• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kantor Sewa Kualanamu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kantor Sewa Kualanamu"

Copied!
208
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Pustaka

Administrator. 2014. Aerotropolis dan Masa Depan Kualanamu, (Online) , ( http://www.kualanamu-airport.co.id/id/information/news-detail/aerotropolis-dan-masa-depan-kualanamu-895, diakses 28 Februari 2016).

Badan Pusat Statistik Medan (2007) Medan Dalam Angka

Chiara, Joseph (editor). 1990. Time Saver Standard: Building System & Material. New York: McGraw Hill.

De Chiara. Joseph, and John Calender. 1981. Time Saver Standard for Building Types. Mcgraw Hill Book Company. New York.

Direktorat Jendral Perhubungan Udara-Kementerian Perhubungan

Fokusmedan. 2014. BANDARA KUALANAMU DITARGETKAN SEBAGAI KAWASAN

TERPADU, (Online) ,

(http://www.sumutprov.go.id/berita-lainnya/420-

pengembangan-aerotropolis-kualanamu-terintegrasi-dengan-mp3ei-dan-ksn-mebidangro, diakses 28 Februari 2016).

Heryanto, Sani. 2004. ARSITEKTUR BANGUNAN HEMAT ENERGI, (Online),

(http://dspace.library.uph.edu:8080/bitstream/123456789/1178/2/jia-01-01-2004-arsitektur_bangunan_hemat_energi.pdf, diakses 28 Februari 2016).

Juwana Ir. Jimmy S., MSAE (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta: Erlangga.

Marlina, Endy. 2008. Panduan Perancangan Bangunan Komersial. Yogyakarta: Andi. Mechanical Electrical Equipments, 1980

Mukhtar. 2012. Pengertian Kantor, (Online) ,

Republik Indonesia, 1991 Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan, Jakarta: Menteri

(2)

Republik Indonesia, 2010 Tata Cara Pemeriksaan Keamanan Penumpang, Personel

Pesawat Udara Dan Barang Bawaan Yang Diangkut Dengan Pesawat Udara Dan

Orang Perseorangan, Jakarta: Menteri Perhubungan

Poerba, Hartono. 2002. Utilitas Bangunan, edisi ke-4. Jakarta: Djambatan.

Snyder, James C.& Catanese, Anthony J. (1989) Pengantar Arsitektur. Jakarta: Erlangga.

Sukawi. 2011. PENERAPAN KONSEP SADAR ENERGI DALAM PERANCANGAN

ARSITEKTUR YANG BERKELANJUTAN, (Online) ,

(http://eprints.unsri.ac.id/121/1/Pages_from_PROSIDING_AVOER_2011-16.pdf, diakses 28 Februari 2016).

Statistika Daerah Kabupaten Deli Serdang 2015 dan 2014

Tangoro, Dwi. 2004. Utilitas Bangunan. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

(3)

BAB III

METODOLOGI

Bab III ini merupakan uraian tahapan-tahapan perancangan yang berisi

mengenai penjelasan kerangka pendekatan, metode, dan teknik analisa yang

akan digunakan untuk menghasilkan desain bangunan.

3.1. Metode Perancangan

Metode perancangan merupakan upaya untuk menemukan komponen

fisik yang tepat dari sebuah struktur fisik (Christopher Alexander, 1983). Ada

dua jenis metode perancangan dalam arsitektur yaitu metode tradisional yang

disebut sebagai black box dan metode rasional yang disebut sebagai glass box. Metode yang digunakan dalam perancangan Kantor Sewa Kualanamu adalah glass box, yaitu metode yang bersifat rasional, dimana setiap tahapan maupun prosesnya direncanakan secara sistematis, jelas, dan sesuai dengan

tahapan-tahapan dalam proses perancangan arsitektur.

Beberapa tahapan dalam merancang dengan menggunakan metode glass box, antara lain:

 Metode eksplorasi situasi/permasalahan desain (divergensi)

 Metode penelitian dan penemuan idea desain (divergensi dan

transformasi)

 Metode eksplorasi pemecahan masalah (transformasi)

 Metode evaluasi (konvergensi)

Metode perancangan ini digunakan untuk mencapai tujuan perancangan

yaitu merancang sebuah Kantor Sewa Kualanamu di kawasan Bandara Kualanamu, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang.

3.2. Jenis data

3.2.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang dapat dengan cara mencari data langsung

dari sumbernya (Sinulingga, 2011). Metode pengumpulan data primer yang

(4)

1. Survei Kondisi Fisik Lapangan

a. Survei lapangan dilakukan di jalan ke Bandara Kualanamu,

Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara

yang merupakan lokasi pembangunan kantor jasa pengiriman. Survei

ini berfungsi untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan

lokasi yang berupa:

 Luasan dan bentuk tapak.

 Batas-batas tapak dengan kawasan sekitar.  Keadaan iklim dan geografis tapak.

 Sistem drainase tapak dan lingkungan.

 Sarana transportasi pada kawasan sekitar yang meliputi jalur dan

besaran jalan, angkutan dan pengguna jalan, dan fasilitas-fasilitas

pendukung lainnya.

 Sarana dan prasarana pada kawasan sekitar yang meliputi listrik (PLN), air (PDAM), persampahan, komunikasi, dan lain-lain.

 Vegetasi yang ada pada tapak.  Dan lain-lain.

b. Pengamatan mengenai aktivitas, dokumentasi gambar kondisi tapak

dan kawasan sekitar tapak, dilakukan dengan menggunakan kamera

dan peta garis.

2. Wawancara dengan Instansi Terkait

Wawancara dilakukan untuk melengkapi data-data yang

dibutuhkan, sehingga data-data yang diperoleh lebih detail lagi.

Wawancara dilakukan dengan pihak perusahaan jasa pengiriman barang,

yaitu PT. Apollo Kualanamu, PT. JNE Medan, PT. Indah Group Medan,

PT. TIKI Medan, dan PT. Herona Ekspress Medan. Data-data yang

diperoleh berupa keterangan mengenai sistem kerja, kebutuhan ruang,

fasilitas penunjang pada bangunan, dan jenis kegiatan yang terjadi dan

segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menyempurnakan perancangan

(5)

3.2.2 Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui pihak lain yang telah

mengumpulkan dan mengolah data tersebut sehingga peneliti tidak perlu

mencarinya secara langsung (Sinulingga, 2011). Teknik pengumpulan data

sekunder yang dilakukan dalam proses perancangan adalah mencari data dan

informasi mengenai kawasan site perancangan, literatur mengenai fungsi, dan

tema sejenis fungsi bangunan. Berikut merupakan beberapa data sekunder

yang diperoleh:

1. Studi Literatur

Studi literatur ini digunakan untuk mendapatkan data-data dan

teori-teori yang berkaitan dengan tema dan konsep perancangan objek.

Data-data ini bersumber dari buku, data internet, jurnal, dan data lainnya

yang relevan atau sesuai dengan objek perancangan. Data literatur ini

meliputi:

a. Literatur tentang tapak yang berupa peta kawasan aerotropolis

Bandara Kualanamu milik PT. Angkasa Pura II, peta tata guna

lahan Kabupaten Deli Serdang, KKOP mengenai ketinggian

bangunan sekitar kawasan bandar udara, peta rencana sarana dan

prasarana kawasan bandar udara, dan peta wilayah Sumatera Utara.

Data ini digunakan untuk menganalisis tapak.

b. Literatur tentang bangunan kantor yang meliputi kebutuhan ruang

dan fasilitas penunjang.

c. Literatur tentang bangunan arsitektur hijau.

d. Literatur tentang bangunan hemat energi.

e. Kebijakan/peraturan pemerintah tentang pembangunan di wilayah

Kabupaten Deli Serdang.

2. Studi Banding

Studi banding untuk mendapatkan data yang terkait dengan objek

dan tema perancangan. Studi ini dilakukan sebagai acuan pembanding

perancangan objek pada bangunan yang sudah ada. Studi banding terkait

(6)

3.2.3 Analisa

1. Analisa Kawasan

Menganalisa batas-batas kawasan pembangunan objek dan kelegalan

atas lahan yang akan digunakan.

2. Analisa Tapak

Menganalisa berbagai potensi dan kendala yang ada, lalu memberikan

sebuah alternatif desain pada perancangan tapak. Analisa ini meliputi

iklim, pencapaian, sirkulasi, kebisingan, vegetasi, dan penzoningan tapak.

3. Analisa Fungsi

Analisa fungsi digunakan untuk penentuan ruang dengan

mempertimbangkan fungsinya dan aktivitas yang ada di dalamnya. Analisa

ini meliputi analisa pengguna dan kegiatannya (ada kelompok kegiatan,

tuntunan kegiatan, dan alur kegiatan), persyaratan ruang, besaran ruang, dan

organisasi ruang.

4. Analisa Pengguna

Pada analisa pengguna/pelaku ini membahas tentang pihak yang

terlibat, baik secara lansung maupun tidak langsung.

5. Analisa Kegiatan/Aktivitas

Pada analisa ini membahas tentang berbagai macam jenis kegiatan

yang ada di dalam kantor sewa pengiriman secara terperinci, mulai dari

kegiatan yang dilakukan karyawan sampai pengunjung kantor (masyarakat

umum).

6. Analisa Ruang

Analisa ini membahas tentang kelompok ruang-ruang beserta

karakteristiknya. Penggabungan antara ruang yang memiliki ukuran yang

luas kemudian disekat menjadi beberapa ruang kecil serta penentuan kesan

ruang sesuai fungsinya.

7. Analisa Bangunan, meliputi:

a. Analisa struktur: penerapan struktur bangunan yang mengambil dari

bangunan hijau beserta material yang digunakan dan hal-hal yang

berkaitan dengan bangunan hijau tersebut.

(7)

sistem penghawaan, sistem jaringan listrik, sistem keamanan, dan

sistem komunikasi.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dimulai dari pengumpulan informasi

mengenai konsep kawasan yang akan direncanakan, memilih fungsi

bangunan yang terkait dengan konsep kawasan, lalu masuk ke tahap

pemilihan lokasi terkait dengan konsep kawasan, dan mengumpulkan

data-data/informasi mengenai lokasi yang akan dirancang. Untuk data sekunder

dapat diambil dengan penelitian arsip atau studi kepustakaan.

3.3.1. Metode Pengumpulan Data

Metoda pengumpulan data yang dilakukan adalah metode studi

kepustakaan dan survei lapangan, dengan teknik pengumpulan data, sebagai

berikut:

 Survei lapangan, dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung

pada lokasi perancangan dan untuk mengetahui kondisi lahan yang

berhubungan dengan kasus perancangan.

 Studi literatur atau pustaka, untuk mendapatkan data dari teori-teori

yang berhubungan dengan judul perancangan.

3.3.2. Prosedur / Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pengumpulan data diambil dari beberapa keputusan perancangan

yang akan dibuat berdasarkan data yang dikumpulkan, lalu menentukan

lokasi site perancangan, melakukan survey lokasi perancangan, wawancara

dengan instansi terkait, dan terakhir mengumpulkan data aturan-aturan

yang berkaitan dengan perancangan Kantor Sewa Kualanamu.

Survey yang sudah dilakukan sebanyak 2 kali, pada hari Kamis, 25

Februari 2016 dan hari Selasa, 15 Maret 2016 ke Kecamatan Beringin,

Kecamatan Batang Kuis, dan Simpang Kayu Besar, Kabupaten Deli

Serdang. Data-data primer dan sekunder seperti ukuran site, batas site,

peraturan, dan lain sebagainya, juga dikumpulkan sebagai data yang

digunakan dalam proses perancangan.

(8)

langsung dengan salah satu perusahaan yang memberikan layanan jasa

pengiriman barang, yaitu perusahaan JNE cabang Medan yang berada di Jl.

Brigjen Katamso No. 523 E Simpang Pelangi, Medan Maimun Sukaraja.

3.4. Lokasi Perancangan

Berdasarkan sumber website resmi Kualanamu, bandara ini terletak 39 km dari Kota Medan. Bandara ini adalah Bandara terbesar kedua di Indonesia setelah

Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Lokasi Bandara ini dulunya bekas

areal perkebunan PT Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa yang terletak di

Kecamatan Beringin, Deli Serdang, Sumatera Utara. Aerotropolis menjadi topik utama dalam perancangan proyek ini.

3.5. Rangkuman

Metode yang digunakan dalam perancangan Kantor Sewa Kualanamu adalah glass box, yaitu metode yang bersifat rasional, dimana setiap tahapan maupun prosesnya direncanakan secara sistematis, jelas, dan sesuai dengan

tahapan- tahapan dalam proses perancangan arsitektur.

Teknik pengumpulan data dimulai dari pengumpulan informasi mengenai

konsep kawasan yang akan direncanakan, memilih fungsi bangunan yang terkait

dengan konsep kawasan, lalu masuk ke tahap pemilihan lokasi terkait dengan

konsep kawasan, dan mengumpulkan data-data/informasi mengenai lokasi yang

akan dirancang (survei lapangan). Untuk data sekunder dapat diambil dengan

penelitian arsip atau studi kepustakaan (literatur).

Berdasarkan Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Deli Serdang, lokasi

perancangan berada di daerah kawasan pengembangan dengan fungsi kawasan

rekreasi aktif dan perdagangan dan jasa. Lokasi site ini cocok untuk perkantoran

(9)
(10)
(11)
(12)
(13)

BAB IV

ANALISA PERANCANGAN

4.1 Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan

4.1.1 Lokasi

Lokasi Kantor Sewa Kualananu berada di jalan menuju Bandara

Kualanamu dekat dengan persimpangan Jl. Batang Kuis-Kualanamu.

Gambar 4.1 Lokasi Site

Sumber : Dokumentasi Pribadi,2016

Luas : 1 ha (10.000� )

Kontur : Relatif rata

KDB : 70 %

GSB

Utara (Jalan Lingkungan) : minimal 3 meter dihitung

dari batas kavling

(14)

dari batas persil/kavling

Timur (Runah Penduduk) : minimal 2 meter dihitung

dari batas persil/kavling

Selatan (Jalan ke Bandara) : ½ n (lebar jalan) + 1

: ½ (24 m) + 1 = 13 meter

Pemilik : Persero

Batas-batas site :

Utara : Jalan Lingkungan (asumsi)

Barat : Perkebunan Jagung

Timur : Rumah Penduduk

Selatan : Jalan Raya ke Bandara Kualanamu

4.1.2 Tata Guna Lahan

Gambar 4.2 Tata Guna Lahan Sekitar Site

(15)

Lahan di sekitar site didominasi oleh lahan perkebunan dan lahan

kosong. Bangunan sekitar site meliputi rumah penduduk lantai 1, bangunan

komersil, dan bangunan pemerintah (lembaga pemerintah). Rata-rata penduduk

di Kabupaten Batang Kuis, membuat rumahnya menjadi tempat usaha dan

tempat tinggal. Usaha yang dilakukan berupa warung/kedai, tempat makan,

salon, bengkel, dan penjualan material bangunan, dan sebagainya.

Dengan demikian, bangunan-bangunan tersebut menjadi area pelayanan

bagi Kantor Sewa Kualanamu di kawasan ini sebagai jasa komersial bagi

pengguna angkutan udara, khususnya dalam kegiatan pengiriman barang ke

ataupun dari cargo bandara, karena lokasi site ini juga berada di jalan ke

bandara sehingga menghemat waktu, tenaga, dan biaya.

4.1.3 Analisa Sirkulasi

a. Kendaraan/Lalu lintas

Gambar 4.3 Keadaan Eksiting Sirkulasi Lalu Lintas Sekitar Site

(16)

Tabel 4.1 Keterangan Analisa Sirkulasi Lalu Lintas Sekitar Site

No. Nama Jalan Keterangan

1. Jalan Bandara Kualanamu

(Jalan ke Bandara)

Jalan ini merupakan jalur akses utama ke site

dengan tingkat kepadatan yang sedang. Jalan ini

memiliki dua arah pergerakan kendaraan dengan

lebar jalan sekitar 24 meter dan termasuk dalam

jalan kolektor. Kepadatan di jalan ini terjadi pada

saat-saat tertentu.

2. Jl. Batang Kuis Jalan ini bisa dijadikan akses sirkulasi kedua

menuju site dengan tingkat kepadatan sedang.

Jalan ini memiliki dua arah pergerakan kendaraan

dengan lebar jalan sekitar 8 meter dan termasuk

dalam jalan lingkungan. Kepadatan di jalan ini

terjadi pada saat-saat tertentu.

3. Jalan Lingkungan Jalan ini belum terkondisikan dengan baik,

karena jalan ini terlihat hanya dilalui warga

dengan menggunakan kendaraan beroda dua

untuk yang bekerja di perkebunan. Lebar jalan ini

sekitar 3 meter. Jalan ini juga bisa menjadi akses

sirkulasi ke site sehingga diperlukan pelebaran

jalan.

Tabel 4.2 Kegiatan Lalu Lintas untuk 5 hari kerja (Senin-Jumat)

Pukul (WIB) Lalu Lintas Keterangan

06.30-08.30 Cukup Padat -pelajar pergi ke sekolah

-pegawai kantor ke kantor untuk bekerja

-pedagang memeprsiapakan jualannya

-perjalanan masyarakat ke bandara maupun

dari bandara

08.30-11.30 Lancar -pelajar belajar

(17)

-perjalanan masyarakat ke bandara maupun

dari bandara

11.30-14.00 Cukup Padat -sebagian pelajar dan pegawai beraktivitas

di luar untuk makan, kendaraan bertambah

-perjalanan masyarakat ke bandara maupun

dari bandara

14.00-17.00 Lancar -pegawai kembali ke kantor

-perjalanan masyarakat ke bandara maupun

dari bandara

17.00-20.00 Cukup Padat -pelajar pulang dari sekolah atau tempat les

-pegawai kantor pulang

-perjalanan masyarakat ke bandara maupun

dari bandara

Sumber: Perkiraan secara umum

b. Pejalan kaki

Tabel 4.3 Keterangan Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki

No. Nama Jalan Keterangan/Masalah

1. Jalan Bandara Kualanamu

Jalur pedestrian pada jalan ini tidak ada karena

masih banyaknya lahan perkebunan dan jalan ini

merupakan akses ke bandara sehingga banyak

dilalui kendaraan daripada pejalan kaki, tetapi

keadaannya masih ada beberapa rumah penduduk

di pinggir jalan ini.

2. Simpang Batang

Kuis-Kualanamu

Pedestrian ini hanya ada di persimpangan jalan

Batang Kuis dengan jalan bandara. Pedestrian

tersebut sudah cukup baik dengan lebar sekitar 1,5

meter, tetapi panjang pedestrian itu hanya sekitar

(18)

3. Jl. Batang Kuis

Jalur pedestrian pada jalan ini tidak ada, padahal

banyak pejalan kaki yang menggunakan jalan ini,

ditambah dengan rumah penduduk dijadikan

tempat usaha juga, maka banyak kendaraan yang

akan lewat. Keadaan tersebut akan

membahayakan bagi pejalan kaki.

4. Jalan Lingkungan

Jalur pedestrian pada jalan ini tidak ada, karena

masih didominasi dengan lahan perkebunan dan

kendaraan yang lewat hanya kendaraan beroda

dua. Pejalan kaki yang lewat hanya yang bekerja

di perkebunan.

Tanggapan/Solusi:

 Disediakan jalur pedestrian pada Jl. Batang Kuis untuk kenyamanan dan

keselamatan pejalan kaki, karena ada baiknya pembedaan jalur pejalan

kaki dengan jalur kendaraan.

 Perpanjangan jalur pedestrian dari simpang Batang Kuis-Kualanamu di jalan bandara untuk pejalan kaki, khususnya pegawai kantor nantinya.

(19)

Lokasi site dapat dicapai dari Jl. Batang Kuis dan jalan bandara. Jalan

bandara merupakan jalan kolektor dan Jl. Batang Kuis merupakan jalan

lingkungan. Keduanya memiliki volume kendaraan yang tinggi pada jam-jam

tertentu.

 Pencapaian menuju site dapat dicapai dengan beberapa moda transportasi

yang ada, melalui angkutan pribadi.

 Lokasi site terhadap pusat Kota Medan (Medan-Tembung-Batang Kuis-Aras Kabu-Lubuk Pakam (Kualanamu) sepanjang 33,8 kilometer.

 Lokasi site dapat dicapai melalui jalan bebas hambatan yaitu jalan tol

Balmerah.

 Lokasi site terhadap simpang Kayu Besar sampai Kualanamu sepanjang 15 kilometer ditempuh selama sekitar 10 menit dengan kecepatan

60km/jam dengan kendaraan pribadi.

Tabel 4.4 Keterangan Analisa Pencapaian ke Lokasi Site

Titik Keterangan Kesimpulan

A Titik A berada pada jalan kolektor yang mudah dilalui angkutan pribadi

dan

umum dan kondisi jalan baik dengan

lebar 24 meter. View dari titk ini

baik.

-Titik A jalan terbaik bagi

penempatan pintu masuk

Kantor Jasa Pengiriman

Kualanamu yang langsung

terintegrasi dengan bandara

terutama untuk mobil

pengiriman barang. Hal ini

didasarkan atas jalan dan

kemudahan pencapainnya.

-Titik B sebagai side entrance. -Titik C sebagai service entrance.

B Titik B merupakan jalan lingkungan yang dapat dilalui angkutan pribadi

dan umum dan kondisi jalan ini baik.

C Titik C diakses dari Jl. Batang Kuis yang merupakan jalan lingkungan,

(20)

4.1.5 Analisa Kebisingan

Gambar 4.5 Tingkat Kebisingan Sekitar Site

Sumber : Dokumentasi Pribadi,2016

Tingkat kebisingan jalan bandara lebih besar dibandingkan dengan jalan

lingkungan di sebelah utara site karena lebih banyak kendaraan yang lewat di

jalan tersebut. Dengan demikian, perlu dipertimbangkan pengadaan buffer

alamiah seperti vegetasi peredam kebisingan di jalan ke bandara.

Tabel 4.5 Keterangan Analisa Kebisingan

Titik Gambar Keterangan

A Jalan Lingkungan

Intensitas kebisingan dari jalan ini

rendah karena jalan ini tidak banyak

dilalui kendaraan. Kendaraan yang

melalui jalan ini ada motor dan mobil

(terlihat sesekali saja).

B Jalan Bandara

Intensitas kebisingan jalan ini tinggi

(21)

empat atau lebih. Jalan ini juga

sebagai akses jalan menuju Bandara

Kualanamu sehingga tingkat

kendaraan yang lewat sangat besar.

C Jalan Lingkungan/Jalan Kecil

Intensitas kebisingan dari jalan ini

sangat rendah karena jalan ini hanya

dilalui pejalan kaki dan motor yang

hanya lewat sesekali disebabkan

karena lebar jalan yang sempit.

Tabel 4.6 Deskripsi Penangan Kebisingan

Cara Jenis Sifat Kelemahan Keterangan

Bangunan

menjauhi

kebisingan

Ruang Luar Melemahkan/

memperkecil

Vegetasi Meredam Menyaring hawa

alami dan

Pagar Memantulkan

Bangunan Memantulkan

Kontur tanah Meredam dan

memantulkan

Ruang dalam Melemahkan/

memperkecil

Penzoningan

(22)

Penyelesaian

teknis

Bahan Bangunan Memantulkan

dan meredam

Peralatan yang

mahal

Pada

selubung

bangunan

Area sosial (taman.

kolam, dsb)

Memantulkan Pada area

sosial

4.1.6 Analisa Vegetasi

Gambar 4.6 Analisa Vegetasi

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016

Pada sekitar lokasi site terdapat sejumlah vegetasi atau pepohonan yang

sudah ditata dengan baik dan pada tempatnya, tetapi ada juga yang belum.

Pohon yang sudah cukup tua dan rindang menjadi potensi yang harus

dipelihara, karena dapat membantu penghematan energi bangunan dari efek

pembayangan yang dimilikinya dapat mengurangi panas yang masuk ke dalam

(23)

Selain itu, pepohonan ini dapat menjadi buffer atau penyaring pertama

terhadap polusi dan kebisingan yang berasal dari jalan Bandara Kualanamu.

Beberapa jenis pohon yang dapat diterapkan, antara lain:

 Pohon peneduh (seperti pada lahan parkir dan gazebo)

 Pohon berdaun lebar dan rimbun, serta mempunyai dahan yang melebar. Warna daun diusahakan berwarna hijau gelap.

 Pohon pengarah (sebagai pengarah jalan)

 Pohon memiliki batang tinggi dari jenis palem-paleman.  Perdu

 Dipilih dari kombinasi warna merah, hijau tua, hijau muda, dan kuning

dengan batang yang rendah atau tidak berbatang.  Vegetasi penutup tanah (seperti pada taman)

 Rumput yang berdaun lebar dan berakar merambat dengan warna hijau

muda.

Tabel 4.7 Keterangan Analisa Vegetasi Sekitar Site

No. Lokasi Jenis Keterangan

1. Jalan ke bandara -Vegetasi atau pepohonan

pada jalan ini pada bagian

tengah ruas dua jalan sudah

ditata dengan baik dan pada

tempatnya.

-Vegetasi pada pinggir jalan

kurang mendukung sebagai

peneduh dan kurang untuk

mengurangi polusi udara

akibat padatnya lalu lintas

kendaraan. Vegetasi tidak

(24)

2. Jalan

Lingkungan

-Vegetasi di sebelah utara,

barat, dan timur lokasi site

didominasi dengan

perkebunan pohon jagung

dan pepaya.

4.1.7 Analisa Iklim

a. Analisa Matahari

Gambar 4.7 Studi Bayangan

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016

(25)

lebih banyak. Bentuk site yang sedikit memanjang ke arah utara-selatan,

sehingga bagian timur dan barat menjadi lebih luas (menjadi lebih baik bagian

yang terkena sinar matahari langsung timur dan barat ialah yang ukuran

penampangnya kecil). Jadi, perlu mendapat perhatian khusus pada saat

merancang masaa bangunan.

Tabel 4.8 Faktor Radiasi Matahari (SF, W/� ) untuk berbagai orientasi.

Orientasi U TL T TG S BD B BL

130 113 112 97 97 176 243 211 Sumber :Ukuran tingkat radiasi matahari

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa tingkat radiasi (solar factor) untuk orientasi barat dan barat laut adalah yang paling tinggi, sedangkan tingkat

radiasi ke arah timur tidak ada setengah dari radiasi ke arah barat.

Gambar 4.8 Radiasi Sinar Matahari Pada Site

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016.

(26)

b. Analisa Angin

Gambar 4.9 Pergerakan Angin

Sumber : Dokumentasi Pribadi,2016

Angin sore dan pagi hari bisa dimaksimalkan menjadi potensi yang baik

untuk dapat mengurangi pemakaian alat pendingin dalam gedung (bangunan),

salah satunya solusinya yang dapat diterapkan dengan adanya sirkulasi silang

atau kolam (area terbuka).

4.1.8 View Site

View ke Dalam dan ke Luar site

Gambar 4.10 Analisa View ke Dalam dan ke Luar Site

(27)

Tabel 4.9 Gambar View ke Dalam dan Luar

View Site Titik Gambar

View ke Dalam Site

A

B

C

D

(28)

View ke Luar Site

A

B

C

D

E

(29)

4.1.9 Prasarana

Gambar 4.11 Prasarana Sekitar Site

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016.

Prasarana yang mendukung pada site, diantaranya:

 Fasilitas riol kota.

Saluran riol kota di sekitar lokasi site tampak terbuka dan banyak sampah, seperti sampah dari daun-daun pohon yang sudah kering. Keadaan seperti itu menimbulkan pandangan dan bau yang tidak sedap. Terbukanya saluran drainase akan membuat masyarakat sekitar dengan mudah membuang sampah sembarangan yanga menyebabkan saluran menjadi tersumbat. Dengan demikian, perlu dilakukan penutupan saluran drainase sebagai salah satu solusi untuk mencegah tersumbatnya saluran tersebut.

 Fasilitas saluran air bersih  Fasilitas listrik

(30)

4.2 Analisa Fungsional

Kelompok Kegiatan Kantor Sewa Kualanamu

Gambar 4.1 Diagram Kelompok Kegiatan

4.2.1 Analisa Hubungan Antar Ruang

Kelompok Pengelola

Kelompok Service Kelompok Pelengkap

Kelompok Kegiatan Utama

(31)

Keterangan:

: Publik : Privat

: Semi-Publik : Servis

4.2.2 Program Ruang

Luas Lantai Bangunan Efektif

Banyak program arsitektural hanya menghitung luas lantai bangunan

yang dibutuhkan bagi kegiatan penghuni/pengguna bangunan (luas netto) dan

tidak memperhatikan luas lantai yang dibutuhkan untuk sirkulasi (horizontal

dan vertikal), penempatan perlengkapan/peralatan bangunan baik berupa

peralatan mekanikal maupun elektrikal, dan luas lantai yang ditempati oleh

struktur bangunan, baik berupa kolom maupun dinding geser/inti bangunan.

Tabel 4.10 Nisbah Luas Netto terhadap Luas Lantai Bruto

No. Fungsi Bangunan Koefision

1. Apartemen 0,64

2. Asrama 0,65

3. Auditorium 0,70

4. Balai Pertemuan Umum 0,58

5. Bank 0,72

6. Bangunan Institusional/Administrasi 0,67

7. Gedung Parkir 0,85

8. Gudang 0,93

9. Hotel 0,63

10. Museum 0,80

11. Pengadilan 0,61

12. Perbelanjaan/Pertokoan 0,81

13. Perkantoran 0,80

14. Perpustakaan 0,76

15. Restoran 0,70

16. Rumah Sakit 0,55

17. Sekolah (Laboratorium) 0,59 18. Sekolah (Ruang Peragaan Biologi) 0,62 19. Sekolah (Ruang Kelas) 0,66

(32)

Tabel 4.11 Program Ruang dan Besarannya

Luas Bangunan :10.000 meter persegi

(33)

Tabel 4.12 Program Ruang Pengelola Gedung Kantor Sewa

A. Kelompok Kegiatan: Pengelola Gedung Kantor Sewa No. Nama

2. Bagian Pimpinan R.General

3. Bagian Umum (Administrasi dan Statistik) R. Kepala

5. Bagian Keuangan R. Kepala

Bag.

1 2 3 1 4� /org 12� DA

R. Staff 2 2 1 4� /org 8� DA

6. Bagian Teknisi (Ahli Mekanikal, Ahli Elektrikal, Ahli Bangunan, dan sebagainya) R. Kepala

(34)

Tabel 4.13 Program Ruang Sewa

B. Kelompok Kegiatan:Kantor Sewa

No. Nama Ruang Kapasitas

Sirkulasi 30% 1.350�

Total Ruang Sewa . �

Tabel 4.14 Program Ruang Food Court/Kantn dan Coffee Shop

(35)

Tabel 4.15 Program Ruang Resepsionis

D. Kelompok Kegiatan: Resepsionis

No. Nama

Tabel 4.16 Program Ruang Servis dan Utilitas

E. Kelompok Kegiatan: Servis dan Utilitas

(36)

R. Panel

Sirkulasi 30% 212,37�

(37)

Tabel 4.17 Program Ruang Tempat Parkir Kendaraan

F. Kelompok Kegiatan: Tempat Parkir Kendaraan

No. Nama

SBT: Struktur Bangunan Tinggi

AS: Analisa/AsumsI

PPBK: Panduan Perancangan Bangunan Komersial

Kebutuhan Ruang

Analisis kebutuhan ruang kantor dan fasilitas pendukung didasarkan pada

jumlah pengguna bangunan kantor. Pengguna kantor sekitar 248.945 orang (prediksi

tahun 2025). Jumlah penghuni bangunan perkantoran adalah 1 setiap 2 � , luas bruto

maka luas bangunan :

248.945 x 2 m = 497.890 m ,

karena ada batasan site luas bangunan maksimal 10. � , maka asumsikan sebesar

2% dari luas 497.890 �

� . = . , m

Jadi, penghuni bangunan kantor:

. , m

(38)

Fasilitas pendukung yang berada di Kantor Sewa Kualanamu seluruhnya

diperuntukkan bagi penghuni bangunan.

A. Kebutuhan Kantor Sewa Kualanamu

Terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu small space, medium space, dan large space.

B. Kebutuhan Ruang Bank

Dengan adanya Kantor Cabang Pembantu (KCP) Bank Umum akan

mempermudah karyawan, pebisnis, dan masyarakat sekitar dalam bertransaksi.

Dalam kawasan ini bank yang akan direncanakan adalah Bank

Swasta/Pemerintah.

C. Kebutuhan Ruang Food Court/Kantin

Dengan adanya kantin, karyawan dapat menghemat waktu dibanding bila

harus pergi ke luar untuk makan setiap harinya. Penggunaan kantin mulai pagi

jam 08.00-20.00 WIB. Jam sibuk/makan siang = jam 12.00-14.00 WIB = 2

jam. Rentang waktu berada di kantin/orang diasumsikan sekitar 45

menit/orang.

Jadi, frekuensi per kursi :

menit

menit = , orang/kursi Diasumsikan dari kapasitas total gedung sekitar 1.000 orang :  60% makan di food court/kantin = 600 orang

 25% makan di coffee shop  10% makan di luar

 5% lain-lain

Jadi, dapat dihitung kapasitas kantin sebesar: orang

, orang/kursi = , kursi = kursi dibulatkan

Menurut buku Panduan Sistem Bangunan Tinggi, luas bruto restoran: m /

(39)

D. Kebutuhan Ruang Coffee Shop

Dari analisis kebutuhan food court/kantin di atas, didapat asumsi 25% pengguna bangunan makan di coffee shop pada jam makan siang, yaitu: 25% x

1.000 orang = 250 orang. Asumsi rentang waktu berada di coffee shop lebih singkat (±30 menit).

Jadi, frekuensi per kursi:

menit

menit = orang/kursi Jadi, dapat dihitung kapasitas kantin sebesar:

orang

orang/kursi = . kursi = kursi dibulatkan

Luas bruto restoran: , m /kursi. Dengan demikian luas bruto restoran di

Kantor Sewa Kualanamu sebesar: 63 kursi x , m /kursi = m .

E. Kebutuhan ATM Centre

Diasumsikan sebesar 1% dari luas bruto kantor:

� . � = �

F. Kebutuhan Kantor Pengelola

Diasumsikan sebesar 5% dari luas bruto kantor:

� . � = �

G. Kebutuhan Ruang Parkir

Berdasarkan standar parkir menurut buku Panduan Sistem Bangunan

Tinggi, standar jumlah parkir ditentukan berdasarkan luas bruto kantor, yaitu

setiap 1 unit mobil m luas bruto kantor. Luas kantor yang telah

ditentukan berdasarkan kebutuhan mencapai . m , maka kapasitas parkir

(40)

parkir motor per unit adalah 1 m x 2 m = m . Luas netto parkir motor

mencapai 200 unit x m /unit = m . Jika ditambah dengan sirkulasi

sebesar 20%, maka luas parkiran mobil mencapai m .

(41)

I. Kebutuhan Peralatan Untuk Plambing Office/Kantor

Tipe Bangunan Closet Urinal Wastafel Bangunan Umum

Sumber: Terjemahan Mechanical & Electrical Equipment for Building Jadi, dengan total penghuni 1000 orang, maka dibutuhkan sebanyak 7

Total Bangunan Kantor Sewa Kualanamu

9.036,17

6. R. Parkir . �

(42)

4.2.3 Bentuk

4.2.3.1 Pola Masaa Bangunan

Pemilihan pola massa bangunan dipertimbangkan terhadap beberapa

faktor seperti hubungan dan sifat kegiatan, penyesuaian bentuk tapak, luas

lahan, struktur bangunan, pencapaian dan sirkulasi, orientasi bangunan, dan

efisiensi pelayanan.

Tabel 4.18 Pola Massa Bangunan

Sumber :Bentuk dasar bangunan

4.3.2.2 Analisa Bentuk Dasar Bangunan a. Pengertian Bentuk

Dalam seni dan perancangan, istilah bentuk seringkali

dipergunakan untuk menggambarkan struktur formal sebuah pekerjaan

yaitu cara dalam menyusun dan mengkoordinasi unsur-unsur dan

bagian-bagian dari suatu komposisi untuk menghasilkan suatu gambaran nyata.

Bentuk dapat dihubungkan baik dengan garis internal maupun garis

eksternal serta prinsip yang memberikan kesatuan secara menyeluruh.

b. Pada umumnya bentuk dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu :

 Bentuk beraturan

(43)

umumnya bentuk-bentuk tersebut bersifat stabil dan simetris

terhadap satu sumbu atau lebih. Bola, silinder, kerucut, kubus, dan

piramida merupakan contoh utama bentuk-bentuk beraturan.  Bentuk tak beraturan

Bentuk tak beraturan adalah bentuk yang bagian-bagiannya

tidak serupa dan hubungan antar bagiannya tidak konsisten. Pada

umumnya bentuk ini tidak simetris dan lebih dinamis dibandingkan

bentuk beraturan. Bentuk tak beraturan bisa berasal dan bentuk

beraturan yang dikurangi oleh suatu bentuk tak beraturan ataupun

hasil dan komposisi tak beraturan dari bentuk-bentuk beraturan.

Bentuk mempunyai wujud – wujud dasar yang terdiri dari,

lingkaran, segitiga, dan bujur sangkar.

Dari bentuk geometri kita dapat mengetahui wujud – wujud

beraturan adalah lingkaran dan satu seri segi banyak beraturan (

yang memiliki sisi dan sudut – sudut yang sama ) yang tidak

terhingga banyaknya yang dapat dilukiskan dalam lingkaran

tersebut. Dari hal – hal diatas yang paling jelas adalah wujud –

wujud primer : lingkaran, segitiga, dam bujur sangkar.

a. Lingkaran adalah serentetan titik – titik yang disusun dengan

jarak yang sama dan seimbang terhadap sebuah titik.

b. Segitiga adalah sebuah bidang datar yang dibatasi oleh tiga

sisi dan mempunyai tiga buah sudut.

c. Bujur sangkar adalah sebuah bidang datar yang mempunyai

empat buah sisi yang sama dan empat buah sudut 90 derajat

Tabel 4.19 Bentuk Dasar Bangunan

(44)

4.3 Analisa Teknologi

4.3.1 Struktur

Ketentuan yang perlu diperhatikan pada bangunan tinggi adalah

perbandingan antara tinggi bangunan (H) dengan lebar bangunan (B), karena

agar bangunan aman terhadap gaya lateral dan proporsional. Perkembangan

teknologi struktur dengan baja dan beton bertulang, kemungkinan untuk

merencanakan bangunan tanpa pertimbangan bagaimana struktur tersebut dapat

didukung dan dibangun setidaknya pada proses tahap persiapan atau

pendahuluan.

Berikut adalah jenis-jenis struktur gedung bangunan tinggi yang lazim

dibangun dan menjadi acuan dalam perancangan.

Gambar 4.12 Struktur dengan Bahan Beton

Sumber : Buku Sistem Bangunan Tinggi

Gambar diatas memperlihatkan sistem struktur untuk bangunan tinggi

yang menggunakan bahan beton (beton bertulang). Terlihat bahwa Portal Kaku

(Rigid Frame) hanya dapat digunakan untuk bangunan dengan ketinggian

maksimal 20 lantai. Jika bangunan ingin mencapai ketinggian sampai dengan

50 lantai, maka portal harus diperkaku dengan dengan dinding geser

(Rigid-Frame-Shear Wall). Bangunan dengan struktur beton hanya dapat digunakan

untuk maksimal ketinggian 80 lantai. Hal ini disebabkan oleh berat sendiri

(45)

Gambar 4.13 Struktur dengan Bahan Baja

Sumber : Buku Sistem Bangunan Tinggi

Bangunan tinggi yang menggunakan bahan struktur baja (baja komposit)

dapat digunakan sampai ketinggian 140 lantai. Dari kedua gambar diatas dapat

disimpulkan bahwa bahan struktur baja lebih mampu mendukung bangunan

yang lebih tinggi dibandingkan sistem yang sama pada struktur bahan beton.

Pemisahan Bangunan (Dilatasi)

Dilatasi digunakan pada pertemuan antara bangunpraktek dalam an yang

rendah dengan yang tinggi, antara bangunan induk dengan bangunan sayap,

dan bagian bangunan lain yang mempunyai kelemahan geometris. Di samping

itu, bangunan yang sangat panjang tidak dapat menahan deformasi akibat

penurunan pondasi, gempa, muai susut, karena akumulasi gaya yang sangat

besar pada dimensi bangunan yang panjang, dan menyebabkan timbulnya

retakan atau keruntuhan sruktural.

Gambar 4.14 Pemisahan Bangunan

(46)

Dalam praktek terdapat beberapa bentuk pemisahan bangunan yang

umum digunakan, diantaranya:

 Dilatasi dengan dua kolom  Dilatasi dengan balok kantilever  Dilatasi dengan balok gerber  Dilatasi dengan Konsol

Gambar 4.15 Ragam Dilatasi pada Bangunan

Sumber : Buku Sistem Bangunan Tinggi 4.3.2 Konstruksi

a. Pondasi bangunan (Sub Structure)

Dalam memilih pondasi yang sesuai untuk Kantor Jasa Pengiriman

Barang, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:  Keadaan tanah pondasi

1. Bila tanah pendukung pondasi terletak pada 2-3 meter di

bawah permukaan tanah, maka pondasinya yaitu pondasi

telapak.

2. Bila tanah pondasi terletak pada kedalaman sekitar 10 meter

di bawah permukaan tanah maka pondasi yang dipakai ialah

pondasi tiang / tiang apung.

3. Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman

sekitar 20 meter di bawah permukaan tanah maka pondasi

(47)

4. Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman 30

meter di bawah permukaan tanah, maka pondasi yang dipakai

ialah tiang baja atau tiang yang dicor ditempat.

5. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya, harus

memperhatikan kondisi beban, sifat dinamis bangunan, dan

kegunaan bangunan.

 Batasan-batasan dari sekelilingnya

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, khususnya bila ada di dalam

kota, ada beberapa keadaan dimana diusahakan dengan cara apapun

untuk memasukkan kondisi lingkungan ke dalam pertimbangan

perancangan.

b. Badan dan Atap Bangunan (Upper Structure)

 Struktur Badan

Pemilihan struktur badan berdasarkan pertimbangan dapat

memenuhi fungsi bangunan serta ekonomis, tahan gempa, dan

mudah dalam pelaksanaannya.

 Rangka Atap

Struktur atap merupakan struktur atap yang menggunakan truss

atau rangka kaku yang ringan, efisien, dan dapat mengekspresikan

bentuk bangunan dengan bebas.

4.3.3 Utilitas

a. Elektrikal

 Sumber arus dari PLN dan dari generator sebagai energi cadangan.

Jika arus dari PLN padam, sebelum generator bekerja, digunakan

satu daya bebas bangunan Uninterupted Power Supply (UPS).  Penempatan generator di basement.

(48)

Gambar 4.3 Diagram Skematik Elektrikal

b. Plumbing

1. Air limbah padat

Sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota, air kotor

harus melewati proses treatment terlebih dahulu.

Gambar 4.4 Diagram Skematik Air Limbah Padat

(49)

Gambar 4.5 Diagram Skematik Air Bersih 3. Air limbah cair

Sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota, air buangan

harus terlebih dahulu melalui treatment.

Gambar 4.6 Diagram Skematik Air Limbah Cair c. Pengkondisian Udara

1. Kenyamanan thermal secara alami dapat diperoleh dengan cara :  Penggunaan sun screen dan shading

 Penggunaan sistem kaca ganda

2. Kenyamanan thermal secara buatan dapat diperoleh dengan cara :

 Penghawaan sistem AC Central

 Penghawaan sistem AC Packege (split)

(50)

d. Sistem Kebakaran

Sistem pemadam kebakaran terbagi atas tiga, yaitu:

1. Pencegahan, terdiri atas deteksi asap dan deteksi panas

2. Penanggulangan

Fire hydrant : melayani area seluas 500-800 m2

Fire extinguser : melayani area seluas 200-250 m2 dengan

jarak antara dua unit 20-25 m yang merupakan alat kebakaran

portabel.

Pilar hydrant : diletakan di luar bangunan

Sprinkler : melayani area seluas 10-25 m2/spinkler

yang bekerja secara otomatis untuk memadamkan api sedini

mungkin.

Penyelamatan dengan menggunakan tangga kebakaran. Syarat tangga

kebakaran adalah:

 Terbuat dari bahan tahan api  Terdapat penekanan asap

 Di lantai dasar langsung ke luar ke alam bebas  Radius penempatan kira-kira 40 m

3. Sistem Akustik

 Pengendali bunyi dalam ruang, diantaranya adalah:

 Bahan berpori, Karakteristik akustik dasar semua bahan

berpori adalah suatu jaringan selular dengan pori-pori yang

saling berhubungan.

 Penyerap Panel/Selaput, berfungsi untuk mengimbangi

penyerapan frekuensi sedang dan tinggi yang agak

berlebihan oleh penyerap berpori dan isi ruang.

 Karpet dan Kain, digunakan karena menyerap bunyi bising di udara yang ada di dalam ruang.

4.4 Analisa dan Penerapan Tema (pendekatan perancangan) a. Bekerja sama dengan iklim

(51)

penggunaan shading dan dapat memperindah fasad bangunan bila

didesain dengan baik.

Roof garden dapat membantu merendahkan temperatur dan

menyimbangkan udara dalam ruangan.

Natural Ventilation Design untuk sirkulasi udara secara alami

denga cross ventilation.

Cool Pain for Facade untuk mengurangi radiasi sinar matahari

yang masuk ke dalam bangunan.

b. Konservasi Energi

 Efesiensi terhadap energi cahaya (lampu) dengan penggunaan

cahaya matahari alami.

 Penggunaan lampu hemat energi dapat menyediakan penerangan

yang cukup besar dengan penggunaa energi yang sedikit.

 Penanaman tumbuh-tumbuhan.

 Tempat penyimpanan air hujan yang kemudian dapat dimanfaatkan dalam bangunan.

 Tempat penampungan air hujan untuk dialirkan ke tanaman.

Sensor operated automatic flushing system Dapat mengatur jumlah

air yang keluar dan mencegah terjadinya pemakaian yang

berlebihan. dengan adanya sensor, maka air akan berhenti dengan

sendirinya bila tidak digunakan.

4.5 Kesimpulan

a. Kantor Sewa ini menggunakan pola massa bangunan tunggal dengan

hubungan kegiatan dan pengelompokan kegiatan jelas, mudah dikontrol,

orientasi banguan jelas, dan efisiensi pelayanan lebih cepat.

b. Bentuk bangunan kantor adanya perpaduan bentuk bujur sangkar dengan

lingkaran, karena dari kriteria kesesuaian bentuk site, orientasi bangunan,

efisiensi ruang dan kesan yang ingin dicapai cukup cocok untuk

bangunan kantor.

(52)

d. Kantor ini memiliki sistem utilitas yang meliputi elektrikal, plumbing,

pengkondisian udara, dan sistem kebakaran.

e. Kantor ini menerapkan arsitektur hijau/tropis, seperti:

 Proteksi terhadap bagian luar bangunan dengan penggunaan

shading and over hang, double facade.

Roof garden.

Natural Ventilation Design untuk sirkulasi udara secara alami

denga cross ventilation.

Cool Pain for Facade.

 Efesiensi terhadap energi cahaya (lampu) dengan penggunaan cahaya matahari alami.

 Penggunaan lampu hemat energi.

 Penanaman tumbuh-tumbuhan.

 Tempat penyimpanan air hujan yang kemudian dapat dimanfaatkan

dalam bangunan.

 Tempat penampungan air hujan untuk dialirkan ke tanaman.

(53)

BAB V

KONSEP PERANCANGAN

5.1 Konsep Perancangan Tapak

5.1.1 Zona Ruang Luar

Dalam zona ruang luar, ada faktor-faktor yang menjadi perhatian utama

dalam perancangan site, yaitu sirkulasi kendaraan, pedestrian (sirkulasi pejalan

kaki), dan sirkulasi loading dock, vegetasi yang dirancang untuk pengarah jalan atau sebagai pembatas, dan lahan parkir untuk mobil dan motor.

 Pintu masuk utama gedung kantor melalui jalan raya ke bandara, dimana jalan ini merupakan jalan utama yang dilalui oleh kendaraan dan

aksesnya yang mudah dan terintegrasi dengan kargo bandara.

Gambar 5.1 Zona Site

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016

5.1.2 Sirkulasi Ruang Luar

Jalur sirkulasi yang aman, nyaman dan menerus menjadi prioritas dalam

perancangan sirkulasi pedestrian. Pedestrian yang demikian akan mendorong

orang untuk berjalan kaki untuk menuju ke tempat-tempat publik di sekitar site

(54)

Sirkulasi kendaraan dirancang agar mudah dilalui pengguna kantor

maupun pengunjung yang datang ke kantor . Sirkulasi kendaraan mulai masuk

dan keluar sama-sama dari dan ke jalan raya bandara.

Gambar 5.2 Sirkulasi Ruang Luar

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016

5.2 Konsep Perancangan Bangunan

5.2.1 Massa Bangunan

(55)

Faktor utama dalam pembentukan massa bangunan adalah bentuk site

yang memanjang dari arah selatan ke utara dan lokasi site yang berada di jalan

raya ke bandara. Bangunan dirancang dengan tower plan dengan sistem open

layout pada lantai-lantai sewanya yang memudahkan penyewa untuk mengolah

ulang rancangan ruang sewanya.

Pada bentukan massa (Gambar 2.3) juga memudahkan pergerakan udara

(sistem ventilasi alami), kemudian disusun bertingkat dengan jumlah 7 lantai

bagi penghuni bangunan. Susunan bertingkat ini juga menguatkan orientasi

awal bangunan terhadap jalan.

5.2.2 Zona Dalam Bangunan

Gambar 5.4 Zona Dalam Bangunan

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016

Gambar 5.5 Zona Pada Lantai 1

(56)

Gambar 5.6 Zona Pada Lantai 2 dan Lantai Tipikal 3-5

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016

Fasilitas-fasilitas penunjang kantor sewa yang sifatnya lebih publik,

seperti kantin/food court, coffee shop, terletak di lantai dasar atau lantai satu, sedangkan unit-unit kantor sewa yang sifatnya privat terletak di lantai-lantai di

atasnya dua sampai tujuh.

5.2.3 Sirkulasi Dalam Bangunan

Pada bentuk ini, ruang-ruang di setiap lantai dicapai melalui suatu jalur

sirkulasi vertikal yang terletak di bagian tengah bangunan, dengan pembagian

ruang-ruang tipikal di setiap lantainya dengan akses yang merata ke semua

bangunan atau untuk mendapatkan keseimbangan pencapaian ke semua sudut

lantai dalam bangunan, sedangkan sirkulasi secara horisontal dirancang jelas

dan terarah.

Gambar 5.6 Sirkulasi Horizontal Pada Lantai

(57)

Gambar 5.7 Sirkulasi Vertikal Pada Bangunan

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016

5.3 Konsep Perancangan Struktur Bangunan

5.3.1 Struktur dan Konstruksi

Struktur utama bangunan berupa kolom-kolom yang berpola grid. Sistem

struktur ini dipilih karena ideal untuk bangunan 20 lantai ke bawah. Dengan

struktur ini maka dapat disusun layout ruang-ruang dalam yang lebih efisien.

Pola grid yang digunakan dengan ukuran disesuaikan.

Gambar 5.8 Pola Grid

(58)

5.3.2 Pemilihan Jenis Struktur, Bahan, dan Sistem Struktur

Bangunan menggunakan structure rigid frame, yang memiliki

kemampuan untuk menahan gaya pada arah vertikal dan horizontal. Sistem

struktur ini dipilih karena ideal untuk bangunan 20 lantai ke bawah. Dengan

struktur ini maka dapat disusun layout ruang-ruang dalam yang lebih efisien.

Struktur rigid bereaksi terhadap beban lateral, terutama melalui lentur

balok dan kolom. Dan pada inti bangunan memuat sistem-sistem mekanis dan

transportasi secara vertikal. Keuntungan dari struktur ini mudah pelaksanaan,

tahan gempa, dan ekonomis, bukaan dan pembagian ruang lebih bebas karena

dinding hanya sebagai struktur pengisi.

5.3.3 Metoda Membangun dan Tahapan Pembangunan

5.4 Konsep Dasar (Penerapan Tema Pada Bangunan)

5.4.1 Orientasi Bangunan

Orientasi bangunan menghadap ke arah selatan, karena adanya akses

masuk bangunan dari jalan raya di depan site. Dari bentuk massa bangunan

(Gambar 5.3) adanya sisi terluas bangunan/luas penampang bangunan di sisi

timur dan barat yang akan banyak terkena sinar matahari, sehingga perlu

dirancang dengan baik pada sisi timur dan barat bangunan sesuai dengan tema

yang diterapkan.

5.4.2 Bekerja sama dengan iklim

 Proteksi terhadap bagian luar bangunan dengan penggunaan shading and

over hang dapat melindungi fasad bangunan dari panas yang berlebihan,

double facade berfungsi sama dengan penggunaan shading dan dapat

memperindah fasad bangunan bila didesain dengan baik.

Roof garden dapat membantu merendahkan temperatur dan

menyimbangkan udara dalam ruangan.

Natural Ventilation Design untuk sirkulasi udara secara alami denga

cross ventilation.

Cool Pain for Facade untuk mengurangi radiasi sinar matahari yang

(59)

5.5 Konsep Perancangan Utilitas Bangunan

Sistem sentralisasi digunakan dalam bangunan kantor ini. Jaringan

utilitas dipusatkan dalam suatu pusat distribusi yang bisa disebut “ core utility ( pusat utilitas ).

Gambar 5.9 Sistem Sentralisasi

Sumber: Stephen Mullin, Planning Office Space 1992 Core

Core didalam bangunan. Struktur core menjadi satu dengan bangunan,

core menjadi struktur utama, sebagai pengaku bangunan. Selain itu, jarak

pencapaian dari bagian-bagian bangunan relatif sama , menguntungkan dalam

perencanaan jaringan utilitas.

Gambar 5.10 Core didalam bangunan

(60)

5.5.1 Sistem Penyediaan Air Bersih

Kebutuhan akan air bersih didasarkan atas pertimbangan dari kapasitas

kebutuhan pemakai bangunan, sumber air bersih lingkungan yang ada,

karakteristik pemakai air bersih, dan sistem distribusi yang digunakan.

Sistem penyediaan air bersih dapat dilakukan dengan menggunakan

sumber air bersih PAM ( Perusahaan Air Minum). Untuk mendistribusi air

bersih, air yang berasal dari sumber air ditampung terlebih dahulu pada tangki

bawah kemudian dipompa ke atas, untuk selanjutnya disalurkan ke setiap lantai

di bawahnya dengan memanfaatkan gravitasi dan dibantu dengan pompa tekan.

Gambar 5.1 Diagram Skematik Air Bersih

Sumber : www.google.com/diagram skematik utilitas

5.5.2 Pengolahan Limbah

Penanggulangan air kotor memerlukan pengolaha yang baik dengan

mempertimbangkan kesehatan lingkungan dalam dan luar bangunan(terutama

bau tidak sedap atau polusi udara), efektifitas dan efisiensi pengolahan,

(61)

Gambar 5.2 Diagram Skematik Air Limbah Padat dan Cair

Sumber : www.google.com/diagram skematik utilitas 5.5.3 Sistem Penanggulangan Kebakaran

5.5.4 Ssitem Elektrikal

Sumber daya listrik utama bangunan berasal dari PLN melalui jaringan listrik kota.

Gambar 5.3 Diagram Skematik Sistem Elektrikal

(62)

Gambar 5.4 Diagram Skematik Sistem Telepon

Sumber : www.google.com/diagram skematik utilitas 5.5.5 Sistem Transportasi Vertikal

Transportasi vertikal pada bangunan kantor ini menggunakan lift yang terletak pada inti bangunan.

Gambar 5.11 Transportasi Vertikal

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016

5.5.6 Sitem Penangkal Petir

(63)

komponen-komponen dan peralatan-peralatan yang secara keseluruhan berfungsi untuk menangkap petir dan menyalurkan ke tanah.

Gambar 5.12 Inti Pusat Bangunan

Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi

Sistem penangkal petir yang digunakan adalah Penangkal Petir Sistem Thomas. Sistem Thomas mempunyai jangkauan perlindungan bangunan yang lebih luas, dengan tiang penangkap petir dan sistem pengebumiannya. Penangkap petir adalah penghantar-penghantar di atas atap berupa eletroda logam yang dipasang tegak dan elektroda logam yang dipasang mendatar, sedangkan sistem pengebumian adalah suatu sistem dengan elektroda-elektroda pengebumian yang saling berhubungan dengan penghantar pengebumiannya, dan berfungsi untuk menyebarkan arus petir di dalam tanah.

Gambar 5.13 Penangkap Petir dan Pengebumian Sistem Thomas

(64)

BAB VI

GAMBAR PERANCANGAN

6.1 Gambar Arsitektural

6.1.1 Perspektif

a. Ekterior

Gambar 6.1 Perspektif mata manusia

(65)

b. Interior

Gambar 6.3 Interior Coffee Shop

Gambar 6.4 Interior Kantin (kiri) dan Lobby Office (kanan)

(66)
(67)

6.1.3 Ground Plan

(68)

6.1.4 Denah

(69)

b. Denah Lantai 2

(70)
(71)

d. Denah Roof Top

(72)

6.1.5 Tampak

(73)

b. Tampak Belakang (Utara)

(74)
(75)

d. Tampak Samping Kiri (Barat)

(76)

6.1.6 Potongan

(77)

b. Potongan B-B’

(78)

6.2 Gambar Struktural

(79)

6.2.2 Pembalokan

a. Pembalokan Lantai 2

(80)
(81)

6.2.3 Detail

a. Jendela

(82)
(83)

c. Pondasi

(84)

6.3 Gambar Utilitas

6.3.1 Elektrikal

(85)

b. Elektrikal Lantai 2

(86)
(87)

d. Elektrikal Roof Top

(88)

6.3.2 Plumbing

(89)

b. Plumbing Lantai 2

(90)
(91)

d Plumbing Roof Top

(92)

6.3.3 Sistem Kebakaran

(93)

b. Sistem Kebakaran Lantai 2

(94)
(95)

6.3.4 Penghawaan

a. Penghawaan Lantai 1

(96)
(97)

c. Penghawaan Lantai 3-7

(98)
(99)

6.3.5 Telepon

a. Telepon Lantai 1

(100)
(101)

c. Telepon Lantai 3-7

(102)
(103)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terminologi Judul

Kantor

 Kantor, berasal dari bahasa Belanda“kantoor” , adalah sebutan untuk tempat yang digunakan untuk perniagaan atau perusahaan yang

dijalankan secara rutin. Kantor hanya berupa suatu kamar atau ruangan

kecil maupun bangunan bertingkat tinggi.

 Menurut Cyril M. Harris dalam bukunya “Dictionary of Architecture and Construction” , kantor berarti bangunan yang digunakan untuk tujuan professional ataupun administrasi dan tidak ada bagian yang

dipergunakan untuk keperluan hunian, kecuali oleh para penjaga dan

pembersih kantor.

 Sewa atau rent berarti perjanjian peralihan hak milik dari bangunan, tanah dan lain-lain, selama jangka waktu tertentu dan biasanya dengan

pembayaran pada waktu tertentu pula.

Kantor Sewa

Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa kantor sewa adalah suatu wadah

atau tempat (bangunan) komersial dengan fungsi utama menyediakan ruang

usaha untuk mewadahi kegiatan bisnis dengan pelayanan profesional dengan

cara menyewakan lantai (ruangan) kepada pihak-pihak yang memerlukan demi

kelancaran kerjanya selama jangka waktu tertentu disertai dengan pembayaran

pada waktu tertentu pula.

2.2 Tinjauan Umum

Bisnis pengiriman atau pengangkutan barang melalui angkutan udara

(kargo) memiliki prospek usaha yang sangat strategis. Jumlah peningkatan

akan pengangkutan/pengiriman barang melalui angkutan udara mempengaruhi

peningkatan jumlah perusahaan yang terkait dalam sektor perusahaan jasa,

(104)

Tabel 2.1 Produksi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Domestik

T

Sumber: Direktorat Jendral Perhubungan Udara- Kementerian Perhubungan

Tabel 2.2 Produksi Angkutan Udara Niaga Berjadwal International

Sumber: Direktorat Jendral Perhubungan Udara- Kementerian Perhubungan

(105)

Tabel 2.3 Lalu Lintas Penumpang dan Barang Angkutan Udara Penerbangan Luar Negeri di Lima Bandar Udara Utama

(106)

Tabel 2.4 Lalu Lintas Penumpang dan Barang Angkutan Udara Penerbangan Dalam Negeri di Lima Bandar Udara Utama

Sumber: Laporan dari PT. Angkasa Pura I, II

Berdasarakan tabel diatas akan diprediksi jumlah barang (ton) yang akan ada pada

Bandara Kualanamu sampai pada tahun 2025.

x= . − . + . − . + . − . + . − . + . − .

x= − . + + + . + . = . = ton

x=rata-rata kenaikan per tahun, maka prediksi pada tahun 2025 adalah

(107)

Tabel 2.5 Prediksi Jumlah Barang Pada Kargo Bandara

Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah

dan komposisi tenaga kerja akan terus mangalami perubahan seiring dengan

berlangsungnya proses demografi. Bagian dari tenaga kerja yang aktif dalam

kegiatan ekonomi disebut angkatan kerja. Jumlah penduduk Deli Serdang yang

merupakan angkatan kerja, didasarkan pada hasil Sakernas bulan Agustus

2014, ada sebanyak 898.033 jiwa yang terdiri dari 835.162 jiwa terkategori

bekerja dan sebesar 62.871 jiwa terkategori mencari kerja dan tidak bekerja

(pengangguran terbuka), sedangkan dan pada kondisi 2013, terdapat 754.454

jiwa terkategori bekerja dan sebesar 61.529 jiwa terkategori mencari kerja dan

(108)

Tabel 2.6 Penduduk Yang Bekerja di Deli Serdang (%)

Uraian 2012 2013 2014

Sektor pertanian 19,12 16,95 17,01

Sektor industri

pengolahan

14,59 13,37 13,90

Sektor konstruksi 22.14 24,71 22,75

Sektor

Keterangan: *) Sektor lainnya: (Pertambangan dan Penggalian,

Listrik, Gas dan Air, Angkutan, dan Komunikasi, Keuangan,

Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah Dan Jasa

Perusahaan)

Sumber: Statistika Daerah Kabupaten Deli Serdang 2015 dan 2014

Berdasarakan tabel diatas akan diprediksi presentase jumlah pekerja di bidang

Jasa Perusahaan, Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan sampai pada tahun

2025.

x= , − , + , − ,

x= , + − , = , = , %

x=rata-rata kenaikan per tahun, maka prediksi pada tahun 2025 adalah

P = P + n. x

(109)

Tabel 2.7 Jumlah Tenaga Kerja Kabupaten Deli Serdang Tahun Jumlah Penduduk

(Orang)

Sumber: Statistika Daerah Kabupaten Deli Serdang 2015 dan 2014

Jumlah Penduduk yang bekerja, adalah:

a = 835.162 - 754.545 = 80.708

x = .

. � % = , % = 0,0966

Untuk memproyeksikan jumlah pekerja di Deli Serdang pada tahun 2025,

menggunakan rumus Eksponensial yang dipakai.

Perhitungan dengan Eksponensial menggunakan rumus matematis sebagai

berikut:

P = P + � Dimana:

P : Jumlah Pekerja Tahun Ke − n P : Jumlah Pekerja Awal

r: Rata-rata Pertumbuhan Pekerja

n: Jumlah Tahun

P − =p + . −

P = . , P = . ,

P = . . orang (prediksi tahun 2025) Maka banyaknya pekerja yang bekerja di sektor Jasa Perusahaan, Keuangan,

Asuransi, dan Usaha Persewaan Bangunan, adalah:

,

� . . orang = . orang (prediksi tahun 2025)

Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang diimbangi dengan pertumbuhan

lapangan kerja akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun.

Jumlah penduduk yang bekerja tidak selalu menggambarkan jumlah kesempatan

kerja yang ada. Hal ini dikarenakan sering terjadinya mismatch dalam pasar kerja. Pada tahun 2014, dari total angkatan kerja sebesar 898.033 orang, sekitar 93

Referensi

Dokumen terkait

Setelah semua data dikumpulkan, lalu diolah dengan melakukan analisis, dari pengolahan dan analisis data diperoleh jawaban sekaligus kesimpulan penulisan ini yaitu

Pengolahan data, Dalam perancangan interior ini data yang didapat berupa data hasil survey, observasi lokasi, observasi tipologi, wawancara dan literatur dikumpulkan dan

Melakukan analisis dari data yang telah dikumpulkan melalui survey lokasi dan diolah ke dalam konsepsi perancangan bangunan Pusat Informasi Kakao. Hasil dari

telah dilaksanakan selama setahun yang lalu.; Data realisasai APBD Tingkat I dikumpulkan melalui survey Statistik keuangan daerah Pemda Tingkat I.. Data yang dikumpulkan melalui

acuan dalam proses perencanaan dan perancangan rumah retret Katolik di Kabupaten Semarang. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan survey lapangan pada lokasi

Langkah-langkah yang diambil untuk membuat suatu perancangan sistem pendukung keputusan (SPK) kenaikan jabatan strutural adalah pengumpulan data kepegawaian, menyusun

Berdasarkan analisa, perancangan Kantor Sewa Kuala Namu berada di kawasan yang berpotensi untuk pembangunan kantor sewa dengan lokasi yang strategis yaitu berada di dekat

Pengumpulan data menggunakan metode survey, observasi, dan pencatatan dokumen mengenai pola perjalanan penduduk pada lokasi tersebut yang mengacu pada data sekunder dalam menentukan