• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN DALAM PELAYANAN PENERBITAN SERTIFIKAT TANAH SECARA SPORADIK SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN DALAM PELAYANAN PENERBITAN SERTIFIKAT TANAH SECARA SPORADIK SKRIPSI"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN DALAM PELAYANAN PENERBITAN SERTIFIKAT TANAH SECARA

SPORADIK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjanan (SI) Administrasi Publik

Oleh :

WIDYA ANASTASIA TARIGAN

NIM : 140903135

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

ABSTRAK

Pendaftaran Tanah Sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/ kelurahan secara individual atau masal. Pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan, yaitu pihak yang berhak atas objek pendaftaran tanah yang bersangkutan atau kuasanya. Adapun judul penelitian ini adalah Strategi Kantor Pertanahan Kota Medan Dalam Pelayanan Penerbitan Sertifikat Tanah Secara Sporadik

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan analisis kualitatif yang mengemukakan berbagai permasalahan sebagaimana yang terjadi di lapangan dengan menggunakan teori analisis strategi yang disampaikan oleh Fred R. David dimana perlunya melakukan identifikasi terhadap kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman suatu organisasi untuk selanjutnya merumuskan strategi SO, strategi ST, strategi WO, dan strategi WT yang tepat. Teknik pengumpulan data berupa wawancara secara mendalam, observasi lapangan dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kantor Pertanahan Kota Medan telah merumuskan strategi dalam pelayanan penerbitan sertifikat tanah secara sporadik yang meliputi strategi SO, strategi ST, strategi WO, dan strategi WT. Adapun strategi SO adalah peningkatan kinerja pegawai dan aplikasi Sentuh Tanahku, strategi ST adalah peningkatan kualitas pelayanan, strategi WO adalah penigkatan kualitas pengukuran, dan strategi WT adalah peningkatan cakupan peta dasar pertanahan dan peningkatan penanganan kasus pertanahan.

Kata Kunci : Strategi, Pelayanan Publik, Pendaftaran Sporadik

(3)

ABSTRACT

Sporadic Land Registration is a land registration activity for the first time concerning one or more land registration objects in an area or area of a village / kelurahan individually or en masse. Sporadic land registration is carried out at the request of the parties concerned, namely the party entitled to the land registration object concerned or his proxy. The title of this research is Kantor Pertanahan kota Medan Strategy in Sporadic Land Certificate Issuance Service.

The method used in this study is descriptive research with a qualitative analysis approach that presents various problems as they occur in the field using the theory of strategic analysis delivered by Fred R. David where the need to identify the strengths, weaknesses, opportunities, and threats of an organization to then formulating the SO strategy, ST strategy, WO strategy, and the right WT strategy. Data collection techniques in the form of in-depth interviews, field observations and documentation.

The results showed that the Kantor Pertanahan kota Medan had formulated a strategy for sporadic land certificate issuance services which included SO strategies, ST strategies, WO strategies, and WT strategies. As for the SO strategy is the improvement of employee performance and Sentuh Tanahku application, the ST strategy is improving service quality, the WO strategy is increasing the quality of measurement, and the WT strategy is to increase the coverage of the land base map and increase the handling of land cases.

Keywords: Strategy, public service, Sporadic Land Registration

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Sang Pemilik Hidup dan Kehidupan Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan Kurikulum Sarjana Strata-1 (S1) pada Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul skripsi ini adalah Strategi Kantor Pertanahan Kota Medan Dalam Pelayanan Penerbitan Sertifikat Tanah Secara Sporadik.

Pada penyelesaian skripsi ini, penulis sangat banyak mendapatkan bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang khusus dan tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yaitu kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yaitu Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si.

2. Ketua Progam Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yaitu Bapak Dr. Tunggul Sihombing, MA. Selaku dosen pembimbing saya yang telah dengan sabar membimbing peneliti menyelesaikan skripsi ini.

3. Sekretaris Progam Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yaitu Ibu Dra. Asima Yanti

Siahaan, MA, P.hD.

(5)

4. Seluruh jajaran dosen atau staf pengajar Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh Pegawai dan Staf yang bekerja di Kantor Pertanahan Kota Medan

6. Seluruh staff administrasi di Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

7. Kepada orang tua penulis, Ibunda Tercinta Seniwati Sinuraya yang menjadi motivator, yang selalu mendukung, mendoakan dan serta mencintai saya tanpa batas, beserta kedua saudara kandung penulis Pieter Perdana Cornelius Tarigan dan Shiera Catrin Margaret Tarigan.

8. Seluruh teman seperjuangan Program Studi Ilmu Administrasi Publik angkatan 2014 dan para sahabat terdekat Afriani Rolenta Naibaho, Astri Veronika Simamora, Naomi Natasha Lubis, Natalia Pesta Hutapea, dan Yohanna Yunitha Simangunsong yang sudah mendukung dalam proses perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini, dan

9. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhirnya, saya berharap Tuhan berkenan membalas segala kebaikan

semua pihak yang telah membantu . Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini

belum sempurna namun Penulis berharap, skripsi ini dapat memberikan hal

yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca, dan bagi

pegembangan keilmuan.

(6)

Medan, Oktober 2018

Penulis

Widya Anastasia Tarigan

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Strategis ... 8

2.1.1Manfaat Manajemen Strategi ... 10

2.1.2 Proses Manajemen Strategi ... 11

2.2 Pelayanan Publik ... 19

2.2.1 Asas-Asas Pelayanan Publik ... 21

2.2.2 Dimensi Pelayanan Publik ... 22

2.3 Sertifikat Tanah ... 23

2.4 Hipotesis Kerja ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian ... 26

3.2 Lokasi Penelitian ... 27

3.3 Informan Penelitian ... 27

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.5 Teknik Analisis Data ... 30

3.6 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 31

(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kantor Pertanahan Kota Medan ... 35

4.1.1 Deskripsi Kota Medan ... 35

4.1.2 Kantor Pertanahan Kota Medan ... 35

4.2 Peranan Kantor Pertanahan Kota Medan dalam Pelayanan Pendaftaran Tanah Pertama Kali... 42

4.3 Analisis Strategi Strength-Opportunity (SO), Strength-Treath (ST), Weakness- Opportunity (WO), dan Weakness-Treath (WT) ... 57

4.3.1 Analisis strategi SO dalam Pelayanan Penerbitan Sertifikat Tanah Secara Sporadik ... 58

4.3.2 Analisis strategi ST dalam Pelayanan Penerbitan Sertifikat Tanah Secara Sporadik ... 71

4.3.3 Analisis strategi WO dalam Pelayanan Penerbitan Sertifikat Tanah Secara Sporadik ... 78

4.3.4 Analisis strategi WT dalam Pelayanan Penerbitan Sertifikat Tanah Secara Sporadik ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 96

5.2 Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 101

LAMPIRAN ... 1

(9)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Matriks SWOT ... 14

Bagan 3.1 Informan Penelitian ... 28

Bagan 3.2 Proses Triangulasi ... 33

Bagan 4.1 Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kota Medan... 40

Bagan 4.2 Prosedur Pelayanan Pendaftaran Tanah Secara Sporadik ... 55

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Tahapan Manajeman Strategis ... 12

Gambar 4.1 Aplikasi Komputerisasi Kantor Pertanahan ... 59

Gambar 4.2 Media Sosial Kantor Pertanahan Kota Medan ... 64

Gambar 4.3 Aplikasi Sentuh Tanahku ... 66

Gambar 4.4 Layanan Non Tunai dengan mesin EDC ... 75

Gambar 4.5 Layanan Giat Antar Sertifikat ... 76

Gambar 4.6 Loket pemohon Langsung ... 77

Gambar 4.7 Himbauan “Jangan Menggunakan Calo” ... 78

Gambar 4.8 Kegiatan Pegawai Kantor Pertanahan Kota Medan ... 80

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Observasi ... 41

Lampiran 2. Pedoman Wawancara ... 42

Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi ... 44

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sudah sejak dulu tanah menjadi sumber kehidupan sekaligus permasalahan bagi masyarakat. Besarnya faktor ketergantungan manusia atas tanah, menjadikan tanah kerap sebagai objek perebutan, yang tak jarang melahirkan beragam konflik.

Tanah memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional maupun untuk kebutuhan manusia secara pribadi. Bagi masyarakat kebutuhan akan tanah merupakan fungsi pokok bagi kelangsungan hidup (sebagai tempat tinggal, lahan bisnis atau investasi). Karena tanah dinilai sebagai suatu harta yang mempunyai sifat permanen dan dapat diwariskan bagi kehidupan di masa mendatang. Sehingga dapat disimpulkan tanah adalah salah satu kebutuhan dasar bagi masyarakat.

Untuk membuktikan bahwa seseorang mempunyai hak atas suatu tanah,

maka diperlukan adanya sebuah surat tanda bukti yang disebut dengan sertifikat

tanah. Pemerintah telah mengeluarkan UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan

Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) yang bertujuan untuk memberikan

kemakmuran, kebahagiaan dan kesejahteraan bagi negara dan rakyat. UUPA ini

juga dimaksudkan mampu mengatasi konflik-konflik pertanahan dan memberikan

kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi seluruh rakyat. Sehingga

apabila terjadi sengketa tanah, maka penyelesaian secara formal mengharuskan

setiap pemegang hak atas tanah bisa membuktikan dengan bukti-bukti tertulis

(sertifikat tanah).

(13)

Di Indonesia, sertifikat hak-hak atas tanah berlaku sebagai alat bukti yang kuat sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA dan pasal 32 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Kajian mengenai kekuataan berlakunya sertifikat sangat penting karena pertama, sertifikat memberikan kepastian hukum kepemilikan tanah sehingga dapat mencegah sengketa tanah.

Kedua, dengan kepemilikan sertifikat, pemilik tanah dapat melakukan perbuatan hukum apa saja sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan.

Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Republik IndonesiaNo 18 Tahun 2017 Tentang perubahan atas peraturan kepala BPN No 2 Tahun 2013 tentang pelimpahan kewenangan pemberian hak atas tanah dan kegiatan pendaftaran tanah dijelaskan bahwa Lembaga yang mempunyai wewenang dalam mengeluarkan sertifikat tanah adalah Badan Pertanahan Nasional (BPN). Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dan dipimpin oleh kepala Badan Pertanahan Nasional memiliki tanggungjawab dalam pelaksanaan pelayanan dibidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral. Dalam upaya untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara berdaya guna dan berhasil guna, maka Badan Pertanahan Nasional telah menyusun struktur organisasi dan tata kerja perangkatnya mulai dari tingkat pusat sampai ketingkat kabupaten/kota.

Kantor Pertanahan Kota Medan merupakan salah satu kantor Pertanahan Kabupaten/kota yang melaksanakan kegiatan pelayanan dibidang pertanahan.

Adapun fungsi Kantor Pertanahan Kota Medan sendiri, antara lain: (a)

(14)

Pengolahan data dan informasi dibidang pertanahan; (b) Pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah serta pembatalan dan penghentian hubungan hukum antar orang, dan/atau badan hukum dengan tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (c) Penyelenggaraan dan pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan dibidang pertanahan; (d) Kerjasama dengan lembaga-lembaga lain dan melakukan pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan tanah; (e) Pembinaan fungsional dan pembinaan lembaga yang berkaitan dengan bidang pertanahan dan melakukan latihan sumber daya manusia di bidang pertanahan. Berdasarkan fungsi-fungsi tersebut sudah semestinya Badan Pertanahan Nasional Kota Medan dapat memberikan pelayanan yang sesuai harapan masyarakat.

Namun permasalahan yang kerap terjadi dalam pengurusan sertifikat tanah di Kantor Pertanahan kota Medan adalah masyarakat seringkali dihadapkan pada begitu banyak ketidakpastian pada saat mereka memperoleh pelayanan.

Masyarakat tidak pernah dapat memprediksi kapan urusan sertifikatnya dapat

diselesaikan. Ketidakpastian tidak hanya berlaku untuk waktu, tetapi terjadi juga

dengan biaya layanan. Biaya seringkali berbeda-beda tergantung pada banyak

faktor yang tidak sepenuhnya dapat dikendalikan oleh masyarakat. Seperti

masalah yang diperoleh dari (http://medan.tribunnews.com/2018/01/19/alamak-

notaris-pun-terpaksa-pakai-calo-bpn-urus-sertifikasi-tanah

diakses pada tanggal 4 februari 2018 pukul 20.30 WIB

) dimana Kantor Pertanahan kota Medan dianggap

memiliki prosedur pelayanan yang berbelit-belit karena melibatkan hampir

seluruh kepala seksi Kantor Pertanahan kota Medan dan pihak di tiap kelurahan di

(15)

kota Medan, hal ini membuat masyarakat untuk rutin datang ke Kantor Pertanahan Kota Medan dan mengurus kelengkapan berkas yang masih kurang.

Hal tersebut menjadi kendala bagi masyarakat terutama yang memiliki pekerjaan, karena tidak memungkinkan bagi mereka untuk datang secara rutin ke Kantor Pertanahan kota Medan. Kantor Pertanahan kota Medan sendiri telah melarang adanya calo dalam pengurusan sertifikat tanah di Kantor Pertanahan kota Medan namun banyak masyarakat yang masih memanfaatkan jasa calo untuk membantu pengurusan sertifikat tanah karena menghadapi ketidakjelasan dan menghabiskan banyak waktu. Tidak hanya kegiatan percaloan, aksi punglipun masih kerap terjadi walau lebih tertutup dibanding dulu.

Kepala Ombudsman RI Perwakilan Sumut Abyadi Siregar berpendapat dengan banyaknya permasalahan yang terjadi sudah semestinya Kantor Pertanahan kota Medan mereformasi diri dalam upaya memberikan pelayanan kepada publik. Kantor Pertanahan kota Medan seharusnya mempermudah urusan pertanahan masyarakat seperti yang telah di perintahkan oleh presiden Joko Widodo bukan malah sebaliknya. Standar pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan masyarakat adalah salah satu yang perlu di reformasi oleh Kantor Pertanahan kota Medan.

(file:///F:/Proposal%20strategi/SKRIPSI/DATA/BPN%20Belum%20Reformasi%

20Diri,%20Urus%20Sertifikat%20Tanah%20Masih%20Berbelit-belit%20-

%20Tribun%20Medan.html.

diakses pada tanggal 11 April 2018 pukul 20.30 WIB)

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan di atas,

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Strategi Kantor

Pertanahan Kota Medan Dalam Pelayanan Penerbitan Sertifikat Tanah

Secara Sporadik”.

(16)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah

“Bagaimana strategi kantor pertanahan kota Medan dalam pelayanan penerbitan sertifikat tanah secara sporadik?’’

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang diajukan mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian. Suatu riset khusus dalam pengetahuan empiris pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran ilmu pengetahuan itu sendiri. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu, untuk mengetahui bagaimana strategi kantor pertanahan kota Medan dalam pelayanan penerbitan sertifikat tanah secara sporadik.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus penelitian dan tujuan yang ingin dicapai, maka penelitian diharapkan memberikan manfaat antara lain:

1. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan keilmuan dalam bidang Administrasi Publik khususnya yang berkaitan dengan Strategi Pelayanan Publik.

2. Manfaat akademis, diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan

manfaat bagi akademisi/pihak-pihak yang berkompeten dalam pencarian

informasi atau sebagai referensi mengenai strategi kantor pertanahan kota

Medan dalam pelayanan penerbitan sertifikat tanah secara sporadik..

(17)

3. Manfaat praktis dalam penelitian ini, diharapkan mampu memberikan

masukan bagi kantor pertanahan kota Medan dalam meningkatkan strategi

kantor pertanahan kota Medan dalam pelayanan penerbitan sertifikat tanah

secara sporadik.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka digunakan untuk memberikan landasan berpikir yang berguna untuk membantu penelitian terutama dalam memecahkan masalah.

Tinjauan pustaka juga sebagai pedoman teoritis yang diharapkan mampu membantu peneliti dalam memahami permasalahan yang diteliti dan sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan.

2.1 Manajemen Strategi

Manajemen strategi mengandung dua unsur kata yaitu, “manajemen” dan

“strategi”. Manajamen merupakan segala bentuk usaha mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan yang fungsinya untuk mencapai tujuan dengan memanfaatkan sumber daya baik sumber daya manusia dan sumber daya non-manusia. Sumber daya manusia dan sumber daya non-manusia merupakan kekayaan (asset) organisasi yang harus didayagunakan secara optimal sehingga diperlukannya suatu manajemen untuk mengatur keduanya sedemikian rupa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal oleh suatu organisasi.

Adapun definisi manajemen yang dikutip oleh Malayu S.P. Hasibuan (2012;1) menyatakan “manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.

Kemudian menurut G.R. Terry (2010;16) menjelaskan bahwa “Manajemen

merupakan suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan,

(19)

pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya”.

Selain manajemen, adanya strategi merupakan hal yang penting karena strategi juga mendukung tercapainya suatu tujuan. Strategi biasanya memiliki keunikan yang berbeda dari organisasi lain. Strategi juga mampu mempengaruhi kesuksesan pada setiap organisasi karena pada dasarnya strategi dapat dikatakan sebagai rencana untuk jangka panjang. Berikut pendapat ahli tentang strategi:

Menurut Chandler (1962) dalam Rangkuti (2014 : 3) mendefenisikan strategi sebagai alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.

Hampir sama dengan Wheelen dan Hunger (2012) strategi perusahaan merupakan perencanaan komprehensif tentang bagaimana perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya. Strategi akan memaksimalkan keunggulan kompetitif dan meminimalkan keterbatasan bersaing.

Berdasarkan pendapat diatas maka di dapati bahwa strategi merupakan salah satu alat yang dapat digunakan oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan.

Adapun manajeman strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan sains dalam

memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas-

fungsional yang membuat organisasi dapat memperoleh tujuannya. Manajemen

strategis berfokus pada pengintegrasian manajemen, pemasaran, keuangan dan

akuntansi, produksi dan operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem

informasi untuk memperoleh keberhasilan organisasi. (Fred R. David, 2015: 3).

(20)

Senada dengan itu, Menurut Viljoen dalam Heene (2010:76), manajemen strategi adalah suatu proses dari pengidentifikasian, pemilihan, dan pengimplementasian aktivitas-aktivitas yang dapat memperbaiki kinerja jangka panjang dari organisasi, melalui penentuan arah disertai melanjutkan komitmen ataupun penyesuaian antara keterampilan internal dengan sarana-sarana dari organisasi berikut pula dengan lingkungan yang berubah evolutif dimana organisasi itu beroperasi.

Dari pengertian manajemen strategi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen strategis adalah cara atau upaya merumuskan strategi untuk menyesuaikan organisasi dengan lingkungan baik internal maupun eksternal, serta memastikan bahwa kegiatan pelaksanaan strategi dapat berjalan dengan baik.

2.1.1 Manfaat Manajemen Strategi

Manajemen strategi dapat dimanfaatkan oleh suatu organisasi yang menerapkankannya untuk pembuatan strategi organisasi yang lebih baik.

Menurut Fred R. David (2015: 14) manfaat utama dari manajemen strategis adalah membantu organisasi untuk merumuskan strategi-strategi yang lebih baik melalui penggunaan pendekatan terhadap pilihan strategi yang lebih sistematis, logis, dan rasional. Manfaat lainnya adalah hadirnya peluang bahwa proses tersebut menyediakan ruang yang mampu memberdayakan individu.

Keuntungan yang diperoleh dari penerapan manajemen strategi ada dua yaitu:

a. Keuntungan Keuangan. Perusahaan yang menggunakan konsep

manajemen strategis menunjukkan peningkatan signifikan dalam

penjualan, tingkat keuntungan, dan produktivitas dibandingkan dengan

(21)

perusahaan yang tidak menggunakan konsep manajemen strategis.

Perusahaan dengan sistem perencanaan yang mencerminkan teori manajemen strategis secara umum menunjukkan kinerja keuangan jangka panjang yang superior dibandingkan dengan industrinya.

b. Keuntungan Non Keuangan. Selain memberi manfaat keuangan, manajemen strategi juga memberi manfaat lain seperti yang dikemukakan oleh david manajemen strategi juga menawarkan manfaat dalam wujud lainnya, seperti meningkatkan kesadaran atas ancaman eksternal, pemahaman yang meningkat akan strategi pesaing, peningkatan produktivitas karyawan, berkurangnya resistensi terhadap perubahan, dan pemahaman yang lebih jelas dari hubungan kinerja- imbalan.

Manajemen strategis menuntut kinerja tinggi dan mendorong karyawan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan sehingga melatih mereka untuk inisiatif dan imajinasi. Selain itu proses manajemen strategis juga mengidentifikasi dan merasionalisasi kebutuhan perubahan untuk semua manejer dan karyawan perusahaan, ini akan membantu mereka melihat perubahan sebagai kesempatan, bukannya ancaman. Sehingga dapat disimpulkan bahwa organisasi yang menggunakan manajemen strategis lebih menguntungkan dan berhasil dibandingkan organisasi yang tidak menggunakan manajemen strategis.

2.1.2 Proses Manajemen Strategis

Proses manajeman strategis dapat dipelajari dan diaplikasikan secara baik menggunakan suatu model. Model tersebut memang tidak menjamin kesuksesan, namun dapat merepretasikan pendekatan yang jelas dan praktis untuk memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi strategi.

Hubungan antara komponen-komponen besar dari proses manajemen strategis

ditunjukkan dalam model manajemen strategis. Fred R. David (2015: 12)

mengemukakan model manajemen strategi dimulai dari perumusan strategi

(22)

(strategy Formulation), pelaksanaan strategi (strategy implementation), dan evaluasi strategi (Strategy Evaluation).

Hampir senada dengan Fred, Wheelen and Hunger (2012:63) mengemukakan bahwa proses manajemen strategis merupakan tahapan yang didalamnya terdapat suatu kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Hal tersebut termasuk analisis lingkungan (lingkungan eksternal dan internal), formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi dan kontrol.

Gambar 2.1: Proses Tahapan Manajemen Strategik

Sumber : Wheelen and Hunger (2012:63)

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa dalam proses manajemen strategi saling memiliki interaksi dan hubungan timbal balik dari tahap yang pertama hingga tahap yang terakhir. Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian kelapangan terkait dengan analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal kantor pertanahan kota Medan juga formulasi strategi di kantor pertanahan kota Medan.

a. Analisis Lingkungan

Analisis lingkungan merupakan kegiatan memonitor, evaluasi, dan mengumpulkan informasi dari lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Tujuannya yaitu untuk mengidentifikasi faktor strategis, elemen eksternal dan internal akan memutuskan strategi dimasa yang akan datang bagi perusahaan (Wheelen and Hunger, 2012:64).

Analisis lingkungan

Implementasi Strategi

Evaluasi dan kontrol Formulasi

Strategi

(23)

Untuk melakukan analisis lingkungan ini memerlukan suatu alat analisis yang dinamakan analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mendeskripsikan Strengths (Kekuatan), Weaknesses (Kelemahan), Opportunities (Peluang), dan Threaths (Ancaman) dalam suatu proyek ataupun kegiatan suatu organisasi. Setelah dilakukan analisis SWOT yang memetakan analisis lingkungan eksternal dan internal perusahaan, maka suatu organisasi tentunya memikirkan bagaimana perusahaan menggunakan analisis SWOT dalam menuangkan strategi yang akan dilakukan. Dalam penyusunan strategi, perusahaan tidak selalu harus mengejar semua peluang yang ada.

Tetapi, perusahaan dapat membangun suatu keuntungan kompetitif dengan mencocokkan kekuatannya dengan peluang masa depan yang akan dikejar.

Sedangkan matriks SWOT merupakan alat pencocokan penting yang

membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi: strategi kekuatan-

kesempatan (strengths-opportunities-SO), strategi kelemahan-kesempatan

(weaknesses-opportunities-WO), strategi kekuatan-ancaman (strengths-

threats-ST), dan strategi kelemahan-ancaman (weaknesses-threats-WT)

(David, Fred 2016: 171). Untuk lebih jelasnya dibawah ini telah

digambarkan matriks SWOT.

(24)

Bagan 2.1: Matriks SWOT Internal

Eksternal

Strength (S)

Identifikasi kekuatan

Weakness (W)

Identifikasi kelemahan Opportunity (O)

Identifikasi peluang

Strategi (SO)

Menciptakan strategi yang menggunakan

kekuatan untuk

memanfaatkan peluang

Strategi (WO)

Menciptakan strategi yang meminimal kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Threats (T) Identifikasi ancaman

Strategi (ST)

Menciptakan strategi yang menggunakan

kekuatan untuk

mengatasi ancaman

Strategi (WT)

Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

Sumber: David, Fred.R (2016: 173)

Dari matriks SWOT di atas dapat diperoleh 4 strategi yaitu : 1) Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal.

2) Strategi ST

Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. Strategi ST menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.

3) Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.

4) Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman.

Strategi WT bertujuan untuk mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal.

Hasil analisis SWOT ini akan memberikan sebuah arahan kearah mana

perusahaan akan memberikan perumusan strategi, implementasi bahkan

(25)

evaluasi yang dapat mendukung keunggulan perusahaan dan kesempatan yang ada untuk perkembangan sebuah perusahaan dan rumusan strategi yang dapat memperkecil kelemahan bahkan memprediksi ancaman di masa depan serta menghasilkan cara untuk mengantisipasinya. Manfaat dari analisis ini adalah untuk dapat melihat suatu topik atau suatu permasalahan yang di lihat dari 4 sisi berbeda. Hasil yang ditemukan akan menjadi analisa yang dapat menjadi rekomendasi atau arahan tentang bagaimana mempertahankan perusahaan di masa yang akan datang dengan berbagai perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan internal maupun lingkungan eksternal eksternal.

b. Formulasi Strategi

Formulasi strategi merupakan pengembangan perencanaan jangka panjang untuk manajemen yang efektif melalui analisis lingkungan.

Termasuk juga didalamnya terdapat misi, visi, dan tujuan dari perusahaan, mengembangkan strategi, dan pengarahan kebijakan (Wheelen and Hunger, 2012:65).

1) Misi

Misi dapat didefinisikan sebagai alasan atau tujuan suatu organisasi

berdiri. Misi merupakan langkah awal dari proses pengembangan strategi

perusahaan. Oleh karena itu, sebuah misi yang efektif akan sangat

membantu perusahaan dalam memformulasikan strateginya (Luis et al,

2011:41). Pengertian lain dari misi yaitu maksud unik yang membedakan

suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis dan

(26)

mengidentifikasikan lingkup operasinya dalam hal produk, pasar, serta teknologi (Pearce & Robinson, 2008:31).

Misi merupakan langkah awal dari proses pengembangan strategi perusahaan. Oleh karena itu, sebuah misi yang efektif akan sangat membantu perusahaan dalam memformulasikan strateginya. Adapun enam kriteria sebuah misi yang efektif adalah (Luis et al, 2011:41):

a) Jelas dan singkat

Sebuah misi harus jelas dan dimengerti oleh semua karyawan, mudah diingat, dan secara jelas menggambarkan bisnis apa yang dijalankan oleh perusahaan. Dengan membaca sebuah misi yang baik, orang dapat secara langsung mengetahui produk atau jasa yang diberikan oleh perusahaan tersebut.

b) Unik

Misi harus menggambarkan keunikan dari sebuah perusahaan.

Keunikan tersebut dapat berupa suatu kompetensi dari perusahaan yang berbeda atau menonjol dibandingkan dengan kompetitor.

c) Fleksibel

Sebuah misi yang baik akan memberikan fleksibilitas kepada perusahaan dalam berbisnis, namun tidak terlalu fleksibel sehingga kehilangan fokus.

d) Pengambilan keputusan

Misi harus membantu manajemen dalam proses pengambilan keputusan.

e) Budaya organisasi

Secara implisit, misi dapat menggambarkan budaya dari perusahaan atau organisasi.

f) Memberikan inspirasi

Misi harus menginspirasi seluruh bagian dari organisasi.

2) Visi

Visi menggambarkan aspirasi dasar atau mimpi dari sebuah

organisasi, yang biasanya merupakan inisiatif pendiri atau pemimpin

organisasi dengan dukungan dari semua karyawan. Visi menggambarkan

keberhasilan masa depan yang ingin dicapai, berjangka waktu 10-20

tahun, bahkan 50 tahun kedepan (Luis et al, 2011:43). Pernyataan visi

menyajikan maksud strategis perusahaan yang memfokuskan energi dan

(27)

sumber daya perusahaan pada pencapaian masa depan yang diinginkan (Pearce & Robinson, 2008:44). Adapun enam kriteria dari sebuah visi yang efektif adalah sebagai berikut (Luis et al, 2011:43):

a) Dapat dibayangkan

Visi harus dapat memberikan gambaran masa depan yang akan dicapai oleh perusahaan.

b) Diinginkan

Sebuah visi harus menjadi keinginan atau mengadopsi kepentingan jangka panjang dari karyawan, pelanggan, pemegang saham, dan pihak-pihak lainnya yang memiliki keterkaitan dengan perusahaan.

c) Dapat dicapai

Visi mengandung sasaran-sasaran jangka panjang yang realistis dan dapat tercapai.

d) Fokus

Visi harus jelas dalam memberikan panduan dalam proses pengambilan keputusan.

e) Fleksibel

Visi memberikan keleluasaan bagi perusahaan dalam menetapkan inisiatif atau tanggapan terhadap perubahan lingkungan bisnis.

f) Dapat dikomunikasikan

Sebuah visi harus mudah untuk dikomunikasikan dan dapat dengan mudah dijelaskan dalam waktu kurang dari lima menit.

Dalam pembentukan visi dan misi perusahaan, nilai budaya merupakan sesuatu pernyataan yang tidak terpisahkan. Nilai budaya perusahaan merupakan keyakinan atau kepercayaan mendasar dari apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan dalam mengeksekusi strategi dan merealisasikan misi dan visi perusahaan (Luis et al, 2011:44).

3) Tujuan

Pernyataan tujuan merupakan uraian dari visi yang menjadi sasaran

jangka menengah yang konkret dan terukur. Pernyataan tujuan adalah

sebuah “foto” dari apa yang diharapkan dalam visi dan misi untuk jangka

waktu 3-5 tahun ke depan dan merupakan perjalanan untuk mencapai

visi. Karena pernyataan tujuan adalah gambaran jangka menengah dari

(28)

perjalanan mencapai visi, target yang dibuat, pernyataan tujuan perlu mencerminkan keadaan masa depan yang ingin dicapai perusahaan secara konkret dan terukur. Dengan melihat tingkat pencapaian dari pernyataan tujuan, manajemen bisa menilai seberapa baik organisasi tersebut telah mengarah pada visi yang ingin dicapai (Luis et al, 2011:45).

4) Strategi

Strategi adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan secara berbeda atau lebih baik dari kompetitor (atau masa lalu) untuk memberi nilai tambah kepada pelanggan sehingga mampu mencapai sasaran jangka menengah atau jangka panjang perusahaan (Luis et al, 2011:61). Menurut Chandler (1962) yang dikutip dalam Kuncoro (2006:1), strategi adalah penentuan tujuan dan sasaran jangka panjang perusahaan, diterapkannya aksi dan alokasi sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

5) Kebijakan

Kebijakan merupakan suatu pengarahan untuk melakukan

pengambilan keputusan dalam tahap formulasi strategi dengan

implementasinya. Perusahaan menggunakan kebijakan untuk membuat

karyawan dan seluruh pihak perusahaan membuat keputusan dan

melakukan aksi yang mendukung misi, tujuan, dan strategi perusahaan

(Wheelen and Hunger, 2012:69).

(29)

2.2 Pelayanan Publik

Pelayanan publik merupakan sebuah tindakan yang dilakukan oleh pemerintah atau lembaga pemerintah dalam memberi dan menyediakan layanan yang di butuhkan oleh masyarakat umum baik berupa barang ataupun jasa.

Adapun dibawah ini terdapat beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian dari pelayanan publik, anatara lain:

Menurut Ahmad dkk. (2010)dalamMukarom dan Muhibudin (2016 : 41) pelayanan publik adalah:

“Pelayanan atau pemberian terhadap masyarakat berupa penggunaan fasilitas umum, baik jasa maupun nonjasa, yang dilakukan oleh organisasi publik, yaitu pemerintah”. Penerima pelayanan publik adalah individu atau kelompok orang dan/atau badan hukum yang memiliki hak dan kewajiban terhadap suatu pelayanan publik.”

Menurut Sinambela (2008) dalam Mukarom dan Muhibudin (2016 : 41) pelayanan publik atau pelayanan umum adalah :

“Setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.”

Sedangkan menurut Kurniawan (2005) dalam Mukarom dan Muhibudin (2016 : 43) pelayanan publik adalah:

“Pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang diterapkan.”

Dengan melihat teori para ahli di atas maka penulis dapat menyimpulkan

bahwa pelayanan publik adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah

melalui pemberian (melayani) kepada masyarakat berupa fasilitas umum baik jasa

(30)

dan nonjasa sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang diterapkan dalam kepentingan publik.

2.2.1 Asas-asas Pelayanan Publik

Menurut Ibrahim (2008: 19) menyatakan bahwa pada dasarnya pelayanan publik dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan terpadu yang bersifat sederhana, terbuka, lancar, tepat lengkap, wajar dan terjangkau. Oleh karena itu pelayanan publik mengandung unsur-unsur dasar asas-asas antara lain sabagai berikut :

a. Hak dan kewajiban, baik bagi pemberi dan penerima pelayanan publik tersebut harus jelas dan diketahui dengan baik oleh masing-masing pihak, sehingga tidak ada keragu-raguan dalam pelaksanaannya.

b. Pengaturan setiap bentuk pelayanan umum harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar, berdasarkan ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku, dengan tetap berpegang pada efisiensi dan efektivitasnya.

c. Mutu proses keluaran dan hasil pelayanan publik tersebut harus diupayakan agar dapat memberikan keamanan, kenyamanan, kelancaran, dan kepastian hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

d. Apabila pelayanan publik yang di selenggarakan oleh instansi atau lembaga pemerintah atau pemerintahan “terpaksa harus mahal”, maka berkewajiban “memberi peluang” kepada masyarakat untuk ikut menyelenggarakannya. Demikian pembahasan mengenai Materi Pelayanan Publik tentang Jenis Pelayanan Publik Dan Asas Pelayanan Publik

Menurut Ratminto (2006) dalam Mukarom dan Muhibudin (2016 : 127), beberapa asas dalam penyelenggaraan pelayanan pemerintah dan perizinan yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

a. Empati dengan masyarakat. Pegawai yang melayani urusan perizinan dari isntansi penyelenggara jasa perizinan harus dapat berempati dengan masyarakat pengguna jasa layanan.

b. Pembatasan prosedur. Prosedur dirancang sependek mungkin sehingga menerapkan konsep one stop shop.

c. Kejelasan tata cara pelayanan. Tata cara pelayanan harus didesain

sesederhana mungkin dan dikomunikasikan kepada masyarakat

pengguna jasa pelayanan.

(31)

d. Minimalisasi persyaratan pelayanan. Persyaratan dalam mengurus pelayanan harus dibatasi sesedikit mungkin dan sebanyak yang benar- benar diperlukan.

e. Kejelasan kewenangan. Kewenangan pegawai yang melayani masyarakat pengguana jasa pelayanan harus dirumuskan sejelas mungkin dengan membuat bagan tugas dan distribusi kewenangan.

Dengan demikian, tidak ada duplikasi tugas dan kekosongan tugas.

f. Transparansi biaya. Biaya pelayanan harus ditetapkan seminimal mungkin dan setransparan mungkin.

g. Kepastian jadwal dan durasi pelayanan. Jadwal dan durasi pelayanan juga harus pasti sehingga masyarakat memiliki gambaran yang jelas.

h. Minimalisasi formulir. Formulir-formulir harus dirancang secara efisien sehingga akan dihasilkan formulir komposit (satu formulir yang dapat dipakai untuk berbagai keperluan).

i. Maksimalisasi masa berlakunya izin. Untuk menghindari terlalu seringnya masyarakat mengurus izin, masa berlakunya izin harus ditetapkan selama mungkin.

j. Kejelasan hak dan kewajiban pemerintah dan pengguna layanan. Hak- hak dan kewajiban-kewajiban, baik bagi providers maupun bagi customers harus dirumuskan secara jelas dan dilengkapi dengan sanksi serta ketentuan ganti rugi.

Pada penjelasan di atas Ibrahim menyatakan terdapat 4 asas yang terkandung dalam pelayanan publik sedangkan Ratminto lebih memspesifikan lagi bahwa terdapat 10 asas yang harus terkandung dalam penyelenggarakan pelayanan pemerintah dan perizinan.

2.2.2 Dimensi pelayanan publik

Menurut Zeithaml dalam Mukarom dan Muhibudin (2016 : 126) terdapat sepuluh dimensi yang harus diperhatikan dalam melihat tolak ukur saat memberikan pelayanan, yaitu sebagai berikut.

a. Tangible, terdiri atas fasilitas fisik, peralatan, personil, dan komunikasi.

b. Reliable, terdiri atas kemampuan unit pelayanan dalam menciptakan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat.

c. Responsiveness, kemauan untuk membantu masyarakat baertanggungjawab terhadap kualitas pelayanan yang diberikan.

d. Competence,tuntutan yang dimilikinya, pengetahuan dan keterampilan yang baik oleh aparatur dalam memberikan pelayanan.

e. Courtesy, sikap atau perilaku ramah, bersahabat, tanggap terhadap

keinginan masyarakat, serta melakukan kontak atau hubungan pribadi.

(32)

f. Credibility, sikap jujur dalam setiap upaya dalam menarik kepercayaan masyarakat.

g. Sucurity, jasa pelayanan yang diberikan harus bebas dari berbagai bahaya dan resiko.

h. Access, terdapat kemudahan untuk mengadakan kontak dan pendekatan.

i. Communication, kemauan pemberi layanan untuk mendengarkan suara, keinginan atau aspirasi pelanggan, sekaligus kesediaan untuk selalu menyampaikan informasi baru kepada masyarakat.

j. Understanding the customer, melakukan segala usaha untuk mengetahui kebutuhan pelanggan.

Pada penjelasan di atas Zeithaml menyatakan terdapat sepuluh dimensi yang harus diperhatikan dalam melihat tolak ukur ketika memberikan pelayanan.

2.3 Sertifikat Tanah

Sertifikat hak atas tanah adalah bukti kepemilikan seseorang atas suatu tanah beserta bangunannya. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 4 ayat (1), Pasal 3 huruf a Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (“PP Pendaftaran Tanah”):

Pasal 4 ayat (1) PP Pendaftaran Tanah:

Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a kepada pemegang hak yang bersangkutan diberikan sertifikat hak atas tanah.

Pasal 3 huruf a PP Pendaftaran Tanah:

Pendaftaran tanah bertujuan:

a. untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak- hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan;

Berdasarkan uraian pasal tersebut dapat kita simpulkan bahwa sertifikat

hak atas tanah berguna sebagai alat bukti kepemilikan suatu hak atas tanah bagi

pemegang hak atas tanah yang telah melakukan pendaftaran tanah di kantor

(33)

pertanahan. Sedangkan yang dimaksud dengan pendaftaran tanah menurut Tehupeiory (2012: 6) merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri atas:

1) pengumpulan, pengelolaan, penyimpanan, dan penyajian data fisik bidang-bidang tanah tertentu;

2) pengumpulan, pengelolaan, penyimpanan, dan penyajian data yuridis tertentu;

3) penerbitan surat tanda bukti haknya; dan

4) pencatatan perubahan-perubahan pada data fisik dan data yuridis yang terjadi kemudian.

Maka dapat diartikan bahwa pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan pemerintah melalui Badan Pertanahan Nasional secara terus- menerus dan berkesinambungan, meliputi pengumpulan keterangan-keterangan mengenai suatu tanah, yang berada di wilayah tertentu yang kemudian diproses, disimpan, dan disajikan dalam rangka memenuhi tujuan terselenggaranya pendaftaran tanah tersebut. Pendaftaran tanah dilaksanakan melalui dua sistem, yaitu:

1) Pendaftaran Tanah Sistematik

Adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua objek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah suatu desa/ kelurahan.

Pendaftaran tanah secara sistematik diselenggarakan atas prakarsa

pemerintah berdasarkan suatu rencana kerja jangka panjang dan

tahunan serta dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh

Menteri Negara Agraria/ Kepala BPN. Seperti saat ini program yang

sedang di jalankan oleh pemerintah dalam pendataran tanah sistematik

adalah program PTSL.

(34)

2) Pendaftaran Tanah Sporadik

Adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/ kelurahan secara individual atau masal.

Pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan, yaitu pihak yang berhak atas objek pendaftaran tanah yang bersangkutan atau kuasanya. Dalam hal ini yang ingin di teliti oleh peneliti berkaitan dengan strategi pelayanan pendaftaran tanah sporadik di Badan Pertanahan Nasional kota Medan.

2.4 Hipotesis Kerja

Hipotesis (Sugiyono, 2016: 134-135) merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang

diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-

fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Hipotesis kerja adalah

hipotesis yang akan diuji. Adapun hipotesis kerja dalam penelitian ini adalah

untuk mengarahkan penulis dalam membahas bagaimana strategi Kantor

Pertanahan Kota Medan dalam usaha meningkatkan pelayanan sertifikat tanah

terkait dengan strategi SO, strategi ST, strategi WO, dan strategi WT. Sejalan

dengan teori Fred R. David dan strategi Kantor Pertanahan Kota Medan, maka

penulis merumuskan hipotesis kerja, yaitu strategi pelayanan sertifikat tanah di

Kantor Pertanahan Kota Medan meliputi strategi SO, strategi ST, strategi WO,

dan strategi WT.

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu menjelaskan fenomena secara mendalam melalui pengumpulan data. Penelitian ini muncul karena adanya perubahan paradigma sehingga dapat dipandang sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis dan penuh makna. Menurut Bodgan dan Biklen (1982) dalam Sugiyono (2016:

40), secara umum penelitian kualitatif memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data dan

peneliti adalah instrumen kunci

b. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.

c. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome

d. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif

e. Penelitian kualitatif lebih menekanka makna (data dibalik yang teramati).

Berdasarkan pengertian di atas, maka penelitian ini adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan dan menguraikan strategi SO, strategi ST, strategi WO, dan strategi WT Kantor Pertanahan Kota Medan dalam pelayanan sertifikat.

Untuk melihat bagaimana pelaksanaan strategi pelayanan sertifikat penulis

menggunakan analisis SWOT untuk mengidentifikasi faktor lingkungan internal

yang terdiri atas kekuatan ( strength) dan kelemahan (weakness) serta lingkungan

eksternal yang meliputi peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Penelitian

yang dilakukan dengan mengumpulkan informasi tentang strategi SO, strategi ST,

strategi WO, dan strategi WT melalui sumber informasi yaitu informan penelitian

dengan melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi yang berpedoman

(36)

pada pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman dokumentasi yang telah disusun berdasarkan tujuan penelitian dan hipotesis kerja. Informasi yang di peroleh melalui teknik pengumpulan data tersebut kemudian disatukan dan dibandingkan satu dengan yang lainnya untuk memperoleh informasi yang akurat dan kesimpulan yang tepat.

3.2 Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh informasi dan data sebagai bahan rujukan untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan, penelitian ini dilakukan di Kantor Pertanahan Medan yang terletak di Jalan AH. Nasution No.17, Pangkalan Masyhur, Medan Johor, Kota Medan sebagai instansi pemerintah yang bergerak di bidang jasa pelayanan dalam pembuatan sertifikat tanah bagi masyarakat kota Medan. Setelah penulis mempelajari dokumen strategi Badan Pertanahan Nasional (BPN) Medan, penulis belum memperoleh mana strategi SO, strategi ST, strategi WO, dan strategi WT. Hal inilah yang membuat penulis melakukan penelitian di Kantor Pertanahan Kota Medan.

3.3 Informan Penelitian

Informan penelitian adalah orang yang benar-benar mengetahui atau pelaku yangterlibat langsung dengan permasalahan penelitian. Informan ini harus banyakpengalaman tentang penelitian, serta dapat memberikan pandangan tentang nilai-nilai, sikap, proses dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian setempat.

Adapun informan yang dimaksud adalah dapat dilihat dalam matrix di bawah ini :

(37)

Bagan 3.1: Matrix Informan

No Informan Informasi yang dibutuhkan

Metode Jumlah

1 Kepala Kantor Pertanahan kota Medan

Strategi SO, strategi ST, strategi WO, danstrategi WT dalam pelayanan sertifikat di Kantor Pertanahan Kota Medan

- Wawancara -Dokumen dan arsip yang mendukung - Observasi - Dokumentasi

1

2 Staf/pegawai Kantor Pertanahan kota Medan

Penerapan Strategi SO, strategi ST, strategi WO, dan strategi WT dalam pelayanan sertifikat di Kantor Pertanahan Kota Medan

- Wawancara - Observasi -Dokumentasi

5

3 Masyarakat yang mengurus sertifikat

di Kantor

Pertanahan kota Medan

Penerapan strategi SO, strategi ST, strategi WO, danstrategi WT di Kantor Pertanahan Kota Medan

- Wawancara - Observasi - Dokumentasi

9

Total Informan Penelitian 15

(38)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena bertujuan untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang diharapkan (Sugiyono, 2016: 101). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya :

a. Teknik Pengumpulan Data Primer

1) Wawancara mendalam, yaitu proses memperoleh keterangan atau informasi untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan terlibat berdasarkan pedoman wawancara. Pedoman wawancara ini terkait dengan informasi strategi SO, strategi ST, strategi WO, dan strategi WT dalam pelayanan sertifikat di Kantor Pertanahan Kota Medan.

2) Observasi, yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan

secara langsung terhadap objek penelitian kemudian mencatat gejala-

gejala yang terjadi dilapangan untuk melengkapi data-data yang

diperlukan sebagai acuan yang berkaitan dengan permasalahan

penelitian. Alat yang digunakan dalam melakukan dalam melakukan

observasi ini adalah pedoman observasi. Pedoman observasi ini berisi

informan berupa hasil pengamatan tentang bagaimana penerapan

strategi SO, strategi ST, strategi WO, dan strategi WT yang terdiri dari

faktor lingkungan internal yaitu kekuatan (strength) dan kelemahan

(weakness) serta lingkungan eksternal yaitu peluang (opportunity) dan

ancaman (threat) di Kantor Pertanahan Kota Medan.

(39)

b. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen-dokumen, foto-foto, gambar dan sumber-sumber lain yang ada dilokasi penelitian yang terkait dengan objek penelitian berdasarkan pedoman dokumentasi yaitu dokumen-dokumen yang di perlukan terkait informasi mengenai strategi SO, strategi ST, strategi WO, dan strategi WT dalam pelayanan sertifikat di Kantor Pertanahan Kota Medan.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisa data merupakan kegiatan mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta meningkatkan data sehingga mudah untuk membuat suatu deskripsi dari gejala yang diteliti. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa kualitatif yaitu dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia, menelaah, menyusunnya dalam satu satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar penelitian untuk membuat kesimpulan penelitian (Sugiyono, 2016 : 95).

Menurut Miles dan Haberman dalam (Sugiyono, 2016: 246) Terdapat beberapa langkah dalam melakukan analisisdata, yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data dilakukan dengan merangkum dan memfokuskan hal-halyang

penting tentang penelitian dengan mencari tema dengan polahingga

memberikan gambaran yang lebih jelas serta mempermudahpeneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya danmencarinya bila diperlukan.

(40)

b. Penyajian Data

Bermakna sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikantindakan. Penyajian data ini dilakukan dalam bentuk teks yang bersifatnaratif, bagan, dan dalam bentuk lainnya.

c. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara danakan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat pada tahapawal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penelitikembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yangdikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Sependapat dengan Miles dan Haberman dalam penelitian ini, penulis juga melalui langkah-langkah dimulai dari merangkum dan memfokuskan pada hal- hal yang dirasa penting mengenai penelitian, memberikan gambaran yang lebih jelas untuk mempermudah penelitian dalam pengumpulan data, mengumpulkan serta mengkaji informasi data sebagai landasan penelitian dalam menganalisis permasalahan penelitian. Selanjutnya peneliti akan merumuskan jawaban sementara (hipotesis) berdasarkan teori yang digunakan dalam penelitian.

3.6 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan

untuk menyanggah balik apa yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang

menyatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan

dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong, 2017 : 320). Pada proses

pemeriksaan keabsahan data penulis menggunakan metode triangulasi, metode

triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu (Moleong, 2017: 330). Terdapat tiga macam triangulasi menurut

Petton (1987) dalam Moleong (2017: 332) yaitu:

(41)

a. Triangulasi Sumber

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang dalam penelitian kualitatif. Hal tersebut dapat dicapai dengan:(1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan yang dikatakannya secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

b. Triangulasi Metode

Terdapat dua strategi, yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

c. Triangulasi Teori.

Menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (2017: 332), berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derejat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Di pihak lain, Patton berpendapat lain, yaitu bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penjelasan banding (rival explanation).

Berdasarkan tiga macam triangulasi menurut Petton di atas, dalam

penelitian ini penulis menggunakan triangulasi sumber dikarenakan jenis

triangulasi tersebut membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan

suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang dalam penelitian

kualitatif. Demikian dalam penulisan penelitian ini, penulis dalam menjaga

keakuratan informasi atau data yang diperoleh melalui proses wawancara,

dokumentasi, dan observasi, maka penulis akan melakukan perbandingan untuk

menunjukkan bukti empiris dalam meningkatkan pemahaman terhadap realita

yang diteliti. Sehingga mengarah pada penarikan kesimpulan yang benar.

(42)

Menjaring

data/informasi dengan teknik triangulasi tertentu

Menyusun, memperbaiki

cakupan atau hipotesis Meneliti dan memverifikasi data/informasi

Merencanakan

triangulasi Melaksanakan

triangulasi

Mengomunikasikan hasil triangulasi

Bagan 3.2: Proses Triangulasi

Sumber : Wirawan (2011: 159)

(1) Perencanaan triangulasi. Triangulasi perlu direncanakan secara sistematis, dalam fase ini dilaksanakan aktivitas sebagai berikut.

(a) Disusun atau diperbaiki fokus, cakupan dan hipotesis evaluasi. Cakupan, fokus, dan hipotesis evaluasi sebaiknya disusun bersama-sama para pemangku kepentingan. Aktivitas ini akan menentukan jenis dan jumlah data yang harus dikumpulkan dalam evaluasi.

(b) Diidentifikasi sumber-sumber informasi, yaitu jenis dan jumlah setiap para pemangku kepentingan dari evaluasi yang dapat dijadikan sumber informasi.

(c) Menentukan teknik triangulasi yang akan dipergunakan. Evaluator memilih salah satu atau kombinasi teknik triangulasi yang akan dipergunakan.

(d) Menyusun instumen untuk menjaring data (wawancara, obervasi, kelompok fokus, informan kunci, kuesioner dan tes).

(e) Menentukan waktu, tenaga, dan biaya untuk melaksanakan triangulasi.

(2) Melaksanakan triangulasi. Aktivitas dalam fase ini meliputi :

(a) Menjaring data dengan mengadministrasikan berbagai jenis instrumen kepada para sumber informasi.

(b) Memferifikasi dan membandingkan data/informasi yang terjaring.

(c) Mentabulasi dan menganalisis data/informasi yang terjaring.

(3) Mengkomunikasikan data/informasi hasil triangulasi. Data/informasi yang

terjaring dibahas, diferifikasi dan dikomunikasikan dengan para evaluator dan

para pemangku kepentingan untuk menentukan reliabilitas dan validitas temuan.

(43)

Demikian dalam penulisan ini, guna memperoleh hasil penelitian yang

benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Penulis akan melalui tiap-tiap proses

triangulasi dimulai perencanaan triangulasi yang akan digunakan penulis dalam

penelitian terkait strategi kantor Pertanahan Kota Medan dalam pelayanan

penerbitan sertifikat tanah secara sporadik, kemudian selanjutnya menerapkan

triangualasi yang telah dipilih tersebut dalam hal ini penulis akan melakukan

perbandingan terhadap hasil wawancara, dokumentasi dan observasi peneliti

terkait strategi kantor Pertanahan Kota Medan dalam pelayanan penerbitan

sertifikat tanah secara sporadik. Terakhir menarik kesimpulan penelitian

berdasarkan hasil perbandingan terhadap hasil wawancara, dokumentasi dan

observasi penulis terkait strategi kantor Pertanahan Kota Medan dalam pelayanan

penerbitan sertifikat tanah secara sporadik.

(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kantor Pertanahan Kota Medan 4.1.1 Deskripsi Kota Medan

Kota Medan secara geografis terletak di antara 2 27'-2 47' Lintang Utara dan 98 35'-98 44' Bujur Timur. Posisi Kota Medan ada di bagian Utara Propinsi Sumatera Utara dengan topografi miring ke arah Utara dan berada pada ketinggian tempat 2,5-37,5 m di atas permukaan laut. Luas wilayah Kota Medan adalah 265,10 km2 secara administratif terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan. Sarana dan prasarana perhubungan di Kota Medan terdiri dari prasarana perhubungan darat, laut, udara. Transportasi lainnya adalah kereta api. Di samping itu juga telah tersedia prasarana listrik, gas, telekomunikasi, air bersih dan Kawasan Industri Medan (KIM) I. Sebagai daerah yang berada pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara memiliki posisi strategis.

4.1.2 Kantor Pertanahan Kota Medan

Kantor Pertanahan merupakan instansi vertikal Badan Pertanahan

Nasional (BPN) di setiap daerah Kabupaten/Kota. Kantor Pertanahan sebagai

bagian terdepan dari Badan Pertanahan Nasional, mempunyai peranan yang

sangat strategis serta penting dalam memberikan pelayanan di bidang

pertanahan secara langsung kepada masyarakat, sebab hal tersebut telah

(45)

tertera di dalam Perpres No. 20 Tahun 2015 Bab 3 Pasal 7 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwasanya, yaitu:

1) Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi BPN di daerah, dibentuk Kantor Wilayah BPN di provinsi dan Kantor Pertanahan di kabupaten/kota.

2) Kantor Pertanahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibentuk lebih dari 1 (satu) Kantor Pertanahan tiap kabupaten/kota.

Kantor Pertanahan Kota Medan sebagai instansi vertikal dari Badan Pertanahan Nasional memiliki visi dan misi serta fungsi yang sama dengan Badan Pertanahan Nasional di Indonesia, yang telah dijelaskan dalam Bab 3 Pasal 7 ayat (3), “Tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja Kantor Wilayah BPN dan Kantor Pertanahan ditetapkan oleh Kepala setelah mendapat persetujuan dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur negara”.

Dalam menjalankan kewajiban dan kewenangannya, Kantor Pertanahan Kota Medan berlandaskan pada visi dan misi Badan Pertanahan Nasional.

Berikut visi dan misi Kantor Pertanahan Kota Medan:

1) Visi Kantor Pertanahan Kota Medan

Kantor Pertanahan Kota Medan sendiri mempunyai visi, yaitu menjadi

lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk sebesar-

besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan keberlanjutan sistem

kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia

khususnya di kota Medan.

Gambar

Gambar 2.1: Proses Tahapan Manajemen Strategik
Gambar 4.1: Aplikasi Komputerisasi Kegiatan Pertanahan
Gambar 4.2: Twitter Kantor Pertanahan Kota Medan
Gambar 4.3: Riset Pola Pemakaian Media Sosial Orang Indonesia
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

kardus dimana kotak kardus yang akan diisolasi sering bertumpuk ( work in.. process, atau WIP) karena tidak seimbangnya waktu kerja antara pekerja pemuatan kemasan tepung ke

Hal ini dapat dilihat dari prosentasi peran serta masyarakat Kota Lama yang pernah menerima sosialisasi perencanaan kota Semarang yang sehat melalui pengelolaan

Sistem Pengelolaan sampah tersebut tidak hanya dari segi mekanisme dan pelaksanaannya sajam, namun dari segi pembiayaan pun telah dipikirkan dengan baik oleh

Beban kerja paling berat adalah pada pekerja 8 dan 9 bagian isolasi tutup kardus dimana allowance yang diberikan 20%, tetapi pekerja tersebut hanya memanfaatkan 14,2% waktu

Tarigan, Andrian, 2009, Bikin Gateway Murah Pakai Mikrotik,. Jakarta:

Terdiri dari 7 pertanyaan positif dan 3 pertanyaan negatif Baik 8-10 Cukup 4-7 Kurang 0-3 Ordinal - Afektif orang tua dalam menangani hambatan komunikasi pada anak

 Sistem failover cluster ini memungkinkan jaringan server dan client dapat terhubung berjalan baik. karena kecil kemungkinan resiko

pada entitas pertama, hanya mempunyai satu hubungan dengan satu kejadian pada entitas yang kedua dan sebaliknya.. • One to Many atau Many to One 