Studi Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Pemanenan Kayu dengan Teknik Pemanenan Kayu Berdampak Rendah dan Konvensional di Hutan Alam (Studi Kasus di Areal HPH PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat)
Teks penuh
Dokumen terkait
Di areal hutan yang belum ditebang pada tingkat kedalaman gambut yang berlokasi di 9 PSP dengan luas areal masing-masing 0,20 Ha, menunjukkan bahwa pada tingkat pohon (diameter
Elias (1993), menyebutkan bahwa kerusa- kan akibat pemanenan kayu dengan sistem silvikultur TPTI adalah kerusakan yang terjadi pada bagian tegakan yang sebenarnya
[r]
[r]
Kegiatan pemanenan kayu yang meliputi kegiatan penebangan pohon, penyaradan dan pengangkutan secara simultan merupakan faktor penyebab kerusakan tegakan tinggal
SRKRQ VHGDQJNDQ (OLDV PHODSRUNDQ EDKZD LQWHQVLWDV UDWDUDWD SHPDQHQDQND\X \DQJ EROHKGLWHEDQJPLQLPDO SRKRQKD 7HUMDGLQ\D NHUXVDNDQWHJDNDQDNLEDWSHPDQHQDQND\XWLGDN PXQJNLQXQWXNGLKLQGDUL
Kerusakan tegakan tingkat tiang dan pohon rata rata per hektar akibat pemanenan kayu teknik konvensional dan RIL masing masing sebesar 133,0 pohon (33,15%) dan 83,3 pohon
Berdasarkan hasil pengamatan potensi tegakan setelah kegiatan pemanenan pada permudaan alam menunjukkan rata pada tingkat semai sebesar 235,00 batang/ha, pancang sebesar