• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor - Faktor yang Berhubungan Dengan Kinerja pada Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Tanaman Perkebunan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor - Faktor yang Berhubungan Dengan Kinerja pada Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Tanaman Perkebunan Medan"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN KINERJA PADA BALAI BESAR

PERBENIHAN DAN PROTEKSI

TANAMAN PERKEBUNAN MEDAN

TESIS

Oleh :

KRISTINA RENAWATI T

117039017 / MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN KINERJA PADA BALAI BESAR

PERBENIHAN DAN PROTEKSI

TANAMAN PERKEBUNAN MEDAN

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh

KRISTINA RENAWATI T 117039017 / MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul : Analisis Faktor - Faktor yang Berhubungan Dengan Kinerja pada Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan

Tanaman Perkebunan Medan Nama : Kristina Renawati T

NIM : 117039017

Program Studi : Magister Agribisnis

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) (Ir. Diana Chalil, MSi, Ph.D)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(4)

Telah Diuji pada

Tanggal : 11 Februari 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Tavi Supriana, MS Anggota : 1. Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D.

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PADA BALAI BESAR DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN MEDAN

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan

secara benar dan jelas.

Medan, Februari 2014 Yang membuat pernyataan,

(6)

Dipersembahkan kepada :

(7)

ABSTRAK

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sangat penting untuk dianalisis karena dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor sarana, manajemen, sumber daya manusia, dan keuangan dengan kinerja pada bidang perbenihan dan proteksi di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan. Metode analisis yang digunakan adalah uji korelasi ranking Spearman. Populasi penelitian adalah pegawai bidang perbenihan dan proteksi di BBPPTP Medan dan sampel penelitian dipilih secara sensus. Data sekunder yang digunakan yaitu data laporan tahunan 2008-2012.

Hasil analisis menunjukkan bahwa kinerja perbenihan berhubungan dengan manajemen (jumlah pengujian benih berhubungan nyata dengan kegiatan

yang terkait actuating), dan sumber daya manusia (jumlah bibit yang

tersertifikasi memiliki hubungan nyata dengan rasio PNS yang berlatar belakang pendidikan pertanian), tetapi tidak berhubungan dengan sarana dan keuangan. Kinerja proteksi hanya berhubungan dengan sumber daya manusia (teknologi yang digunakan dan disediakan berhubungan nyata dengan rasio PNS yang berlatar belakang pendidikan pertanian), tetapi tidak berhubungan dengan sarana, manajemen, dan keuangan.

(8)

ABSTRACT

Some factors are mostly unfluential on performance to be analyzed because they can be for improving the performance itself. The objective of the research was to analyze the correlation of facility, management, human resources, and finance with performance in the field of nursery protection at BBPPTP Medan (Center of Estate Crop Nursery and Protection) Medan. The research used Spearman ranking correlation test method. The population was the personnel who worked at the department of nursery and protection at BBPPTP Medan, and the samples were selected by using census method. The secondary data consisted of annual report of 2008-2012.

The result of the research showed that the performance in nursery was correlated with the management of seed (the amount of seedling test had significant correlation with the actuating activities), and human resources (number of certified seeds had significant correlation with the ratio of personnel who had agricultured education background), although it did not have any correlation with facility and finance. The performance of protection was only correlation human resources (the used and provided technology had significant correlation with the ratio of the personnel who had agricultural education background), although it did not have any correlation with facility, management, and finance.

(9)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

KRISTINA RENAWATI T, lahir di Desa Batang Beru, Kecamatan

Sidikalang, Kabupaten Dairi pada tanggal 10 Maret 1982 dari Bapak (Purn.)

AKBP Kasianus Turnip, SH dan Ibu Rospita boru Sinamo. Penulis merupakan

anak kedua dari lima bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1988 masuk Sekolah Dasar (SD) Swasta Katolik Santo Paulus V

Medan, tamat 1994.

2. Tahun 1994 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 4

Medan, tamat 1997.

3. Tahun 1997 masuk Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 14 Medan, tamat

tahunn 2000.

4. Tahun 2000 masuk pendidikan Sarjana (S1) di Program Studi Hama dan

Penyakit Tumbuhan (HPT), Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

tamat tahun 2005.

5. Tahun 2011 melanjutkan pendidikan Pasca Sarjana (S2) di Program Studi

Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Riwayat pekerjaan yang pernah dialami penulis sebagai berikut :

1. Tahun 2005 – 2006 menjadi Asisten Dosen di Laboratorium Hama Utama Tanaman Perkebunan, Asisten Laboratorium Pestisida dan Teknik Aplikasi dan

Asisten Vertebrata Hama Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

2. Tahun 2007 - 2008 menjadi Staf Reseach and Development di PT. Musim Mas

(10)

3. Tahun 2009 menjadi Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Pengendali

Organisme Pengganggu Tumbuhan – Pengamat Hama Penyakit (THL TB

POPT-PHP) di Kecamatan Uluan, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi

Sumatera Utara.

4. Tahun 2009 - 2012 diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kementerian

Pertanian di Laboratorium Pengendalian Hama Vertebrata (LPHV) - Balai

Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan

sebagai Pengamat Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT).

5. Tahun 2012 – 2014 (sekarang) menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Kementerian Pertanian di Unit Pembinaan dan Perlindungan Tanaman (UPPT)

Pancur Batu - Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan

(BBPPTP) Medan sebagai Pengamat Organisme Pengganggu Tumbuhan

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena

atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini

dengan baik.

Tesis ini disusun berdasarkan hasil penelitian penulis yang berjudul

“Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja pada Balai Besar

Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pertanian pada Program Magister Agribisnis,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Proses penulisan ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan

dari berbagai pihak dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan

terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS sebagai Ketua Pembimbing Penulisan Tesis dan

sekaligus sebagai Ketua Program Studi Magister Agribisnis yang telah banyak

memberikan saran dan masukkan dalam perbaikan dan penyempurnaan

penulisan ini.

2. Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D sebagai Anggota Komisi Pembimbing

Penulisan Tesis dan sekaligus sebagai Sekretaris Program Studi Magister

Agribisnis yang telah banyak memberikan saran dan masukkan dalam

perbaikan dan penyempurnaan penulisan ini.

3. Bapak Prof. Dr. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM).Sp.A(K) sebagai

(12)

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS sebagai Dekan Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Ir. Iskandarini, MM, Ph.D sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan

masukan dan perbaikan dalam penyempurnaan penulisan ini.

6. Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si sebagai Dosen Penguji yang telah

memberikan masukan dan perbaikan dalam penyempurnaan penulisan ini.

7. Seluruh pimpinan dan staf dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman

Perkebunan (BBPPTP) Medan.

8. Suami, anak tercinta, orangtua dan semua keluarga yang telah memberikan

dukungan dan motivasi kepada penulis.

9. Rekan-rekan mahasiswa Magister Agribisnis angkatan V dan angkatan lain,

serta staf Program Magister Agribisnis yang telah berpartisipasi aktif dan

sumbang saran terhadap penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari

segi bahasa maupun isinya. Oleh karena itu, dengan senang hati akan menerima

kritik sehat, saran dan masukan dari semua pihak. Akhir kata penulis berharap

semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2014

(13)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Balai Besar dan Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan ... 5

2.1.1. Sejarah BBPPTP Medan... 5

2.1.2. Lokasi dan Wilayah Kerja BBPPTP Medan ... 5

2.1.3. Tugas Pokok dan Fungsi BBPPTP Medan ... 6

2.1.4. Struktur Organisasi ... 8

2.1.5. Tugas Pekerjaan (Job Description) BBPPTP Medan ... 9

2.1.6. Kebijakan dan Program Renstra BBPPTP Medan 2010 – 2014 ... 9

2.2.Penelitian Terdahulu ... 11

2.3.Landasan Teori... 12

2.3.1. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Kinerja ... 12

2.3.2. Evaluasi Model CIPP (Context, Input, Process, Product) ... 16

2.4.Kerangka Penelitian ... 18

2.5.Hipotesis Penelitian ... 21

III. METODE PENELITIAN 3.1.Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 29

3.2.Metode Penentuan Sampel Penelitian ... 29

3.3.Metode Pengambilan Data ... 29

(14)

3.5.Defenisi dan Batasan Operasional ... 43

3.5.1.Defenisi Operasional ... 44

3.5.2.Batasan Operasional ... 46

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi BBPPTP Medan. ... 47

4.2.Deskripsi Kinerja BBPPTP Medan. ... 49

4.2.1.Deskripsi Kinerja Bidang Perbenihan. ... 50

4.2.2.Deskripsi Kinerja Bidang Proteksi. ... 56

4.3.Hasil Pengujian Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja pada Bidang Perbenihan dan Proteksi di BBPPTP Medan ... 62

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan ... 74

5.2.Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Data penemuan benih palsu pada tahun 2010 dan 2012... 2 2. Jumlah benih yang disertifikasi (unit / tahun)... 46

3. Jumlah benih yang disertifikasi oleh BBPPTP Medan pada tahun

2010... 50 4. Jumlah pengujian benih (unit / tahun)... 51

5. Jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan

(unit/ tahun)... 52

6. Hasil hubungan kinerja dengan faktor-faktor kinerja di bidang

perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan... 56

7. Persentase PNS bidang perbenihan yang mengikuti pelatihan spesifik

(%)... 67

8. Jumlah PNS bidang perbenihan berdasarkan jurusan tamatan

pertanian... 68 9. Persentase PNS bidang proteksi yang mengikuti pelatihan spesifik

(%)... 71 10. Jumlah PNS bidang proteksi berdasarkan jurusan tamatan

pertanian... 72 11. Ringkasan hubungan kinerja di bidang perbenihan dan proteksi

BBPPTP Medan dengan sarana, manajemen, SDM dan

(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal

1. Jumlah Benih yang Disertifikasi Tahun 2008... 78

2. Jumlah Benih yang Disertifikasi Tahun 2009 ... 78

3. Jumlah Benih yang Disertifikasi Tahun 2010 ... 78

4. Jumlah Benih yang Disertifikasi Tahun 2011... 78

5. Jumlah Benih yang Disertifikasi Tahun 2012... 78

6. Jumlah Pengujian Benih Tahun 2008... 79

7. Jumlah Pengujian Benih Tahun 2009... 79

8. Jumlah Pengujian Benih Tahun 2010... 79

9. Jumlah Pengujian Benih Tahun 2011... 79

10. Jumlah Pengujian Benih Tahun 2012... 79

11. Jumlah Sarana Bidang Perbenihan Tahun 2008... 80

12. Jumlah Sarana Bidang Perbenihan Tahun 2009... 81

13. Jumlah Sarana Bidang Perbenihan Tahun 2010... 82

14. Jumlah Sarana Bidang Perbenihan Tahun 2011... 83

15. Jumlah Sarana Bidang Perbenihaan Tahun 2012... 84

16. Manajemen di Bidang Perbenihan Tahun 2008... 85

17. Manajemen di Bidang Perbenihan Tahun 2009... 86

18. Manajemen di Bidang Perbenihan Tahun 2010... 87

19. Manajemen di Bidang Perbenihan Tahun 2011... 88

20. Manajemen di Bidang Perbenihan Tahun 2012... 89

21. Sumber Daya Manusia di Bidang Perbenihan Tahun 2008... 90

22. Sumber Daya Manusia di Bidang Perbenihan Tahun 2009... 91

23. Sumber Daya Manusia di Bidang Perbenihan Tahun 2010... 92

24. Sumber Daya Manusia di Bidang Perbenihan Tahun 2011... 93

25. Sumber Daya Manusia di Bidang Perbenihan Tahun 2012... 94

26. Persentase Keuangan Bidang Perbenihan Tahun 2008-2012... 95

27. Teknologi yang Digunakan dan Disediakan Bidang Proteksi Tahun

2008...

(18)

28. Teknologi yang Digunakan dan Disediakan Bidang Proteksi Tahun 2009...

96

29. Teknologi yang Digunakan dan Disediakan Bidang Proteksi Tahun

2010...

96

30. Teknologi yang Digunakan dan Disediakan Bidang Proteksi Tahun

2011...

97

31. Teknologi yang Digunakan dan Disediakan Bidang Proteksi Tahun

2012...

97

32. Jumlah Sarana Bidang Proteksi Tahun 2008... 98

33. Jumlah Sarana Bidang Proteksi Tahun 2009... 99

34. Jumlah Sarana Bidang Proteksi Tahun 2010... 100

35. Jumlah Sarana Bidang Proteksi Tahun 2011... 101

36. Jumlah Sarana Bidang Proteksi Tahun 2012... 102

37. Manajemen di Bidang Proteksi Tahun 2008... 103

38. Manajemen di Bidang Proteksi Tahun 2009... 104

39. Manajemen di Bidang Proteksi Tahun 2010... 105

40. Manajemen di Bidang Proteksi Tahun 2011... 106

41. Manajemen di Bidang Proteksi Tahun 2012... 107

42. Sumber Daya Manusia di Bidang Proteksi Tahun 2008... 108

43. Sumber Daya Manusia di Bidang Proteksi Tahun 2009... 109

44. Sumber Daya Manusia di Bidang Proteksi Tahun 2010... 110

45. Sumber Daya Manusia di Bidang Proteksi Tahun 2011... 111

46. Sumber Daya Manusia di Bidang Proteksi Tahun 2012... 112

(19)

ABSTRAK

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sangat penting untuk dianalisis karena dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor sarana, manajemen, sumber daya manusia, dan keuangan dengan kinerja pada bidang perbenihan dan proteksi di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan. Metode analisis yang digunakan adalah uji korelasi ranking Spearman. Populasi penelitian adalah pegawai bidang perbenihan dan proteksi di BBPPTP Medan dan sampel penelitian dipilih secara sensus. Data sekunder yang digunakan yaitu data laporan tahunan 2008-2012.

Hasil analisis menunjukkan bahwa kinerja perbenihan berhubungan dengan manajemen (jumlah pengujian benih berhubungan nyata dengan kegiatan

yang terkait actuating), dan sumber daya manusia (jumlah bibit yang

tersertifikasi memiliki hubungan nyata dengan rasio PNS yang berlatar belakang pendidikan pertanian), tetapi tidak berhubungan dengan sarana dan keuangan. Kinerja proteksi hanya berhubungan dengan sumber daya manusia (teknologi yang digunakan dan disediakan berhubungan nyata dengan rasio PNS yang berlatar belakang pendidikan pertanian), tetapi tidak berhubungan dengan sarana, manajemen, dan keuangan.

(20)

ABSTRACT

Some factors are mostly unfluential on performance to be analyzed because they can be for improving the performance itself. The objective of the research was to analyze the correlation of facility, management, human resources, and finance with performance in the field of nursery protection at BBPPTP Medan (Center of Estate Crop Nursery and Protection) Medan. The research used Spearman ranking correlation test method. The population was the personnel who worked at the department of nursery and protection at BBPPTP Medan, and the samples were selected by using census method. The secondary data consisted of annual report of 2008-2012.

The result of the research showed that the performance in nursery was correlated with the management of seed (the amount of seedling test had significant correlation with the actuating activities), and human resources (number of certified seeds had significant correlation with the ratio of personnel who had agricultured education background), although it did not have any correlation with facility and finance. The performance of protection was only correlation human resources (the used and provided technology had significant correlation with the ratio of the personnel who had agricultural education background), although it did not have any correlation with facility, management, and finance.

(21)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

BBPPTP Medan adalah suatu organisasi pemerintahan yang bergerak pada

bidang perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan. Secara struktural BBPPTP

Medan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun),

dan secara teknis dibawah pimpinan Direktorat Perlindungan Tanaman

Ditjenbun dan Direktorat Perbenihan Ditjenbun.

BBPPTP Medan merupakan satu-satunya balai yang menangani

kegiatan sertifikasi, pengujian benih dan penerapan teknologi proteksi untuk

melakukan pelayanan prima kepada masyarakat.

Sertifikasi merupakan faktor penting dalam upaya mendapatkan bibit

yang baik. Mekanisme pengawasan dan pembinaan yang efektif untuk dapat

menjamin benih bermutu adalah melalui sertifikasi benih. Benih yang lulus

sertifikasi merupakan benih yang telah dijamin mutunya, baik mutu genetis,

fisiologis, maupun fisik, dan dapat diedarkan. Untuk menjamin bahwa benih yang

disebarkan benar-benar bermutu dan dalam rangka mempermudah pengawasan

mutu benih, maka benih yang lulus sertifikasi apabila akan diedarkan wajib diberi

label. Namun kenyataannya pada tahun 2010 dan 2012 masih banyak ditemukan

(22)

Tabel 1. Data penemuan benih palsu pada tahun 2010 dan 2012

Dari Tabel 1, dapat dilihat bahwa jumlah bibit palsu di Indonesia yang

masih merupakan daerah wilayah kerja BBPPTP Medan, dengan komoditi yang

sama yakni kelapa sawit. Pada tahun 2010, jumlah bibit / benih palsu mencapai

1.284.570 batang dan 3.000 butir sedangkan pada tahun 2012, jumlah bibit / benih

palsu mencapai sebanyak 202.750 batang dan 471.170 butir.

Menurut Peraturan Menteri Pertanian No. 92 tahun 2011 bahwa yang

menjadi indikator kinerja BBPPTP Medan adalah :

1. Semakin banyak bibit yang tersertifikasi maka semakin sedikit bibit palsu yang

beredar;

2. Semakin banyak penerapan teknologi pengendalian Organisme Pengganggu

Tumbuhan (OPT) maka semakin berkurang serangan OPT perkebunan.

Tahun No. Propinsi Komoditi

(23)

Dengan demikian perlu dilakukan evaluasi kinerja BBPPTP Medan dan

faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja tersebut.

1.2. Indefitikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang akan diteliti dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana hubungan kinerja bidang perbenihan (jumlah benih yang

disertifikasi dan jumlah pengujian benih) pada BBPPTP Medan dengan

sarana, manajemen, Sumber Daya Manusia (SDM), dan keuangan?

2. Bagaimana hubungan kinerja bidang proteksi (jumlah teknologi yang

digunakan dan disediakan) pada BBPPTP Medan dengan sarana, manajemen,

Sumber Daya Manusia (SDM), dan keuangan?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis hubungan kinerja bidang perbenihan (jumlah benih

yang disertifikasi dan jumlah pengujian benih) pada BBPPTP Medan dengan

sarana, manajemen, Sumber Daya Manusia (SDM), dan keuangan;

2. Untuk menganalisis hubungan kinerja bidang proteksi (jumlah teknologi

yang digunakan dan disediakan) pada BBPPTP Medan dengan sarana,

(24)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi pimpinan instansi bersangkutan dapat menjadi bahan masukan dalam

menentukan kebijakan–kebijakan untuk memperbaiki kinerja serta

meningkatkan kinerja bidang perbenihan dan proteksi BBPPTP Medan

Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian;

2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan tambahan

(25)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Balai Besar dan Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan

2.1.1. Sejarah BBPPTP Medan

Kementerian Pertanian memiliki 6 (enam) Direktorat Jenderal (Ditjen)

yaitu Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Ditjen Tanaman Pangan, Ditjen

Hortikultura, Ditjen Perkebunan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Ditjen

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Salah satu Unit Pelaksana Teknis

(UPT) Pusat Ditjen Perkebunan di Sumatera Utara adalah Balai Besar Perbenihan

dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan.

BBPPTP Medan dipimpin oleh 1 (satu) orang Kepala Balai yang

membawahi 1 (satu) orang Kasubbag Tata Usaha (TU) dan 2 (dua) orang Kepala

Bidang yaitu Bidang Perbenihan dan Bidang Proteksi. Masing-masing bidang

membawahi 2 (dua) orang seksi, yaitu Seksi Pelayanan Teknis dan Jaringan

Laboratorium.

2.1.2. Lokasi dan Wilayah Kerja BBPPTP Medan

BBPPTP Medan berlokasi di Kecamatan Helvetia, Kota Medan, Propinsi

Sumatera Utara. Wilayah kerja BBPPTP Medan bidang perbenihan meliputi:

Propinsi Sumatera Utara, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Propinsi Sumatera

Barat, Propinsi Riau, Propinsi Kepulauan Riau, Propinsi Bangka Belitung,

Propinsi Jambi, Propinsi Bengkulu, Propinsi Sumatera Selatan, Propinsi

Lampung, Propinsi Kalimantan Barat, Propinsi Kalimantan Tengah, Propinsi

(26)

Wilayah kerja BBPPTP Medan bidang proteksi meliputi: Propinsi

Sumatera Utara, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Propinsi Sumatera Barat,

Propinsi Riau, Propinsi Kepulauan Riau, Propinsi Bangka Belitung, Propinsi

Jambi, Propinsi Bengkulu, Propinsi Sumatera Selatan, Propinsi Lampung.

2.1.3. Tugas Pokok dan Fungsi BBPPTP Medan

Tugas pokok BBPPTP Medan adalah: melaksanakan pengawasan,

pengembangan pengujian mutu benih, dan analisis teknis dan pengembangan

proteksi tanaman perkebunan, serta pemberian bimbingan teknis penerapan sistem

manajemen mutu dan laboratorium.

Fungsi BBPPTP Medan adalah:

1. Pengawasan pelestarian plasma nutfah tingkat nasional;

2. Pelaksanaan pengujian mutu benih perkebunan introduksi, eks impor, dan

yang akan diekspor, serta rekayasa genetika;

3. Pelaksanaan pengujian adaptasi (observasi) benih perkebunan dalam rangka

pelepasan varietas;

4. Pelaksanaan penilaian pengujian manfaat dan kelayakan benih perkebunan

dalam rangka penarikan varietas;

5. Pelaksanaan pengujian mutu dan sertifikasi benih perkebunan dalam rangka

pemberian sertifikasi layak edar;

6. Pelaksanaan pemantauan benih perkebunan yang beredar lintas Propinsi;

7. Pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pengujian mutu benih

perkebunan dan uji acuan (referee test);

(27)

9. Pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi OPT serta

faktor yang mempengaruhi;

10. Pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan dampak anomali

iklim serta faktor yang mempengaruhi;

11. Pengembangan teknik surveillance OPT penting;

12. Pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model peramalan, taksasi

kehilangan hasil, dan teknik pengendalian OPT perkebunan;

13. Pelaksanaan eksplorasi dan inventarisasi musuh alami OPT perkebunan;

14. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan, penilaian kualitas,

pelepasan dan evaluasi agens hayati OPT perkebunan;

15. Pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan yang

berorientasi pada implementasi pengendalian hama terpadu;

16. Pelaksanaan pengujian dan pemanfaatan pestisida nabati;

17. Pemberian pelayanan teknik kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman

perkebunan;

18. Pengelolaan data dan informasi kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman

perkebunan;

19. Pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu dan

manajemen laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan;

20. Pelaksanaan pengembangan jaringan dan kerjasama laboratorium

perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan;

21. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga

(28)

2.1.4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi diperlukan untuk membedakan batas-batas wewenang

dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan atau

keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Demi tercapainya tujuan umum suatu instansi diperlukan suatu wadah untuk

mengatur seluruh aktivitas maupun kegiatan instansi tersebut. Pengaturan ini

dihubungkan dengan pencapaian instansi sebelumnya. Wadah tersebut disusun

dalam suatu struktur organisasi dalam instansi.

Susunan organisasi BBPPTP Medan terdiri dari : Kepala Sub Bagian Tata

Usaha, Kepala Bidang Perbenihan, Kepala Bidang Proteksi, Kepala Seksi

Jaringan Laboratorium serta Pelayanan Teknis di Bidang Perbenihan, Kepala

Seksi Bidang Jaringan Laboratorium serta Pelayanan Teknis di Bidang Proteksi

Tanaman dan Kelompok Jabatan Fungsional.

Struktur organisasi BBPPTP Medan dapat digambarkan seperti di bawah

ini:

Gambar 1. Struktur organisasi BBPPTP Medan KEPALA BALAI

BIDANG PERBENIHAN

SEKSI YANTEK DAN INFORMASI

PERBENIHAN

SEKSI JARINGAN LAB PERBENIHAN

BIDANG PROTEKSI

SEKSI YANTEK DAN INFORMASI

PROTEKSI

SEKSI JARINGAN LAB PROTEKSI

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

(29)

2.1.5. Tugas Pekerjaan (Job Description) BBPPTP Medan

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Perkebunan Nomor

70/Kpts/OT.140/4/2008 mengenai rincian tugas pekerjaan BBPPTP Medan (lihat

pada halaman 42 – 57).

2.1.6. Kebijakan dan Program Renstra BBPPTP Medan 2010 – 2014

A. Kebijakan

Dalam rangka mewujudkan rencana kegiatan balai besar dengan

berpedoman pada visi, misi dan strategi pembangunan perkebunan yang telah

ditetapkan maka kebijakan umum BBPPTP Medan adalah :

1. Kebijakan Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusia Perkebunan

Peningkatan Sumber Daya Manusia menjadi lebih profesional sehingga

mampu melaksanakan pengembangan dan pengawasan mutu benih serta

pengembangan teknologi proteksi tanaman perkebunan dan pemanfaatan agensia

hayati dalam penerapan PHT yang berwawasan lingkungan. Kegiatan ini

dilaksanakan melalui peningkatan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,

pelatihan, magang, studi banding bagi petugas serta pendampingan bagi petani.

2. Kebijakan Pengembangan Kelembagaan

Kebijakan ini dalam rangka mewujudkan kelembagaan balai besar yang

profesional dalam pengawasan, pengembangan perbenihan dan proteksi tanaman

perkebunan melalui pengembangan jejaring dan kerja sama dengan pihak terkait

serta penguatan sarana dan prasarana balai besar.

3. Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Kebijakan pengelolaan Sumber Daya Alam dan lingkungan hidup

(30)

a. Memanfaatkan sumber daya alam secara optimal, untuk pelestarian dan

perkayaan sumber daya genetik, pengembangan dan pengawasan mutu benih

serta pengembangan teknologi perlindungan tanaman perkebunan dan

pemanfaatan agensia hayati dalam penerapan PHT dapat dilaksanakan secara

berkelanjutan.

b. Meningkatkan kesadaran petani pekebun dan pihak terkait terhadap

pentingnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada kegiatan PHT.

c. Meningkatkan kesadaran konsumen, produsen/pengedar benih dan pihak

terkait terhadap pentingnya penggunaan benih bermutu.

4. Kebijakan Pengembangan Sistem Informasi

Menyediakan pelayanan informasi perbenihan dan proteksi tanaman

perkebunan yang akurat, tepat dan cepat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Dalam rangka pengembangan sistem informasi ini upaya yang ditempuh adalah

sebagai berikut :

a. Peningkatan kemampuan SDM di bidang pengelolaan sistem informasi;

b. Pengembangan dan pemantapan data base perbenihan dan proteksi;

c. Pengembangan sarana internet kantor untuk pengelolaan dan penyebaran

informasi melalui website BBPPTP Medan;

d. Pemanfaatan teknologi GIS untuk pemetaan bidang perbenihan dan proteksi.

B. Program

Menurut Renstra BBPPTP Medan (2009) bahwa program BBPPTP

Medan mengacu pada program Kementerian Pertanian dan Ditjen Perkebunan

yang terkait, yaitu : Penerapan kepemerintahan yang baik, dan pengembangan

(31)

2.2. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian Lubis (2012), tentang analisis faktor-faktor

yang mempengaruhi kinerja pegawai dengan motivasi sebagai variabel mediating

di lingkungan Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman Propinsi Sumatera Utara

bahwa kepemimpinan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap motivasi dan

kinerja pegawai. Komunikasi, iklim organisasi, dan disiplin kerja mempunyai

pengaruh yang positif terhadap motivasi dan kinerja pegawai. Motivasi sebagai

variabel mediating mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kinerja pegawai.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hamzah (2010), tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Pegawai Negeri Sipil pada Badan

Kepegawaian Daerah Kabupaten Kapuas Hulu bahwa ada pengaruh yang kuat

variabel kemampuan, variabel motivasi, variabel kepuasan kerja, secara simultan

terhadap kinerja pegawai. Kepuasan kerja merupakan variabel yang paling

dominan pengaruhnya terhadap kinerja pegawai.

Hasil penelitian yang dilakukan Herbowo (2013), tentang analisis

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Kantor BPS

Propinsi Kepulauan Bangka Belitung menunjukkan terdapat pengaruh faktor

individu terhadap kinerja PNS pada BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung,

faktor individu merupakan gabungan dari subfaktor usia, jenis kelamin,

pengalaman dan lama tingkat pendidikan. Lama tingkat pendidikan menjadi faktor

dominan diantara ke-4 subfaktor lainnya. Terdapat pengaruh faktor organisasi

terhadap kinerja PNS pada BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, faktor

organisasi mencakup kepemimpinan, imbalan, sumber daya dan struktur. Imbalan

(32)

psikologis terhadap kinerja PNS pada BPS Propinsi Kepulauan Bangka Belitung,

faktor psikologis mencakup persepsi, sikap, kepribadian dan motivasi. Motivasi

menjadi faktor dominan diantara ke-4 subfaktor lainnya. Terdapat pengaruh faktor

individu, organisasi dan psikologis secara bersama-sama terhadap kinerja PNS

pada Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, subfaktor

psikologis merupakan faktor yang berpengaruh sangat dominan terhadap PNS

pada Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Berdasarkan hasil penelitian Astie (2011), tentang analisis faktor-faktor

yang mempengaruhi kinerja pegawai di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten

Bangka Tengah bahwa dari 75 indikator penelitian mula-mula hanya terseleksi

sebanyak 13 indikator penelitian yang dapat dikelompokkan menjadi 4 faktor

yaitu faktor keunggulan organisasi, faktor pendorong pribadi, faktor pendorong

internal, dan faktor desain internal. Kesimpulan penelitian adalah tidak seluruh

variabel yang diikutsertakan dalam penelitian mempengaruhi kinerja pegawai,

terbukti dengan hanya empat variabel saja yang memberi sumbangan pengaruh

terhadap kinerja pegawai. Hasil penelitian mengisyaratkan bahwa ada

variabel-variabel lain yang berpengaruh terhadap kinerja pegawai namun tidak

diikutsertakan dalam variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.

2.3. Landasan Teori

2.3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Dalam mempertahankan kelangsungan dan kehidupan organisasi, maka

sebuah organisasi harus memiliki kinerja yang baik. Kinerja penting untuk

(33)

pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijakan dalam mewujudkan

sasaran, tujuan, misi, dan visi suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan

untuk menganalisis prestasi atau tingkat keberhasilan suatu organisasi

(Mahsun, 2006).

Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001) bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu:

1. Kemampuan

2. Motivasi

3. Dukungan yang diterima

4. Keberadaan pekerjaan yang dilakukan

5. Hubungan dengan organisasi.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikelompokkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja yang termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja dalam penelitian ini adalah kemampuan termasuk variabel Sumber Daya

Manusia (SDM), motivasi dan dukungan yang diterima termasuk variabel

keuangan, keberadaan pekerjaan yang dilakukan termasuk variabel sarana,

hubungan dengan organisasi termasuk variabel manajemen.

Sedangkan menurut Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa faktor

yang mempengaruhi kinerja antara lain :

a. Faktor kemampuan

Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Penepatan pada pekerjaan

(34)

b. Faktor motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attiude) dalam menghadapi situasi (situation) kerja. Gie (1999) menyatakan bahwa kinerja sangat ditentukan oleh

dimensi-dimensi sebagai berikut:

1. Motivasi kerja

2. Kemampuan kerja  termasuk variabel SDM

3. Perlengkapan dan fasilitas  ternasuk variabel sarana

4. Lingkungan eksternal  termasuk variabel keuangan

5. Leadership

6. Misi strategi

7. Budaya perusahaan

8. Kinerja individu dan organisasi

9. Praktik manajemen  termasuk variabel manajemen

10. Struktur

11. Iklim kerja

Motivasi kerja dan kemampuan kerja merupakan dimensi yang cukup penting

dalam penentuan kinerja. Motivasi sebagai sebuah dorongan dari dalam diri yang

akan menentukan kinerja yang dihasilkan. Kemampuan kerja dalam melaksanakan

tugas akan berpengaruh terhadap kinerja yang dihasilkan. Semakin tinggi

kemampuan yang dimiliki maka akan semakin menentukan kinerja yang

dihasilkan.

Simamora (1995) menyatakan kinerja sangat ditentukan oleh 3 (tiga)

(35)

1. Faktor individual yang terdiri dari :

a. Kemampuan dan keahlian

b. Latar belakang

c. Demografi

2. Faktor psikologis yang terdiri dari :

a. Persepsi

b. Attitude

c. Personality

d. Pembelajaran

e. Motivasi

3. Faktor organisasi yakni :

a. Sumber daya

b. Kepemimpinan

c. Penghargaan

d. Struktur

e. Job design

Semakin kompeten kemampuan dan keahlian yang dimiliki akan mempengaruhi

pencapaian hasil kinerja. Motivasi adalah faktor psikologis yang akan mendorong

dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pekerjaan. Semakin kuat

motivasi yang melekat, semakin bagus kinerja yang dihasilkan. Sedangkan faktor

organisasi yang meliputi sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur dan

job design sangat mempengaruhi terhadap kebijakan yang diambil organisasi dikarenakan masing-masing faktor tersebut memberikan arah kerja yang tepat dan

(36)

2.3.2. Evaluasi Model CIPP (Context, Input, Process, Product)

Evaluasi model CIPP (Context, Input, Process, Product) adalah model evaluasi yang tujuannya untuk mengambil keputusan dalam merencanakan,

melaksanakan dan mengembangkan suatu program. Evaluasi CIPP terdiri dari

context evaluation (evaluasi terhadap konteks), input evaluation (evaluasi terhadap masukan), process evaluation (evaluasi terhadap proses), dan product evaluation (evaluasi terhadap hasil). Dengan menggunakan evaluasi ini maka akan dapat memberikan gambaran yang sangat detail dan hubungan kinerja

dengan faktor-faktor kinerja, mulai dari konteksnya hingga saat proses

implementasi sampai hasil (Siti, dkk., 2012).

Setiap kegiatan memerlukan penilaian atau evaluasi. Evaluasi program

hubungan kinerja dengan faktor-faktor kinerja bertujuan untuk menyediakan data

dan informasi serta rekomendasi bagi pengambil kebijakan (decision maker). Salah satu model evaluasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu

program pada setiap tahapnya adalah evaluasi model CIPP. Digunakan model

evaluasi CIPP karena dalam hubungan kinerja dengan faktor-faktor kinerja itu

sendiri terdapat tahapan manajemen terdiri dari tahapan planning (perencanaan) organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan), controlling (monitoring) agar hubungan kinerja dengan faktor-faktor kinerja dapat berjalan dengan

maksimal. (Siti, dkk., 2012).

Secara garis besar evaluasi model CIPP mencakup empat macam

(37)

1. Perencanaan keputusan yang mempengaruhi pemilihan tujuan umum dan

tujuan khusus

2. Keputusan pembentukan atau structuring (susunan organisasi)

3. Keputusan implementasi

4. Keputusan yang telah disusun ulang yang menentukan suatu kinerja perlu

diteruskan, diteruskan dengan modifikasi, dan atau diberhentikan secara total

atas dasar kriteria yang ada

(Arikunto dan Suharsini, 2004).

Menurut Arikunto dan Suharsini (2004), ada empat aspek model

evaluasi CIPP (context, input, process dan output) membantu pengambil keputusan untuk menjawab empat pertanyaan dasar mengenai :

1. Apa yang harus dilakukan (What should we do?); mengumpulkan dan

menganalisis needs assessment data untuk menentukan tujuan, prioritas dan

sasaran.

2. Bagaimana kita melaksanakannya (How should we do it?); sumber daya dan

langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan dan

mungkin meliputi identifikasi kinerja eksternal dan material dalam

mengumpulkan informasi

3. Apakah dikerjakan sesuai rencana (Are we doing it as planned?); Ini menyediakan pengambil keputusan informasi tentang seberapa baik kinerja

diterapkan. Dengan secara terus-menerus monitoring kinerja,

pengambil-keputusan mempelajari seberapa baik pelaksanaan telah sesuai petunjuk dan

rencana, konflik yang timbul, dukungan staf dan moral, kekuatan dan

(38)

4. Apakah berhasil (Did it work?); Dengan mengukur outcome dan membandingkannya pada hasil yang diharapkan, pengambil keputusan

menjadi lebih mampu memutuskan jika kinerja harus dilanjutkan,

dimodifikasi, atau dihentikan sama sekali.

2.4. Kerangka Penelitan

Kinerja Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan

(BBPPTP) Medan dalam bidang teknis dibagi menjadi 2 (dua) yaitu kinerja

bidang perbenihan dan proteksi.

Menurut Suwardika (2011) bahwa pengukuran kinerja organisasi publik

merupakan suatu alat perencanaan dan sistem pengendalian manajemen yang

bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi

melalui alat ukur finansial dan non finansial. Pengukuran kinerja sektor publik

dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama, pengukuran kinerja sektor

publik dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja pemerintah. Ukuran kinerja

dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran

program unit kerja. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk

pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran kinerja

sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan

memperbaiki komunikasi pelanggan.

BBPPTP Medan merupakan suatu lembaga organisasi Direktorat Jenderal

Perkebunan, Kementerian Pertanian. Sesuai dengan Peraturan Menteri

Pertanian No. 92 tahun 2011 bahwa indikator kinerja BBPPTP Medan di bidang

(39)

sedikit bibit palsu yang beredar dan semakin banyak penerapan teknologi

pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) maka semakin berkurang

serangan OPT perkebunan.

Oleh karena itu, pengukuran kinerja pada 2 (dua) bidang teknis di

BBPPTP Medan, di bidang perbenihan menggunakan indikator yaitu jumlah benih

yang disertifikasi dan jumlah pengujian benih. Di bidang proteksi menggunakan

indikator yaitu jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan. Bidang

perbenihan dan proteksi memakai variabel yang sama yaitu sarana, manajemen,

SDM dan keuangan. Karena 4 (empat) variabel ini merupakan alat utama dalam

menentukan peningkatan kinerja di sebuah lembaga / organisasi.

Di dalam mendeskripsikan faktor – faktor yang berhubungan dengan kinerja pada BBPPTP Medan dilakukan penelitian berdasarkan penggumpulan

data sekunder yaitu laporan tahunan 2008– 2012 BBPPTP Medan. Sehingga

(40)

`

Gambar 2. Skema Kerangka Penelitian

Kinerja Bidang Perbenihan (Y1) Indikator :

1. Jumlah benih yang disertifikasi (Y11) (unit/tahun)

2. Jumlah pengujian benih (Y12)

(unit/tahun)

Kinerja Bidang Proteksi (Y2) Indikator :

Jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) (unit/tahun)

Sarana

(41)

2.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah maka yang menjadi hipotesis dalam

penelitian ini ada 42 hubungan, yaitu :

1. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan jumlah peralatan

laboratorium rutin bidang perbenihan (X11), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan jumlah

peralatan laboratorium rutin bidang perbenihan

2. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan jumlah peralatan

laboratorium non rutin bidang perbenihan (X12), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan jumlah

peralatan laboratorium non rutin bidang perbenihan

3. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan jumlah peralatan

laboratorium modern bidang perbenihan (X13), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan jumlah

peralatan laboratorium modren bidang perbenihan

4. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan rasio kendaraan

dinas roda 2 bidang perbenihan (X14), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan rasio

kendaraan dinas roda 2 bidang perbenihan

5. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan jumlah kegiatan

yang terkait dengan planning (perencanaan) bidang perbenihan (X21) , yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan jumlah

(42)

6. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan jumlah kegiatan

yang terkait organizing (pengorganisasian) bidang perbenihan (X22), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan jumlah

kegiatan yang terkait organizing (pengorganisasian) bidang perbenihan

7. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan jumlah kegiatan

yang terkait actuating (pelaksanaan) bidang perbenihan (X23), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan jumlah

kegiatan yang terkait actuating (pelaksanaan) bidang perbenihan

8. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan jumlah kegiatan

yang terkait controlling (pengawasan) bidang perbenihan (X24), yaitu : Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan jumlah

kegiatan yang terkait controlling (pengawasan)bidang perbenihan

9. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan jumlah PNS

bidang perbenihan (X31), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan jumlah

PNS bidang perbenihan

10. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan rasio persentase

lama tingkat pendidikan PNS bidang perbenihan (X32), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan rasio

(43)

11. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan rasio persentase

jurusan pertanian PNS bidang perbenihan (X33), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan rasio

persentase jurusan pertanian PNS bidang perbenihan

12. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan rasio persentase

status sekolah negeri PNS bidang perbenihan (X34), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan rasio

persentase jumlah status sekolah negeri PNS bidang perbenihan

13. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan rasio jumlah

pelatihan bersifat spesifik PNS bidang perbenihan (X35), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan rasio

jumlah pelatihan bersifat spesifik PNS bidang perbenihan

14. Hubungan jumlah benih yang disertifikasi (Y11) dengan persentase jumlah

realisasi keuangan bidang perbenihan (X4), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan

persentase jumlah realisasi keuangan bidang perbenihan

15. Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan jumlah peralatan

laboratorium rutin bidang perbenihan (X11), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan jumlah

peralatan laboratorium rutin bidang perbenihan

16. Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan jumlah peralatan

laboratorium non rutin bidang perbenihan (X12), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan jumlah

(44)

17. Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan jumlah peralatan

laboratorium modern bidang perbenihan (X13), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan jumlah

peralatan laboratorium modern bidang perbenihan

18. Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan rasio kendaraan dinas

roda 2 bidang perbenihan (X14), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan rasio

kendaraan dinas roda 2 bidang perbenihan

19. Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan jumlah kegiatan yang

terkait planning (perencanaan) bidang perbenihan (X21), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan jumlah

kegiatan yang terkait planning (perencanaan) bidang perbenihan

20. Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan jumlah kegiatan yang

terkait organizing (pengorganisasian)bidang perbenihan (X22), yaitu

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan jumlah

kegiatan yang terkait organizing (pengorganisasian) bidang perbenihan 21. Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan jumlah kegiatan yang

terkait actuating (pelaksanaan)bidang perbenihan (X23), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan jumlah

kegiatan yang terkait actuating (pelaksanaan)bidang perbenihan

22. Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan controlling (pengawasan)

bidang perbenihan (X24), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan jumlah

(45)

23. Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan jumlah PNS bidang

perbenihan (X31), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan jumlah

PNS bidang perbenihan

24. Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan rasio persentase lama

tingkat pendidikan PNS bidang perbenihan (X32), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan rasio

persentase lama tingkat pendidikan PNS bidang perbenihan

25. Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan rasio persentase jurusan

pertanian PNS bidang perbenihan (X33), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan rasio

persentase jurusan pertanian PNS bidang perbenihan

26. Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan rasio persentase status

sekolah negeri PNS bidang perbenihan (X34), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan rasio

persentase status sekolah negeri PNS bidang perbenihan

27. Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan rasio jumlah pelatihan

bersifat spesifik PNS bidang perbenihan (X35), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan rasio

jumlah pelatihan bersifat spesifik PNS bidang perbenihan

28. Hubungan jumlah pengujian benih (Y12) dengan jumlah persentase

realisasi keuangan bidang perbenihan (X4),yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah benih yang disertifikasi dengan jumlah

(46)

29. Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan

jumlah peralatan laboratorium rutin bidang proteksi (Z11), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan

dengan jumlah peralatan laboratorium rutin bidang proteksi

30. Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan

jumlah peralatan laboratorium non rutin bidang proteksi (Z12), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan

dengan jumlah peralatan laboratorium non rutin bidang proteksi

31. Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan

jumlah peralatan laboratorium modern bidang proteksi (Z13), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan

dengan jumlah peralatan laboratorium modern bidang proteksi

32. Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan

rasio kendaraan dinas roda 2 bidang proteksi (Z14), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan

dengan rasio kendaraan dinas roda 2 bidang proteksi

33. Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan

jumlah kegiatan yang terkait planning (perencanaan)bidang proteksi (Z21), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan

(47)

34. Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan

jumlah kegiatan yang terkait organizing (pengorganisasian)bidang proteksi (Z22), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan

dengan jumlah kegiatan yang terkait organizing (pengorganisasian) bidang proteksi

35. Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan

jumlah kegiatan yang terkait actuating (pelaksanaan) bidang proteksi (Z23), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan

dengan jumlah kegiatan yang terkait actuating (pelaksanaan) bidang proteksi

36. Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan

jumlah kegiatan yang terkait controlling (pengawasan) bidang proteksi (Z24), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan

dengan jumlah kegiatan yang terkait controlling (pengawasan) bidang

proteksi

37. Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan

jumlah PNS bidang proteksi (Z31), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan

(48)

38. Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan

rasio persentase lama tingkat pendidikan bidang proteksi (Z32), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan

dengan rasio persentase lama tingkat pendidikan bidang proteksi

39. Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan

rasio persentase jurusan sekolah pertanian PNS bidang proteksi (Z33),

yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan

dengan rasio persentase jurusan sekolah pertanian bidang proteksi

40. Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan

rasio persentase status sekolah negeri PNS bidang proteksi (Z34), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan

dengan rasio persentase status sekolah negeri PNS bidang proteksi

41. Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan

jumlah pelatihan bersifat spesifik PNS bidang proteksi (Z35), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan

dengan jumlah pelatihan bersifat spesifik PNS bidang proteksi

42. Hubungan jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan (Y2) dengan

jumlah persentase realisasi keuangan bidang proteksi (Z4), yaitu :

Terdapat hubungan antara jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan

(49)

III.

METODE PENELITIAN

3.1.Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman

Perkebunan (BBPPTP) Medan. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara

purposive (sengaja) karena lembaga ini merupakan satu-satunya balai besar di Medan yang bekerja di bidang perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan.

3.2.Metode Penentuan Sampel Penelitian

Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

karateristik tertentu, jelas, dan lengkap yang akan diteliti. Populasi dalam

penelitian ini mencakup 2 (dua) unit sampling yaitu bidang perbenihan dan

proteksi di BBPPTP Medan. Pengambilan sampel dengan menggunakan cara

sensus atau semua jumlah populasi bidang perbenihan dan proteksi di BBPPTP

Medan pada tahun 2008 – 2012.

3.3.Metode Pengambilan Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki

hubungan kinerja bidang perbenihan (jumlah benih yang disertifikasi dan

jumlah pengujian benih) dan kinerja bidang proteksi (jumlah teknologi yang

digunakan dan disedikan) dengan faktor-faktor kinerja yaitu sarana, manajemen,

SDM, dan keuangan pada masing-masing bidang perbenihan dan proteksi di

(50)

3.4. Metode Analisis Data

Data-data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah :

a. Kinerja Bidang Perbenihan = Y1

Diukur dengan :

1. Jumlah benih yang disertifikasi = Y11 (unit/tahun)

2. Jumlah pengujian benih = Y12 (unit/tahun)

b. Kinerja Bidang Proteksi = Y2

Diukur dengan :

Jumlah teknologi yang digunakan dan disediakan = Y2 (unit/tahun)

Faktor yang mempengaruhi kinerja bidang perbenihan meliputi :

1. Sarana bidang perbenihan = X1

Diukur dengan :

a. Jumlah peralatan laboratorium dikelompokkan menjadi :

- Peralatan rutin = X11 (buah)

- Peralatan non rutin = X12 (buah)

- Peralatan modern = X13 (buah)

b. Rasio jumlah kendaraan dinas roda 2 = X14

Rasio = Jumlah kendaraan dinas roda 2 (buah)

Jumlah PNS bidang perbenihan (orang)

2. Manajemen bidang perbenihan = X2, mencakup 4 tahapan yaitu :

a. Planning (perencanaan) (P) bidang perbenihan = X21 Meliputi :

(51)

2. Penyusunan dan pengumpulan database

3. Pengumpulan data primer sumber benih kelapa sawit sebagai

pendukung SIG

4. Pengumpulan data primer SIG perbenihan

5. Pengembangan peningkatan pengakuan sistem akreditasi, sertifikasi

standar

6. Peningkatan SDM / magang

7. Pengadaan alat dan bahan laboratorium

8. Program kalibrasi

Diukur dengan :

Jumlah kegiatan yang terkait dengan planning (kegiatan)

b. Organizing (pengorganisasian) (O) bidang perbenihan = X22

Meliputi :

1. Pembinaan dan koordinasi kinerja IP2MB / UPTD di wilayah kerja

BBPPTP Medan

2. Kegiatan pembinaan, koordinasi dan pengawasan penangkaran benih

pelaksanaan kegiatan

3. Pertemuan sinkronisasi pengawasan peredaran benih tanaman

perkebunan di penyuluhan dan penyebaran informasi di wilayah kerja

BBPPTP Medan

4. Pertemuan sinkronisasi jejaring laboratorium

5. Koordinasi jaringan laboratorium perbenihan

6. Pengawasan dan pengembangan mutu benih

(52)

Diukur dengan :

Jumlah kegiatan yang terkait dengan organizing (kegiatan) c. Actuating (pelaksanaan) (A) bidang perbenihan = X23

Meliputi :

1. Inventarisasi kebun entres kakao

2. Inventarisasi dan evaluasi sumber benih cengkeh

3. Inventarisasi kebun penangkaran nilam di Propinsi Sumatera Utara

dan NAD

4. Inventarisasi plasma nuftah gambir di Sumatera Utara dan Sumatera

Barat

5. Pembangunan kebun kelapa dalam komposit

6. Pemeliharaan kebun induk kelapa dalam komposit

7. Pengembangan pembangunan kebun koleksi plasma nuftah kelapa

sawit

8. Kegiatan pengujian laboratorium

9. Sertifikasi dan pengujian mutu benih perkebunan

10.Kunjungan ke penangkar

11.Pengawasan pelaksanaan sertifikasi

12.Pengawasan mutu benih dalam propinsi

13.Pengawasan mutu benih lintas propinsi di wilayah kerja

14.Pengawasan dan pengembangan mutu benih perkebunan sawit

15.Observasi kopi robusta unggul lokal Bengkulu dan kopi excelsa di

Jambi

(53)

Diukur dengan :

Jumlah kegiatan yang terkait dengan actuating (kegiatan) d. Controlling (pengawasan) (C) bidang perbenihan = X24

Meliputi :

1. Monitoring benih impor kelapa sawit

2. Monitoring sumber benih kelapa sawit

3. Monitoring sumber benih kelapa sawit serta identifikasi dan

verifikasi bibit kelapa sawit tidak bersertifikat

4. Monitoring sumber benih kakao

5. Monitoring buah kakao

6. Monitoring dan evaluasi calon kebun entres kakao

7. Monitoring dan evaluasi kebun entres karet

8. Monitoring dan evaluasi blok penghasil tinggi biji karet

9. Monitoring dan evaluasi calon sumber benih kopi di wilayah kerja

10. Monitoring dan evaluasi calon sumber benih kopi sigarar utang di

Propinsi Sumatera Utara

11. Monitoring dan evaluasi kebun benih kopi arabika sigarar utang

12. Monitoring kebun pembibitan tebu

13. Monitoring kebun pembibitan tebu rakyat

14. Pengawasan dan pengembangan mutu benih perkebunan kelapa

sawit

15. Pengawasan kebun entres karet

16. Pengawasan sumber benih kopi

(54)

18. Evaluasi pohon induk kelapa dalam sebagai sumber benih

19. Evaluasi calon benih cengkeh

20. Evaluasi calon sumber benih cengkeh di Sumatera Utara

Diukur dengan :

Jumlah kegiatan yang terkait dengan controlling (kegiatan)

3. Sumber Daya Manusia (SDM) bidang perbenihan = X3

Diukur dengan :

a. Jumlah PNS bidang perbenihan = X31 (orang)

b. Lama tingkat pendidikan bidang perbenihan = X32

(lama masa pendidikan), meliputi:

- SMA = lama pendidikan rata-rata 12 tahun

- Diploma 1 (D1) = lama pendidikan rata-rata 13 tahun

- Diploma 2 (D2) = lama pendidikan rata-rata 14 tahun

- Diploma 3 (D3) = lama pendidikan rata-rata 15 tahun

- Sarjana (D4 / S1) = lama pendidikan rata-rata 16 tahun

- Pasca Sarjana (S2) = lama pendidikan rata-rata 18 tahun

Rumus : Jumlah lama pendidikan (tahun) x 100 % Jumlah PNS bidang perbenihan (orang)

c. Jumlah PNS bidang perbenihan menurut jurusan pertanian = X33

Rumus : Jumlah PNS menurut bidang pertanian (orang) x 100 % Jumlah PNS bidang perbenihan (orang)

d. Status sekolah negeri untuk PNS bidang perbenihan = X34

Rumus : Jumlah PNS menurut status sekolah negeri (orang) x 100%

Jumlah PNS bidang perbenihan (orang)

(55)

4. Persentase keuangan bidang perbenihan = X4

Rumus = Jumlah realisasi keuangan bidang perbenihan (Rp/tahun) x 100%

Jumlah rencana keuangan bidang perbenihan (Rp/tahun)

Faktor yang mempengaruhi kinerja bidang proteksi meliputi :

1. Sarana bidang proteksi = Z1

Diukur dengan :

a. Peralatan laboratorium dikelompokkan menjadi :

- Peralatan rutin = Z11 (buah)

- Peralatan non rutin = Z12 (buah)

- Peralatan modern = Z13 (buah)

b. Rasio jumlah kendaraan dinas roda 2 = Z14

Rasio = Jumlah kendaraan dinas roda 2 (buah)

Jumlah PNS bidang proteksi (orang)

2. Manajemen bidang proteksi = Z2, mencakup 4 tahapan yaitu :

a. Planning (perencanaan) (P) bidang proteksi = Z21 Diukur dengan :

Jumlah kegiatan yang terkait dengan planning (kegiatan)

Meliputi :

1. Pembuatan leaflet

2. Pembuatan slide pengenalan dan pengendalian OPT utama

3. Akreditasi laboratorium

4. Magang / pelatihan petugas

5. Magang / pelatihan petani

6. Monitoring, inventarisasi dan identifikasi OPT

(56)

b. Organizing (pengorganisasian) (O) bidang proteksi = Z22 Diukur dengan :

Jumlah kegiatan yang terkait dengan organizing (kegiatan)

Meliputi :

1. Penyuluhan dan penyebaran informasi

2. Pembinaan perlindungan perkebunan / pembinaan teknis

pengembangan

3. Pembinaan / koordinasi dan konsultasi pengawasan

4. Ekspose teknologi regional sumatera di Propinsi Jambi

5. Pertemuan koordinasi pengamat OPT di wilayah Sumatera Utara

6. Pertemuan koordinasi Kepala Dinas Perkebunan dan Kepala UPPT

se - Sumatera Utara

7. Pertemuan koordinasi perlindungan perkebunan dan laboratorium

8. Koordinasi perkembangan OPT / proteksi tanaman perkebunan di

wilayah perkebunan

9. Koordinasi perkembangan OPT di propinsi regional sumatera

10. Koordinasi penanggulangan kebakaran, bencana alam dan Gangguan

Usaha Perkebunan (GUP)

11. Pertemuan teknis pengamat dan pengendali OPT bulanan di Propinsi

Sumatera Utara

12. Pembinaan teknis pengembangan teknologi perlindungan

perkebunan wilayah regional

(57)

14. Pembinaan dan koordinasi petugas pengamat perkembangan OPT di

wilayah binaan

15. Pembinaan dan monitoring jaringan laboratorium proteksi BBPPTP

Medan

16. Pembinaan jaringan laboratorium proteksi tanaman perkebunan di

wilayah kerja

17. Pembinaan teknis pengembangan teknologi perlindungan

perkebunan

18. Pembinaan teknis pengembangan teknologi perlindungan

perkebunan wilayah regional

19. Konsultasi ke pusat / puslitbun / PT

20. Penyegaran petugas pengamat OPT

21. Penyegaran petugas laboratorium UPTD dan laboratorium mini

UPPT

22. Pengembangan teknologi pengendalian OPT utama komoditi

perkebunan di laboratorium mini UPPT

23. Pengembangan dan aplikasi teknologi perlindungan perlindungan di

wilayah binaan sebagai perekat dengan BBPPTP Medan

c. Actuating (pelaksanaan) (A) bidang proteksi = Z23 Meliputi :

1. Isolasi bahan aktif berbagai tanaman yang potensial sebagai repellent

terhadap hama / serangga tertentu

2. Uji efektifitas Speudomonas fluresceus (PF)

Gambar

Tabel 1. Data penemuan benih palsu pada tahun 2010 dan 2012
Gambar 1. Struktur organisasi BBPPTP Medan
Gambar 2. Skema Kerangka Penelitian
Tabel 2. Jumlah benih yang disertifikasi  (unit / tahun)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kabupaten/Pemerintah Kota untuk penyelesaiannya. Penyelesaian batas daerah Kabupaten Lombok Barat dengan Kota Mataram sudah terbit Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 55

Untuk mendukung terciptanya proses produksi yang baik, dibutuhkan suatu alat penyampaian informasi kepada manusia (oprator) yang di namakan display. Penelitian ini di lakukan

Batang rambut adalah bagian rambut yang terdapat di atas permukaan kulit berupa benang-benang halus yang terdiri dari zat tanduk atau keratin... Batang rambut terdiri dari 3

Kegiatan penelitian sebagai bagian dari pengembangan ilmu di Fakultas Ilmu Budaya meliputi penelitian-penelitian dalam bidang kajian Bahasa dan Sastra Inggris, Bahasa

“Inilah bahaya yang akan datang kedua yang cukup, ketika dipandang, bagi seorang bhikkhu yang tinggal dalam hutan – yang penuh perhatian, rajin, dan berpendirian

Siswa mengisi angket respon pembelajaran kepada siswa dan menuliskan refleksi dari kegiatan hari itu.. Guru mengakhiri pembelajaran

Untuk mempermudah penelitian kebahasaan yang berkaitan dengan bahasa-bahasa yang berkerabat atau dalam menentukan bahasa purbanya, ada alat bantu yang dapat digunakan yang