• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODUL BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERI STOIKIOMETRI DI SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODUL BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERI STOIKIOMETRI DI SMA."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODUL BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERI STOIKIOMETRI DI SMA

Oleh:

Eka Wahyuni Purba NIM. 4123131027

Program Studi Pendidikan Kimia

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODUL BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERI STOKIOMETRI DI SMA

Eka Wahyuni Purba (4123131027) Abstrak

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 5 Binjai bertujuan untuk mengembangkan, menstandarisasi, dan uji coba bahan ajar Kimia pada pokok bahasan stoikiometri berbasis kontekstual. Penelitian diawali dengan memilih silabus kurikulum 2013, kemudian menganalisis buku kimia pada pokok bahasan stoikiometri. Buku yang sudah dianalisis kemudian disususn dalam bentuk draf modul. Modul yang sudah disusun di standarisasi dosen dan guru kimia sesuai dengan angket BSNP yang meliputi kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikan. Rata-rata penilaian dosen dosen dan guru terhadap modul adalah 3,58 yang berarti modul sudah valid dan tidak perlu revisi. Modul yang sudah valid kemudian di buat dalam bentuk ebook, kemudian di uji cobakan kepada siswa kelas X IPS 1 SMA N 5 Binjai. Nilai rata-rata pretest siswa adalah 28,83 dan setelah pengajaran dengan modul stoikiometri berbasis kontekstual nilai rata-rata postest siswa menjadi 80,66 sedangkan KKM disekolah adalah 70. Hasil belajar siswa tuntas KKM berarti modul yang dibuat layak digunakan di SMA / MA.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan karena berkat dan

kasihNya-lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Pengembangan Bahan Ajar Modul Berbasis Kontekstual pada Materi

Stoikiometri di SMA”. Adapun penyusunan skripsi ini merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Kimia Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada

Bapak Drs. Marudut Sinaga, M.Si, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah

banyak memmberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal

penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Kawan

Sihombing, M.Si., sebagai dosen pembimbing akademik. Ucapan terima kasih

juga disampaikan kepada Bapak Dr. Mahmud, M.Sc, Dr. Zainuddin Muhtar, M.Si

selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran demi

perbaikan skripsi ini. Tak lupa juga mengenang dosen penguji saya yang luar

biasa dan sudah mendahului menghadap Tuhan Bapak Drs. Rahmat Nauli, M.Si.

Ucapan terima kasih kepada Bapak dan Ibu dosen staff pegawai jurusan kimia

yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan membantu penulis selama

perkuliahan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Kepala Sekolah,

Wakil Kepala Sekolah, Staf Tata Usaha, Guru Kimia dan Siswa/i kelas X SMA

Negeri 5 Binjai dan terkhusus kepada Ibu Meresa, S.Pd, yang telah banyak

membantu penulis selama proses penelitian berlangsung.

Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada orang tua terkasih Ibu

Maslini Silaban dan ayah Manto Purba yang selalu mendoakan, memotivasi,

memberikan dukungan penuh dan sungguh mengasihi saya sehingga penulis dapat

mengerjakan kuliah hingga menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

Terimakasih juga penulis sampaikan kepada kakak dan adik tercinta, yakni kak

(5)

v

bungsu tercinta Asri Tija Wati Purba yang selalu memotivasi, menyemangati dan

mendoakan penulis.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Kurnyawan, S.T yang

selalu menyemangati, memotivasi serta mendoakan, sahabat-sahabat tercinta

Strateia (Feni, Fitri, Florentina, Irma, Ria, Sherlin, Agus, dan Dick Wanda ) yang

selalu bersama memberi dukungan serta saling motivasi hingga terselesaikannya

skripsi ini. Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada teman satu

kelas Pendidikan Kimia Kelas Reguler B 2012, teman satu PS, Eika Abigail

Ginting yang telah menemani dan bekerja sama, sahabatku Maria Veronika

Simanjuntak, S.Pd, Graciana, teman kost terkasih selama kuliah Elva S. Tarigan,

Dewi, Lentare, Rista dan teman-teman, abang, kakak, adik yang tidak bisa penulis

sebut satu persatu. Terimakasih juga kepada adik Andre Lamiduk yang telah

membantu dalam pembuatan video. Terkhusus keluargaku Ikatan Keluarga Besar

Kristen Kimia (IKBKK), dan IKBKK Choir yang sudah mendukung, membantu

penulis dalam mengerti banyak hal selama menuntut ilmu di Universitas Negeri

Medan.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi

ini,namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun

tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini

bermanfaat dalam ilmu pendidikan.

Medan, Juni 2016

Penulis

Eka Wahyuni Purba

(6)

vi

2.1.5. Ruang Lingkup Bahan Ajar 10

2.1.6. Mengembangkan Bahan Ajar dengan Modul 11 2.1.7. Tujuan dan Manfaat Penyusunan Modul 13

2.1.8. Langkah-langkah Pembuatan Modul 14

2.2.6. Kelebihan dan Kekurangan Kontekstual 24

2.3. Hipotesis Penelitian 25

BAB III METODE PENELITIAN 26

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 26

3.2. Populasi dan Sampel 26

3.3. Variabel Penelitian 27

3.4. Istrumen Penelitian 27

3.4.1. Angket Validasi Bahan Ajar Modul 27

3.4.2. Uji Tes 28

(7)

vii

3.6. Prosedur Penelitian 31

3.7. Teknik Pengumpulan Data 35

3.8. Teknik Analisis Data 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38

4.1. Modul Kimia 38

4.1.1. Analisis Buku Kimia SMA oleh Peneliti 39

4.1.2. Rancangan Draf Modul 39

4.1.3. Standarisasi Modul Kimia SMA oleh Dosen 40 4.1.4. Standarisasi Modul Kimia SMA oleh Guru 41

4.2. Analisis Instrumen Penelitian 41

4.2.1. Angket Validasi Bahan Ajar Modul Berbasis Kontekstual 41

4.2.2. Instrumen Tes 41

4.3. Teknik Analisis Data 43

4.3.1. Uji Normalitas Data 43

4.3.2. Analisis modul 44

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 46

5.1. Kesimpulan 46

5.2. Saran 46

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus Kimia SMA 49

Lampiran 2 Analisis Buku Kimia SMA oleh Peneliti uu Lampiran 3 Rujukan Pengembangan Bahan Ajar 60

Lampiran 4 Rancangan Draf Modul 62

Lampiran u Analisis Modul Oleh Dosen 64

Lampiran 6 Analisis Modul Oleh Guru 67

Lampiran 7 Instrumen Analisis Modul Oleh Dosen dan Guru 70

Lampiran 8 Perhitungan Validasi Soal 8u

Lampiran 9 Perhitungan Reliabelitas Test 87

Lampiran 10 Tingkat Kesukaran Soal 89

Lampiran 11 Daya Pembeda Soal 91

Lampiran 12 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran 93

Lampiran 13 Kisi-kisi Soal 108

Lampiran 14 Penyelesaian Kisi-kisi Soal 122

Lampiran 1u Instrumen Tes 128

(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Kriteria Validitas Analisis Nilai Rata-rata 28

Tabel 3.2 Rancangan Penelitian 31

Tabel 3.3 Tabel Penolong Untuk Uji Normalitas 36 Tabel 3.4 Kriteria Validitas Analisis Nilai Rata-rata 37 Tabel 4.1 Buku Kimia SMA / MA yang di Analisis 38

Tabel 4.2 Rancangan Draf Modul 39

Tabel 4.3 Uji Normalitas Data Pre-tes dan Post-tes 43

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dan peningkatan kualitas pendidikan merupakan tuntutan logis

dari perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang sangat pesat

dewasa ini. Perkembangan IPTEKS mengisyaratkan penyesuaian dan peningkatan

proses pembelajaran secara terus-menerus. Tatanan kehidupan secara formal yang

paling dominan adalah pembelajaran. Oleh karena itu, adalah penting bagi setiap

guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar murid, agar ia dapat

memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan

serasi bagi murid-muridnya.

Akhir-akhir ini, kualitas pendidikan menjadi agenda serius untuk

diperbincangkan, baik dikalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat

maupun pihak yang mengambil kebijakan. Kualitas pendidikan nasional dinilai

banyak kalangan yang belum memiliki kualitas yang memadai bila dibandingkan

dengan kualitas pendidikan negara-negara tetangga. Kualitas pendidikan kita

semakin terpuruk bila dibandingkan dengan negara-negara besar lainnya. Padahal

pendidikan menjadi variabel penting dalam pencerdasan bangsa. Oleh karena itu,

penyelenggaraan pendidikan baik pada ranah makro maupun mikro perlu

dilakukan pembaharuan dan perbaikan menyeluruh agar kualitas pendidikan dapat

ditingkatkan dengan gradual dan berkesinambungan (Janawi, 2013).

Menurut data yang diperoleh dari Trends International Mathematis and

Science Study (TIMMS) tahun 2007, kemampuan literasi sains Indonesia berada

pada urutan 35 dari 48 negara. Total nilai kemampuan literasi sains siswa

Indonesia memperoleh nilai 427, nilai tersebut jauh dibawah nilai rata-rata

internasional yaitu 467. Laporan Worid Competitiveness Year Book tahun 2000

sumber daya manusia Indonesia juga menempati 46 dari 47 negara yang disurvei

dan Indonesia jauh tertinggal dalam ilmu pengetahuan dan teknologi

dibandingkan negara tetangga. Rendahnya kemampuan siswa ini, salah satunya

dapat dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang dilaksanakan selama ini.

(12)

2

Beberapa buku ajar yang mengacu pada kurikulum lama menjejali siswa dengan

konsep-konsep yang harus dihafal, dan tidak mengajak siswa berpikir sebagai

proses mengkonstruksi pengetahuan dan pengalaman mereka untuk menemukan

sendiri konsep yang harus dipahaminya dan menemukan makna serta

keterkaitannya dengan kehidupan mereka secara individual, bermasyarakat dan

bernegara (Suharyadi.dkk, 2013) .

Dari beberapa hasil survei dan fakta yang ada, kualitas pendidikan nasional

memang perlu dibenahi secara serius agar kualitas pendidikan semakin

berkembang. Salah satu komponen penting yang harus diperhatikan secara terus

menerus dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah guru. Guru dalam

konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Guru adalah

sosok yang langsung berhadapan dengan peserta didik dalam mentransformasikan

ilmu pengetahuan dan teknologi, sekaligus mendidik anak nilai konstruktif.

Harapan yang tak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan

pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai anak didik secara tuntas. Ini

merupakan masalah yang sulit dihadapi guru. Kesulitan ini dikarenakan anak

didik bukan hanya individu dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga

sebagai mahluk sosial dengan latar belakang yang berlainan (Djamarah, 2006).

Kimia adalah mata pelajaran wajib yang akan dipelajari oleh siswa-siswi SMA

sederajat. Mata pelajaran ini merupakan salah satu pelajaran yang kurang diminati

siswa karena dikatakan kurang menarik, monoton dan pembelajaran berpusat pada

guru . Akan tetapi aktivitas siswa juga terlihat kurang pada pembelajaran kimia

oleh sebab itu masih banyak nilai siswa yang belum memuaskan.

Hasil penelitian Sunaringtyas,dkk (2013) pada materi kimia stokiomerti

dianggap sulit oleh siswa, hasil belajar mata pelajaran kimia KD stokiometri di

SMAN 1 Madiun kurang memuaskan dan cenderung di bawah KKM. Sedangkan

penelitian yang dilakukan Suyono (2012) bahwa materi stokiometri dianggap sulit

oleh 60% siswa kelas XI IPA 1 SMA Khadijah Surabaya hal ini diakibatkan

banyak siswa yang mengalami miskonsepsi pada materi stokiometri khususnya

(13)

3

Permasalahan utama dalam pembelajaran kimia ini adalah bagaimana

perencanaan dan kesiapan guru untuk mengelola pembelajarannya agar tercapai

kompetensi yang diinginkan dalam diri siswa. Secara konseptual barangkali

pengembangan strategi pembelajaran dapat diakui sebagai salah satu sarana bagi

lembaga pendidikan untuk memberikan dan memperluas wawasan siswa tentang

pengetahuan, keterampialan, dan nilai-nilai dasar lainnya dengan harapan dapat

direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Mursid, 2013).

Pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi mengajar yang baik.

Salah satu yang perlu dilakukan guru adalah pengembangan variasi yaitu

memberikan bahan ajar yang menarik yang berfungsi memotivasi siswa,

membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah, dan mendongkrak anak didik

untuk belajar. Bahan ajar merupakan bagian yang sangat penting dari suatu proses

pembelajaran secara keseluruhan. Karena penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan berfikir siswa, maka bahan ajar yang digunakan di

disain secara khusus sesuai dengan pendekatan yang digunakan (Ramdani, 2012).

Salah satu bentuk bahan ajar adalah modul. Modul merupakan bahan ajar yang

dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran.

Menurut penelitian Uthi (2013), pengembangan bahan ajar berbasis

kontekstual pada pokok bahasan segitiga untuk memfasilitasi siswa dalam

mengembangkan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis

sangat positif. Setelah menggunakan bahan ajar berbasis kontekstual nilai

rata-rata kemampuan komunikasi 77,02 dan kemampuan pemecahan masalah 81,94

sedangkan nilai rata-rata yang diharapkan oleh guru yaitu 75. Penelitian yang

dilakukan Suharyadi, dkk (2013), bahan ajar berbasis kontekstual pada pokok

bahasan asam dan basa yang telah dikembangkan harus sesuai materi bahan ajar

dengan kurikulum, kesesuaian tujuan pembelajaran yang terdapat pada buku ajar

dengan SK dan KD, kesesuaian soal dengan materi yang disajikan dengan tujuan

pembelajaran, tingkat keterbacaan yang baik, sehingga sebagian besar siswa

memahami pokok bahasan asam basa melalui buku ajar yang dikembangkan dan

buku ajar kontekstual dapat dikatakan baik karena berdasarkan penelitian 56 %

(14)

4

(2015) tentang pengembangan bahan ajar untuk meningkatkan hasil pembelajaran

dan menumbuhkembangkan karakter siswa dalam hidrolisis mengalami

peningkatan. Hasil penelitian yang dilakukan pada kelas eksperimen terjadi

peningkatan dengan hasil 88%, rata-rata nilai test 82,85 sedangkan KKM 77.

Demikian juga penelitian Handayani (2015), pengembangan bahan ajar dan

penerapan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah untuk meningkatkan

hasil belajar dan menumbuhkembangkan karakter siswa pada reaksi redoks

mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar siswa yang dihitung dalam

bentuk gain ternormalisasi sebesar 80% dan rata-rata karakter sebesar 77,49. Uji

hipotesis diperoleh thitung= 3,160 sedangkan ttabel= 2,457, thitung> ttabelartinya hasil

belajar siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif

berbasis masalah yang didukung bahan ajar yang dikembangkan lebih besar dari

KKM yaitu 80. Uji korelasi diperoleh rhitung = 0,410 sedangkan rtabel = 0,355,

rhitung> rtabelartinya pada korelasi positif antara karakter dengan hasil belajar.

Pada pembelajaran pendekatan kontekstual ditekankan bahwa materi yang

diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, dari pengemasan materi, contoh, dan

permasalahan yang berhubungan dengan kehiduupan sehari-hari siswa (Uthi,

2013). Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan kualitas pembelajaran kimia,

salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pengajaran menggunakan

bahan ajar yang berbaisis kontekstual mata pelajaran kimia khususnya pada materi

stokiometri.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti melakukan suatu penelitian. Peneliti

mengembangkan bahan ajar modul pembelajaran kimia berbasis kontekstual

untuk SMA sederajat pada pokok bahasan stokiometri dengan judul

“Pengembangan Bahan Ajar Modul Berbasis Kontekstual pada Materi

Stokiometri di SMA”.

1.1 Ruang Lingkup

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang

menjadi ruang lingkup masalah dalam penelitian ini adalah pengembangan bahan

(15)

5

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan yang dijadikan acuan dalam penelitian sebagai berikut:

1. Buku pelajaran sebagi bahan ajar yang umumnya digunakan siswa, masih lebih

banyak menyajikan konsep dan pengetahuan yang bersifat hafalan dan belum

menyajikan komponen interaksi sains, teknologi dan masyarakat.

2. Pelaksanaan pembelajaran selama ini cenderung berpusat pada guru (teacher

centered) dan belum banyak sumber belajar yang dapat meningkatkan motivasi

siswa.

3. Modifikasi dalam penerapan metode pembelajaran masih jarang dilakukan

dalam pembelajaran kimia, sehingga konsep dasar kimia menjadi kurang

menarik dan sulit dipahami siswa.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan sebelumnya, maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah bahan ajar kimia materi stokiometri yang telah dikembangkan sesuai

dengan kurikulum 2013?

2. Apakah bahan ajar Kimia yang telah dikembangkan pada materi stokiometri

telah memenuhi kriteria kelayakan standar BSNP?

3. Apakah bahan ajar yang telah dikembangkan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada materi stokiometri?

1.4. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan penelitian maka masalah

dalam penelitian ini perlu dibatasi. Dari rumusan masalah di atas yang menjadi

batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Pengembangan bahan ajar Kimia SMA materi stokiometri berbasis kontekstual

yang standar menurut BNSP.

2. Analisis materi stokiometri yang dipaparkan pada bahan ajar kimia dari buku

(16)

6

3. Pengembangan bahan ajar berbasis kontekstual telah divalidasi oleh responden

yang meliputi 2 orang dosen, dan 2 orang guru kimia SMA.

4. Hasil belajar yang diukur adalah hasil belajar kognitif siswa setelah

mempelajari bahan ajar modul.

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengembangkan bahan ajar pada

pengajaran stokiometri melalui pembelajaran kontekstual untuk menciptakan

pembelajaran yang kreatif, efektif, dan menyenangkan, serta membantu

mahasiswa memperoleh hasil belajar yang optimal. Sedangkan yang menjadi

tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Memperoleh bahan ajar kimia materi stokiometri yang telah dikembangkan

sesuai dengan kurikulum 2013.

2. Memperoleh bahan ajar Kimia yang telah dikembangkan pada materi

stokiometri yang memenuhi kriteria kelayakan standar BSNP.

3. Mengetahui hasil belajar siswa yang menggunakan bahan ajar modul berbasis

kontekstual.

1.6. Manfaat Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini sangat diharapkan agar bisa memberikan

manfaat bagi banyak kalangan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti: Menambah wawasan, pengalaman dalam mengembangkan bahan

ajar Kimia SMA pada materi stokiometri yang berbasis kontekstual.

2. Bagi guru: Sebagai sumber alternatif dalam penyampaian materi stokiometri

kepada siswa.

3. Bagi siswa: Sebagai sumber pengetahuan yang dapat membantu meningkatkan

kemandirian dan keterampilan siswa.

4. Bagi peneliti selanjutnya: Sebagai bahan kajian dan studi literatur untuk

(17)

7

1.7. Defenisi Operasional

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan atau materi yang disusun secara

sistematis yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta lingkungan atau

suasana yang memungkinkan peserta didik untuk dapat menguasai pembelajaran

secara utuh dan terpadu.

Modul adalah sarana pembelajaran bersifat sistematis ,memuat materi

pembelajaran , metode, tujuan pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar atau

indikator pencapaian kompetensi dasar, petunjuk kegiatan belajar mandiri, dan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguji diri sendiri melalui latihan

yang disediakan dalam modul tersebut.

Pembelajaraan kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL)

adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

pembelajaran dengan dunia nyata, dan mendorong siswa membuat hubungan

(18)

46

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan penelitian ini adalah:

1. Bahan ajar kimia materi stokiometri yang telah dikembangkan telah sesuai

dengan kurikulum 2013.

2. Bahan ajar Kimia yang telah dikembangkan pada materi stokiometri telah

memenuhi kriteria kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikan yang sesuai

dengan standar BSNP.

3. Bahan ajar stoikiometri yang telah dikembangkan layak dan memenuhi nilai

KKM siswa.

5.2. Saran

1. Sebelum menggunakan buku atau bahan ajar sebagai media pembelajaran,

seharusnya pengajar terlebih dahulu memeriksa isi buku yang akan digunakan

sehingga apabila ada kesalahan atau kekurangan baik dari segi urutan materi

serta dalam kebenaran konsep, dapat diperbaiki sebelum disampaikan kepada

siswa.

2. Untuk peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan bahan ajar kimia SMA

agar menganalisis lebih banyak buku kimia SMA dan disarankan untuk

mengembangkan bahan ajar berbasis kontekstual pada materi kimia yang lain

agar dapat dijadikan sebagai studi perbandingan untuk menigkatkan kualitas

pendidikan khususnya materi stoikiometri.

(19)

47

DAFTAR PUSTAKA

Aceh, N.I., (2015), Pengembangan Bahan Ajar dan Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Menumbuhkembangkan Karakter Siswa dalam Hidrolisis, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Djamarah. S. B dan Zain. A., (2006), Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta

Hamalik, O., (2008), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.

Hamdani., (2011), Srategi Belajar Mengajar, Pustaka Setia, Bandung.

Handayani, S., (2015), Pengembangan Bahan Ajar dan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Menumbuhkembangkan Karakter Siswa pada Reaksi Redoks, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Janawi., (2013), Metodologi dan Pendekatan Pembelajaran, Ombak Dua, Yogyakarta.

Mulyana, T., (2012), Pengembangan Bahan Ajar Melalui Penelitian Desain, Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung1(2)

Muslich, M., (2008), Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Bumi Aksara, Jakarta.

Musrid., (2013), Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Bumi Aksara, Jakarta.

Prastowo, A., (2014), Pengembangan Bahan Ajar Tematik Tinjauan Teoritis dan Praktik, Kencana, Jakarta.

Ramdani, Y., (2012), Pengembangan Instrumen dan Bahan Ajar untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi, Penalaran, dan Koneksi Matematis dalam Konsep Integral, Jurnal Penelitian Pendidikan 13(1)

Safitri, A., (2015), Pengembangan Modul Kimia Sma Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Materi Larutan Penyangga., Skripsi, FMIPA, Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Sanjaya, W., (2011), Strategi Pembelajaran Berorientai Standar Proses Pendidikan, Kencana, Jakarta.

(20)

48

Situmorang, M., (2013), Pengembangan Buku Ajar Kimia SMA Melalui Inovasi Pembelajaran dan Integrasi Pendidikan Karakter untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung

Sugiyono., (2008), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung.

Suharyadi, Permasnasari, A., Hernani, (2012), Pengembangan Buku Ajar Berbasis Konseptual pada Pokok Bahasan Asam dan Basa, Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia 1(1)

Sunaringtyas, K., Saputro, S., Masykuri, M., (2013), Pengembangan Modul Kimia Berbasis Masalah pada Materi Konsep Mol Kelas X SMA/MA Sesuai Kurikulum 2013, FKIP, UNS, Surakarta.

Suprijono, A., (2010), Cooperative Learning, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Suryani, N., dan Agung, L, (2012), Strategi Belajar dan Mengajar, Ombak Dua, Yogyakarta.

Suyono, A.D., (2012), Penggunaan Think-Aloud Protocols Untuk Mengatasi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Pokok Stoikiometri di SMA Khadijah Surabaya, Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa

Gambar

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian Pengembangan Bahan AjarGambar 3.2 Diagram Alur Penelitian di Sekolah
Tabel 3.1 Kriteria Validitas Analisis Nilai Rata-rataTabel 3.2 Rancangan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melihat hasil standarisasi bahan ajar berbasis proyek pada materi aldehid-keton ini layak digunakan sebagai media pembelajaran yang dapat digunakan baik guru maupun siswa

Dalam pengembangan bahan ajar berbasis proyek ini, langkah awal yang dilakukan adalah memilih satu buku kimia organik universitas dan tiga buku kimia SMA untuk

Bagaimanakah keefektifan bahan ajar biologi berbasis masalah pada materi substansi genetika sebagai bahan bacaan bagi siswa kelas XII IPA SMA/MA terhadap bahan

Pengembangan bahan ajar ini bertujuan untuk mengetahui bahan ajar yang digunakan memenuhi kriteria BSNP, mengetahui hasil belajar siswa yang dibelajarkan

Implementasi pembelajaran berbasis kontekstual yang didukung bahan ajar yang dikembangkan dapat meningkatkan hasil belajar dalam materi laju reaksi.. Kesimpulan dari

Pengembangan bahan ajar pernah dilakukan oleh Rizka dkk dalam jurnal pancaran (2015) dengan judul penelitian PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SISTEM GERAK.. MANUSIA BERBASIS

Bahan ajar berbasis kontekstual yang dihasilkan dikembangkan dengan metode penelitian dan pengembangan yang dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu analisis kebutuhan, tahap

Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dalam penggunaan bahan ajar di SDN Lirboyo 1 Kota Kediri, hingga kini guru hanya menggunakan bahan ajar yang sudah