• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknologi Pertanian Sawah Dan Perubahan Organisasi Sosial Study Kasus Desa Tulem, Kecamatan Kurulu, Kabupaten Jawawijaya Irian Jaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Teknologi Pertanian Sawah Dan Perubahan Organisasi Sosial Study Kasus Desa Tulem, Kecamatan Kurulu, Kabupaten Jawawijaya Irian Jaya"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Kasus Masyarakat Desaqulem, Kecamatan Kurulu, ~abupat~n"jayawlja$a; . ‘ , - , r ,

.

+. lrian ]aya

.

* ' < ; ' 'i ~.

-

<' $;.'-,:>;:

.

* I., ..:..**-,, ..?a,> f. ',\

; : . h

. ,

%'.;

. .

j . . * , "" , ,< ~ . . :;' ,:

. ,.. :..< -, f

.., r$

...\,

.,

4,

...

":...

. > '

.

.lPrlr.

.

' 4 ; A 9

4 4

Savitri Dyah W.I.K.R.

SPD 91518

SOSIOLOGI PEDESAAN PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

TEKNOLOGl PERTANIAN SAWAH

DAN

PERUBAHAN ORGANISASI SOSlAL

Studi Kasus Masyarakat Desa Tulem, Kecamatan Kumlu,

Kabupaten Jayawijaya

-

lrian Jaya

Savitri Dyah W.I.K.R.

SPD 91518

DISERTASI SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR DOKTOR PADA PROGRAM PASCA SARJANA INSTINT PERTANIAN BOGOR

SOSlOLOGl PEDESAAN

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

ABSTRAK

Savitri Dyah W.I.K.R., Peranan Teknologi Pertanian

-

Sawah terhadap Perubahan Organisasi Sosial (Studi Kasus Masyarakat Desa Tulem. Kecamatan Kumlu, Kabupaten layawijaya

-

Irian Jaya), dengan Komisi Pembimbing Prof. Dr. Scdiono M.P. Tjondronegoro sebagai ketua, dengan anggota Prof Dr. Astrid S. Susanto-Sunario, Prof. Dr.lr. Pujiwati Sayogyo, h i . Dr. P m d i Suparlan, Dr. Ali M.A. Rachman.

,1

.

b

Sawah, khususnya sawah rawa, merupakan teknologi yang baru dikenat oleh qasyarakat

n

Dani di Lembah Balim pada tahun 1976 yang diperkenalkan oleh petani Toraja yang dibantu o%h orang Dani sebagai buruh. Pada tahun 1984, beberapa orang Dani mulai mencoba mengolah sawah sendiri dan tahun 1990 sawah mulai menyebar di lembah Balim. Studi pembahan organisasi sosial di desa Tulem, membahas tentang perubahan akibat implementasi teknologi pertanian sawah yang dimulai pada tahun 1990. Pembahan terjadi pada beberapa unsur organisasi sosial yang mempengaruhi sistem secara keseluruhan. Pembagian kerja, hubungan sosial, clan kepemimpinan mempakan unsur-unsur yang sensitif terhadap pembahan. Perubahan terjadi dengan asumsi bahwa setiap unsur dalam suatu kebudayaan memenuhi fungsi tertentu. Diterimanya suatu unsur baru karena unsur baru tersebut dapat memenuhi hngsi sosial dalam kesatuan sistem.

Studi ini menerapkan pendekatan sistem dimana organisasi sosial dan masyarakat sasaran studi m e ~ p a k a n sistem. Metode kualitatif digunakan dengan dukungan data kuantitatif. Pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan datbr pertanyaan didukung wawancara dengan kelompok tani Tulem sebagai kelompok kontrol dan kelompok tani lain dari beberapa desa untuk perbandingan. Juga dilakukan wawancara terhadap nara sumber kunci seperti aparat desa, pemimpin informal, pendeta, dan ketua kelompok tani. Untuk menghitung percepatan pembahan studi ini dibantu dengan analisa jalur, yang juga digunakan untuk menghitung derajat hubungan antara unsur-unsur dalam organisasi sosial dalam pembahan.

(4)

pembanding, percepatan perubahan akibat teknologi kebun juga dihitung. Hasilnya menunjukkan bahwa teknologi sawah meningkatkan percepatan perubahan.

Studi ini juga menunjukkan bahwa dukungan dari pranata tradisional dan gereja terhadap pengembangan sawah terbukti membantu penyebaran ekonomi sawah. Selain keuntungan ekonomi yang diperoleh, sawah telah menarik orang untuk menerima dan menyebarkannya. Didukung oleh ketidak hadiran (hilangnya) pranata perang dalam kehidupan sosial m e r e 9 s a a t ini, yang berarti hilangnya peran tertentu laki-laki dalam sistem sosial mereka (fungsi%ebagai

(I

keamanan dan mencegah serangan musuh). Sawah dalam ha1 ini telah dapat mengisi kekosongRn tersebut dan memberikan peran barn bagi kaum laki-laki di bidang ekonomi, keamanan dan kesejahteraan dalam arti jaminan sosial (menyediakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan). Kepemimpinan yang beorientasi pada perang, bigman-war berubah pada orientasi ekonomi dengan peningkatan hasil pertanian, bigman-agriculture.

Peningkatan pendapatan juga memberlkan berbaga~ pilihan (keleluasaan berbuat) dalam kehidupan mereka, seperti pendidikan bagi anak-anak. Selain itu melindungi tanah/lahan dari peluang terjadinya transaksi yang tidak diinginkan. Juga mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan ekonomi dan pembangunan daerah. Teknologi diperlukan dalam pengembangan suatu masyarakat karena teknologi merupakan sarana mempermudah manusia dalam menghadapi lingkungannya. Tetapi perubahan yang cepat akibat teknoldgi sering menimbulkan gangguan-gangguan yang berpangkal pada ketidak seimbangan karena bertemunya nilai lama dan baru, ha1 ini perlu penyesuaian. Karena itu dalam introduksi teknologi perlu mempertimbangkan unsur-unsur budaya yang akan terlibat dalam proses perubahan. Antara teknologi dengan manusia atau kebudayaan saling mempengaruhi. Perubahan karena tehologi mempengaruhi sistem sosial di suatu masyarakat, yang juga diikuti perubahan tehologi agar

dapat menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi. Perubahan dalam ha1 ini tidak tergantung

pada berapa banyak unsur-unsur yang dikenai perubahan, tetapi lebih pada seberapa penting

(5)

ABSTRACT

Savitri Dyah W.I.K.R., The Impact of Wetland-Rice Technology on Change in Social Organization (A Case

Study in Tulem Village, Kurulu Sub-District, District of Jayawijaya - lrian laya), with Supervising Committee members Prof. Dr. Sediono M.P. Tjondronegoro (head of the Committee), Prof Dr. Astrid S. Susanto-Sunario, Prof Dr. Ir. Pujiwati Sayogyo, Prof. Dr. Parsudi Suparlan, and Dr. Ali M.A. Rachman.

Rice-field technology, specifically wet-land rice technology, is relatively new &hnolov for Dani People of Balim Valley. It was first introduced to the Dani in 1976 by a Torajan farmer with the help of some local people as labourers. In 1984, some of the Dani tried on their own to cultivate wet-land rice, and by 1990 the technology spread out throughout the valley. A study on change of social organization of Dani at Tulem Village of Balim Valley, presents the social change due to the implementation of the wet-land rice technology. Changes that occured on some elements of the social organization influenced the social system as a whole. Division of work, social relations, and leaderships are some of the elements sensitive to change. The change that occured is with the assumption that each social element in a community fulfills a certain function. Any acceptance of a new element in a system is due to the new element fulfilling certain social functions in the system as a whole.

The current study applies a systemic approach where social organization ,and the community focused upon in this particular study is considered as a system. A qualitative method is used supported by quantitative data. Data collection has been accomplished using a set of questionnaires for interviews with a group of farmers at Tulem as the control group, and other groups of farmers from other villages for comparison. Interviews were also done with key informants including village leaders, informal leaders, religious leaders and heads of farmers groups. To calculate the extent and rate of change, the study is statistically supported by the path analysis technique which was also used to calculate the degree of relationship among the elements in the changing social organization.

(6)

caused by the introduction of wetland-rice technotogy. The latter shows that the wetland-rice technology increases the change rate.

The study, furthermore, shows that support from traditional institutions and the church to the development of wetland-rice technology promoted in the dissemination of wetland-rice and in the process of acculturation. Apart from economic gains, rice-fields have been accepted by the farmers not only but also enhanced the technology spreads. This has been accentuated.& the absence of war mindedness, which also means the disappearance of certain function o f d e men's

I

role in their social system as warriors (safeguard the group from enemy's attack). Rice-fad cultivation has compensated for the decrease of warrior activities and provided new roles and status to the men in economic field and become leaders in their communities. Its also brought greater social security through increase income and open work opportunities. Change of leadership occurs from war orientation before, bigman-war, to economic orientation through agriculture, bigman-agriculture.

(7)

Judul

Nama Nrp.

: TEKNOLOGI PERTANIAN SAWAH DAN PERUBAHAN ORGANISAS1 SOSIAL

(Studi Kasus Masyarakat Desa Tulem Kecamatan Kurulu, Kabupaten Jayawijaya

-

Irian Jaya)

: Savitri Dyah Wahmi Irawati Kambali Retno

: SPD 91518

Menyetujui

1. Kom' ' Pembimbing

.

v

,#

n e t "a,

Anggota :

ProtDr. Astrid S. santo-Sunario

' /

Prof.Dr. Parsudi Suparlan

2. Ketua Program Studi Sosiologi Pedesaan

Ir. Said Rusli MA

Q&rG&

Prof.Dr.Ir. Pujiwati Sayogyo

Dr. AU M.A. Rachman am Pascasarjaua

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis terlahir dengan nama Savitri Dyah Wahmi lrawati Kambali Retno, di kota Malang (Jawa Timur) pada tanggal 24 Agustus 1960, anak ketiga dari empat bersaudara pasangan R. Soetedjo (purnawirawan ABRI) dan Lilik Soemarni.

Menamatkan Sekolah Menengah Atas tahun 1979 di Bandung. Pada tahun 1984, menamatkan Program Strata Satu pada Jurusan Antropologi Fakultas Sastra Universitas &&aran Bandung. Pada tahun 1988, menamatkan Program Master of Science pada juruban Rqal Development Planning. Human Settlements Division, Asian Institute of Technology, Bangkok- Tahiland.

Mulai .tahun 1985 bekerja di Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna, Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Subang, Jawa Barat.

Pada tahun 1991 mendapat tugas belajar dari LIP1 pada Jumsan Sosiologi Pedesaan, Program Pasca Sarjana lnstitut Pertanian Bogor.

Sebagai Staf Peneliti di Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna telah mengikuti berbagai kegiatan pengembangan masyarakat:

Pada tahun 1985, melaksanakan evaluasi terhadap kegiatan pengembangan masyarakat melalui implementasi teknologi tepat guna di kampung Bunder, desa Dawuan kabupaten Subang.

Pada tahun 1985 juga melakukan evaluasi terhadap berbagai kegiatan implementasi teknologi tepat guna yang dilaksanakan oleh Puslitbang Fisika Terapan, dengan lokasi pengembangan Lampung, Kendari (Sulawesi Tenggara), Nusa Tenggara.

Tahun 1986, melaksanakan studi pendahuluan tentang Difusi Teknologi dengan lokasi Kabupaten Subang.

(9)

KATA PENGANTAR

Disertasi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Doktor pada Program Pasca Sarjana IPB

-

Bogor. Puji syukur penulis panjatkan ke hadiratNya, karena dengan rahmatnya disertasi ini akhirnya terselesaikan juga, setelah melalui waktu yang panjang.

Dengan penuh ketulusan, penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. S lono

.e$.

M.P. Tjondronegoro sebagai Ketua Komisi Pembimbing, dan Prof. Dr. Astrid S.,,Susanto- Sunario, Prof. Dr. Ir. Pujiwati Sayogyo, Prof. Dr. Parsudi Suparlan, dan Dr. Ali M . A . Q a c W sebagai anggota komisi, yang telah dengan sepenuh hati membimbing dan memberi arahan sejak dari perencanaan penelitian sampai selesainya laporan ini, meskipun itu berlangsung ditengah- tengah berbagai kesibukan tugas-tugas beliau. Sekali lagi, penulis menghaturkan terima kasih dan do'a keselamatan untuk seluruh anggota komisi.

Penelitian ini, khususnya dalam proses pengumpulan data, tidak akan terlaksana tanpa bantuan berbagai pihak di wilayah penelitian. Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

I . Bapak J.B. Wenas Kepala Daerah Tingkat I1 Jayawijaya 2. Drs. Arjuno Brojonegoro, Msc. Deputi IPSK LIPI

3. Dr. Anung Kusnowo Kapuslitbang Fisika Terapan LIPI, Bandung

4. Dr. Nilyadi Kahar (alm), Puslitbang Fisika Terapan LIPI.

5. Dr. Suwarto Martosudirjo, Puslitbang Fisika Terapan LIPI.

6. Dr. Haryo S, UNPAD.

7. Ir. Hoemam R. Sahil pimpinan proyek Pengembangan Masyarakat Pedesaan Wamena, Puslitbang Fisika Terapan LIPI

8. Ir. Akmadi Abbas, MengSc., Ka. Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna Puslitbang Fisika Terapan LIPI dan sebagai Pimpinan Bagian Proyek Pengembangan Masyarakat Pedesaan Wamena tahun 199411995

9. Ir. Dadang D. Hidayat, MengSc., Pimpinan Bagian Proyek Pengembangan Masyarakat Pedesaan Wamena tahun 1995/1996

10. Aparat pemerintah Daerah Tingkat I1 Jayawijaya lainnya

(10)

putranya Arkina, Lina, Marlina, Yop dan Yoap yang telah banyak membantu penulis selama di lapangan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan yang turut memberi dukungan dan sebagai teman berdiskusi: Ir. Holia Onggo, Dr. Neni Sintawardani, Dra. Carolina, Ir. Rahmini Saparita MS, Drs. Didi Mulyadi, Buzz Maxey, dan Prof. Dr. Karl G. Heider yang telah meluangkan waktunya dan membagi pengalaman di lokasi penelitian. Secara khusus penulis ucapkan terima kasih kepada Dra. Siti Sunendiari MS. Yusuf Alua, dan para responden ang telah meluangkan waktu bagi terselesaikannya disertasi ini. ;Y

4

'

Akhirnya terima kasih bagi kedua orang tua penulis dan semua keluarga

hg

tebh

dengan sepenuh hati memberikan dukungan dan semangatnya serta doanya bagi keberhasilan studi ini.

Subang. April 1977

(11)

DAFTAR IS1 KATA PENCANTAR DAFTAR IS1 DAFTAR TABEL DAFTAR CAMBAR PENDAHULUAN

1. I. LATAR BELAKANC PENELITIAN 1.2. MASALAH PENELITIAN

1.3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1.4. LOKASl PENELITIAN

1.5. KERANCKA PEMlKlRAN 1.6. ANCCAPAN DASAR 1.7. HIPOTESA

1.8. METODOLOCI

1 B.1. Metode dan Teknik Penelitian 1.8.2. Pengumpulan Data

1.8.3. Teknik Analii

bc xii xiii

2. TlNlAUAN PUSTAKA 24

2.1. ORGANISASI SOSIAL DAN STRUKTUR SOSiAL 24

2.2. TEKNOLOCI, PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA DAN

PENOLAKAN 25

2.3. DIFUSI, AKULTURASI, ADAPTASI DAN ADOPSI 29 2.4. PRANATA SOSIAL, PARTlSlPASl MASYARAKAT DAN

PERUBAHAN SOSIAL 31

2.5. FUNCSIONALISME DAN PERUBAHAN SOSIAL

.

33

2.6. PERANC BAG1 ORANG DAN1 BALlM 35

3. MASYARAKAT DAN1 Dl DESA TULEM

3.1. CAMBARAN UMUM : MASYARAKAT DAN1 BALlM 3.1.1. Sosial Ekonomi

3.1.2. Organisasi Sosial 3. I .3. Kepemimpinan

3.2. MASYARAKAT DAN1 Dl DESA TULEM 3.2.1. Ekonomi dan Pertanian

Langkah-Langkah Pembukaan Lahan (Kebun Ubi Jalar) 3.2.2. Pemukiman

3.2.3. Organisasi Sosial

3.2.3.1. Kelompok Berdasarkan lkatan Sosial Kelompok Berdasarkan Kekerabatan

Kelompok Berdasarkan Wilayah Tinggal (Teritorial) a) Si/i (Kmpleekr PemuHman)

b) Kon/edrd~i/Isaeyak ddn /iami/Lapokap

3.2.3.2. Kelompok Berdasarkan Fungsi Ritual (Pemilikan Benda Adat) Kelompok Kaneke

(12)

3.2.4. Kepemimpinan 3.2.4. I. Kain 3.2.4.2. Metek 3.2.5. Konflik

3.2.6. Aiam Supernatural 3.2.6. I. Wera dan Mokat

3.2.6.2. Sikap terhadap Kekuatan Supernatural 3.2.6.3. Upacara Ritus

Upacara Kematian Upacara Perkawinan Upacara Kelahiran Upacara Inisiasi

a) Hota/i b) A p Waya

Upacara Mauwe Upacara Kesuburan Upacara Perang '3.2.7. Kesenian

3.2.8. Konmkd

3.2.9. Kelompok Masyarakat dibawah Pengamh Cereja Kingmi 3.2.10. Perubahan di Desa Tulem

INTRODUKSI TEKNOLOCl PERTANIAN SAWAH Dl DESA TULEM

4.1. INTRODUKSI SAWAH Dl DESA TULEM 4.2. PENGEMBANGAN SAWAH

4.2.1. Budidaya Sawah 4.2.2. Penanganan Pascapanen

4.2.3. Kendala dalam Pengembangan Sawah 4.2.4. Berkembangnya Sawah di Tulem

4.3. ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP SAWAH 4.3.1. Peningkatan Produki dan Pendapatan

4.3.2. Pembagian Keria 4.3.3. Hubungan Sosial 4.3.4. Kepemimpinan

TEKNOLOCI SAWAH DAN PERUBAHAN ORGANISASI SOSIAL 131 5.1. PERUBAHAN UNSUR-UNSUR ORGANISAS1 SOSiAL 132

5. I. 1. Perubahan dalam Hubungan Sosiai 132

5.1.2. Pembahan dalam Pembagian Kerja 139

5.1.3. Pembahan daiam Kepemimpinan 142

5.2. TEKNOLOGI SAWAH DAN PERUBAHAN 144

5.2.1. Pengaruh Teknologi dalam Perubahan Kepemimpinan 148

5.2.2. Percepatan Pembahan 156

(13)

6. TEKNOLOCI SAWAH DAN PERUBAHAN ORGANlSASl SOSIAL

6.1. PERUBAHAN ORGANlSASl SOSlAL 6.2. PENUTUP

6.2.1. Kerlrnpulan 6.2.2. Saran

KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN

-

LAMPIRAN

LAMPIRAN

-

I : ANALISA lALUR

LAMPIRAN

-

2 : METODE SUCCESSIVE INTERVAL LAMPIRAN

-

3 : NlLAl VALIDITAS INSTRUMEN

PENELlTlAN

LAMPIRAN

-

4 : NlLAl RELlABlLlTAS INSTRUMEN PENELlTlAN
(14)

DAFTAR TABEL Tabel

3.1. Kelompok Konfederasi dan Aliansi di Lembah Balim 46

3.2. Luas Lahan dan Peruntukkannya 50

3.3. Jumlah Anak per Ibu di Desa Tulem sampai September 1995 50

3.4. Pembagian Kerja Tradisional 56

3.5. lstllah Kekerabatan 64

Kondisi Kelompok Tani dan Pendekatan bertahap dalam lntroduksi Teknologi

Masalah dalam Pengembangan Sawah Konsep Kerja

Konsep Keja dan Pemilikan Lahan Pemecahan Masalah yang Dihadapi

Yang Didatangi untuk Membantu Memecahkan 'Masalah Setuju Adanya Sawah tetapi Tidak Mengembangkan Sawah Alasan Setuju terhadap Pengembangan Sawah

Manfaat Ekonomi yang Diperoleh dari Pengembangan Sawah Peruntukkan Hasil Pertanian di Desa Tulem Tahun 1995

Sumbangan Pertanian terhadap Pendapatan Rata-Rata per Tahun Petani Desa Tulem

Manfaat Sosial yang Diperoleh dari Pengembangan Sawah Rencana Perluasan Lahan Sawah

lntroduksi Penanian Sawah

Yang Mendorong dan Yang Memutuskan Menerima Sawah Bantuan untuk Mendukung Pengembangan Sawah

Pembagian Keija Pertanian

Yang Dihubungi dalam Kegiatan Pertanian Yang Dihubungi dalam Pekeriaan Sehari-hari

5.1. Pembagian Kerja Setelah Ada Sawah 140

5.2. Unsur Pendukung bagi Ketua Kelompok 143

5.3. Pandangan Masyarakat 152

5.4. Pandangan Masyarakat dan Pemilikan Lahan Pertanian 153

5.5. Sikap Masyarakat 154

5.6. Sikap Masyarakat dan Pemilikan Lahan Pertanian 155

6.1

.

Huhngan Antar Kelompok 6.2. Maaiks Perubahan [image:14.519.41.469.33.677.2]
(15)
[image:15.519.42.465.20.675.2]

xiii DAFTAR GAMBAR

Gambar

1.1. Peta Lokasi Penelitian 1.2. Pemanfaatan Lahan

1.3. Pemanfaatan Lahan di Wamena 1.4. Kerangka Pemiklran

1.5. Diagram Jalur 2.1. Fungsl Perang 3.1. Hipere Ukul

3.2. Sistem Teras Membujur dari Kebun Ubi Jaiar 3.3. Wen Tlnak

3.4. Wen Ika

3.5. Anak-Anak Mencari lkan

3.6. Benda- Benda Adat yang Berputar 3.7. ' Peta Desa Tulem

3.8. Persiapan Kebun Ubi Jalar (Setelah Pembakaran) 3.9. Kebun Hipere

3.10. Okahalek

3.1 1. Menanam Bibit Hipere kedalam Hipere Ukul 3.1 2. Seorang Anak Membantu Mengasuh Bayi 3.1 3. Arena Perang (no man's land)

3.1 4. Desa Tulem: Perunwkkan Lahan 3.1 5. Pemukiman

3.16. Pete Kekerabatan 3.1 7. Struktur Kekerabatan 3.1 8. Kompleks Pemukiman: Sili 3.1 9. Peta Konfederasi

3.20. Waro Leget 3.2 1

.

Organisasi Sosiai

3.22. Kepemimpinan Metek dan Posisi Duduk dalam Honai Adat 3.23. Bagian-Bagian Babi dalam Adat

3.24. Mengatur Urutan Babi sesuai dengan Posisi Metek dalam Upacara 3.25. Kepemimpinan Metek Konfederasi Hiage

-

Kerda di Tulem dan

Konfederasi Wuka

-

Hubi di Wouma 3.26. Struktur Kepemimpinan Metek

3.27. Tamu dan Sumbangan dalam Upacara Kematian 3.28. Persiapan Upacara Pembakaran Mayat

3.29. Memanah Babi untuk Santap Bersama

3.30. Gotong Royong Mencabut Alang-Alang untuk Atap 3.3 1. Bangunan Tradliional

4.1. Lahan Rawa Potend Pengembangan Sawah di Desa Tuiem 101

4.2. Persiapan Lahan Sawah 108

4.3. Perkembangan Kebutuhan dan Pengadaan Beras Kabupaten

Jayawijaya 113

4.4. Perontok Sistem Mesin Jahit 119

4.5. Perkembangan Sawah di Desa TuIem 122

(16)

4.7. Tingkat Pendapatan dan Keglatan Penanian dl Desa Tulem Tahun 1995

4.8. Seorang Anak Menjaga Sawah dad Serangan Bu~ung dad Atas Menara Pengintai (Kayo)

4.9. Kaum Lakl-Laki Bekerja di Sawah

Hubungan Kerabat dan Penyebaran Teknologi Sawah Garis Hubungan antar Kelompok Tani

Korelasi Teknologi terhadap Perubahan Kepemimpinan

Pengaruh Teknologi Kebun terhadap Perubahan Kepemimpinan secara Bertahap (1 990- 1995)

Pengaruh Teknologi Sawah terhadap Perubahan Kepemimpinan secara Bertahap (1 990-1 995)

Pandangan Masyarakat Sikap Masyarakat

Perubahan Organisasl Sosial 'Percepatan Perubahan

6.1. Hubungan antara Unsur-Unsur K, Hs, Pk, terhadap Sawah dalam Satuan

6.2. Unsur-Unsur yang Berperan dalam Perubahan Organisasi Sosial 6.3. Perubahan Pembagian Kerfa

(17)

BAB

1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG PENELlTlAN

Proses perubahan sosial dalam suatu masyarakat dapat terjadi karena adanya pengaruh dari luar maupun dari dalam masyarakat itu sendiri. Hal ini telah menjadi perhatian d a 1 a m . w - ilmu sosial karena

"...

social life is life and therefore changes.

...

Social scientists are c+d1enged

P

by the problems of life. ... dealing with the rise of newly independent nations.

....

rapid change% societies

...

" (Ponsioen 1969: 13). Temtama proses pembahan karena adanya pengaruh luar (external) menjadi ulasan banyak studi. Kemajuan teknologi di segala bidang terutama komunikasi memudahkan hubungan antar wilayah sehingga dapat menjangkau wilayah-wilayah terpencil. Maka dapat dikatakan hampir tidak ada lagi desa atau kelompok masyarakat yang terisolasi seperti yang dikemukakan oleh Herkovits (1945: 143): ' 2 society may be never so small, never so isolated; its technological equipmant may be of the simplest, its devotion to its own way of life expressed in extreme conservatism; yet changes constantly take place as

generation succeeds generation, and new ideas, new alignment, new techniques come into the

thrnkrng of its members

".

&udi tentang masyarakat Aborigin dalam pembahan juga menunjukkan bahwa "... the effects of the modern technological revolution have been deeply felt in.the most remote corners of the world" (Holmberg 1945: 103).

Teknologi yang menunjang peningkatan produktivitas di segala bidang (pertanian, perikanan, peternakan maupun industri) telah menjadi pemacu terjadinya pembahan yang cepat di suatu masyarakat, menumt Eckaus (1977: 5): "Technological decisions and the pace of technical change affect all development processes and, in turn, are affected by them". Dari berbagai studi tentang pembangunan dinyatakan bahwa "technology as an instrument for accelerating economic and social development is now accepted nearly everywhere and given

special attention" (ESCAP 1984: 25). Keadaan tersebut membantu percepatan pembangunan di negara-negara berkembang, tetapi juga memiliki sisi lain yang menyodorkan berbagai masalah:

"Recognition of technology's essential role in development does not imply a technological

(18)

Beberapa unsur memiliki lebih dari satu fungsi, tetapi secara menyelumh unsur-unsur tersebut merupakan suatu kesatuan yang saling mengikat: " ... a social system (the total social s m c t w e of a society together with the totality of social usages, in which t h structure appears and on which

it depends for its continued existence) has a certain kind of unify, which we may speak of as a functional unity" (Radcliffe-Brown 1965: 18 1).

Masuknya teknologi baru dalam suatu masyarakat dapat mengakibatkan pembahan besar yang mencakup seluruh bidang kehidupan (sosial, budaya, ekonomi). Karena teknolo&&kan hanya alat melainkan suatu sistem yang terdiri atas berbagai unsur yang saling berhte* Terdapat empat komponen dalam teknologi yang saling berinteraksi, yaitu: technoware

(alatlfisik); humanware (keterampilan dan pengetahuan); infoware ( i n f o m i ) ; dan orgowme

(organisasi). Dalam studi ini adalah perubahan yang terjadi pada organisasi sosial yang rnencakup kepemimpinan, pembagian kerja, mobilitm sosial seperti yang ditunjukkan pada penelitian di masyarakat Aborigin:

"...

increase in steel m e s and their dishibutions to women change the character of relations between individual and individual, the paired relationships that

have been noted, but a new type of relationship,

...

practically unknown

....

The steel me. together, of course, with other European goods, came to symbolize for the aboriginal this new

and uncomfortable form of social organization, the leader-group relationship" (Sharp 1967: 84-

85). Namun demikian perubahan atau teknologi yang tidak sesuai dengan fungsi dan kebutuhan masyarakat dapat menimbulkan konflik. Dalam ha1 ini kemampuan dan kesiapan masyarakat dalam menanggapi perubahan tersebut amat berperan. Studi tentang pembahan ini dilakukan di masyarakat Dani Balim di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, propinsi Irian jaya menyangkut masuknya teknologi pertanian sawah khususnya di masyarakat Desa Tulem, Kecamatan Kurulu.

(19)

sekali terjadi di bidang pertanian (Hayward 1980: 165-167). Berangsur terjadi pula pembahan pada unsur-unsur lain dalam kehidupan masyarakat, apalagi dengan derasnya pendatang (yang mewakili sektor ekonomi) memasuki kota Wamena. Untuk itu, kegiatan pengembangan masyarakat di Wamena melalui introduksi teknologi pertanian menjadi titik perhatian studi perubahan akibat masuknya teknologi "baru". Dalam ha1 ini pengaruhnya terhadap organisasi sosial yang menyangkut kepemimpinan, pembagian kerja, hubungan sosial dan spesialisasi, disamping pembahan teknologi lainnya. d 9

,@

Berbeda dengan pembahan yang terjadi pada teknologi, nilai budaya masyarakat mas$ temp dipegang teguh dan sulit untuk berubah. Meskipun sudah cukup lama mereka mengadakan kontak dengan kebudayaan lain (pendatang), ha1 ini karena tidak cukup alasan untuk menggantikannya, dalam arti nilai-nilai tersebut masih memenuhi fungsi mereka. Selain itu ha1 ini mengukuhkan pandangan masyarakat Dani Balim terhadap fungsinya sebagai pelestari dan

penjaga kelangsungan nilai budaya atau tradisi mereka. Mereka menganggap diri sebagai pusat kebudayaan Dani: "...the Baliern Dani saw themselves as conservers oftraditional Dani culture''

(Hayward 1980: 106). Menumt legenda, induk suku Dani berasal dari Lembah Balim. Pada suatu saat tejadi migrasi besar sebagian masyarakat ke arah barat dan barat laut Lembah Balim, kelompok masyarakat ini kemudian dikenal sebagai suku Dani Barat yang dipandang sebagai pionir dan lebih mudah menerima unsur-unsur baru dari luar.

Lembah Balim lokasi sebagian besar masyarakat Dani tinggal ditemukan seek tidak sengaja oleh Tim Ekspedisi Archbold pada tahun 1938. Dilanjutkan oleh tim ekspedisi yang sama

dibawah pimpinan Kapten Teerink dan Letnan van Areken yang mendarat di Danau Habema (arah selatan dari kota Wamena), yang kemudian berjalan kaki menuju arah Lembah Balim melalui Lembah Ibele (sebelah barat kota Wamena) dan mendirikan basecamp. Pada tahun 1954, stasiun keagamaan (KristenICAMA) pertama didirikan di desa Hitigima (sebelah timur kota Wamena). Pada tahun 1958, di daerah sekitar landasan pesawat terbang (kota Wamena) pemerintah Belanda mendirikan pos pemerintahannya. Tidak lama kemudian, melalui proses yang panjang dan diawali dengan ditandatanganinya dokumen Pepera pada tahun 1969, Irian kembali ke pemerintah Republik Indonesia (Heider 1970: 11; Hayward 1980: 113-124; Kusnowo

& Nazif 1992: 22).

Wamena sebagai ibu-kota Kabupaten Jayawijaya mempakan ibu kota kabupaten tennahal'. Hal ini karena jalan masuk dan keluar dari Wamena hanya ditempuh lewat udara.

(20)

Lingkungan tempat tinggal mereka terdiri atas bukit cadas, pegunungan dan hutan yang cukup lebat, dengan kondisi cuaca dan pembahannya yang tak terduga. Dengan jumlah dan jenis binatang buruan yang tidak banyak, maka berbum sudah tidak menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat. Tikus, kuskus dan bumng d i b u ~ secara kebetulan bila ditemui (Hayward 1980: 113-124). Ikan juga sangat kurang jenisnya, biasanya di lepas di parit-parit kebun atau di ambil dari danaudanau kecil atau sungai. Sedang udang sungai Balim (udang c h e w ) telah

menjadi komoditi pasar. ,?

.%

Masyarakat Dani hidup dari berkebun dan memelihara temak babi (wam). H u i l utaqp kebun adalah ubi jalar (hipere) yang juga mempakan makanan pokok. Teknik budidaya ubi jalar dilakukan amat baik

i it ton

1985: 62) meskipun teknologi yang digunakan sederhana. Pembagian kerja secara h-adisional didasarkan pada jenis kelamin, laki-laki dan wanita, tidak terdapat spesialisasi. Meskipun terdapat orang-orang yang memiliki keahlian tertentu (seperti dukun), tetapi bukan mempakan pekerjaan yang khusus dan penuh, hanya dilakukan atas permintaan.

Sistem kepemimpinan dalam masyarakat Dani bukanlah kekuasaan tetapi berupa pengamh, dalam arti bukan pengambil keputusan. Jarak antar jenjang sosial dalam masyarakat sangat pendek. Kepercayaan bagi masyarakat Dani Balim merupakan dasar kehidupan yang melandasi semua kegiatan dalam kehidupan mereka. Dasar kehidupan ini di lambangkm dengan suatu bentuk nyata yaitu kaneke yang berfungsi sebagai lambang persatuan. Orang Dan; (Itlay &

Hilapok 1993: 20-21): "hidup dalam saruan ikatan seadar 'kaneke; bisa dikatakan sebagai satuan klen2 patrilineal, satuan konfederasi yaitu satuan yang terdiri dari pasongan klen ", dan satuan se-wakunno yaitu satuan berdasarkan wilayah (pemilikan tanah bersama) yang biasanya terdiri atas dua atau lebih konfederasi. Kaneke adalah benda-benda pusaka warisan leluhur, sebagai benda keramat disimpan di dalam honai (tempat tinggal) laki-laki. "Kaneke juga berarti hatildiri dari seorang kepala suku yang bersumber pada seorang tokoh mitos di masa lampau. Kaneke mempakan wujud nyata sebagai lambang penyatuan dari keinginan mencapai kesempumaan. Kaneke merupakan titik sentral dari selumh rangkaian kegiatan masyarakat. Tetapi tidak selumh kehidupan orang Dani Balim tergantung pada adat kaneke, karena manusianyalah yang menghidupkan adat kaneke tersebut" (Itlay & Hilapok 1993: 27).

Studi ini bemsaha menjelaskan bahwa setiap unsur budaya memiliki fungsi yang saling terkait dalam suatu sistem. Jadi setiap perubahan pada salah satu atau beberapa unsur budaya

(21)

dapat mengakibatkan perubahan pada unsur lain atau sistem dan dapat berakibat pada ketidak seimbangan sistem. Sebagai contoh: hilangnya (dilarangnya) perang di masyarakat Dani mengakibatkan memudarnya peranan laki-laki sebagai kesatria dan juga peluang sebagai pemimpin (perang). Ketidak-seimbangan seperti ini biasanya terjadi juga pada fase awal pengenalan sistem/teknologi barn, keseimbangan kembali terjadi bila terdapat penyesuaian. Keseimbangan ini dapat dicapai bila unsur-unsur baru tersebut memenuhi fungsi yang dibutuhkan. Juga berdasarkan opini bahwa setiap unsur dalam suatu kebudayaan memiliki&tgsi tertentu yang saling terkait dan hubungan antara unsur-unsur tersebut membentuk suatu kesatua~

sistem sosial. Menurut Radcliffe-Brown (1965: 181): "

...

'function' is the contribution which a partial activity makes to the total activity of which it is a part. The@ction of aparticular social

usage is the conhibution it makes to the total social life as the functioning of the total social

system" (Radcliffe-Brown 1965: 181). Sistem sosial dapat diartikan sebagai

"...

the totalsocial structures of a society together with the totality of social usages in which that shucture appears

and on which it depends for its continued existence" (Radcliffe-Brown 1965: 181). Maka dalam studi kasus di Wamena ini pendekatan sistem diterapkan. l n t e ~ e n s i terhadap salah satu unsur akan membawa pembahan pada unsur-unsur lain dan sistem itu sendiri. Fungsi atau makna suatu unsur dari suatu sistem akan tidak berarti bila dilihat secara terpisah dari unsur-unsur lain atau terpisah dari sistem yang utuh. Karena "the parts of a social system

...

are inteructional and manifest asprocessess ofaction and reaction" (Bertrand 1972: 34).

Studi pembahan ini mengkaji latar belakang pembahan dengan memahami proses masuk dan penerimaan suatu teknologi dalam suatu masyarakat. Dalam ha1 ini melibatkan proses pengambilan keputusan yang menyangkut: I) penerimaan teknologi savah d m fungsinya; 2) siapa (dalam kedudukan dan fungsi sosial apa) orang yang berperan atas diterinumya teknologi

smvah tersebut. Dalam pengenalan teknologi yang baru menuntut pengetahuan tentang sistem pertanian tradisional serta hubungan yang terjalin di dalamnya. Pemahaman ini penting untuk dapat mengerti pembahan yang terjadi, serta hubungan sosial antar mereka.

1.2. MASALAH PENELlTlAN

(22)

vegetables became 'big' business. ... The Dani in the meantime finding that vegetables were a meansfor procuring not only salt, but as the volume increased, axes, pots, shovels, clothes, and

other western style goods" (Hayward 1980: 166). Pembahan terjadi antara lain: produksi pertanian yang dipemntukkan bagi memenuhi kebutuhan pasar, juga dalam ha1 pascapanen dimana dilakukan proses pengeringan dan penyimpanan bagi produksi palawija, yang sebelumya tidak dilakukan. Kemudian disusul dengan introduksi sawah yang selain membah sistem pertanian juga berpengaruh pada kehidupan sosial. Pembahan teknologi pertanian terjr'%ri sistem pertanian tradisional yang kurang intensif (lahan kering: ubi jalar) pada sistem ptrtaniaO intensif (lahan basah: sawah). Dalam ha1 ini pengolaban dan perawatan lahan yang lebih intensif diperlukan dalam budidaya sawah. Pembahan terjadi seperti pada proses perawatan dan diperlukannya air beserta pengaturannya, yang sebelumnya tidak dikenal. Pembahan ini pada gilirannya menyebabkan terjadinya "pembahan dalam pembagian kerja" (Suparlan 1994b: 88), teknologi (dalam ha1 cara atau teknik), spesialisasi, hubungan sosial dalam kelompok maupun antar kelompok, dan kepemimpinan.

Studi ini terutama mengungkap pembahan pada unsur kepernimpinan sebagai unsur yang peka dalam suatu organisasi sosial. Terdapat dua tipe kepemimpinan dalam masyarakat Dani yaitu yang diwariskan (ascribed) atau metek dan yang berdasarkan kemampuan (achieved) atau

kain. Pembahan terjadi dalam kepemimpinan kain, yang kemudian berakibat pada petubahan organisasi sosial sebagai sistem.

Untuk itu dikaji akibat pembahan teknologi pertanian sawah terhadap perubahan kepemimpinan dan kemudian pembahan organisasi sosial dalam masyarakat petani di desa Tulem (Wamena). Secara khusus terdapat dua pertanyaan pokok yang menjadi rincian masalah, yaitu:

1. Mengapa teknologi sawah dengan cepat diterima masyarakat Dani di desa Tulem dan menjadi bagian dari kehidupan mereka ?

2. Mengapa teknologi sawah dapat menyebabkan pembahan dalam organisasi sosial masyarakat Dani di desa Tulem, terutama pada kepemimpinan ?

3. Apa yang melatar belakangi terjadinya perubahan kepemimpinan setelah diintroduksi teknologi sawah ?

1.3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELlTlAN

I: Tujuan studi pembahan organisasi sosial karena masuknya teknologi sawah, menghasilkan:

(23)

2. Kajian tentang cara dan respons masyarakat menghadapi masuknya teknologi.

\

3. Kajian tentang pembahan sebagai upaya adaptasi masyarakat terhadap pembahan.

4. Kajian mengenai pengaruh pembahan teknologi pertanian terhadap kehidupan sosial petani Desa Tulemi

Studi juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran berupa alternatif dalam kegiatan pembangunan melalui introduksi teknologi, dan arah perubahan melalui kajian unsur- unsur yang peka terhadap perubahan. Studi ini diharapkan juga memberikan sum* kelengkapan informasi ilmiah tentang masyarakat pedesaan Dani di Lembah Balim propirisi Irian, Jaya, temtama proses akulturasi dan pembahan sosial.

Lokasi penelitian adalah desa Tulem (Gbr. 1.1.). Kecamatan Kumlu. Pada tahun 1990 desa ini diperkenalkan dengan teknologi pertanian sawah, dimana penulis terlibat dan mengikuti perkembangannya. Karenanya sebagai sasaran penelitian, mudah ditelusuri proses masuknya teknologi sawah serta perubahan yang terjadi. Sebagai pembanding pengamatan diiakukan juga di tiga desa lain, desa Aikima dan desa Wenabubaga di Kecamatan Kumlu, kampung Harapan desa Walelagama, kecamatan Wamena kota. Kelompok tani sawah desa Tulem dalam ha1 ini sebagai kelompok kontrol.

1.5. KERANGKA PEMlKlRAN

Pembahan organisasi sosial di suatu kelompok masyarakat akibat teknologi berpangkal pada proses bagaimana suatu teknologi diterima (atau ditolak) oleh masyarakat. Sebagai suatu sistem, organisasi sosial "

...

implies some degree of unif%cation, a putting together of diverse elements into common relations" (Firth 1956: 36). Sistem sosial selalu dalam pembahan yang terus menerus: "Basic relations of the system are not of a balanced order; they are often unbalanced, requiring continual readjmtment in order that the system may work at all" (Firth 1956: 82), dan dapat didefinisikan sebagai " ... a condition in which allparts ofthe social system work together with a suflcient degree of harmony or internal consistency" (Radcliffe-Brown

-: 1965: 181). Interaksi dalam suatu sistem terjadi tidak saja antar unit-unit sosial di dalamnya

(24)

I:

(25)

Kedalamnya termasuk distribusi atau pembagian lahan: bagi tempat tinggal dan mata pencaharian, juga antar kelompok masyarakat. Pengaturan pemilikan lahan komunal, dan cara produksi melalui hubungan resiprokal merupakan kepentingan bersama dalam memanfaatkan sumberdaya (lingkungan) yang ada untuk mempertahankan sistem yang utuh. Hal ini ditunjukkan dalam gambar pemanfaatan lahan yang dikembangkan oleh Paula Brown (1979: 239).

IAN0

.P

,#

BIISIIIX

*

I'UTAMKi

Inn0 r1101'S

BXnANCE

Gbr. 1.2. Pemanfaatan Lahan

Untuk keperluan studi ini gambar telah disesuaikan dengan kondisi di Wamena dada saat penelitian.

(26)

Organisasi sosial dalam teori fungsi dipandang dari hubungan ketergantungan antar unsur dan dalam fungsi masing-masing unsur dalam kesatuan sistem. Masuknya sesuatu yang bam (atau teknologi) menyebabkan beberapa unsur dan fungsinya tidak lagi dapat dipenuhi. Sehingga terjadi suatu keadaan yang timpang. Karenanya diperlukan pembahan agar sistem kembali dalam kondisi harmoni. Bila pembahan terjadi pada salah satu unsur, a misalnya berarti juga dalam fungsinya. Dalam ha1 ini terdapat fungsi a yang tidak dapat dipenuhi oleh unsur-u sur

,b

.

lain atau fungsi yang berubah a! Dengan demikian diperlukan perubahan untuk dapat melzlenuhi fungsi a tersebut atau fungsi a: sehingga keutuhan sistem terjaga. Seperti dalam hiagram pemanfaatan lahan dan arus barang (Gbr. 1.2.), sederhana menjadi iebih kompleks dengan masuknya pasar dan sawah (Gbr. 1.3.).

Dilarangnya perang (suku) oleh agama dan pemerintah pada masyarakat Dani umumnya dan Tulem khususnya, berakibat pada hilangnya salah satu peluang menjadi Kain. Perang sebagai pranata penting dalam kehidupan orang Dani memiliki dua tingkatan fungsi, yaitu:

I. Pada tingkat individu, yaitu sebagai sarana memperoleh status pemimpin Kain. 2. Pada tingkatan di masyarakat, adalah untuk mempertahankan keberadaan kelompok

dan kesejahteraan anggota kelompoknya.

Perubahan akibat introduksi teknologi sawah di masyarakat Dani desa Tulem tidak terlepas dari pendekatan yang diterapkan. Pendekatan dilakukan dengan memanfaatkd sistem kekerabatan, unsur penting dalam kehidupan sosial orang Dani, temtama sekali dalam penyebaran teknologi sawah. Melalui hubungan kerabat sawah dikenal dan menyebar hingga ke beberapa desa. Didukung oleh jaringan hubungan sosial tradisional penyebaran sawah berakibat pada pembahan pembagian kerja serta fungsinya dalam tingkatan individu berkaitan dengan kepemimpinan Kain. Pada tingkatan masyarakat pembahan terjadi pada hubungan sosial. Dalam ha1 ini sawah telah memberikan keuntungan ekonomi pada masyarakat, juga memberikan peluang pada laki-laki Dani untuk meningkatkan statusnya menjadi seorang Kain.

Perubahan di bidang teknologi mengakibatkan perubahan d i masyarakat, perubahan sosial selanjutnya diwujudkan kembali dalam teknologi yang dikembangkan

kemudian oleh masyarakat. Teknologi diperlukan dalam perubahan untuk mengisi ketimpangan-ketimpangan yang terjadi akibat dari perubahan tersebut. Teknologi sawah di

(27)

... ...

SAWAH i .

-*

Gbr. 1.4. Kerangka Pemikiran

yang berubah. Teknologi dan masyarakaflkebudayaan saling mempengaruhi, dan perubahan karena teknologi adalah untuk mempertahankan kelanjutan sistem/organisasi sosial yang ada.

MEMPERLUAS

b I HUBUNGAN \

P E N Y E B A W DAN PENGEMBANGAN

(

SOSLAL J

/ /*

MEMPERLUM.

PRESTISE

Teknologi sawah di Tulem mempakan upaya upaya masyarakat untuk mempertahankan organisasi sosial yang ada. Teknologi sawah sebagai alternatif bagi keberadaan Kain, melalui peningkatan kualitas hidup sekaligus mempertahankan pranata kepemimpinan kain. Kepemimpinan dan hubungan sosial sebagai unsur-unsur yang sangat peka menjadi sarana dalam penyembangan dan penyebaran sawah. Antara kepemimpinan, hubungan sosial, dan teknologi sawah masing-masing memiliki fungsi dan salin berinteraksi (bersama unsur-unsur yang lain) dalam kesatuan sistem.

(28)

1.6. ANCGAPAN DASAR

Perubahan di desa Tulem karena sawah terjadi karena sawah dapar memenuhi fingsi sosial masyarakat, yaitu menggantikanfingsiperang yang telah memudar dalam kehidupan laki- laki Dani. Dalam arti penguasaan teknologi pertanian sawah dapa menggantikan fungsi perang dalam kehidupan pria Dani untuk menjadi "Kain

".

Meskipun pada mulanya terdapat keraguan terhadap kemungkinan hilangnya perang dalam kehidupan orang Dani seperti dinyatakan oleh

.#.

~ r o m l e ~ ' "... no sign of cultural fatigue or desire for relieffrom war, lhol Icanfind; if it Mes m the mind of some, it appears to be effectively silenced by socially approved values and the man&

compensations war brings, socially, spiritually, politically ... lacafe warfare

...

deeply rooted it is in the culture

...

" (Tsauri 1996: 5). Tetapi dengan makin terbukanya kontak dengan kebudayaan lain dan makin krperannya agama serta pemerintah dalam kehidupan orang Dani, perang tidak lagi menjadi ha1 yang penting dalam kehidupan orang Dani. Tetapi inti dari perang itu sendiri tidaklah hilang, yaitu kompetitif yang juga mempakan ciri orang Dani.

Pembahan yang menyangkut perang bukan mengenai perang itu sendiri melainkan nilai kompetitif dari perang dimana seseorang berjuang untuk mencapai prestise tertinggi menjadi pemimpin atau Kain. Hal ini dinyatakan oleh Suparlan (1994b: 77-93):

"...

tema kebudayaan orang Dani adalah kebudayaan konfik atau kompetisi. Penvujudannya adalah perang antar suku

...

addah pemantapan kepemimpinan seseorang ... Program sawah yang diterima dengan baik oleh orang Dani,. karena menguntungkan

...

Kemunculan orang-orang penting atau kaya b a n yang secwa sosial diakui orang Dani maupun masyarakat luas, menggoncangkan berbagai aturan yang biasanya digunakan untuk menguji dan memantapkan kepemimpinan..

".

Setiap unsur dalam suatu kebudayaan itu memiliki fungsi dan antar unsur tersebut saling berimteraksi membentuk satu kesatuan atau sistem yang utuh. Dengan anggapan tersebut maka pengenalan teknologi sawah membah beberapa unsur organisasi sosial (kepemimpinan, hubungan sosial, pembagian kerja, dan spesialisasi) dan berakibat pada pembahan organisasi sosial secara utuh.

fenguasaan teknologi pertanian sawah pada petani desa Tulem telah dapat memenuhi

I: fungsi sosial dalam konteks organisasi sosial yang berlaku, yaitu:

(29)

I . pada tingkat individu, digunakan untuk memperoleh status sebagai pemimpin (kain ekonomi);

2. dalam masyarakat, merupakan upaya meningkatkan kesejahteraan warganya dan kemajuan kelompoknya.

Untuk itu studi ini mengkaji unsur-unsur organisasi sosial yang bembah dan interaksi antar unsur-unsur tersebut, serta pengaruhnya dalam konteks sistem. Maka dapat disusun hipotesa sebagai berikut:

.P

.%

1. Teknologi sawah membah organisasi sosial masyarakat desa Tulem melalui pirubah%

beberapa unsumya (kepemirnpinan, hubungan sosial, pembagian kerja dan spesialisasi), bila dapat memenuhi fungsi sosial dalam organisasi sosial sebagai suatu kesatuan (sistem). 2. Percepatan pembahan terjadi di desa Tulem, karena sawah dapat memberikan kontribusinya

terhadap perkembangan desa Tulem khususnya dan perkembangan daerah umumnya.

Penelitian yang mengacu pada teori fungsi menggunakan pendekatan sistem. Organisasi sosial diperlakukan sebagai sistem, dan pembahan salah satu unsumya (K, Hs, Pk, S) mempengaruhi organisasi sosial secara utuh. Karena dalam sistem setiap benddunsur atau sistem mempakan bagian dari sistem yang lebih besar atau lebih luas, sehingga semua benddunsur, dengan sesuatu cara saling berkaitan. Dengan kata lain pendekatan sistem bemsaha menjelaskan adanya faktor-faktor yang perlu diperhitungkan dalam suatu peristiwa, juga hubungan keterkaitan yang ada antar beberapa faktor dalam suatu peristiwa (Amirin 1992: 7-8). Dengan teori fungsi, yaitu bahwa setiap unsur dalam kebudqaan masyarakat memenuhi fungsi rertentu, dan

/

pembahan yang terjadi merupakan upaya adaptasi masyarakat bagi kelangsungan sistem yang utuh.

(30)

langsung maupun tidak langsung. Selain itu juga dipelajari sistem kekerabatan yang ada serta peran tokoh-tokoh (individu-individu) didalamnya.

Dari pengamatan awal diperoleh fakta bahwa kepemimpinan m e ~ p a k a n unsur yang peka dalam pembahan yang terjadi khususnya dalam introduksi teknologi sawah. Hal ini ditunjukkan oleh fakta bahwa tokoh-tokoh yang berhasil dalam pengembangan sawah diakui sebagai kain. Sebaliknya tokoh-tokoh yang berhasil dalam pengembangan tanaman pangan lain (sayuran dan

.6

palawija) tidak diakui sebagai kain. Karenanya dalam studi ini keeratan hubungan a n a n s u r diukur terhadap teknologi sawah dan kepemimpinan serta pembahannya. Untuk lebih mhngen& pembahan yang terjadi terhadap kepemimpinan studi dilakukan dengan menekankan pada peran individu-individu (kain), tokoh-tokoh masyarakat, tetua adat, ketua kelompok, tokoh agama.

Kemudiari dipelajari sistem yang utuh, dan dapat diuraikan dan dijelaskan fungsi dan makna dari unsur-unsur (bagian-bagian) dalam bangunan sistem (organisasi sosial) tersebut. Langkah ini dilakukan dengan menunjukkan peran atau fungsi unsur-unsur tersebut dalam sistem yang utuh, juga menunjukkan mengapa sistem tersebut bekerja seperti adanya. Dalam kasus ini pembahan yang terjadi akibat teknoiogi mempakan upaya penyesuaian antara teknologi dan fungsinya dalam konteks kesatuan sistem sosial masyarakat sehingga diperlukan pembahan fungsi bani dalam sistem sosial yang berubah sebagai contoh: pembahan karena kontak dengan kebudayaan lain berakibat pada memudarnya fungsi sosial perang, dan munculnya uns'ur baru yaitu (ekonomi) pasar menuntut suatu penyesuaian kedalam kesatuan sistem yang ada.

Dalam penelitian ini tokoh-tokoh yang berhasil di bidang pertanian dijadikan responden dan titik awal dalam menelusuri penyebaran dan penerimaan teknologi bam, serta pembahan yang terjadi. Untuk itu hubungan sosial dan hubungan kekerabatan menjadi acuan dalam mempelajari proses penyebaran teknologi dan pembahan yang terjadi.

1.8.1. Metode dan Teknik Penelitian

Metode kualitatif digunakan dalam studi ini dengan menggunakan data kuantitatif. Penelitian kualitatif tergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan memandangnya sebagai bagian dari keseluruhan kawasan tersebut. Artinya, penelitian kualitatif lebih menekankan pada hasil menurut pandangan dan pikiran masyarakat yang diteliti.

r :

(31)

penting karena dapat memberikan penjelasan dan memahami peristiwa yang sedang atau telah terjadi. Penelitian kualitatif menekankan interpretasi makna kategori yang berkembang, yang diberikan orang terhadap peristiwa yang dialami. Menurut Polkinghome: "... qualitative methods are especially useful in the generation of categories for understanding human phenomena and

the investigation of the interpretation and meaning that people give to events they experience"

(Rudestam & Newton 1992: 31). Dengan kata lain penelitian dengan metode kualitatif lebih menekankan pada arti yang dideskripsikan dengan kata-kata.

,'P

,%

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan dan pengamatan terli+t, serta

.

-*

wawancara. Dalam pengamatan terlibat (observasi partisipasi), peneliti melakukan pengamatan

seek

langsung, terdapat interaksi antara pengamat dan yang d i h a t i . Dalam ha1 ini, peneliti membagi pengalaman dalam kehidupan dan kegiatan masyarakat yang diamati. Tujuan dari observasi partisipatif adalah untuk memahami sudut pandang masyarakat yang diteliti tentang suatu peristiwa dan sekaligus menggambarkannya bagi orang-orang luar. Dengan kata lain studi dilakukan tidak hanya dengan pengamatan tetapi juga dengan merasakan peristiwa yang terjadi di lokasi penelitian.

Penulis tinggal di lokasi penelitian bersama keluarga warga desa Tulem, keluarga Pendeta di kampung Arogolik, selama kurang lebih enam bulan (Febmari - Agustus 1995). Selama itu penulis mengikuti beberapa kegiatan seperti bekerja di kebun ubi jalar, di s a d , dan mengikuti kegiatan keagamaan seperti acara pengumpulan dana yang diselenggarakan kelompok ibu-ibu dengan acara bakar batu, pengumpulan dana yang diselenggarakan kelompok pemudalremaja dengan mengumpulkan ikan. Selain itu juga mengikuti kegiatan pertemuan kelompok tani, juga dalam penyelesaian masalahfkonflik diantara anggota kelompok. Dua bulan kemudian penulis melakukan kunjungan ke desa lain sebagai pembanding (September

-

Oktober 1996) kunjungan dilakukan di desa Walelagama (Pugima). Kunjungan dan kegiatan di lokasi penelitian sesungguhnya telah berlangsung beberapa tahun melalui kegiatan Pengembangan Masyarakat Pedesaan Wamena, dimulai pada tahun anggaran 198711988. Keterlibatan penulis dalam kegiatan ini dimulai pada tahun 1989 hingga tahun 1991. Setiap periode (tahun) penulis tinggal selama empat bulan, kunjungan pada tahun 1992, 1993 masing-masing selama satu bulan. Kunjungan pada bulan Desember 1995 berlangsung dua minggu.

Langkah kegiatan penelitian yang dilakukan adalah analisa .dokumen, wawancara responden dun informan, pengamatan don partisipasi dalam kehidupan masyarakat secara

(32)

perlu. Metode ini memandang fungsi teknologi pertanian dalam sistem sosial yang berlaku di masyarakat sebagai suatu kesatuan, yaitu memenuhi fungdi:

I . Langsung (manifest functions):

"...

are those objective consequences contributing to the adjustment o r adaptation o j t h e system which are intended and recognized by participants in the system " (Merton 1957: 5 1 ; 1976: 70) misalnya peningkatan produksi pertanian.

2. Tidak langsung (latent functions):

"...

unintended a n d unrecognized consequences of the same order" (Merton 1957: 63; 1976: 99) misalnya peningkatan status sosial s e s e o r a v di masyarakat. Untuk itu diperlukan teknik analisa kuantitatif dan kualitatif. .9 Data kualitatif dikumpulkan untuk menggali bagaimana sikap masyarakat terhadap tekndogi d a g kegiatan pengembangan masyarakat pedesaan (pembangunan). Juga pembahan yang terjadi serta konsep-konsep yang berlaku di masyarakat tentang kerja, pertanianllahan, dan teknologi. Data kuantitatif dikumpulkan untuk menggarnbarkan hubungan teknologi baru (sawah) dengan pengguna serta manfaat yang diperoleh masyarakat secara ekonomi maupun sosial.

Pengumpulan data dan infonnasi yang diperlukan dilakukan dengan survai penggunaan teknologi dengan daflar pertanyaan serta wawancara langsung menggunakan pedoman wawancara. Wawancara dilakukan terhadap narasumber kunci (key informants) seperti kepala suku untuk mengenali sistem sosial-budaya masyarakat setempat, dan kehra kelompok bagi penelusuran proses masuknya suatu teknologi di suatu lokasi, serta reaksi masyarakat terhadap teknologi tersebut. Kuesioner (daftar pertanyaan) untuk mengumpulkan data teknologi (alat dan teknik) yang digunakan masyarakat. Wawancara terhadap narasumber kunci dilakukin untuk menggali sikap mereka terhadap teknologi baru serta bagaimana proses pengambilan keputusan untuk menggunakan teknologi baru tersebut, serta mengenali sosial-budaya masyarakat Dani Balim. Selain itu dilakukan pengumpulan data sekunder menyangkut berbagai teknologi yang telah diperkenalkan dalam kegiatan pengembangan masyarakat pedesaan Wamena, dan yang juga diperkenalkan melalui organisasi lain. Sedangkan pengamatan dilakukan terhadap lingkungan lokasi penelitian, linkungan fisik maupun sosial.

Pengamatan dan wawancara dilakukan terhadap kelompok tani sasaran di desa Tulem meliputi: 1) kondisi lingkungan dan pertanian; 2) kehidupan sosial; 3) kondisi kerja atau kegiatan ekonomi (pembagian kerja dan jenis pekerjaan); 4) teknologi yang digunakan; 5) waktu bekerja (lamanya dan pembagiannya); 6) hubungan atau kontak antar kelompok. Sedangkan wawancara lebih mendalam dilakukan terhadap beberapa tokoh masyarakat, menyangkut beberapa hal: 1)

(33)

Daftar pertanyaan digunakan untuk menggali data tentang penggunaan teknologi dan jenis teknologi. Daftar pertanyaan ini diajukan kepada petani-petani sasaran kegiatan pengembangan. Daftar pertanyaan mencakup butir-butir pertanyaan sebagai berikut: 1) identitas responden; 2) besarnya keluarga (rumah tangga: sili); 3) pendapatan dan pengeluaran keluarga; 4) teknik atau sistem pertanian yang digunakan sebelum dan sesudah perubahan (teknik budidaya); 5) alat-alat dan teknologi baru, dan 7) siapa yang bekeja di pertanian den an

teknologi baru. .t

.8

1.8.2. Pengumpulan Data

Pengump,ulan data dilakukan dengan pengamatan dan wawancara terhadap petani desa Tulem: kelompok tani sawah dan kelompok tani yang tidak mengolah sawah, juga para tokoh masyarakat (ketua kelompok, pendeta, kepala suku). Pengamatan sosialekonomi dilakukan terhadap kondisi masyarakat petani, menyangkut hubungan antar kelompok tani yang sudah maupun yang belum menerima teknologi sawah. Wawancara khusus dilaksanakan pula dengan pihak Missi, aparat pemerintah setempat. Selain itu penulis mendapat kesempatan untuk berdiskusi dengan Prof. Karl G. Heider pada bulan Agustus 1995 dan pemah melaksanakan penelitian di Lembah Balim pada tahun 1961-1963, lokasi penelitian adalah desa Dugum yang terletak berseberangan dengan desa Tulem yang pada masa itu saling bennusuhan. Juga pengamatan dilakukan terhadap kondisi lingkungan yang berkaitan dengan lahan pertanian dan pemukiman.

Data kuantitatif dikumpulkan selain dari kelompok tani sawah Tulem juga dari kelompok tani sawah lain di luar desa Tulem sebagai pembanding. Kelompok-kelompok tersebut adalah kelompok tani sawah kampung Harapan dan Pilamo desa Walelagama, kecamatan Wamena Kota; kelompok tani Wara d m Kilisin di desa Aikima dan kelompok tani desa Wenabubaga, kecamatan Kurulu. Data yang dikumpulkan menyangkut proses masuknya teknologi sawah dan perubahan yang terjadi, juga teknologi selain teknologi sawah. Juga dikumpulkan data mengenai pendapatan dan pengeluaran.

(34)

petani non sawah menjadi responden untuk mengenali dan memahami perubahan yang terjadi. Jumlah responden 100 oranglkk terdiri dari 90 responden dari 14 kampung di desa Tulem, dan 10 responden dari empat kampung dari desa-desa Walelagama (lembah Pugima), Aikima, dan Wenabubaga. Responden mewakili 24 unit sili yang mengolah sawah dan 13 unit sili yang tidak mengolah sawah (kebun ubi jalar).

Jumlah responden sebagai sampel dalam sampel purposive ditentukan oleh pertimbangan akan informasi yang diinginkan. Jumlahnya secara pasti tidak ditentukan: "There are no 3 1

9

sfor sample size in qualitative i n q u i ~ " (Patton 1990: 184). Dalam menentukan sampel ata&memil@ responden, dilakukan snowball sampling yaitu "a multistaged design in which we ask a group of individuals to provide the names ofothers to be sampled or interviewed" (Sanders and Pinhey 1983: 120-124), dengan cara ini dapat dikenali responden yang mewakili bagi penelitian ini: "the snowballing rechnique 10 Jind relevant respondents was an efective device" (Tjondronegoro 1984: 57). Tahap pertama dipilih responden dengan karakteristik sesuai dengan tujuan penelitian. Kemudian responden ini menjadi informan untuk mengenali responden lain bagi penelitian ini, demikian seterusnya. Dengan cara ini dapat dikenali tokoh-tokoh yang berperan dalam proses perubahan (penerimaan atau penolakan teknologi sawah) di lokasi penelitian. Dalarn ha1 ini jumlah responden ditentukan oleh informasi yang ingin diketahui: "in purposeful sampling fhe size of the sample is determined by informational considerations.

If

the purpose is to Mmimise information, the sampling is terminated when no new information is forthcoming from new

sampled units " (Patton 1990: 185- 186).

(35)

1.8.3. Teknik Analisa

Analisa dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif dilakukan dengan melakukan reduksi data yang terkumpul dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan rangkuman inti dari proses dan pemyataan, kemudian menyusunnya dalam satuan-satuan yang kemudian dibuat kategori atau kelas. Kategori dilakukan dan diperiksa untuk melihat kebenaran data setelah dilakukan penafsiran. Dalam ha1 ini, unsur-unsur yang merupakan variabel d

w

penelitian ini adalah: status sosial atau kepemimpinan (K), hubungan sosial (Hs), pemBagian

I

kerja (Pk), teknologi (T) pendidikan, usia, domisili, mata pencaharian, posisi, jumlah k e l u a r g e produksi, pendapatan, pengeluaran, konsep kerja, jumlah anggota kelompok, luas kebun, luas sawah, tokoh panutan, pendorong dan penghambat dalam penerimaan teknologi sawah, masalah dalam budidaya sawah, kegiatan adat, pelanggaran adat, gotong royong, keahlian (bertani), juga tingkat pengetahuan dan sikap terhadap teknologi sawah dan perubahan yang terjadi. Kemudian disusun dalam kategori atau kelas sesuai dengan tujuan penelitian.

Langkah berikutnya adalah menentukan atau mencari hubungan (interaksi) antar kelaslkategori tersebut. Pertama-tama dengan menghubungkan satu unsur dengan unsur lain, dan bila hubungan antar unsur-unsur tersebut semakin meningkat maka disusun menjadi kesatuan (Sanders & Pinhey 1983: 363-364):

Hs

.

.

K : hubungan antar unsur

"\

2"

: hubungan dalam satuan
(36)

Perang : A ahliperang

\

Hubungan Sosial: A mempunyai hubungan luas (in-group & out-group)

1

\

r(pemimpin: A d i a h i memiliki kemampuan sebagaipemimpin

1

Analisa kuantitatif rnenggunakan analisa jalur (path analysis) untuk mirnelusu&i hubungan yang terjalin di antara unsur-unsur yang diuji. Keeratan hubungan antara teknologi sawah dengan pembahan organisasi sosial dikaji melalui uji korelasi, yaitu untuk menilai derajat keterikatan pembahan yang terjadi. Analisa jalur menerangkan akibat langsung dan tidak langsung dari variabel penyebab atau variabel eksogenus terhadap variabel akibat atau variabel endogenus (Anonim, tt4: 2; Sitepu 1994: 2). Sebelum dilakukan analisa, terlebih dahulu dibuat diagram jalur, yaitu gambar hubungan kausal antar variabel-variabel yang diteliti. Panah satu arah menggambarkan hubungan pengaruh dari variabel eksogenus terhadap variabel endogenus. Sedang panah dua arah menggambarkan hubungan korelasional.

Keteran~an :

T : Teknologi Hs : Hubungan Sosial

S : Spesialisasi

PI : Produksi

PI : Pendapatan K : Kepemimpinan Gbr. 1. 5. Diagram Jalur

Korelasi adalah suatu teknik pengukuran dengan tujuan mengkaji kekuatan dan arah hubungan antara sepasang variabel (Bryman & Cramer 1990; Sitepu 1994: 1). Dari hubungan sosial yang terbentuk juga ditelusuri penyebaran teknologi baru tersebut dengan menggunakan jaringan sosial. Juga

dalam masyarakat.

diteliti

- siapa

-

(37)

Besamya pengaruh dari variabel T ke variabel K dinyatakan oleh nilai koefisien jaIur

(pTK). Sedang hubungan korelasional antar variabel yang menunjukkan intensitas keeratan hubungan dinyatakan dengan nilai koefisien korelasi (r~.). Setelah dibuat diagram jalur kemudian dihitung koefisien jalur dan koefisien korelasi (Lampiran-I).

Sebelum ditarik suatu kesimpulan tentang hubungan kausal yang digambarkan, perlu dilakukan pengujian kebermaknaan (test of significance) terhadap setiap koefisien jalur yang telah dihitung. Proses penghitungan ini disebut dengan theory trimming (Anonim, 918-9). Setelah itu disusun kembali diagram jalurnya. Dari diagram jalur ini, hubungen yang

,

*

digambarkan menandakan beberapa keadaan sebagai berikut:

1. Pengaruh langsung, digambarkan oleh panah satu arah, ditunjukkan oleh nilai p , ~ 2. Pengamh tak langsung dari x, ke Q adalah panah satu arah dari x, ke x3 dan dari x, ke x(

yang ditunjukkan oleh nilai pdX,

.

p,,.

Analisa jalur dapat digunakan bila data yang diukur bempa data interval. sedanban data yang dikumpulkan dalam studi ini bempa data ordinal. Untuk dapat menggunakan analaisa jalur dilakukan pengubahan data ordinal mejadi data interval (Lampiran-2). Proses pengubahan data

ordinal menjadi data interval dikembangkan dalam studi-studi psikologi. Dalam ha1 ini metode yang digunakan metode successive intervals (Hays 1969: 39-42).

Nilai koefisien jalur yang diperoleh kemudian digunakan sebagai jarak hubungan. Hal ini diperlukan untuk menghitung percepatan pembahan yang terjadi. Langkah menghihng percepatan adalah dengan mencari persamaan non-linier x,y (x = waktu, y = jarak hubungan)

dalam periode tahun 1990 sampai dengan 1995. Dengan demikian data yang terkumpul dipilah- pilah per-periode. Kemudian dengan menggunakan software tablecurve diperoleh persamaan x,y. Dari persamaan x,y tersebut kemudian ditumnkan untuk mendapatkan persamaan percepatan, dan

(38)

Untuk menghitung percepatan ini selain dipilah per-periode juga dilakukan pemilahan menumt variabelnya. Variabel-variabel yang signifikan dipilah per-periode kemudian dicari persamaan percepatannya. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana pengamh variabel- variabel tersebut terhadap pembahan kepemimpinan. Dari sini juga dapat diperoleh gambaran tentang variabel-variabel yang peka terhadap pembahan.

Dari analisa korelasi, tidak seluruh variabel dapat digunakan dalam konteks pembahan karena menunjukkan hubungan yang tidak signifikan. Untuk mengetahui kekuatan kuesione+u

4 9

dafiar pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini maka dilakukan pengujian reliabi11tas dan

I.

validitas. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ing$ diukur (Ancok 1989: 124). Untuk mengetahui validitas suatu alat ukur dilakukan dengan 'menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total melalui rumus teknik korelasi product moment (Ancok 1989: 137).

Dari h a i l perhitungan diperoleh nilai kritik pernyataan, untuk melihat validitasnya mengacu pada tabel nilai kritik. Nilai kritik hitung hams lebih besar dari nilai kritik tabel, untuk dapat dinyatakan valid. Dari 71 variabel dalam studi ini 49 variabel yang memiliki nilai kritik lebih besar dari nilai kritik tabel (Lampiran-3), dan dinyatakan valid. Dari 49 variabel tersebut kemudian dihitung nilai reliabilitasnya.

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat u k i r dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Ancok 1989: 140). Untuk studi ini indeks reliabilitas dihitung dengan teknik belah dua (Ancok 1989: 144). Pernyataan-pemyataan yang telah diukur dan valid dibagi kedalam dua belahan berdasarkan nomor genap

-

ganjil, sebagai belah-l dan belah-2. Skor masing-masing belahan dijumlahkan. Kemudian skor total belahan-l dikorelasikan dengan skor total belahan-2, dengan menggunakan teknik product moment. Nilai korelasi yang diperoleh masih merupakan nilai korelasi alat pengukur yang telah dibelah, untuk itu hams dicari nilai reliabilitasnya untuk keseluruhan pernyataan.
(39)

23

Tetapi dari variabel yang valid dan signifikan, merupa variabel yang telah mewakili apa yang

menjadi tujuan penelitian ini (99 %).

Meskipun telah mengalami pengujian, terdapat pula variabel-variabel yang menunjukkan

hubungan yang'bermakna tetapi pada kenyataan tidak demikian atau sebaliknya. Untuk kondisi

seperti ini maka pengamatan kualitatif diperlukan. Dengan mengenali proses yang terjadi

(40)

BAB 3

MASYARAKAT DAN1 Dl DESA TULEM

3.1. GAMBARAN UMUM: MASYARAKAT DAN1 BALlM

Masyarakat Dani Balim merupakan kelompok masyarakat yang belum lama mengadakan

kontak dengan dunia luar. Lembah Balim dikenal pertama kali secara tidak sengaja melalui

ekpedisi Archbold pada tahun 1938. Di tahun yang sama, tim yang sama dibawah pimpinan

Kapten Teerink dan Letnan van Areken mendarat di danau Habema kemudian bejalan kaki ke

Lembah Ibele saat itu belum terjadi kontak langsung dengan masyarakat. Kontak langsung

pertarna juga terjadi secara tidak sengaja dengan jatuhnya sebuah pesawat terbang di Lembah

Balim tepatnya di daerah Usilimo pada tahun 1945 dimana seorang perawat dan dua orang

lainnya selamat. Kemudian dilakukan operasi penyelamatan, dalam peristiwa ini kemudian

diketahui adanya masyarakat yang tinggal di Lembah Balim yang dikenal sebagai masyarakat

Dani. Sejak saat itu masyarakat Dani mulai dikenal melalui foto-foto di National Geography

Magazines.

Pada tahun 1950-an, dipelopori oleh missi keagamaan, dibangun pos-pos di beberapa

lokasi disekitar Lembah Balim (Hayward 1980: 120- 124). Mulai tahun 1954 mendarat

rombongan CAMA (Christian and Missionary Alliance) yang selanjutnya dikenal dengan Kingmi

atau GKII (Gereja Kemah Injili Indonesia), terdiri atas pendeta Myron Bromley disertai dua

orang Paniai mendarat di sungai Balim di sekitar Minimo-Hitigima, dengan menggunakan

pesawat amphibi. Dari Hitigima kemudian rombongan lain menyebar ke Wamena clan sekitarnya.

Kemudian menyusul missi Katolik yang mulai masuk di Lembah Balim pada tahun 1956. Sejak

itu banyak pihak yang datang untuk melakukan penelitian atau ekplorasi untuk lebih mengenali

masyarakat Dani Balim yang diketahui masih hidup dalam tahap kebudayaan neolithic. Berbagai

publikasi dihasilkan menambah dikenalnya masyarakat Dani Balim.

Lembah besar Balim terletak di tengah Pegunungan Jayawijaya (04' 05' LS dan 138' 55'

BB) memanjang dari arah barat ke timur, dengan ketinggian 1600 meter dari atas permukaan laut.

Suhu rata-rata6 19,2' C dengan kelembaban7 87' C, dan curah hujan rata-rata per tahun 152 mm3'

Dengan curah hujan yang cukup banyak dan hampir sepanjang tahun (hari hujan per tahun 193

Sumber Kantor Stasion Meteorologi dan Gco Fisika, Kabupaten DT II Jayawijaya, data Tahun 1994

'

Sumber Kantor Stasion Meteorologi dan Geo Fisika Kabupaten

Gambar

Tabel 3.1.
Gambar 1.1.
Tabel 3.1. Kelompok Konfederasi dan Aliansi di Lembah ~ a l i m ' ~
Tabel 3.2. Luas Lahan dan ~ e r u n t u k k a n n ~ a ~ ~
+7

Referensi

Dokumen terkait

MARIMAS PUTERA KENCANA yang memiliki 11 departemen dengan jumlah karyawan dan buruh kurang lebih 1.200 orang, ternyata menghadapi tantangan dimana seringkali dalam satu atau

Sejarah dimensi sosial yang memiliki kekuatan dalam rangka menganalisis berbagai macam makna mitos yang berkembang dan berelasi dengan kehidupan masyarakat yang tidak

Pada jendela FTP Site Cretion Wizard - IP Address and Port Setting, masukan IP dan Post untuk FTP Site anda (Default Port yang digunakan untuk FTP adalah Port Klik tombol Next,

Berdasarkan pada hasil penelitian apat disimpulkan bahwa penggunaan susu kedelai dan ekstrak bit pada pembuatan es krim memberikan pengaruh terhadap semua parameter

“Ya nggak lah. Aku justru seneng punya teman di rumah. Aku selalu sendirian seabis sekolah. Kamu mau kan jadi temenku.”Alma tersenyum manis sekali. Ya itulah aku, yang hanya

Pada kompresi IPTV menggunkan metode MPEG4 part 10 dengan bitrate 1024 Kbps, sehingga layanan ini dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik karena memiliki

Berdasarkan 5 kali uji coba yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam segmentasi untuk identifikasi pola menggunakan analisis tekstur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, variabel ukuran perusahaan, kondisi keuangan, pertumbuhan perusahaan dan reputasi auditor berpengaruh terhadap opini audit