• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Konsumsi Ikan dengan Prestasi Belajar Anak di Sekolah Dasar Swasta Brigjend Katamso II Kecamatan Medan Marelan Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Konsumsi Ikan dengan Prestasi Belajar Anak di Sekolah Dasar Swasta Brigjend Katamso II Kecamatan Medan Marelan Kota Medan"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KONSUMSI IKAN DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI SEKOLAH DASAR SWASTA BRIGJEND KATAMSO II KECAMATAN

MEDAN MARELAN KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh :

MENTARI CHRIST RIYANDINI NIM. 101000089

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN KONSUMSI IKAN DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI SEKOLAH DASAR SWASTA BRIGJEND KATAMSO II KECAMATAN

MEDAN MARELAN KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

MENTARI CHRIST RIYANDINI NIM. 101000089

(3)

HUBUNGAN KONSUMSI IKAN DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI SEKOLAH DASAR SWASTA BRIGJEND KATAMSO II KECAMATAN

MEDAN MARELAN KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh :

MENTARI CHRIST RIYANDINI NIM. 101000089

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)
(5)

ABSTRAK

Ikan merupakan sumber protein hewani yang memiliki keunggulan kandungan asam lemak esensial yang tinggi untuk membantu pembentukan sel-sel otak dalam meningkatkan prestasi belajar anak usia sekolah. Pada tahun 2013, rata-rata tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia masih rendah yaitu 35,14 kg/kapita/tahun.

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan konsumsi ikan dengan prestasi belajar anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II dengan desain penelitian cross-sectional dan dilaksanakan bulan November 2013 – Agustus 2014. Populasi penelitian adalah seluruh murid SD Brigjend Katamso II dan sampel diambil sebanyak 68 murid dengan teknik proportional stratified random sampling. Data primer yaitu identitas responden, konsumsi ikan, berat dan tinggi badan anak. Data sekunder yaitu gambaran umum sekolah dan nilai rapor bulanan murid selama semester genap T.A 2013/2014.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis ikan yang dikonsumsi adalah ikan laut dan olahannya (48,5%) dengan jenis ikan yang dikonsumsi adalah teri, lele dan ikan asin. Jumlah konsumsi ikan cukup (69,1%) dengan rata-rata 12,6 gr/hari. Frekuensi konsumsi ikan kadang-kadang (39,7%) dengan rata-rata 4,55 kali/minggu. Prestasi belajar sangat baik (57,4%) dengan rata-rata 82,67. Ada hubungan yang signifikan antara jumlah konsumsi ikan dengan prestasi belajar (p=0,036) dan frekuensi konsumsi ikan dengan prestasi belajar (p=0,012).

Disarankan konsumsi ikan anak-anak perlu ditingkatkan jumlah dan frekuensinya. Prestasi belajar perlu dipertahankan. Pihak sekolah diharapkan dapat bekerja sama dengan pemerintah dalam mendukung program Gerakan Makan Ikan serta menyampaikan informasi gizi melalui majalah dinding sekolah.

(6)

ABSTRACT

Fish is a source of animal protein that has the advantage is high content of essential fatty acid to help the formation of brain cells in improving the academic achievement of school-age children. In 2013, the average fish consumption rate of the population of Indonesia is still low at 35,14 kgs/capita/year.

This study aims to determine the relationship of fish consumption with learning achievement in elementary school children of Brigjend Katamso II with a cross-sectional study design and was conducted in November 2013 - August 2014. The study population was all elementary students and samples were taken as many as 68 students with proportional stratified random sampling. Primary data is the identity of respondents, fish consumption, weight and height of children. Secondary data is a general overview of the school and students grades monthly during the second semester of school year 2013/2014.

The results showed that the type of fish consumed are marine fish and dairy (48,5%). Sufficient amount of fish consumption (69,1%). The frequency of fish consumption occasionally (39,7 %). Learning achievement is very good (57,4%). There is a significant relationship between the amount of fish consumption and learning achievement (p=0,036) and the frequency of fish consumption and learning achievement (p=0,012).

Suggested children's fish consumption should be increased quantity and frequency. Learning achievement needs to be maintained. The school is expected to cooperate with the government in support of Eating Fish Movement program and deliver nutritional information through the school bulletin.

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mentari Christ Riyandini

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/13 Maret 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jl. Marelan III Gg. Subur No.5 Lingk.12 Medan Marelan

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1998-2004 : SD Dr. Wahidin Sudirohusodo

2. 2004-2007 : SMP Dr. Wahidin Sudirohusodo 3. 2007-2010 : SMA Negeri 3 Medan

4. 2010-2014 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota Persekutuan Oikumene Mahasiswa Kristen FKM USU

2. Anggota HMP Gizi Kesehatan Masyarakat Periode 2013

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena telah

memberikan berkat, hikmat dan anugerah-Nya sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Konsumsi Ikan dengan Prestasi Belajar Anak di Sekolah Dasar Swasta Brigjend Katamso II Kecamatan Medan Marelan Kota Medan”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat agar dapat menyelesaikan pendidikan Strata I pada Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis banyak menemukan

kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan, dorongan moril dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh sebab itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima

kasih tak hingga kepada keluarga tercinta, Ayahanda Titus Bambang Iriyandi, SPi,

MP, Ibunda Nevikar Dachi, SE, Adinda Gloria Inez Riyandini dan Oma Rosima Harefa dan seluruh keluarga yang tidak pernah berhenti memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan untuk terus maju dan tidak pernah menyerah. Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(9)

yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Ir. Etti Sudaryati, MKM, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Skripsi I sekaligus sebagai Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran, bimbingan, dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Ernawati Nasution, SKM, MKes selaku Dosen Penguji III yang telah banyak memberikan saran, bimbingan, dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 6. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, MS selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis

di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Sukamto, BA, SPd dan Ibu Dra. Hevy Ana Lubis selaku Kepala Sekolah SD Brigjend Katamso II periode yang lama dan yang baru beserta staff.

8. Seluruh dosen dan staf pegawai FKM USU khususnya Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah banyak membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan kepada abangda Marihot Samosir, ST yang banyak membantu penulis dalam hal administrasi.

(10)

10. Sahabat terbaik yang sangat penulis sayang, Kak Arsika, Bernike, Only, Vinetha, Sudestry, Kak Fitri, Fitri terimakasih atas doa, kebersamaan, canda tawa, suka duka, dukungan, pengertian, saran dan kritik yang membangun. 11. Kelompok Kecil Teleiakhara ( kak May Laura, Ria Solia, Ross, Riska, Efrida,

Bertha), terima kasih atas doa dan dukungan serta kebersamaan selama ini. 12. Adik-adikku Deswita, Christina, Dian, Indah, Julia, terima kasih atas doa,

dukungan dan kebersamaan selama ini.

13. Teman seperjuangan di Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat : Adel, Fifit, Tasya, Kak Nadia, Ranika, Ria Solia, Afri, Tresa, Putri, Kak Silvina, Olivia, Johanna, Elsa, Nova, Imaniar, Aida, kak Laila, kak Bethesda.

14. Keluarga besar Orange House Salapian: Kak Permata, Kak Gea, Imerlyn, Lestari, Susy, Tisha, Mia, Ria, Siti terimakasih atas kebersamaan dan kekeluargaannya selama ini.

15. Sahabat di SMAN 3 Medan (Elisabeth, Wina, Ade, Okky, Kistin, Indri) terima

kasih atas doa dan dukungannya.

16. Seluruh pengurus dan anggota Gerakan Pemuda GPIB Yope Belawan: Bang Vincent, Bang Elia, Sari, Eliel, Mayang, Phanie, Windy, Rika, kak Kiki, Icha, kak Loret terima kasih atas doa dan dukungannya.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Namun,

penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

(11)

DAFTAR ISI

2.4. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Prestasi Belajar ... 19

2.5. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Status Gizi... 21

2.6. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar ... 22

(12)

3.3.2. Sampel ... 25

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 26

3.5. Instrumen/Alat Penelitian ... 27

3.6. Definisi Operasional ... 28

4.2. Gambaran Identitas Responden ... 34

4.3. Gambaran Konsumsi Ikan Anak-Anak di SD Brigjend Katamso II ... 36

4.4. Gambaran Prestasi Belajar Anak-Anak di SD Brigjend Katamso II ... 38

4.5. Gambaran Status Gizi Anak-Anak di SD Brigjend Katamso II ... 39

4.6. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Prestasi Belajar Anak-Anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II... 39

4.6. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Status Gizi Anak-Anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II ... 41

4.6. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Anak-Anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II ... 43

BAB V PEMBAHASAN ... 45

5.1. Konsumsi Ikan ... 45

5.2. Prestasi Belajar ... 47

5.3. Status Gizi ... 48

5.4. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Prestasi Belajar ... 49

5.5. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Status Gizi... 51

5.8. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar ... 53

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 54

6.1. Kesimpulan ... 54

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Komposisi Kimia Daging Ikan ... 10

Tabel 2.2. Presentase Sumbangan Konsumsi Protein Ikan dan Hasil Olahannya terhadap Angka Kecukupan Protein Menurut Kelompok Umur... 11 Tabel 2.3. Kandungan Omega 3 dalam Berbagai Jenis Ikan... 14

Tabel 2.4. Kandungan Protein dalam Berbagai Jenis Ikan (Per 100g Ikan)…... 15 Tabel 2.5. Angka Kecukupan Gizi bagi Anak Sekolah... 18

Tabel 3.1. Besar Sampel Penelitian ... 26 Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Agama,

Pekerjaan Ayah, Pekerjaan Ibu dan Riwayat Alergi di SD Brigjend

Katamso II... 35 Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Ikan di SD Brigjend

Katamso II………... 36

Tabel 4.3. Distribusi Jenis Ikan yang Dikonsumsi oleh Anak-Anak di SD

Brigjend Katamso II... 37

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Sumbangan Protein Ikan di SD

Brigjend Katamso II... 38

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Prestasi Belajar di SD Brigjend

(14)

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi di SD Brigjend

Katamso II………... 39

Tabel 4.7. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Prestasi Belajar di SD Brigjend

Katamso II………....……….. 40

Tabel 4.8. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Status Gizi di SD Brigjend

Katamso II………...……….. 42 Tabel 4.9. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar di SD Brigjend

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian... 23 Gambar 2. Alur Pengumpulan Data... 27

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Formulir Food Recall 24 Jam

Lampiran 3. Formulir Frekuensi Makanan Lampiran 4. Surat Survei Pendahuluan Lampiran 5. Surat Telah Selesai Penelitian

Lampiran 6. Master Data Penelitian Lampiran 7. Output Data Penelitian

(17)

ABSTRAK

Ikan merupakan sumber protein hewani yang memiliki keunggulan kandungan asam lemak esensial yang tinggi untuk membantu pembentukan sel-sel otak dalam meningkatkan prestasi belajar anak usia sekolah. Pada tahun 2013, rata-rata tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia masih rendah yaitu 35,14 kg/kapita/tahun.

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan konsumsi ikan dengan prestasi belajar anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II dengan desain penelitian cross-sectional dan dilaksanakan bulan November 2013 – Agustus 2014. Populasi penelitian adalah seluruh murid SD Brigjend Katamso II dan sampel diambil sebanyak 68 murid dengan teknik proportional stratified random sampling. Data primer yaitu identitas responden, konsumsi ikan, berat dan tinggi badan anak. Data sekunder yaitu gambaran umum sekolah dan nilai rapor bulanan murid selama semester genap T.A 2013/2014.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis ikan yang dikonsumsi adalah ikan laut dan olahannya (48,5%) dengan jenis ikan yang dikonsumsi adalah teri, lele dan ikan asin. Jumlah konsumsi ikan cukup (69,1%) dengan rata-rata 12,6 gr/hari. Frekuensi konsumsi ikan kadang-kadang (39,7%) dengan rata-rata 4,55 kali/minggu. Prestasi belajar sangat baik (57,4%) dengan rata-rata 82,67. Ada hubungan yang signifikan antara jumlah konsumsi ikan dengan prestasi belajar (p=0,036) dan frekuensi konsumsi ikan dengan prestasi belajar (p=0,012).

Disarankan konsumsi ikan anak-anak perlu ditingkatkan jumlah dan frekuensinya. Prestasi belajar perlu dipertahankan. Pihak sekolah diharapkan dapat bekerja sama dengan pemerintah dalam mendukung program Gerakan Makan Ikan serta menyampaikan informasi gizi melalui majalah dinding sekolah.

(18)

ABSTRACT

Fish is a source of animal protein that has the advantage is high content of essential fatty acid to help the formation of brain cells in improving the academic achievement of school-age children. In 2013, the average fish consumption rate of the population of Indonesia is still low at 35,14 kgs/capita/year.

This study aims to determine the relationship of fish consumption with learning achievement in elementary school children of Brigjend Katamso II with a cross-sectional study design and was conducted in November 2013 - August 2014. The study population was all elementary students and samples were taken as many as 68 students with proportional stratified random sampling. Primary data is the identity of respondents, fish consumption, weight and height of children. Secondary data is a general overview of the school and students grades monthly during the second semester of school year 2013/2014.

The results showed that the type of fish consumed are marine fish and dairy (48,5%). Sufficient amount of fish consumption (69,1%). The frequency of fish consumption occasionally (39,7 %). Learning achievement is very good (57,4%). There is a significant relationship between the amount of fish consumption and learning achievement (p=0,036) and the frequency of fish consumption and learning achievement (p=0,012).

Suggested children's fish consumption should be increased quantity and frequency. Learning achievement needs to be maintained. The school is expected to cooperate with the government in support of Eating Fish Movement program and deliver nutritional information through the school bulletin.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah menetapkan bahwa tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Kualitas manusia Indonesia di masa yang akan datang harus lebih baik dari sekarang. Kualitas manusia dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu segi sosial, ekonomi, pendidikan, lingkungan, kesehatan, dan lain-lain. Dari aspek gizi, kualitas manusia

diartikan dalam dua hal pokok, yaitu: kecerdasan otak atau kemampuan intelektual dan kemampuan fisik atau produktivitas kerja (Supariasa, 2001).

Kesehatan bagi anak sekolah tidak terlepas dari pengertian kesehatan pada umumnya. Anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

normal dan wajar, yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya dan memiliki kemampuan sesuai standar kemampuan anak usianya (Adriani & Wirjatmadi, 2012).

Kesehatan disini meliputi kesehatan badan, rohani, dan sosial, bukan hanya sekedar bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan (UU No.9 Tahun 1980 tentang

Pokok-Pokok Kesehatan). Kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang. Perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain (Lembaran Negara RI

(20)

perkembangan kognitif, emosi, maupun perkembangan psikososial yang terjadi dalam usia anak (infancy toddlerhood di usia 0-3 tahun, early childhood usia 3-6 tahun dan

middle childhood usia 6-12 tahun) (Adriani & Wirjatmadi, 2012).

Menurut pasal 131 ayat 1 UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, upaya

pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Pada ayat 2 juga dinyatakan bahwa

upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun(Depkes

RI, 2009).

Pertumbuhan masa kanak-kanak (growth spurt I, umur 1-9 tahun) berlangsung dengan kecepatan lebih lambat daripada pertumbuhan bayi, tetapi kegiatan fisiknya

meningkat. Oleh karena itu, dengan perimbangan terhadap besarnya tubuh, kebutuhan zat gizi tetap tinggi. Menyediakan pangan yang mengandung protein, kapur dan

fosfor sangat penting (Baliwati & Retnaningsih, 2004).

Perkembangan anak bersifat multidimensional dan terdiri dari beberapa domain yang saling terkait, meliputi perkembangan motorik, kognitif, sosial dan emosional.

Para penyelidik yang meneliti efek yang ditimbulkan oleh keadaan gizi biasanya lebih memfokuskan perhatian mereka pada perkembangan motorik dan kognitif anak serta

(21)

Indonesia dikenal sebagai Negara Bahari dimana wilayah lautnya mencakup tiga perempat luas Indonesia atau 5,8 juta km2 dengan garis pantai terpanjang di

dunia sebesar 81.000 km, sedangkan luas daratannya hanya 1,9 juta km2. Perairan laut Indonesia memiliki sekitar 3.000 jenis ikan (Bahar, 2006). Dengan potensi

wilayah laut yang sangat luas dan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, sesungguhnya kelautan merupakan sektor yang mempunyai keunggulan komparatif dalam kiprah pembangunan nasional (Iriyandi, 2013).

Menurut data volume produksi perikanan Indonesia menurut sector perikanan (tangkap dan budidaya) mengalami kenaikan rata-rata sebesar 15,71 % dari tahun

2007 hingga tahun 2012 mencapai 15.504.747 ton. Penyediaan ikan untuk konsumsi mengalami kenaikan rata-rata sebesar 12,7 % dari tahun 2007 hingga 2012 mencapai 11.590.000 ton atau 46,30 kg/kapita/tahun (Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap,

2013). Indonesia dapat dikatakan kaya akan sumber-sumber perikanan yang secara potensial dapat meningkatkan konsumsi protein hewani, khususnya yang berasal dari

ikan. Namun demikian, penduduk Indonesia masih rendah tingkat konsumsi ikannya ditengah produksi yang berlimpah. Ini dapat disebabkan oleh belum adanya media yang bisa memberikan informasi yang baik dan jelas mengenai produk ikan potensial,

dari sisi nilai kesehatan, nilai citarasa, dan nilai ekonomis kepada masyarakat (Bahar, 2006).

(22)

tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia ditargetkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan sebesar 38 kg/kapita/tahun, melihat perkembangannya terus meningkat

sejak 2010 sebesar 5,33 % per tahun (Ditjen P2HP KKP, 2014). Masih rendahnya tingkat konsumsi ikan perkapita di Indonesia antara lain karena kurangnya

pemahaman manfaat mengkonsumsi ikan, kurangnya daya beli ikan dan masih mahalnya harga ikan bagi sebagian masyarakat yang mengkonsumsi ikan dan anggapan bahwa makan ikan menyebabkan kecacingan (Zulaihah & Widajanti,

2006).

Padahal jika dikaji lebih lanjut, produk perikanan memiliki keunggulan yang

tidak dimiliki oleh produk hewani/ternak lainnya, seperti: (1) variasi produk perikanan sangat banyak sehingga konsumen tidak akan pernah bosan (sesungguhnya) dengan mengkonsumsi hasil perikanan, (2) harga produk perikanan

relatif lebih murah dibandingkan dengan produk peternakan seperti daging ayam, daging kambing, atau daging sapi, (3) dapat memenuhi kebutuhan protein hewani

(Bahar, 2006). Protein ikan menyediakan lebih kurang 2/3 dari kebutuhan protein hewani yang diperlukan oleh manusia dan kandungan protein ikan relatif besar yaitu antara 15 – 25 % per 100 gram daging ikan. Disamping menyediakan protein hewani

yang relatif tinggi, ikan juga mengandung lemak (minyak ikan) antara 0,2 – 24 % terutama asam lemak esensial termasuk omega-3 (yang masuk dalam kelompok

(23)

dibentuk di dalam tubuh maka harus dipenuhi dari diet. Ikan dengan kandungan omega-3 yang relatif tinggi seperti ikan salmon, gindara (cod), tuna, sardin, tenggiri

(makarel)). Asam lemak esensial sangat diperlukan dalam pembentukan sel-sel otak untuk meningkatkan tingkat intelegensia (Danuri dalam Zulaihah & Widajanti,

2006).

Berdasarkan observasi dan wawancara, didapatkan hasil bahwa SD Brigjend Katamso II adalah salah satu perguruan nasional yang baru diresmikan pada tahun

2012 dan terletak di kawasan utara Kota Medan yang berada tidak begitu jauh dari daerah penangkapan ikan dan dekat dengan pasar tradisional dimana ketersediaan

ikan baik ikan laut maupun ikan air tawar selalu terjamin. Hasil wawancara dengan salah satu guru juga mengatakan, sekolah ini dilengkapi dengan fasilitas penyelenggaraan makanan dengan menu vegetarian. Dari data-data tersebut diatas,

peneliti tertarik membuat penelitian “Hubungan Konsumsi Ikan dengan Prestasi

Belajar Anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II Kecamatan Medan Marelan Kota

Medan”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dirumuskan bahwa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan konsumsi ikan dengan prestasi belajar anak di Sekolah Dasar Brigjend

(24)

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan konsumsi ikan dengan prestasi belajar anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui jenis ikan yang dikonsumsi oleh anak-anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II.

2. Mengetahui jumlah konsumsi ikan oleh anak-anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II.

3. Mengetahui frekuensi konsumsi ikan oleh anak-anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II.

4. Mengetahui prestasi belajar anak-anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II.

5. Mengetahui status gizi anak-anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II.

6. Mengetahui hubungan antara konsumsi ikan (jenis, jumlah danfrekuensi) dengan

prestasi belajar anak-anak Sekolah Dasar Brigjend Katamso II.

7. Mengetahui hubungan antara konsumsi ikan (jenis, jumlah dan frekuensi) dengan status gizi anak-anak Sekolah Dasar Brigjend Katamso II.

(25)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak yaitu:

1. Sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan bagi peneliti.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak sekolah dan orang tua siswa SD Brigjend

Katamso II serta masyarakat Kecamatan Medan Marelan tentang konsumsi ikan sebagai modal awal pendukung pertumbuhan dan perkembangan otak anaknya yang akan berdampak pada prestasi belajar anak sebagai jembatan ke masa

depan si anak kelak.

3. Sebagai bahan informasi dan dasar untuk pengembangan teori dan penelitian

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Konsumsi Ikan

Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu, sehingga penilaian

konsumsi pangan dapat berdasarkan jumlah maupun jenis makanan yang dikonsumsi. Sumber pangan hewani bermanfaat dalam mendukung pertumbuhan fisik anak dan juga mendukung perkembangan kognitif anak. Sumber pangan hewani merupakan

sumber protein yang kaya asam amino esensial, tidak dapat disintesis dalam tubuh sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh balita

sehingga harus ada di dalam makanan. Sumber pangan hewani terdiri dari telur, daging unggas,daging sapi dan ikan (Mutiah, 2012).

Ikan didefinisikan secara umum sebagai hewan yang hidup di air, bertulang belakang, poikiloterm, bergerak dengan menggunakan sirip, bernafas dengan insang, dan memiliki gurat sisi (linea lateralis) sebagai organ keseimbangannya. Namun

apabila kita mengacu kepada Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan, maka definisi ikan yang dimaksud menjadi berbeda dan luas cakupannya. Menurut

(27)

Didalam bagian penjelasan dijelaskan bahwa yang termasuk ke dalam jenis ikan adalah :

a. ikan bersirip (pisces);

b. udang, rajungan, kepiting, dan sebangsanya (crustacea);

c. kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput, dan sebangsanya (mollusca); d. ubur-ubur dan sebangsanya (coelenterata);

e. tripang, bulu babi, dan sebangsanya (echinodermata);

f. kodok dan sebangsanya (amphibia);

g. buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air, dan sebangsanya (reptilia);

h. paus, lumba-lumba, pesut, duyung, dan sebangsanya (mammalia);

i. rumput laut dan tumbuh-tumbuhan lain yang hidupnya di dalam air (algae); dan j. biota perairan lainnya

FAO mendefinisikan ikan sebagai organisme yang hidup diair. Kelompok organisme yang dikelompokan sebagai ikan adalah ikan bersirip (fin fish), krustasea,

moluska, binatang air lainnya dan tanaman air. Ikan termasuk kelas Pisces yang merupakan kelas terbesar dalam golongan vertebrata (Djuwanah dalam Hartati, 2005).

Ikan dapat dibagi menjadi dua golongan berdasarkan habitatnya, yaitu ikan laut dan ikan air tawar. Ikan laut adalah ikan yang hidup di laut. Contoh ikan laut adalah

(28)

galengan, contohnya gurami, mas, mujair, gabus, lele, bandeng, belut. (Tarwotjo, 1998).

Habitat tersebut akan menentukan jenis makanan ikan, yang kemudian akan mempengaruhi kandungan zat gizi ikan. Ikan air tawar terutama kaya akan

karbohidrat dan protein, sedangkan ikan laut kaya akan lemak, vitamin dan mineral (Khomsan, 2004).Menurut Devi dalam Mutiah (2012), nilai gizi ikan laut lebih tinggi dibandingkan ikan air tawar. Kandungan asam lemak omega-3 yang relatif tinggi

membuat ikan laut dalam baik untuk pertumbuhan otak anak. Sampai saat ini umumnya ikan hanya dikonsumsi langsung, padahal sebenarnya ikan dapat diolah

menjadi berbagai produk seperti ikan asin, kemplang, baso ikan, tepung ikan, dan sebagainya (Yuliarti, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian, ternyata daging ikan mempunyai komposisi kimia

sebagai berikut:

Tabel 2.1. Komposisi Kimia Daging Ikan

Komposisi Jumlah Kandungan (%)

Air 60,0 – 84,0

Protein 18,0 – 30,0

Lemak 0,1 –2,2

Karbohidrat 0,0 – 1,0

Vitamin dan Mineral Sisanya

Sumber: Suhartini dan Hidayat dalam Meliala (2009).

Kebutuhan setiap manusia akan protein hewani sangat bervariasi, tergantung pada umur, jenis kelamin,dan aktivitas yang dilakukan. Kalau kita andaikan sumber

(29)

sumbangan protein ikan terhadap angka kecukupan protein menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Presentase Sumbangan Konsumsi Protein Ikan dan Hasil Olahannya Terhadap Angka Kecukupan Protein Menurut Kelompok Umur

Kelompok

1. Menjadi sumber energi yang sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas

kehidupan sehari-hari

2. Membantu pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh

3. Mempertinggi daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dan juga memperlancar proses-proses fisiologis di dalam tubuh (Saparinto, 2006).

Kekurangan daging ikan dapat berakibat timbulnya penyakit kuashiorkor,

(30)

Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh apabila kita lebih memanfaatkan ikan sebagai sumber makanan daripada produk hewani lainnya, yakni:

1. Kandungan protein pada daging ikan cukup tinggi (20%) dan tersusun oleh sejumlah asam amino yang berpola mendekati pola kebutuhan asam amino di

dalam tubuh manusia. Nilai biologis (NB) ikan relatif tinggi yaitu sebesar 90%, artinya apabila berat daging ikan yang dimakan adalah 100 gram, jumlah protein yang akan diserap oleh tubuh lebih kurang 90% dan hanya 10% yang terbuang.

2. Daging ikan relatif lunak karena hanya mengandung sedikit tenunan pengikat (tendon) sehingga lebih mudah dicerna oleh tubuh.

3. Meskipundaging ikan mengandung lemak cukup tinggi (0,1-2,2%), akan tetapi karena 25% dari jumlah tersebut merupakan asam-asam lemak tak jenuh terutama asam lemak omega-3 yang sangat dibutuhkan manusia dan kadar kolesterol

sangat rendah, daging ikan tidak berbahaya bagi manusia, juga bagi orang-orang yang kelebihan kolesterol.

4. Daging ikan mengandung sejumlah mineral yang sangat dibutuhkan tubuh manusia, seperti: K, Cl, P, S, Mg, Ca, Fe, Mn, Zn, F, Ar, Cu, dan Y. Selain itu ikan juga mengandung vitamin A dan D dalam jumlah yang mencukupi

kebutuhan hidup manusia, sehingga sangat menunjang kesehatan mata, kulit, dan proses pembentukan tulang terutama pada anak balita.

(31)

6. Harga ikan relatif murah bila dibandingkan dengan sumber protein hewani lain. Dengan demikian, biaya yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan akan

protein hewani melalui peningkatan produksi perikanan relatif murah.

7. Daging ikan dapat diterima oleh segenap lapisan masyarakat, baik ditinjau dari

segi kesehatan, agama, suku bangsa, maupun tingkat perekonomian (Afrianto & Liviawaty, 1996).

Ikan sebagai salah satu sumber protein hewani mengandung asam lemak tak

jenuh. Omega-3 dan omega-6 termasuk dalam asam lemak tak jenuh jamak esensial yang berguna untuk memperkuat daya tahan otot jantung, melenturkan pembuluh

darah, hingga menurunkan kadar trigliserida dan mencegah penggumpalan darah, meningkatkan kecerdasan otak jika diberikan sejak dini. Bahkan pertumbuhan sel otak manusia sangat tergantung pada kadar omega-3 secara cukup sejak bayi dalam

kandungan sampai balita sehingga tumbuh dengan potensi kecerdasan maksimal.Untuk pencegahan terhadap kekurangan asam lemak esensial, ahli nutrisi

(32)

Tabel 2.3. Kandungan Omega 3 dalamBerbagai Jenis Ikan (Per 100 gr Ikan)

Menurut Waisima dalam Mutiah (2012), masyarakat di negara dengan tingkat konsumsi ikan yang tinggi, selain berkolerasi positif dengan tingkat kecerdasan

masyarakat, penurunan kolesterol dan pencegahan berbagai penyakit degeneratif, juga menunjukkan tingkat harapan hidup yang relatif lebih lama yaitu mencapai sekitar 80 tahun. Menurut Khomsan (2002), budaya makan ikan yang tinggi dalam

masyarakat Jepang telah membuktikan terjadinya peningkatan kualitas kesehatan dan kecerdasan pada anak-anak di negara tersebut. Konsumsi ikan minimal 2-3 kali dalam

sehari efeknya dapat mencegah penyakit, menjadi cerdas dan sehat (Siswono dalam

Meliala, 2009). Data Riskesdas (2010) menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi protein dari bahan pangan ikan pada kelompok usia bayi dan anak-anak adalah 7,5

(33)

Tabel 2.4. Kandungan Protein dalam Berbagai Jenis Ikan (Per 100 gr Ikan)

Kerupuk ikan, dengan pati 16,0

Kerupuk udang, dengan pati 17,2

Kura-kura 19,1

Pindang selar kecil 27,0

Rebon (udang kecil segar) 16,2

Rebon kering 59,4

Sardencis dalam kaleng 21,1

Selar kering 38,0

Teri kering sekali (tawar) 68,7

Teri nasi (kering) 32,5

Teri segar 16,0

Terasi merah 30,0

Udang kering 62,4

Udang segar 21,0

(34)

2.2.Prestasi Belajar

Prestasi selalu dihubungkan dengan pelaksanaan suatu kegiatan atau aktivitas.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi belajar merupakan

output dari proses belajar (Kusumaningsih, 2009)

Purwodarminto mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan ataupun dikerjakan oleh seseorang siswa dalam jangka waktu

tertentu dan tercatat dalam buku rapor sekolah. Begitu juga yang dikemukakan oleh Yaspir Gandhi Wirawan yang mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang

dicapai seseorang siswa dalam usaha belajarnya sebagaimana dicantumkan dalam nilai rapor. Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari suatu aktivitas belajar yang dilakukan berdasarkan pengukuran dan penilaian terhadap hasil

pendidikan yang diwujudkan berupa angka-angka dalam rapor (Setiawati, 2002). Menurut Opit dan Thanthowi dalam Priyatno (2001), faktor-faktor yang

mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu: (1) faktor internalmeliputi aspek fisik, gizi dan kesehatan, minat, motivasi, konsentrasi, keingintahuan, kepercayaan diri, serta intelegensi, (2)

faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Faktor-faktor ini akan saling berinteraksi secara langsung atau tidak

(35)

2.3.Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi dan dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih (Almatsier, 2001). Jelliffe dan Jellife dan Jahari dalam Hartati (2005)

mendefinisikan status gizi sebagai gambaran tentang perkembangan keadaan

keseimbangan antara asupan (“intake”) dan kebutuhan (“requirement”) zatgizi

seorang anak untuk berbagai proses biologis termasuk untuk tumbuh. Keadaan

keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi ini disebut status gizi. Lebih lanjut Supariasa (2002) mendefinisikan status gizi sebagai ekspresi dari keadaan

keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari “nutriture” dalam bentuk variabel tertentu. Dari definisi diatas jelas bahwa untuk mendapatkan status gizi yang baik diperlukan keseimbangan antara asupan zat gizi yang berasal

dari makanan dengan kebutuhan tubuh. Bila terjadi ketidakseimbangan antara asupan dengan kebutuhan misal asupan zat gizi lebih sedikit daripada kebutuhan maka akan

terjadi gangguan pertumbuhan pada anak.

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Di Indonesia baku rujukan Kemenkes RI No. 1995/MENKES/SK/XII/2010 merupakan

baku rujukan yang terbaru sebagai pembanding dalam penilaian status gizi dan pertumbuhan perorangan maupun masyarakat. Untuk menilai status gizi anak usia

(36)

gemuk, masalah kurus dan gemuk pada umur dini dapat berakibat pada risiko berbagai penyakit degeneratif pada saat dewasa (Teori Barker) (Riskesdas, 2013).

Selain dengan antropometri, penilaian status gizi juga dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan survei konsumsi. Survei konsumsi untuk rumah tangga

dan individu yang seringdilakukan antara lain menggunakan food frequency questionaire (FFQ), dan recall makanan 24 jam (Tee dalam Hartati, 2005). Pada FFQ dicatat jenis bahan makanan, frekuensi penggunaan bahan makanan dan jumlah bahan

makanan yang digunakan. Recall makanan 24 jam adalah mengingat kembali makanan yang telah dikonsumsi selama 24 jam sehari sebelumnya dan melalui recall

makanan 24 jam ini dapat diketahui jumlah makanan yang dikonsumsi dan kecukupan zat gizi seseorang (Jelliffe & Jelliffe dalam Hartati, 2005).

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi anak sekolah tercantum dalam

Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Angka Kecukupan Gizi bagi Anak Sekolah Kelompok

Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X, 2012.

Dalam periode ini, pertumbuhan berjalan terus dengan mantap walaupun tidak

(37)

makannya. Pendidikan gizi pada golongan usia ini banyak faedahnya. Guru harus menerangkan makan apa yang bergizi dan hubungan antara yang dimakan sehari-hari

dengan pertumbuhan dan kesehatannya. Anak-anak golongan usia sekolah ini mudah menerima ajaran gurunya bahkan dapat meneruskannya pada orangtuanya (Waluyo,

2010).

2.4.Hubungan Konsumsi Ikan dengan Prestasi Belajar

Children’s food consumption behaviour model yang dikemukakan oleh Lund

dan Burk (1969) menyatakan bahwa konsumsi pangan anak tergantung pada sikap, pengetahuan dan tiga motivasi utama terhadap pangan yaitu kebutuhan biologis,

psikologis, dan sosial yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan sekolah (Baliwati, Khomsan & Retnaningsih, 2004). Kekurangan gizi berakibat menurunnya tingkat kecerdasan anak-anak. Menurunnya kualitas manusia usia muda ini akan

berarti hilangnya sebagian besar potensi cerdik pandai yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan bangsa (Suhardjo, 1996).

Jenis ikan diduga berhubungan dengan prestasi belajar karena menurut Harli (2004), jenis ikan laut memiliki kadar omega-3, vitamin dan mineral yang tinggi, sebaliknya ikan darat (air tawar) tinggi akan karbohidrat dan asam lemak omega-6,

kedua jenis ikan tersebut merupakan sumber zat gizi yang bermutu dan disarankan secara bergantian mengonsumsi kedua jenis ikan tersebut agar saling melengkapi

(38)

Penelitian yang dilakukan oleh Apriani (2012) tentang pola konsumsi ikan pada anak balita di Nagari Taruang-Taruang Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman

menunjukan bahwa frekuensi konsumsi ikan pada anak balita adalah 3-4 hari/minggu, jenis ikan yang sering dikonsumsi adalah ikan mujair, ikan nila dan ikan teri, serta

rata-rata jumlah ikan yang dikonsumsi 63,75 gr/hr.

Meliala (2009) yang melakukan penelitian tentang konsumsi ikan dan kontribusinya terhadap kebutuhan protein pada keluarga nelayan di Lingkungan IX

Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan menunjukkan bahwa jenis ikan yang paling sering dikonsumsi adalah ikan dencis (39,74%), jumlah rata-rata

konsumsi ikan (319,04 gram), dan frekuensi makan ikan lebih dari 2 kali sehari (56,48%) dan rata-rata kontribusi ikan terhadap kebutuhan protein (13,18%).

Penelitian yang dilakukan oleh Zulaihah dan Widajanti (2006) menunjukkan

bahwa frekuensi makan ikan dengan prestasi belajar ada hubungan yang signifikan dan hubungannya tergolong kuat dan positif, artinya setiap peningkatan yang terjadi

pada frekuensi makan ikan maka meningkat pula prestasi belajarnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang ditulis oleh Departemen Kelautan dan Perikanan yang menyatakan bahwa seseorang yang mengkonsumsi ikan dan makanan laut lainnya 3

kali dalam seminggu bisa mempertahankan kesehatan tubuhnya dan secara tidak langsung akan meningkatkan daya ingat dan kemampuan belajarnya. Sehingga

(39)

khususnya perkembangan otak untuk meningkatkan prestasi belajarnya (Pari dalam

Zulaihah & Widajanti, 2006).

2.5.Hubungan Konsumsi Ikan dengan Status Gizi

Salah satu masalah gizi kurang di Indonesia adalah masalah Kurang Energi

Protein (KEP) yang disebabkan oleh kekurangan makan sumber energi secara umum dan kekurangan sumber protein (termasuk ikan). Pada anak-anak, KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi dan

mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Kemiskinan merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi terjadinya KEP. Namun, faktor lain selain kemiskinan yang

berpengaruh adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang makanan pendamping

serta tentang pemeliharaan lingkungan yang sehat (Almatsier, 2001).

Penelitian yang dilakukan oleh Zulaihah dan Widajanti (2006) tentang

hubungan kecukupan Asam Eikosapentanoat (EPA), Asam Dokosaheksanoat (DHA) ikan dan status gizi dengan prestasi belajar siswa menyimpulkan frekuensi makan

ikan dengan status gizi tidak ada hubungan yang signifikan dan hubungan kedua variabel tergolong lemah. Sedangkan menurut teori, kebiasaan makan ikan yang baik umumnya dapat membentuk status gizi yang baik dan demikian pula sebaliknya,

karena ikan mempunyai nilai tambah yaitu tinggi EPA dan DHA yang bisa mengatasi masalah gizi kurang (Pudjadi; Karyadi dalam Zulaihah & Widajanti 2006). Apabila

(40)

yang mempunyai kebiasaan makan ikan yang tinggi akan mempunyai status gizi normal dan sebaliknya.

Kebiasaan/frekuensi makan ikan tidak mempunyai hubungan dengan status gizi karena data hasil survei konsumsi tidak lengkap, hanya dari sumber ikan saja, padahal

seseorang untuk mencapai status gizi yang baik harus mengkonsumsi makanan yang lengkap. Berdasarkan teori Almatsier bahwa kebiasaan makan (ikan) tidak mempengaruhi status gizi secara langsung, tetapi mempengaruhi utilisasi makanan

terlebih dahulu yang meliputi pencernaan dan penyerapan serta metabolisme zat gizi (Almatsier, 2001). Hal ini mendukung penelitian Ashifatin (2001), bahwa tidak ada

hubungan kebiasaan makan dengan status gizi anak SD (Zulaihah & Widajanti, 2006).

2.6.Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mutiah (2012), hasil uji kolerasi

Rank Spearman menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara status gizi

berdasarkan indikator TB/U dengan prestasi belajar (r=0.320, p<0.05). Hal ini berarti semakin baik status gizi siswa jika dilihat padanilai z-score berdasarkan TB/U menunjukkan siswa semakin berprestasi. Siswa yang memiliki postur tubuh yang

tinggi cenderung akan mendapatkan prestasi belajar yang baik daripada siswa dengan postur tubuh pendek. Hal tersebut juga terjadi pada hasil uji kolerasi Rank Spearman

(41)

2.7.Kerangka Konsep

Gambar1. Kerangka Konsep Penelitian Keterangan:

Konsumsi ikan dilihat dari tiga sub variabel yaitu jenis ikan, jumlah konsumsi protein ikan dan frekuensi konsumsi ikan, ketiganya akan dianalisis hubungannya

dengan prestasi belajar anak secara langsung. Namun, status gizi dalam penelitian ini juga dilihat sebagai variabel yang mungkin dapat mempengaruhi hubungan konsumsi ikan dengan prestasi belajar anak.

2.8.Hipotesis

Ha : Ada hubungan antara konsumsi ikan dengan prestasi belajar anak.

Prestasi Belajar Anak Konsumsi Ikan

- Jenis

- Jumlah Protein - Frekuensi

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan desain cross-sectional

(potong lintang) yang paparan dan dampaknya diamati secara bersamaan pada individu terpilih dari populasi yang ditentukan untuk mengetahui hubungan konsumsi

ikan dengan prestasi belajar anak di SD Brigjend Katamso II Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Brigjend Katamso II yang terletak di Jl. Marelan Raya Pasar III, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. Pemilihan lokasi

penelitian ini didasarkan atas beberapa pertimbangan:

1. Berdasarkan letaknya, SD Perguruan Nasional Brigjend Katamso II dekat dengan pasar tradisional Marelan dan daerah penghasil ikan yang menjamin

ketersediaan ikan.

2. Berdasarkan survei pendahuluan pada tanggal 24 Mei 2014 didapatkan data

yaitu 8 dari 10 orang anak sekolah yang diwawancarai ternyata jarang makan ikan.

3.2.2 Waktu Penelitian

(43)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD Brigjend Katamso II Medan dari kelas I hingga kelas III berjumlah 229 siswa yang terdiri dari 102 orang

siswa kelas I, 98 orang siswa kelas II dan 29 orang siswa kelas III. 3.3.2. Sampel

Sampel dipilih menggunakan salah satu teknik random sampling yaitu

proportional stratified random sampling dimana pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan memperhatikan strata yang ada sehingga setiap strata terwakili

sesuai proporsinya. Jumlah sampel minimum yang akan diteliti dihitung dengan menggunakan rumus Lemeshow pada tingkat kepercayaan 95% (Isgianto, 2009), yaitu:

n = Z21-/2 . P (1-P).N

d2(N-1) + Z21-/2 . P (1-P)

Keterangan :

n = Jumlah minimum sampel

N = Jumlah populasi (229 orang) d = Galat pendugaan (ditetapkan 10%)

1-/2 = Nilai tabel distribusi Z dengan  5% (1,96)

(44)

Untuk mempermudah penelitian maka besar sampel yang diperoleh pada

setiap kelas diperoleh dengan rumus: i = n, maka: Tabel 3.1. Besar Sampel Penelitian

Kelas Populasi Sampel

I 102 30

II 98 29

III 29 9

Total 229 68

Sumber: Data siswa SD Brigjend Katamso II, 2014.

Tabel diatas menunjukkan bahwa sampel yang diambil dari kelas I ada 30 siswa,

kelas II ada 29 siswa, dan untuk kelas III ada 9 siswa, sehingga total sampel adalah 68 siswa.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan:

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah identitas responden, konsumsi ikan,

berat badan dan tinggi badan anak. Identitas responden diperoleh menggunakan kuesioner. Data konsumsi ikan merupakan hasil wawancara langsung dengan tatap muka tentang konsumsi ikan anak yang ditanyakan langsung ke ibu si anak sebagai

responden menggunakan formulir Food Recall 24 jam (selama dua hari tidak berurutan) dan juga FFQ (Food Frequency Questionnaire). Data berat badan dan

(45)

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini meliputi gambaran umum sekolah dan

rapor bulanan selama semester genap T.A 2013/2014 siswa yang diperoleh dari dokumen sekolah sebagai lokasi penelitian. Adapun alur pengumpulan data dapat

dilihat pada gambar 2 berikut ini:

Gambar 2. Alur Pengumpulan Data 3.5. Instrumen/Alat Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data terdiri dari:

1. Kuesioner identitas responden 2. Formulir Food Recall 24 jam.

3. Formulir FFQ (Food Frequency Questionnaire).

4. Dokumen sekolah tentang gambaran umum sekolah dan rapor bulanan siswa selama semester genap T.A. 2013/2014.

Survei ke Sekolah

Pengumpulan Data

Data Primer:

1. Pengukuran BB dan TB siswa secara langsung di sekolah.

(46)

5. Daftar Ukuran Rumah Tangga.

6. Timbangan injak (bathroom scale) dengan tingkat ketelitian 1 kg.

7. Microtoise dengan tingkat ketelitian 0,1 cm.

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini yaitu:

1. Jenis ikan adalah berbagai macam ikan laut, ikan air tawar dan hasil olahan ikan yang dimakan oleh anak selama seminggu, diperoleh dengan food recall

24 jam selama dua hari tidak berurutan.

2. Jumlah konsumsi ikan adalah banyaknya protein dari ikan yang dimakan oleh

anak, diperoleh dengan food recall 24 jam selama dua hari tidak berurutan. 3. Frekuensi konsumsi ikan adalah tingkat keseringan anak memakan ikan laut

dan ikan air tawar beserta hasil olahannya selama seminggu yang diperoleh

dengan FFQ.

4. Prestasi belajar adalah hasil belajar siswa yang diukur dari rata-rata jumlah nilai

rapor bulanan siswa selama semester genap T.A. 2013/2014 meliputi semua mata pelajaran.

5. Status gizi adalah keadaan fisik siswa yang diukur secara antropometri

menggunakan Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) anak umur 5-18

tahun menggunakan baku rujukan Kemenkes RI

(47)

3.7. Aspek Pengukuran 3.7.1.Konsumsi Ikan

Data konsumsi ikan diperoleh dari data konsumsi makanan harian siswa yang meliputi jenis, jumlah dan frekuensi konsumsi ikan yang diperoleh melalui

wawancara langsung dengan ibu siswa sebagai responden menggunakan FFQ dan formulir food recall 24 jam selama dua hari tidak berurutan.

1. Jenis ikan yang dikonsumsi diambil datanya dari formulir food recall 24 jam,

dan diklasifikasikan: ikan laut dan olahannya, ikan air tawar dan olahannya, keduanya (ikan laut dan air tawar) dan tidak keduanya.

2. Jumlah ikan diambil datanya dari food recall 24 jam dalam satuan URT, kemudian dari satuan URT dikonversikan ke dalam satuan gram menggunakan Daftar Ukuran Rumah Tangga (DURT) dan kandungan proteinnya dilihat pada

Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM), kemudian jumlah protein ikan diklasifikasikan menurut rata-rata angka kecukupan protein ikan dalam

Riskesdas (2010): cukup (≥7,50 gram/hari)dan kurang (<7,50 gram/hari). 3. Frekuensi konsumsi ikan diambil datanya dari FFQ dan diklasifikasikan: sering

(≥7x/minggu), kadang-kadang (4-6x/minggu), jarang (1-3x/minggu) dan tidak

pernah.

3.7.2.Prestasi Belajar

(48)

diklasifikasikan menurut Syah (2010): sangat baik (80 – 100), baik (70 – 79), cukup (60 – 69) dan kurang (<59).

3.7.3.Status Gizi

Status gizi diukur berdasarkan standar antropometri Indeks Massa Tubuh

menurut umur (IMT/U) anak umur 5-18 tahun menggunakan baku rujukan Kemenkes RI No. 1995/MENKES/SK/XII/2010 dan diklasifikasikan: gizi lebih (termasuk obesitas (> 2 SD) dan gemuk (>1 SD sampai dengan 2 SD)), normal (-2 SD sampai

dengan 1 SD) dan gizi kurang (termasuk kurus (-3 SD sampai dengan <-2 SD) dan sangat kurus (<-3 SD)).

3.8. Metode Pengolahan Data

Proses pengolahan data dilakukan melalui tahap sebagai berikut : 1. Pengeditan Data (Editing)

Kegiatan ini dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang telah diisi, berkaitan dengan kelengkapan pengisian, kejelasan, relevansi, dan koreksi

terhadap kesalahan pengisian. 2. Pemasukkan Data (Entry)

Tahapan ini dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam komputer untuk

diolah dan dianalisis melalui program SPSS for windows.

3. Pengkodean Data (Coding)

(49)

a. Identitas Responden:

a. Jenis kelamin anak: 1. Laki-laki, 2. Perempuan.

b. Umur: 1. 5-6 tahun, 2. 7-9 tahun.

c. Agama: 1. Islam, 2. Kristen Protestan, 3. Kristen Katolik, 4. Budha,

5.Hindu.

d. Pekerjaan Ayah: 1. PNS, 2. Karyawan, 3. Wiraswasta, 4. Petani/Nelayan, 5. Lain-lain.

e. Pekerjaan Ibu: 1. PNS, 2. Karyawan, 3. Wiraswasta, 4. Petani/Nelayan, 5. Ibu Rumah Tangga

f. Riwayat Alergi: 1. Ya, 2. Tidak. b. Konsumsi ikan:

a. Jenis ikan: 1. Ikan Laut, 2. Ikan Air Tawar, 3. Keduanya, 4. Tidak

Keduanya.

b. Jumlah protein ikan: 1.Cukup (≥7,50 gram/hari), 2. Tidak Cukup (<7,50

gram/hari).

c. Frekuensi ikan: 1. Sering (≥7x/minggu), 2. Kadang-Kadang (4-6x/minggu), 3. Jarang (1-3x/minggu), 3. Tidak Pernah.

c. Prestasi Belajar: 1. Sangat Baik (80 – 100), 2. Baik (70 – 79), 3. Cukup (60 – 69), 4. Kurang (<59)

(50)

Kurang (termasuk Kurus (-3 SD sampai dengan <-2 SD) dan Sangat Kurus (< -3 SD)).

4. Pengecekan Data (Cleaning)

Data diperiksa secara keseluruhan, apakah ada kesalahan atau tidak.

3.9. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menyajikan data distribusi frekuensi. Uji analisis univariat dilakukan dengan program SPSS for windows.

2. Analisis uji Chi Square

Analisis uji Chi Square dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan variabel konsumsi ikan dengan prestasi belajar, konsumsi ikan dengan status gizi,

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sekolah Dasar Swasta Brigjend Katamso II berada di bawah naungan Yayasan

Perguruan Nasional Brigjend Katamso II dan beralamat di Jl. Marelan Raya, Pasar III Lk. XII Kelurahan Rengas Pulau, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, sesuai dengan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan Nomor

420/11066.PPMP/2012, pada tanggal 11 Oktober 2012 tentang Izin Pendirian/Operasional Sekolah Swasta. Nomor Statistik Sekolah (NSS) adalah

104076011028. Visi Perguruan Nasional Brigjend Katamso II adalah mencerdaskan dan membangun karakter bangsa, dan misi Perguruan Nasional Brigjend Katamso harus menjadi sekolah unggulan/kelas utama dengan ciri khas pendidikan nilai-nilai

kemanusiaan/budi pekerti, mendidik dan menghasilkan anak didik yang cakap intelek, stabil emosi, teguh moral, dan peka intuisi spiritual sehingga tercapai

keunggulan kemanusiaan (human excellence).

Program pendidikan SD Brigjend Katamso II menyiapkan dasar yang kuat untuk membangun karakter dari usia dini, cerdas pengetahuan dan berbudi pekerti

luhur serta mandiri, guna mengikuti pendidikan lebih lanjut. Pembelajaran dilakukan dengan pendekatan metoda PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

(52)

secara kombinasi, yakni kelas pagi bagi kelas I dan III serta kelas siang bagi kelas II. Rata-rata uang sekolah adalah Rp 155.000,00/siswa/bulan.

Sekolah ini memiliki fasilitas sumber air bersih dari PDAM, listrik, telepon, internet. Setiap kelas dilengkapi sarana belajar (papan tulis, meja dan kursi guru,

meja dan kursi siswa) dengan kondisi baik. Daya tampung setiap kelas maksimal adalah 40 orang. Pencahayaan dan ventilasi di setiap kelas juga sudah cukup baik. Hal yang cukup menarik perhatian dari sekolah ini adalah di setiap sudut sekolah

dicantumkan slogan motivasi untuk memotivasi para guru dan siswa. Penyelenggaraan makanan dengan menu vegetarian yang dikelola oleh pihak

sekolah, tanpa dibantu oleh ahli gizi, hanya diperuntukkan bagi para guru dan pegawai sekolah. Oleh karena itu, hal tersebut tidak mempengaruhi pola konsumsi siswa.

4.2.Gambaran Identitas Responden

Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan ibu responden menggunakan

(53)

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Agama, Pekerjaan Ayah, Pekerjaan Ibu dan Riwayat Alergi di SD Brigjend Katamso II

Identitas Responden Jumlah (Orang) Persentase (%) Jenis Kelamin

Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, sebagian besar

responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 52,94%. Kisaran umur dalam penelitian ini adalah 5 tahun sampai dengan 9 tahun dan sebagian besar berada pada kategori umur 7-9 tahun sebanyak 72,10%. Sebagian besar memeluk agama Islam

(54)

sebagai ibu rumah tangga sebesar 73,53%. Sekitar 85,29% anak tidak memiliki riwayat alergi terhadap ikan, hal ini tentunya dapat mendukung tingkat konsumsi

ikan.

4.3.Gambaran Konsumsi Ikan Anak-Anak di SD Brigjend Katamso II

Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan menggunakan formulir food recall 24 jam sebanyak dua kali dengan hari yang tidak berurutan dan FFQ di SD Brigjend Katamso II, maka diperoleh data konsumsi ikan responden yang terdapat

pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Ikan di SD Brigjend Katamso II

Konsumsi Ikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Jenis Ikan

Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa distribusi responden terbanyak pada kategori jenis ikan yang dikonsumsi adalah ikan laut dan olahannya yakni sebesar

(55)

kategori kadang-kadang yakni sebesar 39,7%. Ikan yang dikonsumsi paling banyak oleh anak-anak adalah teri, lele dan ikan asin. Distribusi jenis ikan yang dikonsumsi

selengkapnya terdapat dalam Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Jenis Ikan yang Dikonsumsi oleh Anak-Anak di SD Brigjend Katamso II

Jenis Ikan Jumlah Persentase (%)

A. Ikan Laut

(56)

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Sumbangan Protein Ikan di SD Brigjend Katamso II

Sumbangan Protein Ikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Cukup 2 2,9

Kurang 66 97,1

Total 68 100,0

4.4.Gambaran Prestasi Belajar Anak-Anak di SD Brigjend Katamso II

Berdasarkan perolehan data sekunder SD Brigjend Katamso II, maka diperoleh data prestasi belajar yang terdapat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Prestasi Belajar di SD Brigjend Katamso II

Prestasi Belajar Jumlah (Orang) Persentase (%)

Sangat Baik 39 57,4

Baik 27 39,7

Cukup 2 2,9

Total 68 100,0

Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa prestasi belajar anak tergolong sangat

baik yakni sebesar 57,4%. Nilai rata-rata prestasi belajar sebesar 82,67 didapat berdasarkan rata-rata jumlah nilai rapor bulanan selama semester genap T.A 2013/2014 SD Brigjend Katamso II dari kelas I hingga kelas III meliputi mata

pelajaran Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya, Pendidikan Jasmani,

(57)

4.5.Gambaran Status Gizi Anak-Anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II Berdasarkan hasil pengukuran langsung terhadap berat badan dan tinggi badan

anak di SD Brigjend Katamso II, maka diperoleh data status gizi yang terdapat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi di SD Brigjend Katamso II

Status Gizi Frekuensi (Orang) Persentase (%)

Gizi lebih 14 20,6

Normal 49 72,0

Gizi kurang 5 7,4

Total 68 100,0

Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa anak-anak berada pada kategori status gizinormal yakni sebesar 72,0%. Rata-rata z-score dengan indeks antropometri

IMT/U anak adalah -0,16 SD.

4.6. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Prestasi Belajar Anak-Anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II

Hasil analisis hubungan konsumsi ikan (jenis, jumlah dan frekuensi) dengan

(58)

Tabel 4.7. Hubungan Konsumsi Ikan denganPrestasi Belajar di Sekolah Dasar

mengonsumsi jenis ikan laut dan olahannya memiliki prestasi belajar yang sangat baik (80-100). Selain itu, sebanyak 70% dari anak-anak yang mengonsumsi jenis ikan

air tawar dan olahannya juga memiliki prestasi belajar yang baik (70-79). Sebagian besar anak-anak yang mengonsumsi kedua jenis ikan dan olahannya (70,8%) memiliki prestasi belajar yang sangat baik, tetapi 100% dari anak yang tidak

mengonsumsi kedua jenis ikan tetap memiliki prestasi belajar yang sangat baik. Hasil uji statistik hubungan jenis ikan dengan prestasi belajar diperoleh p=0,243 > 0,05,

(59)

Sebanyak 66,0% dari anak-anak yang jumlah konsumsi protein ikan tergolong cukup memiliki prestasi belajar yang sangat baik, sedangkan 61,9% dari anak-anak

dengan jumlah konsumsi protein ikan tergolong kurang memiliki prestasi belajar baik. Hasil uji statistik hubungan jumlah konsumsi protein ikan dengan prestasi

belajar diperoleh p=0,036 < 0,05, maka H0 ditolak, artinya terbukti secara signifikan ada hubungan antara jumlah ikan dan prestasi belajar.

Sebanyak 86,7% dari anak-anak dengan frekuensi konsumsi ikan yang

tergolong sering memiliki prestasi belajar sangat baik. Sekitar 63,0% dari anak-anak dengan frekuensi konsumsi ikan yang tergolong kadang-kadang juga memiliki

prestasi belajar sangat baik. Akan tetapi, 57,7% anak-anak dengan frekuensi konsumsi ikan tergolong jarang memiliki prestasi belajar yang baik. Hasil uji statistik hubungan frekuensi konsumsi ikan dengan prestasi belajar diperoleh p=0,012 < 0,05,

maka H0 ditolak, artinya terbukti secara signifikan ada hubungan antara frekuensi konsumsi ikan dan prestasi belajar. Dapat disimpulkan bahwa konsumsi ikan hanya

dari segi jumlah dan frekuensi yang memiliki hubungan dengan prestasi belajar.

4.7. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Status Gizi Anak-Anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II

(60)

Tabel 4.8. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Status Gizi di Sekolah Dasar

Tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa 72,7% dari anak-anak yang mengonsumsi

jenis ikan laut dan olahannya, 80% anak yang mengonsumsi jenis ikan air tawar dan olahannya juga, 70,8% anak yang mengonsumsi kedua jenis ikan sama-sama berada pada status gizi normal. Akan tetapi, 100% anak yang tidak mengonsumsi kedua jenis

ikan berada pada status gizi lebih. Hasil uji statistik hubungan jenis ikan dengan status gizi diperoleh p=0,184 > 0,05, maka H0 diterima, artinya tidak ada hubungan

antara jenis ikan dan status gizi.

Sebanyak 70,2% dari anak-anak dengan jumlah konsumsi protein cukup dan 76,2% anak-anak dengan jumlah protein kurang sama-sama memiliki status gizi

(61)

diperoleh p=0,825 > 0,05, maka H0 diterima, artinya tidak ada hubungan antara jumlah ikan dan status gizi.

Sebanyak 53,3% anak-anak dengan frekuensi konsumsi ikan sering, 77,8% anak-anak dengan frekuensi konsumsi ikan kadang-kadang, dan 76,9% anak-anak

dengan frekuensi konsumsi ikan jarang sama-sama berada pada status gizi normal. Hasil uji statistik hubungan frekuensi konsumsi ikan dengan prestasi belajar diperoleh

p=0,163 > 0,05, maka H0 diterima, artinya tidak ada hubungan antara frekuensi

konsumsi ikan dan status gizi. Dapat disimpulkan bahwa konsumsi ikan jika dilihat dari segi jenis, jumlah dan frekuensi masing-masing tidak memiliki hubungan dengan

status gizi.

4.8. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Anak-Anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II

Hasil analisis hubungan status gizi dengan prestasi belajar anak-anak di SD Brigjend Katamso II diuraikan pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II

Tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa 78,6% anak-anak yang berada pada status

(62)

sangat baik. Hasil uji statistik hubungan status gizi dengan prestasi belajar diperoleh

p=0,055 > 0,05, maka H0 diterima. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara status

(63)

BAB V PEMBAHASAN

5.1.Konsumsi Ikan

Konsumsi ikan dalam penelitian ini meliputi jenis, jumlah dan frekuensi

konsumsi ikan. Jenis ikan yang dikonsumsi menggunakan empat kategori yaitu ikan laut dan hasil olahannya, ikan air tawar dan hasil olahannya, keduanya (ikan laut dan air tawar) dan tidak keduanya. Sebanyak 48,5% anak-anak SD Brigjend Katamso

mengonsumsi jenis ikan laut dan olahannya. Ikan laut yang dikonsumsi terbanyak adalah teri sebesar 22,06%, ikan air tawar yang dikonsumsi terbanyak adalah lele

sebesar 19,12%.

Teri merupakan ikan laut yang lebih disukai oleh anak-anak karena rasanya yang gurih dan tidak berduri. Ikan juga merupakan sumber kalsium,terutama pada

ikan teri (Murdiati, 2013). Pada umumnya orang masih ragu dan bahkan jijik mengkonsumsi ikan lele karena mungkin pernah mendengar atau menyaksikan

sendiri bagaimana keadaan ikan lele dipelihara di tambak-tambak, yang diberi makan seadanya bahkan kotoran manusia. Namun, lain halnya dengan anak-anak di SD Brigjend Katamso ini, anak-anak sering mengonsumsi ikan lele karena sudah

dibiasakan oleh ibunya untuk mengonsumsi ikan lele sejak balita dan anak-anak menyukai rasanya yang gurih apabila digoreng kering. Kebiasaan pemberian

(64)

dengan Khomsan (2002) yang menyatakan kebiasaan makan ikan sebagai produk bergizi harus diperkenalkan sejak dini terhadap anak-anak.

Jenis ikan laut yang dikonsumsi oleh anak-anak di sekolah ini selain teri adalah udang, sardin, kembung, tongkol, kakap, cumi-cumi, selar, bawal, pari, kerang, teri

nasi dan kepiting. Ikan air tawar yang dikonsumsi selain lele, yaitu ikan nila, gurame, mas, gabus, mujair, dan belut. Hasil olahan ikan yang dikonsumsi adalah ikan asin, bakso ikan, kembung pindang, dan terasi. Untuk memenuhi persediaan ikan segar di

keluarga, ibu responden biasa membelinya di pasar tradisional Marelan yang buka selama 24 jam. Di daerah Terjun, tepatnya di tepi Sungai Babura, juga terdapat pasar

ikan setiap sore yang menjual ikan segar yang secara langsung didistribusikan dari hasil tangkapan nelayan di perairan Laut Belawan, jadi dalam kondisi masih sangat segar dan harganya jauh lebih murah dibandingkan yang dijual di pasar tradisional

Marelan.

Jumlah ikan yang dikonsumsi oleh anak-anak SD Brigjend Katamso II berada

pada kategori cukup yaitu sebesar 69,1 % dengan rata-rata jumlah protein ikan adalah 12,6 gram/hari. Menurut Riskesdas (2010), rata-rata sumbangan protein dari ikan terhadap angka kecukupan protein pada anak-anak usia 0-9 tahun adalah 7,5

gram/hari atau sebesar 26,8%. Sumbangan konsumsi ikan terhadap angka kecukupan protein pada anak-anak SD Brigjend Katamso II masih tergolong kurang dengan

Gambar

Tabel 2.1. Komposisi Kimia Daging Ikan
Tabel 2.2. Presentase Sumbangan Konsumsi Protein Ikan dan Hasil Olahannya
Tabel 2.3. Kandungan Omega 3 dalamBerbagai Jenis Ikan (Per 100 gr Ikan)
Tabel 2.4. Kandungan Protein dalam Berbagai Jenis Ikan (Per 100 gr Ikan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah perlakuan KBE merupakan kombinasi yang paling baik dalam menurunkan intensitas off-odor daging itik, dan secara

Ini adalah proses menyeluruh yang memindai dan menganalisa file dan membangun indeks (menganggap itu sebagai versi yang lebih canggih dari apa yang akan Anda

UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA 2016.. Suzuki Indomobil Motor merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang memiliki spesialisasi di

Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti: kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun

Hasil analisa statistik krim sari tomat dengan blanko memiliki perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05), dimana krim sari tomat mampu memberikan efek sebagai anti-aging dengan

[r]

 S ig aret putih adalah s ig aret yang dalam pembuatannya tanpa dic ampuri deng an c eng kih, kelembak, atau kemenyan.. P engaturan P ajak D aerah terhadap K ons

Sehingga user yang telah memiliki telepon selular yang ingin mengetahui produk TIANSHI apa yang paling cocok untuk suatu penyakit, termasuk informasi tentang komposisi, khasiat