• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Ketahanan Otot Pada Pemain Bola Basket di Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Ketahanan Otot Pada Pemain Bola Basket di Universitas Sumatera Utara"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

I. Data Pribadi

Nama : Juswandy Ivanco Manurung

Tempat/Tanggal Lahir : Bukit Lima, 27 Juni 1995

Jenis Kelamin : Laki – laki

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Abdul Hakim No. 48, Medan

Selayang 20131

Telepon : 08126303334

II. Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1999 – 2001 : TK Nazaret P. Siantar 2. Tahun 2001 – 2007 : SD Negeri 122374 P. Siantar 3. Tahun 2007 – 2010 : SMP Negeri 1 P. Siantar 4. Tahun 2010 – 2013 : SMA Sultan Agung P. Siantar 5. Tahun 2013 – sekarang : Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

III. Riwayat Organisasi

1. Anggota Panitia Seksi Basket Porseni FK USU 2014 2. Anggota Panitia Seksi Basket Porseni FK USU 2015 3. Anggota Panitia Seksi Pubdok Paskah FK USU 2014 4. Anggota Panitia Seksi Pubdok Natal FK USU 2015

5. Koordinator Panitia Seksi Pubdok Pengabdian Masyarakat Mahasiswa Kristen FK USU 2016

(2)

43

PENJELASAN MENGENAI PENELITIAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi/sore Abang/Saudara sekalian nama saya Juswandy yang akan

melakukan penelitian dengan judul: Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan

Ketahanan Ototpada Pemain Bola Basket di Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara indeks

massa tubuh dengan Ketahanan otot pada pemain bola basket di Universitas

Sumatera Utara.

Dengan diketahuinya Hubungan antara indeks massa tubuh dengan

ketahanan otot, maka peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi

masukan dan informasi bagi pemain dan klub yang diteliti agar dapat

meningkatkan prestasi atlet kedepannya.

Jika Abang/Saudara bersedia mengikuti penelitian ini dan penelitian

lainnya yang terkait maka akan dilakukan pemeriksaan dengan cara melakukan

wawancara dan melakukan beberapa test terkait dengan ketahanan otot nantinya.

Saya sangat mengharapkan keikutsertaan Abang/Saudara dalam penelitian ini,

karena selain bermanfaat untuk diri sendiri, juga bermanfaat untuk orang lain.

Selama penelitian ini, Abang/Saudara tidak dibebankan biaya apapun.

Semua data/keterangan juga bersifat rahasia dan tidak diketahui orang lain.

Apabila keberatan, Abang/Saudara dapat menolak untuk mengikuti penelitian ini.

Jika sudah mengerti dan bersedia mengikuti penelitian ini maka

Abang/Saudara dapat mengisi lembar persetujuan (Informed Consent).

Tes Ketahanan otot yang akan dilakukan di atas pada lazimnya tidak akan

menimbulkan hal yang berbahaya bagi Abang/Saudara sekalian, namun bila

terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh perlakuan penelitian

(3)

Nama : Juswandy Ivanco Manurung

Alamat kantor : Jl. Dr. T. Mansur No.5, Medan 20155

Telp : (061) 8211045

Alamat rumah : Jl. Abdul Hakim No.48, Medan Selayang

Telp : 08126303334

Demikian penjelasan ini saya sampaikan, kiranya hasil dari penelitian ini

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 2016

Peneliti,

(4)

45

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

No.Telp./ HP :

Setelah mempelajari dan mendapatkan penjelasan yang sejelas-jelasnya

mengenai penelitian yang berjudul Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan

Ketahanan Otot pada Pemain Bola Basket di Universitas Sumatera Utara, dan

setelah mengetahui dan menyadari sepenuhnya risiko yang mungkin terjadi,

dengan ini saya menyatakan bahwa saya bersedia dengan sukarela menjadi subjek

penelitian tersebut dan patuh akan ketentuan-ketentuan yang dibuat peneliti. Jika

sewaktu-waktu ingin berhenti, saya berhak untuk tidak melanjutkan mengikuti

penelitian ini tanpa ada sanksi apapun.

Yang menyatakan, Peneliti

(5)

HASIL OUTPUT SPSS

A. Distribusi Frekuensi Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Umur

Statistics

B. Distribusi Frekuensi Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Berat Badan, Tinggi Badan, Indeks Massa Tubuh, Jumlah Push-up, dan

Jumlah Curl-up

Frequency Percent Valid Percent

(6)

47

Bbkel

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(7)

imt1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(8)

49

C. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Ketahanan Otot

Correlations

imt1 Pushupkel

Spearman's rho imt1 Correlation Coefficient 1.000 .520**

Sig. (2-tailed) . .000

N 60 60

Pushupkel Correlation Coefficient .520** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 60 60

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

imt1 Curlupkel

Spearman's rho imt1 Correlation Coefficient 1.000 .346**

Sig. (2-tailed) . .007

N 60 60

Curlupkel Correlation Coefficient .346** 1.000

Sig. (2-tailed) .007 .

N 60 60

(9)
(10)

51

(11)
(12)

53

KK 20 61 170 21.10 21 52

LL 20 55 170 19.03 20 25

MM 20 63 167 22.56 70 20

NN 23 70 171 23.79 12 27

OO 24 73 170 25.25 15 37

PP 21 61 164 22.67 20 30

QQ 21 69 182 20.06 30 34

RR 23 65 167 23.30 30 39

SS 20 60 166 21.77 35 32

TT 22 65 172 21.97 27 29

UU 22 57 172 19.26 35 28

VV 21 69 169 24.15 30 33

WW 23 64 174 21.13 53 26

XX 22 64 179 19.97 17 31

YY 23 65 180 20.06 19 36

ZZ 20 52 163 19.57 23 27

AAA 20 65 174 21.46 30 37

BBB 20 69 174 22.79 34 41

CCC 21 56 174 18.39 14 29

DDD 20 58 175 18.93 36 30

EEE 20 69 166 25.03 7 32

FFF 21 50 167 17.92 25 29

GGG 22 65 179 20.28 13 39

(13)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hapsari A, Dwikusworo E.P, dan Hidayah T. Status Keterampilan

Bermain Bola Basket pada Club NBC (Ngaliyan Basketball Center) Kota

Semarang. Journal of Sport Sciences and Fitness 2013; 2(1): 6-10

2. Pojskic H, Sevarovic V, Muratovic M, Uzicanin E. The Relationship

Between Physical Fitness and Shooting Accuracy of Professional

Basketball Players. University of Tuzla, Bosnia and Herzegovina. Motriz, Rio Claro 2014; vol.20 no.4 p:408-417, Oct/Dec 2014.

3. Pramono F.E. Tingkat Kesegaran Jasmani Anak Yang Ikut Dalam Sekolah Sepakbola Handayani di Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta.

Yogyakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta;

2012: 1-40.

4. Sumintarsih. Kebugaran Jasmani Untuk Lanjut Usia. Majalah Ilmiah 2010; 16(1): 1-19.

5. Parmo. Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani dengan Prestasi Belajar Siswa SMA Negeri 1 Ujan Mas Kecamatan Ujan Mas Kabupaten Kepahiang. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu; 2014: 1-24.

6. Utari A. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tingkat Kesegaran Jasmani pada Anak Usia 12-14 Tahun. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2007: 60-79.

7. Hopson J.L, Donatelle R.J, dan Littrell T.R. Get Fit, Stay Well! 1st ed. USA: Benjamin Cummings; 2008

8. Arisandi D. Analisis Penggunaan Kalori Atlet Bola Basket Universitas

Pendidikan Indonesia; 2014 : 1-7.

9. Lubis H.M, Sulastri D, dan Afriwardi. Hubungan Indeks Massa Tubuh

dengan Ketahanan Kardiorespirasi, Kekuatan dan Ketahanan Otot dan

Fleksibelitas pada Mahasiswa Laki-Laki Jurusan Pendidikan Dokter

(14)

40

10.Setiawan D.A, dan Setiowati A. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Terhadap Kekuatan Otot pada Lansia di Panti Wredha Rindang Asih III

Kecamatan Boja. Journal of Sport Sciences and Fitness 2014; 3: 30-35 11.Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC;

2012.

12.Sarifin G. Kontraksi Otot Dan Kelelahan. Jurnal ILARA 2010; 1(2): 58-60. 13.Martini F.H. Fundamentals of Anatomy & Physiology. 9th ed. USA:

Benjamin Cummings; 2012.

14.Barrett K.E, Barman S.M, Boitano S, Brooks, H.L. Ganong’s Review of

Medical Physiology. 24th ed. New York: McGraw-Hill; 2012.

15.Tortora G.J, Derrickson B. Principles of Anatomi & Physiology. 13th ed. United States of America: John Wiley & Sons; 2009.

16.Sudoyo A.W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M.K, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia; 2009.

17.World Health Organization. BMI Classification. Geneva: Worlh Health Organization; 2011.

Available from: http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html.

[Diakses 9 Mei 2015]

18.World Health Organization. BMI Classification. Geneva: Worlh Health Organization; 2004.

Available from: http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html.

[Diakses 9 Mei 2015]

19.Penggalih M.H.S.T. dan Huriyati E. Gaya Hidup, Status Gizi dan Stamina

Atlet pada Sebuah Klub Sepakbola. Berita Kedokteran Masyarakat 2007; 23(4): 192-199.

20.Pralhadrao U, Satyanarayana P, Shisode-Lad S, Chaitanya C, Kumari N.R.

A Study on the Correlation Between the Body Mass Index (BMI), the

Body Fat Percentage, the Handgrip Strength and the Handgrip Endurance;

(15)

21.Setiowati A. Hubungan Indeks Massa Tubuh, Persen Lemak Tubuh,

Asupan Zat Gizi dengan Kekuatan Otot. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia 2014; 4(1): 33-38.

(16)

BAB 3

KERANGKA KONSEP, KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Teori

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dibahas, maka kerangka konsep

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Kerangka Teori Penelitian

3.2 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel dependen

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian

Berat Badan

Tinggi Badan

Indeks Massa Tubuh

Pemain bola basket

Intensitas Latihan

Ketahanan Otot

Kesegaran Jasmani

Komponen Kesehatan

Aktifitas fisik

Nutrisi

Jenis Kelamin

(17)

3.3 Hipotesis

(18)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain penelitian

cross sectional study (studi potong lintang), dimana penelitian akan menggambarkan hubungan antara IMT dengan ketahanan otot pada pemain basket

di Universitas Sumatera Utara.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di beberapa klub bola basket fakultas di

Universitas Sumatera Utara. Lokasi yang dipilih adalah tempat berlatih pemain

bola basket masing-masing Fakultas.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Tabel 4.1 Waktu Penelitian

Kegiatan Maret - Juni Juli - September Oktober - Desember

Penyusunan Proposal

Pengumpulan Data

Pengolahan,

(19)

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah 4 klub bola basket fakultas di Universitas

Sumatera Utara diantaranya Fakultas Kedokteran, Fakultas Hukum, Fakultas

Ekonomi dan Bisnis, dan Fakultas MIPA yang terdiri dari 60 orang pemain.

4.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah subjek yang diambil dari populasi di

beberapa klub bola basket fakultas di Uneversitas Sumatera Utara. Selain itu,

sampel yang akan diambil harus memenuhi kriteria inklusi serta tidak termasuk

dalam kriteria eksklusi selama penelitian berlangsung.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam pemilihan sampel

penelitian ini adalah:

1. Kriteria Inklusi

a. Sehat secara fisik, mental, maupun sosial

b. Menjalani latihan rutin bersama klubnya

c. Bermain minimal 2 tahun sebagai pemain bola basket

d. Laki – laki berusia antara 20-29 tahun

e. Tidak merokok maupun meminum alkohol pada saat pengambilan data

f. Bersedia menjadi subjek penelitian dengan menandatangani lembar

persetujuan setelah penjelasan (informed consent). 2. Kriteria Eksklusi

a. Mengalami sakit atau cedera yang berat yang membutuhkan perawatan

di rumah sakit saat pengambilan data

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling

yaitu melibatkan seluruh pemain dari 4 klub bola basket fakultas yaitu Fakultas

Kedokteran, Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan Fakultas MIPA

(20)

24

4.4 Metode Pengumpulan Data 4.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari

sumber data. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap

subjek penelitian yang melakukan push-up dan curl-up.

4.4.2 Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data mengenai jumlah pemain

bola basket di tiap-tiap klub bola basket fakultas.

4.4.3 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini adalah timbangan digital,

microtoise, informed consent, stopwatch, alas empuk atau matras, kertas pengamatan dan alat tulis.

4.5 Defenisi Operasional 4.5.1 Indeks Massa Tubuh

1. Indeks Massa Tubuh adalah perhitungan Berat Badan (BB) dalam

kilogram dibagi dengan Tinggi Badan (TB) kuadrat dalam meter

timbangan digital yang sudah di standarisasi, sementara Tinggi

Badan diukur dengan menggunakan microtoise yang sudah distandarisasi.

4. Hasil Ukur : Berat Badan dalam kilogram dan Tinggi Badan

dalam meter. Kemudian interpretasi dalam tabel IMT menurut

Kriteria Asia Pasifik.

IMT: BB kurang (<18,5), BB normal (18,5-22,9), BB berlebih

(21)

5. Skala Ukur : Ordinal

4.5.2 Ketahanan Otot

1. Ketahanan otot adalah kemampuan otot untuk berkontraksi

berulang-ulang sampai dengan beban submaksimal.

2. Cara Ukur : Hitung jumlah Push-up dan Curl-up.

3. Hasil Ukur : Push-up dan Curl-up dalam kali.

Push up: Luar biasa (>36 kali), sangat baik (31-36 kali), baik (24-30 kali), cukup (21-23 kali), kurang (16-20 kali), dan sangat

kurang (<16 kali).

Curl up: Luar biasa (>25 kali), sangat baik (22-25 kali), baik (16-20 kali), cukup (13-15 kali), kurang (10-12 kali), dan sangat

kurang (<10 kali).

4. Skala Ukur : Ordinal

4.6 Metode Pengolahan dan Analisa Data 4.6.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1)

editing, dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data; (2) coding,

data yang telah terkumpul dikoreksi, kemudian diberi kode oleh peneliti secara

manual sebelum diolah dengan komputer; (3) entry, data tersebut dimasukkan kedalam program komputer; (4) cleaning data, pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan

dalam pemasukan data; (5) saving, penyimpanan data untuk siap dianalisis; dan (6) analisis data.

4.6.2 Analisis Data

Data kemudian diolah dengan menggunakan program komputer SPSS

(Statistical Product and Service Solution) dan disajikan dalam bentuk tabel dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan antara indeks massa

(22)

26

Analisa ini dilakukan untuk melihat dua variabel dengan uji korelasi Spearman

dengan nilai korelasi atau r (rho) yang berkisar diantara -1 sampai dengan +1. Jika angka korelasi semakin mendekati 1, maka hubungan korelasi antara kedua

variabel akan semakin kuat, sedangkan jika angka korelasi semakin mendekati 0,

maka hubungan korelasi antara kedua variabel semakin lemah. Tanda plus

menyatakan bahwa hubungan diantara kedua variabel bersifat searah, sedangkan

(23)

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua lokasi. Pertama, pengambilan data

dilakukan di lapangan bola basket Fakultas Kedokteran USU tempat latihan klub

bola basket Fakultas Kedokteran USU, Fakultas MIPA USU dan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis USU yang berlokasi di Jalan Universitas Komplek USU,

Kecamatan Padang Bulan, Kota Medan. Kedua, pengambilan data dilakukan di

lapangan bola basket Cikal USU tempat latihan klub bola basket Fakultas Hukum

USU yang berlokasi di Jalan dr. Mansyur Komplek USU, Kecamatan Padang

Bulan, Kota Medan. Jumlah subjek penelitian yang terlibat dalam penelitian ini

adalah 60 orang.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang ikut serta dalam penelitian ini adalah para pemain bola

basket dari empat fakultas yang ada di Universitas Sumatera Utara yaitu Fakultas

Kedokteran USU, Fakultas MIPA USU, Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU, dan

Fakultas Hukum USU. Responden yang terdiri dari 60 orang seluruhnya telah

menyetujui untuk berpartisipasi dalam penelitian dan telah memenuhi kriteria

(24)

28

5.1.2.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Berdasarkan umur, didapatkan sebaran subjek penelitian sebagai berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi (orang) Persentase (%)

20 25 41,7%

21 12 20,0%

22 16 26,7%

23 4 6,7%

24 3 5,0%

Total 60 100%

Berdasarkan tabel diatas, subjek penelitian dengan umur 20 tahun

memiliki frekuensi dan persentase terbesar yaitu 25 orang dengan 41,7%.

Rata-rata umur dari subjek penelitian ini adalah 21,13 tahun (SD 1,186).

Berdasarkan berat badan, didapatkan sebaran subjek penelitian sebagai

berikut:

Tabel 5.2 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Berat Badan Berat Badan Frekuensi (orang) Persentase (%)

50-70 40 66,7%

71-90 14 23,3%

91-110 5 8,3%

111-120 1 1,7%

Total 60 100%

Pada tabel di atas didapatkan bahwa mayoritas subjek penelitian (66,7%)

memiliki berat badan dalam rentang 50-70 kg. Setelah diolah dengan program

SPSS didapatkan rata-rata berat badan pemain bola basket ini 70,58 kg (SD

(25)

Berdasarkan tinggi badan, didapatkan sebaran subjek penelitian sebagai

berikut:

Tabel 5.3 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Tinggi Badan Tinggi Badan Frekuensi (orang) Persentase (%)

160-170 24 40,0%

171-180 32 53,3%

181-190 4 6,7%

Total 60 100%

Pada tabel diatas didapatkan bahwa mayoritas subjek penelitian memiliki

tinggi badan dalam rentang 171-180 cm dengan persentase 53,3%. Didapatkan

rata-rata tinggi badan pemain bola basket ini adalah 172,27 cm (SD 5,656).

Setiap subjek penelitian yang berpartisipasi diukur berat badan dan tinggi

badannya kemudian dihitung indeks massa tubuhnya. Berdasarkan indeks massa

tubuh, didapatkan sebaran subjek penelitian sebagai berikut:

Tabel 5.4 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan IMT

IMT Frekuensi (orang) Persentase (%)

BB Kurang 4 6,7%

BB Normal 29 48,3%

BB Beresiko 8 13,3%

Obesitas 1 13 21,7%

Obesitas 2 6 10,0%

Total 60 100%

Pada tabel diatas didapatkan bahwa subjek penelitian yang memiliki IMT

normal ada 29 orang (48,3%), subjek dengan IMT kurang ada 4 orang (6,7%),

subjek dengan berat badan beresiko 8 orang (13,3%), subjek dengan obesitas 1

(26)

30

dari subjek penelitian memiliki IMT yang normal. Setelah diolah dengan program

SPSS didapatkan rata-rata IMT pemain bola basket ini adalah 23,6495 (SD 4,58).

Setiap subjek penelitian akan dinilai ketahanan ototnya berdasarkan

jumlah push-up dan curl-up yang dapat dilakukannya. Berdasarkan ketahanan otot, didapatkan sebaran subjek penelitian sebagai berikut:

Tabel 5.5 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Ketahanan Otot (Jumlah Push-up)

Ketahanan Otot (Push-up)

Frekuensi (Orang)

Persentase (%)

Luar Biasa 9 15,0%

Sangat Baik 5 8,3%

Baik 13 21,7%

Cukup 4 6,7%

Kurang 12 20,0%

Sangat Kurang 17 28,3%

Jumlah 60 100%

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa ketahanan otot yang dihitung dari

jumlah push-up yang dapat dilakukan, kelompok kategori sangat kurang memiliki persentase paling besar yaitu sebanyak 17 orang (28,3%), kemudian diikuti oleh

kategori luar biasa yaitu sebanyak 9 orang (15%), dan ketahanan otot yang paling

(27)

Tabel 5.6 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Ketahanan Otot ( Jumlah Curl-up)

Ketahanan Otot (Curl-up)

Frekuensi (orang)

Persentase (%)

Luar Biasa 49 81,7%

Sangat Baik 1 1,7%

Baik 5 8,3%

Cukup 1 1,7%

Kurang 3 5,0%

Sangat Kurang 1 1,7%

Total 60 100%

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa ketahanan otot yang dihitung dari

jumlah curl-up yang dapat dilakukan, kelompok kategori luar biasa memiliki persentase yang paling besar yaitu sebanyak 49 orang (81,7%), kemudian diikuti

oleh kategori baik dan kurang yaitu masing-masing sebanyak 5 orang (8,3%) dan

3 orang (5%), dan ketahanan otot yang paling sedikit persentasenya merupakan

kategori sangat baik, cukup dan sangat kurang yaitu masing-masing sebanyak 1

orang (1,7%).

5.1.3 Hasil Analisa Data

Peneliti melakukan analisa statistik untuk mengetahui hubungan indeks

massa tubuh dengan ketahanan otot pada pemain bola basket di Universitas

Sumatera Utara. Untuk mengetahui hubungan kedua variabel tersebut, dilakukan

uji korelasi Spearman. Adapun hasil uji korelasi Spearman pada kedua variabel

(28)

32

Tabel 5.7 Hubungan IMT dengan Ketahanan Otot (Push Up) Berdasarkan Uji Korelasi Spearman

Penelitian ini menggunakan hipotesis dua arah dengan tingkat kepercayaan

95%, yang berarti jika didapati nilai Sig. < 0,05 maka hipotesis nol penelitian

ditolak. Setelah dianalisis, dalam penelitian ini didapati nilai Sig. = 0,000 pada

kelompok ketahanan otot (push-up) dan karena 0,000 < 0,05 maka hipotesis nol penelitian ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa antara indeks

massa tubuh, terdapat hubungan yang signifikan dengan ketahanan otot.

Kekuatan hubungan antara kedua variabel dilihat dari nilai korelasi

Spearman. Hubungan IMT dengan ketahanan otot (Push Up) yaitu r = 0,520. Tanda positif menyatakan arah hubungan yang searah, yaitu semakin ideal IMT

seseorang, maka semakin baik ketahanan ototnya. Sementara itu, angka 0,520

menyatakan besarnya kekuatan hubungan antara IMT dengan ketahanan otot

(29)

Tabel 5.8 Hubungan IMT dengan Ketahanan Otot (Curl Up) Berdasarkan

Penelitian ini menggunakan hipotesis dua arah dengan tingkat kepercayaan

95%, yang berarti jika didapati nilai Sig. < 0,05 maka hipotesis nol penelitian

ditolak. Setelah dianalisis, dalam penelitian ini didapati nilai Sig. = 0,007 pada

kelompok ketahanan otot (curl-up) dan karena 0,007 < 0,05 maka hipotesis nol penelitian ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa antara indeks

massa tubuh, terdapat hubungan yang signifikan dengan ketahanan otot.

Kekuatan hubungan antara kedua variabel dilihat dari nilai korelasi

Spearman. Hubungan IMT dengan ketahanan otot (Curl Up) yaitu r = 0,346. Tanda positif menyatakan arah hubungan yang searah, yaitu semakin ideal IMT

seseorang, maka semakin baik ketahanan ototnya. Sementara itu, angka 0,346

menyatakan besarnya kekuatan hubungan antara IMT dengan ketahanan otot

(Curl Up) pada pemain bola basket, yaitu adanya kekuatan korelasi yang rendah.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Indeks Massa Tubuh

Mayoritas subjek penelitian dengan rentang umur dari 20-24 tahun

memiliki nilai IMT normal dengan jumlah sebanyak 29 orang (48,3%). Rata-rata

IMT untuk 60 pemain bola basket ini sebesar 23,6495 kg/m2. Hal ini sejalan

(30)

34

terhadap 72 responden dimana didapatkan rata-rata IMT responden yaitu 22,08

dengan jumlah responden yang normal 41 orang (56,9%).9 Penelitian yang

dilakukan oleh Setiowati (2014) didapatkan rata-rata IMT responden yaitu 21,60

dengan jumlah responden yang normal 10 orang (90,9%).21

Pada penelitian ini juga didapatkan sebanyak 4 orang (6,7%) dari rentang

umur 20-29 tahun memiliki IMT yang kurang. Beberapa penelitian menyatakan

bahwa peningkatan asupan energy berperan untuk stimulasi peningkatan berat

badan dan massa otot.21 Seorang atlet membutuhkan asupan energi yang lebih

besar dari orang biasa oleh karena aktivitas yang lebih tinggi meningkatkan

pengeluaran energi untuk metabolisme, panas dan sintesis hormon.21

Namun dari distribusi frekuensi data ini masih ditemukan atlet yang

IMTnya diatas 23 yaitu sebanyak 27 orang (45%). Hal ini mungkin disebabkan

oleh atlet masih belum memperhatikan dengan baik kualitas makanan yang harus

dipilih, penambahan jenis makanan tertentu pada saat latihan dan pertandingan,

kurangnya pengetahuan untuk memilih makanan yang cocok, dan adanya

kesalahan konsep tentang peranan zat gizi spesifik untuk menunjang stamina

olahraga.19

5.2.2 Ketahanan Otot

Pada penelitian ini didapatkan hasil persentase atlet sebaran umur 20-29

yang mendapat nilai ketahanan otot kategori Luar biasa, Sangat baik, baik dan

cukup dari hasil jumlah push-up dilakukan sebanyak 51,7% lebih banyak dibanding dengan nilai ketahanan otot kategori kurang dan sangat kurang

sebanyak 48,3%. Hasil yang sama didapatkan jika dihitung dari jumlah curl-up

yang dilakukan sebanyak 93,3% dengan ketahanan otot luar biasa, sangat baik,

baik dan cukup lebih banyak dibanding dengan nilai ketahanan otot kurang dan

sangat kurang sebanyak 6,7%. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh penelitian

yang dilakukan oleh Utoro (2011) terhadap 25 responden di Semarang yang

mengukur tingkat kesegaran jasmani didapati sebanyak 14 subjek (56%) memiliki

kategori kesegaran jasmani baik sekali dan 9 subjek (36%) memiliki kategori

(31)

Kemampuan dan ketahanan otot dapat ditingkatkan dengan latihan

ketahanan. Latihan ketahanan juga mengacu pada latihan beban dan latihan

kekuatan yang dapat diselesaikan dengan mengukur berat badan atau alat

ketahanan seperti pita latihan atau bola latihan. Latihan ketahanan menekan sistem

muskuloskeletal tubuh dan mampu membesarkan serat-serat otot serta

memperbaiki kontrol saraf terhadap fungsi otot yang pada akhirnya akan

membesarkan dan meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.7

5.2.3 Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Ketahanan Otot

Pada penelitian ini, hasil uji Spearman didapati nilai Sig. (2-tailed) = 0,000 dan r = 0,520. Nilai sig = 0,000 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan ketahanan otot (push-up) pada pemain bola basket, walaupun kekuatan hubungan antara keduanya hanya korelasi

sedang. Sedangkan, hasil uji Spearman didapati nilai Sig. (2-tailed) = 0,007 dan r

= 0.346. Nilai sig = 0,007 menunjukkan adanya hubungan indeks massa tubuh

dengan ketahanan otot (curl-up) pada pemain bola basket, walaupun kekuatan hubungan antara keduanya hanya korelasi rendah. Hasil yang sama diperoleh dari

penelitian yang dilakukan oleh Pralhadrao et al. (2013) terhadap 180 subjek yang terdiri dari 90 laki-laki dan 90 perempuan menunjukkan bahwa ada korelasi

negatif antara IMT, persentase lemak tubuh dengan ketahanan handgrip, tetapi tidak signifikan pada populasi yang overweight. Pada populasi overweigh, kekuatan absolut handgrip mungkin tidak terganggu, tetapi ketahanan handgrip

akan mulai berkurang dengan meningkatnya persentase lemak tubuh bukan

peningkatan massa tubuh.20

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Penggalih & Huriyati (2007),

hasil uji regresi linier dari beberapa variabel terhadap stamina atlet, yaitu variabel

umur, IMT, dan massa lemak tubuh, secara independen tidak memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap stamina atlet (P>0,05). Namun demikian,

status gizi yang mencakup indikator IMT dan massa lemak tubuh secara

bersama-sama memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap stamina atlet

(32)

36

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap stamina atlet (p<0,05). Demikian

halnya kebiasaan hidup dan aktifitas fisik memberikan pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap stamina atlet (p<0,05). Dalam hal ini dapat disimpulkan

bahwa tidak hanya satu faktor yaitu IMT yang mempengaruhi ketahanan otot,

tetapi ada faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhi ketahanan otot diantaranya

nutrisi, aktivitas fisik maupun kebiasaan hidup pemain itu sendiri.19

Penelitian ini memiliki keterbatasan pada subjek penelitian dan metode

penelitian. Pada subjek penelitian terbatas pada jumlah subjek yang diteliti,

sedangkan faktor komposisi tubuh atlet yang lebih baik diukur adalah persentase

lemak tubuhnya dibandingkan IMT. Namun pengukuran persentase lemak tubuh

(33)

6.1 Kesimpulan

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan

ketahanan otot yang diukur dari jumlah push-up dengan nilai Sig. (2-tailed) = 0,000 dan r = 0,520, kekuatan hubungan antara keduanya yaitu korelasi sedang. Dengan demikian semakin ideal IMT seseorang maka semakin

baik ketahanan ototnya pada gerakan push-up.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan

ketahanan otot yang diukur dari jumlah curl-up dengan nilai Sig. (2-tailed) = 0,007 dan r = 0, 346, kekuatan hubungan antara keduanya yaitu korelasi rendah. Dengan demikian semakin ideal IMT seseorang maka semakin

baik ketahanan ototnya pada gerakan curl-up.

3. Mayoritas subjek penelitian memiliki berat badan dalam rentang 50-70 kg

dengan frekuensi sebanyak 40 orang (66,7%).

4. Mayoritas subjek penelitian memiliki tinggi badan dalam rentang 171-180

cm dengan frekuensi sebanyak 32 orang (53,3%).

5. Mayoritas subjek penelitian memiliki nilai IMT normal sebanyak 29 orang

(48,3%).

6. Mayoritas subjek penelitian memiliki ketahanan otot kategori sangat

kurang berdasarkan jumlah push-up, dengan frekuensi sebanyak 17 orang (28,3%), sementara itu ketahanan otot kategori cukup memiliki frekuensi

paling sedikit yaitu 4 orang (6,7%).

7. Mayoritas subjek penelitian memiliki ketahanan otot kategori luar biasa

berdasarkan jumlah curl-up, dengan frekuensi sebanyak 49 orang (81,7%), sementara itu ketahanan otot kategori sangat baik, cukup dan sangat

kurang, memiliki frekuensi paling sedikit yaitu masing-masing sebanyak 1

(34)

38

6.2 Saran

Bagi atlet yang memiliki IMT dalam kategori overweight dan obesitas dianjurkan untuk melakukan pemantauan terhadap berat badan

dengan menjaga asupan kalori dan melakukan latihan fisik rutin. Bagi atlet

dengan nilai ketahanan otot dalam kategori kurang agar terus

meningkatkan intensitas latihan dan menjaga kondisi tubuhnya dalam

keadaan prima. Bagi atlet dengan nilai ketahanan otot dalam kategori baik

agar terus menjaga performa diri malalui latihan fisik rutin dan

mempertahankan kondisi tubuhnya.

Bagi pelatih disarankan untuk mencatat data berat dan nilai

ketahanan otot pada setiap bulan agar selalu dievaluasi dan diatur program

latihannya.

Jika peneliti lain akan melakukan penelitian yang sama maka

penelitian ini dapat dijadikan rujukan dalam melakukan penelitian

selanjutnya dengan memperluas dan memperhitungkan variabel-variabel

lainnya serta mengukur persentase lemak tubuh karena merupakan faktor

(35)

2.1 Kesegaran Jasmani 2.1.1 Definisi

Kesegaran jasmani adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau

pekerjaan sehari-hari dan adaptasi terhadap pembebanan fisik tanpa menimbulkan

kelelahan berlebih dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati

waktu senggang maupun pekerjaan yang mendadak serta bebas dari penyakit.6

Menurut Parmo (2014), kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk

menjalankan pekerjaan sehari-hari dengan ringan dan mudah, tanpa merasakan

kelelahan yang berarti dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk melakukan

kegiatan yang lain.5

2.1.2 Komponen Kesegaran Jasmani

Menurut Sumintarsi, komponen-komponen kesegaran jasmani terbagi

dalam tiga kelompok, yaitu :

1. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan.

a) Daya tahan kardiovaskuler

Komponen ini menggambarkan kemampuan dan kesanggupan

melakukan kerja dalam keadaan aerobik, artinya kemampuan dan

kesanggupan sistem peredaran darah pernapasan, mengambil dan

mengadakan penyediaan oksigen yang dibutuhkan.

b) Kekuatan otot

Kekuatan otot banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari,

terutama untuk tungkai yang harus menahan berat badan.

c) Daya tahan otot

Daya tahan otot adalah kemampuan dan kesanggupan otot untuk kerja

berulang-ulang tanpa mengalami kelelahan.

d) Fleksibilitas

(36)

5

e) Komposisi tubuh

Komposisi tubuh berhubungan dengan pendistribusian otot dan lemak

di seluruh tubuh dan pengukuran komposisi tubuh ini memegang

peranan penting, baik untuk kesehatan tubuh maupun untuk

berolahraga. Kelebihan lemak tubuh dapat menyebabkan kegemukan

atau obesitas dan meningkatkan resiko untuk menderita berbagai

macam penyakit.

2. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan.

a) Keseimbangan

Keseimbangan berhubungan dengan sikap mempertahankan keadaan

keseimbangan ketika sedang diam atau sedang bergerak.

b) Daya ledak

Daya ledak berhubungan dengan laju ketika seseorang melakukan

kegiatan atau daya ledak merupakan hasil dari daya X kecepatan.

c) Kecepatan

Kecepatan berhubungan dengan kemampuan untuk melakukan gerakan

dalam waktu yang singkat.

d) Kelincahan

Kelincahan yang berhubungan dengan kemampuan dengan cara

merubah arah posisi tubuh dengan kecepatan dan ketepatan tinggi.

e) Koordinasi

Koordinasi yang berhubungan dengan kemampuan untuk

menggunakan panca indra seperti penglihatan dan pendengaran,

bersama-sama dengan tubuh tertentu di dalam melakukan kegiatan

motorik dengan harmonis dan ketepatan tinggi.

3. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan Wellness

Wellness diartikan sebagai suatu tingkat dinamis dan terintegrasi dari fungsi-fungsi organ tubuh yang berorientasi terhadap upaya

memaksimalkan potensi yang memiliki ketergantungan pada tanggung

(37)

2.1.3 Ketahanan Otot

Ketahanan otot adalah kemampuan otot untuk berkontraksi berulang-ulang

sampai waktu tertentu dan menunjukkan seberapa lama seseorang dapat

mempertahankan penggunaan ototnya. Salah satu cara profesional untuk

mengukur ketahanan otot adalah dengan menentukan berat maksimal yang

mampu diangkat seseorang selama 20 kali secara terus menerus.7

Daya tahan otot mencerminkan kemampuan dalam hal bertahan

melaksanakan suatu aktivitas. Seseorang telah memiliki tenaga untuk melakukan

aktivitas yang berulang-ulang, peningkatan performa akan bergantung pada daya

tahan otot.9

Cara yang efektif untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot

dilakukan dengan cara menggunakan beban, karena dengan latihan beban dapat

menambah massa otot sehingga dapat meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot.

Meningkatnya kekuatan otot dapat mempengaruhi dan meningkatkan beberapa

komponen biomotor yang lain seperti: meningkatnya daya tahan otot yang

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan, agar dapat mengatasi kelelahan

selama aktifitas berlangsung.10

2.1.4 Pengukuran Ketahanan Otot

Tes Ketahanan otot menilai kemampuan otot untuk berkontraksi selama

periode waktu tertentu. Beberapa tes ini harus dilakukan di ruangan dengan alat

berat, sedangkan yang lain hanya membutuhkan berat badan untuk ketahanan dan

dapat dilakukan dimana saja. Tes ketahanan otot secara umum terbagi menjadi 2

yaitu: tes 20 RM (repetition maximum) dan tes gerak badan (calisthemic test).7 Tes 20 RM dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa latihan

angkat beban. Tes ini menentukan jumlah beban maksimal yang dapat diangkat

secara tepat sebanyak 20 kali berturut-turut sebelum otot menjadi lelah untuk

mengangkat lagi. Tes ini juga terutama bermanfaat untuk mencapai ketahanan otot

yang diinginkan dan mengikuti perkembangannya.7

(38)

7

support atau hang exercises untuk meningkatkan ketahanan otot. Masing-masing prosedur untuk latihan di atas berbeda-beda.7

Pengukuran dilakukan dengan menghitung jumlah push-up dan curl-up

yang dapat dilakukan dengan cara yang benar.

a. Push-up

Tubuh ditopang dengan posisi push-up dari kedua telapak tangan dan ujung jari kaki. Kedua tangan berada disamping bahu, punggung dan kaki dalam

posisi lurus. Mulai dari posisi bawah dengan siku 90 derajat, dada diatas lantai

dan dagu hampir menyentuh lantai. Angkat badan sampai lengan lurus dan

turunkan tubuh sampai ke posisi awal (dihitung 1 kali). Selesaikan push-up

perlahan dan jaga tetap dalam posisi yang benar. Kemudian hitung jumlah

push-up yang dilakukan dengan benar semaksimal mungkin tanpa berhenti.7

Hasil pengukuran interpretasi untuk laki-laki kelompok umur 20-29 tahun

sebagai berikut:7

1. Luar biasa bila dapat melakukan >36 kali

2. Sangat baik bila dapat melakukan antara 31-36 kali

3. Baik bila dapat melakukan antara 24-30 kali

4. Cukup bila dapat melakukan antara 21-23 kali

5. Kurang bila dapat melakukan 16-20 kali

6. Sangat Kurang bila dapat melakukan <16 kali

b. Curl-up

Dua buah strip tape ditempatkan sejajar antara satu sama lain dengan jarak 10 cm. Tubuh peserta berbaring di atas dengan lengan di samping badan, telapak

tangan menghadap lantai, siku lurus, dan jari-jari tangan diluruskan, dan

(39)

tidak dihitung jika tidak menyentuh strip tape yang kedua. Peserta sebaiknya menyelesaikan curl-up sebanyak mungkin tanpa berhenti, dengan maksimum 25. Hitung dan catat jumlah curl-up yang dilakukan peserta.7

Kemudian hasil pengukuran diinterpretasikan untuk laki-laki kelompok

umur 20-29 tahun sebagai berikut:7

1. Luar biasa bila dapat melakukan >25 kali

2. Sangat baik bila dapat melakukan antara 22-25 kali

3. Baik bila dapat melakukan antara 16-21 kali

4. Cukup bila dapat melakukan antara 13-15 kali

5. Kurang bila dapat melakukan antara 10-12 kali

6. Sangat kurang bila dapat melakukan <10 kali

2.2 Fisiologi Otot

Otot membentuk kelompok jaringan terbesar di tubuh, menghasilkan

sekitar separuh dari berat tubuh. Otot rangka saja membentuk 40% berat tubuh

dari pria dan 32% pada wanita, dengan otot polos dan otot jantung membentuk 10%

lainnya dari berat total. Meskipun ketiga jenis otot secara struktural dan

fungsional berbeda, namun mereka dapat diklasifikasikan dalam dua cara

berlainan berdasarkan karakteristik umumnya. Pertama, otot dikategorisasikan

sebagai lurik atau seran-lintang (otot rangka dan otot jantung) atau polos (otot polos), bergantung pada ada tidaknya pita terang gelap bergantian, atau garis-garis,

jika otot dilihat di bawah mikroskop cahaya. Kedua otot dapat dikelompokkan

sebagai volunter (otot rangka) atau involunter (otot jantung dan otot polos), masing-masing bergantung pada apakah otot tersebut disarafi oleh sistem saraf

somatik dan berada di bawah kontrol kesadaran, atau disarafi oleh sistem saraf

otonom dan tidak berada di bawah kontrol kesadaran.11

2.2.1 Struktur Otot Rangka

Satu sel otot rangka, yang dikenal sebagai serat otot, adalah relatif besar,

memanjang, dan berbentuk silindris, dengan ukuran garis tengah berkisar dari 100

(40)

9

(75cm), (1 µm = sepersejuta meter). Otot rangka terdiri dari sejumlah serat otot

yang terletak sejajar satu sama lain dan disatukan oleh jaringan ikat. Serat-serat

biasanya terbentang di keseluruhan panjang otot. Salah satu gambaran mencolok

adalah adanya banyak nukleus di sebuah sel otot. Fitur lain adalah banyaknya

mitokondria, organel penghasil energi, seperti diharapkan pada jaringan seaktif

otot rangka dengan kebutuhan energi yang tinggi.11

Struktur kontraktil didalam serabut otot rangka adalah miofibril terdiri dari

dua filamen yaitu filamen tipis dan filamen tebal. Pada gambaran mikroskopis

terlihat garis-garis gelap dan terang yaitu pita I, pita A, zona H, dan garis Z.

Antara dua garis Z disebut Sarcomere. Pada dasarnya garis gelap akibat adanya filamen tebal dan tipis, gambaran terang oleh karena hanya ada filamen tipis.

Filamen tipis tersusun oleh kumpulan molekul actin yang membentuk pilinan

ganda, kumpulan molekul tropomyosin juga membentuk pilinan ganda dan

troponin molekul.12

2.2.1.1 Pita A dan I

Dilihat dengan mikroskop elektron, sebuah miofibril memperlihatkan pita

gelap (pita A) dan pita terang (pita I) bergantian. Pita pada semua miofibril

tersusun sejajar satu sama lain yang secara kolektif menghasilkan gambaran

seran-lintang atau lurik serat otot rangka seperti terlihat di bawah mikroskop

cahaya. Tumpukan filamen tebal dan tipis bergantian yang sedikit tumpang tindih

satu sama lain berperan menghasilkan gambaran pita A dan I.11

Pita A dibentuk oleh tumpukan filamen tebal bersama dengan sebagian

filamen tipis yang tumpang tindih di kedua ujung filamen tebal. Filamen tebal

hanya terletak di dalam pita A dan terbentang di seluruh lebarnya, yaitu kedua

ujung filamen tebal di dalam suatu tumpukan mendefinisikan batas luar suatu pita

A. Daerah yang lebih terang di tengah pita A, tempat yang tidak dicapai oleh

filamen tipis, adalah zona H. Hanya bagian tengah filamen tebal yang ditemukan

di bagian ini. Suatu sistem protein penunjang menahan filamen-filamen tebal

(41)

M, yang berjalan vertikal di bagian tengah pita A di dalam bagian tengah zona

H.11

Pita I terdiri dari bagian filamen tipis sisanya yang tidak menjulur ke

dalam pita A. Di bagian tengah setiap pita I terlihat suatu garis vertikal pada garis

Z. Daerah antara dua garis Z disebut sarkomer, yaitu unit fungsional otot rangka.

Unit fungsional setiap organ adalah komponen terkecil yang dapat melakukan

semua fungsi organ tersebut. Karena itu, sarkomer adalah komponen terkecil serat

otot yang dapat berkontraksi. Garis Z adalah lempeng sitoskeleton gepeng yang

menghubungkan filamen tipis dua sarkomer yang berdekatan. Setiap sarkomer

dalam keadaan lemas memiliki lebar sekitar 2,5 µm dan terdiri dari satu pita A

utuh dan separuh dari masing-masing dua pita I yang terletak di kedua sisi. Pita

MI mengandung hanya filamen tipis dari dua sarkomer yang berdekatan tetapi

bukan panjang keseluruhan filamen-filamen ini.11

(42)

11

2.2.1.2 Filamen Tebal dan Filamen Tipis

Setiap filamen tebal memiliki ratusan molekul miosin yang dikemas dalam

susunan spesifik. Molekul miosin adalah suatu protein yang terdiri dari dua

subunit identik, masing-masing berbentuk seperti stik golf. Bagian ekor protein

saling menjalin seperti batang-batang stik golf yang dipilin satu sama lain, dengan

dua bagian globural menonjol di satu ujung. Kedua paruh masing-masing filamen

tebal adalah bayangan cermin yang dibentuk oleh molekul-molekul miosin yang

terletak memanjang dalam susunan bertumpuk teratur dengan ekor mengarah ke

bagian tengah filamen dan kepala globular menonjol keluar pada interval teratur.

Kepala-kepala ini membentuk jembatan silang antara filamen tebal dan tipis.

Setiap jembatan silang memiliki dua tempat penting yang krusial bagi proses

kontraksi: (1) suatu tempat untuk mengikat aktin dan (2) suatu tempat miosin

ATPase (pengurai ATP).11

Aktin adalah komponen struktural utama filamen tipis yang berbentuk

bulat. Filamen tipis terdiri dari tiga protein: aktin, tropomiosin, dan troponin. Tulang pungung filamen tipis dibentuk oleh molekul-molekul aktin yang

disatukan menjadi dua untai dan saling berpuntir, seperti dua untai kalung mutiara

yang dipilin satu sama lain. Setiap molekul aktin memiliki suatu tempat

pengikatan khusus untuk melekatnya jembatan silang miosin. Pengikatan molekul

miosin dan aktin di jembatan silang menyebabkan kontraksi serat otot yang

memerlukan energi. Karena itu, miosin dan aktin sering disebut protein kontraktil,

meskipun, baik miosin maupun aktin, sebenarnya tidak berkontraksi (memendek).

Miosin dan aktin tidak khas untuk sel otot tetapi kedua protein ini lebih banyak

dan lebih teratur di sel otot.11

2.2.1.3 Jembatan Silang

Dengan sebuah mikroskop elektron, dapat dilihat adanya jembatan silang

halus yang terbentang dari masing-masing filamen tebal menuju filamen tipis

sekitar di tempat di mana filamen tebal dan tipis bertumpang tindih. Secara tiga

(43)

filamen tipis di sekitarnya. Setiap filamen tipis, sebaliknya, dikelilingi oleh tiga

filamen tebal.11

2.2.2 Kontraksi Otot Rangka

Proses kontraksi dimulai di NMJ (neuromuscular junction). Asetilkolin dilepas oleh ujung sinaps yang berikatan dengan reseptor di sarcolema. Perubahan pada potensial antar membran serat otot menghasilkan potensial aksi yang

menyebar melewati permukaan serat otot dan sampai ke tubulus T. Retikulum

sarkoplasma mengeluarkan ion kalsium yang meningkatkan konsentrasi kalsium

sarkoplasma baik di dalam maupun sekitar sarkomer. Ion kalsium berikatan

dengan troponin menyebabkan perubahan orientasi dari kompleks

troponin-tropomiosin yang membuka tempat aktif aktin. Jembatan silang terjadi saat kepala

miosin berikatan dengan tempat aktif pada aktin. Kontraksi dimulai sebagai

perulangan siklus dari ikatan, putaran, maupun terjadi perlekatan jembatan silang

yang dibantu oleh hidrolisis dari ATP. Proses ini mengakibatkan filamen tertarik

dan serat otot memendek.13

2.2.3 Jenis Kontraksi Otot Rangka

Dua jenis utama kontraksi yang bergantung pada apakah panjang otot

berubah selama berkontraksi adalah isotonik dan isometrik. Pada kontraksi

isotonik, tegangan otot tidak berubah sementara panjang otot berubah. Pada

kontraksi isometrik, otot tidak dapat memendek sehingga terbentuk tegangan

dengan panjang otot tetap. Proses-proses internal yang sama terjadi baik pada

kontraksi isotonik maupun isometrik: eksitasi otot mengaktifkan proses kontraktil

pembentuk tegangan, jembatan silang mulai bersiklus, dan pergeseran filamen

memperpendek sarkomer, yang meregangkan komponen seri elastik untuk

menghasilkan gaya di tulang tempat insersi otot.11

Terdapat dua jenis kontraksi isotonik yaitu konsentrik dan eksentrik. Pada

keduanya, panjang otot berubah pada tegangan konstan, namun pada kontraksi

konsentrik, otot memendek sementara pada kontraksi eksentrik otot memanjang,

(44)

13

eksentrik, aktifitas kontraktil menahan peregangan. Salah satu contohnya adalah

menurunkan suatu beban ke lantai. Selama tindakan ini, serat-serat otot biseps

memanjang tetapi tetap berkontraksi untuk melawan peregangan. Tegangan ini

menopang berat badan.11

2.2.4 Sumber Energi Dan Metabolisme

Kontraksi otot membutuhkan energi dan otot disebut sebagai mesin yang

engubah energi kimia menjadi kerja mekanik. Sumber energi yang cepat berasal

dari ATP dan dibentuk dari metabolisme karbohidrat dan lemak. ATP dibentuk

kembali dari ADP dengan menambahkan gugus fosfat. Sebagian energi untuk

reaksi endoterm ini berasal dari pemecahan dari glukosa menjadi CO2 dan H2O,

tetapi ada juga dalam otot lain senyawa fosfat berenergi tinggi memberi energi

untuk waktu yang singkat. Senyawa ini adalah phosphorylcreatine, yang dihidrolisis menjadi kreatinin dan gugus fosfat yang menghasilkan banyak energi.

Saat istirahat, sebagian ATP di mitokondria mengubah fosfat menjadi kreatin

sehingga cadangan phosphorycreatine meningkat. Selama aktivitas,

phosphorycreatine dihidrolisis antara penghubung kepala miosin dan aktin, yang membentuk ATP dari ADH dan akhirnya kontraksi dapat berlanjut.14

2.2.5 Jenis Serat Otot Rangka

Otot skeletal terbagi menjadi 3 jenis yaitu oksidatif lambat, serat

glikolitik-oksidatif cepat dan serat glikolitik cepat. Serat oksidatif lambat

memiliki banyak mitokondria sehingga umumnya menggunakan respirasi selular

aerobik. Serat oksidatif lambat disesuaikan untuk kegiatan mempertahankan

postur tubuh, olahraga aerobik. Serat glikolitik cepat menghasilkan kontraksi yang

paling kuat sehingga serat ini digunakan untuk pergerakan anaerobik seperti

angkat beban. Serat glikolitik-oksidatif cepat menghasilkan ATP dengan respirasi

selular aerobik dan glikolisis anaerobik. Serat ini disesuaikan untuk kegiatan

berjalan dan lari estafet.15

Olahraga yang berbeda dapat mengubah karakteristik serat otot. Olahraga

(45)

cepat. Perubahan serat terlihat dari diameter, jumlah mitokondria, suplai darah

dan kekuatan. Sebaliknya, pada olahraga yang membutuhkan kekuatan yang besar

dalam waktu singkat akan meningkatkan ukuran dan kekuatan serat glikolitik

cepat.15

Tabel 2.1 Karakteristik Serat Otot Rangka

KARATERISTIK

Enzim untuk glikolisis anaerob

2.2.5.1 Faktor Genetik Pada Tipe Serat Otot

Pada manusia, sebagian besar otot mengandung campuran dari ketiga jenis

serat; persentase masing-masing tipe terutama ditentukan oleh jenis aktivitas yang

khusus dilakukan oleh otot yang bersangkutan. Karena itu, di otot-otot yang

khusus untuk melakukan kontraksi intensitas rendah jangka panjang tanpa

mengalami kelelahan, misalnya otot di punggung dan tungkai yang menopang

(46)

15

glikolitik cepat banyak ditemukan di otot lengan, yang beradaptasi untuk

melakukan gerak cepat kuat misalnya mengangkat benda berat.11

Persentase berbagai tipe serat ini tidak saja berbeda di antara otot-otot

pada satu orang tetapi juga sangat bervariasi di antara individu. Atlet yang secara

genetis dianugerahi lebih banyak serat otot glikolitik cepat adalah kandidat yang

baik untuk jenis olahraga yang mengandalkan kekuatan dan kecepatan, sementara

yang memiliki proporsi serat oksidatif lambat lebih banyak lebih besar

kemungkinannya berhasil dalam aktivitas yang memerlukan daya tahan misalnya

lari maraton.11

2.2.6 Adaptasi Serat Otot

Serat otot banyak beradaptasi sebagai respon terhadap kebutuhan yang

dibebankan kepadanya. Berbagai jenis olahraga menimbulkan pola lepas muatan

neuron yang berbeda ke otot yang bersangkutan. Di serat otot terjadi perubahan

adaptif jangka panjang, bergantung pada pola aktivitas neuron, yang

memungkinkan serat berespon lebih efisien terhadap kebutuhan yang dibebankan

kepadanya. Karena itu, otot rangka memiliki derajat plastisitas yang tinggi. Dua jenis perubahan yang dapat ditimbulkan pada serat otot: perubahan dalam

kemampuan menghasilkan ATP dan perubahan garis tengah.11

2.2.6.1 Perbaikan Kapasitas Oksidatif

Latihan daya tahan aerobik yang teratur, misalnya jogging jarak jauh atau berenang, memicu perubahan-perubahan metabolik di dalam serat oksidatif, yaitu

serat yang terutama direkrut selama olahraga aerobik. Sebagai contoh, jumlah

mitokondria dan jumlah kapiler yang menyalurkan darah ke serat-serat tersebut

meningkat. Otot-otot yang telah beradaptasi dapat menggunakan O2 secara lebih

efisien dan karenanya lebih tahan melakukan aktivitas berkepanjangan tanpa

(47)

2.2.6.2 Hipertrofi Otot

Ukuran sebenarnya otot dapat ditingkatkan dengan latihan-latihan

resistensi anaerob berintensitas tinggi dan berdurasi singkat, misalnya angkat

beban. Pembesaran otot yang terjadi terutama disebabkan oleh meningkatnya

garis tengah (hipertrofi) serat-serat glikolitik cepat yang diaktifkan selama

kontraksi-kontraksi kuat tersebut. Sebagian besar penebalan serat disebabkan oleh

meningkatnya sintesis filamen aktin dan miosin, yang memungkinkan

peningkatan kesempatan interaksi jembatan silang dan selanjutnya terjadi

peningkatan kekuatan kontraktil otot. Stres mekanis yang ditimbulkan latihan

resistensi pada serat-serat otot memicu protein-protein penyalur sinyal, yang

mengaktifkan gen-gen yang mengarahkan sintesis lebih kontraktil ini banyak

protein. Latihan beban yang intensif dapat meningkatkan ukuran otot dua atau tiga

kali lipat. Otot-otot yang menonjol beradaptasi baik untuk aktivitas yang

memerlukan kekuatan intens untuk waktu singkat, tetapi daya tahan tidak

berubah.11

2.2.6.3 Pengaruh Testosteron

Serat otot pria lebih tebal, dan karenanya, otot-otot mereka lebih besar dan

kuat dari otot wanita, bahkan tanpa latihan beban, karena efek testosteron, suatu

hormon steroid yang terutama dikeluarkan oleh pria. Testosteron mendorong

sintesis dan penyusunan miosin dan aktin. Kenyataan ini mendorong sebagian

atlet, baik pria maupun wanita, menggunakan secara berbahaya bahan ini atau

steroid terkait untuk meningkatkan prrestasi atletik mereka.11

2.3 Indeks Massa Tubuh

2.3.1 Definisi Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh merupakan indikator yang paling sering digunakan

dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan obese pada orang dewasa. Untuk penelitian epidemiologi digunakan IMT, yaitu berat badan

dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat (m2). Indeks massa

(48)

17

menimbang di bawah air (r2 = 79%) dengan kemudian melakukan koreksi

terhadap umur dan jenis kelamin.16

2.3.2 Cara Mengukur Indeks Massa Tubuh

Berdasarkan metode pengukuran IMT menurut WHO, untuk menentukan

indeks massa tubuh subjek/sampel maka dilakukan dengan cara: sampel/subjek

diukur terlebih dahulu berat badannya dengan timbangan yang telah distandarisasi,

kemudian diukur tinggi badannya dengan alat yang juga telah distandarisasi dan

dimasukkan ke dalam rumus di bawah ini:

Berat Badan (kg) IMT=

Tinggi Badan (m2)

Kemudian interpretasi hasil IMT yang didapat ke dalam tabel klasifikasi

IMT menurut Asia Pasifik di atas.

Berat badan diukur dengan alat timbangan yang telah distandarisasi .

Penimbangan dilakukan dengan melepas sepatu namun masih menggunakan baju

olahraga. Pembacaan berat badan dalam kilogram dengan kepekaan 0,1 kg.

Tinggi badan diukur dengan microtoise yang sudah distandarisasi. Pengukuran dilakukan dengan posisi tegak, muka menghadap lurus kedepan tanpa

memakai alas kaki. Pembacaan tinggi badan dalam meter dengan kepekaan 0,1

cm.17

2.3.3 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh adalah indeks yang mudah digunakan antara berat

badan dan tinggi badan yang sering dipakai untuk mengelompokkan underweight, overweight dan obese pada dewasa. Indeks massa tubuh didefinisikan sebagai hasil dari berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam

meter (kg/m2). Sebagai contoh, dewasa yang memiliki berat badan 70 kg dan

(49)

IMT = 70 kg / (1,75 m)2 = 70 / 3,06 = 22,9

Nilai IMT tidak bergantung pada umur dan juga jenis kelamin. Akan tetapi,

IMT mungkin tidak cocok untuk tingkat kegemukan yang sama pada populasi

yang berbeda dan sebagian lagi pada perbedaan proporsi tubuh. Risiko kesehatan

behubungan dengan peningkatan IMT masih berlanjut dan interpretasi dari kelas

IMT berisiko berbeda untuk populasi yang berbeda.18

Meta-analisis beberapa kelompok etnik yang berbeda, dengan konsentrasi

lemak tubuh, usia, dan gender yang sama, menunjukkan etnik Amerika kulit hitam

memiliki nilai IMT lebih tinggi dari etnik Polinesia dan etnik Polinesia memiliki

nilai IMT lebih tinggi daripada etnik Kaukasia, sedangkan untuk Indonesia

memiliki nilai IMT berbeda 3,2 kg/m2 dibandingkan etnik Kaukasia.16

Tabel 2.2 Klasifikasi IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik

Klasifikasi IMT

Sumber: Ilmu Penyakit Dalam Ed. V Jilid III.

2.3.4 Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Ketahanan Otot

Beberapa penelitian tentang kesegaran jasmani berkaitan dengan

komposisi tubuh telah dilakukan. Penelitian pada laki-laki dewasa di Jepang

menunjukkan bahwa kesegaran jasmani laki-laki obesitas lebih rendah

(50)

19

yakni didapatkan bahwa makin tinggi persen lemak tubuh makin rendah tingkat

kesegaran jasmaninya.6

Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Penggalin & Huriyati (2007),

memperlihatkan hasil uji regresi linier dari beberapa variabel terhadap stamina

atlet yaitu variabel umur, IMT, dan massa lemak tubuh secara independen tidak

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap stamina atlet (P>0,05). Namun

demikian, status gizi yang mencakup indikator IMT dan massa lemak tubuh

secara bersama-sama memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

stamina atlet (P<0,05). Asupan kalori harian, sebelumnya dan sesudah bertanding

memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap stamina atlet (P<0,05).

Demikian halnya kebiasaan hidup dan aktifitas fisik memberikan pengaruh yang

positif dan signifikan terhadap stamina atlet (P<0,05).19

Didapatkan hubungan negatif antara IMT dengan daya tahan otot perut

yang dinilai dengan tes baring duduk 30 detik. Hal ini berarti semakin tinggi IMT

semakin rendah daya tahan otot perutnya. Pada anak laki-laki didapatkan nilai

korelasi sedang (r = -0,751 ; p = 0,000), tetapi pada anak perempuan korelasinya

lemah (r = -0,469 ; p = 0,005). Penimbunan lemak di daerah perut memungkinkan

subjek yang lebih tinggi lemak tubuhnya memiliki daya tahan otot-otot perut yang

rendah.6

Penelitian yang dilakukan oleh Pralhadrao et al (2013). terhadap 180 subjek yang terdiri dari 90 laki-laki dan 90 perempuan yang berusia 18-21 tahun

menunjukkan bahwa ada korelasi negatif antara IMT, persentase lemak tubuh

(51)

1.1 Latar Belakang

Permainan bola basket merupakan cabang olahraga yang makin banyak

digemari oleh masyarakat terutama kalangan pelajar dan mahasiswa. Olahraga ini

mengalami perkembangan yang pesat, terbukti dengan munculnya klub-klub

tangguh dan atlet-atlet bola basket pelajar di tingkat sekolah maupun perguruan

tinggi.1

Permainan bola basket dideskripsikan sebagai olahraga bertempo dimana

kekuatan fisik sangat dibutuhkan. Hal ini dikarenakan seluruh pemain harus

melakukan gerakan intens (sprinting, jumping, dan shuffling) yang berulang, disertai jogging atau berjalan dengan waktu istirahat yang singkat. Untuk dapat bermain dengan baik, pemain basket harus memiliki kesegaran jasmani yang baik

agar tetap prima dan memiliki tenaga yang memadai saat bermain.2

Kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

aktivitas fisik dalam waktu yang relatif lama, yang dilakukan secara efisien, tanpa

menimbulkan kelelahan yang berarti.3 Menurut Sumintarsi (2010), kesegaran

jasmani terbagi menjadi tiga yaitu kesegaran jasmani yang berhubungan dengan

keterampilan (kecepatan, daya ledak otot, kelincahan, keseimbangan, dan

koordinasi), kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan (kekuatan

otot, daya tahan otot, kelenturan, daya tahan kardiorepirasi, dan komposisi tubuh),

dan kesegaran jasmani yang berhubungan dengan Wellness.4

Kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menjalankan

pekerjaan sehari-hari dengan ringan dan mudah, tanpa merasakan kelelahan yang

berarti dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk melakukan kegiatan yang

lain, seseorang mempunyai tingkat kebugaran jasmani yang baik maka walaupun

telah beraktivitas kembali dengan sisa energi yang dimiliki, bahkan untuk

melakukan aktivitas yang belum terencana sebelumnya, yang belum diketahui

(52)

2

Salah satu komponen kesegaran jasmani yang penting adalah komposisi

tubuh. Beberapa penelitian tentang kesegaran jasmani berkaitan dengan komposisi

tubuh telah dilakukan. Penelitian pada laki-laki dewasa di Jepang menunjukkan

bahwa kesegaran jasmani laki-laki obesitas lebih rendah dibandingkan subyek

normal atau borderline. Hal ini hampir serupa dengan penelitian di Jakarta yang mengukur tingkat kesegaran jasmani secara umum, yakni didapatkan bahwa

makin tinggi persen lemak tubuh makin rendah tingkat kesegaran jasmaninya.6

Komponen lain yang tidak kalah penting adalah ketahanan otot. Ketahanan

otot adalah kemampuan otot untuk berkontraksi berulang-ulang sampai waktu

tertentu dan menunjukkan seberapa lama seseorang dapat mempertahankan

penggunaan ototnya. Salah satu cara profesional untuk mengukur ketahanan otot

adalah dengan menentukan berat maksimal yang mampu diangkat seseorang

selama 20 kali secara terus menerus.7

Penelitian yang dilakukan oleh Utari terhadap 80 subyek penelitian yang

terdiri dari 46 anak laki-laki dan 34 anak perempuan, didapatkan tingkat

kesegaran jasmani baik 1,2%, sedang 13,8%, kurang 25%, dan kurang sekali 60%.

Tidak seorang pun anak obesitas yang memiliki tingkat kesegaran jasmani baik

atau sedang. Terdapat hubungan dengan nilai korelasi sedang antara IMT dengan

daya tahan otot ( r = -0,75 ; p = 0,000) pada anak laki-laki.6

Permainan bola basket adalah olahraga yang dikategorikan kedalam salah

satu aktivitas tinggi yang membutuhkan daya tahan otot yang tinggi, sehingga

akan banyak menghabiskan energi.8 Oleh karena kesegaran jasmani terutama

ketahanan otot sangat penting bagi seorang pemain bola basket, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara indeks

massa tubuh dengan ketahanan otot pada pemain bola basket di Universitas

(53)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah “Apakah terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan ketahanan

otot pada pemain bola basket di Universitas Sumatera Utara”.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan ketahanan otot

pada pemain bola basket di Universitas Sumatera Utara.

1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui berat badan pemain bola basket di USU.

2. Mengetahui tinggi badan pemain bola basket di USU.

3. Mengetahui IMT pemain bola basket di USU

4. Mengetahui nilai ketahanan otot.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :

1. Memberikan pengetahuan dan informasi kepada para pemain bola basket

yang diteliti bahwa ketahanan otot ada kaitannya dengan indeks massa

tubuh sehingga mereka dapat lebih memperhatikan dan mengontrol

komposisi tubuhnya sehingga prestasi yang diraih lebih maksimal.

2. Dapat dijadikan sebagai bahan penambahan pengetahuan bahwa ada

hubungan antara ketahanan otot dengan indeks massa tubuh seseorang

terutama pada pemain bola basket.

3. Dapat memberikan kontribusi ilmiah, memberikan pengalaman meneliti,

mengembangkan kemampuan di bidang penelitian, dan menambah

kemampuan menganalisis suatu penelitian.

Gambar

TABEL DATA INDUK
Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 4.1
Tabel 5.1 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur
+7

Referensi

Dokumen terkait

saturasi oksigen pada pemain bola basket Unit Bola Basket Universitas.

Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh latihan keseimbangan dengan trampolin terhadap peningkatkan keseimbangan tubuh pemain bola basket unit bola basket

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan fleksibilitas pada pemain pencak silat Merpati

Berdasarkan hal di atas peneliti ingin melakukan penelitian untuk melihat bagaimana hubungan indeks massa tubuh dengan fleksibilitas pada pemain pencak silat

Penelitian yang akan dilaksanakan ini berjudul ” Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Muscular Endurance pada Pemain Sepak Bola di Beberapa Klub Sepak Bola Kota Medan Tahun 2015

Terhadap VO2max Mahasiswa Pria dengan Berat Badan Lebih(Overweight). Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dan. Daya Tahan Jantung – Paru Pada Pemain U-17 Ssb Bina Muda.

komposisi tubuh yang dinilai dengan Indek Massa Tubuh (IMT), kekuatan dan ketahanan otot dan fleksibilitas.. Kebugaran jasmani bersifat

merupakan operan yang sering digunakan di dalam permainan bola basket yang dilakukan untuk memindahkan bola dari seorang pemain kepada pemain lainnya, namun sering kali berbagai