ABSTRAK
IMPLEMENTASI KREDIT USAHA RAKYAT DALAM MENGEMBANGKAN USAHA KECIL
(Studi Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Pekan Tolan, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhan Batu Selatan) Skripsi ini disusun oleh:
Nama : Adrey Julianus Pinem
NIM : 070903043
Depertemen : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dosen Pembimbing : Dra. Nurlela Kataren, M.SP
Implementasi Kredit Usaha Rakyat adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok-kelompok pemerintah/swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang berupa pembiayaan modal kerja dan atau investasi usaha kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi di bidang usaha produktif dan layak namun belum bankable. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi kredit usaha rakyat dalam mengembangkan usaha kecil pada Bank Rakyat Indonesia Unit Pekan Tolan, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhan Batu Selatan.
Pengembangan usaha kecil merupakan suatu upaya atau strategi pemberdayaan usaha kecil melalui beberapa aspek yang diantaranya meliputi aspek managerial dan aspek permodalan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi kredit usaha rakyat dalam mengembangkan usaha kecil. Motode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan analisa kualitatif, dapat diartikan sebagai penelitian yang memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah-masalah aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diteliti dan diiringi dengan interpretasi. Adapun informan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci, informan utama, dan informan tambahan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi kredit usaha rakyat oleh Bank Rakyat Indonesia Unit Pekan Tolan sudah berjalan dengan baik dan mampu mengembangkan usaha kecil. Hal ini dapat dilihat dari data yang menunjukkan adanya kebijakan-kebijakan yang mendukung implementasi KUR, kapasitas, fasilitas yang diberikan guna mendukung pelaksanaan KUR, kemudahan prosedur atau proses administrasi,memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, serta adanya komunikasi yang baik antara pihak bank dengan masyarakat.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR...vi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1LatarBelakang Masalah ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 5
1.3Tujuan Penelitian ... 6
1.4Manfaat Penelitian ... 6
1.5Kerangka Teori ... 7
1.5.1 Implementasi ... 7
1.5.1.1 Pengertian Implementasi Kebijakan ... 7
1.5.1.2 Proses Implementasi Kebijakan ... 11
1.5.2 Pengertian Bank ... 15
1.5.3 Kredit ... 16
1.5.3.1 Pengertian Kredit ... 16
1.5.3.2 Jenis-Jenis Kredit Perbankan ... 16
1.5.3.3 Fungsi dan Manfaat Kredit Perbankan ... 20
1.5.4 Kredit Usaha Rakyat ... 21
1.5.4.1 Syarat Pemberian Kredit Usaha Rakyat ... 23
1.5.5 Usaha Kecil ... 33
1.5.5.1 Pengertian Usaha Kecil ... 33
1.5.5.2 Karakteristik Usaha Kecil ... 34
1.5.5.3 Kelemahan Usaha Kecil di Indonesia ... 35
1.6 Defenisi Konsep ... 36
1.7 Konsep Berpikir ... 37
1.8 Defenisi Operasional ... 38
1.9 Sistematika Penulisan ... 40
BAB II METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian ... 42
2.2 Lokasi Penelitian ... 42
2.3 Informan Penelitian ... 42
2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 43
2.5 Teknik Analisa Data... 44
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Sejarah Umum PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk ... 46
3.2 Visi dan Misi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk ... 48
3.3Tujuan Program Penjaminan Kredit ... 48
3.4Pola Kredit Usaha Rakyat ... 49
3.5 Ketentuan Kredit Usaha Rakyat ... 49
3.6 Jumlah Pegawai dan Struktur Organisasi ... 50
3.7 Tugas Pokok dan Fungsi Pegawai ... 51
a. Karakteristik Responden ... 55
b. Variabel Penelitian ... 58
B. Hasil Wawancara ... 74
BAB V ANALISIS DATA ... 91
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 104
6.2 Saran... 105
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 56
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 57
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Usaha Yang Dijalankan ... 58
Tabel 5 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pengetahuan Mereka Mengenai Kredit Usaha Rakyat ... 59
Tabel 6 Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya Kebijakan Analisis Kredit Yang Baik Oleh BRI Unit Pekan Tolan ... 60
Tabel 7 Distribusi Jawaban Responden Tentang Tentang Adanya Kebijakan Terhadap Kredit Lancar Atau Usaha Kecil Yang Meningkat ... 60
Tabel 8 Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya Kebijakan Terhadap Kredit Macet Atau Kredit Bermasalah ... 61
Tabel 9 Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya Kebijakan Agunan Tambahan ... 62
Tabel 10 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pengawasan (Monitoring) Dalam Mendukung Terlaksananya KUR.. ... ... 62
Tabel 11 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Proses Administrasi Program KUR Yang Dilakukan Oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Pekan Tolan ... 63
Tabel 12 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kemampuan Debitur Dalam Mengembalikan Pinjaman Tepat Pada Waktunya ... 64
Tabel 14 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Besar/ Jumlah
Dana/ Kredit Yang Diterima Melalui KUR...65
Tabel 15 Distribusi Jawaban Responden Tentang Jangka Waktu
Kredit Usaha Rakyat Sudah Tepat ... 66
Tabel 16 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kualitas Pegawai
Dalam Pelaksanaan Pemberian Kredit Usaha Rakyat ... 66
Tabel 17 Distribusi Jawaban Responden Tentang Fasilitas
Yang Diberikan Dalam Mendukung Terlaksananya
Kredit Usaha Rakyat ... 67
Tabel 18 Distribusi Jawaban Responden Tentang Sikap Pegawai
Bank BRI Dalam Pelaksanaan Pemberian Kredit Usaha Rakyat ... 68
Tabel 19 Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya
Komunikasi Antara Pihak Bank Dengan Pelaku Usaha Kecil ... 68
Tabel 20 Distribusi Jawaban Responden Tentang Produktivitas Usaha
Setelah Mendapat Bantuan Kredit Usaha Rakyat ... 69
Tabel 21 Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya Peningkatan
Omset Setelah Menerima Kredit Usaha Rakyat... 70
Tabel 22 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Perlunya
Pelatihan Tentang Kewirausahaan Dalam Menjalankan
Dan Mengembangakan Usaha Kecil ... 71
Tabel 23 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Usaha Yang
Dijalanakan Memerlukan Administrasi Keuangan/ Pembukuan
Sederhana Dalam Mengelola Keuangan Usaha ... 71
Tabel 24 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pemberian Kredit
Usaha Rakyat (KUR) Dapat Meningkatakan
Tabel 25 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemberian Kredit
Usaha Rakyat (KUR) Membantu Dalam Menjalan Usaha ... 73
Tabel 26 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemberian Kredit
Usaha Rakyat (KUR) Membantu Dalam
ABSTRAK
IMPLEMENTASI KREDIT USAHA RAKYAT DALAM MENGEMBANGKAN USAHA KECIL
(Studi Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Pekan Tolan, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhan Batu Selatan) Skripsi ini disusun oleh:
Nama : Adrey Julianus Pinem
NIM : 070903043
Depertemen : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dosen Pembimbing : Dra. Nurlela Kataren, M.SP
Implementasi Kredit Usaha Rakyat adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok-kelompok pemerintah/swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang berupa pembiayaan modal kerja dan atau investasi usaha kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi di bidang usaha produktif dan layak namun belum bankable. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi kredit usaha rakyat dalam mengembangkan usaha kecil pada Bank Rakyat Indonesia Unit Pekan Tolan, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhan Batu Selatan.
Pengembangan usaha kecil merupakan suatu upaya atau strategi pemberdayaan usaha kecil melalui beberapa aspek yang diantaranya meliputi aspek managerial dan aspek permodalan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi kredit usaha rakyat dalam mengembangkan usaha kecil. Motode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan analisa kualitatif, dapat diartikan sebagai penelitian yang memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah-masalah aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diteliti dan diiringi dengan interpretasi. Adapun informan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci, informan utama, dan informan tambahan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi kredit usaha rakyat oleh Bank Rakyat Indonesia Unit Pekan Tolan sudah berjalan dengan baik dan mampu mengembangkan usaha kecil. Hal ini dapat dilihat dari data yang menunjukkan adanya kebijakan-kebijakan yang mendukung implementasi KUR, kapasitas, fasilitas yang diberikan guna mendukung pelaksanaan KUR, kemudahan prosedur atau proses administrasi,memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, serta adanya komunikasi yang baik antara pihak bank dengan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam setiap perumusan kebijakan apakah menyangkut proram maupun
kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau
implementasi. Betapa pun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi maka tidak
akan banyak berarti. Implementasi kebijakan bukanlah sekedar bersangkut paut
dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur
rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut
masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan
(Grindle dalam Wahab, 1990:59). Oleh sebab itu, tidak berlebihan jika dikatakan
implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses
kebijakan. Ini menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara perumusan
kebijakan dengan implementasi kebijakan dalam arti walaupun perumusan
dilakukan dengan sempurna namun apabila proses implementasi tidak bekerja
sesuai persyaratan, maka kebijakan yang semula baik akan menjadi jelek begitu
pula sebaliknya. Dalam kaitan ini, seperti dikemukakan oleh Wahab (1990:51),
menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan
jauh lebih penting daripada pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaan hanya
sekedar impian atau rencana bagus yang tersimpan dalam arsip kalau tidak
mampu diimplementasikan.
Salah satu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dalam memberdayakan
Usaha Rakyat. Pada dasarnya Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan suatu
kredit atau pembiayaan modal kerja dan atau investasi kepada usaha mikro, kecil,
menengah, dan koperasi di bidang usaha produktif dan layak namun belum
bankableyang sebagian dijamin oleh perusahaan penjamin.
Program KUR lahir sebagai respon dari Instruksi Presiden No. 6 Tahun
2007 Tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan
Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah khususnya bidang Reformasi
Sektor Keuangan. Inpres tersebut ditindaklanjuti dengan ditandatanganinya Nota
Kesepahaman Bersama (Memorandum of Understanding/MoU) antara
Pemerintah, Lembaga Penjaminan, dan Perbankan pada tanggal 9 Oktober 2007
sebagaimana kemudian diubah dengan addendum pada tanggal 14 Mei 2008
Tentang Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi atau yang
lebih populer dengan istilah Program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Melalui
program KUR, pemerintah mengharapkan adanya akselerasi/percepatan
pengembangan kegiatan perekonomian terutama di sektor riil, dalam rangka
penanggulangan atau pengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja
(Djoko Retnadi. 2008).
Dalam pelaksanaan atau implementasi program KUR, terdapat 3 (tiga)
pilar penting yaitu: pemerintah yang berfungsi membantu dan mendukung
pelaksanaan pemberian kredit berikut penjaminan kredit, Lembaga Penajaminan
yang bertindak selaku penjamin atas kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh
Perbankan, dan Perbankan sebagai penerima jamianan berfungsi menyalurkan
kredit kepada UMKM dan Koperasi dengan menggunakan dana internal
KUR memiliki perbedaan baik dibandingkan dengan program
pemberdayaan/bantuan kepada masyarakat maupun dengan skema kredit program
lain yang pernah dikeluarkan oleh pemerintah. KUR merupakan Kredit Modal
Kerja atau Kredit Investasi yang dibiayai sepenuhnya dari dana perbankan,
diberikan kepada UMKM dan Koperasi baru dengan plafon kredit maksimal Rp.
500 juta. Usaha yang dibiayai merupakan usaha produktif yang feasible namun belum bankable. Suku bunga ditetapkan maksimal 24 % efektif per tahun untuk plafon kredit sampai dengan Rp 5 juta dan maksimal 16 % efektif per tahun untuk
plafon kredit di atas Rp 5-500 juta.
Secara nasional, penyaluran KUR yang dilakukan oleh 6 (enam) bank
pelaksana KUR sampai dengan akhir Desember 2008 tercatat sebesar Rp.
12.624,2 miliar untuk 1.671.668 nasabah. Secara sektoral terdapat dua sektor
ekonomi yang menyerap program KUR terbesar yaitu sektor perdagangan, hotel,
dan restoran dengan porsi mencapai 58,5 % atau Rp. 7.388 miliar dan sektor
pertanian dengan porsi 21,9 % atau 2.769,3 miliar dari total KUR yang disalurkan.
Berbicara mengenai pengembangan usaha kecil, hal tersebut tidak terlepas
dari segi permodalan (kredit). Dimana melalui program KUR pengusaha kecil
dapat memperoleh akses kredit yang dapat digunakan sebagai modal untuk
memulai dan membuka usaha baru yang produktif. Selain itu juga, modal atau
kredit akan meningkatkan gairah masyarakat dalam menjalankan berbagai jenis
kegiatan usaha melalui kreatifitas dan inisiatif sendiri untuk meningkatkan taraf
hidupnya atau dengan kata lain modal/kredit tersebut dapat digunakan oleh
pengusaha kecil untuk memperluas dan mengembangkan usahanya sehingga dapat
Hasil penelitian yang dilakuakn oleh kementrian Negara Koperasi dan
UMKM tahun 2006 memperkirakan kebutuhan kredit per unit UMKM sebesar Rp
3,87 juta untuk usaha mikro, Rp 148,54 juta untuk usaha kecil, dan Rp 1.241
miliar untuk usaha menengah. Rata-rata kebutuhan UMKM adalah sebesar Rp
6,81 juta, sehingga total kebutuhan kredit untuk UMKM yang diperkirakan
sekarang ini jumlahnya mencapai lebih dari 49 juta, adalah sebesar Rp 333,70
triliun. Sampai dengan akhir Desember 2010 penyaluran KUR sudah mencapai
Rp 30,6 Triliun. Jumlah ini memang terlihat cukup besar dan sudah melebihi
target yang ditetapkan yaitu Rp 30 triliun (Teuku Syarif. 2011).
Pada lingkungan masyarakat pedesaan di Kecamatan Kampung Rakyat,
Kabupaten Labuhan Batu Selatan, banyak terdapat rentenir, atau pengijon yang
memberikan bantuan permodalan kepada para pengusaha kecil dengan
menggunakan jaminan berupa harta benda yang dimiliki oleh para pengusaha
kecil. Hal ini memang dapat membantu permasalahan keuangan yang dihadapi
para pengusaha kecil, tetapi hal tersebut hanya dapat menyelesaikan secara
sementara dan setelah itu para pengusaha kecil akan mendapatkan masalah baru
yaitu pengembalian pinjaman yang disertai dengan tingkat bunga yang tinggi
yaitu 5 % sampai dengan 15 % per bulan. Bagi pengusaha kecil yang terlambat
membayar utang yang diberikan oleh rentenir tersebut, juga akan dikenakan denda
dengan tingkat suku bunga yang tinggi. Oleh sebab itu, pengusaha kecil justru
akan mengalami kesulitan dalam pengembangan usahanya serta pengembalian
pinjaman kepada pihak pemberi pinjaman yaitu rentenir atau ijon.
Sehingga kredit yang diberikan oleh pemerintah melalui program Kredit
hal penggunaan kredit secara selektif guna mencapai tujuan yang diharapkan serta
tidak membebani pengusaha kecil. Pelaksanaan dari Kredit Usaha Rakyat ini
diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha
kecil dalam mendapatkan tambahan modal usaha yang mereka butuhkan dengan
kredit yang terjangkau dan prosedur yang sederhana. Dengan tambahan modal
yang didapatkan oleh pengusaha kecil diharapkan dapat meningkatkan serta
mengembangkan usaha yang dimiliknya.
Melihat keberadaan sektor usaha kecil dan menengah yang dikelolah oleh
pengusaha golongan ekonomi lemah (pengusaha kecil) dan permasalahan yang
dihadapi pengusahanya terutama tentang keterbatasan dana (keterbatasan modal),
serta melihat potensi besar yang dimiliki pengusahanya yang layak untuk
dikembangkan, maka atas dasar pemaparan tersebut penulis menetapkan judul
“Implementasi Kredit Usaha Rakyat Dalam Mengembangkan Usaha Kecil (Studi pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk Kantor Unit Pekan Tolan, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhan Batu Selatan).”
1.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah sangat penting dalam suatu penelitian agar diketahui
arah jalan penelitian tersebut. Suharsimi Arikunto (1993;17) menguraikan bahwa
agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka penulis harus
merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus memulai, kemana harus
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Implementasi Program Kredit Usaha
Rakyat Dalam Mengembangkan Usaha Kecil pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Pekan Tolan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan yang
hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui implementasi dalam pemberian Kredit Usaha Rakyat
(KUR) pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Tolan Pekan.
2. Melihat hubungan yang ditimbulkan dari pemberian kredit yang dilakukan
oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Tolan Pekan dalam peningkatan
pendapatan dan pengembangan usaha kecil dan menengah yang dikelolah oleh
pengusaha kecil.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Secara subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan kemampuan untuk menuliskannya
dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang
diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan atau
Tolan Pekan dalam peningkatan usaha kecil dan menengah yang dikelolah
oleh pengusaha kecil.
3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik
secara langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen ilmu
Administrasi Negara.
1.5 Kerangka Teori
Menurut Kerlinger (dalam Sugiyono, 2004:41) teori adalah seperangkat
konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena
secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat
berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Oleh sebab itu, untuk memudahkan penulis dalam menyusun penelitian
ini, maka dibutuhkan suatu landasan berfikir yang dijadikan pedoman untuk
menjelaskan masalah yang disorot. Dengan demikian yang menjadi kerangka teori
dalam penelitian ini adalah:
1.5.1 Implementasi
1.5.1.1 Pengertian Implementasi Kebijakan
Menurut Pressman dan Wildavsky (dalam Tangkilisan 2003 : 17),
implementasi diartikan sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan
sarana-sarana tindakan dalam mencapai tujuan tersebut, atau kemampuan untuk
menghubungkan dalam hubungan kausal antara yang diinginkan dengan cara
untuk mencapainya. Implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah
Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi keputusan
menurut Tangkilisan (2003 : 18) adalah :
1. Penafsiran, yaitu merupakan kegiatan yang menerjemahkan makna program ke dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan.
2. Organisasi, yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program ke dalam tujuan kebijakan.
3. Penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah, dan lain-lainnya.
Dalam setiap perumusan kebijakan apakah menyangkut proram maupun
kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau
implementasi. Betapa pun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi maka tidak
akan banyak berarti. Implementasi kebijakan bukanlah sekedar bersangkut paut
dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur
rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut
masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan
(Grindle dalam Wahab, 1990 :59). Oleh sebab itu, tidak berlebihan jika dikatakan
implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses
kebijakan. Ini menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara perumusan
kebijakan dengan implementasi kebijakan dalam arti walaupun perumusan
dilakukan dengan sempurna namun apabila proses implementasi tidak bekerja
sesuai persyaratan, maka kebijakan yang semula baik akan menjadi jelek begitu
pula sebaliknya. Dalam kaitan ini, seperti dikemukakan oleh wahab (1990:51),
menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan
sekedar impian atau rencana bagus yang tersimpan dalam arsip kalau tidak
mampu diimplementasikan.
Van Master dan Van Horn (dalam Wahab, 1990:51), merumuskan proses
implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut : “tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok
pemerintah/swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan dan digariskan dalam keputusan kebijaksanaan. Sedangkan dalam
Cheema dan Rondinelii (Wibawa, 1994 :19), implementasi adalah sebagai berikut
:”Dalam pengertian luas, implementasi maksudnya adalah pelaksanaan dan
melakukan suatu program kebijaksanaan dan dijelaskan bahwa satu proses
interaksi diantara merancang dan menentukan seseorang yang diinginkan”.
Selanjutnya Jones (dalam Hesel Nogi, 2002 :23) menyebutkan apakah
implementasi program efektif atau tidak, maka standar penilaian yang dapat
dipakai adalah sebagai berikut:
1. Organisasi
Maksudnya di sini adalah bahwa organisasi/instansi PT. Bank Rakyat
Indonesia (persero) Tbk yang selanjutnya organisasi tersebut harus memiliki
struktur organisasi, adanya sumber daya manusia sebagai tenaga pelaksana
perlengkapan atau alat-alat kerja serta didukung dengan perangkat hukum yang
jelas. Struktur organisasi yang kompleks, struktur ditetapkan sejak semula dengan
desain dari berbagai komponen atau subsistem yang ada tersebut.
Sumber daya manusia yang berkualitas yang berkaitan dengan kemapuan
petugas-petugas yang terlibat dalam pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Rakyat.
Agar tugas-tugas dapat dilaksanakan secara efektif maka setiap unsur dituntun
memiliki kemampuan yang memadai dengan bidang tugasnya.
2. Interpretasi
Maksudnya di sini adalah agar implementasi dapat dilaksanaan sesuai
dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku, harus dilihat apakah
pelaksanaannya telah sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang. Hal tersebu dapat dilihat dari :
a. Sesuai dengan peraturan, berarti setiap pelaksanaan kebijakan harus sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
b. Sesuai dengan petunjuk pelaksana, berarti pelaksanaan dari peraturan sudah
dijabarkan cara pelaksanaannya pada kebijaksanaan yang bersifat
aministratif, sehingga memudahkan pelaksana dalam melakukan aktivitas
pelaksanaan program.
c. Sesuai dengan petunjuk teknis, berarti kebijaksanaan yang sudah
dirumuskan bantuk petunjuk pelaksana dirancang lagi secara teknis agar
memudahkan dalam operasionalisasi program. Petunjuk teknis ini bersifat
strategis lapangan agar dapat berjalan efisian dan efektif, rasional dan
realistis.
3. Penerapan
Maksud penerapan disini yaitu peraturan kebijakan yang berupa petunjuk
untuk dapat melihat ini harus pula dilengkapi dengan adanya prosedur kerja yang
jelas, program kerja serta jadwal kegiatan disiplin. Hal ini dapat dilihat dari :
a. Program kerja yang sudah ada memiliki prosedur kerja agar dalam
pelaksanaannya tidak terjadi tumpang tindih, sehingga tidak bertentangan
antara inti kegiatan yang terdapat di dalamnya.
b. Program kerja harus sudah terprogram dan terencana dengan baik, sehingga
tujuan program dapat direalisasikan dengan efektif.
c. Jadwal kegiatan disiplin berarti program yang sudah ada harus dijadwalkan
kapan dimulai dan diakhirinya agar mudh dalam megadakan evaluasi.
Dalam hal ini diperlukan adanya tanggal pelaksanaan dan rampungnya
sebuah program yang sudah ditentukan sebelumnya.
1.5.1.2 Proses Implementasi Kebijakan
Implementasi sebuah kebijakan secara konseptual bisa dikatakan sebagai
sebuah proses pengumpulan sumber daya (alam, manusia maupun biaya) dan
diikuti dengan penentuan tindakan-tindakan yang harus diambil untuk mencapai
tujuan kebijakan. Rangkaian tindakan yang diambil tersebut merupakan bentuk
transformasi rumusan-rumusan yang diputuskan dalam kebijakan menjadi
pola-pola operasional yang pada akhirnya akan menimbulkan perubahan sebagaimana
diamanatkan dalam kebijakan yang telah diambil sebelumnya. Hakikat utama
implementasi adalah pemahaman atas apa yang harus dilakukan setelah sebuah
kebijakan diputuskan.
Untuk dapat mengkaji dengan baik suatu implementasi kebijakan publik
perlu diketahui variabel atau faktor-faktor penentunya. Van Meter dan Van Horn
dalam Winarno (2007 : 155) mengemukakan delapan variabel penting yang
tercakup dalam suatu proses implementasi, yaitu :
1. Ukuran-Ukuran Dasar dan Tujuan Kebijakan
Variabel ini didasarkan pada kepentingan utama terhadap faktor-faktor
yang menentukan kinerja kebijakan. Identifikasi indikator-indikator kinerja
merupakan tahap penting dalam analisis implementasi kebijakan.
Indikator-indikator kinerja ini menilai sejauh mana ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan
kebijakan telah direalisasikan, yang kemudian dapat digunakan dalam mengurai
tujuan-tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh.
2. Sumber-Sumber Kebijakan
Sumber-sumber kebijakan layak mendapat perhatian karena menunjang
keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber-sumber yang dimaksud mencakup
dana atau perangsang (incentive) lain yang mendorong dan memperlancar
implementasi yang efektif. Dalam beberapa kasus, besar kecilnya dana akan
menjadi faktor yang menentukan keberhasilan implementasi kebijakan.
3. Komunikasi Antar Organisasi dan Kegiatan-Kegiatan Pelaksanaan
Implementasi akan berjalan efektif bila ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan
dipahami oleh individu yang bertanggung jawab dalam kinerja kebijakan. Oleh
karena itu, sangat penting untuk memberi perhatian yang besar pada ketepatan
komunikasi antar pelaksana kebijakan, dan konsistensi atau keseragaman dari
ukuran dasar dan tujuan-tujuan yang dikomunikasikan dengan berbagai sumber
4. Karateristik Badan-Badan Pelaksana
Dalam melihat karateristik badan-badan pelaksana, pembahasan ini tidak
bisa lepas dari struktur birokrasi. Struktur birokrasi diartikan sebagai karateristik,
norma dan pola-pola hubungan dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai
hubungan, baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka miliki dengan
menjalankan kebijakan.
5. Kondisi Ekonomi, Sosial dan Politik
Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, partisipasi publik yang ada
di lingkungan serta lingkungan yang mendukung keberhasilan atau pun menolak
implementasi kebijakan.
6. Kecenderungan Pelaksanaan
Arah kecenderungan pelaksanaan terhadap ukuran-ukuran dasar dan
tujuan-tujuan kebijakan merupakan suatu hal yang sangat penting. Penerimaan
terhadap ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan yang diterima secara
luas oleh pelaksana kebijakan akan menjadi pendorong keberhasilan bagi
implementasi kebijakan.
7. Kaitan Antara Komponen-Komponen Model
Komponen yang dimaksud disini ukuran-ukuran dasar dan tujuan,
komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaannya, karateristik
dari badan pelaksana dan kecenderungan para pelaksana yang semuanya saling
berkaitan dalam mengimplementasikan kebijakan.
8. Masalah Kapasitas
Kapasitas merupakan salah satu faktor yang berpengaruh bagi
pekerjaan yang dikerjakan, sumber-sumber keuangan dan hambatan-hambatan
waktu yang bisa menjadikan implementasi kebijakan tidak berjalan dengan baik.
Selain kedelapan variabel penting yang dikemukakan Van Meter dan Van
Horn tersebut, George C. Edwards III juga mengemukakan empat variabel yang
sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan.
(http://mulyono.staff.uns.ac.id/2009/05/28/model-implementasi-kebijakan-george-edward-iii/) Keempat variabel tersebut adalah:
1. Komunikasi
Proses penyampaian informasi baik antar pegawai maupun komunikasi
pegawai dengan masyarakat yang dapat dilakukan melalui sosialisasi program.
2. Sumber Daya
Sumber daya yang dimaksud mencakup sumber daya manusia yang
memadai di bidang administrasi, ketersediaan informasi maupun fasilitas-fasilitas
pendukung seperti perangkat teknologi informasi, perelengkapan kantor, serta
sumber dana yang mencukupi untuk pelaksanaan program.
3. Disposisi atau Sikap
Disposisi atau sikap disini maksudnya adalah keinginan dan sikap dari
berbagai pihak untuk mendukung suatu kebijakan. Hal ini meliputi
penyempurnaan pelayanan dan adanya komitmen dari seluruh aparat pemerintah
dalam memberikan pelayanan prima serta adanya keinginan kuat dari masyarakat
untuk terus melakukan perbaikan.
4. Struktur Organisasi
Yaitu tatanan organisasi yang mengatur pedoman kerja dan penjabaran
1.5.2 Pengertian Bank
Istilah bank berasal dari kata “banco” (bahasa Italia) yang berarti bangku.
Banco ini pada mulanya adalah tempat penukaran uang untuk memperolah uang
yang berlaku disuatu tempat. Orang yang melakukannya disebut pedagang uang,
sedangkan tempat penukaran uang yang dilakukan disebut “bacus”. Usaha ini
kemudian berkembang dengan menrima tabungan, penitipan atau meminjamkan
uang dengan memungut bunga pinjaman.
(http://manskm.blogspot.com/2009/03/pengertian-bank.html)
Menurut Prof. G.M. Verryn Stuart di dalam bukunya Bank Politik
mengatakan bahwa bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan
kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri, dengan uang yang
diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat
penukar uang berupa uang giral. (O.P. Simorangkir, 2004:10)
Pengertian bank menurut UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan:
1. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
2. Bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas
1.5.3 Kredit
1.5.3.1 Pengertian Kredit
Kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu Credere artinya kepercayaan, dan bahasa Latin Creditum yang artinya kepercayaan akan kebenaran. Oleh karena itu dasar dari pemberian kredit adalah kepercayaan
(http://id.shvoong.com/business-management/1988528-kredit). Kredit adalah pemberian prestasi oleh suatu pihak
lain yang akan dikembalikan lagi pada suatu masa teretntu disertai dengan kontra
prestasi berupa bunga dengan kata lain, uang atau yang diterima sekarang akan
dikembalikan pada masa yang akan datang
Menurut Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1998, Kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan
kesepakatan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank pihak
peminjam yang mewajibkan kedua belah pihak untuk melunasi hutangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Menurut Rahmad Firdaus (1985:12) dalam buku Analisa kredit, menyebutkan
yang dimaksud dengan kredit adalah penyerahan sesuatu yang berharga kepada
pihak lain, apakah uang, barang atau jasa dengan janji, bahwa di hari tertentu
penerimanya akan membayarnya secara ekivalen/sebanding.
1.5.3.2 Jenis-Jenis Kredit Perbankan
Menurut Drs. Mohamad Djumhana, SH (yang dikutip oleh H. Budi
Untung,SH, MM) dalam bukunya Kredit Perbankan di Indonesia mengatakan
bahwa kredit terdiri dari beberapa jenis bila diluhat dari berbagai pandangan.
Dalam hal ini macam atau jenis kredit yang ada juga tidak bisa dipisahkan dari
kebijaksanaan perkreditan yang digariskan sesuai tujuan pembangunan. Jenis
pemberi-penerima kredit, jangka waktu serta penggunaan kredit,kelengkapan
dokumen perdagangan.
Dari segi lembaga pemberi dan penerima kredit, dapat digolongkan
sebagai berikut:
1. Kredit perbankan kepada masyarakat untuk kegiatan usaha dan konsumsi
Menurut Dr. Faried Wijaya M.,M.A. (1999:46), harus dibedakan antara
kredit produksi kepada dunia usaha dengan kegiatan konsumsi
masyarakat. Pemberian kredit kepada masyarakat unuk konsumsi yaitu
suatu bank memberikan kredit berupa cicilan dalam pembelian
barang-barang konsumsi seperti mobil, sepeda motor, dan perabot rumah tangga
lainnya. Sedangkan kredit perbankan untuk kegiatan usaha dapat
dibedakan menjadi 3 yaitu:
(1) Kredit Investasi
Kredit investasi ini merupakan program pemerintah yang ditujukan
untuk mendorong kegiatan usaha kecil dengan kesempatan kerja
yang besar atau usaha padat tenaga kerja. Pemberian kredit
investasi ini ditujukan dalam pemberian fasilitas bagi
pengembangan dunia usaha yang bersifat padat modal.
(2) Kredit Eksploatasi
Kredit eksploatasi merupakan program kredit perbankan yang
berhubungan dengan pembiayaan modal kerja berjangka pendek
kepada dunia usaha.
Kredit untuk gongan Ekonomi Lemah ini mulai dilaksanakan sejak
Repelita III, yang merupakan program pemerintah untuk
membantu dan mengembangkan produsen dan golongan ekonomi
lemah di bidang industry kecil dan menengah, pengolahan
hasil-hasil pertanian dan jasa-jasa serta perdagangan. Pelaksanaan dari
kredit untuk golongan Ekonomi Lemah ini diberikan dalam bentuk
program pemberian kredit KIK (Kredit Industri Kecil) dan KUR
(Kredit Usaha Rakyat). Pemberian kredit ini diharapkan akan
menaikkan pendapatan pengusaha kecil disamping itu juga
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan pengusaha kecil dan
juga dapat menciptakan kesempatan kerja cukup besar.
2. Kredit Likuiditas
Kredit likuiditas merupakan kredit yang diberikan oleh Bank sentral
kepada bank-bank yang beroperasi di Inonesia, yang selanjutnya
digunakan untuk membiayai perkreditannya. Kredit ini dilaksanakan oleh
Bank Indonesia sesuai dengan pasal 29 UU Bank Sentral tahun 1968,
Yaitu memajukan urusan perkreditan dan sekaligus bertindak sebagai
pengawas atas urusan kredit tersebut.
3. Kredit Langsung
Kredit langsung merupakan kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia
kepada lembaga pemerintah atau semi pemerintah
1. Kredit jangka pendek
Yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1 tahun. Bentuknya dapat
berupa kredit rekening Koran, kredit penjualan, kredit pembeli, dan kredit
wesel.
2. Kredit jangka Menengah
Yaitu kredit berjangka waktu antara 1 tahun sampai 3 tahun.
3. Kredit jangka Panjang
Kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun
Dilihat dari segi besar-kecilnya aktivitas perputaran perusahaan, maka kredit
dapat digolongkan menjadi:
1. Kredit kecil
Yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha yang digolongkan sebagai
pengusaha kecil. Kredit ini dilaksanakan berdasarkan kebijaksanaan
Januari 1990 yang mengharuskan bank-bank menyalurkan 20% kreditnya
kepada kegiatan usaha kecil (Kredit Usaha Kecil) yang realisasinya
sebagai penilaian kesehatan sebuah Bank.
2. Kredit Menengah
Yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha yang asetnya lebih besar
daripada pengusaha kecil
3. Kredit Besar
Yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha yang asetnya besar. Dan
biasanya kredit digunakan untuk memperluas jaringan usaha
1.5.3.3 Fungsi dan Manfaat Kredit Perbankan
Fungsi kredit perbankan dapat dirasakan baik oleh dunia usaha maupun
bagi lembaga keuangan pemberi kredit tersebut.
Bagi dunia usaha, kredit dapat berfungsi sebagai:
1. Sebagai sumber permodalan untuk menjaga kelangsungan atau
meningkatkan usahanya
2. Pengembalian kredit wajib dilakukan tepat waktu, diharapkan dapat
diperoleh dari keuntungan usahanya
Bagi lembaga keuangan, kredit dapat berfungsi sebagai penyalur dana masyarakat
dalam bentuk kredit kepada dunia usaha
Selain tiu juga, Pemberian kredit perbankan dapat bermanfaat bagi debitur
atau penerima pinjaman dan juga bermanfaat bagi lembaga keuangan sebagai
pemberi kredit.
Bagi debitur atau bidang usaha:
1. Memberi keuntungan usaha dengan adanya tambahan modal dan
berkembangnya usaha.
2. Dapat memberikan peningkatan pendapatan bagi pengusaha untuk
mengembangkan usahnya.
Bagi lembaga keuangan, kredit dapat berfungsi sebagai memberi keuntungan dari
selisih bunga pemberian kredit atau jasa lainnya.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah salah satu jenis kredit yang terbentuk
dari hasil kerjasama dengan pemerintah. Kredit ini diberikan melalui bank sebagai
kreditur atau penyedia dana untuk masyarakat yang ingin membangun usaha
sendiri. Karena merupakan bagian dari program kerja pemerintah maka
pengucuran dari KUR ini umumnya dilakukan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI)
dimana Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan bank milik negara.
KUR ini adalah kredit yang ditujukan bagi peminjam yang ingin merintis
usaha sendiri tetapi masih dengan skala mikro, kecil dan menengah. Bank Rakyat
Indonesia sendiri memiliki komitmen untuk untuk membantu mengembangkan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Salah satu bentuk komitment itu adalah dengan dibukanya Kredit
untuk Modal usaha bagi UMK dan koperasi yang disebut dengan KUR. KUR ini
merupakan alternatif bagi Usaha Kecil, Mikro dan Koperasi untuk mendapatkan
modal usaha. Kendala yang seringkali dihadapi oleh pengusaha Kecil, Mikro dan
Koperasi adalah masalah permodalan di dalam mengembangkan usahanya.
KUR sendiri pertama kali diluncurkan oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono pada tanggal 5 November 2007. Tujuan diluncurkannya KUR adalah
untuk mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM, untuk
meningkatkan akses pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi dan untuk
penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. Sampai dengan
akhir tahun 2006, jumlah unit UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) di
Indonesia mencapai angka 48,8 juta unit usaha. Namun demikian, dari jumlah
tersebut, yang telah memperoleh kredit dari perbankan hanya sekitar 39,06% atau
perbankan. Dari sejumlah 48,8 juta UMKM tersebut ternyata 90 persennya adalah
Usaha Mikro yang berbentuk usaha rumah tangga, pedagang kaki lima, dan
berbagai jenis usaha mikro lain yang bersifat informal, di mana pada skala inilah
paling banyak menyerap tenaga kerja (pro job) dan mampu menopang
peningkatan taraf hidup masyarakat (pro poor).
Pada dasarnya, KUR merupakan modal kerja dan kredit investasi yang
disediakan secara khusus untuk unit usaha produktif melalui program penjaminan
kredit. Perseorangan, kelompok atau koperasi dapat mengakses program ini
dengan kredit maksimum Rp 500 juta. Sumber dana adalah bank yang ditunjuk
dengan tingkat bunga maksimum 16 persen per tahun. Persentase kredit yang
dijamin adalah 70 persen dari alokasi total kredit yang disedikan oleh bank
tersebut. Masa pinjam kredit untuk modal kerja maksimum 3 tahun dan 5 tahun
untuk investasi. Untuk agribisnis, bidang usaha yang layak adalah input produksi
hingga penyediaan alat dan mesin pertanian, aktivitas on-farm, dan pengolahan
dan pemasaran hasil-hasil pertanian. Secara nasional penyaluran KUR banyak
diarahkan ke sektor perdagangan, restoran dan hotel yang mencapai 55 % dari
total penyaluran KUR diikuti dengan penyaluran ke sektor pertanian sebesar 27 %
dan sektor lain sebesar 9 %.
Ada tiga Skim yang dapat dilayani oleh Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini yaitu :
1. KUR Ritel
Untuk KUR Ritel, Modal usaha dengan plafond Rp. 5 Juta s/d Rp. 500 juta dapat
di layani Kantor cabang BRI dan Kantor Cabang Pembantu.
Untuk KUR Mikro, Modal Usaha dengan plafond dibawah Rp. 5 juta, dapat
dilayani oleh BRI Unit.
3. KUR Linkage
KUR Linkage, ditujukan untuk BKD, KSP/USP, BMT, LKM lainnya dapat
dilayani di Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu. Plafond kredit Rp. 5
Juta s/d Rp. 500 juta. Pinjaman LKM ke end user maksimal Rp. 5 juta.
1.5.4.1 Syarat Pemberian Kredit Usaha Rakyat
Dalam penyaluran dana KUR, BRI menetapkan beberapa syarat dalam
pengajuan KUR itu sendiri terhadap calon penerimanya atau disebut juga debitur.
Syarat-syarat dalam bentuk berkas-berkas yang harus dilengkapi oleh debitur
dalam peminjaman KUR yang diberlakukan oleh BRI tersebut antara lain yaitu:
BRI sebagai kreditur tentu saja harus memperhatikan kondisi dan latar belakang
dari krediturnya dah harus benar-benar teliti menilai permohonan kredit dari
debitur sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada yaitu:
1. Bank hanya memberikan kredit apabila permohonan kredit diajukan secara
tertulis. Hal ini berlaku baik untuk kredit baru, perpanjangan jangka waktu,
tambahan kredit, maupun permohonan perubahan persyaratan kredit,
2. Permohonan kredit harus memuat informasi yang lengkap dan memenuhi
persyaratan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank itu sendiri,
3. Bank harus memastikan kebenaran data informasi yang disampaikan dalam
1.5.4.2 Tahap-Tahap Pengajuan dan Pemberian Kredit Usaha Rakyat
Adapun tahap-tahap dalam mengajukan permohonan KUR terhadap Bank
Rakyat Indonesia antara lain adalah :
1. Calon debitur mengajukan permohonan KUR secara tertulis kepada pihak BRI
Unit Tolan Pekan. Calon debitur KUR datang ke kantor BRI Unit Tolan Pekan,
kemudian dengan dibantu oleh Customer Service, calon debitur KUR mengisi
formulir pendaftaran atau formulir pengajuan permohonan KUR yang sudah
disediakan pihak bank, kemudian ditandatangani oleh pemohon. Calon debitur
KUR diharuskan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam hal
pengajuan permohonan KUR. KUR diperkenalkan sebagai kredit yang mudah
didapat, maka syarat-syarat yang ditetapkan pun sangat sederhana. Syarat-syarat
yang perlu disertakan adalah bukti identitas diri berupa fotokopi Kartu Tanda
Penduduk (KTP), fotokopi Kartu Keluarga (KK), dan Surat Keterangan Usaha.
2. Tahap Analisis Kredit/ Tahap Pemeriksaan
Berdasarkan arahan Bank Indonesia sebagaimana termuat dalam SK
Direksi Bank Indonesia No. 27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995, setiap
permohonan kredit yang telah memenuhi syarat harus dianalisis secara tertulis
dengan pinsip sebagai berikut :
a. Bentuk, format, dan kedalaman analisis kredit ditetapkan oleh bank yang
disesuaikan dengan jumlah dan jenis kredit,
b. Analisis kredit harus menggambarkan konsep hubungan total permohonan
kredit. Ini berarti bahwa persetujuan pemberian kredit tidak boleh
transaksi atau satu rekening kredit dari pemohon, namun harus didasarkan
atas dasar penilaian seluruh kredit dari pemohon kredit yang telah
diberikan dan atau akan diberikan secara bersama-sama oleh bank,
c. Analisis kredit harus dibuat secara lengkap, akurat, dan objektif yang
sekurang-kurangnya meliputi menggambarkan semua informasi yang
berkaitan dengan usaha dan data pemohon termasuk hasil penelitian pada
daftar kredit macet; penilaian kelayakan jumlah permohonan kredit dengan
kegiatan usaha yang akan dibiayai, dengan sasaran menghindari
kemungkinan terjadinya praktek mark up yang dapat merugikan bank;
menyajikan penilaian yang objektif dan tidak dipengaruhi oleh
pihak-pihak yang berkepentingan dengan permohonan kredit.
d. Analisa kredit sekurang-kurangnya harus mencakup penilaian tentang
prinsip 5C dan penilaian terhadap sumber pelunasan kredit yang
dititikberatkan pada hasil usaha yang dilakukan pemohon serta
menyediakan aspek yuridis perkreditan dengan tujuan untuk melindungi
bank atas resiko yang mungkin timbul,
e. Dalam penilaian kredit sindikasi harus dinilai pula bank yang bertindak
sebagai bank induk.
Bagaimanapun arahan diatas, tetap terbuka peluang bagi bank-bank untuk
mengatur kebijakan kreditnya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan bank itu
sendiri. BRI Unit Tolan Pekan dalam melakukan analisis kredit pun mempunyai
kebijakan sendiri yang tentunya tetap berpedoman pada arahan Bank Indonesia.
Laporan keuangan calon debitur merupakan salah satu data pokok mutlak dalam
Pada tahap pemeriksaan, setelah syarat-syarat dilengkapi, pihak BRI Unit
Tolan Pekan dalam hal ini Mantri (account officer) akan melakukan checking
serta peninjauan langsung ke lapangan tentang layak atau tidaknya calon debitur
kredit usaha rakyat diberikan pinjaman dengan menanyakan hal-hal yang
berkaitan dengan permohonan KUR tersebut antara lain :
a. Mencocokan fotokopi bukti diri/ identitas lain sesuai dengan aslinya.
b. Menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan usaha calon debitur kredit
usaha rakyat. Misalnya: tentang modal, tentang pinjaman pada pihak lain,dll.
Tujuannya adalah untuk menganalisis apakah calon debitur mampu
mengembalikan pinjaman atau tidak.
c. Menanyakan tentang keuntungan dari usaha calon debitur kredit usaha rakyat
dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan membayar pinjaman.
3. Tahap Pemberian Putusan Kredit
Tahap ini, calon debitur akan memperoleh keputusan kredit yang berisi
persetujuan akan adanya pemberian kredit usaha rakyat sesuai permohonan yang
diajukannya. Keputusan persetujuan permohonan kredit berupa mengabulkan
sebagian atau seluruh permohonan kredit dari calon debitur. Pihak BRI Unit Tolan
Pekan akan memberitahukan kepada calon debitur untuk mengkonfirmasi kembali
beberapa hari menurut hari yang telah ditentukan oleh pihak bank setelah
pengajuan permohonan kredit. Biasanya pemberian putusan dilakukan 3-5 hari
setelah pendaftaran permohonan kredit usaha rakyat.
Pada BRI Unit Tolan Pekan, sebelum pemberian putusan kredit, Kepala
dokumen-dokumen yang berkaitan atau yang mendukung pemberian keputusan kredit masih
berlaku lengkap, sah, dan berkekuatan hukum. Setiap pejabat yang terlibat dalam
kebijakan persetujuan kredit harus mampu memastikan hal-hal berikut (Rachmat
Firdaus, 2003 :51) :
a. Setiap kredit yang diberikan telah sesuai dengan prinsip perkreditan yang
sehat dan ketentuan perbankan lainnya,
b. Pemberian kredit telah sesuai dan didasarkan pada analisis kredit yang jujur,
objektif, cermat, dan seksama (menggunakan 5C’s principles) serta
independent,
c. Adanya keyakinan bahwa kredit akan mampu dilunasi oleh debitur. Kebijakan
dari BRI Unit Tolan Pekan, yang dapat diberikan kredit usaha rakyat ini
adalah debitur yang memiliki usaha mikro, kecil, menengah (UMKM). BRI
Unit Tolan Pekan tidak turut serta menyertakan koperasi, karena sampai saat
ini BRI Unit Tolan Pekan belum memberlakukan Linkage Program dimana
kredit terhadap UMKM dapat disalurkan melalui koperasi.
4. Tahap Pencairan Kredit/Akad Kredit.
Setiap proses pencairan kredit (disbursement) harus terjamin asas aman, terarah, dan produktif dan dilaksanakan apabila syarat yang ditetapkan dalam
perjanjian kredit telah dipenuhi oleh pemohon kredit (Rachmat Firdaus, dkk. 2003
: 52). Setelah semua persyaratan terpenuhi dan pemberian kredit diikat oleh
perjanjian kredit maka debitur dapat mengambil dana pinjaman yang telah
Tahap akad kredit pencairan meliputi beberapa tahap yaitu tahap persiapan
pencairan, penandatangan perjanjian pencairan kredit, fiat bayar dan pembayaran
pencairan kredit. Adapun penjelasan mengenai langkah-langkah pada tahap akad
kredit adalah:
1) Persiapan Pencairan
Setelah Surat Keterangan Permohonan Pinjam (SKPP) diputus, Costumer
Services mencatatnya pada register dan segera mempersiapkan pencairan sebagai
berikut :
a. Memberitahukan pada calon debitur bahwa permohonan KUR nya telah
mendapat persetujuan atau putusan dan kepastian tanggal pencairannya.
b. Menyiapkan Surat Pengakuan Hutang
c. Mengisi kuitansi pencairan KUR
2) Penandatanganan Perjanjian Pencairan KUR
Berkas atau kelengkapan pencairan disini adalah Surat Pengakuan Hutang,
sebelum penandatanganan berkas pencairan kredit usaha rakyat, Customer Service
harus memastikan bahwa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
pencairan kredit usaha rakyat telah ditandatangani oleh debitur sebagai bukti
persetujuan debitur. Setelah itu, Customer Service meminta debitur untuk
membaca dan memahami Surat Pengakuan Hutang (SPH) dan menandatangani
SPH tersebut selanjutnya diserahkan pada kepala unit untuk diperiksa. Untuk
menjaga keamanan dan melaksanakan prinsip kehati-hatian maka Custumer
pendaftaran, kemudian menyerahkan semua berkas kepada Kepala Unit untuk di
fiat bayar.
3) Fiat Bayar
Kepala Unit memeriksa berkas tentang kebenaran dan kelengkapan pengisian
berkas kredit usaha rakyat untuk dicocokkan dengan syarat yang disebutkan
dalam putusan kredit, setelah yakin maka kepala unit membubuhkan tanda tangan
sebagai persetujuan fiat bayar. Setelah selesai, kwitansi diserahkan pada teller dan
berkas diserahkan pada customer service.
4) Pembayaran Pencairan KUR tanpa Jaminan
Pembayaran pencairan kredit usaha rakyat kepada debitur dilakukan oleh
teller berdasarkan kwitansi yang diterima dari kepala unit dengan terlebih dahulu
meneliti keabsahan kwitansi.
Apabila terjadi keterlambatan pencairan dana kredit usaha rakyat,
disebabkan oleh banyaknya peminat yang hendak menjadi calon debitur kredit
usaha rakyat, mengingat jumlah tenaga yang menangani kredit usaha rakyat tidak
sebanding dengan jumlah peminat kredit usaha rakyat. Lamanya proses pencairan
dana disebabkan pula oleh penerapan asas kehati-hatian dalam menyalurkan
dananya dan tetap berpegang teguh pada lima prinsip dalam penilaian kondisi
nasabah atau sering disebut dengan “the five of credit analysis” (Gatot
Lima prinsip penilaian tersebut antara lain :
1. Character adalah keadaan watak atau sifat dari debitur, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian terhadap aspek
character ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kemauan dan itikad baik debitur untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang telah
ditetapkan. Character ini merupakan faktor kunci walaupun calon debitur tersebut mampu menyelesaikan hutangnya, namun kalau tidak mempunyai itikad baik
tentu akan menimbulkan kesulitan pada bank di kemudian hari (Sigit Triandaru
dan Totok Budisantoso, 2006:114-115). Alat untuk memperoleh gambaran
tentang character dari calon nasabah dapat diperoleh melalui upaya:
a. Meneliti riwayat hidup calon nasabah,
b. Meneliti reputasi calon debitur tersebut di lingkungan usahanya,
c. Melakukan bank to bank information, mencari informasi dari bank ke
bank lain tentang calon debitur,
d. Mencari informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha di mana calon debitur
berada,
e. Mencari informasi apakah calon debitur suka berjudi,
f. Mencari informasi apakah calon debitur suka berfoya-foya.
2. Capacity adalah kemampuan calon debitur dalam menjalankan usahanya guna memperolah laba yang diharapkan. Penilaian ini berfungsi untuk mengukur
kemampuan calon debitur dalam mengembalikan hutangnya secara tepat waktu,
dari usaha yang diperolehnya. Pengukuran capacity dapat dilakukan melalui
a. Pendekatan historis, yaitu menilai kemampuan yang telah lampau, apakah
menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu,
b. Pendekatan finansial, yaitu menilai latar belakang pendidikan para
pengurus. Hal ini sangat penting untuk perusahaan-perusahaan yang
menghendaki keahlian teknologi tinggi dan yang memerlukan
profesionalisme tinggi,
c. Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon debitur mempunyai
kapasitas untuk mewakili badan usaha yang diwakilinya untuk
mengadakan perjanjian kredit dengan bank,
d. Pendekatan managerial, yaitu menilai sejauh mana kemampuan dan
keterampilan nasabah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam
memimpin perusahaan,
e. Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan calon
nasabah dalam mengelola faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja,
sumber bahan baku, mesin-mesin, administrasi dan keuangan, hubungan
industri dan kemampuan merebut pasar.
3. Capital adalah jumlah modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur. Kemampuan modal sendiri diperlukan bank sebagai alat indikator kesungguhan
dan tanggung jawab debitur dalam menjalankan usahanya karena ikut
menganggung risiko dalam kegagalan usaha. “Biasanya jika jumlah modal sendiri
(modal netto) cukup besar, perusahaan tersebut akan kuat dalam menghadapi
persaingan dari perusahaan-perusahaan sejenis” (Rachmat Firdaus dan Maya
Kemampuan capital ini dimanifestasikan dalam bentuk kewajiban untuk
menyediakan pembiayaan sendiri dalam praktik, yang jumlahnya lebih besar
daripada kredit yang dimintakan kepada bank. Bentuk pembiayaan ini tidak harus
dalam bentuk uang tunai, namun juga bisa dalam bentuk barang modal, seperti:
tanah, bangunan, mesin-mesin dan sebagainya.
4. Collateral adalah barang-barang yang diserahkan debitur sebagai agunan terhadap kredit yang diterimanya. Penilaian terhadap agunan ini meliputi jenis
jaminan, lokasi, bukti kepemilikkan, dan status hukumnya, untuk menghindari
terjadinya pemalsuan bukti kepemilikan, maka sebelum dilakukan pengikatan
harus diteliti mengenai status yuridisnya bukti pemilikan dan orang yang
menjaminkan. Hakikatnya, bentuk collateral tidak hanya berbentuk kebendaan,
tetapi juga yang tidak berwujud atau non material seperti jaminan pribadi
(borgtocht), letter of guarantee, letter of comfort, rekomendasi, avalis.
Penilaian ini dapat dilihat dari dua segi berikut:
a. Segi ekonomis, yaitu nilai ekonomis dari barang-barang yang akan
diagunkan.
b. Segi yuridis, yaitu apakah agunan tersebut memenuhi syarat-syarat yuridis
untuk dipakai sebagai agunan.
5. condition of economy yaitu situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya, yang mempengaruhi usaha calon debitur di kemudian hari. Penelitian mengenai
hal-hal seperti keadaan konjungtur, peraturan-peraturan pemerintah, situasi
politik, dan perekonomian politik perlu diadakan untuk mendapat gambaran
Kelima prinsip di atas yang paling perlu mendapatkan perhatian account officer adalah character, karena apabila prinsip ini tidak terpenuhi, prinsip lainnya tidak berarti, atau dengan kata lain permohonannya harus ditolak.
1.5.5 Usaha Kecil
1.5.5.1 Pengertian Usaha Kecil
Berdasarkan Undang-Undang No.9 tahun 1995, Usaha Kecil merupakan
usaha produktif dengan skala kecil. Usaha Kecil memiliki kriteria kekayaan bersih
paling tinggi Rp. 200.000.000 (Dua Ratus Juta Rupiah), tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha. Usaha kecil memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.
1.000.000.000 (Satu Milyar Rupiah).
Selain itu juga, menurut UU No.20 Tahun 2008 tentang UMKM dalam
Pasal 1, dinyatakan bahwa usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung, dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana yang
dimaksud dalam UU tersebut. (Tulus T.H. Tambunan, 2009:16)
Menurut Biro Pusat Statistik (BPS), usaha kecil identik dengan industri
kecil dan industry rumah tangga.
1.5.5.2 Karakteristik Usaha Kecil
1. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak
gampang berubah;
2. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;
3. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih
sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan
keluarga, sudah membuat neraca usaha;
4. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk
NPWP;
5. Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira
usaha;
6. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;
7. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik
seperti business planning.
Menurut UU No 9 tahun 1995, Kriteria Usaha Kecil yang dimaksudkan
adalah:
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau,
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu
milyar rupiah)
3. Milik Warga Negara Indonesia
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak
5. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum,
atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.
1.5.5.3 Kelemahan Usaha Kecil di Indonesia
Usaha kecil walaupun dalam pelaksanaannya sangat dibutuhkan karena akan
menciptakan dunia usaha baru, tetapi pada kenyataanya, Usah Kecil masih
memiliki banyak kelemahan, seperti:
1. Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan
operasi. Kebanyakan industry kecil dijalankan oleh perorangan yang
merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta
memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya.
2. Rendahnya akses Industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal,
sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari
modal sendiri.
3. Sebagian besar usaha kecil belum mempunyai status Badan Hukum yang
jelas.
4. Masalah akses terhadap teknologi
5. Masalah mendapatkan bahan baku karena sulitnya bersaing dengan
perusahaan yang bermodal besar.
Berdasarkan dari kelemahan di atas, maka strategi pengembangan atau
pemberdayaan yang diupayakan selama ini dapat diklasifikasikan dalam
(Mudrajad Kuncoro, 2000):
1. Aspek managerial, yang meliputi peningkatan produktivitas, meningkatkan
2. Aspek permodalan yang meliputi bantuam modal dan kemudahan kredit.
3. Mengembangkan program kemitraan dengan besar usaha baik lewat sistem
Bapak-Anak Angkat, PIR, Keterkaitan hulu-hilir (forward linkage),
keterkaitan hilir-hulu (backward linkage), modal ventura, ataupun subkontrak.
4. Pengembangan sentra industri kecil dalam suatu kawasan apakah berbentuk
PIK (Pemukiman Industri Kecil), LIK (Lingkungan Industri Kecil), SUIK
(Sarana Usaha Industri Kecil) yang didukung oleh UPT (Unit Pelayanan
Teknis) dan TPI (Tenaga Penyuluh Industri).
5. Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB (Kelompok
Usaha Bersama), KOPINKRA (Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan).
1.6 Defenisi Konsep
Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang
menjadi perhatian ilmu sosial. (Singarimbun, 1995 : 33)
Untuk menghindari batasan-batasan yang lebih jelas dari masing-masing
konsep, guna menghindari adanya salah pengertian maka definisi konsep yang
dipakai dalam penelitian ini adalah :
1. Implementasi Kredit Usaha Rakyat adalah tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh individu atau kelompok-kelompok pemerintah/swasta yang
diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang berupa pembiayaan modal
kerja dan atau investasi usaha kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan
2. Pengembangan Usaha Kecil adalahupaya yang dilakukan untuk membantu
usaha kecil dalam mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki guna
meningkatkan atau mengembangkan usaha sehingga dapat meningkatkan
pendapatan yang diperoleh.
1.7 Konsep Berpikir
Implementasi Kredit Usaha Rakyat:
1. Sumber Kebijakan, berupa: kebijakan analisis kredit, kebijakan terhadap kredit lancar atau usaha kecil yang meningkat, kebijakan terhadap kredit macet atau bermasalah, kebijakan adanya agunan tambahan, pengawasan
(monitoring), administrasi/
prosedur.
2. Kapasitas yang meliputi: kemampuan debitur dalam mengembalikan pinjaman tepat waktu, kemampuan debitur dalam menggunakan kredit secara optimal, besarnya dana yang diberikan, dan jangka waktu.
3. Sumber daya, berupa:
kemampuan/ kualitas pegawai, sikap pegawai, serta fasilitas.
1.8 Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana cara menyusun suatu variabel sehingga dalam pengukuran ini dapat
diketahui indikator-indikator pendukung apa saja yang dianalisis dari variabel
tersebut (Masri Singarimbun, 1995:46). Sedangkan indikator adalah fakta-fakta,
kejadian yang digunakan untuk mengukur suatu variabel.
Adapun indikator-indikator yang dapat mengukur variabel-variabel tersebut
antara lain, adalah:
1. Implementasi Kredit Usaha Rakyat, yang dimana dapat diukur melalui
indikator:
a. Sumber Kebijakan, yang dapat diukur melalui:
i. Kebijakan dalam analisis kredit
ii. Kebijakan Terhadap kredit lancar atau usaha kecil yang
meningkat.
iii. Kebijakan terhadap kredit macet atau kredit bermasalah.
iv. Kebijakan adanya agunan tambahan.
v. Pengawasan (monitoring)
vi. Administrasi atau prosedur KUR
b. Masalah Kapasitas, yang dapat diukur melalui:
i. Kemampuan debitur dalam mengembalikan pinjaman tepat
waktu.
ii. Kemampuan dalam menggunakan kredit secara optimal untuk
iii. Jumlah dan besarnya dana KUR yang diberikan.
iv. Jangka waktu kredit.
c. Sumber Daya, yang dapat diukur melalui:
i. Kemampuan pegawai untuk memberikan pelayanan sesuai
dengan standar dan prosedur yang ditetapkan.
ii. Sikap para pegawai dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
masing-masing dalam memberikan pelayanan.
iii. Fasilitas-fasilitas pendukung dan prosedur administrasi terkait
pelaksanaan KUR.
d. Komunikasi antara pihak bank dengan nasabah/ debitur KUR yang
juga merupakan pelaku usaha kecil.
2. Pengembangan Usaha Kecil, indikatornya:
a. Aspek managerial, yang dapat diukur melalui:
i. Peningkatan produktivitas dan omset
ii. Pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan
kewirausahaan
iii. Membuat administrasi keuangan/ pembukuan sederhana
iv. Meningkatkan semangat dalam mengembangkan usaha
b. Aspek Permodalan, yang dapat diukur melaui:
i. Bantuan dalam menjalankan usaha
1.9 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, kerangka teori, definisi konsep, definisi
operasional, dan sistematika penulisan.
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan
sampel, teknik pengumpulan data, teknik pengukuran skor, dan
teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian.
BAB III DESKRIPSI LOKASI
Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi
penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, dan struktur
organisasi.
BAB IV PENYAJIAN DATA
Bab ini berisikan hasil data yang diperoleh dari lapangan dan atau
berupa dokumen yang akan dianalisis.
BAB V ANALISA DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data-data yang diperoleh setelah
BAB VI PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dari hasil-hasil penelitian yang telah
dilakukan dan saran-saran yang dianggap penting bagi pihak yang
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
Metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Nawawi (1990:64) bentuk
deskriptif adalah bentuk penelitian yang memusatkan perhatian pada
masalah-masalah atau fenomena yang bersifat actual pada saat penelitian dilakukan,
kemudian menggabarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana
adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat.
2.2Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk Unit
Pekan Tolan, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhan Batu Selatan.
2.3Informan Penelitian
Berdasarkan penjelasan di atas, maka bentuk penelitian ini adalah
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hendarso dalam Usman (2009:56)
menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat
generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga objek penelitian yang
telah tercermin dalam fokus penlitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian
inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi
yang diperlukan selama proses penelitian.
informan dalam penelitian ini meliputi informan kunci, informan utama,
memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian atau
informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti.
Informan utama yaitu mereka yang terlibat dalam interaksi sosial yang sedang
diteliti. Informan tambahan adalah informan yang ditentukan dengan dasar
pertimbangan mengetahui dan berhubungan dengan permasalahan.
Sehingga sesuai dengan penjelasan di atas, maka yang menjadi informan
kunci dalam penelitian ini yaitu Kepala Unit PT. Bank Rakyat Indonesia
(persero) Tbk Unit Tolan Pekan. Informan utama dalam penelitian ini adalah
Mantri (Account Officer) PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk Unit Tolan Pekan. Sedangkan informan tambahannya adalah pelaku usaha kecil yang juga
merupakan nasabah/debitur KUR BRI Unit Pekan Tolan.
2.4Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan
dua cara, yaitu:
1. Teknik pengumpulan data primer
Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang diperoleh
melalui kegiatan penelitian secara langsung ke lokasi penelitian untuk mencari
data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik
pengumpulan data primer ini dilakukan dengan cara:
a. Metode Quesioner (Angket), yaitu berisikan format daftar pertanyaan
yang memberi pilihan jawaban pada responden dan berkaitan dengan