• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Responsivitas Birokrasi Terhadap Kepuasan Masyarakat Dalam Penerbitan Sertifikat Tanah Di Badan Pertanahan Nasional Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Responsivitas Birokrasi Terhadap Kepuasan Masyarakat Dalam Penerbitan Sertifikat Tanah Di Badan Pertanahan Nasional Kota Medan"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH RESPONSIVITAS BIROKRASI

TERHADAP KEPUASAN MASYARAKAT DALAM

PENERBITAN SERTIFIKAT TANAH DI BADAN

PERTANAHAN NASIONAL KOTA MEDAN

D

I

S

U

S

U

N

OLEH :

YENI SISKA

(060903029)

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

2 KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim,

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji hanya milik Allah SWT. Penulis mengucapkan rasa syukur

yang sedalam-dalamnya kepada Allah SWT atas segala nikmat yang

diberikannya, terutama nikmat iman dan islam yang telah membawa kebaikan

hidup dan menjadikannya lebih bermakna. Dan tak lupa penulis mengucapkan

shalawat beriring salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga,

sahabat dan shahabiah, yang telah menuntun umatnya dari alam yang gelap

kepada alam yang terang benderang dan penuh dengan ilmu pengetahuan sperti

sekarang ini.

Skripsi ini merupakan sebuah karya tulis yang diperlukan untuk

melengkapi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana serta sebagai wadah

untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan wawasan yang telah diperoleh

selama masa perkuliahan.

Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Responsivitas Birokrasi

Terhadap Kepuasan Masyarakat Dalam Penerbitan Sertifikat Tanah Di Badan Pertanahan Nasional Kota Medan”. Adapun yang menjadi tujuan dari

penulisan ini adalah untuk mengetahui responsivitas birokrasi di BPN Kota

Medan, untuk mengetahui kepuasan masyarakat di BPN Kota Medan, dan untuk

mengetahui pengaruh responsivitas birokrasi terhadap kepuasan masyarakat di

BPN Kota Medan. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

(3)

Utara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya di Departemen Ilmu

Administrasi Negara.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis tidak menutup

diri untuk menerima kritik dan saran yang sifatnya untuk perbaikan dan

membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam proses penulisan skripsi ini penulis banyak sekali dibantu oleh

keluarga. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta Mama dan

Papa. Terima kasih atas, doa, support, kasih sayang dan perhatian yang selama ini

telah kalian berikan yang tidak akan pernah terbalas sampai kapan pun juga.

Untuk mama, bagi ika mama adalah ibu yang paling hebat di dunia ini, tanpa

kasih sayang dan doa serta dukungan dari mama ika gak akan bisa jadi seperti

sekarang ini. Terima kasih telah melahirkan, merawat, dan membesarkan ika,

terima kasih juga karena udah ngizinin ika kuliah disini, di tempat yang jauh dari

rumah yang buat qta gak bisa slalu bersama. Jauh dari mama selama hampir

empat tahun ini adalah saat yang paling berat yang pernah ika lewati. Ika gak akan

sia-siakan pengorbanan mama, ika akan buat mama bangga punya anak seperti

ika. Buat papa q tersayang makasih banget atas dukungan dan supportnya selama

ini, akhirnya ika bisa selesai kuliah, bisa cepat pulang supaya kita bisa kumpul

bareng lagi berempat, doain ika bisa jadi orang sukses n buat papa bangga. Amin.

Terima kasih juga buat adikku tersayang dan tercinta yang cuma

satu-satunya, Dody. Makasih ya dek atas doanya slama ini, makasih adek udah bantuin

(4)

4 buat ika, makasih adek udah jagain keluarga kita, makasih…makasih untuk semua

yang adek lakuin buat ika. Ayo adek yang semangat ya buat kuliah, ika doain

walaupun sambil kuliah adek bisa lulus di setiap ujian dan test-test yang adek

lewati, ayo…ayoooo semangat kita buat mama n papa bangga punya anak kayak

kita.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang

telah membantu, membimbing dan mendukung penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu kepada:

1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. DR. Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Departemen Ilmu

Administrasi Negara.

3. Ibu Hj. Dra. Beti Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu

Administrasi Negara.

4. Ibu Dra. Februati Trimurni, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

bersedia membimbing dan mengarahkan penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu Staf Pengajar serta Pegawai Administrasi FISIP USU yang telah

berjasa mendidik dan membimbing penulis selama masa perkuliahan, serta

memudahkan administrasi khusunya kepada Kak Dian dan Kak Mega selaku

pegawai bagian pendidikan FISIP USU.

6. Terima kasi juga kepada Pak Sugeng yang telah membantu penulis untuk

(5)

7. Seluruh pegawai dan masyarakat pengguna jasa di Kantor Badan Pertanahan

Nasional yang turut membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

8. Buat Esry yang berperan sebagai, sahabat, kakak, rekan kerja, n smua2 deh,

thx udah mau jadi temen yeni, thx untuk kerja samanya, pokoknya suka duka

kita lewati bareng-bareng. Meskipun setelah lulus ini kita gak bisa sama-sama

lagi ayoook kita tetap semangat buat nerusin cita-cita n visi misi kita yang

belum tercapai. Inget target dan impian yang mau kita raih, kita harus jadi

orang sukses dunia akhirat, Amin.

9. Buat Nia sebagai rekan yang sama-sama penelitian di BPN, makasih banyak

ya…selama penelitian ke lapangan sepak terjang kita udah makin meluas aja

nih, Nia udah jadi wanita super tangguh yang bisa kemana aja…duh jadi

kangen niy dengan rute perjalanan ke luar kota yang kita lalui bareng, yang

penuh warna dan aura kenyasaran, mulai dari nyasar di jalan raya ampe nyasar

di kebun jagung pun pernah kita lewati,ckckckck hebat juga ah sahabat q yang

katanya garda depan kelompok 5 niy,,,, ^_^

10.Buat Zi, sahabat plus rekan buat bimbingan. Makasih….n makasih banyak

banget buat zi yang udah ngasih support n jadi “pembimbing 2” jg buat

aq….zi emang hebat, gak pernah nyerah walaupun kami smua udah patah

semangat. Salut banget buat zi….

11.Buat Santi, sahabat satu kost ku. Makasih atas smuanya, banyak bgt yang

udah kita rasain bareng-bareng, susahnya air, listrik mati, OL berjamaah,

sampe duduk di bawah kost bareng si akang juga sama-sama. Wah gak seru

(6)

6

12.Buat Ida q sayang, thx ya buat smua yang udah qta lewati bareng, ntar klo

pulang kampung pasti inget ida terus, pegen tidur di rumah ida lagi

maen-maen sm mutia. Bagiku mama, papa, n adik2 ida udah kayak keluargaku

sendiri.

13.Buat Ira tengkyuuu ya buat senyum n canda tawa yang ira kasih, mulai dari

jadi Mrs. False, Julia R. Sumpah ah ira bener2 mewataki stiap tokoh yang

diperanin jadi pengen minta tanda tangan niy,,,,

14.Buat Wira, makasih ya buq mentri agama atas doanya selama ini,

Alhamdulillah doa buq mentri slalu di denger Allah….

15.Buat Tina rekan satu kelompok q waktu magang,,,wah all about buq tina

emang sulit diceritakan lagi, smuanya gokil abis, thx ya buq atas kerja sama

dan bantuanya slama ini.

16.Buat rama yang juga rekan satu kelompok magang q yang paling cuek, n

santai thx ya atas doa dan bantuannya slama ini.

17.Buat smua temen-temen AN 06 thx ya atas doa kalian supaya kami bisa

cepet-cepet sidang.

18.Buat sahabat-sahabat q dari SMA N 5 Jambi, Muly, Sista, Mumut, Angga,

Deva, Shodiq, Agus, Menux, Mbak Etta, Tari, n temen-temen yang lain

yang gak bisa disebutin satu per satu. Thx ya atas doa kalian selama ini….

19.Buat temen-temen di kost 367, Yayan, Leles, Hilda, Ira, n Rina….thx ya

untuk smuanya, thx juga atas kerja samanya di kost Bulang yang kita cintai

(7)

20.Special thx juga buat “abang q” yang udah rela nganterin kemana aja, udah

rela dimarah-marahin kalo q lagi stress, thx 4 Every Thing. Ayoo yang

semangat kerjanya biar bisa cepat jadi orang sukses…amin!

Semoga budi baik dan jasa kalian semua kepada penulis dibalas oleh Allah

SWT, amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Medan, Maret 2010 Penulis

(8)

8 1.5.1.1. Pengetian Responsivitas ... 7

1.5.1.2. Pengertian Birokrasi... 8

1.5.1.3. Responsivitas Birokrasi ... 10

1.5.2. Kepuasan Masyarakat 1.5.2.1. Pengertian Kepuasan Masyarakat ... 16

1.5.2.2. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Kepuasan Masyarakat ... 22

1.5.3. Penerbitan Sertifikat Tanah ... 25

1.5.4. Hubungan Responsivitas Birokrasi Terhadap Kepuasan Masyarakat dalam Penerbitan Sertifikat tanah ... 28

1.6. Hipotesis ... 30

1.7. Defenisi Konsep ... 31

1.8. Defenisi Operasional ... 32

1.9. Sistematika Penulisan... 37

BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Bentuk Penelitian ... 38

2.2. Lokasi Penelitian ... 38

2.3. Populasi dan Sampel ... 38

2.4. Teknik Pengumpulan Data ... 39

2.4.1. Teknik Pengumpulan Data Primer ... 39

2.4.2. Teknik Pengumpulan data Sekunder ... 39

2.5. Teknik Penentuan Skor ... 40

2.6. Teknik analisa Data ... 41

(9)

3.1 Sejarah Berdirinya BPN Kota Medan ... 44

3.2. Visi dan Misi Badan Pertanahan Nasional Kota Medan ... 46

3.3. Tugas Pokok dan Fungsi BPN Kota Medan ... 47

3.4. Pelaksanaan Responsivitas Birokrasi Di BPN Kota Medan ... 59

3.5. Kepuasan Masyarakat Di BPN Kota Medan ... 61

BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1. Deskripsi data Identitas Responden 4.1.1. Responden Masyarakat ... 63

4.1.2. Responden Pegawai ... 65

4.2. Variabel X (Responsivitas Birokrasi) ... 68

4.3. Variabel Y (Kepuasan Masyarakat) ... 80

BAB V ANALISA DAN INTERPRETASI DATA 5.1. Analisa Data ... 98

5.1.1. Responsivitas Birokrasi ... 99

5.1.2. Kepuasan Masyarakat ... 101

5.1.3. Pengaruh Responsivitas Birokrasi Terhadap Kepuasan Masyarakat ... 103

5.2. Interpretasi Data 5.2.1. Pelaksanaan responsivitas Birokrasi ... 106

5.2.2. Kepuasan masyarakat ... 110

5.2.3. Pengaruh Responsivitas Birokrasi Di BPN Kota Medan ... 116

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 118

6.2. Saran ... 119

(10)

10 DAFTAR TABEL

Tabel 1 Interpretasi Product Moment ... 43

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis kelamin ... 63

Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Umur... 64

Tabel 4 Distribusi Responden Tingkat Pendidikan ... 65

Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65

Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Umur... 66

Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 67

Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Golongan ... 67

Tabel 9a Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Kesesuaian Pelayanan Yang Disediakan Oleh BPN Dengan harapan Masyarakat………... 68

Tabel 9b Distribusi Jawaban Pegawai Mengenai Kesesuaian Pelayanan Yang Disediakan Oleh BPN Dengan harapan Masyarakat ... 68

Tabel 10a Distribusi jawaban Masyarakat Mengenai Penyampaian Keluhan Oleh Masyarakat ... 69

Tabel 10b Distribusi jawaban Pegawai Mengenai Penyampaian Keluhan Oleh Masyarakat ... 69

Tabel 11a Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Komunikasi Antara Sesama Pegawai Di BPN Dalam Menanggapi Keluhan Masyarakat ... 70

Tabel 11b Distribusi Jawaban Pegawai Mengenai Komunikasi Antara Mereka Di BPN Dalam Menanggapi Keluhan Masyarakat ... 70

(11)

Pegawai ... 71

Tabel 12b Distribusi Jawaban Pegawai Mengenai Komunikasi Mereka dan

Masyarakat ... 71

Tabel 13a Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Respon atau Tanggapan Aparat

Yang ada Di BPN Saat Menerima Keluhan Mereka ... 72

Tabel 13b Distribusi Jawaban Pegawai Mengenai Respon atau Tanggapan Aparat

Yang Ada Di BPN Saat Menerima Keluhan Masyarakat ... 72

Tabel 14a Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Penanganan Keluhan Yang

Mereka sampaikan ... 73

Tabel 14b Distribusi Jawaban Pegawai Mengenai Penanganan Keluhan Yang

Disampaikan Oleh Masyarakat ... 73

Tabel 15a : Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Pelayanan Yang Diberikan

Oleh Aparat Setelah Menerima Komplain ... 74

Tabel 15b : Distribusi Jawaban Pegawai Mengenai Pelayanan Yang Mereka Berikan

Setelah Menerima Komplain ... 74

Tabel 16a Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Tingkat Kepuasannya

Setelah Adanya Komplain ... 75

Tabel 16a Distribusi Jawaban Pegawai Mengenai Tingkat Kepuasan Masyarakat

Setelah Adanya Komplain ... 75

Tabel 17 Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Sikap Aparat Setelah

Menerima Komplain dari Masyarakat ... 76

(12)

12

Pelayanan Yang Diberikan Oleh BPN... 77

Tabel 18b Distribusi Jawaban Pegawai BPN Mengenai Ketepatan Variasi

Pelayanan Yang Mereka Berikan ... 77

Tabel 19a Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Perlu Atau Tidaknya

Variasi Pelayanan lain dalam Penerbitan sertifikat ... 78

Tabel 19b Distribusi Jawaban Pegawai Mengenai Perlu Atau Tidaknya

Variasi Pelayanan lain dalam Penerbitan sertifikat ... 78

Tabel 20a Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Bagaimana Aparat

Menempatkan Mereka sebagai Pelanggan ... 79

Tabel 20b Distribusi Jawaban Pegawai Mengenai Bagaimana Aparat

Menempatkan Masyarakat Sebagai Pelanggan ... 79

Tabel 21a Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Kejelasan Prosedur

Pelayanan Yang Disediakan Oleh BPN ... 80

Tabel 21b Distribusi Jawaban Pegawai Mengenai Kejelasan Prosedur

Pelayanan Yang Mereka Sediakan ... 80

Tabel 22a Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Kompleksitas Bagan/alur

Pelayanan Yang Disediakan Oleh BPN ... 81

Tabel 22b Distribusi Jawaban Pegawai Mengenai Kompleksitas Bagan/alur

Pelayanan Yang Mereka Sediakan ... 81

Tabel 23a Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Kejelasan Mengenai

Syarat-Syarat Pelayanan Yang Disediakan Oleh BPN ... 82

Tabel 23b Distribusi Jawaban Pegawai Mengenai Kejelasan Mengenai

Syarat-Syarat Pelayanan Yang Mereka Sediakan ... 82

Tabel 24a Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Ketersediaan Petugas

Pemberi Layanan Di BPN ... 83

(13)

Pemberi Layanan Di BPN ... 83

Tabel 25a Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Apakah Para Pegawai

Selalu Bisa Ditemui Pada Jam Kerja ... 84

Tabel 25b Distribusi Jawaban Pegawai Mengenai Apakah Para Pegawai

Selalu Bisa Ditemui Pada Jam Kerja ... 84

Tabel 26a Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Apakah Ada Aparat Yang

Ditunjuk Langsung Untuk Menangani Masalah Dalam Penerbitan

Sertifikat... 85

Tabel 26b Distribusi Jawaban Pegawai Mengenai Apakah Ada Aparat Yang

Ditunjuk Langsung Untuk Menangani Masalah Dalam Penerbitan

Sertifikat... 85

Tabel 27 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Pengetahuan

Yang Dimiliki Oleh Aparat Yang Ada Di BPN ... 86

Tabel 28a Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Pelayanan di BPN Yang

Akurat dan Bebas Dari Kesalahan... 87

Tabel 28b Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Pelayanan di BPN Yang

Akurat dan Bebas Dari Kesalahan... 87

Tabel 29a Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Berapa Lama Berkas

Permohonan Penerbitan Sertifikat Diproses Penyelesaiannya... 88

Tabel 29b Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Berapa Lama Berkas

Permohonan Penerbitan Sertifikat Diproses Penyelesaiannya... 88

Tabel 30a Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Ketepatan Waktu Dalam

Penerbitan Sertifikat ... 89

Tabel 30b Distribusi Jawaban Pegawai Mengenai Ketepatan Waktu Dalam

(14)

14

Tabel 31a Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Keadilan Sikap Pegawai

Dalam Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat ... 90

Tabel 31b Distribusi Jawaban Pegawai Mengenai Keadilan Sikap Pegawai

Dalam Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat ... 90

Tabel 32a Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Kesopanan Pegawai Dalam

Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat ... 91

Tabel 32b Distribusi Jawaban Pegawai Mengenai Kesopanan Pegawai Dalam

Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat ... 91

Tabel33a Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Keterjangkauan Biaya

Dalam Penerbitan Sertifikat ... 92

Tabel33b Distribusi Jawaban Pegawai Mengenai Keterjangkauan Biaya

Dalam Penerbitan Sertifikat ... 92

Tabel 34a Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Apakah Ada Biaya Tambahan

Dalam Penerbitan Sertifikat Diluar Biaya Yang Telah Dicantumkan

Dalam Peraturan ... 93

Tabel 34b Distribusi Jawaban Pegawai Mengenai Apakah Ada Biaya Tambahan

Dalam Penerbitan Sertifikat Diluar Biaya Yang Telah Dicantumkan

Dalam Peraturan ... 93

Tabel 35a Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Kesesuaian Jadwal Pelayanan

Yang Telah Ditetapkan Dengan Pelaksanaannya... 94

Tabel 35b Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Kesesuaian Jadwal Pelayanan

(15)

Tabel 36a Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Fasilitas Ruang Tunggu Yang

Disediakan Oleh BPN ... 95

Tabel 36b Distribusi Jawaban Pegawai Mengenai Fasilitas Ruang Tunggu Yang

Disediakan Oleh BPN ... 95

Tabel 37a Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Ketersediaan Fasilitas Pendukung

Pelayanan ... 96

Tabel 37b Distribusi Jawaban Pegawai Mengenai Ketersediaan Fasilitas Pendukung

Pelayanan ... 96

Tabel 38a Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Pernah Atau Tidaknya

Terjadi Kehilangan Dokumen Atau Berkas Masyarakat Yang Akan

Mengurus Kepemilikan Sertifikat ... 97

Tabel 38b Distribusi Jawaban Pegawai Mengenai Pernah Atau Tidaknya

Terjadi Kehilangan Dokumen Atau Berkas Masyarakat Yang Akan

Mengurus Kepemilikan Sertifikat ... 97

Tabel 39 Rekapitulasi Klasifikasi Jawaban Responden Berdasarkan Tingkat

Pelaksanaan Responsivitas Birokrasi ... 100

Tabel 40 Rekapitulasi Klasifikasi Jawaban Responden Berdasarkan Tingkat

(16)

16

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Dra. Februati Trimurni, MSI

Salah satu fungsi utama pemerintah adalah menyelenggarakan kegiatan pembangunan dan pelayanan sebagai bentuk dari tugas umum pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mampu melaksanakan fungsi pemerintahan dengan baik maka organisasi birokrasi harus profesional, aspiratif dan memiliki daya tanggap yang tinggi terhadap tuntutan masyarakat yang dilayani agar masyarakat pengguna jasa merasa puas terhadap pelayanan yang diterimanya.

Pelayanan publik di Indonesia belum menunjukkan kinerja yang efektif, hal ini dipicu oleh berbagai hal yang kompleks mulai dari budaya birokrasi yang bersifat paternalistik, dan kelangkaan komitmen pemerintah daerah untuk menciptakan pelayanan publik yang responsif, akuntabel dan transparan. Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah salah satu instansi penyelenggara layanan publik yang seringkali mendapat kritikan dari masyarakat mengenai proses pensertifikatan tanah yang berbelit-belit, biaya yang mahal, dan waktu penyelesaian yang sangat lama. Oleh karena itu BPN Kota Medan harus berusaha memperbaiki citranya di mata masyarakat pengguna jasa dengan cara meningkatkan penerapan responsivitas birokrasi untuk menciptakan kepuasan masyarakat.

Penulisan ini bertujua untuk mengetahui pengaruh penerapan responsivitas birokrasi terhadap kepuasan masyarakat di BPN Kota Medan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasional

dengan analisis kuantitatif. Hipotesis yang dikemukakan adalah “Penerapan responsivitas birokrasi berpengaruh terhadap kepuasan masyarakat”.

(17)

ABSTRAK

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Dra. Februati Trimurni, MSI

Salah satu fungsi utama pemerintah adalah menyelenggarakan kegiatan pembangunan dan pelayanan sebagai bentuk dari tugas umum pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mampu melaksanakan fungsi pemerintahan dengan baik maka organisasi birokrasi harus profesional, aspiratif dan memiliki daya tanggap yang tinggi terhadap tuntutan masyarakat yang dilayani agar masyarakat pengguna jasa merasa puas terhadap pelayanan yang diterimanya.

Pelayanan publik di Indonesia belum menunjukkan kinerja yang efektif, hal ini dipicu oleh berbagai hal yang kompleks mulai dari budaya birokrasi yang bersifat paternalistik, dan kelangkaan komitmen pemerintah daerah untuk menciptakan pelayanan publik yang responsif, akuntabel dan transparan. Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah salah satu instansi penyelenggara layanan publik yang seringkali mendapat kritikan dari masyarakat mengenai proses pensertifikatan tanah yang berbelit-belit, biaya yang mahal, dan waktu penyelesaian yang sangat lama. Oleh karena itu BPN Kota Medan harus berusaha memperbaiki citranya di mata masyarakat pengguna jasa dengan cara meningkatkan penerapan responsivitas birokrasi untuk menciptakan kepuasan masyarakat.

Penulisan ini bertujua untuk mengetahui pengaruh penerapan responsivitas birokrasi terhadap kepuasan masyarakat di BPN Kota Medan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasional

dengan analisis kuantitatif. Hipotesis yang dikemukakan adalah “Penerapan responsivitas birokrasi berpengaruh terhadap kepuasan masyarakat”.

(18)

17 BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Salah satu fungsi utama pemerintah adalah menyelenggarakan kegiatan

pembangunan dan pelayanan sebagai bentuk dari tugas umum pemerintah untuk

mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Birokrasi merupakan instrumen

pemerintah untuk mewujudkan pelayanan publik yang efisien, efektif,

berkeadilan, transparan, dan akuntabel. Hal ini berarti untuk mampu

melaksanakan fungsi pemerintahan dengan baik maka organisasi birokrasi harus

profesional, aspiratif dan memiliki daya tanggap yang tinggi terhadap tuntutan

masyarakat yang dilayani agar masyarakat pengguna jasa merasa puas terhadap

pelayanan yang diterimanya.

Pelayanan publik di Indonesia belum menunjukkan kinerja yang efektif,

hal ini dipicu oleh berbagai hal yang kompleks mulai dari budaya birokrasi yang

bersifat paternalistik, lingkungan kerja yang tidak kondusif terhadap perubahan

zaman, rendahnya sistem rewa rd dalam birokrasi di Indonesia, dan lemahnya

mekanisme punishment bagi aparat birokrasi, serta kelangkaan komitmen

pemerintah daerah untuk menciptakan pelayanan publik yang responsif, akuntabel

dan transparan (Kumorotomo dan Purwanto, 2005: 87).

Menurut Dwiyanto (Dalam Kumorotomo dan Purwanto, 2005: 88) ada tiga

masalah besar dalam pelayan publik yaitu besarnya diskriminasi pelayanan, tidak

(19)

pelayanan publik. Oleh karena itu perlu dikembangkannya sebuah konsep seperti

Good Governance yang dipercaya mampu untuk menjawab dan mengatasi

permasalahan tersebut.

Salah satu bentuk pelayanan publik yang paling penting adalah pelayanan

dalam penerbitan sertifikat tanah. Karena masalah tanah merupakan masalah yang

sangat dominan dan sering menimbulkan perselisihan dah juga menimbulkan

sengketa di antara warga masyarakat, maka usaha untuk menciptakan catur tertib

pertanahan melalui penertiban kepemilikan tanah patut mendapat perhatian yang

besar.

Bukti kepemilikan berupa sertifikat adalah bukti yang sangat kuat dan

memiliki dasar hukum yang kuat sehingga dengan adanya sertifikat tanah status

tanah mereka menjadi jelas dan mempunyai payung hukum yang jelas. Dalam

Hukum Agraria atau hukum pertanahan dinyatakan bahwa sertifikat tanah

memiliki nilai yang tinggi, oleh karena itu sertifikat merupakan tanda bukti

kepemilikan hak atas tanah yang kuat.Sertifikat tanah sendiri ialah suatu alat

bukti yang dapat menjamin kepastian hukum bagi pemilik tanah yang sah

(Perangin 1991: 2).

Pelayanan dalam penerbitan sertifikat tanah dilakukan oleh BPN (Badan

Pertanahan Nasional). Selain itu BPN juga memberikan pelayanan dalam bentuk

pengecekan sertifikat, peralihan hak jual beli, peralihan hak pewarisan, peralihan

hak hibah, pemecahan sertifikat perorangan, penggabungan sertifikat perorangan,

dan lain-lain.

Badan Pertanahan Nasional adalah salah satu instansi publik yang

(20)

19

tanah yang berbelit-belit, biaya yang mahal, dan waktu penyelesaian yang sangat

lama. Oleh karena itu Badan Pertanahan Nasional mempunyai kewajiban untuk

memberikan pelayanan semaksimal mungkin bagi warga masyarakat yang ingin

mengurus kepemilikan sertifikat tanah mereka agar masyarakat pengguna jasa

merasa puas dengan pelayanan yang diterimanya.

Selama tahun 2009 BPN Kota Medan telah menerima permohonan

penerbitan sertifikat tanah sebanyak 25.358 Persil (www.bpn.go.id). Seluruh

jumlah permohonan penerbitan sertifikat tanah tersebut harus segera diproses

penyelesaiannya agar masyarakat yang mengajukan permohonan tersebut dapat

memiliki bukti kepemilikan sertifikat tanahnya.

Banyak permasalahan yang ditimbulkan akibat tidak adanya tanda bukti

kepemilikan sertifikat tanah. Seperti yang dihadapi oleh masyarakat Medan

Polonia yang terlibat kasus sengketa tanah dengan TNI AU, akibat dari

permasalahan ini banyak dari mereka yang penerbitan sertifikat tanahnya masih

tertunda-tunda. Sekitar 260 Ha tanah yang merupakan tanah pemukiman milik

4500 Kepala Keluarga (KK) di Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Polonia sampai

sekarang belum mendapatkan bukti kepemilikan tanah berupa sertifikat. Karena

itu maka pada tanggal 4 agustus 2009 yang lalu mereka melakukan demonstrasi di

depan Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Medan untuk mengungkapkan

ketidakpuasan mereka terhadap kinerja BPN selama ini (Analisa, 5 Agustus

2009).

Agar permasalahan serupa tidak terulang kembali maka BPN Kota Medan

harus senantiasa meningkatkan kinerja aparaturnya. Salah satu indikator yang

(21)

birokrasi. Melalui responsivitas akan dapat dilihat seberapa besar daya tanggap

birokrat yang ada di BPN dalam menanggapi tuntutan dan kebutuhan masyarakat

pengguna jasa.

Menurut Lenvine (dalam Dwiyanto, 2002:62) responsivitas adalah

kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat menyusun agenda

dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan program-program pengembangan

sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat dapat dikatakan

bahwa responsivitas ini merupakan ukuran daya tanggap birokrasi terhadap

harapan, keinginan, dan aspirasi, serta tuntutan para pengguna jasa. Organisasi

yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang

jelek juga (Osborne & Plastrik, 1997).

Agar organisasi publik memiliki responsivitas, dalam memberikan

pelayanan perlu menempatkan masyarakat sebagai customer dalam posisi yang

seimbang dengan pemerintah sebagai provider. Menurut Jenny Potter (1988)

dalam teori konsumerismenya mengemukakan bahwa posisi seimbang antara

provider dengan customer hanya dapat dicapai apabila menerapkan prinsip-prinsip

akses, pilihan, informasi, dan perbaikan (www.akademik.unsri.ac.id).

Akses yang dimaksud disini adalah semua lapisan masyarakat harus

memiliki akses yang sama terhadap produk layanan barang dan jasa yang

diberikan oleh organisasi publik. Ini berarti bahwa BPN wajib memberikan

pelayanan yang sama kepada seluruh lapisan masyarakat yang membutuhkan

bantuannya.

Prinsip pilihan, dalam kerangka pelayanan publik pilihan bukanlah hak

(22)

21

memperbanyak pilihan dalam pelayanan di berbagai bagian sektor publik.

Semakin banyak pilihan yang diberikan kepada masyarakat untuk suatu jasa

pelayanan maka pelayanan itu akan semakin berkualitas dan pelanggan akan

merasa puas. Dengan demikian pilihan konsumen sebagai individu bukan

merupakan satu-satunya kendali dalam proses pelayanan, dalam hal ini BPN harus

mengakomodasikan kepentingan berbagai lapisan. Apabila masyarakat tidak dapat

menyampaikan preferensi secara langsung mengenai pilihan mereka, maka BPN

harus membuat mekanisme lain agar masyarakat yakin bahwa kepentingan

mereka telah diakomodasi. Untuk itu BPN perlu mengidentifikasi preferensi

masyarakat.

Sedangkan yang dimaksud dengan prinsip informasi adalah yang berkaitan

dengan tujuan dan sasaran pelayanan, standar pelayanan yang disediakan, standar

pencapaian, hak dan tanggung jawabnya sehubungan dengan jasa layanan. Hal ini

diperlukan agar masyarakat yang mempunyai kepentingan dengan BPN

mengetahui secara jelas apa-apa saja jenis pelayanan yang tersedia untuk mereka

sehingga mereka tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakan kepentingannya.

Selanjutnya adalah prinsip perbaikan yang sangat diperlukan bagi kinerja

organisai publik maupun aparaturnya dalam memberikan pelayanan, karena

masyarakat sebagai konsumen selalu memerlukan mekanisme pelayanan yang

tepat, cepat, ringkas dan jujur, begitu pula di BPN agar kepuasan masyarakat

pengguna jasa dapat terwujud maka perbaikan pelayanan pun harus senantiasa

terus dilakukan.

Dari hal-hal yang telah diuraikan di atas dapat dilihat betapa pentingnya

(23)

kepuasan masyarakat dalam pelayanan penerbitan sertifikat tanah, oleh karena

itulah penulis tertarik mengambil judul “Pengaruh Responsivitas Birokrasi

Terhadap Kepuasan Masyarakat dalam Penerbitan Sertifikat Tanah di BPN Kota Medan”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang

menjadi rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah “Berapa

besar pengaruh responsivitas birokrasi terhadap kepuasan masyarakat dalam penerbitan sertifikat di BPN Kota Medan”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui responsivitas birokrasi pada kantor BPN Kota Medan

2. Untuk mengetahui kepuasan masyarakat dalam penerbitan sertifikat di BPN

Kota Medan

3. Untuk mengetahui pengaruh responsivitas birokrasi terhadap kepuasan

pelanggan dalam penerbitan sertifikat di Kota Medan

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara subjektif, penelitian ini bermanfaat untuk melatih, meningkatkan, dan

(24)

23

penulis dalam menyusun suatu wacana baru dalam memperkaya khazanah

ilmu pengetahuan.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

bagi instansi terkait dan masyarakat khususnya di tempat penelitian ini

dilaksanakan agar dapat terus melaksanakan kewajibannya.

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik

secara langsung maupun tidak langsung bagi perpustakaan Departemen Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan bagi kalangan

penulis lain yang ingin meneliti hal yang sama.

1.5. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini diperlukan adanya kumpulan teori-teori yang akan

menjadi landasan teoritis dan menjadi pedoman dalam melaksanakan penelitian.

Setelah masalah penelitian dirumuskan maka langkah selanjutnya adalah mencari

teori-teori, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang

dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk melaksanakan penelitian

(Sugiyono, 2005: 55).

Teori-teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah :

1.5.1. Responsivitas Birokrasi

1.5.1.1. Pengertian Responsivitas

Responsivitas (responsivness) atau daya tanggap adalah istilah yang

populer digunakan dalam lingkup organisasi bisnis, dan dapat diartikan sebagai

(25)

cepat, namun istilah responsivitas juga bisa diadopsi untuk menjelaskan

responsivitas yang seharusnya dilakukan oleh organisasi publik.

Menurut Zeithaml, Parasuruman & Berry Responsivitas adalah suatu

karakteristik kecocokan dalam pelayanan manusia yaitu keinginan para staf untuk

membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggapan (dalam

Boediono, 2003: 114). Sejalan dengan itu pengertian lain menyebutkan bahwa,

responsivitas adalah kerelaan untuk menolong pengguna layanan dalam

menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas. Responsivitas juga menunjuk pada

keselarasan antar program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi

masyarakat (Tangkilisan, 2005: 177).

Dari kedua pendapat mengenai responsivitas di atas dapat dikatakan

bahwa responsivitas itu merupakan suatu bentuk keinginan dan kerelaan staf

untuk membantu memberikan pertolongan kepada masyarakat dalam bentuk

pelayanan. Responsivitas sangat diperlukan dalam penyelenggaraan pelayanan

publik karena responsivitas menunjukan kemampuan instansi dalam menjalankan

misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

1.5.1.2. Pengertian Birokrasi

Secara epistemologi istilah birokrasi berasal dari bahasa Yunani yakni

“bureau” yang artinya meja tulis atau kantor dan “cratia” yang artinya pemerintah.

Jadi pada mulanya istilah ini digunakan untuk menunjukan pada suatu sistematika

kegiatan kerja yang diatur dan diperintah oleh suatu kantor melalui kegiatan

(26)

25

Banyak sekali pengertian mengenai birokrasi, birokrasi sering sekali

disamakan dengan pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai bayaran yang

tidak dipilih oleh rakyat, dan diartikan sebagai cara pemerintahan yang sangat

dikuasai oleh pegawai negeri, cara bekerja dan susunan pekerjaaan yang serba

lambat, dan banyak lika-likunya (Boediono, 2003: 21).

Dari pengertian birokrasi tersebut dimata masyarakat birokrasi sendiri

dianggap sebagai suatu instansi yang rumit dan akan panjang urusannya bila

berhadapan dengan birokrasi, padahal seharusnya birokrasi itu adalah pelayan

masyarakat yang mempunyai tujuan untuk menciptakan pelayanan yang baik

sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Selain itu birokrasi juga dapat diartikan sebagai aparat yang diangkat

oleh penguasa untuk menjalankan pemerintahan (Government by Bureaus). Ini

berarti bahwa aparat yang diangkat oleh penguasa tersebut mempunyai kewajiban

untuk menyelenggarakan pemerintahan yang salah satunya adalah menciptakan

tertib pelayanan demi tercapainya kepuasan pelanggan atau masyarakat pengguna

jasa.

Birokrasi mempunyai tugas yang harus dilaksanakan demi kesejahteraan

masyarakat, adapun tugas pokok birokrasi pemerintah adalah (www.

blog.unila.ac.id/denden/files/2009/07/birokrasi.pdf)

1. Memberikan pelayanan umum yang bersifat rutin kepada masyarakat. Contoh

pelayanan umum ini adalah seperti pelayanan perizinan, pemeliharaan

jaminan kesehatan, penyediaan fasilitas pendidikan, dan pemeliharaan

(27)

2. Melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat untuk mencapai kemajuan

dalam kehidupan yang lebih baik. Pemberdayaan ini dapat diberikan dalam

bentuk penyaluran modal kepada usaha kecil menengah, dalam hal ini peran

pemerintah tidak semata-mata hanya memberikan modal namun terus

membimbing pelaku UKM dalam menjalankan usahanya agar bisa tetap

bertahan dan menopang perekonomian Negara.

3. Menyelenggarakan pembangunan di tengah masyarakat seperti membangun

infrastruktur perhubungan, telekomunikasi dan pembangunan-pembangunan

lainnya yang mengarah kepada tercapainya pembangunan nasional yang salah

satunya adalah menyelenggarakan catur tertib pertanahan.

Dari tugas pokoknya di atas berarti birokrasi pemerintah berkewajiban

untuk selalu mengutamakan pelayanan umum kepada masyarakat, dan untuk

menjalankan itu diperlukan tata pemerintahan yang baik (Good Governance)

dimana pemerintahan harus bersikap transparan, akuntabel, responsif, bervisi

strategis, dan lain-lain sesuai dengan prinsip-prinsipnya.

1.5.1.3. Responsivitas Birokrasi

Responsivitas atau yang lebih dikenal dengan ketanggapan bukan

merupakan istilah baru lagi, sejak mulai berkembangnya New Publik

Administration responsivitas mendapatkan perhatian yang cukup besar. Di dalam

New Publik Administration (NPA) seorang administrator harus bisa bekerja sama

dengan kaum minoritas dan harus responsif terhadap kebutuhan masyarakat yang

kurang beruntung. NPA tidak hanya memperhatikan aspek-aspek efisiensi namun

(28)

27

menekankan adanya daya tanggap (responsiveness) lebih terhadap kebutuhan

warga Negara daripada kebutuhan organisasi publik (Frederickson, 1987: 9).

Dalam perkembangannya responsivitas menjadi semakin penting untuk

diperhatikan dan diupayakan pelaksanaannya oleh institusi pemerintahahn untuk

mewujudkan Good Governance. Penerapan prinsip-prinsip Good Governance ini

sendiri dilatarbelakangi oleh banyaknya masalah ketidakpuasan masyarakat pada

kinerja pemerintah yang selama ini dipercaya sebagai penyelenggara urusan

publik (Wibowo dkk, 2004: 5).

Dengan diterapkannya Good Governance yang salah satu prinsipnya

adalah responsivitas, maka diharapkan agar dalam setiap lembaga dan proses

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan memiliki kesediaan untuk

memberikan pelayanan yang sama kepada setiap stakeholder sehingga

masalah-masalah pelayanan publik seperti ketidakpuasan masyarakat, diskriminasi

pelayanan, dan tidak adanya kepastian dalam pelayanan publik dapat teratasi

(Kumorotomo dan Purwanto, 2005: 88).

Menurut Lenvine, responsivitas birokrasi adalah kemampuan birokrasi

pemerintah untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan

prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik

sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat (Dwiyanto, 2006: 62).

Kebutuhan masyarakat yang dimaksud adalah kebutuhan masyarakat

dalam bidang pelayanan publik yang penyelenggaraanya hanya boleh dilakukan

oleh instansi pemerintah, seperti pengurusan perizinan, pengurusan sertifikat

(29)

masyarakat akan pelayanan publik menjadi prioritas yang sesuai dengan aspirasi

dan kebutuhan masyarakat diwujudkan dalam bentuk program pelayanan.

Birokrasi yang responsif berarti mampu mengenali apa yang menjadi

kebutuhan masyarakat pengguna jasa dan kemudian melalui hal itu aparat

birokrasi dapat menciptakan program-program pelayanan publik yang bisa

memuaskan masyarakat sehingga dalam implementasinya tidak ada keluhan dari

masyarakat pengguna jasa. Responsivitas dalam tubuh birokrasi pemerintahan

secara langsung mencerminkan kemampuan pemerintah dalam menjalankan misi

dan tujuannya terutama untuk memenuhi dan menyelenggarakan urusan-urusan

publik (Wibowo dkk, 2004:65).

Responsivitas pelayanan publik dijabarkan menjadi beberapa indikator,

seperti meliputi (Dwiyanto 2006: 63):

1. Terdapat tidaknya keluhan dari pengguna jasa

Keluhan dari pengguna jasa ini dapat berupa komplain langsung atau

keluhan-keluhan dari pelanggan atau masyarakat pengguna jasa melalui kotak saran.

Keluhan yang masuk menunjukkan ketidakpuasan masyarakat atas pelayanan

yang diterimanya. Ketidakpuasan masyarakat disebabkan karena pelayanan

yang diterima tidak sesuai dengan harapannya, contohnya seperti di BPN

keluhan yang masuk biasanya karena waktu penyelesaian penerbitan sertifikat

yang tidak sesuai dengan waktu yang telah disepakati dan dijanjikan oleh

petugas atau pegawai pemberi layanan.

2. Sikap aparat birokrasi dalam merespons keluhan dari pengguna jasa

Hal ini dapat dilihat dari bagaimana aparat menanggapi keluhan-keluhan yang

(30)

29

keluhan tersebut benar-benar ditindaklanjuti dan dicarikan solusinya.

Contohnya jika ada masyarakat yang komplain terhadap pelayanan yang

diterimanya maka petugas memberikan bukti komlain yang di dalamnya

terdapat nama dan jabatan petugas yang diberi kewajiban untuk

menyelesaikan masalah tersebut.

3. Penggunaan keluhan dari pengguna jasa sebagai referensi bagi perbaikan

penyelenggaraan pelayanan pada masa mendatang

Hal ini dapat dilihat dari bagaimana aparat atau pegawai menggunakan

keluhan-keluhan yang masuk dari pelanggan atau masyarakat pengguna jasa

untuk dicarikan solusinya dan digunakan untuk perbaikan-perbaikan di masa

yang akan dating agar tidak terdapat keluhan yang sama dari para pengguna

jasa lainnya.

4. Berbagai tindakan aparat birokrasi untuk memberikan kepuasan pelayanan

kepada pengguna jasa

Hal ini berkaitan dengan sikap aparat dalam memberikan pelayanan dapat

dilihat misalnya dari kesopanan dan keramahan pegawai dalam memberikan

pelayanan.

5. Penempatan pengguna jasa oleh aparat birokrasi dalam sistem pelayanan yang

berlaku.

Hal ini terkait dengan bagaimana aparat birokrasi sebagai pelayan masyarakat

menempatkan masyarakat sebagai pihak yang harus dilayani.

Berdasarkan indikator-indikator di atas dapat diketahui bahwa jika masih

banyak terdapat keluhan-keluhan dari masyarakat pengguna jasa berarti birokrasi

(31)

dan keluhan yang telah masuk selama ini pun tidak pernah ditindaklanjuti untuk

kemudian dipertimbangkan dan dimasukkan dalam program-program pelayanan

selanjutnya.

Untuk meningkatkan responsivitas birokrasi terhadap kebutuhan

pelanggan, terdapat dua strategi yang dapat digunakan yaitu (Dwiyanto, 2005:

152):

1. Strategi KYC (Know Your Costumer)

Dalam konteks birokrasi publik, prinsip KYC dapat digunakan oleh birokrasi

publik untuk mengenali kebutuhan dan kepentingan pelanggan sebelum

memutuskan jenis pelayanan yang akan diberikan. Untuk mengetahui

keinginan, kebutuhan, dan kepentingan pelanggan maka birokrasi harus

mendekatkan diri dengan pelanggan. Tidak ada alasan bagi birokrasi

pemerintah untuk tidak berbuat seperti itu.

Birokrasi pemerintah seringkali tidak mengetahui siapa yang menjadi

pelanggan mereka. Mereka menganggap bahwa eksekutif atau atasan dan

anggota parlemen adalah pelanggan yang harus mereka layani karena dari

merekalah dana diperoleh. Hal ini menyebabkan pelayanan lebih berorientasi

pada kepentingan eksekutif dan anggota parlemen, bukan kepentingan dan

kebutuhan masyarakat yang menjadi pengguna jasa mereka. Karena itu suatu

unit birokrasi pemerintah perlu mendefenisikan kembali siapa yang

sebenarnya menjadi pelanggan atau pengguna jasa mereka sehingga untuk

selanjutnya mereka dapat mengorientasikan pelayanan kepada kebutuhan

pelanggan atau pengguna jasa tersebut.

(32)

31

Pada awalnya Citizen charter adalah suatu dokumen yang di dalamnya

disebutkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang melekat dalam diri

providers maupun dalam diri customer. Lalu seiring dengan perkembangan

konsep dan teori manajemen strategis dalam citizen charter juga disebutkan

visi dan misi organisasi penyelenggara jasa pelayanan dan juga visi dan misi

pelayanan organisasi tersebut (Ratminto dan Winarsih, 2005: 309).

Citizen cha rter adalah suatu pendekatan dalam memberikan pelayanan publik

yang menempatkan pengguna layanan atau pelanggan sebagai pusat perhatian.

Ini berarti, kebutuhan dan kepentingan pengguna layanan harus menjadi

pertimbangan utama dalam proses pelayanan. Citizen charter ini pada

dasarnya merupakan kontrak sosial antara birokrasi dan pelanggan untuk

menjaga mutu atau kualitas pelayanan publik. Dengan mengadopsi citizen

charter birokrasi juga harus menetapkan sistem untuk menangani keluhan

pelanggan dengan memperbaiki kinerjanya secara terus-menerus. Selama ini

pelayanan publik di Indonesia kurang memenuhi harapan publik karena hanya

didesain oleh penyedia layanan tanpa pernah menanyakan keinginan,

kebutuhan, maupun keluhan para pelanggan atau pengguna layanan

(Dwiyanto, 2005: 156-157).

Dalam penyelenggaraan pelayanan publik kebutuhan dan kepentingan

pengguna layanan harus menjadi pertimbangan utama dalam keseluruhan

prosesnya, untuk mencapai maksud tersebut, citizen charter mendorong

penyedia dan pengguna layanan serta stakeholders lainnya secara

bersama-sama menyepakati jenis, prosedur, waktu, biaya serta cara pelayanan.

(33)

antara penyedia layanan, pengguna layanan, maupun stakeholders lainnya.

Karena perumusan kesepakatan dilakukan dengan melibatkan warga

pengguna, maka citizen charter ini dapat memudahkan penyedia layanan

untuk memahami kebutuhan dan aspirasi warga Negara mengenai

penyelenggaraan pelayanan.

Sejalan dengan hal itu, Osborne dan Gaebler juga menyatakan bahwa dengan

menerapkan citizen charter berarti telah menempatkan pelanggan pada posisi

sentral atau dengan kata lain selalu mengutamakan pelanggan.

Kedua strategi di atas dapat digunakan untuk mengetahui apa yang

sebenarnya menjadi kebutuhan pelanggan. Dalam strategi KYC (Know Your

Costumer) lebih ditekankan bahwa birokrasi harus bisa mendefenisikan secara

jelas bahwa yang menjadi customernya adalah pelanggan atau masyarakat

pengguna jasa sehingga program pelayanan yang diberikan berorientasi kepada

kepentingan masyarakat. Disini, Masyarakat pengguna jasa tidak dilibatkan secara

langsung aparat hanya mendekatkan diri pada pelanggan untuk mengetahui

keinginan, kebutuhan dan kepentingan pelanggan atau masyarakat pengguna jasa

dan kemudian dipertimbangkan untuk selanjutnya dijadikan suatu program

pelayanan kepada masyarakat.

Sementara dalam strategi citizen cha rter atau dikenal juga dengan nama

kontrak pelayanan lebih ditekankan pada kesepakatan antara penyedia layanan,

pengguna layanan, dan sta keholder lainnya mengenai penyelenggaraan pelayanan,

disini pengguna layanan dilibatkan secara langsung dalam menentukan jenis,

waktu, biaya, serta tata cara pelayanan yang akan diterimanya, hal ini tentunya

(34)

33 1.5.2. Kepuasan Masyarakat

1.5.2.1. Pengertian Kepuasan Masyarakat

Dalam organisasi bisnis ataupun organisasi publik yang memberikan jasa

pelayanan kepuasan pelanggan atau masyarakat menjadi prioritas utama, karena

secara langsung maupun tidak langsung kepuasan masyarakat pengguna jasa juga

bisa menggambarkan bagaimana kinerja orgaisasi terkait. Semakin baik kinerja

suatu organisasi maka tingkat kepuasan masyarakat terhadap barang atau jasa

yang dihasilkannya akan semakin tinggi.

Dalam organisasi bisnis yang disebut pelangan itu adalah konsumen atau

pengguna jasa yang setelah merasakan pelayanannya kemudian kembali lagi

untuk mendapatkan pelayanan selanjutnya dan tidak berpindah hati kepada

organisasi lain. Namun berbeda dalam konteks organisasi publik, yang menjadi

pelanggannya adalah semua masyarakat pengguna jasa oleh karena itu aparat

birokrasi harus senantiasa memperhatikan tingkat kepuasannya agar masyarakat

pengguna jasa tidak enggan untuk berurusan dengan birokrasi pemerintah.

Pelanggan adalah orang yang paling penting untuk dilayani, pelanggan

tidak bergantung pada birokrasi dan bukan juga gangguan terhadap tugas

birokrasi, namun sebaliknya birokrasi lah yang bergantung pada pelanggan dan

pelanggan merupakan tujuan dari tugas atau pekerjaan birokrasi (Boediono, 2003:

34).

Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa kepuasan masyarakat

haruslah menjadi prioritas utama bagi birokrasi dalam menjalankan tujuan dan

(35)

merasa terganggu bila ada masyarakat yang meminta bantuan dalam hal

pelayanan karena itu memang telah menjadi kewajibannya.

Menurut Oliver (dalam Supranto: 233) kepuasan pelanggan adalah tingkat

perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan

dengan harapannya. Sejalan dengan hal itu, Day (dalam Tjiptono, 1996: 146)

menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap

evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan dengan kinerja actual

produk yang dirasakan setelah pemakaian.

Di dalam pengertian lain, Wilkie mendefenisikan bahwa kepuasan

pelanggan adalah suatu tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman

konsumsi suatu produk atau jasa. Sementara menurut Engel kepuasan pelanggan

merupakan evaluasi purnabeli di mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya

sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul

apabila hasil (outcome) tidak memenuhi harapan

(http://www.smakristencilacap.com/).

Dari beberapa pengertian di atas dapat kita katakan bahwa kepuasan

pelanggan itu berkaitan dengan respon atau tanggapan pengguna jasa setelah

menerima pelayanan, rasa puas atau tidak puasnya sangat dipengaruhi oleh

perasaan yang terbentuk selama menerima layanan. Kepuasan pelanggan

(masyarakat) dapat dicapai apabila aparatur pemerintah yang terlibat langsung

dalam pelayanan, dapat mengerti dan menghayati serta berkeinginan untuk

melaksanakan pelayanan dengan baik.

Berdasarkan Keputusan Men.PAN Nomor: 63 / M.PAN / 7 / 2003

(36)

35 valid dan reliable”, sebagai unsur minimal yang harus ada untuk dasar

pengukuran indeks kepuasan masyarakat, yaitu (Dalam Ratminto dan Winarsih,

2005: 226):

1. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan adalah rangkaian proses atau tata kerja yang berkaitan

satu sama lain, sehingga menunjukkan adanya tahapan secara jelas dan pasti

serta cara-cara yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian sesuatu

pelayanan. Prosedur pelayanan publik harus sederhana, tidak berbelit-belit,

mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan, serta diwujudkan dalam bentuk

bagan alir (flow chart) yang dipampang dalam ruangan pelayanan.

Karena prosedur bersifat mengatur perbuatan baik kedalam (intern) maupun

keluar (ekstern), maka ia harus diketahui dan dipahami oleh orang-orang yang

berkepentingan baik pegawai yang bekerja sebagai pemberi layanan maupun

orang yang berada di luar organisasi atau pelanggan. Prosedur intern mengatur

langkah/perbuatan pegawai atau pekerja didalam organisasi itu sendiri.

Sedangkan prosedur bagi ekstern pada dasarnya mengatur langkah atau

perbuatan orang diluar organisasi yang mempunyai kepentingan terhadap hasil

kegiatan organisasi baik berupa produk barang ataupun jasa.

2. Persyaratan Pelayanan

Persyaratan Pelayanan adalah persyaratan administratif dan teknis yang harus

dipenuhi penerima layanan. Dengan persyaratan yang jelas dan yang telah

dipenuhi oleh pelanggan maka pelayanan yang diberikan kepada pelanggan

(37)

Oleh karena itu instansi publik terkait harus bisa menjelaskan secara detail apa

yang menjadi syarat-syarat untuk sebuah pelayanan agar pelayanan bisa

segera diproses.

3. Kejelasan petugas pelayanan

Maksudnya adalah keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan

pelayanan, hal ini untuk mempermudah pelayanan bagi pelanggan, contohnya

seperti ketersediaan loket-loket pelayanandi BPN dan jumlah pegawai yang

cukup untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang ingin mengurus

kepemilikan sertifikat tanahnya, sehingga pengguna jasa tidak akan bingung

karena ada petugas yang akan membantu mereka.

4. Kedisiplinan Petugas Pelayanan

Kedisiplinan yang dimaksud adalah kesungguhan petugas dalam memberikan

pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja yang sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Mengenai kedisiplinan, ada dua jenis disiplin yang sangat dominan dalam

usaha menghasilkan barang atau jasa yang sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh organisasi. Kedua jenis disiplin itu ialah disiplin dalam hal

waktu dan disiplin dalam hal pekerjaan atau perbuatan. Kedua jenis disiplin

tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan serta saling

mempengaruhi. Disiplin waktu tanpa disertai dengan disiplin kerja tidak ada

artinya, dengan kata lain tidak ada hasil yang sesuai dengan ketentuan

organisasi. Sebaliknya disiplin kerja tanpa didasari oleh disiplin waktu tidak

ada manfaatnya. Oleh karena itu usaha pendisiplinan tidak dapat dilakukan

(38)

37

5. Tanggung Jawab Petugas pelayanan

Hal ini diartikan sebagai kejelasan wewenang dan dan tanggung jawab

petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan kepada

masyarakat. Sikap tanggung jawab yang wajib dimiliki aparat adalah sebagian

dari bentuk pengabdian. Apabila sikap ini dapat tertanam pada setiap diri

aparat, maka di dalam setiap penyelesaian pekerjaan akan selalu dikerjakan

secara sungguh-sungguh.

Wewenang diperlukan agar dalam melaksanakan suatu kegiatan mempunyai

dasar hukum, sehingga legalitas kegiatan tersebut tidak diragukan.

Kewenangan yang diberikan harus disertai dengan tanggung jawab, apabila

ada penyimpangan dalam penyimpangan dalam pelaksanaan kewenangan

tersebut. Kewenangan yang disertai dengan tanggung jawab bertujuan untuk

mendorong para aparatur negara yang konsekuen dalam melaksanakan tugas.

6. Kemampuan Petugas pelayanan

Yaitu tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat, dalam hal kemampuan

melaksanaan tugas sebagai pelayan masyarakat pengguna jasa petugas

pelayanan diharapkan mampu untuk mengerti dan mampu untuk membaca

kebutuhan pelanggan sehingga para pelanggan merasa senang saat dilayani

oleh petugas tersebut.

7. Kecepatan Pelayanan

Target waktu pelayanan dapat diselesaikan dengan waktu yang telah

ditetapkan oleh unit penyelenggaraan pelayananan. Dalam memberikan

(39)

syarat-syarat dasar yang harus dipenuhi oleh pelanggan. Kecepatan pelayanan

kepada pelanggan terngantung dari pada tingkat kedisiplinan para pemberi

layanan, baik disiplin waktu maupun disiplin kerja.

8. Keadilan Mendapatkan Pelayanan

Yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan atau

status masyarakat yang dilayani. Aparat pemberi layanan harus memberikan

pelayanan yang sama kepada semua masyarakat yang membutuhkan

pelayanannya dengan tidak membeda-bedakan mereka berdasarkan

pangkat/golongan maupun status atau kedudukan sosialnya di mata

masyarakat.

9. Kesopanan dan Keramahan Petugas

Sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat

secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati membuat

masyarakat merasa nyaman dalam menerima pelayanan. Masalah kesopanan

dan keramahan merupakan hal yang sangat penting, karena dengan adanya

kesopanan yang dimiliki oleh petugas pemberi pelayanan maka itu akan

mendapatkan penghargaan tersendiri dari masyarakat.

10. Kewajaran Biaya Pelayanan

Keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit

pelayanan membuat masyarakat penerima jasa layanan tidak merasa terbebani

(40)

39

11. Kepastian biaya Pelayanan

Kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan

akan membuat masyarakat penerima jasa merasakan adanya transparansi

dalam penyelenggaraan pelayanan.

12. Kepastian Jadwal Pelayanan

Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan kepastian jadwal pelayanan

maka para pengguna layanan bisa memperkirakan berapa lama waktu yang

dibutuhkan untuk mendapatkan pelayanan guna mendukung tujuan yang

telah ditetapkan oleh para pengguna layanan.

13. Kenyamanan Lingkungan

Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang

bersih, rapi dan teratur sehingga memberikan rasa nyaman kepada penerima

layanan. Kenyamanan lingkungan yang baik akan menjadikan pelanggan

merasa betah dan akan mempercayakan pelayanan kepada organisasi yang

mampu memberikan kenyamanan lingkungan yang baik. Contohnya seperti

fasilitas ruang tunggu yang disediakan oleh instansi terkait.

14. Keamanan Pelayanan

Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit

penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga

masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap

(41)

1.5.2.2. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Kepuasan Masyarakat

Kepuasan masyarakat juga sangat tergantung pada persepsi dan

harapannya terhadap pelayanan yang diterimanya. Jika pelayanan yang

diterimanya telah sesuai atau lebih dari harapannya maka itu akan menimbulkan

persepsi yang baik dan masyarakat pengguna jasa akan merasa puas karena setiap

pelanggan atau masyarakat pengguna jasa mempunyai kesan mental terhadap

organisasi dimana ia pernah berhubungan. Adapun yang mempengaruhi persepsi

pelanggan atau masyarakat pengguna jasa adalah (Finch, 2004: 76):

1. Kemampuan petugas pelayanan masyarakat memenuhi komitmen

Hal ini tercermin dari bagaimana petugas yang telah diberi tugas untuk

melayani masyarakat bertindak atau bekerja sesuai dengan kewajiban dan

komitmennya sebagai pelayan masyarakat pengguna jasa.

2. Kebijaksanaan dan kejujuran dalam menanggapi permintaan atau ketika

mengalami situasi pelayanan yang negatif

Disini berarti petugas pelayanan dituntut untuk jujur dan bisa mengambil

kebijaksanaan yang tidak merugikan pelanggan apabila terjadi sesuatu dalam

hal pelayanan yang tidak diperkirakan sebelumnya, contohnya adanya

keterlambatan penyelesaian pelayanan akibat kesalahan teknis dari pihak

pelayan maka petugas harus mengakuinya dan segera mengambil

kebijaksanaan terkait hal tersebut.

3. Kemampuan untuk menindaklanjuti masalah pelayanan

Hal ini dapat terlihat dari bagaimana tindakan petugas pelayanan dalam

menindaklanjuti keluhan atau komplain yang masuk terkait masalah pelayanan

(42)

41

4. Kesopanan

Hal ini terkait dengan bagaimana petugas pelayanan bersikap sewaktu

memberikan pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa.

5. Tindak lanjut setelah menerima pesanan baru atau pesanan yang besar

jumlahnya

Hal ini dapat dilihat dari bagaimana tindakan aparat atau petugas pelayanan

jika ada pelayanan baru yang harus dikerjakannya atau jika tiba-tiba volume

permintaan terhadap jasa layanannya mengalami kenaikan besar.

6. Pembicaraan sehari-hari

Pembicaraan sehari-hari melalui percakapan ringan dan informal juga akan

mempengaruhi bagaimana persepsi masyarakat terhadap petugas pemberi

layanan teersebut.

7. Perilaku petugas pelayanan pelanggan secara umum

Segala tingkah laku dan sikap petugas dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat sealu dinilai oleh masyarakat pengguna jasa.

8. Pemberitahuan di muka mengenai perubahan biaya pelayanan

Jika terjadi perubahan biaya dalam pelayanan maka petugas harus segera

memberitahukannya agar tercipta pelayanan yang transparan dalam hal biaya.

9. Efisiensi petugas pelayanan pelanggan

Hal ini terkait dengan bagaimana petugas pelayanan memberikan layanannya

kepada masyarakat, apakah berbelit-belit atau sangat mempermudah pengguna

(43)

10.Keinginan petugas pelayanan pelanggan untuk membantu

Hal ini terlihat dari bagaimana rasa tanggung jawab petugas pemberi layanan

untuk membantu masyarakat yang membutuhkan bantuannya agar masyarakat

tidak merasa terabaikan.

1.5.3. Penerbitan Sertifikat Tanah

Menurut Undang-Undang No 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik,

pelayanan publik adalah adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan

administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh BPN adalah pelayanan dalam

bentuk penerbitan sertifikat, pengecekan sertifikat, peralihan hak jual beli,

peralihan hak pewarisan, peralihan hak hibah, pemecahan sertifikat perorangan,

penggabungan sertifikat perorangan, dan lain-lain.

Salah satu bentuk pelayanan publik yang penting yang diselenggarakan

oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah pelayanan dalam menerbitkan

sertifikat. Pelayanan penerbitan adalah pelayanan dasar yang paling banyak

dibutuhkan oleh masyarakat untuk memperoleh bukti kepemilikan sertifikat

tanahnya agar tidak terjadi masalah sengketa atau masalah-masalah lain di atas

tanahnya.

Menurut Ali Achmad Chomzah (2003:25), sertifikat tanah adalah tanda

bukti atau alat pembuktian mengenai pemilikan tanah sehingga merupakan

(44)

43

Dari pengertian tersebut dapat kita ketahui betapa pentingya arti memiliki

bukti kepemilikan berupa sertifikat, sehingga kita sebagai warga Negara yang

baik harus ikut membantu pemerintah menciptakan catur tertib pertanahan dengan

cara mendaftarkan kepemilikan sertifikat tanah yang belum memiliki sertifikat.

Secara fisik sertifikat tanah dibagi atas beberapa bagian, yaitu : Sampul

Luar, Sampul Dalam, Buku Tanah dan Surat Ukur/Gambar Situasi (GS). Namun

dalam praktek sehari-hari orang sering hanya menyebut Buku Tanah dan Surat

Ukur / GS. Dalam sebuah sertifikat tanah dijelaskan atau dibuktikan beberapa

hal, antara lain yaitu (dikutip dari

setia wanheru.wordpress.com/2008/04/11/hukum/ ) :

1. Jenis hak atas tanah dan masa berlaku hak atas tanah

Dalam sertifikat tanah, dapat diketahui mengenai jenis hak atas tanah yang

bersangkutan, apakah itu merupakan Hak Milik, Hak Guna Bangunan (HGB),

Hak Pakai, Hak Guna Usaha (HGU), atau Hak Pengelolaan, dan berapa lama

hak tersebut berlaku, kecuali untuk hak milik yang tidak ada batas masa

berlakunya.

2. Nama pemegang hak

Nama pemegang hak dapat kita ketahui dalam Buku Tanah kolom kedua

bagian atas. Di dalam Buku Tanah juga dicatat dalam hal terjadi peralihan hak

atas tanah. Misalnya, apabila terjadi transaksi jual beli, maka nama

pemegang hak yang terdahulu akan dicoret oleh pejabat yang berwenang

(BPN) dan selanjutnya dicantumkan pemegang hak yang baru dan begitu

(45)

3. Keterangan fisik tanah

Keterangan fisik suatu tanah dapat dilihat pada Surat Ukur/Gambar

Situasi. Disini kita bisa mengetahui mengenai luas tanah, panjang dan lebar,

bentuk fisik tanah, letak dan batas-batas tanah.

4. Beban di atas tanah

Dari suatu sertifikat juga dapat diketahui apakah ada beban di atas tanah

tersebut. Maksudnya, apakah tanah tersebut sedang dalam keadaan diagunkan

atau dijaminkan pada suatu bank atau apakah di atas sertifikat tersebut

terdapat hak lain, misalnya HGB di atas Hak Milik

5. Peristiwa yang berhubungan dengan tanah.

Semua peristiwa yang berhubungan dengan tanah tersebut juga dicatat oleh

Kantor Pendaftaran Tanah (KPT) dalam sertifikat tersebut, misalnya peristiwa

jual beli, hibah, penyertaan daam suatu Perseroan Terbatas (PT), pewarisan

dan sebagainya

1.5.4. Hubungan Responsivitas Birokrasi Terhadap Kepuasan Masyarakat

Dalam Penerbitan Sertifikat Tanah

Responsivitas birokrasi adalah salah satu prinsip penting dalam penerapan

Good Governance. Responsivitas itu sendiri diartikan sebagai kemampuan

birokrasi pemerintah untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda

dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik

sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat (Dwiyanto, 2006: 62).

Sementara kepuasan masyarakat adalah tingkat perasaan seseorang setelah

(46)

45

atau daya tanggap merupakan unsur yang sangat penting untuk menciptakan

kepuasan masyarakat, oleh karena itu untuk menciptakan kepuasan masyarakat

maka responsivitas dalam tubuh birokrasi perlu ditingkatkan.

Sejalan dengan itu Frederickson (Dalam Wibowo dkk, 2004:5)

menyatakan bahwa untuk mengatasi masalah ketidakpuasan masyarakat yang

dibutuhkan bukan sekedar Government namun lebih kepada Governance, hal ini

didasari karena konsep dan praktik government dianggap tidak lagi memadai

untuk menyelenggarakan semua urusan publik. Oleh karena itu konsep yang

dianggap relevan adalah konsep Good Governa nce yang salah satu prinsipnya

adalah responsivitas.

Untuk menilai kinerja birokrasi publik tidak cukup hanya dengan

menggunakan indikator efisiensi dan efektivitas tetapi juga harus memperhatikan

akuntabilitas dan responsivitas (Rohman dkk, 2008:2). Hal ini didukung oleh

pendapat Osborne dan Plastrik (dalam Dwiyanto, 2006: 62) menyatakan bahwa

organisasi yang mempunyai responsivitas rendah dengan sendirinya mempunyai

kinerja yang jelek pula. Responsivitas dimasukkan dalam indikator kinerja karena

responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik

dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat.

Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara

pelayanan dan kebutuhan masyarakat, hal tersebut jelas menunjukkan kegagalan

organisasi dalam mewujudkan visi dan misi organisasi publik yaitu menciptakan

tertib pelayanan (Tangkilisan, 2005: 177). Dalam hal ini jika aparat birokrasi di

Gambar

Tabel 1 : Interpretasi korelasi Product Moment Interval Koefisien Tingkat Hubungan
Tabel 6 : Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Tabel 7 : Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 9a : Distribusi Jawaban Masyarakat Mengenai Kesesuaian Pelayanan Yang Disediakan oleh BPN dengan Harapan Masyarakat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya badan pertanahan Nasional kota Medan dalam menyelesaikan sengketa tanah Negara dikota medan adalah setiap sengketa yang

Dalam memperbaiki kinerja pelayanan yang dilakukan oleh Badan Pertanahan Pusat beserta BPN didaerah (kota Pati), Pemerintah juga telah membuat kebijakan reformasi

Keberhasilan dari upaya dan peran yang dilakukan oleh aparatur desa dan pihak Kantor Pertanahan Nasional Kabupaten Bandung Barat dalam meningkatkan kesadaran

Rekomendasi yang diberikan untuk BPN khususnya BPN Salatiga dalam penelitian ini diharapkan dapat membuat pelayanan BPN Salatiga lebih maksimal. Rekomendasi

Dari hasil penelitian tentang standard pelayanan masyarakat yang diberikan oleh petugas pelayanan di kantor BPN kota Depok adalah kurang baik. Hal ini dibuktikan

Peraturan Pemerintah Indonesia Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 pasal 5 tentang pendaftaran tanah yang dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN). 81/1993

Total pengaruh langsung dan tidak langsung variabel gaya kepemimpinan da motivasi kerja karyawan adalah sebesar 36% sedangkan sisanya sebesar 64% dipengaruhi oleh variabel

OLEH BADAN PERTANAHAN NASIONAL Nur Triaji Antasena 254 Artinya bahwa kalau kita kaitkan dengan penertbitan sertifikat pengganti karena hilang, maka dalam prosedurnya harus diumumkan