Daftar Pustaka
Administrator. 2014. Aerotropolis dan Masa Depan Kualanamu, (Online) , ( http://www.kualanamu-airport.co.id/id/information/news-detail/aerotropolis-dan-masa-depan-kualanamu-895, diakses 28 Februari 2016).
Badan Pusat Statistik Medan (2007) Medan Dalam Angka
Chiara, Joseph (editor). 1990. Time Saver Standard: Building System & Material. New York: McGraw Hill.
De Chiara. Joseph, and John Calender. 1981. Time Saver Standard for Building Types. Mcgraw Hill Book Company. New York.
Direktorat Jendral Perhubungan Udara-Kementerian Perhubungan
Fokusmedan. 2014. BANDARA KUALANAMU DITARGETKAN SEBAGAI KAWASAN
TERPADU, (Online) ,
(http://www.sumutprov.go.id/berita-lainnya/420-
pengembangan-aerotropolis-kualanamu-terintegrasi-dengan-mp3ei-dan-ksn-mebidangro, diakses 28 Februari 2016).
Heryanto, Sani. 2004. ARSITEKTUR BANGUNAN HEMAT ENERGI, (Online),
(http://dspace.library.uph.edu:8080/bitstream/123456789/1178/2/jia-01-01-2004-arsitektur_bangunan_hemat_energi.pdf, diakses 28 Februari 2016).
Juwana Ir. Jimmy S., MSAE (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta: Erlangga.
Marlina, Endy. 2008. Panduan Perancangan Bangunan Komersial. Yogyakarta: Andi. Mechanical Electrical Equipments, 1980
Mukhtar. 2012. Pengertian Kantor, (Online) ,
Republik Indonesia, 1991 Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan, Jakarta: Menteri
Republik Indonesia, 2010 Tata Cara Pemeriksaan Keamanan Penumpang, Personel
Pesawat Udara Dan Barang Bawaan Yang Diangkut Dengan Pesawat Udara Dan
Orang Perseorangan, Jakarta: Menteri Perhubungan
Poerba, Hartono. 2002. Utilitas Bangunan, edisi ke-4. Jakarta: Djambatan.
Snyder, James C.& Catanese, Anthony J. (1989) Pengantar Arsitektur. Jakarta: Erlangga.
Sukawi. 2011. PENERAPAN KONSEP SADAR ENERGI DALAM PERANCANGAN
ARSITEKTUR YANG BERKELANJUTAN, (Online) ,
(http://eprints.unsri.ac.id/121/1/Pages_from_PROSIDING_AVOER_2011-16.pdf, diakses 28 Februari 2016).
Statistika Daerah Kabupaten Deli Serdang 2015 dan 2014
Tangoro, Dwi. 2004. Utilitas Bangunan. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
BAB III
METODOLOGI
Bab III ini merupakan uraian tahapan-tahapan perancangan yang berisi
mengenai penjelasan kerangka pendekatan, metode, dan teknik analisa yang
akan digunakan untuk menghasilkan desain bangunan.
3.1. Metode Perancangan
Metode perancangan merupakan upaya untuk menemukan komponen
fisik yang tepat dari sebuah struktur fisik (Christopher Alexander, 1983). Ada
dua jenis metode perancangan dalam arsitektur yaitu metode tradisional yang
disebut sebagai black box dan metode rasional yang disebut sebagai glass box. Metode yang digunakan dalam perancangan Kantor Sewa Kualanamu adalah glass box, yaitu metode yang bersifat rasional, dimana setiap tahapan maupun prosesnya direncanakan secara sistematis, jelas, dan sesuai dengan
tahapan-tahapan dalam proses perancangan arsitektur.
Beberapa tahapan dalam merancang dengan menggunakan metode glass box, antara lain:
Metode eksplorasi situasi/permasalahan desain (divergensi)
Metode penelitian dan penemuan idea desain (divergensi dan
transformasi)
Metode eksplorasi pemecahan masalah (transformasi)
Metode evaluasi (konvergensi)
Metode perancangan ini digunakan untuk mencapai tujuan perancangan
yaitu merancang sebuah Kantor Sewa Kualanamu di kawasan Bandara Kualanamu, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang.
3.2. Jenis data
3.2.1 Data Primer
Data primer yaitu data yang dapat dengan cara mencari data langsung
dari sumbernya (Sinulingga, 2011). Metode pengumpulan data primer yang
1. Survei Kondisi Fisik Lapangan
a. Survei lapangan dilakukan di jalan ke Bandara Kualanamu,
Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara
yang merupakan lokasi pembangunan kantor jasa pengiriman. Survei
ini berfungsi untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan
lokasi yang berupa:
Luasan dan bentuk tapak.
Batas-batas tapak dengan kawasan sekitar. Keadaan iklim dan geografis tapak.
Sistem drainase tapak dan lingkungan.
Sarana transportasi pada kawasan sekitar yang meliputi jalur dan
besaran jalan, angkutan dan pengguna jalan, dan fasilitas-fasilitas
pendukung lainnya.
Sarana dan prasarana pada kawasan sekitar yang meliputi listrik (PLN), air (PDAM), persampahan, komunikasi, dan lain-lain.
Vegetasi yang ada pada tapak. Dan lain-lain.
b. Pengamatan mengenai aktivitas, dokumentasi gambar kondisi tapak
dan kawasan sekitar tapak, dilakukan dengan menggunakan kamera
dan peta garis.
2. Wawancara dengan Instansi Terkait
Wawancara dilakukan untuk melengkapi data-data yang
dibutuhkan, sehingga data-data yang diperoleh lebih detail lagi.
Wawancara dilakukan dengan pihak perusahaan jasa pengiriman barang,
yaitu PT. Apollo Kualanamu, PT. JNE Medan, PT. Indah Group Medan,
PT. TIKI Medan, dan PT. Herona Ekspress Medan. Data-data yang
diperoleh berupa keterangan mengenai sistem kerja, kebutuhan ruang,
fasilitas penunjang pada bangunan, dan jenis kegiatan yang terjadi dan
segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menyempurnakan perancangan
3.2.2 Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui pihak lain yang telah
mengumpulkan dan mengolah data tersebut sehingga peneliti tidak perlu
mencarinya secara langsung (Sinulingga, 2011). Teknik pengumpulan data
sekunder yang dilakukan dalam proses perancangan adalah mencari data dan
informasi mengenai kawasan site perancangan, literatur mengenai fungsi, dan
tema sejenis fungsi bangunan. Berikut merupakan beberapa data sekunder
yang diperoleh:
1. Studi Literatur
Studi literatur ini digunakan untuk mendapatkan data-data dan
teori-teori yang berkaitan dengan tema dan konsep perancangan objek.
Data-data ini bersumber dari buku, data internet, jurnal, dan data lainnya
yang relevan atau sesuai dengan objek perancangan. Data literatur ini
meliputi:
a. Literatur tentang tapak yang berupa peta kawasan aerotropolis
Bandara Kualanamu milik PT. Angkasa Pura II, peta tata guna
lahan Kabupaten Deli Serdang, KKOP mengenai ketinggian
bangunan sekitar kawasan bandar udara, peta rencana sarana dan
prasarana kawasan bandar udara, dan peta wilayah Sumatera Utara.
Data ini digunakan untuk menganalisis tapak.
b. Literatur tentang bangunan kantor yang meliputi kebutuhan ruang
dan fasilitas penunjang.
c. Literatur tentang bangunan arsitektur hijau.
d. Literatur tentang bangunan hemat energi.
e. Kebijakan/peraturan pemerintah tentang pembangunan di wilayah
Kabupaten Deli Serdang.
2. Studi Banding
Studi banding untuk mendapatkan data yang terkait dengan objek
dan tema perancangan. Studi ini dilakukan sebagai acuan pembanding
perancangan objek pada bangunan yang sudah ada. Studi banding terkait
3.2.3 Analisa
1. Analisa Kawasan
Menganalisa batas-batas kawasan pembangunan objek dan kelegalan
atas lahan yang akan digunakan.
2. Analisa Tapak
Menganalisa berbagai potensi dan kendala yang ada, lalu memberikan
sebuah alternatif desain pada perancangan tapak. Analisa ini meliputi
iklim, pencapaian, sirkulasi, kebisingan, vegetasi, dan penzoningan tapak.
3. Analisa Fungsi
Analisa fungsi digunakan untuk penentuan ruang dengan
mempertimbangkan fungsinya dan aktivitas yang ada di dalamnya. Analisa
ini meliputi analisa pengguna dan kegiatannya (ada kelompok kegiatan,
tuntunan kegiatan, dan alur kegiatan), persyaratan ruang, besaran ruang, dan
organisasi ruang.
4. Analisa Pengguna
Pada analisa pengguna/pelaku ini membahas tentang pihak yang
terlibat, baik secara lansung maupun tidak langsung.
5. Analisa Kegiatan/Aktivitas
Pada analisa ini membahas tentang berbagai macam jenis kegiatan
yang ada di dalam kantor sewa pengiriman secara terperinci, mulai dari
kegiatan yang dilakukan karyawan sampai pengunjung kantor (masyarakat
umum).
6. Analisa Ruang
Analisa ini membahas tentang kelompok ruang-ruang beserta
karakteristiknya. Penggabungan antara ruang yang memiliki ukuran yang
luas kemudian disekat menjadi beberapa ruang kecil serta penentuan kesan
ruang sesuai fungsinya.
7. Analisa Bangunan, meliputi:
a. Analisa struktur: penerapan struktur bangunan yang mengambil dari
bangunan hijau beserta material yang digunakan dan hal-hal yang
berkaitan dengan bangunan hijau tersebut.
sistem penghawaan, sistem jaringan listrik, sistem keamanan, dan
sistem komunikasi.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dimulai dari pengumpulan informasi
mengenai konsep kawasan yang akan direncanakan, memilih fungsi
bangunan yang terkait dengan konsep kawasan, lalu masuk ke tahap
pemilihan lokasi terkait dengan konsep kawasan, dan mengumpulkan
data-data/informasi mengenai lokasi yang akan dirancang. Untuk data sekunder
dapat diambil dengan penelitian arsip atau studi kepustakaan.
3.3.1. Metode Pengumpulan Data
Metoda pengumpulan data yang dilakukan adalah metode studi
kepustakaan dan survei lapangan, dengan teknik pengumpulan data, sebagai
berikut:
Survei lapangan, dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung
pada lokasi perancangan dan untuk mengetahui kondisi lahan yang
berhubungan dengan kasus perancangan.
Studi literatur atau pustaka, untuk mendapatkan data dari teori-teori
yang berhubungan dengan judul perancangan.
3.3.2. Prosedur / Pelaksanaan Pengumpulan Data
Pengumpulan data diambil dari beberapa keputusan perancangan
yang akan dibuat berdasarkan data yang dikumpulkan, lalu menentukan
lokasi site perancangan, melakukan survey lokasi perancangan, wawancara
dengan instansi terkait, dan terakhir mengumpulkan data aturan-aturan
yang berkaitan dengan perancangan Kantor Sewa Kualanamu.
Survey yang sudah dilakukan sebanyak 2 kali, pada hari Kamis, 25
Februari 2016 dan hari Selasa, 15 Maret 2016 ke Kecamatan Beringin,
Kecamatan Batang Kuis, dan Simpang Kayu Besar, Kabupaten Deli
Serdang. Data-data primer dan sekunder seperti ukuran site, batas site,
peraturan, dan lain sebagainya, juga dikumpulkan sebagai data yang
digunakan dalam proses perancangan.
langsung dengan salah satu perusahaan yang memberikan layanan jasa
pengiriman barang, yaitu perusahaan JNE cabang Medan yang berada di Jl.
Brigjen Katamso No. 523 E Simpang Pelangi, Medan Maimun Sukaraja.
3.4. Lokasi Perancangan
Berdasarkan sumber website resmi Kualanamu, bandara ini terletak 39 km dari Kota Medan. Bandara ini adalah Bandara terbesar kedua di Indonesia setelah
Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Lokasi Bandara ini dulunya bekas
areal perkebunan PT Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa yang terletak di
Kecamatan Beringin, Deli Serdang, Sumatera Utara. Aerotropolis menjadi topik utama dalam perancangan proyek ini.
3.5. Rangkuman
Metode yang digunakan dalam perancangan Kantor Sewa Kualanamu adalah glass box, yaitu metode yang bersifat rasional, dimana setiap tahapan maupun prosesnya direncanakan secara sistematis, jelas, dan sesuai dengan
tahapan- tahapan dalam proses perancangan arsitektur.
Teknik pengumpulan data dimulai dari pengumpulan informasi mengenai
konsep kawasan yang akan direncanakan, memilih fungsi bangunan yang terkait
dengan konsep kawasan, lalu masuk ke tahap pemilihan lokasi terkait dengan
konsep kawasan, dan mengumpulkan data-data/informasi mengenai lokasi yang
akan dirancang (survei lapangan). Untuk data sekunder dapat diambil dengan
penelitian arsip atau studi kepustakaan (literatur).
Berdasarkan Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Deli Serdang, lokasi
perancangan berada di daerah kawasan pengembangan dengan fungsi kawasan
rekreasi aktif dan perdagangan dan jasa. Lokasi site ini cocok untuk perkantoran
BAB IV
ANALISA PERANCANGAN
4.1 Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan
4.1.1 Lokasi
Lokasi Kantor Sewa Kualananu berada di jalan menuju Bandara
Kualanamu dekat dengan persimpangan Jl. Batang Kuis-Kualanamu.
Gambar 4.1 Lokasi Site
Sumber : Dokumentasi Pribadi,2016
Luas : 1 ha (10.000� )
Kontur : Relatif rata
KDB : 70 %
GSB
Utara (Jalan Lingkungan) : minimal 3 meter dihitung
dari batas kavling
dari batas persil/kavling
Timur (Runah Penduduk) : minimal 2 meter dihitung
dari batas persil/kavling
Selatan (Jalan ke Bandara) : ½ n (lebar jalan) + 1
: ½ (24 m) + 1 = 13 meter
Pemilik : Persero
Batas-batas site :
Utara : Jalan Lingkungan (asumsi)
Barat : Perkebunan Jagung
Timur : Rumah Penduduk
Selatan : Jalan Raya ke Bandara Kualanamu
4.1.2 Tata Guna Lahan
Gambar 4.2 Tata Guna Lahan Sekitar Site
Lahan di sekitar site didominasi oleh lahan perkebunan dan lahan
kosong. Bangunan sekitar site meliputi rumah penduduk lantai 1, bangunan
komersil, dan bangunan pemerintah (lembaga pemerintah). Rata-rata penduduk
di Kabupaten Batang Kuis, membuat rumahnya menjadi tempat usaha dan
tempat tinggal. Usaha yang dilakukan berupa warung/kedai, tempat makan,
salon, bengkel, dan penjualan material bangunan, dan sebagainya.
Dengan demikian, bangunan-bangunan tersebut menjadi area pelayanan
bagi Kantor Sewa Kualanamu di kawasan ini sebagai jasa komersial bagi
pengguna angkutan udara, khususnya dalam kegiatan pengiriman barang ke
ataupun dari cargo bandara, karena lokasi site ini juga berada di jalan ke
bandara sehingga menghemat waktu, tenaga, dan biaya.
4.1.3 Analisa Sirkulasi
a. Kendaraan/Lalu lintas
Gambar 4.3 Keadaan Eksiting Sirkulasi Lalu Lintas Sekitar Site
Tabel 4.1 Keterangan Analisa Sirkulasi Lalu Lintas Sekitar Site
No. Nama Jalan Keterangan
1. Jalan Bandara Kualanamu
(Jalan ke Bandara)
Jalan ini merupakan jalur akses utama ke site
dengan tingkat kepadatan yang sedang. Jalan ini
memiliki dua arah pergerakan kendaraan dengan
lebar jalan sekitar 24 meter dan termasuk dalam
jalan kolektor. Kepadatan di jalan ini terjadi pada
saat-saat tertentu.
2. Jl. Batang Kuis Jalan ini bisa dijadikan akses sirkulasi kedua
menuju site dengan tingkat kepadatan sedang.
Jalan ini memiliki dua arah pergerakan kendaraan
dengan lebar jalan sekitar 8 meter dan termasuk
dalam jalan lingkungan. Kepadatan di jalan ini
terjadi pada saat-saat tertentu.
3. Jalan Lingkungan Jalan ini belum terkondisikan dengan baik,
karena jalan ini terlihat hanya dilalui warga
dengan menggunakan kendaraan beroda dua
untuk yang bekerja di perkebunan. Lebar jalan ini
sekitar 3 meter. Jalan ini juga bisa menjadi akses
sirkulasi ke site sehingga diperlukan pelebaran
jalan.
Tabel 4.2 Kegiatan Lalu Lintas untuk 5 hari kerja (Senin-Jumat)
Pukul (WIB) Lalu Lintas Keterangan
06.30-08.30 Cukup Padat -pelajar pergi ke sekolah
-pegawai kantor ke kantor untuk bekerja
-pedagang memeprsiapakan jualannya
-perjalanan masyarakat ke bandara maupun
dari bandara
08.30-11.30 Lancar -pelajar belajar
-perjalanan masyarakat ke bandara maupun
dari bandara
11.30-14.00 Cukup Padat -sebagian pelajar dan pegawai beraktivitas
di luar untuk makan, kendaraan bertambah
-perjalanan masyarakat ke bandara maupun
dari bandara
14.00-17.00 Lancar -pegawai kembali ke kantor
-perjalanan masyarakat ke bandara maupun
dari bandara
17.00-20.00 Cukup Padat -pelajar pulang dari sekolah atau tempat les
-pegawai kantor pulang
-perjalanan masyarakat ke bandara maupun
dari bandara
Sumber: Perkiraan secara umum
b. Pejalan kaki
Tabel 4.3 Keterangan Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki
No. Nama Jalan Keterangan/Masalah
1. Jalan Bandara Kualanamu
Jalur pedestrian pada jalan ini tidak ada karena
masih banyaknya lahan perkebunan dan jalan ini
merupakan akses ke bandara sehingga banyak
dilalui kendaraan daripada pejalan kaki, tetapi
keadaannya masih ada beberapa rumah penduduk
di pinggir jalan ini.
2. Simpang Batang
Kuis-Kualanamu
Pedestrian ini hanya ada di persimpangan jalan
Batang Kuis dengan jalan bandara. Pedestrian
tersebut sudah cukup baik dengan lebar sekitar 1,5
meter, tetapi panjang pedestrian itu hanya sekitar
3. Jl. Batang Kuis
Jalur pedestrian pada jalan ini tidak ada, padahal
banyak pejalan kaki yang menggunakan jalan ini,
ditambah dengan rumah penduduk dijadikan
tempat usaha juga, maka banyak kendaraan yang
akan lewat. Keadaan tersebut akan
membahayakan bagi pejalan kaki.
4. Jalan Lingkungan
Jalur pedestrian pada jalan ini tidak ada, karena
masih didominasi dengan lahan perkebunan dan
kendaraan yang lewat hanya kendaraan beroda
dua. Pejalan kaki yang lewat hanya yang bekerja
di perkebunan.
Tanggapan/Solusi:
Disediakan jalur pedestrian pada Jl. Batang Kuis untuk kenyamanan dan
keselamatan pejalan kaki, karena ada baiknya pembedaan jalur pejalan
kaki dengan jalur kendaraan.
Perpanjangan jalur pedestrian dari simpang Batang Kuis-Kualanamu di jalan bandara untuk pejalan kaki, khususnya pegawai kantor nantinya.
Lokasi site dapat dicapai dari Jl. Batang Kuis dan jalan bandara. Jalan
bandara merupakan jalan kolektor dan Jl. Batang Kuis merupakan jalan
lingkungan. Keduanya memiliki volume kendaraan yang tinggi pada jam-jam
tertentu.
Pencapaian menuju site dapat dicapai dengan beberapa moda transportasi
yang ada, melalui angkutan pribadi.
Lokasi site terhadap pusat Kota Medan (Medan-Tembung-Batang Kuis-Aras Kabu-Lubuk Pakam (Kualanamu) sepanjang 33,8 kilometer.
Lokasi site dapat dicapai melalui jalan bebas hambatan yaitu jalan tol
Balmerah.
Lokasi site terhadap simpang Kayu Besar sampai Kualanamu sepanjang 15 kilometer ditempuh selama sekitar 10 menit dengan kecepatan
60km/jam dengan kendaraan pribadi.
Tabel 4.4 Keterangan Analisa Pencapaian ke Lokasi Site
Titik Keterangan Kesimpulan
A Titik A berada pada jalan kolektor yang mudah dilalui angkutan pribadi
dan
umum dan kondisi jalan baik dengan
lebar 24 meter. View dari titk ini
baik.
-Titik A jalan terbaik bagi
penempatan pintu masuk
Kantor Jasa Pengiriman
Kualanamu yang langsung
terintegrasi dengan bandara
terutama untuk mobil
pengiriman barang. Hal ini
didasarkan atas jalan dan
kemudahan pencapainnya.
-Titik B sebagai side entrance. -Titik C sebagai service entrance.
B Titik B merupakan jalan lingkungan yang dapat dilalui angkutan pribadi
dan umum dan kondisi jalan ini baik.
C Titik C diakses dari Jl. Batang Kuis yang merupakan jalan lingkungan,
4.1.5 Analisa Kebisingan
Gambar 4.5 Tingkat Kebisingan Sekitar Site
Sumber : Dokumentasi Pribadi,2016
Tingkat kebisingan jalan bandara lebih besar dibandingkan dengan jalan
lingkungan di sebelah utara site karena lebih banyak kendaraan yang lewat di
jalan tersebut. Dengan demikian, perlu dipertimbangkan pengadaan buffer
alamiah seperti vegetasi peredam kebisingan di jalan ke bandara.
Tabel 4.5 Keterangan Analisa Kebisingan
Titik Gambar Keterangan
A Jalan Lingkungan
Intensitas kebisingan dari jalan ini
rendah karena jalan ini tidak banyak
dilalui kendaraan. Kendaraan yang
melalui jalan ini ada motor dan mobil
(terlihat sesekali saja).
B Jalan Bandara
Intensitas kebisingan jalan ini tinggi
empat atau lebih. Jalan ini juga
sebagai akses jalan menuju Bandara
Kualanamu sehingga tingkat
kendaraan yang lewat sangat besar.
C Jalan Lingkungan/Jalan Kecil
Intensitas kebisingan dari jalan ini
sangat rendah karena jalan ini hanya
dilalui pejalan kaki dan motor yang
hanya lewat sesekali disebabkan
karena lebar jalan yang sempit.
Tabel 4.6 Deskripsi Penangan Kebisingan
Cara Jenis Sifat Kelemahan Keterangan
Bangunan
menjauhi
kebisingan
Ruang Luar Melemahkan/
memperkecil
Vegetasi Meredam Menyaring hawa
alami dan
Pagar Memantulkan
Bangunan Memantulkan
Kontur tanah Meredam dan
memantulkan
Ruang dalam Melemahkan/
memperkecil
Penzoningan
Penyelesaian
teknis
Bahan Bangunan Memantulkan
dan meredam
Peralatan yang
mahal
Pada
selubung
bangunan
Area sosial (taman.
kolam, dsb)
Memantulkan Pada area
sosial
4.1.6 Analisa Vegetasi
Gambar 4.6 Analisa Vegetasi
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016
Pada sekitar lokasi site terdapat sejumlah vegetasi atau pepohonan yang
sudah ditata dengan baik dan pada tempatnya, tetapi ada juga yang belum.
Pohon yang sudah cukup tua dan rindang menjadi potensi yang harus
dipelihara, karena dapat membantu penghematan energi bangunan dari efek
pembayangan yang dimilikinya dapat mengurangi panas yang masuk ke dalam
Selain itu, pepohonan ini dapat menjadi buffer atau penyaring pertama
terhadap polusi dan kebisingan yang berasal dari jalan Bandara Kualanamu.
Beberapa jenis pohon yang dapat diterapkan, antara lain:
Pohon peneduh (seperti pada lahan parkir dan gazebo)
Pohon berdaun lebar dan rimbun, serta mempunyai dahan yang melebar. Warna daun diusahakan berwarna hijau gelap.
Pohon pengarah (sebagai pengarah jalan)
Pohon memiliki batang tinggi dari jenis palem-paleman. Perdu
Dipilih dari kombinasi warna merah, hijau tua, hijau muda, dan kuning
dengan batang yang rendah atau tidak berbatang. Vegetasi penutup tanah (seperti pada taman)
Rumput yang berdaun lebar dan berakar merambat dengan warna hijau
muda.
Tabel 4.7 Keterangan Analisa Vegetasi Sekitar Site
No. Lokasi Jenis Keterangan
1. Jalan ke bandara -Vegetasi atau pepohonan
pada jalan ini pada bagian
tengah ruas dua jalan sudah
ditata dengan baik dan pada
tempatnya.
-Vegetasi pada pinggir jalan
kurang mendukung sebagai
peneduh dan kurang untuk
mengurangi polusi udara
akibat padatnya lalu lintas
kendaraan. Vegetasi tidak
2. Jalan
Lingkungan
-Vegetasi di sebelah utara,
barat, dan timur lokasi site
didominasi dengan
perkebunan pohon jagung
dan pepaya.
4.1.7 Analisa Iklim
a. Analisa Matahari
Gambar 4.7 Studi Bayangan
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016
lebih banyak. Bentuk site yang sedikit memanjang ke arah utara-selatan,
sehingga bagian timur dan barat menjadi lebih luas (menjadi lebih baik bagian
yang terkena sinar matahari langsung timur dan barat ialah yang ukuran
penampangnya kecil). Jadi, perlu mendapat perhatian khusus pada saat
merancang masaa bangunan.
Tabel 4.8 Faktor Radiasi Matahari (SF, W/� ) untuk berbagai orientasi.
Orientasi U TL T TG S BD B BL
130 113 112 97 97 176 243 211 Sumber :Ukuran tingkat radiasi matahari
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa tingkat radiasi (solar factor) untuk orientasi barat dan barat laut adalah yang paling tinggi, sedangkan tingkat
radiasi ke arah timur tidak ada setengah dari radiasi ke arah barat.
Gambar 4.8 Radiasi Sinar Matahari Pada Site
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016.
b. Analisa Angin
Gambar 4.9 Pergerakan Angin
Sumber : Dokumentasi Pribadi,2016
Angin sore dan pagi hari bisa dimaksimalkan menjadi potensi yang baik
untuk dapat mengurangi pemakaian alat pendingin dalam gedung (bangunan),
salah satunya solusinya yang dapat diterapkan dengan adanya sirkulasi silang
atau kolam (area terbuka).
4.1.8 View Site
View ke Dalam dan ke Luar site
Gambar 4.10 Analisa View ke Dalam dan ke Luar Site
Tabel 4.9 Gambar View ke Dalam dan Luar
View Site Titik Gambar
View ke Dalam Site
A
B
C
D
View ke Luar Site
A
B
C
D
E
4.1.9 Prasarana
Gambar 4.11 Prasarana Sekitar Site
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016.
Prasarana yang mendukung pada site, diantaranya:
Fasilitas riol kota.
Saluran riol kota di sekitar lokasi site tampak terbuka dan banyak sampah, seperti sampah dari daun-daun pohon yang sudah kering. Keadaan seperti itu menimbulkan pandangan dan bau yang tidak sedap. Terbukanya saluran drainase akan membuat masyarakat sekitar dengan mudah membuang sampah sembarangan yanga menyebabkan saluran menjadi tersumbat. Dengan demikian, perlu dilakukan penutupan saluran drainase sebagai salah satu solusi untuk mencegah tersumbatnya saluran tersebut.
Fasilitas saluran air bersih Fasilitas listrik
4.2 Analisa Fungsional
Kelompok Kegiatan Kantor Sewa Kualanamu
Gambar 4.1 Diagram Kelompok Kegiatan
4.2.1 Analisa Hubungan Antar Ruang
Kelompok Pengelola
Kelompok Service Kelompok Pelengkap
Kelompok Kegiatan Utama
Keterangan:
: Publik : Privat
: Semi-Publik : Servis
4.2.2 Program Ruang
Luas Lantai Bangunan Efektif
Banyak program arsitektural hanya menghitung luas lantai bangunan
yang dibutuhkan bagi kegiatan penghuni/pengguna bangunan (luas netto) dan
tidak memperhatikan luas lantai yang dibutuhkan untuk sirkulasi (horizontal
dan vertikal), penempatan perlengkapan/peralatan bangunan baik berupa
peralatan mekanikal maupun elektrikal, dan luas lantai yang ditempati oleh
struktur bangunan, baik berupa kolom maupun dinding geser/inti bangunan.
Tabel 4.10 Nisbah Luas Netto terhadap Luas Lantai Bruto
No. Fungsi Bangunan Koefision
1. Apartemen 0,64
2. Asrama 0,65
3. Auditorium 0,70
4. Balai Pertemuan Umum 0,58
5. Bank 0,72
6. Bangunan Institusional/Administrasi 0,67
7. Gedung Parkir 0,85
8. Gudang 0,93
9. Hotel 0,63
10. Museum 0,80
11. Pengadilan 0,61
12. Perbelanjaan/Pertokoan 0,81
13. Perkantoran 0,80
14. Perpustakaan 0,76
15. Restoran 0,70
16. Rumah Sakit 0,55
17. Sekolah (Laboratorium) 0,59 18. Sekolah (Ruang Peragaan Biologi) 0,62 19. Sekolah (Ruang Kelas) 0,66
Tabel 4.11 Program Ruang dan Besarannya
Luas Bangunan :10.000 meter persegi
Tabel 4.12 Program Ruang Pengelola Gedung Kantor Sewa
A. Kelompok Kegiatan: Pengelola Gedung Kantor Sewa No. Nama
2. Bagian Pimpinan R.General
3. Bagian Umum (Administrasi dan Statistik) R. Kepala
5. Bagian Keuangan R. Kepala
Bag.
1 2 3 1 4� /org 12� DA
R. Staff 2 2 1 4� /org 8� DA
6. Bagian Teknisi (Ahli Mekanikal, Ahli Elektrikal, Ahli Bangunan, dan sebagainya) R. Kepala
Tabel 4.13 Program Ruang Sewa
B. Kelompok Kegiatan:Kantor Sewa
No. Nama Ruang Kapasitas
Sirkulasi 30% 1.350�
Total Ruang Sewa . �
Tabel 4.14 Program Ruang Food Court/Kantn dan Coffee Shop
Tabel 4.15 Program Ruang Resepsionis
D. Kelompok Kegiatan: Resepsionis
No. Nama
Tabel 4.16 Program Ruang Servis dan Utilitas
E. Kelompok Kegiatan: Servis dan Utilitas
R. Panel
Sirkulasi 30% 212,37�
Tabel 4.17 Program Ruang Tempat Parkir Kendaraan
F. Kelompok Kegiatan: Tempat Parkir Kendaraan
No. Nama
SBT: Struktur Bangunan Tinggi
AS: Analisa/AsumsI
PPBK: Panduan Perancangan Bangunan Komersial
Kebutuhan Ruang
Analisis kebutuhan ruang kantor dan fasilitas pendukung didasarkan pada
jumlah pengguna bangunan kantor. Pengguna kantor sekitar 248.945 orang (prediksi
tahun 2025). Jumlah penghuni bangunan perkantoran adalah 1 setiap 2 � , luas bruto
maka luas bangunan :
248.945 x 2 m = 497.890 m ,
karena ada batasan site luas bangunan maksimal 10. � , maka asumsikan sebesar
2% dari luas 497.890 �
� . = . , m
Jadi, penghuni bangunan kantor:
. , m
Fasilitas pendukung yang berada di Kantor Sewa Kualanamu seluruhnya
diperuntukkan bagi penghuni bangunan.
A. Kebutuhan Kantor Sewa Kualanamu
Terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu small space, medium space, dan large space.
B. Kebutuhan Ruang Bank
Dengan adanya Kantor Cabang Pembantu (KCP) Bank Umum akan
mempermudah karyawan, pebisnis, dan masyarakat sekitar dalam bertransaksi.
Dalam kawasan ini bank yang akan direncanakan adalah Bank
Swasta/Pemerintah.
C. Kebutuhan Ruang Food Court/Kantin
Dengan adanya kantin, karyawan dapat menghemat waktu dibanding bila
harus pergi ke luar untuk makan setiap harinya. Penggunaan kantin mulai pagi
jam 08.00-20.00 WIB. Jam sibuk/makan siang = jam 12.00-14.00 WIB = 2
jam. Rentang waktu berada di kantin/orang diasumsikan sekitar 45
menit/orang.
Jadi, frekuensi per kursi :
menit
menit = , orang/kursi Diasumsikan dari kapasitas total gedung sekitar 1.000 orang : 60% makan di food court/kantin = 600 orang
25% makan di coffee shop 10% makan di luar
5% lain-lain
Jadi, dapat dihitung kapasitas kantin sebesar: orang
, orang/kursi = , kursi = kursi dibulatkan
Menurut buku Panduan Sistem Bangunan Tinggi, luas bruto restoran: m /
D. Kebutuhan Ruang Coffee Shop
Dari analisis kebutuhan food court/kantin di atas, didapat asumsi 25% pengguna bangunan makan di coffee shop pada jam makan siang, yaitu: 25% x
1.000 orang = 250 orang. Asumsi rentang waktu berada di coffee shop lebih singkat (±30 menit).
Jadi, frekuensi per kursi:
menit
menit = orang/kursi Jadi, dapat dihitung kapasitas kantin sebesar:
orang
orang/kursi = . kursi = kursi dibulatkan
Luas bruto restoran: , m /kursi. Dengan demikian luas bruto restoran di
Kantor Sewa Kualanamu sebesar: 63 kursi x , m /kursi = m .
E. Kebutuhan ATM Centre
Diasumsikan sebesar 1% dari luas bruto kantor:
� . � = �
F. Kebutuhan Kantor Pengelola
Diasumsikan sebesar 5% dari luas bruto kantor:
� . � = �
G. Kebutuhan Ruang Parkir
Berdasarkan standar parkir menurut buku Panduan Sistem Bangunan
Tinggi, standar jumlah parkir ditentukan berdasarkan luas bruto kantor, yaitu
setiap 1 unit mobil m luas bruto kantor. Luas kantor yang telah
ditentukan berdasarkan kebutuhan mencapai . m , maka kapasitas parkir
parkir motor per unit adalah 1 m x 2 m = m . Luas netto parkir motor
mencapai 200 unit x m /unit = m . Jika ditambah dengan sirkulasi
sebesar 20%, maka luas parkiran mobil mencapai m .
I. Kebutuhan Peralatan Untuk Plambing Office/Kantor
Tipe Bangunan Closet Urinal Wastafel Bangunan Umum
Sumber: Terjemahan Mechanical & Electrical Equipment for Building Jadi, dengan total penghuni 1000 orang, maka dibutuhkan sebanyak 7
Total Bangunan Kantor Sewa Kualanamu
9.036,17
6. R. Parkir . �
4.2.3 Bentuk
4.2.3.1 Pola Masaa Bangunan
Pemilihan pola massa bangunan dipertimbangkan terhadap beberapa
faktor seperti hubungan dan sifat kegiatan, penyesuaian bentuk tapak, luas
lahan, struktur bangunan, pencapaian dan sirkulasi, orientasi bangunan, dan
efisiensi pelayanan.
Tabel 4.18 Pola Massa Bangunan
Sumber :Bentuk dasar bangunan
4.3.2.2 Analisa Bentuk Dasar Bangunan a. Pengertian Bentuk
Dalam seni dan perancangan, istilah bentuk seringkali
dipergunakan untuk menggambarkan struktur formal sebuah pekerjaan
yaitu cara dalam menyusun dan mengkoordinasi unsur-unsur dan
bagian-bagian dari suatu komposisi untuk menghasilkan suatu gambaran nyata.
Bentuk dapat dihubungkan baik dengan garis internal maupun garis
eksternal serta prinsip yang memberikan kesatuan secara menyeluruh.
b. Pada umumnya bentuk dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu :
Bentuk beraturan
umumnya bentuk-bentuk tersebut bersifat stabil dan simetris
terhadap satu sumbu atau lebih. Bola, silinder, kerucut, kubus, dan
piramida merupakan contoh utama bentuk-bentuk beraturan. Bentuk tak beraturan
Bentuk tak beraturan adalah bentuk yang bagian-bagiannya
tidak serupa dan hubungan antar bagiannya tidak konsisten. Pada
umumnya bentuk ini tidak simetris dan lebih dinamis dibandingkan
bentuk beraturan. Bentuk tak beraturan bisa berasal dan bentuk
beraturan yang dikurangi oleh suatu bentuk tak beraturan ataupun
hasil dan komposisi tak beraturan dari bentuk-bentuk beraturan.
Bentuk mempunyai wujud – wujud dasar yang terdiri dari,
lingkaran, segitiga, dan bujur sangkar.
Dari bentuk geometri kita dapat mengetahui wujud – wujud
beraturan adalah lingkaran dan satu seri segi banyak beraturan (
yang memiliki sisi dan sudut – sudut yang sama ) yang tidak
terhingga banyaknya yang dapat dilukiskan dalam lingkaran
tersebut. Dari hal – hal diatas yang paling jelas adalah wujud –
wujud primer : lingkaran, segitiga, dam bujur sangkar.
a. Lingkaran adalah serentetan titik – titik yang disusun dengan
jarak yang sama dan seimbang terhadap sebuah titik.
b. Segitiga adalah sebuah bidang datar yang dibatasi oleh tiga
sisi dan mempunyai tiga buah sudut.
c. Bujur sangkar adalah sebuah bidang datar yang mempunyai
empat buah sisi yang sama dan empat buah sudut 90 derajat
Tabel 4.19 Bentuk Dasar Bangunan
4.3 Analisa Teknologi
4.3.1 Struktur
Ketentuan yang perlu diperhatikan pada bangunan tinggi adalah
perbandingan antara tinggi bangunan (H) dengan lebar bangunan (B), karena
agar bangunan aman terhadap gaya lateral dan proporsional. Perkembangan
teknologi struktur dengan baja dan beton bertulang, kemungkinan untuk
merencanakan bangunan tanpa pertimbangan bagaimana struktur tersebut dapat
didukung dan dibangun setidaknya pada proses tahap persiapan atau
pendahuluan.
Berikut adalah jenis-jenis struktur gedung bangunan tinggi yang lazim
dibangun dan menjadi acuan dalam perancangan.
Gambar 4.12 Struktur dengan Bahan Beton
Sumber : Buku Sistem Bangunan Tinggi
Gambar diatas memperlihatkan sistem struktur untuk bangunan tinggi
yang menggunakan bahan beton (beton bertulang). Terlihat bahwa Portal Kaku
(Rigid Frame) hanya dapat digunakan untuk bangunan dengan ketinggian
maksimal 20 lantai. Jika bangunan ingin mencapai ketinggian sampai dengan
50 lantai, maka portal harus diperkaku dengan dengan dinding geser
(Rigid-Frame-Shear Wall). Bangunan dengan struktur beton hanya dapat digunakan
untuk maksimal ketinggian 80 lantai. Hal ini disebabkan oleh berat sendiri
Gambar 4.13 Struktur dengan Bahan Baja
Sumber : Buku Sistem Bangunan Tinggi
Bangunan tinggi yang menggunakan bahan struktur baja (baja komposit)
dapat digunakan sampai ketinggian 140 lantai. Dari kedua gambar diatas dapat
disimpulkan bahwa bahan struktur baja lebih mampu mendukung bangunan
yang lebih tinggi dibandingkan sistem yang sama pada struktur bahan beton.
Pemisahan Bangunan (Dilatasi)
Dilatasi digunakan pada pertemuan antara bangunpraktek dalam an yang
rendah dengan yang tinggi, antara bangunan induk dengan bangunan sayap,
dan bagian bangunan lain yang mempunyai kelemahan geometris. Di samping
itu, bangunan yang sangat panjang tidak dapat menahan deformasi akibat
penurunan pondasi, gempa, muai susut, karena akumulasi gaya yang sangat
besar pada dimensi bangunan yang panjang, dan menyebabkan timbulnya
retakan atau keruntuhan sruktural.
Gambar 4.14 Pemisahan Bangunan
Dalam praktek terdapat beberapa bentuk pemisahan bangunan yang
umum digunakan, diantaranya:
Dilatasi dengan dua kolom Dilatasi dengan balok kantilever Dilatasi dengan balok gerber Dilatasi dengan Konsol
Gambar 4.15 Ragam Dilatasi pada Bangunan
Sumber : Buku Sistem Bangunan Tinggi 4.3.2 Konstruksi
a. Pondasi bangunan (Sub Structure)
Dalam memilih pondasi yang sesuai untuk Kantor Jasa Pengiriman
Barang, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu: Keadaan tanah pondasi
1. Bila tanah pendukung pondasi terletak pada 2-3 meter di
bawah permukaan tanah, maka pondasinya yaitu pondasi
telapak.
2. Bila tanah pondasi terletak pada kedalaman sekitar 10 meter
di bawah permukaan tanah maka pondasi yang dipakai ialah
pondasi tiang / tiang apung.
3. Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman
sekitar 20 meter di bawah permukaan tanah maka pondasi
4. Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman 30
meter di bawah permukaan tanah, maka pondasi yang dipakai
ialah tiang baja atau tiang yang dicor ditempat.
5. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya, harus
memperhatikan kondisi beban, sifat dinamis bangunan, dan
kegunaan bangunan.
Batasan-batasan dari sekelilingnya
Ditinjau dari segi pelaksanaannya, khususnya bila ada di dalam
kota, ada beberapa keadaan dimana diusahakan dengan cara apapun
untuk memasukkan kondisi lingkungan ke dalam pertimbangan
perancangan.
b. Badan dan Atap Bangunan (Upper Structure)
Struktur Badan
Pemilihan struktur badan berdasarkan pertimbangan dapat
memenuhi fungsi bangunan serta ekonomis, tahan gempa, dan
mudah dalam pelaksanaannya.
Rangka Atap
Struktur atap merupakan struktur atap yang menggunakan truss
atau rangka kaku yang ringan, efisien, dan dapat mengekspresikan
bentuk bangunan dengan bebas.
4.3.3 Utilitas
a. Elektrikal
Sumber arus dari PLN dan dari generator sebagai energi cadangan.
Jika arus dari PLN padam, sebelum generator bekerja, digunakan
satu daya bebas bangunan Uninterupted Power Supply (UPS). Penempatan generator di basement.
Gambar 4.3 Diagram Skematik Elektrikal
b. Plumbing
1. Air limbah padat
Sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota, air kotor
harus melewati proses treatment terlebih dahulu.
Gambar 4.4 Diagram Skematik Air Limbah Padat
Gambar 4.5 Diagram Skematik Air Bersih 3. Air limbah cair
Sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota, air buangan
harus terlebih dahulu melalui treatment.
Gambar 4.6 Diagram Skematik Air Limbah Cair c. Pengkondisian Udara
1. Kenyamanan thermal secara alami dapat diperoleh dengan cara : Penggunaan sun screen dan shading
Penggunaan sistem kaca ganda
2. Kenyamanan thermal secara buatan dapat diperoleh dengan cara :
Penghawaan sistem AC Central
Penghawaan sistem AC Packege (split)
d. Sistem Kebakaran
Sistem pemadam kebakaran terbagi atas tiga, yaitu:
1. Pencegahan, terdiri atas deteksi asap dan deteksi panas
2. Penanggulangan
Fire hydrant : melayani area seluas 500-800 m2
Fire extinguser : melayani area seluas 200-250 m2 dengan
jarak antara dua unit 20-25 m yang merupakan alat kebakaran
portabel.
Pilar hydrant : diletakan di luar bangunan
Sprinkler : melayani area seluas 10-25 m2/spinkler
yang bekerja secara otomatis untuk memadamkan api sedini
mungkin.
Penyelamatan dengan menggunakan tangga kebakaran. Syarat tangga
kebakaran adalah:
Terbuat dari bahan tahan api Terdapat penekanan asap
Di lantai dasar langsung ke luar ke alam bebas Radius penempatan kira-kira 40 m
3. Sistem Akustik
Pengendali bunyi dalam ruang, diantaranya adalah:
Bahan berpori, Karakteristik akustik dasar semua bahan
berpori adalah suatu jaringan selular dengan pori-pori yang
saling berhubungan.
Penyerap Panel/Selaput, berfungsi untuk mengimbangi
penyerapan frekuensi sedang dan tinggi yang agak
berlebihan oleh penyerap berpori dan isi ruang.
Karpet dan Kain, digunakan karena menyerap bunyi bising di udara yang ada di dalam ruang.
4.4 Analisa dan Penerapan Tema (pendekatan perancangan) a. Bekerja sama dengan iklim
penggunaan shading dan dapat memperindah fasad bangunan bila
didesain dengan baik.
Roof garden dapat membantu merendahkan temperatur dan
menyimbangkan udara dalam ruangan.
Natural Ventilation Design untuk sirkulasi udara secara alami
denga cross ventilation.
Cool Pain for Facade untuk mengurangi radiasi sinar matahari
yang masuk ke dalam bangunan.
b. Konservasi Energi
Efesiensi terhadap energi cahaya (lampu) dengan penggunaan
cahaya matahari alami.
Penggunaan lampu hemat energi dapat menyediakan penerangan
yang cukup besar dengan penggunaa energi yang sedikit.
Penanaman tumbuh-tumbuhan.
Tempat penyimpanan air hujan yang kemudian dapat dimanfaatkan dalam bangunan.
Tempat penampungan air hujan untuk dialirkan ke tanaman.
Sensor operated automatic flushing system Dapat mengatur jumlah
air yang keluar dan mencegah terjadinya pemakaian yang
berlebihan. dengan adanya sensor, maka air akan berhenti dengan
sendirinya bila tidak digunakan.
4.5 Kesimpulan
a. Kantor Sewa ini menggunakan pola massa bangunan tunggal dengan
hubungan kegiatan dan pengelompokan kegiatan jelas, mudah dikontrol,
orientasi banguan jelas, dan efisiensi pelayanan lebih cepat.
b. Bentuk bangunan kantor adanya perpaduan bentuk bujur sangkar dengan
lingkaran, karena dari kriteria kesesuaian bentuk site, orientasi bangunan,
efisiensi ruang dan kesan yang ingin dicapai cukup cocok untuk
bangunan kantor.
d. Kantor ini memiliki sistem utilitas yang meliputi elektrikal, plumbing,
pengkondisian udara, dan sistem kebakaran.
e. Kantor ini menerapkan arsitektur hijau/tropis, seperti:
Proteksi terhadap bagian luar bangunan dengan penggunaan
shading and over hang, double facade.
Roof garden.
Natural Ventilation Design untuk sirkulasi udara secara alami
denga cross ventilation.
Cool Pain for Facade.
Efesiensi terhadap energi cahaya (lampu) dengan penggunaan cahaya matahari alami.
Penggunaan lampu hemat energi.
Penanaman tumbuh-tumbuhan.
Tempat penyimpanan air hujan yang kemudian dapat dimanfaatkan
dalam bangunan.
Tempat penampungan air hujan untuk dialirkan ke tanaman.
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
5.1 Konsep Perancangan Tapak
5.1.1 Zona Ruang Luar
Dalam zona ruang luar, ada faktor-faktor yang menjadi perhatian utama
dalam perancangan site, yaitu sirkulasi kendaraan, pedestrian (sirkulasi pejalan
kaki), dan sirkulasi loading dock, vegetasi yang dirancang untuk pengarah jalan atau sebagai pembatas, dan lahan parkir untuk mobil dan motor.
Pintu masuk utama gedung kantor melalui jalan raya ke bandara, dimana jalan ini merupakan jalan utama yang dilalui oleh kendaraan dan
aksesnya yang mudah dan terintegrasi dengan kargo bandara.
Gambar 5.1 Zona Site
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016
5.1.2 Sirkulasi Ruang Luar
Jalur sirkulasi yang aman, nyaman dan menerus menjadi prioritas dalam
perancangan sirkulasi pedestrian. Pedestrian yang demikian akan mendorong
orang untuk berjalan kaki untuk menuju ke tempat-tempat publik di sekitar site
Sirkulasi kendaraan dirancang agar mudah dilalui pengguna kantor
maupun pengunjung yang datang ke kantor . Sirkulasi kendaraan mulai masuk
dan keluar sama-sama dari dan ke jalan raya bandara.
Gambar 5.2 Sirkulasi Ruang Luar
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016
5.2 Konsep Perancangan Bangunan
5.2.1 Massa Bangunan
Faktor utama dalam pembentukan massa bangunan adalah bentuk site
yang memanjang dari arah selatan ke utara dan lokasi site yang berada di jalan
raya ke bandara. Bangunan dirancang dengan tower plan dengan sistem open
layout pada lantai-lantai sewanya yang memudahkan penyewa untuk mengolah
ulang rancangan ruang sewanya.
Pada bentukan massa (Gambar 2.3) juga memudahkan pergerakan udara
(sistem ventilasi alami), kemudian disusun bertingkat dengan jumlah 7 lantai
bagi penghuni bangunan. Susunan bertingkat ini juga menguatkan orientasi
awal bangunan terhadap jalan.
5.2.2 Zona Dalam Bangunan
Gambar 5.4 Zona Dalam Bangunan
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016
Gambar 5.5 Zona Pada Lantai 1
Gambar 5.6 Zona Pada Lantai 2 dan Lantai Tipikal 3-5
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016
Fasilitas-fasilitas penunjang kantor sewa yang sifatnya lebih publik,
seperti kantin/food court, coffee shop, terletak di lantai dasar atau lantai satu, sedangkan unit-unit kantor sewa yang sifatnya privat terletak di lantai-lantai di
atasnya dua sampai tujuh.
5.2.3 Sirkulasi Dalam Bangunan
Pada bentuk ini, ruang-ruang di setiap lantai dicapai melalui suatu jalur
sirkulasi vertikal yang terletak di bagian tengah bangunan, dengan pembagian
ruang-ruang tipikal di setiap lantainya dengan akses yang merata ke semua
bangunan atau untuk mendapatkan keseimbangan pencapaian ke semua sudut
lantai dalam bangunan, sedangkan sirkulasi secara horisontal dirancang jelas
dan terarah.
Gambar 5.6 Sirkulasi Horizontal Pada Lantai
Gambar 5.7 Sirkulasi Vertikal Pada Bangunan
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016
5.3 Konsep Perancangan Struktur Bangunan
5.3.1 Struktur dan Konstruksi
Struktur utama bangunan berupa kolom-kolom yang berpola grid. Sistem
struktur ini dipilih karena ideal untuk bangunan 20 lantai ke bawah. Dengan
struktur ini maka dapat disusun layout ruang-ruang dalam yang lebih efisien.
Pola grid yang digunakan dengan ukuran disesuaikan.
Gambar 5.8 Pola Grid
5.3.2 Pemilihan Jenis Struktur, Bahan, dan Sistem Struktur
Bangunan menggunakan structure rigid frame, yang memiliki
kemampuan untuk menahan gaya pada arah vertikal dan horizontal. Sistem
struktur ini dipilih karena ideal untuk bangunan 20 lantai ke bawah. Dengan
struktur ini maka dapat disusun layout ruang-ruang dalam yang lebih efisien.
Struktur rigid bereaksi terhadap beban lateral, terutama melalui lentur
balok dan kolom. Dan pada inti bangunan memuat sistem-sistem mekanis dan
transportasi secara vertikal. Keuntungan dari struktur ini mudah pelaksanaan,
tahan gempa, dan ekonomis, bukaan dan pembagian ruang lebih bebas karena
dinding hanya sebagai struktur pengisi.
5.3.3 Metoda Membangun dan Tahapan Pembangunan
5.4 Konsep Dasar (Penerapan Tema Pada Bangunan)
5.4.1 Orientasi Bangunan
Orientasi bangunan menghadap ke arah selatan, karena adanya akses
masuk bangunan dari jalan raya di depan site. Dari bentuk massa bangunan
(Gambar 5.3) adanya sisi terluas bangunan/luas penampang bangunan di sisi
timur dan barat yang akan banyak terkena sinar matahari, sehingga perlu
dirancang dengan baik pada sisi timur dan barat bangunan sesuai dengan tema
yang diterapkan.
5.4.2 Bekerja sama dengan iklim
Proteksi terhadap bagian luar bangunan dengan penggunaan shading and
over hang dapat melindungi fasad bangunan dari panas yang berlebihan,
double facade berfungsi sama dengan penggunaan shading dan dapat
memperindah fasad bangunan bila didesain dengan baik.
Roof garden dapat membantu merendahkan temperatur dan
menyimbangkan udara dalam ruangan.
Natural Ventilation Design untuk sirkulasi udara secara alami denga
cross ventilation.
Cool Pain for Facade untuk mengurangi radiasi sinar matahari yang
5.5 Konsep Perancangan Utilitas Bangunan
Sistem sentralisasi digunakan dalam bangunan kantor ini. Jaringan
utilitas dipusatkan dalam suatu pusat distribusi yang bisa disebut “ core utility “ ( pusat utilitas ).
Gambar 5.9 Sistem Sentralisasi
Sumber: Stephen Mullin, Planning Office Space 1992 Core
Core didalam bangunan. Struktur core menjadi satu dengan bangunan,
core menjadi struktur utama, sebagai pengaku bangunan. Selain itu, jarak
pencapaian dari bagian-bagian bangunan relatif sama , menguntungkan dalam
perencanaan jaringan utilitas.
Gambar 5.10 Core didalam bangunan
5.5.1 Sistem Penyediaan Air Bersih
Kebutuhan akan air bersih didasarkan atas pertimbangan dari kapasitas
kebutuhan pemakai bangunan, sumber air bersih lingkungan yang ada,
karakteristik pemakai air bersih, dan sistem distribusi yang digunakan.
Sistem penyediaan air bersih dapat dilakukan dengan menggunakan
sumber air bersih PAM ( Perusahaan Air Minum). Untuk mendistribusi air
bersih, air yang berasal dari sumber air ditampung terlebih dahulu pada tangki
bawah kemudian dipompa ke atas, untuk selanjutnya disalurkan ke setiap lantai
di bawahnya dengan memanfaatkan gravitasi dan dibantu dengan pompa tekan.
Gambar 5.1 Diagram Skematik Air Bersih
Sumber : www.google.com/diagram skematik utilitas
5.5.2 Pengolahan Limbah
Penanggulangan air kotor memerlukan pengolaha yang baik dengan
mempertimbangkan kesehatan lingkungan dalam dan luar bangunan(terutama
bau tidak sedap atau polusi udara), efektifitas dan efisiensi pengolahan,
Gambar 5.2 Diagram Skematik Air Limbah Padat dan Cair
Sumber : www.google.com/diagram skematik utilitas 5.5.3 Sistem Penanggulangan Kebakaran
5.5.4 Ssitem Elektrikal
Sumber daya listrik utama bangunan berasal dari PLN melalui jaringan listrik kota.
Gambar 5.3 Diagram Skematik Sistem Elektrikal
Gambar 5.4 Diagram Skematik Sistem Telepon
Sumber : www.google.com/diagram skematik utilitas 5.5.5 Sistem Transportasi Vertikal
Transportasi vertikal pada bangunan kantor ini menggunakan lift yang terletak pada inti bangunan.
Gambar 5.11 Transportasi Vertikal
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016
5.5.6 Sitem Penangkal Petir
komponen-komponen dan peralatan-peralatan yang secara keseluruhan berfungsi untuk menangkap petir dan menyalurkan ke tanah.
Gambar 5.12 Inti Pusat Bangunan
Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi
Sistem penangkal petir yang digunakan adalah Penangkal Petir Sistem Thomas. Sistem Thomas mempunyai jangkauan perlindungan bangunan yang lebih luas, dengan tiang penangkap petir dan sistem pengebumiannya. Penangkap petir adalah penghantar-penghantar di atas atap berupa eletroda logam yang dipasang tegak dan elektroda logam yang dipasang mendatar, sedangkan sistem pengebumian adalah suatu sistem dengan elektroda-elektroda pengebumian yang saling berhubungan dengan penghantar pengebumiannya, dan berfungsi untuk menyebarkan arus petir di dalam tanah.
Gambar 5.13 Penangkap Petir dan Pengebumian Sistem Thomas
BAB VI
GAMBAR PERANCANGAN
6.1 Gambar Arsitektural
6.1.1 Perspektif
a. Ekterior
Gambar 6.1 Perspektif mata manusia
b. Interior
Gambar 6.3 Interior Coffee Shop
Gambar 6.4 Interior Kantin (kiri) dan Lobby Office (kanan)
6.1.3 Ground Plan
6.1.4 Denah
b. Denah Lantai 2
d. Denah Roof Top
6.1.5 Tampak
b. Tampak Belakang (Utara)
d. Tampak Samping Kiri (Barat)
6.1.6 Potongan
b. Potongan B-B’
6.2 Gambar Struktural
6.2.2 Pembalokan
a. Pembalokan Lantai 2
6.2.3 Detail
a. Jendela
c. Pondasi
6.3 Gambar Utilitas
6.3.1 Elektrikal
b. Elektrikal Lantai 2
d. Elektrikal Roof Top
6.3.2 Plumbing
b. Plumbing Lantai 2
d Plumbing Roof Top
6.3.3 Sistem Kebakaran
b. Sistem Kebakaran Lantai 2
6.3.4 Penghawaan
a. Penghawaan Lantai 1
c. Penghawaan Lantai 3-7
6.3.5 Telepon
a. Telepon Lantai 1
c. Telepon Lantai 3-7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Terminologi Judul
Kantor
Kantor, berasal dari bahasa Belanda“kantoor” , adalah sebutan untuk tempat yang digunakan untuk perniagaan atau perusahaan yang
dijalankan secara rutin. Kantor hanya berupa suatu kamar atau ruangan
kecil maupun bangunan bertingkat tinggi.
Menurut Cyril M. Harris dalam bukunya “Dictionary of Architecture and Construction” , kantor berarti bangunan yang digunakan untuk tujuan professional ataupun administrasi dan tidak ada bagian yang
dipergunakan untuk keperluan hunian, kecuali oleh para penjaga dan
pembersih kantor.
Sewa atau rent berarti perjanjian peralihan hak milik dari bangunan, tanah dan lain-lain, selama jangka waktu tertentu dan biasanya dengan
pembayaran pada waktu tertentu pula.
Kantor Sewa
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa kantor sewa adalah suatu wadah
atau tempat (bangunan) komersial dengan fungsi utama menyediakan ruang
usaha untuk mewadahi kegiatan bisnis dengan pelayanan profesional dengan
cara menyewakan lantai (ruangan) kepada pihak-pihak yang memerlukan demi
kelancaran kerjanya selama jangka waktu tertentu disertai dengan pembayaran
pada waktu tertentu pula.
2.2 Tinjauan Umum
Bisnis pengiriman atau pengangkutan barang melalui angkutan udara
(kargo) memiliki prospek usaha yang sangat strategis. Jumlah peningkatan
akan pengangkutan/pengiriman barang melalui angkutan udara mempengaruhi
peningkatan jumlah perusahaan yang terkait dalam sektor perusahaan jasa,
Tabel 2.1 Produksi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Domestik
T
Sumber: Direktorat Jendral Perhubungan Udara- Kementerian Perhubungan
Tabel 2.2 Produksi Angkutan Udara Niaga Berjadwal International
Sumber: Direktorat Jendral Perhubungan Udara- Kementerian Perhubungan
Tabel 2.3 Lalu Lintas Penumpang dan Barang Angkutan Udara Penerbangan Luar Negeri di Lima Bandar Udara Utama
Tabel 2.4 Lalu Lintas Penumpang dan Barang Angkutan Udara Penerbangan Dalam Negeri di Lima Bandar Udara Utama
Sumber: Laporan dari PT. Angkasa Pura I, II
Berdasarakan tabel diatas akan diprediksi jumlah barang (ton) yang akan ada pada
Bandara Kualanamu sampai pada tahun 2025.
x= . − . + . − . + . − . + . − . + . − .
x= − . + + + . + . = . = ton
x=rata-rata kenaikan per tahun, maka prediksi pada tahun 2025 adalah
Tabel 2.5 Prediksi Jumlah Barang Pada Kargo Bandara
Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah
dan komposisi tenaga kerja akan terus mangalami perubahan seiring dengan
berlangsungnya proses demografi. Bagian dari tenaga kerja yang aktif dalam
kegiatan ekonomi disebut angkatan kerja. Jumlah penduduk Deli Serdang yang
merupakan angkatan kerja, didasarkan pada hasil Sakernas bulan Agustus
2014, ada sebanyak 898.033 jiwa yang terdiri dari 835.162 jiwa terkategori
bekerja dan sebesar 62.871 jiwa terkategori mencari kerja dan tidak bekerja
(pengangguran terbuka), sedangkan dan pada kondisi 2013, terdapat 754.454
jiwa terkategori bekerja dan sebesar 61.529 jiwa terkategori mencari kerja dan
Tabel 2.6 Penduduk Yang Bekerja di Deli Serdang (%)
Uraian 2012 2013 2014
Sektor pertanian 19,12 16,95 17,01
Sektor industri
pengolahan
14,59 13,37 13,90
Sektor konstruksi 22.14 24,71 22,75
Sektor
Keterangan: *) Sektor lainnya: (Pertambangan dan Penggalian,
Listrik, Gas dan Air, Angkutan, dan Komunikasi, Keuangan,
Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah Dan Jasa
Perusahaan)
Sumber: Statistika Daerah Kabupaten Deli Serdang 2015 dan 2014
Berdasarakan tabel diatas akan diprediksi presentase jumlah pekerja di bidang
Jasa Perusahaan, Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan sampai pada tahun
2025.
x= , − , + , − ,
x= , + − , = , = , %
x=rata-rata kenaikan per tahun, maka prediksi pada tahun 2025 adalah
P = P + n. x
Tabel 2.7 Jumlah Tenaga Kerja Kabupaten Deli Serdang Tahun Jumlah Penduduk
(Orang)
Sumber: Statistika Daerah Kabupaten Deli Serdang 2015 dan 2014
Jumlah Penduduk yang bekerja, adalah:
a = 835.162 - 754.545 = 80.708
x = .
. � % = , % = 0,0966
Untuk memproyeksikan jumlah pekerja di Deli Serdang pada tahun 2025,
menggunakan rumus Eksponensial yang dipakai.
Perhitungan dengan Eksponensial menggunakan rumus matematis sebagai
berikut:
P = P + � Dimana:
P : Jumlah Pekerja Tahun Ke − n P : Jumlah Pekerja Awal
r: Rata-rata Pertumbuhan Pekerja
n: Jumlah Tahun
P − =p + . −
P = . , P = . ,
P = . . orang (prediksi tahun 2025) Maka banyaknya pekerja yang bekerja di sektor Jasa Perusahaan, Keuangan,
Asuransi, dan Usaha Persewaan Bangunan, adalah:
,
� . . orang = . orang (prediksi tahun 2025)
Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang diimbangi dengan pertumbuhan
lapangan kerja akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun.
Jumlah penduduk yang bekerja tidak selalu menggambarkan jumlah kesempatan
kerja yang ada. Hal ini dikarenakan sering terjadinya mismatch dalam pasar kerja. Pada tahun 2014, dari total angkatan kerja sebesar 898.033 orang, sekitar 93