• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Kualitas Pelayanan Publik (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Kualitas Pelayanan Publik (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota)"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROFESIONALISME KERJA PEGAWAI

TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

(Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

OLEH :

AFAF

0 7 0 9 0 3 0 7 1

DEPARTEMEN ILMU ADMISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh :

Nama : Afaf

NIM : 070 903 071

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Kualitas

Pelayanan Publik (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Medan Kota)

Medan, 10 Juni 2011

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si NIP. 195908161986111001 NIP. 196401081991021001

DEKAN FISIP USU

(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya serta Shalawat beriring salam juga penulis

persembahkan kepada Junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai

Terhadap Kualitas Pelayanan Publik (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota)”, guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, yang disebabkan

adanya keterbatasan kemampuan, pengalaman, dan pengetahuan penulis baik mengenai

materi, teknik penyusunan maupun hasil dan analisisnya. Oleh karenanya, dengan hati

terbuka penulis menerima setiap saran dan kritik dari pembaca untuk penyempurnaan pada

masa yang akan datang.

Adapun skripsi ini dapat diselesaikan hanya dengan bimbingan dan dorongan dari

berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis

ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada kedua

orang tuaku ayahanda H. M. Nasir Ba’awad dan ibunda Hj. Wardah Al-Amudi yang telah

memberikan cinta dan kasih sayangnya serta memberi banyak nasehat dan dukungan selama

penulis menjalankan studi hingga saat ini. Karya kecil ananda persembahkan sebagai tanda

bakti dan kasih sayang ananda kepada kalian.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak atas segala

dukungan, pemikiran, tenaga, materi, semangat dan juga doa dari semua pihak yang telah

(4)

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

4. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan pemikirannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Kepada Kak Mega, Kak Emi dan Kak Dian selaku pegawai pendidikan FISIP USU yang

selalu membantu penulis dalam urusan administrasi yang berhubungan dengan

perkuliahan maupun skripsi.

6. Kepada Bg Rudi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota yang telah membantu

dan juga membimbing di dalam pelaksanaan penelitian.

7. Untuk yang teristimewa kepada abangku Faris Nasir B, SH makasih buat speedynya,

Buat Husni Mubarak Nasir B harus cepat menyusul tamat kuliah, untuk Mumtazzima

Nasir B harus dapat ip di atas 3 ya mu,,untuk fadiah isoni alias Sonia Fadiyah Nasir B

semoga masuk USU Amin Ya Robbal Alamin. Dan sepupuku Samira Al Amudy

8. Sahabat-sahabatku yang selalu bersamaku selama menjalani masa perkuliahan hingga

saat ini dan InsyaAllah sampai seterusnya, Dewi Tri Astuti dan Dewi Safitri (senang

rasanya klu di kampus ada kalian, apalagi moment makan siang bersama), buat TIM 11

(Lintang, dody,iam,tika,titin,via,ojek)

9. Temen-temen anak O7 Administrasi Negara.

10. Terakhir untuk semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

(5)

Akhirnya dengan kerendahan hati penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT selalu memberikan Rahmat dan

(6)

DAFTAR ISI

1.5.1 Profesionalisme Kerja Pegawai ... 7

1.5.1.1 Definisi Profesionalisme Kerja ... 7

1.5.1.2 Ciri-Ciri Sikap Profesionalisme Kerja ... 10

1.5.1.3 Karakteristik Profesionalisme ... 11

1.5.1.4 Faktor-Faktor yang mendukung sikap Profesionalisme Kerja ... 12

15.1.5 Usaha-Usaha Pengembangan Profesionalisme Pegawai ... 14

1.5.2 Kualitas Pelayanan Publik ... 15

1.5.2.1Pengertian Kualitas Pelayanan Publik ... 15

1.5.2.2Asas dan Prinsip Pelayanan publik ... 20

1.5.2.3 Bentuk-Bentuk Pelayanan Publik ... 22

1.5.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Publik ... 23

1.5.2.5 Tolok Ukur Pelayanan Publik ... 25

1.5.2.6 Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Kualitas Pelayanan Publik ... 27

(7)

1.7 Definisi Konsep ... 29

1.8 Definisi Operasional ... 30

1.9 Sistematika Penulisan ... 33

BAB II METODE PENELITIAN... 34

2.1 Bentuk Penelitian ... 34

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN... 41

3.1 Gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota ... 41

3.1.1 Sejarah Singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota ... 41

3.2 Visi, Misi dan Nilai ... 46

3.2.1 Visi Direktorat Jendral Pajak ... 46

3.2.2 Misi Direktorat Jenderal Pajak... 47

3.2.3 Nilai Direktorat Jenderal Pajak ... 47

3.3 Struktur Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota ... 48

3.3.1 Perbedaan Struktur Organisasi Lama Dengan Organisasi Baru ... 48

3.4 Sarana dan Prasarana ... 52

3.4.1 Sarana ... 52

3.4.2 Prasarana ... 53

3.5 Prosedur Kerja ... 54

3.5.1 Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan Pajak Penghasilan ... 55

3.5.2 Tata Cara Perubahan Identitas Wajib Pajak... 60

(8)

3.5.4 Tata Cara Pemrosesan dan Penatausahaan Dokumen

Masuk di Seksi Pelayanan ... 66

3.5.5 Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak ... 70

BAB IV PENYAJIAN DATA ... 74

4.1 Karakteristik Responden ... 74

4.2 Variabel (X) Profesionalisme Kerja ... 79

4.3 Variabel (Y) Kualitas Pelayanan Publik ... 90

BAB V ANALISA DATA ... 102

5.1 Profesionalisme Kerja Pegawai ... 103

5.2 Kualitas Pelayanan Publik ... 105

5.3 Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Kualitas Pelayanan Publik ... 107

5.3.1 Product Moment... 107

5.3.2 Uji Signifikansi ... 110

5.3.3 Koefisien Determinan ... 111

5.4 Interpretasi Data ... 112

5.4.1 Profesionalisme Kerja Pegawai ... 112

5.4.2 Kualitas Pelayanan Publik ... 115

5.4.3 Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai terhadap Kualitas Pelayanan ... 119

BAB VI PENUTUP ... 120

6.1 Kesimpulan ... 120

6.2 Saran ... 122

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Ketentuan Responden Penelitian ...77

Tabel 2 : Distribusi Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...78

Tabel 3 : Distribusi Identitas Responden Berdasarkan Usia ...78

Tabel 4 : Distribusi Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...78

Tabel 5 : Distribusi Identitas Responden Berdasarkan Pangkat/Golongan ...79

Tabel 6 : Distribusi Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………. 79

Tabel 7 : Distribusi Identitas Responden Berdasarkan Usia …… ... 80

Tabel 8 : Distribusi Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir………... 80

Tabel 9 : Distribusi Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan……… 81

Tabel 10a : Distribusi Jawaban Responden Tentang Perlakuan yang sama kepada ..Masyarakat saat berada di KPP Medan Kota ...82

Tabel 10b : Distribusi Jawaban Responden Tentang Perlakuan yang sama oleh pegawai ..Saat berurusan di KPP Medan Kota...82

Tabel 11a : Distribusi Jawaban Responden Tentang pegawai konsisten dalam Memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat ...83

Tabel 11b : Distribusi Jawaban Responden Tentang pegawai KPP Medan Kota Konsisten dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat ...83

Tabel 12a : Distribusi Jawaban Responden Tentang kebebasan pegawai dalam Mengeluarkn pendapat di KPP Medan Kota ...84

Tabel 12b : Distribusi Jawaban Responden Tentang kebebasan masyarakat dalam Menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti kepada pegawai ...84

Tabel 13 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Melaksanakan perintah atasan….. 85

Tabel 14 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemberian Informasi terkait Dengan pelayanan di KPP Medan Kota...85

Tabel 15a : Distribusi Jawaban Responden Tentang Memiliki hubungan yang baik Dengan sesama rekan kerja ...86

Tabel 15b : Distribusi Jawaban Responden Tentang pegawai memiliki hubungan yang Baik dengan sesama rekan kerja ...86

Tabel 16a : Distribusi Jawaban Responden Tentang Pegawai memiliki integritas dalam Menjalankan pekerjaan di KPP Medan Kota ...87

(10)

Tabel 17a : Distribusi Jawaban Responden Tentang ketelitian dalam menjalankan

pekerjaan ...88

Tabel 17b : Distribusi Jawaban Responden Tentang ketelitian pegawai KPP Medan

Kota Dalam menjalankan pekerjaan ...88

Tabel 18 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Sanksi yang Diberikan Bila

Melakukan kesalahan dalam menjalankan tugas ...89

Tabel 19 :Distribusi Jawaban Responden Tentang Mempercayakan urusan di KPP…. 89

Tabel 20a : Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemungutan yang dilakukan

Kepada masyarakat ...90

Tabel 20b : Distribusi Jawaban Responden Tentang pemungutan biaya yang dilakukan

pegawai ...90

Tabel 21a : Distribusi Jawaban Responden Tentang Produk pelayanan yang diberikan

Di KPP Medan Kota ...91

Tabel 21b : Distribusi Jawaban Responden Tentang Produk pelayanan yang diberikan

Di KPP Medan Kota ...91

Tabel 22a : Distribusi Jawaban Responden Tentang Fasilitas sarana dan prasarana

Yang Tersedia di KPP Medan Kota ...92

Tabel 22b : Distribusi Jawaban Responden Tentang Fasilitas sarana dan prasarana

Yang tersedia di KPP Medan Kota ...92

Tabel 23a : Distribusi Jawaban Responden Tentang Menggunakan saragam pada saat

jam kerja...93

Tabel 23b : Distribusi Jawaban Responden Tentang Pegawai menggunakan seragam

Pada saat jam kerja...93

Tabel 24a : Distribusi Jawaban Responden Tentang Penyelesaian urusan pelayanan

Secara tepat waktu ...94

Tabel 24b : Distribusi Jawaban Responden Tentang Penyelesaian urusan pelayanan

Secara tepat waktu ...94

Tabel 25a : Distribusi Jawaban Responden Tentang Kecepatan pegawai dalam

Memberikan pelayanan kepada masyarakat ...95

Tabel 25b : Distribusi Jawaban Responden Tentang Kecepatan pegawai dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat ...95

Tabel 26a : Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesigapan pegawai dalam melayani

(11)

Tabel 26b : Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesigapan pegawai dalam melayani

Masyarakat ...96

Tabel 27a : Distribusi Jawaban Responden Tentang Kejelasan pegawai KPP Medan Kota

Dalam memberikan informasi... 97

Tabel 27b : Distribusi Jawaban Responden Tentang Kejelasan pegawai KPP Medan Kota

..Memberikan informasi ... 97

Tabel 28a : Distribusi Jawaban Responden Tentang Penguasaan pegawai terhadap produk

..Di KPP Medan Kota ... 98

Tabel 28b : Distribusi Jawaban Responden Tentang Penguasaan pegawai terhadap produk

Di KPP Medan Kota ... 98

Tabel 29a : Distribusi Jawaban Responden Tentang Bahasa yang digunakan pegawai

KPP Medan Kota ... 98

Tabel 29b : Distribusi Jawaban Responden Tentang bahasa yang digunakan pegawai

..KPP Medan Kota ...99

Tabel 30a : Distribusi Jawaban Responden Tentang Keramahan pegawai KPP Medan

Kota ...99

Tabel 30b : Distribusi Jawaban Responden Tentang Keramahan pegawai KPP Medan

Kota ...100

Tabel 31a : Distribusi Jawaban Responden Tentang Pegawai menjadi pendengar yang

Baik ...100

Tabel 31b : Distribusi Jawaban Responden Tentang Pegawai menjadi pendengar yang

Baik ...101

Tabel 32 : Rekapitulasi Klasifikasi Jawaban Responden Berdasarkan Profesionalisme

..Kerja Pegawai ...104

Tabel 33 : Rekapitulasi Klasifikasi Jawaban Responden Berdasarkan Tingkat Kualitas

Pelayanan Publik ...105

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Nilai Jawaban Melalui Kuesioner (Variabel X)

2. Nilai Jawaban Melalui Kuesioner (Variabel Y)

3. Tabel Nilai-Nilai r Product Moment

4. Tabel Nilai-Nilai Distribusi T

5. Kuesioner

6. Syarat Pengajuan Judul Skripsi

7. Permohonan Judul Skripsi

8. Penunjukan Dosen Pembimbing

9. Undangan Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

10. Jadwal Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

11. Berita Acara Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

12. Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

13. Surat Rekomendasi/Izin Penelitian dari FISIP USU

14. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama

(13)

ABSTRAKSI

PENGARUH PROFESIONALISME KERJA PEAWAI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

(Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota)

Nama : Afaf

NIM : 070903071

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Pembimbing : Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah yang terdapat di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota yaitu dalam kegiatan pelayanan publik belum berjalan dengan baik. Adapun kendala yang dihadapi adalah dalam pelayanan publik yaitu pegawai bersikap kurang ramah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan sedikit diperparah dengan kurang optimalnya sosialisasi semisalnya pada saat pengisian SPT sehingga masyarakat binggung mengisi SPT mereka. Oleh karena itu diperlukan adanya profesionalisme kerja pegawai agar dapat memperbaiki kualitas pelayanan publik bagi masyarakat. Pelayanan publik yang berkualitas akan diketahui dari respon masyarakat itu sendiri sebagai konsumen jasa publik. Dengan demikian profesionalisme kerja pegawai di KPP Medan Kota ditingkatkan guna menunjang kualitas pelayanan publik bagi masyarakat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh profesionalisme kerja pegawai terhadap kualitas pelayanan publik di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode analisa kuantitatif. Sedangkan teknik analisa data yang digunakan adalah teknik korelasi antar variabel untuk membuktikan adanya pengaruh dari profesionalisme kerja pegawai terhadap kualitas pelayanan publik. Data-data di peroleh dengan menyebarkan angket/questioner kepada responden sebayak 60 sebagai sampel. Dimana 11 orang dari pegawai bagian pelayanan serta 49 orang dari masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan menganalisa data yang diperoleh, maka hasilnya adalah bahwa terdapat hubungan yang kuat antara profesionalisme kerja pegawai terhadap kualitas pelayanan publik sebesar 0,612. Berdasarkan uji hipotesis yang diperoleh nilai positif sebesar 5,89, hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan antara profesionalisme kerja pegawai terhadap kualitas pelayanan publik dengan tingkat pengaruh 37,45%. Sehingga hipotesis yang menyatakan ada pengaruh antara profesionalisme kerja pegawai terhadap kualitas pelayanan publik dapat diterima.

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Seiring dengan terus berkembangnya zaman dan pesatnya laju informasi dan

teknologi seakan menuntut kehidupan masyarakat saat ini serba cepat dalam hal waktu dan

hemat dalam hal biaya. Begitu pula dalam urusan pelayanan jasa publik, dimana masyarakat

sebagai konsumen pada hakikatnya haruslah terlayani dengan baik oleh para aparatur negara

sebagai pelayan publik. Keselarasan antara para pegawai pemerintah sebagai pelayan

masyarakat dengan masyarakat sendiri sebagai pengguna jasa harus tetap terjaga

keseimbangannya dalam hal jumlah yang melayani dengan yang dilayani, tingkat

kemampuan yang melayani dengan tingkat pengetahuan dan pemahaman orang yang

dilayani, serta penguasaan informasi dan teknologi yang memudahkan pemberian pelayanan

jasa publik secara optimal dimana didukung pula oleh sarana dan prasarana yang menunjang

hal tersebut untuk terwujud.

Tidak dipungkiri keprofesionalismean dari para aparatur negara akan sangat

mempengaruhi tingkat kualitas pelayanan publik yang dihasilkannya. Profesionalisme kerja

secara sederhana bisa berarti terwujudnya suatu pelaksanaan tugas dengan baik dan optimal,

mengena pada sasaran atau tujuan dari suatu organisasi secara cepat dan tepat dengan

berbagai sumber daya yang ada. Dimana tujuan organisasi itu bisa berupa laba (profit),

komunikasi timbal balik, terpeliharanya disiplin kerja pegawai, peraturan yang berlaku,

pemberian pelayanan (service), dan kepercayaan (trust) dari masyarakat. Di samping istilah

profesionalisme, ada istilah yaitu profesi. Profesi sering kita artikan dengan “pekerjaan” atau

“job” kita sehari-hari. Tetapi dalam kata profession tidak hanya terkandung pengertian

“pekerjaan” saja. Profesi mengharuskan tidak hanya pengetahuan dan keahlian khusus

(15)

Dengan begitu, maka arti “profession” mengandung dua unsur. Pertama unsur keahlian dan

kedua unsur panggilan. Sehingga seorang “profesional” harus memadukan dalam diri

pribadinya kecakapan teknik yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaannya, dan juga

kematangan etik. Penguasaan teknik saja tidak membuat seseorang menjadi “profesional”

karena kedua-duanya harus menyatu.

Selanjutnya untuk pelayanan publik sendiri bisa didefinisikan sebagai segala bentuk

jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya

menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di Pusat, di Daerah, dan

di lingkungan BUMN atau BUMD, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat

maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan kata

lain, penyelenggara pelayanan publik adalah instansi pemerintah. Hal ini mengharuskan

pihak pemerintah senantiasa mengadakan pembenahan menyangkut kualitas pelayanan yang

dihasilkan. Dimana pelayanan yang berkualitas berate pelayanan yang mampu member

kepuasan terhadap masyarakat dan mempu memenuhi harapan masyarakat.

Kemampuan dan akselerasi sistem pelayanan publik dalam melakukan respon

terhadap dinamika yang terjadi dalam masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan

persoalan pelayanan publik secara tepat dan efisien akan sangat ditentukan oleh standardisasi

pelayanan publik yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Tidak adanya

standardisasi pelayanan publik menyebabkan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat

begitu beragam dan berbelit-belit sehingga seringkali menimbulkan in-efisiensi khususnya

menimbulkan ekonomi biaya tinggi bagi masyarakat.

Dalam kenyataannya pelayanan yang diberikan pegawai belum sesuai dengan yang

diharapkan. Adanya anggapan bahwa di era otonomi daerah kualitas pelayanan publik justru

(16)

profesionalisme pelayanan pemerintah di daerah sedang mengalami kemunduran. Oleh

karena itu, jalan yang terbaik yang harus dilakukan adalah persamaan persepsi, langkah bagi

aparat birokrasi dalam hal pemberian pelayanan kepada masyarakat khususnya bidang

investasi guna meningkatkan kinerja pelayanan investasi baik di tingkat pusat terlebih lagi di

daerah.

Kantor pelayanan pajak yang merupakan salah satu institusi pelayanan teknis dari

Direktorat Jenderal Pajak yang merupakan lembaga birokrasi yang mempunyai kewenangan

yang berkaitan dengan urusan kewajiban masyarakat sebagai warga negara Indonesia

sekaligus pengawas terhadap jalannya pemungutan pajak demi pembangunan bangsa dan

dengan balas jasa yang tidak secara langsung menjadi objek penelitian penulis. Kantor

Pelayanan Pajak Pratama yang berlokasi di kawasan Medan Kota memiliki amanah

menangani setiap urusan kewajiban pajak yang menjadi naungan wilayah kerjanya seperti

pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT), penginformasian mengenai pajak, dan hal

lain yang berkaitan.

Keadaan Kantor Pelayanan Pajak Pratama saat ini bisa menjadi cerminan bagaimana

keprofesionalismean pegawai mampu mempengaruhi kualitas pelayanan publik yang mereka

berikan. Dari jumlah personil sebanyak 11 orang memang kebanyakan pegawai memiliki

tingkat pendidikan yang tinggi (S1) namun untuk keseimbangan terhadap masyarakat yang

mereka layani, sudah selayaknya diadakan penambahan jumlah personil.

Untuk fasilitas sarana dan prasarana kantor juga perlu diadakan pembenahan

mengingat setiap harinya banyak masyarakat yang harus dilayani. Kemudian masalah sikap

dan perilaku pegawai yang kurang ramah menurut masyarakat dimana hal ini sedikit

diperparah dengan sedikit kurang optimalnya sosialisasi semisalnya untuk pengisian Surat

Pemberitahuan Tahunan (SPT) kepada masyarakat sehingga masih ada terdapat masyarakat

(17)

Dalam hal kecepatan dan ketepatan produk pelayanan juga masih perlu diadakan

peningkatan karena tidak semua masyarakat merasa terpuaskan atas pelayanan yang

diberikan. Hal ini adalah pemandangan yang lazim kita jumpai di setiap institusi pelayanan

publik, dimana sikap arogan aparaturnya terkadang menghilangkan pemahaman kodrat

terhadap siapa yang sebenarnya menjadi pelayan publik dan siapa yang dilayani.

Pelayanan publik yang berkualitas akan diketahui dari respon masyarakat itu sendiri

sebagai konsumen jasa publik. Rasa puas masyarakat dalam pelayanan publik akan terpenuhi

ketika apa yang diberikan pegawai sesuai dengan apa yang mereka harapkan selama ini.

Tingkat keprofesionalismean para pegawai Kantor Pajak Pratama Medan Kota

pastinya akan berpengaruh dengan kualitas pelayanan yang dihasilkan namun tidak menutup

kemungkinan ada hal-hal lain yang bisa mendukung peningkatan keprofesionalismean tadi

yang juga pada akhirnya ikut mendukung peningkatan kualitas layanan publik yang lebih

baik lagi.

Dari beberapa permasalahan di atas akhirnya mendorong penulis untuk melakukan

penelitian mengenai PENGARUH PROFESIONALISME KERJA PEGAWAI

TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota) dimana penulis ingin mengetahui seberapa besar pengaruh profesionalisme kerja pegawai terhadap kualitas pelayanan publik.

1.2Perumusan Masalah

Perumusan masalah sangat penting agar diketahui arah jalannya suatu penelitian dan

untuk lebih memudahkan penelitian nantinya. Hal ini senada dengan pendapat “ Agar

penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya maka penulis merumuskan masalahnya

sehingga jelas dari mana harus memulai, kemana harus pergi dan dengan apa” (Arikunto,

(18)

Berdasarkan uraian diatas maka penulis dalam melakukan penelitian ini merumuskan

masalah sebagai berikut : “ Bagaimanakah Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai

Terhadap Kualitas Pelayanan Publik di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota? ”

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang di

peroleh setelah penelitian selesai. Dengan demikian, pada dasarnya tujuan penelitian

memberikan informasi mengenai apa yang akan di peroleh setelah selesai melakukan

penelitian (Hasan, 2002:44)

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana Profesionalisme Kerja Pegawai di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Medan Kota.

2. Untuk mengetahui bagaimana Kualitas Pelayanan Publik yang diberikan di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai

Terhadap Kualitas Pelayanan Publik di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara Subjektif. Sebagai sarana untuk melatih dan mengembankan kemampuan

berfikir dalam menulis karya ilmiah tentang profesionalisme kerja pegawai dan

(19)

2. Secara Praktis. Sebagai masukan/sumbangan pemikiran bagi Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Kota dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara

professional.

3. Secara Akademis. Sebagai bahan masukan bagi pelengkap referensi maupun bahan

perbandingan bagi mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian di bidang yang

sama.

1.5Kerangka Teori

Untuk memudahkan penulis dalam rangka menyusun penelitian ini, maka dibutuhkan

suatu landasan berfikir yang dijadikan pedoman untuk menjelaskan masalah yang sedang

disorot. Pedoman tersebut disebut kerangka teori. Menurut Sugiyono (2004 : 55)

menyebutkan landasan teori perlu di tegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang

kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba. Dengan demikian yang menjadi kerangka

teori dalam penelitian ini adalah :

1.5.1 Profesionalisme Kerja Pegawai

1.5.1.1Definisi Profesionalisme Kerja

Profesionalisme sangat mencerminkan sikap seorang terhadap pekerjaan maupun jenis

pekerjaannya/profesinya. Menurut Tanri Abeng (dalam Moeljono, 2003: 107) pengertian

professional terdiri atas tiga unsur, yaitu knowledge, skill, integrity, dan selanjutnya ketiga

unsur tersebut harus dilandasi dengan iman yang teguh, pandai bersyukur, serta kesediaan

untuk belajar terus-menerus.

Menurut Siagian (dalam Kurniawan, 2005:74), profesionalisme adalah keandalan

(20)

cermat dan dengan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti oleh pelanggan atau

masyarakat.

Menurut Kurniawan (2005:73), istilah professional itu berlaku untuk semua aparat

pegawai mulai dari tingkat atas sampai tingkat bawah. Professionalisme dapat diartikan

sebagi suatu kemampuan dan keterampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan menurut

bidang dan tingkatan masing-masing. Profesionalisme menyangkut kecocokan (fitness) antar

kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi (bureaucratic competence) dengan kebutuhan tugas

(task requirement). Terpenuhinya kecocokan antara kemampuan dengan kebutuhan tugas

merupakannn salah satu syarat terbentuknya pegawai pegawai yang professional. Artinya

keahlian dan kemampuan aparat merefleksikan arah dan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu

organisasi.

Seorang yang professional adalah seorang pegawai yang memiliki keterampilan,

kemampuan atau keahlian untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik menurut bidangnya

masing-masing sehingga memperoleh pengakuan atau penghargaan. Seorang pegawai yang

professional juga hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab yang

dipercayakan kepadanya.

Ada empat sifat yang dianggap mewakili sikap profesionalisme sebagai berikut :

keterampilan yang tinggi yang di dasarkan pada pengetahuan teoritis dan sisitematis,

pemberian jasa dan pelayanan yang altruitis artinya lebih berorientasi kepada kepentingan

umum di bandingkan dengan kepentingan pribadi, adnya pengawasa yang ketat atas perilaku

pekerja melalui kode-kode etik yang dihayati dalam proses sosialisasi pekerjaan dan suatu

sistem balas jasa (berupa uang, promosi, jabatan dan kehormatan) yang merupakan lambang

(21)

Selanjutnya dikemukakan oleh Oemar Hamalik (2000 : 7-8) dapat menambah

pemahaman mengenai profesionalisme kerja pegawai atau tenaga kerja. Beliau

mengemukakan tenaga kerja pada hakekatnya mengandung aspek :

1. Aspek Potensial, bahwa setiap tenaga kerja memiliki potensi-potensi herediter

yang bersifat dinamis yang terus berkembang dan dapat dikembangkan.

Potensi-potensi itu antara lain : daya mengingat, daya berfikir, bakat dan minat, motivasi,

dan potensi-potensi lainnya.

2. Aspek profesionalisme atau vokasional, bahwa setiap tenaga kerja memiliki

kemampuan dan keterampilan kerja atau kejujuran dalam bidang tertentu dengan

kemampuan dan keterampilan itu dia dapat mengabdikan dirinya dalam lapangan

kerja tertentu dan menciptakan hasil yang baik secara optimal.

3. Aspek fungsional, bahwa setiap tenaga kerja melaksanakan pekerjaannya secara

tepat guna, artinya dia bekerja sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam bidang

yang sesuai pula. Misalnya tenaga kerja yang memiliki keterampilan dalam

bidang elektronik seharusnya bekerja dalam bidang pekerjaan elektronik bukan

bekerja sebagai tukang kayu untuk bangunan.

4. Aspek Operasional, bahwa setiap tenaga kerja dapat mendayagunakan

kemampuan dan keterampilannya dalam proses dan prosedur pelaksanaan

kegiatan kerja yang sedang ditekuninya.

5. Aspek Personal, bahwa setiap tenaga kerja harus memiliki sifat-sifat kepribadian

yang menunjang pekerjaannya, misalnya sikap mandiri dan tangguh, bertanggung

jawab, tekun dan rajin, mencintai pekerjaannya, berdisiplin dan berdedikasi yang

(22)

6. Aspek produktifitas, bahwa setiap tenaga kerja harus memiliki motif berprestasi,

berupaya agar berhasil, dan memberikan hasil dari pekerjaanya baik kuantitas

maupun kualitas.

Jadi dapat dikatakan bahwa Profesionalisme Kerja adalah suatu kemampuan dan

keterampilan seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai dengan bidang dan tingkatan

masing-masing secara tepat waktu dan cermat. Profesionalisme menyangkut kecocokan

antara kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi dengan kebutuhan tugas. Artinya keahlian

dan kemampuan aparat merefleksikan arah dan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu

organisasi.

1.5.1.2 Ciri-Ciri Sikap Profesionalisme Kerja

Dalam meningkatkan kualitas pelayanan organisasi tidak hanya mengajarkan ataupun

memfasilitasi para pegawai sesuai dengan jabatan dan kemampuan yang ada sekarang. Akan

tetapi seorang pegawai perlu memiliki ciri untuk mendukung sikap profesionalisme tersebut.

Menurut Abdulrahim (dalam suhrawardi, 1994 :10) bahwa profesionalisme biasanya

dipahami sebagai kualitas yang wajib dipunyai setiap eksekutif yang baik, dimana

didalamnya terkandung beberapa ciri sebagai berikut :

1. Punya keterampilan tinggi dalam suatu bidang, serta kemahiran dalam

mempergunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang

bersangkutan dengan bidang tadi.

2. Punya ilmu dan pengetahuan serta kecerdasan dalam menganalisa suatu masalah dan

peka didalam membaca situasi, cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil

keputusan terbaik atas dasar kepekaan.

3. Punya sikap berorientasi ke hari depan, sehingga punya kemampuan mengantisipasi

(23)

4. Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka

menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang

terbaik bagi dirinya dan perkembangan pribadinya.

Berdasarkan ciri diatas dapat diketahui bahwa profesionalisme pegawai sangat ditentukan

oleh tingkat kemampuan pegawai yang tercermin melalui sikap dan perilakunya sehari-hari di

dalam organisasi.

1.5.1.3Karakteristik Profesionalisme

Menurut Martin Jr (dalam Kurniawan, 2005 : 75) karakteristik profesionalisme aparatur

sesuai dengan tuntutan good governance, diantaranya :

1. Equality

Perlakuan yang sama atas pelayanan yang diberikan. Hal ini didasarkan atas tipe

perilaku birokrasi rasional yang secara konsisten memberikan pelayanan yang

berkualitas kepada senua pihak tanpa memendang afilasi politik, status sosial dan

sebagainya.

2. Equity

Perlakuan yang sama kepada masyarakat tidak cukup, selain itu juga perlakuan yang

adil. Untuk masyarakat yang pluralistic kadang-kdang diperlakukan yang adil dan

perlakuan yang sama.

3. Loyality

Kesetiaan diberikan kepada konstitusi hukum, pimpinan, bawahan dan rekan kerja.

(24)

mutlak diberikan kepada satu jenis kesetiaan tertentu dengan mengabaikan yang

lainnya.

4. Accountability

Setiap aparat pemerintah harus siap menerima tanggung jawab atas apapun yang ia

kerjakan.

1.5.1.4Faktor-faktor yang mendukung sikap Profesionalisme Pegawai

Faktor-faktor yang mendukung profesionalisme kerja pegawai yaitu sebagai berikut :

1. Keterampilan

Menurut Nugroho (dalam Kurniawan 2005: 85) lebih cenderung mengunakan istilah

kemampuan untuk keterampilan dalam diri pegawai, yaitu tersedianya modal

kecakapan, ketangkasan atau modal lainnya yang memungkinkan anggota itu dapat

berbuat banyak bagi organisasinya.

2. Kompetensi

Atmosuprapto (dalam Kurniawan 2005: 74) menyebutkan bahwa profesionalisme

merupakan cermin kemampuan (competency), yaitu memiliki pengetahuan

(knowedge), keterampilan bisa melakukan (ability), di tunjang dengan pengalaman

(experience) yang tidak mungkin muncul tiba-tiba tanpa perjalanan waktu. Oleh

karena itu berkaitan dengan pelayanan publik maka kemampuan pegawai sangat

diperlukan.

3. Loyalitas

Menurut Hasibuan (dalam Kurniawan 2005: 75) Secara teoritik loyalitas berhubungan

(25)

berlaku. Kedisiplinan akan terwujud dengan baik jika pegawai atau aparatur mampu

menaati peraturan-peraturan yang ada. Loyalitas juga berkaitan erat dengan

kemampuan pertanggung jawaban tugas pekerjaan dan daya tanggap. Selain itu

loyalitas tidak membeda-bedakan pemberian pelayanan atas dasar golongan tertentu.

4. Performansi (performance) dapat diartikan menjadi prestasi kerja, pelaksanaan kerja,

pencapaian kerja atau hasil kerja/penampilan kerja (LAN, 1992). Performance

merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses yang lebih menekankan pada

individu menurut Smith (dalam Kurniawan 2005 :75). Sedangkan menurut Gibson

(dalam Kurniawan 2005:75) bahwa performance atau prestasi (kehandalan dan

kecakapan) adalah hasil yang diinginkan dari perilaku. Prestasi kerja artinya sama

dengan kinerja. Kinerja atau prestasi kerja adalah sebagai hasil kerja seseorang pada

kesatuan waktu dan ukuran tertentu.

5. Budaya Organisasi. Menurut Moeljono (2003 : 9) budaya organisasi yang pada

umumnya merupakan pernyataan filosofis, dapat difungsikan sebagai tuntutan yang

mengikat para karyawan karena dapat diformulasikan secara formal kedalam berbagai

peraturan dan ketentuan perusahaan. Dengan membakukan budaya organisasi sebagai

acuan bagi ketentuan atau peraturan yang berlaku, maka pemimpin dan karyawan

secara tidak langsung akan terikat sehingga dapat membentuk sikap dan perilaku yang

sesuai dengan visi dan misi serta strategi perusahaan. Proses pembentukan tersebut

pada akhirnya akan menghasilkan pemimpin dan pegawai professional yang

mempunyai integritas yang tinggi.

1.5.1.5Usaha- Usaha Pengembangan Profesionalisme Pegawai

Dalam mengembangkan profesionalisme para birokrat di Indonesia oleh H. Sumitro

(26)

1. Terdapat suatu pengetahuan dasar yang dapat dipelajari secara seksama dan

terdapatnya sikap pada seseorang yang menguasai suatu teknik yang dapat dipakai

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

2. Keberhasilan yang dicapai oleh suatu profesi, diukur dari bagaimana kita

menyelesaikan pelayanan cepat kepada masyarakat dan bukan untuk kepentingan

pribadinya.

3. Dikembangkannya suatu sistem pengawasan atas usaha dan kegiatan praktis para

professional dalam mengamalkan pengetahuan dan hasil pendidikannya dengan

melalui didirikannya himpunan-himpunan atau asosiasi dan diciptakannya berbagai

kode etik.

1.5.2 Kualitas Pelayanan Publik

1.5.2.1Pengertian Kualitas Pelayanan Publik

Menurut kamus besar bahasa Indonesia kualias berarti “baik buruknya sesuatu atau

mutu” (KBBI, 1995 :533). Dalam hal in istilah kualitas menunjuk pada suatu hasil berupa

produk barang ataupun jasa yang memenuhi standar kerja. Kualitas tidak dapat dipisahkan

dari produk dan jasa atau pelayanan. Fandi Tjiptono mengutip pendapat Groetsh dan davis

bahwa : “Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,

proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan” (Tjiptono, 2000:51)

Menurut Tjiptono (2002 : 53) “ Kualitas adalah segala sesuatu yang memuaskan

pelanggan atau sesuai dengan persyaratan atau kebutuhan”. Oleh karena itu, kualitas dapat

diberi pengertian sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk (barang atau jasa) yang

(27)

Kualitas pelayanan seharusnya menyesuaikan diri dengan spesifikasi yang dituntut

pelanggan. Pelanggan memutuskan bagaimana kualitas yang dimaksud dan apa yang

dianggap penting. Terkadang kualitas pelayanan dianggap pelanggan sebagai bentuk dari

sebuah janji. Sehingga kualitas pelayanan berhubungan erat dengan pelayanan yang

sistematis dan komprehensif yang dikenal konsep pelayanan prima Sinambela (2006 : 6-8).

Menurut Dwiyanto (dalam Tangkilisan, 2005 : 223) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi kualitas pelayan itu sendiri adalah :

1. Faktor internal antara lain kewenangan direksi, sikap yang berorientasi terhadap

perubahan, budaya organisasi, etika organisasi, sistem internship maupun semangat

kerja sama.

2. Faktor eksternal antara lain budaya politik, dinamika dan perkembangan politik,

pengelolaan konflik lokal, kondisi sosial ekonomi dan kontrol yang dilakukan oleh

masyarakat serta LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

Berbicara tentang pelayanan yang diberikan pemerintah tentunya tidak terlepas dari

pelayanan pemerintah pada sektor publik karena pada umumnya pelayanan yang diberikan

pemerintah itu selalu bergerak pada sektor yang menyangkut kepentingan umum dan

bertujuan untuk kesejahteraan umum. . Dalam pelayanan publik sebaiknya mendahulukan

kepentingan umum, mempermudah urusan publik, mempersingkat waktu pelaksanaan urusan

publik dan memberikan kepuasan kepada publik sesuai dengan aturan pokok dan tata cara

yang telah ditetapkan..

Berdasarkan keputusan menteri pendayagunaan aparatur negara nomor

63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. ‘

Pelayanan Publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara

(28)

pelakasanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Adapun penyelenggara pelayanan

publik adalah instansi pemerintah.

Menurut Boediono (2003:63) hakikat dari pelayanan publik yang prima adalah:

1. Meningkatkan mutu dan produktifitas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi

pemerintah di bidang pelayanan publik.

2. Mendorong upaya mengefektifitaskan sistem dan tata laksana pelayanan, sehingga

pelayanan publik dapat diselenggarakan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna

(efisien dan efektif).

3. Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa dan peran serta amsyarakat dalam

pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.

Berdasarkan berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan

publik adalah totalitas dari karakteristik suatu produk barang atau jasa atas segala kegiatan

pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya

pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

menyebutkan, adapun komponen standar pelayanan publik sekurang-kurangnya adalah

sebagai berikut :

1. Dasar Hukum

Setiap bentuk kebijakan pelayanan publik yang di keluarkan oleh instansi pemerintah

sebagai penyelenggara pelayanan, harus memiliki dasar hukum yang disahkan oleh

Peraturan Perundang untuk menandakan bahwa pelayanan yang diberikan merupakan

pelayanan publik yang sah menurut hukum dan perundangan.

(29)

Bentuk pelayanan publik yang diberikan oleh suatu instansi pemerintahan harus

memiliki sistem yang jelas, mekanisme pelaksanaan yang mudah diimplementasikan

oleh seluruh masyarakat serta memiliki prosedur atau tata laksana yang jelas dan

diketahui oleh pengguna pelayanan publik.

3. Jangka Waktu Penyelesaian

Pelayanan publik yang diberikan oleh instansi pemerintah dalam pelaksanaannya

harus memiliki batas waktu penyelesaian kegiatan yang efisien. Pelayanan publik

yang diberikan kepada masyarakat dilakukan dalam standart waktu yang singkat.

4. Biaya/Tarif

Pelayanan publik pada hakekatnya adalah bentuk pelayanan yang diberikan kepada

masyarakat. Oleh karena itu, biaya atau tarif yang diberikan harus memiliki standart

harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat secara keseluruhan. Dengan kata lain

harga untuk pelayahgnan publik adalah harga yang murah.

5. Produk Pelayanan

Pelayanan yang diberikan oleh suatu organisasi dapat dikatakan sebagai pelayanan

publik apabila produk yang dihasilkan dapat berupa public good, public service dan

administration service.

6. Sarana, Prasarana dan Fasilitas

Keefektivan pelayanan publik yang diberikan oleh organisasi dapat dilihat dari

ketersediaan sarana dan prasarana dalam proses pemberian pelayanan serta terdapat

fasilitas yang memedai demi kenyamanan pelanggan atau masyarakat.

7. Kompetensi Pelaksana

Petugas pemberi pelayanan publik harus memiliki keahlian, kreativitas serta

kemampuan yang menyangkut sikap dan perilaku dalam memberikan pelayanan

(30)

8. Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan

Setiap organisasi pemerintah harus memiliki sarana yang menampung aspirasi

masyarakat yang berisi kritik, saran dan juga pengaduan. Hal ini bertujuan untuk

meningkatkan kualitas pemberian pelayanan publik kepada masyarakat.

9. Jumlah pelaksana

Organisasi pemerintahan memiliki pelaksana pelayanan yang memadai agar dalam

pemberian pelayanan dapat berjalan efektif.

1.5.2.2Asas dan Prinsip Pelayanan Publik

Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa,

penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan sebagai berikut (Keputusan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 63 Tahun 2003) :

a. Transparansi, bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang

membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b. Akuntabilitas, dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

c. Kondisional, sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan

dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas.

d. Partisipatif, mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan

publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

e. Kesamaan Hak, tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, agama,

golongan, gender dan status ekonomi

f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban, pemberi dan penerima pelayanan publik harus

(31)

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003

Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Berikut ini adalah

prinsip-prinsip Pelayanan publik :

a. Kederhanaan, prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan

mudah dilaksanakan.

b. kejelasan

(1) persyaratan teknis dan administrative pelayanan public.

(2) Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam

memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa dalam

pelaksanaan pelayanan public.

c. Kepastian Waktu, pelaksanaan pelayanan public dapat diselesaikan dalam kurun

waktu yang telah ditentukan.

d. Akurasi, produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah.

e. Keamanan, proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian

hukum.

f. Tanggung Jawab, pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang

ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan dan penyelesaian

keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

g. Kelengkapan sarana dan prasarana, tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan

kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi

telekomunikasi dan informatika (telematika).

h. Kemudahan Akses, tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah

dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan

(32)

i. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan, pemberi pelayanan harus bersikap disiplin,

sopan, dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.

j. Kenyamanan, lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu

yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan

fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.

1.5.2.3 Bentuk-Bentuk Pelayanan Publik

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003, pelayanan publik

dibagi berdasarkan tiga kelompok, yaitu :

1. Kelompok pelayanan administratif, yaitu bentuk pelayanan yang menghasilkan

berbagai macam dokumen resmi yang dibutuhkan oleh masyarakat atau publik.

2. Kelompok pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/

jenis barang yang digunakan publik.

3. Kelompok pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa

yang dibutuhkan publik.

Menurut moenir (2002:190) bentuk pelayanan ada tiga macam, yaitu:

1. Pelayanan dengan lisan

Pelayanan dengan lisan ini di lakukan oleh petugas-petugas bidang hubungan

masyarakat, bidang ayanan informasi dan bidang-bidang lain yang tugasnya

memberikan kejelasan dan keterangan kepada masyarakat mengenai berbagai fasilitas

layanan yang tersedia. Agar layanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan,

ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku pelayanan, yaitu :

a. Memahami benar masalah-maslah yang termasuk dalam bidang tugasnya.

b. Mampu memberikan penjelasan apa saja yang perlu dan lancer..

(33)

d. Meski dalam keadaan sepi tidak berbicara dengan pegawai lainnya karena

menimbulkan kesan tidak disiplin dan melalaikan tugas.

2. Pelayanan Melalui Tulisan

Dalam bentuk tulisan, layanan yang diberikan dapat berupa pemberian penjelasan

kepada masyarakat dengan penerapannya berupa tulisan suatu informasi mengenai hal

atau masalah yang sering terjadi. Pelayanan tulisan ini terdiri dari :

a. Layanan berupa petunjuk, informasi dan sejenis yang ditujukan pada orang-orang

yang berkepentingan, agar memudahkan mereka dalam berurusan dengan instansi

atau lembaga.

b. Pelayanan berupa reaksi tertulis atas permohonan, laporan, keluhan,

pemberitahuan dan lain-lain.

3. Pelayanan Berbentuk Perbuatan

Pelayanan dalam bentuk perbuatan adalah pelayanan yang diberikan dalam bentuk

perbuatan atau hasil perbuatan, bukan sekedar kesanggupan dan penjelasan secara

lisan.

1.5.2.4Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Publik

Suatu pelayanan yang komprehensif yang di berikan oleh pegawai pemerintah dapat

dilakukan dengan memperhatikan unsur-unsur dari pelayanan tersebut yaitu pada saat

terjadinya suatu interaksi antara pegawai pemerintah sebagai pemberi pelayanan dengan

masyarakat sebagai konsumen dari pelayanan yang diberikan.

Menurut Moenir (2002 : 88) faktor-faktor yang mendukung pelayanan, sebagai

berikut :

1. Faktor Kesadaran yaitu kesadaran para pejabat serta petugas yang berkecimpung

(34)

terhadap tugas yang menjadi tanggung jawab dapat membawa dampak yang

sangat positif terhadap organisasinya.

2. Faktor Aturan yaitu aturan dalam organisasi yang menjadi landasan kerja

pelayanan. Aturan itu mutlak kebenarannya agar organisasi dan pekerja dapat

berjalan teratur dan terarah. Oleh karena itu, harus dipahami oleh organisasi

berkepentingan/bersangkutan.

3. Faktor Organisasi merupakan alat serta sistem yang memungkinkan berjalannya

mekanisme kegiatan pelayanan dalam usaha pencapaian tujuan.

4. Faktor Pendapatan yaitu pendapatan pegawai yang berfungsi sebagai pendukung

pelaksanaan pelayanan. Pendapatann yang cukup akan memotivasi pegawai dalam

melaksanakan pekerjaan dengan baik.

5. Faktor Keterampilan Tugas yaitu kemampuan dan keterampilan petugas dalam

melaksanakan pekerjaan. Ada tiga kemampuan yang harus dimiliki, yaitu:

kemampuan manajerial, kemampuan teknis dan kemampuan untuk membuat

konsep.

6. Faktor Sarana yaitu sarana yang di perlukan dalam pelaksanaan tugas atau

pekerjaan layanan. Sarana ini meliputi peralatan, perlengkapan, alat bantu dan

fasilitas lain yang melengkapi serta fasilitas komunikasi.

1.5.2.5Tolok Ukur Pelayanan Publik

Organisasi pelayanan publik mempunyai ciri public acuntability, dimana setiap warga

negara mempunyai hak untuk mengevaluasi kualitas pelayanan yang mereka terima. Sangat

sulit menilai kualitas suatu pelayanan tanpa mempertimbangkan peran masyarakat sebagai

(35)

pelayanan, merupakan elemen pertama dalam analisis kualitas pelayanan publik. Elemen

kedua dalam analisis adalah kemudahan suatu pelayanan dikenali baik sebelum dalam proses

atau setelah pelayanan itu diberikan.

Dasar untuk menilai suatu kualitas pelayanan selalu berubah dan berbeda. Apa yang

dianggap sebagai suatu pelayanan yang tidak berkualitas pada saat yang lain. Maka

kesepakatan terhadap kualitas sangat sulit untuk dicapai. Dalam hal ini dapat dilihat pendapat

ahli dalam mengukur mutu pelayanan.

Menurut Zeitham dkk (dalam Boediono, 2003 : 114) ada lima dimensi yang dapat

digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan, yaitu :

1. Bukti Langsung (Tangibles), yang meliputi fasilitas fisik, pegawai, perlengkapan

dan sarana komunikasi. Fasilitas fisik yang dimaksud disini adalah seperti gedung

perkantoran, ruang tunggu untuk customer, telepon, computer dan lain-lain.

2. Daya tanggap (Responsiveness), suatu karakteristik kecocokan dalam pelayanan

manusia, mampu yakni keinginan para staf untuk membantu masyarakat dan

memberikan pelayanan dengan tanggapan. Keinginan itu seperti kemauan aparat

birokrasi untuk memberikan informasi-informasi yang terkait dengan waktu

pelayanan, syarat-syarat program langsung.

3. Keandalan (Reability), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang menyajikan

dengan segera dan memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan dan

kecakapan aparat birokrasi dalam mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan dan

menjadi kewajibannya dengan cepat sesuai waktu yang dijanjikannya.

4. Jaminan (Assurance), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat

dipercaya yang miliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keraguan. Yaitu

(36)

pengguna jasa merasa yakin bahwa tugas yang dilaksanakannya akan bebas dari

kesalahan.

5. Empati (Emphaty), yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan

komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan para pelanggan. Hal seperti ini

bagaimana aparat birokrasi menciptakan komunikasi eksternal untuk

meningkatkan kualitas pelayanannya.

1.5.2.6Pengaruh Profesionalisme Kerja terhadap Kualitas Pelayanan Publik

Dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa, prioritas

pembangunan bidang penyelenggaraan negara diarahkan pada upaya peningkatan kinerja

birokrasi agar birokrasi mampu menciptakan kondisi yang kondusif bagi terpenuhinya

kebutuhan masyarakat, meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik dan menekan tingkat

penyalahgunaan kewenangan di lingkungan pemerintahan.

Kebijakan untuk mewujudkan birokrasi yang “netral” dalam penyelenggaraan

administrasi dan pemerintahan, ternyata dalam praktik banyak mengalami tantangan. Dimana

publik sangat mengaharapkan adanya pelayanan publik, yaitu birokrasi yang berorientasi

kepada pengadaan keseimbangan antara kekuasaan (power) yang dimiliki dengan tanggung

jawab (accountability) yang seharusnya diberikan kepada publik yang dilayani.

Paradigma lama pemerintah haruslah mengalami perubahan secara menyeluruh

seperti perilaku aparatur negara yang masih menempatkan dirinya untuk dilayani, padahal

yang seharusnya dilakukan aparatur adalah melayani publik. Dalam era demokrasi dan

desentralisasi saat ini, seharusnya perangkat birokrasi menyadari bahwa pelayanan berarti

semangat pengabdian yang mengutamakan efisiensi dan keberhasilan bangsa dalam

pembangunan, yang dimanifestasikan kedalam perilaku “melayani, bukan dilayani”,

mendorong, bukan menghambat”, “mempermudah, bukan mempersulit”, “sederhana, bukan

(37)

Profesionalisme aparatur sangat dibutuhkan dalam mewujudkan visi dan misi

organisasi birokrasi publik, karena dengan organisasi yang prima, maka secara otomatis

tujuan organisasi akan mudah dicapai. Professional itu berlaku untuk semua aparat pegawai

mulai dari tingkat atas sampai tingkat bawah. Professionalisme dapat diartikan sebagi suatu

kemampuan dan keterampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan menurut bidang dan

tingkatan masing-masing. Profesionalisme menyangkut kecocokan (fitness) antar kemampuan

yang dimiliki oleh birokrasi (bureaucratic competence) dengan kebutuhan tugas (task

requirement). Terpenuhinya kecocokan antara kemampuan dengan kebutuhan tugas

merupakan salah satu syarat terbentuknya pegawai pegawai yang professional. Artinya

keahlian dan kemampuan aparat merefleksikan arah dan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu

organisasi Kurniawan (2005:73),.

Selanjutnya menurut Tjokrowinoto (Tangkilisan, 2005: 231) yang menyatakan bahwa

profesionalisme berkaitan dengan kemampuan aparat yang bekerja dengan memiliki inovasi

dan mempunyai etos kerja yang tinggi. Hal ini tentu akan memeberikan kontribusi yang nyata

terhadap kualitas layanan publik.

Ini berarti aparat yang bertugas harus menguasai secara tepat mekanisme kerja dan

metode kerja yang ada, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai melalui peningkatan

kualitas pelayanan kepada para pengguna jasa atau masyarakat ketika mereka berhubungan

dengan birokrasi.

1.6 Hipotesis

Hipotesa adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana

rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. (Sugiyono,

2005: 70). Adapun hipotesa yang dirumuskan peneliti dalam penelitian ini adalah:

Ha : Terdapat pengaruh yang positif antara profesionalisme kerja terhadap kualitas

(38)

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang positif antara profesionalisme kerja terhadap kualitas

pelayanan publik.

1.7 Definisi Konsep

Menurut Singarimbun (2006 : 33), Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan

untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok, atau individu yang

menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep peneliti diharapkan akan dapat

menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian

(events) yang berkaitan satu sama lainnya.

Maka berdasarkan judul yang dipilih oleh peneliti, yang menjadi konsep dari peneliti ini

adalah :

1. Profesionalisme Kerja Pegawai adalah suatu kemampuan dan keterampilan seseorang

dalam melaksanakan tugas sesuai dengan bidang dan tingkatan masing-masing secara

tepat waktu dan cermat. Profesionalisme menyangkut kecocokan antara kemampuan

yang dimiliki oleh birokrasi dengan kebutuhan tugas. Artinya keahlian dan

kemampuan aparat merefleksikan arah dan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu

organisasi.

2. Kualitas Pelayanan Publik adalah totalitas dari karakteristik suatu produk barang atau

jasa atas segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan

publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan. Sehingga kualitas

pelayanan berhubungan erat dengan pelayanan yang sistematis dan komprehensif

(39)

1.8 Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya

mengukur suatu variable. Dengan kata lain, definisi operasional adalah semacam petunjuk

pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variable (Singarimbun, 2006 : 46). Melalui

pengukuran ini dapat diketahui indikator apa saja sebagai pendukung untuk dianalisis dari

variable – variable tersebut.

Definisi operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam bentuk

indikator – indikator agar lebih memudahkan dalam operasional dari sudut penelitian.

Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini yaitu :

1. Variable Bebas (X) Professional Kerja Pegawai diukur dengan mengunakan

indikator-indikator sebagai berikut :

a. Equality Pegawai

i. Konsitensi dalam memberikan pelayanan

ii. Perlakuan yang sama atas pelayanan publik yang diberikan

b. Equity Pegawai

i. Tidak adanya pengaruh pangkat/jabatan terhadap kebebasan pegawai

jika ingin menyampaikan pendapat

c. Loyality Pegawai

i. Kesetiaan pada pimpinan

ii. Kesetiaan pada institusi

(40)

d. Akuntabilitas Pegawai

i. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik : integritas (selalu memegang teguh

kode etik dan prinsip-prinsip yang ditetapkan), tingkat ketelitian,

kelengkapann sarana dan prasarana, kejelasan peraturan dan kedisiplinan.

ii. Akuntabilitas biaya pelayanan publik harus sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan.

iii. Akuntabilitas produk pelayanan publik

2. Variable Terkait (Y) Kualitas pelayanan publik di ukur dengan menggunakan

indikator-indikator sebagai berikut :

a. Bukti langsung : meliputi tersediannya ruang tunggu, seragam, perlengkapan,

dan sarana komunikasi

b. Daya tanggap : meliputi dapat diakses, tidak lama menunggu, respon terhadap

permintaan.

c. Keandalan meliputi : penyelesaian pelayanan dengan cepat dan selesai pada

waktu yang dijanjikan.

d. Jaminan : meliputi terpercaya, reputasi yang baik dalam hal pelayanan, pegawai

yang kompeten.

(41)

1.9 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, kerangka teori, definisi konsep, definisi operasional, dan

sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi, dan sampel

penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data yang digunakan

dalam penelitian.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian

berupa sejarah singkat, visi dan misi dan struktur organisasi.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat penyajian data yang dilakukan dengan menguraikan hasil

penelitian yang diperoleh dari lapangan dan menganalisanya berdasarkan

metode yang digunakan.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini memuat pembahasan atau interpretasi dari data-data yang disajikan

pada bab-bab sebelumnya.

BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dari hasil – hasil penelitian yang telah dilakukan

(42)

BAB II

METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan

pendekatan kuantitatif. Adapun metode korelasional adalah metode penelitian yang meneliti

hubungan antara variable-variabel yang ada. Meode korelasional bertujuan meneliti sejauh

mana variable yang satu memiliki hubungan sebab akibat dengan variable yang lain.

2.2 Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Kota beralamat di Jl. P. Diponegoro Gedung Keuangan Negara I Lt. IV No. 30A Medan.

2.3Populasi dan Sampel

2.3 1 Populasi

Menurut Sugiono (2005 : 90), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari

atas objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan definisi tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini

adalah pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Bagian Pelayanan dan

masyarakat sebagai penguna layanan publik. Disini penulis hanya mengambil masyarakat

yang terdata telah menerima pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

2.3.2 Sampel

Menurut Sugiono (2005 : 96) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi. Sedangkan menurut Singarimbun (2006: 152) . Menurut

Arikunto (1998: 5) apabila populasi kurang dari 100 orang, maka diambil dari

keseluruhannya, namun apabila jumlah populasinya lebih dari 100 orang, maka sample

(43)

Penentuan jumlah sampel untuk pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Kota diambil dengan teknik Purposive Sampling, untuk pegawai kantor pajak, dimana cara

pengambilan sampel bukan berdasarkan atas strata, pedoman atau wilayah, tetapi berdasarkan

atas adanya tujuan tertentu (Sugiyono 2005: 96). Dengan demikian yang menjadi sampel

dikantor pajak yaitu pegawai yang berhubungan langsung dengan pelayanan publik yaitu 11

orang pegawai.

Sedangkan untuk masyarakat yang berkaitan dengan Pelayanan pajak mengunakan

Sampling Insidental, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yakni siapa saja

yang sacara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila

dipandang cocok sebagai sumber data (Sugiyono 2005: 96) yakni 49 orang.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data suatu informasi dan keterangan – keterangan lain yang

diperlukan, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Teknik pengumpulan data primer, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan

secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumulan data primer dilakukan dengan

instrument :

a. Kuesioner (Quetionary)

Yaitu teknik pengumpilan data yang dilaksankan dengan cara menyebarkan daftar

pertanyaan yang dilengkapi alternative jawaban.

b. Observation

Yaitu kegiatan mengamati secara langsung dengan mencatat gejala – gejala yang

ditemukan dilapangan serta menjaring data yang tidak terjangkau

2. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan

(44)

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Pengumpulan data yang diperoleh dari buku – buku, karya ilmiah, pendapat ahli

yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

b. Studi Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan – catatan atau

dokumen yang ada dilokasi penelitian serta sumber – sumber lain yang relevan

dengan objek penelitian.

2.5 Teknik Penentuan Skor

Untuk membantu dalam menganalisa data, maka penelitian ini menggunakan teknik

penentuan skor. Teknik pengukuran skor yang digunakan adalah memakai skala ordinal

untuk menilai jawaban kuesioner responden.

Adapun skor yang ditentukan untuk setiap pertanyaan adalah:

Untuk alternatif jawaban a diberi skor 5

Untuk alternatif jawaban b diberi skor 4

Untuk alternatif jawaban c diberi skor 3

Untuk alternatif jawaban d diberi skor 2

Untuk alternatif jawaban e diberi skor 1

Untuk mengetahui kategori dari jawaban masing-masing variabel apakah tegolong

tinggi, sedang atau rendah, maka terlebih dahulu ditentukan skala interval dengan cara

(45)

Sehingga dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing – masing variable

2.6Teknik Analisa Data

1. Untuk mngetahui koefisien korelasi variable X terhadap variable Y digunakan

Rumus Product Moment (Sugiyono, 2005:212)

rxy=

r = koefisien korelasi

x = variable bebas

y = variable terikat

n = jumlah sampel

Dari hasil perhitungan tersebut akan memperlihatkan tiga kemungkinan yaitu :

1. Koefisien korelasi yang diperoleh sama dengan nilai nol (r = o), berarti

hubungan kedua variable yang diuji tidak ada.

2. Koefisien korelasi yang diperoleh posirif (r = +) artinya kenaikan nilai

variable yang satu diikuti nilai variable yang lain dan kedua variable memiliki

(46)

3. Koefisien korelasi yang diperoleh negative (r = -) artinya kedua variable

negative dan menunjukkan meningkatnya variable yang satu diikuti

menurunnya variable yang lain.

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi, sedang atau rendah antara kedua

variabel berdasarkan nilai r ( koefisien korelasi ) digunakan penafsiran atau interprestasi

angka sebagai berikut :

Interprestasi Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199

Dari nilai r yang diperoleh maka dapat diketahui apakah nilai r yang diperoleh berarti

atau tidak dan bagaimana tingkat hubungannya melalui tabel korelasi. Tabel korelasi

menentukan batas-batas r yang signifikan.

a. Koofisien Determinant

Teknik ini di gunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variable

bebas terhadap variable terikat. Perhitungan dilakukan dengan mengkuadratkan nilai

Koofisien Korelasi Product Moment (R) dan dikalikan 100%.

KP = (rxy) x 100% Keterangan :

KP = Koofisien Determinant

(47)

b. Untuk melihat hubungan variabel x dan y digunakan uji statistic t dengan rumus

(Sutrisno Hadi, 2001:365) :

2 2

r t

n r t

− − =

Kriteria pengujian adalah :

- jika harga thitung <ttabel maka hipotesis alternative ditolak

(48)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota

3.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota

Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan

Pajak pada masa itu bernama “Belasting”, yang kemudian setelah kemerdekaan berubah

nama menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi

Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jenderal Pajak Keuangan Republik Indonesia.

Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga kantor inspeksi pajak, yaitu :

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan

2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara

3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua Yaitu

Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk

memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat dan dengan pertumbuhan

ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Medan Timur.

Dalam meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat di dalam pelayanan

pembayaran pajak, maka berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

No. 267/KMK.01/1989, diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jenderal

Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor

Pelayanan Pajak, sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.758/KMK.01/1993

Gambar

Tabel 2 Distribusi Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4 Distribusi Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 10b      Distribusi jawaban responden yang diberikan perlakuan yang sama   oleh pegawai
Tabel 13 Distribusi jawaban responden tentang selalu melaksanakan perintah yang diberi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Deskripsi Tugas dan fungsi Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia ... Visi, Misi, dan Tujuan Kantor Pelayanan Pajak

Kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan publik di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pasar Rebo tepatnya pelayanan pajak terus meningkat, akan tetapi menurut

Pajak di kota Madya Medan menjadi delapan Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:a. Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Dengan hormat, sehubungan dengan riset saya yang berjudul “Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Kualitas Pelayanan Publik” maka saya memohon kepada Bapak/Ibu Pegawai

Jumlah pegawai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia Adapun jumlah pegawai yang terdapat di Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Pratama Medan Polonia adalah berjumlah 96

Kantor Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Berdasarkan penjelasan sejarah Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota berganti nama menjadi

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem informasi manajemen terhadap produktivitas kerja pegawai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah. Metode

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang