• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Abortus Inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2010 – 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Penderita Abortus Inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2010 – 2011"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

MASTER DATA PENDERITA ABORTUS INKOMPLETUS DI RSUD DR.PINGADI KOTA MEDAN TAHUN 2010-2011

No Thn Um UmK SP Pddkn Pkrjn Agm TT UsHml UsHmlK Paritas R_K R_TP R_KA R_P Ada_RP K Ada_K PM LR KSP

1 1 29 2 1 3 2 1 1 8 1 2 1 1 1 2 . 2 . 1 2 1

2 1 38 1 1 3 1 2 2 5 1 3 1 2 1 2 . 2 . 1 0 1

3 1 24 2 1 3 1 1 1 8 1 3 1 2 1 2 . 2 . 1 1 2

4 1 28 2 1 5 2 2 1 9 1 2 1 1 1 2 . 2 . 1 2 1

5 1 25 2 1 5 2 1 1 8 1 2 1 1 1 2 . 2 . 1 1 1

6 1 38 1 1 5 2 1 2 9 1 3 1 2 1 2 . 2 . 1 3 2

7 1 45 1 1 3 2 2 1 9 1 3 1 2 1 2 . 2 . 1 2 2

8 1 29 2 1 3 2 1 1 8 1 3 1 2 1 2 . 2 . 1 2 1

9 1 41 1 1 5 2 2 1 7 1 3 1 2 1 2 . 2 . 1 2 2

10 1 33 2 1 5 2 1 1 8 1 3 2 2 2 1 2 2 . 1 1 2

11 1 30 2 1 3 3 2 1 10 2 3 1 2 1 2 . 2 . 1 5 1

12 1 30 2 1 5 2 1 2 9 1 3 1 2 1 2 . 2 . 1 5 1

13 1 23 2 1 3 1 1 1 7 1 2 2 2 2 2 . 2 . 1 3 1

14 1 35 2 1 5 1 1 1 9 1 3 2 2 2 2 . 2 . 1 5 1

15 1 31 2 1 3 1 1 1 8 1 2 2 2 2 2 . 2 . 1 1 1

16 1 44 1 1 1 1 1 1 9 1 4 1 2 1 2 . 2 . 1 3 2

17 1 41 1 1 1 4 1 1 9 1 4 1 2 1 2 . 2 . 1 3 1

18 1 32 2 1 3 1 1 1 9 1 3 1 2 1 2 . 2 . 1 3 2

19 1 16 1 1 3 1 1 2 7 1 2 2 2 2 2 . 2 . 2 2 1

20 1 31 2 1 2 1 1 1 8 1 3 1 2 1 2 . 2 . 1 2 1

21 1 16 1 1 3 1 2 1 8 1 2 1 1 1 2 . 2 . 1 2 1

22 1 41 1 1 1 1 1 1 10 2 4 1 2 1 2 . 2 . 1 5 2

23 1 32 2 1 2 1 1 1 8 1 3 1 2 1 2 . 2 . 1 2 1

24 1 30 2 1 3 1 1 1 5 1 2 1 2 1 2 . 2 . 1 1 1

(2)
(3)
(4)

91 2 39 1 1 3 1 2 1 8 1 3 2 2 2 2 . 2 . 1 2 1

92 2 33 2 1 4 4 2 1 7 1 3 2 2 2 2 . 2 . 1 1 1

93 2 37 1 1 2 1 1 2 8 1 3 2 2 2 1 2 2 . 1 2 2

94 2 37 1 1 3 1 2 1 7 1 3 2 2 2 2 . 2 . 1 1 2

95 2 24 2 1 3 1 1 2 8 1 3 1 2 1 2 . 2 . 1 2 1

96 2 36 1 1 4 1 1 1 8 1 3 1 2 1 2 . 2 . 1 2 1

97 2 37 1 1 5 4 2 2 8 1 3 2 2 2 2 . 2 . 1 2 1

98 2 16 1 2 2 5 2 2 9 1 1 3 3 2 2 . 1 1 3 5 2

99 2 24 2 1 3 3 1 1 9 1 3 1 2 1 2 . 2 . 1 3 2

(5)

TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI PENDERITA ABORTUS INKOMPLETUS DI RSUD DR.PIRNGADI KOTA MEDAN

TAHUN 2010 – 2011 Frequencies

Umur Kategorik Penderita AI (tahun)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Islam 56 56.0 56.0 56.0

Kristen 44 44.0 44.0 100.0

(6)

Daerah Tempat Tinggal Penderita AI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kota Medan 78 78.0 78.0 78.0

Luar Kota Medan 22 22.0 22.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Usia Kehamilan Saat Terjadi AI (minggu)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Usia Kehamilan Saat Terjadi AI Kategorik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tindakan 24 24.7 24.7 24.7

Normal 73 75.3 75.3 100.0

(7)

Riwayat Kejadian Abortus Penderita AI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Perdarahan 2 100.0 100.0 100.0

Total 2 100.0

Penatalaksanaan Medis Penderita AI

Frequency Percent Valid Percent

(8)

Lama Rawatan Penderita AI (hari)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(9)

Crosstabs

Riwayat Kehamilan Penderita AI * Pekerjaan Penderita AI Crosstabulation

Pekerjaan Penderita AI

Total IRT PNS

Karyawan

Swasta Wiraswasta Pelajar Riwayat

Linear-by-Linear Association .187 1 .665

N of Valid Cases 97

(10)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Paritas Penderita AI * Umur Kategorik Penderita AI

100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

Paritas Penderita AI * Umur Kategorik Penderita AI Crosstabulation

Umur Kategorik Penderita AI

Total Umur Risiko Tinggi Umur Risiko Rendah

Paritas

Linear-by-Linear Association 8.541 1 .003

N of Valid Cases 100

(11)

Crosstabs

Riwayat Kehamilan Penderita AI * Paritas Penderita AI Crosstabulation

Paritas Penderita AI

Total Primipara Multipara Grandemultipara

Riwayat

Linear-by-Linear Association 2.819 1 .093

N of Valid Cases 97

(12)

Crosstabs

Riwayat Kejadian Abortus Penderita AI * Paritas Penderita AI Crosstabulation

Paritas Penderita AI

Total Primipara Multipara Grandemultipara

Riwayat

Linear-by-Linear Association 2.819 1 .093

N of Valid Cases 97

(13)

Crosstabs

Keadaan Sewaktu Pulang Penderita AI * Penatalaksanaan Medis Penderita AI Crosstabulation

Penatalaksanaan Medis Penderita AI

Total Kuretase Obat Oral Aspirasi Vakum

Keadaan

Linear-by-Linear Association 1.246 1 .264

N of Valid Cases 97

(14)

Oneway

Descriptives

Lama Rawatan Rata-Rata Penderita AI (hari)

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Min Max Lower

Bound

Upper Bound

≤9 minggu 93 2.09 1.148 .119 1.85 2.32 0 6

>9 minggu 7 4.14 .900 .340 3.31 4.97 3 5

Total 100 2.23 1.246 .125 1.98 2.48 0 6

ANOVA

Lama Rawatan Rata-Rata Penderita AI (hari)

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 27.541 1 27.541 21.392 .000

Within Groups 126.169 98 1.287

(15)
(16)
(17)

DAFTAR PUSTAKA

1. Saifuddin, AB. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

2. Azhari, 2002. Masalah Abortus dan Kesehatan Reproduksi Perempuan. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Palembang.

3. Wijaya, AM. 2012. Kondisi Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka

Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKBAL), Angka Kematian Ibu (AKI) dan Penyebabnya di Indonesia. www.infodokterku.com. Diakses pada tanggal 10 Februari 2013.

4. WHO, 2010. World Health Statistics. www.who.int. Diakses pada tanggal 02 September 2012.

5. Anonim. 2012. Demographic: Maternal Mortality Rate in World.

www.indexmundi.com. Diakses pada tanggal 08 Februari 2013.

6. Anonim. 2012. Demographic: Maternal Mortality Rate in Asia. www.indexmundi.com. Diakses pada tanggal 08 Februari 2013.

7. Depkes RI, 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta.

8. Yulifah, R., dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Penerbit Salemba Medika, Jakarta.

9. Faizal, EB. 2012. Maternal, Infant Death in 20 Provinces Remain High.

www.thejakartapost.com. Diakses pada tanggal 09 Februari 2013.

10. Depkes RI, 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta.

11. Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

12. Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga

Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta.

13. Chalik, TMA., 1998. Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi. Penerbit Widya Medika, Jakarta.

(18)

15. Perinasia.1994. Pencegahan Kematian Ibu Hamil. Penerbit Binarupa Aksara. Jakarta.

16. Biran, A. 2008. Kontrasepsi, Keluarga Berencana, Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

17. Sedgh G, dkk. 2007. Induced Abortion: Estimated Rates and Trens Worldwide.

www.guttmacher.org. Diakses pada tanggal 12 Maret 2013.

18. Anonim, 2011. Catatan Akhir Tahun 2011 KomNas Perlindungan Anak. Diakses www.komnaspa.or.id. Diakses pada tanggal 12 Maret 2013.

19. BKKBN. 2009. Tren Aborsi di Indonesia. www.bkkbn.go.id. Diakses pada tanggal 12 Maret 2013.

20. Koblinsky, M. 1997. Kesehatan Wanita Sebuah Perspektif Global. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

21. Safitri, I. 2010. Gambaran Kejadian Abortus Imminens di Rumah Sakit

Aliyah Kota Kendari tahun 2010. Akademi Kebidanan Pelita Ibu.

Kota Kendari.

22. Pasabi, YT. 2010. Gambaran Kejadian Abortus Inkompletus Ditinjau dari

Segi Umur dan Pendidikan di RS Elim Rantepao Tahun 2009.

Akademi Kebidanan Bina Sejahtera. Kabupaten Toraja Utara.

23. Panggabean, MY. 2011. Hubungan Karakteristik Ibu dengan Abortus

Inkompletus di RS Haji Medan Periode Januari 2008–April 2010.

Fakultas Kesehatan Masyarakat - Universitas Sumatera Utara. Kota Medan.

24. Mutmainah, ND. 2008. Gambaran Angka Kejadian Abortus Inkompletus

Berdasarkan karakteristik Ibu di Ruang Kebidanan RSUD’45 Kuningan Tahun 2008. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan.

Kabupaten Kuningan.

25. Yasing, H. 2012. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Dengan Abortus

Inkomplit di RSUD Labuang Baji Makassar. Akademi Kebidanan

Mega Rezky. Makassar.

26. Panjaitan, AA. 2011. Karakteristik Penderita Abortus di RS Martha Friska

Medan Tahun 2007 – 2009. Fakultas Kesehatan Masyarakat -

(19)

27. Timmreck, TC., 2004. Epidemiologi Suatu Pengantar. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

28. UNDP. 2013. Human Development Report. www.undp.org. Diakses pada tanggal 18 April 2013.

29. Hemas, GKR. 2012. Optimalisasi Peran Perempuan di Parlemen dalam

Pencapaian Target MDGs 2015. www.ristek.go.id. Diakses pada

tanggal 18 April 2013.

30. Wiknjosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Edisi III. Penerbit Yayasan Bina Pustaka. Jakarta

31. Ben-Zion, T. 1994. Kapta Selekta Kedaruratan Obstetri & Ginekologi. Penerbit Hipokrates. Jakarta.

32. Mochtar, T. 1998. Sinopsis Obstetri/Obstetri Fisiologi dan Patologi. Edisi 2 Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

33. Pranata, S. 2013. Kejadian Kehamilan Tidak Diinginkan di Indonesia. www.litbang.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 18 April 2013.

34. Lisda, T. 2009. Karakteristik Penderita Abortus di RSU Kabanjahe

2004-2008. Fakultas Kesehatan Masyarakat - Universitas Sumatera Utara.

Kota Medan.

35. Anonim. 2008. Abortion in Indonesia. Guttmacher Institute. New York.

36. Sedgh, G., dkk. 2012. Induced Abortion: Incidence and trends worldwide from

1995 to 2008. www.guttmacher.org. Diakses pada tanggal 26 Februari 2013.

37. Anonim. 2008. Karakteristik Ibu Dengan Abortus Inkomplit di RSU

Dr.F.L.Tobing Tahun 2008. Aademi Kebidanan Nauli Husada. Kota

Sibolga.

38. Erica, R., dkk. 1994. Pencegahan Kematian Ibu Hamil. Penerbit Bina Rupa Aksara, Jakarta.

39. Kusumawati, Y. 2006. Faktor-Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap

Persalinan Dengan Tindakan di RS dr.Moewardi Surakarta.

Pasca-Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

40. Clowes, B. 2001. The Facts of Lifes An Authoritative Guide to Life and Family

(20)

41. Reardon, D. 1994. Psychological Reaction Reported After Abortion. The Post

Abortion Report.

42. Setyasworo, S. 2010. Kehamilan 12 Minggu dengan Abortus Inkompletus.

http://abortus.co.id. Diakses pada tanggal 12 September 2012.

(21)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif

dengan desain case series.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan. Pemilihan lokasi

dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa di rumah sakit tersebut tersedia data yang

dibutuhkan dan belum pernah dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita

abortus inkompletus tahun 2010 – 2011.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 05 Februari – 31 Juli 2013.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh data penderita abortus inkompletus di

RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 yang berjumlah 100 kasus.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data penderita abortus

inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 dimana besar

(22)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari kartu status

penderita abortus inkompletus yang berasal dari bagian rekam medis RSUD

Dr.Pingadi Kota Medan selama tahun 2010 – 2011, kemudian dilakukan pencatatan

sesuai dengan variabel yang diteliti.

3.5 Teknik Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan, diolah dengan menggunakan program SPSS

(Statistical Product and Service Solution), kemudian dianalisa secara deskriptif

kemudian disajikan dalam bentuk narasi, tabel, dan diagram.

3.6 Definisi Operasional

3.6.1 Penderita Abortus Inkompletus

Penderita Abortus Inkompletus adalah wanita yang dinyatakan mengalami

keadaan sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang

tertinggal pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari

500 gram berdasarkan hasil diagnosis dokter dan tercatat dalam kartu status.

3.6.2 Sosiodemografi

a. Umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak lahir hingga saat

sekarang yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-penyelidikan

epidemiologi. Dikategorikan dengan:

(23)

b. Status Perkawinan adalah status pernikahan penderita abortus inkompletus yang

tercatat dalam kartu status. Dikategorikan dengan:

1. Kawin 2. Tidak kawin

c. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir penderita abortus

inkompletus sesuai yang tercatat dalam kartu status pasien, digolongkan atas:

1. SD 2. SMP 3. SMA 4. D3 5. Sarjana

d. Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan orang setiap harinya. Sesuai

dengan yang tercatat pada kartu status penderita abortus inkompletus, dibedakan

atas:

1. Ibu rumah tangga (IRT) 2. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 3. Karyawan swasta (Peg.Swasta) 4. Wiraswasta

5. Pelajar

e. Agama adalah keyakinan atau kepercayaan yang dianut oleh penderita abortus

inkompletus sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang ada di rekam

f. Tempat Tinggal adalah tempat dimana penderita abortus inkompletus tinggal dan

menetap sesuai dengan yanng tercatat pada kartu status yang dibedakan atas:

1. Kota Medan 2. Luar Kota Medan

(24)

a. Usia Kehamilan adalah lama kehamilan ibu dihitung dari hari pertama

menstruasi normal sampai dengan terjadinya proses bersalin dengan abortus

inkompletus sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status pasien.

b. Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami wanita dengan jumlah anak yang telah dilahirkan ibu baik anak tersebut meninggal maupun lahir hidup. Dikategorikan dengan:

1. Nullipara : 0 kali

2. Primipara : 1 kali

3. Multipara : 2 – 5 kali 4. Grandemultipara : > 5kali

c. Riwayat Kehamilan adalah wanita yang pernah mengalami keguguran, lahir

belum cukup bulan, lahir mati, lahir hidup kemudian mati dalam waktu ≤7hari

pada kehamilan sebelumnya, sesuai dengan yang tercatat pada kartu status.

d. Riwayat Tindakan Persalinan adalah tindakan persalinan yang pernah dilakukan

terhadap ibu pada masa persalinan sebelumnya, sesuai dengan yang tercatat pada

kartu status, dibedakan atas:

1. Tindakan (ekstraksi cunam, vakum, dan seksio sesaria) 2. Normal

e. Riwayat Kejadian Abortus adalah jenis abortus berdasarkan ada tidaknya unsur

tindakan dari luar, sesuai yang tercatat pada kartu status dengan kategori:

1. Abortus spontan 2. Abortus buatan

f. Riwayat Penyakit adalah penyakit yang telah diderita penderita abortus

inkompletus sebelum terjadinya kejadian abortus, dikategorikan dengan:

(25)

g. Ada riwayat penyakit dikategorikan menjadi:

1. Penyakit Menular 2. Penyakit Tidak menular

h. Komplikasi adalah ada tidaknya gangguan fisiologis dan anatomis yang

dirasakan oleh penderita berkaitan dengan abortus inkompletus, ketika datang ke

rumah sakit sesuai yang tercatat pada kartu status, dengan kategori:

1. Ada komplikasi 2. Tidak ada komplikasi

i. Ada komplikasi dikategorikan menjadi: 1. Perdarahan

2. Syok 3. Infeksi 4. Perforasi

3.6.4 Status Rawatan

a. Penatalaksanaan Medis adalah usaha yang dilakukan terhadap penderita abortus

inkompletus sehubungan dengan tindakan penanganan dan penyembuhan sesuai

dengan yang tercatat pada kartu status yang ada di rekam medik.

b. Lama Rawatan Rata-Rata adalah rata-rata jumlah hari perawatan penderita

abortus inkompletus dari hari pertama masuk rumah sakit sampai hari terakhir

perawatan sesuai yang tercatat dalam kartu status.

c. Keadaan Sewaktu Pulang adalah keadaan penderita abortus inkompletus pada

saat keluar dari rumah sakit sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang

dikategorikan atas:

1. Sehat

2. Pulang Berobat Jalan (PBJ)

(26)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan didirikan oleh Pemerintah Kolonial

Belanda dengan nama Gemente Zieken Huis. Peletakan batu pertamanya dilakukan

oleh Maria Constantia Macky pada tanggal 11 Agustus 1928 dan diresmikan pada

tahun 1930. Setelah masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942, rumah sakit ini

diambil alih oleh bangsa Jepang dan berganti nama menjadi Syuritso Bysonoince dan

pimpinannya dipercayakan kepada seorang putera Indonesia yaitu Dr. Raden Pirngadi

Gonggo Putro. Pada tahun 1947, nama rumah sakit ini diganti menjadi Rumah Sakit

Kota Medan yang dipimpin oleh Dr. Ahmad Sofyan. Semasa kepemimpinannya,

rumah sakit ini berubah menjadi Rumah Sakit Umum Medan tahun 1952. Pada tahun

1979, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara No.150 tahun 1979

tanggal 25 Juni 1979 RSU Pusat Propinsi Medan diberi nama RSU Dr. Pirngadi

Medan.

Rumah Sakit Umum Medan (RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan) secara otomatis

dipakai sebagai tempat kepaniteraan klinik para mahasiswa kedokteruan USU sejak

berdirinya FK USU tanggal 20 Agustus 1952, walaupun penandatanganan perjanjian

kerja sama antara FK USU dengan Rumah Sakit Umum Medan sebagai Teaching

Hospital (RS Pendidikan) FK USU baru dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 1968.

(27)

Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan berdasarkan Perda Kota Medan No. 30

tahun 2002 tanggal 6 September 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata

Kerja Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan.

Visi Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan adalah

terwujudnya Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota

Medan MANTAP TAHUN 2011 (Mandiri, Tanggap dan Profesional), dengan motto “Aegroti Salus Lex Suprema (Kepentingan penderita adalah yang utama)”.

Misi Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan adalah

meningkatnya upaya pelayanan medik, non-medik dan perawatan secara profesional,

meningkatkan peran rumah sakit sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan

pengembangan Iptek, mewujudkan rumah sakit sebagai pusat rujukan se-Sumatera

Utara, serta meningkatkan pelaksanaan administrasi dan manajemen RS yang

berkualitas, transparan dan akuntabel.

RSU Dr. Pirngadi Kota Medan menyelenggarakan pelayanan penunjang

medik dan non-medik, yaitu:

1. Instalasi Patologi Klinik

2. Patologi Anatomi

3. Radiologi

4. Pelayanan Kedokteran Kehakiman

5. Instalasi Rehabilitasi Medik

6. Instalasi Gizi

(28)

Sesuai dengan tugasnya, RSU Dr. Pirngadi Kota Medan melaksanakan upaya

kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya

penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya

peningkatan pencegahan akibat penyakit, pemulihan, dan rujukan. Oleh demikian,

RSU Dr. Pirngadi Kota Medan mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan pelayanan medis

2. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik dan non-medik

3. Menyelenggarakan asuhan keperawatan

4. Menyelenggarakan pelayanan rujukan

5. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

6. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan

7. Mengelola administrasi umum dan keuangan

8. Melaksanakan seluruh kewenagan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya

9. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.

4.2 Analisis Deskriptif

4.2.1 Sosiodemografi Penderita Abortus Inkompletus

Sosiodemografi penderita abortus inkompletus (umur, status perkawinan,

pendidikan, pekerjaan, agama, tempat tinggal) di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

(29)

Tabel.2 Distribusi proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD

Berdasarkan tabel.2 dapat dilihat bahwa berdasarkan umur proporsi tertinggi

penderita abortus inkompletus adalah pada kelompok umur risiko rendah dengan

proporsi 61%. Berdasarkan status perkawinan, proporsi tertinggi penderita abortus

inkompletus adalah pada status kawin atau sudah menikah dengan proporsi 96%.

(30)

pada tingkat SMA dengan proporsi 59%. Berdasarkan pekerjaan, proporsi tertinggi

penderita abortus inkompletus adalah sebagai ibu rumah tangga (IRT) dengan

proporsi dengan proporsi 69%. Berdasarkan agama, proporsi tertinggi penderita

abortus inkompletus adalah beragama Islam dengan proporsi 56%. Kemudian

berdasarkan daerah tempat tinggal, proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus

adalah bertempat tinggal di Kota Medan dengan proporsi 78%.

4.2.2 Faktor Mediko Obstetrik Penderita Abortus Inkompletus

Faktor mediko obstetrik (usia kehamilan, paritas, riwayat kehamilan, riwayat

tindakan kehamilan, riwayat kejadian abortus, riwayat penyakit, komplikasi)

penderita abortus inkompletus di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2010-2011

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(31)

3 Riwayat Kehamilan

Keguguran 70 70,0

Lahir Hidup 27 27,0

Belum Pernah Hamil Sebelumnya 3 3,0

Total 100 100,0

4 Riwayat Tindakan Persalinan

Tindakan 24 24,0

Normal 73 73,0

Belum Pernah Hamil Sebelumnya 3 3,0

Total 100 100,0

5 Riwayat Kejadian Abortus

Abortus spontan 70 70,0

7 Ada Riwayat Penyakit

Penyakit Menular 3 23,1

Berdasarkan tabel.3 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita abortus

inkompletus berdasarkan usia kehamilan adalah pada usia kehamilan 9 minggu, yaitu

dengan proporsi 38%. Berdasarkan paritas, proporsi tertinggi penderita abortus

inkompletus adalah multipara dengan proporsi 54%. Berdasarkan riwayat kehamilan,

proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah keguguran dengan proporsi

70%. Berdasarkan riwayat tindakan persalinan, proporsi tertinggi penderita abortus

(32)

Berdasarkan riwayat kejadian abortus, proporsi tertinggi penderita abortus

inkompletus adalah abortus spontan dengan proporsi 70%. Berdasarkan riwayat

penyakit, proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah tidak ada memiliki

riwayat penyakit, yaitu dengan proporsi 87%. Berdasarkan adanya riwayat penyakit

yang dimiliki oleh penderita abortus inkompletus, proporsi tertinggi adalah pada

penyakit tidak menular, yaitu dengan proporsi 76,9%. Berdasarkan komplikasi,

proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah tidak ada komplikasi dengan

proporsi 98%. Berdasarkan adanya komplikasi, proporsi tertinggi jenis komplikasi

penderita abortus inkompletus adalah perdarahan, yaitu dengan proporsi 100%.

4.2.3 Status Rawatan Penderita Abortus Inkompletus

Status rawatan penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota

Medan tahun 2010 – 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(33)

3 Keadaan Sewaktu Pulang

Sehat 59 59,0

PBJ 41 41,0

Total 100 100,0

Berdasarkan tabel.4 dapat dilihat bahwa berdasarkan penatalaksanaan medis,

proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah kuretase dengan proporsi

94%. Berdasarkan lama rawatan, proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus

adalah 2 hari, yaitu dengan proporsi 36%. Berdasarkan keadaan sewaktu pulang,

proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah sehat dengan proporsi 59%.

4.2.4 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Abortus Inkompletus

Lama rawatan rata-rata penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi

Kota Medan tahun 2010 – 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel.5 Lama rawatan rata-rata penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011

Lama Rawatan Rata-Rata (Hari)

Mean 2,23

Standard Deviation (SD) 1,246

95% CI 1,98 – 2,48

Min 0

Max 6

Berdasarkan tabel.5 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita

abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan pada tahun 2010 – 2011

adalah 2,23 hari dengan SD=1,246. Artinya, lama rawatan rata-rata penderita abortus

inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi adalah 2 hari, dimana lama rawatan yang paling

(34)

4.3 Analisis Statistik

4.3.1 Pekerjaan Penderita Abortus Inkompletus Berdasarkan Riwayat Kehamilan

Distribusi pekerjaan penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi

Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan riwayat kehamilan dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel.6 Distribusi pekerjaan penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan riwayat kehamilan

Riwayat Kehamilan

Pekerjaan

Total IRT PNS K.Swasta Wiraswasta Pelajar

f % f % f % f % f % f %

Keguguran 49 70,0 11 15,7 5 7,1 4 5,7 1 1,4 70 100,0

Lahir Hidup 20 74,1 2 7,4 1 3,7 3 11,1 1 3,7 27 100,0

Berdasarkan tabel.6 dapat dilihat bahwa dari 70 penderita abortus inkompletus

dengan riwayat kehamilan yaitu keguguran, proporsi tertinggi adalah bekerja sebagai

ibu rumah tangga (IRT) dengan proporsi 70%. Hasil analisis statistik menunjukkan

bahwa tidak dapat menggunakan uji Chi-Square dikarenakan terdapat 6 sel (60,0%)

memiliki nilai expected count < 5.

4.3.2 Kategori Risiko Umur Penderita Abortus Inkompletus Berdasarkan Paritas

Distribusi kategori risiko umur penderita abortus inkompletus di RSUD

Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan paritas dapat dilihat pada

(35)

Tabel.7 Distribusi kategori risiko umur penderita abortus inkompletus di

Berdasarkan tabel.7 dapat dilihat bahwa dari 54 penderita abortus inkompletus

dengan paritas multipara, proporsi tertinggi adalah termasuk dalam kategori umur

risiko rendah dengan proporsi 61,1%. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p < 0,05

artinya secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna proporsi kategori risiko

umur penderita abortus inkompletus berdasarkan paritas.

4.3.3 Paritas Penderita Abortus Inkompletus Berdasarkan Riwayat Kehamilan

Distribusi paritas penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota

Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan riwayat kehamilan dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel.8 Distribusi paritas penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan riwayat Primipara Multipara Grandemultipara

f % f % f % f %

Keguguran 20 28,6 36 51,4 14 20,0 70 100,0

Lahir Hidup 9 33,3 18 66,7 0 0,0 27 100,0

p=0,042

Berdasarkan tabel.8 dapat dilihat bahwa dari 70 penderita abortus inkompletus

yang memiliki riwayat kehamilan keguguran, proporsi tertinggi adalah dengan paritas

(36)

artinya secara statistik terdapat perbedaan proporsi riwayat kehamilan penderita

abortus inkompletus berdasarkan paritas.

4.3.4 Paritas Penderita Abortus Inkompletus Berdasarkan Riwayat Kejadian Abortus

Distribusi paritas penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota

Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan riwayat kejadian abortus dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel.9 Distribusi paritas penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan riwayat Primipara Multipara Grandemultipara

f % f % f % f %

Abortus Spontan 20 28,6 36 51,4 14 20,0 70 100,0

Tidak Ada 9 33,3 18 66,7 0 0,0 27 100,0

p=0,042

Berdasarkan tabel.9 dapat dilihat bahwa dari 70 penderita abortus inkompletus

yang memiliki riwayat kejadian abortus spontan, proporsi tertinggi adalah multipara,

yaitu dengan proporsi 51,4%. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p < 0,05 artinya

secara statistik terdapat perbedaan proporsi paritas penderita abortus inkompletus

berdasarkan riwayat kejadian abortus.

4.3.5 Penatalaksanaan Medis Penderita Abortus Inkompletus Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi penatalaksanaan medis penderita abortus inkompletus di RSUD

Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan keadaan sewaktu pulang

(37)

Tabel.10 Distribusi penatalaksanaan medis penderita abortus inkompletus di Kuretase Obat Oral Aspirasi Vakum

f % f % f % f %

Sehat 55 96,5 2 3,5 0 0,0 94 100,0

PBJ 37 92,5 2 5,0 1 2,5 4 100,0

Berdasarkan tabel.10 dapat dilihat bahwa dari 94 penderita abortus

inkompletus yang berkeadaan sehat sewaktu pulang, proporsi tertinggi adalah dengan

penatalaksanaan medis kuretase, yaitu dengan proporsi 96,5%. Hasil analisis statistik

menunjukkan bahwa tidak dapat menggunakan uji Chi-Square dikarenakan terdapat 4

sel (66,7%) memiliki nilai expected count < 5.

4.3.6 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Abortus Inkompletus Berdasarkan Usia Kehamilan

Distribusi lama rawatan rata-rata penderita abortus inkompletus di RSUD

Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan usia kehamilan dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel.11 Distribusi lama rawatan rata-rata penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan usia kehamilan

Usia Kehamilan Lama Rawatan Rata-Rata (hari)

n Mean SD

≤ 9 minggu 93 2,09 1,148

(38)

Berdasarkan tabel.11 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata dari 93 penderita abortus inkompletus dengan usia kehamilan ≤ 9 minggu adalah 2,09 hari (2

hari). Sedangkan pada 7 penderita abortus inkompletus dengan usia kehamilan > 9

(39)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Sosiodemografi Penderita Abortus Inkompletus 5.1.1 Umur

Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010

2011 berdasarkan umur dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

61% 39%

Umur Risiko Rendah

Umur Risiko Tinggi

Gambar 1. Diagram pie proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan umur

Berdasarkan gambar.1 dapat dilihat bahwa berdasarkan umur, proporsi

tertinggi penderita abortus inkompletus adalah pada kelompok umur risiko rendah

dengan proporsi 61% dimana umur risiko rendah adalah wanita berumur 20 – 35

tahun. Selebihnya adalah kelompok umur risiko tinggi dengan proporsi 39% dimana

umur risiko tinggi terdiri dari wanita berumur < 20 tahun dan wanita berumur > 35

(40)

Dalam penelitian ini, ditemukan penderita berumur < 20 tahun sebanyak 6

orang dan penderita berumur > 35 tahun sebanyak 33 orang. Umur penderita abortus

inkompletus yang paling muda adalah umur 16 tahun, dan tertua adalah umur 45

tahun. Tercatat bahwa paling banyak penderita abortus inkompletus di RSUD

Dr.Pirngadi tahun 2010 – 2011 adalah berumur 20 – 35 tahun, yaitu sebanyak 61

orang.

Hal ini menunjukkan bahwa memang di rentang usia tersebut merupakan

keadaan yang optimal bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan sesuai dengan

penelitian Azhari (2002) yang menyatakan bahwa umur reproduksi sehat atau umur

yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah umur 20 – 35 tahun.2,34 Hasil

penelitian Arimbi (2000-2001) di RSUP Adam Malik Medan dalam Panjaitan (2011)

juga menunjukkan bahwa kejadian abortus, termasuk abortus inkompletus, paling

banyak terjadi pada wanita berumur 20 – 35 tahun dengan proporsi 68,5%.26

5.1.2 Status Perkawinan

Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010

(41)

96% 4%

Kawin

Tidak Kawin

Gambar 2. Diagram pie proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan status perkawinan

Berdasarkan gambar.2 dapat dilihat bahwa berdasarkan status perkawinan,

proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah penderita dengan status

kawin atau sudah menikah dengan proporsi 96%. Selebihnya adalah penderita abortus

inkompletus dengan status tidak kawin dengan proporsi 4%.

Dalam penelitian ini, tercatat 96 penderita abortus inkompletus di RSUD

Dr.Pirngadi tahun 2010 – 2011 dengan status kawin atau sudah menikah. Hal ini

sesuai dengan Depkes RI (2001) bahwa wanita berstatus menikah yang melakukan

abortus masih tinggi dengan alasan tidak menggunakan alat kontrasepsi untuk

mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Namun, tidak menutupi kecenderungan

kalangan wanita yang belum menikah untuk melakukan abortus.14

Selebihnya, tercatat 4 penderita abortus inkompletus yang berstatus belum

kawin, dimana umur penderita tersebut masing-masing 16 tahun, 18 tahun, 20 tahun,

(42)

angka kejadian abortus, termasuk abortus inkompletus, pada usia muda dan dengan

status belum menikah mungkin saja lebih banyak dari angka yang tercatat

dikarenakan faktor psikososial.43 Menurut Chalik (1998) bahwa banyak wanita yang

terlanjur hamil menggugurkan kandungannya secara sembunyi-sembunyi dan baru

muncul ke permukaan bila terjadi komplikasi.13

5.1.3 Pendidikan

Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010

2011 berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

6

Gambar 3. Diagram bar proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan pendidikan

Berdasarkan gambar.3 dapat dilihat bahwa berdasarkan pendidikan, proporsi

tertinggi penderita abortus inkompletus adalah penderita dengan pendidikan terakhir

SMA, yaitu dengan proporsi 59%. Selebihnya adalah penderita abortus inkompletus

yang memiliki pendidikan SMP dengan proporsi 18%, sarjana dengan proporsi 11%,

(43)

Hal ini bukan berarti bahwa wanita yang berpendidikan terakhir SMA berisiko

tinggi terhadap kejadian abortus inkompletus, hanya saja kebanyakan penderita

abortus inkompletus yang datang berobat ke RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun

2010 – 2011 berpendidikan terakhir SMA. Semua bergantung pada pengetahuan

seseorang mengenai abortus inkompletus dan dampaknya. Dalam Depkes RI (2008)

bahwa pengetahuan merupakan faktor predisposisi yang sangat berperan dalam

mempengaruhi seseorang mengambil keputusan untuk berperilaku sehat. Biasanya

pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan lingkungan.7

5.1.4 Pekerjaan

Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010

2011 berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

69

(44)

Berdasarkan gambar.4 dapat dilihat bahwa berdasarkan pekerjaan, proporsi

tertinggi penderita abortus inkompletus adalah penderita dengan pekerjaan sebagai

ibu rumah tangga (IRT), yaitu dengan proporsi 69%. Selebihnya tercatat dengan

pekerjaan sebagai PNS 13%, Karyawan Swasta 7%, Wiraswasta 7%, dan pelajar 4%.

Hal ini kurang sesuai dengan hasil penelitian Mutmainah (2008) bahwa

kejadian abortus inkompletus yang tercatat di RSUD’45 Kuningan adalah peran

ganda ibu hamil yang disebabkan kondisi sosial-ekonomi rendah di daerah kuningan

sehingga memaksa ibu hamil membantu suaminya mencari nafkah, seperti membantu

di sawah dan di ladang serta menjadi pembantu rumah tangga.24

Dapat dikatakan bahwa dalam penelitian ini bukan berarti ibu rumah tangga

sebagai proporsi tertinggi berdasarkan pekerjaan lebih berisiko tinggi terhadap

kejadian abortus inkompletus, akan tetapi hal ini hanya menunjukkan bahwa

pekerjaan penderita abortus inkompletus yang datang berobat ke RSUD Dr.Pirngadi

Kota Medan tahun 2010 – 2011 mayoritas tercatat sebagai ibu rumah tangga. Hal ini

sama dengan hasil penelitian Panjaitan (2011) di RS Martha Friska Medan bahwa

74,3% penderita abortus adalah ibu rumah tangga, dimana abortus inkompletus

menempati proporsi tertinggi 57,4% dari semua kejadian abortus di RS Martha

Friska.26

5.1.5 Agama

Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –

(45)

56%

44% Islam

Kristen

Gambar 5. Diagram pie proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan agama

Berdasarkan gambar.5 dapat dilihat bahwa berdasarkan agama, proporsi

tertinggi penderita abortus inkompletus adalah beragama Islam sebesar 56%.

Selebihnya adalah penderita abortus inkompletus beragama Kristen dengan proporsi

44%. Dalam penelitian ini tidak ditemukan penderita beragama budha, hindu, dan

konghuchu.

Dapat dikatakan bahwa bukan berarti wanita yang beragama Islam

mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami abortus inkompletus. Agama

bukanlah hal penyumbang tinggi-rendah risiko terjadinya abortus inkompletus.

Dalam penelitian ini, terdapat 56 penderita abortus inkompletus yang datang berobat

ke RSUD Dr.Pirngadi adalah bergama Islam dan angka tersebut tidak jauh berbeda

dengan jumlah penderita abortus inkompletus beragama Kristen yaitu sebanyak 44

(46)

Besar kecilnya proporsi agama pada catatan pelayanan kesehatan bergantung

pada banyaknya penderita penganut suatu agama yang datang berobat ke pelayanan

kesehatan tersebut. Hasil penelitian oleh Panjaitan (2011) juga menunjukkan bahwa

penderita abortus, dengan proporsi tertinggi abortus inkompletus, di RS Martha

Friska adalah beragama Islam sebesar 73,8%.26

5.1.6 Tempat Tinggal

Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –

2011 berdasarkan tempat tinggal dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

78% 22%

Kota Medan

Luar Kota Medan

Gambar 6. Diagram pie proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan tempat tinggal

Berdasarkan gambar.6 dapat dilihat bahwa berdasarkan tempat tinggal,

proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah bertempat tinggal di Kota

Medan sebesar 78%. Selebihnya adalah penderita abortus inkompletus yang

(47)

bertempat tinggal di luar Kota Medan adalah penderita dari Kabupaten Deliserdang,

Simalungun, dan Aceh Timur.

Namun, hal ini bukan berarti bahwa wanita yang bertempat tinggal di Kota

Medan lebih berisiko tinggi terhadap kejadian abortus inkompletus daripada wanita

yang bertempat tinggal di Luar Kota Medan, tetapi hanya berkaitan dengan jarak

tempuh dari tempat tinggal menuju fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia.

Adapun penderita abortus inkompletus yang tercatat bertempat tinggal di luar Kota

Medan biasanya adalah penderita yang kebetulan sedang datang ke Kota Medan

kemudian mengalami kejadian abortus inkompletus dan mencari pengobatan ke

RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan.

5.2 Faktor Mediko Obstetrik Penderita Abortus Inkompletus 5.2.1 Usia Kehamilan

Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –

(48)

8

5 minggu 7 minggu 8 minggu 9 minggu 10 minggu 12 minggu 16 minggu

Usia Kehamilan

Gambar 7. Diagram bar proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan usia kehamilan

Berdasarkan gambar.7 dapat dilihat bahwa berdasarkan usia kehamilan,

proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah pada usia kehamilan 9

minggu, yaitu sebesar 38%. Selebihnya adalah penderita pada usia kehamilan 8

minggu dengan proporsi 30%, 7 minggu dengan proporsi 17%, 5 minggu dengan

proporsi 8%, 10 minggu dengan proporsi 4%, 12 minggu dengan proporsi 2%, dan 16

minggu dengan proporsi 1%.

Bila ditinjau dari data penderita yang mengalami abortus inkompletus pada

usia kehamilan 9 minggu dikarenakan penderita memang memiliki riwayat kehamilan

keguguran pada kehamilan sebelumnya, memiliki paritas multipara atau

grandemultipara dimana paritas tersebut termasuk paritas yang tidak aman, serta

mungkin disebabkan oleh adanya riwayat penyakit menular maupun tidak menular

(49)

Hal ini sesuai dengan Chalik (1998) bahwa abortus inkompletus memang

terjadi pada usia lebih dari 8 minggu karna villi koriales telah tumbuh dan menembus

lapisan desidua jauh lebih tebal sehingga pelepasannya biasanya tidak sempurna dan

masih ada bagian yang tersisa melekat di dinding rahim.13 Hasil penelitian Panjaitan

(2011) dimana abortus inkompletus merupakan kejadian yang paling banyak di RS

Martha Friska Medan juga menunjukkan bahwa berdasarkan umur kehamilan yang

tercatat proporsi tertinggi adalah penderita pada usia kehamilan 7 – 9 minggu dengan

proporsi 32,7%.26

5.2.2 Paritas

Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –

2011 berdasarkan paritas dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

54%

29% 14%

3%

Multipara

Primipara

Grandemultipara

Nullipara

(50)

Berdasarkan gambar.8 dapat dilihat bahwa berdasarkan paritas, proporsi

tertinggi penderita abortus inkompletus adalah multipara sebesar 54%. Selebihnya

paritas penderita abortus inkompletus adalah primipara dengan proporsi 29%,

grandemultipara dengan proporsi 14%, dan nullipara dengan proporsi 3%.

Dalam penelitian ini, hampir semua penderita abortus inkompletus yang

memiliki paritas multipara adalah penderita dengan usia risiko rendah, yaitu 20 – 35

tahun dan memiliki riwayat keguguran dimana memang pada rentang usia tersebut

merupakan keadaan yang optimal bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan

sesuai dengan penelitian Azhari (2002) yang menyatakan bahwa umur reproduksi

sehat atau umur yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah umur 20 – 35

tahun.2,34 Ditambah lagi dengan adanya riwayat keguguran pada kehamilan

sebelumnya maka risiko abortus, termasuk abortus inkompletus, akan semakin tinggi

dengan bertambahnya paritas ibu.15,39

5.2.3 Riwayat Kehamilan

Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –

(51)

70% 27%

3%

Keguguran

Lahir Hidup

Belum Pernah Hamil Sebelumnya

Gambar 9. Diagram pie proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan riwayat kehamilan

Berdasarkan gambar.9 dapat dilihat bahwa berdasarkan riwayat kehamilan,

proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah keguguran, yaitu dengan

proporsi 70%. Selebihnya penderita abortus inkompletus memiliki riwayat kehamilan

lahir hidup dengan proporsi 27% dan belum pernah hamil sebelumnya dengan

proporsi 3%.

Artinya, dari 100 penderita abortus inkompletus yang datang berobat ke

RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 terdapat 70 penderita yang

memiliki riwayat keguguran pada kehamilan sebelumnya, 27 penderita tidak

memiliki riwayat keguguran pada kehamilan sebelumnya, dan 3 penderita belum

(52)

Hasil penelitian ini sesuai dengan Kusumawati (2006) yang menyatakan

bahwa seorang wanita yang memiliki riwayat kehamilan yang jelek pada kehamilan

sebelumnya, seperti keguguran, lahir belum cukup bulan, lahir mati, lahir hidup

kemudian mati dalam waktu ≤7 hari akan meningkatkan risiko pada persalinan

berikutnya.39 Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Malpas dan Eastman

yang menyatakan bahwa terjadinya abortus lagi pada seorang wanita yang pernah

mengalami abortus ialah 73% – 83,6%. 13,26

5.2.4 Riwayat Tindakan Persalinan

Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –

2011 berdasarkan riwayat tindakan persalinan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

73% 24%

3%

Normal

Tindakan

Belum Pernah Bersalin Sebelumnya

(53)

Berdasarkan gambar.10 dapat dilihat bahwa berdasarkan riwayat tindakan

persalinan, proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah normal, yaitu

dengan proporsi 73%. Selebihnya riwayat tindakan persalinan penderita abortus

inkompletus adalah tindakan dengan proporsi 24%, dan belum pernah hamil

sebelumnya dengan proporsi 3%.

Artinya, dari 100 penderita abortus inkompletus yang datang berobat ke

RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 terdapat 73 penderita yang

memiliki riwayat tindakan persalinan normal pada kehamilan sebelumnya.

Selebihnya terdapat 24 penderita abortus inkompletus dengan riwayat tindakan

persalinan, yaitu sectio caesaria (SC), dan 3 penderita abortus inkompletus dengan

tidak ada riwayat tindakan persalinan karena belum pernah hamil sebelumnya.

5.2.5 Riwayat Kejadian Abortus

Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –

(54)

70% 30%

Abortus Spontan

Tidak Ada

Gambar 11. Diagram pie proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan riwayat kejadian abortus

Berdasarkan gambar.11 dapat dilihat bahwa berdasarkan riwayat kejadian

abortus, proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah abortus spontan,

yaitu dengan proporsi 70%. Selebihnya penderita abortus inkompletus tidak memiliki

riwayat kejadian abortus pada kehamilan sebelumnya dengan proporsi 30%. Dapat

diartikan bahwa dari 100 penderita abortus inkompletus yang datang berobat ke

RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 terdapat 70 penderita yang

memiliki riwayat kejadian abortus pada kehamilan sebelumnya dan semuanya adalah

abortus spontan.

Hal ini sesuai dengan Prawirohardjo (2009) yang menyatakan bahwa setelah 1

kali abortus spontan, pasangan akan mempunyai risiko sebesar 15% mangalami

keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, risikonya akan meningkat 25%, dan

setelah 3 kali mengalami abortus berturut-turut akan mempunyai risiko untuk

(55)

5.2.6 Riwayat Penyakit

Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –

2011 berdasarkan riwayat penyakit dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

87% 13%

Tidak Ada

Ada

Gambar 12. Diagram pie proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan riwayat penyakit

Berdasarkan gambar.12 dapat dilihat bahwa berdasarkan riwayat penyakit,

proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah tidak ada riwayat penyakit,

yaitu dengan proporsi 87%. Selebihnya terdapat penderita abortus inkompletus yang

memiliki riwayat penyakit dengan proporsi 13%. Artinya, dari 100 penderita abortus

inkompletus yang datang berobat ke RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 –

2011 terdapat 87 penderita yang tidak memiliki riwayat penyakit, dan 13 penderita

yang memiliki riwayat penyakit. Hasil temuan dari kartu status mengenai riwayat

penyakit yang dimiliki oleh 13 penderita abortus inkompletus tersebut kemudian

(56)

5.2.7 Ada Riwayat Penyakit

Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –

2011 berdasarkan ada riwayat penyakit dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

77% 23%

Penyakit Tidak Menular

Penyakit Menular

Gambar 13. Diagram pie proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan ada riwayat penyakit

Berdasarkan gambar.13 dapat dilihat bahwa berdasarkan adanya riwayat

penyakit yang tercatat, proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah

memiliki riwayat penyakit tidak menular, yaitu dengan proporsi 77%. Selebihnya

adalah penderita abortus inkompletus yang memiliki riwayat penyakit menular

dengan proporsi 23%.

Hasil penelitian ini ditemukan bahwa dari 100 penderita abortus inkompletus

terdapat 13 penderita yang memiliki riwayat penyakit. Dari 13 penderita abortus

inkompletus yang memiliki riwayat penyakit tersebut terdapat 10 penderita adalah

(57)

asma. Selebihnya 3 penderita lain adalah dengan riwayat penyakit menular, yaitu

TBC, TORCH dan chikungunya.

Riwayat penyakit yang mungkin telah terjadi sebelum kehamilan dan

diperburuk oleh kehamilan, misalnya penyakit jantung, anemia, hipertensi esensial,

diabetes mellitus, hemoglobinopati, keracunan, peritonitis umum, pneumonia, tifus

abdominalis, malaria dapat menurunkan keadaan umum penderita dan menyebabkan

abortus.13,15,30

5.2.8 Komplikasi

Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –

2011 berdasarkan komplikasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

98% 2%

Tidak Ada Komplikasi

Ada Komplikasi

(58)

Berdasarkan gambar.14 dapat dilihat bahwa berdasarkan komplikasi, proporsi

tertinggi penderita abortus inkompletus adalah tidak ada komplikasi, yaitu dengan

proporsi 98%. Selebihnya tercatat ada komplikasi penderita abortus inkompletus

dengan proporsi 2%.

Hasil penelitian ini ditemukan bahwa dari 100 penderita abortus inkompletus

hanya terdapat 2 penderita yang memiliki komplikasi dan kedua penderita tersebut

masing-masing berumur 16 tahun dan 42 tahun dengan jenis komplikasi perdarahan.

Tidak ditemukan jenis komplikasi syok, perforasi, ataupun infeksi. Komplikasi

penderita tersebut sesuai dengan Chalik (1998) dan Prawirohardjo (2009) bahwa

risiko komplikasi akibat abortus inkompletus antara lain: perdarahan akibat

pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi, perforasi akibat pengerokan, syok

karena perdarahan, dan infeksi.11,13

5.3 Status Rawatan Penderita Abortus Inkompletus 5.3.1 Penatalaksanaan Medis

Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –

(59)

94% 4% 2%

Kuretase

Obat Oral

Aspirasi Vakum

Gambar 15. Diagram pie proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan penatalaksanaan medis

Berdasarkan gambar.15 dapat dilihat bahwa berdasarkan penatalaksanaan

medis, proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah kuretase, yaitu dengan

proporsi 94%. Selebihnya penderita abortus inkompletus mendapatkan

penatalaksanaan medis berupa obat oral dengan proporsi 4% dan aspirasi vakum

dengan proporsi 2%.

Dalam hasil penelitian ini ditemukan bahwa dari 100 penderita abortus

inkompletus yang datang berobat ke RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan terdapat 94

penderita dengan penatalaksanaan medis kuretase, 4 penderita hanya dengan obat

oral, dan 2 penderita dengan aspirasi vakum. Sesuai dengan Chalik (1998) bahwa

untuk penanganan abortus inkompletus sisa kehamilan yang tertinggal di dalam rahim

harus dibersihkan dengan melakukan kerokan untuk menghentikan perdarahan

(60)

Tercatat bahwa 2 penderita dengan penatalaksaan medis aspirasi vakum

tersebut mengalami komplikasi perdarahan. Hal ini sesuai dengan Wiknjosastro

(2002) dan Prawirohardjo (2009) bahwa jika disertai dengan perdarahan yang banyak

dan terus berlangsung perlu dilakukan aspirasi vakum (aspirasi vakum) untuk

pengosongan uterus sekaligus diberikan infus cairan atau transfusi darah untuk

menghindari syok.11,30

5.3.2 Lama Rawatan Rata-Rata

Berdasarkan tabel.5 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita

abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 adalah

dirawat selama 2,23 hari (2 hari) dengan standard deviation (SD) 1,246 hari. Lama

rawatan paling singkat adalah 0 hari dan lama rawatan yang paling lama adalah 6

hari. Di dalam penelitian ini, 1 penderita yang dirawat selama 6 hari adalah penderita

berumur 42 tahun, memiliki paritas grandemultipara, dan mengalami komplikasi

perdarahan sehingga memerlukan perawatan yang cukup sampai kondisi penderita

benar-benar pulih.

5.3.3 Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –

(61)

59%

41% Sehat

PBJ

Gambar 16. Diagram pie proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan keadaan sewaktu pulang

Berdasarkan gambar.17 dapat dilihat bahwa berdasarkan keadaan sewaktu

pulang, proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah berkeadaan sehat

sewaktu pulang, yaitu dengan proporsi 59%. Selebihnya adalah pulang berobat jalan

(PBJ) dengan proporsi 41%. Tidak ditemukan penderita dengan keadaan sewaktu

pulang meninggal dunia. Hal ini bisa menjadi masukan bahwa pelayanan di RSUD

Dr.Pirngadi Kota Medan sudah cukup baik dalam menangani kejadian abortus

termasuk abortus inkompletus sehingga tidak ada penderita abortus inkompletus yang

meninggal dunia.

(62)

5.4.1 Pekerjaan Penderita Abortus Inkompletus Berdasarkan Riwayat Kehamilan

Proporsi pekerjaan penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun

2010 –2011 berdasarkan riwayat kehamilan dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

70 74.1

IRT PNS Karyawan Swasta Wiraswasta Pelajar

Gambar 17. Diagram bar pekerjaan penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan riwayat kehamilan

Berdasarkan gambar.18 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita

abortus inkompletus yang memiliki riwayat kehamilan keguguran adalah bekerja

sebagai IRT dengan proporsi 70%. Analisis statistik dengan menggunakan uji Chi

Square tidak dapat dilakukan karena terdapat 6 sel (60,0%) dengan frekuensi harapan

< 5. Artinya, dari 100 penderita abortus inkompletus terdapat 70 penderita yang

memiliki riwayat keguguran, 49 penderita tercatat bekerja sebagai IRT dengan

(63)

5.4.2 Kategori Risiko Umur Penderita Abortus Inkompletus Berdasarkan Paritas

Proporsi kategori risiko umur penderita abortus inkompletus di RSUD

Dr.Pirngadi tahun 2010 – 2011 berdasarkan paritas dapat dilihat pada gambar di

Umur Risiko Tinggi Umur Risiko Rendah

Gambar 18. Diagram bar kategori risiko umur penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan paritas

Berdasarkan gambar.19 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita

abortus inkompletus yang memiliki paritas multipara adalah termasuk umur risiko

rendah (20 – 35 tahun) dengan proporsi 61,1%. Analisis statistik dengan

menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p=0,001. Artinya, terdapat perbedaan

yang bermakna proporsi kategori risiko umur penderita abortus inkompletus

(64)

5.4.3 Paritas Penderita Abortus Inkompletus Berdasarkan Riwayat Kehamilan

Proporsi paritas penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun

2010 – 2011 berdasarkan riwayat kehamilan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

28.6 33.3

Gambar 19. Diagram bar paritas penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan riwayat kehamilan

Berdasarkan gambar.20 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita

abortus inkompletus dengan paritas multipara adalah memiliki riwayat kehamilan,

yaitu keguguran dengan proporsi paritas multipara 51,4%. Analisis statistik dengan

menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p=0,042. Artinya, terdapat perbedaan

proporsi paritas penderita abortus inkompletus berdasarkan riwayat kehamilan. Dapat

dikatakan bahwa dari 70 penderita abortus inkompletus yang memiliki riwayat

(65)

5.4.4 Paritas Penderita Abortus Inkompletus Berdasarkan Riwayat Kejadian Abortus

Proporsi paritas penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun

2010 – 2011 berdasarkan riwayat kejadian abortus dapat dilihat pada gambar di

Gambar 20. Diagram bar paritas penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan paritas

Berdasarkan gambar.21 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita

abortus inkompletus yang memiliki riwayat kejadian abortus spontan adalah dengan

paritas multipara, yaitu dengan proporsi 51,4%. Analisis statistik dengan

menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p=0,042. Artinya, terdapat perbedaan

(66)

5.4.5 Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Abortus Inkompletus Berdasarkan Penatalaksanaan Medis

Proporsi keadaan sewaktu pulang penderita abortus inkompletus di RSUD

Dr.Pirngadi tahun 2010 –2011 berdasarkan penatalaksanaan medis dapat dilihat pada

gambar di bawah ini:

Gambar 21. Diagram bar penatalaksanaan medis penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan keadaan sewaktu pulang

Berdasarkan gambar.22 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita

abortus inkompletus yang berkeadaan sehat sewaktu pulang adalah dengan

penatalaksanaan medis kuretase, yaitu dengan proporsi 96,5%. Analisis statistik

dengan menggunakan uji Chi Square tidak dapat dilakukan karena terdapat 4 sel

(67)

5.4.6 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Abortus Inkompletus Berdasarkan Usia Kehamilan

Distribusi lama rawatan rata-rata penderita abortus inkompletus di RSUD

Dr.Pirngadi tahun 2010 –2011 berdasarkan usia kehamilan dapat dilihat pada gambar

di bawah ini:

Berdasarkan gambar.23 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita

abortus inkompletus dengan usia kehamilan ≤ 9 minggu adalah 2,09 hari (2 hari) dan

lama rawatan rata-rata penderita abortus inkompletus dengan usia kehamilan > 9

(68)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Berdasarkan sosiodemografi, proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus

pada kelompok umur risiko rendah (20 – 35 tahun) 61%, kawin 96%,

pendidikan terakhir SMA 59%, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (IRT)

69%, Islam 56%, dan tempat tinggal di Kota Medan 78%.

6.1.2 Berdasarkan faktor mediko obstetrik, proporsi tertinggi penderita abortus

inkompletus pada usia kehamilan 9 minggu 38%, paritas multipara 54%,

riwayat kehamilan, yaitu keguguran 70%, riwayat tindakan persalinan normal

73%, riwayat kejadian abortus yaitu abortus spontan 70%, riwayat penyakit

tidak ada 87%, dan komplikasi tidak ada 98%.

6.1.3 Berdasarkan status rawatan, proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus

pada kuretase 94%, lama rawatan rata-rata 2,23 hari, dan keadaan sewaktu

pulang sehat 59%.

6.1.4 Pada penderita abortus inkompletus yang memiliki riwayat keguguran,

proporsi tertinggi adalah tercatat bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT)

dengan proporsi 70%.

6.1.5 Terdapat perbedaan yang bermakna proporsi kategori risiko umur penderita

abortus inkompletus berdasarkan paritas (p=0,001).

6.1.6 Terdapat perbedaan proporsi paritas penderita abortus inkompletus

(69)

6.1.7 Terdapat perbedaan proporsi riwayat kejadian abortus penderita abortus

inkompletus berdasarkan paritas (p=0,042).

6.1.8 Pada penderita abortus inkompletus yang berkeadaan sehat sewaktu pulang,

proporsi tertinggi adalah dengan penatalaksanaan medis kuretase yaitu dengan

proporsi 96,5%.

6.1.9 Pada penderita abortus inkompletus dengan usia kehamilan ≤ 9 minggu, lama

rawatan rata-rata adalah 2,09 hari (2 hari) dan pada penderita abortus

inkompletus dengan usia kehamilan > 9 minggu, lama rawatan rata-rata

adalah 4,14 hari (4 hari).

6.2 Saran

6.2.1 Kepada pihak RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan, untuk meningkatkan dan

mempertahankan kualitas pelayanan khususnya terhadap kejadian abortus

inkompletus serta mempermudah proses penelitian kesehatan.

6.2.2 Meningkatkan kegiatan promosi dan pendidikan kesehatan reproduksi

khususnya mengenai abortus disekolah-sekolah untuk para remaja dan di

posyandu untuk dewasa.

6.2.3 Menggali penyebab abortus dari penderita dan memberi penyuluhan kepada

penderita tersebut mengenai pencegahan abortus agar menghindari kejadian

Gambar

Tabel.3 Distribusi proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan faktor
Tabel.4   Distribusi proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan status
Tabel.5 Lama rawatan rata-rata penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011
Tabel.6 Distribusi pekerjaan penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan riwayat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Jum’at tanggal Tiga Puluh bulan Maret tahun Dua ribu tujuh belas , Pokja ULP Pembangunan Ruang Kelas Baru MIN Sumirato pada Madrasah

[r]

Diumumkan kepada penyedia Lelang untuk jenis Pekerjaan Pengadaan Jasa Konsultan perencanaan pembangunan Tahap II Gedung Kuliah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden

[r]

PERANCANGAN ARSITEKTUR 4.

PERANCANGAN ARSITEKTUR 4.

[r]

Salah satu metode penentuan harga jual yang diterapkan untuk perusahaan kontraktor adalah Cost-Type Contract, dimana cara perhitungan harga jual dengan memasukkan semua biaya