HARGA JUAL BELI MURABAHAH
PADA BMT PRIMA SYARIAH
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
Achmad Fauzan NIM: 106046101577
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ABSTRAK
Pada umunya bank syariah di Indonesia menggunakan murabahah sebagai model utama bank dalam melakukan pembiayaan kepada nasabahnya. Hal ini terkait dengan kemudahan analisa keuntungan yang bisa diperoleh oleh bank dan keuntungan yang pasti dari model ini.
Akan tetapi, dengan metode penentuan harga yang tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan bank konvensional, yaitu flat. Menimbulkan paradigma di tengah masyarakat, bahwa bank syariah tidak ada bedanya dengan bank konvensional. Bahkan dalam beberapa hal, tingkat keuntungan yang diambil bank syariah lebih besar daripada bank konvensional, dan oleh karena itu pula masyarakat lebih memilih bank konvensional dibanding bank syariah.
Metode penentuan harga semacam ini, ternyata tidak hanya terjadi di lingkup bank besar, akan tetapi juga BMT, salah satunya adalah BMT Prima Syariah. Penyalinan metode yang hampir sama dengan apa yang dilakukan bank berefek pada hal yang sama yang terjadi di bank, yaitu paradigma bahwa BMT Syariah juga tidak jauh berbeda dengan bank. Oleh karena itu, BMT Prima Syariah dituntut untuk menciptakan formula tersendiri dalam menentukan harga pada pembiayaan
murabahah.
Untuk itu dalam penelitian ini, penulis akan mencoba untuk menemukan sisi-sisi yang dirasa kurang tepat dengan kajian syariah yang terdapat pada kebijakan penentuan harga jual pembiayaan murabahah di BMT Prima Syariah, kemudian menawarkan solusi alternatif yang bisa digunakan.
Dari hasil penelitian dan analisa menunjukan bahwa penentuan harga jual pada pembiayaan murabahah yang dilakukan BMT Prima Syariah memasukan variabel-variabel yang seharusnya secara syar’i tidak diperbolehkan, dan hal ini menimbulkan efek tingginya harga jual pembiayaan murabahah.
v Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2011
vi
Atas kehendak dan kuasa-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi dan Rasul akhir zaman, Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat-sahabat, thabi’in-thabi’in dan seluruh
umat manusia yang setia kepadanya hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
penulis hadapi. Syukur alhamdulillah, berkat keikhlasan hati dan kerja keras disertai
doa dan dorongan serta bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung, sehingga kesulitan dan hambatan dapat penulis lalui dengan
sebaik-baiknya. Dengan penuh kesadaran, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan
selesai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun
materiil. Oleh karena itu, melalui tulisan ini perkenankan penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM.
2. Ketua Program Studi Muamalat, Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Sekretaris
Program Studi Muamalat Bapak Mu’min Rouf, M.A.
3. Dosen Pembimbing, Bapak Dr. Afifi Fauzi Abbas, M.A yang telah membimbing,
memberikan pengarahan, saran, koreksi, ilmu pengetahuan dan pengalamannya
vii
Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama di
bangku kuliah dan Pimpinan beserta Staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum juga Pimpinan beserta Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan.
5. Kepada BMT Prima Syariah, yang menyempatkan waktunya untuk membantu
dalam memberikan data-data yang penulis butuhkan sampai dengan penyelesaian
skripsi dan bersedia untuk diwawancarai oleh penulis.
6. Rasa terima kasih yang tak terhingga ananda persembahkan kepada Ayahanda
Abdul Hamid dan Ibunda Hanunah tersayang yang tak kenal lelah, telah banyak
berjasa dan berkorban, selalu memberikan curahan kasih sayang, dukungan moril
dan materiil yang tak ternilai harganya. Doa dan nasehat yang Bapak dan Ibu
berikan selalu menyertai dan memotivasi ananda untuk selalu semangat, tak kenal
menyerah dalam mencapai masa depan dan membuktikan kepada dunia bahwa
ananda adalah bagian penting dari dunia.
7. Abangku, Sofwan, terimakasih atas segala yang telah diberikan, hingga akhirnya
adikmu bisa seperti ini. Tanpa ada Kalian adikmu tidak akan pernah dapat
merasakan indahnya lika-liku dunia kampus dan berani menggantungkan
cita-citanya yang tinggi. Semoga adikmu bisa membalas jasa-jasa kalian dan Allah
juga membalasnya. Amin.
8. Abangku, Sofwan, terimakasih atas motivasi serta bimbingannya untuk
viii
9. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan Perbankan Syariah Reguler 2006
khususnya Perbankan Syariah A, yang selalu memberikan kebersaman selama
penulis berada di bangku kuliah. Semoga kebersamaan kita takkan habis seiring
memudarnya waktu.
10.Teman terdekat penulis Dede Hilman dan Ahmad Syarifuddin, persahabatan kita
akan selalu terjaga Sobat. Abdul Bashir, Doel Badruddin, Suhrowardi, Ahmad
Faiz, Rico Elhando Badri, Abdul Hafidz Nur, Ahmad Dzulfikar Fauzi, Ahmad
Rikza, Khairunnisa, Ikhsan, Utha’ dan teman-teman lainnya. Hasil kerja keras
kita, saya yakin bakal terbayar dengan sukses dan bermanfaatnya segala yang kita
hasilkan bagi diri kita sendiri dan orang-orang disekitar kita. Amin. Ida, yang
selalu memberi semangat selama proses pengerjaan skripsi ini.
11.Teman-teman di kantor produksi, Barokah Industri Garment; MH. Hasbani, Ade
Fitri, Santo, Bapak Kasman, Bapak Sis dan Bapak Yono. Terimakasih banyak
atas ilmu yang diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga
kita semua bisa sukses dalam berkarir.
12.Teman-teman di organisasi baik internal maupun eksternal; BEM-J (Jazuli—
teman seperjuangan, Kak Hamdi—sang pembimbing, Ayu, Asoka, Iwan, Doni,
Mutia, Dian dan lain sebagainya) BEM-F (Kak Asep, Kak Irham dan lain
sebagainya). Terimakasih, berkat kalian semua kepribadianku berubah menjadi
ix
memberikan bantuan dan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat
lulus menjalani perkuliahan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta hingga selesai.
Di balik kekurangan dan kesalahan terdapat kesempurnaan yang hanya milik
Allah Semata, karena itu penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Terakhir, semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang
membutuhkan dan memerlukannya untuk menjadi bahan pelajaran dan ilmu
x
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii
ABSTRAK ... iv
LEMBAR PERNYATAAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan masalah ... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
D. Review Kajian Terdahulu ... 5
E. Metode Penelitian ... 9
F. Objek Penelitian ... 12
G. Teknik Penulisan ... 13
H. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II JUAL BELI MURABAHAH A. Murabahah ... 15
B. Harga ... 22
C. Tinjauan Penentuan Harga Menurut Konvensional ... 28
xi
A. Latar Belakang BMT Prima Syariah ... 51
B. Tujuan, Visi, Misi, Motto dan Budaya ... 51
C. Struktur Organisasi ... 53
D. Produk BMT Prima Syariah ... 54
E. Proses Mekanisme Transaksi Jual Beli Murabahah ... 58
BAB IV JUAL BELI MURABAHAH PADA BMT PRIMA SYARIAH A. Metode Penentuan Harga Jual di BMT Prima Syariah ... 65
B. Kebijakan Penentuan Harga Jual di BMT Prima Syariah ... 68
C. Formulasi Penentuan Harga Jual Yang diajukan ... 69
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 76
B. Saran... 77
xii
3. GAMBAR 2.1 ... 16
4. GAMBAR 2.2 ... 17
5. GAMBAR 3.3 ... 54
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penentuan harga merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan
pemasaran. Harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan, mengingat harga
sangat menentukan laku tidaknya produk dan jasa perbankan. Salah dalam
menentukan harga akan berakibat fatal terhadap produk yang ditawarkan
nantinya.
Bagi perbankan terutama bank yang berdasarkan prinsip konvensional,
harga adalah bunga, biaya administrasi, biaya kirim, biaya tagih, biaya sewa,
biaya iuran, dan biaya-biaya lainnya. Sedangkan harga bagi bank yang
berdasarkan prinsip syariah adalah bagi hasil.
Bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional pengertian harga
berdasarkan bunga terdapat 3 macam yaitu harga beli, harga jual, dan biaya yang
dibebankan kepada nasabahnya. Harga beli adalah bunga yang diberikan kepada
para nasabah yang memiliki simpanan, seperti jasa giro, bunga tabungan, dan
bunga deposito, sedangkan harga jual merupakan bunga yang dibebankan kepada
penerima kredit. Kemudian biaya ditentukan kepada berbagai jenis jasa yang
ditawarkan.1
1
Pada saat ini praktek perbankan syariah dan BMT dalam menentukan
kebijakan harga jual yang diinginkan tidaklah terlepas dari rujukan (benchmark)
kepada suku bunga konvensional, tingkat pesaing (competitor), dan lain-lain. Di sisi lain, masih terdapat kritikan-kritikan terhadap beberapa praktek yang
dilakukan perbankan syariah dan BMT selama ini, terutama pada jual beli
murabahah yang dianggap masih sama dengan kredit pada perbankan
konvensional. Hipotesa ini didasarkan pada kenyataan bahwa proses penentuan
harga jual murabahah adalah tetap menggunakan metode pembebanan bunga flat rate dan prinsip cost of fund yang merupakan pikiran utama dalam perbankan konvensional.2
Bahkan penentuan marjin yang diberikan terkadang lebih besar dari suku
bunga konvensional. Hal ini untuk menghindari akibat dari terjadinya inflasi.
Kondisi seperti ini membuat adanya persepsi yang kurang baik dari masyarakat
bahwa praktek bank syariah atau BMT tidak ada bedanya dengan bank
konvensional bahkan mungkin lebih jahat dari bank konvensional. Oleh
karenanya menjadi hal yang sangat menarik apabila kita kaji lebih dalam tentang
kebijakan yang diberikan bank syariah dalam menentukan harga jual murabahah,
karena penentuan harga yang dilakukan oleh bank syariah atau BMT merujuk
pada suku bunga konvensional adalah paradigma yang sangat menyesatkan.
2
Idealnya selain dituntut untuk memenuhi aturan-aturan syariah, bank
syariah dan BMT juga diharapkan mampu memberikan bagi hasil kepada dana
pihak ketiga minimal sama dengan, atau bahkan lebih besar dari suku bunga yang
berlaku dibank konvensional serta menerapkan marjin keuntungan pembiayaan
murabahah yang lebih rendah daripada suku bunga kredit bank konvensional.
Untuk merealisasikan konsep ideal tersebut, bank syariah atau BMT harus
dikelola berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin mencoba mengevaluasi
terhadap proses penentuan harga jual beli murabahah yang lazim dilakukan oleh
BMT, dengan mengambil topik “Evaluasi Penerapan Metode Penentuan Harga Jual Beli Murabahah Pada BMT Prima Syariah”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan pertanyaan
penelitian sebagaimana berikut:
1. Apa yang di maksud metode penentuan harga jual beli Murabahah?
2. Kenapa ada metode penentuan harga jual beli Murabahah?
3. Untuk apa metode penentuan harga jual beli Murabahah?
4. Bagaimana kebijakan penentuan harga (marjin) jual beli murabahah di
BMT Prima Syariah?
5. Apakah metode penerapan penentuan harga (marjin) jual beli murabahah di
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui metode penentuan harga jual beli murabahah.
b. Mengetahui fungsi dan tujuan adanya metode penentuan harga jual beli
murabahah.
c. Mengetahui penerapan kebijakan penentuan harga (marjin) jual beli
murabahah di BMT Prima Syariah.
2. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi:
a. Perguruan Tinggi
Menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya tentang kajian
penerapan kebijakan penentuan harga (marjin) jual beli murabahah di
BMT.
b. Masyarakat/pihak yang berkepentingan
Dapat menjadi masukan yang positif atau sebagai sumber informasi
tambahan serta menambah khazanah bacaan ilmiah.
c. BMT
Dapat membantu memberikan tambahan dan masukan bagi BMT Prima
Syariah agar dapat berkembang lebih baik sesuai dengan prinsip syariah
dan akhlak islami.
d. Penulis
Diharapkan penulis mendapatkan tambahan pengetahuan yang selama ini
menerapkan praktek penentuan harga (marjin) jual beli murabahah yang
sesungguhnya pada lembaga keuangan syariah.
D. Review Kajian Terdahulu
Adapun kajian yang digunakan dari penulisan ini yaitu dari beberapa karya tulis
ilmiah yang berjudul:
1. Denda Murabahah dalam Pandangan Sistem Ekonomi Islam pada Bank Syariah Mega Indonesia.
Yetty Nur Indah Sari3 melakukan penelitian pada Bank Syariah Mega
Indonesia. Fokus pada pembahasan penerapan denda murabahah di Bank
Syariah Mega Indonesia dalam pandangan sistem ekonomi islam. Jenis
penelitian yang digunakan yaitu kualitatif. Adapun sumber data yang
digunakan yaitu dengan melakukan pengamatan dan pencatatan suatu
transaksi dan cidera janji yang dilakukan nasabah terhadap bank.
Dokumentasi dari arsip dan data Bank Syariah Mega Indonesia yang
berhubungan dengan penelitian. Buku, artikel dan karya-karya ilmiah yang
berkaitan dengan penelitian.
Adapun kesimpulan dalam pembahasan ini, bahwa: (1) Islam
memandang bahwa, denda tersebut adalah utang yang wajib dibayar. Sehingga
denda dengan ketentuan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak sah
menurut syariah. (2) Denda murabahah adalah sah menurut syariah
3
berdasarkan fatwa DSN MUI No. 17 tahun 2000. (3) Denda dapat dikenakan
kepada nasabah-nasabah nakal, yang sanggup dan mampu untuk membayar
tepat pada waktunya tetapi sengaja ditunda-tunda. Di BSMI dana denda tidak
diambil dan dipergunakan oleh bank melainkan ditampung dalam suatu pos
atau rekening yaitu, dana non halal atau dana sosial yang setiap bulannya akan
dilimpahkan atau dihibahkan kepada lembaga amil zakat untuk dipergunakan membantu fakir miskin dan membangun sarana serta prasarana umum.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah penulis
membahas tentang penerapan metode penentuan harga (marjin) jual beli
murabahah pada BMT Prima Syariah, sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Yetty Nur Indah Sari fokus pada kajian denda yang muncul sebagai
akibat wanprestasi (cidera janji).
2. Upaya Penyelesaian Murabahah Tidak Lancar Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Pondok Indah.
Husni Firdaus melakukan penelitian pada Bank Syariah Mandiri
Cabang Pondok Indah. Fokus pada pembahasan penanggulangan murabahah
tidak lancar. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
analisis. Data yang digunakan adalah data kualitatif. Adapun sumber data
yang digunakan melalui interview kepada pihak yang berwenang pada Bank
Syariah Mandiri Cabang Pondok Indah dengan mengajukan kuisioner yang
oleh pihak lain yang berkaitan dengan penelitian seperti melalui buku, artikel
dan karya-karya ilmiah.4
Adapun kesimpulan dalam pembahasan ini, bahwa: (1) Upaya atau
cara yang dilakukan BSMI PI dalam menyelesaikan murabahah tidak lancar,
itu telah sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadis. (2) BSM PI memberikan sedikit
kelonggaran bagi nasabahnya untuk membayar hutangnya sampai nasabahnya
itu sanggup kembali untuk segera melunasi hutangnya. Hal ini sesuai dengan
surat Al-Baqarah ayat 280 yang artinya: “Jika orang yang berhutang itu
mengalami kesulitan, maka berilah penangguhan hingga ia berkelapangan.”
Sedangkan bagi nasabah yang dengan sengaja menunda membayar hutangnya
padahal ia mampu untuk membayarnya, BSM PI mengenakan sanksi kepada
nasabah yang bersangkutan. Dan bagi nasabah yang curang, masuk ke dalam
black list nasabah bank tersebut. Dan apabila terjadi perselisihan, maka kasusnya diselesaikan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
Husni Firdaus melakukan penelitiannya pada Bank Syariah Mandiri
Pondok Indah yang memiliki ruang lingkup usaha nasional, sedangkan penulis
melakukan penelitian pada BMT Prima Syariah dengan cakupan usaha lokal.
4
3. Strategi Pembiayaan Murabahah Dalam Peningkatan Jumlah Pendapatan Di Lembaga Keuangan Mikro Syariah Al-Hidayah.
Emi Jamilatul Hijriah5 melakukan penelitian pada LKMS Al-Hidayah
Cililitan Jakarta Timur. Fokus pembahasan tentang strategi pembiayaan
murabahah pada LKMS Al-Hidayah Cililitan Jakarta Timur. Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Adapun data kuantitatif sebagai
cara dalam membantu menganalisis data kualitatif atau sebagai penguat dalam
melakukan analisis data. Adapun sumber data yang di gunakan bersumber dari
data-data yang diperoleh dari hasil wawancara secara langsung dengan
membuat list pertanyaan yang diajukan kepada pihak yang berwenang dan
para nasabah pembiayaan yang terlibat dalam penelitian ini. Dan data yang
diperoleh dari buku-buku: Fred R. David, “Manajemen Strategi
Konsep-Konsep”, Edisi bahasa Indonesia, Cet ke 9, Jakarta: Indeks, 2004, Wiroso, SE,
MBA., “Jual Beli Murabahah”, Yogyakarta: UII Press, 2005, Cet ke 1., Ir.
Adiwarman Karim, SE., M.B.A., M.A.E.P.,“Bank Islam Analisis Fiqih dan
Keuangan”, edisi ke 3, PT. Raja Grafindo Persada, 2007, Muhammad,
“Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”, Yogyakarta: AMP YKPN, 2005 dan
lain-lain.
5
Adapun kesimpulan dalam pembahasan ini, bahwa: (1) Strategi
pembiayaan yang dilakukan oleh LKMS Al Hidayah pertama, mempercepat proses pembiayaan sehingga menutup kesempatan rentenir untuk masuk
kedalam lingkungan masyarakat Cililitan, Kedua, marjin atau bagi hasil sebesar 5% atau lebih rendah dari rentenir sebesar 20%, Ketiga, strategi jemput bola sudah diberlakukan bagi nasabah pembiayaan, Keempat, asas kepercayaan (tanpa jaminan) hanya untuk orang-orang tertentu yang sudah
dikenal baik oleh pihak LKMS Al-hidayah, Kelima, prosedur lebih cepat dibandingkan melakukan pinjaman ke bank-bank besar.
Dalam penelitian yang penulis lakukan, data kuantitatif tidak
diikutsertakan dalam proses pengkajian penelitian, sedangkan Emi Jamilatul
Hijriah, menggunakan data kuantitatif sebagai salah satu bahan dalam
mengkaji penelitian yang dia lakukan.
E. Metode Penelitian 1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data kualitatif yang
bersifat induktif dalam arti cara menerangkannya dari data ke arah teori.6
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel
mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau
6
menghubungkan dengan variabel yang lain.7Penelitian bertujuan untuk
membuat deskriptif mengenai situasi-situasi atau kejadian tertentu sehingga
diperoleh deskriptif yang sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta.8
Yaitu dengan cara memaparkan informasi-informasi faktual yang diperoleh
dari BMT Prima Syariah secara langsung yang berhubungan dengan kebijakan
penentuan harga jual beli murabahah kemudian mengevaluasinya dengan
berbagai teori yang berkaitan dengan pokok masalah dalam penelitian ini,
sekaligus memberikan solusinya.
2. Sumber Data
Sumber data yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini terdiri atas :
a. Data Primer
Merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari manajemen BMT
Prima Syariah, baik melalui observasi maupun interview yang berkaitan
dengan penerapan metode penentuan harga (marjin) jual beli murabahah. b. Data sekunder
Teori- teori yang penulis ambil dari berbagai literatur, melalui buku
diantaranya: Fiqih Muamalah Perbankan Syariah (Wahbah Zuhaili), Fatwa
DSN-MUI, Bank Islam (Adiwarman Karim) dan lain-lain. Melalui
internet dan literatur-literatur lain yang relevan dengan permasalahan yang
akan diteliti oleh penulis.
7
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Cet. Kedelapan (Bandung: CV. Alfabeta, 2005), h. 11. 8
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini ada beberapa
hal, meliputi:
1. Observasi/pengamatan langsung
Dimana penulis melakukan pengamatan langsung ke lapangan terhadap
praktek penerapan kebijakan penentuan harga (marjin) jual beli
murabahah yang dilakukan manajemen BMT Prima Syariah. Lamanya waktu kurang lebih 1 (satu) bulan untuk mendapatkan dan mengumpulkan
data primer dan data skunder yang digunakan dalam penelitian ini.
Beberapa pihak yang dilibatkan dalam pengamatan ini yaitu ibu Esya
Purwanty selaku Customer Service yang menjadi perantara penulis untuk
interview dengan bapak Budi Sutyarso selaku account officer yang mengetahui secara jelas tentang kebijakan dalam menentukan marjin
harga jual beli murabahah.
2. Wawancara
Metode ini untuk mendapatkan informasi secara langsung tentang
kebijakan penentuan harga (marjin) pada jual beli murabahah yang ada di
BMT Prima Syariah dimana informasi yang diperoleh adalah dari bapak
Budi Sutyarso selaku account officer yang mengetahui secara jelas bagaimana kebijakan penentuan harga (marjin) jual beli murabahah itu
diberikan dengan cara melakukan wawancara terstruktur dengan
lokasi wawancara di kantor BMT Prima Syariah pada hari Rabu, 12
Januari 2011.
3. Studi pustaka
Yang merupakan suatu studi dokumentasi dengan cara menelaah
buku-buku fiqih muamalah, perbankan syariah, fatwa DSN-MUI dan buku-buku-buku-buku
lainnya, serta jurnal, majalah, surat kabar, maupun dengan penelusuran
melalui internet dan literatur-literatur lain yang relevan dengan
permasalahan yang akan diteliti oleh penulis.
4. Teknik Analisis Data.
Metode analisis yang digunakan dalam peneltian ini adalah dengan
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yaitu dengan cara memaparkan
informasi-informasi faktual yang diperoleh dari BMT Prima Syariah, yang
berhubungan dengan proses mekanisme transaksi jual beli murabahah dan
metode penentuan harga (marjin) jual beli murabahah. Sehingga mendapatkan
keadaan dan praktek yang berlangsung dalam BMT tersebut kemudian
mengevaluasinya dengan berbagai teori yang berkaitan dengan pokok masalah
dalam penelitian ini.
F. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh penulis bertempat di BMT Prima Syariah, Jl.
G. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan
“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2007”.
H. Sistematika Penulisan
Pembahasan dalam penelitian ini terdiri atas lima bab dengan sistematika
penulisannya sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi: Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat
Penelitian, Review Kajian Terdahulu, Metode Penelitian, Objek Penelitian,
Teknik Penulisan Dan Sistematika Penulisan.
BAB II JUAL BELI MURABAHAH
Meliputi: Murabahah, Harga, Tinjauan Penentuan Harga Menurut Konvensional,
Dan Tinjauan Penentuan Harga Menurut Syariah.
BAB III GAMBARAN UMUM BMT PRIMA SYARIAH
Meliputi: Latar Belakang BMT Prima Syariah, Tujuan, Visi, Misi, Motto Dan
Budaya, Struktur Organisasi, Produk BMT Prima Syariah dan Proses Mekanisme
Transaksi Jual Beli Murabahah BMT Prima Syariah.
BAB IV JUAL BELI MURABAHAH PADA BMT PRIMA SYARIAH
Meliputi: Metode Penentuan Harga Jual Di BMT Prima Syariah Dan Analisa Data
Tentang Penerapan Kebijakan Penentuan Harga (Marjin) Jual Beli Murabahah
BAB V PENUTUP
Merupakan bab terakhir pada skripsi ini yang memuat kesimpulan dan
15
BAB II
JUAL BELI MURABAHAH A. Murabahah
1. Pengertian Jual Beli Murabahah
Di dalam fiqih muamalah terdapat jenis jual beli yang dinamakan
bai' al amanah yaitu jual beli secara amanat (kepercayaan) dimana pembeli mempercayai perkataan penjual tentang harga pertama tanpa ada bukti dan
sumpah, sehingga harus terhindar dari khianat dan prasangka buruk.
Sistem jual beli sendiri terdiri dari tiga bentuk yaitu murabahah, tauliyah,
dan wadhi'ah. Murabahah adalah jual beli dengan harga pertama disertai tambahan keuntungan. Tauliyah adalah jual beli dengan harga pertama tanpa ada penambahan atau pengurangan. Sedangkan wadhi`ah adalah jual beli dengan harga jual lebih rendah dari harga pertama. Dalam
pembahasan ini penulis hanya akan membatasi pada aspek jual beli
murabahah.1
Murabahah secara bahasa adalah bentuk mutual (bermakna: saling) dari kata ribh yang artinya keuntungan, yakni pertambahan nilai modal (jadi artinya saling mendapatkan keuntungan). Menurut termino logi ilmu
fiqih artinya murabahah adalah menjual dengan modal asli bersama
1
tambahan keuntungan yang jelas.2
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan/marjin yang disepakati.3
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (marjin) yang disepakati oleh penjual dan
pembeli.4
Jual beli murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam jual beli murabahah,
penjual harus memberitahukan bahwa harga produk yang ia beli dan
menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.5
2. Skema Murabahah
Gambar 2.1
Skema Gambar Asli Murabahah6
2
Abdullah AI-Muslih dan Shalah Ash-Shawi, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, Cet. Pertama, (Jakarta: Darul Haq, 2004), h. 198.
3
Penjelasan Fatwa DSN-MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 “tentang Murabahah”. 4
Istini T Siddharta dkk, Peryataan Standar Akuntansi Keuangan Akuntansi Perbankan Syariah,Cet. Pertama, (Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia, 2001), h. 12.
5
Moh. Rifa’I, Konsep Perbankan Syariah,(Semarang: CV. Wicaksana, 2002), h.61 6
Bank Syariah sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli,
barang diserahkan segera dan pembayaran dilakukan secara tangguh.7
Skema Pengembangan
Gambar 2.2
Skema Pengembangan Murabahah
Sumber: Penjelasan Fatwa No.04/DSN-MUI/IV/2000
Jika pihak bank ingin mewakilkan kepada nasabah untuk membeli
barang dari pihak ketiga (supplier), maka kedua pihak harus menandatangani kesepakatan agensi (agency contract), dimana pihak bank memberikan otoritas kepada nasabah untuk menjadi agennya guna membeli komoditas
dari pihak ketiga atas nama bank, dengan kata la in, nasabah me njad i
wakil bank unt uk me mbe likan ko modit as. Kemudian, nasabah
me mbe li ko moditas atas nama bank, dan kepemilikannya hanya sebatas
sebagai agen dari pihak bank. Selanjutnya, nasabah memberikan informasi
7
kepada pihak bank bahwa ia telah membeli komoditas, kemudian pihak
bank menawarkan komoditas tersebut kepada nasabah, dan
terbentuklah kontrak jual beli dan komoditas kemudian pindah menjadi milik
nasabah dengan segala resikonya. Menurut Ahmad Muhyiddin Ahmad dari
Kuwait Islamic Bank, transaksi ini diperbolehkan dan lazim disebut dengan
al murabahah lil amir bissyira' bil wakalah.8 2. Dasar Hukum Jual Beli Murabahah
Dasar hukum jual beli murabahah telah ditetapkan dalam Al-Qur'an surat al-Nisa (4) ayat 29 :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.(Surat Al-Nisa (4) : 29)
Ayat ini melarang segala bentuk transaksi yang batil. Diantara
transaksi yang dikategorikan batil adalah yang mengandung bunga (riba)
sebagaimana terdapat pada sistem kredit konvensional. Berbeda dengan
murabahah, dalam akad ini tidak ditemukan unsur bunga, namun hanya menggunakan marjin. Disamping itu, ayat ini mewajibkan untuk keabsahan
setiap transaksi murabahah harus berdasarkan prinsip kesepakatan antara para pihak yang dituangkan dalam suatu perjanjian yang menjelaskan dan
8
dipahami segala hal yang menyangkut hak dan kewajiban masing-masing.9
"...Padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba..."(Al- Baqarah (1): 275).
Dalam ayat ini, Allah mempertegas legalitas dan keabsahan
jual beli secara umum, serta menolak dan melarang konsep ribawi.
Berdasarkan ketentuan ini, jual beli murabahah mendapat pengakuan dan legalitas dari syara', dan sah untuk dioperasionalkan dalam praktek
pembiayaan bank syariah dan BMT karena ia merupakan salah satu bentuk
jual beli dan tidak mengandung unsur ribawi.10
Hadits Rasulullah SAW : yang didalamnya terdapat keberkatan: Jual-beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual." (HR. Ibnu Majah)
Had it s r iw a yat Ibnu Ma ja h merupa ka n da lil la i n
d ibo le hk a nnya murabahah yang dilakukan secara tempo. Kedudukan hadits ini lemah, namun demikian banyak ulama yang menggunakannya
9
Penjelasan Fatwa DSN-MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 “tentang Uang Muka dan Jaminan dalam Murabahah”.
10
sebagai dalil untuk akad mudharabah ataupun jual beli tempo. Ulama menyatakan bahwa keberkahan dalam arti tumbuh dan menjadi lebih baik,
terdapat pada perniagaan, terlebih pada jual beli yang dilakukan secara
tempo atau pun akad mudharabah sebagaimana disabdakan Rasulu llah dala m had it s tersebut. Dengan menunjuk adanya keberkahan ini, hal
ini mengindikasikan diperbolehkannya praktek jual beli yang dilakukan
secara tempo, begitu juga dengan pembiayaan murabahah yang dilakukan secara tempo, dalam arti, nasabah diberi tenggang waktu
untuk melakukan pelunasan atas harga komoditas sesuai kesepakatan.11
Kaidah Fiqh:
"Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh kecuali ada dalil yang mengharamkan."12
4. Rukun dan Syarat Jual Beli Murabahah : Adapun rukun-rukun jual beli murabahah adalah: a. Penjual
Penjelasan Fatwa DSN-MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 “tentang Uang Muka dan Jaminan dalam Murabahah”.
12
e. Sighah: Ijab dan Qabul13
Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam transaksi ini adalah:
a. Harus digunakan untuk barang-barang yang halal; barang najis tidak sah
diperjual belikan dan barang bukan larangan negara.
b. Penjual memberitahukan biaya modal kepada nasabah.
c. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang
sesudah pembelian.
e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.14
5. Perbandingan Akad Murabahah Antara Praktek Klasik Dan Praktek
Kontemporer
Perbandingan antara praktek akad murabahah secara klasik dengan cara kontemporer disajikan seperti tabel berikut:15
Tabel 2.1
Tabel Perbandingan Akad Antara Praktek Klasik dan Kontemporer
Karakteristik Pokok Praktek Klasik (dalam transaksi umum dan ideal)
Praktek Kontemporer
Tujuan transaksi Kegiatan jual beli Pembiayaan dalam rangka penyediaan fasilitas barang Tahapan transaksi Dua tahap Satu tahap
Proses transaksi 1. Penjual membeli barang dari produsen
2. Penjual menjual barang kepada pembeli
Bank selaku penjual dapat mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari produsen untuk dijual kembali
13
Bimb Institute of Research and Training SDM, Konsep Syariah Dalam Sistem Perbankan Islam,Cet. Pertama, (Malaysia, 1998), h. 8.
14
Moh. Rifai, Konsep Perbankan Syariah, (Semarang: CV. Wicaksana, 2002), h.61-62. 15
kepada nasabah tsb Status kepemilikan barang
pada saat akad
Barang telah dimiliki penjual saat akad penjual dengan pembeli dilakukan
Barang belum jelas dimiliki penjual saat akad penjualan dengan pembeli dilakukan Perhitungan tingkat margin 1. Perhitungan laba
menggunakan biaya
persentase per annum dan dihitung berdasarkan baki debet (outstanding)
Pengungkapan harga pokok dan marjin
Harus transparan Harus transparan
Tenor Sangat pendek Jangka panjang (1-5 tahun) Cara pembayaran transaksi
jual beli
Cash and carry Dengan cicilan/angsuran (ta’jil)
Kolateral (jaminan) Tanpa kolateral Ada kolateral/jaminan tambahan
Sumber: Bank Indonesia, Standarisasi Akad Perbankan Syariah, 2004. B. Harga
1. Pengertian Harga
Harga adalah sesuatu yang bernilai yang harus direlakan oleh
pembeli untuk memperoleh barang atau jasa. Di dunia perbankan, ini
mencakup biaya-biaya transaksi, suku bunga, dan saldo minimum atau
kompensasi.16
Harga jual produk mempunyai fungsi ganda. Fungsi pertama harga,
adalah sarana untuk memenangkan persaingan dipasar. Fungsi kedua,
16
harga adalah sumber keuntungan perusahaan.17
Harga adalah bunga, biaya administrasi, biaya provisi dan komisi,
biaya kirim, biaya tagih, biaya sewa, biaya iuran, dan biaya-biaya
lainnya. Sedangkan harga bagi bank berdasarkan prinsip syariah adalah bagi
hasil.18
2. Tujuan Penentuan Harga
Tujuan Penentuan Harga secara umum adalah sebagai berikut:
a. Untuk Bertahan Hidup
Artinya, dalam kondisi tertentu, terutama dalam kondisi persaingan yang
tinggi. Dalam hal ini bank menentukan harga semurah mungkin dengan
maksud produk atau jasa yang ditawarkan laku dipasaran, misalnya
untuk bunga simpanan lebih tinggi dibandingkan dengan bunga pesaing
dan bunga pinjaman rendah, tetapi dalam kondisi menguntungkan.
b. Untuk Memaksimalkan Laba
Tujuan harga ini dengan mengharapkan penjualan yang meningkat
sehingga laba dapat ditingkatkan. Penentuan harga biasanya dapat
dilakukan dengan harga murah atau tinggi.
c. Untuk Memperbesar Market Share
Penentuan harga ini dengan harga yang murah, sehingga diharapkan
17
Siswanto Sutojo, Manajemen Terapan Bank, Cet. Pertama, (Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1997), h. 132.
18
jumlah nasabah meningkat dan diharapkan pula nasabah pesaing
beralih ke produk yang ditawarkan. Contohnya seperti penentuan suku
bunga simpanan yang lebih tinggi dari pesaing ditambah kelebihan
lainnya seperti hadiah.
d. Mutu Produk
Tujuan dalam hal mutu produk adalah untuk memberikan kesan
bahwa produk atau jasa yang ditawarkan memiliki kualitas yang
tinggi dan biasanya harga jual ditentukan setinggi mungkin dan
untuk bunga simpanan ditawarkan dengan suku bunga rendah.
e. Karena Pesaing
Dalam hal ini, penentuan harga dengan melihat harga pesaing.
Tujuannya adalah agar harga yang ditawarkan jangan melebihi harga
pesaing, artinya bunga simpanan diatas pesaing dan bunga pinjaman,
dibawah pesaing.19
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku
bunga secara garis besar sebagai berikut:
a. Kebutuhan dana
Apabila bank kekurangan dana (jumlah simpanan sedikit), sementara
permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank
19
untuk menutupi agar kekurangan dana tersebut cepat terpenuhi
dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Dengan meningkatnya suku
bunga simpanan akan menarik nasabah baru untuk menyimpan uang
dibank. Dengan demikian kebutuhan dana dapat dipenuhi. Sebaliknya jika
bank kelebihan dana, dimana simpanan banyak akan tetapi
permohonan kredit sedikit, mak a ba nk aka n me nuru nk a n bu ng a
s impa na n s e hingg a me ngura ng i min at nasa ba h unt uk
me nyimpa n. At au denga n cara menurunkan juga bunga kredit
sehingga permohonan kredit meningkat.
b. Persaingan
Dalam memperebutkan dana simpanan, penentuan utama tingkat suku
bunganya pihak perbankan harus memperhatikan perilaku pesaing. Dalam
arti jika pesaing menetapkan untuk bunga simpanan rata-rata 16% per
tahun, maka jika kita hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga
simpanan kita naikkan di atas bunga pesaing misalnya 17% per tahun.
Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman kita harus berada di bawah
bunga pesaing.
c. Kebijaksanaan pemerintah
Dalam kondis i tertentu pemerintah dapat menentukan batas
maksimal atau minimal suku bunga, baik bunga simpanan maupun bunga
pinja man. Dengan ketent uan bat as minima l at au maksima l
batas yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
d. Target laba yang di inginkan
Target laba yang diinginkan, merupakan besarnya keuntungan yang
diinginkan oleh bank. Jika laba yang diinginkan besar, maka bunga
pinjaman ikut besar dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu,
pihak bank harus serius dalam menentukan persentase laba atau
keuntungan yang diinginkan.
e. Jangka waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi
bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko dimasa
mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek,
maka bunganya relatif lebih rendah.
f. Kualitas Jaminan
Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin rendah bunga
kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh dengan jaminan
sertifikat deposito bunga pinjaman akan lebih rendah jika dibandingkan
dengan nasabah yang memiliki jaminan sertifikat tanah. Alasan utama
perbedaan ini adalah hal pencairan jaminan apabila kredit yang diberikan
bermasalah. Bagi bank jaminan yang likuid seperti sertifikat deposito atau
rekening giro yang dibekukan akan lebih mudah untuk dicairkan jika
g. Reputasi perusahaan
Reputasi perusahaan atau bonafiditas suatu perusahaan yang akan
memperoleh kredit juga sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan
dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid
kemungkinan resiko kredit macet dimasa mendatang relatif kecil dan
sebaliknya.
h. Produk yang kompetitif
Maksudnya adalah produk yang dibiayai kredit tersebut laku dipasaran.
Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah
jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini
disebabkan tingkat pengembalian kredit terjamin, karena produk yang
dibiayai laku dipasaran.
i. Hubungan baik
Biasanya pihak bank menggolongkan nasabahnya menjadi dua yaitu
nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan
terhadap bank. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik
dengan pihak bank, sehingga dalam penentuan suku bunganya pun
berbeda dengan nasabah biasa.
j. Jaminan pihak ketiga
Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada bank untuk
Biasanya pihak yang memberikan jaminan bonafid, baik dari segi
kemampuan membayar, nama baik maupun loyalitasnya terhadap bank,
sehingga bunga yang dibebankan juga berbeda. Demikian pula sebaliknya
jika penjamin pihak ketiganya kurang bonafid atau tidak dapat dipercaya,
maka mungkin tidak dapat digunakan sebagai jaminan pihak ketiga oleh
pihak perbankan.20
C. Tinjauan Penentuan Harga Menurut Konvensional 1. Metode Penentuan Harga Bank
Dalam penentuan harga digunakan beberapa metode yang sesuai
dengan tujuan perusahaan. Metode penentuan suatu harga produk bank secara
umum terdapat beberapa model, antara lain:
a. Modifikasi harga atau diskriminasi yang dapat dilakukan:
Menurut pelanggan, yaitu harga yang dibedakan berdasarkan nasabah utama
(primer) atau nasabah biasa (sekunder). Nasabah utama adalah nasabah yang loyal dan memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh bank. Nasabah
biasa adalah nasabah umum.
Menurut bentuk produk, harga ditentukan berdasarkan bentuk produk atau
kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh suatu produk, misalnya untuk
kartu kredit ada master card dan ada visa card.
Menurut tempat, yaitu harga yang ditentukan berdasarkan lokasi cabang
20
bank dimana produk atau jasa ditawarkan.
Menurut waktu, yaitu harga yang ditentukan berdasarkan periode atau masa
tertentu dapat berupa jam, hari, mingguan, atau bulanan.21
b. Penetapan harga untuk produk baru
Misalnya, bank baru mengeluarkan kartu kredit sehingga perlu ditentukan
berapa iuran perbu lan dan berapa bunga yang dikenakan untuk
set iap transaksi.
Market skimming pricing yaitu harga awal produk yang ditetapkan
setinggi-tingginya dengan tujuan bahwa produk atau jasa memiliki
kualitas tinggi.
Market penetration pricing yaitu dengan menetapkan harga yang serendah
mungkin dengan tujuan untuk menguasai pasar.
c. Metode penetapan harga :
Cost plus pricing yaitu penentuan harga yang didasarkan kepada harga
pokok, biaya tetap, biaya variable
= +
Dimana :
Variable Cost (VC) =Biaya Variabel
Fixed Cost (FC) =Biaya Tetap
21
Total Sales (TS) = Total Penjualan Ilustrasi:
VC = Rp 10,-
FC = Rp 640.000,-
TS = 100.000 Unit
Har gapokok = 10 + 640.000
100.000= Rp16,4per unit
Cost plus pricing dengan Mark up
Jika perusahaan mengharapkan laba 20%
Harga dengan Mark up = ( )
( )
Harga dengan Mark up = .
( , ) = Rp166.666
Marginal Pricing
yaitu penentuan harga dengan menghitung marginal cost di tambah dengan laba yang diinginkan.
Non Cost Pricing
yaitu harga yang didasarkan kepada mekanisme permintaan dan
penawaran, dalam hal ini bank harus mampu menyesuaikan dengan
kondisi yang terbentuk di pasar.
Break Even Pricing (BEP) atau Target Pricing yaitu harga ditentukan
berdasarkan titik impas.
= atau =
Perceived Value Pricing
Adalah penentuan harga dengan tidak menggunakan variabel harga
sebagai dasar harga jual. Harga jual didasarkan pada harga pokok pesaing
dimana perusahaan melakukan penambahan atau perbaikan unit untuk
meningkatkan kepuasan pembeli.22
Target-return Pricing
Adalah penentuan harga jual produk yang bertujuan mendapatkan tingkat
return atas besarnya modal yang di investasikan. Dalam bahasan keuangan
dikenal dengan Return on Investment (ROI). Dalam bahasan ini, perusahaan akan menentukan berapa return yang diharapkan atas modal
yang telah diinvestasikan.
− = + ×
Value Pricing
Adalah kebijakan harga yang kompetitif atas barang yang berkualitas
tinggi. Dengan ungkapan: ono rego ono rupo. Artinya: Barang yang baik pasti harganya mahal. Namun perusahaan yang sukses adalah perusahaan
yang mampu menghasilkan barang yang berkualitas dengan biaya yang
efisien sehingga perusahaan tersebut dapat dengan leluasa menentukan
tingkat harga dibawah harga kompetitor.23
22
Kasmir, Manajemen Perbankan, Cet. Ke empat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 204-206.
23
Demand or value pricing
Harga produk selalu disesuaikan dengan perubahan permintaan konsumen
akan produk yang bersangkutan. Misalnya pada saat produk baru
diterjunkan (dan belum ada atau belum banyak produk serupa dipasar,
sehingga seluruh permintaan yang ada akan tertuju kepada produk baru
tersebut), bank dapat menetapkan harga tinggi. Pada saat produk serupa
milik bank lain bermunculan, harga produk baru akan ditinjau kembali.
Follow the leader
Metode harga produk ditentukan berdasarkan harga produk sejenis yang
berlaku dipasar. Metode ini cukup mudah penerapannya, disamping terasa
aman dari ancaman reaksi negatif dari bank saingan yang kuat. Walaupun
demikian metode ini mengabaikan faktor penghitungan beban biaya yang
harus ditanggung masing-masing bank, sehingga walaupun harga yang
ditetapkan dapat diterima konsumen, belum tentu produk yang
bersangkutan menguntungkan.24
2. Komponen-komponen dalam Menentukan Bunga Kredit
Khusus untuk menentukan besar kecilnya suku bunga kredit yang
akan diberikan kepada para debitur terdapat beberapa komponen yang
mempengaruhi. Komponen-komponen ini ada yang dapat diperkecil
(dikurangi) dan ada pula yang tidak.
24
Adapun komponen dalam menentukan suku bunga kredit antara lain:
a. Total biaya dana (Cost of fund)
Merupakan total bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh
dana simpanan baik dalam bentuk simpanan giro, tabungan maupun
deposito. Total biaya dana tergantung dari seberapa besar bunga yang
ditetapkan untuk memperoleh dana yang diinginkan. Semakin besar bunga
yang dibebankan terhadap bunga simpanan maka semakin tinggi pula
biaya dananya demikian pula sebaliknya. Total biaya dana ini harus
dikurangi dengan cadangan wajib atau reserve requirement (RR) yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Saat ini besarnya RR yang ditetapkan
pemerintah besarnya 5%.
b. Biaya operasi
Dalam melakukan setiap kegiatan setiap bank membutuhkan berbagai
sarana dan prasarana baik berupa manusia maupun alat. Penggunaan
sarana dan prasarana ini memerlukan sejumlah biaya yang harus
ditanggung bank sebagai biaya operasi. Biaya operasi merupakan biaya
yang dikeluarkan oleh bank dalam melaksanakan operasinya. Biaya ini
terdiri dari biaya gaji pegawai, biaya administrasi, biaya pemeliharaan dan
biaya-biaya lainnya.
c. Cadangan resiko kredit macet
Merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang akan diberikan, hal
tidak terbayar. Resiko ini dapat timbul baik disengaja maupun tidak
disengaja. Oleh karena itu pihak bank perlu mencadangkannya sebagai
sikap bersiaga menghadapinya dengan cara membebankan sejumlah
presentase tertentu terhadap kredit yang disalurkan.
d. Laba yang diinginkan
Setiap kali melakukan transaksi bank selalu ingin memperoleh laba yang
maksimal. Penentuan ini ditentukan oleh beberapa pertimbangan
pent ing, mengingat penentuan besarnya laba sangat mempengaruhi
besarnya bunga kredit. Dalam hal ini, biasanya bank disamping
melihat kondisi pesaing juga melihat kondisi nasabah apakah nasabah
utama atau bukan dan juga melihat sektor-sektor yang dibiayai,
misalnya jika proyek pemerintah atau untuk pengusaha/rakyat kecil maka
labanya pun berbeda dengan yang komersil.
e. Pajak
Pajak merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada
bank yang memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya.25
Untuk lebih mudah memahami pembebanan suku bunga berikut ini contoh
komponen-komponen pembebanan suku bunga dalam menentukan
suku bunga kredit adalah sebagai berikut:
PT Bank MARINDO menentukan suku bunga deposito 18% Pa. kepada
25
para deposannya. Cadangan Wajib (RR) yang ditetapkan pemerintah adalah 5%. Kemudian biaya operasi yang dikeluarkan adalah 6% dan cadangan resiko kredit macet 1%. Laba yang diinginkan adalah 5% dan pajak 20%.
Pertanyaan :
Hitung berapa bunga kredit yang diberikan (based lending rate) kepada para debiturnya (peminjam).
=
100%−
= 18%
100−5%
= 18%
95% = 18,95% 19%
Jadi cost of fund 18,95% dibulatkan menjadi 19% untuk menghitung bunga kredit yang diberikan adalah sebagai berikut :
Total biaya dana (cost of fund) 19 %
Total biaya operasi 6 % +
25%
Cadangan resiko kredit macet 1% +
26%
Laba yang diinginkan 5% +
31%
Pajak 20% dari laba (5%) 1% +
Bunga kredit yang diberikan (based lending rate)26 32 %
26
Rate of loan = Profit margin + cost to service +credit premium + cost of fund
3. Komponen Biaya Dana dalam Model Loan Pricing
Pada dasarnya penetapan loan pricing (rate of loan) suatu bank dipengaruhi oleh faktor tingkat cost of fund, kredit peremium, cost to service, tingkat profit margin serta bad debt yang dicadangkan oleh bank tersebut. Rumusnya dapat ditulis sebagai berikut :
Profit margin adalah persentase spread yang ditetapkan pada kebijakan pricing pinjaman yang terutama ditujukan untuk memperoleh ROA (return on assets) yang ditargetkan. Cost to service merupakan persentase yang dibebankan atas biaya yang dikeluarkan penghimpunan dana diluar
bunga dan administrasi rekening dana dan pinjaman. Credit premium adalah penambahan persentase evaluasi resiko industri dan usaha. Cost of fund
adalah komponen utama kebijakan pricing yang dihitung atas dasar hasil murni suku bunga dana dengan mempertimbangkan aspek dana yang bisa
dipinjamkan.27
D. Tinjauan Penentuan Harga Menurut Syariah
Menurut Bank Indonesia pada suatu transaksi jual beli yang ideal, bank
syariah harus dapat menghitung dan memisahkan 'real costs' dan tingkat
27
keuntungan yang diinginkan oleh bank sebagai dasar penetapan marjin. Demikian
pula pada transaksi investasi, suatu bank syariah harus dapat menentukan tingkat
keuntungan berdasarkan kinerja keuangan yang nyata dari suatu perusahaan.
Namun demikian, pada kenyataannya marjin keuntungan pada transaksi jual beli
masih di benchmark terhadap tingkat suku bunga karena belum adanya basis data
tentang benchmark biaya perolehan dan handling kelompok-kelompok komoditas yang akurat sebagai indikator penetapan marjin. Demikian pula pada transaksi
investasi, belum tersedianya benchmark yang dapat menggambarkan proyeksi profitabilitas bidang usaha serta belum tersediannya metode perhitungan standar
atas biaya-biaya yang dapat diperhitungkan dalam penentuan bagi hasil,
mengakibatkan bank mengambil benchmark yang secara prinsip tidak mengindikasikan tingkat produktivitas nyata jenis usaha.28
1. Penetapan Marjin Keuntungan
Bank syariah menetapkan marjin keuntungan terhadap produk-produk
pembiayaan yang berbasis Natural Certainty Contracts (NCC), yakni akad bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah
(amount) maupun waktu (timing), seperti pembiayaan murabahah, ijarah, ijarah muntahia bit tamlik, salam, dan istishna'.
Secara t eknis, ya ng d imak sud deng an mar jin keu nt unga n
ada la h persentase tertentu yang ditetapkan per tahun perhitungan marjin
28
keuntungan secara harian, maka jumlah hari dalam setahun ditetapkan 360
hari; perhitungan marjin keuntungan secara bulanan, maka setahun
ditetapkan 12 bulan.
Pada umumnya, nasabah pembiayaan melakukan pembayaran
secara angsuran. Tagihan yang timbul dari transaksi jual beli dan atau
sewa berdasarkan akad murabahah, salam, istishna' dan atau ijarah
disebut sebagai piutang. Besarnya piutang tergantung pada plafond
pembiayaan, yakni jumlah pembiayaan (harga be li d it a mbah harga
po ko k) ya ng t ercant um di da la m perja njia n pembiayaan.29
2. Referensi Marjin Keuntungan
Yang dimaksud dengan Referensi Marjin Keuntungan adalah marjin
keuntungan yang ditetapkan dalam rapat ALCO (Assets and Loans Committee) Bank Syariah. Penetapan marjin keuntungan pembiayaan berdasarkan rekomendasi, usul dan saran dari Tim ALCO Bank Syariah,
dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut:
a. Direct Competitor's Market Rate (DCMR)
Yang dimaksud dengan Direct Competitor's Market Rate (DCMR) adalah
tingkat marjin keuntungan rata-rata perbankan syariah, atau tingkat marjin
keuntungan rata-rata beberapa bank syariah yang ditetapkan dalam rapat
ALCO sebagai kelompok kompetitor langsung atau tingkat marjin
29
keuntungan bank syariah tertentu yang ditetapkan dalam rapat ALCO
sebagai kompetitor langsung terdekat.
b. Indirect Competitor's Market Rate (ICMR)
Yang dimaksud dengan Indirect Competitor's Market Rate (ICMR) adalah tingkat suku bunga rata-rata perbankan konvensional, atau tingkat rata-rata
suku bunga beberapa bank konvensional yang dalam rapat ALCO
ditetapkan sebagai kelompok kompetitor tidak langsung, atau tingkat
rata-rata suku bunga bank konvensional tertentu yang dalam rapat ALCO
ditetapkan sebagai competitor tidak langsung yang terdekat.
c. Expected Competitive Return for Investors (ECRI)
Yang dimaksud dengan Expected Competitive Return for Investors (ECRI) adalah target bagi hasil kompetitif yang diharapkan dapat diberikan
kepada dana pihak ketiga.
d. Acquiring Cost
Yang dimaksud dengan Acquiring Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana
pihak ketiga.
e. Overhead Cost
dana pihak ketiga.30
3. Penetapan Harga Jual
Setelah memperoleh referensi marjin keuntungan, bank melakukan penetapan
harga jual. Harga jual adalah penjumlahan harga beli/harga pokok/harga
perolehan bank dan marjin keuntungan.31
4. Pengakuan Angsuran Harga Jual
Angsuran harga jual terdiri dari angsuran harga beli/harga pokok dan
angsuran marjin keuntungan. Pengakuan angsuran dapat dihitung
dengan menggunakan empat metode, yaitu:
a. Metode Marjin Keuntungan Menurun (Sliding)
Marjin Keuntungan Menurun adalah perhitungan marjin keuntungan yang
semakin menurun sesuai dengan menurunya harga pokok sebagai akibat
adanya cic ilan/angsuran harga pokok, jumlah angsuran (harga
pokok dan marjin keuntungan) yang dibayar nasabah setiap bulan
semakin menurun.
b. Metode Keuntungan Rata-rata
Marjin Keuntungan Rata-rata adalah marjin keuntungan menurun yang
perhitungannya secara tetap dan jumlah angsuran (harga pokok
dan marjin keuntungan) dibayar nasabah tetap setiap bulan.
30
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan,Edisi Kedua, (Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset, 2004), h. 254-255.
31
c. Marjin Keuntungan Flat
Marjin Keuntungan Flat adalah perhitungan marjin keuntungan terhadap nilai harga pokok pembiayaan secara tetap dari satu periode ke periode
lainnya, walaupun baki debetnya menurun sebagai akibat dari
adanya angsuran harga pokok.
d. Marjin Keuntungan Annuitas
Marjin Keuntungan Annuitas adalah marjin keuntungan yang diperoleh
dari perhitungan secara annuitas. Perhitungan annuitas adalah suatu cara
pengembalian pembiayaan dengan pembayaran angsuran harga pokok dan
marjin keuntungan secara tetap. Perhitungan ini akan menghasilkan pola
angsuran harga pokok yang semakin membesar dan marjin keuntungan
yang semakin menurun.32
5. Persyaratan Untuk Perhitungan Marjin Keuntungan
Marjin Keuntungan = f (plafond) hanya bisa dihitung apabila komponen-komponen yang dibawah ini tersedia:
a. Jenis perhitungan marjin keuntungan
b. Plafond pembiayaan sesuai jenis
c. Jangka waktu pembiayaan
d. Tingkat marjin keuntungan pembiayaan
e. Pola tagihan atau jatuh tempo tagihan (baik harga pokok maupun marjin
32
keuntungan).33
6. Metode Penentuan Harga Jual (Profit Margin) di Bank Syariah
Penentuan harga dalam pembiayaan di bank syariah dapat
menggunakan salah satu diantara beberapa model konvensional tersebut
diatas. Namun yang lazim digunakan oleh bank syariah saat ini adalah
dengan menggunakan metode going rate pricing, yaitu menggunakan tingkat suku bunga pasar sebagai rujukan (benchmark).
Adapun alasannya karena bank syariah berkompet isi dengan
bank konvensional. Disamping itu bank syariah juga berkeinginan untuk
mendapatkan customer yang bersifat floating costumer.
Meskipun demikian, penentuan harga jual produk pada bank syariah
harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang dibenarkan menurut
syariah. Oleh karena itu, metode penentuan harga jual berdasarkan pada
target return pricing maupun mark-up pricing dapat digunakan dengan melakukan modifikasi.34
a. Penerapan Target Return Pricing untuk Pembiayaan Syariah
Bank syariah beroperasi dengan tidak menggunakan bunga. Mekanisme
operasional dala m me mpero leh pendapatan dapat dihasilkan
berdasarkan klasifikasi akad, yaitu akad yang menghasilkan keuntungan
33
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan,Edisi Kedua, (Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset, 2004), h. 256-257
34
secara pasti, disebut natural certainty contract, dan akad yang menghasilkan keuntungan yang tidak pasti, disebut natural uncertainty contract.
Jika pembiayaan dilakukan dengan akad natural certainty contract, maka metode yang digunakan adalah required profit rate (rpr).
rpr = n.v
dimana n = Tingkat keuntungan dalam transaksi tunai;
v = Jumlah transaksi dalam satu periode
Jika pembiayaan dilakukan dengan akad natural uncertainty contract, maka metode yang digunakan adalah expected profit rate (epr) epr diperoleh berdasarkan :
1) tingkat keuntungan rata-rata pada industri sejenis;
2) pertumbuhan ekonomi;
3) dihitung dari nilai rpr yang berlaku dibank yang bersangkutan; Perhitungannya :
Nisbah bank = epr/expected return bisnis yang dibiayai * 100%
Actual return bank = nisbah bank + actual return bisnis b. Penerapan Mark-up Pricing untuk Pembiayaan Syariah
Jika bank syariah hendak menerapkan metode Mark-up pricing, metode ini hanya tepat digunakan untuk pembiayaan yang sumber dananya dari
dimana pemilik dana menuntut adanya kepastian hasil dari modal yang
diinvestasikan.35
7. Batas Maksimal Penentuan Keuntungan menurut Syariah
Tidak ada dalil dalam syariah yang berkaitan dengan penentuan keuntungan
usaha, sehingga bila melebihi jumlah tersebut dianggap haram. Hal demikian,
telah menjadi kaidah umum untuk seluruh jenis barang dagangan disetiap
zaman dan tempat.36
Ketentuan tersebut, karena ada beberapa hikmah, diantarannya:
a. Perbedaan harga, terkadang cepat berputar dan terkadang lambat. Menurut
kebiasaan, kalau perputarannya cepat, maka keuntungannya lebih sedikit.
Sementara bila perputarannya lambat keuntungannya banyak;
b. Perbedaan penjualan kontan dengan penjualan pembayaran tunda (kredit).
Pada asalnya, keuntungan pada penjualan kontan lebih kecil dibandingkan
keuntungan pada penjualan kredit;
c. Perbedaan komoditas yang dijual, antara komoditas primer dan sekunder,
keuntungannya lebih sedikit, karena memperhatikan kaum papa dan
o r a ng-o r a ng ya ng me mbu t u hk a n, de ng an k o mo d it a s lu k s,
ya ng keuntungannya dilebihkan menurut kebijakan karena kurang
dibutuhkan.
35
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN), h. 137-138
36
Sebagaimana telah dijelaskan, tidak ada riwayat dalam sunnah
Nabi yang mengatur pembatasan keuntungan, sehingga tidak boleh
mengambil keuntungan melebihi dan yang sewajarnya. Bahkan sebaliknya
diriwayatkan dalam suatu hadits yang menetapkan bolehnya keuntungan
perdagangan itu mencapai dua kali lipat pada kondisi tertentu, atau bahkan
lebih.37
Nabi pernah ditawarkan kambing dagang. Lalu beliau memberikan satu dinar kepadaku. Beliau bersabda, “Hai Urwah, datangi pedagang hewan itu, belikan untukku satu ekor kambing.'Aku mendatangi pedagang tersebut dan menawar kambingnya. Akhirnya aku berhasil membawa dua ekor kambing. Aku kembali dengan membawa kedua ekor kambing tersebut –dalam riwayat lain- menggiring kedua kambing itu. Di tengah jalan, aku bertemu seorang lelaki dan menawar kambingku. Kujual satu ekor kambing dengan harga satu dinar. Aku kembali kepada Nabi dengan membawa satu dinar berikut satu ekor kambing. Aku berkata 'Wahai Rasulullah! Ini kambing Anda dan ini satu dinar juga milik Anda! Beliau bertanya, "Apa yang engkau lakukan?'Aku menceritakan
37
semuanya. 'Beliau bersabda, 'Ya Allah, berkatilah keuntungan perniagaanya.' Kualami sesudah itu bahwa aku pernah berdiri di Kinasah di Kota Kufah, aku berhasil membawa keuntungan empat puluh ribu dinar sebelum aku sampai kerumah menemui keluargaku".38
8. Penetapan Harga Jual Murabahah yang Efisien
Bank-bank syariah pada umumnya telah menggunakan
murabahah sebagai model pembiayaan yang utama. Praktek pada bank syariah di Indonesia, portofolio pembiayaan murabahah mencapai 70-80%. Kondisi demikian ini tidak hanya di Indonesia, namun juga terjadi pada
bank-bank syariah, seperti di Malaysia, Pakistan.
Sejumlah alasan diajukan untuk menjelaskan popularitas murabahah
dalam operasi investasi perbankan syariah: (i) murabahah adalah suatu mekanisme investasi jangka pendek. dan dibandingkan dengan sistem bagi
hasil (musyarakah dan mudharabah), cukup memudahkan; (ii) mark-up
dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding dengan
keuntungan bank-bank berbasis bunga yang menjadi saingan bank-bank
syariah; (iii) murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari bisnis-bisnis dengan sistem bagi hasil; dan (iv) muraba ha h
t idak me mu ngk inkan bank-ba nk s yar ia h unt uk menca mpur i
manajemen bisnis, karena bank bukanlah mitra sinasabah, sebab
hubungan mereka dalam murabahah adalah hubungan antara kreditur dan
38