DI CV SINAR JAYA PRINTING
KERJA PRAKTEK
Nama : YOGA PRADANA
NIM : 10.39090.0013
Program : DIII (Diploma Tiga)
Jurusan : Komputer Grafis dan Cetak
SEKOLAH TINGGI
MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER
SURABAYA
▸ Baca selengkapnya: alur kerja prototyping digital printing
(2)vi
1.1.2 Prinsip Dasar Cetak Offset ... 3
1.2 Perumusan Masalah ... 4
2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 7
2.2 Visi dan Misi Perusahaan ... 8
2.3 Pekerjaan Cetak ... 8
2.4 Peralatan Percetakan ... 8
vii
4.1 Prosedur Kerja Praktek ... 32
4.2 Pelaksanaan Kerja Praktek ... 32
4.2.1 Wawancara ... 33
4.2.2 Observasi Lapangan ... 33
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah
Grafika menurut sejarah berasal dari bahasa Yunani yang berarti huruf
atau lambang. Awal perkembangannya sekitar tahun 3.000 SM proses cetak
dilakukan pertama kali oleh bangsa Mesir Kuno digunakan sebagai media
berkomunikasi, pada saat itu hanya berbentuk susunan huruf yang disebut dengan
Hieroglyph. (Raharjo Budi., 2012, Materi Kuliah Pengantar Teknologi Grafis dan
Cetak, STIKOM, Surabaya)
Kemudian pada sekitar abad XV, mulai ditemukanlah huruf-huruf yang
menjadi asal mula atau cikal bakal mesin cetak pertama. Mesin cetak pertama
diciptakan oleh Johannes Genfleisch pada tahun 1440. Johannes Genfleisch lebih
akrab dikenal dengan nama Johannes Gutenberg karena beliau berasal dari
Gutenberg Jerman. Pada saat itu mesin tersebut digunakan untuk mencetak buku
gereja. Setelah itu bermunculan berbagai macam teknik cetak, antara lain
rotogravure (teknik cetak dalam), offset (teknik cetak datar), screen printing
(teknik cetak saring), flexography dan letterpress (teknik cetak tinggi), dan cetak
digital. (Raharjo Budi., 2012, Materi Kuliah Pengantar Teknologi Grafis dan
Cetak, STIKOM, Surabaya)
Pada era perkembangan teknologi cetak yang begitu pesat, banyak
mesin-mesin cetak baru yang bermunculan di pasaran. Untuk mengimbangi
cetak grafika, sedangkan pada kenyataannya masih sangat kurang sumber daya
manusia yang ahli di bidang ini. Dalam dunia grafika tidak hanya dibutuhkan
kompetensi kemampuan operasi mesin cetak, tetapi juga dibutuhkan kemampuan
dalam hal manajemen produksi, manajemen warna, alur proses cetak dan
sebagainya.
Untuk menjawab kebutuhan akan kompetensi yang sesuai dengan industri
percetakan, Program Studi Diploma III Komputer Grafis dan Cetak Sekolah
Tinggi Manajemen Informatika dan Teknik Komputer (STIKOM) Surabaya
mengadakan Program Kerja Industri selama 160 jam di perusahaan-perusahaan
yang bergerak di bidang grafika.
Teknologi cetak memiliki peran penting dalam kehidupan manusia saat
ini. Hampir setiap hal yang digunakan oleh manusia pasti memiliki elemen cetak,
seperti buku, surat-surat, majalah, koran, kemasan, label dan sebagainya.
Teknologi cetak begitu penting sehingga dalam keseharian manusia selalu
berinteraksi dengan hal-hal yang dicetak.
Pada prinsipnya teknologi cetak hanya memindahkan tinta dari acuan
cetak ke material/bahan yang akan di cetak. Tetapi pada prosesnya, terdapat alur
atau proses yang cukup panjang untuk menghasilkan sebuah cetakan yang
memiliki hasil yang baik. Proses ini mencakup proses pre-press, press dan post
1.1.1 Alur Proses Cetak
Dalam proses cetak terdapat proses panjang mulai dari persiapan hingga
barang jadi. Alur proses cetak dapat dijabarkan menjadi pre-press, press,
post-press.
1. Pre Press
Pre Press sering disebut juga dengan unit persiapan. Dimana dalam tahap
ini berisi persiapan sebelum proses naik cetak. Meliputi pengolahan materi yang
akan dicetak hingga menjadi acuan cetak. Dalam unit ini sangat berkaitan dengan
proses desain, layout, pembuatan film, montage hingga pembuatan plat cetak.
2. Press
Unit ini bertujuan menghasilkan duplikasi gambar atau teks yang berada
pada acuan cetak ke material cetak (substrate). Dalam proses cetak dibutuhkan
hasil yang presisi, warna yang tepat dan hasil cetakan yang bersih.
3. Post Press
Unit ini bertujuan untuk menyelesaikan hasil cetakan dari proses
sebelumnya yang masih berupa lembaran kertas hingga menjadi bentuk jadi. Hasil
jadi dalam proses ini dapat berupa buku, majalah, tabloid, koran, kemasan, dll.
Proses post press meliputi potong, plong, jahit, lem, laminasi, hot print, dsb.
1.1.2 Prinsip Dasar Cetak Offset
1. Sering disebut dengan cetak datar karena area cetak dan area non cetak
hampir sama.
2. Dalam proses cetaknya di golongkan kedalam indirect printing atau
bertemu dengan substrate, melainkan dihubungkan dahulu memalui
didalamnya terdapat tiga departemen yaitu pre-press, press,dan post-press yang.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses cetak adalah bagaimana alur proses
produksi cetak yang baik dan benar?
1.3 Batasan Masalah
Ruang lingkup pelaksanaan kerja praktek ini adalah alur proses produksi
cetak pada perusahaan cetak offset dimana membahas tentang proses produksi dan
permasalahan yang adaa di dalam proses produksi cetak offset.
1.4 Tujuan
Tujuan dari kerja praktek ini adalah :
a. Sebagai salah satu yang dipersyaratkan untuk kelulusan pada mata
kuliah Kerja Praktek Industri DIII Komputer Grafis dan Cetak STIKOM
Surabaya.
b. Sebagai salah satu sarana untuk menerapkan ilmu yang telah didapat
selama di perkuliahan.
c. Sebagai sarana praktek kerja lapangan guna membahami kondisi dunia
industri, serta dapat melakukan praktek langsung, khususnya pada mesin
d. Sebagai sarana untuk menggali pengetahuan yang lebih luas tentang
mesin cetak offset.
e. Dan diharapkan dapat memberikan manfaat berupa ilmu yang baru
kepada pembaca, khususnya adik kelas di jurusan DIII Komputer Grafis
dan Cetak dalam bentuk laporan kerja industri.
1.5 Kontribusi
Kontribusi selama pelaksanaan Praktek Kerja Industri di CV Sinar Jaya
Priting adalah sebagai berikut :
Terhadap Penulis :
a. Dapat memahami tentang aturan kerja yang terdapat pada suatu
perusahaan.
b. Mendapatkan pengetahuan yang lebih luas dalam proses cetak offset.
c. Dapat lebih memahami tentang persiapan sebelum proses produksi.
d. Mendapatkan pemahaman terhadap masalah-masalah yang sering
terjadi pada alur cetak offset selama proses produksi berlangsung dan
cara mengatasi permasalahan tersebut.
Terhadap Perusahaan :
a. Membantu proses produksi di perusahaan CV Sinar Jaya printing
b. Menganalisa masalah yang sering terjadi pada mesin offset saat proses
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan acuan atau panduan dalam penulisan
laporan kerja praktek di perusahaan, dimana sistematika penulisannya adalah
sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan serta
kontribusi terhadap perusahaan serta sistematika penulisan laporan kerja praktek
industri.
Bab II : Gambaran Umum Perusahaan
Membahas tentang gambaran umum perusahaan, lokasi perusahaan,
visi misi serta struktur organisasi pada perusahaan CV Sinar Jaya Printing
Bab III : Metode Kerja Praktek
Berisi landasan teori tentang proses cetak offset yang mendasari praktek
cetak, dan membahas tentang waktu dan lokasi praktek kerja industri.
Bab IV : Hasil dan Evaluasi
Membahas tentang prosedur kerja praktek, pelaksanaan kerja praktek
serta evaluasi selama melakukan kerja praktek di CV Sinar Jaya Printing
Bab V : Penutup
Berisi kesimpulan dan saran berdasarkan kerja praktek yang dilakukan
7
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Nama Usaha : CV. Sinar Jaya Printing
Alamat : Jl. Kali Kepiting Jaya IV No.71, Surabaya
No Telepon : 031-5019462
Email : Sinarjaya_print@yahoo.co.id
Berawal pada tahun 2000, pada masa awal berdirinya perusahaan ini
memulai usaha rumahan berupa jasa makelar percetakan undangan. Pada saat itu
hanya memiliki 1 unit komputer untuk proses desain, seiring berjalannya waktu
usaha kecil tersebut mendapat saran dari pelanggannya untuk mengembangkan
usahanya yaitu dengan membuka percetakan sendiri. Mesin cetak yang pertama
dimiliki adalah mesin Toko 820 yang hanya dapat mencetak ukuran folio dan A4.
Usaha mulai berkembang dengan menerima jasa cetak undangan sendiri.
Order yang tidak pernah sepi membantu berkembangnya usaha yang di miliki
Bapak Sunarman yang kemudian dibantu oleh sang anak Bapak Susilo Hadi.
Dengan pendapatan yang meningkat CV Sinar Jaya Printing mampu mengganti
mesin cetak yang sebelumnya hanya ukuran folio dengan ukuran yang lebih besar
yaitu mesin Ryobi 480 yang mampu mencetak dengan ukuran yang lebih besar.
Saat ini CV Sinar Jaya Printing masih menggunakan mesin ini karena
kebutuhan ruang yang tidak besar dan juga karena kebutuhan cetak CV Sinar Jaya
menjadi pilihan karena kemudahan dalam pengoperasian dan juga untuk efisiensi
produksi. Untuk order cetak yang melampaui kemampuan mesin, CV Sinar Jaya
Printing menggunakan jasa percetakan rekanan.
2.2 Visi dan Misi Perusahaan
Visi dari perusahaan CV Sinar Jaya Printing adalah menjadi perusahaan
percetakan yang bergerak dibidang offset printing dengan harga yang kompetitif
dan kualitas yang terjamin untuk menjaga kepuasan pelanggan.
2.3 Pekerjaan Cetak
Berikut ini adalah hasil pekerjaan cetak yang dihasilkan CV Sinar Jaya
Printing :
- Brosur
- Kalender
- Undangan
- Buku
- Kemasan
- Kop surat
- Amplop
2.4 Peralatan Percetakan
Mesin Cetak
Mesin Offset Ryobi
Degel Hot Print
Degel Press
Diecut manual
Diecut otomatis
Mesin Copier Plat
Mesin Potong Rador Simplex
2.5 Proses Alur Kerja Perusahaan
Gambar 2.1 Proses Alur Kerja Perusahaan Marketing
Design & Prepress
Production & Press
Finishing
Sorting Customer
Sablon, Hotprint, Kalkir, Embos
Cetak Offset
Jilid, Hard Cover, Softt Cover, Dekorasi
10
METODE PRAKTEK KERJA
3.1 Waktu dan Lokasi
Kerja praktek industri dilaksanakan di :
Nama perusahaan : CV. Sinar Jaya Printing
Divisi : Cetak (press)
Tempat : Jl. Kali Kepiting Jaya IV no 71 Surabaya
Kerja praktek dilaksanakan oleh penulis selama minggu, dimulai pada tanggal 7
Maret 2013, dan berakhir pada tanggal 20 April 2013, dengan alokasi waktu per
minggu sebagai berikut :
Kamis : 09.00 WIB - 17.00 WIB
Jumat : 09.00 WIB - 17.00 WIB
Sabtu : 09.00 WIB - 17.00 WIB
3.2 Landasan Teori
Berdasarkan ilmu dan pengetahuan yang didapatkan selama kuliah di
Program Studi DIII Komputer Grafis dan Cetak STIKOM Surabaya, terdapat
beberapa teori yang sangat berhubungan dengan pokok bahasan yang ditulis pada
laporan kerja praktek industri di CV. Sinar Jaya Printing pada bagian departemen
3.2.1 Sejarah Cetak
Metode cetak-mencetak ditemukan oleh Johannes Gutenberg di Mainz,
Jerman pada tahun 1440. Johannes Gutenberg hidup antara tahun 1400-1468.
Segel dan bulatan segel yang pengerjaannya menganut prinsip serupa dengan
cetak blok sudah dikenal di Cina berabad-abad sebelum Gutenberg lahir dan suatu
bukti menunjukkan bahwa di tahun 868 Masehi sebuah buku cetakan sudah
ditemukan orang di Cina. Teks dan gambar diukirkan pada sekeping papan, tanah
liat atau logam, kemudian acuan/ stempel itu ditintai, ditumpangi selembar kertas
papyrus yang kemudian ditekan sehingga tinta dari stempel berpindah ke
permukaan kertas. Sering disebut orang, sumbangan terpenting Gutenberg adalah
penemuannya di bidang huruf cetak yang bisa bergerak. Dalam perkara ini pun hal
serupa sudah diketemukan di Cina sekitar pertengahan abad ke-11 Masehi oleh
seorang bernama, Pi-Sheng, karakter jenis yang dikembangkan dari tanah liat
dikeraskan tetapi tidak secara total sukses. Di pertengahan tahun 1200 Masehi,
karakter sejenis dari metal ( perunggu) telah dikembangkan di China dan Jepang,
teks yang dikenal, yang paling tua mencetak dari jenis metal ini sampai tahun
1397. Satu abad kemudian dalam tahun 1440 Masehi,
Proses serupa juga sudah dikenal orang di Eropa sebelum Gutenberg.
Cetak blok memungkinkan pencetakan banyak eksemplar buku tertentu. Proses ini
punya satu kelemahan: karena satu set baru serta komplit dari cukilan kayu atau
logam harus dibuat untuk sebuah buku, dengan sendirinya tidaklah praktis untuk
mencetak berbagai macam buku. Di Eropa percetakan yang tertua menggunakan
metode ini sekitar 600 tahun yang lalu. Sebelum penemuan teknik cetak seluruh
biara-biara. Sebuah buku menjadi barang sangat berharga yang hanya orang yang
sungguh kaya dapat memilikinya. Membaca dan menulis hanya terbatas pada
segelintir orang berpendidikan. Gagasan Gutenberg adalah penggunaan
huruf-tunggal yang diukirkan pada kayu yang kemudian berkembang menjadi ukiran
pada bahan logam. Gutenberg telah berhasil melakukan macam-macam
penyempurnaan. Misalnya, dia mengembangkan metal logam campuran untuk
huruf cetak, menuangkan cairan logam untuk huruf cetak blok secara tepat dan
teliti, minyak tinta cetak serta alat penekan yang diperlukan untuk mencetak.
Setiap huruf dan tanda-tanda harus diukir pada sebatang besi secara terbalik, yang
sebelah kiri sebuah matris menjadi sebelah kanan, stempel besi ini menjadi alat
penakik yang diketukkan pada selembar lempengan tembaga yang akan menjadi
acuan/ matris. Matris ini kemudian ditempatkan pada alat pengecoran (dikerjakan
dengan tangan). Konstruksi alat pengecoran ini sederhana namun praktis sekali.
Bahan metal yang dipakai untuk dicor adalah timah putih, antimony, dan timah
hitam. Huruf-huruf hasil cor ini cukup cermat dipakai untuk menyusun.
Teknik cetak ini dikenal dengan istilah teknik cetak tinggi, karena bagian
yang mencetak lebih tinggi daripada bagian yang tidak mencetak. Cara-cara
pencetakan seperti ini, masih banyak kita temui pada percetakan-percetakan kecil
di Indonesia sekitar tahun 90-an. Huruf tunggal ini dapat disusun menjadi kata
atau kalimat yang setelah dipakai untuk mencetak dapat diuraikan dan disimpan
kembali dalam kotak masing-masing untuk kelak dipakai lagi. Batang-batang
penyusun, nampan tempat susunan huruf-huruf yang sudah disusun dan malahan
mesin cetak merupakan penemuan kelanjutan dari Gutenberg. Mesin cetak yang
pertama yang dibentuk berdasarkan alat pemeras buah-buahan. Bahan
pencetaknya ditintai dengan menggunakan tampon (sekarang rol penintaan),
lembaran kertas kemudian diletakkan ke atas alat cetak yang sudah ditintai itu,
dengan menekan rata kertas itu maka diperoleh sebuah hasil cetak.
Sumbangan pikiran Gutenberg secara keseluruhan lebih besar dari siapa
pun juga dalam hal penyempurnaan mesin cetak. Arti pentingnya terutama terletak
pada keberhasilannya menggabungkan semua unsur mesin cetak menjadi suatu
sistem yang efektif dan produktif. Apa yang telah dikembangkan oleh Gutenberg
bukanlah sebesar sebuah alat atau penemuan akal, dan bukan sekadar serentetan
penyempurnaan, melainkan suatu proses produksi lengkap.
Perbendaharaan biografis mengenai diri Gutenberg sangat minim, kita
hanya tahu dia lahir di Jerman sekitar tahun 1400 M di kota Mainz.
Sumbangannya terhadap seni cetak-mencetak terjadi pada pertengahan abad dan
pekerjaan terbagusnya, yang disebut Injil Gutenberg, dicetak di Mainz sekitar
tahun 1454 M. Anehnya, nama Gutenberg tak pernah tercantum dalam buku mana
dengan alat penemuannya. Gutenberg tidak pernah tampak sebagai seorang
usahawan, benar-benar dia tidak punya keinginan dapat uang dari hasil
penemuannya. Dia sering terlibat dengan dakwaan pengadilan yang
mengakibatkan keharusan baginya membayar tebusan dalam bentuk alat-alat
perlengkapannya kepada temannya bernama Johann Fust. Gutenberg wafat tahun
1468 di kota Mainz. Hidup sehari-hari Gutenberg sebagai tukang emas dan
mengenal baik seni penulis- penulis dan pelukis- pelukis buku. Dia yang harus
lebih banyak memecahkan banyak masalah teknis, menciptakan buku dengan nilai
artistik tertinggi. Bentuk- bentuk hurufnya seperti juga barang-barang cetakannya
memperlihatkan penguasaan yang pantas dipuji.
3.2.2 Teknik Cetak
Pada pengertiannya cetak merupakan teknik menduplikasi sekumpulan
teks, gambar, atau perpaduan antara teks dan gambar yang terdapat dalam suatu
acuan cetak yang nantinya akan ditransferkan ke media cetak atau
substrate/material cetak sesuai dengan apa yang diinginkan.
Teknik cetak terdiri dari beberapa teknik, setiap teknik memiliki proses
yang berbeda dan jenis barang yang dihasilkan dari masing-masing teknik cetak
juga berbeda. Teknik cetak yang berbagai macam tetap memiliki prinsip yang
sama dimana gambar dari acuan ditransfer ke subsrate dengan media penekan.
Teknik cetak terdiri dari beberapa jenis diantaranya cetak offset. Cetak
berbentuk plate datar Hasil cetak dari teknik cetak offset ini antara lain, poster,
buku, majalah, kalender, kemasan, pamflet, dsb.
Rotogravure adalah teknik cetak menggunakan metode cetak dalam
dimana acuan cetak berupa silinder baja yang diukir pada permukaan sehingga
berbentuk ceruk berukuran mikro. Ceruk/ lubang pada silinder berfungsi untuk
mengambil tinta yang kemudian akan ditansfer ke substrate. Produk dari teknik
cetak rotogravure adalah kemasan fleksibel berupa plastik.
Teknik cetak yang menggunakan teknik cetak tinggi adalah Flexography
Flexography menggunakan acuan cetak berupa karet yang disebut photopolymer.
Teknik cetak Flexography menggunakan metode yang mirip dengan stempel
dimana image pada acuan cetak lebih tinggi dari area non-image. Produk dari
cetak Flexography antara lain kemasan flexibel, corrugated board, dsb.
Screen printing atau yang biasa dikenal dengan cetak sablon menggunakan
metode cetak saring dimana acuan cetak berupa saringan. Tinta akan menembus
lubang-lubang pada saringan kemudian tinta akan ditransfer ke substrate. Produk
dari cetak sablon antara lain kaos, fancy paper, dsb.
3.2.3 Elemen Dasar Cetak
Elemen dasar cetak merupakan elemen terpenting dalam setiap proses
cetak. Karena elemen dasar cetak merupakan kunci pokok keberhasilan dari suatu
cetakan. Elemen dasar cetak terdiri dari 4 elemen yang mempunyai fungsi
masing-masing dan antara elemen satu dengan elemen lainnya sangat berkaitan
maka proses cetak tidak akan bisa dilakukan. Elemen-elemen dasar proses cetak
tersebut antara lain :
a. Acuan Cetak
Acuan cetak merupakan salah satu unsur yang terpenting dalam proses
cetak, karena acuan cetak inilah yang berperan sebagai pembawa informasi
yang kemudian akan disampaikan ke material cetak atau substrate. Pada area
permukaan plate cetak tergambar semua data informasi sesuai dengan desain
yang akan di cetak. Informasi tersebut meliputi teks, gambar, serta atribut
cetak. Seluruh informasi tersebut yang tergambar pada permukaan plate
tersebut yang nantinya akan dijadikan media yang membawa tinta cetak untuk
di transferkan ke substrate.
Acuan cetak terdiri dari 2 bagian yaitu area cetak dan area non cetak.
Area cetak sendiri merupakan area yang berfungsi untuk menerima tinta yang
nantinya akan di transferkan ke material cetak, sedangan area non cetak
merupakan area yang tidak menerima tinta. Bentuk dan bahan plate cetak
sangat beragam, terngantung pada proses dan teknik cetak yang akan
digunakan. Macam bentuk dan bahan plate cetak antara lain timah hitam,
aluminium, kertas, seng, karet, metal dan sebagainya. Selain sebagai acuan
cetak yang membawa tinta untuk ditransferkan ke substrate, fungsi lainnya
b. Tinta
Tinta cetak adalah cairan atau pasta berwarna yang berfungsi untuk
mentrasferkan atau menghasilkan gambar pada suatu media cetak. Tinta cetak
tersusun dari bahan pengikat (varnish), zat warna (pigment atau dyes),
additional agent (bahan penolong) dan bahan utama pembawa tinta.
Pigmen merupakan bahan pewarna organik maupun non organik
berupa warna atau hitam atau putih yang merupakan pengikat tinta dimana
pigmen tidak larut dalam pembawanya. Pigmen sendiri membutuhkan
suspensi yang berfungsi sebagai pengikat yang berbentuk larutan atau cairan.
Bentuk dari pigmen berupa partikel padat yang mempunya kehalusan tertentu
sesuai dengan teknik cetak yang digunakan. Jika di bandingkan dengan dyes,
warna yang dihasilkan oleh pigmen lebih permanen, karena tidak mudah
memudar jika berkontak dengan sinar matahari. Apabila menggunakan dyes,
maka harus diberi perlindungan berupa plastik laminasi glossy/doff agar
warna hasil cetakan tidak mudah memudar. Pada dasarnya warna dasar
pigmen terdiri dari 3 warna, yaitu pigmen cyan, pigmen magenta dan pigmen
yellow. Dan sebagai tambahan untuk mendapatkan kedalaman warna, maka
ditambahkanlah warna hitam yang sering disebut dengan Key Color atau
kunci warna. Sifat dari pigmen adalah mempunyai kemampuan untuk mudah
larut, mempunyai kemampuan menyerap zat pembawanya, tahan terhadap
panas, tahan terhadap bahan kimia yang dicampurkan, serta merupakan
formulasi tinta yang mencakup kekuatan warna, tingkat separasi, tingkat
Varnish atau bahan pengikat (vehicle) merupakan bahan pengikat
dimana dia bersifat hidrofob atau tidak larut dalam air dan hanya larut dalam
minyak. Sedangkan bahan penolong (additional agent) merupakan suatu
senyawa yang ditambahkan pada tinta dengan tujuan tertentu sehingga
terbentuk suatu campuran tinta yang memiliki sifat atau karakteristik yang
berbeda dari sebelumnya. Salah satu yang senyawa bahan penolong adalah
Oovarnish, Blocking, dsb. Elemen terakhir dari susunan warna adalah bahan
utama pembawa tinta. Bahan utama pembawa tinta merupakan senyawa
pembawa atau carrier dari jenis tinta yang digunakan. Jika tinta yang
digunakan adalah jenis tinta air, maka pembawanya adalah air, sedangkan
jika jenis tinta minyak maka pembawanya adalah minyak.
Untuk mendapatkan hasil cetakan yang baik, tinta cetak harus
mempunyai sifat-sifat antara lain :
Viscositas
Merupakan sifat kekentalan tinta yang diukur dengan satuan CP
(Centipoise) dan alat ukurnya adalah Viscometer. Tinggi rendahnya nilai
viscositas yang digunakan tergantung oleh jenis kertas yang digunakan.
Flow
Merupakan daya alir tinta yang berfungsi agar tinta dapat turun atau
mengalir dengan baik, mulai dari bak tinta hingga pada material cetak.
Tackness
Merupakan kelengketan atau sifat daya tarik internal dan eksternal tinta
sehingga terjadi perpindahan tinta ke permukaan material cetak dengan
material cetak yang digunakan. Alat ukur yang digunakan untuk
mengukur kelengketan tinta adalah Inkometer.
Thixotrophy
Sifat tinta dimana tinta akan mengalir apabila terdapat gerakan dan akan
diam apabila gerakan tersebut dihentikan.
Driying Time
Merupakan sifat pengering tinta sampai dengan ke pori-pori kertas.
c. Media Cetak
Media cetak atau substrate adalah bahan yang akan dilakukan proses
cetak. Dimana media cetak inilah yang nantinya akan menerima tinta sesuai
dengan apa yang ada didalam acuan cetak. Macam dari media cetak sangat
beragam jenisnya. Media cetak yang digunakan disesuaikan dengan teknik
cetaknya. Media kertas dan plastik adalah media cetak yang paling sering
digunakan. Pada teknik cetak offset, media cetak yang sering digunakan
adalah kertas Art Paper, HVS, Art carton, dsb. Sedangkan media yang sering
digunakan dalam teknik cetak rotogravure adalah plastik.
d. Media Penekan
Media penekan adalah media yang membantu transfernya tinta ke
substrate atau memproduksi tekanan yang di butuhkan untuk menghasilkan
pola gambar pada bahan cetakan. Tekanan yang dihasilkan harus disesuaikan
dengan tebal tipisnya media cetak yang digunakan. Apabila tekanan terlalu
tekanan terlalu ringan, maka tinta yang ditransferkan telihat tipis. Dalam
cetak offset media penekan berupa silinder impresi.
3.2.4 Teknik Cetak Datar / Offset Printing
Prinsip cetak datar adalah adanya prinsip tolak menolak antara air dan
Oleh karena cetak offset berdasarkan pada proses kimiawi yang sama yaitu
saling tolak menolak antara air dan tinta, Alois Senefelder disebut juga sebagai
penemu proses cetak offset. Perbedaan pokok cetak offset adalah penggunaan
pengggunaan pelat / acuan cetak dari logam (alumunium) sebagai pengganti batu
dan pemakaian tambahan silinder blanket. Teknik ini ditemukan pada tahun 1906
oleh seorang Jerman yang berimigrasi ke Amerika Serikat yang bernama Casper
Herman. Proses cetak offset adalah proses cetak tidak langsung, artinya peralihan
tinta dari acuan cetak tidak langsung mengenai bahan cetak, tetapi melalui media
perantara yaitu silinder kain karet (blanket cylinder) baru mengenai bahan cetak.
Gambar / teks pada acuan terbaca, pada silinder blanket tidak terbaca, dan sampai
bahan cetak terbaca kembali. Cetak offset dengan pembasahan (wet offset) adalah
yang saling berkaitan. Setiap komponen dan setiap prosesnya akan mempengaruhi
hasil cetaknya.
Kemampuan proses cetak teknik ini antara 200 -100.000 eksemplar dalam
sekali naik cetak, namun hal tersebut juga di pengaruhi oleh kapasitas dan
keadaan mesinnya.
Mesin cetak offset dibedakan berdasarkan cara masuk kertasnya yaitu :
a. Mesin cetak lembaran (sheetfed), yaitu mesin cetak yang menggunakan
kertas lembaran.
b. Mesin cetak gulungan (web fed), yaitu mesin cetak yang menggunakan
kertas rol/gulungan. Biasanya digunakan untuk mencetak koran, majalah
atau buku dengan kertas tipis. Kelebihan dari mesin cetak web offset
adalah kecepatan cetaknya tinggi dan hasil cetaknya dapat langsung
terpotong, dan dapat langsung mencetak pada kedua sisi kertas. Namun
web offset juga mempunyai kekurangan, antara lain stabilitas warna yang
dihasilkan lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil dari mesin sheet
offset, hal ini diakibatkan oleh kecepatan mesin web sangat tinggi, dengan
kecepatan 40.000 sampai dengan 60.000 cetakan perjam. Dalam hal supply
tinta ke kertas, maksimum density hanya 0.8-0.9 D, lebih rendah jika
dibandingkan sheetfed offset. Kualitas dot yang dihasilkan juga agak
3.2.5 Konsep Ink Water Balance
Dalam teknologi cetak offset ada suatu kondisi dimana air dan tinta harus
seimbang. Produk cetakan akan dapat dihasilkan dengan baik apabila antara air
dan tinta kondisinya seimbang. Artinya air hanya menempati bagian tidak
bergambar/non image area dan hanya cukup untuk menolak tinta, sedangkan
banyaknya/tebal tinta hanya berada pada bagian bergambar/image area saja. Ini
terjadi karena terjadi tolak menolak air dan tinta cetak.
3.2.6 Alur Proses Cetak Offset
Teknik Cetak Offset memiliki beberapa tahapan sebelum produk jadi.
Tahapan-tahapan itu antara lain pre-press (pracetak), Press (cetak) dan post-press
(pascacetak).
a. Pre-Press
Pre-press / pracetak adalah proses sebelum naik cetak dalam proses ini
dilakukan proses desain, pembuatan mockup, proofing, layout, separasi warna,
pembuatan raster, pembuatan Film , montage, penyinaran plate, developing plate,
pembuatan kerangka pisau.
Desain
Dalam proses ini dilakukan proses mendesain produk yang akan dicetak.
Adobe Photoshop
software ini digunakan untuk mengolah gambar berbasis pixel
Adobe Illustrator / CorelDraw
software ini digunakan untuk mengolah gambar berbasis vector
Adobe InDesign
Sofware ini digunakan untuk menata layout
Pembuatan Mockup
Dalam proses ini dilakukan pembuatan prototype / purwarupa dari produk
yang akan dibuat / dicetak. Dalam pembuatan mockup biasanya hanya membuat
rangka dari produk kemasan yang dibuat, lalu dibentuk sesuai dengan ukuran
produk yang akan dicetak.
Proofing
Proofing dilakukan dengan mencetak hasil desain dengan menggunakan
digital print/proof print. Hasil proofing sebagai patokan hasil yang akan dicetak
diberikan kepada klien untuk direvisi. Biasanya klien melakukan beberapa
pengecekan baik dari segi desain maupun isi. Setelah hasil proof disetujui maka
Layouting
Proses layout dilakukan untuk menata desain dalam ukuran kertas yang
akan dicetak. Layout disesuaikan dengan ukuran plate cetak. Pada proses ini juga
diberikan atribut-atribut cetak seperti register mark, garis potong, color bar, dan
anleg.
Pembuatan Kerangka Pisau
Kerangka pisau dibuat untuk proses plong saat pasca cetak. Pembuatan
kerangka pisau disesuaikan dengan layout yang dibuat. Kerangka pisau biasa
dibuat untuk cetak kemasan.
Color Separation
Pecah warna atau separasi untuk percetakan offset atau bisa disebut color
separation adalah proses memisahkan komponen warna menjadi warna
pembentuknya seperti cyan, magenta, yellow, dan black untuk mode color
CMYK. Pecah warna dilakukan sebagai syarat dalam percetakan yang
membutuhkan pemisahan komponen warna. Sehingga untuk proses mencetak satu
produk desain grafis dilakukan mencetak satu persatu warna (contoh: Cyan saja)
kemudian warna kedua dan seterusnya. Pecah warna dapat dilakukan dengan cara
manual atau dengan menggunakan software
Pembuatan Raster
Pembuatan raster dapat dilakukan di mesin CtF (Computer to Film) atau
CtP (Computer to Plate). Raster dibuat dengan tujuan untuk agar warna dapat
ditumpuk dan menciptakan gelap terang. Raster memiliki aturan tertentu pada
pembuatannya. Raster dibuat dengan menggunakan RIP (Raster Image
Processor).
Pembuatan Plate
Pembuatan plate cetak dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan cara
manual dan cara otomatis.
a. Pembuatan Plate dengan cara manual
Pembuatan Film
Pembuatan film saat ini dilakukan dengan menggunakan alat yang
disebut dengan CtF (Computer to Film) . Dengan alat ini data desain
yang sudah siap langsung dicetak menjadi film yang nantinya akan
dibuat menjadi plate cetak.
Montase
Montase adalah menata film di atas astralon. Kemudian ditempelkan
ke plate offset pada bagian emulsinya. Dalam melakukan montase
perlu diperhatikan pengukurannya. Karena mesin offset memiliki
ukuran yang berbeda dan setting plate yang berbeda. Pada proses
montase pengukuran harus tepat agar mendapatkan hasil cetak yang
register (presisi).
Penyinaran Plate
Penyinaran plate dilakukan untuk menduplikasi gambar dari film ke
plate cetak. Penyinaran dilakukan dengan menggunakan mesin copier.
Plate disinari dengan lampu ultra violet sehingga emulsi pada area non
cetak menjadi rontok.
Developing Plate
Setelah dilakukan proses penyinaran maka dilakukan proses
developing dengan cairan kimia. Cairan kimia ini akan merontokkan
emulsi pada area non cetak.
Gumming
Plate yang sudah dideveloping diberi cairan gumm untuk menghindari
b. Pembuatan Plate Dengan Cara Otomatis
Pembuatan plate dengan cara otomatis dilakukan dengan
menggunakan mesin CtP ( Computer to Plate). Dengan menggunakan
mesin CtP kita dapat menyederhanakan proses pembuatan plate, kita
tidak perlu melakukan proses pembuatan film, montase, penyinaran
plate. Dengan CtP data desain bisa langsung dicetak menjadi plate
cetak dan kemudian dideveloping secara otomatis pada mesin tersebut.
Gambar 3.3 Contoh Mesin CtP
b. Press
Setelah plate cetak siap maka proses selanjutnya adalah proses cetak dari
desain yang telah di buat, sebelum melakukan proses cetak terlebih dahulu
dipersiapkan tinta, dampening solution, dan kertas.
Tinta
Tinta yang digunakan dalam proses cetak offset berbentuk seperti pasta.
Tinta dituangkan pada bak tinta. Tinta harus tersebar secara merata pada rol-rol
tinta, harus tercipta konsistensi pada aliran tinta agar tinta dapat ditransfer ke
substrate dengan baik. Tinta yang digunakan harus sesuai dengan informasi warna
Dampening Solution
Dampening solution adalah bagian dari proses cetak offset. Dampening
solution berfungsi sebagai pembasah pada acuan cetak. Dampening solution harus
memiliki PH 7 (netral). Dampening solution ditransfer ke acuan cetak melalui
rol-rol pembasah. Dampening solution harus mengenai acuan lebih dahulu dari pada
tinta. Karena cairan ini akan menjadi sekat yang akan memisahkan area cetak
dengan area noncetak sesuai dengan konsep ink water balance.
Kertas
Kertas yang digunakan pada cetak offset harus dipotong terlebih dahulu,
pemotongan kertas disesuaikan dengan kebutuhan. Kertas yang dipotong harus
siku pada sisi-sisinya. Sebelum kertas masuk mesin cetak kertas harus ditrak
terlebih dahulu agar tidak menempel antar kertas. Kemudian kertas diletakkan
dibagian feeder pada mesin offset
Feeder System dan Register System
Sebelum proses cetak juga dilakukan penyetingan pada pertama adalah
blower, feeder, register system dan lain-lain. Plate cetak dipasangkan pada pada
silinder plate dan dikunci. Setelah semua sistem siap maka proses cetak dapat
dilakukan.
Dalam proses ini dampening solution terlebih dahulu distribusikan ke
tinta didistribusikan melalui rol-rol tinta silinder plate. Silinder plate berperan
sebagai pentransfer image yang akan dicetak ke substrate. Pentransferan tinta
tidak terjadi langsung menuju material, tetapi melalui silinder blanket. Silinder
blanket merupakan silinder yang mentransferkan tinta yang berasal dari silinder
plate ke substrate. Proses transfer dibantu dengan tekanan yang diberikan oleh
silinder impresi.
Blanket
Blanket adalah bagian penting pada cetak offset. Blanket berfungsi untuk
mentransfer tinta ke substrate. Tinta berbuat dari bahan sejenis karet. Fitur
penting yang harus dimiliki blanket cetak offset adalah:
• Kekuatan tarik - Selimut harus “kencang”, menyelubungi silinder dengan
kekuatan yang sama sehingga tidak bergerak ketika silinder dijalankan.
• Tahan Solvent - Selimut harus tahan terhadap kecenderungan untuk
“membengkak, retak atau mendistorsi” ketika kontak dengan bahan kimia
( tinta , chemical) karena akan menghasilkan distorsi pada gambar.
• Kaliper - memeriksa ketebalan blanket sebelum menempatkan pada mesin.
Periksa semua 4 sudut dari blanket dan toleransi tidak lebih dari +/- 1/1000
inci. Jika ketebalan tidak teratur akan mengakibatkan dot gain.
• Kompresibilitas - kompresibilitas adalah faktor yang paling penting yang
mempengaruhi kinerja dinamis pada proses cetak dan kualitas cetak.
Kompresibilitas blanket offset merupakan faktor yang sangat penting
akan mencegah tekanan pencetakan yang berlebihan dan membantu untuk
memperpanjang masa pakai blanket itu sendiri dan plate.
Substrate yang telah dicetak akan keluar pada bagian delivery pada mesin
offset. Untuk menghindari terjadinya set-off pada kertas hasil cetakan maka diberi
anti set-off powder.
Quality Control
Hasil cetakan perlu dikontrol secara berkala untuk menghindari terjadinya
kegagalan pada hasil cetakan, seperti misregister, warna tidak tepat, dodging,
ghosting, cetakan kotor, dsb. Control dapat dilakukan dengan mengambil sampel
cetakan, kemudian dicek di bawah cahaya lampu halogen.
c. Post-press
Post-press adalah bagian akhir dari proses cetak sebelum produk hasil
cetak diberikan ke klien. Kegiatan post-press meliputi Varnish, Hot Stamp,
Embosing, laminasi, Die cutting, creasing, Gluing
Varnish
Varnish dalam proses cetak adalah melapisi hasil cetakan dengan sejenis
tinta transparan, varnish bertujuan untuk melindungi hasil cetakan serta memberi
Hot Stamp/Hot print
Menempelkan foil pada salah satu bagian cetakan seperti teks/logo.
Dengan pemberian foil akan memberi efek logam seperti emas atau perak
Embosing
Memberikan efek timbul pada cetak dengan cara menekan kertas sesuai
dengan bentuk plate emboss
DieCutting
Diecutting proses pemotongan hasil cetakan sesuai dengan kerangka pisau
yang dibuat
Creasing
Creasing adalah pembentukan area lipat, creasing dibuat satu bagian
dengan diecutting
Gluing
Proses pengeleman hasil cetakan, Sebelumnya harus dibuat perforasi
Perforasi
32
HASIL DAN EVALUASI
4.1 Prosedur Kerja Praktek
Pelaksanaan kerja praktek di CV Sinar Jaya Printing dilakukan dalam
waktu dua bulan (tujuh minggu) yang keseluruhannya di lakukan di tiga
departemen yaitu Prepress, Press dan Post Press
Waktu kerja praktek dimulai pukul 09.00- 17.00 wib pada hari kamis,
jumat dan sabtu dan dimulai dengan melakukan absensi yang terbagi menjadi dua,
yaitu absensi yang diberikan dari pihak kampus untuk ditandatangani oleh
pelaksana kerja praktek dan pembimbing kerja praktek di perusahaan maupun
absensi yang diberikan oleh perusahaan sebagai prosedur standar terhadap semua
karyawan perusahaan.
4.2 Pelaksanaan Kerja Praktek
Pelaksanaan kerja praktek dilakukan berdasarkan atas ketentuan yang
diberikan oleh perusahaan atau instansi dalam hal ini adalah CV Sinar Jaya
Printing yang dilakukan di tiga departemen yaitu prepress, press dan postpress.
Penempatan pada bagian ini dilakukan dengan tujuan untuk lebih menggali ilmu
Pelaksanaan kerja praktek dilakukan dengan beberapa metode dan
berdasarkan perintah atau instruksi dari pembimbing kerja praktek, yaitu Bapak
Sulilo Hadi
Metode yang digunakan antara lain :
4.2.1 Wawancara
Wawancara dilakukan secara langsung dengan karyawan dan staf yang
bersangkutan dengan tujuan :
1. Untuk mengetahui alur kerja di Perusahaan CV Sinar Jaya Printing secara
umum mulai dari proses desain hingga finishing produk cetakan
2. Mengetahui persyaratan apa saja yang harus dipersiapkan selama proses
cetak
3. Mengetahui masalah-masalah apa saja yang sering terjadi selama proses
cetak offset dan bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut.
4. Mengetahui dan mempelajari ilmu teknologi cetak offset dengan lebih
luas, serta memahami bagaimana alur proses produksi cetak
4.2.2 Observasi Lapangan
Metode ini merupakan metode teknik pengumpulan data dengan
melalakukan pengamatan secara langsung ke lapangan. Observasi ini dilakukan
guna mengadakan pengamatan secara langsung terhadap proses kerja didalam
1. Berkesempatan untuk melihat langsung serta mengamati proses cetak di
CV Sinar Jaya Printing, mulai dari proses desain, persiapan plat cetak
proses cetak dan finishing hasil cetakan
2. Berkesempatan untuk melakukan analisa dan penyelesaian terhadap
pemasalahan yang sering terjadi pada departemen pre-press, press, dan
postpress.
3. Berkesempatan untuk mempelajari cara mengatur mesin guna
menghasilkan hasil cetakan yang baik dan benar.
4. Berkesempatan untuk mengamati segala persiapan sebelum dan sesudah
proses cetak berlangsung.
4.2.3 Praktek
Praktek dilakukan dalam tiga divisi berbeda, pada divisi prepress, press,
dan postpress, penulis melakukan kerja praktek dengan membantu untuk
meyiapkan segala persiapan sebelum proses cetak, seperti membantu menerima
file dari customer, melayout desain, dsb. Pada bagian departemen cetak, penulis
melakukan kerja praktek dengan membantu pekerjaan pada saat proses cetak
berlangsung di bagian mesin satu warna Ryobi , seperti mengecek hasil cetakan
secara bertahap, membersihkan blanket dan mengatur jalannya kertas pada mesin
cetak. Pada bagian postpress dengan membantu pada pembuatan hardcover,
4.3 Evaluasi Kerja Praktek
4.3.1 Prepress
Pre-press merupakan segala persiapan yang dibutuhkan sebelum proses
produksi berlangsung, diantaranya melakukan persiapan desain, pemberian atribut
cetak, pecah warna, pembuatan film, montage serta pembuatan plat cetak.
Desain
Proses desain di CV Sinar Jaya Printing menggunakan software Corel
Draw untuk mengolah file vector dan Adobe Photoshop untuk mengolah file
image. Proses desain dimulai dengan menentukan ukuran produk yang akan
dicetak. Kemudian dilanjut dengan pembuatan desain sesuai dengan spesifikasi
yang diinginkan customer apakah berupa undangan, kalender, kemasan,
brosur,dsb.
Pada Proses desain perlu diperhatikan pada file-file dipersiapkan yaitu
apakah gambar sudah optimal sehingga tidak pecah ketika dicetak. Perlu
dilakukan pengecekan pada kelengkapan file yang akan dicetak sehingga tidak
ada image yang tertinggal. Dilakukan juga pengecekan terhadap teks-teks pada
desain agar tidak terjadi kesalahan penulisan.
Perlu ditambahkan atribut-atribut cetak untuk membantu pada saat proses
1. Colorbar
Deretan warna yang digunakan untuk mengetahui kerataan warna tinta pada
saat proses cetak, dibuat sesuai dengan warna desain yang digunakan baik
warna separasi dan warna khusus
2. Register Mark
Untuk mengecek penumpukan warna pada saat proses cetak dan biasa disebut
pengecekan register cetak. Cara melihatnya adalah dengan menggunakan lup
untuk memperjelas apakah register dari tiap warna bergeser atau tidak.
3. Recording
Batasan area atau ukuran yang akan dicetak, pegangan dari mesin dan untuk
memudahkan proses punching
4. Unleg
Untuk mengetahui kerataan cetak, dengn melihat pinggiran dari tumpukan
kertas yang telah tercetak
5. Nama file desain
Sebagai informasi yang digunakan untuk mempermudah pengerjaan cetak
Pembuatan Plat Cetak
Plat cetak pada proses cetak Offset digunakan sebagai acuan cetak yang
memindahkan image ke media cetak. Proses pembuatan plat cetak dapat dilakukan
dengan menggunakan dua metode yaitu dengan pembuatan plat secara manual dan
Manual
Pembuatan plat secara manual prosesnya lebih panjang dan rumit
dibandingkan dengan pembuatan plat cetak dengan mesin CtP. Proses tersebut
mencakup :
File RIP File S & R Film Montage Copier Cuci Plat Plat
1. File hasil desain dikirim untuk dijadikan plat cetak diproses dengan
menggunakan RIP / Raster Image Processor pada mesin CtF. Pada Proses
ini dicek kelengkapannya dengan menggunakan komputer selanjutnya,
pengecekan meliputi jumlah dan jenis warna yang dipakai, ukuran desain,
teks, gambar dan pola desain. Setelah dicek file dikirim ke mesin CtF
untuk menghasilkan film cetak
2. Film yang sudah jadi kemudian ditata diatas astralon yang berupa mika
seukuran plat cetak untuk dilakukan proses montage, Emulsi harus dalam
posisi tak terbaca agar emulsi plate dan emulsi film bertemu. Sehingga
hasil gambar yang dihasilkan sesuai dengan gambar film. Jika emulsi plate
dan emulsi film tidak bertemu akan terjadi penurunan dot dan berpengaruh
pada warna hasil cetakan.
3. Sebelum diekspose, lembar astralon dan plat cetak harus benar-benar
rapat, untuk mendapatkan kerapatan antara plate cetak dan astralon maka
dilakukan proses vakum, setelah benar-benar vakum maka dapat dilakukan
ekspose plate.
4. Proses ekspose dilakukan selama 9 menit dengan menggunakan lampu
5. Plate yang sudah diekspose kemudian dikeluarkan dan dicuci dengan
menggunakan devepoler plate, komposisi cairan developer dan air 1 : 3
6. Apabila masih terdapat sisa emulsi maka dibersihkan dengan
menggunakan remover.
7. Plat cetak diberi lapisan Gumm untuk mencegah oksidasi
Susunan tata letak film saat montage sebagai berikut :
Gambar 4.1 Susunan film saat proses montage
Hal lain yang perlu diperhatikan pada saat penggandaan film adalah :
1. Pemberian atribut
2. Pemberian nomer up
3. Kebersihan astralon
4. Penyinaran
5. Pencucian / Densito, toleransi penurunan dot raster 2 %
Kelemahan dari proses pembuatan plate secara manual adalah apabila
pada montage plate lebih dari 1 warna tidak presisi dalam peletakannya, maka
hasil cetak nantinya juga tidak presisi. Kelemahan lainnya adalah proses
Computer to Plate (CTP)
Pembuatan plate dengan menggunakan sistem CtP atau CtCP
(Computer To Conventional Plate) lebih singkat daripada menggunakan cara
manual dimana proses montage hanya dilakukan secara digital sehingga
pembuatan film tidak diperlukan lagi, raster image langsung dibentuk dengan
menggunakan CtP. Alur proses CtP adalah sebagai berikut :
File RIP (tiff B) File S & R CtP Plate
Gambaran mesin CtP sebagai berikut :
Gambar 4.2 Mesin CtP
4.3.2 Proses Cetak
Proses cetak berfungsi untuk menggandakan sekumpulan gambar atau teks
sesuai dengan acuan cetak/plate yang dibuat di bagian prepress sebelumnya.
Dalam proses penggandaan ini, parameter-parameter yang harus diperhatikan
meliputi ketepatan register, ketepatan warna, kebersihan hasil cetakan, kestabilan
jalannya kertas, dsb.
Proses cetak offset merupakan cetak tidak langsung, artinya peralihan tinta
perantara yaitu silinder karet (blanket silinder). Posisi gambar pada acuan cetak
terbaca, kemudian pada silinder blanket tidak terbaca dan sampai pada bahan
cetakan terbaca kembali. Prinsip cetak offset dapat digambarkan dalam skema
proses cetak dibawah ini :
Gambar 4.3 Proses Cetak Offset
Keterangan :
1. Unit penintaan
2. Unit pembasahan
3. Silinder plate
4. Silinder blanket
5. Silinder penekan
6. Bahan cetak/material cetak
Pada dasarnya proses cetak offset terdiri dari beberapa proses yang
berurutan dan saling berkaitan, karena setiap proses yang ada didalamnya dapat
mempengaruhi hasil cetakan. Urutan proses cetak offset adalah sebagai berikut : a
c
d
e
f
1. Acuan cetak menerima tinta dari unit penintaan dengan tebal lapisan tinta
tertentu.
2. bahan cetak bergerak untuk bersinggungan dengan silinder blanket dan
lapisan tinta.
3. lapisan tinta ditransfer ke bahan cetak.
4. proses ini terjadi karena adanya tekanan pada dua permukaan tersebut (antara
silinder impresi dengan silinder blanket), ini disebut tekanan cetak.
5. proses transfer tinta terjadi dalam waktu yang singkat karena tingginya
kecepatan cetak mesin.
6. hasil dari proses ini adalah lapisan tinta menempel pada bahan cetak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses cetak
Pengalihan tinta pada proses cetak menentukan mutu cetak secara
keseluruhan. Kondisi pengalihan tinta pada proses cetak sangat dipengaruhi oleh :
1. Ketebalan lapisan tinta pada acuan cetak
Banyaknya tinta yang dialihkan ke permukaan bahan cetak
tergantung ketebalan lapisan tinta pada acuan cetak. Ketebalan lapisan
tinta disesuaikan dengan ketebalan image pada acuan cetak. Penyesuaian
ketebalan tinta ini dapat diatur pada bak tinta. Banyak sedikitnya tinta
yang keluar duari bak tinta disesuaikan dengan image pada acuan cetak.
Cetakan blok tentunya membutuhkan lebih banyak tinta jika dibandingkan
2. Kehalusan permukaan bahan cetak
Permukaan bahan cetak yang lebih halus/rata akan menghasilkan
hubungan dengan unit pencetakan berlangsung lebih sempurna sehingga
dengan lapisan tinta yang lebih tipis dapat dipindahkan dengan baik di atas
permukaan bahan cetak. Jika kertas bergelombang atau mengeriting dapat
terjadi kesulitan pada proses pencetakan karena kertas dicetak melalui
garis singgung dua silinder yang saling menekan dengan tekanan yang
relatif rendah.
3. Adhesi permukaan bahan cetak dengan tinta
Hubungan permukaan bahan cetak dengan tinta cetak lebih banyak
ditentukan oleh permukaan bahan cetaknya. Permukaan kertas yang diberi
lapisan tertentu (coated paper) daya serapnya akan lebih rendah jika
dibandingkan dengan permukaan kertas yang tidak diberi lapisan tertentu
(uncoated paper).
4. Permukaan yang kuat
Pada proses pencetakan terjadi proses pembelahan tinta dimana
sebagian tinta menempel pada kertas dan sebagian lagi tetap tinggal di
blanket, maka permukaan kertas tidak boleh mudah tercabut
serat-seratnya. Tercabutnya serat kertas tersebut karena tinta offset pada
umumnya kental dan kaku serta kecepatan cetak yang tinggi. Jika serat
5. Tekanan cetak
Untuk mendapatkan hasil cetak yang baik, dibutuhkan tekanan
cetak yang baik dan akurat (besarnya tekanan dapat dihitung oleh
operator), sehingga dapat dilakukan pengaturan dan penyetelan tekanan
cetak yang efektif. Tekanan cetak ini disesuaikan dengan tebal tipisnya
kertas. Kekurang tepatan penyetelan tekanan cetak dapat mengakibatkan
permasalahan pada proses pencetakan, antara lain :
1. Penggundulan plate cetak
2. Pembesaran titik raster
3. Perpanjangan gambar yang diakibatkan oleh adanya
pengembangan kertas
4. Kertas melipat pada proses cetak berlangsung
5. Gambar berawan
6. Tinta cetak tidak dialihkan dengan sempurna
7. Terjadi penumpukan tinta pada plate atau pada blanket
6. Kecepatan cetak
Kecepatan cetak menentukan lamanya waktu persinggungan antara
bahan cetak dengan tinta cetak. Semakin cepat perputaran mesin semakin
singkat waktu persinggungan, sehingga lapisan tinta yang dialihkan
semakin tipis. Untuk itu untuk mendapatkan hasil cetakan yang baik
7. Sifat alir (reology) tinta cetak
Pada umumnya tinta cetak bersifat kaku, tidak mudah mengalir
sekalipun dengan gaya beratnya sendiri. Pada proses cetak sifat alir tinta
dapat berubah karena adanya tekanan, kecepatan, serta suhu ruang.
Sifat alir meliputi kekentalan, nilai batas alir dan tiksotropi. Sifat
ini harus disesuaikan dengan kecepatan mesin cetak sehingga tinta dapat
mengalir keluar dari bak tinta dengan cepat untuk memnuhi kebutuhan
pada acuan yang sama cepatnya dengan pengambilan tinta oleh kertas.
Mesin Cetak Offset
Di perusahaan CV Sinar Jaya Printing mesin offset yang digunakan
menggunakan sistem stream feeder (sistem susun sirih). Sistem ini terdiri dari
beberapa komponen yaitu :
Sistem pemasukan susun sirih maksudnya adalah masuknya kertas dari
meja penumpukan kertas ke unit pencetakan saling susul menyusul (susun sirih).
Kertas dari meja penumpukan diambil oleh penghisap secara susul menyusul
membentuk susunan sirih untuk dibawa ke unit pencetakan. Ciri utama sistem
susun sirih adalah, kertas dihisap dibagian belakang, sedangkan pada sistem
pemasukan tunggal kertas dihisap dibagian depannya.
Komponen-komponen sistem pemasukan susun sirih (stream feeder)
1. Meja penumpukan kertas, yang berfungsi untuk meletakkan yang akan
dicetak.
2. Pada bagian suction head, terdiri dari: Sepatu peraba ketinggian kertas
yang dilengkapi penghembus udara, plat pemisah kertas, batang
penghembus pemisah kertas, penghisap angkat, penghisap angkut/penerus,
engkol pemutar penghisap angkut. Kelompok kepala hisap ini fungsinya
mengambil lembaran kertas dari meja penumpukan secara susul menyusul
(susun sirih) menuju ke meja penghantar untuk dibawa ke unit cetak.
3. Meja penghantar, yang berfungsi untuk menghantarkan kertas yang
diambil kelompok kepala hisap untuk dibawa ke unit pencetakan. Pada
meja penghantar ini terdapat beberapa alat bantu diantaranya: ban
transportasi, roda-roda penghantar, roda-roda sikat penahan, penepat
samping (side lay), penepat depan (front lay).
4. Pendeteksi kertas rangkap (double sheet detector), yang berfungsi untuk
mendeteksi apabila ada kertas yang terhisap rangkap. Alat ini disetel untuk
dilewati 3 lembar kertas tetap berjalan (karena kertas jalannya bersusun
sirih), dan 4 lembar kertas unit transportasi berhenti (agar kertas tidak
terbawa rangkap).
Gambar 4.5 Jalur Sistem Stream Feeder
Penyetelan Tinta
Penyetalan tinta di CV Sinar Jaya Printing sudah menggunakan mual
dimana tinta pada mesin cetak yang digunakan langsung katup-katup inkzone.
Tinta diatur dengan memutar katup inkzone secara bertahap, dengan cara manual
diperlukan kepekaan operator dalam melihat warna yang dihasilkan dalam proses
cetak cara mengatur keluaran tinta dengan katup inkzone :
1. Untuk menyetel tinta terlebih dahulu dilakukan pencetakan beberapa
lembar dengan warna yang sesuai.
2. Hasil cetakan pertama disepadankan dengan acuan cetak untuk melihat
kesesuaian warna.
3. penyetelan tinta dilakukan dengan meletakkan hasil cetakan dibagian
tengah kontrol tinta.
4. Tinta disesuaikan dengan menaikkan atau menurunkan ukuran bukaan
Permasalahan yang sering terjadi pada cetakan
Dalam proses cetak tidak bisa terlepas dari permasalahan yang bisa
mempengaruhi hasil cetakan. Permasalahan-pemasalahan yang sering kali muncul
pada hasil cetakan antara lain :
1. Dot Gain
Dot gain adalah pembesaran diameter halftone dot. Bila suatu
pola dot dari film meliputi 30% image area, maka saat tercetak area
liputannya menjadi 50%, total dot gain berarti 20%. Total dot gain adalah
angka perbedaan antara film negatif dan ukuran dot yang bersangkutan
pada lembaran kertas cetakan. Setiap tahap mulai dari proses film,
pembuatan plat cetak, kemudian ke tahapan lanjutan cetak menjadi image
akhir cetakan, semuanya menyumbang dot gain.
Dot gain di tahapan pre-press dapat terjadi pada proses
pembuatan negatif dan lalu kemudian berlanjut pada pembuatan plat cetak.
Waktu ekspose dan kontak antara negatif dan plat haruslah dikontrol
dengan cermat selama diruangan plat. Dot gain yang terjadi diarea ini
harus dikontrol tidak boleh lebih dari 2%.
Dot gain yang terjadi pada mesin press cetak merupakan
akumulasi dari beberapa efek. Setiap kali tinta berpindah dari plate ke
blanket, dan blanket ke kertas, ada suatu derajat penekanan mekanis.
Semua ini pada akhirnya meningkatkan diameter fisik dari dot yang
tercetak. Saat dot dipindahkan ke kertas, setting tinta terjadi atas dasar
kertas). Disamping itu juga terjadi efek melebar, yang menyumbangkan
diameter dot menjadi lebih membesar.
2. Ghosting
Ghosting atau berbayang, ditandai adanya bagian warna tinta cetak
yang lebih muda atau terang pada bagian warna tinta cetak yang solid.
Bayangan warna muda tersebut umumnya mengikuti pola dari bagian
layout gambar lainnya yang umumnya berarea lebih kecil.
3. Miss Register
Miss register dalam proses cetak adalah masalah dimana hasil
cetak tidak presisi. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor
penyebab terjadinya miss register antara lain :
1. Kertas yang moisture/ lembab tidak tepat terlalu kering atau terlalu
basah, akan mengakibatkan dimensi yang berubah baik sebelum,
selama dan sesudah cetak.
2. Pemotongan kertas yang tidak rata, siku dan konsisten akan
menyebabkan gripper lolos.
3. Kondisi kertas yang tidak rata, gulungan roll yang tidak stabil dan
rata menyebabkan variasi diatas mesin cetak.
4. Plat cetak dan blanket yang tidak tepat distel atau kendor akan
menyebabkan image bergeser.
5. Kesalahan pada saat montage.
6. Layout tidak presisi.
8. Sedangkan untuk menghindari atau mengatasi permasalahan ini
bisa diatasi dengan cara berikut :
9. Kondisikan kertas paling tidak 24 jam diruangan cetak sebelum
naik cetak, dalam kondisi terbungkus rapat.
10. Periksa apakah miss register terjadi setelah "one pass" (cetak
pertama untuk satu sisi) atau "two pass" (cetak kedua untuk sisi
sebelahnya). Bila terjadi setelah cetak kedua maka ada
kemungkinan disebabkan oleh proses pencetakan yang tidak benar.
11. Periksa apakah gripper mesin cetak tidak meleset, dan apakah plat
dan blanket cetak tidak kendor.
12. Periksa apakah ada variasi ukuran kertas atau pemotongan yang
tidak rata atau siku, atau juga tidak konsisten.
13. Periksa apakah kondisi kertas tidak bergelombang, melengkung,
roll gembos, gulungan tidak rata dan seimbang.
4.3.3 Post Press
Proses postpress atau pasca cetak adalah proses finishing dari hasil
cetakan, dimana pada bagian ini hasil cetakan akan diaplikasikan sesuai dengan
kebutuhan. Pada CV Sinar Jaya Printing proses postpress atau finishing produk
yang sebagian besar berupa undangan untuk pernikahan antara lain
1. Pembuatan Hard Cover
2. Pembuatan Soft Cover
3. Die cut atau plong
5. Hot print
6. Pengeleman
Die cut / Plong
Die cut pada proses post press digunakan untuk memotong kertas hasil
cetakan dengan kerangkan pola yang dibentuk sesuai dengan desain yang
diinginkan. Pisau pada die cut dibentuk dengan menggunakan mesin khusus yang
dapat membentuk pisau yang tadinya lurus menjadi sesuai besar sudut yang
diinginkan. Contoh pisau die cut dapat dilihat pada gambar 4. 6
Proses plong atau memotong dengan pisau die cut dilakukan dengan
menekan kertas pada pisau die cut hingga terpotong. Proses plong di CV Sinar
Jaya Printing dilakukan dengan menggunakan mesin degel manual dan degel
otomatis. Untuk mendapatkan hasil potongan yang tepat perlu dilakukan
penyesuaian yaitu:
1. Atur jarak pres dengan ketebalan papan die cut
2. Rekatkan pisau die cut pada plat press.
3. Posisi pisau die cut harus rata dan seimbang
4. Atur posisi kertas agar presisi dengan pisau die cut
5. Proses plong dilakukan satu persatu agar hasil potongan kertas tetap
Gambar 4.6 Contoh pisau die cut
Emboss
Emboss adalah teknik postpress yang digunakan untuk menghasilkan efek
timbul pada hasil cetakan. Emboss dibuat dengan menggunakan plat logam yang
dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Teknik menghasilkan emboss
pada hasil cetakan adalah dengan menekan plat embosss pada bagian belakang
kertas menggunakan mesin yang sama dengan die cut yaitu mesin degel. Proses
persiapan emboss juga sama dengan persiapan die cut.
Hot print
Hot Print adalah salah satu teknik cetak yang menggunakan pemanas
untuk mentransfer layer (kertas foil) keatas media cetak. contohnya adalah
lapisan warna mas/perak yang di hot print ke atas kartu undangan, kartu nama,
label, dll. Teknik hot print adalah sama dengan emboss karena acuan hot print
hampir sama dengan emboss. Contoh emboss dan dan hot print dapat dilihat pada
Gambar 4.7 Contoh hasil hot print dan emboss
Lem
Proses pengeleman di CV Sinar Jaya Printing adalah untuk membentuk
Hard cover atau soft cover dan untuk menyatukan sampul undangan dengan isi
undangan. Proses pengeleman dilakukan dengan menggunakan cara manual yaitu
dengan tenaga manusia.
Pada pembuatan hard cover terlebih dahulu bagian sampul disatukan
dengan alas berupa karton. Karton dilem pada satu sisi terlebih dahulu dengan
menggunakan terknik sablon, kemudian kertas sampul dilapiskan di sisi yang
mengandung lem. Pemasangan harus presisi atau tepat ditengah.
Tahap berikutnya adalah pengeleman bagian sisi sampul. Pada bagian sisi
sampul terlebih dahulu dipotong agar lebih mudah dilipat ketika dilem.
Pengeleman dilakukan perbagian sisi sampul. Setelah proses pengeleman selesai
hard cover harus didiamkan terlebih dahulu agar lem mengering, setelah kering
45 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan evaluasi kerja praktek yang dilakukan pada bagian Pre-Press,
Press dan Post-Press di Perusahaan CV Sinar Jaya Printing maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. CV Sinar Jaya Printing selalu memberikan harga yang bersaing tanpa mengabaikan
kualitas hasil cetakan. Dengan kata lain memberikan kualitas yang baik tanpa harus
dengan biaya yang mahal.
2. Meskipun proses produksi masih dilakukan dengan peralatan tua hasil cetakan tetap baik
karena pengalaman yang telah dimiliki dalam pengerjaan cetakan.
3. Komunikasi dan koordinasi yang terjalin dengan baik antara pihak customer dan pihak
perusahaan sangat penting untuk menghasilkan file digital artwork yang benar-benar siap
untuk proses cetak guna menekan permasalahan-permasalah yang sering ditimbulkan.
4. Proses lanjutan yang dilakukan di Perusahaan CV Sinar Jaya Printing meliputi hard
cover, soft cover, emboss, hot print, dll. Proses finishing masih dilakukan dengan
5.2 Saran
1. Selalu mengikuti perkembangan teknologi terbaru dalam hal aplikasi-aplikasi digital
yang digunakan untuk proses persiapan dan pengolahan file digital artwork.
2. Pemberian pengetahuan berupa platihan terhadap customer dalam hal mempersiapkan file
digital artwork yang baik dan memenuhi standart guna meningkatkan keefektifan dan
kualitas output produk yang dihasilkan dalam proses produksi.
3. Meningkatkan equipment yang digunakan seperti komputer, dan peralatan pendukung