MASTER DATA PENDERITA ABORTUS INKOMPLETUS DI RSUD DR.PINGADI KOTA MEDAN TAHUN 2010-2011
No Thn Um UmK SP Pddkn Pkrjn Agm TT UsHml UsHmlK Paritas R_K R_TP R_KA R_P Ada_RP K Ada_K PM LR KSP
1 1 29 2 1 3 2 1 1 8 1 2 1 1 1 2 . 2 . 1 2 1
2 1 38 1 1 3 1 2 2 5 1 3 1 2 1 2 . 2 . 1 0 1
3 1 24 2 1 3 1 1 1 8 1 3 1 2 1 2 . 2 . 1 1 2
4 1 28 2 1 5 2 2 1 9 1 2 1 1 1 2 . 2 . 1 2 1
5 1 25 2 1 5 2 1 1 8 1 2 1 1 1 2 . 2 . 1 1 1
6 1 38 1 1 5 2 1 2 9 1 3 1 2 1 2 . 2 . 1 3 2
7 1 45 1 1 3 2 2 1 9 1 3 1 2 1 2 . 2 . 1 2 2
8 1 29 2 1 3 2 1 1 8 1 3 1 2 1 2 . 2 . 1 2 1
9 1 41 1 1 5 2 2 1 7 1 3 1 2 1 2 . 2 . 1 2 2
10 1 33 2 1 5 2 1 1 8 1 3 2 2 2 1 2 2 . 1 1 2
11 1 30 2 1 3 3 2 1 10 2 3 1 2 1 2 . 2 . 1 5 1
12 1 30 2 1 5 2 1 2 9 1 3 1 2 1 2 . 2 . 1 5 1
13 1 23 2 1 3 1 1 1 7 1 2 2 2 2 2 . 2 . 1 3 1
14 1 35 2 1 5 1 1 1 9 1 3 2 2 2 2 . 2 . 1 5 1
15 1 31 2 1 3 1 1 1 8 1 2 2 2 2 2 . 2 . 1 1 1
16 1 44 1 1 1 1 1 1 9 1 4 1 2 1 2 . 2 . 1 3 2
17 1 41 1 1 1 4 1 1 9 1 4 1 2 1 2 . 2 . 1 3 1
18 1 32 2 1 3 1 1 1 9 1 3 1 2 1 2 . 2 . 1 3 2
19 1 16 1 1 3 1 1 2 7 1 2 2 2 2 2 . 2 . 2 2 1
20 1 31 2 1 2 1 1 1 8 1 3 1 2 1 2 . 2 . 1 2 1
21 1 16 1 1 3 1 2 1 8 1 2 1 1 1 2 . 2 . 1 2 1
22 1 41 1 1 1 1 1 1 10 2 4 1 2 1 2 . 2 . 1 5 2
23 1 32 2 1 2 1 1 1 8 1 3 1 2 1 2 . 2 . 1 2 1
24 1 30 2 1 3 1 1 1 5 1 2 1 2 1 2 . 2 . 1 1 1
91 2 39 1 1 3 1 2 1 8 1 3 2 2 2 2 . 2 . 1 2 1
92 2 33 2 1 4 4 2 1 7 1 3 2 2 2 2 . 2 . 1 1 1
93 2 37 1 1 2 1 1 2 8 1 3 2 2 2 1 2 2 . 1 2 2
94 2 37 1 1 3 1 2 1 7 1 3 2 2 2 2 . 2 . 1 1 2
95 2 24 2 1 3 1 1 2 8 1 3 1 2 1 2 . 2 . 1 2 1
96 2 36 1 1 4 1 1 1 8 1 3 1 2 1 2 . 2 . 1 2 1
97 2 37 1 1 5 4 2 2 8 1 3 2 2 2 2 . 2 . 1 2 1
98 2 16 1 2 2 5 2 2 9 1 1 3 3 2 2 . 1 1 3 5 2
99 2 24 2 1 3 3 1 1 9 1 3 1 2 1 2 . 2 . 1 3 2
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI PENDERITA ABORTUS INKOMPLETUS DI RSUD DR.PIRNGADI KOTA MEDAN
TAHUN 2010 – 2011 Frequencies
Umur Kategorik Penderita AI (tahun)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Islam 56 56.0 56.0 56.0
Kristen 44 44.0 44.0 100.0
Daerah Tempat Tinggal Penderita AI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kota Medan 78 78.0 78.0 78.0
Luar Kota Medan 22 22.0 22.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Usia Kehamilan Saat Terjadi AI (minggu)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Usia Kehamilan Saat Terjadi AI Kategorik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tindakan 24 24.7 24.7 24.7
Normal 73 75.3 75.3 100.0
Riwayat Kejadian Abortus Penderita AI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Perdarahan 2 100.0 100.0 100.0
Total 2 100.0
Penatalaksanaan Medis Penderita AI
Frequency Percent Valid Percent
Lama Rawatan Penderita AI (hari)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Crosstabs
Riwayat Kehamilan Penderita AI * Pekerjaan Penderita AI Crosstabulation
Pekerjaan Penderita AI
Total IRT PNS
Karyawan
Swasta Wiraswasta Pelajar Riwayat
Linear-by-Linear Association .187 1 .665
N of Valid Cases 97
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Paritas Penderita AI * Umur Kategorik Penderita AI
100 100.0% 0 .0% 100 100.0%
Paritas Penderita AI * Umur Kategorik Penderita AI Crosstabulation
Umur Kategorik Penderita AI
Total Umur Risiko Tinggi Umur Risiko Rendah
Paritas
Linear-by-Linear Association 8.541 1 .003
N of Valid Cases 100
Crosstabs
Riwayat Kehamilan Penderita AI * Paritas Penderita AI Crosstabulation
Paritas Penderita AI
Total Primipara Multipara Grandemultipara
Riwayat
Linear-by-Linear Association 2.819 1 .093
N of Valid Cases 97
Crosstabs
Riwayat Kejadian Abortus Penderita AI * Paritas Penderita AI Crosstabulation
Paritas Penderita AI
Total Primipara Multipara Grandemultipara
Riwayat
Linear-by-Linear Association 2.819 1 .093
N of Valid Cases 97
Crosstabs
Keadaan Sewaktu Pulang Penderita AI * Penatalaksanaan Medis Penderita AI Crosstabulation
Penatalaksanaan Medis Penderita AI
Total Kuretase Obat Oral Aspirasi Vakum
Keadaan
Linear-by-Linear Association 1.246 1 .264
N of Valid Cases 97
Oneway
Descriptives
Lama Rawatan Rata-Rata Penderita AI (hari)
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Min Max Lower
Bound
Upper Bound
≤9 minggu 93 2.09 1.148 .119 1.85 2.32 0 6
>9 minggu 7 4.14 .900 .340 3.31 4.97 3 5
Total 100 2.23 1.246 .125 1.98 2.48 0 6
ANOVA
Lama Rawatan Rata-Rata Penderita AI (hari)
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 27.541 1 27.541 21.392 .000
Within Groups 126.169 98 1.287
DAFTAR PUSTAKA
1. Saifuddin, AB. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
2. Azhari, 2002. Masalah Abortus dan Kesehatan Reproduksi Perempuan. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Palembang.
3. Wijaya, AM. 2012. Kondisi Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka
Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKBAL), Angka Kematian Ibu (AKI) dan Penyebabnya di Indonesia. www.infodokterku.com. Diakses pada tanggal 10 Februari 2013.
4. WHO, 2010. World Health Statistics. www.who.int. Diakses pada tanggal 02 September 2012.
5. Anonim. 2012. Demographic: Maternal Mortality Rate in World.
www.indexmundi.com. Diakses pada tanggal 08 Februari 2013.
6. Anonim. 2012. Demographic: Maternal Mortality Rate in Asia. www.indexmundi.com. Diakses pada tanggal 08 Februari 2013.
7. Depkes RI, 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta.
8. Yulifah, R., dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
9. Faizal, EB. 2012. Maternal, Infant Death in 20 Provinces Remain High.
www.thejakartapost.com. Diakses pada tanggal 09 Februari 2013.
10. Depkes RI, 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta.
11. Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
12. Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
13. Chalik, TMA., 1998. Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi. Penerbit Widya Medika, Jakarta.
15. Perinasia.1994. Pencegahan Kematian Ibu Hamil. Penerbit Binarupa Aksara. Jakarta.
16. Biran, A. 2008. Kontrasepsi, Keluarga Berencana, Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
17. Sedgh G, dkk. 2007. Induced Abortion: Estimated Rates and Trens Worldwide.
www.guttmacher.org. Diakses pada tanggal 12 Maret 2013.
18. Anonim, 2011. Catatan Akhir Tahun 2011 KomNas Perlindungan Anak. Diakses www.komnaspa.or.id. Diakses pada tanggal 12 Maret 2013.
19. BKKBN. 2009. Tren Aborsi di Indonesia. www.bkkbn.go.id. Diakses pada tanggal 12 Maret 2013.
20. Koblinsky, M. 1997. Kesehatan Wanita Sebuah Perspektif Global. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
21. Safitri, I. 2010. Gambaran Kejadian Abortus Imminens di Rumah Sakit
Aliyah Kota Kendari tahun 2010. Akademi Kebidanan Pelita Ibu.
Kota Kendari.
22. Pasabi, YT. 2010. Gambaran Kejadian Abortus Inkompletus Ditinjau dari
Segi Umur dan Pendidikan di RS Elim Rantepao Tahun 2009.
Akademi Kebidanan Bina Sejahtera. Kabupaten Toraja Utara.
23. Panggabean, MY. 2011. Hubungan Karakteristik Ibu dengan Abortus
Inkompletus di RS Haji Medan Periode Januari 2008–April 2010.
Fakultas Kesehatan Masyarakat - Universitas Sumatera Utara. Kota Medan.
24. Mutmainah, ND. 2008. Gambaran Angka Kejadian Abortus Inkompletus
Berdasarkan karakteristik Ibu di Ruang Kebidanan RSUD’45 Kuningan Tahun 2008. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan.
Kabupaten Kuningan.
25. Yasing, H. 2012. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Dengan Abortus
Inkomplit di RSUD Labuang Baji Makassar. Akademi Kebidanan
Mega Rezky. Makassar.
26. Panjaitan, AA. 2011. Karakteristik Penderita Abortus di RS Martha Friska
Medan Tahun 2007 – 2009. Fakultas Kesehatan Masyarakat -
27. Timmreck, TC., 2004. Epidemiologi Suatu Pengantar. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
28. UNDP. 2013. Human Development Report. www.undp.org. Diakses pada tanggal 18 April 2013.
29. Hemas, GKR. 2012. Optimalisasi Peran Perempuan di Parlemen dalam
Pencapaian Target MDGs 2015. www.ristek.go.id. Diakses pada
tanggal 18 April 2013.
30. Wiknjosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Edisi III. Penerbit Yayasan Bina Pustaka. Jakarta
31. Ben-Zion, T. 1994. Kapta Selekta Kedaruratan Obstetri & Ginekologi. Penerbit Hipokrates. Jakarta.
32. Mochtar, T. 1998. Sinopsis Obstetri/Obstetri Fisiologi dan Patologi. Edisi 2 Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
33. Pranata, S. 2013. Kejadian Kehamilan Tidak Diinginkan di Indonesia. www.litbang.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 18 April 2013.
34. Lisda, T. 2009. Karakteristik Penderita Abortus di RSU Kabanjahe
2004-2008. Fakultas Kesehatan Masyarakat - Universitas Sumatera Utara.
Kota Medan.
35. Anonim. 2008. Abortion in Indonesia. Guttmacher Institute. New York.
36. Sedgh, G., dkk. 2012. Induced Abortion: Incidence and trends worldwide from
1995 to 2008. www.guttmacher.org. Diakses pada tanggal 26 Februari 2013.
37. Anonim. 2008. Karakteristik Ibu Dengan Abortus Inkomplit di RSU
Dr.F.L.Tobing Tahun 2008. Aademi Kebidanan Nauli Husada. Kota
Sibolga.
38. Erica, R., dkk. 1994. Pencegahan Kematian Ibu Hamil. Penerbit Bina Rupa Aksara, Jakarta.
39. Kusumawati, Y. 2006. Faktor-Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap
Persalinan Dengan Tindakan di RS dr.Moewardi Surakarta.
Pasca-Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
40. Clowes, B. 2001. The Facts of Lifes An Authoritative Guide to Life and Family
41. Reardon, D. 1994. Psychological Reaction Reported After Abortion. The Post
Abortion Report.
42. Setyasworo, S. 2010. Kehamilan 12 Minggu dengan Abortus Inkompletus.
http://abortus.co.id. Diakses pada tanggal 12 September 2012.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif
dengan desain case series.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan. Pemilihan lokasi
dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa di rumah sakit tersebut tersedia data yang
dibutuhkan dan belum pernah dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita
abortus inkompletus tahun 2010 – 2011.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 05 Februari – 31 Juli 2013.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh data penderita abortus inkompletus di
RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 yang berjumlah 100 kasus.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data penderita abortus
inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 dimana besar
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari kartu status
penderita abortus inkompletus yang berasal dari bagian rekam medis RSUD
Dr.Pingadi Kota Medan selama tahun 2010 – 2011, kemudian dilakukan pencatatan
sesuai dengan variabel yang diteliti.
3.5 Teknik Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan, diolah dengan menggunakan program SPSS
(Statistical Product and Service Solution), kemudian dianalisa secara deskriptif
kemudian disajikan dalam bentuk narasi, tabel, dan diagram.
3.6 Definisi Operasional
3.6.1 Penderita Abortus Inkompletus
Penderita Abortus Inkompletus adalah wanita yang dinyatakan mengalami
keadaan sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang
tertinggal pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram berdasarkan hasil diagnosis dokter dan tercatat dalam kartu status.
3.6.2 Sosiodemografi
a. Umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak lahir hingga saat
sekarang yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-penyelidikan
epidemiologi. Dikategorikan dengan:
b. Status Perkawinan adalah status pernikahan penderita abortus inkompletus yang
tercatat dalam kartu status. Dikategorikan dengan:
1. Kawin 2. Tidak kawin
c. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir penderita abortus
inkompletus sesuai yang tercatat dalam kartu status pasien, digolongkan atas:
1. SD 2. SMP 3. SMA 4. D3 5. Sarjana
d. Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan orang setiap harinya. Sesuai
dengan yang tercatat pada kartu status penderita abortus inkompletus, dibedakan
atas:
1. Ibu rumah tangga (IRT) 2. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 3. Karyawan swasta (Peg.Swasta) 4. Wiraswasta
5. Pelajar
e. Agama adalah keyakinan atau kepercayaan yang dianut oleh penderita abortus
inkompletus sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang ada di rekam
f. Tempat Tinggal adalah tempat dimana penderita abortus inkompletus tinggal dan
menetap sesuai dengan yanng tercatat pada kartu status yang dibedakan atas:
1. Kota Medan 2. Luar Kota Medan
a. Usia Kehamilan adalah lama kehamilan ibu dihitung dari hari pertama
menstruasi normal sampai dengan terjadinya proses bersalin dengan abortus
inkompletus sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status pasien.
b. Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami wanita dengan jumlah anak yang telah dilahirkan ibu baik anak tersebut meninggal maupun lahir hidup. Dikategorikan dengan:
1. Nullipara : 0 kali
2. Primipara : 1 kali
3. Multipara : 2 – 5 kali 4. Grandemultipara : > 5kali
c. Riwayat Kehamilan adalah wanita yang pernah mengalami keguguran, lahir
belum cukup bulan, lahir mati, lahir hidup kemudian mati dalam waktu ≤7hari
pada kehamilan sebelumnya, sesuai dengan yang tercatat pada kartu status.
d. Riwayat Tindakan Persalinan adalah tindakan persalinan yang pernah dilakukan
terhadap ibu pada masa persalinan sebelumnya, sesuai dengan yang tercatat pada
kartu status, dibedakan atas:
1. Tindakan (ekstraksi cunam, vakum, dan seksio sesaria) 2. Normal
e. Riwayat Kejadian Abortus adalah jenis abortus berdasarkan ada tidaknya unsur
tindakan dari luar, sesuai yang tercatat pada kartu status dengan kategori:
1. Abortus spontan 2. Abortus buatan
f. Riwayat Penyakit adalah penyakit yang telah diderita penderita abortus
inkompletus sebelum terjadinya kejadian abortus, dikategorikan dengan:
g. Ada riwayat penyakit dikategorikan menjadi:
1. Penyakit Menular 2. Penyakit Tidak menular
h. Komplikasi adalah ada tidaknya gangguan fisiologis dan anatomis yang
dirasakan oleh penderita berkaitan dengan abortus inkompletus, ketika datang ke
rumah sakit sesuai yang tercatat pada kartu status, dengan kategori:
1. Ada komplikasi 2. Tidak ada komplikasi
i. Ada komplikasi dikategorikan menjadi: 1. Perdarahan
2. Syok 3. Infeksi 4. Perforasi
3.6.4 Status Rawatan
a. Penatalaksanaan Medis adalah usaha yang dilakukan terhadap penderita abortus
inkompletus sehubungan dengan tindakan penanganan dan penyembuhan sesuai
dengan yang tercatat pada kartu status yang ada di rekam medik.
b. Lama Rawatan Rata-Rata adalah rata-rata jumlah hari perawatan penderita
abortus inkompletus dari hari pertama masuk rumah sakit sampai hari terakhir
perawatan sesuai yang tercatat dalam kartu status.
c. Keadaan Sewaktu Pulang adalah keadaan penderita abortus inkompletus pada
saat keluar dari rumah sakit sesuai dengan yang tercatat pada kartu status yang
dikategorikan atas:
1. Sehat
2. Pulang Berobat Jalan (PBJ)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan didirikan oleh Pemerintah Kolonial
Belanda dengan nama Gemente Zieken Huis. Peletakan batu pertamanya dilakukan
oleh Maria Constantia Macky pada tanggal 11 Agustus 1928 dan diresmikan pada
tahun 1930. Setelah masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942, rumah sakit ini
diambil alih oleh bangsa Jepang dan berganti nama menjadi Syuritso Bysonoince dan
pimpinannya dipercayakan kepada seorang putera Indonesia yaitu Dr. Raden Pirngadi
Gonggo Putro. Pada tahun 1947, nama rumah sakit ini diganti menjadi Rumah Sakit
Kota Medan yang dipimpin oleh Dr. Ahmad Sofyan. Semasa kepemimpinannya,
rumah sakit ini berubah menjadi Rumah Sakit Umum Medan tahun 1952. Pada tahun
1979, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara No.150 tahun 1979
tanggal 25 Juni 1979 RSU Pusat Propinsi Medan diberi nama RSU Dr. Pirngadi
Medan.
Rumah Sakit Umum Medan (RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan) secara otomatis
dipakai sebagai tempat kepaniteraan klinik para mahasiswa kedokteruan USU sejak
berdirinya FK USU tanggal 20 Agustus 1952, walaupun penandatanganan perjanjian
kerja sama antara FK USU dengan Rumah Sakit Umum Medan sebagai Teaching
Hospital (RS Pendidikan) FK USU baru dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 1968.
Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan berdasarkan Perda Kota Medan No. 30
tahun 2002 tanggal 6 September 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan.
Visi Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan adalah
terwujudnya Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota
Medan MANTAP TAHUN 2011 (Mandiri, Tanggap dan Profesional), dengan motto “Aegroti Salus Lex Suprema (Kepentingan penderita adalah yang utama)”.
Misi Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan adalah
meningkatnya upaya pelayanan medik, non-medik dan perawatan secara profesional,
meningkatkan peran rumah sakit sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan
pengembangan Iptek, mewujudkan rumah sakit sebagai pusat rujukan se-Sumatera
Utara, serta meningkatkan pelaksanaan administrasi dan manajemen RS yang
berkualitas, transparan dan akuntabel.
RSU Dr. Pirngadi Kota Medan menyelenggarakan pelayanan penunjang
medik dan non-medik, yaitu:
1. Instalasi Patologi Klinik
2. Patologi Anatomi
3. Radiologi
4. Pelayanan Kedokteran Kehakiman
5. Instalasi Rehabilitasi Medik
6. Instalasi Gizi
Sesuai dengan tugasnya, RSU Dr. Pirngadi Kota Medan melaksanakan upaya
kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya
penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya
peningkatan pencegahan akibat penyakit, pemulihan, dan rujukan. Oleh demikian,
RSU Dr. Pirngadi Kota Medan mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pelayanan medis
2. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik dan non-medik
3. Menyelenggarakan asuhan keperawatan
4. Menyelenggarakan pelayanan rujukan
5. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
6. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan
7. Mengelola administrasi umum dan keuangan
8. Melaksanakan seluruh kewenagan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya
9. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.
4.2 Analisis Deskriptif
4.2.1 Sosiodemografi Penderita Abortus Inkompletus
Sosiodemografi penderita abortus inkompletus (umur, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, agama, tempat tinggal) di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Tabel.2 Distribusi proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD
Berdasarkan tabel.2 dapat dilihat bahwa berdasarkan umur proporsi tertinggi
penderita abortus inkompletus adalah pada kelompok umur risiko rendah dengan
proporsi 61%. Berdasarkan status perkawinan, proporsi tertinggi penderita abortus
inkompletus adalah pada status kawin atau sudah menikah dengan proporsi 96%.
pada tingkat SMA dengan proporsi 59%. Berdasarkan pekerjaan, proporsi tertinggi
penderita abortus inkompletus adalah sebagai ibu rumah tangga (IRT) dengan
proporsi dengan proporsi 69%. Berdasarkan agama, proporsi tertinggi penderita
abortus inkompletus adalah beragama Islam dengan proporsi 56%. Kemudian
berdasarkan daerah tempat tinggal, proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus
adalah bertempat tinggal di Kota Medan dengan proporsi 78%.
4.2.2 Faktor Mediko Obstetrik Penderita Abortus Inkompletus
Faktor mediko obstetrik (usia kehamilan, paritas, riwayat kehamilan, riwayat
tindakan kehamilan, riwayat kejadian abortus, riwayat penyakit, komplikasi)
penderita abortus inkompletus di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2010-2011
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
3 Riwayat Kehamilan
Keguguran 70 70,0
Lahir Hidup 27 27,0
Belum Pernah Hamil Sebelumnya 3 3,0
Total 100 100,0
4 Riwayat Tindakan Persalinan
Tindakan 24 24,0
Normal 73 73,0
Belum Pernah Hamil Sebelumnya 3 3,0
Total 100 100,0
5 Riwayat Kejadian Abortus
Abortus spontan 70 70,0
7 Ada Riwayat Penyakit
Penyakit Menular 3 23,1
Berdasarkan tabel.3 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita abortus
inkompletus berdasarkan usia kehamilan adalah pada usia kehamilan 9 minggu, yaitu
dengan proporsi 38%. Berdasarkan paritas, proporsi tertinggi penderita abortus
inkompletus adalah multipara dengan proporsi 54%. Berdasarkan riwayat kehamilan,
proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah keguguran dengan proporsi
70%. Berdasarkan riwayat tindakan persalinan, proporsi tertinggi penderita abortus
Berdasarkan riwayat kejadian abortus, proporsi tertinggi penderita abortus
inkompletus adalah abortus spontan dengan proporsi 70%. Berdasarkan riwayat
penyakit, proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah tidak ada memiliki
riwayat penyakit, yaitu dengan proporsi 87%. Berdasarkan adanya riwayat penyakit
yang dimiliki oleh penderita abortus inkompletus, proporsi tertinggi adalah pada
penyakit tidak menular, yaitu dengan proporsi 76,9%. Berdasarkan komplikasi,
proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah tidak ada komplikasi dengan
proporsi 98%. Berdasarkan adanya komplikasi, proporsi tertinggi jenis komplikasi
penderita abortus inkompletus adalah perdarahan, yaitu dengan proporsi 100%.
4.2.3 Status Rawatan Penderita Abortus Inkompletus
Status rawatan penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota
Medan tahun 2010 – 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
3 Keadaan Sewaktu Pulang
Sehat 59 59,0
PBJ 41 41,0
Total 100 100,0
Berdasarkan tabel.4 dapat dilihat bahwa berdasarkan penatalaksanaan medis,
proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah kuretase dengan proporsi
94%. Berdasarkan lama rawatan, proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus
adalah 2 hari, yaitu dengan proporsi 36%. Berdasarkan keadaan sewaktu pulang,
proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah sehat dengan proporsi 59%.
4.2.4 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Abortus Inkompletus
Lama rawatan rata-rata penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi
Kota Medan tahun 2010 – 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel.5 Lama rawatan rata-rata penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011
Lama Rawatan Rata-Rata (Hari)
Mean 2,23
Standard Deviation (SD) 1,246
95% CI 1,98 – 2,48
Min 0
Max 6
Berdasarkan tabel.5 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita
abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan pada tahun 2010 – 2011
adalah 2,23 hari dengan SD=1,246. Artinya, lama rawatan rata-rata penderita abortus
inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi adalah 2 hari, dimana lama rawatan yang paling
4.3 Analisis Statistik
4.3.1 Pekerjaan Penderita Abortus Inkompletus Berdasarkan Riwayat Kehamilan
Distribusi pekerjaan penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi
Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan riwayat kehamilan dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel.6 Distribusi pekerjaan penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan riwayat kehamilan
Riwayat Kehamilan
Pekerjaan
Total IRT PNS K.Swasta Wiraswasta Pelajar
f % f % f % f % f % f %
Keguguran 49 70,0 11 15,7 5 7,1 4 5,7 1 1,4 70 100,0
Lahir Hidup 20 74,1 2 7,4 1 3,7 3 11,1 1 3,7 27 100,0
Berdasarkan tabel.6 dapat dilihat bahwa dari 70 penderita abortus inkompletus
dengan riwayat kehamilan yaitu keguguran, proporsi tertinggi adalah bekerja sebagai
ibu rumah tangga (IRT) dengan proporsi 70%. Hasil analisis statistik menunjukkan
bahwa tidak dapat menggunakan uji Chi-Square dikarenakan terdapat 6 sel (60,0%)
memiliki nilai expected count < 5.
4.3.2 Kategori Risiko Umur Penderita Abortus Inkompletus Berdasarkan Paritas
Distribusi kategori risiko umur penderita abortus inkompletus di RSUD
Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan paritas dapat dilihat pada
Tabel.7 Distribusi kategori risiko umur penderita abortus inkompletus di
Berdasarkan tabel.7 dapat dilihat bahwa dari 54 penderita abortus inkompletus
dengan paritas multipara, proporsi tertinggi adalah termasuk dalam kategori umur
risiko rendah dengan proporsi 61,1%. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p < 0,05
artinya secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna proporsi kategori risiko
umur penderita abortus inkompletus berdasarkan paritas.
4.3.3 Paritas Penderita Abortus Inkompletus Berdasarkan Riwayat Kehamilan
Distribusi paritas penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota
Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan riwayat kehamilan dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel.8 Distribusi paritas penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan riwayat Primipara Multipara Grandemultipara
f % f % f % f %
Keguguran 20 28,6 36 51,4 14 20,0 70 100,0
Lahir Hidup 9 33,3 18 66,7 0 0,0 27 100,0
p=0,042
Berdasarkan tabel.8 dapat dilihat bahwa dari 70 penderita abortus inkompletus
yang memiliki riwayat kehamilan keguguran, proporsi tertinggi adalah dengan paritas
artinya secara statistik terdapat perbedaan proporsi riwayat kehamilan penderita
abortus inkompletus berdasarkan paritas.
4.3.4 Paritas Penderita Abortus Inkompletus Berdasarkan Riwayat Kejadian Abortus
Distribusi paritas penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota
Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan riwayat kejadian abortus dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel.9 Distribusi paritas penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan riwayat Primipara Multipara Grandemultipara
f % f % f % f %
Abortus Spontan 20 28,6 36 51,4 14 20,0 70 100,0
Tidak Ada 9 33,3 18 66,7 0 0,0 27 100,0
p=0,042
Berdasarkan tabel.9 dapat dilihat bahwa dari 70 penderita abortus inkompletus
yang memiliki riwayat kejadian abortus spontan, proporsi tertinggi adalah multipara,
yaitu dengan proporsi 51,4%. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p < 0,05 artinya
secara statistik terdapat perbedaan proporsi paritas penderita abortus inkompletus
berdasarkan riwayat kejadian abortus.
4.3.5 Penatalaksanaan Medis Penderita Abortus Inkompletus Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Distribusi penatalaksanaan medis penderita abortus inkompletus di RSUD
Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan keadaan sewaktu pulang
Tabel.10 Distribusi penatalaksanaan medis penderita abortus inkompletus di Kuretase Obat Oral Aspirasi Vakum
f % f % f % f %
Sehat 55 96,5 2 3,5 0 0,0 94 100,0
PBJ 37 92,5 2 5,0 1 2,5 4 100,0
Berdasarkan tabel.10 dapat dilihat bahwa dari 94 penderita abortus
inkompletus yang berkeadaan sehat sewaktu pulang, proporsi tertinggi adalah dengan
penatalaksanaan medis kuretase, yaitu dengan proporsi 96,5%. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa tidak dapat menggunakan uji Chi-Square dikarenakan terdapat 4
sel (66,7%) memiliki nilai expected count < 5.
4.3.6 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Abortus Inkompletus Berdasarkan Usia Kehamilan
Distribusi lama rawatan rata-rata penderita abortus inkompletus di RSUD
Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan usia kehamilan dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel.11 Distribusi lama rawatan rata-rata penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan usia kehamilan
Usia Kehamilan Lama Rawatan Rata-Rata (hari)
n Mean SD
≤ 9 minggu 93 2,09 1,148
Berdasarkan tabel.11 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata dari 93 penderita abortus inkompletus dengan usia kehamilan ≤ 9 minggu adalah 2,09 hari (2
hari). Sedangkan pada 7 penderita abortus inkompletus dengan usia kehamilan > 9
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Sosiodemografi Penderita Abortus Inkompletus 5.1.1 Umur
Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –
2011 berdasarkan umur dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
61% 39%
Umur Risiko Rendah
Umur Risiko Tinggi
Gambar 1. Diagram pie proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan umur
Berdasarkan gambar.1 dapat dilihat bahwa berdasarkan umur, proporsi
tertinggi penderita abortus inkompletus adalah pada kelompok umur risiko rendah
dengan proporsi 61% dimana umur risiko rendah adalah wanita berumur 20 – 35
tahun. Selebihnya adalah kelompok umur risiko tinggi dengan proporsi 39% dimana
umur risiko tinggi terdiri dari wanita berumur < 20 tahun dan wanita berumur > 35
Dalam penelitian ini, ditemukan penderita berumur < 20 tahun sebanyak 6
orang dan penderita berumur > 35 tahun sebanyak 33 orang. Umur penderita abortus
inkompletus yang paling muda adalah umur 16 tahun, dan tertua adalah umur 45
tahun. Tercatat bahwa paling banyak penderita abortus inkompletus di RSUD
Dr.Pirngadi tahun 2010 – 2011 adalah berumur 20 – 35 tahun, yaitu sebanyak 61
orang.
Hal ini menunjukkan bahwa memang di rentang usia tersebut merupakan
keadaan yang optimal bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan sesuai dengan
penelitian Azhari (2002) yang menyatakan bahwa umur reproduksi sehat atau umur
yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah umur 20 – 35 tahun.2,34 Hasil
penelitian Arimbi (2000-2001) di RSUP Adam Malik Medan dalam Panjaitan (2011)
juga menunjukkan bahwa kejadian abortus, termasuk abortus inkompletus, paling
banyak terjadi pada wanita berumur 20 – 35 tahun dengan proporsi 68,5%.26
5.1.2 Status Perkawinan
Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –
96% 4%
Kawin
Tidak Kawin
Gambar 2. Diagram pie proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan status perkawinan
Berdasarkan gambar.2 dapat dilihat bahwa berdasarkan status perkawinan,
proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah penderita dengan status
kawin atau sudah menikah dengan proporsi 96%. Selebihnya adalah penderita abortus
inkompletus dengan status tidak kawin dengan proporsi 4%.
Dalam penelitian ini, tercatat 96 penderita abortus inkompletus di RSUD
Dr.Pirngadi tahun 2010 – 2011 dengan status kawin atau sudah menikah. Hal ini
sesuai dengan Depkes RI (2001) bahwa wanita berstatus menikah yang melakukan
abortus masih tinggi dengan alasan tidak menggunakan alat kontrasepsi untuk
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Namun, tidak menutupi kecenderungan
kalangan wanita yang belum menikah untuk melakukan abortus.14
Selebihnya, tercatat 4 penderita abortus inkompletus yang berstatus belum
kawin, dimana umur penderita tersebut masing-masing 16 tahun, 18 tahun, 20 tahun,
angka kejadian abortus, termasuk abortus inkompletus, pada usia muda dan dengan
status belum menikah mungkin saja lebih banyak dari angka yang tercatat
dikarenakan faktor psikososial.43 Menurut Chalik (1998) bahwa banyak wanita yang
terlanjur hamil menggugurkan kandungannya secara sembunyi-sembunyi dan baru
muncul ke permukaan bila terjadi komplikasi.13
5.1.3 Pendidikan
Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –
2011 berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
6
Gambar 3. Diagram bar proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan pendidikan
Berdasarkan gambar.3 dapat dilihat bahwa berdasarkan pendidikan, proporsi
tertinggi penderita abortus inkompletus adalah penderita dengan pendidikan terakhir
SMA, yaitu dengan proporsi 59%. Selebihnya adalah penderita abortus inkompletus
yang memiliki pendidikan SMP dengan proporsi 18%, sarjana dengan proporsi 11%,
Hal ini bukan berarti bahwa wanita yang berpendidikan terakhir SMA berisiko
tinggi terhadap kejadian abortus inkompletus, hanya saja kebanyakan penderita
abortus inkompletus yang datang berobat ke RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun
2010 – 2011 berpendidikan terakhir SMA. Semua bergantung pada pengetahuan
seseorang mengenai abortus inkompletus dan dampaknya. Dalam Depkes RI (2008)
bahwa pengetahuan merupakan faktor predisposisi yang sangat berperan dalam
mempengaruhi seseorang mengambil keputusan untuk berperilaku sehat. Biasanya
pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan lingkungan.7
5.1.4 Pekerjaan
Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –
2011 berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
69
Berdasarkan gambar.4 dapat dilihat bahwa berdasarkan pekerjaan, proporsi
tertinggi penderita abortus inkompletus adalah penderita dengan pekerjaan sebagai
ibu rumah tangga (IRT), yaitu dengan proporsi 69%. Selebihnya tercatat dengan
pekerjaan sebagai PNS 13%, Karyawan Swasta 7%, Wiraswasta 7%, dan pelajar 4%.
Hal ini kurang sesuai dengan hasil penelitian Mutmainah (2008) bahwa
kejadian abortus inkompletus yang tercatat di RSUD’45 Kuningan adalah peran
ganda ibu hamil yang disebabkan kondisi sosial-ekonomi rendah di daerah kuningan
sehingga memaksa ibu hamil membantu suaminya mencari nafkah, seperti membantu
di sawah dan di ladang serta menjadi pembantu rumah tangga.24
Dapat dikatakan bahwa dalam penelitian ini bukan berarti ibu rumah tangga
sebagai proporsi tertinggi berdasarkan pekerjaan lebih berisiko tinggi terhadap
kejadian abortus inkompletus, akan tetapi hal ini hanya menunjukkan bahwa
pekerjaan penderita abortus inkompletus yang datang berobat ke RSUD Dr.Pirngadi
Kota Medan tahun 2010 – 2011 mayoritas tercatat sebagai ibu rumah tangga. Hal ini
sama dengan hasil penelitian Panjaitan (2011) di RS Martha Friska Medan bahwa
74,3% penderita abortus adalah ibu rumah tangga, dimana abortus inkompletus
menempati proporsi tertinggi 57,4% dari semua kejadian abortus di RS Martha
Friska.26
5.1.5 Agama
Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –
56%
44% Islam
Kristen
Gambar 5. Diagram pie proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan agama
Berdasarkan gambar.5 dapat dilihat bahwa berdasarkan agama, proporsi
tertinggi penderita abortus inkompletus adalah beragama Islam sebesar 56%.
Selebihnya adalah penderita abortus inkompletus beragama Kristen dengan proporsi
44%. Dalam penelitian ini tidak ditemukan penderita beragama budha, hindu, dan
konghuchu.
Dapat dikatakan bahwa bukan berarti wanita yang beragama Islam
mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami abortus inkompletus. Agama
bukanlah hal penyumbang tinggi-rendah risiko terjadinya abortus inkompletus.
Dalam penelitian ini, terdapat 56 penderita abortus inkompletus yang datang berobat
ke RSUD Dr.Pirngadi adalah bergama Islam dan angka tersebut tidak jauh berbeda
dengan jumlah penderita abortus inkompletus beragama Kristen yaitu sebanyak 44
Besar kecilnya proporsi agama pada catatan pelayanan kesehatan bergantung
pada banyaknya penderita penganut suatu agama yang datang berobat ke pelayanan
kesehatan tersebut. Hasil penelitian oleh Panjaitan (2011) juga menunjukkan bahwa
penderita abortus, dengan proporsi tertinggi abortus inkompletus, di RS Martha
Friska adalah beragama Islam sebesar 73,8%.26
5.1.6 Tempat Tinggal
Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –
2011 berdasarkan tempat tinggal dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
78% 22%
Kota Medan
Luar Kota Medan
Gambar 6. Diagram pie proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan tempat tinggal
Berdasarkan gambar.6 dapat dilihat bahwa berdasarkan tempat tinggal,
proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah bertempat tinggal di Kota
Medan sebesar 78%. Selebihnya adalah penderita abortus inkompletus yang
bertempat tinggal di luar Kota Medan adalah penderita dari Kabupaten Deliserdang,
Simalungun, dan Aceh Timur.
Namun, hal ini bukan berarti bahwa wanita yang bertempat tinggal di Kota
Medan lebih berisiko tinggi terhadap kejadian abortus inkompletus daripada wanita
yang bertempat tinggal di Luar Kota Medan, tetapi hanya berkaitan dengan jarak
tempuh dari tempat tinggal menuju fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia.
Adapun penderita abortus inkompletus yang tercatat bertempat tinggal di luar Kota
Medan biasanya adalah penderita yang kebetulan sedang datang ke Kota Medan
kemudian mengalami kejadian abortus inkompletus dan mencari pengobatan ke
RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan.
5.2 Faktor Mediko Obstetrik Penderita Abortus Inkompletus 5.2.1 Usia Kehamilan
Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –
8
5 minggu 7 minggu 8 minggu 9 minggu 10 minggu 12 minggu 16 minggu
Usia Kehamilan
Gambar 7. Diagram bar proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan usia kehamilan
Berdasarkan gambar.7 dapat dilihat bahwa berdasarkan usia kehamilan,
proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah pada usia kehamilan 9
minggu, yaitu sebesar 38%. Selebihnya adalah penderita pada usia kehamilan 8
minggu dengan proporsi 30%, 7 minggu dengan proporsi 17%, 5 minggu dengan
proporsi 8%, 10 minggu dengan proporsi 4%, 12 minggu dengan proporsi 2%, dan 16
minggu dengan proporsi 1%.
Bila ditinjau dari data penderita yang mengalami abortus inkompletus pada
usia kehamilan 9 minggu dikarenakan penderita memang memiliki riwayat kehamilan
keguguran pada kehamilan sebelumnya, memiliki paritas multipara atau
grandemultipara dimana paritas tersebut termasuk paritas yang tidak aman, serta
mungkin disebabkan oleh adanya riwayat penyakit menular maupun tidak menular
Hal ini sesuai dengan Chalik (1998) bahwa abortus inkompletus memang
terjadi pada usia lebih dari 8 minggu karna villi koriales telah tumbuh dan menembus
lapisan desidua jauh lebih tebal sehingga pelepasannya biasanya tidak sempurna dan
masih ada bagian yang tersisa melekat di dinding rahim.13 Hasil penelitian Panjaitan
(2011) dimana abortus inkompletus merupakan kejadian yang paling banyak di RS
Martha Friska Medan juga menunjukkan bahwa berdasarkan umur kehamilan yang
tercatat proporsi tertinggi adalah penderita pada usia kehamilan 7 – 9 minggu dengan
proporsi 32,7%.26
5.2.2 Paritas
Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –
2011 berdasarkan paritas dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
54%
29% 14%
3%
Multipara
Primipara
Grandemultipara
Nullipara
Berdasarkan gambar.8 dapat dilihat bahwa berdasarkan paritas, proporsi
tertinggi penderita abortus inkompletus adalah multipara sebesar 54%. Selebihnya
paritas penderita abortus inkompletus adalah primipara dengan proporsi 29%,
grandemultipara dengan proporsi 14%, dan nullipara dengan proporsi 3%.
Dalam penelitian ini, hampir semua penderita abortus inkompletus yang
memiliki paritas multipara adalah penderita dengan usia risiko rendah, yaitu 20 – 35
tahun dan memiliki riwayat keguguran dimana memang pada rentang usia tersebut
merupakan keadaan yang optimal bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan
sesuai dengan penelitian Azhari (2002) yang menyatakan bahwa umur reproduksi
sehat atau umur yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah umur 20 – 35
tahun.2,34 Ditambah lagi dengan adanya riwayat keguguran pada kehamilan
sebelumnya maka risiko abortus, termasuk abortus inkompletus, akan semakin tinggi
dengan bertambahnya paritas ibu.15,39
5.2.3 Riwayat Kehamilan
Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –
70% 27%
3%
Keguguran
Lahir Hidup
Belum Pernah Hamil Sebelumnya
Gambar 9. Diagram pie proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan riwayat kehamilan
Berdasarkan gambar.9 dapat dilihat bahwa berdasarkan riwayat kehamilan,
proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah keguguran, yaitu dengan
proporsi 70%. Selebihnya penderita abortus inkompletus memiliki riwayat kehamilan
lahir hidup dengan proporsi 27% dan belum pernah hamil sebelumnya dengan
proporsi 3%.
Artinya, dari 100 penderita abortus inkompletus yang datang berobat ke
RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 terdapat 70 penderita yang
memiliki riwayat keguguran pada kehamilan sebelumnya, 27 penderita tidak
memiliki riwayat keguguran pada kehamilan sebelumnya, dan 3 penderita belum
Hasil penelitian ini sesuai dengan Kusumawati (2006) yang menyatakan
bahwa seorang wanita yang memiliki riwayat kehamilan yang jelek pada kehamilan
sebelumnya, seperti keguguran, lahir belum cukup bulan, lahir mati, lahir hidup
kemudian mati dalam waktu ≤7 hari akan meningkatkan risiko pada persalinan
berikutnya.39 Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Malpas dan Eastman
yang menyatakan bahwa terjadinya abortus lagi pada seorang wanita yang pernah
mengalami abortus ialah 73% – 83,6%. 13,26
5.2.4 Riwayat Tindakan Persalinan
Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –
2011 berdasarkan riwayat tindakan persalinan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
73% 24%
3%
Normal
Tindakan
Belum Pernah Bersalin Sebelumnya
Berdasarkan gambar.10 dapat dilihat bahwa berdasarkan riwayat tindakan
persalinan, proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah normal, yaitu
dengan proporsi 73%. Selebihnya riwayat tindakan persalinan penderita abortus
inkompletus adalah tindakan dengan proporsi 24%, dan belum pernah hamil
sebelumnya dengan proporsi 3%.
Artinya, dari 100 penderita abortus inkompletus yang datang berobat ke
RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 terdapat 73 penderita yang
memiliki riwayat tindakan persalinan normal pada kehamilan sebelumnya.
Selebihnya terdapat 24 penderita abortus inkompletus dengan riwayat tindakan
persalinan, yaitu sectio caesaria (SC), dan 3 penderita abortus inkompletus dengan
tidak ada riwayat tindakan persalinan karena belum pernah hamil sebelumnya.
5.2.5 Riwayat Kejadian Abortus
Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –
70% 30%
Abortus Spontan
Tidak Ada
Gambar 11. Diagram pie proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan riwayat kejadian abortus
Berdasarkan gambar.11 dapat dilihat bahwa berdasarkan riwayat kejadian
abortus, proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah abortus spontan,
yaitu dengan proporsi 70%. Selebihnya penderita abortus inkompletus tidak memiliki
riwayat kejadian abortus pada kehamilan sebelumnya dengan proporsi 30%. Dapat
diartikan bahwa dari 100 penderita abortus inkompletus yang datang berobat ke
RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 terdapat 70 penderita yang
memiliki riwayat kejadian abortus pada kehamilan sebelumnya dan semuanya adalah
abortus spontan.
Hal ini sesuai dengan Prawirohardjo (2009) yang menyatakan bahwa setelah 1
kali abortus spontan, pasangan akan mempunyai risiko sebesar 15% mangalami
keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, risikonya akan meningkat 25%, dan
setelah 3 kali mengalami abortus berturut-turut akan mempunyai risiko untuk
5.2.6 Riwayat Penyakit
Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –
2011 berdasarkan riwayat penyakit dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
87% 13%
Tidak Ada
Ada
Gambar 12. Diagram pie proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan riwayat penyakit
Berdasarkan gambar.12 dapat dilihat bahwa berdasarkan riwayat penyakit,
proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah tidak ada riwayat penyakit,
yaitu dengan proporsi 87%. Selebihnya terdapat penderita abortus inkompletus yang
memiliki riwayat penyakit dengan proporsi 13%. Artinya, dari 100 penderita abortus
inkompletus yang datang berobat ke RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 –
2011 terdapat 87 penderita yang tidak memiliki riwayat penyakit, dan 13 penderita
yang memiliki riwayat penyakit. Hasil temuan dari kartu status mengenai riwayat
penyakit yang dimiliki oleh 13 penderita abortus inkompletus tersebut kemudian
5.2.7 Ada Riwayat Penyakit
Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –
2011 berdasarkan ada riwayat penyakit dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
77% 23%
Penyakit Tidak Menular
Penyakit Menular
Gambar 13. Diagram pie proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan ada riwayat penyakit
Berdasarkan gambar.13 dapat dilihat bahwa berdasarkan adanya riwayat
penyakit yang tercatat, proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah
memiliki riwayat penyakit tidak menular, yaitu dengan proporsi 77%. Selebihnya
adalah penderita abortus inkompletus yang memiliki riwayat penyakit menular
dengan proporsi 23%.
Hasil penelitian ini ditemukan bahwa dari 100 penderita abortus inkompletus
terdapat 13 penderita yang memiliki riwayat penyakit. Dari 13 penderita abortus
inkompletus yang memiliki riwayat penyakit tersebut terdapat 10 penderita adalah
asma. Selebihnya 3 penderita lain adalah dengan riwayat penyakit menular, yaitu
TBC, TORCH dan chikungunya.
Riwayat penyakit yang mungkin telah terjadi sebelum kehamilan dan
diperburuk oleh kehamilan, misalnya penyakit jantung, anemia, hipertensi esensial,
diabetes mellitus, hemoglobinopati, keracunan, peritonitis umum, pneumonia, tifus
abdominalis, malaria dapat menurunkan keadaan umum penderita dan menyebabkan
abortus.13,15,30
5.2.8 Komplikasi
Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –
2011 berdasarkan komplikasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
98% 2%
Tidak Ada Komplikasi
Ada Komplikasi
Berdasarkan gambar.14 dapat dilihat bahwa berdasarkan komplikasi, proporsi
tertinggi penderita abortus inkompletus adalah tidak ada komplikasi, yaitu dengan
proporsi 98%. Selebihnya tercatat ada komplikasi penderita abortus inkompletus
dengan proporsi 2%.
Hasil penelitian ini ditemukan bahwa dari 100 penderita abortus inkompletus
hanya terdapat 2 penderita yang memiliki komplikasi dan kedua penderita tersebut
masing-masing berumur 16 tahun dan 42 tahun dengan jenis komplikasi perdarahan.
Tidak ditemukan jenis komplikasi syok, perforasi, ataupun infeksi. Komplikasi
penderita tersebut sesuai dengan Chalik (1998) dan Prawirohardjo (2009) bahwa
risiko komplikasi akibat abortus inkompletus antara lain: perdarahan akibat
pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi, perforasi akibat pengerokan, syok
karena perdarahan, dan infeksi.11,13
5.3 Status Rawatan Penderita Abortus Inkompletus 5.3.1 Penatalaksanaan Medis
Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –
94% 4% 2%
Kuretase
Obat Oral
Aspirasi Vakum
Gambar 15. Diagram pie proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan penatalaksanaan medis
Berdasarkan gambar.15 dapat dilihat bahwa berdasarkan penatalaksanaan
medis, proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah kuretase, yaitu dengan
proporsi 94%. Selebihnya penderita abortus inkompletus mendapatkan
penatalaksanaan medis berupa obat oral dengan proporsi 4% dan aspirasi vakum
dengan proporsi 2%.
Dalam hasil penelitian ini ditemukan bahwa dari 100 penderita abortus
inkompletus yang datang berobat ke RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan terdapat 94
penderita dengan penatalaksanaan medis kuretase, 4 penderita hanya dengan obat
oral, dan 2 penderita dengan aspirasi vakum. Sesuai dengan Chalik (1998) bahwa
untuk penanganan abortus inkompletus sisa kehamilan yang tertinggal di dalam rahim
harus dibersihkan dengan melakukan kerokan untuk menghentikan perdarahan
Tercatat bahwa 2 penderita dengan penatalaksaan medis aspirasi vakum
tersebut mengalami komplikasi perdarahan. Hal ini sesuai dengan Wiknjosastro
(2002) dan Prawirohardjo (2009) bahwa jika disertai dengan perdarahan yang banyak
dan terus berlangsung perlu dilakukan aspirasi vakum (aspirasi vakum) untuk
pengosongan uterus sekaligus diberikan infus cairan atau transfusi darah untuk
menghindari syok.11,30
5.3.2 Lama Rawatan Rata-Rata
Berdasarkan tabel.5 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita
abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 adalah
dirawat selama 2,23 hari (2 hari) dengan standard deviation (SD) 1,246 hari. Lama
rawatan paling singkat adalah 0 hari dan lama rawatan yang paling lama adalah 6
hari. Di dalam penelitian ini, 1 penderita yang dirawat selama 6 hari adalah penderita
berumur 42 tahun, memiliki paritas grandemultipara, dan mengalami komplikasi
perdarahan sehingga memerlukan perawatan yang cukup sampai kondisi penderita
benar-benar pulih.
5.3.3 Keadaan Sewaktu Pulang
Proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun 2010 –
59%
41% Sehat
PBJ
Gambar 16. Diagram pie proporsi penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan keadaan sewaktu pulang
Berdasarkan gambar.17 dapat dilihat bahwa berdasarkan keadaan sewaktu
pulang, proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus adalah berkeadaan sehat
sewaktu pulang, yaitu dengan proporsi 59%. Selebihnya adalah pulang berobat jalan
(PBJ) dengan proporsi 41%. Tidak ditemukan penderita dengan keadaan sewaktu
pulang meninggal dunia. Hal ini bisa menjadi masukan bahwa pelayanan di RSUD
Dr.Pirngadi Kota Medan sudah cukup baik dalam menangani kejadian abortus
termasuk abortus inkompletus sehingga tidak ada penderita abortus inkompletus yang
meninggal dunia.
5.4.1 Pekerjaan Penderita Abortus Inkompletus Berdasarkan Riwayat Kehamilan
Proporsi pekerjaan penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun
2010 –2011 berdasarkan riwayat kehamilan dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
70 74.1
IRT PNS Karyawan Swasta Wiraswasta Pelajar
Gambar 17. Diagram bar pekerjaan penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan riwayat kehamilan
Berdasarkan gambar.18 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita
abortus inkompletus yang memiliki riwayat kehamilan keguguran adalah bekerja
sebagai IRT dengan proporsi 70%. Analisis statistik dengan menggunakan uji Chi
Square tidak dapat dilakukan karena terdapat 6 sel (60,0%) dengan frekuensi harapan
< 5. Artinya, dari 100 penderita abortus inkompletus terdapat 70 penderita yang
memiliki riwayat keguguran, 49 penderita tercatat bekerja sebagai IRT dengan
5.4.2 Kategori Risiko Umur Penderita Abortus Inkompletus Berdasarkan Paritas
Proporsi kategori risiko umur penderita abortus inkompletus di RSUD
Dr.Pirngadi tahun 2010 – 2011 berdasarkan paritas dapat dilihat pada gambar di
Umur Risiko Tinggi Umur Risiko Rendah
Gambar 18. Diagram bar kategori risiko umur penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan paritas
Berdasarkan gambar.19 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita
abortus inkompletus yang memiliki paritas multipara adalah termasuk umur risiko
rendah (20 – 35 tahun) dengan proporsi 61,1%. Analisis statistik dengan
menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p=0,001. Artinya, terdapat perbedaan
yang bermakna proporsi kategori risiko umur penderita abortus inkompletus
5.4.3 Paritas Penderita Abortus Inkompletus Berdasarkan Riwayat Kehamilan
Proporsi paritas penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun
2010 – 2011 berdasarkan riwayat kehamilan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
28.6 33.3
Gambar 19. Diagram bar paritas penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan riwayat kehamilan
Berdasarkan gambar.20 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita
abortus inkompletus dengan paritas multipara adalah memiliki riwayat kehamilan,
yaitu keguguran dengan proporsi paritas multipara 51,4%. Analisis statistik dengan
menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p=0,042. Artinya, terdapat perbedaan
proporsi paritas penderita abortus inkompletus berdasarkan riwayat kehamilan. Dapat
dikatakan bahwa dari 70 penderita abortus inkompletus yang memiliki riwayat
5.4.4 Paritas Penderita Abortus Inkompletus Berdasarkan Riwayat Kejadian Abortus
Proporsi paritas penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi tahun
2010 – 2011 berdasarkan riwayat kejadian abortus dapat dilihat pada gambar di
Gambar 20. Diagram bar paritas penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan paritas
Berdasarkan gambar.21 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita
abortus inkompletus yang memiliki riwayat kejadian abortus spontan adalah dengan
paritas multipara, yaitu dengan proporsi 51,4%. Analisis statistik dengan
menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p=0,042. Artinya, terdapat perbedaan
5.4.5 Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Abortus Inkompletus Berdasarkan Penatalaksanaan Medis
Proporsi keadaan sewaktu pulang penderita abortus inkompletus di RSUD
Dr.Pirngadi tahun 2010 –2011 berdasarkan penatalaksanaan medis dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
Gambar 21. Diagram bar penatalaksanaan medis penderita abortus inkompletus di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2010 – 2011 berdasarkan keadaan sewaktu pulang
Berdasarkan gambar.22 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita
abortus inkompletus yang berkeadaan sehat sewaktu pulang adalah dengan
penatalaksanaan medis kuretase, yaitu dengan proporsi 96,5%. Analisis statistik
dengan menggunakan uji Chi Square tidak dapat dilakukan karena terdapat 4 sel
5.4.6 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Abortus Inkompletus Berdasarkan Usia Kehamilan
Distribusi lama rawatan rata-rata penderita abortus inkompletus di RSUD
Dr.Pirngadi tahun 2010 –2011 berdasarkan usia kehamilan dapat dilihat pada gambar
di bawah ini:
Berdasarkan gambar.23 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita
abortus inkompletus dengan usia kehamilan ≤ 9 minggu adalah 2,09 hari (2 hari) dan
lama rawatan rata-rata penderita abortus inkompletus dengan usia kehamilan > 9
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Berdasarkan sosiodemografi, proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus
pada kelompok umur risiko rendah (20 – 35 tahun) 61%, kawin 96%,
pendidikan terakhir SMA 59%, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (IRT)
69%, Islam 56%, dan tempat tinggal di Kota Medan 78%.
6.1.2 Berdasarkan faktor mediko obstetrik, proporsi tertinggi penderita abortus
inkompletus pada usia kehamilan 9 minggu 38%, paritas multipara 54%,
riwayat kehamilan, yaitu keguguran 70%, riwayat tindakan persalinan normal
73%, riwayat kejadian abortus yaitu abortus spontan 70%, riwayat penyakit
tidak ada 87%, dan komplikasi tidak ada 98%.
6.1.3 Berdasarkan status rawatan, proporsi tertinggi penderita abortus inkompletus
pada kuretase 94%, lama rawatan rata-rata 2,23 hari, dan keadaan sewaktu
pulang sehat 59%.
6.1.4 Pada penderita abortus inkompletus yang memiliki riwayat keguguran,
proporsi tertinggi adalah tercatat bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT)
dengan proporsi 70%.
6.1.5 Terdapat perbedaan yang bermakna proporsi kategori risiko umur penderita
abortus inkompletus berdasarkan paritas (p=0,001).
6.1.6 Terdapat perbedaan proporsi paritas penderita abortus inkompletus
6.1.7 Terdapat perbedaan proporsi riwayat kejadian abortus penderita abortus
inkompletus berdasarkan paritas (p=0,042).
6.1.8 Pada penderita abortus inkompletus yang berkeadaan sehat sewaktu pulang,
proporsi tertinggi adalah dengan penatalaksanaan medis kuretase yaitu dengan
proporsi 96,5%.
6.1.9 Pada penderita abortus inkompletus dengan usia kehamilan ≤ 9 minggu, lama
rawatan rata-rata adalah 2,09 hari (2 hari) dan pada penderita abortus
inkompletus dengan usia kehamilan > 9 minggu, lama rawatan rata-rata
adalah 4,14 hari (4 hari).
6.2 Saran
6.2.1 Kepada pihak RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan, untuk meningkatkan dan
mempertahankan kualitas pelayanan khususnya terhadap kejadian abortus
inkompletus serta mempermudah proses penelitian kesehatan.
6.2.2 Meningkatkan kegiatan promosi dan pendidikan kesehatan reproduksi
khususnya mengenai abortus disekolah-sekolah untuk para remaja dan di
posyandu untuk dewasa.
6.2.3 Menggali penyebab abortus dari penderita dan memberi penyuluhan kepada
penderita tersebut mengenai pencegahan abortus agar menghindari kejadian