SKRIPSI
ANALISIS CAMEL UNTUK MENILAI TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2009-2011
OLEH
WANDANI OKTI KHAIRA 090503158
PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis CAMEL untuk Menilai Tingkat Kesehatan Bank pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2011” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Mei 2013
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur diucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya yang selalu memberikan bimbingan dan kemudahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis CAMEL untuk Menilai Tingkat Kesehatan Bank pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2011”ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih terutama kepada kedua orang tua penulis Bapak Gunawan, SE dan Ibu Ida Martinelli, SH, MM. yang telah mencurahkan seluruh kasih sayang, cinta, pengorbanan, motivasi, serta doa kepada penulis. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara moril maupun materil yaitu :
1. Bapak Prof. DR. Azhar Maksum, M,Ec, Ak. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting S., S.E., M.A.F.I.S., Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, Ak., M.M. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, S.E., M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan dan nasehat pada penulis selama masa perkuliahan.
6. Adik penulis M.R hafiz yang selalu membantu penulis dalam do’a, Serta teman - teman sekalian (Mamak Indah Annisa, Kak Effrika Micha Kandace, Momch Yanti Simarmata, Adek Winda Bagus Pratiwi, Kak Nollie Tanu dan Lek Anggi Rezeki Siregar) yang membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini. Kehadiran mereka semua membuat penulis mampu menghadapi semua proses selama masa perkuliahan maupun selama masa pembuatan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Mei 2013
Penulis,
ABSTRAK
ANALISIS CAMEL UNTUK TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2009 – 2011
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi bermasalah yang dialami oleh bank-bank di Indonesia dengan menganalisis laporan keuangan bank. Faktor-faktor yang diuji meliputi rasio CAMEL yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Profit Margin (NPM), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio
(LDR). Permasalahan dari penelitian ini adalah karena adanya kontradiksi (research gap) dari penelitian sebelumnya.
Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, dengan sampel sebanyak 60 perusahaan perbankan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Sampel penelitian berupa data sekunder yang terdiri dari Bank Persero, Bank Swasta Umum Nasional Devisa, Bank Swasta Umum Nasional Non-Devisa, Bank Campuran, dan Bank Asing yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011. Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio keuangan CAR, NPL, NPM, NIM, BOPO, dan LDR memiliki daya klasifikasi atau daya prediksi untuk kondisi bank yang mengalami kesulitan keuangan dan bank yang mengalami kebangkrutan. Persamaan regresi yang dihasilkan adalah Y= 336,174 – 1,858 CAR – 11,285 NPL + 0,510 NPM + 27,891 NIM – 2,196 BOPO – 2,367 LDR. Dari hasil analisis menunjukkan hasil secara parsial bahwa variabel NPM dan NIM berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah, sedangkan variabel CAR, NPL, BOPO, dan LDR berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah pada sektor perbankan. Kemudian hasil estimasi regresi logistik menunjukkan kemampuan prediksi dari 6 variabel bebas tersebut terhadap kondisi bermasalah sektor perbankan sebesar 100%.
ABSTRACT
CAMEL ANALYSIS TO ASSESS THE GOOD PERFORMANCE IN THE BANKING COMPANIES LISTED ON THE INDONESIAN STOCK EXCHANGE
PERIOD 2009-2011
This research aims to provide empirical evidence about the factors that affect the conditions experienced by troubled banks in Indonesia by analyzing financial statements of the bank. Factors examined include the ratio of CAMEL is composed of
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Profit Margin
(NPM), Net Interest Margin (NIM), Operating Expenses to Operating Income
(BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). The problem of this research is due to a contradiction (research gap) than previous studies.
The sampling of this study using purposive sampling method, with samples as many as 60 banking companies in accordance with established criteria. The research sample consisted of secondary data from State-Owned Banks, National General Private Foreign Exchange Banks, National General Private Non-Foreign Exchange Banks, Joint Venture Banks, and Foreign Banks listed in the Indonesia Stock Exchange during the period 2009-2011. The analysis method used to test the research hypothesis is logistic regression.
The results of this research indicate that financial ratios CAR, NPL, NPM, NIM, BOPO, and LDR have classification power predictions for the conditions banks experiencing financial difficulties and the bank that went bankrupt. The resulting regression equation is Y= 336,174 – 1,858 CAR – 11,285 NPL + 0,510 NPM + 27,891 NIM – 2,196 BOPO – 2,367 LDR.
The analysis shows that the variable partial results of NPM and NIM positive but not significant to the problematic conditions, while the variable CAR, NPL, BOPO, and LDR have negative but not significant to the problematic conditions in the banking sector. Then the results of logistic regression estimates show predictive ability of the 6 independent variables had on the troubled condition of the banking sector amounted to 100%.
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 9
1.3Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Landasan Teori ... 11
2.1.1 Teori Fundamental ... 12
2.1.2 Bank ... 12
2.1.3.3 Pelanggaran Aturan Kesehatan Bank ... 21
2.1.3.4 Laporan Keuangan Bank ……… ... 22
2.1.3.5 Manfaat Laporan Keuangan... 24
2.1.3.6 Rasio Kesehatan Keuangan ……… ... 28
2.2 Penelitian Terdahulu ... 49
2.3 Kerangka konseptual ... 57
2.4 Hipotesis Penelitian ... 58
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 65
3.1.1 Variabel Dependen... 65
3.1.2 Variabel Independen ... 65
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 70
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 72
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 73
3.5 Metode Analisis Data ... 73
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 73
3.5.2 Analisis Logistic Regression ... 74
3.5.2.1 Menilai Model Fit ... 74
3.5.2.2 Uji Multikolinearitas ... 76
3.5.2.3 Tabel Klasifikasi ... 78
3.5.2.4 Pengujian Hipotesis ... 79
3.6 Jadwal Penelitian ... 80
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 81
4.1Deskripsi Objek Penelitian ... 81
4.2Analisis Data ... 82
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 82
4.2.2 Analisis Logistic Regression ... 86
4.2.2.1 Menilai Model Fit ... 87
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ... 92
4.2.2.3 Tabel Klasifikasi ... 93
4.2.2.4 Pengujian Hipotesis ... 95
BAB V PENUTUP ... 98
5.1 Kesimpulan ... 98
5.2 Keterbatasan ... 100
5.3 Saran ... 101
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penilaian Kuantitatif Faktor CAMEL ... 32
Tabel 2.1 Nilai Kredit Penggolongan Tingkat Kesehatan Bank ... 33
Tabel 2.3 Kriteria Pengukuran Rasio CAR ... 40
Tabel 2.4 Kriteria Pengukuran Rasio NPL ... 43
Tabel 2.5 Kriteria Pengukuran Rasio NPM ... 44
Tabel 2.6 Kriteria Pengukuran Rasio NIM ... 46
Tabel 2.7 Kriteria BOPO ... 47
Tabel 2.8 Kriteria Pengukuran Rasio Pengukuran Rasio LDR ... 49
Tabel 2.9 Penelitian Terdahulu ... 55
Tabel 3.1 Daftar Perusahaan Perbankan yang Menjadi Sampel ... 71
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 80
Tabel 4.1 Daftar Nama Perusahaan Perbankan Penelitian ... 81
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ... 83
Tabel 4.3 Block 0 : Beginning Block Iteration History (a,b,c) ... 88
Tabel 4.4 Block 1 : Method = Enter Iteration History (a,b,c,d) ... 89
Tabel 4.5 Nilai Nagelkerke R SquareModel Summary ... 91
Tabel 4.6 Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test ... 92
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas Correlation Matrix ... 93
Tabel 4.8 Classification Table ... 94
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Perusahaan Perbankan yang Menjadi Sampel ... 106
Lampiran 2 : Jadwal Penelitian ... 108
Lampiran 3 : Data-data Variabel Penelitian ... 108
Lampiran 4 : Statistik Deskriptif ... 116
Lampiran 5 : Block 0 : Beginning Block Iteration History (a,b,c) ... 117
Lampiran 6 : Block 1 : Method = Enter Iteration History (a,b,c,d) ... 117
Lampiran 7 : Nilai Nagelkerke R SquareModel Summary ... 119
Lampiran 8 : Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test ... 119
Lampiran 9 : Hasil Uji Multikolinearitas Correlation Matrix ... 120
Lampiran 10 : Classification Table ... 121
ABSTRAK
ANALISIS CAMEL UNTUK TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2009 – 2011
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi bermasalah yang dialami oleh bank-bank di Indonesia dengan menganalisis laporan keuangan bank. Faktor-faktor yang diuji meliputi rasio CAMEL yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Profit Margin (NPM), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio
(LDR). Permasalahan dari penelitian ini adalah karena adanya kontradiksi (research gap) dari penelitian sebelumnya.
Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, dengan sampel sebanyak 60 perusahaan perbankan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Sampel penelitian berupa data sekunder yang terdiri dari Bank Persero, Bank Swasta Umum Nasional Devisa, Bank Swasta Umum Nasional Non-Devisa, Bank Campuran, dan Bank Asing yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011. Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio keuangan CAR, NPL, NPM, NIM, BOPO, dan LDR memiliki daya klasifikasi atau daya prediksi untuk kondisi bank yang mengalami kesulitan keuangan dan bank yang mengalami kebangkrutan. Persamaan regresi yang dihasilkan adalah Y= 336,174 – 1,858 CAR – 11,285 NPL + 0,510 NPM + 27,891 NIM – 2,196 BOPO – 2,367 LDR. Dari hasil analisis menunjukkan hasil secara parsial bahwa variabel NPM dan NIM berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah, sedangkan variabel CAR, NPL, BOPO, dan LDR berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah pada sektor perbankan. Kemudian hasil estimasi regresi logistik menunjukkan kemampuan prediksi dari 6 variabel bebas tersebut terhadap kondisi bermasalah sektor perbankan sebesar 100%.
ABSTRACT
CAMEL ANALYSIS TO ASSESS THE GOOD PERFORMANCE IN THE BANKING COMPANIES LISTED ON THE INDONESIAN STOCK EXCHANGE
PERIOD 2009-2011
This research aims to provide empirical evidence about the factors that affect the conditions experienced by troubled banks in Indonesia by analyzing financial statements of the bank. Factors examined include the ratio of CAMEL is composed of
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Profit Margin
(NPM), Net Interest Margin (NIM), Operating Expenses to Operating Income
(BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). The problem of this research is due to a contradiction (research gap) than previous studies.
The sampling of this study using purposive sampling method, with samples as many as 60 banking companies in accordance with established criteria. The research sample consisted of secondary data from State-Owned Banks, National General Private Foreign Exchange Banks, National General Private Non-Foreign Exchange Banks, Joint Venture Banks, and Foreign Banks listed in the Indonesia Stock Exchange during the period 2009-2011. The analysis method used to test the research hypothesis is logistic regression.
The results of this research indicate that financial ratios CAR, NPL, NPM, NIM, BOPO, and LDR have classification power predictions for the conditions banks experiencing financial difficulties and the bank that went bankrupt. The resulting regression equation is Y= 336,174 – 1,858 CAR – 11,285 NPL + 0,510 NPM + 27,891 NIM – 2,196 BOPO – 2,367 LDR.
The analysis shows that the variable partial results of NPM and NIM positive but not significant to the problematic conditions, while the variable CAR, NPL, BOPO, and LDR have negative but not significant to the problematic conditions in the banking sector. Then the results of logistic regression estimates show predictive ability of the 6 independent variables had on the troubled condition of the banking sector amounted to 100%.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun sistem perekonomian
dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu
lembaga yang mampu menyalurkan kembali dana-dana yang dimiliki oleh unit
ekonomi yang surplus kepada unit-unit ekonomi yang membutuhkan bantuan dana
atau defisit. Fungsi ini merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis
karena berkaitan dengan penyediaan dana sebagai investasi dan modal kerja bagi
unit-unit bisnis dalam melaksanakan fungsi produksi. Oleh karena itu agar dapat
berjalan dengan lancar maka lembaga perbankan harus berjalan dengan baik pula
(Susilo, 2000).
Berdasarkan fungsi dan peranan bank tersebut, setiap negara senantiasa berupaya
agar lembaga perbankan selalu berada dalam kondisi yang sehat, aman, dan stabil.
Kesehatan suatu bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan
operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya
dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.
Suatu sistem perbankan dalam kondisi yang tidak sehat akan menyebabkan fungsi
bank sebagai lembaga intermediasi tidak akan berfungsi dengan optimal.
Terganggunya fungsi intermediasi maka alokasi dan penyediaan dana dari perbankan
untuk kegiatan investasi dan membiayai sektor-sektor yang produktif dalam
mengakibatkan lalu lintas pembayaran yang dilakukan oleh sistem perbankan tidak
lancar dan efisien, selain itu sistem perbankan yang tidak sehat juga akan
menghambat efektivitas kebijakan moneter. Kesehatan suatu bank merupakan
kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola bank, masyarakat,
pengguna jasa bank dan Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank. Faktor
kepercayaan dari masyarakat juga merupakan faktor yang utama dalam menjalankan
bisnis perbankan, sehingga bank dituntut untuk mempunyai kemampuan mengelola
kinerja keuangan dengan baik agar dapat menjaga kepercayaan masyarakat terhadap
bank tersebut.
Periode tahun 1985 – 1996, pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh dengan
pesat sehingga dijuluki sebagai Miracle Asia oleh World Bank. Sejumlah kondisi dan
kebijakan dikeluarkan pada periode tersebut, salah satunya adalah dikeluarkannya
deregulasi perbankan melalui pakto 88 tahun 1988 yang intinya mempermudah
proses pendirian bank. Adanya kebijakan tersebut mengakibatkan jumlah bank di
Indonesia mengalami peningkatan cukup drastis. Hal itu didukung pula dengan
keluarnya Undang-undang Nomor 7 tahun 1992, yang mengakibatkan perbankan di
Indonesia tumbuh subur, puluhan bank baru didirikan diantaranya adalah BPR
(Mubarokah, 2007).
Pada tahun 1997 Indonesia memasuki krisis ekonomi yang diawali dengan
anjloknya nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika. Krisis ekonomi itu juga
melanda industri perbankan nasional, selanjutnya dikenal sebagai krisis perbankan
krisis politik nasional. Bank komersial dilikuidasi oleh pemerintah, sebelas bank
diambil alih dan 36 bank direstrukturisasi yang menghabiskan biaya lebih dari US$
25 Milyar. Krisis tersebut juga mengakibatkan turunnya kepercayaan masyarakat
terhadap perbankan dan pemerintah, sehingga memicu penarikan dana secara
besar-besaran, semakin turunnya permodalan bank-bank, banyak bank tidak mampu
melunasi kewajibannya karena menurunnya nilai tukar rupiah dan manajemen tidak
professional.
Deregulasi perbankan tahun 1988 secara tidak langsung berperan besar terhadap
terjadinya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997.
Permasalah yang timbul sebagai akibat deregulasi tersebut adalah bukan terletak pada
peningkatan jumlah bank, namun lebih kepada kurangnya sumber daya yang
memenuhi persyaratan untuk mengelola bank dan penerapan prinsip kehati-hatian.
Masalah mengenai tingkat kesehatan bank juga terjadi tahun 2003 dimana Bank CIC
diketahui didera masalah yang diindikasikan dengan adanya surat-surat berharga
valuta asing sekitar Rp 2 triliun, yang tidak memiliki peringkat, berjangka panjang,
berbunga rendah, dan sulit dijual. BI menyarankan merger untuk mengatasi
ketidakberesan bank ini. Bank CIC akhirnya melakukan merger bersama Bank
Danpac dan Bank Pikko yang kemudian berganti nama menjadi Bank Century.
Namun di bulan Oktober 2008 Bank Century mengalami kesulitan likuiditas.
Mengingat perannya yang sangat penting bagi roda perekonomian, pemerintah
mengeluarkan sejumlah kebijakan dalam rangka menyehatkan perbankan nasional.
memiliki kelembagaan perbankan yang kokoh dengan dukungan infrastruktur
perbankan yang baik sehingga secara fundamental masih harus diperkuat untuk dapat
mengatasi gejolak internal maupun eksternal. Belum kokohnya fundamental
perbankan nasional merupakan tantangan besar yang bukan hanya bagi industri
perbankan secara umum, tetapi juga bagi Bank Indonesia sebagai otoritas
pengawasnya (Mubarokah, 2007).
Dalam rangka fungsi pengawasannya, minimal Bank Indonesia memiliki 3
instrumen untuk mengawasi tingkat kesehatan sebuah bank sesuai dengan peraturan
yakni :
1. Analisis CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning, dan Liquidity).
2. BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit), dengan tujuan untuk menghindari
kegagalan usaha sebagai akibat dari konsentrasi pemberian kredit baik untuk
melindungi kepentingan, kepercayaan publik maupun untuk memelihara
kesehatan bank.
3. Penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test), ketentuan ini sejalan
dengan terbitnya Peraturan Bank Indonesia Nomor : 5/25/PBI tanggal 24
Nopember 2003.
Dengan adanya aturan kesehatan bank, perbankan diharapkan selalu dalam
kondisi sehat, sehingga bank tidak akan merugikan masyarakat. Oleh karenanya
setelah melakukan kegiatan operasionalnya dalam jangka waktu tertentu. Analisis
yang dilakukan disini berupa penilaian tingkat kesehatan bank.
Salah satu indikator tingkat kesehatan bank adalah laporan keuangan bank yang
meliputi informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan aliran kas bank. Laporan
keuangan merupakan sumber informasi yang menunjukkan posisi dan operasi
perusahaan dalam melaksanakan tujuan yang hendak dicapainya. Informasi keuangan
pada umumnya dipertimbangkan untuk mengurangi ketidakpastian para pemakai
laporan keuangan dalam mengambil keputusan, oleh karena itu laporan keuangan
yang dipublikasikan bank secara rutin harus mencakup informasi keuangan yang
dapat digunakan untuk membuat keputusan ekonomi.
Analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk memahami informasi tentang
laporan keuangan. Analisis laporan keuangan meliputi perhitungan dan interpretasi
rasio keuangan yang ada dalam laporan keuangan. Analisis laporan keuangan
perbankan dapat membantu para pelaku bisnis, baik pemerintah dan para pemakai
laporan keuangan lainnya dalam menilai kondisi keuangan suatu perusahaan tidak
terkecuali perusahaan perbankan. Untuk menilai kinerja keuangan perbankan
umumnya digunakan lima aspek penilaian yaitu CAMEL (Capital, Assets,
Management, Earning, Liquidity). Aspek capital meliputi CAR, aspek assets meliputi
NPL, aspek earning meliputi NIM dan BOPO, aspek management meliputi NPM,
sedangkan aspek liquidity meliputi LDR. Kelima aspek tersebut dinilai dengan
menggunakan rasio keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa rasio keuangan
kelangsungan usaha baik yang sehat maupun yang tidak sehat. CAMEL tidak sekedar
mengukur tingkat kesehatan bank, tetapi juga digunakan sebagai indikator dalam
menyusun tingkat dan memprediksi kebangkrutan bank (Payamata dan Machfoedz,
1999:56 dikutip oleh Aprilia Dewi, 2010).
Tingkat kesehatan bank pada dasarnya dinilai dengan pendekatan kuantitatif atas
berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank,
seperti tercantum dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
No.26/23/KEP/DER tanggal 29 Mei 1993 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank (BI, 1993). Di Indonesia, penetapan CAMEL sebagai indikator
penilaian kesehatan bank tertuang dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
No.26/23/KEP/DIR tanggal 29 Mei 1993 tentang Tata Cara Penilaian Kesehatan
Bank. Penetapan tersebut kembali dikukuhkan dengan dikeluarkan peraturan baru
yaitu Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30/11/KEP/DIR tanggal 30 April
1997 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, yang kemudian
dirubah dengan SKDIRBI No.30/277/KEP/DIR tanggal 19 Maret 1998 tentang Tata
Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, dan dirubah lagi dengan Peraturan
Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum yang menyebutkan bahwa kesehatan dari sebuah bank dapat dinilai dengan
metode CAMEL. Dalam Surat Edaran BI No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004
tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, maka predikat tingkat
kesehatan bank dibagi dalam empat peringkat, yaitu “Sehat”, “Cukup Sehat”,
Penilaian tingkat kesehatan bank perlu dilakukan oleh pemilik atau pengelola
bank serta Bank Indonesia selaku lembaga pengawasan perbankan di Indonesia.
Dengan penilaian tersebut maka dapat diketahui keadaan dan perkembangan financial
perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai diwaktu lampau dan diwaktu yang
sedang berjalan. Hasil analisis tersebut akan membantu masyarakat umum dan
investor untuk memilih bank yang benar-benar sehat sehingga tidak akan merugikan
mereka dimasa yang akan datang. Hasil analisis terhadap tingkat kesehatan bank ini
juga tentu akan digunakan oleh Bank Indonesia dalam menentukan kebijakan yang
bertujuan melindungi masyarakat dari akibat kegagalan bank.
Penelitian dengan menggunakan rasio-rasio CAMEL di dalam memprediksi
kebangkrutan atau kegagalan bank telah beberapa kali dilakukan sebelumnya namun
belum menunjukkan hasil yang konsisten.
Hasil penelitian mengenai pengaruh CAR terhadap kesehatan bank menunjukkan
hasil yang berbeda-beda. Penelitian Aryati dan Manao (2002) serta Almilia dan
Herdiningtyas (2005) menunjukkan bahwa CAR memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat kesehatan bank. Begitu pula penelitian Juniarsi dan Suwarno (2005)
juga menunjukkan bahwa CAR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kebangkrutan bank. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Nasser dan Aryati (2000),
Aryati dan Balafif (2007), Mulyaningrum (2008), serta Dewi (2010) yang
menunjukkan CAR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
Penelitian Almilia dan Herdiningtyas (2005), Aryati dan Balafif (2007), serta
Dewi (2010) menunjukkan bahwa NPL memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat kesehatan bank. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Mulyaningrum (2008)
yang menunjukkan NPL tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
kesehatan bank.
Penelitian Juniarsi dan Suwarno (2005) menunjukkan bahwa NPM memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kesehatan bank. Hal ini berbeda dengan
hasil penelitian Nasser dan Aryati (2000) serta Aryati dan Manao (2002) yang
menunjukkan NPM tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
kesehatan bank.
Penelitian Almilia dan Herdiningtyas (2005) menunjukkan bahwa NIM memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kesehatan bank. Hal ini berbeda dengan
hasil penelitian Aryati dan Balafif (2007), Mulyaningrum (2008), serta Dewi (2010)
yang menunjukkan NIM tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
kesehatan bank.
Penelitian Almilia dan Herdiningtyas (2005) serta Juniarsi dan Suwarno (2005)
menunjukkan bahwa BOPO memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
kesehatan bank. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Nasser dan Aryati (2000),
Aryati dan Manao (2002), Mulyaningrum (2008), serta Dewi (2010) yang
menunjukkan NIM tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
Penelitian Mulyaningrum (2008) menunjukkan bahwa LDR memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap tingkat kesehatan bank. Hal ini berbeda dengan hasil
penelitian Nasser dan Aryati (2000), Aryati dan Manao (2002), Almilia dan
Herdiningtyas (2005), Aryati dan Balafif (2007), serta Dewi (2010) yang
menunjukkan LDR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
kesehatan bank.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu
dalam hal periode dan variabel yang digunakan. Dalam penelitian ini, penulis
mengambil judul “Analisis CAMEL untuk menilai tingkat kesehatan bank pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat kesehatan bank
dengan metode CAMEL pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2009-2011?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kesehatan bank dengan
metode CAMEL pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2009-2011 yang meliputi aspek permodalan, aktiva produktif, manajemen,
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis, adalah untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan
mengenai kesehatan perusahaan perbankan yang dinilai dengan rasio
CAMEL,
2. Bagi akademis, Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai wacana
bagi penelitian selanjutnya, menambah pemahaman, serta diharapkan dapat
memberikan bukti empiris tentang metode satu dengan yang lainnya sehingga
bagi kalangan akademis penelitian ini memberi masukan tentang analisa
laporan keuangan suatu perusahaan perbankan,
3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
dalam menilai tingkat kesehatan perusahaan perbankan dan sebagai tolak ukur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Fundamental
Teori fundamental adalah teori yang didasarkan pada fundamental
ekonomi suatu perusahaan. Teori ini menitik beratkan pada rasio finansial dan
kejadian-kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
kinerja keuangan perusahaan. Sebagian pakar berpendapat teori fundamental
lebih cocok untuk membuat keputusan dalam memilih saham perusahaan mana
yang dibeli untuk jangka panjang. Pada dasarnya, tujuan teori fundamental
adalah membandingkan kinerja keuangan sebuah perusahaan terhadap:
1. Kinerja perusahaan pesaing dalam satu sektor industri.
2. Kinerja keuangan masa lalu perusahaan itu sendiri.
Salah satu aspek penting dari teori fundamental adalah analisis laporan
keuangan, karena dari situ dapat diperkirakan keadaan, atau posisi dan arah
perusahaan. Laporan keuangan yang dianalisa adalah:
1. Laporan keuangan yang menggambarkan harta, utang, dan modal yang
dimiliki perusahaan pada suatu saat tertentu. Laporan keuangan ini disebut
neraca.
2. Laporan keuangan yang menggambarkan besarnya pendapatan,
beban-beban, pajak, dan laba perusahaan dalam suatu kurun waktu tertentu.
2.1.2 Bank
2.1.2.1 Definisi Bank
Menurut Kasmir, secara sederhana bank dapat diartikan sebagai “lembaga
keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa
bank lainnya”. Menurut Kasmir (2008:33), kegiatan-kegiatan perbankan yang
ada di Indonesia terutama kegiatan bank umum adalah sebagai berikut :
a. menghimpun dana dari masyarakat atau funding, misalnya : giro, tabungan
dan deposito,
b. menyalurkan dana atau lending, seperti kredit investasi, modal kerja,
perdagangan, konsumtif dan produktif,
c. jasa, seperti transfer, inkasso, referensi bank, bank garansi, safe deposit box,
dan lain-lain,
d. investasi, bila bank memiliki dana lebih maka dapat dilakukan investasi
dalam surat berharga seperti saham dan obligasi,
e. penjamin emisi atau perantara pasar modal, bila ingin ikut dalam pasar
modal harus menjadi nasabah suatu bank.
Pengertian bank menurut UU RI No. 11 Tahun 1998 adalah “Badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
Pengertian yang lebih teknis dapat ditemukan pada Standar Akuntansi
keuangan (PSAK) dan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 792
Tahun 1990. Pengertian bank menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar
Akuntansi Keuangan (1999:31.1) yaitu :“Bank adalah suatu lembaga yang
berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki
kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai
lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran”.
Menurut PSAK No.31 (2004:31.1),bank didefinisikan sebagai :
Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan( financial
intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan
dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas
pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan
masyarakat. Hal tersebut tampak dalam kegiatan pokok bank yang menerima
simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, serta deposito
berjangka dan memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana.
Dari pengertian diatas dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa bank adalah
lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu
kelancaran sistem pembayaran, dan tidak kalah pentingnya adalah sebagai
lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah, yaitu
kebijakan moneter. Karena fungsi-fungsinya tersebut, maka keberadaan bank
sistem, merupakan prasyarat bagi suatu perekonomian sehat. Untuk
menciptakan bank sehat tersebut antara lain diperlukan pengaturan dan
pengawasan bank secara efektif.
2.1.2.2 Fungsi Bank
Bank umum sebagai lembaga intermediasi keuangan memerikan jasa-jasa
keuangan baik unit surplus maupun unit defisit melaksanakan fungsi dasar
adalah :
1.Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam
kegiatan ekonomi.
2.Menciptakan uang.
3.Menerbitkan surat.
4. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabah, antara lain :
a.Surat-surat wesel termasuk wesel yang diaskep oleh bank.
b.Surat-surat pengakuan hutang.
c.Kertas pembendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah
e. Obligasi
f. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 tahun
g. Instrumen surat berharga lain berjangka waktu sampai dengan 1 tahun.
5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan
nasabah.
6. Menerima pembayaran dan tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau antara pihak ketiga.
7. Melakukan kegiatan penitipan dana untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan surat kontrak.
8. Melakukan penempatan dana dan menambah kepada nasabah lainnya dalam
bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.
9. Melakukan kegiatan pajak piutang, kartu kredit dan kegiatan wali amanat.
10. Menyediakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil.
11. Kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan
dengan undang-undang.
Menurut Susilo (2000) fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai
tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik fungsi bank
1. Agent of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam
hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau
menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan.
Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank,
uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan juga percaya
bahwa pada saat yang telah dijanjikan masyarakat dapat menarik lagi
simpanannya di bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau
menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi unsur
kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan
pinjamannya, debitur akan mengelola dan pinjaman dengan baik, debitur akan
mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo dan juga bank
percaya bahwa debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman
beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.
2. Agent of Development
Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan
sektor riil, tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling
mempengaruhi satu dengan lainnya. Sektor riil tidak dapat berkinerja dengan
baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai
penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan
perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat
semua kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi selalu berkaitan dengan
penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi ini
tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat.
3. Agent of Service
Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank
juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat.
Jasa-jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan
perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini antara lain dapat
berupa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian
jaminan, dan jasa penyelesaian tagihan
2.1.2.3 Peran Bank
Menurut Susilo (2000) bank memiliki peran yang sangat penting dalam
sistem keuangan, peran tersebut adalah :
a. Pengalihan Aset (aset transmutation)
Bank akan memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana
dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Sumber dana pinjaman
tersebut diperoleh dari pemilik dana yaitu unit surplus yang jangka waktunya
dapat diatur sesuai keinginan pemilik dana. Dalam hal ini bank telah berperan
sebagai pengalihaset dari unit surplus (lenders) kepada unit defisit (borrowers).
Dalam kasus yang lain, pengalihan aset dapat pula terjadi jika bank
menerbitkan sekuritas sekunder (giro, deposito berjangka, dana pensiun dan
dengan sekuritas primer (saham, obligasi, promes, commercial paper dan
sebagainya) yang diterbitkan oleh unit defisit.
b. Transaksi (transaction)
Bank memberikan berbagai kemudahan pada pelaku ekonomi untuk
melakukan transaksi barang dan jasa. Produk-produk yang dikeluarkan oleh
bank (giro, tabungan, deposito, saham) merupakan pengganti dari uang dan
dapat digunakan sebagai alat pembayaran.
c. Likuiditas (likuidity)
Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk
produk-produk berupa giro, tabungan, deposito dan sebagainya. Produk-produk
masing-masing mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda-beda. Untuk
kepentingan likuiditas pemilik dana, mereka dapat menempatkan dananya
sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya.
d. Efisien (efficiency)
Bank dapat menurunkan biaya transaksi dengan jangkauan pelayanannya.
Peranan bank dan lembaga keuangan bukan bank sebagai broker (brokerage)
adalah mempertemukan pemilik dan pengguna modal. Lembaga keuangan
memperlancar dan mempertemukan pemilik dan pihak-pihak yang saling
membutuhkan. Adanya informasi yang tidak simetri antara peminjam dan
investor menimbulkan masalah insentif. Peranan lembaga keuangan menjadi
penting untuk memecahkan masalah ini. Indonesia, dengan pasar yang belum
tinggi. Ekonomi biaya tinggi akan menyebabkan Indonesia tidak dapat bersaing
dalam pasar global.
2.1.3 Kesehatan Bank
2.1.3.1 Pengertian Kesehatan Bank
Budisantoso dan Triandaru (2005:51) mengartikan kesehatan bank sebagai
“kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan
secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan
cara-cara yang sesuai dengan peraturan yang berlaku”. Pengertian tentang
kesehatan bank tersebut merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena
kesehatan bank mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh
kegiatan usaha perbankannya. Menurut Budisantoso dan Triandaru (2006:51),
kegiatan tersebut meliputi:
1) Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain dan
modal sendiri,
2) Kemampuan mengelola dana,
3) Kemampuan menyalurkan dana ke masyarakat,
4) Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik
modal, dan pihak lain,
5) Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.
Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penelitian kualitatif atas berbagai
aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui
Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kualitatif
setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas
dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya
seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional. Penilaian
kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan, dan proyeksi
rasio-rasio keuangan bank. Penilaian kualitatif adalah penilaian terhadap
faktor-faktor yang mendukung hasil penilaian kuantitatif, penerapan manajemen
risiko, dan kepatuhan bank dan saat ini Bank Indonesia juga memiliki metode
penilaian kesehatan secara keseluruhan baik dari segi kualitatif dan kuantitatif.
2.1.3.2 Aturan Kesehatan Bank
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan,
pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh bank Indonesia, menetapkan
bahwa :
1) Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan
kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas,
solvabilitas, dan aspek lain yangberhubungan dengan usaha bank, dan wajib
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian,
2) Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan
melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang
tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan
3) Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan dan
penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia,
4) Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi
pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas milik bank tersebut, serta wajib
memberikan bantuan dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala
keterangan, dokumen, dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank tersebut,
5) Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala
maupun setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan
akuntan publik untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan
pemeriksaan terhadap bank,
6) Bank wajib untuk menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca,
perhitungan laba rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala
lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Neraca dan laporan laba rugi tahunan tersebut wajib terlebih dahulu diaudit
oleh akuntan publik,
7) Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu
dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Peraturan kesehatan bank menekankan bahwa bank di Indonesia memiliki
kewajiban untuk melakukan aturan-aturan yang telah disebutkan diatas.
Keadaan bank yang tidak sehat akan merusak keadaan perbankan secara
sebagai bank sentral mempunyai hak untuk selalu mengawasi jalannya kegiatan
operasional bank dengan mengetahui posisi keuangan perbankan agar keadaan
perbankan di Indonesia dalam keadaan sehat untuk senantiasa melakukan
kegiatannya.
2.1.3.3 Pelanggaran Aturan Kesehatan Bank
Apabila terdapat penyimpangan terhadap aturan tentang kesehatan bank,
Bank Indonesia dapat mengambil tindakan-tindakan tertentu dengan tujuan
dasar agar bank bersangkutan menjadi sehat dan tidak membahayakan kinerja
perbankan secara umum. Bank Indonesia dapat melakukan tindakan agar :
1) Pemegang saham menambah modal,
2) Pemegang saham mengganti dewan komisaris dan atau direksi bank,
3) Bank menghapus bukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah yang macet, dan meperhitungkan kerugian bank dengan modalnya,
4) Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain,
5) Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh
kewajiban,
6) Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada
pihak lain,
7) Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan kewajiban bank kepada bank
atau pihak lain.
Apabila tindakan tersebut belum cukup untuk mengatasi kesulitan yang
dapat membahayakan sistem perbankan, maka pimpinan Bank Indonesia dapat
mencabut izin usaha bank dan memerintahkan direksi bank untuk segera
menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham guna membubarkan badan
hukum bank dan membentuk tim likuditas. Apabila direksi bank tidak
menyeleggarakan Rapat Umum Pemegang Saham, maka pimpinan Bank
Indonesia meminta kepada pengadilan untuk mengeluarkan penetapan yang
berisikan pembubaran badan hukum bank tersebut, penunjukan tim likuditas,
dan perintah pelaksanaan likuditas sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2.1.3.4 Laporan Keuangan Bank
Dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan, berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia No.3/22/PBI/2001 tanggal 14 Desember 2001, bank
wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan bentuk dan cakupan
yang terdiri dari :
1. Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan
Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan adalah laporan lengkap
mengenai kinerja suatu bank dalam kurun waktu satu tahun.
2. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan adalah laporan keuangan yang
disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku dan
3. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan
Laporan Keuangan Publikasi Bulanan adalah laporan keuangan yang disusun
berdasarkan Laporan Bulanan Bank Umum yang disampaikan bank kepada
Bank Indonesia dan dipublikasikan setiap bulan.
4. Laporan Keuangan Konsolidasi
Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan atau memiliki
Anak Perusahaan, wajib menyusun laporan keuangan konsolidasi
berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku serta
menyampaikan laporan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia.
Laporan keuangan bank harus disusun berdasarkan Standar Khusus
Akuntansi Perbankan Indonesia (SKAPI) dan Prinsip Akuntansi Perbankan
Indonesia (PAPI) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Menurut PSAK No.31 tentang Akuntansi Perbankan, laporan keuangan bank
terdiri atas:
1. Neraca
Bank menyajikan aset dan kewajiban dalam neraca berdasarkan
karakteristiknya dan disusun berdasarkan urutan likuiditasnya.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi bank menyajikan secara terperinci unsur pendapatan dan
beban, serta membedakan antara unsur-unsur pendapatan dan beban yang
3. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan
diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
4. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menyajikan peningkatan dan penurunan aset
bersih atau kekayaan bank selama periode bersangkutan berdasarkan
prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam
laporan keuangan.
5. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis
2.1.3.5 Manfaat Laporan Keuangan
Laporan keuangan beserta pengungkapannya dibuat perusahaan dengan
tujuan memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusankeputusan investasi dan pendanaan (Almilia dan Kristijadi, 2003).
Hal ini sesuai dengan pernyataan dalam SFAC No. 1 bahwa laporan keuangan
harus memberikan informasi: (1) untuk keputusan investasi dan kredit, (2)
mengenai jumlah dan timing arus kas, (3) mengenai aktiva dan kewajiban, (4)
mengenai kinerja perusahaan, (5) mengenai sumber dan penggunaan kas, (6)
penjelas dan
interpretif, serta (7) untuk menilai stewardship.
Informasi yang disediakan oleh laporan keuangan berupa informasi
informasi kuantitatif tentang entitas ekonomi yang bermanfaat untuk
pengambilan keputusan ekonomi dalam menetukan pilihan-pilihan di antara
alternatif-alternatif tindakan. Informasi akuntansi yang dihasilkan oleh pihak
manajemen perusahaan mempunyai beberapa karakteristik kualitatif yang harus
dimiliki.
Karakteristik tersebut dapat membedakan antara informasi yang
bermanfaat dengan yang kurang bermanfaat. Dalam pemilihan metode
akuntansi yang akan digunakan perusahaan, karakteristik tersebut haruslah
menjadi salah satu dasar pertimbangan pemilihan metode akuntansi yang akan
digunakan.
Menurut Statement of Financial Accounting (SFAC) No. 2 karakteristik
kualitatif dari informasi akuntansi adalah sebagai berikut :
1. Relevan maksudnya adalah kapasitas informasi yang dapat mendorong suatu
keputusan apabila dimanfaatkan oleh pemakai untuk kepentingan
memprediksi hasil di masa depan yang berdasarkan kejadian waktu lalu dan
sekarang. Ada tiga karakteristik utama yaitu :
• Ketepatan waktu (timeliness), yaitu informasi yang siap digunakan para pemakai sebelum kehilangan makna dan kapasitas dalam pengambilan
keputusan
• Nilai prediktif (predictive value), yaitu informasi dapat membantu pemakai dalam membuat prediksi tentang hasil akhir dari kejadian yang
• Umpan balik (feedback value), yaitu kualitas informasi yang memungkinkan pemakai dapat mengkonfirmasikan ekspektasinya yang
telah terjadi di masa lalu.
2. Reliable, maksudnya adalah kualitas informasi yang dijamin bebas dari
kesalahan dan penyimpangan atau bias serta telah dinilai dan disajikan
secara layak sesuai dengan tujuannya. Reliable mempunyai tiga karakteristik
utama yaitu :
• Dapat diperiksa (verifiability), yaitu consensus dalam pilihan pengukuran akuntansi yang dapat dinilai melalui kemampuannya untuk meyakinkan
bahwa apakah informasi yang disajikan berdasarkan metode tertentu
memberikan hasil yang sama apabila diverifikasi dengan metode yang
sama oleh pihak independen
• Kejujuran penyajian (representation faithfulness), yaitu adanya kecocokan antara angka dan diskripsi akuntansi serta sumber-sumbernya
• Netralitas (neutrality), informasi akuntansi yang netral diperuntukkan bagi kebutuhan umum para pemakai dan terlepas dari anggapan mengenai
kebutuhan tertentu dan keinginan tertentu para pemakai khusus informasi
3. Daya banding (comparability), informasi akuntansi yang dapat dibandingkan
menyajikan kesamaan dan perbedaan yang timbul dari kesamaan dasar dan
perbedaan dasar dalam perusahaan dan transaksinya dan tidak semata-mata
4. Konsistensi (consistency), yaitu keseragaman dalam penetapan
kebijaksanaan dan prosedur akuntansi yang tidak berubah dari periode ke
periode.
Dari berbagai karakteristik kualitatif yang harus dimiliki informasi
akuntansi, karakteristik kualitatif nilai prediktif (predictive value) dari
informasi akuntansi merupakan hal yang sangat penting. Karena suatu
informasi akuntansi dapat dikatakan baik apabila informasi tersebut memiliki
nilai prediksi yang dapat diandalkan oleh seluruh pihak yang berkepentingan
baik pemilik perusahaan, manajemen perusahaan, pemegang saham maupun
masyarakat sebagai nasabah yang menggunakan jasa bank.
Dengan adanya informasi yang memiliki nilai prediksi maka pihak-pihak
yang terkait dapat terbantu dalam membuat prediksi mengenai kondisi dan
perkembangan perusahaan sekaligus membantu dalam pengambilan keputusan
ekonomi dalam menentukan pilihan-pilihan diantara alternatif tindakan. Dalam
penelitian ini, nilai prediksi yang terkandung di dalam laporan keuangan bank
merupakan informasi akuntansi yang dikeluarkan oleh bank dan dapat
digunakan untuk memprediksi resiko tingkat kebangkrutan bank dengan
menganalisis laporan keuangan yang dipublikasikan oleh bank-bank yang ada
di Indonesia.
2.1.3.6 Rasio Kesehatan Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan menganalisis
dijadikan ukuran kinerja perusahaan. Ukuran yang seringkali dipergunakan
adalah rasio atau indeks yang menunjukkan hubungan antara dua data keuangan
(Husnan, 2005). Perhitungan rasio keuangan dilakukan dengan membandingkan
angka yang disajikan dalam laporan keuangan yaitu neraca dan laporan laba
rugi. Informasi posisi keuangan terutama disediakan dalam neraca dan
informasi kinerja terutama disediakan dalam laporan laba rugi (PSAK Nomor 1,
tahun 1994). Sedangkan menurut Munawir (1995), analisis laporan keuangan
merupakan alat untuk memperoleh informasi tentang posisi keuangan dan
hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, sehingga data yang
telah diperoleh dapat diperbandingkan atau dianalisa lebih lanjut agar
memperoleh data untuk mendukung keputusan yang akan diambil.
Ada beberapa penggolongan rasio untuk pengambilan keputusan. Sartono
(2001) menjelaskan enam kelompok analisis rasio sebagai berikut :
1. Rasio Likuiditas, yang mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Untuk mengukur
kemampuan ini biasanya digunakan angka current ratio, quick ratio dan
acid-tes ratio.
2. Rasio Leverage, yang mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan
utang. Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini antara lain
debt to equity ratio, debt to total asset ratio dan time interest earned.
3. Rasio aktivitas, yang mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam
inventory turnover, average collection period, fixed asset turnover dan total
aset turnover.
4. Rasio profitabilitas, yang mengatur efektivitas manajemen secara
keseluruhan yang ditunjukkan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang
diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Untuk
mengukur kemampuan ini biasanya digunakan rasio gross profit margin, net
profit margin, return on investment dan return on net worth.
5. Rasio pertumbuhan, yaitu rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan posisinya di dalam industri dan dalam
perkembangan ekonomi secara umum. Pengukuran rasio ini pada umumnya
dilakukan dengan melihat perkembangan penjualan, laba setelah pajak, laba
per lembar saham, deviden per lembar saham dan harga pasar per lembar
saham.
6. Rasio penilaian mencerminkan kombinasi pengaruh rasio resiko (risk ratio)
dan return ratio. Price earning ratio merupakan indikasi penilaian pasar
modal terhadap keuntungan potensial perusahaan di masa datang.
Sedangkan Fatah (dalam Toha, 2007), mengelompokkan rasio keuangan
menjadi lima yaitu:
1. Rasio likuiditas digunakan untuk mengetahui mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban finansial dalam jangka pendek. Tiga
rasio yang sering dipergunakan adalah current ratio, quick ratio,dan cash
2. Rasio Leverage digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva yang ada
dibelanjai dari hutang. Beberapa ratio leverage yang sering digunakan antara
lain total debt to total aset ratio, total debt to total equity ratio, long term
debt to equity ratio, funded debt to net working capital, cash flow to debt,
time interest earned, fixed charge coverage, debt service coverage dan
internal cash generation ratio.
3. Rasio aktivitas merupakan kemampuan manajemen dalam memanfaatkan
fasilitas perusahaan. Ratio ini meliputi total aset turnover, fixed aset
turnover, net working capital turnover, receivable turnover, average
collection period, inventory turnover, cash turnover, average days cash, dan
net worth turnover.
4. Rasio Profitabilitas, dimaksudkan sebagai pengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan. Rasio profitabilitas dipandang sebagai
ratio kunci yang menunjukkan posisi perusahaan secara keseluruhan.
Beberapa ratio profitabilitas yang perlu adalah gross profit margin, net profit
margin, return on total aset, return on equity, dan profit margin on sales
rate of return on common stock equity.
5. Rasio Modal Sendiri adalah terfokus terhadap saham perusahaan. Termasuk
dalam ratio ini adalah price to earning ratio, dividend payout, dividend yield
Sementara itu, Erlina (2002) menjelaskan bahwa pada umumnya rasio
keuangan yang dihitung bisa dikelompokkan menjadi enam jenis sebagai
berikut :
1. Rasio likuiditas. Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya. Rasio likuiditas yang
sering digunakan adalah current ratio, quick ratio (acid test ratio) dan cash
ratio.
2. Rasio leverage. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak dana
yang di supply oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan dan yang
diperoleh dari kreditur perusahaan. Analisa ini terdiri dari debt ratio, times
interest earned, fixed charge coverage, dan debt service coverage.
3. Rasio aktivitas. Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen
dalam menggunakan sumber dayanya. Rasio ini terdiri dari inventory turn
over, periode pengumpulan piutang , fixed aset turn over, dan total aset turn
over
4. Rasio Profitabilitas.Rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas
manajemen yang dilihat dari laba terhadap penjualan dan investasi
perusahaan. Rasio ini terdiri dari profit margin on sales, return on asset, dan
5. Rasio Pertumbuhan. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa baik
perusahaan mempertahankan posisi ekonominya dibandingkan pertumbuhan
ekonomi dan industri.
6. Rasio Penilaian. Rasio ini merupakan ukuran prestasi perusahaan yang
paling lengkap oleh karena rasio tersebut mencerminkan kombinasi
pengaruh dari rasio resiko dengan rasio hasil pengembalian.
Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas, diperlukan untuk
menilai perubahan potensi sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di
masa depan (PSAK Nomor 1, 2007). Banyak pihak yang berkepentingan
dengan baik dan buruknya kinerja perusahaan. Bagi manajemen perusahaan
yang setiap hari dekat dengan kegiatan perusahaan bertanggungjawab terhadap
hasil yang dicapai dalam satu periode dan akan digunakan sebagai umpan balik
dalam perencanaan pada periode berikutnya. Dengan demikian maka hasil
analisis dan perhitungan rasio keuangan tertentu dapat dipergunakan sebagai
alat perencanaan, pengendalian, dan evaluasi kinerja perusahaan. Bagi investor,
hasil analisis rasio keuangan merupakan informasi yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi kemampuan perusahaan membayar bunga maupun pokok
pinjaman, nilai saham sebagai bahan pertimbangan untuk membeli atau tidak,
dan nilai aktiva tertentu yang cukup wajar sebagai jaminan atas risiko yang
mungkin dihadapi. Sedangkan pihak lain seperti Pemerintah, karyawan maupun
untuk tujuan perhitungan dan pembayaran pajak, kemampuan perusahaan
membayar gaji dan hak karyawan lainnya, serta kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban terhadap lingkungan masyarakat dan lain sebagainya.
2.1.3.7 Kinerja Perusahaan Perbankan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja (performance) dapat
didefinisikan sebagai sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan.
Penilaian kinerja perusahaan bagi manajemen dapat diartikan sebagai prestasi
yang dapat dicapai oleh perusahaan. Kinerja perusahaan merupakan
pengukuran prestasi perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses
pengambilan keputusan manajemen yang kompleks dan sulit, karena
menyangkut efektivitas pemanfaatan modal, efisiensi, dan rentabilitas dari
kegiatan perusahaan (Meriewaty, 2005).
Untuk menilai kinerja perbankan digunakan aspek-aspek dalam menilai
tingkat kesehatan bank sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia melalui Surat
Keputusan Direksi BI No. 30/11/KEP/DIR tahun 1997 dan Surat Keputusan
direksi BI No.30/277/KEP/DIR tahun 1998 analisis CAMEL (Capital, Assets
Quality, Management, Earning, Liquidity) yang diperbarui Peraturan Bank
Indonesia No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 yang berisi tentang panduan
dalam menilai tingkat kesehatan bank.
Rasio-rasio CAMEL tersebut merupakan alat yang dapat digunakan bank
untuk menilai tingkat kesehatan bank. Dengan mengetahui tingkat kesehatan
kinerja bank yang bersangkutan. Jika bank dinilai sehat, maka mencerminkan
bahwa kinerja perusahaan perbankan juga baik. Demikian pula sebaliknya,
apabila bank dalam kondisi yang tidak sehat, maka kinerja bank tersebut juga
kemungkinan akan mengalami penurunan kinerja.
2.1.3.8 Kesehatan Keuangan Bank
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004, penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian kualitatif atas
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank
melalui penilaian aspek permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas,
likuiditas dan sensitivitas terhadap resiko pasar. Penilaian terhadap
faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan kualitatif setelah
mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas meterialitas dan
signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya
seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional. Penilaian
tersebut lazimnya diukur dengan menggunakan rasio keuangan CAMEL.
Penentuan tingkat kesehatan bank berdasarkan rasio-rasio keuangan dapat
Tabel 2.1
Penilaian Kuantitatif Faktor CAMEL
No. Faktor yang dinilai Komponen Bobot
1. Capital CAR 25%
2. Assets NPL 25%
3. Management NPM 5%
4. Earning NIM 15%
BOPO 10%
5. Liquidity LDR 10%
Sumber : Bank Indonesia, 2004
Terhadap masing-masing komponen tersebut maka diberikan bobot yang
sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap tingkat kesehatan bank.
Dengan semakin meningkatnya kompleksitas usaha dan profil resiko, bank
perlu mengindentifikasikan permasalahan yang mungkin timbul dari
operasional bank. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut
dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di
waktu yang akan datang sedangkan bagi Bank Indonesia antara lain dapat
digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi pengawasan
bank oleh Bank Indonesia.
Penggolongan tingkat kesehatan bank dibagi dalam empat kategori yaitu :
sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat, namun sistem pemberian nilai
dalam menetapkan tingkat kesehatan bank didasarkan pada “reward system”
Tabel 2.2
Nilai Kredit Penggolongan Tingkat Kesehatan Bank Nilai Kredit Predikat
81 – 100 Sehat
66 - < 81 Cukup sehat 51 - < 66 Kurang sehat Kurang dari 51 Tidak sehat
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004
2.1.4 Rasio CAMEL dalam Perbankan 2.1.4.1 Pengertian Rasio CAMEL
Rasio CAMEL adalah rasio yang menggambarkan suatu hubungan atau
perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain yang
terdapat dalam laporan keuangan suatu lembaga keuangan. Dengan analisis
rasio dapat diperoleh gambaran baik buruknya keadaan atau posisi keuangan
suatu lembaga keuangan pada tahun berjalan. CAMEL merupakan singkatan
dari capital, assets, management, earning dan liquidity.
Dalam Kamus Perbankan (Institut Bankir Indonesia 1999) dinyatakan
bahwa “CAMEL adalah aspek yang paling banyak berpengaruh terhadap
tingkat kesehatan lembaga keuangan. CAMEL merupakan tolak ukur objek
pemeriksaan bank yang dilakukan oleh pengawas bank. Sesuai dengan
kepanjangannya, CAMEL terdiri atas lima kriteria yaitu: (1) modal, (2) aktiva
2.1.4.2 Penilaian Rasio CAMEL
Penilaian rasio CAMEL terdiri dari poin-poin yang harus dinilai satu
persatu dari setiap rasio untuk menilai tingkat kesehatan bank.
Surat edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Jakarta tanggal 31 Mei 2004,
menyebutkan aspek yang dinilai melalui rasio CAMEL adalah:
1) Permodalan (Capital)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain
dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a) kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)
terhadap ketentuan yang berlaku,
b) komposisi permodalan,
c) trend ke depan/proyeksi KPMM,
d) aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal Bank,
e) kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal
dari keuntungan (laba ditahan),
f) rencana permodalan Bank untuk mendukung pertumbuhan usaha,
g) akses kepada sumber permodalan, dan
2) Kualitas Aset (Asset Quality)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas aset antara
lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai
berikut:
a) aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total Aktiva
produktif,
b) debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit,
c) perkembangan aktiva produktif bermasalah/non performing asset
dibandingkan dengan aktiva produktif,
d) tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif
(PPAP),
e) kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif,
f) sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif,
g) dokumentasi aktiva produktif, dan
h) kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.
3) Manajemen (Management)
Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a) manajemen umum,
c) kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada
Bank Indonesia dan atau pihak lainnya
d) Net Profit Margin (NPM).
4) Rentabilitas (Earnings)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain
dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a) return on assets (ROA),
b) return on equity (ROE),
c) net interest margin (NIM),
d) Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO),
e) perkembangan laba operasional,
f) komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan,
g) penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya, dan
h) prospek laba operasional.
5) Likuiditas (Liquidity)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain
dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a) aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva likuid kurang
dari 1 bulan,
b) 1-month maturity mismatch ratio,