• Tidak ada hasil yang ditemukan

Iklan Layanan Masyarakat Hemat Listrik P.T PLN Dan Sikap Masyarakat (Studi Deskriptif pada Masyarakat di Kecamatan Medan Baru)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Iklan Layanan Masyarakat Hemat Listrik P.T PLN Dan Sikap Masyarakat (Studi Deskriptif pada Masyarakat di Kecamatan Medan Baru)"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

IKLAN LAYANAN MASYARAKAT HEMAT LISTRIK P.T PLN DAN SIKAP MASYARAKAT

(Studi Deskriptif pada Masyarakat di Kecamatan Medan Baru)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1)

pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Diajukan Oleh :

M. GIZHAN TAMIMI 060904054

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAKSI

Dalam setiap kehidupan manusia, tidak akan pernah terasa sempurna tanpa adanya permasalahan. Permasalahn yang datang bisa saja terjadi karena adanya hal yang mengancam kehidupan sehingga tidak hamonis dan selaras lagi. Salah satu permasalahan yang sering menyusupi kehidupan rumah tangga adalah pengeluaran yang terlalu besar. Dapat dikatakan sebagai salah satu sendi kehidupan, ”litrik” memegang peranan vital di masyarakat. Dengan keterbatasan suplai energi dari pemerintah yang dalam hal ini adalah PT. PLN kita juga dihimbau untuk sedikit membantu mengurangi beban perusahaan negara dalam memenuhi kebutuhan listrik dan juga mengurangi beban materi rumah tangga dengan memangkas biaya listrik. Minimnya pemberitahuan secara langsung membuat sebuah iklan layanan masyarakat hemat listrik PT. PLN perlu mengambil alih sebagai sebuah wujud penyajian pesan sosial terhadap masalah listrik di negara ini.

Penelitian ini berjudul “IKLAN LAYANAN MASYARAKAT HEMAT LISTRIK P.T PLN DAN SIKAP MASYARAKAT (Studi Deskriptif pada Masyarakat di Kecamatan Medan Baru)”.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teori yang relevan, yaitu: Komunikasi dan Komunikasi Massa, Media Massa dan Televisi, Periklanan, dan Model AIDDA.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Baru yang dimulai pada bulan Mei s/d bulan Juni 2010. Responden pada penelitian ini berjumlah 99 rumah tangga yang merupakan masyarakat yang terdaftar di Kecamatan Medan Baru dengan populasi sebanyak 11777 orang. Jumlah responden ditentukan dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%. Kemudian teknik penarikan sampling menggunakan teknik

purposive sampling. Dalam penelitian ini pengumpulan data diperoleh melalui

buku-buku dan internet, selain itu peneliti memberikan sejumlah pertanyaan dalam bentuk kuisioner kepada responden. Selanjutnya kuisioner diolah, lalu diberikan kode pada jawaban, dan kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel tunggal, tabel silang dan pengujian hipotesis.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan Ridho-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “IKLAN LAYANAN MASYARAKAT HEMAT LISTRIK P.T PLN DAN SIKAP MASYARAKAT (Studi Deskriptif pada Masyarakat di Kecamatan Medan Baru)”. Adapun skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di universitas Sumatera Utara untuk memeperoleh gelar Sarjana Sosial dari Departemen Ilmu Komunikasi.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini mengingat terbatasnya pengetahuan dan kemampuan peneliti. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus dan ikhlas peneliti menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca sehingga kelak akan lebih baik dan berguna di masa yang akan datang.

Dalam penyelesaian skripsi ini peneliti banyak mendapat bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Pertama sekali peneliti mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Suhyar Barus dan Ibu Lusiani sebagai orang tua yang tidak putus-putusnya memberikan dukungan, doa, serta cinta kasihnya yang amat besar sehingga peneliti mampu menjalani masa pendidikan ini dengan baik. Terimakasih pula peneliti haturkan pada adik-adik peneliti yang telah menjadi teman setia sehari-hari peneliti di rumah, terima kasih atas dukungan dan doanya.

(4)

berupa materi, pikiran, maupun dorongan semangat dan motivasi. Oleh karena itu melalui kata pengantar ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.Dr.M.Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Emilia Ramadhani, S.Sos S.Psi, selaku dosen pembimbing peneliti yang telah banyak memberi motivasi dan membimbing peneliti selama penulisan skripsi ini. Terima kasih sedalam-dalamnya atas waktu, nasehat, kesabaran, dan pemikiran yang telah diberikan kepada peneliti 4. Dra. Lusiana Andriana Lubis,MA selaku dosen wali yang telah banyak

membimbing peneliti selama masa perkuliahan.

5. Bapak/Ibu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada umumnya dan dosen Ilmu Komunikasi pada khususnya yang telah memberikan bekal pengetahuan selama masa perkuliahan

6. Kak Icut, Kak Ros, Kak Maya, Kak Windi, Kak Hanim, Kak Puan, Bang Dodi, dan Kak Rotua dan seluruh staf yang ada yang telah membantu peneliti selama ini.

(5)

8. Teman-teman Komunikasi 2006 yang telah sama-sama berjuang dari awal kuliah hingga sekarang. Tak lupa juga seluruh senior-senior yang telah banyak memberikan saran dan bantuan.

9. Terima kasih buat teman-teman penyiar yang sangat menginspirasikan peneliti untuk terus berjuang melawan rasa malas mengerjakan skripsi ini.

10.Semua pihak yang telah membantu kelancaran skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membaca dan dapat membuka khazanah berpikir kita.

Medan, Juni 2010 Peneliti

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... I KATA PENGANTAR ... II DAFTAR ISI ... V DAFTAR TABEL ... IX BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 7

I.3. Pembatasan Masalah ... 7

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

I.4.1.Tujuan Penelitian ... 8

I.4.2.Manfaat Penelitian ... 8

I.5. Kerangka Teori... 9

I.6. Kerangka Konsep ... 16

I.7. Model Teoritis ... 16

I.8. Operasionalisasi Variabel ... 17

I.9. Defenisi Operasional ... 17

BAB II TINJAUAN TEORITIS II.1. Pengertian Komunikasi... 19

II.1.1.Pengertian Komunikasi ... 20

II.1.2.Unsur-unsur Komunikasi ... 20

II.1.3.Tipe Komunikasi ... 26

(7)

II.1.5.Pengertian Komunikasi Antarpribadi ... 28

II.1.6.Ciri dan SIfat Komunikasi Antarpribadi ... 30

II.1.7.Faktor-faktor Pembentuk Komunikasi Antarpribadi... 32

II.2. Pengertian Komunikasi Massa ... 28

II.2.1.Ciri-ciri Komunikasi Massa ... 30

II.2.2.Fungsi Komunikasi Massa ... 33

II.2.3.Efek Komunikasi Massa ... 34

II.3. Media dan Televisi ... 37

II.3.1.Pengertian dan Sejarah Televisi di Indonesia ... 37

II.3.2.Fungsi Televisi ... 39

II.3.3.Karakteristik Televisi ... 40

II.4. Periklanan ... 41

II.4..1. Iklan Televisi ... 43

II.4..2. Pengertian Motivasi Berprestasi ... 44

II.5. Model AIDDA ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 46

III.1.1.Identitas Kecamatan Medan Baru ... 48

III.1.2.Potensi Wilayah Kecamatan Medan Baru ... 49

III.2. Metode Penelitian ... 49

III.3. Lokasi Penelitian ... 51

III.4. Waktu Penelitian ... 51

(8)

III.5.2.Sampel ... 52

III.6. Metode Pengumpulan Data ... 64

III.6.1.Teknik Penarikan Sampel... 54

III.6.2.Teknik Pengumpulan Data ... 56

III.7. Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data di Lapangan ... 58

IV.2. Teknik Pengumpulan Data... 59

IV.3. Analisis Tabel Tunggal ... 60

IV.3.1.Karakteristik Responden ... 60

IV.3.2.Iklan Layanan Masyarakat Hemat Listrik P.T PLN Dan Sikap Masyarakat ... 62

IV.4. Pembahasan... 75

BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan ... 78

V.2. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Variabel Operasional ... 17

Tabel 3.1 Data Umum ... 49

Tabel 3.2 Pelayanan umum ... 49

Tabel 3.3 Pendidikan ... 50

Tabel 3.4 Perdagangan ... 50

Tabel 3.5 Populasi Rumah Tangga di Kecamatan Medan Baru ... 52

Tabel 3.6 Stratified Proporsional Random Sampling ... 55

Tabel 4.1 Jenis Kelamin ... 60

Tabel 4.2 Umur Responden ... 61

Tabel 4.3 Penghasilan Perbulan... 61

Tabel 4.4 Lama Menonton TV dalam Sehari ... 62

Tabel 4.5 Pernah Menonton Iklan Hemat Listrik PT. PLN ... 63

Tabel 4.6 Frekuensi Menonton Iklan Hemat Listrik PT. PLN ... 63

Tabel 4.7 Kemasan Iklan Hemat Listrik PT. PLN... 64

Tabel 4.8 Ketertarikan Menonton Iklan PT. PLN ... 65

Tabel 4.9 Kesampaian Maksud dari Iklan Hemat PT. PLN ... 66

Tabel 4.10 Keinginan untuk Menonton Kembali Iklan Hemat Listrik PT. PLN karena Materi yang Disampaikan ... 67

Tabel 4.11 Keinginan untuk Mengikuti anjuran dalam Iklan Hemat Listrik PT. PLN... 68

(10)

Tabel 4.13 Frekuensi Menoonton Iklan hemat Listrik PT. PLN untuk Menambah Wawasan... 70 Tabel 4.14 Frekuensi Menoonton Iklan hemat Listrik PT. PLN untuk Menghibur Diri... 70 Tabel 4.15 Frekuensi Menoonton Iklan hemat Listrik PT. PLN untuk Mengusir Rasa Bosan ... 71 Tabel 4.16 Keinginan untuk Menonton kembali sebagai Dampak dari iklan

hemat listrik PT. PLN ... 72 Tabel 4.17 Tindakan Mengikuti Anjuran Iklan Hemat Listrik PT. PLN setelah

(11)

ABSTRAKSI

Dalam setiap kehidupan manusia, tidak akan pernah terasa sempurna tanpa adanya permasalahan. Permasalahn yang datang bisa saja terjadi karena adanya hal yang mengancam kehidupan sehingga tidak hamonis dan selaras lagi. Salah satu permasalahan yang sering menyusupi kehidupan rumah tangga adalah pengeluaran yang terlalu besar. Dapat dikatakan sebagai salah satu sendi kehidupan, ”litrik” memegang peranan vital di masyarakat. Dengan keterbatasan suplai energi dari pemerintah yang dalam hal ini adalah PT. PLN kita juga dihimbau untuk sedikit membantu mengurangi beban perusahaan negara dalam memenuhi kebutuhan listrik dan juga mengurangi beban materi rumah tangga dengan memangkas biaya listrik. Minimnya pemberitahuan secara langsung membuat sebuah iklan layanan masyarakat hemat listrik PT. PLN perlu mengambil alih sebagai sebuah wujud penyajian pesan sosial terhadap masalah listrik di negara ini.

Penelitian ini berjudul “IKLAN LAYANAN MASYARAKAT HEMAT LISTRIK P.T PLN DAN SIKAP MASYARAKAT (Studi Deskriptif pada Masyarakat di Kecamatan Medan Baru)”.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teori yang relevan, yaitu: Komunikasi dan Komunikasi Massa, Media Massa dan Televisi, Periklanan, dan Model AIDDA.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Baru yang dimulai pada bulan Mei s/d bulan Juni 2010. Responden pada penelitian ini berjumlah 99 rumah tangga yang merupakan masyarakat yang terdaftar di Kecamatan Medan Baru dengan populasi sebanyak 11777 orang. Jumlah responden ditentukan dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%. Kemudian teknik penarikan sampling menggunakan teknik

purposive sampling. Dalam penelitian ini pengumpulan data diperoleh melalui

buku-buku dan internet, selain itu peneliti memberikan sejumlah pertanyaan dalam bentuk kuisioner kepada responden. Selanjutnya kuisioner diolah, lalu diberikan kode pada jawaban, dan kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel tunggal, tabel silang dan pengujian hipotesis.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Kata byar pet – byar artinya nyala (hidup), dan pet berarti mati atau padam (bahasa jawa) – merupakan istilah yang dialamatkan ke Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai sindiran atas kinerja layanan PT. PLN (Persero). Sebagai perusahaan terbesar di bidang kelistrikan di Indonesia, PLN dianggap kurang mampu memuaskan para pelanggan. PLN terlalu sering melakukan pemadaman bergilir di berbagai daerah utamanya di Pulau Jawa dan Bali serta Sumatera. Tindakan PLN itu tentu saja menciderai citra PLN sebagai perusahaan yang melayani publik.

(13)

Sejarah perkembangan dan kemajuan ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke 19 yang dibangun oleh perusahaan-perusahaan swasta milik Belanda seperti pabrik gula dan teh. Perusahaan-perusahaan Belanda mendirikan pembangkit listrik yang digunakan untuk keperluan pabrik-pabrik milik perusahaan swasta Belanda tersebut. Ketenagalistrikan kemudian dimanfaatkan untuk khalayak umum yang dimulai oleh perusahaan swasta ternama bernama NV.NIGN yang menyediakan tenaga listrik yang dapat dimanfaatkan oleh umum. Selanjutnya pemerintah Belanda mendirikan Lands

Warterkracht Bedrijven – semacam perusahaan listrik Negara – yang mengelola

PLTA Lamajan, PLTA Bengkok Dago, PLTA Ubrug dan Kracak di Jawa Barat, PLTA Giringan Madiun, PLTA Tes Bengkulu, PLTA Tonsea Lama Sulawesi Utara, dan PLTU Jakarta. Di beberapa Kota Praja didirikan perusahaan– perusahaan listrik Kotapraja.

(14)

Penyerahan itu diterima oleh Presiden Soekarno yang kemudian membentuk jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga melalui ketetapan Pemerintah No. 1 Tahun 1945 pada tanggal 27 oktober 1945. Selanjutnya pada Agresi I dan Agresi II, sebagian besar perusahaan listrik kembali dikuasai oleh Pemerintah Belanda. Kemudian, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan No. 163 tertanggal 3 oktober 1953, tentang nasionalisasi semua perusahaan Belanda, dan peraturan pemerintah No. 18 tahun 1958 tentang nasionalisasi perusahaan listrik dan gas milik Belanda dikuasai oleh bangsa Indonesia.

Tahun 1972, Pemerintah Indonesia menetapkan status Perusahaan Listrik Negara sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) dan pada tahun 1990 melalui peraturan pemerintah Nomor 17, PLN ditetapkan sebagai pemegang kuasa Usaha ketenagalistrikan. Tahun 1992, pemerintah memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan tenaga listrik. Sejalan dengan kebijakan itu, pada juni 1994 status PLN dialihkan dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). (Manerep Pasaribu : 2009).

(15)

pemadaman bergiliran menimbulkan kerugian ekonomi dan kerusakan peralatan elektronik yang sangat membebani, merugikan dan mengecewakan para pelanggannya. Dan yang membuat lebih miris lagi adalah banyak fakta di lapangan yang menemukan sikap petugas pencatat pemakaian listrik yang bekerja semaunya melayani pelanggan sehingga jumlah tagihan listrik melonjak tinggi, ditambah kurangnya kepedulian pihak PLN atas hak-hak konsumen yang jika telat membayar uang langganan langsung diberikan sanksi berupa denda atau memutus/memadamkan aliran listrik. Namun, jika aliran listrik byar pet..byar pet… di lokasi para pelanggan, manajemen PLN jarang minta maaf – apalagi memberikan ganti rugi kepada para pelanggan.

Persoalan keterbatasan jasa kelistrikan telah mencuat ketika Indonesia dilanda krisis pertengahan tahun 1997, antara lain, melemahnya nilai tukar rupiah. Pemerintah mengalami keterbatasan finansial sehingga subsidi pada berbagai sektor pembiayaan terpaksa dikurangi, antara lain pengurangan subsidi pada sektor BBM (bahan bakar minyak) dan listrik. Pengurangan subsidi ini terwujud dalam kenaikan harga BBM dan Tarif Dasar Listrik (TDL) sejak 2002 sampai 2003 (laporan keuangan PLN 1997-2000).

(16)

meningkat dan di lain pihak makin banyak warga yang mengalami penurunan dan kehilangan kemampuan daya beli yang diakibatkan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Solusi pemerintah agar tetap member layanan ketenagalistrikan adalah tetap menyediakan subsidi untuk golongan sosial dan rumah tangga 450VA (laporan keuangan PLN 2003).

Untuk itulah, akhir-akhir ini PLN sering menghimbau kepada pelanggan untuk semaksimal mungkin menghemat pemakaian listrik. Penghematan yang dilakukan masyarakat akan besar manfaatnya dalam membantu krisis kelistrikan yang dialami PLN pada saat ini. Himbauan ini biasanya melalui berbagai saluran media, baik cetak maupun elektronik. Dalam mengkampanyekan penghematan listrik paling tidak ada dua titik berat yang disampaikan PLN, pertama: untuk memakai listrik seperlunya dan menghemat selebihnya, kedua: usahakan agar meminimalkan pemakaian listrik pada jam beban puncak 18.00 – 21.00.

(17)

Tak terbatasnya dunia komunikasi massa melalui media massa seperti televisi, mengantarkan masyarakat pada arus perubahan peradaban yang cepat. Televisi saat ini seakan menjadi guru elektronik yang mengatur dan mengarahkan serta menciptakan budaya massa baru. Banyak hal bisa dipelajari, baik itu secara sengaja maupun tanpa sadar. Banyak gaya hidup yang diimitasi dan adopsi dari apa yang disajikan televisi bahkan para pemirsa televisi menjadi begitu permisif untuk mengadakan penjadwalan ulang kegiatan demi satu atau jenis tayangan tertentu.

Keberadaan stasiun televisi di Indonesia menunjukkan perkembangan yang cukup spektakuler. Secara nasional, 11 stasiun televisi yang berpusat di Jakarta mempunyai relay di berbagai daerah. Dari jumlah tersebut, hanya satu yang status kepemilikannya saat ini berbadan hukum Lembaga Penyiaran Publik yakni TVRI, selebihnya berbadan hukum swasta. Menjamurnya stasiun televisi menumbukan ketatnya persaingan antar Industri penyiaran, sehingga “perang” program siaran antar televisi menjadi menu wajib sehari-hari. Program yang ditawarkan berorientasi pada pemenuhan selera pasar. Februari 2009).

(18)

Namun apakah iklan yang disampaikan PLN di media televisi tersebut mempunyai efek kepada penghematan pemakaian listrik bagi masyarakat di kecamatan Medan Baru. Seperti diketahui, Kecamatan Medan Baru adalah salah satu kecamatan dari 21 kecamatan yang ada di kota Medan

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti sangat tertarik untuk melihat bagaimanakah sikap masyarakat di Kecamatan Medan Baru terhadap iklan layanan masyarakat PT. PLN (Persero) di televisi untuk menghemat listrik.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:

“Bagaimanakah Sikap Masyarakat di Kecamatan Medan Baru terhadap Iklan Layanan Masyarakat Hemat Listrik PLN di Televisi?”.

I.3. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan di atas, selanjutnya peneliti merumuskan pembatasan masalah penelitian. Adapun maksud dari pembatasan masalah ini adalah agar permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah, dan tidak terlalu melebar sehingga terhindar dari salah pengertian tentang masalah penelitian. Maka pembatasan masalah yang akan diteliti adalah :

1. Data yang diambil dalam penelitian bersumber pada data di kantor PT. PLN (Persero) Ranting Medan Baru.

(19)

3. Penelitian akan dilakukan pada bulan Mei-Juni 2010, dengan lama penelitian yang akan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan.

4. Penelitian ini bersifat deskriptif, yang bertujuan menggambarkan fakta-fakta dan sifat-sifat populasi objek tertentu.

5. Objek penelitian adalah para warga yang tinggal di Kecamatan Medan Baru.

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui materi iklan layanan masyarakat hemat listrik PLN.

2. Mengetahui sikap masyarakat di Kecamatan Medan Baru terhadap iklan layanan masyarakat hemat listrik PLN.

I.4.2. Manfaat penelitian 1. Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU.

2. Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi khususnya berkaitan dengan kajian studi ilmu sosial khususnya komunikasi, mengenai komunikasi massa antara PLN dan konsumennya.

3. Praktis

(20)

I.5. Kerangka Teori

Dalam melaksanakan penelitian ilmiah, teori berperan sebagai landasan berpikir untuk mendukung pemecahan suatu masalah dengan jelas dan sistematis. Kerlinger menyebutkan bahwa teori adalah sekumpulan konstruk (konsep), defenisi, dan dalil yang saling terkait, yang menghadirkan suatu pandangan yang sistematis tentang fenomena dengan menetapkan hubungan diantara beberapa variabel, dengan maksud menjelaskan dan meramalkan fenomena.

Gibbs menambahkan bahwa teori adalah sekumpulan pernyataan yang saling berkaitan secara logis dalam bentuk penegasan empiris mengenai sifat-sifat dari kelas kelas yang tak terbatas dari berbagai kejadian atau benda (Black, 2001;48). Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian yang akan dilakukan adalah komunikasi Massa, Teori Komunikasi Massa, Televisi, Periklanan, dan AIDDA (Attantion, Interest, Desire, Decision, Action).

I.5.1. Komunikasi Massa

Secara etimologis, komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berakar dari perkataan latin “communis”, yang artinya ‘sama’, communico,

communication, atau communicare yang berarti membuat sama (to make

common), yang dimaksud dengan sama adalah sama makna atau sama arti

(Mulyana,2005 ;41).

(21)

verbal dan nonverbal. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama.

Melalui komunikasi orang berusaha mendefinisikan sesuatu, termasuk istilah “komunikasi” itu sendiri. Sampai saat ini terdapat ratusan defenisi komunikasi yang bersumber dari banyak ahli yang berasal dari beragam disiplin ilmu. Berikut beberapa defenisi komunikasi yang dapat dirinci:

1. Bernard Berelson dan Gary A. Steiner menyebutkan bahwa komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan symbol-simbol, kata-kata, gambar, figure, grafik, dan sebagainya.

2. Carl I. Hovland menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambing-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan).

3. Everett M. Rogers memilih mendefinisikan komunikasi sebagai proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Mulyana, 2005:57).

(22)

harus mencakup pesan-pesan yang dikirimkan secara sengaja, namun sengaja ini sulit ditentukan (Mulyana,2005:62).

Berdasarkan defenisi-defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan pengertian komunikasi adalah suatu proses penyampaian pernyataan oleh seseorang kepada orang lain yang mengandung tujuan tertentu, memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung, secara lisan maupun tidak langsung melalui media.

Seiring dengan perkembangan teknologi, komunikasi kemudian dilakukan dengan menggunakan media, baik itu media cetak maupun media elektronik. Hal tersebut menyebabkan proses pengiriman pesan dalam komunikasi dapat dilakukan secara serempak dan dapat diterima khalayak dalam jumlah yang besar dalam satu waktu tertentu. Kegiatan komunikasi semacam ini kemudian disebut juga sebagai komunikasi massa.

Gerbner (Rahkmat, 1998:188) menyatakan bahwa komunikasi massa adalah produksi dari distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industry. Sedikit berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Bittner (dalam Rahkmat, 1998:188) bahwa komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.

(23)

Lebih tegasnya lagi defenisi komunikasi massa ini seperti yang dikemukakan oleh Devito (Dalam Effendy, 2006 :21) yaitu:

“First, mass communication, is communication addressed to the masses,

to an extremely large audience. This does not mean that the mean that the

audience includes all people or everyone who reads or everyone who

watches television, rather it mean an audience that isi large and generally

rather poorly defined. Second, mass communication mediated by audio

and/or visual transmitters. Mass communication is perhaps most easily

and most logically defined by its forms : televise, radio, newspaper,

magazines, films, books, and tapes”

Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefenisikan.

Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefenisikan menurut bentuknya : televisi, radio, surat kabar majalah, film, buku, dan pita.

I.5.2. Televisi

(24)

Penemuan Paul Nipkow pada tahun 1884 menciptakan “televisi mekanis” dan kemudian beliau dianggap sebagai Bapak pertelevisian. TV set dibuat untuk umum pada tahun 1939, pembuatan TV set tersebut dipelopori oleh Allen B. DuMonth. Setelah perang dunia II berakhir maka perkembangan pertelevisian di Amerika Serikat bergerak dengan pesat dan pada tahun 1954 hampir 90% Negara dapat diliputi oleh televisi dan pada saat itulah televisi menempatkan dirinya sebagai media massa paling modern, disamping radio, film, surat kabar dan majalah.

Media massa elektronik ini memiliki kelebihan audio visual yang menyebabkan realita yang diciptakan dianggap sebagai realita yang sesungguhnya. Televisi dalam menyiarkan pesannya bersifat audio dan visual dapat dilihat dan dapat didengar, juga langsung dapat disaksikan di rumah-rumah tanpa harus meninggalkan tempat. Berbagai macam kemajuan teknologi sehingga saat ini terus mewujudkan bentuk televise yang canggih. Penemuan-penemuan tersebtu semakin menyempurnakan system audiovisual televisi.

(25)

Jadi televisi mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi pemirsa secara psikologis yang menyebabkan pemirsa hanyut dalam keterlibatan kisah maupun peristiwa yang melalui televisi. Dan pada akhirnya mempengaruhi mereka dalam pola berfikir, berpersepsi dan bertingkah laku terhadap permasalahan tertentu.

I.5.3. Iklan

Iklan merupakan sarana komunikasi yang penting dalam menyampaikan infornasi tentang produk atau jasa yang ingin ditawarkan kepada khlayak. Iklan adalah bagian dari bauran promosi (promotion mix) dan bauran promosi itu sendiri merupakan bagian dari bauran pemasaran ( marketing mix).

Secara sederhana, iklan didefenisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media. Institut Praktisi Periklanan Inggris mendefenisikan periklanan sebagai pesa-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada para calon pembeli yang paling potensial atas barang atau jasa tertentu dengan biaya semurah-murahnya.

Periklanan adalah salah satu metode dalam komunikasi. Menurut Klepper yang dikutip Liliweri (1997:17) mengatakan bahwa iklan berasal dari bahasa latin yaitu advere berarti mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain.

Liliweri mengutip pendapat dari AMA, The American Marketing Association bahwa iklan adalah setiap bentuk pembayaran terhadap suatu proses penyampaian dan perkenalan ide-ide, gagasan dan layanan yang bersifat nonpersonal atas tanggungan sponsor tertentu.

(26)

memiliki fungsi utama yaitu menginformasikan khlayak mengenai seluk beluk produk (informative), mempengaruhi khlayak untuk membeli (persuasive) dan menyegarkan informasi yang telah diterima khlayak (reminding) serta menciptakan suasana yang menyenangkan sewaktu khalayak menerima dan mencerna informasi (entertaiment).

Suatu iklan memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

a) Public Presentation, iklan memeungkinkan setiap orang menerima pesan

yang sama tentang produk yang diiklankan.

b) Pervasiveness, pesan iklan yang sama dapat diulang-ulang untuk

memantapkan penerimaaan informasi.

c) Amplified Expressiveness, iklan mampu mendramatisasi untuk menggugah

dan mempengaruhi perasaan khlayak.

d) Impersonality, iklan tidak bersifat memaksa khalayak untuk

memperhatikan dan menanggapinya karena merupakan komunikasi yang monolog (satu arah).

I.5.4. AIDDA (Attention, Interest, Desire, Decision, Action)

(27)

melalui hasil wawancara dan dokukmentasi yang peneliti peroleh kemudian menginterpretasikan dan menganalisisnya tanpa bermaksud untuk membanding-bandingkannya.

I.6. Kerangka Konsep

Setelah menggunakan sejumlah teori diatas, maka selanjutnya langkah yang ditempuh adalah merumuskan kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai (Roger,1995:134).

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Sikap masyarakat terhadap iklan layanan masyarakat hemat listrik PT. PLN.

2. Karakteristik responden. Karakteristik responden adalah nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang yang dapat membedakannya dengan orang lain.

I.7. Model Teoritis

Model teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

IKLAN LAYANAN MASYARAKAT HEMAT LISTRIK

(28)

I.8. Operasionalisasi Variabel

Berdasarkan kerangka konsep, maka dibuatlah operasional variabel untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian ini, yaitu:

Tabel 1.1 Variabel Operasional

No Variabel Penelitian Operasionalisasi Variabel 1 Sikap Masyarakat terhadap iklan

layanan masyarakat hemat listrik PT. PLN

2 Karakteristik Responden a. Usia

b. Jenis Kelamin

c. Status Sosial Ekonomi

I.9. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46).

Defenisi variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Sikap Masyarakat terhadap iklan layanan masyarakat hemat listrik PT. PLN adalah:

a. Attention

(29)

(menonton) Iklan Layanan Masyarakat PLN, apakah setiap iklan di berbagai stasiun TV di ikuti atau hanya disatu stasiun televisi saja. b. Interest

Yaitu hal-hal menyenangkan (yang menarik) yang mendorong responden untuk menonton iklan layanan masyarakat PLN.

c. Desire

Yaitu hasrat responden untuk merubah perilaku sesuai iklan layanan masyarakat PLN.

d. Decision

Yaitu keputusan yang diambil responden untuk merubah sikap dan prilaku sesuai anjuran iklan layanan masyarakat PLN.

e. Action

Yaitu perubahan pada diri responden yang berhubungan sesuai dengan anjuran iklan layanan masyarakat PLN.

2. Karakteristik Responden. Indikatornya adalah: a. Usia

Merupakan tingkatan umur dari responden. b. Jenis Kelamin

Adalah jenis kelamin responden, laki-laki atau perempuan. c. Status Sosial Ekonomi

(30)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

II.1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap masyarakat manusia, baik yang primitif maupun yang modern, berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Dikatakan vital karena setiap individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu – individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan individu itu untuk tetap hidup (Rakhmat, 1998:1).

Setiap saat semua orang selalu berbicara tentang komunikasi. Kata komunikasi sangat dikenal, tetapi banyak di antara kita yang kurang mengerti makna dari komunikasi walaupun kita selalu memperbincangannya dan melakukannya.

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasl dari bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau

communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama

(communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal usul komunikasi, yang

(31)

Secara paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tal langsung melalui media (Effendy, 2006 : 5).

Pengertian komunikasi memang sangat sederhana dan mudah dipahami, tetapi dalam pelaksanaannya sangat sulit dipahami, terlebih lagi bila yang terlibat komunikasi memiliki referensi yang berbeda, atau di dalam komunikasi berjalan satu arah misalnya dalam media massa, tentunya untuk membentuk persamaan ini akan mengalami banyak hambatan (Wahyudi, 1986: 29).

Pengertian komunikasi menurut Berelson dan Starainer dalam Fisher adalah penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan, dan seterusnya melalui penggunaan simbol kata, angka, grafik dan lain-lain (Fisher, 1990:10). Sedangkan menurut Onong U. Effendy (1984 : 6), komunikasi adalah peristiwa penyampaian ide manusia.

Dari pengertian diatas dapat dilihat bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan yang dapat berupa pesan informasi, ide, emosi, keterampilan dan sebagainya melalui simbol atau lambang yang dapat menimbulkan efek berupa tingkah laku yang dilakukan dengan media-media tertentu.

Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of

Communication in Society dalam Effendy (2005: 10), mengatakan bahwa cara

(32)

Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:

- Komunikator ( communicator, source, sender ) - Pesan ( message )

- Media ( channel, media )

- Komunikan ( communicant, communicatee, receiver, recipient ) - Efek (effect, impact, influence)

Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

II.1.1. Unsur-unsur Komunikasi

Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu.

Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau elemen yang mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa terciptanya proses komunikasi, cukup di dukung oleh tiga unsur, sementara ada juga yang menambahkan umpan balik dan lingkungan selain kelima unsur yang telah disebutkan.

(33)

untuk mendukung suatu proses komunikasi public dalam bentuk pidato atau retorika. Hal ini bisa dimegerti, karena pada zaman Aristoteles retorika menjadi bentuk komunikasi yang sangat popular bagi masyarakat Yunani.

Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949) (Cangara, 2005:21), dua orang insinyur listrik mengatakan bahwa terjadinya proses komunikasi memerlukan lima unsur pendukungnya, yakni pengirim, transmitter, signal, penerima dan tujuan. Kesimpulan ini didasarkan atas hasil studi yang mereka lakukan mengenai pengiriman pesan melalui radio dan telepon.

Meski pandangan Shannon dan Weaver pada dasarnya berasal dari pemikian proses komunikasi elektronika, tetapi para sarjana yang muncul di belakangnya mencoba menerapkannya dalam proses komunikasi antarmanusia.

Awal tahun 1960-an David k. Berlo membuat formula komunikasi yang leih sederhana. Formula itu dikenal dengan nama “SMCR”, yakni Source (pengirim), Message (pesan), Channel (saluran – media), dan Receiver (penerima).

Tercatat juga Charles Osgood, Gerald Miller dan Melvin L. de Fleur menambahkan lagi unsur efek dan umpan balik (feedback) sebagai pelengkap dalam membangun komunikasi yang sempurna. Kedua unsur ini nantinya lebih banyak dikembangkan pada proses komunikasi antarpribadi (persona) dan komunikasi massa.

(34)

Lingkungan Kalau unsur-unsur komunikasi yang dikemukakan di atas dilukiskan dalam gambar, maka kaitan antara satu unsur dengan unsur lainnya dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2.1

Unsur-unsur Komunikasi

a. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapip bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lmbaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikastor atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender atau encode.

b. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content atau information.

SUMBER PESAN MEDIA PENERIMA EFEK

(35)

c. Media

Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi pancaindera dianggap sebagai media komunikasi.Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dapat dibedakan kedalam dua kategori, yakni media cetak dan media elektronik. Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah, buku, leaflet, brosur, stiker, buletin, hand out, poster, spanduk, dan sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain: radio, film, televisi, video recording, komputer,

electronic board, audio cassette dan sebagainya.

d. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa saja satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggrisnya disebut

audience atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa

keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak ada penerima jika tidak ada sumber.

(36)

penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran.

e. Efek

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang, karena pengaruh juga bisa diartikan perubahan atau penguatankeyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan. f. Umpan balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan ittu mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan. Hal-al seperti ini menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.

g. Lingkungan

Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.

(37)

seringkali sulit dilakukan karenafaktor jarak yang terlalu jauh, dimana tidak tesedia fasilitas komunikasi sperti telepon, kanto pos atau jalan raya.

Lingkungan sosial menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi dan politik yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa, kepercayaan, adat istiadat, dan status sosial.

Dimensi psikologis adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi. Misalnya menghindari kritik yang menyinggung perasaan oang lain, menyajikan materi yang sesuai dengan usia khalayak. Dimensi psikologis ini biasa disebut dimensi internal ( Vora, 1979 dalam Cangara, 2005: 27).

Sedangkan dimensi waktu menunjukkan situasi yag tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi tertunda karena pertimbangan waktu, misalnya musim. Namun perlu diketahui karena dimensi waktu maka informasi memiliki nilai.

Jadi, setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun proses komunikasi. Bahkan ketujuh unsur ini saling bergantung satu sama lainya. Artinya, tanpa kekut sertaan satu unsur akan member pengaruh pada jalannya komunikasi. (Cangara, 2005:21-27)

II.1.2. Tipe Komunikasi

(38)

Tidak begitu mudah menyalahkan suatu klasifikasi tidak benar, karena msaing-masing pihak memiliki sumber yang cukup beralasan. Kelompok sarjana komunikasi Amerika yang menulis buku Human Communication membagi komunikasi atas lima macam tipe, yakni Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal

Communication), Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication),

Komunikasi Organisasi (Organizational Communication), Komunikasi Massa (Mass Communication), dan Komunikasi Publik (Public Communication).

Joseph A. de Vito seorang pakar komunikasi di City University of new York dalam bukunya Comminicology (1982) (dalam Cangara, 2005:29) membagi komunikasi atas empat macam, yakni Komunikasi Antarpribadi, Komunikasi Kelompok Kecil, Komunikasi Publik dan Komunikasi Massa.

Memperhatikan pandangan para pakar di atas, maka tipe komunikasi yang diperolehterdiri atas empat macam tipe yakni, komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi antarpribadi, komunikasi public dan komunikasi massa.

II.1.3. Fungsi Komunikasi

Fungsi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu. Komunikasi sebagai ilmu, seni, dan lapangan kerja sudah tentumemiliki fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

(39)

diri sendiri, orang akan dapat berpiir dan mengendalikan diri bahwa apa yang diinginkan mungkin saja tidak menyenangkan orang lain.jadi komunikasi dengan diri sendiri dapat meningkatkan kematangan berpikir sebelum menarik keputusan. Ini merupakan proses internal yang dapat membantu dalam menyelesaikan suatu masalah.

Adapun fungsi komunikasi antarpribadi adalah berusaha meningkatkan hubungan insane (human relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Komunikasi antarpribadi dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan di antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat seseorang bisa memperoleh kemudahan-kemudahan dalam hidupnya karena memiliki banyak sahabat.

Komunikasi publik berfungsi untuk menumbuhkan semangat kebersamaan

(solidaritas), mempengaruhi orang lain, member informasi, mendidik dan menghibur.

Komunkasi massa, berfungsi untuk menyebarluaskan informasi, meratakan

(40)

II.2. Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada khalayak tersebar, heterogen dan menimbulkan media alat-alat elektronik sehingga pesan yang sama dapat diartikan secara serempak dan sesaat. Maka komunikasi yang ditujukan kepada massa dengan menggunakan media elektronik khususnya televisi merupakan komunikasi massa (Rakhmat, 1991 : 189).

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Ardianto, 2004 : 3), yakni : komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang ( mass

communication is messages communicated through a mass medium to a large

number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi

massa itu harus menggunakan media massa.

Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain, yaitu Gebner, komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkesinambungan serta paling luas dimiliki orang dalam masnyarakat industri (Ardianto, 2004 : 4).

Sementara itu, menurut Jay Black dan Frederick C (Nurudin, 2006 : 12) disebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen.

(41)

orang-orang dari berbagai macam status, pekerjaan, dan jabatan dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain dan bukan penerima pesan yang homogen.

Berdasarkan pengertian tentang komunikasi massa yang sudah dikemukakan oleh para ahli komunikasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa modern (media cetak dan elektronik) dalam penyampaian informasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak (komunikan) heterogen dan anonim sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak.

II.2.1. Ciri-ciri Komunikasi Massa

Melalui definisi-definisi komunikasi massa tersebut, kita dapat mengetahui ciri-ciri komunikasi massa. Menurut Nurudin dalam bukunya Pengantar Komunikasi Massa (2004: 19), ciri-ciri dari komunikasi massa adalah :

1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga

(42)

Dengan demikian, komunikator dalam komunikasi massa setidak-tidaknya mempunyai ciri sebagai berikut : (1) kumpulan individu, (2) dalam berkomunikasi individu-individu itu terbatasi perannya dengan sistem dalam media massa, (3) pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan atas nama pribadi unsur-unsur yang terlibat, (4) apa yang dikemukakan oleh komunikator biasannya untuk mencapai keuntungan atau mendapatkan laba secara ekonomis. 2. Komunikasi dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen

Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/beragam. Artinya, komunikan terdiri dari beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, jabatan yang beragam, dan memiliki agama atau kepercayaan ynag berbeda pula.

Herbert Blumer pernah memberikan ciri tentang karakteristik

audience/komunikan sebagai berikut:

a. Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia

mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari asalnya, mereka berasal dari berbagai kelompok dalam masyarakat.

b. Berisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain. Di samping itu, antarindividu itu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung.

c. Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal 3. Pesannya Bersifat Umum.

(43)

pun tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini, artinya pesan memang tidak disengaja untuk golongan tertentu.

Ketika melihat televisi misalnya, karena televisi ditujukan untuk dinikmati oleh orang banyak, pesannya harus bersifat umum. Misalnya dalam pemilihan kata-katanya, sebisa mungkin memakai kata populer bukan kata-kata ilmiah. Sebab, kata ilmiah merupakan monopoli kelompok tertentu.

4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah

Pada media massa, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bias langsung memberikan respon kepada komunikatornya (media massa yang bersangkutan). Kalaupun bisa, sifatnya tertunda.

5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan

Salah satu ciri komunikasi massa selanjutnya adalah adanya keserempakan dalam proses penyebaran pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan.

6. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis

Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik).

(44)

7. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper

Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi/palang

pintu/penjaga gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami.

Gatekeeper ini juga berfungsi untuk menginterpretasikan pesan,

menganalisis, menambah data, dan mengurangi pesan-pesannya. Intinya,

gatekeeper merupakan pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan

dari media massa. Semakin kompleks sistem media yang dimiliki, semakin banyak pula (pemalang pintu atau penapis informasi) yang dilakukan. Bahkan, bisa dikatakan, gatekeeper sangat menentukan berkualitas atau tidaknya informasi yang akan disebarkan.

II.2.2. Fungsi Komunikasi Massa

Pembahasan fungsi komunikasi telah menjadi diskusi yang cukup penting, terutama konsekuensi komunikasi melalui media massa. Fungsi komunikasi massa menurut Dominick (2001), terdiri dari surveillance (pengawasan),

interpretation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values

(penyebaran nilai) dan entertainment (hiburan). a. Surveillance (Pengawasan)

(45)

Fungsi ini terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angina topan, meletusnya gunung berapi, kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan inflasi, atau adanya serangan militer. Peringatan ini dengan serta merta dapat menjadi ancaman. Kendati banyak informasi yang menjadi peringatan atau ancaman serius bagi masyarakat yang dimuat oleh media, banyak pula orang yang tidak mengetahui tentang ancaman itu.

2) Pengawasan Instrumental (Instrumental Surveillance)

Funsi ini merupakan penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Berita tentang film apa yang sedang diputar di bioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek, produk-produk baru dan sebagainya, adalah contoh-contoh pengawasan instrumental.

b. Interpretation (Interpretasi)

Funsi ini erat sekali kaitannya dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya menyajikan data dan fakta, tetapi juga informasi beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu. Contoh yang paling nyata fungsi ini adalah tajuk rencana surat kabar dan komentar radio atau televisi siaran.

c. Linkage (Hubungan)

(46)

d. Transmission of value (Penyebaran nilai-nilai)

Funsi ini disebut juga socialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu pada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambar masyarakat itu ditonton, didengar, dan dibaca. Media massa memperlihatkan pada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka. Dengan kata lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapkan untuk menirunya.

e. Entertainment (hiburan)

Sulit dibantah lagi bahwa pada kenyataannya hampir semua media menjalankan fungsi hiburan. Mengenai hal ini memang jelas tampak pada televisi, film, dan rekaman suara. Media massa lainnya, seperti surat kabar dan majalah, meskipun fungsi utamanya adalah informasi dalam bentuk pemberitaan, rubrik-rubrik hiburan selalu ada, apakah itu cerita pendek, cerita besambung, atau cerita bergambar.

Dari paparan di atas, funsi-fungsi komunikasi massa yang begitu banyak itu dapat disederhanakan menjadi empat fungsi, yakni:

- menyampaikan informasi (to inform) - mendidik (to educate)

- menghibur (to entertain) - mempengaruhi (to influence)

II.2.3. Efek Komunikasi Massa

(47)

sengaja maupun tidak disengaja. Dalam penelitian efek komunikasi massa, media massa dipandang sangat berpengaruh, tetapi ada saat lain ketika media dianggap sedikit bahkan tidak berpengaruh sama sekali. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan pandangan dalam memandang efek dari media massa tersebut.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada umumnya kita lebih tertarik kepada apa yang dilakukan media kepada kita daripada apa yang kita lakukan pada media massa. Contohnya, kita ingin mengetahui untuk apa kita membaca surat kabar, mendengar radio, atau menonton televisi. Tetapi kita tidak mau tahu bagaimana surat kabar, radio, atau televisi dapat menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau menggerakkan perilaku kita.

Donald K. Robert mengungkapkan, ada yang beranggapan bahwa “efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa”. Oleh karena fokusnya pesan, maka efek harus berkaitan dengan pesan yang disampaikan media massa (Ardianto, 2004 : 48)

Menurut Onong Uchyana Effendy (2006) dalam bukunya Ilmu, Teori, dan

Filsafat Komunikasi, yang termasuk dalam efek komunikasi massa adalah Efek

Kognitif (Cognitive effect), Efek Afektif (Affective effect), serta Efek Konatif yang sering juga disebut Efek Behavioral (Behavioral effect).

a. Efek Kognitif

Efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bigung menjadi lebih jelas.

(48)

Efek afektif berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi atau film bioskop, timbul perasaan tertentu pada khalayak. Perasaan akibat terpaan media massa itu bisa bermacam-macam, senang hingga tertawa terbahak-bahak, sedih hingga mencucurkan air mata, dan lain-lain perasaan yang hanya bergejolak di dalam hati.

c. Efek Konatif

Efek ini bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Karena berbentuk perilaku, maka sebagaimana disinggung di atas, efek konatif sering juga disebut dengan

efek behavioral. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan

media massa, melainkan didahului oleh efek kognitif dan/atau efek afektif.

II.3. Media Massa Televisi

II.3.1. Pengertian dan Sejarah Televisi di Indonesia

Televisi berasal dari dua kata yaitu tele (bahasa Yunani) yang berani jauh, dan visi atau videre (bahasa Latin) yang berarti penglrbatan. Dengan demikian. televisi dengan bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh di sini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat (studio televisi) dapat dilihat dari tempat "lain" melalui sebuah perangkat penerima (televisi set) (Wahyudi, 1986 : 49).

(49)

itu, yang tidak kalah pentingnya adalah organisasi pendukungnya yaitu organisasi penyiaran. Organisasi penyiaran ini terdiri atas administrasi manajemen. teknik dan siaran.

Televisi yang muncul di masyarakat di awal dekade 1960-an, semakin lama semakin mendominasi komunikasi massa. Sebagai media massa. televisi memang memiliki kelebihan dalam penyampaian pesan dibandingkan dengan media massa lain. Pesan-pesan melalui televisi disampaikan melalui gambar dan suara secara bersamaan (sinkron) dan hidup, sangat cepat (aktual) terlebih lagi dalam siaran langsung (live broadcast) dan dapat menjangkau ruang yang sangat luas (Wahyudi, 1986:3).

Alat-alat audiovisual (televisi) juga membuat suatu pengertian atau informasi menjadi lebih berarti. Sehingga wajar jika pesan yang disampaikan televisi diterima dan diartikan berbeda-beda oleh pemirsanya tergantung kondisi dan situasinya. Ada yang terhibur dan puas dan ada yang tidak. Seperti yang diungkapkan Wahyudi (1986 : 215), televisi tidak dapat memuaskan semua orang pada saat bersamaan yang memiliki latar belakang, usia, pendidikan, status sosial, kepercayaan, paham, golongan yang berbeda-beda. Televisi dapat membuat orang puas, tidak puas, senang, tidak senang, sedih, gembira, marah, yang semuanya merupakan hal wajar karena sifat manusia yang berbeda-beda.

(50)

18 Agustus 1989, berdiri sebuah stasiun televisi yang dikelola oleh swasta. yang bemama Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Kehadiran RCTI ini kemudian diikuti pula dengan hadirnya Surya Citra Televisi (SCTV) pada tahun 1990.

Pada awalnya, siaran yang dipancarkan oleh kedua stasiun itu hanya dapat dinikmati oleh masyarakat yang berada di Jakarta dan sekitarnya (untuk RCTI) dan Surabaya (SCTV). Sedangkan kota-kota lain di Indonesia baru dapat menangkap siaran itu apabila televisi dilengkapi dengan dekoder tertentu atau melalui antena parabola. Namun, awal tahun 1993 baik RCTI maupun SCTV telah mengudara secara nasional yaitu dengan membangun stasiun-stasiun transmisi di beberapa kota besar di Indonesia.

(51)

II.3.2. Fungsi Televisi

Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya, yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi. sebagaimana hasil penelitian-penelitaian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, yang menyatakan bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi (Ardianto, 2004 : 128).

II.3.3. Karakteristik Televisi

Televisi mempunyai karakteristik sebagai berikut (Ardianto, 2004 : 128-130):

1. Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat

(audiovisual). Khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Kata-kata

dan gambar harus ada kesesuaian secara harmonis. Karena sifatnya yang audiovisual, siaran berita harus selalu dilengkapi dengan gambar, baik gambar diam seperti foto, gambar peta, maupun film berita, yakni rekaman peristiwa yang menjadi topik berita

2. Berpikir dalam gambar

(52)

visualisasinya adalah gadis dengan wajah sedih duduk di kursi dan tangannya menopang dagu. Kedua, adalah penggambaran, yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. Misalnya, penggambaran proses metamorphosa kupu-kupu mulai dari telur kupu-kupu sampai menjadi kupu-kupu. Dalam proses penggambaran ada gerakan-gerakan kamera tertentu yang dapat menghasilkan gambar yang sangat besar (big close-up), gambar diambil dari jarak dekat (close

shot) dan sebagainya.

3. Pengoperasian lebih kompleks

Pengoperasian televisi siaran lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan orang.Per alatan yang digunakan pun lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih.

II.4. Periklanan

Periklanan (advertising) dapat didefinisikan sebagai bentuk presentasi non-personal serta promosi ide-ide, barang-barang serta jasa-jasa yang dilakukan oleh seorang sponsor yang dapat diidentifikasi dan yang memberikan imbalan untuk tujuan tersebut.

(53)

Masyarakat periklsnsn Indonesia mendefinisikan iklan sebagai segala bentuk pesan tentang suatu produk atau jasa yang disampaikan lewat media ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. (R. khasali, 1992:28).

Menurut Klepper (Liliweri, 1997:17), iklan atau advertising berasal dari bahasa latin “avere” yang berarti mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain. Menurut Wright (Liliweri, 1997:20), iklan merupakan suatu proses komunikasi yang mempunyai kekuatan yang sangat penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjual barang, memberikan layanan, serta gagasan atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif.

Jadi berdasarkan pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa iklan adalah salah satu sarana dari berbagai kegiatan pemasaran dimana kegiatan ini bertujuan untuk menyampaikan pesan kepada konsumen baik berupa informan mengenai produk maupun jasa. Untuk itu bagian pemasaran harus mengetahui bagaimana cara memasarkan dan mengajukan penawaran yang lebih baik ke pasar dan calon konsumen baru serta mempunyai kemampuan mengantisipasi produk lain sebagai saingannya dalam pemasaran.

Menurut Wright (Liliweri, 1997:20), terdapat beberapa unsur iklan sebagai proses komunikasi, antara lain:

1. Informan dan persuasi

(54)

daya tarik dan suatu perasaan tertentu. Untuk itu, hanya dengan memakai teknik persuasi saja periklanan bisa “menggoda” dan “meluluhkan” hati konsumen.

2. Informasi dikontrol

Karena informasi mengenai suatu produk tertentu akan disebarluaskan melalui media masa dan bersifat terbuka, maka sebelum dimasukkan ke media massa harus dikontrol melalui tahap-tahap dan cara-cara tertentu. 3. Teridentifikasinya Informasi

Maksudnya disini, informasi bukan hanya dikontrol saja namun juga harus jelas siapa yang mempunyau informasi tersebut dan siapa sponsor yang membayar media (ruang dan waktu).

4. Media Komunikasi Massa

Iklan menggunakan komunikasi yang bersifat non-personal, jadi iklan memakai medis dengan menyewa ruang dan waktu.

(55)

II.4.1. Iklan Televisi

Sebagai media periklanan, keunikan televisi adalah sangat personel dan demonstratif, tetapi juga mahal dan dianggap sebagai penyebab ketidakteraturan dalam persaingannya. Sifatnya yang audio visual menjadikan televisi sebagai media yang sangat efektif.

Beberapa kelebihan televisi sebagai media iklan menurut Jeffkins adalah sebagai berikut ( Kasali, 1992:101):

1. Kesan Realistik

Karena sifatnya yang visual dan merupakan kombinasi warna-warna, suara dan gerakan, maka iklan-iklan televisi tampak begitu hidup dan nyata. Dengan fasilitas ini para pengiklan dapat dengan mudah menunjukkan kelebihan produknya secara detail.

2. Masyarakat Lebih Tanggap

Karena iklan televisi disiarkan dirumah-rumah dalam suasana yang serba santai dan rekreatif, masyarakat lebih siap untuk memberikan perhatian. 3. Repetisi atau Pengulangan

Iklan televisi biasanya ditayangkan hingga beberapa kali dalam sehari sampai dipandang cukup bermanfaat yang memungkinkan sejumlah masyarakat untuk menyaksikannya, dan dalam frekuensi yang cukup sehingga pengaruh iklan tersebut bangkit.

4. Adanya Pemilihan Area Siaran dan Jaringan Kerja

(56)

II.4.2. Iklan Layanan Masyarakat

Iklan Layanan Masyarakat yang berasal dari bahasa Inggris, Public

Service Ad atau disingkat PSA adalah iklan yang menyajikan pesan-pesan sosial

yang bertujuan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah masalah yang harus mereka hadapi, yakni kondisi yang bisa mengancam keselarasan dan kehidupan umum. (Wikipedia)

Iklan layanan masyarakat (ILM) dapat dikampanyekan oleh organisasi profit atau non profit dengan tujuan sosial ekonomis yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (Wikipedia)

Menurut dewan periklanan di Amerika Serikat yang mensponsori ILM ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menentukan sebuah iklan tertentu merupakan iklan layanan masyarakat atau bukan, yaitu:

a. Tidak komersil (contoh: iklan pemakaian helm dalam berkendara) b. Tidak bersifat keagamaan.

c. Tidak bersifat politis. d. Berwawasan nasional

e. Diperuntukkan untuk semua lapisan masyarakat.

f. Diajukan oleh organisasi yang telah diakui dan diterima. g. Dapat diiklankan.

h. Mempunyai dampak dan kepentingan tinggi sehingga patut memperoleh dukungan media lokal maupun nasional.

(57)

komitmen dan sinergi dalam merumuskan iklan, biaya, serta pesan yang ingin disampaikan sehingga ILM tidak dilakukan secara rutin. Selain itu ILM juga dikenakan pajak iklan, walalupun ruang dan waktunya disumbangkan oleh media.

Iklan layanan masyarakat secara resmi diperkenalkan pertama kalinya di Amerika Serikat pada tahun 1942 ketika dibentuk The Advertising Council (Dewan Iklan). Pada saat itu Perang Dunia II telah mendorong terciptanya ahli-ahli komunikasi yang menggunakan bakat dan kemampuan mereka untuk memenangkan Perang Dunia II. Dewan iklan AS saat itu didirikan oleh American

Association of Advertising Agency (4A), Associatin of national Advertiser (ANA),

Magazine Publisers Associations (MPA), Newspaper Advertising Bureau (NAB),

dan Outdoor Advertising Association (OAA).

Setelah perang usai dan keadaan masyarakat telah berubah Dewan Iklan gencar melakukan iklan layanan masyarakat untuk memperbaiki sistem pendidikan dan promosi vaksin polio (1950), untuk mencegah bahaya polusi (1960), kampanye untuk bahaya penggunaan obat-obatan terlarang (1970-sekarang).

Pada tahun 1989 Dewan Iklan Amerika Serikat menerima 300-400 permintaan dari berbaga pihak, organisasi nirlaba, atau pemerintah untuk mengkampanyekan masalah sosial. Dewan Iklan AS juga menerima sumbangan dari beberapa perusahaan senilai 1,9 juta dollar untuk hal ini.

(58)

Kemudian pada tahun 1974 Matari Ad membuat iklan yang mengangkat makna hubungan orang tua dan anak. Beberapa kampanye ILM yang dikenal luas di Indonesia diantaranya adalah kampanye tentang Keluarga Berencana, Aku Anak Sekolah, Pemilu Visi Anak Bangsa.

Pada Tahun 1970an Iklan Matari Ad membuat ILM yang dapat dikenang sampai saat ini yaitu iklan "Renungan Bagi Orang Tua" mengangkat puisi Khalil Gibran. (Wikipedia)

II.5. Model AIDDA

Seperti yang disampaikan Wilbur Schramm, “the condition of success in

communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jikakita menginginkan agar

suatu pesan yang membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki dengan memperhatikan:

a. Pesan harus dirancang dan disampaikan dengan menarik.

b. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman antara komunikator dan komunikan, sehingga dimengerti.

c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan.

d. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan komunikan.

(59)

Saat menggunakan media cetak misalnya, pesan yang disampaikan haruslah disajikan dengan menarik. Baik dari segi content, maupun tampilan secara keseluruhan. Bisa diakali dengan pemilihan font (jenis huruf), warna ataupun desain grafis secara keseluruhan.

Isi sesuai dengan konsep komunikasi yang dinamakan AIDDA, dikembangkan sekitar dasawarsa 1920-an. AIDDA merupakan singkatan dari

Attention (Perhatian) Interest (Minat) Decision (Keputusan) dan Action

(60)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Kota Medan saat ini diperkirakan telah mencapai 2.036.018 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari pria, (1.010.174 jiwa > 995.968 jiwa). Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk commuters. Dengan demikian kota Medan Merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk yang besar, sehingga memiliki deferensiasi pasar.

Di siang hari, jumlah ini bisa meningkat hingga sekitar 2,5 juta jiwa dengan dihitungnya jumlah penglaju (komuter). Sebagian besar penduduk Medan berasal dari kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan 37,8% dari total penduduk).

Dilihat dari struktur umur penduduk, Kota Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian Kota Medan secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.

(61)

tahun 2000 adalah 0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. sedangkan tingkat kapadatan penduduk mengalami peningkatan dari 7.183 jiwa per Km 2 pada tahun 2004. jumlah penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul kecamatan Medan Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit , terdapat di kecamatan Medan Baru, Medan Maimun dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan Penduduk tertinggi ada di kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area dan Medan Timur.

Mayoritas penduduk kota Medan sekarang adalah suku Jawa dan Batak, tetapi di kota ini banyak tinggal pula orang keturunan India dan Tionghoa. Komunitas Tionghoa di Medan cukup besar, sekitar 25% jumlah total.

Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah masjid, gereja dan vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota. Daerah di sekitar Jalan Zainul Arifin bahkan dikenal sebagai Kampung Madras (Kampung India).

Pada tahun 2004, angka harapan hidup bagi laki-laki adalah 69 tahun sedangkan bagi wanita adalah 71 tahun.

Secara historis, pada tahun 1918 tercatat Medan dihuni 43.826 jiwa. Dari jumlah tersebut, 409 orang berketurunan Eropa, 35.009 berketurunan Indonesia, 8.269 berketurunan Tionghoa, dan 139 lainnya berasal dari ras Timur lainnya.

(62)

Dharma Agung. Walaupun bukan sebagai daerah pusat industri, di Kecamatan Medan Barat ini terdapat 12 unit usaha industri kecil & rumah tangga. (www.pemkomedan.go.id).

III.1.1.Identitas Kecamatan Medan baru

Nama : Kecamatan Medan Baru

Keadaan Geografis

a. Luas wilayah : 5.84 km² b. Letak di atas permukaan laut : 30 m c. Berbatasan dengan

Sebelah Barat : Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Selayang

Sebelah Timur : Kecamatan Medan Polonia Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Johor Sebelah Utara : Kecamatan Medan Petisah d. Alamat Kantor : Jl. Rebab No. 34 Medan e. Telepon. : (061) 8211292

(63)

III.1.2.Potensi Wilayah Kecamatan Medan Baru A. Data Umum

TABEL 3.1

No Data Umum Keterangan

1 Luas 5,84 km²

2 Jumlah Kelurahan 6 kelurahan

3 Jumlah Penduduk 42.221 jiwa

4 Panjang Jalan Aspal 63,4 km

B. Pelayanan Umum

TABEL 3.2

No Jenis Pelayanan Keterangan

1 Air Bersih 90%

2 Listrik 96%

3 Telepon 75,9%

4 Gas 45%

5 Lapangan Olahraga 14 persil

6 Rumah Ibadah 24 unit

7 Rumah Sakit 7 unit

Gambar

Tabel 1.1 Variabel Operasional
Tabel 2.1 Unsur-unsur Komunikasi
TABEL 3.2
TABEL 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil penelitian ini dapat dilihat sikap ibu hamil dalam pemenuhan status gizi masih banyak yang kurang padahal pengetahuan mereka ada yang baik. Pengetahuan

Dari perhitungan validitas skala merokok terdapat 1 item yang gugur, sehingga. dari 40 item pernyataan terdapat 39 item

Indikator kinerja yang harus dicapai dalam observasi siswa adalah lebih dari sama dengan 80 sedangkan hasil observasi siswa pada siklus I mencapai 84,6 atau 85

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah ada perbedaan sikap terhadap empty nest ditinjau dari jenis kelamin orangtua. Metode penelitian yang digunakan adalah

Penelitian utama diantaranya karakterisasi bahan baku, uji organoleptik, pembuatan snack bar, dan pembandingan sifat fisik, kimia, dan organoleptik snack bar

[r]

PERBANDINGAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN PENJAS DI SEKOLAH MENENGAH ATAS CLUSTER 1, CLUSTER 2, DAN CLUSTER 3 DI KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |