• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Dengan Perilaku Reproduksi Sehat Di SMA Dharma Pancasila Medan 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Dengan Perilaku Reproduksi Sehat Di SMA Dharma Pancasila Medan 2008"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI

REMAJA DENGAN PERILAKU REPRODUKSI SEHAT

DI SMA DHARMA PANCASILA

MEDAN 2008

FITRIYANTI. A

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

NAMA : FITRIYANTI. A

NIM : 075102074

JUDUL : HUBUNGAN PENGETAHUAN SISTEM REPRODUKSI

REMAJA DENGAN TINDAKAN REPRODUKSI SEHAT DI

SMA DHARMA PANCASILA MEDAN 2008

Telah di setujui oleh,

Pembimbing

(3)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdullillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT Karena

berkat rahmatNya penulis dapat menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah ini

dengan judul: “Hubungan Pengetahuan Sistem Reproduksi Remaja Dengan Tindakan Reproduksi Sehat di SMA Dharma Pancasila Medan 2008”.

Salawat dan salam kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW

yang membawa umatnya ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti

saat ini.

Selesainya Karya Tulis Ilmiah ini dapat terwujud karena bantuan,

bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak

langsung. Untuk itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof.Gontar A.

Siregar.Sp.PD-KGEH

2. Dr.Murniati Manik, MSc.SpKK selaku ketua pelaksana program D-IV bidan

Pendidik

3. Ibu Dewi Elizadiani Suza, S.KP, MNS sebagai koodinator mata kuliah

metodologi penelitian

4. Dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc (CM-FM), selaku pembimbing yang telah banyak

memberikan bantuan, dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Dina Indarsita, SST, SPd, MKes dan Ir. Dwi Lindarto, MT, selaku penguji

yang telah memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan penulisan Karya

(4)

6. Drs. Ibrahim Daulay, M. Pd, selaku Kepala Sekolah SMA Dharma pancasila

Medan.

7. Seluruh dosen dan pengelola D-IV bidan pendidik yang memberi bimbingan

kepada penulis dalam menyelesaikan kuliah D-IV bidan pendidik ini.

8. Teman-teman seangkatan 2007 yang juga telah banyak memberikan bantuan

dan dorongan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin agar Karya Tulis Ilmiah ini

layak dipertahankan, tetapi penulis menyadari masih banyak kekurangannya, oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

terwujudnya kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah di kemudian hari.

Medan, November 2007

(5)

DAFTAR ISI

LEMBARAN PERSETUJUAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAK ... viii

BAB I PENDAHULUAN. ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Pengetahuan ... 4

2.2 Remaja ... 5

2.2.1 Masa Praremaja ... 5

2.2.2 Masa Remaja ... .5

2.2.3 Masa Remaja Akhir... .6

2.3 Sistem dan Fungsi Organ Reproduksi ... 7

2.3.1 Organ Reproduksi Wanita ... 7

2.3.2 Organ Reproduksi Pria ... 12

2.4 Tindakan Reproduksi Sehat ... 14

BAB III KERANGKA PENELITIAN ... 19

3.1 Kerangka Konseptual ... 19

3.2 Definisi Operasional... 19

3.3 Hipotesa ... 21

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 22

4.1 Desain Penelitian ... 22

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 22

4.2.1 Populasi ... .22

4.2.2 Sampel ... .22

4.3 Lokasi Penelitian ... 22

4.4 Pertimbangan Etik ... 22

4.5 Instrumen Penelitian. ... 23

4.6 Validitas dan Reliabilitas Penelitian ... .23

4.6.1 Kelemahan dan Kelebihan Instrumen ... .24

4.7 Pengumpulan Data. ... 25

(6)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27

5.1 Hasil Penelitian ... 27

5.2 Pembahasan ... 40

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

6.1 Kesimpulan ... 44

6.2 Saran ... 44

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden

Menurut Jenis Kelamin di SMA Dharma

Pancasila Medan Tahun 2008 ... 27

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden

Menurut Pengetahuan Sistem Reproduksi Laki-laki di SMA Dharma Pancasila

Medan Tahun 2008 ... 28

Tabel 3 Kategori Pengetahuan Sistem Reproduksi Laki-laki di SMA Dharma Pancasila

Medan Tahun 2008 ... 30

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan Reproduksi Sehat Laki-laki di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun

2008 ... 31

Tabel 5 Kategori Tindakan Reproduksi Sehat Laki-laki di SMA Dharma Pancasila

Medan Tahun 2008 ... 33

Tabel 6 Hubungan Pengetahuan Sistem

Reproduksi Laki-laki dengan Tindakan Reproduksi Sehat Laki-laki di SMA

Dharma Pancasila Medan Tahun 2008 ... 33

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Responden

Menurut Pengetahuan Sistem Reproduksi Perempuan di SMA Dharma Pancasila

Medan Tahun 2008 ... 34

Tabel 8 Kategori Pengetahuan Sistem Reproduksi Perempuan di SMA Dharma Pancasila

(8)

Tabel 9 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan Reproduksi Sehat Perempuan di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun

2008 ... 37

Tabel 10 Kategori Tindakan Reproduksi Sehat Perempuan di SMA Dharma Pancasila

Medan Tahun 2008 ... 39

Tabel 11 Hubungan Pengetahuan Sistem

Reproduksi Perempuan dengan Tindakan Reproduksi Sehat Perempuan di SMA

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penelitian

Lampiran 2 Biaya Penelitian

Lampiran 3 Instrumen Penelitian

Lampiran 4 Lembaran Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari D- IV Bidan Pendidik Universitas

Sumatera Utara Medan

Lampiran 6 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari

Kepala Sekolah SMA Dharma Pancasila Medan

Lampiran 7 Master Tabel

Lampiran 8 Uji Coba Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 9 Tabel Frekuensi Laki-laki

Lampiran 10 Analisa Crosstabs

Lampiran 11 Tabel Frekuensi Perempuan

(10)

NAMA : FITRIYANTI. A NIM : 075102074

JUDUL : HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN PERILAKU

REPRODUKSI SEHAT DI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN 2008

ABSTRAK

Reproduksi remaja yang sehat bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, namun juga sehat secara mental. Diperlukan waktu yang tepat untuk memberikan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi. Kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi kepada remaja dapat membentuk sikap dan tingkah laku yang tidak bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja dengan perilaku reproduksi sehat di SMA Dharma Pancasila Medan tahun 2008.

Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan kuesioner , yang berisi 18 pertanyaan tentang pengetahuan dan 16 pertanyaan tentang perilaku reproduksi sehat yang diberikan terhadap 89 responden, yang diambil secara sampling jenuh pada siswa kelas tiga IPA SMA Dharma Pancasila Medan pada saat penelitian mulai dari tanggal 10 s. d 19 Maret 2008. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan tabulasi secara komputerisasi dengan tingkat signifikansi 95% (0,05).

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku positif terhadap reproduksi sehat sebagian besar pada remaja yang berpengetahuan baik (73,9%). Hasil uji statistik Chi- square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan siswa dengan perilaku reproduksi sehat.

Siswa SMA Kelas Tiga Dharma Pancasila Medan kebanyakan berpengetahuan kurang baik mengenai kesehatan reproduksi remaja tetapi yamg memiliki perilaku positif terhadap reproduksi sehat adalah yang berpengetahuan baik. Diharapkan pada institusi pendidikan untuk memberikan informasi dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi agar mampu untuk merawat organ reproduksinya.

(11)

NAMA : FITRIYANTI. A NIM : 075102074

JUDUL : HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN PERILAKU

REPRODUKSI SEHAT DI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN 2008

ABSTRAK

Reproduksi remaja yang sehat bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, namun juga sehat secara mental. Diperlukan waktu yang tepat untuk memberikan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi. Kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi kepada remaja dapat membentuk sikap dan tingkah laku yang tidak bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja dengan perilaku reproduksi sehat di SMA Dharma Pancasila Medan tahun 2008.

Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan kuesioner , yang berisi 18 pertanyaan tentang pengetahuan dan 16 pertanyaan tentang perilaku reproduksi sehat yang diberikan terhadap 89 responden, yang diambil secara sampling jenuh pada siswa kelas tiga IPA SMA Dharma Pancasila Medan pada saat penelitian mulai dari tanggal 10 s. d 19 Maret 2008. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan tabulasi secara komputerisasi dengan tingkat signifikansi 95% (0,05).

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku positif terhadap reproduksi sehat sebagian besar pada remaja yang berpengetahuan baik (73,9%). Hasil uji statistik Chi- square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan siswa dengan perilaku reproduksi sehat.

Siswa SMA Kelas Tiga Dharma Pancasila Medan kebanyakan berpengetahuan kurang baik mengenai kesehatan reproduksi remaja tetapi yamg memiliki perilaku positif terhadap reproduksi sehat adalah yang berpengetahuan baik. Diharapkan pada institusi pendidikan untuk memberikan informasi dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi agar mampu untuk merawat organ reproduksinya.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jumlah remaja di Indonesia yang berusia 10-24 tahun mencapai 65 juta

orang atau 30 persen dari total penduduk Indonesia, 15-20 persen dari remaja

tersebut sudah melakukan seks bebas (Okanegara, 2007).

Banyak orang salah kira bahwa kesehatan reproduksi itu hanya berbicara

tentang menjaga fisik organ reproduksi semata. Padahal, kesehatan reproduksi

juga menyangkut aspek emosi dan sosial masyarakat. Karena pengertian sehat

disini bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, namun juga sehat secara

mental. Maka itu, memang diperlukan waktu yang tepat untuk memberikan

pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi. Dengan kurangnya pengetahuan

kesehatan reproduksi kepada remaja dapat membentuk sikap dan tingkah laku

yang tidak bertanggung jawab mengenai proses reproduksi untuk mendapatkan

reproduksi sehat dan menyebabkan mereka tidak mengetahui bahwa ada risiko

kehamilan di luar nikah dan penularan penyakit kelamin (Laurike, 2003).

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa 37% remaja wanita tidak

mengetahui fungsi organ reproduksi pria, 36% remaja pria tidak mengetahui

fungsi organ reproduksi wanita, dan sebesar 34% tidak mengetahui apa itu

penyakit menular seksual (PMS) (Sudardjat, 2002).

Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana National (BKKBN)

(13)

Keluarga Berencana (KB). Padahal, secara aturan ini melanggar hukum karena

alat kontrasepsi hanya boleh diberikan kepada pasangan yang menikah . Setiap

tahun diperkirakan ada 2,3 juta kasus aborsi, yang 20 persen diantaranya

dilakukan remaja, berdasarkan penelitian Perkumpulan Kelurga Berencana

Indonesia (PKBI), sebanyak 27 persen permintaan aborsi tidak aman dilakukan

remaja. Sementara itu, mengenai HIV/AIDS tercatat sampai bulan Maret 2007

terdapat 8.988 kasus AIDS dan 5.640 kasus HIV positif. Fatalnya, sekitar delapan

ribu atau 57, 1 persen kasus HIV/AIDS terjadi pada remaja antar 15-29 tahun

(Muadz, 2007).

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja

dengan reproduksi sehat.

1.2.2 Tujuan Khusus

Mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja

dengan reproduksi sehat ditinjau dari sistem organ reproduksi.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Apakah ada hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi remaja

(14)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Profesi Bidan

Bahan informasi untuk memberikan informasi mengenai kesehatan

reproduksi dan memberikan pelayanan kesehatan reproduksi untuk

menciptakan reproduksi sehat. Hal ini berfungsi untuk mewujudkan

Indonesia Sehat 2010 yang memiliki target menurunkan prevalensi

permasalahan remaja.

1.4.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan, kata dasarnya “tahu”, mendapatkan awalan dan akhiran

pe dan an. Imbuhan “pe-an” berarti menunjukkan adanya proses. Jadi,

menurut susunan perkataannya, pengetahuan berarti proses mengetahui, dan

menghasilkan sesuatu yang disebut pengetahuan (Suhartono, 2005).

Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil “tahu” dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, perasaan dan perabaan. Pengetahuan atau kognitif

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(Notoatmodjo, 2003).

Menurut Gutamadi (2007) kurangnya pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi/ seksual dapat menimbulkan terjadinya prilaku seksual yang tidak

sehat dan dapat menimbulkan persoalan kesehatan reproduksi seperti

kehamilan yang enggak diinginkan, pengguguran kandungan dan tertularnya

penyakit menular seksual (termasuk infeksi saluran reproduksi) (Gutamadi,

2007).

2.2Kesehatan Reproduksi

Istilah reproduksi berasal dari kata re yang berarti kembali dan kata

(16)

adalah proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi

kelestarian hidupnya (Delyuzar, 2001).

Menurut World Health Organization (1992) kesehatan reproduksi

adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh bukan hanya

bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan

dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Dengan demikian kesehatan

reproduksi dapat diartikan pula sebagai suatu keadaan dimana manusia dapat

menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalani fungsi dan proses

reproduksinya secara sehat dan aman, termasuk mendapatkan keturunan yang

sehat. (Surjadi, 2001)

Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan

perhatian terutama dikalangan remaja. Remaja yang kelak akan menikah dan

menjadi orangtua sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang prima,

sehingga dapat menurunkan generasi sehat. Dikalangan remaja telah terjadi

revolusi hubungan seksual yang menjurus kearah liberalisasi yang dapat

berakibat timbulnya berbagai penyakit hubungan seks yang merugikan alat

reproduksi. Bila pada saatnya diperlukan untuk hamil normal, besar

kemungkinan kesehatan reproduksi sudah tidak optimal dan dapat

menimbulkan berbagai akibat samping kehamilan (Manuaba, 1998).

2.3Remaja

Remaja merupakan kelompok usia tertentu yang definisinya berbeda di

tiap Negara, bahkan didalam suatu Negara tergantung pada sosial budaya dan

(17)

WHO mendefinisikan remaja sebagai periode antara umur 10-19 tahun,

sedangkan badan PBB mendefinisikan orang muda (Youth) sebagai periode

15-24 tahun, sedangkan pada saat ini digunakan definisi yang luas pada

remaja yaitu kelompok umur 10-24 tahun. Menarik untuk diperhatikan

pemerintah Indonesia menggolongkan remaja sebagai kelompok usia serta

tidak menikah (Surjadi, 2001).

Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena

sifat- sifat khasnya dan peranannya yang menentukan dalam kehidupan

individu dalam masyarakat orang dewasa. Masa ini dapat diperinci lagi

menjadi beberapa masa, yaitu sebagai berikut:

2.3.1 Masa pra remaja (remaja awal: 12-15 tahun)

Masa ini ditandai oleh sifat- sifat negatif pada siremaja sehingga

seringkali masa ini disebut masa negatif dengan gejalanya seperti tidak

tenang, kurang suka bekerja, pesimistik, dan sebagainya.

2.3.2 Masa remaja (masa madya: 15-18 tahun)

Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup,

kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahaminya dan

menolongnya, teman yang dapat turut merasakan suka dan dukanya.

Pada anak laki- laki sering aktif meniru, sedangakan pada anak

perempuan kebanyakan pasif, mengagumi, dan memujanya dalam

(18)

2.3.3 Masa remaja akhir (19-22 tahun)

Setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya

telah tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhilah tugas- tugas

perkembangan masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup dan

masuklah individu kedalam masa dewasa (Yusuf LN, 2000).

Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-

anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai

perubahan, baik fisik maupun psikis (Agustiani, 2006).

Perubahan psikologis meliputi intelektualnya, kehidupan emosinya,

kehidupan sosialnya, sedangkan fisiknya mencakup juga seksualnya.

Khususnya perubahan pada aspek seksualnya, dimana alat-alat reproduksinya

sudah mencapai kematangan dan mulai berfungsi. Artinya remaja wanita

sudah mampu berovulasi, menghasilkan sel telur dan siap dibuahi. Sedang

remaja pria pun sudah mampu menghasilakan sperma yang siap membuahi.

Dengan perkataan lain bahwa remaja sudah mampu untuk dihamili dan

menghamili. Sesuai dengan taraf perkembangan emosinya yang masih labil,

hasrat untuk bereksperimen yang besar juga bisa menjadi permasalahan bagi

remaja, antara lain perbuatan seks diluar nikah, perkosaan, masturbasi,

homoseks atau lesbian, dan lain- lain kelainan seksual (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia,, 1991). 2.4Kesehatan Reproduksi Remaja

Di Indonesia diperkirakan pada akhir tahun 2000 persentase kelompok

(19)

Kelompok ini termasuk kelompok yang berisiko tinggi terhadap kasus- kasus

terkait seksual, seperti terkena PMS, aborsi yang tidak aman, kehamilan yang

tidak dikehendaki, pelecehan seksual dan juga terhadap penyalahgunaan

narkotika dan zat aditif (NAPZA) lainnya (Musbir, 2000).

Yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi remaja (adolescent

reproduksi health) adalah upaya kesehatan reproduksi yang dibutuhkan oleh

remaja (Surjadi, 2001).

Menurut Prof. Azwar, masalah kesehatan reproduksi remaja di

Indonesia dibagi menjadi 4 kategori masalah yaitu:1. Kurangnya informasi

kesehatan reproduksi yang benar bagi remaja, 2. Prilaku yang terkait dengan

kesehatan reproduksi maupun penyalahgunaan obat (NAPZA), 3. Kurangnya

akses remaja terhadap pelayanan kesehatan reproduksi, serta 4. Masalah yang

terkait dengan peraturan dan perundangan yang kurang mendukung kesehatan

remaja misalnya belum ada ketentuan/ peraturan yang mengijinkan remaja

hamil yang memutuskan meneruskan kehamilannya, pasca lahir masih tetap

dapat bersekolah, pemberian informasi dan pelayanan Keluarga Berencana

bagi remaja yang secara seksual aktif serta belum efektifnya sistem

perundangan untuk mencegah NAPZA (Surjadi, 2001).

2.5Sistem dan Fungsi Organ Reproduksi

2.5.1 Organ Reproduksi Wanita

Secara umum alat reproduksi wanita dibagi atas dua bagian yaitu alat

(20)

1. Alat Genitalia Luar

a. Mons Pubis

Mons pubis adalah bantalan berisi lemak yang terletak dipermukaan

anterior simfisis pubis. Setelah pubertas, kulit mons pubis tertutup rambut

ikal yang membentuk pola distribusi tertentu (escutcheon).

b. Labia Mayora

Merupakan dua buah lipatan bulat jaringan lemak yang ditutupi kulit dan

memanjang kebawah dan kebelakang dari mons pubis. Pada labia mayora

terdapat banyak kelenjar sebasea. Labia mayora homolog dengan skrotum

pada pria.

c. Labia Minora

Merupakan dua buah lipatan jaringan yang pipih dan berwarna

kemerahan, akan terlihat bila labia mayora dibuka. Jaringan yang kedua

sisinya menyatu pada ujung atas vulva ini disebut labia minora. Jaringan

labia minora menyatu dibagian superior, tempatnya masing- masing terpisah

membentuk dua lamela, pasangan lamela sebelah bawah menyatu

membentuk frenulum klitoridis, sedangkan pasangan sebelah atas menyatu

membentuk preputium klitoridis. Pada bagian inferior, labia minora

memanjang mendekati garis tengah sebagai jaringan berlipat- lipat dan

menyatu membentuk fourchette. Labia minora ini analog dengan kulit

(21)

d. Klitoris

Klitoris homolog dengan penis dan terletak dekat ujung superior vulva.

Organ erektil ini menonjol kebawah dan diantara kedua ujung labia minora.

Klitoris terdiri dari glans, korpus, dan dua buah krura. Panjang klitoris

jarang melebihi 2 cm, bahkan dalam keadaan ereksi (Cunningham, 2005).

Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf, sehingga sangat

sensitif saat hubungan seks (Manuaba, 1999).

e. Vestibulum

Daerah berbentuk buah almond yang dibatasi labia minora disebelah

lateral dan memanjang dari klitoris sampai fourchette. Vestibulum adalah

jaringan fungsional pada wanita dewasa yang berasal dari sinus urogenital

pada embrio; pada bentuk dewasa terdapat enam buah lubang; uretra,

vagina, dua duktus kelenjar bartholini, dan kadang kala terdapat duktus dari

kelenjar parauretral yang disebut juga duktus skene beserta kelenjarnya.

Bagian posterior vestibulum antara fourchette dan liang vagina disebut fossa

navikularis; biasanya hanya terlihat pada wanita nullipara (Cunningham,

2005).

Kelenjar- kelenjar pada Bartholoni dan Skene akan mengeluarkan cairan

pada saat permainan pendahuluan dalam hubungan seks sehingga

memudahkan penetrasi penis (Manuaba, 1999).

f. Ostium Urethra

Dua pertiga bagian bawah urethra terletak tepat diatas dinding anterior

(22)

g. Bulbus Vestibulli

Terletak dibawah selaput lendir vulva, dekat ramus ossis pubis.

Besarnya 3-4 cm, panjangnya 1-2 cm, lebar 0.5 dan tebal 1 cm, mengandung

banyak pembuluh darah, sebagian tertutup oleh muskular iskio kavernosus

dan muskulus konstriktor vagina. Embriologik sesuai dengan korpus

kavernosum penis (Wiknjosastro, 1999).

h. Ostium vagina dan Himen

Liang vagina bervariasi bentuk dan ukurannya. Pada gadis, kebanyakan

vagina tertutup sama sekali oleh labia minora, dan bila dibuka biasanya

terlihat hampir seluruhnya tertutup himen (Cunningham, 2005).

Himen merupakan selaput tipis yang menutupi kebagian lubang vagina

luar. Pada umumnya himen berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah

menstruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar rahim dan kelenjar

endometrium (lapisan dalam rahim). Pada saat hubungan seks pertama

himen akan robek dan mengeluarkan darah. Setelah melahirkan himen

merupakan tonjolan kecil yang disebut karunkule mirtiformis (Manuaba,

1999).

Lubang himen membentuk semilunaris, anularis, tapisan, septata, atau

fimbria. Bila tidak berlubang disebut atresia himenalis atau himen

imperforata (Mochtar, 1998).

i. Vagina

Merupakan struktur tubular muskulo membranosa yang memanjang dari

(23)

diposterior. Fungsinya sebagai saluran keluar dari uterus, yang dilalui sekret

uterus dan aliran menstruasi, organ kopulasi wanita, dan sebagai jalan lahir.

j. Perineum

Terletak diantara vulva dan anus.

k. Korpus Perinealis

Merupakan jaringan penyokong utama perineum (Cunningham, 2005).

2. Alat Genitalia Dalam

a. Uterus

Uterus berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang sedikit

gepeng kearah muka belakang; ukurannya sebesar telur ayam dan

mempunyai rongga. Ukuran panjang uterus adalah 7- 7,5 cm, lebar diatas

5,25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm. Uterus terdiri atas 1)

fundus uteri; 2) korpus uteri; 3) servik uteri. Fundus uteri adalah bagian

uterus proksimal; disitu kedua tuba falopii masuk ke uterus. Fungsinya dapat

mengetahui tuanya kehamilan. Korpus uteri adalah bagian uterus yang

terbesar. Pada kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai

tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut

kavum uteri (rongga rahim). Servik uteri terdiri atas: 1) pars vaginalis

servisis uteri yang dinamakan porsio; 2) pars supravaginalis servisis uteri

adalah bagian serviks yang berada di atas vagina. Saluran yang terdapat pada

serviks disebut kanalis sevikalis berbentuk sebagai saluran lonjong dengan

(24)

b. Tuba Falopii

Tuba falopii terdiri atas: 1) pars interstisialis, bagian yang terdapat di

dinding uterus; 2) pars ismika, merupakan bagian medial tuba yang sempit

seluruhnya; 3) pars ampularis, bagian yang terbentuk sebagai saluran agak

lebar, tempat konsepsi terjadi; 4) infundibulum, bagian ujung tuba yang

terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbria.

Fimbria penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur untuk

kemudian menyalurkan telur ke dalam tuba. Bentuk infundibulum seperti

anemon (binatang laut).

Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viserale, yang merupakan

bagian dari ligamentum latum. Otot di dinding tuba terdiri atas (dari luar dan

dalam) otot longitudinal dan otot sirkuler. Lebih ke dalam lagi didapatkan

selaput yang berlipat- lipat dengan sel- sel yang bersekresi dan bersilia yang

khas, berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil konsepsi ke arah kavum

uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh getaran rambut getar tersebut.

c. Ovarium (indung telur)

Wanita pada umumnya mempunyai dua indung telur kanan dan kiri,

yang dengan mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum

latum, kiri dan kanan. Ovarium adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan

dengan ukuran panjang kira- kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1, 5 cm.

Struktur ovarium terdiri atas: 1) korteks di sebelah luar yang diliputi oleh

epitelium germinatifum yang berbentuk kubik, dan di dalam terdiri dari

(25)

tempat terdapatnya stroma dengan pembuluh- pembuluh darah,

serabut-serabut saraf, dan sedikit otot polos. Diperkirakan pada wanita terdapat kira-

kira 100.000 folikrk primer. Tiap bulan satu folikel akan keluar, kadang-

kadang dua folikel, yang dalam perkembangannya akan menjadi folikel de

Graaf. Folikel de Graaf yang matang terdiri atas: 1) ovum, yakni suatu sel

besar dengan diameter 0,1 mm, yang mempunyai nukleus dengan anyaman

kromatin yang jelas sekali dan satu nukleolus pula: 2) stratum granulosum

yang terdiri atas sel- sel granulosa, yakni sel- sel bulat kecil dengan inti yang

jelas pada pewarnaan dan mengelilingi ovum; 3) teka interna, suatu lapisan

yang melingkari stratum granulosum dengan sel- sel lebih kecil daripada sel

granulosa; 4) di luar teka interna ditemukan teka eksterna, terbentuk oleh

stroma ovarium yang terdesak (Wiknjosastro, 1999).

2.5.2 Organ Reproduksi Pria

Secara umum alat reproduksi pria hampir seluruhnya berada diluar dan

meliputi bagian- bagian seperti dibawah ini (Manuaba, 1999).

1. Testis dan Epididimis

Testis adalah kelenjar reproduksi pria. Testis tergantung di dalam

skrotum pada korda spermatik, tetapi dibentuk di dalam abdomen dekat ginjal

dan secara bertahap turun melalui kanal inguinalis menuju skrotum sesaat

sebelum bayi lahir. Setiap testis mengandung 200-300 lobulus, masing-

masing berisi tiga tubulus kecil yang disebut tubulus seminiferus konvulsi.

Tubulus didukung oleh jaringan penyambung yang berisi kelompok sel

(26)

Testis menghasilkan sperma dan hormon. Hormon ini mempengaruhi

karakteristik laki-laki (seperti jenggot/ kumis dan otot) dan keinginan

berhubungan seksual (sex drive) (Ikatan Bidan Indonesia (IBI), 2004).

Epididimis merupakan saluran dengan panjang sekitar 45- 50 cm, tempat

bertumbuh dan berkembangnya spermatozoa, sehingga siap untuk melakukan

pembuahan (Manuaba, 1999).

Spermatozoa adalah sel yang sangat kecil dengan ujung seperti ekor

yang menyatu dengan bagian sel yang menyempit, disebut leher. Spermatozoa

diproduksi dalam jumlah yang sangat besar dan diperkirakan rata-rata 300 juta

sperma dimasukkan ke dalam vagina dalam suatu waktu, walaupun hanya satu

yang dibutuhkan untuk memfertilisasi ovum (Watson, 2002).

2. Duktus Deferens

Duktus deferens adalah lanjutan struktur epididimis. Duktus ini melewati

kanal inguinal dan berada diantara dasar kandung kemih dan rektum menuju

kelenjar prostat. Disini duktus digabungkan oleh duktus vesikula seminalis

(Watson, 2002).

Fungsinya sebagai saluran yang membawa sperma menyatu dengan air

mani (IBI, 2004).

3. Vesikula Seminalis

Vesikula seminalis adalah dua kantung yang berada diantara kandung

kemih dan rektum. Ia menyereksi cairan basa yang mengandung nutrisi yang

(27)

Semen atau air mani adalah cairan yang keluar dari penis laki- laki saat

laki-laki mengalami klimaks. Berisi sperma dan cairan lainnya. Sperma hanya

bagian kecil dari air mani. Setelah laki-laki divasektomi, air maninya tidak

lagi berisi sperma (IBI, 2004).

4. Duktus Ejakulatorius dan Penis

Duktus ejakulatorius adalah duktus yang dibentuk oleh gabungan duktus

vesikula seminalis dan duktus deferens. Duktus ini berawal di dasar prostat

dan berakhir di urethra. Prostat mengelilingi urethra pria. Ukurannya seperti

kostanye (chestnut) dan berisi urerthra serta duktus ejakulatorius. Sebagian

prostat mengandung kelenjar glandular dan sebagian lagi otot involunter dan

menghasilkan sekret, yang disebut semen, yang basa dan mendukung nutrisi

sperma (Watson, 2002).

5. Kelenjar Bulbo-Urethra

Kelenjar bulbo-urethra berada pada tiap sisi porsio membranosa urethra.

Duktus terbuka menuju bagian berongga pada urethra dan kelenjar menyereksi

suatu substansi yang membentuk bagian cairan seminalis (Watson, 2002).

2.6Prilaku Reproduksi Sehat

Kita disebut mempunyai reproduksi yang sehat jika mampu

mempunyai keturunan yang sehat, mampu mengendalikan diri untuk tidak

melakukan hubungan seks sebelum menikah, mampu menjalankan kehidipan

seksual yang sehat dengan pasangan yang sah, tidak menulari atau tertular

penyakit kelamin, serta tidak memaksa atau dipaksa oleh pasangan kita,

(28)

reproduksi yang kita butuhkan dan keputusan apapun yang kita ambil seputar

masalah reproduksi kita bisa dipertanggungjawabkan (BKKBN, 2006)

Prilaku reproduksi sehat yaitu memiliki kemampuan untuk melindungi

diri mereka sendiri dari berbagai penyakit serta kehamilan yang tidak

dikehendaki, sadar akan sikap dan perilaku seksual mereka. Mereka juga

percaya bahwa mengembangkan reproduksi sehat adalah bagian dari upaya

hidup sehat. Untuk mendapatkan reproduksi sehat kita harus dapat merawat

dan menjaga tubuh kita dengan baik, satu hal yang penting adalah bagaimana

remaja bisa memahami anatomi dan fungsi organ reproduksi mereka.

Pengetahuan dan kemamapuan merawat organ reproduksi juga merupakan hal

yang sangat penting dalam upaya mendapatkan reproduksi sehat (Gutamadi,

2007).

Menjaga kesehatan organ reproduksi pada wanita diawali dengan

menjaga kebersihan organ kewanitaan:

1. Untuk menjaga kebersihan vagina, yang perlu kita lakukan adalah

membasuh secara teratur bagian vulva (bibir vagina) secara hati-hati

menggunakan air bersih dan sabun yang lembut setiap habis buang air

kecil, buang air besar, dan ketika mandi. Yang terpenting adalah

membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada disekitar bibir vagina.

2. Hindarilah penggunaan terlalu sering sabun antiseptik yang keras atau

cairan pewangi untuk menghilangkan bau di daerah kewanitaan. Terlalu

kerap membasuh vagina dengan cairan kimia (douching) dan penggunaan

(29)

cairan vagina sehingga memungkinkan terjadinya infeksi pada vagina

(vaginitis).

3. Menjaga Kebersihan Pada Masa Menstruasi

Untuk menampung darah menstruasi, wanita menggunakan pembalut.

Pembalut itu perlu diganti sekitar empat sampai lima kali dalam sehari

untuk menghindari pertumbuhan bakteri pada pembalut yang digunakan

dan mencegah masuknya bakteri tersebut ke dalam vagina.

4. Memilih Pakaian Dalam

Yang perlu diperhatikan dalam memilih pakaian dalam adalah bahan

terbuat dari bahan katun sehingga dapat menyerap keringat dan

membiarkan kulit bernapas. Selain itu, hindari menggunakan pakaian

dalam yang terlalu ketat karena selain gerah, juga menyebabkan peredaran

darah tidak lancar. Kebersihan daerah kewanitaan juga bisa dijaga dengan

sering mengganti pakaian dalam, paling tidak sehari dua kali setelah

mandi; terutama bagi wanita aktif dan mudah berkeringat. Anda juga bisa

menggunakan panty liners atau pembalut tipis sekali pakai untuk melapisi

pakaian dalam.

5. Periksa secara rutin ke dokter spesialis organ genital secara teratur

(setidaknya dua tahun sekali) untuk mendeteksi kemungkinan adanya

kanker pada organ reproduksi. Ada dua kanker yang kerap menyerang

organ reproduksi wanita, yaitu kanker indung telur dan kanker leher rahim.

Sampai sekarang, belum diketahui dengan pasti apa penyebab kanker leher

(30)

Human Papilloma Virus (HPV) yang disebabkan oleh Penyakit Menular

Seksual (PMS). Kanker leher rahim bisa muncul karena hubungan seksual

di bawah 20 tahun, berganti-ganti pasangan, tidak merawat kebersihan alat

kelamin, berhubungan seks dengan laki-laki yang memiliki pasangan

penderita kanker leher rahim, dan akibat sering merokok.

Untuk menjaga kebersihan alat kelamin pria, ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan:

1. Pertama, selalu cuci tangan sebelum dan sesudah buang air kecil. Hal itu

untuk menghindari penis dari kotoran yang berasal dari tangan, sekaligus

agar tangan kembali steril setelah memegang penis. Kedua, jangan malas

untuk selalu membersihkan daerah sekitar penis setiap kali mandi. Seputar

organ kemaluan pria memang rentan dengan jamur, terutama daerah

lipatan paha dan bawah kantong kemih. Karenanya, selalu jaga kebersihan

daerah-daerah tersebut. Ketiga, secara berkala, cukurlah bulu kemaluan

agar rapi dan tidak menyebabkan kelembaban. Daerah yang lembab sering

kali menjadi tempat subur bagi jamur.

2. Hindari memakai celana dalam yang terlalu ketat, karena selain membuat

peredaran darah tidak lancar juga akan membuat penis dan testis

kepanasan. Panas berlebihan, yang disebabkan oleh suhu udara, keringat,

dan pakaian yang terlalu ketat, dapat menurunkan kualitas sperma dalam

membuahi sel telur.

3. Jangan sungkan menemui dokter, terutama dokter kulit dan kelamin, untuk

(31)

segera memeriksakan diri ke dokter bila menemui atau mengalami hal-hal

sebagai berikut; terdapat luka, lecet, atau ruam, atau kutil di daerah testis;

terasa gatal terus-menerus; dan saluran kencing mengeluarkan cairan yang

tidak biasa. Gejala tersebut merupakan indikasi bahwa organ kelamin

sedang terkena penyakit.

Kesehatan organ reproduksi sangat mempengaruhi kesuburan. Selain

itu, kenyamanan dalam melakukan hubungan seksual juga tergantung dari

bagaimana kita menjaga kesehatan dan kebersihannya. Awali kesehatan organ

(32)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Menurut Laurike (2003), kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi

kepada remaja dapat membentuk sikap dan tingkah laku yang tidak

bertanggung jawab mengenai proses reproduksi untuk mendapatkan

reproduksi sehat dan menyebabkan mereka tidak mengetahui bahwa ada risiko

kehamilan di luar nikah dan penularan penyakit kelamin.

Adapun kerangka konsep penelitian ini berdasarkan tentang Hubungan

Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Dengan Prilaku Reproduksi Sehat

adalah sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2 Definisi (Konseptual dan Operasional)

3.2.1 Definisi Konseptual

1. Variabel Independen:

Pengetahuan sistem organ reproduksi: Hasil ”tahu” seseorang

mengenai sistem organ reproduksi yang didapat melalui pendidikan

formal maupun nonformal (Laurike, 2003). Sistem Organ

reproduksi

(33)

2. Variabel Dependen

Prilaku reproduksi sehat: Kemampuan untuk melindungi diri dari

berbagai penyakit serta kehamilan yang tidak dikehendaki, sadar akan

sikap dan perilaku seksual juga percaya bahwa mengembangkan

reproduksi sehat adalah bagian dari upaya hidup sehat. Untuk

mendapatkan reproduksi sehat kita harus dapat merawat dan menjaga

tubuh kita dengan baik, satu hal yang penting adalah bagaimana remaja

bisa memahami anatomi dan fungsi organ reproduksi.

3.2.2 Definisi Operasional

1. Variabel Independen

Pengetahuan sistem organ reproduksi: Pemahaman remaja mengenai

kesehatan reproduksi yaitu sistem organ reproduksi. Tingkat pengetahuan

responden tentang kesehatan reproduksi 1 pertanyaan, pengetahuan tentang

fungsi dan sistem organ reproduksi wanita 9 pertanyaan, dan pengetahuan

mengenai fungsi dan sistem organ reproduksi pria 9 pertanyaan.

a. Alat ukur: Kuesioner

b. Cara ukur: Mengisi kuesioner

c. Skala ukur: Ordinal

d. Hasil ukur pengetahuan adalah :

- Skor minimum adalah 0 (skor minimum dari setiap aspek jawaban kali

jumlah soal) = 0 x 18 = 0

- Skor maksimum 1 (skor maksimum dari setiap aspek jawaban kali

(34)

Maka aspek kategori pengetahuan di bedakan dengan kriteria sebagai

berikut:

- Baik: jika mendapat skor 10 - 18, yaitu 10 -18 jawaban yang benar dari

18 pertanyaan.

- Kurang Baik: jika mendapatkan skor 0 - 9, yaitu 0 - 9 jawaban yang

benar dari 18 pertanyaan.

2. Variabel Dependen

Prilaku Reproduksi sehat: Kemampuan seseorang dalam menjaga

organ reproduksinya agar selalu sehat.

a. Alat ukur: Kuesioner

b. Cara ukur: Mengisi kuesioner

c. Skala ukur: Ordinal

d. Hasil ukur: - Positif, bila skor ≥ x ( 9,7 )

- Negatif, bila skor ≤ x ( 9,7 )

3.3Hipotesis

3.3.1 Ada hubungan antara pengetahuan sistem organ reproduksi terhadap

(35)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross

sectional untuk mengetahui apakah ada hubungan pengetahuan kesehatan

reproduksi remaja dengan perilaku reproduksi sehat di SMU Dharma

Pancasila Kelas Tiga.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Dharma Pancasila

Kelas Tiga Medan.

4.2.2 Sampel

Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampling jenuh.

Menurut Hidayat (2007) sampling jenuh adalah dengan mengambil

semua anggota populasi menjadi sampel. Sampelnya semua siswa kelas

tiga jurusan IPA SMA Dharma Pancasila yang berjumlah 89 siswa,

yang terdiri dari dua kelas jurusan IPA.

4.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Dharma Pancasila Medan dengan

(36)

4.4 Pertimbangan Etik

Dalam pengambilan data ini, peneliti akan membuat informed consent,

yaitu persetujuan untuk menjadi responden, dan ditanda tangani oleh

responden, kuesioner tidak mencantumkan nama responden (anonimity),

jawaban yang diberikan responden adalah jawaban sendiri tanpa dipengaruhi

oleh siapapun dan akan dijaga kerahahasiaannya (confidentiality).

4.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis instrumen penelitian

dengan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Jenis kuesioner yang

digunakan adalah kuesioner dengan pertanyaan- pertanyaan tertutup sehingga

responden hanya perlu untuk memberikan jawaban berupa tanda tertentu yaitu

silang (X) pada jawaban yang disediakan. Untuk variabel pengetahuan terdiri

dari 18 pertanyaan, yang dihasilkan dari bab 2 (tinjauan pustaka), setiap

jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0, dan

untuk variabel prialku reproduksi sehat terdiri dari 16 pertanyaan, dengan

menggunakan skala guttman, yang dihasilkan dari bab 2 (tinjauan pustaka),

setiap pernyataan positif diberi skor 1-0, dan setiap pernyataan negatif diberi

skor 0-1.

4.6Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang di ukur. Demikian pula kuesioner sebagai alat ukur

harus mengukur apa yang ingin diukur. Apabila suatu kuesioner untuk

(37)

menghasilkan sesuai dengan pengetahuan yang dimilki oleh responden yang

diukur (Notoatmodjo, 2003).

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan

sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan

menggunakan alat ukur yang sama. Demikian juga kuesioner sebagai alat ukur

untuk gejala-gejala sosial (non fisik) harus mempunyai reliabilitas yang tinggi

(Notoatmodjo, 2003).

4.6.1 Kelemahan dan Kelebihan Instrumen

1. Kelemahan Instrumen

a. Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada

pertanyaan yang terlewati tidak dijawab, padahal sukar diulangi

diberikan kembali kepada responden.

b. Seringkali sukar dicari validitasnya

c. Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan

sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.

d. Seringkali tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos.

Menurut penelitian, angket yang dikirim lewat pos angka

pengembaliannya sangat rendah, hanya sekitar 20%.

e. Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahkan

(38)

2. Kelebihan kuesioner:

a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti

b.Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden

c.Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya

masing-masing, dan menurut waktu senggang

d.Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak

malu-malu menjawab.

e.Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat

diberi pertanyaan yang benar-benar sama (Arikunto, 1998).

4.7 Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Peneliti mengajukan permohonan izin untuk melakukan penelitian pada

Ketua Program D-IV Bidan Pendidik FK USU.

b. Setelah mendapat izin dari Akademik, peneliti mengantar surat izin

tersebut ke kepala tata usaha SMA Dharma Pancasila.

c. Setelah mendapat izin dari kepala tata usaha SMA Dharma Pancasila,

peneliti melaksanakan proses pengumpulan data dari responden.

d. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden dan

meminta kesediaannya untuk menjadi subjek penelitian.

e. Setelah responden setuju untuk menjadi subjek penelitian, peneliti

mengajukan surat persetujuan menjadi responden untuk ditanda tangani.

(39)

g. Peneliti mengingatkan responden untuk mengisi kuesioner sesuai yang

dialami dengan jujur dan mengingatkan untuk mengisi semua pertanyaan

dan pernyataan yang ada dilembar kuesioner.

h. Selain itu peneliti memberikan penilaian berdasarkan kriteria yang disusun

peneliti.

4.8 Analisis Data

Analisa data dalam penelitian ini bersifat analitik dan data tersebut

diolah dengan menggunakan program SPSS, dengan tingkat signifikansi 95%

(40)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan

perhatian utama di kalangan remaja. Remaja yang kelak akan menikah dan

menjadi orangtua sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang prima,

sehingga dapat menurunkan generasi yang sehat.

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan mulai tanggal 10 s.d

19 Maret 2008 mengenai Hubungan Pengetahuan Sistem Reproduksi Remaja

Dengan Tindakan Reproduksi Sehat Di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun

2008 dengan jumlah responden 89 orang, diperoleh data sebagai berikut:

1. Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin

Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2008

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1. Laki-laki 43 48,3

2. Perempuan 46 51,7

Jumlah 89 100

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa dari 89 responden yang

menjadi subyek penelitian mayoritas berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak

46 orang (51,7%), dan minoritas siswa berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak

(41)

2. Distribusi Frekuensi Menurut Pengetahuan 2.1. Laki-laki

Tabel 2 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Sistem Reproduksi di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2008

Pengetahuan Jumlah %

Cairan yang keluar dari penis

Salah 16 37,2

Jumlah sperma yang dikeluarkan

Salah 24 55,2

Benar 19 44,2

Jumlah 43 100

Berfungsi mendukung nutrisi sperma

Salah 21 48,8

Organ reproduksi mengeluarkan basa

Salah 23 53,5

Benar 20 46,5

Jumlah 43 100

Organ yang mengalami ereksi

Salah 19 44,2

Benar 24 55,8

(42)

Berdasarkan tabel 2 diatas terlihat bahwa dari 43 responden laki-laki yang

menjadi subyek penelitian menjawab benar pertanyaan tentang kesehatan

reproduksi 37 orang (86%) dan menjawab salah 6 orang (14.%).

Dari 43 responden laki-laki yang menjadi subyek penelitian menjawab

benar pertanyaan tentang fungsi testis 19 orang (44,2%) dan menjawab salah 24

orang (55,8.%).

Dari 43 responden laki-laki yang menjadi subyek penelitian menjawab

benar pertanyaan tentang fungsi duktus deferens 18 orang (41,9%) dan menjawab

salah 25 orang (58,1.%).

Dari 43 responden laki-laki yang menjadi subyek penelitian menjawab

benar pertanyaan tentang cairan yang kelauar dari penis 27 orang (62,8) dan

menjawab salah 16 orang (37,2%)

Dari 43 responden laki-laki yang menjadi subyek penelitian menjawab

benar pertanyaan tentang tempat bergantungnya testis 26 orang (60,5.%) dan

menjawab salah 17 orang (39,5%).

Dari 43 responden laki-laki yang menjadi subyek penelitian menjawab

benar pertanyaan tentang jumlah sperma yang dikelarkan 19 orang (44,2.%) dan

menjawab salah 24 orang (55,2%).

Dari 43 responden laki-laki yang menjadi subyek penelitian menjawab

benar pertanyaan tentang berfungsi mendukung nutrisi sperma 22 orang (51,2.%)

(43)

Dari 43 responden laki-laki yang menjadi subyek penelitian menjawab

benar pertanyaan tentang panjang epididimis 25 orang (58,1.%) dan menjawab

salah 18 orang (41,9%).

Dari 43 responden laki-laki yang menjadi subyek penelitian menjawab

benar pertanyaan tentang organ reproduksi mengeluarkan basa 20 orang (46,5.%)

dan menjawab salah 23 orang (53,5%).

Dari 43 responden laki-laki yang menjadi subyek penelitian menjawab

benar pertanyaan tentang organ mengalami ereksi 24 orang (55,8.%) dan

menjawab salah 19 orang (44,2%).

Dari 10 pertanyaan yang diajukan kepada responden tentang pengetahuan

sistem reproduksi, pertanyaan yang dominan dijawab salah yaitu pertanyaan

mengenai fungsi duktus deferens yaitu sebanyak 25 orang (58,1%). Hal ini

disebabkan karena duktus deferens digabungkan oleh duktus vesikula seminalis,

sehingga banyak remaja yang hanya mengenal duktus vesikula seminalis.

Menurut Sugiri (2005), pihak sekolah belum memberikan penjelasan ilmiah

secara rinci mengenai organ reproduksi, hanya dijelaskan secar umum. Sedangkan

yang dominan menjawab benar adalah pertanyaan mengenai pengertian kesehatan

reproduksi yaitu sebanyak 37 orang (86,0%). Hal ini disebabkan karena ini

(44)

Tabel 3 : Kategori Pengetahuan Sistem Reproduksi di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2008

Pengetahuan Jumlah %

Kurang baik 15 34,9

Baik 28 65,1

Jumlah 43 100

Berdasarkan tabel 3 diatas terlihat bahwa dari 43 responden yang menjadi

subyek penelitian berpengetahuan kurang baik sebanyak 15 orang (34,9%)

sedangkan yang berpengetahuan baik yaitu 28 orang (65,1%).

3. Distribusi Frekuensi Menurut Tindakan

Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan Reproduksi Sehat di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2008

Tindakan Jumlah %

Mengganti pakaian dalam jika basah

Tidak 6 14,0

Ya 37 86,0

Jumlah 43 100

Pemeriksaan ke dokter deteksi dini organ

Tidak 32 74,4

Ya 11 25,6

Jumlah 43 100

Cuci tangan sebelum BAB dan BAK

Tidak 4 9,3

Ya 39 90,7

Jumlah 43 100

Merapikan rambut sekitar penis

Tidak 13 30,2

Ya 30 69,8

Jumlah 43 100

Pakaian dalam yg ketat menyokong penis

Tidak 25 58,1

Ya 18 41,9

Jumlah 43 100

Memriksakan kedolter kulit dan kelamin

Tidak 28 65,1

Ya 15 34,9

Jumlah 43 100

Mengobati sendiri sekitar testis jika gatal

Tidak 3 7,0

Ya 40 93,0

(45)

Tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat untuk melancarkan darah penis

Tidak 11 25,6

Ya 32 74,4

Jumlah 43 100

Berdasarkan tabel 4 diatas terlihat bahwa dari 43 responden laki-laki yang

menjadi subyek penelitian menyatakan Ya tindakan mengganti pakaian dalam

jika basah 37 orang (86%) dan menyatakan tidak 6 orang (14.%).

Dari 43 responden laki-laki yang menjadi subyek penelitian menyatakan

Ya tindakan periksakan kedokter deteksi dini organ 11 orang (25,6%) dan

menjawab tidak 32 orang (74,4.%).

Dari 43 responden laki-laki yang menjadi subyek penelitian menyatakan

Ya tindakan cuci tangan sebelum BAB dan BAK 39 orang (90,7%) dan menjawab

tidak 4 orang (9,3.%).

Dari 43 responden laki-laki yang menjadi subyek menyatakan Ya tindakan

merapikan rambut sekitar penis 30 orang (60,8) dan menjawab tidak 13 orang

(30,2%)

Dari 43 responden laki-laki yang menyatakan tindakan menggunakan

pakaian dalam yang ketat guna menyokong penis 18 orang (41,9%) dan menjawab

tidak 25 orang (58,1%).

Dari 43 responden laki-laki yang menjadi subyek penelitian menyatakan

Ya tindakan memeriksakan kedokter kulit dan kelamin 15 orang (34,9.%) dan

(46)

Dari 43 responden laki-laki yang menjadi subyek penelitian menyatakan

Ya tindakan mengobati sendiri jika sekitar testis gatal 40 orang (93.%) dan

menjawab tidak 3 orang (7,0%).

Dari 43 responden laki-laki yang menjadi subyek penelitian menjawab

menyatakan Ya tindakan tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat untuk

melancarkan darah penis 32 orang (74,4.%) dan menjawab tidak 11 orang

(25,6%).

Dari 8 pertanyaan yang diajukan kepada responden tentang tindakan

reproduksi sehat yang dominan menjawab tidak yaitu pertanyaan mengenai

pemeriksan ke dokter untuk deteksi dini yaitu sebanyak 32 orang (74,4). Hal ini

disebabkan karena remaja mengganggap itu adalah hal yang tidak begitu penting,

remaja hanya akan memeriksakan ke dokter apabila ia merasa ada keluhan hebat.

Menurut Imelda (2007), remaja masih merasa segan untuk meminta penjelasan

kepada dokter mengenai organ reproduksi. Sedangkan yang dominan menjawab

Ya yaitu pertanyaan mengenai cuci tangan sebelum dan sesudah BAK dan BAB

yaitu sebanyak 39 orang (90,7%). Hal ini disebabkan karena mencuci tangan

(47)

Tabel 5 : Kategori Tindakan Reproduksi sehat di SMA Dharma Pancasila Medan

Berdasarkan tabel 5 diatas terlihat bahwa dari 43 responden yang menjadi

subyek penelitian kategori tindakan kurang baik sebanyak 7 orang (16.3%) dan

kategori tindakan baik sebanyak 36 orang (83,7%).

4. Hubungan Pengetahuan sistem Reproduksi dengan tindakan reproduksi sehat

Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square tentang hubungan pengetahuan

sistem reproduksi remaja dengan tindakan reproduksi sehat dapat dilihat sebagai

berikut

Tabel 6 : Hubungan Pengetahuan sistem Reproduksi dengan tindakan reproduksi sehat di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2008

Pengetahuan

Berdasarkan tabel 6 diatas diketahui bahwa dari 15 orang ada 10 orang

(23,3%) tindakan reproduksi sehat baik dengan pengetahuan kategori kurang baik

sedangkan dari 28 orang ada 26 orang (60,4%) tindakan reproduksi sehat baik

dengan pengetahuan kategori baik.

Uji statistik Chi square menyatakan bahwa jika p (probabilitas) < 0,05

Ho di tolak. Hasil uji yang diperoleh menunjukkan bahwa p (probabilitas) =

(48)

pengetahuan kesehatan reproduksi remaja dengan tindakan reproduksi sehat di

SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2008.

2.2. Perempuan

2.2.1. Distribusi responden menurut pengetahuan

Tabel 7 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Sistem Reproduksi di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2008

Pengetahuan Jumlah %

Jumlah ovarium

Salah 16 34,8

Benar 30 66,2

Jumlah 46 100

Organ reproduksi (alat genitalitas) wanita

Salah 5 10,9

Benar 41 89,1

Jumlah 46 100

Dua buah Lipatan jaringan lemak yang ditutup kulit dan memanjang kebawah dan kebelakang dari mons pubis

Salah 19 41,3

Benar 27 56,7

Jumlah 46 100

Selaput dara yang menutup bagian lubang vagina

Salah 17 37,0

Benar 29 83,0

Jumlah 46 100

Fungsi dari vagina yang terpenting

Salah 24 52,2

Benar 22 47,8

Jumlah 46 100

Bagian alat genitalia yang homolog dengan penis pria

Salah 19 41,3

Benar 27 58,7

Jumlah 46 100

Fungsi Kelenjar bartholini dan Skene

(49)

Berdasarkan tabel 7 diatas terlihat bahwa dari 46 responden perempuan

yang menjadi subyek penelitian menjawab benar pertanyaan tentang jumlah

ovarium 30 orang (66,2%) dan menjawab salah 16 orang (34,8.%).

Dari 46 responden perempuan yang menjadi subyek penelitian menjawab

benar pertanyaan tentang organ reproduksi (alat genitalis) wanita 41 orang

(89,1%) dan menjawab salah 5 orang (10,9.%).

Dari 46 responden perempuan yang menjadi subyek penelitian menjawab

benar pertanyaan tentang dua buah lipatan jaringan lemak yang ditutup kulit dan

memanjang kebawah dan kebelakang dari mons pubis 27 orang (56,7%) dan

menjawab salah 19 orang (41,3.%).

Dari 46 responden perempuan yang menjadi subyek penelitian menjawab

benar pertanyaan tentang selaput dara yang menutup bagian lubang vagina 29

orang (83,0%) dan menjawab salah 17 orang (37,0%)

Dari 46 responden perempuan yang menjadi subyek penelitian menjawab

benar pertanyaan tentang fungsi dari vagina 27 orang (58,7.%) dan menjawab

salah 19 orang (41,3%).

Dari 46 responden perempuan yang menjadi subyek penelitian menjawab

benar pertanyaan tentang bagian alat genitalia wanita yang homolog dengan penis

pria 27 orang (58,7%).dan menjawab salah 19 orang (41,3.%).

Dari 46 responden perempaun yang menjadi subyek penelitian menjawab

benar pertanyaan tentang fungsi dari kelenjar bartholini dan Skene orang 27

(50)

Dari 46 responden perempuan yang menjadi subyek penelitian menjawab

benar pertanyaan tentang fungsi dari uterus 30 orang (65,2.%) dan menjawab

salah 16 orang (34,8%).

Dari 8 pertanyaan yang diajukan kepada responden tentang pengetahuan

sistem reproduksi yang dominan menjawab salah yaitu pertanyaan mengenai

fungsi vagina yaitu sebanyak 24 orang (57,2%). Hal ini disebabkan karena remaja

belum mengetahui fungsi vagina yang sebenarnya, remaja mengganggap vagina

hanyalah alat kemaluan wanita. Sedangkan yang dominan menjawab benar yaitu

pertanyaan mengenai Organ reproduksi (alat genitalitas) wanita yaitu sebanyak 41

orang (89,1%). Hal ini disebabkan karena ini merupakan bahasan umum yang

sering diajarkan disekolah.

Tabel 8 : Kategori Pengetahuan Sistem Reproduksi di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2008

Pengetahuan Jumlah %

Kurang baik 19 41,3

Baik 27 58,7

Jumlah 46 100

Berdasarkan tabel 8 diatas terlihat bahwa dari 46 responden yang menjadi

subyek penelitian berpengetahuan kurang baik sebanyak 19 orang (41,3%)

(51)

2.2.2. Distribusi Frekuensi Menurut Tindakan

Tabel 9 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan Reproduksi Sehat di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2008

Tindakan Jumlah %

Membersihkan bagian vital vagina

Tidak 28 60,9

Ya 18 39,1

Jumlah 46 100

Membersihkan alat kelamin setelah BAB dan BAK

Tidak 2 4,3

Ya 44 95,7

Jumlah 46 100

Manggunakan sabun antiseptik untuk vulva

Tidak 12 26,1

Ya 34 73,9

Jumlah 46 100

Menstruasi mengganti pembalut 4-5 kali dlm sehari

Tidak 25 54,3

Ya 21 45,7

Jumlah 46 100

Pakaian dalam yang terbuat dari karet

Tidak 18 39,1

Ya 28 60,1

Jumlah 46 100

Menggunakan pakaian dalam dari katun

Tidak 22 47,8

Ya 24 52,2

Jumlah 46 100

Membersihkan kemaluan setelah BAB dari belakang kedepan

Tidak 7 15,2

Ya 39 64,8

Jumlah 46 100

Mengeringkan alat kemaluan setelah BAB dan BAK dengan handuk

Tidak 7 15,2

Ya 39 64,8

Jumlah 46 100

Berdasarkan tabel 9 diatas terlihat bahwa dari 46 responden perempaun

yang menjadi subyek penelitian menyatakan Ya tindakan membersihkan bagian

(52)

Dari 45 responden perempuan yang menjadi subyek penelitian menyatakan

Ya Membersihkan alat kelamin setelah BAB dan BAK 44 orang (95,7%) dan

menjawab tidak 2 orang (4,3.%).

Dari 46 responden pperempuan yang menjadi subyek penelitian

menyatakan Ya tindakan menggunakan sabun antiseptik untuk membersihkan

vulva 36 orang (73,9%) dan menjawab tidak 12 orang (26,1.%).

Dari 46 responden perempuan yang menjadi subyek menyatakan Ya

tindakan jika menstruasi mengganti pembalut 4-5 kali dalam sehari 21 orang

(45,7) dan menjawab tidak 25 orang (54,3%)

Dari 46 responden perempuan yang menyatakan tindakan Ya

menggunakan pakaian dalam yang terbuat dari karet 28 orang (60,1%) dan

menjawab tidak 18 orang (39,1%).

Dari 46 responden permepuan yang menjadi subyek penelitian menyatakan

Ya tindakan menggunakan pakaian dalam yang terbuat dari katun 24 orang

(52,2.%) dan menjawab tidak 22 orang (47,8%).

Dari 43 responden perempuan yang menjadi subyek penelitian

menyatakan Ya tindakan Membersihkan kemaluan setelah BAB dari belakang

kedepan 39 orang (64,8.%) dan menjawab tidak 7 orang (15,2%).

Dari 43 responden perempuan yang menjadi subyek penelitian menjawab

menyatakan Ya tindakan Mengeringkan alat kemaluan setelah BAB dan BAK

dengan handuk 39 orang (64,8.%) dan menjawab tidak 7 orang (15,2%).

Dari 8 pertanyaan yang diajukan kepada responden tentang tindakan

(53)

menstruasi mengganti pembalut 4-5 kali dalam sehari yaitu sebanyak 25 orang

(54,3%). Hal ini disebabkan karena remaja belum menyadari bahawa pembalut

yang terlalu basah dan lembab dapat timbul bakteri dan menyebabkan rasa gatal.

Sedangkan yang dominan menjawab Ya yaitu pertanyaan mengenai

membersihkan alat kelamin setelah BAB dan BAK yaitu sebanyak 39 orang

(64,8%). Hal ini disebabkan karena itu merupakan hal yang lazim dilakukan.

Tabel 10 : Kategori Tindakan Reproduksi Sehat di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2008

Tindakan Jumlah %

Kurang baik 12 26,1

Baik 34 73,9

Jumlah 46 100

Berdasarkan tabel 10 diatas terlihat bahwa dari 43 responden yang menjadi

subyek penelitian kategori tindakan kurang baik sebanyak 12 orang (26.1%) dan

kategori tindakan baik sebanyak 34 orang (73,9%).

2.2.3. Hubungan Pengetahuan Sistem Reproduksi dengan tindakan reproduksi sehat

Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square tentang hubungan pengetahuan

sistem reproduksi remaja dengan tindakan reproduksi sehat dapat dilihat sebagai

berikut

Tabel 11 : Hubungan Pengetahuan sistem Reproduksi dengan tindakan reproduksi sehat di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2008

(54)

Berdasarkan tabel 11 diatas diketahui bahwa dari 19 orang ada 10 orang

(21,7%) tindakan reproduksi sehat kurang baik dengan pengetahuan kategori

kurang baik sedangkan dari 27 orang ada 25 orang (54,3%) tindakan reproduksi

sehat baik dengan pengetahuan kategori baik.

Uji statistik Chi square menyatakan bahwa jika p (probabilitas) < 0,05

Ho di tolak. Hasil uji yang diperoleh menunjukkan bahwa p (probabilitas) =

0,001. Ini berarti bahwa p < 0,05 terdapat hubungan yang signifikan antara

pengetahuan kesehatan reproduksi remaja dengan tindakan reproduksi sehat di

SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2008.

5.2Pembahasan

5.2.1 Jenis Kelamin Siswa

Dari hasil pengumpulan data pada siswa kelas 3 SMA Dharma Pancasila

Medan yang menjadi responden lebih banyak siswa yang berjenis kelamin

perempuan yaitu sebanyak 46 orang (51,7%), dan paling sedikit yang berjenis

kelamin laki-laki yaitu sebanyak 43 orang (48,3%).

5.2.2 Pengetahuan Siswa Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

Dari hasil pengumpulan data didapatkan siswa laki-laki mempunyai

pengetahuan yang kurang baik ada sebanyak 15 orang (34,9%), siswa yang

mempunyai pengetahuan yang baik ada sebanyak 28 orang (65,1%). Sedangkan

untuk siswi perempuan pengetahuan yang kurang baik ada sebanyak 19 orang

(41,3%), siswa yang mempunyai pengetahuan yang baik ada sebanyak 27 orang

(55)

Kondisi ini menggambarkan agar meningkatkan penyampaian informasi

pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi remaja, karena masih ada sebesar

34,9% siswa laki-laki dan 41,3% siswa perempuan pengetahuannnya kurang baik

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja.

Sejalan dengan Musbir (2000) pada kelompok remaja termasuk kelompok

yang berisiko tinggi terhadap kasus-kasus yang terkait dengan seksual seperti

terkena Penyakit Menular Seksual (PMS), aborsi, kehamilan yang tidak

dikehendaki, pelecehan seksual.

Didukung dengan Utamadi (2007) pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi remaja bagi siswa merupakan kemampuan seorang remaja untuk

merawat organ reproduksinya dalam upaya mendapatkan reproduksi sehat.

Sejalan dengan Manuaba (1998) dikalangan remaja telah terjadi revolusi

hubungan seksual yang menjurus ke arah liberalisasi, yang dapat berakibat

timbulnya berbagai penyakit yang diakibatkan karena hubungan seksual yang

merugikan alat reproduksi. Bila pada wanita, pada saatnya diperlukan untuk hamil

normal, besar kemungkinan kesehatan reproduksi sudah tidak optimal dan dapat

menimbulkan berbagai akibat samping kehamilan.

5.2.3. Tindakan Siswa Tentang Reproduksi Sehat

Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan diperoleh bahwa siswa

laki-laki kelas 3 SMA Dharma Pancasila Medan mempunyai tindakan kategori baik

tentang kesehatan reproduksi yaitu ada sebanyak 36 orang (83,7%), dan minoritas

(56)

Sedangkan untuk siswa perempuan tindakan kategori baik ada sebanyak 34 orang

(73,9%), dan minoritas siswa dengan tindakan pada kategori kurang baik ada

sebanyak 12 orang (26,1%)

Sejalan dengan Utamadi (2007) mengatakan tindakan reproduksi sehat

merupakan kemampuan untuk melindungi diri mereka sendiri dari berbagai

penyakit serta kehamilan yang tidak dikehendaki, sadar akan sikap dan perilaku

seksual mereka. Banyak para remaja yang belum menyadari akan pentingnya

berperilaku reproduksi sehat dan merawat organ reproduksi. Remaja belum

menyadari bahwa mengembangkan dan merawat reproduksi sehat merupakan

bagian dari upaya hidup sehat.

5.2.4. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja dengan tindakan reproduksi sehat Di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2008

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh terlihat pada tabel 6 dan 11

diperoleh bahwa pengetahuan dan tindakan kategori baik tentang reproduksi sehat

di jumpai pada siswa laki-laki 26 orang (60,4%) sedangkan pada siswa perempuan

ada 34 orang ( 73,9%).

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara

pengetahuan kesehatan reproduksi remaja dengan tindakan reproduksi sehat di

SMA Dharma Pancasila.

Menurut Utamadi (2007) remaja yang mempunyai pengetahuan yang

(57)

reproduksinya ,mampu merawat organ reproduksinya sehingga remaja akan

mempunyai kemampuan untuk melindungi diri mereka sendiri dari berbagai

penyakit serta kehamilan yang tidak dikehendaki, serta sadar akan sikap dan

perilaku seksual mereka. Pengetahuan dan kemampuan merawat organ reproduksi

merupakan hal yang sangat penting dalam upaya mendapatkan reproduksi sehat.

Tindakan reproduksi sehat merupakan upaya untuk melindungi diri sendiri dari

(58)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Hasil dari penelitian yang diperoleh mengenai Hubungan Pengetahuan

Sistem Reproduksi Remaja Dengan Tindakan Reproduksi Sehat Pada Siswa Kelas

3 SMA Dharma Pancasila, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar siswa laki-laki kelas 3 SMA Dharma Pancasila memiliki

pengetahuan sistem reproduksi yaitu ada sebanyak 28 orang siswa (65,1%)

dan siswa perempuan memiliki pengetahuan baik tentang sistem reproduksi

sebanyak 27 orang siswa (58,7%) .

2. Tindakan reproduksi sehat siswa laki-laki kelas 3 SMA Dharma Pancasila

mengenai sistim kesehatan reproduksi pada kategori baik ada sebanyak 36

orang siswa (83,7%) dan tindakan kesehatan reproduksi pada siswa

perempuan pada kategori baik ada sebanyak 34 orang siswa (73,9%).

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan sistem reproduksi

remaja baik laki-laki maupun perempuan dengan tindakan reproduksi sehat di

SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2008. Hal ini ditunjukkan dengan nilai

Gambar

Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2008
Tabel 2 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Sistem
Tabel 3 : Kategori  Pengetahuan Sistem Reproduksi di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2008 Pengetahuan Jumlah %
Tabel 5 : Kategori  Tindakan Reproduksi sehat di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2008 Tindakan Jumlah %
+5

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan jarak tanam 60 cm x 20 cm 1 benih memberikan hasil diameter batang tertinggi, jumlah daun tertinggi, luas daun bendera tertinggi serta produksi per

Pendekatan ini digunakan karena mempunyai beberapa kelebihan yang akan mempermudah siswa dalam belajar dan menyelesaikan soal matematika. Beberapa kelebihan

Dinas Pendidikan Propinsi/Kab./Kota*……… setelah dilakukan visitasi/verifikasi ter- hadap usulan Pemerintah Daerah/Pemerintah Desa/Yayasan* yang mengusulkan permohonan Bantuan

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini yang

Kartowisastro, Ph.D, selaku ketua jurusan sistem komputer dan dosen pembimbing yang telah banyak memberikan ide dan saran serta mengorbankan waktu dan tenaganya untuk

Starting from the left, we have a Consumer bundle (represented using a component icon); it is utilizing Blueprint Container to import services from OSGi Service Registry

1. Melakukan usaha menghimpun, mengelola dan menyalurkan dana sesuai dengan prinsip syariah untuk mengatasi masalah permodalan, pembiayaan dan jasa keuangan

Tinjauan rentasan digunakan bagi mengenal pasti hubungan antara kemahiran guru menggunakan TMK dan kemudahan infrastruktur yang disediakan di sekolah dengan kekerapan penggunaan