• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI HUTAN MARGA DAN HUTAN RAKYAT TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP PETANI DI KECAMATAN BELALAU DAN BATU KETULIS KABUPATEN LAMPUNG BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI HUTAN MARGA DAN HUTAN RAKYAT TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP PETANI DI KECAMATAN BELALAU DAN BATU KETULIS KABUPATEN LAMPUNG BARAT"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

CONTRIBUTION OF CUSTOMARY FOREST AND PRIVATE FOREST TO MEET FARMERS NEEDS IN SUB BELALAU AND BATU KETULIS

DISTRICT LAMPUNG BARAT

By Fera Maulidia

In sub Belalau and Batu Ketulis, forest goods and services are important for rural livelihoods, providing food, shelter, fuel and cash income. The aims of this study are to know household income and household expenditure of farmers, and to analyze the contribution of customary forest and private forest in meeting farmers needs in sub Belalau and Batu Ketulis. The research was carried out in pematang Bakhu forest and private forest from march to april 2011. Both primary and secondary data were collected. Reconnaissance survey, direct observation, key informant interview and questionnaire survey were use for primary data collection by using simple random sampling method.

The result showed that the average total income of farmers in Sukarame village was IDR 6.066.874,00/year/farmer. In Bedudu village was IDR 11.128.000,00/ year /farmer, and Bakhu village was IDR 10.383.406,00/year/farmer the income was collected from private forest and other livelihoods. The average income generated from private forest in Sukarame village was IDR 4.879.374,00/year/farmer, IDR 8.936.000,00/year/farmer in Bedudu village, and IDR 6.917.367,70/year/farmer in Bakhu village. The average expenditure of farmers in Sukarame village was IDR 5.604.656,25/year/farmer, IDR 9.186.734,00/year/farmer in Bedudu, and IDR 8.417.328,00/year/farmer in Bakhu. The research revealed that customary forest did not contribute financinally to the household income. On the other hand, private forest contribute financinally to the farmers household income to meet their needs. The contribution was 87,05% in Sukarame, 97,27% in Bedudu, and 81,65% in Bakhu.

(2)

ABSTRAK

KONTRIBUSI HUTAN MARGA DAN HUTAN RAKYAT TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP PETANI

DI KECAMATAN BELALAU DAN BATU KETULIS KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Oleh

Fera Maulidia, Rommy Qurniati, Wahyu Hidayat

Hutan marga dan hutan rakyat merupakan sumber mata pencaharian utama bagi petani Kecamatan Belalau dan Batu Ketulis. Petani memanfaatkan hutan marga dan hutan rakyat sebagai sumber pemenuhan kebutuhan hidup petani. Selain dari hutan, terdapat pendapatan petani yang bersumber dari berdagang, beternak dan buruh. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui besarnya pendapatan total petani, (2) mengetahui besarnya kebutuhan hidup petani, (3) mengetahui besarnya kontribusi hutan marga dan hutan rakyat terhadap pemenuhan kebutuhan hidup petani

Kecamatan Belalau dan Kecamatan Batu Ketulis. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2011 di hutan marga Pematang Bakhu dan hutan rakyat. Data diambil dengan menggunakan metode pengambilan data simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya rata-rata pendapatan total yang diperoleh petani di Pekon Sukarame sebesar Rp 6.066.874,00/thn/petani, Pekon Bedudu sebesar Rp 11.128.000,00/thn/petani dan Pekon Bakhu sebesar

Rp 10.383.406,00/thn/petani sedangkan besarnya rata-rata pendapatan yang diperoleh petani dari hutan rakyat di Pekon Sukarame sebesar Rp 4.879.374,00/thn/petani, Pekon Bedudu sebesar Rp 8.936.000,00/thn/petani dan Pekon Bakhu sebesar

Rp 6.917.367,70/thn/petani. Besarnya rata-rata pengeluaran petani untuk pemenuhan kebutuhan hidup di Pekon Sukarame sebesar Rp 5.604.656,25/thn/petani, Pekon Bedudu sebesar Rp 9.186.734,00/thn/petani dan Pekon Bakhu sebesar

Rp 8.417.328,00/thn/petani. Hutan marga Pematang Bakhu tidak memberikan kontribusi secara finansial terhadap pemenuhan kebutuhan hidup sedangkan

kontribusi yang diberikan hutan rakyat terhadap pemenuhan kebutuhan hidup petani di Pekon Sukarame sebesar 87,05%, Pekon Bedudu 97,27% dan Pekon Bakhu sebesar 81,65%.

(3)
(4)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan memiliki berbagai fungsi bagi kehidupan. Ditinjau dari aspek ekonomi, hutan memiliki peranan besar dalam perekonomian nasional, antara lain sebagai penghasil devisa negara dan peningkatan tenaga kerja. Hasil dari komoditi hutan ikut mengambil bagian dalam menentukan nilai devisa total dari perekonomian nasional.

Sumber daya hutan menjadi bagian dari sistem kehidupan petani di Pekon Sukarame dan Bedudu Kecamatan Belalau dan Pekon Bakhu di Kecamatan Batu Ketulis Kabupaten Lampung Barat. Di wilayah tersebut terdapat hutan marga dan hutan rakyat yang dikelola oleh petani. Hutan marga merupakan istilah yang digunakan oleh petani setempat untuk hutan yang dimiliki dan dikelola oleh adat atau ulayat. Sedangkan pekon merupakan istilah lokal yang digunakan

Kabupaten Lampung Barat untuk menggantikan istilah desa (Wulandari dan Cahyaningsih, 2010).

(5)

baku pembangunan pemukiman warga diatur oleh peraturan adat. Peraturan adat tersebut dimaksudkan untuk membatasi eksploitasi hutan marga agar

kelestariannya tetap terjaga.

Hutan marga Pematang Bakhu memiliki peranan sebagai daerah penyangga atau buffering area yang berfungsi sebagai daerah penyimpan cadangan air. Petani

sangat mengandalkan ketersediaan air dari hutan marga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, pertanian termasuk mengairi sawah di pekon dan sekitarnya. Selain itu, hutan marga memiliki potensi hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang dapat dimanfaatkan oleh petani. Jenis HHBK yang banyak dimanfaatkan oleh petani adalah rotan yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan kerajinan tangan (Wulandari dan Cahyaningsih, 2010).

Petani Pekon Sukarame, Bedudu, dan Bakhu memanfaatkan hutan rakyat sebagai sumber pendapatan petani hutan. Selain dari hasil hutan, sumber pendapatan juga berasal dari sawah, berdagang dan kegiatan ekonomi lainnya.

(6)

3

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui besarnya pendapatan total petani di Pekon Sukarame dan Pekon Bedudu Kecamatan Belalau serta Pekon Bakhu di Kecamatan Batu Ketulis Kabupaten Lampung Barat.

2. Untuk mengetahui besarnya kebutuhan hidup petani di Pekon Sukarame dan Pekon Bedudu Kecamatan Belalau serta Pekon Bakhu di Kecamatan Batu Ketulis Kabupaten Lampung Barat.

3. Untuk mengetahui besarnya kontribusi hutan marga dan hutan rakyat terhadap pemenuhan kebutuhan hidup petani di Pekon Sukarame dan Pekon Bedudu Kecamatan Belalau serta Pekon Bakhu di Kecamatan Batu Ketulis Kabupaten Lampung Barat.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi kepada petani terkait kontribusi hutan marga dan hutan rakyat untuk mengoptimalkan pengelolaan hutan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

(7)

D. Kerangka Pemikiran

Menurut Wulandari dan Cahyaningsih (2010), hutan marga Pematang Bakhu merupakan suatu kawasan yang diwariskan secara turun-temurun dari leluhur untuk dimanfaatkan sebagai sumber hasil hutan kayu ataupun hasil hutan bukan kayu bagi petani lokal yang ada di sekitar permukiman marga tersebut.

Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap ketersediaan hasil hutan marga membuat petani sangat mematuhi aturan-aturan marga yang telah ada. Sedangkan hutan rakyat merupakan hutan yang dikelola petani dengan

memanfaatkan tanah milik sendiri meskipun ada pula yang berada di atas tanah negara atau kawasan hutan negara yang nantinya ditanami dan hasilnya

dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup (Darusman dan Hardjanto, 2006).

Mata pencaharian utama petani di Pekon Sukarame, Belalau dan Bakhu adalah sebagai petani kebun, dengan tanaman utama kopi. Selain komoditas kopi, petani setempat juga memanfaatkan hasil hutan bukan kayu seperti rotan dan bambu untuk memenuhi kebutuhan hidup.

(8)

5

(9)

Berikut merupakan gambar kerangka pemikirannya :

\

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian Hutan Marga (HM)

Mata pencaharian masyarakat

Hutan Rakyat (HR)

Pemenuhan kebutuhan hidup

 Kebutuhan primer  Kebutuhan sekunder  Kebutuhan tersier

Pendapatan total :  Pendapatan HM  Pendapatan HR  Pendapatan lainnya

(10)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Kabupaten Lampung Barat

Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan hasil pemekaran wilayah Kabupaten Lampung Utara berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun 1991. Kabupaten Lampung Barat secara administratif meliputi 14 kecamatan dan 171 desa, dengan luas wilayah kurang lebih 4.950,40 (13,99 % dari luas

wilayah Provinsi Lampung). Dari luas wilayah tersebut, 57 % di antaranya berupa hutan kawasan dan hutan lindung. Sementara itu, 43 % sisanya merupakan lahan yang dapat dibudidayakan antara lain untuk permukiman, pertanian, dan lain-lain.

Secara geografis, Kabupaten Lampung Barat terletak pada koordinat 4°47'16"– 5°56'42" LS dan 103°35'08"– 104°33'51" BT, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Propinsi Bengkulu dan Propinsi Sumatera Selatan. - Sebelah Selatan : Samudera Hindia dan Selat Sunda.

- Sebelah Barat : Samudera Hindia

(11)

1. Kondisi Geografis

Bentuk wilayah Kabupaten Lampung Barat bervariasi, mulai dari daerah datar di sebelah barat hingga daerah pegunungan di sebelah Timur. Secara fisiografis daerah ini dapat dibedakan atas tiga bagian, yakni daerah pesisir di bagian barat dengan kemiringan 0–15%, daerah pegunungan yang merupakan daerah terbesar di bagian tengah dengan kemiringan 15% kurang lebih dari 40%, daerah bergelombang di bagian timur dengan kemiringan lahan 2–40%.

Berdasarkan ketinggian tempat Kecamatan Balik Bukit, Belalau dan Sumberjaya sebagian besar wilayahnya mempunyai ketinggian berkisar antara 500–1000 mdpl. Sedangkan Kecamatan Pesisir Utara, Pesisir Tengah, dan Pesisir Selatan umumnya mempunyai ketinggian berkisar antara 0–500 mdpl. Keadaan wilayah sepanjang Pantai Pesisir Barat umumnya datar sampai berombak dengan kemiringan berkisar antara 3% sampai dengan 5%. Secara Topografi Kabupaten Lampung Barat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis topografi, yaitu:

- Daerah dataran rendah yaitu daerah yang mempunyai ketinggian antara 0–600 mdpl.

(12)

Menurut Oldeman dan Las Devies (1999), daerah Lampung Barat memiliki dua tipe iklim yaitu:

a. Tipe Iklim A : terdapat disebelah Barat Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

b. Tipe Iklim B : terdapat disebelah Timur Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Kelembaban udara di daerah ini tergolong basah (udic). Kelembaban

berkisar antara 50–80% dengan curah hujan tahunan yang tinggi, yaitu >2000 mm. Regim suhu berkisar dari panas (isohypothermic) pada dataran pantai (di bagian barat) sampai dingin (isimesic) di daerah perbukitan. Untuk mengetahui tinggi curah hujan di tiap kecamatan, maka tingkat curah hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria yaitu:

a. Curah Hujan antara 1500 s/d 2000 mm per tahun di Kecamatan Pesisir Utara, Pesisir Tengah dan Pesisir Selatan.

b. Curah Hujan antara 2000 s/d 2500 mm per tahun di Kecamatan Balik Bukit.

c. Curah Hujan antara 2500 s/d 3000 mm per tahun di Kecamatan Belalau dan Sumberjaya.

B. Keadaan Pekon Sukarame 1. Letak dan Luas Pekon

(13)

Adapun batas-batas Pekon Sukarame adalah: - Sebelah Utara : Pekon Bakhu

- Sebelah Selatan : Pekon Kerang - Sebelah Barat : Pekon Bedudu - Sebelah Timur : Pekon Kebayan

2. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat

Menurut Profil Pekon (2009), jumlah penduduk Pekon Sukarame adalah 1075 jiwa atau 263 Kepala Keluarga (KK). Dari jumlah tersebut jumlah laki-laki sebanyak 660 jiwa dan perempuan sebanyak 665 jiwa.

a. Mata Pencaharian Pokok

Berdasarkan data monografi pekon tahun 2009, sebagian besar penduduk Pekon Sukarame adalah petani, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian

Sumber : Data diolah 2011.

b. Etnis dan Agama

Etnis yang terdapat di Pekon Sukarame mayoritas bersuku Lampung yaitu 97% dan suku Jawa 3% dengan mayoritas agama yang dianut adalah Islam.

No. Pekerjaan Jumlah (orang)

1 Petani 890

2 Pegawai Negeri 11

3 Pedagang -

4 Lainnya 63

(14)

c. Sarana dan Prasarana

Sarana yang terdapat di Pekon Sukarame secara umum terdiri dari sarana transportasi darat berupa ojek dengan jumlah sekitar 10 (sepuluh) unit. Sedangkan prasarana yang dimiliki secara umum terdiri dari:

- Prasarana transportasi darat berupa jalan desa, jalan antar desa/kecamatan.

- Prasarana pemerintah berupa balai desa/sejenisnya beserta isinya. - Prasarana peribadatan berupa mesjid 4 buah dan mushola 2 buah. - Prasarana pendidikan berupa SD/sederajat 1 buah, TPA 1 buah. - Prasarana olahraga berupa lapangan voli 3 buah.

- Prasarana kesehatan berupa posyandu 2 unit, dan rumah bersalin 2 unit.

- Prasarana penerangan berupa listrik PLN, genset dan lampu minyak.

-C. Keadaan Pekon Bedudu 1. Letak dan Luas Pekon

Pekon Bedudu berada di Kecamatan Belalau, Kabupaten Lampung Barat. Luas Pekon Bedudu adalah 1200 ha. Adapun batas-batas Pekon Bedudu adalah:

(15)

2. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat

Menurut Profil Pekon (2009), jumlah penduduk Pekon Bedudu adalah 1263 jiwa dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 421 KK. Dari jumlah tersebut jumlah laki-laki sebanyak 571 jiwa dan perempuan sebanyak 592 jiwa.

a. Mata Pencaharian Pokok

Berdasarkan data monografi pekon tahun 2009, sebagian besar penduduk Pekon Bedudu adalah petani, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian

No. Pekerjaan Jumlah (orang)

1 Petani 704

2 Pegawai Negeri 52

3 Pedagang 171

4 Lainnya 256

Jumlah 1163

Sumber : Data diolah 2011. b. Etnis dan Agama

Etnis yang terdapat di Pekon Bedudu mayoritas bersuku Lampung yaitu 96%, suku Jawa 3% dan Batak 1% dengan mayoritas agama yang dianut adalah Islam.

c. Sarana dan Prasarana

Sarana yang terdapat di Pekon Bedudu secara umum terdiri dari sarana transportasi darat berupa ojek.

(16)

- Prasarana transportasi darat berupa jalan desa, jalan antar desa/kecamatan.

- Prasarana air bersih berupa sumur gali 100 unit.

- Prasarana pemerintah berupa balai desa/sejenisnya beserta isinya, - Prasarana peribadatan berupa mesjid 1 buah.

- Prasarana pendidikan berupa SD/sederajat 1 buah, TPA 1 buah. - Prasarana penerangan berupa listrik PLN, diesel dan lampu minyak.

D. Keadaan Pekon Bakhu 1. Letak dan Luas Pekon

Pekon Bakhu berada di Kecamatan Batu Ketulis, Kabupaten Lampung Barat. Luas Pekon Bakhu adalah 841 ha. Adapun batas-batas wilayah Pekon

Bedudu adalah;

- Sebelah Utara : Pekon Kejadian - Sebelah selatan : Pekon Sukarame - Sebelah Barat : Pekon Kebayan - Sebelah Timur : Pekon Bedudu

2. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat

(17)

a. Mata Pencaharian Pokok

Berdasarkan data monografi pekon tahun 2009, sebagian besar penduduk Pekon Bakhu adalah petani, hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian

No. Pekerjaan Jumlah (orang)

1 Petani 547

2 Pegawai Negeri 45

3 Pedagang 152

4 Lainnya 231

Jumlah 975

Sumber : Data diolah 2011.

b. Etnis dan Agama

Etnis yang terdapat di Pekon Bakhu mayoritas bersuku Lampung yaitu 99% dan suku Jawa 1% dengan mayoritas agama yang dianut adalah Islam.

c. Sarana dan Prasarana

Sarana yang terdapat di Pekon Bakhu secara umum terdiri dari sarana transportasi darat berupa ojek dan angkutan umum. Sedangkan prasarana yang dimiliki secara umum terdiri dari:

- Prasarana transportasi darat berupa jalan desa, jalan antar desa/kecamatan.

- Prasarana air bersih berupa sumur gali 96 unit.

(18)

- Prasarana pendidikan berupa SD/sederajat 1 buah, SMA 1 buah, TPA 1 buah.

- Prasarana penerangan berupa listrik PLN, diesel dan lampu minyak.

E. Gambaran Umum Hutan Marga

Hutan Marga yang berada di Pekon Sukarame, Bedudu dan Bakhu secara topografis berada di Pematang Bakhu. Hutan Marga di Pematang Bakhu

diperkirakan memiliki luas sebesar 750,95 ha dan berada pada ketinggian antara 800–1.120 meter di atas permukaan laut. Hutan tersebut menjadi sumber air bagi sawah-sawah dibawahnya dan yang berada di pekon sekelilingnya. Hutan Marga juga merupakan bagian dari Sub DAS Way Semangka yang berhulu di dataran tinggi Pesagi, Lampung Barat. Jenis vegetasi yang terdapat di Hutan Marga adalah jenis kayu campuran (Racuk, Klutum, Medang, Tenam) dan memiliki beragam jenis Rotan dan Bambu (Wulandari dan Cahyaningsih, 2010).

F. Gambaran Umum Hutan Rakyat

(19)
(20)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hutan Marga dan Hutan Rakyat 1. Hutan Marga

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Undang-Undang No.41 Tahun 1999 juga menjelaskan bahwa hutan adat/marga adalah hutan negara yang berada dalam wilayah adat yang pengelolaannya diserahkan pada masyarakat hukum adat yang

berada pada tanah yang tidak dibebani hak-hak atas tanah. Warsito (2005)

menyebutkan bahwa hutan adat tidak selalu berada dalam kawasan hutan negara, melainkan juga dimungkinkan berada di dalam hutan hak yang dimiliki dan dikelola secara kolektif oleh masyarakat hukum adat.

2. Hutan Rakyat

(21)

kawasan hutan negara, penganekaragaman hasil pertanian yang diperlukan oleh masyarakat, peningkatan pendapatan masyarakat, penyediaan kayu sebagai bahan baku bangunan, bahan baku industri, penyediaan kayu bakar, usaha perbaikan tata air dan lingkungan, serta sebagai kawasan penyangga bagi kawasan hutan negara.

Hutan rakyat merupakan sumberdaya alam yang berdasarkan inisiatif masyarakat. Hutan rakyat ini dibangun secara swadaya oleh masyarakat, ditujukan untuk menghasilkan kayu atau komoditas yang secara ekonomis bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari adanya hutan rakyat tradisional yang diusahakan masyarakat sendiri tanpa campur tangan pemerintah, baik berupa tanaman satu jenis maupun dengan pola tanaman campuran (agroforestri) (Awang, 2005).

Lembaga Penelitian IPB (1983) dalam Purwanto (2004) membagi hutan rakyat dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Hutan rakyat murni (monoculture), yaitu hutan rakyat yang hanya terdiri dari satu jenis tanaman pokok berkayu yang ditanam secara homogen atau monokultur.

2. Hutan rakyat campuran (polyculture), yaitu hutan rakyat yang terdiri dari berbagai jenis pohon-pohonan yang ditanam secara campuran. 3. Hutan rakyat wana tani (agroforestry), yaitu yang mempunyai bentuk

(22)

9

lainnya seperti tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan lain-lain yang dikembangkan secara terpadu.

Pengembangan hutan rakyat dengan komoditi tertentu dapat memperbaiki mutu lingkungan disamping meningkatkan pendapatan masyarakat, menciptakan iklim mikro yang baik, memperbaiki struktur tanah, dan mengendalikan erosi. Hal tersebut menjadikan hutan rakyat sebagai salah satu teknik konservasi tanah dan air secara vegetatif (Purwanto, 2004).

Pada penelitian Darusman dan Hardjanto (2006) mengenai tinjauan ekonomi hutan rakyat, hutan rakyat sampai saat ini diusahakan oleh masyarakat di pedesaan, sehingga kontribusi manfaat hutan rakyat akan berdampak pada perekonomian desa. Manfaat ekonomi hutan rakyat secara langsung dapat dirasakan masing-masing rumah tangga para pelakunya dan secara tidak langsung berpengaruh pada perekonomian desa.

(23)

B. Kebutuhan Hidup

Manusia memiliki banyak sekali kebutuhan, keinginan dan keperluan yang semuanya menghendaki pemenuhan. Kebutuhan manusia selalu tidak terbatas baik dari segi jumlah (kuantitatif) maupun segi mutu dan ragam (kualitatif). Kebutuhan untuk memenuhi keperluan manusia sehingga manusia mampu untuk bertahan hidup disebut kebutuhan ekonomi

(Chourmain, 1998). Menurut sifatnya kebutuhan manusia dibagi menjadi dua yaitu kebutuhan pokok dan kebutuhan pelengkap. Kebutuhan pokok adalah kebutuhan utama yang harus dipenuhi sehingga manusia dapat

mempertahankan kelangsungan hidupnya secara wajar, seperti sandang (pakaian), pangan (makanan dan minuman), papan (tempat tinggal).

Sedangkan kebutuhan pelengkap adalah kebutuhan yang sifatnya melengkapi kebutuhan pokok, misalnya kendaraan, pendidikan, perhiasan dan sebagainya (Chourmain, 1998).

Menurut Hernanto (1988) untuk memenuhi kebutuhan hidup, petani dan keluarganya membutuhkan sejumlah biaya atau pendapatan. Biaya hidup itu diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:

1. Dari sumber usahatani sendiri

2. Dari sumber usaha lain di bidang pertanian seperti halnya upah tenaga kerja pada usahatani lain (buruh tani)

(24)

11

Menurut Hernanto (1988) alokasi pendapatan yang diperoleh tersebut antara lain digunakan untuk :

1. Kegiatan produktif antara lain untuk membiayai kegiatan usahataninya

2. Kegiatan konsumtif antara lain untuk pangan, papan, kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan pajak-pajak

3. Pemeliharaan investasi 4. Investasi dan tabungan.

Penelitian Achmad dan Okan (2008) menggambarkan kontribusi hasil hutan bukan kayu masih belum dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat hutan. Hal ini terlihat dari kondisi umum masyarakat hutan (Dusun Pampli)

yang terletak di Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan yang nampak

kurang sejahtera. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor internal masyarakat berkaitan dengan gaya hidup seperti jumlah tanggungan anak, kebutuhan rokok dan kebiasaan berjudi, rendahnya semangat kerja sedangkan faktor eksternal yang terkait dengan kebutuhan hidup mereka seperti peralatan/fasilitas kerja, mahalnya biaya transportasi.

C. Penerimaan, Biaya Produksi, Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga

1. Penerimaan Rumah Tangga

(25)

a) Analisis parsial, yaitu jika sebidang lahan ditanami 3 tanaman secara monokultur (misalnya tanaman padi, jagung, dan ketela pohon), dan bila tanaman yang akan diteliti adalah salah satu macam tanaman saja. b) Analisis keseluruhan, yaitu jika sebidang lahan ditanami 3 tanaman

secara monukultur (misalnya tanaman padi, jagung, dan ketela pohon), dan bila tanaman yang akan diteliti adalah tanaman ketiga-tiganya.

Menurut Hastuti dan Rahim (2007) dalam menghitung penerimaan usahatani, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

a) Hati-hati dalam menghitung produksi pertanian karena tidak semua produksi pertanian dapat dipanen secara serentak

b) Hati-hati dalam menghitung penerimaan karena produksi mungkin dijual beberapa kali sehingga diperlukan data frekuensi penjualan, selain itu produksi juga mungkin dijual dalam beberapa kali dengan harga jual yang berbeda-beda

c) Jika penelitian usahatani menggunakan responden petani, diperlukan teknik wawancara dengan baik untuk membantu petani mengingat produksi dan hasil penjualan yang diperoleh selama setahun terakhir.

Adapun Hernanto (1988), berpendapat bahwa penerimaan usahatani (farm receipts), yaitu penerimaan dari semua sumber usahatani meliputi :

a) Jumlah penambahan inventaris b) Nilai penjualan hasil

(26)

13

Penjualan hasil tanaman ataupun hasil ternak harus mencapai harga yang paling menguntungkan. Karena dibalik penerimaan yang diperoleh dari penjualan tersebut, selalu ada kewajiban petani untuk mengeluarkan berbagai macam biaya, baik biaya usaha maupun biaya hidup keluarga (Adiwilaga, 1982).

2. Biaya Produksi

Hernanto (1988), menyatakan bahwa biaya produksi dalam suatu

usahatani adalah biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani dalam proses produksi menjadi produk. Pengertian biaya menurut Soekartawi (2002) adalah satuan-satuan nilai dari alat-alat produksi yang telah dikorbankan untuk suatu proses produksi. Sedangkan Adiwilaga (1982) berpendapat bahwa biaya usaha adalah seluruh pengeluaran yang terjadi dalam

perusahaan dalam jangka waktu tertentu (umumnya ditetapkan 12 bulan).

Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua (Soekartawi dkk, 1986) yaitu :

1. Biaya tetap (fixed cost), yaitu biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Contoh biaya tetap antara lain, sewa tanah, pajak, alat pertanian, penyusutan alat.

(27)

produksi. Kalau menginginkan produksi yang tinggi, maka tenaga kerja perlu ditambah, pupuk juga perlu ditambah dan sebagainya.

Menurut Hastuti dan Rahim (2007) biaya penyusutan merupakan bagian dari biaya tetap. Hal ini dikarenakan biaya penyusutan tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi komoditas pertanian.

Salah satu cara perhitungan biaya penyusutan sebuah mesin atau alat produksi adalah dengan menggunakan metode penyusutan dengan persentase tetap dari harga beli, dan unsur-unsur yang harus diketahui adalah (Bambang dan Kartosapoetra, 1988) :

1. Harga beli alat produksi

2. Perkiraan umur ekonomis dari alat tersebut

3. Perkiraan nilai sisa atau alat itu setelah umur ekonomisnya berakhir

Dalam usahatani dikenal dua macam biaya, yaitu biaya tunai atau biaya yang dibayarkan dan biaya tidak tunai atau biaya yang tidak dibayarkan. Biaya yang dibayarkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga, biaya untuk pembelian input produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan. Dalam usaha peternakan antara lain untuk biaya penggembalaan, biaya pemeliharaan pakan, biaya

(28)

15

3. Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga

Pendapatan dan pengeluaran dalam rumah tangga merupakan hal yang penting dalam kehidupan berumah tangga, baik rumah tangga petani ataupun bukan rumah tangga petani. Khusus rumah tangga petani yang biasanya hidup di pedesaan untuk pemenuhan kebutuhan diperlukan pendapatan, baik dari pekerjaan pokok sebagai petani maupun pekerjaan sampingan dari anggota keluarga yang bekerja. Besarnya pengeluaran dari hasil pendapatan ditentukan oleh konsumsi (pangan/non pangan) (Hastuti dan Rahim, 2007).

Menurut Supardi (2002) pendapatan rumah tangga di pedesaan pinggiran hutan berasal dari lahan usahatani (sendiri, menyewa), memelihara ternak, menebang kayu, buruh tani maupun bekerja di luar sektor kehutanan.

Kemudian ditinjau dari besar-kecilnya pendapatan rumah tangga dipengaruhi oleh faktor ekonomi maupun sosial/kependudukan dari anggota rumah tangga.

Menurut Soekartawi (2002) pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pendapatan kotor usaha tani (gross farm income)

(29)

Dalam menaksir pendapatan kotor, semua komponen produk yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar. Produk tersebut dihitung dengan cara mengalikan produksi dengan harga pasar. Perhitungan pendapatan kotor harus juga mencakup semua perubahan nilai tanaman di lapangan antara permulaan dan akhir tahun produksi. Perubahan

semacam itu sangat penting terutama untuk tanaman tahunan. Meskipun demikian, maka pada umumnya perubahan ini diabaikan karena

penilaiannya sangat sukar (Soekartawi dkk, 1986).

Menurut Hernanto (1988), cara untuk menghitung pendapatan usahatani yaitu dengan menjumlahkan total pendapatan dari berbagai sumber, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani adalah:

a) Luas lahan usaha meliputi areal tanaman, dan luas pertanaman. Sedangkan pada peternakan dikenal jumlah ternak per usahatani dan jumlah ternak produktif per usahatani

b) Tingkat produksi, ukuran-ukuran tingkat produktifitas per hektar dan indeks pertanaman

c) Pilihan dan kombinasi cabang usaha d) Intensitas pengusahaan pertanaman e) Efisiensi tenaga kerja

(30)

17

(2002) pola pengeluaran rumah tangga untuk pangan dan non pangan bervariasi menurut kondisi lahan pertanian yang ada.

D. Kontribusi Hasil Hutan Terhadap Pendapatan Masyarakat

Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Kaskoyo (2009) di Desa Bumi Arum Kecamatan Pringsewu mengenai Kontribusi Hutan Rakyat Terhadap Pendapatan Masyarakat diketahui bahwa kontribusi pendapatan dari hutan rakyat di Desa Arum mencapai 23,39%. Kontribusi hutan rakyat relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan usaha tani tanaman pangan yang terdiri dari padi, kacang panjang, jagung, dan cabe yaitu sebesar 27,36 % (Kaskoyo, 2009).

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Wulandari (2008) mengenai Kontribusi Repong Damar Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Hidup Petani Damar Di Desa Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Lampung Barat masyarakat di Desa Pahmungan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dari repong damar. Rata-rata total pendapatan rumah tangga yang diperoleh di Desa Pahmungan sebesar Rp 11.978.548,17/thn dengan rata-rata luas lahan yang dikelola seluas 1,75 ha. Kontribusi yang diberikan repong damar

(31)
(32)

18

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di hutan marga Pematang Bakhu dan hutan rakyat di Pekon Sukarame dan Pekon Bedudu Kecamatan Belalau serta Pekon

Bakhu Kecamatan Batu Ketulis pada bulan Maret sampai dengan April 2011.

B. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah petani yang mengelola lahan pada hutan marga dan hutan rakyat di Pekon Sukarame dan Bedudu Kecamatan Belalau serta Pekon Bakhu di Kecamatan Batu Ketulis Kabupaten Lampung Barat.

C. Batasan Penelitian

1) Hutan marga adalah wilayah hutan yang kepemilikan lahannya dikuasai oleh marga atau masyarakat dan bukan merupakan kawasan hutan negara, serta status kepemilikan hutan dimiliki oleh adat yang merupakan warisan secara turun-temurun oleh leluhur, untuk dimanfaatkan secara lestari oleh generasi penerusnya.

(33)

3) Penerimaan rumah tangga meliputi semua penerimaan yang diperoleh dari berbagai bidang usaha.

4) Biaya meliputi semua biaya yang dikeluarkan oleh responden untuk menghasilkan barang/jasa.

5) Biaya produksi adalah jumlah dari biaya tetap dan tidak tetap yang dikeluarkan untuk menghasilkan sesuatu barang atau jasa, tanpa memperhitungkan tenaga kerja dalam keluarga dan biaya penyusutan. 6) Pendapatan rumah tangga meliputi tanaman kehutanan, tanaman

serbaguna/MPTS (Multi Purpose Trees Species), tanaman pertanian, pemanfaatan lahan sawah, lahan tegalan, lahan pekarangan, peternakan yang dihitung dalam setahun serta pendapatan dari jenis usaha lainnya (pekerjaan yang di luar hutan) yang dikonversi kedalam rupiah per satuan waktu.

7) Pengeluaran rumah tangga adalah seluruh biaya pengeluaran yang dikeluarkan untuk konsumsi makan, pendidikan, dan kebutuhan lain seperti pakaian, transportasi dan kesehatan.

8) Pengeluaran pangan meliputi beras, sayuran, lauk pauk, minyak goreng, bumbu dapur, gula, teh, kopi, dan susu sedangkan pengeluaran non pangan meliputi pajak perumahan dan kendaraan, pendidikan, bensin, listrik, rokok, gas elpiji, barang dan jasa.

(34)

20

D. Metode Pengumpulan Data 1. Jenis Data yang Dikumpulkan

a) Data primer yang dikumpulkan antara lain :

 Data umum rumah tangga petani meliputi nama, umur, jenis

kelamin, jumlah anggota rumah tangga, tingkat pendidikan, pekerjaan, mata pencaharian pokok dan mata pencaharian di luar hutan marga dan hutan rakyat.

 Data potensi ekonomi rumah tangga meliputi luas pemilikan lahan

garapan kebun milik, sawah, jumlah hewan ternak yang dimiliki dan jenis usaha lainnya (pekerjaan di luar hutan marga dan hutan rakyat).

 Pendapatan rumah tangga dan pengeluaran rumah tangga.

b) Data sekunder yang dikumpulkan meliputi; data yang menyangkut keadaan lingkungan baik lingkungan fisik, sosial ekonomi

masyarakat, data-data statistik identitas penduduk, data kelompok tani dan buku-buku literatur lain terkait pendapatan petani di Kecamatan Belalau dan Batu Ketulis. Dan juga, literatur mengenai pendapatan masyarakat dari hutan rakyat dan hutan marga yang diperoleh dari hasil penelitian dan publikasi yang telah ada baik dari buku, jurnal dan internet.

2. Cara pengumpulan data a) Teknik Wawancara

(35)

dan Bakhu dengan menggunakan daftar pertanyaan mengenai luasan lahan hutan rakyat yang dikelola dan sawah, besarnya pendapatan yang diperoleh, besarnya biaya yang dikeluarkan.

b) Studi Pustaka

Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini, dengan mengumpulkan berbagai data penunjang penelitian yang diperoleh dari studi literatur dan instansi-instansi terkait. Dan juga, pengumpulan data-data terkait studi pustaka yaitu berupa data sekunder.

3) Teknik pengambilan sampel

Pengambilan sampel pada hutan marga dan hutan rakyat di Kecamatan Belalau dan Batu Ketulis dilakukan dengan cara simple random sampling yaitu sampel yang diambil secara acak sederhana. Hal ini dikarenakan lahan hutan marga dan hutan rakyat merupakan sumber mata pencaharian utama bagi sebagian besar masyarakat sekitar pekon dan juga untuk mengetahui pendapatan total yang diperoleh masyarakat dalam memanfaatkan hasil hutan tersebut.

(36)

22

Bakhu, 2009). Dengan demikian jumlah kepala keluarga yang terdapat pada tiga pekon tersebut yaitu sebanyak 1567 kepala keluarga.

Pengambilan sampel perlu dilakukan agar dapat mencerminkan

bagaimana keadaan populasi dan dapat teruji kebenaran atau keabsahan datanya. Jumlah populasi pada tiga pekon yang cukup besar yaitu 1567 kepala keluarga menyebabkan pengambilan sampel dilakukan dengan tidak memasukkan seluruh populasi guna memudahkan pengolahan hasil data, tidak memakan waktu yang lama dan biaya yang cukup besar. Batas error yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10%, hal ini sejalan

dengan pernyataan Rahmat (2001), yang menyatakan bahwa jika jumlah populasi >100, maka dapat diambil batas error antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Adapun rumus dalam menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Rahmat, 2001) :

(37)

Jumlah responden tiap pekon yaitu dihitung dengan rumus (Sugiono, 2009) :

Dengan demikian, jumlah responden di setiap pekon adalah sebagai berikut : Pekon Bedudu :

E. Metode Pengolahan dan Analisis Data

(38)

24

dari pengelolaan hutan marga dan hutan rakyat dalam pemenuhan kebutuhan hidup, pendapatan total rumah tangga petani, pengeluaran dan konsumsi rumah tangga petani.

Sedangkan persamaan-persamaan yang digunakan dalam pengolahan data-data yang diperoleh (Hernanto, 1988 dalam Wulandari, 2008) adalah sebagai berikut :

(1) Pendapatan dari suatu bidang usaha : P = ∑ ri - ci

Keterangan: P = Pendapatan dari suatu bidang usaha. ∑ri = Jumlah penerimaan dari suatu jenis

kegiatan ke-i pada suatu bidang usaha. ∑ci = Jumlah biaya suatu jenis kegiatan ke-i

pada suatu bidang usaha.

 Berdasarkan persamaan tersebut, maka pendapatan yang diperoleh

hutan marga, di luar hutan marga, sawah, ternak dan lain dapat dihitung dengan rumus :

Pa = ∑ ria - ∑ cia

Keterangan: Pa = Pendapatan dari usaha hutan marga, hutan rakyat, sawah, ternak dan lain. ∑ ria = Jumlah penerimaan dari suatu jenis

kegiatan ke-i pada suatu bidang usaha. ∑ cia = Jumlah pengeluaran suatu jenis

kegiatan ke-i pada suatu bidang usaha. (2) Pendapatan rumah tangga :

Prt = Pa + Pb + Pc + …+ Pn

Keterangan : Prt = Pendapatan rumah tangga per tahun. Pa, Pb, Pc, Pn = Pendapatan dari masing-masing

(39)

(3) Kontribusi pendapatan dari suatu bidang usaha terhadap pendapatan  Berdasarkan rumus diatas, maka kontribusi hutan marga dan non

hutan marga dapat dirumuskan sebagai berikut : % Pia = (Pia/Prt) x 100%

Keterangan : % Pia = Persentase pendapatan dari usaha hutan marga, hutan rakyat dan sampingan.

Pia = Pendapatan yang diperoleh dari usaha hutan marga, hutan rakyat dan

sampingan.

Prt = Pendapatan rumah tangga per tahun. (4) Pemenuhan kebutuhan hidup rumah tangga :

Pgl = Pgl a + Pgl b+ Pgl c+ …+ Pgl n Keterangan : Pgl = Pemenuhan kebutuhan total per tahun. Pgl a,b, c, n = Pengeluaran dari masing-masing

bidang usaha.

(5) Persentase pendapatan rumah tangga terhadap pemenuhan kebutuhan hidup rumah tangga :

% PK = (Pttl/Pgl) x 100%

Keterangan : % PK = Persentase pendapatan total terhadap pemenuhan kebutuhan hidup rumah tangga total.

Pttl = Pendapatan rumah tangga total dari seluruh sumber pendapatan.

(40)

26

(6) Persentase kontribusi hutan marga dan hutan rakyat terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga :

% Phmr = Phmr x 100% Pgl

Keterangan: % Phmr = Persentase kontribusi hutan marga dan hutan rakyat.

Phmr = Pendapatan yang diperoleh dari usaha hutan marga dan hutan rakyat.

(41)
(42)

62

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Besarnya rata-rata pendapatan total yang diperoleh petani di Pekon Sukarame sebesar Rp 6.066.874,00/thn/petani, Pekon Bedudu sebesar Rp 11.128.000,00/thn/ petani dan Pekon Bakhu sebesar Rp 10.383.406,00 /thn/petani.

2. Besarnya rata-rata pendapatan yang diperoleh petani dari hutan rakyat di Pekon Sukarame sebesar Rp 4.879.374,00/thn/petani, Pekon Bedudu sebesar Rp 8.936.000,00/thn/petani dan Pekon Bakhu sebesar Rp 6.917.367,70 /thn/petani.

3. Besarnya rata-rata pengeluaran petani untuk pemenuhan kebutuhan hidup di Pekon Sukarame sebesar Rp 5.604.656,25/thn/petani, Pekon Bedudu sebesar Rp 9.186.734,00/thn/petani dan Pekon Bakhu sebesar Rp 8.417.328,00/thn/petani.

4. Hutan marga Pematang Bakhu tidak memberikan kontribusi secara finansial terhadap pemenuhn kebutuhan hidup sedangkan kontribusi yang diberikan hutan rakyat terhadap pemenuhan kebutuhan hidup petani di Pekon

(43)

B. Saran

1. Peningkatan pengelolaan hutan rakyat di Pekon Sukarame perlu

dimaksimalkan dalam segi pemeliharaan berupa pemupukan, penyiangan, pemangkasan dan pengendalian hama dan penyakit sehingga dapat mengoptimalkan hasil yang akan diperoleh.

(44)

KONTRIBUSI HUTAN MARGA DAN HUTAN RAKYAT TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP PETANI

DI KECAMATAN BELALAU DAN BATU KETULIS KABUPATEN LAMPUNG BARAT

(Skripsi)

Oleh

FERA MAULIDIA

JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(45)

KONTRIBUSI HUTAN MARGA DAN HUTAN RAKYAT TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP PETANI

DI KECAMATAN BELALAU DAN BATU KETULIS KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Oleh

FERA MAULIDIA Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

Pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(46)

Judul Skripsi : KONTRIBUSI HUTAN MARGA DAN HUTAN RAKYAT TERHADAP PEMENUHAN

KEBUTUHAN

HIDUP PETANI DI KECAMATAN BELALAU DAN BATU KETULIS KABUPATEN LAMPUNG BARAT Nama Mahasiswa

:

Fera Maulidia

NPM : 0714081038 Jurusan : Kehutanan Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI

Pembimbing I Pembimbing II

Rommy Qurniati, S.P., M.Si. Wahyu Hidayat, S.Hut., M.Sc. NIP. 19760912 200212 2001 NIP. 19791114 200912 1001

Mengetahui, Ketua Jurusan Kehutanan

(47)
(48)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar

1. Kerangka pemikiran penelitian ... 6

2. Persentase rata-rata pengeluaran pangan dan non pangan di Pekon Sukarame, Bedudu dan Bakhu selama 1 tahun ... 54

3. Besarnya kontribusi hutan rakyat yang diperoleh petani Pekon Sukarame, Bedudu dan Bakhu selama 1 tahun ... 58

4. Hutan marga ... 95

5. Hutan rakyat ... 95

5. Tanaman lada pada hutan rakyat ... 96

5. Hasil panen tanaman kopi ... 96

7. Sawah yang dikelola oleh petani ... 97

8. Ternak kambing yang diusahakan oleh petani ... 97

9. Ternak unggas yang diusahakan oleh petani ... 98

(49)

DAFTAR ISI

C. Penerimaan, Biaya Produksi, Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga ... ... 11

1. Penerimaan Rumah Tangga ... 11

2. Biaya Produksi . ... 13

3. Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga . ... 15

D. Kontribusi Hasil Hutan Terhadap Pendapatan Masyarakat . ... 17

(50)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 27

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, A. 1982. Ilmu Usahatani. Penerbit Alumni. Bandung. Achmad, A dan Okan, N.P. 2008. Kontribusi Hasil Hutan Bukan Kayu

Terhadap Penghidupan Masyarakat Hutan.

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/161008222.pdf. Diakses tanggal 30 Juni 2011.

Artha, A. 2009. Analisis Hutan Tanaman Rakyat Jenis Kopi Di Kabupaten Sumedang Jawa Barat. http://library.fordamof.org /libforda /data pdf/2130.pdf. Diakses tanggal 15 Januari 2012.

Awang, S. 2005. Petani, Ekonomi, dan Konservasi Aspek Penelitian dan Gagasan. Pustaka Hutan Rakyat. Press. Debut. Yogyakarta.

Bambang dan Kastosapoetra, G. 1988. Kalkulasi dan Pengendalian Biaya Produksi. Bina Aksara. Jakarta.

Chourmain, I. 1998. Pengantar Ilmu Ekonomi: Konsep-Konsep Dasar Ekonomi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Darusman dan Hardjanto, D. 2006. Tinjauan Ekonomi Hutan Rakyat.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20946/4/Chapter%20II. pdf. Diakses tanggal 22 Maret 2011.

Hardjanto. 2001. Kontribusi Hutan Rakyat terhadap Pendapatan Rumah Tangga Di Sub Das Cimanuk Hulu. http://library.forda-mof. org/ libforda /data_pdf/2130.pdf. Diakses tanggal 15 Januari 2012. Hardjosoediro. 1980. Hutan Rakyat Sosial Ekonomi dan Pemasaran.

BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.

Hastuti, D.R.D dan Rahim. 2007. Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hernanto, F. 1988. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya Anggota IKAPI. Jakarta. Kaskoyo, H. 2009. Potensi Hutan Rakyat dan Kontribusinya terhadap

(52)

65

Pringsewu. www. Hari Kaskoyo Blog. Com. Diakses Tanggal 24 Maret 2011.

Najiyati dan Danarti. 2004. Analisis Usaha Tani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/ 123456789/47805/E11aam.pdf?sequence=1. Diakses tanggal 20 November 2011.

Purwanto. 2004. Model-model Pengelolaan Hutan Rakyat.

http://www.worldagroforestrycentre.org/sea/publication/files/lecturel/L No002-04.por . Diakses tanggal 24 Januari 2011.

Putri, A.A.M. 2011. Peran Usaha Hutan Rakyat Dalam Perekonomian Rumah Tangga Di Desa Legokhuni, Kecamatan Wanajaya, Kabupaten

Wanajasa, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat.

http://eprints.undip.ac.id/15339/1/ E4E004048.pdf. Diakses tanggal 15 Januari 2012

Rahim dan Hastuti. 2007. Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta. Rahmat, J. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. PT. Remaja Rosda Karya.

Bandung.

Rianse dan Abdi. 2010. Agroforestri (Solusi Sosial dan Ekonomi Pengelolaan Sumber Daya Hutan). Alfabeta. Bandung.

Senoaji, G. 2009. Kontribusi Hutan Lindung Terhadap pemenuhan Kebutuhan Hidup Petani Di Sekitarnya: Studi Kasus Di Desa Air Lanang

Bengkulu. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. http://library.unb.ac.id/libforda/data_pdf/2997.pdf. Diakses tanggal 15 Januari 2012

Simanjutak. 2004. Budidaya Tanaman Kopi. http://www.filesking.net/pdf/ budidaya-tanaman-kopi.html. Diakses tanggal 20 November 2011. Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta.

Soekartawi, Pillon, J., Hardaker, Soeharjos. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. UI Press. Jakarta.

Supardi, S. 2002. Analisis Ekonomi Rumah Tangga di Pedesaan Miskin Pinggiran Hutan Kabupaten Grobogan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

(53)

Tambubolon, N. 2011. Potensi Penyerapan Karbon pada Sistem Agroforestri dalam Mendukung Adaptasi Perubahan Iklim di Hutan Marga

Pematang Bakhu Kabupaten Lampung Barat. Skripsi. Unila. Bandar Lampung.

Warsito, S.P. 2005. Hutan Komunal Desa Induksi Pengalaman Kalimantan Barat. http://aropi.or.id/index.php/hutan.komunal-desa-induksi-pengalaman -kalimantan barat. Diakses tanggal 24 Januari 2011. Widiarti, M. 2006. Potensi Kontribusi Damar terhadap Pendapatan Asli

Daerah (PAD) dan Rumah Tangga Petani Damar di Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Lampung Barat. Skripsi. Unila. Bandar Lampung.

Wulandari, C dan Cahyaningsih, N. 2010. Ketika Adat Mengelola Hutan ; REDD Menjadi Suatu Pilihan. Watala. Bandar Lampung.

(54)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar

1. Kerangka pemikiran penelitian ... 6

2. Persentase rata-rata pengeluaran pangan dan non pangan di Pekon Sukarame, Bedudu dan Bakhu selama 1 tahun ... 54

3. Besarnya kontribusi hutan rakyat yang diperoleh petani Pekon Sukarame, Bedudu dan Bakhu selama 1 tahun ... 58

4. Hutan marga ... 95

5. Hutan rakyat ... 95

5. Tanaman lada pada hutan rakyat ... 96

5. Hasil panen tanaman kopi ... 96

7. Sawah yang dikelola oleh petani ... 97

8. Ternak kambing yang diusahakan oleh petani ... 97

9. Ternak unggas yang diusahakan oleh petani ... 98

(55)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Rommy Qurniati, S.P., M.Si.

...

Sekretaris : Wahyu Hidayat, S.Hut., M.Sc.

...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Hj. Christine Wulandari, M.P.

...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.Si. NIP. 19610826 198702 1 001

(56)

Judul Skripsi : KONTRIBUSI HUTAN MARGA DAN HUTAN

RAKYAT TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP PETANI DI KECAMATAN BELALAU DAN BATU KETULIS KABUPATEN LAMPUNG BARAT Nama Mahasiswa

:

Fera Maulidia

NPM : 0714081038 Jurusan : Kehutanan Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI

Pembimbing I Pembimbing II

Rommy Qurniati, S.P., M.Si. Wahyu Hidayat, S.Hut., M.Sc. NIP. 19760912 200212 2001 NIP. 19791114 200912 1001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Kehutanan

(57)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gunung Sugih, 18 Oktober 1988, anak ke dua dari tiga bersaudara buah kasih sayang pasangan Bapak Yubhar dan Ibu Siti Nur Is Naniza. Jenjang pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah Taman Kanak-kanak Roudhatul Athfal Al-Awalliyah Panggungan, diselesaikan pada tahun 1994. Sekolah Dasar Negeri 2 Gunung Sugih Pasar, diselesaikan pada tahun 2000. Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Terbanggi Besar, diselesaikan pada tahun 2003. Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2006. Tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan Sarjana (S1) di Universitas Lampung (UNILA) Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

(58)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, atas segala berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Kontribusi Hutan Marga dan Hutan Rakyat Terhadap Pemenuhan Kebutuhan

Hidup Petani di Kecamatan Belalau dan Batu Ketulis Kabupaten Lampung Barat”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan saran berbagai pihak- pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Rommy Qurniati, S.P., M.Si., selaku pembimbing utama, yang

menyempatkan diri untuk memberikan bimbingan, saran, kritik, do’a, motivasi dan semangat yang berharga kepada penulis.

2. Bapak Wahyu Hidayat, S.Hut., M.Sc., selaku pembimbing dua penulis atas bimbingan, saran, kritik, do’a dan motivasi yang telah diberikan selama penulisan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Hj Ibu Christine Wulandari, M.P., selaku pembahas atas saran, motivasi, do’a dan semangat yang diberikan sehingga selesainya penulisan

(59)

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas ilmu yang telah diberikan.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

7. Ayah dan Ibu penulis tercinta, untuk setiap urai do’a dan tetesan keringat, yang tiada berhenti berdoa dan berjuang untuk keberhasilan penulis, atas kasih sayang dan semangat yang selalu dicurahkan kepada penulis yang tiada henti-hentinya bagai aliran sungai.

8. Udo Feri dan Adek Ferli untuk do’a, kasih sayang dan semangat yang selalu tercurah, terima kasih telah menjadi penopang hidup penulis.

9. Kepala dan masyarakat Pekon Sukarame, Bedudu dan Bakhu atas bantuannya selama penulis melakukan penelitian hingga selesainya skripsi ini.

10.”Tim Kerja Penelitian” Bu Rommy, Bu Christine, Pak Wahyu, Pak Pitojo, Annisa, Andri, Nove, Rita dan Desni atas bantuannya dan semangat selama proses penelitian di lapangan

11.HIMAKER dan Big Brother Krui, atas canda tawa yang kita untai bersama selama ini. Akan menjadi kepingan cerita indah dalam rangkaian perjalanan hidup penulis.

(60)

13.Mas Tikno dan Pakde Tasman, untuk canda tawa selama ini.

14.HIMASYLVA terima kasih atas dukungan yang telah diberikan selama ini kepada penulis. SALAM RIMBAWAN..!

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka semua yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bandar Lampung, Februari 2012

Gambar

Tabel 1.  Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian
Tabel 2.  Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian
Tabel 3.  Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian

Referensi

Dokumen terkait

Unit ini kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan penerapkan prosedur darurat pada operasi pengeboran migas

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan

mengurangkan masalah dalam hubungan manusia dan untuk memperbaiki kehidupan melalui interaksi manusia yang lebih baik.Selain itu,terdapat ramai pekerja dalam profesion bantuan

Ketahuan atau knowledge ini merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, beladiri, cara menyulam.

PKP-RI Propinsi Sumatera Barat selama ini telah melakukan beberapa usaha komersil dalam rangka mendapatkan laba atau SHU yang maksimal, diantaranya adalah unit simpan pinjam dan

Berdasarkan dengan pernyataan diatas dan dilihat dari laporan keuangan yang disajikan oleh KSP Nasional Kabupaten Pinrang, pada dasarnya pengurus koperasi telah

Maksud penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Badan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2016 adalah sebagai penjabaran

Tujuan dari Memorandum Saling Pengertian (selanjutnya disebut sebagai "MSP") ini adalah sebagai kerangka kerja sama diantara Para Pihak termasuk namun tidak terbatas