 2) masyarakat dapat memanfaatkan hutan dan hasil hutan sesuai dengan peraturan yang berlaku, mengetahui rencana peruntukan hutan, pemanfaatan hasil hutan, memberi informasi, saran, serta pertimbangan dalam pembangunan kehutanan dan melakukan pengawasan, 3) berhak memperoleh kompensasi karena hilangnya akses atau hak atas tanah miliknya.

(41)

1. Pendapatan yang diperoleh relatif tinggi dan caranya mudah 2. Rantai pemasaran yang rendah

3. Keterbukaan wilayah yang tinggi

4. Alternatif lapangan pekerjaan yang terbatas.

2.2.4. Konflik Pengelolaan Sumberdaya

Suporaharjo (1999) menyatakan bahwa konflik merupakan benturan yang terjadi antara dua pihak atau lebih, yang disebabkan oleh adanya perbedaan nilai, status, kekuasaan, dan kelangkaan sumberdaya. Dengan kata lain bahwa konflik terjadi karena adanya beda kepentingan antar individu yang satu dengan yang lain (antar individu) antar kelompok individu.

Ada lima pemicu konflik, yaitu: Pertama, konflik hubungan (relation conflict) adalah konflik yang terjadi karena adanya hubungan disharmonis yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti : salah paham, tidak ada komunikasi, prilaku emosional dan steotypes; Kedua, konflik data (data conflict) adalah suatu keadaan dimana pihak-pihak yang bersangkutan tidak mempunyai data dan informasi tentang perihal yang dipertentangkan yang dapat diterima pihak-pihak yang bersengketa; Ketiga, konflik nilai (value conflict) adalah kondisi dimana pihak-pihak yang berurusan mempunyai nilai-nilai yang berbeda yang melandasi tingkah lakunya masing-masing dan tidak diakui kebenarannya oleh pihak lain; Keempat, konflik kepentingan (interest conflict) adalah pertentangan mengenai substansi atau pokok permasalahan yang diperkarakan, kepentingan prosedural dan psikologis; dan Kelima, Konflik struktural (structural conflict) adalah leadaan dimana secara struktural atau keadaan di luar kemampuan kontrolnya pihak-pihak yang berurusan mempunyai perbedaan status kekuatan, otoritas, kelas atau kondisi fisik yang tidak berimbang (Moore. 1986 dalam Sahwan. 2002).

(42)

2.2.5. Proses Hirarki Analitik

Metode pemecahan masalah menggunakan Proses Hirarki Analitik (PHA) memiliki ciri khas, yaitu dipakainya hirarki untuk menguraikan sistem yang kompleks menjadi elemen-elemen yang lebih sederhana. Metode PHA pertama kali dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika dari Universitas Pittsburgh pada awal tahun 1970-an yang pada awalnya ditujukan untuk memodelkan sejumlah problem yang tidek berstruktur, baik bidang ekonomi, sosial, dan sains manajemen. Metode PHA memasukkan aspek kualitatif dan kuantitatif pikiran manusia, dimana aspek kuantitatif untuk mengekspresikan penilaian dan preferensi secara ringkas dan padat (Ramdan (2001).

PHA dalam kaitannya dengan proses perumusan strategi pengelolaan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman pada dasarnya didesain untuk menangkap secara rasional persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu yang ada dikawasan tahura tersebut melalui prosedur yang didesain untuk sampai pada suatu skala preferensi di antara berbagai alternatif. PHA juga banyak digunakan pada keputusan untuk banyak kriteria, perencanaan, alokasi sumberdaya dan penentuan prioritas dari strategi-strategi yang dimiliki pemain dalam situasi konflik yang ada di kawasan Tahura Wan Abdul Rachman (Saaty 1993).

PHA merupakan analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem. Pada penyelesaian persoalan dengan PHA ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain :

a. Dekomposisi, setelah mendefinisikan permasalahan atau persoalan yang akan dipecahkan, maka dilakukan dekomposisi, yaitu : memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika menginginkan hasil yang akurat, maka dilakukan pemecahan unsur-unsur tersebut sampai tidak dapat dipecah lagi, sehingga didapatkan beberapa tingkatan persoalan.

(43)

inti dari PHA, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen yang disajikan dalam bentuk matriks Pairwise Comparison. c. Synthesis of Priority, yaitu melakukan sintesis prioritas dari setiap

matriks pairwise comparison “vektor eigen” (ciri) – nya untuk mendapatkan prioritas lokal. Matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, oleh karena itu untuk melakukan prioritas global harus dilakukan sintesis diantara prioritas lokal.

d. Logical Consistency, yang dapat memiliki dua makna, yaitu 1) obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai keseragaman dan relevansinya; dan 2) tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

Beberapa keuntungan menggunakan PHA sebagai alat analisis dalam strategi pengelolaan tahura adalah (Saaty 1993) :

a. PHA memberi model tunggal yang mudah dimengerti dan luwes untuk beragam persoalan yang tidak terstruktur.

b. PHA memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks di wilayah tahura. c. PHA dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen yang

ada di tahura dalam satu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.

d. PHA mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur serupa dalam setiap tingkat.

e. PHA memberi suatu skala dalam mengukur hal-hal yang tidak terwujud untuk mendapatkan prioritas.

f. PHA melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.

g. PHA menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif.

h. PHA mempertimbangkan prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.

(44)

j. PHA memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan.

Menurut Suryadi (2000) dalam Sahwan (2002), kelebihan AHP dibandingkan dengan yang lainnya adalah:

1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, pada sub kriteria yang paling dalam.

2. Memperhitungkan validasi sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.

3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.

4. Mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi objektif dan multi-kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dalam setiap elemen dalam hierarki.

Khusus untuk Kawasan Konservasi yang memiliki permasalahan yang kompleks di dalam pengelolaannya, perlu adanya strategi pengelolaan yang mempu merangkum setiap kebutuhan para stakeholder. Sehingga untuk merumuskan strategi apa yang tepat dalam pengelolaan kawasan konservasi yang dalam hal ini adalah wilayah Tahura Wan Abdul Rachman digunakan pendekatan PHA.

2.2.8. Analisis SWOT

(45)

Lebih lanjut Salusu (1996) menyatakan bahwa analisis SWOT dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu dari 2 model matriks yaitu: MATRIKS SWOT atau MATRIKS TOWS. Model MATRIKS TOWS berbeda dengan MATRIKS SWOT. Matrik TOWS mendahulukan faktor-faktor eksternal (ancaman

dan peluang), kemudian melihat kapabilitas internal (kekuatan dan kelemahan). Suatu strategis dirumuskan setelah TOWS selesai dianalisis.

Matirks TOWS menghasilkan 4 strategi (Salusu, 1996), yaitu: (1). Strategi SO, memanfaatkan kekuatan untuk merebut peluang

(2). Strategi WO, memperbaiki kelemahan untuk dapat memanfaatkan peluang (3). Strategi ST, memanfaatkan kekuatan untuk menghindari atau memperkecil dampak dari ancaman eksternal.

(4). Strategi WT, memperkecil kelemahan dan menghindari ancaman

Tabel 1. Model Matriks TOWS dalam Analisis SWOT

MATRIKS TOWS STRENGTHS WEAKNESSES

OPPORTUNITIES

Selanjutnya menurut Marimin (2004) menyatakan bahwa analisis SWOT merupakan suatu cara untuk mengidentifikasikan berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan suatu strategi dalam pengambilan kebijakan.

(46)

Analisis SWOT didahului dengan identifikasi posisi suatu institusi melalui evaluasi nilai faktor internal dan evaluasi nilai faktor eksternal.

Selanjutnya Marimin (2004) menjelaskan proses yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT agar keputusan yang diperoleh lebih tepat perlu melalui berbagai tahapan sebagai berikut:

1. Tahap pengambilan data yaitu evaluasi faktor eksternal dan internal.

(47)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan di Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman yang secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Lampung Selatan dan Kota Bandar Lampung (Gambar 5). Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Agustus 2006 (lampiran 1).

3.2. Tahapan Penelitian

Tahap penelitian terbagi 3 (tiga), yaitu:

1. Tahap pertama; pada tahap ini yang dilakukan adalah studi pustaka terhadap pustaka yang relevan bagi penelitian, dan juga melakukan observasi awal terhadap kondisi lapangan yang ada. Sehingga berdasarkan kegiatan tersebut dapat dilakukan: (1) Perumusan Tujuan penelitian (2) Formulasi Permasalahan

2. Tahap kedua; pada tahap ini dilakukan analisis dari sistem-sistem yang terkait dalam pengelolaan kawasan, sehingga berdasarkan analisis tersebut dapat melakukan strukturisasi terhadap hierarki yang ada dalam pengelolaan kawasan tahura.

3. Tahap ketiga, merupakan tahap akhir dalam penelitian ini dengan melakukan sintesis terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan analisis deskriptif dari hasil tabulasi data serta dengan menggunakan analisis AHP dan SWOT untuk merumuskan strategi utama dan operasional dalam pengelolaan kawasan Tahura Wan Abdul Rachman.

(48)

Mulai

Tahap Pertama

(1) Perumusan Tujuan penelitian (2) Formulasi Permasalahan

Identifikasi Sistem yang terkait dan proses strukturisasi

Gambar 2. Diagram Alir Tahapan Penelitian Analisis Strategi Pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman berrbasis Ekososiosistem

Gambar 2. Diagram Alir Tahapan Penelitian Analisis Strategi Pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman berrbasis Ekososiosistem

3.3. Pengumpulan Data 3.3. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder. Teknik pengambilan contoh dilakukan secara sengaja (Purpossive Sampling) dengan pertimbangan bahwa responden adalah masyarakat yang berada di sekitar kawasan dan pelaku (individu atau lembaga) yang mempengaruhi pengambilan kebijakan, baik langsung maupun tidak langsung

(49)

dalam pengelolaan kawasan tahura. Juga dilakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian di lapangan untuk mendapatkan gambaran kondisi Tahura Wan Abdul Rachman.

Pengumpulan data primer dilakukan secara langsung dari Stakeholders lewat kuesioner sebagai panduan dan dilakukan wawancara langsung, Lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis dan Sumber data primer yang diperlukan dalam penelitian

No Jenis Data Keterangan

(sumber Informasi) 1 Kondisi Fisik/gambaran umum Kawasan Observasi Lapangan 2 Karakteristik Permasalahan Tahura Masyarakat di kawasan 3 Kebijakan Pengelolaan Kawasan tahura Pengelola Tahura

(UPTD) 4 Pendapat Strategi Pengelolaan Tahura yang

tepat

BAPPEDA,

BAPEDALDA, Dishut Lampung, Masyarakat, LSM, Pemuka

Masyarakat,

KKRPSDAL, UPTD tahura, DPRD Propinsi, Perguruan Tinggi

(50)

Tabel 3. Jenis dan sumber data sekunder yang diperlukan dalam penelitian.

No Jenis data Sumber Data

1 Sejarah Kawasan Tahura Dinas Kehutanan 2 Peta Administrasi dan Penggunaan Lahan

dalam Kawasan

Dinas Kehutanan/Bappeda

3 Perda-perda mengenai Tahura Dinas Kehutanan/Bappeda

4 Data Kebijakan pengelolaan Tahura Dinas Kehutanan/Bappeda 5 Pendapatan Asli Daerah Dispenda Prop Lampung

6 Monografi Kecamatan/Desa Kantor Camat/Desa 7 Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Kantor Camat/Desa 9 Permasalahan dan kasus-kasus yang

terjadi di Tahura

Dinas Kehutanan/BKSDA Propinsi lampung

10 Data Penunjang lainnya Dinas/Kantor yang terkait

3.4. Analisis Data

3.4.1. Analisis Karakteristik permasalahan Kawasan Tahura Wan Abdurrahman

Pengolahan dilakukan dengan menggunakan metode tabulasi dan dianalisis secara deskriptif.

3.4.2. Analisis Strategi Kebijakan

Metode analisis data yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab permasalahan pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman dengan melakukan wawancara terhadap reponden.

Metode analisis data yang digunakan untuk merumuskan kebijakan pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman berkelanjutan yang mampu mengatasi permasalahan dan konflik pengelolaan adalah dengan metode PHA (Process Hierarki Analitic) dan metode deskriftif yang dalam penelitian ini mengacu pada

metode yang dikemukakan oleh Saaty (1993).

(51)

Secara umum langkah-langkah yang dilakukan adalah: 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi masalah.

2. Membuat struktur hierarki, yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub-sub tujuan, kriteria, dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah.

Pendekatan PHA menggunakan skala banding berpasangan menurut Saaty (1993). Skala banding berpasangan tersebut disajikan pada Tabel 4.

Tahapan dalam melakukan analisis data PHA menurut Saaty (1993) dikemukakan sebagai berikut :

1. Identifikasi sistem, yaitu untuk mengidentifikasi permasalahan dan menentukan solusi yang diinginkan. Identifikasi sistem dilakukan dengan cara mempelajari referensi dan berdiskusi dengan para responden yang memahami permasalahan, sehingga diperoleh konsep yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.

2. Penyusunan struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria paling bawah.

3. Perbandingan berpasangan, menggambarkan pengaruh relatif setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Teknik perbandingan berpasangan yang digunakan dalam PHA berdasarkan judgement atau pendapat dari para responden yang dianggap sebagai key person. Mereka dapat terdiri atas : 1) pengambil keputusan; 2) para pakar; serta 3) orang yang terlibat dan memahami permasalahan yang dihadapi.

4. Matriks pendapat individu, formulasinya dapat disajikan sebagai berikut:

C1 C2 ... Cn

C1 1 a12 ... a1n

A = (aij) = C2 1/a12 1 ... a2n

... . . ... .

Cn 1/a1n 1/a2n ... 1

Dalam hal ini C1, C2, ... Cn adalah set elemen pada satu tingkat dalam

(52)

pendapat hasil perbandingan yang mencerminkan nilai kepentingan Ci terhadap Cj.

5. Matriks pendapat gabungan, merupakan matriks baru yang elemen-elemennya berasal dari rata-rata geometrik elemen matriks pendapat individu yang nilai rasio inkonsistensinya memenuhi syarat

6. Nilai pengukuran konsistensi yang diperlukan untuk menghitung konsistensi jawaban responden

7. Penentuan prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama.

Revisi pendapat, dapat dilakukan apabila nilai rasio inkonsistensi pendapat cukup tinggi (> 0,1). Beberapa ahli berpendapat jika jumlah revisi terlalu besar, sebaiknya responden tersebut dihilangkan. Jadi penggunaan revisi ini sangat terbatas mengingat akan terjadinya penyimpangan dari jawaban yang sebenarnya.

(53)

Tabel 4. Skala banding secara berpasangan Intensitas

Pentingnya Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya

Sumbang peran dua elemen sama besar pada sifat tersebut (dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan)

3 Elemen satu sedikit lebih penting daripada yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lain

5 Elemen satu lebih penting dibanding yang lain

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat mendukung satu elemen atas yang lain

7 Elemen satu jelas lebih penting dari elemen yang lain

Satu elemen dengan kuat dominansinya telah terlihat dalam praktek

9 Elemen satu mutlak lebih penting dari elemen yang lain

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguat-kan

2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua

pertimbangan yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara dua pilihan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat

satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i Sumber : Saaty (1993)

Tahapan pengolahan setelah matriks berpasangan ditentukan nilainya (Saaty, 1993) adalah sebagai berikut:

1. Perkalian baris (z) dengan persamaan:

)

2. Perhitungan vektor Prioritas

∑ ∏

(54)

3. Perhitungan nilai λmaks (eigen maximum)

Untuk i = 1,2,...,n, dengan VA dan VB adalah vektor antara.

4. Perhitungan indeks konsistensi (CI, Consistency Index)

1

5. Perhitungan rasio konsistensi (CR, Consistency Ratio)

RI CI CR=

Nilai RI (Random Index) ditetapkan oleh Oaks Ridge Laboratory dari matriks berorde 1 sampai dengan 15 yang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Nilai RI pada ordo bermatriks n (Saaty, 1993)

n RI n RI n RI

Nilai rasio konsistensi mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan. Nilai rasio konsistensi harus 10 persen (0,10) atau kurang yang menunjukkan bahwa konsistensi pertimbangan yang dilakukan baik (Saaty, 1993).

(55)

Tabel 6. Indikator-indikator dalam pengambilan keputusan menggunakan AHP

No Aspek Indikator

1 Ekologi Siklus Hidrologi dapat dipertahankan Iklim mikro tetap terjaga

Adanya Nilai estetika

Penyelamatan Kenekaragaman hayati 2 Ekonomi Diversifikasi usaha

Peningkatan pendapatan masyarakat

Peningkatan PAD

3 Sosial Penyerepan tenaga kerja Rekreasi

Selanjutnya untuk menentukan strategi yang akan digunakan dengan memperhatikan faktor internal dan faktor eksternal yaitu kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman digunakan analisis SWOT dengan mengelompokkan faktor-faktor internal maupun eksternal yang ada dengan menggunakan matriks SWOT seperti yang terlihat pada Gambar 3 berikut.

IFA/EFA Strenghts (S) Weakness (W)

Opportunities (O) Strategi SO

Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

Berada pada Kuadran I

Strategi WO

Menciptakan Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.

Berada pada Kuadran III Threats (T) Strategi ST

Menciptakan Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.

Berada pada kuadran II

Strategi WT

Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Berada pada kuadran IV

Gambar 3. Matrik IFA/EFA dalam Analisis SWOT 3.4.3. Analisis Kesesuaian Ruang

(56)

Peta Ketinggian

Peta Landuse

Peta

Ruang pemanfaatan Re-class nilai batasan

Peta Kemiringan

Gambar 4. Langkah Kerja Pembuatan Peta Ruang Pemanfaatan

3.5. Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian yang berjudul Analisis Kebijakan Pengelolaan Taman hutan Raya Wan Abdul Rachman berbasis Ekososiosistem di Propinsi Lampung meliputi :

1. Taman Hutan Raya adalah salah satu Kawasan Pelestarian Alam yang untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli atau bukan asli (eksotik) yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi (IUCN. 1980).

2. Kebijakan adalah Peraturan yang telah dirumuskan dan disetujui untuk dilaksanakan guna mempengaruhi suatu keadaan, baik besaran maupun arahnya yang melingkupi keadaan kehidupan masyarakat umum (Sanim. 2000 dalam Ramdan H dan Yusran. 2001)

3. Analisis Kebijakan merupakan aktifitas menciptakan pengetahuan tentang dan dalam proses pembuatan kebijakan. Dalam menciptakan pengetahuan tersebut, analisis kebijakan meneliti sebab, akibat, dan kinerja kebijakan dan program publik (Dunn. 1999).

(57)

hasil dari gabungan sistem ekonomi, sosial dan ekologi, yang disajikan sebagai basis untuk pengembangan sistem manajemen.

5. Pengelolaan Sumberdaya merupakan suatu tindakan atau perlakuan yang diberikan pada suatu sumberdaya untuk menjaga dan mempertinggi produktivitas sumberdaya tersebut secara berkesinambungan.

6. Agroforestry merupakan sistem penggunaan lahan secara berkelanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan penghasilan dari kegiatan mengkombinasikan antara tanaman pangan (musiman) dengan tanaman pohon-pohonan dengan mengunakan prinsip pengelolaan yang sesuai dengan prinsip dan karakteristik budaya masyarakat sekitar (Vergara, 1982).

7. Strategi agroforestry, merupakan strategi mengoptimalkan penggunaan zona pemanfaatan dalam kawasan konservasi TAHURA WAR dengan tujuan meningkatkan penghasilan dari kegiatan mengkombinasikan antara tanaman pangan (musiman) dengan tanaman pohon-pohonan dengan menggunakan prinsip pengelolaan yang sesuai dengan prinsip dan karakteristik budaya masyarakat sekitar

8. Ekowisata, sebagai aktivitas perjalanan yang tidak mengganggu atau mengkontaminasi daerah alami dengan tujuan khusus dari belajar, menikmati dan mengamati suasana alam (hewan dan tumbuhan liar), dan juga manifestasi dari budaya setempat (baik yang lalu maupun sekarang) yang ditemui di daerah tersebut (Minca. et.al. 2000)

(58)

4.1. Letak Geografis dan Batas Kawasan

Kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman terletak antara 5o18’47” – 5 29 34 LS dan 105o02’42” – 105o14’42” BT dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Bernung Kabupaten Lampung Selatan

Sebelah Selatan : Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan Sebelah Timur : Kecamatan Kedondong Kabupaten Lampung Selatan Sebelah Barat : Kecamatan Telukbetung Utara dan Telukbetung Barat

Kota Bandar Lampung

Adapun luas wilayah kawasan Tahura Wan Abdul Rachman adalah sekitar 22.244 hektar yang termasuk ke dalam 2 (dua) wilayah administrasi, yakni Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan dengan 7(tujuh) kecamatan yakni Kecamatan Padang Cermin, Kecamatan Kedondong, Kecamatan Way Lima, kecamatan Gedong Tataan, Kecamatan Kemiling, Kecamatan Telukbetung Barat dan Kecamatan Telukbetung Utara (Dishut. 2005). Peta lokasi kawasan tahura dapat dilihat pada Gambar 5.

4.2. Kondisi dan Potensi Fisik Kawasan

4.2.1 Iklim

(59)
(60)

Kondisi iklim rata-rata dalam 5 tahun terakhir, suhu mencapai 27.7oC, RH atau kelembaban sebesar 83.1%, dan persentasi sinar matahari adalah 33.1%. Sedangkan jumlah hari hujan berkisar antara 4,7 hari/bulan (September) sampai 17,8 hari/bulan (januari).

Secara rinci kondisi curah hujan kondisi iklim selama 5 tahun berturut-turut disajikan pada Tabel 7 dan Tabel 8.

Tabel 7. Curah hujan (mm) bulanan selama 10 tahun

Bulan

Rerata 204 162.3 116.5 87.0 64.9 46.1 50.3 36.3 68.9 60.5 70.7 168.4

Sumber : Stasiun Klimatologi Natar

Tabel 8. Kondisi iklim rata-rata selama 10 tahun Tahun RH

(cal/cm2/hr) Sinar Matahari (%)

1982 81.2 26.1 3.9 435.0 24.9

Sumber : Stasiun Klimatologi Natar

4.2.1 Geologi dan Fisiografi

(61)

breksi dan tufa sebagian kecil batuan bersusunan basal dan liparit. Terdapat rekahan-rekahan dan sesar-sesar pada batuan andesit, hal ini menunjukkan bahwa batuan telah mengalami gerakan tektonik. Endapan kuarter berupa tuf Lampung menutupi bagian terluas, dan merupakan endapan ignimbrit yang diendapkan pada lingkungan marin. Tuf mempunyai komposisi dasatik sampai liparitik dengan kadar tinggi (Watala, 2005).

Fisiografi wilayah ini secara umum termasuk dalam grup vulkan (Volcanic Group), secara umum bentang alam di wilayah ini terdiri dari pegunungan,

perbukitan dan dataran. Di wilayah pegunungan terdiri dari pegunungan berlereng curam sampai sangat curam dan pegunungan berlereng sangat curam sekali. Wilayah pegunungan ini tersusun dari batuan volkan tua (basal, andesit dan dasit). Pada wilayah perbukitan bahan penyusun batuannya hampir sama

dengan pegunungan, namun pada beberapa wilayah perbukitan terdapat batuan intrusif (granit) dan batuan metamorfik (skis, gneis). Pada formasi dataran tersusun oleh batuan granit dan skis (Watala, 2005).

4.2.2 Hidrologi

Kawasan tahura merupakan salah satu sumber kebutuhan air bagi Kota Bandar Lampung. Berdasarkan wilayah pengelolaannya termasuk dalam wilayah pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Sekampung. Sungai-sungai yang mengalir ke Kota Bandar Lampung dan dimanfaatkan sebagai sumber air minum oleh PDAM Way Rilau adalah Way Simpang Kanan, Way Simpang Kiri, dan Way Betung. Secara rinci kondisi Sub-Das sungai-sungai tersebut disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Kondisi hidrologi Sub-Das wilayah Gunung Betung No Parameter Fisik Sub-Das

(62)

Dari parameter fisik Sub-Das yang ada terutama kerapatan drainase dan bentuk DAS, maka dapat digambarkan karakteristik hidrologi dari masing-masing sungai tersebut. Sebagai contoh kondisi hidrologi Way Betung masih lebih baik apabila dibandingkan dengan kedua Sub-Das lainnya, hal ini disebabkan oleh kerapatan drainasenya yang lebih tinggi. Apabila suatu Sub-Das memiliki kerapatan drainase yang tinggi maka air hujan yang jatuh di atas Sub-Das tersebut akan tersebar merata ke dalam anak-anak sungainya, sehingga sebelum memasuki sungai utama akan memiliki waktu tunggu (time lag) yang lebih lama dan akan meresap ke dalam tanah dalam jumlah yang lebih banyak. Sehingga pada umumnya nanti sungai yang memiliki kerapatan drainase tinggi akan mampu meningkatkan ketersediaan air bawah tanah. Hal ini dengan asumsi kondisi penutupan lahan untuk Sub-Das tersebut relatif sama (Watala, 2005).

Selain itu bentuk Sub-Das Way Betung yang menyerupai bulu burung mempunyai kemampuan yang cukup baik dalam menyimpan air hujan yang jatuh sebagai masukan utama Sub-Das tersebut apabila dibandingkan dengan bentuk radial. Hal ini disebabkan karena bentuk Sub-Das bulu burung mempunyai waktu puncak (time consentration) yang lebih panjang daripada bentuk Sub-Das yang radial, sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan jumlah air yang diresapkan ke dalam tanah pada Sub-Das tersebut (Watala, 2005).

Hasil pengamatan pada beberapa sungai yang bermuara di Teluk Lampung, ternyata hanya Way Betung dan Way Simpang Kiri yang tetap mengalir walaupun pada musim kemarau. Sungai-sungai di sekitarnya tidak berair (mengalir), tampaknya hanya mengalir apabila musim hujan dan pada musim kemarau kering. Sungai yang demikian termasuk dalam tipe intermitten rivers, yaitu hanya mengalir pada musim hujan dan tidak mengalir (kering) di

(63)

4.2.3 Tanah

a. Topografi

Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman dengan luas wilayah sebesar 22.244 hektar memiliki kondisi lapangan dari topografi bergelombang, perbukitan lereng, tebing dan daerah pegunungan. Beberapa lembah terdapat di antara daerah perbukitan dan Gunung Betung, Pesawaran dan Tangkit Ulu Padang Ratu (1600 m dpl) (Watala, 2005). Peta ketinggian dan kelas lereng kawasan tahura dapat dilihat pada Gambar 6 dan 7.

b. Jenis Tanah

Jenis tanah berasal dari bahan induk batuan vulkan muda dan terbentuk dengan fisiografi pegunungan serta beriklim basah. Sedangkan vegetasi yang mempengaruhi pembentukan tanah adalah hutan, walaupun pada saat ini kondisi penutupan hutan tidak sepenuhnya bagus, bahkan pada beberapa wilayah telah berubah fungsinya. Secara umum jenis tanah terdiri dari latosol coklat dan andosol coklat, atau Typic Dystropepts. Tanah ini termasuk jenis Inceptisols (tanah yang baru berkembang), dengan kondisi umum sebagai berikut: kedalaman tanah cukup dalam, tekstur liat sampai liat berlempung, struktur kubus membulat (angular blocky), reaksi tanah masam, serta drainase baik (Watala, 2005).

c. Sifat Kimia Tanah

Reaksi tanah (kemasaman) berkisar antara masam sampai agak masam, dengan kisaran kemasaman tanah (pH ) 4.78--6.02. Sedangkan Al-dd (Alluminium

(64)
(65)
(66)

d. Sifat Fisika Tanah

Hasil analisis sifat fisika tanah di wilayah ini digambarkan dari parameter-parameter yang diukur yaitu, berat jenis (bulk density), ruang pori, pori drainase, air tersedia, serta permeabilitas. Berat jenis tanah tergolong sedang yang berkisar antara 1,11--1,36 g/cc, hal ini menunjukkan bahwa kondisi kepadatan tanah relatif padat. Ruang pori total tergolong sedang berkisar antara 48,7--58,11 % volume, hal ini menggambarkan bahwa ruang pori yang terisi udara berkisar antara 40--60 % sehingga tanah tidak terlalu padat.

Pori drainase menggambarkan kondisi drainase pada suatu jenis tanah, berdasarkan hasil pengamatan pori drainase tergolong tinggi pada lapisan atas (top soil) dan tergolong sedang pada lapisan bawah (sub soil). Sedangkan kondisi

permeabilitas tanah pada lapisan atas tergolong agak cepat sampai cepat (10.1--23.7 cm/jam) dan pada lapisan bawah tergolong sangat lambat sampai lambat (0.12--0.65 cm/jam) (Watala, 2005).

4.1. Kondisi dan Potensi Biotik

4.1.1. Tipe vegetasi dan jenis tumbuhan serta Fauna

(67)

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Kebijakan Pengelolaan Tahura Wan Abdul Rachman Berbasis Eko-Sosio-Sistem
Gambar 2. Diagram Alir Tahapan Penelitian Analisis Strategi Pengelolaan Tahura Gambar 2
Tabel 4.  Skala banding secara berpasangan
Tabel 5. Nilai RI pada ordo bermatriks n (Saaty, 1993)
+7

Referensi

Dokumen terkait

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data numeric yaitu Total jumlah target dan realisasi penerimaan Tax Amnesty periode Juli-September Dan Periode Oktober - Desember 2016

Pemerintah dengan peraturan-peraturannya mempengaruhi tinggi rendahnya upah. Peraturan tentang upah umumnya merupakan batas bawah dari tingkat upah yang harus dibayarkan. Dalam

Berdasarkan hasil analisis hubungan pengetahuan dengan tindakan pencegahan penularan TB Paru pada keluarga penderita Tuberkulosis Paru di Ruang Rawat Inap Paru

Teknik bertanya merupakan cara yang digunakan oleh guru untuk memancing respon siswa untuk berbicara dan mengungkapkan pendapat atau pemikiran siswa, bertanya juga

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan media pembelajaran konsep luas bidang datar berbasis perangkat lunak geogebra yang valid, praktis, dan mempunyai potensi efek

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani jamur kuping, mengatasi efisiensi usahatani jamur kuping, menganalisa gross

Diterangkan bahwa siswa yang memiliki persepsi terhadap lingkungan sekolah yang tinggi cenderung untuk memfokuskan perhatian dan usahanya pada tuntutan tugas dan