DI CV. BAYU MANDIRI
JAWA TIMUR
KERJA PRAKTEK
Nama : PUTRA SETYA DJUNAIDI NIM : 08.39090.0014
Program : DIII (Diploma Tiga)
Jurusan : Komputer Grafis dan Cetak
SEKOLAH TINGGI
MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER
SURABAYA
2011
STIKOM
Salah satu bidang yang berkembang cukup pesat saat ini dan merupakan salah satu inti
dari dunia industri sekaligus berhubungan erat dengan perusahaan desain grafis dan perusahaan
penerbitan adalah industri percetakan. Industri percetakan sendiri erat hubungannya dengan
berbagai macam produk-produk media cetak, baik yang bersifat komersial seperti katalog,
brosur, leaflet, kemasan, kartu nama, poster ataupun yang bersifat periodik seperti koran,
majalah, buletin, jurnal dan lain sebagainya. Dimana produk-produk media cetak tersebut
sangatlah erat dengan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan manusia dalam kehidupan sehari–
harinya. Dengan bervariatifnya produk-produk cetakan tersebut, maka dibutuhkan suatu proses
produksi yang baik dan efisien di dalam industri percetakan. Sehingga dengan penerapan proses
produksi yang baik dan efisien dari awal hingga ke tahap akhir tersebut, diharapkan dapat
menghasilkan hasil cetakan yang benar-benar berkualitas.
Salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam menghasilkan produk cetakan
seperti, majalah yang baik dan berkualitas adalah pada saat proses pengolahan file dari customer
lebih baik file berformat Psd (Photoshop), Cdr (Corel Draw) , Ai (illustrator) , Indd (Indesign)
supaya memudahkan untuk proses berikutnya yang merupakan awal dari proses untuk
menghasilkan barang atau produk cetakan. Hal inilah yang menjadikan laporan kerja praktek di
bagian Pree Press CV. Bayu Mandiri ini berfokus pada pembahasan tentang teknik cetak offset.
Kata Kunci : Cetak Offset, Pembuatan Majalah, Penjilidan
STIKOM
vi
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ……….i
KATA PENGANTAR ……….iii
DAFTAR ISI ………....vi
DAFTAR GAMBAR ………...ix
DAFTAR TABEL ……….x
BAB I PENDAHULUAN ……….1
1. 1 Latar Belakang Masalah ………1
1.2 Tujuan ………3
1.3 Konstribusi ……….3
1.4 Sistematika Penulisan ………4
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ………...6
2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ……….6
2.2 Lokasi Perusahaan ………..7
2.3 Tujuan dan Lapangan Usaha ………..7
2.4 Struktur Organisasi ……….8
STIKOM
vii
3.1 Waktu dan Lokasi ………..9
3.2 Landasan Teori ……….10
3.2.1 Pracetak (prepress) ……….10
3.2.2 Final Artwork Desain ……….21
BAB IV HASIL DAN EVALUASI ………..….29
4.1 Prosedur Kerja Praktek ………....29
4.2 Pelaksanaan Kerja Praktek ………..…….…30
4.3 Evaluasi Kerja Praktek ………..……...31
4.4 Tabel data cetak offset pada CV. Bayu Mandiri…………..…...31
4.5 Gambaran umum proses pembuatan majalah sampai penjilidan di CV.Bayu Mandiri ………...32
4.6 Macam Proses Finishing………….………...…...38
4.6.1 Varnis dan Spot UV……….…...38
4.6.2 Laminating…….……….40
4.6.3 Penjilidtan………...…41
4.6.4 Teknik Lipatan Majalah……….…..……..…….53
STIKOM
viii
5.1 Kesimpulan ………..59
5.2 Saran ………....60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
STIKOM
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat,
dan maju di berbagai bidang saat ini, membuat seseorang harus dapat selalu
up to date mengikuti perkembangan jaman yang semakin maju dan bisa
memahami ataupun mempelajari perkembangan tersebut. Tujuannya agar dapat
selalu menjawab tantangan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang
bermutu, berkualitas dan berskill tinggi yang sangat dibutuhkan dalam rangka
memajukan dan mengembangkan daya saing bangsa di era modern ini.
Salah satu bidang yang berkembang cukup pesat saat ini dan
merupakan salah satu inti dari dunia industri sekaligus berhubungan erat
dengan perusahaan desain grafis dan perusahaan penerbitan adalah industri
percetakan. Industri percetakan sendiri erat hubungannya dengan berbagai
macam produk-produk media cetak, baik yang bersifat komersial seperti
katalog, brosur, leaflet, kemasan, kartu nama, poster ataupun yang bersifat
periodik seperti koran, majalah, buletin, jurnal dan lain sebagainya. Dimana
produk-produk media cetak tersebut sangatlah erat dengan
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan manusia dalam kehidupan sehari–harinya. Dengan
bervariatifnya produk-produk cetakan tersebut, maka dibutuhkan suatu proses
STIKOM
penerapan proses produksi yang baik dan efisien dari awal hingga ke tahap
akhir tersebut, diharapkan dapat menghasilkan hasil cetakan yang benar-benar
berkualitas.
Salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam menghasilkan
produk cetakan seperti, majalah yang baik dan berkualitas adalah pada saat
proses pengolahan file dari customer lebih baik file berformat Psd (Photoshop),
Cdr (Corel Draw) , Ai (illustrator) , Indd (Indesign) supaya memudahkan untuk
proses berikutnya yang merupakan awal dari proses untuk menghasilkan
barang atau produk cetakan. Hal inilah yang menjadikan laporan kerja praktek
di bagian Pree Press CV. Bayu Mandiri ini berfokus pada pembahasan tentang
teknik cetak offset.
1.2 Tujuan
Tujuan dari Kerja Praktek di CV. Bayu Mandiri adalah :
1. Sebagai salah satu syarat kelulusan Program Studi DIII Komputer Grafis
dan Cetak STIKOM Surabaya yaitu dengan melaksanakan mata kuliah
Praktek Kerja Industri.
2. Sebagai sarana penerapan ilmu yang telah diajarkan pada jurusan DIII
Komputer Grafis dan Cetak STIKOM Surabaya terhadap dunia kerja.
STIKOM
3. Sebagai sarana memahami bagaimana suasana dunia kerja pada industri
percetakan sesungguhnya, khususnya di bidang percetakan offset.
4. Sebagai sarana untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak dan
bermanfaat pada industri percetakan khususnya untuk proses Pembuata
majalah mulai dari layout sampai finishing beserta pendjilidtanya.
1.3 Konstribusi
Konstribusi selama pelaksanaan Kerja Praktek di CV. Bayu Mandiri
adalah sebagai berikut :
Terhadap Penulis :
a. Mendapatkan pemahaman tentang aturan kerja pada suatu perusahaan.
b. Memahami alur produksi percetakan khususnya berbagai macam
teknik penjilidtan dan Mendapatkan tambahan pengetahuan mengenai
proses layout di meja montaze.
c. Memahami masalah-masalah yang sering dihadapi atau muncul
selama proses cetak sampai finishing.
Terhadap Perusahaan :
1. Membantu pekerjaan proses Layout / Montaze di CV. Bayu Mandiri
2. Membantu proses desain di CV. Bayu Mandiri
STIKOM
Sistematika penulisan merupakan acuan atau panduan dalam
penulisan laporan kerja praktek di perusahaan, dimana sistematika
penulisannya adalah sebagai berikut
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menerangkan tentang latar belakang dan juga berbagai aspek
dasar yang mengungkapkan keterkaitan topik, tujuan studi, manfaat yang
diharapkan dan dapat diperoleh dari pelaksanaan kerja praktek di percetakan
CV. Bayu Mandiri. Ruang lingkup studi, acuan studi lain serta organisasi
penulisan studi praktek yang telah dilakukan.
Bab II : Gambaran Umum Perusahaan
Membahas mengenai sejarah dan perkembangan , lokasi perusahaan,
tujuan dan lapangan usaha serta struktur organisasi.
Bab III : Metode Kerja Praktek
Membahas tentang waktu dan lokasi pelaksanaan kerja praktek serta
landasan teori yang digunakan.
Bab IV : Hasil dan Evaluasi
Membahas tentang prosedur kerja praktek dan membahas pelaksanaan
kerja praktek serta evaluasi kerja praktek selama di CV. Bayu Mandiri.
STIKOM
Bab V : Penutup
Berisi kesimpulan dan saran berdasarkan kerja praktek yang dilakukan di
bagian Marketing Design CV. Bayu Mandiri.
STIKOM
1. Melindungi hasil cetakan dari goresan.
2. Melindungi rusaknya hasil cetakan karena basah
3. Membuat jendela pada amplop, kotak - kotak Post Press
A. Macam Laminating
1. Laminating Biasa , satu muka maupun dua muka
2. Laminating Doof/ ti
Fantasi.
4.6.3 PENJILIDTAN
Dalam suatu proses pembuatan majalah sebelumnya harus dipikirkan
terlebih dahulu memakai jilid apa yang cocok untuk majalah yang akan di
produksi ada berbagai macam tenik jilid untuk majalah.
A. PERFECT BINDING
A.1 Pengertian Perfect Binding
Proses jilid dengan lem merupakan cara penjilidan dengan mengelem
isi buku dengan kertas yang lebih tebal di luarnya sebagai sampul. Ini
merupakan cara jilid yang paling populer. Lem yang dipergunakan ada
beberapa jenis antara lain adalah lem putih, lem panas (hotmelt) dan lem PUR
(Poly-Urethane). Jilid dengan memakai bahan baku lem ini sering pula disebut
STIKOM
dengan perfect binding.
Lem putih atau disebut pula cold glue, mulai ada sekitar tahun 1930an.
Berbahan dasar PVC (PolyVynilAcetate) dan air. Kelebihan lem ini adalah,
mempunyai daya rekat tinggi, ekonomis pada pemakaian lem dan relatif aman.
Kekurangannya adalah waktu pengeringannya lama, sehingga untuk dipasang
in-line pada mesin cetak diperlukan tambahan alat pengering dan ini membuat
proses jilid dengan lem ini tidak ekonomis. Tujuan jilid perfect binding adalah
untuk menggantikan pekerjaan jilid kawat dan jilid benang dengan cara yang
lebih cepat dan murah. Jilid perfect binding dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan manual dan dengan mesin.
Proses sebenarnya perfect binding yaitu tumpukan halaman-halaman
buku yang saling sejajar atau lurus. Perfect binding ini menggunakan penjepit
untuk menahan halaman buku agar tetap berada di tempatnya sehingga
halaman buku tersebut tetap lurus. Halaman-halaman buku tersebut kemudian
diberi lem secara bersamaan di sisi yang akan dijilid. Setelah proses
pengeleman selesai, kemudian digunakan lem yang kedua untuk menempelkan
cover buku dengan halaman-halaman buku tersebut. Ketika sudah selesai,
maka perfect binding akan terlihat bagus dengan punggung buku yang rata.
Di banyak aplikasi, perfect binding digunakan untuk penjilidan yang
tidak terlalu mahal. Buku paperback adalah contoh aplikasi yang menggunakan
metode perfect binding. Perfect binding dapat bekerja dengan baik pada
STIKOM
berbagai macam jenis kertas. Selain buku paperback, perfect binding juga
digunakan untuk buku manual, yang menggunakan jilid perfect binding.
Baru-baru ini, penggunaan perfect binding menjadi semakin maju
dengan adanya cover buku yang lebih berat sehingga cover buku menjadi lebih
kokoh pada saat digunakan untuk buku yang mempunyai ukuran yang relatif
besar. Selain itu, juga hampir menyerupai buku dengan jilid hardcover.
Keuntungan dari perfect binding yaitu tidak memerlukan biaya yang tinggi
sehingga membuat para produsen buku dapat menjual produknya dengan harga
yang kompetitif.
Gambar 4.6 buku yang dijilid dengan perfect binding
A.2 Sejarah Perfect Binding
Perfect binding telah ada sejak 300 tahun yang lalu. Sekitar tahun 1800
dikenal dengan nama jilid karet di Inggris tetapi tidak sempurna. Lem dari
latex itu lengket dan gampang rontok. Baumfalk dari Leipzig memperkenalkan
Jilid Paten (Patentieren) tahun 1900 caranya dengan memotong punggung
STIKOM
buku, menempatkannya pada alat penekan tangan, mengikir, dilem dengan lem
gliserin, melapiskan kapas tipis, dan terakhir diberi kain kasa. Cara jilid Luwi
diperkenalkan pada Penjilidan Oldenberg, Munchen yaitu memakai lem Arpus
Sintetis yang sampai sekarang masih dikenal.
Di Amerika Serikat telah dibuat mesin perfect binding yang pertama
pada tahun 1900. Cara kerja dari mesin ini yaitu memotong punggung
bukunya, mengasarkannya dan kemudian baru dilapisi dengan lem. Di Inggris
di buat mesin Flexiback. Lumbeck menyempurnakan cara – cara yang pernah
ada pada tahun 1937 setelah melakukan percobaan berkali – kali, lapisan arpus
sintetis itu tetap elastis walaupun sudah bertahun – tahun. Tahun 1950 Martini
dari Swiss mebuat cara menjilid sebaris, dari blok buku hingga sampul buku.
Muller dari Swiss juga mampu membuat mesin yang juga mampu mengelem
blok buku yang telah dijahit benang.
A.3 Cara Kerja Perfect Binding
Terdapat empat cara untuk menjilid buku dengan perfect binding yaitu:
STIKOM
Gambar 4.7 Cara kerja perfect binding
Langsung direkatkan dengan sampul.
Di lem dengan kain kasa terlebih dahulu, kemudian diberi sampul.
Di lem dengan kain kasa, baru direkatkan pada sampul di ban tersendiri.
Di lem dengan kain kasa, kemudian di lem dengan kertas tipis, lalu masuk
ke ban tersendiri.
Terdapat dua cara yang digunakan untuk menstransfer lem dari bak lem
ke buku yang akan dijilid dengan perfect binding yaitu:
1. Dengan dua buah rol yang saling berlawanan arah
2. Dengan memakai sistim rakel
Terdapat tiga varian cara jilid perfect binding yaitu:
Quarter sheet binding
Notch binding atau perforating binding.
Flexo-stable binding
Perfect binding secara manual langkah-langkahnya yaitu:
Potong rata punggung buku sesuai batas yang direncanakan.
Sebelumnya mampatkan dulu blok buku tersebut dengan alat pemampat.
Kasarkan bagian punggungnya.
STIKOM
Kemudian di lem secara bersamaan atau satu persatu. Lem yang digunakan
yaitu lem dingin maupun lem panas.
Kemudian rekatkan sampulnya.
Jika perlu kekuatan lakukan tahapan pelekatan lapisan kasa dan kertas.
A.4 Sistem yang digunakan dalam perfect binding yaitu:
Lumbeck System
Sistem Lumbeck yaitu memotong punggung buku kemudian blok buku di
kibaskan ke kiri lalu diberi lem vynil, kemudian blok buku dikibaskan ke
kanan lalu diberi lem vynil. Proses dari sistem Lumbeck yaitu blok buku
dihimpit di antara dua batang dan di gerakan kian kemari melalui rol pengelim.
Jarak antara blok buku dan rol pengeleman dibuat sempit. Blok buku dalam
keadaan terkibaskan dilewatkan rol pengeleman sehingga dapat terkena lem
seluruh lembarannya.
Punggung buku diserut kemudian direkat, ada 2 cara yaitu:
Sistem Muller
Sistem ini biasanya terdapat di mesin jilid baby phony. Mesin ini biasanya
berbentuk bulat melingkar. Tempat blok bukunya bisa banyak sampai 25
kepala atau bahkan lebih. Sampul bukunya naik menuju ke blok buku yang
sudah ada lemnya. Prinsip kerja dari sistem muller yaitu punggung buku
digergaji, kemudian diserut dan direkat dengan lem,
Sistem Martini
STIKOM
Sistem ini biasanya terdapat di mesin berbentuk oval. Bagian pemasukan blok
bukunya tidak tertutup. Pemasangan sampul blok bukunya yang turun. Dapat
dipakai mengelim blok buku yang telah di jahit benang. Prinsip kerja dari
sistem martini yaitu punggung buku disisir kemudian diserut menjadi kasar
lalu direkat dengan lem. Contoh mesin jilid dari sistem martini yaitu mesin jilid
sullby seven.
Proses penutupan benang dengan jilid perfect binding yaitu:
a. Penutupan benang pada lembaran penuh.
b. Pembuatan blok buku pada pelapisan jahit
benang pada lembaran yang terlipat
Gambar 4.8 Proses penutupan benang
B. JILID JAHIT BENANG
B.1 Sejarahnya Jahit Benang
Tahun 1825 mesin jahit benang pertama kali dibuat
Tahun 1855 Brehmer membuat mesin jahit dengan jarum kait lurus
Tahun 1877 mulai dipakai dengan baik diantaranya pabrik Singer,
Wheeler & Wilson Tahun 1878 dibuat mesin jahit dengan benang
rangkap
B.2 Sepintas Jahit Benang
Jahit benang ini biasanya dipakai untuk menjilid buku,
majalah, tabloit, brosur yang mempunyai halaman lebih dari 100
STIKOM
halaman dan dibuat menjadi sebuah bundel/ blok di hard cover maupun
tidak. Bahwa barang cetakan yang di jilid sering dipergunakan seperti
kamus, buku bacaan, buku pelajaran dan membutuhkan kenyamanan
dalam membuka sebuah buku tebal.
B.3 Jahit Benang Manual
Dilakukan dengan tangan
Jarum yang dipergunakan bisa dengan memakai jarum apa saja
Dapat dilakukan disembarang tempat
Benang yang dipergunakan adalah benang rami, benang sutra
Gambar 4.9 alat dan teknik jahitnya
Sistem jilid semacam ini biasanya dipakai untuk menjilid buku, majalah,
surat kabar, tabloid yang tidak terlalu tebal. Biasanya oplag/ tiras/ jumlah yang
tidak terlalu besar biasanya dibawah 100 exemplar.
C. JAHIT KAWAT C.1 Sejarahnya
Tahun 1880 mesin jahit kawat pertama kali diperkenalkan oleh Brehmer
bersaudara dari USA ke Jerman
Tahun 1950 mesin dengan model lama tersebut masih dipergunakan
STIKOM
Tahun 1910 mesin pengumpul mulai diperkenalkan
Tahun 1930 mesin pengumpul mulai dibuat otomatis penuh
C.2 Sepintas Tentang Jahit Kawat
Jilid kawat ini umumnya dipergunakan untuk menjilid buku, majalah,
tabloid, brosur yang jumlah halamanya tidak lebih dari 100 halaman.
Bisa dikerjakan dengan jalan manual ataupun masinal secara masal.
Bisa dilakukan dengan cara penjilidan yang terpadu.
C.3 Jahit Kawat Masinal
Satu Kepala
Dua Kepala
C.4 Beberapa Ciri – Ciri Gangguan Yang Sering Terjadi Pada Mesin Jahit
Kawat Dan Cara Mengatasinya.
A Bentuk kawat yang betul,
sudut siku dan kaki sama panjang.
B. Kaki kanan terlalu pendek , sebab :
STIKOM
a. Penyaluran kawat terlalu sedikit karena salah
penyetelan.
b. Rol atau griper penyaluran kawat selip, karena aus atau
berlemak.
C. Kaki kiri terlalu pendek, sebab:
Sama dengan diatas, tetapi kusus bagi mesin yang pemasukan
dari sebelah kanan
D. Sudut rusak, sebab :
a. Sudut kiri menekan patah. Ini sebaliknya juga berlaku juga
pada sudut kanan.
b. Perapat tidak rapat dengan pelengkung. Diantara keduanya
terdapat ruang gerak, sehingga kawat jilid sempat untuk lari
sehingga merusakkan sudut.
E. Kaki kiri terbengkok – bengkok , Sebab :
a. Pisau kawat terlalu tumpul, sehingga ujung kawatpun
jadi tumpul yang enyulitkan kawat untuk masuk ke kertas.
STIKOM
b. Kawat jahit mungkin terlalu kecil sehingga tidak cukup kuat menembus
kertas.
c. Sebab yang samapun berlaku bagi kedua ujung kawat,ini
bisa dipastikan jika kawatnya terlalu kecil.
F. Kawat jilid terbengkok dibagian atas, sebab :
a.Kawat terlalu kecil sehingga bagian ujungnya tidak
mampu menembus berkas kertas secara sempurna, sehingga
sisa kawat tertekan hingga bengkok.
b.Jarak antara kepala jilid terlalu besar, sehingga berkas
kertas tidak cukup termampatkan dan tertekan.
G. Kawat jilid hanya berkaki satu, sebab :
Rol atau penangkap kawat selip.
H. Kawat jilid keluar terpotong – potong dari kepala jilid, sebab : Terdapat sisa potongan atau kawat jilid sebelumnya.
Pekerjaan dihentikan dan kepala mesin jilid dibuka,
STIKOM
kemudian kotorn yang ada dibersihkan baru pekerjaan dapat
dilanjutkan kembali.
I. Kawat jilid patah disatu sudut, sebab :
a.Kawat jilid terlalu keras atau mutunya jelek, cobalah
mengganti dengan kawat yang lainnya.
b.Blok untuk membengkokkan kawat salah satu sisinya
terlalu tajam, cobalah dibulatkan sedikit/ ditumpulkan.
J. Sudut - sudut kawat jilid terlalu membulat, sebab :
Sudut – sudut yang membentuk kokot telah aus , sehingga
harus diganti.
K. Kaki Terbengkokkan disisi bawah, sebab :
a.Pisau potong kawat longgar dan jalannya tidak tepat
sepanjang mulut saluran kawat, jadi kawat tidak terpotong
STIKOM
licin tetapi terpelintir.
b.Pisau terlalu tumpul atau telah rusak.
L. Kaki kawat jilid tidak saling menyentuh, sebab :
a.Penyaluran kawat terlalu sedikit.
b.Kapasitas mesin terlalu kecil.
c.Jarak antara meja dan kepala jilid terlalu besar,
penempatannya terlalu kecil.
4.6.4 TEKNIK LIPATAN MAJALAH A. Ketentuan cara melipat
Penentuan cara melipat, harus direncana - kan sebelum dicetak.
Diantaranya berupa barang apa yang akan dicetak, buku, folder,
majalah, tabloid, brosur harus ditentukan terlebih dahulu.
Harus disesuaikan dengan kebutuhannya, dilipat manual atau mesin.
B. Melipat Cara Manual
Melipat untuk buku/ brosur/ booklet
STIKOM
Melipat untuk folder
Melipat Oblong Melipat majalah/ tabloid Melipat surat kabar
Gambar 4.6.4 Cara melipat Manual
B.1 Macam –Macam Jenis Lipatan
A. Teknik Lipat Kateren Sisip
Gambar 4.6.5
B. Cara Melipat Perkatern
STIKOM
Gambar 4.6.6
C. PELIPATAN DENGAN MESIN
C.1 Melipat Dengan Sistem Pisau
1. Melipatdengansatulangkah
2. Melipat dengan dua langkah 3. Melipat dengan tiga langkah 4. Melipat
dengan empat langkah
C.2 Melipat dengan sistim Kantong
1. Umumnya lebih cepat, terutama pada ukuran kecil.
2.Lebih mudah divariasi.
3.Dapat dipesan untuk pekerjaan lipat kusus.
4.Kurang baik untuk melipat dengan kertas tipis.
C.3 Perbandingan kecepatan Lipat Kantong dan Lipat Pisau
Lipat Kantong ( LK ) dinyatakan dengan panjang sedang Lipat Pisau
( LP )dengan lintasan.
Jika LK 134 M/ Mnt = 8200 M/ Jm. • Kalau lipat uk. 120 x 94 Cm,
maka panjang lintasan = 120 Cm = 6600 Lbr/ Jm.
Kalau Msn LP = 8000/ Jm, maka LK lebih cepat 12 % dari LP.
Jika dibuat hitungan sama, tetapi ukuran 50 x 65 Cm, maka LP
tetap 8000 Lbr/ Jm.
STIKOM
Sedang LK jadi 134 x 60/ 0,65 = 12000 Lbr/ Jm jadi akan lebih cepat
4000 Lbr/ Jm dari LP = 50% nya dari LP.
D. Kateren
D.1 Mengatur Kateren
• Kateren adalah lipatan dari kertas plano yang tersusun dengan
nomor halaman berurutan
• Jumlah kateren dalam satu buku/ majalah tergantung jumlah
halaman nya
• Kateren bisa @ 4 , 8, 16, 32 halaman per katerennya atau
gabungan dari sebagian/ seluruhnya.
D.2 Mensortir/ mengumpul
Adalah menggabungkan kateren – kateren/ lembaran lepas
yang ada menjadi satu dengan sampulnya dengan nomor halaman yang
berurutan dari nomor pertama hingga terakhir
• Dapat dilakukan dengan cara Manual dan Masinal dengan system
STIKOM
D.3 Macam Lipat Katern Utuk Majalah
A. Kateren sisip
• Katern pertama akan masuk pada keteren ke dua dan selanjutnya
• Nomor urut bagian tengah ka - tern 1, akan berurutan dengan nomor urut
halaman 1 dan tera - khir kater ke 2
• kateren terakhir letaknya di te - ngah dari kateren sebelumnya.
B. Kateren Tumpuk
• Kateren pertama letaknya pada tumpu - kan paling atas
• Kateren terakhir letaknya pada tumpu -kan terakhir
• Nomor halaman akan berurutan, nomor halaman terakhir tiap kateren akan
STIKOM
bertemu dengan nomor pertama pada halaman kateren selanjutnya.
STIKOM
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan evaluasi kerja praktek yang dilakukan pada
bagian Marketing Design CV.Bayu Mandiri maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
CV. Bayu Mandiri selalu menjaga kualitas hasil cetakan dan memiliki
tekad untuk menjadi perusahaan percetakan yanglebih baik dari
pesaingnya
CV. Bayu Mandiri berusaha menjaga dan mempertahankan kualitas
serta kuantitas dari hasil cetakan dengan cara selalu mengikuti
perkembangan teknologi di bidang grafis dan cetak dan
memfasilitaskan para karyawan dengan peralatan dan mesin yang
berteknologi tinggi
Penyusun lebih mengenal dan bias berapdatasi dengan lingkungan kerja
yang sebenarnya guna mengimplementasikan ilmu yang diperoleh dari
kampus, baik secara teori maupun praktek sehingga pada nantinya
dapat berapdatasi dalam memasuki dunia kerja
STIKOM
5.2 Saran
Diharapkan adanya peningkatan referensi secara up to date di dalam
pengetahuan teknologi di bidang grafis cetak.
Terus menambah wawasan serta informasi-informasi mengenai dunia
grafika khusunya cetak offset. Misalnya dengan membaca literatur seputar
cetakan offset dan mengikuti seminar yang berhubungan dengan cetak agar
menambah wawasan yang belum mengerti.
Dengan adanya teknologi yang sangat berkembang maka percetakan tabloid
atau majalah akan lebih cepat teratasi dengan mesin – mesin cetak yang
lebih cangih.
STIKOM
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
CV.Bayu Mandiri berdiri sejak tahun 2002, dimulai dengan usaha
kecil-kecilan yang terletak di Jl.Prambanan No.3 saat itu perusahaan tersebut
mengunakan teknologi cetak 1 warna Hamada double folio untuk mencetak
brosur dan kwitansi. Seiring waktu berjalan perusahaan bayu mandiri terus
berkembang CV. Bayu Mandiri pindah di Jl.Prambanan no.6 dan memiliki
mesi Heidelberg 2 warna ditambah juga mesin potong DQ dengan jumlah
karyawan 8 Pegawai dan terus berkembang.
Kemudian pada tanggal 04 Desember 2001membagun pabrik kecil
yaitu rumah di kawasan Jl.Prambanan No.9 di surabaya dengan nama
perusahaan CV. Bayu Mandiri Offset yang bergerak di bidang cetak offset
terutama cetak kemasan, brosur, kalender, undangan, kartu nama dll.dengan
didukung dengan berbagai macam mesin terutama meisin Heidelberg 2
warna,mesin komori exel 32, mesin lipat horizon, mesin jahit kawat, mesin lem
binding, mesin polar / potong, laminating dan dibantu juga dengan tenaga
manusia untuk finishing jumlah karyawan di CV. Bayu Mandiri bertambah
sebanyak 35 karyawan yang sudah mempunyai pengalaman di bidang sendiri –
sendiri dan membantu perkembangan Bayu Mandiri sampai sekarang.
STIKOM
Saat Tahun 2010 dilengkapi dengan mesin Heidelberg 4 warna untuk
mempercepat hasil cetakan dan tidak menungu waktu lama dan dilengkapi
dengan digital printing BANNER. Dan pesanan banyak yang dari luar daerah
contohnya didaerah Kalimantan, Jakarta , malang pemesan mengirim file
melalui email.
2.2 Lokasi Perusahaan
CV. Bayu Mandiri berkantor pusat di Jalan Prambanan No.9,
Surabaya, Jawa Timur.
Gambar 2.2 Lokasi Perusahaan
2.3 Tujuan dan Lapangan Usaha a. Visi perusahaan
Menjadi perusahaan yang terdepan di bidang cetak offset
printing dengan hasil cetakan yang maksimal untuk kepuasan
pelanggan.
STIKOM
CV. Bayu Mandiri adalah percetakan dalam bidang cetak
Ofsset, digital printing yang menghasilkan produk koran, tabloid,
majalah, buku, company profile, kalender, paper bag dan berbagai hasil
cetakan lainya. Dan dukungan dari 35 pekerja di CV. Bayu Mandiri
sekarang semakin berkembang dengan mengikuti perkembangan
zaman.
2.4 Struktur Organisasi
[image:33.595.44.553.163.700.2]
Gambar 2.4 Struktur Organisasis
STIKOM
BAB III
METODE KERJA PRAKTEK
3.1 Waktu dan Lokasi
Pelaksanaan kerja praktek dilakukan hampir selama dua bulan mulai
dari tanggal 16 Januari sampai dengan 16 Maret 2011.selama 2 bulan
diharapkan mendapatkan pengalaman kerja yang cukup dan mengetahui alur
lebih dalam tentang industri cetak.
Kerja praktek yang dilaksanakan di CV. Bayu Mandiri Offset dan
Digital Printing yang merupakn perusahaan cetak offset dalam sekala besar di
Surabaya. Jadwal kerja praktek mengikuti jadwal kerja staf di perusahaan dan
dilaksanakan dengan persyaratan yang berlaku layaknya jadwal kerja
sesungguhnya, dengan waktu istirahat selama satu jam dari pukul 12.00 WIB –
13.00 WIB kecuali hari jumat menyesuaikan dengan ibadah sholat jumat, kerja
praktek di selengarakan mulai hari senin sampai jumat. Sedangkan hari sabtu
juga tetap masuk tapi cuman setengah hari yaitu mulai dari jam 08.00 WIB –
14.00 dan hari libur mengikuti kesepakatan perusahaan.
Lokasi perusahaan terletak di daerah perumahan ditengah kota
surabaya tempatnya di Jl. Prambanan No. 9 Surabaya Jawa Timur.
STIKOM
3. 2 Landasan Teori
Berdasarkan pada teori yang di dapat dari perkuliahan Program Studi
DIII-Komputer Grafis dan Cetak STIKOM Surabaya, terdapat beberapa teori
atau materi yang berhubungan erat dengan pelaksanaan kerja praktek di CV.
Bayu Mandiri pada bagian Layout Design tentang proses pembuatan majalah
serta penjilidanya, diantaranya adalah sebagai berikut:
Seperti yang sudah diketahui, didalam proses menghasilkan produk-
produk cetakan MAJALAH, dan lain sebagainya terdapat tiga fase atau
tahapan penting yang harus dilalui yaitu Pracetak (prepress), Cetak (Pastpress)
dan Finishing (postpress). Dimana dari setiap fase atau tahapan penting
tersebut terdiri dari beberapa langkah kecil yang pada akhirnya nanti sangat
menentukan produk akhir cetakan yang dihasilkan. Dimana, salah satu tahapan
terpenting tersebut adalah fase Pracetak (prepress) yang juga merupakan
tempat inti dilakukannya proses pengolahan file termasuk layout .
3.2.1 Pracetak (prepress)
Pracetak merupakan awal dari suatu proses pembuatan majalah. Suatu
karya desain tidaklah mudah untuk secara langsung ditransferkan ke proses
cetak. Ada beberapa tahapan yang harus dimengerti oleh seorang desainer
grafis dalam pengolahan karya desain. Untuk dapat membuat suatu desain
produk grafika, ada beberapa hal yang harus dimengerti, misalnya proses
cetaknya, bahan atau media cetaknya, dan sebagainya.
STIKOM
Pracetak atau Pre-press meliputi semua langkah proses yang
dibutuhkan untuk mempersiapkan materi desain, mulai dari persiapan area
cetak, teks, original image dan gambar grafis sampai kepada proses produksi
untuk menghasilkan semua materi yang siap "untuk proses cetak".Termasuk di
dalamnya pembuatan obyek-obyek desain baik berbasis vektor maupun pixel,
pembuatan film dan plat untuk tahap pembuatan majalah. Materi yang ada di
prepress, yang meliputi kegiatan desain grafis juga merupakan titik awal yang
sangat berguna untuk kegiatan desain, misalnya untuk website atau presentasi
yang menggunakan teks dan foto atau gambar. Oleh karena itu proses desain
dalam Pracetak disebut juga dengan “Pre-media”, yang artinya proses
persiapan teks dan gambar untuk berbagai macam media publikasi.
A. Proses Layout Desain
Proses Layout sangat penting untuk menentukan suatu hasil cetakan
majalah dengan memakai katern bias memudahkan cara membuat majalah
dengan diatas 100 halaman dan mengatur penempatan berbagai unsur
komposisi, seperti misalnya huruf dan teks, garis-garis, bidang, gambar, foto
atau image dan sebagainya. Proses layout tersebut memberi kesempatan
kepada layouter dan langganannya untuk melihat pekerjaan mereka sebelum
dilaksanakan. Dengan demikian pembengkakan biaya karena pengulangan
penyusunan dan pembetulan kembali dapat dicegah. Dengan kata lain, layout
adalah proses memulai perancangan suatu produk cetakan.
STIKOM
Syarat utama dari proses layout adalah : perwujudan umum dari sebuah
layout harus sesuai dengan hasil cetakan yang akan dihasilkan. Layout yang
baik harus dapat mewakili hasil akhir yang ingin dicapai dari suatu proses
cetakan. Oleh karena itu yang harus dengan jelas ditampakkan pada sebuah
layout adalah :
a. gaya huruf dan ukurannya
b. komposisi gambar yang digunakan
c. bentuk, ukuran dan komposisi
d. warna
e. ukuran dan macam kertas (bahan cetaknya)
Persiapan awal dari suatu proses Pra Cetak adalah menyiapkan
bahan-bahan yang akan dipakai sebagai materi desain dan layout. Bahan dasar dari
suatu proses desain meliputi teks, image atau foto, gambar vektor, warna dan
ukuran bidang desain.
A.1 Teks
Teks merupakan salah satu unsur penting dalam suatu komposisi
desain. Teks digunakan untuk memberikan informasi kepada pembaca melalui
kumpulan huruf yang disusun sedemikian rupa. Oleh karena itu, penyusunan
hurufpun harus diatur dengan baik agar mampu berinteraksi dengan pembaca.
Proses mempersiapkan teks yang akan dipakai sebagai materi desain disebut
juga dengan word processing.
STIKOM
Di dalam proses pembuatan teks tersebut di suatu malajahx, beberapa
hal yang perlu diketahui meliputi :
a. Format penulisan
b. Ukuran dan tipe huruf, termasuk juga bentuk huruf
c. Jarak antar huruf dan baris (spasi)
d. Tebal huruf
e. Lebar dan Tipe kolom (a.l. lurus kanan, lurus kiri dll)
f.Tabulasi
g. Tanda-tanda khusus
h. Pengaturan dan pemenggalan kata dan kalimat
i.Penggunaan bahasa yang sesuai dengan aturan yang berlaku
A.2 Image atau Piksel Grafis
Image terdiri dari kumpulan titik yang saling terkait dan menumpuk
membentuk suatu warna tertentu, yang merupakan bagian dari suatu foto atau
gambar nyata. Titik-titik itu disebut dengan piksel, dimana tiap piksel memiliki
nilai warna tertentu. Tiap piksel dengan nilai warna masing-masing berkumpul
dengan posisi yang telah ditentukan, sehingga membentuk suatu gambar.
Penggunaan Image dalam desain biasanya digunakan untuk :
• Latar belakang (background) dari suatu karya desain
• Penjelasan terhadap suatu obyek atau produk yang ditawarkan
• Penjelasan situasi, contohnya foto kejadian penting yang ditampilkan di surat
kabar atau majalah
STIKOM
Satuan yang digunakan dalam piksel grafis biasanya berdasarkan output
atau hasil cetakan standar printer, yaitu dpi (dot per inch). Selain itu dapat juga
digunakan standar pengukuran untuk scanner atau input device lain dalam
pengambilan gambar, yaitu ppi (pixel per inch). Semakin besar ukuran dpi,
semakin rapat dan tajam pula image yang dihasilkan. Kumpulan piksel grafis
yang membentuk suatu gambar inilah yang disebut dengan raster.
Langkah-langkah penempatan image dalam suatu layout desain :
1.Tentukan mode warna dari image yang ditampilkan, apakah menggunakan
warna hitam putih (grayscale), warna khusus atau warna separasi untuk
cetak.
2.Menggunakan kerapatan titik / raster antara 150 dpi – 300 dpi sebagai standar
suatu proses cetak.
3.Jika menggunakan standar cetak dengan warna separasi, selalu gunakan
format mode CMYK.
A.3 Gambar Vektor
Gambar Vektor atau biasanya disebut juga dengan vektor grafis
terbentuk dari kumpulan vektor, yaitu meliputi titik-titik yang membentuk
garis obyek yang digambar. Titik tersebut dapat diubah-ubah sehingga
mempengaruhi bentuk obyek, dan dapat diberi warna sesuai dengan keinginan.
Vektor tidak terpengaruh kepada resolusi atau kerapatan titik seperti pada
piksel grafis.
STIKOM
Gambar vektor biasanya digunakan sebagai bagian dari ilustrasi buku,
terutama buku-buku pelajaran untuk menerangkan teks atau hal-hal yang
abstrak, yang sering tidak mungkin dilukiskan dalam sebuah foto atau image.
Bentuk lain dari gambar garis yang sering ditemui adalah gambar kartun atau
karikatur, buku komik dan ilustrasi iklan.
A.4 Warna
Warna adalah unsur penting dalam suatu karya desain grafis. Warna
adalah salah satu untuk pemikat dan mampu mengundang seseorang untuk
mendekati dan melihat lebih jelas. Penggunaan warna sangat berpengaruh pada
suatu layout yang dibuat, terutama dalam meletakkan warna-warna pada teks,
gambar maupun latar belakang.
Warna mampu mewakili suatu produk, hal ini biasanya sangat
berpengaruh pemakaian warna untuk kemasan. Sebagai contoh, beberapa
batasan warna untuk teks maupun gambar meliputi beberapa sifat yang sering
dipakai, antara lain : warna biru yang identik dengan warna langit biasanya
untuk mewakili ketenangan dan kepemimpinan, warna hijau memberi suasana
segar dan mewakili alam, warna panas umumnya menggunakan warna kuning,
merah, dan lain-lain.
Dalam proses desain dan cetak, dikenal beberapa jenis sistem warna.
Sistem warna ini yang akan mempengaruhi hasil akhir dan kualitas produk
grarika yang dihasilkan. Oleh karena itu, perlu sekali diperhatikan sistem
warna yang digunakan.
STIKOM
Ada beberapa sistem warna, antara lain RGB (Red, Green, Blue),
CMYK (Cyan, Magenta, Yellow, Black), CIE Lab, Grayscale, Duotone dan
lain-lain. Dalam suatu proses desain, biasanya yang perlu diperhatikan adalah
perbedaan antara warna aditif dan warna subtraktif. Warna aditif adalah warna
primer cahaya yang terdiri atas Red, Green, Blue (Merah, Hijau dan Biru)
dimana penggabungan dari tiap warna tersebut akan menghasilkan warna
terang atau putih (bright). Prinsip warna aditif diterapkan pada monitor, TV,
video, scanner dan lain-lain. Sedangkan warna subtraktif merupakan warna
sekunder dari warna aditif, yaitu terdiri dari warna cyan, magenta, yellow
(kuning). Jika warna aditif dibentuk dari cahaya, maka warna subtraktif
merupakan warna yang terbentuk dari tinta cetak, cat, tinta printer dan
lain-lain. Pencampuran warna cyan, magenta dan kuning penuh akan menghasilkan
warna gelap atau hitam.
Secara teori, penggabungan warna subtraktif akan menghasilkan
warna hitam, tetapi dalam prakteknya tidak mampu untuk menghasilkan warna
yang benar-benar hitam, tetapi agak kecoklatan. Oleh karena itu pada proses
cetak ditambahkan warna hitam (key color) untuk kekontrasannya. Oleh karena
itu system warna substraktif terdiri dari CMYK (Cyan, Magenta, Yellow,
Black).
Dalam proses cetak, standart warna yang digunakan adalah CMYK.
Oleh karena itu, dalam mempersiapkan suatu karya desain, upayakan agar
semua gambar maupun tampilan menggunakan format sistem warna CMYK.
Mengapa demikian?
STIKOM
Karena setiap sistem warna memiliki colorspace (ruang warna) yang
berbeda-beda. Colorspace tersebut berisi kumpulan warna yang dimiliki oleh sistem
warna tersebut. Sebagai informasi, sistem warna RGB memiliki colorspace
yang lebih besar daripada sistem warna CMYK. Sehingga ada beberapa warna
RGB yang tidak mampu teridentifikasi oleh tinta cetak standart, yang akhirnya
menyebabkan suatu warna tidak akan tercetak sebagaimana mestinya. Oleh
karena itu, sebaiknya ubah semua data gambar atau foto ke dalam sistem warna
CMYK sebelum dilakukan proses percetakan.
Model warna RGB memiliki colorspace yang sangat dipengaruhi oleh
jenis peralatan yang digunakan. Misalnya monitor. Perbedaan tipe monitor
akan menghasilkan ruang warna yang berbeda pula. Begitu pula peralatan lain,
misalnya scanner. Sama dengan warna RGB, model warna CMYK juga
dipengaruhi oleh material yang membawanya. Pengaruh tersebut dapat dilihat
dari pigmen tinta cetak dan kertas yang digunakan. Semakin bagus kualitas
pigmen tinta cetak yang digunakan, colorspace yang dihasilkan juga semakin
besar.
Sistem warna CIELab merupakan sistem warna yang memiliki
colorspace paling luas. Oleh karena itu, dalam pengukuran warna dan hasil
cetakan, peralatan-peralatan yang digunakan, misalnya spectrophotometer,
menggunakan sistem warna tersebut.
A.5 Ukuran Bidang Desain majalah
Bidang desain adalah hal yang harus diketahui dan direncanakan oleh
seorang desainer grafis. Sejak awal proses desain majalah , ukuran bidang
STIKOM
cetak sudah harus dipersiapkan, agar proses layout dan cetak dapat berjalan
dengan baik. Untuk awalnya, hal yang harus diketahui adalah ukuran kertas
yang dipakai dalam proses layout dan cetak, termasuk didalamnya adalah
pembagian kertas mentah menjadi kertas ukuran cetak.
Berdasarkan sejarah perkembangan ukuran kertas mentah, sampai
tahun 1917 banyak dipakai berbagai ukuran kertas, sehingga membuat
perusahaan kertas mengalami kesulitan dalam melayani pelanggannya dengan
ukuran kertas yang benar, dan juga bagi percetakan sulit memenuhi keinginan
langganannya. Oleh karena itu akhirnya muncul standarisasi ukuran yang
dibagi menjadi 3 grup :
A = ukuran kertas jadi yang harus dipakai sebagai ukuran dasar. A0 adalah
ukuran yang terbesar dan ukurannya kurang lebih 1 meter persegi.
(841 x 1189mm = 999949 mm2)
B = ukuran sebelum dipotong
C = ukuran sampul dari grup A
(A4 ukuran surat, C4 ukuran sampul suratnya)
A Ukuran (mm) B Ukuran (mm) C Ukuran (mm)
A0 841 x 1189 B0 1000 x 1414 C0 917 x 1297
A1 594 x 841 B1 707 x 1000 C1 648 x 917
A2 420 x 594 B2 500 x 707 C2 458 x 648
A3 297 x 420 B3 353 x 500 C3 324 x 458
A4 210 x 297 B4 250 x 353 C4 229 x 324
STIKOM
A5 148 x 210 B5 176 x 250 C5 162 x 229
A6 105 x 148 B6 125 x 176 C6 114 x 162
A7 74 x 105 B7 88 x 125 C7 81 x 114
A8 52 x 74 B8 62 x 88 C8 57 x 81
A9 37 x 52 B9 44 x 62
A10 26 x 37 B10 31 x 44
Tabel 3.1 Ukuran Kertas Standard Internasional
B. Proses Pembuatan Film / Plat Cetak
Berbagai elemen yang didapat dari proses desain dan layout digital,
baik berupa teks, vektor grafis maupun image, digabungkan menjadi satu
dalam satu kesatuan layout dengan aplikasi komputer. Hasil jadi untuk
meminta persetujuan layout ke pelanggan biasanya dikeluarkan melalui media
printer.
Setelah proses layout selesai dikerjakan dan sudah disetujui, file hasil
desain tersebut dikirimkan ke mesin pembuat film (ImageSetter). Untuk dapat
menerjemahkan file tersebut, maka struktur file diubah menjadi bentuk
PostScript file. Dalam proses ini semua tanda register, register potong dan
lipat, color bar secara otomatis terbentuk. File postscript tersebut kemudian
diterjemahkan dengan penerjemah yang disebut RIP (Raster Image Processor),
dan disampaikan ke imagesetter. Film yang dihasilkan oleh imagesetter
kemudian dikirimkan ke film processor, yang berfungsi untuk mencuci film,
STIKOM
sehingga dihasilkan film yang telah membentuk gambar atau pola sesuai
desain.
Dalam tahap berikutnya, film yang sudah dihasilkan tersebut diatur
untuk disesuaikan dengan karakteristik plat cetak. Dengan menggunakan meja
yang menggunakan lampu, mulailah proses pengaturan halaman demi halaman
dilakukan. Jika dibuat film dengan warna separasi (CMYK), maka melalui
proses ini akan dihasilkan 4 buah halaman film. Proses ini sering disebut
dengan montase. Halaman Film yang sudah diatur tersebut, mulai digabungkan
dengan halaman-halaman lain di atas selembar mika atau astralon dengan
ukuran sesuai plat cetak yang digunakan, sehingga nantinya akan terjadi
beberapa kumpulan halaman untuk masing-masing warna (cyan, magenta,
yellow, black). Jika diperlukan, sebagai pelengkap dapat ditambahkan pula
elemen kontrol cetak, seperti, tanda register, color bar, tanda potong dan lipat.
Proses inilah yang disebut dengan Computer to Film (CtF). Hasil proses
montase inilah yang akan dikontak ke plat cetak.
Dengan teknik CtF, hasil montase diteruskan ke pembuatan plat cetak.
Proses selanjutnya adalah meletakkan tiap halaman montase tersebut ke atas
selembar plat cetak, kemudian dilakukan penyinaran dengan menggunakan
mesin Platemaker (pembuat plat cetak). Plat cetak dihasilkan dari proses
vakum dan pencahayaan terhadap film selama 45 detik. Setelah dilakukan
penyinaran, tahap terakhir adalah proses pencucian plat cetak (menggunakan
mesin plate processor), menghilangkan dengan campuran cairan developer dan
GOM sehingga terbentuk pola gambar di atas plat yang sesuai dengan film dan
STIKOM
hasil desain. Hasil akhir akan didapatkan beberapa plat cetak yang jumlahnya
sesuai dengan banyaknya warna yang digunakan.
Seiring perkembangan jaman, pekerjaan pembuatan film dan montase
manual di atas meja layout dirasa menyita waktu yang banyak. Muncul
kemudian teknologi Computer to Plate (CtP). Teknologi ini memotong alur
kerja pembuatan film dengan imagesetter sampai kepada proses montase.
Proses layout dan montase dilakukan langsung dengan aplikasi komputer.
Hasil layout yang terbentuk di komputer ditransfer ke dalam bentuk file
postscript, dan dikirimkan langsung ke mesin CtP atau yang disebut juga
dengan platesetter. Plat cetak akan langsung dihasilkan melalui mesin CtP
tersebut, dan siap untuk dikirimkan ke mesin cetak.
3.2.2 Final Artwork Desain
A. Hal – Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Memulai Suatu Proses Desain Majalah
Tentukan ukuran cetak secara benar dan tambahkan bleed atau overlap
melebihi ukuran sebenarnya di sekeliling ukuran (+ 2 – 3 mm). Siapkan
juga garis potong dan register.
Gunakan jenis font yang benar. Upayakan tidak memberikan outline
tambahan untuk mempertebal huruf.
Lampirkan semua font yang digunakan dalam desain. Jika memungkinkan,
STIKOM
lebih baik rubah font ke dalam bentuk curve/path.
Perhatikan resolusi untuk gambar image. Resolusi gambar + 150 – 300 dpi.
Lampirkan juga semua import file image, agar jika ada link tidak akan
terputus.
Pastikan semua image sudah dalam format CMYK, tidak dalam bentuk
RGB.
Tentukan jumlah dan pembagian warnanya dengan benar, mana yang spot
color dan proses color.
Buat proof dari printer, baik hitam putih maupun warna untuk memastikan
posisi dan semua elemen sudah lengkap.
Atur posisi sesuai proses layout, juga lakukan imposisi untuk buku yang ada
katernya.
Buang semua elemen dan halaman kosong yang tidak dipakai.
Buat Mock-Up (replika hasil cetakan) untuk customer agar mereka dapat
melihat hasil akhir produk yang akan dicetak. Mock up sebaiknya
menggunakan ukuran yang sebenarnya, sekalipun tidak full color.
Komunikasikan pekerjaan desain yang akan diproses dengan
repro/percetakan, seperti jenis kertas yang akan dipakai, tinta, teknik cetak,
proses pasca cetak, pada saat menyerahkan file untuk proses cetak.
STIKOM
B. Konsep Dasar BITMAP
Bitmap images - secara teknis disebut juga raster images -
menggunakan titik warna yang biasa disebut pixel untuk merepresentasikan
suatu gambar/image. Tiap pixel memiliki lokasi dan nilai warna.
Bitmap merupakan sarana terbaik untuk continuous tone image,
seperti foto atau lukisan digital, karena dapat menggambarkan gradasi warna
dengan baik. Oleh karena itu bitmap images mengandung sejumlah titik atau
pixel yang pasti. Sehingga gambar bitmap dapat kehilangan detil dan
memunculkan kesan kabur jika diperbesar atau dicetak dengan printer yang
memiliki resolusi lebih rendah daripada bitmap tersebut.
B.1 Kesimpulan Dasar BITMAP
Menggunakan pixel dalam membentuk gambar.
Contoh data bitmap adalah foto hasil scan /digital camera.
Merupakan resolusi dependent, yaitu kualitas gambar tergantung
resolusi/jumlah pixel yang membentuknya.
Format yang digunakan antara lain : TIFF, EPS, JPG.
Pembesaran gambar dengan cara ditarik atau diperbesar akan
menyebabkan kualitas gambar menurun.
STIKOM
C. Konsep Dasar Digital Image dalam Teknik Cetak
Terdapat dua macam tipe Image / Gambar, yaitu :
1. Continuous Tone
2. Halftone
Continuous tone terbentuk dari foto konvensional maupun digital,
yang kemudian disimpan ke dalam komputer untuk dilakukan pengolahan.
Sedangkan Halftone terbentuk dari sekumpulan titik raster yang merupakan
dasar proses cetak.
1. Suatu proses cetak secara teori hanya bisa menimbulkan titik-titik tinta ke
atas substrate.
2. Keterbatasan teknik cetak yang ada adalah tidak mampu mereproduksi tone
(elemen/pixel yang membentuk image) dari suatu sumber image original.
3. Agar bisa dicetak, tone yang ada di file original harus terlebih dahulu diubah
menjadi kumpulan titik raster dengan diameter yang berbeda sesuai dengan
tone yang diwakilinya.
4. Semakin halus titik raster yang digunakan akan semakin baik juga gambar
yang dihasilkan.
5. Kehalusan titik raster dinyatakan dengan lpi (lines per inch).
STIKOM
D. Hubungan DPI dan LPI
DPI adalah nilai maksimal dari titik per inch yang dapat dicetak oleh
printer. Karena semua data komputer atau printer merupakan type binary,
titik-titik tersebut merupakan nilai ON atau OFF.
LPI adalah nilai dari kumpulan titik-titik bundar (yang dibentuk oleh
kumpulan titik DPI) per inch.
Pada sistem konvensional yang bekerja dengan kamera reproduksi,
proses perubahan dari continuous tone ke halftone dilakukan dengan perangkat
Contact Screen (raster kontak) yang bekerja secara analog. Pada sistem digital,
titik raster/halftone dot dibentuk secara langsung oleh Image Setter. Agar besar
titik raster dapat berubah-ubah, titik tersebut dibentuk dari kumpulan yang
lebih kecil yang disebut Spot Printer. Banyaknya spot dalam suatu inch disebut
juga resolusi output, yang dinyatakan dalam dpi.
Screen ruling, yang diukur dengan satuan lpi, adalah suatu nilai dari
garis atau baris yang berisi titik-titik halftone per inchi. High screen ruling
mencetak titik-titik tersebut saling berdekatan, sehingga hasilnya cukup tajam
dan menghasilkan variasi warna. Sedangkan low screen ruling mencetak
titik-titik agak berjauhan, sehingga menimbulkan efek kasar pada image.
STIKOM
Image resolution, yang diukur dengan satuan ppi atau dpi, adalah
suatu nilai dari pixel yang ditampilkan per inchi dari suatu image. Suatu image
dengan resolusi tinggi mengandung lebih banyak pixel per inch sehingga
memiliki detail yang lebih baik.
Hubungan antara image resolution dan screen ruling menentukan
tampilan detail dari suatu barang cetakan. Pada umumnya, semakin tinggi
image resolution, semakin tinggi pula screen frequency yang harus dipakai
dalam proses cetak.
DPI = Dot per Inch
Satuan yang dipakai untuk resolusi/hasil cetakan dari printer
LPI = Line per Inch
Satuan yang dipakai dalam menentukan hasil proses dengan mesin cetak.
Biasanya digunakan sudut 450. Satuan ini disebut juga screen ruling. Disebut
juga offset printing 'lines' or dots per inch dalam suatu halftone atau line screen
PPI = Pixel per Inch
Satuan yang dipakai dalam menentukan jumlah pixel dalam suatu
gambar/image atau hasil scanner.
Rumus : 2 x LPI = PPI / DPI
Image dalam surat kabar biasanya 85 lpi. Jika menggunakan kaca
pembesar, dapat dihitung kurang lebih terdapat 85 lingkaran kecil berwarna
STIKOM
hitam dalam berbagai ukuran dalam satu inchnya. Sedangkan majalah dengan
kertas glossy biasanya antara 150 atau 200 lpi.
LPI biasanya memiliki suatu sudut agar hasilnya sesuai. Biasanya
warna hitam memiliki sudut 45 derajat sehingga mata kita tidak dapat melihat
jelas komposisi grid/pola hitam dari titik - titik tersebut.
Kontrol terhadap LPI benar-benar tersedia pada printer berbasis
postscript. Inkjets dan non-postscript laser printers menggunakan prinsip
berbeda dalam menghasilkan gradasi abu-abu.
E. Grayscale
Salah satu proses yang banyak dilakukan dalam image processing
adalah mengubah image berwarna menjadi model grayscale. Hal ini digunakan
untuk menyederhanakan model image tersebut. Image berwarna dengan format
standar RGB terdiri dari 3 layer matrik yaitu R-layer, G-layer dan B-layer.
Sehingga untuk melakukan proses-proses selanjutnya tetap diperhatikan tiga
layer di atas. Bila setiap proses perhitungan dilakukan menggunakan tiga layer,
berarti dilakukan tiga perhitungan yang sama. Sehingga konsep itu diubah
dengan mengubah 3 layer di atas menjadi 1 layer matrik grayscale dan hasilnya
adalah image grayscale. Dalam model image ini tidak ada lagi warna, yang ada
adalah derajat keabuan.
STIKOM
Untuk mengubah image berwarna yang mempunyai nilai matrik
masing-masing r, g dan b menjadi image grayscale dengan nilai s, maka
konversi dapat dilakukan dengan mengambil rata-rata dari nilai r, g dan b
sehingga dapat dituliskan menjadi:
E.1 Gray Level
Dalam pengolahan image dengan tipe grayscale, tingkat kehalusan
dari suatu gambar sangat tergantung dari gray level. Gray Level menunjukkan
tingkat/jangkauan gray dari suatu image grayscale. Semakin banyak titik-titik
pembentuknya, semakin lebar pula jangkauan gray level yang dihasilkan. Bila
gray levelnya mencukupi, maka terbentuk kurva halus/smooth dan juga berlaku
sebaliknya.
Ketika menentukan screen ruling untuk image grayscale, nilai
maksimum dari gray level adalah 256. Semakin baik gray levelnya akan
semakin meningkatkan kualitas image terutama untuk gradasi dan blend.
STIKOM
BAB IV
HASIL DAN EVALUASI
4.1 Prosedur Kerja Praktek
Pelaksanaan kerja praktek di CV. Bayu Mandiri dilakukan dalam
waktu kurang lebih dua bulan (delapan minggu) yang keseluruhannya
dilakukan di bagian Design & layout seseuai penempatan yang dilakukan oleh
pihak HRD.
Interview, dengan aktif Tanya jawab serta konsultasi mengenai
berbagai masalah- masalah yang timbul dan beserta cara
penanggulanganya kepada para kordinator lapangan atau senior
operator pada saat kerja praktek berlangsung.
Observasi dengan cara mencari, mengumpulkan dan mengamati
secara langsung setiap proses / alur produksi yang berlangsung di CV.
Bayu Mandiri yang akan digunakan nantinya dalam proses pembuatan
laporan kerja praktek.
Praktek langsung, dengan cara langsung menerapkan atau
mempratekkan secara langsung, materi – materi yang telah diperoleh
pada saat dikampus maupun pada saat kerja praktek berlangsung.
STIKOM
Studi Literratur, dengan cara mempelajari berbagai macam buku-
buku yang berkaitan dengan materi kerja praktek, baik yang diperoleh
pada saat perkuliahan maupun saat kerja praktek, khususnya mengenai
analisa uptime pada proses press(cetak).
Implementasi, dengan implementasi ini maka pihak penyusun dituntut
dan diharapkan dapat menerapkan serta menganalisa berbagai persoalan
– persoalan yang timbul mengenai penurunan up time pada tiap-tiap
mesin di CV. Bayu Mandiri yang dikarenakan penyebab – penyebab
ambigu (tidak jelas) sehingga nantinya akan diperoleh suatu jalan
keluar yang terbaik atau solusi untuk peningkatan kinerja serta menuju
up time yang optimal.
4.2 Pelaksanaan Kerja Praktek
Pelaksanaan kerja praktek dilakukan berdasarkan atas ketentuan yang
diberikan oleh perusahaan atau instansi dalam hal ini adalah CV. Bayu Mandiri
yang dilakukan pada bagian desain & layout.
Pada bagian desain & layout, pelaksanaan kerja praktek dilakukan
dengan beberapa metode dan berdasarkan perintah atau instruksi dari
pembimbing kerja praktek yaitu mbak Riwana Wulan.
STIKOM
4.3 Evaluasi Kerja Praktek
Selama berlangsung kegiatan kerja praktek di CV. Bayu Mandiri,
penyusun melakukan berbagai analisa mengenai kendala – kendala dan
permasalahan yang terjadi waktu proses pembuatan suatu majalah memasuki
tahap prepress. Supaya penulis tau kendala yang belum mengerti bisa dibantu
dengan yang lebih pengalaman.
4.4 Tabel Data mesin cetak offset pada CV. Bayu Mandiri
NO NAMA MESIN LEMBAR
PLATE (cm )
LEMBAR
KERTAS (cm )
MIN MAX
1 Komori Exel 32 81 x 56 28 x 40 60 x 75
2 Heidelberg 4 warna 55 x 65 32.5 x 50 62 x 50
3 Heidelberg 2 warna 55 x 65 32.5 x 50 62 x 50
STIKOM
4.5 Gambaran Umum proses pembuatan majalah sampai penjilidanya Di CV. BayuMandiri.
Gambar 4.5 Struktur Organisasi
STIKOM
Keterangan:
Alur produksi CV. Bayu Mandiri dimulai ketika customer
memberikan file cetak yang akan diproses cetak kepada bagian Marketing
Design (dimana dalam hal ini customer telah menyetujui untuk melakukan
proses cetak di CV. Bayu Mandiri. Tahap pertama File akan diproses atau
diolah oleh bagian Marketing Design agar siap untuk proses cetak menjadi
suatu majalah di layout akan mengatur oleh PPIC untuk penjadwalan
penggunaan mesin cetak dengan mengeluarkan surat perintah kerja seperti job
order yang diolah dan dipersiapkan di bagian Marketing Design telah
benar-benar siap untuk dilakukan proses cetak. Berikut merupakan gambaran atau
keterangan secara umum proses produksi mulai dari prepress sampai ke tahap
postpress.
A. Prepress
Pekerjaan utama yang dilakukan pada bagian prepress (selain
melakukan pengolahan file untuk menjadi sebuah majalah) adalah melakukan
proses imposisi, output film, proses montage (menata film separasi untuk
mendapatkan susunan halaman dan register warna yang tepat saat proses cetak
dan lipat), Apabila pihak customer telah memberikan format file berupa PDF
kepada bagian Marketing Design, berikut merupakan langkah-langkah yang
harus dilakukan untuk memastikan belum tidaknya file PDF tersebut
memenuhi standard proses cetak:
STIKOM
Melakukan pembesaran gambar sebesar 300% pada software Adobe
Acrobat Professional, apabila gambar terlihat pecah, maka
kemungkinan file PDF tersebut akan pecah saat dicetak dan sebaliknya
jika saat diperbesar gambar terlihat baik maka hasil cetaknya pun akan
baik.
Melakukan pengecekan terhadap Document Properties file PDF,
terutama untuk memeriksa font-font yang digunakan sudah ter-embed
apa belum sekaligus mengetahui versi PDF yang digunakan oleh
customer atau pembuat PDF.
Melakukan pemeriksaan font/teks, jika terdapat kesalahan maka
dilakukan perbaikan melalui fasilitas Edit Teks yang terdapat pada
software Adobe Acrobat Professional, jika kesalahan font/teks terlalu
banyak pada file PDF yang diperiksa maka perbaikan sebaiknya
dilakukan pada software aslinya.
Melakukan pemeriksaan separasi warna pada file PDF yang diperiksa
mulai dari warna Cyan, Magenta, Yellow dan Black maupun warna
campuran dari Cyan+Magenta, Cyan+Yellow dan lain sebagainya.
Pemeriksaan dilakukan melalui fasilitas Output Preview pada software
Adobe Acrobat Professional.
Melakukan pemeriksaan overprint pada file PDF melalui fasilitas
Overprint Preview yang terdapat pada Adobe Acrobat Professional.
STIKOM
Kendala yang sering terjadi ketika file customer tidak
memenuhi syarat bisa mengakibatkan
a. Missing Font, Gambar maupun Image.
b. Warna Font Auto (terjadi pada saat mengerjakan pembuatan
font di Microsoft Word tidak disave dengan format Text Only
yang apabila langsung di copy paste ke software-software
design maupun layout akan menimbulkan warna Font Auto).
c. Page Setup yang tidak efektif dan sesuai dengan kapasitas
maupun ukuran mesin cetak yang digunakan.
d. Convert warna RGB ke CMYK yang tidak sesuai dengan color
setting yang disesuaikan dengan karakter mesin cetak.
e. Pemakain efek Overprint yang tidak sesuai pada tempatnya.
f. Resolusi dan Screen Rulling yang tidak standard untuk proses
cetak yang digunakan.
g. Tidak melakukan proses Trapping terhadap element-element
design yang beresiko menimbulkan missregister proses cetak
pada saat menyiapkan dan mengolah file digital artwork.
h. Pemakain gradasi yang tidak sesuai untuk proses cetak
(menimbulkan efek gradasi yang patah atau Banding).
STIKOM
misalkan apakah gambar-gambar sudah CMYK atau RGB, format
TIFF atau JPEG dan lain sebagainya. Pemeriksaan Preeflight sangat membantu
dalam hal menganalisa serta mencegah unsur-unsur layak dan tidak layaknya
untuk Proses berikutnya ke plate making untuk proses CTF dan output plate
untuk proses CTP. Dimana untuk proses prepress didukung dan dilakukan
dengan mesin – mesin sebagai berikut:
CTP (Computer To Plate)
CTF (Computer To Film)
Mesin Plate Maker (Tandom)
B. Press
Bagian Press berfungsi untuk menggandakan gambar atau teks sesuai
dengan acuan plate cetak yang dibuat oleh bagian prepress dengan jumlah
massal permintaan customer. Dalam proses penggandaan ini
parameter-parameter yang diperhatikan meliputi ketepatan register, warna, kebersihan
cetakan, kestabilan jalannya kertas dan lain sebagainya. Macam atau jenis yang
digunakan meliputi jenis mesin cetak kertas lembaran (sheet-fed) Mesin cetak
sheet-fed digunakan untuk mencetak produk–produk grafika yang
membutuhkan hasil kualitas yang tinggi seperti majalah, kalender, buku,
poster, brosur dan lain sebaginya.
STIKOM
macam unit mesin cetak yang digunakan dalam bagian press di CV.Bayu
Mandiri.
Mesin Heidelberg 4 warna
Mesin Heidelberg 2 warna
Komori exel 32
C. Postpress
Unit postpress atau finishing bertugas untuk merampungkan pekerjaan
terhadap kertas lembaran yang sudah tercetak hingga terbentuk produk yang
diinginkan. Contoh tugas dari unit finishing yaitu meliputi memotong kertas,
melipat, mengomplit, menjahit, mengelem dan lain sebagainya. Berikut
merupakan mesin-mesin yang digunakan dalam proses postpress:
Mesin Lipat
Mesin Potong
Mesin Jilid Kawat
Mesin Jilid Lem (binding)
Mesin Laminasi
STIKOM
4.6 MACAM PROSES FINISHING
Dalam pembuatan suatu majalah sampai penjilidtanya harus mengerti
apa yang dibutuhkan supaya majalah terkesan istimewa.
VERNIS & SPOT UV
Vernis ini biasa dilakukan pada gambar – gambar tertentu yang
memang diperlukan untuk lebih di tonjolkan keberadaannya untuk lebih
menarik perhatian bagi yang dituju. Sedangkan kalau spot UV
prosesnya sama seperti cetak offset dengan bantuan plat yang telah
disinari dan membentuk obyek yang ingin di spot sifat spot UV raster
harus 100 % atau (block) kalau kurang dari itu spot UV tidak begitu
mengkilap.
A. MACAM – MACAM CARA VERNIS Vernis biasa/ OPV ( Langsung cetak )
Spot Vernis ( Langsung dimesin cetak dengan teknik kusus )
Vernis Kilap/ Calendering ( Melalui mesin vernis dengan cairan panas)
Vernis lilin
UV Vernis ( Ultra Violet Vernis)
STIKOM
B. TUJUAN PEMAKAIAN VERNIS
Melapisi permukaan cetakan agar keliha - tan lebih mewah karena
mengkilat.
Melapisi permukaan cetakan agar lebih tahan lama, tahan goresan dan
tahan kotor.
Melapisi permukaan cetak tertentu agar terlihat lebih utama.( Spot Vernis)
Melapisi permukaan cetak agar tahan basah.
C. JENIS VERNIS