ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENERAPAN KONSERVATISME AKUNTANSI
(Studi pada perusahaan manufaktur dan minning yang terdaftar di BEI pada tahun 2010- 2013)
Oleh
ALFUDIAFARRAH
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur dan minning yang terdaftar di BEI selama tahun penelitian yaitu tahun 2010-2013. Data yang di peroleh pada penelitian ini di ambil dari laporan tahunan perusahaan yang
mengambil 19 perusahaan secara purposive sampling, dan jumlah observasi yang di lakukan selama tahun 2010-2013 adalah 76 item observasi. Data di analisis dengan menggunakkan analisis regresi berganda dengan software SPSS 21.
Hasil penelitian ini telah menunjukan ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam penerapan prinsip konservatisme akuntansi. Dari empat variabel yang diteliti (rasio leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional dan
kepemilikan manajemen), terbukti bahwa rasio leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini menunjukan bahwa rasio leverage, yang tinggi mendorong perusahaan menggunakan prinsip konservatisme akuntansi pada laporan keuangan. Sedangkan faktor-faktor lain yaitu ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Hal tersebut menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap konservatisme di perusahaan.
ABSTRACT
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE IMPLEMENTATION OF ACCOUNTING CONSERVATISM
By
ALFUDIAFARRAH
This study aimed to analyze the factors that affect the application of accounting conservatism. The independent variables in this research are leverage ratio, firm size, institutional ownership and management ownership. The dependent variable in this research is accounting conservatism. Samples of 19 companies are chosen for each period during the year 2010-2013 to form a total of 76 observations. This research adopts multiple linear regression method using SPSS as an analytical tool.
The results show that firm size, institutional ownership and management ownership has no effect on accounting conservatism, while the leverage ratio positively and significantly affects accounting conservatism.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENERAPAN KONSERVATISME AKUNTAANSI
(Studi pada perusahaan manufaktur dan minning yang terdaftar di BEI pada tahun 2010- 2013)
Oleh
ALFUDIAFARRAH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 03 November tahun 1992
sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Ir. Julian Kudus,
M.H. dan Ibu Mardiana.
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK PRATAMA, Bandar
Lampung pada tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 1
Rawalaut, Bandar Lampung, pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama
(SMP) diselesaikan di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2007, dan
Sekolah Menengah Atas diselesaikan (SMA) di SMA Al-Kautsar Bandar
Lampung pada tahun 2010.
Selanjutnya penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Ujian Mandiri
Karya kecilku ini kupersembahkan kepada:
ALLAH SWT sebagai rasa syukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan;
Papa dan Mama, sebagai wujud tanda baktiku juga sebagai wujud terimakasih atas dukungan dan kasih sayang yang
berlimpah; Adik-adikku nasya insyiro dan giova gariska barqu;
MOTTO
Think Happy, Be Happy
Everything will be okay in the end. If it s not
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya serta Shalawat serta salam yang tak henti
tercurah kapada Rasulullah Muhammad saw sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Kabupaten Tulang Bawang”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya
kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak yang berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
2. Ibu Dr. Fajar Gustiawaty Dewi, S.E., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
4. Ibu Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt., selaku Dosen Pembimbing Utama atas
seluruh kebaikan, kesabaran, perhatian, waktu, dukungan, bantuan dan
pelajaran yang tidak ternilai selama penyusunan skripsi ini;
5. Bapak Pigo Nauli, S.E., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Pendamping atas
seluruh kebaikan, kesabaran, perhatian, dukungan, bantuan, waktu, kritik dan
saran, bimbingan, pelajaran yang berharga telah diberikan selama proses
6. Bapak Drs. A. Zubaidi Indra, M.M., C.P.A., selaku Penguji Utama atas
waktu, kritik dan saran, serta perhatiannya dalam proses penyusunan skripsi
ini;
7. Bapak Usep Syaipudin S.E., M.Si. selaku Pembimbing Akademik;
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas bekal ilmu pengetahuan
selama masa perkuliahan;
9. Pak Sobari, terima kasih atas segala bantuan, kesabaran dan proses
birokrasinya. Terima kasih juga kepada Mas Yana, Mas Yono, Mas Edi, Mas
Leman, Mpok, dan Mbak Sri, Mbak Leni atas segala bantuannya;
10. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung, terima kasih atas proses birokrasinya;
11. Papa dan Mama, terima kasih atas segala dukungan, semangat, dan doa yang
tidak henti diberikan sampai saat ini. Terima kasih telah menjadi orang tua
yang paling berharga dan sabar memberikan kasih sayang yang tak ternilai
kepadaku, terima kasih telah memberikan yang terbaik dalam setiap detik
kehidupanku dan dalam setiap langkah pejalananku, semuanya berkat
dukungan moral, materiil, serta doa yang tak henti-hentinya dari Papa dan
Mama;
12. Adik-Adikku Nasya Insyiro dan Giova Gariska barqu, terimakasihku ucapkan
atas doa yang tak pernah terdengar di telingaku, tapi di dengar tuhan;
13. Sepupu-sepupuku tercinta Cici, ginda, iing, yoke, cita, rima, kak riska, tio,
yuda, risty, dea, bang bei, abang dedek . Terima kasih telah menjadi keluarga
yang baik. Terima kasih atas dukungan kalian semoga kita tetap kompak
sampai kakek-nenek;
14. Keluarga besarku tercinta, keluarga besar mamah, keluarga besar papah, om,
tante, pak cik, mak cik, terima kasih atas segala dukungan dan doanya;
15. Teman sekaligus sepupu, Irvia Maiselo S.E., yang selalu menemani,
memberikan waktunya, melewati susah dan senangnya masa-masa kuliah dan
juga teman berbagi dan menikmati hidup sepanjang waktu yang kita habisi
bersama, semoga kita dapat sukses mengangkat keluarga besar kita;
16. Sahabat-sahabatku yang di pertemukan saat kuliah, Genk Enjoy, Ayu Jufika
Irvia Maiselo S.E., Nurul Adiati, S.E., Adiati Ameici, S.E., terimakasih telah
memberikan semangat, doa yang tulus, tempat curhat, senantiasa memberikan
bantuan dari awal masuk, saat tugas saat ujian, canda tawa susah senang dan
hal-hal yang hanya kita sendiri yang dapat merasakan, terimakasih atas
persahabatan yang indah ini;
17. Sahabatku Arlenti Pusparani S.E., terima kasih atas segala kebaikan yang di
berikan kepada ku, judul sekripsi ini aku temukan saat minap di rumah mu,
dan di acc oleh pak Einde juga di temani kamu. Terimakasih semoga
kebaikanmu di balas Tuhan YME;
18. Sahabatku Silvya Dara Mitha S.P., teriamakasih selalu menemani, dari pagi
ke pagi lagi saat jaman di Radio, dan setelah kita go wild di dunia yang kejam
ini. Terimakasih untuk canda tawa dan susah senang kita nikmati bersama.
19. Sahabatku another genk Echa watsemeroh, makasih telah membentuk
watsemeroh, semoga watsemeroh selalu kompak, Mak Rere, selalu
memberikan nasehat dan segala masukan yang positif, Pak Devri Ahok,
terimakasih telah memberikan bahan skripsi yang pernah ditolak,
memberikan bantuan dan dukungan pada saat-saat terakhir kompre, Kang
Surya yang telah membantu mengajari PLS, Iqbal Jabal yang selalu membuat
aku tertawa, Egha yang selalu memberikan semangat, Eka yang selalu
mengajari aku sewaktu kuis dan ujian perkuliahan, Santo yang selalu
mengiyakan semua perkataan ku, Dianti teman yang menggemaskan dan
Meiki terimakasih atas kebaikan kalian.
20. Teman-teman yang juga membantu sekripsi di buat, Kak adhit, Dhani
Adiknya Nurul yang telah membantu mengajari SPSS, Surya yang sudah
mengajari PLS, Mahmut yang telah membantu berbagi AR, dan teman-teman
yang lain yang sudah membantu, saya ucapkan terimakasih;
21. Teman-teman yang di pertemukan pada satu frekuensi 94,4 FM genk
pertama Kaka, Okta, Cipid, Nisa, Alan, Gery, terimakasih atas dukungan dan
doanya. Teman-teman yang di pertemukan pada satu frekuensi 94,4 FM from
another genk Obel, Putri, Adel, Gelzy, Akbar, Idham, Jibon, Valdi, Farid,
Kak Agung, Dani, Vino, Sonya, Mba Ayu, Irul terimakasih telah
22. Teman-teman satu angkatanku akuntansi 2010 Satria, Anas, Ari, Mahmut,
Hendrik, Hana, Mareta, Ferindo, Ben, Feni, Bebeu, Nanda, Febby, Yoga,
Herlina, Yobel, Oceng, Encik ira, Elza,Ferry, Jeni, Jirry, Mila, Nevia,
Oksano, Sharon, Rizal, Teja, Jevri, Diky dan yang lainnya yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, sukses untuk kalian;
23. Kakak-kakak Tingkat ku, Mba wulan, terimakasih sudah menghiasi waktu
yang tersisa ini, Kak benawa yang sering aku repotkan selagi masa
perkuliahan, Mba Nahar Nisa, Kak Sadam, Mba sarah, Yara, Mba riris, Kak
Fajrul, Kak Baskorok, Kak Tirta, Kak harun dan Mba-mba serta Kakak-kakak
yang lain, terimakasih saya ucapkan;
24. Adik-Adik tingkatku yang sudah baik sekali denganku, Nabila, Deri, Mutia,
Arum, Aulia, Lisna, Viana, Dinda, Nisa, Cinta,Okti, Ester, Vio. Adik-adik
tingkatku another genk yang sudah baik sekali menemani saat perkuliahan
Yulia, Sofa, Oneng, Mitha, Nurhayati, Puput, Riris. Adik-Adik gemes lainnya
Nicho, Agung, Alif, Restu, Billy, Rahmat, Restu, Jisung, Sindy. Semua akan
jadi sarjada pada waktunya;
25. Untuk Genk Afganisme Puput, Anggie, Fithia, Marini dan Dias. Terimakasih
Doa dan dukungannya.
26. Untuk teman-teman KKN desa Sri Rahayu, Beb Dian, Atode, Ridho, Mba
Yusi, Ayas, Hanik, Dewi, Kak Hadi, Kak Adi, Mba Masyau, Mba Serly dan
Mba Aini, terimakasih atas kebersamaan selama KKN, seperti keluarga baru.
27. Untuk Radio Kampusku, Radio Kampus Unila (Rakanila) 101,7 FM dan
Radio Beoli 101,9 FM terimakasih telah menjadi bagian dari perjalananku.
28. Buat Para Fans-fans di luar sana yang telah mendoakan dan menyemangati,
terimakasihku ucapkan;
Hanya ucapan terima kasih dan doa yang dapat penulis panjatkan, semoga Allah SWT membalas kebaikan semua yang terlibat dalam proses penyusunan skripsi ini. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
berkepentingan.
Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Batasan Masalah ... 6
1.4. Tujuan Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
2.1. Landasan Teori...8
2.1.1. Teori Agensi...8
2.1.2. Konservatisme Akuntansi... .. ...11
2.1.3. Optimisme... .. .... .15
2.1.4. Rasio Leverage... ... .16
2.1.5. Ukuran Perusahaan... ... .17
2.1.6. Struktur Kepemilikan Manajerial... ... ..19
2.1.7. Struktur Kepemilikan Institusional... ...21
2.1.8. Telaah Penelitian Terdahulu...21
2.2. Penelitian Terdahulu ... 24
2.3. Model Penelitian ... 27
2.4. Pengembangan Hipotesis ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
3.1. Populasi dan sempel...33
3.2. Operasional Variabel Penelitian ... 34
3.3. Metode Analisis Data ... 39
3.4. Pengujian Hipotesis ... 43
ii
4.1. Analisis data...47
4.2. Analisis Statistik Deskriptif ... 48
4.3. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 50
4.4. Hasil Pengujian Hipotesis ... 56
BAB V SIMPULAN ... 62
5.1. Simpulan ... 62
5.2. Keterbatasan Penelitian ... 63
5.3. Saran ... 64
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 48
Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas ... 50
Tabel 4.3. Hasil Uji Multikolinearitas ... 52
Tabel 4.4. Hasil Uji Autokorelasi ... 53
Tabel 4.5. Hasil Uji Heteroskedastissitas ... 55
Tabel 4.6. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 59
Tabel 4.7. Hasil Uji Anova ... 57
Tabel 4.8. Hasil Uji Hipotesis ... 40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Nama Perusahaan Sampel
Lampiran 2 Data Olah Tahun 2010
Lampiran 3 Data Olah Tahun 2011
Lampiran 4 Data Olah Tahun 2012
Lampiran 5 Data Olah Tahun 2013
Lampiran 6 Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif
Lampiran 7 Perhitungan Regresi
Lampiran 8 Daftar Chart
Lampiran 9 Uji Heterokedastisitas
Lampiran 10 Uji Normalitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Laporan keuangan yang di buat oleh perusahaan adalah laporan hasil perusahaan
dari akhir proses akuntansi yang dibuat sebagai informasi keuangan untuk para
pemegang saham atau kepada pihak eksternal yang memiliki kepentingan.
Laporan keuangan juga dijadikan alat untuk mengevaluasi suatu kinerja
perusahaan pada periode tertentu dikarenakan laporan keuangan menggambarkan
aktivitas atau kinerja perusahaan. Laporan tersebut dapat memberikan informasi
yang dapat di gunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan oleh pihak
internal seperti komisaris, direktur, manajer, dan karyawan maupun pihak
eksternal, seperti investor, kreditor, dan pemasok untuk pengambil keputusan.
Agar laporan keuangan dapat dikatakan relevan serta memberikan manfaat bagi
para penggunanya, maka laporan keuangan memiliki tujuan. Tujuan ini di
harapkan dapat dicapai oleh perusahaan atau pemangku kepentngan lainnya.
Meskipun demikian terkadang perusahaan menghadapi ketidakpastiaan. Hal ini
menyebabkan perusahaan perlu menerapkan prinsip konservatisme yang
merupakan konsep kehati-hatian yang terdapat sebagai salah satu alternatif dalam
2
Basu (1997) dalam Ghozali (2007) menyatakan konervatisme adalah prinsip yang
mengakui biaya dan rugi lebih cepat, mengakui pendapatan dan untung lebih
lambat, menilai aset dengan nilai yang lebih rendah dan kewajiban dengan nilai
yang tinggi. Konsekuensinya, apabila terdapat kondisi yang memiliki
kemungkinan menimbulkan kerugian, biaya atau hutang, maka kerugian biaya
atau hutang tersebut harus diakui. Sebaliknya apabila terdapat kondisi yang
memiliki kemungkinan menghasilkan laba, maka laba atau pendapatan atau asset
tersebut tidak boleh langsung diakui, sampai kondisi tersebut betul-betul
terealisasi.
Almilia (2004) menyatakan konservatisme merupakan reaksi yang berhati-hati
atas ketidakpastian yang ada agar ketidakpastian dan risiko yang berkaitan dengan
situasi bisnis dapat dipertimbangkan dengan cukup memadai. Ketidakpastian
tersebut harus dicerminkan dalam laporan keuangan agar nilai prediksi dan
kenetralan dapat diperbaiki. Pelaporan yang didasari kehati-hatian akan memberi
manfaat yang terbaik untuk pemakai semua laporan keuangan.
Krisis pada tahun 2008 ini menyebabkan perekonomian dunia berada dalam
kondisi ketidakpastian, dan berdampak pula kepada perekonomian di indoneseia
meskipun dampaknya tidak terlalu besar. Dalam kasus ini menjadikan
konservatisme sebagai ukuran yang diinginkan untuk mengukur kinerja. Dalam
kondisi ini, kekuatan ekonomi, yang dihasilkan oleh fakta bahwa berbagai
pemangku kepentingan akan bertindak untuk kepentingan ekonomi mereka
sendiri, menciptakan permintaan atas pelaporan keuangan yang konservatif (Kung
3
perlukan suatu pengungkapan yang menyeluruh dan benar baik secara kuantitatif
dan kualitatif.
Kebebasan perusahaan memilih metode akuntasi untuk menyususn laporan
keuangan yang diberikan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah slah satu
alasan perbedaan dari hasil laporan keuangan antar perusahaan, seperti yang
dikatakan Rahmawati (2010) Dan oleh karena itu tingkat konservatisme akuntansi
setiap perusahaan juga berbeda.
Menurut Astarini (2011), alasan penerapan prinsip konsevatisme akuntansi adalah
perusahaan berada pada ketidakpastian ekonomi di masa depan. Oleh karena itu
penerapan prinsip konservatisme dapat dipertimbangkan untuk dilakukan karena
mengukur dan mengakui nilai atas pendapatan dan laba secara hati-hati.
Namun menurut Alfian (2013), Penggunaan prinsip ini masih kontroversial,
karena dianggap tidak menganggap laporan keuangan yang berkualitas, dan
cenderung tidak menyajikan laporan keuangan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya, dampaknya laba yang di hasilkan menjadi understatement. Di
kalangan para peneliti, prinsip konservatisme akuntansi masih dianggap sebagai
prinsip yang kontroversial. Di satu sisi, konservatisme akuntansi dianggap sebagai
kendala yang akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Di sisi lain,
konservatisme akuntansi bermanfaat untuk menghindari perilaku oportunistik
manajer berkaitan dengan kontrak-kontrak yang menggunakan laporan keuangan
sebagai media kontrak (Watts, 2003)
Terdapat banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai faktor-faktor yang
4
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Adhariani
(2009) yang menggunakan faktor-faktor leverage, yang digunakan untuk
menjelaskan debt covenant hypothesis pada teori akuntasnsi positif, dan ukuran
perusahaan. Penelitian ini menambahkan dua variabel independen mengenai
struktur kepemilikan dalam perusahaan. Dua variabel tersebut adalah Struktur
Kepemilikan Manajerial dan Struktur Kepemilikan Institusional.
Maka berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka peneliti
mengambil judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENERAPAN KONSERVATISME AKUNTASNSI (Studi pada Perusahaan Manufaktur dan Minning yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-1013)”.
1.2 Rumusan Masalah
Prinsip konservatisme yang digunakan dalam laporan keuangan menyebabkan
adanya pihak-pihak yang mendukung dan menolak. Pihak yang mendukung ada
yang mengatakan bahwa prinsip ini bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan,
misalnya untuk menghindari perilaku oportunistik manajemen dengan melakukan
manajemen laba. Dengan sikap optimisme tersebut perusahaan melaporkan
laporan keuangannya dengan nilai laba yang tinggi, dengan tujuan pribadi pemilik
maupun pengelola perusahaan. Seperti yang di katakan oleh Watts (2003), yaitu
prinsip konservatisme ini dapat menghindari sikap optimisme para manajer dan
pemilik perusahaan dalam kontrak-kontrak yang mengunakan laporan keuanagan
5
Pihak yang lain mengatakan bahwa prinsip ini tidak bermanfaat karena hanya
akan menjadi kendala dalam melaporkan keuangan karena tidak tercapainya
pengungkapan secara penuh. Mereka menganggap dalam laporan keuanagn
perusahaan, konservatisme tersebut mempengaruhi hasil dari laporan keuangan.
Ini seperti mendapat Kriyanto dan Supriyanto (2006) yang menyatakan bahwa
jika laporan keuangan dibuat atas dasar metode konservatif hasilnya cenderung
bias dan tidak mencerminkan keadaan keuangan perusahaan sebenarnya. Ini di
karenakan prinsip konservatisme yang lebih cepat mengakui kewajiban dan biaya
serta lebih lambat mengakui aktiva dan pendapatan.
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan berikut:
1. Apakah rasio leverage mempengaruhi penerapam konservatisme dalam
akuntansi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
2. Apakah ukuran perusahaan mempengaruhi penerapan konservatisme
dalam akunyansi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
3. Apakah struktur kepemilikan manajerial mempengaruhi penerapan
konservatisme dalam akuntansi pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI?
4. Apakah struktur kepemilikan institusional mempengaruhi penerapan
konservatisme dalam akuntansi pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di
6
1.3 Batasan Masalah
Kelemahan dari penelitian ini adalah
1. Hanya menggunakan perusahaan manufaktur dan minning sebagai sampling
2. Terbatasnya perusahaan yang dapat disajikan sebagai sampel karena masih
sedikitaya perusahaan di indonesia yang memiliki kepemilikan saham manajerial
dan kepemilikan saham institusional secara bersamaan
1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan bukti empiris bahwa:
1. Rasio leverage berpengaruh terhadap pemilihan prinsip konservatisme
akuntansi pada laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI.
2 Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pemilihan prinsip konservatisme
akuntansi pada laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI.
3 Struktur Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap pemilihan prinsip
konservatisme akuntansi pada laporan keuangan perusahaan yang terdaftar
di BEI.
4 Struktur Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap pemilihan prinsip
konservatisme.
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu:
1. Menambah pengetahuan, ilmu dan wawasan mengenai prinsip
7
leverage, ukuran perusahaan, intensitas modal, kepemilikan manajerial,
kepemilikan publik dan kesempatan tumbuh.
2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
sebagai pertimbangan perusahaan untuk melakukan pencatatan akuntansi
menggunakan. Prinsip konservatisme atau optimisme. Selain itu
diharapkan menjadi panutan untuk mengurangi serta mengatasi masalah
keagenan.
3. Bagi calon investor dan kreditur, penelitian ini diharapkan menjadi
panutan dalam membuat keputusan brinvestasi dan memberikan pinjaman
dengan melihat laporan keuangan yang disajikan perusahaan, khususnya
nilai labanya, yaitu menggunakan prinsip konservatisme atau optimisme.
4. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan menjadi informasi tambahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Landasan Teori
2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory)
Jensen dan Meckling (1976) berpendapat bahwa hubungan keagenan adalah sebagai
suatu kontrak antara satu atau lebih pihak yang memekerjakan pihak lain untuk
melakukan suatu jasa untuk kepentingan mereka yang meliputi pendelegasian
beberapa kekuasaan pengambilan keputusan kepada pihak lain tersebut.
Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori agensi ini menyatakan bahwa adanya
pemisahan antara prinsipal dan agen akan memunculkan permasalahan agensi karena
pihak-pihak tersebut akan selalu berusaha untuk memaksimalisasikan fungsi
utilitasnya masing-masing. Bisa disimpulkan teori ini mengindikasikan bahwa
pihak- pihak prinsipal dan agen memiliki kepentingan mereka sendiri dalam
menjalankan praktik bisnisnya. Dengan gambaran pihak prinsipal mementingkan
hasil keuangan perusahaan atas dasar pengembalian uang investasi di dalam
perusahaan, sedangkan pihak agen mementingkan timbal balik seperti kompensasi
atau bonus atau tambahan lain yang bisa terjadi dalam hubungan keagenan.
9
situasi saat informasi yang dimiliki oleh pihak agen, yaitu manajemen, sebagai
penyedia informasi lebih banyak dibandingkan pihak prinsipal atau pemegang saham
sebagai pengguna informasi. Situasi seperti ini menjadi keuntungan tersendiri bagi
manajer untuk melakukan tindakan memaksimumkan utilitasnya sesuai keinginan dan
kepentingannya. Situasi ini juga akan menimbulkan perbedaan tujuan dan preferensi
risiko antara agen dan prinsipal karena prinsipal tidak dapat mengontrol dan tidak
pernah tahu secara pasti bagaimana aktualisasi kontribusi pihak agen akibat tidak
mencukupinya informasi yang dimiliki pihak prinsipal.
Menurut Scott (2000) terdapat dua macam asimetri informasi, yaitu :
1. Adverse selection, adalah salah satu jenis asimetri informasi yang terjadi
karena para manajer serta pihak dalam lainnya memiliki lebih banyak
pengetahuan tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan dengan
investor pihak luar atau pemegang saham. Salah satu kemungkinannya adalah
informasi mengenai fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang
akan diambil oleh pemegang saham tidak disampaikan oleh manajer.
2. Moral hazard, adalah jenis selanjutnya asimetri informasi yang terjadi karena
kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh
pemegang saham maupun kreditur. Dalam situasi ini manajer dapat melakukan
tindakan yang melanggar kontrak dan secara etika atau norma tidak layak untuk
dilakukan atau tindakan manajer yang bekerja kurang optimal untuk pencapaian
10
Menurut Weston dan Brigham (1998), hubungan keagenan terjadi antara:
1. Pemegang saham (pemilik) dan manajer
Salah satu kemungkinan terjadi masalah keagenan disaat manajer suatu
perusahaan memiliki kepemilikan saham biasa kurang dari 100 persen
diperusahaan tersebut. Situasi ini menunjukan bahwa manajer tidak bisa
mendapatkan semua keuntungan dari usahanya. Lalu selanjutnya adalah
masalah yang menyangkut pengambilalihan saham dengan memanfaatkan
fasilitas kredit perseroan tersebut atau laveraged buyout.
2. Pemegang saham (melalui manajer) dan kreditur
Masalah keagenan dapat terjadi antara pemegang saham dan kreditur. Kreditur
meminjamkan dana dengan melihat faktor-faktor yang menentukan risiko arus
kas karena hal tersebut sangat mempengaruhi keamanan utangnya. Faktor-faktor
yang dimaksud adalah tingkat risiko dari aktiva perusahaan yang ada, perkiraan
atas risiko penambahan aktiva masa depan, struktur modal perusahaan saat ini
dan perubahan struktur modal masa depan. Dengan begitu kreditur mendapat
kepemilikan sebagian dari arus laba perusahaan sebagai pembayaran bunga dan
pokok utang atau bahkan mendapat kepemilikan asset jika perusahaan yang
bersangkutan bangkrut.
Atas uraian mengenai teori agensi di atas, maka dapat dilihat hubungan antara teori
agensi dengan penelitian ini adalah apakah akan digunakan atau tidak prinsip
11
manajer perusahaan. Dalam hubungan keagenan antara pemilik perusahaan dengan
manajer perusahaan dan manajer perusahaan dengan kreditur, kemungkinan besar
perusahaan akan memilih prosedur akuntansi yang meningkatkan laba atau prosedur
yang tidak menerapkan prinsip konservatisme akuntansi.
Tidak diterapkannya prinsip konservatisme akuntansi dikarenakan perhitungan
bonus yang akan diperoleh oleh manajer dan pihak dalam lainnya dihitung dari nilai
laba yang diperoleh perusahaan. Lalu alasan lainnya adalah untuk menunjukkan
kinerja yang baik, dengan begitu perusahaan akan dengan mudah meminjam dana
kepada kreditur. Karena pada situasi laba yang tinggi kreditur akan yakin bahwa
perusahaan mampu menutup hutang-hutangnya dan beranggapan perusahaan dapat
mengurangi tingkat risiko utang tidak dibayarkan.
2.1.2Konservatisme Akuntansi
Definisi konservatisme menurut Watts (2003) ialah sebagai perbedaan verifiabilitas
atau sesuatu yang dapat diuji kembali, yang dimintaa untuk pengakuan laba
dibandingkan rugi. Jadi bisa diartikan secara tradisional, konservatisme akuntansi
adalah tidak mengantisipasi keuntungan, tetapi megantisipasi semua kerugian.
Seperti pendapat Ghozali dan Chariri (2007) yang menyatakan konservatisme ini
harus segera mengakui kerugian, biaya atau hutang yang mungkin akan terjadi dan
tidak boleh mengakui laba, pendapatan atau aktiva sebelum benar- benar terjadi.
Konservatisme muncul akibat adanya insentif yang berhubungan dengan biaya
12
bonus atas kinerja manajemen. Seperti pendapat Lara, et al., (2005),
konservatisme biasanya didefinisikan sebagai reaksi kehati-hatian (prudent) terhadap
ketidakpastian, ditujukan untuk melindungi hak-hak dan kepentingan pemegang
saham (shareholders) dan pemberi pinjaman (debtholders) yang menentukan sebuah
verifikasi standar yang lebih tinggi untuk mengakui goodnews daripada badnews.
Konservatisme menjadi keuntungan tersendiri bagi perusaahan karena dapat
mengurangi pembayaran kepada pihak-pihak yang bersangkutan, seperti
pembayaran pajak dan biaya politik lainnya. Seperti pendapat Suharli (2009) bahwa
kaidah pokok konservatisme adalah tidak memperbolehkan mengantisipasi laba
sebelum terjadi dan jika akuntan dapat memilih metode akuntansi, setidaknya
mereka memilih metode yang dapat menguntungkan bagi perusahaan.
Konservatisme juga dapat menyebabkan pernyataan yang mengecilkan atau
understatement terhadap nilai laba periode sekarang dan mengarah pada pernyataan
yang membesarkan atau overstatement terhadap nilai laba periode-periode
berikutnya sebagai akibat penundaaan pengakuan laba. Sepeti pendapat Kiryanto
dan Supriyanto (2006) yang menyatakan bahwa jika laporan keuangan dibuat
atas dasar metode konservatif hasilnya cenderung bias dan tidak mencerminkan
keadaan keuangan perusahaan sebenarnya.
Bahkan Bliss (dalam Watts, 2003) menyatakan definisi yang paling ekstrim, bahwa
akuntansi konservatisme tidak mengantisipasi laba tetapi mengantisipasi semua
13
konservatisme adalah praktik akuntansi yang mengurangi laba, yang berarti
menghapuskan aktiva bersih dalam merespon kabar buruk/bad news dan juga tidak
meningkat laba, yang berarti meningkatkan aktiva bersih dalam merespon kabar
baik/good news.
Prinsip Konservatisme dalam laporan keuangan perusahaan merupakan prinsip yang
masih kontrovesial sampai saat ini. Ada beberapa pihak yang mendukung
diperlukannya prinsip konservatisme dalam akuntansi karena bermanfaat, tetapi ada
beberapa pihak juga yang tidak mendukung adanya prinsip konservatisme
karena tidak bermanfaat. Berikut ini akan dijelaskan akuntansi konservatisme yang
bermanfaat dan tidak bermanfaat:
1. Akuntansi konservatisme bermanfaat
Diperlukannya prinsip konservatisme dalam laporan keuangan perusahaan salah
satunya adalah menetralisir optimisme para manajer dalam melaporkan hasil
usahanya. Artinya laporan keuangan yang dihasilkan akan bersifat pesimis. Menurut
Watts (2003) prinsip konservatisme ini dapat menghindari sikap optimisme para
manajer dalam kontrak-kontrak yang menggunakan laporan keuangan sebagai media
nya. Dengan begitu prinsip konservatisme dapat menghindari sifat moral hazard dan
praktik manajemen laba oleh manajer dalam perusahaan.
Watts (2003) menyatakan selain untuk membatasi perilaku optimisme manajer,
prinsip ini dapat memberikan manfaat bagi perusahaan untuk meningkatkan nilai
14
bentuk bonus dan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Selain itu
manfaat lainnya adalah mengurangi potensi tuntutan hukum (litigation) akibat
pencatatan laba yang over statement. Dan terakhir menaati peraturan yang dibuat
oleh standar akuntansi dalam metode yang dipilih dalam penyusuna laporan
keuangan.
Prinsip ini sangat menolong para kreditur, pemegang saham serta calon investor
karena hasil laba yang dilaporkan perusahaan merupakan nilai laba minimal. Menurut
Almilia (2004), nilai laba dalam laporan keuangan yang disusun menggunakan
prinsip konservatisme merupakan laba yang berkualitas karena menunjukan laba
minimal atau laba yang nilainya tidak dibesar besarkan.
2. Akuntansi konservatisme tidak bermanfaat
Salah satu kritik yang sering muncul dalam penggunaan akuntansi konservatisme
adalah prinsip ini mempengaruhi hasil dari laporan keuangan. Kiryanti dan
Supriyanto (2006) menyatakan bahwa jika laporan keuangan dibuat atas dasar metode
konservatif hasilnya cenderung bias dan tidak mencerminkan keadaan keuangan
perusahaan sebenarnya. Ini dikarenakan prinsip konservatisme yang lebih cepat
mengakui kewajiban dan biaya serta lebih lambat mengakui aktiva dan pendapatan.
Menurut Klein dan Marquardt (2000), terdapat dua aspek yang dapat menjadikan
konservatisme akuntansi mengurangi kualitas dari laporan keuangan, khususnya
dalam hal relevansi. Pertama, konservatisme melaporkan nilai laba dan asset
15
khususnya netralitas. Dan juga adanya akuntansi konservatisme mendorong adanya
sikap pesimistik yang akan menjadi masalah ketika melakukan analisis ekuitas.
Kedua, konservatisme menerapkan penundaan pengakuan berita baik dan dengan
segera mengakui berita buruk. Hal tersebut dapat mengakibatkan understatement
atas laba yang dilaporkan pada periode saat ini, lalu overstatement terhadap laba
yang dilaporkan pada periode yang akan datang.
2.1.3 Optimisme
Konservatisme dalam akuntansi menyatakan bahwa, apabila ada beberapa alternatif
akuntansi yang seharusnya dipilih adalah alternatif yang paling kecil, kemungkinan
untuk melaporkan aset dan pendapatan lebih besar dari yang seharusnya (Almilia,
2005). Berbeda dengan konservatisme, bila menggunakan prinsip optimisme, maka
perusahaan akan melaporkan laba cenderung lebih tinggi. Perusahaan yang
menggunakan konsep ini biasanya lebih berani dalam mengambil resiko tetapi kurang
dapat mengantisipasi ketidak pastian yang mungkin terjadi di masa mendatang.
Perusahaan dengan kepemilikan sahan yang lebih rendah dari pada kepemilikan pihak
eksternal cenderung menggunakan konsep optimisme. Hal tersebut di karnakan
manajer ingin agar hasil kerja yang selama ini yang mereka lakukan di anggap baik
oleh pihak eksternal, sehingga manajer mendapatkan bonus dengan asumsi terdapat
terdapat perjanjian bonus plan sebelumnya sehingga mendorong manajer melaporkan
laba lebih besar (Suryana, 2008).
16
eksternal, sehingga pemegang shaam tersebut merasa investasi yang mereka
tanamkan ke perusahaan akan menghasilkan dividen yang tinggi pula. Dengan
demikian para calon investor juga akan tertarik untuk menanamkan investasi mereka
ke perusahaan karena laporan keuangan menyajikan angka laba yang tinggi.
2.1.4 Rasio Leverage
Rasio Leverage adalah rasio yang di gunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva
yang di miliki perusahaan berasal dari hutang atau modaal, sehingga dengan rasio ini
dapat diketahui posisi perusahaan dan kewajibannya yang bersifat tetap pada pihak
lain serta keseimbangannilai aktiva tetap dengan modal yang ada. Menurut Sutrisno
(2003) rasio leverage merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kebutuhan
dana perusahaan dibelanjai dengan utang. Apabila perusahaan tidak mempunyai
leverage atau leverage sama dengan nol, hal tersebut menandakan perusahaan
sepenuhnya menggunakan modal sendiri tanpa menggunakan utang dalam
beroperasi. Dapat disimpulkan bahwa rasio leverage adalah perbandingan tingkat
hutang perusahaan yang digunakan untuk membiayai asset dengan maksud
memperbesar perusahaan perusahaan tersebut.
Rasio leverage ini digunakan dalam pengukuran debt convenant, yaitu suatu
perjanjian utang jangka panjang. Rasio leverage adalah rasio tingkat hutang
perusahaan yang digunakan untuk membiayai asset dengan maksud memperbesar
perusahaan perusahaan tersebut dan menjadi pengukur keamanaan para kreditur,
17
pinjaman atau tidak. Menurut Sari dan Adhariani (2009), pembatas dari debt
covenant hypothesis adalah debt/equity hypothesis yang dapat dijelaskan dengan
menggunakan rasio leverage. Hipotesis tersebut dapat memprediksi manajer akan
meningkatkan laba dan aset atau memilih prosedur akuntansi yang optimis. Hal itu
dilakukan untuk mengurangi kemungkinan perusahaan melanggar kontrak utangnya
dan menghindari perusahaan dari biaya renegoisasi kontrak utang.
Menurut Lo (2006) kreditur mempunyai suatu hak dalam mengetahui dan mengawasi
kegiatan operasional perusahaan jika perusahaan yang bersangkutan mempunyai
nilai hutang yang cukup tinggi. Dengan situasi seperti itu, asimetri informasi yang
terjadi antara kreditor dan manajemen dapat berkurang dan manajer tidak dapat
melaporkan nilai laba secara overstatement. Alasan utamanya adalah kreditur akan
meminta manajer melakukan diterapkannya metode akuntansi konservatif dalam
laporan keuangan perusahaan tersebut, karena kreditur dapat terlindungi dengan
adanya metode konservatif.
2.1.5 Ukuran Perusahaan
Menurut Watts dan Zimmerman (1986), manajer memiliki kecenderungan untuk
mengurangi nilai laporan laba untuk menghindari pengeluaran biaya politis yang
besar. Ini disebabkan karena pemerintah menggunakan informasi berbasis akuntansi
dalam proses pengalihan kekayaan perusahaan untuk kepentingan publik. Menurut
Belkaoui dan Karpik (1989), biaya politis sering diproksikan dengan ukuran
18
Ukuran perusahaan merupakan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan dengan
melihat beberapa hal, salah satunya aset yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran
perusahaan juga salah satu indikator untuk mengamati biaya politis yang harus
dibayar oleh perusahaan. Menurut Bahaudin dan Wijayanti (2011), ada tiga kategori
ukuran perusahaan yaitu perusahaan besar (large size), perusahaan menengah
(medium size) serta perusahaan kecil (small size). Deviyanti (2012) menyatakan
perusahaan yang masuk dalam kategori besar memiliki sistem yang lebih kompleks
serta profit yang lebih tinggi, hal tersebut membuat perusahaan juga menghadapi
risiko yang lebih besar. Selain itu, perusahaan yang besar juga dihadapkan dengan
besarnya biaya politis yang tinggi, sehingga perusahaan besar cenderung
menggunakan prinsip akuntansi yang dapat mengurangi nilai laporan laba untuk
mengurangi besarnya biaya politis.
Menurut Deviyanti (2012), pemerintah selaku penentu kebijakan akan lebih
mengawasi perusahaan yang besar, salah satu kebijakannya adalah pajak. Semakin
besar tingkat pendapatan atau penjualan perusahaan membuat semakin tinggi pula
pajak yang harus dibayar. Hal tersebut membuat pemerintah akan mendorong
perusahaan untuk membayar pajak yang tinggi seiring dengan laba tinggi yang
dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Selain itu, pemerintah juga akan meminta
perusahaan untuk memberikan pelayanan publik dan tanggung jawab sosial yang
lebih tinggi kepada masyarakat. Lain hal nya dengan perusahaan yang termasuk
dalam kategori perusahaan kecil. Perusahaan yang masuk dalam kategori ini lebih
19
didasari dari jumlah pajak yang dibayarkan perusahaan kecil tidak sebesar
perusahaan besar dan perusahaan kecil juga tidak terlalu menjadi sorotan
pemerintah. Oleh karena itu pemerintah tidak mewajibkan perusahaan kecil
memberikan pelayanan publik dan tanggung jawab social yang tinggi kepada
masyarakat.
2.1.6 Struktur Kepemilikan Manajerial
Menurut Christiawan dan Tarigan (2007), kepemilikan manajerial adalah kepemilikan
saham perusahaan oleh manajemen (komisaris, direksi, dan karyawan) atau dengan
kata lain manajemen tersebut sekaligus sebagai pemegang saham. Dalam laporan
keuangan, keadaan ini ditunjukkan dengan besarnya persentase kepemilikan saham
perusahaan oleh manajer. Oktadella (2011) menyatakan manajemen lain yang dapat
memiliki saham dan dapat secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan
yaitu komisaris, direksi dan karyawan. Susiana dan Herawaty (2007) berpendapat
bahwa kepemilikan oleh manajemen merupakan suatu mekanisme agar pihak
pengelola melakukan aktivitas untuk kepentingan perusahaan, karena adanya
kepemilikan manajemen pribadi dalam kepemilikan saham perusahaan.
Terdapat perbedaan antara perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial yang
tinggi dengan kepemilikan manajerial yang rendah atau bahkan tanpa kepemilikan
manajerial. Pada perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial yang tinggi,
keputusan dan aktivitas akan diselaraskan oleh kepentingan manajemen yang
20
kepemilikan manajerial, maka manajemen bukan hanya sekedar menjadi agen, namun
juga menjadi pemilik perusahaan dan hal ini dapat mengurangi konflik agensi.
Kepemilikan manajerial ini juga dapat membuat manajemen tidak melaporkan laba
secara overstatement, karena rasa kepemilikan manajemen terhadap perusahaan.
Selain itu, motif bonus atau manajemen laba dengan cara income maximation yang
ingin dilakukan majemen juga berkurang, oleh karena itu pelaporan laba cenderung
rendah. Hal ini dilakukan atas dasar manajemen ingin memperbesar perusahaan
dengan menggunakan cadangan dana tersembunyi hasil dari pelaporan laba yang
tidak overstatement. Dengan begitu, adanya peningkatan nilai perusahaan tersebut
dapat membuat calon investor dan investor menilai perusahaan secara positif lalu
akan menanamkan investasi di perusahaan tersebut.
Berbeda dengan perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial yang rendah atau
bahkan tanpa kepemilikan manajerial, manajemen akan berlaku sesuai
kepentingannya sebagai agen dalam perusahaan dan bukan pemegang saham.
Kondisi seperti ini pelaporan laba akan mengalami overstatement karena manajer
akan mengejar bonus dari laba yang dapat terpenuhi. Hal ini sesuai dengan plan
bonus hypothesis, yaitu manajemen akan meningkatkan laba dengan metode yang ada
demi tercapainya bonus yang akan diperoleh. Dengan demikian kinerja manajemen
terlihat baik oleh pemilik atau pemegang saham yang berharap mendapatkan dividen
maupun capital gain yang tinggi atas laba yang telah dihasilkan perusahaan.
Hasilnya, perusahaan akan melaporkan laba dengan nilai yang tinggi namun bukan
21
2.1.7 Struktur Kepemilikan Institusional
Struktur keprmilikan institusional merupakan persentase jumlah saham yang di miliki
oleh pihak institusional dari seluruh jumlah saham perusahaan yang beredar. Budiono
(2005) menyatakan kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk
mngendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga
mengurangi tindakan manajemen melakukan manajemen laba.
Jika investor institusional mempunyai kepemilikan saham dalam jumlah besar, maka
mempunyai hak untuk mengawasi prilaku dan kinerja manajemen. Akan tetapi,
investor cenderung berharap investasi yang mereka tanamkan di dalam perusahaan
mempunyai tingkat return yangg tinggi. Hal ini mendorong manajemen untuk
melaporkan laba yang tidak konservatif agar pembagian deviden tinggi. Selain itu juga
menerik para alon investor baru untuk menanamkan investasinya.
2.1.8 Telaah Penelitian Terdahulu
Mayangsari dan Wilopo (2002) melakukan penelitian dengan variable konservatisme,
manajemen laba, kontrak hutang, political cost, kompensasi manajer. Alat uji yang
digunakan adalah regresi dan korelasi dengan 90 sampel perusahaan. Hasil dari
analisis ini adalah nilai pasar perusahaan mempengaruhi tingkat konservatisme yang
diterapkan. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Widya (2004) menggunakan
variable independen struktur kepemilikan, kontrak utang, kos politis dan kesempatan
tumbuh. Alat uji yang digunakan adalah regresi logit dengan sampel perusahaan
22
perusahaan memutuskan perjanjian utang maka perusahaan cenderung memilih
strategi akuntansi yang kurang konservatif.
Lalu penelitian yang dilakukan oleh Almilia (2005) dengan menggunakan
variabel independen size perusahaan, risiko perusahaan, intensitas modal, rasio
konsentrasi, debt to total asset ratio, menghasilkan bahwa semakin kecil size
perusahaan maka laporan keuangan yang disajikan cenderung konservatif. Lalu hasil
lainnya adalah semakin tinggi debt to total asset ratio maka laporan keuangan
semakin tidak konservatif (optimis).
Penelitian Widyaningrum (2008), yaitu meneliti pengaruh kepemilikan manajerial,
leverage dan risiko litigasi terhadap konservatisme akuntansi dengan metode analisis
regresi logistic. Dengan menggunakan sampel penelitian sebanyak 64 perusahaan
manufaktur yang listing di BEI menemukan hasil bahwa sebanyak 57%
perusahaan menerapkan konservatisme dan sebanyak 43% perusahaan tidak
menerapkan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi, leverage berpengaruh
terhadap konservatisme akuntansi, dan risiko litigasi juga berpengaruh sedangkan
ukuran perusahaan yang merupakan variabel mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap konservatisme akuntansi.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Sari dan Adhariani (2009) dengan
menggunakan variabel independen debt/equity hypothesis (yang diproksi oleh tingkat
23
konsentrasi, dan intensitas modal). Pengukuran konservatisme menggunakan dua
perhitungan, yaitu NOA (non-operating accrual) dan DACC (discretionary accrual).
Alat uji nya meliputi regresi linier berganda dengan 370 sampel perusahaan. Hasil
penelitian ini adanya hubungan negatif antara rasio leverage dengan konservatisme
akuntansi dengan menggunakan kedua pengukuran. Kemudian pada pengukuran
NOA diperoleh variable ukuran perusahaan dan intensitas modal memiliki hubungan
positif dan signifikan terhadap konservatisme. Sedangkan pada pengukuran DACC
diperoleh variabel ukuran perusahaan dan rasio konsentrasi memiliki hubungan
positif dan signifikan terhadap konservatisme.
Penelitian yang selanjutnya adalah penelitian terbaru yang dilakukan oleh Ardina
(2012) yang menggunakan kepemilikan manajerial, kepemilikan publik, leverage,
firm size, operating cash flow sebagai variabel independen. Hasil dari penelitian ini
adalah kepemilikan manajerial dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap
konservatisme akuntansi. Lalu hasil lainnya adalah kepemilikan public, leverage,
dan operating cash flow berperngaruh positif terhadap konservatisme
akuntansi.
Berikut ini adalah ringkasan dari pemaparan di atas yang berkaitan dengan penelitian
mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penerapan konservatisme
24
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel
Independen Hasil Penelitian 1. Sekar Mayang
sari dan (2002)
Konservatisme
Akuntansi, Value Relevan dan Discretionary Accruals Implikasi Empiris Model Feltham Ohlson (1996)
Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pilihan
Perusahaan terhadap Akuntansi Konservatif
Struktur
Kepemilikan, Debt Covenant, Political Cost, Growth Opportunities
Semakin sering perusahaan memutuskan perjanjian utang , maka perusahaan cenderung memilih strategi akuntansi yang kurang
konservatif. 3. Luciana Spica
Almilia (2005)
Pengujian SizeHypothesis
dan Debt Equity
Semakin tinggi debt to total asset ratio, maka laporan keuangan semakin tidak konservatif atau optimis. 4. Widyaningrum
(2008)
Pengaruh Kepemilikan Manajerial, leverage, dan Risiko Litigasi
3. Laverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap konservatisme akuntansi 4.
5. Resiko ligitasi berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.
6.
7. Variabel berubah ukuran perusahaan berpengaruh positif akuntansi yang di ukur dengan nonoperating dan discretionary accural.
25
signifikan terhadap
konservatisme akuntansi yang diukur dengan nonoperating
dan discretionary.
Risiko perusahaan tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi yang diukur dengan nonoperating
dan dsicretionary accural.
Intensitas modal berpengaruh konservatisme akuntansi yang diukur dengan discretionary accural.
Hanya variabel rasio leverage, intensitas modal dan
26
Penelitian ini menggunakan acuan jurnal penelitian milik Sari dan Adhariani (2009).
Dan menambahkan tiga variabel struktur kepemilikan. Yaitu Struktur Kepemilikan
Manajerial, Struktur Kepemilikan Publik, dan Struktur kepemilikan Institusional.
Ada pula perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Sari dan
Adhariani (2009), yaitu periode penelitian ini menggunakan periode
laporan keuangan yang terbaru, yaitu 2010, 2011, 2012 dan 2013. Hal ini
dilakukan untuk melihat perkembangan penggunaan konservatisme akuntansi pada
laporan keuangan.
2.3 Model Penelitian
Adapun model penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Model Penelitian
Variabel Independen
Leverage
Ukuran Perusahaan
Struktur Kepemilikan
Institusional
Struktur kepemilikan
Manajerial
27
Beberapa faktor-faktor tersebut adalah rasio leverage menunjukan seberapa besar aset
yang di gunakan untuk menjalankan kegiatan oprasioanal perusahaan dibiayai oleh utang
dari pihak eksternal perusahaan. Apabila perushaan memiliki tingkat hutang yang tinggi,
maka perusahaan akan semakin menerapkan prinsip yang konservatif. Ukuran
perusahaan yang di miliki perusahaan mempunyai ukuran yang besar akan semakin
menerapkan prinsip konservatif. Hal ini di karenakan perusahaan akan lebih di soroti
pemerintah dan publik, sehingga untuk mengurangi perhatian tersebut perusahaan
menyajikan laba yang tidak berkebihan. Struktur kepemilikan yang tinggi dibanding
dengan pihak eksternal perusahaan, menyebabkan perushahaan cenderung
menggunakan metode akuntansi yang konservatif. Hal ini di karenakan manajer
sebenarnya tidak hanya mementingkan bahwa manajer juga ingin memperbesar
perusahaan. Beda dengan struktur kepemilikan manajerial, apabila perushaan
mempunyai persentase kepemilikan institusional dan publik yang itnggi justru akan
membuat perusahaan untuk menerapkan prinsip yang kurang konsevatif. Hal ini di
karenakan pihak-pihak tersebut hanya berharap return berupa deviden atau capital
gain dari perusahaan yang akan tercermin dari laba yang tinggi Lebih lanjut, bila
perusahaan melaporkan laba yang kurang konservatif, maka akan dapat menarik
calon investor baru untuk menanamkan modal ke perusahaan. Faktor-faktor tersebut
merupakan variable independen dalam penelitian ini yang dapat mempengaruhi
28
2.4 Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Rasio Leverage terhadap Konservatisme
Leverage menunjukan seberapa besar aset perusahaan yang di biayai oleh hutang
dan merupakan indikasi tingkat kemanan dari para pemberi pinjaman. Jika
perusahaan telah diberi pinjaman oleh kreditor, maka kreditor secara optimis
mempunyai kepentingan terhadap keamanan dana yang ia pinjamkan yang di
harapkan dapat mengahsilkan keuntungan.
Lo (2006) menyatakan jika perusahaan mempunyai hutang yang itnggi, maka
kreditor juga mempunyai hak untuk mengetahui dan mengawasi jalannya kegiatan
oprasional perusahaan. Dengan demikian asimetri informasi antara kreditor dan
perusahaan berkurang karena manajer tidak dapat menyembunyikan informasi
keuangan yang mungkin akan di manipulasi atau melebih-lebihkan aset yang di
miliki. Semakin tinggi tingkat Levervage, makan semakinbesar kemungkinan
konflik yang akan muncul antara pemegang saham dan pemegang obligasi yang
pada akhirnya mempengaruhi permintaan kontraktual terhadap akuntansi yang
29
H1: Rasio leverage berpengaruh secara positif terhadap penerapan konservatisme
dalam akuntansi
2.4.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Konservatisme
Ukuran perusahaan merupakan salah satu indicator untuk mengamati besar biaya
politis yang harus ditanggung. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan melihat total
aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Seperti yang dikatakan oleh Kartini dan
Arianti (2008), ukuran perusahaan adalah ukuran atau besarnya aset yang
dimiliki perusahaan. Menurut Bahaudin dan Wijayanti (2011), ada tiga kategori
ukuran perusahaan yaitu perusahaan besar (large size), perusahaan
menengah (medium size) serta perusahaan kecil (small size). Watss dan
Zimmerman (1990) berpendapat bahwa political cost hypothesis dapat
memerediksikan bahwa perusahaan besar lebih sensitif terkait dengan biaya
politis. Hal ini terkait atas dorongan pemerintah, yang menjadi pembuat
kebijakan di negara yang bersangkutan, untuk pemabayaran biaya politis. Maka
untuk mengurangi pembayaran biaya politis tersebut perusahaan melakukan
pelaporan keuangan secara konservatif. Ini didasari atas pernyataan Jensen dan
Meckling (1976) serta Watts dan Zimmerman (1978) yang menyatakan bahwa
biaya politis akan meningkat seiring dengan ukuran perusahaan.
Pelaporan secara konservatisme pada laporan keuangan dilakukan karena pemerintah
menggunakan informasi akuntansi dalam pengalihan kekayaan perusahaan. Scott
30
semakin besar, maka manajer semakin cenderung pada pemilihan prosedur
akuntansi yang menurunkan nilai laba atau konservatif. Pajak merupakan salah
satu biaya politis yang selalu dihadapi perusahaan, oleh karena itu untuk
menghindari tingginya pajak, manajemen akan cenderung untuk melaporkan
laba yang rendah. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Sari dan Adhariani (2009)
yang menyebutkan bahwa untuk menghindari biaya politis maka akan dilakukan
pelaporan laba yang konservatif. Dari hasil uraian diatas, maka dapat disimpulkan
hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah:
H2: Ukuran perusahaan berpengaruh secara positif terhadap penerapan konservatisme
dalam akuntansi
2.4.3 Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial terhadap Konservatisme
Menurut Alfina (2006), plan bonus hypothesis dalam possitive accounting theory
menyatakan bahwa manajer akan bertindak seiring dengan bonus yang
diberikan. Jika target laba perusahaan tercapai, maka bonus akan diberikan kepada
manajemen perusahaan oleh pemilik atau pemegang saham perusahaan. Dengan
begitu pelaporan perusahaan akan kurang konservatif dikarenakan manajemen laba
yang mungkin dilakukan manajemen perusahaan demi mendaptkan bonus.
Namun jika kepemilikan manajer lebih banyak dibanding para investor lain, maka
manajemen cenderung melaporkan laba lebih konservatif. Karena rasa
memiliki manajer terhadap perusahaan itu cukup besar, maka manajer lebih
31
mementingkan bonus yang didapat jika memenuhi target laba. Dengan metode
konservatif, maka akan terdapat cadangan tersembunyi yang cukup besar untuk
meningkatkan jumlah investasi perusahaan. Aset diakui dengan nilai terendah, ini
berarti nilai pasar lebih besar dari pada nilai buku. Hal tersebut dapat mengindikasikan
bahwa pasar dan investor akan menilai positif akan hal ini. Dari hasil uraian diatas,
maka dapat disimpulkan hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah:
H3: Struktur Kepemilikan manajerial berpengaruh secara positif terhadap penerapan
konservatisme dalam akuntansi
2.4.4 Pengaruh Struktur Kepemilikan Institusional terhadap Konservatisme
Fala (2008) menyatakan bahwa investor institusional mempunyai investasi ekuitas
yang cukup besar sehingga investor institusional terdorong untuk mengawasi
tindakan dan kinerja manajer lebih ketat. Jika investor institusional mempunyai
kepemilikan saham dalam jumlah besar, maka mereka mempunyai hak untuk
mengawasi perilaku dan kinerja manajemen. Investor cenderung berharap investasi
yang mereka tanamkan di dalam perusahaan aman dan mempunyai tingkat return
yang tinggi. Hal ini mendorong manajemen untuk melaporkan laba yang tidak
konservatif agar pembagian dividen tinggi. Selain itu juga menarik para calon
investor baru untuk menanamkan investasinya. Lebih lanjut, Budiono (2005)
menyatakan kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan
32
tindakan manajemen melakukan manajemen laba. Oleh karena itu, dibentuklah
hipotesis sebagai berikut:
H4: Struktur kepemilikan institusional berpengaruh secara positif terhadap penerapan
konservatisme dalam akuntansi.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI selama
tahun penelitian yatitu tahun 2010-2013. Metode pemilihan sampel dalam
penelitian ini menggunakan pruposive sampling methode yaitu pemilihan sampel
dari populasi dengan tujuan tertentu, agar sampel yang dipilih dapat mewakili
keseluruhan populasi, dimana sampel tersebut harus memiliki kriteria tertentu.
Kriteria yang digunakan dapat berupa pertimbangan dan quota tertentu
(Jogiyanto, 2004).
Adapun dalam penelitian ini kriteria dalam pemilihan sampel adalah sebagai
berikut:
1. Perusahaan manufaktur dan minning yang terdaftar di BEI tahun
2010-2013
2. Dikurangi yang menyajikan laporan keuangan selama tahun penelitian
2010-2013
3. Perusahaan yang menyajikan data yang lengkap untuk variabel
konservatisme seperti leverage ukuran perusashaa, kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional.
34
Desember dan dinyatakan dalam satuan mata uang rupiah selama
periode penelitian.
Tabel 3.1
Kriteria Pemilihan Sampel
Kriteria Jumlah Perusahaan Perusahaan manufaktur dan minning
yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013
191
Dikurangi yang tiadk menyajikan laporan tahunan periode 2010-2013
5
Dikurangi perusahaan yang tidak menyajikan data yang lengkap untuk variabel konservatisme seperti leverage ukuran perusashaa, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.
171
Jumlah perusahaan yang memenuhi perusahaan sebagai sampel
19
Dikalikan jumlah tahun pengamatan 4
Total Sampel 76
Sumber data: ww.idx.co.id
3.2Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Sekaran (2003) menyebutkan variabel adalah apa pun yang dapat membedakan
atau membawa variasi pada nilai. Dalam penelitian ini melibatkan dua macam
variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen.
3.2.1 Variable Dependen
Menurut Sekaran (2003) variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel
yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen atau variabel bebas.
Variabel dependen pada penelitian ini adalah konservatisme akuntansi. Menurut
35
mengakui biaya dan tiga rugi lebih cepat, mengakui pendapatan dan untung lebih
lambat, menilai aktiva dengan nilai yang terendah, dan kewajiban dengan nilai
yang tertinggi. Menurut Watts (2003), terdapat bentuk ukuran untuk
menyatakan konservatisme, yaitu Earning/stock return relation measures,
Earnings/accrual measures, Net asset measures. Untuk mengukur
konservatisme dengan menggunakan Earnings/accrual measures ada tiga
model yaitu model Givoly dan Hayn (2000), model Zhang (2007) dan Kasnik
(1999).
Konservatisme akuntansi dalam penelitian ini diproksikan dengan conservatism
accrual model Zhang (2007), yang didapatkan dengan cara membagi nilai non-
operating accrual dengan total asset. Non-operating accrual dapat digunakan
untuk memperlihatkan pencatatan kejadian yang tidak diinginkan yang telah
terjadi dalam perusahaan, seperti penghapusan asset. Perhitungan conservatism
accrual dikalikan dengan -1 dalam penelitian Zhang (2007) dengan maksud
mempermudah analisa. Perhitungan ini telah dilakukan oleh Ardina (2012) yang
menyatakan hasilnya adalah semakin tinggi nilai conservatism accrual dapat
didefinisikan semakin tingginya penerapan konservatisme dalam perusahaan.
Berikut ini adalah perhitungan conservatism accrual model Zhang (2007) :
Non Operating Accrual X-1
Total Aset
Keterangan:
Non-operating accrual = Total Accrual (before
36
Penjelasan:
Total Accrual (before depreciation) = (laba bersih + depresiasi /
amortisasi) – arus kas kegiatan
operasi
Operating Accrual = (Δpiutang + Δpersediaan +
Δbeban
dibayar dimuka) – (Δhutang +
Δbeban yang masih harus dibayar +
Δhutang pajak)
3.2.2 Variable Independen
Menurut Sekaran (2003) variabel independen atau variabel bebas adalah
variabel yang membantu menjelaskan varians dalam variabel terikat. Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
3.2.2.1Rasio Leverage
Untuk menguji hipotesis pertama akan menggunakan rasio leverage sebagai
variabel independen berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Watts
mengenai positive accounting theory. Rasio leverage merupakan rasio hutang
yang dapat digunakan untuk menunjukkan berapa besar sebuah perusahaan
menggunakan utang dari luar untuk membiayai operasinya. Rasio leverage juga
dapat digunakan pemberi pinjaman untuk menilai kemampuan perusahaan
(dalam hal ini asset) dalam melunasi semua hutangnya. Proksi rasio leverage
yang di gunakan dalam penelitian di dalam ini adalah total Debet dibagi total
37
Rumus Rasio Leverage sebagai berikut :
Leverage = Total Hutang Total Aset
3.2.2.2Ukuran Perusahaan
Menurut Watts dan Zimmerman (1978) ukuran perusahaan akan mempengaruhi
tingkat biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya politis perusahaan, sehingga
dapat mempengaruhi penggunaan prinsip akuntansi yang konservatif. Hal
tersebut dapat menjawab bahwa ukuran perusahaan salah satu indicator political
cost hypothesis dalam positive accounting theory. Untuk ukuran perusahaan
dalam penelitian ini dapat diproksikan dengan logaritma natural total asset
perusahaan. Logaritma natural digunakan karena pada umumnya nilai aset
perusahaan sangat besar, sehingga untuk menyeragamkan nilai dengan variabel
lainnya nilai aset sampel diubah kedalam bentuk logaritma terlebih dahulu.
Perhitungan ukuran perusahaan dengan menggunakan logaritma natural total aset
perusahaan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Adhariani
(2009). Persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:
Logaritma Natural (LN) Total Aset Perusahaan
3.2.2.3 Kepemilikan Manajerial
Struktur kepemilikan manajerial merupakan persentase jumlah saham yang
dimiliki pihak manajemen (direksi, komisaris, karyawan) dalam perusahaan dari
seluruh jumlah saham yang beredar. Jadi dalam struktur ini manajer tidak
hanya sebagai pengelola tetapi juga sebagai pemilik. Bila kepemilikan
38
perusahaan akan cenderung menggunakan metode akuntansi yang konservatif.
Hal tersebut didasari atas rasa memiliki manajemen terhadap perusahaan yang
tinggi sehingga manajemen ingin memperbesar perusahaan dengan
meningkatkan jumlah investasi. Hal tersebut dapat menjawab bahwa
kepemilikan manajerial dalam penelitian ini dapat digunakan untuk menjelaskan
plan bonus hypothesis. Perhitungan kepemilikan manajerial dengan cara
membagi jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen dengan jumlah saham
yang beredar sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardina (2012).
Dengan demikian kepemilikan manajerial dalam penelitian ini akan di ukuur
dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:
Kepemilikan Manajerial = ∑ Saham yang di miliki manajemen X 100%
∑ Saham yang beredar
3.2.2.4 Struktur Kepemilikan Institusional
Struktur kepemilikan institusional merupakan persentase jumlah kepemilikan
pihak institusional pada perusahaan dari seluruh jumlah saham yang beredar di
BEI. Berbeda dengan kepemilikan manajemen, apabila kepemilikan institusional
tinggi, perusahaan akan cenderung menerapkan prinsip yang kurang konservatif
karena pihak institusional menginginkan laba yang tinggi agar return yang akan
mereka terima juga tinggi. Dengan penerapan akuntansi yang optimis, perusahaan
akan dapat menarik investor institusional agar mau menanamkan modal. Budiono
(2005) menyatakan kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk
mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif
39
Pengukuran ini juga menggunakan variabel dummy, yaitu akan bernilai (1) apabila
kepemilikan institusional lebih besar dari rata-rata kepemilikan institusional dan
(0) untuk sebakiknya.
Struktur Kepemilikan Institusional = Jumlah saham yang dimiliki institusional 100%
Jumlah saham yang beredar
3.3Metode Analisis
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai alat uji statistik dan hipotesis yang
digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan selengkapnya, dapat dilihat pada
bagian di bawah ini.
3.3.1 Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2005) statistik deskriptif merupakan metode-metode statistik
yang digunakan untuk menggambarkan data yang telah dikumpulkan. Statistik
deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai
rata- rata, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, range, kurtosis, dan
skewness. Deskriptif ini digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi
mengenai variabel dependen yaitu konservatisme akuntansi dan variable
independen yaitu rasio leverage, ukuran perusahaan, intensitas modal,
kepemilikan manajerial, kepemilikan publik, kepemilikan institusional dan
kesempatan tumbuh pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI untuk
tahun 2010, 2011 dan 2012.
Dengan statistik deskriptif, kumpulan data yang diperoleh akan tersaji dengan
40
ada. Informasi yang dapat diperoleh dari statistik deskriptif ini antara lain ukuran
pemusatan data, ukuran penyebaran data, serta kecenderungan suatu gugus data.
3.3.2 Uji Asumsi Klasik
Pengujian hipotesis yang menggunakan model regresi berganda harus dapat
memenuhi uji asumsi klasik. Hal ini bertujuan untuk menghindari estimasi yang
bias karena tidak semua data dapat menerapkan model regresi
3.3.2.1Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2011) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variable pengganggu memiliki distribusi normal. Seperti yang
diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual/pengganggu
mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik
manjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan cara
analisis grafik dan uji statistik.
1) Analisis Grafik