• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanian Jagung Di Desa Lau Kapur Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo (1974-2004)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertanian Jagung Di Desa Lau Kapur Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo (1974-2004)"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Ulung Sebayang Umur : 70 Tahun

Pekerjaan : Petani

2. Nama : Ngasup Ginting Umur : 80 Tahun

Pekerjaan : Petani

3. Nama : Selamat Ginting Umur : 70 Tahun Pekerjaan : Petani

4. Nama : M Br Sebayang

Umur : 55 Tahun

Pekerjaan : Petani 5. Nama : B Ginting

Umur : 73 Tahun Pekerjaan : Petani

6. Nama : Cakap Ginting

Umur : 54 Tahun

(2)

7. Nama : Kena Ukur Br Sembiring

Umur : 65 Tahun

Pekerjaan : Petani

8. Nama : Sebat Tarigan

Umur : 68 Tahun

Pekerjaan : Petani

9. Nama : Rejeki Ginting

Umur : 80 Tahun

Pekerjaan : Petani 10. Nama : Kira Ginting

Umur : 68 Tahun

Pekerjaan : Petani

11. Nama : Muat Perangin- angin

Umur : 65 Tahun

Pekerjaan : Petani

12. Nama : Jeukur Ginting

Umur : 59 Tahun

Pekerjaan : Petani

13. Nama : Rajin Sembiring

Umur : 61 Tahun

(3)

14. Nama : Rasul Tarigan Umur : 55 Tahun Pekerjaan : Petani

15. Nama : Berto Tarigan

Umur : 60 Tahun

Pekerjaan : Petani

16. Nama : Tomas Ginting Umur : 60 Tahun Pekerjaan : Petani

17. Nama : Perdamenta Ginting Umur : 80 Tahun

(4)
(5)

Lampiran 1

Proses pengemburan tanah untuk penanaman jagung

(6)

Lampiran 2

Penanaman jagung

(7)

Lampiran 3

Jagung yang sudah tumbuh dan siap untuk di beri pupuk pertama

(8)

Lampiran 4

Jagung yang sudah tumbuh menjadi buah

(9)

Lampiran 5

Jagung yang siap untuk di panen

(10)

Lampiran 6

Sesudah panen siap maka petani memasukkannya ke dalam karung supaya mempermudah pengangkatan

(11)

Lampiran 7

Mesin yang di gunakan untuk penggilingan jagung

(12)

Lampiran 8

Rumah masyarakat sebelum dan sesudah perkembangan jagung

(13)

Lampiran 9

Tugu yang dibangun oleh masyarakat sebagai lambang bahwa masyarakat Kecamatan Tiga Binanga (singalor lau) penghasil jagung terbesar yang dibuat di Kecamatan Tiga Binanga

(14)

Lampiran 10

Peta Kecamatan Tiga Binanga

(15)

Lampiran 11

(16)

DAFTAR PUSTAKA.

AAK :Teknik Bercocok Tanam Jagung. Penerbit Kanisius. 1993

Abustan, Muhammad Idrus, Gerak Penduduk, pembangunan dan perubahan sosial, Jakarta : UI Press, 1990.

Agus Ruhnayat : Memproduktifkan Cengkih Tanaman Tua Dan Tanaman Terlantar : penerbit PT Penebar Swadaya, 2002.

Agus Setyono, Suparyono : Mengatasi Permasalahan Budidaya Padi, Jakarta: Penebar

Swadaya,1997.

Budiyanto, Agus Kresno: Dasar-dasar Ilmu Gizi. Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang. 2001.

Cahyono ,Bambang : Tembakau Budi Daya Dan Analisis Usaha Tani :penerbit Kansius,

1998

Chambers, Robert, Participatorg Rural Appraisal: memahami desa secara

partisipasif, Yogyakarta: Penerbit Kanasius, 1996.

Chozin, dkk, Pembangunan Pedesaan :Dalam Rangka Peningkatan Kesejahtraan Masyarakat.2010.

Dudung, Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah,Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah, terj.Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press,1985.

Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia,Jakarta: Djambatan,2004.

Kuntowijoyo, Metode Sejarah, Yogyakarta:Tiara Wacana, 1994.

Rukmana,Rahman, : Usaha Tani Jagung, Yogyakarta:Kanisius,1994.

(17)

Scott, James, C : Moral Ekonomi Petani, Jakarta: LP3ES,1981

Soekanto, Soerjono, Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983.

Tambun. P : Adat Istiadat Karo,Jakarta: Balai Pustaka, 1952.

Tarigan,Sarjani : Dinamika Orang Karo: Budaya dan Modernisasi, Medan: Babki, 2008.

(18)

BAB III

PERTANIAN JAGUNG DI DESA LAU KAPUR DAN

PERKEMBANGANNYA

(19)

dengan senang hati supaya lahan tersebut bisa dipergunakan untuk tanaman tersebut. Kadang mereka tidak mengenal lelah untuk membuka lahan tersebut, dan kadang masyarakat yang ikut membuka lahan hutan tersebut tidak pulang kerumah mereka dan tidur di dekat hutan tersebut dengan mendirikan sapo24

Pada tahun 1974 Ngurupi Ginting selaku kepala desa di Desa Lau Kapur membawa bibit jagung dari kecamatan. Masyarakat pada awalnya tidak yakin bahwa bibit jagung yang di bawa Ngurupi itu cocok untuk di tanam di daerah tersebut, oleh . Menurut seorang

informan yang memiliki luas tanah sebanyak tiga hektar mereka merasa luar biasa dan sangat hebat karena dalam mengerjakan atau menebang hutan sangatlah susah karena mereka menebang hutan ada yang bersama keluarga dan ada juga yang melakukannya dengan cara bergotong royong bersama untuk menyelesaikannya. Cara yang peraktis dilakukan masyarakat adalah mereka menebang satu pohon yang besar dan pohon tersebut ditumbangkan ke pohon-pohon yang lainnya supaya ikut tumbang juga secara bersamaan. Mereka juga harus berhati-hati dalam menebang pohon tersebut karena pekerjaan ini sangat berbahaya juga bagi masyarakat yang sedang melakukan penebangan tersebut. Dan setelah selesai di tebang masyarakat juga harus membakar pohon-pohon tersebut dan membersihkan supaya bisa memulai dengan penanaman tanaman jagung tersebut.

(20)

sebab itu kepala desa bersama perangkat desa memberi penyuluhan kepada masyarakat bahwa tanaman jagung tersebut bagus untuk di tanam di daerah tersebut karena sudah banyak terbukti dan di tanam di daerah kecamatan. Maka dengan penyuluhan tersebut akhirnya masyarakat juga ikut menanam tanaman tersebut dengan modal yang sangat minim maka masyarakat pun hanya menanam sebagian saja untuk membuktikan apa yang sudah di bilang oleh kepala desa tersebut. Setelah tanaman Jagung itu dibawa oleh kepala desa tersebut dan sudah mendengarkan penyuluhan tentang budi daya tanam tersebut maka masyarakat juga ingin memperluas lahan mereka untuk menanam tanaman tersebut.

(21)

tersebut. Karena cara kerja untuk menanam jagung tersebut pun sangat mudah makanya masyarakat berlomba- lomba untuk menanam tanaman tersebut walaupun tempatnya belum seluas yang sekarang.

3.1 Awal Mula Pertanian Jagung Di Desa Lau Kapur

(22)

membutuhkan waktu yang sngat panjang, menurut salah seorang informan bahwa untuk mengerjakan satu hektar butuh waktu yang sangat lama seiring dengan lambatnya cara kerja yang dilakukan karena alat yang digunakan juga masih seadanya saja.

Dalam hal pemupukan juga tidak terlalu banyak membutuhkan pupuk dan pestisida, karena masyarakat juga menggunakan pupuk kandang sebagai pupuk tambahan sehingga tidak memerlukan banyak pupuk dan pada saat itu sangat jarang ditemui hama pada dedaunan jagung atau yang lainnya. Karena sudah di semprot dahulu dengan baterai senter dengan campuran minyak lampu supaya hama pun tidak mengganggu daun-daun tanaman tersebut. Dengan itu masyarakat desa Lau Kapur dengan sangat antusias untuk menanam tanaman tersebut, sekali pun masyarakat desa tidak meninggalkan untuk menanam padi sebagai makanan utama mereka. Karena jagung merupakan salah satu selain

Jagung merupakan jagung juga memiliki jenis-jenis yang berbeda. Jenis- jenis jagung tersebut adalah

(23)

B. Dent corn (Zea mays indentata= jagung gigi kuda) C. Flint corn (Zea mays indurata= jagung mutiara)

D. Pop corn (Zea mays L. Everta sturt= jagung berondong) E. Sweet corn (Zea mays L. Saccharata= jagung manis) F. Pod corn (Zea mays L. Tunicata Sturt= jagung bungkus)

G. Waxy corn (Zea mays L.Ceratina Kulesch= jagung yang jernih seperti lilin)25

Masyarakat yang tinggal di desa Lau Kapur pada saat itu menanam jagung mutiara karena jagung jenis itulah yang paling cocok di tanam di daerah itu. Karena tanaman jagung tersebut bisa tumbuh di daerah tropis dan sub tropis juga, dan memiliki tingkat kemasakan yang lebih cepat dan kualitas konsumsinya juga tergolong sangat baik karena jagung jenis ini juga dapat di konsumsi oleh manusia. Tetapi bisa juga untuk di berikan kepada makanan ternak.

Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).

(24)

Biji jagung merupakan banyak mengandung karbohidrat yang mencapai 80%. Sehingga masyarakat bisa menggantikan beras sebagai makanan pokok. Kandungan giji yang terdapat dari pada jagung tersebut adalah

1. Kalori : 355 kalori 2. Protein: 9,2 gr 3. Lemak : 3,9 gr 4. Karbohidrat : 73,7 gr 5. Kalsium : 10 mg 6. Fosfor : 256 mg 7. Ferrum : 2,4 mg 8. Vitamin A : 510 sl 9. Vitamin B1 : 0, 38 mg 10. Air : 12 gr26

Walaupun bagian yang dapat di makan sekitar 90 %, namun untuk ukuran yang sama jagung juga mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah, namun mempunyai kandungan protein yang lebih banyak. Dan provinsi penghasil jagung terbanyak di Indonesia adalah Jawa Timur 5 jt ton, Jawa Tengah 3,3 jt ton, Lampung 2 jt ton, Sulawesi Selatan 1,3 jt ton, Sumatera Utara 1,2 jt ton, Jawa Barat 700-800 rb

26 Agus Kresno Budiyanto: Dasar-dasar Ilmu Gizi. Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang.

(25)

ton, dan sisanya seperti NTT, NTB, Jambi dan Gorontalo dengan rata-rata produksi jagung nasional sekitar 16 jt ton per tahun27

Percobaan untuk menanam jagung yang dilakukan oleh masyarakat Desa Lau Kapur ternyata membuahkan hasil yang memuaskan. Hal ini mengakibatkan semakin

.

Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn.

Penyuluhan yang dilakukan di Desa Lau Kapur untuk masyarakat supaya mengerti tentang pertanian jagung serta keunggulan jenis bibit yang membuahkan hasil itu. Banyak masyarakat yang mencoba menanam jagung di lahan mereka dan hampir serentak menanam jagung walaupun masyarakat hanya mencoba saja dengan menanam sedikit. Namun, bisa dipastikan hampir semua masyarakat mencoba membudidayakan jagung tersebut. Karena hasil penyuluhan yang mengatakan tanaman ini bisa dipanen setelah berumur 4 bulan, banyak masyarakat berpikir bahwa tanaman ini sangat cepat cara kerjanya dan proses panennya dibandingkan tanaman yang sebelumnya mereka tanam. Untuk menunggu tanaman jagung bisa dipanen, masyarakat menanam padi juga di tempat yang berbeda.

(26)

bertambahnya keinginan masyarakat untuk menambah lahan pertanian jagung mereka. Lambat laun masyarakat menganggap tanaman ini menjadi jalan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat serta meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Lau Kapur.

Selain faktor ketinggian tempat, curah hujan merupakan faktor iklim terpenting. Curah hujan akan berpengaruh terhadap ketersediaan air yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Waktu turunnya hujan sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan bunga dan buah pada jagung . Peranan hujan dalam pembentukan bunga pada jagung sangat lah besar. Iklim besar sekali pengaruhnya terhadap produktivitas jagung. Pengaruh iklim itu mulai kelihatan sejak cabang-cabang primer menjelang berbunga. Dan hal ini akan terasa terus pada saat bunga terbentuk menjadi buah sampai dengan berlangsungnya penyerbukan, pertumbuhan buah muda sampai buah menjadi tua. Yang dapat mengganggu proses fotosintesa terutama pada musim kemarau. Angin juga sangat berpengaruh terhadap proses penyerbukan, jagung juga merupakan merupakan salah satu jenis tanaman yang dibantu oleh angin dalam bentuk penyerbukan.

(27)

jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musim kemarau.

Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah. Suhu yang di perlukan tanaman jagung antara 21-34 derajat C, akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27 derajat C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 derajat C.

Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pengeringan hasil. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Supaya dapat tumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari gunung berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya.

(28)

sangat cocok dengan daerah Desa Lau Kapur. Mulai dari ketinggian tempat yaitu sekitar 710- 800 m dpl, kemudian curah hujan yang tinggi. Desa Lau Kapur adalah daeah pegunungan jadi cuaca sangat mendukung terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Jagung juga bisa tumbuh sangat subur di daerah Desa Lau Kapur ini karena jagung bisa tumbuh di daerah terjal (di tanah yang miring). Karena itulah masyarakat menganggap tanaman jagunglah yang sangat cocok untuk daerah tersebut.sehingga mereka tetap mempertahankan untuk menanam jagung tersebut.

Sebelum penanaman dimulai, pada umumnya para petani menyiapkan bibit jagung terlebih dahulu. Bibit jagung dibeli dari kepala desa dan merupakan jagung yang sudah bagus, bermutu tinggi dan baik. Berasal dari varietas lokal (daya tumbuh besar, tidak tercampur benih/varietas lain, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama dan penyakit). Pada umumnya benih yang dibutuhkan sangat bergantung pada kesehatan benih, kemurnian benih dan daya tumbuh benih. Setelah masyarakat berhasil dengan panen jagung dan mempunyi ladang jagung sendiri biasanya bibit jagung mereka peroleh dari biji yang terdahulu.

(29)

memerlukan tempat yang lebih luas. Jagung berumur panjang dengan waktu panen 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya dibuat 40x100 cm (2 biji /lubang). Dan Jagung berumur sedang (panen 80-100 hari), jarak tanamnya 25x75 cm (1 biji/lubang).

Pada tahun 1980, masyarakat desa lebih fokus lagi untuk menanam tanaman jagung saja karena pada masa itu tanaman jagung sudah semakin tumbuh berkembang dan jenis bibit yang semakin banyak dengan merk-merk berbeda yang di keluarkan oleh pemerintah dan dijual oleh kios- kios untuk lebih mudah mendapatkannya. Kadang ada juga bantuan buat masyarakat oleh pemerintah sehingga masyarakat membeli bibit dan pupuk tidak terlalu mahal. Pekerjaan petani hanya merawat tanaman jagung saja dan memperhatikan perkembangannya. Walaupun cara kerjanya yang tidak susah tetapi masyarakat sangat memperhatikan perkembangan jagung mereka supaya membuahkan hasil. Sekalipun begitu masyarakat tetap menanam padi untuk dikonsumsi sendiri.

3.2 Perkembangan Pertanian Jagung Desa Lau Kapur

(30)

banyak lagi. Banyak masyarakat yang berlomba-lomba untuk menanam jagung di Desa Lau Kapur. Walau pun proses penanaman jagung ini sangat mudah tetapi masyarakat sangat memperhatikan perkembangannya karena masyarakat melihat keuntungan yang didapat dari hasil pertanian Jagung. Semakin lama pertanian jagung semakin meningkat dan masyarakat sangat antusias untuk menanam jagung dan membuka lahan yang dulu nya merupakan hutan. Alasan yang melatarbelakangi petani lebih banyak untuk menanam jagung karena penanamannya lebih praktis dibandingkan dengan pertanian sebelumnya. Kemudian petani bisa memanen jagung dengan waktu yang tidak lama. Dan menjualkan hasil panen mereka kepada tauke dengan harga yang setiap harinya berbeda-beda. Maka dari itu harga jagung masyarakat pun saat itu bisa berbeda-beda karena waktu panen yang berbeda-beda juga28.

Peningkatan pembudidayaan terhadap tanaman Jagung oleh masyarakat Desa Lau Kapur tentu berdampak pada jumlah tanaman jagung yang ditanam serta luas lahan yang bertambah digunakan. Peningkatan luas lahan ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

(31)

Perkembangan Luas Lahan yang digunakan dari Tahun ke Tahun

Sumber : Wawancara dengan B Ginting, Rejeki Ginting, Kira Ginting, serta data dari kantor Kecamatan Tigabinanga, (Mei 2014).

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hingga tahun 2000 masih terjadi perluasan lahan untuk penanaman jagung di Desa Lau Kapur. Tabel diatas dikerjakan oleh 80 kepala keluarga pada saat itu. Kepemilikan lahan untuk pertanian jagung biasanya dimiliki oleh marga Ginting yang ada di desa tersebut. Ada masyarakat yang mempunyai lahan yang luas ada juga yang hanya sedikit, hal ini tergantung dengan warisan yang dimiliki setiap keluarga yang ada di desa ini. karena luas lahan mempengaruhi pendapatan masyarakat29

Dengan perkembangan zaman maka cara tanam jagung pun semakin mudah, bibit juga sudah banyak di jual di pasaran sehingga masyarakat lebih mudah membeli dan pupuk sudah banyak juga di tawarkan di pasaran seperti SP36, Urea , Kcl, Za,

.

(32)

Ponska yang dulunya sangat susah untuk di cari dan harga yang mahal. Dan berbeda dengan sekarang masyarakat harus memakai pupuk tersebut karena jika tidak menggunakan pupuk tersebut maka hasil panen yang di dapat juga bisa menurun. Ketertarikan masyarakat Desa Lau Kapur bukan hanya hasil yang cukup memuaskan tetapi juga karena jagung juga memiliki banyak manfaat. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi.

Perkembangan pertanian jagung di Desa Lau Kapur bisa dilihat secara kasat mata. Masyarakat semakin banyak menanam jagung. Ini ditandai dengan semakin banyaknya terlihat tanaman jagung yang diusahakan masyarakat. Pada tahun 1985 bisa dipastikan masyarakat semuanya melakukan pertanian jagung30

30Wawancara, Rasul Tarigan, Lau Kapur, 12 Agustus 2014

(33)

pengeluaran, ada masyarakat yang menanam padi supaya mereka tidak membeli beras dari pasar.

Dengan berkembangnya zaman dan pemerintah juga sudah melihat perkembangan tanaman tersebut maka di keluarkanlah berbagai jenis bibit unggul yang dianggap mempercepat jagung berkermbang. Jagung Hibrida yang lagi berkembang di pasaran seperti jagung hibrida C-1, IPB-4, Pioner 1, dan pioner 2. Karena jagung hibrida dianggap jagung yang unggul karena memiliki produksi yang tinggi dan memiliki ketahanan terhadap hama dan penyakit yang sering menyerang jagung31

Ada pun perbedaan tanaman jagung yang bibit lokal dan bibit hibrida adalah jika masyarakat menanam bibit lokal dalam satu hektar maka yang diperlukan oleh masyarakat adalah tenaga manual lima puluh orang dengan gaji Rp 250000/ha, dalam penanaman juga diperlukan orang sepuluh orang untuk menanam, bibit yang dipergunakan dua puluh kilo per hektar, pupuk yang digunakan sesudah ditanam selama tiga puluh hari pemupukan pertama dilakukan dengan pupuk UREA dan TSP sehingga dalam satu hektar pupuk UREA yang digunakan empat karung pupuk dan TSP digunakan dua karung. Pada saat pemupukan dalam satu genggam pupuk yang ditabur untuk sepuluh pokok tanaman jagung, dengan racun yang digunakan berupa baterai senter dan minyak lampu supaya tanaman tersebut tidak diserang oleh semut. Tenaga yang digunakan oleh masyarakat sesudah siap panen adalah tenaga pipil dan

.

(34)

dana yang dikeluarkan oleh masyarakat sekitar Rp 3000000/ha, dengan total hasil empat ton per hektarnya. Sedangkan untuk jagung hibrida dalam satu hektar tenaga yang dipakai tenaga teraktor dengan gaji Rp 900000/ha, bibit yang dipergunakan sekitar tujuh belas kilo per hektar dengan penanaman yang dilakukan sepuluh orang dalam satu hektar dan pupuk yang digunakan sesudah lima belas hari ditanam adalah menggunakan pupuk UREA yang digunakan tiga karung, SP36 digunakan empat karung, KCL yang digunakan satu karung dan ZA(garam) digunakan dua karung untuk tanaman dalam satu hektar dan ditabur sepuluh cm dari tiap pohon jagung tersebut. Dan sesudah empat puluh hari sesudah tanam dilakukan pemupukan ke dua dengan pupuk UREA dengan jumlah lima karung dan PONSKA tiga karung dan ditabur sekitar dua puluh cm dari pohon jagung tersebut. Dalam satu genggam pupuk yang ditabur hanya untuk empat pohon jagung saja dan racun yang dipergunakan untuk menghilangkan semut pada tanaman tersebut adalah marsal. Setelah dipanen jagung hibrida tersebut tenaga yang dipergunakan adalah tenaga mesin dan hasil yang didapatkan dalam satu hektar sekitar sembilan ton per hektar32

Ketika bibik Hibrida ini semakin berkembang maka masyarakat tidak perlu lagi untuk repot untuk memilih benih dulu yang diambil dari hasil panen lagu tetapi mereka tinggal membelinya di toko yang menyediakan. Karena jagung Hibrida juga merupakan bibit yang di lakukan hanya sekali pakai saja karena bibit ini sudah di kemas bagus oleh pabrik penjualan bibit tersebut. Dan dengan berkembangnya bibit

.

(35)

unggul tersebut maka masyarakat juga semakin mudah untuk membudidayakan tanaman tersebut karena seiring dengan di keluarkannya bibit unggul tersebut maka di keluarkan juga herbisida yang mampu untuk membasmi penyakit, hama dan membasmi rumput juga pada tumbuhan tersebut sehingga masyarakat tidak perlu lagi repot untuk mengerjakan itu semua.

Dengan berkembangnya pertanian jagung yang semakin pesat di Desa Lau Kapur ini mempengaruhi cara kerja serta tenaga kerja yang dibutuhkan masyarakat semakin banyak. Cara kerja yang dimaksud adalah semakin banyak yang bersemangat untuk bekerja di Desa Lau Kapur, masyarakat juga belajar cara membudidayakan tanaman jagung dengan semakin baik. Tenaga kerja yang banyak dibutuhkan masyarakat terutama pada masa panen. Untuk masa penanaman sampai proses perawatan tanaman jagung masyarakat hanya memakai tenaga sendiri, seperti menanam jagung tersebut, membersihkan lahan dari rumput liar. Untuk perawatannya, masyarakat menggunakan cara yang lebih praktis yaitu dengan menyemprotkan herbisida. Salah satu jenis herbisida yang sangat dikenal oleh masyarakat yang ampuh untuk membasmi rumput yaitu Round-up.

(36)

Pada saat panen ini tenaga kerja sangat banyak dibutuhkan. Pada masyarakat yang tinggal di pedesaan, tenaga kerja merupakan sumber daya manusia yang paling utama dalam pengolahan lahan pertanian. Untuk itu seluruh potensi dan sumber daya yang ada di dalam keluarga diusahakan untuk dapat dimaksimalkan penggunaannya. Keadaan ini juga sangat berpengaruh pada saat panen jagung oleh masyarakat di Desa Lau Kapur, mereka sangat mengandalkan tenaga keluarga untuk panen.

Pada saat panen jagung , di Desa Lau Kapur ini selain menggunakan tenaga keluarga untuk tenaga kerja ada juga tenaga kerja upahan atau yang sering disebut dengan “gajian”33

Selain tenaga kerja upahan, petani juga sering melibatkan kerabat untuk ikut aron di ladang mereka. Hal ini sering dilakukan pada saat pekerjaan sangat banyak biasanya pada saat panen dan sulit mendapatkan orang yang mau gajian. Tenaga kerja untuk panen harus banyak membutuhkan sumber daya manusia. Biasanya masyarakat melakukan pemipilan jagung dengan mesin supaya proses kerjanya lebih

. Orang gajian ini berasal dari desa itu dan ada juga yang datang

dari desa sebelah. Karena dengan ikut panen jagung tersebut mereka juga bisa menambah uang saku mereka karena untuk panen saja masyarakat juga bisa mendapatkan gaji yang cukup. Biasanya orang yang kerja upahan itu bekerja tidak hanya kepada satu orang saja tetapi ada beberapa petani yang kekurangan tenaga untuk panen jagung tersebut.

(37)

cepat, dan sangat berbeda dengan cara pemipilan dengan tenaga manual cara kerjanya semakin lama dan perlu proses yang lama juga untuk menyelesaikan hasil panen tersebut. Setelah jagung tersebut siap di panen dan di kumpulkan dalam suatu tempat maka di masukkan ke dalam mesin pemipil yang telah di sediakan supaya proses pemipilan lebih cepat. Kapasitas jagung yang di pipil pun lebih banyak di bandingkan yang di pipil oleh tangan. Setelah jagung siap di pipil oleh mesin kemudian di masukkan ke dalam suatu karung yang besar supaya lebih mudah untuk menjual kepada tauke. Penggilingan yang di lakukan masyarakat tidak beraturan ada yang pagi hari, siang hari dan kadang ada juga yang malam hari karena untuk pemipilan jagung tersebut masyarakat juga harus antri, karena masyarakat juga berlomba-lomba supaya lebih cepat menghasilkan uang.

(38)

jauh-jauh untuk memasarkan jagung mereka, karena tauke sendirilah yang mendatangi rumah-rumah penduduk untuk membeli jagung tersebut.

Di Desa Lau Kapur ini ada sistem pemasaran yang terikat. Ada semacam kewajiban masyarakat untuk menjual hasil panen jagung nya kepada tauke tertentu. Hal ini terjadi karena ada perjanjian dengan tauke tertentu karena peminjaman modal awal untuk penanaman serta biaya hidup mereka sebelum panen tiba. Kewajiban petani untuk menjual hasil pertaniannya karena petani kekurangan modal untuk membeli pupuk serta untuk membiayai sekolah maupun sehari-hari ketika jagung belum bisa dipanen. Untuk para petani tersebut ada yang memasarkan hasil panen jagungnya kepada salah seorang tauke karena ada unsur untuk balas budi. Selain itu, keterikatan pada seorang tauke juga bukan hanya karena peminjaman yang dilakukan petani namun karena ada hubungan kerabat. Sekalipun kerabatnya tersebut tidak mempunyai utang terhadap tauke itu. Persaudaraan dan kekerabatan di Desa Lau Kapur ini masih sangat kental. Misalnya yang semarga, atau pun masih mempunyai ikatan darah kepada tauke tersebut.

(39)

meminta dibayar lunas utang petani tersebut. Namun, ada juga petani yang tidak mendapat sanksi yang jelas dari si tauke. Hal ini terjadi karena si tauke juga perlu petani untuk kelangsungan usahanya. Dari hasil penelitian, tauke banyak meraup keuntungan dari usaha menjadi tauke jagung dibandingkan tauke pada usaha yang lain.

(40)

BAB IV

PENGARUH PERTANIAN JAGUNG BAGI MASYARAKAT DESA LAU

KAPUR

Pertanian baru yang dilakukan oleh masyarakat Desa Lau Kapur sejak tahun1974 ini membawa pengaruh terhadap masyarakat desa ini. Banyak sekali perubahan yang terlihat sampai pada tahun 2004. Selama tiga puluh tahun menggeluti pertanian jagung masyarakat mulai berkembang dan tidak subsistensial lagi. Pertanian jagung yang dimulai sejak tahun 1974 mendapat tempat nomor satu pada masyarakat desa ini. Petani jagung membuat tanaman jagung ini sebagai tanaman untuk menafkahi keluarga para petani. Seperti yang sudah dijelaskan di bab yang sebelumnya bahwa pertanian jagung ini berkembang sangat cepat dan mendapat perhatian dari masyarakat Desa Lau Kapur dan menjadikan tanaman jagung menjadi tanaman pokok.

(41)

Ada banyak pengaruh yang bisa kita lihat dari pertanian jagung yang ada di Desa Lau Kapur ini antara lain:

4.1 Tingkat Pendapatan

Pada hakikatnya manusia mempunyai kecenderungan untuk tetap hidup dan mengembangkan harkat kehidupan sosialnya. Mereka didorong oleh hasrat untuk hidup lebih baik sesuai dengan harkat manusia sebagai makhluk individu dan sosial. Upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya cenderung untuk mencari dari berbagai sumber yang ada, terutama berkaitan dengan potensi di sekeliling mereka hidup dan bertempat tinggal. Dari pertanian jagung di Desa Lau Kapur ini banyak mengalami perubahan baik secara cepat dan lambat

Keadaan fisik daerah-daerah tertentu menyebabkan penduduknya harus mengalami fluktuasi-fluktuasi yang demikian besarnya dalam hasil panen mereka, sehingga tanpa pungutan – pungutan dari kaum elit sekalipun kelangsungan hidup mereka sudah rawan. Apabila penghasilan mereka pada umumnya rendah, maka setiap pungutan yang tak dapat di tawar- tawar lagi oleh kaum elit setelah satu (atau serentetan) panen yang gagal besar kemungkinannya akan mempunyai efek yang gawat terhadap kehidupan petani. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa daerah-daerah sedemikian seringkali terkenal dengan sejarahnya yang ditandai pemberontakan dan perlawanan terhadap kekuasaan negara.34

34

(42)

Mengenai hasil produksi tanaman jagung yang di lakukan oleh masyarakat sangat bervariasi karena luas lahan yang di miliki oleh petani itu sendiri. Ada masyarakat yang memiliki lahan yang luas sehingga hasil panen yang di peroleh pun sangat besar. Namun ada juga masyarakat yang hanya mempunyai lahan yang sangat sempit maka dia akan menghasilkan sedikit juga hasil panen mereka. Pada akhir panen selesai masyarakat pun menghitung dana pengeluaran mulai dari awal tanam hingga panen tiba supaya mengetahui seberapa banyak yang sudah di keluarkan untuk biaya yang di pergunakan dan menghitung untung yang di dapat mereka selama menanam jagung tersebut.

(43)

di ladang mereka sendiri, hanya untuk konsumsi keluarga saja.. Selain itu mereka juga memelihara hewan ternak yang bisa di jadikan lauk. Kadang pada acara tertentu saja mereka mau menyembelih hewan peliharaan mereka. Secara umum, untuk kebutuhan pangan mereka tidak banyak mengeluarkan biaya sehingga pendapatan yang mereka terima tetap bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang lain35

Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat dari pertanian jagung, sangat banyak perubahan yang terjadi dalam masyarakat Desa Lau Kapur. Ini terlihat dari bentuk rumah yang mereka miliki. Sebelum pertanian jagung ada di desa ini,bentuk rumah-rumah penduduk bisa dikatakan sangat sederhana dan bahkan ada yang tidak layak huni. Masyarakat masih menghuni rumah adat yang dibuat oleh masyarakat tersebut dengan cara gotong -royong. Masyarakat yang sudah mempunyai rumah pada saat itu adalah masyarakat yang mempunyai kedudukan sebagai pemilik kuta/kampung tersebut. Namun, ketika pendapatan meningkat masyarakat mulai memperbaiki rumah mereka, ada yang mempunyai rumah semi permanen dan ada juga yang sudah permanen. Sehingga rumah adat dan rumah panggung sudah jarang ditemui di desa ini. Sekalipun ada beberapa rumah panggung dijumpai di desa itu hanyalah sebagai rumah warisan dan perkumpulan marga-marga yang ada disitu. Perubahan bentuk rumah ini lebih memudahkan masyarakat menyimpan kendaraan mereka ke rumah yang tidak memakai rumah panggung. Perubahan bentuk rumah ini juga seiring dengan perkembangan zaman serta perkembangan teknologi.

.

(44)

Bukan hanya dalam bentuk rumah yang mengalami perubahan, masyarakat juga tidak hanya mampu mencukupi kebutuhan primer namun mereka sudah bisa memenuhi kebutuhan sekunder bahkan kebutuhan tersier. Bisa kita lihat contoh yaitu barang-barang yang ada di rumah penduduk. Dulu televisi adalah sebuah barang mewah untuk masyarakat desa ini. Masyarakat yang mempunyai televisi hanyalah beberapa orang saja. Namun, ketika munculnya pertanian jagung di desa Lau Kapur maka masyarakat mampu membeli televisi. Bukan hanya pada televisi saja, namun masih banyak barang lainnya yang dianggap mewah oleh masyarakat pada saat itu yang bisa dibeli masyarakat, seperti radio, tape, dan telepon genggam. Dalam pola hidup juga masyarakat Desa Lau kapur mengalami perubahan. Ada pemikiran masyarakat untuk lebih maju dan tidak mau kalah dengan masyarakat lainnya. Hal inilah yang mengakibatkan adanya persaingan di desa tersebut. Persaingan yang terjadi yaitu ketika salah satu petani sudah bisa menyekolahkan anaknya ke perguran tinggi maka masyarakat lainnya juga akan mengikut dan tidak mau kalah. Hal ini tentu saja berdampak positif bagi masyarakat sehingga masyarakat lebih giat lagi untuk bekerja.

(45)

Ketika pertanian cengkeh dan tembakau ada di desa ini, masyarakat memanfaatkan kerbau untuk mengangkut hasil pertanian ke pasar. Mereka harus berjalan sambil menggiring kerbau untuk membawa hasil pertanian keluar dari desa dan berjalan sejauh 8 km. Pengangkutan hasil pertanian dengan menggunakan hewan seperti kerbau tidak bisa maksimal dan masyarakat lebih memilih praktis sehingga lebih memilih kendaraan bermotor. Kita ketahui kerbau lebih mahal daripada kendaraan bermotor namun kerbau hanya bisa mengangkut beberapa goni hasil pertanian dan harus diiringi oleh masyarakat dengan jalan kaki. Hal ini juga yang membuat masyarakat lebih memilih kendaraan bermotor yang lebih praktis dan efisien.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan juga diakibatkan pendapatan masyarakat semakin tinggi, maka sarana transportasi di desa ini juga berubah dengan adanya jagung. Lambat laun, masyarakat tidak menggunakan jasa kerbau lagi untuk mengangkut barang mereka, dan mulai menggunakan kendaraan bermotor. Masyarakat menggunakan kendaraan seperti sepeda motor karena akses jalan ke desa ini sangat sulit. Hanya bisa dilalui oleh sepeda motor. Mereka mengadakan gotong royong untuk membuka akses jalan ke desa lain. Perbaikan jalan ini bukan hanya untuk akses penduduk keluar dari desa namun juga untuk lebih memudahkan masyarakat mengangkut hasil pertanian mereka.

(46)

banyak menggunakan kendaraan pribadi. Masyarakat yang mempunyai mobil seperti mobil pick up hanyalah digunakan untuk mengangkut hasil pertanian jagung. Sarana transportasi yang ada di desa ini bukan hanya untuk akses penduduk ke desa lain namun juga untuk kelancaran distribusi pertanian jagung. Ketika jagung sudah siap dipasarkan tentu saja dibutuhkan sarana transportasi untuk dapat mengangkut jagung ke kabupaten atau keluar dari desa tersebut. Sarana transportasi yang ada bukan hanya untuk mengangkut hasil pertanian yang didapatkan oleh penduduk dari ladang maupun untuk memasarkan namun juga untuk mengangkut alat-alat yang dipakai untuk perawatan jagung tersebut seperti mengangkut pupuk, dll.

(47)

4.2 Pendidikan

Pendidikan sangat penting bagi masa depan anak-anak. Pendidikan merupakan salah satu faktor untuk mencapai tingkat kemajuan serta faktor untuk mendapat kehidupan yang lebih layak. Pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan. Pendidikan ini merupakan suatu konsumsi yang sangat erat hubungannya dengan lingkungan sosial dan sudah merupakan tuntutan zaman. Pendidikan biasanya bisa didapatkan dimana saja. Baik itu pendidikan non formal maupun pendidikan formal. Manfaat pendidikan sangatlah banyak mulai dari mempersiapkan diri untuk mencari nafkah, mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi maupun kepentingan masyarakat, melestarikan kebudayaan, dll.

(48)

sebatas SMP (Sekolah menengah Pertama) bahkan ada yang tidak tamat SD (Sekolah Dasar).

Dari pengalaman masyarakat desa ini, banyak orang tua yang terpaksa tidak menyekolahkan anaknya karena kekurangan biaya, mengingat biaya pendidikan sangat mahal. Pada saat masyarakat Desa Lau Kapur melakukan pertanian cengkeh dan tembakau, memang sudah ada yang menyekolahkan anaknya sampai tingkat SMA, namun hanya beberapa orang saja. Ada pun masyarakat yang berani menyekolahkan anaknya sampai tingkat perguruan tinggi itu harus rela menjual tanah mereka untuk biaya kuliah. Namun, ada juga beberapa masyarakat yang tidak rela melakukan hal tersebut, dikarenakan pemikiran serta kurangnya pemahaman tentang arti pentingnya pendidikan. Banyak masyarakat yang belum berani untuk menyekolahkan anaknya sampai tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas).

(49)

tenaga serta perjuangan yang sangat berat. Untuk ke tingkat SMP saja, selain biaya sekolah yang relatif mahal, juga karena akses ke sekolah tersebut sangat jauh. Bukan hanya uang sekolah yang harus dipikirkan tetapi biaya seragam sekolah juga,dll. Anak-anak yang sekolah ke SMP harus berangkat jam enam pagi ke sekolah supaya tidak terlambat. Itupun harus jalan kaki sejauh 8 km.

Hal diataslah yang membuat anak-anak malas sekolah dan orangtua merasa kasihan terhadap anaknya karena harus menempuh jarak sejauh 8 km. Keadaan seperti inilah yang membuat masyarakat yang tidak tamat SMP pada tahun 1970 an di Desa ini. selain akses jalan, biaya yang mahal juga meguras tenaga serta pikiran hanya untuk pergi sekolah ke tingkat SMP36

Hal inilah salah satu alasan masyarakat untuk menyekolahkan anak mereka lebih tinggi. Setiap orangtua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya.

.

Dengan pertanian jagung ini, masyarakat sudah bisa menyekolahkan anaknya ke tingkat SMA bahkan sudah banyak yang menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi. Para orangtua mengharapkan supaya anak-anak mereka kelak tidak sama nasibnya dengan mereka. Harapan ini juga sudah ada sejak jaman dahulu, maksudnya supaya kelak anak-anak mereka harus mempunyai kehidupan yang lebih layak dan lebih baik dari orangtua nya. Masyarakat tidak ingin profesi mereka saat ini menurun kepada anak-anaknya nanti, dan anak-anak mereka tidak bekerja di ladang dan tidak kena terik matahari dan dinginnya air hujan saat sedang bertani di ladang.

(50)

Sejak masyarakat Desa Lau Kapur menjadi petani jagung tingkat pendidikan sudah semakin membaik. Keinginan untuk menyekolahkan anak ini terlihat dari upaya masyarakat untuk giat bekerja sebagai petani. Hal ini bisa dilihat dari cara mereka bekerja dan juga pemanfaatan waktu supaya tidak terbuang percuma. Peningkatan tingkat pendidikan bisa kita lihat di dalam tabel sebagai berikut:

Persentase tingkat pendidikan pada pertanian di Desa Lau Kapur

Jenis Pertanian

Sumber: Wawancara: Sebat Tarigan, Lau Kapur, serta data dari kantor Kepala Desa Lau Kapur, ( 20 Mei 2014)37

Dari tabel diatas dapat di simpulkan bahwa dengan adanya pertanian jagung maka perkembangan pertanian juga sangat meningkat di Desa Lau Kapur tersebut. Di dalam membiayai kebutuhan pendidikan untuk anak, masyarakat berusaha untuk memenuhi kebutuhan sekolah yang layak untuk anaknya . hal ini membuat mereka memeras tenaga serta pikiran untuk mengatasi segala keperluan-keperluan mereka

.

(51)

sekolah. Dalam mengatasi keperluan sekolah petani tidak jarang untuk melakukan pinjaman ke tauke/agen jagung. Dibalik semua itu keinginan untuk menyekolahkan anak ini karena tingkat pendapatan masyarakat sudah tinggi yaitu dari hasil pertanian jagung yang dilakukan oleh masyarakat Desa Lau Kapur. Pada tahun 1970, masih sangat minim keinginan masyarakat untuk menamatkan anaknya tingkat SMA bahkan untuk pendidikan perguruan tinggi masih bisa dihitung pakai jari. Namun, setelah tahun 1980, masyarakat berlomba-lomba untuk menyekolahkan anak-anak mereka dengan harapan kehidupan anak mereka kelak lebih baik dari kehidupan orangtuanya sekarang.

Masyarakat beranggapan bahwa dengan pendidikan yang tinggi bisa lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, serta kehidupan mereka tidak lagi sebagai petani. Masyarakat juga mengharapkan kelak anak mereka tidak lagi menahan panasnya matahari dan dinginnya air hujan. Hal inilah yang membuat masyarakat Desa Lau Kapur berusaha keras untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Mereka rela menguras tenaga serta pikiran supaya mereka bisa menyekolahkan anak-anak mereka sampai ke perguruan tinggi.

4.3 Kesehatan

(52)

orang begitu juga dengan masyarakat di desa ini. Puskesmas di desa ini sudah ada sejak tahun 1980. Namun kesadaran masyarakat untuk berobat ke puskesmas sangat minim. Masyarakat yang berobat ke puskesmas ini hanya beberapa orang saja. Masyarakat lebih memilih untuk pergi berobat secara tradisional karena lebih murah. Hal ini karena tingkat perekonomian masyarakat sangat rendah sehingga lebih memilih pengobatan tradisional daripada pergi ke puskesmas yang biaya nya lebih mahal. Kalau berobat secara tradisional hanya memerlukan biaya yang sedikit untuk upah yang memberi obat, sedangkan ke puskesmas mereka harus membayar biaya pengobatan serta menebus obat dari puskesmas. Untuk ibu-ibu yang mau melahirkan pun mereka lebih memilih ke dukun beranak daripada ke bidan desa. Kalau melahirkan dengan bidan desa lebih mahal biayanya dibanding dengan dukun beranak. Proses melahirkan dengan bantuan dukun beranak hanya mengeluarkan biaya yang sedikit. Hanya beberapa masyarakat yang mau berobat ke puskesmas. Masyarakat yang lainnya lebih memilih untuk berobat secara tradisional. Masyarakat mau berobat ke puskesmas hanya karena obat tradisional tidak mampu lagi mengobati.

(53)

mereka juga sudah mulai memilih ke puskesmas karena pengobatan yang lebih steril. Untuk ibu-ibu yang mau melahirkan juga sudah banyak yang membutuhkan bidan dibanding dukun beranak. Masyarakat sudah lebih peduli dengan kesehatan mereka setelah perekonomian mereka meningkat.

Peran pemerintah dalam hal kesehatan juga cukup tinggi antara lain menambah beberapa orang bidan yang tidak hanya ditempatkan di desa tetapi sudah ada per dusun sekalipun puskesmas hanya ada di desa saja. Dengan adanya penyuluhan yang dilakukan bidan serta dinas kesehatan tentang arti pentingnya kesehatan membuat masyarakat mau mengunjungi puskesmas. Bidan yang ada di dusun ada yang tinggal dirumah penduduk yang tidak dipakai atau menyewa rumah. Masyarakat yang dulunya takut berobat ataupun mengimunisasi anak mereka mulai datang ke puskesmas.

(54)

memperhatikan pendidikan serta kehidupan di desa dan transportasi namun juga memperhatikan kesehatan masyarakat itu sendiri.

Sehingga dengan meningkatnya tingkat pendapatan seseorang maka seseorang akan semakin konsumtif. Hal ini terjadi karena seseorang memiliki pendapatan yang tinggi, ketika dia menginginkan suatu barang atau suatu hal karena adanya uangnya sehingga bisa dibeli nya. Demikian hal nya dengan masyarakat yang ada di Desa Lau Kapur. Pada awalnya masyarakat di desa ini hanya memenuhi kebutuhan pokok saja. Namun setelah adanya pertanian jagung mengakibatkan pendapatan tinggi serta mengacu ke pola hidup yang konsumtif pula. Kehidupan yang konsumtif ini dapat dilihat dari kehidupan para petani jagung yang sudah mulai malas untuk menanam sayuran dan mereka lebih sering membeli ke pasar. Masyarakat juga dengan adanya akses jalan yang semakin mudah lebih suka berbelanja ke kabupaten dibandingkan di desa tersebut padahal harga dan kualitas sama saja.

(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitan dapat disimpulkan bahwa Desa Lau Kapur merupakan daerah yang memiliki kondisi alam yang sangat efektif bagi pengembangan di bidang pertanian. Selain hawanya yang sejuk, unsur hara pada tanahnya juga sangat tinggi .

(56)

Awalnya petani di Kecamatan Tiga Binanga adalah petani cengkeh, padi, tembakau, kacang tanah, dan pisang hanya tanaman tambahan, tetapi pertanian ini dianggap tidak banyak mengembangkan, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Setelah masuknya bibit Jagung ke Desa Lau Kapur maka lambat laun penghasilan dari pertanian Jagung meningkat. Peningkatan pendapatan akhirnya berpengaruh pada kehidupan masyarakat Desa Lau Kapur.

Banyak pengaruh yang terjadi setelah perkembangan pertanian jagung di Desa Lau Kapur tersebut diantaranya adalah meningkatnya bidang pendidikan, kesehatan dan semakin berkembangnya desa tersebut. Karena adanya jalan yang sudah memadai dan transportasi juga maka untuk mengakses jalan untuk keluar dari Desa tersebut lebih mudah, hasil panen masyarakat juga lebih mudah lagi untuk menjualnya.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang sudah disimpulkan diatas maka peneliti memberikan saran yaitu :

 Diharapkan supaya pemerintah Kabupaten Karo melalui penyuluhan pertanian tentang cara budi daya tanaman jagung yang lebih bagus supaya tanaman masyarakat bisa tumbuh dengan bagus.

(57)

 Diharapkan kepada pemerintah Kabupaten Karo supaya mengaspal jalan untuk mempermudah pengangkutan hasil panen dan lebih mudah untuk pemasarannya. Dari Pusat Pemerintahan ke Kecamatan Tiga Binanga.

 Pemerintah Karo lebih memperhatikan lagi nasib petani, karena petani identik dengan kemiskinan, padahal begitu banyak manusia Indonesia yang menggantungkan hidupnya dari Pertanian. Perhatian berupa kebijakan ataupun penambahan perhatian terhadap pendidikan, agar anak-anak petani ini keluar dari lingkungan kemiskinan.

(58)

BAB II

Kondisi Pertanian Masyarakat Lau Kapur Sebelum Tahun 1974

2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam

Desa Lau Kapur merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo. Jarak antara Desa Lau Kapur dengan Kecamatan Tiga Binanga sekitar 8 km, sedangkan ke pusat Kabupaten sekitar 44 km. Desa Lau Kapur merupakan suatu desa yang terdapat di Kecamatan Tiga Binanga, dan Kecamatan Tiga Binanga juga terdiri dari 18 desa, yaitu Perbesi, Limang, Bunga Baru, Simpang Pergendangen Perlamben, Pergendangen, Gunung, Kuala, Kuta Bangun, Kuta Raya, Kuta Galoh, Kuta Buara, Kem-Kem, Simolap, Pertumbuken, Kutambaru Punti, Batu Mamak, Kuta Gerat dan Lau Kapur9

Lau Kapur adalah suatu desa yang penduduk aslinya adalah marga Ginting yang berasal dari daerah Naga

.

10

9 Kantor Camat Tiga Binanga , 12 Juli 2014

10 Wawancara: Selamat Ginting, Lau Kapur, 12 Juli 2014 ‘Naga’ merupakan suatu nama desa yang berada di

daerah Kecamatan Juhar yang merupakan asal marga Ginting yang tinggal di Desa Lau Kapur

(59)

Ketiga klen marga inilah yang membagun dan menetap di Desa Lau Kapur, marga inilah yang membawa sistem mata pencaharian hingga pemerintahan desa Lau Kapur tersebut. kebiasaan-kebiasaan adat yang turun temurun membentuk pola kehidupan masyarakat desa Lau Kapur sehingga dalam kesehariannya masyarakat desa memakai bahasa Karo dalam bahasa komunikasi mereka.

Desa Lau Kapur berada 710-800 M / DPL dari permukaan laut. Suhu udara di desa Lau Kapur antara 22° s/d 29° derajat celcius dengan kelembapan udaranya rata-rata 28°. Ada dua musim yang terdapat di desa Lau Kapur yaitu musim hujan dan kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan Maret sampai bulan Oktober. Hal ini disebabkan karena arah angin yang berhembus di desa Lau Kapur terbagi atas dua yaitu: pada musim hujan, angin berhembus dari arah Barat sedangkan pada musim kemarau angin Timur Tenggara berhembus dari arah Timur.

Desa Lau Kapur terletak di Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo yang berbatasan dengan :

 Sebelah Utara berbatasan dengan aliran sungai (lau bengap)

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tanah Pinem Desa Butar dan Desa Lau Riman

(60)

 Sebelah Timur berbatasan dengan lahan Desa Gunung dan lahan Desa Kem-Kem.11

Pola pemukiman penduduk Desa Lau Kapur, pada umumnya berada di tepi jalan lintas desa, dan di antara rumah-rumah itu terdapat bangunan dengan pekarangan yang cukup luas. Biasanya di jadikan tempat untuk berbagai kegiatan yang disebut dengan jambur12

Dari hasil wawancara dengan penduduk setempat maupun petugas kecamatan pada umumnya rumah yang ada di desa tersebut adalah rumah yang beralaskan papan, dinding papan dan beratapkan ijuk, serta rumah adat yang di buat secara gotong royong dan didirikan sesuai dengan prinsip adat. Namun disebut rumah adat . Di sinilah tempat upacara pesta perkawinan, upacara kematian dan sebagainya yang dilakukan oleh masyarakat. Di pekarangan halaman desa ada dibangun lumbung-lumbung untuk menyimpan padi (dalam bahasa karo di sebut sapo page) dan lesung. Di daerah Karo lumbung padi juga sangat berfungsi sebagai tempat berkumpul atau tempat untuk tidur bagi pemuda. Karena disinilah masyarakat bisa berkumpul untuk menumbuk padi yang akan di masak untuk besoknya.

11

Kantor Camat Tiga Binanga, 12 Juli 2014.

12

Jambur adalah suatu tempat yang di jadikan oleh masyarakat untuk merayakan pesta perkawinan dan pesta

(61)

karena merupakan lambang perwujudan adat masyarakat gotong-royong dilihat dari pendiriannya, fungsinya, semuanya bersendikan kepada adat istiadat13

13Wawancara: Muat Perangin-angin, Lau Kapur, 16 Juli 2014

Karena secara tradisional kampung-kampung orang Karo didirikan di tempat yang di pilih strategis, yakni dengan memperhatikan segi keamanan, tidak hanya terhadap serangan sesama manusia, tetapi juga serangan atau gangguan binatang-binatang buas seperti Harimau, Beruang, Babi hutan dan sebagainya, maka diperkirakan rumah yang pertama kali di dirikan oleh manusia adalah Siwaluh jabu yang merupakan rumah adat orang Karo. Yang di huni oleh delapan keluarga, di mana kehidupan di dalamnya diatur berdasarkan adat.

(62)

Di desa Lau Kapur penduduk yang tidak produktif berdasarkan usia di bawah 25 tahun dan kelompok ini dianggap masih dalam taraf pendidikan. Kelompok yang lainnya adalah yang produktif berdasarkan usia 25 tahun ke atas dan tidak bersekolah lagi. Dan diatas 25 tahun ke atas dianggap sudah mempunyai penghasilan sendiri.

Pada umumnya untuk melangsungkan kehidupannya masyarakat yang tinggal di desa memiliki mata pencaharian sebagai petani. Bertani sudah mendarah daging dan dilakukan secara turun-temurun. Pertanian sudah menjadi kegiatan sehari-hari terutama bagi masyarakat yang tinggal di dekat pegunungan. Perekonomian masyarakat ini pada umumnya bergantung pada pertanian. Hal ini juga yang terjadi pada Desa Lau Kapur yang hanya menggantungkan perekonomiannya pada pertanian.

(63)

Sebelum tahun 1974 mata pencaharian masyarakat Desa Lau Kapur menanam padi, cengkeh, tembakau, dan pisang adalah sebagai tanaman tambahan saja. Tingkat perekonomian yang hanya mengandalkan pertanian biasanya memiliki kehidupan perekonomian yang tergolong rendah. Pertanian yang seperti ini juga terkadang bergantung pada kondisi alam untuk mempertahankan hasil panen. Masyarakat Desa Lau Kapur dengan kondisi yang masih tertinggal melakukan pertanian dengan mengandalkan tenaga keluarga(aron) dan hanya menggunakan alat pertanian yang sederhana. Seperti cangkul, sabit, dan yang lainnya, sedangkan untuk membajak persawahan hanya menggunakan tenaga seadanya seperti tenaga hewan yaitu tenaga kerbau. Pengetahuan tentang pertanian juga masih berdasarkan pengalaman dari masyarakat setempat ataupun nenek moyang mereka.

Berikut ini ada beberapa tanaman pokok yang dijadikan masyarakat sebagai mata pencaharian utama :

2.2 Pertanian Padi

(64)

melakukan pertanian selama berpuluh-puluh tahun yang lalu sekalipun pertanian yang dilakukan tersebut masih secara tradisional.

Padi merupakan tanaman yang sangat penting bagi masyarakat. Padi juga merupakan tanaman pokok dan jenis tanaman yang dapat langsung dikonsumsi masyarakat tanpa melalui pasar karena padi ditanam sendiri oleh masyarakat tersebut sebagai petani subsisten . Biasanya padi ditanam sekali dalam satu tahun di lahan yang kering sedangkan padi yang di tanam di daerah persawahan ditanam dua kali dalam setahun oleh masyarakat Desa Lau Kapur. Selain menanam padi masyarakat juga menanam tembakau, cengkeh, dan pisang sebagai tanaman tambahan. Tujuan penanaman tanaman tambahan ini bukan saja sebagai aktivitas ketika menunggu padi siap untuk di panen namun juga untuk makanan tambahan. Sudah menjadi suatu kebiasaan bagi masyarakat Karo untuk menanam padi sebagai tanaman pokok mereka, untuk lauknya biasanya masyarakat di desa ini pergi memancing dan terkadang juga berburu ke hutan. Masyarakat Desa Lau Kapur ini juga memelihara hewan ternak seperti ayam, babi, kerbau, kambing,dll. Hewan ini bukan untuk dijual melainkan untuk dikonsumsi sendiri. Jadi ketika masyarakat di desa ini kedatangan tamu, mereka tidak kewalahan harus pergi ke pasar untuk membeli hewan karena sudah ada hewan peliharaan mereka sebagai persediaan lauk mereka.

(65)

jenis padi seperti padi Udang, padi Siantar, dll. Penanaman ini sekitar bulan Juli sampai Agustus. Dan musim panen sekitar bulan November sampai Desember. Dan ada juga padi yang di tanam dua kali dalam setahun yang berada di daerah persawahan. Biasanya masyarakat menanam jenis padi yang berumur sekitar 4-5 bulan. Jenis padi yang ditanam seperti padi GR 64. Musim penanaman padi di lahan persawahan terjadi di bulan Februari sampai Maret, dan musim panen itu sekitar bulan April sampai Mei. Kemudian lahan padi yang sudah di panen di diami selama satu sampai dua bulan untuk menggemburkan tanah tersebut supaya hasil padi yang di tanam pun semakin bertambah. Kemudian berlanjut dengan penanaman lagi pada bulan Juli tahun itu juga14. Hal inilah salah satu cara yang dilakukan masyarakat supaya hasil panen mereka bertambah setiap panen. Pada saat itu, harga pupuk sangat tinggi dan masyarakat setempat tidak sanggup membeli pupuk untuk menyuburkan tanah. Meskipun pupuk kandang tersedia namun tidak bisa sepenuhnya untuk menyuburkan tanah karena jika areal persawahan memakai pupuk kandang ke daerah persawahan maka padi yang masih berumur 2 minggu itu akan habis di makan oleh hama yang berasal dari pupuk kandang tersebut. Padi tersebut akan rusak dan timbul bercak-bercak pada daun padi. Masyarakat sering menyebut keadaan padi tersebut dengan istilah mati otok dan werengan 15

14Wawancara: M. Br Sebayang, Lau Kapur, 30 Mei 2014

15 Mati otok adalah kerusakan yang diakibatkan hama tanaman dengan tanda-tanda timbulnya bercak-bercak kuning di pucuk daun padi yang membuat padi bisa mati dan itu hanya terjadi pada beberapa tanaman padi saja. Werengan adalah nama penyakit pada tanaman padi yang bisa menyebabkan padi tidak membuahkan hasil karena tanaman padi tersebut bisa mati semua.

(66)

Dalam mengerjakan lahan pertanian mulai dari penanaman sampai dengan panen masyarakat Desa Lau Kapur biasanya melakukannya dengan sistem Aron, yaitu saling membantu dengan perjanjian tenaga diganti dengan tenaga16

Dalam hal pemupukan tanaman padi masyarakat desa ini hanya melakukan sekedar saja dan biasanya hanya sekali pemupukan. Hal ini dikarenakan oleh tingginya harga pupuk sedangkan masyarakat tidak sanggup untuk membeli pupuk. Saat itu pupuk yang tersedia adalah pupuk non subsidi karena pupuk subsidi pemerintah baru muncul di tahun 1982. Untuk lahan seluas setengah hektar

. Dalam pengolahan lahan pertanian masyarakat Desa Lau Kapur masih belum menggunakan traktor melainkan dengan tenaga kerbau untuk membajak lahan pertanian. Lahan yang digunakan oleh masyarakat sebagai lahan untuk persawahan hanyalah lahan yang bisa dialiri oleh sungai dan yang agak landai. Dengan sedikitnya lahan yang bisa digunakan untuk penanaman padi membuat masyarakat desa ini tetap menanam pisang sebagai tanaman tambahan. Mengingat pada waktu itu, jajanan yang instan belum ada ditemui di Desa Lau Kapur.

Lahan yang di tanami padi adalah lahan-lahan yang dialiri sungai untuk mempermudah pengairan ke sawah –sawah tersebut karena pada saat itu sistem irigasi masih sangat minim. Pada saat itu pompa air untuk mengaliri lahan yang kering juga belum ada, sehingga masyarakat menghindari resiko gagal panen juga.

(67)

masyarakat hanya menggunakan pupuk sekitar 8-10 kg dari mulai menanam sampai panen17. Masyarakat sering mengalami kegagalan panen karena tidak mampu mengatasi masalah kekurangan pupuk untuk kesuburan tanah. Kalaupun ada masyarakat yang mampu membeli pupuk namun mereka pasti enggan untuk melakukan pemupukan karena jika gagal panen maka hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan pengeluaran yang sudah ada. Selama pertumbuhan tanaman padi, sangat dianjurkan pemupukan yang ideal. Ketika padi yang kekurangan salah satu unsur pokok pada pertumbuhan akan menyebabkan tanaman padi tumbuh tidak normal seperti pertumbuhan terhambat, anakan padi berkurang, rentan terhadap penyakit dan hama tanaman. Oleh karena itu komposisi pemberian pupuk yang tepat adalah nitrogen, fosfor,dan kalium18

17Wawancara: B.Ginting, Lau Kapur , 17 Mei 2014

18

Suparyono dan Agus Setyono, Mengatasi Permasalahan Budidaya Padi, Jakarta: Penebar Swadaya,1997, hal 49.

.

(68)

Untuk pengolahan lahan masyarakat tidak perlu banyak mengeluarkan biaya karena mereka melakukan sistem aron dan ada juga yang mengajak sanak saudara supaya lebih menghemat biaya dan cara kerjanya pun lebih cepat karena itu dilakukan untuk bergantian dengan lahan saudara yang mempunya sawah juga. Selain resiko gagal panen diakibatkan oleh kurangnya pupuk untuk kesuburan tanah dan ada juga resiko lain yaitu serangan hama tanaman seperti tikus yang dapat merusak tanaman padi tersebut dan sering juga terjadi karena kondisi alam. ketika padi sudah mulai merunduk tiba-tiba datang angin kencang (dalam bahasa setempat dikenal dengan lapat) yang dapat merusak tanaman padi dan membuat padi rusak dan berjatuhan. Hal

ini yang bisa membuat gagal panen. Apabila panen berhasil masyarakat biasanya menghasilkan padi yang banyak . Untuk setengah hektar luas lahan, atau sekitar dua rantai persawahan membutuhkan bibit kurang lebih 30 kaleng padi. Namun apabila masyarakat mengalami gagal panen, hasil yang didapat tidak sebanding dengan bibit dan tenaga serta biaya yang dikeluarkan untuk membeli pupuk yang dibutuhkan. Jika gagal panen biasanya dengan bibit 30 kaleng padi itu hanya memperoleh hasil sekitar 50-60 kaleng padi. Hal ini tidak sesuai lagi dengan biaya dan tenaga yang sudah dikeluarkan. Hasil yang didapatkan ini tentu saja tidak mencukupi untuk persediaan selama setahun untuk satu keluarga. Oleh sebab itu masyarakat menanam tanaman tambahan seperti pisang.

(69)

saja. Tanaman padi yang menjadi tanaman inti di desa ini menjadi merosot dan menghantar masyarakat mengalami kesulitan. Keadaan yang rendah tingkat perekonomian ini akan mengancam kelangsungan hidup masyarakat apabila masyarakat tidak segera menemukan solusi yang tepat dan menemukan tanaman lain yang lebih mampu meningkatkan kehidupan mereka. Tanaman padi yang ditanam secara serentak pada bulan November belum tentu bisa mendapat hasil sesuai dengan hati para petani, dan tidak dapat dipastikan hasil setiap tahunnya.

Akibat penurunan hasil tanaman padi dalam pertanian masyarakat yang cenderung tidak mampu untuk membiayai kebutuhan selama setahun, maka sulit bagi para petani untuk tetap bertahan dengan menanam padi saja. Masyarakat tidak jarang hanya memakan sagu di pagi hari dan memakan nasi pada siang harinya untuk menghemat beras tersebut19

Keterbatasan ekonomi di Desa Lau Kapur sebelum tahun 1974 sangat jelas kelihatan. Ini terlihat dari tingkat pendidikan yang rendah. Sebelum tahun 1974 pendidikan di Desa Lau Kapur ini sangat rendah, masih banyak masyarakat yang . Hasil panen yang dihasilkan biasanya untuk kelangsungan hidup selama setahun. Namun tidak jarang juga masyarakat harus menjual hasil panen sebagian untuk biaya sekolah anaknya, itupun jika hasil panen bagus. Namun lain lagi jika para petani mengalami kegagalan panen, masyarakat harus berusaha menghemat dan menanam jagung dan ubi supaya bisa membantu biaya untuk kehidupan sehari-hari.

(70)

menyekolahkan anaknya hanya sebatas sekolah dasar dan yang paling tinggi saat itu adalah hanya SLTP20

20 Wawancara: Cakap Ginting, Lau Kapur,19 Mei 2014

. Rendahnya perekonomian masyarakat yang hanya mengandalkan tanaman padi sebagai mata pencaharian juga dapat dilihat dari bentuk-bentuk rumah yang ada di Desa Lau Kapur. Rumah-rumah masih sangat sederhana seperti rumah si waluh jabu dan rumah yang memiliki lantai papan dan atap ijuk.

2.3 Pertanian Tembakau

(71)

gembur, mudah mengikat air, memiliki tata air dan udara yang baik supaya menghasilkan tanaman yang bagus21

Lahan yang ingin di pergunakan untuk menanam tembakau tersebut masyarakat harus menaburkan pupuk kandang, sesudah itu membajak/menggemburkan tanah dan di diamkan selama satu minggu untuk mempersubur tanah tersebut. Jarak tanam yang dilakukan sekitar 90-100 cm dengan arah membujur antara Timur dan Barat. Jika kita menginginkan daun yang tipis dan halus maka jarak tanam harus rapat, sekitar 90 x 70 cm. Dan jika masyarakat ingin menanam seperti biasa maka masyarakat harus membuat jarak 90 × 90 cm. Ketika tanaman tembakau yang di tanam dengan jarak tanam rapat (jumlah populasi 20.000-30.000 tanaman/ha) menghasilkan daun lebih kecil dan tipis. Sehingga masyarakat harus betul-betul memperhatikan jarak tanam supaya tanaman tembakau tersebut terhindar dari

.

Bibit yang di pergunakan oleh masyarakat Desa Lau Kapur pada saat itu adalah bibit lokal yang di bawa oleh penetua adat dari kecamatan, kemudian masyarakat membeli untuk di tanam. Sesudah itu mereka menabur di lahan mereka masing- masing dengan ukuran yang ingin mereka tanam. untuk menaman tembakau tersebut masyarakat harus melakukan pembibitan dahulu selama satu bulan. Sesudah pembibitan tersebut dilakukan baru mereka harus menyediakan lahan tempat penanaman.

21

(72)

penyakit cendawan, dan tidak menyebabkan tanaman tumbuh kurus dan tidak produktif karena penerimaan sinar matahari pada setiap tanaman kurang baik.

Penanaman yang dilakukan untuk tumbuhan tersebut sebaiknya berada pada tempat yang sudah di basahi dan baiknya di tanam pada pagi hari atau sore hari supaya tanaman tersebut tidak langsung terkena terik matahari. Dan sesudah penanaman tersebut dilakukan maka satu- tiga minggu sudah mulai bisa dilihat mana yang tidak tumbuh dan bisa di ganti lagi dengan tanaman yang baru tetapi harus seumuran dengan tanaman yang sudah duluan di tanam supaya lebih mudah untuk memperhatikan perkembangan tanamana tersebut.

(73)

lt/tanaman. Pada umur 65 hari setelah tanam penyiraman dihentikan, kecuali bila cuaca sangat kering22

Daun dipetik mulai dari daun terbawah ke atas. Waktu yang baik untuk pemetikan adalah pada sore/pagi hari. Pemetikan dapat dilakukan berselang 3-5 hari, dengan jumlah daun satu kali petik antara 2-4 helai tiap tanaman. Untuk setiap tanaman dapat dilakukan pemetikan sebanyak lima kali. Tembakau yang di tanam oleh masyarakat tersebut sesudah di panen dan dilanjutkan proses pengirisan yang di lakukan juga sekitar satu bulan sekalian di jemur untuk dapat di jual ke pasar. Namun tanaman tembakau tidak bertahan lama karena tanaman tembakau tersebut terserang penyakit yang membuat tanaman terus menjadi rusak dan tidak bisa menghasilkan untuk memenuhi kehidupan masyarakat Desa Lau Kapur. Maka dari itu masyarakat tidak mau mempertahankan tanaman tersebut karena terus terkena penyakit makanya

.

Pemetikan daun tembakau yang baik adalah jika daun-daunnya telah cukup umur dan telah berwarna hijau kekuning-kuningan.Untuk golongan tembakau cerutu maka pemungutan daun yang baik pada tingkat tepat masak/hampir masak hal tersebut di tandai dengan warna keabu-abuan. Sedangkan untuk golongan sigaret pada tingkat kemasakan tepat masak/masak sekali, apabila pasar menginginkan krosok yang halus maka pemetikan dilakukan tepat masak. Sedangkan bila menginginkan krosok yang kasar pemetikan diperpanjang 5-10 hari dari tingkat kemasakan tepat masak.

(74)

masyarakat juga ingin beralih juga dari tanaman yang tidak bisa menghasilkan bagi kehidupan mereka ke depannya.

2.4Pertanian Cengkeh

Cengkeh merupakan salah satu komoditas pertanian yang tinggi nilai ekonominya, karena cengkeh pada mulanya hanya di pergunakan untuk obat-obatan. Namun dalam perkembangannya manfaat cengkeh menjadi lebih luas dan kebanyakan yang di pergunakan adalah bunganya. Baik sebagai rempah-rempah, bahan campuran rokok kretek atau bahan dalam pembuatan minyak atsiri. Pada tahun 1920 di Indonesia cengkeh semakin berkembang menjadi bahan baku untuk pembuatan rokok kretek sehingga 1930 pemakaian cengkeh sebagai bahan baku rokok kretek terbesar di dunia. Tanaman cengkeh yang tumbuh optimal pada 300 - 600 dpal dengan suhu 22°-30°C, curah hujan 1500-4500 mm/tahun. Tanah gembur dengan dalam solum minimum 2 m, tidak berpadas dengan pH optimal 5,5 - 6,5. Tanah jenis latosol, andosol dan podsolik merah baik untuk dijadikan perkebunan cengkeh23

Untuk menanam Cengkeh maka masyarakat harus membuat bedengan untuk naungan dengan lebar 1- 1,2 m dan panjang sesuai kebutuhan dengan arah membujur ke utara selatan. Kanan kiri bedengan dibuat parit sedalam 20 cm dan lebar 50 cm.

(75)

Diatas bedengan dibuat naungan setinggi 1,8 m dibagian timur dan 1,2 m dibagian selatan.

Benih di tanam dalam polybag ukuran 15 cm x 20 cm, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 dan berikan per 20 25 kg pupuk kandang yang telah jadi dan diperam selama ± 2 minggu. Dan sebelum bibit ditanam siram tanah dengan 5 ml/lt air atau 0,5 tutup per liter air. -Kemudian susun polybag pada persemaian yang telah disiapkan. Penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari. Penyiangan dilakukan 2-3 kali dalam sebulan disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Intensitas naungan perlahan-lahan dikurangi secara bertahap hingga tinggal 40% saat bibit dipindahkan ke lapang. Pupuk yang di gunakan oleh masyarakat pada waktu itu adalah NPK 151515 dilakukan dengan dosis 10 gr untuk satu pohon per tahun nya dan kadang tidak di beri pupuk karena susah dan mahalnya harga pupuk pada masa itu. Terkadang masyarakat hanya menaburkan kandang saja sebagai pupuk tambahan.

(76)

Cengkeh juga sering mengalami serangan hama dan penyakit sehingga bisa menurunkan produktivitas bagi masyarakat desa. Namun masyarakat hanya bisa membasmi dengan cara tradisional saja karena pada saat itu belum ada alat penyemprot untuk membasmi itu dan masyarakat hanya bisa mengikuti cara yang di lakukan oleh nenek moyang yang dulunya sudah menanam terlebih dahulu. Ada pun jenis hama dan penyakit yang sering mengganggu pertumbuhan tanaman cengkeh tersebut adalah:

(77)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Untuk dapat hidup manusia memiliki banyak kebutuhan untuk dapat menopang kelangsungan kehidupannya. Kebutuhan manusia dapat dibagi menjadi kebutuhan primer (pangan), kebutuhan sekunder (sandang dan pangan) dan kebutuhan tersier. Untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus memiliki usaha guna memperoleh kebutuhan itu. Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia untuk dapat bertahan hidup, sehingga manusia harus menanam padi, sayur-sayuran, buah-buahan untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan mereka. Kegiatan menanam tanaman kebutuhan pangan ini dilakukan oleh masyarakat pedesaan. Jenis tanaman yang ditanam di pedesaan sangat bergantung pada keadaan tanah, musim dan iklim. Keadaan tanah yang subur tentunya sangat menentukan hasil dari pertanian. Kehidupan masyarakat pada umumnya mengalami perubahan baik secara cepat maupun secara lambat. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan adanya faktor yang menunjang dan mempengaruhi setiap individu di dalam masyarakat tersebut1

Desa dapat ditandai dengan luas wilayah yang tidak terlalu besar, tempat dimana sistem kekerabatannya masih erat, adanya sistem gotong-royong yang tinggi, kehidupan masyarakat sangat bergantung pada alam, mata pencarian bersifat

.

(78)

homogen, dan jumlah penduduk yang tidak terlalu banyak. Pada umumnya mata pencarian pada masyarakat pedesaan adalah bertani. Musim atau iklim sangat mempengaruhi masyarakat pedesaan. Karena musim atau iklim menentukan jenis tanaman yang dapat ditanam oleh masyarakat. Umumnya desa tidak terlalu bergantung pada kota, karena masyarakat desa dapat memproduksi kebutuhan primer mereka sendiri.

Terbentuknya suatu pemukiman sebagai tempat tinggal kelompok hal ini disebabkan naruni alamiah untuk mempertahankan kelompok. Di dalam kelompok tersebut terjalin sendi-sendi yang melandasi hubungan-hubungan antara sesama warga kelompok berdasarkan hubungan kekerabatan/ kekeluargaan2

Lau Kapur adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Tiga Binanga, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Jumlah penduduk di desa ini sekitar 150 KK. Luas wilayah desa ini adalah sekitar 425 Ha. Jarak Desa Lau Kapur dengan Kecamatan adalah sekitar 8 Km, sedangkan jarak Desa ke Ibukota Kabupaten sekitar 44 Km. Hampir 80% mata pencarian penduduknya adalah bertani

.

3

Pada umumnya petani di Desa Lau Kapur menanam tanaman seperti : cengkeh, padi, tembakau, kacang tanah, dan pisang hanya sebagai tanaman tambahan saja. Kehidupan bertani bagi masyarakat Desa Lau Kapur sudahlah mendarah daging.

.

2 Chozon, Pembangunan Pedesaan : Dalam Rangka Peningkatan Kesejahtraan Masyarakat, IPB Press ,2010

(79)

Kehidupan masyarakat Desa Lau Kapur yang agraris ini dulunya bersifat subsisten yaitu hasil pertanian mereka hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan pokok. Sebelum tahun 1974 masyarakat Desa Lau Kapur hanya menanam Padi yang merupakan tanaman pokok untuk kebutuhan masyarakat. Padi pada umumnya di panen dua kali dalam satu tahun. Namun, ketika padi ditanam di lahan yang sama secara berulang – ulang maka hasil padi dari tahun ke tahun tidak bisa dipertahankan. Setiap tahunnya hasil dari tanaman padi semakin menurun sehingga masyarakat mulai beralih ke tanaman lain yaitu tembakau. Walaupun tetap menanam padi namun tidak menjadi tanaman pokok dan tidak sebanyak dulu. Masyarakat menanam padi menjadi sekali dalam setahun, hal ini dilakukan supaya bisa memperoleh hasil yang sama setiap tahunnya.

Pada tahun 1965 tembakau mulai di tanami oleh masyarakat Desa Lau Kapur karena hasil padi semakin menurun dan harga tembakau yang sangat tinggi membuat masyarakat berlomba-lomba untuk menanamnya, walaupun nilai tembakau semakin tinggi di pasaran namun masyarakat tidak sepenuhnya meninggalkan tanaman padi. Mereka menanam tanaman tersebut bergantian di lahan yang sama supaya hasilnya lebih memuaskan, dan hasil panen masyarakat tersebut dijual ke pasar Tiga Binanga yang hanya beroprasi pada hari selasa saja.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara dan pengolahan data yang diperoleh dari petani jagung di daerah penelitian, dapat dilihat faktor-faktor internal (kekuatan dan

Kepada masyarakat Desa Perbesi Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo hendaknya juga dapat memperbaiki sikap dan tindakan dalam penggunaan air sungai Lau Gerbong termasuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bahaya erosi permukaan (ton/ha/tahun) di Sub DAS Lau Padung Kecamatan Namorambe (2) Erosi terbolehkan pada lahan pertanian di Sub DAS

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa : usahatani jagung didaerah penelitian layak untuk diusahakan; strategi usahatani jagung yang perlu dilaksanakan petani adalah

3.Untuk menganalisis hubungan peran penyuluh dengan pendapatan petani jagung. di

Berapa pendapatan petani jagung yang memanfaatkan lahan garapan di

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa : usahatani jagung didaerah penelitian layak untuk diusahakan; strategi usahatani jagung yang perlu dilaksanakan petani adalah

Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa atas berkat yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan Air